88
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT 20 II

  • Upload
    ngoanh

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TRIWULAN I 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Penanggung Jawab:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak

Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238

Faks : 0561 732033

Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 i

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan I 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,

inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan

pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah

pada triwulan mendatang.

Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami

untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan

pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di

masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan

data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga

Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II

(Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami

sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak, Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hilman Tisnawan

ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GRAFIK viii

RINGKASAN UMUM 1

Perkembangan Perekonomian Daerah 1

Perkembangan Inflasi Daerah 1

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2

Perkembangan Keuangan Pemerintah 3

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3

Prospek Perekonomian Daerah 4

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7

1.1 Kajian Umum 7

1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7

1.3.1 Konsumsi 8

1.3.2 Investasi 9

1.3.3 Ekspor - Impor 10

1.3 PDRB Sektoral 12

1.3.1 Sektor Pertanian 13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 16

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 16

1.3.5 Sektor Lainnya 18

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG

MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT 20

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23

2.1. Gambaran Umum 23

2.2. Inflasi Triwulanan 24

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan 25

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 27

2.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 28

2.3. Inflasi Tahunan 30

2.4. Disagregasi Inflasi 30

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

2.4.1. Faktor Fundamental 31

2.4.2. Faktor Non Fundamental 33

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 35

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 35

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 35

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 37

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 41

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) 43

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 44

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 45

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 46

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta

Asing (PVA) 46

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 47

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 47

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 49

3.6.4.3 Pemusnahan 52

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 53

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 55

4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 56

4.2. Realisasi Belanja Daerah 58

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 61

5.1 Ketenagakerjaan 61

5.2 Kesejahteraan 63

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 63

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014 64

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 66

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 68

6.1 Prospek Perekonomian Daerah 69

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 71

LAMPIRAN xiii

DAFTAR ISTILAH xv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 v

Halaman ini sengaja dikosongkan

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) ........................................... 7

Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) .............................. 9

Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ............. 10

Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) ......................................... 12

Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ..................................................................... 12

Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) ............................................................. 13

Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) ................................... 31

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) .................. 35

Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan

Barat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 37

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di

Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .......................................................................... 39

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 40

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) .................................... 41

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di

Kalimantan Barat ................................................................................................ 42

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 45

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 46

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 50

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 51

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 53

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) ............. 55

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) ................... 57

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 61

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 65

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 67

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 vii

Halaman ini sengaja dikosongkan

viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga ................................. 8

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan ...................... 8

Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat .................................................................... 9

Grafik 1. 5 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11

Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit ...................................................................................................... 11

Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11

Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13

Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13

Grafik 1. 10 Luas Panen Padi ................................................................................................. 14

Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14

Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton) ................................................................... 15

Grafik 1. 13 Volume Petikemas .............................................................................................. 15

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 16

Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17

Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 17

Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 17

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18

Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat ..................................................................... 18

Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18

Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame .................................................................... 19

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 23

Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 24

Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan

Makanan ............................................................................................................ 25

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ...... 26

Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok

Makanan Jadi...................................................................................................... 27

Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang .......... 28

Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok

Transpor ............................................................................................................. 29

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 ix

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................ 29

Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp) ........................................................... 31

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan

Barat .................................................................................................................. 32

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok

Komoditas di Kalimantan Barat ........................................................................... 32

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ......................................................... 33

Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33

Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ............................................................ 33

Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi ............................................................ 33

Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu ........................................................................................ 34

Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34

Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ....................................... 34

Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .............. 36

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 36

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 36

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 37

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 38

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 38

Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ...... 39

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 40

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat ...................................... 42

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 42

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 43

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp

Miliar) ................................................................................................................. 43

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 44

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 48

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 49

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 51

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio

Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow ........................................... 53

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 ................................................. 55

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56

Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56

x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar) ............................................... 57

Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ............................................................... 58

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 58

Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 59

Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) ................... 62

Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor ................. 62

Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat................................................................................. 64

Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................ 64

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 69

Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat ......................................................... 69

Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 70

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 71

Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global ................................................................ 72

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 1

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy),

lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai

6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan

berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama

dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif

signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Barat pada periode laporan.

Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014

ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor

bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi

terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka

pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada

sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan

karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya

Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah.

Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor

pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58%

terhadap total PDRB.

Perkembangan Inflasi Daerah

Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang

cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada

triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan

bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I

2014 mencapai 8,98% (yoy)

Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan

Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga

subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi

lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi

terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok

komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya

perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada

triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy).

Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi

oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada

penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat

tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan

IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan

dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit

yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran

kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV

2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring

mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi

Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun

pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq).

Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014

nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow),

namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah

uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi

sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar

Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow,

dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika

ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 3

kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami

kenaikan sebesar 20,30% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014

menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada

triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target

APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan

belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru

mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari

triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.

Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014

terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi

Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy)

dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada

triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan

target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing

mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja

pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari

periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada

triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja 2014. Rasio tersebut relatif

meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,

jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,

atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada

bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang

tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah

penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari

2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari

2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami

penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka

Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari

2012 sebesar 3,09%.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan

Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut

mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember

2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh

peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang

dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)

dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks

harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan

dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami

akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian

Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4

5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan

mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi,

baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan

Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan

meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II 2014. Komponen

permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor

perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih

belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian

di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan

Umum Calon Anggota Legislatif.

Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada

level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan

I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka

panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi

faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya

untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan

kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang

berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 5

pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah

berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp11.000 per USD. Berdasarkan beberapa

faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan

berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014,

inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa

faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun

2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi

strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif

meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014

diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya

pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor

resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,

antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai

tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan

(3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.69

Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091

- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466

- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152

- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,395

- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38

- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826

- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,919

- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870

- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501

- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924

Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091

- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101 - Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 - PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 - Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236 - Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 - Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638

Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210

- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750

Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74

- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134

Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67

Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58

- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 - Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 - Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826

Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 - Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 - Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959

Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 - Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 - Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 - Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1

Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 952 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 956 Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944

Indikator2012 2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 7

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

Pada triwulan I 2014, perekonomian

Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69%

(yoy), lebih lambat dibandingkan

pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang

tercatat mencapai 6,37% (yoy).

Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut

bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan nasional yang berada pada

level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan

berturut-turut selalu berada di atas

pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan,

pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan

permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral,

pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat

bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai

96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,

baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan

akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat

menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor

menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi.

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988

Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101

Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119

PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590

Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236

Diskrepansi - - - - - - - - -

Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695

Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638

PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091

20132012Jenis Penggunaan

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

%

Mil

iar

Rp

Nilai g Nasional (yoy)

g Kalbar (yoy)

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

1.3.1 Konsumsi

Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat

pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang

tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan

Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring

dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya

pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan

perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi

rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota

Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan

Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89

pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV 2013. Selain itu, indeks pembelian

barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada

triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan

indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan

menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi

rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan

komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK)

Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan

sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah

didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu

Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur.

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan

96

98

100

102

104

106

108

110

112

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Konsumsi Rumah Tangga

95.00

105.00

115.00

125.00

135.00

145.00

155.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 9

1.3.2 Investasi

Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat,

sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat

sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy),

maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total

realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi

Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi

terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu,

peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar

seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor

barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik

pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam

negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi

asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD.

Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga

diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri

barang modal yang relatif lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai,

impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu

USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy).

Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut

tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana

kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu

dari sisi volume, impor barang modal tercatat

mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi

1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

PMDN 0.85 0.66 2.51 0.07 1.35

PMA 1.57 0.60 1.44 2.58 0.90

PDKPM 1.95

TOTAL 2.42 1.26 3.95 2.65 4.20

Keterangan2013

N/A

PMDN (Miliar Rp) 1,171.7 1,404.0 2,811.0

PMA (US$ Juta) 170.4 500.7 397.5

Keterangan 2010 2011 2012

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Volume

Nilai - RHS (USD)

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy).

Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea

Selatan.

1.3.3 Ekspor - Impor

Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh

1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan

triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada

triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53%

(yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar

Rp57 Miliar pada triwulan laporan.

Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,

dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami

kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan,

dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai

750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut

terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor

utama Kalimantan Barat.

Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 130,604 144,244 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473

Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 96,845 74,938 70,221 136,281 104,795 137,937 163,950 137,140 18,880

Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 61,682 48,525 45,508 46,019 49,475 45,452 40,500 46,323 39,454

Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,730 2,443 2,239 2,512 2,263 2,784 3,547 3,813

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) - 6,812 295 - - - 3,490 3,490 1,988

Tembakau (HS24) 390 4,913 1,420 2,149 2,769 2,224 2,819 2,678 -

Ikan dan Udang (HS03) 2,998 1,945 1,822 2,717 1,233 2,292 1,582 1,929 2,866

Perabot, penerangan rumah (HS94) 258 771 717 1,003 540 357 490 690 646

Olahan dari Tepung (HS19) 673 356 602 622 523 561 239 476 262

Biji-bijian berminyak (HS12) 805 384 536 698 774 604 615 443 1,026

Total 10 Golongan 333,112 364,796 254,169 335,971 318,347 328,373 340,964 349,800 196,408

Total Ekspor 335,578 370,017 260,695 346,137 325,828 339,475 345,516 351,195 210,328

Golongan Barang (HS)2012 2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 11

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 5 Ekspor Karet

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet

mengalami kontraksi 18,14% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor

karet tersebut antara lain didorong oleh

perlambatan permintaan seiring dengan

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara

tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat.

Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi

oleh pelemahan harga karet, dimana pada

triwulan I 2014 harga internasional karet masih

berada pada tren penurunan dimana tercatat

sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg.

Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan

laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut

terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit

pada tahun 2013. Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang

mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh

para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012 2013 2014

Nominal (ribu USD)

Growth-RHS (yoy)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012 2013 2014

Nominal (ribu USD)

Growth-RHS (yoy)

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

tanggal 12 Januari 20142, sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan

nominal sebesar 18,88 juta USD.

Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar

negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri

Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan

peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan

Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi

oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk.

Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.3 PDRB Sektoral

Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014

ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan

IInformasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Garam, Belerang, Kapur (HS25) 5,016 12,079 18,603 29,876 28,261 35,622 43,319 49,948 55,903

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 5,583 8,776 8,571 1,498 607 9,046 10,174 10,812 17,424

Bahan kimia anorganik (HS28) 24 303 48 2 342 492 720 5,629 6,753

Pupuk (HS31) 8,385 10,704 6,064 12,718 2,206 1,650 3,353 4,845 14,145

Bahan bakar mineral (HS27) - - - - - - 5 3,537 1,000

Batu, Semen dan Mika (HS68) 9 237 105 65 136 25 155 2,998 125

Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 3,038 10,707 3,026 9,701 3,993 1,990 2,967 2,477 1,846

Biji-bijian berminyak (HS12) 1,527 2,077 2,448 1,494 2,653 1,660 1,115 2,151 1,001

Besi dan Baja (HS72) 2,988 4,842 1,537 3,682 292 2,107 4,626 1,966 2,219

Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23 684 493 727 629 8,136 1,680 1,158 1,653 4,463

Total 10 Golongan Barang 27,255 50,217 41,130 59,666 46,625 54,272 67,591 86,016 104,878

Total Impor 32,019 60,238 46,700 64,598 53,598 58,111 82,698 91,136 133,562

Golongan Barang (HS)2012 2013

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.30%

2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09%

3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 3.23%

4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81%

5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58%

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 5.70%

7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40%

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78%

9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85%

PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.69%

Sektor20132012

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 13

sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih

didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk

pangsa 63,58% terhadap total PDRB.

1.3.1 Sektor Pertanian

Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat

dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian,

pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy).

Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan

(tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.

Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih

lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh

luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami

kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal

tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat

mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466

a. Tanaman Bahan Makanan 1,111 527 750 817 1,110 665 822 922 1,154

b. Tanaman Perkebunan 708 758 784 801 772 814 874 845 818

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 217 222 228 229 216 229 236 240 228

d. Kehutanan 88 92 94 90 88 90 91 89 87

e. Perikanan 173 176 181 180 177 180 187 185 179

2012 2013Sektor

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB

1.17%

-0.02%

0.50%

0.01%

0.67%

1.19%

0.51%

0.16%

0.49%

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Bangunan

PHR

Angkutan

Keuangan

Jasa

Pertanian27.12%

Pertambangan1.67%

Industri 15.35%

LGA0.42%

Bangunan9.09%

PHR21.11%

Angkutan & Komunikasi

9.57%

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

5.51%

Jasa - jasa10.17%

Lainnya, 36.08%

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga

dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang

berdampak pada kerusakan tanaman.

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Luas Panen Padi

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit

Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan

laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor

perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84

ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana

pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya

berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga,

pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata

TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada

level Rp1.507/kg.

Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari

sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan,

harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi

perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan

tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Hekta

r

Luas Panen

Pertumbuhan-yoy (RHS)

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Ton

Produksi gProduksi-RHS (yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 15

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau

menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014

yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh

subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran.

Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume

bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta

ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan

subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami

akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28%

(yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi

masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang

Kubur.

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 13 Volume Petikemas

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

V. Bongkar (ton)

V. Impor (ton)

Pertumbuhan-RHS (yoy)

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Ton

Dlm Negeri Luar Negeri

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara

Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak PT. Angkasa Pura II Pontianak

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut

antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV

2013 mencapai 8.570 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat

udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda

transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang

pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai

326,81 ribu orang.

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor

industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama

dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan

laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi

oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat.

Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja

industri karet di Kalimantan Barat.

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Orang

290,000

300,000

310,000

320,000

330,000

340,000

350,000

360,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Orang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 17

Sementara itu, kinerja sektor industri CPO

menunjukkan akselerasi , dimana pada triwulan I

2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif

setelah selama tahun 2013 terus mengalami

kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat

sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91

ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41%

(yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi

TBS, meningkatnya permintaan domestik yang

didorong oleh komitmen pemerintah dalam

mendorong penggunaan biodiesel untuk

menekan impor minyak juga berdampak positif

terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional

menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66

USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada

level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok

minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami

penurunan.

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

TonVolume gVolume-RHS (yoy)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

USD cent/kg

USD/metric ton

CPOKaret (RHS)

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

1.3.5 Sektor Lainnya

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat

Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy) ,

atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi

tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang

menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan

oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau

mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai

6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83%

(yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy).

Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan mencatat

pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih

lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut

antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja

perbankan. Pada periode laporan, aset

perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat

sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97%

(yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun

sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy).

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Ton

Volume

Pertumbuhan-RHS (yoy)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

TW I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012 2013 2014

%

Mil

iar

Rp

Kredit Konstruksi

Pertumbuhan (yoy)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

TW I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012 2013 2014

Mil

iar

Rp

Total Aset

Growth-RHS (yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 19

Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun

penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut

masih cukup terjaga.

Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor

jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang

melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih

lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang

tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan

kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada

sektor jasa swasta maupun sektor jasa

pemerintah, masing-masing sebesar 5,08%

(yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut

antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak

hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang

tumbuh 3,22% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy).

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Total Pajak Hiburan dan Reklame

Pertumbuhan (yoy)

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT

Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral

Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral

tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari 2014. Implementasi ketentuan tersebut

dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan

Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun

demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi.

Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih

bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al2O3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian,

peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan

dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina

(>98% Al2O3), chemical grade alumina (≥90% Al2O3 atau ≥90% Al(OH)3), atau logam alumunium (Al ≥

99%).

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit

Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar -

1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami

perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar

81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di

Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak

ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan

pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap

karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

130

135

140

145

150

155

160

165

170

175

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

PDRB SektorTambanggSektorTambang(RHS) - yoy

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012 2013 2014

Nominal (ribu USD)

Growth-RHS (yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 21

sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan.

Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan,

seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang

terdiri dari:

1. Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter

membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton

alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya

perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar.

2. Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi

industri.

3. Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun

pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para

pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri.

4. Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan.

Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas

alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama

bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri.

Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain:

No. Perusahaan Lokasi Komoditas Keterangan

1. PT. Indonesia Chemical Alumina Tayan,

Kab. Sanggau

Bauksit Commissioning

2. PT. Eka Tambang Utama Kinande,

Kab. Bengkayang

Emas Produksi

3. PT. Segoro Global Mandiri Sei Raya,

Kab. Kubu Raya

Emas Konstruksi

4. PT. Mulia Bravo Wajok,

Kab. Pontianak

Pasir zircon Produksi

5. PT. Sibelco Capkala,

Kab. Bengkayang

Ball clay Produksi

6. Well Harvest Winning Kendawangan,

Kab. Ketapang

Bauksit Konstruksi

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.),

Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan

tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan

dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk

komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan

smelter.

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 23

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH3

2.1. Gambaran Umum

Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang

cukup tinggi mencapai 2,17% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan

inflasi triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,41% dan 1,05% (qtq).

Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca

yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di

Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) (Grafik 3.1 dan 3.2).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional

Berdasarkan dinamika inflasi bulanan

di Kalimantan Barat selama triwulan I

2014, terlihat bahwa inflasi tertinggi

terjadi pada pertengahan triwulan

(Grafik 3.3). Tercatat inflasi Kalimantan

Barat pada bulan Februari 2014 mencapai

2,56% (mtm). Tingginya laju inflasi pada

bulan Februari 2014 tersebut terutama

dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada

kelompok komoditas Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan, dari deflasi 6,19%

(mtm) pada bulan Januari 2014 menjadi inflasi 8,37% (mtm) pada Februari 2014. Kenaikan tarif

3 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahun

dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka perhitungan (rebase) inflasi triwulanan dan tahunan pada periode laporan berdasarkan angka inflasi bulanan yang dirilis resmi oleh BPS.

5.536.15

8.538.90 8.98

5.025.41

7.90 8.087.32

I II III IV I

2013 2014

%-yoy Kalbar Nasional

1.42

2.07

0.41

2.09

1.69

3.81

1.05

2.17

0.79

1.39

0.63

2.13

1.17

3.78

0.80

1.41

II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%-qtqKalbar Nasional

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014

%-mtm Kalbar Nasional

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

angkutan udara seiring berlangsungnya perayaan Cap Go Meh harga, Imlek dan Sembahyang

Kubur pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor pemicu inflasi. Tercatat sumbangan

inflasi angkutan udara pada bulan Februari 2014 mencapai 1,69% (mtm). Pada akhir triwulan I

2014, pengaruh tekanan tarif angkutan udara relatif mereda, seiring berlalunya even Cap Go

Meh , Imlek dan Sembahyang Kubur sehingga menyebabkan deflasi pada bulan Maret 2014

sebesar 0,70% (mtm).

2.2. Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I

2014 terutama bersumber dari inflasi

Bahan Makanan, seiring pasokan yang

relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin

dari andil kelompok Bahan Makanan yang

pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq).

Tekanan harga subkelompok komoditas

Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu

kenaikan harga. Tercatat inflasi triwulanan

kedua subkelompok komoditas tersebut

masing-masing mencapai 31,27% dan

14,19% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi

triwulan IV 2013 yang mencapai 4,12% dan

0,51% (qtq). Kelompok lain yang memiliki

andil inflasi relatif besar pada triwulan I 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, mencapai 0,45%

(qtq). Berdasarkan komoditasnya, seluruh subkelompok komoditas yang menjadi komponen

pembentuk inflasi Makanan Jadi mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan, inflasi

tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol sebesar 3,86% (qtq). Di sisi lain,

kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah

pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas

ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go

Meh di akhir triwulan I 2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

7.37

2.56

1.55

1.57

1.55

0.89

-3.91

2.17

-1.74

1.13

2.67

-1.53

2.44

0.47

4.34

1.05

1.78

0.45

0.36

0.10

0.08

0.06

-0.66

2.17

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

Umum

% (qtq)

Andil I-2014

IV-2013

I-2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 25

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

Setelah mengalami deflasi pada

triwulan IV 2013, kelompok Bahan

Makanan kembali mengalami inflasi

pada triwulan I 2014. Tercatat inflasi

kelompok Bahan Makanan pada triwulan I

2014 mencapai 7,37% (qtq) dengan andil

terhadap inflasi umum sebesar 1,78% (qtq).

Laju inflasi pada kelompok Bahan Makanan

tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV

2013 yang mengalami deflasi sebesar

1,74% (qtq).

Kenaikan harga pada Subkelompok Sayur-

sayuran menjadi salah satu faktor pemicu

inflasi kelompok Bahan Makanan. Tercatat,

inflasi subkelompok Sayur-sayuran pada

triwulan I 2014 mencapai 31,27% (qtq)

naik signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2013 yang mencapai 3,31% (qtq). Kondisi

cuaca yang cenderung kering menyebabkan air yang digunakan untuk pengairan menjadi

payau sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan, terutama pada komoditas sawi hijau

dan kangkung.

Pengaruh cuaca juga terlihat pada komoditas Bumbu-bumbuan dan Ikan Segar yang masing-

masing mengalami inflasi sebesar 14,19% dan 6,6% (qtq) dengan andil inflasi mencapai 0,81%

dan 1,25% (qtq). Terkait dengan kenaikan harga komoditas Bumbu-bumbuan, selain faktor

cuaca, faktor lain yang memicu kenaikan harga adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa

daerah sentra produksi. Sementara berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat dengan salah satu kelompok

petani tambak di wilayah Kabupaten Mempawah4, diketahui bahwa panen ikan pada Maret

2014 mengalami penurunan yang signifikan, terutama disebabkan oleh perubahan kualitas air

menjadi lebih asam, sebagai akibat adanya kebakaran lahan di daerah sekitar pada saat curah

hujan relatif rendah.

Sementara itu, komoditas Daging dan Telur secara triwulanan juga mengalami kenaikan harga

meskipun pasokan relatif terkendali, khususnya komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.

4 Kabupaten Mempawah merupakan salah satu sentra produksi ikan di Kalimantan Barat, khususnya ikan

Nila dan ikan Mas yang dibudidayakan dalam tambak.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan

-1.74

-0.50

-13.01

-1.61

5.09

-1.84

3.31

2.42

-0.50

0.71

3.67

1.57

7.37

1.50

1.28

6.60

-2.11

5.99

31.27

5.91

7.77

14.19

3.35

9.01

1.78

0.33

0.16

1.25

-0.07

0.81

2.72

0.17

0.48

0.81

0.17

0.03

-20 -10 0 10 20 30 40

BAHAN MAKAN

Padi-padian

Daging

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu

Sayur

Kacang

Buah

Bumbu

Lemak dan Minyak

Lainnya

Andil

I-2014

IV-2013

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Tercatat, inflasi kedua komoditas tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai

1,28% dan 5,99% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,16% dan 0,81% (qtq).

Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat,

produksi telur di wilayah Kalimantan Barat, mencapai 168 ton per hari, sementara daya serap

masyarakat sebesar 128 ton per hari sehingga mengalami kelebihan pasokan sebesar 40 ton

per hari. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam yang mengalami kelebihan

pasokan mencapai 440 ribu ekor ayam per bulan.

Berdasarkan daerahnya, kedua kota

yang menjadi dasar perhitungan inflasi

di Kalimantan Barat mengalami

kenaikan inflasi dari triwulan

sebelumnya. Inflasi yang terjadi di Kota

Pontianak pada triwulan I 2014 terutama

disebabkan oleh kenaikan harga pada

subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan

Bumbu, masing-masing sebesar 3,46%,

15,97% dan 12,34% (qtq). Kondisi serupa

juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Bahan Makanan dipicu oleh

kenaikan inflasi pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu yang masing-masing

mencapai 12,45%, 29,33% dan 12,36% (qtq). Di sisi lain, komoditas Telur di Kota Singkawang

mengalami deflasi sebesar 3,12% (qtq), semakin dalam dibanding deflasi triwulan IV 2013 yang

mencapai 0,39% (qtq). Hal tersebut disebabkan pasokan telur ayam ras yang cukup besar di

Kota Singkawang yang juga merupakan sentra produksi ayam di Kalimantan Barat. Kondisi

tersebut menyebabkan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak dan Singkawang mencapai

5,30% dan 6,74% (qtq).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang

1.97

3.14

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% (qtq)

Pontianak

Singkawang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 27

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok Makanan Jadi Minuman

Rokok dan Tembakau pada triwulan I

2014 kembali mengalami inflasi. Tercatat

inflasi kelompok Makanan Jadi Minuman

Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014

mencapai 2,56% (qtq) dengan andil

terhadap inflasi umum sebesar 0,45% (qtq).

Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan

inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai

1,13% (qtq).

Mayoritas subkelompok komoditas dalam

Makanan Jadi Minuman Rokok dan

Tembakau pada triwulan laporan mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sumbangan inflasi tertinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi, sebesar

1,26%. Sementara laju inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,

serta Tembakau dan Minuman Beralkohol, masing-masing mencapai 3,86% dan 3,23% (qtq).

Kenaikan inflasi subkelompok Makanan Jadi tidak terlepas dari pengaruh inflasi bahan makanan

sebagai bahan baku utama, dimana pada triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi.

Terkait dengan inflasi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, salah satu komoditas

yang memicu kenaikan inflasi adalah es. Berdasarkan hasil survei singkat yang dilakukan KPwBI

Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa rendahnya curah hujan berdampak terhadap

kualitas air yang menjadi payau. Kondisi tersebut direspon oleh pelaku usaha (penjual/produsen

es) yang beralih menggunakan air mineral dalam pembuatan es, sehingga mendorong kenaikan

harga jual es. Sementara, kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%, menjadi salah satu

faktor pemicu kenaikan harga rokok sehingga menyebabkan inflasi subkelompok Tembakau

Minuman Beralkohol mengalami kenaikan.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi

1.13

0.69

2.09

1.40

2.56

2.19

3.86

3.23

0.45

1.26

0.69

0.79

0 1 2 3 4 5

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Makanan jadi

Minuman tidak beralkohol

Tembakau dan minuman beralkohol

% (qtq)

andil I-2014

I-2014

IV-2013

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau di

Kalimantan Barat tercermin di kedua kota

yang menjadi dasar perhitungan inflasi.

Tercatat inflasi Makanan Jadi di Kota

Pontianak dan Kota Singkawang pada triwulan

I 2014 masing-masing mencapai 3,09% dan

0,87% (qtq), naik dibandingkan triwulan IV

2013 yang mencapai 1,23% dan 0,72% (qtq).

Secara umum, inflasi mayoritas kelompok

komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok

dan Tembakau di Kota Pontianak mengalami kenaikan. Subkelompok Makanan Jadi serta

Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,99% dan 3,63% (qtq), lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 0,74% dan 1,57% (qtq). Sementara

inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,

mencapai 6,43% (qtq), naik dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 2,26% (qtq). Kondisi

serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan Jadi serta

Tembakau dan Minuman Beralkohol yang masing-masing mencapai 0,70% dan 1,88% (qtq). Di

sisi lain, kondisi bertolak belakang terjadi di subkelompok Minuman Tidak Beralkohol di Kota

Singkawang yang mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq). Salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga gula pasir, seiring pasokan yang relatif

terjaga.

2.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sehingga menjadi peredam

tekanan inflasi umum di triwulan laporan. Tercatat pada triwulan I 2014, kelompok ini

mengalami deflasi sebesar 3,91% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2013 yang

mencapai 4,34% (qtq) dengan andil deflasi mencapai 0,66% (qtq). Penurunan inflasi pada

kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 5,96% (qtq)

di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 3,04% (qtq) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya,

deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

penurunan inflasi subkelompok Transpor. Berlalunya perayaan Cap Go Meh yang menyebabkan

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang

3.09

0.87

II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% (qtq)

Pontianak

Singkawang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 29

penggunaan angkutan udara mengalami penurunan sehingga tekanan permintaan terhadap

tiket angkutan udara relatif mereda dan harga cenderung turun.

Berdasarkan kotanya, penurunan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan terjadi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Pada triwulan ini,

laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami

penurunan, dari 4,86%(qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 1,89% (qtq) di triwulan I 2014.

Sementara di Kota Singkawang, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,91% (qtq), setelah

pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,0% (qtq).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok

Transpor

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang

4.34

5.96

0.15

0.24

0.00

-3.91

-3.04

-0.26

1.51

0.13

-0.66

-1.78

-0.07

0.14

0.00

-6 -4 -2 0 2 4 6 8

TRANSPOR

Transpor

Komunikasi dan pengiriman

Sarana dan penunjangtranspor

Jasa keuangan

% (qtq)

andil

I-2014

IV-2013

-1.89

-0.91

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% (qtq)Pontianak

Singkawang

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

2.3. Inflasi Tahunan

Secara tahunan, tekanan inflasi di

triwulan I 2014 berada di level yang

relatif tinggi, terutama pada

kelompok Bahan Makanan dan

kelompok Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan.

Tekanan inflasi tahunan pada triwulan I

2014 terutama dipengaruhi oleh

penyesuaian harga komoditas setelah

kenaikan harga BBM dipertengahan

2013 sehingga menyebabkan IHK

berada di level yang relatif tinggi (base

effect). Tercatat, tekanan inflasi tahunan

terutama dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan dengan sumbangan inflasi masing-masing mencapai 2,36% dan 2,39%

(yoy). Tekanan inflasi kedua kelompok tersebut juga berada di level yang relatif tinggi,

mencapai 9,70% dan 13,33% (yoy). Selain itu, kelompok Perumahan juga memberikan

pengaruh inflasi yang besar di triwulan I 2014, seiring penyesuaian harga LPG 12kg di awal

triwulan. Tercatat inflasi kelompok Perumahan sebesar 9,81% (yoy) dengan sumbangan

mencapai 2,31% (yoy).

2.4. Disagregasi Inflasi

Laju inflasi Inti yang relatif terkendali pada triwulan I 2014 menjadi peredam tekanan

inflasi umum ditengah lonjakan harga bahan pangan inflasi. Berdasarkan disagregasi

inflasi, Tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental mengalami kenaikan signifikan

pada triwulan laporan. Hal tersebut terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik dan

bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan.

Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap inflasi kelompok Volatile Foods (VF) pada

triwulan I 2014. Kenaikan laju inflasi triwulanan juga terjadi pada kelompok barang/jasa yang

harganya diatur oleh pemerintah (administered prices-AP), seiring penyesuaian pajak tembakau

daerah sebesar 10% dan kenaikan LPG 12 kg di awal triwulan. Sementara itu, dari sisi

fundamental, inflasi relatif terkendali seiring berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh,

Imlek dan Sembahyang Kubur.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi

Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

9.70

6.54

9.81

3.14

7.94

9.24

13.33

8.98

6.01

7.10

11.09

1.91

9.39

8.83

15.58

8.90

2.36

1.18

2.31

0.19

0.35

0.53

2.39

8.98

0 5 10 15 20

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

Umum

% (yoy)

Andil I-2014

IV-2013

I-2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 31

Inflasi yang masih terjadi pada seluruh kelompok disagregasi di triwulan I 2014 menyebabkan

tingginya tekanan inflasi tahunan, terlebih IHK setelah kenaikan harga BBM pada pertengahan

tahun 2013 berada di level yang tinggi sehingga menyebabkan pengaruh base effect.

Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) Kelompok Tendensi Faktor Pengaruh

Volatile Foods Kondisi cuaca yang kurang baik

Bencana di beberapa daerah sentra produksi

Inflasi Inti Berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur.

Adm Price Penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%

Kenaikan LPG 12 kg

Menurun Meningkat Stabil

2.4.1. Faktor Fundamental

Perkembangan inflasi pada

kelompok komoditas Inti pada

triwulan I 2014 cenderung

terkendali. Salah satu kelompok

komoditas dalam kelompok ini yang

mengalami penurunan laju inflasi

adalah kelompok Transportasi.

Berlalunya perayaan even musiman Cap

Go Meh yang berlangsung pada

pertengahan triwulan menyebabkan

tekanan permintaan terhadap tiket

angkutan udara relatif mereda dan harga tiket angkutan udara cenderung turun. Pergerakan

penurunan harga tiket angkutan udara tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dimana dalam triwulan I

2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan mencapai 27,19% (mtm).

Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap

inflasi di triwulan I 2014 mengalami penurunan, meskipun pada pertengahan triwulan

terjadi lonjakan ekspektasi. Penurunan ekspektasi inflasi pada triwulan I 2014 terjadi seiring

berlalunya even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan.

Ekspektasi masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang mengalami puncaknya

pada awal triwulan dengan angka indeks masing-masing mencapai 168,34 dan 173,50,

kemudian mengalami penurunan pada akhir triwulan laporan dengan indeks mencapai 154,77

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)

Rp0

Rp200.000

Rp400.000

Rp600.000

Rp800.000

Rp1.000.000

Rp1.200.000

Rp1.400.000

I III I III

Feb-14 Mar-14

Maskapai 1 Maskapai 2Maskapai 3 Rata-rataTren Rata-rata Harga Tiket

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

dan 146. Berdasarkan kelompok komoditasnya, penurunan ekspektasi inflasi tersebut terlihat di

seluruh kelompok. Ekspektasi inflasi pada kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan,

dari 191,50 di awal triwulan I 2014 menjadi 179 di akhir triwulan I 2014, seiring pasokan bahan

pangan, khususnya padi, cabai dan bawang yang relatif terjaga. Sementara itu, ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi kelompok Transpor di triwulan I 2014 mencapai puncak pada

pertengahan triwulan, mencapai angka indeks 158,5 seiring berlangsung even musiman Cap

Go Meh dan mengalami penurunan di akhir triwulan dengan angka indeks mencapai 144,5.

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas

di Kalimantan Barat

Salah satu negara mitra dagang utama di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014

mengalami kenaikan inflasi. Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi yang

berpotensi memicu tekanan inflasi di Kalimantan Barat mengingat kedua wilayah tersebut

memiliki berbatasan secara langsung. Inflasi Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami

kenaikan, dari 3,20% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 3,50% (yoy) di triwulan I 2014.

Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa

kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi pada subkelompok komoditas

Pangan yang mencapai 3,90% (yoy). Sementara tren harga emas dunia cenderung mengalami

penurunan. berdasarkan data historis, terlihat bahwa siklus harga emas mencapai puncaknya

pada pertengahan 2012 dan cenderung menurun.

-1

0

1

2

3

4

5

6

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

I-2

01

3

II-2

01

3

III-

20

13

IV-2

01

3

I-2

01

4

% (qtq)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

I-2

01

3

II-2

013

III-2

01

3

IV-2

013

I-2

01

4

Bahan makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang

Kesehatan Transpor Pendidikan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 33

2.4.2. Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi komoditas mengalami kenaikan yang

signifikan pada triwulan laporan. Tingginya laju inflasi VF tersebut terutama dipicu oleh

kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga

mempengaruhi produksi dan pasokan.

Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar

modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa

komoditas khususnya cabai menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara harga

komoditas beras dan telur ayam ras relatif stabil sedangkan komoditas daging ayam ras dan

bawang mengalami penurunan. Selain SPH, perkembangan inflasi VF juga diperkuat oleh hasil

survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, dimana kenaikan terutama terjadi

pada komoditas cabai.

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

% (yoy)

China

Malaysia

Singapura

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

Jan

-08

Ma

r-0

8

Me

i-0

8

Jul-

08

Se

p-0

8

No

p-0

8

Jan

-09

Ma

r-0

9

Me

i-0

9

Jul-

09

Se

p-0

9

No

p-0

9

Jan

-10

Ma

r-1

0

Me

i-1

0

Jul-

10

Se

p-1

0

No

p-1

0

Jan

-11

Ma

r-1

1

Me

i-1

1

Jul-

11

Se

p-1

1

No

p-1

1

Jan

-12

Ma

r-1

2

Me

i-1

2

Jul-

12

Se

p-1

2

No

p-1

2

Jan

-13

Ma

r-1

3

Me

i-1

3

Jul-

13

Se

p-1

3

No

p-1

3

Jan

-14

Ma

r-1

4

$/OZ

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

I II III IV I II III IV

Feb-14 Mar-14

Rp/kg

Beras

Minyak Goreng

Gula Pasir 50.000

55.000

60.000

65.000

70.000

75.000

80.000

85.000

90.000

95.000

18.000

18.500

19.000

19.500

20.000

20.500

21.000

21.500

22.000

I II III IV I II III IV

Feb-14 Mar-14

Sapi (Rp/Kg)Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Daging Sapi (RHS)

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Sementara itu, inflasi kelompok Administered Price (AP) pada triwulan I 2014

mengalami kenaikan seiring realisasi beberapa kebijakan pemerintah di awal triwulan.

Beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan inflasi AP antara lain penyesuaian harga rokok

akibat kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% dan penyesuaian harga LPG 12kg.

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

55.000

I II III IV I II III IV

Feb-14 Mar-14

Rp/kg

Cabe Merah Cabe Rawit

Bawang Merah Bawang Putih

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

I II III IV I II III IV

Feb-14 Mar-14

Rp/kgIkan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri

Ikan Tongkol Udang

8.500

8.700

8.900

9.100

9.300

9.500

9.700

9.900

10.100

10.300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014

Rupiah/Kg

Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium) -

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014

Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih

Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa

Cabe Rawit

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 35

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan

Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I

2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan

total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013

yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik

pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak

ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi

sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh

mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga

perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam

dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap

penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi

84,33% pada triwulan laporan.

Tabel 3.3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh

12,34% (yoy) menjadi sebesar Rp36,41 Triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih lambat

dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 13,35% (yoy), namun relatif lebih baik

dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh 12,30% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan

Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai

Rp20,21 Triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 8,23% (yoy), dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,00% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat

mengalami akselerasi, masing-masing sebesar 6,66% (yoy) dan 26,61% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp6,47 Triliun dan Rp9,83 Triliun.

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I q-t-q y-o-y

1. Total Asset 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 (0.10) 14.70

2. DPK 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 0.37 12.34

- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 30.67 6.66

- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 4.58 26.61

- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 (8.14) 8.23

3. Kredit 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 1.30 19.19

4. LDR (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33

5. NPLs (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24

INDIKATORPertumbuhan (%)2012 2013

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Akselerasi pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh

pergerakan suku bunga deposito seiring dengan naiknya BI rate.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum

di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate

Berdasarkan golongan nasabah pemilik

rekening, DPK yang dihimpun perbankan

Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah

perorangan dengan pangsa yang cukup

tinggi mencapai 75,77%. Jumlah DPK milik

perorangan tersebut mencapai Rp27,58

Triliun, atau tumbuh 13,52% (yoy), lebih baik

dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

13,35% (yoy). Sementara itu, penghimpunan

DPK sektor swasta mencatat perlambatan,

dimana pada triwulan laporan tumbuh

22,25% (yoy) dari 26,04% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK milik

pemerintah bahkan mencatat kontraksi sebesar 2,91% (yoy) menjadi sebesar Rp3,46 Triliun.

Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp23,81

Triliun atau 65,40% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya

DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan

tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan

sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat,

dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi.

5,663 6,3456,206

4,628 5,970 6,780 6,688

4,873

6,368

7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826

15,70916,669

17,492

19,824 18,676 18,465

19,438

22,004

20,213

Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Rp Miliar%

Deposito BI Rate SB Deposito

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat

Pemerintah Daerah9.51%

Perseorangan75.77%

Sektor Swasta11.15%

Lainnya3.57%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 37

Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan

Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,07 Triliun, Rp2,04

Triliun dan Rp1,87 Triliun. Indikasi perlambatan penghimpunan DPK terjadi di seluruh daerah di

Kalimantan Barat, terutama di Kab. Sambas. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan

masih rendahnya harga internasional karet, dimana pada triwulan I 2014 tercatat 243,78 USD

Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 267,17 USD

Cent/kg, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat.

Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

(Miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif

Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan

laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif kepada sektor korporasi juga mengalami

perlambatan, dimana pada triwulan I 2014 tumbuh 21,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 26,10% (yoy). Outstanding kredit ke sektor

produktif pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp18,62 Triliun. Peranan kredit ke sektor

produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit

produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 60,65%, meskipun sedikit

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60,83%.

DPK

(Rp Miliar)

Kab. Pontianak 1,460 4.01%

Kab. Sambas 806 2.21%

Kab. Ketapang 1,646 4.52%

Kab. Sanggau & Sekadau 1,871 5.14%

Kab. Sintang & Melawi 2,041 5.61%

Kab. Kapuas Hulu 919 2.53%

Kab. Bengkayang 256 0.70%

Kab. Landak 523 1.44%

Kab. Kubu Raya 6 0.02%

Kota Pontianak 23,809 65.40%

Kota Singkawang 3,070 8.43%

Total 36,407 100.00%

PangsaKabupaten

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Perlambatan penyaluran kredit produktif

terutama terjadi pada jenis kredit

investasi dari 41,51%(yoy) menjadi

27,42% (yoy). Sementara itu, kredit

modal kerja tercatat mengalami

akselerasi dari 16,66% (yoy) menjadi

18,05% (yoy) pada triwulan laporan.

Akselerasi pada penyaluran kredit modal

kerja terutama didorong oleh akselerasi

pada sektor pertanian, sementara itu

perlambatan pada penyaluran kredit

investasi terutama dipengaruhi oleh

melambatnya pembiayaan di sektor

pertambangan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja tersebut di tengah kondisi

perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di

Kalimantan Barat.

Berdasarkan sektor ekonomi,

penyaluran kredit oleh perbankan di

Kalimantan Barat masih didominasi

oleh tiga sektor ekonomi utama,

yaitu sektor Perdagangan Besar dan

Eceran (25,34% dari total kredit

yang disalurkan), sektor pertanian

(15,28% dari total kredit yang

disalurkan), serta sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi

(5,09% dari total kredit yang

disalurkan). Pertumbuhan kredit

sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor

pertanian sebesar 19,55% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 17,00% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit Pertanian adalah

perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,07 Triliun atau tumbuh

42,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39,13% (yoy). Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan subsektor perkebunan yang mengalami akselerasi sebesar

5,93% (yoy). Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor

pertambangan dan penggalian yang tumbuh 19,47% (yoy), atau lebih lambat dari triwulan

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat

18.05

27.42

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar Investasi Modal Kerja

gModal Kerja gInvestasi

PPK, 13.84%

IP, 2.67%

Kon, 3.09%

PdgBE, 25.66%

TPKom, 5.15%

ReEst, 4.84%

KBJ, 0.01%

KrBL, 40.31%

PPK Pik

Ptm IP

LGA Kon

PdgBE PAMM

TPKom PKeu

ReEst AdPem

Jspen Jskes

JsKem JsOrg

BInt KBJ

KrBL

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 39

sebelumnya yang tumbuh 39,24% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh implementasi

Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 terkait pembatasan ekspor barang tambang mineral

mentah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan pertambangan bauksit di Kalimantan

Barat berhenti beroperasi pada awal tahun 2014. Kondisi ini juga sejalan dengan kinerja sektor

pertambanagn yang mengalami kontraksi -1,09% (yoy) pada triwulan I 2014.

Outstanding kredit yang disalurkan oleh

perbankan untuk pembiayaan proyek

produktif yang berlokasi di Kalimantan

Barat pada triwulan laporan mencapai

Rp16,15 Triliun atau tercatat tumbuh

12,46% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran

kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan

Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh

perbankan yang berlokasi di Kalimantan

Barat. Namun demikian, angka

penyaluran kredit tersebut masih lebih

rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang

berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp18,62 Triliun. Hal ini

mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan

oleh perbankan Kalimantan Barat.

Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri

perbankan masih dominan ke Kota

Pontianak dengan outstanding kredit

mencapai Rp7,69 Triliun atau mencapai

47,65% dari total kredit sektor produktif

yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal

tersebut didorong oleh pola bisnis para

pelaku usaha yang masih terpusat di Kota

Pontianak. Selain Kota Pontianak,

kabupaten/kota lainnya di Kalimantan

Barat dengan tingkat penyerapan kredit

sektoral yang cukup tinggi adalah

Kabupaten Pontianak, Kabupaten

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar

Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

16,149

18,622

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Lokasi Proyek

Lokasi Kantor

Kab. Pontianak 1,754 10.86

Kab. Sambas 685 4.24

Kab. Ketapang 931 5.76

Kab. Sanggau 1,112 6.89

Kab. Sintang 1,249 7.74

Kab. Kapuas Hulu 417 2.58

Kab. Bengkayang 450 2.79

Kab. Landak 270 1.67

Kab. Sekadau 215 1.33

Kab. Melawi 138 0.86

Kab. Kayong Utara 29 0.18

Kab. Kubu Raya 278 1.72

Kota Pontianak 7,695 47.65

Kota Singkawang 925 5.73

Total 16,149 100.00

Pangsa

(%)Kabupaten

Kredit Produktif

(Rp Milyar)

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Sintang, dan Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh

sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kab. Sintang

dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya

subsektor perkebunan.

Di tengah perlambatan pertumbuhan

kredit, risiko kredit sektor yang

tercermin dari rasio Non Performing

Loans (NPLs) gross perbankan tercatat

meningkat. Rasio NPLs gross kredit

sektoral pada triwulan laporan

tercatat pada level 1,53%, sedikit

lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat pada level

1,42%. Peningkatan rasio NPL gross

terjadi terutama pada sektor

Pertambangan, sektor Bangunan

serta Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 7,70%, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 7,57%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi

nominal maupun persentase, dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring

dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil

tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan antara lain

merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value dan kenaikan

NPLs pada sektor perdagangan terjadi seiring dengan terjadinya perlambatan pada sektor

tersebut.

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

2014

I II III IV I II III IV I

Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73%

Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37%

Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94%

Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93%

Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76%

Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03%

Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12%

Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28%

Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15%

Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40%

Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53%

2012 2013Kabupaten

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat

1.53

0.90

0.51

1.85

2.03

7.70

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 41

Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana

persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 5,40%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh

peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu perdagangan

besar dan eceran, terutama pada subsektor perdagangan eceran makanan dan minuman

olahan. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten

Kapuas Hulu dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,03%. Risiko

kredit di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh permasalahan kredit di sektor perdagangan

besar dan eceran.

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga

Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah

tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,08 Triliun, atau tumbuh 15,14% (yoy).

Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan

penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 17,36% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh

kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit,

khususnya KPR.

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat

sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan outstanding mencapai Rp6,88 Triliun.

Meskipun demikian, perkembangan penyaluran kredit multiguna menunjukkan kontraksi

sebesar 0,44% (yoy). Pesimisme perkembangan penyaluran kredit tersebut disebabkan

terutama oleh penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan

pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September

2013. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit

kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,60 Triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit

terjadi pada semua jenis kredit rumah tangga, terutama KPR dan KKB (Kredit Kendaraan

Bermotor), dimana masing-masing tumbuh 33,98% (yoy) dan 40,75% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 45,00% (yoy) dan 52,13% (yoy).

2014

I II III IV I II III IV I

KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602

KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188

Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3

Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878

Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410

Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081

Jenis Kredit

Rumah Tangga

2012 2013

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga

komoditas utama Kalimantan Barat, khususnya karet.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga paling banyak disalurkan oleh perbankan di

Kota Pontianak dengan outstanding mencapai Rp6,28 Triliun atau mencapai pangsa 51,98%

dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi

rumah tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah

tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah tangga yang cukup

tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau & Sekadau serta Kabupaten Sintang &

Melawi. Tingginya aktivitas perekonomian di sektor utama perekonomian daerah-daerah

tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat.

Secara umum, risiko kredit yang tercermin

dari rasio NPL gross kredit rumah tangga

berada di batas aman di bawah 5%. Namun

demikian, di tengah perlambatan penyaluran

kredit yang terjadi, terjadi tren peningkatan

rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio

NPL gross kredit rumah tangga pada

triwulan laporan tercatat sebesar 0,79%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit

rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi

adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai

1,67%. Peningkatan NPL KPR selain

dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan

15.14%

33.98%

40.75%

-0.44%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Total kredit

KPR

KKB

Multiguna

Kab. Pontianak 673.02 5.57

Kab. Sambas 490.18 4.06

Kab. Ketapang 797.24 6.60

Kab. Sanggau & Sekadau 926.96 7.67

Kab. Sintang & Melawi 843.36 6.98

Kab. Kapuas Hulu 484.41 4.01

Kab. Bengkayang 241.86 2.00

Kab. Landak 400.33 3.31

Kab. Kubu Raya 0.55 0.00

Kota Pontianak 6,279.24 51.98

Kota Singkawang 943.54 7.81

Total 12,080.67 100.00

KabupatenKredit Rumah

Tangga (Rp Milyar)

Pangsa

(%)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat

1.67%

1.25%

0.41%0.34%

1.04%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

KPR

KKB

Multiguna

Lainnya

Perlengkapan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 43

LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit

perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

Di tengah perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp10,04 Triliun atau

tumbuh 31,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 30,97% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang

disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pun tercatat cukup tinggi mencapai 53,90%.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM

Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)

Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta- Rp500

juta) mencapai 43,72% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,40 Triliun.

Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5

Miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar

Rp4,17 Triliun dan Rp1,48 Triliun.

Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal

kerja, mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara Rp3,13 Triliun disalurkan untuk kepentingan

investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan

besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor

perkebunan karet dan kelapa sawit.

-

5

10

15

20

25

30

35

40

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar Nominal Growth

4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910

1,9702,001 1,870

1,961 2,018 2,538 2,634

2,851 3,128

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Modal Kerja

Investasi

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk

membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari

sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)

oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya

dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Timur dan

Kalimantan Tengah.

Sejalan dengan tren peningkatan

risiko kredit perbankan umum

Kalimantan Barat, risiko kredit UMKM

juga tercatat menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan.

Pada triwulan I 2014, rasio NPL gross

kredit UMKM tercatat sebesar 2,16%

atau lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 2,00%. Peningkatan NPL

terutama terjadi pada debitur usaha

mikro dan menengah, dimana masing-

masing tercatat sebesar 2,61% dan 1,35%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha kecil

mencatat penurunan NPL dari 2,82% menjadi 2,79%.

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat

pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi

sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross

Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah

transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi

sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi

mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan

pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan

yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu,

jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran

uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih

besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM

2.61

2.79

1.35

2.16

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 45

pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30%

(yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS

Selama triwulan I 2014, transaksi RTGS menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Total nominal

transaksi RTGS mengalami kontraksi 10,89% (qtq) menjadi sebesar Rp65,04 Triliun,

sementara total volume transaksi mengalami kontraksi 13,53% (qtq) menjadi sebesar

49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS

masuk Kalimantan Barat masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,04% (qtq) dan

11,71% (qtq), menjadi sebesar Rp26,21 Triliun dan Rp26,72 Triliun. Hal yang sama juga terjadi

pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami penurunan sebesar 12,95% (qtq)

menjadi sebesar Rp12,12 Triliun. Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh belum

optimalnya realisasi proyek-proyek pada awal tahun.

Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar

0,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat mencapai Rp65,58 Triliun.

Dari sisi volume transaksi, juga terjadi penurunan sebesar 14,51% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan I 2013 yang tercatat 57.871 transaksi.

Dilihat dari nominal per transaksinya selama triwulan I 2014 mengalami peningkatan sebesar

3,05% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,28 Miliar. Secara tahunan nilai nominal

per transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 16,00% (yoy) apabila dibandingkan dengan

triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,13 Miliar per transaksi.

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

( Mi l i ar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

RTGS Keluar

- J umlah T ransaks i 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282

- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205

RTGS Masuk

- J umlah T ransaks i 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301

- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720

RTGS Lokal

- J umlah T ransaks i 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891

- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116

TOTAL

- J umlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474

- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041

Keterangan2013 20142012

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring

Transaksi kliring selama triwulan I 2014 menunjukkan kontraksi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar

Rp10,07 Triliun atau kontraksi 8,67% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga

terjadi kontraksi sebesar 12,16% (qtq) menjadi sejumlah 233.404 lembar warkat. Ditinjau dari

sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro kosong, nilai transaksi kliring

mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,15% (qtq) menjadi sebesar Rp138,52 Miliar. Namun

dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami kontraksi sebesar 4,74% (qtq) menjadi

sejumlah 3.253 lembar warkat.

Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat

mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang

tercatat sebesar Rp8,26 Triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi

peningkatan sebesar 2,07% (yoy) yang pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 228.669 lembar.

Dilihat dari nominal transaksi per warkat, selama triwulan I 2014 terjadi peningkatan sebesar

3,91% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp43,16 Juta per warkat apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp41,53 Juta per warkat. Secara tahunan

nilai nominal transaksi per warkat juga mengalami peningkatan sebesar 19,43% (yoy) apabila

dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp36,14 Juta per warkat.

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang

Valuta Asing (PVA)

Pada triwulan I 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat

tercatat sebanyak 36 perusahaan atau tidak mengalami perubahan apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PVA di

( Mi l i a r Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Kliring Penyerahan

- J umlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404

- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072

- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890

- R ata-R ata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168

Kliring Pengembalian

- J umlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253

- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139

- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54

- R ata-R ata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3

TOTAL

- J umlah Warkat (lbr) 232.118 257.283 289.722 295.866 225.809 245.431 246.493 262.302 230.151

- Nominal 7.543 8.370 11.018 8.601 8.160 8.772 9.798 10.894 9.933

2013Keterangan

2012 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 47

Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 cenderung mengalami penurunan apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan I 2014

jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp107,47 juta atau mengalami kontraksi

sebesar 3,81% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak

Rp111,73 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing mencapai

sebanyak Rp106,69 juta atau juga mengalami kontraksi sebesar 6,50% (qtq) apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp114,11 juta. Penurunan

tersebut antara lain dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang,

sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI

Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp630,00 Miliar atau mengalami

kontraksi sebesar 74,54% (qtq) dibandingkan dengan triwulan IV 2013 yang tercatat

sebesar Rp2,47 Triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami

peningkatan sebesar 20,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar

Rp524,00 Miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan I 2014

didominasi oleh uang pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 4,63 juta lembar (21,96% dari total

uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 4,17 juta

lembar (19,78% dari total uang kertas yang diedarkan). Hal ini didorong oleh peningkatan

kebutuhan uang pecahan kecil seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh

dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao. Selain itu,

peningkatan jumlah uang yang diedarkan antara lain didorong oleh adanya kenaikan gaji

sebesar 6% dan kompensasi guru yang baru dibayarkan pada bulan Maret 2014.

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil

Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp1,86

Triliun atau mengalami peningkatan yang relatif signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 318,51% (qtq). Peningkatan inflow tersebut terutama terjadi

pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014. Secara tahunan jumlah uang

masuk tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 33,30% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,4 Triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk

selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang

mencapai 13,51 juta lembar (39,02% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan

pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 11,20 juta lembar (32,36% dari total uang

kertas yang masuk).

Jumlah aliran uang masuk yang lebih besar dari aliran uang yang diedarkan oleh

KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengakibatkan posisi net inflow sebesar Rp1,23

Triliun. Kondisi Net Inflow tersebut merupakan pola historis di awal tahun pasca adanya

peningkatan outflow yang lebih besar dari pada peningkatan inflow di akhir tahun.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Jan

Mar

Me

i

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Me

i

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

2012 2013 2014

Rp10.000

Rp5.000

Rp2.000

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 49

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam rangka pelaksanaan clean money policy , KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak

edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)

penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;

dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja

sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani

penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.

Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

selama triwulan I 2014 mencapai Rp29,88 Miliar, atau mengalami peningkatan sebesar

17,03% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi

sebesar 9,28% (qtq). Hal ini didorong oleh adanya perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go

Meh dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao.

Berdasarkan denominasinya, sebagian besar uang yang ditukarkan adalah uang kertas dengan

denominasi Rp100.000,00 yang mencapai Rp19,56 Miliar atau sejumlah 195,55 ribu lembar

serta pecahan Rp50.000,00 yang mencapai Rp9,28 Miliar atau sejumlah 185,50 ribu lembar.

Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat

adalah pecahan Rp2.000,00 dengan nominal mencapai Rp4,07 Miliar atau sebanyak 2,03 juta

lembar serta pecahan uang logam Rp200,00 dengan nominal mencapai Rp310 Juta atau

sebanyak 1,56 juta keping. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui

-1.500

-1.000

-500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

2011 2012 2013 2014

Milia

r R

p

Inflow Outflow Net Outflow (RHS)

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

penukaran langsung pada triwulan I 2014 meningkat 15,35% (yoy) dari triwulan I 2013 yang

tercatat sebesar Rp25,91 Miliar.

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara

rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling

bertujuan untuk menyediakan uan

langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.

Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah

perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama

dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan

Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.

Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui

kegiatan kas keliling mencapai Rp8,57 Miliar, atau mengalami kontraksi sebesar 4,82%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kegiatan kas

keliling selama triwulan I 2014 yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama

triwulan I 2014, kegiatan kas keliling tidak hanya dilaksanakan di dalam kota saja, namun juga

dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Sambas, Kabupaten Kubu Raya,

Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara. Secara tahunan

jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar 44,38%

(yoy) dari triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp15,4 Miliar.

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I

Uang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 92.285.627 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 101.860.658 29.880.243

100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 51.678.000 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 59.771.000 19.555.000

50.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 37.584.300 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 38.043.500 9.275.000

20.000 221.960 183.680 202.380 237.060 845.080 361.600 228.120 158.020 206.600 954.340 244.800

10.000 243.140 158.640 203.440 256.230 861.450 373.680 301.240 239.310 263.880 1.178.110 402.340

5.000 118.035 98.830 115.955 115.990 448.810 186.820 115.695 107.465 469.750 879.730 125.205

2.000 51.816 59.488 72.014 95.242 278.560 152.904 128.912 122.358 154.656 558.830 176.376

1.000 169.966 151.377 130.971 134.441 586.755 161.468 121.470 97.159 90.673 470.770 101.054

500 679 405 351 425 1.859 2.732 357 73 186 3.348 188

100 137 209 171 296 813 517 246 103 164 1.030 280

Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 47.612 2.810 2.142 3.489 6.527 14.968 2.768

1.000 5.499 4.749 195 2.544 12.987 20 8 60 210 298 225

500 9.274 5.470 2.381 4.956 22.080 1.194 1.002 2.020 3.552 7.768 1.891

200 2.368 1.555 628 846 5.397 662 273 627 1.230 2.792 838

100 2.119 1.488 654 903 5.164 694 712 754 1.373 3.533 1.013

50 1.037 362 167 38 1.604 215 147 28 163 553 823

25 314 59 7 0 380 25 0 0 0 25 0

2013Pecahan

2012

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 51

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank

Indonesia bekerjasama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan.

Kegiatan Kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang

pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi

Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang.

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan

Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang disetorkan (Outflow) melalui kas titipan

mencapai Rp149,50 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014 didominasi

oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,07 juta lembar (55,37% dari

total uang kertas yang disetorkan), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat

sebanyak 0,85 juta lembar (44,27% dari total uang kertas yang disetorkan).

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Uang Kertas 6.624.572 7.918.414 13.200.800 3.436.625 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 49.433.842 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873

100.000 1.543.500 2.303.400 4.178.500 1.561.200 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 16.132.299 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900

50.000 1.923.850 2.467.650 5.136.000 706.850 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 13.644.650 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000

20.000 842.800 1.219.420 1.164.240 442.140 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 6.412.920 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540

10.000 903.100 909.640 1.200.070 386.470 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 6.411.180 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790

5.000 952.385 723.795 1.043.825 219.785 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 4.016.765 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205

2.000 14.908 27.420 120.336 33.408 265.670 471.798 177.712 316.404 1.231.584 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584

1.000 443.020 266.543 355.985 86.705 493.463 484.137 337.030 268.234 1.582.864 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815

500 829 506 1.446 39 327 69 3 378 777 14 107 0 121 19

100 180 41 399 29 138 591 0 74 803 3 18 0 15 20

Uang Logam 428 120 0 0 407 100 310 0 817 0 2.316 0 6.019 27

1.000 0 0 0 0 177 0 100 0 277 0 0 0 508 0

500 20 0 0 0 0 0 150 0 150 0 999 0 3.808 0

200 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 952 0 664 0

100 277 100 0 0 165 100 50 0 315 0 350 0 915 27

50 70 20 0 0 65 0 10 0 75 0 15 0 124 0

25 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20132011Kas Keliling

2012

(100.000,00)

(50.000,00)

-

50.000,00

100.000,00

150.000,00

Jan Feb Mar

2014 2014 2014

Outflow Inflow Netflow

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Sementara itu, jumlah uang yang ditarik (Inflow) melalui kas titipan selama triwulan I

2014 tercatat sebesar Rp232,76 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014

didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 1,54 juta lembar

(34,22% dari total uang kertas yang ditarik), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang

tercatat sebanyak 1,47 juta lembar (32,67% dari total uang kertas yang ditarik).

3.6.4.3 Pemusnahan

Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan

setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan

pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang

Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek

keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.

Selama triwulan I 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI

Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp213,52 Miliar atau mengalami kontraksi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (qtq) dimana pemusnahan tercatat

sebesar Rp308,11 Miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak

dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,47 juta lembar, Rp50.000,00

mencapai 2,06 juta lembar, serta Rp10.000,00 dan Rp5.000,00 yang masing-masing mencapai

1,94 dan 1,89 juta lembar. Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk (cash inflow) dan

menurunnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar, ratio pemusnahan uang layak edar

terhadap aliran uang masuk mengalami kontraksi dari 69,25% pada triwulan IV 2013 menjadi

sebesar 11,47% pada triwulan laporan. Rasio tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 13,16%.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 53

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi

kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang

sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu

maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat

tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan

masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-

undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang

Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait

uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk

menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional

bank.

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selama triwulan I 2014, ditemukan 565 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat,

yang sumber pelaporannya sebagian besar (96,99%) dilakukan oleh pihak perbankan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Milia

r R

p

Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)

100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000

2009 111 596 12 7 2 0 0 728

2010 239 531 12 3 7 0 2 794

2011 389 286 9 0 1 0 0 685

2012 312 322 12 10 6 12 0 674

2013 643 264 5 3 2 0 0 917

2014 522 41 1 1 0 0 0 565Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565

PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH

(bilyet)

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan

Rp100.000,00 sebanyak 522 lembar lalu diikuti oleh uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 41

lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang

palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,008% (8/1000) dari jumlah uang pecahan

Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan I 2014. Dalam rangka

pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama

dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan

melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan

masyarakat. Mengingat besarnya jumlah penemuan uang palsu yang beredar di masyarakat

tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 55

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH5

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014

menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada

triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target

APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan

belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru

mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari

triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan I 2014 tercatat

sebesar Rp874,98 miliar atau mencapai

23,46% dari target APBD Tahun

Anggaran 2014. Meskipun secara nilai

realisasi pendapatan lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2013 yang

mencapai Rp809,37 miliar, namun

kenaikan target pendapatan dalam APBD

2014 sebesar 12,76% (yoy)

menyebabkan rasio realisasi pendapatan

mengalami penurunan dari triwulan I

2013 yang mencapai 24,47%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014

juga relatif belum optimal, tercermin dari realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014

yang baru mencapai Rp258,37 triliun atau 6,88% dari target APBD. Kondisi tersebut

dikarenakan pencairan anggaran di awal tahun masih dalam proses persetujuan sehingga

mempengaruhi penyerapan anggaran belanja. Meskipun demikian, realisasi penyerapan belanja

tersebut, baik secara nilai dan rasio menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari

realisasi penyerapan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang mencapai Rp225,37

miliar atau 6,49% terhadap target tahun anggaran 2013. Penyerapan belanja pada triwulan I

5 Dikarenakan ketersediaan data yang terbaru, maka data yang dianalisa pada periode laporan hanya mencakup kinerja keuangan pemerintah provinsi.

2013 2014 I 2013 I 2014 2013 2014

Pendapatan 3,307.93 3,729.90 809.37 874.98 24.47 23.46

Belanja 3,469.97 3,754.90 225.37 258.37 6.49 6.88

KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014

24.47

6.49

23.46

6.88

0

5

10

15

20

25

30

Pendapatan Belanja

%

I 2013

I 2014

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

2014 tersebut diharapkan dapat lebih dioptimalkan pada periode-periode berikutnya,

khususnya untuk belanja Modal serta Barang dan Jasa agar realisasi pembangunan proyek

infrastruktur yang telah direncanakan di awal tahun dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai

target serta memberikan multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kalimantan Barat.

4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Berdasarkan komponennya, kenaikan

realisasi pendapatan pada triwulan I

2014 terutama didorong oleh

peningkatan realiasasi Dana

Perimbangan. Tercatat realisasi Dana

Perimbangan pada triwulan I 2014

mencapai Rp 765,18 miliar meningkat

9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang

mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu,

komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga

mengalami kenaikan realisasi pada

triwulan I 2014, masing-masing

mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga

komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan

24,87%.

Secara lebih mendalam dapat

diketahui bahwa realisasi PAD pada

triwulan I 2014 terutama didorong

oleh realisasi Pajak Daerah, sementara

Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD

yang Sah mangalami penurunan.

Tercatat, realisasi masing-masing

komponen tersebut pada triwulan I

2014 mencapai Rp282,84 miliar,

Rp11,80 miliar dan Rp10,53 miliar.

Kontribusi terbesar dimiliki oleh Pajak

Daerah mencapai 92,68% dengan tingkat kenaikan mencapai 15,60% dibandingkan triwulan I

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan

Barat

Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)

PAD289.05

PAD669.35

Dana Perimbangan

391.47

Dana Perimbangan

765.18 Lain-lain Pendapatan

yang Sah

128.85

Lain-lain Pendapatan

yang Sah

258.72

I 2013 I 2014

244.68

282.84

22.76 11.80 21.61 10.53

I 2013 I 2014

Pajak Daerah Retribusi Daerah

Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 57

2013. Sementara kontribusi dan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah masing-masing

mencapai 3,87% dan 3,45%. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi

komponen Pajak Daerah mencapai 19,78%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah tersebut salah

satunya disebabkan oleh penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%.

Sementara itu, realisasi Dana

Perimbangan pada triwulan I

2014 didorong oleh tingginya

realisasi Dana Alokasi Umum

(DAU). Pada triwulan laporan,

realisasi DAU di Provinsi Kalimantan

Barat tercatat mencapai Rp430,07

miliar, meningkat 12,71% dari

realisasi triwulan I 2013. Kenaikan

realisasi DAU tersebut tidak terlepas

dari persiapan pelaksanaan pemilu

legislatif yang dilaksanakan pada awal triwulan II 2014. Selain itu, penyaluran DAU juga

dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan

pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan

masyarakat di daerah. Lebih lanjut, tingginya realisasi Dana Perimbangan yang lebih

tinggi dibandingkan PAD pada triwulan I 2013 mengindikasikan bahwa tingkat

kemandirian daerah masih belum optimal. Tercatat rasio PAD terhadap total penerimaan

daerah pada triwulan I 2014 mencapai 39,53%, sementara rasio Dana Perimbangan mencapai

45,19%.

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar)

PAD Dana

Perimbangan

Lain-lain

Pendapatan yang

Sah

Total

Penerimaan

Daerah

PAD/TPD Dana

Perimbangan/TPD

Lain-

lain/TPD

669.35 765.18 258.72 1,693.25 39.53% 45.19% 15.28%

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)

Dana Bagi Hasil Pajak & Non

Pajak

9.90 -

DAU381.57

DAU430.07

I 2013 I 2014

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

4.2. Realisasi Belanja Daerah

Realisasi penyerapan belanja

pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan I 2014

relatif lebih baik dari periode

sebelumnya. Tercatat rasio

penyerapan anggaran Provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan I

2014 mencapai 8,92% dari target

anggaran belanja 2014. Rasio

tersebut relatif meningkat

dibanding triwulan I 2013 yang

mencapai 8,47%. Realisasi penyerapan belanja tersebut masih didorong oleh Belanja Tidak

Langsung (Belanja Rutin). Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan I 2014

mencapai 77,17% dari total belanja, dengan rasio realisasi Belanja Tidak Langsung terhadap

target anggaran 2014 mencapai 12,37%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja

Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 22,83%

dari target anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014

mencapai 4,59%. Besarnya gap realisasi komponen belanja yang relatif besar tersebut

mengindikasikan bahwa pelaksanaan proyek khususnya pembangunan infrastruktur masih

dapat lebih dioptimalkan.

Secara lebih mendalam, diketahui

bahwa tingginya realisasi Belanja

Tidak Langsung/rutin salah satunya

didorong oleh penyerapan belanja

hibah. Kondisi tersebut relatif

sejalan dengan alokasi DAU, terkait

persiapan pelaksanaan pemilu

legislatif yang dilaksanakan pada

awal triwulan II 2014. Pada

triwulan I 2014, nilai realisasi

belanja hibah mencapai Rp160,39

miliar, atau 23,93% dari target

tahun anggaran 2014. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp97,98 miliar

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)

12,48

4,12

12,37

4,59

0

2

4

6

8

10

12

14

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

%

I 2013

I 2014

82,92

142,45

97,98

160,39

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Belanja Pegawai Belanja Hibah

Rp. Miliar

I 2013

I 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 59

atau 16,99% dari target tahun 2014. Nilai realisasi belanja gaji pada triwulan I 2014 berada di

level yang cukup tinggi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan gaji PNS sebesar 6% dan

pembayaran kompensasi guru.

Sementara itu, realisasi komponen

Belanja Langsung yang digunakan untuk

pelaksanaan proyek masih belum

optimal, mencapai 4,59% dari target

APBD Tahun Anggaran 2014. Realisasi

Belanja Langsung tersebut terutama

didorong oleh penyerapan Belanja

Barang dan Jasa yang secara nilai

mencapai Rp54,30 miliar, atau 5,56%

dari target tahun anggaran 2014.

Penyerapan Belanja Barang dan Jasa

tersebut salah satunya dipicu oleh

realisasi proyek pembangunan jalan lingkar bandara sepanjang 2,16 km dengan biaya

pembangunan mencapai Rp10,7 miliar. Meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan

triwulan I 2013, rasio penyerapan belanja Barang & Jasa pada triwulan I 2014 masih berada di

level yang relatif rendah sebesar 5,56%, naik dari triwulan I 2013 yang mencapai 5,53%.

Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan I 2014 mencapai Rp6,86 miliar, atau

1,27% dibanding target 2014. Relatif kurang optimalnya penyerapan belanja Modal dan

belanja Barang dan Jasa pada triwulan I 2014 tersebut perlu mendapat perhatian mengingat

kedua komponen belanja ini berperan besar terhadap kelancaran pelaksanaan proyek

pembangunan daerah.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)

Belanja Pegawai

12,53

Belanja Pegawai

15,27

Belanja Barang &

Jasa

53,85

Belanja Barang &

Jasa

54,30

Belanja Modal

2,28

Belanja Modal

6,86

I 2013 I 2014

Rp. Miliar

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 61

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Ketenagakerjaan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,

jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,

atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada

bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang

tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah

penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari

2014.

Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari

2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami

penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu

orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka

Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari

2012 sebesar 3,09%.

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

2014

Feb Ags Feb Ags Feb Ags ' 13 ( %) Feb ' 13 ( %)

J uml ah Penduduk Us i a Ker j a 3. 031 3. 041 3. 228 3. 068 3. 280 6, 91 1, 61

Angkat an Ker j a 2. 258 2. 183 2. 348 2. 140 2. 369 10, 69 0, 89

a. Beker j a 2. 182 2. 107 2. 276 2. 054 2. 309 12, 42 1, 45

b. Penganggur an 76 76 73 86 60 - 30, 51 - 17, 81

Ti ngkat Par t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %) 74, 50 71, 77 72, 74 69, 75 72, 21

Ti ngkat Penganggur an Ter buka ( %) 3, 36 3, 48 3, 09 4, 03 2, 53

2012Ket er angan

Per ubahan Feb ' 14 Thdp2013

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi

pada sektor informal, yaitu mencapai 1.514

ribu orang, atau 65,57% dari total jumlah

penduduk yang bekerja. Penduduk yang

bekerja di sektor informal tersebut terdiri

penduduk yang berusaha sendiri, penduduk

yang berusaha dibantu buruh tidak tetap,

pekerja bebas serta pekerja keluarga, yang

jumlahnya masing-masing mencapai 25,17%,

32,63%, 6,80% dan 35,40% dari total

penduduk yang bekerja di sektor informal.

Sementara jumlah penduduk yang bekerja di

sektor formal, baik yang berstatus sebagai

pengusaha yang memiliki buruh/karyawan

tetap, maupun sebagai buruh/karyawan, mencapai 795 ribu jiwa, atau 34,43% dari total

penduduk yang bekerja.

Ditinjau dari sisi sektoral, tingkat

penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi

di sektor pertanian, dengan pangsa

sebesar 57,21% dari total penduduk yang

bekerja di Kalimantan Barat, diikuti oleh

oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa

yang masing-masing tercatat sebesar

14,77% dan 12,65%. Tingginya penyerapan

tenaga kerja di sektor pertanian sejalan

dengan struktur perekonomian Kalimantan

Barat yang masih ditopang oleh sektor

pertanian, perburuan dan kehutanan.

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor

381

494

81 714

103

536

Berusaha sendiri

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

Berusaha dibantu buruh tetap

Buruh/ karyawan

Pekerja bebas

Pekerja keluarga

57,21%

4,20%3,16%

4,68%

14,77%

1,91% 1,17%12,65%

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri LGA

Konstruksi Perdagangan

Transportasi Lembaga Keuangan

Jasa-jasa

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 63

5.2 Kesejahteraan

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)

Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan

indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara

membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi

maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin

tinggi tingkat kesejahteraan petani.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan

Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut

mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember

2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh

peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang

dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)

dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks

harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan

dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.

Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan

kecenderungan yang menurun dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Maret 2014

mengalami penurunan sebesar 0,40% (yoy) dibandingkan NTP bulan Maret 2013 yang tercatat

sebesar 96,78. Hal ini dipengaruhi oleh indeks harga yang dibayar petani meningkat lebih besar

dari indeks harga yang diterima petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar

5,12% (yoy) dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar 104,44. Sementara

indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih kecil yaitu sebesar 4,70% (yoy)

dibandingkan dengan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 101,08.

Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan

Maret 2014 sebesar 105,83, atau meningkat 1,77% (qtq) dibandingkan bulan Desember

2013 yang tercatat sebesar 103,99. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh adanya

peningkatan pada indeks yang dibayar petani, meskipun tidak sebesar peningkatan indeks yang

diterima petani. Pada bulan Maret 2013 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 109,78,

atau meningkat 1,63% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode

Desember 2013 sebesar 108,02. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang

diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4,

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

laju pertumbuhan It mengalami perlambatan, sementara pertumbuhan Ib cenderung lebih

tinggi. Kondisi sektor pertanian yang kurang optimal menjadi salah satu penyebab

melambatnya indeks yang diterima petani (lihat Bab I). Hal ini mengindikasikan bahwa laju

kenaikan penghasilan yang diterima petani lebih lambat dibandingkan dengan laju peningkatan

biaya yang harus dibayarkan untuk konsumsi dan pembelian barang modal.

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014

Pergerakan NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2014 tercatat

mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Desember 2013. Periode Maret

2014 tercatat sebesar 96,40, atau meningkat 0,15% (qtq) apabila dibandingkan dengan

periode Desember 2013 sebesar 96,26. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan subsektor

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan

Desember 2013. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija yang

mengalami peningkatan sebesar 3,43% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar 2,76%

(qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 2,43% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara

keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami peningkatan. Ib

yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perkebunan Rakyat sebesar 1,81%

(qtq), lalu diikuti oleh subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,63% (qtq), dan subsektor Padi

Palawija sebesar 1,53% (qtq).

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

92

94

96

98

100

102

104

106

108

110

112

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

2012 2013 2014

NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%

-0,50%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 65

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Pada bulan Maret 2014 sebagian besar NTP subsektor mengalami peningkatan, kecuali

NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan subsektor Peternakan dimana masing-masing

mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dan 0,25% (qtq). Peningkatan paling besar

terjadi pada NTP subsektor Padi Palawija yaitu sebesar 1,87% (qtq) diikuti dengan kontraksi NTP

subsektor Hortikultura dan NTP subsektor Perikanan Tangkap masing-masing sebesar 1,22%

(qtq) dan 0,80% (qtq).

NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Maret 2014 sebesar 96,97 atau

mengalami peningkatan sebesar 1,87% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang

tercatat sebesar 95,19. Relatif kecilnya NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada

triwulan I 2014 (<100) disebabkan level indeks harga yang dibayar (Ib) petani Tanaman Padi

dan Palawija lebih besar dari level indeks harga yang diterima (It) petani. Indeks harga yang

dibayar petani padi palawija sebesar 110,75 atau meningkat sebesar 1,53% (qtq) dibandingkan

Desember 2013. Sementara indeks harga yang diterima petani padi palawija mengalami

peningkatan sebesar 3,43% (qtq) menjadi 107,39.

NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Maret 2014 sebesar 104,33 atau mengalami

peningkatan 1,22% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,07.

Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura

lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura.

Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 110,43 atau meningkat sebesar 1,52%

(qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,78. Sedangkan indeks harga

yang diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,76% (qtq) menjadi 115,20.

2014

Mar J un Sep Des Mar J un Sep Des Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)

1. I ndeks Har ga Yang Di t er i ma Pet ani99, 57 99, 25 100, 23 100, 74 101, 08 100, 44 102, 00 103, 99 105, 83 1, 77% 4, 70%

1. 1. Padi Pal awi j a 99, 07 99, 22 100, 48 102, 75 103, 24 102, 72 103, 97 103, 83 107, 39 3, 43% 4, 02%

1. 2. Hor t i kul t ur a 102, 91 104, 73 105, 69 106, 15 106, 20 105, 70 111, 35 112, 11 115, 20 2, 76% 8, 48%

1. 3. Per kebunan Raky at 101, 62 99, 59 100, 18 98, 15 98, 28 96, 77 97, 08 102, 71 102, 93 0, 21% 4, 73%

1. 4. Pet er nakan 96, 47 96, 44 96, 72 97, 34 97, 64 98, 09 100, 68 101, 45 102, 66 1, 19% 5, 14%

1. 5. Per i kanan 100, 68 101, 08 102, 69 102, 62 103, 60 104, 58 105, 90 105, 74 108, 04 2, 18% 4, 29%

1. 5. 1. Per i kanan Tangkap 107, 75 110, 37 2, 43%

1. 5. 2. Per i kanan Budi day a 102, 73 104, 56 1, 78%

2. I ndeks Har ga Yang Di bayar Pet ani99, 30 100, 25 101, 78 102, 74 104, 44 104, 88 107, 15 108, 02 109, 78 1, 63% 5, 12%

2. 1. Padi Pal awi j a 99, 68 100, 65 102, 29 103, 17 105, 05 105, 49 108, 07 109, 08 110, 75 1, 53% 5, 43%

2. 2. Hor t i kul t ur a 99, 45 100, 41 102, 14 103, 27 104, 97 105, 48 107, 78 108, 78 110, 43 1, 52% 5, 20%

2. 3. Per kebunan Raky at 99, 45 100, 39 101, 79 102, 90 104, 45 104, 92 106, 64 107, 39 109, 33 1, 81% 4, 68%

2. 4. Pet er nakan 98, 78 99, 68 100, 97 101, 82 103, 52 103, 82 105, 89 106, 65 108, 19 1, 44% 4, 51%

2. 5. Per i kanan 100, 49 101, 39 102, 73 103, 58 104, 49 105, 02 107, 62 108, 32 109, 97 1, 52% 5, 24%

2. 5. 1. Per i kanan Tangkap 108, 47 110, 24 1, 63%

2. 5. 2. Per i kanan Budi day a 108, 10 109, 57 1, 36%

3. Ni l ai Tukar Pet ani 100, 27 99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26 96, 40 0, 15% - 0, 40%

3. 1. Padi Pal awi j a ( NTPP) 99, 38 98, 58 98, 23 99, 60 98, 28 97, 37 96, 22 95, 19 96, 97 1, 87% - 1, 33%

3. 2. Hor t i kul t ur a ( NTPH) 103, 48 104, 31 103, 49 102, 80 101, 17 100, 22 103, 32 103, 07 104, 33 1, 22% 3, 12%

3. 3. Per kebunan Raky at ( NTPR) 102, 17 99, 19 98, 42 95, 38 94, 09 92, 22 91, 03 95, 64 94, 15 - 1, 56% 0, 06%

3. 4. Pet er nakan ( NTPT) 97, 66 96, 75 95, 80 95, 61 94, 33 94, 50 95,09 95,13 94,89 - 0, 25% 0, 59%

3. 5. Per i kanan ( NTPN) 100, 17 99, 67 99, 95 99, 06 99, 12 99, 56 98, 38 97, 61 98, 24 0, 65% - 0, 89%

3. 5. 1. Per i kanan Tangkap 99, 33 100, 12 0, 80%

3. 5. 2. Per i kanan Budi day a 95, 04 95, 43 0, 41%

No Ur ai an2012 2013 Per t umbuhan t hd

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Maret 2014 sebesar 94,15 atau

mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang

tercatat sebesar 95,64. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami

peningkatan sebesar 0,21% (qtq) dari posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 102,71.

Indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Maret 2014 sebesar 109,33

atau mengalami peningkatan sebesar 1,81% (qtq).

NTP subsektor Peternakan pada Maret 2014 sebesar 94,89 atau mengalami kontraksi

sebesar 0,25% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,13.

Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Maret 2014 sebesar 102,66 atau

meningkat sebesar 1,19% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga

mengalami peningkatan sebesar 1,44% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang

tercatat sebesar 106,65.

NTP subsektor Perikanan pada Maret 2014 sebesar 98,24 atau mengalami peningkatan

sebesar 0,65% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat 97,61. Hal ini

disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan

sebesar 2,18% (qtq) yang tercatat 108,04, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani

subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,52% (qtq) yang tercatat

109,97 dibandingkan dengan Desember 2013.

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Pada bulan Maret 2014, seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami

peningkatan NTP gabungan dibandingkan dengan posisi Desember 2013. Peningkatan

terbesar terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur dengan peningkatan NTP sebesar 1,19% (qtq),

selanjutnya diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,77% (qtq), Provinsi Kalimantan

Barat sebesar 0,15% (qtq) dan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,08% (qtq). Namun

apabila dibandingkan dengan Bulan Maret 2013, sebagian provinsi di wilayah Kalimantan

mengalami kontraksi kecuali Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang masing-masing

mengalami peningkatan sebesar 1,22% (yoy) dan 0,02% (yoy). Kontraksi terbesar terjadi pada

Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,40% (yoy), lalu diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar

0,16% (yoy).

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi

Kalimantan Barat berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,40,

bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila

dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 67

dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 102,49, lalu diikuti oleh

Kalimantan Selatan sebesar 101,21 dan Kalimantan Timur sebesar 99,71.

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

2014

Mar J un Sep Des Mar J uni Sep Des Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)

1 100, 27 99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26 96, 4 0, 15% - 0, 40%

2 102, 97 102, 37 102, 05 101, 75 101, 25 101, 49 100, 26 102, 41 102, 49 0, 08% 1, 22%

3 103, 10 102, 66 102, 46 101, 92 101, 19 101, 29 99, 31 100, 44 101, 21 0, 77% 0, 02%

4 102, 75 102, 42 102, 22 101, 30 99, 87 99, 32 98, 14 98, 54 99, 71 1, 19% - 0, 16%

Per t umbuhan t hd2013

Kal i mant an Bar at

Kal i mant an Tengah

Kal i mant an Sel at an

No Ur ai an2012

Kal i mant an Ti mur

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 69

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

6.1 Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat

pada triwulan II 2014 diperkirakan

mengalami akselerasi jika

dibandingkan triwulan I 2014

yang tumbuh 4,69% (yoy).

Perekonomian Kalimantan Barat

pada triwulan mendatang

diperkirakan tumbuh pada kisaran

5,1 5,6% (yoy). Akselerasi

diperkirakan didorong oleh

meningkatnya aktivitas bisnis pada

triwulan mendatang. Optimisme

terhadap perkembangan ekonomi

pada triwulan mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

dimana terdapat peningkatan SBT pada triwulan II 2014 sebesar 8,65% dibandingkan dengan

triwulan I 2014.

Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan

terutama didorong oleh konsumsi, baik

konsumsi swasta maupun konsumsi

pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan

Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada

April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan

meningkat seiring dengan periode liburan

sekolah pada akhir triwulan II 2014.

Peningkatan konsumsi juga ditunjukkan oleh

perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada

triwulan II 2014 sebesar 115,14, yang

menunjukkan optimisme masyarakat akan

kondisi ekonomi dibandingkan triwulan I 2014,

dimana realisasi ITK tercatat sebesar 114,80. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi,

juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri

pengolahan. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Ekspor

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat

4.00%

4.50%

5.00%

5.50%

6.00%

6.50%

7.00%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2P

2012 2013 2014

109.06

107.47

110.13

109.62

111.61

111.70

108.74

108.86

109.25

107.47

108.05

108.12

111.56

114.58

111.50

111.47

108.54

114.80

115.14

100 105 110 115 120

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Realisasi

Perkiraan

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

2013

2014

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Kalimantan Barat diperkirakan masih tumbuh lambat sebagai dampak terhentinya ekspor

bauksit dan masih rendahnya ekspor karet. Permintaan karet diperkirakan relatif menurun

seiring dengan tren perlambatan ekonomi yang terjadi di negara eksportir karet utama

Kalimantan Barat, yaitu Tiongkok.

Dari sisi sektoral, sektor yang

diperkirakan mendorong akselerasi

perekonomian di triwulan II 2014

adalah sektor angkutan dan jasa seiring

dengan pelaksanaan Pemilihan Umum

Calon Anggota Legislatif. Sektor

industri pengolahan juga diperkirakan

akan tumbuh lebih baik, khususnya

didorong oleh industri kelapa sawit,

dimana permintaan akan CPO

diperkirakan meningkat, antara lain

didorong oleh permintaan CPO sebagai

bahan baku biodiesel. Dari sisi harga

internasional, harga CPO juga diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan.

Sementara itu, kinerja industri pengolahan karet diperkirakan masih belum optimal seiring

dengan melemahnya permintaan Tiongkok. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan akan

tumbuh moderat, dimana sub sektor tabama, khususnya padi, sudah melewati masa panen,

sehingga kinerja pada triwulan mendatang diperkirakan tidak akan optimal. Dari sisi sub sektor

perkebunan, perkebunan karet juga diperkirakan tidak akan tumbuh optimal akibat

berlangsungnya periode wintering tanaman karet pada awal triwulan mendatang.

Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan

relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 5,4%-5,9% (yoy). Dari

sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat

kontraksi pada ekspor komoditas utama bauksit dan perlambatan ekspor karet seiring dengan

melambatnya permintaan dari negara Tiongkok. Sementara itu, faktor pendorong

perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh

pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan

pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta smelter. Dari sisi sektoral,

perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertambangan. Sementara, faktor

pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja perkebunan kelapa

sawit dan industry pengolahannya.

Sumber : Bloomberg

Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II P

2012 2013 2014

USD cent/kg

USD/metric ton

CPO Karet (RHS)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 71

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah

Inflasi Provinsi Kalimantan Barat

pada triwulan II 2014 diperkirakan

masih berada pada level yang cukup

tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh

hasil Survei Konsumen pada triwulan I

2014, ekspektasi masyarakat terhadap

inflasi baik untuk jangka pendek

maupun jangka panjang berada di level

yang relatif tinggi. Tercatat, indeks

ekspektasi inflasi masyarakat dalam

jangka pendek (3 bulan yang akan datang) mencapai level 176, sementara ekspektasi jangka

panjang (6 bulan yang akan datang) mencapai level 180. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih

tinggi dibanding triwulan IV 2013 yang masing-masing mencapai 154,8 dan 162,5.

Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014

diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai

bulan Mei 2014 berpotensi memberikan tekanan inflasi, meskipun lebih bersifat second round

effect. Selain itu, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% berpotensi

memicu kenaikan tekanan inflasi kelompok transportasi. Kondisi tersebut berpotensi semakin

tinggi mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung musim liburan sekolah yang dapat

membuat tekanan permintaan jasa transportasi.

Dari sisi produksi, masa tanam yang diperkirakan berlangsung pada awal triwulan II 2014

diperkirakan membuat ketersediaan pasokan bahan pangan khususnya beras menjadi lebih

terbatas sehingga dapat berpengaruh terhadap kestabilan harga. Selain itu, kondisi cuaca yang

diperkirakan mengalami fenomena El Nino menambah potensi tekanan produksi dan distribusi

komoditas.

Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara

lain pengaruh pelaksanaan pemilu yang relatif minimal. Kondisi tersebut tercermin dari laju

inflasi April 2014 yang mengalami deflasi sebesar 0,01% (mtm), dimana pada bulan April 2014

berlangsung pemilu legislatif.

Sumber : Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen

120

130

140

150

160

170

180

190I-

2013

II-2

013

III-2

013

IV-2

01

3

I-2

01

4

Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek

Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Dari sisi imported inflation, tren

penurunan harga komoditas global

seperti emas diperkirakan dapat

memberikan pengaruh positif terhadap

inflasi. Harga minyak secara global

berada pada tren menurun disebabkan

oleh pasokan yang meningkat,

khususnya bersumber dari negara-

negara OECD. Selain itu, nilai tukar

Rupiah berada di level yang relatif stabil

pada kisaran Rp11.000 per USD.

Berdasarkan beberapa faktor yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5%

(yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan

berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam

(down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya

wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis sehingga diperkirakan shock akibat

lonjakan inflasi administered price cenderung terkendali. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap

inflasi relatif terkelola dengan baik. Kondisi tersebut didukung dengan pemahaman pemerintah

daerah terhadap inflasi yang semakin tinggi, seiring penguatan koordinasi pengendalian inflasi

melalui pembentukan TPID di berbagai Kab./Kota. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle

harga komoditas internasional, ditandai dengan perkembangan harga komoditas yang

cenderung melandai, seperti emas. (4) Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca pada 2014

cenderung stabil sehingga dapat mendukung produksi pangan dan menjaga ketersediaan

pasokan, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan

harga BBM yang telah direalisasi pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor

resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,

antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi (produsen dan konsumen)

masih relatif lebar. (2) Nilai tukar cenderung rentan terhadap kondisi eksternal sehingga

berpotensi mengalami fluktuasi dan memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial

politik pasca pemilu presiden.

Sumber : BI, diolah

Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 xiii

LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan

Makanan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 4.29 6.26 2.17 1.74 1.46 -1.19 1.77 0.52 3.60 4.56 -0.48 -1.34 4.51 5.24 -1.66 -2.15 5.30 -1.28

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.06 -0.09 1.06 0.71 0.15 0.33 0.32 1.20 3.23 2.52 2.07 2.34 0.43 1.31 1.22 0.72 3.09 0.06

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1.84 1.03 1.46 0.77 2.18 0.18 1.22 0.10 3.15 0.74 0.97 0.41 4.96 1.62 3.04 0.78 1.23 0.65

Sandang 0.90 0.73 0.68 -0.39 0.63 1.45 2.11 0.45 0.39 0.19 0.49 -1.07 3.23 1.16 -2.15 1.70 1.74 0.20

Kesehatan 0.78 0.06 1.42 1.33 2.06 -0.84 3.69 1.39 3.62 -0.43 1.23 1.91 2.39 2.33 2.63 1.53 2.84 1.05

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.21 0.79 0.09 -0.74 0.76 4.77 -0.24 0.16 0.48 0.67 0.17 0.11 7.68 7.18 0.38 0.92 1.15 0.39

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.26 -0.88 1.51 2.98 8.30 5.14 -3.66 -2.16 -2.73 1.19 9.18 3.20 5.90 -1.08 3.99 6.00 -1.89 -1.76

Umum 2.20 1.95 1.45 1.30 2.34 0.80 0.47 0.11 2.08 2.15 1.91 0.63 4.09 2.45 1.10 0.79 1.97 -0.34

Tw I

20142012 2013

Tw IVTw IIITw IITw ITw IVTw IIITw IITw IKelompok

-0.66

-8 -6 -4 -2

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

Umum

% (qtq)

Andil I-2014

Andil I-2014

2014

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 4.29 6.26 2.17 1.74 1.46 -1.19 1.77 0.52 3.60 4.56 -0.48 -1.34 4.51 5.24 -1.65 -2.15 5.30 6.74

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3.75 4.60 0.03 0.01 5.26 0.26 1.00 0.05 0.94 0.02 1.56 0.70 3.82 4.52 -1.10 2.66 1.31 1.67

Daging dan Hasil-hasilnya 12.10 5.88 -9.48 -7.29 -1.99 -3.20 8.27 -1.69 1.15 3.49 -4.26 -2.50 18.27 11.78 -12.32 -9.30 1.32 1.68

Ikan Segar 2.22 9.33 10.90 16.82 -1.97 -4.30 -0.26 8.61 4.38 5.02 -1.60 -1.13 4.31 4.67 0.24 -11.07 3.46 12.45

Ikan Diawetkan 3.19 -0.12 0.95 10.97 1.13 1.91 0.16 -3.87 1.69 2.00 13.20 8.47 2.43 3.63 5.53 3.34 2.92 -0.65

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2.00 1.26 0.15 -1.04 0.71 -0.53 -1.75 -0.07 6.33 9.05 -0.22 -4.17 2.70 4.60 -2.08 -0.39 8.22 -3.12

Sayur-sayuran 6.98 14.48 5.33 0.24 4.36 0.16 8.14 -5.57 4.01 11.16 -2.23 -4.47 -6.30 7.35 4.12 -0.19 15.97 29.33

Kacang - kacangan -0.24 2.95 0.19 1.91 0.04 1.62 0.06 4.93 1.68 2.92 2.78 -1.30 7.00 -0.28 2.16 4.05 3.27 0.87

Buah - buahan 4.82 3.12 4.91 -0.31 12.44 6.60 2.87 -0.44 -4.61 3.59 5.60 4.77 4.65 1.24 1.84 2.37 6.54 3.88

Bumbu - bumbuan -1.62 1.66 12.94 5.69 -8.57 -4.75 1.46 2.66 27.71 14.98 -7.90 -8.49 7.74 2.55 0.51 4.56 12.34 12.36

Lemak dan Minyak 4.22 11.37 -0.35 -1.92 1.62 -3.43 -5.29 -3.91 1.01 2.43 -0.85 -0.87 -4.00 2.05 5.02 0.04 3.67 2.14

Bahan Makanan Lainnya 0.55 0.00 2.76 0.00 -0.77 0.41 0.00 2.96 6.46 0.25 1.37 0.25 0.57 0.48 1.11 3.75 9.51 2.40

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2013

Tw I Tw IVTw IIITw IIKelompok

2012

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.06 -0.09 1.07 0.59 0.15 0.47 0.32 0.92 3.31 2.85 2.09 2.34 0.43 1.31 1.23 0.72 3.09 0.87

- Makanan jadi 0.61 0.00 0.00 0.19 0.05 0.15 0.00 0.52 2.44 2.78 1.60 2.46 0.17 0.77 0.74 0.48 1.99 0.70

- Minuman tidak beralkohol 2.86 -3.01 2.04 0.81 0.17 -0.45 1.55 2.42 4.88 3.81 2.12 -2.07 1.26 2.92 2.26 1.68 6.43 -0.43

- Tembakau dan minuman beralkohol 0.69 1.65 3.05 1.11 0.39 1.54 0.04 0.69 4.17 2.16 3.37 4.86 0.37 1.38 1.57 0.62 3.63 1.88

2014

Kelompok

2012

Tw I Tw II Tw IVTw III

2013

Tw IVTw I Tw II Tw III Tw I

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.84 1.03 1.46 0.77 2.18 0.18 1.22 0.10 3.15 0.74 0.97 0.41 4.96 1.62 3.08 0.78 1.23 4.78

- Biaya tempat tinggal 3.07 1.27 1.64 1.24 3.41 0.27 1.77 0.04 4.12 0.62 0.60 0.06 6.42 1.68 3.46 0.47 0.34 6.05

- Bahan bakar, penerangan dan air -0.11 0.08 0.07 0.03 0.13 0.01 0.07 -0.01 1.18 1.10 1.41 1.18 3.29 1.44 1.41 1.40 1.91 3.66

- Perlengkapan rumah tangga 1.83 2.59 1.75 0.61 1.47 0.01 2.33 1.13 2.25 0.54 2.23 0.15 1.96 3.05 4.95 0.04 5.26 1.61

Penyelenggaraan rumah tangga 0.11 1.50 3.06 0.27 0.93 0.41 0.01 -0.16 2.86 0.14 1.07 0.28 3.21 0.25 3.21 1.59 1.62 3.27

Kelompok Tw III Tw IVTw IITw III

2012

Tw IVTw IITw I Tw I

2013

Tw I

2014

xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok

Kesehatan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Sandang 0.90 0.73 0.68 -0.39 0.63 1.45 2.11 0.45 0.39 0.19 0.49 -1.07 3.23 1.16 -2.09 1.70 1.74 0.57

- Sandang laki-laki 1.25 0.97 1.60 -0.61 0.25 0.10 2.29 0.49 -0.15 1.26 0.39 0.35 1.87 0.07 1.02 3.84 1.26 0.00

- Sandang wanita 1.24 0.23 0.51 0.11 1.06 0.46 0.21 0.01 1.37 0.54 0.22 0.12 1.09 0.60 0.71 0.99 3.73 0.24

- Sandang anak-anak 0.04 0.00 0.51 -0.19 0.33 0.52 6.75 0.11 0.09 0.10 1.30 0.03 1.56 0.10 1.80 2.77 2.64 0.15

- Barang pribadi dan sandang lain 0.82 1.94 0.14 -1.02 0.82 5.70 0.78 1.31 0.33 -1.49 0.27 -5.70 6.97 4.71 -8.32 -1.43 0.20 3.30

Tw I

2014

Kelompok Tw IIITw ITw III Tw II

2013

Tw IV

2012

Tw IVTw I Tw II

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Kesehatan 0.78 0.06 1.42 1.33 2.06 -0.84 3.69 1.39 3.62 -0.43 1.23 1.91 2.39 2.33 2.65 1.53 2.84 2.26

- Jasa kesehatan 0.05 0.00 0.00 0.04 5.38 0.00 7.93 0.00 4.02 0.00 1.33 0.17 2.78 1.73 1.56 0.53 3.86 2.53

- Obat-obatan -0.12 0.38 1.45 0.13 0.27 -5.13 0.89 5.67 5.11 -7.22 0.05 6.54 1.00 -0.11 3.12 3.00 0.29 1.20

- Jasa perawatan jasmani 3.74 0.00 0.00 0.00 0.89 5.25 5.87 0.00 4.85 2.41 0.86 0.00 9.48 1.13 9.47 9.24 9.86 0.25

- Perawatan jasmani dan kosmetik 0.98 -0.11 2.62 3.62 0.91 0.41 1.50 0.10 2.52 3.37 1.71 0.91 1.04 4.63 1.66 0.32 1.49 2.78

Tw I

2014

Tw ITw IV

2012

Tw I Tw III

2013

Tw IVTw IIITw IITw IIKelompok

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.21 0.79 0.09 -0.74 0.76 4.77 -0.24 0.16 0.48 0.67 0.17 0.11 7.68 7.18 5.17 0.92 1.15 0.77

- Jasa pendidikan 0.00 0.37 0.00 0.00 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00 1.29 0.00 0.05 11.81 5.95 16.51 0.82 0.00 0.52

- Kursus-kursus/pelatihan 0.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.82 0.00 0.00 0.28 3.40 0.00 5.77 1.22

- Perlengkapan/peralatan pendidikan 0.09 0.31 -1.15 -3.55 -0.53 2.12 -0.38 -0.26 0.53 0.47 1.33 -0.09 0.44 0.35 1.09 3.16 2.64 3.04

- Rekreasi 0.67 1.50 1.26 -0.27 2.83 17.14 -1.15 0.72 1.61 -0.32 -0.33 0.50 2.93 14.85 12.87 0.00 1.52 -0.14

- Olahraga 0.89 8.22 0.03 0.00 0.00 1.27 1.39 0.00 5.16 2.27 0.93 -1.48 0.27 0.00 0.18 0.00 5.62 0.00

Tw III Tw IIITw IITw II Tw IV Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Kelompok Tw I Tw I

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.26 -0.88 1.58 0.99 8.65 1.83 -2.95 -0.71 -1.03 1.86 9.61 3.20 7.87 -1.08 4.86 6.00 -1.89 -0.91

- Transpor 2.93 -1.40 2.15 1.64 12.65 2.99 -3.83 -1.24 -0.52 3.91 14.13 4.91 11.65 -1.77 7.04 9.15 -2.96 -1.54

- Komunikasi dan pengiriman 0.03 0.00 0.00 0.00 0.29 0.00 -0.57 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.29 0.00 0.19 0.00 -0.12 0.00

- Sarana dan penunjang transpor 2.45 0.00 1.23 0.09 0.08 0.00 1.79 0.34 1.48 -0.51 0.23 0.02 1.76 0.80 0.31 -0.04 1.26 0.78

- Jasa keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.79 1.15 0.00 0.00 0.45 0.66 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Tw I Tw II Tw III Tw I

2014

Kelompok Tw I Tw II Tw III

2012

Tw IV

2013

Tw IV

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 xv

DAFTAR ISTILAH

PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan

pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah

yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk

skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto).

Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu

periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga

sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar

masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IHK).

Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga

Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.

Atau sering disingkat (mtm).

Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).

Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)

Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang

mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga

Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK

akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).

BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara

periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal

(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga

indikatif yang hanya merupakan reference rate sebagai sinyal respon

kebijakan moneter Bank Indonesia.

BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin

tidak efisien operasi bank.

xvi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata

jumlah asset dalam satu periode.

NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh

bank.

NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di

perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang

lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara

jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan

bank.

ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih

dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode

Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui

kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses

penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau

pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.

PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,

sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang

Fit For Circulation untuk bertransaksi.