Juknis P2KH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Juknis P2KH

Citation preview

  • 1

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara

    efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan

    sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan

    lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang

    sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

    Dalam kaitan itu, penataan Ruang sebagai matra spasial pembangunan kota

    merupakan alat untuk mengkoordinasikan pembangunan perkotaan secara

    berkelanjutan. Selaras dengan amanat UUPR pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk

    pengembangan kawasan perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah

    dan lingkungan buatan. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan

    mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan

    dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.

    Selanjutnya untuk perwujudan salah satu atribut kota Hijau, Undang-Undang No. 26

    Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan bahwa 30% dari

    wilayah kota harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan komposisi 20%

    RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam

    Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.

    Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang telah dirintis oleh Kementerian

    Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, merupakan salah satu

    langkah nyata Pemerintah Pusat bersama-sama dengan pemerintah provinsi dan

    pemerintah kota/kabupaten dalam memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait

    pemenuhan luasan RTH perkotaan, sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim

    di Indonesia. P2KH merupakan inovasi program perwujudan RTH perkotaan yang

    berbasis komunitas.

    P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan kota hijau secara inklusif dan

    komprehensif untuk mewujudkan 8 (delapan) atribut kota hijau, yang meliputi: (1)

    perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan, (2) ketersediaan ruang

    terbuka hijau, (3) konsumsi energi yang efisien, (4) pengelolaan air yang efektif, (5)

    pengelolaan limbah dengan prinsip 3R, (6) bangunan hemat energi atau bangunan

    hijau, (7) penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan, dan (8) peningkatan

  • 2

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    peran masyarakat sebagai komunitas hijau. Pada tahap inisiasi, P2KH difokuskan

    pada perwujudan 3 (tiga) atribut, yaitu: perencanaan dan perancangan kota yang

    ramah lingkungan; perwujudan ruang terbuka hijau 30%; dan peningkatan peran

    masyarakat melalui komunitas hijau, namun pada tahap berikutnya diharapkan akan

    dapat lebih diperluas.

    Pada tahun 2011, kegiatan P2KH diawali dengan launching oleh Menteri Pekerjaan

    Umum, penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) oleh 60 Kota/Kabupaten

    peserta program P2KH, serta penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau oleh

    para Bupati/Walikota pada tanggal 7 November 2011 di Jakarta. Adapun

    pencanangan dimulainya P2KH dilaksanakan bersamaan dengan puncak peringatan

    Hari Tata Ruang 2011, dengan tema Empowerment for Green Cities: From Planning

    to Action pada tanggal 7 November 2011 di Jakarta.

    Selanjutnya pada tahun 2012, Kementerian Pekerjaan Umum c.q Ditjen Penataan

    Ruang akan memberikan fasilitasi perwujudan RAKH yang telah disusun oleh ke-60

    Kota/Kabupaten tersebut, selain itu 25 kab/kota yang telah menyampaikan konfirmasi

    keikutsertaan dalam P2KH akan mendapatkan fasilitasi penyusunan RAKH. Fasilitasi

    ini pada dasarnya merupakan bentuk insentif program bagi kota/kabupaten yang

    telah menyelesaikan RTRW-nya.

    Dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas sesuai dengan Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

    Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang

    adalah termasuk didalam urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan

    susunan pemerintahan, maka Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan

    Umum melalui Permen PU No 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Kegiatan Kementerian PU yang merupakan Kewenangan Pemerintah dan

    dilaksanakan melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, telah melimpahkan

    sebagian tugas Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah di Daerah

    melalui pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dekonsentrasi/Tugas

    Pembantuan Penataan Ruang Provinsi.

    Pelaksanaan P2KH perlu mendapatkan wadah yang tepat untuk pengelolaan secara

    efektif dan efisien yang nantinya menjadi gerakan kolektif di seluruh Indonesia.

    Pelaksanaan kegiatan dimaksud dilakukan melalui Tugas Pembantuan yang melekat

    pada SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Penataan Ruang Provinsi dalam hal

    ini Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Kawasan Perkotaan.

  • 3

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    1.2 Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan

    Pada tahun 2012, Ditjen Penataan Ruang mengimplementasikan kebijakan

    pelaksanaan kegiatan P2KH sebagai bagian dari upaya meningkatkan keterlibatan

    Pemerintah Daerah dalam program penganggaran Penataan Ruang. Dalam

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan

    Pemerintah dan Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Bab IV

    Pasal 8 bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang

    dapat dilaksanakan melalui Tugas Pembantuan (TP) kepada pemerintah

    provinsi/kabupaten/kota meliputi kegiatan Sumber Daya Air, Bina Marga, Perkotaan

    dan Perdesaan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Drainase, Permukiman,

    Bangunan Gedung dan Lingkungan, Jasa Konstruksi, dan Kegiatan Penataan Ruang.

    Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud untuk kegiatan yang

    bersifat fisik, dimana pemenuhan Ruang Terbuka Hijau kususnya, dapat

    diklasifikasikan ke dalam jenis kegiatan perkotaan.

    Secara pengertian, Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah

    Pusat kepada Gubernur dalam penyelenggaraan Penataan Ruang di daerah,

    sementara itu Tugas Pembantuan merupakan kewenangan Pemerintah Pusat,

    namun penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan

    Dekonsentrasi dan TP harus didasarkan pada komitmen bersama untuk mendorong

    agar pemerintah daerah berdaya dan mandiri dalam penyelenggaraan penataan

    ruang di daerah.

    Dalam Lampiran C.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2011

    tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang

    Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan

    Tugas Pembantuan, dijelaskan bahwa kebijakan operasional bidang penataan ruang

    diwujudkan sebagai berikut :

    a. Pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah

    daerah kabupaten/kota dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui :

    1) koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;

    2) sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang

    penataan ruang;

    3) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;

    4) pendidikan dan pelatihan;

    5) penelitian dan pengembangan;

  • 4

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    6) pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;

    7) penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan

    8) pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

    b. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional (kawasan perbatasan,

    KAPET, KESR, kawasan rawan bencana, kawasan lindung), provinsi, dan

    kabupaten/kota;

    c. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota;

    d. Pengawasan terhadap kinerja pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang di

    daerah;

    e. Pengawasan terhadap kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan

    ruang dan kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

    Dengan demikian, P2KH merupakan upaya pemerintah, dalam hal ini Kementerian

    PU c.q. Ditjen Penataan Ruang untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan

    penataan ruang dalam bentuk stimulan/insentif program untuk peningkatan kualitas

    dan kuantitas RTH. P2KH sekaligus dimaksudkan untuk membantu Kota/Kabupaten

    dalam memenuhi standar pelayanan perkotaan yang lebih baik, khususnya terkait

    RTH.

    1.3 Maksud, Tujuan, dan Sasaran

    1.3.1 Maksud

    Petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi PPK

    Pengembangan Kawasan Perkotaan, SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

    Penataan Ruang Provinsi dalam melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah

    kepada Pemerintah Provinsi agar pelaksanaan P2KH dapat berjalan secara efektif,

    efisien, transparan dan akuntabel, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

    undangan yang berlaku.

    1.3.2 Tujuan

    Petunjuk teknis pelaksanaan ini bertujuan untuk:

    a) Mewujudkan pelaksanaan tugas pembantuan yang efektif, efisien, transparan dan

    akuntabel dalam rangka meningkatkan kinerja pembinaan penataan ruang yang

    merupakan tugas Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum yang

    diselenggarakan di daerah melalui PPK Pengembangan Kawasan Perkotaan,

    SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Penataan Ruang Provinsi.

    b) Mewujudkan peningkatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

    Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam pelaksanaan P2KH 2012.

  • 5

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    1.3.3 Sasaran

    Sasaran pelaksanaan kegiatan dalam petunjuk teknis pelaksanaan ini adalah:

    a) Terwujudnya peningkatan kinerja dan kapasitas pemerintah provinsi dan

    pemerintah kota/kabupaten dalam pelaksanaan P2KH;

    b) Terselenggaranya kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal

    Penataan Ruang yang dilimpahkan ke daerah melalui SKPD

    Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Penataan Ruang Provinsi di masing-masing

    provinsi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

    1.4 Ruang Lingkup

    Penyusunan Petunjuk Teknis ini mencakup lingkup pelaksanaan kegiatan P2KH yang

    dilaksanakan pada lingkup wilayah administratif kota (city wide) dan kawasan

    fungsional perkotaan di wilayah administratif kabupaten.

    1.5 Keluaran

    a. Kegiatan Rutin

    Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terlaksananya administrasi

    kegiatan.

    b. Kegiatan Swakelola

    Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam

    klasifikasi kota/kabupaten peserta P2KH sebagai berikut:

    1) 60 kab/kota Peserta P2KH 2011 yang telah menyusun RAKH

    a. Sosialisasi/Kampanye Publik Program Pengembangan Kota Hijau

    b. Penyiapan Peta Hijau Kota (Green Map)

    c. Penyusunan Master Plan RTH Perkotaan

    d. Perencanaan Teknis Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH Perkotaan

    (Detail Engineering Design/DED)

    2) 25 kab/kota Peserta P2KH 2011 yang belum menyusun RAKH

    a. Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau, Sosialisasi P2KH, dan penyiapan

    Peta Hijau

    b. Penyusunan Masterplan RTH Perkotaan

    c. Kegiatan Kontraktual

    Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam

    klasifikasi kota/kabupaten peserta P2KH sebagai berikut:

    1) 60 kab/kota Peserta P2KH 2011 yang telah menyusun RAKH

    a. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH Perkotaan (penambahan luasan

    RTH di kota/kawasan perkotaan), termasuk pemeliharaan aset RTH

  • 6

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    b. Supervisi kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas RTH kota

    1.6 Prinsip-prinsip pelaksanaan P2KH

    1) Komitmen pimpinan daerah (Walikota/Bupati) yang diwujudkan melalui

    penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau bersama dengan Dirjen

    Penataan Ruang dan Kepala Dinas Provinsi yang membidangi penataan ruang;

    2) Adanya komitmen daerah untuk mengalokasikan besaran anggaran dalam APBD

    (termasuk ketersediaan lahan dan/atau program untuk peningkatan kuantitas

    RTH perkotaan dan kota hijau secara keseluruhan);

    3) Penetapan lokasi RTH kota yang strategis dan representatif. Insentif

    pembangunan RTH diharapkan memberikan efek leverage yang secara

    signifikan menambah presentase luasan RTH menuju RTH publik 20% serta

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan dan bukan sebatas kegiatan

    yang bersifat beautifikasi atau justru mengurangi luasan RTH eksisting;

    4) Adanya peran masyarakat/komunitas hijau (termasuk peran swasta dan

    pemangku kepentingan lainnya) yang responsif dalam pelaksanaan kegiatan

    untuk perwujudan kota hijau yang inklusif dan berkelanjutan.

  • 7

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    1.7 Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan

    Alur Pelaksanaan Kegiatan

    1.7.1 Indikator Keberhasilan Input

    Kejelasan spesifikasi 3 (tiga) atribut Kota Hijau:

    a. Green Planning and Design

    Dalam implementasinya, green planning and design diwujudkan melalui

    kegiatan:

    - Penyusunan Peta Hijau

    - Penyusunan Masterplan RTH (sebagai embrio Raperda/Perwali/Perbup

    tentang RTH)

    Baik Peta Hijau maupun masterplan yang disusun harus mampu

    menggambarkan upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memenuhi amanat

    Indikator Keberhasilan Proses

    1. Kejelasan Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

    2. Lokasi yang strategis sebagai leverage untuk RTH skala kota/perkotaan

    3. Mekanisme Koordinasi melalui pembentukan Tim Keterpaduan Pelaksanaan P2KH di Pusat dan Provinsi serta Tim Swakelola di Kota/Kabupaten

    4. Pelibatan komunitas yang responsif dan kemitraan dengan pihak lain

    5. Kualifikasi konsultan (individual kontrak) dan kontraktor terpilih

    6. Memperhatikan prinsip-prinsip Anggaran Responsif Gender (ARG)

    Proses

    Output

    Indikator Keberhasilan Output

    1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH (dalam %, dalam Ha tambahan luasan)

    2. Keberdayaan dan kemandirian pemerintah daerah

    3. Manfaat yang diterima oleh stakeholder (co-benefit)

    4. Perluasan ruang lingkup /cakupan kegiatan P2KH (up-scaling), akumulasi program dan anggaran tentang Kota Hijau/RTH , lokasi, dan pelaku kegiatan yang sinergis

    Input

    1. Kejelasan spesifikasi dari 3 (tiga) atribut Kota Hijau (green planning and design, green open space, green community)

    2. Insentif Kegiatan P2KH: A. 25 Kab/Kota: 1. Penyusunan RAKH, sosialisasi

    P2KH, dan penyiapan peta hijau

    2. Penyusunan Masterplan RTH Perkotaan

    B. 60 Kab/Kota: 1. Sosialisasi/Kampanye publik

    P2KH 2. Penyiapan peta hijau kota

    (green map) 3. Penyusunan masterplan RTH

    perkotaan 4. Perencanaan teknis

    peningkatan kualitas dan kuantitasRTH perkotaan

    5. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH perkotaan

    6. Supervisi kegiatan Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH perkotaan

    7.

  • 8

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    penyediaan RTH perkotaan sebesar 30% melalui program pembangunan yang

    berkesinambungan.

    b. Green Community

    Keikutsertaan masyarakat dalam penyediaan dan penataan RTH menjadi

    penting karena masyarakat akan menjadi penerima manfaat yang utama

    sekaligus membangun rasa kepemilikan (sense of ownership terhadap RTH).

    Saat ini di masyarakat sudah banyak terbentuk jaringan komunitas yang peduli

    akan perwujudan Kota Hijau. Dalam prosesnya, pelaksanaan kegiatan P2KH

    harus mampu melibatkan komunitas tersebut dan masyarakat agar kesadaran

    akan pentingnya RTH dan perubahan gaya hidup menjadi lebih peduli

    lingkungan dapat dipahami oleh masyarakat dan diwujudkan dalam praktek yang

    lebih luas. Format CSR yang dikembangkan oleh perusahaan swasta juga dapat

    menjadi salah satu pertimbangan.

    c. Green Open Space

    Dalam implementasinya Green Open Space diwujudkan melalui kegiatan

    penyusunan DED dan peningkatan kualitas dan kuantitas RTH perkotaan. Dalam

    kegiatan penyusunan DED faktor kreatifitas dan inovasi harus ditonjolkan

    sehingga dapat dihasilkan RTH yang sesuai dengan karakteristik dan potensi

    kota sehingga dapat memenuhi fungsinya baik secara ekologis, sosial, bahkan

    ekonomi.

    1.7.2 Indikator Keberhasilan Proses

    Terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi terkait keberhasilan proses

    pelaksanaan program P2KH, antara lain:

    1. Kejelasan Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota yang ditunjukkan melalui:

    a. Pernyataan kesiapan sharing anggaran yang ditunjukkan melalui

    pencantuman kegiatan P2KH dalam APBD (DIPA) 2012, setidaknya sama

    besarnya dengan fasilitasi Ditjen Penataan Ruang;

    b. Jaminan pemeliharaan RTH oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setelah proses

    serah terima aset hibah RTH.

    2. Lokasi yang strategis sebagai leverage untuk RTH skala kota/perkotaan

    Untuk kegiatan implementasi fisik peningkatan kualitas dan kuantitas RTH, harus

    dipilih lokasi yang strategis dan representatif dalam skala perkotaan. Hal ini

    dikarenakan kegiatan pembangunan RTH tersebut hanya berfungsi sebagai

    stimulus untuk keberlangsungan pemenuhan luasan RTH di masa yang akan

  • 9

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    datang. Sehingga diharapkan lokasi dan desain RTH yang akan dibangun dapat

    memberikan efek leverage yang secara signifikan menambah luasan RTH kota

    dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan secara keseluruhan.

    Lokasi prioritas pembangunan RTH tersebut harus ditetapkan melalui SK

    Walikota/Bupati sehingga berkekuatan hukum.

    Kriteria lokasi RTH yang strategis:

    a. Berada di pusat kegiatan sosial ekonomi kota/kawasan perkotaan

    b. Mudah diakses oleh publik (berdekatan dengan prasarana dan sarana

    transportasi umum)

    c. Dapat berupa lokasi yang menjadi landmark kota seperti: situ, sempadan

    sungai, hutan kota, taman kota, dll.

    3. Mekanisme koordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota

    a. Dalam rangka koordinasi yang efektif, efisien, dan konsisten, maka perlu

    disusun Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat, Tim Peningkatan

    Pelaksanaan P2KH di Provinsi, dan Tim Swakelola Pelaksanaan P2KH di

    Kabupaten/Kota yang secara berurutan ditetapkan melalui SK Dirjen

    Penataan Ruang, SK Gubernur, dan SK Walikota/Bupati. Mekanisme

    koordinasi antar tim teknis tersebut akan dijabarkan secara lebih rinci pada

    Bab 3 dari petunjuk teknis ini.

    b. Dalam rangka pembinaan pusat terhadap pelaksanaan kegiatan P2KH di

    SKPD Provinsi, akan dilakukan pertemuan teknis secara bersama sekurang-

    kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran yang dikoordinasikan

    oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang c.q. Direktorat Perkotaan.

    Pertemuan pertama dimaksudkan sebagai persiapan pelaksanaan termasuk

    melakukan pembahasan substansi Kerangka Acuan Kerja, baik untuk

    pekerjaan swakelola maupun kontraktual yang akan dilakukan oleh SKPD.

    Pertemuan kedua dimaksudkan sebagai evaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan

    SKPD termasuk pembahasan substansi laporan baik pekerjaan swakelola

    maupun pekerjaan Kontraktual.

    Apabila diperlukan, pertemuan lainnya dapat dilakukan untuk membahas hal-

    hal yang bersifat khusus dan strategis berkaitan pelaksanaan kegiatan P2KH

    di daerah, atau yang berkaitan dengan keadaan tertentu dan bersifat

    mendesak. Konsultasi terkait substansi dan proses kegiatan P2KH dapat

  • 10

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    dilakukan secara langsung kepada Direktorat Jenderal Penataan Ruang c.q.

    Direktorat Perkotaan.

    4. Pelibatan komunitas yang responsif dan kemitraan dengan pihak lain

    Dalam pelaksanaannya diharapkan agar kegiatan P2KH tidak semata-mata

    menjadi agenda pemerintah, untuk itu keterlibatan komunitas yang responsif

    terhadap perwujudan Kota Hijau sangatlah penting. Komunitas tersebut dapat

    dibentuk melalui kegiatan sosialisasi dan hendaknya dilibatkan dalam setiap

    kegiatan P2KH yang meliputi penyusunan peta hijau, penyusunan masterplan,

    pembuatan DED, dan implementasi fisik, demikian agar timbul rasa memiliki dan

    kepedulian. Komunitas dimaksud dapat berupa kemitraan antara pemerintah

    dengan pihak swasta/BUMN/BUMD untuk menjaga kesinambungan perwujudan

    Kota Hijau yang tidak semata-mata mengandalkan pada APBN/APBD.

    5. Kualifikasi konsultan (individual kontrak) dan kontraktor terpilih

    Sebagian dari kegiatan P2KH bersifat kontraktual dan sebagian lagi merupakan

    swakelola, dengan tenaga ahli individual kontrak. Oleh karena itu pemilihan

    tenaga ahli konsultan dan kontraktor yang kompeten adalah sangat penting.

    tenaga ahli dan kontraktor terpilih diutamakan yang memiliki pengalaman dalam

    mengerjakan proyek-proyek lansekap/RTH. Untuk selanjutnya kualifikasi pihak

    ketiga diatur dalam dokumen lelang yang memuat Rencana Kerja dan Syarat-

    Syarat (RKS), Rincian Volume Pekerjaan (BQ), dan Rencana Anggaran Biaya

    (RAB/EE).

    6. Prinsip-prinsip Anggaran Responsif Gender (ARG)

    Pelaksanaan kegiatan P2KH harus memperhatikan prinsip-prinsip Anggaran

    Responsif Gender (ARG). ARG merupakan kebijakan perwujudan anggaran

    yang berupaya adil dan responsif terhadap kabutuhan setiap kelompok

    masyarakat, khususnya kelompok yang rentan (difable, lansia, wanita, dan anak-

    anak) yang biasanya terabaikan dalam program-program pembangunan.

    ARG diterapkan agar penggunaan anggaran dapat menjangkau semua lapisan

    masyarakat. Implementasi ARG dalam kegiatan P2KH diwujudkan melalui

    perencanaan RTH yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas khusus yang dapat

    dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat berkebutuhan khusus seperti

    penyediaan ramp sebagai akses bagi difable, penggunaan pile khusus bagi

    penyandang tunanetra, dan penyediaan sarana bermain bagi anak-anak.

  • 11

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    1.7.3 Indikator Keberhasilan Output

    Beberapa indikator yang harus dipenuhi terkait keberhasilan output pelaksanaan

    kegiatan, antara lain terkait:

    1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH (dalam %, dalam Ha tambahan

    luasan)

    Keberhasilan pelaksanaan P2KH di daerah utamanya diukur dari penambahan

    luasan RTH dari luasan eksisting menuju 20% RTH publik, sekurang-kurangnya

    seluas 5000 m2. Dengan demikian kegiatan tersebut tidak bersifat beautifikasi

    RTH eksisting, antara lain melalui:

    a. Pembangunan lahan hijau (hub) baru, khususnya hutan kota atau taman

    kota yang signifikan;

    b. Pengembangan koridor hijau kota yang menghubungkan taman/hutan kota

    serta menghubungkan RTH dengan Ruang Terbuka Biru (misal: Danau, situ,

    waduk, dsb);

    c. Akuisisi RTH privat menjadi bagian dari RTH publik kota; dan

    d. Peningkatan kualitas RTH melalui refungsi RTH eksisting.

    2. Keberdayaan dan kemandirian Pemerintah Daerah

    Setelah seluruh program stimulus kegiatan P2KH telah terlaksana, diharapkan

    agar Pemerintah Kota/Kabupaten dapat mencapai keberdayaan/kemampuan

    yang memadai dalam melaksanakan dan melanjutkan program pengembangan

    Kota Hijau secara kontinu dan mandiri, berdasarkan Master Plan yang sudah

    tersusun dan memiliki kekuatan hukum, setidaknya melalui Peraturan

    Walikota/Bupati.

    3. Manfaat yang diterima oleh stakeholder

    Dari sisi ekologis, RTH yang baik memiliki fungsi antara lain:

    a. Co-benefit (ekologi dan ekonomi masyarakat/lokal);

    b. Edhapis, yaitu sebagai tempat hidup satwa liar dan jasad renik melalui

    penanaman vegetasi yang sesuai;

    c. Hidrologis, yaitu sebagai perlindungan terhadap kelestarian fungsi tanah dan

    air; Diwujudkan dengan menutup tanah dengan tanaman hijau dan

    meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah;

    d. Klimatologis, yaitu sebagai pencipta iklim mikro dari hasil proses alami

    tumbuhan;

    e. Proteksi, yaitu sebagai pelindung dari gangguan angin, bunyi, dan terik

    matahari;

  • 12

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    f. Hygienis, yaitu pereduksi zat polutan di udara, tanah, maupun air. Oleh

    karena itu, vegetasi yang dipilih adalah sebaiknya adalah vegetasi yang

    dapat menyerap polutan.

    Dari sisi sosial, beberapa jenis RTH seperti taman kota dan lapangan olahraga

    dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka publik yang dapat dispesifikkan

    kembali menjadi:

    a. Ruang terbuka pasif untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif namun

    kontemplatif dan tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas tertentu

    b. Ruang terbuka aktif untuk kegiatan yang mengandung unsur-unsur seperti

    bermain dan berolahraga sehingga dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang

    tertentu.

    Dari sisi ekonomi, RTH memiliki fungsi antara lain:

    a. Meningkatnya produktifitas kota karena kota semakin sehat dan bersih

    b. Meningkatnya atraktivitas kota sejalan dengan kenyamanan yang muncul

    sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik dalam peningkatan kegiatan

    pariwisata.

    4. Perluasan cakupan/ruang lingkup kegiatan P2KH (up-scaling)

    Sejalan dengan semangat P2KH sebagai stimulus dalam perwujudan Kota Hijau

    di Kota/Kabupaten, dalam pelaksanaannya diharapkan agar tim pelaksana

    mendorong terjadinya perluasan cakupan/ruang lingkup kegiatan P2KH dari

    standar yang telah ditetapkan dalam juknis dan manual. Perluasan tersebut

    dapat berupa:

    a. Akumulasi program dan anggaran terkait pengembangan RTH

    b. Penambahan lokasi/luasan RTH di luar lokasi yang ditetapkan dalam P2KH

    c. Sinergi pelaksana kegiatan (pusat, daerah, swasta, masyarakat, dll)

    d. Perluasan atribut Kota Hijau (green water, green waste, green energy, green

    building, green transportation) yang saling terkait satu sama lain sebagai satu

    entitas kota hijau.

  • 13

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    BAB II

    SUBSTANSI KEGIATAN

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15/PRT/M/2011 tentang

    Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan

    kewenangan pemerintah dan dilaksanakan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan,

    substansi kegiatan PPK Pengembangan Kawasan Perkotaan (PKP) SKPD

    Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Penataan Ruang Provinsi meliputi:

    2.1 Substansi Kegiatan Rutin

    2.1.1 Administrasi Kegiatan

    Menyelenggarakan administrasi kegiatan PPK Pengembangan Kawasan

    Perkotaan Tahun 2011 meliputi :

    1. Honorarium Tim Keterpaduan Pelaksanaan P2KH dan honorarium Tim

    Pelaksana Swakelola termasuk Tim Supervisi Kontraktual dalam rangka

    penyusunan laporan dan rapat kerja.

    2. Honorarium Panitia Pengadaan dan Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan

    Jasa.

    3. Belanja bahan ATK dan Suplai Komputer.

    4. Belanja barang non operasional berupa :

    a. Administrasi kantor dan tata persuratan;

    b. Penggandaan data, penggandaan bahan, penggandaan dokumen dan

    pengumuman lelang.

    5. Belanja jasa langsung lainnya berupa, telepon dan internet

    6. Belanja perjalanan dalam rangka konsultasi ke pusat, pembinaan dan

    pengawasan/pengendalian kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak ke-3.

    2.1.2 Penyediaan data dan informasi kinerja pelaksanaan P2KH di daerah yang

    bersifat khusus sesuai penugasan dari Direktorat Jenderal Penataan Ruang.

    a. Pada keadaan khusus yang ditugaskan oleh Direktorat Jenderal Penataan

    Ruang, SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan melakukan penyediaan data

    dan informasi progres dan kinerja pelaksanaan P2KH di daerah yang

    penanganan administrasi dan pembiayaannya dilakukan melalui kegiatan

    administrasi yang tercantum di dalam DIPA Tahun 2012;

    b. Apabila dana yang tercantum di dalam DIPA tidak mencukupi, maka akan

    dilakukan langkah-langkah penyesuaian lebih lanjut oleh Ditjen Penataan

    Ruang;

  • 14

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    c. Secara substantif pengembangan sistem penyediaan data dan informasi

    dikoordinasikan oleh Direktorat Bina Program dan Kemitraan.

    2.2 Substansi Kegiatan Swakelola

    Kegiatan swakelola yang terdapat dalam kegiatan SKPD Dekonsentrasi/Tugas

    Pembantuan Penataan Ruang Provinsi untuk pelaksanaan P2KH tahun 2012 terdiri

    atas:

    2.2.1 Kegiatan Sosialisasi/Kampanye Publik Program Pengembangan Kota

    Hijau

    a) Tujuan kegiatan ini adalah untuk:

    - Meningkatkan pemahaman kepada warga tentang pentingnya ruang terbuka

    hijau bagi keseimbangan fungsi kota yang berkelanjutan

    - Menggali/menampung aspirasi dari warga tentang ruang terbuka hijau lewat

    metode rembug/diskusi terbuka

    - Mengajak warga untuk memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada, serta

    berperan aktif dalam peningkatan kualitas dan kuantitas RTH Kota/Kawasan

    Perkotaan

    - Membentuk forum hijau kota/kabupaten sebagai mitra pemerintah

    kota/kabupaten dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH

    kota/kawasan perkotaan.

    b) Substansi kegiatan meliputi:

    - Sosialisasi dan kampanye publik (leaflet, poster, talkshow radio, dll)

    - Pembentukan forum dan komunitas hijau kota (workshop/konsinyiasi), serta

    membangun jejaring komunitas hijau yang inklusif.

    - Aksi nyata (berbagai lomba, pemanfaatan RTH untuk aktifitas masyarakat,

    seperti senam bersama, pentas musik akustik, dll) untuk membangun

    kesadaran masyarakat kota tentang pentingnya Kota Hijau yang

    berkelanjutan

    - Pelibatan secara reguler komunitas hijau kota dalam setiap kegiatan P2KH

    yang tengah berjalan (peta hijau, masterplan, DED, dan implementasi fisik)

    sehingga timbul rasa memiliki terhadap kegiatan P2KH beserta produknya.

    c) Sasaran Peserta (target group):

    Masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan sosialisasi adalah yang

    berada dalam kelompok usia : 16- 30 tahun (remaja, pemuda, komunitas,

    penggerak/penggiat lingkungan yang aktif, tokoh-tokoh muda/green

  • 15

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    champion, dsb dengan pertimbangan waktu yang tersedia, semangat yang

    tinggi dan dinamis, serta pembawa perubahan (agent of change).

    d) Pelaksana:

    Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim swakelola pemerintah Kota/Kabupaten

    dengan dibantu oleh tenaga ahli perencanaan kota (individual kontrak). Selain

    itu, tokoh-tokoh masyarakat/komunitas yang memiliki kepedulian terhadap

    pengembangan Kota Hijau di masing-masing kota/kabupaten juga selayaknya

    dilibatkan untuk menggalang pertisipasi masyarakat yang lebih luas.

    e) Durasi pelaksanaan kegiatan: 3 (tiga) bulan

    f) Keluaran:

    Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berupa:

    1. Database penggerak/penggiat dan forum komunitas hijau kota.

    2. Rencana aksi forum komunitas hijau kota

    3. Dokumentasi dan prosiding pelaksanaan aksi-aksi nyata termasuk

    partisipasi forum komunitas hijau dalam pelaksanaan kegiatan P2KH

    4. Dukumentasi dan prosiding penyelenggaraan kampanye publik (leaflet,

    standing banner, poster, social media yang dapat berupa facebook page)

    g) Indikator Kinerja Utama (IKU):

    Indikator kinerja utama dari kegiatan ini adalah kualitas dan kuantitas dari

    penggerak/penggiat forum komunitas hijau kota yang terbentuk, baik pada

    skala kota (city wide) maupun skala kawasan (area wide). Untuk itu, disetiap

    lingkup kawasan harus terdata nama-nama penggerak/penggiat sebagai

    contact person dalam melaksanakan aksi-aksi yang terkait dengan

    pengembangan Kota Hijau.

    2.2.2 Kegiatan Penyiapan Peta Hijau Kota (Green Map)

    a) Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam

    memetakan lokasi-lokasi hijau yang diintegrasikan dengan ruang terbuka biru

    serta memiliki kontribusi positif bagi kualitas ruang kota. Pemetaan tersebut

    diharapkan dapat memberikan peningkatan pengetahuan dan kepedulian

    masyarakat dalam menjaga/melestarikan potensi hijau dan biru di

    kota/kabupaten peserta P2KH.

  • 16

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    b) Substansi kegiatan meliputi:

    1. Pembentukan kelompok kerja oleh komunitas hijau (termasuk

    penggerak/penggiat)

    2. Penetapan tujuan dan batasan area yang akan di survey (city wide dan

    area wide)

    3. Pemetaan hijau kota berdasarkan 3 (tiga) genre:

    a. Kehidupan berkelanjutan

    b. Alam

    c. Sosial dan Budaya

    4. Produksi peta berdasarkan format penyajian yang baku dengan

    menggunakan ikon-ikon.

    c) Sasaran Peserta (target group):

    Peta Hijau Kota ditujukan untuk seluruh pemangku kepentingan seperti

    pemerintah Kota/Kabupaten, swasta, dan masyarakat. Semua pihak dapat

    memanfaatkan peta hijau sebagai media informasi dan edukasi mengenai

    pentingnya Kota Hijau dan prinsip-prinsip pembangunan perkotaan

    berkelanjutan.

    d) Pelaksana:

    Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama oleh tim swakelola kota/kabupaten

    dan forum komunitas hijau kota yang telah terbentuk. Selain itu tim tersebut

    dibantu pula oleh tenaga ahli arsitektur lanskap dan ahli pemberdayaan

    masyarakat.

    e) Durasi pelaksanaan kegiatan: 3 (tiga) bulan

    f) Keluaran:

    1. Dokumen teknis yang berisi muatan data dan analisis sebagai dasar

    penyusunan peta hijau

    2. Signage sebanyak 10 buah

    3. Poster Peta Hijau ukuran A2 sebanyak 100 eks

    4. Leaflet Kota Hijau ukuran A3 sebanyak 500-1000 eks

    Pelaporan kegiatan harus terdokumentasikan dengan baik termasuk pelibatan

    komunitas hijau dalam penyusunan peta hijau.

    g) Indikator Kinerja Utama:

    Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tingkat kualitas dan

    komprehensifitas dari peta hijau yang dihasilkan. Selanjutnya diharapkan agar

  • 17

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    dapat diselenggarakan Launching Peta Hijau oleh Walikota/Bupati sebagai

    bukti komitmen pemerintah daerah dalam penyebarluasan informasi dan

    edukasi bagi masyarakat terkait Kota Hijau.

    2.2.3 Kegiatan Penyusunan Masterplan RTH Perkotaan

    a) Tujuan kegiatan ini adalah sebagai penajaman dari Rencana Aksi Kota Hijau

    (RAKH) kota/kabupaten peserta P2KH sekaligus untuk menjadi dasar

    penetapan dan perwujudan RTH pada lokasi-lokasi yang diprioritaskan.

    b) Substansi kegiatan meliputi:

    1. Identifikasi RTH eksisting

    2. Tahapan perwujudan RTH 30% (roadmap untuk jangka pendek, menengah

    dan panjang) dengan skala waktu setiap 5 tahun

    3. Prioritas lokasi untuk implementasi/peningkatan kualitas dan kuantitas RTH

    c) Sasaran Peserta (target group):

    Penyusunan Masterplan RTH ditujukan untuk Pemerintah Kota/Kabupaten,

    swasta, dan masyarakat. Pemerintah Kota/Kabupaten dapat memanfaatkan

    masterplan RTH sebagai salah satu suplemen utama dalam penetapan

    kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Swasta dapat memanfaatkan

    Masterplan RTH untuk mengambil peluang-peluang usaha yang mendukung

    kebijakan pembangunan kota hijau. Adapun masyarakat dapat membantu

    menjalankan fungsi pengawasan terhadap pembangunan yang berjalan agar

    tidak menyalahi kebijakan RTH yang sudah diambil.

    d) Pelaksana:

    Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama oleh tim swakelola kota/kabupaten

    dan forum komunitas hijau kota yang telah terbentuk. Selain itu tim tersebut

    dibantu pula oleh tenaga ahli perencanaan kota, ahli arsitektur lanskap, ahli

    ekonomi pembangunan, dan ahli geodesi/pemetaan.

    e) Durasi pelaksanaan kegiatan: 4 (empat) bulan

    f) Keluaran:

    1. Dokumen teknis Masterplan RTH yang antara lain memuat:

    - Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten)

    - Identifikasi dan Evaluasi RTH Kota (lokasi, jenis, luasan, status, fungsi,

    dsb) yang dicatat oleh tenaga khusus dalam layer RTH

  • 18

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    - Analisis Kebutuhan RTH dan RTNH Kota dalam satu sistem

    perencanaan

    - Rencana Pembangunan RTH Kota dan RTNH dalam satu entitas

    perkotaan yang menyatu (links and hubs)

    - Indikasi Program dan tahapan pengembangan RTH untuk 20 (dua

    puluh) tahun ke depan (sesuai periode RTRW Kota/Kabupaten)

    - Draft Peraturan Walikota/Bupati tentang perwujudan RTH 30%

    2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000

    dalam format A1 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi

    ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga

    yang berwenang.

    Album peta tersebut terdiri dari:

    a. Peta eksisting (RTH, geologi, hidrologi, resapan air, sempadan sungai,

    kawasan SUTET, dll)

    b. Peta RTH rencana periode 20 tahun

    c. Peta lokasi prioritas pembangunan RTH dalam skala 1:5.000 (diperoleh

    dari peta citra terbaru yang tersedia)

    g) Indikator Kinerja Utama:

    Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah legalisasi

    masterplan yang telah disusun dalam bentuk Peraturan Walikota/Peraturan

    Bupati tentang Rencana Induk RTH melalui proses konsensus para pihak

    (pemerintah kota/kabupaten, swasta/dunia usaha, dan masyarakat).

    2.2.4 Kegiatan Perencanaan Teknis Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH

    Perkotaan

    a) Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Detail Engineering Design (DED)

    RTH berdasarkan rencana induk (masterplan) RTH, sebagai acuan bagi

    kontraktor pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, serta

    sebagai dokumen dalam kegiatan pengadaan jasa pemborongannya.

    b) Substansi kegiatan meliputi:

    1. Penyusunan DED:

    a. Kegiatan Pekerjaan Pra Rancangan :

    - Gambar pra-rancangan arsitektur lanskap yang meliputi : siteplan,

    tampak, potongan, jaringan utilitas kota.

    - Garis besar persyaratan teknis (outline specification)

    - Perkiraan biaya pembangunan (preliminary cost estimate)

  • 19

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    b. Kegiatan Pekerjaan Pengembangan Rancangan :

    - Gambar Rancangan arsitektur dan lanskap yang meliputi: siteplan,

    denah, tampak, potongan, dan jaringan utilitas.

    - Gambar Rancangan M/E beserta konsep dan perhitungannya.

    - Menyusun perhitungan biaya pembangunan lengkap dengan Bill

    of Quantity dan harga satuan pekerjaan.

    - Uraian penggunaan lansekap item (spesifikasi teknis).

    - Penyusunan gambar rencana, detail pelaksanaan pekerjaan, dan

    dokumen pelelangan.

    2. Pekerjaan Dokumen Lelang, meliputi:

    a. Petunjuk Pelelangan.

    b. Persyaratan teknis.

    c. Gambar rencana dan detail arsitektur dan landscape.

    d. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat.

    e. Rincian volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya pekerjaan

    konstruksi (Engineering Estimate)

    c) Sasaran Peserta (target group):

    DED disusun sedemikian rupa sesuai dengan potensi dan karakteristik kota

    sehingga fungsi RTH baik dari sisi ekologis maupun sosial dapat terpenuhi.

    DED yang disusun diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat

    perkotaan secara keseluruhan

    d) Pelaksana:

    Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim swakelola kota/kabupaten dengan dibantu

    oleh tenaga ahli arsitektur lanskap, ahli sipil, dan ahli pemetaan. Dalam

    justifikasi lokasi perencanaan perlu melibatkan tim profesional yang terdiri

    pemerintah pusat, pemerintah provinsi, akademisi, dan komunitas sehingga

    didapat masukan yang komprehensif dari elemen-elemen masyarakat yang

    kompeten.

    e) Durasi pelaksanaan kegiatan: 3 (tiga) bulan

    f) Keluaran:

    1. Dokumen DED yang meliputi :

    a. Laporan perencanaan arsitektur lansekap lengkap dengan

    perhitungan-perhitungan yang bisa dipertanggungjawabkan.

    b. Rencana siteplan mencakup seluruh eleman lanskap.

    c. Gambar DED terutama untuk menjelaskan softscape dan hardscape

    (skala 1:200,1:100, 1:50)

  • 20

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    d. Gambar rancang teknis softscape dan hardscape lengkap dalam

    ukuran kertas A3.

    2. Dokumen Lelang :

    a. Rencana anggaran biaya (RAB/EE),

    b. Rician volume pekerjaan (BQ),

    c. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

    3. Dokumen pengadaan jasa pemborongan implementasi pengembangan

    RTH

    g) Indikator Kinerja Utama:

    Penyusunan DED diharapkan tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya serta

    memenuhi keandalan RTH dan struktur/bangunan pendukungnya sesuai

    dengan kaidah-kaidah perencanaan teknis RTH. DED harus mendapatkan

    persetujuan dari SKPD Provinsi terkait dan Ditjen Penataan Ruang c.q.

    Direktorat Perkotaan. Adapun bentuk RTH yang diharapkan berupa

    hutan/taman kota dengan luas minimal 5.000 m2 dengan alternatif rincian

    bentuk sebagai berikut:

    1. Hutan/taman kota yang utuh; atau

    2. Terpisah dalam 2 (dua) lokasi yang berbeda namun dihubungkan dengan

    koridor hijau, jalur sepeda, dan/atau pedestrian.

    2.3 Substansi Kegiatan Kontraktual

    Kegiatan kontraktual yang terdapat dalam kegiatan SKPD Dekonsentrasi/Tugas

    Pembantuan Penataan Ruang Provinsi untuk pelaksanaan P2KH tahun 2012

    difokuskan pada:

    2.3.1 Kegiatan Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH Perkotaan

    a) Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melaksanakan implementasi fisik

    pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), termasuk hutan kota, di

    kota/kabupaten peserta P2KH sesuai dengan DED yang telah disusun.

    b) Lingkup pekerjaan meliputi pembangunan baru Ruang Terbuka Hijau (RTH)

    berdasarkan hasil desain yang telah disepakati yang secara umum yang

    terdiri atas:

    1. Pekerjaan persiapan;

    2. Pekerjaan pembongkaran;

    3. Pekerjaan pemasangan softscape (pepohonan, semak, bunga, dll) ~

    minimum 70% dari luasan RTH. Softscape diutamakan berupa vegetasi

    bertajuk untuk:

  • 21

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    a. Mengendalikan iklim mikro

    b. Menambah resapan air

    c. Membantu penyerapan karbon

    d. Media interaksi sosial

    4. Pekerjaan pemasangan hardscape (paving, grass block, batu, dll) ~

    maksimal 30% dari luasan RTH;

    5. Pengadaan furniture dan item lanskap lain (bangku taman, ayunan, tempat

    bermain anak, sculpture, air mancur, dll);

    6. Pekerjaan mekanikal/elektrikal (lampu taman, sprinkler, perpipaan); dan

    7. Pekerjaan pemeliharaan hingga penyerahan aset hibah RTH.

    c) Keluaran:

    Terbangunnya area RTH publik yang terintegrasi dan aksesibel bagi

    lingkungan perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi interaksi

    sosial secara aktif bagi masyarakat secara umum.

    d) Indikator Kinerja Utama:

    Pertambahan luasan RTH (dalam % dan dalam luasan, relatif terhadap RTH

    eksisting). Peningkatan aksesibilitas warga kota kepada RTH yang semakin

    menyatu dengan ruang terbuka biru. Kegiatan ini juga diharapkan dapat

    membantu mengangkat image kota menjadi lebih positif. Karena itu, lokasi

    RTH perkotaan yang dipilih harus berupa hutan kota/taman kota yang

    signifikan dalam menambah luasan RTH eksisting dengan kriteria teknis

    sebagaimana termuat dalam manual. RTH dimaksud sekaligus berfungsi

    sebagai etalase dan miniatur kota hijau yang secara rinci diatur dalam

    manual. Miniatur kota hijau dimaksud memuat beberapa komponen/atribut

    kota hijau yang saling terkait yang diterapkan dilokasi RTH.

    2.3.2 Supervisi kegiatan konstruksi

    a) Tujuan dari kegiatan ini adalah mengawasi proses pelaksanaan konstruksi

    fisik dalam rangka perwujudan RTH.

    b) Lingkup pekerjaan ini meliputi:

    1. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi yang

    akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;

    2. Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta

    mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kontruksi;

  • 22

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontruksi dari segi kualitas, kuantitas,

    dan laju pencapaian volume/ realisasi fisik;

    4. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan

    persoalan yang terjadi selama pekerjaan kontruksi;

    5. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan

    mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masuka hasil

    rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan

    konstruksi yang dibuat oleh pemborong;

    6. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk

    pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama

    dan kedua pekerjaan kontruksi.

    7. Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan

    oleh kontrakor;

    8. Meneliti gambar- gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan

    (As Built Drawings) sebelum serah terima;

    9. Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, dan mengawasi

    perbaikannya pada masa pemeliharaan;

    10.Bersama dengan Tim Teknis Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan

    dan pengoperasian RTH Kota; dan

    11.Membantu PPK Pengembangan Kawasan Perkotaan mengurus sampai

    mendapatkan perizinan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat,

    dalam hal terdapat ketentuan dalam Peraturan Daerah setempat.

    c) Keluaran:

    Dokumen hasil supervisi secara reguler kepada pemberi kerja untuk setiap

    kegiatan implementasi fisik yang dinilai kesesuaiannya dengan DED (waktu,

    mutu, biaya dan keandalan produk perencanaan dan perancangan RTH)

    d) Indikator Kinerja Utama:

    Terlaksananya kegiatan Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH Perkotaan

    secara tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya sesuai dengan tahapan-

    tahapan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  • 23

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    BAB III

    MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN P2KH

    3.1 Ketentuan Umum

    3.1.1. Pengertian

    Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2008, tentang

    Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan dalam petunjuk teknis ini:

    a. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah (Provinsi

    dan Kota/Kabupaten) untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban

    melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang

    menugaskan.

    b. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan

    oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

    pelaksanaan tugas pembantuan.

    3.1.2. Prinsip Penyelenggaraan SKPD Tugas Pembantuan

    a. Pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana P2KH dilakukan melalui Tugas

    Pembantuan oleh PPK PKP yang melekat pada SKPD Provinsi yang membidangi

    penataan ruang.

    b. Dana untuk Tugas Pembantuan kegiatan P2KH dilimpahkan kepada 23 provinsi

    yang secara administratif melingkupi kabupaten/kota peserta P2KH.

    c. Penyelenggaraan tugas pembantuan kegiatan P2KH dilakukan melalui penugasan

    sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemberi tugas

    pembantuan dari Pemerintah kepada daerah (Pemerintah Provinsi dan

    Kabupaten/Kota)

    d. Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Ditjen Penataan Ruang menetapkan petunjuk

    teknis, manual, dan Prosedur Operasional Standar (POS) sebagai pelengkap

    Juknis ini untuk pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan.

    e. Pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah

    didanai melalui DIPA APBN Kementerian PU.

    f. Gubernur sebagai wakil Pemerintah disertai kewajiban melaporkan dan

    mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada Menteri Pekerjaan Umum c.q.

    Dirjen Penataan Ruang.

    g. Pedoman teknis pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan Pekerjaan Umum

    bidang Penataan Ruang pada tahun 2012 secara umum mengikuti ketentuan

  • 24

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri dan atau Keputusan Menteri serta

    Petunjuk Pelaksanaannya.

    h. Pengelolaan anggaran dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-

    undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan

    memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

    i. Koordinasi lintas sektor di daerah (kota dan kabupaten) dilakukan oleh Tim

    Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur.

    3.2. Mekanisme Kerja Tugas Pembantuan PPK Pengembangan Kawasan

    Perkotaan

    Dalam rangka pelaksanaan kegiatan P2KH di 23 provinsi, besaran dana

    dialokasikan melalui Tugas Pembantuan dalam hal ini PPK Pengembangan

    Kawasan Perkotaan.

    Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka diperlukan koordinasi/kerjasama yang

    efektif antara Ditjen Penataan Ruang dengan pelaksana Tugas Pembantuan di

    Provinsi dan Kota/Kabupaten, sehingga kegiatan yang direncanakan sesuai dengan

    tujuan dan tepat sasaran.

    3.3. Tata cara pelaksanaan swakelola pada kegiatan P2KH

    Bentuk kegiatan P2KH di Provinsi dan Kota/Kabupaten sebagian bersifat swakelola.

    Adapun jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola

    dimaksud sesuai dengan Perpres 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah khususnya Lampiran 6 Bagian Ketentuan Umum pada butir a, b,

    dan f yaitu:

    Tugas Pembantuan

    PPK Pengembangan

    Kawasan Perkotaan

    SKPD

  • 25

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau

    memanfaatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber

    daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I; contoh: bimbingan teknis,

    workshop, dan lain-lain;

    b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan pertisipasi langsung

    masyarakat setempat; dan

    c. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survey yang bersifat khusus

    untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh

    Penyedia Barang/Jasa.

    Untuk mekanisme penyampaian ke pemerintah Kota/Kabupaten, maka kegiatan P2KH

    akan dilaksanakan dengan mengikuti tata cara pada Lampiran 6 bagian C, yaitu

    pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana swakelola yang

    dilengkapi dengan:

    1. Nota Kesepahaman antara Kepala SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

    Penataan Ruang Provinsi dengan Kepala Dinas yang membidangi penataan ruang

    di Kota/Kabupaten; dan

    2. Pembentukan Tim Swakelola di Kota/Kabupaten yang inklusif (melibatkan sektor-

    sektor terkait dan komunitas hijau).

    3.4. Tatalaksana kegiatan P2KH antara Pemerintah Pusat, Pemerintah

    Provinsi,dan Pemerintah Kota/Kabupaten

    Dalam pelaksanaan kegiatan P2KH terdapat beberapa tingkat pemerintahan yang

    terkait mulai dari pusat, provinsi, dan kota/kabupaten. Mekanisme tatalaksana

    kegiatan P2KH antar tiap instansi di tingkat pemerintahan yang berkepentingan

    tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

    3.4.1 Tatalaksana kegiatan P2KH di tingkat Pusat

    A. Tahap Persiapan

    1. Ditjen Anggaran (DJA) menyerahkan DIPA kepada Menteri PU (selaku

    Pengguna Anggaran) dan diserahkan kepada Dirjen Penataan Ruang (Selaku

    Kuasa Pengguna Anggaran) dan diserahkan kepada Direktur Perkotaan (selaku

    Kepala Satker Pengembangan Perkotaan) untuk melaksanakan kegiatan P2KH

    di pusat

  • 26

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    2. Direktur Perkotaan mengusulkan tugas dan susunan Tim Peningkatan

    Pelaksanaan P2KH di Pusat kepada Dirjen Penataan Ruang dan ditetapkan

    menjadi SK Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat

    3. Kasubdit Jakstra Perkotaan menyiapkan Juknis, Manual, dan SOP Pelaksanaan

    P2KH kepada Direktur Perkotaan

    4. Kasubdit Jakstra Perkotaan menyusun TOR dan RAB Pelaksanaan P2KH dan

    diserahkan kepada Direktur Perkotaan untuk disampaikan kepada Kepala SKPD

    Dekon/TP diteruskan kepada PPK PKP dan diteruskan kepada Tim Pelaksana

    Swakelola Kab/Kota

    5. Direktur Perkotaan mengecek dokumen kesiapan daerah meliputi sharing APBD,

    lokasi RTH dan keterlibatan komunitas hijau yang disampaikan oleh Kepala

    Dinas PU Provinsi. Apabila dokumen tidak lengkap atau tidak ada, maka

    pelaksanaan P2KH untuk implementasi fisik dapat dibatalkan

    B. Tahap Pelaksanaan

    1. Direktur Perkotaan menyelenggarakan Kick Off meeting sekaligus sosialisasi

    juknis dan manual (Masterplan, Green Map, Sosialisasi) di pusat kepada

    Provinsi, Kabupaten/Kota peserta P2KH

    2. Direktur Perkotaan melaksanakan kegiatan pendampingan

    3. Kasubdit Jakstra Perkotaan melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan

    P2KH kepada Kepala SKPD Dekon/TP

    4. PPK PKP menyerahkan aset kepada Kepala SKPD Dekon/TP dan diserahkan

    kepada Dirjen Penataan Ruang untuk kemudian diserahkan kepada

    Bupati/Walikota setelah melewati masa pemeliharaan melalui mekanisme hibah

    Barang Milik Negara (BMN)

    3.4.2 Tatalaksana kegiatan P2KH di tingkat Provinsi

    A. Tahap Persiapan:

    1. Menteri PU menerima DIPA dan diserahkan kepada Gubernur untuk

    disampaikan kepada Kepala Dinas PU Provinsi

    2. Direktur Perkotaan menyerahkan Juknis, Manual, TOR dan RAB kepada Kepala

    SKPD Dekon/TP untuk diserahkan kepada PPK PKP dan disampaikan kepada

    Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota

    3. Direktur Perkotaan mengecek dokumen kesiapan daerah meliputi sharing APBD,

    lokasi RTH dan keterlibatan komunitas hijau yang disampaikan oleh Kepala

    Dinas PU Provinsi. Apabila dokumen tidak lengkap atau tidak tersedia, maka

    pelaksanaan P2KH untuk implementasi fisik dapat dibatalkan

  • 27

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    4. Dirjen Penataan Ruang menetapkan Pejabat Inti Satker atas usulan Gubernur.

    Hasil SK Pejabat Inti Satker diserahkan kepada kepala Dinas PU Provinsi untuk

    disampaikan kepada Kepala SKPD Dekon/TP dan diteruskan kepada PPK PKP

    5. Kepala Dinas PU Provinsi (atasan kepala SKPD Dekon/TP) mengusulkan nama-

    nama Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi kepada Gubernur. SK

    Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi diserahkan kepada Kepala

    Dinas PU Provinsi untuk kemudian diinformasikan kepada

    koordinator/penanggung jawab di kabupaten/kota.

    6. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi memeriksa TOR, RAB, Juknis

    dan Manual serta memberikan masukan kepada Direktur Perkotaan.

    7. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi menyusun jadwal kegiatan dan

    rencana kerja

    8. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi merevisi POK dan pembukaan

    blokir untuk disampaikan oleh PPK PKP kepada KPN Wilayah

    B. Tahap Pengadaan

    1. Rekrutmen tenaga ahli individual kontrak dilakukan oleh oleh pelaksana

    swakelola di kabupaten/kota, untuk kemudian diadministrasikan oleh PPK PKP

    di Satker Provinsi

    2. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi melaksanakan koordinasi dan

    konsolidasi pelaksanaan P2KH

    3. Kepala Dinas PU Provinsi melaksanakan Kick off meeting dan sosialisasi di

    tingkat provinsi dengan mengundang Bupati/Walikota/Kepala Dinas serta Tim

    Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat

    4. Kepala SKPD Dekon/TP menyiapkan Nota Kesepahaman antara pemerintah

    provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk disampaikan kepada

    Bupati/Walikota. Apabila disepakati,maka dilakukan penandatanganan

    dokumen nota kesepahaman

    5. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat melakukan supervisi dan

    bimbingan pelaksanaan kegiatan sosialisasi di kabupaten/kota bersama Tim

    Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi

    6. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat melakukan supervisi dan

    bimbingan pelaksanaan kegiatan penyusunan Green Map di kabupaten/kota

    bersama Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi

    7. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat melakukan supervisi dan

    bimbingan pelaksanaan kegiatan penyusunan Masterplan di kabupaten/kota

    bersama Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi

  • 28

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    8. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Pusat melakukan supervisi dan

    bimbingan pelaksanaan kegiatan penyusunan DED RTH di kabupaten/kota

    bersama Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi

    9. PPK PKP membentuk panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah

    10. PPK PKP membentuk tim penerima hasil pekerjaan

    11. Panitia pengadaan melaksanakan pengadaan jasa pengawas dan pelaksana

    fisik pekerjaan, memilih dan menetapkan pemenang lelang

    12. PPK PKP dan Kontraktor Pelaksana menandatangani kontrak pekerjaan fisik

    13. PPK PKP dan Konsultan Supervisi menandatangani kontrak pekerjaan

    supervisi

    14. Kontraktor pelaksana melaksanakan pekerjaan fisik RTH

    15. Konsultan supervisi mengawasi pelaksanaan kegiatan fisik RTH

    C. Tahap Pemanfaatan

    1. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi, Tim Pelaksana Swakelola

    Kabupaten/Kota dan Konsultan Supervisi melaksanakan pemeriksaan akhir

    pelaksanaan kegiatan fisik

    2. Kontraktor menyerahkan pekerjaan fisik kepada koordinator/penanggung jawab

    dan PPK PKP. Berita Acara Serah terima disampaikan kepada Kepala SKPD

    Dekon/TP

    3. Tim Peningkatan Pelaksanaan P2KH di Provinsi, menyiapkan dokumentasi

    lengkap kegiatan P2KH di kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK

    PKP

    4. PPK PKP menyiapkan dokumen serah terima aset kepada Kepala SKPD

    Dekon/TP untuk disampaikan kepada Dirjen Penataan Ruang untuk kemudian

    diserahkan kepada Bupati/Walikota setelah melewati masa pemeliharaan

    3.4.3 Tatalaksana kegiatan P2KH di tingkat Kota/Kabupaten

    A. Tahap Persiapan

    1. Kepala Dinas PU/Bappeda Kabupaten/Kota menyiapkan dokumen kesiapan

    daerah kepada Bupati/Walikota untuk disampaikan kepada SKPD Dekon/TP

    dan diteruskan kepada Kepala Dinas PU/Bappeda. Kemudian diserahkan

    kepada Direktur Perkotaan untuk diperiksa kelengkapan persyaratannya.

    2. Kepala SKPD Dekon/TP menyiapkan nota kesepahaman antara pemerintah

    provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk disampaikan kepada

    Bupati/Walikota. Apabila disepakati, maka dilakukan penandatanganan

    dokumen nota kesepahaman

  • 29

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    3. Bupati/Walikota menetapkan Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota atas usulan

    Kepala Dinas PU/Bappeda

    B. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola

    8. Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota menyusun Jadwal Rencana Kerja dan

    Rencana Penyerapan Anggaran

    9. Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota melaksanakan sosialisasi P2KH sesuai

    dengan manual P2KH dan hasilnya dikonsultasikan/disampaikan kepada PPK

    PKP

    10. Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota melaksanakan penyusunan Green Map

    sesuai dengan manual P2KH dan hasilnya dikonsultasikan/disampaikan

    kepada PPK PKP

    11. Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota melaksanakan penyusunan Masterplan

    sesuai dengan manual P2KH dan hasilnya dikonsultasikan/disampaikan

    kepada PPK PKP

    12. Tim Pelaksana Swakelola Kab/Kota melaksanakan penyusunan DED RTH

    sesuai dengan manual P2KH dan hasilnya dikonsultasikan/disampaikan

    kepada PPK PKP

    C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual

    1. Kontraktor menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan fisik dengan

    dikonsultasikan kepada konsultan supervisi dan PPK PKP

    2. Kontraktor melaksanakan pekerjaan fisik

    3. Kontraktor menyusun berita acara penyerahan lapangan dengan konsultasi

    kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab kabupaten/kota

    4. Kontraktor menyusun berita acara penyerahan lapangan dengan konsultasi

    kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab kabupaten/kota untuk

    disampaikan kepada PPK PKP

    5. Kontraktor menyampaikan laporan pelaksanaan kemajuan pekerjaan dengan

    konsultasi kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab

    kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK PKP

    6. Kontraktor menyusun berita acara pembayaran angsuran/termin dengan

    konsultasi kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab

    kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK PKP

    7. Kontraktor menyusun berita acara penyerahan hasil pekerjaan dengan

    konsultasi kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab

    kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK PKP

  • 30

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    8. Kontraktor menyusun berita acara pemeliharaan hasil pekerjaan dengan

    konsultasi kepada supervisi dan Koordinator/penanggung jawab

    kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK PKP

    D. Tahap pengawasan pekerjaan fisik (supervisi)

    1. Konsultan supervisi menyusun berita acara kemajuan pelaksanaan pekerjaan

    dari kontraktor pelaksana kepada koordinator/penanggung jawab

    kabupaten/kota untuk disampaikan kepada PPK PKP

    2. Konsultan supervisi menyusun berita acara pembayaran angsuran/termin dari

    kontraktor pelaksana kepada koordinator/penanggung jawab kabupaten/kota

    untuk disampaikan kepada PPK PKP

    3. Konsultan supervisi menyusun berita acara pemeliharaan hasil pekerjaan dari

    kontraktor pelaksana kepada koordinator/penanggung jawab kabupaten/kota

    untuk disampaikan kepada PPK PKP

    E. Tahap Serah Terima Hasil Pekerjaan/Aset

    1. PPK PKP menyerahkan hasil keseluruhan pekerjaan

    2. PPK PKP menyiapkan dokumen serah terima aset kepada Kepala SKPD

    Dekon/TP untuk disampaikan kepada Dirjen Penataan Ruang untuk kemudian

    diserahkan kepada Bupati/Walikota setelah melewati masa pemeliharaan

    melalui mekanisme hibah BMN

    3.5. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Wasdal

    Pelaksanaan kegiatan Wasdal dilakukan terhadap masing-masing provinsi secara

    berkala, dalam bentuk rapat/konsultasi/konsinyasi baik di pusat maupun di daerah,

    setidak-tidaknya pada pertemuan awal (Kick Off), pertemuan antara (Mid Term) dan

    pertemuan akhir (Wrap Up) pada akhir tahun anggaran, serta pemantauan

    langsung/partisipatif pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu.

    Untuk pertemuan awal dan pertemuan akhir dilakukan bersamaan dengan pertemuan

    koordinasi yang dilakukan oleh Direktorat Perkotaan bersama dengan Direktorat Bina

    Program dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pertemuan antara

    dilakukan di Provinsi/secara regional (cluster wilayah).

    Pertemuan antara dimaksudkan untuk melakukan pengarahan dan evaluasi

    pelaksanaan kegiatan SKPD Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan pada tengah tahun

    anggaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja SKPD dalam rangka

    pencapaian sasaran akhir tahun anggaran 2012.

  • 31

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    Mekanisme Pengawasan dan Pengendalian

    Pelaksanaan Kegiatan SKPD Tugas Pembantuan

    PROVINSI PUSAT

    Menteri PU

    (Penanggung Jawab Anggaran)

    Gubernur

    Direktur Jenderal

    Penataan Ruang

    (Penanggung jawab Program)

    Gubernur

    Gubernur

    Kepala Dinas

    ProvinsiTerkait

    Ka. Satker

    SKPD TP di Provinsi

    Kasubdit

    PPK Pengembangan Kawasan Perkotaan

    Koordinasi Pembinaan

    Pelaksanaan

    Wasdal dan Koordinasi

    Pelaksanaan Kegiatan

    Garis Komando

    Garis Koordinasi Pembinaan

    Dan Pengawasan

    Teknis Pelaksanaan

    Koordinasi Pembinaan

    dan Pengawasan

    Pelaksanaan Program

    Direktur Perkotaan

  • 32

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN P2KH 2012

    WAKTU JANUARI SEPTEMBER OKTOBER

    KEGIATAN DI SATKER PUSAT

    A. Penyusunan Juknis & Modul A

    Pra Kick-Off

    B. Monitoring Evaluasi P2KH 2012 (Roll Over ) B B B

    C. Promosi Implementasi C C C C

    D. Sistem Pelaksanaan P2KH D D D D

    (PMU, KMP, KME, & Sisinfo)

    KEGIATAN PADA 60 KOTA

    1. Sosialisasi ke Green Community 1

    2. Green Map 2 2

    3. Master Plan RTH

    4. DED

    5. Implementasi Fisik 5 5 M

    6. Supervisi 6 6 M

    KEGIATAN PADA 25 KOTA

    7. Penyusunan RAKH

    8. Master Plan RTH

    KEGIATAN PADA 150 KOTA

    9. Penyusunan RAKH

    Keterangan:

    A. Penyusunan Petunjuk Teknis dan Modul

    B. Monitoring Evaluasi P2KH 2012

    C. Promosi Implementasi

    D. Sistem Pelaksanaan (PMU, KMP, KME, & Sistem Informasi)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7. Kegiatan di Satker Pusat

    PBJ : Pengadaan Barang dan Jasa

    M : Pemeliharaan

    Implementasi Fisik

    Supervisi

    Penyusunan Green Map (contoh TOR)

    Penyusunan Masterplan RTH (tahapan, lokasi prioritas, luas, sejarah, status tanah dan kepemilikan RTH - eksisting dan rencana, sumber biaya, nilai investasi + contoh TOR, legalisasi/Perda, jenis

    vegetasi, fungsi, batas persil, skala peta 1:5000)

    Sosialisasi (panduan pembentukan green community, participatory planning dalam RTH, kemitraan dengan masyarakat, model kelembagaan pada tingkat komunitas, jenis project)

    Penyusunan DED (softscape, hardscape, satuan biaya, jenis tanaman lokal, tahapan pelaksanaan)

    FEBRUARI

    A

    MEI

    1

    MARET

    1

    2

    APRIL

    2

    JUNI

    4

    JULI

    4

    B B

    7

    8

    7

    8

    9 9

    3

    C

    8

    9

    AGUSTUS

    5

    6

    7

    B

    D

    PBJ

    PBJ

    3 3 3

    4

    B B B

    C

    Pelaporan1

    C C

    D D D

    DESEMBER

    B

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    Pelaporan

    NOVEMBER

    SWAKELOLA KONTRAKTUAL

  • 33

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    BAB IV

    MEKANISME PELAPORAN

    4.1 Jenis Laporan

    Dalam pelaksanaan kegiatan, PPK PKP diwajibkan untuk menyiapkan dan

    menyampaikan laporan sebagai berikut :

    a. Laporan Hasil Pelaksanaan Program;

    b. Laporan Sistem Akuntansi Instansi;

    c. Laporan melalui E-Monitoring; dan

    d. Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

    4.2 Pelaporan Hasil Pelaksanaan Program (Kegiatan Rutin PPK)

    A. Laporan Bulanan

    Berisikan progres antara lain : penyelenggaraan kegiatan, administrasi dan

    keuangan, temuan permasalahan, pencapaian sasaran dan keluaran, serta

    saran tindak pemecahan masalah. Disampaikan kepada Ditjen Penataan

    Ruang c.q. Direktorat Perkotaan selambat-lambatnya pada tanggal 5 bulan

    berikutnya.

    b. Laporan Triwulan

    Merupakan rekapitulasi progres hasil pencapaian selama 1 (satu) triwulan, hasil

    pencapaian pemecahan masalah, serta saran tindak untuk periode berikutnya

    dan disampaikan paling lambat pada setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

    c. Laporan Semesteran

    Merupakan rekapitulasi progres hasil pencapaian selama 1 (satu) Semester,

    hasil pencapaian pemecahan masalah, serta saran tindak untuk periode

    berikutnya dan disampaikan paling lambat pada setiap tanggal 5 bulan

    berikutnya, serta disampaikan kepada Ditjen Penataan Ruang c.q. Direktorat

    Perkotaan paling lambat pada dalam bulan Januari 2013.

    D. Laporan Akhir Tahun Anggaran 2012 (Annual Report)

    Berisikan seluruh pencapaian hasil pelaksanaan sesuai dengan yang telah

    ditetapkan dalam Petunjuk Teknis dan Manual P2KH Tahun Anggaran 2012

    dan disampaikan kepada Ditjen Penataan Ruang c.q. Direktorat Perkotaan

    paling lambat pada dalam bulan Januari 2013.

  • 34

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan SKPD Dekonsentrasi/TP Bidang Penataan Ruang Tahun 2012

    4.3 Pelaporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

    Laporan Sistem Akuntansi Instansi mengacu kepada Lampiran E Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum, Nomor 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

    Departemen Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

    Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    4.4 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Melalui e Monitoring

    Laporan melalui e-Monitoring mengacu kepada Lampiran E Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum, Nomor 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

    Departemen Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

    Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

    Laporan e-monitoring merupakan laporan yang bersifat sangat prioritas dan harus

    dimutakhirkan setiap saat terdapat perubahan/kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

    Apabila PPK mengalami kendala teknis pada saat entry data, PPK wajib segera

    melaporkan kepada Direktur Perkotaan. Apabila Direktur Perkotaan tidak mampu

    menyelesaikan masalah seperti tersebut diatas, secara proaktif PPK wajib

    menyelesaikan masalah dengan berkonsultasi langsung ke Biro Perencanaan dan

    KLN Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.

    Kelalaian dalam pelaporan e-monitoring merupakan indikator penting dalam penilaian

    Kinerja PPK (tertib waktu, tertib mutu/kualitas, dan tertib administrasi).

    4.5 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

    Laporan kinerja instansi pemerintah mengacu kepada Lampiran E Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum, Nomor 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

    Departemen Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

    Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.