Jurnal Ckd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ckd

Citation preview

BAB IPENDAHULUANPenyakit Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di seluruh dunia. Penyakit Ginjal Kronik menggambarkan suatu keadaan ginjal yang abnormal baik secara struktural maupun fungsional. Penyakit Ginjal Kronik ini mempengaruhi 10-15% populasi orang dewasa di negara-negara barat. Hal ini diakui sebagai kondisi umum yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian. Penyakit ginjal kronik biasanya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Tes laboratorium berguna dalam mendeteksi masalah yang berkembang. Perawatan medis pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (CKD) harus berfokus pada pengendalian gangguan yang mendasari, memperlambat perkembangan penyakit, dan mengobati komplikasi dari penyakit.

BAB IIISI

a. Definisi Penyakit Ginjal Kronik merupakan kerusakan ginjal dengan atau tanpa penurunan tingkat filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 yang terjadi 3 bulan (Kidney, et al., 2014).Pada tahun 2002, Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) telah menerbitkan klasifikasi untuk menentukan Penyakit Ginjal Kronik dalam perkembangannya. Klasifikasi ini terdiri dari 5 tahap yaitu, sebagai berikut : Tahap 1 : kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90 mL/min/1.73 m2) Tahap 2 : penurunan ringan pada GFR (60-89 mL/min/1.73 m2) Tahap 3 : penurunan moderat pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m2) Tahap 4 : penurunan berat pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m2) Tahap 5 : kegagalan ginjal (GFR 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.d. Kebutuhan elektrolit dan mineralKebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan penyebab dasar penyakit ginjal tersebut (underlying renal disease).2. Terapi simtomatika. Asidosis metabolik Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/L.b. Anemia Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis inisial 50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu.Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak. Sasaran hemoglobin adalah 11-12 gr/dL.c. Keluhan gastrointestinalAnoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan utama yang sering dijumpai pada PGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.d. Kelainan kulitTindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit. e. Kelainan neuromuskular Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.f. Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat enzim pengkonversi angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme inhibitor/ ACE inhibitor). Melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan antihipertensi dan antiproteinuria.g. Kelainan sistem kardiovaskularPencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit.3. Terapi pengganti ginjalTerapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.a. HemodialisisTindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi selektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi selektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat.b. Dialisis peritoneal (DP)Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien- pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.c. Transplantasi ginjal(Hogg, et al., 2003 dan KDOQI, 2014)

h. KomplikasiPGK dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, seperti: anemia, penyakit mineral tulang (MBD/mineral and bone disorder), asidosis metabolik, ketidakseimbangan kalium dan natrium, ketidakseimbangan cairan, serta kekurangan gizi. Pasien dengan PGK perlu dipantau untuk setiap kondisi tersebut dan ditangani ketika komplikasi sudah teridentifikasi.1) AnemiaAnemia merupakan komplikasi PGK dimana penurunan yang signifikan dalam hemoglobin (Hb) biasanya terlihat pada pasien dengan PGK grade 3b atau lebih. Berdasarkan pedoman 2013 KDIGO, anemia pada PGK didefinisikan sebagai jumlah Hb