Upload
ngoanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TRIWULAN I 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab:
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak
Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238
Faks : 0561 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 i
KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan I 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,
inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan
pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah
pada triwulan mendatang.
Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II
(Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak, Mei 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GRAFIK viii
RINGKASAN UMUM 1
Perkembangan Perekonomian Daerah 1
Perkembangan Inflasi Daerah 1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2
Perkembangan Keuangan Pemerintah 3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3
Prospek Perekonomian Daerah 4
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7
1.1 Kajian Umum 7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7
1.3.1 Konsumsi 8
1.3.2 Investasi 9
1.3.3 Ekspor - Impor 10
1.3 PDRB Sektoral 12
1.3.1 Sektor Pertanian 13
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 16
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 16
1.3.5 Sektor Lainnya 18
BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG
MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT 20
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23
2.1. Gambaran Umum 23
2.2. Inflasi Triwulanan 24
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan 25
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 27
2.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 28
2.3. Inflasi Tahunan 30
2.4. Disagregasi Inflasi 30
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2.4.1. Faktor Fundamental 31
2.4.2. Faktor Non Fundamental 33
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 35
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 35
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 35
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 37
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 41
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) 43
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 44
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 45
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 46
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta
Asing (PVA) 46
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 47
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 47
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 49
3.6.4.3 Pemusnahan 52
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 53
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 55
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 56
4.2. Realisasi Belanja Daerah 58
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 61
5.1 Ketenagakerjaan 61
5.2 Kesejahteraan 63
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 63
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014 64
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 66
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 68
6.1 Prospek Perekonomian Daerah 69
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 71
LAMPIRAN xiii
DAFTAR ISTILAH xv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 v
Halaman ini sengaja dikosongkan
vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) ........................................... 7
Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) .............................. 9
Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ............. 10
Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) ......................................... 12
Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ..................................................................... 12
Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) ............................................................. 13
Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) ................................... 31
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) .................. 35
Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan
Barat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 37
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .......................................................................... 39
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 40
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) .................................... 41
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat ................................................................................................ 42
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 45
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 46
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 50
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 51
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 53
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) ............. 55
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) ................... 57
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 61
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 65
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 67
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 vii
Halaman ini sengaja dikosongkan
viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga ................................. 8
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan ...................... 8
Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat .................................................................... 9
Grafik 1. 5 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11
Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit ...................................................................................................... 11
Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11
Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13
Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13
Grafik 1. 10 Luas Panen Padi ................................................................................................. 14
Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14
Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton) ................................................................... 15
Grafik 1. 13 Volume Petikemas .............................................................................................. 15
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 16
Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17
Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 17
Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 17
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18
Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat ..................................................................... 18
Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18
Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame .................................................................... 19
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 23
Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 24
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan
Makanan ............................................................................................................ 25
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ...... 26
Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Makanan Jadi...................................................................................................... 27
Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang .......... 28
Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Transpor ............................................................................................................. 29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 ix
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................ 29
Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp) ........................................................... 31
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan
Barat .................................................................................................................. 32
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok
Komoditas di Kalimantan Barat ........................................................................... 32
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ......................................................... 33
Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33
Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ............................................................ 33
Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi ............................................................ 33
Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu ........................................................................................ 34
Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34
Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ....................................... 34
Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .............. 36
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 36
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 36
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 37
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 38
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 38
Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ...... 39
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 40
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat ...................................... 42
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 42
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 43
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp
Miliar) ................................................................................................................. 43
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 44
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 48
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 49
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 51
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow ........................................... 53
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 ................................................. 55
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56
x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar) ............................................... 57
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ............................................................... 58
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 58
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 59
Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) ................... 62
Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor ................. 62
Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat................................................................................. 64
Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................ 64
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 69
Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat ......................................................... 69
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 70
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 71
Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global ................................................................ 72
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 1
RINGKASAN UMUM
Perkembangan Perekonomian Daerah
Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy),
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai
6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan
berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama
dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif
signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat pada periode laporan.
Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor
bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka
pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada
sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan
karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya
Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah.
Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor
pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58%
terhadap total PDRB.
Perkembangan Inflasi Daerah
Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang
cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada
triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan
bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I
2014 mencapai 8,98% (yoy)
Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan
Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga
subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi
lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi
terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok
komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya
perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy).
Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi
oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada
penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat
tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan
IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan
dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit
yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran
kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV
2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring
mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi
Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun
pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq).
Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014
nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow),
namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah
uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi
sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar
Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow,
dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika
ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 3
kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami
kenaikan sebesar 20,30% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada
triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target
APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan
belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru
mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari
triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.
Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014
terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi
Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy)
dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada
triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan
target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing
mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari
periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja 2014. Rasio tersebut relatif
meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,
jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,
atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada
bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang
tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari
2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari
2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami
penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu
4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka
Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari
2012 sebesar 3,09%.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan
Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks
harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.
Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami
akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4
5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan
mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan
Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan
meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II 2014. Komponen
permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor
perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih
belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian
di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan
Umum Calon Anggota Legislatif.
Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada
level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan
I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi
faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya
untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan
kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang
berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 5
pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah
berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp11.000 per USD. Berdasarkan beberapa
faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan
berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014,
inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa
faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun
2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi
strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif
meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014
diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya
pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor
resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,
antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai
tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan
(3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.69
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091
- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466
- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152
- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,395
- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38
- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826
- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,919
- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870
- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501
- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091
- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101 - Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 - PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 - Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236 - Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 - Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638
Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210
- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750
Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74
- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134
Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58
- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 - Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 - Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 - Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 - Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959
Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 - Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 - Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 - Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1
Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 952 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 956 Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944
Indikator2012 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 7
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
1.1 Kajian Umum
Pada triwulan I 2014, perekonomian
Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69%
(yoy), lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang
tercatat mencapai 6,37% (yoy).
Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut
bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan nasional yang berada pada
level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan
berturut-turut selalu berada di atas
pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan,
pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan
permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral,
pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat
bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai
96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,
baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan
akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor
menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi.
2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988
Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101
Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119
PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590
Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236
Diskrepansi - - - - - - - - -
Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695
Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638
PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091
20132012Jenis Penggunaan
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
%
Mil
iar
Rp
Nilai g Nasional (yoy)
g Kalbar (yoy)
8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1.3.1 Konsumsi
Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat
pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang
tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan
Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring
dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya
pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan
perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi
rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota
Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan
Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89
pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV 2013. Selain itu, indeks pembelian
barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada
triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan
indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan
menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi
rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan
komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK)
Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah
didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu
Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur.
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan
96
98
100
102
104
106
108
110
112
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga
95.00
105.00
115.00
125.00
135.00
145.00
155.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 9
1.3.2 Investasi
Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat,
sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat
sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy),
maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total
realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi
terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu,
peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar
seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor
barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik
pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam
negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi
asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD.
Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga
diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri
barang modal yang relatif lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai,
impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu
USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy).
Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut
tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana
kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu
dari sisi volume, impor barang modal tercatat
mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi
1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal
2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
PMDN 0.85 0.66 2.51 0.07 1.35
PMA 1.57 0.60 1.44 2.58 0.90
PDKPM 1.95
TOTAL 2.42 1.26 3.95 2.65 4.20
Keterangan2013
N/A
PMDN (Miliar Rp) 1,171.7 1,404.0 2,811.0
PMA (US$ Juta) 170.4 500.7 397.5
Keterangan 2010 2011 2012
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Volume
Nilai - RHS (USD)
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy).
Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea
Selatan.
1.3.3 Ekspor - Impor
Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh
1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan
triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53%
(yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar
Rp57 Miliar pada triwulan laporan.
Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,
dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami
kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan,
dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai
750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut
terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor
utama Kalimantan Barat.
Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 130,604 144,244 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 96,845 74,938 70,221 136,281 104,795 137,937 163,950 137,140 18,880
Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 61,682 48,525 45,508 46,019 49,475 45,452 40,500 46,323 39,454
Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,730 2,443 2,239 2,512 2,263 2,784 3,547 3,813
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) - 6,812 295 - - - 3,490 3,490 1,988
Tembakau (HS24) 390 4,913 1,420 2,149 2,769 2,224 2,819 2,678 -
Ikan dan Udang (HS03) 2,998 1,945 1,822 2,717 1,233 2,292 1,582 1,929 2,866
Perabot, penerangan rumah (HS94) 258 771 717 1,003 540 357 490 690 646
Olahan dari Tepung (HS19) 673 356 602 622 523 561 239 476 262
Biji-bijian berminyak (HS12) 805 384 536 698 774 604 615 443 1,026
Total 10 Golongan 333,112 364,796 254,169 335,971 318,347 328,373 340,964 349,800 196,408
Total Ekspor 335,578 370,017 260,695 346,137 325,828 339,475 345,516 351,195 210,328
Golongan Barang (HS)2012 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 11
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 5 Ekspor Karet
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet
mengalami kontraksi 18,14% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor
karet tersebut antara lain didorong oleh
perlambatan permintaan seiring dengan
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara
tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat.
Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi
oleh pelemahan harga karet, dimana pada
triwulan I 2014 harga internasional karet masih
berada pada tren penurunan dimana tercatat
sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg.
Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan
laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut
terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit
pada tahun 2013. Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang
mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh
para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 2013 2014
Nominal (ribu USD)
Growth-RHS (yoy)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 2013 2014
Nominal (ribu USD)
Growth-RHS (yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
tanggal 12 Januari 20142, sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan
nominal sebesar 18,88 juta USD.
Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar
negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri
Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan
peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan
Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi
oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk.
Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.3 PDRB Sektoral
Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan
IInformasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Garam, Belerang, Kapur (HS25) 5,016 12,079 18,603 29,876 28,261 35,622 43,319 49,948 55,903
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 5,583 8,776 8,571 1,498 607 9,046 10,174 10,812 17,424
Bahan kimia anorganik (HS28) 24 303 48 2 342 492 720 5,629 6,753
Pupuk (HS31) 8,385 10,704 6,064 12,718 2,206 1,650 3,353 4,845 14,145
Bahan bakar mineral (HS27) - - - - - - 5 3,537 1,000
Batu, Semen dan Mika (HS68) 9 237 105 65 136 25 155 2,998 125
Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 3,038 10,707 3,026 9,701 3,993 1,990 2,967 2,477 1,846
Biji-bijian berminyak (HS12) 1,527 2,077 2,448 1,494 2,653 1,660 1,115 2,151 1,001
Besi dan Baja (HS72) 2,988 4,842 1,537 3,682 292 2,107 4,626 1,966 2,219
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23 684 493 727 629 8,136 1,680 1,158 1,653 4,463
Total 10 Golongan Barang 27,255 50,217 41,130 59,666 46,625 54,272 67,591 86,016 104,878
Total Impor 32,019 60,238 46,700 64,598 53,598 58,111 82,698 91,136 133,562
Golongan Barang (HS)2012 2013
2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.30%
2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09%
3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 3.23%
4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81%
5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58%
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 5.70%
7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40%
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78%
9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85%
PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.69%
Sektor20132012
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 13
sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih
didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk
pangsa 63,58% terhadap total PDRB.
1.3.1 Sektor Pertanian
Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat
dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian,
pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy).
Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan
(tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.
Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih
lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh
luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami
kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal
tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat
mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi
2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466
a. Tanaman Bahan Makanan 1,111 527 750 817 1,110 665 822 922 1,154
b. Tanaman Perkebunan 708 758 784 801 772 814 874 845 818
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 217 222 228 229 216 229 236 240 228
d. Kehutanan 88 92 94 90 88 90 91 89 87
e. Perikanan 173 176 181 180 177 180 187 185 179
2012 2013Sektor
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
1.17%
-0.02%
0.50%
0.01%
0.67%
1.19%
0.51%
0.16%
0.49%
Pertanian
Pertambangan
Industri
LGA
Bangunan
PHR
Angkutan
Keuangan
Jasa
Pertanian27.12%
Pertambangan1.67%
Industri 15.35%
LGA0.42%
Bangunan9.09%
PHR21.11%
Angkutan & Komunikasi
9.57%
Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
5.51%
Jasa - jasa10.17%
Lainnya, 36.08%
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga
dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang
berdampak pada kerusakan tanaman.
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 10 Luas Panen Padi
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan
laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor
perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84
ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya
berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga,
pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata
TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada
level Rp1.507/kg.
Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari
sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan,
harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi
perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan
tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Hekta
r
Luas Panen
Pertumbuhan-yoy (RHS)
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Ton
Produksi gProduksi-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 15
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau
menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014
yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh
subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran.
Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume
bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta
ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan
subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami
akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28%
(yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang
Kubur.
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah
Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah
Grafik 1. 13 Volume Petikemas
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
V. Bongkar (ton)
V. Impor (ton)
Pertumbuhan-RHS (yoy)
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Ton
Dlm Negeri Luar Negeri
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak PT. Angkasa Pura II Pontianak
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut
antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV
2013 mencapai 8.570 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat
udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda
transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang
pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai
326,81 ribu orang.
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor
industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama
dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan
laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi
oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat.
Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja
industri karet di Kalimantan Barat.
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Orang
290,000
300,000
310,000
320,000
330,000
340,000
350,000
360,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Orang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 17
Sementara itu, kinerja sektor industri CPO
menunjukkan akselerasi , dimana pada triwulan I
2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif
setelah selama tahun 2013 terus mengalami
kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat
sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91
ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41%
(yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi
TBS, meningkatnya permintaan domestik yang
didorong oleh komitmen pemerintah dalam
mendorong penggunaan biodiesel untuk
menekan impor minyak juga berdampak positif
terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional
menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66
USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada
level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok
minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami
penurunan.
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar
Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah
Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
TonVolume gVolume-RHS (yoy)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
USD cent/kg
USD/metric ton
CPOKaret (RHS)
18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1.3.5 Sektor Lainnya
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat
Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy) ,
atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi
tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang
menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan
oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau
mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai
6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83%
(yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy).
Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan mencatat
pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih
lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut
antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja
perbankan. Pada periode laporan, aset
perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat
sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97%
(yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun
sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy).
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Ton
Volume
Pertumbuhan-RHS (yoy)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
TW I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 2013 2014
%
Mil
iar
Rp
Kredit Konstruksi
Pertumbuhan (yoy)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
TW I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 2013 2014
Mil
iar
Rp
Total Aset
Growth-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 19
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun
penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut
masih cukup terjaga.
Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor
jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang
melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih
lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang
tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan
kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada
sektor jasa swasta maupun sektor jasa
pemerintah, masing-masing sebesar 5,08%
(yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut
antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak
hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang
tumbuh 3,22% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy).
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Total Pajak Hiburan dan Reklame
Pertumbuhan (yoy)
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT
Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral
tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari 2014. Implementasi ketentuan tersebut
dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan
Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun
demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi.
Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih
bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al2O3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian,
peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan
dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina
(>98% Al2O3), chemical grade alumina (≥90% Al2O3 atau ≥90% Al(OH)3), atau logam alumunium (Al ≥
99%).
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit
Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar -
1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami
perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar
81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di
Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak
ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan
pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
PDRB SektorTambanggSektorTambang(RHS) - yoy
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 2013 2014
Nominal (ribu USD)
Growth-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 21
sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan.
Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan,
seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang
terdiri dari:
1. Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter
membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton
alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya
perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar.
2. Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi
industri.
3. Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun
pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para
pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri.
4. Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan.
Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas
alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama
bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri.
Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain:
No. Perusahaan Lokasi Komoditas Keterangan
1. PT. Indonesia Chemical Alumina Tayan,
Kab. Sanggau
Bauksit Commissioning
2. PT. Eka Tambang Utama Kinande,
Kab. Bengkayang
Emas Produksi
3. PT. Segoro Global Mandiri Sei Raya,
Kab. Kubu Raya
Emas Konstruksi
4. PT. Mulia Bravo Wajok,
Kab. Pontianak
Pasir zircon Produksi
5. PT. Sibelco Capkala,
Kab. Bengkayang
Ball clay Produksi
6. Well Harvest Winning Kendawangan,
Kab. Ketapang
Bauksit Konstruksi
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat
Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.),
Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan
tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan
dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk
komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan
smelter.
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 23
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH3
2.1. Gambaran Umum
Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang
cukup tinggi mencapai 2,17% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan
inflasi triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,41% dan 1,05% (qtq).
Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca
yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di
Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) (Grafik 3.1 dan 3.2).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional
Berdasarkan dinamika inflasi bulanan
di Kalimantan Barat selama triwulan I
2014, terlihat bahwa inflasi tertinggi
terjadi pada pertengahan triwulan
(Grafik 3.3). Tercatat inflasi Kalimantan
Barat pada bulan Februari 2014 mencapai
2,56% (mtm). Tingginya laju inflasi pada
bulan Februari 2014 tersebut terutama
dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada
kelompok komoditas Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan, dari deflasi 6,19%
(mtm) pada bulan Januari 2014 menjadi inflasi 8,37% (mtm) pada Februari 2014. Kenaikan tarif
3 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahun
dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka perhitungan (rebase) inflasi triwulanan dan tahunan pada periode laporan berdasarkan angka inflasi bulanan yang dirilis resmi oleh BPS.
5.536.15
8.538.90 8.98
5.025.41
7.90 8.087.32
I II III IV I
2013 2014
%-yoy Kalbar Nasional
1.42
2.07
0.41
2.09
1.69
3.81
1.05
2.17
0.79
1.39
0.63
2.13
1.17
3.78
0.80
1.41
II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%-qtqKalbar Nasional
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
%-mtm Kalbar Nasional
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
angkutan udara seiring berlangsungnya perayaan Cap Go Meh harga, Imlek dan Sembahyang
Kubur pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor pemicu inflasi. Tercatat sumbangan
inflasi angkutan udara pada bulan Februari 2014 mencapai 1,69% (mtm). Pada akhir triwulan I
2014, pengaruh tekanan tarif angkutan udara relatif mereda, seiring berlalunya even Cap Go
Meh , Imlek dan Sembahyang Kubur sehingga menyebabkan deflasi pada bulan Maret 2014
sebesar 0,70% (mtm).
2.2. Inflasi Triwulanan
Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I
2014 terutama bersumber dari inflasi
Bahan Makanan, seiring pasokan yang
relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin
dari andil kelompok Bahan Makanan yang
pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq).
Tekanan harga subkelompok komoditas
Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu
kenaikan harga. Tercatat inflasi triwulanan
kedua subkelompok komoditas tersebut
masing-masing mencapai 31,27% dan
14,19% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi
triwulan IV 2013 yang mencapai 4,12% dan
0,51% (qtq). Kelompok lain yang memiliki
andil inflasi relatif besar pada triwulan I 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, mencapai 0,45%
(qtq). Berdasarkan komoditasnya, seluruh subkelompok komoditas yang menjadi komponen
pembentuk inflasi Makanan Jadi mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan, inflasi
tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol sebesar 3,86% (qtq). Di sisi lain,
kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah
pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas
ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go
Meh di akhir triwulan I 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
7.37
2.56
1.55
1.57
1.55
0.89
-3.91
2.17
-1.74
1.13
2.67
-1.53
2.44
0.47
4.34
1.05
1.78
0.45
0.36
0.10
0.08
0.06
-0.66
2.17
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Umum
% (qtq)
Andil I-2014
IV-2013
I-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 25
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan
Setelah mengalami deflasi pada
triwulan IV 2013, kelompok Bahan
Makanan kembali mengalami inflasi
pada triwulan I 2014. Tercatat inflasi
kelompok Bahan Makanan pada triwulan I
2014 mencapai 7,37% (qtq) dengan andil
terhadap inflasi umum sebesar 1,78% (qtq).
Laju inflasi pada kelompok Bahan Makanan
tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV
2013 yang mengalami deflasi sebesar
1,74% (qtq).
Kenaikan harga pada Subkelompok Sayur-
sayuran menjadi salah satu faktor pemicu
inflasi kelompok Bahan Makanan. Tercatat,
inflasi subkelompok Sayur-sayuran pada
triwulan I 2014 mencapai 31,27% (qtq)
naik signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2013 yang mencapai 3,31% (qtq). Kondisi
cuaca yang cenderung kering menyebabkan air yang digunakan untuk pengairan menjadi
payau sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan, terutama pada komoditas sawi hijau
dan kangkung.
Pengaruh cuaca juga terlihat pada komoditas Bumbu-bumbuan dan Ikan Segar yang masing-
masing mengalami inflasi sebesar 14,19% dan 6,6% (qtq) dengan andil inflasi mencapai 0,81%
dan 1,25% (qtq). Terkait dengan kenaikan harga komoditas Bumbu-bumbuan, selain faktor
cuaca, faktor lain yang memicu kenaikan harga adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa
daerah sentra produksi. Sementara berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat dengan salah satu kelompok
petani tambak di wilayah Kabupaten Mempawah4, diketahui bahwa panen ikan pada Maret
2014 mengalami penurunan yang signifikan, terutama disebabkan oleh perubahan kualitas air
menjadi lebih asam, sebagai akibat adanya kebakaran lahan di daerah sekitar pada saat curah
hujan relatif rendah.
Sementara itu, komoditas Daging dan Telur secara triwulanan juga mengalami kenaikan harga
meskipun pasokan relatif terkendali, khususnya komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.
4 Kabupaten Mempawah merupakan salah satu sentra produksi ikan di Kalimantan Barat, khususnya ikan
Nila dan ikan Mas yang dibudidayakan dalam tambak.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan
-1.74
-0.50
-13.01
-1.61
5.09
-1.84
3.31
2.42
-0.50
0.71
3.67
1.57
7.37
1.50
1.28
6.60
-2.11
5.99
31.27
5.91
7.77
14.19
3.35
9.01
1.78
0.33
0.16
1.25
-0.07
0.81
2.72
0.17
0.48
0.81
0.17
0.03
-20 -10 0 10 20 30 40
BAHAN MAKAN
Padi-padian
Daging
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu
Sayur
Kacang
Buah
Bumbu
Lemak dan Minyak
Lainnya
Andil
I-2014
IV-2013
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Tercatat, inflasi kedua komoditas tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai
1,28% dan 5,99% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,16% dan 0,81% (qtq).
Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat,
produksi telur di wilayah Kalimantan Barat, mencapai 168 ton per hari, sementara daya serap
masyarakat sebesar 128 ton per hari sehingga mengalami kelebihan pasokan sebesar 40 ton
per hari. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam yang mengalami kelebihan
pasokan mencapai 440 ribu ekor ayam per bulan.
Berdasarkan daerahnya, kedua kota
yang menjadi dasar perhitungan inflasi
di Kalimantan Barat mengalami
kenaikan inflasi dari triwulan
sebelumnya. Inflasi yang terjadi di Kota
Pontianak pada triwulan I 2014 terutama
disebabkan oleh kenaikan harga pada
subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan
Bumbu, masing-masing sebesar 3,46%,
15,97% dan 12,34% (qtq). Kondisi serupa
juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Bahan Makanan dipicu oleh
kenaikan inflasi pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu yang masing-masing
mencapai 12,45%, 29,33% dan 12,36% (qtq). Di sisi lain, komoditas Telur di Kota Singkawang
mengalami deflasi sebesar 3,12% (qtq), semakin dalam dibanding deflasi triwulan IV 2013 yang
mencapai 0,39% (qtq). Hal tersebut disebabkan pasokan telur ayam ras yang cukup besar di
Kota Singkawang yang juga merupakan sentra produksi ayam di Kalimantan Barat. Kondisi
tersebut menyebabkan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak dan Singkawang mencapai
5,30% dan 6,74% (qtq).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang
1.97
3.14
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% (qtq)
Pontianak
Singkawang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 27
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok Makanan Jadi Minuman
Rokok dan Tembakau pada triwulan I
2014 kembali mengalami inflasi. Tercatat
inflasi kelompok Makanan Jadi Minuman
Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014
mencapai 2,56% (qtq) dengan andil
terhadap inflasi umum sebesar 0,45% (qtq).
Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan
inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai
1,13% (qtq).
Mayoritas subkelompok komoditas dalam
Makanan Jadi Minuman Rokok dan
Tembakau pada triwulan laporan mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sumbangan inflasi tertinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi, sebesar
1,26%. Sementara laju inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,
serta Tembakau dan Minuman Beralkohol, masing-masing mencapai 3,86% dan 3,23% (qtq).
Kenaikan inflasi subkelompok Makanan Jadi tidak terlepas dari pengaruh inflasi bahan makanan
sebagai bahan baku utama, dimana pada triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi.
Terkait dengan inflasi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, salah satu komoditas
yang memicu kenaikan inflasi adalah es. Berdasarkan hasil survei singkat yang dilakukan KPwBI
Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa rendahnya curah hujan berdampak terhadap
kualitas air yang menjadi payau. Kondisi tersebut direspon oleh pelaku usaha (penjual/produsen
es) yang beralih menggunakan air mineral dalam pembuatan es, sehingga mendorong kenaikan
harga jual es. Sementara, kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%, menjadi salah satu
faktor pemicu kenaikan harga rokok sehingga menyebabkan inflasi subkelompok Tembakau
Minuman Beralkohol mengalami kenaikan.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi
1.13
0.69
2.09
1.40
2.56
2.19
3.86
3.23
0.45
1.26
0.69
0.79
0 1 2 3 4 5
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
Makanan jadi
Minuman tidak beralkohol
Tembakau dan minuman beralkohol
% (qtq)
andil I-2014
I-2014
IV-2013
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau di
Kalimantan Barat tercermin di kedua kota
yang menjadi dasar perhitungan inflasi.
Tercatat inflasi Makanan Jadi di Kota
Pontianak dan Kota Singkawang pada triwulan
I 2014 masing-masing mencapai 3,09% dan
0,87% (qtq), naik dibandingkan triwulan IV
2013 yang mencapai 1,23% dan 0,72% (qtq).
Secara umum, inflasi mayoritas kelompok
komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau di Kota Pontianak mengalami kenaikan. Subkelompok Makanan Jadi serta
Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,99% dan 3,63% (qtq), lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 0,74% dan 1,57% (qtq). Sementara
inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,
mencapai 6,43% (qtq), naik dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 2,26% (qtq). Kondisi
serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan Jadi serta
Tembakau dan Minuman Beralkohol yang masing-masing mencapai 0,70% dan 1,88% (qtq). Di
sisi lain, kondisi bertolak belakang terjadi di subkelompok Minuman Tidak Beralkohol di Kota
Singkawang yang mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq). Salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga gula pasir, seiring pasokan yang relatif
terjaga.
2.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sehingga menjadi peredam
tekanan inflasi umum di triwulan laporan. Tercatat pada triwulan I 2014, kelompok ini
mengalami deflasi sebesar 3,91% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2013 yang
mencapai 4,34% (qtq) dengan andil deflasi mencapai 0,66% (qtq). Penurunan inflasi pada
kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 5,96% (qtq)
di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 3,04% (qtq) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya,
deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penurunan inflasi subkelompok Transpor. Berlalunya perayaan Cap Go Meh yang menyebabkan
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang
3.09
0.87
II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% (qtq)
Pontianak
Singkawang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 29
penggunaan angkutan udara mengalami penurunan sehingga tekanan permintaan terhadap
tiket angkutan udara relatif mereda dan harga cenderung turun.
Berdasarkan kotanya, penurunan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan terjadi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Pada triwulan ini,
laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami
penurunan, dari 4,86%(qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 1,89% (qtq) di triwulan I 2014.
Sementara di Kota Singkawang, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,91% (qtq), setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,0% (qtq).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Transpor
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang
4.34
5.96
0.15
0.24
0.00
-3.91
-3.04
-0.26
1.51
0.13
-0.66
-1.78
-0.07
0.14
0.00
-6 -4 -2 0 2 4 6 8
TRANSPOR
Transpor
Komunikasi dan pengiriman
Sarana dan penunjangtranspor
Jasa keuangan
% (qtq)
andil
I-2014
IV-2013
-1.89
-0.91
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% (qtq)Pontianak
Singkawang
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2.3. Inflasi Tahunan
Secara tahunan, tekanan inflasi di
triwulan I 2014 berada di level yang
relatif tinggi, terutama pada
kelompok Bahan Makanan dan
kelompok Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan.
Tekanan inflasi tahunan pada triwulan I
2014 terutama dipengaruhi oleh
penyesuaian harga komoditas setelah
kenaikan harga BBM dipertengahan
2013 sehingga menyebabkan IHK
berada di level yang relatif tinggi (base
effect). Tercatat, tekanan inflasi tahunan
terutama dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan dengan sumbangan inflasi masing-masing mencapai 2,36% dan 2,39%
(yoy). Tekanan inflasi kedua kelompok tersebut juga berada di level yang relatif tinggi,
mencapai 9,70% dan 13,33% (yoy). Selain itu, kelompok Perumahan juga memberikan
pengaruh inflasi yang besar di triwulan I 2014, seiring penyesuaian harga LPG 12kg di awal
triwulan. Tercatat inflasi kelompok Perumahan sebesar 9,81% (yoy) dengan sumbangan
mencapai 2,31% (yoy).
2.4. Disagregasi Inflasi
Laju inflasi Inti yang relatif terkendali pada triwulan I 2014 menjadi peredam tekanan
inflasi umum ditengah lonjakan harga bahan pangan inflasi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, Tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental mengalami kenaikan signifikan
pada triwulan laporan. Hal tersebut terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik dan
bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan.
Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap inflasi kelompok Volatile Foods (VF) pada
triwulan I 2014. Kenaikan laju inflasi triwulanan juga terjadi pada kelompok barang/jasa yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices-AP), seiring penyesuaian pajak tembakau
daerah sebesar 10% dan kenaikan LPG 12 kg di awal triwulan. Sementara itu, dari sisi
fundamental, inflasi relatif terkendali seiring berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh,
Imlek dan Sembahyang Kubur.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi
Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
9.70
6.54
9.81
3.14
7.94
9.24
13.33
8.98
6.01
7.10
11.09
1.91
9.39
8.83
15.58
8.90
2.36
1.18
2.31
0.19
0.35
0.53
2.39
8.98
0 5 10 15 20
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Umum
% (yoy)
Andil I-2014
IV-2013
I-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 31
Inflasi yang masih terjadi pada seluruh kelompok disagregasi di triwulan I 2014 menyebabkan
tingginya tekanan inflasi tahunan, terlebih IHK setelah kenaikan harga BBM pada pertengahan
tahun 2013 berada di level yang tinggi sehingga menyebabkan pengaruh base effect.
Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) Kelompok Tendensi Faktor Pengaruh
Volatile Foods Kondisi cuaca yang kurang baik
Bencana di beberapa daerah sentra produksi
Inflasi Inti Berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur.
Adm Price Penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%
Kenaikan LPG 12 kg
Menurun Meningkat Stabil
2.4.1. Faktor Fundamental
Perkembangan inflasi pada
kelompok komoditas Inti pada
triwulan I 2014 cenderung
terkendali. Salah satu kelompok
komoditas dalam kelompok ini yang
mengalami penurunan laju inflasi
adalah kelompok Transportasi.
Berlalunya perayaan even musiman Cap
Go Meh yang berlangsung pada
pertengahan triwulan menyebabkan
tekanan permintaan terhadap tiket
angkutan udara relatif mereda dan harga tiket angkutan udara cenderung turun. Pergerakan
penurunan harga tiket angkutan udara tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dimana dalam triwulan I
2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan mencapai 27,19% (mtm).
Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi di triwulan I 2014 mengalami penurunan, meskipun pada pertengahan triwulan
terjadi lonjakan ekspektasi. Penurunan ekspektasi inflasi pada triwulan I 2014 terjadi seiring
berlalunya even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan.
Ekspektasi masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang mengalami puncaknya
pada awal triwulan dengan angka indeks masing-masing mencapai 168,34 dan 173,50,
kemudian mengalami penurunan pada akhir triwulan laporan dengan indeks mencapai 154,77
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)
Rp0
Rp200.000
Rp400.000
Rp600.000
Rp800.000
Rp1.000.000
Rp1.200.000
Rp1.400.000
I III I III
Feb-14 Mar-14
Maskapai 1 Maskapai 2Maskapai 3 Rata-rataTren Rata-rata Harga Tiket
32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
dan 146. Berdasarkan kelompok komoditasnya, penurunan ekspektasi inflasi tersebut terlihat di
seluruh kelompok. Ekspektasi inflasi pada kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan,
dari 191,50 di awal triwulan I 2014 menjadi 179 di akhir triwulan I 2014, seiring pasokan bahan
pangan, khususnya padi, cabai dan bawang yang relatif terjaga. Sementara itu, ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi kelompok Transpor di triwulan I 2014 mencapai puncak pada
pertengahan triwulan, mencapai angka indeks 158,5 seiring berlangsung even musiman Cap
Go Meh dan mengalami penurunan di akhir triwulan dengan angka indeks mencapai 144,5.
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas
di Kalimantan Barat
Salah satu negara mitra dagang utama di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
mengalami kenaikan inflasi. Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi yang
berpotensi memicu tekanan inflasi di Kalimantan Barat mengingat kedua wilayah tersebut
memiliki berbatasan secara langsung. Inflasi Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami
kenaikan, dari 3,20% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 3,50% (yoy) di triwulan I 2014.
Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa
kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi pada subkelompok komoditas
Pangan yang mencapai 3,90% (yoy). Sementara tren harga emas dunia cenderung mengalami
penurunan. berdasarkan data historis, terlihat bahwa siklus harga emas mencapai puncaknya
pada pertengahan 2012 dan cenderung menurun.
-1
0
1
2
3
4
5
6
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
I-2
01
3
II-2
01
3
III-
20
13
IV-2
01
3
I-2
01
4
% (qtq)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
I-2
01
3
II-2
013
III-2
01
3
IV-2
013
I-2
01
4
Bahan makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang
Kesehatan Transpor Pendidikan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 33
2.4.2. Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi komoditas mengalami kenaikan yang
signifikan pada triwulan laporan. Tingginya laju inflasi VF tersebut terutama dipicu oleh
kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga
mempengaruhi produksi dan pasokan.
Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar
modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa
komoditas khususnya cabai menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara harga
komoditas beras dan telur ayam ras relatif stabil sedangkan komoditas daging ayam ras dan
bawang mengalami penurunan. Selain SPH, perkembangan inflasi VF juga diperkuat oleh hasil
survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, dimana kenaikan terutama terjadi
pada komoditas cabai.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
% (yoy)
China
Malaysia
Singapura
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Jan
-08
Ma
r-0
8
Me
i-0
8
Jul-
08
Se
p-0
8
No
p-0
8
Jan
-09
Ma
r-0
9
Me
i-0
9
Jul-
09
Se
p-0
9
No
p-0
9
Jan
-10
Ma
r-1
0
Me
i-1
0
Jul-
10
Se
p-1
0
No
p-1
0
Jan
-11
Ma
r-1
1
Me
i-1
1
Jul-
11
Se
p-1
1
No
p-1
1
Jan
-12
Ma
r-1
2
Me
i-1
2
Jul-
12
Se
p-1
2
No
p-1
2
Jan
-13
Ma
r-1
3
Me
i-1
3
Jul-
13
Se
p-1
3
No
p-1
3
Jan
-14
Ma
r-1
4
$/OZ
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000
13.000
14.000
I II III IV I II III IV
Feb-14 Mar-14
Rp/kg
Beras
Minyak Goreng
Gula Pasir 50.000
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
80.000
85.000
90.000
95.000
18.000
18.500
19.000
19.500
20.000
20.500
21.000
21.500
22.000
I II III IV I II III IV
Feb-14 Mar-14
Sapi (Rp/Kg)Rp/kg
Daging Ayam Ras Telur Daging Sapi (RHS)
34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Sementara itu, inflasi kelompok Administered Price (AP) pada triwulan I 2014
mengalami kenaikan seiring realisasi beberapa kebijakan pemerintah di awal triwulan.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan inflasi AP antara lain penyesuaian harga rokok
akibat kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% dan penyesuaian harga LPG 12kg.
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
55.000
I II III IV I II III IV
Feb-14 Mar-14
Rp/kg
Cabe Merah Cabe Rawit
Bawang Merah Bawang Putih
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV I II III IV
Feb-14 Mar-14
Rp/kgIkan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri
Ikan Tongkol Udang
8.500
8.700
8.900
9.100
9.300
9.500
9.700
9.900
10.100
10.300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
Rupiah/Kg
Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium) -
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih
Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa
Cabe Rawit
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 35
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan
Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I
2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan
total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013
yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik
pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak
ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi
sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh
mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga
perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam
dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap
penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi
84,33% pada triwulan laporan.
Tabel 3.3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh
12,34% (yoy) menjadi sebesar Rp36,41 Triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih lambat
dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 13,35% (yoy), namun relatif lebih baik
dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh 12,30% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan
Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai
Rp20,21 Triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 8,23% (yoy), dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,00% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat
mengalami akselerasi, masing-masing sebesar 6,66% (yoy) dan 26,61% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp6,47 Triliun dan Rp9,83 Triliun.
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I q-t-q y-o-y
1. Total Asset 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 (0.10) 14.70
2. DPK 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 0.37 12.34
- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 30.67 6.66
- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 4.58 26.61
- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 (8.14) 8.23
3. Kredit 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 1.30 19.19
4. LDR (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33
5. NPLs (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24
INDIKATORPertumbuhan (%)2012 2013
36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Akselerasi pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh
pergerakan suku bunga deposito seiring dengan naiknya BI rate.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum
di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan golongan nasabah pemilik
rekening, DPK yang dihimpun perbankan
Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah
perorangan dengan pangsa yang cukup
tinggi mencapai 75,77%. Jumlah DPK milik
perorangan tersebut mencapai Rp27,58
Triliun, atau tumbuh 13,52% (yoy), lebih baik
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
13,35% (yoy). Sementara itu, penghimpunan
DPK sektor swasta mencatat perlambatan,
dimana pada triwulan laporan tumbuh
22,25% (yoy) dari 26,04% (yoy) pada
triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK milik
pemerintah bahkan mencatat kontraksi sebesar 2,91% (yoy) menjadi sebesar Rp3,46 Triliun.
Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp23,81
Triliun atau 65,40% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya
DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan
tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan
sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat,
dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi.
5,663 6,3456,206
4,628 5,970 6,780 6,688
4,873
6,368
7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826
15,70916,669
17,492
19,824 18,676 18,465
19,438
22,004
20,213
Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Giro Deposito Tabungan
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Rp Miliar%
Deposito BI Rate SB Deposito
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat
Pemerintah Daerah9.51%
Perseorangan75.77%
Sektor Swasta11.15%
Lainnya3.57%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 37
Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan
Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,07 Triliun, Rp2,04
Triliun dan Rp1,87 Triliun. Indikasi perlambatan penghimpunan DPK terjadi di seluruh daerah di
Kalimantan Barat, terutama di Kab. Sambas. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan
masih rendahnya harga internasional karet, dimana pada triwulan I 2014 tercatat 243,78 USD
Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 267,17 USD
Cent/kg, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat.
Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
(Miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif
Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan
laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif kepada sektor korporasi juga mengalami
perlambatan, dimana pada triwulan I 2014 tumbuh 21,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 26,10% (yoy). Outstanding kredit ke sektor
produktif pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp18,62 Triliun. Peranan kredit ke sektor
produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit
produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 60,65%, meskipun sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60,83%.
DPK
(Rp Miliar)
Kab. Pontianak 1,460 4.01%
Kab. Sambas 806 2.21%
Kab. Ketapang 1,646 4.52%
Kab. Sanggau & Sekadau 1,871 5.14%
Kab. Sintang & Melawi 2,041 5.61%
Kab. Kapuas Hulu 919 2.53%
Kab. Bengkayang 256 0.70%
Kab. Landak 523 1.44%
Kab. Kubu Raya 6 0.02%
Kota Pontianak 23,809 65.40%
Kota Singkawang 3,070 8.43%
Total 36,407 100.00%
PangsaKabupaten
38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Perlambatan penyaluran kredit produktif
terutama terjadi pada jenis kredit
investasi dari 41,51%(yoy) menjadi
27,42% (yoy). Sementara itu, kredit
modal kerja tercatat mengalami
akselerasi dari 16,66% (yoy) menjadi
18,05% (yoy) pada triwulan laporan.
Akselerasi pada penyaluran kredit modal
kerja terutama didorong oleh akselerasi
pada sektor pertanian, sementara itu
perlambatan pada penyaluran kredit
investasi terutama dipengaruhi oleh
melambatnya pembiayaan di sektor
pertambangan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja tersebut di tengah kondisi
perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di
Kalimantan Barat.
Berdasarkan sektor ekonomi,
penyaluran kredit oleh perbankan di
Kalimantan Barat masih didominasi
oleh tiga sektor ekonomi utama,
yaitu sektor Perdagangan Besar dan
Eceran (25,34% dari total kredit
yang disalurkan), sektor pertanian
(15,28% dari total kredit yang
disalurkan), serta sektor transportasi,
pergudangan dan komunikasi
(5,09% dari total kredit yang
disalurkan). Pertumbuhan kredit
sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor
pertanian sebesar 19,55% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 17,00% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit Pertanian adalah
perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,07 Triliun atau tumbuh
42,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39,13% (yoy). Hal
ini sejalan dengan pertumbuhan subsektor perkebunan yang mengalami akselerasi sebesar
5,93% (yoy). Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang tumbuh 19,47% (yoy), atau lebih lambat dari triwulan
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat
18.05
27.42
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
%, yoyRp Miliar Investasi Modal Kerja
gModal Kerja gInvestasi
PPK, 13.84%
IP, 2.67%
Kon, 3.09%
PdgBE, 25.66%
TPKom, 5.15%
ReEst, 4.84%
KBJ, 0.01%
KrBL, 40.31%
PPK Pik
Ptm IP
LGA Kon
PdgBE PAMM
TPKom PKeu
ReEst AdPem
Jspen Jskes
JsKem JsOrg
BInt KBJ
KrBL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 39
sebelumnya yang tumbuh 39,24% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh implementasi
Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 terkait pembatasan ekspor barang tambang mineral
mentah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan pertambangan bauksit di Kalimantan
Barat berhenti beroperasi pada awal tahun 2014. Kondisi ini juga sejalan dengan kinerja sektor
pertambanagn yang mengalami kontraksi -1,09% (yoy) pada triwulan I 2014.
Outstanding kredit yang disalurkan oleh
perbankan untuk pembiayaan proyek
produktif yang berlokasi di Kalimantan
Barat pada triwulan laporan mencapai
Rp16,15 Triliun atau tercatat tumbuh
12,46% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran
kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan
Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh
perbankan yang berlokasi di Kalimantan
Barat. Namun demikian, angka
penyaluran kredit tersebut masih lebih
rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang
berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp18,62 Triliun. Hal ini
mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan
oleh perbankan Kalimantan Barat.
Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri
perbankan masih dominan ke Kota
Pontianak dengan outstanding kredit
mencapai Rp7,69 Triliun atau mencapai
47,65% dari total kredit sektor produktif
yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal
tersebut didorong oleh pola bisnis para
pelaku usaha yang masih terpusat di Kota
Pontianak. Selain Kota Pontianak,
kabupaten/kota lainnya di Kalimantan
Barat dengan tingkat penyerapan kredit
sektoral yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Pontianak, Kabupaten
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar
Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
16,149
18,622
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Lokasi Proyek
Lokasi Kantor
Kab. Pontianak 1,754 10.86
Kab. Sambas 685 4.24
Kab. Ketapang 931 5.76
Kab. Sanggau 1,112 6.89
Kab. Sintang 1,249 7.74
Kab. Kapuas Hulu 417 2.58
Kab. Bengkayang 450 2.79
Kab. Landak 270 1.67
Kab. Sekadau 215 1.33
Kab. Melawi 138 0.86
Kab. Kayong Utara 29 0.18
Kab. Kubu Raya 278 1.72
Kota Pontianak 7,695 47.65
Kota Singkawang 925 5.73
Total 16,149 100.00
Pangsa
(%)Kabupaten
Kredit Produktif
(Rp Milyar)
40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Sintang, dan Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh
sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kab. Sintang
dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya
subsektor perkebunan.
Di tengah perlambatan pertumbuhan
kredit, risiko kredit sektor yang
tercermin dari rasio Non Performing
Loans (NPLs) gross perbankan tercatat
meningkat. Rasio NPLs gross kredit
sektoral pada triwulan laporan
tercatat pada level 1,53%, sedikit
lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat pada level
1,42%. Peningkatan rasio NPL gross
terjadi terutama pada sektor
Pertambangan, sektor Bangunan
serta Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 7,70%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 7,57%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi
nominal maupun persentase, dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring
dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil
tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan antara lain
merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value dan kenaikan
NPLs pada sektor perdagangan terjadi seiring dengan terjadinya perlambatan pada sektor
tersebut.
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
2014
I II III IV I II III IV I
Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73%
Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37%
Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94%
Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93%
Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76%
Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03%
Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12%
Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28%
Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15%
Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40%
Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53%
2012 2013Kabupaten
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat
1.53
0.90
0.51
1.85
2.03
7.70
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 41
Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana
persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 5,40%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh
peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu perdagangan
besar dan eceran, terutama pada subsektor perdagangan eceran makanan dan minuman
olahan. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten
Kapuas Hulu dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,03%. Risiko
kredit di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh permasalahan kredit di sektor perdagangan
besar dan eceran.
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga
Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah
tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,08 Triliun, atau tumbuh 15,14% (yoy).
Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan
penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 17,36% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh
kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit,
khususnya KPR.
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat
sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan outstanding mencapai Rp6,88 Triliun.
Meskipun demikian, perkembangan penyaluran kredit multiguna menunjukkan kontraksi
sebesar 0,44% (yoy). Pesimisme perkembangan penyaluran kredit tersebut disebabkan
terutama oleh penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan
pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September
2013. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit
kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,60 Triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit
terjadi pada semua jenis kredit rumah tangga, terutama KPR dan KKB (Kredit Kendaraan
Bermotor), dimana masing-masing tumbuh 33,98% (yoy) dan 40,75% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 45,00% (yoy) dan 52,13% (yoy).
2014
I II III IV I II III IV I
KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602
KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188
Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3
Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878
Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410
Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081
Jenis Kredit
Rumah Tangga
2012 2013
42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga
komoditas utama Kalimantan Barat, khususnya karet.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga paling banyak disalurkan oleh perbankan di
Kota Pontianak dengan outstanding mencapai Rp6,28 Triliun atau mencapai pangsa 51,98%
dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi
rumah tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah
tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah tangga yang cukup
tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau & Sekadau serta Kabupaten Sintang &
Melawi. Tingginya aktivitas perekonomian di sektor utama perekonomian daerah-daerah
tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat.
Secara umum, risiko kredit yang tercermin
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga
berada di batas aman di bawah 5%. Namun
demikian, di tengah perlambatan penyaluran
kredit yang terjadi, terjadi tren peningkatan
rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio
NPL gross kredit rumah tangga pada
triwulan laporan tercatat sebesar 0,79%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit
rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi
adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai
1,67%. Peningkatan NPL KPR selain
dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan
15.14%
33.98%
40.75%
-0.44%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Total kredit
KPR
KKB
Multiguna
Kab. Pontianak 673.02 5.57
Kab. Sambas 490.18 4.06
Kab. Ketapang 797.24 6.60
Kab. Sanggau & Sekadau 926.96 7.67
Kab. Sintang & Melawi 843.36 6.98
Kab. Kapuas Hulu 484.41 4.01
Kab. Bengkayang 241.86 2.00
Kab. Landak 400.33 3.31
Kab. Kubu Raya 0.55 0.00
Kota Pontianak 6,279.24 51.98
Kota Singkawang 943.54 7.81
Total 12,080.67 100.00
KabupatenKredit Rumah
Tangga (Rp Milyar)
Pangsa
(%)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat
1.67%
1.25%
0.41%0.34%
1.04%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
KPR
KKB
Multiguna
Lainnya
Perlengkapan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 43
LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit
perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
Di tengah perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp10,04 Triliun atau
tumbuh 31,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 30,97% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang
disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pun tercatat cukup tinggi mencapai 53,90%.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM
Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta- Rp500
juta) mencapai 43,72% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,40 Triliun.
Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5
Miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar
Rp4,17 Triliun dan Rp1,48 Triliun.
Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal
kerja, mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara Rp3,13 Triliun disalurkan untuk kepentingan
investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan
besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor
perkebunan karet dan kelapa sawit.
-
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%, yoyRp Miliar Nominal Growth
4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910
1,9702,001 1,870
1,961 2,018 2,538 2,634
2,851 3,128
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Modal Kerja
Investasi
44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk
membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya
dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah.
Sejalan dengan tren peningkatan
risiko kredit perbankan umum
Kalimantan Barat, risiko kredit UMKM
juga tercatat menunjukkan
peningkatan pada triwulan laporan.
Pada triwulan I 2014, rasio NPL gross
kredit UMKM tercatat sebesar 2,16%
atau lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,00%. Peningkatan NPL
terutama terjadi pada debitur usaha
mikro dan menengah, dimana masing-
masing tercatat sebesar 2,61% dan 1,35%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha kecil
mencatat penurunan NPL dari 2,82% menjadi 2,79%.
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat
pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi
sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross
Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah
transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi
sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi
mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan
pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan
yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu,
jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran
uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih
besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
2.61
2.79
1.35
2.16
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 45
pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30%
(yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
Selama triwulan I 2014, transaksi RTGS menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Total nominal
transaksi RTGS mengalami kontraksi 10,89% (qtq) menjadi sebesar Rp65,04 Triliun,
sementara total volume transaksi mengalami kontraksi 13,53% (qtq) menjadi sebesar
49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS
masuk Kalimantan Barat masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,04% (qtq) dan
11,71% (qtq), menjadi sebesar Rp26,21 Triliun dan Rp26,72 Triliun. Hal yang sama juga terjadi
pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami penurunan sebesar 12,95% (qtq)
menjadi sebesar Rp12,12 Triliun. Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh belum
optimalnya realisasi proyek-proyek pada awal tahun.
Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar
0,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat mencapai Rp65,58 Triliun.
Dari sisi volume transaksi, juga terjadi penurunan sebesar 14,51% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat 57.871 transaksi.
Dilihat dari nominal per transaksinya selama triwulan I 2014 mengalami peningkatan sebesar
3,05% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,28 Miliar. Secara tahunan nilai nominal
per transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 16,00% (yoy) apabila dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,13 Miliar per transaksi.
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
( Mi l i ar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
RTGS Keluar
- J umlah T ransaks i 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282
- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205
RTGS Masuk
- J umlah T ransaks i 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301
- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720
RTGS Lokal
- J umlah T ransaks i 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891
- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116
TOTAL
- J umlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474
- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041
Keterangan2013 20142012
46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
Transaksi kliring selama triwulan I 2014 menunjukkan kontraksi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar
Rp10,07 Triliun atau kontraksi 8,67% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga
terjadi kontraksi sebesar 12,16% (qtq) menjadi sejumlah 233.404 lembar warkat. Ditinjau dari
sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro kosong, nilai transaksi kliring
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,15% (qtq) menjadi sebesar Rp138,52 Miliar. Namun
dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami kontraksi sebesar 4,74% (qtq) menjadi
sejumlah 3.253 lembar warkat.
Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat
mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang
tercatat sebesar Rp8,26 Triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi
peningkatan sebesar 2,07% (yoy) yang pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 228.669 lembar.
Dilihat dari nominal transaksi per warkat, selama triwulan I 2014 terjadi peningkatan sebesar
3,91% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp43,16 Juta per warkat apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp41,53 Juta per warkat. Secara tahunan
nilai nominal transaksi per warkat juga mengalami peningkatan sebesar 19,43% (yoy) apabila
dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp36,14 Juta per warkat.
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang
Valuta Asing (PVA)
Pada triwulan I 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat
tercatat sebanyak 36 perusahaan atau tidak mengalami perubahan apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PVA di
( Mi l i a r Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Kliring Penyerahan
- J umlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404
- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072
- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890
- R ata-R ata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168
Kliring Pengembalian
- J umlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253
- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139
- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54
- R ata-R ata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3
TOTAL
- J umlah Warkat (lbr) 232.118 257.283 289.722 295.866 225.809 245.431 246.493 262.302 230.151
- Nominal 7.543 8.370 11.018 8.601 8.160 8.772 9.798 10.894 9.933
2013Keterangan
2012 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 47
Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 cenderung mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan I 2014
jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp107,47 juta atau mengalami kontraksi
sebesar 3,81% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak
Rp111,73 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing mencapai
sebanyak Rp106,69 juta atau juga mengalami kontraksi sebesar 6,50% (qtq) apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp114,11 juta. Penurunan
tersebut antara lain dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang,
sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp630,00 Miliar atau mengalami
kontraksi sebesar 74,54% (qtq) dibandingkan dengan triwulan IV 2013 yang tercatat
sebesar Rp2,47 Triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami
peningkatan sebesar 20,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar
Rp524,00 Miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan I 2014
didominasi oleh uang pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 4,63 juta lembar (21,96% dari total
uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 4,17 juta
lembar (19,78% dari total uang kertas yang diedarkan). Hal ini didorong oleh peningkatan
kebutuhan uang pecahan kecil seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh
dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao. Selain itu,
peningkatan jumlah uang yang diedarkan antara lain didorong oleh adanya kenaikan gaji
sebesar 6% dan kompensasi guru yang baru dibayarkan pada bulan Maret 2014.
48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp1,86
Triliun atau mengalami peningkatan yang relatif signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 318,51% (qtq). Peningkatan inflow tersebut terutama terjadi
pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014. Secara tahunan jumlah uang
masuk tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 33,30% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,4 Triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk
selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang
mencapai 13,51 juta lembar (39,02% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan
pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 11,20 juta lembar (32,36% dari total uang
kertas yang masuk).
Jumlah aliran uang masuk yang lebih besar dari aliran uang yang diedarkan oleh
KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengakibatkan posisi net inflow sebesar Rp1,23
Triliun. Kondisi Net Inflow tersebut merupakan pola historis di awal tahun pasca adanya
peningkatan outflow yang lebih besar dari pada peningkatan inflow di akhir tahun.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Jan
Mar
Me
i
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
Me
i
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
2012 2013 2014
Rp10.000
Rp5.000
Rp2.000
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 49
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
Dalam rangka pelaksanaan clean money policy , KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak
edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)
penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;
dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja
sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani
penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.
Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
selama triwulan I 2014 mencapai Rp29,88 Miliar, atau mengalami peningkatan sebesar
17,03% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi
sebesar 9,28% (qtq). Hal ini didorong oleh adanya perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go
Meh dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao.
Berdasarkan denominasinya, sebagian besar uang yang ditukarkan adalah uang kertas dengan
denominasi Rp100.000,00 yang mencapai Rp19,56 Miliar atau sejumlah 195,55 ribu lembar
serta pecahan Rp50.000,00 yang mencapai Rp9,28 Miliar atau sejumlah 185,50 ribu lembar.
Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat
adalah pecahan Rp2.000,00 dengan nominal mencapai Rp4,07 Miliar atau sebanyak 2,03 juta
lembar serta pecahan uang logam Rp200,00 dengan nominal mencapai Rp310 Juta atau
sebanyak 1,56 juta keping. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui
-1.500
-1.000
-500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
2011 2012 2013 2014
Milia
r R
p
Inflow Outflow Net Outflow (RHS)
50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
penukaran langsung pada triwulan I 2014 meningkat 15,35% (yoy) dari triwulan I 2013 yang
tercatat sebesar Rp25,91 Miliar.
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara
rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling
bertujuan untuk menyediakan uan
langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.
Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah
perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama
dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui
kegiatan kas keliling mencapai Rp8,57 Miliar, atau mengalami kontraksi sebesar 4,82%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kegiatan kas
keliling selama triwulan I 2014 yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama
triwulan I 2014, kegiatan kas keliling tidak hanya dilaksanakan di dalam kota saja, namun juga
dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Sambas, Kabupaten Kubu Raya,
Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara. Secara tahunan
jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar 44,38%
(yoy) dari triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp15,4 Miliar.
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I
Uang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 92.285.627 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 101.860.658 29.880.243
100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 51.678.000 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 59.771.000 19.555.000
50.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 37.584.300 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 38.043.500 9.275.000
20.000 221.960 183.680 202.380 237.060 845.080 361.600 228.120 158.020 206.600 954.340 244.800
10.000 243.140 158.640 203.440 256.230 861.450 373.680 301.240 239.310 263.880 1.178.110 402.340
5.000 118.035 98.830 115.955 115.990 448.810 186.820 115.695 107.465 469.750 879.730 125.205
2.000 51.816 59.488 72.014 95.242 278.560 152.904 128.912 122.358 154.656 558.830 176.376
1.000 169.966 151.377 130.971 134.441 586.755 161.468 121.470 97.159 90.673 470.770 101.054
500 679 405 351 425 1.859 2.732 357 73 186 3.348 188
100 137 209 171 296 813 517 246 103 164 1.030 280
Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 47.612 2.810 2.142 3.489 6.527 14.968 2.768
1.000 5.499 4.749 195 2.544 12.987 20 8 60 210 298 225
500 9.274 5.470 2.381 4.956 22.080 1.194 1.002 2.020 3.552 7.768 1.891
200 2.368 1.555 628 846 5.397 662 273 627 1.230 2.792 838
100 2.119 1.488 654 903 5.164 694 712 754 1.373 3.533 1.013
50 1.037 362 167 38 1.604 215 147 28 163 553 823
25 314 59 7 0 380 25 0 0 0 25 0
2013Pecahan
2012
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 51
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank
Indonesia bekerjasama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan.
Kegiatan Kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang
pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi
Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang.
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang disetorkan (Outflow) melalui kas titipan
mencapai Rp149,50 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014 didominasi
oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,07 juta lembar (55,37% dari
total uang kertas yang disetorkan), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat
sebanyak 0,85 juta lembar (44,27% dari total uang kertas yang disetorkan).
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Uang Kertas 6.624.572 7.918.414 13.200.800 3.436.625 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 49.433.842 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873
100.000 1.543.500 2.303.400 4.178.500 1.561.200 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 16.132.299 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900
50.000 1.923.850 2.467.650 5.136.000 706.850 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 13.644.650 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000
20.000 842.800 1.219.420 1.164.240 442.140 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 6.412.920 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540
10.000 903.100 909.640 1.200.070 386.470 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 6.411.180 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790
5.000 952.385 723.795 1.043.825 219.785 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 4.016.765 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205
2.000 14.908 27.420 120.336 33.408 265.670 471.798 177.712 316.404 1.231.584 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584
1.000 443.020 266.543 355.985 86.705 493.463 484.137 337.030 268.234 1.582.864 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815
500 829 506 1.446 39 327 69 3 378 777 14 107 0 121 19
100 180 41 399 29 138 591 0 74 803 3 18 0 15 20
Uang Logam 428 120 0 0 407 100 310 0 817 0 2.316 0 6.019 27
1.000 0 0 0 0 177 0 100 0 277 0 0 0 508 0
500 20 0 0 0 0 0 150 0 150 0 999 0 3.808 0
200 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 952 0 664 0
100 277 100 0 0 165 100 50 0 315 0 350 0 915 27
50 70 20 0 0 65 0 10 0 75 0 15 0 124 0
25 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20132011Kas Keliling
2012
(100.000,00)
(50.000,00)
-
50.000,00
100.000,00
150.000,00
Jan Feb Mar
2014 2014 2014
Outflow Inflow Netflow
52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Sementara itu, jumlah uang yang ditarik (Inflow) melalui kas titipan selama triwulan I
2014 tercatat sebesar Rp232,76 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014
didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 1,54 juta lembar
(34,22% dari total uang kertas yang ditarik), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang
tercatat sebanyak 1,47 juta lembar (32,67% dari total uang kertas yang ditarik).
3.6.4.3 Pemusnahan
Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan
setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan
pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang
Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek
keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Selama triwulan I 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI
Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp213,52 Miliar atau mengalami kontraksi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (qtq) dimana pemusnahan tercatat
sebesar Rp308,11 Miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak
dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,47 juta lembar, Rp50.000,00
mencapai 2,06 juta lembar, serta Rp10.000,00 dan Rp5.000,00 yang masing-masing mencapai
1,94 dan 1,89 juta lembar. Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk (cash inflow) dan
menurunnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar, ratio pemusnahan uang layak edar
terhadap aliran uang masuk mengalami kontraksi dari 69,25% pada triwulan IV 2013 menjadi
sebesar 11,47% pada triwulan laporan. Rasio tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 13,16%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 53
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang
sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu
maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat
tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan
masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-
undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang
Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait
uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk
menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional
bank.
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selama triwulan I 2014, ditemukan 565 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat,
yang sumber pelaporannya sebagian besar (96,99%) dilakukan oleh pihak perbankan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Milia
r R
p
Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000
2009 111 596 12 7 2 0 0 728
2010 239 531 12 3 7 0 2 794
2011 389 286 9 0 1 0 0 685
2012 312 322 12 10 6 12 0 674
2013 643 264 5 3 2 0 0 917
2014 522 41 1 1 0 0 0 565Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565
PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH
(bilyet)
54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan
Rp100.000,00 sebanyak 522 lembar lalu diikuti oleh uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 41
lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang
palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,008% (8/1000) dari jumlah uang pecahan
Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan I 2014. Dalam rangka
pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama
dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan
melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan
masyarakat. Mengingat besarnya jumlah penemuan uang palsu yang beredar di masyarakat
tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 55
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH5
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada
triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target
APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan
belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru
mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari
triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan I 2014 tercatat
sebesar Rp874,98 miliar atau mencapai
23,46% dari target APBD Tahun
Anggaran 2014. Meskipun secara nilai
realisasi pendapatan lebih tinggi
dibandingkan triwulan I 2013 yang
mencapai Rp809,37 miliar, namun
kenaikan target pendapatan dalam APBD
2014 sebesar 12,76% (yoy)
menyebabkan rasio realisasi pendapatan
mengalami penurunan dari triwulan I
2013 yang mencapai 24,47%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014
juga relatif belum optimal, tercermin dari realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014
yang baru mencapai Rp258,37 triliun atau 6,88% dari target APBD. Kondisi tersebut
dikarenakan pencairan anggaran di awal tahun masih dalam proses persetujuan sehingga
mempengaruhi penyerapan anggaran belanja. Meskipun demikian, realisasi penyerapan belanja
tersebut, baik secara nilai dan rasio menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari
realisasi penyerapan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang mencapai Rp225,37
miliar atau 6,49% terhadap target tahun anggaran 2013. Penyerapan belanja pada triwulan I
5 Dikarenakan ketersediaan data yang terbaru, maka data yang dianalisa pada periode laporan hanya mencakup kinerja keuangan pemerintah provinsi.
2013 2014 I 2013 I 2014 2013 2014
Pendapatan 3,307.93 3,729.90 809.37 874.98 24.47 23.46
Belanja 3,469.97 3,754.90 225.37 258.37 6.49 6.88
KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014
24.47
6.49
23.46
6.88
0
5
10
15
20
25
30
Pendapatan Belanja
%
I 2013
I 2014
56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2014 tersebut diharapkan dapat lebih dioptimalkan pada periode-periode berikutnya,
khususnya untuk belanja Modal serta Barang dan Jasa agar realisasi pembangunan proyek
infrastruktur yang telah direncanakan di awal tahun dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai
target serta memberikan multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan Barat.
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Berdasarkan komponennya, kenaikan
realisasi pendapatan pada triwulan I
2014 terutama didorong oleh
peningkatan realiasasi Dana
Perimbangan. Tercatat realisasi Dana
Perimbangan pada triwulan I 2014
mencapai Rp 765,18 miliar meningkat
9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang
mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu,
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga
mengalami kenaikan realisasi pada
triwulan I 2014, masing-masing
mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga
komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan
24,87%.
Secara lebih mendalam dapat
diketahui bahwa realisasi PAD pada
triwulan I 2014 terutama didorong
oleh realisasi Pajak Daerah, sementara
Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD
yang Sah mangalami penurunan.
Tercatat, realisasi masing-masing
komponen tersebut pada triwulan I
2014 mencapai Rp282,84 miliar,
Rp11,80 miliar dan Rp10,53 miliar.
Kontribusi terbesar dimiliki oleh Pajak
Daerah mencapai 92,68% dengan tingkat kenaikan mencapai 15,60% dibandingkan triwulan I
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan
Barat
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)
PAD289.05
PAD669.35
Dana Perimbangan
391.47
Dana Perimbangan
765.18 Lain-lain Pendapatan
yang Sah
128.85
Lain-lain Pendapatan
yang Sah
258.72
I 2013 I 2014
244.68
282.84
22.76 11.80 21.61 10.53
I 2013 I 2014
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 57
2013. Sementara kontribusi dan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah masing-masing
mencapai 3,87% dan 3,45%. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi
komponen Pajak Daerah mencapai 19,78%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah tersebut salah
satunya disebabkan oleh penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%.
Sementara itu, realisasi Dana
Perimbangan pada triwulan I
2014 didorong oleh tingginya
realisasi Dana Alokasi Umum
(DAU). Pada triwulan laporan,
realisasi DAU di Provinsi Kalimantan
Barat tercatat mencapai Rp430,07
miliar, meningkat 12,71% dari
realisasi triwulan I 2013. Kenaikan
realisasi DAU tersebut tidak terlepas
dari persiapan pelaksanaan pemilu
legislatif yang dilaksanakan pada awal triwulan II 2014. Selain itu, penyaluran DAU juga
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan
pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat di daerah. Lebih lanjut, tingginya realisasi Dana Perimbangan yang lebih
tinggi dibandingkan PAD pada triwulan I 2013 mengindikasikan bahwa tingkat
kemandirian daerah masih belum optimal. Tercatat rasio PAD terhadap total penerimaan
daerah pada triwulan I 2014 mencapai 39,53%, sementara rasio Dana Perimbangan mencapai
45,19%.
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar)
PAD Dana
Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan yang
Sah
Total
Penerimaan
Daerah
PAD/TPD Dana
Perimbangan/TPD
Lain-
lain/TPD
669.35 765.18 258.72 1,693.25 39.53% 45.19% 15.28%
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)
Dana Bagi Hasil Pajak & Non
Pajak
9.90 -
DAU381.57
DAU430.07
I 2013 I 2014
58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
4.2. Realisasi Belanja Daerah
Realisasi penyerapan belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan I 2014
relatif lebih baik dari periode
sebelumnya. Tercatat rasio
penyerapan anggaran Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan I
2014 mencapai 8,92% dari target
anggaran belanja 2014. Rasio
tersebut relatif meningkat
dibanding triwulan I 2013 yang
mencapai 8,47%. Realisasi penyerapan belanja tersebut masih didorong oleh Belanja Tidak
Langsung (Belanja Rutin). Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan I 2014
mencapai 77,17% dari total belanja, dengan rasio realisasi Belanja Tidak Langsung terhadap
target anggaran 2014 mencapai 12,37%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja
Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 22,83%
dari target anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014
mencapai 4,59%. Besarnya gap realisasi komponen belanja yang relatif besar tersebut
mengindikasikan bahwa pelaksanaan proyek khususnya pembangunan infrastruktur masih
dapat lebih dioptimalkan.
Secara lebih mendalam, diketahui
bahwa tingginya realisasi Belanja
Tidak Langsung/rutin salah satunya
didorong oleh penyerapan belanja
hibah. Kondisi tersebut relatif
sejalan dengan alokasi DAU, terkait
persiapan pelaksanaan pemilu
legislatif yang dilaksanakan pada
awal triwulan II 2014. Pada
triwulan I 2014, nilai realisasi
belanja hibah mencapai Rp160,39
miliar, atau 23,93% dari target
tahun anggaran 2014. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp97,98 miliar
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
12,48
4,12
12,37
4,59
0
2
4
6
8
10
12
14
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
%
I 2013
I 2014
82,92
142,45
97,98
160,39
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Belanja Pegawai Belanja Hibah
Rp. Miliar
I 2013
I 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 59
atau 16,99% dari target tahun 2014. Nilai realisasi belanja gaji pada triwulan I 2014 berada di
level yang cukup tinggi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan gaji PNS sebesar 6% dan
pembayaran kompensasi guru.
Sementara itu, realisasi komponen
Belanja Langsung yang digunakan untuk
pelaksanaan proyek masih belum
optimal, mencapai 4,59% dari target
APBD Tahun Anggaran 2014. Realisasi
Belanja Langsung tersebut terutama
didorong oleh penyerapan Belanja
Barang dan Jasa yang secara nilai
mencapai Rp54,30 miliar, atau 5,56%
dari target tahun anggaran 2014.
Penyerapan Belanja Barang dan Jasa
tersebut salah satunya dipicu oleh
realisasi proyek pembangunan jalan lingkar bandara sepanjang 2,16 km dengan biaya
pembangunan mencapai Rp10,7 miliar. Meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan
triwulan I 2013, rasio penyerapan belanja Barang & Jasa pada triwulan I 2014 masih berada di
level yang relatif rendah sebesar 5,56%, naik dari triwulan I 2013 yang mencapai 5,53%.
Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan I 2014 mencapai Rp6,86 miliar, atau
1,27% dibanding target 2014. Relatif kurang optimalnya penyerapan belanja Modal dan
belanja Barang dan Jasa pada triwulan I 2014 tersebut perlu mendapat perhatian mengingat
kedua komponen belanja ini berperan besar terhadap kelancaran pelaksanaan proyek
pembangunan daerah.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
Belanja Pegawai
12,53
Belanja Pegawai
15,27
Belanja Barang &
Jasa
53,85
Belanja Barang &
Jasa
54,30
Belanja Modal
2,28
Belanja Modal
6,86
I 2013 I 2014
Rp. Miliar
60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 61
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Ketenagakerjaan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,
jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,
atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada
bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang
tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari
2014.
Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari
2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami
penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu
orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka
Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari
2012 sebesar 3,09%.
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
2014
Feb Ags Feb Ags Feb Ags ' 13 ( %) Feb ' 13 ( %)
J uml ah Penduduk Us i a Ker j a 3. 031 3. 041 3. 228 3. 068 3. 280 6, 91 1, 61
Angkat an Ker j a 2. 258 2. 183 2. 348 2. 140 2. 369 10, 69 0, 89
a. Beker j a 2. 182 2. 107 2. 276 2. 054 2. 309 12, 42 1, 45
b. Penganggur an 76 76 73 86 60 - 30, 51 - 17, 81
Ti ngkat Par t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %) 74, 50 71, 77 72, 74 69, 75 72, 21
Ti ngkat Penganggur an Ter buka ( %) 3, 36 3, 48 3, 09 4, 03 2, 53
2012Ket er angan
Per ubahan Feb ' 14 Thdp2013
62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi
pada sektor informal, yaitu mencapai 1.514
ribu orang, atau 65,57% dari total jumlah
penduduk yang bekerja. Penduduk yang
bekerja di sektor informal tersebut terdiri
penduduk yang berusaha sendiri, penduduk
yang berusaha dibantu buruh tidak tetap,
pekerja bebas serta pekerja keluarga, yang
jumlahnya masing-masing mencapai 25,17%,
32,63%, 6,80% dan 35,40% dari total
penduduk yang bekerja di sektor informal.
Sementara jumlah penduduk yang bekerja di
sektor formal, baik yang berstatus sebagai
pengusaha yang memiliki buruh/karyawan
tetap, maupun sebagai buruh/karyawan, mencapai 795 ribu jiwa, atau 34,43% dari total
penduduk yang bekerja.
Ditinjau dari sisi sektoral, tingkat
penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi
di sektor pertanian, dengan pangsa
sebesar 57,21% dari total penduduk yang
bekerja di Kalimantan Barat, diikuti oleh
oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa
yang masing-masing tercatat sebesar
14,77% dan 12,65%. Tingginya penyerapan
tenaga kerja di sektor pertanian sejalan
dengan struktur perekonomian Kalimantan
Barat yang masih ditopang oleh sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan.
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa)
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor
381
494
81 714
103
536
Berusaha sendiri
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
Berusaha dibantu buruh tetap
Buruh/ karyawan
Pekerja bebas
Pekerja keluarga
57,21%
4,20%3,16%
4,68%
14,77%
1,91% 1,17%12,65%
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri LGA
Konstruksi Perdagangan
Transportasi Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 63
5.2 Kesejahteraan
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan
indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara
membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin
tinggi tingkat kesejahteraan petani.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan
Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks
harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.
Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan
kecenderungan yang menurun dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Maret 2014
mengalami penurunan sebesar 0,40% (yoy) dibandingkan NTP bulan Maret 2013 yang tercatat
sebesar 96,78. Hal ini dipengaruhi oleh indeks harga yang dibayar petani meningkat lebih besar
dari indeks harga yang diterima petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar
5,12% (yoy) dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar 104,44. Sementara
indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih kecil yaitu sebesar 4,70% (yoy)
dibandingkan dengan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 101,08.
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan
Maret 2014 sebesar 105,83, atau meningkat 1,77% (qtq) dibandingkan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 103,99. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh adanya
peningkatan pada indeks yang dibayar petani, meskipun tidak sebesar peningkatan indeks yang
diterima petani. Pada bulan Maret 2013 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 109,78,
atau meningkat 1,63% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode
Desember 2013 sebesar 108,02. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang
diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4,
64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
laju pertumbuhan It mengalami perlambatan, sementara pertumbuhan Ib cenderung lebih
tinggi. Kondisi sektor pertanian yang kurang optimal menjadi salah satu penyebab
melambatnya indeks yang diterima petani (lihat Bab I). Hal ini mengindikasikan bahwa laju
kenaikan penghasilan yang diterima petani lebih lambat dibandingkan dengan laju peningkatan
biaya yang harus dibayarkan untuk konsumsi dan pembelian barang modal.
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014
Pergerakan NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2014 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Desember 2013. Periode Maret
2014 tercatat sebesar 96,40, atau meningkat 0,15% (qtq) apabila dibandingkan dengan
periode Desember 2013 sebesar 96,26. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan subsektor
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan
Desember 2013. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija yang
mengalami peningkatan sebesar 3,43% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar 2,76%
(qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 2,43% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara
keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami peningkatan. Ib
yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perkebunan Rakyat sebesar 1,81%
(qtq), lalu diikuti oleh subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,63% (qtq), dan subsektor Padi
Palawija sebesar 1,53% (qtq).
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
112
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
2012 2013 2014
NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%
-0,50%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar
2012 2013 2014
Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 65
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Pada bulan Maret 2014 sebagian besar NTP subsektor mengalami peningkatan, kecuali
NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan subsektor Peternakan dimana masing-masing
mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dan 0,25% (qtq). Peningkatan paling besar
terjadi pada NTP subsektor Padi Palawija yaitu sebesar 1,87% (qtq) diikuti dengan kontraksi NTP
subsektor Hortikultura dan NTP subsektor Perikanan Tangkap masing-masing sebesar 1,22%
(qtq) dan 0,80% (qtq).
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Maret 2014 sebesar 96,97 atau
mengalami peningkatan sebesar 1,87% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 95,19. Relatif kecilnya NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada
triwulan I 2014 (<100) disebabkan level indeks harga yang dibayar (Ib) petani Tanaman Padi
dan Palawija lebih besar dari level indeks harga yang diterima (It) petani. Indeks harga yang
dibayar petani padi palawija sebesar 110,75 atau meningkat sebesar 1,53% (qtq) dibandingkan
Desember 2013. Sementara indeks harga yang diterima petani padi palawija mengalami
peningkatan sebesar 3,43% (qtq) menjadi 107,39.
NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Maret 2014 sebesar 104,33 atau mengalami
peningkatan 1,22% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,07.
Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura
lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura.
Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 110,43 atau meningkat sebesar 1,52%
(qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,78. Sedangkan indeks harga
yang diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,76% (qtq) menjadi 115,20.
2014
Mar J un Sep Des Mar J un Sep Des Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)
1. I ndeks Har ga Yang Di t er i ma Pet ani99, 57 99, 25 100, 23 100, 74 101, 08 100, 44 102, 00 103, 99 105, 83 1, 77% 4, 70%
1. 1. Padi Pal awi j a 99, 07 99, 22 100, 48 102, 75 103, 24 102, 72 103, 97 103, 83 107, 39 3, 43% 4, 02%
1. 2. Hor t i kul t ur a 102, 91 104, 73 105, 69 106, 15 106, 20 105, 70 111, 35 112, 11 115, 20 2, 76% 8, 48%
1. 3. Per kebunan Raky at 101, 62 99, 59 100, 18 98, 15 98, 28 96, 77 97, 08 102, 71 102, 93 0, 21% 4, 73%
1. 4. Pet er nakan 96, 47 96, 44 96, 72 97, 34 97, 64 98, 09 100, 68 101, 45 102, 66 1, 19% 5, 14%
1. 5. Per i kanan 100, 68 101, 08 102, 69 102, 62 103, 60 104, 58 105, 90 105, 74 108, 04 2, 18% 4, 29%
1. 5. 1. Per i kanan Tangkap 107, 75 110, 37 2, 43%
1. 5. 2. Per i kanan Budi day a 102, 73 104, 56 1, 78%
2. I ndeks Har ga Yang Di bayar Pet ani99, 30 100, 25 101, 78 102, 74 104, 44 104, 88 107, 15 108, 02 109, 78 1, 63% 5, 12%
2. 1. Padi Pal awi j a 99, 68 100, 65 102, 29 103, 17 105, 05 105, 49 108, 07 109, 08 110, 75 1, 53% 5, 43%
2. 2. Hor t i kul t ur a 99, 45 100, 41 102, 14 103, 27 104, 97 105, 48 107, 78 108, 78 110, 43 1, 52% 5, 20%
2. 3. Per kebunan Raky at 99, 45 100, 39 101, 79 102, 90 104, 45 104, 92 106, 64 107, 39 109, 33 1, 81% 4, 68%
2. 4. Pet er nakan 98, 78 99, 68 100, 97 101, 82 103, 52 103, 82 105, 89 106, 65 108, 19 1, 44% 4, 51%
2. 5. Per i kanan 100, 49 101, 39 102, 73 103, 58 104, 49 105, 02 107, 62 108, 32 109, 97 1, 52% 5, 24%
2. 5. 1. Per i kanan Tangkap 108, 47 110, 24 1, 63%
2. 5. 2. Per i kanan Budi day a 108, 10 109, 57 1, 36%
3. Ni l ai Tukar Pet ani 100, 27 99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26 96, 40 0, 15% - 0, 40%
3. 1. Padi Pal awi j a ( NTPP) 99, 38 98, 58 98, 23 99, 60 98, 28 97, 37 96, 22 95, 19 96, 97 1, 87% - 1, 33%
3. 2. Hor t i kul t ur a ( NTPH) 103, 48 104, 31 103, 49 102, 80 101, 17 100, 22 103, 32 103, 07 104, 33 1, 22% 3, 12%
3. 3. Per kebunan Raky at ( NTPR) 102, 17 99, 19 98, 42 95, 38 94, 09 92, 22 91, 03 95, 64 94, 15 - 1, 56% 0, 06%
3. 4. Pet er nakan ( NTPT) 97, 66 96, 75 95, 80 95, 61 94, 33 94, 50 95,09 95,13 94,89 - 0, 25% 0, 59%
3. 5. Per i kanan ( NTPN) 100, 17 99, 67 99, 95 99, 06 99, 12 99, 56 98, 38 97, 61 98, 24 0, 65% - 0, 89%
3. 5. 1. Per i kanan Tangkap 99, 33 100, 12 0, 80%
3. 5. 2. Per i kanan Budi day a 95, 04 95, 43 0, 41%
No Ur ai an2012 2013 Per t umbuhan t hd
66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Maret 2014 sebesar 94,15 atau
mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 95,64. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami
peningkatan sebesar 0,21% (qtq) dari posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 102,71.
Indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Maret 2014 sebesar 109,33
atau mengalami peningkatan sebesar 1,81% (qtq).
NTP subsektor Peternakan pada Maret 2014 sebesar 94,89 atau mengalami kontraksi
sebesar 0,25% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,13.
Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Maret 2014 sebesar 102,66 atau
meningkat sebesar 1,19% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga
mengalami peningkatan sebesar 1,44% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 106,65.
NTP subsektor Perikanan pada Maret 2014 sebesar 98,24 atau mengalami peningkatan
sebesar 0,65% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat 97,61. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan
sebesar 2,18% (qtq) yang tercatat 108,04, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani
subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,52% (qtq) yang tercatat
109,97 dibandingkan dengan Desember 2013.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Pada bulan Maret 2014, seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami
peningkatan NTP gabungan dibandingkan dengan posisi Desember 2013. Peningkatan
terbesar terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur dengan peningkatan NTP sebesar 1,19% (qtq),
selanjutnya diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,77% (qtq), Provinsi Kalimantan
Barat sebesar 0,15% (qtq) dan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,08% (qtq). Namun
apabila dibandingkan dengan Bulan Maret 2013, sebagian provinsi di wilayah Kalimantan
mengalami kontraksi kecuali Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang masing-masing
mengalami peningkatan sebesar 1,22% (yoy) dan 0,02% (yoy). Kontraksi terbesar terjadi pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,40% (yoy), lalu diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar
0,16% (yoy).
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,40,
bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila
dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 67
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 102,49, lalu diikuti oleh
Kalimantan Selatan sebesar 101,21 dan Kalimantan Timur sebesar 99,71.
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
2014
Mar J un Sep Des Mar J uni Sep Des Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)
1 100, 27 99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26 96, 4 0, 15% - 0, 40%
2 102, 97 102, 37 102, 05 101, 75 101, 25 101, 49 100, 26 102, 41 102, 49 0, 08% 1, 22%
3 103, 10 102, 66 102, 46 101, 92 101, 19 101, 29 99, 31 100, 44 101, 21 0, 77% 0, 02%
4 102, 75 102, 42 102, 22 101, 30 99, 87 99, 32 98, 14 98, 54 99, 71 1, 19% - 0, 16%
Per t umbuhan t hd2013
Kal i mant an Bar at
Kal i mant an Tengah
Kal i mant an Sel at an
No Ur ai an2012
Kal i mant an Ti mur
68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 69
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1 Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat
pada triwulan II 2014 diperkirakan
mengalami akselerasi jika
dibandingkan triwulan I 2014
yang tumbuh 4,69% (yoy).
Perekonomian Kalimantan Barat
pada triwulan mendatang
diperkirakan tumbuh pada kisaran
5,1 5,6% (yoy). Akselerasi
diperkirakan didorong oleh
meningkatnya aktivitas bisnis pada
triwulan mendatang. Optimisme
terhadap perkembangan ekonomi
pada triwulan mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dimana terdapat peningkatan SBT pada triwulan II 2014 sebesar 8,65% dibandingkan dengan
triwulan I 2014.
Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan
terutama didorong oleh konsumsi, baik
konsumsi swasta maupun konsumsi
pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan
Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada
April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan
meningkat seiring dengan periode liburan
sekolah pada akhir triwulan II 2014.
Peningkatan konsumsi juga ditunjukkan oleh
perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada
triwulan II 2014 sebesar 115,14, yang
menunjukkan optimisme masyarakat akan
kondisi ekonomi dibandingkan triwulan I 2014,
dimana realisasi ITK tercatat sebesar 114,80. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi,
juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri
pengolahan. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Ekspor
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy)
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat
4.00%
4.50%
5.00%
5.50%
6.00%
6.50%
7.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2P
2012 2013 2014
109.06
107.47
110.13
109.62
111.61
111.70
108.74
108.86
109.25
107.47
108.05
108.12
111.56
114.58
111.50
111.47
108.54
114.80
115.14
100 105 110 115 120
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
2013
2014
70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Kalimantan Barat diperkirakan masih tumbuh lambat sebagai dampak terhentinya ekspor
bauksit dan masih rendahnya ekspor karet. Permintaan karet diperkirakan relatif menurun
seiring dengan tren perlambatan ekonomi yang terjadi di negara eksportir karet utama
Kalimantan Barat, yaitu Tiongkok.
Dari sisi sektoral, sektor yang
diperkirakan mendorong akselerasi
perekonomian di triwulan II 2014
adalah sektor angkutan dan jasa seiring
dengan pelaksanaan Pemilihan Umum
Calon Anggota Legislatif. Sektor
industri pengolahan juga diperkirakan
akan tumbuh lebih baik, khususnya
didorong oleh industri kelapa sawit,
dimana permintaan akan CPO
diperkirakan meningkat, antara lain
didorong oleh permintaan CPO sebagai
bahan baku biodiesel. Dari sisi harga
internasional, harga CPO juga diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan.
Sementara itu, kinerja industri pengolahan karet diperkirakan masih belum optimal seiring
dengan melemahnya permintaan Tiongkok. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan akan
tumbuh moderat, dimana sub sektor tabama, khususnya padi, sudah melewati masa panen,
sehingga kinerja pada triwulan mendatang diperkirakan tidak akan optimal. Dari sisi sub sektor
perkebunan, perkebunan karet juga diperkirakan tidak akan tumbuh optimal akibat
berlangsungnya periode wintering tanaman karet pada awal triwulan mendatang.
Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan
relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 5,4%-5,9% (yoy). Dari
sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat
kontraksi pada ekspor komoditas utama bauksit dan perlambatan ekspor karet seiring dengan
melambatnya permintaan dari negara Tiongkok. Sementara itu, faktor pendorong
perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh
pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan
pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta smelter. Dari sisi sektoral,
perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertambangan. Sementara, faktor
pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor pertanian dan
sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja perkebunan kelapa
sawit dan industry pengolahannya.
Sumber : Bloomberg
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II P
2012 2013 2014
USD cent/kg
USD/metric ton
CPO Karet (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 71
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah
Inflasi Provinsi Kalimantan Barat
pada triwulan II 2014 diperkirakan
masih berada pada level yang cukup
tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh
hasil Survei Konsumen pada triwulan I
2014, ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang berada di level
yang relatif tinggi. Tercatat, indeks
ekspektasi inflasi masyarakat dalam
jangka pendek (3 bulan yang akan datang) mencapai level 176, sementara ekspektasi jangka
panjang (6 bulan yang akan datang) mencapai level 180. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih
tinggi dibanding triwulan IV 2013 yang masing-masing mencapai 154,8 dan 162,5.
Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014
diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai
bulan Mei 2014 berpotensi memberikan tekanan inflasi, meskipun lebih bersifat second round
effect. Selain itu, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% berpotensi
memicu kenaikan tekanan inflasi kelompok transportasi. Kondisi tersebut berpotensi semakin
tinggi mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung musim liburan sekolah yang dapat
membuat tekanan permintaan jasa transportasi.
Dari sisi produksi, masa tanam yang diperkirakan berlangsung pada awal triwulan II 2014
diperkirakan membuat ketersediaan pasokan bahan pangan khususnya beras menjadi lebih
terbatas sehingga dapat berpengaruh terhadap kestabilan harga. Selain itu, kondisi cuaca yang
diperkirakan mengalami fenomena El Nino menambah potensi tekanan produksi dan distribusi
komoditas.
Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara
lain pengaruh pelaksanaan pemilu yang relatif minimal. Kondisi tersebut tercermin dari laju
inflasi April 2014 yang mengalami deflasi sebesar 0,01% (mtm), dimana pada bulan April 2014
berlangsung pemilu legislatif.
Sumber : Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
120
130
140
150
160
170
180
190I-
2013
II-2
013
III-2
013
IV-2
01
3
I-2
01
4
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek
Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Dari sisi imported inflation, tren
penurunan harga komoditas global
seperti emas diperkirakan dapat
memberikan pengaruh positif terhadap
inflasi. Harga minyak secara global
berada pada tren menurun disebabkan
oleh pasokan yang meningkat,
khususnya bersumber dari negara-
negara OECD. Selain itu, nilai tukar
Rupiah berada di level yang relatif stabil
pada kisaran Rp11.000 per USD.
Berdasarkan beberapa faktor yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5%
(yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan
berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam
(down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya
wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis sehingga diperkirakan shock akibat
lonjakan inflasi administered price cenderung terkendali. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi relatif terkelola dengan baik. Kondisi tersebut didukung dengan pemahaman pemerintah
daerah terhadap inflasi yang semakin tinggi, seiring penguatan koordinasi pengendalian inflasi
melalui pembentukan TPID di berbagai Kab./Kota. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle
harga komoditas internasional, ditandai dengan perkembangan harga komoditas yang
cenderung melandai, seperti emas. (4) Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca pada 2014
cenderung stabil sehingga dapat mendukung produksi pangan dan menjaga ketersediaan
pasokan, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan
harga BBM yang telah direalisasi pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor
resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,
antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi (produsen dan konsumen)
masih relatif lebar. (2) Nilai tukar cenderung rentan terhadap kondisi eksternal sehingga
berpotensi mengalami fluktuasi dan memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial
politik pasca pemilu presiden.
Sumber : BI, diolah
Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 xiii
LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Menurut Kota
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan
Makanan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 4.29 6.26 2.17 1.74 1.46 -1.19 1.77 0.52 3.60 4.56 -0.48 -1.34 4.51 5.24 -1.66 -2.15 5.30 -1.28
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.06 -0.09 1.06 0.71 0.15 0.33 0.32 1.20 3.23 2.52 2.07 2.34 0.43 1.31 1.22 0.72 3.09 0.06
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1.84 1.03 1.46 0.77 2.18 0.18 1.22 0.10 3.15 0.74 0.97 0.41 4.96 1.62 3.04 0.78 1.23 0.65
Sandang 0.90 0.73 0.68 -0.39 0.63 1.45 2.11 0.45 0.39 0.19 0.49 -1.07 3.23 1.16 -2.15 1.70 1.74 0.20
Kesehatan 0.78 0.06 1.42 1.33 2.06 -0.84 3.69 1.39 3.62 -0.43 1.23 1.91 2.39 2.33 2.63 1.53 2.84 1.05
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.21 0.79 0.09 -0.74 0.76 4.77 -0.24 0.16 0.48 0.67 0.17 0.11 7.68 7.18 0.38 0.92 1.15 0.39
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.26 -0.88 1.51 2.98 8.30 5.14 -3.66 -2.16 -2.73 1.19 9.18 3.20 5.90 -1.08 3.99 6.00 -1.89 -1.76
Umum 2.20 1.95 1.45 1.30 2.34 0.80 0.47 0.11 2.08 2.15 1.91 0.63 4.09 2.45 1.10 0.79 1.97 -0.34
Tw I
20142012 2013
Tw IVTw IIITw IITw ITw IVTw IIITw IITw IKelompok
-0.66
-8 -6 -4 -2
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Umum
% (qtq)
Andil I-2014
Andil I-2014
2014
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 4.29 6.26 2.17 1.74 1.46 -1.19 1.77 0.52 3.60 4.56 -0.48 -1.34 4.51 5.24 -1.65 -2.15 5.30 6.74
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3.75 4.60 0.03 0.01 5.26 0.26 1.00 0.05 0.94 0.02 1.56 0.70 3.82 4.52 -1.10 2.66 1.31 1.67
Daging dan Hasil-hasilnya 12.10 5.88 -9.48 -7.29 -1.99 -3.20 8.27 -1.69 1.15 3.49 -4.26 -2.50 18.27 11.78 -12.32 -9.30 1.32 1.68
Ikan Segar 2.22 9.33 10.90 16.82 -1.97 -4.30 -0.26 8.61 4.38 5.02 -1.60 -1.13 4.31 4.67 0.24 -11.07 3.46 12.45
Ikan Diawetkan 3.19 -0.12 0.95 10.97 1.13 1.91 0.16 -3.87 1.69 2.00 13.20 8.47 2.43 3.63 5.53 3.34 2.92 -0.65
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2.00 1.26 0.15 -1.04 0.71 -0.53 -1.75 -0.07 6.33 9.05 -0.22 -4.17 2.70 4.60 -2.08 -0.39 8.22 -3.12
Sayur-sayuran 6.98 14.48 5.33 0.24 4.36 0.16 8.14 -5.57 4.01 11.16 -2.23 -4.47 -6.30 7.35 4.12 -0.19 15.97 29.33
Kacang - kacangan -0.24 2.95 0.19 1.91 0.04 1.62 0.06 4.93 1.68 2.92 2.78 -1.30 7.00 -0.28 2.16 4.05 3.27 0.87
Buah - buahan 4.82 3.12 4.91 -0.31 12.44 6.60 2.87 -0.44 -4.61 3.59 5.60 4.77 4.65 1.24 1.84 2.37 6.54 3.88
Bumbu - bumbuan -1.62 1.66 12.94 5.69 -8.57 -4.75 1.46 2.66 27.71 14.98 -7.90 -8.49 7.74 2.55 0.51 4.56 12.34 12.36
Lemak dan Minyak 4.22 11.37 -0.35 -1.92 1.62 -3.43 -5.29 -3.91 1.01 2.43 -0.85 -0.87 -4.00 2.05 5.02 0.04 3.67 2.14
Bahan Makanan Lainnya 0.55 0.00 2.76 0.00 -0.77 0.41 0.00 2.96 6.46 0.25 1.37 0.25 0.57 0.48 1.11 3.75 9.51 2.40
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2013
Tw I Tw IVTw IIITw IIKelompok
2012
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.06 -0.09 1.07 0.59 0.15 0.47 0.32 0.92 3.31 2.85 2.09 2.34 0.43 1.31 1.23 0.72 3.09 0.87
- Makanan jadi 0.61 0.00 0.00 0.19 0.05 0.15 0.00 0.52 2.44 2.78 1.60 2.46 0.17 0.77 0.74 0.48 1.99 0.70
- Minuman tidak beralkohol 2.86 -3.01 2.04 0.81 0.17 -0.45 1.55 2.42 4.88 3.81 2.12 -2.07 1.26 2.92 2.26 1.68 6.43 -0.43
- Tembakau dan minuman beralkohol 0.69 1.65 3.05 1.11 0.39 1.54 0.04 0.69 4.17 2.16 3.37 4.86 0.37 1.38 1.57 0.62 3.63 1.88
2014
Kelompok
2012
Tw I Tw II Tw IVTw III
2013
Tw IVTw I Tw II Tw III Tw I
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.84 1.03 1.46 0.77 2.18 0.18 1.22 0.10 3.15 0.74 0.97 0.41 4.96 1.62 3.08 0.78 1.23 4.78
- Biaya tempat tinggal 3.07 1.27 1.64 1.24 3.41 0.27 1.77 0.04 4.12 0.62 0.60 0.06 6.42 1.68 3.46 0.47 0.34 6.05
- Bahan bakar, penerangan dan air -0.11 0.08 0.07 0.03 0.13 0.01 0.07 -0.01 1.18 1.10 1.41 1.18 3.29 1.44 1.41 1.40 1.91 3.66
- Perlengkapan rumah tangga 1.83 2.59 1.75 0.61 1.47 0.01 2.33 1.13 2.25 0.54 2.23 0.15 1.96 3.05 4.95 0.04 5.26 1.61
Penyelenggaraan rumah tangga 0.11 1.50 3.06 0.27 0.93 0.41 0.01 -0.16 2.86 0.14 1.07 0.28 3.21 0.25 3.21 1.59 1.62 3.27
Kelompok Tw III Tw IVTw IITw III
2012
Tw IVTw IITw I Tw I
2013
Tw I
2014
xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok
Kesehatan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Sandang 0.90 0.73 0.68 -0.39 0.63 1.45 2.11 0.45 0.39 0.19 0.49 -1.07 3.23 1.16 -2.09 1.70 1.74 0.57
- Sandang laki-laki 1.25 0.97 1.60 -0.61 0.25 0.10 2.29 0.49 -0.15 1.26 0.39 0.35 1.87 0.07 1.02 3.84 1.26 0.00
- Sandang wanita 1.24 0.23 0.51 0.11 1.06 0.46 0.21 0.01 1.37 0.54 0.22 0.12 1.09 0.60 0.71 0.99 3.73 0.24
- Sandang anak-anak 0.04 0.00 0.51 -0.19 0.33 0.52 6.75 0.11 0.09 0.10 1.30 0.03 1.56 0.10 1.80 2.77 2.64 0.15
- Barang pribadi dan sandang lain 0.82 1.94 0.14 -1.02 0.82 5.70 0.78 1.31 0.33 -1.49 0.27 -5.70 6.97 4.71 -8.32 -1.43 0.20 3.30
Tw I
2014
Kelompok Tw IIITw ITw III Tw II
2013
Tw IV
2012
Tw IVTw I Tw II
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Kesehatan 0.78 0.06 1.42 1.33 2.06 -0.84 3.69 1.39 3.62 -0.43 1.23 1.91 2.39 2.33 2.65 1.53 2.84 2.26
- Jasa kesehatan 0.05 0.00 0.00 0.04 5.38 0.00 7.93 0.00 4.02 0.00 1.33 0.17 2.78 1.73 1.56 0.53 3.86 2.53
- Obat-obatan -0.12 0.38 1.45 0.13 0.27 -5.13 0.89 5.67 5.11 -7.22 0.05 6.54 1.00 -0.11 3.12 3.00 0.29 1.20
- Jasa perawatan jasmani 3.74 0.00 0.00 0.00 0.89 5.25 5.87 0.00 4.85 2.41 0.86 0.00 9.48 1.13 9.47 9.24 9.86 0.25
- Perawatan jasmani dan kosmetik 0.98 -0.11 2.62 3.62 0.91 0.41 1.50 0.10 2.52 3.37 1.71 0.91 1.04 4.63 1.66 0.32 1.49 2.78
Tw I
2014
Tw ITw IV
2012
Tw I Tw III
2013
Tw IVTw IIITw IITw IIKelompok
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.21 0.79 0.09 -0.74 0.76 4.77 -0.24 0.16 0.48 0.67 0.17 0.11 7.68 7.18 5.17 0.92 1.15 0.77
- Jasa pendidikan 0.00 0.37 0.00 0.00 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00 1.29 0.00 0.05 11.81 5.95 16.51 0.82 0.00 0.52
- Kursus-kursus/pelatihan 0.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.82 0.00 0.00 0.28 3.40 0.00 5.77 1.22
- Perlengkapan/peralatan pendidikan 0.09 0.31 -1.15 -3.55 -0.53 2.12 -0.38 -0.26 0.53 0.47 1.33 -0.09 0.44 0.35 1.09 3.16 2.64 3.04
- Rekreasi 0.67 1.50 1.26 -0.27 2.83 17.14 -1.15 0.72 1.61 -0.32 -0.33 0.50 2.93 14.85 12.87 0.00 1.52 -0.14
- Olahraga 0.89 8.22 0.03 0.00 0.00 1.27 1.39 0.00 5.16 2.27 0.93 -1.48 0.27 0.00 0.18 0.00 5.62 0.00
Tw III Tw IIITw IITw II Tw IV Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Kelompok Tw I Tw I
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.26 -0.88 1.58 0.99 8.65 1.83 -2.95 -0.71 -1.03 1.86 9.61 3.20 7.87 -1.08 4.86 6.00 -1.89 -0.91
- Transpor 2.93 -1.40 2.15 1.64 12.65 2.99 -3.83 -1.24 -0.52 3.91 14.13 4.91 11.65 -1.77 7.04 9.15 -2.96 -1.54
- Komunikasi dan pengiriman 0.03 0.00 0.00 0.00 0.29 0.00 -0.57 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.29 0.00 0.19 0.00 -0.12 0.00
- Sarana dan penunjang transpor 2.45 0.00 1.23 0.09 0.08 0.00 1.79 0.34 1.48 -0.51 0.23 0.02 1.76 0.80 0.31 -0.04 1.26 0.78
- Jasa keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.79 1.15 0.00 0.00 0.45 0.66 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tw I Tw II Tw III Tw I
2014
Kelompok Tw I Tw II Tw III
2012
Tw IV
2013
Tw IV
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 xv
DAFTAR ISTILAH
PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah
yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk
skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto).
Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu
periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IHK).
Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga
Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.
Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)
Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang
mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK
akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).
BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara
periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal
(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga
indikatif yang hanya merupakan reference rate sebagai sinyal respon
kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
tidak efisien operasi bank.
xvi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata
jumlah asset dalam satu periode.
NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh
bank.
NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di
perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara
jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan
bank.
ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih
dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode
Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui
kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses
penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau
pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,
sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang
Fit For Circulation untuk bertransaksi.