15
NASKAH PUBLIKASI PRARANCANGAN PABRIK HEXAMINE DENGAN PROSES LEONARD KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: NURUL KURNIAWATI D 500 100 049 Dosen Pembimbing: 1. M. Mujiburohman Ph.D. 2. Kun Harismah Ph.D. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

  • Upload
    haquynh

  • View
    276

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

NASKAH PUBLIKASI

PRARANCANGAN PABRIK HEXAMINE

DENGAN PROSES LEONARD KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan

Tingkat Strata Satu di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

NURUL KURNIAWATI

D 500 100 049

Dosen Pembimbing:

1. M. Mujiburohman Ph.D.

2. Kun Harismah Ph.D.

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Page 3: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

INTISARI

Pabrik hexamine dengan proses Leonard merupakan reaksi homogen fase

cair yang menghasilkan produk samping berupa air. Reaksi berlangsung di dalam

Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) dengan suhu 40°C dan tekanan 16

atm, irreversible dan eksotermis. Konversi reaksi sebesar 98% terhadap ammonia.

Produk yang dihasilkan adalah hexamine dengan kadar 99,93%. Tahapan proses

meliputi persiapan bahan baku amonia dan formaldehid, pembentukan hexamine

di dalam reaktor, dan pemurnian produk. Pemurnian produk dilakukan didalam

evaporator, centrifuge, dan rotary dryer.

Kapasitas produksi 15.000 ton/tahun dengan bahan baku amoniak

949,9392 kg/jam dan formalin 2.514,5451 kg/jam. Kebutuhan utilitas terdiri dari

air sebesar 263.539,4354 kg/jam, listrik sebesar 400 KW, bahan bakar sebesar

366,6069 L/jam. Pabrik direncanakan berdiri di kawasan industri Palembang,

Sumatra Selatan, dengan jumlah karyawan sebanyak 140 orang.

Pabrik hexamine direncanakan beroperasi selama 330 hari/tahun.

berdasarkan analisis ekonomi diperoleh keuntungan sebelum pajak Rp

191.417.246.514 dan sesudah pajak Rp 133.992.072.560. Pay Out Time (POT)

sebelum pajak sebesar 2,79 tahun dan sesudah pajak sebesar 3,56 tahun. Break

Even Point (BEP) 56,69%, Shut Down Point (SDP) 41,57% sedangkan

Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 33,49%. Jadi dari segi ekonomi pabrik

tersebut layak untuk didirikan.

Kata Kunci : hexamine, proses Leonard, RATB

Page 4: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kimia merupakan salah

satu sektor industri yang sedang

dikembangkan di Indonesia. Alasan

pengembangan industri kimia ialah

adanya peningkatan kebutuhan

dalam negeri akan berbagai bahan

penunjang dalam industri. Untuk itu

perlu adanya pendirian pabrik-pabrik

baru yang bukan hanya memenuhi

kebutuhan dalam negeri namun juga

berorientasi ekspor. Salah satunya

ialah pabrik Hexamethylenetetramine

(HMTA) atau sering disebut sebagai

hexamine. Kebutuhan impor

hexamine mencapai 21.441 ton

(Badan Pusat Statistika, 2013).

Dengan didirikannya pabrik

hexamine diharapakan dapat

memenuhi kebutuhan hexamine

dalam negeri yang terus meningkat

dan membuka lapangan kerja bagi

masyarakat Indonesia.

Hexamine merupakan salah

satu produk industri kimia yang

penting bagi kehidupan. Selama

Perang Dunia ke II, hexamine

banyak digunakan sebagai bahan

baku pembuatan cyclonite yang

mempunyai daya ledak sangat

tinggi. Setelah masa perang dunia II

usai, hexamine masih diperlukan

untuk keperluan pertahanan,

keamanan maupun industri

pertambangan. Selain sebagai bahan

peledak hexamine banyak digunakan

dalam bidang kedokteran (bahan

baku antiseptik), industri resin

(curing agent), industri karet

(accelerator yaitu agar karet

menjadi elastis), industri tekstil

(shrink-proofing agent dan untuk

memperindah warna), industri serat

selulosa (menambah elastisitas), dan

pada industri buah digunakan

sebagai fungisida pada tanaman

jeruk untuk menjaga tanaman dari

serangan jamur (Kent, 1974).

Bahan baku pembuatan

hexamine yaitu amoniak akan

diperoleh dari PT Pupuk Sriwidjaja

di kota Palembang yang

mempunyai kapasitas produksi 4,0

juta ton/tahun, kebutuhan amoniak

pabrik sekitar 1,3 ton/tahun. PT

Pupuk Sriwidjaja dapat memenuhi

kebutuhan bahan baku amoniak

sebesar 7.562 ton/tahun untuk

produksi hexamine.

Kebutuhan formalin

sebesar 53.825 ton/tahun dapat

Page 5: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

dipenuhi dari PT Korindo Abadi

dan PT Perawang Perkasa Indah,

Kepulauan Riau dengan kapasitas

produksi masing-masing 50.000

ton/tahun.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. Dapat memenuhi kebutuhan

hexamine di dalam negeri

sehingga dapat mengurangi

kebutuhan impor.

2. Dapat memacu pertumbuhan

industri-industri hulu khususnya

yang memproduksi formalin

dan amoniak dan memacu

pertumbuhan industri hilir yang

menggunakan hexamine sebagai

bahan baku maupun bahan

pembantu.

3. Dapat menciptakan lapangan

kerja baru bagi masyarakat dan

dapat menunjang pemerataan

pembangunan sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

Tinjauan Pustaka

2.1. Kapasitas Produksi

Penentuan kapasitas produksi

pabrik hexamine didasarkan pada

kebutuhan hexamine di Indonesia

dari tahun ke tahun. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistika,

kebutuhan impor hexamine di

Indonesia masih cukup besar.

Perkembangan impor hexamine di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel

1.1 (Badan Pusat Statistik, 2013).

Tabel 1.1. Data impor hexamine di

Indonesia

Tahun Jumlah (ton)

2008 23.241

2009 15.825

2010 16.828

2011 18.577

2012 25.089

2013 21.441

Dari persamaan hasil regresi

linier dapat dihitung besarnya impor

hexamine pada tahun 2014 adalah

sebesar 28.576 ton/tahun. Dengan

prediksi kebutuhan hexamine di atas

maka ditetapkan perancangan

kapasitas pabrik sebesar 15.000

ton/tahun dengan pertimbangan

untuk pemenuhan kebutuhan dalam

negeri.

2.2. Proses Produksi

Hexamine

Pembuatan hexamine dengan

bahan baku amoniak dan formalin

dapat dilakukan dengan tiga proses.

1. Proses Meissner

2. Proses Leonard

Page 6: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

3. Proses AGF Lefebvre

Dari ketiga macam proses di

atas maka dalam prarancangan

pabrik hexamine ini dipilih

proses Leonard dengan 4

pertimbangan.

1. Reaksi yang berlangsung

merupakan reaksi homogen,

fase cair sehingga penanganan

lebih mudah jika dibandingkan

dengan reaksi fase heterogen

yaitu gas dan cair.

2. Konversi yang dihasilkan dari

proses Leonard cukup besar

yaitu 98% dan yield 95-96%

dibandingkan dengan proses

Meissner yaitu konversi 97%

dan yield 95% dan proses AGF

Lefebvre yaitu konversi 97%

dan yield 95%.

3. Panas reaksi yang dihasilkan

lebih kecil jika dibandingkan

dengan proses lainnya, sehingga

memudahkan dalam pengaturan

suhu reaktor.

4. Jika panas yang dihasilkan kecil

maka kebutuhan pendingin

lebih sedikit dengan demikian

dapat menghemat biaya operasi

reaktor.

Reaksi yang terjadi

adalah sebagai berikut:

6CH2O(aq)+4NH3(aq)(CH2)6N4(q)

+6H2O(l)

Tahap pembuatan hexamine secara

garis besar ada empat.

1. Penyediaan bahan baku.

Tahap awal perlakuan bahan

baku (reaktan) sebelum

direaksikan di dalam reaktor

ialah penyimpanan bahan dalam

kondisi cair dengan

menggunakan kondisi bertekanan

maupun penyesuaian suhu.

2. Pembentukan produk.

Tahap reaksi antara CH2O dan

NH3 membentuk C6H12N4 dan

H2O.

3. Pemurnian dan pengkristalan

produk.

Merupakan tahap penghilangan

sisa-sisa reaktan yang masih

terdapat dalam produk dan

pembentukan kristal produk.

4. Pengepakan dan penyimpanan

produk.

Pengepakan dan penyimpanan ini

disesuaikan dengan produk

maupun fase.

METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Termodinamika

Page 7: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Tinjauan termodinamika

digunakan untuk mengetahui sifat

reaksi (endotermis/eksotermis) dan

arah reaksi (reversible/irreversible).

Penentuan panas reaksi yang

berjalan secara eksotermis maupun

endotermis dapat dihitung dengan

perhitungan panas pembentukan

standar (∆H˚f) pada P = 1 atm dan T

= 283 K. Reaksi yang terjadi ialah :

6CH2O(Aq) + NH3(l) (CH2)6N4(Aq)

+ 6H2O(l)

Harga (∆H˚f) masing-masing

komponen pada suhu 283 K dapat

dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini

(Yaws, 1999) :

Tabel 3.1 Harga ∆H˚f komponen

Komponen ∆H˚f kJ/mol

CH2O -108,57

NH3 -46,11

H2O -285,83

(CH2)6N4 760,68

∆H˚r 298 K = ∆H˚f produk - ∆H˚f

reaktan

= [(∆H˚f (CH2)6N4) + (6 x ∆H˚f

H2O)] – [(6 x ∆H˚f CH2O ) + (4 x

∆H˚f NH3)]

= (760,68+(6 x -285,83)) – ((6 x -

108,57) + ( 4 x -46,11))

= -118,44 kJ/mol

Karena harga ∆H˚r 298 K bernilai

negatif, hal ini menunjukkan

bahwa reaksi bersifat eksotermis.

Reaksi pembentukan hexamine

merupakan reaksi irreversible

(searah). Hal ini dapat dilihat dari

nilai konstanta kesetimbangan

(K). Energi bebas Gibbs dari

reaktan dan produk ada pada

Tabel 2.2 (Yaws, 1999).

Tabel 3.2. Harga ∆G˚f

komponen.

Komponen ∆G˚f kJ/mol

CH2O -109,9

NH3 -16,40

H2O -228,642

(CH2)6N4 410,80

Persamaan (Smith and Van Ness, 1975):

∆G˚f = ∑(n∆G˚f )produk -

∑(n∆G˚f)reaktan

∆G˚f = -RT ln K

maka :

K = exp(-∆G˚f /RT)

dengan :

∆G˚f : energi bebas Gibbs standard

(kJ/mol)

T : temperatur (K)

R : tetapan gas (8,314 x 103)

kj/molK

K : konstanta kesetimbangan pada

298 K

Page 8: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

∆G˚f = ∑(n∆G˚f )produk -

∑(n∆G˚f )reaktan

= (410,8+(6 x -228,642)) – ((6 x -

109,9) + (4 x -16,40))

= -236,0508 kJ/mol

K = exp(236,0508/8,314x10-3

x298)

= 2,3846 x 1041

Dari persamaan (Smith & Van Ness,

1975) :

Ln (K/K1) = -(∆H298/R) x (1/T-1/T1)

di mana :

K1 = konstantan kesetimbangan pada

temperatur tertentu

T1 = temperatur tertentu (K)

∆H298 = panas reaksi pada suhu

298 K

Pada suhu T1 = 40 °C = 313 K

besarnya konstanta kesetimbangan

dapat dihitung:

Ln ( K / K1 ) = -(ΔH298 /R )x (1/T–

1/T1 )

Ln ( 2,3846.1041

/ K1 ) = - ( -

118,44 / 8,314.10-3

) x ((1/298)–

(1/313))

Ln ( 2,3846.1041

/ K1) = 2,2909

(2,3846.1041

/ K1) = 9,8845

K1 = K313 = 2,4125.1040

Nilai K1 sangat besar sehingga

reaksi dianggap berjalan searah.

3.2. Tinjauan Kinetika

Menurut Kermode and

Stevens (1965) persamaan untuk

mencari konstanta kecepatan reaksi

pada pembuatan hexamine ialah:

6CH2O(Aq) + NH3(l) (CH2)6N4(Aq)

+ 6H2O(l)

Reaksi yang terjadi

merupakan reaksi orde 3 dengan

persamaan kecepatan reaksi:

-rA = kCA2CB

di mana :

CA = konsentrasi amoniak (mol/L)

CB = konsentrasi formalin (mol/L)

Persamaan kinetika :

k = 1,42 x 103exp(-3090/T)

dengan :

k = konstanta kecepatan reaksi

(L2/detik.mol

2)

T = suhu (K)

Pada kondisi operasi reaktor T = 313

K nilai k adalah

k = 0,073(L2/detik.mol

2)

3.3. Spesifikasi Alat Utama

1. Centrifuge

Kode : H-140

Fungsi : Memisahkan kristal

hexamine dari mother liquor

Jenis : Nozzle Discharge

Centrifuge

Jumlah : 1 Buah

Kapasitas : 1,8926 ton/jam

Page 9: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Kapasitas maksimal : 4 ton/jam

Bahan : Carbon steel

Kondisi operasi

Tekanan : 1 atm

Suhu : 40 °C

Dimensi

Diameter bowl : 16 in

Motor

Kecepatan putar : 6250 rpm

Power : 40 hp

Centrifugal force :8900 lbf/ft2

2. Evaporator 1

Kode : V-110

Fungsi : Menguapkan sisa

CH2O, CH3OH, NH3, dan

sebagian air dari produk

reaktor

Tipe :Standard Vertical

Tube Evaporator

Diameter : 6,1477 ft

Tinggi shell : 9,2216 ft

Tebal shell : 3/16 in

Tebal head : 3/16 in

Jenis tube : Calandria

Ukuran tube:8 in IPS schedule

40

OD : 8,625 in

ID : 7,891 in

Panjang tube : 8 ft

Jumlah tube : 190 buah

Bahan konstruksi : Carbon

Steel SA-203 Grade C

3. Evaporator-02

Kode : V-111

Fungsi : Menguapkan sisa CH2O,

CH3OH, NH3, dan sebagian air

dari produk reaktor

Tipe : Standard Vertical Tube

Evaporator

Diameter : 4,3878 ft

Tinggi shell : 5,4839 ft

Tebal shell : 3/16 in

Tebal head : 3/16 in

Jenis tube : Calandria

Ukuran tube: 4 in IPS schedule 40

OD : 4,5 in

ID : 4,026 in

Panjang tube: 4 ft

Jumlah tube : 105 buah

Bahan konstruksi : Carbon

Steel SA-203 Grade C

4. Reaktor

Kode : R-110

Fungsi : Mereaksikan amoniak dan

formalin

Tipe : Reaktor Alir Tangki

Berpengaduk

Jumlah : 1 Buah

Volume : 215,3420 ft3

Bahan : Stainless steel SA 353

Kondisi operasi

Page 10: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Tekanan : 16 atm

Suhu : 40 °C

Dimensi tangki

Diameter tangki : 6,4971 ft

Tinggi tangki : 6,4971 ft

Tebal shell : 0,75 in

Dimensi head

Bentuk : Torispherical

dished head

Tebal head : 1,75 in

Tinggi head : 1,2575

Tinggi total : 2,7469 m

Pengaduk

Tipe : 6 blade plate turbine

impeller with 4 baffle

Jumlah : 1 Buah

Diameter : 0,5872 m

Power : 0,5 Hp

Kecepatan : 93,2664 rpm

Pendingin

Media pendingin : water

Jenis pendingin :jaket

pendingin

Suhu masuk : 30 °C

Suhu keluar : 35 °C

Luas selubung : 184 ft2

Tebal jaket : 1 in

5. Rotary Dryer

Kode : B-110

Fungsi : Mengurangi

kadar cairan hexamine

Jenis : Rotary Dryer

Counter Current Direct Heat

Single Shell

Kapasitas :1919,5353

kg/jam

Jenis isolasi : Batu isolasi

Diameter : 0,3355 m

Panjang : 4,5220 m

Tebal isolasi : 4 in

Tebal shell : 0,1875 in

Tinggi bahan : 0,1651 ft

Sudut rotary : 18,24˚

Waktu pengeringan : 39,16

menit

Jumlah flight : 2 buah

Power : 3 hp

Jumlah : 1 buah

a. Tahapan Proses

Produksi hexamine dengan

cara mereaksikan amoniak dan

formalin memiliki tiga tahapan.

1. Tahap penyimpanan bahan

baku

2. Tahap pembentukan

produk

3. Tahap pemurnian dan

penyimpanan produk

1. Tahapan persiapan bahan

baku

a. Amoniak

Page 11: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Amoniak disimpan dalam

tangki penyimpan (F-110) pada

tekanan 16 atm dan suhu 35 °C

dalam kondisi cair. Dari tangki

penyimpan amonia dipompa (L-

210) kemudian dialirkan ke

reaktor.

b. Formalin

Larutan formalin

disimpan pada tangki penyimpan

(F-111) dengan tekanan 1 atm

dan suhu 35 °C. Untuk

mengalirkan larutan formalin ke

dalam reaktor dan menaikkan

tekanan menjadi 16 atm

digunakan pompa (L-211) dan

(L-212).

2. Tahap pembentukan

hexamine

Bahan baku diumpankan

ke dalam reaktor dengan

perbandingan mol formalin :

amoniak = 3 : 2. Reaksi

berlangsung dalam fase cair dan

bersifat eksotermis. Konversi

yang dicapai sebesar 98% dengan

reaktan pembatas amoniak.

Reaksi berjalan dalam Reaktor

Alir Tangki Berpengaduk

(RATB) pada keadaan isotermal

40 °C. Tekanan operasi reaktor

16 atm hal ini bertujuan menjaga

agar reaktan tetap pada kondisi

cair. Panas yang dihasilkan oleh

reaktor akan diserap jacket

pendingin.

Produk keluar dari reaktor

mempunyai suhu 40 °C dengan

tekanan 16 atm kemudian

dialirkan ke dalam expander (G-

250) untuk menurunkan tekanan

menjadi 1 atm sebelum masuk

evaporator (V-110). Suhu produk

keluar expander sebesar 40 ˚C,

produk hexamine dan sisa reaktan

yang berupa amoniak dan larutan

formalin keluar expander

kemudian diumpankan ke dalam

evaporator (V-110) dan (V-111).

Di dalam evaporator, produk

mengalami proses pemekatan dan

pengkristalan. Evaporator

bekerja pada tekanan dibawah 1

atm (vakum) hal ini bertujuan

untuk menghindari dekomposisi

hexamine. Tekanan evaporator 1

(V-110) yaitu 0,11 atm dan suhu

48 °C. Evaporator 2 (V-111)

beroperasi pada tekanan 0,12 atm

dan suhu 50 °C. Sebagai media

pemanas digunakan steam jenuh

pada suhu 150 °C dan tekanan

Page 12: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

4,7 atm. Untuk mengumpankan

produk keluar evaporator 1

digunakan pompa (L-213).

Produk hasil evaporator 2 (V-

111) berupa kristal hexamine

selanjutnya di umpankan ke

centrifuge (H-140) dengan

menggunakan pompa (L-214)

untuk dipisahkan antara kristal

hexamine dengan cairannya.

Kristal hexamine kemudian

dibawa ke unit pemurnian dengan

menggunakan screw conveyor (J-

240). Sedangkan cairan keluar

centrifuge (mother liquor) di-

recycle kembali masuk dalam

evaporator 1 (V-110).

3. Tahap pemurnian dan

penyimpanan produk

Produk yang

dihasilkan dimurnikan dengan

menggunakan alat rotary dryer

(B-120). Pada rotary dryer

terjadi penguapan sisa-sisa air

dan dihasilkan produk dengan

kemurnian mencapai 99,93%.

Selanjutnya produk masuk dalam

unit penyimpanan melalui belt

conveyor (J-230), lalu produk

diangkut oleh bucket elevator (J-

210) sebelum disimpan dalam

silo (F-260).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisa

ekonomi, besarnya nilai BEP berada

pada range yang diijinkan yaitu

56,69%, batasan BEP untuk pabrik

kimia antara 40-60%. Nilai BEP

sendiri dipengaruhi oleh harga jual

dan harga bahan baku, apabila

selisih harga bahan baku dan produk

semakin tinggi maka besarnya nilai

BEP akan semakin rendah. Selain

nilai BEP nilai POT pabrik

hexamine ini juga berada pada range

yang diijinkan yaitu maksimal 4

tahun. Nilai POT pabrik sebelum

pajak 2,79 tahun sedangkan nilai

POT setelah pajak 3,56 tahun. Nilai

DCF juga cukup tinggi yaitu

33,49% di atas bunga bank yaitu

25%, hal ini menunjukkan bahwa

pabrik hexamine ini memiliki

peluang investasi yang menjanjikan,

maka pendirian pabrik hexamine

layak untuk dipertimbangkan dan

didirikan.

Page 13: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Bia

ya (M

ilyar r

up

iah

)

Kapasitas Produksi (%)

Sa

Ra

Va

BEP

SDP

Gambar 1. Grafik analisis ekonomi prarancangan pabrik hexamine dengan proses

Leonard kapasitas 15.000 ton/tahun.

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisa ekonomi

diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Percent Return on Investment

setelah pajak sebesar 18,12%

2. Pay Out Time setelah pajak

sebesar 3,56 tahun

3. Break Event Point sebesar

56,69%,

4. Shut Down Point sebesar

41,57%

5. Discounted Cash Flow sebesar

33,49%

Jadi, Pabrik Hexamine dari

Formaldehid dan Amoniak dengan

Proses Leonard kapasitas 15000

ton/tahun LAYAK untuk

dipertimbangkan didirikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Intan Wijaya

Produk. Diakses dari

http://www.intanwijaya.com/in

dex.php?act=products&do=list

pada 17 November 2013

Anonim. 2013. Kapasitas Produksi.

Diakses dari www.korindo.co.id

pada 17 November 2013

Anonim. 2013. Produk Amonia.

Diakses dari

Page 14: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

http://www.pusri.co.id/ina/am

onia-proses-produksi-amonia/

pada 20 November

Anonim. 2013. Jinan Xiangrui

Chemical Auxiliary Agent

Factory. Diakses dari

www.jinanxiangrui.com pada

tanggal 11 Juni 2013

Aries, R.S and Newton, R.D, 1995,

Chemical Engineering Cost

Estimation, Mc.Graw Hill

Book Co Inc, New York.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik

Perdagangan Luar Negeri

Indonesia. Diakses dari

http://bps.go.id/exim-

frame.php?kat=2&id_subyek=

08&notab=50 pada tanggal 15

November

European Patent. 2013. “Continuous

Production of

Hexamethylenetetramine”

Grupta, R.K. 1987. Industrial

Chemical Handbook. Small

Business Publication. Roop

Nagar. India

Kent, A.J. 1974. Riegel’s Handbook

of Industrial Chemistry, 7th

edition. Littion Educational

Publishing, Inc. USA

Kermode, R.I and Stevens, W.F.

1965. Canadian Journal

Chemical Engineering, vol 43

No 63

Kirk, R.E., and Othmer, V.R., 1992,

Encyclopedia of Chemical

Technology, Vol 24, 4th

ed,

John Wiley & Sons Inc., New

York

Perry’s, R.H., and Green, D., 1999,

Perry’s Chemical Engineer’s

Hand Book, 7th edition, Mc.

Graw Hill Book Company

Inc., New York.

Peters and Timmerhaus, 2003, Plant

Design and Economics for

Chemical Engineers, 4th

ed,

McGraw-Hill International

Edition Chemical and

Petroleum Engineering Series

Severn, W.H., Degler, H.E., and

Miles, J.C. 1954. Steam, Air

and Gas Power, 5th ed. John

Wiley and Sons inc. New

York.

Smith, J. M. and Van Ness, H. C.,

1975, Introduction to

Chemical Engineering

Thermodynamic, 3 edition,

Page 15: JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

McGraw-Hill Kogakusha Ltd,

Tokyo.

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa.

Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Yaws,C.L.,1999,“Thermodynamic

and Physical Properties

Data”, Mc Graw Hill Book

Co., Singapore.

Zamani, H.S. 1998. Manajemen.

Jakarta: IPWI