40
Jelajah Nama dan Peristiwa Setara Edisi 14Maret - April 2015 Chelsea Islan Suka Menyelam di Sekolah Koi di Blitar Kasuso: Kampung Perempuan Nelayan di Bulukumba INDONESIA Surganya Ikan Hias

Kabar Bahari 14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KABAR BAHARI adalah Buletin dua bulanan terbitan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) yang mengangkat dinamika isu kenelayanan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.

Citation preview

Page 1: Kabar Bahari 14

Jelajah Nama dan Peristiwa Setara

Edisi 14Maret - April 2015

Chelsea IslanSuka Menyelam di

Sekolah

Koi di Blitar Kasuso: Kampung Perempuan Nelayan di

Bulukumba

INDONESIASurganya Ikan Hias

Page 2: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2014

KABAR BAHARI adalah Buletin dua bulanan terbitan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) yang mengangkat dinamika isu kenelayanan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.

DEWAN REDAKSIPemimpin Redaksi: Abdul HalimRedaktur Pelaksana: Susan HerawatiSidang Redaksi: Ahmad Marthin Hadiwinata, Susi Oktapiana, Irma Yanti, AntoDesain Grafis: Dodo

Alamat RedaksiJl Kedondong Blok C Nomor 19 Perumahan Kalibata Indah, Jakarta 12750Telp./Faks: +62 21 799 4888Email: [email protected]: www.kiara.or.id

Chelsea IslanSuka Menyelam di Sekolah

Koi di Blitar

Pengaturan Ekspor Ikan Hias

Tiga Solusi Peralihan Alat Tangkap

4

13

10

18

22

DAF TAR ISI

Nama dan Peristiwa

Kemudi

Jelajah

Kebijakan

Kasuso:Kampung Perempuan Nelayan di Bulukumba

14Setara

Konsultasi Hukum

Sudirman HililoNelayan Butuh Laut, Bukan Reklamasi

Hari Nelayan Sedunia, 6 April 2015:Lindungi dan Sejahterakan Nelayan dan Perempuan Nelayan

Lobster Saus Padang

28

32

39

Tokoh

Pernak Pernik

Dapur

Page 3: Kabar Bahari 14

CatatanREDAKSI

Di dunia modern, orang kian haus akan hiburan. Ketatnya jadwal kerja membuat jatah liburan semakin mepet, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Manado dan Makassar. Alhasil, kebutuhan relaksasi memunculkan kreativitas produk, seperti akuarium ikan hias yang dipajang di ruang tamu rumah.

Tahukah Anda? Hampir 75 persen pasokan ikan hias air tawar di dunia berasal dari Indonesia dan sekurangnya-kurangnya 363 jenis ikan hias air tawar telah diekspor ke berbagai negara. Ikan-ikan hias ini dipelihara untuk memberikan kesenangan. Oleh karena itu, bentuk, warna, ukuran, keserasian, dan kebiasaannya benar-benar harus diperhatikan.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan, Indonesia memiliki jenis ikan hias asli yang sangat beragam dan dapat dibudidayakan. Spesies ikan hias air tawar diperkirakan berjumlah 400 spesies dari total 1.100, seperti Ikan Arwana, Ikan Koi, Ikan Koki, Ikan Cupang, Ikan Neon Tetra, Ikan Manfish, Ikan Komet, Ikan Platty dan Ikan Lou Han.

Ikan Arwana atau Scleropages sp. merupakan salah satu ikan endemik Indonesia. Arwana dikenal memiliki banyak julukan, seperti ikan naga, ikan payang, siluk, silok, kalikasa, kalasa dan khayangan. Ikan ini termasuk dalam golongan ikan purba yang ukuran telurnya sebesar telur burung puyuh. Ikan arwana mempunyai tubuh yang besar dengan sisik besar yang memikat. Beberapa jenis arwana memiliki harga yang sangat tinggi, seperti Ikan Arwana jenis Super Red Albino yang terjual dengan harga Rp. 1 miliar pada IPPAE (Indonesia Pets Plants Aquatic Expo) tahun 2010 (iradewa.com). Dahsyatnya Indonesia!

Besarnya potensi ikan hias di akuarium Indonesia mestinya setali tiga uang dengan tingkat kenaikan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan hias.

Buletin KABAR BAHARI edisi Maret-April 2015 ini menghadirkan ulasan mengenai ikan hias dan sentra ikan koi di Blitar, Jawa Timur. Selain itu, dikupas profil Bapak Sudirman Hililo yang tengah memperjuangkan hak-hak konstitusionalnya atas wilayah pesisir yang terancam dirampas oleh pengembang properti di Kota Manado, Sulawesi Utara. Juga profil mengenai perempuan nelayan di Kampung Kasuso, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Selamat membaca dan semoga menghadirkan manfaat.***

INDONESIA,AKUARIUM IKAN HIAS DUNIA

Page 4: Kabar Bahari 14

Dunia memiliki 1.100 spesies ikan air tawar, 400 spesies di

antaranya tersebar di perairan Indonesia. Menariknya, jumlah ikan hias air laut berjumlah 650 spesies atau sebesar 30 persen. Sementara yang baru diperdagangkan sekitar 200 spesies.

INDONESIA

D IK EMU

Surganya Ikan Hias

Sumber: pariwisatasurabaya.com

Page 5: Kabar Bahari 14

Di tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai eksportir ikan hias. Dengan peringkat tersebut, nilai pangsa pasar ikan hias mencapai 7,5 persen. Sementara Singapura dan Malaysia berkontribusi masing-masing sebesar 22,5 persen dan 11 persen.

Pada tahun 2013, pertumbuhan volume ekspor ikan hias sebesar 262,16 persen. Ekspor Ikan hias Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai US$ 12 juta atau naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 10 juta (KKP, 2014). Pada tahun 2011, target produksi ikan hias sebesar 3 miliar ekor dan mengalami peningkatan terus hingga 8 miliar ekor di tahun 2014.

Sedikitnya terdapat 10 ikan hias terpopuler di Indonesia (lihat Tabel 1). Disebut paling populer dikarenakan sering dijumpai di rumah, perkantoran dan sebagainya. Anda yang belum memiliki, sebaiknya tidak menunggu terlalu lama.

Data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan, produksi budidaya ikan hias tahun 2012 mencapai 938 juta ekor dan meningkat menjadi 1,04 miliar ekor pada tahun 2013.

Wilayah produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia, dengan sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blitar merupakan salah satu kabupaten produsen ikan koi. Jumlah produksinya

mencapai 40 juta ekor per tahun dengan luas lahan budidaya sebanyak 200 hektar. Sebarannya terdapat di Desa Kemloko, Desa Penataran dan Kelurahan Legok. Menariknya, usaha budidaya ikan koi ini dijalankan oleh pembudidaya tradisional.

Pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar ekspor. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada 2012 sebesar US$ 21,01 juta, atau 8,12% dari total nilai ekspor ikan hias di seluruh dunia yang sebesar US$ 258,8 juta.

Meski menyumbang nilai besar, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, posisi perdagangan ikan hias dunia masih dikuasai Singapura di posisi pertama, disusul Jepang, Spayol, dan posisi keempat ditempati Indonesia.

Patut disayangkan, potensi ikan hias belum dioptimalkan sehingga sebagai Negara Maritim Indonesia kalah dengan Singapura dan Spanyol. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyebutkan potensi ikan hias dalam negeri sebesar 1,5 miliar dolar AS.

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga melansir data ekspor ikan hias naik 26 persen, di mana kinerja ekspor ikan hias mencatatkan grafik dari tahun 1996-2013 mencapai 62,46 persen. Tingginya angka ekspor juga harus sebanding dengan tingkat kesejahteraan pembudidaya, khususnya yang berskala tradisional.***

Page 6: Kabar Bahari 14

6Edisi 14Maret - April 2015

Tabel 1. Ikan Hias Cantik Dunia

Nama Ikan Hias Penjelasan

1. Ikan Rancuh Jenis ikan hias ini masih populer sampai sekarang dikarenakan tubuhnya yang lucu. Dahulu kala ikan koki ini hanya boleh dipelihara di kalangan raja-raja Jepang, akan tetapi saat ini seluruh masyarakat boleh untuk ikut memelihara. Di kalangan peternak juga sudah banyak yang menternakkan, namun menjadi tantangan sendiri bagi peternak menghasilkan rancuh berkualitas. Jangan heran jika harga ikan koki rancuh mahal untuk kualitas kontes.

2. Ikan Malaikat Ikan Manfish yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' termasuk ikan bertulang sejati. Disebut Angel Fish karena bentuk dan warnanya menarik dan gerakannya yang tenang. Habitat asli ikan ini berasal dari perairan Amazon, Brazil, Columbia dan Peru di wilayah Amerika Selatan.

Jenis ikan hias ini hidup di perairan air tawar (pH 6 – 8) yang tenang arus airnya dan memiliki banyak tanaman air.

3. Ikan Neon/Injel Injel adalah jenis ikan hias dari Ordo Perciformes dari famili Pomacanthidae. Mereka ditemukan di terumbu karang dangkal di daerah tropis. Kebanyakan di Samudera Pasifik barat, juga di Samudera Atlantik dan Hindia. Famili ini terdiri dari tujuh genera dan sekitar 86 spesies.

Dengan warnanya yang terang dan tajam, tubuh memipih, Ikan Injel merupakan salah satu penghuni terumbu karang yang mencolok. Mereka sangat mirip ikan kepe-kepe, famili berkaitan yang juga tampil mencolok. Ikan Injel berbeda dari kepe-kepe karena memiliki duri preoperkulum (bagian dari tutup insang). Ciri ini juga menjelaskan asal nama famili Pomacanthidae yang berasal dari bahasa Yunani poma yang berarti “tutup” dan akantha yang berarti “duri”.

Page 7: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 7

Nama Ikan Hias Penjelasan

4. Ikan Oscar/Astronotus

Astronotus adalah sebuah jenis ikan hias dari familia Cichlidae. Ada dua spesies dalam genus ini, keduanya ditemukan di Amerika Selatan. Mereka adalah omnivora dan memakan ikan kecil, moluska, dan binatang tidak bertulang belakang.

Salah satu spesies, Astronotus Ocellatus, terkenal sebagai ikan hias dan sering dipelihara di aquarium, dan dikenal dengan nama ikan Oscar. A. Crassipinnis jarang diekspor dan dijual sebagai ikan hias.

5. Ikan Guppy Gupi, ikan seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu jenis ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish, di berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal, seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan lain-lain.

Sumber: gedor.com

Page 8: Kabar Bahari 14

8Edisi 14Maret - April 2015

Nama Ikan Hias Penjelasan

6. Ikan Cupang Slayer Cupang (Betta sp.) adalah jenis ikan hias air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli, salah satunya adalah Betta channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur.

Ikan cupang adalah salah satu jenis ikan hias yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

7. Ikan Mas Koki Berdasarkan riwayatnya, jenis ikan hias Mas Koki merupakan salah satu ikan hasil domestikasi tertua di dunia. Ikan bernama latin Catassius auratus mulai dipelihara di rumah-rumah pada zaman Dinasti Sung di Cina pada sekitar 960 Masehi. Lalu, mulai dikomersialkan pada Dinasti Ming pada 1368-1644 Masehi.

Ikan Mas Koki kemudian merambah ke Jepang sekitar 1500 Masehi dan masuk ke benua Eropa sekitar dua abad kemudian. Di Negeri Matahari Terbit, perkembangan varietas mas koki semakin pesat dari hasil perkawinan silang. Dihasilkan varietas baru dengan bentuk yang variatif seperti yang ada saat ini. Ikan Mas Koki yang dihasilkan antara lain berbentuk bulat, pendek, benjol-benjol, dan bersirip panjang.

Varietas Ikan Mas Koki dari Jepang tersebut kemudian memiliki nama Latin catassius auratus var japonicus. Dari Jepang, Ikan Mas Koki menyebar ke wilayah Eropa maupun Amerika. Kemudian, menjadi populer karena dapat dijumpai di toko-toko ikan hias di seluruh dunia.

Page 9: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 9

Nama Ikan Hias Penjelasan

8. Ikan Arwana Arwana Asia (Scleropages formosus), atau Siluk Merah adalah salah satu Jenis ikan hias air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia juga disebut “Ikan Naga” karena sering dihubung-hubungkan dengan naga dari Mitologi Tionghoa.

9. Ikan Koi Koi (bahasa Tionghoa dan bahasa Jepang: , Romaji: koi) adalah jenis ikan hias karper Cyprinus carpio yang dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di Jepang. Mereka berkerabat dekat dengan ikan mas, dan karena itu banyak orang menyebutnya ikan mas koi. Koi dianggap membawa keberuntungan.

10. Ikan Lou Han Ikan Lou Han (bahasa Inggris: Flowerhorn) merupakan salah satu jenis ikan hias terkenal yang dipelihara di dalam akuarium karena warna sisik mereka yang hidup serta benjolan kepala mereka yang berbentuk khas berjuluk “benjol kelam”.

Aslinya mereka hanya berhabitat di Malaysia dan Taiwan, namun saat ini banyak dipelihara oleh penggemar ikan di seluruh dunia.

Sumber: Pusat Data dan Informasi KIARA (April 2015), diolah dari pelbagai sumber

Page 10: Kabar Bahari 14

Koi di BlitarAnda pernah berkunjung ke Blitar, Jawa Timur? Apa yang

Anda ingat? Satu di antaranya adalah Makam Bung Karno yang terletak di Desa Bendogerit, berjarak sekitar 3 kilometer di utara dari kota Blitar. Makam Bung Karno ini berdiri di areal lahan yang luas. Untuk dapat masuk ke makam Bung Karno, Anda tidak dipungut biaya tiket masuk.

Page 11: Kabar Bahari 14

Di dalam kompleks makam, tempat yang menjadi persemayaman terakhir Bung Karno ada pada sebuah bangunan berbentuk Joglo, bangunan khas Jawa. Itulah makam Bung Karno, yang diapit oleh makam kedua orang tuanya, ayah di sebelah kiri dan ibu di sebelah kanan.

Selain Makam Bung Karno, juga terdapat tujuan wisata menarik dan paling sering dilewatkan: sentra ikan koi. Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan mas hias. Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan, yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.

Di Jepang, ikan ini dinamakan Nishikigoi (Cyprinus carpadie). Artinya, ikan berwarna warni. Goi sendiri artinya ikan karper. Koi sendiri berasal dari bahasa Cina. Ikan ini konon berasal dari Persia, dibawa ke Jepang lewat Cina dan Korea, berkembang pesat sejak sekitar 160 tahun lalu. Munculnya ikan koi berwarna-warni adalah hasil penyilangan dan budi daya ratusan tahun. Pada awalnya, peternak di Jepang hanya bisa menghasilkan varietas koi satu warna tunggal, yakji koi hitam (Karasugoi, Sumigoi), putih (Shiromuji), merah (Akagoi, Benigoi, dan Higoi), kuning (Kigoi), keemasan (Kingoi), dan putih keperakan (Gingoi).

Pada tahun 1962, Pangeran Akihito bersama Permaisuri Michiko

menyempatkan diri berkunjung ke Bogor dan melihat ikan emas Indonesia dari ras Kumpay. Ikan emas yang nama latinnya sama dengan ikan karper Jepang ini dari varietas Flavipinnis. Akihito berkeinginan menyilangkan ikan emas Indonesia dengan ikan karper Jepang. Dan pada tahun 1980, Balai Penelitian Ikan Air Tawar Bogor mengirim ke Jepang sekitar 60 ekor ikan emas ras Kumpay yang berumur enam bulan. Hasilnya, yang dibawa ke Indonesia saat kembali pada tahun 1991, terdapat lima macam koi silangan dengan lima macam kombinasi warna.

Koi di BlitarBlitar merupakan salah satu kabupaten produsen ikan koi di Indonesia. Jumlah produksinya mencapai 40 juta ekor per tahun dengan luas lahan budidaya sebanyak 200 hektar. Blitar memiliki faktor geologi dan termperatur yang cocok untuk habitat ikan koi sehingga angka keberhasilan tiap pembenihan bisa mencapai 90 persen. Sebarannya terdapat di Desa Tawangsari dan Karangrejo (Garum), Desa Penataran, Kemloko dan Krenceng (Nglegok), Desa Sumber dan Jeding (Sanan Kulon), Desa Jabung (Talun), Desa Tlogo (Kanigoro), Desa Jati Tengah (Selopuro) dan Desa Gandusari (Gandusari). Menariknya, usaha budidaya ikan koi ini dijalankan oleh pembudidaya tradisional.

Kabupaten Blitar memiliki pantai yang terbentang sepanjang 45 kilometer dengan luas 4 mil laut = 26.100 hektar, luas 12 mil laut = 63.330 hektar dan

Page 12: Kabar Bahari 14

12Edisi 14Maret - April 2015

luas Zona ekonomi Eksklusif (ZEE) = 1.305.500 Km2. Hal ini berarti potensi sumber daya laut yang ada di Kabupaten Blitar untuk 4 mil laut mencapai 1.044 ton/tahun, untuk 12 mil laut mencapai 3.133 ton/tahun dan ZEE sebesar 52.220 ton/tahun.

Namun sampai sekarang pemanfaatan oleh nelayan Kabupaten Blitar atas potensi tersebut baru mencapai 10% dari potensi laut yang ada. Pada tahun 2010 jumlah tangkapan ikan yang paling banyak adalah Lemuru sebanyak 104.465 kg, Tongkol (92.219 kg), Layang (29.625 kg), Cucut (24.845 kg), Tengiri (18.895 kg), Pari (5.549 kg) dan Kerapu (4.265 kg).

Pembudidayaan ikan koi di Klempoko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, tergolong pembudidayaan mikro penduduk asli setempat. Pembudidayaan ikan koi di wilayah tersebut di atas telah menguasai teknik budidaya dengan baik dan sesuai dengan arahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Teknik budidaya diperoleh dari berbagai sumber antara lain: tukar menukar pengalaman dengan sesama pengusaha ikan koi, baik lokal maupun nasional, atau pedagang koi, atau pedagang pakan. Untuk mewadahi kepentingan bersama, mereka membentuk “Blitar Koi Club” (BKC).

Pada tahun 2005 dimulailah pembangunan Sub Raiser ikan hias yang terletak di kawasan wisata Candi Penataran. Pembangunan Sub Raiser tersebut merupakan salah satu bentuk pembangunan sistem kawasan yang

saling berintegrasi antara obyek wisata yang ada di kawasan Candi Penataran.

Terdapat beberapa alasan dari pembudidaya ikan koi dalam menjalankan usahanya, antara lain karena potensi sumber daya dan ekologi wilayah mendukung; pemasaran produk terjamin; dan secara ekonomis menguntungkan. Selain itu, usaha ini juga memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun kepada keluarga dan penduduk setempat. Contohnya, setiap unit usaha mempekerjakan satu orang yang bekerja setiap hari.

Boleh dibilang sebagian penduduk Kota Blitar menjadi peternak dan budidaya ikan koi, terutama mereka yang tinggal di dua kecamatan, yaitu Tambakboyo dan Kecamatan Kota Blitar. Seperti di Dusun Brisi Desa Tambakboyo, Kecamatan Tambakboyo, Blitar, separuh warganya menjalani profesi budi daya koi di samping menjalani aktivitas keseharian seperti petani dan membuat batu bata. Di Kecamatan Tambakboyo terdapat 100 anggota Club Budidaya Ikan Koi.

Bila Anda memasuki Kota Blitar, di sudut jalan Kota Blitar terdapat patung ikan koi, sebagai penanda kalau Kota Blitar adalah sentra Ikan Koi. Berkunjunglah!***

(AH) dari pelbagai sumber

Page 13: Kabar Bahari 14

Artis pendatang baru Chelsea Elizabeth Islan atau yang lebih dikenal dengan Chelsea Islan menyukai diving (penyelaman) karena di sekolahnya diwajibkan mengikuti kegiatan ekstra.

“Itu sebenarnya karena sekolah. Waktu sekolah kan banyak ekskul-nya ada beberapa ketentuan dan aku wajib ambil dan aku memilih diving sebagai ekskul,” ungkap Chelsea.

Pemeran film Street Society ini kebetulan menyukai olah raga berbau ekstrem sehingga mudah baginya melakukan diving.

“Itu jadi satu kebanggaan buat aku karena nggak banyak orang, apa lagi perempuan yang berani untuk diving,” jelas Chelsea.

Bagaimana perasaan Chelsea pertama kali diving di laut?

“Takut nanti ada apa-apa, karena kita kan nggak tahu di dalam laut ada apaan, cuma lama-lama terus nyemplung kedua, ketiga, keempat, kelima sudah biasa jadi bisa menikmatinya,” lanjut perempuan berusia 19 tahun itu.

Tulamben dan Kepulauan Seribu merupakan tempat yang pernah dijelajahinya. Ia menargetkan Raja Ampat, Wakatobi, dan Bunaken jadi lokasi dive berikutnya.

Tidak seperti kebanyakan artis, pesinetron Chelsea Islan memiliki cara tersendiri untuk merawat tubuh. Perawatan yang dia lakukan pun terhitung sederhana.

“Perawatan tubuh yang aku lakukan adalah mengonsumsi makanan yang benar dan olahraga rutin,” kata Chelsea.

Jenis olahraga dari kecil yang sudah dia sukai adalah olahraga ekstrem di luar ruangan. Dari kecil ia sudah mengikuti taekwondo dan gokart. Bahkan, dua tahun belakangan ini, Chelsea rajin menyelam di laut. Terkait hal ini, Chelsea mengaku bahwa ia bisa dibilang sedikit tomboy karena dari kecil sudah sering melakukan aktivitas di luar ruangan (outdoor activity).

Selain itu, gadis cantik ini mengaku gemar mengonsumsi salmon dan salad. Ia pun tidak membatasi makanan yang dikonsumsinya.*** (IY)

Suka Menyelam

di Sekolah

Page 14: Kabar Bahari 14

Sejauh mata memandang, biru lautan menjadi pesona tersendiri. Debur ombak perlahan memecah kesunyian

Kampung Kasuso. Beriringan, bunyi perempuan membenturkan alat tenunnya dan suara derit ayunan yang digoyang perlahan oleh ibu.

Kampung Perempuan Nelayan di Bulukumba

KASUSO

Page 15: Kabar Bahari 14

Kampung Kasuso terletak di wilayah administrasi Desa Darubiah, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Butuh 33 kilometer dari Bulukumba menuju Bira, kemudian dilanjutkan menuju Kampung Kasuso setelah melewati penurunan panjang (daerah Lahongka).

Tidak ada catatan sejarah tentang kampung Kasuso, hanya cerita dari mulut ke mulut yang terus diceritakan turun-menurun. Kata Kasuso berasal dari dua suku kata ‘Ka’ dan ‘Suso’. Kata ‘Ka’ artinya kepal, besar atau ketua, sedangkan ‘Suso’ artinya Kerang, dua kata inilah kemudian digabungkan dan memiliki arti kerang besar yang menempel di batu besar. Di sisi lain, penamaan kampung Kasuso diduga karena di kampung tersebut banyak Suso (sejenis siput/biri-biri laut).

Kampung Kasuso lebih dikenal sebagai kampung pesisir Bulukumba di mana mayoritas masyarakatnya adalah nelayan ikan terbang atau disebut Juku’ Tuing-Tuing. Ikan terbang bukan hanya jadi simbol salah satu televisi swasta nasional, tapi ikan terbang ini pun sangat digemari karena telur ikan berharga cukup mahal. Namun, ikan

terbang kini sulit didapatkan, maraknya penangkapan ikan terbang dengan kapal besar menyebabkan jumlah ikan terbang menurut drastis dalam 3 tahun terakhir.

Kampung PerempuanPagi di ufuk timur, setelah merapihkan keperluan anak-anaknya, si ibu turun ke kolong rumah dan mulai disibukkan mengatur benang-benang di alat tenunnya. Sarung sutera berbagai corak menjadi salah satu tumpuan ekonomi perempuan di kampung Kasuso. Sarung-sarung yang dihasilkan kemudian dipasarkan keluar kampung Kasuso, bahkan hingga ke wilayah Sulawesi Selatan. Tidak jarang para pedagang atau pelaut yang singgah ke kampung Kasuso membawa sarung-sarung tersebut.

Menariknya, lelaki sulit ditemukan di kampung ini. Mayoritas kaum adam meninggalkan keluarganya untuk melaut hingga bertahun-tahun. Seperti yang dituturkan Subaeni, 29 tahun “Suami saya pergi kerja di laut sewaktu anak masih bayi, dia pulang lagi setelah anak sudah masuk TK”. Subaeni harus rela ditinggal suami yang bekerja sebagai ABK (anak buah kapal) agar anak-anaknya bisa sekolah.

Hal serupa terjadi pada Junaedah, 40 tahun yang ditinggal suaminya melaut selama 25 tahun. Kini ia sudah punya tiga orang anak dan beberapa cucu. Dua orang anak laki-lakinya yang sudah dewasa kini menjadi anak buah kapal dan keluar dari kampungnya. Kini suami Junaedah menjajaki usaha baru, yaitu menjadi juragan kapal kayu yang

"Hidup adalah perjalanan

membangun rumah untuk hati.

Mencari penutup lubang-lubang

kekecewaan, penderitaan,

ketidakpastian, dan keraguan.

Akan penuh dengan perjuangan.

Dan itu yang akan membuat

sebuah rumah indah."

— Iwan Setyawan (Ibuk)

Page 16: Kabar Bahari 14

16Edisi 14Maret - April 2015

memiliki anak buah 13 orang ABK dan berkerja mengangkut barang-barang seperti semen ke daerah seperti Timika, Papua dan pulau lainnya.

Bisa dibayangkan dengan beban ganda yang dijalani perempuan Kasuso, mereka terus menenun dengan harapan penghidupan yang lebih baik. Ketika suami bertahun-tahun tidak pulang, maka perempuanlah yang bertanggung jawab menjalankan roda perekonomian keluarga.

“Dari tenun kami bergantung hidup, dari orang yang singgah dan membawa tenun kami bergantung hidup, dan dari laut kami bergantung hidup agar laut selalu menjaga suami-suami kami dan membawa mereka kembali pulang,” ujar Junaedah.

Setali tiga uang, di Lembata, Nusa Tenggara Timur, banyak lelaki yang keluar dari kampungnya dan memutuskan menjadi TKI. Perempuan banyak ditinggal di kampungnya karena perempuan lebih mampu bekerja ganda, yaitu mengurus rumah, mengurus kebun sekaligus menjual ikan.

Tanah yang gersang dan sulitnya air bersih membuat masyarakat kesulitan menggarap tanah mereka. Di saat yang bersamaan, kapal-kapal besar acapkali datang dan melakukan pemboman. Bahkan melalui riset KIARA menyebutkan tutupan mangrove sudah rusak 40% dan tutupan karang hanya tinggal 20% akibat dari maraknya pengeboman di Laut Lembata.

Tidak jauh berbeda dengan perempuan di Kampung Kasuso,

perempuan di Lembata pun harus berjuang untuk memberikan hidup yang lebih baik bagi anak-anak dan keluarganya.

PenggerakPada tahun 2010, KIARA bersama dengan Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS) dan JPKP (Jaringan Pengembangan Kawasan Pesisir) menginisiasi Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI). Hal ini berdasarkan besarnya peran perempuan dalam sektor perikanan.

Perempuan nelayan bukan hanya sekadar istri dari nelayan, namun mereka yang terlibat, baik pra dan pasca melaut. Dimulai dari menyiapkan bekal untuk melaut, menyiapkan

Page 17: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 17

keperluan melaut, menjual hasil tangkapan suami, atau pun mengolah hasil tangkapan. Besarnya peran perempuan nelayan dapat dilihat dari jam kerja perhari, yaitu 17 jam, seperti yang terjadi di kampung Kasuso, perempuan bukan hanya menenun, namun juga terkadang menjual ikan.

Di saat bersamaan, perempuan nelayan menjadi penentu gizi keluarga. Secara tidak langsung, tangan perempuanlah yang menjadi penentu bagaimana generasi penerus akan mendapatkan gizi baik untuk pertumbuhan mereka.

Besarnya peran nelayan dalam memenuhi kebutuhan protein bangsa tidak bisa dipisahkan dari besarnya kontribusi perempuan nelayan yang terlibat baik pra dan pasca melaut.

Perempuan nelayan memiliki jam kerja selama 17 jam sehari, dimulai dari memenuhi kebutuhan keluarga, mempersiapkan bekal suami melaut, hingga menjual hasil tangkapan suami. Roda perekonomian keluarga nelayan disokong 48% oleh perempuan nelayan.

PPNI menjadi wadah bagi perempuan nelayan di banyak kampung pesisir Indonesia, dan menjadi suara bahwa perempuan nelayan hari ini telah berdikari. Kehadiran mereka ada dan menjadi bagian integral dari rantai nilai sektor perikanan.

Selayaknya, perempuan nelayan didukung penuh oleh negara, untuk menjadi tangguh, mandiri dan sejahtera.*** (SH)

Page 18: Kabar Bahari 14

PENGATURAN EKSPOR IKAN

HIAS

Page 19: Kabar Bahari 14

Indonesia adalah negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar (megadiversity) di dunia. Dengan lebih dari 4.000 spesies

ikan, Indonesia memiliki kekayaan laut yang sesungguhnya dapat memberikan manfaat kepada rakyat Indonesia.

Pemanfaatan sumber daya ikan tidak terbatas sebagai sumber pangan bangsa. Ikan tidak hanya dinikmati sebagai hidangan, tetapi juga dapat menjadi sumber daya pemuas visual dengan berbagai jenis ikan hias yang ada. Keindahan warna ikan hias yang unik dengan berbagai jenis ikan tersebut dapat menjadi sumber daya.

Tulisan ini akan mencoba mengurai dengan singkat bagaimana pengaturan mengenai ikan hias dan juga membahas mengenai pembatasan-pembatasan terkait dengan pengeluaran ikan hias untuk kepentingan ekonomi sebagai komoditas ekspor.

Situasi Ikan Hias Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menyebutkan Indonesia memiliki sekitar 4.552 jenis ikan hias baik ikan hias jenis perairan tawar maupun perairan laut. Hampir 99 persen ikan hias laut yang ada di pasaran dunia berasal dari hasil penangkapan dari laut. Sementara ikan hias air tawar yang ada merupakan hasil budidaya.

Dari jenis tersebut, Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara pengeksportir ikan hias dunia dengan menguasai 10% pasar dunia. Sementara posisi kedua ditempati

Spanyol menguasai 17% dan Jepang yang menguasai 13%. Tercatat jumlah ekspor ikan hias mencapai 110,6 juta ekor pada 2014 yang merupakan peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai sebanyak 103,49 juta ekor ikan hias.

Dari besarnya pasar yang ada dan kekuatan sumber daya yang besar ikan hias Indonesia hanya mampun memberikan kontribusi Rp.300 milyar. Padahal potensi nilai yang bisa didapatkan dari pasar ikan hias dunia mencapai sekitar Rp.3 triliyun.

Dari alasan yang dikemukakan adalah dikarenakan perizinan yang berlapis dan berbelit. Menko Maritim menyatakan terdapat 27 ijin sebagai persyaratan untuk dapat melakukan ekspor produk ikan hias. Di sisi lain, beberapa spesies jenis ikan hias masih masuk ke dalam Appendix II Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) 1973 sehingga tidak dapat diperdagangkan. Salah satu jenisnya adalah ikan arwana yang sudah bisa dibudidayakan oleh pelaku budidaya nasional.

Pengaturan Ekspor Ikan HiasSalah satu pengaturan perdagangan ikan hias nasional diatur dalam ketentuan Peraturan Menteri

Page 20: Kabar Bahari 14

20Edisi 14Maret - April 2015

Perdagangan No. 50/M-DAG/PER/9/2013 tentang Ketentuan Ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Undang-Undang dan Termasuk dalam Daftar Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) (Permendag No. 50/M-DAG/PER/9/2013).

Sebelum mengurai mengenai pengaturan ekspor, perlu diberikan gambaran singkat mengenai CITES atau Konvensi Perdangan Internasional terhadap tumbuhan dan hewani yang Terancam yang disepakati sejak 3 Maret 1973. Indonesia telah meratifikasi perjanjian internasional tersebut dalam Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 yang sebelumnya telah berlaku sejak tahun 1975. Konvensi ini dilatari oleh situasi spesies tumbuhan dan hewan yang punah, terancam punah dan langka maupun bagian dan olahan dari spesies tersebut akibat perdagangan internasional melawan hukum.

Dalam pengaturannya, CITES mengatur tiga daftar (appendix) mengenai hewan dan tumbuhan tersebut. Apendix I memuat daftar spesies yang punah sehingga dilarang untuk melakukan perdagangan terhadap spesies seperti penyu, paus, duyung, dan lumba-lumba dan arwana kalimantan. Appendix II, memuat daftar spesies yang dapat punah sehingga dibatasi dalam perdagangan internasional. Appendix II memuat daftar spesies yang dilindungi di negara tertentu.

Kembali kepada Permendag 50/2013, mengatur jenis tumbuhan alam dan satwa liar yang dibatasi ekspornya.

Pembatasan tersebut terhadap tumbuhan alam dan satwa liar yang tidak dilindungi Undang-undang dan termasuk dalam daftar Cites. Bagi jenis-jenis tersebut disyaratkan kepada pelaku usaha untuk memiliki SPE-TASL.

SPE-TASL adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar yang tidak dilindungi UU dan termasuk dalam daftar CITES. Persyaratannya meliputi: a. Fotokopi surat izin usaha perdagangan atau izin usaha dari instansi teknis, tanda daftar perusahaan, nomor pokok wajip pajak, dan rekomendasi dari instansi teknis terkait dan.atau SATS-LN dari Kementerian Kehutanan.

Permendag 50/2013 memberikan daftar negatif yang berarti jenis-jenis apa saja yang wajib untuk mendapatkan izin diperdagangkan dari

Page 21: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 21

Kementerian Perdagangan. Jenis-jenis biota ikan tersebut meliputi:

1. Kerang dengan jenis Trochus niloticus;

2. Ikan hias hidup jenis lain dari selain yang hidup di air tawar meliputi: ikan kuda laut seperti Hippocampus kuda, Hippocampus hystrix, Hippocampus barbouri, Hippocampus comes, Hippocampus kellogi, Hippocampus spinosissimus dan Cheilenus undulatus;

3. Ikan arwana seperti jenis Scleropages formosus, dan jenis ikan arwana lain;

4. Arwana merah dengan jenis Scleropages formosus super red, golden red dan Banjar red.

Di sisi lain SPE-TASL dianggap sebagai beban yang menambah persyaratan

sebagai perizinan untuk melakukan pengiriman atau mengekspor ikan hias. Menko Maritim sendiri menyatakan saat ini terdapat 27 persyaratan ijin yang menjadi syarat wajib untuk dimiliki agar dapat melakukan ekspor ikan hias keluar Indonesia. Sehingga SPE-TASL akan menambah panjang jalur birokrasi dalam perizinan impor.

Dengan adanya jalur perizinan tersebut akan menyebabkan pengusaha eksportir ikan hias mengeluh. Lama perizinan dapat membuat ikan-ikan hias yang sudah siap dikirimkan akan menurunkan kualitasnya. Bahkan dapat membuat ikan-ikan hias mati yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.*** (AMH)

Sumber: loveindonesia.com

Page 22: Kabar Bahari 14

Terbitnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat

Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia menjadi penegasan atas pentingnya memperhatikan daya dukung dan kelestarian sumber daya perikanan untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

TIGA SOLUSI PERALIHAN

ALAT TANGKAP

Page 23: Kabar Bahari 14

Redaksi KABAR BAHARI membuka forum diskusi dan tanya jawab tentang hukum kelautan dan perikanan. Pertanyaan atau topik diskusi dapat disampaikan ke alamat Redaksi KABAR BAHARI, Jl Kedondong Blok C Nomor 19 Perumahan Kalibata Indah Jakarta 12750 Telp./Faks: +62 21 799 4888, atau email : [email protected]

Disclaimer:Seluruh informasi dan data yang disediakan dalam Rubrik Konsultasi Hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk

tujuan pendidikan dan advokasi. Dengan demikian tidak dianggap sebagai suatu nasehat hukum.

Disarankan untuk mengecek kembali dasar hukum dan daftar sumber bacaan yang digunakan dalam rubrik ini untuk memastikan peraturan perundang-undangan yang digunakan masih berlaku.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 9 ayat (1) menyebutkan, “Setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia”. Di dalam

undang-undang ini, alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan ermasuk di antaranya jaring trawl atau pukat harimau, dan/atau kompressor.

Pusat Data dan Informasi KIARA (Februari 2015) mencatat, sejak 5 tahun terakhir atas kepemilikan/penguasaan/penggunaan alat tangkap merusak trawl diwarnai konflik di level

Page 24: Kabar Bahari 14

24Edisi 14Maret - April 2015

horisontal dan penegakan hukum yang belum transparan.

Rustan, Ketua Persatuan Nelayan Kecil (PNK) Tarakan menyampaikan, “Di tahun 2014, sedikitnya 20 kapal trawl asal Malaysia yang mempekerjakan nelayan Indonesia ditangkap oleh anggota PNK dan aparat penegak hukum. Sayangnya tidak pernah ada laporan akhir atas sanksi yang diberikan”.

Sanksi atas tindak pidana perikanan terkait penggunaan alat tangkap trawl ini diatur di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 100B (lihat Tabel 1).

Setali tiga uang, Sutrisno, Ketua Umum Federasi Serikat Nelayan Nusantara mengatakan, “Pelarangan trawl merupakan perwujudan amanah Undang-Undang Perikanan yang dilaksanakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Konflik berdarah di Sumatera Utara disebabkan oleh pemakaian trawl. Pasca disahkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015, kami melakukan sosialisasi kepada seluruh anggota serikat nelayan yang berada di bawah FSNN untuk mengawal upaya penegakan hukumnya.”

Penggunaan alat tangkap merusak trawl berakibat pada hilangnya jiwa nelayan. Selain itu, juga berakibat pada ancaman kriminalisasi pasca dikeluarkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015. Dalam situasi inilah, Menteri Kelautan dan Perikanan harus mengambil langkah-langkah progresif

tanpa mencederai amanah Undang-Undang Perikanan”.

KIARA merekomendasikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan untuk melakukan: pertama, memastikan masa transisi selama 6-9 bulan (proses pengalihan alat tangkap) tidak diwarnai oleh kriminalisasi terhadap masyarakat nelayan. Hal ini sudah terjadi di Tarakan, sebanyak 9 nelayan ditangkap aparat setempat dikarenakan masih menggunakan trawl. Langkah yang bisa diambil adalah berkoordinasi dengan Satuan Kerja PSDKP KKP, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, dan TNI AL.

Kedua, penggunaan APBN-P 2015 untuk memfasilitasi pengalihan alat tangkap bagi nelayan kecil. Langkah yang bisa dipilih adalah berkoordinasi dengan kepala daerah setingkat kota/kabupaten/provinsi untuk menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kelautan dan Perikanan. Pilihan ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Presiden cq Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Untuk menindaklanjutinya, sebagai contoh KIARA menemukan sebesar 16,2% dari Rp. 61,873,906,000 DAK yang tersebar di 3 kota, 15 kabupaten dan 1 provinsi di Jawa Tengah dikategorikan tidak terlampau penting dan bisa dialihkan untuk mendukung proses peralihan alat tangkap dan pendampingan nelayan kecil di sentra-sentra perikanan tangkap di Jawa Tengah (lihat Tabel 2). Anggaran ini bisa dipakai untuk membiayai proses peralihan alat tangkap bagi nelayan kecil.

Page 25: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 25

Tabel 2. DAK Kelautan dan Perikanan di Kota/Kabupaten/Provinsi Jawa Tengah

No Mata Anggaran Jumlah Anggaran

1 PC dan Printer bagi petugas/pengolah PIPP di PPP dan Provinsi di DKP Provinsi Jawa Tengah

Rp. 100,000,000

2 Pengadaan Kendaraan Roda 4 di DKP Provinsi Jawa Tengah

Rp. 200,000,000

3 Pengadaan Modul Rumah Ikan di DKP Provinsi Jawa Tengah

Rp. 847,800,000

4 Biaya Pengelolaan Kegiatan di PPS Cilacap Kabupaten Cilacap

Rp. 130,000,000

5 Pengawasan Perbaikan TPI di PPS Cilacap Kabupaten Cilacap

Rp. 100,045,000

6 Perbaikan TPI di PPS Cilacap Kabupaten Cilacap Rp. 3,369,138,000

7 Keperluan Kantor di BBPB Air Payau Jepara Kabupaten Jepara

Rp. 165,500,000

Tabel 1. Sanksi Tindak Pidana Perikanan Terkait Penggunaan Trawl

Nelayan Kecil (Pasal 100B) Orang (Pasal 85)

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 yang dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)”

Setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 (dua miliar rupiah)

Sumber: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

Page 26: Kabar Bahari 14

26Edisi 14Maret - April 2015

No Mata Anggaran Jumlah Anggaran

8 Kendaraan R-4 (double cabin) untuk pengangkut induk dan benih di BBPB Air Payau Jepara Kabupaten Jepara

Rp. 400,000,000

9 Belanja peralatan pemindangan di DKP Kabupaten Kendal

Rp. 791,180,000

10 Pembangunan gedung/showroom ikan hias di DKP Kabupaten Kendal

Rp. 198,000,000

11 Infrastruktur di DKP Kabupaten Pati Rp. 185,000,000

12 Konsultan Pengawas di DKP Kabupaten Pati Rp. 150,000,000

13 Infrastruktur di DKP Kabupaten Rembang Rp. 185,000,000

14 Kendaraan Roda 4 (Empat) Fungsional Kesyahbandaran di PPN Pekalongan Kota Pekalongan

Rp. 430,000,000

15 Mobil Operasional Workshop/Bengkel di BBPPI Semarang Kota Semarang

Rp. 560,000,000

16 Gudang Arsip di BBPPI Semarang di Kota Semarang

Rp. 953,000,000

17 Konverter Kit di BBPPI Semarang Kota Semarang Rp. 941,506,000

18 TV Asrama di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Tegal Kota Tegal

Rp. 120,000,000

TOTAL Rp. 10,026,169,000

Sumber: Pusat Data dan Informasi KIARA (Maret 2015), dianalisis dari APBN KKP 2015

Ketiga, berkoordinasi dengan perbankan nasional agar menyiapkan skema kredit kelautan dan perikanan yang bisa diakses oleh pelaku perikanan untuk penggantian alat tangkap.

Dengan ketiga langkah di atas, kelestarian sumber daya perikanan terjaga dan kesejahteraan nelayan tidak terancam oleh hadirnya Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.*** (AH)

Page 27: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 27

Page 28: Kabar Bahari 14

SUDIRMAN HILILO

Tokoh

Page 29: Kabar Bahari 14

“Reklamasi harus dihentikan. Selama ini kebijakan pemerintah

memang selalu berpihak pada pengusaha dan tidak pada rakyat,” ujar Sudirman Hililo bersemangat.

Nelayan Butuh Laut,

Bukan Reklamasi

Rambutnya nyaris putih semua, kulitnya terbakar matahari, Sudirman Hililo, seorang lelaki tua yang hingga hari ini masih melaut dan berjuang untuk kehidupan nelayan yang lebih baik.

Sudirman Hililo merasakan hidup dan matinya berasal dari laut. Ia dilahirkan dari keluarga nelayan yang hidup dalam keadaan cukup. Hasil laut telah menghidupi Sudirman Hililo dan keluarganya. Ketergantungan serta kencintaannya terhadap lautlah yang membuat ia memutuskan menjadi seorang nelayan.

Sario TumpaanReklamasi yang terjadi di banyak wilayah pesisir membuat nelayan jauh dari kata ‘Merdeka’. Akses nelayan terhadap ruang publik harus dikebiri oleh kepentingan segelintir orang. Seperti yang terjadi di Pantai Sario Tumpaan, reklamasi yang dilakukan akan merampas ruang publik seluas +/- 23.277 m2.

Pantai Sario Tumpaan terletak di Kelurahan Sario Tumpaan, Kecamatan Sario, Kota Manado di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperburuk dengan dikeluarkannya ijin reklamasi

Page 30: Kabar Bahari 14

30Edisi 14Maret - April 2015

sudah ada di sini sejak lama,” jelas Sudirman.

Proyek reklamasi yang dilakukan di Sario Tumpaan tanpa melewati konsultasi publik, tidak ada nelayan yang dilibatkan sedari awal proyek tersebut digagas. Sudirman Hililo yang sudah melaut puluhan tahun pun terus melakukan perjuangan tanpa henti. Reklamasi bukan solusi, menolak reklamasi adalah harga mati.

yang diberikan kepada PT. Gerbang Nusa Perkasa dan PT. Kembang Utara (Pengembang Manado Town Square). Izin reklamasi tersebut ditandatangani oleh Pemerintah Kota Manado yang diwakili oleh SH. Sarundajang selaku Pejabat Walikota Manado dan PT Kembang Utara yang pada saat itu diwakili oleh Jeffry Putra Wijaya.

“Proyek reklamasi di Sario Tumpaan akan membuat kami, para nelayan kesulitan menyandarkan perahu kami. Padahal, kami ini para nelayan yang

Page 31: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 31

Anak NelayanOrang tuanya memberikan nama Sudiriman Hililo dengan harapan besar. Kelak jika ia besar, ia akan tumbuh sehebat Jenderal Sudirman, seorang pemimpin besar nan bijak. Sudirman Hililo lahir pada tanggal 8 Juli 1959.

Memiliki 4 orang anak membuatnya harus bekerja lebih keras, pada anak-anaknyalah Sudirman menggantungkan harapan besar. Sudirman ingin anak-anaknya dapat hidup layak dan mandiri.

“Saya seorang bapak, tentu ingin anak-anak saya punya hidup yang lebih baik dari saya. Saya mau mereka menjadi orang yang peduli dengan sesama,” harap Sudirman.

Mimpinya untuk melihat anak-anaknya hidup layak dan mandiri terancam jika proyek reklamasi terus berlanjut. Sudirman yakin reklamasi hanya akan merampas ruang hidup nelayan yang sudah beraktivitas sebagai nelayan secara turun-menurun.

“Bagaimana kita mau sejahtera, gimana kita mau mandiri dan hidup layak kalau untuk menyandarkan perahu saja kami tidak bisa,” tegas Sudirman menolak reklamasi pantai.

Di sisi lain, kehidupan nelayan terancam dengan adanya zona penangkapan ikan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Pasalnya tidak pernah ada sosialisasi dari pemerintah, termasuk penyusunan zona pesisir di Sario Tumpaan yang tidak boleh dilintasi oleh nelayan.

“Tidak pernah ada itu kami dikasih tahu oleh pemerintah, daerah mana saja yang dilarang oleh pemerintah. Kami ini jadi sering takut, takut ditangkap. Padahal itu laut milik Tuhan,” kata Sudirman.

Sudirman Hililo saat ini dipercaya menjadi sekretaris Aliansi Nelayan Tradisional Manado (ANTRA). Perjuangannya dengan ANTRA hingga detik ini masih berlangsung.

Pengharapan di Sario TumpaanDi Pantai Sario Tumpaan berdiri sebuah bangunan yang disebut ‘Daseng’. Pun Daseng hanyalah sebuah bangunan dari seng dan kayu, bagi nelayan dan seorang Sudirman, daseng merupakan simbol ‘penolakan’ terhadap proyek reklamasi.

Jika ditanya apa mimpi besar seorang Sudirman Hililo, ia butuh waktu cukup lama untuk berpikir, mimpinya banyak sekali. Namun, ada mimpi besar yang hingga hari ini masih jadi pengharapan jutaan nelayan Indonesia: Indonesia bebas dari Reklamasi Pantai.

Sudirman Hililo percaya, nelayan memiliki hak penuh terhadap laut mereka sendiri untuk kemudian dikelola sebaik-baiknya. Hasil tangkap dari nelayan merupakan tumpuan protein bangsa, maka selayaknyalah nelayan tradisional Indonesia berdaulat atas lautnya.*** (SH)

Page 32: Kabar Bahari 14
Page 33: Kabar Bahari 14

LINDUNGI DAN SEJAHTERAKAN NELAYAN

DAN PEREMPUAN NELAYAN!

MukadimahPidato Joko Widodo saat pelantikan menjadi Presiden RI ke-7 masa 2014-2019 menegaskan saatnya bangsa Indonesia kembali kepada jati diri utama: sebagai bangsa bahari yang menjadikan samudera, laut, selat dan teluk sebagai halaman utama rumah Indonesia. Tidak lagi memunggungi laut.

Pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah mencanangkan 9 Agenda (Nawa Cita) sebagai visi besar pemerintahannya. Visi ini kemudian diterjemahkan secara khusus dalam 9 agenda besar pembangunan ekonomi maritim (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Sembilan Agenda Pembangunan Ekonomi Maritim Pemerintah 2014-2019

No Agenda

1 Peningkatan kapasitas dan pemberian akses terhadap sumber modal (melalui bank pertanian), sarana produksi, infrastruktur, teknologi dan pasar

2 Pembangunan sentra perikanan sebagai tempat pelelangan ikan dengan penyimpanan dan pengolahan produk perikanan terpadu

3 Pemberantasan illegal, unregulated dan unreported fishing (IUU)

4 Mengurangi intensitas penangkapan di kawasan overfishing, dan meningkatan intensitas penangkapan di kawasan underfishing sesuai batas kelestarian

5 Rehabilitasi kerusakan lingkungan pesisir dan lautan

HARI NELAYAN INDONESIA 6 APRIL 2015

Bagian 1/3

Page 34: Kabar Bahari 14

34Edisi 14Maret - April 2015

No Agenda

6 Peningkatan luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan. Kawasan konservasi perairan dalam lima tahun mendatang dikelola secara berkelanjutan menjadi 17 hektar dan penambahan kawasan konservasi seluas 700 hektar

7 Penerapan best aquaculture practices untuk komoditas-komoditas unggulan

8 Mendesain tata ruang wilayah pesisir dan lautan yang mendukung kinerja pembangunan maritim dan perikanan

9 Meningkatkan produksi perikanan dua kali lipat, menjadi sekitar 40-50 juta ton per tahun pada 2019

Sumber: Dokumen Visi-Misi Presiden Joko Widodo – Wakil Presiden Jusuf Kalla (KPU, 2014)

Lima bulan sejak 20 Oktober 2014, kesejahteraan nelayan tradisional, perempuan nelayan, petambak garam, pembudidaya dan pelestari ekosistem pesisir belum beroleh prioritas pemerintah dan pemerintah daerah.

Anggaran tanpa kesejahteraanPemerintah bersama dengan DPR Republik Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 pada tanggal 14 Oktober 2014. APBN Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahun 2015 meningkat dibandingkan dengan tahun 2014: dari Rp. 5.784,7 triliun menjadi Rp. 6.368,7 triliun. Kemudian DPR menyepakati penambahan anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan secara keseluruhan mencapai Rp. 10,6 triliun.

Di dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kelautan dan

Perikanan Tahun 2015 dan Nota Keuangan APBN 2015, dana yang dialokasikan untuk masyarakat dan pemerintah daerah di 34 provinsi hanya sebesar 34,8 persen dari Rp. 6.726.015.251.000 (Enam triliun tujuh ratus dua puluh enam miliar lima belas juta dua ratus lima puluh satu ribu rupiah). Dari prosentase di atas, 29,6 persen dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pengadaan barang dan jasa. Sementara upaya pemberdayaan masyarakat berbentuk penyaluran dana tunai sebesar 5,2 persen untuk kelompok usaha garam, rumput laut, perikanan tangkap dan budidaya.

Peningkatan produksi perikanan dan non-perikanan masih menjadi prioritas pemerintah. Tantangannya adalah selama ini kenaikan produksi tidak memberikan kesejahteraan kepada nelayan, pembudidaya dan petambak garam. Ditambah lagi daya saing produk perikanan dari kampung-kampung pesisir belum serius digarap. Ironisnya perluasan kawasan

Page 35: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 35

konservasi perairan juga dijadikan sebagai target pelaksanaan anggaran. Akibatnya, luasan wilayah tangkap nelayan menyempit, modal melaut dan harga jual hasil tangkapan ikan tidak sebanding. Dengan perkataan lain, politik anggaran Pemerintahan Jokowi belum menyasar upaya perlindungan dan pemberdayaan untuk kesejahteraan nelayan, perempuan nelayan, pembudidaya, petambak garam dan pelestari ekosistem pesisir.

Mendapati politik anggaran di atas, tahun 2015 masih menjadi masa suram pembangunan kelautan dan perikanan bagi masyarakat pesisir (nelayan,

perempuan nelayan, petambak garam, pembudidaya dan pelestari ekosistem pesisir).

Meluasnya perampasan pesisirCerita besar bangsa bahari yang dinamai Indonesia menyeruak dengan gugusan ribuan pulau yang menyebar dari ujung barat di Sabang hingga Merauke. Dua pertiga wilayahnya adalah laut, terdiri dari 13.466 pulau (Badan Informasi Geospasial, 2015) dengan luas laut keseluruhan mencapai 5,8 juta km2. Sejalan dengan itu, Keputusan Menteri Kelautan dan

Page 36: Kabar Bahari 14

36Edisi 14Maret - April 2015

Perikanan Nomor 45 Tahun 2011 menyebutkan potensi perikanan Indonesia diperkirakan mencapai 6,5 juta ton. Meski belum diperbaharui, data tersebut menggambarkan luasnya kekayaan bangsa bahari yang membentang dari Teheran (Iran) ke London (Inggris) ini.

Kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil lintas profesi: nelayan tradisional, perempuan nelayan, pembudidaya, petambak garam dan pelestari ekosistem pesisir.

Sejak putusan Mahkamah Konstitusi No. 3/PUU-VIII/2010 mengenai uji materi Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pemerintah terlihat tetap ingin meminggirkan masyarakat nelayan tradisional dari hak pengelolaan atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pembatalan secara keseluruhan terhadap kerangka pasal mengenai Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) menjadi sia-sia dengan munculnya skema baru melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 sebagai perubahan atas Undang-Undang

Page 37: Kabar Bahari 14

Edisi 14Maret - April 2015 37

Nomor 27 Tahun 2007 yang kemudian menjelma menjadi skema perizinan.

Selain itu, munculnya Pasal 26A Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 memberikan karpet merah kepada investor asing untuk mengelola wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pasal ini mempertegas peluang penguasaan dan privatisasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil oleh korporasi nasional maupun asing. Terlebih tidak ada perlindungan yang kuat atas hak pengelolaan dan hak akses publik atas sumber daya pesisir yang diberikan perizinan pengusahaan. Lemahnya perlindungan terlihat

dari minusnya sanksi hukum atas pelanggaran terhadap hak nelayan untuk mengakses pesisir/lautnya. Mendapati paradigma pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil inilah, ancaman menyempitnya ruang kelola dan penghidupan nelayan dipastikan akan terus berlangsung.

Kasus yang dialami oleh 3 nelayan tradisional, yakni Damo, Misdan dan Rahmat, di kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat, adalah buah privatisasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dikarenakan menangkap ikan dan kepiting di areal tangkap tradisional

Page 38: Kabar Bahari 14

38Edisi 14Maret - April 2015

mereka di kawasan tersebut, mereka dipenjarakan. Meski menang di Pengadilan Negeri Pandeglang, jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dan berkeinginan nelayan dinyatakan bersalah dan dihukum selama 5 tahun penjara dan denda Rp. 100,000,000 (Seratus Juta Rupiah). Pembelajaran dari Ujung Kulon harus mendapatkan perhatian ekstra dari Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dikarenakan targetnya untuk memperluas kawasan konservasi hingga mencapai 700 hektar.

Proyek pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan faktor pendorong utama meningkatnya ancaman bencana dan pengusiran nelayan, perempuan nelayan, petambak garam, pembudidaya dan pelestari ekosistem pesisir dari tempat tinggal dan sumber-sumber kehidupannya.

Pusat Data dan Informasi KIARA (Maret 2015) mendapati fakta bahwa 25 kawasan pesisir di Indonesia yang direklamasi secara kumulatif telah menggusur sedikitnya 14.344 nelayan dan 18.151 kepala keluarga. Ironisnya, sebagian proyek mendapat sokongan anggaran negara, seperti reklamasi lahan di Kabupaten Kayong Utara (Kalimantan Barat) senilai Rp. 5 miliar dan lanjutan reklamasi kavling industri di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara sebesar Rp. 731.850.000. WALHI (2015) menghitung sedikitnya 20.600 hektar proyek reklamasi sedang berjalan di Indonesia sejak tahun 2000. Tak hanya reklamasi pantai, perampasan wilayah pesisir/wilayah tangkap nelayan juga dialokasikan

untuk proyek pertambangan dan energi, seperti pembangunan PLTU berkapasitas 35.000 megawatt di batang dan Cilacap berbahan baku batubara hingga 60-80%. Di sinilah konflik horisontal kerap terjadi antara masyarakat dengan perusahaan. Sementara pemerintah dan aparat penegak hukum justru berperan sebagai penjaga malam.

Maraknya perampasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi wilayah tangkap, tempat tinggal dan sumber-sumber penghidupan nelayan tradisional, perempuan nelayan, pembudidaya, petambak garam dan pelestari ekosistem pesisir harus dihentikan, termasuk reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa Bali seluas 700 hektar yang dilatari Pasal 101A ayat (6) Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan.***

Page 39: Kabar Bahari 14

Pengen makan lobster tapi bingung mau dimasak apa. Eits, sudah pernah mencoba lobster saus padang? Apakah sudah

tahu bahan-bahan dan cara membuatnya? Bagaimana sih?Mari kita coba membuat Lobster Saus Padang ala Chef........

Bahan-bahan:• 100 gram lobster• 5 siung bawang merah• ½ siung bawang Bombay• 2 siung bawang putih• Cabe bubuk (secukupnya)• 1 ikat daung bawang• Garam (secukupnya)• Gula pasir (secukupnya)• Lada (secukupnya)• Saos sambal (secukupnya)

Cara membuatnya :1. Bersihkan lobster, buang kotoran

dikepalanya.

2. Agar lebih lezat dan tidak berbau amis, tambahkan garam dan jeruk nipis secukupnya, diamkan sebentar

3. Lobster digoreng setengah matang, setelah itu tiriskan

4. Tumis bawang merah, bawang putih, daun bawang, dan cabe bubuk.

Sekarang sudah tahu kan bahan-

bahan yang diperlukan dan cara membuatnya.

Silahkan dicoba di rumah.***

(Irma dan Susan)

Lobster Saus Padang

Lobster Saus Padang

5. Setelah bawang agak sedikit kuning, tambahkan sedikit air

6. Masukkan garam, gula, merica (secukupnya)

7. Tambahkan saos sambal, diamkan hingga mendidih

8. Masukkan lobster yang sudah digoreng

9. Aduk hingga rata, angkat dan siap untuk disajikan

Page 40: Kabar Bahari 14

foto:idi