Upload
vandieu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN
HOTEL SAHID JAYA SOLO
Skripsi
Oleh:
Ika Wahyuti
NIM K1503027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN
HOTEL SAHID JAYA SOLO
Oleh: Ika Wahyuti
NIM K1503027
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Ir. Chundakus Habsya M. Sa NIP 19730727 198003 1 002
Pembimbing II,
Rima Sri Agustin ST, MT NIP 1979 0816 200604 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Agus Efendi M. Pd ...................................
Sekretaris : Drs. Bambang Sulistyo Budhi ...................................
Anggota I : Ir. Chundakus Habsya M. Sa ...................................
Anggota II : Rima Sri Agustin ST, MT ..................................
Disahkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Ika Wahyuti. DESAIN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa, (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo, (3) sistem pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.
Penelitian ini dilaksanakan di kompleks Hotel Sahid Jaya Solo yang berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu, mengambil data tidak secara acak tetapi berdasarkan sampel yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) wawancara, yaitu mencari sumber data yang langsung pada nara sumber dengan menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan dipakai untuk menangkap data, baik secara eksplisit maupun tacit, (2) observasi, yaitu melakukan pengamatan pada obyek penelitian secara mendetail dan mencermati segala sesuatu obyek, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang dialami obyek, (3) mencatat arsip dan dokumentasi, yaitu pengarsipan dari dokumen yang telah ada dan pengambilan data obyek. Teknik analisis data digubakan model analisis interaktif yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji validitas dengan trianggulasi data.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) hal-hal spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Ornamen pada Pedan Ball Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori. Ornamen pada Sukoharjo Meeting Room, pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Ornamen pada Langen Harjo Executive Lounge, Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman. (2) lay out furniture ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge diantaranya diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, restaurant style, dan cocktail style dengan kapasitas ruang pertemuan yang berbeda-beda. (3) pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo. Pencahayaan alami dan buatan dengan pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan down light, lampu TL, dan Lampu halogen spott light pemasangannya pada ceiling. Wall lamp pemasangannya pada wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai decorative lighting. Sistem penghawaan ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
pertemuan menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC semi sentral dan AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling. Akustik ruang pertemuan. Untuk mendukung akustik pada ruang pertemuan digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Hidup ini surga, pintunya ada di hati (Kahlil Gibran).
Jika kita bersedia menerima matahari beserta kehangatannya, kita juga harus siap
menerima petir dan halilintar (kahlil Gibran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Persembahan khusus atas karya ini teruntuk: 1. Ayah, Bunda, Bapak dan Ibu angkatku, serta Eyang
atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang tak
mampu terlukiskan.
2. Saudara-saudaraku, kakakku Pipiet sekeluarga dan
adik-adikku tersayang Winda, Canggih, Dwi.
3. Calon pendamping hidupku kelak yang masih menjadi
rahasia-Nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menemukan banyak permasalahan dan
hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya permasalahan dan
hambatan yang dialami dapat diatasi. Untuk itulah, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini;
2. Ketua Jurusan Pendidikan dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penulisan skripsi kepada penulis;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan yang telah
memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis;
4. Ir. Chundakus Habsya M. Sa., selaku Pembimbing I dan Rima Sri Agustin, ST.
MT., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan nasihat kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini;
5. Bapak Stephanus., selaku Asisten Manager Personalia Hotel Sahid Jaya Solo
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini;
6. Bapak Nono., selaku Assisten Manager Engginering yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian ini;
7. Seluruh staf Hotel Sahid Jaya Solo yang membantu terlaksananya penelitian ini;
8. Keluarga besar Kelompok Peron Surakarta atas rumah, keluarga, dan kehidupan
yang telah penulis dapatkan;
9. Dhian Novitasari atas persahabatan dan bantuan yang telah diberikan, dan
10. Teman-teman PTS / B angkatan 2003 atas bantuan yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan, pembaca, dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2008
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
PERSETUJUAN .................................................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xxi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 4
2. Manfaat Praktis ................................................................................... 4
BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... . 5
1. Hotel ..................................................................................................... 5
a. Pengertian Hotel ............................................................................ . 5
b. Klasifikasi Hotel ........................................................................... . 6
2. Kajian Interior Ruang Pertemuan ......................................................... 8
a. Pengertian Kajian ........................................................................... 8
b. Pengertian Interior ......................................................................... 8
c. Ruang Pertemuan .......................................................................... 8
d. Elemen Desain Interior ................................................................... 9
1.) Lantai ..................................................................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2.) Elemen Vertikal ................................................................... 11
a) Dinding ............................................................................ 11
b) Pintu ……………………………………………………. 13
c) Jendela ………………………………………………….. 14
3.) Ceiling ……………………………………………………... 15
4.) Furniture …………………………………………………… 18
5.) Warna ……………………………………………………… 19
6.) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang .................. 20
a) Sistem Pencahayaan .......................................................... 20
(1) Pencahayaan Alami .................................................. 20
(2) Pencahayaan Buatan ................................................ 22
b) Sistem Penghawaan .......................................................... 26
c) Akustik Ruang ................................................................. 27
7.) Ornamen dan Aksesori ......................................................... 29
a) Ornamen .......................................................................... 29
(1) Motif Ornamen ......................................................... 30
(a) Motif Geometris .................................................. 30
(b) Motif Naturalis ................................................... 31
(2) Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa ....................... 32
b) Aksesori ........................................................................... 33
3. Lay Out Interior Ruang Pertemuan ................................................... 34
a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan .............................................. 34
1.) Meja ..................................................................................... 34
2.) Tempat Duduk .................................................................... 34
3.) Mimbar ................................................................................. 34
4.) Stage ..................................................................................... 34
b. Lay Out Ruang Pertemuan ........................................................... 34
B. Kerangka Berfikir .................................................................................... 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 43
1. Tempat Penelitian ............................................................................... 43
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................ 43
C. Sumber Data ........................................................................................... 44
1. Instrumen .......................................................................................... 44
2. Informan ............................................................................................ 44
3. Tempat atau Obyek ............................................................................ 44
4. Studi Pustaka ...................................................................................... 44
5. Dokumentasi ...................................................................................... 45
D. Teknik Sampling .................................................................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 45
1. Wawancara ........................................................................................ 46
2. Observasi ........................................................................................... 46
3. Menelaah Dokumen .......................................................................... 46
F. Validitas Data .......................................................................................... 46
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 47
1. Reduksi Data ...................................................................................... 48
2. Penyajian Data .................................................................................. 48
3. Penarikan Kesimpulan ...................................................................... 48
H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 48
1. Tahap Persiapan Penelitian ................................................................ 49
2. Tahap Pengumpulan Data ………………………………………….. 49
3. Tahap Analisis Data ………………………………………………. 49
4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ………………………………. 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………………….. 51
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………………… 51
1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo ………………………… 51
2. Struktur Organisasi .......................................................................... 53
3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ....................................... 53
a. Pedan Ball Room ......................................................................... 54
b. Sukoharjo Meeting Room ........................................................... 54
c. Langen Harjo Executive Lounge ................................................ 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 55
1. Data Spesifikasi Ruang Pertemuan .................................................. 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Pedan Ball Room ......................................................................... 56
1) Lantai .................................................................................... 56
2) Elemen Vertikal ................................................................. 57
a) Dinding ............................................................................ 57
b) Pintu dan Jendela ............................................................ 59
3) Ceiling ................................................................................... 60
4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 62
a) Furniture .......................................................................... 62
b) Perlengkapan ................................................................... 64
5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 65
b. Sukoharjo Meeting Room ............................................................ 67
1) Lantai .................................................................................... 67
2) Elemen Vertikal ................................................................. 68
a) Dinding ............................................................................ 68
b) Pintu dan Jendela ............................................................ 70
3) Ceiling ................................................................................... 71
4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 72
a) Furniture .......................................................................... 72
b) Perlengkapan ................................................................... 75
5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 75
c. Langen Harjo Executive Lounge ……………………………….. 76
1) Lantai ………………………………………………………. 76
2) Elemen Vertikal ................................................................. 77
a) Dinding ............................................................................ 77
b) Pintu dan Jendela ............................................................ 78
3) Ceiling ................................................................................... 79
4) Furniture dan Perlengkapan .................................................. 80
a) Furniture .......................................................................... 80
b) Perlengkapan ................................................................... 82
5) Ornamen dan Aksesori ........................................................... 82
2. Lay Out Furniture ………………………………………………… 83
a. Pedan Ball Room ………………………………………………. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
b. Sukoharjo Meeting Room ……………………………………… 85
c. Langen Harjo Executive Lounge ………………………………. 87
3. Data Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang …… 90
a. Data Sistem Pencahayaan ……………………………………… 90
b. Data Sistem Penghawaan .............................................................. 94
c. Data Akustik Ruang ..................................................................... 96
C. Temuan Studi ......................................................................................... 100
1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan …………………………….100
a. Pedan Ball Room ……………………………………………….100
b.Sukoharjo Meeting Room …………………………………….....101
c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………....... 103
2. Lay Out Ruang Pertemuan ……………………………………… 104
3. Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang ………….104
a. Pedan Ball Room ……………………………………………… 104
b. Sukoharjo Meeting Room …………………………………….. 105
c. Langen Harjo Executive Lounge …………………………...... 106
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 108
A. Kesimpulan .................................................................................... 108
B. Implikasi ........................................................................................ 111
C. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 114
LAMPIRAN .......................................................................................................... 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Ukuran Lubang Pintu .................................................................. 13
Tabel 2. Tingkat Pencahayaan Minimum Hotel dan Restoran ................... 24
Tabel 3. Waktu Penelitian ........................................................................... 43
Tabel 4. Akustik Ruang Pertemuan ........................................................... 96
Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo ............... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Lantai ...............................................................................................
Gambar 2. Macam-macam Lantai Lunak ..........................................................
Gambar 3. Dinding ............................................................................................
Gambar 4. Ceiling .............................................................................................
Gambar 5. Pencahayaan Alami .........................................................................
Gambar 6. Pencahayaan Buatan .......................................................................
Gambar 7. Penghawaan Alami .........................................................................
Gambar 8. AC Split ..........................................................................................
Gambar 9. Akustik Ruang .................................................................................
Gambar 10. Garis Gelombang dan Lingkaran ...................................................
Gambar 11. Berlian ............................................................................................
Gambar 12. Ikal .................................................................................................
Gambar 13. Swastika .........................................................................................
Gambar 14. Meander .........................................................................................
Gambar 15. Guirlande .......................................................................................
Gambar 16. Tumpal ...........................................................................................
Gambar 17. Motif Tumbuhan ............................................................................
Gambar 18. Motif Hewan ..................................................................................
Gambar 19. Motif Manusia ...............................................................................
Gambar 20. Motif Pajajaran ..............................................................................
Gambar 21. Motif Mataram ...............................................................................
Gambar 22. Motif Majapahit .............................................................................
Gambar 23. Motif Bali .......................................................................................
Gambar 24. Motif Jepara ...................................................................................
Gambar 25. Motif Cirebon ................................................................................
Gambar 26. Motif Pekalongan ...........................................................................
Gambar 27. Motif Madura .................................................................................
Gambar 28. Motif Yogyakarta ...........................................................................
10
10
12
17
22
24
27
27
28
30
31
31
31
31
31
31
31
31
31
32
32
32
32
32
32
33
33
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 29. Motif Surakarta ..............................................................................
Gambar 30. Motif Semarang ………………………………………………….
Gambar 31. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 32. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 33. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 34. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 35. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 36. Lay Out Furniture ………………………………………………..
Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir …………………………………………..
Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian ……………………………………....
Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo ……………………………………………
Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo ………………………………………
Gambar 41. Struktur Organisasi Hotel Sahid Jaya Solo ....................................
Gambar 42. Pedan Ball Room ...........................................................................
Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room ..............................................................
Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge ...................................................
Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room ................................................................
Gambar 46. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….
Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room .............................................................
Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room ..................................................................
Gambar 49. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………
Gambar 50. Ornamen Pedan Ball Room ...........................................................
Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room ..................................................................
Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room ..............................................................
Gambar 53. Drop Ceiling Pedan Ball Room .....................................................
Gambar 54. Down Light Pedan Ball Room …………………………………...
Gambar 55. Meja dan Kursi Pedan Ball Room .................................................
Gambar 56. Mimbar Pedan Ball Room .............................................................
Gambar 57. Stage Pedan Ball Room ………………………………………….
Gambar 58. Screen Pedan Ball Room ………………………………………...
Gambar 59. Sound System Pedan Ball Room ………………………………...
34
34
36
37
38
39
40
41
43
51
53
53
54
55
56
56
58
58
59
59
60
60
61
62
62
62
64
64
65
65
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Gambar 60. Ornamen Dinding Pedan Ball Room …………………………….
Gambar 61. Ornamen Ceiling Pedan Ball Room ……………………………..
Gambar 62. Aksesori Pedan Ball Room ………………………………………
Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room ………………………………...
Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room ………………………………...
Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room ………………………………
Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room ………………….
Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………
Gambar 68. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room …………………………..
Gambar 69. Ornamen Sukoharjo Meeting Room ……………………………..
Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room …………………………………
Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room ……………………………….
Gambar 72. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….
Gambar 73. AC Split Sukoharjo Meeting Room ……………………………...
Gambar 74. Furniture Sukoharjo Meeting Room ……………………………..
Gambar 75. Mimbar Sukoharjo Meeting Room ………………………………
Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room …………………………………
Gambar 77. Aksesori Sukoharjo Meeting Room ……………………………...
Gambar 78. Screen Sukoharjo Meeting Room ………………………………..
Gambar 79. Ornamen Dinding dan Ceiling Sukoharjo Meeting Room ………
Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge …………………………
Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge ……………………….
Gambar 82. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ………………………
Gambar 83. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge ……………………
Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge …………………………..
Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge ………………………..
Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge ………………………..
Gambar 87. Down Light Langen Harjo Executive Lounge …………………
Gambar 88. AC Split Langen Harjo Executive Lounge ………………………
Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge …………………………..
Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge ………………………….
67
67
67
68
68
70
70
70
71
71
72
72
73
73
75
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Gambar 91. Sound System Langen Harjo Executive Lounge ………………...
Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge ………………………...
Gambar 93. Aksesori Langen Harjo Executive Lounge ………………………
Gambar 94. Down Light Pedan Ball Room …………………………………...
Gambar 95. Crome Cabe Pedan Ball Room …………………………………..
Gambar 96. Wall Lamp Pedan Ball Room ……………………………………
Gambar 97. Down Light Sukoharjo Meeting Room ………………………….
Gambar 98. Wall Lamp Sukoharjo Meeting Room …………………………...
Gambar 99. Crome Cabe Sukoharjo Meeting Room ………………………….
Gambar 100. Down Light Langen Harjo Executive Lounge ………………….
Gambar 101. Wall Lamp Langen Harjo Executive Lounge …………………..
Gambar 102. AC Split Pedan Ball Room ……………………………………..
Gambar 103. AC Split Sukoharjo Meeting Room …………………………….
Gambar 104. AC Split Langen Harjo Executive Lounge ……………………..
83
83
84
91
92
92
93
93
93
94
95
95
96
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Wawancara .......................................................................... 113
Lampiran 2. Hasil Wawancara ………………………………………..... ........ 116
Lampiran 3. Foto-Foto Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya ...... 119
Lampiran 5. Surat-Surat Perijinan Penelitian .................................................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini persaingan dalam bidang bisnis semakin
berkembang dari negara maju yang sudah mapan perekonomiannya sampai negara
berkembang tidak ketinggalan dalam persaingan ini, demikian juga Indonesia.
Indonesia ikut bersaing dalam memajukan perekonomian negara dengan jalan
berbisnis baik sektor migas maupun nonmigas.
Dalam bidang migas, saat ini Indonesia masih merupakan negara yang
pengekspor, sedangkan untuk nonmigas Indonesia kaya akan hutan dan aneka
ragam budaya yang sedang berupaya mengembangkan sektor ini untuk
menggantikan migas yang selama ini menjadi devisa negara. Khusus dengan
beragamnya budaya daerah, Indonesia secara tak langsung akan bisa menjadi
negara andalan pariwisata apabila dikelola dan diolah secara profesional dan
didukung fasilitas akomodasi atau penginapan yang ideal tentunya. Bidang
pariwisata inilah yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dengan didukung
masyarakat industrinya untuk dikembangkan secara maksimal agar bisa
menggantikan dalam rangka mendapatkan devisa negara.
Berdasarkan realita tersebut, ternyata memberikan dampak yang positif
terhadap usaha industri perhotelan, khususnya hotel-hotel yang bertaraf
internasional (hotel berbintang). Hotel berbintang di Indonesia pada umumnya
didirikan pada daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, daerah perdagangan,
kota besar, kota penting, dan lain sebagainya. Pada kota atau daerah tersebut
diharapkan hotel sebagai sarana akomodasi mampu menyedot pengguna jasa hotel
sehingga memperoleh keuntungan. Hotel pada hakekatnya merupakan bangunan
yang memberikan jasa lainnya bagi tamu yang berkunjung.
Pada awalnya perkembangan hotel merupakan sarana akomodasi, dalam
arti sebagai fungsi istirahat, namun kemudian mengalami perkembangan dalam
sifat dan bentuk kegiatan pemakai. Salah satu bentuk kegiatan hotel tersebut
adalah kegiatan pertemuan (konferensi). Berawal dari kejelian menangkap
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
peluang dari meningkatnya kegiatan pertemuan yang tidak lepas dari bisnis
perhotelan dan pariwisata, dewasa ini banyak hotel yang dilengkapi sarana untuk
tujuan pertemuan lengkap dengan fasilitas yang diperlukan untuk menjamin
efisiensi pertemuan.
Kota Surakarta merupakan daerah pariwisata dan oleh karena itu sangat
baik dikembangkan usaha dalam bidang perhotelan sebagai sarana akomodasi
bagi para wisatawan, karena hotel sendiri merupakan badan usaha yang bergerak
dalam bidang jasa dengan memberikan sarana akomodasi untuk umum serta
menyajikan hidangan berupa makanan, minuman, dan fasilitas lainnya. Dengan
adanya hotel tersebut diharapkan wisatawan yang datang lebih nyaman sehingga
wisatawan yang datang lebih berkesan dan betah lama tinggal di hotel yang
nantinya tertarik untuk kembali menggunakan hotel, untuk itu maka ada suatu
ketetapan persyaratan dibidang perhotelan dengan maksud agar wisatawan bisa
lebih nyaman tinggal di hotel, salah satu persyaratan antara lain dekorasi interior
dalam suatu ruangan yang tentunya tidak lepas dari pengaruh fungsi utamanya.
Interior merupakan salah satu cerminan aktifitas yang diwadahi dalam
suatu ruangan, sehingga dalam perancangan suatu ruangan akan memiliki interior
yang berbeda-beda. Dalam hal ini interior pada Hotel Sahid Jaya Solo telah
menggunakan lantai, dinding, dan ceiling akustik yang mengandung material
peredam suara, sehingga diharapkan dapat menguatkan suara yang dikehendaki
dan menghindari kebisingan.
Untuk memberikan kelancaran dalam kegiatan pertemuan yang relatif
lama. Maka suasana ruangan dan lingkungan harus nyaman, lighting
(pencahayaan), penghawaan dan akustik ruang juga sangat penting. Sebab sistem
interior ini mempunyai keterkaitan kenyamanan penghuni ruangan dalam
kegiatannya. Untuk mendukung kegiatan yang nyaman dan menyehatkan, maka
Hotel Sahid Jaya Solo telah dilengkapi dengan peralatan mekanik baik untuk
lighting, maupun penghawaan dan instalasi air.
Bertolak dari hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mempelajari
interior ruang pertemuan pada Hotel Sahid Jaya Solo. Dengan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pertimbangan di mana hotel ini memiliki tiga ruang pertemuan, yaitu Sukoharjo
room, Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge.
Pedan Ball room merupakan ruang pertemuan terbesar di Hotel Sahid
Jaya Solo yang berkapasitas 500 orang. Ruang ini difasilitasi dengan peralatan
mekanik penunjang kegiatan pertemuan dan akustik ruang.
Sukoharjo Meeting Room ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi
dengan peralatan-peralatan mekanik serta akustik ruang baik pada dinding, ceiling
maupun lantainya. Ruang pertemuan ini berkapasitas 150 orang.
Langen Harjo Executive Lounge ruang pertemuan ini berkapasitas 40
orang, ruang pertemuan ini juga telah difasilitasi dengan peralatan mekanik serta
akustik ruang.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Hal-hal spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan Pedan Ball
Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel
Sahid Jaya Solo yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa ?
2. Bagaimana lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo
Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ?
3. Bagaimana pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang digunakan ruang
pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo
Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui spesifikasi apa yang ada pada interior ruang pertemuan
Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive
Lounge Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan kepada ornamen khas
tradisional Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Untuk mengetahui lay out furniture ruang pertemuan Pedan Ball Room,
Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel Sahid
Jaya Solo.
3. Untuk mengetahui pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan
ruang pertemuan Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen
Harjo Executive Lounge Hotel Sahid Jaya Solo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan penelitian dimasa yang akan
datang.
b. Sebagai masukan bagi mahasiswa Program Pendidikan Teknik Sipil/
Bangunan khususnya konsentrasi gambar / arsitektur.
2. Manfaat Praktis
a. Dari analisis data yang diperoleh diharapkan adanya pertimbangan pemikiran
bagi masyarakat pengguna ruang hotel bersangkutan.
b. Sebagai masukan bagi staff pengelola ruang pertemuan hotel yang
bersangkutan.
c. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan
dalam merancang desain interior ruang pertemuan hotel.
d. Dari hasil yang diperoleh diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan
pengetahuan bagi peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hotel
a. Pengertian Hotel
Pada umumnya hotel berbintang di Indonesia banyak didirikan di daerah
yang menjadi arus wisatawan, kota besar, kota perdagangan dan kota penting. Hal
ini sebagai upaya untuk memberikan jasa penginapan dan jasa lain bagi para tamu
yang sedang melakukan perjalanan serta masyarakat pengguna fasilitas yang ada
dalam hotel, seperti restoran, ruang pertemuan dan fasilitas lainnya. Sebagai
industri jasa setiap pengusaha hotel akan berusaha memberikan pelayanan yang
maksimal bagi tamunya, sehingga akan memberikan kepuasan kepada pemakai
jasa hotel tersebut.
Untuk memahami dan mengkaji pengertian tentang hotel, maka lebih
dahulu diuraikan dan dikaji satu persatu pengertian tentang hotel yang
dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Martin H. Manser (1993:202) berpendapat bahwa “hotel is
building where rooms and meals are provided for traveller”. Dari pengertian di
atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu bangunan yang
dilengkapi dengan kamar-kamar dan makanan untuk orang-orang yang
berpergian.
Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik (1986:2) mengemukakan bahwa
“hotel adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian
daripadanya khususnya disediakan, di mana setiap orang dapat menginap, makan
dan minum serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran
(mempunyai restaurant yang berbeda di bawah manajemen tersebut)”. Dari
pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hotel adalah suatu
bangunan yang disediakan dan digunakan untuk menginap, makan, minum serta
memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Adanya istilah dan termologi tentang hotel pada hakekatnya tergantung
dari jenis hotel itu sendiri. Dewasa ini banyak istilah-istilah tentang hotel seperti
recidence hotel, hotel transit, resort hotel, sport hotel, hotel konvensi, hotel garden
dan lain-lain. Dalam hal ini Oka A. Yoeti ( 1990:144 - 145 ) berpendapat bahwa :
“Residen hotel adalah hotel yang menerima tamu untuk tinggal jangka waktu yang agak lama, tetapi untuk tidak menetap…. Transit hotel atau Comersial hotel adalah hotel yang menyediakan kamar bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis dalam waktu yang relatif pendek…. Resort hotel adalah hotel yang menyediakan akomodasi bagi para pengunjung untuk jangka waktu tertentu dan musim-musim tertentu pula…”.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa ada
beberapa istilah tentang hotel yang berkembang sekarang ini, diantaranya yaitu
residence hotel, yaitu hotel yang digunakan untuk tinggal agak lama, tetapi tidak
untuk menetap. Transit hotel atau komersial hotel, yaitu hotel yang diperuntukkan
bagi pengunjung yang sedang melakukan perjalanan bisnis atau perdagangan.
Hotel ini biasanya terletak di daerah dekat terminal atau bandara dilengkapi
dengan sarana atau fasilitas transportasi dan rekreasi. Resort hotel, yaitu hotel
yang menyediakan sarana akomodasi atau tempat menginap bagi orang yang
sedang berpergian dalam jangka waktu tertentu dan musim tertentu pula. Hotel ini
biasanya terletak pada daerah-daerah pariwisata, peristirahatan yang banyak
dikunjungi pada waktu libur.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sementara bahwa yang dimaksud dengan hotel adalah suatu
tempat atau bangunan yang menyediakan jasa penginapan, penyajian hidangan
atau masakan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan bagi keperluan
tamu yang sedang melakukan perjalanan untuk waktu tertentu dan tidak untuk
menetap yang bertujuan komersil.
b. Klasifikasi Hotel
Klasifikasi atau penggolongan hotel adalah suatu sistem
pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan, berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ukuran penilaian tertentu. Hotel dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kriteria
menurut kebutuhannya, namun ada beberapa kriteria yang dianggap paling lazim
digunakan. Sistem klasifikasi atau penggolongan hotel di dunia berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lainnya.
Pada tahun 1970 pemerintah Indonesia menentukan klasifikasi hotel
berdasarkan penilaian-penilaian tertentu seperti luas bangunan, bentuk bangunan,
perlengkapan (fasilitas) dan mutu pelayanan. Namun pada tahun 1977 ternyata
sistem klasifikasi yang telah ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka
dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM. 10/PW. 301/Pdb-77
tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel
secara minimum didasarkan pada jumlah kamar, fasilitas, peralatan yang tersedia
dan mutu pelayanan. Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia
kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu :
1) Hotel bintang 1
2) Hotel bintang 2
3) Hotel bintang 3
4) Hotel bintang 4
5) Hotel bintang 5
Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut,
ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri
Perhubungan disebut Hotel Non Bintang.
Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah untuk menjadi
pedoman teknis bagi calon investor (penanam modal) di bidang usaha perhotelan,
agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang akan
diperoleh di suatu hotel sesuai dengan golongan kelasnya, agar tercipta persaingan
(kompetisi) yang sehat antara pengusahaan hotel, dan agar tercipta keseimbangan
antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) dalam usaha akomodasi
hotel.
Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas
hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya
seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. KM. 3/ HK. 001/ MPK. 02 tenang
penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi
dibandingkan dengan aspek fasilitas bangunannya.
2. Kajian Interior Ruang Pertemuan
a. Pengertian Kajian
Pengertian kajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:491)
adalah studi, telaah, pemeriksaan, penelitian, penyelidikan ilmiah.
b. Pengertian Interior
Interior atau ruang dalam mempunyai arti penting bagi kehidupan
manusia. Semua kehidupan dan kegiatan manusia berkaitan dengan suatu obyek
yang nyata dengan penglihatan maupun pendengaran, penciuman, ataupun rasa
yang akan selalu menimbulkan kesan ruang. Ruang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, karena manusia bergerak dan berada di dalamnya. Maka titik
tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan pada manusia. Pembentukan
ruang ditentukan oleh adanya massa dan bentuk yang disusun dengan menentukan
ukuran-ukuran kebutuhan kegiatan manusia maupun menyangkut persepsi
manusia terhadap lingkungannya.
Pengertian interior dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:438)
adalah bagian dalam ruang, tatanan perabot di ruang dalam gedung.
c. Ruang Pertemuan
Sedangkan mengenai ruang pertemuan, Fred Lawson (1981:7)
berpendapat bahwa, “meeting room is defined as an assembly some common
object or for the change of ideas, news and formation or common interest”.
Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa, ruang pertemuan
didefinisikan sebagai tempat untuk menampung kegiatan bertemu yang
membicarakan masalah umum atau informasi tentang sesuatu yang menarik.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa kajian interior ruang pertemuan adalah studi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penyelidikan tentang bagian dalam ruangan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kegiatan pertemuan yang mengacu pada lingkungan yang sehat bagi orang
yang melakukan kegiatan di dalamnya dan ditangani secara profesional.
d. Elemen Desain Interior
Ruang pertemuan mempunyai unsur pembentuk ruang dimana unsur
tersebut pada dasarnya adalah yang membentuk adanya ruang fisik sebagai wadah
kegiatan manusia, yang terdiri dari lantai, dinding dan langit-langit. Ketiga unsur
tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang fungsi atau
kegiatan yang berlangsung di dalam ruang.
1) Lantai
Lantai berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, sebagai
akustik. Sebagai isolasi atau perlindungan terhadap panas, dingin dan juga
sebagai pemikul beban di atasnya. Hal ini seperti apa yang dijelaskan oleh
Y. B. Mangun Wijaya (1980:329) :
“Lantai berfungsi selaku dinding atau penutup ruangan bagian bawah. Oleh karena itu, dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik misalnya atau isolasi (perlindungan) terhadap panas dan dingin luar, lantai dapat digarap menurut hukum-hukum yang biasa berlaku untuk dinding…Tetapi lantai masih mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda seperti perabot rumah, manusia dengan segala aktivitasnya. Dan karena itu harus mampu dan kuat memikul beban mati maupun hidup, lalu lintas manusia serta hal-hal lain yang menumpanginya”.
Dari pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa lantai
harus memenuhi persyaratan secara teknik dan secara ekonomi yaitu lantai
harus kuat, memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa
panas, dan konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga setelah berumur
panjang tidak kehilangan kekuatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 1. Lantai
Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 15)
Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengan menggunakan
bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai
dengan suasana ruang yang ingin dicapai. Berdasarkan karakteristiknya lantai
dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian
karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi.
Gambar 2. Macam-macam lantai lunak atau permadani
Sumber : Francis D. K. (2006 : 175)
b. Lantai semi keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal, dan cor.
c. Lantai keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai
sebagai bahan lantai.
d. Lantai kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai
yang terbuat dari kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pemilihan lantai untuk ruang pertemuan, tidak memakai lantai yang
bermotif sebab akan menimbulkan kesan ramai, hal ini senada dengan
pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:132) menyatakan bahwa : “pada ruang
rapat yang memerlukan konsentrasi hendaknya jangan digunakan lantai yang
terlalu banyak motif dan warna karena dapat mengganggu”. Sedang lantai
yang dipergunakan biasanya memakai lantai dengan lapisan penutup (floor
covering) dapat berupa karpet dan permadani, karpet dan perekat, keramik,
batuan, batu bata dan material lainnya.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
Dinding dalam sebuah bangunan sebagai salah satu unsur pembentuk
ruang, dinding mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu : sebagai pemikul
beban di atasnya, sebagai penutup atau pembatas ruangan, baik visual maupun
akustik, menghadapi alam luar dan ruangan dalam. Seperti yang dikemukaan
oleh Y. B. Mangun Wijaya (1980:339) :
“Dinding-dinding bangunan dari segi fisika bangunan mengemban fungsi : 1). fungsi pemikul beban di atasnya. 2). fungsi penutup atau pembatas ruangan, baik mengenai visual maupun akustik. 3). menghadapi alam luar dan ruangan dalam, radiasi sinar cahaya dan sinar kalor dari matahari. 4). pengatur derajat kelembaban di ruang. 5). radiasi sumber bunyi perlindungan arus angin”.
Beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai dinding atau
bahan-bahan pokok dinding :
(1) Batu : batu kali, batu bata, batako, dan sebagainya.
(2) Kayu : papan, tripleks, bambu, hardboard, dan sebagainya.
(3) Metal : alumunium, tembaga, kuningan, plat baja, dan sebagainya.
(4) Gelas : kaca, dsb.
(5) Plastik : fiber glass, folding door, dsb.
Sedangkan beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai
penutup dinding adalah sebagai berikut :
(1) Batu : bermacam-macam batu alam, asbes, coreltex, dan marmer.
(2) Cat : bermacam-macam cat tembok, chemistone.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(3) Fiberglass : flexiglass, paraglass.
(4) Gelas : cermin, kaca (kaca bening, kaca rayben, kaca es, dsb).
(5) Kain : batik, sutra.
Dinding yang difungsikan sebagai ruang pertemuan selain harus
memenuhi persyaratan teknis juga harus memenuhi persyaratan akustik.
Pencapaian persyaratan akustik ini diharapkan akan dapat memperlancar
kegiatan pertemuan yang ada di dalamnya. Dalam pencapaian akustik ini,
Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan Lea Prasetyo (1990:56) berpendapat
bahwa : “sumber bunyi harus dikelilingi oleh material absorbsi yang baik
(perforetet aqioustic) sebagai pengendali akustik”.
Dari pendapat di atas mengandung pengertian bahwa, bahan
penyerap (pengendali) suara dapat ditempatkan pada permukaan ceiling dan
dinding yang berfungsi untuk mengendalikan kebisingan suara. Bahan yang
digunakan dapat berupa wall paper dan material sejenisnya.
Gambar 3. Dinding
Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176)
b) Pintu
Pada setiap bangunan ada suatu bagian dari bangunan tersebut yang
berfungsi sebagai penghubung antar ruang satu dengan ruang yang lain.
Penghubung itu dikenal dengan istilah pintu. Pintu terdiri dari ibu pintu atau
kusen dan daun pintu yang dihubungkan dengan engsel atau pelipat serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dilengkapi pengunci maupun grendel. Rangka pintu atau kusen dapat dibuat
dari aluminium atau kayu. Rangka aluminium banyak dipakai untuk bangunan
umum atau bangunan komersil, karena bentuknya indah dan memberi kesan
mewah. Selain itu sangat tepat juga dipakai pada bangunan bertingkat banyak,
karena ringan dan tahan api.
Ukuran lubang pintu biasanya dibuat disesuaikan dengan kebutuhan
ruangannya atau jenis dari bangunan. Beberapa ukuran yang banyak dipakai
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Jenis bangunan Ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) Jumlah daun pintu
Rumah tinggal 80 cm x 200 cm 1 daun Bangunan umum sekolah 90 cm x 200 cm 1 daun Toko, bioskop, dan lain-lain 120 cm x 200 cm 2 daun Pintu utama pada bangunan umum 160 cm x 200 cm 2 daun Pintu kamar mandi 70 cm x 200 cm 1 daun
Sumber : Konstruksi Bangunan Gedung. Ir. Ign Benny P. M.Sc (1995:72)
c) Jendela
Jendela berfungsi sebagai jalannya sirkulasi udara dan sebagai jalan
masuknya sinar matahari agar ruangan tetap sehat.
Rangka jendela tidak jauh berbeda dengan rangka pintu, hanya di
sini selain ambang atas, terdapat juga ambang bawah, jadi tiang diapit atas
bawah oleh ambang. Di dalam suatu bangunan, sebaiknya bentuk pintu dan
jendelanya adalah sama, walaupun mungkin ukuran lebarnya tidak sama, hal
ini dimaksudkan agar bangunan tampak harmonis. Jendela dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu jendela mati dan jendela berventilasi.
Jendela mati tidak akan pernah dapat dibuka, sedangkan jendela berventilasi
dapat dibuka dan dapat ditutup.
Penanganan jendela interior bervariasi tergantung bagaimana
penanganan-penanganan tersebut dapat mengurangi cahaya, ventilasi, dan
pandangan yang diberikan oleh jendela dan bagaimana cahaya, ventilasi, dan
pandangan tersebut mempengaruhi bentuk dan penampilan jendelanya.
Adapun penanganan jendela sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(1) Tirai
Tirai adalah cara penanganan jendela yang paling ekonomis, yang terbuat
dari tekstil, vinil atau bambu. Tirai bergerak dari atas ke bawah untuk
menutup sebagian atau seluruh lubang jendela. Bahan tirai bisa transparan
atau opak. Tirai mengurangi cahaya sekaligus menambah privasi.
Bambu memberi tekstur yang menyenangkan dan membatasi cahaya
maupun pandangan. Tirai dapat digulung atau dikumpulkan di satu sisi
ketika dibuka.
(2) Penghalang Pandangan
Penghalang horisontal dari strip-strip tipis berukuran agak lebar. Strip-
strip tersebut dapat terbuat dari kayu atau metal. Jarak dan pengaturan
masing-masing strip mengendalikan cahaya dan aliran udara, strip tipis
menghalangi pemandangan lebih sedikit daripada strip lebar. Penghalang
pandangan horisontal sulit untuk dibersihkan.
Penghalang vertikal mempunyai strip-strip dari bahan sejenis kain yang
opak atau transparan dengan engsel putar pada bagian puncak dan
dasarnya.
(3) Tirai Panjang
Tirai panjang merujuk pada semua bahan tekstil yang tergantung lurus
dalam lipatan bebas. Tirai panjang biasanya menggunakan bahan tekstil
yang tebal, biasanya diikat atau digantung seperti permadani, seringkali
dilengkapi dengan penutup pada bagian atasnya. Tirai yang dapat ditarik
yang terbuat dari kain yang opak atau transparan dipasang pada rel
melintang di atasnya. Tirai tersebut harus penuh dan tergantung lurus,
mulai dari langit-langit atau sedikit di atas kusen dan berhenti sedikit di
bawah kusen atau dekat lantai.
(4) Gorden
Gorden kaca adalah material yang tipis, halus, ringan, dan digantung
menempel pada kaca jendela atau pintu kaca. Kehalusannya melunakkan
dan membaurkan cahaya, menyaring pandangan dan memberikan privasi
siang hari. Dapat digantung di dalam kusen jendela atau bagian luarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
untuk menyatukan sekelompok jendela. Gorden pada rangka daun jendela
seperti juga gorden kaca, tetapi digantung atau dibentang melintang pada
rangka daun jendela.
3. Ceiling /Langit-langit
Sebagai salah satu unsur pembentuk ruang, ceiling atau plafond
merupakan penutup ruang bagian atas. Seperti halnya lantai dan dinding,
ceiling juga mempunyai karakteristik tersendiri yang ikut menentukan
terbentuknya kesan ruangan keseluruhan. Adapun pengertian ceiling menurut
Pamudji J. Suptandar (1999:161) menyatakan bahwa : “pengertian ceiling atau
langit-langit berasal dari kata ceil, yang artinya melindungi dengan suatu
bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang”. Dari pendapat tersebut
mengandung pengertian bahwa ceiling atau langit-langit merupakan
pembentuk suatu ruang. Secara umum ceiling atau langit-langit merupakan
sebuah bidang yang berfungsi sebagai pelindung atau atap dan sekaligus
sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya.
Ceiling yang merupakan penutup bagian atas suatu bangunan
berfungsi menambah kesan rapi pada bangunan bagian atas, sebab ceiling
dapat menutupi bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas
dan sebagai tempat beberapa instalasi yang berada di atas atau menempel pada
ceiling, hal ini senada dengan pendapat Fred Lawson (1997:261) bahwa :
“The perspective of the ceiling is a major consideration in the design of the ballroom and its dividing rooms. In addition the contruction must incorporate meny funtional requiremants including access to technical equipment : a) Air-conditioning ducting, terminals and diffusers, including the loadinh
and insulation of roof-mounted plant and balanced zone control equipment.
b) Lighting systems with a combination of decorative lamps, general lighting, track lighting arrays, exhibition and asecial lighting requirements, emergency lighting, dimmer switches and controls for separate curcuits.
c) Fire detection and alarm systems automatic spinkler installations. Ceiling meterials to satisfy low surface flame spread, low smoke generation and secure fixing requirements.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Acoustic treatment over the whole or part to reduce reverberation time to 0. 8 seconds or lessin use.
e) Ceiling voids will require separation above the lines of partitions to meet fire-resistance periods-usually ½ hour-and sealed sound flanking paths.
f) Thermal and sound insulation (particularly near airports, railways, major roads) under roof construction and plant.
g) Mechanical equipment for moving partitions, projection screens and other retractable equipment.
Pendapat di atas mengandung pengertian presfektif pada ceiling
menjadi perhatian utama di dalam ballroom / ruang dansa dan ruang pemisah.
Di dalam pemasangan pada konstruksi harus menggabungkan banyak fungsi
yang penting termasuk akses / jalan masuk pada peralatan teknis :
a) Saluran udara / AC, sambungan dan pembesar termasuk pemuatan dan
penyekatan pada susunan atap gedung dan keseimbangan pada daerah
kontrol peralatan.
b) Sistem penerangan dengan kombinasi dekoratif lampu, penerangan
umum, penerangan jalan, pertunjukan dan keperluan penerangan khusus,
penerangan dalam keadaan darurat, tombol lampu dan kontrol untuk
kontak terpisah.
c) Deteksi kebakaran dan sistem alarm, alat pemadam otomatis, bahan-
bahan ceiling untuk menghambat penjalaran api, pembangkit asap
rendah dan keperluan bahan-bahan yang aman.
d) Tindakan akustik yang lebih pada semua atau sebagian untuk
mengurangi waktu gema sampai 0, 8 detik atau sisa dalam penggunaan.
e) Menghindari ceiling akan membutuhkan pemisahan di atas garis pada
dinding untuk menemukan waktu pemadam kebakaran biasanya 0, 5 jam
dan tertutup oleh bunyi sisa garis edar.
f) Yang berhubungan dengan panas dan penyekat bunyi (terutama sekali di
dekat bandara, rel kereta api dan jalan utama) di bawah konstruksi atap
dan gedung.
g) Peralatan mesin untuk perpindahan sekat, layar proyeksi dan peralatan
yang dapat ditarik masuk lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Karakteristik suatu ceiling merupakan ciri tertentu yang minimal
harus ada pada suatu ruang yang bersangkutan dengan jenis kegiatan yang
berlangsung dalam ruang. Pada ruang pertemuan atau ruang rapat dimana
diharapkan tercapai suatu pendapat yang membutuhkan ketenangan dan
konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana tidak mencolok
karena akan mengganggu konsentrasi pengguna ruangan tersebut, hal ini
senada dengan pendapat Pamudji J. Suptandar (1999:166) yang menyatakan
bahwa : “pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat
yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceiling berbentuk sederhana
tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Ceiling adalah bagian dari bangunan yang merupakan suatu bidang yang
terletak dibagian atas, bersatu dengan dinding dan lantai akan membentuk
suatu ruangan.
2. Ceiling akan menambah kesan rapi ruangan karena ceiling dapat menutupi
bagian-bagian yang kurang rata pada bangunan bagian atas dan sebagai
tempat beberapa instalasi di dalamnya seperti instalasi lampu
(pencahayaan), instalasi AC (pengkondisian udara), alarm pemadam,
pemadam kebakaran dan lain-lain.
3. Ceiling ruang pertemuan diusahakan berbentuk sederhana agar tidak
menyolok karena akan mengganggu konsentrasi.
Gambar 4. Ceiling
Sumber : Ilustrasi Desain Interior. Francis D.K. (2006 : 176)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Furniture
Istilah furniture sering disama artikan dengan kata “meubel” dalam
bahasa Perancis dan “mobel” dalam bahasa Jerman, yang berarti “mebel”
dalam bahasa Indonesia. Pada hakekatnya furniture dibedakan menjadi dua,
yaitu furniture yang dapat dipindahkan, seperti meja, kursi dan sebagainya.
Yang kedua yaitu furniture yang tidak dapat dipindahkan atau tidak bergerak,
seperti almari tanam, kursi tanam, meja tanam.
Desain furniture harus diselaraskan dengan kebutuhan pengguna,
perancangan ini akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan
jenis aktifitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Lebih lanjut Pamudji J.
Suptandar (1999:173) menerangkan bahwa :
Desain furniture dibagi atas dua kategori : 1. Furnituree yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja tulis meja,
lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, type furnituree semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain makin bartambah populer.
2. Furnituree yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan tidur.
Pendapat di atas mengandung suatu pengertian desain furniture
dibagi dalam dua kategori yaitu furniture yang berbentuk case (kotak)
termasuk chests, furniture ini tanpa dilapisi, seperti meja, kursi, lemari buku
tanpa pelapis dan furniture yang diberi pelapis misalnya sofa, kursi-kursi yang
seluruhnya diberi pelapis atau sebagian saja yang diberi pelapis.
Dalam hal ini Fred lawson (1997:262-263) berpendapat bahwa :
“Essentianlly furniture sould be : ● lightweight but strong : stackable into mobile carriers ● linkable to form rows : interchangeable (e.g.tops and frames) ● styled to suit character of room and hotel ● durable, resistent to staining, scraping and marking ● protected to prevent damage to floor or walls”.
Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa pada dasarnya
furniture seharusnya :
1) Ringan tapi kuat : Penyambungannya dimasukkan pada alat pengikat yang
ringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Dapat dihubungkan untuk membentuk satu kesatuan : yang dapat
dipertukarkan (seperti atap dan kerangka)
3) Dapat dibentuk dalam karakter yang bagus pada ruangan dan hotel
4) Dapat tahan lama, melindungi dari noda, kikisan dan tanda-tanda
5) Dilindungi untuk mencegah bahaya pada lantai atau dinding.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa, pada hakekatnya furniture dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu furniture yang dapat dipindahkan dan furniture yang tidak
dapat dipindahkan. Penggunaan bahan tidak keras dan kuat, mudah
dipertukarkan, dapat membentuk karakter yang bagus pada ruangan atau hotel,
tahan lama dan dilindungi sehingga tidak merusak lantai maupun dinding.
5) Warna
Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu
bentuk. Warna merupakan atribut yang paling mencolok yang membedakan
suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna mempunyai peranan yang sangat
besar dalam tata ruang, terutama dalam pembentukan suasana keseluruhan
dari ruang. Warna adalah kekuatan yang berpengaruh terhadap manusia dan
memberikan rasa sehat atau rasa lesu. Pengaruh warna terhadap manusia
terjadi secara tidak langsung melalui pengaruh fisiologis. Pengaruh tersebut
terjadi secara langsung melalui kekuatan pengaruh impuls.
Menurut Munsell, satu warna ditentukan oleh 3 (tiga) komponen,
yaitu :
a) Hue : menyatakan kualitas warna atau intensitas panjang
gelombang
b) Value : kesan kemudahan warna
c) Chroma : penyimpangan terhadap warna putih atau kejenuhan warna.
Selanjutnya itu juga dikenal adanya percampuran antara warna murni
dengan warna kutub yang disebut dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a) Tint
Merupakan warna murni dicampur dengan warna putih sehingga
terjadi warna muda.
b) Shade
Yaitu warna murni dicampur dengan hitam sehingga terjadi warna tua.
c) Tone
Adalah warna murni dicampur dengan warna abu-abu (percampuran
putih dan hitam) sehingga terjadi warna tanggung.
Setiap warna memberi kesan tersendiri. Perasaan hangat ditimbulkan
oleh warna-warna matahari, diantaranya warna kuning, merah, kuning
kemerahan, dan warna serumpun lainnya. Kesan dingin diperoleh dari warna-
warna musim dingin, yaitu biru, biru kehijauan, putih, dan hitam. Warna-
warna muda musim semi seperti kuning muda, hijau daun muda, merah
jambu, dan coklat serta memberi kesan hangat dan berjiwa remaja. Warna
musim gugur yang bercampuran abu-abu dan hitam terasa tenang dan hangat.
6) Pencahayaan, Penghawaan, dan Akustik Ruang
a) Pencahayaan
(1) Pencahayaaan Alami
Cahaya merupakan syarat bagi pengelihatan manusia. Penerangan
yang baik dalam suatu ruangan memberikan kontribusi terhadap penampilan
elemen dekoratif maupun arsitektural ruangan. Untuk memperoleh cahaya
dalam suatu ruangan dapat diperoleh dari sumber cahaya alami, yaitu cahaya
sinar matahari. Penggunaan pencahayaan ini dapat dilakukan pada siang hari.
Setyo Soetiadji (1997:7) mengemukakan bahwa : “pada umumnya
pancapaian terang dalam suatu ruang dapat dilakukan dengan teknik alami dan
buatan”. Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa sumber
cahaya sebagai penerangan berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan.
Selanjutnya Setyo Soetiadji (1997:8) menerangkan lebih lanjut bahwa :
“Dalam penerangan alami, sinar matahari yang masuk dalam ruangan terdiri atas beberapa unsur, yaitu : 1. Sinar matahari yang langsung tanpa halangan apapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan yang berasal dari langit 3. Sinar matahari refleksi luar, hasil pantulan cahaya dari benda-benda
yang ada di luar bangunan 4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pantulan cahaya dari dalam
melalui elemen ruang atau benda yang ada dalam ruang”. Dari pendapat yang dikemukakan di atas mengandung suatu
pengertian bahwa, cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu ruangan itu
dapat berupa cahaya langsung, cahaya pantulan dan cahaya refleksi, baik
refleksi luar maupun refleksi dalam. Biasanya untuk memperoleh cahaya
alami dalam suatu ruangan adalah dengan menggunakan ventilasi, jendela dan
lain sebagainya.
Sedangkan Y. B. Mangunwijaya (1980:211) mengemukakan bahwa :
“ada dua macam terang. Yaitu terang berasal dari matahari secara langsung
dan secara tidak langsung”. Terang secara tidak langsung sebagai pantulan
cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-benda di keliling bangunan dan
terang dari lampu atau sumber-sumber cahaya buatan manusia.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa, pencahayaan alami dapat digunakan pada
siang hari, yaitu cahaya yang bersumber dari matahari, yang dapat diperoleh
melalui media jendela, ventilasi, dan lain-lain. Biasanya unsur cahaya yang
masuk dalam ruangan merupakan pencahayaan refleksi atau pantulan.
Cahaya dari atas kanan dan kiri Cahaya dari atas kanan
Cahaya dari samping atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Cahaya dari samping lurus
Gambar 5. Pencahayaan alami Sumber : Setyo Soetiadji (1997:8)
(2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan sangat berfungsi pada malam hari, bahkan untuk
memperoleh cahaya yang cukup, pada siang hari pun pencahayaan buatan
dapat dipergunakan. Untuk memperoleh penyesuaian pencahayaan dan
suasana yang nyaman dengan fungsi ruangan maka dapat dilakukan dengan
sistem pencahayaan yang tetap.
Adapun beberapa sistem pencahayaan menurut Setyo Soetiadji
(1997:48) adalah sebagai berikut :
Secara umum pencahayaan yang dihasilkan oleh penerangan ruangan dapat digolongkan ke dalam lima macam : - pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) - pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) - pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting) - pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting) - pencahayaan langsung (direct lighting)
Pendapat tersebut di atas mengandung suatu pengertian sebagai
berikut :
(a) Pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Adalah pencahayaan yang diarahkan kepada langit-langit dan bagian atas
dari dinding ruangan, yang penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %.
Kemudian dipantulkan keseluruh ruangan untuk menghasilkan diffuse.
(b) Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langit-
langit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar
60 % sampai 90 % sedang sisanya untuk penerangan bidang kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(c) Pencahayaan langsung tidak langsung (direct-indirect lighting)
Adalah pencahayaan yang penerangannya diarahkan ke permukaan langit-
langit dan bagian atas dari dinding ruangan yang penerangannya sebesar
50 % dan 50 % sisanya untuk penerangan bidang kerja.
(d) Pencahayaan setengah langsung (semi direct lighting)
Adalah suatu pencahayaan yang dipancarkan ke arah bidang kerja sebesar
60 % sampai 90 % dan selebihnya untuk penerangan pantul.
(e) Pencahayaan langsung (direct lighting)
Adalah pencahayaan yang diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja
yang diterangi dengan penerangannya sebesar 90 % sampai 100 %.
Pencahayaan langsung
Pencahayaan tak langsung
Pencahayaan setempat
Pencahayaan yang membias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pencahayaan khusus
Gambar 6. Pencahayaan buatan
Sumber : Setyo Soetiadji (1997:48)
Standar penerangan untuk suatu ruang pertemuan yang mencakup
direct lighting dan indirect lighting harus memenuhi persyaratan terang baca,
sehingga penerangan langsung yang diarahkan ke bidang kerja atau tempat
duduk harus memenuhi persyaratan.
Tabel 2. Tingkat pencahayaan minimum untuk Hotel dan Restaurant yang
dirokemendasikan.
Fungsi Ruangan Tingkat
Pencahayaan (lux)
Keterangan
Lobby, koridor 100
Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik.
Ballroom/ruang sidang
200
Sistem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian ”switching” dan ”dimming” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.
Ruang makan 250 Cafetaria 250 Kamar tidur
150 Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.
Dapur 300 Sumber : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung (SNI 03-6575-2001).
Sedangkan teknik penempatan lampu Pamudji J. Suptandar
(1999:228) mengemukakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
“Beberapa cara teknik penempatan lampu dalam ruangan : 1. Teknik pencahayaan pada dinding 2. Teknik pencahayaan pada plafond 3. Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindahkan 4. Teknik pencahayaan yang digantung 5. Teknik penempatan khusus”.
Pendapat di atas mengandung suatu pengertian sebagai berikut :
(1) Teknik pencahayaan pada dinding meliputi
(a) Valance yaitu penempatan lampu dengan penyinaran tidak langsung
dan ditempatkan di atas jendela.
(b) Penutup dinding atau bracket yaitu salah satu dari variasi valance
dengan cara memasang penutup pada dinding dengan mempergunakan
lampu cahaya atau lampu dekorasi dan tidak memerlukan jendela
seperti halnya valances, sistem ini dapat diletakkan pada berbagai
ketinggian dan lebar.
(c) Cornices adalah salah satu tipe valance yang melekat pada plafond di
mana seluruh cahaya dipancarkan langsung ke bawah.
(d) Ceiling mounted spot / flood light adalah pemasangan lampu dengan
penempatan lampu pijar di dalam plafond, hal ini untuk mengurangi
jumlah udara yang panas.
(e) Luminous panels/wall yaitu pencahayaan yang penempatannya pada
dinding bagian dalam sehingga tembok sebagai pelindung sumber
cahaya.
(2) Teknik pencahayaan dari plafond meliputi :
(a) Cove pencahayaan ini dapat dipergunakan pada ke empat dinding yang
berseberangan dan ini termasuk dalam pencahayaan tak langsung.
(b) Luminous panel dari plafond adalah menutup dari langit-langit atau
sebagian dari langit-langit, ini cara yang efisien untuk menerangi
beberapa area dengan menggunakan sheet yang transparan dan sangat
mudah pemasangannya. Kebanyakan dipergunakan pada kamar mandi,
dapur dimana cahaya bayangan bebas dari lampu sangat penting.
(3) Teknik pencahayaan yang dapat dipindah-pindah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam penggunaan cahaya ini ada beberapa petunjuk umum untuk
menentukan lampu-lampu dari tipe ini. Misalnya portable lamp, standard
lamp dan sebagainya.
(4) Teknik pencahayaan yang digantung
Teknik ini penempatan lampu-lampu yang digantungkan dengan alat-alat
penggantung.
(5) Teknik penempatan khusus
Pemasangan lampu ini biasanya dipergunakan untuk keperluan-keperluan
yang sifatnya khusus dan tidak lazim dipergunakan oleh umum, contohnya
adalah pemasangan lampu operasi, ruang pameran dan lain sebagainya.
(b) Penghawaan
Kondisi yang nyaman dan segar dalam suatu ruangan merupakan
tuntutan bagi setiap penghuninya. Demikian pula dalam ruang pertemuan,
penghawaan yang baik dalam suatu ruangan sangat mendukung
berlangsungnya kegiatan yang ada di dalamnya.
Diratmaja E. (1983:17) berpendapat bahwa, “faktor penentu suhu
dalam ruangan antara lain : suhu udara, suhu pancaran, gerakan udara,
kelembapan udara dan kemurnian udara”. Pendapat tersebut di atas jelas
mengandung suatu pengertian bahwa besarnya suhu udara dalam suatu
ruangan akan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu suhu udara itu sendiri, suhu
pancaran, gerakan udara, kelembapan udara, dan kemurnian udara.
Selanjutnya James C. Snyner dan Anthony J. Catanese yang
diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:481)
menerangkan lebih lanjut, bahwa “…pencapaian udara segar dalam suatu
ruangan dapat dipakai alat mekanis (AC, kipas angin/ van), karena suhu dapat
dikondisikan dan dijaga”.
Pamudji J. Suptandar (1999:277) berpendapat bahwa : “dalam
pasaran umum kita kenal ada tiga jenis AC, yaitu AC window, AC central dan
AC split”. AC window umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada
salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penyemprotan udara tidak mengganggu si pemakai. AC central biasa
digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel, supermarket dengan
pengontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat. Sedangkan
AC split hampir sama bentuknya dengan AC window bedanya hanya pada
konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang.
Sedangkan suhu udara yang dipergunakan dalam ruang pertemuan
menurut Fred Lawson (1997:300) dalam pernyataannya adalah : “The
temperature of heated public space and office may be limited to 20° C (60°
F)”.
Gambar 7. Penghawaan Alami
Sumber : Setyo Soetiadji (1997:39)
Gambar 8. AC Split
Sumber : www. google.co.id
(c) Akustik Ruang
Akustik merupakan bagian dari ilmu suara (since of sound), secara
umum siatem akustik merupakan suatu usaha untuk mendukung kelancaran
komunikasi yang terjadi dalam suatu ruangan. Dalam arti akustik ruang adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebagai pengendalian terhadap suara-suara yang tidak diinginkan dan lebih
menguatkan suara-suara yang dibutuhkan yang menjadi tujuan utama dalam
akustik ruang. Dalam hal ini James C. Snyner & Anthony J. Catanese yang
diterjemahkan oleh Hendro Sangkoyo dan Yani Sianipar (1985:448)
berpendapat bahwa “ada dua tujuan pokok akustik arsitektural, meningkatkan
dan memperkuat suara-suara yang diinginkan dan mengurangi atau
melenyapkan kebisingan yang mengganggu dan tidak diinginkan yang
pertama biasa disebut akustik ruang, dan yang kedua disebut kontrol
kebisingan”. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa akustik
arsitektural mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan suara-suara
yang diinginkan (disebut akustik ruang) dan untuk melenyapkan kebisingan
(disebut kontrol kebisingan).
Gambar 9. Akustik Ruang
Sumber : Leslie L. Doelloe (1990:56)
Selanjutnya untuk memperoleh kondisi akustik yang baik dalam
ruangan Leslie L. Doelloe yang diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1990:53)
berpendapat bahwa untuk mendapat kondisi akustik yang baik adalah :
1. Harus ada kekerasan (nudness lodnes) yang cukup dalam tiap bagian ruangan, terutama pada tempat-tempat yang jauh dari sumber suara.
2. Energi bunyi harus dapat didistribusikan kesemua arah secara merata. 3. Ruangan harus bebas dari cacat akustik seperti : gema, pemantulan yang
berkepanjangan (longdelayetd reflection), gaung dan sebagainya.
Pendapat tersebut di atas mengandung pengertian bahwa ada 3 faktor
yang penting untuk memperoleh kondisi akustik ruang yang baik yaitu :
adanya kekerasan permukaan yang cukup, terutama pada tempat-tempat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
jauh dari sumber bunyi, bunyi yang ke luar harus dapat disebar ke seluruh arah
ruangan secara merata dan ruangan harus bebas dari cacat akustik.
Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut oleh Leslie L. Doelloe yang
diterjemahkan oleh Lea Prasetyo (1985:448) menerangkan bahwa “…sumber
bunyi harus dikelilingi oleh meterial absorsi yang baik (parporated akustic)
yang dipasang pada permukaan ceiling, dinding atau lantai sebagai pengendali
akustik”. Pendapat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa untuk
mendapatkan akustik ruang yang baik maka dapat dipasang material peredam
suara yang dapat dipasang pada dinding, plafond atau lantai.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diambil suatu kesimpulan sementara bahwa :
1. Tujuan akustik adalah untuk menguatkan suara yang dibutuhkan dan
menghilangkan kebisingan.
2. Karena sifat suara atau bunyi dapat memantulkan setelah menumbuk
rintangan dan dapat menimbulkan gema serta kebisingan maka dapat
dipasang material absorsi pada dinding, plafond dan lantai sebagai bahan
penyerap suara.
7) Ornamen dan Aksesori
a) Ornamen
Menurut Soepratno (1997:11) “Ornamen berasal dari bahasa Yunani
yaitu dari kata ornae yang artinya hiasan atau perhiasan”. Ragam hias atau
ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah
yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena
itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen.
Ungkapan hasil pikiran dan daya cipta untuk memberikan tambahan
pada sesuatu benda dengan tujuan agar lebih indah merupakan bagian dari seni
hias atau ornamen. Ornamen atau seni hias tersebut mendorong manusia untuk
menikmati berbagai corak hiasan sehingga dapat menimbulkan rasa
menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(1) Motif Ornamen
Terjadinya ornamen merupakan hasil dari suatu susunan atau
pengolahan unsur-unsur ornamen. Karena unsur-unsur ornamen tersebut
mempunyai persamaan-persamaan tertentu dengan unsur seni rupa
lainnya. Diantara unsur-unsur ornamen tersebut ialah motif geometrik,
tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan alam. Dari sebuah motif dapat
disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola hiasan yang dapat
dilakukan pada benda.
Semula ornamen-ornamen tersebut berupa garis seperti : garis
lurus, garis patah, garis miring, garis sejajar, garis lengkung, lingkaran,
dan sebagainya yang kemudian berkembang menjadi bermacam-macam
bentuk yang beraneka ragam coraknya. Dalam penggunaannya ornemen
tersebut ada yang hanya berupa satu motif saja, dua motif atau lebih,
pengulangan motif, kombinasi motif, dan ada pula yang “distilasi” atau
digayakan.
Dengan demikian jenis ornamen itu sendiri terdiri dari :
(a) Motif Geometris
Pada motif geometris mempunyai bentuk dari sebuah
ilmu ukur atau dengan alat-alat ukur yang dikembangkan menjadi
sebuah garis-garis yang diinginkan. Menurut Soepratno
(1997:11) “motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis
sejajar, lingkaran dan sebagainya”.
Motif geometris tersebut dapat diolah dengan
menambahkan dari beberapa bagian sehingga tercipta motif
gabungan yaitu dengan menggabungkan motif lainnya. Pada
motif geometris ini dalam ornamen merupakan motif dengan
bentuk yang peling sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 10. Garis gelombang dan lingkaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 11. Berlian Gambar 12. Ikal
Gambar 13. Swastika Gambar 14. Meander
Gambar 15. Guirlande Gambar 16. Tumpal
Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:12)
(b) Motif Naturalis
Motif naturalis adalah motif yang berupa tumbuh-
tumbuhan, hewan dan sebagainya. Soepratno (1997:11) Motif
naturalis itu sendiri merupakan motif yang bersumber dari
lingkungan sekitarnya. Motif ini biasanya menimbulkan kesan
yang bersifat alamiah, sebagai contoh yaitu : hewan, tumbuh-
tumbuhan, manusia dan alam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 17. Motif Tumbuhan Gambar 18. Motif Hewan
Gambar 19. Motif Manusia
Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(2) Motif Ukiran Khas Tradisional Jawa
Motif ukiran yang ada di Indonesia memiliki kekayaan corak
yang beraneka ragam. Bentuk-bentuk motif ukiran yang beraneka ragam
tersebut masing-masing memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan
daerahnya. Untuk mengenal dan mengetahui motif tradisional tersebut
diperlukan pengetahuan tentang bentuk-bentuk dan ciri pada setiap jenis
tersebut.
Khusus untuk motif ukiran tradisional Jawa banyak terdapat
bentuk-bentuk peninggalan dari kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Selain
itu juga terdapat motif ukiran yang memiliki khas daerah.
“Nama-nama khas tradisional Jawa erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang pernah ada di Jawa. Dapat diduga bahwa motif ukiran tersebut merupakan peninggalan raja-raja atau kerajaan yang mempunyai kemajuan kebudayaan pada zaman itu. Motif ukiran ini bentuknya lemah gemulai, berirama dengan gayanya yang luwes, agung dan berwibawa. Adapun motif ukiran tradisional yang ada hubungannya dengan nama-nama kerajaan tersebut ialah motif Pajajaran, motif Mataram, motif Majapahit dan motif Bali. Dalam perkembangannya dikenal beberapa motif bercorak khas kedaerahan antara lain ialah motif Jepara, motif Madura, motif Cirebon, motif Pekalongan, motif Surakarta, motif Yogyakarta dan motif Semarang. Soepratno (1997:18-20)”
Gambar 20. Motif Pajajaran Gambar 21. Motif Mataram Gambar 22. Motif Majapahit
Gambar 23. Motif Bali Gambar 24. Motif Jepara Gambar 25. Motif Cirebon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 26. Motif Pekalongan Gambar 27. Motif Madura Gambar 28. Motif Yogyakarta
Gambar 29. Motif Surakarta Gambar 30. Motif Semarang
Sumber : Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Soepratno (1997:13)
b) Aksesori
Aksesori dalam desain interior mencakup benda-benda yang
memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang. Benda-benda tersebut
dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik
untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan.
Aksesori yang dapat menambah kekayaan visual dan rasa pada suatu
tatanan interior dapat berupa :
(1) Aksesori yang bermanfaat, merupakan alat-alat dan obyek-obyek yang
memang berguna. Contoh : jam dinding, lampu belajar, gelas, garpu, dan
lain-lain.
(2) Aksesori insidental, memperkaya ruang dan sekaligus berguna untuk
fungsi-fungsi lainnya. Salah satu contohnya adalah elemen arsitektur dan
berbagai detail yang mengekspresikan cara material tersebut disatukan.
Yang lain dapat berupa bentuk, warna, dan tekstur dari kelengkapan
interior. Contoh : kursi, kran wastafel, dsb.
(3) Aksesori dekoratif bersifat menyenangkan mata, tangan atau pikiran
tanpa perlu mempunyai manfaat dalam penggunaan. Diantaranya
meliputi benda seni, koleksi, dan tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Lay Out Interior Ruang Pertemuan
a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan
1) Meja
Pada dasarnya meja rata, permukaannya horisontal, ditopang di
atas lantai, dan digunakan untuk makan, bekerja, menyimpan, dan
menyajikan. Meja harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kuat dan stabil untuk menopang benda-benda yang digunakan
b) Ukuran, bentuk, dan tingginya dari lantai harus sesuai dengan
tujuan penggunaannya
c) Hasil konstruksi dari material-material yang awet dan kuat.
Permukaan daun meja dapat terbuat dari kayu, kaca, plastik, batu,
tegel, atau beton.
2) Tempat Duduk
Tempat duduk harus dirancang untuk mampu menyangga berat dan
bentuk pemakainya. Biasanya dalam ruang pertemuan, digunakan tempat
duduk atau kursi dengan bahan stainless steel serta dudukan busa dengan
pelapis oskar.
3) Mimbar
Mimbar atau podium adalah panggung kecil untuk berkhotbah atau
ceramah. Biasanya mimbar terbuat dari kayu.
4) Stage
Stage atau panggung adalah lantai yang agak tinggi, terbuat dari
papan atau bambu tempat berpidato, sandiwara, atau pentas.
b. Lay Out Ruang Pertemuan
Suasana yang nyaman dalam suatu ruangan dapat dicapai dengan lay
out furniture yang tepat sesuai dengan fungsi ruangan. Secara umum lay out
furniture dapat diartikan sebagai penataan atau tata letak. Hal ini senada
dengan pendapat Echols M J & Hasan Sadili (1976:271) bahwa “lay out
berarti susunan atau rancangan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dalam bidang interior, perancangan lay out ruang pertemuan yang
difungsikan untuk ruang pertemuan sangat memerlukan perhatian yang
khusus. Susunan furniture harus dapat memudahkan pemakainya dalam
beraktifitas. Fred Lawson (1981:144) mengemukakan bahwa “seating of lay
out furniture in the convention room devided to audience style : 1. seating lay
out furniture theatre style; 2. seating lay out furniture class room style”.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa,
susunan letak furniture dalam ruang pertemuan dibedakan menjadi dua gaya,
yaitu susunan letak furniture dengan theatre style dan class room style.
Metode class room style adalah konsep penataan (lay out) pada ruang kelas,
yaitu penataan linier antara meja panjang dan kursi berjajar ke samping
dengan berjenjang. Sedangkan metode theatre style adalah konsep penataan
(lay out) pada teater, yaitu penataan furniture secara berjajar linier ke samping
dan ke belakang. Perbedaan kedua gaya tersebut terletak pada penggunaan
meja. Pada gaya teater tanpa menggunakan meja, tetapi pada gaya ruang kelas
menggunakan meja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.
Gambar 31. Seating lay out furniture dengan metode theatre style
Sumber : Fred Lawson (1981:144)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 32. Seating lay out furniture dengan metode ruang kelas
Sumber : Fred Lawson (1981:144)
Seating lay out ini sangat berpengaruh terhadap penentuan kapasitas
jumlah pengguna ruangan yang dapat ditampung dan luas ruangan yang
dibutuhkan. Dalam hal ini Ernst Neufred yang diterjemahkan oleh Sjamsu Amril
(1991:214) mengemukakan :
Luas ruang yang dibutuhkan Dengan tempat duduk model banket 1,1−1,3 m² / orang Untuk pertemuan : meja-meja kelompok 0,9−1,1 m² / orang
tempat duduk seperti di teater 0,5−0,6 m² / orang Sedang kebutuhan ruang lainnya adalah : Ruang-ruang samping, kira-kira ⅓ luas ruang serbaguna dan bar tambahan ; Gudang perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dapat dengan mudah dicapai dari ruang serbaguna tersebut. Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa kebutuhan ruang
atau kapasitas suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh bentuk seating lay out dari
furniture terutama penataan meja dan kursi, dan perlu adanya gudang
penyimpanan perabotan kira-kira 0,5 m²/kursi, yang dengan mudah dicapai dari
ruang pertemuan.
Sedang seating lay out untuk ruang pertemuan Josheph De Chiara, Julius
Panero & Martin Zelnik (1992:252) menerangkan lebih lanjut yang dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 33. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan
Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:252)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 34. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan
Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:253)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 35. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan
Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:254)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 36. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan
Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero & Martin Zelnik (1992:255)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Kerangka Berfikir
Hotel sebagai suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan,
penyajian hidangan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan, bagi para
tamu yang sedang melakukan perjalanan dalam jangka waktu tertentu dan tidak
untuk menetap, yang bertujuan komersial, dalam perkembangannya yang bersifat
komersial perlu memberikan jasa-jasa lain yang menunjang kegiatan yang
berlangsung di dalam hotel, salah satu adalah dengan tersedianya ruang pertemuan
(meeting room).
Interior ruang pertemuan yang merupakan perwujudan suatu bagian
dalam yang menampung kegiatan pertemuan, dimana dalam penciptaannya
dipengaruhi aspek-aspek fungsional teknik dan ekonomi dengan pertimbangan
manusia, keindahan dan psikologis yang diharapkan mampu memberikan suasana
yang nyaman, menyenangkan bagi penghuninya dan mewakili cita rasa
penciptanya. Dalam penciptaan interior ruang pertemuan di hotel perlu
mempertimbangkan beberapa hal :
1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan yang meliputi lantai,
dinding dan plafond / ceiling yang menunjukkan sebagai ornamen khas
tradisional Jawa
2. Lay out furniture ruang pertemuan
3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Gambar 37. Alur Kerangka Berfikir
KAJIAN INTERIOR RUANG PERTEMUAN HOTEL SAHID JAYA SOLO
Sukoharjo Meeting Room
Pedan Ball Room
Langen Harjo Executive Lounge
Spesifikasi interior ruang pertemuan
Kurang sesuai kriteria
Analisis
Sesuai kriteria
Masukan bagi perbaikan hotel
Masukan bagi pengguna dan
pengelola hotel
Kajian Teori
Lay out furniture ruang pertemuan
Pencahayaan, penghawaan, dan akustik
ruang pertemuan
Hasil Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ruang pertemuan
Hotel Sahid Jaya Solo yang beralamatkan di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132,
telephon (0271) 644144 Fax (0271) 644133.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di Hotel Sahid Jaya Solo dimulai pada bulan Januari
2009.
Tabel 3. Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu
1
2
3
4
5
6
Pengajuan Judul
Proposal Skripsi
Seminar Skripsi
Revisi Proposal
Perijinan Penelitian
Penelitian
30 April 2008
20 Mei 2008
13 Juni 2008
15 September 2008
2 Desember 2008
10 Januari 2009
A. Bentuk dan Strategi Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penelitian ini, maka perlu
menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari bidangnya, maka
penelitian ini termasuk dalam penelitian ilmu teknik. Ditinjau dari taraf
penulisannya maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu
tindakan untuk mempelajari suatu obyek, tanpa suatu maksud untuk mengambil
suatu kesimpulan yang berlaku secara umum. Ditinjau dari analisa datanya, maka
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu analisa yang menggunakan
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Sedangkan strategi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu pada penelitian
deskriptif.
B. Sumber data
Menurut Lofland dalam Lexy. J. Moleong (2002:157), “sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data yang diambil dari
penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya :
1. Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada
kemampuan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data.
2. Informan
Informan adalah orang yang mengetahui permasalahan-permasalahan
yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas-luasnya
kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti untuk dijadikan
sumber data. Orang yang bertindak sebagai informan adalah personalia manager,
karyawan dan staff pengelola Hotel Sahid Jaya Solo, dan semua pihak yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dan akurat.
3. Tempat atau Obyek
Tempat atau obyek yang akan dijadikan penelitian adalah Pedan Ball
Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive Lounge Hotel
Sahid Jaya Solo.
4. Studi Pustaka
Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga data
dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penelitian ini
juga mencari data dengan menggunakan observasi dan literatur. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan pengertian awal serta gambaran permasalahan yang lebih
khusus. Identifikasi segala permasalahan dan pemecahannya dengan mencari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berbagai informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian melalui media
cetak, elektronik, maupun internet.
5. Dokumentasi
Selain beberapa sumber data di atas, peranan dokumentasi sangat
penting untuk mendukung tingkat keakuratan data. Hal ini untuk menjelaskan
kondisi sesungguhnya di lapangan dan dapat disajikan dalam laporan penelitian
dengan bentuk gambar atau foto.
C. Teknik Sampling
Karena penelitian ini merupakan teknik kualitatif, maka cuplikan yang
digunakan bukan cuplikan seperti yang digunakan dalam penelitian kuantitatif.
Oleh karena itu cuplikan yang digunakan lebih bersifat purposive sampling.
Sampling yang purposive adalah sample yang dipilih dengan cermat
hingga relevan dengan desain penelitian. Menurut Lexy J. Maleong (2002:165)
mengatakan bahwa :
“Teknik sampling digunakan dalam penelitian kualitatif mempunyai maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik. Maksud kedua dari teknik sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (purposive sample)”.
Sehingga yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel
bertujuan (purposive sample) maksudnya dalam penelitian ini sampel telah
ditentukan sebelumnya terutama yang akan dijadikan informasi harus melalui
selektif yang ketat dan cermat. Ditetapkan adalah orang yang mengetahui dan
berhubungan langsung dengan masalah penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang
objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
instansi-instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang
menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi :
1. Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara
tanya jawab secara lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam
penyusunan penelitian. Dengan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data
secara langsung dari informan baik itu data yang bersifat informasi.
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan
secara langsung terhadap objek yang diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini
peneliti mencatat dan menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3. Menelaah Dokumen
Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari dokumen yang ada. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(2005:272) dijelaskan bahwa “dokumen adalah rekaman suara, gambar, film, dan
sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan”. Teknik ini bisa berupa catatan
lapangan dan penggunaan dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan
stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan
tujuan penelitian.
F. Validitas Data
Validitas data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan
validitas data trianggulasi. Lexy J. Maleong (2006:330) menyatakan bahwa,
“trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain”.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Denzin (1978) yang dinyatakan
oleh Lexy J. Moleong (2006:330) berpendapat bahwa “empat macam trianggulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif
kualitatif. Adapun langkah yang diambil dengan jalan : (1) membandingkan data
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan, (3) membandingkan hasil dari
pengamatan dengan arsip atau dokumen yang berkaitan, (4) membandingkan hasil
dari suatu pengamatan dengan pendapat pribadi mengenai masalah penelitian.
Trianggulasi dengan metode menurut Patton (1987) yang dinyatakan
oleh Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “terdapat dua strategi, yaitu
: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat pengumpulan kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama”.
Trianggulasi penyidik, ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Trianggulasi dengan teori, adapun trianggulasi teori menurut Patton
(1987) yang dinyatakan Lexy J. Moleong (2006:331) menyatakan bahwa “fakta-
fakta tertentu dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih toei
itu dinamakan penjelasan pembanding”.
Dalam hal ini tidak boleh berharap hasil pembandingan tersebut
merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting
adalah bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.
Dari ke empat macam trianggulasi tersebut, penelitian ini menggunakan
jenis trianggulasi data, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data dari berbagai sumber terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah analisis data. Menurut Patton (1980:168) dalam buku Lexy J. Maleong
(2002:103), analisis data adalah : “proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola ketegori dan satuan uraian dasar. Hal ini
dilakukan dengan memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dari rumusan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data
bermaksud mengorganisasikan data-data yang terkumpul kemudian pekerjaan
selanjutnya adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan
mengkategorikannya. Yang bertujuan untuk menemukan tema yang akhirnya
diangkat menjadi teori.
Dalam proses analisis data ini ada tiga komponen yang penting. Tiga
komponen tersebut terlibat dalam proses yang berkaitan serta menentukan hasil
akhir analisis. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan, pengabstrakan, membuang hal-hal yang tidak penting dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data yaitu antara data primer di lapangan dengan data sekunder dari informasi atau
dokumen yang didapat dari instansi yang terkait.
2. Panyajian Data
Yaitu menyampaikan data yang telah direduksi dalam bentuk sajian yang
berupa teks narasi, gambar, skema yang biasa digunakan dalam penelitian
kualitatif.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah semua data yang direduksi disajikan maka selanjutnya dilakukan
penyimpulan data, namun kesimpulan itu mula-mula masih kabur, mudah berubah
dan masih diragukan. Dalam hal ini kesimpulan masih dalam kerangka analisis
data.
H. Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka
diperlukan suatu susunan prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga mudah
untuk dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penelitian. H. B.
Sutopo (1996:140) menyatakan bahwa “kegiatan penelitian dapat terdiri dari
persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka prosedur dalam penelitian ini meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal sebelum mengadakan penelitian ke
lapangan, kegiatan utama yang meliputi :
a. Studi pustaka, yaitu mempelajari buku-buku hasil penelitian, majalah
ilmiah serta bacaan lain yang berkaitan dengan tema penelitian.
b. Pengajuan proposal penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian
sebagai kelengkapan untuk memperoleh ijin pelaksanaan dan sebagai
pedoman kegiatan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kegiatan
langsung ke lapangan melalui observasi, wawancara atau mencari dokumen serta
arsip yang terdapat pada instansi yang terkait dengan masalah penelitian ini.
3. Tahap Analisis Data
Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga
mudah dilakukan penafsiran.
4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan penelitian yang telah
dilakukan, yaitu kegiatan menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk
penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
SKEMA PROSEDUR PENELITIAN
Gambar 38. Skema Prosedur Penelitian
Pengajuan Judul
Tidak disetujui
Praproposal
Proposal
Disetujui
Pengambilan Data dan Penelitian di Lapangan
Analisis Data dan Pemrosesan Data
Penulisan Laporan
Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Seminar Pengajuan Ijin ke Universitas dan
Lokasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo
Berdirinya Hotel Sahid Jaya Solo tidak lepas dari sejarah kehidupan
pasangan Sukamdani dan Juliah. Pada tanggal 13 Januari 1960, mereka
mendirikan PT. Sahid & CO yang bergerak dalam bidang percetakan. Itulah badan
hukum pertama yang mereka dirikan dengan perjuangan dan keuletan. Kata
“Sahid” itu sendiri diambil dari nama orang tua Sukamdani yaitu KH. Sahid
Djogosentono. Pada awalnya mereka ingin membangun sebuah hotel di Solo
daerah asal Sukamdani. Maka antara tahun 1961 – 1962 melalui pertimbangan
dan perhitungan yang matang mereka membeli sebidang tanah seluas 3. 749 m² di
Solo, tanah bekas milik keluarga almarhum Mr. Wongsonegoro mantan wakil
perdana menteri pertama di jaman Orde lama dan mantan gubernur Jawa Tengah
pertama.
Pembangunan Hotel Sahid Solo ini selesai dan diresmikan pada tanggal
8 Juli 1965. Bertepatan dengan hari ulang tahun Juliah yang ke 31, hadir dalam
peresmian itu menteri penasehat presiden / perdana menteri funs & forces, ketua
umum humas Notohamiprojo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketua
dewan pariwisata Indonesia, gubernur Jawa Tengah Mochtar. Semua tamu yang
hadir memberi sambutan dan mendukung usaha pariwisata yang ditangani secara
baik dan Hotel Sahid Solo berubah namanya menjadi Hotel Sahid Raya Solo.
Kemudian pada tahun 2008 hotel Sahid Raya Solo menjadi hotel berbintang lima
dengan nama Hotel Sahid Jaya Solo hingga sekarang ini.
Hotel Sahid Jaya Solo berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 82 Solo 57132,
lokasi yang sangat ideal untuk keperluan bisnis dan rekreasi, karena letaknya yang
strategis, berada di pusat kota Solo. Selain itu Hotel Sahid Jaya Solo juga
berdekatan dengan stasiun kereta api Balapan ∀ 500 meter dari arah selatan
stasiun Balapan dan ∀ 1, 5 km ke arah selatan dari terminal bus Tirtonadi Solo.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hotel Sahid Jaya Solo juga terletak tidak jauh dari obyek dan daya tarik wisata,
antara lain 100 m arah selatan hotel terdapat Monumen Pers Nasional dan ∀ 300
meter arah timur terdapat Pura Mangkunegaran dan Pasar Antik Triwindu dan
obyek serta daya tarik wisata lainnya.
Gambar 39. Hotel Sahid Jaya Solo
Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)
Gambar 40. Peta Hotel Sahid Jaya Solo
Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo (2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Struktur Organisasi
Dalam penelitian ini disampaikan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya
Solo. Tentang struktur organisasi engineering yang dapat dilihat dalam bagan di
bawah ini :
ORGANIZATION CHART ENGINEERING DEPARTMENT
HOTEL SAHID JAYA SOLO
Gambar 41. Bagan struktur organisasi bagian Engineering Hotel Sahid Jaya Solo.
Sumber : Bagan struktur organisasi Hotel Sahid Jaya Solo (2009)
3. Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang pertemuan di dalamnya, yaitu :
Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo Executive
Lounge dimana ketiga ruangan ini disediakan bagi masyarakat pengguna ruang
GENERAL MANAGER
CHEEF ENGINEERING
ASSISTANT CHEEF ENGINEERING
CHEEF H. L. P
ADM. SPV
CHEEF R/M
HLP. SPV
BOILERS AIR COND. ELECTRIC GENERATOR
R/M SPV
SOUND TV REFRIG
PAINTING PLUMBING CARPENTRY MASONRY
WATER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pertemuan, yang biasanya dipergunakan untuk seminar, rapat, simponsium dan
lain sebagainya.
a. Pedan Ball Room
Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 18 m x 18 m (324 m²) dengan
kapasitas 225 orang untuk class room, 400 orang untuk theatre, dan 225 orang
untuk restaurant. Pedan Ball Room berada di lantai tiga hotel, dengan dilengkapi
fasilitas penunjang kegiatan pertemuan antara lain over head and slide projector,
sound system, flip chart, laser, pointer, whiteboard dan boardmaker. Ruang ini
juga menggunakan alat pengkondisian udara dengan AC (Air Conditioner) split
dan akustik ruang.
Gambar 42. Pedan Ball room
Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo
b. Sukoharjo Meeting Room
Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 21 m x 11 m (231 m²) dengan
kapasitas 130 orang untuk class room, 200 orang untuk theatre, dan 120 orang
untuk restaurant. Sukoharjo Room berada di lantai dasar hotel, dengan dilengkapi
fasilitas penunjang kegiatan pertemuan seperti pada Pedan Ball room. Ruang ini
juga menggunakan alat pengkondisian udara AC (Air Conditioner) split dan
akustik ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 43. Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Hotel Sahid Jaya Solo
c. Langen Harjo Executive Lounge
Ruang pertemuan ini memiliki luas lantai 9 m x 6 m (54 m²) dengan
kapasitas 40 orang untuk class room, 60 orang untuk theatre, dan 60 orang untuk
restaurant. Langen Harjo Executive Lounge berada di lantai sembilan hotel, antara
lain over head and slide projector, sound system, flip chart, laser, pointer,
whiteboard dan boardmaker. Ruang ini juga menggunakan alat pengkondisian
udara dengan AC (Air Conditioner) split.
Gambar 44. Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Dalam perancangan interior ruang pertemuan harus memperhatikan
lingkungan yang sehat dan kenyamanan pengguna ruangan dalam menjalankan
segala aktifitas pertemuan. Maka ruang pertemuan tersebut harus memiliki
perancangan yang khusus sehingga kebutuhan pengguna dapat terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dalam penelitian ini berusaha dikaji keadaan interior ruang pertemuan
pada Hotel Sahid Jaya Solo dengan mengambil permasalahan spesifikasi yang ada
pada interior ruang pertemuan, lay out furniture ruang pertemuan dan
pencahayaan, penghawaan dan akustik yang digunakan di dalam ruang pertemuan
Hotel Sahid Jaya Solo.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi
langsung di lapangan, wawancara dengan pihak yang terkait dan dokumentasi
yang ada. Dengan ketiga cara yang ditempuh di atas diharapkan bisa didapat data
yang akurat, dari data yang telah diperoleh sedemikian rupa sehingga dapat
digambarkan dalam bentuk pernyataan.
Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
adalah :
1. Spesifikasi Interior Ruang Pertemuan
Dalam penelitian ini, faktor penentu spesifikasi ruang pertemuan di
dalamnya meliputi :
a. Pedan Ball Room
1) Lantai
a) Dasar dari lantai Pedan Ball Room menggunakan lantai semi keras
yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal 2 cm
dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan lantai
lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall bermotif
sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan warna hijau
bintik merah dan biru yang memberikan kesan hangat. (Gambar 45)
b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm)
dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang 10 m yang dilapisi
dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi stage non permanen.
(Gambar 46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 45. Lantai Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 46. Stage Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
(1) Dinding Pedan Ball Room menggunakan tembok bata dengan
bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm,
dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding menggunakan
wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem. Lis
profil dari bahan kayu dipasang pada bagian atas dan bawah
dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 50 cm. (Gambar 47)
(2) Pada dinding terdapat pintu yang terbuat dari bahan kayu jati
dengan 2 macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm) dua
daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu. Finishing pintu
adalah cat melamin dengan warna cokelat. (Gambar 48)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative
lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 49). Terdapat juga
ornamen pada sudut-sudut dinding yang berupa motif naturalis
hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan.
Finishing ornamen motif hewan tersebut menggunakan cat
melamin dengan kombinasi warna merah, biru, hijau, dan kuning.
Finishing ornamen motif tumbuhan menggunakan cat melamin
dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan cokelat.
(Gambar 50)
Gambar 47. Dinding Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 48. Pintu Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 49. Wall lamp pada dinding Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 50. Ornamen pada dinding Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Pintu dan Jendela
(1) Pintu Pedan Ball Room adalah terbuat dari bahan kayu jati
sungkei.
(2) Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu
(180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 4 buah dan (90
cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 1 buah. Finishing
pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga
dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 51)
(3) Pedan Ball Room tidak terdapat adanya jendela.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 51. Pintu Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Ceiling
a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna
crem dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali.
(Gambar 52)
b) Ketinggian ceiling 8 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang
berupa motif manusia. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada
sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian.
c) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general
lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu
flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general
lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu
crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan
pemasangan digantung. (Gambar 53)
d) Adanya fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room. (Gambar
54)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 52. Ceiling Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 53. Drop ceiling Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 54. Down light dan fixture AC split pada ceiling Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4) Furniture dan Perlengkapan
a) Furniture
Semua furniture dibuat moveable (dapat dipindah), karena
menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan
diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya.
Meja
(1) Terdapat dua jenis meja pada Pedan Ball Room, yaitu meja
berbentuk bundar dan persegi panjang.
(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,
papan meja terbuat dari melamin dan formika.
(3) Ukuran meja bundar dengan diameter 140 cm, tinggi 75 cm.
Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang
210 cm, dan tinggi 75 cm. (Gambar 55)
(4) Finishing meja adalah cat melamin dan formika yang dilapisi
dengan karpet covering dan kain cotton.
(5) Konstruksi meja non permanen.
Kursi
(1) Bahan kursi pada Pedan Ball Room adalah rangka kursi terbuat
dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.
(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45
cm.
(3) Konstruksi kursi permanen.
Mimbar
(1) Bahan mimbar pada Pedan Ball Room adalah terbuat dari kayu
jati dengan ketebalan 2 cm.
(2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi
120 cm dengan finishing dari cat melamin.
(3) Pada mimbar terdapat nama dan logo hotel Sahid Jaya Solo.
(4) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 56)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Stage
(1) Stage Pedan Ball Room terbuat dari block board (kotak kayu
tebal 18 mm) dengan tinggi 50 cm, lebar 250 cm, dan panjang
10 m yang dilapisi dengan karpet berwarna hijau. Konstruksi
stage non permanen.
(2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu
dengan ketinggian 40 cm, lebar 40 cm, panjang 100 cm yang
dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga
terdapat aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar
57)
Gambar 55. Meja dan kursi pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 56. Mimbar pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 57. Stage pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Perlengkapan
(1) Overhead & slide projector, screen, OHP
(2) Sound system
(3) Flip chart & laser pointer
(4) Whiteboard & boardmaker.
Gambar 58. Screen pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 59. Sound system pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
5) Ornamen dan Aksesori
a) Pada sudut dinding Pedan Ball Room terdapat ornamen yang
berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak
dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru,
hijau, dan kuning. Finishing ornemen motif tumbuhan
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning,
merah, dan cokelat. (Gambar 60)
b) Pada ceiling Pedan Ball Room terdapat ornamen yang berupa motif
naturalis berupa manusia atau tokoh pewayangan disebut juga
Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa
Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana. Dewa Endra yaitu
Dewa Bumi. Merupakan simbol badan manusia yang diwujudkan
bumi atau tanah. Watak kisma atau bumi adalah kaya, rela, suka
berderma, kaya hati atau lembah manah. Sifat Bumi. Dewa Brahma
adalah Dewa Api, Ini merupakan simbol nafsu, yang dilambangkan
api. Watak api mampu menyelesaikan masalah dengan adil serta
tidak membedakan satu dan lainnya. Sifat api, bersifat panas
membara, kalau disulut akan berkobar dan membakar apa saja
tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam
kehidupan. Dewa Baruna berwujud Dewa Samudra atau Dewa Air.
Watak samudra maknanya adalah hati yang luas, penuh kesabaran,
serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung
beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Sedangkan Dewa
Srisadana adalah Dewi Hasil Bumi atau Dewi Kemakmuran atau
disebut juga dengan Dewi Sri / Dewi Padi. (Gambar 61)
b) Finishing ornamen pada ceiling Pedan Ball Room adalah
menggunakan cat lukis dengan kombinasi warna merah, coklat,
dan hitam.
c) Pada Pedan Ball Room terdapat adanya aksesori dekoratif berupa
tanaman hias yang terletak pada stage. (Gambar 62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 60. Ornamen dinding Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 61. Ornamen ceiling Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 62. Aksesori dekoratif Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Sukoharjo Meeting Room
1) Lantai
a) Dasar dari lantai Sukoharjo Meeting Room menggunakan lantai semi
keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran setebal
2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi dengan
lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to wall
bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm dengan
warna hijau bintik putih yang memberikan kesan hangat. (Gambar 63)
b) Terdapat stage yang terbuat dari block board (kotak kayu tebal 18 mm)
dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang 5, 5 m yang dilapisi
dengan karpet berwarna merah. Konstruksi stage non permanen.
(Gambar 64)
Gambar 63. Lantai Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 64. Stage Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2) Elemen Verikal
a) Dinding
(1) Dinding Sukoharjo Meeting Room menggunakan tembok bata
dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran setebal
2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding
menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna
crem (gambar 65). Lis profil dari bahan kayu dipasang pada bagian
atas dan bawah dengan bahan kayu selebar kurang lebihnya 30 cm.
Pada ruangan ini terdapat juga dinding pembagi ruangan yang
disebut dengan Track Wall terbuat dari multiplek yang dilapisi
dengan wall paper covering setebal 0, 08 cm dengan warna crem,
dinding tersebut merupakan dinding buatan yang dimaksudkan
agar pengguna ruangan dapat menggunakan ruang seperlunya saja.
(Gambar 66)
(2) Pada dinding terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x
tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dan (90 cm x 240
cm) satu daun pintu. Finishing pintu adalah cat melamin dengan
warna coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup.
(Gambar 67)
(3) Terdapat wall lamp (25 watt) yang digunakan sebagai decorative
lighting dengan pemasangan pada wall (gambar 68). Terdapat juga
ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-
bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan cat melamin
dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan putih. (Gambar
69)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 65. Dinding Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 66. Dinding Track Wall Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 67. Pintu Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 68. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 69. Ornamen dinding pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Pintu dan Jendela
(1) Pintu Sukoharjo Meeting Room terbuat dari bahan kayu jati
sungkei. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi)
yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan
(90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Finishing
pintu adalah cat melamin dengan warna coklat. Pintu juga
dipercantik dengan lis-lis penutup. (Gambar 70)
(2) Sukoharjo Meeting Room juga tidak terdapat adanya jendela.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 70. Pintu Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Ceiling
a) Pada ruangan ini, bahan ceilingnya terbuat dari gypsum warna crem
dengan penurunan atau permainan drop ceiling. Ketinggian ceiling 2,
75 meter. Terdapat juga ornamen Jawa yang berupa motif hewan yaitu
berupa gajah dan kuda. Lis profil dari bahan kayu dipasang pada
sudut-sudut ceiling untuk menambah kerapian. (Gambar 71)
b) Terdapat lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general
lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu
flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai general lighting
dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu crome cabe
berfungsi sebagai decorative lighting dengan pemasangan digantung.
(Gambar 72)
c) Adanya fixture AC Split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room.
(Gambar 73)
Gambar 71. Ceiling Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 72. Lampu down light Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 73. Fixture AC split pada ceiling Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
4) Furniture dan Perlengkapan
a) Furniture
Semua furniture dibuat moveable (dapat dipindah), karena
menyesuaikan dengan jenis kegiatan maupun acara yang akan
diadakan, serta dapat mempermudah dalam penyimpanannya.
Meja
(1) Terdapat satu jenis meja pada Sukoharjo Meeting Room, yaitu
meja persegi panjang.
(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,
papan meja terbuat dari melamin.
(3) Ada dua macam ukuran meja pada Sukoharjo Meeting Room yang
pertama dengan lebar 50 cm, panjang 180 cm, dan tinggi 75 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Meja ukuran kedua yaitu dengan lebar 45 cm, panjang 210 cm, dan
tinggi 75 cm.
(4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet
covering dan kain cotton.
(5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 74)
Kursi
(1) Bahan kursi pada Sukoharjo Meeting Room adalah rangka kursi
terbuat dari stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.
(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45
cm.
(3) Konstruksi kursi permanen.
Mimbar
(1) Bahan mimbar pada Sukoharjo Meeting Room adalah terbuat dari
kayu jati dengan ketebalan 2 cm.
(2) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm dan tinggi 120 cm dengan
finishing dari cat melamin.
(3) Konstruksi mimbar permanen. (Gambar 75)
Stage
(1) Stage Sukoharjo Meeting Room terbuat dari block board (kotak
kayu tebal 18 mm) dengan tinggi 30 cm, lebar 240 cm, dan panjang
5, 5 m yang dilapisi dengan karpet berwarna merah. Konstruksi
stage non permanen. (Gambar 76)
(2) Pada stage terdapat 2 buah trap tangga yang terbuat dari kayu
dengan ketinggian 20 cm, lebar 50 cm, panjang 150 cm yang
dilapisi dengan karpet polos barwarna merah. Stage juga terdapat
aksesori dekoratif yang berupa tanaman hias. (Gambar 77)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 74. Furniture pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 75. Mimbar pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 76. Stage Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 77. Aksesori dekoratif berupa tanaman hias pada stage
Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Perlengkapan
(1) Overhead & slide projector, screen, OHP
(2) Sound system
(3) Flip chart & laser pointer
(4) Whiteboard & boardmaker
Gambar 78. Screen pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
5) Ornamen dan Aksesori
a) Pada dinding Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa
motif naturalis tumbuhan, yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen
tersebut menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru,
kuning, merah, dan putih.
b) Pada ceiling Sukoharjo Meeting Room terdapat ornamen yang berupa
motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah. Finishing ornamen pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ceiling Sukoharjo Meeting Room adalah menggunakan cat lukis
dengan kombinasi warna merah, biru, dan hitam.
Gambar 79. Macam ornamen pada dinding dan ceiling Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
c. Langen Harjo Executive Lounge
1) Lantai
a) Dasar dari lantai Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai
semi keras yaitu plat beton, yang terbuat dari bahan beton, plesteran
setebal 2 cm dan dilapisi dengan underlayer yang kemudian dilapisi
dengan lantai lunak yaitu menggunakan karpet floor covering wall to
wall bermotif sederhana dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm
dengan warna hijau bintik merah yang memberikan kesan hangat.
(Gambar 80)
b) Lantai Langen Harjo Executive Lounge tidak terdapat adanya stage.
Gambar 80. Lantai Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
(1) Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan tembok
bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu, plesteran
setebal 2 cm, dan dilapisi dengan multiplek. Finishing dinding
menggunakan wall paper covering setebal kertas dengan warna
crem tanpa adanya ornamen. (Gambar 81)
(2) Pada dinding Langen Harjo Executive Lounge terdapat dua macam
ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua
daun pintu dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu.
(3) Terdapat juga aksesori dekoratif yang berupa lukisan (Gambar 82)
dan wall lamp (25 watt) yang berfungsi sebagai decorative lighting
dengan pemasangan pada wall. (Gambar 83)
Gambar 81. Dinding Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 82. Aksesori dekoratif Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 83. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b) Pintu dan Jendela
(1) Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari
kayu jati sungkei.
(2) Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180 cm x 240 cm)
dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan satu daun
pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Finishing pintu
kayu adalah cat melamin dengan warna coklat. (Gambar 84)
(3) Langen Harjo Executive Lounge terdapat adanya jendela geser
bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120 cm dengan jumlah 2
buah. Pada jendela tersebut ada penanganan jendela berupa tirai
panjang berwarna merah yang terbuat dari kain tekstil. (Gambar
85)
Gambar 84. Pintu Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 85. Jendela Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Ceiling
a) Ceiling ruangan ini sangat sederhana terbuat dari bahan gypsum tanpa
adanya permainan drop ceiling. (Gambar 86)
b) Ketinggian ceiling 2, 80 meter dengan warna putih polos tanpa adanya
ornamen.
c) Terdapat lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general
lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling. Lampu halogen
spott light (20 watt) berfungsi sebagai pencahayaan setempat dengan
pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 87)
d) Adanya fixture AC split pada ceiling Langen Harjo Executive Lounge.
(Gambar 88)
Gambar 86. Ceiling Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 87. Lampu down light Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 88. Fixture AC split Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
4) Furniture dan Perlengkapan
a) Furniture
Meja
(1) Terdapat satu jenis meja pada Langen Harjo Executive Lounge,
yaitu meja persegi panjang.
(2) Bahan dari meja tersebut adalah rangka meja terbuat dari besi,
papan meja terbuat dari melamin.
(3) Ukuran meja persegi panjang dengan lebar 29, 5 cm, panjang 210
cm, dan tinggi 75 cm.
(4) Finishing meja adalah cat melamin yang dilapisi dengan karpet
covering dan kain cotton.
(5) Konstruksi meja non permanen. (Gambar 89)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Kursi
(1) Kursi pada ruangan ini sama dengan kursi pada Pedan Ball Room
dan Sukoharjo Meeting Room. Yaitu rangka kursi terbuat dari
stainless dengan dudukan yang terbuat dari busa.
(2) Ukuran kursi dengan lebar 42 cm, panjang 45 cm, dan tinggi 45
cm.
(3) Konstruksi kursi permanen. (Gambar 90)
Mimbar
(1) Mimbar pada ruangan ini sama dengan mimbar pada Pedan Ball
Room dan Sukoharjo Meeting Room.
(2) Bahan mimbar terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 2 cm.
(3) Ukuran mimbar dengan lebar 65 cm, panjang 80 cm, dan tinggi
120 cm dengan finishing dari cat melamin.
(4) Konstruksi mimbar permanen.
Gambar 89. Meja Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 90. Kursi Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b) Perlengkapan
(1) Overhead & slide projector, screen, OHP
(2) Sound system
(3) Flip chart & laser pointer
(4) Whiteboard & boardmaker
Gambar 91. Sound system Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 92. Screen Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
5) Ornamen dan Aksesori
a) Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak
terdapat adanya ornamen.
b) Hanya terdapat aksesori yang berupa aksesori dekoratif, yaitu lukisan
dengan jumlah 4 buah dan aksesori dekoratif berupa tanaman
sebanyak 2 buah. (Gambar 93)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 93. Macam aksesori pada Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
2. Lay Out Furniture
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan lay out furniture dan analisa
perhitungan besaran kapasitas ruang pertemuan sebagai berikut :
a. Pedan Ball Room
L = 324 m2
L sarana penunjang = 2 m x 18 m
= 36 m²
V ruang efektif = L ruang – L sarana penunjang
= 324 – 36
= 288 m2
1) Class style 116 p Biasanya digunakan untuk :
- meeting
- presentasi, seminar, dll
18.00
18.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Meja = 0,295 x 0,525 = 0,154 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,145 + 0,189 = 0,343 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
288 = 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.288
288 = 0,343X + 0,1372X + 96
192 = 0,4802X
X = 192/0,4802
= 400 orang
Maka penataan Class style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room
memenuhi syarat, karena kurang dari 400 orang.
2) Theatre style 182 p Biasanya digunakan untuk :
- seminar
- presentasi, party, dll
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,189
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
288 = 0,189X + 40%.0,198X + 1/3.288
288 = 0,189X + 0,0756X + 96
192 = 0,2646X
X = 192/0,2646
= 725 orang
Maka penataan Theatre style untuk 400 orang di ruang Pedan Ball Room
memenuhi syarat, karena kurang dari 725 orang.
18.00
18.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3) Restaurant style 64 p Biasanya digunakan untuk :
- party, arisan
- weeding, dll
Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
288 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.288
288 = 0,3115X + 0,1246X + 96
192 = 0,4361X
X = 192/0,4361
= 440 orang
Maka penataan Restaurant style untuk 225 orang di ruang Pedan Ball Room
memenuhi syarat, karena kurang dari 440 orang.
b. Sukoharjo Meeting Room
L = 231 m2
L sarana penunjang = 1,5 m x 11 m
= 16, 5 m2
V Ruang efektif = L Ruang – L sarana penunjang
= 231 – 16,5
= 214,5 m2
18.00
18.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1) Class style 30 p Biasanya digunakan untuk :
- meeting
- loka karya, seminar, dll
Meja = 0,50 x 0,45 = 0,225 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,225 + 0,189 = 0,414 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
214,5 = 0,414X + 40%.0,414X + 1/3.214,5
214,5 = 0,414X + 0,1656X + 71,5
143 = 0,5796X
X = 143/0,5796
= 246 orang
Maka penataan Class style untuk 130 orang di ruang Sukoharjo Meeting
Room memenuhi syarat, karena kurang dari 246 orang.
2) Theatre style 132 p Biasanya digunakan untuk :
- meeting
- presentasi, seminar, dll
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,189
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
214,5 = 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.214,5
214,5 = 0,189X + 0,0756X + 71,5
11.00
21.00
11.00
21.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
143 = 0,2646X
X = 143/0,2646
= 540 orang
Maka penataan Theatre style untuk 200 orang di ruang Sukoharjo Meeting
Room memenuhi syarat, karena kurang dari 540 orang.
3) Restaurant style 48 p Biasanya digunakan untuk :
- party
- weeding, dll
Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
214,5 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.214,5
214,5 = 0,3115X + 0,4361X + 71,5
143 = 0,7476X
X = 192/0,7476
= 256 orang
Maka penataan Restaurant style untuk 120 orang di ruang Sukoharjo
Meeting Room memenuhi syarat, karena kurang dari 256 orang.
c. Langen Harjo Executive Lounge
L = 54 m2
Luas sarana penunjang = 1 m x 6 m
= 6 m2
V Ruang efektif = L Ruang – L sarana penunjang
= 54 – 6
= 48 m2
11.00
21.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1) Class style 40 p Biasanya digunakan untuk :
- meeting, loka karya
- presentasi, seminar, dll
Meja = 0,295 x 0,525 = 0,154 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,154 + 0,189 = 0,343 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
48 = 0,343X + 40%.0,343X + 1/3.48
48 = 0,343X + 0,1372X + 16
32 = 0,4802X
X = 32/0,4802
= 66 orang
Maka penataan Class style untuk 40 orang di ruang Langen Harjo Executive
Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 66 orang.
2) Theatre style 60 p Biasanya digunakan untuk :
- presentasi, seminar, dll
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,189
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
48 = 0,189X + 40%.0,189X + 1/3.48
9.00
6.00
9.00
6.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
48 = 0,189X + 0,0756X + 16
32 = 0,2646X
X = 32/0,2646
= 120 orang
Maka penataan Theatre style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo
Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 120 orang.
3) Restaurant style 28 p Biasanya digunakan untuk :
- meeting
- presentasi, seminar, dll
Meja = 0,35 x 0,35 = 0,1225 m2
Kursi = 0,42 x 0,45 = 0,189 m2
L. Furniture = 0,1225 + 0,189 = 0,3115 m2
V Ruang efektif = L Furniture.X + 40%.L Furniture.X + 1/3 V Ruang efektif
48 = 0,3115X + 40%.0,3115X + 1/3.48
48 = 0,3115X + 0,1246X + 16
32 = 0,4361X
X = 32/0,4361
= 79 orang
Maka penataan Restaurant style untuk 60 orang di ruang Langen Harjo
Executive Lounge memenuhi syarat, karena kurang dari 79 orang.
9.00
6.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3. Pencahayaan, Penghawaan dan Akustik Ruang Pertemuan Hotel Sahid
Jaya Solo
a. Pencahayaan
Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan pencahayaan ruang
pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.
1) Pedan Ball Room
Secara keseluruhan digunakan pencahayaan buatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk menampilkan kesan khusus
digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-
langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan
yaitu :
a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting
dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 94)
b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai
general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling.
c) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan
pemasangan digantung. (Gambar 95)
d) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting
dengan pemasangan pada wall. (Gambar 96)
Gambar 94. Lampu down light pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 95. Lampu crome cabe pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 96. Wall lamp pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
2) Sukoharjo Meeting Room
Pencahayaan pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan
pencahayaan pada Pedan Ball Room. Yaitu secara keseluruhan
digunakan pencahayaan buatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk menampilkan kesan khusus digunakan pencahayaan
setempat. Cahaya ditempatkan pada langit-langit dan sebagian pada
dinding. Untuk jenis lampu yang digunakan yaitu :
a) Lampu down light (14 watt) berfungsi sebagai general lighting
dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 97)
b) Lampu flourescent atau lampu TL (36 watt) berfungsi sebagai
general lighting dengan pemasangan pada recessed in ceiling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting
dengan pemasangan pada wall. (Gambar 98)
d) Lampu crome cabe berfungsi sebagai decorative lighting dengan
pemasangan digantung. (Gambar 99)
Gambar 97. Lampu down light pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 98. Wall lamp pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
Gambar 99. Lampu crome cabe pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
3) Langen Harjo Executive Lounge
Pada ruangan ini, digunakan pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan. Pencahayaan alami menggunakan jendela kaca sebagai
media untuk jalan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan.
Sedangkan pencahayaan buatannya menggunakan pencahayaan
secara langsung dan tidak langsung. Untuk menampilkan kesan
khusus digunakan pencahayaan setempat. Cahaya ditempatkan pada
langit-langit dan sebagian pada dinding. Untuk jenis lampu yang
digunakan yaitu :
a) Lampu down light (18 watt) berfungsi sebagai general lighting
dengan pemasangan pada recessed in ceiling. (Gambar 100)
b) Lampu halogen spott light (20 watt) berfungsi sebagai
pencahayaan setempat dengan pemasangan pada recessed in
ceiling.
c) Wall lamp (25 watt) berfungsi sebagai decorative lighting
dengan pemasangan pada wall. (Gambar 101)
Gambar 100. Lampu down light pada Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 101. Wall lamp pada Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
b. Penghawaan
Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan penghawaan
ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.
1) Pedan Ball Room
Tata kondisi udara pada Pedan Ball Room menggunakan
penghawaan buatan, yaitu dengan AC split yang diproses oleh AHU
(Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang
terpisah berfungsi mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan
berkisar 20°C - 25°C dengan sistem ducting dan menempatkan
fixturenya pada ceiling.
Gambar 102. AC split pada Pedan Ball Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
2) Sukoharjo Meeting Room
Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata
kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan
buatan, yaitu dengan AC Split yang diproses oleh AHU (Air
Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah
dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling.
Gambar 103. AC split pada Sukoharjo Meeting Room
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
3) Langen Harjo Executive Lounge
Tata kondisi udara pada Langen Harjo Executive Lounge
menggunakan penghawaan buatan, yaitu dengan AC split berfungsi
mengatur suhu ruangan dan kelembaban ruangan berkisar 20°C -
25°C dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada
ceiling.
Gambar 104. AC split pada Langen Harjo Executive Lounge
Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
3) Akustik Ruang
Dari observasi yang telah dilakukan didapatkan akustik ruang
pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo.
Tabel 4. Akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
LOKASI KETERANGAN
Pedan Ball Room Untuk mendukung akustik pada Pedan Ball Room,
digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall
paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling
sebagai pemantul bunyi.
Sukoharjo
Meeting Room
Untuk mendukung akustik pada Sukoharjo Meeting Room,
digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap bunyi, wall
paper covering pada dinding dan gypsum pada ceiling
sebagai pemantul bunyi.
Langen Harjo
Executive Lounge
Untuk mendukung akustik pada Langen Harjo Executive
Lounge, digunakan karpet pada lantai sebagai penyerap
bunyi dan gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
Tabel 5. Kondisi Fisik Ruang Pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
Aspek yang
diamati Syarat
Kondisi Fisik Ruang
Pertemuan Hotel Sahid
Jaya Solo
1. Lantai
Pemilihan lantai untuk ruang
pertemuan, tidak memakai
lantai yang bermotif sebab
akan menimbulkan kesan
ramai. Sedang lantai yang
dipergunakan biasanya
memakai lantai dengan
lapisan penutup (floor
Dasar dari lantai ruang
pertemuan menggunakan
lantai semi keras yaitu plat
beton, yang terbuat dari
bahan beton, plesteran
setebal 2 cm dan dilapisi
dengan underlayer yang
kemudian dilapisi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2. ElemenVertikal
a. Dinding
b. Pintu
3. Ceiling
covering) dapat berupa karpet
dan permadani, karpet dan
perekat, keramik, batuan, batu
bata dan material lainnya.
Dinding harus memenuhi
persyaratan teknis dan
persyaratan akustik.
Persyaratan teknis yaitu
sebagai pembatas ruangan dan
pemikul beban. Untuk
persyratan akustik yaitu
mampu mengendalikan
kebisingan suara.
Pintu harus memenuhi fungsi
dan kriteria ukuran lubang
pintu. Ukuran lubang pintu
160 cm x 200 cm dengan dua
daun pintu.
Ceiling ruang pertemuan
diusahakan berbentuk
sederhana agar tidak
menyolok karena akan
mengganggu konsentrasi.
lantai lunak yaitu
menggunakan karpet floor
covering wall to wall
bermotif sederhana dari
bahan nylon dan wool
setebal 1 cm.
Dinding ruang pertemuan
menggunakan tembok bata
dengan bahan pasangan
batu bata ukuran ½ batu,
plesteran setebal 2 cm, dan
dilapisi dengan multiplek.
Untuk persyaratan akustik,
dinding dilapisi
menggunakan wall paper
covering setebal 0, 08 cm
warna crem.
Terdapat dua macam
ukuran lubang pintu (lebar
x tinggi) yaitu (180 cm x
240 cm) dua daun pintu
dan (90 cm x 240 cm) satu
daun pintu.
Ceiling ruang pertemuan
menggunakan gypsum
yang berbentuk sederhana
dan terdapat adanya
ornamen-ornamen Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
4. Furniture
5. Lay Out
6. Pencahayaan
Penggunaan bahan tidak keras
dan kuat, mudah
dipertukarkan, dapat
membentuk karakter yang
bagus pada ruangan atau
hotel, tahan lama dan
dilindungi sehingga tidak
merusak lantai maupun
dinding.
Lay out furniture dalam ruang
pertemuan dibedakan menjadi
dua gaya, yaitu susunan letak
furniture dengan theatre style
dan class room style. Metode
class room style adalah konsep
penataan (lay out) pada ruang
kelas.
Standar penerangan untuk
suatu ruang pertemuan dengan
tingkat pencahayaan 200 lux
yang mencakup direct lighting
dan indirect lighting harus
memenuhi persyaratan terang
baca, sehingga penerangan
langsung yang diarahkan ke
bidang kerja atau tempat
duduk harus memenuhi
persyaratan.
Semua furniture dibuat
moveable (dapat
dipindah), karena
menyesuaikan dengan
jenis kegiatan maupun
acara yang akan diadakan,
serta dapat mempermudah
dalam penyimpanannya.
Lay out ruang pertemuan
yang ditawarkan oleh
pengelola hotel
diantaranya adalah U-
Shafe style, theatre style,
class style, dan restaurant
style.
Pencahayaan buatan di
dalam ruang pertemuan
dengan menggunakan
pencahayaan langsung
yaitu pencahayaan
diarahkan secara langsung
ke arah bidang kerja.
Pemilihan jenis lampu
sebagai general lighting
dengan menggunakan
down light dan lampu TL.
Wall lamp pemasangannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
7. Penghawaan
8. Akustik
Suhu udara yang
dipergunakan dalam ruang
pertemuan kurang lebih 20° C
(60° F).
Untuk mendapatkan akustik
ruang yang baik maka dapat
dipasang material peredam
suara yang dapat dipasang
pada dinding, plafond atau
lantai.
pada wall dan lampu
gantung crome cabe
pemasangannya digantung
yang berfungsi sebagai
decorative lighting.
Tata kondisi udara pada
ruang pertemuan
menggunakan penghawaan
buatan, yaitu dengan AC
split yang diproses oleh
AHU (Air Handling Unit)
yang ditempatkan pada
ruangan lain yang terpisah
berfungsi mengatur suhu
ruangan dan kelembaban
ruangan berkisar 20°C -
25°C dengan sistem
ducting dan menempatkan
fixturenya pada ceiling.
Untuk mendukung akustik
pada ruang pertemuan,
digunakan karpet pada
lantai sebagai penyerap
bunyi, wall paper covering
pada dinding dan gypsum
pada ceiling sebagai
pemantul bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
C. Temuan Studi
Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh beberapa informasi yang
penting tentang kondisi ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo berdasarkan
analisa yang dilakukan :
1. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo yang menunjukkan
sebagai ornamen khas tradisional Jawa :
a. Pedan Ball Room
1) Lantai
Lantai Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan
persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyaratan teknis
yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Pedan Ball Room
menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk persyaratan
akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering wall to wall
bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi dengan warna
hijau bintik merah dan biru terbuat dari bahan nylon dan wool setebal
1 cm yang memberikan kesan hangat.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
Dinding Pedan Ball Room sudah memenuhi persyaratan teknis dan
persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas
ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room
menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata
ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan
multiplek. Untuk persyaratan akustik, dinding dilapisi
menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem.
Pada dinding terdapat juga ornamen pada sudut-sudut dinding yang
berupa motif naturalis hewan dan tumbuhan, yaitu burung merak
dan bunga-bungaan. Finishing ornamen motif hewan tersebut
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna merah, biru,
hijau, dan kuning. Finishing ornamen motif tumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
menggunakan cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning,
merah, dan cokelat.
b) Pintu dan Jendela
Pintu Pedan Ball Room sudah memenuhi fungsi dan kriteria
ukuran lubang pintu. Terdapat dua macam ukuran lubang pintu
(lebar x tinggi) yaitu (180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan
jumlah 4 buah dan (90 cm x 240 cm) satu daun pintu dengan
jumlah 1 buah. Finishing pintu adalah cat melamin dengan warna
coklat. Pintu juga dipercantik dengan lis-lis penutup yang
memberikan kesan estetis. Pada Pedan Ball Room tidak terdapat
adanya jendela.
3) Ceiling
Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya
pantul bunyi dengan penurunan atau permainan drop ceiling 2 kali,
dengan ketinggian ceiling 8 meter ruangan terkesan sangat luas dan
besar.
4) Furniture dan Perlengkapan
Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip
chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi
persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus
menjadikan perhatian yang utama.
b. Sukoharjo Meeting Room
1) Lantai
Lantai Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan teknis
dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan. Persyratan
teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai Sukoharjo
Meeting Room menggunakan lantai semi keras yaitu plat beton. Untuk
persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan karpet floor covering
wall to wall bermotif sederhana agar tidak mengganggu konsentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dengan warna hijau bintik putih yang terbuat dari bahan nylon dan
wool setebal 1 cm yang memberikan kesan hangat.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
Dinding Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi persyaratan
teknis dan persyaratan akustik. Persyaratan teknis yaitu sebagai
pembatas ruangan dan pemikul beban. Dinding Pedan Ball Room
menggunakan tembok bata dengan bahan pasangan batu bata
ukuran ½ batu, plesteran setebal 2 cm, dan dilapisi dengan
multiplek. Untuk persyaratan akustik dinding dilapisi
menggunakan wall paper covering setebal 0, 08 cm warna crem.
Terdapat juga ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan,
yaitu bunga-bungaan. Finishing ornamen tersebut menggunakan
cat melamin dengan kombinasi warna biru, kuning, merah, dan
putih.
b) Pintu dan Jendela
Pintu Sukoharjo Meeting Room sudah memenuhi fungsi dan
kriteria ukuran lubang pintu, terbuat dari bahan kayu jati sungkei.
Terdapat dua macam ukuran lubang pintu (lebar x tinggi) yaitu
(180 cm x 240 cm) dua daun pintu dengan jumlah 3 buah dan (90
cm x 240 cm) satu daun pintu dengan jumlah 3 buah. Pintu juga
dipercantik dengan lis-lis penutup yang memberikan kesan estetis.
Pada Sukoharjo Meeting Room tidak terdapat adanya jendela.
3) Ceiling
Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya
pantul bunyi dengan permainan drop ceiling, dengan ketinggian ceiling
2, 75 meter ruangan terkesan sempit dan kecil. Terdapat juga ornamen
Jawa yang berupa motif hewan yaitu berupa gajah dan kuda.
4) Furniture dan Perlengkapan
Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi
persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus
menjadikan perhatian yang utama.
c. Langen Harjo Executive Lounge
1) Lantai
Lantai Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi persyaratan
teknis dan persyaratan akustik sebagai lantai ruang pertemuan.
Persyratan teknis yaitu sebagai penutup ruang bagian bawah. Lantai
Langen Harjo Executive Lounge menggunakan lantai semi keras yaitu
plat beton. Untuk persyaratan akustik, lantai dilapisi menggunakan
karpet floor covering wall to wall bermotif sederhana agar tidak
mengganggu konsentrasi dengan warna hijau bintik merah dan biru
terbuat dari bahan nylon dan wool setebal 1 cm yang memberikan
kesan hangat.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding
Dinding Langen Harjo Executive Lounge sudah memenuhi
persyaratan teknis yaitu sebagai pembatas ruangan dan pemikul
beban. Dinding Langen Harjo Executive Lounge menggunakan
tembok bata dengan bahan pasangan batu bata ukuran ½ batu,
plesteran setebal 2 cm. Finishing dinding menggunakan wall paper
covering setebal kertas dengan warna crem tanpa adanya ornamen.
b) Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela Langen Harjo Executive Lounge sudah
memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu dan jendela.
Terdapat dua macam jenis pintu. Pintu dari kaca dan pintu dari
kayu jati sungkei. Ukuran pintu kaca dengan dua daun pintu (180
cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah dan ukuran pintu kayu dengan
satu daun pintu (90 cm x 240 cm) dengan jumlah 2 buah. Terdapat
adanya jendela geser bahan dari kaca dengan ukuran 80 cm x 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
cm dengan jumlah 2 buah, jendela juga dipercantik dengan tirai
panjang berwarna merah untuk menambah nilai estetis.
3) Ceiling
Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya
pantul bunyi dengan ketinggian ceiling 2, 80 meter warna putih polos
tanpa adanya ornamen.
4) Furniture dan Perlengkapan
Fasilitas furniture yang meliputi meja, kursi, mimbar, dan
perlengkapan lainnya seperti overhead & projector, sound system, flip
chart & laser pointer, whiteboard & board maker sudah memenuhi
persyaratan teknis namun kenyamanan pengguna ruangan harus
menjadikan perhatian yang utama.
2. Lay Out ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
a. Pedan Ball Room
Lay out pada Pedan Ball Room harus tepat berdasarkan kebutuhan dan
jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada Pedan Ball Room yang
ditawarkan oleh pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre
style, class style, dan restaurant style.
b. Sukoharjo Meeting Room
Lay out pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan lay out pada Pedan
Ball Room, harus tepat berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang
dilakukan. Lay out pada Sukoharjo Meeting Room yang ditawarkan oleh
pengelola hotel diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style,
dan restaurant style.
c. Langen Harjo Executive Lounga
Lay out pada Langen Harjo Executive Lounge sedikit berbeda dengan lay
out pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room. Tetapi juga harus tepat
berdasarkan kebutuhan dan jenis pertemuan yang dilakukan. Lay out pada
Langen Harjo Executive Lounge yang ditawarkan oleh pengelola hotel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style, dan restaurant
style.
3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang
a) Pedan Ball Room
1) Pencahayaan
Pencahayaan buatan di dalam Pedan Ball Room dengan menggunakan
pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan secara langsung
ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting
dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu TL (36 watt),
pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi masuk ke dalam
ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada wall dan lampu
gantung crome cabe pemasangannya digantung yang berfungsi sebagai
decorative lighting. Perancangan pencahayaan general lighting perlu
memperhatikan pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca
yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna
crem memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan
penerangan.
2) Penghawaan
Penghawaan dengan menggunakan AC Split yang diproses oleh AHU
(Air Handling Unit) yang ditempatkan pada ruangan lain yang terpisah
dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada ceiling untuk
menambah kerapian.
3) Akustik Ruang
Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan
penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang
disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh
karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai
bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
b) Sukoharjo Meeting Room
1) Pencahayaan
Pencahayaan buatan di dalam Sukoharjo Meeting Room dengan
menggunakan pencahayaan langsung yaitu pencahayaan diarahkan
secara langsung ke arah bidang kerja. Pemilihan jenis lampu sebagai
general lighting dengan menggunakan down light (14 watt) dan lampu
TL (36 watt), pemasangannya pada recessed in ceiling (tersembunyi
masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt) pemasangannya pada
wall dan lampu gantung crome cabe pemasangannya digantung yang
berfungsi sebagai decorative lighting. Perancangan pencahayaan
general lighting perlu memperhatikan pemerataan penerangan dan
tercapainya terang baca yang baik. Pewarnaan dinding dengan warna
crem dan ceiling warna putih memberikan cahaya pantul yang
mencukupi kebutuhan penerangan.
2) Penghawaan
Tata kondisi udara pada Sukoharjo Meeting Room sama dengan tata
kondisi udara pada Pedan Ball Room, menggunakan penghawaan
buatan, yaitu dengan AC split dengan sistem ducting dan
menempatkan fixturenya pada ceiling untuk menambah kesan rapi
ruangan.
3) Akustik Ruang
Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan
penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang
disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh
karpet. Penggunaan wall paper covering yang difungsikan sebagai
bahan absrobsi suara dapat pula memberikan pewarnaan pada dinding.
c) Langen Harjo Executive Lounge
1) Pencahayaan
Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami yaitu melalui jendela
dan pencahayaan buatan menggunakan pencahayaan langsung yaitu
pencahayaan diarahkan secara langsung ke arah bidang kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Pemilihan jenis lampu sebagai general lighting dengan menggunakan
down light (18 watt) dan lampu halogen spott light (20 watt) sebagai
pencahayaan setempat yang pemasangannya pada recessed in ceiling
(tersembunyi masuk ke dalam ceiling). Wall lamp (25 watt)
pemasangannya pada wall yang berfungsi sebagai decorative lighting.
Perancangan pencahayaan general lighting perlu memperhatikan
pemerataan penerangan dan tercapainya terang baca yang baik.
Pewarnaan dinding dengan warna crem dan ceiling warna putih
memberikan cahaya pantul yang mencukupi kebutuhan penerangan.
2) Penghawaan
Tata kondisi udara pada Langen Harjo Executive Lounge
menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami
menggunakan jendela, sedangkan penghawaan buatan mengunakan
AC split dengan sistem ducting dan menempatkan fixturenya pada
ceiling menambah kesan rapi ruangan.
3) Akustik Ruang
Akustik ruangan sudah cukup memenuhi kriteria kenyamanan dengan
penggunaan karpet floor covering dapat mengatasi cacat akustik yang
disebabkan oleh bunyi injak maupun pantulan suara yang diserap oleh
karpet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hotel Sahid Jaya Solo adalah hotel berbintang lima yang berlokasi di Jl.
Gajah Mada No. 82 Solo 57132. Hotel Sahid Jaya memiliki 3 (tiga) ruang
pertemuan di dalamnya, yaitu : Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan
Langen Harjo Executive Lounge.
Hal-hal yang didapatkan dari ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
adalah :
1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo
yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa :
a. Pedan Ball Room
1) Lantai
Lantai Pedan Ball Room dengan penggunaan karpet floor covering
sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang.
Luas lantai 324 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan
dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan
multiplek dan menggunakan wall paper covering sebagai finishing.
Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan
dan tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.
Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm)
dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela.
3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya
pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa
manusia atau tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa
kepercayaan orang Jawa, yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa
Baruna, dan Dewa Srisadana.
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
4) Furniture dan perlengkapan Pedan Ball Room yaitu dengan fasilitas
furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas perlengkapan
overhead & projector, sound system, flip chart & laser pointer,
whiteboard & board maker, dan blocknote & pencil.
5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan dan
tumbuhan, yaitu burung merak dan bunga-bungaan. Pada ceiling
terdapat ornamen yang berupa motif naturalis berupa manusia atau
tokoh pewayangan disebut juga Dewa-Dewa kepercayaan orang Jawa,
yaitu Dewa Endra, Dewa Brahma, Dewa Baruna, dan Dewa Srisadana.
Pedan Ball Room tidak terdapat adanya aksesori.
b. Sukoharjo Meeting Room
1) Lantai dengan penggunaan karpet floor covering sudah memenuhi
kriteria lantai ruang pertemuan hotel berbintang. Luas lantai 231 m²,
lantai tidak terdapat adanya ornamen.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding secara fisik dan akustik sudah memenuhi persyaratan
dengan penggunaan dinding ½ batu, plesteran dilapisi dengan
multiplek dan persyaratan akustik menggunakan wall paper
covering sebagai finishing.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.
Terdapat dua macam ukuran lubang pintu yaitu (180 cm x 240 cm)
dan (90 cm x 240 cm). Tidak terdapat adanya jendela.
3) Penggunaan bahan gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya
pantul bunyi. Terdapat ornamen yang berupa motif naturalis hewan
berupa kuda dan gajah..
4) Fasilitas furniture meja, kursi, dan mimbar. Sedang fasilitas
perlengkapan overhead & projector, sound system, flip chart & laser
pointer, whiteboard & board maker.
5) Pada dinding terdapat ornamen yang berupa motif naturalis tumbuhan,
yaitu bunga-bungaan. Pada ceiling terdapat ornamen yang berupa
motif naturalis hewan berupa kuda dan gajah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
c. Langen Harjo Executive Lounge
1) Lantai Langen Harjo Executive Lounge sama dengan lantai pada
Pedan Ball Room dan Sukoharjo Room dengan penggunaan karpet
floor covering sudah memenuhi kriteria lantai ruang pertemuan hotel
berbintang. Luas lantai 54 m², lantai tidak terdapat adanya ornamen.
2) Elemen Vertikal
a) Dinding menggunakan dinding ½ batu, plesteran dan dilapisi
dengan wall paper covering setebal kertas dengan warna crem.
b) Pintu sudah memenuhi fungsi dan kriteria ukuran lubang pintu.
Terdapat adanya jendela geser dari kaca yang dipercantik dengan
tirai panjang warna merah.
3) Ceiling Langen Harjo Executive Lounge sama dengan ceiling Pedan
Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room yaitu penggunaan bahan
gypsum sebagai ceiling dapat mengurangi daya pantul bunyi tetapi
tanpa adanya ornamen.
4) Furniture dan perlengkapan Langen Harjo Executive Lounge sama
dengan fasilitas furniture dan perlengkapan pada Pedan Ball Room dan
Sukoharjo Meeting Room.
5) Pada dinding dan ceiling Langen Harjo Executive Lounge tidak
terdapat adanya ornamen. Hanya terdapat aksesori yang berupa
aksesori dekoratif, yaitu lukisan dan tanaman.
2. Lay out pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan Langen Harjo
Executive Lounge diantaranya adalah U-Shafe style, theatre style, class style,
dan restaurant style, dengan kapasitas yang berbeda-beda untuk masing-
masing ruang.
3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya
Solo meliputi :
a. Pencahayaan pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan
Langen Harjo Executive Lounge dengan penempatan recessed in ceiling
sebagai general lighting sudah memenuhi kriteria sebagai penerangan
umum. Pewarnaan dinding dengan warna crem, serta ceiling berwarna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
putih pada Pedan Ball Room dan Langen Harjo Executive Lounge, dan
warna crem pada Sukoharjo Meeting Room memberikan cahaya pantul
yang cukup.
b. Penghawaan pada Pedan Ball Room dan Sukoharjo Meeting Room,
menggunakan penghawaan buatan dengan menggunakan AC split sudah
memenuhi persyaratan kenyamanan dan pemasangan fixturenya pada
ceiling menambah kesan rapi ruangan.
c. Akustik ruang pada Pedan Ball Room, Sukoharjo Meeting Room, dan
Langen Harjo Executive Lounge digunakan karpet floor covering pada
lantai sebagai penyerap bunyi, wall paper covering pada dinding dan
gypsum pada ceiling sebagai pemantul bunyi.
B. Implikasi
Hasil dari suatu penelitian sebaiknya harus dapat memberikan dampak
atau implikasi, berdasar hasil penelitian yang dilakukan di ruang pertemuan Hotel
Sahid Jaya Solo dapat mempunyai dampak / implikasi sebagai berikut :
1. Dampak Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai bahan masukan
bagi peneliti yang akan datang dengan mengkaji terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi yang semakin maju. Terutama bagi mahasiswa Program Pendidikan
Teknik Sipil / Bangunan, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam
perkuliahan Desain Interior dan Exterior, sehingga nantinya dalam merancang
bangunan perlu mempertimbangkan fungsi kegunaan bangunan, kenyamanan
penghuni dalam menjalankan aktifitas, perlengkapan dan kelengkapan yang harus
dipenuhi oleh suatu ruangan.
2. Dampak Praktis
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
bagi :
a. Masyarakat pengguna ruang pertemuan tentang kondisi ruang pertemuan
Hotel Sahid Jaya Solo, terutama tentang kapasitas yang dapat ditampung
dalam ruangan tersebut serta sarana pendukungnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya
Solo dalam mendeteksi berbagai masalah yang terjadi dalam ruang pertemuan.
c. Sebagai bahan pertimbangan peneliti maupun pembaca dalam merancang
suatu desain ruang pertemuan terutama ruang pertemuan di dalam hotel.
C. Saran
Dari penelitian ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Spesifikasi interior ruang pertemuan Hotel Sahid Jaya Solo meskipun secara
keseluruhan sudah baik, hendaknya pihak pengelola ruang pertemuan hotel
terus mengadakan pembenahan dan perawatan yang terus menerus sejalan
dengan perkembangan jaman.
b. Lay out yang ditawarkan pihak pengelola ruang pertemuan hotel terhadap
masyarakat stylenya sudah cukup beragam, namun fasilitas dan perlengkapan
ruang pertemuan perlu mendapat perhatian dengan menambah fasilitas
penunjang kegiatan pertemuan yang disesuaikan dengan bentuk kegiatan
pertemuan yang dilangsungkan sehingga kelancaran kegiatan pertemuan
terjamin.
c. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan perlu mendapatkan
perhatian yang khusus terutama akustik ruang dan pancahayaan, sehingga
tidak terjadi cacat akustik dan penerangan yang tidak merata. Hal ini perlu
dilakukan demi kenyamanan pengguna ruang pertemuan.
d. Bagi masyarakat pengguna ruang pertemuan hendaknya perlu mengetahui
kondisi ruangan yang akan digunakan terutama kapasitas yang dapat
ditampung, fasilitas, dan perlengkapan yang disediakan oleh pihak pengelola
ruang pertemuan serta kenyamanan ruang pertemuan.
e. Dalam merancang interior hendaknya perlu mempertimbangkan syarat-syarat
teknis maupun non teknis yang harus dipenuhi.