29
Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan… PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEJANG DEMAM ANTARA IBU DENGAN ANAK MENDERITA DEMAM DAN KEJANG DEMAM Tinjauan terhadap RSUD Kota Banjarmasin Periode Mei- November 2013 Luisa Vinadiya 1 , Nurul Hidayah 2 , Siti Wasilah 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2 SMF Anak RSUD Ulin Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 3 Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin [email protected] Jl. Veteran No. Banjarmasin ABSTRAK: Kejang demam adalah peristiwa kejang yang terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun yang murni berhubungan dengan demam. Demam dapat berkembang menjadi kejang dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah pengetahuan ibu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan antara ibu dengan anak menderita demam dan kejang demam melalui pendekatan case control. Sampel sebanyak 65 orang adalah ibu dengan anak menderita demam sebagai kelompok kontrol dan ibu dengan anak menderita kejang demam sebagai kelompok kasus. Pada kelompok kontrol, 93,75% berpengetahuan baik dan 6,25% buruk. Pada kelompok kasus, 72,7% berpengetahuan baik dan 27,3% buruk. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang kejang demam yang bermakna antara ibu dengan anak menderita demam dan kejang demam (p=0,024). Ibu dengan pengetahuan yang buruk memiliki risiko 5,6 kali lebih tinggi untuk terjadi bangkitan kejang demam pada anaknya. Kata kunci: pengetahuan, ibu, kejang demam 1

Jurnal Prodi - Luisa Vinadiya i1a010051 (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEJANG DEMAM ANTARA IBU DENGAN ANAK

MENDERITA DEMAM DAN KEJANG DEMAM

Tinjauan terhadap RSUD Kota Banjarmasin Periode Mei-November 2013

Luisa Vinadiya1, Nurul Hidayah2, Siti Wasilah3

1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

2 SMF Anak RSUD Ulin Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

3 Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

[email protected]. Veteran No. Banjarmasin

ABSTRAK: Kejang demam adalah peristiwa kejang yang terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun yang murni berhubungan dengan demam. Demam dapat berkembang menjadi kejang dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah pengetahuan ibu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan antara ibu dengan anak menderita demam dan kejang demam melalui pendekatan case control. Sampel sebanyak 65 orang adalah ibu dengan anak menderita demam sebagai kelompok kontrol dan ibu dengan anak menderita kejang demam sebagai kelompok kasus. Pada kelompok kontrol, 93,75% berpengetahuan baik dan 6,25% buruk. Pada kelompok kasus, 72,7% berpengetahuan baik dan 27,3% buruk. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang kejang demam yang bermakna antara ibu dengan anak menderita demam dan kejang demam (p=0,024). Ibu dengan pengetahuan yang buruk memiliki risiko 5,6 kali lebih tinggi untuk terjadi bangkitan kejang demam pada anaknya.

Kata kunci: pengetahuan, ibu, kejang demam

ABSTRACT: Febrile seizures are seizures event that occurred in children aged 3 months to 5 years purely caused by fever. Fever can progress to seizures is influenced by several risk factors , one of which is the mother’s knowledge. This study aimed to determine differences in the knowledge level among mothers with fever’s children and febrile seizures through a case-control approach. Sixty five samples were mothers with fever child as a control group and mothers with febrile seizure’s child as the case group. In the control group, 93.75 % had good knowledge and 6.25 % were bad. In the case group, 72.7 % had good knowledge and 27.3 % were bad. Data analysis was performed using chi-square test with confidence level about 95 % and it can be concluded that there were signficant differences in the knowledge level about febrile seizures between mothers with children suffering from fever and febrile seizures (p=0.024). Mothers with poor knowledge had a 5.6 times higher risk for febrile seizures occur in their children.

Keywords: knowledge, mother, febrile seizures

1

PENDAHULUAN:

Kejang demam adalah peristiwa kejang yang terjadi pada anak usia tiga

bulan sampai lima tahun, berhubungan dengan demam tetapi tanpa bukti infeksi

intrakranial, riwayat kejang non demam, dan gangguan elektrolik akut. Kejang

merupakan gangguan saraf yang sering dijumpai pada anak (1,2).

Insidensi kejang demam di dunia, Asia, dan Indonesia masih sangat tinggi.

Hal ini terlihat dari tingginya angka kunjungan kejang demam pada setiap

tahunnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mariatul, jumlah pasien kejang

demam di Rumah sakit umum daerah (RSUD) Ulin lebih banyak dari RSUP

Kariadi yaitu 93 anak dengan 50,54% kejang demam terjadi pada anak usia enam

bulan hingga satu tahun (2,3).

Demam merupakan kenaikan suhu minimal 1°C dari suhu rata-rata di titik

tempat pengukuran yaitu jika ≥ 38,0°C pada temperatur rektal, ≥ 37,6°C pada

temperatur oral, ≥37,4°C pada temperature aksila, dan ≥37,6°C pada temperatur

membran timpani. Demam adalah alasan yang paling sering orangtua membawa

anaknya berobat ke dokter. Diperkirakan 30% demam sebagai alasan utama

membawa anak ke spesialis (4,5).

Demam dapat menyebabkan kejang bila mencapai suhu 38,4°C atau lebih

dengan perkembangan yang cepat berdasarkan teori pengaruh suhu terhadap kanal

ion dan teori perubahan metabolisme basal. Namun, demam hanya dapat

menyebabkan kejang pada anak usia dibawah lima tahun karena otak yang kurang

berkembang lebih rentan terhadap kejang spesifik daripada anak yang lebih tua

atau orang dewasa (1,6,7).

2

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

Pengetahuan tentang kejang demam adalah pengetahuan mengenai definisi,

etiologi, faktor risiko, prognosis, tata laksana awal serta komplikasi kejang

demam. Sajadi dan Shamsi melaporkan hambatan tersering dalam mencegah

kejang demam oleh ibu adalah kurangnya pengetahuan tentang kejang demam

Pendapat Sajadi diperkuat oleh penelitian Huang dan Liu dalam penelitian Sajadi

bahwa hanya 40% orang tua yang memiliki pengetahuan baik tentang kejang

demam. Banyak ibu yang tidak bisa memperkirakan risiko kejang pada demam

anaknya karena pengetahuannya yang kurang tentang kejang demam.

Pengetahuan tentang komplikasi kejang demam juga bisa menjadi motivasi

internal positif dalam memperbaiki aksi pencegahan kejang demam oleh ibu.

Padahal menurut Tanja et. al. dalam Sajadi, kejadian kejang demam lebih tinggi

pada orang tua yang belum pernah mendapat edukasi dibanding yang sudah

pernah mendapatkan edukasi tentang kejang demam. Sedangkan menurut

Stuijvenberg’s et al dalam Sajadi, 45% orang tua cemas terhadap demam yang

dialami anaknya dan mengira demam ini akan mengakibatkan komplikasi yang

serius (8,9).

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan tentang kejang demam antara ibu

dengan anak menderita demam dan kejang demam di RSUD Kota Banjarmasin

belum pernah dilakukan. RSUD Ulin dan RSUD Dr.H.M. Anshari Saleh

merupakan rumah sakit rujukan oleh puskesmas seluruh Banjarmasin sehingga

penelitian ini dapat menggambarkan keseluruhan populasi penelitian di

Banjarmasin. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk membandingkan tingkat

3

pengetahuan tentang kejang demam antara ibu dengan anak menderita demam dan

kejang demam di RSUD Kota Banjarmasin periode Mei- November 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat

pengetahuan tentang kejang demam pada ibu dengan anak menderita demam,

mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang kejang demam pada ibu

dengan anak menderita kejang demam, dan membandingkan perbedaan tingkat

pengetahuan tentang kejang demam antara ibu dengan anak menderita demam

dan kejang demam.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teori untuk sosialisasi lebih

lanjut mengenai kejang demam agar pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang

kejang demam dapat membantu pencegahan kejang demam pada anak. Bagi

institusi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pustaka yang

dapat menambah wawasan mengenai kejang demam di RSUD Kota Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

pendekatan case control. Populasi dan sampel kasus pada penelitian adalah ibu

dengan anak menderita kejang demam yang datang ke RSUD Ulin dan RSUD

Dr.H.M.Anshari Saleh. Populasi dan sampel kontrol pada penelitian ini adalah

ibu dengan anak menderita demam yang datang ke RSUD Ulin dan RSUD

Dr.H.M.Anshari Saleh.

Teknik pengambilan sampel menggunakan totally sampling methode dengan

jumlah sampel minimal 30 untuk tiap kelompok berdasarkan kriteria Gay dan

Diehl dalam Silalahi (10). Instrumen penelitian meliputi kuesioner pengetahuan

4

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

tentang kejang demam oleh Pohan (8), serta buku registrasi poli anak, bangsal

perawatan anak serta IGD RSUD Ulin Banjarmasin dan RSUD Dr.H.M. Anshari

Saleh.

Penelitian dilaksanakan di Bangsal Perawatan Anak, Instalasi Gawat Darurat

dan Poli Anak di RSUD Ulin dan RSUD Dr.H.M. Anshari Saleh Banjarmasin

Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - November 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, didapatkan sampel sebanyak 65 orang dengan berbagai

karakteristik usia. Data sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada lampiran 1.

Kelompok usia sampel kontrol dengan frekuensi terbesar didapatkan pada usia 26-

30 tahun yaitu sebanyak 9 orang (28%) dan kelompok usia dengan frekuensi

terkecil didapatkan pada usia lebih dari 40 tahun yaitu 1 orang (3,1%). Sedangkan,

kelompok usia sampel kasus dengan frekuensi terbesar didapatkan pada usia 26-

30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (36,4%) dan kelompok usia dengan frekuensi

terkecil didapatkan pada usia kurang dari 20 tahun yaitu 1 orang (3,0%).

Data sampel berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dapat dilihat

pada lampiran 1. Berdasarkan lampiran 1, dapat diketahui bahwa pendidikan

sampel kontrol dengan frekuensi terbesar adalah lulus SMA/sederajat yaitu 11

orang (34,4%) dan frekuensi terkecil adalah tidak lulus SD yaitu 1 orang (3,1%).

Di sisi lain, pendidikan sampel kasus dengan frekuensi terbesar adalah lulus

SMP/sederajat yaitu 9 orang (27,3%) dan frekuensi terkecil adalah tidak lulus SD

yaitu 3 orang (9,1%).

5

Distribusi frekuensi sampel berdasarkan penghasilan keluarga dapat dilihat

pada lampiran 1. Distribusi penghasilan sampel kontrol terbanyak adalah diatas

Upah Minimum Regional (UMR) Banjarmasin atau setara dengan

Rp1.225.000,00 yaitu 28 orang (87,5%). Hal yang sama juga terjadi pada sampel

kasus yaitu 20 orang (60,6%) berasal dari keluarga dengan penghasilan lebih dari

UMR Banjarmasin.

Distribusi frekuensi pekerjaan ibu dapat dilihat pada lampiran 1. Pekerjaan

sampel kontrol dengan frekuensi terbesar adalah tidak bekerja sebanyak 14 orang

(43,8%) dan pekerjaan dengan frekuensi terkecil adalah wiraswasta sebanyak 2

orang (6,3%). Pada sampel kasus, pekerjaan dengan frekuensi terbesar adalah

tidak bekerja yaitu sebanyak 23 orang (69,7%) dan pekerjaan dengan frekuensi

terkecil adalah PNS, wiraswasta, dan karyawan swasta yaitu masing-masing 2

orang (6,06%).

Tabel 1. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Kejang Demam pada Ibu dengan Anak Menderita Demam

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang)

Persentase

Baik 30 93.75%

Buruk 2 6.25%

TOTAL 32 100%

6

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

Tabel 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Kejang Demam pada Ibu dengan Anak Menderita Kejang Demam

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang)

Persentase

Baik 24 72.7%Buruk 9 27.3%

TOTAL 33 100%

Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan

kategori baik memiliki frekuensi dominan pada ibu dengan anak menderita

demam ataupun kejang demam. Al-Ayed menyatakan bahwa informasi kesehatan

bisa diakses ibu melalui beberapa sumber. Delapan puluh persen sumber

informasi kesehatan berasal dari keluarga, 17,2% dari radio, 16% dari

jurnal/majalah kesehatan, 14,2% dari jurnal, dan 3,2% dari sekolah. Adanya

keluarga, teman ataupun tetangga yang memiliki anak dengan riwayat kejang

demam dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang kejang demam. Hal ini juga

sesuai dengan penelitian Gunawan et. al. yang menyatakan hanya pada 29%

orang tua dengan anak kejang demam pertama mendapat informasi tentang kejang

demam dari dokter, dan 26% informasi berasal dari keluarga atau tetangga,

sisanya tidak pernah mendapat informasi. Penelitian Oche dan Onankpa juga

mendukung pernyataan ini dimana sumber informasi sampel mengenai kejang

demam 40% berasal dari nenek anak dengan kejang demam, 26% dari tetangga,

16% dari petugas rumah sakit, 11% dari teman, dan 8% dari sumber yang lain

(11,12,13).

7

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Ibu dengan Anak Menderita Demam

No Pengetahuan Benar(%)

Salah(%)

1 Apakah demam tinggi dapat menyebabkan kejang pada anak?

84,8 15,2

2 Apakah kejang demam hanya terjadi pada bayi dan balita? 63,6 36,43 Apakah anak yang pernah kejang tanpa demam termasuk

penderita kejang demam?51,5 48,5

4 Apakah kejang demam sering disebabkan oleh radang telinga, radang tenggorokan?

72,7 27,3

5 Apakah kejang demam merupakan penyakit keturunan? 75,8 24,26 Apakah serangan kejang dapat timbul lebih dari satu kali

selama anak demam?81,8 18,2

7 Apakah penderita kejang demam berulang dapat menjadi epilepsi (ayan) di kemudian hari?

45,5 54,5

8 Apakah penderita kejang demam dapat menjadi bodoh dan mempunyai tingkah laku yang tidak wajar?

24,2 75,8

9 Apakah anak yang mengalami kejang akibat demam harus segera dibawa ke rumah sakit?

75,8 24,2

10 Apakah kejang demam bisa dicegah agar tidak kambuh kembali?

81,8 18,2

Tabel 3 di atas memperlihatkan persentase kesalahan sampel kontrol dalam

mengisi kuesioner yang diberikan. Pada tabel tersebut dapat dilihat sampel banyak

mengalami kesalahan pada pertanyaan nomor 8 yaitu sebesar 75,8%. Berdasarkan

hasil tersebut terlihat bahwa pengetahuan ibu untuk prognosis kejang demam

masih sangat kurang. Hal ini berkebalikan dengan penelitian Pohan (8) bahwa

82,2% sampelnya mengetahui prognosis kejang demam dan penelitian Anigilaje

et. al. bahwa 83,6% sampelnya menyatakan bahwa anak dengan kejang tetap

mempunyai intelegensia dan perilaku yang normal (14).

Perbedaan pengetahuan ini disebabkan beberapa faktor antara lain tingkat

pendidikan ibu, agama, etnis, dan media (15). Namun, yang paling berhubungan

adalah 3 faktor. Faktor pertama adalah perbedaan lokasi penelitian yang

8

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

memunculkan perbedaan etnis. Penelitian Anigilaje et. al. dilaksanakan pada

daerah terpencil di Nigeria dimana 49%-51% sampelnya berpikir bahwa kejang

merupakan murka Tuhan atau gangguan roh jahat, sehingga tidak memiliki

hubungan dengan kesehatan bahkan intelegensia. Faktor kedua yang berpengaruh

adalah minat ibu terhadap info kesehatan anaknya. Faktor ketiga adalah

kemudahan mengakses informasi. Faktor kedua sangat berbeda antara penelitian

ini dengan penelitian Pohan, dimana sampelnya memang memiliki pengetahuan

yang tinggi tentang kejang demam sehingga hasil penelitian Pohan tidak

menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian

kejang demam. Pada faktor ketiga, sampel penelitian Pohan memiliki kemudahan

akses informasi kejang demam yang lebih mudah karena keseluruhan sampelnya

berasal dari 1 kelurahan yang mayoritas berpenghasilan menengah ke atas (8,14).

9

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Ibu dengan Anak Menderita Kejang Demam

No Pengetahuan Benar(%)

Salah(%)

1 Apakah demam tinggi dapat menyebabkan kejang pada anak?

88,2 11.8

2 Apakah kejang demam hanya terjadi pada bayi dan balita? 38,2 61.83 Apakah anak yang pernah kejang tanpa demam termasuk

penderita kejang demam?8,8 91.2

4 Apakah kejang demam sering disebabkan oleh radang telinga, radang tenggorokan?

61,8 38.2

5 Apakah kejang demam merupakan penyakit keturunan? 50,0 50,06 Apakah serangan kejang dapat timbul lebih dari satu kali

selama anak demam?64,7 35.3

7 Apakah penderita kejang demam berulang dapat menjadi epilepsi (ayan) di kemudian hari?

41,2 58.8

8 Apakah penderita kejang demam dapat menjadi bodoh dan mempunyai tingkah laku yang tidak wajar?

35,3 64.7

9 Apakah anak yang mengalami kejang akibat demam harus segera dibawa ke rumah sakit?

79,4 20.6

10 Apakah kejang demam bisa dicegah agar tidak kambuh kembali?

73,5 26.5

Sedangkan pada kelompok sampel kasus, dapat dilihat sampel banyak

mengalami kesalahan pada pertanyaan nomor 3 yaitu sebesar 91,2%. Berdasarkan

hasil tersebut terlihat bahwa pengetahuan ibu dengan anak menderita kejang

demam untuk mengetahui bahwa kejang yang tanpa didahului demam bukan suatu

kejang demam masih sangat kurang. Hal ini berkebalikan dengan penelitian Pohan

(8) dimana 71,1% sampelnya mengetahui bahwa kejang yang tanpa didahului

demam bukan suatu kejang demam.Perbedaan ini disebabkan dua faktor yaitu

minat, dan kemudahan akses informasi yang telah dijelaskan pada paragraf

sebelumnya.

Secara umum, analisis jawaban sampel memiliki beberapa persamaan dengan

penelitian Anigilaje et. al. Tabel 3 dan tabel 4 pada pertanyaan nomor tujuh

10

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

menunjukkan bahwa 45,5% dan 41,2% ibu menjawab benar bahwa kejang

berulang bisa meningkatkan risiko epilepsi. Anigilaje et. al. menyatakan bahwa

47% sampelnya juga mengetahui bahwa kejang berulang bisa meningkatkan

risiko epilepsi. Hal yang senada juga ditemukan pada komponen pengetahuan

nomor 5 mengenai kejang demam bukan penyakit keturunan melainkan

meningkatkan risiko kejang demam. Lima puluh persen sampai tujuh puluh lima

persen ibu memiliki pengetahuan yang benar tentang hal ini, seperti yang

dilaporkan Anigilaje et. al. bahwa 67,6% sampelnya menyatakan kejang demam

memiliki kecenderungan herediter (14). Hasil ini juga ditunjang oleh penelitian

Kayserili et. al. dimana 12% sampelnya menjawab keturunan merupakan salah

satu penyebab dari kejang demam. Kayserili et. al. membedakan etiologi kejang

demam menjadi lima kategori lainnya, yaitu 9,52% sampelnya memilih

abnormalitas kelistrikan otak, 53% memilih akibat episode demam itu sendiri dan

usia anak, 14% memilih akibat predisposisi pada anak, 4,7% memilih akibat

kekuatan supernatural dan 4,7% memilih akibat kurangnya pengetahuan (12).

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kejang Demam Antara Ibu dengan Anak Menderita Demam dan Kejang Demam di RSUD Kota Banjarmasin

Kejadian Kejang Demam

Tingkat PengetahuanNilai p*

Odds Ratio

Baik BurukFrekuensi (orang)

Persentase (%)

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Demam 30 55,6 2 18,2

0,024 5,625Kejang Demam 24 44,4 9 81,8Total 54 100 11 100

* Uji Statistik Chi-Square

11

Berdasarkan tabel 5 di atas, tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak

dimiliki oleh ibu dengan anak menderita demam yaitu 55,6%. Sedangkan tingkat

pengetahuan yang buruk lebih banyak dimiliki oleh ibu dengan anak menderita

kejang demam yaitu 81,8%. Sehingga dapat terlihat bahwa tingkat pengetahuan

ibu tentang kejang demam mempengaruhi angka kejadian kejang demam.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan

terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang kejang demam yang bermakna

antara ibu dengan anak menderita demam dan kejang demam karena besar nilai

p=0,024 (p<0,05). Odds ratio yang didapat berdasarkan analisis statistik

menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan kejang demam yang buruk memiliki

risiko 5,6 kali lebih tinggi untuk anaknya kejang demam dibanding ibu dengan

tingkat pengetahuan yang baik.

Hasil ini senada dengan penelitian Najimi et. al. tahun 2013. Najimi et. al.

melakukan intervensi edukasi untuk mengontrol demam agar tidak berubah

menjadi kejang demam dengan memperbaiki pengetahuan dan sikap ibu mengenai

kejang demam. Intervensi edukasi ini terbukti memperbaiki pengetahuan ibu

dengan p<0,001. Pengetahuan ibu tentang kejang demam mampu menurunkan

kepanikan dan meningkatkan percaya diri dari ibu untuk melakukan tindakan

pencegahan kejang demam yang tepat (16).

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Sajadi et. al. tahun 2004 yang

menunjukkan bahwa kebanyakan ibu tidak memiliki pengetahuan bahwa demam

bisa menyebabkan kejang sehingga tidak bisa memperkirakan kejadian kejang

pada anaknya yang demam. Sajadi juga mengungkapkan pengetahuan ibu tentang

12

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

risiko kejang demam yang baik dapat mendorong ibu untuk melakukan aksi yang

tepat dalam waktu yang cepat sehingga menurunkan risiko komplikasi demam.

Tanja dalam Sajadi et. al. juga mengungkapkan bahwa kejadian kejang demam

lebih tinggi pada ibu dengan pengetahuan buruk dibanding ibu dengan

pengetahuan baik pada studi intervensi (9).

Zeglam et. al. juga mendukung hasil penelitian ini melalui jurnalnya yang

menyatakan bahwa kebanyakan orang tua merasa cemas dan ketakutan saat

anaknya mengalami kejang akibat demam. Hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan tentang kejang demam dan kurangnya edukasi mengenai penanganan

demam dan basic life support sehingga orang tua tidak bisa memberikan

pencegahan kejang demam yang adekuat (17).

Fetveit juga melengkapi penelitan ini melalui jurnalnya yang menyatakan

bahwa tingkat kecemasan yang tinggi lebih sering ditemukan pada orang tua yang

memiliki pengetahuan yang buruk atau sama sekali tidak memiliki pengetahuan

mengenai kejang demam ditunjang dengan rendahnya tingkat pendidikan.

Stuijvenberg’s dalam Fetveit melakukan penelitian yang sama yaitu menilai

persepsi dan pengetahuan orang tua mengenai kejang demam pada kelompok

demam dan kelompok kejang demam. Kesimpulan penelitian Stuijvenberg’s

adalah ketakutan orang tua terhadap demam dan kejang merupakan permasalahan

utama yang menghasilkan dampak-dampak negatif pada pencegahan kejang

demam (18).

13

PENUTUP

Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan tentang kejang demam pada

ibu dengan anak menderita demam, 93,75% (30 orang) baik dan 6,25% (2

orang) yang buruk dan pengetahuan tentang kejang demam pada ibu dengan

anak menderita kejang demam, 72,75% (24 orang) baik dan 27,3% (9 orang)

yang buruk. Berdasarkan analisis data, terdapat perbedaan (p=0,024) tingkat

pengetahuan tentang kejang demam yang bermakna antara ibu dengan anak

menderita demam dan kejang demam di RSUD Kota Banjarmasin periode Mei-

November 2013. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tentang kejang demam

buruk memiliki risiko 5,6 kali lebih tinggi daripada ibu dengan pengetahuan

yang baik untuk terjadinya bangkitan kejang demam bagi anaknya.

Penelitian ini tentu tidak luput dari kesalahan. Beberapa kekurangan dari

penelitian ini adalah banyaknya variabel pengganggu yang tidak bisa

dikendalikan, dan lokasi penelitian yang bertempat di dua rumah sakit sehingga

meningkatkan varietas sampel. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

mengontrol variabel-variabel pengganggu seperti usia ibu, tingkat pendidikan

ibu, tingkat ekonomi keluarga, riwayat merokok saat hamil, riwayat kehamilan,

dan riwayat persalinan.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan juga dapat menggali identitas lain pada

ibu yang secara konsisten bermakna meningkatkan kejadian kejang demam

seperti riwayat merokok, riwayat persalinan, dan riwayat kelahiran. Perluasan

variabel pengetahuan juga bisa dilakukan oleh peneliti selanjutnya yaitu

14

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

menambahkan pertanyaan tentang pengetahuan bahaya kejang fokal dan sumber

informasi tentang kejang demam pada ibu.

15

Lampiran 1. Karakteristik Responden

NoKarakteristik

Individu

Sampel Kontrol Sampel Kasus

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

1 Kelompok Umur < 20 Tahun 0 0.0 1 3.0 20 – 25 8 25.0 8 24.2 26 – 30 9 28.1 12 36.4 31 – 35 8 25.0 7 21.2 36 – 40 6 18.8 5 15.2 > 40 Tahun 1 3.1 0 0.0

2 PendidikanTidak Sekolah 0 0.0 0 0.0 Tidak Lulus SD 1 3.1 3 9.1 Lulus SD 5 15.6 8 24.2 Lulus SMP/Sederajat

8 25.0 9 27.3

Lulus SMA/Sederajat

11 34.4 6 18.2

Lulus Perguruan Tinggi

7 21.9 7 21.2

3 Penghasilan≥ Rp1.225.000,00 28 87.5 20 60.6 < Rp1.225.000,00 4 12.5 13 39.4

4 PekerjaanPNS 4 12.5 2 6.06 Wiraswasta 2 6.3 2 6.06 Karyawan Swasta 4 12.5 2 6.06 Tidak Bekerja 14 43.8 4 12.12 Lainnya 8 25.0 23 69.70

16

Luisa Vinadiya. Dkk. Perbandingan Tingkat Pengetahuan…

DAFTAR PUSTAKA

1. Kundu GK, Rabin F, Nandi ER, et. al. Etiology and risk factor of febrile seizure- an update. Bangladesh J Child Health 2010; 34 (3): 103-112.

2. Rani S, Sarumpaet SM, dan Jemadi. Karakteristik penderita kejang demam pada balita rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Universitas Sumatera Utara; (online), (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/718), diakses 9 April 2013.

3. Mariatul K. Profil penderita kejang demam pada anak yang dirawat di UPF anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2003-2003. Banjarmasin: FK Unlam, 2003.

4. El-Radhi AS and Klein JCN. Clinical manual of fever in children. Berlin: Springer-Verlag, 2009.

5. Tarigan T, Harahap CA, dan Lubis S. Pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua tentang demam dan pentingnya edukasi oleh dokter. Sari Pediatri 2007; 8 (3): 27-31.

6. Baram TZ and Shinnar S. Febrile seizures. United States of America: Academic Press, 2002.

7. Berman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Nelson Ilmu kesehatan anak. Ed.15. Jakarta: EGC, 2000.

8. Pohan ITS. Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak di kelurahan tembung tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah. Repository universitas sumatera utara: 2010.

9. Sajadi H, Shamsi M. Assesment of mother’s behavior in preventing febrile convulsion in their children in Arak City: an application of Health Belief Model. Journal of Jahrom University of Medical Science 2011; 9 (2): 33-39.

10. Silalahi GA. Metodologi penelitian dan studi kasus. Jakarta: Citramedia, 2000

11. Al-Ayed I. Mothers' knowledge of child health matters: are we doing enough? Journal of Family and Community Medicine 2010; 17 (1): 22-28.

12. Kayserili E, Unalp A, Apa H, et. al. Parental knowledge and practices regarding febrile convulsions in Turkish Children. Turk J Med Sci 2008; 38 (4): 343-350

17

13. Oche MO and Onankpa OB. Using women advocacy groups to enhance knowledge and home management of febrile convulsion amongs mother in a rural community of Sokoto State Nigeria. Pan African Medical Journal 2013; 14 (49): 1-5

14. Anigilaje EA and Anigilaje OO. Perception of childhood convulsion among women in a peri-urban community in Ilorin, Nigeria. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS) 2013; 4 (5): 32-38

15. Gunawan W, Kari K, dan Soetjiningsih. Knowledge, attitude, and practices of parents with children of first time and recurrent febrile seizures. Paediatrica Indonesiana 2008; 48 (4): 193-197

16. Najimi A, Dolatabadi NK, Esmaeili AA, et. al. The effect of educational program on knowledge, attitude and practice of mothers regarding prevention of febrile seizure in children. Journal of Education and Health Promotion 2013; 2: 1-5

17. Zeglam A, Al Hamadi S, and Beshish A. Auditing the attitude and knowledge of parents of children with febrile seizures. African Journal of Neurologi Science 2010; 29: 1-8.

18. Fetveit A. Assesment of febrile seizures in children. Eur J Pediatri 2008; 167: 17-27

18