Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN POTENSI KETERAMPILAN MENJAHIT ANAK
ASUH SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK-HAK ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTERA UTAMA 03 TEBET
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
NURUL HAFIZHOH
107054102504
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar srata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 25 Agustus 2011
Nurul Hafizhoh
10754102504
i
ABSTRAK Nama : NURUL HAFIZHOH “Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh sebagai Upaya Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet- Jakarta Selatan ”
Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses perkembangan berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di sekitar sang anak dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan formal maupun informal juga turut memberikan andil dan pengaruh dalam perkembangan anak. Faktor lingkungan atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak. Setiap anak maupun manusia pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Tuhan ini sayang sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka kecerdasan itu tidak bisa memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.
Dalam penelitian ini yang dilakukan, penulis ingin mengetahui bagaimana
potensi keterampilan menjahit anak dikembangkan di PSAA PU 03 Tebet dan bagaiman pengembangan potensi keterampilan menjahit anak tersebut telah memenuhi hak-hak anak?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan
adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif yaitu dengan cara pengamatan lapangan, wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, Adapun yang menjadi informan penelitian adalah para pengasuh, instrutur menjahit serta anak yang berada di panti tersebut.
Dari hasil penelitian ini di peroleh kesimpulan bahwa; Di Panti PSAA PU
03 Tebet menemukan bakat yang berdasarkan psikofisik, bakat ekjiwaan dan berdasarkan alam perasaan dan kemauan. Serta menemukan minat anak dalam keterampilan menjahit ini.. Langkah-langkah dalam pengembangan potensi keterampilan menjahit anak di panti yaitu mengenal alat-alat untuk menjahit, membuat pola dasar dan membuat jelujur sebelum menjahit suatu bahan. Dan adanya pemenuhan prinsip hak-hak anak dalam mengembangkan potensi keterampilan menjahit yaitu nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap anak.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah
SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat
kepada kekasih-Nya, dan masih memberikan begitu banyak kenikmatan dan
karunia-Nya yang tak pernah dapat dihitung sehingga dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung,
yang baik budi pekertinya, yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan
serta yang menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat beliau adalah nabi yang
sangat mulia hingga akhir zaman nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Halangan dan rintangan yang penulis hadapi menjadikan pelajaran
yang sangat berarti bagi penulis. Sungguh anugerah terindah yang diberikan Allah
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Semua ini
terwujud karena banyak dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Selanjutnya penulis juga ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ;
1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H. Mahmud
Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK,M.A selaku Pudek
III.
iii
2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Siti Napsiyah, MSW
3. Dr. H. Asep Usman Ismail. MA, selaku pembimbing yang dengan tulus
memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
5. Seuntai kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis persembahkan
segalanya khususnya kepada nenek (Hj. Oon Sumiati) dan mami
(Yuliawati) yang telah memberikan dukungan dan doa yang diberikan
kepada penulis, dan dengan ketegaran dan kesabaran hatinya dalam
mengadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi
penulis.
6. Pimpinan perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas yang telah
membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan
skripsi.
7. Para pengasuh panti serta para WBS yang telah membantu penulis dalam
memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
8. kakak-kakakku Rabiatul Adawiyah, Chairunnisa, Eva Naziroh yang selalu
mengingatkan dan memberikan penulis dukungan dalam moral dan materil
9. Rodhy Harisca yang selalu doakan dan mengingatkan penulis agar
semuanya berjalan lancar dalam menjalankan skripsi, makasih.
iv
10. Keluarga besar KESSOS angkatan 2007 serta teman-teman yang tidak
penulis sebutkan nama-namanya kalian sudah memberikan keceriaan
kepada penulis dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan
khususnya Fitriyah, Siti Izzatul Yazidah, Fitri Wulandari dan Fazra Raissa
Wulandari makasih sayang atas motivasinya selama ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
yang akan membalas kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang
membaca laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umunya.
Amin Ya Robbal Alamin
Jakarta, Agustus 2011
Nurul Hafizhoh
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
D. Metodologi Penelitian ...................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 14
BAB II. KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Potensi Diri ......................................................... 16
B. Definisi Keterampilan....................................................... 22
C. Anak
1. Definisi Anak............................................................. 23
2. Batasan usia anak 13-18 Tahun.................................. 25
3. Hak Anak .................................................................. 26
4. Kewajiban Anak ....................................................... 27
vi
BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 3 TEBET
A. Gambaran Lembaga
1. Sejarah singkat PSAA PU 3 Tebet ............................ 30
2. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................... 31
3. Visi dan Misi ............................................................ 32
4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi WBS .... 33
5. Proses Pelayanan ...................................................... 34
6. Sumber dana ............................................................. 35
7. Fasilitas .................................................................... 35
B. Profil Anak-anak di PSAA PU 3 Tebet
1. Profil WBS ............................................................... 36
BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Potensi Keterampilan Menjahit Anak Dikembangkan di
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet ............ 46
1. Cara Menemukan Bakat Anak Asuh Dalam
Keterampilan Menjahit di Panti.................................. 46
2. Cara Menemukan Minat Anak Asuh Dalam
Keterampilan Menjahit di Panti ................................. 49
3. Langkah-langkah Pengembangan Potensi
Keterampilan Menjahit Pada Anak Asuh yang
dilakukan di Panti ...................................................... 50
B. Pemenuhan Prinsip-Prinsip Hak-Hak Anak Dalam
Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit di Panti.... 52
vii
1. Nondiskriminasi ........................................................ 52
2. Kepentingan yang terbaik bagi anak........................... 53
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan............................................................ 53
4. Penghargaan terhadap pendapat anak ......................... 54
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 55
B. Saran-saran ...................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57
LAMPIRAN- LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugerah dan setiap anak dilahirkan dalam kondisi
“cerdas”. Kunci sukses dari seorang anak adalah ketika ia dapat menjadi
sesuai dengan potensi dan bakatnya, bukan berdasarkan apa kata orangtua
maupun lingkungannya. Anak perlu diajar untuk menghadapi kegagalan. Jika
anak tidak menikmati pelajaran di sekolah maupun saat kuliah, ia akan
mengalami kesulitan untuk sukses.1 Suasana menyenangkan akan memberi
kesempatan anak belajar dengan maksimal dan mereka mampu dengan
mudah mempelajari hal-hal yang sesuai dengan potensi, bakat maupun
minatnya. 2
Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan
pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses
perkembangan berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di
sekitar sang anak dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan
pendidikan formal maupun informal juga turut memberikan andil dan
pengaruh dalam perkembangan anak. Faktor lingkungan atau pendidikan
memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak. Di sinilah
1 Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 25-28 2 Ibid, h. 33
2
sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi
peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.3
Setiap anak maupun manusia pada dasarnya mempunyai banyak
kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Tuhan ini sayang
sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka kecerdasan itu tidak bisa
memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di sinilah sesungguhnya
peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua
sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.4
Pengembangan potensi dalam diri anak sangatlah penting, agar
keberhasilan dan keahlian yang mereka miliki dapat dirasakan oleh dirinya
maupun orang lain. Untuk mengembangkan potensi diri tersebut, anak harus
mempunyai rasa percaya diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, proses adaptasi maupun penyesuaian diri sangat penting dan
berpengaruh terhadap optimalisasi potensi anak untuk melaksanakan
pekerjaan dan mencapai performansi yang berhasil (sukses).
Kesejahteraan anak merupakan bagian dari kesejahtreraan sosial, oleh
karena itu hak-hak anak harus dipenuhi agar kesejahteraan mereka tercapai.
Sebagai manusia yang rentan dan bertumbuh, anak memiliki hak untuk
memperoleh kehidupan yang layak secara fisik, mental, spiritual, moral dan
sosial.5
3Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, (Yogyakarta:
Katahati, 2010), h. 35 4 Ibid, h. 35 5 Chandra Gautama, Konvensi Hak Anak, Panduan Bagi Jurnalis (Jakarta: 2000), h.31
3
Beberapa anak ada yang tidak beruntung untuk mendapatkan
kesejahteraannya, hal ini disebabkan karena kemiskinan dan tidak ada orang
tua sebagai tumpuan hidupnya.
Untuk itu ada upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menyelamatkan anak-anak tersebut dari segala sesuatu yang buruk dan
memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah Panti Sosial.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara sampai tahun 2004, memiliki 87
buah panti asuhan dengan jumlah klien sejumlah 3.697 jiwa. Padahal jumlah
anak terlantar yang ada di Ibukota ini sampai tahun 2004 jumlahnya mencapai
64.123 jiwa.6 Jumlah panti asuhan yang ada di Indonesia tidak sebanding
dengan jumlah anak yang mengalami masalah di Indonesia, karena pada
tahun 2008 laporan yang diluncurkan oleh DEPSOS RI bahwa jumlah panti
asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan 5.000 s/d 8.000.7 Dan pemerintah
sampai saat ini belum dapat melayani anak-anak yang membutuhkan bantuan
dan perlindungan secara keseluruhan.
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan sosial anak dalam panti
merupakan pilihan terakhir apabila keluarga atau masyarakat tidak dapat
mengasuh anak dengan baik. Kegiatan pelayanan kesejahteraan anak
merupakan kegiatan pelayanan tambahan atau pengganti dari asuhan dan
6 Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,
Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di dalam Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005), h. 9-11
7 http://nbasis.wordpress.com/2010/09/06/fakta-panti-asuhan/2 Juni 2011
4
pengawasan orangtua. Hal ini mempunyai tujuan melindungi dan memajukan
kesejahteraan anak dan remaja guna mencegah kelalaian dan kegagalan serta
kenakalan remaja yang terjadi. Asuhan tersebut diberikan dengan jalan
merawat lingkungan keluarga, menjaga adat, kebiasaan anak atau
memberikan pelayanan lainnya.8
Salah satu tugas pokok PSAA PU 03 Tebet adalah menyelenggarakan
kegitan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi
identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. Serta
fungsi dari PSAA PU 03 Tebet adalah pelaksanaan assesmen meliputi
penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi serta
pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental,
sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan.9
Anak-anak yang berada di dalam panti adalah anak-anak yang normal,
mereka tidak memiliki kecacatan. Mereka memiliki minat dan bakat dalam
jiwanya. Akan tetapi karena faktor kehidupan yang kurang terpenuhi maka
anak belum dapat mengembangkan potensinya. Mereka adalah anak terlantar
dari golongan fakir miskin, yatim/piatu serta kaum dhua’fa. Maka dari itu
anak di serahkan kepada pihak panti oleh orang tuanya agar kehidupan
mereka terjamin dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Di
dalam panti anak diberikan kehidupan yang layak dengan keterampilan-
keterampilan salah satunya yaitu keterampilan menjahit, dalam keterampilan
8 Wawancara Pribadi Peneliti dengan Bpk. H. Mahmud, S. Sos (Pengasuh Panti: di
Jakarta pada Tanggal 22-11-2010) 9 Brosur, Tentang Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet (Jakarta: Oktober
2010)
5
menjahit ini anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka
untuk terampil didalam seni menjahit, agar ilmu yang mereka dapatkan kelak
berguna bagi masyarakat sekitar dan untuk kelanjutan bekal kehidupan
mereka dikemudian hari dalam bidang keterampilan menjahit tersebut,
adapun keterampilan menjahit yang mereka pelajari yaitu keterampilan
menjahit tingkat mendasar. Dalam upaya mengembangkan potensi (minat dan
bakat) menjahit tersebut anak membutuhkan bimbingan dari para pengasuh
yang berada di dalam panti agar dapat berjalan lebih baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti mengenai “PENGEMBANGAN POTENSI
KETERAMPILAN MENJAHIT ANAK ASUH SEBAGAI UPAYA
PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN
ANAK PUTERA UTAMA 03 TEBET – JAKARTA SELATAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pengembangan potensi yang dilakukan di PSAA PU 03 Tebet yaitu
melalui kegiatan keterampilan menjahit dengan melihat upaya pemenuhan
hak-hak anak di dalamnya. Maka penulis membatasi penelitian ini pada
Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh Sebagai Upaya
Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03
Tebet-Jakarta Selatan.
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta permasalahan pada latar
belakang di atas, maka penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana potensi keterampilan menjahit anak asuh dikembangkan di
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet?
b. Bagaimana pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh
tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip hak-hak anak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan dan pembatasan masalah maka penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui gambaran pengembangan potensi keterampilan
menjahit anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03
Tebet.
b. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan prinsip-prinsip hak-hak anak
dalam pelaksanaan pengembangan potensi keterampilan menjahit anak
asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet.
7
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan bagi
peneliti khususnya dan para calon pekerja sosial agar mendapatkan
gambaran umum tentang pengembangan potensi diri bagi anak
asuh di PSAA PU 03 Tebet.
b. Sebagai tambahan referensi dalam meningkatkan pengetahuan serta
wawasan dalam pengembangan potensi diri bagi anak asuh.
2. Manfaat Akademis
a. Memberikan masukan pengetahuan tentang pengembangan potensi
diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.
b. Memberikan masukan pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial
khususnya yang berkaitan dengan Pelayanan Sosial tentang
pengembangan potensi diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.
8
Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif.10
2. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya.11
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.12
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif
deskriptif tentang pengembangan potensi keterampilan anak dalam panti
ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.
10 Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007),
Cet.Ke-23,h.9-10. 11 Ibid, h. 112 12 Ibid, h. 113
9
Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari
sumber utama (Pengasuh dan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Tebet).
Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang
diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek
penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit.
Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data
penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data
tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan
panca indra.13
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi
langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan
13 Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005),
h.134.
10
yang berkenaan dalam pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan
anak asuh dalam panti.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh sebuah
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden atau orang
yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.14
Adapun yang akan diwawancara adalah:
No Informan Jumlah Informasi yang ingin
diperoleh
1 Pengasuh 2 orang terdiri dari:
· Bpk. Mujiono,
AKS (KA. Sie
Bim dan pyl)
· Ibu Nurimah
(Instruktur
Ketrampilan
Menjahit)
Gambaran tentang:
· Bagaimana
potensi
keterampilan
menjahit anak
dikembangkan di
PSAA PU 03
Tebet?
· Bagaimana
14 Ibid,hal. 126
11
pengembangan
potensi
keterampilan
menjahit anak
tersebut telah
memenuhi prinsip-
prinsip hak-hak
anak?
2 Anak
asuh
5 orang yang terdiri
dari:
· Usia 13 tahun
· Usia 17 tahun
Gambaran tentang:
· Bagaimana
potensi
keterampilan
menjahit anak
dikembangkan di
PSAA PU 03
Tebet?
· Bagaimana
pengembangan
potensi
keterampilan
menjahit anak
tersebut telah
12
memenuhi prinsip-
prinsip hak-hak
anak?
Jumlah 7 orang
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber
langsung tentang masalah yang akan diteliti dan akan dilakukan secara
bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan
terarah.
c. Dokumentasi
Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh
dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperoleh dengan cara
melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat
kabar, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang
sedang diteliti oleh peneliti.
4. Waktu dan Tempat
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial
Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 3 Tebet yang bertempat di Jl. Tebet
Barat Raya no.100, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2011.
13
5. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pengasuh panti, instruktur menjahit dan
anak-anak yang mengikuti keterampilan menjahit di Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet. Sedangkan obyek penelitianya adalah
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
6. Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,
penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana
pengembangan potensi keterampilan anak di dalam panti.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari
kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum-
sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka penulis
menemukan skripsi yang membahas tentang pengembangan potensi diri,
tetapi penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, dari skripsi:
Nama : Lenggo Geni
Universitas : Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Jurusan Kesejahteraan Sosial.
14
Judul : Pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi
dalam kegiatan sosial (studi deskriptif pada empat
peserta aktif kegiatan sosial di RISKA) Tahun
2000.
Dari skripsi di atas, penulis menemukan perbedaan dengan
penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi
rujukan penulis lebih menekankan pada segi pengembangan diri pemuda
yang berpartisipasi dalam kegiatan sosial di RISKA. Maka dalam
penelitian ini penulis membahas mengenai pengembangan potensi
keterampilan anak di PSAA Putra Utama 3 Tebet.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis
membagi dalam lima bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II: KERANGKA TEORITIS
Membahas Kerangka Teori Pengembangan Potensi
Keterampilan Anak di PSAA PU 03 Tebet meliputi: Pengertian
Potensi Diri, Pengertian Pengembangan Potensi Diri,
15
Pengertian Keterampilan, dan Pengertian Anak dan Fase
Perkembangannya.
BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Membahas tentang gambaran umum objek penelitian yang
terdiri dari latar belakang sejarah berdirinya Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, tugas dan fungsi,
visi misi, sasaran pelayanan, proses pelayanan, sumber dana,
fasilitas, profil anak asuh di PSAA, struktur organisasi, pola
pembinaan & pelayanan, bagan kedudukan fungsi dan tugas
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Membahas tentang pengembangan potensi keterampilan anak
di dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.
BAB V : PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Potensi Diri
1. Pengertian Potensi Diri
Potensi diri dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari
sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk
diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut.
Dengan demikian, potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang
dimiliki manusia yang masih terpendam di dalam dirinya, yang
menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam
kehidupan diri manusia. Apabila pengertian potensi diri manusia
dikaitkan dengan pencipta manusia Allah SWT, maka potensi diri
manusia kira-kira dapat diberi pengertian sebagai “kemampuan dasar
manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak dalam kandungan
ibunya sampai pada saat tertentu (akhir hayatnya), yang masih
terpendam didalam dirinya, menunggu untuk diwujudkan menjadi
sesuatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia di dunia ini dan di
akhirat nanti”.
Jadi potensi diri manusia adalah suatu kekuatan atau
kemampuan dasar manusia yang telah berada dalam dirinya, yang siap
untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan manfaat nyata dalam
kehidupan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan tujuan penciptaan
16
manusia oleh sang Maha Pencipta Allah SWT.1
Menurut Joyce Meyer, potensi diri merupakan kecermelangan
yang ada dalam diri individu, namun masih belum terwujud dalam
realita. Dengan kata lain, individu yang memiliki potensi diri
sesungguhnya mempunyai sejumlah elemen yang dibutuhkan bagi
pencapaian sebuah keberhasilan, tetapi elemen-elemen itu masih belum
teraktifkan. Apapun kemampuan yang ada pada diri manusia
kembangkan segera, agar kemampuan tersebut tidak terpendam dan
menjadi sia-sia.2
Sistem pendidikan yang baik dapat membantu lahirnya individu-
individu yang unik. Sistem pendidikan yang baik adalah system
pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan para peserta didiknya
sehingga mereka mampu mengembangkan segenap potensi diri sekaligus
mendorong tumbuh dan berkembangnya kreativitas mereka sebagai
individu-individu yang unik dan berbeda-beda dari yang lain.3
Potensi diri terkait erat dengan bakat yang kita miliki,bakat yang
dimiliki seseorang pada dasarnya terkait dua hal. Pertama, kemampuan
alami yang khusus dan kedua, kekuatan untuk menggapai sebuah prestasi
atau kesuksesan.4
Bakat yang dimiliki seseorang dapat saja sangat berbeda dengan bakat
yang dimiliki orang lainnya. Bidang kehidupan yang kita arungi ini
1 Slamet Wiyono,Ak., M.B.A, Manajemen Potensi Diri, ( Gramedia: Jakarta, 2006), h.
37-38 2 Djoko Subinarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (by Leaf Production, 2011), h. 7 3Ibid, h.14 4Ibid, h. 20
17
sangatlah luas. Maka, bakat itu pun sama luasnya dengan bidang
kehidupan yang ada. Jadi. Bakat merupakan kemampuan alami yang
khusus atau kemampuan untuk menggapai kesuksesan.5
Ny. Yoesoef Noesyirwan (1987) menggolongkan jenis bakat
atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan
menurut prestasinya. berdasarkan fungsi atas aspek-aspek yang
terlibatdalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam:6
a) Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu kemampuan yang
berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat, seperti
kemampuan penginderaan atau ketajaman panca indera,
kemampuan motorik,kekuatan badan, kelincahan jasmani,
ketangkasan, keterampilan dan anggota badan.
b) Bakat kejiwaan yang bersifat umum, yaitu kemampuan ingatan
daya khayal atau imajinasi dan inteligensi (penyesuaian diri).
c) Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan.
Bakat ini berhubungan erat dengan watak, seperti kemampuan
mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati perasaan
orang lain.
Sebagaimana telah diterangkan dalam mengenal tingkah laku
manusia, bahwa suatu karya atau pestasi memerlukan adanya
kemampuan atau bakat dan motivasi atau kemauan.7
5Ibid, h. 23 6H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka
Cipta, Januari 2005), h. 197 7Ibid, h. 197-199
18
Minat dan bakat seringkali dijadikan satu. Padahal keduanya
memiliki pengertian yang berbeda. Bakat (aptitude) adalah
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat akan sulit berkembang
dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal
tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni.8
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius
dan berkesinambungan.dengan mengembangkan minat, bakat, dan
memberikan bimbingan karier sejak dini, anak akan semakin
menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu melakukan hal
tersebut. Dan, akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa
yang mungkin akan ditekuninya.
Banyak anak tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang
tepat karena beberapa hal berikut:
· Anak belum menjajaki kemampuan, bakat, serta minatnya.
· Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan
yang ada.
· Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam
kemampuan atau bakatnya.anak belajar tanpa mengetahui
kegunaan dan tujuaan dari bidang studi yang dipelajarinya.
· Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi dan
8 Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Penerbit: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 59-60
19
kurang spesifik.
· Bakat yang belum terasah atau kurang mendapatkan
kesempatan untuk dikembangkan sehingga tidak tampak.
· Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang
bersangkutan ataupun dari lingkungannya.
Jadi, manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang
masih merupakan potensi, tetapi hanya sedikit sekali dari kemampuan
tersebut bisa terwujud.9
Dalam potensi diri anak pastinya ada kecerdasan yang istimewa.
Kecerdasan adalah manifestasi kapasitas mental yang tinggi atau
kapasitas untuk belajar, menalar dan memahami. Perkembangan
kecerdasan pada setiap individu satu dengan yang lain berbeda-beda
sebagai berikut:10
Pertama, kecerdasan intelektual yaitu anak dikembangkan
dengan memberikan tugas agar anak lebih mengasah pengetahuannya
dengan memberikan dukungan dan suasana yang nyaman bagi sang
anak.
Kedua, kecerdasan emosional dan sosial yaitu anak
dikembangkan dengan cara berempati kepada temannya yang sedang
susah dan memberikan bantuan.
Ketiga, kecerdasan spiritual anak dikembangkan dengan kesadaran
sekaligus menunjukan perilaku taat kepada Allah untuk menghadapi
9 Ibid, h. 62-63 10,Djoko Subinarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (by Leaf Production, 2011), h. 24
20
dan memecahkan masalah.11
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Inteligensi dan kecerdasan atau IQ
mempunyai perbedaan arti, sedangkan IQ hanya memberikan sedikit
indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.12
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya
(inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk
berprestasi, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak
memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan
(inteligensi) bawaan ditentukan oleh bakat, bakat-bakat tersebut baik
sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi kemampuan
intelektual umum, kemampuan berpikir, kreatif-produktif, kemampuan
dalam salah satu bidang seni, dan bakat kepemimpinan.13
Ternyata kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual
dan kecerdasan intelektual jauh lebih berpengaruh dalam meraih
kesuksesan. Oleh karena itu, untuk menigkatkan potensi, minat dan
bakat pada anak perlu kematangan dalam menjalankannya.
11 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak,
(Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 18-19 12 Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 51 13 Ibid, h. 52
21
B. Definisi Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti
cakap dalam menyelesaikan tugas.14 Maka keterampilan adalah bagaimana
kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang
dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang apabila
tidak di dukung oleh sikap, kemauan, dan pengetahuan. Manusia
merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual
dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.15 Dari pendapat Gulo itu
dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak mungkin akan terwujud
tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang
sehingga aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah suatu
kesatuan tidak dapat dipisahkan daripada seseorang.
Mengenai keterampilan Sadirman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu
jasmani dan rohani:
a. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati
sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
b. Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,
keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan
14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), cet ke-1, h. 935
15 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo,2002), h. 29
22
merumuskan masalah atau konsep-konsep.16
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan
keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk
belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan.
C. Pengembangan Potensi Diri
1. Definisi Pengembangan Potensi Diri
Pengembanganpotensi diri adalah suatuusaha atau proses yang
terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang
mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan
pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai
pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri kita.17
Manusia diciptakan dengan memiliki potensi dalam dirinya
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Yung (2003:3)
adalah kemampuan manusia yang belum digunakan secara maksimal.
Potensi sangat berkaitan dengan hakekat manusia sebagai makhluk
bertaqwa, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk berpotensi. Potensi
diri sebagai berikut:
1. Kemampuan dasar seperti tingkat inteligensi, kemampuan abstraksi,
logika dan daya tangkap.
2. Sikap kerja seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya
16 Sadirman MA, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Op cit, h. 29 17 http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensi-diri/2 Juni 2011
23
tahan terhadap stress.
3. Kepribadian yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan
serta kebiasaan seseorang baik jasmaniah, mental, rohani, emosional,
sosial, yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.
Zainun (1993) mengatakan bahwa potensi dapat bersifat positif
dan negatif. Potensi positif misalnya kejujuran, ketegasan, kesucian,
keimanan, kesetiaan, kerapian, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, dan
lain-lain. Potensi negatif adalah kebalikan dari potensi positif.
Jadi, pengembangan potensi diri akan sangat bergantung
bagaimana seseorang mengenal kemampuannya, lalu mengembangkannya.
Pengembangan potensi diri adalah tindakan mengurangi kekurangan dan
memperbesar kekuatan.18
D. Anak dan Hak-Hak Anak
1. Definisi Anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak
membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga
tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan
yang normal.
Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
rangsangan yang berasal dari lingkungan. Pada akhir abad ke-17, seorang
18 Arikel diakses di http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensi-diri/ pada tanggal 2 Juni 2011
24
filsuf Inggris John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa pengalaman
dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan
dalam perkembangan anak. Oleh karena itu pengaruh pengalaman dan
lingkungan hidup terhadap perkembangan anak sangatlah penting.19
Anak tetap anak-anak, bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.
Anak-anak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas yang harus dilihat dengan
kacamata anak-anak. Oleh karena itu, dalam menghadapi mereka memang
dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.20
Selanjutnya pengertian anak sebagai dalam kamus besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, terdapat
pengertian lain bahwa pada hakikatnya seseorang yang berada pada suatu masa
perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.21
Sejak berabad-abad yang lalu perhatian terhadap seluk beluk
kehidupan anak sudah diperlihatkan, sedikitnya dari sudut
perkembangannya agar bisa mempengaruhi kehidupan anak ke arah
kesejahteraan yang diharapkan. Anak harus tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang baik yang bisa mengurus dirinya sendiri
dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, pada
keluarga atau masyarakatnya.22
19 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: PT. BPK
Gunung Mulia Jakarta, 1987), h.15-16 20 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan sosial bagi Anak,
(Penerbit:Katahati Yogyakarta, 2010), h. 30 21 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 12990), cet ke-3., h.
166 22 Ibid, h. 15
25
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah nikah”.23
Anak-anak yang tinggal di dalam panti adalah anak terlantar yaitu
anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara
rohani, jasmani, dan sosial.Di dalam UUD 1945 ayat 1 menyebutkan
“Bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Maka
pemerintah dan masyarakat sebagai unsur dari negara perlu melaksanakan
usaha kesejahteraan anak yang berada di dalam panti, hal ini selaras
dengan apa yang diatur pasal 11 ayat (3) UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.24 Jadi, yang dimaksud anak terlantar adalah anak
yang tinggal dalam keluarga miskin ataupun yatim piatu.25
2. Batasan usia anak 13-18 Tahun
Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan
yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada sesutau masa perkembangan
yang satu dengan cirri-ciri yang pada masa-masa perkembangan
berikutnya. Perkembangan dalam masa remaja usia 13-18 Tahun, masa
yang membentang cukup lama, dan karena itu sering dibagi-bagi menjadi:
23 Artikel diakses di http://prabusetiawan .blogspot.com/2009/05/pengertian anak.html
pada tanggal 2 Juni 2011 24 Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,
Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005)
25Departemen Sosial RI Direktorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi sosial, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga (Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2006), h. 11
26
masa remaja dini, dan remaja.26
Suatu masa peralihan dari dari dunia anak ke dunia dewasa, yang
dimulai dengan terjadinya kematangan. Perubahan-perubahan fisik secara
hebat di alami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja
menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk dan seringkali
menimbulkan masalah-masalah bagi orang tua atau orang dewasa yang
berhubungan dengan kehidupan remaja.
3. Hak-Hak Anak
Pandangan Islam terhadap anak manusia sebagai makhluk yang
sangat terhormat, karena manusia merupakan makhluk Allah yang terbaik.
Anak dalam Islam memiliki hak-hak baik sebelu maupn setelah lahir. Hak-
hak anak sebelum lahir, adalah27:
· Hak untuk hidup, karena itu aborsi dilarang oleh Islam kecuali jika
ada alasan yang dapat dibenarkan.
· Hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya-bahaya medis dan
psikis selama dalam kandungan.
· Hak untuk mempunyai ibu yang baik.
· Hak unuk didoakan agar terhindar dari godaan setan ketika kedua
orang tuanya berhubungan seks.
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan
26 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: P.T. BPK Gunung Mulia, 1987) cet-1 1981, h. 60
27 T. Sumarnonugroho, “Sistem Intervensi Kesejahteraan” Sosial. 1991., h. 39
27
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak
meliputi:
a. Nondiskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak28
Adapun mengenai hak untuk pengembangan potensi anak terdapat
dalam UU PA nomor 23 tahun 2002 tentang hak dan kewajiban pasal 11
yaitu “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.”29
4. Kewajiban Anak
Islam menetapkan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan
anak30:
· Berbakti dan taat kepada orang tua, selama orang tua tidak
memerintahkan kemaksiatan.
· Bersikap tawadhu dengan bertutur kata yang sopan dan tidak
menyakiti hati kedua orang tuanya.
· Berterima kasih kepada orang tua.
28 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, h. 11 29 Ibid, h. 13 30Ibid, h. 40
28
· Tidak boleh mencaci maki dan menghardik kedua orang tua.
· Mendoakan kedua orang tua agar mendapat ampunan dan
kasih sayang dari Allah.
· Melenggangkan tali silaturahmi dengan kerabat orang tua dan
teman-temannya.
Anak tidak hanya dirawat oleh keluarganya dengan kehidupan
yang menyenangkan, ada diantara mereka yang kurang beruntung.
Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chizaimah T. Yanggo dan
Hafiz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah anak yang
digolongkan dari keluarga tidak mampu, antara lain sebagai berikut:
a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim piatu yang tidak memiliki
kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.
b. Anak dari keluarga fakir miskin.
c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna
wisma).
d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga
dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau
belajar.31
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
31 huzaemah T. Yanggo dan Hafiz Ashari, Problemati ke Hokum Islam Kotemporer
pertama, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), h. 161
29
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Kewajiban
Anak meliputi:
a. Menghormati orang tua, wali, dan guru
b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
c. Mencintai tanah air, bangsa, dan Negara
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan
e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet
A. GAMBARAN LEMBAGA
1. Sejarah Singkat PSAA “ Putra Utama 03 “
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) putra utama 03 Tebet adalah
salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan
kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak terlantar. Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999
yang saat itu bernama Panti Sosial taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina
Insan Nusantara sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis kanwil Depsos
Propinsi DKI Jakarta.1
Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara
menjadi UPT Dinas Sosial Propinsi Dki Jakarta yang kemudian beruah
menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan
Perda Nomor 3 Tahun 2000 tentang bentuk susunan organisasi dewan
perwakilan Rakyat Daerah propinsi DKI Jakarta dan keputusan Gubernur
propinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 41 tahun 2002 tentang
organisasi dan tata kerja Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
1 Brosur, Tentang Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet (Jakarta: Oktober
2010)
31
propinsi DKI Jakarta, maka nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas
Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya dengan keluarnya keputusan Gubernur propinsi DKI
Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos
prop. DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA
Balita tunas bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Tebet.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social
anak terlantar yang meliputi identifikasi dan assesmen, bimbingan dan
penyaluran serta bina lanjut.
b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi;
2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan
administrasi dan penempatan dalam panti;
3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan social;
4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi;
32
5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan
mental, social, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan;
6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,
masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta
pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian;
7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan, dan terminasi.
3. VISI & MISI
a. VISI
Panti Sosial asuhan anak putra utama 3 tebet mempunyai visi “
Terentasnya anak terlantar yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari
keluarga tidak mampu di provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang
layak dan normatif.
b. MISI
Adapun Misi panti sosial asuhan anak putra utama 3 tebet, yaitu :
1) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak
yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan
masyarakat.
2) Membentuk anak yang mengalami keterlantaran agar dapat tumbuh
kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani,
maupun social.
33
3) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
yatim/piatu/yatim piatu terlantar kedalam kehidupan yang layak,
normatif, dan manusiawi.
4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di
“PSAA Putra utama 3 Tebet”.
Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 tebet
adalah anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang
tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhanya secara wajar baik jasmani
maupun rohani maupun sosial.
Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSAA memiliki beberapa
persyaratan, yaitu sebagai berikut :
a. anak usia 13 tahun s/d 18 tahun (khusus wanita);
b. surat keterangan tidak mampu Rt/Rw, Lurah setempat;
c. surat keteranagn sehat dari dokter/ puskesmas;
d. foto copy KTP orang tua/ wali (domisili DKI Jakarta)
e. pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3 = 2 lembar
f. memiliki ijasah/ rapot terakhir;
g. bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra
Utama 3 Tebet.
34
5. Proses Pelayanan
Tahap I : Penerimaan
1. identifikasi
2. assesmen
3. penerimaan
Tahap II : Pelaksanaan Kegiatan
a. perawatan
b. pemeliharaan
c. pembinaan fisik
d. pembinaan kesehatan
e. bimbingan mental dan sosial
f. pendidikan
g. pendidikan keterampilan
Tahap III : Resosialisasi
a. bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga
b. bimbingan kerja
Tahap IV : Penyaluran
a. keluarga
b. kerja
Tahap V : Bina lanjut
a. pemberian motivasi hidup madiri
b. pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja
eks WBS
35
Tahap VI : Terminasi
a. Pemutusan hubungan bila eks WBS sudah
dapat hidup mandiri.
6. Sumber Dana
Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 Tebet
berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, setiap tahun panti mengajukan anggaran yanbg di
perlukan panti. Karena PSAA merupakan panti dibawah naungan
Pemerintah DKI Jakarta dan anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen
Pelaksanan Anggaran ( DPA).
PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat berbagai macam
profesi tetapi tidak secara rutin hanya sesekali saja, semua itu diketahui
dan disetujui oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
7. Fasilitas
a. Luas tanah : 5.100 M2
b. Taman/halaman : 1.000 M2
c. Ruang Komputer : 1 Lokal
d. Ruang Asrama : 5 Lokal
e. Ruang keterampilan : 2 Lokal
f. Ruang makan dan dapur : 2 Lokal
g. Aula ruangan pertemuan : 1 Lokal
36
h. Musollah : 1 Lokal
i. lapangan olahraga : Bulutangkis, Tenis meja, basket, volly ball
B. PROFIL ANAK-ANAK DI PSAA
1. Profil WBS
Dari hasil observasi yang dilakukan, berikut ini penulis masukkan
ke dalam table berdasarkan tingkat pendidikan, berdasarkan penyebaran
sekolah, dan berdasarkan status keluarga. Terlihat berdasarkan tingkat
pendidikan bahwa lebih banyak WBS yang duduk di tingkat SLTA yaitu
60 WBS dibandingkan dari tingkat SLTP yaitu 20 WBS.
Berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP lebih banyak WBS
sekolah di SLTP DCB PALAD, sedangkan penyebaran sekolah tingkat
SLTA yaitu SMK PANCASILA. Dan berdasarkan dari status keluarga
terlihat lebih banyak orang tua tidak mampu yang menitipkan anaknya di
Panti.
Table. 2 : Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
KELAS NO. TINGKAT PENDIDIKAN
1 2 3 KET
1 SLTP 7 9 4 20
2 SLTA 14 25 21 60
JUMLAH 80
37
Table. 3 : Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTP
KELAS NO. NAMA SEKOLAH
1 2 3 KET
1. SLTPN 3 3 3 1
2 SLTPN 33 1
3 SLTP DCB PALAD 4 5
4 SLTP.N 15 2 1
JUMLAH 7 5 8 20
Table. 4 : Data Wbs Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTA
KELAS NO. NAMA SEKOLAH
1 2 3 KET.
1 SMKN 08 - - 1
2 SMKN 47 - - 1
3 SMKN 31 - - 2
4 SMKN 40 - - 3
5 SMKN 07 - - 1
6 SMKN 50 - - 1
7 SMKN 56 - - 2
8 SMK PANCASILA 7 13 3
9 SMK JAK TIM 6 12 5
10 SMA N 55 - - 1
38
11 SMA N 79 1 - -
12 SMK TIRTA SARI - - 1
JUMLAH 14 25 21 60
Table. 5 : Data Wbs Berdasarkan Status Keluarga
NO. STATUS KELUARGA KETERANGAN
1 ORANG TUA TIDAK MAMPU 51 ORANG
2 YATIM 9 ORANG
3 PIATU 4 ORANG
4 YATIM PIATU 6 ORANG
5 KELUARGA RETAK 5 ORANG
6 ANAK TERLANTAR 5 ORANG
39
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Pada Bab ini penulis akan membahas tentang pengembangan potensi
keterampilan menjahit anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di
PSAA Putra Utama 03 Tebet. Dengan menggabungkan dan mengkaji antara
temuan hasil observasi, wawancara catatan lapangan dan dokumentasi dengan
teori-teori yang telah dijelasakan pada Bab II. Dari hasil penelitian, penulis
menemukan beberapa hal mengenai pengembangan potensi keterampilan menjahit
anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di dalam panti PSAA Putra
Utama 03 Tebet, baik dari segi subyeknya maupun dari segi obyek penelitian
sebagai upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03
Tebet untuk anak asuh yang tinggal di dalam panti tersebut.
Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas lima informan yang
akan menjadi sumber dari skripsi ini. Yaitu lima anak yang tercatat mengikuti
kegiatan keterampilan menjahit yang berada di PSAA Putra Utama 03 Tebet yang
ketiganya sudah memasuki bangku sekolah SLTP dan SLTA. Di dalam panti
sebutan untuk anak asuh adalah Warga Binaan Sosial (WBS) untuk itu dalam
penulisan pada profil informan anak asuh berikut ini akan ditulis dengan sebutan
WBS.
1. WBS “HT”
1. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 31 Maret 1997
40
3. Tahun Masuk Panti : 2009
4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang, berkulit
kuning langsat, penglihatan dan pendengaran selama ini normal.
5. Status Orang Tua : Ayah masih ada, Ibu sudah meninggal
6. Pekerjaan Ayah : Berdagang
Riwayat Hidup WBS :
“HT “ adalah anak ketujuh dari 7 bersaudara, saat ini “HT” berusia 14
tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Sebelumnya “HT” bersekolah
di luar, tetapi karena masalah ekonomi, maka “HT” di daftarkan di panti
ini. “HT” masuk ke panti ini karena awalnya “HT” mempunyai tetangga
yang bekerja di panti lain, tetangganya mendaftarkan kakak sepupu “HT”
ke PSAA PU 03 Tebet, setelah kakak sepupu “HT” lulus dari sekolahnya
dan tidak tinggal di panti lagi maka “HT” di daftarkan di panti ini. Baru 2
tahun ini “HT” menempati panti, “HT” merasa senang dengan lingkungan
di dalam panti karena “HT” mempunyai teman yang banyak dan
pengasuh-pengasuh panti selama ini baik terhadap “HT”.
Di panti ini anak-anak disekolahkan dari SMP sampai SMA, akan tetapi
bukan hanya sekolah saja yang mereka jalani, tetapi ada kegiatan-kegiatan
mengisi waktu luang yang sebagian anak-anak mengikuti kegiatan
tersebut. “HT” juga mengikuti salah satu kegiatan-kegiatan tersebut yaitu
mngikutiketerampilan menjahit. “HT” mengikuti keterampilan menjahit
agar bisa mengembangkan bakat yang ia miliki, karena “HT” yakin
menjahit ini akan di pakai sampai seumur hidup dan “HT” mempunyai
41
cita-cita sebagai designer nanti. Awalnya memang sulit, dari membuat
pola saja “HT” selalu salah, akan tetap makin lama “HT” bisa membuat
celana, tas, taplak meja dan menyulam.
2. WBS “AN”
1. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 14 Agustus 1997
3. Tahun Masuk Panti : 2009
4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh tinggi, berkulit
sawo matang, penglihatan dan pendengaran selama ini normal.
5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu masih ada
6. Pekerjaan Ayah : Buruh
Riwayat Hidup WBS :
“AN” adalah anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini “AN” berusia 14
tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. “AN” masuk ke panti ini
karena guru SD “AN”mempunyai saudara yang bekerja di PSBR yaitu
panti sosial yang bersebelahan dengan PSAA, maka dari itu setelah “AN”
lulus SD maka “AN” pun di daftarkan di panti ini. Baru dua tahun “AN”
menempati panti ini, “AN” merasa selama ia tinggal di panti ini “AN”
mempunyai banyak teman.
Di panti ini “AN” tidak hanya bersekolah saja melainkan “AN” mengikuti
kegiatan-kegiatan di waktu luang yang sebagian anak-anak juga mengikuti
kegiatan tersebut, yaitu keterampilan menjahit. “AN” merasa walaupun
belum berbakat dalam menjahit tetapi “AN” berusaha untuk lebih baik lagi
42
dalam mengembangkan bakat tersebut. Karena “AN” yakin dari
keterampilan tersebut “AN” bisa menjadi designer walaupun seandainya
itu terlalu tinggi maka “AN” ingin membuka vermak levis di rumahnya.
Dari keterampilan menjahit yang “AN” ikuti sekarang ini “AN sudah bisa
membuat celana, tas, taplak meja dan menjahit pakaian yang rusak. “AN”
berharap suatu saat ia bisa lebih terampil dan mahir dalam keterampilan
menjahit ini, karena utuk mengembangkan bakat tersebut butuh
kepercayaan diri.
3. WBS “AW”
1. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1993
3. Tahun Masuk Panti : 2009
4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang, berkulit
sawo matang, dalam penglihatan serta
pendengaran normal
5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu masih ada
6. Pekerjaan : ayah sebagai buruh Ibu sebagai pembantu
rumah tangga
Riwayat Hidup WBS :
“AW” adalah anak kedua dari 5 bersaudara, saat ini “AW” berusia 17
tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMK. “AW” masuk ke panti ini
karena ketika di SMP, guru “AW” menawarkan “AW” agar melanjutkan
sekolah SMA dari panti sosial yang menyalurkan anak-anak dari keluarga
43
kurang mampu. Maka ketika “AW” dan orang tua survei ke panti tersebut,
“AW” pun berminat untuk tinggal di dalam panti. “AW” merasa senang
tinggal di dalam panti, karena “AW” mempunyai banyak teman dan bisa
bersekolah sampai selesai.
Di panti ini “AW” tidak hanya bersekolah saja melainkan “AW”
mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti, salah satunya
adalah keterampilan menjahit. “AW” yakin kalau keterampilan menjahit
yang ia ikuti bisa menjadi bekalnya untuk masa depan dan bisa membuka
usaha sendiri dari keterampilan tersebut. Dari keterampilan ini “AW”
sudah bisa membuat celana, tas, taplak meja dan tempat pensil.
4. WBS “FA”
1. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Januari 1998
3. Tahun Masuk Panti : 2010
4. Fisik Badan : Mempunyai ukuran tubuh tinggi,
berkulit kuning langsat, dalam
penglihatan serta pendengaran normal
5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu sudah tinggal serumah
6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Riwayat Hidup WBS
“FA” adalah anak kedua dari 2 bersaudara, saat ini “FA” berusia 14 Tahun
dan sekarang duduk di kelas 2 SMP. “FA” masuk panti ini, karena
sebelumnya “FA” mempunyai saudara yang pernah tinggal di dalam panti
44
ini, setalah saudara “FA” menyelesaikan sekolahnya barulah “FA”
mendaftarkan diri di PSAA. “FA” masuk ke panti dikarenakan tidak
mempunyai biaya untuk meneruskan sekolahnya ke tingkat SMP dan
SMA dan juga karena “FA” ingin sekali bisa menjadi orang berguna di
masa depan.
Di dalam panti ini pun “FA” tidak hanya bersekolah saja melainkan “FA”
mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti, salah satunya
adalah keterampilan menjahit. “FA” mengikuti keterampilan menjahit ini
agar bisa mengembangkan bakat serta potensi yang ia miliki selama ini,
karena ia yakin ilmu keterampilan menjahit ini bisa di pakai seumur
hidupnya. Dia bercita-cita ingin mempunyai penghasilan sendiri apabila ia
bisa menjadi designer terkenal karena ia ingin sekali membantu orang
tuanya, khususnya ibu. Kalaupun nanti jalannya lain dia ingin menjadi
penjahit yang dikenal oleh orang lain, dari keterampilan menjahit yang ia
ikuti sekarang “FA” sudah bisa membuat tempat pensil, tas dan celana dan
menjahit pakaian yang sudah sobek.
5. WBS “AA”
1. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1998
3. Tahun Masuk Panti : 2010
4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang,
berkulit sawo matang, dalam
penglihatan dan pendengaran normal
45
5. Status Orang Tua : Ayah Ibu masih ada
6. Pekerjaan : Ayah sebagai Office Boy
Riwayat Hidup WBS
“AA” adalah anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini “AA” berusia 14
Tahun dan sekarang duduk di kelas 2 SMP. “AA” menempati panti ini
karena sebelumnya ada tetangganya yang pernah tinggal di PSAA ini,
maka dari itu ibu “AA’ mendaftarkannya ke panti ini. “AA” merasa
selama tinggal di panti ini ia memiliki banyak teman dan pengasuh-
pengasuh di dalam panti baik.
Di dalam panti ini “AA” mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di
dalam panti salah satunya adalah keterampilan menjahit. “AA” ingin
sekali mengembangkan potensi serta bakatnya dalam keterampilan
menjahit ini agar bisa menjadi designer terkenal. “AA” , karena butuh
waktu lama agar ia bisa menjadi handal dalam keterampilan tersebut.
“AA” ingin meningkatkan lagi kemampuannya dalam menjahit agar cita-
cita dia bisa tercapai, sekarang ia sudah bisa membuat celana, tempat
pensil, dan tas.1
1 Observasi pada WBS yang mengikuti keterampilan menjahit pada tanggal 19 Juli pukul
10.00 Wib
46
A. Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh di PSAA
Putra Utama 03 Tebet
1. Penemuan Bakat Anak Asuh dalam Keterampilan Menjahit di PSAA
Putra Utama 03 Tebet
Sesuai dengan yang dipaparkan oleh H. Abu Ahmadi dan Munawar
Sholeh bahwa bakat ada yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu
kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat,
seperti kemampuan penginderaan atau ketajaman panca indera,
kemampuan motorik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, ketangkasan,
keterampilan dan anggota badan.2 Dalam proses penemuan bakat yang
bersifat psikofisik pada WBS di panti, pengasuh langsung melatih dan
membimbing anak melakukan kelas keterampilan menjahit. Tidak ada tes
khusus sebelumnya hanya saja anak-anak di data terlebih dahulu siapa saja
yang mengikuti keterampilan menjahit tersebut.
Penjelasan diatas diperkuat oleh Ibu Nurimah selaku Instruktur
Menjahit, bahwa:3
“Potensi itu bakat, minat dan kemampuan yang ada di dalam diri
anak yang harus dikembangkan dengan kegiatan keterampilan
menjahit yang mereka minati agar potensi tersebut bisa
mendapatkan efek yang baik buat anak-anak”.
2 H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka
Cipta, Januari 2005), h. 197 3 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurimah, Selaku Instruktur Menjahit, tanggal 21 Juli
2011 pukul 10.00 Wib
47
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Pak Mujiono selaku seksi
Bimbingan dan Penyaluran, bahwa:4
“Kita kembangkan potensi anak-anak, misalkan dalam
keterampilan menjahit maka anak kita ajarkan dari dasarnya
terlebih dahulu, dari cara mengenal pola, memotong selangkah
demi selangkah”.
WBS “AA” juga mengatakan bahwa:
“Saya mengikuti keterampilan menjahit ini karena saya merasa ada
bakat dalam diri saya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena
dalam mengikuti kegiatan keterampilan menjahit ini butuh
kefokusan untuk mempelajarinya, jika salah menjahit bahan yang
dipakai tidak akan bisa dipakai lagi kak”.
Sedangkan bakat kejiwaan yang bersifat umum, yaitu
kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi
(penyesuaian diri),5 pada WBS dapat dilihat dari kemampuan WBS
membuat pola dengan bahan yang ada dengan hati-hati dan teliti, mereka
juga dapat membuat bermacam-macam bentuk pada bahan yang mereka
pakai.
Hal ini seperti peneliti lihat dalam kegiatan keterampilan menjahit,
para WBS yang mengikuti keterampilan menjahit ini dapat berimajinasi
4 Wawancara pribadi dengan Pak Mujiono, AKS selaku seksi bimbingan dan penyaluran,
tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 WIB 5 H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka
Cipta, Januari 2005), h. 197
48
dalam mengembangkan keterampilannya. Seperti yang diungkapkan oleh
WBS “HT”, bahwa:
“Saya bisa berimajinasi dalam membuat pola, tidak hanya itu-itu
saja tetapi saya bisa membuat bermacam-macam pola dr bahan
yang diberikan oleh instruktur menjahit”.
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “AW” bahwa:6
“Saya dan teman-teman harus bisa teliti dalam menjahit, dari satu
pola ke pola lain dan harus bisa mengembangkannya dengan baik,
karena kalo salah saja bahan yang dipakai tidak bisa dipakai lagi”.
Adapun bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan
kemauan, yaitu yang berhubungan erat dengan watak, seperti
kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati perasaan
orang lain7 dapat ditemui dalam diri WBS melalui kegiatan keterampilan
menjahit. Hal ini seperti peneliti lihat WBS dapat mengasah kemampuan
keterampilan menjahit mereka dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh
WBS “AN”, bahwa:
“Saya bertekad dalam diri saya untuk bisa membuat beberapa
macam pola dari bahan-bahan menjahit dengan teliti dan benar.
Agar hasil yang saya dapatkan nanti dapat berguna bagi orang
lain’.
6 Wawancara pribadi dengan WBS “AW” pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib 7 Ibid, h. 197
49
2. Penemuan Minat Anak Asuh Dalam Keterampilan Menjahit di Panti
Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bunda Lucy bahwa minat
anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambung dengan
mengembangkan minat, bakat, dan memberikan bimbingan karier sejak
dini, anak akan semakin menyadari mengenai apa yang ia suka dan
mampu melakukan hal tersebut. Dan akan lebih jelas pendidikan atau
pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya.8 Dalam proses penemuan
minat ini WBS di panti memang memiliki minat untuk mengikuti
keterampilan menjahit yang berada di PSSA PU 03 Tebet, karena dalam
jiwa anak-anak yang mengikuti keterampilan ini ingin sekali ilmu
menjahit yang mereka peroleh dapat berguna dimasa yang akan datang
dengan bimbingan para pengasuh serta instruktur menjahit dalam setiap
pertemuan.
Seperti yang dijelaskan oleh Pak Mujiono, bahwa:9
“Anak-anak yang mengikuti ketermpilan menjahit ini adalah anak-
anak yang memang dari awalnya berminat untuk mengikuti
kegiatan tersebut. Walaupun untuk mempelajari keterampilan
menjahit ini butuh ketelitian dan kesabaran. Jika mereka memiliki
bekal keterampilan menjahit suatu hari ilmu ini akan bermanfaat
diluar nanti”.
8 Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Penerbit: PT. Tangga Pustaka. 2009), h. 59-60
9 Wawancara pribadi dengan Pak Mujiono pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib
50
WBS “AN” mengungkapkan, bahwa:10
“Saya mengikuti keterampilan menjahit ini karena kemauan dari
diri sendiri, saya merasa ada bakat untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Karena saya yakin, kalo saya bisa mengikuti kegiatan
keterampilan menjahit ini dengan baik. insya allah cita-cita saya
sebagai designer muda tercapai suatu saat nanti”.
3. Langkah-Langkah Pengembangan Keterampilan Menjahit Pada
Anak Asuh
Dalam proses pengembangan potensi keterampilan menjahit WBS
di panti, pengasuh menerapkan beberapa langkah sebaagai berikut:
a. Mengenal alat-alat untuk menjahit
b. Membuat pola dasar
c. Serta membuat jelujur sebelum menjahit
Langkah-langkah ini telah menjadi standar baku pelaksanaan kelas
keterampilan menjahit tingkat dasar sebagaimana dijelaskan oleh Ibu
Nurimah, bahwa:11
“Anak-anak yang mengikuti keterampilan menjahit ini saya ajarkan
dari awal yaitu mengenal alat-alat jahit terlebih dahulu, kedua
anak-anak membuat pola dasar, ketiga sebelum menjahit
menggunakan mesin jahit, sebaiknya anak-anak menggunakan
jelujur terlebih dahulu (menggunakan benang yang jarang-jarang
agar tidak berantakan)”.
10 Wawancara pribadi dengan WBS “AN” pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib 11 Wawancara pribadi dengan Ibu Nurimah pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00 Wib
51
Pada tahap atau langkah pertama memperkenalkan alat-alat
untuk menjahit, WBS yang baru masuk mengikuti keterampilan
menajahit ini di berikan arahan kepada instruktur menjahit bagaimana
mempergunakan alat-alat dengan baik dan tidak melukai tangan.12
Pada tahap kedua membuat pola dasar, instruktur menjahit
mengambil contoh pola dan anak-anak diharuskan untuk mengikuti arahan
yang diberikan oleh instruktur menjahit. Ini dilakukan secara rutin untuk
anak-anak yang baru masuk. Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “FA”,
bahwa:13
“Dari yang awalnya saya masih sulit untuk membuat pola,
alhamdulilah sekarang saya sudah bisa membuat bermacam-
macam pola dari bahan keterampilan menjahit dan hasilnya bisa
saya rasakan”.
Pada tahap ketiga membuat jelujur sebelum menjahit bahan,
instruktur menyarankan agar menggunakan jelujur sebelum menjahit
bahan, agar bahan yang dipakai untuk menjahit rapid an tidak mudah
sobek ketika sudah berbentuk pakaian, celana, taplak meja dan tempat
pensil.14
12 Observasi peneliti dalam keterampilan menjahit pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00
Wib 13 Wawancara pribadi dengan WBS “FA” pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib 14 Observasi peneliti dalam keterampilan menjahit pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00
Wib
52
B. Pemenuhan Prinsip Hak-Hak Anak dalam Pengembangan Potensi
Keterampilan Menjahit Anak Asuh di PSAA Putra Utama 03 Tebet
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila
dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi:
1. Nondiskriminasi
2. Kepentingan yang terbaik bagi anak
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
4. Penghargaan terhadap pendapat anak15
Prinsip hak anak dalam pengembangan potensi keterampilan menjahit
adanya nondiskriminasi, dalam hal ini WBS memang tidak diwajibkan untuk
mengikuti keterampilan menjahit, akan tetapi WBS yang mengikuti
keterampilan menjahit hanya diikuti oleh WBS yang bersekolah di siang hari
sedangkan WBS yang bersekolah di pagi hari tidak bisa mengikuti
keterampilan menjahit, karena instruktur menjahit hanya bisa mengajar di
waktu pagi hari. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Mujiono selaku seksi
Bimbingan dan Penyaluran, bahwa:16
“memang keterampilan menjahit ini tidak diwajibkan karena ada
diantara para WBS yang bersekolah di pagi hari tetapi ini adalah
15 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, h. 11 16 Wawancara dengan Pak Mujiono pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib
53
sebuah program yang berada di dalam panti jadi WBS harus mengikuti
peraturan yang ada disini”.
Prinsip hak anak dalam kepentingan yang terbaik bagi anak, dalam
hal ini pengasuh panti memang memberikan kebebasan anak-anak dalam
memilih program keterampilan yang berada dip anti berdasarkan minat serta
bakat yang mereka miliki. Peneliti melihat bahwa beberapa diantara WBS ada
yang memang mempunyai bakat dalam keterampilan menjahit karena mereka
berpikir menjahit akan menjadi masa depan mereka yang panjang dapat
berguna di setiap waktu.17 Hal ini dijelaskan oleh Ibu Nurimah, bahwa:18
“Disini WBS berusaha untuk mengembangkan potensinya dengan
baik, kalo mereka ada kesulitan saya tidak mendiamkannya akan tetapi
saya bantu sampai mereka mengerti, karena saya yakin ilmu menjahit
akan di pakai sampai kapanpun dan dapat berguna bagi WBS untuk
masa yang akan datang”.
Prinsip hak anak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan, dalam hal ini pengasuh panti memberikan kegiatan
keterampilan menjahit sebagai dasar untuk kelangsungan hidup para WBS
ketika mereka sudah tidak berada lagi di dalam panti, sebagai bekal untuk para
WBS di masa yang akan datang. Peneliti melihat para WBS yang mengikuti
keterampian menjahit ini sudah bisa membuat bahan-bahan dari pola yang
bermacam-macam, dan mereka mempunyai cita-cita yang tinggi untuk
17 Observasi keterampilan menjahit dengan WBS pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00
Wib 18 Wawancara Ibu Nurimah pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00 Wib
54
kelangsungan hidup mereka.19 Seperti yang diungkapkan oleh WBS “AN”,
bahwa:20
“Saya ingin sekali bisa mengembangkan bakat menjahit saya jika saya
sudah tidak ada di panti lagi, agar saya bisa mempunyai butik dan
menjadi designer terkenal. Kalo perkembangannya selama ini cukup
bagus karena instruktur menjahitnya memberikan arahan kepada para
WBS dengan jelas dan baik’.
Sedangkan hak penghargaan pendapat untuk anak, para pengasuh
memang memberikan keperluan alat-alat untuk menjahit dari bahan-bahan
membuat pola, mesin jahit, benang, jarum jahit, jarum pentul, gunting,
sentimeter, kapur jahit, untuk para WBS agar bisa mengikuti keterampilan
menjahit dengan baik. Peneliti lihat disini, instruktur menjahit memberikan
kebebasan kepada anak-anak dengan membuat pola yang bermacam-macam,
bagi WBS yang belum bisa maka instruktur menjahit memberikan arahan dan
membantunya agar bisa lebih baik lagi.21 Hal ini diungkapkan oleh Ibu
Nurimah, bahwa:22
“Saya hanya ingin WBS memehami betul tentang keterampilan
menjahit ini, dan saya berusaha untuk membuat WBS merasa lebih
bisa lagi karena yang saya tanamkan dalam diri mereka bahwa
keterampilan menjahit tidak hanya di panti saja akan tetapi dapat
berkembang dan di pakai jika para WBS berada di luar panti juga’.
19 Observasi keterampilan menajhit dengan WBS pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10,00
Wib 20 Wawancara pribadi dengan WBS “AN” pada tanggal 19 Juli 2011 pukul 10.00 Wib 21 Observasi keterampilan menjahit pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00 Wib 22 Wawancara dengan Ibu Nurimah pada tanggal 21 Juli 2011 pukul 10.00 Wib
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini yang mengacu
pada beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, akhirnya diperoleh
serangkaian kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam mengembangkan potensi WBS yang dilakukan oleh PSAA PU 03
Tebet melalui kegiatan keterampilan menjahit, WBS dapat menemukan
bakat yang berdasarkan psikofisik, bakat kejiwaan dan bakat alam
perasaan dan kemauan, serta menemukan minat yang mereka miliki
dalam mengikuti kegiatan keterampilan menjahit ini. Dan langkah-
langkah dalam mengembangkan potensi keterampilan menjahit ini, WBS
yang baru masuk dapat mengenal alat-alat jahit, membuat pola dasar, dan
sebelum menjahit menggunakan jelujur.
2. Tentang pemenuhan prinsip hak-hak anak asuh dalam pengembangan
potensi keterampilan menjahit, adanya nondiskriminasi dalam
keterampilan menjahit ini, kebutuhan terbaik bagi anak pengasuh
memberikan fasilitas untuk anak-anak menjahit, adanya kesempatan WBS
untuk mengembangkan potensi keterampilan menjahit mereka jikadalam
kelangsungan hidupnya, serta adanya penghargaan pendapat kepada
pengasuh terhadap anak-anak untuk mengembangkan keterampilan
menjahitnya.
56
3. Dapat disimpulkan bahwa Pengembangan potensi anak sangat
berpengaruh sekali dalam kehidupannya, agar ketika mereka lulus nanti,
ilmu yang mereka dapatkan dalam keterampilan menjahit tersebut akan di
gunakan sampai kapan pun.
B. Saran-Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, penulis memiliki beberapa saran-saran yang akan
disampaikan oleh Panti PSAA Putra Utama 3 Tebet. Saran-saran tersebut
diantaranya ialah :
1. perlu di perhatikan lagi segala sarana-dan prasarana yang masih kurang
memadai di dalam panti.
2. Antara pengasuh serta instruktur lebih ketat lagi untuk kedatangan anak-
anak dalam keterampilan menjahit agar kebiasaan telat itu tidak sering
dilakukan oleh anak-anak.
3. Untuk lebih memperhatikan lagi dalam pengembangan potensi anak,
karena potensi tersebut tidak selalu dapat di lakukan oleh anak-anak tanpa
ada bantuan dari pengasuh maupun instruktur menjahit.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Hafiz dan Ehizaimah T. Yanggo, Problematika ke Hukum Islam Kotemporer Pertama, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002
Azzet, Muhaimin Akhmad, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Yogyakarta: Katahati, 2010
Brosur, Tentang Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet (Jakarta: Oktober 2010)
Bugin, Burhan, Metode penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2005
Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di dalam Panti, Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005
Departemen Sosial RI Direktorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi sosial, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga, Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2006
Gautama, Chandra, Konvensi Hak Anak, Panduan Bagi Jurnalis, Jakarta: 2000
Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002
Gunarsa, Singgih D, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1987
Lucy, Bunda, Mendidik Sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, PT. Tangga Pustaka, 2009
Moeleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya, 2007
Subinarto, Djoko, Gali Rahasia Potensi Diri, by: Leaf Production
Sudirman MA, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, op.cit
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rinneke Cipta, 1990
Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, 1991
Wiyono, Slamet, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Gramedia, 2006
58
Internet:
http://nbasis.wordpress.com/2010/09/06/fakta-panti-asuhan/02 Juni 2011
http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensi-diri/02 Juni 2011
http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensi-diri/ pada tanggal 2 Juni 2011
Wawancara:
Wawancara Pribadi dengan Bapak Mujiono, AKS selaku seksi Bimbingan dan Penyaluran
Wawancara Pribadi dengan Instruktur Menjahit Ibu Nurimah
Wawancara Pribadi dengan “FA” kelas 2 SMP
Wawancara Pribadi dengan “AA” kelas 2 SMP
Wawancara Pribadi dengan “HT” kelas 3 SMP
Wawancara Pribadi dengan ”AN” kelas 3 SMP
Wawancara Pribadi dengan “AW” kelas 3 SMK
Observasi
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Diri Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
1.Nama : Mujiono, AKS 2.Jenis Kelamin : Laki-Laki 3.Umur : 54 Tahun 4.Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011 5.Waktu Wawancara : 10.00 wib
B. Wawancara 1.Menurut bapak, apa pengertian dari Potensi diri?
Jawab: “potensi itu adalah kemampuan yang ada di dalam diri anak-anak, yaitu bakat dan minat yang terpendam yang harus dikembangkan agar mendapatkan hasil yang sempurna”.
2.Lalu, apakah pengembangan potensi diri anak itu sendiri? Jawab: “mengembangkan apa yang berada di dalam diri anak, Setiap anak pastinya memiliki potensi tetapi bagaimana cara kita sebagai pengasuh panti melihat potensi, bakat atau minat mereka kearah mana yang mereka inginkan maka dari itu kita kembangkan agar bisa mengembangkan potensi tersebut dengan baik. Misalkan dalam keterampilan menjahit maka anak kita ajarkan dari dasar nya terlebih dahulu, dari cara mengenal pola, memotong selangkah demi selangkah”.
3.Apakah pengembangan potensi diri anak sudah diterapkan di dalam panti? Dalam hal apa atau seperti apa? Jawab: “sudah diterapkan dalam panti ini, ada beberapa keterampilan-keterampilan yang mereka ikuti salah satunya keterampilan menjahit”.
4.Bagaimanakah langkah-langkah dalam pengembangan potensi diri anak dalam keterampilan menjahit? Jawab: “Mereka di data terlebih dahulu siapa saja yang ingin mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti pastinya sesuai minat dan bakat yang mereka miliki, seperti keterampilan menjahit ini mereka mengikuti keterampilan ini tanpa ada paksaan semua atas kemauan mereka sendiri, dalam diri mereka ditanamkan bahwa keterampilan menjahit ini adalah proses belajar dimana belajar itu tidak hanya formal melainkan informalnya juga. Dengan keterampilan ini bisa mengarahkan anak agar lebih terampil lagi dan ilmu yang mereka dapat tidak hanya sampia disini saja bisa di pakai diluar nanti”.
5.Seberapa besar potensi anak-anak dalam mengembangkan keterampilan menjahit?
Jawab: “Potensi yang mereka miliki sudah sedikit demi sedikit berkembang, mereka sudah mulai bisa membuat tas, celana, tempat pensil dan taplak meja. Walaupun terkadang mereka suka jenuh dan masih suka telat datang ke ruangan”.
6.Apakah diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti? Jawab: “memang tidak wajib, karena ada diantara mereka yang sekolah di pagi hari tetapi ini adalah program yang berada di dalam panti jadi anak-anak harus mengikuti peraturan yang ada disini”.
7. Kendala apakah yang bapak alami dalam mengembangkan potensi diri anak dalam keterampilan menjahit? Jawab: “Kendalanya dalam keterampilan menjahit ini pasti ada, seperti dalam membuat pola, menggunting atau apapun, nah,,sebagai instruktur menjahit atau pun saya sebagai pengasuh dan pembimbing anak-anak harus sabar dalam menghadapi mereka yang terkadang sulit untuk memahami itu.
8.Apakah yang bapak lakukan dalam menghadapi situasi tersebut? Jawab: “minta sama instrukutur agar lebih efektif untuk mengajar anak-anak bagaimana caranya untuk anak-anak mengembangkan potensi mereka dengan membuat yang mudah-mudah dahulu.
9.Apakah ada kesulitan dalam mengembangkan potensi anak dalam keterampilan menjahit, menyangkut sarana serta prasarana ketrampilan menjahit? Jawab: “Ada saja, terkadang anak-anak suka telat datang ke ruangan padahal instrukturnya sudah ada di ruangan, uda gitu anak-anak tidak semuanya mengikuti keterampilan ini karena ada yang sekolah pagi dan menjahit ini cuma ada di pagi hari saja mungkin ini aja. Kalo dari sarana dan prasarana pasti ada karena alat-alat menjahit disini terbatas jadi tidak semua anak bisa mengikuti keterampilan menjahit tersebut.
10. Siapa yang bertugas merawat serta menjaga sarana dan prasarana menjahit? Jawab: “Dari saya sendiri sebagai Sek. Bimbingan, instruktur dan dibantu oleh anak-anak juga”.
11. Apakah keterampilan menjahit dapat memberikan pengaruh positif pada diri anak?
Jawab: “Pastinya iya, dengan keterampilan ini anak mempunyai tambahan ilmu dalam mengembangkan potensi, minat serta bakat yang mereka miliki”.
12. Sampai saat ini perkembangan anak dalam mengikuti kegiatan keterampilan menjahit sudah memasuki kategori seperti apa? Apakah mendasar, terampil atau mahir?
Jawab: “Baru masih dasar, tidak bisa langsung terampil dan mahir karena butuh waktu lama juga prosesnya, sedangkan anak-anak juga terkadang suka hadir dan tidak dalam keterampilan menjahit ini”.
Jawab: “
13. Apakah antara bapak serta pengajar keterampilan menjahit bekerjasama dalam mengembangkan potensi anak dalam keterampilan menjahit ini?
Jawab: “Iya, saya dan instruktur selalu membahas tentang perkembangan anak-anak dalam mengikuti keterampilan menjahit ini”.
14. Bagaimana harapan bapak kedepannya untuk pengembangan diri anak dalam keterampilan menjahit? Jawab: “harapannya agar lebuh semangat lagi karena itu merupakan suatu bentuk usaha diri agar ilmu yang mereka dapat bisa disalurkan di luar nanti”.
Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran
Mujiono, AKS 196506211989031006
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Diri Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
A. Biodata Pengajar Keterampilan Menjahit
1.Nama : Nurimah 2.Jenis Kelamin : Perempuan 3.Umur : 56 tahun 4.Tanggal Wawancara :21 Juli 2011/Kamis 5.Waktu Wawancara : 10.00 wib
B. Wawancara 1.Sudah berapa lama ibu tugas disini sebagai pengajar?
Jawab: “Saya menjadi pengajar keterampilan menjahit ini sudah kurang lebih lima tahun, khususnya di PSAA PU 03 Tebet”.
2.Seperti kita ketahui di panti ini setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda, apa yang membuat ibu tertarik untuk membimbing mereka? Jawab: “ketertarikan saya mengajar disini karena saya ingin membantu anak-anak dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki selama ini, apabila dia mengembangkan keterampilan menjahit ini dengan sungguh-sungguh maka sampai kapanpun keterampilan ini akan di pakai”.
3.Menurut ibu, apa pengertian dari potensi diri? Jawab: “potensi itu bakat, minat maupun kemampuan yang ada di dalam diri anak yang harus dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan yang mereka sukai agar potensi tersebut bisa mendapatkan efek yang baik buat anak-anak.
4.apakah pengertian dari pengembangan potensi diri anak? Jawab: “Jadi begini mba, melihat anak yang tadinya itu mungkin tidak tahu menjahit itu bagaimana caranya, pola seperti apa, maka itu saya ajarkan. Saya melihat disini bagaimana kemauan anak-anak memang ada, mungkin dengan potensi mereka yang memang belum tampak itu maka bakat yang mereka miliki belum sepenuhnya dikeluarkan. Tetapi disini saya melihat anak-anak ada kemauan untuk lebih baik lagi dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki”.
5.Apakah pengembangan potensi diri anak sudah diterapkan di dalam panti?dalam hal apa atau seperti apa? Jawab: “Sudah, dalam kegiatan-kegiatan yang berada di panti ini seperti keterampilan menjahit ini, keterampilan komputer, qasidah, dan menari saman”.
6.Bagaimanakah langkah-langkah dalam pengembangan potensi anak dalam keterampilan menjahit? Jawab: “sebelumnya anak-anak di data terlebih dahulu, setelah anak-anak mengikuti keterampilan menjahit ini, maka saya ajarkan dari awal yaitu mengenal dasar-dasar dari bahan, pola, bagaimana cara memakai mesin jahit tersebut. Sebisa mungkin tidak
membuat anak-anak jenuh jadi kalo mereka merasa jenuh saya mencoba untuk membuat jahitan lain”.
7.Apakah ada kerjasama antara panti ini dengan pihak luar dalam keterampilan menjahit? Jawab: “Ada, boleh dikatakan punya relasi dimana dulu saya bekerja di perusahaan sebagai kepala produksi dan ahli pola, saya pun punya relasi dimana mereka tahu saya, setalah anak-anak keluar nanti pasti mereka memiliki kesulitan dalam pencarian lapangan kerja, maka dari itu saya bisa menghubungi relasi tersebut, dan alhamdulilah ada beberapa yang bekerja disana”.
8.Seberapa besar potensi anak-anak dalam mengembangkan keterampilan menjahit? Jawab: “kalo dipersenin mba baru 25%, karena belum semuanya bisa berpotensi, karena juga keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di panti ini”.
9.Apakah dengan adanya keterampilan menjahit ini anak-anak sudah dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan baik?
Jawab: “Ya mba, disini anak-anak berusaha untuk mengembangkan potensinya dengan sebaik-baiknya, kalo mereka tidak bisa dan ada kesulitan tidak saya diamkan, tetapi saya bantu agar mereka tidak jenuh”.
10. Apa ada kesulitan dalam menjalani keterampilan menjahit ini, menyangkut anak-anak serta sarana dan prasarana yang telah tersedia?
Jawab: “kesulitan pasti ada ya mba, kalo saya sudah datang ternyata mereka itu belum ada di ruangan sampai-sampai harus di panggil oleh pengasuh panti, mungkin kurang disiplinnya waktu maka anak-anak suka telat datang. Lalu membuat orang paham itu tidak mudah tapi kalo kita sudah berprofesi dan tujuannya untuk membantu orang lain semuanya pasti ada jalan keluarnya, niat saya hanya untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki karena menjahit ini akan selalu di pakai sampai kapanpun asal kita mau belajar. Kalo dalam sarana dan prasarana mungkin dalam mesin jahit yang rusak ada beberapa, kalo bahan ada tapi harus diajukkan ke pengasuh terlebih dahulu bahan apa yang harus dibeli”.
11. Apakah antara ibu serta pengasuh panti bekerjasama dalam mengembangkan potensi anak dalam keterampilan menjahit ini?
Jawab: “ya pastinya mba, karena saya tidak sendiri saya selalu di dampingi oleh salah satu pengasuh panti di ruangan menjahit ini, lalu setiap selesai pasti saya dan salah satu pengasuh panti membahas tentang perkembangan anak-anak dalam mengikuti keterampilan menjahit ini”.
12. Menurut ibu, efektif apa tidak keterampilan menjahit ini dalam mengisi waktu luang anak-anak? Jawab: “selama ini efektif, karena belajar menjahit ini ada manfaatnya buat anak-anak mereka bisa membuat celana, tas, taplak meja, dan tempat pensil”.
13. Seberapa jauh ketertarikan mereka dalam mengikuti keterampilan menjahit? Jawab: “Yang saya lihat anak-anak belum ada kesadaran dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti, karena tidak semuanya mengikuti kegiatan tersebut ada di antara mereka yang masuk sekolah pagi sedangkan menjahit ini di adakan pada pagi hari jadinya hanya anak-anak yang sekolah siang saja yang
mengikuti keterampilan menjahit, dan kegiatan-kegiatan di panti tidak di wajibkan juga walaupun ini adalah salah satu program panti juga”.
14. Berapa banyak anak yang mengikuti kegiatan menjahit ini? Jawab: “sekarang yang ikut keterampilan menjahit ini ada 9 orang”.
15. Sampai saat ini perkembangan anak dalam mengikuti kegiatan keterampilan menjahit sudah memasuki kategori seperti apa? Apakah mendasar, terampil atau mahir?
Jawab: “Mereka masih mendasar mba, karena untuk menjadi terampil dan mahir itu tidak cukup hanya satu tahun saja tetapi lebih, maka dari itu saya hanya ingin anak-anak memahami betul tentang menjahit ini, dan saya berusaha untuk membuat mereka lebih bisa lagi untuk keterampilan menjahit ini”.
16. Apa harapan ibu kedepannya terhadap anak-anak yang mengikuti kegiatan menjahit ini? Jawab: “Harapannya saya agar anak-anak dapat mengembangkan keterampilan menjahit ini dengan baik, tidak malas-malasan. Semua itu kembali ke diri mereka masing-masing apakah mereka bisa mengembangkan potensi ini dalam keterampilan menjahit ini agar ilmu mereka dapat di pakai diluar nanti”.
17. Apa saran ibu untuk kemajuan panti ini dalam hal membimbing dan mengembangkan potensi diri anak asuh? Jawab: “lebih ditingkatkan lagi kesadaran anak-anak dengan adannya kegiatan ketrampilan menjahit ini, kerjasama antara pengasuh panti dengan saya tidak akan pernah putus dan terus menerus mengajarkan anak-anak bahwa keterampilan menjahit ataupun yang lain akan berguna apabila anak-anak mengembangkan potensi mereka dengan baik”.
Pengajar Keterampilan Menjahit
Ibu Nurimah
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial 1. Nama : HT
2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 14 Tahun 4. Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011/Selasa 5. Waktu Wawancara : 11:00 wib
6. Wawancara
1. Orang tua kamu masih ada apa nggak?
Jawab: “Ayah masih ada kak, tapi ibu uda ngga ada”.
2. Kamu berapa bersaudara? Dan dari berapa bersaudara?
Jawab: “ Anak ke-7 dari 7 bersaudara”.
3. Pekerjaan orang tua apa sehari-hari?
Jawab: “Dagang kak”.
4. Bagaimana ceritanya kamu bisa sampai di panti ini?
Jawab : “Dulu ada tetangga saya yang kerja di panti terus dia masukin kakak sepupu saya di panti ini setelah kakak saya lulus sekolah dan meninggalkan panti ini baru deh saya masuk panti ini ”.
5. Sudah berapa lama kamu tinggal disini?
Jawab: “ Dua tahun kak”.
6. Kamu senang tinggal disini?
Jawab: “Seneng banget kak bisa punya teman banyak dan dekat dengan pengasuh panti”.
7. Sekarang sekolah kamu kelas berapa?
Jawab: “Sekarang saya kelas tiga SMP”.
8. Bagaimana prestasi kamu di sekolah?
Jawab: “Lumayan baik kak”.
9. Setelah kamu pulang sekolah pasti ada waktu luang, apa yang kamu kerjakan?
Jawab: “Habis pulang sekolah saya sholat, nyuci, ngobrol sama temen-temen malamnya baru belajar”.
10. Kegiatan-kegiatan di dalam panti menurut kamu bagaimana?
Jawab: “baik kak selama ini berjalan lancar”.
11. Apakah salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang kamu ikuti?keterampilan apa?
Jawab: “Ada kak saya ikut kegiatan menjahit”.
12. Alasan apa yang membuat kamu mengikuti keterampilan menjahit?
Jawab: “Saya mengikuti keterampilan ini agar bisa mengembangkan menjahit dengan baik, jadi kalo misalnya ada pakaian yang sobek, bisa saya jahit sendiri”.
13. Apakah ada kendalanya, misalnya dalam sarana dan prasarananya?
Jawab: “Kendalanya sih ada kak, misalnya: mesinnya banyak yang udah rusak, bahannya banyak yang kurang, dari benang , jarum jahit, jarum pentul, bahan, banyak yang kurang, sekocinya pada hilang, kalo minyak mesin jahit, kita nggak pakai mesin”.
14. Bagaimanakah hubungan kamu dengan pengajar menjahit, apakah baik?
Jawab: “Alhamdulilah kak baik, walaupun pengajarnya jarang dateng”.
15. Apakah dalam keterampilan menjahit ini pengajar memberikan pengarahan?
Jawab: “Ya kak jelas kalo kita ga bisa ibu teliti untuk membantu kita”.
16. Menurut kamu apakah keterampilan menjahit yang kamu ikuti ini bisa menjadi bekal jika suatu saat kamu mandiri?
Jawab: “ Bisa kak, bisa menjadi bekal saya nanti karena sekarang saya baru memasuki golongan dasar. Awalnya saya ga tahu menau tentang menjahit, belajar dari mengenal bahan dasar sampai sudah membuat celana, tas, nyulam dan kalo ada baju atau celana yang sobek saya bisa menjahitnya sendiri”.
17. Sejauh ini kamu sudah bisa apa dari kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “Sekarang saya sudah bisa membuat celana, taplak meja, tas tempat pesil dan belajar menyulam”.
18. Apa harapan kamu kedepan, menyangkut kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “ Harapannya agar keterampilan menjahit ini bisa berjalan dengan baik agar saya dan teman-teman dapat mengembangkan keterampilan tersebut sampai benar-benar mahir. Karena cita-cita saya ingin menjadi designer insya allah”.
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial
1. Nama : AN 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 14 Tahun 4. Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011/Selasa 5. Waktu Wawancara : 11:00 wib
B. Wawancara
1. Orang Tua kamu masih ada apa tidak? Jawab: “alhamdulilah masih ada kak”. 2. Kamu berapa bersaudara dan kamu anak ke berapa? Jawab: “Dua bersaudara dan anak pertama”. 3. Pekerjaan Orang Tua apa sehari-hari? Jawab: “Ayah buruh kak”.
4. Bagaimana ceritanya kamu bisa sampai di Panti ini?
Jawab: “Saya masuk PSAA karena dulu waktu saya SD guru SD saya saudaranya bekerja di PSBR panti sebelah PSAA akhirnya saya masuk sini deh kak.
5. Sudah berapa lama kamu tinggal disini?
Jawab: “sudah 2 tahun”.
6. Kamu senang tinggal disini?
Jawab: “Seneng banget banyak temen kak”.
7. Sekarang sekolah kamu kelas berapa?
Jawab: “kelas Tiga SMP”.
8. Bagaimana prestasi kamu di sekolah?
Jawab: “Alhamdulillah bagus”.
9. Setelah kamu pulang sekolah pasti ada waktu luang, apa yang kamu kerjakan?
Jawab: “mandi, makan, shalat, nyuci”.
10. Kegiatan-kegiatan di dalam panti menurut kamu bagaimana?
Jawab: “selama ini saya kira cukup bagus kak”.
11. Apakah salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang kamu ikuti?keterampilan apa?
Jawab: “Ada, saya mengikuti keterampilan menjahit kak”.
12. Alasan apa yang membuat kamu mengikuti keterampilan menjahit?
Jawab: “Ingin bisa jadi disaigner, terus kepengen beli butik”.
13. Apakah ada kendalanya dalam mengikuti keterampilan tersebut, misalnya dalam sarana dan prasarananya?
Jawab: “Kendalanya lumayan banyak misalnya, bahannya abis/kurang kalaupun ada bahannya ga bagus trus mesin jahitnya juga ga banyak ada yang rusak”.
14. Bagaimanakah hubungan kamu dengan pengajar menjahit, apakah baik?
Jawab: “baik kok kasih arahan sama kita kalo seandainya kita kurang fokus untuk membuat jahitan misalnya,pi kadang suka di omelin juga kalo sering salah”.
15. Apakah dalam keterampilan menjahit ini pengajar memberikan pengarahan?
Jawab: “Ya, sangat jelas banget kak”.
16. Menurut kamu apakah keterampilan menjahit yang kamu ikuti ini bisa menjadi bekal kamu nanti?
Jawab: “ Ya, insya allah walaupun ngga terlalu berbakat tapi kalau saya sudah bisa mengembangkannya lebih baik lagi saya ingin mempunyaai butik dan menjadi designer karena untuk mengembangkan bakat saya ini butuh kepercayaan diri kak”.
17. Sejauh ini kamu sudah bisa apa dari kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “Bisa buat tempat pensil, taplak meja, menjahit pakaian yang rusak”.
18. Apa harapan kamu kedepan, menyangkut kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “ saya bisa mahir lagi menjahitnya, punya butik, jadi designer kalaupun misalnya terlalu jauh harapan saya, saya ingin menciptakan bahan daur ulang jadi bahan baru lagi dan membuka vermak levis di rumah”.
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
C. Biodata Warga Binaan Sosial
1. Nama : AW 2 Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 17 tahun 4. Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011/Selasa 5. Waktu Wawancara : 11.00 WIB
D. Wawancara
1. Orang tua kamu masih ada apa nggak? Jawab: “Masih lengkap (Ibu dan Bapak).
2. Kamu berapa bersaudara dan anak ke berapa? Jawab: “lima bersaudara dan anak ke dua”.
3. Pekerjaan orang tua apa sehari-hari? Jawab : “Bapak buruh dan Ibu PRT”.
4. Bagaimana ceritanya kamu bisa sampai dipanti ini? Jawab: “Informasi dari sekolah yang menawarkan, kemudian saya berminat akhirnya saya masuk panti ini kak”.
5. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? Jawab: “2 tahun”.
6. Kamu senang tinggal disini? Jawab: “Senang kak, karena banyak teman”.
7. Sekarang sekolah kamu kelas berapa? Jawab: “XII, SMK Pancasila”.
8. Bagaimana prestasi kamu di sekolah? Jawab: “Alhamdulilah Baik”.
9. Setelah kamu pulang sekolah pasti ada waktu luang, apa yang kamu kerjakan? Jawab: “Istirahat saja, bila ada PR baru mengerjakan”.
10. Kegiatan-kegiatan di dalam panti menurut kamu bagaimana?
Jawab: “bagus kok kak, karena bisa bermanfaat untuk diri kita sebagai bekal di masa yang akan datang”.
11. Apakah salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang kamu ikuti?keterampilan apa?
Jawab: “Ada kak saya ikut keterampilan menjahit”.
12. Alasan apa yang membuat kamu mengikuti ketrampilan menjahit?
Jawab: “Setelah lulus nanti, keterampilan menjahit bisa digunakan untuk masa depan di dunia kerja”.
13. Apakah ada kendalanya dalam mengikuti keterampilan tersebut, misalnya dalam sarana dan prasarana? Jawab: “Ya, misalnya dari segi prasarana yang kurang memadai dari mesin jahit sampai bahan kak”.
14. Bagaimanakah hubungan kamu dengan pengajar menjahit, apakah baik?
Jawab: “Baik kak mengajarnya enak”.
15. Apakah dalam keterampilan menjahit ini pengajar memberikan pengarahan?
Jawab: “Ya kak memberikan arahan yang sangat jelas kalo kita ada kesulitan”.
16. Menurut kamu apakah keterampilan menjahit yang kamu ikuti ini bisa menjadi bekal kamu nanti? Jawab: “Ya bisa kak dengan adanya keterampilan ini saya bisa mempunyai usaha menjahit sendiri”.
17. Sejauh ini kamu sudah bisa apa dari kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “bisa membuat celana, tas, tempat pensil dan taplak meja”.
18. Apa harapan kamu ke depan, menyangkut kegiatan keterampilan menjahit? Jawab: “Harapannya, ilmu menjahit yang saya miliki bisa menjadi bekal untuk dimasa yang akan datang. Agar saya bisa membuka usaha jahit dan mempekerjakan orang lain dan bersaing di dunia kerja”.
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial
1. Nama : FA 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 14 tahun 4. Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011/Selasa 5. Waktu Wawancara : 09.30 WIB
B. Wawancara 1. Orang tua kamu masih ada apa nggak?
Jawab: “Masih ada Kak, tapi sudah pisah”. 2. Kamu anak ke berapa dan dari berapa bersaudara?
Jawab: “Anak ke 2, dari 2 bersaudara”. 3. Pekerjaan orang tua apa sehari-hari?
Jawab: “Mama sekarang sebagai Ibu Rumah Tangga”. 4. Bagaimana ceritanya kamu bisa sampai dipanti ini?
Jawab: “Dari saudara aku yang sudah pernah tinggal di Panti, tapi sekarang sudah keluar. Aku masuk kesini karena tidak punya biaya sekolah”.
5. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? Jawab: “1 tahun”.
6. Kamu senang tinggal disini? Jawab: “Iya…, karena kemauan sendiri juga”.
7. Sekarang sekolah kamu kelas berapa? Jawab: “2 SMP”.
8. Bagaimana prestasi kamu di sekolah? Jawab: “Lumayan meningkat kak”.
9. Setelah kamu pulang sekolah pasti ada waktu luang, apa yang kamu kerjakan? Jawab: “Makan dan mandi. Malam belajar, mencuci dan shalat”.
10. Kegiatan-kegiatan di dalam panti menurut kamu bagaimana?
Jawab: “Bagus kok kak menurut saya”.
11. Apakah salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang kamu ikuti?keterampilan apa?
Jawab: “Adak kok kak, ikut menjahit”.
12. Alasan apa yang membuat kamu mengikuti ketrampilan menjahit?
Jawab: “supaya bisa menjahit lebih baik lagi dan lebih dikembangkan lagi kak biar bisa di pake seumur hidup”.
13. Apakah ada kendalanya dalam mengikuti keterampilan tersebut, misalnya dalam sarana dan prasarananya?
Jawab: “Ada kak, dari mesin jahitnya banyak yang rusaknya trus bahan-bahannya juga”.
14. Bagaimanakah hubungan kamu dengan pengajar menjahit, apakah baik?
Jawab: “Biasa saja, selama ini baik-baik aja”.
15. Apakah dalam keterampilan menjahit ini pengajar memberikan pengarahan?
Jawab: “iya kak, beliau sangat detail dan telaten membimbing saya dan teman-teman”.
16. Menurut kamu apakah keterampilan menjahit yang kamu ikuti ini bisa menjadi bekal kamu nanti? Jawab: “Iya.., (walaupun aku baru bisa dasarnya aja) tapi dari situ saya sudah dapat mengembangkan sedikit-sedikit dari keterampilan menjahit tersebut”.
17. Sejauh ini kamu sudah bisa apa dari kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “membuat tempat pensil, tas dan celana kak”.
18. Apa harapan kamu ke depan, menyangkut kegiatan keterampilan menjahit? Jawab: “Insya Allah dikit-dikit bisa membantu Orang Tua. Bila ada baju yang rusak, aku bisa menjahitnya dan bila banyak rezeki, mudah-mudahan bisa menjadi penjahit atau desainer”.
Pedoman Wawancara
Pengembangan Potensi Keterampilan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan
C. Biodata Warga Binaan Sosial
1. Nama : AA 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 14 tahun 4. Tanggal Wawancara : 19 Juli 2011/Selasa 5. Waktu Wawancara : 11.00 WIB
D. Wawancara
1. Orang tua kamu masih ada apa ngga?
Jawab: “Masih ada dua-duanya kak”. 2. Kamu berapa bersaudara dan anak ke berapa?
Jawab: “Dua bersaudara dan dari anak pertama”. 3. Pekerjaan orang tua apa sehari-hari?
Jawab: “Office Boy” 4. Bagaimana ceritanya kamu bisa sampai dipanti ini?
Jawab: “Dari tetangga yang pernah masuk ke panti ini akhirnya saya di daftarin sama mamah”.
5. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? Jawab: “Sudah satu tahun kak”
6. Kamu senang tinggal disini? Jawab: “Seneng kok kak, teman sama pengasuhnya baik”.
7. Sekarang sekolah kamu kelas berapa? Jawab: “Kelas dua SMP”.
8. Bagaimana prestasi kamu di sekolah? Jawab: “Alhamdulilah bagus kak”.
9. Setelah kamu pulang sekolah pasti ada waktu luang, apa yang kamu kerjakan? Jawab: “Biasanya yang saya lakuin mandi, makan, sholat, nyuci tapi kalo ada pr ngerjain malemnya setelah sholat isya”.
10. Kegiatan-kegiatan di dalam panti menurut kamu bagaimana?
Jawab: “Selama ini yang saya lihat bagus kok kak”.
11. Apakah salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang kamu ikuti?keterampilan apa?
Jawab: “Ada kak, saya ikut keterampilan menjahit”.
12. Alasan apa yang membuat kamu mengikuti ketrampilan menjahit? Jawab: “Agar saya bisa menjadi penjahit yang handal, saya ingin belajar lebih baik lagi biar saya bisa jadi designer nanti”.
13. Apakah ada kendalanya dalam mengikuti keterampilan tersebut, misalnya dalam sarana dan prasarananya?
Jawab: “Kadang-kadang bahannya suka kurang/habis trus kurang bagus juga bahannya, mesin jahitnya pun banyak yang rusak”.
14. Bagaimanakah hubungan kamu dengan pengajar menjahit, apakah baik?
Jawab: “Kadang pengajarnya suka ngga dateng jadi kurang begitu dekat, tapi menurut saya beliau baik”.
15. Apakah dalam keterampilan menjahit ini pengajar memberikan pengarahan?
Jawab: “Selalu kak, beliau memberikan arahan yang jelas biar kita paham”.
16. Menurut kamu apakah keterampilan menjahit yang kamu ikuti ini bisa menjadi bekal kamu nanti? Jawab: “Bisa kak, buktinya sekarang saya sudah bisa menjahit lebih baik dan bagus, insya allah mau lebih ditingkatkan lagi”.
17. Sejauh ini kamu sudah bisa apa dari kegiatan keterampilan menjahit?
Jawab: “Alhamdulilah saya udah bisa membuat celana, tempat pensil, dan tas”.
18. Apa harapan kamu ke depan, menyangkut kegiatan keterampilan menjahit? Jawab: “Saya ingin bisa lebih mahir lagi untuk mempelajari keterampilan ini, lebih dikembangkan lagi agar suatu saat nanti ilmu keterampilan ini bisa saya pakai diluar nanti”.