133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO Skripsi Oleh: Ika Wahyuti NIM K1503027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

  • Upload
    vandieu

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN

HOTEL SAHID JAYA SOLO

Skripsi

Oleh:

Ika Wahyuti

NIM K1503027

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN

HOTEL SAHID JAYA SOLO

Oleh: Ika Wahyuti

NIM K1503027

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 3: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I,

Ir. Chundakus Habsya M. Sa NIP 19730727 198003 1 002

Pembimbing II,

Rima Sri Agustin ST, MT NIP 1979 0816 200604 2 002

Page 4: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Agus Efendi M. Pd ...................................

Sekretaris : Drs. Bambang Sulistyo Budhi ...................................

Anggota I : Ir. Chundakus Habsya M. Sa ...................................

Anggota II : Rima Sri Agustin ST, MT ..................................

Disahkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ika Wahyuti. DESAIN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa, (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo, (3) sistem pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.

Penelitian ini dilaksanakan di kompleks Hotel Sahid Jaya Solo yang berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu, mengambil data tidak secara acak tetapi berdasarkan sampel yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) wawancara, yaitu mencari sumber data yang langsung pada nara sumber dengan menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan dipakai untuk menangkap data, baik secara eksplisit maupun tacit, (2) observasi, yaitu melakukan pengamatan pada obyek penelitian secara mendetail dan mencermati segala sesuatu obyek, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang dialami obyek, (3) mencatat arsip dan dokumentasi, yaitu pengarsipan dari dokumen yang telah ada dan pengambilan data obyek. Teknik analisis data digubakan model analisis interaktif yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji validitas dengan trianggulasi data.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Ornamen pada Pedan Ball Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori. Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Ornamen pada Langen Harjo Executive Lounge, Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman. (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge diantaranya diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, restaurant style, dan cocktail style dengan kapasitas ruang pertemuan yang berbeda-beda. (3) pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Pencahayaan alami dan buatan dengan pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light, lampu TL, dan Lampu halogen spott light pemasangannya pada ceiling. Wall lamp pemasangannya pada wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai decorative lighting. Sistem penghawaan ruang

Page 6: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

pertemuan menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC semi sentral dan AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling. Akustik ruang pertemuan. Untuk mendukung akustik pada ruang pertemuan digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.

Page 7: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Hidup ini surga, pintunya ada di hati (Kahlil Gibran).

Jika kita bersedia menerima matahari beserta kehangatannya, kita juga harus siap

menerima petir dan halilintar (kahlil Gibran).

Page 8: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Persembahan khusus atas karya ini teruntuk: 1. Ayah, Bunda, Bapak dan Ibu angkatku, serta Eyang

atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang tak

mampu terlukiskan.

2. Saudara-saudaraku, kakakku Pipiet sekeluarga dan

adik-adikku tersayang Winda, Canggih, Dwi.

3. Calon pendamping hidupku kelak yang masih menjadi

rahasia-Nya.

Page 9: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan banyak permasalahan dan

hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya permasalahan dan

hambatan yang dialami dapat diatasi. Untuk itulah, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini;

2. Ketua Jurusan Pendidikan dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

penulisan skripsi kepada penulis;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan yang telah

memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis;

4. Ir. Chundakus Habsya M. Sa., selaku Pembimbing I dan Rima Sri Agustin, ST.

MT., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan nasihat kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini;

5. Bapak Stephanus., selaku Asisten Manager Personalia Hotel Sahid Jaya Solo

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini;

6. Bapak Nono., selaku Assisten Manager Engginering yang telah membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian ini;

7. Seluruh staf Hotel Sahid Jaya Solo yang membantu terlaksananya penelitian ini;

8. Keluarga besar Kelompok Peron Surakarta atas rumah, keluarga, dan kehidupan

yang telah penulis dapatkan;

9. Dhian Novitasari atas persahabatan dan bantuan yang telah diberikan, dan

10. Teman-teman PTS / B angkatan 2003 atas bantuan yang telah diberikan.

Page 10: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan, pembaca, dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2008

Penulis

Page 11: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL .................................................................................................................... i

PERSETUJUAN .................................................................................................... iii

PENGESAHAN ...................................................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. vi

MOTTO ................................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xxi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 4

2. Manfaat Praktis ................................................................................... 4

BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... . 5

1. Hotel ..................................................................................................... 5

a. Pengertian Hotel ............................................................................ . 5

b. Klasifikasi Hotel ........................................................................... . 6

2. Kajian Interior Ruang Pertemuan ......................................................... 8

a. Pengertian Kajian ........................................................................... 8

b. Pengertian Interior ......................................................................... 8

c. Ruang Pertemuan .......................................................................... 8

d. Elemen Desain Interior ................................................................... 9

1.) Lantai ..................................................................................... 9

Page 12: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2.) Elemen Vertikal ................................................................... 11

a) Dinding ............................................................................ 11

b) Pintu ……………………………………………………. 13

c) Jendela ………………………………………………….. 14

3.) Ceiling ……………………………………………………... 15

4.) Furniture …………………………………………………… 18

5.) Warna ……………………………………………………… 19

6.) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang .................. 20

a) Sistem Pencahayaan .......................................................... 20

(1) Pencahayaan Alami .................................................. 20

(2) Pencahayaan Buatan ................................................ 22

b) Sistem Penghawaan .......................................................... 26

c) Akustik Ruang ................................................................. 27

7.) Ornamen dan Aksesori ......................................................... 29

a) Ornamen .......................................................................... 29

(1) Motif Ornamen ......................................................... 30

(a) Motif Geometris .................................................. 30

(b) Motif Naturalis ................................................... 31

(2) Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa ....................... 32

b) Aksesori ........................................................................... 33

3. Lay Out Interior Ruang Pertemuan ................................................... 34

a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan .............................................. 34

1.) Meja ..................................................................................... 34

2.) Tempat Duduk .................................................................... 34

3.) Mimbar ................................................................................. 34

4.) Stage ..................................................................................... 34

b. Lay Out Ruang Pertemuan ........................................................... 34

B. Kerangka Berfikir .................................................................................... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 43

1. Tempat Penelitian ............................................................................... 43

2. Waktu Penelitian ................................................................................ 43

Page 13: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................ 43

C. Sumber Data ........................................................................................... 44

1. Instrumen .......................................................................................... 44

2. Informan ............................................................................................ 44

3. Tempat atau Obyek ............................................................................ 44

4. Studi Pustaka ...................................................................................... 44

5. Dokumentasi ...................................................................................... 45

D. Teknik Sampling .................................................................................... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45

1. Wawancara ........................................................................................ 46

2. Observasi ........................................................................................... 46

3. Menelaah Dokumen .......................................................................... 46

F. Validitas Data .......................................................................................... 46

G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 47

1. Reduksi Data ...................................................................................... 48

2. Penyajian Data .................................................................................. 48

3. Penarikan Kesimpulan ...................................................................... 48

H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 48

1. Tahap Persiapan Penelitian ................................................................ 49

2. Tahap Pengumpulan Data ………………………………………….. 49

3. Tahap Analisis Data ………………………………………………. 49

4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ………………………………. 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………………….. 51

A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………………… 51

1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo ………………………… 51

2. Struktur Organisasi .......................................................................... 53

3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ....................................... 53

a. Pedan Ball Room ......................................................................... 54

b. Sukoharjo Meeting Room ........................................................... 54

c. Langen Harjo Executive Lounge ................................................ 55

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 55

1. Data Spesifikasi Ruang Pertemuan .................................................. 56

Page 14: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

a. Pedan Ball Room ......................................................................... 56

1) Lantai .................................................................................... 56

2) Elemen Vertikal ................................................................. 57

a) Dinding ............................................................................ 57

b) Pintu dan Jendela ............................................................ 59

3) Ceiling ................................................................................... 60

4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 62

a) Furniture .......................................................................... 62

b) Perlengkapan ................................................................... 64

5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 65

b. Sukoharjo Meeting Room ............................................................ 67

1) Lantai .................................................................................... 67

2) Elemen Vertikal ................................................................. 68

a) Dinding ............................................................................ 68

b) Pintu dan Jendela ............................................................ 70

3) Ceiling ................................................................................... 71

4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 72

a) Furniture .......................................................................... 72

b) Perlengkapan ................................................................... 75

5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 75

c. Langen Harjo Executive Lounge ……………………………….. 76

1) Lantai ………………………………………………………. 76

2) Elemen Vertikal ................................................................. 77

a) Dinding ............................................................................ 77

b) Pintu dan Jendela ............................................................ 78

3) Ceiling ................................................................................... 79

4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 80

a) Furniture .......................................................................... 80

b) Perlengkapan ................................................................... 82

5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 82

2. Lay Out Furniture ………………………………………………… 83

a. Pedan Ball Room ………………………………………………. 83

Page 15: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

b. Sukoharjo Meeting Room ……………………………………… 85

c. Langen Harjo Executive Lounge ………………………………. 87

3. Data Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang …… 90

a. Data Sistem Pencahayaan ……………………………………… 90

b. Data Sistem Penghawaan .............................................................. 94

c. Data Akustik Ruang ..................................................................... 96

C. Temuan Studi ......................................................................................... 100

1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan …………………………….100

a. Pedan Ball Room ……………………………………………….100

b.Sukoharjo Meeting Room …………………………………….....101

c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………....... 103

2. Lay Out Ruang Pertemuan ……………………………………… 104

3. Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang ………….104

a. Pedan Ball Room ……………………………………………… 104

b. Sukoharjo Meeting Room …………………………………….. 105

c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………...... 106

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 108

A. Kesimpulan .................................................................................... 108

B. Implikasi ........................................................................................ 111

C. Saran .............................................................................................. 112

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 114

LAMPIRAN .......................................................................................................... 116

Page 16: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Ukuran Lubang Pintu .................................................................. 13

Tabel 2. Tingkat Pencahayaan Minimum Hotel dan Restoran ................... 24

Tabel 3. Waktu Penelitian ........................................................................... 43

Tabel 4. Akustik Ruang Pertemuan ........................................................... 96

Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ............... 96

Page 17: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Lantai ...............................................................................................

Gambar 2. Macam-macam Lantai Lunak ..........................................................

Gambar 3. Dinding ............................................................................................

Gambar 4. Ceiling .............................................................................................

Gambar 5. Pencahayaan Alami .........................................................................

Gambar 6. Pencahayaan Buatan .......................................................................

Gambar 7. Penghawaan Alami .........................................................................

Gambar 8. AC Split ..........................................................................................

Gambar 9. Akustik Ruang .................................................................................

Gambar 10. Garis Gelombang dan Lingkaran ...................................................

Gambar 11. Berlian ............................................................................................

Gambar 12. Ikal .................................................................................................

Gambar 13. Swastika .........................................................................................

Gambar 14. Meander .........................................................................................

Gambar 15. Guirlande .......................................................................................

Gambar 16. Tumpal ...........................................................................................

Gambar 17. Motif Tumbuhan ............................................................................

Gambar 18. Motif Hewan ..................................................................................

Gambar 19. Motif Manusia ...............................................................................

Gambar 20. Motif Pajajaran ..............................................................................

Gambar 21. Motif Mataram ...............................................................................

Gambar 22. Motif Majapahit .............................................................................

Gambar 23. Motif Bali .......................................................................................

Gambar 24. Motif Jepara ...................................................................................

Gambar 25. Motif Cirebon ................................................................................

Gambar 26. Motif Pekalongan ...........................................................................

Gambar 27. Motif Madura .................................................................................

Gambar 28. Motif Yogyakarta ...........................................................................

10

10

12

17

22

24

27

27

28

30

31

31

31

31

31

31

31

31

31

32

32

32

32

32

32

33

33

33

Page 18: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 29. Motif Surakarta ..............................................................................

Gambar 30. Motif Semarang ………………………………………………….

Gambar 31. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 32. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 33. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 34. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 35. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 36. Lay Out Furniture ………………………………………………..

Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir …………………………………………..

Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian ……………………………………....

Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo ……………………………………………

Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo ………………………………………

Gambar 41. Struktur Organisasi Hotel Sahid Jaya Solo ....................................

Gambar 42. Pedan Ball Room ...........................................................................

Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room ..............................................................

Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge ...................................................

Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room ................................................................

Gambar 46. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….

Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room .............................................................

Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room ..................................................................

Gambar 49. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………

Gambar 50. Ornamen Pedan Ball Room ...........................................................

Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room ..................................................................

Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room ..............................................................

Gambar 53. Drop Ceiling Pedan Ball Room .....................................................

Gambar 54. Down Light Pedan Ball Room …………………………………...

Gambar 55. Meja dan Kursi Pedan Ball Room .................................................

Gambar 56. Mimbar Pedan Ball Room .............................................................

Gambar 57. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….

Gambar 58. Screen Pedan Ball Room ………………………………………...

Gambar 59. Sound System Pedan Ball Room ………………………………...

34

34

36

37

38

39

40

41

43

51

53

53

54

55

56

56

58

58

59

59

60

60

61

62

62

62

64

64

65

65

65

Page 19: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Gambar 60. Ornamen Dinding Pedan Ball Room …………………………….

Gambar 61. Ornamen Ceiling Pedan Ball Room ……………………………..

Gambar 62. Aksesori Pedan Ball Room ………………………………………

Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room ………………………………...

Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room ………………………………...

Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room ………………………………

Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room ………………….

Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………

Gambar 68. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room …………………………..

Gambar 69. Ornamen Sukoharjo Meeting Room ……………………………..

Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………

Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room ……………………………….

Gambar 72. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….

Gambar 73. AC Split Sukoharjo Meeting Room ……………………………...

Gambar 74. Furniture Sukoharjo Meeting Room ……………………………..

Gambar 75. Mimbar Sukoharjo Meeting Room ………………………………

Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room …………………………………

Gambar 77. Aksesori Sukoharjo Meeting Room ……………………………...

Gambar 78. Screen Sukoharjo Meeting Room ………………………………..

Gambar 79. Ornamen Dinding dan Ceiling Sukoharjo Meeting Room ………

Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge …………………………

Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge ……………………….

Gambar 82. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ………………………

Gambar 83. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge ……………………

Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge …………………………..

Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge ………………………..

Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge ………………………..

Gambar 87. Down Light Langen Harjo Executive Lounge …………………

Gambar 88. AC Split Langen Harjo Executive Lounge ………………………

Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge …………………………..

Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge ………………………….

67

67

67

68

68

70

70

70

71

71

72

72

73

73

75

75

75

76

76

77

77

78

78

79

79

80

80

81

81

82

82

Page 20: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Gambar 91. Sound System Langen Harjo Executive Lounge ………………...

Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge ………………………...

Gambar 93. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ………………………

Gambar 94. Down Light Pedan Ball Room …………………………………...

Gambar 95. Crome Cabe Pedan Ball Room …………………………………..

Gambar 96. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………

Gambar 97. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….

Gambar 98. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room …………………………...

Gambar 99. Crome Cabe Sukoharjo Meeting Room ………………………….

Gambar 100. Down Light Langen Harjo Executive Lounge ………………….

Gambar 101. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge …………………..

Gambar 102. AC Split Pedan Ball Room ……………………………………..

Gambar 103. AC Split Sukoharjo Meeting Room …………………………….

Gambar 104. AC Split Langen Harjo Executive Lounge ……………………..

83

83

84

91

92

92

93

93

93

94

95

95

96

96

Page 21: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara .......................................................................... 113

Lampiran 2. Hasil Wawancara ………………………………………..... ........ 116

Lampiran 3. Foto-Foto Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya ...... 119

Lampiran 5. Surat-Surat Perijinan Penelitian .................................................... 121

Page 22: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini persaingan dalam bidang bisnis semakin

berkembang dari negara maju yang sudah mapan perekonomiannya sampai negara

berkembang tidak ketinggalan dalam persaingan ini, demikian juga Indonesia.

Indonesia ikut bersaing dalam memajukan perekonomian negara dengan jalan

berbisnis baik sektor migas maupun nonmigas.

Dalam bidang migas, saat ini Indonesia masih merupakan negara yang

pengekspor, sedangkan untuk nonmigas Indonesia kaya akan hutan dan aneka

ragam budaya yang sedang berupaya mengembangkan sektor ini untuk

menggantikan migas yang selama ini menjadi devisa negara. Khusus dengan

beragamnya budaya daerah, Indonesia secara tak langsung akan bisa menjadi

negara andalan pariwisata apabila dikelola dan diolah secara profesional dan

didukung fasilitas akomodasi atau penginapan yang ideal tentunya. Bidang

pariwisata inilah yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dengan didukung

masyarakat industrinya untuk dikembangkan secara maksimal agar bisa

menggantikan dalam rangka mendapatkan devisa negara.

Berdasarkan realita tersebut, ternyata memberikan dampak yang positif

terhadap usaha industri perhotelan, khususnya hotel-hotel yang bertaraf

internasional (hotel berbintang). Hotel berbintang di Indonesia pada umumnya

didirikan pada daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, daerah perdagangan,

kota besar, kota penting, dan lain sebagainya. Pada kota atau daerah tersebut

diharapkan hotel sebagai sarana akomodasi mampu menyedot pengguna jasa hotel

sehingga memperoleh keuntungan. Hotel pada hakekatnya merupakan bangunan

yang memberikan jasa lainnya bagi tamu yang berkunjung.

Pada awalnya perkembangan hotel merupakan sarana akomodasi, dalam

arti sebagai fungsi istirahat, namun kemudian mengalami perkembangan dalam

sifat dan bentuk kegiatan pemakai. Salah satu bentuk kegiatan hotel tersebut

adalah kegiatan pertemuan (konferensi). Berawal dari kejelian menangkap

1

Page 23: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peluang dari meningkatnya kegiatan pertemuan yang tidak lepas dari bisnis

perhotelan dan pariwisata, dewasa ini banyak hotel yang dilengkapi sarana untuk

tujuan pertemuan lengkap dengan fasilitas yang diperlukan untuk menjamin

efisiensi pertemuan.

Kota Surakarta merupakan daerah pariwisata dan oleh karena itu sangat

baik dikembangkan usaha dalam bidang perhotelan sebagai sarana akomodasi

bagi para wisatawan, karena hotel sendiri merupakan badan usaha yang bergerak

dalam bidang jasa dengan memberikan sarana akomodasi untuk umum serta

menyajikan hidangan berupa makanan, minuman, dan fasilitas lainnya. Dengan

adanya hotel tersebut diharapkan wisatawan yang datang lebih nyaman sehingga

wisatawan yang datang lebih berkesan dan betah lama tinggal di hotel yang

nantinya tertarik untuk kembali menggunakan hotel, untuk itu maka ada suatu

ketetapan persyaratan dibidang perhotelan dengan maksud agar wisatawan bisa

lebih nyaman tinggal di hotel, salah satu persyaratan antara lain dekorasi interior

dalam suatu ruangan yang tentunya tidak lepas dari pengaruh fungsi utamanya.

Interior merupakan salah satu cerminan aktifitas yang diwadahi dalam

suatu ruangan, sehingga dalam perancangan suatu ruangan akan memiliki interior

yang berbeda-beda. Dalam hal ini interior pada Hotel Sahid Jaya Solo telah

menggunakan lantai, dinding, dan ceiling akustik yang mengandung material

peredam suara, sehingga diharapkan dapat menguatkan suara yang dikehendaki

dan menghindari kebisingan.

Untuk memberikan kelancaran dalam kegiatan pertemuan yang relatif

lama. Maka suasana ruangan dan lingkungan harus nyaman, lighting

(pencahayaan), penghawaan dan akustik ruang juga sangat penting. Sebab sistem

interior ini mempunyai keterkaitan kenyamanan penghuni ruangan dalam

kegiatannya. Untuk mendukung kegiatan yang nyaman dan menyehatkan, maka

Hotel Sahid Jaya Solo telah dilengkapi dengan peralatan mekanik baik untuk

lighting, maupun penghawaan dan instalasi air.

Bertolak dari hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mempelajari

interior ruang pertemuan pada Hotel Sahid Jaya Solo. Dengan berbagai

Page 24: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pertimbangan di mana hotel ini memiliki tiga ruang pertemuan, yaitu Sukoharjo

room, Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge.

Pedan Ball room merupakan ruang pertemuan terbesar di Hotel Sahid

Jaya Solo yang berkapasitas 500 orang. Ruang ini difasilitasi dengan peralatan

mekanik penunjang kegiatan pertemuan dan akustik ruang.

Sukoharjo Meeting Room ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi

dengan peralatan-peralatan mekanik serta akustik ruang baik pada dinding, ceiling

maupun lantainya. Ruang pertemuan ini berkapasitas 150 orang.

Langen Harjo Executive Lounge ruang pertemuan ini berkapasitas 40

orang, ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi dengan peralatan mekanik serta

akustik ruang.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Hal-hal spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan Pedan Ball

Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel

Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa ?

2. Bagaimana lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo

Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ?

3. Bagaimana pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang

pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo

Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan

Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive

Lounge Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan kepada ornamen khas

tradisional Jawa.

Page 25: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Untuk mengetahui lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room,

Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid

Jaya Solo.

3. Untuk mengetahui pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan

ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen

Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan penelitian dimasa yang akan

datang.

b. Sebagai masukan bagi mahasiswa Program Pendidikan Teknik Sipil/

Bangunan khususnya konsentrasi gambar / arsitektur.

2. Manfaat Praktis

a. Dari analisis data yang diperoleh diharapkan adanya pertimbangan pemikiran

bagi masyarakat pengguna ruang hotel bersangkutan.

b. Sebagai masukan bagi staff pengelola ruang pertemuan hotel yang

bersangkutan.

c. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan

dalam merancang desain interior ruang pertemuan hotel.

d. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan

pengetahuan bagi peneliti.

Page 26: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hotel

a. Pengertian Hotel

Pada umumnya hotel berbintang di Indonesia banyak didirikan di daerah

yang menjadi arus wisatawan, kota besar, kota perdagangan dan kota penting. Hal

ini sebagai upaya untuk memberikan jasa penginapan dan jasa lain bagi para tamu

yang sedang melakukan perjalanan serta masyarakat pengguna fasilitas yang ada

dalam hotel, seperti restoran, ruang pertemuan dan fasilitas lainnya. Sebagai

industri jasa setiap pengusaha hotel akan berusaha memberikan pelayanan yang

maksimal bagi tamunya, sehingga akan memberikan kepuasan kepada pemakai

jasa hotel tersebut.

Untuk memahami dan mengkaji pengertian tentang hotel, maka lebih

dahulu diuraikan dan dikaji satu persatu pengertian tentang hotel yang

dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Martin H. Manser (1993:202) berpendapat bahwa “hotel is

building where rooms and meals are provided for traveller”. Dari pengertian di

atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu bangunan yang

dilengkapi dengan kamar-kamar dan makanan untuk orang-orang yang

berpergian.

Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik (1986:2) mengemukakan bahwa

“hotel adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian

daripadanya khususnya disediakan, di mana setiap orang dapat menginap, makan

dan minum serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran

(mempunyai restaurant yang berbeda di bawah manajemen tersebut)”. Dari

pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu

bangunan yang disediakan dan digunakan untuk menginap, makan, minum serta

memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

5

Page 27: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Adanya istilah dan termologi tentang hotel pada hakekatnya tergantung

dari jenis hotel itu sendiri. Dewasa ini banyak istilah-istilah tentang hotel seperti

recidence hotel, hotel transit, resort hotel, sport hotel, hotel konvensi, hotel garden

dan lain-lain. Dalam hal ini Oka A. Yoeti ( 1990:144 - 145 ) berpendapat bahwa :

“Residen hotel adalah hotel yang menerima tamu untuk tinggal jangka waktu yang agak lama, tetapi untuk tidak menetap…. Transit hotel atau Comersial hotel adalah hotel yang menyediakan kamar bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis dalam waktu yang relatif pendek…. Resort hotel adalah hotel yang menyediakan akomodasi bagi para pengunjung untuk jangka waktu tertentu dan musim-musim tertentu pula…”.

Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa ada

beberapa istilah tentang hotel yang berkembang sekarang ini, diantaranya yaitu

residence hotel, yaitu hotel yang digunakan untuk tinggal agak lama, tetapi tidak

untuk menetap. Transit hotel atau komersial hotel, yaitu hotel yang diperuntukkan

bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan bisnis atau perdagangan.

Hotel ini biasanya terletak di daerah dekat terminal atau bandara dilengkapi

dengan sarana atau fasilitas transportasi dan rekreasi. Resort hotel, yaitu hotel

yang menyediakan sarana akomodasi atau tempat menginap bagi orang yang

sedang berpergian dalam jangka waktu tertentu dan musim tertentu pula. Hotel ini

biasanya terletak pada daerah-daerah pariwisata, peristirahatan yang banyak

dikunjungi pada waktu libur.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan sementara bahwa yang dimaksud dengan hotel adalah suatu

tempat atau bangunan yang menyediakan jasa penginapan, penyajian hidangan

atau masakan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan bagi keperluan

tamu yang sedang melakukan perjalanan untuk waktu tertentu dan tidak untuk

menetap yang bertujuan komersil.

b. Klasifikasi Hotel

Klasifikasi atau penggolongan hotel adalah suatu sistem

pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan, berdasarkan

Page 28: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

ukuran penilaian tertentu. Hotel dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kriteria

menurut kebutuhannya, namun ada beberapa kriteria yang dianggap paling lazim

digunakan. Sistem klasifikasi atau penggolongan hotel di dunia berbeda antara

negara yang satu dengan negara yang lainnya.

Pada tahun 1970 pemerintah Indonesia menentukan klasifikasi hotel

berdasarkan penilaian-penilaian tertentu seperti luas bangunan, bentuk bangunan,

perlengkapan (fasilitas) dan mutu pelayanan. Namun pada tahun 1977 ternyata

sistem klasifikasi yang telah ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka

dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM. 10/PW. 301/Pdb-77

tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel

secara minimum didasarkan pada jumlah kamar, fasilitas, peralatan yang tersedia

dan mutu pelayanan. Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia

kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu :

1) Hotel bintang 1

2) Hotel bintang 2

3) Hotel bintang 3

4) Hotel bintang 4

5) Hotel bintang 5

Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut,

ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri

Perhubungan disebut Hotel Non Bintang.

Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah untuk menjadi

pedoman teknis bagi calon investor (penanam modal) di bidang usaha perhotelan,

agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang akan

diperoleh di suatu hotel sesuai dengan golongan kelasnya, agar tercipta persaingan

(kompetisi) yang sehat antara pengusahaan hotel, dan agar tercipta keseimbangan

antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) dalam usaha akomodasi

hotel.

Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas

hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya

seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot

Page 29: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. KM. 3/ HK. 001/ MPK. 02 tenang

penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi

dibandingkan dengan aspek fasilitas bangunannya.

2. Kajian Interior Ruang Pertemuan

a. Pengertian Kajian

Pengertian kajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:491)

adalah studi, telaah, pemeriksaan, penelitian, penyelidikan ilmiah.

b. Pengertian Interior

Interior atau ruang dalam mempunyai arti penting bagi kehidupan

manusia. Semua kehidupan dan kegiatan manusia berkaitan dengan suatu obyek

yang nyata dengan penglihatan maupun pendengaran, penciuman, ataupun rasa

yang akan selalu menimbulkan kesan ruang. Ruang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, karena manusia bergerak dan berada di dalamnya. Maka titik

tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan pada manusia. Pembentukan

ruang ditentukan oleh adanya massa dan bentuk yang disusun dengan menentukan

ukuran-ukuran kebutuhan kegiatan manusia maupun menyangkut persepsi

manusia terhadap lingkungannya.

Pengertian interior dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:438)

adalah bagian dalam ruang, tatanan perabot di ruang dalam gedung.

c. Ruang Pertemuan

Sedangkan mengenai ruang pertemuan, Fred Lawson (1981:7)

berpendapat bahwa, “meeting room is defined as an assembly some common

object or for the change of ideas, news and formation or common interest”.

Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa, ruang pertemuan

didefinisikan sebagai tempat untuk menampung kegiatan bertemu yang

membicarakan masalah umum atau informasi tentang sesuatu yang menarik.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa kajian interior ruang pertemuan adalah studi atau

Page 30: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penyelidikan tentang bagian dalam ruangan yang dipergunakan sebagai tempat

untuk kegiatan pertemuan yang mengacu pada lingkungan yang sehat bagi orang

yang melakukan kegiatan di dalamnya dan ditangani secara profesional.

d. Elemen Desain Interior

Ruang pertemuan mempunyai unsur pembentuk ruang dimana unsur

tersebut pada dasarnya adalah yang membentuk adanya ruang fisik sebagai wadah

kegiatan manusia, yang terdiri dari lantai, dinding dan langit-langit. Ketiga unsur

tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang fungsi atau

kegiatan yang berlangsung di dalam ruang.

1) Lantai

Lantai berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, sebagai

akustik. Sebagai isolasi atau perlindungan terhadap panas, dingin dan juga

sebagai pemikul beban di atasnya. Hal ini seperti apa yang dijelaskan oleh

Y. B. Mangun Wijaya (1980:329) :

“Lantai berfungsi selaku dinding atau penutup ruangan bagian bawah. Oleh karena itu, dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik misalnya atau isolasi (perlindungan) terhadap panas dan dingin luar, lantai dapat digarap menurut hukum-hukum yang biasa berlaku untuk dinding…Tetapi lantai masih mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda seperti perabot rumah, manusia dengan segala aktivitasnya. Dan karena itu harus mampu dan kuat memikul beban mati maupun hidup, lalu lintas manusia serta hal-hal lain yang menumpanginya”.

Dari pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa lantai

harus memenuhi persyaratan secara teknik dan secara ekonomi yaitu lantai

harus kuat, memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa

panas, dan konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga setelah berumur

panjang tidak kehilangan kekuatan.

Page 31: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 1. Lantai

Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 15)

Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengan menggunakan

bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai

dengan suasana ruang yang ingin dicapai. Berdasarkan karakteristiknya lantai

dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian

karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi.

Gambar 2. Macam-macam lantai lunak atau permadani

Sumber : Francis D. K. (2006 : 175)

b. Lantai semi keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal, dan cor.

c. Lantai keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai

sebagai bahan lantai.

d. Lantai kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai

yang terbuat dari kayu.

Page 32: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pemilihan lantai untuk ruang pertemuan, tidak memakai lantai yang

bermotif sebab akan menimbulkan kesan ramai, hal ini senada dengan

pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:132) menyatakan bahwa : “pada ruang

rapat yang memerlukan konsentrasi hendaknya jangan digunakan lantai yang

terlalu banyak motif dan warna karena dapat mengganggu”. Sedang lantai

yang dipergunakan biasanya memakai lantai dengan lapisan penutup (floor

covering) dapat berupa karpet dan permadani, karpet dan perekat, keramik,

batuan, batu bata dan material lainnya.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

Dinding dalam sebuah bangunan sebagai salah satu unsur pembentuk

ruang, dinding mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu : sebagai pemikul

beban di atasnya, sebagai penutup atau pembatas ruangan, baik visual maupun

akustik, menghadapi alam luar dan ruangan dalam. Seperti yang dikemukaan

oleh Y. B. Mangun Wijaya (1980:339) :

“Dinding-dinding bangunan dari segi fisika bangunan mengemban fungsi : 1). fungsi pemikul beban di atasnya. 2). fungsi penutup atau pembatas ruangan, baik mengenai visual maupun akustik. 3). menghadapi alam luar dan ruangan dalam, radiasi sinar cahaya dan sinar kalor dari matahari. 4). pengatur derajat kelembaban di ruang. 5). radiasi sumber bunyi perlindungan arus angin”.

Beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai dinding atau

bahan-bahan pokok dinding :

(1) Batu : batu kali, batu bata, batako, dan sebagainya.

(2) Kayu : papan, tripleks, bambu, hardboard, dan sebagainya.

(3) Metal : alumunium, tembaga, kuningan, plat baja, dan sebagainya.

(4) Gelas : kaca, dsb.

(5) Plastik : fiber glass, folding door, dsb.

Sedangkan beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai

penutup dinding adalah sebagai berikut :

(1) Batu : bermacam-macam batu alam, asbes, coreltex, dan marmer.

(2) Cat : bermacam-macam cat tembok, chemistone.

Page 33: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

(3) Fiberglass : flexiglass, paraglass.

(4) Gelas : cermin, kaca (kaca bening, kaca rayben, kaca es, dsb).

(5) Kain : batik, sutra.

Dinding yang difungsikan sebagai ruang pertemuan selain harus

memenuhi persyaratan teknis juga harus memenuhi persyaratan akustik.

Pencapaian persyaratan akustik ini diharapkan akan dapat memperlancar

kegiatan pertemuan yang ada di dalamnya. Dalam pencapaian akustik ini,

Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan Lea Prasetyo (1990:56) berpendapat

bahwa : “sumber bunyi harus dikelilingi oleh material absorbsi yang baik

(perforetet aqioustic) sebagai pengendali akustik”.

Dari pendapat di atas mengandung pengertian bahwa, bahan

penyerap (pengendali) suara dapat ditempatkan pada permukaan ceiling dan

dinding yang berfungsi untuk mengendalikan kebisingan suara. Bahan yang

digunakan dapat berupa wall paper dan material sejenisnya.

Gambar 3. Dinding

Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176)

b) Pintu

Pada setiap bangunan ada suatu bagian dari bangunan tersebut yang

berfungsi sebagai penghubung antar ruang satu dengan ruang yang lain.

Penghubung itu dikenal dengan istilah pintu. Pintu terdiri dari ibu pintu atau

kusen dan daun pintu yang dihubungkan dengan engsel atau pelipat serta

Page 34: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dilengkapi pengunci maupun grendel. Rangka pintu atau kusen dapat dibuat

dari aluminium atau kayu. Rangka aluminium banyak dipakai untuk bangunan

umum atau bangunan komersil, karena bentuknya indah dan memberi kesan

mewah. Selain itu sangat tepat juga dipakai pada bangunan bertingkat banyak,

karena ringan dan tahan api.

Ukuran lubang pintu biasanya dibuat disesuaikan dengan kebutuhan

ruangannya atau jenis dari bangunan. Beberapa ukuran yang banyak dipakai

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Jenis bangunan Ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) Jumlah daun pintu

Rumah tinggal 80 cm x 200 cm 1 daun Bangunan umum sekolah 90 cm x 200 cm 1 daun Toko, bioskop, dan lain-lain 120 cm x 200 cm 2 daun Pintu utama pada bangunan umum 160 cm x 200 cm 2 daun Pintu kamar mandi 70 cm x 200 cm 1 daun

Sumber : Konstruksi Bangunan Gedung. Ir. Ign Benny P. M.Sc (1995:72)

c) Jendela

Jendela berfungsi sebagai jalannya sirkulasi udara dan sebagai jalan

masuknya sinar matahari agar ruangan tetap sehat.

Rangka jendela tidak jauh berbeda dengan rangka pintu, hanya di

sini selain ambang atas, terdapat juga ambang bawah, jadi tiang diapit atas

bawah oleh ambang. Di dalam suatu bangunan, sebaiknya bentuk pintu dan

jendelanya adalah sama, walaupun mungkin ukuran lebarnya tidak sama, hal

ini dimaksudkan agar bangunan tampak harmonis. Jendela dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar, yaitu jendela mati dan jendela berventilasi.

Jendela mati tidak akan pernah dapat dibuka, sedangkan jendela berventilasi

dapat dibuka dan dapat ditutup.

Penanganan jendela interior bervariasi tergantung bagaimana

penanganan-penanganan tersebut dapat mengurangi cahaya, ventilasi, dan

pandangan yang diberikan oleh jendela dan bagaimana cahaya, ventilasi, dan

pandangan tersebut mempengaruhi bentuk dan penampilan jendelanya.

Adapun penanganan jendela sebagai berikut :

Page 35: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(1) Tirai

Tirai adalah cara penanganan jendela yang paling ekonomis, yang terbuat

dari tekstil, vinil atau bambu. Tirai bergerak dari atas ke bawah untuk

menutup sebagian atau seluruh lubang jendela. Bahan tirai bisa transparan

atau opak. Tirai mengurangi cahaya sekaligus menambah privasi.

Bambu memberi tekstur yang menyenangkan dan membatasi cahaya

maupun pandangan. Tirai dapat digulung atau dikumpulkan di satu sisi

ketika dibuka.

(2) Penghalang Pandangan

Penghalang horisontal dari strip-strip tipis berukuran agak lebar. Strip-

strip tersebut dapat terbuat dari kayu atau metal. Jarak dan pengaturan

masing-masing strip mengendalikan cahaya dan aliran udara, strip tipis

menghalangi pemandangan lebih sedikit daripada strip lebar. Penghalang

pandangan horisontal sulit untuk dibersihkan.

Penghalang vertikal mempunyai strip-strip dari bahan sejenis kain yang

opak atau transparan dengan engsel putar pada bagian puncak dan

dasarnya.

(3) Tirai Panjang

Tirai panjang merujuk pada semua bahan tekstil yang tergantung lurus

dalam lipatan bebas. Tirai panjang biasanya menggunakan bahan tekstil

yang tebal, biasanya diikat atau digantung seperti permadani, seringkali

dilengkapi dengan penutup pada bagian atasnya. Tirai yang dapat ditarik

yang terbuat dari kain yang opak atau transparan dipasang pada rel

melintang di atasnya. Tirai tersebut harus penuh dan tergantung lurus,

mulai dari langit-langit atau sedikit di atas kusen dan berhenti sedikit di

bawah kusen atau dekat lantai.

(4) Gorden

Gorden kaca adalah material yang tipis, halus, ringan, dan digantung

menempel pada kaca jendela atau pintu kaca. Kehalusannya melunakkan

dan membaurkan cahaya, menyaring pandangan dan memberikan privasi

siang hari. Dapat digantung di dalam kusen jendela atau bagian luarnya

Page 36: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

untuk menyatukan sekelompok jendela. Gorden pada rangka daun jendela

seperti juga gorden kaca, tetapi digantung atau dibentang melintang pada

rangka daun jendela.

3. Ceiling /Langit-langit

Sebagai salah satu unsur pembentuk ruang, ceiling atau plafond

merupakan penutup ruang bagian atas. Seperti halnya lantai dan dinding,

ceiling juga mempunyai karakteristik tersendiri yang ikut menentukan

terbentuknya kesan ruangan keseluruhan. Adapun pengertian ceiling menurut

Pamudji J. Suptandar (1999:161) menyatakan bahwa : “pengertian ceiling atau

langit-langit berasal dari kata ceil, yang artinya melindungi dengan suatu

bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang”. Dari pendapat tersebut

mengandung pengertian bahwa ceiling atau langit-langit merupakan

pembentuk suatu ruang. Secara umum ceiling atau langit-langit merupakan

sebuah bidang yang berfungsi sebagai pelindung atau atap dan sekaligus

sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya.

Ceiling yang merupakan penutup bagian atas suatu bangunan

berfungsi menambah kesan rapi pada bangunan bagian atas, sebab ceiling

dapat menutupi bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas

dan sebagai tempat beberapa instalasi yang berada di atas atau menempel pada

ceiling, hal ini senada dengan pendapat Fred Lawson (1997:261) bahwa :

“The perspective of the ceiling is a major consideration in the design of the ballroom and its dividing rooms. In addition the contruction must incorporate meny funtional requiremants including access to technical equipment : a) Air-conditioning ducting, terminals and diffusers, including the loadinh

and insulation of roof-mounted plant and balanced zone control equipment.

b) Lighting systems with a combination of decorative lamps, general lighting, track lighting arrays, exhibition and asecial lighting requirements, emergency lighting, dimmer switches and controls for separate curcuits.

c) Fire detection and alarm systems automatic spinkler installations. Ceiling meterials to satisfy low surface flame spread, low smoke generation and secure fixing requirements.

Page 37: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d) Acoustic treatment over the whole or part to reduce reverberation time to 0. 8 seconds or lessin use.

e) Ceiling voids will require separation above the lines of partitions to meet fire-resistance periods-usually ½ hour-and sealed sound flanking paths.

f) Thermal and sound insulation (particularly near airports, railways, major roads) under roof construction and plant.

g) Mechanical equipment for moving partitions, projection screens and other retractable equipment.

Pendapat di atas mengandung pengertian presfektif pada ceiling

menjadi perhatian utama di dalam ballroom / ruang dansa dan ruang pemisah.

Di dalam pemasangan pada konstruksi harus menggabungkan banyak fungsi

yang penting termasuk akses / jalan masuk pada peralatan teknis :

a) Saluran udara / AC, sambungan dan pembesar termasuk pemuatan dan

penyekatan pada susunan atap gedung dan keseimbangan pada daerah

kontrol peralatan.

b) Sistem penerangan dengan kombinasi dekoratif lampu, penerangan

umum, penerangan jalan, pertunjukan dan keperluan penerangan khusus,

penerangan dalam keadaan darurat, tombol lampu dan kontrol untuk

kontak terpisah.

c) Deteksi kebakaran dan sistem alarm, alat pemadam otomatis, bahan-

bahan ceiling untuk menghambat penjalaran api, pembangkit asap

rendah dan keperluan bahan-bahan yang aman.

d) Tindakan akustik yang lebih pada semua atau sebagian untuk

mengurangi waktu gema sampai 0, 8 detik atau sisa dalam penggunaan.

e) Menghindari ceiling akan membutuhkan pemisahan di atas garis pada

dinding untuk menemukan waktu pemadam kebakaran biasanya 0, 5 jam

dan tertutup oleh bunyi sisa garis edar.

f) Yang berhubungan dengan panas dan penyekat bunyi (terutama sekali di

dekat bandara, rel kereta api dan jalan utama) di bawah konstruksi atap

dan gedung.

g) Peralatan mesin untuk perpindahan sekat, layar proyeksi dan peralatan

yang dapat ditarik masuk lainnya.

Page 38: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Karakteristik suatu ceiling merupakan ciri tertentu yang minimal

harus ada pada suatu ruang yang bersangkutan dengan jenis kegiatan yang

berlangsung dalam ruang. Pada ruang pertemuan atau ruang rapat dimana

diharapkan tercapai suatu pendapat yang membutuhkan ketenangan dan

konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana tidak mencolok

karena akan mengganggu konsentrasi pengguna ruangan tersebut, hal ini

senada dengan pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:166) yang menyatakan

bahwa : “pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat

yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceiling berbentuk sederhana

tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Ceiling adalah bagian dari bangunan yang merupakan suatu bidang yang

terletak dibagian atas, bersatu dengan dinding dan lantai akan membentuk

suatu ruangan.

2. Ceiling akan menambah kesan rapi ruangan karena ceiling dapat menutupi

bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas dan sebagai

tempat beberapa instalasi di dalamnya seperti instalasi lampu

(pencahayaan), instalasi AC (pengkondisian udara), alarm pemadam,

pemadam kebakaran dan lain-lain.

3. Ceiling ruang pertemuan diusahakan berbentuk sederhana agar tidak

menyolok karena akan mengganggu konsentrasi.

Gambar 4. Ceiling

Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176)

Page 39: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Furniture

Istilah furniture sering disama artikan dengan kata “meubel” dalam

bahasa Perancis dan “mobel” dalam bahasa Jerman, yang berarti “mebel”

dalam bahasa Indonesia. Pada hakekatnya furniture dibedakan menjadi dua,

yaitu furniture yang dapat dipindahkan, seperti meja, kursi dan sebagainya.

Yang kedua yaitu furniture yang tidak dapat dipindahkan atau tidak bergerak,

seperti almari tanam, kursi tanam, meja tanam.

Desain furniture harus diselaraskan dengan kebutuhan pengguna,

perancangan ini akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan

jenis aktifitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Lebih lanjut Pamudji J.

Suptandar (1999:173) menerangkan bahwa :

Desain furniture dibagi atas dua kategori : 1. Furnituree yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja tulis meja,

lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, type furnituree semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain makin bartambah populer.

2. Furnituree yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan tidur.

Pendapat di atas mengandung suatu pengertian desain furniture

dibagi dalam dua kategori yaitu furniture yang berbentuk case (kotak)

termasuk chests, furniture ini tanpa dilapisi, seperti meja, kursi, lemari buku

tanpa pelapis dan furniture yang diberi pelapis misalnya sofa, kursi-kursi yang

seluruhnya diberi pelapis atau sebagian saja yang diberi pelapis.

Dalam hal ini Fred lawson (1997:262-263) berpendapat bahwa :

“Essentianlly furniture sould be : ● lightweight but strong : stackable into mobile carriers ● linkable to form rows : interchangeable (e.g.tops and frames) ● styled to suit character of room and hotel ● durable, resistent to staining, scraping and marking ● protected to prevent damage to floor or walls”.

Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa pada dasarnya

furniture seharusnya :

1) Ringan tapi kuat : Penyambungannya dimasukkan pada alat pengikat yang

ringan

Page 40: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Dapat dihubungkan untuk membentuk satu kesatuan : yang dapat

dipertukarkan (seperti atap dan kerangka)

3) Dapat dibentuk dalam karakter yang bagus pada ruangan dan hotel

4) Dapat tahan lama, melindungi dari noda, kikisan dan tanda-tanda

5) Dilindungi untuk mencegah bahaya pada lantai atau dinding.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa, pada hakekatnya furniture dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu furniture yang dapat dipindahkan dan furniture yang tidak

dapat dipindahkan. Penggunaan bahan tidak keras dan kuat, mudah

dipertukarkan, dapat membentuk karakter yang bagus pada ruangan atau hotel,

tahan lama dan dilindungi sehingga tidak merusak lantai maupun dinding.

5) Warna

Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu

bentuk. Warna merupakan atribut yang paling mencolok yang membedakan

suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna mempunyai peranan yang sangat

besar dalam tata ruang, terutama dalam pembentukan suasana keseluruhan

dari ruang. Warna adalah kekuatan yang berpengaruh terhadap manusia dan

memberikan rasa sehat atau rasa lesu. Pengaruh warna terhadap manusia

terjadi secara tidak langsung melalui pengaruh fisiologis. Pengaruh tersebut

terjadi secara langsung melalui kekuatan pengaruh impuls.

Menurut Munsell, satu warna ditentukan oleh 3 (tiga) komponen,

yaitu :

a) Hue : menyatakan kualitas warna atau intensitas panjang

gelombang

b) Value : kesan kemudahan warna

c) Chroma : penyimpangan terhadap warna putih atau kejenuhan warna.

Selanjutnya itu juga dikenal adanya percampuran antara warna murni

dengan warna kutub yang disebut dengan :

Page 41: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a) Tint

Merupakan warna murni dicampur dengan warna putih sehingga

terjadi warna muda.

b) Shade

Yaitu warna murni dicampur dengan hitam sehingga terjadi warna tua.

c) Tone

Adalah warna murni dicampur dengan warna abu-abu (percampuran

putih dan hitam) sehingga terjadi warna tanggung.

Setiap warna memberi kesan tersendiri. Perasaan hangat ditimbulkan

oleh warna-warna matahari, diantaranya warna kuning, merah, kuning

kemerahan, dan warna serumpun lainnya. Kesan dingin diperoleh dari warna-

warna musim dingin, yaitu biru, biru kehijauan, putih, dan hitam. Warna-

warna muda musim semi seperti kuning muda, hijau daun muda, merah

jambu, dan coklat serta memberi kesan hangat dan berjiwa remaja. Warna

musim gugur yang bercampuran abu-abu dan hitam terasa tenang dan hangat.

6) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang

a) Pencahayaan

(1) Pencahayaaan Alami

Cahaya merupakan syarat bagi pengelihatan manusia. Penerangan

yang baik dalam suatu ruangan memberikan kontribusi terhadap penampilan

elemen dekoratif maupun arsitektural ruangan. Untuk memperoleh cahaya

dalam suatu ruangan dapat diperoleh dari sumber cahaya alami, yaitu cahaya

sinar matahari. Penggunaan pencahayaan ini dapat dilakukan pada siang hari.

Setyo Soetiadji (1997:7) mengemukakan bahwa : “pada umumnya

pancapaian terang dalam suatu ruang dapat dilakukan dengan teknik alami dan

buatan”. Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa sumber

cahaya sebagai penerangan berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan.

Selanjutnya Setyo Soetiadji (1997:8) menerangkan lebih lanjut bahwa :

“Dalam penerangan alami, sinar matahari yang masuk dalam ruangan terdiri atas beberapa unsur, yaitu : 1. Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun

Page 42: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan yang berasal dari langit 3. Sinar matahari refleksi luar, hasil pantulan cahaya dari benda-benda

yang ada di luar bangunan 4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pantulan cahaya dari dalam

melalui elemen ruang atau benda yang ada dalam ruang”. Dari pendapat yang dikemukakan di atas mengandung suatu

pengertian bahwa, cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu ruangan itu

dapat berupa cahaya langsung, cahaya pantulan dan cahaya refleksi, baik

refleksi luar maupun refleksi dalam. Biasanya untuk memperoleh cahaya

alami dalam suatu ruangan adalah dengan menggunakan ventilasi, jendela dan

lain sebagainya.

Sedangkan Y. B. Mangunwijaya (1980:211) mengemukakan bahwa :

“ada dua macam terang. Yaitu terang berasal dari matahari secara langsung

dan secara tidak langsung”. Terang secara tidak langsung sebagai pantulan

cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-benda di keliling bangunan dan

terang dari lampu atau sumber-sumber cahaya buatan manusia.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa, pencahayaan alami dapat digunakan pada

siang hari, yaitu cahaya yang bersumber dari matahari, yang dapat diperoleh

melalui media jendela, ventilasi, dan lain-lain. Biasanya unsur cahaya yang

masuk dalam ruangan merupakan pencahayaan refleksi atau pantulan.

Cahaya dari atas kanan dan kiri Cahaya dari atas kanan

Cahaya dari samping atas

Page 43: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Cahaya dari samping lurus

Gambar 5. Pencahayaan alami Sumber : Setyo Soetiadji (1997:8)

(2) Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan sangat berfungsi pada malam hari, bahkan untuk

memperoleh cahaya yang cukup, pada siang hari pun pencahayaan buatan

dapat dipergunakan. Untuk memperoleh penyesuaian pencahayaan dan

suasana yang nyaman dengan fungsi ruangan maka dapat dilakukan dengan

sistem pencahayaan yang tetap.

Adapun beberapa sistem pencahayaan menurut Setyo Soetiadji

(1997:48) adalah sebagai berikut :

Secara umum pencahayaan yang dihasilkan oleh penerangan ruangan dapat digolongkan ke dalam lima macam : - pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) - pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) - pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting) - pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting) - pencahayaan langsung (direct lighting)

Pendapat tersebut di atas mengandung suatu pengertian sebagai

berikut :

(a) Pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)

Adalah pencahayaan yang diarahkan kepada langit-langit dan bagian atas

dari dinding ruangan, yang penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %.

Kemudian dipantulkan keseluruh ruangan untuk menghasilkan diffuse.

(b) Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langit-

langit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar

60 % sampai 90 % sedang sisanya untuk penerangan bidang kerja.

Page 44: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(c) Pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting)

Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langit-

langit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar

50 % dan 50 % sisanya untuk penerangan bidang kerja.

(d) Pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting)

Adalah suatu pencahayaan yang dipancarkan ke arah bidang kerja sebesar

60 % sampai 90 % dan selebihnya untuk penerangan pantul.

(e) Pencahayaan langsung (direct lighting)

Adalah pencahayaan yang diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja

yang diterangi dengan penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %.

Pencahayaan langsung

Pencahayaan tak langsung

Pencahayaan setempat

Pencahayaan yang membias

Page 45: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pencahayaan khusus

Gambar 6. Pencahayaan buatan

Sumber : Setyo Soetiadji (1997:48)

Standar penerangan untuk suatu ruang pertemuan yang mencakup

direct lighting dan indirect lighting harus memenuhi persyaratan terang baca,

sehingga penerangan langsung yang diarahkan ke bidang kerja atau tempat

duduk harus memenuhi persyaratan.

Tabel 2. Tingkat pencahayaan minimum untuk Hotel dan Restaurant yang

dirokemendasikan.

Fungsi Ruangan Tingkat

Pencahayaan (lux)

Keterangan

Lobby, koridor 100

Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik.

Ballroom/ruang sidang

200

Sistem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian ”switching” dan ”dimming” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.

Ruang makan 250 Cafetaria 250 Kamar tidur

150 Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.

Dapur 300 Sumber : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan

gedung (SNI 03-6575-2001).

Sedangkan teknik penempatan lampu Pamudji J. Suptandar

(1999:228) mengemukakan :

Page 46: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

“Beberapa cara teknik penempatan lampu dalam ruangan : 1. Teknik pencahayaan pada dinding 2. Teknik pencahayaan pada plafond 3. Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindahkan 4. Teknik pencahayaan yang digantung 5. Teknik penempatan khusus”.

Pendapat di atas mengandung suatu pengertian sebagai berikut :

(1) Teknik pencahayaan pada dinding meliputi

(a) Valance yaitu penempatan lampu dengan penyinaran tidak langsung

dan ditempatkan di atas jendela.

(b) Penutup dinding atau bracket yaitu salah satu dari variasi valance

dengan cara memasang penutup pada dinding dengan mempergunakan

lampu cahaya atau lampu dekorasi dan tidak memerlukan jendela

seperti halnya valances, sistem ini dapat diletakkan pada berbagai

ketinggian dan lebar.

(c) Cornices adalah salah satu tipe valance yang melekat pada plafond di

mana seluruh cahaya dipancarkan langsung ke bawah.

(d) Ceiling mounted spot / flood light adalah pemasangan lampu dengan

penempatan lampu pijar di dalam plafond, hal ini untuk mengurangi

jumlah udara yang panas.

(e) Luminous panels/wall yaitu pencahayaan yang penempatannya pada

dinding bagian dalam sehingga tembok sebagai pelindung sumber

cahaya.

(2) Teknik pencahayaan dari plafond meliputi :

(a) Cove pencahayaan ini dapat dipergunakan pada ke empat dinding yang

berseberangan dan ini termasuk dalam pencahayaan tak langsung.

(b) Luminous panel dari plafond adalah menutup dari langit-langit atau

sebagian dari langit-langit, ini cara yang efisien untuk menerangi

beberapa area dengan menggunakan sheet yang transparan dan sangat

mudah pemasangannya. Kebanyakan dipergunakan pada kamar mandi,

dapur dimana cahaya bayangan bebas dari lampu sangat penting.

(3) Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindah

Page 47: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dalam penggunaan cahaya ini ada beberapa petunjuk umum untuk

menentukan lampu-lampu dari tipe ini. Misalnya portable lamp, standard

lamp dan sebagainya.

(4) Teknik pencahayaan yang digantung

Teknik ini penempatan lampu-lampu yang digantungkan dengan alat-alat

penggantung.

(5) Teknik penempatan khusus

Pemasangan lampu ini biasanya dipergunakan untuk keperluan-keperluan

yang sifatnya khusus dan tidak lazim dipergunakan oleh umum, contohnya

adalah pemasangan lampu operasi, ruang pameran dan lain sebagainya.

(b) Penghawaan

Kondisi yang nyaman dan segar dalam suatu ruangan merupakan

tuntutan bagi setiap penghuninya. Demikian pula dalam ruang pertemuan,

penghawaan yang baik dalam suatu ruangan sangat mendukung

berlangsungnya kegiatan yang ada di dalamnya.

Diratmaja E. (1983:17) berpendapat bahwa, “faktor penentu suhu

dalam ruangan antara lain : suhu udara, suhu pancaran, gerakan udara,

kelembapan udara dan kemurnian udara”. Pendapat tersebut di atas jelas

mengandung suatu pengertian bahwa besarnya suhu udara dalam suatu

ruangan akan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu suhu udara itu sendiri, suhu

pancaran, gerakan udara, kelembapan udara, dan kemurnian udara.

Selanjutnya James C. Snyner dan Anthony J. Catanese yang

diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:481)

menerangkan lebih lanjut, bahwa “…pencapaian udara segar dalam suatu

ruangan dapat dipakai alat mekanis (AC, kipas angin/ van), karena suhu dapat

dikondisikan dan dijaga”.

Pamudji J. Suptandar (1999:277) berpendapat bahwa : “dalam

pasaran umum kita kenal ada tiga jenis AC, yaitu AC window, AC central dan

AC split”. AC window umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada

salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan

Page 48: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

penyemprotan udara tidak mengganggu si pemakai. AC central biasa

digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel, supermarket dengan

pengontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat. Sedangkan

AC split hampir sama bentuknya dengan AC window bedanya hanya pada

konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang.

Sedangkan suhu udara yang dipergunakan dalam ruang pertemuan

menurut Fred Lawson (1997:300) dalam pernyataannya adalah : “The

temperature of heated public space and office may be limited to 20° C (60°

F)”.

Gambar 7. Penghawaan Alami

Sumber : Setyo Soetiadji (1997:39)

Gambar 8. AC Split

Sumber : www. google.co.id

(c) Akustik Ruang

Akustik merupakan bagian dari ilmu suara (since of sound), secara

umum siatem akustik merupakan suatu usaha untuk mendukung kelancaran

komunikasi yang terjadi dalam suatu ruangan. Dalam arti akustik ruang adalah

Page 49: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sebagai pengendalian terhadap suara-suara yang tidak diinginkan dan lebih

menguatkan suara-suara yang dibutuhkan yang menjadi tujuan utama dalam

akustik ruang. Dalam hal ini James C. Snyner & Anthony J. Catanese yang

diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:448)

berpendapat bahwa “ada dua tujuan pokok akustik arsitektural, meningkatkan

dan memperkuat suara-suara yang diinginkan dan mengurangi atau

melenyapkan kebisingan yang mengganggu dan tidak diinginkan yang

pertama biasa disebut akustik ruang, dan yang kedua disebut kontrol

kebisingan”. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa akustik

arsitektural mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan suara-suara

yang diinginkan (disebut akustik ruang) dan untuk melenyapkan kebisingan

(disebut kontrol kebisingan).

Gambar 9. Akustik Ruang

Sumber : Leslie L. Doelloe (1990:56)

Selanjutnya untuk memperoleh kondisi akustik yang baik dalam

ruangan Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1990:53)

berpendapat bahwa untuk mendapat kondisi akustik yang baik adalah :

1. Harus ada kekerasan (nudness lodnes) yang cukup dalam tiap bagian ruangan, terutama pada tempat-tempat yang jauh dari sumber suara.

2. Energi bunyi harus dapat didistribusikan kesemua arah secara merata. 3. Ruangan harus bebas dari cacat akustik seperti : gema, pemantulan yang

berkepanjangan (longdelayetd reflection), gaung dan sebagainya.

Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa ada 3 faktor

yang penting untuk memperoleh kondisi akustik ruang yang baik yaitu :

adanya kekerasan permukaan yang cukup, terutama pada tempat-tempat yang

Page 50: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

jauh dari sumber bunyi, bunyi yang ke luar harus dapat disebar ke seluruh arah

ruangan secara merata dan ruangan harus bebas dari cacat akustik.

Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut oleh Leslie L. Doelloe yang

diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1985:448) menerangkan bahwa “…sumber

bunyi harus dikelilingi oleh meterial absorsi yang baik (parporated akustic)

yang dipasang pada permukaan ceiling, dinding atau lantai sebagai pengendali

akustik”. Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa untuk

mendapatkan akustik ruang yang baik maka dapat dipasang material peredam

suara yang dapat dipasang pada dinding, plafond atau lantai.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diambil suatu kesimpulan sementara bahwa :

1. Tujuan akustik adalah untuk menguatkan suara yang dibutuhkan dan

menghilangkan kebisingan.

2. Karena sifat suara atau bunyi dapat memantulkan setelah menumbuk

rintangan dan dapat menimbulkan gema serta kebisingan maka dapat

dipasang material absorsi pada dinding, plafond dan lantai sebagai bahan

penyerap suara.

7) Ornamen dan Aksesori

a) Ornamen

Menurut Soepratno (1997:11) “Ornamen berasal dari bahasa Yunani

yaitu dari kata ornae yang artinya hiasan atau perhiasan”. Ragam hias atau

ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah

yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena

itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen.

Ungkapan hasil pikiran dan daya cipta untuk memberikan tambahan

pada sesuatu benda dengan tujuan agar lebih indah merupakan bagian dari seni

hias atau ornamen. Ornamen atau seni hias tersebut mendorong manusia untuk

menikmati berbagai corak hiasan sehingga dapat menimbulkan rasa

menyenangkan.

Page 51: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(1) Motif Ornamen

Terjadinya ornamen merupakan hasil dari suatu susunan atau

pengolahan unsur-unsur ornamen. Karena unsur-unsur ornamen tersebut

mempunyai persamaan-persamaan tertentu dengan unsur seni rupa

lainnya. Diantara unsur-unsur ornamen tersebut ialah motif geometrik,

tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan alam. Dari sebuah motif dapat

disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola hiasan yang dapat

dilakukan pada benda.

Semula ornamen-ornamen tersebut berupa garis seperti : garis

lurus, garis patah, garis miring, garis sejajar, garis lengkung, lingkaran,

dan sebagainya yang kemudian berkembang menjadi bermacam-macam

bentuk yang beraneka ragam coraknya. Dalam penggunaannya ornemen

tersebut ada yang hanya berupa satu motif saja, dua motif atau lebih,

pengulangan motif, kombinasi motif, dan ada pula yang “distilasi” atau

digayakan.

Dengan demikian jenis ornamen itu sendiri terdiri dari :

(a) Motif Geometris

Pada motif geometris mempunyai bentuk dari sebuah

ilmu ukur atau dengan alat-alat ukur yang dikembangkan menjadi

sebuah garis-garis yang diinginkan. Menurut Soepratno

(1997:11) “motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis

sejajar, lingkaran dan sebagainya”.

Motif geometris tersebut dapat diolah dengan

menambahkan dari beberapa bagian sehingga tercipta motif

gabungan yaitu dengan menggabungkan motif lainnya. Pada

motif geometris ini dalam ornamen merupakan motif dengan

bentuk yang peling sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar-gambar di bawah ini :

Gambar 10. Garis gelombang dan lingkaran

Page 52: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar 11. Berlian Gambar 12. Ikal

Gambar 13. Swastika Gambar 14. Meander

Gambar 15. Guirlande Gambar 16. Tumpal

Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:12)

(b) Motif Naturalis

Motif naturalis adalah motif yang berupa tumbuh-

tumbuhan, hewan dan sebagainya. Soepratno (1997:11) Motif

naturalis itu sendiri merupakan motif yang bersumber dari

lingkungan sekitarnya. Motif ini biasanya menimbulkan kesan

yang bersifat alamiah, sebagai contoh yaitu : hewan, tumbuh-

tumbuhan, manusia dan alam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar-gambar di bawah ini :

Gambar 17. Motif Tumbuhan Gambar 18. Motif Hewan

Gambar 19. Motif Manusia

Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13)

Page 53: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

(2) Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa

Motif ukiran yang ada di Indonesia memiliki kekayaan corak

yang beraneka ragam. Bentuk-bentuk motif ukiran yang beraneka ragam

tersebut masing-masing memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan

daerahnya. Untuk mengenal dan mengetahui motif tradisional tersebut

diperlukan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dan ciri pada setiap jenis

tersebut.

Khusus untuk motif ukiran tradisional Jawa banyak terdapat

bentuk-bentuk peninggalan dari kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Selain

itu juga terdapat motif ukiran yang memiliki khas daerah.

“Nama-nama khas tradisional Jawa erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang pernah ada di Jawa. Dapat diduga bahwa motif ukiran tersebut merupakan peninggalan raja-raja atau kerajaan yang mempunyai kemajuan kebudayaan pada zaman itu. Motif ukiran ini bentuknya lemah gemulai, berirama dengan gayanya yang luwes, agung dan berwibawa. Adapun motif ukiran tradisional yang ada hubungannya dengan nama-nama kerajaan tersebut ialah motif Pajajaran, motif Mataram, motif Majapahit dan motif Bali. Dalam perkembangannya dikenal beberapa motif bercorak khas kedaerahan antara lain ialah motif Jepara, motif Madura, motif Cirebon, motif Pekalongan, motif Surakarta, motif Yogyakarta dan motif Semarang. Soepratno (1997:18-20)”

Gambar 20. Motif Pajajaran Gambar 21. Motif Mataram Gambar 22. Motif Majapahit

Gambar 23. Motif Bali Gambar 24. Motif Jepara Gambar 25. Motif Cirebon

Page 54: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Gambar 26. Motif Pekalongan Gambar 27. Motif Madura Gambar 28. Motif Yogyakarta

Gambar 29. Motif Surakarta Gambar 30. Motif Semarang

Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13)

b) Aksesori

Aksesori dalam desain interior mencakup benda-benda yang

memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang. Benda-benda tersebut

dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik

untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan.

Aksesori yang dapat menambah kekayaan visual dan rasa pada suatu

tatanan interior dapat berupa :

(1) Aksesori yang bermanfaat, merupakan alat-alat dan obyek-obyek yang

memang berguna. Contoh : jam dinding, lampu belajar, gelas, garpu, dan

lain-lain.

(2) Aksesori insidental, memperkaya ruang dan sekaligus berguna untuk

fungsi-fungsi lainnya. Salah satu contohnya adalah elemen arsitektur dan

berbagai detail yang mengekspresikan cara material tersebut disatukan.

Yang lain dapat berupa bentuk, warna, dan tekstur dari kelengkapan

interior. Contoh : kursi, kran wastafel, dsb.

(3) Aksesori dekoratif bersifat menyenangkan mata, tangan atau pikiran

tanpa perlu mempunyai manfaat dalam penggunaan. Diantaranya

meliputi benda seni, koleksi, dan tanaman.

Page 55: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Lay Out Interior Ruang Pertemuan

a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan

1) Meja

Pada dasarnya meja rata, permukaannya horisontal, ditopang di

atas lantai, dan digunakan untuk makan, bekerja, menyimpan, dan

menyajikan. Meja harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Kuat dan stabil untuk menopang benda-benda yang digunakan

b) Ukuran, bentuk, dan tingginya dari lantai harus sesuai dengan

tujuan penggunaannya

c) Hasil konstruksi dari material-material yang awet dan kuat.

Permukaan daun meja dapat terbuat dari kayu, kaca, plastik, batu,

tegel, atau beton.

2) Tempat Duduk

Tempat duduk harus dirancang untuk mampu menyangga berat dan

bentuk pemakainya. Biasanya dalam ruang pertemuan, digunakan tempat

duduk atau kursi dengan bahan stainless steel serta dudukan busa dengan

pelapis oskar.

3) Mimbar

Mimbar atau podium adalah panggung kecil untuk berkhotbah atau

ceramah. Biasanya mimbar terbuat dari kayu.

4) Stage

Stage atau panggung adalah lantai yang agak tinggi, terbuat dari

papan atau bambu tempat berpidato, sandiwara, atau pentas.

b. Lay Out Ruang Pertemuan

Suasana yang nyaman dalam suatu ruangan dapat dicapai dengan lay

out furniture yang tepat sesuai dengan fungsi ruangan. Secara umum lay out

furniture dapat diartikan sebagai penataan atau tata letak. Hal ini senada

dengan pendapat Echols M J & Hasan Sadili (1976:271) bahwa “lay out

berarti susunan atau rancangan”.

Page 56: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dalam bidang interior, perancangan lay out ruang pertemuan yang

difungsikan untuk ruang pertemuan sangat memerlukan perhatian yang

khusus. Susunan furniture harus dapat memudahkan pemakainya dalam

beraktifitas. Fred Lawson (1981:144) mengemukakan bahwa “seating of lay

out furniture in the convention room devided to audience style : 1. seating lay

out furniture theatre style; 2. seating lay out furniture class room style”.

Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa,

susunan letak furniture dalam ruang pertemuan dibedakan menjadi dua gaya,

yaitu susunan letak furniture dengan theatre style dan class room style.

Metode class room style adalah konsep penataan (lay out) pada ruang kelas,

yaitu penataan linier antara meja panjang dan kursi berjajar ke samping

dengan berjenjang. Sedangkan metode theatre style adalah konsep penataan

(lay out) pada teater, yaitu penataan furniture secara berjajar linier ke samping

dan ke belakang. Perbedaan kedua gaya tersebut terletak pada penggunaan

meja. Pada gaya teater tanpa menggunakan meja, tetapi pada gaya ruang kelas

menggunakan meja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.

Gambar 31. Seating lay out furniture dengan metode theatre style

Sumber : Fred Lawson (1981:144)

Page 57: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 32. Seating lay out furniture dengan metode ruang kelas

Sumber : Fred Lawson (1981:144)

Seating lay out ini sangat berpengaruh terhadap penentuan kapasitas

jumlah pengguna ruangan yang dapat ditampung dan luas ruangan yang

dibutuhkan. Dalam hal ini Ernst Neufred yang diterjemahkan oleh Sjamsu Amril

(1991:214) mengemukakan :

Luas ruang yang dibutuhkan Dengan tempat duduk model banket 1,1−1,3 m² / orang Untuk pertemuan : meja-meja kelompok 0,9−1,1 m² / orang

tempat duduk seperti di teater 0,5−0,6 m² / orang Sedang kebutuhan ruang lainnya adalah : Ruang-ruang samping, kira-kira ⅓ luas ruang serbaguna dan bar tambahan ; Gudang perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dapat dengan mudah dicapai dari ruang serbaguna tersebut. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa kebutuhan ruang

atau kapasitas suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh bentuk seating lay out dari

furniture terutama penataan meja dan kursi, dan perlu adanya gudang

penyimpanan perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dengan mudah dicapai dari

ruang pertemuan.

Sedang seating lay out untuk ruang pertemuan Josheph De Chiara, Julius

Panero & Martin Zelnik (1992:252) menerangkan lebih lanjut yang dapat dilihat

pada gambar berikut ini :

Page 58: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gambar 33. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan

Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:252)

Page 59: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar 34. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan

Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:253)

Page 60: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 35. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan

Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:254)

Page 61: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 36. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan

Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:255)

Page 62: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Kerangka Berfikir

Hotel sebagai suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan,

penyajian hidangan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan, bagi para

tamu yang sedang melakukan perjalanan dalam jangka waktu tertentu dan tidak

untuk menetap, yang bertujuan komersial, dalam perkembangannya yang bersifat

komersial perlu memberikan jasa-jasa lain yang menunjang kegiatan yang

berlangsung di dalam hotel, salah satu adalah dengan tersedianya ruang pertemuan

(meeting room).

Interior ruang pertemuan yang merupakan perwujudan suatu bagian

dalam yang menampung kegiatan pertemuan, dimana dalam penciptaannya

dipengaruhi aspek-aspek fungsional teknik dan ekonomi dengan pertimbangan

manusia, keindahan dan psikologis yang diharapkan mampu memberikan suasana

yang nyaman, menyenangkan bagi penghuninya dan mewakili cita rasa

penciptanya. Dalam penciptaan interior ruang pertemuan di hotel perlu

mempertimbangkan beberapa hal :

1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan yang meliputi lantai,

dinding dan plafond / ceiling yang menunjukkan sebagai ornamen khas

tradisional Jawa

2. Lay out furniture ruang pertemuan

3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan.

Page 63: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir

KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO

Sukoharjo Meeting Room

Pedan Ball Room

Langen Harjo Executive Lounge

Spesifikasi interior ruang pertemuan

Kurang sesuai kriteria

Analisis

Sesuai kriteria

Masukan bagi perbaikan hotel

Masukan bagi pengguna dan

pengelola hotel

Kajian Teori

Lay out furniture ruang pertemuan

Pencahayaan, penghawaan, dan akustik

ruang pertemuan

Hasil Analisis

Page 64: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ruang pertemuan

Hotel Sahid Jaya Solo yang beralamatkan di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132,

telephon (0271) 644144 Fax (0271) 644133.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di Hotel Sahid Jaya Solo dimulai pada bulan Januari

2009.

Tabel 3. Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu

1

2

3

4

5

6

Pengajuan Judul

Proposal Skripsi

Seminar Skripsi

Revisi Proposal

Perijinan Penelitian

Penelitian

30 April 2008

20 Mei 2008

13 Juni 2008

15 September 2008

2 Desember 2008

10 Januari 2009

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penelitian ini, maka perlu

menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari bidangnya, maka

penelitian ini termasuk dalam penelitian ilmu teknik. Ditinjau dari taraf

penulisannya maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu

tindakan untuk mempelajari suatu obyek, tanpa suatu maksud untuk mengambil

suatu kesimpulan yang berlaku secara umum. Ditinjau dari analisa datanya, maka

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu analisa yang menggunakan

43

Page 65: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Sedangkan strategi

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu pada penelitian

deskriptif.

B. Sumber data

Menurut Lofland dalam Lexy. J. Moleong (2002:157), “sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data yang diambil dari

penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya :

1. Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada

kemampuan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data.

2. Informan

Informan adalah orang yang mengetahui permasalahan-permasalahan

yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas-luasnya

kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti untuk dijadikan

sumber data. Orang yang bertindak sebagai informan adalah personalia manager,

karyawan dan staff pengelola Hotel Sahid Jaya Solo, dan semua pihak yang dapat

dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dan akurat.

3. Tempat atau Obyek

Tempat atau obyek yang akan dijadikan penelitian adalah Pedan Ball

Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel

Sahid Jaya Solo.

4. Studi Pustaka

Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga data

dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penelitian ini

juga mencari data dengan menggunakan observasi dan literatur. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan pengertian awal serta gambaran permasalahan yang lebih

khusus. Identifikasi segala permasalahan dan pemecahannya dengan mencari

Page 66: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

berbagai informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian melalui media

cetak, elektronik, maupun internet.

5. Dokumentasi

Selain beberapa sumber data di atas, peranan dokumentasi sangat

penting untuk mendukung tingkat keakuratan data. Hal ini untuk menjelaskan

kondisi sesungguhnya di lapangan dan dapat disajikan dalam laporan penelitian

dengan bentuk gambar atau foto.

C. Teknik Sampling

Karena penelitian ini merupakan teknik kualitatif, maka cuplikan yang

digunakan bukan cuplikan seperti yang digunakan dalam penelitian kuantitatif.

Oleh karena itu cuplikan yang digunakan lebih bersifat purposive sampling.

Sampling yang purposive adalah sample yang dipilih dengan cermat

hingga relevan dengan desain penelitian. Menurut Lexy J. Maleong (2002:165)

mengatakan bahwa :

“Teknik sampling digunakan dalam penelitian kualitatif mempunyai maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik. Maksud kedua dari teknik sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (purposive sample)”.

Sehingga yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel

bertujuan (purposive sample) maksudnya dalam penelitian ini sampel telah

ditentukan sebelumnya terutama yang akan dijadikan informasi harus melalui

selektif yang ketat dan cermat. Ditetapkan adalah orang yang mengetahui dan

berhubungan langsung dengan masalah penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang

objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi

Page 67: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

instansi-instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang

menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi :

1. Wawancara

Yang dimaksud wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara

tanya jawab secara lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam

penyusunan penelitian. Dengan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data

secara langsung dari informan baik itu data yang bersifat informasi.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan

secara langsung terhadap objek yang diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini

peneliti mencatat dan menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3. Menelaah Dokumen

Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari dokumen yang ada. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia

(2005:272) dijelaskan bahwa “dokumen adalah rekaman suara, gambar, film, dan

sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan”. Teknik ini bisa berupa catatan

lapangan dan penggunaan dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan

stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan

tujuan penelitian.

F. Validitas Data

Validitas data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan

validitas data trianggulasi. Lexy J. Maleong (2006:330) menyatakan bahwa,

“trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain”.

Hal tersebut senada dengan pernyataan Denzin (1978) yang dinyatakan

oleh Lexy J. Moleong (2006:330) berpendapat bahwa “empat macam trianggulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori”.

Page 68: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif

kualitatif. Adapun langkah yang diambil dengan jalan : (1) membandingkan data

pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan, (3) membandingkan hasil dari

pengamatan dengan arsip atau dokumen yang berkaitan, (4) membandingkan hasil

dari suatu pengamatan dengan pendapat pribadi mengenai masalah penelitian.

Trianggulasi dengan metode menurut Patton (1987) yang dinyatakan

oleh Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “terdapat dua strategi, yaitu

: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat pengumpulan kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama”.

Trianggulasi penyidik, ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Trianggulasi dengan teori, adapun trianggulasi teori menurut Patton

(1987) yang dinyatakan Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “fakta-

fakta tertentu dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih toei

itu dinamakan penjelasan pembanding”.

Dalam hal ini tidak boleh berharap hasil pembandingan tersebut

merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting

adalah bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.

Dari ke empat macam trianggulasi tersebut, penelitian ini menggunakan

jenis trianggulasi data, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data dari berbagai sumber terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah analisis data. Menurut Patton (1980:168) dalam buku Lexy J. Maleong

(2002:103), analisis data adalah : “proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan ke dalam suatu pola ketegori dan satuan uraian dasar. Hal ini

dilakukan dengan memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola

uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi”.

Page 69: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Dari rumusan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data

bermaksud mengorganisasikan data-data yang terkumpul kemudian pekerjaan

selanjutnya adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan

mengkategorikannya. Yang bertujuan untuk menemukan tema yang akhirnya

diangkat menjadi teori.

Dalam proses analisis data ini ada tiga komponen yang penting. Tiga

komponen tersebut terlibat dalam proses yang berkaitan serta menentukan hasil

akhir analisis. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan, pengabstrakan, membuang hal-hal yang tidak penting dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi

data yaitu antara data primer di lapangan dengan data sekunder dari informasi atau

dokumen yang didapat dari instansi yang terkait.

2. Panyajian Data

Yaitu menyampaikan data yang telah direduksi dalam bentuk sajian yang

berupa teks narasi, gambar, skema yang biasa digunakan dalam penelitian

kualitatif.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah semua data yang direduksi disajikan maka selanjutnya dilakukan

penyimpulan data, namun kesimpulan itu mula-mula masih kabur, mudah berubah

dan masih diragukan. Dalam hal ini kesimpulan masih dalam kerangka analisis

data.

H. Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka

diperlukan suatu susunan prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga mudah

untuk dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penelitian. H. B.

Sutopo (1996:140) menyatakan bahwa “kegiatan penelitian dapat terdiri dari

persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka prosedur dalam penelitian ini meliputi :

Page 70: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal sebelum mengadakan penelitian ke

lapangan, kegiatan utama yang meliputi :

a. Studi pustaka, yaitu mempelajari buku-buku hasil penelitian, majalah

ilmiah serta bacaan lain yang berkaitan dengan tema penelitian.

b. Pengajuan proposal penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian

sebagai kelengkapan untuk memperoleh ijin pelaksanaan dan sebagai

pedoman kegiatan penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kegiatan

langsung ke lapangan melalui observasi, wawancara atau mencari dokumen serta

arsip yang terdapat pada instansi yang terkait dengan masalah penelitian ini.

3. Tahap Analisis Data

Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Kegiatan yang dilakukan adalah

mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga

mudah dilakukan penafsiran.

4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan penelitian yang telah

dilakukan, yaitu kegiatan menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk

penulisan skripsi.

Page 71: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

SKEMA PROSEDUR PENELITIAN

Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian

Pengajuan Judul

Tidak disetujui

Praproposal

Proposal

Disetujui

Pengambilan Data dan Penelitian di Lapangan

Analisis Data dan Pemrosesan Data

Penulisan Laporan

Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Seminar Pengajuan Ijin ke Universitas dan

Lokasi Penelitian

Page 72: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo

Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo tidak lepas dari sejarah kehidupan

pasangan Sukamdani dan Juliah. Pada tanggal 13 Januari 1960, mereka

mendirikan PT. Sahid & CO yang bergerak dalam bidang percetakan. Itulah badan

hukum pertama yang mereka dirikan dengan perjuangan dan keuletan. Kata

“Sahid” itu sendiri diambil dari nama orang tua Sukamdani yaitu KH. Sahid

Djogosentono. Pada awalnya mereka ingin membangun sebuah hotel di Solo

daerah asal Sukamdani. Maka antara tahun 1961 – 1962 melalui pertimbangan

dan perhitungan yang matang mereka membeli sebidang tanah seluas 3. 749 m² di

Solo, tanah bekas milik keluarga almarhum Mr. Wongsonegoro mantan wakil

perdana menteri pertama di jaman Orde lama dan mantan gubernur Jawa Tengah

pertama.

Pembangunan Hotel Sahid Solo ini selesai dan diresmikan pada tanggal

8 Juli 1965. Bertepatan dengan hari ulang tahun Juliah yang ke 31, hadir dalam

peresmian itu menteri penasehat presiden / perdana menteri funs & forces, ketua

umum humas Notohamiprojo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketua

dewan pariwisata Indonesia, gubernur Jawa Tengah Mochtar. Semua tamu yang

hadir memberi sambutan dan mendukung usaha pariwisata yang ditangani secara

baik dan Hotel Sahid Solo berubah namanya menjadi Hotel Sahid Raya Solo.

Kemudian pada tahun 2008 hotel Sahid Raya Solo menjadi hotel berbintang lima

dengan nama Hotel Sahid Jaya Solo hingga sekarang ini.

Hotel Sahid Jaya Solo berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132,

lokasi yang sangat ideal untuk keperluan bisnis dan rekreasi, karena letaknya yang

strategis, berada di pusat kota Solo. Selain itu Hotel Sahid Jaya Solo juga

berdekatan dengan stasiun kereta api Balapan ∀ 500 meter dari arah selatan

stasiun Balapan dan ∀ 1, 5 km ke arah selatan dari terminal bus Tirtonadi Solo.

51

Page 73: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Hotel Sahid Jaya Solo juga terletak tidak jauh dari obyek dan daya tarik wisata,

antara lain 100 m arah selatan hotel terdapat Monumen Pers Nasional dan ∀ 300

meter arah timur terdapat Pura Mangkunegaran dan Pasar Antik Triwindu dan

obyek serta daya tarik wisata lainnya.

Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo

Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)

Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo

Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)

Page 74: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

2. Struktur Organisasi

Dalam penelitian ini disampaikan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya

Solo. Tentang struktur organisasi engineering yang dapat dilihat dalam bagan di

bawah ini :

ORGANIZATION CHART ENGINEERING DEPARTMENT

HOTEL SAHID JAYA SOLO

Gambar 41. Bagan struktur organisasi bagian Engineering Hotel Sahid Jaya Solo.

Sumber : Bagan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya Solo (2009)

3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang pertemuan di dalamnya, yaitu :

Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive

Lounge dimana ketiga ruangan ini disediakan bagi masyarakat pengguna ruang

GENERAL MANAGER

CHEEF ENGINEERING

ASSISTANT CHEEF ENGINEERING

CHEEF H. L. P

ADM. SPV

CHEEF R/M

HLP. SPV

BOILERS AIR COND. ELECTRIC GENERATOR

R/M SPV

SOUND TV REFRIG

PAINTING PLUMBING CARPENTRY MASONRY

WATER

Page 75: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pertemuan, yang biasanya dipergunakan untuk seminar, rapat, simponsium dan

lain sebagainya.

a. Pedan Ball Room

Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 18 m x 18 m (324 m²) dengan

kapasitas 225 orang untuk class room, 400 orang untuk theatre, dan 225 orang

untuk restaurant. Pedan Ball Room berada di lantai tiga hotel, dengan dilengkapi

fasilitas penunjang kegiatan pertemuan antara lain over head and slide projector,

sound system, flip chart, laser, pointer, whiteboard dan boardmaker. Ruang ini

juga menggunakan alat pengkondisian udara dengan AC (Air Conditioner) split

dan akustik ruang.

Gambar 42. Pedan Ball room

Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo

b. Sukoharjo Meeting Room

Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 21 m x 11 m (231 m²) dengan

kapasitas 130 orang untuk class room, 200 orang untuk theatre, dan 120 orang

untuk restaurant. Sukoharjo Room berada di lantai dasar hotel, dengan dilengkapi

fasilitas penunjang kegiatan pertemuan seperti pada Pedan Ball room. Ruang ini

juga menggunakan alat pengkondisian udara AC (Air Conditioner) split dan

akustik ruang.

Page 76: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo

c. Langen Harjo Executive Lounge

Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 9 m x 6 m (54 m²) dengan

kapasitas 40 orang untuk class room, 60 orang untuk theatre, dan 60 orang untuk

restaurant. Langen Harjo Executive Lounge berada di lantai sembilan hotel, antara

lain over head and slide projector, sound system, flip chart, laser, pointer,

whiteboard dan boardmaker. Ruang ini juga menggunakan alat pengkondisian

udara dengan AC (Air Conditioner) split.

Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Dalam perancangan interior ruang pertemuan harus memperhatikan

lingkungan yang sehat dan kenyamanan pengguna ruangan dalam menjalankan

segala aktifitas pertemuan. Maka ruang pertemuan tersebut harus memiliki

perancangan yang khusus sehingga kebutuhan pengguna dapat terpenuhi.

Page 77: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dalam penelitian ini berusaha dikaji keadaan interior ruang pertemuan

pada Hotel Sahid Jaya Solo dengan mengambil permasalahan spesifikasi yang ada

pada interior ruang pertemuan, lay out furniture ruang pertemuan dan

pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan di dalam ruang pertemuan

Hotel Sahid Jaya Solo.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi

langsung di lapangan, wawancara dengan pihak yang terkait dan dokumentasi

yang ada. Dengan ketiga cara yang ditempuh di atas diharapkan bisa didapat data

yang akurat, dari data yang telah diperoleh sedemikian rupa sehingga dapat

digambarkan dalam bentuk pernyataan.

Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

adalah :

1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan

Dalam penelitian ini, faktor penentu spesifikasi ruang pertemuan di

dalamnya meliputi :

a. Pedan Ball Room

1) Lantai

a) Dasar dari lantai Pedan Ball Room menggunakan lantai semi keras

yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal 2 cm

dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan lantai

lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif

sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan warna hijau

bintik merah dan biru yang memberikan kesan hangat. (Gambar 45)

b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm)

dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang 10 m yang dilapisi

dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi stage non permanen.

(Gambar 46)

Page 78: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 46. Stage Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

(1) Dinding Pedan Ball Room menggunakan tembok bata dengan

bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm,

dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding menggunakan

wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem. Lis

profil dari bahan kayu dipasang pada bagian atas dan bawah

dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 50 cm. (Gambar 47)

(2) Pada dinding terdapat pintu yang terbuat dari bahan kayu jati

dengan 2 macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm) dua

daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu. Finishing pintu

adalah cat melamin dengan warna cokelat. (Gambar 48)

Page 79: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative

lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 49). Terdapat juga

ornamen pada sudut-sudut dinding yang berupa motif naturalis

hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan.

Finishing ornamen motif hewan tersebut menggunakan cat

melamin dengan kombinasi warna merah, biru, hijau, dan kuning.

Finishing ornamen motif tumbuhan menggunakan cat melamin

dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan cokelat.

(Gambar 50)

Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 80: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 49. Wall lamp pada dinding Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 50. Ornamen pada dinding Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b) Pintu dan Jendela

(1) Pintu Pedan Ball Room adalah terbuat dari bahan kayu jati

sungkei.

(2) Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu

(180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 4 buah dan (90

cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 1 buah. Finishing

pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga

dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 51)

(3) Pedan Ball Room tidak terdapat adanya jendela.

Page 81: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

3) Ceiling

a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna

crem dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali.

(Gambar 52)

b) Ketinggian ceiling 8 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang

berupa motif manusia. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada

sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian.

c) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general

lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu

flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general

lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu

crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan

pemasangan digantung. (Gambar 53)

d) Adanya fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room. (Gambar

54)

Page 82: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 53. Drop ceiling Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 54. Down light dan fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 83: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

4) Furniture dan Perlengkapan

a) Furniture

Semua furniture dibuat moveable (dapat dipindah), karena

menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan

diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya.

Meja

(1) Terdapat dua jenis meja pada Pedan Ball Room, yaitu meja

berbentuk bundar dan persegi panjang.

(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,

papan meja terbuat dari melamin dan formika.

(3) Ukuran meja bundar dengan diameter 140 cm, tinggi 75 cm.

Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang

210 cm, dan tinggi 75 cm. (Gambar 55)

(4) Finishing meja adalah cat melamin dan formika yang dilapisi

dengan karpet covering dan kain cotton.

(5) Konstruksi meja non permanen.

Kursi

(1) Bahan kursi pada Pedan Ball Room adalah rangka kursi terbuat

dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.

(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45

cm.

(3) Konstruksi kursi permanen.

Mimbar

(1) Bahan mimbar pada Pedan Ball Room adalah terbuat dari kayu

jati dengan ketebalan 2 cm.

(2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi

120 cm dengan finishing dari cat melamin.

(3) Pada mimbar terdapat nama dan logo hotel Sahid Jaya Solo.

(4) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 56)

Page 84: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Stage

(1) Stage Pedan Ball Room terbuat dari block board (kotak kayu

tebal 18 mm) dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang

10 m yang dilapisi dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi

stage non permanen.

(2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu

dengan ketinggian 40 cm, lebar 40 cm, panjang 100 cm yang

dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga

terdapat aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar

57)

Gambar 55. Meja dan kursi pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 56. Mimbar pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 85: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar 57. Stage pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b) Perlengkapan

(1) Overhead & slide projector, screen, OHP

(2) Sound system

(3) Flip chart & laser pointer

(4) Whiteboard & boardmaker.

Gambar 58. Screen pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 59. Sound system pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 86: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

5) Ornamen dan Aksesori

a) Pada sudut dinding Pedan Ball Room terdapat ornamen yang

berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak

dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut

menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru,

hijau, dan kuning. Finishing ornemen motif tumbuhan

menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning,

merah, dan cokelat. (Gambar 60)

b) Pada ceiling Pedan Ball Room terdapat ornamen yang berupa motif

naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga

Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa

Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Dewa Endra yaitu

Dewa Bumi. Merupakan simbol badan manusia yang diwujudkan

bumi atau tanah. Watak kisma atau bumi adalah kaya, rela, suka

berderma, kaya hati atau lembah manah. Sifat Bumi. Dewa Brahma

adalah Dewa Api, Ini merupakan simbol nafsu, yang dilambangkan

api. Watak api mampu menyelesaikan masalah dengan adil serta

tidak membedakan satu dan lainnya. Sifat api, bersifat panas

membara, kalau disulut akan berkobar dan membakar apa saja

tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam

kehidupan. Dewa Baruna berwujud Dewa Samudra atau Dewa Air.

Watak samudra maknanya adalah hati yang luas, penuh kesabaran,

serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung

beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Sedangkan Dewa

Srisadana adalah Dewi Hasil Bumi atau Dewi Kemakmuran atau

disebut juga dengan Dewi Sri / Dewi Padi. (Gambar 61)

b) Finishing ornamen pada ceiling Pedan Ball Room adalah

menggunakan cat lukis dengan kombinasi warna merah, coklat,

dan hitam.

c) Pada Pedan Ball Room terdapat adanya aksesori dekoratif berupa

tanaman hias yang terletak pada stage. (Gambar 62)

Page 87: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar 60. Ornamen dinding Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 61. Ornamen ceiling Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 62. Aksesori dekoratif Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 88: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b. Sukoharjo Meeting Room

1) Lantai

a) Dasar dari lantai Sukoharjo Meeting Room menggunakan lantai semi

keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal

2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan

lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall

bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan

warna hijau bintik putih yang memberikan kesan hangat. (Gambar 63)

b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm)

dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang 5, 5 m yang dilapisi

dengan karpet berwarna merah. Konstruksi stage non permanen.

(Gambar 64)

Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 89: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Elemen Verikal

a) Dinding

(1) Dinding Sukoharjo Meeting Room menggunakan tembok bata

dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal

2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding

menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna

crem (gambar 65). Lis profil dari bahan kayu dipasang pada bagian

atas dan bawah dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 30 cm.

Pada ruangan ini terdapat juga dinding pembagi ruangan yang

disebut dengan Track Wall terbuat dari multiplek yang dilapisi

dengan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem,

dinding tersebut merupakan dinding buatan yang dimaksudkan

agar pengguna ruangan dapat menggunakan ruang seperlunya saja.

(Gambar 66)

(2) Pada dinding terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x

tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240

cm) satu daun pintu. Finishing pintu adalah cat melamin dengan

warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup.

(Gambar 67)

(3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative

lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 68). Terdapat juga

ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-

bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan cat melamin

dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan putih. (Gambar

69)

Page 90: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 91: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 68. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 69. Ornamen dinding pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b) Pintu dan Jendela

(1) Pintu Sukoharjo Meeting Room terbuat dari bahan kayu jati

sungkei. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi)

yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan

(90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Finishing

pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga

dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 70)

(2) Sukoharjo Meeting Room juga tidak terdapat adanya jendela.

Page 92: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

3) Ceiling

a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna crem

dengan penurunan atau permainan drop ceiling. Ketinggian ceiling 2,

75 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang berupa motif hewan yaitu

berupa gajah dan kuda. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada

sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian. (Gambar 71)

b) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general

lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu

flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting

dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu crome cabe

berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung.

(Gambar 72)

c) Adanya fixture AC Split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room.

(Gambar 73)

Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 93: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 72. Lampu down light Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 73. Fixture AC split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

4) Furniture dan Perlengkapan

a) Furniture

Semua furniture dibuat moveable (dapat dipindah), karena

menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan

diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya.

Meja

(1) Terdapat satu jenis meja pada Sukoharjo Meeting Room, yaitu

meja persegi panjang.

(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,

papan meja terbuat dari melamin.

(3) Ada dua macam ukuran meja pada Sukoharjo Meeting Room yang

pertama dengan lebar 50 cm, panjang 180 cm, dan tinggi 75 cm.

Page 94: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Meja ukuran kedua yaitu dengan lebar 45 cm, panjang 210 cm, dan

tinggi 75 cm.

(4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet

covering dan kain cotton.

(5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 74)

Kursi

(1) Bahan kursi pada Sukoharjo Meeting Room adalah rangka kursi

terbuat dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.

(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45

cm.

(3) Konstruksi kursi permanen.

Mimbar

(1) Bahan mimbar pada Sukoharjo Meeting Room adalah terbuat dari

kayu jati dengan ketebalan 2 cm.

(2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm dan tinggi 120 cm dengan

finishing dari cat melamin.

(3) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 75)

Stage

(1) Stage Sukoharjo Meeting Room terbuat dari block board (kotak

kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang

5, 5 m yang dilapisi dengan karpet berwarna merah. Konstruksi

stage non permanen. (Gambar 76)

(2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu

dengan ketinggian 20 cm, lebar 50 cm, panjang 150 cm yang

dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga terdapat

aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar 77)

Page 95: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Gambar 74. Furniture pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 75. Mimbar pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 96: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Gambar 77. Aksesori dekoratif berupa tanaman hias pada stage

Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b) Perlengkapan

(1) Overhead & slide projector, screen, OHP

(2) Sound system

(3) Flip chart & laser pointer

(4) Whiteboard & boardmaker

Gambar 78. Screen pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

5) Ornamen dan Aksesori

a) Pada dinding Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa

motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen

tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru,

kuning, merah, dan putih.

b) Pada ceiling Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa

motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Finishing ornamen pada

Page 97: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

ceiling Sukoharjo Meeting Room adalah menggunakan cat lukis

dengan kombinasi warna merah, biru, dan hitam.

Gambar 79. Macam ornamen pada dinding dan ceiling Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

c. Langen Harjo Executive Lounge

1) Lantai

a) Dasar dari lantai Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai

semi keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran

setebal 2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi

dengan lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to

wall bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm

dengan warna hijau bintik merah yang memberikan kesan hangat.

(Gambar 80)

b) Lantai Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya stage.

Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 98: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

(1) Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan tembok

bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran

setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding

menggunakan wall paper covering setebal kertas dengan warna

crem tanpa adanya ornamen. (Gambar 81)

(2) Pada dinding Langen Harjo Executive Lounge terdapat dua macam

ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua

daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu.

(3) Terdapat juga aksesori dekoratif yang berupa lukisan (Gambar 82)

dan wall lamp (25 watt) yang berfungsi sebagai decorative lighting

dengan pemasangan pada wall. (Gambar 83)

Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 82. Aksesori dekoratif Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009

Page 99: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Gambar 83. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b) Pintu dan Jendela

(1) Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari

kayu jati sungkei.

(2) Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180 cm x 240 cm)

dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan satu daun

pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Finishing pintu

kayu adalah cat melamin dengan warna coklat. (Gambar 84)

(3) Langen Harjo Executive Lounge terdapat adanya jendela geser

bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120 cm dengan jumlah 2

buah. Pada jendela tersebut ada penanganan jendela berupa tirai

panjang berwarna merah yang terbuat dari kain tekstil. (Gambar

85)

Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 100: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

3) Ceiling

a) Ceiling ruangan ini sangat sederhana terbuat dari bahan gypsum tanpa

adanya permainan drop ceiling. (Gambar 86)

b) Ketinggian ceiling 2, 80 meter dengan warna putih polos tanpa adanya

ornamen.

c) Terdapat lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general

lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu halogen

spott light (20 watt) berfungsi sebagai pencahayaan setempat dengan

pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 87)

d) Adanya fixture AC split pada ceiling Langen Harjo Executive Lounge.

(Gambar 88)

Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 101: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 87. Lampu down light Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 88. Fixture AC split Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

4) Furniture dan Perlengkapan

a) Furniture

Meja

(1) Terdapat satu jenis meja pada Langen Harjo Executive Lounge,

yaitu meja persegi panjang.

(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,

papan meja terbuat dari melamin.

(3) Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang 210

cm, dan tinggi 75 cm.

(4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet

covering dan kain cotton.

(5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 89)

Page 102: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Kursi

(1) Kursi pada ruangan ini sama dengan kursi pada Pedan Ball Room

dan Sukoharjo Meeting Room. Yaitu rangka kursi terbuat dari

stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.

(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45

cm.

(3) Konstruksi kursi permanen. (Gambar 90)

Mimbar

(1) Mimbar pada ruangan ini sama dengan mimbar pada Pedan Ball

Room dan Sukoharjo Meeting Room.

(2) Bahan mimbar terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 2 cm.

(3) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi

120 cm dengan finishing dari cat melamin.

(4) Konstruksi mimbar permanen.

Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 103: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

b) Perlengkapan

(1) Overhead & slide projector, screen, OHP

(2) Sound system

(3) Flip chart & laser pointer

(4) Whiteboard & boardmaker

Gambar 91. Sound system Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

5) Ornamen dan Aksesori

a) Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak

terdapat adanya ornamen.

b) Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan

dengan jumlah 4 buah dan aksesori dekoratif berupa tanaman

sebanyak 2 buah. (Gambar 93)

Page 104: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Gambar 93. Macam aksesori pada Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

2. Lay Out Furniture

Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan lay out furniture dan analisa

perhitungan besaran kapasitas ruang pertemuan sebagai berikut :

a. Pedan Ball Room

L = 324 m2

L sarana penunjang = 2 m x 18 m

= 36 m²

V ruang efektif = L ruang – L sarana penunjang

= 324 – 36

= 288 m2

1) Class style 116 p Biasanya digunakan untuk :

- meeting

- presentasi, seminar, dll

18.00

18.00

Page 105: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Meja = 0,295 x 0,525 = 0,154 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,145 + 0,189 = 0,343 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

288 = 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.288

288 = 0,343X + 0,1372X + 96

192 = 0,4802X

X = 192/0,4802

= 400 orang

Maka penataan Class style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room

memenuhi syarat, karena kurang dari 400 orang.

2) Theatre style 182 p Biasanya digunakan untuk :

- seminar

- presentasi, party, dll

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,189

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

288 = 0,189X + 40%.0,198X + 1/3.288

288 = 0,189X + 0,0756X + 96

192 = 0,2646X

X = 192/0,2646

= 725 orang

Maka penataan Theatre style untuk 400 orang di ruang Pedan Ball Room

memenuhi syarat, karena kurang dari 725 orang.

18.00

18.00

Page 106: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

3) Restaurant style 64 p Biasanya digunakan untuk :

- party, arisan

- weeding, dll

Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

288 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.288

288 = 0,3115X + 0,1246X + 96

192 = 0,4361X

X = 192/0,4361

= 440 orang

Maka penataan Restaurant style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room

memenuhi syarat, karena kurang dari 440 orang.

b. Sukoharjo Meeting Room

L = 231 m2

L sarana penunjang = 1,5 m x 11 m

= 16, 5 m2

V Ruang efektif = L Ruang – L sarana penunjang

= 231 – 16,5

= 214,5 m2

18.00

18.00

Page 107: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

1) Class style 30 p Biasanya digunakan untuk :

- meeting

- loka karya, seminar, dll

Meja = 0,50 x 0,45 = 0,225 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,225 + 0,189 = 0,414 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

214,5 = 0,414X + 40%.0,414X + 1/3.214,5

214,5 = 0,414X + 0,1656X + 71,5

143 = 0,5796X

X = 143/0,5796

= 246 orang

Maka penataan Class style untuk 130 orang di ruang Sukoharjo Meeting

Room memenuhi syarat, karena kurang dari 246 orang.

2) Theatre style 132 p Biasanya digunakan untuk :

- meeting

- presentasi, seminar, dll

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,189

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

214,5 = 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.214,5

214,5 = 0,189X + 0,0756X + 71,5

11.00

21.00

11.00

21.00

Page 108: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

143 = 0,2646X

X = 143/0,2646

= 540 orang

Maka penataan Theatre style untuk 200 orang di ruang Sukoharjo Meeting

Room memenuhi syarat, karena kurang dari 540 orang.

3) Restaurant style 48 p Biasanya digunakan untuk :

- party

- weeding, dll

Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

214,5 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.214,5

214,5 = 0,3115X + 0,4361X + 71,5

143 = 0,7476X

X = 192/0,7476

= 256 orang

Maka penataan Restaurant style untuk 120 orang di ruang Sukoharjo

Meeting Room memenuhi syarat, karena kurang dari 256 orang.

c. Langen Harjo Executive Lounge

L = 54 m2

Luas sarana penunjang = 1 m x 6 m

= 6 m2

V Ruang efektif = L Ruang – L sarana penunjang

= 54 – 6

= 48 m2

11.00

21.00

Page 109: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

1) Class style 40 p Biasanya digunakan untuk :

- meeting, loka karya

- presentasi, seminar, dll

Meja = 0,295 x 0,525 = 0,154 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,154 + 0,189 = 0,343 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

48 = 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.48

48 = 0,343X + 0,1372X + 16

32 = 0,4802X

X = 32/0,4802

= 66 orang

Maka penataan Class style untuk 40 orang di ruang Langen Harjo Executive

Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 66 orang.

2) Theatre style 60 p Biasanya digunakan untuk :

- presentasi, seminar, dll

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,189

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

48 = 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.48

9.00

6.00

9.00

6.00

Page 110: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

48 = 0,189X + 0,0756X + 16

32 = 0,2646X

X = 32/0,2646

= 120 orang

Maka penataan Theatre style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo

Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 120 orang.

3) Restaurant style 28 p Biasanya digunakan untuk :

- meeting

- presentasi, seminar, dll

Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2

Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2

L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2

V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif

48 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.48

48 = 0,3115X + 0,1246X + 16

32 = 0,4361X

X = 32/0,4361

= 79 orang

Maka penataan Restaurant style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo

Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 79 orang.

9.00

6.00

Page 111: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

3. Pencahayaan, Penghawaan dan Akustik Ruang Pertemuan Hotel Sahid

Jaya Solo

a. Pencahayaan

Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan pencahayaan ruang

pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.

1) Pedan Ball Room

Secara keseluruhan digunakan pencahayaan buatan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Untuk menampilkan kesan khusus

digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-

langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan

yaitu :

a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting

dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 94)

b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai

general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling.

c) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan

pemasangan digantung. (Gambar 95)

d) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting

dengan pemasangan pada wall. (Gambar 96)

Gambar 94. Lampu down light pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 112: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Gambar 95. Lampu crome cabe pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 96. Wall lamp pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

2) Sukoharjo Meeting Room

Pencahayaan pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan

pencahayaan pada Pedan Ball Room. Yaitu secara keseluruhan

digunakan pencahayaan buatan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk menampilkan kesan khusus digunakan pencahayaan

setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-langit dan sebagian pada

dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan yaitu :

a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting

dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 97)

b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai

general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling.

Page 113: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting

dengan pemasangan pada wall. (Gambar 98)

d) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan

pemasangan digantung. (Gambar 99)

Gambar 97. Lampu down light pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 98. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Gambar 99. Lampu crome cabe pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 114: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

3) Langen Harjo Executive Lounge

Pada ruangan ini, digunakan pencahayaan alami dan pencahayaan

buatan. Pencahayaan alami menggunakan jendela kaca sebagai

media untuk jalan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan.

Sedangkan pencahayaan buatannya menggunakan pencahayaan

secara langsung dan tidak langsung. Untuk menampilkan kesan

khusus digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada

langit-langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang

digunakan yaitu :

a) Lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general lighting

dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 100)

b) Lampu halogen spott light (20 watt) berfungsi sebagai

pencahayaan setempat dengan pemasangan pada recessed in

ceiling.

c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting

dengan pemasangan pada wall. (Gambar 101)

Gambar 100. Lampu down light pada Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 115: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambar 101. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

b. Penghawaan

Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan penghawaan

ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.

1) Pedan Ball Room

Tata kondisi udara pada Pedan Ball Room menggunakan

penghawaan buatan, yaitu dengan AC split yang diproses oleh AHU

(Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang

terpisah berfungsi mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan

berkisar 20°C - 25°C dengan sistem ducting dan menempatkan

fixturenya pada ceiling.

Gambar 102. AC split pada Pedan Ball Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 116: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

2) Sukoharjo Meeting Room

Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata

kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan

buatan, yaitu dengan AC Split yang diproses oleh AHU (Air

Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah

dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.

Gambar 103. AC split pada Sukoharjo Meeting Room

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

3) Langen Harjo Executive Lounge

Tata kondisi udara pada Langen Harjo Executive Lounge

menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC split berfungsi

mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan berkisar 20°C -

25°C dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada

ceiling.

Gambar 104. AC split pada Langen Harjo Executive Lounge

Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)

Page 117: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

3) Akustik Ruang

Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan akustik ruang

pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.

Tabel 4. Akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

LOKASI KETERANGAN

Pedan Ball Room Untuk mendukung akustik pada Pedan Ball Room,

digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall

paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling

sebagai pemantul bunyi.

Sukoharjo

Meeting Room

Untuk mendukung akustik pada Sukoharjo Meeting Room,

digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall

paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling

sebagai pemantul bunyi.

Langen Harjo

Executive Lounge

Untuk mendukung akustik pada Langen Harjo Executive

Lounge, digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap

bunyi dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.

Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

Aspek yang

diamati Syarat

Kondisi Fisik Ruang

Pertemuan Hotel Sahid

Jaya Solo

1. Lantai

Pemilihan lantai untuk ruang

pertemuan, tidak memakai

lantai yang bermotif sebab

akan menimbulkan kesan

ramai. Sedang lantai yang

dipergunakan biasanya

memakai lantai dengan

lapisan penutup (floor

Dasar dari lantai ruang

pertemuan menggunakan

lantai semi keras yaitu plat

beton, yang terbuat dari

bahan beton, plesteran

setebal 2 cm dan dilapisi

dengan underlayer yang

kemudian dilapisi dengan

Page 118: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

2. ElemenVertikal

a. Dinding

b. Pintu

3. Ceiling

covering) dapat berupa karpet

dan permadani, karpet dan

perekat, keramik, batuan, batu

bata dan material lainnya.

Dinding harus memenuhi

persyaratan teknis dan

persyaratan akustik.

Persyaratan teknis yaitu

sebagai pembatas ruangan dan

pemikul beban. Untuk

persyratan akustik yaitu

mampu mengendalikan

kebisingan suara.

Pintu harus memenuhi fungsi

dan kriteria ukuran lubang

pintu. Ukuran lubang pintu

160 cm x 200 cm dengan dua

daun pintu.

Ceiling ruang pertemuan

diusahakan berbentuk

sederhana agar tidak

menyolok karena akan

mengganggu konsentrasi.

lantai lunak yaitu

menggunakan karpet floor

covering wall to wall

bermotif sederhana dari

bahan nylon dan wool

setebal 1 cm.

Dinding ruang pertemuan

menggunakan tembok bata

dengan bahan pasangan

batu bata ukuran ½ batu,

plesteran setebal 2 cm, dan

dilapisi dengan multiplek.

Untuk persyaratan akustik,

dinding dilapisi

menggunakan wall paper

covering setebal 0, 08 cm

warna crem.

Terdapat dua macam

ukuran lubang pintu (lebar

x tinggi) yaitu (180 cm x

240 cm) dua daun pintu

dan (90 cm x 240 cm) satu

daun pintu.

Ceiling ruang pertemuan

menggunakan gypsum

yang berbentuk sederhana

dan terdapat adanya

ornamen-ornamen Jawa.

Page 119: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

4. Furniture

5. Lay Out

6. Pencahayaan

Penggunaan bahan tidak keras

dan kuat, mudah

dipertukarkan, dapat

membentuk karakter yang

bagus pada ruangan atau

hotel, tahan lama dan

dilindungi sehingga tidak

merusak lantai maupun

dinding.

Lay out furniture dalam ruang

pertemuan dibedakan menjadi

dua gaya, yaitu susunan letak

furniture dengan theatre style

dan class room style. Metode

class room style adalah konsep

penataan (lay out) pada ruang

kelas.

Standar penerangan untuk

suatu ruang pertemuan dengan

tingkat pencahayaan 200 lux

yang mencakup direct lighting

dan indirect lighting harus

memenuhi persyaratan terang

baca, sehingga penerangan

langsung yang diarahkan ke

bidang kerja atau tempat

duduk harus memenuhi

persyaratan.

Semua furniture dibuat

moveable (dapat

dipindah), karena

menyesuaikan dengan

jenis kegiatan maupun

acara yang akan diadakan,

serta dapat mempermudah

dalam penyimpanannya.

Lay out ruang pertemuan

yang ditawarkan oleh

pengelola hotel

diantaranya adalah U-

Shafe style, theatre style,

class style, dan restaurant

style.

Pencahayaan buatan di

dalam ruang pertemuan

dengan menggunakan

pencahayaan langsung

yaitu pencahayaan

diarahkan secara langsung

ke arah bidang kerja.

Pemilihan jenis lampu

sebagai general lighting

dengan menggunakan

down light dan lampu TL.

Wall lamp pemasangannya

Page 120: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

7. Penghawaan

8. Akustik

Suhu udara yang

dipergunakan dalam ruang

pertemuan kurang lebih 20° C

(60° F).

Untuk mendapatkan akustik

ruang yang baik maka dapat

dipasang material peredam

suara yang dapat dipasang

pada dinding, plafond atau

lantai.

pada wall dan lampu

gantung crome cabe

pemasangannya digantung

yang berfungsi sebagai

decorative lighting.

Tata kondisi udara pada

ruang pertemuan

menggunakan penghawaan

buatan, yaitu dengan AC

split yang diproses oleh

AHU (Air Handling Unit)

yang ditempatkan pada

ruangan lain yang terpisah

berfungsi mengatur suhu

ruangan dan kelembaban

ruangan berkisar 20°C -

25°C dengan sistem

ducting dan menempatkan

fixturenya pada ceiling.

Untuk mendukung akustik

pada ruang pertemuan,

digunakan karpet pada

lantai sebagai penyerap

bunyi, wall paper covering

pada dinding dan gypsum

pada ceiling sebagai

pemantul bunyi.

Page 121: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

C. Temuan Studi

Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh beberapa informasi yang

penting tentang kondisi ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo berdasarkan

analisa yang dilakukan :

1. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan

sebagai ornamen khas tradisional Jawa :

a. Pedan Ball Room

1) Lantai

Lantai Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan

persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyaratan teknis

yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Pedan Ball Room

menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk persyaratan

akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering wall to wall

bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi dengan warna

hijau bintik merah dan biru terbuat dari bahan nylon dan wool setebal

1 cm yang memberikan kesan hangat.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

Dinding Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan

persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas

ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room

menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata

ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan

multiplek. Untuk persyaratan akustik, dinding dilapisi

menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem.

Pada dinding terdapat juga ornamen pada sudut-sudut dinding yang

berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak

dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut

menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru,

hijau, dan kuning. Finishing ornamen motif tumbuhan

Page 122: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning,

merah, dan cokelat.

b) Pintu dan Jendela

Pintu Pedan Ball Room sudah memenuhi fungsi dan kriteria

ukuran lubang pintu. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu

(lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan

jumlah 4 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan

jumlah 1 buah. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna

coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup yang

memberikan kesan estetis. Pada Pedan Ball Room tidak terdapat

adanya jendela.

3) Ceiling

Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya

pantul bunyi dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali,

dengan ketinggian ceiling 8 meter ruangan terkesan sangat luas dan

besar.

4) Furniture dan Perlengkapan

Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan

perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip

chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi

persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus

menjadikan perhatian yang utama.

b. Sukoharjo Meeting Room

1) Lantai

Lantai Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan teknis

dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyratan

teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Sukoharjo

Meeting Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk

persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering

wall to wall bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi

Page 123: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

dengan warna hijau bintik putih yang terbuat dari bahan nylon dan

wool setebal 1 cm yang memberikan kesan hangat.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

Dinding Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan

teknis dan persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai

pembatas ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room

menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata

ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan

multiplek. Untuk persyaratan akustik dinding dilapisi

menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem.

Terdapat juga ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan,

yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan

cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan

putih.

b) Pintu dan Jendela

Pintu Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi fungsi dan

kriteria ukuran lubang pintu, terbuat dari bahan kayu jati sungkei.

Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu

(180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan (90

cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Pintu juga

dipercantik dengan lis-lis penutup yang memberikan kesan estetis.

Pada Sukoharjo Meeting Room tidak terdapat adanya jendela.

3) Ceiling

Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya

pantul bunyi dengan permainan drop ceiling, dengan ketinggian ceiling

2, 75 meter ruangan terkesan sempit dan kecil. Terdapat juga ornamen

Jawa yang berupa motif hewan yaitu berupa gajah dan kuda.

4) Furniture dan Perlengkapan

Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan

perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip

Page 124: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi

persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus

menjadikan perhatian yang utama.

c. Langen Harjo Executive Lounge

1) Lantai

Lantai Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi persyaratan

teknis dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan.

Persyratan teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai

Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai semi keras yaitu

plat beton. Untuk persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan

karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana agar tidak

mengganggu konsentrasi dengan warna hijau bintik merah dan biru

terbuat dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm yang memberikan

kesan hangat.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding

Dinding Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi

persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas ruangan dan pemikul

beban. Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan

tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu,

plesteran setebal 2 cm. Finishing dinding menggunakan wall paper

covering setebal kertas dengan warna crem tanpa adanya ornamen.

b) Pintu dan Jendela

Pintu dan jendela Langen Harjo Executive Lounge sudah

memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu dan jendela.

Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari

kayu jati sungkei. Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180

cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan

satu daun pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Terdapat

adanya jendela geser bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120

Page 125: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

cm dengan jumlah 2 buah, jendela juga dipercantik dengan tirai

panjang berwarna merah untuk menambah nilai estetis.

3) Ceiling

Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya

pantul bunyi dengan ketinggian ceiling 2, 80 meter warna putih polos

tanpa adanya ornamen.

4) Furniture dan Perlengkapan

Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan

perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip

chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi

persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus

menjadikan perhatian yang utama.

2. Lay Out ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

a. Pedan Ball Room

Lay out pada Pedan Ball Room harus tepat berdasarkan kebutuhan dan

jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada Pedan Ball Room yang

ditawarkan oleh pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre

style, class style, dan restaurant style.

b. Sukoharjo Meeting Room

Lay out pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan lay out pada Pedan

Ball Room, harus tepat berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang

dilakukan. Lay out pada Sukoharjo Meeting Room yang ditawarkan oleh

pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style,

dan restaurant style.

c. Langen Harjo Executive Lounga

Lay out pada Langen Harjo Executive Lounge sedikit berbeda dengan lay

out pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room. Tetapi juga harus tepat

berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada

Langen Harjo Executive Lounge yang ditawarkan oleh pengelola hotel

Page 126: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant

style.

3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang

a) Pedan Ball Room

1) Pencahayaan

Pencahayaan buatan di dalam Pedan Ball Room dengan menggunakan

pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan secara langsung

ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting

dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu TL (36 watt),

pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi masuk ke dalam

ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada wall dan lampu

gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai

decorative lighting. Perancangan pencahayaan general lighting perlu

memperhatikan pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca

yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna

crem memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan

penerangan.

2) Penghawaan

Penghawaan dengan menggunakan AC Split yang diproses oleh AHU

(Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah

dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling untuk

menambah kerapian.

3) Akustik Ruang

Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan

penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang

disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh

karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai

bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding.

Page 127: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

b) Sukoharjo Meeting Room

1) Pencahayaan

Pencahayaan buatan di dalam Sukoharjo Meeting Room dengan

menggunakan pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan

secara langsung ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai

general lighting dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu

TL (36 watt), pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi

masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada

wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang

berfungsi sebagai decorative lighting. Perancangan pencahayaan

general lighting perlu memperhatikan pemerataan penerangan dan

tercapainya terang baca yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna

crem dan ceiling warna putih memberikan cahaya pantul yang

mencukupi kebutuhan penerangan.

2) Penghawaan

Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata

kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan

buatan, yaitu dengan AC split dengan sistem ducting dan

menempatkan fixturenya pada ceiling untuk menambah kesan rapi

ruangan.

3) Akustik Ruang

Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan

penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang

disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh

karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai

bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding.

c) Langen Harjo Executive Lounge

1) Pencahayaan

Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami yaitu melalui jendela

dan pencahayaan buatan menggunakan pencahayaan langsung yaitu

pencahayaan diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja.

Page 128: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan

down light (18 watt) dan lampu halogen spott light (20 watt) sebagai

pencahayaan setempat yang pemasangannya pada recessed in ceiling

(tersembunyi masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt)

pemasangannya pada wall yang berfungsi sebagai decorative lighting.

Perancangan pencahayaan general lighting perlu memperhatikan

pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca yang baik.

Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna putih

memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan penerangan.

2) Penghawaan

Tata kondisi udara pada Langen Harjo Executive Lounge

menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami

menggunakan jendela, sedangkan penghawaan buatan mengunakan

AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada

ceiling menambah kesan rapi ruangan.

3) Akustik Ruang

Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan

penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang

disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh

karpet.

Page 129: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hotel Sahid Jaya Solo adalah hotel berbintang lima yang berlokasi di Jl.

Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang

pertemuan di dalamnya, yaitu : Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan

Langen Harjo Executive Lounge.

Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

adalah :

1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo

yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa :

a. Pedan Ball Room

1) Lantai

Lantai Pedan Ball Room dengan penggunaan karpet floor covering

sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang.

Luas lantai 324 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan

dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan

multiplek dan menggunakan wall paper covering sebagai finishing.

Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan

dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan.

b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.

Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm)

dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela.

3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya

pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa

manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa

kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa

Baruna, dan Dewa Srisadana.

108

Page 130: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

4) Furniture dan perlengkapan Pedan Ball Room yaitu dengan fasilitas

furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas perlengkapan

overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer,

whiteboard & board maker, dan blocknote & pencil.

5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan

tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling

terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau

tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa,

yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana.

Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori.

b. Sukoharjo Meeting Room

1) Lantai dengan penggunaan karpet floor covering sudah memenuhi

kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang. Luas lantai 231 m²,

lantai tidak terdapat adanya ornamen.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan

dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan

multiplek dan persyaratan akustik menggunakan wall paper

covering sebagai finishing.

b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.

Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm)

dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela.

3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya

pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan

berupa kuda dan gajah..

4) Fasilitas furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas

perlengkapan overhead & projector, sound system, flip chart & laser

pointer, whiteboard & board maker.

5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan,

yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa

motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah.

Page 131: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

c. Langen Harjo Executive Lounge

1) Lantai Langen Harjo Executive Lounge sama dengan lantai pada

Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room dengan penggunaan karpet

floor covering sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel

berbintang. Luas lantai 54 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen.

2) Elemen Vertikal

a) Dinding menggunakan dinding ½ batu, plesteran dan dilapisi

dengan wall paper covering setebal kertas dengan warna crem.

b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.

Terdapat adanya jendela geser dari kaca yang dipercantik dengan

tirai panjang warna merah.

3) Ceiling Langen Harjo Executive Lounge sama dengan ceiling Pedan

Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room yaitu penggunaan bahan

gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi tetapi

tanpa adanya ornamen.

4) Furniture dan perlengkapan Langen Harjo Executive Lounge sama

dengan fasilitas furniture dan perlengkapan pada Pedan Ball Room dan

Sukoharjo Meeting Room.

5) Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak

terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa

aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman.

2. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo

Executive Lounge diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style,

dan restaurant style, dengan kapasitas yang berbeda-beda untuk masing-

masing ruang.

3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya

Solo meliputi :

a. Pencahayaan pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan

Langen Harjo Executive Lounge dengan penempatan recessed in ceiling

sebagai general lighting sudah memenuhi kriteria sebagai penerangan

umum. Pewarnaan dinding dengan warna crem, serta ceiling berwarna

Page 132: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

putih pada Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge, dan

warna crem pada Sukoharjo Meeting Room memberikan cahaya pantul

yang cukup.

b. Penghawaan pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room,

menggunakan penghawaan buatan dengan menggunakan AC split sudah

memenuhi persyaratan kenyamanan dan pemasangan fixturenya pada

ceiling menambah kesan rapi ruangan.

c. Akustik ruang pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan

Langen Harjo Executive Lounge digunakan karpet floor covering pada

lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan

gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.

B. Implikasi

Hasil dari suatu penelitian sebaiknya harus dapat memberikan dampak

atau implikasi, berdasar hasil penelitian yang dilakukan di ruang pertemuan Hotel

Sahid Jaya Solo dapat mempunyai dampak / implikasi sebagai berikut :

1. Dampak Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai bahan masukan

bagi peneliti yang akan datang dengan mengkaji terhadap perkembangan ilmu dan

teknologi yang semakin maju. Terutama bagi mahasiswa Program Pendidikan

Teknik Sipil / Bangunan, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

perkuliahan Desain Interior dan Exterior, sehingga nantinya dalam merancang

bangunan perlu mempertimbangkan fungsi kegunaan bangunan, kenyamanan

penghuni dalam menjalankan aktifitas, perlengkapan dan kelengkapan yang harus

dipenuhi oleh suatu ruangan.

2. Dampak Praktis

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi

bagi :

a. Masyarakat pengguna ruang pertemuan tentang kondisi ruang pertemuan

Hotel Sahid Jaya Solo, terutama tentang kapasitas yang dapat ditampung

dalam ruangan tersebut serta sarana pendukungnya.

Page 133: KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLOeprints.uns.ac.id/6261/1/211301812201102481.pdf · Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya

Solo dalam mendeteksi berbagai masalah yang terjadi dalam ruang pertemuan.

c. Sebagai bahan pertimbangan peneliti maupun pembaca dalam merancang

suatu desain ruang pertemuan terutama ruang pertemuan di dalam hotel.

C. Saran

Dari penelitian ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :

a. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo meskipun secara

keseluruhan sudah baik, hendaknya pihak pengelola ruang pertemuan hotel

terus mengadakan pembenahan dan perawatan yang terus menerus sejalan

dengan perkembangan jaman.

b. Lay out yang ditawarkan pihak pengelola ruang pertemuan hotel terhadap

masyarakat stylenya sudah cukup beragam, namun fasilitas dan perlengkapan

ruang pertemuan perlu mendapat perhatian dengan menambah fasilitas

penunjang kegiatan pertemuan yang disesuaikan dengan bentuk kegiatan

pertemuan yang dilangsungkan sehingga kelancaran kegiatan pertemuan

terjamin.

c. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan perlu mendapatkan

perhatian yang khusus terutama akustik ruang dan pancahayaan, sehingga

tidak terjadi cacat akustik dan penerangan yang tidak merata. Hal ini perlu

dilakukan demi kenyamanan pengguna ruang pertemuan.

d. Bagi masyarakat pengguna ruang pertemuan hendaknya perlu mengetahui

kondisi ruangan yang akan digunakan terutama kapasitas yang dapat

ditampung, fasilitas, dan perlengkapan yang disediakan oleh pihak pengelola

ruang pertemuan serta kenyamanan ruang pertemuan.

e. Dalam merancang interior hendaknya perlu mempertimbangkan syarat-syarat

teknis maupun non teknis yang harus dipenuhi.