20
Kajian Linguistik, Februari 2014,141-160 Tahun ke-11, No 1 Copyright ©2014, Program Stud; Linguistik FiB USu, 1SSN 1693-4660 REPRESENTASI KEBERANGKATAN IBADAH HAJI DALAM NOVEL Prina Yelly Universitas Sumatera Utara Ikhwanuddin Nasution FIB Universitas Sumatera Utara Abstract This research isintended describe the departure of pilgrimage 1970 in the novel "Ular Keempat" by Gus TF Sakai intrinsic approach. The intrinsic approach used in this research to identify, review, and describe relationship between An intrinsic element. The intrinsic element which addressedin this research are plot and pemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message, and point of view. The method used in this research is descriptive-qualitative methods. The research data consisted of subject and object. Data collection techniques in the form of in depth interviews. Techniques of data analysis peiformed with Content Analysis to uncover, understand, and get the message that exist in the novel. Keyword: Intrinsic, plot and pemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message and point of view PENDAHULUAN Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan pergulatan batin seseorang ketika menjalankan ibadah haji. Pergulatan batin ini dapat dilihat dari empat ular yang ditampilkan dalam cerita. Keempat ular ini sarat dengan simbol. Ular pertama menyimbolkan ten tang sikap asosial dan egois. Ular kedua menyimbolkan berhaji karena kebanggaan. Ular ketiga menyimbolkan ketamakan, ke!aliman, dan kerakusan dalam memperebutkan kepemimpinan. Dlar keempat menyimboJkan nafsu manusia terbesar, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi (mengutamakan hubungan manusia dengan Tuhan (hablulminalla) dan mengesampingkan hubungan manusia dengan manusia hablulminannas). Inilah nafsu yang paling berbahaya dalam kehidupan manusia. Ular keempat ini merupakan bentuk kealpaan tokoh utama terhadap "pesan" dari tiga ular sebelumnya, karena dia masih berkeinginan untuk kembali melakukan haji di musim haji berikutnya. Ular Keempat karya Gus TF Sakai mengangkat fakta sejarah menjadi sebuah fiksi. Ide ceritanya berasal dari kekisruhan keberangkatan haji dengan kapal Gambela pada tabun 1970. Rombongan haji tersebut berangkat ke Tanah Suci melalui "Tour Taaruf" yang diseJenggarakan oJeh Husami (Himpunan Usaha Muslim Indonesia). Keberangkatan haji ini tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tabun 1969. Oleh karena itu, keberangkatan haji ini ditentang oleh pemerintah, karena keberangkatan tersebut merupakan keberangkatan yang ilega1. Adapun alasan ,peneliti mengangkat novel Ular. Keempat karya Gus TF Sakai sebagai objek kajian karena novel ini sarat dengan unsur-unsur religius dan reiigiositas tentang ibadah haji (rukun Islam yang kelima). Un sur-un sur religius dan religiositas yang

Kajian Linguistik, Februari 2014,141-160 Tahun ke-11, No 1 ... · (1857-1913) yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik (Nurgiyantoro, 1995:

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Kajian Linguistik, Februari 2014,141-160 Tahun ke-11, No 1 Copyright ©2014, Program Stud; Linguistik FiB USu, 1SSN 1693-4660

    REPRESENTASI KEBERANGKATAN IBADAH HAJI DALAM NOVEL ULARKEEMPATKARYAGUSTFS~

    Prina Yelly Universitas Sumatera Utara

    Ikhwanuddin Nasution FIB Universitas Sumatera Utara

    Abstract

    This research isintended describe the departure of pilgrimage 1970 in the novel "Ular Keempat" by Gus TF Sakai intrinsic approach. The intrinsic approach used in this research to identify, review, and describe relationship between An intrinsic element. The intrinsic element which addressedin this research are plot and pemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message, and point of view. The method used in this research is descriptive-qualitative methods. The research data consisted of subject and object. Data collection techniques in the form of in depth interviews. Techniques of data analysis peiformed with Content Analysis to uncover, understand, and get the message that exist in the novel.

    Keyword: Intrinsic, plot and pemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message and point of view

    PENDAHULUAN

    Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan pergulatan batin seseorang ketika menjalankan ibadah haji. Pergulatan batin ini dapat dilihat dari empat ular yang ditampilkan dalam cerita. Keempat ular ini sarat dengan simbol. Ular pertama menyimbolkan ten tang sikap asosial dan egois. Ular kedua menyimbolkan berhaji karena kebanggaan. Ular ketiga menyimbolkan ketamakan, ke!aliman, dan kerakusan dalam memperebutkan kepemimpinan. Dlar keempat menyimboJkan nafsu manusia terbesar, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi (mengutamakan hubungan manusia dengan Tuhan (hablulminalla) dan mengesampingkan hubungan manusia dengan manusia hablulminannas). Inilah nafsu yang paling berbahaya dalam kehidupan manusia. Ular keempat ini merupakan bentuk kealpaan tokoh utama terhadap "pesan" dari tiga ular sebelumnya, karena dia masih berkeinginan untuk kembali melakukan haji di musim haji berikutnya.

    Ular Keempat karya Gus TF Sakai mengangkat fakta sejarah menjadi sebuah fiksi. Ide ceritanya berasal dari kekisruhan keberangkatan haji dengan kapal Gambela pada tabun 1970. Rombongan haji tersebut berangkat ke Tanah Suci melalui "Tour Taaruf" yang diseJenggarakan oJeh Husami (Himpunan Usaha Muslim Indonesia). Keberangkatan haji ini tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tabun 1969. Oleh karena itu, keberangkatan haji ini ditentang oleh pemerintah, karena keberangkatan tersebut merupakan keberangkatan yang ilega1.

    Adapun alasan ,peneliti mengangkat novel Ular. Keempat karya Gus TF Sakai sebagai objek kajian karena novel ini sarat dengan unsur-unsur religius dan reiigiositas tentang ibadah haji (rukun Islam yang kelima). Un sur-un sur religius dan religiositas yang

  • :.-.

    Prina Yelly

    terdapat dalam novel tersebut adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya. Hubungan-hubungan tersebut dibahas berdasarkan Jenis dan Wujud Pesan Moral yang terdapat pada Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro (1995).

    Selain itu, novel ini termasuk karya yang konvensional. Alur novel ini dihadirkan secara wajar mulai dari bab satu sampai bab terakhir, yang saling berhubungan dan bersifat dinamis. Tokoh dihadirkan nyata, utuh seperti sosok pribadi yang lengkap dengan konflik sebagai bagian dari persoalan sosial yang teJjadi dalam masyarakat.

    Persoalan sosial masyarakat yang terjadi dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai ini adalah haji sebagai realitas sosial, keadaan sosial politik, peristiwa PRRI (1958), persoalan demokrasi yang ada di Minangkabau dihubungkan dengan ingatan tokoh utama (Janir) tentang kampung halamannya.

    Persoalan sos1al masyarakat yang terdapat dalam novel ini dikaji berdasarkan unsur intrlnsik. Vnsur intrinsik yang dibahas dalam penelitian ini adalah plot dan pemplotan, tokoh dan penokohan, Jatar, tema, amanat, dan sudut pan dang atau pointC!f view

    LANDASAN TEORI

    Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara- sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga berguna untuk menjeJaskan dan meramalkan fenomena. Adanya peran konstruk (konsep) menjadikan penelitian lebih memahami, serta melakukan pembatasan dalam rangka menjawab setiap permasalahan yang timbul. Sesuai dengan format penelitian yang dibuat dalam format desain deskriptif-kualitatif, maka digunakan pendekatan struktural.

    Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Fonnalis Rusia dan strukturalisme Praha. Pendekatan ini mendapat pengaruh langsung dari teori Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik (Nurgiyantoro, 1995: 36).

    Sebuah karya sastra (fiksi ataupun puisi) menorut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Oi satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponen yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams, 1981 dalam Nurgiyantoro, 1995: 36).

    Adapun tujuan menganalisis struktural itu adalah untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitannya antarberbagai unsor karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain.

    Vnsur intrinsik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah plot dan pemplotan (alur), tokoh dan penokohan, latar, tema, amanat dan sudut pandang.

    Plot dan Pemplotan

    Plot merupakan unsur yang terpenting dalam sebuah karya fiksi. Dalam tinjauan struktural terhadap karya ftksi yang paling ditekankan pada pembicaraan yaitu plot. Plot dalam sebuah karya fiksi adalah sesuatu yang kompleks, ruwit, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami (Nurgiyantoro, 1995: 110).

    142

  • Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014

    Tokoh dan Penokohan

    Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau dr~ yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungn tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diJakukan dalam tindakan (Abraham dalam Nurgiyantoro, 2005: 165).

    Tokoh dan penokohan dalam penelitian ini digunakan untuk membedakan tokoh yang satu dengan tokoh lainnya, berdasarkan watak atau karakter masing-masing tokoh supaya lebih mudah menentukan kualitas pribadi daripada diIihat secara fisik.

    Latar

    Latar atau setting daJam karya sastra merupakan satu eJemen pembentuk cerita yang sangat penting, sebab elemen terse but dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams dalam Fananie, 2000: 97).

    Latar dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji unsur latar. Vnsur tersebut merupakan pijakan berlangsungnya sebuah cerita, karena dapat menawarkan permasalahan yang berbeda-beda dan dapat dibicarakan tersendiri, padahal secara kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

    Tema

    Menurut Sudjiman (1991: 50) tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya. Adanya tema membuat karya lebih penting. Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiantoro, 1995: 68), tema atau ide cerita merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur yang semantis dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

    Amanat

    Amanat adalah pesan moral yang· disampaikan seseorang kepada orang Jain, baik berupa penyampaian langsung maupun tidak langsung. Pesan moral yang terdapat dalam -karya fiksi senantiasa menawarkan hubungan sifat-sifat luhur kemanusiaan, mempetjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur terse but pada hakikatnya bersifat universal (Nurgiyantoro, 1995: 322).

    Sndut Pandang

    Abrams (daJam Nurgiyantoro, 1995: 248) mengatakan bahwa sudut pandang (point of view) adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita daIam sebuah karya fiksi (novel) kepada pembacanya. Adapun hakekat dari sudut pandang tersebut adaJah untuk mengatur strategi, teknik, dan siasat dengan cara sengaja yang dipilih oleh pengarang agar dapat mengemungkakan gagasan dan ceritanya.

    METODOLOGI

    Desain Penelitian

    Penelitian terhadap novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai akan dilakukan dengan menggunakan format desain deskriptif-kualitatif, dengan anal isis konten (isi).

    ~enurut Bungin (2008: 68) b~wa format desain deskriptif-kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif-kuantitatif, karena itu desain deskriptif-kualitaif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kuaiitatif semu. Artinya,

    143

  • Prina felly

    desain ini belum benar-benar kualitatif karena bentuknya masib dipengaruhi oJeb tradisi kuantitatif, terntama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya.

    Analisis konten (isi) digunakan peneliti untuk mengungkap, memahami, menangkap pesan karya sastra. Pemahaman tersebut menganda1kan tafsir sastra yang rigid, artinya peneliti telah membangun konsep yang akan diungkapkan, barn memasuki karya sastra.

    Lokasi Peoelitiao

    PeneJitian ini diJakukan di Kodya Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

    SumberData

    Sumber data primer da1am peneJitian ini adalah novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai. Disamping itu sumber data sekunder diperoJeh dari buku-buku, dokumentasi-dokementasi yang berhubungan dengan penelitian ini.

    Teknik Peugumpulau Data

    Pengumpulan data da)am penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka (library research). Teknik ini digunakan karena sumber datanya bersifat tertuJis yang lebih dominan. Teknik studi pustaka adalah penelitian atau penyelidikan terhadap semua buku, karangan, dan tuJisan mengenai suatu bidang ilmu, topik, dan gejaJa suatu kejadian (Moeliono, 1990: 713).

    Metode pengumpulan data secara hermeutik dimulai dengan membaca novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai, karena sumber data yang dominan ada pada karya tersebut. Langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan:

    1. Dengan bekal pengetahuan, wawasan, kemampuan, dan kepekaan yang dimiliki peneliti membaca novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai sekritis, secermat, dan seteliti mungkin.

    2. Membaca sumber data secara kesinambungan bernlang-ulang. 3. Setelah langkah kedua, peneliti membaca sekali lagi sumber data untuk memberi

    tanda bagian-bagian yang diangkat menjadi data yang akan dianalisis lebib Janjut.

    Dengan langkah-Jangkab terse but, dapat diperoleh data pengbayatan dan memahami artj dan makna tentang karya sastra yang diteliti secara mendaJam dan mencukupi.

    Teknik Aoalisis Data

    Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis konten (isi). Analisis konten digunakan peneliti untuk mengungkap, memahami, menangkap pesan karya sastra. Pemahaman tersebut mengandalkan tafsir sastra yang rigid, artinya peneliti teJah membangun konsep yang akan diungkapkan, barn memasuki karya sastra. Aspek penting dari analisis konten adalab bagimana hasil analisis tersebut dapat diimplikasikan pada siapa saja (Endraswara, 2008: 161).

    ). Gambarao Umum dalam Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai Teotang Keberaogkatao Ibadab Haji pada Tabuo 1970

    Sioopsis Novel Ular Keempat

    Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan tentang keberangkatan rombongan jemaah haji dengan kapal Rupit dan KapaJ Ogan. Peristiwa tersebut terjadi 16 Januari 1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah haji sebanyak 477 orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Selatan, Ja~a Timur dan Kalimantan SeJatan. "

    144

    .~.

  • :."

    Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014

    Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro peIjalanan swasta yang bemama "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husami (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut adalah ilegaJ. O]eh karen a itu, rombongan jemaah haji ini diJarang o]eh pemerintah Indonesia untuk me]anjutkan peIjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapa} Rupit dan Ogan ini.

    Janir da]am novel Ular Keempat dihadirkan sebagai tokoh utama yang akan berangkat ke Makkah, bersama rombongan jemaah haji Kapal Rupit, dengan memakai paspor yang tidak berlaku untuk negara Arab Saudi pada saat haji.

    Janir adaJah orang Minangkabau yang pergi merantau ke Jakarta akibat peristiwa PRRL Peristiwa tersebut membuat dia harus kehilangan keluarga akibat perang saudara (tentara pusat dengan tentara daerah) karena paman Janir yang bemama Mak Nuan dituduh tentara pusat (APRI) sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh paman Janir.

    Janir di Jakarta bekeIja disebuah rumah makan milik orang kampungnya, tiga tahun kemudian dia dibawa oleh pengusaha rumah makan yang berasal dari kampungnya juga ke Surabaya. Di Surabaya selama tiga tahun Janir sudah diizinkan oJeh pengusaha tersebut untuk membuka rumah makan kecil dengan modal sendiri, seputuh tahun kemudian Janir sudah menjadi pengusaha rumah makan, kemudian Janir berhaji sampai duakaH.

    Petjalanan haji yang keduanya Janir memilih biro perjalanan swasta karena romit dan mahalnya prosedur dari pemerintah. Biro perjalanan swasta tersebut menurut pemerintah ilegal sebab tidak sesuai dengan peratura!1 pemerintah tahun 1969, rnakanya perjalanan tersebut dihalang-halangi oleh pemerintah.

    Kapten kapal Ogan dan Kapten kapat Rupit menemui dinas imigrasi mereka pada pertengahan malam· sekitar pukul 23.00. Di lain tempat, Janir pun berunding dengan anggota tim pemimpin jemaah Jainnya. Anggota tim pemimpin jemaah tersebut terdiri dari Pak Thayeb Abdullah dan Pak Siddik Abu Bakar dari Sima, Pak Kiai Agus Alwi dari Lombok, Pak Subli Ahmad dari Banjarmasin.

    Kapten kapal Rupit kern bali ke kapal menjelang pagi setelah menemui dinas imigrasi mereka. Kapten kapa} Rupit memanggil Janir pukuJ 1 1.00, kemudian dia menemui Kapten tersebut. Kapten itu memberikan sebuah gulungan kertas kepada Janir. Gu]ungan kertas tersebut bertuliskan, bahwa kapal Rupit harns kembaJi ke Jakarta, begitu juga dengan kapa] Ogan.

    Kapal Rupit berputar arah menuju Jakarta. Di petjalanan pulang ke Indonesia rombongan ini mengatur rencana supaya mereka tetap sampai Ice Port Swettenham (pelabuhan Kua]aJurnpur, Malaysia). Lima dari pimpinan jemaah haji tersebut, salah satunya adalah Janir.

    Janir dan pimpinan yang lain berusaha rnenyakinkan Kapten kapal mereka agar berani berjuang untuk mengantarkan rombongan jemaah ini ke Port Swettenham. AwaJnya, Kapten kapal itu tidak berani memutar arah kapaJ ke Port Swettenham, tetapi akhimya Janir dan pimpinan jemaah haji lainnya berhasil meyakinkan Kapten dengan cara mengatakan bahwa mereka akan berontak dan bersedia mati syahid jika tidak di bawa ke Port Swettenham, kemudian Kapten menyetujui permintaan mereka untuk mengantar rombongan jemaah haji ini ke Port Swettenham tersebut. Setelah itq,,,Kapten memberitahukan kepada para jemaah haji dan anak buah kapalnya, bahwa mereka akan berlayar ke Port Swettenham.

    145

  • Prina Yelly

    Di Port Swettenham rombongan jemaah ini memindabkan barang bawaan mereka melalui pengangkut barang yang telab disiapkan. Rombongan yang lebih dulu dipindahkan adalab rombongan Bima, yang disusul oleh rombongan Lombok dan Jawa Timur. Saat itu, hujan deras menyertai kepindahan mereka, ketika pemindahan belum selesai, tiba-tiba datang sebuah motor boat (dikendarai oleh dinas Imigrasi Malaysia), kemudian dia naik kapal dan melarang dinas imigrasi kapal Rupit untuk pindah ke kapal Gambela.

    Janir teringat peIjaJanannya ke Teluk Bayur, yakni ketika usai perang PRRI dengan APRI. Usai perang tersebut, Janir memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya, dari daerah Darek menuju ke Teluk Bayur ditempuhnya selama berhari-hari, beruntung jika dia bel1emu dengan iring-iringan pedati, maka dia bisa menumpangnya, walaupun PRRJ telah kalah, tetapi tetap saja rombongan-rombongan pedati tidak bisa bebas melewati pos-pos penjagaan. Selain mengingat kampung halamannya, Janir juga teringat akan janji Guru Muqri yang akan memberikannya tiga cerita, tiga kisah, apa bila dia kembali berhaji.

    Selama empat belas hari di atas kapal Gambela, rombongan ini baru bisa mas uk ke Saudi Arabia. Sebelum kapal ini merapat ke darat, terlebih dabulu rombongan ini mendapat pengumuman untuk antri selama dua puluh empat jam, sebab kapal haji dad Filipina, Malaysia, dan Afrika, lebih dulu datang dari kapal mereka. Tetapi, tidak sampai satu jam kemudian, dua buah motor boat (dinas imigrasi Arab Saudi dan petugas atau utusan kerajaan) datang ke kapal Gambela. Petugas kerajaan itu menya]ami mereka dan mengucapkan selamat datang.

    Hari pertama di Saudi Arabia, Janir dan kawan-kawannya menginap di Madinatul Hujajaj (Asrama Haji). Di Madinatul Hujqjaj, Janir dan rombongannya barn bisa beristirahat dengan tenang, seteJab beberapa lama istirahat Janir dibangunkan oleh seorang mahasiswa Indonesia di Saudi Arabia, untuk pergi ke vila Raja, sebab Raja mengundang mereka ke vila tersebut.

    Di Mekkab Janir dan rombongan jemaah haji itu terlebih dahulu mengambil haji lfiad, yaitu mendahulukan ibadah haji dan baru m~ngerjakan umrah. Saat melaksanakan ibadah haji, temyata Guru Muqri menepati janjinya untuk memberikan Janir tiga cerita yang ada disekitamya.

    Tiga cerita tersebut, diberikan Guru Muqri lewat utusannya. Setiap cerita yang datang dari Guru Muqri lebih dahulu melalui mimpinya, seperti sebuah surat yang berisi cerita. lsi surat itu adalah cerita pertama yang diberikan Guru Muqri kepada Janir Jewat utusannya di Baitullah, yang memberitahukan bahwa cerita yang datang dalam mimpi Janir tersebut adalah cerita pertama darinya.

    Di kapal Gambela, saat memasuki perairan Indonesia, Janir memperoleh cerita melalui mimpinya. Mimpi itu bercerita tentang orang-orang dikampungnya yang beribadah bukan karena Allah SWT, melainkan karen a warisan turun-temurun dan dia pergi haji ke Mekkah tidak lebih hanya karena kebanggaan.

    Gambela telah memasuki Selat Sunda, Janir dan rombongan jemaah haji telah sampai di tanah air. Di tanah air berbagai berita dari media cetak menceritakan keberangkatan haji mereka.

    146

  • 2. Unsnr Intrinsik

    Plot dan Pemplotan

    Kaj;an Linguistik, Tahun Ke-J J, No J, Februari 2014

    1. Peristiwa Keberangkatan Ibadah Haji tahnn 1970 dalam Novel Ufar Keempat

    Peristiwa yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah peristiwa fungsional, peristiwa kaitan, dan peristiwa acuan. Ketiga peristiwa tersebut dijelaskan di bawah ini.

    a. Peristiwa Fungsional

    Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan tentang keberangkatan rombonganjemaah haji dengan kapal Rupit dan Kapal Ogan. Peristiwa tersebut tetjadi 16 Januari 1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah hajj sebanyak 477 orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Seiatan, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan kapal Ogan membawa rombongan haji yang berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan seluruh Sumatera.

    Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro petjaJanan "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husami (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut bertuliskan "Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di musim haji.

    " ... Dan merdeka? Bahkan, di paspor kami ada cap tebal persegi panjang berhuruf kapital: Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di Musirn hajj" (Sakai, 2005: 2).

    Oleh karen a itu, rombongan jemaah haji ini dilarang oleh pemerintah Indonesia untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapaJ Rupit dan Ogan ini.

    b. Peristiwa Kaitan

    Cerita di mulai dari keberangkatan haji kedua dari tokoh Janir dengan rombongan jernaah haji di Kapal Rupit. Di Singapura, rombongan haji kapal Rupit menunggu kedatangan rombongan jemaah haji di kapal Ogan selama dua hari. Kedua kapal tersebut akan sarna-sarna berlayar Port Sweettenham (pelabuhan Malaysia). Oi pelabuhan tersebut, rombongan haji kedua kapal itu akan dipindahkan ke kapal Gambela.

    KapaJ Ogan membawa rombongan haji yang berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan seluruh Sumatera. Ketika mendengar kata Sumatera, ingatan tokoh Janir melayang pada masa lalu (saat berada di kampung halamannya).

    "Hujan sejak subuh, tapi kami telah berada di Rupit yang entah masih menunggu apa ... " (Sakai, 2005: 1).

    "Labuh jangkar hari kedua di Singapura. Hari kedua yang, menurut rencana itu, Ogan akan datang-tiba dari Jakarta" (Sakai, 2005: 11).

    Selesai Jumat, ketua tim pimpinan jemaah di Ogan, Pak Haji DaJari Umar, berkunjung ke Rupit. Orangnya belum begitu tua, badannya kekar. Mukanya dipenuhi jambamg dan jenggot mengesankan ia seorang yang keras. Ia datang dengan berita, Besok kita berlayar. Ke Port Swettenham. Di sana kita pindah ke kapal Gambela, dan terus ke Jeddah (Sakai, 2005: 16).

    Menurut rencana, besok 21 Januari 1970, kami akan ovell$hip (pindah kapal) ke kapal Gambela yang mungkin sudah lama menanti. Besok kami juga mesti men anti kawan-kawan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan seluruh

    147

  • Prina Yelly

    Sumatra yang berangkat dengan Ogan dari Jakarta. Sumatra! lngatan tentang kampung itu tiba-tiba kembali mendera, dan aku segera menepisnya (Sakai, 2005: 9). •

    Perjalanan rombongan haji kedua kapal tersebut dihalang-halangi oleh pemerintah. Rombongan haji tersebut menggunakan paspor ilegal. Kesulitan pertama dialami mereka ketika berada di Pelabuhan Singapura. Rombongan haji ini dirninta untuk rneninggalkan Singapura dan kembali ke Indonesia oleh dinas irnigrasi Singapura.

    Pagi yang mengejutkan. Beberapa utusan rnengunjungi kami para pernimpim Rupit. Kesimpulan tiba-tiba: Pernerintahan Singapura tidak mengizinkan kami untuk terus di sini. Kami diintruksikan untuk kernbali ke Jakarta. Dan konon, pemerintah Indonesia yang meminta demikian.

    Tak ada ucapan yang keluar dari bibir kami. Sungguh kami tak pabam. Tak mengerti. Kenapa harns dihalang-halangi? Bukankah mereka, katanya, adalah "Sang Bapak"? Pemimpin tempat kepada siapa karni, seperti yang dijargonkan Angkatan Perang Republik Indonesia waktu PRRI itu, bakal meminta dan mendapatkan hak-hak kami? Tiba-tiba aku merasa seJuruh jamaah disikapi sebagai pernberontak, seperti masa lalu yang rneJemparkanku begitu jauh (Sakai, 2005: 17).

    Cerita berpindah pada masa Janir kecil. Janir sering bermain bersama kawan-kawannya di rumah bulek peninggalan Ayang Burak. Pada tikungan ke rumah Ayang Burak, terdapat kulak Tidak jauh dari kulah itu terdapat surau. Oi rumah bulek tersebut, biasanya yang mereka lakukan, misalnya membakar ikan pada musim hujan dan bermain layang-layang pada musim kemarau.

    "Di Pulau Kecil (demikian memang ia dan ternan-ternan kemudian menyebutnya), itu, ada sebuah rumah. Karena berbeda dari rumah-rumah mereka (rurnah-rumah adat berpanggung dengan atap-atap bergonjong yang dinamakan rumah gadang), rumah itu mereka sebut rumah bulek".

    Di rumah bulek itu, selalu, ada saja yang mereka lakukan. Di musim hujan, kenangan yang tak terlupakan adalah membakar ikan. Tugas ia dan teman-temannya yang masih bocah adalah mencari dan mengumpulkan rerantingan untuk kayu bakar, sementara tugas ternan-ternan yang lebih besar (dan kebanyakan telah sekolah) adalah menangkap ikan (kadang juga belut) di bandar dan sawah, menyiangi, meracik bumbu sedapatnya, dan lalu membakar. Di musim kemarau, ingatan yang paling mengesankan adalah bermain layang-layang. Lokasi itu sungguh sangat tepat, karena berada di ketinggian. Setiap Jayang-Iayang yang dianjungkan dapat dipastikan bakal tetap naik, berangin keras atau tidak. Dan tugasnya yang bocah, tentu saja, adalah menganjungkan ... (Sakai, 2005: 24-25).

    Cerita kembali saat di Singapura. Kedua Kapten dari kedua rombongan haji kapa1 tersebut tidak bisa menerima perintah dari dinas imigrasi Singapura. Lima orang pimpinan rombongan haj i berusaha menyakinkan Kapten untuk mengantarkan mereka Port Swettenham. Usaha mereka berhasil. Kapten bersedia mengantarkan rnereka ke Port Swettenhum.

    c. Peristiwa Acuan

    Cerita dalam novel Ular Keempat ini dimulai dari keberangkatan rombongan jemaah haji dengan kapat Rupit {lan Kapal Ogan. Peristiwa teq;ebut teIjadi 16 lanuari

    148

    1,-'

  • Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014

    < 1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah haji sebanyak 477 orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

    Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro perjalanan "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husarni (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut bertuliskan "Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di musim haji. Oleh karena itu, rombongan jemaah hajj ini dilarang oleh pemerintab Indonesia untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapal Rupit dan Ogan ini.

    Janir dalarn novel Ular Keempat dihadirkan sebagai tokoh utarna yang akan berangkat ke Makkah, bersama rombonganjemaah haji Kapal Rupit ini. Dia adalah orang Minangkabau yang pergi merantau ke Jakarta akibat peristiwa PRRI.

    Peristiwa tersebut membuat Janir hidup seorang diri tanpa ada sanak-saudaranya, kemudian dia dibawa oleh orang kampungnya ke Jakarta. Di Jakarta Janir bekerja disebuah rumah makan milik orang kampungnya, tiga tabun kemudian dia dibawa oleh pengusaha rumah makan yang berasal dari kampungnya juga ke Surabaya. Di Surabaya seJarna tiga tabun Janir sudah diizinkan oleh pengusaha tersebut untuk membuka rurnah makan keeil dengan modal sendiri, seputuh tabun kemudian Janir sudah menjadi pengusaha rurnah rnakan, kernudian Janir berhaji sampai dua kali.

    Kembali aku terbayang perjalanan hidupku. SeteJah pergi karen a duka, benci, dan sesal (ya, aku rnenyesalkan kenapa saat perisriwa eelaka itu tetjadi aku tak berada di rurnah!) itu ke Jakarta dan diselarnatkan oleh seorang induk semang (juga orang kampungku) yang mengusahakan rumah makan Padang, tiga tahun kemudian aku diajak oleh induk semang lain (juga orang kampungku Minangkabau, tetapi berasal dari daerah berbeda) membuka rumah makan barn di kota lain: Surabaya. Tiga tahun pula sesudahnya, saat Si Induk Semang mengizinkaku membuka rumah makan keeil dengan modal sendiri, rezeki pun datang bagai melirnpah. Dan begitulah, sepuluh tahun setelah kepergian itu, aku bisa menabung dan berhaji. Dan sekarang, begitu pulalah, aku berhaji untuk kedua kali (Sakai, 2005: 170).

    Pagi yang mengejutkan. beberapa utusan mengunjungi karni para pemirnpin Rupit. Kesirnpulan tiba-tiba: Pernerintab Singapura tidak rnengizinkan kami untuk terus di sini. Kami diinstruksikan untuk kernbali ke Jakarta. Dan konon, pemerintah Indonesia yang rnerninta dernikian (Sakai, 2005: 17).

    Janir rnerasa bahwa pemerintah memperlakukan rombongan jemaah haji ini sebagai pemberontak, sehingga dia teringat pada kenangan buruk masa remajanya. Adapun kenangan buruk tersebut adalah kehilangan keluarga akibat perang saudara (tentara pusat dengan tentara daerah) karena parnan Janir yang bernama Mak Nuan dituduh tentara pusat (APRI) sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh paman Janir.

    Parnan Janir dibunuh oleh tentara tersebut, kemudian ibu Janir membaJas atas kematian adiknya (Mak Nuan), kemudian ibu Janir pun tewas dibunuh tentara tersebut, karena ibu Janir juga dibunuh oleh tentara itu, lalu Ayahnya pun membalas atas kematian istrinya, sedangkan kakak perempuan Janir dibunuh dengan eara berulang-uIang diperkosa oleh tentara pusat .

    ... Beruntung tentara APR! membunuh mampk-mu yang dituduh tentara pu&aJ; itu mata-mata, membunuh ibumu yang karena mamak-mu dibunuh jadi gelap 'mata, membunuh ayahmu yang dengan kaJap ingin membaJas kematian istrinya,

    149

  • Prina felly

    membunuh kakak perempuanmu setelah kematian istrinya, membunuh kakak perempuanmu setelah berulangulang diperkosa ... (Sakai, 2005: 168) . ..

    2. Konfik dalam Novel Ular Keempat

    Adapun konflik yang akan dibahas dalam penelitian ini adaJah konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal yang akan dikl\ii adalah konflik sosial, sedangkan konflik internal berupa konflik yang terjadi dalam hati seorang tokoh (karya fiksi).

    a. Kontlik Eksternal (Kontlik Sosial) an tara Janir dengan Pemerintahan Indonesia

    I. Janir dengan Peristiwa PRRI

    Peristiwa PRRI adalah peristiwa pemberontakan pemerintahan daerah kepada pemerintahan pusat terjadi pada tahun 1958. Adapun penyebab terjadinya peristiwa tersebut adalah adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dalam pembangunan daerah.

    Pemerintah daerah merasa bahwa pembangunan berpusat kepada Jakarta dan kepentingan Pulau Jawa, makanya terjadi ketidakpuasan bagi daerah-daerah yang menghasilkan devisa bagi Negara, seperti pulau Sumatra dan pulau Sulawesi. Kedua pulau tersebut merasa bahwa hasil devisa yang didapat banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pemerintah pusat dari pada kepentingan perintah daerah.

    Pada tanggaJ 15 Februari ]958 diumumkanlah suatu pemerintahan pemberontak di Sumatera, dengan markas besarnya di BUkittinggi. Pemerintahan ini terkenal dengan nama PRRI (pemerintahan Revolusioner RepubHk Indonesia).

    Adapun struktur militernya adalah dua komando Tentara Teritorium (Bukit Barisan di utara dan Sriwijaya di selatan), kemudian melahirkan Divisi Banteng. Divisi Banteng tersebut yang mengikutsertakan tali tigo sapilin (ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai). Tokoh-tokoh poJitik yang berada di Jakarta, kemudian pulang ke daerahnya. Tokoh-tokoh tersebut melahirkan Dewan Perjuanga. Dewan Perjuangan itu memproklamasi PRRJ (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) .

    ... tentang struktur militer yang disederhanakan, yang diciutkan hanya dalam dua komando Tentara Teritorium (Bukit Barisan di utara dan Sriwijaya di selatan) yang membuat banyak prajurit Divisi Banteng dikeluarkan; tentang reuni Divisi Banteng, yang mengikutsertakan tali tigo sapilin (ninik mamak, aUm ulama, dan cerdik pandai) yang kemudian melahirkan Dewan Banteng; tentang pulang dan bergabungnya tokoh-tokoh politik dari pusat (Jakarta), yang membuat Dewan Banteng melahirkan Dewan Perjuangan; tentang ... ah, entahlah, banyak lagi, yang tak ia mengerti, yang ujungnya: proklamasi PRRI (pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) (Sakai, 2005: 85-86).

    Perang tersebut telah memisahkan Janir dengan keluarganya, sebab pamannya yang bernama Mak Nuan dituduh tentara pusat sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh Mak Nuan.

    2. Janir dengan Peristiwa Kapal Rupit.

    Perjalanan haji yang keduanya Janir dengan kapal Rupit melalui biro perjalanan swasta, membuat perjalanan ibadah hajinya itu dihalang-halangi oleh pemerintah, sebab pemerintah menganggap paspor yang mereka gunakan adalah ilegal, karena tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tahun 1969.

    Kapten kapal Ogan dan Kapten kapal Rupit menemui dinas imigrasi mereka pada pertengahan m~am sekitar pukul 23.00. Di l~n tempat, Janir pun berunding d~gan anggota pemimpinjemaah lainnya, karena mereka tidak ingin perjalanan haji mereka

    150

  • Kajian Linguistik, Tahun Ke-J J, No J, Februari 2014

  • Prina Yelly

    Pemindaban belum selesai, hujan beJum berhenti, ketika tiba-tib sebuah motor boat datang melaju menghampiri kami. Seorang bertubuh besar, tinggi, berdasi, naik ke kapal dengan tangkas. "Stop pemindahan" katanya memberikan perintah kepada petugas irnigrasi di kapal kami (Sakai, 2005: 43).

    Janir bertanya kepada petugas tersebut, mengapa mereka barus dilarang untuk pindah. Kata petugas itu, ini adalah perintab atasan, kemudian Janir terpana, laiu Pak Thayeb menepuk bahunya (pundak), dan berkata bahwa pemerintab tetap menghendaki mereka untuk pulang.

    "Stop pemindahan?! Kenapa .. ? aku bertanya beran."

    "Kami hanye menjalankan tugas. Perentah atasan."

    3. Konflik Internal (Konfik Kejiwaan)

    Konflik internal Janir tetjadi ketika Datuk, Mak Nuan, Buya Daruwih, dan Guru Muqri menanamkan ideologi tel1tang agama kepada Janir. Ideologi tersebut berdampak buruk terhadap ibadah Janir.

    a. Konflik internal Janir dengan Datuk

    Datuk (kakak dari nel1ek Janir) mengajarkan Janir tentang agama melalui dongeng-dongeng tentang surga, kerajaan Allah, nabi-nabi, dan ragam mukjizat, selain itu Datuk juga mendidik Janir dengan keras dalam menunaikan ibadah shoJatnya.

    Dongeng-dongeng yang diceritakan Datuk inilah yang berdampak buruk terhadap ibadah yang dilaksanakan oleh Janir sebab dia berangan-angan tentang surga, kerajaan Allah, nabi-nabi, dan ragam mukjizat sehingga dia memburu pahala, dan melupakan rasa cintanya pada Tuban .

    ... dongeng-dongeng yang meluncur dari mulut Si Datuk: surga, kerajaan Allah, nabi-nabi, ragam mukjizat... Dengan dongeng-dongeng yang '" ah, itukah yang membuat ia membayangkan ilaJang yang rim bun menyibak di sepanjang kiri-kanan jalan tanah itu bagai lautan yang dibelah oleh tongkat Musa? Sakai, 2005: 50).

    Datuk mendidik Janir dalam menjalankan ibadah sholatnya, dengan cara mewajibkan dia untuk melengkapi sholat yang lima waktu sehari semalam itu. Datuk tidak akan ragu-ragu mencambuk Janir dengan lidi, apa bila ada sholat atau kelakuan dia yang salah.

    " ... Segera ia ingat Datuk, kakak neneknya, yang akan sangat marah (dan tak jarang menyediakan lidi-cambuk) bila tabu salatnya tak lengkap ... " (Sakai, 2005: 25).

    "Aturan kebajikan, tuntunan, keharusan salat, cambuk, hukuman-hukuman, tak ada yang kau perdapat kecuaJi ketakutan ... " (Sakai, 2005:166).

    b. Konflik internal Janir dengan Mak Nuan

    Mak Nuan (adik laki-Iaki ibu Janir) juga mengajarkan pendidikan agama kepada Janir melalui tempat tarekat dan pengajian. Pengajian ito tidak hanya dilaksanakan di surau kampung mereka, tetapi juga di surau-surau kampung lain. Kehadirannya di tempat-tempat pengajian supaya dia lebih dikenal oleh angku, buya, guru, hal tersebutlah yang membuat Janir merasa terbebani.

    "Berbeda dari Datuk, Mak Nuan memang membebaskanya dari rasa takut dan cambuk. Tetapi, bal yang kemudian membuat ia juga terbebani, adalah ajakan (tepatnya: keharusan) mengikuti Si Mamak yang hampir tiap malam pergi ke pengajian. Bukan hanya di surau kampung mereka saja, tetapi juga di surausurau kampung Jain, ke tempat , " .' . : \ angku-angku, ke tempat buya-buya, yang di maJam-maJam tertentu menyelenggarakan balaqah. wirid-pengaj ian terbuka.

    152

  • Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014

    • Adapun tujuan Mak Nuan membawa Janir ke tempat-tempat tersebut adalah untuk mencontohkan kepada Janir, meskipun kesehariannya bekeIja sebagai kusir pedati tapi dia adalah pemuda beragama.

    Dibawanya kau ke tempat tarekat, ke pengajian haJaqah, yang tak ia mengerti, yang tak terpahami bahkan oleh kepalanya sendiri. Dibawanya pula kau ke angku-angku, ke buya-buya, ke orang-orang yang ia sebut gurunya, hanya untuk kebanggaan bahwa (walaupun kusir pedati) ia pemuda beragama dan begituJah mestinya pemuda kampungmu yang harus ditiru oleh remaja ingusan sepertimu... (Sakai, 2005: 166-167).

    c. Konflik internal Janir dengan Ibu Janir

    Ibu Janir mengajarkan pendidikan agama kepadanya dengan cara mengajak Janir untuk mengantarkan saudara jauh ayahnya ke Teluk Bayur untuk pergi haji. Adapun tujuan dari ibu Janir untuk mengajak Janir mengantar saudara jauh ayahnya ini ke Teluk Bayur adalah agar Janir termotivasi untuk melaksanakan rukun IsJam yang kelima tersebut.

    Ajakan dari ibunya tersebutlah yang membuat Janir berkeinginan untuk berhaji sete1ah dewasa, sebab dia merasa bangga telah bisa melanjutkan tradisi keluarga yang menyandang gelar haji.

    " ... Dan coba ingat, di lorong kepalamu, apakah yang pertama mengesankanmu tentang haji?".

    "Ya! Kau dibawa ibumu mengantarkan saudara jauh ayahmu melepas si saudara jauh Ayah ke Teluk Bayur pergi haji. Betapa membanggakanL Biasanya hanya tamili-famili terpilih, hanya saudara-saudara terpilih, yang diajak S1 ke1uarga caIon haji meJepas si cajon haji beramai-ramai ke pelabuhan".

    Bangga. Alangkah bangganya melihat kota. Bangga. Alangkah bangganya kalau kelak di kemudian hari juga bisa berhaji! Hanya itu, hanya itu isi benakmu, yang kau ceritakan ke kawan-kawanmu pagi sekali (coba kalau tiba kembali di kampung tak larut malam, akan kau cari kawan-kawanmu malam itu juga). 0, betapa beruntungnya kau dibawa Ibu ... (Sakai, 2005: 167).

    d. Konflik internal Janir dengan Guru Muqri

    Guru Muqri (sosok yang misterius) mengajarkan pendidikan agama kepada Janir melalui cerita dan kisah. Cerita dan kisah tersebut berupa doa Rabiah yang begitu lurus kepada Tuhan dan kemarahan Sang Guru kepada muridnya yang bersifat asosial dan egois dalam mencari maJam LaiJatuJ Qadar tanpa mementingkan hubungan antarmanusia.

    Cerita dan kisah berikutnya tentang orang kampung Janir yang bangga pergi berhaji karena warisan turun-temurun dari nenek moyang mereka bukan karena mencari ridho AJlah.

    "Berhari-hari, berminggu-minggu mereka berpacu, berbulan-bulan, bertahun-tahun mereka berpacu. Hanya berpacu. Serupa kesurupan. Seperti kesetanan. Ada air ada makanan tetapi mereka bagai tak haus juga tak lapar. Tak pernah mereka singgah. Ada halte ada stasiun tetapi mereka terus. Ada kehidupan ada kematian tetapi mereka ngebut di kesendirian.

    4. Klimak dalam Novel Ular Keempat , ..II;. : ~<

    Di Port Swettenham rombongan jemaah ini memindahkan barang bawaan mereka melalui pengangkut barang yang telah disiapkan. Rombongan yang lebih dulu

    153

  • Prina felly

    dipindahkan adalah rombongan Bima, yang disusul oleh rombongan Lombok dan Jawa Timur. Saat ito, hujan deras menyertai kepindahan mereka, ketika pemindahan belum selesai, tiba-tiba datang sebuah motor boat (dikendarai oleh dinas Imigrasi Malaysia), kemudian dia naik kapal dan melarang dinas imigrasi kapal Rupit untuk pindah ke kapal Gambela.

    Pemindahan belum selesai, hujan belum berhenti, ketika tiba-tib sebuah motor boat datang melaju menghampiri kami. Seorang bertubub besar, tinggi, berdasi, naik ke kapal dengan tangkas. "Stop pemindahan" katanya memberikan perintah kepada petugas imigrasi di kapal kami (Sakai, 2005: 43).

    Janir bertanya kepada petugas tersebut, mengapa mereka harus dilarang untuk pindah. Kata petugas itu, ini adalah perintah atasan, kemudian Janir terpana, lalu Pak Thayeb menepuk bahunya (pundak), dan berkata bahwa pemerintah tetap menghendaki mereka untuk pulang.

    "Stop pemindahan?! Kenapa .. ? aku bertanya herall."

    "Kami hanye menjalankan tugas. Perentah atasan."

    Pak Alwi menjumpai Janir pada pagi hari untuk memberitahukan bahwa mereka pagi ini sudah dizinkan untuk pindah ke kapal Gambela, karena tadi malam dinas imigrasi kapal Rupit membawa berita, bahwa rombongan haji ini telah diperbolehkan untuk pindah ke kapal Gambela.

    " ... , Pak Alwi langsung menyambut: "Kabar gembira, Pak Janir! Pagi ini kita pindah!."

    "Pandanganku masih nanar, belum sepenuhnya sadar."

    "Pindah? ."

    "Ya! BegituJah berita tadi malam, tetapi kami tak mau membangunkan Pak Janir ... " (Sakai, 2005: 45).

    1. Plot Berdasarkan Kriteria U rotan Waktn dalam Novel Ular Keempat

    Novel Ufar Keempat memiliki plot sorot balik (flash-back). Uraian cerita dalam novel ini berurutan dari awal sampai akhir, tetapi memunculkan kilas balik masa lalu kehidupan tokoh, yaitu kehidupan tokoh pada masa kecil. Selain itu, dalam cerita juga ditampilkan mimpi dan ingatan-ingatan pada suatu peristiwa masa lalu dan pada masa sekarang. Dalam hal ini dapat ditampilkan melalui gambar dalam bentuk skema di bawah ini:

    I>1------A------B------2------~

    Dl berupa awal penceritaan yaitu keberangkatan rombongan haji dengan kapal Rupit, melalui biro petjalanan ''Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husami (Himpunan Muslim Indonesia). PaspoT yang digunakan Tombongan jemaah haji tersebut bertuliskan "Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di musim haji. A, B, dan 2, dibuat untuk menegaskan pertalian dari kronologis dengan I>l.~, adalah kelanjutan berlangsungnya peristiwa cerita awal I>l yang berintikan .kebencian tokoh Janir terhadap kekuatan dan kekuasaan yang mengakibatkan terciptanya kelas dan keterpisahan (kesenjangan sosial antara pusat dan daerah), akibat dari peristiwa tersebut Janir mencarijati dirinya melalui berhaji dan berhaji kembali.

    :'<

    154

  • 2. Tokoh dan Penokohan

    a. Tokoh Utama

    .' Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014

    Janir dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai dihadirkan sebagai tokoh Utama, yang memiliki karakter protagon is sekaligus antagonis.

    b. Tokoh Tambahan

    Tokoh tambahan dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai adalah sebagai berikut:

    - Datuk

    Datuk adalah kakak dari nenek Janir. Datuk tidak menikah sampai di usia tuanya. Datuk menempati rumah bulek bersama Mak Nuan. Dari Datuk, Janir mengenal kisah surga, kerajaan Allah, nabi-nabi, ragam mukjizat. Datuk adalah seorang laki-laki tua yang kelihatannya nyinyir dan lebih banyak tinggal di rumah. Datuk merupakan orang yang sangat ditakuti oleh Janir.

    - MakNuan

    Mak Nuan merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam kehidupan Janir, karena dia pernah tinggal bersama Mak Nuan di rumah bulek. Mak Nuan adalah adik laki-laki ibu Janir yang bertipe gembira. Dia membebaskan Janir dari lidi dan cambuk, tetapi dia mengharuskan Janir mengikutinya ke pengajian setiap malam. Pengajian itu tidak hanya di surau kampung mereka, tapi juga di surau-surau kampung Jain dan ke tempat angku-angku dan buya-buya yang mengadakan pengajian (halaqah, wirid) pada malam-malam tertentu. Mak Nuan bekerja sebagai kusir pedati. Dari pekerjaannya ini, membuat dia banyak dikenal oleh angku, buya, guru di banyak kampung, surau, perguruan dan pengajian. Selain itu, diajuga anggota partai politik daerah. Dari pekerjaan Mak Nuan itulah, menyebabkan Janir kehilangan seluruh keluarganya. Ketika perang antara PRRI dengan APRI, kusir pedati adaJah sosok pribumi yang paling dicurigai oleh APRI.

    - Buya Daruwih

    Buya Daruwih adalah garin dan guru mengaji di surau kampung Janir. Sebagai guru mengaji, Buya Daruwih sangat disiplin terhadap murid-muridnya. Murid-muridnya tidak diizinkan ikut mengaji, jika murid tersebut tidak melaksanakan shoJat Isya berjemaah. Janir adalah salah satu muridnya yang senang belajar dengan Buya Daruwih.

    - GuruMuqri

    Guru Muqri adalah seorang Syekh yang memiliki mata, alis, jenggot yang telah memutih dan bersih terjulai halus, yang memancarkan kesan tulus di raut wajahnya. Janir bertemu Guru Muqri di Raudah. Guru Muqri membetulkan lafal huruf dal dan dhod Janir. Se1ain itu, Guru Muqri membacakan puisi, kisah, riwayat dari sufi-sufi yang terkenal pada abad ke-13. Guru Muqri juga menjanjikan kepada Janir tiga cerita, jika Janie kembali untuk berhaji.

    - Orang Tua Janir

    Orang tua Janie merupakan sosok orang tua yang sangat mencintai, menyayangi anak dan adiknya. Ibu Janir adalah perempuan yang pemberani. Ibu Janie berani meIl!lbalas dendam ataskematian adik lelakinya yang dibunuh oleh'tentara pusat (APRI), karena dituduh sebagai mata-mata PRRI.

    155

  • Prina felly

    c. Tokoh sedehana dan Tokoh Bulat - Ayai

    Ayai dihadirkan sebagai sosok tokoh sederhana dalam novel ini, karena dia adalah Istri dari Mak Lian (pemilik tepau), tempat Janir bersiasat ketan goreng. Ayai adalah perempuan tua dan bertubuh kecil. Ayai merupakan orang yang membuat dada Janir berdebar, karena matanya seperti tahu akan siasat ketan goreng Janir.

    - Pengunjung Lepau Mak Lian

    Pengunjung tepau Mak Lian dalam Novel Ular Keempat ini memiliki karakter tokoh bulat, sebab dia memiliki atau mengungkapkan berbagai sisi kehidupan. Pengunjung tepau Mak Lian adalah orang-orang dewasa dan orang-orang remaja yang duduk di lepau tersebut. Pengunjung ini berasal dari golongan (jenis pekerjaan) yang berbeda-beda.

    3. Latar

    a. Latar Tempat - Kapal Rupit

    Kapal Rupit merupakan kapal yang membawa rombongan haji dari Bima, Lombok, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Kapal ini berlayar ke Singapura.

    - Darek

    Oarek merupakan kampung halaman Janir. Oi sinilah Janir menghabiskan masa kecil dan masa remajanya. Akan tetapi, Janir terpaksa meninggalkan kampung halamannya (;Derantau) setelah keluarganya dibunuh oleh APRl (tentara pusat). Janir tidak pemah kembali ke kampung halamannya itu.

    - Pelabuban Singapunl

    Pelabuhan Singapura adalah pelabuhan transit pertama bagi kapal Rupit. Oi pelabuhan ini, kapal Rupit menunggu kapal Ogan agar bisa berlayar bersama ke Port Swettenham (Pelabuhan Malaysia). Kapal Ogan membawa rombongan haji dari Jawa Tengah, Jawa Barat, OKI Jakarta dan seluruh sumatera. Rombongan haji kedua kapal tersebut mengalami kesulitan di pelabuhan ini. Mereka disuruh meninggalkan Singapura dan kembali ke Jakarta. Akan tetapi, rombongan haji terse but tidak bisa menerima keputusan pemerintah Singapura tersebut. Lima orang pemimpin rombongan haji menyakinkan kapten kapal untuk mengantarkan mereka ke Port Swettenham.

    - Pelabuhan Port Swettenham (pelabuhan Malaysia)

    Pelabuhan Port Swettenham merupakan pelabuhan transit kedua bagi kapal Rupit dan kapal Ogan. Di pelabuhan, rombongan haji ini akan dipindahkan ke kapal Gambela. Rombongan ini kembali mendapatkan kesulitan. Dinas imigrasi Malaysia melarang rombongan haji kapal Rupit dan kapal Ogan untuk memindahkan barang-barang ke kapal Gambela. Larangan tersebut atas perintah pemerintahan Indonesia, kemudian rombongan haji ini diperintahkan untuk kembali ke Jakarta. Akan tetapi, masalah ini berakhir begitu saja, rombongan haji kapal Rupit dan kapal Ogan boleh memindahkan barang ke kapal Gambela.

    Kapal Gambela

    Kapal Gambela merupakan kapal kedua yang ditumpangi oleh Janir dan rombongan haji kapal Rupit dan kapal Ogan. Kapal Gambela merupakan kapal negara China, yang membawa rombongan haji dari Indonesia. Kapal ini berlayar dari Pelabuhan Port Swettenham menuju Pelabuhan Jeddah. Rombongan haji inijuga pulang

    156

  • ke Indonesia dengan kapal Gambela ..

    - Pelabuhan Jeddah

    Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014

    Setelah empat belas hari di tengah lautan, kapal Gambela tiba di Pelabuhan Jeddah. Di peIabuhan, Rombongan ini mendapat perlakuan istimewa dari Pemerintah Saudi Arabia. Rombongan ini diizinkan untuk berlabuh terlebih dahulu di Pelabuhan Jeddah.

    - Madioatul Hujajaj

    Madinatul Hujajaj merupakan sebuah gedung besar yang bertingkat dua dan memiliki halaman yang luas. Madinatul Hujajaj merupakan Asrama Haji Saudi Arabia. Di sinilah rombongan haji kapaI Gembela menginap sebelum berangkat ke Mekkah. Rombongan ini menginap selama satu hari.

    - Mekah

    Mekah merupakan tempat melaksanakan ibadah haji. Di Mekah ini, terdapat latar pemondokan Syekh, Raudah, BaitulJah dan Masjid Nabawi Syarif Madinatul. Pemondokan Syekh merupakan tempat menginapnya rombongan haji kapal Gambela selama di Mekah.

    b. Latar Waktu

    Latar waktu novel ini dapat dikaitkan dengan peristiwa keberangkatan Janir ke Mekah dengan Kapal Rupit. Peristiwa itu teIjadi pada 16 Januari 1970 sampai 18 Maret 1970 dan ditutup den gao 7 Desember 1970 dengan keberangkatan Janir uotuk pergi haji untuk ketiga kalinya. Latar waktu sudah tertera (diceritakan) dalam teks novel tersebut. Latar tahun 1970 diperkuat Jagi dengan kutipan berita dan komentar koran pada halaman 187 sampai 191 (Harian Nusantara, 27 Januari 1970 dan Harian Merdeka, 10 April 1970).

    c. Latar Sosial

    Novel Ular Keempat dilatari oleh sebuah masyarakat yang memiliki perekonomian kelas menengah ke atas, hal ini hanya dilaksanakan oleh orang yang mampu. Tokoh utama novel inipun adalah seorang pengusaha rumah makan di Surabaya yang mampu melaksanakan haji berkali-kali.

    Selain itu, latar sosial novel ini menceritakan seorang perantau dari daerah Darek yang bisa menjalankan ibadah haji pada setiap musim haji berturut-turut. Bagi orang kampung Janir pergi melaksanakan ibadah haji merupakan suatu kebanggan. Demikian juga dengan Janir. Hal ini menyebabkan Janir hanya merasakan candu berhaji, tetapi tidak bisa menangkap pesan moral yang terdapat dalam ibadah haji tersebut. Dapat dilihat pada kutipan berikut.

    - Sosial dan Budaya di Minaogkabau dalam Novel UlaT Keempat

    Sosial dan budaya yang terdapat dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai adalah masyarakat Minangkabau. Minangkabau terletak di dataran tinggi dibagian tengah Bukit Barisan, pegunungan yang membujur hampir sepanjang pulau Sumatra itu sendiri, tepatnya di Sumatra Barat, Indonesia.

    Di dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan bagaimana keadaan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau, yaitu berupa nama sapaan yang dipanggiJ bukan berdasarkan persis sebagaimana namanya, dan kata kulah, jarung, sati, angker, tasapo yang berkaitan dengan mitos. Kata sapaan untuk panggilan hukan '. berdasarkan persis sebagaimana namanya.

    157

  • Prina Yelly

    DaJarn novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai ini juga rnenceritakan tentang sistern matrilineal, rurnah gadang, rumah bulek dan lapau. Sistern matrilineal adalah suatu sistern rnasyarakat yang rnengatur keturuanan berdasarkan garis keturunan ibu.

    4. Tema

    Tema yang terdapat dalam novel Ular Keempat adalah pergulatan batin seseorang ketika menjalankan ibadah haji. Pergulatan batin tersebut berawal dari paspor ilegal yang digunakan oleh rornbongan jernaah haji di kapal Rupit, oleh karena itu pernerintah menghalang-halangi perjalanan mereka. Tindakan pernerintah tersebut rnengingatkan Janir (tokoh utama) terhadap peristiwa di masa lalunya, yaitu peristiwa pernbantaian keluarganya oleh APID.

    5. Amanat atau Pesan Moral

    Ajaran moral yang terkandung dalam persoalan hidup dan kehidupan manusia yang terlihat dalam unsur-unsur religius dan religiositas tentang ibadah haji pada novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya.

    a. Hubungan Manusia dengan Tuban

    Huhungan rnanusia dengan Tuhan disebut juga dengan hablulrninallah (hubungan yang baik kepada Allah). Manusia sebagai makhluk ciptaan-nya, pastilah erat kaitannya dengan sang penciptanya, apa pun cara untuk berhubungan dengan sang pencipta pasti akan dilakukannya sebab rnanusia sangat membutuhkan Tuhan. Adapun cara berhubungan dengan Tuhan adalah rnelalui ibadah, ini dapat dilihat dalan novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai Janir (tokoh utama) berhubungan dengan Tuban dengan cara menjalankan rukun Islam yang kelima (haji). Dapat dilihat pada kutipan berikut.

    "Wahai Tuhanku, bilamana daku menyembah-Mu karena takut neraka jadikan neraka kediamanku dan biJamana daku menyembah-Mu karen a gairah nikmat surga maka tutupkan pintu surga selamanya bagiku" (Sakai, 2005: 114-]46).

    b. Hubungan Sesama Manusia

    Hubungan sesama manusia Manusia disebut juga dengan hablulminannas (hubungan yang baik kepada manusia). Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Manusia tidak akan pemah lepas dari manusia lain. Adapun bentuk hubungan sesama manusia yang terdapat dalam novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai ini adalah saling tolong-menolong dan menyuruh untuk berbuat baik. Dapat dilihat pada kutipan berikut.

    "Sesekali, kepadaku (ah, kepadaku! Tetapi, bukankah aku memang bisa?), ibu-ibu minta pelajaran manasik. Kuajari dan kutuntun semampuku" (Sakai, 2005: 59).

    c. Hubungan Manusia deugan Dirinya

    Hubungan manusia dengan dirinya dapat diJihat melalui cara dia bersikap, pandangan hidupnya, dan menentukan keinginan inilah yang mernbedakan dia dengan manusia lainnya. Hal ini dapat dilihat dalarn novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai. Dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

    "Telah lebih sebulan aku kembalj berada di rurnah. Rurnah rnakan yang selama ke Makkah kututup (ya anak-anak semang kuliburkan), beberapa rninggu lalu telah kubuka dan telah pula berjalan seperti biasa. Alhamdullillah, langganan yangselama dua bulan lebih entah rnakan di mana, kini telah kern bali ke ternpat kami. Jika natrti kembali terpanggil pergi '·berhaji (ah!), mungkin harns

    158

  • -------------------------------------------------------------------_.

    ",

    ~.

    Kajian Linguis(i/c, Tahun Ke-ll, No 1, Februari 2014

    kupertimbangkan untuk tidak tutup, memberikan kepercayaan kepada anak-anak semang".

    6. Sudut Pandang

    Sudut pandang dalam novel Ular Keempat ini adalah orang pertama, yaitu tokoh utama yang mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hUbungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si "aku"menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Tokoh "aku" dalam penelitian ini adalah Janir. Janir mengalami berbagai peristiwa dalam cerita ini.

    Peristiwa pertama, yaitu diskriminasi yang dilakukan pemerintah terhadap kapal Gambela tersebut bertujuan untuk melakukan reformasi radikal di bidang keberangkatan ibadah haji karena sebelumnya pada masa Orde Lama pihak swasta diberi wewenang, namun sejak tahun 1967 kewenangan itu secara sistematis diambil alih oleh pemerintah yang kemudian diarahkan pada kebijakan monopoJi.

    Oleh sebab itu, pemerintah berusaha untuk menggagalkan keberangkatan para jemaah haji ini dengan cara paksa. Di singapura pemerintah tetap memaksa para jemaah ini untuk kembali ke tanah air, kemudian kapal tersebut berputar arah menuju ke Malaysia. Di Malaysia jamaah haji ini juga dipaksa turun dari kapal, di bawah ancaman deadline dan disuruh untuk kembali ke tanah air. Namun berkat diplomasi dari tokoh-tokoh Islam di tanah air, maka para jemaah ini hasil melanjutkan keberangkatan mereka ke Jeddah. Dapat dilihat pada kutipan berikut.

    " ... Dan merdeka? Bahkan, di paspor kami ada cap teba} persegi panjang berhuruf capital: Perhatikan! Paspor ini tidak berlalu untuk negara Arab Saudi di musim haji" (Sakai, 2005: 2).

    Peristiwa kedua Janir menjadi korban akibat keganasan tentara pusat yang membabi buta. Akibat peristiwa itu, Janir sangat benci pada kekuatan dan kekuasaan yang menyebabkan terciptanya semacam kelas dan keterpisahan. Dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

    Sangat buruk kenangan itu, dan aku sebetulnya tak mau mengingatnya. Sampai kini aku benci, muak pada segala kekuatan atau kekuasaan yang menyebabkan terciptanya semacam "kelas" dan keterpisahan. Tentara-rakyat; si kuat-si lemah; kaya-miskin; suku besar-suku kecil, sungguh toloL (Sakai, 2005: 10).

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Dapat disimpulkan bahwa gambaran umum dalam novel Ular Keempat berupa unsur intrinsik. Adapun unsur instinsik yang dikaji adalah plot dan pemplotan, tokoh dan penokohan, latar, tema, amanat atau pesan, dan sudut pandang yang terdapat dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai.

    Saran

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi barn bagi peneliti-peneliti selanjutnya, tentunya dengan menggunakan pendekatan atau teori yang .. berbeda. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

    159

  • Prina felly

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus, Bustanuddin. (2003). Sosiologi Agama. Padang: Universitas Andalas.

    Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Elronomi, Kebijakan, Politik, dan llmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prananda Media Group.

    Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. eet Ke-4. Ed Revisi. Y ogyakarta: Media Pressindo.

    Esten, Mursa1. (] 984). Krilik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.

    Fananie, Zainuddin. (2000). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

    Gaffas, Badrut Taman. (2008). "Menuai Hikmah dar; Perisliwa Kapal Gambela". http://www.voy.com. Akses Minggu, ]3 Maret 2011.

    Kayo, FadliIlah Malin Sutan. (2007). "Ibadah Haji dalam Pandangan Sastra". Singgalang Minggu, 16 Desember 2007.

    Laporan Akhir. Evaluasi Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Persaingan Usaha dalam Rancangan Perubahan Undang-undang no. 17/1999 tentang Penyelenggaraan Haji. http://www.kppu.go.id. Akses Rabu, 28 April 2011.

    Luxemburg, Jan Van, dkk. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

    Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teor; Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

    Universiti Press.

    Sakai, Gus TF. (2005). Ular Keempat. Jakarta: Kompas.

    Semi, A. (1988). Ana/omi Sastra. Padang: Angkasa Raya

    Sudjiman, Panuti. (1991). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

    Waluyo, J. Herman. (1994). Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University

    Press.

    Wellek, Rene dan Austin Warren. (1989). Teori Kesussastraan. Jakarta: Gramedia.

    Luxemburg, Jan Van, dkk. (1984). Pengantar llmu Sastra. Jakarta: Gramedhi.

    160