40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat telah mendorong laju pertumbuhan industri di negara kita. Pertumbuhan industri yang semakin pesat ini tentunya juga tidak lepas dari peran tenaga kerja sebagai pelaku dan penggerak kegiatan industry yang utama. Tenaga kerja berperan sangat besar dalam proses kegiatan industri dan mereka salah seorang yang selalu berkecimpung dengan lingkungan kerja industri. Mereka pula yang sangat rawan mengalami berbagai kecelakaan kerja dalam lingkungan industri. Guna mencegah kecelakaan-kecelakaan kerja yang sering terjadi, maka kondisi pesatnya pertumbuhan industri harus diimbangi dengan kesiapan tenaga kerja sebagai penggerak utama. Kesiapan tersebut meliputi berbagai aspek baik dari segi pengetahuan, keterampilan, kesehatan, keselamatan maupun perlindungan secara menyeluruh terhadap dampak negatif yang mungkin saja timbul dilingkungan kerjanya. Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja masih sering terjadi dalam proses produksi. Berdasarkan laporan 1 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

k3 Komunitas Fix Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: k3 Komunitas Fix Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat telah mendorong laju

pertumbuhan industri di negara kita. Pertumbuhan industri yang semakin pesat ini

tentunya juga tidak lepas dari peran tenaga kerja sebagai pelaku dan penggerak

kegiatan industry yang utama. Tenaga kerja berperan sangat besar dalam proses

kegiatan industri dan mereka salah seorang yang selalu berkecimpung dengan

lingkungan kerja industri. Mereka pula yang sangat rawan mengalami berbagai

kecelakaan kerja dalam lingkungan industri. Guna mencegah kecelakaan-kecelakaan

kerja yang sering terjadi, maka kondisi pesatnya pertumbuhan industri harus

diimbangi dengan kesiapan tenaga kerja sebagai penggerak utama. Kesiapan tersebut

meliputi berbagai aspek baik dari segi pengetahuan, keterampilan, kesehatan,

keselamatan maupun perlindungan secara menyeluruh terhadap dampak negatif yang

mungkin saja timbul dilingkungan kerjanya.

Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja masih sering

terjadi dalam proses produksi. Berdasarkan laporan International Labor Organization

(ILO), setiap hari terjadi 6.000 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban

fatal. Sementara di Indonesia setiap 100 ribu  tenaga kerja terdapat 20 korban yang

fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang

harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi,

yakni mencapai 4% dari produk nasional bruto (PNB). (Jakarta, 15 Januari 2013

Metrotvnews.com). Apabila penanganan terhadap maraknya kecelakaan kerja ini

tidak dilakukan dengan segera maka kondisi tersebut dapat memberi dampak

kemunduran terhadap pertumbuhan industri negara kita, karena kondisi kesehatan

yang baik merupakan modal utama bagi para pekerja untuk meraih produktivitas

kerja yang baik pula, sebaliknya adanya gangguan kesehatan menyebabkan tenaga

kerja tidak dapat bekerja maksimal dan meningkatkan angka absensi. Dengan

1 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 2: k3 Komunitas Fix Fix

demikian, upaya-upaya yang merujuk pada pemenuhan kebutuhan dan perlindungan

akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja akan menjadi faktor strategis dalam

mendukung kemajuan industri negara.

Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-

perusahaan besar melalui Undang-Undang ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2%

saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah merupakan

Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih

adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya

perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk

korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3 yang

besarnya mencapai 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3

tidak selayaknya diabaikan. Selain penerapan sistem manajemen K3, dalam

menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja juga harus

melibatkan tenaga kerja itu sendiri. Contonya dalam menggunakan alat pelindung

diri pada saat melakukan proses kerja. Tetapi, para tenaga kerja terkadang

meremehkan perilaku preventif yang mendukung akan keselamatan dan kesehatan

mereka sendiri. Banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri

pada saat melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

akan kegunaan perilaku preventif dan juga dampak yang akan ditimbulkan apabila

tidak menerapkan perilaku preventif tersebut.

Dalam hal ini, peran perawat komunitas sangatlah diperlukan tidak hanya untuk

tindakan kuratif tetapi juga guna memberi pengarahan dan pengetahuan para pekerja

tentang pentingnya penerapan tindakan preventif dalam bekerja.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu kesehatan dan keselamatan kerja?

b. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?

c. Apa determinan dari kesehatan dan keselamatan kerja?

d. Bagaimana pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja?

e. Apa ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja?

2 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 3: k3 Komunitas Fix Fix

f. Apa dasar hukum dari kesehatan dan keselamatan kerja?

g. Apa saja yang termasuk tindakan membahayakan dalam kesehatan dan

keselamatan kerja?

h. Apa saja kondisi yang mebahayakan dalam kesehatan dan keselamatan kerja?

i. Bagaimana upaya pengendalian terhadap kondisi yang membahayakan dalam

kesehatan dan keselamatan kerja?

j. Apa dasar pemahaman ergonomic?

k. Apa tujuan dan prinsip dari ergonomic?

l. Apa ruang lingkup dan bagaimana penerapan ergonomic?

m. Bagaimana perkembangan ergonomic?

n. Bagimana sejarah perkembangan Industrial Hygiene?

o. Apa definisi dari Industrial Hygiene?

p. Apa tujuan dari Industrial Hygiene?

q. Apa peran seorang Industrial Hygienist?

r. Bagaimana konsep Industrial Hygiene?

s. Apa saja yang termasuk factor lingkungan kerja?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari konsep kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan

kesehatan komunitas

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi kesehatan dan keselamatan kerja

b. Mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja

c. Mengetahui determinan dari kesehatan dan keselamatan kerja

d. Mengetahui pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja

e. Mengetahui ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja

f. Mengetahui dasar hukum dari kesehatan dan keselamatan kerja

g. Mengetahui yang termasuk tindakan membahayakan dalam kesehatan

dan keselamatan kerja

3 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 4: k3 Komunitas Fix Fix

h. Mengetahui kondisi yang mebahayakan dalam kesehatan dan

keselamatan kerja

i. Mengetahui upaya pengendalian terhadap kondisi yang membahayakan

dalam kesehatan dan keselamatan kerja

j. Mengetahui dasar pemahaman ergonomic

k. Mengetahui tujuan dan prinsip dari ergonomic

l. Mengetahui ruang lingkup dan bagaimana penerapan ergonomic

m. Mampu menjelaskan perkembangan ergonomic

n. Mampu menjelaskan sejarah perkembangan Industrial Hygiene

o. Mengetahui definisi dari Industrial Hygiene

p. Mengetahui tujuan dari Industrial Hygiene

q. Mengetahui peran seorang Industrial Hygienist

r. Mengetahui konsep Industrial Hygiene

s. Mengetahui yang termasuk factor lingkungan kerja

1.4 Manfaat

Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang epidemiologi dalam

keperawatan kesehatan komunitas

4 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 5: k3 Komunitas Fix Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.1.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ilmu kesehatan kerja adalah studi yang mempelajari cara pengukuran,

evaluasi, dan penanggulangan bahaya di tempat kerja. Ahli di bidang ini disebut

ahli hygiene kerja atau industry yang bertanggung jawab dalam penympanan zat

kimia yang dapat menimbulkan bahaya dan identifikasi, pengukuran, serta

penilaian risiko bahaya di tempat kerja dan pengendaliannya.

Ilmu keselamatan kerja adalah bidang studi yang mempelajari cara untuk

memodifikasi peralatan dan proses kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan di

tempat kerja.

Kombinasi kemampuan teknis kesehatan dan keselamatan kerja,

ergonomis, serta praktik medis ini sangat dibutuhkan untuk mencegah dan

menanggulangi adanya gangguan-gangguan selama bekerja sehingga dapat

tercipta kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bagi setiap

pekerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri mempunyai arti selamat

dan sehat bagi pekerja yang telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan sehingga

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental

maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap gangguan-

gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit-

penyakit umum.

2.1.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tujuan utama kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

5 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 6: k3 Komunitas Fix Fix

d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta

kenikmatan kerja.

e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari

bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk

perusahaan

Tujuan akhir dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga

kerja yang sehat dan produktif.

2.1.3 Determinan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Untuk mencapai tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja, baik tujuan

umum ataupun tujuan akhirnya maka dibutuhkan suatu prakondisi yang

menguntungkan bagi para pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut

sebagai determinan kesehatan dan keselamatan kerja. Determinan k3 mencakup

tiga faktor utama, yaitu: beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan

kerja, dan kemampuan kerja. Apabila hubungan antar ketiga faktor utama

tersebut interaktif dan serasi maka akan terbentuk kesehatan dan keselamatan

kerja yang baik dan optimal.

a. Beban kerja

Bagi seorang pekerja, setiap pekerjaannya akan selalu menimbulkan

beban baik itu secara fisik ataupun secara mental, dan kemampuan setiap

pekerja dalam menghadapi dan menanggung beban tersebut berbeda-

beda. Ada orang yang lebih cocok menanggung beban fisik, tetapi ada

juga orang yang lebih mampu untuk mengatasi beban mental dan sosial.

Namun secara umum, kapasitas semua orang untuk menanggung masing-

masing beban kerjanya terbatas. Dengan kata lain, semua orang

mempunyai beban optimum yang sanggup dilakukan. Tingkat ketepatan

penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada

beban optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, ketrampilan, serta

motivasi.

b. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja

6 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 7: k3 Komunitas Fix Fix

Disamping beban kerja yang harus ditanggung oleh setiap pekerja, ada

pula beban tambahan yang biasanya ditimbulkan oleh kondisi lingkungan

kerja yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan sehingga

mengganggu pekerja yang bersangkutan dalam bekerja. Beban tambahan

ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor:

1) Faktor fisik, misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak

cukup, suhu udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau

rendah, suara yang bising, dsb.

2) Faktor kimia, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dsb.

3) Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan yang

menyebabkan pandangan tidak enak dan mengganggu. Misalnya:

nyamuk, lalat, kecoa, lumut, dsb.

4) Faktor fisiologis, peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran

tubuh atau anggota badan. Misalnya: meja atau kursi yang terlalu

tinggi atau pendek.

5) Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis,

misalnya: adanya klik, gossip, cemburu, dsb.

c. Kemampuan kerja

Kemampuan kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja

yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang

pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Selain status

kesehatan dan gizi, kebugaran dan ketrampilan juga mempengaruhi

kemampuan kerja. Semakin tinggi ketrampilan yang dimiliki pekerja,

semakin efisien badan, tenaga dan pemikiran dalam melaksanakan

pekerjaan. Oleh karena kebugaran dan ketrampilan juga berpengaruh

maka pekerja harus dilatih untuk meningkatkan ketrampilannya melalui

program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi kesehatan.

7 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 8: k3 Komunitas Fix Fix

2.1.4 Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Meskipun dalam pedoman kesehatan dan keselamatan kerja disebutkan

bahwa ‘Penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah’ yang berarti tujuan

atau upaya pokok dari kesehatan dan keselamatan kerja ialah pencegahan

kecelakaan akibat kerja, namun kesehatan dan keselamatan kerja juga tidak

meninggalkan sama sekali upaya kuratifnya yang mencakup realisasi pelayanan

kesehatan dan keselamatn kerja yang bertanggung jawab dalam penyediaan suatu

perawatan menyeluruh untuk semua populasi pekerja di perusahaan. Pelayanan

kesehatan dan keselamatan kerja saat ini tidak lagi bersifat sama untuk seluruh

perusahaan tetapi lebih menjangkau kebutuhan khusus masing-masing industri

yang berbeda.

Umumnya, suatu pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang

modern meliputi hal-hal berikut:

a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Ditempatkan di Suatu Tempat Kerja

Pemeriksaan kesehatan harus disesuaikan dengan tuntutan yang

dibutuhkan di tempat kerja dan selama mengikuti proses pekerjaan yang

bersangkutan. Misalnya, untuk seorang yang akan bekerja di lingkungan

yang banyak debu diperlukan tes pemeriksaan foto toraks; tes

audiometric untuk lingkungan kerja yang bising; pemeriksaan

hematologis untuk lingkungan kerja dengan ionisasi radiasi.

Kepentingan dari pemeriksaan ini antara lain:

1) Untuk menentukan kapasitas fisik dan emosional individu guna

melakukan pekerjaan tertentu.

2) Untuk menilai kesehatan umum individu pekerja, dan serta untuk

menentukan data dasar kesehatan serta kondisi fisik individu

pekerja, yang dapat digunakan untuktujuan-tujuan epidemiologis

dan medikolegal.

b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala dan Pemeriksaan Kesehatan Lainnya

Ada dua jenis pemeriksaan kesehatan berkala yang mendasari. yaitu:

8 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 9: k3 Komunitas Fix Fix

1) Pemeriksaan berkala umum untuk seluruh pekerja sebagai bagian

program pemeliharaan kesehatan karyawan.

2) Pemeriksaan kesehatan yang dihubungkan dengan ancaman gangguan

kesehatan di lingkungan erja tertentu yang beresiko tinggi, untuk

memantau pekerja tertentu yang bekerja dalam kondisi spesifik.

Pekerja yang dinyatakan sebagai kelompok berisiko tinggi di perusahaan,

harus melaksanakan pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan

secara berkala, paling sedikit 1 tahun sekali.

Pemeriksaan kesehatan setelah sakit berguna untuk memastikan apakah

pekerja tersebut sudah benar-benar sembuh dan dapat mengerjakan

pekerjaannya tanpa membahayakan dirinyaataupun orang lain

disekitarnya.

Sedangkan pemeriksaan menjelang pensiun dilakukan untuk menilai

status kesehatan pekerja yang bersangkutan. Pekerja harus diberitahu

apabila terdapat gangguan kesehatan yang ada pada saat pemeriksaan.

c. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

Pertolongan ini dapat berupa pertolongan pertama sebelum dibawa ke

rumah sakit, ataupun dalam bentuk tindakan yang lebih pasti seperti

pemanggilan dokter ahli ke klinik perusahaan.

d. Identifikasi Resiko, Penilaian Besar risiko, dan Pengendalian Gangguan

Kesehatan di Tempat Kerja.

e. Faktor-faktor di Lingkungan Kerja dan Proses Pekerjaan yang Dapat

memengaruhi Kesehatan Pekerja

f. Penyediaan Tempat Kerja dan Alat Bantu Pekerjaan

g. Penyediaan Alat Pelindung Diri dan Kolektif

h. Pengendalian Dampak Lingkungan dari Perusahaan

i. Pencegahan dan Pengendalian Bencana di Tempat Kerja

j. Tindakan Rehabilitasi Vokasional

k. Pendidikan Kesehatan dan Konseling

l. Sistem Pencatatan Pelaporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

9 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 10: k3 Komunitas Fix Fix

m. Penelitian Epidemiologis di Tempat Kerja.

2.1.5 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Bertolak dari batasan higiene industri, kesehatan kerja, dan keselamatan

kerja di atas, maka ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja dapat

digariskan sebagai berikut :

a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang

di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya

akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

b. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :

- Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian

- Peralatan dan bahan yang digunkan

- Faktor-faktor lingkungan kerja

- Proses produksi

- Karakteristik dan sifat pekerjaan

- Teknologi dan metodologi kerja

c. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga

pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa.

d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut

bertanggungjawab atas keberhasilan usaha K3.

2.1.6 Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ada 4 dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai K3 yaitu:

a. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,

disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,

Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan,

Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja,

Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana).

10 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 11: k3 Komunitas Fix Fix

b. UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81

Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang disahkan

19 Juli 1947).

c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen K3 yang berfungsi sebagai Pedoman Penerapan

Sistem Manajemen K-3 (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau

BS 8800 di Inggris.

2.1.7 Tindakan Membahayakan (Unsafe Practices/Actions)

a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan (bekerja bukan pada kewenangannya).

b. Gagal menciptakan keadaan yang baik sehngga menjadi tidak aman atau memanas.

c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknyad. Memakai alat pelindung diri (APD) (safety) hanya berpura-pura.e. Menggunakan peralatan yang tidak layakf. Pengrusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi

manusia.g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja ditempat kerja.h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan.i. Menggunakan tenaga berlebihan/tenaganya hanya untuk main-main.j. Peminum/pemabuk/mengkonsumsi NARKOBA

2.1.8 Kondisi yang Membahayakan (Unsafe Conditions)

a. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layakc. Terjadi kemacetan (congestion)d. Sistem peringatan yang berlebihan (in adequate warning system)e. Ada api dan di tempat yang berbahayaf. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standarg. Kondisi suhu (atmofir) yang membahayakan: terpapar gas, fumes, dan

lain-lain

11 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 12: k3 Komunitas Fix Fix

h. Terpapar bisingi. Terpapar radisij. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau pun berlebihan

2.1.9 Upaya-upaya Pengendalian

a. Subtitusi bahan-bahan kimia yang berbahayab. Proses isolasic. Pemasangan lokal exhausterd. Ventilasi umume. Pemakaian alat pelindung dirif. Ketatarumahtanggan perusahaang. Pengadaan fasilitas saniterh. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja an berkalai. Penyelenggaraan latihan/penyuluhan kepada semua karyawan dan

pengusahaj. Kontrol administrasi

2.2 Ergonomi dan Faal Kerja

2.2.1 Dasar Pemahaman Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu yang menitikberatkan pada pembahasan

mengenai manusia sebagai elemen utama dalam suatu sistem kerja. Banyak

definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar di bidangnya, antara

lain sebagai berikut:

a. International Ergonomics Association

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu ERGON (kerja) dan

NOMOS (hukum alam), jadi ergonomi dapat diartikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau

secara anatomi, fisiologi, psikologi,engineering, manajemen dan

desain/perancangan untuk mendapatkan suasana kerja yang sesuai dengan

manusianya (Nurmianto, 2003).

b. Manuaba

Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan

mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat,

12 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 13: k3 Komunitas Fix Fix

cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien

(Manuaba, A., 2005).

c. Iftikar Z. Sutalaksana

Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yang berjudul “Teknik Tata Cara

Kerja” menuliskan bahwa ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang

sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan

baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan

efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

d. Tarwaka

Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang

digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan

dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas

hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).

Ilmu ergonomi pada dasarnya sangat penting dipelajari karena memberi

berbagai manfaat bagi manusia berkaitan dengan pekerjaannya. Terdapat

beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari ilmu ergonomi. Berikut

ini merupakan manfaat-manfaat ilmu ergonomi, yaitu:

a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,

keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.

b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan, dan pendidikan.

c. Mengopimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui

peningkatan keterampilan yang diperlukan.

d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan

peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

2.2.2 Tujuan dan Prinsip Ergonomi

13 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 14: k3 Komunitas Fix Fix

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu

ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut

(Tarwaka, 2004):

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan

mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah

tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan

antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta

kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas

atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami

kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah.

Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat

kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip

ergonomi, yaitu sebagai berikut:

a. Bekerja dalam posisi atau postur normal.

b. Mengurangi beban berlebihan.

c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.

d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.

e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.

f. Minimalisasi gerakan statis.

g. Minimalisasikan titik beban.

h. Mencakup jarak ruang.

i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.

j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.

k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti

14 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 15: k3 Komunitas Fix Fix

l. Mengurangi stres.

2.2.3 Ruang Lingkup dan Penerapan Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain yang

menjembatani beberapa disiplin ilmu dan professional, serta merangkum

informasi, temuan, dan prinsip dari masing-masing keilmuan tersebut. Keilmuan

yang dimaksud antara lain ilmu faal, anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik.

Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia,

kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan

terhadap suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan

gambaran terhadap fungsi otak dan sistem persyarafan dalam kaitannya dengan

tingkah laku, sementara eksperimental mencoba memahami suatu cara

bagaimana mengambil sikap, memahami, mempelajari, mengingat, serta

mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan

informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja dimana pekerja terlibat.

Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi

dipergunakan untuk memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi, dan

kepercayaan diri pekerja sehingga dapat mempermudah pengenalan dan

pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta untuk meningkatkan

kenyamanan dan kepuasan pekerja.

Studi metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi

menghindari masalah timbul pada sistem kerangka otot mendapatkan hasil

pekerjaan yang lebih baik hal di atas akan dapat dicapai dengan cara memberikan

pelatihan pada tenaga kerja (harus diberikan pada tenaga kerja baru dan

perusahan mendatangkan mesin-mesin baru). Antropomoteri, merupakan data

ukuran dimensi tubuh manusia sangat berguna dalam perancangan suatu produk

(mencari keserasian produk dengan pemakainya atau memberikan kepuasan juga

pada pembuat produk) untuk mendapatkan perancangan optimum hal-hal harus

diperhatikan; panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan

statis maupun dinamis dimensi perlu diamati; berat dan pusat masa (center of

gravity) dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk gerakan melingkar

15 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 16: k3 Komunitas Fix Fix

dari tangan dan kaki, dan lain-lain. Desain produk (peralatan) ergonomi berdasar

antropometri apabila tidak ergonomis menimbulkan berbagai dampak negatif

bagi manusia antara lain:

a. Nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan.

b. Menurut Richard (2001), saat ini terdapat 80 % orang hidup setelah

dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (40 % orang tidak masuk

kerja).

c. Gempur (2001), sebanyak 20,8% tenaga kerja bubut manual posisi

berdiri tegak tidak ergonomis mengalami kelelahan otot biomekanik pada

bahu kanan (produktivitas kerja menurun).

d. Menurut Lord (1997), terdapat lebih dari 50% pasien di california

mengalami lordosis akibat kerja dalam posisi berdiri dibanding posisi

duduk pada kondisi tidak ergonomis (kurangnya jangkauan dan motion

dalam kerja).

e. Menurut Yassierli (2000), tenaga kerja di bengkel permesinan di

Bandung 80% responden mengalami kecelakaan pada pinggang sebesar

72%.

Gambar desain produk ergonomi berdasarkan antropometri, sebaiknya

memenuhi syarat: ukuran suatu alat (produk) baik berupa benda kerja maupun

instalasi seharusnya didesain sesuai dengan ukuran tubuh manusia (antropometri)

bukan manusia disesuikan alat, tetapi alat harus disesuaikan dengan manusia

maka mendesain produk harus disesuikan dengan ukuran terbesar tubuh dan

ukuran terkecil tubuh atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh

(antropometri), produk yang didesain dengan hasil kalibrasi antropometri disebut

desain produk ergonomi.

2.2.4 Perkembangan Ergonomi

Asal muasal konsepnya dimulai ketika masyarakat primitif membuat alat

dari batu digunakan untuk memotong hewan sebagai makanan (kamal, 2004).

Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang

16 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 17: k3 Komunitas Fix Fix

dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di

Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua

istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya.

Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan

perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya,

keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.

Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang

lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah

melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Frank dan Gilbreths memfokuskan

pada studi gerak dalam melakukan tugas kerja di industri sehingga memiliki

gerakan kerja yang ekonomis dan mapan (nyaman). Mereka menganjurkan agar

saat bekerja tidak menggunakan otot pada kedua tangan bersamaan, berposisi

simetris dan bergerak pelan (=statik) serta berbagai gerakan yang berlebihan

harap dikurangi agar tenaga lebih optimal dan efisien. Penggunaan ergonomi

secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi

antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works

of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi

yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil

percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan

menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.

Kongres ergonomik dilaksanakan iea pertama tahun 1961, peserta yang

hadir dari kalangan pemerhati ergonomi dan dari organisasi ergonomi

mendiskusikan sekitar isu ergonomi yang mencuat kepermukaan dunia juga

terjadi interaksi antara para pemerhati egonomi dan para profesional IES sebagai

penyelenggara memberi dukungan terhadap pengembangan anggota dan progam,

sampai tahun 1996, jumlah anggota IES dan organisasi yang terkait sebanyak

16.685 anggota.

Hasil survei dilakukan IES bahwa anggota ergonomics/human factor

societies terdiri dari berbagai disiplin ilmu antara lain: permesinan, ilmu

pengetahuan, ergonomik, keselamatan kerja, psikologi, fisologi, fisiotrapi,

17 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 18: k3 Komunitas Fix Fix

kesehatan, terapi tempat kerja (occupational therapy) dll. Anggota IES terdiri

dari sekitar 30% dari kalangan akademisi,10 % dari konsultan, dan 27% dari

praktisi industri (brown, 1995 dikutip kamal, 2004)

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya

disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja

secara menyeluruh termasuk peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja

tersebut. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Kuratif

Dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung.

Kegiatannya berupa intervensi, perbaikan, atau modifikasi proses yang sedang

atau sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan

kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan

proses kerja yang sedang berlangsung.

b. Pendekatan Konseptual

Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien

bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka

sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah

sewajarnya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang juga perlu,

seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat energi dan melestarikan

lingkungan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna

(Manuaba, 1997). Pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal

perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam

proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.

2.3 Industrial Hygiene

2.3.1 Sejarah Perkembangan Industrial Hygiene

Pada abad pertama Masehi, Pliny the Elder, seorang sarjana Romawi,

beranggapan bahwa mereka yang bekerja dengan seng dan belerang memiliki

resiko tinggi terserang penyakit. Ia merancang masker wajah yang terbuat dari

kandung kemih binatang untuk melindungi pekerja dari paparan debu dan asap

18 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 19: k3 Komunitas Fix Fix

timbal. Pada abad kedua Masehi, dokter Yunani, Galen, akurat menggambarkan

patologi keracunan timah dan juga mengakui eksposur berbahaya penambang

tembaga kabut asam.

Higiene industri memperoleh kehormatan pada tahun 1700 ketika

Bernardo Ramazzini, yang dikenal sebagai "bapak kedokteran industri",

menerbitkan buku komprehensif pertama tentang pengobatan industri, De Morbis

Artificum Diatriba (Penyakit Pekerja). Buku ini berisi deskripsi akurat tentang

penyakit akibat kerja sebagian besar pekerja pada zamannya. Ramazzini sangat

mempengaruhi masa depan kebersihan industri karena ia menegaskan bahwa

penyakit akibat kerja harus dipelajari dalam lingkungan kerja bukan di bangsal

rumah sakit.

Pada awal abad 20 di Amerika Serikat, Dr Alice Hamilton, memimpin

upaya untuk meningkatkan kebersihan industri. Beliau mengamati kondisi

industri tangan pertama, pemilik tambang, dan manajer pabrik. Beliau

mendapatkan bukti bahwa ada hubungan antara penyakit pekerja dan eksposur

mereka terhadap racun.

Kongres AS telah mengesahkan tiga undang-undang yang berkaitan

dengan menjaga kesehatan pekerja Hari ini, hampir setiap pengusaha wajib

menerapkan elemen-elemen higiene industri, keselamatan kesehatan kerja, dan

harus responsif terhadap Undang-undang.

2.3.2 Definisi Industrial Hygiene

Industrial hygiene merupakan ilmu dan seni yang ditujukan untuk

antisipasi, pengakuan, evaluasi, pencegahan, dan pengendalian faktor-faktor

lingkungan atau tekanan yang timbul di atau dari tempat kerja yang dapat

menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau

ketidaknyamanan yang signifikan antara pekerja atau antara warga masyarakat

(www.aiha.org).

Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha

kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat

19 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 20: k3 Komunitas Fix Fix

sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil

produk perusahaan.

Higiene industri adalah ilmu mengantisipasi, mengenali, mengevaluasi,

dan mengendalikan kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera

pekerja atau sakit. Industri Hiegenis menggunakan pemantauan lingkungan dan

metode analisis untuk mendeteksi tingkat paparan pekerja dan mempekerjakan

teknik, pengendalian praktek kerja, dan metode lain untuk mengendalikan

potensi bahaya kesehatan (www.OSHA.gov).

2.3.3 Tujuan Industrial Hygiene

Tujuan dari kesehatan industri adalah untuk menjaga para pekerja,

keluarga mereka, dan masyarakat yang sehat dan aman. Mereka memainkan

peran penting dalam memastikan bahwa federal, negara bagian, dan lokal hukum

dan peraturan diikuti dalam lingkungan kerja.

Higiene industri juga digunakan sebagai alat untuk mencapai derajat

kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang setinggi-tingginya serta sebagai

alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatkan

efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

2.3.4 Peran Industrial Hygienist

Peran seorang industrial hygienist adalah melakukan proses analisa

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi,

permasalahan-permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-

kondisi yang dapat diukur untuk mencari permasalan yang timbul.

b. Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan

sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di

tempat kerja.

20 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 21: k3 Komunitas Fix Fix

c. Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber

bahaya kimia dan fisikadapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan

melakukan pengukuran.

d. Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang

relevan untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.

Industri Hiegenis menghadapi tantangan kesehatan dan keselamatan yang

dihadapi pekerja termasuk:

a. Kualitas udara dalam ruangan (sick building syndrome, asap tembakau

pasif)

b. Mengevaluasi dan mengendalikan paparan timbal lingkungan

c. Perencanaan tanggap darurat

d. Penyakit akibat kerja (AIDS di tempat kerja, tuberkulosis, silikosis)

e. Agen berpotensi berbahaya seperti asbes, pestisida, dan gas radon

f. Gangguan trauma kumulatif (cedera stres yang berulang, carpal tunnel

syndrome)

g. Radiasi (medan elektromagnetik, oven microwave)

h. Bahaya kesehatan reproduksi di tempat kerja

i. Menetapkan batas paparan kimia dan agen fisik

j. Deteksi dan pengendalian potensi bahaya pekerjaan seperti kebisingan,

radiasi, dan pencahayaan

k. Pengelolaan limbah berbahaya.

Adapun tanggung jawab industrial hygienist menurut Fulekar (2006), yaitu:

a. Memberikan dasar yang komprehensif dan evaluasi kerja berkala.

b. Memberikan arahan teknis program pemantauan tempat kerja.

c. Memberikan pelatihan dan sertifikasi monitor kerja.

d. Memberikan bantuan khusus seperti yang diminta oleh aktivitas.

e. Komandan (yaitu, pemilihan APD, review engineering design, anggota

tim proses analisis bahaya).

f. Petugas higiene industri ditugaskan untuk kegiatan Korps Marinir, harus

menetapkan program khusus untuk perintah mereka dan memastikan

21 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 22: k3 Komunitas Fix Fix

bahwa data monitoring dan paparan yang diberikan kepada departemen

medis, masuk ke dalam catatan.

2.3.5 Konsep Industrial Hygiene

Ada beberapa konsep industrial hygiene yang dijelaskan dalam C:

a. Antisipasi/pengakuan potensial atau bahaya aktual melalui pengetahuan:

bahan, operasi, proses, dan kondisi

b. Lingkup kegiatan industrial hygiene meliputi konsep Cradle to grave

(penelitian melalui pembuangan limbah)

c. Evaluasi faktor lingkungan melalui:

1) Pengukuran intensitas pajanan

2) Penentuan paparan frekuensi, dan durasi

3) Perbandingan dengan peraturan, standar profesional, internal dan

4) Penghakiman: mempertimbangkan semua factor

2.3.6 Faktor Lingkungan Kerja

Ada tiga aspek utama dalam penerapan higiene industry, yaitu:

a. Pengenalan lingkungan kerja

b. Secara kualitatif mengetahui kemungkinan bahaya potensial dari proses

produksi, menentukan lokasi potensi bahaya, alat, metode pengujian,

serta mengetahui jumlah pekerja yang terpapar.

c. Penilaian lingkungan kerja

Dapat dilakukan pengukuran, pengambilan sampel, dan analisis di

laboratorium sehingga dapat ditentukan:

1) Kondisi lingkungan kerja

2) Perlu/tidaknya teknologi pengendalian

3) Ada/tidaknya korelasi kecelakaan dan PAK dengan lingkungan

4) Dokumen untuk inspeksi

d. Pengendalian lingkungan kerja

22 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 23: k3 Komunitas Fix Fix

Penerapan metode tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya

lingkungan sampai batas yang ditolerir oleh pekerja.

Pengujian lingkungan kerja bertujuan untuk:

1) Menentukan paparan pekerja oleh faktor lingkungan kerja

2) Efektivitas alat pengendali di perusahaan

3) Meneliti tempat kerja dengan perhatikan keluhan tenaga kerja

dan gangguan kesehatan pekerja

4) Untuk riset pengembangan ilmu

5) Tercapai upaya peningkatan derajat kesehatan pekerja dan

produktivitas pekerja.

Pengujian sebaiknya dilakukan berulang kali karena kontaminan (polusi)

di lingkungan kerja sering berubah. Pengujian dilakukan secara bertahap unit

produksi sampai proses terakhir. Pemeriksaan biasa dilakukan pada saat tidak

produksi maksimal, jam istirahat, saat pekerja baru mulai, dan pekerja mau

pulang. Adapun alat yang dapat digunakan sebgai alat deteksi di lapangan,

anatara lain sound level meter, luxmeter, vibrator meter, personal dust sampler,

gas detector, dan anemometer.

23 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 24: k3 Komunitas Fix Fix

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai arti selamat dan sehat bagi pekerja

yang telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan sehingga pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental maupun sosial,

dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap gangguan-gangguan

kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit-penyakit umum.

2. Tujuan akhir dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang

sehat dan produktif.

4.2 Saran

Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini, maka seyogyanya

badan perusahaan mengutamakan tentang program kesehatan keselamatan kerja

dalam suatu industri demi terciptanya kesejahteraan seluruh tenaga kerja.

Sebagai perawat komunitas seyogyanya mengerti dan memahami akan

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam dunia perindustrian dan juga

dampak yang ditimbulkan apabila tidak diterapkannya sistem manajemen K3 yang

baik. Perawat komunitas diharapkan lebih perhatian terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja di Indonesia dengan melakukan tindakan-tindakan kuratif sesuai

prosedur juga member pengarahan dan pengetahuan kepada para tenaga kerja untuk

menerapkan tindakan yang sama pentingnya dengan tindakan kuratif yaitu tindakan

preventif. Sehingga diharapkan terciptalah lingkungan kerja yang aman dan nyaman

bagi para tenaga kerja.

24 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR

Page 25: k3 Komunitas Fix Fix

DAFTAR PUSTAKA

Fulekar, M. H. 2006. Industrian hygine and Chemical Safety. New Delhi: I. K.

International Pvt. Ltd.

Harrianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar KESEHATAN KERJA. Jakarta: EGC

Manuaba, Adnyana. 2005. Ergonomi dalam Industri. Bali: Universitas Udayana.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: RINEKA

CIPTA

Nurmianto, Eko. 1998. Ergonomic: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna

Widya

Sialalahi, MA, Dr. Bennett N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo

Suma’mur, Dr, P.K.M.Sc. 1982. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, Jakarta: Yayasan

Swabhawa Karya.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB.

Wignyosubroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk

Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Guna Widya.

www.aiha.org

www.OSHA.gov

25 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR