Upload
fajar-setyaning
View
105
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Abstrak
Fajar Setyaning Dwi Putra (1009203),2014. Pengaruh Jejaring Sosial Twitter Sebagai Media Sosialisasi Calon Presiden 2014 terhadap Preferensi Pemilih Pemula
Penelitian ini didasari oleh maraknya atribut-atribut kampanye menjelang pilpres 2014 yang merusak estetika di Kota Bandung serta fenomena penggunaan twitter oleh masyarakat khususnya generasi muda dewasa ini. Pemilihan Presiden merupakan salah satu bentuk partisipasi politik bagi seluruh rakyat Indonesia yang berlangsung setiap lima tahun sekali. Oleh karena itu rakyat perlu mengetahui figur setiap kandidat agar tidak salah dalam menentukan pilihannya. Akan tetapi,pesta demokrasi lima tahunan ini kerap merusak estetika kota dengan atribut-atribut setiap kandidat yang dipasang sembarangan oleh tim suksesnya. Hal ini dinilai kurang efektif dalam memperkenalkan figur calon presiden pada pilpres 2014 kepada masyarakat.
Perkembangan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap semua aspek kehidupan tak terkecuali dunia politik. Fenomena baru di kalangan masyarakat global yaitu komunikasi yang terjadi di ruang maya (twitter) membuat seseorang semakin mudah untuk mengetahui informasi mengenai rekam jejak (track record) serta isu yang ramai di bicarakan (trending topic) di jejaring sosial twitter mengenai setiap kandidat calon presiden Republik Indonesia pada pilpres 2014. Para pelajar sebagai generasi muda yang turut andil dalam pilpres 2014 sebagai pemilih pemula tentunya sangat menentukan suara bagi setiap kandidat pada pilpres 2014. Maraknya penggunaan twitter di kalangan pelajar yang sudah berhak memilih tentunya dapat memengaruhi preferensi para siswa sebagai pemilih pemula. Inilah yang menjadi alasan kuat untuk melakukan penelitian tentang seberapa besar pengaruh twitter di pilpres 2014 terhadap preferensi pemilih pemula pada kalangan pelajar SLTA di Kota Bandung.
Penelitian ini terdiri dari tiga rumusan masalah yaitu,(1) bagaimanakah preferensi calon presiden bagi pemilih pemula pada kalangan pelajar di Kota Bandung? (2) faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi preferensi pemilih pemula pada kalangan pelajar di Kota Bandung? (3) seberapa besar pengaruh jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 terhadap preferensi pemilih pemula pada kalangan pelajar di Kota Bandung?
Untuk mendapatkan jawaban terhadap rumusan masalah tersebut,peneliti menggunakan teori persuasi (Dan Nimmo) untuk variabel X dan teori preferensi pemilih (Ridwan) untuk variabel Y serta melakukan survey dengan pendekatan kuantitatif yang ditujukan untuk mencari korelasi antara twitter dengan preferensi pemilih pemula pada kalangan pelajar di Kota Bandung dalam suasana Pilpres 2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hal untuk menjawab setiap rumusan masalah yaitu (1) preferensi pemilih pemula pada kalangan pelajar di SLTA Kota Bandung cenderung memilih figur dan popularitas di twitter memiliki koefisiensi determinasi sebesar 86% (2) faktor teman sebaya (peer group) merupakan faktor terbesar terhadap preferensi pemilih pemula di kalangan pelajar SLTA Kota Bandung memiliki koefisiensi determinasi sebanyak 88% (3) jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 berpengaruh terhadap preferensi pemilih pemula di kalangan pelajar SLTA Kota Bandung memiliki koefisiensi determinasi sebesar 72%
Abstract
Fajar Setyaning Dwi Putra (1009203). The Influence of Twitter As Socialization Media of Presidential Candidates in 2014 Towards Young Voters’ Preferences.
This research was based on the increase of campaign attributes to welcome presidential election in 2014 which ruined the aesthetic of Bandung and ruined twitter usage by public, particularly the youth. Presidential election is one of the political participations used by Indonesian citizens. It goes every five years. Therefore, citizens need to know and recognize the figures of the candidates to prevent them from choosing the wrong one. But, this every-five-year democratic party frequently ruined the aesthetic of city. The campaign attributes brought by team success of candidates were often embedded randomly. People concerned it as a non effective way to introduce presidential candidates.
The development of science and technology has apparently affected all of human aspects, including politics. One of the new phenomenon happened to global society is cyberspace communication (twitter). The twitter facilitates people to know every information, track record, and trending topic about Indonesian presidential candidates in 2014. Students, as youth, has also taken their part in this election. Their parts were very important. The widespread use of twitter among students who have the right to choose definitely influenced their preference as young voters. This is the reason why the writer did the research about how twitter affects young voters (Senior High School Students in Bandung) towards presidential election in 2014.
This research has three questions, (1) how are students’ presidential candidates preferences in Bandung?, (2) what are the biggest factors that influenced students’ presidential candidates preferences in Bandung?, (3) how much the influence of twitter among students or young voters in Bandung towards their presidential candidates preferences?
The writer used several theories to analyze the data. First of all, the writer used persuasive theory from Dan Nimo for X variable. Next, the writer used voters’ preferences theory from Ridwan for Y variable. In addition, the writer also took the survey using quantitave approach to find out the correlation between twitter and students’ preferences in Bandung towards presidential elections in 2014. The results of this research indicated that (1) young voters or students’ preferences in Bandung were twitter figures and popularities. It took 86% coefficient of determination. (2) the biggest factor which was influenced students’ preferences in Bandung was peer group’s opinions. It took 88% coefficient of determination. (3) social network –twitter- as socialization media of presidential candidates in 2014 had influenced young voters or students’ preferences in Bandung. It took 72% coefficient of determination.
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial,manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Manusia
sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain.
Bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup,dan sistem
kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan kepentingan antara satu manusia
dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga sejarah dan saat ini,manusia telah
disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok
mereka. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Nimmo (2011 : 6) berpendapat bahwa:
Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol – simbol.
Stoner dan Wankel dalam Moekijat (2003: 61) mengemukakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses dengan mana orang-orang berusaha memberikan pengertian melalui
penyampaian pesan-pesan berupa lambang.Himstreet dan Baty dalam Moekijat (2003: 74)
mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi dimana dua
orang atau lebih melalui suatu sistem simbol-simbol,isyarat-isyarat dan perilaku yang sudah
lazim. Effendy (2001:78) bahwa komunikasi penting bagi manusia sebab tanpa komunikasi
tidak akan terjadi suatu interaksi dan tukar menukar pengetahuan atau pengalaman. Dari
beberapa pendapat para ahli dapat kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain yang bertujuan menyampaikan
maksud yang ingin disampaikan. Sebegitu besarnya pengaruh komunikasi sehingga tidak
dapat dipungkiri lagi seluruh aspek dalam kehidupan manusia selalu tidak luput dari
komunikasi. Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang dengan cukup pesat dan
menimbulkan bermunculannya begitu banyak media baru yang memberikan dampak pada
kehidupan sosial masyarakat,khususnya media elektronik terus berkembang membuat jarak
menjadi begitu dekat dan informasi semakin mudah diperoleh. Media elektronik yang sangat
populer pada dewasa ini salah satu nya adalah jejaring sosial atau social networking adalah
suatu media online dimana para penggunanya dapat berpartisipasi,berbagi dan berinteraksi
dengan orang lain tanpa mengenal ruang, jarak dan waktu. Jejaring sosial lahir seperti
Facebook,Blackberry Messenger, Instagram,Path,Twitter dan masih banyak lagi. Aditya
Firmansyah (2010 : 10) mengemukakan bahwa:
Jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia,serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut.
Dengan hampir jutaan masyarakat dunia telah bergabung menjadi satu dalam berbagai
banyaknya jenis dari jejaring sosial ini. Setiap jenis jejaring sosial seperti Facebook,Black
Berry Messenger,Instagram,Path ataupun Twitter dan lain sebagainya memiliki keunggulan
masing-masing dan fungsi yang berbeda satu dengan yang lainnya . Dengan begitu
banyaknya jenis dan pengguna di setiap jejring sosial yang kini berkembang membuat banyak
pula yang dampak yang sangat berengaruh bagi kehidupan sehari-hari khususnya pada
masyarakat perkotaan. Banyak orang yang memanfaatkan jejaring sosial untuk dapat
mencapai tujuan yang dicapai. Jejaring sosial telah sangat banyak mempengaruhi kehidupan
manusia termasuk di bidang politik yang juga terkena dampak langsung keberadaan jejaring
sosial. Dalam bidang politik sendiri yang di dalamnya juga terdapat komunikasi politik yang
membuat masyarakat untuk dapat terpengaruh memilih calon untuk mendapatkan sebuah
kekuasaan. Karena komunikasi politik sangat penting dalam politik. Rudini (1993:3)
mengemukakan bahwa :
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik yang amat penting. Komunikasi politik menyalurkan aspirasi dan kepentingan olitik rakyat yang menjadi input sistem politik dan pada waktu yang sama ia juga menyalurkan kebijakan yang diambil atau output sistem politik itu.
Salah satu bentuk kegiatan politik yang terkena dampak jejaring sosial adalah
kampanye politik..Sangat menarik untuk diamati adalah pergeseran bentuk kampanye politik
yang dilakukan oleh para calon dalam kampanye. Kita tahu sebelum berkembanganya
teknologi komunikasi masih sangat banyak di jumpai bagaimana cara kampanye dengan
memasang umbul-umbul besar,spanduk-spanduk seseluruh badan jalan,berbagai poster juga
baliho memenuhi seluruh sudut kota yang sebenarnya cukup begitu banyak memiliki dampak
baik positif dan negative di dalamnya. Banyak yang menggunakan media baru dalam
kampanye untuk menarik masa sebanyak-banyaknya dan untuk memilih dalam pemilu.
Dalam waktu dekat ini,Indonesia akan melakukan pesta demokrasi yaitu pemiu 2014 yang
dilakukan secara serentak di seluruh pelosok negeri. Dari beberapa partai peserta pemiu 2014
melakukan berbagai upaya kampanye untuk menarik perhatian massa. Berbagai cara mulai
dari cara-cara lama seperti penggunaan baliho, menyebarkan berbagai poster juga umbul-
umbul. Muncul diberbagai acara televisi dengan berbagai pencitraan yang ada juga dilakukan
oleh partai politik peserta pemilu 2014 dalam mengusung calon presiden nya masing -
masing. Beberapa tim sukses capres dan cawapres pun juga memanfaatkan sosial media
sebagai sarana untuk menarik perhatian massa. Hampir semua jejaring sosial yang ada juga
dimanfaatkan salah satunya adalah twitter.
20 Negara teratas pengguna akun twitter
Sumber: Semiocast (2012) lembaga riset media sosial yang berpusat di Paris, Perancis.
Berdasarkan data diatas bahwa Indonesia salah satu 5 negara terbesar pengguna twitter di dunia. Hal ini menjadi marketing politik bagi para calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bersaing merebut simpati rakyat dalam pesta demokrasi pemilu presiden 2014.
persentase usia pengguna twitter
Sumber : beevolve (2012) perusahaan perangkat lunak di Amerika Serikat.
Berdasarkan data yang diperoleh diatas sebagian besar usia rata – rata pengguna
twitter berkisar antara 15-25 tahun. Dari data tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa
pengguna twitter yaitu didominasi oleh kalangan muda salah satu market politiknya yaitu
para pelajar yang notabene adalah para pemilih pemula yang mana nantinya akan terlibat
secara langsung dalam pemilu 2014. Hal ini tentunya bisa dijadikan solusi alternatif bagi
partai politik dalam melakukan kampanye lebih sehat dan kompetitif dengan memanfaatkan
media elektronik yaitu berupa jejaring sosial twitter . Melalui pemanfaatan jejaring sosial
twitter partai politik dapat memangkas anggaran kampanye menjadi lebih murah dan efisien
serta tidak perlu lagi melakukan kampanye dengan merusak estetika kota dengan umbul-
umbul
Popularitas Tokoh Nasional di Jejaring Sosial Twitter
Sumber : https://twitter.com/ (data diolah oleh penulis 2014)
Dari tabel diatas gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menempati posisi teratas
popularitas tokoh nasional di jejaring sosial twitter sedangkan calon presiden yang diusung
Peringkat Tokoh Nasional Alamat Twitter Followers
1 Jokowi @jokowi_do2 2,46 juta
2 Dahlan Iskan @iskan_dahlan 1,34 juta
3 Prabowo Subianto @Prabowo08 1,32 juta
4 Jusuf Kalla @Pak_JK 1,17 juta
5 Hatta Rajasa @Hattarajasa 841 ribu
6 Mahfud MD @mohmahfudmd 709 ribu
7 Wiranto @wiranto1947 697 ribu
8 Gita Wirjawan @Gwirjawan 616 ribu
9 Abu Rizal Bakrie @aburizalbakrie 518 ribu
10 Hary Tanoesoedibjo @harytanoe 13 ribu
oleh partai Golkar Abu Rizal Bakrie menempati posisi terbawah popuaritas tokoh nasional.
Berdasarkan semua pemaparan yang telah disampaikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Pengaruh Jejaring Sosial Twitter Sebagai Media Sosialisasi Calon Presiden 2014
Terhadap Preferensi Pemilih Pemula.
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
kuantitatif atau positivistik sebagai mana pendapat sugiyono (2011 : 14) sebagai berikut :
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif adalah obyektif, terukur rasional
dan sistematis. Sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh S.Arikunto (2002: 11) yang
menjelaskan tentang beberapa keuntungan penelitian yang disajikan secara kuantitatif yaitu
sebagai berikut:
1. Kejelasan unsur: tujuan pendekatan,subjek,sampel,sumber data sudah mantap dan rinci sejak awal.
2. Langkah penelitian: segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun.
3. Dalam desain: desain,langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan jelas.
4. Pengumpulan data: kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
5. Analisis data: dilakukan sesudah semua data terkumpul
Dapat diketahui bahwa dengan penyajian secara kuantitatif,maka penelitian akan
tersusun secara sistematis walaupun dalam penelitian ini peneliti juga memerlukan penyaji
secara kualitatif. Menurut Sukmadinata dalam Rimbawan (2011: 53) deskriptif ialah
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,baik fenomena yang bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia. Berdasarkan pendapat di atas,maka peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif,yaitu penelitian yang menggunakan observasi,wawancara atau angket
mengenai keadaan sekarang ini terhadap subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket kita
menumpulkan data untuk menguji hipotesis atau menjawab suatu pertanyaan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam suatu penelitian,untuk mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumulan data yaitu sebagai berikut :
a. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi pengaruh twitter sebagai media
sosialisasi capres 2014 terhadap preferensi pemilih pemula,maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan kuesioner/angket. Nana Sudjana (1996: 8) mendefinisikan bahwa
angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan datar isian atau daftar pertanyaan
yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calo resonden hanya tinggal
mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat.
Angket yang dipilih oleh penelitidalam peneitian ini menggunkan angket
tertutup,artinya jawaban angket telah disediakan oleh peneliti,selanjutnya responden tinggal
memilih atau menjawab pilihan jawaban sesuai dengan pribadinya.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data – data yang erat
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti,dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah
data yang mendukung terhadap penelitian yang dilakukan. Teknik studi dokumentasi dijlaskan
oleh suharsimi arikunto (2006: 158) sebagai berikut:
Dokumentasi asal katanya dokumen,yang artinya barang – barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, menyelididki benda – benda tertulis,seperti buku-buku,majalah,dokumen,peraturan-peraturan,notulen, rapat,catatan harian dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 terhadap
preferensi pemilih pemula.
c. Studi Literatur
Studi literatur yaitu mempelajari buku-buku sumber untuk mendapatkan data atau
informasi teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara memepelajari dan
mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,teknik ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi atau data tambahan yang masih relevan dengan isu penelitian
yang tidak dapat dari wawancara atau observasi.
e. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para pelajar pemilih pemula di
kalangan SLTA di kota Bandung yaitu :
1. SMKN 4
2. SMAN 8
f. Subjek Penelitian
Arikunto (2009: 152) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah benda,hal atau
orang tempat data untuk variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pemilih pemula di
kalangan pelajar yang dalam hal ini diambil sampel dari 2 SLTA yang ada di Kota Bandung
yang berumlah 314 siswa.
Rumus 3.1Rumus Slovin
(Arikunto, 2006: 116)
Keterangan:
n = Ukuran sampel keseluruhan
N = Ukuran populasi
e = Bound of Error
= 314 1+314 (0,1)2
= 314 1+314( 0,01)
= 99,68254 = dibulatkan menjadi 100 orang
Setelah diketahui hasil penghitungan berdasarkan rumus Slovin tersebut. Maka jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 100 orang.
g. Uji Validitas dan Reablitas
Pengujian instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengukur dan menganalisis seberapa baik instrumen itu dibuat untuk kemudian diberikan
kepada responden. Pengujian instrumen penelitian dalam hal ini ialah mengenai uji validitas
dan uji reliabilitas intrumen.
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah
instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini valid atau tidak. Instrumen yang valid berarti
instrumen yang berperan sebagai alat ukur adalah valid. Menurut Sugiyono (2008: 348)
“valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.”
Teknik uji validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis daya pembeda,pengujian daya pembeda yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menggunakan t-test. Untuk menguji daya pembeda secara signifikan
digunakan rumus t-test sebagai berikut:
Rumus 3.4
Rumus t-test
Di mana:
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik internal
consistency. Sugiyono (2010: 131) menyatakan bahwa:
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency,dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,kemudian data yang diperoleh dianalisis dengna teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
(Sugiyono, 2010: 128)
Sumber: Diolah Peneliti 2014
Melihat pendapat Sugiyono tersebut maka peneliti menggunakan uji reliabilitas
instrumen dengan teknik ‘Rumus Alpha’. Peneliti menggunakan ‘Rumus Alpha’ karena
dalam hal ini peneliti menggunakan angket dengan skala Likert. Sebagaimana yang
dikemukakan Arikunto bahwa “Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. ‘Rumus Alpha’ yang
digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
Rumus 3.5
Rumus Alpha
=
di mana:
r : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
: jumlah varian butir
: varian total (Arikunto, 2002: 171)
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Preferensi Pemilih Pemula
Gambaran Umum Preferensi Pemilih Pemula di SMAN 8 Bandung
Kriteria Frekuensi Persentase
Tinggi 6 12%
Sedang 37 74%
Rendah 7 14%
Jumlah 50 100%
Sumber: SPSS 17.0 (data diolah oleh penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat pada kolom total bahwa sebagian besar responden yaitu
sebesar atau 37 orang pada SMA Negeri 8 memiliki Preferensi Pemilih Pemula pada
tingkat sedang. Sebanyak 7 orang atau 14% memiliki Preferensi Pemilih Pemula yang
rendah, sedangkan yang memiliki Preferensi Pemilih Pemula tinggi sebesar 12% atau 6
orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat frekuensi di SMA Negeri 8 Bandung cukup tinggi.
Pada undang-undang Pilpres 2008 dalam ketentuan umun disebutkan bahwa Pemilih adalah
Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin UU Pilpres (2008: 6). Sedangkan yang dimaksud dengan pemilih pemula
adalah mereka yang telah berusia 17-21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam
daftar pemilih tetap (DPT) serta pertama kali mengikuti pemilihan umum,baik pemilihan
legislatif maupun pemilihan presiden UU Pilpres (2008: 7). Pemilih pemula sebagai target
untuk dipengaruhi karena dianggap belum memiliki pengalaman voting pada pemilu
sebelumnya,jadi masih berada pada sikap dan pilhan politik yang belum jelas. Pemilih
pemula yang baru mamasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas
untuk menentukan kemana mereka harus memilih. Sehingga, terkadang apa yang mereka
pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula
sangat rawan untuk dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi politik kepentingan
partai-partai politik. Ketidaktahuan dalam soal politik praktis,terlebih dengan pilihan-pilihan
dalam pemilu,pilkada.ataupun pilpres membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional
dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya
dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya,misalkan
digunakan untuk penggalangan masa dan pembentukan organisasi underbow partai.
Gambaran Umum Preferensi Pemilih Pemula di SMKN 4 Bandung
Kriteria Frekuensi Persentase
Tinggi 5 10%
Sedang 38 76%
Rendah 7 14%
Jumlah 50 100%
Sumber: SPSS 17.0 (data diolah oleh penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat pada kolom total bahwa sebagian besar responden yaitu
sebesar atau 38 orang pada SMKN 4 memiliki Preferensi Pemilih Pemula pada tingkat
sedang. Sebanyak 7 orang atau 14% memiliki Preferensi Pemilih Pemula yang
rendah,sedangkan yang memiliki Preferensi Pemilih Pemula tinggi hanya 10% atau 5
orang.Teori persuasi mengatakan bahwa orang mengikuti komunikasi untuk mencapai tujuan
yakni untuk bertukar informasi dan mengurangi ketidakpastian karena mereka berusaha
menambah khazanah dan atau memperoleh bimbingan. Pemilih pemula mayoritas memiliki
rentang usia 17-21 tahun,kecuali karena telah menikah. Menurut Prijono dalam Badzira
(2013: 4) remaja pada umumya mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku,sikap dan
nilai,dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat dapat berbeda dengan orang
dewasa.Mayoritas pemilih pemula adalah pelajar (SMA),mahasiswa dan perkerja muda.
Pemilih pemula merupakan pemilih yang sangat potensial dalam perolehan suara pada
Pemilu. Bila melihat hasil quick count Pilpres 2014 yang berbeda ketika dilakukan oleh
lembaga-lembaga survey sehingga menimbulkan ketegangan di masyarakat khususnya di
kalangan pemilih pemula. Fenomena politik yang sangat menyita perhatian ini sehingga
publik mengalami disorientasi pemahaman terhadap hasil hitung cepat dan untuk
memperjelas bagaimana realitas sebenarnya dibalik perbedaan hasil perhitungan
tersebut.Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa para pemilih pemula di Kota
Bandung memilih bukan karena daya tarik terhadap partai melainkan melihat figur dan
polpularitas di social media.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Pemilih Pemula di Kota Bandung
Gambaran Umum Jejaring Sosial Twitter Sebagai Media Sosialisasi Calon
Presiden 2014 di SMAN 8 Bandung
Kriteria Frekuensi Persentase
Tinggi 2 4%
Sedang 42 84%
Rendah 6 12%
Jumlah 50 100%
Sumber: SPSS 17.0 (data diolah oleh penulis)
Dari tabel di atas dapat dilihat pada kolom total hampir seluruhnya responden menilai
tingkat jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 sedang yaitu
sebesar atau 42 orang. Sebanyak 6 orang atau 12% menilai tingkat jejaring sosial twitter
sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 kerja yang rendah, sedangkan yang menilai
tingkat jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 tinggi hanya 4%
atau 2 orang. Sebagai variabel x bahwa tingkat frekuensi di angka sedang sangat
mendominasi persentase. Hal ini berarti jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon
presiden 2014 didominasi di tengah-tengah antara kriteria tinggi dengan kriteira rendah.
Dilihat dari tabel diatas jumlah total sebanyak 50 orang yang dijadikan sebagai
responden.Hal ini menunjukan bahwa internet berpengaruh besar serta mempengarui setiap
prilaku para pemilih khususnya pemilih pemula. Perilaku pemilih pemula dalam pemilu
presiden sangat beragam diantaranya yaitu kesamaan Ideologi yang dipengaruhi oleh kondisi
melek politik,personal events yang dipengaruhi oleh kondisi keharmonisan dan kondisi
sejarah dari kandidat,orientasi policy problem solving yang dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi,candidate personality (Citra Kandidat) yang dipengaruhi oleh kondisi
ketokohan,social imagery (Citra Sosial) yang dipengaruhi oleh kondisi kedaerahan,kondisi
kesadaran gender dan kondisi status sosial,current events (Peristiwa Mutakhir) yang
dipengaruhi oleh kondisi kesimpatikan,lingkungan yang dipengaruhi oleh kondisi kurangnya
kesadaran dan pendidikan politik,pengalaman dengan kandidat yang dipengaruhi oleh kondisi
kepuasan terhadap kepemimpinan sebelumnya,visi dan misi kandidat yang dipengaruhi oleh
kondisi yang menguntungkan rakyat.Perbedaan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih
pemula dibandingkan dengan perilaku pemilih lebih cenderung masuk kedalam pendekatan
sosiologis dan psikologi.Melalui sosial media inilah para pemilih pemula mudah dalam
memperoleh dan mengakses informasi yang lebih mendala. Hampir seluruhnya responden
menilai tingkat jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 sedang
yaitu sebesar atau 39 orang. Sebanyak 8 orang atau 16% menilai tingkat jejaring sosial
twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 kerja yang rendah,sedangkan yang
menilai tingkat jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 tinggi
hanya 6% atau 3 orang. Para pemilih dewasa ini memilih calon Presiden bukan karena daya
tarik terhadap partai melainkan lebih karena ketertarikan terhadap tokoh yang ada di partai
tersebut. Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan
apatis,pengetahuan politiknya kurang,cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan
mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Ruang-ruang tempat di mana
mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa
kenyamanan dalam diri mereka. Adapun ruang-ruang tempat belajar politik tersebut yaitu
pertama,ruang keluarga. Di dalam lingkungan keluarga mereka belajar berdemokrasi pertama
kali,faktor keluarga sangat mempengaruhi cara pandang mengenai seluk-beluk kehidupan
yang ada di sekitarnya,termasuk pendidikan politik diperoleh pertamakali dari ruang
keluarga. Keluarga mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi secara emosional, sehingga
faktor orang tua bisa membentuk perilaku pemilih mereka. Kedua,teman sebaya atau peer
group. Pengaruh teman sebaya atau sepermainan menjadi faktor yang patut dipertimbangkan,
karena faktor eksternal ini bisa mempengaruhi informasi dan pendidikan politik. Teman
sebaya dipercaya tidak hanya bisa mempengaruhi persepsi dan tindakan positif tetapi juga
mempengaruhi persepsi dan tindakan negatif. Sehingga kecenderungan perilaku politiknya
berpotensi homogen dengan perilaku politik teman dekatnya. Ketiga, media massa dan media
sosial. Media massa dan media sosial mampu menyajikan sumber informasi politik kepada
khalayaknya secara efektif dan efisien, dalam hal ini para remaja atau pemilih pemula dalam
sehari bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi dan media sosial khususnya
twitter. Hal ini diperkuat dengan teori persuasi yang dikemukakan oleh Dan Nimmo (2005:
172) yang mengatakan orang mengikuti komunikasi untuk mencapai tujuan yakni untuk
bertukar informasi dan mengurangi ketidakpastian karena mereka berusaha menambah
khazanah atau memperoleh bimbingan.Pengetahuan politik pemilih pemula sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya. Perilaku pemilih masih erat dengan faktor
sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya jika ditinjau dari studi voting
behaviors. Namun yang membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah soal
pengalaman politik dalam menghadapi pemilu.
Preferensi yang dijadikan sandaran dalam melakukan pemilihan cenderung tidak stabil
atau mudah berubah-rubah sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya.
Faktor yang sangat penting adalah bagaimana pemilih pemula tak menjatuhkan pilihan
politiknya karena faktor popularitas belaka. Oleh karena itu,segenap komponen atau orang
yang memiliki otoritas wajib meliterasi (politik) pemilih pemula supaya menjadi pemilih
yang kritis dan rasional (critical and rational voters). Artinya dalam menjatuhkan pilihannya
bukan karena faktor popularitas, kesamaan etnis dan kedekatan emosional,namun karena
faktor rekam jejak,visi misi,kredibilitas dan pengalaman birokrasi. Upaya tersebut adalah
bagian dari warga negara terutama perilaku pemilih pemula dan karena melihat potensi suara
pemilih pemula yang signifikan pada Pemilu 2014. Hal itu penting karena pemilih pemula
adalah pemilih yang ikut andil menentukan pemimpin negeri ini tidak hanya pada Pemilu
2014 namun juga pemilu-pemilu selanjutnya. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator
kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya
masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari
suprastruktur politik maupun infrastruktur politik.Maka pemilih pemula masih terbuka
menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia. Ruang
berinteraksi yang begitu luas khususnya dalam media sosia membuat setiap individu dapat
beinteraksi dengan siapapun bahkan dengan aktor-aktor politik nasional dalam melontarkan
kritik, gagasan serta ide nya untuk membangun tanah air. Tingkat partisipasi yang tinggi
mengakibatkan persoalan bangsa yang begitu pelik mampu ditompang bersama-sama
sehingga diharapkan generasi muda sebagai pemilih pemula mampu memberikan dorongan
dengan semangat baru demi Indonesia yang lebih baik.
3. Pengaruh Twitter Terhadap Preferensi Pemilih Pemula
Output pada tabel 21 diatas dapat menjelaskan nilai korelasi Pearson antara variabel
X dengan Y pada siswa SMA 8 sebesar 0.749. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang kuat
antara variabel X dan variabel Y. sedangkan nilai korelasi. Tabel 21 tersebut juga
menjelaskan nilai Sig. korelasi pada tabel correlations sebesar 0.000.jika dibandingkan
dengan α = 0.05, nilai Sig. lebih kecil daripada α (Sig. ≤ α ), yaitu 0.000 ≤ 0.05. Artinya ada
hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. jika dilihat berdasarkan tabel
interpretasi skor koefisien korelasi ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
antara Jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 terhadap
Preferensi Pemilih Pemula. Artinya terdapat hubungan yang erat antara variabel X dan
variabel Y.Pada pilpres kali ini pada akhirnya pemenang akan ditentukan oleh seberapa kuat
dukungan jaringan sosial yang mampu digerakkan capres dan cawapres bersama tim
suksesnya dengan sumberdaya yang dimilikinya di babak akhir. Ini adalah medan
pertarungan nyata melalui pertarungan opini di media nasional dan media sosial.Menurut
Mitchell (1969: 8) untuk memahami dukungan politik dari susunan hubungan sosial dari
masyarakat yang kompleks perlu membaca struktur jaringan sosialnya. Mengingat tentu tidak
mungkin kita membaca dukungan publik secara keseluruhan dalam waktu singkat maka
dukungan politik dapat dibaca dari teknologi pemetaan sosial,misalnya melalui
survey,kemudian melalui persepsi atau opini media serta dengan pemetaan jaringan
sosial.Dukungan di media sosial twitter terhadap capres-cawapres pasangan nomor urut 2
Jokowi-Jusuf Kalla lebih unggul dibanding pasangan no urut 1 Prabowo-Hatta Rajasa. Peta
dukungan opini di media sosial menunjukkan keunggulan yang stabil bagi pasangan Jokowi-
Jusuf Kalla. Selanjutnya kita akan melihat perbandingan analisa jaringan sosial kedua
kandidat. Peran kerja jaringan sosial menjadi mutlak bagi kedua kandidat. Mobilisasi jaringan
sosial yang riil akan memberikan kemenangan mutlak. Terutama sekali bagi kandidat yang
mampu untuk menjaga, menggerakkan serta mengamankan suara riil. Dalam sisa waktu yang
tersedia,kemenangan capres dan cawapres akhirnya akan sangat ditentukan oleh gerak
jaringan sosial yang massif dari setiap kandidat khususnya pemilih pemula yang memiliki
potensi besar dalam mendulang suara sangat menentukan kemenangan.Kemudian berikut ini
adalah besar koefisien determinasi yang ditemui oleh peneliti dari jejaring sosial twitter
sebagai media sosialisasi calon presiden 2014 sebagai faktor yang mempengaruhi Preferensi
Pemilih Pemula di lingkungan SMA 8.Jadi Preferensi Pemilih Pemula dipengaruhi sebesar
56% oleh jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon presiden dan sisanya 44%
dipengaruhi oleh faktor lain. Tentunya ini merupakan fenomena baru pada perpolitikan tanah
air karena teknologi sangat berpengaruh dalam pendekatan politik di era informasi dan
teknologi. Informasi terkait setiap kandidat calon Presiden menjadi sangat mudah diakses
oleh setiap orang untuk menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan nya untuk
Indonesia. Nilai korelasi Pearson antara variabel X dengan Y pada siswa SMK 4 sebesar
0.412. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel Y.
Tabel 13 tersebut juga menjelaskan nilai Sig. korelasi pada tabel correlations sebesar
0.000.jika dibandingkan dengan α = 0.05, nilai Sig. lebih kecil daripada α (Sig. ≤ α ), yaitu
0.000 ≤ 0.05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Jika
dilihat berdasarkan tabel interpretasi skor koefisien korelasi ini menunjukkan adanya
hubungan yang lemah antara antara Jejaring sosial twitter sebagai media sosialisasi calon
presiden 2014 terhadap Preferensi Pemilih Pemula.Berbeda dengan di SMA Negeri 8
Bandung,di SMK Negeri 4 Bandung para siswa yang notabene sebagai pemilih
pemula,kurang memanfaatkan twitter dalam menggali serta mengakses informasi terkait
pilpres pada kali ini,akan tetapi pengaruh media nasional serta informasi tentang keunggulan
kandidat no urut 2 di twitter yag diberitakan media nasional mempengaruhi preferensi siswa
di SMK Negeri 4 Bandung. Pertarungan jaringan sosial sangat menentukan. Pasangan
Prabowo-Hatta Rajasa menggerakkan struktur jaringannya cenderung dari atas ke bawah dan
Jokowi-Jusuf Kalla dari arus bawah. Ada banyak jaringan sosial yang tergarap dan
pertarungan sengit nampak terjadi di jaringan sosial seperti perebutan jaringan masyarakat
adat,jaringan kebudayaan,jaringan petani,jaringan buruh, jaringan santri,jaringan militer dan
veteran,jaringan pengusaha,jaringan pekerja seni,jaringan profesi,golongan ekonomi dan
khususnya golongan pelajar(pemilih pemula).
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Alfian. (1978). Pemikiran Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ali, Novel. (1999). Peradaban Komuikasi Politik Potret ManusiaIndonesia.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arrianie, Lely. (2010). Komunikasi Politik Politisi dan Pencitraan di PanggungPolitik. Bandung: Widya Padjajaran.
Arifin , Anwar. (2011). Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-TujuanStrategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta : Graha Ilmu.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Creswell, John W. (2010). Research Design PendekatanKualitatif,Kuantitatif,dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danial, Endang dan Nanan Wasriah. (2005). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
Eriyanto.(1999). Metode Polling Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung:PTRemaja Rosdakarya.
Firmanzah. (2008). Marketing Politik- Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:Obor Indonesia.
James Lull. (1998). Media,Komunikasi,Kebudayaan,Suatu PendekatanGlobal.Alih Bahasa A.Setiawan Abadi. Jakarta: Obor Indonesia.
Nasution,Zulkarnaen.(1990) Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Jakarta:Yudhistira.
Nazir,M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nimmo.(2010) Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Alih Bahasa,TjunSurjaman. Bandung:Remaja Rosdakarya
Nimmo.(2011)KomunikasiPolitikKomunikator,Pesan,Media.Alih Bahasa TjuSurjaman. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sihombing Emrus.(2009) Mengungkap Makna Politik Dibalik PerilakuKomunikasi Politik Para Aktor Politik.Bandung:Unpad Press.
Sugiyono.(1994).Metode Penelitian Administrasi.Bandung: Alfabeta
Sugiyono.(2012). Metoda Penelitian Pendidian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sugiyono.(2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo,Hermawan dkk. (1998) Pemilu dan Kekerasan Politik. Jakarta: Pusat
Penelitian Politik.
Tabroni, Roni. (2012) Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung:Simbiosa
Rekatama Media.
2. Skripsi, Karya Ilmiah
Dwi,Ratih (2010). Peran Media Sosial Online(Facebook) sebagai Saluran Self Discloruse
Remaja Putri di Surabaya.Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.Jawa Timur:Tidak diterbitkan
Nurmala,Krisna Dewi.(2013) Pengaruh Penggunaan Social Networking Melalui Facebook
Terhadap Pengembangan Nilai Moral Sosial Di Sekolah.Skripsi Sarjana Pendidikan
Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rimbawan,Agung Bhakti.(2011) Pengaruh Televisi Lokal Dalam Membentuk Persepsi
Masyarakat Kota Bandung Terhadap Isu-Isu Politik. Skripsi Sarjana Pendidikan
Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
3. Online
http://kompas.com
http://semiocast.com
http://beevolve.com
http://twitter.com
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:social-network.svg
4. Dokumen
______ (2013). Pedoman Penulisan Karya Imiah, Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.