131
KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKAKARYA WIDI WIDAJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : Khoirul Umam C. 0101033 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

  • Upload
    letuyen

  • View
    254

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL

“ASMARA TANPA WEWEKA” KARYA WIDI WIDAJAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Khoirul Umam C. 0101033

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009

Page 2: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL “ASMARA TANPA WEWEKA”

KARYA WIDI WIDAJAT

Disusun oleh : Khoirul Umam

C0101033

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. Sumarlam, M. S. NIP. 131695221

Pembimbing II

Drs. Yohanes Suwanto, M. Hum. NIP. 131695207

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP. 131695222

Page 3: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL “ASMARA TANPA WEWEKA”

KARYA WIDI WIDAJAT

Disusun oleh Khoirul Umam

C0101033

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 30 April 2009

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua …………..

Sekretaris ………......

Penguji I Dr. Sumarlam, M. S. .……….... NIP. 131695221 Penguji II Drs. Yohanes Suwanto, M. Hum. ………....... NIP. 131695207

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A. NIP. 131472202

Page 4: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

PERNYATAAN

Nama : Khoirul Umam NIM : C0101033

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Kajian Kohesi, Koherensi, Konteks, dan Inferensi dalam Novel Asmara Tanpa Weweka Karya Widi Widayat adalah betul-betul karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda/ kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 30 April 2009

Yang membuat pernyataan,

Khoirul Umam

Page 5: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

MOTTO

Menyelesaikan satu masalah berarti telah mencegah seratus kesulitan yang mungkin terjadi

(Confusius)

Kebutuhan tertinggi manusia adalah eksistensi diri, kebutuhan untuk diakui (Abraham Maslow)

Page 6: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku atas segala kasih sayang, perhatian dan

pengorbanannya.

2. Kakak-kakakku yang tercinta.

3. Rekan-rekan Sastra Daerah Angkatan 2001

Page 7: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih sayang-Nya yang

besar, sehingga pada saat ini dengan kehendak-Nya menganugerahkan sebuah

kenikmatan dengan selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Begitu banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam

menyusun skripsi ini, namun berkat arahan, bimbingan, serta bantuan dari semua

pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Drs. Sudarno, MA., selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah

mengijinkan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra

Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Dra. Sri Mulyati, M. Hum., selaku Pembimbing Akademis yang telah

memberi bimbingan selama menempuh studi.

5. Dr. Sumarlam, M. S., selaku Pembimbing Pertama yang dengan penuh

kesabaran serta ketelitian mengarahkan dan mendorong semangat untuk

segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 8: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

6. Drs. Y. Suwanto, M. Hum., selaku Pembimbing kedua, yang dengan penuh

kesabaran serta perhatian dan ketelitiannya telah memberikan arahan,

bimbingan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmunya sebagai bekal

yang bermanfaat.

8. Staf perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi

yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2001. Terima kasih atas

kebersamaan, kebahagian dan kasih sayang yang terjalin.

10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk

apapun semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan karunia-Nya atas

segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 30 April 2009

Penulis

Page 9: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Daftar Singkatan

ATW : Asmara Tanpa Weweka

BUL : Bagi Unsur Langsung

h : halaman

B. Daftar Tanda

‘…’ : Menyatakan terjemahan dari satuan lingual yang disebutkan

sebelumnya.

…. : Tanda titik-titik maksudnya ada kalimat yang dihilangkan.

/ : Garis miring adalah menyatakan atau.

* : Menyatakan satuan lingual yang tidak gramatikal.

Ø : Menyatakan satuan lingual yang dilesapkan

{ } : Satuan lingual dalam kurung kurawal bisa saling menggantikan

Page 10: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Riwayat Hidup Widi Widayat .................................................... 114

B. Karya – karya Widi Widayat ..................................................... 116

Page 11: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................... i

PERSETUJUAN ....................................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................ iii

PERNYATAAN ........................................................................................ iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

ABSTRAK ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................... 5

C. Rumusan Masalah ........................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................ 6

E. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 8

A. Pengertian Wacana ............................................................ 8

B. Jenis Wacana Bahasa Jawa ............................................... 11

C. Sarana Keutuhan Wacana ................................................. 13

1. Kohesi ............................................................................ 14

Page 12: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

a. Kohesi Gramatikal .................................................... 15

1). Referensi ............................................................. 15

2). Penyulihan .......................................................... 17

3). Pelesapan ............................................................ 17

4). Perangkaian ........................................................ 18

b. Kohesi Leksikal.......... .............................................. 20

1). Repetisi ............................................................... 20

2). Sinonimi .............................................................. 21

3). Antonimi ............................................................. 22

4). Kolokasi .............................................................. 23

5). Hiponimi ………………………………………. 23

6). Ekuivalensi …………………………………….. 24

2. Koherensi ...................................................................... 24

D. Konteks dan Inferensi ........................................................ 26

E. Pengertian Novel ............................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 31

A. Sifat Penelitian ................................................................. 31

B. Sumber Data dan Data ...................................................... 31

C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 32

D. Metode Analisis Data........................................................ 32

1. Metode Distribusional ............................................... 33

2. Metode Padan ........................................................... 35

3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data........................ 36

Page 13: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB IV ANALISIS........................................................................... 37

A. Kohesi............................................................................... 37

1. Penanda Kohesi Gramatikal ........................................ 37

a. Pengacuan ................................................................ 37

1) Pronomina persona ............................................... 38

2) Pronomina demonstratif ....................................... 49

3) Pengacuan komparatif .......................................... 68

b. Penyulihan ................................................................ 71

c. Pelesapan .................................................................. 75

d. Perangkaian .............................................................. 75

2. Penanda Kohesi Leksikal............................................... 84

a. Pengulangan .............................................................. 85

b. Padan kata ................................................................. 86

c. Sanding kata .............................................................. 85

d. Hubungan atas-bawah ............................................... 88

e. Lawan kata ................................................................ 89

f. Kesepadanan atau paradigma .................................... 90

B. Koherensi.......................................................................... 92

1. Koherensi yang bermakna sebab-akibat ...................... 92

2. Koherensi yang bermakna penekanan ......................... 93

3. Koherensi yang bermakna lokasi/kala ......................... 94

4. Koherensi yang bermakna penambahan ...................... 95

5. Koherensi yang bermakna penyimpulan ...................... 96

Page 14: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

6. Koherensi yang bermakna pertentangan ...................... 97

C. Konteks dan Inferensi ....................................................... 98

1. Analisis Konteks Situasi .............................................. 98

a. Prinsip Penafsiran Personal ..................................... 98

b. Prinsip Penafsiran Lokasional ................................. 99

c. Prinsip Penafsiran Temporal ................................... 100

d. Prinsip Penafsiran Analogi ...................................... 101

2. Analisis Konteks Budaya ............................................ 101

3. Inferensi ...................................................................... 105

D. Kekhasan Wacana Novel ATW Karya Widi Widayat....... 107

BAB V PENUTUP ........................................................................... 110

A. Simpulan ......................................................................... 110

B. Saran................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 112

LAMPIRAN

Page 15: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

ABSTRAK

Khoirul Umam. C 0101033. Kajian Kohesi, Koherensi, Konteks, dan Inferensi dalam Novel Asmara Tanpa Weweka Karya Widi Widayat. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kohesi dalam wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat? (2) Bagaimanakah koherensi dalam wacana novel ATW karya Widi Widayat? (3) Bagaimanakah konteks dan inferensi dalam novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat? (4) Bagaimanakah kekhasan wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat? Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan kohesi dalam wacana novel berbahasa ATW karya Widi Widayat (2) Mendeskripsikan koherensi dalam wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat. (3) Menjelaskan konteks dan inferensi dalam novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat. (4) Mendeskripsikan kekhasan dari wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat. Kajian wacana diambil untuk mengungkapkan kohesi dan koherensi yang terdapat dalam novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat, serta mengungkapkan konteks dan inferensi dalam novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat. Teori struktural diambil untuk mengungkapkan mengenai analisis praktik wacana seperti yang terdapat dalam novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang sifatnya alamiah dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang, perilaku, atau data-data lainnya yang diamati oleh peneliti. Sumber datanya berupa naskah atau teks novel ATW karya Widi Widayat yang terbit tahun 1964 oleh Fa. Nasional Sala, sedang yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data tulis yang berbentuk kalimat-kalimat atau paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi dan koherensi dalam wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutannya teknik catat. Setelah data terkumpul data dianalisis dengan menggunakan metode distribusional dan metode padan.

Simpulan hasil penelitian ini yaitu, (1) Penanda kohesi wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat ada dua, yaitu kohesi gramatikal dan leksikal. Penanda kohesi gramatikal meliputi pengacuan, penyulihan, pelesapan, perangkaian. Sedangkan penanda kohesi leksikal meliputi pengulangan, padan kata, sanding kata, hubungan atas-bawah, lawan kata, kesepadanan atau paradigma. (2) Koherensi yang ditemukan dalam wacana novel ATW karya Widi Widayat yaitu koherensi yang bermakna sebab-akibat, bermakna penekanan, bermakna lokasi/kala, penambahan, penyimpulan, dan pertentangan. (3)Konteks dan inferensi yang ditemukan dalam wacana novel ATW karya Widi Widayat yaitu analisis konteks situasi, budaya, dan inferensi. (4) Adanya kekhasan wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat.

Page 16: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa hidup di dalam masyarakat dan dipakai oleh penuturnya untuk

berkomunikasi. Kelangsungan hidup sebuah bahasa sangat dipengaruhi oleh

dinamika yang terjadi dalam dan dialami penuturnya. Sebagai makluk sosial,

dalam hidup bermasyarakat, manusia tidak akan terlepas dari peristiwa

komunikasi. Alat komunikasi yang paling utama adalah bahasa, karena bahasa

digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Bagi masyarakat tutur Jawa,

bahasa Jawa merupakan sarana komunikasi yang digunakan untuk

mengungkapkan dan mengemukakan segala sesuatu yang menjadi buah pikiran

dan perasaannya.

Bahasa Jawa mempunyai kaidah pemakaian yang bersifat sistemis. Kaidah

atau aturan itu merupakan suatu himpunan patokan yang berdasarkan struktur

bahasa yang lebih dikenal dengan istilah tata bahasa. Tata bahasa terbagi dalam

lima bagian, yaitu tata bunyi (fonologi), tata kalimat (sintaksis), tata bentuk

(morfologi) dan semantik serta wacana. Sama halnya dengan alat komunikasi,

wacana juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu wacana tulis dan wacana

lisan. Yang termasuk wacana lisan bisa berupa ceramah, pidato, khotbah, siaran

berita berbahasa Jawa, tembang bahasa Jawa seperti macapat, geguritan, dan

karawitan. Wacana tulis dapat berupa surat kabar, majalah, buku-buku teks,

koran, naskah kuno dan sebagainya.

Page 17: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Penelitian ini berupaya mengupas isi keseluruhan novel sebagai suatu

wacana yang padu. Novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat dapat

dikategorikan sebagai wacana. Berdasarkan isi dan sifatnya, wacana dapat

diklasifikasikan sebagai jenis naratif, prosedural, hartatorik, ekspositorik, dan

deskriptif. Dari kelima jenis klasifikasi wacana tersebut, novel Asmara Tanpa

Weweka ini cenderung termasuk wacana jenis naratif dan deskriptif.

Wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau

menyajikan suatu kejadian melalui penonjolan tokoh atau pelaku (orang pertama

atau ketiga) dengan maksud memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca,

sementara wacana deskriptif pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang

memaparkan atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun

pengetahuan penuturnya.

Novel yang menjadi kajian dalam penelitian ini terdiri dari 52 halaman,

belum termasuk pengantar dan halaman pertama yang digunakan untuk penulisan

label Asmara Tanpa Weweka. Novel ini terdiri dari empat bab, yaitu bab pertama

Tentreming Swasana, bab kedua Kesandhung Godha, bab ketiga Ati Kang Rusak,

dan bab keempat Tuwa Musibat.

Penelitian mengenai wacana novel berbahasa Jawa cukup banyak

dilakukan. Berikut penelitian yang berhubungan dengan penelitian wacana

berbahasa Jawa :

Penelitian dengan judul Aspek Keterpaduan Wacana Bahasa Jawa dalam

Tiga Buah Cerkak (Sebuah Analisis Wacana dari Segi Kohesi dan Konstektual)

oleh Suranto (1994), membahas bentuk, fungsi, dan makna aspek keterpaduan

wacana yang terdapat dalam tiga buah cerkak dengan judul Bedhug, Klanthung

Page 18: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Sastrasintring, dan Si Wuragil. Bentuk aspek keterpaduan wacana yang terdapat

di dalamnya diwujudkan dengan alat kohesi yang berupa morfem, kata, frasa, atau

kalimat. Makna kalimat dalam cerkak tersebut diketahui secara lengkap dengan

analisis fungsional.

Analisis Wacana Cerpen (Suatu Pendekatan Mikro dan Makrostruktural)

oleh Y. Suwanto 1995, mendeskripsikan wacana cerpen yang berjudul Dia

Bernama Paijo karya Martua Radja Pane. Pendekatan makrostruktural berkaitan

dengan analisis wacana membahas mengenai pengacuan (referensi), penyulihan

(substitusi), pelesapan (elipsis), konjungsi (perangkaian) dan leksikon. Pendekatan

makrostruktural melibatkan situasi, kondisi, kepekaan terhadap konteks yang

melatarbelakanginya. Juga diungkap mengenai repetisi (pengulangan), kolokasi

(sanding kata), dan inferensi.

Analisis Wacana Naskah Drama Radio oleh Nunik Murni Rahayu (1998),

membahas mengenai kohesi dan koherensi, mendiskripsikan bentuk dan substitusi

penanda kohesi dan koherensi wacana drama radio dalam bahasa Jawa dengan

judul Jinising Janji karya Siti Aminah Subanto. Penelitian ini berupa skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Berikutnya adalah Analisis Wacana Puisi “Jaka Ijo lan Tresnawulan”

Karya N. Sakdani Tinjauan dari segi Konteks Kultural dan Situasi serta Aspek

Gramatikal dan Leksikal oleh Sumarlam. Analisis ini membahas konteks kultural

dan situasi dari puisi ini, dan juga aspek gramatikal dan leksikal yang terdapat

dalam puisi tersebut.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan

membahas mengenai penanda kohesi dan makna koherensi dalam wacana novel

Page 19: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

berbahasa Jawa berjudul Asmara Tanpa Weweka dengan alasan yang pertama

karena novel Asmara Tanpa Weweka merupakan novel yang mempunyai

karakteristik pada bahasa penulisannya yaitu pemakaian ejaan bahasa Jawa lama

tanpa adanya perbedaan aksara. Sehingga untuk dapat memahaminya, terlebih

dahulu harus mengetahui isi cerita dari novel tersebut. Yang kedua, dari aspek

kohesi dan koherensi novel Asmara Tanpa Weweka memiliki semua penanda

kohesi dan makna koherensi yang lengkap serta analogi prinsip penafsirannya

mempertimbangkan beberapa faktor yang erat hubungannya dengan konteks dan

inferensi. Selain itu peneliti juga ingin memahami kohesi dan koherensi dari

wacana tersebut.

Widi Widajat termasuk penulis dan pengarang cerita penghibur hati. Widi

Widajat dilahirkan di Imogiri pada 10 Mei 1928, telah banyak hasil dari karangan

ceritanya yang beredar. Adapun karya-karya novel dari Widi Widajat di antaranya

Prawan Semarang terbit tahun 1964 diterbitkan oleh Fa. Penerbit keluarga

Soebarno Solo, Prawan Kaosan terbit tahun 1973 diterbitkan oleh TB. K. S. Solo,

Dhawet Aju terbit tahun 1964 diterbitkan oleh Fa. Penerbit keluarga Soebarno, Sri

Detektif Penganten Wurung terbit tahun 1966 diterbitkan oleh CV. Keng

Semarang, Mursal terbit tahun 1966 diterbitkan oleh CV. Keng Semarang,

Paukumaning Pangeran terbit tahun 1966 diterbitkan CV. Dawud, Semarang,

Asmara Tanpa Weweka terbit tahun 1964 diterbitkan oleh Fa. Nasional Solo.

Page 20: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membahas mengenai wacana dalam novel berbahasa Jawa,

Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widajat pada aspek kohesi dan koherensi

sebagai unsur pembentuk keutuhan wacana serta konteks dan inferensi dalam

novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat yang merupakan aspek internal

wacana dan aspek eksternal yang melingkupi sebuah wacana serta inferensi

sebagai proses yang harus dilakukan oleh komunikan untuk memahami makna

yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh

komunikator.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kohesi dalam wacana novel berbahasa Jawa, Asmara tanpa

Weweka karya Widi Widajat?

2. Bagaimanakah koherensi dalam wacana novel berbahasa Jawa, Asmara

tanpa Weweka karya Widi Widajat?

3. Bagaimanakah konteks dan inferensi dalam novel berbahasa Jawa, Asmara

tanpa Weweka karya Widi Widayat?

4. Bagaimanakah kekhasan wacana dalam novel berbahasa Jawa, Asmara

tanpa Weweka karya Widi Widayat?

Page 21: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kohesi dalam wacana novel berbahasa Jawa, Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widajat.

2. Mendeskripsikan koherensi dalam wacana novel berbahasa Jawa, Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widajat.

3. Menjelaskan konteks dan inferensi dalam novel berbahasa Jawa, Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

4. Mendeskripsikan kekhasan dari wacana dalam novel berbahasa Jawa,

Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah teori linguistik, khususnya

teori wacana bahasa Jawa dan juga diharapkan dapat memberi masukan

bagi perkembangan teori lingusitik khususnya mengenai wacana bahasa

Jawa

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dan menambah

sarana teori psikolinguistik, kajian pragmatis, serta teori sosiolinguistik

sebagai jembatan untuk meneliti penelitian yang lain dan juga hasil

Page 22: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

penelitian ini akan membantu memperkaya dalam penggunaan aplikasi

linguistik, khususnya mengenai analisis wacana bahasa Jawa dalam

menganalisis sebuah karya sastra.

Page 23: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wacana

Sarana yang paling utama untuk memenuhi kebutuhan komunikasi adalah

bahasa. Secara garis besar sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua

macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi

yang berupa bahasa tulis. Dengan begitu wacana atau tuturan pun dibagi menjadi

dua macam, yaitu wacana tulis dan wacana lisan (Sumarlam, 2003: 1).

Banyak pengertian yang merangkai kata wacana ini. Dalam lapangan

sosiologi, wacana menunjuk terutama dalam hubungan konteks sosial dari

pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang

lebih besar daripada kalimat.

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hirarki gramatikal

merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan

dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan lain-

lain, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Harimurti

Kridalaksana 2001:179).

Wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti

sebagai berikut.

a. ucapan; perkataan; tuturan;

b. keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;

c. satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan

yang utuh, seperti novel, buku atau artikel (KBBI, 1988: 1005).

Page 24: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Kamus bahasa Inggris Webster’s New Twentieth Century Dictionary

(dalam Sumarlam, 2003: 5-6) menjelaskan bahwa kata discourse berasal dari

bahasa Latin discursus ’lari kian kemari’ (yang diturunkan dari dis ‘dari’ atau

‘dalam arah yang berbeda’, dan currere ‘lari’). Lebih lanjut dikatakan bahwa

wacana (discourse) dapat berarti:

a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ungkapan ide-ide atau gagasan-

gagasan; konvensi atau percakapan.

b. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau

pokok telaah.

c. Risalah tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah.

Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa wacana adalah pemakaian bahasa

dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan (berupa percakapan, ceramah,

kuliah, khotbah) maupun secara tertulis (seperti bahasa yang dipakai dalam tulisan

ilmiah, desertasi, dan surat).

Wacana adalah kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi di atas kalilmat

atau klausa yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, berkesinambungan,

mempunyai kohesi dan koherensi yang disampaikan secara lisan dan tertulis

(Henry Guntur Tarigan, 1987: 27). Secara teknis wacana ini dapat berupa pidato,

ceramah, novel, majalah, buku, paragraf alenia dan sebagainya. Oleh karena itu,

wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi

(Samsuri, 1987: 1).

James Deese dalam karyanya Thouhgt into Speech: the Psychology of a

Language (dalam Henry Guntur Tarigan, 1987: 25) menyatakan bahwa wacana

Page 25: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu

rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

Berdasarkan batasan di atas dapat diketahui bahwa sebuah wacana

menurut Deese harus memenuhi syarat sebagai berikut.

a. Merupakan seperangkat proposisi, yaitu konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicara.

b. Isi komunikasi itu harus saling berhubungan, arinya antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain saling berkaitan.

c. Keterkaitan antarproposisi itu menghasilkan rasa kepaduan, baik kepaduan bentuk maupun kepaduan makna.

Harimurti Kridalaksana (1993: 231), menjelaskan bahwa wacana

merupakan bagian dari tataran kebahasaan yang lebih luas dan lebih tinggi dari

kalimat. Beberapa ahli bahasa mengemukakan pendapat yang berbeda-beda

mengenai pengertian wacana, walaupun sebenarnya mengarah pada hal yang

sama.

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Abdul Chaer,

1994 : 267). Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep,

gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam

wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun.

Kelebihannya dari yang lain adalah Abdul Chaer memberikan argumentasi

atau alasan mengapa wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap dan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar seperti tampak pada penjelasan di atas.

Page 26: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

B. Jenis Wacana Bahasa Jawa

Wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar

pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai untuk

mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya.

Jenis-jenis wacana tersebut adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan, wacana diklasifikasikan menjadi : a. Wacana bahasa Jawa, yaitu wacana yang diungkapkan dengan bahasa

Jawa, yaitu wacana yang diungkapkan dengan menggunakan sarana bahasa Jawa. Apabila dilihat dari ragamnya, wacana bahasa Jawa terdiri atas ragam ngoko (ragam bahasa Jawa yang kurang halus, ragam rendah), krama (ragam bahasa Jawa halus, ragam tinggi), dan campuran dari kedua ragam itu.

b. Wacana bahasa Indonesia, yaitu wacana yang diungkapkan dengan bahasa Indonesia. Apabila dilihat dari ragamnya, wacana bahasa Indonesia terdiri dari ragam baku dan ragam takbaku.

c. Wacana bahasa Inggris, yaitu wacana yang diungkapkan dengan bahasa Inggris

d. Wacana yang diungkapkan dengan bahasa lainya 2. Berdasarkan media yang diungkapkan maka wacana dapat dibedakan

menjadi : a. Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis

atau media tulis. Wacana tulis ini dalam referensi bahasa Inggris disebut oleh sebagian ahli dengan written discourse dan sebagiannya lagi dengan istilah written text.

b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan.

3. Berdasarkan jenis pemakaiannya dapat dibedakan atas : a. Wacana monolog (monologue discourse) yaitu wacana yang

disampaikan seorang diri tanpa melibatkan secara langsung kepada orang lain untuk ikut berbicara dan pembicaraannya dilakukan dengan sendiri. Wacana monolog sifatnya tidak interaktif (non-interactive comunnication).

b. Wacana dialog (dialogue discourse) yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog sifatnya dua arah dan masing-masing perilaku secara aktif ikut berperan di dalam komunikasi tersebut sehingga disebut komunikasi interaktif (interactive communication).

4. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya pada umumnya wacana diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu : a. Wacana narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau

ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.

b. Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan menggambar-kan atau memberikan sesuatu menurut apa adanya.

Page 27: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

c. Wacana eksposisi, yaitu wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku, berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

d. Wacana argumentasi, yaitu wacana yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran ide dan gagasannya.

e. Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasehat, ringkas dan menarik bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut (Sumarlam, 2003: 15-25).

Selain jenis wacana di atas, ada pula ahli yang mengklasifikasikan wacana

menurut cara penyusunan, isi dan sifatnya. Misalnya Llamzon dalam bukunya

Discourse Analysis (dalam Sumarlam, 2003: 20-21) menyebutkan wacana ada

yang bersifat naratif, prosedural, hortatorik, ekspositorik, dan deskriptif. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh atau pelaku (orang pertama atau ketiga) dengan maksud memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalu plot (alur).

2. Wacana prosedural merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak bolh dibolak-balik unsur-unsurnya karena urgency unsur terdahulu menjadi landasan unsur yang berikutnya. Wacana ini biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana sesuatu bekerja atau terjadi, atau bagaimana cara engerjakan sesuatu, misalnya bagaimana membongkar dan memasang mesin mobil atau bagian-bagian tertentu yang memerlukan prosedur seperti itu.

3. Wacana hortatorik adalah tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar lebih meyakinkan. Tokoh penting di dalamnya adalah orang. Wacana itu tidak disusun berdasarkan waktu, tetapi merupakan hasil atau produksi suatu waktu.

4. Wacana ekspositorik ialah rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskan lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya.

5. Wacana deskriptif pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yag memaparkan atau melukiskan, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainyapengamatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.

Page 28: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Melihat jenis-jenis wacana yang telah diuraikan di atas, maka novel

Asmara Tanpa Weweka termasuk jenis wacana naratif dan deskriptif yang pada

hakikatnya wacana dalam novel berbahasa Jawa merupakan satuan bahasa

terlengkap dan tertinggi, dan mempunyai daya ikat kohesi dan koherensi yang

tinggi yang berkesinambungan, diungkapkan dengan bahasa Jawa, berbentuk

wacana tulis, merupakan wacana campuran dan bersifat naratif dan deskriptif serta

mempunyai awal dan akhir yang nyata.

C. Sarana Keutuhan Wacana

Wacana bukan merupakan kumpulan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas. Kalimat-kalimat

dalam wacana merupakan gabungan antara pertautan bentuk (kohesi) dan perpaduan makna (koherensi), sehingga kalimat

satu dengan lainnya dalam wacana saling berhubungan membentuk kepaduan informasi atau gagasan. Dengan demikian

pembaca atau pendengar mudah mengetahui atau mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa bahwa ada semacam jarak

yang memisahkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Wacana yang baik dan utuh adalah wacana yang memiliki kohesi dan

koherensi tinggi. Kepaduan bentuk (kohesi) dan kepaduan makna (koherensi)

merupakan unsur hakikat wacana. Kohesi mengacu pada aspek bentuk dan

koherensi pada aspek makna (Henry Guntur Tarigan, 1987: 96).

1. Kohesi

Kohesi mengacu pada perpaduan bentuk. Kohesi menjadi aspek penting dan menjadi titik berat dalam suatu

wacana. Kohesi merupakan hubungan yang logis antara kalimat-kalimat dalam suatu teks atau wacana yang dinyatakan

secara struktur atau leksikal (Jos Daniel Parera, 1993:78). Pendapat ini menjelaskan bahwa kohesi merupakan hubungan

antara kalimat satu dan kalimat yang lain dan saling berkaitan. Dapat dikatakan bahwa kohesi merujuk pada pertautan

bentuk wacana.

Menurut Anton M. Moeliono (1988:343) yang dimaksud dengan kohesi adalah keserasian hubungan antara

unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik dan koheren.

Page 29: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa suatu teks atau wacana benar-benar bersifat kohesif bila terdapat

kesesuaian secara bentuk bahasa terdapat konteks (situasi dalam bahasa) (1993:97). Dalam pembentukan suatu wacana

yang kohesif dibutuhkan sarana dan alat-alat untuk membentuknya. Menurut Henry Guntur Tarigan ada dua tipe kohesi

yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis dan konjungsi.

Sedangkan kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, hiponim, serta ekuivalensi.

a. Kohesi Gramatikal

1). Referensi

Referensi (pengacuan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang

mengacu pada satuan lingual lain (suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, 2003:23).

Referensi merupakan ungkapan kebahasaan yang digunakan oleh seorang pembicara atau penulis untuk

mengacu kepada hal-hal yang dibicarakan atau ditulis. Referensi dibedakan menjadi dua yaitu referensi endofora dan

referensi eksofora. Referensi endofora adalah pengacuan pada kalimat atau bagian-bagian dalam konteksnya, sedangkan

referensi eksofora adalah pengacuan yang dilakukan dengan merujuk pada hal-hal di luar konteksnya. Pengacuan secara

endofora bersifat anaforis dan kataforis. Pengacuan endofora yang anaforis adalah pengacuan terhadap hal-hal yang telah

disebut di depannya. Pengacuan endofora yang kataforis adalah pengacuan terhadap hal-hal yang akan disebutkan

kemudian (Sumarlam 1996:53).

Bentuk-bentuk referensi tersebut berupa pronomina atau kata ganti. Adapun bentuk pronomina tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Pronomina Personal, yaitu kata ganti orang pertama, kedua, ketiga baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. kata ganti orang pertama, yaitu aku ‘saya’, kula ‘saya’, kawula ‘saya’ dalem ‘saya’. b. Kata ganti orang kedua, yaitu kowe ‘kamu’, panjenengan ‘anda’, sampeyan ‘engkau’. c. Kata ganti orang ketiga, yaitu dheweke ‘dia’, penjenenganipun ’beliau’, piyambakipun ‘beliau’.

2. Pronomina Demonstratif dibagi menjadi lima, yaitu : a. pronomina demonstratif substantif diantaranya, iki ‘ini’, iku ‘iku’, ika ‘itu’, niki ‘ini’, nika ‘itu’, punika

‘itu’, puniku ‘itu’ b. pronomina demonstratif lokatif diantaranya, kene ‘di sini’, kono ‘di sana’, mriki ‘di sini’, mrika ‘di

sana’ c. pronomina demonstratif deskriptif diantaranya, mangkene ‘demikian’, ngene ‘begini’, mangkono

‘demikianlah’, ngono ‘begitu’, makaten ‘demikian’ d. pronomina demonstratif temporal diantaranya, saiki ‘sekarang’, sapunika ‘sekarang’, mengko ‘nanti’,

mangke ‘nanti’ e. pronomina demonstratif dimensional diantaranya, semene ‘sekian’, semono ‘sekian’, semanten

‘sekian’. 3. Pronomina Perbandingan, di antaranya lir ‘seperti’, kaya ‘seperti’, kadi ‘seperti’, kadi dene ‘seperti halnya’,

prasasat ‘hampir’ dan lain sebagainya.

Contoh yang menunjukkan referensi yang berupa pronomina persona adalah:

(1) Mas iba rusaking atiku jen sliramu ora netepi djandji (ATW, h. 5) ‘Mas iba hancurnya hatiku jika dirimu tidak menepati janji’

(2) Mangkono uga djeng, tumrape aku ora beda (ATW, h. 6) ‘Begitu pula dengan saya jeng’.

Page 30: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Data (1) terdapat pengacuan pronomina persona orang pertama tunggal

lekat kanan yang mengacu pada Sukati, sedangkan aku pada data yang ke (2)

merupakan pronomina persona orang pertama tunggal bentuk bebas yang

mengacu pada Karmanto.

Contoh yang menunjukkan referensi yang berupa pronomina persona

adalah :

(3) Djalaran lungane ing esuk iki butuh menjang Tawangmangu. (h.4) ‘Sebab perginya pada pagi ini ingin ke Tawangmangu’.

Data (3) merupakan referensi yang berupa pronomina demonstratif lokatif

yang menunjuk secara eksplisit yaitu Tawangmangu.

(4) ing dadane si djaka iki bandjur kebak rasa mongkog lan mulja. (h. 8) ‘pada dadanya si bujang ini kemudian sangat senang dan gembira’.

Data (4) di atas merupakan referensi yang berupa pronomina demonstratif

lokatif yang mengacu dekat dengan penuturnya (Karmanto).

2). Penyulihan (Substitusi)

Substitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur

untuk memperoleh unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu

(Harimurti Kridalaksana, 2001:204). Subtistusi terletak pada gramatikalnya.

Subtitusi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu.

1. subtitusi nominal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa nominal (kata benda)

2. subtitusi verbal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa verbal(kata kerja)

3. subtitusi klausal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa klausa (Sumarlam, 2003: 27-28).

Page 31: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Contoh yang menunjukkan penyulihan (subtitusi) yaitu :

(5) Sukati nampani, banjur dibukak, Sukati rada kaget, djalaran ngerti yen buku kwitansi mau buku tjek saka sawidjining Bank. (h. 41) ‘Sukati menerima, kemudian dibuka, Sukati agak terkejut, sebab tahu kalau buku kwitansi tadi buku cek dari salah satu bank’.

Data (5) merupakan penggantian satuan lingual yang berkategori nomina

(kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina, yaitu buku

kwitansi dan buku cek.

3). Pelesapan (Elipsis)

Elipsis merupakan peniadaan kata atau satuan lainyang wujud asalnya

dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Harimurti

Kridalaksana, 1993: 101).

Elipsis atau pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan

sebelumnya. Unsur yang dilesapkan itu berupa kata, frasa, kausa, atau kalimat

(Sumarlam, 2003:30). Elipsis juga disebut sebagai pelesapan, yang terbagi

menjadi tiga di antaranya.

1. elipsis norminal, unsur yang dilesapkan berupa nominal (kata benda)

2. elipsis verbal, unsur yang dilesapkan berupa verba (kata kerja)

3. elipsis klausal, unsur yang dilesapkan berupa klausa (Harimurti

Kridalaksana, 1993: 101).

Contoh yang menunjukkan pelesapan (elipsis) adalah :

Page 32: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(6) Prihati ora wangsulan ketungkul olehe nangis. Ø nangisi marang kahanane. Ø nangis bareng kelingan jen betjak, sarta prija kang disanding iku dudu apa-apane, Ø atine bandjur krasa rikuh. (h. 15) ‘Prihati tidak menjawab karena tertutup oleh rasa tangis. Dia menangisi keadaannya yang sekarang. Prihati menangis setelah ingat kalau becak serta pria yang ada didekatnya itu bukan paa-apanya, Prihati hatinya kemudian merasa bingung’.

Data (6) terjadi pelesapan satuan lingual yang berupa pelesapan nominal

(atine ‘hatinya) dan pelesapan verbal (nangisi ‘meratapi’), sehingga tuturan itu

menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif).

4). Perangkaian (Konjungsi)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan

dengan cara menggabungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam

wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa,

kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu.

Konjungsi juga merupakan partikel yang dipergunakan untuk

menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,

kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Harimurti Kridalaksana,

1993: 117). Konjungsi terbagi menjadi enam bagian, yaitu:

1. konjungsi adversatif, di antaranya nanging ‘tetapi’ 2. konjungsi kausatif, di antaranya amarga ‘karena’, amargi ‘karena’ 3. konjungsi koordinatif, di antaranya lan ‘dan’, sarta ‘dan/ dengan’,

kaliyan ‘dengan’, utawa ‘atau’, utawi ‘atau’ 4. konjungsi korelatif, di antaranya embuh ‘tidak tahu’ 5. konjungsi subordinatif, di antaranya bilih ‘bila’, menawa ‘jika’,

menawi ‘jika’ 6. konjungsi temporal, di antaranya sadurunge ‘sebelumnya’,

saderengipun ‘sebeumnya’, sawise ‘sesudahnya’(Harimurti Kridalaksana, 1993: 117).

Contoh yang menunjukkan perangkaian (Konjungsi), adalah sebagai berikut

Page 33: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(7) Djalaran kakehan wong kang nunggang, sadela maneh bis wiwit mlaku. (h.4) ‘Karena banyaknya orang yang naik, sebentar lagi bis segera berjalan’.

(8) Bareng wis tekan ing alas pinus Karmanto lan Sukati bandjur lungguh djedjer ing watu gede. (h. 6) ‘Setelah sampai di Hutan pinus Karmanto dan Sukati kemudian duduk berdampingan di batu besar’.

Data (7), konjungsi djalaran ‘karena’ sekalipun berada pada awal kalimat

tetap berfungsi untuk menyatakan hubungan sebab-akibat. Selanjutnya pada data

(8), konjungsi lan ‘dan’ berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara

klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan

‘dan’ itu sendiri.

b. Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal repetisi (pengulangan), sinonim (persamaan kata), antonim

(lawan kata), hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi. Adapu pengertiannya adalah

sebagai berikut.

1). Repetisi (Pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris,

klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu :

1. repetisi epizeuksis, ialah pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut.

2. repetisi tautotes pengulangan satuan lingual (kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi.

Page 34: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

3. repetisi anaphora pengulangan satuan lingual (kata) yang berupa kata atau fraa pertama pada tiap baris atau kaliat berikutnya. Pengulangan pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi, sedangkan pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa.

4. repetisi epistrofa pengulangan satuan lingual (kata)/ frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut..

5. repetisi simploke pengulangan satuan lingual (kata) pada awal dan akhir beberapa baris/ kalimat berturut-turut.

6. repetisi mesodiplosis pengulangan satuan lingual (kata) di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.

7. repetisi epanalepsis pengulangan satuan lingual (kata) yang kata/ frasa terakhir dari baris/ kalimat itu merupakan pengulangan kata/ frasa yang pertama.

8. repetisi anadiplosis pengulangan satuan lingual (kata)/ frasa terakhir dan baris/ kalimat itu menjadi kata/ frasa pertama pada baris/ kalimat berikutnya (Sumarlam, 2003; 37-38).

Contoh yang menunjukkan repetisi (pengulangan) adalah sebagai berikut .

(9) Pemuda mau bandjur ngadeg, lan Sukati bandjur lungguh ing palungguhane pemuda mau karo ngutjapake panuwune, pemuda mau sawise menehake lungguhe marang Sukati bandjur ngadeg ing sandinge (h. 34) ‘Pemuda tadi lalu berdiri dan Sukati kemudian duduk di tempat duduknya pemuda tadi sambil mengucapkan terimakasih, pemuda tadi setelah memberikan tempat duduknya kepada Sukati kemudian berdiri di dekatnya’.

Data (9) terdapat pengulangan kata secara berturut-turut untuk

menekankan pentingnya kata tersebut di dalam konteks tuturan itu. Repetisi

seperti yang telah dicontohkan di atas dapat disebut sebagai repetisi epizeuksis.

2). Sinonimi (Padan Kata)

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain

(Abdul Chaer, 1990:85). Atau sinonimi dapat juga berarti bentuk bahasa yang

maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain, kesamaan itu berlaku bagi kata,

Page 35: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

kelompok kata atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim

hanyalah kata-kata saja (Harimurti Kridalaksana, 1993:198).

Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan

wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Berdasarkan

wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu

(1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan

kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliklnya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/

kalimat dengan klausa/ kalimat.

Contoh yang menunjukkan sinonimi (Padan Kata) adalah sebagai berikut.

(10) Aku saguh ndandani marang kaluputanku (h. 30) ‘Aku siap memperbaiki atas semua kesalahanku’

(11) Hawa Tawangmangu kang kepenak iku mrabawani marang rasane sakloron, ajem, tentrem lan mulja. (h. 7) ‘Udara Tawangmangu yang sejuk itu menyelimuti perasaan mereka berdua, tenang, tentram dan aman’.

Data (10), morfem (bebas) aku, bersinonim dengan morfem (terikat) ku.

Sedangkan pada data (11) kepaduan wacana tesebut antara lain didukung oleh

aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kata ayem, tentrem dan mulya

sehingga maknanya menjadi sepadan.

3). Antonimi (Lawan Kata)

Antonimi secara harafiah dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda

yang lain. Secara semantik antonym yaitu ungkapan yang maknanya dianggap

kebalikan dari ungkapan yang lain (Abdul Chaer, 1990 : 91). Atau antonimi dapat

disebut sebagai leksem yang berpasangan secara antonimi yaitu oposisi makna

Page 36: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. Contoh yang menunjukkan

antonimi adalah sebagai berikut.

(12) adja kadohan olehmu menggalih, duren – duren, krai ja krai. Bijen iku beda karo saiki (h. 7) ‘jangan terlalu jauh kamu berpikir, duren–duren, krai ya krai. Dulu berbeda dengan sekarang’

Data (12) di atas, terdapat antonimi yang berupa oposisi mutlak yaitu

pertentangan makna secara mutlak misalnya oposisi antara kata bijen ‘dulu’ dan

saiki ‘sekarang’. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi karena terdapat gradasi

di antara keduanya yaitu adanya realitas yang saling bertentangan. Kemudian

dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

(13) lan tumrape kang wis pada dadi tuwa, kang wis tau ngalami dadi enom (h. 8) ‘dan yang sudah menjadi tua, yang dulu pernah mengalami muda’

Tuturan (13), terdapat oposisi kutub antara “tua” dengan “muda”. “Tua”

dimungkinkan sebagai realitas karena dilengkapi kehadiran dari yang “muda”.

4). Kolokasi (Kata Sanding)

Kolokasi merupakan asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang

berdampingan dalam kalimat (Harimurti Kridalaksana, 2001: 113). Contoh yang

menunjukkan kolokasi (kata sanding) adalah sebagai berikut.

(14) Ora antara suwe deweke sakloron wis ngliwati kreteg, wong dodol sate lan limun ngetutake karo nawakake daganganne. Nanging Karmanto ora keguh, djalaran rumangsa eman. Djadjanan ing kono wis larang regane tur ora enak. (h. 6) ‘Tidak lama kemudian mereka berdua sudah melewati jembatan, orang jualan sate dan minuman mengikuti sambil menawarkan barang dagangannya. Namun Karmanto tidak menanggapi, karena merasa sayang. Dagangan yang ada di sana harganya mahal dan rasanya tidak enak’.

Page 37: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Data (14) di atas tampak pemakaian kata-kata jualan sate dan minuman,

menawarkan barang dagangannya, dagangan, harganya mahal yang saling

berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana.

5). Hiponimi (Hubungan atas Bawah)

Hiponimi adalah sama dengan sinonimi, hanya dalam hiponimi unsur

pengulangannya mempunyai makna yang mencakupi makna unsur pengulangan.

Pendapat lain mengatakan bahwa hiponimi merupakan hubungan dalam semantik

antara makna spesifiks dan makna genetik (Harimurti Kridalaksana, 2001:74).

Contoh yang menunjukkan hiponimi (hubungan atas bawah) adalah sebagai

berikut.

(15) Karmanto bandjur age-age mbajar betjak, gawane ditjandak tjeg-

tjeg terus djumangkah mlebu pekarangan. Nanging, bareng

lakune wis tekan ngarep lawang omah, karmanto meksa ora

weruh kumlebeting bodjone. ‘Karmanto segera membayar ongkos

becak, barang bawaannya dikeluarkan dengan cekatan kemudian

melangkah masuk halaman rumah’.

Data (15) diatas hiponiminya tercermin pada kata pekarangan (kebun) dan

omah (rumah) yang keduanya merupakan bagian dari bangunan tempat tinggal.

6). Ekuivalensi (Kesepadanan)

Ekuivalensi dalam wacana dapat berupa kata-kata yang maknanya

berdekatan dan merupakan lawan kata dari kesamaan bentuk hasil proses afiksasi.

Contoh yang menunjukkan ekuivalensi (kesepadanan) adalah sebagai berikut.

Page 38: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(16) Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening

bodjo kanti asih lan tresna iku. ‘Pria yang biasanya selalu bersama

istri dan dilayani oleh istrinya dengan penuh kasih saying itu’.

Data (16) diatas ekuivalensinya terletak pada kata asih (kasih) dan tresna

(sayang) yang mempunyai kesepadanan dari satu bentuk kata yang sama, yaitu

cinta. Sehingga dapat mendukung kepaduan makna wacana.

2. Koherensi

Pengertian koherensi tidak terlepas pada bahasa, keutuhan wacana lebih

banyak ditentukan oleh kesatuan maknanya, sedangkan kesatuan makna hanya

terjadi bila dalam wacana tersebut terdapat sarana-sarana koherensi yang mampu

mempertalikan kalimat-kalimat dalam wacana. Pentingnya isi suatu wacana

merupakan sarana yang ampuh dalam pencapaian koherensi di dalam wacana

berarti pertalian pengertian yang lain (Henry Guntur Tarigan, 1993: 32).

Sarana koherensi wacana dapat berupa referensi dan inferensi yang

berfungsi memperjelaskan dan mempertalikan makna kalimat dalam wacana.

Referensi merupakan ungkapan kebahasaan yang dipakai seorang pembicara

untuk mengacu kalimat-kalimat yang dibicarakan itu. Inferensi merupakan proses

yang dilakukan oleh pembicara atau pendengar untuk memahami makna yang

secara harafiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan (Moeliono, 1988:

358).

Penanda koherensi diwujudkan dalam bentuk kata yang muncul dalam

sebuah wacana. Penanda tersebut menggabungkan antara dua klausa atau lebih

Page 39: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

unsur bahasa dalam sebuah wacana yang menimbulkan makna sebab akibat.

Penanda-penanda koherensi itu antara lain :

a. Penanda koherensi yang bermakna sebab-akibat b. Penanda koherensi yang bersifat penekanan c. Penanda koherensi yang bermakna lokasi/ kala d. Penanda koherensi yang bermakna penambahan e. Penanda koherensi yang bermakna penyimpulan f. Penanda koherensi yang bermakna contoh atau misal g. Penanda koherensi yang bermakna pertentangan

Contoh yang menunjukkan penanda koherensi adalah sebagai berikut :

(17) Kang mangka njatane Karmanto mbage kawegatene marang Sukati lan Prihati. Deweke tansah mbudidaya murih bisa gawe senenge Prihati lan uga Sukati mulane uga bandjur dadi tjewet. (h. 20) ‘Yang pada kenyataannya Karmanto membagi segala perhatiannyanya kepada Sukati dan Prihati. dia ingin membinanya supaya bisa membuat senang Prihati dan juga Sukati yang kemudian menjadi benci’

Contoh di atas terdapat kekoherensifan yaitu adanya hubungan

penambahan lan, ‘dan’ uga ‘juga’ adanya penghubung kata ganti dheweke ‘dia’,

dan adanya penghubung koherensi yang bersifat seri/ rentetan yakni uga bandjur

‘juga kemudian’.

D. Konteks dan Inferensi

Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara

eksternal melingkupi sebuah teks. Berdasarkan pengertian di atas konteks secara

garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu konteks bahasa dan

konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut koteks, sedangkan konteks luar

bahasa (extra linguistic context) disebut “konteks situasi” dan “konteks budaya”,

atau “konteks” saja (Malinowski dalam Sumarlam, 2006 : 14).

Page 40: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan

degan berbagai prinsip penafsiran dan penafsiran prinsip analogi. Prinsip-prinsip

yang dimaksud adalah.

1. Prinsip penafsiran personal Berkaitan dengan siapa sesungguhnya yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa mitra tutur sangat menentukan makna sebuah tuturan.

2. Prinsip penafsiran lokasional Prinsip ini berkenaan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya situasi (keadaan, peristiwa dan proses) dalam rangka memahami wacana.

3. Prinsip penfsiran temporal Berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya, dapat ditafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya suatu situasi.

4. Prinsip analogi Prinsip ini digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra tutur, untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari sebuah wacana.

Page 41: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Pemahaman wacana melalui berbagai prinsip penafsiran dan analogi itu

tentu saja akan mempertimbangkan faktor-faktor penting sebagai berikut.

1. faktor sosial

2. situasional

3. kulural

4. pengetahuan tentang dunia (knowledge or world) (Sumarlam,

2003: 48-51).

Konteks merupakan dasar bagi inferensi. Yang dimaksud dengan inferensi

adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan (pendengar/ pembaca/ mitra

tutur) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat di dalam teks

yang diungkapkan oleh komunikator (pembicara/ penulis/ penutur). Atau dengan

kata lain, inferensi adalah proses memahami makna tuturan sedemikian rupa

sehingga sampai pada penyimpulan maksud dari tuturan. Untuk dapat mengambil

inferensi dengan baik dan tepat, harus dipahami tentang konteks dengan baik pula

karena pemahaman konteks diperlukan sebagai dasar pengambilan inferensi.

Bermacam-macam inferensi dapat diambil dari sebuah tuturan bergantung

pada konteks yang menyertainya. Imam Syafi’i (dalam Hamid Hasan Lubis, 1993:

58) membedakan empat macam konteks pemakaian bahasa, yaitu konteks fisik,

konteks epistemis, konteks linguistik, dan konteks sosial.

Konteks fisik (physival context) meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para

partisipan dalam peristiwa komunikasi itu. Konteks epistemis (ephistemic context)

yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks linguistik (linguistic context) terdiri atas tuturan-tuturan yang

Page 42: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

mendahului atau yangmengikuti sebuah tuturan tertentu dalam peristiwa

komunikasi. Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial yang melengkapi

hubungan antara penutur dengan mitra tutur (Sumarlam, 2003: 51-52).

E. Pengertian Novel

Sebutan novel yang masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella

(dalam bahasa Jerman novelle). Secara harafiah novella berarti sebuah barang

baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk

prosa. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama

dengan istilah Indonesia “novelet”, yang berarti karya prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Bahkan dalam

perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi

(Burhan Nurgiantoro, 1995: 9).

Istilah fiksi dalam pengertian ini adalah cerita rekaan atau cerita khayalan.

Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada

kebenaran sejarah. Karya fiksi, dengan demikian, menyaran pada suatu karya

yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada

dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada

dunia nyata (Burhan Nurgiantoro, 1995: 9).

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang

berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui

berbagai unsur instrinsik seperti peristiwa plot, tokoh (dan penokohan), latar,

sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajiner

(Burhan Nurgiantoro).

Page 43: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Penelitian ini mengambil novel berbahasa Jawa yang berjudul “Asmara

Tanpa Weweka” karya Widi Widayat sebagai objek kajian. Adapun cerita novel

Asmara Tanpa Weweka secara garis besar menceritakan mengenai problem

kehidupan rumah tangga antara tokoh yang bernama Karmanto dengan Sukati.

Sebelumnya Karmanto menjalin hubungan dengan Prihati, namun orang tua

Prihati tidak setuju jika putrinya menjalin hubungan dengan Karmanto, karena

Karmanto hanyalah laki-laki miskin yang tidak memiliki apa-apa. Hingga

akhirnya Karmanto menikah dengan Sukati. Pernikahannya dengan Sukati sangat

bahagia, hingga pada akhirnya Karmanto harus berpisah dengan Sukati karena dia

dipindah tugas dari Solo ke Surabaya. Di Surabaya, Karmanto tinggal di rumah

kost. Suatu hari tanpa diduga, Karmanto bertemu dengan mantan kekasihnya,

Sukati. Dalam pertemuannya, Sukati menceritakan perihal kehidupannya.

Ternyata Sukati dengan suaminya telah bercerai. Akhirnya hubungan Karmanto

dengan Sukati kembali dekat, hingga pada akhirnya mereka menikah tanpa

sepengetahuan Sukati. Sukati yang sedang hamil tua, gelisah karena Karmanto

yang jarang pulang.

Sukati bertekad menyusul ke Surabaya. Di Surabaya, Sukati harus

menerima kenyataan pahit bahwa suaminya telah menikah kembali. Karena sakit

hatinya, Sukati kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Solo. Pada

akhirnya Karmanto dengan Sukati bercerai. Sukati berdagang batik untuk

menyambung hidup setelah dia bercerai dengan suaminya. Suatu ketika, Sukati

bertemu dengan seorang laki-laki tua di sebuah bus. Laki-laki itu mengatakan

kalau dirinya adalah orang kaya raya, dan sekarang sedang mencari seorang

wanita untuk dinikahinya. Mendengar perkataan laki-laki tua itu, Sukati tergiur

Page 44: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

untuk menjadi istrinya, karena Sukati gelap harta. Sukati pun bersedia dinikahi

oleh laki-laki tua itu. Kemudian, laki-laki itu mengajaknya ke sebuah losmen di

Semarang. Di losmen itu, Pak Budjo nama laki-laki yang mengajak Sukati

memberikan cek senilai 5 juta kepada Sukati. Ketika akan makan di sebuah

restoran, Pak Budjo berdalih bahwa dompetnya tertinggal, dan meminta ijin untuk

mengambil dompetnya di kamar. Sukati yang tidak menaruh curiga sedikit pun

mempersilahkan Pak Budjo untuk mengambil dompetnya. Seketika itu pula, Pak

Budjo pergi meninggalkan Sukati sendiri di restoran dengan membawa tas Sukati

yang di dalamnya berisi uang 400 ribu. Melihat ulasan cerita yang telah

disampaikan di atas, dapat diambil sebuah pelajaran bahwa sebagai manusia

hendaknya juga harus waspada terhadap orang yang baru dikenal, jangan terlalu

mudah percaya dengan mulut manis orang yang tidak dikenal, agar kejadian

seperti yang dialami Sukati terulang.

Page 45: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB III

METODE PENELITIAN

Beberapa hal yang akan dijelaskan dalam metode penelitian, diantaranya

sifat penelitian, sumber data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil

analisis data.

A. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penyajian data

berdasarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan pada fakta-

fakta yang ada (Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1996: 4). Dalam penelitian

kualitatif ini data yang terkumpul berbentuk kata-kata. Penelitian ini berusaha

untuk mendeskripsikan data-data kebahasaan terutama mengenai tuturan-tuturan

sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya diolah

dengan cermat sehingga menghasilkan penafsiran yang kuat dan objektif.

B. Sumber Data dan Data

Suatu penelitian tentu diawali dengan pengumpulan data yang sesuai

dengan tujuan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya data yang memadai.

Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa naskah atau teks novel Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widajat, yang diterbitkan oleh Fa. Nasional-Sala

tahun 1964.

Data penelitian ini berupa data tulis yang berbentuk kalimat berbahasa

Jawa yang mengandung kohesi dan koherensi dalam wacana novel berbahasa

Jawa Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widajat.

Page 46: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

C. Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data menggunakan metode simak atau penyimakan.

Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan menyimak data

(Sudaryanto, 1998: 2). Tekniknya yang digunakan yaitu metode pustaka dengan

membagi wacana menjadi beberapa kalimat untuk dikelompokkan dan dianalisis

berdasarkan unsur pembentuknya kemudian diteruskan menggunakan teknik dasar

sadap dan teknik lanjutannya teknik catat. Teknik sadap yaitu untuk mendapatkan

data pertama-tama dengan segenap kecerdikan dan kemauan menyadap dari

sumber data tertulis berupa novel berbahasa Jawa dan teknik lanjutannya adalah

teknik catat yaitu pencatatan dari berbagai buku/ referensi yang berkaitan dengan

wacana novel.

D. Metode Analisis Data

Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan

fenomena (Fatimah Djajasudarma, 1993: 2). Penelitian ini akan mengkaji satuan

bahasa yaitu wacana. Kalimat-kalimat pembentuk wacana tidak dianalisis secara

sendiri-sendiri, tetapi dalam satu kesatuan wacana yang padu antara bentuk dan

maknanya. Metode yang digunakan dalam analisis data ini menggunakan metode

distribusional dan metode padan.

Page 47: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

1. Metode Distribusional

Metode distribusional adalah metode analisis data dengan alat

penentunya selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran

penelitian itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 16). Teknik dasar yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini

berfungsi untuk membagi satuan lingual menjadi beberapa unsur, dan unsur-

unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Teknik

BUL adalah awal kerja analisis data untuk membagi satuan lingual data-data

yang telah berhasil dikumpulkan menjadi beberapa unsur.

Adapun penerapan teknik BUL sebagai berikut.

(18) Pak Budjo mesem karo mantuk ngijani. Nuli tjlatune, kula boten bade

umuk nak, temenipun kemawon arta ingkang kula simpen ing Bank

punika langkung saking seket juta. Hara tjobi nak kula aturi

manggalih. Pun painggih kula boten rumaos owel manawi sadaja

banda kula wau bade dawah tijang sanes.

‘Pak Budjo tertawa sambil mengangguk membicarakan ceritanya, saya

tidak akan sombong nak, sebenarnya saja uang yang saya simpan di

bank itu lebih dari limapuluh juta. Coba nak saya persilakan berpikir.

Dah saya tidak merasa keberatan jika semua harta benda saya jatuh

kepada orang lain’

Pada data (18) terdapat penanda kohesi gramatikal pronominal

persona I tunggal kula ‘saya’ yang mengacu pada Pak Budjo. Merupakan

referensi endofora kataforis.

Page 48: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Kemudian data (18) dapat dibagi unsur langsungnya sebagai berikut.

(18a) Pak Budjo mesem karo mantuk ngijani. Nuli tjlatune, kula boten bade

umuk nak, temenipun kemawon arta ingkang kula simpen ing Bank

punika langkung saking seket juta.

‘‘Pak Budjo tertawa sambil mengangguk membicarakan ceritanya,

saya tidak akan sombong nak, sebenarnya saja uang yang saya simpan

di bank itu lebih dari limapuluh juta’

(18b) Hara tjobi nak kula aturi manggalih. Pun painggih kula boten rumaos

owel manawi sadaja banda kula wau bade dawah tijang sanes.

‘Coba nak saya persilakan berpikir. Dah saya tidak merasa keberatan

jika semua harta benda saya jatuh kepada orang lain’

Teknik lesap yaitu suatu unsur atau satuan lingual yang menjadi unsur

dari sebuah konstruksi yang dilesapkan atau dihilangkan serta akibat-akibat

struktur apa saja yang terjadi dari pelesapan, atau untuk mengetahui kadar

keintian unsur yang dilesapkan. Selanjutnya dianalisis dengan teknik lesap

sebagai berikut.

(18c) Pak Budjo mesem karo mantuk ngijani. Nuli tjlatune, Ø boten bade

umuk nak, temenipun kemawon arta ingkang Ø simpen ing Bank

punika langkung saking seket juta. Hara tjobi nak Ø aturi manggalih.

Pun painggih Ø boten rumaos owel manawi sadaja banda kula wau

bade dawah tijang sanes.

Kata aku ‘saya’ dalam data (18c) termasuk pronomina persona I, kata

aku ‘saya’ bila dilesapkan kalimat tersebut tidak gramatikal.

Page 49: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Kemudian data (18c) diuji dengan teknik ganti.

(18c) kula kawula boten bade umuk nak * aku * dalem

temenipun kemawon arta ingkang simpen ing Bank punika

langkung saking seket juta.

Dari analisis data (18c) kata kula ‘saya’ sebagai penanda pronomina

persona tunggal I diganti dengan aku ‘aku’ hasilnya tidak gramatikal karena

tingkat tuturnya berbeda yaitu aku ‘saya’ termasuk tingkat tutur karma.

2. Metode Padan

Metode padan ialah metode analisis data yang alat penentunya di luar,

terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan

(Sumarlam, 2006:71). Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode padan referensial dengan alat referen untuk mengetahui isi

cerita novel berbahasa Jawa Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

Analisis data pada penelitian ini bersifat kontekstual yaitu analisis data

dengan mempertimbangkan konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan

bahasa pada wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat,

sehingga pertautan wacana akan mudah dipahami dengan jelas.

Berikut contoh penerapan metode padan dalam wacana novel berbahasa

Jawa Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

kula kawula *aku *dalem

Page 50: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(19) Lumrahe wong jen ngadepi marang goda iku pantjen sok ora

rumangsa.Malah kadangkala dianggep nemu sawidjining

kanugrahan kang tanpa timbang.

‘Sudah sewajarnya orang yang sedang menghadapi cobaan itu tidak

merasakannya. Namun sering juga dianggap mendapatkan salah satu

keuntungan yang tanpa butuh pertimbangan’

Data (19) merupakan penanda koherensi dalam bentuk klausa yang

dapat dengan mudah dipahami maknanya ‘nemu sawidjining kanugrahan

kang tanpa timbang’ yang mempunyai maksud keberuntungan.

3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskriptif

dan metode informal. Metode deskriptif merupakan metode semata-mata

berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara

empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan adalah

paparan apa adanya, (Sudaryanto, 1993 : 62).

Metode penyajian informal yaitu penyajian hasil analisis data

menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami

(Sudaryanto, 1993 : 9).

Page 51: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB IV

ANALISIS

Bab ini meliputi pembahasan mengenai penanda kohesi yang berupa

kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal, serta koherensi bahasa Jawa dalam

wacana novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

A. Kohesi

Analisis pendekatan mikrotekstual terdiri dari aspek gramatikal dalam

sebuah wacana yang berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir bahasa.

Ada empat macam aspek gramatikal, yaitu pengacuan (referensi), penyulihan

(substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Selain aspek

gramatikal, ada aspek lain yaitu aspek leksikal, yakni hubungan antarunsur dalam

wacana semantis. Kohesi leksikal meliputi pengulangan (repetisi), padan kata

(sinonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), lawan kata

(antonimi), dan kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi). Berikut dalam

penelitian yang mengambil sebuah novel karya Widi Widayat, akan diuraikan satu

persatu mengenai aspek gramatikal serta aspek leksikal yang terdapat di dalam

novel Asmara Tanpa Weweka.

1. Penanda Kohesi Gramatikal

a. Pengacuan (Referensi)

Pengacuan atau referensi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal

yang berupa satuan lingual tertentu dan mengacu pada satuan lingual lain (atau

suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Ada tiga jenis kohesi

Page 52: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

gramatikal pengacuan di antaranya; pengacuan persona, pengacuan demontratif,

pengacuan komparatif. Berikut akan dibahas satu persatu mengenai ketiga jenis

pengacuan, yang terdapat pada novel berbahasa Jawa berjudul Asmara Tanpa

Weweka karya Widi Widayat.

1) Pronomina persona

Pengacuan atau referensi yang berupa persona yang ditemukan dalam

novel berbahasa Jawa “Asmara Tanpa Weweka” mencakup persona pertama,

kedua, dan ketiga dalam bentuk bebas maupun terikat, baik tunggal maupun

jamak. Adapun bentuk pronomina tersebut adalah sebagai berikut.

(a) Kata ganti orang pertama, yaitu aku ‘saya’, kula ‘saya’, kawula

‘saya’ dalem ‘saya’.

(b) Kata ganti orang kedua, yaitu kowe ‘kamu’, panjenengan ‘anda’,

sampeyan ‘engkau’.

(c) Kata ganti orang ketiga, yaitu dheweke ‘dia’, penjenenganipun

’beliau’, piyambakipun ‘beliau’.

1.1. Pronomina persona pertama.

Pronomina personal orang pertama yaitu pronomina kata ganti orang

pertama bisa berbentuk terikat maupun bebas. Adapun bentuk tersebut dapat

diamati pada kutipan dalam novel ini.

(1) Karmanto kang rumangsa ora dipretjaja rada anjel atine, wusana panantange : Djeng Ti kurang pretjaja? Aku wani sumpah. Lho tho! Kok bandjur arep sumpah. Lha djeneh sliramu kok maido. Ora kok maido ngono. Mung kuwatir jen lija dina sliramu bandjur lali. Karmanto mesem, muli tjlatune: Sliramu ki katik tjilikan aten temen.

Page 53: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Dakkira ora mung aku mas, nanging saben kenja lan wanita tansah sumelang. Djalaran lumrahe, kang gampang kena ing goda iku prijaji kakung (ATW/5/1964). ‘Karmanto yang merasa tidak dipercaya jengkel hatinya, lalu katanya : Dik Ti tidak percaya? Aku berani bersumpah. Tuh kan! Malah sumpah-sumpah segala. Karena kamu selalu menyangkal. Bukannya tidak percaya begitu. Hanya saja khawatir jika lain hari kamu kemudian lupa. Karmanto tersenyum, lalu dia berkata: Kamu itu kok selalu merajuk. Saya kira bukan hanya aku saja mas, tetapi setiap gadis atau wanita pasti akan khawatir. Karena biasanya, yang mudah tergoda itu laki-laki’

Pronomina yang terdapat pada data di atas adalah kata aku ‘saya’ yang

merupakan pronomina persona I tunggal bentuk bebas, selain itu juga terdapat

enklitik –mu ‘kamu’ yang merupakan pronomina persona I terikat lekat

kanan. Bentuk aku ‘saya’, mengacu pada tokoh Karmanto sedang enklitik-mu

‘kamu’ mengacu pada tokoh Sukati. Dengan ciri-ciri tersebut maka aku ‘

saya’, -mu ‘kamu’ merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora

yang anaforis.

Kemudian data di atas diuji dengan teknik BUL yakni wacana di atas

dibagi unsur langsungnya menjadi tiga bagian:

(a). Karmanto kang rumangsa ora dipretjaja rada anjel atine, wusana panantange : Djeng Ti kurang pretjaja? Aku wani sumpah. ‘Karmanto yang merasa tidak dipercaya jengkel hatinya, lalu katanya : Dik Ti tidak percaya? Aku berani bersumpah’.

(b). Lho tho! Kok bandjur arep sumpah. : ’Tuh kan! Malah sumpah-sumpah segala.’

(c). Lha djeneh sliramu kok maido. (d).Ora kok maido ngono. ‘Bukannya tidak percaya’. (e). Mung kuwatir jen lija dina sliramu bandjur lali. ‘Hanya khawatir

saja kalau di lain hari kamu akan lupa’. ‘Karena kamu selalu menyangkal.’

(f). Dak kira ora mung aku mas, nanging saben kenja lan wanita bakal sumelang. ‘Aku kira bukan hanya aku saja, namun setiap wanita pasti akan khawatir’.

Page 54: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(g). Karmanto mesem, muli tjlatune: Sliramu ki katik tjilikan aten temen. ‘Karmanto tersenyum, lalu dia berkata: Kamu itu kok selalu merajuk.’

(h). Dakkira ora mung aku mas, nanging saben kenja lan wanita tansah sumelang ‘Aku kira bukan hanya aku saja mas, tetapi setiap gadis atau wanita pasti akan khawatir.’

(i). Djalaran lumrahe, kang gampang kena ing goda iku prijaji kakung ‘Karena biasanya, yang mudah tergoda itu laki-laki’

Kemudian data-data di atas diuji dengan teknik lesap dan teknik ganti

menjadi sebagai berikut.

(e). Karmanto kang rumangsa ora dipretjaja rada anjel atine, wusana panantange : Djeng Ti kurang pretjaja? Aku wani sumpah. Lho tho! Kok bandjur arep sumpah. Lha djeneh sliramu kok maido. Mung kuwatir jen lija dina Ǿ bandjur lali. ‘Hanya khawatir jika lain hari Ǿ akan lupa

(f) Karmanto mesem, muli tjlatune: Sliramu ki katik tjilikan aten temen. Ǿ kira ora mung Ǿ mas, nanging saben kenja lan wanita bakal sumelang. ‘Karmanto tersenyum, lalu dia berkata: Kamu itu kok selalu merajuk Ǿ kira tidak hanya Ǿ mas, namun setiap wanita pasti akan khawatir’.

Hasil analisis data di atas dengan teknik lesap ternyata pronomina

persona pertama aku ‘ saya’, enklitik –mu ‘kamu’ wajib hadir. Jika

pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan

tidak berterima.

Data selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona

pertama aku ‘ saya’, enklitik –mu ‘kamu’ menjadi sebagai berikut.

(e). Karmanto kang rumangsa ora dipretjaja rada anjel atine, wusana panantange : Djeng Ti kurang pretjaja? Aku wani sumpah.

Lho tho! Kok bandjur arep sumpah. Lha djeneh sliramu kok maido. Mung kuwatir jen lija dina {sliramu,*kowe, *sampeyan} bandjur lali. ’Karmanto yang merasa tidak dipercaya jengkel hatinya, lalu katanya : Dik Ti tidak percaya? Aku berani bersumpah. Tuh kan! Malah sumpah-sumpah segala.

Page 55: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Karena kamu selalu menyangkal. Hanya khawatir kalau di lain hari {kamu, *kamu, *kamu}akan lupa’.

(f) Karmanto mesem, muli tjlatune: Sliramu ki katik tjilikan aten temen.

Dak kira ora mung {aku, *kula, *dalem} mas, nanging saben kenja lan wanita bakal sumelang. ‘Karmanto tersenyum, lalu dia berkata: Kamu itu kok selalu merajuk. Aku kira bukan hanya {saya, *saya, *saya} saja, namun setiap wanita pasti akan khawatir’.

Analisis di atas dapat diganti dengan teknik ganti ternyata pronomina

persona aku ‘saya’ diganti dengan kula, dalem ‘saya’ tetap gramatikal,

namun tidak berterima, karena bahasa yang dipakai penutur adalah ragam

ngoko sedangkan bentuk kula ‘saya’ , dalem ‘saya’ merupakan ragam bahasa

krama, jadi tidak berterima bila digunakan dalam percakapan yang

menggunakan ragam bahasa ngoko. Selanjutnya penggunaan enklitik –mu

‘kamu’ diganti dengan kowe, sampeyan ‘kamu/ anda’ tetap gramatikal,

namun juga tetap tidak berterima, sebab penggantinya berupa ragam bahasa

krama dan ngoko kasar, sedangkan tuturan di atas menggunakan ragam

bahasa ngoko alus.

Pronomina persona tunggal, selain dalam bentuk terikat, juga dapat

ditemukan dalam bentuk bebas. Berikut pronominal persona tunggal yang

juga nampak pada novel berbahasa Jawa Asmara Tanpa Weweka karya Widi

Widayat.

(2) Sukati bandjur meneng bae, djalaran rumangsa kalah mapan rembuge. Lan nuli nggered Karmanto, ngadjak menjang alas pinus. Ing sadjro mlaku lon-lonan iku tjlatune Sukati : Mas iba rusaking atiku jen sliramu ora netepi djandji. Mangkono uga djeng, tumrape aku ora beda. Mulane iku antarane aku lan sliramu wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. Aku dak matur dja, adja dadi penggalih. Jen sliramu gelem pretjaja, sing ndjalari dudu aku (ATW/6/1964) ‘Sukati kemudian diam saja, karena merasa dia tidak dapat lagi berdebat. Dan

Page 56: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

kemudian mengajak Karmanto ke hutan pinus. Sambil berjalan menuju hutan pinus Sukati berkata : Mas, sungguh sakit hatiku bila kamu tidak menepati janji. Begitu pula dengan aku tidak berbeda, jeng. Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita. Saya mau bilang, tapi jangan marah ya. jika kamu percaya bukan aku penyebabnya’

Unsur aku ‘saya’ pada tuturan di atas mengacu pada tokoh Karmanto

dan Sukati. Pada tuturan tersebut pronomina persona tunggal bentuk bebas

aku ‘saya’ mengacu pada unsur lain yang berada dalam tuturan (teks) yang

disebutkan kemudian yaitu Karmanto (orang yang menuturkan tuturan itu).

Dengan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka aku ‘saya’ merupakan jenis

kohesi gramatikal pengacuan katafora (karena acuannya disebutkan kemudian

atau antesedennya berada di sebelah kanan) melalui satuan lingual berupa

pronomina persona tunggal bentuk bebas.

Data di atas, kemudian diuji dengan teknik BUL, yaitu wacana di atas

dibagi unsur langsungnya menjadi berikut.

(a) Sukati bandjur meneng bae, djalaran rumangsa kalah mapan rembuge. ‘Sukati kemudian diam saja, karena merasa dia tidak dapat lagi berdebat. Lan nuli nggered Karmanto, ngadjak menjang alas pinus. Dan kemudian mengajak Karmanto ke hutan pinus.’

(b) Ing sadjro mlaku lon-lonan iku tjlatune Sukati : Mas iba rusaking atiku jen sliramu ora netepi djandji. Sambil berjalan menuju hutan pinus Sukati berkata : Mas, sungguh sakit hatiku bila kamu tidak menepati janji. Begitu pula dengan aku tidak berbeda, jeng.’

(c) Mangkono uga djeng, tumrape aku ora beda. ‘Begitu pula dengan saya tidak berbeda, jeng’.

(d) Mulane iku antarane aku lan sliramu wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(e) Aku dak matur dja, adja dadi penggalih. ‘Saya mau bilang, tapi jangan marah ya’.

(f) Jen sliramu gele pretjaja, sing ndjalari dudu aku. ‘Jika kamu percaya bukan aku penyebabnya’.

Page 57: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Selanjutnya data tersebut diuji dengan teknik lesap dan teknik ganti

menjadi sebagai berikut.

(c) Mangkono uga djeng, tumrape Ǿ ora beda. ‘Begitu pula dengan Ǿ tidak berbeda, jeng’.

(d) Mulane iku antarane Ǿ lan Ǿ wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara Ǿ dengan Ǿ harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(e) Ǿ dak matur dja, adja dadi penggalih. ‘Ǿ mau bilang, tapi jangan marah ya’.

(f) Jen Ǿ gelem pretjaja, sing ndjalari dudu Ǿ. ‘Jika Ǿ percaya bukan Ǿ penyebabnya’.

Hasil analisis di atas dengan teknik lesap ternyata pronomina persona

pertama aku ‘saya’ wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan maka

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima.

Data yang disampaikan di atas kemudian kembali diuji dengan teknik

ganti pada pronomina persona orang pertama aku ‘saya’ menjadi sebagai

berikut.

(c) Mangkono uga djeng, tumrape {aku, *kula, *dalem} ora beda. ‘Begitu pula dengan saya tidak berbeda, jeng’.

(d) Mulane iku antarane {aku, *kula, *dalem} lan sliramu {sliramu, *kowe, *panjenengan} wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(e) {Aku, *kula, *dalem} dak matur dja, adja dadi penggalih. ‘Saya mau bilang, tapi jangan marah ya’.

(f) Jen {sliramu, *kowe, *panjenengan} gelem pretjaja, sing ndjalari dudu {aku, *kula, *dalem}. ‘Jika kamu percaya bukan aku penyebabnya’.

Setelah diuji dengan teknik ganti ternyata bentuk aku ‘saya’, sliramu

‘kamu’ tidak dapat digantikan dengan kata kula ‘saya’, dalem ‘saya’, kowe

‘kamu’, panjenengan ‘anda’. Hal ini disebabkan karena tidak berterima dan

tidak saling menggantikan walaupun dalam satu kelas kata, karena ragam

Page 58: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

bahasanya. Penggunaan kata kula ‘saya’, dalem ‘saya’ termasuk ke dalam

ragam bahasa Jawa krama.

1.2. Pronomina persona kedua

Di samping pronomina persona tunggal (bebas dan terikat) juga

ditemukan pengacuan persona kedua seperti yang nampak pada tuturan

berikut dalam novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

Mangkono uga djeng, tumrape aku ora beda. Mulane iku antarane aku lan sliramu wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. Aku dak matur dja, adja dadi penggalih. Jen sliramu gelem pretjaja, sing ndjalari dudu aku (ATW/6/1964) ‘Begitu pula dengan aku tidak berbeda, jeng. Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita. Saya mau bilang, tapi jangan marah ya. jika kamu percaya bukan aku penyebabnya’

Terlihat pada tuturan di atas menunjukkan pemakaian pronomina

persona kedua tunggal bentuk bebas sliramu ‘kamu’ yang mengacu pada

tokoh Sukati. Pada tuturan tersebut pronomina persona kedua bebas sliramu

‘kamu’ mengacu pada unsur lain yang berada dalam tuturan (teks) yang

disebutkan kemudian yaitu Karmanto (orang yang menuturkan tuturan itu).

Dengan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka sliramu ‘kamu’ merupakan

jenis kohesi gramatikal pengacuan katafora (karena acuannya disebutkan

kemudian atau antesedennya berada di sebelah kanan) melalui satuan lingual

berupa pronomina persona kedua bentuk bebas.

Pada data di atas kemudian diuji dengan menggunakan teknik BUL

menjadi sebagai berikut.

(a) Mangkono uga djeng, tumrape aku ora beda. ‘Begitu pula dengan saya tidak berbeda, jeng’.

Page 59: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(b) Mulane iku antarane aku lan sliramu wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(c) Aku dak matur dja, adja dadi penggalih. ‘Saya mau bilang ya, tapi jangan marah’.

(d) Jen sliramu gelem pretjaja, sing ndjalari dudu aku. ‘Jika kamu mau percaya, yang memulai bukan aku’.

Data di atas yang telah diuji dengan menggunakan teknik BUL,

kemudian diuji dengan menggunakan teknik lesap dan teknik ganti yang

hasilnya sebagai berikut.

(a) Mangkono uga Ǿ, tumrape aku ora beda. ‘Begitu pula dengan aku, tidak berbeda, Ǿ’.

(b) Mulane iku antarane aku lan Ǿ wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara aku dengan Ǿ harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(d) Jen Ǿ gelem pretjaja, sing ndjalari dudu aku. ‘Jika Ǿ percaya, yang memulai bukan aku’.

Hasil analisis dari pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa setelah

dilesapkan ternyata tetap gramatikal dan berterima, namun kurang

memberikan informasi yang lengkap. Kemudian data di atas diuji dengan

teknik ganti menjadi sebagai berikut.

Data yang disampaikan di atas kemudian kembali diuji dengan teknik

ganti pada pronomina persona orang pertama sliramu ‘kamu’ menjadi sebagai

berikut.

(a) Mangkono uga djeng {djeng, *kowe, *sliramu}, tumrape aku ora beda. ‘Begitu pula dengan saya tidak berbeda, jeng’.

(b) Mulane iku antarane aku lan sliramu {sliramu, *kowe, *panjenengan} wadjib ngati-ati, murih ora djugar gegajuhan kita. ‘Maka dari itu antara aku dengan kamu harus hati-hati, selalu menjaga cita-cita kita’.

(d) Jen {sliramu, *kowe, *panjenengan} gelem pretjaja, sing ndjalari dudu aku. ‘Jika kamu percaya bukan aku penyebabnya’.

Page 60: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Setelah diuji dengan teknik ganti ternyata bentuk djeng ‘kamu’,

sliramu ‘kamu’ tidak dapat digantikan dengan kata kowe ‘saya’,

panjenengan ‘anda’. Hal ini disebabkan karena tidak berterima dan tidak

saling menggantikan walaupun dalam satu kelas kata, karena ragam

bahasanya. Penggunaan kata djeng ‘kamu’, sliramu ‘kamu’ termasuk ke

dalam ragam bahasa Jawa krama.

1.3. Pronomina persona ketiga

Di samping pronomina persona tunggal (bebas dan terikat) juga

ditemukan pengacuan persona kedua dan ketiga tunggal seperti yang nampak

pada tuturan berikut dalam novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi

Widayat.

(3) Ora antara suwe, deweke sakloron wis ngliwati kreteg. Kebak ing rasa kang ndjalari ora sajah lan suwe, lan anane mung tansah seneng. Lakune Karmanto lan Sukati terus reruntungan. Sarehne wong tuwane Karmanto lan Sukati sakloron wis pada sarudjuk ing rembug, mula wekasane kanti tanpa didisiki pesta pepantjangan, Sukati lan Karmanto sida didaupake kanti diestreni dening kadang karuh pawong mitrane. (ATW/6/1964) ‘Tidak berapa lama, mereka berdua sudah melewati jembatan. Penuh rasa yang membuatnya tidak terlalu lama, dan yang ada hanyalah rasa senang dan bahagia. Hubungan Karmanto dengan Sukati terus terjalin. Kedua orang tua Karmanto dengan Sukati sama-sama telah setuju, maka untuk meresmikannya diadakan pesta pertunangan, Sukati dengan Karanto akhirnya dinikahkan dengan disaksikan para sanak saudaranya dan beberapa temannya.’

Terlihat pada tuturan di atas menunjukkan pemakaian pronomina

persona ketiga tunggal bentuk bebas deweke ‘dia’ yang mengacu pada tokoh

Karmanto dan Sukati, yang memiliki arti memberitakan bahwa Karmanto dan

Sukati telah melewati jembatan. Kemudian pronomina tersebut dalam bentuk

Page 61: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

terikat lekat kanan menjadi bentuk –e/ -ne ‘nya’ seperti pada kata wong

tuwane ‘orang tuanya’. Unsur tersebut mengacu pada realitas nama yang

sudah disebitkan sebelumnya, atau mengacu pada anteseden di sebelah

kirinya, yaitu Sukati. Pengacuan yang demikian dapat disebut dengan

pengacuan endofora yang anaforis.

Pada data di atas kemudian diuji dengan menggunakan tekik BUL

menjadi sebagai berikut.

(a) Ora antara suwe, deweke sakloron wis ngliwati kreteg. ‘Tidak berapa lama, mereka berdua sudah melewati jembatan’.

(b) Kebak ing rasa kang ndjalari ora sajah lan suwe, lan anane mung tansah seneng. ‘Penuh rasa yang membuatnya tidak terlalu lama, dan yang ada hanyalah rasa senang dan bahagia’.

(c) Lakune Karmanto lan Sukati terus reruntungan. ‘Hubungan Karmanto dengan Sukati terus terjalin’.

(d) Sarehne wong tuwane Karmanto lan Sukati sakloron wis pada sarudjuk ing rembug, mula wekasane kanti tanpa didisiki pesta pepantjangan, Sukati lan Karmanto sida didaupake kanti diestreni dening kadang karuh pawong mitrane. ‘Kedua orang tua Karmanto dengan Sukati sama-sama telah setuju, maka untuk meresmikannya diadakan pesta pertunangan, Sukati dengan Karanto akhirnya dinikahkan dengan disaksikan para sanak saudaranya dan beberapa temannya’.

Data di atas yang telah diuji dengan menggunakan teknik BUL,

kemudian diuji dengan menggunakan teknik lesap dan teknik ganti yang

hasilnya sebagai berikut.

(a) Ora antara suwe, Ø sakloron wis ngliwati kreteg. ‘Tidak berapa lama, Ø berdua sudah melewati jembatan’.

(b) Kebak ing rasa kang ndjalari ora sajah lan suwe, lan Ø mung tansah seneng. ‘Penuh rasa yang membuatnya tidak terlalu lama, dan Ø hanyalah rasa senang dan bahagia’.

(c) Ø Karmanto lan Sukati terus reruntungan. ‘Ø Karmanto dengan Sukati terus terjalin’.

(d) Sarehne wong tuwa Ø Karmanto lan Sukati sakloron wis pada sarudjuk ing rembug, mula wekasa Ø kanti tanpa didisiki pesta pepantjangan, Sukati lan Karmanto sida didaupa Ø kanti diestreni dening kadang karuh pawong mitrane. ‘Kedua orang tua Karmanto

Page 62: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

dengan Sukati sama-sama telah setuju, maka untuk meresmikannya diadakan pesta pertunangan, Sukati dengan Karmanto akhirnya dinikahkan dengan disaksikan para sanak saudaranya dan beberapa temannya’.

Hasil analisis dari pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa setelah

dilesapkan ternyata tetap gramatikal dan berterima, namun kurang

memberikan informasi yang lengkap. Kemudian data di atas diuji dengan

teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(a) Ora antara suwe, {dheweke, *piyambake, *panjengengan} sakloron wis ngliwati kreteg. ‘Tidak berapa lama, {mereka, mereka, mereka} berdua sudah melewati jembatan’.

(b) Kebak ing rasa kang ndjalari ora sajah lan suwe, lan ana{-ne, *piyambake} mung tansah seneng. ‘Penuh rasa yang membuatnya tidak terlalu lama, dan yang ada hanyalah rasa senang dan bahagia’.

(c) Laku {-ne, dheweke, *piyambake} Karmanto lan Sukati terus reruntungan. ‘Hubungan Karmanto dengan Sukati terus terjalin’.

(d) Sarehne wong tuwa{-ne, dheweke, *piyambake} Karmanto lan Sukati sakloron wis pada sarudjuk ing rembug, mula wekasa{-ne, *piyambake } kanti tanpa didisiki pesta pepantjangan, Sukati lan Karmanto sida didaupake kanti diestreni dening kadang karuh pawong mitra{-ne, *dheweke, piyambake}. ‘Kedua orang tua Karmanto dengan Sukati sama-sama telah setuju, maka untuk meresmikannya diadakan pesta pertunangan, Sukati dengan Karanto akhirnya dinikahkan dengan disaksikan para sanak saudaranya dan beberapa temannya’.

Hasil di atas, penggunaan kata –ne ‘nya’ diganti dengan dheweke

‘dia’ tidak gramatikal dan tidak berterima, sebab bentuk pengganti berupa

ragam bahasa krama, sedangkan pada data di atas ragam yang digunakan

adalah ragam bahasa ngoko.

Page 63: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

2) Pronomina demonstratif

Pronomina demonstratif atau kata ganti penunjuk dibedakan menjadi

pronomina demonstratif substantif, lokatif, dimensional, deskriptif, dan temporal.

Adapun penanda kohesi pronominal demonstratif tersebut dapat dilihat pada

wacana berikut.

a. Pronominal demonstratif substatif

Pronominal demonstrative substatif yang ditemukan yaitu, iki ‘ini’, iku

‘itu’. Dapat dilihat pada wacama dalam novel Asmara Tanpa Weweka

berikut.

(4) Malah tumrape Karmanto, ana ing sadjroning bis iki atine rumangsa marem lan mulja. Djalaran Sukati tansah tjekelan lengene. Lan saben bise mengok malah bandjur ngrangkul. Kahanan ing sadjroning bis iki malah aweh kalonggaran kang nikmat. Jen ora kepepet butuh tjekelan,mestine Sukati ora bakal gelem tjekelan kaja mangkono ing tengahe wong akeh (ATW/4/1964) ‘Dalam batin Karmanto, di dalam bis yang sedang melaju hatinya merasa bahagia. Karena Sukati selalu menggenggam tangannya. Dan setiap bisnya belok malah terus memeluk. Keadaan di dalam bis ini semakin memberikan keleluasaan yang menyenangkan. Jika tidak terdesak untuk pegangan, semestinya Sukati tidak akan mau memegang seperti itu di tengah-tengah orang banyak.’

Pada data di atas ditemukan penanda kohesi berupa pronominal

demonstratif substatif, yaitu iki ’ini’. Pronominal tersebut mengacu secara

endofora anaforis yang menunjuk pada kahanan ing sadjroning bis ‘keadaan

di dalam bis’. Data tersebut kemudian dibagi atas unsur langsungnya menjadi

berikut.

a. Malah tumrape Karmanto, ana ing sadjroning bis iki atine rumangsa marem lan mulja. ‘Dalam batin Karmanto, di dalam bis yang sedang melaju hatinya merasa bahagia.’

Page 64: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Djalaran Sukati tansah tjekelan lengene. ‘Karena Sukati selalu menggenggam tangannya.’

c. Lan saben bise menggok malah bandjur ngrangkul ‘dan setiap bisnya belok malah semakin memeluk’.

d. Kahanan ing sadjroning bis iki malah aweh kalonggaran kang nikmat. Jen ora kepepet butuh tjekelan,mestine Sukati ora bakal gelem tjekelan kaja mangkono ing tengahe wong akeh ‘Keadaan di dalam bis ini semakin memberikan keleluasaan yang menyenangkan. Jika tidak terdesak untuk pegangan, semestinya Sukati tidak akan mau memegang seperti itu di tengah-tengah orang banyak.’

Data b dianalisis dengan teknik lanjutan yaitu teknik lesap untuk

mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan

e. Malah tumrape Karmanto, ana ing sadjroning bis iki atine rumangsa marem lan mulja. Djalaran Sukati tansah tjekelan lengene. Lan saben bise mengok malah bandjur ngrangkul.* kahanan ing sadjroning bis θ malah aweh kalonggaran kang nikmat. Jen ora kepepet butuh tjekelan,mestine Sukati ora bakal gelem tjekelan kaja mangkono ing tengahe wong akeh ‘Keadaan di dalam bis θ semakin memberikan keleluasaan yang menyenangkan. Jika tidak terdesak untuk pegangan, semestinya Sukati tidak akan mau memegang seperti itu di tengah-tengah orang banyak.’

Hasil analisis pada data c tidak gramatikal dan tidak berterima.

Pronominal demonstratif substatif iki ‘ini’ wajib hadir, karena merupakan

bagian dari kalimat. Selanjutnya data c dianalisis dengan teknik ganti menjadi

berikut.

f. Malah tumrape Karmanto, ana ing sadjroning bis iki atine rumangsa marem lan mulja. Djalaran Sukati tansah tjekelan lengene. Lan saben bise mengok malah bandjur ngrangkul. Kahanan ing sadjroning bis {punika, niki} malah aweh kalonggaran kang nikmat. Jen ora kepepet butuh tjekelan,mestine Sukati ora bakal gelem tjekelan kaja mangkono ing tengahe wong akeh ‘Keadaan di dalam bis {ini, ini} semakin memberikan keleluasaan yang menyenangkan. Jika tidak terdesak untuk pegangan, semestinya Sukati tidak akan mau memegang seperti itu di tengah-tengah orang banyak.’

Page 65: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Referensi demonstratif substantif berbentuk iki ‘ini’ tidak dapat

diganti dengan punika ‘ini’. Artinya bahwa kedua kata tersebut tidak bisa

saling menggantikan dan tidak menujukkan bahwa unsure pengganti dan

unsur yang diganti tidak mempunyai kesamaan kelas kata. Dengan kata lain,

tuturan di atas menggunakan ragam ngoko, sedangkan unsure penggantinya

menggunakan ragam krama.

(5) Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku, manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngedepi udjian kang pungkasan. Jen kaja mau bisa nguwasani ati lan pikirane, ana ing paran ora bakal bandjur malik tingal, ora bandjur ketjantol ing wanita lijane. Kang mangkono iku ateges prija mau bisa lulus saka udjian kang lerege bisa njiptakake bebrajan mulja. (ATW/11/1964) ‘Lelaki yang biasanya selalu berdampingan dengan istri dan dilayani oleh istri dengan penuh kasih sayang itu, misalnya kemudian hidup sendiri di suatu daerah, umpamanya saja seorang siswa yang sedang belajar, sedang menghadapi ujian akhir. Jika mampu menguasai hati dan pikirannya, tinggal jauh tidaklah akan kesulitan, kemudian tidak tertarik dengan wanita lain. Yang demikian itu artinya lelaki tersebut tidak lulus dari ujiannya yang seharusnya dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang bahagia.’

Data (5) ditemukan pronominal demonstratif substanstif yaitu iku

‘itu’. Kata iku ’itu’ mengacu pada kalimat manawa bandjur urip idjen ing

paran ‘kalau saja lalu hidup sendirian di tempat yang jauh’. Pada data

tersebut selanjutnya dibagi atas unsur langsungnya, menjadi sebagai berikut.

a. Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku, manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngedepi udjian kang pungkasan. ‘Lelaki yang biasanya selalu berdampingan dengan istri dan dilayani oleh istri dengan penuh kasih sayang itu, misalnya kemudian hidup sendiri di suatu daerah, umpamanya saja seorang siswa yang sedang belajar, sedang menghadapi ujian akhir’.

Page 66: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Jen kaja mau bisa nguwasani ati lan pikirane, ana ing paran ora bakal bandjur malik tingal, ora bandjur ketjantol ing wanita lijane. kang lerege bisa njiptakake bebrajan mulja. Kang mangkono iku ateges prija mau bisa lulus saka udjian ‘Jika mampu menguasai hati dan pikirannya, tinggal jauh tidaklah akan kesulitan, kemudian tidak tertarik dengan wanita lain. Yang demikian itu artinya lelaki tersebut tidak lulus dari ujiannya yang seharusnya dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang bahagia.’

Data a dianalisis dengan teknik lanjutan yaitu teknik lesap untuk

mengetahui kadar keintian unsure yang dilesapkan.

c. * Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna θ manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngedepi udjian kang pungkasan. ‘Lelaki yang biasanya selalu berdampingan dengan istri dan dilayani oleh istri dengan penuh kasih sayang θ, misalnya kemudian hidup sendiri di suatu daerah, umpamanya saja seorang siswa yang sedang belajar, sedang menghadapi ujian akhir’.

Hasil analisis pada data c gramatikal dan berterima. Pronominal

demonstratif substanstif iku ‘itu’ wajib hadir, hanya memperjelas kalimat.

Selanjutnya dari data c dianalisis dengan teknik menjadi berikut.

d. Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna {punika, nika} manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngedepi udjian kang pungkasan. ‘Lelaki yang biasanya selalu berdampingan dengan istri dan dilayani oleh istri dengan penuh kasih sayang {itu, itu}, misalnya kemudian hidup sendiri di suatu daerah, umpamanya saja seorang siswa yang sedang belajar, sedang menghadapi ujian akhir’.

Referensi demonstratif substantif berbentuk iku ‘itu’ tidak dapat

diganti dengan punika ‘ini’. Artinya bahwa kedua kata tersebut tidak bisa

saling menggantikan dan tidak menujukkan bahwa unsur pengganti dan

unsure yang diganti tidak mempunyai kesamaan kelas kata. Dengan kata lain,

Page 67: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

tuturan di atas menggunakan ragam ngoko, sedangkan unsure penggantinya

menggunakan ragam krama.

b. Pronominal demonstratif lokatif

Pronominal demonstratif lokatif yang ditemukan, yaitu menyang

Tawangmangu ‘ke Tawangmangu’, ing ‘di’, ing Surabaja ‘di Surabaya’,

kene ‘sini’, neng ‘di’, kono ‘situ’. Dapat dilihat pada wacana dalam novel

Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat berikut.

(6). Djalaran lungane esuk iki butuh menjang Tawangmangu. Butuh seneng-seneng ing hawa adem. Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati kang nedenge adon asmara, lungane menjang Tawangmangu iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing papan kang njata bisa njenengke ati (ATW/4/1954) ‘Karena memang perginya di pagi ini memang ke Tawangmangu. Untuk bersenang-senang di hawa yang dingin. Apalagi antara Karmanto dan Sukati yang sedang dilanda asmara, kepergiannya ke Tawangmangu diliputi rasa senang dan bahagia, karena mereka berdua dapat berduaan di tempat yang dapat menyenangkan hatinya’

Wacana di atas ditemukan penanda kohesi berupa pronomina

demonstratif lokatif menyang Tawangmangu ‘ke Tawangmangu’ dan ing

‘di’. Selanjutnya data di atas diuji dengan teknik BUL, menjadi berikut.

a. Djalaran lungane esuk iki butuh menjang Tawangmangu. ‘Karena memang perginya di pagi ini memang ke ‘Tawangmangu.

b. Butuh seneng-seneng ing hawa adem. ‘Untuk bersenang-senang di hawa yang dingin.’

c. Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati kang nedenge adon asmara, lungane menjang Tawangmangu iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing papan kang njata bisa njenengke ati. ‘Apalagi antara Karmanto dan Sukati yang sedang dilanda asmara, kepergiannya ke Tawangmangu diliputi rasa senang dan bahagia, karena mereka berdua dapat berduaan di tempat yang dapat menyenangkan hatinya’

Page 68: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Kemudian data a diuji dengan teknik lesap pada kata menyang ‘ke’,

dan ing ‘di’, menjadi sebagai berikut.

Djalaran lungane esuk iki butuh θ Tawangmangu. ‘Karena memang perginya di pagi ini memang θ Tawangmangu. Butuh seneng-seneng θ hawa adem. ‘Untuk bersenang-senang θ hawa yang dingin.’ Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati kang nedenge adon asmara, lungane menjang Tawangmangu iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing papan kang njata bisa njenengke ati. ‘Karena memang perginya di pagi ini θ tawangmangu. Untuk bersenang-senang θ hawa dingin. Apalagi antara Karmanto dan Sukati yang sedang dilanda asmara, kepergiannya ke Tawangmangu diliputi rasa senang dan bahagia, karena mereka berdua dapat berduaan di tempat yang dapat menyenangkan hatinya’

Hasil analisis di atas setelah mengalami lesapan pada pronomina

demonstratif lokatif menyang ‘ke’ dan ing ‘di’, wacana di atas tidak

gramatikal dan tidak berterima, sehingga maknanya pun menjadi berbeda.

Data c tidak menjelaskan posisinya seperti pada data a yang posisinya dekat

dengan penutur. Selanjutnya data c dianalisis dengan teknik ganti menjadi

berikut.

Djalaran lungane esuk iki butuh {neng} Tawangmangu. Butuh seneng-seneng {ana} hawa adem. Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati kang nedenge adon asmara, lungane menjang Tawangmangu iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing papan kang njata bisa njenengke ati ‘Karena memang perginya di pagi ini {ke} Tawangmangu. Untuk bersenang-senang {di} hawa dingin. Apalagi antara Karmanto dan Sukati yang sedang dilanda asmara, kepergiannya ke Tawangmangu diliputi rasa senang dan bahagia, karena mereka berdua dapat berduaan di tempat yang dapat menyenangkan hatinya’

Data di atas setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa

bentuk menyang ‘ke’ dapat digantikan dengan neng ‘ke’, artinya kata

tersebut bisa saling mengagantikan dan ini menunjukkan bahwa unsur

Page 69: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

pengganti dan unsur yang diganti mempunyai kadar kesamaan kelas kata

yang sama.

(7). Bareng wis tekan ing Alas Pinus, Karmanto lan Sukati bandjur lungguh djedjer ing watu gedhe. Saka ing papan iki sakloron isih bisa njawanggrodjogan sewu sarta wong sapirang-pirang kang lagi ngematake kumepjuring banju saka grodjogan. (ATW/6/1964). ‘Setelah sampai di hutan pinus, Karmanto dan sukati kemudian duduk bersebelahan di batu besar. Dari tempat inilah keduanya masih bisa memandang air terjun dan beberapa orang yang sedang menikmati jatuhnya air dari air terjun.’

Wacana tersebut ditemukan penanda kohesi berupa pronomina

demonstratif lokatif ing ‘di’ menunjukkan bahwa Karmanto dan Sukati telah

sampai di Tawangmangu yakni di hutan pinus, selain itu juga terdapat kata

lain saka ‘dari’ yang mengacu pada hutan pinus.

Data 7 diuji dengan teknik lesap pada kata ing Alas Pinus ‘di hutan

pinus’, saka ing papan iki ‘dari tempat ini’ menjadi berikut.

a. Bareng wis tekan θ, Karmanto lan Sukati bandjur lungguh θ watu gedhe. Θ papan iki sakloron isih bisa njawang grodjogan sewu sarta wong sapirang-pirang kang lagi ngematake kumepjuring banju saka grodjogan ‘Setelah sampai Θ, Karmanto dan Sukati kemudian duduk bersebelahan Θ. Θ tempat inilah keduanya masih bisa memandang air terjun dan beberapa orang yang sedang menikmati jatuhnya air dari air terjun.’

Hasil analisis di atas pada pronomina demonstratif lokatif ing ‘ di’ dan

saka ‘dari’ setelah dilesapkan wacana di atas masih tetap gramatikal dan

berterima tetapi maknanya berubah. Pronomina tersebut tidak wajib hadir

dalam wacana di atas. Selanjutnya dari hasil analisis di atas dianalisis kembali

dengan teknik ganti menjadi berikut.

b. Bareng wis tekan {kana, ing alas pinus}Karmanto lanSukati bandjur lungguh {kono, ing watu gedhe}. {ing, saka} papan iki

Page 70: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

sakloron isih bisa njawang grodjogan sewu sarta wong sapirang-pirang kang lagi ngematake kumepjuring banju saka grodjogan. ‘Setelah sampai {sana, si hutan pinus} Karmanto dan Sukati kemudian duduk bersebelahan {di sana, di batu besar}. {di, dari} tempat inilah keduanya masih bisa memandang air terjun dan beberapa orang yang sedang menikmati jatuhnya air dari air terjun.’

Data b setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa bentuk

ing Alas Pinus ‘di hutan pinus’ dapat digantikan dengan kata kana ‘sana’,

sebaliknya kata kana ‘sana’ dapat diganti dengan kata ing Alas Pinus ‘di

hutan pinus’. Artinya kedua kata tersebut bisa saling menggantikan dan ini

menunjukkan bahwa unsur pengganti dan unsur yang diganti mempunyai

kadar kesamaan kelas kata yang sama.

(8). Ing sawidjining sore nalikane karmanto butuh tuku buku ing Peneleh, ing toko buku “Pembina”, djebul ora kanjana kepepag karo Prihati, wanita kang tau ditresnani. Karmanto kaget, dene Prihati uga kaget. Kagete Karmanto dene saiki Prihati kuru lan semu rusak, dene kagete Prihati, dene karmanto kok ana ing kuta Surabaja. Nganti sawatara suwe wong loro mau pada ora bisa kumetjap. “Djeng Prih, sliramu kok ana kene? Pitakone Karmanto mbukani rembug. Lha sampejan teka ja ana kene? Wangsulane Prihati kang uga ngemu pitakonan.” (ATW/13/1964). ‘Di suatu sore ketika Karmanto akan membeli buku di Peneleh, di toko buku “Pembina”, ternyata tidak disangka-sangka bertemu dengan Prihati, wanita yang pernah dicintainya. Karmanto terkejut, begitu pula dengan Prihati yang juga terkejut. Keterkejutan Karmanto mengapa sekarang Prihati terlihat kurus dan memprihatinkan, begitu pula dengan Prihati keterkejutannya, heran mengapa Karmanto berada di Surabaya. Sampai beberapa lama mereka tidak mengucapkan apa-apa. Mbak Prih, kamu kok ada di sini? tanya Karmanto membuka pembicaraan. Lha anda juga ada di sini? jawab Prihati yang juga mengandung pertanyaan’.

Wacana 8 ditemukan pronomina penanda kohesi berupa demonstratif

lokatif kene ‘sini’ yang menunjukkan tokoh Prihati pada novel Asmara Tanpa

Weweka karya Widi Widayat, dan juga penanda kohesi berupa pronomina

Page 71: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

demonstratif lokatif kene ‘sini’ yang mengacu pada tokoh Karmanto yang

dekat dengan penutur.

Data di atas, kemudian diuji dengan teknik lesap pada kata kene ‘sini’

menjadi berikut.

a. Ing sawidjining sore nalikane karmanto butuh tuku buku ing Peneleh, ing toko buku “Pembina”, djebul ora kanjana kepepag karo Prihati, wanita kang tau ditresnani. ‘Di suatu sore ketika Karmanto akan membeli buku di Peneleh, di toko buku “Pembina”, ternyata tidak disangka-sangka bertemu dengan Prihati, wanita yang pernah dicintainya.’

b. Karmanto kaget, dene Prihati uga kaget. ‘Karmanto terkejut, begitu pula dengan Prihati yang juga terkejut.’

c. Kagete Karmanto dene saiki Prihati kuru lan semu rusak, dene kagete Prihati, dene karmanto kok ana ing kuta Surabaja. ‘Keterkejutan Karmanto mengapa sekarang Prihati terlihat kurus dan memprihatinkan, begitu pula dengan Prihati keterkejutannya, heran mengapa Karmanto berada di Surabaya.’

d. Nganti sawatara suwe wong loro mau pada ora bisa kumetjap ‘Sampai beberapa lama mereka tidak mengucapkan apa-apa.’

e. Djeng Prih, sliramu kok ana θ? Pitakone Karmanto mbukani rembug. ‘Mbak Prih, kamu kok ada di θ? tanya Karmanto membuka pembicaraan.’

f. Lha sampejan teka ja ana θ? Wangsulane Prihati kang uga ngemu pitakonan.‘Lha kamu juga ada di θ? jawab Prihati yang juga mengandung pertanyaan’.

Hasil analisis data di atas pada pronomina demonstratif lokatif kene

‘sini’ setelah dilesapkan, wacana di atas menjadi tidak gramatikal dan tidak

berterima, bahkan tidak dapat menyampaikan makna yang pas. Dapat

dikatakan selanjutnya, bahwa pronomina tersebut wajib hadir pada wacana di

atas. Selanjutnya dari data yang telah dianalisis, dicoba untuk kembali diuji

dengan teknik ganti. Berikut hasil uji data di atas.

Ing sawidjining sore nalikane karmanto butuh tuku buku ing Peneleh, ing toko buku “Pembina”, djebul ora kanjana kepepag karo Prihati, wanita kang tau ditresnani. Karmanto kaget, dene Prihati uga kaget. Kagete Karmanto dene saiki Prihati kuru lan semu rusak, dene kagete Prihati, dene karmanto kok ana ing kuta Surabaja. Nganti sawatara

Page 72: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

suwe wong loro mau pada ora bisa kumetjap. Djeng Prih, sliramu kok ana {kene, kana}? Pitakone Karmanto mbukani rembug. Lha sampejan teka ja ana {kene, kana}? Wangsulane Prihati kang uga ngemu pitakonan. ‘Di suatu sore ketika Karmanto akan membeli buku di Peneleh, di toko buku “Pembina”, ternyata tidak disangka-sangka bertemu dengan Prihati, wanita yang pernah dicintainya. Karmanto terkejut, begitu pula dengan Prihati yang juga terkejut. Keterkejutan Karmanto mengapa sekarang Prihati terlihat kurus dan memprihatinkan, begitu pula dengan Prihati keterkejutannya, heran mengapa Karmanto berada di Surabaya. Sampai beberapa lama mereka tidak mengucapkan apa-apa.Mbak Prih, kamu kok ada di {sini, sana}? tanya Karmanto membuka pembicaraan. Lha anda juga ada di {sini, sana}? jawab Prihati yang juga mengandung pertanyaan’.

Data tersebut, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa

bentuk kene ‘sini’ dapat pula diganti dengan bentuk kana ‘sana’, sebaliknya

kata kana ‘sana’ juga dapat diganti dengan kata kene ‘sini’. Artinya kedua

kata tersebut bisa saling menggantikan dan ini menunjukkan bahwa unsur

penganti dan unsur yang diganti mempunyai kadar kesamaan kelas kata yang

sama.

(9). Kanti andap asor, Sukati bandjur pitakon: “Nuwun dik, keparenga kula njuwun priksa, punapa ngriki pondokanipun Karmanto? Prija mau pada pating plinguk. Wusana ana prija kang nganggo katjamata putih, wangsulane ngemu pitakonan uga : “Anu mbak, ingkang pun kersakaken punapa Karmanto pengawai Bank negara, pindahan saking Sala? Inggih,” wangsulane Sukati. “Punapa leres ngriki?”O anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto krama. Pijambakipun sapunika manggen wonten gang I kalijan garwanipun. Katrijos ugi putri saking Sala (ATW/22/1964). ‘Dengan sopan, Sukati kemudian bertanya: “Maaf dik, kalau boleh saya bertanya, apa benar di sini tempat kost Karmanto?” Lelaki tadi terlihat kebingungan. Kemudian ada seorang laki-laki berkacamata putih, jawabannya mengandung sebuah pertanyaan pula: “Anu mbak, apa yang adan maksud apa Karmanto pegawai Bank negara, pindahan dari Solo? “Benar,” jawab Sukati. “Apa benar di sini?” O, begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah dari sini, setelah mas Karmantto menikah. Dia sekarang tinggal di gang I bersama istrinya. Katanya juga berasal dari Solo.’

Page 73: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Wacana 9 ditemukan pronomina penanda kohesi berupa demonstratif

lokatif saking ngriki ‘dari sini’ yang menunjukkan pada kalimat

sasampunipun mas Karmanto krama ‘setelah mas Karmanto menikah’, dan

juga penanda kohesi berupa pronomina demonstratif lokatif manggen wonten

‘tinggal di’ yang mengacu pada kalimat pijambakipun sapunika manggen ‘dia

sekarang tinggal’.

Data di atas, kemudian diuji dengan teknik lesap pada kata saking

ngriki ‘dari sini’, dan manggen wonten ‘tinggal di’ menjadi berikut.

a. Kanti andap asor, Sukati bandjur pitakon: “Nuwun dik, keparenga kula njuwun priksa, punapa θ pondokanipun Karmanto? ‘Dengan sopan, Sukati kemudian bertanya: “Maaf dik, kalau boleh saya bertanya, apa benar θ tempat kost Karmanto?”

b. Prija mau pada pating plinguk.’ Lelaki tadi terlihat kebingungan.’ c. Wusana ana prija kang nganggo katjamata putih, wangsulane

ngemu pitakonan uga : “Anu mbak, ingkang pun kersakaken punapa Karmanto pengawai Bank negara, pindahan saking Sala? . ‘Kemudian ada seorang laki-laki berkacamata putih, jawabannya mengandung sebuah pertanyaan pula: “Anu mbak, apa yang adan maksud apa Karmanto pegawai Bank negara, pindahan dari Solo?’

d. Inggih,” wangsulane Sukati. “Punapa leres θ? “Benar,” jawab Sukati. “Apa benar θ?”

e. O anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah θ, sasampunipun mas Karmanto krama. ‘O, begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah θ, setelah mas Karmantto menikah.’

f. Pijambakipun sapunika manggen θ gang I kalijan garwanipun. Katrijos ugi putri saking Sala. ‘Dia sekarang θ gang I bersama istrinya. Katanya juga berasal dari Solo.’

Hasil analisis data di atas pada pronomina demonstratif lokatif saking

ngriki ‘dari sini’ dan manggen wonten ‘tinggal di’ setelah dilesapkan,

wacana di atas masih tetap gramatikal dan berterima, tetapi maknanya yang

berubah. Pronomina tersebut tidak wajib hadir pada wacana di atas.

Selanjutnya dari data yang telah dianalisis, dicoba untuk kembali diuji dengan

teknik ganti. Berikut hasil uji data di atas.

Page 74: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

a. Kanti andap asor, Sukati bandjur pitakon: “Nuwun dik, keparenga kula njuwun priksa, punapa ngriki pondokanipun Karmanto? Prija mau pada pating plinguk. Wusana ana prija kang nganggo katjamata putih, wangsulane ngemu pitakonan uga : “Anu mbak, ingkang pun kersakaken punapa Karmanto pengawai Bank negara, pindahan saking Sala? Inggih,” wangsulane Sukati. “Punapa leres ngriki?”O anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah {saking ngriki, manggen wonten}, sasampunipun mas Karmanto krama. Pijambakipun sapunika {manggen wonten, saking ngriki} gang I kalijan garwanipun. Katrijos ugi putri saking Sala

‘Dengan sopan, Sukati kemudian bertanya: “Maaf dik, kalau boleh saya bertanya, apa benar di sini tempat kost Karmanto?” Lelaki tadi terlihat kebingungan. Kemudian ada seorang laki-laki berkacamata putih, jawabannya mengandung sebuah pertanyaan pula: “Anu mbak, apa yang adan maksud apa Karmanto pegawai Bank negara, pindahan dari Solo? “Benar,” jawab Sukati. “Apa benar di sini?”O, begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah {tinggal dari,dari sini} setelah mas Karmantto menikah. Dia sekarang {tinggal di, menempati} gang I bersama istrinya. Katanya juga berasal dari Solo.’

Data tersebut di atas, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak

bahwa bentuk saking ngriki ‘dari sini’ tidak dapat pula diganti dengan bentuk

manggen wonten ‘tinggal di’, sebaliknya kata manggen wonten ‘tinggal di’

juga tidak dapat diganti dengan kata saking ngriki ‘dari sini’. Artinya kedua

kata tersebut tidak bisa saling menggantikan dan ini menunjukkan bahwa

unsur penganti dan unsur yang diganti tidak mempunyai kadar kesamaan

kelas kata yang sama.

a. Pronominal demonstratif dimensional

(10). Nalikane Sukati nusul ing Surabaja, Karmanto pantjen ora ngerti. Mulane iku saka rumangsane karmanto, kabeh wadi-wadine durung dismurupi dening sukati. Ing sarehne wis rada kesuwen olehe ora mulih menjang Sala, mula bareng wektu, Karmanto bandjur blas mrelokake mulih menjang Sala. (ATW/23/1964). ‘Ketika Sukati menyusul ke Surabaya, Karmanto memang tidak mengetahuinya. Maka dari itu perkiraan Karmato, semua kelakuannya belum diketahui oleh Sukati. Karena memang sudah

Page 75: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

terlalu lama tidak pulang ke Solo, maka tiba waktunya, Karmanti untuk pulang ke Solo.’

Pronomina demonstratif yang ditemukan yaitu nalikane ‘ketika’ yang

mengacu pada Sukati nusul ing Surabaja ‘Sukati menyusul ke Surabaya’.

Selanjutnya data di atas diuji dengan teknik lesap pada kata nalikane ‘ketika’,

menjadi berikut.

a. θ Sukati nusul ing Surabaja, Karmanto pantjen ora ngerti. Mulane iku saka rumangsane Karmanto, kabeh wadi-wadine durung dismurupi dening sukati. Ing sarehne wis rada kesuwen olehe ora mulih menjang Sala, mula bareng wektu, Karmanto bandjur blas mrelokake mulih menjang Sala (ATW/24/1964). ‘θ Sukati menyusul ke Surabaya, Karmanto memang tidak mengetahuinya. Maka dari itu perkiraan Karmato, semua kelakuannya belum diketahui oleh Sukati. Karena memang sudah terlalu lama tidak pulang ke Solo, maka tiba waktunya, Karmanti untuk pulang ke Solo.’

Hasil analisis data di atas pada pronomina demonstratif dimensional

nalikane ‘ketika’ setelah dilesapkan, wacana di atas masih tetap gramatikal

dan berterima, tetapi maknanya yang berubah. Pronomina tersebut tidak wajib

hadir pada wacana di atas. Selanjutnya dari data yang telah dianalisis, dicoba

untuk kembali diuji dengan teknik ganti. Berikut hasil uji data di atas.

b. {nalikane, nalikanipun} Sukati nusul ing Surabaja, Karmanto pantjen ora ngerti. Mulane iku saka rumangsane Karmanto, kabeh wadi-wadine durung dismurupi dening sukati. Ing sarehne wis rada kesuwen olehe ora mulih menjang Sala, mula bareng wektu, Karmanto bandjur blas mrelokake mulih menjang Sala (ATW/24/1964). ‘{ketika, saat itu} Sukati menyusul ke Surabaya, Karmanto memang tidak mengetahuinya. Maka dari itu perkiraan Karmato, semua kelakuannya belum diketahui oleh Sukati. Karena memang sudah terlalu lama tidak pulang ke Solo, maka tiba waktunya, Karmanti untuk pulang ke Solo.’

Page 76: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Data b, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa bentuk

nalikane ‘ketika itu’ dapat pula diganti dengan bentuk nalikanipun ‘saat itu’.

Meskipun hasilnya masih tetap gramatikal namun tidak berterima karena

dalam tuturan di atas menggunakan ragam bahasa ngokko sedangkan

penggantinya menggunakan ragam bahasa krama.

b. Pronomina demonstratif deskriptif

Pronomina demonstratif deskriptif yang ditemukan, yaitu mangkono

‘begitu’, makaten ‘demikian’

(11). Hem, lelampahan punika manawi saweg tumanduk dateng manungsa, teka sok ngantos kados dongeng. Ah, nanging temtunipun bapak ingkang sampun juswa langsung saged njaring tuwin nintingi sadaja lelampahan. Saladjengipun boten sanget-sanget nandang. Kasinggihan nak, mila makaten. Namung kemawon tumrap badan kula, temenipun ladjeng damel nglokroning manah djalaran makaten nak, gesang kula punika kasinungan banda donja ingkang tirah-tirah. (ATW/35/1964) ‘Hem, langkah seperti itu jika sudah berkaitan dengan manusia, datang layaknya dalam sebuah dongeng. Ah, tetapi tentunya bapak yang sudah cukup usianya mampu menghadapi semua cobaan. Selanjutnya tidak begitu berat menghadapinya. Betul sekali nak, memang demikian. Tetapi menurut saya, sebaiknya langsung bekerja agar tidak menjadi patah semangat karena itulah nak, menurut saya agar berlimpah harta kekayaan yang berlimpah.’

Data di atas pronomina yang ditemukan yaitu makaten ‘demikian’

yang mengacu pada saladjengipun boten sanget-sanget nandang ‘selanjutnya

tidak begitu berat menghadapinya’. Dari data di atas, selanjutnya diuji dengan

teknik BUL, menjadi berikut.

a. Hem, lelampahan punika manawi saweg tumanduk dateng manungsa, sok ngantos kados dongeng. ‘Hem, langkah seperti itu jika sudah berkaitan dengan manusia, datang layaknya dalam sebuah dongeng.

Page 77: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Ah, nanging temtunipun bapak ingkang sampun juswa langkung saged njaring tuwin nintingi sadaja lelampahan. ‘Ah, tetapi tentunya bapak yang sudah cukup usianya mampu menghadapi semua cobaan.’

c. Saladjengipun boten sanget-sanget nandang. ‘Selanjutnya tidak begitu berat menghadapinya.’

d. Kasingihan nak, mila makaten. ‘Betul sekali nak, memang demikian.’

e. Namung kemawon tumrap badan kula, temenipun ladjeng damel nglokroning manah, djalaran makaten nak, gesang kula punika kasinungan banda donja kang tirah-tirah. ‘Tetapi menurut saya, sebaiknya langsung bekerja agar tidak menjadi patah semangat karena itulah nak, menurut saya agar berlimpah harta kekayaan yang berlimpah.’

Kemudian data di atas diuji dengan teknik lesap pada kata makaten

‘demikian’. Selain itu juga ditemukan pronomina demonstratif substantif

yakni punika ‘ini’, menjadi sebagai berikut.

f. Hem, lelampahan punika manawi saweg tumanduk dateng manungsa, teka sok ngantos kados dongeng. Ah, nanging temtunipun bapak ingkang sampun juswa langsung saged njaring tuwin nintingi sadaja lelampahan. Saladjengipun boten sanget-sanget nandang. Kasinggihan nak, mila θ Namung kemawon tumrap badan kula, temenipun ladjeng damel nglokroning manah djalaran θ nak, gesang kula punika kasinungan banda donja ingkang tirah-tirah. (ATW/35/1964). ‘Hem, langkah seperti itu jika sudah berkaitan dengan manusia, datang layaknya dalam sebuah dongeng. Ah, tetapi tentunya bapak yang sudah cukup usianya mampu menghadapi semua cobaan. Selanjutnya tidak begitu berat menghadapinya. Betul sekali nak, θ. Tetapi menurut saya, sebaiknya langsung bekerja agar tidak menjadi patah semangat karena itulah nak, menurut saya agar berlimpah harta kekayaan yang berlimpah.’

g. Hem, lelampahan θ manawi saweg tumanduk dateng manungsa, teka sok ngantos kados dongeng. Ah, nanging temtunipun bapak ingkang sampun juswa langsung saged njaring tuwin nintingi sadaja lelampahan. Saladjengipun boten sanget-sanget nandang. Kasinggihan nak, mila makaten Namung kemawon tumrap badan kula, temenipun ladjeng damel nglokroning manah djalaran makaten nak, gesang kula punika kasinungan banda donja ingkang tirah-tirah. (ATW/35/1964). ‘Hem, langkah θ jika sudah berkaitan dengan manusia, datang layaknya dalam sebuah dongeng. Ah, tetapi tentunya bapak yang sudah cukup usianya mampu menghadapi semua cobaan. Selanjutnya tidak begitu berat

Page 78: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

menghadapinya. Betul sekali nak, memang demikian. Tetapi menurut saya, sebaiknya langsung bekerja agar tidak menjadi patah semangat karena itulah nak, menurut saya agar berlimpah harta kekayaan yang berlimpah.’

Hasil analisis pada data f setelah mengalami pelesapan pada

pronomina demonstratif deskriptif makaten ‘demikian’ tidak gramatikal dan

tidak berterima. Selain itu pada pronomina demonstratif substantif pada kata

punika ‘itu’, wacana di atas masih tiak gramatikal dan tidak berterima.

c. Pronomina demonstratif temporal

Pronominal demoinstratif temporal yang ditemukan pada novel karya

Widi Widayat yang berjudul Asmara Tanpa Weweka, yaitu djaman taun

1950-1951 ‘jaman tahun 1950-1951’, mundak dina ‘semakin hari ini’, esuk

‘pagi’. Dapat dilihat pada wacana berikut.

(12) Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku. Manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngadepi udjian kang pungkasan. Jen kadja mau bisa nguwasani ati lan pikirane, ana ing paran ora bakal bandjur malik tingal, ora bandjur ketjantol ing wanita lijane. Kang mangkono iku ateges prija mau bisa lulus saka udjian kang lerege bisa njiptakake bebrajan mulya. Nanging miturut kanjatan, pantjen mula akeh prija kang ora bisa lulus ngadepi udjian abot mau. Nalikane djaman taun 1950-1951, akeh para punggawaning nagara kapindah ing Djakarta lan kuta2 gedhe lijane, sarehne omah angel mulane kepeksa pada pisah karo bodjone. (ATW/ 12/1964). ‘para pria yang biasanya selalu bersama istri dan dilayani oleh istrinya dengan penuh sayang dan cinta. Apabila kemudian harus berpisah dan hidup sendirian di tempat lain, diibaratkan sebagai seorang siswa yang sedang menghadapi ujian terakhir. Jika hal seperti itu mampu menguasai hati dan pikirannya, di tempat lain tidak akan pernah goyah akan kesetiaannya, tidak akan terus tergoda dengan wanita lain. Yang seperti itu berarti pria tadi telah lulus ujian yang dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Tetapi menurut kenyataannya, memang banyak para lelaki yang tidak mampu menghadapi ujian berat itu. Ketika di tahun 1950-1951,

Page 79: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

banyak para pegawai pemerintahan dipindah ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya, karena sulit mendapatkan rumah maka terpaksa berpisah dengan para istrinya.’

Pronomina demonstratif yang ditemukan yaitu djaman taun 1950-

1951‘jaman tahun 1950-1951’ yang mengacu pada nalika ‘ketika’.

Selanjutnya data di atas diuji dengan teknik lesap pada kata djaman taun

1950-1951‘jaman tahun 1950-1951’, menjadi berikut.

a. Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku. Manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngadepi udjian kang pungkasan.Jen kadja mau bisa nguwasani ati lan pikirane, ana ing paran ora bakal bandjur malik tingal, ora bandjur ketjantol ing wanita lijane. Kang mangkono iku ateges prija mau bisa lulus saka udjian kang lerege bisa njiptakake bebrajan mulya. Nanging miturut kanjatan, pantjen mula akeh prija kang ora bisa lulus ngadepi udjian abot mau. Nalikane θ, akeh para punggawa nagara kapindah ing Djakarta lan kuta2 gedhe lijane, sarehne omah angel kapeksa pada pisah karo bodjone. ‘Para pria yang biasanya selalu bersama istri dan dilayani oleh istrinya dengan penuh sayang dan cinta. Apabila kemudian harus berpisah dan hidup sendirian di tempat lain, diibaratkan sebagai seorang siswa yang sedang menghadapi ujian terakhir. Jika hal seperti itu mampu menguasai hati dan pikirannya, di tempat lain tidak akan pernah goyah akan kesetiaannya, tidak akan terus tergoda dengan wanita lain. Yang seperti itu berarti pria tadi telah lulus ujian yang dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Tetapi menurut kenyataannya, memang banyak para lelaki yang tidak mampu menghadapi ujian berat itu. Ketika θ, banyak para pegawai pemerintahan dipindah ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya, karena sulit mendapatkan rumah maka terpaksa berpisah dengan para istrinya.’

Hasil analisis data di atas pada pronomina demonstratif temporal

djaman taun 1950-1951 ‘jaman tahun 1950-1951’ setelah dilesapkan, wacana

di atas masih tetap gramatikal dan berterima, tetapi maknanya yang berubah.

Pronomina tersebut wajib hadir pada wacana di atas untuk memberikan

Page 80: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

kejelasan makna. Selanjutnya dari data yang telah dianalisis, dicoba untuk

kembali diuji dengan teknik ganti. Berikut hasil uji data di atas.

b. Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku. Manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang isih sinau mangkono, ngadepi udjian kang pungkasan.Jen kadja mau bisa nguwasani ati lan pikirane, ana ing paran ora bakal bandjur malik tingal, ora bandjur ketjantol ing wanita lijane. Kang mangkono iku ateges prija mau bisa lulus saka udjian kang lerege bisa njiptakake bebrajan mulya. Nanging miturut kanjatan, pantjen mula akeh prija kang ora bisa lulus ngadepi udjian abot mau.Nalikane {semana, djaman taun 1950-1951} akeh para punggawa kapinah ing Djakarta lan kuta2 gdhe lijane, sarehne omah angel kapeksa pada pisah karo bodjone. ‘Para pria yang biasanya selalu bersama istri dan dilayani oleh istrinya dengan penuh sayang dan cinta. Apabila kemudian harus berpisah dan hidup sendirian di tempat lain, diibaratkan sebagai seorang siswa yang sedang menghadapi ujian terakhir. Jika hal seperti itu mampu menguasai hati dan pikirannya, di tempat lain tidak akan pernah goyah akan kesetiaannya, tidak akan terus tergoda dengan wanita lain. Yang seperti itu berarti pria tadi telah lulus ujian yang dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Tetapi menurut kenyataannya, memang banyak para lelaki yang tidak mampu menghadapi ujian berat itu. Ketika {itu, jaman tahun 1950-1951}, banyak para pegawai pemerintahan dipindah ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya, karena sulit mendapatkan rumah maka terpaksa berpisah dengan para istrinya.’

Data b, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa bentuk

djaman taun 1950-1951 ‘jaman tahun 1950-1951’ dapat pula diganti dengan

bentuk semana ‘kala itu’, sebaliknya kata semana ‘kala itu’ juga dapat

diganti dengan kata djaman taun 1950-1951 ‘jaman tahun 1950-1951’.

Artinya kedua kata tersebut tidak bisa saling menggantikan dan ini

menunjukkan bahwa unsur penganti dan unsur yang diganti tidak mempunyai

kadar kesamaan kelas kata yang sama.

(13) Tumrape Prihati didajohi Karmanto iku seneng bae. Djalaran bandjur bisa rembugan apa-apa, lan bisa njuda marang panandanging batine ditinggal bodjo. Mundak dina srawunge

Page 81: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Karmanto lan Prihati saja raket. Malah bandjur kerep uga wong loro iku srimbitan mlaku-mlaku karo ngadjak anake loro pisan, lan utawa runtung2 wong loro menonton. (ATW/19/1964)’ ‘Perasaan Prihati didatangi Karmanto itu senang sekali. Karena selain bisa menceritakan apa saja, dan juga dapat mengurangi kesedihannya ditinggal suami. Semakin hari hubungan Karmanto dengan Prihati semakin akrab. Bahkan sering berdua mereka jalan-jalan bersama kedua anaknya, atau hanya berdua meonton.’

Pronomina demonstratif yang ditemukan yaitu mundak dina ‘semakin

hari’ yang mengacu pada srawunge Karmanto lan Prihati saja raket

‘hubungan Karmanto dan Prihati semakin akrab’. Selanjutnya data di atas

diuji dengan teknik BUL, menjadi berikut.

b. Tumrape Prihati didajohi Karmanto iku seneng bae. ‘Perasaan Prihati didatangi Karmanto itu senang sekali.’

c. Djalaran bandjur bisa rembugan apa-apa, lan bisa njuda marang panandanging batine ditinggal bodjo. ‘Karena selain bisa menceritakan apa saja, dan juga dapat mengurangi kesedihannya ditinggal suami.’

d. Mundak dina srawunge Karmanto lan Prihati saja raket. ‘Semakin hari hubungan Karmanto dengan Prihati semakin akrab.’

e. Malah bandjur kerep uga wong loro srimbitan mlaku-mlaku karo ngadjak anake loro pisan, lan uta runtung2 wong loro menonton. ‘Bahkan sering berdua mereka jalan-jalan bersama kedua anaknya, atau hanya berdua meonton.’

Kemudian data di atas diuji dengan teknik lesap pada kata mundak

dina ‘semakin hari’, menjadi sebagai berikut.

f. Tumrape Prihati didajohi Karmanto iku seneng bae. Djalaran bandjur bisa rembugan apa-apa, lan bisa njuda marang panandanging batine ditinggal bodjo. θ srawunge Karmanto lan Prihati saja raket. Malah bandjur kerep uga wong loro iku srimbitan mlaku-mlaku karo ngadjak anake loro pisan, lan utawa runtung2 wong loro menonton. ‘Perasaan Prihati didatangi Karmanto itu senang sekali. Karena selain bisa menceritakan apa saja, dan juga dapat mengurangi kesedihannya ditinggal suami. θ hubungan Karmanto dengan Prihati semakin dekat. Bahkan sering berdua mereka jalan-jalan bersama kedua anaknya, atau hanya berdua meonton.’

Page 82: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Hasil analisis data di atas pada pronomina demonstratif temporal

mundak dina ‘semakin hari’ setelah dilesapkan, wacana di atas masih tetap

gramatikal dan berterima, tetapi maknanya yang berubah. Pronomina tersebut

tidak wajib hadir pada wacana di atas. Selanjutnya dari data yang telah

dianalisis, dicoba untuk kembali diuji dengan teknik ganti. Berikut hasil uji

data di atas.

a. Tumrape Prihati didajohi Karmanto iku seneng bae. Djalaran bandjur bisa rembugan apa-apa, lan bisa njuda marang panandanging batine ditinggal bodjo {liya dina, mundak dina} srawunge Karmanto lan Prihati saja raket. Malah bandjur kerep uga wong loro iku srimbitan mlaku-mlaku karo ngadjak anake loro pisan, lan utawa runtung2 wong loro menonton. ‘Perasaan Prihati didatangi Karmanto itu senang sekali. Karena selain bisa menceritakan apa saja, dan juga dapat mengurangi kesedihannya ditinggal suami. {lain hari, semakin hari} hubungan Karmanto dan Prihati semakin dekat. Bahkan sering berdua mereka jalan-jalan bersama kedua anaknya, atau hanya berdua menonton.’

Data di atas, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa

bentuk mundak dina ‘semakin hari’ dapat pula diganti dengan bentuk liya

dina ‘lain hari’, sebaliknya kata liya dina ‘lain hari’ juga dapat diganti

dengan kata mundak dina ‘semakin hari’. Artinya kedua kata tersebut tidak

bisa saling menggantikan dan ini menunjukkan bahwa unsur penganti dan

unsur yang diganti tidak mempunyai kadar kesamaan kelas kata yang sama.

3) Pengacuan komparatif

Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi

gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai

kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/ wujud, sikap, watak, perilaku dan

Page 83: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

sebagainya. Pronomina komparatif yang ditemukan yaitu diantaranya kaya

‘seperti’ nampak pada wacana berikut.

14. Karmanto tansah surak-surak gembira. Djalaran Sukati tansah nggondeli tangane, bisa uga sumelang jen nganti kepleset tiba.“Grodjogan Sewu ki abadi ja mas”, tjlatune Sukati karo njawang kumepjuring banju kang ambjar saka grodjogan. “Abadi! Kaja tresnaku marang sliramu”, wangsulane Karmanto karo njawang Sukatine, atine mongkog (ATW/ 4/1964) ‘Karmanto selalu bersorak gembira. Karena Sukati semakin kuat menggenggam tangannya, dapat juga takut jika nanti jatuh terpeleset. Grojogan Sewu ini abadi ya mas”, kata Sukati sambil memandang gemuruh air yang jatuh dari grojogan. “Abadi! Seperti kesetiaanku kepadamu”, jawab Karmanto sambil memandang Sukatinya, hatinya senang’.

Satuan lingual kaya ‘seperti’ pada data di atas adalah pengacuan

komparatif yang berfungsi membandingkan antara keabadian cinta Sukati dan

Karmanto dengan keabadian dari air terjun Grojogan Sewu yang berada di

Tawangmangu. Data di atas akan dibagi unsur langsungnya menjadi berikut.

a. Karmanto tansah surak-surak gembira. ‘Karmanto selalu bersorak gembira.’ b. Djalaran Sukati tansah nggondeli tangane, bisa uga sumelang jen

nganti kepleset tiba. ‘Karena Sukati semakin kuat menggenggam tangannya, dapat juga takut jika nanti jatuh terpeleset.’

c. Grodjogan Sewu ki abadi ja mas”, tjlatune Sukati karo njawang kumepjuring banju kang ambjar saka grodjogan. ‘Grojogan Sewu ini abadi ya mas”, kata Sukati sambil memandang gemuruh air yang jatuh dari grojogan.’

d. “Abadi! Kaja tresnaku marang sliramu”, wangsulane Karmanto karo njawang Sukatine, atine mongkog. ‘Abadi! Seperti kesetiaanku kepadamu”, jawab Karmanto sambil memandang Sukatinya, hatinya senang’.

Kemudian dari di atas diuji dengan teknik lesap pada pronomina

komparatif kaya ‘seperti’ menjadi sebagai berikut.

a. Karmanto tansah surak-surak gembira. ‘Karmanto selalu bersorak gembira.’

Page 84: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Djalaran Sukati tansah nggondeli tangane, bisa uga sumelang jen nganti kepleset tiba. ‘Karena Sukati semakin kuat menggenggam tangannya, dapat juga takut jika nanti jatuh terpeleset.’

c. “Grodjogan Sewu ki abadi ja mas”, tjlatune Sukati karo njawang kumepjuring banju kang ambjar saka grodjogan. ‘Grojogan Sewu ini abadi ya mas”, kata Sukati sambil memandang gemuruh air yang jatuh dari grojogan.’

d. “Abadi! Ө tresnaku marang sliramu”, wangsulane Karmanto karo njawang Sukatine, atine mongkog. ‘Abadi! Seperti kesetiaanku kepadamu”, jawab Karmanto sambil memandang Sukatinya, hatinya senang’.

Wacana di atas setelah mengalami pelesapan, diketahui bahwa pronomina

komparatif kaya ‘seperti’ wajib hadir. Bila pronomina tersebut dilesapan, wacana

menjadi tidak berterima, sehingga hubungan antarkalimat pertama dan kedua

menjadi tidak jelas.

Data (d) diuji dengan teknik lanjutan yang lain yaitu teknik ganti untuk

mengetahui bentuk lain yang dapat menggantikan bentuk kaya ‘seperti’ menjadi

berikut.

d. “Abadi! {kaja, kados} tresnaku marang sliramu”, wangsulane Karmanto karo njawang Sukatine, atine mongkog. ‘Abadi! Seperti kesetiaanku kepadamu”, jawab Karmanto sambil memandang Sukatinya, hatinya senang’.

Data d, setelah dianalisis dengan teknik ganti, nampak bahwa bentuk kaya

‘seperti’ dapat pula diganti dengan bentuk kados ‘seperti’, sebaliknya kata kados

‘seperti’ juga dapat diganti dengan kata kaya ‘seperti’. Artinya kedua kata

tersebut bisa saling menggantikan dan ini menunjukkan bahwa unsur penganti dan

unsur yang diganti tidak mempunyai kadar kesamaan kelas kata yang sama.

Page 85: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Penyulihan (substitusi)

Penyulihan (subsitusi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebutkan) dengan satuan

lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Pada novel Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widayat terdapat penyulihan sebagai alat kohesi

gramatikal. Penyulihan tersebut terjadi beberapa kali dalam novel ini. Seperti pada

kutipan berikut.

1). Subtitusi Nominal

Substitusi nominal, satuan lingual yang mengalami penggantian berupa

nominal (kata benda) pada wacana berikut terdapat penanda kohesi subtitusi

nominal.

15. Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati ang nedenge adon asmara, lungane menjang Tawangmangu iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing papan kang njata bias njenengake ati ‘Apalagi Karmano dan Sukati yang sedang terpana asmara, kepergiannya ke Tawangmangu ini diliputi oleh rasa bahagia dan senang, karena mereka berdua bisa berduaan di tempat yang dapat menyenangkan’

Data di atas menunjukkan adanya subtitusi nominal, yaitu

Tawangmangu ‘Tawangmangu’ yang merupakan unsur terganti, sedangkan

papan ‘tempat’ merupakan unsur penggantinya dalam subtitusi dari nominal

ke nominal. Selanjutnya data tersebut diuji dengan teknik lesap yang hasilnya

menjadi sebagai berikut.

a. Apa maneh tumrape Karmanto lan Sukati ang nedenge adon asmara, lungane menjang θ iki sangu ati kang seneng lan rasa mongkog, dene sakloron bisa sarimbit ing θ kang njata bias njenengake ati ‘Apalagi Karmano dan Sukati yang sedang terpana asmara, kepergiannya ke θ ini diliputi oleh rasa bahagia dan senang, karena mereka berdua bisa berduaan di θ yang dapat menyenangkan’

Page 86: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Wacana di atas setelah dianalisis dengan teknik lesap, bahwa subtitusi

nominal Tawangmangu ‘Tawangmangu’, papan ‘tempat’ wajib hair. Bila

substitusi tersebut dilesapkan, wacana menjadi tidak bberterima. Hubungan

antarkalimat pertama dn kalimat kedua menjadi tidak jelas. Dari data a diuji

dengan teknik ganti yang menjadi sebagai berikut.

b. Apa maneh tumrape karmanto lan Sukati kang nedenge adon asmara, lungane menjang {Tawangmangu, papan}iki sangu seneng lan rasa mongkog, ‘Apalagi Karmanto dan Sukati yang sedang dmabuk asmara, kepergiannya ke {Tawangmangu, tempat} diliputi rasa bahagia dan senang,’

c. dene sakloron bisa sarimbiit ing {papan, Tawangmangu} kang njata bisa njenengake ati. ‘karena mereka berdua bisa berduaan di {tempat, Tawangmangu} yang dapat menyenang hatu.’

Hasil analisis data di atas bahwa kata Tawangmangu ‘Tawangmangu’

dapat digantikan dengan kata papan ‘tempat’ tetap gramatikal dan berterima.

2) Substitusi Verbal

Subtitusi verbal merupakan substitusi yang unsur tergantinya dan

unsur penggantinya berupa verbal. Nampak pada wacana berikut.

16. Hawa Tawangmangu kang kepenak iku mrabawani marang rasane sakloron, ajem, tentrem lan mulja. Grodjogan Sewu, alas pinus lan papan-papan sakiwa tengene, saupama bisa ngutjap mesti njritakake pengalaman-pengalaman kang wis tau dingerteni, mujudake seksi-seksi kang ora bakal mukir, jen njatane papan2 ing sakiwa tengene iki mudjudake papan kang nikmat tumraping para muda kang nedeng among tresna. Tentreming swasana mangaribawani marang rasa kang nglangut marang gegajuhan. (ATW/7-8/1964). ‘Cuaca Tawangmangu yang nyaman itu membuat perasaan mereka berdua merasa, nyaman, tentram, dan bahagia. Grojogan Sewu, hutan pinus dan tempat-tempat di kanan kirinya, misalkan dapat berkata tentu saja akan menceritakan pengalaman-pengalamannya yang pernah dilihatnya, menjadikan saksi-saksi yang tidak akan bisa berbohong, jika kenyataannya tempat-tempat di sekitarnya ini menwujudkan tempat yang sangat menyenangkan bagi para muda-mudi untuk memadu kasih.

Page 87: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Tentramnya suasana membuat perasaan terbawa akan angan-angan’

Data di atas terdapat substitusi verbal yaitu ngutjap ‘mengucap/

berkata’ sebagai unsur terganti dan unsur penggantinya njritakake

‘menceritakan’. Kemudian akan dianalisis dengan menggunakan teknik lesap

menjadi sebagai berikut.

a. Hawa Tawangmangu kang kepenak iku mrabawani marang rasane sakloron, ajem, tentrem lan mulja. ‘Cuaca Tawangmangu yang nyaman itu membuat perasaan mereka berdua merasa, nyaman, tentram, dan bahagia.’

b. Grodjogan Sewu, alas pinus lan papan-papan sakiwa tengene, saupama bisa θ mesti θ pengalaman-pengalaman kang wis tau dingerteni, mujudake seksi-seksi kang ora bakal mukir, jen njatane papan2 ing sakiwa tengene iki mudjudake papan kang nikmat tumraping para muda kang nedeng among tresna. ‘Grojogan Sewu, hutan pinus dan tempat-tempat di kanan kirinya, misalkan dapat berkata tentu saja akan menceritakan pengalaman-pengalamannya yang pernah dilihatnya, menjadikan saksi-saksi yang tidak akan bisa berbohong, jika kenyataannya tempat-tempat di sekitarnya ini menwujudkan tempat yang sangat menyenangkan bagi para muda-mudi untuk memadu kasih.’

c. Tentreming swasana mangaribawani marang rasa kang nglangut marang gegajuhan. ‘Tentramnya suasana membuat perasaan terbawa akan angan-angan’(ATW/7-8/1964).

Wacana a, setelah dianalisis dengan teknik lesap menunjukkan bahwa

subtitusi verbal ngutjap ‘berkata’, dan njritakake ‘menceritakan’ wajib hadir.

Bila subtistusi tersebut dilesapkan, wacana di atas akan menjadi tidak

berterima. Hubungan antarkalimat pertama dan kedua menjadi tidak jelas.

Selanjutnya dari data a, akan dianalisis dengan menggunakan teknik ganti,

sebagai berikut.

d. Hawa Tawangmangu kang kepenak iku mrabawani marang rasane sakloron, ajem, tentrem lan mulja.Grodjogan Sewu, alas pinus lan papan-papan sakiwa tengene, saupama bisa {ngutjap, njritakake} mesti {njritakake, ngutjap} pengalaman-pengalaman kang wis tau

Page 88: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

dingerteni, mujudake seksi-seksi kang ora bakal mukir, jen njatane papan2 ing sakiwa tengene iki mudjudake papan kang nikmat tumraping para muda kang nedeng among tresna. Tentreming swasana mangaribawani marang rasa kang nglangut marang gegajuhan. (ATW/8/1964). ‘Cuaca Tawangmangu yang nyaman itu membuat perasaan mereka berdua merasa, nyaman, tentram, dan bahagia Grojogan Sewu, hutan pinus dan tempat-tempat di kanan kirinya, misalkan dapat {berkata, menceritakan} tentu saja akan {menceritakan, berkata}pengalaman-pengalamannya yang pernah dilihatnya, menjadikan saksi-saksi yang tidak akan bisa berbohong, jika kenyataannya tempat-tempat di sekitarnya ini menwujudkan tempat yang sangat menyenangkan bagi para muda-mudi untuk memadu kasih. Tentramnya suasana membuat perasaan terbawa akan angan-angan’

Hasil analisis data b dengan teknik ganti yaitu kata kerja (verba)

ngutjap ‘berkata’, dan njritakake ‘menceritakan’ merupakan satu kelas kata.

Hal tersebut ditunjukkan bahwa verba ngutjap ‘berkata’ dapat diganti dengan

njritakake ‘menceritakan’ sehingga tetap gramatikal dan berterima.

3) Substitusi Klausal

Subtitusi klausal merupakan penggantin suatu unsur berupa klausa

diganti dengan kata, frasa, dan kalimat. Adapun penanda kohesi berupa

subtitusi klausal terdapat pada wacana berikut.

17. O, anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto karma. Pijambakipun manggen wonten gang I kalijan garwanipun (ATW/22/1964). ‘O begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah dari sini, setelah mas Karmanto menikah. Beliau sekarang tinggal di gang I bersama istrinya.’

Data di atas ditemukan kata pindah ‘pindah’ dibagi atas unsur

langsungnya dari klausa manggen wonten gang I ‘sekarang tinggal di gang I’.

Page 89: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

selanjutnya data di atas diuji dengan menggunakan teknik lesap, menjadi

sebagai berikut.

1). O, anu mbak, mas Karmanto sampun dangu θ saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto karma. Pijambakipun θ kalijan garwanipun (ATW/22/1964). ‘O begini mbak, mas Karmanto sudah lama θ dari sini, setelah mas Karmanto menikah. Beliau θ bersama istrinya.’

Wacana di atas setelah dianalisis dengan teknik lesap, menunjukkan

bahwa subtitusi klausal adalah pindah ‘pindah’ wajb hadir. Bila subtitusi

tersebut dilesapkan, wacana di atas menjadi tidak berterima dan tidak

gramatikal. Hubungan antarkalimat pertama dan kedua menjadi tidak jelas.

Selanjutnya dari data a, dianalisis dengan menggunakan teknik ganti, menjadi

sebagai berikut.

2). O, anu mbak, mas Karmanto sampun dangu {pindah, manggen wonten gang I} saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto karma. Pijambakipun {manggen wonten gang I, pinah} kalijan garwanipun (ATW/22/1964). ‘O begini mbak, mas Karmanto sudah lama θ dari sini, setelah mas Karmanto menikah. Beliau θ bersama istrinya.’

Setelah diuji dengan teknik ganti data b di atas hasilnya Nampak

bahwa kata pindah ’pindah’ menggantikan Klausa manggen wonten gang I

‘tinggal di gang I’

c. Pelesapan (elipsis)

Elipsis atau pelesapan adalah penghilangan satuan lingual tertentu. Unsur

yang atau satuan lingual yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa, klausa atau

kalimat. Adapun fungsi pelesapan dalam wacana antara lain untuk:

a. menghasilkan kalimat yang efektif (untuk efektivitas kalimat),

Page 90: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa,

c. mencapai aspek kepaduan wacana, d. bagi pembaca/ pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya

terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan e. untuk kepraktisan bahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan

(Sumarlam, 2006: 30).

Pelesapan yang terdapat pada novel karya Widi Widayat dengan judul

Asmara Tanpa Weweka dapat ditemukan pada data-data berikut.

18. Dene Karmanto kang urip indekos ing Surabaya iku, karepe uga tansah ngati-ati. Tansah nggatekake marang pepelinge Sukati, murih bebrajane adja nganti bubrah. Mulane saben wis mulih saka njambutgawe, Karmanto mung tansah nduwel ing kamare, matja-matja utawa sinau dewe ngenani bab kang during dingerteni. (ATW/12/1964) ‘Karmanto yang saat ini hidup ngekos di Surabaya, ingin selalu berhati-hati. Selalu memperhatikan apa yang selalu diingatkan Sukati, supaya ruah tangganya jangan sampai hancur. Maka dari itu setiap pulang bekerja, Karmanto hanya di dalam kamarnya, membaca atau belajar yang belum dipahaminya’

Tuturan di atas terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata, yaitu

kata Karmanto yang berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan pada tuturan di

atas. Subjek yang sama itu dilesapkan sekali, yaitu sebelum kata tansah ‘selalu’.

Dalam analisis wacana unsur (konstituen) yang dilesapkan tersebut biasa ditandai

dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang θ) pada tempat terjadinya

pelesapan unsur tersebut. Dengan cara seperti itu maka peristiwa pelesapan pada

tuturan di atas dapat direpresentasikan menjadi (19), dan apabila tuturan itu

kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka

akan tampak seperti sebagai berikut.

a. Dene Karmanto kang urip urip indekos ing Surabaya iku, θ karepe uga

tansah ngati-ati. θ tansah nggatekake marang pepelinge Sukati, murih bebrajane adja nganti bubrah. Mulane saben wis mulih saka njambutgawe, Karmanto mung tansah nduwel ing kamare, matja-matja

Page 91: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

utawa sinau dewe ngenani bab kang during dingerteni. ‘Karmanto yang saat ini hidup ngekos di Surabaya, ingin selalu berhati-hati. Selalu memperhatikan apa yang selalu diingatkan Sukati, supaya ruah tangganya jangan sampai hancur. Maka dari itu setiap pulang bekerja, Karmanto hanya di dalam kamarnya, membaca atau belajar yang belum dipahaminya’

b. Dene Karmanto kang urip indekos ing Surabaya iku, Karmanto karepe uga tansah ngati-ati. Karmanto tansah nggatekake marang pepelinge Sukati, murih bebrajane adja nganti bubrah. Mulane saben wis mulih saka njambutgawe, Karmanto mung tansah nduwel ing kamare, matja-matja utawa sinau dewe ngenani bab kang during dingerteni. ‘Karmanto yang saat ini hidup ngekos di Surabaya, ingin selalu berhati-hati. Selalu memperhatikan apa yang selalu diingatkan Sukati, supaya ruah tangganya jangan sampai hancur. Maka dari itu setiap pulang bekerja, Karmanto hanya di dalam kamarnya, membaca atau belajar yang belum dipahaminya’

Analisis di atas menunjukkan bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada 12 atau 12a, maka tuturan itu menjadi efektif, efisien

wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif

menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi.

Fungsi-fungsi semacam ini tentu tidak ditemukan pada tuturan 12b, sekalipun dari

segi informasi lebih jelas atau lengkap dari tuturan 12 dan 12a.

d. Perangkaian (konjungsi)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan

dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana.

Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klaua, kalimat,

dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan

pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau

pemarkah disjungtif.

Page 92: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Contoh-contoh penggunaan perangkaian atau konjungsi beserta makna

yang ditimbulkan dapat ditemukan pada tuturan yang ada dalam novel Asmara

tanpa Wewka karya Widi Widayat, diantaranya.

1) Konjungsi adversatif

Konjungsi adversatif yaitu konjungsi yang bersifat mempertentangkan atau

saling berlawanan antarunsur yang dihubungkan. Adapun penanda kohesi

konjungsi adversatif nampak pada wacana berikut.

19. Karmanto bandjur age-age mbajar betjak, gawane ditjandak tjeg-tjeg terus djumangkah mlebu pekarangan. Nanging, bareng lakune wis tekan ngarep lawang omah, Karmanto meksa ora weruh kumlebeting bodjone. (ATW/30/1964). ‘Karmanto segera membayar ongkos becak, barang bawaannya dikeluarkan dengan cekatan kemudian melangkah masuk halaman rumah. Tetapi, ketika langkahnya sudah sampai depan pintu rumahnya, Karmanto tidak melihat istrinya.

Data yang telah disajikan di atas terdapat penanda kohesi berupa konjungsi

adversatif, yaitu nanging ‘tetapi’ menghubungkan dua klausa yang saling

bertentangan antara niat Karmanto untuk melepaskan rindu kepada istrinya, yang

terdapat pada kalimat … gawane ditjandak tjeg-tjeg terus djumangkah mlebu

pekarangan ‘…’ barang bawaannya dikeluarkan dengan cekatan kemudian

melangkah masuk halaman rumah’ (klausa pertama) dan …. Karmanto meksa ora

weruh kumlebeting bodjone ‘….’ Karmanto tidak melihat istrinya’ (klausa kedua).

Konjungsi adversatif nanging ‘tetapi’ bertugas menghubungkan dua klausa yang

saling berlawanan. Dari data di atas apabila dibagi atas unsur langsungnya

menjadi berikut.

a. Karmanto bandjur age-age mbajar betjak, gawane ditjandak tjeg-tjeg terus djumangkah mlebu pekarangan. ‘‘Karmanto segera membayar ongkos becak, barang bawaannya dikeluarkan dengan cekatan kemudian melangkah masuk halaman rumah.’

Page 93: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Nanging, bareng lakune wis tekan ngarep lawang omah, Karmanto meksa ora weruh kumlebeting bodjone. ‘Tetapi, ketika langkahnya sudah sampai depan pintu rumah, Karmanto tidak melihat istrinya.’

Data yang telah dibagi atas unsur langsungnya, kemudian diuji dengan

menggunakan teknik lesap yang menjadi sebagai berikut.

c. Karmanto bandjur age-age mbajar betjak, gawane ditjandak tjeg-tjeg terus djumangkah mlebu pekarangan. θ, bareng lakune wis tekan ngarep lawang ngomah, Karmanto meksa ora weruh kumlebeting bodjone. ‘Tetapi, ketika langkahnya sudah sampai depan pintu rumah. θ, ketika langkahnya sudah sampai depan pintu rumah, Karmanto tidak melihat istrinya.’

Hasil analisis dari data di atas, ternyata data tersebut menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima. Hal ini ditunjukkan karena tidak adanya hubungan

antara kedua klausa yang berlawanan, jadi konjungsi nanging ‘tetapi’ pada

wacana di atas harus hadir. Selanjutnya dari data yang telah dianalisis dengan

teknik lesap kembali diuji dengan menggunakan teknik ganti.

d. Karmanto bandjur age-age mbajar betjak, gawane ditjandak tjeg-tjeg terus djumangkah mlebu pekarangan. {nanging, suwalike, ewasemono}, bareng wis tekan ngarep lawang omah, Karmanto meksa ora weruh kumlebeting bodjone. ‘Tetapi, ketika langkahnya sudah sampai depan pintu rumah. {tetapi, sebaliknya, meski demikian}, ketika sampai depan pintu rumahnya, Karmanato tidak melihat istrinya.’

Konjungsi adversatif nanging ‘tetapi’ apabila diganti dengan konjungsi

yang lain yaitu suwalike ‘sebaliknya’, ewasemono ‘meski demikian’, wacana itu

menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jadi, dalam hal ini konungsi

nanging ‘tetapi’ tidak dapat diganti dengan konjungsi adversatif yang lain.

Page 94: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

2) Konjungsi kausal

Konjungsi kausal adalah konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-

akibat (kausal) antara dua preposisi yang dihubungkan tersebut. Adapun wacana

di dalamnya terdapat penanda kohesi berupa konjungsi kausal adalah sebagai

berikut.

20. Ing sadjroning atine pantjen rada muring dene disongoli bodjone, djalaran ngira manawabodjone ngutjapake tetembungan mau mung butuh golek dadakaning prekara, lan bandjur tuwuh panjakrabawane kang ora betjik marang Sukati, genah jen saplok ora mulih, Sukati wis sambung katresnan marang prija lija. (ATW/27/1964). ‘Di dalam hatinya memang kesal karena kecurigaan istrinya, karena mengira kalau istrinya telah mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepada Sukati, benar jika semenjak tidak pulang, Sukati sedang dekat dengan laki-laki lain.’

Konjungsi kausal pada data yang disajikan di atas ditunjukkan dengan kata

jalaran ‘karena’. Konjungsi ini menunjukkan sebab-akibat antara Ing sadjroning

atine pantjen rada muring dene disongoli bodjone ‘di dalam hatinya memang

sedikit kesal karena istrinya,’ dan ngira manawa bodjone ngutjapake tetembungan

mau mung butuh golek dadakaning prekara ‘mengira kalau istrinya telah

mengucapkan kata-kata yang tidak baik.’ Selanjutnya data tersebut diuji dengan

teknik lesap yang menjadi berikut.

a. Ing sadjroning atine pantjen rada muring dene disongoli bodjone, θ ngira manawabodjone ngutjapake tetembungan mau mung butuh golek dadakaning prekara, lan bandjur tuwuh panjakrabawane kang ora betjik marang Sukati, genah jen saplok ora mulih, Sukati wis sambung katresnan marang prija lija. (ATW/27/1964). ‘Di dalam hatinya memang kesal karena kecurigaan istrinya, θ mengira kalau istrinya telah mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepada Sukati, benar jika semenjak tidak pulang, Sukati sedang dekat dengan laki-laki lain.’

Hasil analisis dari data di atas, ternyata data tersebut menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima. Hubungan sebab akibat antarklausa menjadi tidak

Page 95: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

jelas,sehingga maknanya tidak dapat diterima dengan baik. Selanjutnya dari data

yang telah dianalisis dengan teknik lesap kembali diuji dengan menggunakan

teknik ganti.

b. Ing sadjroning atine pantjen rada muring dene disongoli bodjone, {djalaran, amargi, sabab} ngira manawabodjone ngutjapake tetembungan mau mung butuh golek dadakaning prekara, lan bandjur tuwuh panjakrabawane kang ora betjik marang Sukati, genah jen saplok ora mulih, Sukati wis sambung katresnan marang prija lija. (ATW/27/1964). ‘Di dalam hatinya memang kesal karena kecurigaan istrinya, {karena, karena, sebab} mengira kalau istrinya telah mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepada Sukati, benar jika semenjak tidak pulang, Sukati sedang dekat dengan laki-laki lain.’

Konjungsi kausal jalaran ‘karena’ apabila diganti dengan konjungsi yang

lain yaitu amargi ‘karena’, sabab ‘sebab’, wacana itu tetap gramatikal dan

berterima, sehingga kedudukan konjungsi kausal tersebut aalah satu kelas karena

apat saling menggantikan, artinya apabila penanda itu dipakai, tidak mengurangi

informasi yang disampaikan.

3) Konjugsi koordinatif

Konjungsi koordinatif merupakan konjungsu yang digunakan untuk

menyatakan kesetaraan atau kesejajaran antara dua proposisi, dalam hal ini di

dalam wacana. Beberapa kata yang menyatakan di antaranya lan ‘dan’, uga

‘juga’. Adapun wacana yang mengandung konjungsi koordinatif adalah sebagai

berikut.

21. Bareng Sukati dadi randa lan ngrumangsani jen ing saikine wis ora ana wong kang bisa didjagakake maneh, mulane Sukati bandjur melu-melu sadulure, adjar bebakulan barang sembet. (ATW/32/1964). ‘Setelah Sukati sudah menjadi janda dan merasa kalau sekarang sudah tidak ada orang lagi yang dapat diharapkan, maka Sukati bersama saudara-saudaranya, belajar berdagang pakaian.’

Page 96: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Data yang disajikan di atas penanda kohesi konjungsi koordinatif berupa

lan ‘dan’ yang menghubungkan dua kata yang setara. Kemudian data yang telah

tersaji diuji dengan teknik lesap, menjadi berikut.

a. Bareng Sukati dadi randa θ ngrumangsani jen ing saikine wis ora ana wong kang bisa didjagakake maneh, mulane Sukati bandjur melu-melu sadulure, adjar bebakulan barang sembet. (ATW/32/1964). ‘Setelah Sukati sudah menjadi janda θ merasa kalau sekarang sudah tidak ada orang lagi yang dapat diharapkan, maka Sukati bersama saudara-saudaranya, belajar berdagang pakaian.’

Data yang tersaji setelah diuji dengan teknik lesap menunjukkan bahwa

wacana tersebut menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga penanda

kohesi konjungsi koordinatif lan ‘dan’ wajib hadir pada wacana tersebut.

4) Konjungsi korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan kata atau

klausa yang berstatus sama. Wacana berikut mengungkapkan adanya konjungsi

korelatif.

22. Prihati anake wong sugih, jen wong tuwane milih mantu wong sugih iku djenenge wis tjotjog. Wis timbang pada batine. Djalaran jen wong sugih besanan karo wong mlarat kaja wong tuwaku, mestine rak rugi tjarane wong dagag. Mula sanadjan keprijea bae ja dak trima. (ATW/7/1964). ‘Prihati itu anak orang kaya, jadi kalau orang tuanya memilih menantu orang kaya sudah pantas. Daripada saling kecewa. Karena kalau orang kaya mempunyai besan orang miskin seperti orang tuaku ibarat orang berdagang pasti merugi. Maka dari itu aku terima saja.’

Konjungsi korelatif pada data di atas ditunjukkan pada kata senajan

‘meskipun’, konjungsi tersebut menyatakan hubungan perlawanan. Data

tersebutnya selanjutnya dibagi atas unsur langsungnya menjadi berikut.

Page 97: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

a. Prihati anake wong sugih, jen wong tuwane milih mantu wong sugih iku djenenge wis tjotjog. ‘Prihati itu anak orang kaya, jika orang tuanya memilih menantu kaya itu sudah pantas.’

b. Wis timbang pada batine. ‘Daripada saling keewa.’ c. Djalaran jen wong sugih besanan karo wong mlarat kaja wong

tuwaku, mestine rak rugi tjarane wong dagang. ‘Karena kalau orang kaya mempunyai besan orang miskin seperti orang tuaku, ibarat orang dagang pasti akan merugi.’

d. Mula sanadjan keprijea bae, ja dak trima. ‘Meskipun begitu tetap aku terima’

Data di atas yang telah dibagi atas unsur langsungnya, untuk mengetahui

kadar keintian unsure wacana diuji dengan menggunakan teknik lesap. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut.

e. Mula θ keprijea bae ja dak trima. ‘θ begitu tetap aku terima.’

Hasil analisis dari data di atas dengan menggunakan teknik lesap

ditunjukkan bahwa wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima karena

unsur yang menghubungkan kedua klausa tersebut dihilangkan. Konjungsi

korelatif senajan ’meskipun’ wajib hadir sebagai salah satu unsur kohesi wacana.

5) Konjungsi temporal

Konjungsi temporal adalah konjungsi yang mengacu pada waktu.

Menghubungkan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan

kalimat, yaitu dengan menggunakan keterangan waktu. Adapunwacana berikutdi

dalamnya yang terdapat konjungsi temporal.

23. Kabeh iku butuh meruhi sangkaning grodjogan ewu kang tansah dadi punjering kawigaten kang butuh nglipur ati ing Tawangmangu. Bareng wis rumangsa tutug olehe lungguhan ing alas pinus, Karmanto lan Sukati bandjurngunggahi pereng. (ATW/8/1964). ‘Semuanya memang ingin melihat keberadaan air terjun grojogan sewu yang selalu menjadi pusat perhatian untuk menghibur hati di tawangmangu.

Page 98: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Setelah merasa puas duduk-duduk di hutan pinus, Karmanto dan Sukati kemudian mendaki bukit.’

Data di atas telah ditemukan konjungsi temporal bareng ‘setelah’ pada

kalimat kedua. Konjungsi tersebut menunjukkan bahwa sebelum konjungsi

merupakan kalimat yang terjadi sebelumnya dan setelah itu kalimat kedua yang

mengandung konjungsi. Kemudian data tersebut dibagi atas unsur langsungnya.

a. Kabeh iku butuh meruhi sangkaning grodjogan ewu kang tansah dadi punjering kawigaten kang butuh nglipur ati ing Tawangmangu. ‘Semuanya memang ingin melihat keberadaan air terjun grojogan sewu yang selalu menjadi pusat perhatian untuk menghibur hati di tawangmangu.

b. Bareng wis rumangsa tutug olehe lungguhan ing alas pinus, Karmanto lan Sukati bandjurngunggahi pereng. ‘Setelah merasa puas duduk-duduk di hutan pinus, Karmanto dan Sukati kemudian mendaki bukit.’

Data yang telah dibagi unsur langsungnya tersebut kemudian diuji dengan

teknik lesap yang hasilnya sebagai berikut.

c. Ø wis rumangsa tutug olehe lungguhan ing alas pinus, Karmanto lan Sukati bandjurngunggahi pereng. ‘Ø merasa puas duduk-duduk di hutan pinus, Karmanto dan Sukati kemudian mendaki bukit.’

Ternyata dengan teknik lesap, data di atas menjadi tidak gramatikal dan

tidak berterima, karena konjungsi bareng ‘setelah’ sebagai unsure penghubung

yang menyatakan waktu (temporal) antara kalimat pertama dengan kalimat kedua.

2. Penanda Kohesi Leksikal

Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi

gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal, yaitu hubungan

antarunsur dalam wacana secara sistematis. Dalam hal ini menghasilkan wacana

Page 99: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya dengan cara memilih kata-

kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud. Kohesi leksikal dalam

wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (a) repetisi (pengulangan),

(b) sinonimi (padan kata), (c) kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan

atas-bawah), (e) antonimi (lawan kata), (f) ekuivalensi (kesepadanan). Keenam

cara untuk mencapai kepaduan wacana melalui aspek leksikal itu akan diuraikan

pada analisis berikut.

a. Pengulangan (repetisi)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai. Dalam novel Asmara tanpa Weweka ada beberapa repetisi

yakni.

24. Prija kang padatane tansah njanding bodjo lan diladeni dening bodjo kanti asih lan tresna iku, manawa bandjur urip idjen ing paran, kaupamakna murid kang iasih sinau mangkono, ngadepi udjian kang pungkasan. (ATW/ 11/1964) ‘Lelaki yang seperti biasanya selalu didampingi istri dan dilayani oleh istri dengan penuh kasih dan cinta itu, apabila kemudian berpisah hidup sendiri, diibaratkan sebagai seorang siswa yang sedang belajar menghadapi ujian akhir.

Contoh repetisi di atas merupakan contoh repetisi epizeukis, yaitu

pengulangan satuan lingual yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut.

Adapun fungsi pengulangan ini dimaksudkan untuk menekankan pentingnya kata

tersebut dalam konteks tuturan itu.

Page 100: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Padan kata (sinonimi)

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

sama; atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain

(Abdul Chaer dalam Sumarlam, 2006: 39). Sinonimi merupakan salah satu aspek

leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi untuk menjalin

hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan

lingual yang lain dalam wacana.

Novel Asmara tanpa Weweka terdapat beberapa sinonimi untuk menjalin

hubungan yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang

lain yakni terdapat pada kutipan berikut.

25. Atine Karmanto trenjuh. Undjal ambegan, nuli pitakone: -Geneja sliramu kok ora bali ing Sala bae? Aku isin jen bali neng Sala. Mula trima urip ing Surabaja. Lan pinangka uripku, aku bali njambutgawe maneh, mulang ing Sekolah Dasar. (ATW/16/1964) ‘Hati Karmanto tersentuh. Menghela napasnya, kemudian bertanya: - Mengapa kamu tidak kembali saja ke Solo? Saya malu jika harus kembali ke Solo. Lebih baik tinggal di Surabaya. Dan kehidupan yang harus saya jalani, saya bekerja lagi, mengajar di SD.

Berdasarkan kutipan yang ditampilkan di atas terlihat bahwa morfem

(bebas) aku ‘saya’ bersinonim dengan morfem (terikat) –ku ‘saya’. Dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa sinonimi di atas merupakan sinonimi morfem (bebas)

dengan morfem (terikat). Selanjutnya di bawah ini merupakan contoh dari

sinonimi kata dengan frasa.

26. Prihati ora nutugake tjlatune, apa kang arep dilahirake diulu maneh. Rumangsa riku arep ngutjapake tembung mau. (ATW/16/1964) ‘Prihati tidak melanjutkan ucapannya, apa yang akan dikeluarkannya dipendam kembali. Merasa segan akan mengucapkan kalimat tadi.

Page 101: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Tuturan di atas, kepaduan wacana tersebut antara lain didukung oleh aspek

leksikal yang berupa sinonimi antara kata tjlatu ‘ucapan’ dengan kata tembung

‘kalimat’. Kedua kata di atas bermakna sama.

c. Sanding kata (kolokasi)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan

pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang

berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau

jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan kemiliteran akan digunakan kata-kata

yang berkaitan dengan masalah kemiliteran dan orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Kata-kata seperti peleton, batalyon, kompi, misalnya merupakan cntoh

kata-kata yang cenderung dipakai secara berdampingan dalam domain militer atau

jaringan kemiliteran. Dalam novel ini terdapat pemakaian kolokasi yaitu

diantaranya.

27. Ing sawise Sukati ngonangi jen bodjone ing Surabaya rabi meneh, anane mung bandjur tansah susah. Lan bandjur tuwuh tekade, tinimbang dimaru luwih betjik pisahan bae. Sanadjan satemene tekade iku uga kudu ditebus dening remuking ati, djer temene mono katresnane marang bodjo wis kebatjut mbalung sungsum lanangel dilalekake. (ATW/ 23/1964) ‘Setelah Sukati mengetahui suaminya yang tinggal di Surabaya menikah lagi, yang ada hanyalah penderitaan. Lalu timbul tekadnya, daripada dimadu lebih baik cerai saja. Meskipun demikian tekadnya itu harus ditebus dengan kehancuran hatinya, sesungguhnya cintanya dengan suami sudah terlanjur merasuk di dalam hatinya dan sulit untuk dilupakan.

Contoh di atas tampak pemakaian kata-kata bodjo ‘suami/ istri’, dimaru

‘dimadu’ , pisahan ‘cerai’, rabi ‘menikah’ , katresnan ‘kesetiaan’, yang saling

berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.

Page 102: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

d. Hubungan atas-bawah (hiponimi)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang

maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur

atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang

berhiponim itu disebut “hipernim” atau subordinat. Dalam novel ini terdapat

kohesi leksikal yang berupa hiponimi. Adapun data yang terdapat hiponimi dapat

disimak pada kutipan berikut.

28. Djalaran kakehan wong kang nunggang. Sadela maneh, bis wis wiwit mlaku. Bareng mlaku ana angin kang mlebu ing bis, rada kepenak setitik. Nanging, rehne ngadeg sikile uga krasa kesel, kedju lan ngetok, meksa isih seneng ing atine. (ATW/ 4/1964) ‘Karena banyaknya penumpang. Sebentar lagi, bis mulai berjalan. Ketika berjalan ada angin semilir masuk ke dalam bis, membuat hawa sejuk walau hanya sedikit. Tetapi, karena berdiri kakinya juga terasa capek, pegal dan linu, tidak dirasakannya dan semakin senang hatinya.

Data di atas yang menjadi hipernim atau subordinatnya yaitu akibat dari

aktvitas yang melelahkan yang mencakupi kata kesel ‘lelah’, kedju ‘pegal’,

ngetok ‘linu’. Berikut juga ditampilkan hiponimi dengan hipernim atau

subordinat asmara yang mencakup kata-kata rabi ‘menikah’, tresna ‘cinta/ setia’,

bebrajan ‘rumah tangga’. Berikut dapat disimak pada data di bawah.

29. Apa djeng Ti wis bisa mbuktekake pandakwamu jen aku rabi maneh ing Surabaya? O. Djeng, ngertija, Karmanto iku rak dudu prija sak sen loro. Prija kang gampang kapilut dening esem manis lan rupa aju. Djalaran djeng, satemene lair batinku ora ana lija maneh wanita ing donja iki kang dak tresnani kadjabane mung djeng Ti. Aku wis marem bebrajan karo sliramu, wis rumangsa mulja, geneja ndadak arep nundjang palang golek wanita lija. (ATW/ 28/1964) ‘Apa dik Ti dapat membuktikan tuduhan jika saya telah menikah lagi di Surabaya? O, dik Ti, ketahuilah, Karmanto bukan laki-laki satu sen dua. Lelaki yang mudah tergoda dengan senyum manis dan wajah cantik. Karena dik, sesungguhnya dalam hatiku yang terdalam tidak ada wanita lain di dunia ini selain kam, dik Ti. Saya sudah menerima berumah tangga denganmu, saya sudah merasa bahagia, untuk apa harus mencari wanita lain.

Page 103: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

e. Lawan kata (antonimi)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk nama benda atau hal

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan

satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi

makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan samai kepada yang hanya

kontras makna saja. Adapun oposisi makna yang ditemukan dalam novel Asmara

Tanpa Weweka karya Widi Widayat terlihat pada tuturan berikut.

30. Mulane iku Karmanto bandjur kumetjaptjlatu rada kasar: Hem, djeng ora ngira babarpisan manawa mulihku ing dina iki kok papagke sarana tembung2 kang njerike atiku. Hem, samono pamelasmu marang wong lanang, kang kapeksa direwangi nglembara ing paran beteke butuh njukupi kabutuhane wong wadon. Sliramu ngarani aku tumindak ora samestine. (ATW/ 27/1964) ‘Maka dari itu Karmanto kemudian mengeluarkan kata-katanya yang rada kasar: Hem, aku tidak mengira sama sekali denganmu jika kepulanganku di hari ini dsambut dengan kata-kata yang telah menyinggung hatiku. Hem, begitu balasanmu terhadap laki-laki yang terpaksa mengembara ke luar kota hanya untuk mencukupi kebutuhan wanita. Kamu sudah menuduhku berbuat yang tidak sepantasnya.

Contoh di atas terdapat oposisi mutlak, yaitu pertentangan makna secara

mutlak antara kata lanang ‘laki-laki’ dan wadon ‘wanita’. Selanjutnya pada

tuturan berikut ditemukan oposisi makna yang berupa oposisi kutub, yakni oposisi

makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya terdapat

tingkatan-tingkatan makna pada kata-kata tersebut. Berikut kutipannya.

31. Jen sliramu gelem pertjaja, sing ndjalari dudu aku. Nanging wong tuwane Prihati, kang nganggep sepele marang aku. Aku dewe uga ora serik djer ngrumangsani kemlaratanku, Prihati anake wong sugih, jen wong tuwane milih mantu wong sugih iku djenenge wis tjotjog. Wis timbang, padha batine. Djalaran jen wong sugih besanan karo wong mlarat kaja wong tuwaku, mestine rak rugi tjarane wong dagang. (ATW/7/1964) ‘Jika kamu mau memercayainya, yang menyebabkan bukan aku. Tetapi orang tuanya Prihati, yang menganggap rendah terhadap aku. Aku sendiri tidak tersinggung karena memang aku menyadari kemiskinanku, Prihati anak orang kaya, jadi orang tuanya

Page 104: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

memilihkan menantu yang kaya itu namanya pas. Sudah sepantutnya, sama-sama derajatnya. Karena jika orang kaya berbesan dengan orang miskin seperti orang tuaku, pastinya akan rugi ibarat orang berdagang.

Tuturan di atas terdapat oposisi kutub antara wong sugih ‘orang kaya’ dan

wong mlarat ‘orang miskin’. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi kutub

sebab terdapat gradasi antara keduanya, yaitu adanya realitas rada sugih ‘agak

kaya’, sugih ‘kaya’, sugih banget ‘sangat kaya’, rada mlarat ‘agak miskin’,

mlarat ‘miskin’, mlarat banget ‘sangat miskin’.

f. Kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata

hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya hubungan

kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata ditresnani ‘dicintai’,

katresnan ‘kesetiaan’, katresnane ‘kecintaannya’ semuanya dibentuk dari bentuk

asal yang sama yaitu tresna ‘cinta/ setia’. Berikut akan ditunjukkan pemakaian

ekuivalensi dalam novel Asmara Tanpa Weweka karya Widi Widayat.

32. Kebak ing rasa kang ndjalari ora sajah lan luwe, lan anane mung tansah seneng. Lan tumrape kang wis pada dadi tuwa, kang wis tau ngalami dadi enom, jen njumurpi kahanan kang kaja mangkono bandjur sok ndjalari kelingan nalikane isih enom. Wekasane bandjur saja mbalung sungsum katresnane marang kelawarga. (ATW/10/1964) ‘Perasaan di dalam hatinya tidak pernah merasakan lelah dan lapar, yang ada hanya rasa senang. Dan nanti setelah menjadi orang tua, yang telah banyak pengalaman menjadi anak muda, jika mengetahui keadaan yang seperti itu membuat menjadi teringat kembali ketika masih muda. Semakin dalam cintanya terhadap keluarga.’

33. Mundak dina srawunge Karmanto lan Prihati saja raket. Malah bandjur kerep uga wong loro iku srimbitan mlaku-mlaku karo ngadjak anake loro pisan. Kang mangka deweke sakloron wis tau liru katresnan. (ATW/19/1964) ‘Semakin hari hubungan Karmanto

Page 105: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

dengan Prihati menjadi semakin akrab. Dan keduanya sering berduaan berjalan-jalan dengan kedua anak Prihati sekalian. Memang mereka berdua pernah terjalin hubungan percintaan.’

34. Nangisi marang kebegdjane, dene prija kang ditresnani iku wis mentala ngrusak ati lan bebrajane. (ATW/ 25/1964) ‘Menangisi akan penderitaannya, lelaki yang dicintainya telah tega merusak hati dan rumah tangganya.’

Ekuivalensi juga merupakan salah satu peranti untuk mendukung

kepaduan wacana, seperti yang terlihat pada kutipan di atas. Kata katresnane

‘cintanya’(data 32), katresnan ‘percintaan’ (data 33), dan ditresnani ‘dicintai’

(data 34) masing-masing berekuivalensi dengan kata tresna ‘cinta’ sebagai bentuk

asalnya. Kata-kata bentukan yang mempunyai kesepadanan bentuk asal seperti

disebutkan di atas memiliki hubungan ekuivalensi dan secara leksikal dapat

mendukung kepaduan makna wacana.

Page 106: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

1. Koherensi

Koherensi dianalisis untuk mengetahui sebuah wacana tersebut koheren

atau tidak. Kekoherenan wacana dapat dicapai dengan memanfaatkan penanda

hubungan yang ada. Dalam wacana ini akan digunakan istilah sebab-akibat,

penekanan, lokasi/ kala, penambahan, penyimpulan dan pertentangan. Uraiannya

sebagai berikut.

a. Koherensi yang bermakna sebab-akibat

Penanda koherensi yang bermakna sebab akibat diwujudkan dalam bentuk

kata yang muncul dalam sebuah wacana. Kata tersebut menggabungkan antara

dua klausa atau lebih dalam sebuah wacana. Penanda koherensi yang bermakna

sebab-akibat ditemukan dalam penelitian ini di antaranya.

35. “Djeng, sliramu nesoni aku? O, mestine saka djalaran kesuwen aku ora mulih. Hem, djeng, rak ja adja bandjur kesusu nesu. Anane aku ora bisa mulih kuwi rak saka ana alangan, ana prelu. ( ATW,/26/1964). ‘Jeng, kamu marah sama aku ya? O, pasti karena aku terlalu lama tidak pulang. Hm, jeng, jangan kamu terburu marah. Aku tidak pulang karena ada halangan, ada keperluan’.

Berdasarkan unsur langsungnya wacana di atas dapat dibagi menjadi

empat yaitu.

(a) “Djeng sliramu nesoni aku? ‘Dik mengapa kamu marah denganku?’

(b) O, mestine saka djalaran kesuwen aku ora mulih. ‘O, pasti karena terlalu lama saya tidak pulang.’

(c) Hem djeng, rak ja adja bandjur kesusu nesu. ‘Hem, dik, jangan terburu marah dulu.’

(d) Anane aku ora bisa mulih kuwi rak saka ana alangan, ana prelu. ‘Saya tidak bisa pulang itu karena ada halangan, ada keperluan.’

Page 107: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Koherensi yang muncul pada wacana di atas menunjukkan hubungan

sebab-akibat yaitu djalaran ‘karena’. Kata tersebut menghubungkan klausa

kesuwen aku ora mulih ‘terlalu lama saya tidak pulang’ sebagai sebab dan klausa

hem djeng, rak ja adja bandjur kesusu nesu ‘Hem, dik jangan terburu marah dulu’

sebagai akibat.

36. Djroning atine rumangsa isin banget dene wadi-wadine kewijak, wadi-wadine kang tansah ditutupi saprana seprene bisa disumurupi dening bodjone (ATW/29/1964). ‘Di dalam hatinya merasa malu karena semua keburukannya terbongkar, keburukan-keburukan yang selalu disimpan rapat selama ini dapat diketahui istrinya.’

Koherensi yang bermakna sebab-akibat adalah dene ‘karena’. Kata

tersebut menghubungkan dua klausa, wadi-wadine kewijak ‘semua keburukannya

terbongkar’ sebagai sebab dan wadi-wadine kang tansah ditutupi saprana-seprene

bisa disumurupi dening bodjone ‘semua keburukan yang telah disimpan rapat

selama telah diketahui istrinya’ sebagai akibat.

b. Koherensi yang bermakna penekanan

Koherensi yang bermakna penekanan dalam sebuah wacana berfungsi

untuk menyatakan penekanan terhadap suatu maksud yang telah dinyatakan dalam

kalimat sebelumnya. Bentuk koherensi yang bermakna penekanan diwujudkan

dalam pancen ‘memang’. Seperti pada contoh wacana berikut.

37. Tuwuh rasa kuwatire jen bodjone lara utawa nemu alangan. Karepe Sukati, atine pantjen disabar-sabarake lan dilipur dewe (ATW/21/1964). ‘Tumbuh rasa khawatir dalam dirinya kalau saja suaminya menemui halangan. Keinginan Sukati, hatinya memang berusaha untuk sabar dan menghibur hatinya sendiri’

Page 108: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Wacana (28) di atas dapat diketahui koherensi yang bermakna penekanan

yakni pantjen (pancen) ‘memang’ yang merupakan kalimat penekanan terhadap

kalimat yang mendahului sebelumnya. Kata pancen ‘memang’ merupakan kata

yang digunakan untuk meyakinkan bahwa apa yang dikatakan benar.

c. Koherensi yang bermakna lokasi/ kala

Koherensi yang menyatakn makna lokasi/ kala digunakan untuk

menyatakan suatu tempat dan waktu tertentu sehingga dapat menambah

kekoherensian wacana. Koherensi yang menyatakan makna lokasi dan makna kala

dapat berupa kata atau frasa. Hal tersebut dapat dilihat pada wacana berikut.

38. Sawise ninggalake grodjogan sewu, bandjur nerusake laku ing papan-papan lija kang dianggep bisa gawe senenging atine sakloron. Mulihe wis sore, nunggang bis maneh, lan sanadjan kepeksa ngadeg djalaran ora komanan papan lungguh, atine meksa ora tjuwa, djalaran pantjen ngrumangsani jen kepept dening butuh (ATW/10/1964). ‘Setelah meninggalkan grojogan sewu, kemudian meneruskan perjalanannya ke tempat-tempat lainnya untuk membuat senang mereka berdua. Pulangnya setelah hari telah sore, menumpang bis lagi, walaupun terpaksa berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk, hatinya tetap tidak kecewa, karena memang merasa terdesak jika membutuhkan.’

Berdasarkan unsur langsungnya wacana (40) di atas dapat dibagi menjadi

sebagai berikut.

a. Sawise ninggalake grodjogan sewu, bandjur nerusake laku ing papan-papan lijane kang dianggep bisa gawe senenging atine sakloron. ‘Setelah meninggalkan grojogan sewu, kemudian meneruskan perjalanannya agar bisa membuat senang mereka berdua.’

b. Mulihe wis sore, nunggang bis maneh, lan sanadjan kepeksa ngadeg, djalaran ora komanan papan lungguh, atine meksa ora tjuwa, djalaran pantjen ngrumangsani jen kepepet dening butuh ‘Pulangnya setelah sore hari, menumpang bis lagi, walaupun terpaksa berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk, hatinya tetap tidak kecewa, karena memang merasa terdesak jika membutuhkan.’

Page 109: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Wacana yang disampaikan di atas koherensi yang menunjukkan waktu

atau kala tampak pada frasa mulihe wis sore ‘pulangnya setelah sore hari’,

sedangkan bentuk koherensi lokasi yakni frasa sawise ninggalake grodjogan sewu

‘setelah meninggalkan grojogan sewu’. Selain itu dapat dilihat pada wacana

berikut.

39. Bareng Karmanto mung idjen, bandjur bisa indekos. Mulihe menjang Sala, saben seminggu pisan utawa rong minggu pisan (ATW, h. 11). ‘Setelah Karmanto hanya sendirian, dia pun akhirnya mendapatkan kos-kosan. Pulang ke Solo setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali.’

Koherensi yang menyatakan makna lokasi/ kala ditunjukkan pada frasa

mulihe menjang Sala ‘pulangnya ke Solo’ untuk menunjukkan makna lokasi dan

saben seminggu pisan atau rong minggu pisan ´setiap seminggu sekali atau dua

minggu sekali’ sebagai koherensi yang bermakna kala/ waktu.

d. Koherensi yang bermakna penambahan

Koherensi yang dapat menimbulkan makna penambahan dalam sebuah

wacana dapat berbentuk kata maupun frasa. Dalam bentuk kata disebutkan antara

laian bentuk lan ‘dan’, uga ‘juga’, saha ‘dan’, sarta ‘serta’. Dapat dilihat pada

contoh wacana di bawah ini.

40. Dene Karmanto kang urip indekos ing Surabaja iku, karepe uga tansah ngati-ati. ‘Dan Karmanto yang tinggal ngekos di Surabaya, keinginannya juga selalu berhati-hati.’

Bentuk koherensi penambahan yang muncul pada wacana (31) yaitu kata

uga ‘juga’. Secara semantis kata uga ‘juga’ muncul untuk membuat informasi

Page 110: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

yang lebih jelas, yaitu menghubungkan kalimat karepe ‘keinginannya’ dengan

tansah ngati-ati ‘selalu berhati-hati’. Wacana lain yang menunjukkan koherensi

yang bermakna penambahan adalah sebagai berikut.

41. Bareng wis oleh losmen lan wis mlebu ing kamar, Sukati bandjur ambruk ing dipan, ungkeb-ungkeb karo nangis ngguguk (ATW, h. 23). ‘Setelah mendapatkan losmen dan langsung masuk ke kamar, Sukati lalu menjatuhkan badannya ke tempat tidur dan menutup kepalanya dengan bantal sambil menangis tersedu.’

Koherensi yang bermakna penambahan pada wacana di atas yakni kata lan

‘dan’. Kata lan ‘dan’ muncul pada wacana di atas untuk memberikan informasi

yang lebih jelas, yakni menghubungkan klausa bareng wis oleh losmen ‘setelah

mendapatkan losmen’ dengan klausa wis mlebu ing kamar ‘sudah masuk ke

kamar’.

e. Koherensi yang bermakna penyimpulan

Koherensi yang dapat menimbulkan makna penyimpulan dalam wacana

dapat diwujudkan dalam bentuk kata dadi ‘jadi’, mila ‘maka’, maupun bentuk

frasa pramila menika ‘maka dari itu’. Dapat dilihat pada wacana berikut.

42. [...], genah jen sakploke ora mulih, Sukati wis sambung katresnan marang prija lija. Mulane iku Karmanto bandjur kumetjap tjlatu rada kasar: “Hem djeng, ora ngira babarpisan manawa mulihku ing dina iki kok papagake sarana tembung2 kang njerikake atiku. [...] (ATW, h. 27). ‘[....], pasti jika semenjak tidak pulang, Sukati sudah menjalin hubungan asmara dengan laki-laki lain. Maka dari itu Karmanto kemudian kata-kata yang rada kasar: “Hem dik, saya tidak menyangka sama sekali jika kepulanganku ini kamu sambut dengan kata-kata yang membuat hatiku terluka. [...]’.

Wacana di atas terdapat kata mulane ‘maka dari itu’ yang merupakan salah

satu penyimpulan dari yang dilihat Karmanto terhadap istrinya, yakni Sukati

Page 111: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

sehingga yang muncullah kata-kata kasar keluar dari mulut Karmanto sebagai

pembelaannya terhadap Sukai. Kata mulane ‘maka dari itu’ menghubungkan

kalimat di depannya kalimat di belakangnya.

f. Koherensi yang bermakna pertentangan

Koherensi yang bersifat pertentangan menyatakan makna suatu hal yang

bertentangan dengan makna sebelumnya. Bentuk-bentuk yang sering muncul

dalam wacana bahasa Jawa yakni nanging/ ananging ‘tetapi’, suwalike

‘sebaliknya’, dan bentuk frasa seperti ewa semono/ ewa mangkono ‘namun

demikian. Dalam wacana berikut akan ditunjukkan koherensi yang bersifat

pertentangan adalah sebagai berikut.

43. Ija mas, aku nganel jen sliramu iku prija pilih tanding! Prija kang ora gampang kagoda dening ajuning wanita lija, kadjaba bodjone, wangsulane Sukati karo mantjep ngetje. Nanging mas rembug iku sok beda kara kanjatane. Lair iku sok ora tulus tekan ing batin [...] (ATW, h. 28). ‘Iya mas, aku percaya kalau kamu laki-laki yang sempurna. Laki-laki yang tidak mudah tergoda oleh wanita cantik, kecuali istrinya sendiri, jawab Sukati sambil mencibir. Tetapi mas hal itu bisa saja berbeda dengan kenyataannya. Apa yang terlihat di luar terkadang berbeda dengan batinnya.

Bentuk koherensi yang muncul pada wacana di atas yakni kata nanging

‘tetapi’ yang mempertentangkan antara yang dipikirkan benar, akan tetapi karena

belum bukti yang kuat dan akan mencari kebenarannya. Kata nanging ‘tetapi’

mempertentangkan klausa di depannya dengan klausa di belakangnya.

Page 112: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

C. Konteks dan Inferensi

1. Analisis Konteks Situasi

Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu

yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Konteks bahasa atau ko-teks

itulah yang disebut dengan istilah konteks internal wacana atau disingkat konteks

internal, sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana baik konteks situasi

maupun budaya disebut dengan konteks eksternal budaya.

Pemahaman konteks sitasuasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan

degan berbagai prinsip penafsiran dan prinsip analogi. Prinsip yang dimaksud

adalah.

a. prinsip penafsiran personal

b. prinsip penafiran lokasional

c. prinsip penafsiran temporal

d. prinsip analogi

Pemahaman wacana melalui berbagai prinsip penafsiran dan analogi itu

tentu akan mempertimbangkan faktor-faktor penting sebagai berikut.

a. faktor sosial

b. situasional

c. kultural

d. pengetahuan tentang dunia

a. Prinsip Penafsiran Personal

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa sesungguhnya yang

menjadi partisipan dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa

Page 113: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

mitra tutur sangat menentukan makna sebuah tuturan. Pelibat wacana menunjuk

pada orang-orang yang mengambil bagian, sifat-sifat para pelibat, kedudukan dan

peranan mereka, misalnya jenis-jenis hubungan peran apa yang terdapat di antara

para pelibat. Berkaitan dengan itu kiranya perlu ditambahkan ke dalam diri pelibat

wacana itu siri-siri fisik dan non-fisiknya, termasuk di dalamnya umur dan kondisi

penutur dan mitra tutur. Dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.

44. Jen miturut panemuku, prija lan wanita iku pada bae. Djalaran goda iku ora mung tumanduk marang prija, nanging uga marang wanita. (ATW/5/1964) ‘Kalau menurut pendapat saya, laki-laki dan perempuan itu sama saja. Karena godaan itu tidak hanya berasal dari laki-laki, tetapi juga dari perempuan.’

Siapa yang menuturkan tuturan di atas menjadi kunci pokok bagi pembaca

untuk dapat memahami makna dan dampak dari tuturan tersebut. Apabila

penuturnya adalah seorang anak di bawah umur, maka tentu saja makna tuturan

itu menjadi luar biasa bagi pembaca. Sangat mengejutkan sekali seorang anak di

bawah umur menuturkan perkataan yang semestinya pantas dikatakan oleh orang-

orang dewasa. Akan tetapi apabila tuturan itu dituturkan oleh penutur yang sudah

dewasa, maka makna dan dampak dari tuturan itu biasa saja, sama sekali tidak

mengejutkan bagi mitra tutur dan bukan sebuah prestasi yang luar biasa bagi

pelakunya.

b. Prinsip Penafsiran Lokasional

Prinsip ini berkenaan dgnpenafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu

situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana.

Berdasarkan perangkat benda yang menjadi konteksnya dapat ditafsirkan tempat

terjadinya suatu situasi pada tuturan berikut.

Page 114: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

45. Djeng Prih, sliramu kok ana kene? Pitakone Karmanto mbukani rembug. Lha sampejan teka ja ana kene? Wangsulane Prihati kang uga ngemu pitakonan. Mundut apa djeng? Tuku buku Sarinah. Lha sliramu? (ATW, h. 13) ‘Dik Prih, kamu kok ada di sini? Tanya Karmanto membuka pembicaraan. Anda sendiri juga ada di sini? Jawab Prihati yang juga memberikan pertanyaan kepada Karmanto. Beli apa dik? Beli buku Sarinah. Anda sendiri?’.

46. Sampejan pindah kene ta mas, wis suwe? Pitakone Prihati, karo mbenakake rimonge ing pundak (ATW, h. 14). ‘Anda pindah di sini, mas? Tanya Prihati, sambil membetulkan bandananya’.

Berdasarkan perangkat benda dan realitas yang menjadi konteksnya, maka

ungkapan kene ‘di sini’ pada tuturan (45) berarti di sebuah toko buku

sebagaimana disarankan dan didukung oleh kata tuku buku ‘beli buku’ dan realitas

yang diacunya. Tuturan (46) perangkat kata pindah ‘pindah’ menyarankan

pengertian perpindahan dari suatu tempat yang satu ke tempat tinggal yang lain

bagi ungkapan kene ‘di sini’ pada tuturan (46).

c. Prinsip Penafsiran Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai

waktu. Berdasarkan konteksnya dapat ditafsirkan kapan atau berapa lama waktu

terjadinya suatu situasi.

47. Saiki Karmanto genti kaget krungu wangsulane Prihati kang mangkono. Meh bae kawetu pitakone, apa djalarane nganti pisah [...] (ATW, h. 14). ‘Sekarang Karmanto yang terkejut mendengar jawaban Prihati yang seperti itu. Hampir saja keluar pertanyaan, apa yang membuatnya sampai berpisah [....]’

Pemahaman makna dan acuan waktu terhadap kata saiki ‘sekarang’ pada

tuturan (38) mengacu pada acuan atau rentangan waktu yang sangat singkat hanya

beberapa detik saja.

Page 115: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

d. Prinsip Penafsiran Analogi

Prinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra

tutur, untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari sebah wacana.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

48. Ana udjar kuna, barang mambu iku sanadjan ditutupana rapet ora wurung bakal ngabar. Mangkono uga apa kang ditindakake dening Karmanto, njatane uga ora bakal bisa didelikake salawase [...] (ATW, h. 20). ‘Ada pepatah lama mengatakan, bau busuk walaupun sudah ditutupi hingga rapat pasti bakalan tercium. Begitu pula apa yang dilakukan Karmanto, yang kenyataannya juga tidak mampu menyembunyikan selamanya [....]’.

Berdasarkan prinsip analogi, dapat diinterpretasikan makna barang mambu

‘benda yang berbau’ pada tuturan di atas sebagai sesuatu yang berbau busuk dan

berhubungan dengan suatu perbuatan. Berdasarkan contoh analisis semacam itu

dapat diketahui bahwa dalam upaya mendapatkan tempat berpijak yang sama

(bagi penutur dan mitra tutur), maka pengalaman-pengalaman masa lalu yang

mirip dan pengetahuan tentang dunia merupakan dasar yang penting untuk

memahami makna dan maksud-maksud sebuah wacana (tuturan). Dengan

demikian, hal itu penting bagi keberhasilan komunikasi.

2. Analisis Konteks Budaya

Sebagai pelengkap, maka pada analisis sosial budaya akan dibahas

mengenai keterkaitan antara gambaran tokoh utama dan keselarasan dengan

faktor-faktor ekstrinsik, yaitu moralitas dari tokoh wanita yang terdapat dalam

novel ini. Dari analisis alur ditemukan adanya tokoh utama Krmanto dan juga

Sukati serta Prihati. Dari analisis tersebut juga ditemukan bahwa novel Asmara

Page 116: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Tanpa Weweka memiliki urutan yang kronologis dan susunan alur sederhana.

Novel ini memiliki satu alur pokok yang bertumpu pada tokoh utama, sehingga

susunan alur membentuk pola cerita yang berpusat pada tokoh utama.

Analisis penokohan ditemukan tokoh wanita yakni Sukati dan Prihati

memiliki status sosial sebagai istri dan janda. Latar belakang sosial mereka pada

umumnya menunjukkan mereka berasal dari keluarga yang cukup, khususnya

Prihati. Dilihat dari segi fisik, tidak ada sedikit pun kekurangan pada kedua tokoh

wanita tersebut. Sedang dari segi mental ditemukan beberapa kelebihan dan

kekurangan pada diri mereka. Pada umumnya mereka adalah wanita yang

menjunjung tinggi nilai cinta dan kesetiaan. Akan tetapi pada umumnya mereka

juga menunjukkan sifat-sifat mementingkan diri sendiri, khususnya Prihati.

Pertemuannya dengan Karmanto pacar lamanya, membuat dirinya tidak dapat

menahan hasratnya untuk melanjutkan kisah mereka yang terputus.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan sifat dari tokoh-tokoh tersebut,

sebagian besar isi novel Asmara Tanpa Weweka lebih menonjolkan konflik-

konflik dalam berumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan konflik rumah

tangga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya

gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya

(Soerjono Soekanto, 2005 : 370). Keluarga mempunyai peran yang penting dalam

kehidupan bermasyarakat sebagai mahkluk sosial. Sekaligus menerapkan

masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, sehingga belum merasa

lengkap status sosialnya jika kehadiran seorang tidak ada dalam pelukan keluarga.

Dalam novel Asmara Tanpa Weweka konflik rumah tangga terjadi karena

suami mengambil istri lagi. Hal ini terjadi pada Karmanto yang telah memiliki

Page 117: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

isteri yaitu Sukati. Karmanto yang tinggal di Surabaya karena pekerjaannya

membuat dirinya terpisah dengan suaminya, dan hanya satu bulan pulang

mengunjungi suaminya. Tanpa sengaja Karmanto bertemu dengan mantan

kekasihnya, yaitu Prihati. Pertemuan ini membuat Karmanto terlena dengan

romantika masa lalu saat dirinya masih menjadi kekasih Prihati. Akibatnya, bagi

Karmanto tidak dapat menahan godaan yang datangnya tanpa dia rasakan.

Karmanto menikahi Prihati, tanpa sadar bahwa dirinya telah memiliki seorang

istri.

Tokoh Sukati digambarkan sebagai sosok wanita yang rapuh. Setelah

mengetahui perselingkuhan suaminya, Sukati menuntut cerai oleh suaminya.

Permohonannya itu pun dikabulkan. Setelah menjanda, hidup Sukati menjadi

mandiri. Dia berdagang kain di Pasar Klewer. Kerapuhan Sukati ditunjukkan

pengarang ketika dia bertemu dengan lelaki paro baya di sebuah bis luar kota.

Lelaki itu memperkenalkan kepada Sukati bahwa dirinya adalah seorang saudagar

yang ingin menikah. Mendengar penuturan laki-laki paro baya itu, Sukati seperti

tergoda. Sukati yang merasa telah dikecewakan berusaha untuk mendapatkanlaki-

laki kaya dengan harapan semua harta warisannya akan jatuh padanya. Namun

sayang, ternyata semua yang didengarnya itu hanya tipuan mulut manis laki-laki.

Sukati yang diajak menginap di sebuah losmen tanpa sadar semua hartanya telah

ludes dibawa lari oleh laki-laki tersebut.

Widi Widayat dilahirkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, tanggal 10 Mei

1928. Ayahnya bernama R. Setrodimejo, seorang wedana di daerah tempatnya

dilahirkan. Masa SD dihabiskan di Imogiri, kemudian meneruskan SMP dan SMA

bagian C (jurusan ekonomi) di Surakarta. Dalam diri Widi Widayat sebetulnya

Page 118: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

tidak mengalir darah kepengarangan. Pendidikannya juga tidak mendukung sama

sekai karena ilmu yang dipelajarinya bagian ekonomi. Pada mulanya profesi ini

ditekuni karena iseng-iseng untuk mengisi waktu, ia menulis dan mengirimkannya

ke sebuah majalah. Tidak berapa lama karyanya itu dimuat. Widi Widayat merasa

senag sekali, hasil karyanya dihargai, sehingga Widi Widayat lebih bersemangat

untuk menulis.

Namanya mulai dikenal masyarakat luas ketika novelnya yang berjudul

Tresna Abeya Pati berhasil memenangkan juara pertama pada lomba penulisan

novel berbahasa Jawa yang diselenggarakan oleh majalah Panjebar Semangat

tahun 1963. Widi Widayat sudah tidak ingat berapa jumlah dan nama-nama

karyanya, baik yang berbahasa Jawa maupun berbahasa Indonesia. Hal tersebut

dikarenakan, ia tidak mendokumentasikan karyanya dengan baik. Hanya karya-

karya tertentu saja yang sampai sekarang ia dokumentasikan.

Satu hal yang menarik bagi Widi Widayat adalah prinsip hidupnya yang

tidak mau diperintah orang lain, apa yang dilakukannya merupakan kehendak

hatinya. Termasuk profesinya dalam mengarang, ia lebih menekuninya daripada

menjadi seorang pejabat pemerintah, yang seandainya ia mau sebenarnya dapat

menjadi seorang camat ataupun jabatan yang setingkat.

Sistem nilai, norma, dan stereotipe tentang wanita telah lama menjadi

faktor yang mempengaruhi posisi maupun hubungan perempuan dengan laki-laki

atau dengan lingkungannya dalam struktur yang ada. Teori fungsionalis

memandang pembagian kerja secara seksual mutlak dibutuhkan untuk menjaga

keseimbangan kseluruhan sistem kehidupan. Perempuan memiliki tugas di dalam

rumah tangga untuk mempertegas fungsi suami.

Page 119: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

3. Inferensi

Inferensi adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan untuk

memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang

diungkapkan oleh komunikator (Sumarlam, 2003: 51). Bermacam-macam

inferensi dapat diambil dari sebuah tuturan bergantung pada konteks yang

menyertainya. Imam Syafi’i (dalam Hamid Hasan Lubis, 1993: 58) membedakan

empat macam konteks pemakaian bahasa, yaitu konteks fisik, konteks epistemis,

konteks linguistik, dan konteks sosial.

Konteks fisik meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek yang

disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para partisipan dalam

peristiwa komunikasi. Konteks epistemis yaitu latar belakang pengetahuan yang

sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tutur. Konteks linguitik terdiri atas

tuturan-tuturan yang mendahului atau yang mengikuti sebuah tuturan tertentu lm

peristiwa komunikasi. Konteks sosial yaitu relasi sosial yang melengkapi

hubungan antara penutur dengan mitra tutur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tuturan berikut.

49. O, anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto krama (ATW/ 22/1964). ‘O, begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah dari sini, setelah mas Karmanto menikah’.

a. Tuturan (51) “O, anu mbak, mas Karmanto sampun dangu pindah

saking ngriki, sasampunipun mas Karmanto krama (ATW/22/1964)”. ‘O, begini mbak, mas Karmanto sudah lama pindah dari sini, setelah mas Karmanto menikah’ merupakan konteks linguistik.

Page 120: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

b. Konteks fisiknya adalah tuturan itu disampaikan oleh penutur di

sebuah rumah, topik yang dibicarakan mengenai keberadaan

seseorang yakni Karmanto.

c. Konteks epistemisnya ialah mitra penutur sebelumnya belum

memahami bahwa orang yang dicarinya ternyata sudah pindah dan

telah menikah.

d. Hubungan sosial antara penutur dengan mitra tutur merupakan

konteks sosial dan diperkirakan status sosial penutur lebih rendah

daripada mitra tutur karena menggunakan ragam bahasa Jawa

krama.

Berdasarkan empat konteks yang menyertai tuturan (49) maka

dimungkinkan ada dua inferensi, yaitu penutur meminta kepada mitra tutur untuk

mencari di tempat lain mengenai keberadaan Karmanto, penutur ingin memberi

tahukan kepada mitra tutur tentang Karmanto yang telah menikah. Dengan

demikian berdasarkan inferensi-inferensi dan konteks yang mendasarinya maka

maksud tuturan (49) tersebut secara eksplisit dapat dinyatakan.

c. Cobi panjenengan padosi panggenan sanesipun, mbok menawi mas

Karmanto wonten! ‘Coba anda cari di tempat lain, mungkin saja mas

Karmanto ada?’

d. Mas Karmanto samenika sampun krama, lajeng pindah wonten pundi

mboten mangertos. ‘Mas Karmanto sekarang sudah menikah lalu

pindah ke mana tidak tahu.’

Apa yang telah diuraikan menyadarkan bahwa mengkaji sebuah wacana,

khususnya dengan dasar pendekatan makrostruktural, perlu dipertimbangkan

Page 121: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

konteks kultural dan konteks situasi, baik berkenaan dengan konteks linguistik,

fisik, epistemis, maupu konteks sosial. Berbagai prinsip penafsiran dan prinsip

analogi perlu dilakukan, di samping itu juga pemahaman makna wacana melalui

inferensi. Dengan demikian analisis wacana harus diawali dengan pemahaman

terhadap konteks-konteks tersebut.

i. Kekhasan Wacana Novel ATW Karya Widi Widayat

Ada beberapa kekhasan wacana yang ditemukan dalam novel berbahasa

Jawa “Asmara Tanpa Weweka” karya Widi Widayat. Yaitu susunan kalimat

dalam wacana novel berbasaha Jawa Asmara Tanpa Weweka lebih terstruktur,

sehingga membentuk kohesi dan koherensi yang padu untuk menjadi sebuah

wacana. Kekhasan-kekhasan wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi

Widayat adalah sebagai berikut.

1. Wacana novel berbahasa Jawa Asmara Tanpa Weweka juga

memberikan gambaran yang sesuai dengan kondisi sebenarnya kepada

pembaca.

Seperti pada contoh berikut ini.

(50) Grodjogan Sewu, alas pinus lan papan-papan sakiwa tengene,

saupama bisa ngutjap mesti njritakake pengalaman-pengalaman

kang wis tau dingerteni, mudjudake seksi-seksi kang ora bakal

mukir, jen njatane papan-papan ing sakiwa tengene iku mudjudake

papan kang nikmat tumraping para muda kang nedang among

tresna. Tentreming swasana mangribawani marang rasa kang

nglangut marang gegajuhan.

Page 122: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

(50 Air terjun, hutan pinus dan tempat-tempat di kanan kirinya semisal

bisa berkata dan menceritakan pengalaman-pengalaman yang

sudah diketahui, mewujudkan saksi-saksi yang tidak akan bohong.

Jika kenyataan tempat-tempat di kanan kirinya itu mewujudkan

tempat yang nikmat kepada para pemuda yang sedang jatuh cinta.

Tentramnya suasana menjadikan malas untuk mengerjakan sesuatu.

Wacana di atas menggambarkan suatu tempat menurut keadaan yang

sebenarnya, yaitu Tawangmangu.

2. Wacana novel berbahasa Jawa ATW didalamnya terdapat suatu nasihat

yang ringkas dan menarik yang dapat mempengaruhi pembacanya.

Seperti yang terdapat pada kutipan berikut.

(51) Lumrahe wong jen ngadepi marang goda iku pantjen ora

rumangsa. Malah kadangkala dianggep nemu sawidjining

kanugrahan kang tanpa timbang.

(51) Sudah sepantasnya jika seseorang mendapatkan cobaan itu

memang tidak terasa. Kadang dianggap mendapatkakan suatu

keberuntungan tanpa pertimbangan.

Maksud yang terkandung dari tuturan diatas adalah dalam menghadapi

suatu cobaan memang seperti menemukan sesuatu yang tanpa butuh

pertimbangan. Kalimat diatas secara tidak langsung menyampaikan pesan kepada

setiap orang untuk selalu berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan.

3. Karakteristik penulisan abjad pada novel ATW karya Widi Widayat

tidak sesuai dengan aksara penulisan yang diucapkan. Aksara

penulisan tersebut diantaranya.

Page 123: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

a. Dheweke ditulis menjadi deweke

b. Didhisiki ditulis menjadi didisiki

c. Disandhing ditulis menjadi disanding

Penelitian wacana novel berbahasa Jawa ATW karya Widi Widayat dapat

dianalisis dari segi aspek wacana secara komplit dan menyeluruh. Hal tersebut

dapat dibuktikan dari setiap analisisnya.

1. Adanya penanda kohesi leksikal dan gramatikal, sehingga hubungan antar-

kalimatnya menjadi lebih kohesif dan efisien dan dapat dengan mudah

dipahami maknanya.

2. Semua penanda koherensi ada pada wacana novel ATW karya Widi

Widayat

3. Sering dipakainya pronomina persona aku ‘saya’ dan deweke ‘dia’ pada

setiap kalimat, sehingga terkesan sebagai wacana yang berjenis dialog.

Page 124: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian terhadap novel karya Widi Widayat dengan judul Asmara

Tanpa Weweka yang telah dilakukan ini dapat diambil suatu simpulan sebagai

berikut.

1. Hasil analisis kewacanaan menunjukkan bahwa novel Asmara Tanpa Weweka

memiliki semua kohesi gramatikal dan leksikal. Kohesi gramatikal terdiri atas

pengacuan, penyulihan, pelesapan, dan perangkai. Sedangkan kohesi leksikal

terdiri atas repetisi, sinonimi, antonimi, ekuivalensi, kolokasi, dan hiponimi.

Keberadaan kohesi gramatikal dan leksikal tersebut membangun sebuah

wacana menjadi kohesif dan koheren.

2. Koherensi yang ditemukan pada wacana Novel berbahasa Jawa Asmara Tanpa

Weweka karya Widi Widayat adalah koherensi yang bermakna sebab-akibat,

bermakna penekanan, bermakna lokasi/kala, bermakna penambahan,

bermakna penyimpulan, dan koherensi yang bermakna pertentangan.

3. Proses pemahaman wacana melalui berbagai aspek, baik konteks situasi

maupun budaya. Dengan berbagai prinsip penafsiran yang mempertimbangkan

beberapa faktor sosial, situasional, kultural, dan pengetahuan tentang dunia.

4. Kekhasan wacana yang ditemukan pada novel Asmara Tanpa Weweka adalah

berupa gambaran yang sesuai dengan kodisi sebenarnya, selain itu didapatinya

semua penanda kohesi dan koherensi yang mempermudah dalam analisisnya.

Page 125: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

B. Saran

Berpijak dari kesimpulan yang telah diuraikan, selanjutnya akan

ditampilkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Menyadari masih terbatasnya penelitian di bidang linguistik yang mengambil

karya sastra berbentuk novel sebagai bahan kajian untuk dikaji dengan

pendekatan analisis wacana, maka perlu kiranya penelitian ini lebih

diintensifkan.

2. Berhubung dengan terbatasnya waktu dan kemampuan dalam melakukan

penelitian ini, maka penelitian terhadap novel karya Widi Widayat dengan

judul Asmara Tanpa Weweka dapat dikatakan sangat kurang dan belum

sempurna. Oleh karena itu masih terbuka lebar bagi calon peneliti untuk

meneliti dengan pendekatan yang berbeda, agar memperoleh hasil penelitian

yang baik dan sempurna.

3. Penelitian terhadap karya sastra berbentuk novel mampu untuk menampilkan

eksistensi novel Jawa pada masyarakat modern pada saat ini.

Page 126: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

DAFTAR PUSTAKA Abdul Chaer. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. __________. 1994. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Anton M. Moeliono. (ed). 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. . dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka. D. Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Sebelas Maret University Press. Djoko Kentjono. 1982. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta : FIPB UI. Dyah Padmaningsih. 1996. Kohesi Gramatikal dalam Wacana Dialog (Makalah).

Denpasar : University Udayana. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press. Harimurti Kridalaksana 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. ___________________ . 2001. Kamus Linguistik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama. Henry Guntur Tarigan. 1987. Analisis Wacana. Bandung: Angkasa. __________________. 1993. Pengajaran Wacana. Bandung : Penerbit Angkasa. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah. . 1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. Lubis, Hamid Hasan.1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Samsuri. 1987/1988. Analisis Wacana.Malang: Penyelenggaraan Pascasarjana

Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IKIP Malang.

Soenjono Dardjowidjojo. 1983. Beberapa Aspek Lingusitik Indonesia. Jakarta:

Penerbit Djambatan.

Page 127: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

Sudaryanto. 1985. Metoda dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : MLI. _________. 1993. Pemanfaatan Potensi Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Sumarlam. (ed). 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka

Cakra. _________. 2006. Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual. Surakarta: Jurusan

Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wedhawati, dkk. 1993. Wacana Bahasa Jawa. Jakarta : Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 128: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

LAMPIRAN

A. Riwayat Hidup Widi Widayat

Widi Widayat dilahirkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, tanggal 10 Mei

1928. Ayahnya bernama R. Setrodimejo, seorang wedana di daerah tempatnya

dilahirkan. Masa SD dihabiskan di Imogiri, kemudian meneruskan SMP dan SMA

bagian C (jurusan ekonomi) di Surakarta.

Dalam diri Widi Widayat sebetulnya tidak mengalir darah kepengarangan.

Pendidikannya juga tidak mendukung sama sekai karena ilmu yang dipelajarinya

bagian ekonomi. Pada mulanya profesi ini ditekuni karena iseng-iseng untuk

mengisi waktu, ia menulis dan mengirimkannya ke sebuah majalah. Tidak berapa

lama karyanya itu dimuat. Widi Widayat merasa senang sekali, hasil karyanya

dihargai, sehingga Widi Widayat lebih bersemangat untuk menulis.

Namanya mulai dikenal masyarakat luas ketika novelnya yang berjudul

Tresna Abeya Pati berhasil memenangkan juara pertama pada lomba penulisan

novel berbahasa Jawa yang diselenggarakan oleh majalah Panjebar Semangat

tahun 1963. Widi Widayat sudah tidak ingat berapa jumlah dan nama-nama

karyanya, baik yang berbahasa Jawa maupun berbahasa Indonesia. Hal tersebut

dikarenakan, ia tidak mendokumentasikan karyanya dengan baik. Hanya karya-

karya tertentu saja yang sampai sekarang ia dokumentasikan.

Widi Widayat di samping sebagai seorang pengarang, dia juga seorang

wartawan di berbagai surat kabardan majalah, antara lain Panjebar Semangat,

Suara Merdeka, Dharma Kandha, Suara Karya, Suara Bengawan , dll. Profesi

sebagai wartawan digeluti sejak tahun 1950 dan mengundurkan diri pada tahun

1987 setelah dirasakannya harus lebih banyak istirahat karena faktor usia. Sejak

tahun 1987 perhatiannya difokuskan pada dunia tulis menulis karya sastra. Akhir

tahun 60-an Widi Widayat lebih banyak menulis dalam media bahasa Indonesia

karena ia melihat peminat hasil karya dalam bahasa Jawa menurun. Melalui media

bahasa Indonesia ini, namanya semakin dikenal masyarakat, meskipun ia telah

beralih ke media bahasa Indonesia bukan berarti ia meninggalkan kebudayaan

Jawa. Ia mencintai kebudayaan Jawa yang adiluhung, terbukti semua karya yang

ditulis dalam bahasa Indonesia tetap berlatarkan kebudayaan Jawa. Ia mengakui

Page 129: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

bahwa secara komersial melalui media bahasa Indonesia, karya-karyanya lebih

menguntungkan, karena peminatnya lebih banyak dan jangkauannya lebih luas

daripada karyanya yang memakai bahasa Jawa sebagai medianya.

Satu hal yang menarik dari sosok Widi Widayat adalah prinsip hidupnya

yang tidak mau diperintah orang lain, apa yang dilakukannya merupakan

kehendak hatinya. Termasuk profesinya dalam mengarang, ia lebih menekuninya

daripada menjadi seorang pejabat pemerintah, yang seandainya ia mau sebenarnya

dapat menjadi seorang camat ataupun jabatan yang setingkat. Pada waktu itu

jabatan camat, sifatnya turun-temurun, dan bila dilihat bahwa orang tua dan

sebagian saudaranya adalah menjabat pekerjaan semacam itu, dapat

dimungkinkan Widi Widayat dapat menjadi pejabat semacam itu pula. Namun,

baginya profesi pengarang lebih menguntungkan baik secara lahiriah dan batiniah.

Widi Widayat menikah dengan Sudjimah, seorang putri Solo pada tahun

1955, dari perkawinannya dikaruniai seorang anak bernama Widi Winarsi. Widi

Widayat adalah orang yang sabar dan menyayangi keluarga. Ia tidak pernah

memaksakan kehendak orang lain, terutama kepada putri tunggalnya. Kebebasan

untuk memilih kehidupan di masa depan seluruhnya diserahkan kepada putrinya.

Sebagai kepala keluarga ia merasa bertanggung jawab mendidik serta mengawasi

agar putrinya berjalan pada jalur yang benar. Widi Widayat tidak pernah

mengajarkan mengenai nikmatnya menjadi pengarang, karena ia mengetahui

bahwa putrinya tidak tertarik menjalani profesi seperti ayahnya, sehingga putrinya

dibiarkan berkembang dengan keinginan dan bakatnya sendiri.

Masa SD Widi Widayat dihabiskan di Imogiri. Setelah itu pindah ke Solo,

tepatnya di Kartopuran hingga akhir hayatnya. Di kampung tempatnya tinggal,

Widi Widayat cukup terkenal, bukan hanya sebagai pengarang, akan tetapi

sebagai tokoh masyarakat di sekelilingnya. Ia adalah salah satu pemuka dan

sesepuh masyarakat, yang hingga usianya menjelang senja, ia masih aktif

memberikan masukan dan gagasan bagi kemajuan kampungnya. Widi Widayat

dalam bermasyarakat tidak membedakan yang kaya atau yang miskin. Semua

dianggapnya sama sebagai saudara yang bahu membahu memajukan

kampungnya, sehingga ia dikenal dan disegani oleh seluruh lapisan masyarakat.

B. Karya-karya Widi Widayat

Page 130: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

1. Karya yang Berupa Cerbung

1. Tresna Abeya Pati (1963).

2. Karya yang Berupa Cerkak

1. Umbul Pengging (1963).

3. Karya yang Berupa Gubahan

1. Sam Pek Eng Tay (1963)

2. Tarzan (1964).

3. Kuburan Kang Njaluk Digaringake (1965).

4. Gegere Bolong (1965).

4. Karya yang Berupa Novel

1. Kapilut Godaning Setan (1964).

2. Suduk Gunting Tatu Loro (1964).

3. Prawan Semarang (1964)

4. Dawet Ayu (1964).

5. Kenya katula-tula (1964).

6. Keduwung Ketemu Mburi (1965).

7. Asmara Tanpa Weweka (1965).

8. Rajapati Nyalawadi (1965).

9. Asmara Tanpa Wates (1965).

10. Asih Sejati (1965).

11. Dukun Sontoloyo (1965).

12. Ngrungkebi Tresna Suci (1965).

13. Ya Bungah Ya Susah (1965).

14. Godane Prawan Ayu (1965).

15. Nista Nggayuh Tresna(1965).

16. Kiprahe Putra Pertiwi (1965).

17. Lelana Ing Sakura (1965).

18. Ngrusak Pager Ayu (1965).

19. Sadulur Sinarawedi (1965).

20. Layang Saka Pakunjaran (1965).

21. Banjire Bengawan Sala (1965).

Page 131: KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI …/Kajian... · Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra ... Prinsip Penafsiran Analogi ... paragraf berbahasa Jawa yang mengandung kohesi

22. Bapak Molah Anak Kepradah (1965).

23. Mursal (1966).

24. Paukumaning Pangeran (1966)

25. Tumbaling Revolusi (1966).

26. Dukun Sawelas (1966).

27. Warung Ayu (1966).

28. Kenya saka Kuta Gudeg (1966).

29. Kena Ing Paeka (1966).

30. Godaning Kadiwasan (1966).

31. Kebak Sudukane (1966).

32. Penganten Wurung (1966).

33. Kebo Lali Kandange (1966).

34. Kurban Asmara (1966).

35. Prawan Keplayu (1966).

36. Retnowati (1967).

37. Ngunduh Wohing Tumindak (1967).

38. Prawan Kaosan (1967).

39. Kenya Brandalan (1967).

40. Warni Prawan Wonogiri (1995).