92
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TRIWULAN III 2015

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONALIIIPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR2015

Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONALIIIPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR2015

Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, November 2015

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder

lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro Regional, Perkembangan

Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek

Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal

Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,

kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kata Pengantar

Kupang, November 2015

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

iii

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

Telp : [0380] 832-047

Fax : [0380] 822-103

Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ii

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah

1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Kesiapan Industri Pariwisata di 5 KSPN di NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile Foods

2.3.2 Administered Prices

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

i

iii

v

vii

xii

xiii

xvii

1

1

2

3

4

6

6

6

7

7

8

9

10

12

15

15

17

17

18

19

19

20

20

21

21

Daftar Isi

Triwulan III 2015 v

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Ringkasan Umum

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi

1.2.3. Ekspor dan Impor

1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah

1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Kesiapan Industri Pariwisata di 5 KSPN di NTT

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1. Kondisi Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas

2.2.1. Bahan Makanan

2.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi NTT

2.3.1 Volatile Foods

2.3.2 Administered Prices

2.3.3 Inflasi Inti (Core)

i

iii

v

vii

xii

xiii

xvii

1

1

2

3

4

6

6

6

7

7

8

9

10

12

15

15

17

17

18

19

19

20

20

21

21

Daftar Isi

Triwulan III 2015 v

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

BAB V KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

5.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan

5.2.4 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

5.2.5 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

5.3 Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum

5.3.2 Tingkat Kemiskinan

5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Sisi Ekonomi NTT Triwulan IV

6.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral

6.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun 2015

6.2 Inflasi

BOKS 5. Sosialisasi MoU BI-Polda

49

49

49

49

50

50

51

51

51

51

52

53

55

55

55

55

56

57

57

59

Daftar Isi

Triwulan III 2015 vii

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 2. Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2. Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (Upal)

BOKS 3. Gerakan Cinta Rupiah di Perbatasan – Atambua Kab. Belu NTT

BOKS 4. Layanan Keuangan Digital di Provinsi NTT

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

4.3 Belanja Daerah

21

21

22

23

25

27

27

28

29

29

30

31

32

32

33

35

35

35

36

36

36

36

37

37

38

38

38

39

41

43

43

43

45

Daftar Isi

Triwulan III 2015vi

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

BAB V KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

5.1 Kondisi Umum

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum

5.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

5.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan

5.2.4 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

5.2.5 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

5.3 Perkembangan Kesejahteraan

5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum

5.3.2 Tingkat Kemiskinan

5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1 Sisi Ekonomi NTT Triwulan IV

6.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Sektoral

6.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun 2015

6.2 Inflasi

BOKS 5. Sosialisasi MoU BI-Polda

49

49

49

49

50

50

51

51

51

51

52

53

55

55

55

55

56

57

57

59

Daftar Isi

Triwulan III 2015 vii

2.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

2.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 2. Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Kondisi Umum

3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

3.2.3. Penyaluran Kredit Pembiayaan

3.2.4. Kualitas Kredit

3.2.5. Suku Bunga

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.4. Kinerja Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

3.4.1. Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

3.4.3. Pulau Timor

3.5. Sistem Pembayaran

3.5.1 Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)

3.5.1.2. Transaksi RTGS

3.5.2 Transaksi Tunai

3.5.2.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar

3.5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

3.5.2.3 Temuan Uang Palsu (Upal)

BOKS 3. Gerakan Cinta Rupiah di Perbatasan – Atambua Kab. Belu NTT

BOKS 4. Layanan Keuangan Digital di Provinsi NTT

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum

4.2 Pendapatan Daerah

4.3 Belanja Daerah

21

21

22

23

25

27

27

28

29

29

30

31

32

32

33

35

35

35

36

36

36

36

37

37

38

38

38

39

41

43

43

43

45

Daftar Isi

Triwulan III 2015vi

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan

Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik Boks 2.1 Karakteristik Inflasi di Provinsi NTT

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.5 Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.10 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.15 Komposisi Kredit UMKM

18

18

19

19

20

20

21

22

22

22

23

23

23

25

27

27

28

29

29

29

30

30

30

30

31

31

32

32

32

Daftar Grafik

Triwulan III 2015 ix

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan III 2015

Grafik 1.4 Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.7 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA & PMDN

Grafik 1.10 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.11 Realisasi Dana Masuk/Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.13 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.14 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.15 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.18 Pengiriman Ternak (yoy)

Grafik 1.19 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.20 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.21 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.22 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.23 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.25 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.26 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

1

1

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

6

6

6

6

8

8

8

8

9

9

10

10

10

10

15

15

17

17

18

18

Daftar Grafik

Triwulan III 2015viii

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar secara Triwulanan,

Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok

Komoditas

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Grafik 2.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan

Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang

Grafik 2.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang

Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere

Grafik 2.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere

Grafik Boks 2.1 Karakteristik Inflasi di Provinsi NTT

Grafik 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan LDR & NPL

Grafik 3.3 Perkembangan SKNBI

Grafik 3.4 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.5 Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

Grafik 3.6 DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.8 Komposisi DPK

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.10 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.11 Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

Grafik 3.15 Komposisi Kredit UMKM

18

18

19

19

20

20

21

22

22

22

23

23

23

25

27

27

28

29

29

29

30

30

30

30

31

31

32

32

32

Daftar Grafik

Triwulan III 2015 ix

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional

Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional

Grafik 1.3 Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan III 2015

Grafik 1.4 Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.7 Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA & PMDN

Grafik 1.10 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Grafik 1.11 Realisasi Dana Masuk/Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Grafik 1.13 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.14 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.15 Ekspor Impor Antar Negara

Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor NTT

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.18 Pengiriman Ternak (yoy)

Grafik 1.19 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.20 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.21 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.22 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Grafik 1.23 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.25 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.26 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

1

1

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

6

6

6

6

8

8

8

8

9

9

10

10

10

10

15

15

17

17

18

18

Daftar Grafik

Triwulan III 2015viii

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka

Grafik 5.2 Perkembangan Angkatan Kerja Sesuai dengan Tingkat Pendidikan

Grafik 5.3 Perkembangan Pengangguran Sesuai Tingkat Pendidikan

Grafik 5.4 Struktur Tenaga Kerja di NTT Agustus 2014 dan 2015

Grafik 5.5 Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Agustus 2015

Grafik 5.6 Perkembangan Struktur Tenaga Kerja sesuai dengan Status

Grafik 5.7 Perkembangan Status Pekerjaan Masyarakat

Grafik 5.8 Perkembangan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Grafik 5.9 Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU

Grafik 5.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 5.12 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 5.13 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

Grafik 5.14 Presentase Penduduk Miskin di NTT

Grafik 5.15 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 5.16 Indeks Kedalaman Kemiskinan

Grafik 5.17 Indeks Keparahan Kemiskinan

Grafik 5.18 Sepuluh Provinsi dengan Angka IPM

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV-2015

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT 2015

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Grafik 6.4. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 6.5. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.6. Perkembangan Inflasi NTT

46

46

47

49

50

50

50

50

50

50

51

51

51

52

52

52

53

53

53

53

54

55

55

56

56

56

58

Daftar Grafik

Triwulan III 2015 xi

Grafik 3.16 Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.17 Perkembangan UMKM

Grafik 3.18 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.19 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.20 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.21 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.22 Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.23 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.24 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.25 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.26 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.27 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.28 Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.29 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.30 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.31 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.33 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.34 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

Grafik 3.35 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.36 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.37 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.38 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Grafik 4.5 Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

32

33

33

34

34

34

34

35

35

35

36

36

36

36

37

37

37

37

37

38

38

38

38

43

44

44

44

44

45

46

Daftar Grafik

Triwulan III 2015x

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 4.8 Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di

Provinsi NTT

Grafik 4.9 Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.10 Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa

Tenggara Timur

Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka

Grafik 5.2 Perkembangan Angkatan Kerja Sesuai dengan Tingkat Pendidikan

Grafik 5.3 Perkembangan Pengangguran Sesuai Tingkat Pendidikan

Grafik 5.4 Struktur Tenaga Kerja di NTT Agustus 2014 dan 2015

Grafik 5.5 Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Agustus 2015

Grafik 5.6 Perkembangan Struktur Tenaga Kerja sesuai dengan Status

Grafik 5.7 Perkembangan Status Pekerjaan Masyarakat

Grafik 5.8 Perkembangan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Grafik 5.9 Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU

Grafik 5.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 5.12 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 5.13 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

Grafik 5.14 Presentase Penduduk Miskin di NTT

Grafik 5.15 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 5.16 Indeks Kedalaman Kemiskinan

Grafik 5.17 Indeks Keparahan Kemiskinan

Grafik 5.18 Sepuluh Provinsi dengan Angka IPM

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV-2015

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT 2015

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Grafik 6.4. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 6.5. Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 6.6. Perkembangan Inflasi NTT

46

46

47

49

50

50

50

50

50

50

51

51

51

52

52

52

53

53

53

53

54

55

55

56

56

56

58

Daftar Grafik

Triwulan III 2015 xi

Grafik 3.16 Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.17 Perkembangan UMKM

Grafik 3.18 Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.19 Komposisi DPK BPR

Grafik 3.20 Pertumbuhan DPK BPR

Grafik 3.21 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.22 Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.23 Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Grafik 3.24 Komposisi DPK di Pulau Flores

Grafik 3.25 Komposisi Kredit di Pulau Flores

Grafik 3.26 Komposisi DPK di Pulau Sumba

Grafik 3.27 Komposisi Kredit di Pulau Sumba

Grafik 3.28 Komposisi DPK di Pulau Timor

Grafik 3.29 Komposisi Kredit di Pulau Timor

Grafik 3.30 Perkembangan SKNBI NTT

Grafik 3.31 Perkembangan SKNBI Nasional

Grafik 3.32 Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.33 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

Grafik 3.34 Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

Grafik 3.35 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 3.36 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

Grafik 3.37 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di NTT

Grafik 3.38 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) di NTT

Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

Grafik 4.4 Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

Grafik 4.5 Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Grafik 4.7 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi

NTT

32

33

33

34

34

34

34

35

35

35

36

36

36

36

37

37

37

37

37

38

38

38

38

43

44

44

44

44

45

46

Daftar Grafik

Triwulan III 2015x

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Ringkasan UmumEKONOMI MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,11% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,03% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan III 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan nasional

yang tumbuh hanya sebesar 4,73% (yoy). Sementara itu pertumbuhan ekonomi secara triwulanan juga mengalami

peningkatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekonomi tercatat 4,24% (qtq), maka pada triwulan laporan,

perekonomian tumbuh mencapai angka 5,65% (qtq).

Peningkatan perekonomian terutama didorong oleh kenaikan investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Di sisi

lain kinerja konsumsi rumah tangga masih menunjukkan angka positif walaupun melambat, sementara konsumsi

pemerintah menunjukkan penurunan. Selanjutnya, perlambatan impor antar daerah juga turut berkontribusi positif

terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2015.

Dari sisi sektoral, semua sektor mengalami pertumbuhan. Dari sektor Administrasi Pemerintahan adanya gaji ke-13

Pegawai Negeri Sipil mendorong peningkatan kinerja sektor administrasi pemerintah, sektor perdagangan besar dan

eceran terpacu oleh adanya musim liburan sekolah, masa ajaran baru dan libur Idul Fitri, sementara sektor konstruksi

terbantu oleh peningkatan investasi pemerintah melalui pembangunan jalan, rehabilitasi bandara, rehabilitasi pelabuhan,

gedung pemerintahan dan jaringan irigasi.

Pada triwulan III 2015, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengalami inflasi walaupun tidak sebesar inflasi di

triwulan sebelumnya. Puncak inflasi di Provinsi NTT terjadi pada bulan Juli 2015 seiring dengan adanya libur sekolah dan

perayaan Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan tarif angkutan udara pada level tertinggi di tahun 2015. Pada bulan

Agustus terjadi deflasi sebagai dampak dari kembali normalnya harga-harga terutama angkutan udara di Provinsi NTT. Di

bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras setelah

mengalami penurunan di dua bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi di Provinsi NTT mengalami kenaikan dibanding

triwulan sebelumnya yang membuat selisih inflasi NTT dengan nasional semakin menyempit. Inflasi tahunan NTT pada

triwulan III 2015 sebesar 6,74% (yoy), hanya sedikit lebih rendah dibanding nasional yang sebesar 6,83% (yoy). Di

sepanjang tahun 2015, inflasi NTT sebesar 1,36% (ytd) masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 2,24%

(ytd). Secara triwulanan, inflasi provinsi NTT hanya naik sebesar 0,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, lebih rendah

dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,27% (qtq).

Dalam rangka perkembangan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), telah terbentuk 21 TPID yang terdiri dari 1 TPID

Provinsi dan 20 TPID Kabupaten/Kota. Hingga saat ini, hanya Kab. Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kab. Malaka yang belum

membentuk TPID. Sementara itu, kegiatan TPID pada triwulan III lebih difokuskan pada pengendalian inflasi komoditas

selama hari raya idul fitri melalui operasi pasar dan pasar murah, serta implementasi GTCK (Gerakan Tanam Cabai di Musim

Kering).

Kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 relatif meningkat serta pertumbuhannya masih berada di atas

kinerja perbankan Nasional. Peningkatan tercermin dari beberapa indikator perbankan, diantaranya penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat sebesar 18,35% (yoy), lebih tinggi dari Triwulan II sebesar 15,99% (yoy).Kredit

perbankan juga tumbuh sebesar 14,33% (yoy), lebih tinggi dibanding Triwulan II yang hanya mencapai 14,20% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK dan kredit, tingkat intermediasi perbankan juga relatif stabil yang ditandai

dengan LDR sebesar 83,99% hanya sedikit meningkat dari Triwulan II 2015 yang sebesar 83,94%. Satu-satunya indikator

INFLASI REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Triwulan III 2015 xiii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-III 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-III 2015

Tabel Boks 1.1 Statistik Kepariwisataan 5 KSPN NTT

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel Boks 2.1 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahun 2011-2014 di Kota Kupang

Tabel Boks 2.2 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahun 2011-2014 di Kota Maumere

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Tabel Boks 4.1 Tingkat Penetrasi Tabungan di Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Hasil Identifikasi Kabupaten yang Berpotensi untuk Penerapan LKD

Tabel Boks 4.3 Indikator Penilaian dalam Kajian Identifikasi Potensi LKD di Provinsi NTT

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.3 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.4 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi NTT

Gambar Boks 1.1 Kondisi Industri Pariwisata pada 5 KSPN di NTT

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan III 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 3.1 Formasi Tari Tebe Dilihat dari Ketinggian

Gambar Boks 3.2 Sanksi atas Penggunaan Mata Uang Asing di Wilayah Indonesia

Gambar Boks 4.1. Bank dan Agen yang sudah menyalurkan LKD di Provinsi NTT

Gambar 5.1 IPM Kabupaten/Kota di NTT

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan November 2015

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Desember 2015

Gambar Boks 5.1. Pembukaan Sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja

Gambar Boks 5.2. Penjabaran Empat Pedoman Kerja PPK BI-Polda NTT

3

7

13

16

16

17

22

23

26

26

28

34

41

42

42

44

45

47

47

12

24

39

39

42

54

55

55

59

59

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Triwulan III 2015xii

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Ringkasan UmumEKONOMI MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,11% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,03% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan III 2015 ini masih lebih tinggi dibandingkan nasional

yang tumbuh hanya sebesar 4,73% (yoy). Sementara itu pertumbuhan ekonomi secara triwulanan juga mengalami

peningkatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekonomi tercatat 4,24% (qtq), maka pada triwulan laporan,

perekonomian tumbuh mencapai angka 5,65% (qtq).

Peningkatan perekonomian terutama didorong oleh kenaikan investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Di sisi

lain kinerja konsumsi rumah tangga masih menunjukkan angka positif walaupun melambat, sementara konsumsi

pemerintah menunjukkan penurunan. Selanjutnya, perlambatan impor antar daerah juga turut berkontribusi positif

terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2015.

Dari sisi sektoral, semua sektor mengalami pertumbuhan. Dari sektor Administrasi Pemerintahan adanya gaji ke-13

Pegawai Negeri Sipil mendorong peningkatan kinerja sektor administrasi pemerintah, sektor perdagangan besar dan

eceran terpacu oleh adanya musim liburan sekolah, masa ajaran baru dan libur Idul Fitri, sementara sektor konstruksi

terbantu oleh peningkatan investasi pemerintah melalui pembangunan jalan, rehabilitasi bandara, rehabilitasi pelabuhan,

gedung pemerintahan dan jaringan irigasi.

Pada triwulan III 2015, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengalami inflasi walaupun tidak sebesar inflasi di

triwulan sebelumnya. Puncak inflasi di Provinsi NTT terjadi pada bulan Juli 2015 seiring dengan adanya libur sekolah dan

perayaan Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan tarif angkutan udara pada level tertinggi di tahun 2015. Pada bulan

Agustus terjadi deflasi sebagai dampak dari kembali normalnya harga-harga terutama angkutan udara di Provinsi NTT. Di

bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras setelah

mengalami penurunan di dua bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi di Provinsi NTT mengalami kenaikan dibanding

triwulan sebelumnya yang membuat selisih inflasi NTT dengan nasional semakin menyempit. Inflasi tahunan NTT pada

triwulan III 2015 sebesar 6,74% (yoy), hanya sedikit lebih rendah dibanding nasional yang sebesar 6,83% (yoy). Di

sepanjang tahun 2015, inflasi NTT sebesar 1,36% (ytd) masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 2,24%

(ytd). Secara triwulanan, inflasi provinsi NTT hanya naik sebesar 0,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, lebih rendah

dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,27% (qtq).

Dalam rangka perkembangan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), telah terbentuk 21 TPID yang terdiri dari 1 TPID

Provinsi dan 20 TPID Kabupaten/Kota. Hingga saat ini, hanya Kab. Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kab. Malaka yang belum

membentuk TPID. Sementara itu, kegiatan TPID pada triwulan III lebih difokuskan pada pengendalian inflasi komoditas

selama hari raya idul fitri melalui operasi pasar dan pasar murah, serta implementasi GTCK (Gerakan Tanam Cabai di Musim

Kering).

Kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 relatif meningkat serta pertumbuhannya masih berada di atas

kinerja perbankan Nasional. Peningkatan tercermin dari beberapa indikator perbankan, diantaranya penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat sebesar 18,35% (yoy), lebih tinggi dari Triwulan II sebesar 15,99% (yoy).Kredit

perbankan juga tumbuh sebesar 14,33% (yoy), lebih tinggi dibanding Triwulan II yang hanya mencapai 14,20% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK dan kredit, tingkat intermediasi perbankan juga relatif stabil yang ditandai

dengan LDR sebesar 83,99% hanya sedikit meningkat dari Triwulan II 2015 yang sebesar 83,94%. Satu-satunya indikator

INFLASI REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Triwulan III 2015 xiii

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-III 2015

Tabel 1.2 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-III 2015

Tabel Boks 1.1 Statistik Kepariwisataan 5 KSPN NTT

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

Tabel 2.3 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.4 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 2.5 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel Boks 2.1 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahun 2011-2014 di Kota Kupang

Tabel Boks 2.2 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahun 2011-2014 di Kota Maumere

Tabel 3.1 Perkembangan BI-RTGS

Tabel 3.2 Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

Tabel Boks 4.1 Tingkat Penetrasi Tabungan di Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Hasil Identifikasi Kabupaten yang Berpotensi untuk Penerapan LKD

Tabel Boks 4.3 Indikator Penilaian dalam Kajian Identifikasi Potensi LKD di Provinsi NTT

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.3 Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel 4.4 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Provinsi NTT

Gambar Boks 1.1 Kondisi Industri Pariwisata pada 5 KSPN di NTT

Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan III 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Gambar Boks 3.1 Formasi Tari Tebe Dilihat dari Ketinggian

Gambar Boks 3.2 Sanksi atas Penggunaan Mata Uang Asing di Wilayah Indonesia

Gambar Boks 4.1. Bank dan Agen yang sudah menyalurkan LKD di Provinsi NTT

Gambar 5.1 IPM Kabupaten/Kota di NTT

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan November 2015

Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Desember 2015

Gambar Boks 5.1. Pembukaan Sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja

Gambar Boks 5.2. Penjabaran Empat Pedoman Kerja PPK BI-Polda NTT

3

7

13

16

16

17

22

23

26

26

28

34

41

42

42

44

45

47

47

12

24

39

39

42

54

55

55

59

59

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Triwulan III 2015xii

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

sebesar 19,60%. Peningkatan jumlah penduduk miskin diperkirakan terjadi seiring perlambatan ekonomi Indonesia yang

terjadi di Indonesia. Sementara itu, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT pada tahun 2014 tercatat 62,26

meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 61,68 namun masih berada pada peringkat 31 dari 34 Provinsi di

Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-IV 2015 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Optimisme peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator survei dan liaison yang dilakukan. Proyeksi

pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV diperkirakan berada pada rentang 5,0 – 5,4% (yoy), sehingga proyeksi

pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 4,9 – 5,3 (yoy) diatas proyeksi

pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada rentang 4,7 – 5,1% (yoy). Sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor konstruksi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi

NTT. Pertumbuhan kedua sektor tersebut diperkirakan menjadi pendorong ekonomi NTT, baik di Triwulan IV maupun

secara keseluruhan pada tahun 2015. Pada triwulan IV, pertumbuhan ekonomi terbantu oleh percepatan belanja

pemerintah, realisasi belanja dana desa dan realisasi proyek-proyek. Selain itu, pertumbuhan sektor Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan seiring masa panen ke-2 untuk padi irigasi, serta peningkatan sektor Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor seiring perayaan natal dan tahun baru di akhir tahun juga turut mendorong

pertumbuhan ekonomi.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan. Inflasi Provinsi NTT pada

akhir tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 3,8% - 4,1% (yoy) jauh dibawah inflasi tahun 2014 yang sebesar

7,76% (yoy). Penurunan terutama disebabkan oleh harga BBM bersubsidi yang relatif terjaga pada tahun 2015,

penurunan tarif dasar listrik, penurunan harga solar serta relatif stabilnya harga bahan pangan, seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan. Namun di sisi lain, komoditas yang masih tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan cukup tinggi di

tahun 2015 adalah angkutan udara dan beras. Sementara itu secara triwulanan (qtq), inflasi pada triwulan IV diperkirakan

lebih tinggi dibandingkan triwulan III yang disebabkan oleh momen natal dan tahun baru di akhir tahun. Kenaikan harga

pangan, terutama beras, harga makanan jadi (kue) serta harga sandang akibat peningkatan permintaan di akhir tahun

diperkirakan menjadi penyebab utama.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Triwulan III 2015 xv

perbankan yang melambat hanyalah aset perbankan di Provinsi NTT yang masih tumbuh sebesar 20,90% (yoy), namun

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 24,20% (yoy). Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loan (NPL) Gross perbankan mengalami penurunan dari 2,09% pada Triwulan II menjadi 2,00% di Triwulan III.

Angka tersebut masih tetap berada pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL

gross sebesar 5%.

Perkembangan sistem pembayaran Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 masih menunjukkan peningkatan. Sistem

Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.846,35 miliar atau meningkat 46,69% (yoy). Net outflow terutama

disebabkan oleh adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan

serta meningkatnya pembayaran proyek investasi. Sementara itu, transaksi non tunai juga mengalami perkembangan

positif. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi volume maupun nominal mengalami peningkatan. Volume

kliring di Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar 28,15% (yoy) dan nominal meningkat sebesar 52,03% (yoy).

Sementara itu, transaksi BI-RTGS masih mengalami net-to-NTT atau transfer uang yang masuk ke dalam Provinsi NTT. Dari

sisi nominal net to NTT meningkat sebesar 39,17% (yoy) atau mencapai Rp.8,02triliun, walaupun dari sisi volume

mengalami penurunan sebesar 51,68% (yoy).

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai 52 lembar, tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 966 lembar. Temuan uang

palsu tersebut disebabkan karena semakin membaiknya tingkat kepatuhan perbankan dan tingkat kesadaran masyarakat

dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya, serta pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu oleh

kepolisian.

Secara akumulatif, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT hingga triwulan

laporan mencapai Rp32,07 triliun atau meningkat Rp0,98 triliun (3,15%) dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan

alokasi anggaran belanja tersebut seiring dengan telah disahkannya APBD-P di beberapa kabupaten/ kota serta

peningkatan pagu belanja pemerintah pusat sebesar 30 miliar. Persentase realisasi belanja daerah di Provinsi NTT hingga

triwulan III 2015 tercatat 46,8% atau sebesar Rp15,02 triliun dari total pagu anggaran belanja. Masih relatif rendahnya

penyerapan anggaran belanja daerah tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain: belum terlaksananya

proyek pembangunan infrastruktur daerah seperti pembangunan sejumlah rumah sakit umum di Provinsi NTT (RS

Johannes, RSUD Ruteng, RSUD Kota Kupang, RSUD Atambua), pembangunan gedung tiga universitas di kota Kupang dan

beberapa proyek pembangunan infrastruktur daerah yang masih dalam proses pengerjaan.

Sementara itu, realisasi anggaran pendapatan daerah untuk pemerintah di provinsi NTT telah mencapai 80,90% dari

rencana pendapatan APBN dan APBD tahun 2015. Realisasi pendapatan tertinggi pada Dana Alokasi Umum (DAU) kepada

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar Rp9,38 triliun (77,96%), realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus sebesar Rp1,69 triliun (77,04%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada triwulan III-2015 sebesar Rp1,48 triliun

(70,31% ).

Pada triwulan III 2015, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT yang tercermin dari data ketenagakerjaan dan kemiskinan

menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT pada

bulan Agustus 2015 adalah 3,83% (88.446 jiwa) meningkat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 3,26%(73.210 jiwa).

Angka kemiskinan hingga Maret 2015 mencapai 22,61%, meningkat dibandingkan periode September 2014 yang

KEUANGAN PEMERINTAH

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Triwulan III 2015xiv

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

sebesar 19,60%. Peningkatan jumlah penduduk miskin diperkirakan terjadi seiring perlambatan ekonomi Indonesia yang

terjadi di Indonesia. Sementara itu, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT pada tahun 2014 tercatat 62,26

meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 61,68 namun masih berada pada peringkat 31 dari 34 Provinsi di

Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-IV 2015 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Optimisme peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator survei dan liaison yang dilakukan. Proyeksi

pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV diperkirakan berada pada rentang 5,0 – 5,4% (yoy), sehingga proyeksi

pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 4,9 – 5,3 (yoy) diatas proyeksi

pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada rentang 4,7 – 5,1% (yoy). Sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor konstruksi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi

NTT. Pertumbuhan kedua sektor tersebut diperkirakan menjadi pendorong ekonomi NTT, baik di Triwulan IV maupun

secara keseluruhan pada tahun 2015. Pada triwulan IV, pertumbuhan ekonomi terbantu oleh percepatan belanja

pemerintah, realisasi belanja dana desa dan realisasi proyek-proyek. Selain itu, pertumbuhan sektor Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan seiring masa panen ke-2 untuk padi irigasi, serta peningkatan sektor Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor seiring perayaan natal dan tahun baru di akhir tahun juga turut mendorong

pertumbuhan ekonomi.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan. Inflasi Provinsi NTT pada

akhir tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 3,8% - 4,1% (yoy) jauh dibawah inflasi tahun 2014 yang sebesar

7,76% (yoy). Penurunan terutama disebabkan oleh harga BBM bersubsidi yang relatif terjaga pada tahun 2015,

penurunan tarif dasar listrik, penurunan harga solar serta relatif stabilnya harga bahan pangan, seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan. Namun di sisi lain, komoditas yang masih tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan cukup tinggi di

tahun 2015 adalah angkutan udara dan beras. Sementara itu secara triwulanan (qtq), inflasi pada triwulan IV diperkirakan

lebih tinggi dibandingkan triwulan III yang disebabkan oleh momen natal dan tahun baru di akhir tahun. Kenaikan harga

pangan, terutama beras, harga makanan jadi (kue) serta harga sandang akibat peningkatan permintaan di akhir tahun

diperkirakan menjadi penyebab utama.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Triwulan III 2015 xv

perbankan yang melambat hanyalah aset perbankan di Provinsi NTT yang masih tumbuh sebesar 20,90% (yoy), namun

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 24,20% (yoy). Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loan (NPL) Gross perbankan mengalami penurunan dari 2,09% pada Triwulan II menjadi 2,00% di Triwulan III.

Angka tersebut masih tetap berada pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL

gross sebesar 5%.

Perkembangan sistem pembayaran Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 masih menunjukkan peningkatan. Sistem

Pembayaran Tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.846,35 miliar atau meningkat 46,69% (yoy). Net outflow terutama

disebabkan oleh adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan

serta meningkatnya pembayaran proyek investasi. Sementara itu, transaksi non tunai juga mengalami perkembangan

positif. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi volume maupun nominal mengalami peningkatan. Volume

kliring di Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar 28,15% (yoy) dan nominal meningkat sebesar 52,03% (yoy).

Sementara itu, transaksi BI-RTGS masih mengalami net-to-NTT atau transfer uang yang masuk ke dalam Provinsi NTT. Dari

sisi nominal net to NTT meningkat sebesar 39,17% (yoy) atau mencapai Rp.8,02triliun, walaupun dari sisi volume

mengalami penurunan sebesar 51,68% (yoy).

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai 52 lembar, tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 966 lembar. Temuan uang

palsu tersebut disebabkan karena semakin membaiknya tingkat kepatuhan perbankan dan tingkat kesadaran masyarakat

dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya, serta pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu oleh

kepolisian.

Secara akumulatif, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT hingga triwulan

laporan mencapai Rp32,07 triliun atau meningkat Rp0,98 triliun (3,15%) dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan

alokasi anggaran belanja tersebut seiring dengan telah disahkannya APBD-P di beberapa kabupaten/ kota serta

peningkatan pagu belanja pemerintah pusat sebesar 30 miliar. Persentase realisasi belanja daerah di Provinsi NTT hingga

triwulan III 2015 tercatat 46,8% atau sebesar Rp15,02 triliun dari total pagu anggaran belanja. Masih relatif rendahnya

penyerapan anggaran belanja daerah tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain: belum terlaksananya

proyek pembangunan infrastruktur daerah seperti pembangunan sejumlah rumah sakit umum di Provinsi NTT (RS

Johannes, RSUD Ruteng, RSUD Kota Kupang, RSUD Atambua), pembangunan gedung tiga universitas di kota Kupang dan

beberapa proyek pembangunan infrastruktur daerah yang masih dalam proses pengerjaan.

Sementara itu, realisasi anggaran pendapatan daerah untuk pemerintah di provinsi NTT telah mencapai 80,90% dari

rencana pendapatan APBN dan APBD tahun 2015. Realisasi pendapatan tertinggi pada Dana Alokasi Umum (DAU) kepada

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar Rp9,38 triliun (77,96%), realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus sebesar Rp1,69 triliun (77,04%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada triwulan III-2015 sebesar Rp1,48 triliun

(70,31% ).

Pada triwulan III 2015, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT yang tercermin dari data ketenagakerjaan dan kemiskinan

menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT pada

bulan Agustus 2015 adalah 3,83% (88.446 jiwa) meningkat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 3,26%(73.210 jiwa).

Angka kemiskinan hingga Maret 2015 mencapai 22,61%, meningkat dibandingkan periode September 2014 yang

KEUANGAN PEMERINTAH

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Triwulan III 2015xiv

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2013 2014

61.325,5

18.272,4

894,2

758,8

23,6

41,8

6.344,8

6.570,5

3.195,3

367,8

4.660,2

2.389,3

1.705,5

188,5

7.592,1

5.679,6

1.279,7

1.361,3

61.325,5

47.277,1

1.868,3

16.400,3

20.620,3

1.094,3

1.196,3

923,5

-26.207,7

21.613

52.373

15.437

48.712

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

15.818,0

4.855,1

220,0

193,3

6,9

10,6

1.625,3

1.691,3

808,8

95,0

1.216,2

638,3

433,3

49,2

1.872,0

1.434,2

309,9

358,6

15.818,0

12.403,1

572,1

2.532,0

6.076,8

167,8

309,1

121,7

-6.121,2

4.820

18.179

10.011

1.068

18.059,0

5.042,5

305,6

231,6

9,5

11,9

1.907,5

1.893,6

974,6

116,8

1.337,5

731,9

496,4

55,8

2.278,5

1.880,4

394,6

390,4

18.059,0

13.460,9

580,7

5.676,7

8.070,4

277,4

391,7

452,1

-9.946,7

4.722

13.620

11.736

10.626

II %QTQ* %YOY*II IV

2014

18.483,6

5.695,8

324,3

222,4

9,4

11,5

1.899,0

1.998,3

955,5

116,2

1.322,7

706,4

496,0

57,7

2.161,9

1.707,0

393,3

406,1

18.483,6

13.758,8

603,8

4.922,3

7.841,7

149,7

379,2

141,5

-9.030,4

6.595

17.277

3.653

1.503

5.6%

3.6%

5.6%

7.3%

-3.0%

6.1%

6.3%

6.3%

4.3%

6.5%

7.0%

8.7%

6.1%

4.8%

9.0%

6.2%

0.9%

1.7%

5.65%

3.7%

11.0%

16.5%

8.9%

166.7%

38.4%

-62.2%

15.5%

-5.5%

57.7%

-97.5%

-66.0%

Dalam Rp Miliar*) Pertumbuhan Triwulan II 2015 dibandingkan Triwulan I 2015**) Pertumbuhan Triwulan II 2015 dibandingkan Triwulan II 2014***) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

2015

5.1%

2.0%

6.2%

5.1%

12.6%

1.1%

6.5%

6.5%

4.8%

6.4%

7.5%

7.9%

4.9%

5.1%

6.8%

6.0%

6.2%

3.6%

5.11%

5.4%

17.5%

-11.1%

16.1%

45.6%

38.4%

-75.9%

7.3%

38.1%

58.4%

-94.8%

-97.4%

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

II

19,981.1

6,009.5

350.6

243.5

9.2

12.3

2,051.7

2,151.5

1,014.8

127.3

1,416.9

781.3

539.7

61.3

2,461.3

1,918.6

413.7

417.8

19,981.1

14,509.5

671.5

7,692.3

9,006.1

417.2

506.8

57.1

-12,765.1

6,249

27,364

93

511

III

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Triwulan III 2015 xvii

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

INDIKATOR

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku)

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT)

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

5. Perubahan Inventori

6. Ekspor Luar Negeri

7. Impor Luar Negeri

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor)

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD)

Volume Ekspor Nonmigas (ton)

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD)

Volume Impor Nonmigas (ton)

2013 2014

61.325,5

18.272,4

894,2

758,8

23,6

41,8

6.344,8

6.570,5

3.195,3

367,8

4.660,2

2.389,3

1.705,5

188,5

7.592,1

5.679,6

1.279,7

1.361,3

61.325,5

47.277,1

1.868,3

16.400,3

20.620,3

1.094,3

1.196,3

923,5

-26.207,7

21.613

52.373

15.437

48.712

68.602,6

20.446,9

1.070,3

843,7

31,5

45,5

7.096,0

7.285,7

3.566,9

422,4

5.134,4

2.714,9

1.860,9

210,9

8.392,7

6.568,2

1.414,6

1.497,0

68.602,6

51.082,8

2.323,8

21.055,6

26.393,0

994,3

1.382,3

1.103,2

-33.526,0

18.410

61.410

26.013

76.708

15.818,0

4.855,1

220,0

193,3

6,9

10,6

1.625,3

1.691,3

808,8

95,0

1.216,2

638,3

433,3

49,2

1.872,0

1.434,2

309,9

358,6

15.818,0

12.403,1

572,1

2.532,0

6.076,8

167,8

309,1

121,7

-6.121,2

4.820

18.179

10.011

1.068

18.059,0

5.042,5

305,6

231,6

9,5

11,9

1.907,5

1.893,6

974,6

116,8

1.337,5

731,9

496,4

55,8

2.278,5

1.880,4

394,6

390,4

18.059,0

13.460,9

580,7

5.676,7

8.070,4

277,4

391,7

452,1

-9.946,7

4.722

13.620

11.736

10.626

II %QTQ* %YOY*II IV

2014

18.483,6

5.695,8

324,3

222,4

9,4

11,5

1.899,0

1.998,3

955,5

116,2

1.322,7

706,4

496,0

57,7

2.161,9

1.707,0

393,3

406,1

18.483,6

13.758,8

603,8

4.922,3

7.841,7

149,7

379,2

141,5

-9.030,4

6.595

17.277

3.653

1.503

5.6%

3.6%

5.6%

7.3%

-3.0%

6.1%

6.3%

6.3%

4.3%

6.5%

7.0%

8.7%

6.1%

4.8%

9.0%

6.2%

0.9%

1.7%

5.65%

3.7%

11.0%

16.5%

8.9%

166.7%

38.4%

-62.2%

15.5%

-5.5%

57.7%

-97.5%

-66.0%

Dalam Rp Miliar*) Pertumbuhan Triwulan II 2015 dibandingkan Triwulan I 2015**) Pertumbuhan Triwulan II 2015 dibandingkan Triwulan II 2014***) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

2015

5.1%

2.0%

6.2%

5.1%

12.6%

1.1%

6.5%

6.5%

4.8%

6.4%

7.5%

7.9%

4.9%

5.1%

6.8%

6.0%

6.2%

3.6%

5.11%

5.4%

17.5%

-11.1%

16.1%

45.6%

38.4%

-75.9%

7.3%

38.1%

58.4%

-94.8%

-97.4%

II. INFLASI

Indikator2013 2014

I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT

- Kota Kupang

- Maumere

104.41

104.56

103.39

7.11

7.06

7.38

104.78

104.91

103.96

5.26

5.56

3.73

108.66

108.85

107.42

8.29

8.88

5.32

110.58

110.84

108.85

8.41

8.84

6.24

112.52

112.91

110.00

7.78

7.99

6.39

113.27

113.63

110.93

8.10

8.31

6.70

113,15

113,50

110,85

4,13

4,27

3,19

119,15

120,06

113,20

7,76

8,32

4,00

2015

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

I II

120,07

121,09

113,42

6,01

6,57

2,24

II

19,981.1

6,009.5

350.6

243.5

9.2

12.3

2,051.7

2,151.5

1,014.8

127.3

1,416.9

781.3

539.7

61.3

2,461.3

1,918.6

413.7

417.8

19,981.1

14,509.5

671.5

7,692.3

9,006.1

417.2

506.8

57.1

-12,765.1

6,249

27,364

93

511

III

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Triwulan III 2015 xvii

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III mengalami kenaikan seiring dengan

peningkatan investasi pemerintah dan swasta. Dari sisi sektoral, peningkatan terutama didorong

oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta sektor Konstruksi.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mencapai 5,11% (yoy) meningkat

dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya sebesar 5,03% (yoy) dan

nasional sebesar 4,73% (yoy).

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi NTT mencapai 5,65% (qtq) terutama didorong

oleh peningkatan sektor Administrasi Pemerintahan.

Ekonomi Makro Regional01

III. PERBANKAN

IV. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

181

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

212

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

242

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

270

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

294

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

306

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

29,877

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

330

80.5%

30,314

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

32,778

21,764

6,379

9,149

6,236

17,845

5,392

1,303

11,150

18,198

5,626

1,359

11,212

83.6%

5,611

454

331

349

82.4%

33,232

22,095

18,547

1.4%

1.5%

1.9%

III

32,750

22,568

6,647

9,704

6,217

18,552

5,618

1,286

11,648

18,897

5,848

1,338

11,710

83.7%

5,996

482

353

354

80.5%

33,232

22,921

19,250

1.4%

1.5%

1.8%

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

III

0.8

1.7

52

41.55

5,877

33.54

6,812

8.02

-935

1.38

48,453

342

Triwulan III 2015xviii

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-III mengalami kenaikan seiring dengan

peningkatan investasi pemerintah dan swasta. Dari sisi sektoral, peningkatan terutama didorong

oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta sektor Konstruksi.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mencapai 5,11% (yoy) meningkat

dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya sebesar 5,03% (yoy) dan

nasional sebesar 4,73% (yoy).

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi NTT mencapai 5,65% (qtq) terutama didorong

oleh peningkatan sektor Administrasi Pemerintahan.

Ekonomi Makro Regional01

III. PERBANKAN

IV. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset

2. DPK

- Giro

- Tabungan

- Deposito

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

- Investasi

- Modal Kerja

- Konsumsi

LDR (%)

Kredit UMKM

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain).

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

LDR (%)

C. Grand Total (A+B)

1. Total Aset

2. Dana Pihak Ketiga

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%)

2. Dana Pihak Ketiga (%)

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)

2014

I II III IV

2013

I II III IV

20152013 2014

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.4%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

21,017

15,351

3,781

7,575

3,995

13,546

3,480

1,141

8,925

12,844

3,439

831

8,574

83.7%

3,294

254

182

181

81.4%

21,271

15,533

13,025

1.2%

1.2%

1.4%

21,291

15,836

3,999

7,751

4,087

14,528

3,949

1,270

9,309

13,862

3,889

1,008

8,965

87.5%

3,741

263

184

212

84.6%

21,555

16,020

14,074

1.2%

1.1%

1.5%

22,055

15,923

3,903

8,029

3,990

15,276

4,269

1,358

9,649

14,568

4,172

1,095

9,301

91.5%

3,889

303

211

242

83.9%

22,357

16,134

14,810

1.4%

1.3%

1.6%

22,434

16,402

2,917

9,933

3,552

15,624

4,447

1,412

9,765

14,918

4,340

1,150

9,427

91.0%

4,007

337

248

256

84.3%

22,771

16,649

15,174

1.5%

1.5%

1.7%

23,316

17,078

4,137

8,577

4,363

15,756

4,439

1,344

9,972

15,071

4,322

1,115

9,634

88.3%

4,185

343

250

270

82.6%

23,660

17,328

15,341

1.5%

1.4%

1.8%

26,398

18,791

5,516

8,568

4,707

16,652

4,881

1,444

10,326

15,947

4,742

1,201

10,004

84.9%

4,753

355

257

294

85.6%

26,753

19,048

16,241

1.3%

1.4%

1.8%

27,114

19,092

5,091

9,041

4,960

17,220

5,122

1,444

10,654

16,532

5,008

1,235

10,289

86.6%

5,000

374

275

306

84.1%

27,487

19,367

16,838

1.4%

1.4%

1.8%

25,600

18,571

3,717

10,385

4,469

17,759

5,316

1,537

10,905

17,094

5,252

1,309

10,534

92.0%

5,162

415

309

319

79.40%

26,016

18,880

17,413

1.6%

1.6%

1.8%

29,877

19,798

5,474

9,092

5,232

16,907

5,011

1,260

10,636

17,226

5,218

1,318

10,690

87.0%

5,234

437

311

330

80.5%

30,314

20,109

17,556

1.4%

1.5%

1.9%

II

32,778

21,764

6,379

9,149

6,236

17,845

5,392

1,303

11,150

18,198

5,626

1,359

11,212

83.6%

5,611

454

331

349

82.4%

33,232

22,095

18,547

1.4%

1.5%

1.9%

III

32,750

22,568

6,647

9,704

6,217

18,552

5,618

1,286

11,648

18,897

5,848

1,338

11,710

83.7%

5,996

482

353

354

80.5%

33,232

22,921

19,250

1.4%

1.5%

1.8%

3.2

4.7

37

80.03

29,516

91

46,994

-11

-17,478

3.13

139,007

948

3.4

4.6

72

93

33,747

89

42,931

4

-9,184

3.79

152,284

897

1.4

0.4

8

13.31

5,687

22.69

9,704

-9.38

-4,017

0.66

31,839

213

0.6

1.0

7

22.75

6,142

21.88

9,333

0.87

-3,191

0.70

32,715

251

0.8

1.4

15

17.78

8,209

20.72

12,630

-2.94

-4,421

0.81

34,848

228

INDIKATOR2014

I II III IVI II III IV2013 2014

Inflow (Rp. Triliun)

Outflow (Rp. Triliun)

Uang Palsu (lembar)

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

To NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Net To-From NTT

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun)

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat)

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun)

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)

Cek/BG Kosong

0.4

1.9

7

26.20

9,478

25.50

15,327

0.70

-5,849

0.96

39,605

256

1.4

0.3

14

14.18

7,809

17.19

10,696

-3.00

-2,887

0.84

34,677

179

0.7

0.8

11

13.05

7,868

20.60

10,475

-7.54

-2,607

0.85

36,188

175

0.8

1.3

39

29.84

8,776

24.09

10,707

5.75

-1,931

0.91

37,809

276

0.5

2.1

8

35.63

9,294

26.83

11,053

8.80

-1,759

1.19

43,610

267

1.8

0.4

27

34.61

5,984

31.69

6,013

2.92

-29

0.99

39,971

300

2013 2015

II

0,5

0,9

22

43,75

6.086

40,04

6567

-3,71

481

0,93

40.708

254

III

0.8

1.7

52

41.55

5,877

33.54

6,812

8.02

-935

1.38

48,453

342

Triwulan III 2015xviii

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan III menunjukkan adanya akselerasi pertumbuhan. Ekonomi

mengalami peningkatan hingga 5,11% (yoy), tumbuh dibanding triwulan II 2015 yang sebesar 5,03% (yoy).

Dari sisi penggunaan, peningkatan investasi/ Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pendorong utama bagi

pertumbuhan ekonomi. Peningkatan Investasi/PMTB tercermin dari peningkatan belanja modal pemerintah guna

pembangunan sarana jalan, saluran irigasi, dan sarana prasarana publik lainnya. Dari sisi sektoral, perkembangan sektor

administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib terdorong oleh realisasi gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

Sementara perkembangan sektor konstruksi sejalan dengan peningkatan investasi/PMTB melalui pembangunan berbagai

infrastruktur publik dan swasta.

Realisasi belanja pemerintah yang masih cukup rendah dan tingginya ketergantungan NTT terhadap impor

dari daerah lain menjadi beberapa permasalahan pengembangan ekonomi di Provinsi NTT. Sampai akhir triwulan

III 2015, realisasi anggaran pemerintah di NTT (APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota) tercatat masih cukup

rendah, yaitu sebesar 46,84% (Rp 15,02 triliun dari total pagu anggaran 2015 sebesar Rp 32,06 triliun). Rendahnya

realisasi juga terjadi pada belanja modal sebagai pendorong pembangunan infrastruktur publik yang dapat

mengakselerasi kegiatan perekonomian dan sosial di NTT. Tercatat realisasi belanja modal hingga akhir triwulan III baru

mencapai 29,74%. Beberapa faktor yang menghambat diantaranya: 1) keterlambatan proses lelang, 2) Penyesuaian pada

aplikasi termin dan penerapan Perpres baru, 3) Kendala penguasaan teknis administrasi di tingkat desa yang masih rendah

(untuk dana desa) hingga 4) keengganan pegawai untuk menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Selain pemasalahan

teknis, beberapa permasalahan di tingkat pelaksanaan pengerjaan proyek juga teridentifikasi, diantaranya: 1) Proses

pelengkapan administrasi (Masterplan dan Amdal) yang cukup lama, serta 2) pemasalahan sengketa lahan.

Dari sisi impor antar daerah, masih terbatasnya produk-produk industri pengolahan di NTT menjadi penyebab utama. Oleh

karena itu, usaha pemerintah dan BUMN (PT. Semen Kupang dan PT. Semen Indonesia) untuk membangun pabrik Semen

Kupang Tiga dengan kapasitas produksi 1,5 juta ton/tahun perlu diapresiasi. Selain itu, beberapa potensi pengembangan

industri lainnya, diantaranya adalah pabrik pengolahan garam di Kab. Kupang dan Nagekeo, serta pengembangan

kawasan industri Bolok sebagai sentra industri.

Di sisi lain, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pengembangan perekonomian di NTT diantaranya: 1) perbaikan

infrastruktur yang perlu terus dilakukan. Permasalahan infrastruktur dan konektivitas membuat NTT menjadi salah satu

daerah dengan biaya hidup yang tinggi, karena tingginya biaya distribusi barang dari satu daerah ke daerah lain, 2)

Pengembangan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta 3) Pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) guna

membuka lapangan usaha baru di Provinsi NTT.

Sumber: BPS, diolah

18,48

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

1110

12

13

14

15

16

17

18

19

20 triliun

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional

5,11

4,47

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

III

19,98

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

19,9827,68

45,39

2.982,6PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

3.21 5.65

9.86

3.00 4.73 5.11

26.12

6.29

1.1 KONDISI UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 01

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan III menunjukkan adanya akselerasi pertumbuhan. Ekonomi

mengalami peningkatan hingga 5,11% (yoy), tumbuh dibanding triwulan II 2015 yang sebesar 5,03% (yoy).

Dari sisi penggunaan, peningkatan investasi/ Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pendorong utama bagi

pertumbuhan ekonomi. Peningkatan Investasi/PMTB tercermin dari peningkatan belanja modal pemerintah guna

pembangunan sarana jalan, saluran irigasi, dan sarana prasarana publik lainnya. Dari sisi sektoral, perkembangan sektor

administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib terdorong oleh realisasi gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

Sementara perkembangan sektor konstruksi sejalan dengan peningkatan investasi/PMTB melalui pembangunan berbagai

infrastruktur publik dan swasta.

Realisasi belanja pemerintah yang masih cukup rendah dan tingginya ketergantungan NTT terhadap impor

dari daerah lain menjadi beberapa permasalahan pengembangan ekonomi di Provinsi NTT. Sampai akhir triwulan

III 2015, realisasi anggaran pemerintah di NTT (APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota) tercatat masih cukup

rendah, yaitu sebesar 46,84% (Rp 15,02 triliun dari total pagu anggaran 2015 sebesar Rp 32,06 triliun). Rendahnya

realisasi juga terjadi pada belanja modal sebagai pendorong pembangunan infrastruktur publik yang dapat

mengakselerasi kegiatan perekonomian dan sosial di NTT. Tercatat realisasi belanja modal hingga akhir triwulan III baru

mencapai 29,74%. Beberapa faktor yang menghambat diantaranya: 1) keterlambatan proses lelang, 2) Penyesuaian pada

aplikasi termin dan penerapan Perpres baru, 3) Kendala penguasaan teknis administrasi di tingkat desa yang masih rendah

(untuk dana desa) hingga 4) keengganan pegawai untuk menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Selain pemasalahan

teknis, beberapa permasalahan di tingkat pelaksanaan pengerjaan proyek juga teridentifikasi, diantaranya: 1) Proses

pelengkapan administrasi (Masterplan dan Amdal) yang cukup lama, serta 2) pemasalahan sengketa lahan.

Dari sisi impor antar daerah, masih terbatasnya produk-produk industri pengolahan di NTT menjadi penyebab utama. Oleh

karena itu, usaha pemerintah dan BUMN (PT. Semen Kupang dan PT. Semen Indonesia) untuk membangun pabrik Semen

Kupang Tiga dengan kapasitas produksi 1,5 juta ton/tahun perlu diapresiasi. Selain itu, beberapa potensi pengembangan

industri lainnya, diantaranya adalah pabrik pengolahan garam di Kab. Kupang dan Nagekeo, serta pengembangan

kawasan industri Bolok sebagai sentra industri.

Di sisi lain, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pengembangan perekonomian di NTT diantaranya: 1) perbaikan

infrastruktur yang perlu terus dilakukan. Permasalahan infrastruktur dan konektivitas membuat NTT menjadi salah satu

daerah dengan biaya hidup yang tinggi, karena tingginya biaya distribusi barang dari satu daerah ke daerah lain, 2)

Pengembangan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta 3) Pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) guna

membuka lapangan usaha baru di Provinsi NTT.

Sumber: BPS, diolah

18,48

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

1110

12

13

14

15

16

17

18

19

20 triliun

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional

5,11

4,47

PDRB NTT (TRILIUN) NTT (%YOY) NASIONAL (%YOY)

III

19,98

Sumber: BPS, diolah

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

19,9827,68

45,39

2.982,6PDRB ADHB(triliun)

NTT NTB BALI NAS

3.21 5.65

9.86

3.00 4.73 5.11

26.12

6.29

1.1 KONDISI UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 01

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

1.2.1 Konsumsi

Pengeluaran konsumsi pada triwulan III menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 0,57% (yoy) dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2014. Peningkatan terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring

libur sekolah dan idul fitri, gaji ke-13 PNS serta mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah. Peningkatan

konsumsi rumah tangga terlihat dari indeks riil penjualan eceran yang mengalami peningkatan. Berdasarkan rincian

komoditas, mayoritas komoditas juga menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan penjualan. Peningkatan tertinggi

terutama berasal dari komoditas pakaian dan perlengkapannya. Musim liburan sekolah dan libur Idul Fitri diperkirakan

menjadi pendorong meningkatnya penjualan komoditas tersebut.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga telihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan

peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat menunjukkan peningkatan yang terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) yang mengalami kenaikan. Sementara, untuk konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan III 2015 mengalami

penurunan sebesar -5,73% (qtq) apabila dibandingkan triwulan II namun bila dibandingkan periode yang sama tahun

2014 mengalami peningkatan cukup tinggi sebesar 13,62% (yoy). Penurunan konsumsi listrik secara triwulanan

diperkirakan lebih terjadi karena masalah teknis, yaitu pemeliharaan PLTU Bolok pada awal bulan Juli dan musibah

terbakarnya PLTU Bolok pada pertengahan Agustus, sehingga berdampak pada berkurangnya kapasitas listrik yang dapat

dialirkan kepada masyarakat. Di sisi lain, Indeks Kegiatan Usaha dari hasil Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya

penurunan namun masih dalam batasan positif, sehingga mendukung adanya pertumbuhan yang masih tetap terjadi.

Sementara itu, Penyaluran kredit konsumsi secara triwulanan masih tumbuh positif sebesar 4,4% (qtq) dan secara tahunan

tumbuh sebesar 13,8% (yoy).

Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup tinggi sebesar 17,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 (8,64%-

yoy). Peningkatan konsumsi lembaga non profit diperkirakan terjadi seiring makin dekatnya penyelenggaraan pilkada

serentak pada 9 Kabupaten di Provinsi NTT (Kab. Ngada, Kab. Manggarai, Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba Barat, Kab.

Sumba Timur, Kab. Malaka, Kab. Timor Tengah Utara (TTU), Kab. Sabu Raijua dan Kab. Belu).

URAIAN2013

2014qtqBobot yoy ctc

51.246.857

2.323.762

19.250.737

26.336.089

2.934.161

1.453.489

645.729

(34.296.733)

68.602.633

13,232,334

548,673

7,932,731

6,890,180

296,758

383,471

211,016

(10,996,237)

18,076,895

13,879,267

603,754

6,485,299

7,841,736

149,693

379,197

141,513

(10,639,850)

18,557,582

14,509,504

671,518

7,692,259

9,006,069

417,152

506,776

57,095

(12,765,116)

19,981,066

72.6

3.4

38.5

45.1

2.1

2.5

0.3

-63.9

100.0

3.67

10.96

16.51

8.89

166.66

38.45

-62.21

15.51

5.65

5.44

17.51

-11.13

16.05

45.60

38.40

-75.86

7.33

5.11

5.86

-0.83

-2.63

19.57

-16.91

30.97

-64.29

15.45

4.96

47,368,797

1,868,305

16,889,933

20,586,330

946,724

1,196,294

3,733,059

(23,797,857)

61,325,467 Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

2014

YOY

III

2015

IIIII

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan III 2015

Grafik 1.4. Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II

2014 2015

III

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%BAHAN KONSTRUKSI

PERLENGKAPAN RUMAH TANGGASUKU CADANG

BARANG KERAJINAN

MAKANAN DAN TEMBAKAUPAKAIAN DAN PERLENGKAPANNYA BAHAN BAKARTOTAL

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.3. Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan III 2015

IRPE IRPE (QTQ) CRT PDRB (QTQ)

-20,00%

-15,00%

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 03

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III 2015 mencapai 5,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional

yang sebesar 4,73% (yoy). Peningkatan investasi dan PMTB serta realisasi gaji ke-13 menjadi pendorong utama

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Total PDRB NTT pada triwulan III mencapai Rp 19,98 triliun. Sementara di tingkat

nasional, perbaikan terutama ditunjang oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah.

Apabila dibandingkan dengan daerah di koridor Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) lainnya, pertumbuhan

ekonomi NTT pada triwulan III tercatat masih yang terendah. Struktur ekonomi NTT yang mayoritas masih

mengandalkan pertanian konvensional, serta terbatasnya industri menjadi faktor penghambat akselerasi perekonomian di

NTT. Ketergantungan impor yang tinggi seiring terbatasnya produk asli lokal dan dibarengi kebutuhan yang tinggi dari >5

juta penduduk NTT (terbanyak ke-2 di Kawasan Timur Indonesia, dibawah Sulawesi Selatan) juga turut menjadi

penghambat. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di koridor Balinusra berada di Provinsi NTB sebesar 26,12% (yoy) yang

terutama masih disebabkan oleh peningkatan produksi pertambangan bijih logam oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT)

seiring adanya relaksasi ekspor oleh Pemerintah pusat. Sementara, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III

tercatat sebesar 6,29% (yoy) yang terutama bersumber dari peningkatan konsumsi rumah tangga yang tercermin dari

pertumbuhan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (8,86%-yoy), selain itu dorongan juga berasal dari peningkatan

investasi/PMTB. Di sisi lain, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai sektor utama di Bali cenderung

melambat dengan pertumbuhan sebesar 5,35% (yoy). Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT Masih di bawah Prov NTB, namun berada di atas Prov

Bali. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan III 2015 sebesar 5,65% (qtq), masih dibawah pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTB yang sebesar 9,86% (qtq), namun masih diatas Provinsi Bali yang sebesar 3,00% (qtq). Dorongan

perekonomian NTB terutama berasal dari sektor industri pengolahan seiring peningkatan produksi industri pengolahan

tembakau. Sementara pertumbuhan ekonomi NTT lebih disebabkan olah sektor Administrasi Pemerintahan seiring adanya

realisasi gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

Secara tahunan, kinerja investasi/PMTB menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi triwulan III.

Pertumbuhan investasi/PMTB yang mencapai 16,05% (yoy) mampu menjadi pendorong kinerja perekonomian secara

keseluruhan. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,44% (yoy) yang menunjukkan masih

cukup baiknya daya beli masyarakat di NTT. Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah mengalami penurunan sebesar -

11,13% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, sebagai imbal balik dari peningkatan

investasi dan masih terbatasnya produksi lokal di NTT, terjadi peningkatan impor antar daerah sebesar 7,33% (yoy).

Secara triwulanan, kinerja perekonomian NTT mengalami peningkatan sebesar 5,65%(qtq). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi secara triwulan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pemerintah sebesar 16,51% (qtq) yang

terutama didorong oleh realisasi gaji ke-13 PNS, peningkatan realisasi belanja barang dan jasa, serta belanja hibah (dana

desa). Peningkatan juga didorong oleh kenaikan investasi/PMTB sebesar 8,89% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan-II

yang sebesar 4,81% (qtq).

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201502

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

1.2.1 Konsumsi

Pengeluaran konsumsi pada triwulan III menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 0,57% (yoy) dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2014. Peningkatan terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring

libur sekolah dan idul fitri, gaji ke-13 PNS serta mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah. Peningkatan

konsumsi rumah tangga terlihat dari indeks riil penjualan eceran yang mengalami peningkatan. Berdasarkan rincian

komoditas, mayoritas komoditas juga menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan penjualan. Peningkatan tertinggi

terutama berasal dari komoditas pakaian dan perlengkapannya. Musim liburan sekolah dan libur Idul Fitri diperkirakan

menjadi pendorong meningkatnya penjualan komoditas tersebut.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga telihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan

peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat menunjukkan peningkatan yang terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) yang mengalami kenaikan. Sementara, untuk konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan III 2015 mengalami

penurunan sebesar -5,73% (qtq) apabila dibandingkan triwulan II namun bila dibandingkan periode yang sama tahun

2014 mengalami peningkatan cukup tinggi sebesar 13,62% (yoy). Penurunan konsumsi listrik secara triwulanan

diperkirakan lebih terjadi karena masalah teknis, yaitu pemeliharaan PLTU Bolok pada awal bulan Juli dan musibah

terbakarnya PLTU Bolok pada pertengahan Agustus, sehingga berdampak pada berkurangnya kapasitas listrik yang dapat

dialirkan kepada masyarakat. Di sisi lain, Indeks Kegiatan Usaha dari hasil Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya

penurunan namun masih dalam batasan positif, sehingga mendukung adanya pertumbuhan yang masih tetap terjadi.

Sementara itu, Penyaluran kredit konsumsi secara triwulanan masih tumbuh positif sebesar 4,4% (qtq) dan secara tahunan

tumbuh sebesar 13,8% (yoy).

Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup tinggi sebesar 17,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 (8,64%-

yoy). Peningkatan konsumsi lembaga non profit diperkirakan terjadi seiring makin dekatnya penyelenggaraan pilkada

serentak pada 9 Kabupaten di Provinsi NTT (Kab. Ngada, Kab. Manggarai, Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba Barat, Kab.

Sumba Timur, Kab. Malaka, Kab. Timor Tengah Utara (TTU), Kab. Sabu Raijua dan Kab. Belu).

URAIAN2013

2014qtqBobot yoy ctc

51.246.857

2.323.762

19.250.737

26.336.089

2.934.161

1.453.489

645.729

(34.296.733)

68.602.633

13,232,334

548,673

7,932,731

6,890,180

296,758

383,471

211,016

(10,996,237)

18,076,895

13,879,267

603,754

6,485,299

7,841,736

149,693

379,197

141,513

(10,639,850)

18,557,582

14,509,504

671,518

7,692,259

9,006,069

417,152

506,776

57,095

(12,765,116)

19,981,066

72.6

3.4

38.5

45.1

2.1

2.5

0.3

-63.9

100.0

3.67

10.96

16.51

8.89

166.66

38.45

-62.21

15.51

5.65

5.44

17.51

-11.13

16.05

45.60

38.40

-75.86

7.33

5.11

5.86

-0.83

-2.63

19.57

-16.91

30.97

-64.29

15.45

4.96

47,368,797

1,868,305

16,889,933

20,586,330

946,724

1,196,294

3,733,059

(23,797,857)

61,325,467 Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

2014

YOY

III

2015

IIIII

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan III 2015

Grafik 1.4. Rincian Pertumbuhan Triwulanan Penjualan Eceran

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II

2014 2015

III

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%BAHAN KONSTRUKSI

PERLENGKAPAN RUMAH TANGGASUKU CADANG

BARANG KERAJINAN

MAKANAN DAN TEMBAKAUPAKAIAN DAN PERLENGKAPANNYA BAHAN BAKARTOTAL

Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.3. Indeks Riil Penjualan Eceran Triwulan III 2015

IRPE IRPE (QTQ) CRT PDRB (QTQ)

-20,00%

-15,00%

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 03

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III 2015 mencapai 5,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional

yang sebesar 4,73% (yoy). Peningkatan investasi dan PMTB serta realisasi gaji ke-13 menjadi pendorong utama

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Total PDRB NTT pada triwulan III mencapai Rp 19,98 triliun. Sementara di tingkat

nasional, perbaikan terutama ditunjang oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah.

Apabila dibandingkan dengan daerah di koridor Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) lainnya, pertumbuhan

ekonomi NTT pada triwulan III tercatat masih yang terendah. Struktur ekonomi NTT yang mayoritas masih

mengandalkan pertanian konvensional, serta terbatasnya industri menjadi faktor penghambat akselerasi perekonomian di

NTT. Ketergantungan impor yang tinggi seiring terbatasnya produk asli lokal dan dibarengi kebutuhan yang tinggi dari >5

juta penduduk NTT (terbanyak ke-2 di Kawasan Timur Indonesia, dibawah Sulawesi Selatan) juga turut menjadi

penghambat. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di koridor Balinusra berada di Provinsi NTB sebesar 26,12% (yoy) yang

terutama masih disebabkan oleh peningkatan produksi pertambangan bijih logam oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT)

seiring adanya relaksasi ekspor oleh Pemerintah pusat. Sementara, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III

tercatat sebesar 6,29% (yoy) yang terutama bersumber dari peningkatan konsumsi rumah tangga yang tercermin dari

pertumbuhan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (8,86%-yoy), selain itu dorongan juga berasal dari peningkatan

investasi/PMTB. Di sisi lain, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai sektor utama di Bali cenderung

melambat dengan pertumbuhan sebesar 5,35% (yoy). Secara triwulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT Masih di bawah Prov NTB, namun berada di atas Prov

Bali. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan III 2015 sebesar 5,65% (qtq), masih dibawah pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTB yang sebesar 9,86% (qtq), namun masih diatas Provinsi Bali yang sebesar 3,00% (qtq). Dorongan

perekonomian NTB terutama berasal dari sektor industri pengolahan seiring peningkatan produksi industri pengolahan

tembakau. Sementara pertumbuhan ekonomi NTT lebih disebabkan olah sektor Administrasi Pemerintahan seiring adanya

realisasi gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil.

Secara tahunan, kinerja investasi/PMTB menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi triwulan III.

Pertumbuhan investasi/PMTB yang mencapai 16,05% (yoy) mampu menjadi pendorong kinerja perekonomian secara

keseluruhan. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,44% (yoy) yang menunjukkan masih

cukup baiknya daya beli masyarakat di NTT. Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah mengalami penurunan sebesar -

11,13% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, sebagai imbal balik dari peningkatan

investasi dan masih terbatasnya produksi lokal di NTT, terjadi peningkatan impor antar daerah sebesar 7,33% (yoy).

Secara triwulanan, kinerja perekonomian NTT mengalami peningkatan sebesar 5,65%(qtq). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi secara triwulan disebabkan oleh peningkatan konsumsi pemerintah sebesar 16,51% (qtq) yang

terutama didorong oleh realisasi gaji ke-13 PNS, peningkatan realisasi belanja barang dan jasa, serta belanja hibah (dana

desa). Peningkatan juga didorong oleh kenaikan investasi/PMTB sebesar 8,89% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan-II

yang sebesar 4,81% (qtq).

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201502

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

seperti keterlambatan proses lelang dan penerapan Perpres yang baru, serta kendala di lapangan, seperti permasalahan

lahan. Permasalahan hukum yang menjerat beberapa pejabat di tataran pemerintah juga menyebabkan adanya

keengganan untuk menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sehingga menghambat proses lelang. Oleh karena itu,

pemahaman mendalam mengenai prosedur lelang dan pengawasan serta advisory yang baik dari pimpinan satker perlu

untuk ditingkatkan.

Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga sudah dilaksanakan pada triwulan III tahun 2015.

Proyek-proyek yang dikembangankan oleh pihak swasta, diantaranya adalah pembangunan Base Transceiver Station (BTS)

oleh PT. Telkomsel (Persero) di wilayah perbatasan, pembangunan infrastuktur kelistrikan yang terus dilakukan oleh PT. PLN

(Persero), serta pembangunan beberapa hotel baru, seperti di Kota Kupang.

Peningkatan investasi juga terlihat dari data realisasi investasi BKPM dan Penjualan Semen. Berdasarkan data

BKPM, pada triwulan III 2015 telah terealisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 21,9 juta atau meningkat

630,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Peningkatan juga terlihat dari indikator penjualan semen

yang mengalami peningkatan sebesar 11,4% (qtq).

Dari data sistem pembayaran nontunai juga terlihat adanya peningkatan uang masuk ke NTT. Data Real-Time

Gross Settlement (RTGS) menunjukkan adanya net to NTT sebesar Rp 8,01 triliun atau meningkat 39,42% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit modal kerja sebesar

16,9% (yoy) dan kredit investasi sebesar 8,2% (yoy) cenderung lebih lambat dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Namun dengan angka pertumbuhan yang masih cukup tinggi menunjukkan adanya perkembangan

kegiatan investasi di NTT yang cukup baik. Sedangkan rendahnya pertumbuhan kredit investasi kemungkinan besar

disebabkan oleh tingginya bunga kredit investasi, sehingga debitur memilih meminjam menggunakan pilihan kredit yang

lain.

Grafik 1.10. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

RIBU TON YOY QTQ

Grafik 1.9. Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing danPenanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

PROYEK PMA (JUTA US$) PROYEK PMDN (MILIAR RP)

PMA (%YOY) PMDN (%YOY)

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III0

5

10

15

20

25

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

III

MODAL KERJA INVESTASI MODAL KERJA (YOY) INVESTASI (YOY)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.11. Realisasi Dana Masuk/ Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

RTGS OUT RTGS IN NET RTGS(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

I II III IV I II

2014 2015

triliun

II

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 05

Secara tahunan, konsumsi pemerintah menunjukkan adanya penurunan sebesar -11,13% (yoy) pada triwulan

III 2015. Namun secara triwulan mengalami peningkatan sebesar 16,51% (qtq). Penurunan secara tahunan

tersebut cukup kontradiktif dengan peningkatan pada 17 sektor dalam perhitungan PDRB. Secara nominal (ADHB),

belanja konsumsi pemerintah hingga triwulan III 2015 mengalami kenaikan hingga lebih dari dua triliun rupiah. Namun 1demikian, besarnya deflator PDRB untuk konsumsi pemerintah membuat pertumbuhan ekonomi atas pengeluaran

pemerintah mengalami penurunan. Rendahnya belanja konsumsi terutama terjadi pada realisasi belanja barang dan jasa

(37,27% dari pagu) serta realisasi belanja bantuan sosial (39,10% dari pagu). Namun, penurunan konsumsi pemerintah

dapat tertahan oleh peningkatan belanja pegawai melalui realisasi gaji ke-13 pada bulan Juli.

Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT pada triwulan III-2015 mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar

16,05% (yoy). Kenaikan investasi diperkirakan berasal dari kegiatan investasi pemerintah yang meningkat,

walaupun realisasi belanja modal pemerintah baru mencapai 29,74%. Beberapa proyek APBN yang sudah mulai

dijalankan diantaranya pembangunan dan rehabilitasi sumber daya air, pembangunan/pelebaran Jalan di Kawasan

Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan, pengembangan pelabuhan dan dermaga, pengembangan 14

bandara, pengembangan jaringan distribusi listrik, serta pengembangan fasilitasi pendidikan tinggi. Selain itu,

pengembangan investasi juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui pembangunan kantor

pemerintahan yang baru. Di akhir tahun 2015, telah direncanakan pula tahap awal pembangunan (groundbreaking)

bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.

Di sisi lain, realisasi belanja modal yang belum optimal masih menjadi hambatan dalam pengembangan

investasi pemerintah. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi terutama berupa kendala administrasi dan SDM,

Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

II0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

KONSUMSI KONSUMSI (YOY) KONSUMSI (QTQ)

Grafik 1.7. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

indeks

Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (QTQ) GROWTH (YOY)

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

Kenaikan satuan harga pada PDRB1.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201504

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

seperti keterlambatan proses lelang dan penerapan Perpres yang baru, serta kendala di lapangan, seperti permasalahan

lahan. Permasalahan hukum yang menjerat beberapa pejabat di tataran pemerintah juga menyebabkan adanya

keengganan untuk menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sehingga menghambat proses lelang. Oleh karena itu,

pemahaman mendalam mengenai prosedur lelang dan pengawasan serta advisory yang baik dari pimpinan satker perlu

untuk ditingkatkan.

Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga sudah dilaksanakan pada triwulan III tahun 2015.

Proyek-proyek yang dikembangankan oleh pihak swasta, diantaranya adalah pembangunan Base Transceiver Station (BTS)

oleh PT. Telkomsel (Persero) di wilayah perbatasan, pembangunan infrastuktur kelistrikan yang terus dilakukan oleh PT. PLN

(Persero), serta pembangunan beberapa hotel baru, seperti di Kota Kupang.

Peningkatan investasi juga terlihat dari data realisasi investasi BKPM dan Penjualan Semen. Berdasarkan data

BKPM, pada triwulan III 2015 telah terealisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$ 21,9 juta atau meningkat

630,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Peningkatan juga terlihat dari indikator penjualan semen

yang mengalami peningkatan sebesar 11,4% (qtq).

Dari data sistem pembayaran nontunai juga terlihat adanya peningkatan uang masuk ke NTT. Data Real-Time

Gross Settlement (RTGS) menunjukkan adanya net to NTT sebesar Rp 8,01 triliun atau meningkat 39,42% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu dari indikator perbankan, pertumbuhan kredit modal kerja sebesar

16,9% (yoy) dan kredit investasi sebesar 8,2% (yoy) cenderung lebih lambat dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Namun dengan angka pertumbuhan yang masih cukup tinggi menunjukkan adanya perkembangan

kegiatan investasi di NTT yang cukup baik. Sedangkan rendahnya pertumbuhan kredit investasi kemungkinan besar

disebabkan oleh tingginya bunga kredit investasi, sehingga debitur memilih meminjam menggunakan pilihan kredit yang

lain.

Grafik 1.10. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

RIBU TON YOY QTQ

Grafik 1.9. Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing danPenanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM, diolah

PROYEK PMA (JUTA US$) PROYEK PMDN (MILIAR RP)

PMA (%YOY) PMDN (%YOY)

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III0

5

10

15

20

25

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

III

MODAL KERJA INVESTASI MODAL KERJA (YOY) INVESTASI (YOY)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.11. Realisasi Dana Masuk/ Keluar Provinsi NTT dalam RTGS

RTGS OUT RTGS IN NET RTGS(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

I II III IV I II

2014 2015

triliun

II

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 05

Secara tahunan, konsumsi pemerintah menunjukkan adanya penurunan sebesar -11,13% (yoy) pada triwulan

III 2015. Namun secara triwulan mengalami peningkatan sebesar 16,51% (qtq). Penurunan secara tahunan

tersebut cukup kontradiktif dengan peningkatan pada 17 sektor dalam perhitungan PDRB. Secara nominal (ADHB),

belanja konsumsi pemerintah hingga triwulan III 2015 mengalami kenaikan hingga lebih dari dua triliun rupiah. Namun 1demikian, besarnya deflator PDRB untuk konsumsi pemerintah membuat pertumbuhan ekonomi atas pengeluaran

pemerintah mengalami penurunan. Rendahnya belanja konsumsi terutama terjadi pada realisasi belanja barang dan jasa

(37,27% dari pagu) serta realisasi belanja bantuan sosial (39,10% dari pagu). Namun, penurunan konsumsi pemerintah

dapat tertahan oleh peningkatan belanja pegawai melalui realisasi gaji ke-13 pada bulan Juli.

Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT pada triwulan III-2015 mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar

16,05% (yoy). Kenaikan investasi diperkirakan berasal dari kegiatan investasi pemerintah yang meningkat,

walaupun realisasi belanja modal pemerintah baru mencapai 29,74%. Beberapa proyek APBN yang sudah mulai

dijalankan diantaranya pembangunan dan rehabilitasi sumber daya air, pembangunan/pelebaran Jalan di Kawasan

Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan, pengembangan pelabuhan dan dermaga, pengembangan 14

bandara, pengembangan jaringan distribusi listrik, serta pengembangan fasilitasi pendidikan tinggi. Selain itu,

pengembangan investasi juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui pembangunan kantor

pemerintahan yang baru. Di akhir tahun 2015, telah direncanakan pula tahap awal pembangunan (groundbreaking)

bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.

Di sisi lain, realisasi belanja modal yang belum optimal masih menjadi hambatan dalam pengembangan

investasi pemerintah. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi terutama berupa kendala administrasi dan SDM,

Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

triliun

II0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

KONSUMSI KONSUMSI (YOY) KONSUMSI (QTQ)

Grafik 1.7. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber : BPS, diolah

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

indeks

Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : PT PLN, diolah

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (QTQ) GROWTH (YOY)

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

Kenaikan satuan harga pada PDRB1.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201504

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Tabel1.2.PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III 2015

URAIAN

20,446,913

1,070,349

843,708

31,539

45,529

7,095,979

7,285,709

3,566,950

422,443

5,134,426

2,714,850

1,860,878

210,879

8,392,732

6,568,193

1,414,584

1,496,973

68,602,633

5,429,343

279,999

218,019

7,437

12,009

1,851,177

1,914,901

922,291

109,450

1,326,414

682,434

481,490

54,621

2,301,375

1,734,950

370,178

380,809

18,076,895

5,696,653

324,312

222,408

9,348

11,494

1,899,771

1,998,350

955,527

117,133

1,321,882

708,643

499,416

57,442

2,193,833

1,737,853

397,896

405,622

18,557,582

6,009,484

350,556

243,493

9,187

12,347

2,051,698

2,151,550

1,014,761

127,264

1,416,921

781,252

539,727

61,340

2,461,309

1,918,599

413,749

417,829

19,981,066

30.1

1.8

1.2

0.0

0.1

10.3

10.8

5.1

0.6

7.1

3.9

2.7

0.3

12.3

9.6

2.1

2.1

100.0

3.58

5.64

7.25

-3.03

6.14

6.30

6.32

4.28

6.50

7.00

8.75

6.08

4.83

8.98

6.21

0.86

1.70

5.65

2.04

6.21

5.10

12.56

1.08

6.53

6.51

4.85

6.35

7.52

7.93

4.90

5.13

6.79

6.04

6.23

3.65

5.11

2.70

5.67

5.10

13.05

2.64

4.30

6.13

5.64

5.28

6.96

5.70

3.86

4.50

6.82

6.87

5.81

3.85

4.96

18.272.369

894.152

758.818

23.603

41.818

6.344.808

6.570.524

3.195.325

367.820

4.660.243

2.389.329

1.705.495

188.487

7.592.137

5.679.554

1.279.704

1.361.281

61.325.467

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2013

2014

2014

YOY

III

2015

IIIIIqtqBobot yoy ctc

Sektor sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan periode yang

sama tahun 2014 maupun triwulan-II 2015. Sektor pertanian pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan

pertumbuhan sebesar 2,04% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 4,58% (yoy) dan triwulan-II

2015 sebesar 3,02% (yoy). Peningkatan terutama diperkirakan berasal dari komoditas ternak seiring tingginya kebutuhan

dari daerah lain untuk perayaan Idul Adha. Selain itu, beberapa komoditas perkebunan yang sudah mulai panen, seperti

jambu mete, asam, kopi dan kakao juga menjadi pendorong. Komoditas perikanan juga diperkirakan menjadi pendorong,

hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai ekspor ikan, terutama tuna/tongkol ke luar negeri yang meningkat sebesar

244,7% (yoy). Sementara komoditas padi diperkirakan menurun seiring belum tibanya musim panen ke-2. Di sisi lain,

dampak El-Nino diperkirakan tidak akan begitu besar bagi produksi komoditas pertanian, terutama padi. Dari data Dinas

Pertanian, kerusakan lahan baik dari El Nino, serangan hama dan bencana banjir hanya mencapai 2.988,13 ha dari total

luas tanam padi sebesar 36.402,43 ha. Hal ini juga dikonfirmasi dengan Angka Ramalan-II BPS yang menyebutkan adanya

peningkatan produksi padi sebesar 14,2% pada tahun 2015. Peningkatan diperkirakan turut ditunjang oleh adanya

bantuan Pemerintah melalui anggaran upaya khusus APBN sebanyak Rp 319 miliar guna perbaikan jaringan irigasi,

pembelian traktor, combine harvester, benih, pupuk dan sarana produksi lainnya.

Pertumbuhan sektor pertanian juga terkonfirmasi dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan pengiriman

ternak. Indikator nilai tukar petani pada triwulan III menunjukkan peningkatan sebesar 102,2 yang terutama ditunjang

oleh petani di subsektor peternakan dan palawija. Sementara itu, trafik pengiriman ternak dari NTT juga mengalami

kenaikan hingga 50,2% (yoy) atau 9.872 ekor pada triwulan III. Diperkirakan peningkatan kebutuhan sapi menjelang

perayaan Idul Adha di luar NTT menjadi penyebab utama.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORAL

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 didorong oleh adanya realisasi gaji ke-13 PNS,

peningkatan belanja masyarakat seiring libur sekolah, idul fitri dan tibanya musim ajaran baru, serta

peningkatan kegiatan konstruksi di NTT. Secara tahunan, semua sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan III

2015 yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi pada tahun 2015. Sementara pada periode triwulanan,

hanya sektor pengadaaan listrik dan gas yang mengalami penurunan. Permasalahan operasional PLTU Bolok yang sempat

terhambat seiring pemeliharaan dan musibah kebakaran yang terjadi diperkirakan menjadi penyebab utama.

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari perkembangan aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Pada

triwulan III, net impor antar daerah di Provinsi NTT tumbuh sebesar 15,51% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya atau

tumbuh sebesar 7,33% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari bongkar muat

peti kemas, terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 4,3% (yoy), namun secara triwulanan mengalami penurunan

sebesar -19,6% (qtq). Di sisi lain, bongkar muat curah masih menunjukkan defisit masuk barang ke NTT yang cukup besar.

Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berkorelasi postif dengan pasokan barang dari daerah

lain. Terbatasnya industri dan tingginya kebutuhan sumber daya pangan di NTT menyebabkan ketergantungan dengan

daerah lain masih tinggi.

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri Aktivitas ekspor bersih Provinsi NTT pada triwulan III masih mengikuti perkembangan triwulan sebelumnya

yang meningkat. Peningkatan net ekspor NTT mencapai 292,3% (yoy) pada triwulan III yang disebabkan oleh nilai ekspor

yang meningkat tinggi dan dibarengi dengan impor yang menurun. Ekspor NTT pada triwulan III bernilai US$ 6,24 juta

dengan tujuan utama ekspor adalah Timor Leste. Komoditas utama ekspor adalah semen dan kendaraan bermotor roda 4

dan lebih, sementara ekspor dari sektor pertanian terutama ikan tuna/tongkol. Sementara itu, impor NTT pada triwulan III

hanya sebesar US$ 92.581 dengan komoditas impor utama adalah kopi serta buah/sayur olahan yang berasal dari Timor

Leste.

1.2.3 Ekspor – Impor

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus

III

Grafik 1.13. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY) PERTUMBUHAN (% QTQ)

Grafik 1.14. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Ton

III

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00 Juta USD

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

III

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.15. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-7

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

11

13

2013 2014 2015

Juta USD

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 07Triwulan III 201506

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Tabel1.2.PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III 2015

URAIAN

20,446,913

1,070,349

843,708

31,539

45,529

7,095,979

7,285,709

3,566,950

422,443

5,134,426

2,714,850

1,860,878

210,879

8,392,732

6,568,193

1,414,584

1,496,973

68,602,633

5,429,343

279,999

218,019

7,437

12,009

1,851,177

1,914,901

922,291

109,450

1,326,414

682,434

481,490

54,621

2,301,375

1,734,950

370,178

380,809

18,076,895

5,696,653

324,312

222,408

9,348

11,494

1,899,771

1,998,350

955,527

117,133

1,321,882

708,643

499,416

57,442

2,193,833

1,737,853

397,896

405,622

18,557,582

6,009,484

350,556

243,493

9,187

12,347

2,051,698

2,151,550

1,014,761

127,264

1,416,921

781,252

539,727

61,340

2,461,309

1,918,599

413,749

417,829

19,981,066

30.1

1.8

1.2

0.0

0.1

10.3

10.8

5.1

0.6

7.1

3.9

2.7

0.3

12.3

9.6

2.1

2.1

100.0

3.58

5.64

7.25

-3.03

6.14

6.30

6.32

4.28

6.50

7.00

8.75

6.08

4.83

8.98

6.21

0.86

1.70

5.65

2.04

6.21

5.10

12.56

1.08

6.53

6.51

4.85

6.35

7.52

7.93

4.90

5.13

6.79

6.04

6.23

3.65

5.11

2.70

5.67

5.10

13.05

2.64

4.30

6.13

5.64

5.28

6.96

5.70

3.86

4.50

6.82

6.87

5.81

3.85

4.96

18.272.369

894.152

758.818

23.603

41.818

6.344.808

6.570.524

3.195.325

367.820

4.660.243

2.389.329

1.705.495

188.487

7.592.137

5.679.554

1.279.704

1.361.281

61.325.467

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M,N

O

P

Q

R,S,T,U

2013

2014

2014

YOY

III

2015

IIIIIqtqBobot yoy ctc

Sektor sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan periode yang

sama tahun 2014 maupun triwulan-II 2015. Sektor pertanian pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan

pertumbuhan sebesar 2,04% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 4,58% (yoy) dan triwulan-II

2015 sebesar 3,02% (yoy). Peningkatan terutama diperkirakan berasal dari komoditas ternak seiring tingginya kebutuhan

dari daerah lain untuk perayaan Idul Adha. Selain itu, beberapa komoditas perkebunan yang sudah mulai panen, seperti

jambu mete, asam, kopi dan kakao juga menjadi pendorong. Komoditas perikanan juga diperkirakan menjadi pendorong,

hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai ekspor ikan, terutama tuna/tongkol ke luar negeri yang meningkat sebesar

244,7% (yoy). Sementara komoditas padi diperkirakan menurun seiring belum tibanya musim panen ke-2. Di sisi lain,

dampak El-Nino diperkirakan tidak akan begitu besar bagi produksi komoditas pertanian, terutama padi. Dari data Dinas

Pertanian, kerusakan lahan baik dari El Nino, serangan hama dan bencana banjir hanya mencapai 2.988,13 ha dari total

luas tanam padi sebesar 36.402,43 ha. Hal ini juga dikonfirmasi dengan Angka Ramalan-II BPS yang menyebutkan adanya

peningkatan produksi padi sebesar 14,2% pada tahun 2015. Peningkatan diperkirakan turut ditunjang oleh adanya

bantuan Pemerintah melalui anggaran upaya khusus APBN sebanyak Rp 319 miliar guna perbaikan jaringan irigasi,

pembelian traktor, combine harvester, benih, pupuk dan sarana produksi lainnya.

Pertumbuhan sektor pertanian juga terkonfirmasi dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan pengiriman

ternak. Indikator nilai tukar petani pada triwulan III menunjukkan peningkatan sebesar 102,2 yang terutama ditunjang

oleh petani di subsektor peternakan dan palawija. Sementara itu, trafik pengiriman ternak dari NTT juga mengalami

kenaikan hingga 50,2% (yoy) atau 9.872 ekor pada triwulan III. Diperkirakan peningkatan kebutuhan sapi menjelang

perayaan Idul Adha di luar NTT menjadi penyebab utama.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORAL

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 didorong oleh adanya realisasi gaji ke-13 PNS,

peningkatan belanja masyarakat seiring libur sekolah, idul fitri dan tibanya musim ajaran baru, serta

peningkatan kegiatan konstruksi di NTT. Secara tahunan, semua sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan III

2015 yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi pada tahun 2015. Sementara pada periode triwulanan,

hanya sektor pengadaaan listrik dan gas yang mengalami penurunan. Permasalahan operasional PLTU Bolok yang sempat

terhambat seiring pemeliharaan dan musibah kebakaran yang terjadi diperkirakan menjadi penyebab utama.

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah Peningkatan aktivitas ekonomi juga terlihat dari perkembangan aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Pada

triwulan III, net impor antar daerah di Provinsi NTT tumbuh sebesar 15,51% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya atau

tumbuh sebesar 7,33% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari bongkar muat

peti kemas, terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 4,3% (yoy), namun secara triwulanan mengalami penurunan

sebesar -19,6% (qtq). Di sisi lain, bongkar muat curah masih menunjukkan defisit masuk barang ke NTT yang cukup besar.

Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berkorelasi postif dengan pasokan barang dari daerah

lain. Terbatasnya industri dan tingginya kebutuhan sumber daya pangan di NTT menyebabkan ketergantungan dengan

daerah lain masih tinggi.

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri Aktivitas ekspor bersih Provinsi NTT pada triwulan III masih mengikuti perkembangan triwulan sebelumnya

yang meningkat. Peningkatan net ekspor NTT mencapai 292,3% (yoy) pada triwulan III yang disebabkan oleh nilai ekspor

yang meningkat tinggi dan dibarengi dengan impor yang menurun. Ekspor NTT pada triwulan III bernilai US$ 6,24 juta

dengan tujuan utama ekspor adalah Timor Leste. Komoditas utama ekspor adalah semen dan kendaraan bermotor roda 4

dan lebih, sementara ekspor dari sektor pertanian terutama ikan tuna/tongkol. Sementara itu, impor NTT pada triwulan III

hanya sebesar US$ 92.581 dengan komoditas impor utama adalah kopi serta buah/sayur olahan yang berasal dari Timor

Leste.

1.2.3 Ekspor – Impor

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Teus

III

Grafik 1.13. Perkembangan Peti Kemas

Sumber : Pelindo III, diolah

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY) PERTUMBUHAN (% QTQ)

Grafik 1.14. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Ton

III

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

USA THAILAND INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE

Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor NTT

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00 Juta USD

I II III IV I III II III IV I II III IV

2012 2014 20152013

III

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

Grafik 1.15. Ekspor Impor Antar Negara

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-7

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

11

13

2013 2014 2015

Juta USD

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 07Triwulan III 201506

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

minim terealisasi. Realisasi belanja pegawai pemerintah kabupaten/kota dinilai masih cukup rendah walaupun relatif

wajar, sedangkan belanja pertahanan dan jaminan sosial wajib relatif cukup bagus yang terlihat dari realisasi belanja

pegawai APBN yang terserap sesuai anggaran.

Lambatnya penyerapan anggaran juga terlihat dari simpanan pemerintah di perbankan yang masih cukup

tinggi. Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan NTT hingga akhir Triwulan III 2015 mencapai Rp 7,64 triliun atau

meningkat 3,5% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan anomali, dibanding tahun-tahun sebelumnya

yang cenderung selalu menurun pada periode yang sama. Peningkatan upaya penyerapan anggaran yang tepat sasaran

bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di akhir periode anggaran diharapkan dapat menjadi prioritas utama di triwulan

IV 2015.

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan III 2015

sebesar 6,51% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun pada triwulan II

2015. Pertumbuhan sektor perdagangan terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyararakat dan peningkatan

kebutuhan pada waktu liburan sekolah, libur Idul Fitri dan masuknya musim ajaran baru. Peningkatan daya beli masyarakat

diperkirakan turut didorong oleh adanya gaji ke-13 PNS pada bulan Juli dengan pertimbangan jumlah pegawai negeri di 2NTT yang mencapai ribuan orang . Selain itu, dorongan peningkatan belanja pemerintah juga mampu menggerakan

perekonomian secara keseluruhan, baik dalam hal penyediaan tenaga kerja dan perdagangan barang di NTT.

Berdasarkan indikator survei SKDU dan kinerja kredit perdagangan di triwulan II 2015, terlihat adanya

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Indikator SKDU menunjukkan adanya peningkatan pada indikator

kegiatan usaha dan tenaga kerja, sementara untuk harga jual cenderung tidak berubah terlalu besar. Peningkatan ini

menunjukkan adanya geliat ekonomi dari sektor perdagangan yang ditunjukkan oleh peningkatan kegiatan usaha, baik

dari sisi omset dan kuantitas penjualan serta penyerapan tenaga kerja. Dari sisi kredit perdagangan, terjadi pertumbuhan

kredit mencapai 24,9% (yoy) pada triwulan III 2015, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 19,1% (yoy).

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Grafik 1.22. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-60,0%

-40,0%

-20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

SIMPANAN (RP MILYAR) PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

20,109.89

22,418.11

11,48%

5

7

9

11

13

15

17

19

18,500

19,000

19,500

20,000

20,500

21,000

21,500

22,000

22,500

23,000

Grafik 1.21. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

2014 2015

miliar Realisasi % Real

12.151,7 54.20

TOTAL BELANJA KONSUMSI PEMERINTAH PERTUMBUHAN BELANJA KONSUMSI

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

data BPS sebanyak 6.447 orang pada tahun 2014, belum termasuk PNS Provinsi dan instansi/Lembaga Pusat di Daerah2.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 09

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian menunjukkan adanya perlambatan kegiatan

usaha pada triwulan III 2015. Hal ini terlihat dari adanya penurunan nilai indeks kegiatan usaha dan tenaga kerja.

Sementara itu, indeks harga jual justru mengalami kenaikan. Hasil produksi yang masih terbatas, terutama paska panen

untuk komoditas padi menyebabkan melambatnya indeks kegiatan usaha dan tenaga kerja. Sementara indeks harga jual

yang tinggi disebabkan oleh kenaikan harga akibat produksi yang masih terbatas. Dari sisi pembiayaan, kredit pertanian

menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 13,6% (yoy) pada triwulan III -2015 dan cenderung melambat dibandingkan

periode yang sama tahun 2014.

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan sektor pertanian terutama berasal dari

keterbatasan sarana dan proses produksi. Dari subsektor perikanan, keterbatasan sarana melaut yang masih

menggunakan kapal ukuran kecil, serta sarana cold storage menjadi hambatan. Dari subsektor peternakan, prosedur

kuota pengiriman sapi dan banyaknya sapi betina usia produktif yang dipotong merupakan beberapa hambatan yang

teridentifikasi. Sementara dari sektor pertanian palawija, perlunya jalan usaha tani yang menghubungkan jalan utama ke

areal pertanian serta distribusi pupuk bersubsidi diharapkan dapat menjadi prioritas perbaikan pada periode yang akan

datang. Selain itu, permasalahan lainnya adalah turunnya harga komoditas, terutama rumput laut.

Secara tahunan, pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib pada

triwulan III 2015 sebesar 6,79% (yoy) melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun

triwulan II 2015. Belanja konsumsi pemerintah pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 11,48% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, hingga akhir September, total anggaran yang terealisasi baru mencapai 54,2%.

Realisasi belanja barang dan jasa serta bantuan sosial (dibawah 40%) menjadi beberapa pos anggaran yang masih relatif

Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Tukar Petani

99

100

101

102

103

104

80

100

120

140

160

180

95

96

97

98

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

IT IB NTP - AXIS KANAN

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.18. Pengiriman Ternak (yoy)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

Sumber : PT Pelindo III, diolah

PENGIRIMAN TERNAK BONGKAR PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

I II III IV I II

2014 2015

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV

2013

III

Grafik 1.19. Perkembangan SKDU Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJAKEGIATAN USAHA PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) PERTANIAN (%QTQ)

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Milyar Rp

III

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201508

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

minim terealisasi. Realisasi belanja pegawai pemerintah kabupaten/kota dinilai masih cukup rendah walaupun relatif

wajar, sedangkan belanja pertahanan dan jaminan sosial wajib relatif cukup bagus yang terlihat dari realisasi belanja

pegawai APBN yang terserap sesuai anggaran.

Lambatnya penyerapan anggaran juga terlihat dari simpanan pemerintah di perbankan yang masih cukup

tinggi. Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan NTT hingga akhir Triwulan III 2015 mencapai Rp 7,64 triliun atau

meningkat 3,5% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan anomali, dibanding tahun-tahun sebelumnya

yang cenderung selalu menurun pada periode yang sama. Peningkatan upaya penyerapan anggaran yang tepat sasaran

bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di akhir periode anggaran diharapkan dapat menjadi prioritas utama di triwulan

IV 2015.

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan III 2015

sebesar 6,51% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun pada triwulan II

2015. Pertumbuhan sektor perdagangan terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyararakat dan peningkatan

kebutuhan pada waktu liburan sekolah, libur Idul Fitri dan masuknya musim ajaran baru. Peningkatan daya beli masyarakat

diperkirakan turut didorong oleh adanya gaji ke-13 PNS pada bulan Juli dengan pertimbangan jumlah pegawai negeri di 2NTT yang mencapai ribuan orang . Selain itu, dorongan peningkatan belanja pemerintah juga mampu menggerakan

perekonomian secara keseluruhan, baik dalam hal penyediaan tenaga kerja dan perdagangan barang di NTT.

Berdasarkan indikator survei SKDU dan kinerja kredit perdagangan di triwulan II 2015, terlihat adanya

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Indikator SKDU menunjukkan adanya peningkatan pada indikator

kegiatan usaha dan tenaga kerja, sementara untuk harga jual cenderung tidak berubah terlalu besar. Peningkatan ini

menunjukkan adanya geliat ekonomi dari sektor perdagangan yang ditunjukkan oleh peningkatan kegiatan usaha, baik

dari sisi omset dan kuantitas penjualan serta penyerapan tenaga kerja. Dari sisi kredit perdagangan, terjadi pertumbuhan

kredit mencapai 24,9% (yoy) pada triwulan III 2015, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 19,1% (yoy).

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Grafik 1.22. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-60,0%

-40,0%

-20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

SIMPANAN (RP MILYAR) PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

20,109.89

22,418.11

11,48%

5

7

9

11

13

15

17

19

18,500

19,000

19,500

20,000

20,500

21,000

21,500

22,000

22,500

23,000

Grafik 1.21. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Sumber : Biro Keuangan dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, diolah

2014 2015

miliar Realisasi % Real

12.151,7 54.20

TOTAL BELANJA KONSUMSI PEMERINTAH PERTUMBUHAN BELANJA KONSUMSI

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

data BPS sebanyak 6.447 orang pada tahun 2014, belum termasuk PNS Provinsi dan instansi/Lembaga Pusat di Daerah2.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 09

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian menunjukkan adanya perlambatan kegiatan

usaha pada triwulan III 2015. Hal ini terlihat dari adanya penurunan nilai indeks kegiatan usaha dan tenaga kerja.

Sementara itu, indeks harga jual justru mengalami kenaikan. Hasil produksi yang masih terbatas, terutama paska panen

untuk komoditas padi menyebabkan melambatnya indeks kegiatan usaha dan tenaga kerja. Sementara indeks harga jual

yang tinggi disebabkan oleh kenaikan harga akibat produksi yang masih terbatas. Dari sisi pembiayaan, kredit pertanian

menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 13,6% (yoy) pada triwulan III -2015 dan cenderung melambat dibandingkan

periode yang sama tahun 2014.

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan sektor pertanian terutama berasal dari

keterbatasan sarana dan proses produksi. Dari subsektor perikanan, keterbatasan sarana melaut yang masih

menggunakan kapal ukuran kecil, serta sarana cold storage menjadi hambatan. Dari subsektor peternakan, prosedur

kuota pengiriman sapi dan banyaknya sapi betina usia produktif yang dipotong merupakan beberapa hambatan yang

teridentifikasi. Sementara dari sektor pertanian palawija, perlunya jalan usaha tani yang menghubungkan jalan utama ke

areal pertanian serta distribusi pupuk bersubsidi diharapkan dapat menjadi prioritas perbaikan pada periode yang akan

datang. Selain itu, permasalahan lainnya adalah turunnya harga komoditas, terutama rumput laut.

Secara tahunan, pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib pada

triwulan III 2015 sebesar 6,79% (yoy) melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya maupun

triwulan II 2015. Belanja konsumsi pemerintah pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 11,48% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, hingga akhir September, total anggaran yang terealisasi baru mencapai 54,2%.

Realisasi belanja barang dan jasa serta bantuan sosial (dibawah 40%) menjadi beberapa pos anggaran yang masih relatif

Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Tukar Petani

99

100

101

102

103

104

80

100

120

140

160

180

95

96

97

98

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III

IT IB NTP - AXIS KANAN

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.18. Pengiriman Ternak (yoy)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

Sumber : PT Pelindo III, diolah

PENGIRIMAN TERNAK BONGKAR PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

I II III IV I II

2014 2015

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV

2013

III

Grafik 1.19. Perkembangan SKDU Pertanian

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJAKEGIATAN USAHA PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) PERTANIAN (%QTQ)

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Milyar Rp

III

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201508

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

moratorium tambang di beberapa daerah. Sektor pengadaan listrik dan gas juga cenderung mengalami peningkatan

seiring penambahan daya yang dilakukan. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, nilai tambah sektor

pengadaan listrik dan gas mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya gangguan pasokan akibat dari

terbakarnya konveyer batubara pada pembangkit listrik di Bolok.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 11

Grafik 1.23. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

triliun

2013 2014 2015III

Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan sebesar 6,53% (yoy) dan merupakan salah satu sektor yang mampu

tumbuh cukup tinggi pada triwulan III 2015. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah, menjadi beberapa faktor

pendorong sektor konstruksi. Dari sisi swasta, pembanguan pusat perbelanjaan dan hotel, serta upaya pembangunan real

estate guna mendukung program 1 juta rumah pemerintah juga menjadi pendorong. Hal ini sejalan dengan kinerja

investasi yang juga mengalami peningkatan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan III 2015 mengalami pertumbuhan hingga

mencapai 6,35% (yoy) yang turut didorong oleh penyelenggaraan beberapa even pariwisata, seperti Amazing

Flobamor dan Pameran Pembangunan di Kota Kupang, serta Festival Adventure Indonesia di Alor. Peningkatan

jumlah wisatawan juga diperkirakan turut disebabkan oleh dampak positif menguatnya dolar terhadap rupiah. Hal ini

terindikasi dari adanya peningkatan jumlah tamu hotel yang berasal dari mancanegara sebesar 12,4% (yoy) dibanding

periode yang sama tahun 2014. Jumlah okupansi dan tamu hotel yang menginap di wilayah Provinsi NTT sendiri pada

triwulan III 2015 mengalami kenaikan hingga 24,5% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Jumlah penumpang yang

terbang dari dan menuju NTT juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, mencapai 13,4% (yoy). Penambahan

jumlah maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke NTT diperkirakan juga menjadi salah satu pendorong.

Sumber : BPS, diolah

50.82

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

10

20

30

40

50

60 Ribu orang

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV III

28.4%

24.5%

TAMU HOTEL PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Grafik 1.25. Perkembangan Tamu Hotel Grafik 1.26. Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

2013 2014 2015

Ribu orang

I III II III IV I II III IV

715.94

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

II

20.9%

13.4%

PENUMPANG PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Sektor komunikasi dan informasi menjadi salah satu sektor yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan III 2015 sebesar

7,52% (yoy). Peningkatan diperkirakan berasal dari adanya pembangunan Base Transceiver Station (BTS) oleh Telkomsel di

beberapa daerah perbatasan. Sektor pendidikan tumbuh positif yang diperkirakan didorong oleh pencairan dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) periode semester II- 2015 dan adanya peningkatan alokasi dana untuk perguruan tinggi. Sektor

pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan, walaupun produksi mangan cenderung menurun akibat adanya

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201510

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

moratorium tambang di beberapa daerah. Sektor pengadaan listrik dan gas juga cenderung mengalami peningkatan

seiring penambahan daya yang dilakukan. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, nilai tambah sektor

pengadaan listrik dan gas mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya gangguan pasokan akibat dari

terbakarnya konveyer batubara pada pembangkit listrik di Bolok.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 11

Grafik 1.23. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERT (%YOY) PERT (%QTQ)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II

triliun

2013 2014 2015III

Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan sebesar 6,53% (yoy) dan merupakan salah satu sektor yang mampu

tumbuh cukup tinggi pada triwulan III 2015. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah, menjadi beberapa faktor

pendorong sektor konstruksi. Dari sisi swasta, pembanguan pusat perbelanjaan dan hotel, serta upaya pembangunan real

estate guna mendukung program 1 juta rumah pemerintah juga menjadi pendorong. Hal ini sejalan dengan kinerja

investasi yang juga mengalami peningkatan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan III 2015 mengalami pertumbuhan hingga

mencapai 6,35% (yoy) yang turut didorong oleh penyelenggaraan beberapa even pariwisata, seperti Amazing

Flobamor dan Pameran Pembangunan di Kota Kupang, serta Festival Adventure Indonesia di Alor. Peningkatan

jumlah wisatawan juga diperkirakan turut disebabkan oleh dampak positif menguatnya dolar terhadap rupiah. Hal ini

terindikasi dari adanya peningkatan jumlah tamu hotel yang berasal dari mancanegara sebesar 12,4% (yoy) dibanding

periode yang sama tahun 2014. Jumlah okupansi dan tamu hotel yang menginap di wilayah Provinsi NTT sendiri pada

triwulan III 2015 mengalami kenaikan hingga 24,5% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Jumlah penumpang yang

terbang dari dan menuju NTT juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, mencapai 13,4% (yoy). Penambahan

jumlah maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke NTT diperkirakan juga menjadi salah satu pendorong.

Sumber : BPS, diolah

50.82

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

10

20

30

40

50

60 Ribu orang

I II III IV I II2013 2014 2015

I II III IV III

28.4%

24.5%

TAMU HOTEL PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Grafik 1.25. Perkembangan Tamu Hotel Grafik 1.26. Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah

2013 2014 2015

Ribu orang

I III II III IV I II III IV

715.94

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

II

20.9%

13.4%

PENUMPANG PERT (%QTQ) PERT (%YOY)

Sektor komunikasi dan informasi menjadi salah satu sektor yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan III 2015 sebesar

7,52% (yoy). Peningkatan diperkirakan berasal dari adanya pembangunan Base Transceiver Station (BTS) oleh Telkomsel di

beberapa daerah perbatasan. Sektor pendidikan tumbuh positif yang diperkirakan didorong oleh pencairan dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) periode semester II- 2015 dan adanya peningkatan alokasi dana untuk perguruan tinggi. Sektor

pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan, walaupun produksi mangan cenderung menurun akibat adanya

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201510

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

dan 21 kali penerbangan per minggu ke Sumba Barat, jauh lebih banyak dibanding jadwal penerbangan dari Kupang yang

hanya 28 kali dan 7 kali per minggu. Hanya KSPN Kelimutu yang sarana transportasinya masih relatif berimbang.

Sedangkan KSPN Alor dan Rote Ndao justru hanya ada penerbangan dari Kupang dan rata-rata hanya satu penerbangan

perhari.

Apabila dilakukan simulasi perhitungan, kelima KSPN tersebut per tahun hanya mampu menampung 210 ribu wisatawan

pertahun . Selain itu, jumlah hotel berbintang juga relatif minim yang membuat keinginan berkunjung juga berkurang.

Berdasarkan daya dukung transportasi udara, kapasitas penumpang pesawat terbang untuk kelima KSPN tersebut per

tahun hanya sebanyak 706 ribu penumpang per tahunnya. Apabila penumpang menggunakan pesawat setiap

keberangkatan dan kepulangan, maka kapasitas penumpang hanya sebanyak 353 ribu penumpang. Rasio penggunaan

pesawat oleh wisatawan di tahun 2014 bahkan sudah mencapai 43,86%. Walaupun terlalu tinggi dibanding realitas yang

ada seiring adanya pilihan moda transportasi lain seperti kapal laut dan jalur darat, rasio tersebut menunjukkan kepada kita

betapa minimnya kapasitas angkutan udara di NTT terlebih di 5 KSPN tersebut.

Berdasarkan permasalahan diatas, diketahui bahwa dengan kapasitas infrastruktur sarana dan prasarana yang ada, ke

depan masih dibutuhkan penambahan fasilitas pendukung kepariwisataan seperti jumlah hotel dan frekuensi

penerbangan maupun akses yang menghubungkan tempat-tempat pariwisata di NTT. Selain itu ,program-program

pemerintah terkait pembenahan sarana infrastruktur menjadi fokus utama yang saat ini harus di percepat. Berdasarkan

data Dinas Perhubungan NTT, total anggaran tahun 2015 untuk membenahi 5 Bandara di 5 KSPN NTT mencapai 255

Milyar Rupiah. Sementara itu untuk anggaran sektor pelabuhan di 5 wilayah KSPN mencapai total anggaran sebesar 78

Milyar Rupiah. Saat ini hanya dibutuhkan usaha yang lebih keras dari pemerintah untuk mengembangkan kelima KSPN

yang ada tersebut. Promosi pariwisata yang lumayan gencar setidaknya dapat diimbangi dengan kemudahan dan promosi

investasi yang juga gencar, sehingga adanya peningkatan kunjungan wisatawan dapat langsung dirasakan manfaatnya

berkat kesiapan industri pariwisata di NTT.

asumsi tingkat penghunian kamar sebesar 50% dan rata-rata waktu tinggal tiap wisatawan selama dua hari.2.

Sumber : BPS dan Dinas Pariwisata Provinsi NTT, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 13

Tabel Boks 1.1. Statistik Kepariwisataan 5 KSPN NTT

Kawasan StrategisPariwisata Nasional

MANGGARAI BARAT

ROTE NDAO

ALOR

ENDE

MAUMERE

SUMBA BARAT

SUMBA BARAT DAYA

TOTAL

TOTAL NTT

RASIO WISATAWAN

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

WISMAN WISDOM TOTAL JUMLAHJUMLAHKAMAR

JUMLAHTEMPAT

TIDUR

KAPASITASHOTEL*

JUMLAH RUTE/MINGGU

RUTE/TAHUN

KAPASITASPENUMPANG

/ TAHUN**

RASIOWISATAWAN

/ PESAWAT

Wisatawan Hotel Restoran Pesawat

Kesiapan Industri Pariwisatadi 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Nusa Tenggara Timur

01

Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian dalam menghadapi persaingan MEA di Asia Tenggara diperkirakan

akan mengalami peningkatan signifikan. Di tengah lesunya perekonomian dunia, sektor pariwisata masih mampu tumbuh

melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari PDRB provinsi yang mengandalkan pariwisata sebagai

pendorong perekonomian yang masih tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Sebagai contoh : Provinsi Bali,

Nusa Tenggara Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Nusa Tenggara Timur yang masih mampu tumbuh di atas 5%

di triwulan III 2015. Dalam rangka mendukung program kepariwisataan nasional, pemerintah telah menetapkan provinsi NTT dalam wilayah

kepariwisataan Great Bali. Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan posisi kepariwisataan nasional yang 1saat ini masih berada di peringkat 4 di Asia Tenggara , setelah Malaysia, Thailand dan Singapura. Dengan berbagai macam

keindahan alam dan budaya, seharusnya Indonesia mampu untuk hanya sekedar mengalahkan negara tetangga tersebut.

Dalam rangka menyukseskan program kepariwisataan nasional tersebut, pemerintah telah menetapkan 5 wilayah di

Provinsi NTT sebagai 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yaitu KSPN Komodo di Kab. Manggarai Barat, KSPN

Ende-Kelimutu, KSPN Alor-Kalabahi, KSPN Nemberalla di Pulau Rote dan KSPN Waikabubak-Manupeh Tanah Daru di Kab.

Sumba Barat. Kelima wilayah tersebut memiliki karakter wisata yang kuat di masing-masing daerah. Labuan Bajo terkenal

dengan binatang endemik komodo. Ende terkenal dengan danau tiga warna Kelimutu. Alor terkenal dengan taman

lautnya. Pulau Rote terkenal dengan Pantai Nembrala, salah satu spot surfing terbaik di Indonesia. Dan terakhir, KSPN

Waikabubak di Sumba Barat terkenal dengan adat Pasola, bangunan megalitik dan pantai yang sangat Indah.

Dengan karakteristik pesona alam yang kuat tersebut, seharusnya kunjungan wisatawan di Provinsi NTT dapat tumbuh

dengan baik. Namun demikian, banyaknya kendala, baik sarana dan prasarana penunjang pariwisata maupun kondisi

industri pariwisata yang masih sangat terbatas menjadi penghambat utama pengembangan wisata di NTT. Permasalahan

utama pengembangan wisata di NTT saat ini adalah akses penghubung antar wilayah pariwisata yang dapat dikatakan

masih terbatas. Untuk KSPN Komodo dan Waikabubak, wisatawan justru lebih mudah berkunjung melalui Denpasar yang

terlihat dari banyaknya rute penerbangan dari Denpasar yang mencapai 47 kali penerbangan per minggu ke Labuan Bajo

Gambar Boks 1.1. Kondisi Industri Pariwisata pada 5 KSPN di NTT

Sumber : BPS, diolah

Total wisman ke Indonesia sebanyak 9,4 juta orang (Kemenpar, 2015). Sedangkan data wisman di Malaysia

sebanyak 27 juta, Thailand juga 27 juta, Singapura 15 juta dan Vietnam 8 juta wisman (BMI, 2015)

1.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201512

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

dan 21 kali penerbangan per minggu ke Sumba Barat, jauh lebih banyak dibanding jadwal penerbangan dari Kupang yang

hanya 28 kali dan 7 kali per minggu. Hanya KSPN Kelimutu yang sarana transportasinya masih relatif berimbang.

Sedangkan KSPN Alor dan Rote Ndao justru hanya ada penerbangan dari Kupang dan rata-rata hanya satu penerbangan

perhari.

Apabila dilakukan simulasi perhitungan, kelima KSPN tersebut per tahun hanya mampu menampung 210 ribu wisatawan

pertahun . Selain itu, jumlah hotel berbintang juga relatif minim yang membuat keinginan berkunjung juga berkurang.

Berdasarkan daya dukung transportasi udara, kapasitas penumpang pesawat terbang untuk kelima KSPN tersebut per

tahun hanya sebanyak 706 ribu penumpang per tahunnya. Apabila penumpang menggunakan pesawat setiap

keberangkatan dan kepulangan, maka kapasitas penumpang hanya sebanyak 353 ribu penumpang. Rasio penggunaan

pesawat oleh wisatawan di tahun 2014 bahkan sudah mencapai 43,86%. Walaupun terlalu tinggi dibanding realitas yang

ada seiring adanya pilihan moda transportasi lain seperti kapal laut dan jalur darat, rasio tersebut menunjukkan kepada kita

betapa minimnya kapasitas angkutan udara di NTT terlebih di 5 KSPN tersebut.

Berdasarkan permasalahan diatas, diketahui bahwa dengan kapasitas infrastruktur sarana dan prasarana yang ada, ke

depan masih dibutuhkan penambahan fasilitas pendukung kepariwisataan seperti jumlah hotel dan frekuensi

penerbangan maupun akses yang menghubungkan tempat-tempat pariwisata di NTT. Selain itu ,program-program

pemerintah terkait pembenahan sarana infrastruktur menjadi fokus utama yang saat ini harus di percepat. Berdasarkan

data Dinas Perhubungan NTT, total anggaran tahun 2015 untuk membenahi 5 Bandara di 5 KSPN NTT mencapai 255

Milyar Rupiah. Sementara itu untuk anggaran sektor pelabuhan di 5 wilayah KSPN mencapai total anggaran sebesar 78

Milyar Rupiah. Saat ini hanya dibutuhkan usaha yang lebih keras dari pemerintah untuk mengembangkan kelima KSPN

yang ada tersebut. Promosi pariwisata yang lumayan gencar setidaknya dapat diimbangi dengan kemudahan dan promosi

investasi yang juga gencar, sehingga adanya peningkatan kunjungan wisatawan dapat langsung dirasakan manfaatnya

berkat kesiapan industri pariwisata di NTT.

asumsi tingkat penghunian kamar sebesar 50% dan rata-rata waktu tinggal tiap wisatawan selama dua hari.2.

Sumber : BPS dan Dinas Pariwisata Provinsi NTT, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 13

Tabel Boks 1.1. Statistik Kepariwisataan 5 KSPN NTT

Kawasan StrategisPariwisata Nasional

MANGGARAI BARAT

ROTE NDAO

ALOR

ENDE

MAUMERE

SUMBA BARAT

SUMBA BARAT DAYA

TOTAL

TOTAL NTT

RASIO WISATAWAN

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

43,681

1,400

1,603

13,184

9,230

583

459

70,140

104,491

67.13

WISMAN WISDOM TOTAL JUMLAHJUMLAHKAMAR

JUMLAHTEMPAT

TIDUR

KAPASITASHOTEL*

JUMLAH RUTE/MINGGU

RUTE/TAHUN

KAPASITASPENUMPANG

/ TAHUN**

RASIOWISATAWAN

/ PESAWAT

Wisatawan Hotel Restoran Pesawat

Kesiapan Industri Pariwisatadi 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Nusa Tenggara Timur

01

Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian dalam menghadapi persaingan MEA di Asia Tenggara diperkirakan

akan mengalami peningkatan signifikan. Di tengah lesunya perekonomian dunia, sektor pariwisata masih mampu tumbuh

melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari PDRB provinsi yang mengandalkan pariwisata sebagai

pendorong perekonomian yang masih tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Sebagai contoh : Provinsi Bali,

Nusa Tenggara Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Nusa Tenggara Timur yang masih mampu tumbuh di atas 5%

di triwulan III 2015. Dalam rangka mendukung program kepariwisataan nasional, pemerintah telah menetapkan provinsi NTT dalam wilayah

kepariwisataan Great Bali. Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan posisi kepariwisataan nasional yang 1saat ini masih berada di peringkat 4 di Asia Tenggara , setelah Malaysia, Thailand dan Singapura. Dengan berbagai macam

keindahan alam dan budaya, seharusnya Indonesia mampu untuk hanya sekedar mengalahkan negara tetangga tersebut.

Dalam rangka menyukseskan program kepariwisataan nasional tersebut, pemerintah telah menetapkan 5 wilayah di

Provinsi NTT sebagai 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yaitu KSPN Komodo di Kab. Manggarai Barat, KSPN

Ende-Kelimutu, KSPN Alor-Kalabahi, KSPN Nemberalla di Pulau Rote dan KSPN Waikabubak-Manupeh Tanah Daru di Kab.

Sumba Barat. Kelima wilayah tersebut memiliki karakter wisata yang kuat di masing-masing daerah. Labuan Bajo terkenal

dengan binatang endemik komodo. Ende terkenal dengan danau tiga warna Kelimutu. Alor terkenal dengan taman

lautnya. Pulau Rote terkenal dengan Pantai Nembrala, salah satu spot surfing terbaik di Indonesia. Dan terakhir, KSPN

Waikabubak di Sumba Barat terkenal dengan adat Pasola, bangunan megalitik dan pantai yang sangat Indah.

Dengan karakteristik pesona alam yang kuat tersebut, seharusnya kunjungan wisatawan di Provinsi NTT dapat tumbuh

dengan baik. Namun demikian, banyaknya kendala, baik sarana dan prasarana penunjang pariwisata maupun kondisi

industri pariwisata yang masih sangat terbatas menjadi penghambat utama pengembangan wisata di NTT. Permasalahan

utama pengembangan wisata di NTT saat ini adalah akses penghubung antar wilayah pariwisata yang dapat dikatakan

masih terbatas. Untuk KSPN Komodo dan Waikabubak, wisatawan justru lebih mudah berkunjung melalui Denpasar yang

terlihat dari banyaknya rute penerbangan dari Denpasar yang mencapai 47 kali penerbangan per minggu ke Labuan Bajo

Gambar Boks 1.1. Kondisi Industri Pariwisata pada 5 KSPN di NTT

Sumber : BPS, diolah

Total wisman ke Indonesia sebanyak 9,4 juta orang (Kemenpar, 2015). Sedangkan data wisman di Malaysia

sebanyak 27 juta, Thailand juga 27 juta, Singapura 15 juta dan Vietnam 8 juta wisman (BMI, 2015)

1.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201512

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2015 relatif terkendali dibanding tahun sebelumnya maupun

rata-rata inflasi nasional. Adanya kenaikan inflasi yang cukup tinggi di bulan Juli 2015, mampu

kembali diredam dengan deflasi di bulan Agustus 2015. Pada bulan September 2015, NTT kembali

mengalami inflasi namun dalam nilai yang cukup rendah.

Kelompok inflasi inti menjadi penyumbang utama inflasi di Provinsi NTT

Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan bahan makanan dan sandang karena hari raya idul fitri.

Biaya pendidikan juga mengalami kenaikan cukup besar seiring dengan pergantian tahun ajaran baru.

Kota Maumere mengalami inflasi yang lebih besar dari Kota Kupang dikarenakan tingginya inflasi

beras, ayam hidup dan biaya pendidikan.

Fokus TPID di triwulan III adalah pengendalian inflasi menjelang dan selama hari raya Idul Fitri melalui

operasi pasar, pemantauan harga dan stok komoditas maupun pasar murah.

Perkembangan Inflasi02

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2015 relatif terkendali dibanding tahun sebelumnya maupun

rata-rata inflasi nasional. Adanya kenaikan inflasi yang cukup tinggi di bulan Juli 2015, mampu

kembali diredam dengan deflasi di bulan Agustus 2015. Pada bulan September 2015, NTT kembali

mengalami inflasi namun dalam nilai yang cukup rendah.

Kelompok inflasi inti menjadi penyumbang utama inflasi di Provinsi NTT

Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan bahan makanan dan sandang karena hari raya idul fitri.

Biaya pendidikan juga mengalami kenaikan cukup besar seiring dengan pergantian tahun ajaran baru.

Kota Maumere mengalami inflasi yang lebih besar dari Kota Kupang dikarenakan tingginya inflasi

beras, ayam hidup dan biaya pendidikan.

Fokus TPID di triwulan III adalah pengendalian inflasi menjelang dan selama hari raya Idul Fitri melalui

operasi pasar, pemantauan harga dan stok komoditas maupun pasar murah.

Perkembangan Inflasi02

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pada triwulan III 2015, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengalami inflasi walaupun tidak sebesar

inflasi di triwulan sebelumnya. Puncak inflasi di Provinsi NTT terjadi pada bulan Juli 2015 seiring dengan

adanya libur sekolah dan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan tarif angkutan udara pada level

tertinggi di tahun 2015. Pada bulan Agustus terjadi deflasi sebagai dampak dari kembali normalnya harga-

harga terutama angkutan udara di Provinsi NTT. Di bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi

terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras setelah mengalami penurunan di dua bulan

sebelumnya. Secara tahunan, inflasi di Provinsi NTT mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini

membuat jarak inflasi NTT dengan nasional semakin menyempit. Inflasi tahunan NTT pada triwulan III 2015 sebesar 6,74%

(yoy), hanya sedikit lebih rendah dibanding nasional yang sebesar 6,83% (yoy). Di sepanjang tahun 2015, inflasi NTT

sebesar 1,36% (ytd) masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 2,24% (ytd). Secara triwulanan, inflasi

provinsi NTT hanya naik sebesar 0,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, lebih rendah dibanding inflasi nasional yang

sebesar 1,27% (qtq).

Secara tahunan, Inflasi di Provinsi NTT masih sedikit lebih rendah dibanding nasional walaupun semakin

mendekati angka inflasi nasional. Inflasi di triwulan III 2015 mencapai 6,74% (yoy) dengan penyumbang

inflasi terbesar pada kelompok komoditas transportasi dan bahan makanan. Adapun komoditas penyumbang

inflasi utama antara lain beras dengan kenaikan dalam setahun mencapai lebih dari 19% (yoy). Tingginya inflasi kelompok

komoditas transportasi lebih disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan BBM di akhir tahun 2014, yang menyebabkan

kenaikan tarif angkutan dalam kota, tarif sewa motor, tarif listrik, dan bensin. Harga tiket angkutan udara juga relatif tinggi

lebih disebabkan oleh relatif kurangnya trafik penerbangan di wilayah NTT, sehingga adanya sedikit gangguan dan

peningkatan permintaan angkutan udara langsung berimbas pada kenaikan harga tiket yang cukup tinggi.

Secara triwulanan, Inflasi di Provinsi NTT masih cukup terkendali dengan inflasi hanya sebesar 0,58% (qtq),

lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 1,27% (qtq). Relatif rendahnya inflasi di Provinsi NTT lebih

disebabkan oleh mayoritas masyarakat yang beragama non-muslim, sehingga perayaan Hari Raya yang

biasanya menjadi penyebab kenaikan harga utama tidak terlalu berdampak di NTT. Komoditas utama yang

menyumbang kenaikan dalam 3 bulan terakhir antara lain ikan kembung yang lebih disebabkan oleh harga yang kembali

normal setelah mengalami penurunan yang cukup besar di awal tahun. Beras menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua

terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras pada bulan September dikarenakan adanya kenaikan harga di tingkat

pedagang besar. Pada triwulan III juga terdapat kenaikan biaya sekolah hingga lebih kurang 10%, kenaikan biaya sewa

dan kontrak rumah, dan kenaikan harga rokok menyesuaikan kenaikan cukai rokok. Tarif angkutan udara justru menjadi

penghambat deflasi terbesar yang lebih disebabkan oleh kembali normalnya tarif setelah mengalami kenaikan tinggi

selama Hari Raya Idul Fitri.

2.1 KONDISI UMUM

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

6,74%

6,83%

II III

NTTNASIONAL

1,27%

0,58%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

II III

NTTNASIONAL

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 15

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pada triwulan III 2015, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengalami inflasi walaupun tidak sebesar

inflasi di triwulan sebelumnya. Puncak inflasi di Provinsi NTT terjadi pada bulan Juli 2015 seiring dengan

adanya libur sekolah dan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan tarif angkutan udara pada level

tertinggi di tahun 2015. Pada bulan Agustus terjadi deflasi sebagai dampak dari kembali normalnya harga-

harga terutama angkutan udara di Provinsi NTT. Di bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi

terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras setelah mengalami penurunan di dua bulan

sebelumnya. Secara tahunan, inflasi di Provinsi NTT mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini

membuat jarak inflasi NTT dengan nasional semakin menyempit. Inflasi tahunan NTT pada triwulan III 2015 sebesar 6,74%

(yoy), hanya sedikit lebih rendah dibanding nasional yang sebesar 6,83% (yoy). Di sepanjang tahun 2015, inflasi NTT

sebesar 1,36% (ytd) masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 2,24% (ytd). Secara triwulanan, inflasi

provinsi NTT hanya naik sebesar 0,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, lebih rendah dibanding inflasi nasional yang

sebesar 1,27% (qtq).

Secara tahunan, Inflasi di Provinsi NTT masih sedikit lebih rendah dibanding nasional walaupun semakin

mendekati angka inflasi nasional. Inflasi di triwulan III 2015 mencapai 6,74% (yoy) dengan penyumbang

inflasi terbesar pada kelompok komoditas transportasi dan bahan makanan. Adapun komoditas penyumbang

inflasi utama antara lain beras dengan kenaikan dalam setahun mencapai lebih dari 19% (yoy). Tingginya inflasi kelompok

komoditas transportasi lebih disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan BBM di akhir tahun 2014, yang menyebabkan

kenaikan tarif angkutan dalam kota, tarif sewa motor, tarif listrik, dan bensin. Harga tiket angkutan udara juga relatif tinggi

lebih disebabkan oleh relatif kurangnya trafik penerbangan di wilayah NTT, sehingga adanya sedikit gangguan dan

peningkatan permintaan angkutan udara langsung berimbas pada kenaikan harga tiket yang cukup tinggi.

Secara triwulanan, Inflasi di Provinsi NTT masih cukup terkendali dengan inflasi hanya sebesar 0,58% (qtq),

lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 1,27% (qtq). Relatif rendahnya inflasi di Provinsi NTT lebih

disebabkan oleh mayoritas masyarakat yang beragama non-muslim, sehingga perayaan Hari Raya yang

biasanya menjadi penyebab kenaikan harga utama tidak terlalu berdampak di NTT. Komoditas utama yang

menyumbang kenaikan dalam 3 bulan terakhir antara lain ikan kembung yang lebih disebabkan oleh harga yang kembali

normal setelah mengalami penurunan yang cukup besar di awal tahun. Beras menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua

terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras pada bulan September dikarenakan adanya kenaikan harga di tingkat

pedagang besar. Pada triwulan III juga terdapat kenaikan biaya sekolah hingga lebih kurang 10%, kenaikan biaya sewa

dan kontrak rumah, dan kenaikan harga rokok menyesuaikan kenaikan cukai rokok. Tarif angkutan udara justru menjadi

penghambat deflasi terbesar yang lebih disebabkan oleh kembali normalnya tarif setelah mengalami kenaikan tinggi

selama Hari Raya Idul Fitri.

2.1 KONDISI UMUM

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

6,74%

6,83%

II III

NTTNASIONAL

1,27%

0,58%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

I II III IV I II III IV I II III I2012 2013 2014

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

IV2015

II III

NTTNASIONAL

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 15

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2. 3. Perbandingan Inflasi Tahunan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

BALI NTB NTT

YOY

6.56

5.41

6.74

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

BALI NTB NTT

QTQ

1.10

1.52

0.58

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

Apabila dibandingkan dengan Provinsi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, inflasi tahunan di Provinsi NTT masih mengalami

kenaikan tertinggi, diikuti Provinsi Bali dan NTB. Namun demikian, secara triwulanan, inflasi di Provinsi NTT menunjukkan

kenaikan terendah, diikuti Provinsi Bali dan Provinsi NTB. Tingginya inflasi di Provinsi NTB dinilai wajar dikarenakan oleh

mayoritas penduduk yang 96% beragama Islam sehingga permintaan komoditas pangan, transportasi maupun sandang

meningkat tinggi dalam rangka menyambut hari raya.

Secara triwulanan, komoditas pendidikan justru menjadi penyumbang inflasi tertinggi seiring dengan adanya

kenaikan biaya pendidikan. Kenaikan inflasi makanan jadi, minuman dan tembakau juga cukup besar seiring dengan

adanya kenaikan harga makanan jadi dan cukai rokok. Komoditas transportasi justru mengalami deflasi terutama di bulan

Agustus dan September 2015.

Secara tahunan, komoditas transportasi masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi bersama dengan

komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau. Namun demikian, inflasi transportasi

sepanjang tahun 2015 justru mengalami deflasi seiring dengan hilangnya efek kenaikan BBM di akhir tahun. Inflasi tinggi

justru terjadi pada komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau serta komoditas pendidikan yang mengalami

kenaikan biaya di semua tingkat pendidikan.

Inflasi komoditas bahan makanan hingga triwulan III 2015 masih relatif terjaga yang terlihat dari kinerja inflasi sepanjang

tahun 2015 yang hanya sebesar 0,15% (ytd). Cukup tingginya inflasi bahan makanan secara tahunan lebih disebabkan

oleh tingginya inflasi pada akhir tahun 2014. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan menjelang hari raya

natal dan sentimen negatif kenaikan BBM di akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi komoditas bahan makanan justru

menunjukkan deflasi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi bahan makanan tidak mengalami kenaikan berarti selama

hari raya, dan pasokan dapat dipenuhi dengan baik seiring dengan kondisi cuaca yang cukup baik. Kenaikan inflasi bahan

makanan hanya terjadi pada bulan September 2015 terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras, ikan segar dan

sayur-sayuran setelah mengalami deflasi di bulan sebelumnya.

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

121.4

112.1

128.9

120.0

119.9

111.0

122.0

135.5

120.5

110.7

129.2

119.6

119.4

111.3

122.8

132.3

SEP

120.8

112.2

130.1

120.0

119.5

111.6

123.1

130.5

YOY

6.74

6.58

9.32

3.92

6.88

5.55

5.29

10.64

MTMYTD

1.36

0.15

6.34

0.88

4.91

4.35

5.54

(3.21)

1.06

(0.10)

0.81

0.48

2.70

0.66

2.10

2.66

(0.73)

(1.21)

0.28

(0.31)

(0.43)

0.29

0.68

(2.36)

0.26

1.30

0.67

0.27

0.11

0.31

0.20

(1.31)

QTQ

0.58

(0.02)

1.77

0.44

2.37

1.27

3.00

(1.07)

JUL AGUST SEP

2.2. INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS

2.2.1 Bahan Makanan

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 17

Grafik 2. 4. Perbandingan Inflasi Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

Secara bulanan, inflasi mengalami kenaikan tertinggi di tahun 2015 pada bulan Juli 2015. Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh adanya kenaikan cukup tinggi pada tarif angkutan udara. Di saat bersamaan, Biaya pendidikan, biaya

kontrak rumah juga mengalami kenaikan sesuai dengan ritme kenaikan tarif yang biasanya dilakukan setahun sekali.

Komoditas sandang juga mengalami kenaikan lebih dikarenakan adanya intensi dari pedagang untuk meningkatkan

harga terlebih dahulu sebelum memberikan diskon penjualan. Komoditas bahan makanan justru mengalami deflasi

sehingga mampu menahan inflasi.

Pada bulan Agustus, Provinsi NTT mengalami deflasi yang cukup besar disebabkan oleh kembali normalnya

harga tiket angkutan udara setelah mengalami kenaikan tinggi pada Hari Raya Idul Fitri. Kelompok komoditas

bahan makanan juga mengalami deflasi yang cukup besar seiring dengan melimpahnya pasokan paska hari

raya dan libur sekolah. Kelompok komoditas pendidikan masih mengalami inflasi terutama bersumber dari kenaikan

biaya pendidikan taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Komoditas bahan makanan juga mengalami penurunan

terutama pada komoditas sayur-sayuran, padi-padian dan ikan segar yang disebabkan oleh melimpahnya pasokan seiring

dengan kondisi cuaca yang cukup mendukung.

Pada bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm). Di sisi lain, nasional

justru mengalami deflasi -0,05% (mtm) yang membuat selisih inflasi NTT dan nasional kembali merapat.

Kenaikan harga beras yang cukup tinggi menjadi penyebab utama inflasi pada bulan September 2015. Ikan kembung

masih mengalami kenaikan dikarenakan harga jual yang masih lebih rendah dibanding rata-rata. Harga rokok di bulan

September juga mengalami kenaikan seiring dengan adanya kenaikan cukai rokok di bulan yang sama. Biaya sewa rumah

mengalami kenaikan mengikuti kenaikan biaya kontrak rumah yang sudah meningkat dua bulan sebelumnya. Makanan

jadi juga menyumbang inflasi cukup tinggi walaupun kenaikan harganya tidak terlalu besar.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

ANGKUTAN UDARA

KEMBUNG

KONTRAK RUMAH

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SEKOLAH DASAR

CABAI RAWIT

AYAM HIDUP

DAUN SINGKONG

CELANA PANJANG BAHAN DRILL

TONGKOL

16.15

10.61

3.67

12.00

5.41

36.19

7.39

28.55

27.98

8.24

Komoditas

JuliInflasi (%)

0.49

0.10

0.09

0.08

0.05

0.05

0.04

0.04

0.04

0.04

Andil (%)DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

SAWI PUTIH

DAGING BABI

TAMAN KANAK-KANAK

LAYANG/BENGGOL

PUCUK LABU

DAUN SINGKONG

KELOMPOK BERMAIN

LENGKUAS

5.18

6.59

6.56

4.75

17.41

25.28

36.17

10.01

26.61

7.59

Komoditas

AgustusInflasi (%)

0.05

0.05

0.03

0.03

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

Andil (%)BERAS

KEMBUNG

ROKOK KRETEK FILTER

SEWA RUMAH

SENG

TOMAT SAYUR

SEPATU

BUNGA PEPAYA

KAKAP MERAH

NASI DENGAN LAUK

3.35

8.85

2.63

1.99

2.88

12.83

(0.19)

16.26

9.11

0.93

Komoditas

SeptemberInflasi (%)

0.23

0.09

0.04

0.04

0.03

0.03

0.02

0.02

0.02

0.02

Andil (%)

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

SEPATU

BAWANG PUTIH

DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

KANGKUNG

SENG

TOMAT SAYUR

BERAS

BAYAM

BAWANG MERAH

2.37

(6.40)

(2.48)

(3.58)

(5.41)

(4.68)

(15.35)

(0.91)

(24.23)

(31.11)

Komoditas Inflasi (%) (0.02)

(0.02)

(0.03)

(0.03)

(0.04)

(0.05)

(0.05)

(0.06)

(0.08)

(0.12)

Andil (%)BUNCIS

BAYAM

AYAM HIDUP

KOL PUTIH/KUBIS

BERAS

BESI BETON

KANGKUNG

TONGKOL

TOMAT SAYUR

ANGKUTAN UDARA

(22.96)

(11.62)

(4.68)

(33.14)

(1.06)

(7.60)

(11.46)

(17.71)

(32.37)

(12.64)

Komoditas Inflasi (%) (0.02)

(0.03)

(0.03)

(0.03)

(0.07)

(0.07)

(0.09)

(0.09)

(0.09)

(0.44)

Andil (%)MINUMAN RINGAN

CELANA PANJANG JEANS

CAKALANG

DAGING SAPI

EKOR KUNING

PISANG

DAGING AYAM RAS

KANGKUNG

BAWANG MERAH

ANGKUTAN UDARA

(2.75)

(6.26)

(15.15)

(4.47)

(12.58)

(6.87)

(3.95)

(7.46)

(22.99)

(8.81)

Komoditas Inflasi (%) (0.01)

(0.01)

(0.02)

(0.02)

(0.02)

(0.03)

(0.04)

(0.05)

(0.06)

(0.27)

Andil (%)

Juli Agustus September

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201516

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2. 3. Perbandingan Inflasi Tahunan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

BALI NTB NTT

YOY

6.56

5.41

6.74

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

BALI NTB NTT

QTQ

1.10

1.52

0.58

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

Apabila dibandingkan dengan Provinsi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, inflasi tahunan di Provinsi NTT masih mengalami

kenaikan tertinggi, diikuti Provinsi Bali dan NTB. Namun demikian, secara triwulanan, inflasi di Provinsi NTT menunjukkan

kenaikan terendah, diikuti Provinsi Bali dan Provinsi NTB. Tingginya inflasi di Provinsi NTB dinilai wajar dikarenakan oleh

mayoritas penduduk yang 96% beragama Islam sehingga permintaan komoditas pangan, transportasi maupun sandang

meningkat tinggi dalam rangka menyambut hari raya.

Secara triwulanan, komoditas pendidikan justru menjadi penyumbang inflasi tertinggi seiring dengan adanya

kenaikan biaya pendidikan. Kenaikan inflasi makanan jadi, minuman dan tembakau juga cukup besar seiring dengan

adanya kenaikan harga makanan jadi dan cukai rokok. Komoditas transportasi justru mengalami deflasi terutama di bulan

Agustus dan September 2015.

Secara tahunan, komoditas transportasi masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi bersama dengan

komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau. Namun demikian, inflasi transportasi

sepanjang tahun 2015 justru mengalami deflasi seiring dengan hilangnya efek kenaikan BBM di akhir tahun. Inflasi tinggi

justru terjadi pada komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau serta komoditas pendidikan yang mengalami

kenaikan biaya di semua tingkat pendidikan.

Inflasi komoditas bahan makanan hingga triwulan III 2015 masih relatif terjaga yang terlihat dari kinerja inflasi sepanjang

tahun 2015 yang hanya sebesar 0,15% (ytd). Cukup tingginya inflasi bahan makanan secara tahunan lebih disebabkan

oleh tingginya inflasi pada akhir tahun 2014. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan menjelang hari raya

natal dan sentimen negatif kenaikan BBM di akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi komoditas bahan makanan justru

menunjukkan deflasi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi bahan makanan tidak mengalami kenaikan berarti selama

hari raya, dan pasokan dapat dipenuhi dengan baik seiring dengan kondisi cuaca yang cukup baik. Kenaikan inflasi bahan

makanan hanya terjadi pada bulan September 2015 terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beras, ikan segar dan

sayur-sayuran setelah mengalami deflasi di bulan sebelumnya.

Tabel 2.3. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

121.4

112.1

128.9

120.0

119.9

111.0

122.0

135.5

120.5

110.7

129.2

119.6

119.4

111.3

122.8

132.3

SEP

120.8

112.2

130.1

120.0

119.5

111.6

123.1

130.5

YOY

6.74

6.58

9.32

3.92

6.88

5.55

5.29

10.64

MTMYTD

1.36

0.15

6.34

0.88

4.91

4.35

5.54

(3.21)

1.06

(0.10)

0.81

0.48

2.70

0.66

2.10

2.66

(0.73)

(1.21)

0.28

(0.31)

(0.43)

0.29

0.68

(2.36)

0.26

1.30

0.67

0.27

0.11

0.31

0.20

(1.31)

QTQ

0.58

(0.02)

1.77

0.44

2.37

1.27

3.00

(1.07)

JUL AGUST SEP

2.2. INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS

2.2.1 Bahan Makanan

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 17

Grafik 2. 4. Perbandingan Inflasi Triwulanan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : BPS, diolah

Secara bulanan, inflasi mengalami kenaikan tertinggi di tahun 2015 pada bulan Juli 2015. Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh adanya kenaikan cukup tinggi pada tarif angkutan udara. Di saat bersamaan, Biaya pendidikan, biaya

kontrak rumah juga mengalami kenaikan sesuai dengan ritme kenaikan tarif yang biasanya dilakukan setahun sekali.

Komoditas sandang juga mengalami kenaikan lebih dikarenakan adanya intensi dari pedagang untuk meningkatkan

harga terlebih dahulu sebelum memberikan diskon penjualan. Komoditas bahan makanan justru mengalami deflasi

sehingga mampu menahan inflasi.

Pada bulan Agustus, Provinsi NTT mengalami deflasi yang cukup besar disebabkan oleh kembali normalnya

harga tiket angkutan udara setelah mengalami kenaikan tinggi pada Hari Raya Idul Fitri. Kelompok komoditas

bahan makanan juga mengalami deflasi yang cukup besar seiring dengan melimpahnya pasokan paska hari

raya dan libur sekolah. Kelompok komoditas pendidikan masih mengalami inflasi terutama bersumber dari kenaikan

biaya pendidikan taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Komoditas bahan makanan juga mengalami penurunan

terutama pada komoditas sayur-sayuran, padi-padian dan ikan segar yang disebabkan oleh melimpahnya pasokan seiring

dengan kondisi cuaca yang cukup mendukung.

Pada bulan September, Provinsi NTT kembali mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm). Di sisi lain, nasional

justru mengalami deflasi -0,05% (mtm) yang membuat selisih inflasi NTT dan nasional kembali merapat.

Kenaikan harga beras yang cukup tinggi menjadi penyebab utama inflasi pada bulan September 2015. Ikan kembung

masih mengalami kenaikan dikarenakan harga jual yang masih lebih rendah dibanding rata-rata. Harga rokok di bulan

September juga mengalami kenaikan seiring dengan adanya kenaikan cukai rokok di bulan yang sama. Biaya sewa rumah

mengalami kenaikan mengikuti kenaikan biaya kontrak rumah yang sudah meningkat dua bulan sebelumnya. Makanan

jadi juga menyumbang inflasi cukup tinggi walaupun kenaikan harganya tidak terlalu besar.

Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama di Provinsi NTT

ANGKUTAN UDARA

KEMBUNG

KONTRAK RUMAH

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SEKOLAH DASAR

CABAI RAWIT

AYAM HIDUP

DAUN SINGKONG

CELANA PANJANG BAHAN DRILL

TONGKOL

16.15

10.61

3.67

12.00

5.41

36.19

7.39

28.55

27.98

8.24

Komoditas

JuliInflasi (%)

0.49

0.10

0.09

0.08

0.05

0.05

0.04

0.04

0.04

0.04

Andil (%)DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

SAWI PUTIH

DAGING BABI

TAMAN KANAK-KANAK

LAYANG/BENGGOL

PUCUK LABU

DAUN SINGKONG

KELOMPOK BERMAIN

LENGKUAS

5.18

6.59

6.56

4.75

17.41

25.28

36.17

10.01

26.61

7.59

Komoditas

AgustusInflasi (%)

0.05

0.05

0.03

0.03

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

Andil (%)BERAS

KEMBUNG

ROKOK KRETEK FILTER

SEWA RUMAH

SENG

TOMAT SAYUR

SEPATU

BUNGA PEPAYA

KAKAP MERAH

NASI DENGAN LAUK

3.35

8.85

2.63

1.99

2.88

12.83

(0.19)

16.26

9.11

0.93

Komoditas

SeptemberInflasi (%)

0.23

0.09

0.04

0.04

0.03

0.03

0.02

0.02

0.02

0.02

Andil (%)

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama di Provinsi NTT

SEPATU

BAWANG PUTIH

DAGING AYAM RAS

TELUR AYAM RAS

KANGKUNG

SENG

TOMAT SAYUR

BERAS

BAYAM

BAWANG MERAH

2.37

(6.40)

(2.48)

(3.58)

(5.41)

(4.68)

(15.35)

(0.91)

(24.23)

(31.11)

Komoditas Inflasi (%) (0.02)

(0.02)

(0.03)

(0.03)

(0.04)

(0.05)

(0.05)

(0.06)

(0.08)

(0.12)

Andil (%)BUNCIS

BAYAM

AYAM HIDUP

KOL PUTIH/KUBIS

BERAS

BESI BETON

KANGKUNG

TONGKOL

TOMAT SAYUR

ANGKUTAN UDARA

(22.96)

(11.62)

(4.68)

(33.14)

(1.06)

(7.60)

(11.46)

(17.71)

(32.37)

(12.64)

Komoditas Inflasi (%) (0.02)

(0.03)

(0.03)

(0.03)

(0.07)

(0.07)

(0.09)

(0.09)

(0.09)

(0.44)

Andil (%)MINUMAN RINGAN

CELANA PANJANG JEANS

CAKALANG

DAGING SAPI

EKOR KUNING

PISANG

DAGING AYAM RAS

KANGKUNG

BAWANG MERAH

ANGKUTAN UDARA

(2.75)

(6.26)

(15.15)

(4.47)

(12.58)

(6.87)

(3.95)

(7.46)

(22.99)

(8.81)

Komoditas Inflasi (%) (0.01)

(0.01)

(0.02)

(0.02)

(0.02)

(0.03)

(0.04)

(0.05)

(0.06)

(0.27)

Andil (%)

Juli Agustus September

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201516

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III 2015 sebesar 0,44% (qtq). Namun

demikian, dikarenakan bobot komoditas yang cukup tinggi terhadap total inflasi, membuat sumbangan komoditas

terhadap inflasi relatif besar dan mencapai 0,11% (sum qtq) terhadap total inflasi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Kenaikan

inflasi komoditas terutama disebabkan oleh adanya kenaikan biaya kontrak rumah di bulan Juli 2015 yang berimbas pada

kenaikan biaya sewa rumah di bulan September 2015. Inflasi kelompok komoditas perumahan masih dapat tertahan

terutama disumbang oleh penurunan harga komoditas besi beton di bulan Agustus 2015.

Secara tahunan, inflasi kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masih terus menunjukkan

adanya penurunan menjadi sebesar 3,92% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. secara tahunan, inflasi tarif listrik masih

menjadi penyumbang inflasi tertinggi lebih disebabkan oleh kenaikan bertahap yang terjadi di tahun sebelumnya. Adapun

sepanjang tahun 2015, inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar hanya sebesar 0,88% (ytd).

Komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua setelah inflasi komoditas

makanan jadi, minuman dan tembakau. Total inflasi di triwulan III 2015 sebesar 3,00% dan menyumbang inflasi hingga

sebesar 0,24% (sum qtq) dari total inflasi di triwulan III 2015 yang sebesar 0,58% (qtq). Tingginya inflasi pendidikan

terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pendidikan di awal tahun ajaran baru.

Komoditas sandang juga menyumbang inflasi cukup besar di triwulan III 2015 seiring dengan kenaikan harga sandang

selama Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Juli bertepatan dengan libur sekolah dan perayaan

lebaran. Pada bulan Agustus 2015 harga komoditas sandang mengalami penurunan namun tidak sebesar kenaikan yang

telah terjadi.

Kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi yang cukup besar di triwulan III 2015 sebesar

1,77% (qtq) dan menyumbang hingga 0,25% (sum qtq) terhadap total inflasi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Secara

tahunan, kenaikan harga pada kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau mencapai 9,32% (yoy) dan di

sepanjang tahun 2015 terjadi inflasi sebesar 6,34% (ytd). Kenaikan harga rokok dan nasi dengan lauk menjadi penyebab

utama inflasi makanan, minuman dan tembakau di Provinsi NTT. Bahkan banyak komoditas mengalami inflasi lebih dari

10%, seperti buah pinang, biskuit, kopi, air kemasan, kue kering dan pabrikan serta beberapa komoditas lainnya.

Grafik 2. 9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

3.92

0.44 0.27

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS, diolah

00.020.040.060.08

0.10.120.140.160.18

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

yoy

qtq

Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 19

Berdasarkan sub kelompok komoditas pembentuknya, kenaikan besar justru terlihat pada kenaikan komoditas padi-

padian yang naik lebih dari 10% baik dibanding tahun sebelumnya maupun di sepanjang tahun 2015. Ikan diawetkan juga

mengalami kenaikan hingga 19,69% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, namun hanya sedikit menyumbang inflasi

dikarenakan bobot konsumsi masyarakat yang relatif rendah. Komoditas daging dan hasil-hasilnya juga menunjukkan

adanya kenaikan cukup tinggi terutama di triwulan III 2015 seiring dengan meningkatnya harga ayam hidup di Kota

Maumere yang saat ini juga berdampak pada meningkatnya harga daging ayam kampung di Kota Kupang dan Maumere

di sepanjang triwulan III 2015. Komoditas ikan segar pada triwulan III 2015 mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai

7,24% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya lebih disebabkan oleh rendahnya harga di awal tahun akibat adanya isu

formalin, sehingga harga jual saat ini sedang kembali menuju pada harga jual normal.

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2015 justru mengalami deflasi setelah

mengalami inflasi yang cukup tinggi di triwulan sebelumnya. Deflasi terutama disebabkan oleh adanya penurunan

tarif angkutan udara di bulan Agustus dan September setelah mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di bulan Juli

2015. Meskipun demikian, inflasi secara tahunan masih menunjukkan nilai yang tinggi terutama disebabkan oleh inflasi

pada sub kelompok komoditas transportasi yang masih cukup tinggi. Tingginya inflasi disebabkan oleh masih terimbas

dampak kenaikan BBM di akhir tahun 2014. Berdasarkan kinerja inflasi di sepanjang tahun 2015, komoditas transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan justru menunjukkan deflasi -3,22% (ytd) dikarenakan oleh adanya penurunan tarif

angkutan dalam kota.

Komoditas yang perlu dipantau lebih intens adalah inflasi pada komoditas angkutan udara. Di Bulan September 2015,

inflasi angkutan udara di sepanjang tahun 2015 hanya sebesar hampir 5% (ytd). Namun demikian, hal yang perlu

diperhatikan lebih adalah adanya fluktuasi kenaikan/penurunan tarif yang cukup besar. Pada bulan Juli 2015, inflasi

angkutan udara mencapai lebih dari 30% (ytd) dan menjadi kenaikan tarif angkutan udara terbesar di sepanjang tahun

2015.

Grafik 2. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

6.58

(0.02)

1.30

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Padi padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

-15-10-505

101520

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Grafik 2. 7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

10.64

(1.07)

(1.31)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

YOY QTQ MTM -0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

-7%

-2%

4%

9%

14%

19%

24%

Sumber : BPS, diolah

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

qtq

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201518

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III 2015 sebesar 0,44% (qtq). Namun

demikian, dikarenakan bobot komoditas yang cukup tinggi terhadap total inflasi, membuat sumbangan komoditas

terhadap inflasi relatif besar dan mencapai 0,11% (sum qtq) terhadap total inflasi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Kenaikan

inflasi komoditas terutama disebabkan oleh adanya kenaikan biaya kontrak rumah di bulan Juli 2015 yang berimbas pada

kenaikan biaya sewa rumah di bulan September 2015. Inflasi kelompok komoditas perumahan masih dapat tertahan

terutama disumbang oleh penurunan harga komoditas besi beton di bulan Agustus 2015.

Secara tahunan, inflasi kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masih terus menunjukkan

adanya penurunan menjadi sebesar 3,92% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. secara tahunan, inflasi tarif listrik masih

menjadi penyumbang inflasi tertinggi lebih disebabkan oleh kenaikan bertahap yang terjadi di tahun sebelumnya. Adapun

sepanjang tahun 2015, inflasi komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar hanya sebesar 0,88% (ytd).

Komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua setelah inflasi komoditas

makanan jadi, minuman dan tembakau. Total inflasi di triwulan III 2015 sebesar 3,00% dan menyumbang inflasi hingga

sebesar 0,24% (sum qtq) dari total inflasi di triwulan III 2015 yang sebesar 0,58% (qtq). Tingginya inflasi pendidikan

terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pendidikan di awal tahun ajaran baru.

Komoditas sandang juga menyumbang inflasi cukup besar di triwulan III 2015 seiring dengan kenaikan harga sandang

selama Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Juli bertepatan dengan libur sekolah dan perayaan

lebaran. Pada bulan Agustus 2015 harga komoditas sandang mengalami penurunan namun tidak sebesar kenaikan yang

telah terjadi.

Kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi yang cukup besar di triwulan III 2015 sebesar

1,77% (qtq) dan menyumbang hingga 0,25% (sum qtq) terhadap total inflasi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Secara

tahunan, kenaikan harga pada kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau mencapai 9,32% (yoy) dan di

sepanjang tahun 2015 terjadi inflasi sebesar 6,34% (ytd). Kenaikan harga rokok dan nasi dengan lauk menjadi penyebab

utama inflasi makanan, minuman dan tembakau di Provinsi NTT. Bahkan banyak komoditas mengalami inflasi lebih dari

10%, seperti buah pinang, biskuit, kopi, air kemasan, kue kering dan pabrikan serta beberapa komoditas lainnya.

Grafik 2. 9. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

3.92

0.44 0.27

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS, diolah

00.020.040.060.08

0.10.120.140.160.18

-1%0%1%2%3%4%5%6%7%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

yoy

qtq

Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb

Biaya TempatTinggal

Bahan Bakar,Penerangan dan Air

PerlengkapanRumahtangga

PenyelenggaraanRumahtangga

Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

2.2.3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

2.2.4. Komoditas Lainnya

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 19

Berdasarkan sub kelompok komoditas pembentuknya, kenaikan besar justru terlihat pada kenaikan komoditas padi-

padian yang naik lebih dari 10% baik dibanding tahun sebelumnya maupun di sepanjang tahun 2015. Ikan diawetkan juga

mengalami kenaikan hingga 19,69% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, namun hanya sedikit menyumbang inflasi

dikarenakan bobot konsumsi masyarakat yang relatif rendah. Komoditas daging dan hasil-hasilnya juga menunjukkan

adanya kenaikan cukup tinggi terutama di triwulan III 2015 seiring dengan meningkatnya harga ayam hidup di Kota

Maumere yang saat ini juga berdampak pada meningkatnya harga daging ayam kampung di Kota Kupang dan Maumere

di sepanjang triwulan III 2015. Komoditas ikan segar pada triwulan III 2015 mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai

7,24% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya lebih disebabkan oleh rendahnya harga di awal tahun akibat adanya isu

formalin, sehingga harga jual saat ini sedang kembali menuju pada harga jual normal.

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2015 justru mengalami deflasi setelah

mengalami inflasi yang cukup tinggi di triwulan sebelumnya. Deflasi terutama disebabkan oleh adanya penurunan

tarif angkutan udara di bulan Agustus dan September setelah mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di bulan Juli

2015. Meskipun demikian, inflasi secara tahunan masih menunjukkan nilai yang tinggi terutama disebabkan oleh inflasi

pada sub kelompok komoditas transportasi yang masih cukup tinggi. Tingginya inflasi disebabkan oleh masih terimbas

dampak kenaikan BBM di akhir tahun 2014. Berdasarkan kinerja inflasi di sepanjang tahun 2015, komoditas transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan justru menunjukkan deflasi -3,22% (ytd) dikarenakan oleh adanya penurunan tarif

angkutan dalam kota.

Komoditas yang perlu dipantau lebih intens adalah inflasi pada komoditas angkutan udara. Di Bulan September 2015,

inflasi angkutan udara di sepanjang tahun 2015 hanya sebesar hampir 5% (ytd). Namun demikian, hal yang perlu

diperhatikan lebih adalah adanya fluktuasi kenaikan/penurunan tarif yang cukup besar. Pada bulan Juli 2015, inflasi

angkutan udara mencapai lebih dari 30% (ytd) dan menjadi kenaikan tarif angkutan udara terbesar di sepanjang tahun

2015.

Grafik 2. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS (diolah)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

6.58

(0.02)

1.30

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

YOY QTQ MTM

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Padi padian, Umbi -umbian dan …

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil -hasilnya

Sayur -sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

yoy qtq

-15-10-505

101520

2.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Grafik 2. 7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Sumber : BPS, diolah

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

10.64

(1.07)

(1.31)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

YOY QTQ MTM -0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

-7%

-2%

4%

9%

14%

19%

24%

Sumber : BPS, diolah

Transpor, Komunikasidan Jasa KeuanganTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

qtq

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

Apr May Jun Jul Aug Sep

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Apr May Jun Jul Aug Sep

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201518

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi administered price pada triwulan III 2015 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya,

terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara pada bulan Agustus dan September setelah

mengalami kenaikan cukup tinggi di bulan Juli 2015. Deflasi kelompok komoditas transportasi dikarenakan oleh

harga yang sudah terlalu tinggi dibanding tahun sebelumnya, sehingga tarif angkutan mengalami penyesuaian kembali.

Secara tahunan, kelompok administered price masih mengalami inflasi sebesar 11,97% (yoy). Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada akhir tahun 2014 seiring dengan kenaikan BBM di akhir tahun

2014. Sepanjang tahun 2015, kinerja kelompok administered price justru mengalami deflasi sebesar -0,95% (ytd)

dibanding posisi inflasi di akhir tahun 2014. Kenaikan cukup besar terutama pada komoditas tembakau dan minuman

beralkohol seiring dengan adanya kenaikan harga cukai rokok. Permasalahan lainnya yang sering terjadi adalah inflasi

kelompok komoditas transportasi angkutan udara yang terlalu berfluktuasinya sehingga berdampak pada tingginya

fluktuasi inflasi bulanan di NTT.

Inflasi kelompok inti masih relatif terkendali dalam satu tahun terakhir. Namun demikian, di sepanjang tahun 2015 inflasi

kelompok inti mengalami kenaikan paling besar dibanding inflasi volatile food dan administered price. Inflasi inti di

sepanjang tahun 2015 sebesar 3,25% (ytd) cukup besar bila dibandingkan inflasi volatile food yang sebesar 0,98% (ytd),

maupun inflasi administered price yang sebesar -0,95% (ytd). Kenaikan inflasi inti terutama disebabkan oleh adanya

kenaikan makanan jadi, minuman, biaya pendidikan, sandang dan biaya perawatan jasmani dan kesehatan. .

Inflasi kelompok inti yang cukup besar terjadi pada triwulan III 2015 yang mengalami inflasi hingga 1,27% (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Adanya momen hari raya idul Fitri telah meningkatkan biaya sandang, makanan jadi dan biaya

perawatan jasmani dan kosmetika. Sedangkan permulaan tahun ajaran baru menjadi kesempatan bagi sekolah untuk

menaikkan biaya pendidikan.

Inflasi Kota Kupang hingga triwulan III 2015 masih relatif terkendali. Pada triwulan III 2015, inflasi kota Kupang

hanya sebesar 0,37% (qtq), relatif rendah walaupun pada periode ini bersamaan dengan perayaan Hari Raya

Idul Fitri, libur panjang sekolah dan hari raya kemerdekaan RI. Secara tahunan, inflasi kota Kupang sebesar 7,08%

(yoy), lebih tinggi dibanding inflasi tahunan di Provinsi NTT yang sebesar 6,74% (yoy). Namun demikian, inflasi Kota

Kupang di sepanjang tahun 2015 hanya sebesar 1,23% (ytd), masih lebih rendah dibandingkan kinerja inflasi NTT yang

2.3.2 Kelompok Administered Prices

2.3.3 Kelompok Inti (core)

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

INFLASI EKSPEKTASI 3 BULAN YAD EKSPEKTASI 6 BULAN YAD

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

2%

1%

0%

1%

2%

3%

4%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 21

Berdasarkan disagregasi inflasi, administered price mampu menjadi penghambat inflasi walaupun sempat

mengalami kenaikan yang cukup tinggi di bulan Juli 2015. Inflasi inti menjadi penyumbang inflasi terbesar

dengan penyumbang utama adalah kenaikan biaya pendidikan dan makanan jadi. Volatile food juga

menunjukkan kenaikan walaupun tidak terlalu besar. Secara bulanan, inflasi volatile food mampu menjadi

penghambat inflasi di bulan Juli dan Agustus. Sebaliknya, inflasi administered price justru mengalami kenaikan tinggi di

bulan Juli 2015 seiring dengan kenaikan biaya angkutan udara. Inflasi inti juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi

terutama dikarenakan kenaikan harga komoditas pendidikan, sandang, biaya tempat tinggal dan makanan jadi. Di Bulan

Agustus, inflasi inti dan administered price juga mengalami deflasi.

Pada bulan September 2015, inflasi volatile food mengalami kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras.

Inflasi juga terjadi pada inflasi inti yang terutama disebabkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal, makanan jadi dan

sandang. Inflasi administered price masih mengalami deflasi di bulan September 2015 dikarenakan penurunan tarif

angkutan udara yang mengalami kenaikan tertinggi di bulan Juli 2015.

Inflasi pada komoditas yang bergejolak (volatile foods) pada triwulan III 2015 secara umum mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi terjadi pada bulan Juli dan agustus 2015 terutama disebabkan

oleh penurunan harga komoditas padi-padian, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Kondisi cuaca yang relatif

mendukung membuat produksi hortikultura cukup melimpah di NTT. Beberapa daerah juga mengalami panen padi,

sehingga pasokan beras cukup banyak di pasar. Inflasi terjadi pada kelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya

terutama komoditas ayam hidup dan daging ayam kampung. Kenaikan harga diduga disebabkan oleh tingginya harga

DOC ayam kampung dikarenakan kelangkaan bibit ayam kampung di Masyarakat. Inflasi pada komoditas ikan segar lebih

disebabkan oleh harga yang sudah mengalami penurunan cukup besar di awal tahun, sehingga harga ikan segar saat ini

mulai kembali ke kondisi normal. Pada bulan September, komoditas volatile food kembali mengalami inflasi terutama

didorong oleh meningkatnya harga beras.

Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai 7,48% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan yang

cukup tinggi di Bulan November dan Desember 2014, serta bulan Januari 2015. Sepanjang tahun 2015, inflasi komoditas

volatile food hanya sebesar 0,98%, terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas ikan segar yang mengalami

penurunan cukup besar antara bulan Februari-Mei 2015 karena isu ikan berformalin.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

-4.5

-2.5

-0.5

1.5

3.5

5.5

7.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (MTM) CORE VOL FOOD ADM PRICE

Grafik 2. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (YOY) INF CORE INF VF INF AP

2.3. DISAGREGASI INFLASI

2.3.1 Kelompok Volatile Food

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201520

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Inflasi administered price pada triwulan III 2015 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya,

terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara pada bulan Agustus dan September setelah

mengalami kenaikan cukup tinggi di bulan Juli 2015. Deflasi kelompok komoditas transportasi dikarenakan oleh

harga yang sudah terlalu tinggi dibanding tahun sebelumnya, sehingga tarif angkutan mengalami penyesuaian kembali.

Secara tahunan, kelompok administered price masih mengalami inflasi sebesar 11,97% (yoy). Tingginya inflasi terutama

disebabkan oleh kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada akhir tahun 2014 seiring dengan kenaikan BBM di akhir tahun

2014. Sepanjang tahun 2015, kinerja kelompok administered price justru mengalami deflasi sebesar -0,95% (ytd)

dibanding posisi inflasi di akhir tahun 2014. Kenaikan cukup besar terutama pada komoditas tembakau dan minuman

beralkohol seiring dengan adanya kenaikan harga cukai rokok. Permasalahan lainnya yang sering terjadi adalah inflasi

kelompok komoditas transportasi angkutan udara yang terlalu berfluktuasinya sehingga berdampak pada tingginya

fluktuasi inflasi bulanan di NTT.

Inflasi kelompok inti masih relatif terkendali dalam satu tahun terakhir. Namun demikian, di sepanjang tahun 2015 inflasi

kelompok inti mengalami kenaikan paling besar dibanding inflasi volatile food dan administered price. Inflasi inti di

sepanjang tahun 2015 sebesar 3,25% (ytd) cukup besar bila dibandingkan inflasi volatile food yang sebesar 0,98% (ytd),

maupun inflasi administered price yang sebesar -0,95% (ytd). Kenaikan inflasi inti terutama disebabkan oleh adanya

kenaikan makanan jadi, minuman, biaya pendidikan, sandang dan biaya perawatan jasmani dan kesehatan. .

Inflasi kelompok inti yang cukup besar terjadi pada triwulan III 2015 yang mengalami inflasi hingga 1,27% (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Adanya momen hari raya idul Fitri telah meningkatkan biaya sandang, makanan jadi dan biaya

perawatan jasmani dan kosmetika. Sedangkan permulaan tahun ajaran baru menjadi kesempatan bagi sekolah untuk

menaikkan biaya pendidikan.

Inflasi Kota Kupang hingga triwulan III 2015 masih relatif terkendali. Pada triwulan III 2015, inflasi kota Kupang

hanya sebesar 0,37% (qtq), relatif rendah walaupun pada periode ini bersamaan dengan perayaan Hari Raya

Idul Fitri, libur panjang sekolah dan hari raya kemerdekaan RI. Secara tahunan, inflasi kota Kupang sebesar 7,08%

(yoy), lebih tinggi dibanding inflasi tahunan di Provinsi NTT yang sebesar 6,74% (yoy). Namun demikian, inflasi Kota

Kupang di sepanjang tahun 2015 hanya sebesar 1,23% (ytd), masih lebih rendah dibandingkan kinerja inflasi NTT yang

2.3.2 Kelompok Administered Prices

2.3.3 Kelompok Inti (core)

Grafik 2.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

INFLASI EKSPEKTASI 3 BULAN YAD EKSPEKTASI 6 BULAN YAD

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

2%

1%

0%

1%

2%

3%

4%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 21

Berdasarkan disagregasi inflasi, administered price mampu menjadi penghambat inflasi walaupun sempat

mengalami kenaikan yang cukup tinggi di bulan Juli 2015. Inflasi inti menjadi penyumbang inflasi terbesar

dengan penyumbang utama adalah kenaikan biaya pendidikan dan makanan jadi. Volatile food juga

menunjukkan kenaikan walaupun tidak terlalu besar. Secara bulanan, inflasi volatile food mampu menjadi

penghambat inflasi di bulan Juli dan Agustus. Sebaliknya, inflasi administered price justru mengalami kenaikan tinggi di

bulan Juli 2015 seiring dengan kenaikan biaya angkutan udara. Inflasi inti juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi

terutama dikarenakan kenaikan harga komoditas pendidikan, sandang, biaya tempat tinggal dan makanan jadi. Di Bulan

Agustus, inflasi inti dan administered price juga mengalami deflasi.

Pada bulan September 2015, inflasi volatile food mengalami kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras.

Inflasi juga terjadi pada inflasi inti yang terutama disebabkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal, makanan jadi dan

sandang. Inflasi administered price masih mengalami deflasi di bulan September 2015 dikarenakan penurunan tarif

angkutan udara yang mengalami kenaikan tertinggi di bulan Juli 2015.

Inflasi pada komoditas yang bergejolak (volatile foods) pada triwulan III 2015 secara umum mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi terjadi pada bulan Juli dan agustus 2015 terutama disebabkan

oleh penurunan harga komoditas padi-padian, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Kondisi cuaca yang relatif

mendukung membuat produksi hortikultura cukup melimpah di NTT. Beberapa daerah juga mengalami panen padi,

sehingga pasokan beras cukup banyak di pasar. Inflasi terjadi pada kelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya

terutama komoditas ayam hidup dan daging ayam kampung. Kenaikan harga diduga disebabkan oleh tingginya harga

DOC ayam kampung dikarenakan kelangkaan bibit ayam kampung di Masyarakat. Inflasi pada komoditas ikan segar lebih

disebabkan oleh harga yang sudah mengalami penurunan cukup besar di awal tahun, sehingga harga ikan segar saat ini

mulai kembali ke kondisi normal. Pada bulan September, komoditas volatile food kembali mengalami inflasi terutama

didorong oleh meningkatnya harga beras.

Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai 7,48% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan yang

cukup tinggi di Bulan November dan Desember 2014, serta bulan Januari 2015. Sepanjang tahun 2015, inflasi komoditas

volatile food hanya sebesar 0,98%, terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas ikan segar yang mengalami

penurunan cukup besar antara bulan Februari-Mei 2015 karena isu ikan berformalin.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTTGrafik 2.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

-4.5

-2.5

-0.5

1.5

3.5

5.5

7.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (MTM) CORE VOL FOOD ADM PRICE

Grafik 2. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasii Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SUM AP SUM VF SUM CORE INFLASI (YOY) INF CORE INF VF INF AP

2.3. DISAGREGASI INFLASI

2.3.1 Kelompok Volatile Food

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201520

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2.17. Inflasi Tahunan Kota Maumere

II III IV I II III IV I IIIII IV I2012 2013 2014 2015

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Sumber : BPS, diolah

I

NTTMAUMERE

III

4.44%

6.74%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS, diolah

II

NTTMAUMERE

III

2.07%

0.58%

Grafik 2.19. Inflasi Bulanan Kota Maumere

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

4 5 6

NTTMAUMERE

7 8 9

1,33%

0,53%0,20%

1,06%

-0,73%0,26%

Sub kelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya bahkan mengalami inflasi lebih tinggi hingga 30,50% (ytd) terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi ayam hidup, sejak terjadi kelangkaan DOC ayam kampung. Inflasi kelompok komoditas

bahan makanan dapat ditahan berkat deflasi pada sub kelompok komoditas ikan segar dan sayur-sayuran yang mencapai

sebesar -31,70% (ytd) dan -25,05% (ytd).

Pada triwulan III 2015, inflasi di Kota Maumere disebabkan oleh kenaikan harga kelompok komoditas bahan makanan

terutama di bulan Juli 2015, serta kenaikan biaya pendidikan di bulan yang sama. Hampir semua kelompok komoditas

mengalami kenaikan pada triwulan ini. Hanya kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang

relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan data bulanan, inflasi yang terus terjadi di bulan Juli, Agustus dan

September 2015 dinilai menjadi penyebab utama meningkatnya inflasi di Kota Maumere di triwulan III 2015 ini.

Hingga triwulan III 2015, TPID yang sudah terbentuk di provinsi NTT sebanyak 21 TPID, terdiri dari 1 TPID di

tingkat provinsi dan 20 TPID di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan utama TPID di triwulan ini lebih difokuskan

pada pengendalian inflasi komoditas selama hari raya Idul Fitri. Hingga saat ini, hanya tinggal kabupaten Timor

Tengah Selatan dan Malaka yang belum membentuk TPID. Sepanjang tahun 2015, telah dilakukan pembentukan 5 TPID

baru diantaranya TPID kabupaten Sumba Barat Daya, Ngada, Nagekeo, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah

Utara. Rapat konsolidasi atas pembentukan TPID baru belum dapat dilakukan dikarenakan masih fokus pada upaya

pengendalian inflasi sepanjang hari raya.

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

114.9

103.2

134.6

112.6

108.8

109.3

138.6

119.8

115.5

104.3

134.6

112.4

108.9

109.7

140.6

120.7

SEP

115.8

104.9

135.2

112.5

109.0

109.7

140.2

120.3

YOY

4.44

(1.26)

10.20

2.03

1.81

2.51

15.83

11.37

MTMYTD

2.27

0.12

6.83

0.78

1.48

2.26

15.44

(2.89)

1.33

2.11

1.04

0.10

(0.13)

-

4.52

1.10

0.53

1.12

0.02

(0.20)

0.12

0.36

1.43

0.76

0.20

0.55

0.44

0.10

0.11

-

(0.26)

(0.38)

QTQ

2.07

3.82

1.50

-

0.10

0.36

5.75

1.48

JUL AGUST SEP

2.5. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPID

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 23

sebesar 1,36% (ytd). Secara triwulanan, inflasi kota Kupang juga relatif lebih rendah dengan nilai inflasi sebesar 0,37%

(qtq), bandingkan dengan inflasi provinsi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Peningkatan inflasi terutama terjadi pada bulan

Juli yang disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, harga jual sandang, maupun kenaikan harga makanan jadi. Pada

bulan Agustus 2015, inflasi mengalami penurunan seiring dengan penurunan tarif angkutan udara. Dan pada bulan

September, inflasi sedikit meningkat dikarenakan adanya kenaikan harga kelompok komoditas padi-padian.

Berdasarkan kelompok komoditas, tingginya inflasi lebih disebabkan oleh kenaikan biaya makanan jadi, sandang, dan

kesehatan. Penurunan tarif transportasi baru terjadi setelah hari raya Idul Fitri berakhir. Biaya pendidikan mengalami

kenaikan cukup besar terutama di triwulan III 2015 bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Pada bulan

September 2015, harga beras mengalami kenaikan cukup tinggi sebagai dampak dari kenaikan harga gabah dan beras di

tingkat produsen dan pedagang besar yang sudah terjadi di bulan sebelumnya.

Secara tahunan, inflasi Kota Maumere relatif rendah hanya sebesar 4,44% (yoy), jauh lebih rendah dibanding

inflasi NTT yang sebesar 6,74% (yoy). Namun demikian, adanya kenaikan bahan makanan dan pendidikan

yang cukup tinggi di triwulan III 2015 membuat inflasi triwulanan di Kota Maumere mengalami inflasi yang

cukup tinggi sebesar 2,07% (qtq), lebih besar dibanding inflasi di Provinsi NTT yang sebesar 0,58% (qtq).

Tingginya inflasi bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan inflasi padi-padian yang sepanjang tahun 2015 saja

telah mengalami kenaikan hingga 20% (ytd). Biaya pendidikan di Kota Maumere juga mengalami kenaikan yang tinggi. Di

sepanjang tahun 2015 saja telah terjadi kenaikan biaya pendidikan hingga lebih dari 15% (ytd).

Grafik 2.14. Inflasi Tahunan Kota Kupang

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.16. Inflasi Bulanan Kota Kupang

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II II

4 5 6

III

NTTKUPANG

7.08%

6.74%

NTTKUPANG NTTKUPANG

III0.37%

0.58%7 8 9

1,06%

-0,73%

0,26%

1,02%

-0,92%

0,27%

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

122.3

113.5

128.0

121.2

121.6

111.2

119.5

137.9

121.2

111.7

128.4

120.8

121.0

111.5

120.1

134.0

SEP

121.5

113.3

129.3

121.1

121.1

111.9

120.5

132.1

YOY

7.08

7.79

9.18

4.19

7.62

6.01

3.61

10.54

MTMYTD

1.23

0.15

6.26

0.89

5.40

4.67

3.95

(3.26)

1.02

(0.40)

0.78

0.54

3.10

0.76

1.69

2.87

(0.92)

(1.53)

0.32

(0.33)

(0.51)

0.28

0.54

(2.77)

0.27

1.41

0.71

0.30

0.11

0.36

0.28

(1.43)

QTQ

0.37

(0.54)

1.82

0.51

2.69

1.40

2.53

(1.42)

JUL AGUST SEP

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201522

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Grafik 2.17. Inflasi Tahunan Kota Maumere

II III IV I II III IV I IIIII IV I2012 2013 2014 2015

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Sumber : BPS, diolah

I

NTTMAUMERE

III

4.44%

6.74%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan Kota Maumere

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS, diolah

II

NTTMAUMERE

III

2.07%

0.58%

Grafik 2.19. Inflasi Bulanan Kota Maumere

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah

4 5 6

NTTMAUMERE

7 8 9

1,33%

0,53%0,20%

1,06%

-0,73%0,26%

Sub kelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya bahkan mengalami inflasi lebih tinggi hingga 30,50% (ytd) terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi ayam hidup, sejak terjadi kelangkaan DOC ayam kampung. Inflasi kelompok komoditas

bahan makanan dapat ditahan berkat deflasi pada sub kelompok komoditas ikan segar dan sayur-sayuran yang mencapai

sebesar -31,70% (ytd) dan -25,05% (ytd).

Pada triwulan III 2015, inflasi di Kota Maumere disebabkan oleh kenaikan harga kelompok komoditas bahan makanan

terutama di bulan Juli 2015, serta kenaikan biaya pendidikan di bulan yang sama. Hampir semua kelompok komoditas

mengalami kenaikan pada triwulan ini. Hanya kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang

relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan data bulanan, inflasi yang terus terjadi di bulan Juli, Agustus dan

September 2015 dinilai menjadi penyebab utama meningkatnya inflasi di Kota Maumere di triwulan III 2015 ini.

Hingga triwulan III 2015, TPID yang sudah terbentuk di provinsi NTT sebanyak 21 TPID, terdiri dari 1 TPID di

tingkat provinsi dan 20 TPID di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan utama TPID di triwulan ini lebih difokuskan

pada pengendalian inflasi komoditas selama hari raya Idul Fitri. Hingga saat ini, hanya tinggal kabupaten Timor

Tengah Selatan dan Malaka yang belum membentuk TPID. Sepanjang tahun 2015, telah dilakukan pembentukan 5 TPID

baru diantaranya TPID kabupaten Sumba Barat Daya, Ngada, Nagekeo, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah

Utara. Rapat konsolidasi atas pembentukan TPID baru belum dapat dilakukan dikarenakan masih fokus pada upaya

pengendalian inflasi sepanjang hari raya.

Tabel 2.5. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

114.9

103.2

134.6

112.6

108.8

109.3

138.6

119.8

115.5

104.3

134.6

112.4

108.9

109.7

140.6

120.7

SEP

115.8

104.9

135.2

112.5

109.0

109.7

140.2

120.3

YOY

4.44

(1.26)

10.20

2.03

1.81

2.51

15.83

11.37

MTMYTD

2.27

0.12

6.83

0.78

1.48

2.26

15.44

(2.89)

1.33

2.11

1.04

0.10

(0.13)

-

4.52

1.10

0.53

1.12

0.02

(0.20)

0.12

0.36

1.43

0.76

0.20

0.55

0.44

0.10

0.11

-

(0.26)

(0.38)

QTQ

2.07

3.82

1.50

-

0.10

0.36

5.75

1.48

JUL AGUST SEP

2.5. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPID

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 23

sebesar 1,36% (ytd). Secara triwulanan, inflasi kota Kupang juga relatif lebih rendah dengan nilai inflasi sebesar 0,37%

(qtq), bandingkan dengan inflasi provinsi NTT yang sebesar 0,58% (qtq). Peningkatan inflasi terutama terjadi pada bulan

Juli yang disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, harga jual sandang, maupun kenaikan harga makanan jadi. Pada

bulan Agustus 2015, inflasi mengalami penurunan seiring dengan penurunan tarif angkutan udara. Dan pada bulan

September, inflasi sedikit meningkat dikarenakan adanya kenaikan harga kelompok komoditas padi-padian.

Berdasarkan kelompok komoditas, tingginya inflasi lebih disebabkan oleh kenaikan biaya makanan jadi, sandang, dan

kesehatan. Penurunan tarif transportasi baru terjadi setelah hari raya Idul Fitri berakhir. Biaya pendidikan mengalami

kenaikan cukup besar terutama di triwulan III 2015 bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Pada bulan

September 2015, harga beras mengalami kenaikan cukup tinggi sebagai dampak dari kenaikan harga gabah dan beras di

tingkat produsen dan pedagang besar yang sudah terjadi di bulan sebelumnya.

Secara tahunan, inflasi Kota Maumere relatif rendah hanya sebesar 4,44% (yoy), jauh lebih rendah dibanding

inflasi NTT yang sebesar 6,74% (yoy). Namun demikian, adanya kenaikan bahan makanan dan pendidikan

yang cukup tinggi di triwulan III 2015 membuat inflasi triwulanan di Kota Maumere mengalami inflasi yang

cukup tinggi sebesar 2,07% (qtq), lebih besar dibanding inflasi di Provinsi NTT yang sebesar 0,58% (qtq).

Tingginya inflasi bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan inflasi padi-padian yang sepanjang tahun 2015 saja

telah mengalami kenaikan hingga 20% (ytd). Biaya pendidikan di Kota Maumere juga mengalami kenaikan yang tinggi. Di

sepanjang tahun 2015 saja telah terjadi kenaikan biaya pendidikan hingga lebih dari 15% (ytd).

Grafik 2.14. Inflasi Tahunan Kota Kupang

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kota Kupang Grafik 2.16. Inflasi Bulanan Kota Kupang

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I2012 2013 2014 2015

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

II II

4 5 6

III

NTTKUPANG

7.08%

6.74%

NTTKUPANG NTTKUPANG

III0.37%

0.58%7 8 9

1,06%

-0,73%

0,26%

1,02%

-0,92%

0,27%

Tabel 2.4. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

KOMODITAS

Sumber : BPS diolah

IHK 2015

JUL AGUST

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

122.3

113.5

128.0

121.2

121.6

111.2

119.5

137.9

121.2

111.7

128.4

120.8

121.0

111.5

120.1

134.0

SEP

121.5

113.3

129.3

121.1

121.1

111.9

120.5

132.1

YOY

7.08

7.79

9.18

4.19

7.62

6.01

3.61

10.54

MTMYTD

1.23

0.15

6.26

0.89

5.40

4.67

3.95

(3.26)

1.02

(0.40)

0.78

0.54

3.10

0.76

1.69

2.87

(0.92)

(1.53)

0.32

(0.33)

(0.51)

0.28

0.54

(2.77)

0.27

1.41

0.71

0.30

0.11

0.36

0.28

(1.43)

QTQ

0.37

(0.54)

1.82

0.51

2.69

1.40

2.53

(1.42)

JUL AGUST SEP

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201522

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Karakteristik inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur relatif berbeda dibanding daerah lain. Ketika sebagian besar provinsi

hanya mengalami puncak inflasi pada saat hari raya Idul Fitri, NTT mengalami dua periode inflasi besar yaitu pada saat Hari

Raya Idul Fitri serta Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Perbedaan karakter inflasi lebih disebabkan oleh mayoritas penduduk

yang menganut agama Kristen, sehingga peningkatan permintaan masyarakat terjadi pada saat perayaan Hari Raya Natal

dan Tahun Baru. Tingginya inflasi di Hari Raya Idul Fitri lebih disebabkan oleh tingginya inflasi transportasi dikarenakan

tingginya arus mudik dan balik warga pendatang, sehingga biaya transportasi meningkat signifikan. Adanya gaji ke-13

membuat belanja sandang meningkat signifikan, dan biaya pendidikan biasanya mengalami kenaikan cukup besar seiring

dengan adanya peralihan tahun ajaran baru.

Pada akhir tahun, inflasi Provinsi NTT lebih didominasi oleh meningkatnya harga bahan makanan. Peningkatan harga

bahan makanan selain disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama perayaan hari raya Natal, juga disebabkan oleh

kondisi cuaca yang memburuk di akhir tahun, sehingga terjadi gangguan pasokan komoditas. Berdasarkan karakter

pergerakan harga, inflasi selama dua bulan di akhir tahun cukup tinggi yaitu mencapai 1-2%. Anomali inflasi tinggi hanya

terjadi pada akhir tahun 2014 yang lebih disebabkan oleh adanya kenaikan BBM bersubsidi, sehingga mempengaruhi

sentimen inflasi masyarakat.

Berdasarkan analisa data antara tahun 2011-2014 (4 tahun), diketahui bahwa terdapat 9 komoditas yang secara persisten

menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Kupang, dan 8 komoditas yang secara persisten menjadi penyumbang inflasi

tertinggi di Kota Maumere. Preferensi konsumsi masyarakat di dua kota perhitungan inflasi ini juga relatif berbeda yang

terlihat dari jenis komoditas tertinggi penyumbang inflasi yang berbeda di masing-masing kota. Hanya komoditas cabe

rawit dan beras yang secara persisten sama-sama menyumbang inflasi tertinggi di dua kota tersebut.

Di Kota Kupang, komoditas yang secara persisten menyumbang inflasi pada bulan November adalah komoditas beras,

sawi putih, daging ayam ras, bawang merah, tarif listrik dan wortel. Sedangkan Komoditas yang persisten menyumbang

inflasi pada bulan Desember adalah komoditas sawi putih, ikan kembung, beras, daging ayam ras, bawang merah, cabe

rawit, dan telur ayam ras. Di Kota Maumere, komoditas yang persisten menyumbang inflasi di bulan November antara lain cabe rawit, kangkung,

tongkol dan labu siam. Sedangkan komoditas yang persisten menyumbang inflasi di bulan Desember adalah sawi hijau,

cabe rawit, ayam hidup, kubis, kangkung, beras, dan ikan selar.

Karakteristik Inflasi KomoditasPada Hari Raya Natal Dan Tahun Baru02

Grafik Boks 2.1. Karakteristik Inflasi di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 25

0.24%

0.93%

-0.66%

1.95%

0.23%

1.23%

0.55%

1.48%1.69%

3.41%

-0.015

-0.005

0.005

0.015

0.025

0.035

0.045

0.055

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi NTT

Adapun kegiatan pengendalian harga yang dilakukan antara lain pemantauan pasar menjelang hari raya oleh kota

Kupang, operasi pasar dan pasar murah oleh pemerintah provinsi NTT. Sebelumnya, pemerintah provinsi NTT juga

melakukan rapat high level meeting (HLM) TPID yang langsung dipimpin oleh Gubernur Provinsi NTT. Pemerintah Kota

Kupang juga telah melakukan rapat persiapan melalui rapat HLM TPID bahkan telah dilakukan dua kali untuk memastikan

pemantauan komoditas penyumbang inflasi dapat dilakukan dengan baik. Adapun program terkait penyelesaian

permasalahan fundamental juga sudah dilakukan bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan TPID Kabupaten Kupang

berupa gerakan tanam cabe di musim kering (GTCK) yang diperkirakan akan memasuki musim panen Perdana pada akhir

November 2015. Rapat konsolidasi dengan TPID Kabupaten Rote Ndao juga telah berhasil dilakukan pada tanggal 2

September 2015.

Gambar 2.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan I 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201524

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Karakteristik inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur relatif berbeda dibanding daerah lain. Ketika sebagian besar provinsi

hanya mengalami puncak inflasi pada saat hari raya Idul Fitri, NTT mengalami dua periode inflasi besar yaitu pada saat Hari

Raya Idul Fitri serta Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Perbedaan karakter inflasi lebih disebabkan oleh mayoritas penduduk

yang menganut agama Kristen, sehingga peningkatan permintaan masyarakat terjadi pada saat perayaan Hari Raya Natal

dan Tahun Baru. Tingginya inflasi di Hari Raya Idul Fitri lebih disebabkan oleh tingginya inflasi transportasi dikarenakan

tingginya arus mudik dan balik warga pendatang, sehingga biaya transportasi meningkat signifikan. Adanya gaji ke-13

membuat belanja sandang meningkat signifikan, dan biaya pendidikan biasanya mengalami kenaikan cukup besar seiring

dengan adanya peralihan tahun ajaran baru.

Pada akhir tahun, inflasi Provinsi NTT lebih didominasi oleh meningkatnya harga bahan makanan. Peningkatan harga

bahan makanan selain disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama perayaan hari raya Natal, juga disebabkan oleh

kondisi cuaca yang memburuk di akhir tahun, sehingga terjadi gangguan pasokan komoditas. Berdasarkan karakter

pergerakan harga, inflasi selama dua bulan di akhir tahun cukup tinggi yaitu mencapai 1-2%. Anomali inflasi tinggi hanya

terjadi pada akhir tahun 2014 yang lebih disebabkan oleh adanya kenaikan BBM bersubsidi, sehingga mempengaruhi

sentimen inflasi masyarakat.

Berdasarkan analisa data antara tahun 2011-2014 (4 tahun), diketahui bahwa terdapat 9 komoditas yang secara persisten

menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Kupang, dan 8 komoditas yang secara persisten menjadi penyumbang inflasi

tertinggi di Kota Maumere. Preferensi konsumsi masyarakat di dua kota perhitungan inflasi ini juga relatif berbeda yang

terlihat dari jenis komoditas tertinggi penyumbang inflasi yang berbeda di masing-masing kota. Hanya komoditas cabe

rawit dan beras yang secara persisten sama-sama menyumbang inflasi tertinggi di dua kota tersebut.

Di Kota Kupang, komoditas yang secara persisten menyumbang inflasi pada bulan November adalah komoditas beras,

sawi putih, daging ayam ras, bawang merah, tarif listrik dan wortel. Sedangkan Komoditas yang persisten menyumbang

inflasi pada bulan Desember adalah komoditas sawi putih, ikan kembung, beras, daging ayam ras, bawang merah, cabe

rawit, dan telur ayam ras. Di Kota Maumere, komoditas yang persisten menyumbang inflasi di bulan November antara lain cabe rawit, kangkung,

tongkol dan labu siam. Sedangkan komoditas yang persisten menyumbang inflasi di bulan Desember adalah sawi hijau,

cabe rawit, ayam hidup, kubis, kangkung, beras, dan ikan selar.

Karakteristik Inflasi KomoditasPada Hari Raya Natal Dan Tahun Baru02

Grafik Boks 2.1. Karakteristik Inflasi di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 25

0.24%

0.93%

-0.66%

1.95%

0.23%

1.23%

0.55%

1.48%1.69%

3.41%

-0.015

-0.005

0.005

0.015

0.025

0.035

0.045

0.055

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi NTT

Adapun kegiatan pengendalian harga yang dilakukan antara lain pemantauan pasar menjelang hari raya oleh kota

Kupang, operasi pasar dan pasar murah oleh pemerintah provinsi NTT. Sebelumnya, pemerintah provinsi NTT juga

melakukan rapat high level meeting (HLM) TPID yang langsung dipimpin oleh Gubernur Provinsi NTT. Pemerintah Kota

Kupang juga telah melakukan rapat persiapan melalui rapat HLM TPID bahkan telah dilakukan dua kali untuk memastikan

pemantauan komoditas penyumbang inflasi dapat dilakukan dengan baik. Adapun program terkait penyelesaian

permasalahan fundamental juga sudah dilakukan bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan TPID Kabupaten Kupang

berupa gerakan tanam cabe di musim kering (GTCK) yang diperkirakan akan memasuki musim panen Perdana pada akhir

November 2015. Rapat konsolidasi dengan TPID Kabupaten Rote Ndao juga telah berhasil dilakukan pada tanggal 2

September 2015.

Gambar 2.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan I 2015 dan Sebaran Pembentukan TPID

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201524

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran mengalami peningkatan.

Indikator kinerja perbankan secara year-on-year (yoy) dan triwulanan (qtq) mengalami peningkatan.

Peningkatan ini juga masih berada di atas pertumbuhan Nasional.

Selain itu, beberapa indikator sistem pembayaran juga masih menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif di Provinsi NTT.

Perkembangan Perbankan DanSistem Pembayaran03

Kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh kondisi pasokan yang berkurang. Pasokan diperkirakan akan terus berkurang

hingga musim panen pertama tahun 2016 dilakukan. Adanya impor beras diperkirakan tidak terlalu berdampak

dikarenakan harga sudah terlanjur mengalami kenaikan di tingkat pedagang besar seiring minimnya pasokan.

Kenaikan harga sayur-sayuran selain disebabkan oleh kenaikan permintaan, juga disebabkan oleh penurunan produksi

dikarenakan adanya musim hujan. Penurunan pasokan ikan lebih disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk selama musim

penghujan, sehingga nelayan tidak bisa melaut. Demikian pula dengan penyediaan daging ayam yang terganggu kondisi

cuaca, sehingga pasokan relatif terhambat.

Dengan mengetahui permasalahan yang terjadi, diharapkan pemerintah dapat bergerak aktif untuk mengatasi

permasalahan yang berpotensi terjadi. Penyediaan beras dapat segera ditingkatkan dan dipantau terus kondisinya.

Sebagai contoh, kebutuhan beras di Kota Kupang per hari tidak kurang dari 150 ton beras. Oleh karena itu, stok beras

harus dipastikan selalu tersedia, baik di BULOG maupun di tangan pedagang untuk memasok masyarakat dalam waktu

yang aman. Terkait ketersediaan ikan tangkap, pemerintah dapat mengaktifkan cold storage yang ada. Adanya kondisi El

Nino diharapkan juga dapat dimanfaatkan dengan baik. Mundurnya musim hujan yang diperkirakan baru turun pada

bulan Desember sekiranya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan.

Adapun terkait pemenuhan kebutuhan sayur-mayur, pemerintah dapat memulai dengan melakukan penanaman

menjelang musim hujan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh petani. Dengan waktu tanam lebih kurang 30 hari, masih ada

peluang untuk menjaga inflasi agar tidak naik sebagaimana sebelumnya. Adanya keterlambatan musim hujan akibat El

Nino diharapkan dapat sungguh-sungguh dimanfaatkan dalam menjaga pasokan yang biasanya sudah terhambat karena

adanya cuaca buruk pada awal musim penghujan.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201526

KOMODITASPENYUMBANG UTAMA

Count Inflasi

Nov Des

BERAS

SAWI PUTIH

KEMBUNG/GEMBUNG

DAGING AYAM RAS

BAWANG MERAH

CABE RAWIT

TARIP LISTRIK

WORTEL

TELUR AYAM RAS

ANGKUTAN DALAM KOTA

TOT

4

3

1

2

2

1

2

2

1

1

3

4

4

2

2

2

1

1

2

1

7

7

5

4

4

3

3

3

3

2

0.69

0.14

0.09

0.20

0.10

0.09

0.15

0.12

0.03

0.46

0.57

0.60

0.83

0.23

0.30

0.21

0.12

0.14

0.21

0.55

1.25

0.75

0.92

0.43

0.40

0.30

0.27

0.27

0.23

1.01

Count Inflasi

Nov Des TOT

Tabel Boks 2.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasitahun 2011-2014 Kota Kupang

Tabel Boks 2.2. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasitahun 2011-2014 Kota Maumere

KOMODITASPENYUMBANG UTAMA

Count Inflasi

Nov Des

SAWI HIJAU

CABE RAWIT

AYAM HIDUP

KANGKUNG

KOL PUTIH/KUBIS

BERAS

SELAR

TONGKOL

BENSIN

LABU SIAM/JIPANG

TOT

4

3

1

2

2

1

2

2

1

1

3

4

4

2

2

2

1

1

2

1

7

7

5

4

4

3

3

3

3

2

0.69

0.14

0.09

0.20

0.10

0.09

0.15

0.12

0.03

0.46

0.57

0.60

0.83

0.23

0.30

0.21

0.12

0.14

0.21

0.55

1.25

0.75

0.92

0.43

0.40

0.30

0.27

0.27

0.23

1.01

Count Inflasi

Nov Des TOT

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran mengalami peningkatan.

Indikator kinerja perbankan secara year-on-year (yoy) dan triwulanan (qtq) mengalami peningkatan.

Peningkatan ini juga masih berada di atas pertumbuhan Nasional.

Selain itu, beberapa indikator sistem pembayaran juga masih menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat

menggambarkan adanya perkembangan ekonomi yang positif di Provinsi NTT.

Perkembangan Perbankan DanSistem Pembayaran03

Kenaikan harga beras lebih disebabkan oleh kondisi pasokan yang berkurang. Pasokan diperkirakan akan terus berkurang

hingga musim panen pertama tahun 2016 dilakukan. Adanya impor beras diperkirakan tidak terlalu berdampak

dikarenakan harga sudah terlanjur mengalami kenaikan di tingkat pedagang besar seiring minimnya pasokan.

Kenaikan harga sayur-sayuran selain disebabkan oleh kenaikan permintaan, juga disebabkan oleh penurunan produksi

dikarenakan adanya musim hujan. Penurunan pasokan ikan lebih disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk selama musim

penghujan, sehingga nelayan tidak bisa melaut. Demikian pula dengan penyediaan daging ayam yang terganggu kondisi

cuaca, sehingga pasokan relatif terhambat.

Dengan mengetahui permasalahan yang terjadi, diharapkan pemerintah dapat bergerak aktif untuk mengatasi

permasalahan yang berpotensi terjadi. Penyediaan beras dapat segera ditingkatkan dan dipantau terus kondisinya.

Sebagai contoh, kebutuhan beras di Kota Kupang per hari tidak kurang dari 150 ton beras. Oleh karena itu, stok beras

harus dipastikan selalu tersedia, baik di BULOG maupun di tangan pedagang untuk memasok masyarakat dalam waktu

yang aman. Terkait ketersediaan ikan tangkap, pemerintah dapat mengaktifkan cold storage yang ada. Adanya kondisi El

Nino diharapkan juga dapat dimanfaatkan dengan baik. Mundurnya musim hujan yang diperkirakan baru turun pada

bulan Desember sekiranya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan.

Adapun terkait pemenuhan kebutuhan sayur-mayur, pemerintah dapat memulai dengan melakukan penanaman

menjelang musim hujan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh petani. Dengan waktu tanam lebih kurang 30 hari, masih ada

peluang untuk menjaga inflasi agar tidak naik sebagaimana sebelumnya. Adanya keterlambatan musim hujan akibat El

Nino diharapkan dapat sungguh-sungguh dimanfaatkan dalam menjaga pasokan yang biasanya sudah terhambat karena

adanya cuaca buruk pada awal musim penghujan.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201526

KOMODITASPENYUMBANG UTAMA

Count Inflasi

Nov Des

BERAS

SAWI PUTIH

KEMBUNG/GEMBUNG

DAGING AYAM RAS

BAWANG MERAH

CABE RAWIT

TARIP LISTRIK

WORTEL

TELUR AYAM RAS

ANGKUTAN DALAM KOTA

TOT

4

3

1

2

2

1

2

2

1

1

3

4

4

2

2

2

1

1

2

1

7

7

5

4

4

3

3

3

3

2

0.69

0.14

0.09

0.20

0.10

0.09

0.15

0.12

0.03

0.46

0.57

0.60

0.83

0.23

0.30

0.21

0.12

0.14

0.21

0.55

1.25

0.75

0.92

0.43

0.40

0.30

0.27

0.27

0.23

1.01

Count Inflasi

Nov Des TOT

Tabel Boks 2.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasitahun 2011-2014 Kota Kupang

Tabel Boks 2.2. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasitahun 2011-2014 Kota Maumere

KOMODITASPENYUMBANG UTAMA

Count Inflasi

Nov Des

SAWI HIJAU

CABE RAWIT

AYAM HIDUP

KANGKUNG

KOL PUTIH/KUBIS

BERAS

SELAR

TONGKOL

BENSIN

LABU SIAM/JIPANG

TOT

4

3

1

2

2

1

2

2

1

1

3

4

4

2

2

2

1

1

2

1

7

7

5

4

4

3

3

3

3

2

0.69

0.14

0.09

0.20

0.10

0.09

0.15

0.12

0.03

0.46

0.57

0.60

0.83

0.23

0.30

0.21

0.12

0.14

0.21

0.55

1.25

0.75

0.92

0.43

0.40

0.30

0.27

0.27

0.23

1.01

Count Inflasi

Nov Des TOT

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 relatif meningkat di atas kinerja

perbankan Nasional. Peningkatan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan, diantaranya penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan sebesar 18,35% (yoy), lebih tinggi dari

Triwulan II 2015 sebesar 15,99% (yoy) atau dengan nominal mencapai Rp. 22,92 triliun. Kemudian kredit perbankan pada

Triwulan III 2015 mencapai Rp.19,25 triliun atau tumbuh sebesar 14,33% (yoy), juga lebih tinggi dibanding Triwulan II

2015 yang hanya mencapai 14,20% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan aset perbankan secara umum di Provinsi NTT pada

Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp. 33,23 triliun atau mengalami perlambatan sebesar 20,90% (yoy), lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 24,20% (yoy).

Rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan, dari 2,09% pada Triwulan II 2015 menjadi 2,00% di Triwulan III 2015. Angka tersebut juga masih tetap berada

pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Selain itu, angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan III 2015 sebesar 83,99% sedikit lebih tinggi dari Triwulan II

2015 yang mencapai 83,94%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 masih menunjukkan peningkatan.

Sistem Pembayaran Tunai masih mengalami net-outflow sebesar Rp.846,35 miliar atau meningkat 46,69% (yoy). Besarnya

Net Outflow terutama disebabkan oleh adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang membuat konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan serta meningkatnya pembayaran proyek investasi.

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai 52 lembar, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 966 lembar. Temuan

uang palsu tersebut disebabkan oleh semakin membaiknya tingkat kepatuhan perbankan dan tingkat kesadaran

masyarakat dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia, serta pengungkapan kasus

tindak pidana uang palsu oleh kepolisian.

Pada Triwulan III 2015 transaksi non tunai mengalami peningkatan. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi

volume maupun nominal mengalami peningkatan. Volume kliring di Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar

28,15% (yoy), dan nominalnya meningkat sebesar 52,03% (yoy). Tidak hanya itu, perkembangan SKNBI di Provinsi NTT

juga masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan III 2015 masih

mengalami net-to-NTT atau transfer uang yang masuk ke dalam Provinsi NTT lebih besar dari transfer uang yang keluar.

Dari sisi nominal naik sebesar 39,17% (yoy) atau mencapai Rp.8.017,86 miliar, dan dari sisi volume mengalami penurunan

3.1. KONDISI UMUM

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II III

ASET (MILIAR) KREDIT (MILIAR) DPK (MILIAR) YOY ASET YOY KREDIT YOY DPK

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

2,0%

2,5%

III II III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 27

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan kinerja perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 relatif meningkat di atas kinerja

perbankan Nasional. Peningkatan tersebut tercermin oleh beberapa indikator perbankan, diantaranya penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan sebesar 18,35% (yoy), lebih tinggi dari

Triwulan II 2015 sebesar 15,99% (yoy) atau dengan nominal mencapai Rp. 22,92 triliun. Kemudian kredit perbankan pada

Triwulan III 2015 mencapai Rp.19,25 triliun atau tumbuh sebesar 14,33% (yoy), juga lebih tinggi dibanding Triwulan II

2015 yang hanya mencapai 14,20% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan aset perbankan secara umum di Provinsi NTT pada

Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp. 33,23 triliun atau mengalami perlambatan sebesar 20,90% (yoy), lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 24,20% (yoy).

Rasio kredit macet Non Performing Loan (NPL) Gross perbankan di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan, dari 2,09% pada Triwulan II 2015 menjadi 2,00% di Triwulan III 2015. Angka tersebut juga masih tetap berada

pada level aman yakni dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu NPL Nett sebesar 5%. Selain itu, angka

rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan III 2015 sebesar 83,99% sedikit lebih tinggi dari Triwulan II

2015 yang mencapai 83,94%.

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 masih menunjukkan peningkatan.

Sistem Pembayaran Tunai masih mengalami net-outflow sebesar Rp.846,35 miliar atau meningkat 46,69% (yoy). Besarnya

Net Outflow terutama disebabkan oleh adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang membuat konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan serta meningkatnya pembayaran proyek investasi.

Temuan Uang Palsu yang dilaporkan dan tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai 52 lembar, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 966 lembar. Temuan

uang palsu tersebut disebabkan oleh semakin membaiknya tingkat kepatuhan perbankan dan tingkat kesadaran

masyarakat dalam melaporkan uang yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia, serta pengungkapan kasus

tindak pidana uang palsu oleh kepolisian.

Pada Triwulan III 2015 transaksi non tunai mengalami peningkatan. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dari sisi

volume maupun nominal mengalami peningkatan. Volume kliring di Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar

28,15% (yoy), dan nominalnya meningkat sebesar 52,03% (yoy). Tidak hanya itu, perkembangan SKNBI di Provinsi NTT

juga masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Sementara itu, transaksi BI-RTGS pada Triwulan III 2015 masih

mengalami net-to-NTT atau transfer uang yang masuk ke dalam Provinsi NTT lebih besar dari transfer uang yang keluar.

Dari sisi nominal naik sebesar 39,17% (yoy) atau mencapai Rp.8.017,86 miliar, dan dari sisi volume mengalami penurunan

3.1. KONDISI UMUM

Grafik 3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II III

ASET (MILIAR) KREDIT (MILIAR) DPK (MILIAR) YOY ASET YOY KREDIT YOY DPK

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL

LDR NPL

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

78%

80%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

2,0%

2,5%

III II III

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 27

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan Aset Bank Umum baik di Provinsi NTT maupun secara Nasional pada Triwulan III 2015

mengalami perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan Aset di Provinsi NTT masih tetap berada di atas Nasional.

Perlambatan aset perbankan ini disebabkan oleh melambatnya aset bank pemerintah. Walaupun demikian, aset bank

swasta pada triwulan ini masih mengalami peningkatan. Adapun perlambatan aset bank pemerintah yakni dari 25,52%

(yoy) pada Triwulan II 2015 menjadi 21,12% (yoy) di Triwulan III 2015. Sementara itu, pada Triwulan III 2015 Aset bank

Swasta Nasional mengalami peningkatan sebesar 18,34% (yoy) dari 14,30% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Walaupun aset bank pemerintah mengalami perlambatan, bila dilihat berdasarkan kelompok bank penyumbang Aset

terbesar, pada Triwulan III 2015 Bank Pemerintah masih menjadi penyumbang aset terbesar yaitu 88,30%, sementara

Bank Swasta Nasional sebesar 11,70%.

Pada Triwulan III 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT mengalami peningkatan dan masih

berada di atas pertumbuhan Nasional. Peningkatan penghimpunan DPK oleh perbankan dipicu oleh meningkatnya

simpanan Giro dan Tabungan, sementara itu simpanan Deposito mengalami perlambatan. Peningkatan giro lebih

disebabkan oleh adanya peningkatan dana transfer pemerintah yang belum dibelanjakan. Perlambatan deposito diduga

disebabkan oleh adanya pengalihan dana ke rekening giro sebagai persiapan pelaksanaan aktivitas proyek di triwulan IV

2015. Pertumbuhan Giro pada Triwulan III 2015 mencapai 30,56% (yoy), dari 15,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Demikian juga dengan Tabungan yang mengalami peningkatan sebesar 7,34% (yoy) pada Triwulan III 2015, lebih tinggi

dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 6,78% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Deposito pada triwulan ini

melambat sebesar 25,34% (yoy), lebih rendah dibanding Triwulan II 2015 yang berhasil mencapai 32,49% (yoy).

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

Grafik 3.4. Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

11,70%

88,30%

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 29

5,5

94

.46

48

4.4

6

55

4.7

1

13

.07

2,7

74

.30

26

4.2

3

3,1

36

.67

42

.03

19

0.7

3

1,0

19

.80

8,4

84

.32

9.5

1

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

sebesar 51,68% (yoy), namun penurunannya tidak sebesar Triwulan II 2015 yang mencapai 81,55% (yoy). Pada triwulan

ini juga pertumbuhan tersebut masih berada di atas pertumbuhan Nasional. Aliran dana yang masuk ke NTT (NettToNTT )

pada Triwulan III 2015, diperkirakan adalah untuk pembayaran gaji ke 13 serta transfer dana pembayaran termin proyek ke

III.

Kinerja Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan dibanding triwulan

sebelumnya. Walaupun pertumbuhan total aset mengalami perlambatan, namun kredit yang disalurkan maupun dana

yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan. Rasio penyaluran kredit relatif

meningkat, dan kredit bermasalah juga relatif berkurang dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja perbankan

ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi selama perayaan Hari Raya Idul Fitri yang terlihat dari peningkatan

kredit konsumsi di masyarakat. Peningkatan dana pihak ketiga lebih disebabkan oleh adanya peningkatan deposito dan

giro pemerintah, seiring dengan pencairan dana transfer ke pemerintah daerah.

Total Aset pada Triwulan III 2015 tumbuh 20,79% (yoy) atau sebesar Rp.32,75 triliun, lebih rendah dibandingkan Triwulan

II 2015 yang mampu tumbuh mencapai 24,17% (yoy). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Triwulan III 2015 naik

20,79% (yoy) atau sebesar Rp.22,57 tirliun, meningkat jika dibandingkan Triwulan II 2015 yang hanya tumbuh sebesar

15,82% (yoy). Pertumbuhan kredit hingga Triwulan III 2015 mencapai 14,30% (yoy) atau mencapai Rp.18,90 triliun,

pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang mencapai 14,11% (yoy). Rasio kredit macet Non

Performing Loan (NPL) pada triwulan ini juga menunjukkan adanya perbaikan yang terlihat dari penurunan nilai dari

2,01% menjadi sebesar 1,93% pada Triwulan III 2015. Selain itu, angka rasio likuiditas perbankan Loan to Deposit Ratio

(LDR) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 juga sedikit meningkat dari sebesar 83,61% pada Triwulan II 2015,

menjadi 83,73%.

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00% YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

VOLUME KLIRING NOMINAL KRILING VOLUME CEK/BG KOSONG NOMINAL CEK/BG KOSONG

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

33.042,78

6.812

37,50%

-37,50%

41.553,64

5,877

37,82%

-34,45%

21.382,63

1.085

56,77%

-30,76%

-8.017,86

935

39,17%

-51,68%

III

3.2. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201528

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan Aset Bank Umum baik di Provinsi NTT maupun secara Nasional pada Triwulan III 2015

mengalami perlambatan. Namun demikian, pertumbuhan Aset di Provinsi NTT masih tetap berada di atas Nasional.

Perlambatan aset perbankan ini disebabkan oleh melambatnya aset bank pemerintah. Walaupun demikian, aset bank

swasta pada triwulan ini masih mengalami peningkatan. Adapun perlambatan aset bank pemerintah yakni dari 25,52%

(yoy) pada Triwulan II 2015 menjadi 21,12% (yoy) di Triwulan III 2015. Sementara itu, pada Triwulan III 2015 Aset bank

Swasta Nasional mengalami peningkatan sebesar 18,34% (yoy) dari 14,30% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Walaupun aset bank pemerintah mengalami perlambatan, bila dilihat berdasarkan kelompok bank penyumbang Aset

terbesar, pada Triwulan III 2015 Bank Pemerintah masih menjadi penyumbang aset terbesar yaitu 88,30%, sementara

Bank Swasta Nasional sebesar 11,70%.

Pada Triwulan III 2015 penghimpunan DPK oleh Bank Umum di Provinsi NTT mengalami peningkatan dan masih

berada di atas pertumbuhan Nasional. Peningkatan penghimpunan DPK oleh perbankan dipicu oleh meningkatnya

simpanan Giro dan Tabungan, sementara itu simpanan Deposito mengalami perlambatan. Peningkatan giro lebih

disebabkan oleh adanya peningkatan dana transfer pemerintah yang belum dibelanjakan. Perlambatan deposito diduga

disebabkan oleh adanya pengalihan dana ke rekening giro sebagai persiapan pelaksanaan aktivitas proyek di triwulan IV

2015. Pertumbuhan Giro pada Triwulan III 2015 mencapai 30,56% (yoy), dari 15,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Demikian juga dengan Tabungan yang mengalami peningkatan sebesar 7,34% (yoy) pada Triwulan III 2015, lebih tinggi

dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 6,78% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Deposito pada triwulan ini

melambat sebesar 25,34% (yoy), lebih rendah dibanding Triwulan II 2015 yang berhasil mencapai 32,49% (yoy).

3.2.1. Aset dan Aktiva Produktif

Grafik 3.4. Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

11,70%

88,30%

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA NASIONAL

3.2.2. Dana Pihak Ketiga

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 29

5,5

94

.46

48

4.4

6

55

4.7

1

13

.07

2,7

74

.30

26

4.2

3

3,1

36

.67

42

.03

19

0.7

3

1,0

19

.80

8,4

84

.32

9.5

1

Grafik 3.6. DPK Berdasarkan Golongan Nasabah

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

(RP MILIAR)

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN LAINNYA

Grafik 3.5. Share Deposito Berdasarkan Jangka Waktu

PEMERINTAH SWASTA PERORANGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

<=1 BULAN <=3BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN >12 BULAN

LAINNYA

sebesar 51,68% (yoy), namun penurunannya tidak sebesar Triwulan II 2015 yang mencapai 81,55% (yoy). Pada triwulan

ini juga pertumbuhan tersebut masih berada di atas pertumbuhan Nasional. Aliran dana yang masuk ke NTT (NettToNTT )

pada Triwulan III 2015, diperkirakan adalah untuk pembayaran gaji ke 13 serta transfer dana pembayaran termin proyek ke

III.

Kinerja Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan dibanding triwulan

sebelumnya. Walaupun pertumbuhan total aset mengalami perlambatan, namun kredit yang disalurkan maupun dana

yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan. Rasio penyaluran kredit relatif

meningkat, dan kredit bermasalah juga relatif berkurang dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja perbankan

ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi selama perayaan Hari Raya Idul Fitri yang terlihat dari peningkatan

kredit konsumsi di masyarakat. Peningkatan dana pihak ketiga lebih disebabkan oleh adanya peningkatan deposito dan

giro pemerintah, seiring dengan pencairan dana transfer ke pemerintah daerah.

Total Aset pada Triwulan III 2015 tumbuh 20,79% (yoy) atau sebesar Rp.32,75 triliun, lebih rendah dibandingkan Triwulan

II 2015 yang mampu tumbuh mencapai 24,17% (yoy). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Triwulan III 2015 naik

20,79% (yoy) atau sebesar Rp.22,57 tirliun, meningkat jika dibandingkan Triwulan II 2015 yang hanya tumbuh sebesar

15,82% (yoy). Pertumbuhan kredit hingga Triwulan III 2015 mencapai 14,30% (yoy) atau mencapai Rp.18,90 triliun,

pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang mencapai 14,11% (yoy). Rasio kredit macet Non

Performing Loan (NPL) pada triwulan ini juga menunjukkan adanya perbaikan yang terlihat dari penurunan nilai dari

2,01% menjadi sebesar 1,93% pada Triwulan III 2015. Selain itu, angka rasio likuiditas perbankan Loan to Deposit Ratio

(LDR) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 juga sedikit meningkat dari sebesar 83,61% pada Triwulan II 2015,

menjadi 83,73%.

Grafik 3.3. Perkembangan SKNBI

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00% YOY

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

VOLUME KLIRING NOMINAL KRILING VOLUME CEK/BG KOSONG NOMINAL CEK/BG KOSONG

Tabel 3.1.Perkembangan BI-RTGS

Transaksi RTGS

DARI (FROM) NTT

MENUJU (TO) NTT

20132014

I II III IV2014

NET FROM (TO) NTT

2015

I

Nominal (Rp.Miliar) 90.782,31 17.188,53 20.597,63 24.389,56 26.834,10 89.009,82 31.694,04 40.042,32

Volume (Lbr Warkat) 51.895 10.696 10.475 10.900 11.053 43.124 6.013 6.567

Growth Nominal 14,73% -24,24% -5,85% 17,73% 5,23% -1,95% 84,39% 94,40%

Growth Volume 1,80% -10,63% -12,49% -13,70% -27,89% -16,90% -43,78% -37,31%

Nominal (Rp.Miliar) 80.032,43 14.184,27 13.052,92 30.150,79 35.629,94 93.017,92 34.614,54 43.751,01

Volume (Lbr Warkat) 33.361 7.809 7.868 8.965 9.294 33.936 5.984 6.086

Growth Nominal 22,75% 6,58% -42,61% 69,58% 36,00% 16,23% 144,03% 235,18%

Growth Volume 2,55% 4,90% -4,40% 9,21% -1,94% 1,72% -23,37% -22,65%

Nominal (Rp.Miliar) 22.500,17 4.329,99 4.261,96 13.639,43 19.742,90 41.974,28 25.133,15 29.243,54

Volume (Lbr Warkat) 5.379 1.393 1.231 1.567 1.746 5.937 1.106 1.188

Growth Nominal 325,42% 131,06% -17,11% 114,10% 116,62% 86,55% 480,44% 586,15%

Growth Volume 17,27% 12,61% -9,95% 20,45% 18,45% 10,37% -20,60% -3,49%

Nominal (Rp.Miliar) 10.749,88 3.004,26 7.544,71 -5.761,23 -8.795,84 -4.008,10 -2.920,50 -3.708,69

Volume (Lbr Warkat) 18.534 2.887 2.607 1.935 1.759 9.188 29 481

Growth Nominal -22,79% -67,97% -969,65% -296,19% 1159,36% -137,29% -197,21% -149,16%

Growth Volume 0,47% -36,18% -30,29% -56,23% -69,93% -50,43% -99,00% -81,55%

II

FROM-TO NTT

33.042,78

6.812

37,50%

-37,50%

41.553,64

5,877

37,82%

-34,45%

21.382,63

1.085

56,77%

-30,76%

-8.017,86

935

39,17%

-51,68%

III

3.2. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201528

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

mengalami pertumbuhan sebesar 8,35% (yoy) di Triwulan III 2015, lebih rendah bila dibanding Triwulan II 2015 yang

mencapai 13,20% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan Kredit Konsumsi pada triwulan ini antara lain terjadi pada sektor rumah tangga untuk

keperluan multiguna yang tumbuh sebesar 52,06% (yoy), sedikit lebih rendah dari Triwulan II 2015 yang mencapai

52,90% (yoy). Sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan) juga tumbuh 24,94%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,27% (yoy). Sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah

tinggal tipe 22 s.d 70 pada triwulan ini hanya mampu tumbuh sebesar 15,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan Triwulan II

2015 yang tumbuh mencapai 19,15% (yoy).

Sementara itu, perlambatan Kredit Modal Kerja di Triwulan III 2015 terjadi pada sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi serta sektor konstruksi. Perlambatan Kredit Investasi dipicu

oleh melambatnya Kredit Investasi pada sektor listrik, gas dan air, sektor kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan

perorangan lainnya, serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan.

Berdasarkan sektor usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit pada Triwulan III 2015 di Provinsi NTT adalah sektor penerima

kredit bukan lapangan usaha (konsumsi), kemudian sektor pedagang besar dan eceran, serta sektor konstruksi.

Total kredit bermasalah (Non Performing Loan;NPL) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai Rp.364,17 miliar atau dengan rasio sebesar 1,93%, lebih rendah dibanding Triwulan II 2015 yang

mencapai 2,02%. Penurunan rasio kredit macet (NPL) terutama didorong oleh penurunan kredit bermasalah pada kredit

konsumsi serta perbaikan kinerja kredit modal kerja. Sedangkan kinerja kredit investasi masih relatif kurang, terlihat dari

kualitas kredit macet yang mengalami peningkatan.

Grafik 3.11.Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

65,51%

26,79%

4,39%

1.66%

1.66%

3.2.4. Kualitas Kredit

Grafik 3.12. Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%

I IIIII IV

2014

I

2015

II III

NPL MODAL KERJA NPL INVESTASI NPL KONSUMSI NPL KREDIT

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 31

Berdasarkan komposisi, Giro Pemerintah pada Triwulan III 2015 memiliki porsi paling besar, kemudian diikuti oleh swasta

dan perorangan. Selain itu, peningkatan giro yang besar pada Triwulan III 2015 juga disebabkan oleh meningkatnya giro

pemerintah sebesar 32,88% (yoy), giro perorangan 34,26% (yoy), dan giro lainnya 17,77% (yoy) serta giro swasta naik

6,11% (yoy).

Komposisi dana tabungan pada triwulan ini masih dikuasai oleh kelompok perorangan, kemudian swasta dan pemerintah.

Pada Triwulan III 2015 kelompok Tabungan juga ikut meningkat, hal ini disebabkan oleh meningkatnya tabungan

perorangan sebesar 6,71% (yoy), tabungan swasta 12,92% (yoy), dan tabungan pemerintah sebesar 9,77% (yoy).

Sementara itu, tabungan lainnya mengalami penurunan sebesar 12,27% (yoy).

Pada kelompok dana Deposito, triwulan ini mengalami perlambatan karena melambatnya deposito perorangan menjadi

17,34% (yoy), deposito pemerintah sebesar 36,56% (yoy) dan deposito swasta 19,99% (yoy) serta deposito kelompok

lainnya yang melambat sebesar 12,57% (yoy). Hal ini juga diperkirakan karena adanya perpindahan preferensi simpanan

dari deposito menjadi giro yang menunjukkan adanya indikasi penggunaan dana untuk kegiatan ekonomi dalam jangka

pendek.

Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 sedikit meningkat bila dibandingkan

dengan Triwulan II 2015, dan masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Pertumbuhan kredit yang sedikit

meningkat karena pertumbuhan kredit Konsumsi yang meningkat selama libur sekolah dan perayaan Hari Raya Idul Fitri

sebesar 13,81% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,08% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi relatif dijaga untuk menjaga tingkat kesehatan kredit yang

disalurkan. Kredit Modal Kerja pada Triwulan III 2015 mengalami perlambatan sebesar 16,78%(yoy) dibandingkan

Triwulan II 2015 yang mencapai 18,64% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit juga terjadi pada Kredit Investasi, yang

Share

GIRO DEPOSITO TABUNGAN DPK (YOY)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

50.23%

25.55%

24.23%

45.60%

25.05%

29.35%

47.35%

25.98%

26.67%

55.92%

24.07%

20.02%

45.92%

26.43%

27.65%

42.04%

28.65%

29.31%

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

GIRO (YOY) DEPOSITO (YOY) TABUNGAN (YOY)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II

3.2.3. Penyaluran Kredit / Pembiayaan

Grafik 3.9.Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.00III

YOY KREDIT YOY MODAL KERJA YOY INVESTASI YOY KONSUMSI

Grafik 3.10.Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSI

INVESTASI

61,97% 7,08%

MODAL KERJA

30,95%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201530

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

mengalami pertumbuhan sebesar 8,35% (yoy) di Triwulan III 2015, lebih rendah bila dibanding Triwulan II 2015 yang

mencapai 13,20% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan Kredit Konsumsi pada triwulan ini antara lain terjadi pada sektor rumah tangga untuk

keperluan multiguna yang tumbuh sebesar 52,06% (yoy), sedikit lebih rendah dari Triwulan II 2015 yang mencapai

52,90% (yoy). Sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan) juga tumbuh 24,94%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,27% (yoy). Sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah

tinggal tipe 22 s.d 70 pada triwulan ini hanya mampu tumbuh sebesar 15,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan Triwulan II

2015 yang tumbuh mencapai 19,15% (yoy).

Sementara itu, perlambatan Kredit Modal Kerja di Triwulan III 2015 terjadi pada sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi serta sektor konstruksi. Perlambatan Kredit Investasi dipicu

oleh melambatnya Kredit Investasi pada sektor listrik, gas dan air, sektor kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan

perorangan lainnya, serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan.

Berdasarkan sektor usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit pada Triwulan III 2015 di Provinsi NTT adalah sektor penerima

kredit bukan lapangan usaha (konsumsi), kemudian sektor pedagang besar dan eceran, serta sektor konstruksi.

Total kredit bermasalah (Non Performing Loan;NPL) Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015

mencapai Rp.364,17 miliar atau dengan rasio sebesar 1,93%, lebih rendah dibanding Triwulan II 2015 yang

mencapai 2,02%. Penurunan rasio kredit macet (NPL) terutama didorong oleh penurunan kredit bermasalah pada kredit

konsumsi serta perbaikan kinerja kredit modal kerja. Sedangkan kinerja kredit investasi masih relatif kurang, terlihat dari

kualitas kredit macet yang mengalami peningkatan.

Grafik 3.11.Lima Sektor Utama Pendorong Kredit

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

65,51%

26,79%

4,39%

1.66%

1.66%

3.2.4. Kualitas Kredit

Grafik 3.12. Perkembangan NPL Berdasarkan Jenis Penggunaan

0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%

I IIIII IV

2014

I

2015

II III

NPL MODAL KERJA NPL INVESTASI NPL KONSUMSI NPL KREDIT

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 31

Berdasarkan komposisi, Giro Pemerintah pada Triwulan III 2015 memiliki porsi paling besar, kemudian diikuti oleh swasta

dan perorangan. Selain itu, peningkatan giro yang besar pada Triwulan III 2015 juga disebabkan oleh meningkatnya giro

pemerintah sebesar 32,88% (yoy), giro perorangan 34,26% (yoy), dan giro lainnya 17,77% (yoy) serta giro swasta naik

6,11% (yoy).

Komposisi dana tabungan pada triwulan ini masih dikuasai oleh kelompok perorangan, kemudian swasta dan pemerintah.

Pada Triwulan III 2015 kelompok Tabungan juga ikut meningkat, hal ini disebabkan oleh meningkatnya tabungan

perorangan sebesar 6,71% (yoy), tabungan swasta 12,92% (yoy), dan tabungan pemerintah sebesar 9,77% (yoy).

Sementara itu, tabungan lainnya mengalami penurunan sebesar 12,27% (yoy).

Pada kelompok dana Deposito, triwulan ini mengalami perlambatan karena melambatnya deposito perorangan menjadi

17,34% (yoy), deposito pemerintah sebesar 36,56% (yoy) dan deposito swasta 19,99% (yoy) serta deposito kelompok

lainnya yang melambat sebesar 12,57% (yoy). Hal ini juga diperkirakan karena adanya perpindahan preferensi simpanan

dari deposito menjadi giro yang menunjukkan adanya indikasi penggunaan dana untuk kegiatan ekonomi dalam jangka

pendek.

Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 sedikit meningkat bila dibandingkan

dengan Triwulan II 2015, dan masih tetap berada di atas pertumbuhan Nasional. Pertumbuhan kredit yang sedikit

meningkat karena pertumbuhan kredit Konsumsi yang meningkat selama libur sekolah dan perayaan Hari Raya Idul Fitri

sebesar 13,81% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,08% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi relatif dijaga untuk menjaga tingkat kesehatan kredit yang

disalurkan. Kredit Modal Kerja pada Triwulan III 2015 mengalami perlambatan sebesar 16,78%(yoy) dibandingkan

Triwulan II 2015 yang mencapai 18,64% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit juga terjadi pada Kredit Investasi, yang

Share

GIRO DEPOSITO TABUNGAN DPK (YOY)

Grafik 3.8.Komposisi DPK

I2015

III II III IV2014

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

50.23%

25.55%

24.23%

45.60%

25.05%

29.35%

47.35%

25.98%

26.67%

55.92%

24.07%

20.02%

45.92%

26.43%

27.65%

42.04%

28.65%

29.31%

Grafik 3.7.Pertumbuhan DPK

GIRO (YOY) DEPOSITO (YOY) TABUNGAN (YOY)

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

IV I II III IV20142013

I2015

II

3.2.3. Penyaluran Kredit / Pembiayaan

Grafik 3.9.Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

I

2015

II

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.00III

YOY KREDIT YOY MODAL KERJA YOY INVESTASI YOY KONSUMSI

Grafik 3.10.Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

KONSUMSI

INVESTASI

61,97% 7,08%

MODAL KERJA

30,95%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201530

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan III 2015 didorong oleh meningkatnya pertumbuhan kredit Kecil

dan Menengah dengan pertumbuhan masing-masing 13,64%(yoy) dan 34,97% (yoy). Sementara itu, kredit Mikro pada

triwulan ini mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan II 2015

yang sebesar 19,21% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan, baik kredit Modal Kerja maupun Investasi pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan.

Kredit UMKM yang digunakan untuk Modal Kerja pada Triwulan III 2015 mencapai Rp 5,01 triliun atau naik 21,10% (yoy),

lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang hanya tumbuh 19,32% (yoy). Sementara itu, kredit UMKM yang digunakan

untuk Investasi pada triwulan ini mencapai Rp 0,99 triliun, tumbuh 14,22% (yoy) lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015

yang hanya mencapai 12,08% (yoy).

Risiko kredit macet (NPL) UMKM pada Triwulan III 2015 juga menunjukkan perbaikan kinerja yang ditunjukkan oleh

penurunan NPL menjadi sebesar 3,83% menurun dibanding Triwulan II 2015 yang mencapai 4,06%. Rasio kredit macet di

Provinsi NTT juga relatif lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 4,78%.

Penurunan rasio kredit macet (NPL) UMKM di Provinsi NTT didorong oleh menurunnya NPL Kredit Mikro dari 3,10% pada

Triwulan II 2015 menjadi 2,55% pada Triwulan III 2015. Selain itu, NPL Kredit Menengah pada Triwulan III 2015 juga

mengalami penurunan yang mencapai 4,53%, lebih rendah dari Triwulan II 2015 yang sebesar 5,34%. Sementara itu, NPL

Kredit Kecil mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 3,72% pada Triwulan II 2015 menjadi 4,02% di Triwulan III 2015.

Kredit UMKM pada triwulan ini menunjukkan peningkatan yang menggambarkan peningkatan kinerja di sektor produktif

sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi sebesar

83,51% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi hanya sebesar 16,49% dari total kredit UMKM.

Sampai dengan Triwulan III 2015 pertumbuhan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami

perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan DPK. Kondisi

aset masih menunjukkan adanya peningkatan. Walaupun terjadi perlambatan, secara umum kinerja BPR masih relatif lebih

baik dibanding kinerja bank umum.

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Grafik 3.18. Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%IV I II III IV I II III IV I II

2013 20142012 2015

III

MODAL KERJA INVESTASI INVESTASI (YOY)MODAL KERJA (YOY)

0

Grafik 3.17. Perkembangan UMKM

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II III -

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

KREDIT UMKM NPL KREDIT UMKM KREDIT UMKM (YOY) RATIO NPL UMKM

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 33

Berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka kredit di sektor Listrik, Gas dan Air menjadi pendorong utama rasio

kredit macet dengan rasio sebesar 19,56%, diikuti sektor konstruksi dengan rasio sebesar 10,51%, dan sektor

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sebesar 3,25%.

3.2.5. Suku Bunga

Pada Triwulan III 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT sedikit meningkat. Berdasarkan

jenis penggunaan, suku bunga kredit Investasi mengalami peningkatan paling besar, diikuti oleh peningkatan suku bunga

kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan nilai suku bunga, kredit investasi juga memiliki suku bunga tertinggi

dibandingkan suku bunga kredit konsumsi dan modal kerja. Hal ini membuat nasabah kurang tertarik meminjam kredit

investasi yang terlihat dari nilai kredit yang relatif rendah. Adanya peningkatan suku bunga dinilai justru akan

menghambat investasi walaupun dapat dipahami bahwa kenaikan suku bunga saat ini lebih disebabkan oleh adanya

kenaikan bunga DPK dan ketidak pastian ekonomi dunia.

Suku bunga kredit investasi pada Triwulan III 2015 mencapai 15,17% sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,91%. Kemudian suku bunga kredit Modal Kerja pada triwulan ini juga mengalami sedikit peningkatan yaitu

sebesar 14,13%, lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 13,99%. Suku bunga kredit Konsumsi pada

Triwulan III 2015 juga ikut naik menjadi 14,62% dari 14,51% pada Triwulan II 2015.

Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan III 2015 mencapai Rp. 6 triliun atau naik 19,91% (yoy) lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 18,04% (yoy). Selain itu, pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga

berada jauh di atas Nasional, pada Triwulan III 2015 yang hanya tumbuh sebesar 7,41% (yoy). Sementara itu, rasio kredit

UMKM dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mencapai

31,73%, meningkat dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 30,83%.

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

KREDIT (YOY) RATIO NPL BI RATE

IV I II III IV

2013

I IIIII IV

20142012

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II III0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI RATA-RATA BI RATE

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II III

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Grafik 3.16. Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN,SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

70,01%

9,51%

4,86%

2,80%

2,74%

Grafik 3.15. Komposisi Kredit UMKM

MENENGAH

MIKRO

KECIL

43,89%

32,18%

23,93%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201532

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan III 2015 didorong oleh meningkatnya pertumbuhan kredit Kecil

dan Menengah dengan pertumbuhan masing-masing 13,64%(yoy) dan 34,97% (yoy). Sementara itu, kredit Mikro pada

triwulan ini mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan II 2015

yang sebesar 19,21% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan, baik kredit Modal Kerja maupun Investasi pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan.

Kredit UMKM yang digunakan untuk Modal Kerja pada Triwulan III 2015 mencapai Rp 5,01 triliun atau naik 21,10% (yoy),

lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang hanya tumbuh 19,32% (yoy). Sementara itu, kredit UMKM yang digunakan

untuk Investasi pada triwulan ini mencapai Rp 0,99 triliun, tumbuh 14,22% (yoy) lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015

yang hanya mencapai 12,08% (yoy).

Risiko kredit macet (NPL) UMKM pada Triwulan III 2015 juga menunjukkan perbaikan kinerja yang ditunjukkan oleh

penurunan NPL menjadi sebesar 3,83% menurun dibanding Triwulan II 2015 yang mencapai 4,06%. Rasio kredit macet di

Provinsi NTT juga relatif lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 4,78%.

Penurunan rasio kredit macet (NPL) UMKM di Provinsi NTT didorong oleh menurunnya NPL Kredit Mikro dari 3,10% pada

Triwulan II 2015 menjadi 2,55% pada Triwulan III 2015. Selain itu, NPL Kredit Menengah pada Triwulan III 2015 juga

mengalami penurunan yang mencapai 4,53%, lebih rendah dari Triwulan II 2015 yang sebesar 5,34%. Sementara itu, NPL

Kredit Kecil mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 3,72% pada Triwulan II 2015 menjadi 4,02% di Triwulan III 2015.

Kredit UMKM pada triwulan ini menunjukkan peningkatan yang menggambarkan peningkatan kinerja di sektor produktif

sebagai pendorong utama ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan komposisi kredit UMKM, Kredit Modal Kerja (KMK) mendominasi penyaluran kredit ini dengan porsi sebesar

83,51% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit Investasi hanya sebesar 16,49% dari total kredit UMKM.

Sampai dengan Triwulan III 2015 pertumbuhan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami

perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan DPK. Kondisi

aset masih menunjukkan adanya peningkatan. Walaupun terjadi perlambatan, secara umum kinerja BPR masih relatif lebih

baik dibanding kinerja bank umum.

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Grafik 3.18. Perkembangan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%IV I II III IV I II III IV I II

2013 20142012 2015

III

MODAL KERJA INVESTASI INVESTASI (YOY)MODAL KERJA (YOY)

0

Grafik 3.17. Perkembangan UMKM

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

I

2015

II III -

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

KREDIT UMKM NPL KREDIT UMKM KREDIT UMKM (YOY) RATIO NPL UMKM

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 33

Berdasarkan sektor ekonomi penyaluran kredit, maka kredit di sektor Listrik, Gas dan Air menjadi pendorong utama rasio

kredit macet dengan rasio sebesar 19,56%, diikuti sektor konstruksi dengan rasio sebesar 10,51%, dan sektor

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sebesar 3,25%.

3.2.5. Suku Bunga

Pada Triwulan III 2015 rata-rata suku bunga kredit Bank Umum di Provinsi NTT sedikit meningkat. Berdasarkan

jenis penggunaan, suku bunga kredit Investasi mengalami peningkatan paling besar, diikuti oleh peningkatan suku bunga

kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan nilai suku bunga, kredit investasi juga memiliki suku bunga tertinggi

dibandingkan suku bunga kredit konsumsi dan modal kerja. Hal ini membuat nasabah kurang tertarik meminjam kredit

investasi yang terlihat dari nilai kredit yang relatif rendah. Adanya peningkatan suku bunga dinilai justru akan

menghambat investasi walaupun dapat dipahami bahwa kenaikan suku bunga saat ini lebih disebabkan oleh adanya

kenaikan bunga DPK dan ketidak pastian ekonomi dunia.

Suku bunga kredit investasi pada Triwulan III 2015 mencapai 15,17% sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 14,91%. Kemudian suku bunga kredit Modal Kerja pada triwulan ini juga mengalami sedikit peningkatan yaitu

sebesar 14,13%, lebih tinggi dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 13,99%. Suku bunga kredit Konsumsi pada

Triwulan III 2015 juga ikut naik menjadi 14,62% dari 14,51% pada Triwulan II 2015.

Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan III 2015 mencapai Rp. 6 triliun atau naik 19,91% (yoy) lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 18,04% (yoy). Selain itu, pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga

berada jauh di atas Nasional, pada Triwulan III 2015 yang hanya tumbuh sebesar 7,41% (yoy). Sementara itu, rasio kredit

UMKM dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan Bank Umum di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mencapai

31,73%, meningkat dibanding Triwulan II 2015 yang hanya sebesar 30,83%.

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

KREDIT (YOY) RATIO NPL BI RATE

IV I II III IV

2013

I IIIII IV

20142012

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit, NPL dan BI Rate

I

2015

II III0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI RATA-RATA BI RATE

IV I II III IV

2013

I II III IV

20142012

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit Berdasarkan Suku Bunga

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I

2015

II III

3.2.6. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Grafik 3.16. Share Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

KONSTRUKSI

JASA KEMASYARAKATAN,SOSIAL BUDAYA , HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

70,01%

9,51%

4,86%

2,80%

2,74%

Grafik 3.15. Komposisi Kredit UMKM

MENENGAH

MIKRO

KECIL

43,89%

32,18%

23,93%

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201532

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau flores, sumba dan timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Asset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, Pulau Sumba pada

triwulan ini tumbuh paling tinggi dari Pulau Flores dan Pulau Timor.

Pada Triwulan III 2015 pertumbuhan kinerja perbankan di pulau Flores mengalami perlambatan. Hal ini tercermin

dari pertumbuhan Aset perbankan di pulau Flores yang hanya sebesar 18,60% (yoy) melambat dibanding pertumbuhan

pada triwulan II 2015 yang mencapai sebesar 32,55% (yoy). Penghimpunan DPK dan penyaluran kredit juga mengalami

perlambatan pertumbuhan. Sementara itu, angka rasio kredit macet (NPL) di pulau flores pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan dari periode sebelumnya, dari 1,83% pada Triwulan II 2015 menjadi 1,80% pada Triwulan III 2015.

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan III 2015 juga mengalami perlambatan. Perlambatan

pertumbuhan kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya pertumbuhan kredit di periode-periode sebelumnya,

sehingga pertumbuhan kredit terkesan melambat bila dibandingkan dengan tingginya pertumbuhan di waktu

sebelumnya. Aset pada Triwulan III 2015 masih tumbuh sebesar 28,20% (yoy) atau Rp.2,42 triliun walaupun melambat

dibanding pertumbuhan triwulan II yang sebesar 52,91% (yoy). Perlambatan tersebut juga diikuti oleh melambatnya

pertumbuhan DPK dan kredit dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 30,64% (yoy) dan 11,90% (yoy). Sementara

itu, rasio kredit macet di pulau Sumba relatif mengalami penurunan dari 1,01% pada Triwulan II 2915 menjadi 0,83% di

triwulan III 2015.

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

Grafik 3.23. Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

2.50%

2.00%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00%TIMOR FLORES SUMBA

ASSET DPK KREDIT NPL

3.4.1. Pulau Flores

3.4. KINERJA PERBANKAN BERDASARKAN SEBARAN PULAU

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

62,57%

33,62%

3,81%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.24. Komposisi DPK di Pulau Flores

82.32%

6.18%

10.95%

0.55%

40.94%

3.34%

54.87%

0.85%

2.80%

11.24% 85.82%

0.14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.25. Komposisi Kredit di Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 35

Tabel 3.2 Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

2013

I II III IV

253,67

24,82%

180,85

17,59%

181,93

24,84%

99,41%

7,38%

263,47

23,40%

212,00

27,15%

183,85

17,67%

115,31%

5,71%

302,54

36,44%

242,30

42,07%

211,41

30,29%

114,61%

4,33%

336,87

34,35%

255,73

45,80%

247,60

33,00%

84,26%

2,49%

343,28

35,32%

270,06

49,33%

250,20

37,53%

82,57%

6,63%

355,19

34,81%

294,39

38,87%

323,64

76,04%

85,60%

7,34%

373,58

23,48%

306,28

26,41%

274,78

29,98%

84,13%

8,49%

415.26

23.27%

318.54

24.56%

308.97

24.79%

79.40%

4.76%

2014

I II III IVIndikator Utama

IV

2012

250,74

26,62%

175,40

17,55%

186,17

30,26%

94,21%

4,26%

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

436.99

27.30%

330.21

22.27%

311.39

24.45%

80.46%

5.46%

I

2015

454.41

26.50%

348.80

18.59%

330.86

28.69%

82.38%

5.71%

II

481.56

28.90%

353.59

15.45%

352.91

28.43%

80.52%

6.05%

III

Perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) didorong oleh melambatnya pertumbuhan Deposito. Di

sisi lain, kinerja tabungan justru menunjukkan adanya perbaikan walaupun besar pertumbuhan

penghimpunan tabungan tidak sebesar pertumbuhan deposito.

Perlambatan penyaluran kredit oleh BPR terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit Investasi dan

konsumsi. Kredit modal kerja masih dapat mengalami kenaikan walaupun hanya sedikit meningkat sebesar 20,65% (yoy)

dari 20,15% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Peningkatan penghimpunan dana yang lebih tinggi dibanding penyaluran kredit membuat rasio likuiditas perbankan atau

Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan III 2015 mengalami penurunan menjadi 80,52% dari 82,38% pada Triwulan II

2015. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) pada triwulan laporan mencapai 6,05%, meningkat dibanding NPL

triwulan II 2015 yang sebesar 5,71%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kualitas kredit yang disalurkan.

Untuk menekan angka rasio kredit macet, perlu adanya kerja sama yang baik antara Otoritas Jasa Keuangan Provinsi NTT

selaku pengawas lembaga keuangan dan BPR sendiri sebagai lembaga penyalur kredit dengan mengedepankan prinsip

kehati-hatian serta selektif terhadap debitur.

DEPOSITOTABUNGAN

Grafik 3.19. Komposisi DPK BPR

33,53%

66,47%

DEPOSITO TABUNGAN YOY DEPOSITO YOY TABUNGAN

Grafik 3.20. Pertumbuhan DPK BPR

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III

Grafik 3.22. Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kons

truk

si

Perd

agan

an B

esar

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi,

..

Pera

ntar

a Ke

uang

an

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Jasa

Per

oran

gan

yang

...

Kegi

atan

usa

ha y

ang.

..

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

SHARE THD NPL SHARE THD KREDIT

Grafik 3.21. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

2.65%

3.12%

5.35%

5.93%

9.02%

10.54%

22.71%

31.65%

0.08%

0.23%

0.50%

0.66%

0.89%

0.96%

1.26%

1.36%

1.46%

1.61%

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Real Estate

Perikanan

Jasa Pendidikan

Perantara Keuangan

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial…

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan…

Konstruksi

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Perdagangan Besar dan Eceran

Bukan Lapangan Usaha - Lainnya

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

0.02%Pertambangan dan Penggalian

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201534

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan perbankan berdasarkan sebaran pulau dibagi menjadi tiga pulau, yaitu pulau flores, sumba dan timor.

Dilihat dari sisi pertumbuhan baik itu Asset, Penghimpunan DPK, Penyaluran Kredit dan Rasio NPL, Pulau Sumba pada

triwulan ini tumbuh paling tinggi dari Pulau Flores dan Pulau Timor.

Pada Triwulan III 2015 pertumbuhan kinerja perbankan di pulau Flores mengalami perlambatan. Hal ini tercermin

dari pertumbuhan Aset perbankan di pulau Flores yang hanya sebesar 18,60% (yoy) melambat dibanding pertumbuhan

pada triwulan II 2015 yang mencapai sebesar 32,55% (yoy). Penghimpunan DPK dan penyaluran kredit juga mengalami

perlambatan pertumbuhan. Sementara itu, angka rasio kredit macet (NPL) di pulau flores pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan dari periode sebelumnya, dari 1,83% pada Triwulan II 2015 menjadi 1,80% pada Triwulan III 2015.

Kinerja perbankan di pulau Sumba pada Triwulan III 2015 juga mengalami perlambatan. Perlambatan

pertumbuhan kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya pertumbuhan kredit di periode-periode sebelumnya,

sehingga pertumbuhan kredit terkesan melambat bila dibandingkan dengan tingginya pertumbuhan di waktu

sebelumnya. Aset pada Triwulan III 2015 masih tumbuh sebesar 28,20% (yoy) atau Rp.2,42 triliun walaupun melambat

dibanding pertumbuhan triwulan II yang sebesar 52,91% (yoy). Perlambatan tersebut juga diikuti oleh melambatnya

pertumbuhan DPK dan kredit dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 30,64% (yoy) dan 11,90% (yoy). Sementara

itu, rasio kredit macet di pulau Sumba relatif mengalami penurunan dari 1,01% pada Triwulan II 2915 menjadi 0,83% di

triwulan III 2015.

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

Grafik 3.23. Perkembangan Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

2.50%

2.00%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00%TIMOR FLORES SUMBA

ASSET DPK KREDIT NPL

3.4.1. Pulau Flores

3.4. KINERJA PERBANKAN BERDASARKAN SEBARAN PULAU

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

62,57%

33,62%

3,81%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.24. Komposisi DPK di Pulau Flores

82.32%

6.18%

10.95%

0.55%

40.94%

3.34%

54.87%

0.85%

2.80%

11.24% 85.82%

0.14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

Grafik 3.25. Komposisi Kredit di Pulau Flores

3.4.2. Pulau Sumba

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 35

Tabel 3.2 Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan

2013

I II III IV

253,67

24,82%

180,85

17,59%

181,93

24,84%

99,41%

7,38%

263,47

23,40%

212,00

27,15%

183,85

17,67%

115,31%

5,71%

302,54

36,44%

242,30

42,07%

211,41

30,29%

114,61%

4,33%

336,87

34,35%

255,73

45,80%

247,60

33,00%

84,26%

2,49%

343,28

35,32%

270,06

49,33%

250,20

37,53%

82,57%

6,63%

355,19

34,81%

294,39

38,87%

323,64

76,04%

85,60%

7,34%

373,58

23,48%

306,28

26,41%

274,78

29,98%

84,13%

8,49%

415.26

23.27%

318.54

24.56%

308.97

24.79%

79.40%

4.76%

2014

I II III IVIndikator Utama

IV

2012

250,74

26,62%

175,40

17,55%

186,17

30,26%

94,21%

4,26%

Aset (miliar)

y-o-y aset

Kredit (miliar)

y-o-y kredit

DPK (miliar)

y-o-y DPK

LDR

NPL

436.99

27.30%

330.21

22.27%

311.39

24.45%

80.46%

5.46%

I

2015

454.41

26.50%

348.80

18.59%

330.86

28.69%

82.38%

5.71%

II

481.56

28.90%

353.59

15.45%

352.91

28.43%

80.52%

6.05%

III

Perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) didorong oleh melambatnya pertumbuhan Deposito. Di

sisi lain, kinerja tabungan justru menunjukkan adanya perbaikan walaupun besar pertumbuhan

penghimpunan tabungan tidak sebesar pertumbuhan deposito.

Perlambatan penyaluran kredit oleh BPR terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit Investasi dan

konsumsi. Kredit modal kerja masih dapat mengalami kenaikan walaupun hanya sedikit meningkat sebesar 20,65% (yoy)

dari 20,15% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Peningkatan penghimpunan dana yang lebih tinggi dibanding penyaluran kredit membuat rasio likuiditas perbankan atau

Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Triwulan III 2015 mengalami penurunan menjadi 80,52% dari 82,38% pada Triwulan II

2015. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) pada triwulan laporan mencapai 6,05%, meningkat dibanding NPL

triwulan II 2015 yang sebesar 5,71%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kualitas kredit yang disalurkan.

Untuk menekan angka rasio kredit macet, perlu adanya kerja sama yang baik antara Otoritas Jasa Keuangan Provinsi NTT

selaku pengawas lembaga keuangan dan BPR sendiri sebagai lembaga penyalur kredit dengan mengedepankan prinsip

kehati-hatian serta selektif terhadap debitur.

DEPOSITOTABUNGAN

Grafik 3.19. Komposisi DPK BPR

33,53%

66,47%

DEPOSITO TABUNGAN YOY DEPOSITO YOY TABUNGAN

Grafik 3.20. Pertumbuhan DPK BPR

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I

2015

II III

Grafik 3.22. Share Kredit dan NPL Berdasarkan Sektor Ekonomi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%

Pert

ania

n, P

erbu

ruan

...

Perik

anan

Pert

amba

ngan

dan

...

Indu

stri

Peng

olah

an

List

rik, G

as d

an A

ir

Kons

truk

si

Perd

agan

an B

esar

Peny

edia

an...

Tran

spor

tasi,

..

Pera

ntar

a Ke

uang

an

Real

Est

ate

Ads

min

itras

i

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

Kes

ehat

an d

an...

Jasa

Jasa

Per

oran

gan

yang

...

Kegi

atan

usa

ha y

ang.

..

Rum

ah T

angg

a

Buka

n La

pang

an...

SHARE THD NPL SHARE THD KREDIT

Grafik 3.21. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi

2.65%

3.12%

5.35%

5.93%

9.02%

10.54%

22.71%

31.65%

0.08%

0.23%

0.50%

0.66%

0.89%

0.96%

1.26%

1.36%

1.46%

1.61%

Listrik, Gas dan Air

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Industri Pengolahan

Real Estate

Perikanan

Jasa Pendidikan

Perantara Keuangan

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial…

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan…

Konstruksi

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Perdagangan Besar dan Eceran

Bukan Lapangan Usaha - Lainnya

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

0.02%Pertambangan dan Penggalian

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201534

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

3.5.1.2. Transaksi RTGSTransaksi BI-RTGS pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan. Tingginya net inflow RTGS di Provinsi NTT

menggambarkan adanya aliran dana segar atau investasi ke Provinsi NTT, serta tingginya dana transfer pemerintah dalam

rangka penambahan APBN dan persiapan pembayaran gaji ke 13.

Transfer masuk (inflow) menggunakan BI-RTGS ke Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp.41.553,64 miliar,

tumbuh melambat sebesar 37,82% (yoy) dari 235,18% (yoy) pada Triwulan II 2015. Total Nett-Inflow pada triwulan III

Grafik 3.33. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II III

Grafik 3.30. Perkembangan SKNBI NTT

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

NTT

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II III

1.600

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

Grafik 3.31. Perkembangan SKNBI Nasional

600.000

620.000

640.000

660.000

680.000

700.000

720.000

740.000

760.000

780.000

Nasional

I II

2013 2014

III IV

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

23.000.000

24.000.000

25.000.000

26.000.000

27.000.000

28.000.000

29.000.000

III IV

2015

I II III

Grafik 3.32. Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

BANK SWASTA NASIONAL

BANK

PEMBANGUNAN DAERAH

BANK PEMERINTAH

41.85%

31.07%

27.08%

Grafik 3.34. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II0

5.000

III

3.5.2. Transaksi Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, diantaranya jumlah aliran uang keluar

dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 37

Pada Triwulan III 2015 kinerja perbankan di pulau Timor malah tumbuh meningkat. Aset perbankan di pulau Timor

pada triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 31,63% (yoy) atau sebesar Rp.22,19 triliun lebih tinggi dibanding

Triwulan II 2015 yang mencapai 19,28% (yoy). Penghimpunan DPK juga meningkat dari 2,32% (yoy) pada Triwulan II 2015

menjadi 16,51% (yoy) pada Triwulan III 2015. Sementara itu, penyaluran kredit pada Triwulan III 2015 mengalami

peningkatan sebesar 9,70% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan II 2015 yang mencapai 4,72% (yoy). Rasio kredit macet di pulau

Timor juga menunjukkan adanya penurunan sebesar, dari 2,30% pada Triwulan II 2015 menjadi 2,19% di triwulan III

2015.

Grafik 3.27. Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

71,83%

26,11%

2,06%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.26. Komposisi DPK di Pulau Sumba

90.04%

4.61%

5.35%

49.18%

1.37%49.45%

0.00%

2.09%

13.75%84.15%

100.00%

0.00%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

3.4.3. Pulau Timor

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

83.82%

8.50%

7.64% 0.05%

45.63%

4.87%

48.83%

0.67%

1.44%

9.66%

88.81%

0.09%

Grafik 3.28. Komposisi DPK di Pulau Timor Grafik 3.29. Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

59,94%

30,15%

9,91%

3.5. SISTEM PEMBAYARAN3.5.1. Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)Sistem Kliring Nasional Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT Pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan.

Pertumbuhan kliring di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 dari sisi nominal mencapai Rp.1.383,80 miliar, tumbuh 52,03%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan Triwulan II 2015 yang hanya mencapai 9,77% (yoy). Sementara itu, dari sisi volume pada

Triwulan III 2015 naik 28,15% (yoy) atau mencapai 48.453 lembar warkat dari 12,49% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Berdasarkan komposisi peserta pengirim, transaksi kliring Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 didorong oleh Bank Swasta

Nasional dengan porsi sebesar 42%, kemudian Bank Pembangunan Daerah sebesar 31%, dan Bank Pemerintah sebesar

27%.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201536

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

3.5.1.2. Transaksi RTGSTransaksi BI-RTGS pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan. Tingginya net inflow RTGS di Provinsi NTT

menggambarkan adanya aliran dana segar atau investasi ke Provinsi NTT, serta tingginya dana transfer pemerintah dalam

rangka penambahan APBN dan persiapan pembayaran gaji ke 13.

Transfer masuk (inflow) menggunakan BI-RTGS ke Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp.41.553,64 miliar,

tumbuh melambat sebesar 37,82% (yoy) dari 235,18% (yoy) pada Triwulan II 2015. Total Nett-Inflow pada triwulan III

Grafik 3.33. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Volume

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II III

Grafik 3.30. Perkembangan SKNBI NTT

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

NTT

I II III IV

2013 2014 2015

III IV I II III

1.600

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

Grafik 3.31. Perkembangan SKNBI Nasional

600.000

620.000

640.000

660.000

680.000

700.000

720.000

740.000

760.000

780.000

Nasional

I II

2013 2014

III IV

NILAI (RP.MILIAR) VOLUME (LBR)

23.000.000

24.000.000

25.000.000

26.000.000

27.000.000

28.000.000

29.000.000

III IV

2015

I II III

Grafik 3.32. Perkembangan SKNBI Berdasarkan Kelompok Bank

BANK SWASTA NASIONAL

BANK

PEMBANGUNAN DAERAH

BANK PEMERINTAH

41.85%

31.07%

27.08%

Grafik 3.34. Perkembangan BI-RTGS Berdasarkan Nominal

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

FROM NTT TO NTT

I2014

IIIII IV I2015

II0

5.000

III

3.5.2. Transaksi Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, diantaranya jumlah aliran uang keluar

dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL).

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 37

Pada Triwulan III 2015 kinerja perbankan di pulau Timor malah tumbuh meningkat. Aset perbankan di pulau Timor

pada triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 31,63% (yoy) atau sebesar Rp.22,19 triliun lebih tinggi dibanding

Triwulan II 2015 yang mencapai 19,28% (yoy). Penghimpunan DPK juga meningkat dari 2,32% (yoy) pada Triwulan II 2015

menjadi 16,51% (yoy) pada Triwulan III 2015. Sementara itu, penyaluran kredit pada Triwulan III 2015 mengalami

peningkatan sebesar 9,70% (yoy) lebih tinggi dari Triwulan II 2015 yang mencapai 4,72% (yoy). Rasio kredit macet di pulau

Timor juga menunjukkan adanya penurunan sebesar, dari 2,30% pada Triwulan II 2015 menjadi 2,19% di triwulan III

2015.

Grafik 3.27. Komposisi Kredit di Pulau Sumba

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

71,83%

26,11%

2,06%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

Grafik 3.26. Komposisi DPK di Pulau Sumba

90.04%

4.61%

5.35%

49.18%

1.37%49.45%

0.00%

2.09%

13.75%84.15%

100.00%

0.00%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

3.4.3. Pulau Timor

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PEMERINTAH PERORANGAN SWASTA LAINNYA

83.82%

8.50%

7.64% 0.05%

45.63%

4.87%

48.83%

0.67%

1.44%

9.66%

88.81%

0.09%

Grafik 3.28. Komposisi DPK di Pulau Timor Grafik 3.29. Komposisi Kredit di Pulau Timor

KONSUMSI

MODAL KERJA

INVESTASI

59,94%

30,15%

9,91%

3.5. SISTEM PEMBAYARAN3.5.1. Transaksi Non Tunai

3.5.1.1. Transaksi Kliring (SKNBI)Sistem Kliring Nasional Bank Indonsia (SKNBI) di Provinsi NTT Pada Triwulan III 2015 mengalami peningkatan.

Pertumbuhan kliring di Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 dari sisi nominal mencapai Rp.1.383,80 miliar, tumbuh 52,03%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan Triwulan II 2015 yang hanya mencapai 9,77% (yoy). Sementara itu, dari sisi volume pada

Triwulan III 2015 naik 28,15% (yoy) atau mencapai 48.453 lembar warkat dari 12,49% (yoy) pada Triwulan II 2015.

Berdasarkan komposisi peserta pengirim, transaksi kliring Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 didorong oleh Bank Swasta

Nasional dengan porsi sebesar 42%, kemudian Bank Pembangunan Daerah sebesar 31%, dan Bank Pemerintah sebesar

27%.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201536

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Gerakan Cinta Rupiahdi Perbatasan – Atambua Kab. Belu NTT03

Jumat, 16 Oktober 2015 di Lapangan Simpang Lima Atambua, pagelaran Tari Tebe Masal dalam rangka “Gerakan Cinta

Rupiah dan Menuju Satu Abad Kota Atambua” berhasil memecahkan rekor baru MURI. Tercatat sebanyak 4.601 orang

ikut terlibat dalam tarian khas Kabupaten Belu tersebut. Ribuan penari mengawali pagelaran tari dengan membentuk

formasi barisan cinta Rupiah yang disimbolkan dengan bentuk “hati ( ) dan Rp” lengkap dengan pertunjukan Brazilian

Wave di setiap barisan. Pagelaran Tari Tebe Masal sekaligus pencatatan Rekor MURI yang pertama kalinya di tanah Belu,

diharapkan dapat menguatkan memorabilia kebanggaan warga perbatasan terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini sangat relevan, mengingat masih adanya masyarakat di perbatasan

yang menggunakan mata uang asing dalam bertransaksi.

Mengawali acara, Bupati Belu, Wilhelmus Foni, menyampaikan sekapur sirih berpesan kepada seluruh masyarakat yang

hadir untuk selalu menanamkan “Cinta Rupiah” dalam benak mereka. Selain itu dirinya juga mengajak masyarakat untuk

mensyukuri perayaan HUT Kota Atambua yang ke-99. “Kita patut berbangga karena kota ini telah melalui perjalanan

panjang, hampir satu abad lamanya dan menjadi wilayah terdepan NKRI yang berbatasan dengan Republik Demokratis

Timor Leste (RDTL). Oleh karena itu, sebagai warga perbatasan kita harus bangga dengan Rupiah, bukan dollar” ujarnya.

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor Sinaga, dalam sambutannya, mengajak warga untuk selalu menggunakan

rupiah sebagai alat untuk melakukan transaksi. “Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan

dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI. Bagi yang menolak Rupiah untuk pembayaran akan dihukum dengan

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak 200 juta rupiah” tegas Sinaga. Selain itu,

dirinya mengimbau masyarakat mewaspadai penggunaan mata uang asing di perbatasan, seperti di Kota Atambua yang

berbatasan langsung dengan Timor Leste, karena rawan infiltrasi berupa serangan mata uang asing.

Gambar Boks 3.1. Formasi Tari Tebe Dilihat dari Ketinggian

Gambar Boks 3.2. Sanksi atas Penggunaan Mata Uang Asing di Wilayah Indonesia

SANKSI PELANGGARAN

Kewajiban Penggunaan Rupiah

TUNAISanksi Pidana UU Mata uang (Kurungan Maksimal 1 Tahun & DendaMaksimal 200 juta)

NONTUNAI

BI bewenang mengenakan sanksi administratif:- Teguran tertulis;- Denda berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transaksi - maksimal 1 milyar; dan/ atau- Larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 39

3.5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh peningkatan outflow

sebesar Rp.1.687,20 miliar yang tumbuh sebesar 25,56% (yoy) pada Triwulan III 2015, naik bila dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 12,83% (yoy). Sementara itu, aliran inflow pada Triwulan III 2015 mencapai Rp.840,86 miliar,

naik 9,65% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan II 2015 yang mengalami penurunan sebesar 33,34% (yoy). Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTT.

3.5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)Uang Tidak Layak Edar (UTLE) pada Triwulan III 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat digambarkan oleh

jumlah setoran UTLE di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Pada Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp. 380,04

miliar, menurun 17,06% (yoy) bila dibandingkan dengan Triwulan II 2015 yang mencapai 15,68% (yoy). Sementara itu,

rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional pada Triwulan III 2015 yaitu sebesar 0,38%. Penurunan

UTLE ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman masyarakat dalam menjaga kualitas uang yang dimiliki.

3.5.2.3. Temuan Uang PalsuTemuan uang palsu yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan. Jumlah lembar uang palsu turun dari 966 lembar menjadi 52 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu yang

ditemukan umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,- dan pecahan Rp.50.000,-. Walaupun jumlah uang palsu yang

ditemukan menurun namun kegiatan pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah masih tetap diperlukan. Peningkatan

pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan tingginya uang palsu yang dilaporkan.

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif telah dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menuntut

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Grafik 3.35. Perkembangan Transaksi Tunai

NET IN/OUT (RP. MILIAR) QTQ YOY

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015III

Grafik 3.36. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOWINFLOW (RP. MILIAR)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV2012

II III -80%

0%

80%

160%

240%

320%

400%

480%

Grafik 3.38. Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1000

1200

I II2012

LEMBAR UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

III IV II III

Grafik 3.37. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

OUTFLOW (RP. MILIAR) QTQ UTLE YOY UTLEINFLOW (RP. MILIAR) UTLE

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201538

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Gerakan Cinta Rupiahdi Perbatasan – Atambua Kab. Belu NTT03

Jumat, 16 Oktober 2015 di Lapangan Simpang Lima Atambua, pagelaran Tari Tebe Masal dalam rangka “Gerakan Cinta

Rupiah dan Menuju Satu Abad Kota Atambua” berhasil memecahkan rekor baru MURI. Tercatat sebanyak 4.601 orang

ikut terlibat dalam tarian khas Kabupaten Belu tersebut. Ribuan penari mengawali pagelaran tari dengan membentuk

formasi barisan cinta Rupiah yang disimbolkan dengan bentuk “hati ( ) dan Rp” lengkap dengan pertunjukan Brazilian

Wave di setiap barisan. Pagelaran Tari Tebe Masal sekaligus pencatatan Rekor MURI yang pertama kalinya di tanah Belu,

diharapkan dapat menguatkan memorabilia kebanggaan warga perbatasan terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini sangat relevan, mengingat masih adanya masyarakat di perbatasan

yang menggunakan mata uang asing dalam bertransaksi.

Mengawali acara, Bupati Belu, Wilhelmus Foni, menyampaikan sekapur sirih berpesan kepada seluruh masyarakat yang

hadir untuk selalu menanamkan “Cinta Rupiah” dalam benak mereka. Selain itu dirinya juga mengajak masyarakat untuk

mensyukuri perayaan HUT Kota Atambua yang ke-99. “Kita patut berbangga karena kota ini telah melalui perjalanan

panjang, hampir satu abad lamanya dan menjadi wilayah terdepan NKRI yang berbatasan dengan Republik Demokratis

Timor Leste (RDTL). Oleh karena itu, sebagai warga perbatasan kita harus bangga dengan Rupiah, bukan dollar” ujarnya.

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor Sinaga, dalam sambutannya, mengajak warga untuk selalu menggunakan

rupiah sebagai alat untuk melakukan transaksi. “Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan

dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI. Bagi yang menolak Rupiah untuk pembayaran akan dihukum dengan

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak 200 juta rupiah” tegas Sinaga. Selain itu,

dirinya mengimbau masyarakat mewaspadai penggunaan mata uang asing di perbatasan, seperti di Kota Atambua yang

berbatasan langsung dengan Timor Leste, karena rawan infiltrasi berupa serangan mata uang asing.

Gambar Boks 3.1. Formasi Tari Tebe Dilihat dari Ketinggian

Gambar Boks 3.2. Sanksi atas Penggunaan Mata Uang Asing di Wilayah Indonesia

SANKSI PELANGGARAN

Kewajiban Penggunaan Rupiah

TUNAISanksi Pidana UU Mata uang (Kurungan Maksimal 1 Tahun & DendaMaksimal 200 juta)

NONTUNAI

BI bewenang mengenakan sanksi administratif:- Teguran tertulis;- Denda berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transaksi - maksimal 1 milyar; dan/ atau- Larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 39

3.5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Perkembangan uang tunai di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh peningkatan outflow

sebesar Rp.1.687,20 miliar yang tumbuh sebesar 25,56% (yoy) pada Triwulan III 2015, naik bila dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 12,83% (yoy). Sementara itu, aliran inflow pada Triwulan III 2015 mencapai Rp.840,86 miliar,

naik 9,65% (yoy) dibandingkan dengan Triwulan II 2015 yang mengalami penurunan sebesar 33,34% (yoy). Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTT.

3.5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)Uang Tidak Layak Edar (UTLE) pada Triwulan III 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat digambarkan oleh

jumlah setoran UTLE di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Pada Triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp. 380,04

miliar, menurun 17,06% (yoy) bila dibandingkan dengan Triwulan II 2015 yang mencapai 15,68% (yoy). Sementara itu,

rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional pada Triwulan III 2015 yaitu sebesar 0,38%. Penurunan

UTLE ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman masyarakat dalam menjaga kualitas uang yang dimiliki.

3.5.2.3. Temuan Uang PalsuTemuan uang palsu yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada Triwulan III 2015 mengalami

penurunan. Jumlah lembar uang palsu turun dari 966 lembar menjadi 52 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu yang

ditemukan umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,- dan pecahan Rp.50.000,-. Walaupun jumlah uang palsu yang

ditemukan menurun namun kegiatan pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah masih tetap diperlukan. Peningkatan

pemahaman masyarakat terhadap temuan uang palsu juga menjadi alasan tingginya uang palsu yang dilaporkan.

Upaya penanggulangan uang palsu secara represif telah dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menuntut

pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Grafik 3.35. Perkembangan Transaksi Tunai

NET IN/OUT (RP. MILIAR) QTQ YOY

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-2000.00

-1500.00

-1000.00

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

I II III IV

2013I II III IV

2014II II III IV

2011I II III IV

2012II

2015III

Grafik 3.36. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)

OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOWINFLOW (RP. MILIAR)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV2012

II III -80%

0%

80%

160%

240%

320%

400%

480%

Grafik 3.38. Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1000

1200

I II2012

LEMBAR UPAL

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

III IV II III

Grafik 3.37. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

1200.00%

1400.00%

1600.00%

I II III IV2013

I IIIII IV2014

I2015

I II III IV2012

II III

OUTFLOW (RP. MILIAR) QTQ UTLE YOY UTLEINFLOW (RP. MILIAR) UTLE

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201538

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Layanan K euangan D igital ( LKD) Di Provinsi NTT04

Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian suatu wilayah. Keberadaan bank dan

lembaga keuangan akan menopang aktivitas ekonomi masyarakat, serta memudahkan masyarakat untuk menjangkau

sumber modal dan pada akhirnya sektor produktif dapat lebih berkembang. Di Indonesia keterbatasan infrastruktur dan

kondisi alam yang berupa kepulauan, termasuk NTT, menjadi kendala bagi bank dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama yang berada di daerah terpencil maupun pedesaaan. Keterbatasan layanan perbankan ini juga tidak

lepas dari perhitungan skala ekonomis operasional bank di suatu daerah tersebut dan pertimbangan bank mengenai

distribusi penduduk di suatu daerah yang akan dijangkau oleh layanan kantor cabang bank. Akibatnya, terdapat disparitas

layanan perbankan dalam menjangkau seluruh daerah administrasi pemerintahan baik di tingkat provinsi, kabupaten dan

terutama kecamatan.

Sementara itu di NTT, perbandingan jumlah penduduk dewasa dengan jumlah rekening tabungan yang dimiliki oleh

masyarakatnya sudah tergolong besar, yaitu dengan tingkat penetrasi 105%. Namun demikian, tingginya tingkat

penetrasi tersebut lebih dikarenakan oleh adanya kepemilikan rekening tabungan lebih dari 1 rekening oleh 1 penduduk

dewasa di suatu daerah. Kemudian jika dilihat dari persebarannya, masih terdapat perbedaan yang signifikan khususnya

pada Kabupaten yang baru berkembang.

Salah satu penyebab dari rendahnya tingkat penetrasi oleh Kabupaten yang baru berkembang adalah karena masih

minimnya dukungan infrastruktur di daerah. sehingga, sebagian besar perbankan baru dapat menjangkau daerah ibu kota

Kabupaten. Oleh karena itu, dalam rangka memperluas jangkauan layanan keuangan, khususnya bagi masyarakat

unbanked dan underbanked, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital

(LKD) yang dahulu disebut branchless banking. LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat marjinal untuk

mendapatkan layanan keuangan dengan aman dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan kantor cabang bank

tradisional.

LKD merupakan salah satu bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang telah dicanangkan oleh Bank Indonesia

pada tanggal 14 Agustus 2014. GNNT sendiri ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih

menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan

ekonominya. Selain LKD, bagian lain dari GNNT adalah:

Tabel Boks 4.1. Tingkat Penetrasi Tabungan di Provinsi NTT

Kupang

Kota Kupang

Sumba Barat

168,10

196,37

209,19

Kabupaten/Kota

Kabupaten dengan Penetrasi Terendah

17,65

35,46

43,68

Manggarai Timur

Sumba Barat Daya

Nagekeo

Tingkat Penetrasi Kabupaten/Kota

Kabupaten dengan Penetrasi Tertinggi

Tingkat Penetrasi

Elektronifikasi keuangan, berupa perubahan metode pembayaran di lingkup pemerintah yang awalnya tunai menjadi

non tunai. Pada saat ini, tengah dilakukan migrasi pembayaran gaji PNS dari tunai menjadi non tunai yang dimulai dari

beberapa SKPD

Uang Elektronik, merupakan alat pembayaran yang saldonya tersimpan secara chip based maupun server based.

Adapun bentuk implementasi dari uang elektronik berupa penyaluran beasiswa kepada mahasiswa Universitas Nusa

Cendana dengan menggunakan uang elektronik serta bantuan yang diberikan oleh Kementrian Sosial kepada

masyarakat dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

1.

2.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 41

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Departemen Pengelolaan Uang, Luctor E. Tapiheru, mengatakan bahwa Rupiah

merupakan simbol NKRI dan merupakan alat tukar yang mempersatukan bangsa. “Saat ini dollar AS menguat karena kita

kurang cinta Rupiah untuk transaksi, maka diharapkan masyarakat menggunakan Rupiah dalam bertransaksi di Indonesia.

Di wilayah perbatasan yang rentan dengan penggunaan mata uang asing, harus selalu siaga dan tetap menggunakan

Rupiah untuk bertransaksi agar orang hormat terhadap Rupiah” ujar Luctor. Wakapolda NTT, Kombespol Sumartono

Johana, menambahkan bahwa pihak Polda akan terus berkoordinasi bersama BI mengawal pelaksanaan ketentuan yang

berlaku terkait uang Rupiah.

Rangkaian pembukaan Gerakan Cinta Rupiah dan Menuju Satu Abad Kota Atambua diakhiri oleh sambutan Wakil

Gubernur NTT, Benny Litelnoni, yang sangat mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara. “Saya

ucapkan terima kasih kepada panitia dari Bank Indonesia yang telah menyelenggarakan acara ini. Tidak lupa pula kepada

Bupati Belu yang telah berbuat baik bagi Kab. Belu selama ini” katanya. Selain itu Benny juga berpesan kepada masyarakat

untuk mencintai Rupiah dengan sepenuh hati karena dengan Rupiah yang kuat, bangsa akan bermartabat.

Selain balutan budaya melalui pagelaran Tari Tebe massal, tidak lupa dilakukan sosialisasi ketentuan terkait uang Rupiah

khususnya ciri-ciri keaslian uang rupiah dan kewajiban penggunaan uang Rupiah serta edukasi keuangan yang disambut

antusias peserta. Di samping itu, kas keliling pun digelar untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin melakukan penukaran

uang kecil, lusuh, maupun rusak. Acara sosialisasi juga diramaikan dengan kuis-kuis berhadiah yang menambah semangat

peserta untuk lebih memahami materi sosialisasi. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran Bank Indonesia

menggerakkan perekonomian perbatasan, disaksikan oleh Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi NTT, Paulus B.

Manehat, dilakukan penyerahan secara simbolis Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam bentuk bantuan dana

pembangunan rumah tenun kepada Kelompok Tenun Ikat “Suka Maju” di Desa Batnes, Kecamatan Musi, Kabupaten

Timor Tengah Utara, yang juga merupakan wilayah perbatasan RI-RDTL. Acara diakhiri dengan hiburan artis lokal dan

nasional yang menambah semarak Gerakan Cinta Rupiah di Perbatasan.

Kuatlah Rupiah,majulah daerah perbatasan,jayalah NKRI yang berdaulatdan bermartabat…!!!

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201540

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Layanan K euangan D igital ( LKD) Di Provinsi NTT04

Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian suatu wilayah. Keberadaan bank dan

lembaga keuangan akan menopang aktivitas ekonomi masyarakat, serta memudahkan masyarakat untuk menjangkau

sumber modal dan pada akhirnya sektor produktif dapat lebih berkembang. Di Indonesia keterbatasan infrastruktur dan

kondisi alam yang berupa kepulauan, termasuk NTT, menjadi kendala bagi bank dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama yang berada di daerah terpencil maupun pedesaaan. Keterbatasan layanan perbankan ini juga tidak

lepas dari perhitungan skala ekonomis operasional bank di suatu daerah tersebut dan pertimbangan bank mengenai

distribusi penduduk di suatu daerah yang akan dijangkau oleh layanan kantor cabang bank. Akibatnya, terdapat disparitas

layanan perbankan dalam menjangkau seluruh daerah administrasi pemerintahan baik di tingkat provinsi, kabupaten dan

terutama kecamatan.

Sementara itu di NTT, perbandingan jumlah penduduk dewasa dengan jumlah rekening tabungan yang dimiliki oleh

masyarakatnya sudah tergolong besar, yaitu dengan tingkat penetrasi 105%. Namun demikian, tingginya tingkat

penetrasi tersebut lebih dikarenakan oleh adanya kepemilikan rekening tabungan lebih dari 1 rekening oleh 1 penduduk

dewasa di suatu daerah. Kemudian jika dilihat dari persebarannya, masih terdapat perbedaan yang signifikan khususnya

pada Kabupaten yang baru berkembang.

Salah satu penyebab dari rendahnya tingkat penetrasi oleh Kabupaten yang baru berkembang adalah karena masih

minimnya dukungan infrastruktur di daerah. sehingga, sebagian besar perbankan baru dapat menjangkau daerah ibu kota

Kabupaten. Oleh karena itu, dalam rangka memperluas jangkauan layanan keuangan, khususnya bagi masyarakat

unbanked dan underbanked, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital

(LKD) yang dahulu disebut branchless banking. LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat marjinal untuk

mendapatkan layanan keuangan dengan aman dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan kantor cabang bank

tradisional.

LKD merupakan salah satu bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang telah dicanangkan oleh Bank Indonesia

pada tanggal 14 Agustus 2014. GNNT sendiri ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih

menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan

ekonominya. Selain LKD, bagian lain dari GNNT adalah:

Tabel Boks 4.1. Tingkat Penetrasi Tabungan di Provinsi NTT

Kupang

Kota Kupang

Sumba Barat

168,10

196,37

209,19

Kabupaten/Kota

Kabupaten dengan Penetrasi Terendah

17,65

35,46

43,68

Manggarai Timur

Sumba Barat Daya

Nagekeo

Tingkat Penetrasi Kabupaten/Kota

Kabupaten dengan Penetrasi Tertinggi

Tingkat Penetrasi

Elektronifikasi keuangan, berupa perubahan metode pembayaran di lingkup pemerintah yang awalnya tunai menjadi

non tunai. Pada saat ini, tengah dilakukan migrasi pembayaran gaji PNS dari tunai menjadi non tunai yang dimulai dari

beberapa SKPD

Uang Elektronik, merupakan alat pembayaran yang saldonya tersimpan secara chip based maupun server based.

Adapun bentuk implementasi dari uang elektronik berupa penyaluran beasiswa kepada mahasiswa Universitas Nusa

Cendana dengan menggunakan uang elektronik serta bantuan yang diberikan oleh Kementrian Sosial kepada

masyarakat dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

1.

2.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 41

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Departemen Pengelolaan Uang, Luctor E. Tapiheru, mengatakan bahwa Rupiah

merupakan simbol NKRI dan merupakan alat tukar yang mempersatukan bangsa. “Saat ini dollar AS menguat karena kita

kurang cinta Rupiah untuk transaksi, maka diharapkan masyarakat menggunakan Rupiah dalam bertransaksi di Indonesia.

Di wilayah perbatasan yang rentan dengan penggunaan mata uang asing, harus selalu siaga dan tetap menggunakan

Rupiah untuk bertransaksi agar orang hormat terhadap Rupiah” ujar Luctor. Wakapolda NTT, Kombespol Sumartono

Johana, menambahkan bahwa pihak Polda akan terus berkoordinasi bersama BI mengawal pelaksanaan ketentuan yang

berlaku terkait uang Rupiah.

Rangkaian pembukaan Gerakan Cinta Rupiah dan Menuju Satu Abad Kota Atambua diakhiri oleh sambutan Wakil

Gubernur NTT, Benny Litelnoni, yang sangat mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara. “Saya

ucapkan terima kasih kepada panitia dari Bank Indonesia yang telah menyelenggarakan acara ini. Tidak lupa pula kepada

Bupati Belu yang telah berbuat baik bagi Kab. Belu selama ini” katanya. Selain itu Benny juga berpesan kepada masyarakat

untuk mencintai Rupiah dengan sepenuh hati karena dengan Rupiah yang kuat, bangsa akan bermartabat.

Selain balutan budaya melalui pagelaran Tari Tebe massal, tidak lupa dilakukan sosialisasi ketentuan terkait uang Rupiah

khususnya ciri-ciri keaslian uang rupiah dan kewajiban penggunaan uang Rupiah serta edukasi keuangan yang disambut

antusias peserta. Di samping itu, kas keliling pun digelar untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin melakukan penukaran

uang kecil, lusuh, maupun rusak. Acara sosialisasi juga diramaikan dengan kuis-kuis berhadiah yang menambah semangat

peserta untuk lebih memahami materi sosialisasi. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran Bank Indonesia

menggerakkan perekonomian perbatasan, disaksikan oleh Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi NTT, Paulus B.

Manehat, dilakukan penyerahan secara simbolis Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam bentuk bantuan dana

pembangunan rumah tenun kepada Kelompok Tenun Ikat “Suka Maju” di Desa Batnes, Kecamatan Musi, Kabupaten

Timor Tengah Utara, yang juga merupakan wilayah perbatasan RI-RDTL. Acara diakhiri dengan hiburan artis lokal dan

nasional yang menambah semarak Gerakan Cinta Rupiah di Perbatasan.

Kuatlah Rupiah,majulah daerah perbatasan,jayalah NKRI yang berdaulatdan bermartabat…!!!

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201540

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Realisasi pendapatan pemerintah hingga triwulan III-2015 mencapai 80,9% (Rp16,04 triliun)

dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp19,82 triliun.

Realisasi anggaran belanja daerah pemerintah di Provinsi NTT pada triwulan laporan masih

rendah yaitu hanya sebesar 46,8% dari total anggaran belanja.

Keuangan D aerah04

Dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No. 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 16/12/DPAU

tentang Penyelenggaraan LKD dalam rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen LKD Individu, maka diatur bahwa

penyelenggaraan LKD dapat dilakukan bank dengan agen LKD badan hukum dan agen LKD individu.

Program pemerintahan Jokowi (Nawacita) menargetkan kedaulatan keuangan melalui inklusi keuangan mencapai 50%

penduduk Indonesia. Oleh karena itu, agar akses terhadap layanan keuangan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat di Indonesia, maka LKD harus dapat dilakukan di seluruh daerah, termasuk Provinsi NTT. Untuk mewujudkan

hal tersebut, Bank Indonesia telah melakukan Identifikasi Potensi Layanan Keuangan Digital (LKD) di Provinsi NTT untuk

memperoleh prioritas daerah yang membutuhkan, sehingga perluasan layanan oleh pihak penyelenggara LKD dapat tepat

sasaran dan lebih optimal.

Gambar Boks 4. 1 Bank dan Agenyang sudah menyalurkan LKD di Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Hasil Identifikasi Kabupatenyang Berpotensi untuk Penerapan LKD

Tabel Boks 4. 3 Indikator Penilaian dalam Kajian Identifikasi Potensi LKD di Provinsi NTT

people adalah masyarakat yang belum terhubung dengan bank.

adalah masyarakat yang sudah menjadi nasabah bank, namun dalam layanan yang terbatas, contohnya hanya

sebagai nasabah tabungan, belum dapat menikmati layanan kredit, internet banking atau layanan perbankan

lainnya secara optimal.

Unbanked people :

Underbanked people :

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201542

No.

TIMOR TENGAH SELATAN

SUMBA BARAT DAYA

MANGGARAI TIMUR

NAGEKEO

MABGGARAI BARAT

TIMOR TENGAH UTARA

SABU RAIJUA

SUMBA TENGAH

Kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Realisasi pendapatan pemerintah hingga triwulan III-2015 mencapai 80,9% (Rp16,04 triliun)

dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp19,82 triliun.

Realisasi anggaran belanja daerah pemerintah di Provinsi NTT pada triwulan laporan masih

rendah yaitu hanya sebesar 46,8% dari total anggaran belanja.

Keuangan D aerah04

Dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No. 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 16/12/DPAU

tentang Penyelenggaraan LKD dalam rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen LKD Individu, maka diatur bahwa

penyelenggaraan LKD dapat dilakukan bank dengan agen LKD badan hukum dan agen LKD individu.

Program pemerintahan Jokowi (Nawacita) menargetkan kedaulatan keuangan melalui inklusi keuangan mencapai 50%

penduduk Indonesia. Oleh karena itu, agar akses terhadap layanan keuangan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat di Indonesia, maka LKD harus dapat dilakukan di seluruh daerah, termasuk Provinsi NTT. Untuk mewujudkan

hal tersebut, Bank Indonesia telah melakukan Identifikasi Potensi Layanan Keuangan Digital (LKD) di Provinsi NTT untuk

memperoleh prioritas daerah yang membutuhkan, sehingga perluasan layanan oleh pihak penyelenggara LKD dapat tepat

sasaran dan lebih optimal.

Gambar Boks 4. 1 Bank dan Agenyang sudah menyalurkan LKD di Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Hasil Identifikasi Kabupatenyang Berpotensi untuk Penerapan LKD

Tabel Boks 4. 3 Indikator Penilaian dalam Kajian Identifikasi Potensi LKD di Provinsi NTT

people adalah masyarakat yang belum terhubung dengan bank.

adalah masyarakat yang sudah menjadi nasabah bank, namun dalam layanan yang terbatas, contohnya hanya

sebagai nasabah tabungan, belum dapat menikmati layanan kredit, internet banking atau layanan perbankan

lainnya secara optimal.

Unbanked people :

Underbanked people :

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201542

No.

TIMOR TENGAH SELATAN

SUMBA BARAT DAYA

MANGGARAI TIMUR

NAGEKEO

MABGGARAI BARAT

TIMOR TENGAH UTARA

SABU RAIJUA

SUMBA TENGAH

Kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Secara akumulatif, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT hingga triwulan

laporan mencapai Rp32,07 triliun atau meningkat Rp0,98 triliun (3,15%) dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan

alokasi anggaran belanja tersebut seiring dengan telah disahkannya APBD-P di beberapa kabupaten/ kota. Adanya

peningkatan rencana belanja pemerintah pusat sebesar Rp.30 miliar lebih disebabkan oleh sudah dibukanya alokasi

anggaran yang sebelumnya masih dalam pembahasan. Alokasi anggaran belanja terbesar pada pos belanja konsumsi

sebesar 69,91% dan alokasi untuk belanja modal sebesar 30,09%.

Persentase realisasi belanja daerah di Provinsi NTT hingga triwulan III 2015 tercatat 46,8% atau sebesar Rp15,02 triliun dari

total pagu anggaran belanja daerah yang sebesar Rp32,07 triliun. Rendahnya penyerapan anggaran belanja daerah

tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain : belum terlaksananya proyek pembangunan infrastruktur

daerah seperti pembangunan sejumlah rumah sakit umum di Provinsi NTT (RS Johannes, RSUD Ruteng, RSUD Kota

Kupang, RSUD Atambua), pembangunan gedung tiga universitas di kota Kupang dan beberapa proyek pembangunan

infrastruktur daerah masih dalam proses pengerjaan.

Realisasi anggaran pendapatan daerah untuk pemerintah di provinsi NTT mencapai 80,90% dari rencana pendapatan

APBN dan APBD tahun 2015. Realisasi pendapatan tertinggi pada Dana Alokasi Umum (DAU) kepada Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota sebesar Rp9,38 triliun (77,96%), realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar Rp1,69

triliun (77,04%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada triwulan III 2015 sebesar Rp1,48 triliun (70,31% ).

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu sumber pendapatan utama APBN di Provinsi NTT. Hal ini tercermin dari data

realisasi pendapatan atas PPh mencapai Rp721,6 milyar hingga posisi triwulan III 2015. Pendapatan dari Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) berada diurutan kedua dengan realisasi sebesar Rp360,75 milyar atau 32,59% dari total

penerimaan sektor perpajakan, sedangkan porsi pendapatan atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Lainnya

masih dibawah 2,5%.

Realisasi dana transfer dari pemerintah pusat untuk provinsi dan kabupaten di NTT hingga triwulan laporan mencapai

76,63% atau sebesar Rp11,14 triliun. Nilai ini memiliki pangsa sebesar 75,94% dari total pendapatan pemerintah daerah.

Adapun komponen pendapatan lain-lain daerah yang sah berada pada urutan kedua dengan pangsa 15,65% (realisasi

75,39%). Hal ini mencerminkan bahwa anggaran pendapatan dan keuangan daerah NTT masih sangat bergantung pada

bantuan dana transfer dari pemerintah pusat dengan pangsa sebesar 85,62%.

4.1. KONDISI UMUM

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

19,82

32,07

16,04

80,9% 46,8%

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Triliun

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

0,31

3,28

12,14

Triliun

REALISASI

APBN KAB PROV

11,04

17,74

3,29

4,67

8,30

2,05

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

15,02

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

1,38

16,24

2,53

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

15,75%16,6% 1,5%

8,59%

81,90% 75,66%

REALISASI

PAGU

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

55,3%

REALISASI

PAGU

13,6%

10,3% 34,4%

31,1%

55,3%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

4.2. PENDAPATAN DAERAH

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 43

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Secara akumulatif, anggaran belanja Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) di Provinsi NTT hingga triwulan

laporan mencapai Rp32,07 triliun atau meningkat Rp0,98 triliun (3,15%) dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan

alokasi anggaran belanja tersebut seiring dengan telah disahkannya APBD-P di beberapa kabupaten/ kota. Adanya

peningkatan rencana belanja pemerintah pusat sebesar Rp.30 miliar lebih disebabkan oleh sudah dibukanya alokasi

anggaran yang sebelumnya masih dalam pembahasan. Alokasi anggaran belanja terbesar pada pos belanja konsumsi

sebesar 69,91% dan alokasi untuk belanja modal sebesar 30,09%.

Persentase realisasi belanja daerah di Provinsi NTT hingga triwulan III 2015 tercatat 46,8% atau sebesar Rp15,02 triliun dari

total pagu anggaran belanja daerah yang sebesar Rp32,07 triliun. Rendahnya penyerapan anggaran belanja daerah

tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain : belum terlaksananya proyek pembangunan infrastruktur

daerah seperti pembangunan sejumlah rumah sakit umum di Provinsi NTT (RS Johannes, RSUD Ruteng, RSUD Kota

Kupang, RSUD Atambua), pembangunan gedung tiga universitas di kota Kupang dan beberapa proyek pembangunan

infrastruktur daerah masih dalam proses pengerjaan.

Realisasi anggaran pendapatan daerah untuk pemerintah di provinsi NTT mencapai 80,90% dari rencana pendapatan

APBN dan APBD tahun 2015. Realisasi pendapatan tertinggi pada Dana Alokasi Umum (DAU) kepada Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota sebesar Rp9,38 triliun (77,96%), realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar Rp1,69

triliun (77,04%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada triwulan III 2015 sebesar Rp1,48 triliun (70,31% ).

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu sumber pendapatan utama APBN di Provinsi NTT. Hal ini tercermin dari data

realisasi pendapatan atas PPh mencapai Rp721,6 milyar hingga posisi triwulan III 2015. Pendapatan dari Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) berada diurutan kedua dengan realisasi sebesar Rp360,75 milyar atau 32,59% dari total

penerimaan sektor perpajakan, sedangkan porsi pendapatan atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Lainnya

masih dibawah 2,5%.

Realisasi dana transfer dari pemerintah pusat untuk provinsi dan kabupaten di NTT hingga triwulan laporan mencapai

76,63% atau sebesar Rp11,14 triliun. Nilai ini memiliki pangsa sebesar 75,94% dari total pendapatan pemerintah daerah.

Adapun komponen pendapatan lain-lain daerah yang sah berada pada urutan kedua dengan pangsa 15,65% (realisasi

75,39%). Hal ini mencerminkan bahwa anggaran pendapatan dan keuangan daerah NTT masih sangat bergantung pada

bantuan dana transfer dari pemerintah pusat dengan pangsa sebesar 85,62%.

4.1. KONDISI UMUM

Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

ANGGARAN

REALISASI

19,82

32,07

16,04

80,9% 46,8%

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Triliun

APBN

ANGGARAN

KAB PROV

0,31

3,28

12,14

Triliun

REALISASI

APBN KAB PROV

11,04

17,74

3,29

4,67

8,30

2,05

ANGGARAN

REALISASI

Total Pendapatan dan Belanja Pemerintah Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah

15,02

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

1,38

16,24

2,53

PORSI REALISASI PENDAPATAN

APBN KAB PROV

15,75%16,6% 1,5%

8,59%

81,90% 75,66%

REALISASI

PAGU

PORSI REALISASI BELANJA

APBN KAB PROV

55,3%

REALISASI

PAGU

13,6%

10,3% 34,4%

31,1%

55,3%

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

4.2. PENDAPATAN DAERAH

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 43

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Persentase realisasi pendapatan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi NTT secara rata-rata mencapai 74,27%.

Kabupaten dengan realisasi pendapatan tertinggi yaitu Kabupaten Nagekeo dengan realisasi mencapai 88,17% yang

didorong oleh adanya peningkatan realisasi transfer dana perimbangan pemerintah ke kabupaten ini.

Realisasi anggaran belanja APBN dan APBD pemerintah di Provinsi NTT hingga triwulan III 2015 masih rendah yaitu

46,84% atau baru direalisasikan sebesar Rp15,02 triliun dari total anggaran belanja daerah yang sebesar Rp32,07 triliun.

Rendahnya realisasi belanja di daerah pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh rendahnya belanja modal yang

baru terealisasi sebesar 29,74% atau Rp2,87 triliun dari total 9,65 triliun yang telah dialokasikan. Dengan waktu

penyerapan anggaran hanya tersisa 2 bulan anggaran, maka percepatan penyerapan anggaran modal dirasa sudah sangat

mendesak untuk dimonitor perkembangannya. Percepatan realisasi belanja modal pemerintah pusat yang mencapai lebih

dari lima triliun rupiah dinilai perlu monitoring ekstra ketat. Berbeda dengan karakter penyerapan anggaran di APBD yang

dapat dijadikan SILPA di tahun berikutnya, anggarap APBN yang tidak terserap akan otomatis kembali ke kas Negara. Oleh

karena itu, akan sangat disayangkan apabila anggaran yang besar tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

Serapan anggaran belanja konsumsi saat ini sudah mencapai 54,20% atau Rp12,15 triliun. Realisasi belanja pegawai

menjadi pencapaian realisasi belanja tertinggi kedua yang lebih disebabkan oleh sifat pembayaran gaji yang memang

secara rutin dibayarkan secara bulanan, sehingga tidak memungkinkan adanya penundaan pembayaran. Realisasi

pencapaian belanja konsumsi tertinggi pada belanja hibah terutama pemerintah provinsi yang hingga triwulan III 2014

sudah terealisasi sebesar 75,06% dari total belanja hibah yang sebesar 1,38 triliun.

Berdasarkan jenis pemerintahan, realisasi belanja daerah tertinggi sebesar 62,24% (Rp2,05 triliun) pada pemerintah

provinsi NTT yang didominasi oleh realisasi belanja konsumsi sebesar 66,02% (Rp1,8 triliun) dan realisasi belaja modal

sebesar 43,90% (Rp246,60 milyar).

Realisasi belanja daerah pemerintah kabupaten di provinsi NTT mencapai 46,81% (Rp8,30 triliun) dari total anggaran

belanja sebesar Rp17,73 triliun. Belanja modal pemerintah kabupaten/kota yang rendah hanya sebesar 23,94% menjadi

penyebab utama rendahnya total belanja pemerintah kabupaten/kota. Lambatnya realisasi belanja modal berpotensi

menghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi di kabupaten. Selain itu, masih banyaknya kabupaten yang menerapkan

standar akuntansi menggunakan cash basis membuat proyek pembangunan infrastruktur di daerah yang masih dalam

proses pengerjaan tidak tercatat sebagai realisasi belanja modal hingga proyek tersebut sudah selesai dikerjakan. Hal ini

pula yang membuat selalu terjadi lonjakan penyerapan anggaran di akhir tahun yang juga disebabkan oleh karakter

kontraktor yang hanya mau menarik anggaran setelah proyek selesai. Penarikan anggaran sesuai termin pembayaran

sekiranya dapat selalu ditekankan agar progress pembangunan infrastruktur dapat diketahui dengan lebih baik.

4.3. BELANJA DAERAH

Grafik 4.6. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi danKabupaten/Kota di Provinsi NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

42,346,8

62,2

46,8

32,8

23,9

43,9

29,7

50,353,6

66,0

54,2

%REALISASI

Nominal %Pangsa

(%)RENCANA

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsidan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

URAIAN

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

15,021

2,870

12,152

7,345

2,580

1,037

270

162

729

29

-

46.84

29.74

54.20

62.49

37.27

75.06

39.10

49.46

59.07

26.86

-

19.10

80.90

48.90

17.18

6.90

1.80

1.08

4.85

0.19

-

32,066

9,648

22,418

11,753

6,924

1,381

690

328

1,234

109

-

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 45

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201544

Persentase realisasi pendapatan utama APBD di Provinsi NTT hingga triwulan berjalan masing-masing DAU mencapai

78,00%, Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus mencapai 77,00%, realisasi DAK sebesar 70,30%,PAD sebesar 63,50%

dan pendapatan lainnya sebesar 70,70%.

Serapan Dana Penyesuaian dan Otsus di tingkat provinsi dipicu oleh adanya pencairan dana peningkatan kualitas

pendidikan di daerah (a.l : Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahap-III 2015, alokasi tunjangan guru PNS di daerah).

Jumlah PAD Provinsi NTT memiliki pangsa 23,60% (Rp596,4 milyar) dari total pendapatan daerah. Pada tingkat

kabupaten/kota, PAD memiliki pangsa 5,20% dari total pendapatan daerah, selebihnya berasal dari DAU dengan pangsa

mencapai 68,40% (Rp8,3 triliun), dan realisasi DAK dengan pangsa 11,60%. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan

pemerintah kabupaten/ kota yang jauh lebih tinggi dibanding provinsi dikarenakan realisasi pendapatan asli daerah yang

sangat kecil bila dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan kabupaten/kota per tahunnya.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

65,18%

32,59%

0,03%

2,21%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PAD DAU DAK LAINNYAOTSUS

Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

kabupaten/kota PROPINSI

5,2%

68,4%

11,6%

8,1%6,7%

23,6%

42,9%

2,9%

28,0%

2,6%

Tabel 4.1 : Realisasi Pendapatan Daerah

REALISASI

Nominal %Pangsa

(%)

14,666

1,232

11,138

275

9,382

1,481

2,296

21

33

357

1,694

112

16

63

75.13

63.51

76.63

69.88

77.96

70.31

75.39

35.39

47.68

62.67

77.04

96.47

48.80

-

8.40

75.94

1.88

63.97

10.10

15.65

0.14

0.23

2.43

11.55

0.76

0.11

0.43

URAIAN RENCANA

19,520

1,940

14,534

394

12,035

2,106

3,045

60

69

569

2,199

116

32

PENDAPATAN DAERAH

PENDAPATAN ASLI DAERAH

DANA PERIMBANGAN

DANA BAGI HASIL

DANA ALOKASI UMUM (DAU)

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YG SAH

DANA HIBAH

DANA DARURAT

" DANA HASIL PAJAK DARI PROV. DAN PEMERINTAH DAERAH LAINNYA"

DANA PENYESUAIAN DAN OTSUS

PENDAPATAN DARI PIHAK KETIGA

BANTUAN KEUANGAN

PENDAPATAN LAINNYA

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

0

10

20

30

40

50

60

PAD DAU DAK OTSUS LAINNYA

71,9

70,7

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

70

80

90

58,3

Grafik 4.4. Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

100 %

KABUPATENPROVINSI KAB+PROV

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.5. Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

MATIMKOTA KUPANG

FLOTIM

SUMBA BARAT

ENDE

NAGEKEO

MABAR

TTS

SUMBA TIMUR

RONDA

SBD

SUMBA TENGAH

PROV. NTTMALAKA

BELU

LEMBATA

SIKKAKAB. KUPANG

SABURAIJUA

ALOR

NGADA

MANGGARAI

TTU

75,1276,17

80,11

78,75

74,49

88,17

73,60

87,09

81,77

78,90

71,22

48,26

76,9876,47

70,69

82,33

68,0468,06

64,17

77,63

69,39

73,98

69,41

%

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Persentase realisasi pendapatan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi NTT secara rata-rata mencapai 74,27%.

Kabupaten dengan realisasi pendapatan tertinggi yaitu Kabupaten Nagekeo dengan realisasi mencapai 88,17% yang

didorong oleh adanya peningkatan realisasi transfer dana perimbangan pemerintah ke kabupaten ini.

Realisasi anggaran belanja APBN dan APBD pemerintah di Provinsi NTT hingga triwulan III 2015 masih rendah yaitu

46,84% atau baru direalisasikan sebesar Rp15,02 triliun dari total anggaran belanja daerah yang sebesar Rp32,07 triliun.

Rendahnya realisasi belanja di daerah pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh rendahnya belanja modal yang

baru terealisasi sebesar 29,74% atau Rp2,87 triliun dari total 9,65 triliun yang telah dialokasikan. Dengan waktu

penyerapan anggaran hanya tersisa 2 bulan anggaran, maka percepatan penyerapan anggaran modal dirasa sudah sangat

mendesak untuk dimonitor perkembangannya. Percepatan realisasi belanja modal pemerintah pusat yang mencapai lebih

dari lima triliun rupiah dinilai perlu monitoring ekstra ketat. Berbeda dengan karakter penyerapan anggaran di APBD yang

dapat dijadikan SILPA di tahun berikutnya, anggarap APBN yang tidak terserap akan otomatis kembali ke kas Negara. Oleh

karena itu, akan sangat disayangkan apabila anggaran yang besar tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

Serapan anggaran belanja konsumsi saat ini sudah mencapai 54,20% atau Rp12,15 triliun. Realisasi belanja pegawai

menjadi pencapaian realisasi belanja tertinggi kedua yang lebih disebabkan oleh sifat pembayaran gaji yang memang

secara rutin dibayarkan secara bulanan, sehingga tidak memungkinkan adanya penundaan pembayaran. Realisasi

pencapaian belanja konsumsi tertinggi pada belanja hibah terutama pemerintah provinsi yang hingga triwulan III 2014

sudah terealisasi sebesar 75,06% dari total belanja hibah yang sebesar 1,38 triliun.

Berdasarkan jenis pemerintahan, realisasi belanja daerah tertinggi sebesar 62,24% (Rp2,05 triliun) pada pemerintah

provinsi NTT yang didominasi oleh realisasi belanja konsumsi sebesar 66,02% (Rp1,8 triliun) dan realisasi belaja modal

sebesar 43,90% (Rp246,60 milyar).

Realisasi belanja daerah pemerintah kabupaten di provinsi NTT mencapai 46,81% (Rp8,30 triliun) dari total anggaran

belanja sebesar Rp17,73 triliun. Belanja modal pemerintah kabupaten/kota yang rendah hanya sebesar 23,94% menjadi

penyebab utama rendahnya total belanja pemerintah kabupaten/kota. Lambatnya realisasi belanja modal berpotensi

menghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi di kabupaten. Selain itu, masih banyaknya kabupaten yang menerapkan

standar akuntansi menggunakan cash basis membuat proyek pembangunan infrastruktur di daerah yang masih dalam

proses pengerjaan tidak tercatat sebagai realisasi belanja modal hingga proyek tersebut sudah selesai dikerjakan. Hal ini

pula yang membuat selalu terjadi lonjakan penyerapan anggaran di akhir tahun yang juga disebabkan oleh karakter

kontraktor yang hanya mau menarik anggaran setelah proyek selesai. Penarikan anggaran sesuai termin pembayaran

sekiranya dapat selalu ditekankan agar progress pembangunan infrastruktur dapat diketahui dengan lebih baik.

4.3. BELANJA DAERAH

Grafik 4.6. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi danKabupaten/Kota di Provinsi NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

42,346,8

62,2

46,8

32,8

23,9

43,9

29,7

50,353,6

66,0

54,2

%REALISASI

Nominal %Pangsa

(%)RENCANA

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsidan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

URAIAN

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

15,021

2,870

12,152

7,345

2,580

1,037

270

162

729

29

-

46.84

29.74

54.20

62.49

37.27

75.06

39.10

49.46

59.07

26.86

-

19.10

80.90

48.90

17.18

6.90

1.80

1.08

4.85

0.19

-

32,066

9,648

22,418

11,753

6,924

1,381

690

328

1,234

109

-

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 45

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201544

Persentase realisasi pendapatan utama APBD di Provinsi NTT hingga triwulan berjalan masing-masing DAU mencapai

78,00%, Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus mencapai 77,00%, realisasi DAK sebesar 70,30%,PAD sebesar 63,50%

dan pendapatan lainnya sebesar 70,70%.

Serapan Dana Penyesuaian dan Otsus di tingkat provinsi dipicu oleh adanya pencairan dana peningkatan kualitas

pendidikan di daerah (a.l : Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahap-III 2015, alokasi tunjangan guru PNS di daerah).

Jumlah PAD Provinsi NTT memiliki pangsa 23,60% (Rp596,4 milyar) dari total pendapatan daerah. Pada tingkat

kabupaten/kota, PAD memiliki pangsa 5,20% dari total pendapatan daerah, selebihnya berasal dari DAU dengan pangsa

mencapai 68,40% (Rp8,3 triliun), dan realisasi DAK dengan pangsa 11,60%. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan

pemerintah kabupaten/ kota yang jauh lebih tinggi dibanding provinsi dikarenakan realisasi pendapatan asli daerah yang

sangat kecil bila dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan kabupaten/kota per tahunnya.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.2. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBN di Provinsi NTT

PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

65,18%

32,59%

0,03%

2,21%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

PAD DAU DAK LAINNYAOTSUS

Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di NTT

kabupaten/kota PROPINSI

5,2%

68,4%

11,6%

8,1%6,7%

23,6%

42,9%

2,9%

28,0%

2,6%

Tabel 4.1 : Realisasi Pendapatan Daerah

REALISASI

Nominal %Pangsa

(%)

14,666

1,232

11,138

275

9,382

1,481

2,296

21

33

357

1,694

112

16

63

75.13

63.51

76.63

69.88

77.96

70.31

75.39

35.39

47.68

62.67

77.04

96.47

48.80

-

8.40

75.94

1.88

63.97

10.10

15.65

0.14

0.23

2.43

11.55

0.76

0.11

0.43

URAIAN RENCANA

19,520

1,940

14,534

394

12,035

2,106

3,045

60

69

569

2,199

116

32

PENDAPATAN DAERAH

PENDAPATAN ASLI DAERAH

DANA PERIMBANGAN

DANA BAGI HASIL

DANA ALOKASI UMUM (DAU)

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YG SAH

DANA HIBAH

DANA DARURAT

" DANA HASIL PAJAK DARI PROV. DAN PEMERINTAH DAERAH LAINNYA"

DANA PENYESUAIAN DAN OTSUS

PENDAPATAN DARI PIHAK KETIGA

BANTUAN KEUANGAN

PENDAPATAN LAINNYA

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

0

10

20

30

40

50

60

PAD DAU DAK OTSUS LAINNYA

71,9

70,7

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

70

80

90

58,3

Grafik 4.4. Realisasi Sumber Pendapatan Utama APBD di Provinsi NTT

100 %

KABUPATENPROVINSI KAB+PROV

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.5. Realisasi Pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

MATIMKOTA KUPANG

FLOTIM

SUMBA BARAT

ENDE

NAGEKEO

MABAR

TTS

SUMBA TIMUR

RONDA

SBD

SUMBA TENGAH

PROV. NTTMALAKA

BELU

LEMBATA

SIKKAKAB. KUPANG

SABURAIJUA

ALOR

NGADA

MANGGARAI

TTU

75,1276,17

80,11

78,75

74,49

88,17

73,60

87,09

81,77

78,90

71,22

48,26

76,9876,47

70,69

82,33

68,0468,06

64,17

77,63

69,39

73,98

69,41

%

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Tabel 4.4. Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsidan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

305,312

11,041,473

5,039,259

6,002,214

2,427,634

3,013,188

-

561,392

-

-

-

-

(10,736,161)

16,237,021

17,735,604

4,046,694

13,688,911

8,724,438

3,329,559

228,218

100,089

7,772

1,197,650

101,185

-

(1,498,583)

1,710,240

1,592,422

117,818

119,400

108,400

11,000

1,590,840

92,257

3,282,665

3,289,126

562,136

2,726,990

600,956

581,066

1,152,778

28,337

320,449

35,903

7,500

-

(6,461)

61,161

53,779

7,382

54,700

50,000

4,700

6,461

-

19,824,999

32,066,204

9,648,089

22,418,115

11,753,028

6,923,812

1,380,997

689,819

328,221

1,233,553

108,685

-

(12,241,205)

1,771,402

1,646,202

125,200

174,100

158,400

15,700

1,597,302

92,257

1,377,575

4,672,419

1,654,115

3,018,304

1,643,253

1,151,535

-

223,517

-

-

-

-

(3,294,844)

-

12,138,823

8,301,810

968,855

7,332,954

5,285,813

1,128,422

147,474

34,071

2,505

706,530

28,140

-

3,837,013

1,499,397

1,423,405

75,992

71,250

69,250

2,000

1,428,147

5,265,160

2,526,935

2,047,033

246,596

1,800,437

415,942

300,206

889,149

12,141

159,848

22,098

1,053

-

479,902

236,992

231,609

5,384

53,526

50,000

3,526

183,466

663,369

16,043,333

15,021,262

2,869,566

12,151,695

7,345,008

2,580,162

1,036,623

269,729

162,353

728,628

29,193

-

1,022,071

1,430,700

1,357,626

73,074

99,163

97,500

1,663

1,331,537

5,648,453

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.3. Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

51.71 3.604 0 65.446

374.315 4.285 334.652 713.252

208.632 32.842 154.982

4.850.323 97.865 1.356.991

549.112 138.596 1.846.625

396.455

6.305.179

7.480.332

Grafik 4.10. Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

2012 2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

8

7

II

7,48

I I I

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 47

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201546

Pangsa realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi NTT mencapai 35,40% dan belanja pegawai sebesar 35,17%.

Adapun alokasi belanja konsumsi pemerintah provinsi untuk belanja hibah menjadi alokasi belanja terbesar pemprov

dengan pangsa sebesar 43,44%, diikuti belanja pegawai dengan pangsa sebesar 20,32%. Sedangkan pada pemerintah

kabupaten/kota belanja pegawai memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 63,67%, diikuti alokasi belanja barang dan

jasa sebesar 13,59% dan alokasi belanja modal sebesar 11,67%.

Secara persentase, realisasi belanja hibah menjadi komponen tertinggi di tingkat kabupten dan provinsi NTT dengan total

75,10%, di ikuti oleh belanja pegawai dengan total realisasi sebesar 62,50%. Pada pemerintah Provinsi NTT, alokasi

belanja konsumsi terbesar pada komponen belanja hibah dengan realisasi tertinggi sebesar 77,10% dan belanja pegawai

69,20%. Di lingkup pemerintah kabupaten, belanja hibah juga menunjukkan realisasi belanja paling tinggi dengan

persentase realisasi 64,60% dan belanja pegawai sebesar 60,60%

Secara spasial, persentase realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota periode laporan mencapai rata-rata

46,40%, dengan persentase realisasi tertinggi pada Pemerintah Kab. Flores Timur sebesar 61,30% sedangkan Kab. Sumba

Tengah menjadi yang terendah dengan realisasi hanya sebesar 29,80%. Belanja modal rata-rata di tingkat kabupaten baru

mencapai 24,10%. Realisasi tertinggi pada kabupaten Sabu Raijua dengan realisasi 55,20% dan realisasi terendah pada

Kab. Malaka dengan realisasi hanya sebesar 4,80%.

Berdasarkan data perbankan pada bulan September 2015 tercatat Dana Pihak Ketiga (DPK) pemerintah dalam bentuk

simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp7,48 triliun. DPK tersebut meningkat sebesar Rp1,91 triliun atau 34,29%

(yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun 2014. Peningkatan DPK tersebut mencerminkan realisasi belanja pemerintah

masih belum terserap secara optimal. Instrumen utama penempatan dana pemerintah di perbankan, terutama dalam

bentuk giro yang mencapai Rp5,49 triliun, sementara sisanya sebesar Rp1,98 triliun ditempatkan dalam bentuk deposito

dan tabungan.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8. Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

67,7

51,7

38,2

39,8

60,6

33,9

64,6

34,0

32,2

59,0

27,8

69,2

77,1

0 49,9

0

62,5

37,3

73,1

39,1

49,5

59,1

26,9

%

42,8

61,5

14,0

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI

BELANJA MODAL

35,40

11,67 12,05

35,1763,67

20,32

24.658,51

14,67

43,44

4,78

APBN KAB PROV

13,59

7,81

120

100

80

60

40

20

0

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

70

10

6050403020

0

PRO

V. N

TT

FLO

TIM

SAKK

A

SABU

RAI

JUA

SUM

TIM

ROND

A

KOTA

KUP

ANG

MAB

AR

BELU TT

S

NGAD

A

LEM

BATA

MAT

IM SBD

ALO

R

NAG

EKEO TT

U

KAB.

KUP

ANG

MAN

GG

ARAI

ENDE

SUM

BAR

MAL

AKA

SUM

TENG

1009080

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Tabel 4.4. Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsidan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

APBN / APBD

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

Belanja Modal

Belanja Konsumsi

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Bantuan Keuangan

Konsumsi Lainnya

Belanja Lainnya

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan

SILPA Tahun Lalu

Lainnya

Pengeluaran

Penyertaan Modal

Lainnya

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

REALISASI

305,312

11,041,473

5,039,259

6,002,214

2,427,634

3,013,188

-

561,392

-

-

-

-

(10,736,161)

16,237,021

17,735,604

4,046,694

13,688,911

8,724,438

3,329,559

228,218

100,089

7,772

1,197,650

101,185

-

(1,498,583)

1,710,240

1,592,422

117,818

119,400

108,400

11,000

1,590,840

92,257

3,282,665

3,289,126

562,136

2,726,990

600,956

581,066

1,152,778

28,337

320,449

35,903

7,500

-

(6,461)

61,161

53,779

7,382

54,700

50,000

4,700

6,461

-

19,824,999

32,066,204

9,648,089

22,418,115

11,753,028

6,923,812

1,380,997

689,819

328,221

1,233,553

108,685

-

(12,241,205)

1,771,402

1,646,202

125,200

174,100

158,400

15,700

1,597,302

92,257

1,377,575

4,672,419

1,654,115

3,018,304

1,643,253

1,151,535

-

223,517

-

-

-

-

(3,294,844)

-

12,138,823

8,301,810

968,855

7,332,954

5,285,813

1,128,422

147,474

34,071

2,505

706,530

28,140

-

3,837,013

1,499,397

1,423,405

75,992

71,250

69,250

2,000

1,428,147

5,265,160

2,526,935

2,047,033

246,596

1,800,437

415,942

300,206

889,149

12,141

159,848

22,098

1,053

-

479,902

236,992

231,609

5,384

53,526

50,000

3,526

183,466

663,369

16,043,333

15,021,262

2,869,566

12,151,695

7,345,008

2,580,162

1,036,623

269,729

162,353

728,628

29,193

-

1,022,071

1,430,700

1,357,626

73,074

99,163

97,500

1,663

1,331,537

5,648,453

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.3. Rincian Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

51.71 3.604 0 65.446

374.315 4.285 334.652 713.252

208.632 32.842 154.982

4.850.323 97.865 1.356.991

549.112 138.596 1.846.625

396.455

6.305.179

7.480.332

Grafik 4.10. Simpanan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Perbankan di Wilayah Nusa Tenggara Timur

6

5

4

3

2

1

0I II I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

2012 2013 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

PUSAT PEMKOTPROVINSI PEMKAB

I2015

8

7

II

7,48

I I I

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 47

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201546

Pangsa realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi NTT mencapai 35,40% dan belanja pegawai sebesar 35,17%.

Adapun alokasi belanja konsumsi pemerintah provinsi untuk belanja hibah menjadi alokasi belanja terbesar pemprov

dengan pangsa sebesar 43,44%, diikuti belanja pegawai dengan pangsa sebesar 20,32%. Sedangkan pada pemerintah

kabupaten/kota belanja pegawai memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 63,67%, diikuti alokasi belanja barang dan

jasa sebesar 13,59% dan alokasi belanja modal sebesar 11,67%.

Secara persentase, realisasi belanja hibah menjadi komponen tertinggi di tingkat kabupten dan provinsi NTT dengan total

75,10%, di ikuti oleh belanja pegawai dengan total realisasi sebesar 62,50%. Pada pemerintah Provinsi NTT, alokasi

belanja konsumsi terbesar pada komponen belanja hibah dengan realisasi tertinggi sebesar 77,10% dan belanja pegawai

69,20%. Di lingkup pemerintah kabupaten, belanja hibah juga menunjukkan realisasi belanja paling tinggi dengan

persentase realisasi 64,60% dan belanja pegawai sebesar 60,60%

Secara spasial, persentase realisasi belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota periode laporan mencapai rata-rata

46,40%, dengan persentase realisasi tertinggi pada Pemerintah Kab. Flores Timur sebesar 61,30% sedangkan Kab. Sumba

Tengah menjadi yang terendah dengan realisasi hanya sebesar 29,80%. Belanja modal rata-rata di tingkat kabupaten baru

mencapai 24,10%. Realisasi tertinggi pada kabupaten Sabu Raijua dengan realisasi 55,20% dan realisasi terendah pada

Kab. Malaka dengan realisasi hanya sebesar 4,80%.

Berdasarkan data perbankan pada bulan September 2015 tercatat Dana Pihak Ketiga (DPK) pemerintah dalam bentuk

simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp7,48 triliun. DPK tersebut meningkat sebesar Rp1,91 triliun atau 34,29%

(yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun 2014. Peningkatan DPK tersebut mencerminkan realisasi belanja pemerintah

masih belum terserap secara optimal. Instrumen utama penempatan dana pemerintah di perbankan, terutama dalam

bentuk giro yang mencapai Rp5,49 triliun, sementara sisanya sebesar Rp1,98 triliun ditempatkan dalam bentuk deposito

dan tabungan.

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.8. Persentase Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT

Pegawai Barang danJasa

Hibah BantuanSosial

Hasil Keuangan Lainnya

APBN KAB PROV TOTAL

67,7

51,7

38,2

39,8

60,6

33,9

64,6

34,0

32,2

59,0

27,8

69,2

77,1

0 49,9

0

62,5

37,3

73,1

39,1

49,5

59,1

26,9

%

42,8

61,5

14,0

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Bagi Bantuan Konsumsi

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN dan APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota

KONSUMSI LAINNYA

BANTUAN KEUANGAN

BELANJA BAGI HASIL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA HIBAH

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI

BELANJA MODAL

35,40

11,67 12,05

35,1763,67

20,32

24.658,51

14,67

43,44

4,78

APBN KAB PROV

13,59

7,81

120

100

80

60

40

20

0

Grafik 4.9. Realisasi Belanja dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

BELANJA DAERAHBELANJA MODAL

70

10

6050403020

0

PRO

V. N

TT

FLO

TIM

SAKK

A

SABU

RAI

JUA

SUM

TIM

ROND

A

KOTA

KUP

ANG

MAB

AR

BELU TT

S

NGAD

A

LEM

BATA

MAT

IM SBD

ALO

R

NAG

EKEO TT

U

KAB.

KUP

ANG

MAN

GG

ARAI

ENDE

SUM

BAR

MAL

AKA

SUM

TENG

1009080

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan sektor ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi perlambatan pada

akhir 2015.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 mencatat angka 3,83% atau

88,4 ribu Jiwa dari total angkatan kerja, meningkat dibandingkan Februari 2015 sebesar

3,12% atau 75,1 ribu jiwa.

Jumlah penduduk miskin di NTT hingga Maret 2015 mencapai 22,61% dari total penduduk

meningkat dibandingkan periode September 2014 sebesar 19,60%.

Di sisi lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT pada tahun 2014 mencatatkan angka

62,26 meningkat dibandingkan 2013 sebesar 61,68.

Ketenagakerjaan & K esejahteraan05

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Perkembangan sektor ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi perlambatan pada

akhir 2015.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 mencatat angka 3,83% atau

88,4 ribu Jiwa dari total angkatan kerja, meningkat dibandingkan Februari 2015 sebesar

3,12% atau 75,1 ribu jiwa.

Jumlah penduduk miskin di NTT hingga Maret 2015 mencapai 22,61% dari total penduduk

meningkat dibandingkan periode September 2014 sebesar 19,60%.

Di sisi lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT pada tahun 2014 mencatatkan angka

62,26 meningkat dibandingkan 2013 sebesar 61,68.

Ketenagakerjaan & K esejahteraan05

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pada triwulan III 2015, kesejahteraan masyarakat NTT yang ditunjukkan pada ketenagakerjaan dan 1kemiskinan menunjukkan perlambatan . Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT pada bulan Agustus 2015

adalah 3,83% (88.446 jiwa) meningkat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 3,26%(73.210 jiwa). Hasil tersebut sesuai

dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT pada triwulan IIII-2015 yang 2menunjukkan penurunan indeks ketenagakerjaan (SBT -5.55). Hal ini menunjukkan adanya penurunan penyerapan

tenaga kerja pada periode laporan. Dari indikator kesejahteraan yang lain, angka kemiskinan menunjukkan peningkatan

yang terlihat dari meningkatnya angka presentasi penduduk miskin menjadi 22,61% atau 1,15 juta jiwa pada bulan Maret

2015. Hal ini juga ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2015 yang mengalami perlambatan

dibandingkan September 2014. Perlambatan terutama didorong oleh meningkatnya biaya hidup petani di pedesaan,

terutama biaya transportasi dan bahan makanan. Kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015 diperkirakan menjadi salah

satu penyebab.

Hingga Agustus 2015, perkembangan tenaga kerja di Provinsi NTT menunjukkan perlambatan yang ditunjukkan dengan

peningkatan rasio penduduk menganggur atau yang disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun angka TPT NTT

tercatat masih lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 6,18%. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) menunjukkan peningkatan dari 68,91% (Agustus 2014) menjadi 69,25% pada Agustus 2015.

Dilihat dari jenis pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terjadi peningkatan Angkatan Kerja terdidik untuk tingkat SMP

hingga Universitas, sementara tenaga kerja tingkat SD cenderung menurun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

kesadaran masyarakat NTT untuk bersekolah. Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja terdidik tersebut tidak dibarengi

peningkatan lapangan kerja yang cukup. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran terdidik yang cukup tinggi. Menurut

data BPS, pengangguran tingkat universitas, SMP, SMK dan SMA cenderung naik, sementara untuk tingkat SD dan

Diploma cenderung turun. Hal ini dimungkinkan terjadi karena masih terbatasnya lapangan pekerjaan sektor formal dan

industri di Provinsi NTT yang membutuhkan pekerja terdidik. Struktur ekonomi NTT yang masih tergantung pada sektor

pertanian membuat penciptaan lapangan kerja lebih menyukai penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dikarenakan oleh

upah buruh yang lebih murah. Sementara untuk diploma, kebutuhan perusahaan akan pegawai siap kerja dengan gaji

dibawah strata S1 diperkirakan menjadi salah satu penyebab penyerapan pegawai di tingkat ini cenderung lebih baik.

5.2 . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN5.2.1. Kondisi Ketenagakerjaan Umum

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka

74,727

57,999

66,875 70,664 73,210

88,446

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

1,900,000

1,950,000

2,000,000

2,050,000

2,100,000

2,150,000

2,200,000

2,250,000

2,300,000

2,350,000

AGUST 2010 AGUST 2011 AGUST 2012 AGUST 2013 AGUST 2014 AGUST 2015

ANGKATAN KERJA KERJA PENGANGGUR

5.1. KONDISI UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 49

Analisa kesejahteraan pada bab ini akan selalu berbeda penekanan tergantung ketersediaan data terbaru yang ada waktu dilakukan analisa.Angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban "naik" dengan jawaban "turun" disesuaikan dengan bobot masing-masing sektor

1.

2.

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pada triwulan III 2015, kesejahteraan masyarakat NTT yang ditunjukkan pada ketenagakerjaan dan 1kemiskinan menunjukkan perlambatan . Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT pada bulan Agustus 2015

adalah 3,83% (88.446 jiwa) meningkat dibandingkan Agustus 2014 sebesar 3,26%(73.210 jiwa). Hasil tersebut sesuai

dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT pada triwulan IIII-2015 yang 2menunjukkan penurunan indeks ketenagakerjaan (SBT -5.55). Hal ini menunjukkan adanya penurunan penyerapan

tenaga kerja pada periode laporan. Dari indikator kesejahteraan yang lain, angka kemiskinan menunjukkan peningkatan

yang terlihat dari meningkatnya angka presentasi penduduk miskin menjadi 22,61% atau 1,15 juta jiwa pada bulan Maret

2015. Hal ini juga ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2015 yang mengalami perlambatan

dibandingkan September 2014. Perlambatan terutama didorong oleh meningkatnya biaya hidup petani di pedesaan,

terutama biaya transportasi dan bahan makanan. Kenaikan harga BBM pada akhir Maret 2015 diperkirakan menjadi salah

satu penyebab.

Hingga Agustus 2015, perkembangan tenaga kerja di Provinsi NTT menunjukkan perlambatan yang ditunjukkan dengan

peningkatan rasio penduduk menganggur atau yang disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun angka TPT NTT

tercatat masih lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 6,18%. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) menunjukkan peningkatan dari 68,91% (Agustus 2014) menjadi 69,25% pada Agustus 2015.

Dilihat dari jenis pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terjadi peningkatan Angkatan Kerja terdidik untuk tingkat SMP

hingga Universitas, sementara tenaga kerja tingkat SD cenderung menurun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

kesadaran masyarakat NTT untuk bersekolah. Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja terdidik tersebut tidak dibarengi

peningkatan lapangan kerja yang cukup. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran terdidik yang cukup tinggi. Menurut

data BPS, pengangguran tingkat universitas, SMP, SMK dan SMA cenderung naik, sementara untuk tingkat SD dan

Diploma cenderung turun. Hal ini dimungkinkan terjadi karena masih terbatasnya lapangan pekerjaan sektor formal dan

industri di Provinsi NTT yang membutuhkan pekerja terdidik. Struktur ekonomi NTT yang masih tergantung pada sektor

pertanian membuat penciptaan lapangan kerja lebih menyukai penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dikarenakan oleh

upah buruh yang lebih murah. Sementara untuk diploma, kebutuhan perusahaan akan pegawai siap kerja dengan gaji

dibawah strata S1 diperkirakan menjadi salah satu penyebab penyerapan pegawai di tingkat ini cenderung lebih baik.

5.2 . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN5.2.1. Kondisi Ketenagakerjaan Umum

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka

74,727

57,999

66,875 70,664 73,210

88,446

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

1,900,000

1,950,000

2,000,000

2,050,000

2,100,000

2,150,000

2,200,000

2,250,000

2,300,000

2,350,000

AGUST 2010 AGUST 2011 AGUST 2012 AGUST 2013 AGUST 2014 AGUST 2015

ANGKATAN KERJA KERJA PENGANGGUR

5.1. KONDISI UMUM

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 49

Analisa kesejahteraan pada bab ini akan selalu berbeda penekanan tergantung ketersediaan data terbaru yang ada waktu dilakukan analisa.Angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban "naik" dengan jawaban "turun" disesuaikan dengan bobot masing-masing sektor

1.

2.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Dari data survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) BPS Provinsi NTT Triwulan III 2015, diketahui bahwa

penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor minuman (39,66%) namun menurun dibandingkan triwulan-II

yang sebesar 44,86%. Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 6,70 juta/tenaga kerja atau menurun

dibandingkan triwulan III yang sebesar Rp 10,87 juta/tenaga kerja. Penurunan produktivitas terjadi pada seluruh sektor

industri, baik makanan, minuman maupun furnitur. Dari sisi pendorong produktivitas, sektor furnitur menjadi yang

tertinggi sebesar Rp 8,37 juta/ tenaga kerja. Sementara industri makanan menjadi terendah sebesar Rp 5,13 juta/tenaga

kerja.

Dari hasil SKDU di wilayah NTT, terlihat bahwa indikator ketenagakerjaan menunjukkan penurunan pada triwulan III-2015.

Hal ini menunjukkan adanya penurunan dalam penggunaan tenaga kerja di beberapa sektor ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan hasil survei, sektor utama yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian. Sementara itu, sektor

bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan di triwulan III. Untuk periode triwulan

IV 2015, penyerapan tenaga kerja diperkirakan mengalami peningkatan yang terlihat dari peningkatan indeks proyeksi

penggunaan tenaga kerja yang meningkat.

Kondisi kesejahteraan di Provinsi NTT pada periode Maret 2015 tercatat melambat. Hal ini terindikasi dari

peningkatan jumlah penduduk miskin serta penurunan pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada Bulan triwulan-I

2015. Hingga Maret 2015, presentasi jumlah penduduk miskin di NTT mencapai 22,61% meningkat dibandingkan

periode September 2014 yang sebesar 19,60%. Peningkatan jumlah penduduk miskin diperkirakan terjadi seiring

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 5.10. Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU

IND

EKS

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III IV*

INDEKS PROYEKSI TENEGA KERJA INDEKS JUMLAH TENAGA KERJA

5.2.4 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.9. Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

6,79

II III

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITUR TOTAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.8. Perkembangan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Sedang

32,03

39,66

28,31

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

%

I II III IV2014

II II

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITURE

5.2.5 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

5.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 51

Pada rentang Agustus 2014 dan Agustus 2015 terjadi pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi NTT. Sektor Pertanian

dan jasa-jasa mengalami peningkatan, sedangkan sektor industri mengalami penurunan. Semua sub sektor yang

termasuk dalam kelompok sektor industri, yaitu industri, pertambangan, listrik, gas dan air serta konstruksi mengalami

penurunan. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi, diantaranya adanya pabrik pengolahan mangan yang berhenti

beroperasi seiring kebijakan moratorium tambang mangan di beberapa Kabupaten/kota di NTT. Sementara untuk

kelompok sektor jasa-jasa, peningkatan terutama berasal dari sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor

keuangan serta perdagangan. Pembukaan beberapa pusat perbelanjaan baru di Provinsi NTT, pengembangan

infrastruktur telekomunikasi dan sarana perhubungan diperkirakan menjadi beberapa penyebab peningkatan.

Struktur pekerja di NTT berdasarkan status pekerjaan tidak menunjukkan adanya perubahan signfikan pada rentang

Agustus 2014 dan Agustus 2015. Porsi pegawai formal pada periode tersebut masih tetap berada pada kisaran 21%,

sementara pegawai informal masih menjadi mayoritas dengan porsi 79%. Hal menarik dalam pertumbuhan status

pekerjaan adalah tingginya peningkatan jumlah pekerja yang tidak dibayar sebesar 56.600 jiwa atau tumbuh sebesar 9%

(yoy). Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kualitas lapangan pekerjaan di Provinsi NTT.

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

Berusaha Sendiri Berusaha dibantuburuh tidak tetap

Pekerja bebas Pekerja Tak Dibayar

Berusaha dibantuburuh tetap

Buruh/Karyawan

INFORMAL FORMAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.7. Perkembangan Status Pekerjaan Masyarakat

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015jiwa

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.6. Perkembangan Struktur Tenaga Kerja Sesuai Status Pekerjaan

SERIES 1 SERIES 2

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

FORMAL INFORMAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja Sesuai Tingkat Pendidikan

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS

ANGKATAN KERJAribu

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.3. Perkembangan Pengangguran Sesuai Tingkat Pendidikan

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS

PENGANGGURjiwa

5.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.4. Struktur Tenaga Kerja di NTT Agustus 2014 dan 2015

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

PERTANIAN INDUSTRI JASA-JASA

Grafik 5.5. Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Agustus 2015

62%

1%

6%

0%

3%

9%

5%

1%

13%

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

INDUSTRI

LISTRIK, GAS DAN AIR

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN

TRANS, PERGUDANGAN & KOMUNIKASI

KEUANGAN

JASA KEMASYARAKATAN

Sumber : BPS, diolah

5.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201550

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Dari data survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) BPS Provinsi NTT Triwulan III 2015, diketahui bahwa

penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor minuman (39,66%) namun menurun dibandingkan triwulan-II

yang sebesar 44,86%. Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 6,70 juta/tenaga kerja atau menurun

dibandingkan triwulan III yang sebesar Rp 10,87 juta/tenaga kerja. Penurunan produktivitas terjadi pada seluruh sektor

industri, baik makanan, minuman maupun furnitur. Dari sisi pendorong produktivitas, sektor furnitur menjadi yang

tertinggi sebesar Rp 8,37 juta/ tenaga kerja. Sementara industri makanan menjadi terendah sebesar Rp 5,13 juta/tenaga

kerja.

Dari hasil SKDU di wilayah NTT, terlihat bahwa indikator ketenagakerjaan menunjukkan penurunan pada triwulan III-2015.

Hal ini menunjukkan adanya penurunan dalam penggunaan tenaga kerja di beberapa sektor ekonomi di Provinsi NTT.

Berdasarkan hasil survei, sektor utama yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian. Sementara itu, sektor

bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan di triwulan III. Untuk periode triwulan

IV 2015, penyerapan tenaga kerja diperkirakan mengalami peningkatan yang terlihat dari peningkatan indeks proyeksi

penggunaan tenaga kerja yang meningkat.

Kondisi kesejahteraan di Provinsi NTT pada periode Maret 2015 tercatat melambat. Hal ini terindikasi dari

peningkatan jumlah penduduk miskin serta penurunan pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada Bulan triwulan-I

2015. Hingga Maret 2015, presentasi jumlah penduduk miskin di NTT mencapai 22,61% meningkat dibandingkan

periode September 2014 yang sebesar 19,60%. Peningkatan jumlah penduduk miskin diperkirakan terjadi seiring

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 5.10. Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU

IND

EKS

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

*Perkiraan

% SBT

III IV*

INDEKS PROYEKSI TENEGA KERJA INDEKS JUMLAH TENAGA KERJA

5.2.4 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.9. Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

I II III IV2014

6,79

II III

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITUR TOTAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.8. Perkembangan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Sedang

32,03

39,66

28,31

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I2013 2015

%

I II III IV2014

II II

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI FURNITURE

5.2.5 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

5.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 51

Pada rentang Agustus 2014 dan Agustus 2015 terjadi pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi NTT. Sektor Pertanian

dan jasa-jasa mengalami peningkatan, sedangkan sektor industri mengalami penurunan. Semua sub sektor yang

termasuk dalam kelompok sektor industri, yaitu industri, pertambangan, listrik, gas dan air serta konstruksi mengalami

penurunan. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi, diantaranya adanya pabrik pengolahan mangan yang berhenti

beroperasi seiring kebijakan moratorium tambang mangan di beberapa Kabupaten/kota di NTT. Sementara untuk

kelompok sektor jasa-jasa, peningkatan terutama berasal dari sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor

keuangan serta perdagangan. Pembukaan beberapa pusat perbelanjaan baru di Provinsi NTT, pengembangan

infrastruktur telekomunikasi dan sarana perhubungan diperkirakan menjadi beberapa penyebab peningkatan.

Struktur pekerja di NTT berdasarkan status pekerjaan tidak menunjukkan adanya perubahan signfikan pada rentang

Agustus 2014 dan Agustus 2015. Porsi pegawai formal pada periode tersebut masih tetap berada pada kisaran 21%,

sementara pegawai informal masih menjadi mayoritas dengan porsi 79%. Hal menarik dalam pertumbuhan status

pekerjaan adalah tingginya peningkatan jumlah pekerja yang tidak dibayar sebesar 56.600 jiwa atau tumbuh sebesar 9%

(yoy). Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kualitas lapangan pekerjaan di Provinsi NTT.

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

Berusaha Sendiri Berusaha dibantuburuh tidak tetap

Pekerja bebas Pekerja Tak Dibayar

Berusaha dibantuburuh tetap

Buruh/Karyawan

INFORMAL FORMAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.7. Perkembangan Status Pekerjaan Masyarakat

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015jiwa

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.6. Perkembangan Struktur Tenaga Kerja Sesuai Status Pekerjaan

SERIES 1 SERIES 2

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

FORMAL INFORMAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja Sesuai Tingkat Pendidikan

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS

ANGKATAN KERJAribu

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.3. Perkembangan Pengangguran Sesuai Tingkat Pendidikan

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS

PENGANGGURjiwa

5.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.4. Struktur Tenaga Kerja di NTT Agustus 2014 dan 2015

AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2015

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

PERTANIAN INDUSTRI JASA-JASA

Grafik 5.5. Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Agustus 2015

62%

1%

6%

0%

3%

9%

5%

1%

13%

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

INDUSTRI

LISTRIK, GAS DAN AIR

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN

TRANS, PERGUDANGAN & KOMUNIKASI

KEUANGAN

JASA KEMASYARAKATAN

Sumber : BPS, diolah

5.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201550

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

5.15. Perkembangan Garis Kemiskinan

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

297.86

0

50

100

150

200

250

300

350

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

RIBU

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.14. Presentase Penduduk Miskin di NTT

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

1,159.84

8.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 Ribu %

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

Sumber : BPS, diolah

mendukung hal tersebut dengan adanya peningkatan pada indeks yang dibayar (IB) Petani, terutama dari biaya bahan

makanan, sandang dan transportasi. Peningkatan biaya hidup yang tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan

masyarakat di NTT menjadi penyebab naiknya jumlah penduduk miskin. Mayoritas penduduk yang masih bekerja di sektor

informal (buruh tani) dengan pendapatan yang cukup terbatas menyebabkan peningkatan jumlah masyarakat yang tidak

mampu hidup secara layak.

Indikator lain yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kondisi kemiskinan, diantaranya adalah indeks

kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini

maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata

lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan

dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di

NTT pada Maret 2015 (P1: 4,06 dan P2: 1,07) tercatat meningkat dibandingkan September 2014 (P1: 3,25 dan P2: 1,07).

Peningkatan keduanya mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis

kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran juga semakin melebar.

Pada tahun 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) mengimplementasikan metode baru untuk perhitungan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sesuai dengan perubahan metode yang diberlakukan oleh United Nations Development

Programme (UNDP). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan beau adalah: 1) Indikator kesehatan yang

masih menggunakan Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH), 2) Perubahan pada indikator pendidikan, yaitu penggunaan

Harapan Lama Sekolah (HLS) menggantikan Angka Melek Huruf (AMH), sementara komponen rata-rata lama sekolah

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.16. Indeks Kedalaman Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

1.00

Sumber : BPS, diolah

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.17. Indeks Keparahan Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Sumber : BPS, diolah

5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 53

perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Hal ini terindikasi dari penurunan Nilai Tukar Petani pada bulan Maret

2015 dibandingkan September 2014 yang disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang dibayar petani, terutama dari

komponen sandang, bahan makanan dan transportasi.

.Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT hingga Maret 2015 mencapai 1,15 juta jiwa, meningkat sebanyak 167,9 ribu jiwa

atau 16,9% dibandingkan bulan September 2014. Berdasarkan data histroris jumlah penduduk miskin, trend peningkatan

jumlah penduduk miskin juga terjadi di tingkat nasional walaupun tidak setinggi di Provinsi NTT. Prosentase jumlah

penduduk miskin di NTT mencapai 22,61% lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 11,22%. Berdasarkan

rangking prosentase penduduk miskin di Indonesia, Provinsi NTT berada di peringkat ke-3 terbawah dan hanya berada di

atas Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan taraf hidup masyarakat melalui

program pengembangan pendidikan dan pembukaan lapangan usaha baru perlu terus dilakukan guna memperbaiki

posisi perekonomian NTT di tingkat nasional.

Dari sisi komposisi, mayoritas penduduk miskin di NTT berada di pedesaan dengan jumlah mencapai 1,04 juta jiwa atau

21,78% dari total penduduk di pedesaan. Sementara jumlah penduduk miskin di perkotaan hanya sebesar 116,16 ribu

(11,28% dari total penduduk di perkotaan). Berdasarkan pertumbuhannya, jumlah penduduk miskin di pedesaan pada

bulan Maret 2015 meningkat 17,8% dibandingkan September 2014, sementara peningkatan penduduk miskin di

perkotaan hanya sebesar 9,9%.

Adanya inflasi yang tinggi berpotensi menurunkan daya beli dan meningkatkan kemiskinan. Hal ini terlihat dari

peningkatan Garis Kemiskinan (GK) yang mencapai Rp 297.864,-/kapita atau meningkat 10,92% dari bulan September

2014 yang sebesar Rp 268.536,-/kapita. Peningkatan terutama berasal dari komponen bahan makanan yang mencapai

11,6%, sementara non bahan makanan hanya sebesar 8,3%. Data Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2015 juga

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

102.71

101.16

100

110

120

130

140

150

160

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 5.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani

NTP - AXIS KANAN IT IB

5.3.2 Tingkat Kemiskinan

11.22

22.61

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.12 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

2523211917151311975

%

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.13 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

%

14,66 14,9117,08 17,10 17,88 18,32

19,51

22,61

25,82

28,17

Lampung DIY Aceh NTB Bengkulu Gorontalo Maluku NTT PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201552

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

5.15. Perkembangan Garis Kemiskinan

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

297.86

0

50

100

150

200

250

300

350

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

RIBU

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.14. Presentase Penduduk Miskin di NTT

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

1,159.84

8.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 Ribu %

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

Sumber : BPS, diolah

mendukung hal tersebut dengan adanya peningkatan pada indeks yang dibayar (IB) Petani, terutama dari biaya bahan

makanan, sandang dan transportasi. Peningkatan biaya hidup yang tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan

masyarakat di NTT menjadi penyebab naiknya jumlah penduduk miskin. Mayoritas penduduk yang masih bekerja di sektor

informal (buruh tani) dengan pendapatan yang cukup terbatas menyebabkan peningkatan jumlah masyarakat yang tidak

mampu hidup secara layak.

Indikator lain yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan kondisi kemiskinan, diantaranya adalah indeks

kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini

maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata

lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan

dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di

NTT pada Maret 2015 (P1: 4,06 dan P2: 1,07) tercatat meningkat dibandingkan September 2014 (P1: 3,25 dan P2: 1,07).

Peningkatan keduanya mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis

kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran juga semakin melebar.

Pada tahun 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) mengimplementasikan metode baru untuk perhitungan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sesuai dengan perubahan metode yang diberlakukan oleh United Nations Development

Programme (UNDP). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan beau adalah: 1) Indikator kesehatan yang

masih menggunakan Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH), 2) Perubahan pada indikator pendidikan, yaitu penggunaan

Harapan Lama Sekolah (HLS) menggantikan Angka Melek Huruf (AMH), sementara komponen rata-rata lama sekolah

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.16. Indeks Kedalaman Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

1.00

Sumber : BPS, diolah

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.17. Indeks Keparahan Kemiskinan

KOTA DESA KOTA+DESA

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Sumber : BPS, diolah

5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 53

perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Hal ini terindikasi dari penurunan Nilai Tukar Petani pada bulan Maret

2015 dibandingkan September 2014 yang disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang dibayar petani, terutama dari

komponen sandang, bahan makanan dan transportasi.

.Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT hingga Maret 2015 mencapai 1,15 juta jiwa, meningkat sebanyak 167,9 ribu jiwa

atau 16,9% dibandingkan bulan September 2014. Berdasarkan data histroris jumlah penduduk miskin, trend peningkatan

jumlah penduduk miskin juga terjadi di tingkat nasional walaupun tidak setinggi di Provinsi NTT. Prosentase jumlah

penduduk miskin di NTT mencapai 22,61% lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 11,22%. Berdasarkan

rangking prosentase penduduk miskin di Indonesia, Provinsi NTT berada di peringkat ke-3 terbawah dan hanya berada di

atas Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan taraf hidup masyarakat melalui

program pengembangan pendidikan dan pembukaan lapangan usaha baru perlu terus dilakukan guna memperbaiki

posisi perekonomian NTT di tingkat nasional.

Dari sisi komposisi, mayoritas penduduk miskin di NTT berada di pedesaan dengan jumlah mencapai 1,04 juta jiwa atau

21,78% dari total penduduk di pedesaan. Sementara jumlah penduduk miskin di perkotaan hanya sebesar 116,16 ribu

(11,28% dari total penduduk di perkotaan). Berdasarkan pertumbuhannya, jumlah penduduk miskin di pedesaan pada

bulan Maret 2015 meningkat 17,8% dibandingkan September 2014, sementara peningkatan penduduk miskin di

perkotaan hanya sebesar 9,9%.

Adanya inflasi yang tinggi berpotensi menurunkan daya beli dan meningkatkan kemiskinan. Hal ini terlihat dari

peningkatan Garis Kemiskinan (GK) yang mencapai Rp 297.864,-/kapita atau meningkat 10,92% dari bulan September

2014 yang sebesar Rp 268.536,-/kapita. Peningkatan terutama berasal dari komponen bahan makanan yang mencapai

11,6%, sementara non bahan makanan hanya sebesar 8,3%. Data Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2015 juga

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

III

102.71

101.16

100

110

120

130

140

150

160

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 5.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani

NTP - AXIS KANAN IT IB

5.3.2 Tingkat Kemiskinan

11.22

22.61

MAR 12 SEPT 12 MAR 13 SEPT 13 MAR 14 SEPT 14 MAR 15

Grafik 5.12 Perbandingan Prosentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

2523211917151311975

%

NTT Nasional

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.13 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

%

14,66 14,9117,08 17,10 17,88 18,32

19,51

22,61

25,82

28,17

Lampung DIY Aceh NTB Bengkulu Gorontalo Maluku NTT PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201552

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan-IV 2015 diperkirakan meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian NTT juga diperkirakan akan sedikit lebih tinggi

dibanding 2014. Di sisi lain, pertumbuhan inflasi pada akhir 2015 diperkirakan lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-IV diperkirakan didorong oleh percepatan belanja pemerintah,

peningkatan kinerja pertanian seiring musim panen padi ke-2, serta dorongan konsumsi seiring

perayaan hari raya natal dan tahun baru. Sementara, peningkatan kinerja perekonomian secara tahunan

pada 2015 terutama berasal dari peningkatan belanja pemerintah, akselerasi sektor perdagangan dan

sektor konstruksi.

Perkembangan inflasi secara triwulan diperkirakan mengalami peningkatan seiring peningkatan

konsumsi masyarakat di waktu natal dan menjelang tahun baru. Di sisi lain, inflasi secara tahunan

diperkirakan lebih rendah dibanding 2014. Stabilnya harga komoditas administered prices (bahan bakar

minyak) menjadi penyebab utama.

Outlook Pertumbuhan E konomi Dan Inflasi Di Daerah06

(RLS) masih digunakan, 3) Perubahan indikator standar hidup yang awalnya menggunakan PDB perkapita menjadi PNB

perkapita, serta 4) Perubahan Agregasi Indeks menjadi rata-rata ukur/geometrik.

Berdasarkan perhitungan angka IPM baru tersebut, IPM NTT tahun 2014 adalah 62,26 berada pada peringkat ke-31 dari

34 Provinsi di Indonesia, diatas Papua (56,75), Papua Barat (61,28) dan Sulawesi Barat (62,24). IPM NTT tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 61,68. Besaran indikator pembentuk IPM di NTT adalah: Angka

Harapan Hidup (AHH): 65,91 tahun, Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS): 12,65 tahun, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS):

6,85 tahun dan Pengeluaran Per Kapita (PPK) mencapai Rp 6.934.000,-.

Apabila dilihat secara spasial, angka IPM Kota Kupang (77,58) menjadi yang tertinggi, sementara Kab. Sabu Raijua (52,51)

menjadi yang terendah. Dari 22 Kab/Kota di Provinsi NTT, hanya Kota Kupang yang memiliki IPM >70, sementara 11

kabupaten berada pada rentang 60-65 dan 10 Kabupaten berada di bawah 60. Dari indikator pembentuk IPM, indikator

AHH, AHLS,RLS dan PPK tertinggi berada di Kota Kupang, sementara untuk kategori terendah: AHH, RLS dan PPK ada di

Kab. Sabu Raijua, sementara AHLS di Kab. Manggarai Timur dan Kab. Manggarai Barat.

Grafik 5.8. Sepuluh Provinsi dengan Angka IPM terendah

66,43 66,4265,18 66,17 64,89 64,31

62,26 62,2461,28

56,75

SulawesiTengah

Lampung Maluku Utara

Gorontalo KALBAR NTB NTT Sulawesi PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

Gambar 5.1. IPM Kabupaten/Kota di NTT

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201554

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan-IV 2015 diperkirakan meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian NTT juga diperkirakan akan sedikit lebih tinggi

dibanding 2014. Di sisi lain, pertumbuhan inflasi pada akhir 2015 diperkirakan lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-IV diperkirakan didorong oleh percepatan belanja pemerintah,

peningkatan kinerja pertanian seiring musim panen padi ke-2, serta dorongan konsumsi seiring

perayaan hari raya natal dan tahun baru. Sementara, peningkatan kinerja perekonomian secara tahunan

pada 2015 terutama berasal dari peningkatan belanja pemerintah, akselerasi sektor perdagangan dan

sektor konstruksi.

Perkembangan inflasi secara triwulan diperkirakan mengalami peningkatan seiring peningkatan

konsumsi masyarakat di waktu natal dan menjelang tahun baru. Di sisi lain, inflasi secara tahunan

diperkirakan lebih rendah dibanding 2014. Stabilnya harga komoditas administered prices (bahan bakar

minyak) menjadi penyebab utama.

Outlook Pertumbuhan E konomi Dan Inflasi Di Daerah06

(RLS) masih digunakan, 3) Perubahan indikator standar hidup yang awalnya menggunakan PDB perkapita menjadi PNB

perkapita, serta 4) Perubahan Agregasi Indeks menjadi rata-rata ukur/geometrik.

Berdasarkan perhitungan angka IPM baru tersebut, IPM NTT tahun 2014 adalah 62,26 berada pada peringkat ke-31 dari

34 Provinsi di Indonesia, diatas Papua (56,75), Papua Barat (61,28) dan Sulawesi Barat (62,24). IPM NTT tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 61,68. Besaran indikator pembentuk IPM di NTT adalah: Angka

Harapan Hidup (AHH): 65,91 tahun, Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS): 12,65 tahun, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS):

6,85 tahun dan Pengeluaran Per Kapita (PPK) mencapai Rp 6.934.000,-.

Apabila dilihat secara spasial, angka IPM Kota Kupang (77,58) menjadi yang tertinggi, sementara Kab. Sabu Raijua (52,51)

menjadi yang terendah. Dari 22 Kab/Kota di Provinsi NTT, hanya Kota Kupang yang memiliki IPM >70, sementara 11

kabupaten berada pada rentang 60-65 dan 10 Kabupaten berada di bawah 60. Dari indikator pembentuk IPM, indikator

AHH, AHLS,RLS dan PPK tertinggi berada di Kota Kupang, sementara untuk kategori terendah: AHH, RLS dan PPK ada di

Kab. Sabu Raijua, sementara AHLS di Kab. Manggarai Timur dan Kab. Manggarai Barat.

Grafik 5.8. Sepuluh Provinsi dengan Angka IPM terendah

66,43 66,4265,18 66,17 64,89 64,31

62,26 62,2461,28

56,75

SulawesiTengah

Lampung Maluku Utara

Gorontalo KALBAR NTB NTT Sulawesi PapuaBarat

Papua

Sumber : BPS, diolah

Gambar 5.1. IPM Kabupaten/Kota di NTT

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201554

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-IV 2015 diperkirakan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Optimisme peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator survei dan liaison

yang dilakukan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV diperkirakan berada pada rentang 5,0 – 5,4% (yoy),

sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 4,9 – 5,3 (yoy)

diatas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada rentang 4,7 – 5,1% (yoy). Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor konstruksi menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT. Pertumbuhan kedua sektor tersebut diperkirakan menjadi

pendorong ekonomi NTT, baik di Triwulan IV maupun secara keseluruhan pada tahun 2015. Percepatan belanja

pemerintah, realisasi belanja dana desa dan realisasi proyek-proyek pada triwulan IV diperkirakan menjadi pendorong

utama. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk triwulan IV juga terbantu oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan seiring masa panen ke-2 untuk padi irigasi, serta peningkatan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor seiring perayaan natal dan tahun baru di akhir tahun.

6.1.1.1 Pertumbuhan Sisi SektoralDari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan mengalami peningkatan.

Peningkatan terutama didorong oleh masa panen padi ke-2 untuk sawah irigasi. Beberapa sentra produksi padi di NTT,

seperti Lembor, Kab. Manggarai Barat juga telah memasuki musim panen pada bulan November. Sementara itu, musim

hujan diperkirakan akan secara merata tiba pada bulan Desember, sehingga bertepatan dengan selesainya panen raya padi

dan persiapan masa tanam. Angka ramalan sementara produksi padi sendiri pada musim panen I sebesar 567.243 ton,

proyeksi BPS untuk 2015 angka produksi padi mencapai 943.020 ton

6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2015

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

4,704,804,905,005,105,205,30

II III I II III

%

-3

-1

1

3

5

7

9

11%

5,405,505,605,705,80

2015

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV-2015

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

4,20

4,40

4,60

4,80

5,00

5,20

5,40

II III I II III IV*

%

-3

-1

1

3

5

7

9

11%

2014 2015

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV

Sumber: BMKG Stakum Lasiana Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan November Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Desember

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 55

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada Triwulan-IV 2015 diperkirakan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Optimisme peningkatan didasarkan oleh berbagai indikator survei dan liaison

yang dilakukan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV diperkirakan berada pada rentang 5,0 – 5,4% (yoy),

sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 4,9 – 5,3 (yoy)

diatas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada rentang 4,7 – 5,1% (yoy). Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor konstruksi menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT. Pertumbuhan kedua sektor tersebut diperkirakan menjadi

pendorong ekonomi NTT, baik di Triwulan IV maupun secara keseluruhan pada tahun 2015. Percepatan belanja

pemerintah, realisasi belanja dana desa dan realisasi proyek-proyek pada triwulan IV diperkirakan menjadi pendorong

utama. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk triwulan IV juga terbantu oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan seiring masa panen ke-2 untuk padi irigasi, serta peningkatan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor seiring perayaan natal dan tahun baru di akhir tahun.

6.1.1.1 Pertumbuhan Sisi SektoralDari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan mengalami peningkatan.

Peningkatan terutama didorong oleh masa panen padi ke-2 untuk sawah irigasi. Beberapa sentra produksi padi di NTT,

seperti Lembor, Kab. Manggarai Barat juga telah memasuki musim panen pada bulan November. Sementara itu, musim

hujan diperkirakan akan secara merata tiba pada bulan Desember, sehingga bertepatan dengan selesainya panen raya padi

dan persiapan masa tanam. Angka ramalan sementara produksi padi sendiri pada musim panen I sebesar 567.243 ton,

proyeksi BPS untuk 2015 angka produksi padi mencapai 943.020 ton

6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2015

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

4,704,804,905,005,105,205,30

II III I II III

%

-3

-1

1

3

5

7

9

11%

5,405,505,605,705,80

2015

Sumber : BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV-2015

PDRB (YOY)

PEDAGANG BESAR & ECERAN (YOY) KONSTRUKSI

PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY)

ADMINITRASI PEMERINTAH (YOY)

4,20

4,40

4,60

4,80

5,00

5,20

5,40

II III I II III IV*

%

-3

-1

1

3

5

7

9

11%

2014 2015

6.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV

Sumber: BMKG Stakum Lasiana Sumber: BMKG Stakum Lasiana

Gambar 6.1 Perkiraan Curah Hujan Bulan November Gambar 6.2 Perkiraan Curah Hujan Bulan Desember

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 55

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Komponen investasi diperkirakan mengalami peningkatan. Indikasi peningkatan terlihat dari trend peningkatan net

RTGS masuk ke NTT. Pada triwulan III, net RTGS masuk mencapai Rp 8,02 triliun atau tumbuh 39,42% (yoy) dibandingkan

tahun sebelumnya. Peningkatan arus dana masuk tersebut diperkirakan akan digunakan untuk peningkatan kegiatan

investasi. Selain itu, menjelang akhir tahun anggaran, pemerintah juga akan melakukan percepatan investasi agar dana

pembangunan yang sudah dianggarkan dapat terealisasi.

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan IV diperkirakan akan sedikit melambat.

Perlambatan diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat NTT untuk perayaan Natal

dan Tahun Baru, terutama barang-barang pokok seperti beras, tepung terigu dan bahan pangan lainnya. Di sisi lain,

adanya kapal yang dialokasikan untuk mengangkut ternak sapi dari NTT diperkirakan dapat membantu mengurangi gap

net impor antar daerah. Adanya kapal tersebut diharapkan dapat membantu memaksimalkan kuota pengiriman sapi di

NTT. Sementara itu, kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih meningkat seiring trend penguatan dolar terhadap

rupiah yang masih terjadi.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2015 akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan

tahun 2014. Peningkatan terutama didorong oleh anggaran pemerintah yang naik sebesar Rp 4,73 triliun atau

17,32%(yoy) pada tahun 2015. Namun, upaya peningkatan perekonomian yang lebih tinggi masih terhambat dengan

banyaknya permasalahan realisasi anggaran yang menyebabkan penyerapan tidak optimal. Dorongan pertumbuhan

ekonomi NTT juga diperkirakan berasal dari sektor Pertanian, seiring Angka Ramalan (ARAM-II) produksi komoditas padi

yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14,2% (yoy), selain itu, produksi komoditas jagung juga diperkirakan

meningkat sebesar 6,74% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan adalah sektor konstruksi seiring

peningkatan proyek-proyek Pemerintah, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran seiring peningkatan pendapatan

masyarakat di sektor pertanian dan pembukaan lapangan kerja di sektor konstruksi. Dari sisi penggunaan, peningkatan

penanaman modal asing hingga 155,07% (yoy) sampai akhir triwulan III 2015 menunjukkan perbaikan kinerja investasi di

tahun 2015.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan. Inflasi Provinsi

NTT pada akhir tahun 2015 diperkirkan berada pada kisaran 3,8% - 4,1% (yoy) jauh dibawah inflasi tahun 2014 yang

sebesar 7,76% (yoy). Penurunan terutama disebabkan oleh tidak adanya gejolak harga BBM bersubsidi pada tahun 2015,

penurunan tarif dasar listrik, penurunan harga solar serta relatif stabilnya harga bahan pangan, seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan. Namun di sisi lain, komoditas yang tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan cukup tinggi di tahun

2015 adalah angkutan udara dan beras. Tingginya tarif angkutan udara diperkirakan terjadi akibat penyesuaian harga

seiring penguatan dolar terhadap rupiah serta permintaan tiket yang cukup tinggi di NTT sebagai dampak dari

peningkatan kondisi perekonomian NTT.

Sementara itu secara triwulanan (qtq), inflasi pada triwulan IV diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

triwulan III yang disebabkan oleh momen Natal dan Tahun Baru di akhir tahun. Kenaikan harga pangan, terutama beras,

harga makanan jadi (kue) serta harga sandang akibat peningkatan permintaan di akhir tahun diperkirakan menjadi

penyebab utama.

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun 2015

6.2 INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 57

Peningkatan sektor pertanian juga terlihat dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan kenaikan indeks

ekspektasi kegiatan usaha dan tenaga kerja sektor pertanian pada triwulan IV 2015.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan akan mengalami

kenaikan. Belanja barang dan jasa pemerintah yang baru terealisasi sebesar 37,27% pada triwulan III 2015 diperkirakan

akan kembali meningkat. Selain itu upaya memaksimalkan belanja bantuan sosial dan belanja pegawai juga diperkirakan

akan terus dilakukan untuk meningkatkan realisasi.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan juga mengalami

peningkatan. Peningkatan sektor perdagangan terutama didorong oleh belanja masyarakat seiring perayaan hari raya

natal dan tahun baru di bulan Desember. Peningkatan juga terindikasi dari perkembangan indikator kegiatan usaha pada

Survei Kegiatan Dunia Usaha-Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan.

Sektor konstruksi diperkirakan meningkat seiring penyelesaian proyek pemerintah di akhir tahun. Peningkatan

sektor konstruksi terutama berasal dari pengerjaan proyek jalan dan gedung pemerintahan pada akhir tahun, selain itu

penyelesaian proyek rehabilitasi infrastruktur bandara dan perlabuhan juga masih dilakukan di akhir tahun.

6.1.1.2 Pertumbuhan Sisi PenggunaanDari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring optimisme

masyarakat yang tercermin pada angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Peningkatan optimisme masyarakat

diperkirakan terjadi seiring perayaan Natal dan Tahun Baru serta dibarengi peningkatan pendapatan pada musim panen

padi ke-2. Selain itu, akselerasi anggaran pemerintah di bidang proyek-proyek infrastruktur diperkirakan dapat pula

mendorong pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai buruh harian lepas.

Grafik 6.4. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IVP

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IVP

Grafik 6.5. Indeks Tendensi Konsumen

ITK PROYEKSI PEND.RT RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

80

85

90

95

100

105

110

115

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III IV*80

85

90

95

100

105

110

115

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201556

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Komponen investasi diperkirakan mengalami peningkatan. Indikasi peningkatan terlihat dari trend peningkatan net

RTGS masuk ke NTT. Pada triwulan III, net RTGS masuk mencapai Rp 8,02 triliun atau tumbuh 39,42% (yoy) dibandingkan

tahun sebelumnya. Peningkatan arus dana masuk tersebut diperkirakan akan digunakan untuk peningkatan kegiatan

investasi. Selain itu, menjelang akhir tahun anggaran, pemerintah juga akan melakukan percepatan investasi agar dana

pembangunan yang sudah dianggarkan dapat terealisasi.

Kinerja ekspor antar daerah dan luar negeri NTT pada triwulan IV diperkirakan akan sedikit melambat.

Perlambatan diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat NTT untuk perayaan Natal

dan Tahun Baru, terutama barang-barang pokok seperti beras, tepung terigu dan bahan pangan lainnya. Di sisi lain,

adanya kapal yang dialokasikan untuk mengangkut ternak sapi dari NTT diperkirakan dapat membantu mengurangi gap

net impor antar daerah. Adanya kapal tersebut diharapkan dapat membantu memaksimalkan kuota pengiriman sapi di

NTT. Sementara itu, kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih meningkat seiring trend penguatan dolar terhadap

rupiah yang masih terjadi.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2015 akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan

tahun 2014. Peningkatan terutama didorong oleh anggaran pemerintah yang naik sebesar Rp 4,73 triliun atau

17,32%(yoy) pada tahun 2015. Namun, upaya peningkatan perekonomian yang lebih tinggi masih terhambat dengan

banyaknya permasalahan realisasi anggaran yang menyebabkan penyerapan tidak optimal. Dorongan pertumbuhan

ekonomi NTT juga diperkirakan berasal dari sektor Pertanian, seiring Angka Ramalan (ARAM-II) produksi komoditas padi

yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14,2% (yoy), selain itu, produksi komoditas jagung juga diperkirakan

meningkat sebesar 6,74% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan adalah sektor konstruksi seiring

peningkatan proyek-proyek Pemerintah, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran seiring peningkatan pendapatan

masyarakat di sektor pertanian dan pembukaan lapangan kerja di sektor konstruksi. Dari sisi penggunaan, peningkatan

penanaman modal asing hingga 155,07% (yoy) sampai akhir triwulan III 2015 menunjukkan perbaikan kinerja investasi di

tahun 2015.

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan. Inflasi Provinsi

NTT pada akhir tahun 2015 diperkirkan berada pada kisaran 3,8% - 4,1% (yoy) jauh dibawah inflasi tahun 2014 yang

sebesar 7,76% (yoy). Penurunan terutama disebabkan oleh tidak adanya gejolak harga BBM bersubsidi pada tahun 2015,

penurunan tarif dasar listrik, penurunan harga solar serta relatif stabilnya harga bahan pangan, seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan. Namun di sisi lain, komoditas yang tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan cukup tinggi di tahun

2015 adalah angkutan udara dan beras. Tingginya tarif angkutan udara diperkirakan terjadi akibat penyesuaian harga

seiring penguatan dolar terhadap rupiah serta permintaan tiket yang cukup tinggi di NTT sebagai dampak dari

peningkatan kondisi perekonomian NTT.

Sementara itu secara triwulanan (qtq), inflasi pada triwulan IV diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

triwulan III yang disebabkan oleh momen Natal dan Tahun Baru di akhir tahun. Kenaikan harga pangan, terutama beras,

harga makanan jadi (kue) serta harga sandang akibat peningkatan permintaan di akhir tahun diperkirakan menjadi

penyebab utama.

6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun 2015

6.2 INFLASI

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 57

Peningkatan sektor pertanian juga terlihat dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan kenaikan indeks

ekspektasi kegiatan usaha dan tenaga kerja sektor pertanian pada triwulan IV 2015.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib diperkirakan akan mengalami

kenaikan. Belanja barang dan jasa pemerintah yang baru terealisasi sebesar 37,27% pada triwulan III 2015 diperkirakan

akan kembali meningkat. Selain itu upaya memaksimalkan belanja bantuan sosial dan belanja pegawai juga diperkirakan

akan terus dilakukan untuk meningkatkan realisasi.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan juga mengalami

peningkatan. Peningkatan sektor perdagangan terutama didorong oleh belanja masyarakat seiring perayaan hari raya

natal dan tahun baru di bulan Desember. Peningkatan juga terindikasi dari perkembangan indikator kegiatan usaha pada

Survei Kegiatan Dunia Usaha-Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan.

Sektor konstruksi diperkirakan meningkat seiring penyelesaian proyek pemerintah di akhir tahun. Peningkatan

sektor konstruksi terutama berasal dari pengerjaan proyek jalan dan gedung pemerintahan pada akhir tahun, selain itu

penyelesaian proyek rehabilitasi infrastruktur bandara dan perlabuhan juga masih dilakukan di akhir tahun.

6.1.1.2 Pertumbuhan Sisi PenggunaanDari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring optimisme

masyarakat yang tercermin pada angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Peningkatan optimisme masyarakat

diperkirakan terjadi seiring perayaan Natal dan Tahun Baru serta dibarengi peningkatan pendapatan pada musim panen

padi ke-2. Selain itu, akselerasi anggaran pemerintah di bidang proyek-proyek infrastruktur diperkirakan dapat pula

mendorong pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai buruh harian lepas.

Grafik 6.4. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IVP

Grafik 6.3. Perkembangan SKDU Sektor Pertanian

Sumber: SKDU-Bank Indonesia diolah

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IVP

Grafik 6.5. Indeks Tendensi Konsumen

ITK PROYEKSI PEND.RT RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

80

85

90

95

100

105

110

115

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III IV*80

85

90

95

100

105

110

115

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201556

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Memiliki wilayah yang berupa kepulauan, berbatasan dengan Negara tetangga, terdapat destinasi pariwisata turis

mancanegara, dan kondisi perekonomian yang sedang berkembang, bisa menjadi hal yang positif sekaligus ancaman

pelaksanaan tugas Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT di bidang sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai.

Ancaman bisa berupa tindak pidana di bidang sistem pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA),

serta pelanggaran kewajiban penggunaan uang rupiah dan tindak pidana uang Rupiah. Belum lagi risiko membawa uang

Rupiah dalam rangka pengedaran uang ke daerah pelosok. Dibutuhkan sinergi yang kuat antara BI dan institusi kepolisian

untuk menciptakan efektivitas dan tata kelola yang baik di bidang sistem pembayaran.

Untuk membentuk sinergi yang kuat, dibutuhkan pemahaman yang baik akan peran dan tugas masing-masing institusi.

Oleh karena itu, menindaklanjuti penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman (PPK) KPw BI Provinsi NTT dengan Polda

NTT sebelumnya, pada tanggal 13 Oktober 2015 diselenggarakan kegiatan sosialisasi materi kerjasama antara BI dan Polri

bertempat di Hotel Swiss-belinn Kristal Kupang. Kegiatan ini mengundang peserta dari jajaran Polda khususnya Direktorat

Reserse Kriminal Khusus, Satuan Brimob, dan Direktorat Pembinaan Masyarakat. Selain itu, peserta kegiatan adalah kasat

reskrim dari total 16 (enam belas) Polres/Polresta se-NTT. Sebagai narasumber sosialisasi hadir dari BI Kantor Pusat yaitu

Asral Mashuri-Departemen Pengelolaan Uang (DPU), A. Fathurrohman-Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran

(DKSP), dan Rachmat Daud-Departemen Logistik dan Pengamanan (DLP). Melengkapi komposisi narasumber, hadir pula

Kombespol Syahri gunawan dari Divisi Hukum Mabes Polri.

Perkuat I mplementasi K erjasama BI D engan P olri Di NTT Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Kegiatan Perekonomian NTT

05

Gambar Boks 5.1. Pembukaan Sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja

Gambar Boks 5.2. Penjabaran 4 Pedoman Kerja PPK BI – Polda NTT

Tata cara pelaksanaan penangannan dugaan TP SP dan KUPVA

Tata cara pelaksanaanpengamanan BI dan pengawalan barangberharga milik negara

Tata cara pelaksanaan penanganan dugaan pelanggaran kewajibanpenggunaan uang rupiah di NKRI

Tata cara pelaksanaanpembinaan dan pengawasan terhadapBadan Usaha Jasa Pengamanan untuk kawal angkutuang dan pengelolaan uang

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 59

Grafik 6.6. Perkembangan Inflasi NTT

Sumber : BPS, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJA

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

2,64%

4,04%

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III IV*

Secara triwulanan, komoditas volatile food diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan IV. Secara

historis, peningkatan harga terutama berasal dari komoditas beras, bawang merah dan ikan kembung. Peningkatan harga

beras diperkirakan terjadi akibat kenaikan permintaan masyarakat dan penurunan produksi secara nasional akibat dampak

El Nino. Walaupun produksi beras di NTT diperkirakan naik, namun belum seimbang dengan kebutuhan masyarakat,

sehingga mayoritas kebutuhan beras masih dipasok dari Makassar dan Jawa Timur. Sementara itu, kenaikan harga

bawang merah diperkirakan terjadi akibat musim tanam yang baru tiba. Di sisi lain, kenaikan harga ikan kembung

disebabkan oleh cuaca buruk di akhir tahun seiring musim hujan yang telah tiba sehingga mendorong penurunan

produksi.

Inflasi administered prices diperkirakan cukup stabil pada bulan Desember. Potensi kenaikan harga hanya berasal

dari harga tiket angkutan udara seiring libur Natal dan Tahun Baru. Namun, berdasarkan data historis yang ada

peningkatan harga tiket tidak terlalu tinggi pada bulan Desember. Tidak adanya rencana kenaikan harga BBM juga

diperkirakan mendorong normalnya inflasi kelompok administered prices.

Komoditas core inflation diperkirakan mengalami peningkatan seiring kenaikan permintaan masyarakat.

Momen hari raya keagamaan seperti Natal dan perayaan Tahun Baru yang identik dengan acara kumpul keluarga yang

diselingi berbagai hidangan dan penggunaan pakaian baru dari anggota keluarga, diperkirakan dapat mendorong

kenaikan inflasi komoditas inti (core). Beberapa komoditas yang diperkirakan naik diantaranya: nasi, kue kering berminyak

dan komoditas sandang.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201558

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Memiliki wilayah yang berupa kepulauan, berbatasan dengan Negara tetangga, terdapat destinasi pariwisata turis

mancanegara, dan kondisi perekonomian yang sedang berkembang, bisa menjadi hal yang positif sekaligus ancaman

pelaksanaan tugas Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT di bidang sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai.

Ancaman bisa berupa tindak pidana di bidang sistem pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA),

serta pelanggaran kewajiban penggunaan uang rupiah dan tindak pidana uang Rupiah. Belum lagi risiko membawa uang

Rupiah dalam rangka pengedaran uang ke daerah pelosok. Dibutuhkan sinergi yang kuat antara BI dan institusi kepolisian

untuk menciptakan efektivitas dan tata kelola yang baik di bidang sistem pembayaran.

Untuk membentuk sinergi yang kuat, dibutuhkan pemahaman yang baik akan peran dan tugas masing-masing institusi.

Oleh karena itu, menindaklanjuti penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman (PPK) KPw BI Provinsi NTT dengan Polda

NTT sebelumnya, pada tanggal 13 Oktober 2015 diselenggarakan kegiatan sosialisasi materi kerjasama antara BI dan Polri

bertempat di Hotel Swiss-belinn Kristal Kupang. Kegiatan ini mengundang peserta dari jajaran Polda khususnya Direktorat

Reserse Kriminal Khusus, Satuan Brimob, dan Direktorat Pembinaan Masyarakat. Selain itu, peserta kegiatan adalah kasat

reskrim dari total 16 (enam belas) Polres/Polresta se-NTT. Sebagai narasumber sosialisasi hadir dari BI Kantor Pusat yaitu

Asral Mashuri-Departemen Pengelolaan Uang (DPU), A. Fathurrohman-Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran

(DKSP), dan Rachmat Daud-Departemen Logistik dan Pengamanan (DLP). Melengkapi komposisi narasumber, hadir pula

Kombespol Syahri gunawan dari Divisi Hukum Mabes Polri.

Perkuat I mplementasi K erjasama BI D engan P olri Di NTT Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Kegiatan Perekonomian NTT

05

Gambar Boks 5.1. Pembukaan Sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja

Gambar Boks 5.2. Penjabaran 4 Pedoman Kerja PPK BI – Polda NTT

Tata cara pelaksanaan penangannan dugaan TP SP dan KUPVA

Tata cara pelaksanaanpengamanan BI dan pengawalan barangberharga milik negara

Tata cara pelaksanaan penanganan dugaan pelanggaran kewajibanpenggunaan uang rupiah di NKRI

Tata cara pelaksanaanpembinaan dan pengawasan terhadapBadan Usaha Jasa Pengamanan untuk kawal angkutuang dan pengelolaan uang

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 2015 59

Grafik 6.6. Perkembangan Inflasi NTT

Sumber : BPS, diolah

HARGA JUAL TENAGA KERJA

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

2,64%

4,04%

III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

III IV*

Secara triwulanan, komoditas volatile food diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan IV. Secara

historis, peningkatan harga terutama berasal dari komoditas beras, bawang merah dan ikan kembung. Peningkatan harga

beras diperkirakan terjadi akibat kenaikan permintaan masyarakat dan penurunan produksi secara nasional akibat dampak

El Nino. Walaupun produksi beras di NTT diperkirakan naik, namun belum seimbang dengan kebutuhan masyarakat,

sehingga mayoritas kebutuhan beras masih dipasok dari Makassar dan Jawa Timur. Sementara itu, kenaikan harga

bawang merah diperkirakan terjadi akibat musim tanam yang baru tiba. Di sisi lain, kenaikan harga ikan kembung

disebabkan oleh cuaca buruk di akhir tahun seiring musim hujan yang telah tiba sehingga mendorong penurunan

produksi.

Inflasi administered prices diperkirakan cukup stabil pada bulan Desember. Potensi kenaikan harga hanya berasal

dari harga tiket angkutan udara seiring libur Natal dan Tahun Baru. Namun, berdasarkan data historis yang ada

peningkatan harga tiket tidak terlalu tinggi pada bulan Desember. Tidak adanya rencana kenaikan harga BBM juga

diperkirakan mendorong normalnya inflasi kelompok administered prices.

Komoditas core inflation diperkirakan mengalami peningkatan seiring kenaikan permintaan masyarakat.

Momen hari raya keagamaan seperti Natal dan perayaan Tahun Baru yang identik dengan acara kumpul keluarga yang

diselingi berbagai hidangan dan penggunaan pakaian baru dari anggota keluarga, diperkirakan dapat mendorong

kenaikan inflasi komoditas inti (core). Beberapa komoditas yang diperkirakan naik diantaranya: nasi, kue kering berminyak

dan komoditas sandang.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201558

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL · Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel ... Karakteristik Inflasi Komoditas Pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru ... Dana Pihak Ketiga 3.2.3

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor Sinaga, dalam sambutannya, menekankan pentingnya menjaga kedaulatan

Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI. Penjatuhan hukuman yang cukup berat pada kasus pembuatan

uang palsu di Jember dan pengedaran uang palsu di Merauke diharapkan dapat menjadi jurisprudensi dan rujukan bagi

kasus serupa. Penetapan hukuman penjara hingga 10 tahun penjara dan denda hingga 200 juta seperti kasus temuan

uang palsu di Bajawa, Kabupaten Ngada, diharapkan dapat memberikan efek jera dan peringatan kepada pelaku tindak

pidana uang Rupiah lainnya. Sebagaimana diketahui jumlah peredaran uang palsu di wilayah NTT yang terungkap terus

menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu sebanyak 45 lembar pada tahun 2013, 72 lembar pada tahun 2014,

dan 1069 lembar pada tahun 2015 (per 9 Oktober 2015).

Kegiatan sosialisasi ini mendapat apresiasi dari Kapolda NTT, Brigjenpol Endang Sunjaya, yang hadir didampingi oleh

Wakapolda, Irwasda, dan beberapa pejabat utama lainnya dari Polda NTT. Dalam sambutannya, Kapolda menegaskan

bahwa pelaksanaan sosialisasi ini sangat penting dalam rangka mendukung implementasi MoU antara BI dengan Polri,

khususnya penegakan hukum terkait tindak kejahatan keuangan dan berbagai transaksi lainnya. Banyaknya

permasalahan dan kejahatan dalam bidang perbankan seperti peredaran uang palsu dan kejahatan valuta asing. Oleh

karena itu, BI dan Polri bekerjasama untuk mengamankan kejahatan pembayaran, transaksi kiminal serta perdagangan

uang palsu.

Dalam rangka meningkatkan motivasi insan kepolisian dan sebagai bentuk apresiasi BI atas pengungkapan dan penyidikan

kasus pengedaran uang palsu di Bajawa, pada pembukaan acara tersebut dilakukan penyerahan plakat dan piagam

penghargaan kepada Polres Ngada dan insan kepolisian yaitu: Kasat Reskrim Polres Ngada, Kapolsek Golewa, dan Pjs Kanit

Reskrim Polsek Golewa. Hal ini menambah antusiasme peserta yang hadir terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan yang

dilontarkan dan jumlah peserta yang sama sekali tidak berkurang sampai dengan akhir penyampaian materi. Semoga

antusiasme peserta akan terus berlanjut pada semangat dan konsistensi implementasinya di lapangan sehingga tercipta

kondisi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai yang kondusif dan ideal untuk mendukung pengembangan

perekonomian di NTT.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan RegionalProvinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III 201560