13
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Artikel) Oleh Nita Febria FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 925

ISSN: 2338-1183

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Artikel)

Oleh

Nita Febria

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 926

ISSN: 2338-1183

Efektivitas Pembelajaran Think Talk Write Ditinjau dari

Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Nita Febria1, M.Coesamin

2, Arnelis Djalil

2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila

2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila

FKIP Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandarlampung 1e-mail: [email protected] / Telp. : +6285252941654

Received: Sept 13th

, 2017 Accepted: Sept 14th

, 2017 Online Published: Sept 25th

, 2017

Abstract: The Effectiveness of Think Talk Write Learning Model in Terms of

Student’s Conceptual Understanding of Mathematics. This quasi experimental

research aimed to find out the effectiveness of think talk write learning model in

terms of student’s conceptual understanding of mathematics. The population of

this research was all grade eight students of Junior High School state of 5 Bandar

Lampung in academic year of 2016-2017 which were distributed into 18 classes.

The design of this research was posttest only control group design. The sampling

was done by purposive sampling technique and it was chosen students of VIII.N

and VIII.R class as samples. The research data were obtained by the essay test of

conceptual understanding of mathematics. The data analysis of this research

used -test. Based on the results of research and discussion, it was concluded that

think talk write learning model wasn’t effective in terms of student’s conceptual

understanding of mathematics.

Abstrak: Efektivitas Pembelajaran Think Talk Write ditinjau dari

Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Penelitian eksperimen semu ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran think talk write ditinjau dari

pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2016-2017 yang terdistribusi dalam 18 kelas. Desain

penelitian ini adalah posttest only control group design. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilihlah siswa kelas VIII.N

dan VIII.R sebagai sampel. Data penelitian diperoleh dari tes pemahaman konsep

matematis berbentuk uraian. Analisis data penelitian ini menggunakan uji- .

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa think

talk write tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

Kata kunci: efektivitas, pemahaman konsep matematis, think talk write

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 927

ISSN: 2338-1183

PENDAHULUAN

Pembelajaran dapat diartikan

sebagai upaya yang sistematik dan

sengaja untuk menciptakan kegiatan

interaktif edukatif antara dua pihak,

yakni antara siswa (warga belajar)

dan pendidik (sumber belajar) yang

melakukan kegiatan belajar (Sudjana,

2004: 28). Berdasarkan hal tersebut,

pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat

terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan serta pembentukan

sikap dan kepercayaan pada siswa.

Agar siswa dapat belajar

dengan baik maka diperlukan pem-

belajaran yang efektif. Menurut

Hamalik (Andara, 2016), pem-

belajaran efektif adalah pembelajaran

yang memberikan kesempatan pada

siswa untuk belajar sendiri dengan

melakukan aktivitas belajar. Pem-

belajaran yang diberikan di sekolah

terdiri dari berbagai disiplin ilmu

yang disampaikan melalui mata

pelajaran. Salah satu mata pelajaran

yang penting untuk diajarkan di

sekolah adalah mata pelajaran

matematika.

Matematika mempunyai

peranan penting dalam kehidupan.

Sebagaimana disebutkan dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun

2006, bahwa mata pelajaran

matematika perlu diberikan di setiap

jenjang pendidikan untuk mem-

bekali siswa dengan kemampuan

berpikir logis, kritis, analitis,

sistematis, dan kreatif serta ke-

mampuan bekerja sama. Menyadari

pentingnya peranan matematika

dalam kehidupan sebagai bagian

integral dari pendidikan pada

umumnya, sudah seharusnya setiap

siswa baik dari jenjang pendidikan

usia dini hingga perguruan tinggi

untuk menguasai konsep mate-

matika.

Tujuan pembelajaran mate-

matika yang dirumuskan oleh

kurikulum tingkat satuan pendidikan

menyatakan bahwa mata pelajaran

matematika bertujuan agar siswa

mempunyai kemampuan untuk me-

mahami konsep matematika, meng-

gunakan penalaran, memecahkan

masalah, mengkomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel,

diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

serta memiliki sikap menghargai ke-

gunaan matematika dalam kehidup-

an (Depdiknas, 2006). Untuk men-

capai tujuan pembelajaran mate-

matika, salah satu aspek yang harus

dikuasai adalah kemampuan untuk

memahami konsep matematis.

Sadiman (Wardhani, 2016)

mengungkap bahwa pemahaman

adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengartikan, menafsirkan,

menerjemahkan, atau menyatakan

sesuatu dengan caranya sendiri

tentang pengetahuan yang pernah

diterimanya. Dengan kata lain,

seseorang dikatakan paham jika

dapat menjelaskan kembali dan

menarik kesimpulan terhadap

pengetahuan yang diterimanya.

Pemahaman konsep mate-

matis merupakan salah satu ke-

mampuan yang penting untuk

dikembangkan. Pemahaman konsep

adalah salah satu kemahiran mate-

matika yang diharapkan dapat

tercapai dalam pembelajaran mate-

matika yaitu dengan menunjukkan

pemahaman konsep matematika

yang dipelajarinya (Depdiknas,

2006: 2). Oleh karena itu setiap

siswa diharapkan memiliki pe

mahaman konsep matematis yang

baik.

Pada kenyataannya pemaha

man konsep matematis siswa di

Indonesia belum tercapai dengan

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 928

ISSN: 2338-1183

baik. Hal ini sesuai hasil PISA

(Program for International Student

Assessment) pada bidang mate

matika yang dipublikasikan oleh

OECD (Organization for Economic

Cooperation and Development)

pada tahun 2015. PISA (Program

for International Student Assess

ment) pada tahun 2015 yang

bertema School Systems to Improve

Education diikuti oleh 70 negara

dan Indonesia berada pada peringkat

62. Literasi matematika pada PISA

tersebut fokus kepada kemampuan

siswa dalam menganalisa, mem-

berikan alasan, dan menyampaikan

ide secara efektif, merumuskan,

memecahkan, dan menginterpretasi

masalah-masalah matematika dalam

berbagai bentuk dan situasi. Ke-

mampuan-kemampuan tersebut erat

kaitannya dengan pemahaman

konsep matematis siswa. Dengan

demikian hasil tersebut menunjuk-

kan bahwa pemahaman konsep

matematis siswa Indonesia masih

rendah sehingga perlu mendapatkan

banyak perhatian.

Rendahnya pemahaman

konsep matematis siswa juga

dialami siswa kelas VIII SMP

Negeri 5 Bandar Lampung. Hal ini

didasarkan dari hasil wawancara

dengan guru SMP Negeri 5 Bandar

Lampung pada tahun pelajaran

2016-2017, bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam memahami konsep

matematis. Ini terbukti dari analisis

soal mid semester siswa. Rendahnya

kemampuan siswa tersebut dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya adalah penerapan

model pembelajaran. Model pem-

belajaran yang diterapkan adalah

pembelajaran konvensional. Siswa

lebih sering diberikan soal-soal rutin

yang sifatnya menghafal rumus atau

langkah-langkah. Hal ini meng-

akibatkan siswa kurang dapat me-

mahami konsep matematis dengan

baik.

Pembelajaran konvensional

merupakan bentuk dari model pem-

belajaran yang berorientasi pada

guru (Sanjaya, 2009: 17). Hal ini

menyebabkan hanya terjadi komu

nikasi satu arah yang memberikan

sedikit kesempatan kepada siswa

untuk berfikir matematis dan ber-

diskusi dengan siswa lain, sehingga

pemahaman konsep matematis

siswa belum terbentuk. Padahal

Lampiran Permendikbud No. 68

Tahun 2013 menyatakan bahwa

pembelajaran saat ini dilakukan

penyempurnaan pola pikir, yaitu

pola pembelajaran berpusat pada

siswa dan komunikasi yang terjalin

bersifat interaktif.

Upaya yang dapat dilakukan

adalah menerapkan model pem-

belajaran yang bersifat interaktif dan

dapat membiasakan siswa untuk me-

latih pemahaman konsep matematis

siswa. Model pembelajaran ko-

operatif menuntut siswa lebih aktif

dan pembelajaran tidak berpusat

pada guru karena tugas guru adalah

membentuk kelompok-kelompok

kooperatif agar dapat berkerjasama

untuk memaksimalkan pembelajar-

an, model pembelajaran ini se-

baiknya terdiri dari 4 atau lebih

orang (Huda, 2013: 32).

Salah satu model pembela-

jaran kooperatif yang dapat di-

terapkan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Think Talk Write

(TTW). Menurut Yamin dan Basun

(Purnamasari, 2016) ada tiga tahap-

an dalam pembelajaran TTW. Ada-

pun tiga tahap dalam pembelajaran

TTW, yaitu: tahap think mengarah-

kan siswa untuk aktif berpikir

dengan membaca suatu teks

matematika atau berisi cerita

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 929

ISSN: 2338-1183

matematika dan membuat catatan

mengenai apa yang telah dibaca.

Dalam membuat atau menulis

catatan siswa membedakan dan

mempersatukan ide yang disajikan

dalam teks bacaan, kemudian

menerjemahkan ke dalam bahasa

sendiri.

Tahap talk yaitu komunikasi

dengan menggunakan kata-kata dan

bahasa yang mereka pahami. Talk

penting karena ada beberapa alasan,

yaitu (1) tulisan, gambaran, isyarat,

atau percakapan merupakan peran

tara ungkapan matematika sebagai

bahasa manusia, (2) pemahaman

matematik dibangun melalui inter

aksi dan konversasi antara sesama

individual, (3) siswa menggunakan

bahasa untuk menyajikan ide kepada

temannya, dan (4) pembentukan ide

melalui proses talking.

Tahap write, yaitu menulis-

kan hasil diskusi atau dialog pada

lembar kerja yang disediakan. Akti

vitas menulis berarti mengkontruksi

ide, karena setelah berdiskusi atau

berdialog antar teman dan kemudian

mengungkapkannya melalui tulisan.

Menulis dalam matematika mem-

bantu merealisasikan salah satu

tujuan pembelajaran, yaitu pe-

mahaman siswa tentang materi yang

ia pelajari.

Ketiga tahapan tersebut mem-

berikan kesempatan kepada siswa

untuk mempelajari materi secara ber-

ulang-ulang. Tiga tahap dalam model

pembelajaran kooperatif tipe TTW

yaitu, tahap think, siswa akan di-

berikan masalah dan diarahkan me-

ngatur pemikirannya untuk mem-

bentuk pemahaman matematis. Pada

tahap talk, siswa akan diarahkan

untuk aktif berbicara dan berdiskusi

dengan anggota kelompoknya untuk

mengkomunikasikan pemikiran

matematisnya. Pada tahap write,

siswa akan diarahkan untuk meng-

ungkapkan kembali hasil pemikiran-

nya lewat tulisan matematika meng-

gunakan bahasa matematika.

Mulyasa (2016) menyatakan

bahwa pembelajaran dikatakan

efektif jika pembelajaran mampu

mengantar siswa ketujuan yang ingin

dicapai secara optimal. Berdasarkan

pemaparan di atas, perlu dilakukan

penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui efektivitas model pem-

belajaran kooperatif tipe TTW

ditinjau dari pemahaman konsep

matematis siswa. Dalam penelitian

ini, pembelajaran dikatakan efektif

jika pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti model pem-

belajaran kooperatif tipe TTW lebih

tinggi daripada pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Selain

itu, proporsi siswa yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW yang memiliki pemahaman

konsep matematis terkategori baik

dengan nilai di atas 72 lebih dari

60%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 5 Bandar Lampung

semester genap tahun pelajaran

2016-2017. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII

Semester Genap SMP Negeri 5

Bandar Lampung yang terdistribusi

ke dalam 18 kelas mulai dari VIIIA

hingga VIIIR. Dari 18 kelas tersebut

dipilih dua kelas yang diajar oleh

guru yang sama dengan meng-

gunakan teknik purposive sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel

secara acak atas dasar pertimbangan

sampel diambil dari kelas yang diajar

oleh guru yang sama yaitu kelas

VIII-M hingga VIII-R dengan rata-

rata nilai UTS matematika yang

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 930

ISSN: 2338-1183

hampir sama dengan rata-rata

keseluruhan kelas. Adapun rata-rata

nilai ujian tengah semester ganjil

siswa kelas VIII-M hingga VIII-R di

SMP Negeri 5 Bandar Lampung

pada tahun pelajaran 2016-2017

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian

Tengah Semester Ganjil

Kelas VIII SMP Negeri 5

Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2016-2017

Kelas Banyak

Siswa Rata-rata

VIII-M 36 55,28

VIII-N 36 50,19

VIII-O 38 47,50

VIII-P 37 48,03

VIII-Q 38 63,18

VIII-R 38 51,41

Rata-rata 52,60

Berdasarkan Tabel 1, ter-

pilihlah dua kelas yaitu kelas VIII.N

yang terdiri dari 36 siswa sebagai

kelas eksperimen yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW dan kelas VIII.R yang terdiri

dari 38 siswa sebagai kelas kontrol

yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen semu (quasi

experiment) dengan posttest only

control group design. Terdapat tiga

tahapan dalam penelitian ini, yang

pertama tahap persiapan yaitu tahap

penyusunan proposal penelitian,

penyusun perangkat pembelajaran

dan instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian dan melakukan uji

coba instrumen tes. Kemudian yang

kedua adalah tahap pelaksanaan yaitu

melaksanakan pembelajaran konven-

sional pada kelas kontrol dan pem-

belajaran kooperatif tipe TTW pada

kelas eksperimen, serta mengadakan

posttest pemahaman konsep pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Selanjutnya tahap ketiga adalah

tahap akhir yaitu mengumpulkan

data hasil posttest, mengolah dan

menganalisis data yang diperoleh,

dan membuat laporan hasil peneliti-

an. Teknik pengumpulan data

penelitian ini adalah teknik tes. Data

penelitian ini adalah data pemaham-

an konsep matematis siswa yang

berupa data posttest.

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah perangkat

tes pemahaman konsep matematis

yang dituangkan dalam beberapa

butir soal uraian. Materi yang diuji-

kan adalah lingkaran. Indikator

pemahaman konsep yang digunakan

dalam penelitian ini adalah indikator

hasil modifikasi dari para ahli yang

disesuaikan dengan butir soal.

Menurut Wardhani (Wahyuni, 2016),

indikator tersebut adalah: 1) me-

nyatakan ulang sebuah konsep, 2)

mengklarifikasi objek menurut sifat

tertentu sesuai dengan konsepnya, 3)

memberi contoh dan non contoh dari

konsep, 4) menggunakan, me-

manfaatkan, dan memilih prosedur

tertentu, dan 5) mengaplikasikan

konsep atau algoritma ke pemecahan

masalah.

Untuk memperoleh data yang

akurat, tes yang digunakan dalam

penelitian ini harus memenuhi

kriteria tes yang baik, yaitu valid,

reliabel, serta memiliki daya pem-

beda dan tingkat kesukaran yang

memadai. Instrumen tes yang di-

gunakan untuk mengambil data

terlebih dahulu diuji validitas isinya

yang didasarkan pada penilaian guru

dan ahli dengan menggunakan daftar

ceklis. Berdasarkan hasil penilaian,

instrumen tes telah memenuhi

validitas isi.

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 931

ISSN: 2338-1183

Kemudian, dilakukan uji coba

instrumen tes untuk mengetahui

reliabilitas, daya pembeda, dan

tingkat kesukaran. Hasil uji coba

menunjukkan bahwa instrumen tes

memiliki koefisien reliabilitas 0,78

yang berarti bahwa instrumen tes

memiliki reliabilitas tinggi. Daya

pembeda dari instrumen memiliki

rentang nilai 0,30 – 1,00 yang berarti

bahwa instrumen tes yang diuji-

cobakan memiliki daya pembeda

yang sangat baik. Pada tingkat kesu-

karan, instrumen tes memiliki ren-

tang nilai 0,31 – 0,70 yang berarti

bahwa instrumen tes memiliki ting-

kat kesukaran yang sedang. Berda-

sarkan hasil uji coba, instrumen tes

dapat digunakan untuk mengum-

pulkan data pemahaman konsep

matematis siswa.

Analisis data diawali dengan

uji normalitas. Uji normalitas data di-

lakukan untuk mengetahui apakah

kedua sampel yang diteliti berasal

dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. Tabel 2 me-

nunjukkan hasil uji normalitas data.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data

Pemahaman Konsep

Matematis Siswa

Kelas

Keputusan

Uji

E 9,46 11,07 diterima

K 6,32 11,07 diterima

Keterangan:

= Kelas eksperimen (think talk

write)

= Kelas Kontrol (konvensional)

Rekapitulasi perhitungan

hasil uji normalitas data pada Tabel 2

menunjukkan bahwa nilai

Oleh karena itu kedua data

pemahaman konsep matematis siswa

yang mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dan pembelajar-

an konvensional berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Selanjut-

nya, dilakukan uji homogenitas

varians.

Hasil homogenitas varians

menunjukkan bahwa varians kedua

populasi sama. Karena kedua sampel

berdistribusi normal dan kedua data

memiliki varian yang homogen , uji

kesamaan dua rata-rata dapat

dilakukan menggunakan uji- dengan

kriteria pengujian adalah terima H0

jika dengan dk = (n1+

n2 – 2) dan dengan .

Selanjutnya, dilakukan uji proporsi

dan uji kesamaan dua proporsi. Uji

ini dilakukan untuk mengetahui

apakah model pembelajaran ko-

operatif tipe TTW efektif ditinjau

dari pemahaman konsep matematis

siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan, diperoleh data

pemahaman konsep matematis siswa

dari hasil posttest yang dilakukan

pada kelas eksperimen (pembelajaran

kooperatif tipe TTW) maupun pada

kelas kontrol (pembelajaran konven-

sional). Data pemahaman konsep

matematis siswa yang disajikan

dalam Tabel 3 yang menunjukkan

bahwa simpangan baku pada siswa

yang mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe TTW lebih besar

daripada kelas yang mengikuti pem-

belajaran konvensional. Kemudian,

simpangan baku pada pembelajaran

kooperatif tipe TTW lebih besar

dibanding simpangan baku pada

pembelajaran konvensional. Hal ini

berarti sebaran data pemahaman

konsep matematis siswa yang

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 932

ISSN: 2338-1183

mengikuti pembelajaran konven-

sional lebih homogen dibandingkan

sebaran data siswa yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW.

Tabel 3. Data Hasil Pemahaman

Konsep Matematis Siswa

Kelas s Skor

Min Maks

67,72 13,15 41,17 88,22

60,42 11,56 38,23 85,28

Keterangan:

= Rata-rata

s = Simpangan Baku

Tabel 4 menyajikan hasil uji

kesamaan dua rata-rata data

pemahaman konsep matematis siswa

dengan menggunakan uji- . Ber-

dasarkan Tabel 4 nilai 2,46

sedangkan nilai 1,99.

Dengan demikian diperoleh

. Oleh karena itu

sesuai dengan kriteria pengujian di-

peroleh keputusan uji ditolak

pada taraf nyata 0,05. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa ada perbedaan

rata-rata pemahaman konsep mate

matis siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe TTW

dan pembelajaran konvensional.

Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Dua

Rata-rata Data

Pemahaman Konsep

Matematis Siswa

Kelas hitung Keputu

san uji

67,72 2,46 1,99

Tolak

60,42

Tabel 5 menyajikan hasil dari

pencapaian indikator pemahaman

konsep matematis siswa untuk siswa

yang mengikuti model pembelajran

kooperatif tipe TTW dan siswa yang

mengikuti model pembelajaran kon-

vensional. Dalam penelitian ini,

analisis skor per indikator pemaham-

an konsep matematis siswa dilakukan

untuk mengetahui persentase setiap

indikator pemahaman konsep

matematis siswa pada kelas yang

mengikuti model pembelajaran ko-

operatif tipe TTW dan pembelajaran

konvensional.

Tabel 5. Pencapaian Indikator

Pemahaman Konsep

Matematis Siswa

No Indikator Persentase kelas

E K

1

Menyatakan

ulang suatu

konsep

71,21% 67,42%

2.

Mengklarifi-

kasi objek

menurut sifat

tertentu se-

suai dengan

konsepnya

68,18% 60,61%

3.

Memberi

contoh dan

non contoh

dari konsep

86,87% 78,79%

4.

Mengguna-

kan, meman-

faatkan, dan

memilih pro-

sedur

58,71% 54,55%

5.

Melakukan

prosedur

pemecahan

masalah

58,71% 54,55%

Berdasarkan Tabel 5, terlihat

bahwa persentase pencapaian setiap

indikator pemahaman konsep mate-

matis siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe TTW

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 933

ISSN: 2338-1183

lebih tinggi daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran konven-

sional. Selain melakukan uji , juga

dilakukan uji proporsi dan uji

kesamaan dua proporsi.

Tabel 6. Hasil Uji Proporsi Data

Pemahaman Konsep Mate-

matis Siswa

Keterangan :

= banyaknya siswa yang mema-

hami konsep

= jumlah siswa pada kelas

eksperimen .

Tabel 6 menyajikan hasil uji

proporsi pemahaman konsep mate-

matis siswa. Dalam penelitian ini,

analisis hasil uji proporsi pemaha-

man konsep matematis siswa me-

nunjukkan bahwa zhitung = -0,77 dan

zkritis = 0,36 maka H0 diterima. Hal

ini berarti bahwa proporsi siswa yang

memahami konsep dengan baik pada

model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak lebih dari 60%.

Tabel 7. Hasil Uji Proprosi

Kesamaan Dua Proporsi

Data Pemahaman Konsep

Matematis Siswa

Kelas Keputu

san uji

15 2,25 0,36

Tolak

7

Tabel 7 menyajikan hasil uji

kesamaan dua proporsi pemahaman

konsep matematis siswa. Dalam pe-

nelitian ini, analisis hasil uji kesama-

an dua proporsi pemahaman konsep

matematis siswa menunjukkan

bahwa = 2,25 dan = 0,36

maka H0 ditolak. Hal ini berarti

bahwa proporsi pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW lebih tinggi dari proporsi

pemahaman konsep matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran kon-

vensional.

Dari pemaparan tersebut

model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan

pembelajaran konvensional ditinjau

dari pemahaman konsep matematis

siswa. Hal ini dapat terjadi karena

pada model pembelajaran kooperatif

tipe TTW siswa dibentuk kelompok

belajar secara heterogen yang terdiri

dari 5-6 orang dan tahap-tahapannya

terdiri dari think, talk, dan write.

Pada tahap pertama yaitu

tahap think, siswa diberikan Lembar

Kerja Kelompok (LKK) yang berisi-

kan masalah atau suatu kegiatan.

Siswa secara individu mencari

informasi dari bacaan dan membuat

catatan kecil tentang informasi yang

didapat. Selain itu dengan adanya

tahap ini maka siswa menjadi siap

dalam berdiskusi karena telah me-

miliki bahan untuk didiskusikan

bersama teman sekelompoknya.

Siswa telah memiliki bekal sebelum

berdiskusi.

Pada tahap kedua, siswa dibe-

rikan kesempatan untuk berdiskusi

dengan kelompoknya dengan meng-

gunakan kata-kata dan bahasa yang

mereka pahami mengenai pe-

nyelidikannya pada tahap pertama.

Pada tahap ini siswa merefleksikan,

menyusun, serta menguji ide-ide

Keputusa

n Uji

15 33 -0,77 0,36 Ho

diterima

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 934

ISSN: 2338-1183

dalam kegiatan diskusi kelompok.

Kemajuan pemahaman konsep

matematis siswa juga terlihat pada

saat siswa berdiskusi baik dalam ber-

tukar ide dengan anggota kelompok-

nya ataupun refleksi dengan dirinya sendiri.

Pada tahap ketiga, siswa me-

nuliskan hasil diskusi yang diper-

olehnya dari kegiatan tahap pertama

dan kedua.Tulisan siswa tersebut ter-

diri atas landasan konsep yang di-

gunakan, keterkaitan dengan materi

sebelumnya, strategi penyelesaian,

dan solusi yang diperolehnya. Pada

tahap ini, siswa secara individu

mampu untuk merevisi dan me-

ngonstruksi jawaban-jawaban yang

mereka peroleh.

Dengan melakukan ketiga ta-

hapan tersebut, siswa belajar me-

nyampaikan konsep yang mereka

dapatkan dan saling bertukar pikiran

tentang konsep yang masing-masing

mereka dapatkan. Selain itu siswa

menggunakan pemahaman konsep

matematis yang dimilikinya di setiap

tahapannya. Melalui aktivitas yang

dilakukan, siswa lebih memahami

konsep-konsep yang mereka temu-

kan sendiri sehingga konsep dapat

bertahan lebih ingatan mereka dan

memudahkan mereka dalam me-

ngerjakan soal-soal pamahaman

konsep (Rahma, 2012).

Walaupun pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW lebih tinggi daripada

pemahaman konsep matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran kon

vensional. Akan tetapi, pemahaman

konsep matematis siswa yang meng-

ikuti model pembelajaran kooperatif

tipe TTW yang lebih tinggi daripada

kelas konvensional tersebut proporsi-

nya tidak mencapai lebih dari 60%,

sehingga penelitian ini dikatakan

tidak efektif ditinjau dari pemahaman

konsep matematis.

Salah satu penyebabnya adalah

siswa yang terbiasa menggunakan

pembelajaran konvensional. Pem-

belajaran konvensional dimulai

dengan guru menjelaskan materi

pembelajaran dan siswa mendengar-

kan penjelasan dari guru serta men-

catatnya. Kemudian, guru memberi-

kan contoh soal beserta penyelesain-

nya. Penerapan pembelajaran seperti

ini menyebabkan pemahaman dan

informasi yang dimiliki siswa ter-

batas dan hanya berasal dari guru.

Lalu, siswa diberikan latihan soal

yang proses penyelesaiannya mirip

contoh soal. Hal ini menyebabkan

siswa tidak terlibat langsung dalam

membangun pemahaman terhadap

materi yang dipelajari. Siswa masih

kesulitan mengerjakan soal yang

diberikan dan hanya dapat menjawab

soal yang mirip dengan contoh soal

yang diberikan guru (Husna, 2016)

Pada proses pembelajaran kon-

vensional, siswa juga diberikan

kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan pemahaman konsep

matematisnya. Hanya saja kesempat-

an yang diberikan pada pembelajaran

konvensional yang diberikan tidak

sebesar pada model pembelajaran ko-

operatif tipe TTW. Hal ini meng-

akibatkan pemahaman konsep mate-

matis siswa yang mengikuti pem-

belajaran konvensional tidak lebih

baik daripada pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti

model pembelajaran kooperatif tipe

TTW.

Penelitian yang dilaksanakan di

kelas dengan pembelajaran konven-

sional cenderung lebih membosan-

kan bagi siswa. Hal itu karena hanya

siswa yang memiliki kemampuan

sedang dan tinggi yang dapat me-

nangkap materi dengan cepat,

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 935

ISSN: 2338-1183

sedangkan yang berkemampuan

rendah cenderung mengandalkan

jawaban temannya meskipun guru

sudah berkeliling menghampirinya

untuk membantu memahami materi

yang telah disampaikan oleh guru.

Karena terbiasa dengan pem-

belajaran konvensional maka pada

proses pelaksanaan pembelajaran ko-

operatif tipe TTW, terdapat beberapa

kendala yang ditemukan pada saat

pembelajaran. Pada pertemuan

pertama, siswa masih terlihat

bingung pada tahap think. Siswa

masih bingung untuk membuat atau

menulis catatan mengenai apa yang

telah mereka dapatkan pada proses

tahap think. Hal itu disebabkan

karena siswa belum pernah meng-

ikuti model pembelajaran kooperatif

tipe TTW.

Sejalan dengan penelitian

(Sari, 2013), selain kebingungan

dengan model pembelajaran koope-

ratif tipe TTW, kendala yang ditemui

pada saat penelitian yaitu pada saat

diskusi, siswa ribut dan kurang mem-

perhatikan teman yang presentasi di-

depan kelas. Hal ini karena siswa

mengalami perbedaan pendapat

ketika menyelesaikan kegiatan pada

LKK. Selain itu, kendala lainnya

siswa juga tidak terbiasa dengan

belajar materi yang dimulai dari

mencari bahan bacaan untuk mem-

bentuk pemahaman konsepnya

masing-masing. Karena selama ini

siswa terbiasa memperoleh pen-

jelasan materi dari guru.

Kendala lainnya pada

penelitian ini adalah pengaturan

waktu yang kurang optimal (Sari,

2013). Pembelajaran kooperatif tipe

TTW merupakan pembelajaran yang

diawali dengan siswa membaca

bahan bacaan membutuhkan waktu

dalam proses think untuk mem-

peroleh informasi serta membentuk

pemahaman konsep matematis. Hal

ini menyebabkan pada tahap evaluasi

kurang optimal. Akan tetapi pema

haman konsep matematis siswa yang

mengikuti model pembelajaran ko-

operatif tipe TTW lebih tinggi dari-

pada pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

Pada pertemuan selanjutnya,

tanpa dijelaskan kembali siswa sudah

mulai dapat membuat dan me-

nuliskan catatan mengenai apa yang

telah dibaca pada tahap think. Pada

saat diskusi kelompok sudah mulai

berjalan dengan baik, siswa dengan

teman sekelompoknya saling bekerja

sama untuk menyelesaikan LKK dan

bertanggung jawab atas tugasnya.

Selain itu, setiap kelompok sudah

mulai bertanya kepada guru daripada

bertanya dengan kelompok lain ke-

tika mengalami kesulitan.

Kegiatan selanjutnya adalah

guru dan siswa memperbaiki jawab-

an siswa yang kurang tepat dan

membimbing siswa dalam me-

nyimpulkan hasil diskusi yang

diperoleh. Selanjutnya siswa me-

ngembangkan konsep yang telah

mereka miliki dengan berlatih soal

lingkaran yang telah disediakan guru.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahsasan diperoleh simpulan

bahwa model pembelajaran koope-

ratif tipe TTW tidak efektif ditinjau

dari pemahaman konsep siswa kelas

VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2016-2017, karena

proporsi siswa yang memahami

konsep pada pembelajaran kooperatif

tipe TTW belum mencapai kriteria

proporsi efektif yang ditetapkan, yai-

tu lebih dari 60%. Akan tetapi, pema-

haman konsep matematis siswa yang

mengikuti model pembelajaran

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 936

ISSN: 2338-1183

kooperatif tipe TTW lebih tinggi da-

ripada siswa yang mengikuti pem-

belajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Andara, Titi. 2016. Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Time Token Ditinjau dari Ke-

mampuan Komunikasi Mate-

matis Siswa. Skripsi. Bandar

Lampung: Unila.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Depdiknas.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative

Learning. Jakarta: Rineka

Pustaka.

Husna, Asmaul. 2016. Pengaruh Pe-

nerapan Strategi Pembelajaran

Think Talk Write Terhadap

Kemampuan Pemahaman Kon-

sep dan Komunikasi Mate-

matika Siswa Kelas VIII SMP

N Kecamatan Lembah Guman-

ti. Jurnal Penelitian Matemati

ka Unrika. (Online), Volume 2,

No.1, (http:// journal.unrika.ac

.id/index.php/jurnalcahayapen

didikan/article/download/602/4

59), diakses 4 April 2017.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

OECD. 2015. Programme For Inte-

rnational Student Assessment

(PISA) Result From PISA

2015. (Online), (http://www.oe

cd.org/pisa/PISA-2015-Indone

sia.pdf), diakses 18 Oktober

2016.

Permendikbud. 2013. Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebu-

dayaan Republik Indonesia

Nomor 68 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawi-

yah. Jakarta: Permendikbud.

Permendiknas. 2006. Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No 22

tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.Jakarta:

Permendiknas.

Purnamasari, Rita. 2016. Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Talk Write Ditinjau dari

Kemampuan Komunikasi Ma-

tematis Siswa. Skripsi. Bandar

Lampung: Unila.

Rahma, Ade Novia. 2012.

Peningkatan Pemahaman

Konsep Matematika Siswa

Melalui Strategi Think Talk

Write (TTW) dengan Meng-

gunakan Model Discovery

Learning. Skripsi. Pekanbaru:

Uinsuska. (Online), (http://repo

sitory.uin-suska.ac.id/2037/1/2

012_201267.pdf), diakses 4

April 2017.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pem-

belajaran Yang Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sari, Dian Fajar. 2013. Pengaruh

Penerapan Strategi Think Talk

Write (TTW) Dengan Meng-

gunakan Alat Peraga Terhadap

Hasil Belajar Matematika Sis-

wa Sekolah Menengah Perta-

ma Negeri 05 Bantan Kabu-

paten Bengkalis. Skripsi. Pe-

Jurnal Pendidikan Matematika Unila, Volume 5, Nomor 8, September 2017, Halaman 937

ISSN: 2338-1183

kanbaru: Uinsuska. (Online),

(http://repository.uin-suska.ac

.id/2145/1/2013_2013848PMT.

pdf), diakses 5 April 2017.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar

Proses Belajar Mengajar. Ban-

dung: Sinar Baru Algensido

Offset.

Wahyuni, Yuyu. 2016. Analisis

Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa pada

Materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel Kelas

VIII SMP Negeri 2 Padamara.

Skripsi. Purwokwerto: Univer

sitas Muhammadiyah Purwo

kerto. (Online), (http://repo

sitory.ump.ac.id), diakses 5

April 2017.

Wardhani, Resti Ayu. 2016. Efekti-

vitas Problem Based Learning

Ditinjau dari Pemahaman

Konsep Matematis Siswa.

Skripsi. Bandar Lampung:

Unila.