74
KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN ( Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN NOVEMBER JANUARI DI MUARA SUNGAI LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh: YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI NIM. 135080500111038 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes ...repository.ub.ac.id/6411/1/YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI.pdf · kajian histologi gonad ikan janjan (pseudapocryptes elongatus)

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI

    LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

    SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

    JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    Oleh: YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI

    NIM. 135080500111038

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2017

  • i

    KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN (Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI

    LAMONG KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

    SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

    JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh: YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI

    NIM. 135080500111038

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2017

  • ii

  • iii

    IDENTITAS TIM PENGUJI

    Judul : KAJIAN HISTOLOGI GONAD IKAN JANJAN

    (Pseudapocryptes elongatus) BETINA PADA BULAN

    NOVEMBER – JANUARI DI MUARA SUNGAI LAMONG

    KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

    Nama Mahasiswa : YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI

    NIM : 135080500111038

    Program Studi : Budidaya Perairan

    PENGUJI PEMBIMBING:

    Pembimbing 1 : DR. IR. MAHENO SRI WIDODO, MS

    Pembimbing 2 : IR. M. RASYID FADHOLI, M.Si

    PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

    Dosen Penguji 1 : DR. IR. AGOES SOEPRIJANTO, MS

    Dosen Penguji 2 : DR. YUNITA MAIMUNAH, S.PI, M.Sc

    Tanggal Ujian : 12 Mei 2017

  • iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-

    benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

    tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

    lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil

    penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, Maret 2017

    Mahasiswa

    Yuni Setyaningrum Wijayanti

  • v

  • vi

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis sadari laporan ini tidak akan selesai tanpa dukungan moril dan

    materil dari semua pihak. Dengan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya pada penulis.

    2. Bapak Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS selaku dosen pembimbing 1 dan

    Bapak Ir. M. Rasyid Fadholi, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah

    memberikan motivasi, arahan, serta bimbingan kepada penulis.

    3. Bapak Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS selaku dosen penguji 1 dan Ibu Dr.

    Yunita Maimunah, S.Pi, M.Sc selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan

    arahan dan saran kepada penulis.

    4. Orangtua tercinta, Ibu Martini Sulistyowati dan Alm. Bapak Maryanto yang

    tidak pernah putus memberikan dukungan baik secara moril dan materil,

    do’a, serta nasihat pada penulis.

    5. Saudaraku yang luar biasa, Mbak Sari dan Mbak Yanti atas motivasi serta

    tantangan-tantangan yang diberikan sehingga penulis terus terpacu untuk

    melakukan yang terbaik.

    6. Ibu Fani Fariedah S.Pi, MP, Bapak Udin, Bapak Anto, Bapak Yit, Bapak

    Isharul, Bapak Umar, Ryan Dharmawan, Cafu Oliviera Tjipto yang telah

    membantu pelaksanaan penelitian baik di laboratorium maupun di lapang.

    7. Teman baik penulis: Tara, Rani, Olivia, Fitri, Okta, Destina, Sera, Lintang,

    Mifta, Vina, Nanda yang telah bersedia memberikan saran dan

    mendengarkan keluh kesah penulis setiap saat.

    8. Erwin Prasetyo Wijanarko yang telah bersedia memberikan waktu yang tidak

    dapat kembali dihidupnya untuk membantu, menemani, dan memberikan

    semangat kepada penulis.

  • vii

    9. Aqua GT dan pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi membantu dalam

    penelitian.

    10. Janjan Squad: Rory Sera Ayudya, Anggi Octari Putri, Erwin Prasetyo

    Wijanarko, Stefanus Hallasaputra yang telah memberikan bantuan selama

    penelitian.

    Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.

    Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Penulis berharap

    skripsi yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Malang, 20 Maret 2017

    Mahasiswa

    Yuni Setyaningrum Wijayanti

  • viii

    RINGKASAN

    YUNI SETYANINGRUM WIJAYANTI. Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) Betina pada Bulan November – Januari di Muara Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS dan Ir. M. Rasyid Fadholi, M.Si).

    Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu ikan liar yang dapat ditemukan di muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Maraknya kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat diduga telah menyebabkan menurunnya populasi ikan Janjan (P. elongatus) sehingga keberadaannya semakin sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, kegiatan budidaya merupakan upaya yang tepat untuk menjaga eksistensi ikan ini mengingat rasa dagingnya yang cukup lezat, gurih dan harganya yang cukup menjanjikan. Dalam melakukan kegiatan budidaya perlu adanya pengetahuan mengenai reproduksi bagi suatu populasi atau spesies. Tingkat kematangan gonad dapat digunakan sebagai alat penduga status reproduksi ikan, ukuran, dan umur pada saat pertama kali matang gonad. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang aspek reproduksi yang digunakan sebagai kajian terhadap perkembangan dan kelestarian ikan Janjan (P. elongatus).

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 sampai 31

    Januari 2017 di Muara Sungai Lamong, Desa Manyar Sidorukun, Kecamatan

    Manyar, Kabupaten Gresik dan Laboratorium Reproduksi Ikan divisi Budidaya

    Ikan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) serta untuk mengetahui

    tingkat kematangan gonad ditinjau dari histologi gonad ikan Janjan (P. elongatus)

    betina di sungai Lamong pada bulan tersebut. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode deskriptif dengan parameter utama tingkat

    kematangan gonad, persentase indeks kematangan gonad, kondisi histologi

    gonad dan fekunditas ikan Janjan betina. Parameter penunjangnya adalah kualitas

    air di muara Sungai Lamong.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan gonad yang

    ditemukan selama penelitian yakni TKG 2, TKG 3, TKG 4, dan TKG 5. Tingkat

    kematangan gonad ikan Janjan betina pada bulan November 2016 adalah TKG 2,

    TKG 3, TKG 4, dan TKG 5. Bulan Desember 2016 ditemukan TKG 2, TKG 3, TKG

    4, dan TKG 5. Bulan Januari 2017 ditemukan TKG 2, TKG 3, dan TKG 4. Selama

    pengamatan, puncak pemijahan ikan Janjan terjadi pada bulan November 2016.

    Nilai persentase IKG selama bulan November 2016 sampai Januari 2017 tertinggi

    sebesar 0,7500% pada pengamatan ketiga (30 November 2016) dan terendah

    sebesar 0,0298% pada pengamatan keempat (15 Desember 2016). Fekunditas

    ikan Janjan betina berkisar 68.334 butir – 255.460 butir. Hasil pengamatan

    histologi gonad menunjukkan bahwa pada TKG 2 terdapat oogonium dan sebagian

    besar terdapat oosit primer, pada tahap TKG 3 menunjukkan jumlah oosit primer

    semakin berkurang dan oosit sekunder tampak mendominasi, sedangkan sampel

    histologi ovarium pada tahap TKG 4 dan TKG 5 tidak ditemukan. Hasil pengukuran

    kualitas air antara lain: suhu berkisar 27 ˚C – 31,5˚C, salinitas berkisar 7 – 29 ppt,

    pH berkisar 6,46 – 8,21, dan DO berkisar 1,8 – 4,8 ppm.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya sehingga penulis

    bisa menyajikan skripsi yang berjudul Kajian Histologi Gonad Ikan Janjan

    (Pseudapocryptes elongatus) Betina pada Bulan November – Januari di Muara

    Sungai Lamong Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di dalam laporan ini disajikan

    pokok-pokok bahasan yang meliputi pengamatan tingkat kematangan gonad,

    persentase indeks kematangan gonad, kondisi histologi gonad, dan fekunditas

    ikan Janjan betina.

    Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan.

    Maka dari itu, kritik dan saran dibutuhkan oleh penulis demi memperbaiki laporan

    berikutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Malang, Maret 2017

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

    IDENTITAS TIM PENGUJI .................................................................................. iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................................................iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

    UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................vi

    RINGKASAN ..................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

    1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5 1.4 Kegunaan ............................................................................................... 5 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 5

    2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Janjan ........................................................ 6 2.2 Habitat dan Penyebaran ........................................................................... 7 2.3 Ovarium ................................................................................................... 8 2.4 Histologi Gonad ........................................................................................ 9 2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................................ 12 2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG) .......................................................... 15 2.7 Fekunditas .............................................................................................. 16 2.8 Kualitas Air ............................................................................................. 17

    2.8.1 Suhu .............................................................................................. 17 2.8.2 Salinitas ......................................................................................... 17 2.8.3 Oksigen Terlarut ............................................................................ 18 2.8.4 pH ................................................................................................. 18

  • xi

    3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 20 3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 20 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 20

    3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................... 20 3.2.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 21

    3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 22 3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan

    (P. elongatus) ................................................................................ 22 3.3.2 Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) ........................... 22 3.3.3 Pengukuran Morfometrik ............................................................... 23 3.3.4 Pengambilan Gonad Ikan dan Pengawetan Sampel ...................... 23 3.3.5 Pembuatan Preparat Histologi Gonad ........................................... 24

    a. Fiksasi ....................................................................................... 24 b. Dehidrasi ................................................................................... 24 c. Penjernihan (Clearing) ............................................................... 24 d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok (Blocking) ................................................................................. 24 e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek ......... 25 f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan ....................................... 25

    3.3.6 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ............................. 27 3.3.7 Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) ................................ 27 3.3.8 Penentuan Fekunditas ................................................................... 27 3.3.9 Pengamatan Kualitas Air ............................................................... 28

    a. Suhu .......................................................................................... 28 b. Salinitas .................................................................................... 29 c. DO (Dissolved oxygen) .............................................................. 29 d. pH ............................................................................................. 29

    3.4 Analisa Data ............................................................................................ 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 31

    4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 31 4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) ................................. 32 4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ................................. 33 4.4 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................................ 41 4.5 Nilai Persentase Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan

    (P. elongatus) Betina .............................................................................. 46 4.6 Fekunditas ............................................................................................. 48 4.7 Kualitas Air di Lokasi Penelitian ............................................................. 51

    a. Suhu ................................................................................................. 51 b. Salinitas............................................................................................ 51 c. Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 52 d. pH .................................................................................................... 53

    5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 54

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 54 5.2 Saran ..................................................................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 60 LAMPIRAN ........................................................................................................ 61

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) ................................................... 6 2. Bagian ovarium Denio rerio (Genten et al., 2009) ....................................... 10 3. Tahapan Perkembangan Ovarium (OECD, 2015) ....................................... 11 4. Siklus Reproduksi dan Tahap Kematangan Gonad pada mudskipper

    P. papilio dari Laguna Lagos, Nigeria (Lawson, 2010) ................................ 15 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................. 31 6. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ................................................. 32 7. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder ................................................... 35

    8. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina dengan Perbesaran 400x. a. TKG 2 b. TKG 3 ..................................................... 36

    9. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan

    November 2016 dengan Perbesaran 400x ................................................. 38

    10. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan Desember 2016 dengan Perbesaran 400x ................................................. 39

    11. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan

    Januari 2017 dengan Perbesaran 400x Grafik Persentase Jumlah Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina ............ 40

    12. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina di Muara

    sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Grafik Rata-rata Persentase IKG Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ................................................................................... 42

    13. Grafik Persentase Jumlah Tingkat Kematangan Gonad Ikan Janjan

    (P. elongatus) Betina .................................................................................. 44

    14. Grafik Rata-rata Persentase IKG Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ........................................................ 47

    15. Hubungan Panjang Total dan Fekunditas ................................................... 49

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Tingkat Kematangan Gonad Menurut Kesteven .......................................... 13

    2. Tingkat Kematangan Gonad Paracpocryptes serperaster ........................... 14 3. Jumlah Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Berdasarkan Jenis Kelamin

    Selama Penelitian ....................................................................................... 33

    4. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel Ikan Janjan Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 .................................... 34

    5. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Kisaran Persentase Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ........................................................ 43

    6. Nilai Rata-Rata Indeks Kematangan Gonad (%IKG) Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017 ............. 46

    7. Hasil Perhitungan fekunditas ikan Janjan (P. elongatus) ............................. 48

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Lokasi Pengambilan Sampel ........................................................................ 62

    2. Tingkat Kematangan Gonad Mudskipper Periophthalmus barbarus Menurut Udo et al., (2016) ......................................................................................... 63

    3. Data Hasil Pengamatan Morfometrik ............................................................ 64

    4. Data Klimatologi Harian Kabupaten Gresik, Jawa Timur Periode Bulan November 2016 – Januari 2017 ......................................................... 72

    5. Perhitungan Fekunditas ............................................................................... 75

    6. Hasil Pengukuran Kualitas Air ...................................................................... 77

    7. Telur Ikan Parapocryptes serperaster .......................................................... 78

    8. Diagram Alur Penelitian ............................................................................... 79

    9. Dokumentasi Alat dan Bahan ....................................................................... 87

    10. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 91

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar

    dan kecil dengan jumlah kurang lebih 17.504 pulau. Luas negara Indonesia

    mencapai 7,7 juta km2 dimana tiga per empat wilayah Indonesia adalah laut seluas

    5,9 juta km2 dengan garis pantai sebesar 95.161 km. Nilai tersebut mengantarkan

    Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua

    setelah Kanada. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki tingkat

    keanekaragaman hayati yang tinggi (Lasabuda, 2013).

    Keanekeragaman ikan di Indonesia sangat melimpah. Menurut KKP (2015),

    Jumlah ikan di Indonesia diperkirakan mencapai 8.000 jenis ikan yang diantaranya

    terdiri dari 5.500 – 6.000 jenis ikan air laut, 800 jenis ikan air payau, dan selebihnya

    1.300 jenis merupakan ikan air tawar. Keanekaragaman ikan di perairan Indonesia

    telah memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat sekitar baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Masyarakat melakukan penangkapan ikan-ikan

    liar yang hidup di perairan umum sebagai sumber penghasilannya. Pemanfaatan

    sumberdaya ikan yang berlebih seringkali tidak memperhatikan kelestariannya.

    Hal ini mendorong beberapa jenis ikan mulai mengalami kelangkaan.

    Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu ikan liar

    yang dapat ditemukan di muara Sungai Lamong, Desa Sidorukun, Kecamatan

    Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Maraknya kegiatan penangkapan yang

    dilakukan oleh masyarakat diduga telah menyebabkan menurunnya populasi ikan

    Janjan (P. elongatus) sehingga keberadaannya semakin sulit untuk didapatkan.

    Menurut Bucholtz et al. (2009), ikan Janjan (P. elongatus) termasuk dalam famili

    Gobiidae dan sub famili Oxudercinae, atau sering dikenal sebagai mudskipper.

    Ikan Janjan (P. elongatus) dapat ditemukan di kanal dan muara sungai di seluruh

  • 2

    Asia Tengara. Ikan ini memiliki cita rasa yang lezat dan memiliki nilai ekonomis

    yang baik. Di Vietnam, ikan Janjan (P. elongatus) banyak ditangkap oleh

    masyarakat untuk dijadikan sebagai bahan pangan. Terbatasnya ketersediaan

    ikan ini di alam merupakan kendala yang serius, sehingga perlu dilakukan

    budidaya untuk menjaga kelestariannya.

    Pemilihan jenis ikan yang akan dibudidayakan secara komersial perlu

    memperhatikan nilai ekonomis, kesukaan masyarakat, kecepatan pertumbuhan,

    daya tahan ikan terhadap perubahan lingkungan dan gangguan hama-penyakit,

    rasa daging ikan, ikan yang dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi, dan bibit

    ikan yang mudah diperoleh (Cahyono, 2001). Ikan Janjan (P. elongatus) dapat

    dikategorikan sebagai ikan yang memiliki potensi baik untuk dijadikan sebagai ikan

    konsumsi. Oleh karena itu, budidaya merupakan upaya yang tepat untuk menjaga

    eksistensi ikan ini mengingat rasa dagingnya yang cukup lezat, gurih dan harganya

    yang cukup menjanjikan. Biasanya, nelayan di Sungai Lamong menjual hasil

    tangkapan ikan Janjan (P. elongatus) sebesar Rp. 20.000,-/kg. Harga ikan Janjan

    (P. elongatus) tidak kalah saing dengan ikan tawar seperti ikan mujaer yang

    mencapai Rp. 28.000,-/kg di pasaran.

    Menurut Patriono et al. (2010), aspek penting untuk melakukan upaya

    pengelolaan dan menjaga kelestarian ikan adalah mengetahui aspek reproduksi

    yang merupakan aspek dasar biologi ikan. Informasi aspek reproduksi memiliki

    keterkaitan utama dengan keberlangsungan hidup ikan dalam suatu habitat.

    Keberhasilan reproduksi ikan akan menunjukkan kelangsungan populasi ikan

    tersebut dalam lingkungan ikan tersebut. Selanjutnya, menurut Mariskha dan

    Abdulgani (2012), untuk mendapatkan pengetahuan tentang siklus reproduksi bagi

    suatu populasi atau spesies, tingkat kematangan gonad dapat digunakan sebagai

    alat penduga status reproduksi ikan, ukuran, dan umur pada saat pertama kali

    matang gonad.

  • 3

    Menurut Effendie (2002), pengamatan tingkat kematangan gonad dapat

    dilakukan dengan dua cara yakni pengamatan histologi dan pengamatan secara

    umum morfologi gonad. Dari penelitian histologi akan diketahui anatomi

    perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil

    pengamatan secara morfologi tidak mendapatkan gambaran sedetail

    menggunakan pengamatan histologi, namun cara ini bayak digunakan oleh

    banyak peneliti. Padahal dalam perkembangan gonad, selain perkembangan

    morfologi gonad, di dalamnya terdapat perkembangan telur yang sejalan dengan

    perkembangan berat gonad.

    Menurut Than dan Zin (2014), meskipun analisis histologi gonad mahal dan

    memakan waktu yang lama, metode ini merupakan teknik yang akurat untuk

    menentukan tingkat perkembangan gonad. Pengamatan histologi gonad sangat

    berguna untuk menilai tingkat kematangan gonad ikan. Deskripsi histologi struktur

    gonad merupakan hal yang penting dalam memahami reproduksi. Periode

    pemijahan suatu jenis ikan ditentukan dari perubahan yang terjadi di dalam gonad

    dalam satu tahun. Pengamatan makroskopik atau observasi histologi gonad

    (metode kualitatif) dan evaluasi diameter oosit (metode kuantitatif) merupakan

    metode yang paling umum digunakan untuk memahami perkembangan gonad.

    Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang aspek reproduksi

    yang digunakan sebagai kajian terhadap perkembangan dan kelestarian ikan

    Janjan (P. elongatus). Oleh karena itu perlu adanya inventarisasi data mengenai

    status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) betina berdasarkan pengamatan

    histologi gonad pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.

    1.2 Perumusan Masalah

    Ikan Janjan (P. elongatus) merupakan salah satu ikan liar yang ditemukan di

    muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Saat ini, keberadaan ikan

  • 4

    Janjan mulai sulit untuk didapatkan akibat maraknya kegiatan penangkapan yang

    kurang memperhatikan kelestarian ikan oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu,

    upaya pengelolaan sangat diperlukan untuk menjamin kelestariannya. Kegiatan

    budidaya merupakan alternatif yang tepat untuk menjaga eksistensi ikan Janjan.

    Aspek penting untuk melakukan upaya pengelolaan dan menjaga kelestarian ikan

    adalah mengetahui aspek reproduksi yang merupakan aspek dasar biologi ikan.

    Untuk mendapatkan pengetahuan tentang siklus reproduksi, tingkat kematangan

    gonad digunakan sebagai alat penduga status reproduksi ikan.

    Pengamatan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara

    yakni pengamatan histologi dan pengamatan morfologi. Dari penelitian histologi

    akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail.

    Pengamatan histologi gonad sangat berguna untuk menilai tingkat kematangan

    gonad ikan. Deskripsi histologi struktur gonad merupakan hal yang penting dalam

    memahami reproduksi. Namun, hingga saat ini belum banyak penelitian yang

    mengarah pada aspek reproduksi ikan Janjan yang dapat digunakan sebagai

    dasar acuan pengembangan dan kelestarian ikan ini. Oleh karena itu perlu adanya

    invetarisasi data mengenai status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) betina

    berdasarkan pengamatan histologi gonad pada Bulan November 2016 – Januari

    2017.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana tingkat kematangan gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina di

    muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada bulan

    November 2016 hingga Januari 2017 jika ditinjau dari histologi gonadnya?

    2. Bagaimana aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) ikan Janjan

    (P. elongatus) betina di muara Sungai Lamong, Kabupaten Gresik, Jawa

    Timur pada bulan November 2016 hingga Januari 2017?

  • 5

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

    dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui tingkat kematangan gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina di

    sungai Lamong ditinjau dari histologi gonadnya pada bulan November 2016

    hingga Januari 2017.

    2. Mengetahui berbagai aspek reproduksi (TKG, IKG, dan fekunditas) ikan

    Janjan (P. elongatus) betina di sungai Lamong pada bulan November 2016

    hingga Januari 2017.

    1.4 Kegunaan

    Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status reproduksi

    ditinjau dari histologi gonad ikan Janjan (P. elongatus) betina yang ditangkap di

    muara sungai Lamong Kabupaten Gresik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan informasi pada masyarakat mengenai aspek reproduksi ikan Janjan

    (P. elongatus) pada bulan November 2016 – Januari 2017 serta dapat dijadikan

    sebagai dasar acuan pengembangan budidaya ikan Janjan (P. elongatus)

    khususnya di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

    1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Muara Sungai Lamong Desa Manyar Sidorukun

    Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan Laboratorium Budidaya

    Ikan divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

    Brawijaya, Malang. Analisa uji histologi gonad dilakukan di Laboratorium Anatomi

    Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini

    dilaksanakan pada bulan November 2016 hingga Januari 2017.

  • 6

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Janjan Menurut Park (2003), klasifikasi ikan Janjan (P. elongatus) (Gambar 1)

    adalah sebagai berikut:

    Filum : Chordata

    Kelas : Actinopterygii

    Ordo : Perciformes

    Famili : Gobiidae

    Subfamili : Oxudercinae

    Jenis : Pseudapocryptes

    Spesies : Pseudapocryptes elongatus

    Nama lokal : Ikan Janjan (Gresik), ikan Gobi (umum)

    Gambar 1. Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) (Park, 2003)

    Menurut Yokouchi et al. (2016), ikan Janjan (P. elongatus) merupakan ikan

    goby yang termasuk dalam sub famili Oxudercinae. Ikan goby Oxudercinae

    termasuk genus amfibi yang tinggi yang biasa dikenal sebagai mudskipper.

    P. elongatus memiliki kapasitas untuk menghirup udara melalui insang,

    buccopharyngeal yang dimodifikasi, epitel opercular, serta melalui kulitnya.

    Meskipun demikian, ikan ini tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup

  • 7

    dalam jangka waktu pendek untuk keluar dari air. Ikan ini memiliki bentuk tubuh

    yang ramping. Letak anterior dari sirip punggung kedua dan sirip anal berada di

    bagian tengah-tengah tubuh ikan ini. Kemudian di bagian dasar sirip analnya

    terdapat satu baris melanophore.

    Menurut Khaironizam dan Rashid (2000), P. elongatus merupakan

    mudskipper yang paling sering menghabiskan waktunya di air. Sirip D1 dan D2

    dihubungkan dengan suatu membran bening dan memiliki garis tipis kehitaman

    yang berakhir menjadi titik hitam yang lebih besar. Sirip D2 dan anal terpisah dari

    sirip ekor. Sirip ventral (sirip perut dan anal) memiliki warna agak kekuningan.

    Pada ukuran kecil (SL: 30 – 45 mm), ikan ini memiliki warna biru keabu-abuan di

    bagian kepala dan badannya. Spesies ini dibedakan oleh tubuh memanjang

    dengan warna latar belakang coklat kehijauan dan hitam, diagonal, permukaan

    kulit seperti bercak di bagian punggung.

    2.2 Habitat dan Penyebaran

    P. elongatus memiliki habitat di daerah muara yang berlumpur dan zona

    pasang surut di sungai India, Cina, dan Delta Mekong di Vietnam. P. elongatus

    merupakan salah satu ikan dari 34 spesies dari sub famili Oxudercinae yang

    terdistribusi dari Afrika Timur ke Afrika Barat, pulau-pulau di Pasifik Selatan, dan

    Australia Selatan. Mudskipper termasuk ikan eurihaline, menghirup udara, dan

    spesies amfibi yang hidup di area berlumpur dengan kondisi lingkungan yang

    ekstrim (Minh et al., 2010).

    Mudskipper hidup di perairan payau hinga air laut, di rawa-rawa dan muara,

    di lumpur, di habitat intertidal dan di ekosistem mangrove. Secara global,

    mudskipper terdistribusi pada ekosistem mangrove yang berlumpur mulai dari

    Afrika, Madagaskar, Bengal (India), Asia Tenggara, Australia Utara, Cina

    Tenggara, Selatan Jepang, Samoa dan Kepulauan Tonga, Arab Saudi, Bay of

  • 8

    Kuwait di wilayah Teluk Arab, Polynesia dan Pulau Hoga di Indonesia. Namun,

    kekayaan spesies tertinggi dilaporkan berada di wilayah pantai di Asia Tenggara,

    Australia dan New Guinea (Ansari et al., 2014).

    2.3 Ovarium

    Reproduksi merupakan kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan

    keturunan demi melestarikan jenisnya. Tidak semua organisme dapat

    meghasilkan keturunan. Meskipun demikian, kegiatan reproduksi akan

    berlangsung pada sebagian besar makhluk hidup yang ada di bumi. Kegiatan

    reproduksi pada ikan berbeda tergantung pada kondisi lingkungan. Ada yang

    berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Fujaya, 2004). Organ

    tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan sel gamet (spermatozoa dan oosit)

    adalah gonad.

    Morfologi ovarium yang telah matang sangat bervariasi, tetapi perbedaan

    tersebut hanyalah bersifat sederhana dan secara garis besar hanya menyangkut

    jumlah dan ukuran kandungan kuning telurnya. Hal ini pada gilirannya merupakan

    fungsi dari stadia reproduksi yang mana berhubungan erat dengan cara reproduksi

    dari suatu spesies dan tingkat ketergantungan anak-anaknya pada nutrien dari

    induknya (Sjafei et al., 1992).

    Tipe ovarium menurut Nagahama (1983) dalam Kordi dan Tamsil (2010)

    yaitu: ovarium sinkron atau serempak yang memiliki perkembangan ovariumnya

    secara bersamaan, keluar bersamaan dan sesudah itu mati; ovarium sinkron

    sebagian yang memiliki lebih dari dua kelompok oosit pada tahap

    perkembangannya (umumnya dimiliki ikan yang memijah satu kali setahun dan

    musimnya relatif pendek); asinkronis (metakrom) yang memiliki oosit pada semua

    tingkatan perkembangan (ditemukan pada ikan yang memijah dalam waktu dan

    musim yang panjang).

  • 9

    2.4 Histologi Gonad

    Histologi merupakan disiplin biologi yang melibatkan pemeriksaan

    mikroskopis jaringan yang telah diwarnai untuk dipelajari strukturnya dan

    menghubungkannya dengan fungsinya (Genten et al., 2009). Menurut Pratiwi dan

    Manan (2015), histologi adalah ilmu yang mempelajari mikro-anatomi, yaitu ilmu

    yang mempelajari tentang sel suatu organ atau bagian tubuh dengan bantuan

    mikroskop secara cermat dan rinci. Usaha atau cara untuk dapat mengamati,

    mempelajari dan meneliti jaringan-jaringan tertentu dari suatu organisme dapat

    ditempuh dengan jalan penyiapan spesimen histologi.

    Di dalam proses reproduksi, ikan terus mengalami perubahan

    perkembangan gonad. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua

    cara, yakni pengamatan histologi dan pengamatan morfologi (Effendie, 2002).

    Pengamatan perubahan perkembangan gonad dengan mengamatan histologi

    lebih rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang baik mengenai status

    reproduksi ikan.

    Menurut Lawson (2011), studi histologis merupakan metode yang cukup

    sulit. Namun studi histologis sangat penting untuk dipahami terutama dalam sistem

    reproduksi. Studi histologi merupakan metode yang paling akurat untuk

    menentukan keadaan atau status reproduksi ikan. Dengan melakukan

    pengamatan kematangan gonad pada suatu spesies ikan maka dapat memberikan

    pengetahuan dasar tentang sistem reproduksi ikan tersebut dan dapat menjadi alat

    yang berguna untuk aplikasi lebih lanjut.

    Menurut Genten et al. (2009), melalui pengamatan histologi ovarium dapat

    menunjukkan telur pada berbagai tahap perkembangan. Selama siklus ovarium,

    oosit dapat dibedakan atas 5 hingga 6 tahapan berdasarkan karakteristik utama

    pertumbuhan oosit. Namun, fase utama dari perkembangan telur antara lain: fase

    previtellogenik, fase vitellogenik, dan fase pematangan oosit.

  • 10

    Menurut Genten et al. (2009), selama fase previtellogeneik, oosit

    menunjukkan ooplasma (bersifat basofil kuat) yang homogen. Nuklei mengandung

    banyak (lebih dari 20) nukleolus, seringkali ditemukan di samping membran

    nuklear. Oosit dikelilingi oleh satu lapisan sel folikel skuamosa. Seiring dengan

    pertumbuhan oosit, ukuran nukleus juga meningkat dan kortikal alveoli terdeteksi

    pada ooplasma, struktur bola ini tampak kosong. Alveoli kortikal semakin

    meningkat jumlahnya menjadi deretan perifer. Penampakan butiran kuning

    (protein) dan vakuola lemak dalam ooplasma mendefinisikan oosit vitellogenik

    yang mencapai ukuran maksimalnya pada akhir tahap ini. Sitoplasma mulai terisi

    dengan yolk sphere, granules atau globules. Struktur ini menjaga keutuhannya

    sepanjang pertumbuhan oosit, tanpa menyatu menjadi massa kuning cair yang

    terus-menerus. Ooplasma tampak lebih pucat. Membran nuklear menunjukkan

    bentuk yang tidak beraturan.

    Gambar 2. Bagian ovarium Denio rerio yang mengandung oosit previtelogenik gelap (1), oosit vitellogenik awal (2) oosit yang hampir matang (3). Tanda panah menunjukkan penampang melintang melalui usus halus. Seperti testis, indung telur tertutup dalam jaringan ikat fibrosa yang disebut tunica albuginea (4). (Genten et al., 2009).

  • 11

    Awal tahap matang (matang) ditunjukkan oleh perifer nukleus (germinal

    vesicle) yang bermigrasi ke arah animal pole dan pembubaran membran nukleus.

    Setelah tahap akhir oogenesis, oosit matang dilepaskan ke dalam lumen ovarium.

    Tahap akhir ini sulit diikuti karena penyusutan dan distorsi sel ini selama proses

    normal. Ovarium yang dihabiskan terdiri dari folikel atretik (degenerasi), oosit yang

    belum matang dan telur matang yang tidak terabaikan dan sering terlihat merah.

    Gambaran ini merupakan indikator yang baik dari ikan-ikan yang baru saja

    memijah serta dapat menggambarkan bahwa ikan tersebut telah mencapai tahap

    kematangan. Ovarium spent terdiri dari folikel atresi (degenerasi), oosit yang

    belum matang dan telur matang yang tidak keluar saat pemijahan dan seringkali

    tampak berwarna merah (Genten et al., 2009).

    Gambar 3. Tahapan Perkembangan Ovarium. Ovarium dari empat ikan Medaka betina matang gonad. Bar = 100 μm (Tahapan 0 dan 1), 250 μm (Tahapan 2 dan 4) (OECD, 2015).

    Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development (OECD)

    (2015), kriteria untuk menentukan tahapan ovarium (Gambar 3) pada ikan betina

    adalah sebagai berikut:

  • 12

    Juvenile

    Gonad mengandung oogonia, sulit untuk memastikan jenis kelamin pada

    individu ini.

    Tahap 0 – belum berkembang

    Seluruh telur berada dalam fase belum matang (oogonia hingga oosit

    perinuklear), tidak terdapat kortikal alveoli.

    Tahap 1 – awal perkembangan

    Sebagian besar (90%) adalah folikel previtellogenik.

    Tahap 2 – perkembangan

    Separuh folikel terdiri atas vitellogenik awal dan vitellogenik.

    Tahap 3 –perkembangan akhir

    Mayoritas adalah folikel yang sedang berkembang dan vitellogenik akhir.

    Tahap 4 – perkembangan akhir/ terhidrasi

    Mayoritas terdiri atas vitellogenik akhir dan vitellogenik matang atau folikel

    pemijahan (memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan tahap 3).

    Tahap 5 – post ovulasi

    Sebagian besar didominasi oleh folikel pemijahan, sisa-sia sel theca dan

    granulosa.

    2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

    Setiap spesies ikan memiliki fase perkembangan gonad yang berbeda-beda.

    Tingkat kematangan gonad perlu diketahui untuk mengetahui status reproduksi

    ikan. Dengan melakukan pengamatan tingkat kematangan gonad, maka

    didapatkan informasi apakah ikan tersebut akan melakukan reproduksi atau tidak.

    Semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka ukuran, bobot, dan diameter telur

    akan semakin besar pula. Menurut Effendie (2002), pengamatan kematangan

    gonad dilakukan dengan dua cara, yakni pengamatan histologi dan pengamatan

  • 13

    morfologi. Dari hasil penelitian histologi, anatomi gonad akan didapatkan lebih

    jelas dan mendetail. Sedangkan dari hasil pengamatan morfologi, penilaian tingkat

    kematangan gonad kurang mendetail dan subyektif. Dasar acuan yang dipakai

    untuk menentukan tingkat kematangan gonad adalah bentuk, ukuran panjang dan

    berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.

    Secara umum, pembagian tingkat kematangan gonad menurut Kesteven

    dalam Effendie (2002) disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

    Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad Menurut Kesteven dalam Effendie (2002)

    TKG Fase Ciri-ciri

    I Dara Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium tampak transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

    II Dara berkembang

    Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.

    III Perkembangan I Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

    IV Perkembangan II

    Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma jika perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat jelas dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.

    V Bunting Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar tetesan sperma apabila ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak.

    VI Mijah Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal di dalam ovarium.

    VII Mijah/Salin Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur.

    VIII Salin Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

    IX Pulih salin Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu, sampai merah.

  • 14

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Quang et al. (2015), tingkat

    perkembangan gonad Parapocryptes serperaster (termasuk ikan gobii) disajikan

    pada Tabel 2 dibawah ini.

    Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Parapocryptes serperaster (Quang et al., 2015)

    Tahap Ciri

    I Ovarium yang terhubung oleh jaringan ikat dan tidak mudah untuk membedakan dari testis. Ovarium terdiri atas sel germinal, oogonium dan oosit primer

    II Ovarium berwarna kekuningan, memiliki lebar 1 mm dan berisi pembuluh darah yang menonjol. Tekstur permukaan ovarium halus dan seragam. Ovarium terdapat oosit primer, sel germinal dan oogonium.

    III Ovarium menjadi transparan dan terlihat telur berwarna oranye-kuning. Permukaan ovarium ditutupi dengan pembuluh darah yang menonjol, tetapi ovarium kiri sedikit lebih besar dibandingkan yang kanan.

    IV Ovarium terdapat telur keputihan kecil di ujung posterior, dan pembuluh darah di permukaan ovarium yang menonjol. Ovarium terdiri dari banyak oosit pasca-vitellogenik dengan nukleolus di pusat inti.

    V Ovarium menjadi buram dan ditutupi oleh membran halus dan tegas, yang mengandung oosit terhidrasi. Oosit pasca-vitellogenik tidak ditemukan, tetapi oogonium tersebar antara oosit vitellogenik primer dan sekunder. Serta tampak oosit matang yang terhidrasi.

    VI Ovarium benar-benar habis Menurut Lawson (2010), studi mengenai 7 tingkat kematangan gonad sudah

    berkembang dan divalidasi. Tingkat kematangan gonad tersebut dikelompokkan

    menjadi 3 fase seperti pada gambar 4. Fase tersebut antara lain (a) fase pre-

    spawning (b) fase spawning (c) fase post-spawning. Siklus reproduksi mudskipper

    P. papilio dimulai pada fase 1 dan berakhir pada fase 7 dan kembali lagi pada fase

    2, atau dari fase pre-spawning menuju fase spawning ke fase post-spawning, dan

    kembali lagi ke fase pre-spawning. Teleostei mencapai kematangan gonad pada

    berbagai umur tergantung pada spesies, lintang, suhu air, salinitas. Umur, pada

    ikan yang hidup dalam kolom air di bawah kondisi lingkungan alam (dalam hal usia

    dan musim) mencapai kematangan tergantung pada lintang, semakin selatan

    badan air di belahan bumi bagian utara, maka ikan akan matang gonad lebih awal.

  • 15

    Faktor lingkungan seperti suhu, penyinaran, pasokan nutrisi, oksigen terlarut,

    penyakit atau parasit) dapat mempengaruhi kematangan gonad dan oogenesis

    pada ikan.

    Gambar 4. Siklus Reproduksi dan Tahap Kematangan Gonad pada mudskipper P. papilio dari Laguna Lagos, Nigeria (Lawson, 2010)

    2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

    Indeks Kematangan Gonad merupakan nilai dalam persen perbandingan

    antara berat gonad dan berat tubuh ikan. Menurut Abubakar et al. (2016), indeks

    kematangan gonad diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktivitas yang

    terjadi di dalam gonad. Sejalan dengan perkembangan gonad, maka bobot

    semakin bertambah dan semakin besar hingga mencapai maksimum sesaat

    sebelum ikan memijah. Selama pemijahan berlangsung bobot gonad akan

    menurun dengan cepat sampai pemijahan selesai.

    Menurut Effendie (2002), IKG akan meningkat nilainya dan mencapai batas

    maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih

    besar dibandingkan dengan ikan jantan. Setelah diketahui nilai IKGnya, maka nilai

    ini dihubungkan dengan TKG yang ditentukan berdasarkan pengamatan visual

  • 16

    morfologi tingkat kematangan gonad. Dengan perbandingan tersebut, maka akan

    tampak suatu hubungan antara perkembangan di dalam maupun di luar gonad.

    2.7 Fekunditas

    Fekunditas merupakan salah satu aspek reproduksi yang penting untuk

    dipahami. Dengan mengetahui fekunditas suatu spesies, maka secara tidak

    langsung kita dapat memperkirakan jumlah anak yang akan dihasilkan dalam umur

    tertentu. Menurut Nikolsky (1963) dalam Effendie (2002), jumlah telur yang

    terdapat dalam ovari ikan dinyatakan sebagai fekunditas individu, fekunditas

    mutlak, dan fekunditas total. Dalam memperhitungkan fekunditas, telur dengan

    ukuran yang berbeda harus diikutsertakan dan masing-masing mendapatkan

    kesempatan yang sama. Oleh karena itu, telur harus diambil dari beberapa bagian

    ovari. Fekunditas individu merupakan jumlah telur dari generasi tahun tersebut

    yang akan dikeluarkan pada tahun itu juga. Fekunditas relatif merupakan jumlah

    telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas total merupakan jumlah telur yang

    dihasilkan selama ikan hidup.

    Umumnya terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berat,

    panjang, umur, dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran telur. Semakin

    berat dan panjang tubuh ikan serta semakin tua umurnya maka fekunditas

    semakin tinggi pula. Ikan-ikan yang tidak menjaga telurnya memiliki fekunditas

    yang tinggi. Begitupula sebaliknya, ikan yang menjaga telurnya memiliki nilai

    fekunditas yang rendah. Ikan yang memiliki ukuran butiran telur kecil memiliki

    kecenderungan fekunditas yang tinggi (Kordi dan Tamsil, 2010).

    Menurut Dinh et al. (2015), fekunditas ikan berhubungan dengan ukuran telur

    dan digunakan untuk memperkirakan pemulihan ikan dan kelimpahannya di alam,

    serta memberikan informasi tentang ukuran ikan pada saat pertama kali matang

    gonad yang bermanfaat dalam manajemen ketersediaan ikan di alam. Fekunditas

  • 17

    ikan gobii sangat bervariasi pada letak geografis yang berbeda. Fekunditas juga

    dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti polusi.

    2.8 Kualitas Air

    Air sebagai media hidup ikan, harus memiliki kriteria yang cocok bagi

    kehidupan ikan. Menurut Monalisa dan Minggawati (2010), kualitas air dapat

    memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan makhluk hidup di air. Kualitas air

    merupakan faktor pembatas terhadap biota perairan.

    2.8.1 Suhu

    Faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan

    hidup ikan adalah kualitas air terutama suhu. Suhu dapat berpengaruh pada

    aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi (Kelabora,

    2010). Pada suhu yang tinggi, oksigen terlarut diperairan akan berkurang dan

    mempengaruhi selera makan ikan. Apabila selera makan ikan berkurang maka

    pasokan energi berkurang, dan pada akhirnya akan mempengaruhi

    perkembangan gonad ikan itu sendiri.

    Penelitian yang dilakukan oleh Takushima et al. (2008), menunjukkan bahwa

    pada suhu 24°C, ovarium mudksipper (Periopthalmus modestus) dipenuhi oleh

    oosit pada vitellogenik dan menunjukkan fase tingkat kematangan. Sedangkan

    pada suhu 34°C, GSI menurun pada hari ke 14 pemeliharaan dan terjadi regresi

    oosit. Regresi oosit dipercepat pada hari ke 21 dan sebagian besar ovarium terdiri

    dari oosit pada tahap perinukleolus.

    2.8.2 Salinitas

    Salinitas merupakan kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas air

    berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, dan semakin tinggi salinitas akan

    semakin besar tekanan osmotiknya yang berpengaruh terhadap biota perairan.

    Menurut Latuconsina et al. (2012), setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang

  • 18

    berbeda untuk beradaptasi dengan salinitas perairan laut, meskipun ada yang

    bersifat eurihaline namun sebagian besar bersifat stenohalin.

    Menurut Bucholtz et al. (2009), P. elongatus merupakan ikan eurihaline yang

    mampu mentoleransi kondisi yang ekstrim. Ikan ini mampu bertahan hidup dan

    berperilaku normal pada salinitas di atas 50 ppt. Meskipun demikian, pada salinitas

    di atas 50 ppt, kelulushidupannya sangat rendah.

    2.8.3 Oksigen Terlarut

    Oksigen terlarut merupakan faktor penting dalam kehidupan ikan. Apabila

    dalam perairan, ketersediaan oksigen terlarut kurang maka dapat mengganggu

    pernapasan ikan. Menurut Sukimin (2007), oksigen terlarut mempunyai peran

    yang menentukan kelangsungan hidup organisme akuatik dan untuk

    berlangsungnya proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan perairan. Dari

    perspektif biologi, kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu

    unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan

    kehidupan akuatik.

    Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan

    hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi

    oksigen yang baik untuk kelangsungan hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan

    dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu

    bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun.

    2.8.4 pH

    Menurut Andayani (2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang

    diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = - log (H+). Air murni

    terdiri dari ion H+ dan ion OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa

    7. pH didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. pH

    didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas hidrogen dalam larutan

    berpelarut air.

  • 19

    Menurut Kordi dan Tancung (2007) nilai pH 6,5 – 9,0 merupakan kisaran pH

    optimal bagi pertumbuhan ikan. pH air dapat mempengaruhi tingkat kesuburan

    perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam akan

    kurang produktif karena kandungan oksigen terlarutnya rendah, yang berakibat

    aktivitas pernafasan ikan meningkat dan nafsu makan menurun.

  • 20

    3. METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

    Penelitian ini menggambarkan status reproduksi ikan Janjan (P. elongatus) yang

    diambil di muara Sungai Lamong Kabupaten Gresik dengan melakukan survei

    secara langsung dan pengamatan ikan. Menurut Budiarto (2003), penelitian

    deskriptif merupakan penelitian yang sederhana tanpa menggunakan

    perhitungan-perhitungan statistika yang rumit. Penelitian ini melakukan

    pendekatan cross-sectional yang dilakukan untuk menggambarkan suatu kondisi

    tanpa menganalisis lebih dalam. Dalam penelitian deskriptif tidak membutuhkan

    kelompok kontrol dan hipotesis yang spesifik. Selanjutnya menurut Frick (2008),

    metode deskriptif atau penguraian empiris adalah metode penelitian yang

    berdasarkan pengalaman baik pengalaman dari peneliti atau pengalaman orang

    lain untuk membuktikan hipotesis dengan coba dan ralat (trial dan error).

    3.2 Alat dan Bahan Penelitian

    3.2.1 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni jaring mesh size 50 mm

    untuk menangkap ikan, jerigen kapasitas 30 liter untuk wadah penyimpanan

    sementara ikan, aerator set untuk menyuplai oksigen terlarut, akuarium berukuran

    50 cm x 30 cm x 30 cm untuk wadah pemeliharaan sementara sebelum ikan

    dibedah, lap basah untuk mengkondisikan ikan agar tidak stres, nampan untuk

    meletakkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian. Pengamatan

    morfologi ikan menggunakan penggaris untuk mengukur morfologi ikan (total

    length, standart length, panjang linea lateralis, dan head length, panjang ekor),

    jangka sorong (ketelitian 0,1 mm) untuk mengukur lebar tubuh ikan dan tinggi

  • 21

    tubuh ikan, timbangan digital (ketelitian 0,01 g) untuk menimbang berat ikan,

    timbangan sartorius dengan ketelitian 0,0001 g untuk menimbang berat gonad

    ikan, sectio set untuk membedah ikan, botol film untuk wadah gonad yang

    diawetkan.

    Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat preparat histologi gonad antara

    lain gelas ukur untuk clearing, gelas staining untuk wadah saat pewarnaan,

    mikrotom untuk memotong gonad, oven untuk mencairkan parafin, water bath

    untuk mengembangkan irisan gonad, baskom untuk wadah air dingin, hot plate

    untuk memanaskan cetakan berisi blok parafin, dan pinset untuk membantu

    proses penutupan cover glass.

    Pengamatan histologi gonad menggunakan mikroskop sebagai alat

    pengamatan preparat histologi, kamera untuk dokumentasi, hand tally counter

    untuk membantu menghitung jumlah telur ikan, cawan petri untuk wadah sub-

    gonad yang dicacah, objek glass dan cover glass untuk menghitung fekunditas,

    pipet tetes untuk mengambil sampel sub gonad. Sedangkan pengukuran kualitas

    air menggunakan DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dalam perairan,

    termometer alkohol untuk mengukur suhu perairan, pH meter untuk mengukur

    derajat keasaman perairan, salinometer untuk mengukur salinitas perairan.

    3.2.2 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Janjan

    (P. elongatus) betina yang diamati morfologi dan status reproduksinya, gonad ikan

    Janjan (P. elongatus), sampel air di lokasi pengambilan ikan sebagai media

    pemeliharaan sementara, formalin 10% sebagai larutan fiksasi gonad, kertas label

    sebagai penanda agar sampel tidak tertukar, kertas saring sebagai alas

    penimbangan gonad, aquades sebagai larutan kalibrasi alat, tissue untuk

    membersihkan alat dan bahan setelah digunakan, plastik untuk membungkus

    penutup jerigen agar ikan tidak melompat keluar jerigen, dan karet untuk mengikat

  • 22

    plastik. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi

    antara lain: alkohol (alkohol 70%, dan alkohol 90%, dan alkohol absolut) sebagai

    larutan yang menghilangkan air dari jaringan, xylol sebagai pelarut parafin yang

    terdapat pada jaringan, formalin 10% sebagai larutan fiksasi, larutan hematoxylin

    sebagai pemberi warna pada inti dan sitoplasma pada jaringan, larutan eosin

    sebagai pemberi warna merah pada sitoplasma sel, dan parafin sebagai media

    pembuatan blok preparat gonad.

    3.3 Prosedur Penelitian

    3.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Penentuan lokasi pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan

    dengan pencarian infromasi mengenai keberadaan maupun persebaran ikan

    Janjan (P. elongatus) kepada nelayan sekitar lokasi pengambilan sampel sehingga

    lokasi yang akan dipilih lebih akurat. Lokasi yang dipilih yaitu di Sungai Lamong,

    Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Kemudian,

    ditentukan stasiun pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus). Lokasi

    tersebut merupakan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan menggunakan

    alat tangkap tangkul yang dipasang secara permanen di bagian tepi sungai. Lokasi

    stasiun tersebut selanjutnya ditandai dan dicari titik koordinatnya.

    3.3.2 Pengambilan Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) diambil menggunakan jaring

    dengan bantuan nelayan sekitar. Penangkapan menggunakan jaring bertujuan

    untuk menjaga kesegaran ikan serta menerapkan sistem penangkapan yang

    ramah lingkungan. Pengambilan sampel ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan

    setiap 2 minggu sekali pada bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017.

    Ikan Janjan (P. elongatus) ditangkap pada malam hari pukul 00.00 WIB sampai

    dengan pukul 05.00 WIB dan dimasukkan ke dalam jerigen berisi air sekitar yang

  • 23

    sudah dipasang aerator sebagai sumber oksigen. Pagi harinya, sampel ikan

    dibawa ke Laboratorium Budidaya Ikan divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan

    dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang dan dipindahkan ke akuarium.

    Selanjutnya, ikan dibedah dan diamati status reproduksinya berdasarkan histologi

    gonadnya.

    3.3.3 Pengukuran Morfometrik Pengukuran morfometrik ikan Janjan (P. elongatus) dilakukan berdasarkan

    keterangan Hubbs dan Lagler (1964) dalam Burhanuddin (2014). Adapun

    pengukuran morfometrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah panjang total

    (TL), panjang standar (SL), panjang linea literalis (LL), panjang kepala, panjang

    ekor yang diukur menggunakan penggaris dalam satuan centimeter (cm).

    Kemudian diukur lebar badan dan tinggi badan dengan menggunakan jangka

    sorong dalam satuan centimeter (cm). Pengukuran berat badan ikan

    menggunakan timbangan digital ketelitian 0,01 dalam satuan gram (g). Sedangkan

    untuk pengukuran volume kepala dihitung menggunakan beaker glass yang berisi

    air dalam satuan mililiter (ml).

    3.3.4 Pengambilan Gonad Ikan dan Pengawetan Sampel Pengambilan gonad ikan dilakukan dengan membedah ikan pada bagian

    abdominal secara vertikal mulai dari lubang anus mengarah ke vertebrae,

    kemudian secara horizontal mengarah ke sirip ventral. Setelah bagian perut ikan

    terbuka, maka gonad dapat diamati untuk menentukan tingkat kematangan

    gonadnya. Gonad diambil dengan memisahkannya dari saluran pencernaan dan

    gelembung renang secara perlahan untuk menghindari kerusakan gonad dengan

    bantuan sectio set. Kemudian gonad ditimbang dengan timbangan sartorius

    ketelitian 0,0001 g beralaskan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya.

    Selanjutnya, gonad diletakkan ke dalam botol film berisi formalin 10% hingga

    gonad terendam untuk diawetkan.

  • 24

    3.3.5 Pembuatan Preparat Histologi Gonad Pembuatan preparat histologi gonad dilakukan berdasarkan metode Mujimin

    (2005), berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan preparat histologi

    gonad: pengambilan sampel gonad, fiksasi, dehidrasi, clearing, embedding dan

    blocking, sectioning dan peletakan pada gelas objek, staining dan penutupan.

    a. Fiksasi

    Fiksasi dilakukan dengan merendam sampel gonad dengan larutan formalin

    10%. Kemudian gonad dimasukkan ke dalam botol film yang sudah berisi larutan

    fiksasi dengan perbandingan sampel dan larutan adalah 1:20 dan disimpan

    selama 24 jam. Diusahakan, sampel di dalam botol film tidak terjepit agar tidak

    merusak jaringan. Setelah 24 jam, sampel dicuci dan diambil dengan air selama

    30 menit untuk menghilangkan sisa larutan formalin.

    b. Dehidrasi

    Sampel yang telah difiksasi selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang

    yang berisi 10 buah tissue-tex (kotak jaringan). Kemudian kotak jaringan tersebut

    dimasukkan secara berturut-turut (masing-masing selama 45 menit) ke dalam

    larutan berikut: Alkohol 70% I, Alkohol 70% II, Alkohol 90% I, Alkohol 90% II,

    Alkohol absolut I, Alkohol Absolut II. Setelah selesai, kotak jaringan diangkat dan

    ditiriskan.

    c. Penjernihan (Clearing)

    Sampel gonad yang telah didehidrasi dimasukkan ke dalam larutan Xylol I

    dan Xylol II masing-masing selama 45 menit. Setelah selesai, sampel gonad

    diangkat dan ditiriskan.

    d. Penanaman Sampel (Embedding) dan Pembuatan Blok (Blocking)

    Dalam proses penanaman sampel, parafin yang digunakan adalah parafin

    cair yang telah dipanaskan menggunakan oven pada suhu 60°C. Keranjang berisi

    sampel kemudian dimasukkan ke dalam parafin cair yang telah disiapkan dengan

  • 25

    2 kali pengulangan pada parafin I dan parafin II selama 45 menit. Tahapan

    selanjutnya adalah tahap pembuatan blok. Pembuatan blok dimulai dengan

    memasukkan gelas ukur 100 CC yang berisi parafin ke dalam oven dengan suhu

    60°C hingga parafin mencair dan tampak bening. Kemudian hot plate dipanaskan

    pada suhu 70°C - 80°C.

    Setelah hot plate panas, cetakan disiapkan dan diletakkan di atas hot plate

    kemudian dituangi parafin cair. Keranjang berisi sampel dalam parafin cair

    dikeluarkan dari oven, tissue tex dipindahkan di atas panci berisi parafin yang

    sudah dipanasi di atas hot plate. Selanjutnya tissue tex dibuka, sampel diambil dan

    dimasukkan ke dalam cetakan. Tissue tex berisi sampel kemudian diletakkan di

    atas cetakan, dan dituangi parafin cair. Setelah beku, hasil blok dimasukkan ke

    dalam lemari es untuk mempermudah saat membuka dari cetakan.

    e. Pengirisan (Sectioning) dan Peletakan pada Gelas Objek

    Blok yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah diatur

    ketebalannya antara 2 – 3 mikron. Untuk mengiris gonad, mikrotom diputar dengan

    putaran konstan sampai blok yang berisi sampel gonad teriris. Irisan sampel gonad

    yang dipilih adalah irisan gonad yang baik. Selanjutnya irisan tersebut dipindahkan

    ke dalam baskom yang berisi air dingin, lalu ditempelkan pada gelas objek yang

    telah diberi kode sama dengan blok yang diiris, dan dicelupkan ke dalam air hangat

    dalam water bath agar irisan tadi mengembang dan ditiriskan.

    f. Pewarnaan (Staining) dan Penutupan

    Objek gelas yang berisi potongan yang sudah kering ditempatkan dalam

    keranjang, kemudian dimasukkan secara berurutan ke dalam larutan pewarnaan

    sebagai berikut:

    1. Xylol selama 5 menit

    2. Alkohol Absolut selama 1 menit

    3. Alkohol 90% selama 1 menit

  • 26

    4. Aquades selama 1 menit

    5. Hematoxylin selama 4 menit

    6. Dicuci dengan air mengalir selama 1 menit

    7. Larutan Eosin selama 2 menit

    8. Dicuci dengan air mengalir selama 1 menit

    9. Alkohol 90% selama 1 menit

    10. Alkohol Absolut selama 2 menit

    11. Xylol selama 4 menit

    Setelah selesai langkah 1 sampai 11, sampel diangkat dan dibersihkan dari

    zat warna atau kotoran yang ada pada gelas objek. Media perekat yang dipakai

    untuk menempelkan gelas penutup dengan gelas objek adalah entelan.

    Penutupan dilakukan secara hati-hati, kemudian diberikan perekat (entelan)

    secukupnya dan tidak berlebihan. Gelas objek berisi sampel yang sudah jadi

    ditutup dengan gelas penutup.

    Gelas objek yang sudah diwarnai dibersihkan dari kotoran dengan tisu,

    kemudian diletakkan pada meja datar

    Salah satu ujung gelas penutup ditempelkan pada ujung gelas objek dan

    ujung lainnya ditahan dengan pinset

    Jika sudah menempel, salah satu ujung pinset yang digunakan sebagai

    penyangga gelas penutup dilepaskan dengan cara ditarik secara perlahan

    menjauhi gelas penutup ke arah ujung yang lain

    Gelas penutup diharapkan bersentuhan dengan media perekat dari satu sisi

    ke sisi yang lain secara perlahan

    Penutupan preparat dilakukan secara hati-hati. Diupayakan, gelas penutup

    (cover glass) tidak dijatuhkan di atas media perekat secara tiba-tiba atau terburu-

  • 27

    buru karena dapat menimbulkan gelembung udara yang dapat mengganggu

    pengamatan preparat.

    3.3.6 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Pada penelitian ini tingkat kematang gonad ditentukan berdasarkan standar

    penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi (Effendie, 2002) dan

    penelitian histologi. Pengamatan TKG melalui morfologi meliputi: bentuk dan

    ukuran ovarium, bobot ovarium, warna ovarium, dan halus tidaknya ovarium. Hasil

    kemudian dibandingkan dengan klasifikasi TKG ikan mudksipper (Periophthalmus

    barbarus) menurut Udo et al. (2016) yang dilapirkan pada Lampiran 2. Sedangkan

    penilaian tingkat kematangan gonad dengan penelitian histologi diamati

    keberadaan oogonia, oosit primer, oosit sekunder, ootid, serta diameter telur.

    3.3.7 Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) Indeks Kematangan Gonad (IKG) dapat diketahui dengan menimbang bobot

    tubuh ikan dan bobot gonad. Bobot ikan ditimbang dengan menggunakan

    timbangan digital ketelitian 0,01 dalam satuan gram (g). Sedangkan bobot gonad

    dihitung dengan menggunakan timbangan sartorius ketelitian 0,0001 g. Indeks

    Kematangan Gonad dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979)

    sebagai berikut:

    𝐼𝐾𝐺 = 𝐵𝑔

    𝐵𝑡 𝑥 100

    Keterangan:

    IKG = Indeks Kematangan Gonad

    Bg = Berat gonad (g)

    Bt = Berat tubuh (g)

    3.3.8 Penentuan Fekunditas Sampel gonad ikan Janjan (P. elongatus) yang diperkirakan telah matang

    gonad dipilih untuk menghitung fekunditas. Gonad yang telah diawetkan

    sebelumnya dikering anginkan dan dicuci menggunakan aquades untuk

  • 28

    menghilangkan larutan formalin 10% yang mungkin masih menempel. Sampel

    gonad kemudian diletakkan di kertas saring dan dikeringkan selama ± 10 menit.

    Selanjutnya, gonad dibagi penjadi tiga bagian yakni bagian ujung, tengah, dan

    pangkal gonad. Masing-masing bagian tersebut diambil 3% untuk ditimbang dan

    diamati jumlah telurnya. Dalam penelitian ini, perhitungan fekunditas ikan Janjan

    (P. elongatus) dilakukan dengan metode gravimetrik yang mengacu pada Effendie

    (1979), adapun rumus perhitungan fekunditas yakni sebagai berikut:

    𝐹 = 𝐺

    𝑄 𝑥 𝑁

    Keterangan:

    F = Fekunditas (butir)

    G = Berat gonad (g)

    Q = Berat sub gonad (g)

    N = Ʃ telur pada sub gonad (butir)

    3.3.9 Pengamatan Kualitas Air Parameter penunjang yang diamati dalam penelitian ini yakni kualitas air.

    Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Janjan (P. elongatus). Secara tidak

    langsung, parameter kualitas air dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan

    termasuk kegiatan reproduksi. Pengamatan kualitas air dilakukan secara langsung

    di lokasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan sebelumnya. Parameter

    kualitas air yang diamati dalam penelitian ini antara lain suhu, salinitas, DO

    (Dissolved Oxygen), pH.

    a. Suhu

    Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer Hg. Termometer Hg

    dimasukkan ke dalam perairan selama ± 1 menit. Diupayakan, termometer Hg

    tidak tersentuh oleh tangan pengamat agar tidak terpengaruh oleh suhu tubuh

  • 29

    pengamat. Selanjutnya, skala yang ditunjukkan dibaca di dalam air agar tidak

    terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat dan

    dianalisis.

    b. Salinitas

    Salinitas perairan diukur dengan menggunakan salinometer. Sebelum

    digunakan, salinometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan meneteskan aquades

    pada sensor salinometer dan ditekan tombol start hingga hasil muncul pada

    monitor. Apabila hasil kalibrasi menunjukkan angka 1 ‰, ditekan tombol zero

    hingga muncul angka 0 ‰. Penggunaan salinometer yaitu dengan meneteskan air

    sampel pada sensor salinometer dan ditekan tombol start. Hasil pengukuran

    salinitas akan muncul beberapa saat pada monitor salinometer dan dicatat sebagai

    hasil. Pada saat pengukuran salinitas, diupayakan salinometer tidak terkena

    cahaya secara langsung.

    c. DO (Dissolved Oxygen)

    Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter. DO meter

    dinyalakan dengan menekan tombol power. Sebelum digunakan, DO meter

    dikalibrasi dengan meletakkan katoda DO meter pada botol berisi aquades.

    Tombol kalibrasi diubah menjadi “%O2”. Setelah monitor menunjukkan angka 19 –

    21 %O2, maka DO meter sudah siap untuk digunakan. Kemudian tombol power

    ditekan dan tombol kalibrasi diubah menjadi “mg/l”. Selanjutnya, katoda DO meter

    dicelupkan ke perairan dan diaduk hingga angka di monitor stabil dan dicatat

    sebagai hasil.

    d. pH

    Derajat keasaman perairan diukur dengan menggunakan pH meter. pH

    meter dinyalakan dengan menekan tombol power dan dicelupkan di dalam botol

    berisi aquades untuk dikalibrasi. Kemudian tunggu selama ± 2 – 3 menit hingga

    angka pada monitor pH meter menunjukkan angka dengan kisaran 6,9 – 7

  • 30

    (menunjukkan pH netral). Setelah dikalibrasi, pH meter dicelupkan ke dalam

    perairan selama ± 2 – 3 menit hingga menunjukkan angka yang stabil dan dicatat

    sebagai hasil.

    3.4 Analisis Data

    Pada penelitian ini, variabel penelitian yang di amati adalah: pengamatan

    morfologi ikan, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad

    (IKG), dan fekunditas. Analisis tingkat kematangan gonad dilakukan secara

    deskriptif komparatif. Dari hasil pengamatan morfologi akan ditentukan tingkat

    kematangan gonad (TKG) yang kemudian dibandingkan dengan hasil

    pengamatan histologinya untuk mendapatkan kesimpulan.

  • 31

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Lokasi Penellitian Lokasi penelitian berada di muara Sungai Lamong, Kecamatan Manyar,

    Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pengambilan sampel ikan dan air terletak pada

    titik koordinat 7o 5’ 25,29038” Lintang Selatan dan 112o 36’ 15,94018” Bujur Timur.

    Peta lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel (Google Earth, 2017)

    Kondisi perairan di lokasi tersebut bersifat payau, berwarna coklat kehijauan,

    dan memiliki substrat dasar berlumpur. Lokasi pengambilan sampel ikan Janjan

    berdekatan dengan pemukiman warga dan pabrik sehingga menyebabkan warna

    perairan berwarna kecoklatan akibat adanya limbah buangan pabrik dan limbah

    rumah tangga. Pada bagian tepi sungai Lamong ditumbuhi pohon mangrove.

    Lokasi pengambilan sampel ikan merupakan tempat nelayan melakukan

    penangkapan ikan menggunakan tangkul yang dipasang permanen. Berdasarkan

    hasil wawancara dengan nelayan sekitar, ikan Janjan banyak didapatkan pada

    saat pasang sedang tinggi. Selama penelitian, ikan Janjan banyak didapatkan

    pada pukul 02.00 WIB – 04.00 WIB.

  • 32

    4.2 Morfologi dan Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Sampel ikan Janjan (P. elongatus) yang ditangkap di muara Sungai Lamong

    setiap 2 minggu sekali pada bulan November 2016 hingga Januari 2017. Dari hasil

    pengamatan morfologi menunjukkan bahwa ikan Janjan memiliki tubuh yang

    ramping dan memanjang. Tubuhnya berwarna coklat kehijauan dengan corak

    bintik-bintik kehitaman dibagian punggung serta bagian perutnya berwarna putih.

    Ikan ini memiliki sisik sikloid (cycloid). Secara umum, ikan Janjan betina dapat

    dibedakan dengan ikan Janjan jantan dengan mengamati morfologi dan anatomi

    organ seks ikan Janjan. Anatomi ikan Janjan betina dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 6. Anatomi Ikan Janjan (P. elongatus) Betina: 1. Lubang urinaria

    2. Lubang genital 3. Anus 4. Gelembung renang (swim bladder) 5. Hati 6. Pankreas 7. Lemak 8. Lambung 9. Usus 10. Ovarium (Dokumentasi Pribadi, 2017)

    Ikan Janjan betina memiliki 3 lubang urogenital yakni lubang urinaria, lubang

    genital, dan anus. Ukuran kepala dan bagian perut ikan Janjan betina sedikit lebih

    besar dibandingkan dengan ikan Janjan jantan. Corak yang terdapat pada ikan

    Janjan betina memanjang hingga linea lateralis. Meskipun demikian, penentuan

    jenis kelamin berdasarkan seks dimorfisme ikan Janjan cukup sulit dilakukan

    sehingga perlu dilakukan pembedahan. Hal ini sependapat dengan pernyataan

    Bucholtz et al. (2009), bahwa seksual dimorfisme P. elongatus betina dan jantan

    tidak jauh berbeda. Gonad ikan Janjan terletak di atas gelembung renang (swim

    2

    10

    3

    9 1

    8

    4 5 6

    7

  • 33

    bladder) dan tertutupi oleh lemak di rongga tubuhnya. Ovarium ikan Janjan

    berwarna kekuningan dan berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan testis.

    Jumlah ikan Janjan yang didapatkan selama penelitian sebanyak 252 ekor

    diantaranya terdapat 120 ekor (48%) betina dan 132 ekor (52%) jantan. Panjang

    total ikan Janjan betina berkisar 11,20 cm sampai dengan 19,80 cm. Berat tubuh

    ikan Janjan betina berkisar 4,83 g sampai dengan 32,16 g. Sampel yang

    didapatkan disetiap pengambilan dibedah untuk mengetahui tingkat kematangan

    gonad (TKG) dengan mengamati keadaan morfologi serta ukuran gonad kemudian

    dipilih dua sampel secara acak untuk dijadikan preparat histologi. Jumlah sampel

    ikan Janjan berdasarkan jenis kelamin selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Jumlah Sampel Ikan Janjan (P. elongatus) Berdasarkan Jenis Kelamin Selama Penelitian

    Waktu Pengamatan Jumlah Individu Total

    (ekor) Betina (ekor) Jantan (ekor)

    Pertama (1 November 2016) 30 24 54

    Kedua (15 November 2016) 23 22 55

    Ketiga (30 November 2016) 8 5 13

    Keempat (15 Desember 2016) 16 19 35

    Kelima (29 Desember 2016) 10 10 20

    Keenam (11 Januari 2017) 13 13 26

    Ketujuh (26 Januari 2017) 20 39 59

    Sumber: Hasil Penelitian

    4.3 Histologi Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina

    Selain pengamatan secara morfologi dan perhitungan persentase indeks

    kematangan gonad (%IKG), salah satu cara yang dapat digunakan untuk

    menentukan tingkat kematangan gonad adalah dengan pengamatan secara

    mikroskopis. Pengamatan histologi gonad dapat memberikan penjelasan lebih

    dalam mengenai perkembangan yang terjadi di dalam gonad. Pengamatan tingkat

    kematangan gonad melalui pengamatan histologi dapat dilihat dari jumlah oosit

    primer dan oosit sekunder. Semakin banyak oosit sekunder di dalam gonad

  • 34

    menunjukkan bahwa tingkat kematangan gonad semakin matang demikian pula

    sebaliknya. Pengamatan histologi gonad ikan Janjan betina dilakukan melalui

    beberapa proses. Pertama, ikan Janjan betina dibedah untuk mendapatkan

    sampel ovarium. Pembedahan gonad dilakukan secara hati-hati agar tidak

    merusak struktur asli gonad serta mendapatkan gambaran asli mengenai histologi

    gonad. Kemudian, sampel gonad dilakukan proses fiksasi, embedding, sectioning,

    staining, mounting, dan labelling di Laboratorium Anatomi Histologi, Fakultas

    Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

    Preparat histologi gonad ikan Janjan betina kemudian diamati di bawah

    mikroskop dengan perbesaran 400x. Pada penelitian ini pembuatan preparat

    histologi sampel gonad ikan Janjan betina dipilih secara acak sebanyak 2 sampel

    disetiap pengambilan sampel, dengan total keseluruhan sebanyak 14 sampel.

    Selanjutnya, dari hasil preparat histologi gonad dilakukan perhitungan oosit primer

    dan sekunder secara kuantitatif. Data jumlah oosit primer dan oosit sekunder pada

    tiap sampel disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel Ikan Janjan Betina pada Bulan November 2016 – Januari 2017

    Pengamatan Ikan Jumlah Oosit Primer Jumlah Oosit

    Sekunder

    Pertama (1 November 2016)

    1 104 343

    2 181 111

    Kedua (15 November 2016)

    1 211 27

    2 73 58

    Ketiga (30 November 2016)

    1 76 20

    2 216 13

    Keempat (15 Desember 2016)

    1 88 3

    2 59 1

    Kelima (29 Desember 2016)

    1 190 54

    2 75 51

    Keenam (11 Januari 2017)

    1 61 32

    2 84 42

    Ketujuh (26 Januari 2017)

    1 33 5

    2 19 0 Sumber: Hasil Penelitian

  • 35

    Dari data di atas didapatkan grafik jumlah oosit primer dan oosit sekunder

    pada ikan Janjan betina pada TKG 2 dan TKG 3 yang disajikan pada Gambar 7 di

    bawah ini.

    Gambar 7. Jumlah Oosit Primer dan Oosit Sekunder pada Sampel TKG 2 dan

    TKG 3

    Selama perkembangan gonad hingga mencapai kematangan, sel-sel gamet

    ikut berkembang di dalam gonad. Menurut McMillan (2007), oogonia mengalami

    proliferasi melalui mitosis dan menjadi oosit primer. Selanjutnya, oosit primer

    mengalami miosis pertama, memasuki tahap perkembangan, dan membesar

    akibat adanya akumulasi yolk. Oosit primer dikelilingi oleh sebuah lapisan sel

    folikel untuk membentuk folikel primordial. Seiring dengan perkembangan dan

    kematangannya terjadi perubahan yang bervariasi pada intraselular dan

    ekstraseluler.

    Selama pengamatan, seluruh hasil potongan melintang hisologi ovarium ikan

    Janjan betina menggambarkan kondisi ovarium pada tahap perkembangan TKG 2

    dan TKG 3 saja. Potongan melintang histologi ovarium ikan Janjan (P. elongatus)

    betina pada tahap perkembangan TKG 2 dan TKG 3 ditampilkan pada Gambar 8

    di bawah ini.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

    Jumlah Oosit Primer Jumlah Oosit Sekunder

  • 36

    Gambar 8. a. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan Betina pada TKG 2 dengan

    Perbesaran 400x (Dokumentasi Pribadi, 2017) b. Gambaran Histologi Ovarium Mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 2 (Dinh et al. 2015) c. Gonad ikan Janjan Betina pada TKG 3 (Dokumentasi Pribadi, 2017) d. Gambaran Histologi Ovarium Mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 3 (Dinh et al., 2015) (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder OM: Oosit Matang)

    Berdasarkan hasil pengamatan histologi gonad ikan Janjan betina

    menunjukkan bahwa ovarium pada tahap TKG 2 terdapat oogonium dan sebagian

    besar terdapat oosit primer. Ovarium yang berada pada tahap TKG 3 menunjukkan

    bahwa jumlah oosit primer semakin berkurang dan oosit sekunder tampak

    mendominasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dinh et al. (2015), bahwa pada

    ovarium mudskipper Periopthalmus barbarus pada TKG 2 mengandung oosit

    primer, sel germinal, dan oogonia. Sedangkan pada TKG 3 mengandung oosit

    matang yang bermigrasi dan mengandung lebih banyak akumulasi yolk.

    Gambaran histologi gonad mudskipper Periopthamus barbarus disajikan pada

    gambar 8b dan 8d di atas, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.

    a b

    OP

    O

    OS

    c d

  • 37

    Pada TKG 2 menunjukkan bahwa ovarium terdapat oogonium dan sebagian

    besar terdapat oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar oogonium

    berkembang menjadi oosit primer. Menurut Cabrita et al. (2008), oogonia

    memasuki tahap pembelahan meiosis dan menjadi oosit primer. Oogonium

    memiliki kisaran diameter 0,015 mm – 0,025 mm. Oogonium tampak memiliki

    sitoplasma yang lebih tebal, sedangkan oosit primer tampak memiliki bentuk yang

    tidak beraturan, meskipun demikian oosit primer yang sudah berbentuk bulat juga

    dapat ditemukan. Oosit primer memiliki diameter 0,02 mm – 0,04 mm. Pada oosit

    primer tampak dinding folikel yang terdiri atas sel granulosa dan sel teka. Pada sel

    teka terdapat yolk vesicle atau titik kuning telur yang merupakan hasil

    pembentukan titik kuning telur dari folikel itu sendiri. Proses ini disebut dengan

    YVD (yolk vesicle deposition).

    Menurut Mcmillan (2007), pada fase kortikal alveoli terdapat pembentukan

    dan pengumpulan lipid droplet pada sekitar nukleus. Masa lipid terus berkembang

    pada posisi perinuklear. Selanjutnya, ukuran lipid droplet meningkat. Keberadaan

    yolk vesicle identik dengan struktur dan komposisi kortikal alveoli. Semenjak yolk

    vesicle tidak mengandung yolk sebagai sumber nutrien, maka dapat dikatakan

    sebagai tahap “kortikal alveoli awal” atau lebih sederhana disebut dengan “kortikal

    alveoli”.

    Ovarium yang berada pada tahap TKG 3 menunjukkan bahwa jumlah oosit

    primer semakin berkurang dan oosit sekunder tampak mendominasi. Oosit

    sekunder memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan oosit primer.

    Kisaran diameter oosit sekunder yakni 0,04 mm – 0,06 mm. Menurut Cabrita et al.

    (2008), setelah terjadi vitellogenesis, oosit mengalami pematangan, dan

    pembelahan secara meiosis diteruskan dan menjadi oosit sekunder. Gonad pada

    tahap TKG 4 dan TKG 5 tidak ditemukan pada sampel histologi ikan Janjan betina.

    Hal ini dikarenakan gonad pada tahap TKG 5 sangat sedikit ditemukan selama

  • 38

    bulan November 2016 hingga Januari 2017 selain itu pengambilan sampel gonad

    diambil secara acak.

    Berikut ini adalah gambaran histologi gonad ikan Janjan betina masing-

    masing sampel di setiap bulan pengambilan sampel yakni bulan November 2016,

    Desember 2016, dan Januari 2017.

    a. Bulan November 2016

    Gambar 9. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada

    bulan November 2016 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 3 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 3 e. Sampel ikan 5 pada TKG 2 f. Sampel ikan 6 pada TKG 2 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder) (Dokumentasi Pribadi, 2017)

    OP

    O

    OS

    a b

    c d

    OP

    OS

    OP OP

    O

    e f

  • 39

    Dari gambaran histologi gonad sampel ikan yang diambil di bulan November

    2016 menunjukkan bahwa pada gambar 9.a, 9.c, 9.e, dan 9.f ditemukan beberapa

    oogonium dan didominasi oleh oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa oogonium

    telah berkembang menjadi oosit primer sehingga menunjukkan bahwa sampel

    tersebut berada pada tahap TKG 2. Sedangkan pada gambar 9.b dan 9.d

    menggambarkan bahwa banyak terdapat oosit sekunder dan masih ditemukan

    oosit primer. Hal tersebut menggambarkan bahwa kedua sampel berada pada

    TKG 3.

    b. Bulan Desember 2016

    Gambar 10. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada

    bulan Desember 2016 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 2 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 3 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OS: Oosit Sekunder OA: Oosit Atresia) (Dokumentasi Pribadi, 2017)

    Dari gambaran histologi gonad sampel ikan Janjan betina yang diambil

    dibulan Desember 2016, pada gambar 10.a – 10.c menunjukkan bahwa ditemukan

    beberapa oogonium dan didominasi oleh oosit primer. Hal ini menunjukkan bahwa

    OP

    OP

    OP

    OA

    OS

    O

    a b

    c d

    OA

    O

    O

  • 40

    oogonium telah berkembang menjadi oosit primer sehingga menunjukkan bahwa

    sampel tersebut berada pada tahap TKG 2. Sedangkan pada gambar 10.d

    menggambarkan bahwa banyak terdapat oosit sekunder dan masih ditemukan

    oosit primer. Hal tersebut menggambarkan bahwa kedua sampel berada pada

    TKG 3. Pada gambar 10.c dan 10.d ditemukan oosit yang mengalami atresia. Oosit

    yang mengalami atresia dicirikan dengan mengkisutnya sel oosit dan sitoplasma

    tidak tampak. Menurut Cabrita et al. (2008), atresia terjadi karena oosit mengalami

    gangguan pada saat vitellogenesis karena kegagalan regulasi hormonal pada

    proses reproduksi.

    c. Bulan Januari 2017

    Gambar 11. Potongan Melintang Gonad Ikan Janjan (P. elongatus) Betina pada bulan Januari 2017 dengan Perbesaran 400x. a. Sampel ikan 1 pada TKG 2 b. Sampel ikan 2 pada TKG 2 c. Sampel Ikan 3 pada TKG 2 d. Sampel ikan 4 pada TKG 2 (O: Oogonium OP: Oosit Primer OA: Oosit Atresia) (Dokumentasi Pribadi, 2017)

    Dari gambaran histologi gonad sampel ikan Janjan betina yang diambil

    dib