24
v Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM :1306105170 Abstrak Provinsi Bali menerapkan otonomi daerah dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan meningkatkan PAD. Perolehan PDRB Provinsi Bali tahun 2012-2015 terus meningkat, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi serta terdapat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten Badung dengan Bangli. Mengidentifikasi dan mengoptimalkan pengelolaan potensi ekonomi daerah merupakan upaya meningkatkan PAD dan mengatasi ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota. Penelitian ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota Provinsi Bali. Populasi dan sampel yang digunakan adalah 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB pada tahun 2012-2015 yang merupakan potensi ekonomi daerah, sehingga metode penentuan sampelnya adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi nonpartisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Tipologi Klassen. Berdasarkan hasil penelitian di masing-masing kabupaten/kota Provinsi Bali,sektor yang sama di kategori sektor unggulan adalah sektor konstruksi, sebab rata-rata kontribusi dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari rata-rata PDRB. Pada sektor berkembang adalah sektor kesehatan dan kegiatan sosial, sebab rata- rata kontribusi sektornya rendah dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari rata- rata PDRB. Pada sektor potensial adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sebab rata-rata kontribusi sektornya tinggi dan pertumbuhan sektornya lebih kecil dari rata-rata PDRB.Pada sektor terbelakang adalah sektor pengadaan listrik dan gas, air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sebab rata-rata kontribusi sektor dan pertumbuhan sektornya lebih kecil dari rata-rata PDRB. Upaya pemerintah daerah mengoptimalkan potensi ekonomi daerah adalah memprioritaskan sektor unggulan dan potensial, namun tidak mengabaikan sektor berkembang dan sektor terbelakang.Pelaksanaan pembangunan daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi diharapkan mengacu pada RKP Indonesia dan RKPD Provinsi Bali. Kata kunci: otonomi daerah, potensi ekonomi daerah, tipologi klassen

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama ... · v Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM :1306105170 Abstrak Provinsi

Embed Size (px)

Citation preview

v

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali

Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu

NIM :1306105170

Abstrak

Provinsi Bali menerapkan otonomi daerah dengan memperhatikan

pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan meningkatkan PAD. Perolehan PDRB

Provinsi Bali tahun 2012-2015 terus meningkat, namun laju pertumbuhannya

berfluktuasi serta terdapat ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antara

Kabupaten Badung dengan Bangli. Mengidentifikasi dan mengoptimalkan

pengelolaan potensi ekonomi daerah merupakan upaya meningkatkan PAD dan

mengatasi ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui potensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota.

Penelitian ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota Provinsi Bali. Populasi

dan sampel yang digunakan adalah 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB pada

tahun 2012-2015 yang merupakan potensi ekonomi daerah, sehingga metode

penentuan sampelnya adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan

melalui teknik observasi nonpartisipan. Teknik analisis data yang digunakan

adalah Tipologi Klassen.

Berdasarkan hasil penelitian di masing-masing kabupaten/kota Provinsi

Bali,sektor yang sama di kategori sektor unggulan adalah sektor konstruksi, sebab

rata-rata kontribusi dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari rata-rata PDRB.

Pada sektor berkembang adalah sektor kesehatan dan kegiatan sosial, sebab rata-

rata kontribusi sektornya rendah dan pertumbuhan sektornya lebih besar dari rata-

rata PDRB. Pada sektor potensial adalah sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan, sebab rata-rata kontribusi sektornya tinggi dan pertumbuhan sektornya

lebih kecil dari rata-rata PDRB.Pada sektor terbelakang adalah sektor pengadaan

listrik dan gas, air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sebab rata-rata

kontribusi sektor dan pertumbuhan sektornya lebih kecil dari rata-rata PDRB.

Upaya pemerintah daerah mengoptimalkan potensi ekonomi daerah adalah

memprioritaskan sektor unggulan dan potensial, namun tidak mengabaikan sektor

berkembang dan sektor terbelakang.Pelaksanaan pembangunan daerah guna

meningkatkan pertumbuhan ekonomi diharapkan mengacu pada RKP Indonesia

dan RKPD Provinsi Bali.

Kata kunci: otonomi daerah, potensi ekonomi daerah, tipologi klassen

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian .......................................... 11

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 11

1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................... 11

1.5 Sistematika Penulisan ....................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah .............................................................. 14

2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ....................................... 16

2.3Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................... 20

2.4Potensi Ekonomi Daerah .................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .............................................................. 34

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian .............. 34

3.3 Obyek Penelitian ............................................................. 35

3.4 Identifikasi Variabel ........................................................ 35

3.5 Definisi Operasional Variabel ......................................... 35

3.6 Jenis dan Sumber Data ..................................................... 36

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Pemilihan Sampel ............ 37

3.8 Metode Pengumpulan Data .............................................. 37

3.9 Teknik Analisis Data ........................................................ 38

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum ............................................................. 41

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana ................ 41

4.1.1.1 Kondisi Geografis ...................................... 41

4.1.1.2 Kondisi Perekonomian ............................... 41

4.1.2Gambaran Umum Kabupaten Tabanan .................. 43

4.1.2.1 Kondisi Geografis ...................................... 43

4.1.2.2 Kondisi Perekonomian ............................... 44

4.1.3Gambaran Umum Kabupaten Badung .................... 46

4.1.3.1 Kondisi Geografis ...................................... 46

4.1.3.2 Kondisi Perekonomian ............................... 47

4.1.4Gambaran Umum Kabupaten Gianyar ................... 49

vii

4.1.4.1 Kondisi Geografis ...................................... 49

4.1.4.2 Kondisi Perekonomian ............................... 49

4.1.5Gambaran Umum Kabupaten Klungkung .............. 51

4.1.5.1 Kondisi Geografis ...................................... 51

4.1.5.2 Kondisi Perekonomian ............................... 52

4.1.6Gambaran Umum Kabupaten Bangli ..................... 54

4.1.6.1 Kondisi Geografis ...................................... 54

4.1.6.2 Kondisi Perekonomian ............................... 54

4.1.7Gambaran Umum Kabupaten Karangasem ............ 56

4.1.7.1 Kondisi Geografis ...................................... 56

4.1.7.2 Kondisi Perekonomian ............................... 57

4.1.8Gambaran Umum Kabupaten Buleleng .................. 59

4.1.8.1 Kondisi Geografis ...................................... 59

4.1.8.2 Kondisi Perekonomian ............................... 59

4.1.9Gambaran Umum Kota Denpasar ........................... 62

4.1.9.1 Kondisi Geografis ...................................... 62

4.1.9.2 Kondisi Perekonomian ............................... 62

4.2 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah ............................. 65

4.2.1Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Jembrana ............................................... 65

4.2.1.1 Sektor Unggulan ........................................ 66

4.2.1.2 Sektor Berkembang ................................... 69

4.2.1.3 Sektor Potensial ......................................... 71

4.2.1.4 Sektor Terbelakang .................................... 72

4.2.2Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Tabanan ................................................ 75

4.2.2.1 Sektor Unggulan ........................................ 76

4.2.2.2 Sektor Berkembang ................................... 78

4.2.2.3 Sektor Potensial ......................................... 82

4.2.2.4 Sektor Terbelakang .................................... 83

4.2.3 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Badung ................................................. 85

4.2.3.1 Sektor Unggulan ........................................ 87

4.2.3.2 Sektor Berkembang ................................... 89

4.2.3.3 Sektor Potensial ......................................... 91

4.2.3.4 Sektor Terbelakang .................................... 92

4.2.4 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Gianyar ................................................. 95

4.2.4.1 Sektor Unggulan ........................................ 96

4.2.4.2 Sektor Berkembang ................................... 98

4.2.4.3 Sektor Potensial ......................................... 100

4.2.4.4 Sektor Terbelakang .................................... 101

4.2.5 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Klungkung ............................................ 104

4.2.5.1 Sektor Unggulan ........................................ 105

4.2.5.2 Sektor Berkembang ................................... 107

viii

4.2.5.3 Sektor Potensial ......................................... 108

4.2.5.4 Sektor Terbelakang .................................... 109

4.2.6 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Bangli ................................................... 111

4.2.6.1 Sektor Unggulan ........................................ 112

4.2.6.2 Sektor Berkembang ................................... 114

4.2.6.3 Sektor Potensial ......................................... 118

4.2.6.4 Sektor Terbelakang .................................... 119

4.2.7 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Karangasem .......................................... 121

4.2.7.1 Sektor Unggulan ........................................ 122

4.2.7.2 Sektor Berkembang ................................... 124

4.2.7.3 Sektor Potensial ......................................... 127

4.2.7.4 Sektor Terbelakang .................................... 129

4.2.8 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Buleleng ............................................... 131

4.2.8.1 Sektor Unggulan ........................................ 132

4.2.8.2 Sektor Berkembang ................................... 135

4.2.8.3 Sektor Potensial ......................................... 137

4.2.8.4 Sektor Terbelakang .................................... 138

4.2.9 Pembahasan Potensi Ekonomi Daerah

Kota Denpasar ........................................................ 141

4.2.9.1 Sektor Unggulan ........................................ 142

4.2.9.2 Sektor Berkembang ................................... 144

4.2.9.3 Sektor Potensial ......................................... 146

4.2.9.4 Sektor Terbelakang .................................... 149

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .......................................................................... 154

5.1.1Kabupaten Jembrana ................................................ 154

5.1.2Kabupaten Tabanan ................................................ 155

5.1.3Kabupaten Badung ................................................. 156

5.1.4Kabupaten Gianyar ................................................. 157

5.1.5Kabupaten Klungkung ............................................ 158

5.1.6Kabupaten Bangli ................................................... 158

5.1.7Kabupaten Karangasem .......................................... 159

5.1.8Kabupaten Buleleng ............................................... 160

5.1.9Kota Denpasar ........................................................ 161

5.2 Saran ................................................................................. 162

5.2.1Bagi peneliti selanjutnya ......................................... 162

5.2.2Bagi masing-masing kabupaten/kota di

ProvinsiBali ........................................................... 162

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................. 169

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 174

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota

Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 3

3.1 Kategori Sektor berdasarkan Tipologi Klassen ............................ 39

4.1.1 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Jembrana, 2012-2015 ...................................... 42

4.1.2 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010)Kabupaten Tabanan, 2012-2015 ......................................... 44

4.1.3 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Badung, 2012-2015 ......................................... 47

4.1.4 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Gianyar, 2012-2015......................................... 50

4.1.5 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Klungkung, 2012-2015 ................................... 52

4.1.6 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Bangli, 2012-2015 ........................................... 55

4.1.7 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Karangasem, 2012-2015 ................................. 57

4.1.8 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010) Kabupaten Buleleng, 2012-2015 ....................................... 60

4.1.9 PDRBMenurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

(2010)Kota Denpasar, 2012-2015 ................................................. 63

4.2.1 Kategori Sektor Kabupaten Jembrana menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 65

x

4.2.2 Kategori Sektor Kabupaten Tabanan menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 75

4.2.3 Kategori Sektor Kabupaten Badung menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 86

4.2.4 Kategori Sektor Kabupaten Gianyar menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 95

4.2.5 Kategori Sektor Kabupaten Klungkung menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 104

4.2.6 Kategori Sektor Kabupaten Bangli menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 112

4.2.7 Kategori Sektor Kabupaten Karangasem menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 122

4.2.8 Kategori Sektor Kabupaten Buleleng menurut Tipologi

Klassen .......................................................................................... 132

4.2.9 Kategori Sektor Kota Denpasar menurut Tipologi Klassen .......... 142

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2012-2015 ........ 2

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Jembrana Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 174

2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jembrana Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 176

3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Tabanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 177

4 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tabanan Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 179

5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Badung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 180

6 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 182

7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Gianyar Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 183

8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Gianyar Atas

xiii

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 185

9 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Klungkung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 186

10 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 188

11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Bangli Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 189

12 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bangli Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 191

13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Karangasem Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 192

14 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Karangasem Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 194

15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Buleleng Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Lapangan Usaha, 2012-2015 ......................................................... 195

16 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

xiv

2012-2015 ..................................................................................... 197

17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar

Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015 ..................................................................................... 199

18 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga

Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015 .................. 201

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah daerah Indonesia sejak tahun 2001 telah melaksanakan

otonomi daerah (Mahmudi, 2009:2). Pelaksanaan otonomi daerah telah tersirat

dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014, pemerintah daerah berhak

menetapkan kebijakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaran urusan pemerintahan dilakukan oleh

pemerintahan daerah tingkat II dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004, urusan pemerintah daerah tersebut

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

menerapkan otonomi daerah. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 Provinsi Bali

menduduki peringkat 16 dan terus meningkat hingga akhirnya pada tahun 2014

menduduki peringkat 14 dari 34 provinsi dalam perolehan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha

(BPS Indonesia, 2015:18). Pertumbuhan ekonomi dalam sistem pemerintahan

daerah biasanya diindikasikan dengan meningkatnya produksi barang dan jasa

yang diukur melalui PDRB.

PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan selama tahun 2012-2015

terus meningkat, namun laju pertumbuhannya berfluktuasi. Hal tersebut

2

dibuktikan pada Gambar 1.1 di bawah. Pada tahun 2010-2012 laju pertumbuhan

ekonomi Provinsi Bali terus meningkat mencapai angka 6,96 persen, tahun 2013

mengalami penurunan menjadi 6,69 persen dan tahun 2014 laju pertumbuhan

Provinsi Bali kembali meningkat menjadi 6,72 persen. Pada tahun 2015 ekonomi

Bali kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu hanya sebesar

6,04 persen.

Menurut Andriyani (2014:1) salah satu sasaranpembangunan ekonomi

adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan.

Jika Provinsi Bali telah mampu meningkatkan kemandiriannya dalam mengurus

urusan pemerintahannya, seharusnya ketidakmerataan hasil pembangunan

ekonomi daerah tidak terjadi. Pada kenyataannya sampai saat iniketidakmerataan

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2010-2015

Sumber: Bali dalam angka 2016

Keterangan:PE adalah pertumbuhan ekonomi

3

antarkabupaten/kota masih menjadi pekerjaan bersama antara pemerintah provinsi

dan pemerintahan kabupaten/kota. Hal tersebut dibuktikan pada Tabel 1.1, yaitu

Kabupaten Badung memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali

sebesar Rp 24.027,65 Miliar pada tahun 2012 dan terus meningkat hingga pada

tahun 2015 mencapai Rp 29.178,33 Miliar, sedangkan Kabupaten Bangli

meskipun mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Bali

selama tahun 2012-2015, tetapi kontribusi tersebut masih jauh lebih kecil dari

Kabupaten Badung yaitu pada tahun 2015 hanya mampu menghasilkan Rp

3.687,99 Miliar.

Pemerintahan daerah cenderung mengupayakan peningkatan pertumbuhan

ekonomi tanpa memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut bermanfaat bagi

kesejahteraan penduduk secara merata atau tidak seperti pada fenomena di atas

(Badrudin, 2012). Adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi mendorong

penentu kebijakan pembangunan daerah untuk memperhitungkan cara yang tepat

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/kota

Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,

2012-2015

(Miliar rupiah)

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015

1 Jembrana 6.365,85 6.727,78 7.134,66 7.579,12

2 Tabanan 10.500,46 11.178,19 11.908,32 12.651,39

3 Badung 24.027,65 25.666,53 27.456,88 29.178,33

4 Gianyar 12.508,66 13.364,39 14.272,74 15.173,31

5 Klungkung 4.036,35 4.280,45 4.536,26 4.813,03

6 Bangli 3.097,05 3.281,16 3.472,21 3.687,99

7 Karangasem 7.538,03 8.002,13 8.482,95 8.992,27

8 Buleleng 15.480,21 16.587,19 17.740,83 18.824,84

9 Denpasar 23.397,17 25.026,37 26.777,48 28.433,25

Sumber: BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota, 2016

4

dalam mengupayakan pemerataan pertumbuhan ekonomi. Pemerintahan Provinsi

Bali dan partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan setiap sumber daya

yang berusaha menaksirkan potensi setiap sumber daya yang diperlukan untuk

merancang dan membangun perekonomian daerah demi mencapai pertumbuhan

ekonomi ideal (Arsyad, 2015:374). Menurut Barro (1991) menyatakan bahwa,

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, modal manusia memiliki peranan

yang penting karena melalui manusialah terjadi inovasi dan pengembangan modal

lainnya.

Mengidentifikasi potensi ekonomi daerah merupakan upaya dalam

membangun perekonomian yang ideal dan mengatasi ketimpangan pembangunan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan investasi

dalam suatu pengembangan sektor ekonomi suatu negera (Carlin danColin, 2003).

Jika pemerintah daerah kabupaten/kota telah mengetahui potensi ekonomi daerah

dan karakteristik daerahnya, maka akan lebih mudah untuk mengembangkan dan

memajukan pertumbuhan ekonominya serta menginformasikan investor untuk

menanamkan investasi pada sektor potensial di daerah tersebut. Berbeda jika

pemerintah daerah kabupaten/kota belum mengetahui potensi ekonomi daerah dan

karakteristik daerahnya, maka potensiekonomi daerah tersebut akan tergolong

sebagai potensi ekonomi daerah tertinggal dan menyebabkan penumpukan pusat

kegiatan ekonomi pada suatu daerah sehingga menimbulkan dampak ketimpangan

antara daerah tersebut dengan daerah lainnya.

Menurut Arsyad (2015:389) beberapa teknik yang digunakan untuk

mengukur pertumbuhan ekonomi terkait potensi ekonomi daerah adalah Shift

5

share, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan

Tipologi Klassen. Analisis Shift sharemengambarkan kinerja dan produktivitas

sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan laju

pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kabupaten/kota) dengan laju

pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). LQ

merupakan suatu pendekatan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah

atau pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor

unggulan.

MRP adalah membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik berskala

besar maupun kecil untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomi terutama struktur

ekonomi. Analisis Overlay digunakan untuk menentukkan sektor unggulan

dengan menggabungkan hasil dari metode analisis Shift share dan LQ. Menurut

Sjafrizal (1997) dalam Dominica (2010) Tipologi Klassen adalah teknik analisis

gabungan atau perpaduan antara hasil perhitungan LQdan MRP.

Penelitian ini menggunakan alat analisis Tipologi Klassen untuk

mengidentifikasi potensi ekonomi daerah mulai dari sektor unggulan sampai

dengan sektor yang tertinggal dari kabupaten/kota di Provinsi Bali. Selain itu,

Tipologi Klassen memiliki keunggulan yaitu lebih efisien dalam perhitungan

karena telah mengadopsi dua hasil perhitungan yaitu LQ dan MRP. Penggunaan

alat analisis Tipologi Klassen telah mampu menggambarkan kondisi pertumbuhan

ekonomi suatu daerah sesuai dengan realisasi dan serupa dengan hasil alat analisis

lainnya, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

6

Pada beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis potensi ekonomi

daerah secara sektoral menggunakan berbagai alat analisis mampu menghasilkan

hasil yang serupa, seperti yang dilakukan Haerudin dan Patrick (2016) meneliti di

Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010-2014 dengan

beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan

hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh pesat di

Kabupaten Kepulauan Sula adalah sektor pertanian dan sektor jasa perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian dan sektor jasa perusahaan

merupakan sektor basis. Hasil analisis Shift share, sektor pertanian memberikan

kontribusi positif dan memiliki pertumbuhan relatif cepat di Kabupaten

Kepulauan Sulu.

Hariyanti dan Maria (2016) meneliti sektor basis pertumbuhan daerah 33

provinsi di Indonesia pada tahun 2008-2012 dengan beberapa alat analisis seperti

Tipologi Klassen dan LQ. Berdasarkan hasil perhitungan kedua alat analisis, maka

sektor unggulan Provinsi Bali adalah sektor jasa. Sedangkan sektor potensial dan

berkembang terdiri dari sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian. Sektor industri

pengolahan, sektor listrik, air dan gas, sektor transportasi dan komunikasi, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk sektor tertinggal di Provinsi

Bali.

Suwandi (2016) meneliti di Jayapura pada tahun 2009-2014 dengan

beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan

hasil perhitungan ketiga alat analisis, maka sektor unggulan Jayapura adalah

7

sektor bangunan. Untuk sektor potensial terdiri dari sektor transportasi dan

komunikasi, sektor pertanian, sektor jasa, sektor listrik, air dan gas, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Untuk sektor berkembang terdiri dari

sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor industri pengolahan. Sektor pertanian merupakan sektor tertinggal di

Jayapura.

Endi,dkk. (2015) meneliti di Kota Bandar Lampung pada tahun 2000-2012

dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share.

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh

pesat di Kota Bandar Lampung adalah sektor industri pengolahan dan sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil analisis LQ,sektor

industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

merupakan sektor basis.Hasil analisis Shift share, sektor yang memberikan

kontribusi positif dan memiliki pertumbuhan relatif cepat di Kota Bandar

Lampung adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan.

Dearlinasinaga (2015) meneliti di Simalungun pada tahun 2005-2011

dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen dan LQ. Berdasarkan hasil

analisis Tipologi Klassen, sektor ungulan Simalungun adalah sektor jasa.

Berdasarkan hasil perhitungan LQ, sektor jasa merupakan sektor basis

Simalungun.Mahmud (2015) meneliti di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2010-

2014 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share.

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor maju dan tumbuh cepat di

8

Kabupaten Nganjuk adalah sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis LQ dan

Shift share, sektor basis yang menjadi unggulandi Kabupaten Nganjuk adalah

sektor pertanian.

Ratnasari (2014) meneliti di Kabupaten Kebumen pada tahun 2005-2009

dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ, MRP, Overlay dan

Shift share. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor maju dan tumbuh

dengan pesat di Kabupaten Kebumen adalah sektor pertambangan dan penggalian

dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian merupakan sektor basis.

Berdasarkan hasil analisis MRP, sektor dominan Kabupaten Kebumen adalah

sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis Overlay, sektor

dominan Kabupaten Kebumen adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Berdasarkan hasil analisis Shift share, sektor yang memiliki pertumbuhan cepat

adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Novita (2013) meneliti di Kota Singkawang pada tahun 2006-2010 dengan

beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ dan Shift share. Berdasarkan

hasil analisis Tipologi Klassen, sektor ekonomi maju dan tumbuh cepat di Kota

Singkawang adalah (1) sektor listrik, gas dan air minum, (2) sektor bangunan, dan

(3) sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor

listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran merupakan sektor basis Kota Singkawang. Hasil analisis Shift share,

sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proportional shift positif adalah sektor

bangunan dan sektor yang memiliki nilai differential shift positif yaitu sektor

9

listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran.

Wahyuningtyas (2013) meneliti di Kabupaten Kendal pada tahun 2006-

2010 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen, LQ, MRP, analisis

Overlay dan Shift share. Berdasarkan hasil analsis Tipologi Klassen, sektor prima

di Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan

penggalian. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal.

Berdasarkan hasil analisis MRP, salah satu sektor dominan di Kabupaten Kendal

adalah sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan Analisis hasil analisis

Overlay, sektor dominan di Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil analisis Shift share, sektor

pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi positif dan memiliki

pertumbuhan relatif cepat di Kabupaten Kendal.

Badrudin (2012) meneliti di Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun

2001-2008 dengan beberapa alat analisis seperti Tipologi Klassen dan Shift share.

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor prima di Kabupaten/Kota

Provinsi DIY adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil

analisis Shift share, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor

prospektif.

Herath et al. (2012) menganalisis pertumbuhan ekonomi di West Virginia.

Hasil mengindikasikan bahwa pertanian, pertambangan dan manufaktur tidak lagi

tulang punggung perekonomian West Virginia. Tiga sektor menunjukkan

10

pekerjaan menurun dalam periode 38 tahun. Layanan dan keuangan asuransi dan

real estat adalah sektor yang paling kuat memberikan kontribusi 91 persen

pertumbuhan pekerjaan dari 1970 hingga 2007. Selain dua sektor, sektor

perdagangan besar dan eceran dan konstruksi menunjukkan pertumbuhan

ekonomipositif.

Mondal (2009) menganalisis sektor industri potensial di Malaysia dengan

alat analisis Shift share. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis

tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap

tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif

adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau bangunan adalah contoh sektor yang

pertumbuhannya membaik atau maju. Pada sektor pertanian, pemburuan,

perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga peringkat terbawah.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah tersebut

meyakinkan bahwa pentingnya potensi ekonomi daerah untuk dianalisis guna

meningkatkan penghasilan daerah agar mampu menyelenggaran pembangunan

daerah sesuai dengan kebutuhan publik. Penelitian yang dilakukan di Provinsi

Bali masih dikategorikan relatif sedikit dan masih menggunakan sembilan sektor

seperti yang dilakukan oleh Erawati dan Mahaendra (2012) meneliti Kabupaten

Klungkung karena kontribusi terhadap PDRB relatif rendah, Andriyani (2014)

meneliti Kabupaten Karangasem karena kontribusi terhadap PDRB paling rendah,

Nurfatimah (2013) meneliti provinsi Bali dan Susiani (2012) meneliti Kabupaten

Badung karena kontribusi PDRB paling tinggi.Penelitian yang masih

menggunakan sembilan sektor PDRB diantaranya Hariyanti dan Maria (2016),

11

Suwandi (2016), Dearlinasinaga (2015) dan Nurfatimah (2013). Hal tersebut

mendorong peneliti untuk menggunakan 17 sektor lapangan usaha di seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Bali sebagai obyek penelitian guna mengurangi

ketimpangan antardaerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah melalui

pengoptimalan pengelolaan potensi ekonomi daerah.

Penelitian ini berbeda dengan penelitianNurfatimah (2013) yang meneliti

tentang potensi ekonomi daerah di Provinsi Bali, menggunakan metodeLQ,

Tipologi Sektoral dan analisis gravitasi dalammenentukan potensi ekonomi

daerah. Sementara itu, penelitian ini menggunakan metode Tipologi Klassen

dalam menentukan potensi ekonomi daerah. Metode Tipologi Klassen yang

dipergunakan dalam penelitian ini, memiliki keunggulan dibandingkan metode

yang digunakanNurfatimah (2013)yaitu mampu mengefisienkan perhitungan

karena perhitungan Tipologi Klassen berdasarkan perpaduan antara hasil

perhitungan LQ dan hasil perhitungan MRP.

Berdasarkanpemeparan fenomena yang dialami Provinsi Bali dan adanya

penelitian-penelitian yang menunjukkan pentingnya menganalisis potensi

ekonomi daerah,maka penelitian ini akan meneliti kembali

tentangbagaimanapotensi ekonomi daerah Provinsi Bali perkabupaten/kota pada

tahun 2012-2015 dengan menggunakan 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

pokok permasalahan yang dirumuskan adalah Bagaimana potensi ekonomi daerah

Provinsi Bali perkabupaten/kota?

12

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekonomi daerah Provinsi

Bali perkabupaten/kota.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini

diharapkan mampu memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis yaitu sebagai

berikut:

1) Kegunaan teoritis

Bagi para akademisi dan peneliti-peneliti selanjutnya, hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat membentuk deskripsi mengenai potensi

ekonomi daerah dan memberikan bukti empiris untuk dapat dijadikan refrensi

pada penelitian selanjutnya.

2) Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan

sumbangan pemikiran kepada para praktisi daerah masing-masing

kabupaten/kota di Provinsi Bali sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan dan strategi yang diambil akan memberikan sinergi

yang baik guna mengelola potensi ekonomi daerah yang dimilikinya.

1.5 Sistematika Penulisan

13

Sistematika penulisan adalah gambaran menyeluruh mengenai isi dari bab-

bab pada penelitian, sehingga memudahkan dalam pemahaman penulisan

penelitian. Penulisan penelitian terdiri dari lima bab yang saling berkaitan, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika

penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang konsep yang digunakan dalam penelitian dan

landasan teori dari masalah yang dibahas. Konsep dan landasan teori yang

digunakan adalah otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dan potensi ekonomi daerah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian; lokasi penelitian; objek

penelitian; identifikasi variabel; definisi operasional penelitian; jenis dan sumber

data; populasi, sampel dan metode penentuan sampel; metode pengumpulan data

dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : DATA DAN HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan pembahasan hasil

penelitian yang dilakukan pada tahun 2012-2015 di Kabupaten Jembrana,

Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten

Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan

14

Kota Denpasar dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen untuk mengetahui

potensi ekonomi daerah.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil yang diperoleh dalam

pembahasan dan saran yang diberikan kepada para praktisi daerah masing-masing

kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan simpulan yang diperoleh.