Upload
qumairy-lutfiyah
View
152
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat telah mendorong laju
pertumbuhan industri di negara kita. Pertumbuhan industri yang semakin pesat ini
tentunya juga tidak lepas dari peran tenaga kerja sebagai pelaku dan penggerak
kegiatan industry yang utama. Tenaga kerja berperan sangat besar dalam proses
kegiatan industri dan mereka salah seorang yang selalu berkecimpung dengan
lingkungan kerja industri. Mereka pula yang sangat rawan mengalami berbagai
kecelakaan kerja dalam lingkungan industri. Guna mencegah kecelakaan-kecelakaan
kerja yang sering terjadi, maka kondisi pesatnya pertumbuhan industri harus
diimbangi dengan kesiapan tenaga kerja sebagai penggerak utama. Kesiapan tersebut
meliputi berbagai aspek baik dari segi pengetahuan, keterampilan, kesehatan,
keselamatan maupun perlindungan secara menyeluruh terhadap dampak negatif yang
mungkin saja timbul dilingkungan kerjanya.
Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja masih sering
terjadi dalam proses produksi. Berdasarkan laporan International Labor Organization
(ILO), setiap hari terjadi 6.000 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban
fatal. Sementara di Indonesia setiap 100 ribu tenaga kerja terdapat 20 korban yang
fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang
harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi,
yakni mencapai 4% dari produk nasional bruto (PNB). (Jakarta, 15 Januari 2013
Metrotvnews.com). Apabila penanganan terhadap maraknya kecelakaan kerja ini
tidak dilakukan dengan segera maka kondisi tersebut dapat memberi dampak
kemunduran terhadap pertumbuhan industri negara kita, karena kondisi kesehatan
yang baik merupakan modal utama bagi para pekerja untuk meraih produktivitas
kerja yang baik pula, sebaliknya adanya gangguan kesehatan menyebabkan tenaga
kerja tidak dapat bekerja maksimal dan meningkatkan angka absensi. Dengan
1 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
demikian, upaya-upaya yang merujuk pada pemenuhan kebutuhan dan perlindungan
akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja akan menjadi faktor strategis dalam
mendukung kemajuan industri negara.
Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-
perusahaan besar melalui Undang-Undang ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2%
saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah merupakan
Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih
adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya
perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk
korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3 yang
besarnya mencapai 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3
tidak selayaknya diabaikan. Selain penerapan sistem manajemen K3, dalam
menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja juga harus
melibatkan tenaga kerja itu sendiri. Contonya dalam menggunakan alat pelindung
diri pada saat melakukan proses kerja. Tetapi, para tenaga kerja terkadang
meremehkan perilaku preventif yang mendukung akan keselamatan dan kesehatan
mereka sendiri. Banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri
pada saat melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
akan kegunaan perilaku preventif dan juga dampak yang akan ditimbulkan apabila
tidak menerapkan perilaku preventif tersebut.
Dalam hal ini, peran perawat komunitas sangatlah diperlukan tidak hanya untuk
tindakan kuratif tetapi juga guna memberi pengarahan dan pengetahuan para pekerja
tentang pentingnya penerapan tindakan preventif dalam bekerja.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu kesehatan dan keselamatan kerja?
b. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
c. Apa determinan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
d. Bagaimana pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja?
e. Apa ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja?
2 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
f. Apa dasar hukum dari kesehatan dan keselamatan kerja?
g. Apa saja yang termasuk tindakan membahayakan dalam kesehatan dan
keselamatan kerja?
h. Apa saja kondisi yang mebahayakan dalam kesehatan dan keselamatan kerja?
i. Bagaimana upaya pengendalian terhadap kondisi yang membahayakan dalam
kesehatan dan keselamatan kerja?
j. Apa dasar pemahaman ergonomic?
k. Apa tujuan dan prinsip dari ergonomic?
l. Apa ruang lingkup dan bagaimana penerapan ergonomic?
m. Bagaimana perkembangan ergonomic?
n. Bagimana sejarah perkembangan Industrial Hygiene?
o. Apa definisi dari Industrial Hygiene?
p. Apa tujuan dari Industrial Hygiene?
q. Apa peran seorang Industrial Hygienist?
r. Bagaimana konsep Industrial Hygiene?
s. Apa saja yang termasuk factor lingkungan kerja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari konsep kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan
kesehatan komunitas
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kesehatan dan keselamatan kerja
b. Mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja
c. Mengetahui determinan dari kesehatan dan keselamatan kerja
d. Mengetahui pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Mengetahui ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja
f. Mengetahui dasar hukum dari kesehatan dan keselamatan kerja
g. Mengetahui yang termasuk tindakan membahayakan dalam kesehatan
dan keselamatan kerja
3 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
h. Mengetahui kondisi yang mebahayakan dalam kesehatan dan
keselamatan kerja
i. Mengetahui upaya pengendalian terhadap kondisi yang membahayakan
dalam kesehatan dan keselamatan kerja
j. Mengetahui dasar pemahaman ergonomic
k. Mengetahui tujuan dan prinsip dari ergonomic
l. Mengetahui ruang lingkup dan bagaimana penerapan ergonomic
m. Mampu menjelaskan perkembangan ergonomic
n. Mampu menjelaskan sejarah perkembangan Industrial Hygiene
o. Mengetahui definisi dari Industrial Hygiene
p. Mengetahui tujuan dari Industrial Hygiene
q. Mengetahui peran seorang Industrial Hygienist
r. Mengetahui konsep Industrial Hygiene
s. Mengetahui yang termasuk factor lingkungan kerja
1.4 Manfaat
Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang epidemiologi dalam
keperawatan kesehatan komunitas
4 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ilmu kesehatan kerja adalah studi yang mempelajari cara pengukuran,
evaluasi, dan penanggulangan bahaya di tempat kerja. Ahli di bidang ini disebut
ahli hygiene kerja atau industry yang bertanggung jawab dalam penympanan zat
kimia yang dapat menimbulkan bahaya dan identifikasi, pengukuran, serta
penilaian risiko bahaya di tempat kerja dan pengendaliannya.
Ilmu keselamatan kerja adalah bidang studi yang mempelajari cara untuk
memodifikasi peralatan dan proses kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan di
tempat kerja.
Kombinasi kemampuan teknis kesehatan dan keselamatan kerja,
ergonomis, serta praktik medis ini sangat dibutuhkan untuk mencegah dan
menanggulangi adanya gangguan-gangguan selama bekerja sehingga dapat
tercipta kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bagi setiap
pekerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri mempunyai arti selamat
dan sehat bagi pekerja yang telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan sehingga
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap gangguan-
gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit-
penyakit umum.
2.1.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tujuan utama kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
5 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
perusahaan
Tujuan akhir dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif.
2.1.3 Determinan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk mencapai tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja, baik tujuan
umum ataupun tujuan akhirnya maka dibutuhkan suatu prakondisi yang
menguntungkan bagi para pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut
sebagai determinan kesehatan dan keselamatan kerja. Determinan k3 mencakup
tiga faktor utama, yaitu: beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan
kerja, dan kemampuan kerja. Apabila hubungan antar ketiga faktor utama
tersebut interaktif dan serasi maka akan terbentuk kesehatan dan keselamatan
kerja yang baik dan optimal.
a. Beban kerja
Bagi seorang pekerja, setiap pekerjaannya akan selalu menimbulkan
beban baik itu secara fisik ataupun secara mental, dan kemampuan setiap
pekerja dalam menghadapi dan menanggung beban tersebut berbeda-
beda. Ada orang yang lebih cocok menanggung beban fisik, tetapi ada
juga orang yang lebih mampu untuk mengatasi beban mental dan sosial.
Namun secara umum, kapasitas semua orang untuk menanggung masing-
masing beban kerjanya terbatas. Dengan kata lain, semua orang
mempunyai beban optimum yang sanggup dilakukan. Tingkat ketepatan
penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada
beban optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, ketrampilan, serta
motivasi.
b. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja
6 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
Disamping beban kerja yang harus ditanggung oleh setiap pekerja, ada
pula beban tambahan yang biasanya ditimbulkan oleh kondisi lingkungan
kerja yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan sehingga
mengganggu pekerja yang bersangkutan dalam bekerja. Beban tambahan
ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor:
1) Faktor fisik, misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak
cukup, suhu udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau
rendah, suara yang bising, dsb.
2) Faktor kimia, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dsb.
3) Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan yang
menyebabkan pandangan tidak enak dan mengganggu. Misalnya:
nyamuk, lalat, kecoa, lumut, dsb.
4) Faktor fisiologis, peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan. Misalnya: meja atau kursi yang terlalu
tinggi atau pendek.
5) Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis,
misalnya: adanya klik, gossip, cemburu, dsb.
c. Kemampuan kerja
Kemampuan kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang
pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Selain status
kesehatan dan gizi, kebugaran dan ketrampilan juga mempengaruhi
kemampuan kerja. Semakin tinggi ketrampilan yang dimiliki pekerja,
semakin efisien badan, tenaga dan pemikiran dalam melaksanakan
pekerjaan. Oleh karena kebugaran dan ketrampilan juga berpengaruh
maka pekerja harus dilatih untuk meningkatkan ketrampilannya melalui
program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi kesehatan.
7 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
2.1.4 Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Meskipun dalam pedoman kesehatan dan keselamatan kerja disebutkan
bahwa ‘Penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah’ yang berarti tujuan
atau upaya pokok dari kesehatan dan keselamatan kerja ialah pencegahan
kecelakaan akibat kerja, namun kesehatan dan keselamatan kerja juga tidak
meninggalkan sama sekali upaya kuratifnya yang mencakup realisasi pelayanan
kesehatan dan keselamatn kerja yang bertanggung jawab dalam penyediaan suatu
perawatan menyeluruh untuk semua populasi pekerja di perusahaan. Pelayanan
kesehatan dan keselamatan kerja saat ini tidak lagi bersifat sama untuk seluruh
perusahaan tetapi lebih menjangkau kebutuhan khusus masing-masing industri
yang berbeda.
Umumnya, suatu pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
modern meliputi hal-hal berikut:
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Ditempatkan di Suatu Tempat Kerja
Pemeriksaan kesehatan harus disesuaikan dengan tuntutan yang
dibutuhkan di tempat kerja dan selama mengikuti proses pekerjaan yang
bersangkutan. Misalnya, untuk seorang yang akan bekerja di lingkungan
yang banyak debu diperlukan tes pemeriksaan foto toraks; tes
audiometric untuk lingkungan kerja yang bising; pemeriksaan
hematologis untuk lingkungan kerja dengan ionisasi radiasi.
Kepentingan dari pemeriksaan ini antara lain:
1) Untuk menentukan kapasitas fisik dan emosional individu guna
melakukan pekerjaan tertentu.
2) Untuk menilai kesehatan umum individu pekerja, dan serta untuk
menentukan data dasar kesehatan serta kondisi fisik individu
pekerja, yang dapat digunakan untuktujuan-tujuan epidemiologis
dan medikolegal.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala dan Pemeriksaan Kesehatan Lainnya
Ada dua jenis pemeriksaan kesehatan berkala yang mendasari. yaitu:
8 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
1) Pemeriksaan berkala umum untuk seluruh pekerja sebagai bagian
program pemeliharaan kesehatan karyawan.
2) Pemeriksaan kesehatan yang dihubungkan dengan ancaman gangguan
kesehatan di lingkungan erja tertentu yang beresiko tinggi, untuk
memantau pekerja tertentu yang bekerja dalam kondisi spesifik.
Pekerja yang dinyatakan sebagai kelompok berisiko tinggi di perusahaan,
harus melaksanakan pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan
secara berkala, paling sedikit 1 tahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan setelah sakit berguna untuk memastikan apakah
pekerja tersebut sudah benar-benar sembuh dan dapat mengerjakan
pekerjaannya tanpa membahayakan dirinyaataupun orang lain
disekitarnya.
Sedangkan pemeriksaan menjelang pensiun dilakukan untuk menilai
status kesehatan pekerja yang bersangkutan. Pekerja harus diberitahu
apabila terdapat gangguan kesehatan yang ada pada saat pemeriksaan.
c. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Pertolongan ini dapat berupa pertolongan pertama sebelum dibawa ke
rumah sakit, ataupun dalam bentuk tindakan yang lebih pasti seperti
pemanggilan dokter ahli ke klinik perusahaan.
d. Identifikasi Resiko, Penilaian Besar risiko, dan Pengendalian Gangguan
Kesehatan di Tempat Kerja.
e. Faktor-faktor di Lingkungan Kerja dan Proses Pekerjaan yang Dapat
memengaruhi Kesehatan Pekerja
f. Penyediaan Tempat Kerja dan Alat Bantu Pekerjaan
g. Penyediaan Alat Pelindung Diri dan Kolektif
h. Pengendalian Dampak Lingkungan dari Perusahaan
i. Pencegahan dan Pengendalian Bencana di Tempat Kerja
j. Tindakan Rehabilitasi Vokasional
k. Pendidikan Kesehatan dan Konseling
l. Sistem Pencatatan Pelaporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
9 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
m. Penelitian Epidemiologis di Tempat Kerja.
2.1.5 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bertolak dari batasan higiene industri, kesehatan kerja, dan keselamatan
kerja di atas, maka ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja dapat
digariskan sebagai berikut :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya
akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :
- Tenaga kerja dari semua jenis dan kjenjang keahlian
- Peralatan dan bahan yang digunkan
- Faktor-faktor lingkungan kerja
- Proses produksi
- Karakteristik dan sifat pekerjaan
- Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga
pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggungjawab atas keberhasilan usaha K3.
2.1.6 Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ada 4 dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai K3 yaitu:
a. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan,
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja,
Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana).
10 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
b. UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang disahkan
19 Juli 1947).
c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3 yang berfungsi sebagai Pedoman Penerapan
Sistem Manajemen K-3 (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau
BS 8800 di Inggris.
2.1.7 Tindakan Membahayakan (Unsafe Practices/Actions)
a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan (bekerja bukan pada kewenangannya).
b. Gagal menciptakan keadaan yang baik sehngga menjadi tidak aman atau memanas.
c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknyad. Memakai alat pelindung diri (APD) (safety) hanya berpura-pura.e. Menggunakan peralatan yang tidak layakf. Pengrusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi
manusia.g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja ditempat kerja.h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan.i. Menggunakan tenaga berlebihan/tenaganya hanya untuk main-main.j. Peminum/pemabuk/mengkonsumsi NARKOBA
2.1.8 Kondisi yang Membahayakan (Unsafe Conditions)
a. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layakc. Terjadi kemacetan (congestion)d. Sistem peringatan yang berlebihan (in adequate warning system)e. Ada api dan di tempat yang berbahayaf. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standarg. Kondisi suhu (atmofir) yang membahayakan: terpapar gas, fumes, dan
lain-lain
11 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
h. Terpapar bisingi. Terpapar radisij. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau pun berlebihan
2.1.9 Upaya-upaya Pengendalian
a. Subtitusi bahan-bahan kimia yang berbahayab. Proses isolasic. Pemasangan lokal exhausterd. Ventilasi umume. Pemakaian alat pelindung dirif. Ketatarumahtanggan perusahaang. Pengadaan fasilitas saniterh. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja an berkalai. Penyelenggaraan latihan/penyuluhan kepada semua karyawan dan
pengusahaj. Kontrol administrasi
2.2 Ergonomi dan Faal Kerja
2.2.1 Dasar Pemahaman Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang menitikberatkan pada pembahasan
mengenai manusia sebagai elemen utama dalam suatu sistem kerja. Banyak
definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar di bidangnya, antara
lain sebagai berikut:
a. International Ergonomics Association
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu ERGON (kerja) dan
NOMOS (hukum alam), jadi ergonomi dapat diartikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi,engineering, manajemen dan
desain/perancangan untuk mendapatkan suasana kerja yang sesuai dengan
manusianya (Nurmianto, 2003).
b. Manuaba
Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan
mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat,
12 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien
(Manuaba, A., 2005).
c. Iftikar Z. Sutalaksana
Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yang berjudul “Teknik Tata Cara
Kerja” menuliskan bahwa ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
d. Tarwaka
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).
Ilmu ergonomi pada dasarnya sangat penting dipelajari karena memberi
berbagai manfaat bagi manusia berkaitan dengan pekerjaannya. Terdapat
beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari ilmu ergonomi. Berikut
ini merupakan manfaat-manfaat ilmu ergonomi, yaitu:
a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,
keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan, dan pendidikan.
c. Mengopimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui
peningkatan keterampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
2.2.2 Tujuan dan Prinsip Ergonomi
13 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu
ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut
(Tarwaka, 2004):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas
atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami
kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah.
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip
ergonomi, yaitu sebagai berikut:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal.
b. Mengurangi beban berlebihan.
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
f. Minimalisasi gerakan statis.
g. Minimalisasikan titik beban.
h. Mencakup jarak ruang.
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
14 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
l. Mengurangi stres.
2.2.3 Ruang Lingkup dan Penerapan Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain yang
menjembatani beberapa disiplin ilmu dan professional, serta merangkum
informasi, temuan, dan prinsip dari masing-masing keilmuan tersebut. Keilmuan
yang dimaksud antara lain ilmu faal, anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik.
Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia,
kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan
terhadap suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan
gambaran terhadap fungsi otak dan sistem persyarafan dalam kaitannya dengan
tingkah laku, sementara eksperimental mencoba memahami suatu cara
bagaimana mengambil sikap, memahami, mempelajari, mengingat, serta
mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan
informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja dimana pekerja terlibat.
Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi
dipergunakan untuk memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi, dan
kepercayaan diri pekerja sehingga dapat mempermudah pengenalan dan
pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta untuk meningkatkan
kenyamanan dan kepuasan pekerja.
Studi metode kerja perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat dikurangi
menghindari masalah timbul pada sistem kerangka otot mendapatkan hasil
pekerjaan yang lebih baik hal di atas akan dapat dicapai dengan cara memberikan
pelatihan pada tenaga kerja (harus diberikan pada tenaga kerja baru dan
perusahan mendatangkan mesin-mesin baru). Antropomoteri, merupakan data
ukuran dimensi tubuh manusia sangat berguna dalam perancangan suatu produk
(mencari keserasian produk dengan pemakainya atau memberikan kepuasan juga
pada pembuat produk) untuk mendapatkan perancangan optimum hal-hal harus
diperhatikan; panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan
statis maupun dinamis dimensi perlu diamati; berat dan pusat masa (center of
gravity) dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk gerakan melingkar
15 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
dari tangan dan kaki, dan lain-lain. Desain produk (peralatan) ergonomi berdasar
antropometri apabila tidak ergonomis menimbulkan berbagai dampak negatif
bagi manusia antara lain:
a. Nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan.
b. Menurut Richard (2001), saat ini terdapat 80 % orang hidup setelah
dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (40 % orang tidak masuk
kerja).
c. Gempur (2001), sebanyak 20,8% tenaga kerja bubut manual posisi
berdiri tegak tidak ergonomis mengalami kelelahan otot biomekanik pada
bahu kanan (produktivitas kerja menurun).
d. Menurut Lord (1997), terdapat lebih dari 50% pasien di california
mengalami lordosis akibat kerja dalam posisi berdiri dibanding posisi
duduk pada kondisi tidak ergonomis (kurangnya jangkauan dan motion
dalam kerja).
e. Menurut Yassierli (2000), tenaga kerja di bengkel permesinan di
Bandung 80% responden mengalami kecelakaan pada pinggang sebesar
72%.
Gambar desain produk ergonomi berdasarkan antropometri, sebaiknya
memenuhi syarat: ukuran suatu alat (produk) baik berupa benda kerja maupun
instalasi seharusnya didesain sesuai dengan ukuran tubuh manusia (antropometri)
bukan manusia disesuikan alat, tetapi alat harus disesuaikan dengan manusia
maka mendesain produk harus disesuikan dengan ukuran terbesar tubuh dan
ukuran terkecil tubuh atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh
(antropometri), produk yang didesain dengan hasil kalibrasi antropometri disebut
desain produk ergonomi.
2.2.4 Perkembangan Ergonomi
Asal muasal konsepnya dimulai ketika masyarakat primitif membuat alat
dari batu digunakan untuk memotong hewan sebagai makanan (kamal, 2004).
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang
16 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di
Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua
istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya.
Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan
perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya,
keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang
lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Frank dan Gilbreths memfokuskan
pada studi gerak dalam melakukan tugas kerja di industri sehingga memiliki
gerakan kerja yang ekonomis dan mapan (nyaman). Mereka menganjurkan agar
saat bekerja tidak menggunakan otot pada kedua tangan bersamaan, berposisi
simetris dan bergerak pelan (=statik) serta berbagai gerakan yang berlebihan
harap dikurangi agar tenaga lebih optimal dan efisien. Penggunaan ergonomi
secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi
antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works
of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi
yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan
menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kongres ergonomik dilaksanakan iea pertama tahun 1961, peserta yang
hadir dari kalangan pemerhati ergonomi dan dari organisasi ergonomi
mendiskusikan sekitar isu ergonomi yang mencuat kepermukaan dunia juga
terjadi interaksi antara para pemerhati egonomi dan para profesional IES sebagai
penyelenggara memberi dukungan terhadap pengembangan anggota dan progam,
sampai tahun 1996, jumlah anggota IES dan organisasi yang terkait sebanyak
16.685 anggota.
Hasil survei dilakukan IES bahwa anggota ergonomics/human factor
societies terdiri dari berbagai disiplin ilmu antara lain: permesinan, ilmu
pengetahuan, ergonomik, keselamatan kerja, psikologi, fisologi, fisiotrapi,
17 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
kesehatan, terapi tempat kerja (occupational therapy) dll. Anggota IES terdiri
dari sekitar 30% dari kalangan akademisi,10 % dari konsultan, dan 27% dari
praktisi industri (brown, 1995 dikutip kamal, 2004)
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya
disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja
secara menyeluruh termasuk peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja
tersebut. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Kuratif
Dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung.
Kegiatannya berupa intervensi, perbaikan, atau modifikasi proses yang sedang
atau sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan
kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan
proses kerja yang sedang berlangsung.
b. Pendekatan Konseptual
Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien
bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka
sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah
sewajarnya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang juga perlu,
seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat energi dan melestarikan
lingkungan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna
(Manuaba, 1997). Pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal
perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam
proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.
2.3 Industrial Hygiene
2.3.1 Sejarah Perkembangan Industrial Hygiene
Pada abad pertama Masehi, Pliny the Elder, seorang sarjana Romawi,
beranggapan bahwa mereka yang bekerja dengan seng dan belerang memiliki
resiko tinggi terserang penyakit. Ia merancang masker wajah yang terbuat dari
kandung kemih binatang untuk melindungi pekerja dari paparan debu dan asap
18 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
timbal. Pada abad kedua Masehi, dokter Yunani, Galen, akurat menggambarkan
patologi keracunan timah dan juga mengakui eksposur berbahaya penambang
tembaga kabut asam.
Higiene industri memperoleh kehormatan pada tahun 1700 ketika
Bernardo Ramazzini, yang dikenal sebagai "bapak kedokteran industri",
menerbitkan buku komprehensif pertama tentang pengobatan industri, De Morbis
Artificum Diatriba (Penyakit Pekerja). Buku ini berisi deskripsi akurat tentang
penyakit akibat kerja sebagian besar pekerja pada zamannya. Ramazzini sangat
mempengaruhi masa depan kebersihan industri karena ia menegaskan bahwa
penyakit akibat kerja harus dipelajari dalam lingkungan kerja bukan di bangsal
rumah sakit.
Pada awal abad 20 di Amerika Serikat, Dr Alice Hamilton, memimpin
upaya untuk meningkatkan kebersihan industri. Beliau mengamati kondisi
industri tangan pertama, pemilik tambang, dan manajer pabrik. Beliau
mendapatkan bukti bahwa ada hubungan antara penyakit pekerja dan eksposur
mereka terhadap racun.
Kongres AS telah mengesahkan tiga undang-undang yang berkaitan
dengan menjaga kesehatan pekerja Hari ini, hampir setiap pengusaha wajib
menerapkan elemen-elemen higiene industri, keselamatan kesehatan kerja, dan
harus responsif terhadap Undang-undang.
2.3.2 Definisi Industrial Hygiene
Industrial hygiene merupakan ilmu dan seni yang ditujukan untuk
antisipasi, pengakuan, evaluasi, pencegahan, dan pengendalian faktor-faktor
lingkungan atau tekanan yang timbul di atau dari tempat kerja yang dapat
menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau
ketidaknyamanan yang signifikan antara pekerja atau antara warga masyarakat
(www.aiha.org).
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat
19 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil
produk perusahaan.
Higiene industri adalah ilmu mengantisipasi, mengenali, mengevaluasi,
dan mengendalikan kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera
pekerja atau sakit. Industri Hiegenis menggunakan pemantauan lingkungan dan
metode analisis untuk mendeteksi tingkat paparan pekerja dan mempekerjakan
teknik, pengendalian praktek kerja, dan metode lain untuk mengendalikan
potensi bahaya kesehatan (www.OSHA.gov).
2.3.3 Tujuan Industrial Hygiene
Tujuan dari kesehatan industri adalah untuk menjaga para pekerja,
keluarga mereka, dan masyarakat yang sehat dan aman. Mereka memainkan
peran penting dalam memastikan bahwa federal, negara bagian, dan lokal hukum
dan peraturan diikuti dalam lingkungan kerja.
Higiene industri juga digunakan sebagai alat untuk mencapai derajat
kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang setinggi-tingginya serta sebagai
alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatkan
efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
2.3.4 Peran Industrial Hygienist
Peran seorang industrial hygienist adalah melakukan proses analisa
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi,
permasalahan-permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-
kondisi yang dapat diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
b. Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan
sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di
tempat kerja.
20 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
c. Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber
bahaya kimia dan fisikadapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan
melakukan pengukuran.
d. Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang
relevan untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.
Industri Hiegenis menghadapi tantangan kesehatan dan keselamatan yang
dihadapi pekerja termasuk:
a. Kualitas udara dalam ruangan (sick building syndrome, asap tembakau
pasif)
b. Mengevaluasi dan mengendalikan paparan timbal lingkungan
c. Perencanaan tanggap darurat
d. Penyakit akibat kerja (AIDS di tempat kerja, tuberkulosis, silikosis)
e. Agen berpotensi berbahaya seperti asbes, pestisida, dan gas radon
f. Gangguan trauma kumulatif (cedera stres yang berulang, carpal tunnel
syndrome)
g. Radiasi (medan elektromagnetik, oven microwave)
h. Bahaya kesehatan reproduksi di tempat kerja
i. Menetapkan batas paparan kimia dan agen fisik
j. Deteksi dan pengendalian potensi bahaya pekerjaan seperti kebisingan,
radiasi, dan pencahayaan
k. Pengelolaan limbah berbahaya.
Adapun tanggung jawab industrial hygienist menurut Fulekar (2006), yaitu:
a. Memberikan dasar yang komprehensif dan evaluasi kerja berkala.
b. Memberikan arahan teknis program pemantauan tempat kerja.
c. Memberikan pelatihan dan sertifikasi monitor kerja.
d. Memberikan bantuan khusus seperti yang diminta oleh aktivitas.
e. Komandan (yaitu, pemilihan APD, review engineering design, anggota
tim proses analisis bahaya).
f. Petugas higiene industri ditugaskan untuk kegiatan Korps Marinir, harus
menetapkan program khusus untuk perintah mereka dan memastikan
21 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
bahwa data monitoring dan paparan yang diberikan kepada departemen
medis, masuk ke dalam catatan.
2.3.5 Konsep Industrial Hygiene
Ada beberapa konsep industrial hygiene yang dijelaskan dalam C:
a. Antisipasi/pengakuan potensial atau bahaya aktual melalui pengetahuan:
bahan, operasi, proses, dan kondisi
b. Lingkup kegiatan industrial hygiene meliputi konsep Cradle to grave
(penelitian melalui pembuangan limbah)
c. Evaluasi faktor lingkungan melalui:
1) Pengukuran intensitas pajanan
2) Penentuan paparan frekuensi, dan durasi
3) Perbandingan dengan peraturan, standar profesional, internal dan
4) Penghakiman: mempertimbangkan semua factor
2.3.6 Faktor Lingkungan Kerja
Ada tiga aspek utama dalam penerapan higiene industry, yaitu:
a. Pengenalan lingkungan kerja
b. Secara kualitatif mengetahui kemungkinan bahaya potensial dari proses
produksi, menentukan lokasi potensi bahaya, alat, metode pengujian,
serta mengetahui jumlah pekerja yang terpapar.
c. Penilaian lingkungan kerja
Dapat dilakukan pengukuran, pengambilan sampel, dan analisis di
laboratorium sehingga dapat ditentukan:
1) Kondisi lingkungan kerja
2) Perlu/tidaknya teknologi pengendalian
3) Ada/tidaknya korelasi kecelakaan dan PAK dengan lingkungan
4) Dokumen untuk inspeksi
d. Pengendalian lingkungan kerja
22 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
Penerapan metode tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
lingkungan sampai batas yang ditolerir oleh pekerja.
Pengujian lingkungan kerja bertujuan untuk:
1) Menentukan paparan pekerja oleh faktor lingkungan kerja
2) Efektivitas alat pengendali di perusahaan
3) Meneliti tempat kerja dengan perhatikan keluhan tenaga kerja
dan gangguan kesehatan pekerja
4) Untuk riset pengembangan ilmu
5) Tercapai upaya peningkatan derajat kesehatan pekerja dan
produktivitas pekerja.
Pengujian sebaiknya dilakukan berulang kali karena kontaminan (polusi)
di lingkungan kerja sering berubah. Pengujian dilakukan secara bertahap unit
produksi sampai proses terakhir. Pemeriksaan biasa dilakukan pada saat tidak
produksi maksimal, jam istirahat, saat pekerja baru mulai, dan pekerja mau
pulang. Adapun alat yang dapat digunakan sebgai alat deteksi di lapangan,
anatara lain sound level meter, luxmeter, vibrator meter, personal dust sampler,
gas detector, dan anemometer.
23 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai arti selamat dan sehat bagi pekerja
yang telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan sehingga pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap gangguan-gangguan
kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit-penyakit umum.
2. Tujuan akhir dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif.
4.2 Saran
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini, maka seyogyanya
badan perusahaan mengutamakan tentang program kesehatan keselamatan kerja
dalam suatu industri demi terciptanya kesejahteraan seluruh tenaga kerja.
Sebagai perawat komunitas seyogyanya mengerti dan memahami akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam dunia perindustrian dan juga
dampak yang ditimbulkan apabila tidak diterapkannya sistem manajemen K3 yang
baik. Perawat komunitas diharapkan lebih perhatian terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja di Indonesia dengan melakukan tindakan-tindakan kuratif sesuai
prosedur juga member pengarahan dan pengetahuan kepada para tenaga kerja untuk
menerapkan tindakan yang sama pentingnya dengan tindakan kuratif yaitu tindakan
preventif. Sehingga diharapkan terciptalah lingkungan kerja yang aman dan nyaman
bagi para tenaga kerja.
24 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR
DAFTAR PUSTAKA
Fulekar, M. H. 2006. Industrian hygine and Chemical Safety. New Delhi: I. K.
International Pvt. Ltd.
Harrianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar KESEHATAN KERJA. Jakarta: EGC
Manuaba, Adnyana. 2005. Ergonomi dalam Industri. Bali: Universitas Udayana.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: RINEKA
CIPTA
Nurmianto, Eko. 1998. Ergonomic: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna
Widya
Sialalahi, MA, Dr. Bennett N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Suma’mur, Dr, P.K.M.Sc. 1982. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, Jakarta: Yayasan
Swabhawa Karya.
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB.
Wignyosubroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Guna Widya.
www.aiha.org
www.OSHA.gov
25 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan Komunitas 1 UNAIR