Upload
mulyadibeng
View
97
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tentang lemak ikan
Citation preview
ANALISIS MUTU lKAN ASAP PATIN(Pangasiuspangasius Ham. Buch) YANG DIAWETKAN
DALAM LARUTAN ENSILING
Cheppy AsnadiAkademi Kimia Analisis Bogor
ABSTRACT
It has been done a research on the quality of smoked patin fish preserved in ensilingsolution. Ensiling solution was prepared from cabbage fermentation in salt solutionof NaCI 2,5 %. After steaming was treated onpatin fish which had soaked in ensilingsolution for 0, 1 and 2 hours, the fish were analyzed within 0, 5 and 10 days. Theresearch results showed that the smoked patin which was soaked in the ensilingsolution for 1 and 2 hours and wrapped in bamboo basket can bepreserved up to 10days. It could be explained from the analysis that this smoked patin contains higherprotein and fat and lower total microbes than that which was not soaked in ensilingsolution. The bamboo basket couldpreserve the quality of smoked patin fish up to 10days, whileplastic package could not preserve the smokedpatin on the tenth days, sothat the smoked patin fish cannotproperly be consumed
Key Words : smoked, patin fish, ensiling
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
yang memiliki sumberdaya perikanan
yang sangat besar dan diperkirakan
potensi lestari perikanan Indonesia
mencapai 6,7 juta tonltahun. Potensi
tersebut belum seluruhnya dapat
dimanfaatkan secara optimal. Bahkan -c,
untuk sumber perikanan air tawar baru
dimanfaatkan sekitar 59% dari total
kekayaan yang ada dan nu
membuktikan bahwa pengembangan
perikanan ke arah industri memiliki
peluang yang cukup menjanjikan.
Menurut data Badan Pusat
Statistik (2003), pemanfaatan total
produk perikanan di Indonesia sebagian
besar adalah untuk dikonsumsi dalam
bentuk segar (43,1%), beku (30,4%),
pengalengan (13,7%) dan dalam bentuk
olahan lain (12,8%). Pemanfaatan
dalam bentuk olahan ini dapat berupa
ikan asin, ikan asap, ikan pindang,
produk fermentasi (petis, terasi, peda
dan lain-lain). Pengasapan ikan sampai
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 32
saat ini masih belum mendapatkan
perhatian yang cukup dari industri
perikanan padahal pengembangan
produk ikan asap mempunyai prospek
yang cukup bagus di masa mendatang.
Mengingat bahwa di beberapa negara
maju, tingkat konsumsi produk ikan
asap cukup bagus. Oleh karena itu
upaya meningkatkan produksi dan
kualitas bagi ikan asap di Indonesia
masih perlu dilakukan.
Ikan patin merupakan salah satu
ikan air tawar yang cukup populer dan
disukai oleh masyarakat Indonesia
sebagai bahan konsumsi sehari-hari.
Komposisi ikan patin dapat menjadi
alasan bahwa ikan patin merupakan
sumber gizi yang cukup potensial.
Nilai gizi ikan pati cukup tinggi yaitu
mengandung protein dan asam lemak
omega-3 yang sangat berguna bagi
kesehatan tubuh. Sampai saat ini
konsumsi ikan patin lebih banyak
dalam bentuk ikan segar untuk diolah
dalam menu makanan sehari-hari.
Potensi ikan patin dan nilai gizi yang
tinggi dapat ditingkatkan apabila diolah
dalam bentuk ikan asap. Ikan asap
merupakan proses pengawetan ikan
dengan proses pengasapan melalui
beberapa tahapan yaitu penggaraman,
pengenngan, pemanasan dan
pengasapannya sendiri.
Secara umum daya tahan ikan
yang diasap tanpa pengawet relatif
pendek karena mudah ditumbuhi jamur
selama penyimpanan pada suhu kamar
sehingga menurunkan mutu produk.
Menurut Moelyanto (1986), agar ikan
asap dapat awet harus dikombinasikan
dengan cara pengawetan lainnya,
misalnya sebelum ikan diasapi,
ditambahkan bahan pengawet seperti
garam NaCI maupun bahan pengawet
lainnya seperti asam sorbat dan garam-
garamnya, benzoat dan lain-lain, namun
penggunaan pengawet secara
sembarangan dapat membahayakan
kesehatan.
Salah satu proses pengawetan
yang menggunakan bahan alami adalah
proses ensiling. Menurut Suriawiria
(1983), proses ensiling merupakan proses
pengawetan pangan alami (ikan, hasil
tanaman, daging, dll) dengan
memanfaatkan kemampuan kelompok
bakteri laktat yang mampu menurunkan
nilai pH substrat hingga di bawah 4,5.
Pada pH tersebut, pertumbuhan-..kelompok bakteri lain dapat dihambat.
Proses ensiling dapat dilakukan secara
mudah, murah dan sederhana, aman dan
tidak mengurangi nilai organoleptik
bahan pangan. Salah satu bahan yang
WART A AKAB, No 22, DESErvtBER 2009 33
mudah didapat dan dapat menjadi media
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam
proses ensiling adalah hasil fermentasi
sayuran kubis menggunakan larutan
garam NaCl.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perendaman ikan
patin (Pangasius pangasius Ham Buch)
dalam larutan hasil fermentasi
(ensiling) terhadap mutu ikan patin
asap selama penyimpanan.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan baku yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah ikan patin
segar (Pangasius pangasius Ham
Buch), sayuran kubis (Brassicaoleracia), garam dapur (NaCl),
kemasan plastik, keranjang bambu,
asap cair (liquid smoke) tempurung
kelapa dan kayu bakar. Bahan kimia
yang dipergunakan adalah asam sulfat,
selen mix, asam borat, asam klorida,
asam asetat glasial, alkohol, kloroform,
Kalium Iodida, indikator kanji, BCG,
MM, pelarut heksan dan media PCA.
Alat-alat yang dipergunakan
adalah ember plastik, pisau, tungku
pengasapan, termometer, oven, labu
kjeldahl, labu lemak, cawan porselen,
alat destilasi, alat dekstrusi, soxhlet,
buret, erlenmeyer, inkubator, cawan
petri, ose, dan alat gelas lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam
beberapa tahap yaitu persiapan bahan
baku, pembuatan larutan ensiling,
pengukuran pH ensiling, pengasapan
ikan patin dan analisis mutu ikan asap,
meliputi kadar air, protein, lemak, dan
total mikrob. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
sampel ikan asap yang dibuat dengan
beberapa perlakuan yaitu
A = Lama perendaman ikan dalam
larutan ensiling, yaitu Al = 0 jam, A2
= 1jam dan A3 = 2jamB = Jenis kemasan, yaitu B 1 = plastikdan B2 = keranjang bambu
Semua perlakuan dianalisis mutunya
selama penyimpanan 0 hari, 5 hari dan
10 hari pada suhu ruang terdiri dari :
kadar arr dengan metode
termogravimetri, protein metode
kjeldahl, lemak dengan metode soxhlet
-'peroksida (AOAC, 1995), dan total
mikroba menggunakan metode Angka
Lempeng Total (Fardiaz, 1998).
WART A AKAB, No 22, DESEMBER 2009 34
BASIL DANPEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan
warna dan pH larutanensiling dapat
diketahui bahwa larutan ensiling yang
dibuat mengalami perubahan visual dan
penurunan pH sampai hari ke-6
fermentasi. Yaitu terjadi perubahan
pH dari 7,24 pada hari pertama dan
selanjutnya menurun hingga 3,76 pada
hari ke-S dan naik kembali pada hari
ke-6. Menurunnya pH larutan dapat
disebabkan oleh aktivitas mikrob yang
melakukan proses hidrolisis dari
senyawa makromolekul menj adi asam
laktat. Hal ini didukung oleh wama
yang semakin keruh yang menunjukkan
adanya pertumbuhan mikrob.
Menurut Amin dan leksono
(2001), proses ensiling merupakan
proses pengawetan pangan alami pada
ikan, dengan memanfaatkan
kemampuan kelompok bakteri laktat,
yaitu L plantarum, L. acidophylus, L
mesenterousdes, S faecalis, dan S.
lactis. Pertumbuhan kelompok bakteri
ini mampu menurunkan pH hingga di
bawah 4,5. Pada pH tersebut, ,
pertumbuhan kelompok bakteri lain
dapat dihambat.
Gambar 1. Ikan patin yang diasapkan
Kadar Protein
Berdasarkan hasil penetapan
kadar protein terhadap semua
perlakuan menunjukkan bahwa terjadi
perbedaan kadar protein pada ikan asap
yang direndam dalam larutan ensiling
pada waktu perendaman yang berbeda.
Hasil penetapan kadar protein dapat
dilihat pada Tabel 1.
35 WARTA AKAB, No 22, DESEMBER2009
Tabel 1. Kadar Protein Ikan Patin Asap yang Disimpan Selama 10 Hari
hari Ikan patin direndam Ikan patin direndam Ikan patin direndam
ke-Larutan ensiling 0 jam Larutan ensiling 1 Larutan ensiling 2 jam
Jam
Plastik Keranjang Plastik Keranjang Plastik Keranjang
0 17,69 % 21,8 % 25,98 % 25,81 % 25,81 % 29,77 %
5 17,30 % 18,59 % 13,28 % 18,45 % 18,22 % 12,99 %
10 -- ') 17,84 % -- 13,31 % -- 12,54 %..
*) Ket : tanda (--) menunjukkan tidak dianalisis (sudah tidak layak konsumsi)
Tabel 1 menunjukkan kadar
protein ikan patin asap yang dibuat
pada awal penyimpanan berkisar
17,69% - 29,77 %. Nilai ini lebih besar
dari kadar protein menurut Unlysayin,
et.a/ (2001) sebesar 13,3 %. Hal ini
dapat disebabkan oleh jenis ikan patin
yang diasapi. Selain itu penggunaan
larutan ensiling dapat menyebabkan
kenaikan kadar protein akibat proses
penggaraman larutan ensiling sehingga
berpengaruh terhadap struktur dan
kimia protein. Menurut Swastawati
(2007), penggaraman menyebabkan
daging ikan menjadi lebih kompak,
karena garam menarik air dan
menggumpalkan protein dalam daging
ikan, sehingga dengan berkurangnya
air akan meningkatkan kadar protein
ikan patin asap.
Penyimpanan ikan patin asap selama
10 hari pada suhu ruang secara umum
menyebabkan penurunan kadar protein
pada semua perlakuan. Penurunan
terbesar terjadi pada ikan patin asap
yang disimpan di keranjang bambu
yaitu lebih dari 50%. Hal ini dapat
disebabkan . oleh kondisi keranjang
yang lebih bersifat aerob sehingga
menyebabkan aktivitas bakteri aerob
akan lebih tinggi dalam mendegradasi
protein.
KadarLemak
Hasil penetapan kadar lemak
menunjukkan penurunan pada semua
perlakuan sampel yang disimpan
selama 10 hari, seperti yang terlihat
pada Tabel 2.
WART A AKAB, No 22, DESEMBER 2009 36
Tabel 2. Kadar Lemak Ikan Patin Asap yang Disimpan Selama 10 Hari;
hari Ikan patin direndam Ikan patin direndam Ikan patin direndam
ke- Larutan ensiling °jam Larutan ensiling 1 Larutan ensiling 2 jamJam
Plastik Keranjang Plastik Keranjang Plastik Keranjang
° 14,17 % 10,03 % 15,20 % 15,20 % 18,04 % 19,13 %
5 12,33 % 8,83 % 11,61 % 14,43 % 14,52 % 17,49 %
10 -- ") 4,20% -- 13,62 % -- 15,12 %..
*) Ket : tanda (--) menunjukkan tidak dianalisis (sudah tidak layak konsumsi)
Menurut Winarno (1994), % pada ikan patin yang direndam
dalam ensiling dan dikemas plastik)
dibandingkan dengan tanpa
perendaman yang menurunkan lemak
hingga 58 % (dari 10,03% menjadi
4,20%). Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan ensiling sebelum pengasapan
dapat mempertahankan kerusakan ikan
asap. Penggunaan kemasan plastik dan
keranjang bambu juga dapat
mempengaruhi kadar lemak ikan patin
asap selama penyimpanan, yaitu
sampai hari ke-5 ikan patin asap yang
disimpan dalam plastik masih layak
dikonsumsi, namun pada hari ke-IO
ikan patin yang dikemas plastik sudah
berbau busuk dan tengik.
Kadar Air
Kadar air dalam bahan pangan
dapat mempengaruhi daya tahan bahan
pangan terhadap pertumbuhan mikrob
37 WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009
kerusakan lemak berhubungan dengan
kegiatan enzim lipase selama
perubahan hidrolitik yang dipercepat
dengan kenaikan kadar air. Reaksi
hidrolisis lemak akan menghasilkan
asam-asam lemak bebas dan dapat
menyebabkan proses ketengikan
melalui reaksi pembentukan radikal
bebas.
Penggunaan larutan ensiling
dapat mempertahankan kandungan
lemak ikan patin asap yang disimpan
dalam suhu ruang dibandingkan tanpa
perendaman. Hal ini dapat dilihat dari
data pada Tabel 2. bahwa penurunan
kadar lemak ikan patin asap yang
didahului dengan perendaman dalam
larutan ensiling selama 1 dan 2 jam
mengalami penurunan kadar lemak
tidak lebih dari 23% (terbesar
penurunan dari 15,20 % menjadi 11,61
yang dinyatakan dengan aw, yaitu
jumlah air bebas yang dapat
dipergunakan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhannya.
Tabel 3. Kadar Air Ikan Patin Asap yang Disimpan Selama 10 Hari
hari Ikan patin direndam Ikan patin direndam Ikan patin direndam
ke- Larutan ensiling 0 jam Larutan ensiling 1 Larutan ensiling 2 jam
Jam
Plastik Keranjang Plastik Keranjang Plastik Keranjang
0 21,05 % 24,62 % 23,65 % 27,74 % 25,42 % 32,28 %
5 23,12 % 21,13 % 26,64 % 25,96 % 33,16 % 27,08 %
10 -- .) 21,10 % -- 25,78 % -- 27,06 %
*) Ket : tanda (--) menunjukkan tidak dianalisis (sudah tidak layak konsumsi)
Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui bahwa terjadi perubahan
kadar air ikan patin selama
penyimpanan. Penggunaan kemasan
plastik cenderung mengalami kenaikan
kadar air ikan patin, sedangkan
penggunaan keranjang bambu secara
umum menurunkan kadar air namun
perubahan kadar air tidak terlalu
signifikan. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh bentuk fisik plastik
dan keranjang, yaitu kemasan plastik
yang tertutup cenderung bersifat
anaerobik sehingga menyebabkan
aktivitas bakteri anaerobik akan
meningkat dan dapat melakukan proses
fermentasi.
Menurut Hafiz (2009), pada
penyimpanan bahan pangan seperti
ikan akan terbentuk air bebas sebagai
hasil aktivitas mikroorganisme dan
selanjutnya air bebas tersebut
dipergunakan untuk aktivitas
berikutnya. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kenaikan kadar air. Selain
itu berkurangnya padatan nutrisi akan-~~.menyebabkan kenaikan kadar air. Pada
kemasan plastik uap air dan air bebas
tidak dapat bebas menguap karena sifat
permabilitas plastik yang rendah,
sedangkan pada keranjang bambu air
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 38
dapat menguap sehingga dapat
menurunkan kadar airnya.
Penggunaan larutan ensiling juga
meningkatkan kadar air ikan patin asap,
yaitu kadar air ikan patin asap yang
direndam larutan ensiling berkisar
23,65 % - 32,28 %, sedangkan tanpa
perendaman memiliki kadar air
berkisar 21,05 % sampai 24,62 %.
Hal ini dapat disebabkan karena
Total Mikroba
molekul air dapat masuk dalam pori-
pon daging ikan patin dan
terperangkap di dalam. Menurut Wang
et.al (2002), protein ikan terdiri dari
asam-asam ammo yang mempunyai
cabang dengan muatan positif dan
negatif, misalnya asam amino lisin dan
arginin, yang sangat kuat menarik
molekul-rnolekul air di sekelilingnya.
Tabel4. Log Total Mikrob pada Ikan Patin Asap yang Disimpan Selama 10 Hari
hari Ikan patin direndam Ikan patin direndam Ikan patin direndam
ke- Larutan ensiling °jam Larutan ensiling 1 Larutan ensiling 2 jam
Jam
Plastik Keranjang Plastik Keranjang . Plastik Keranjang
° 3,72 5,01 2,98 4,68 3,06 2,70
5 6,99 6,32 5,00 5,41 4,90 5,49
10 -- ") 5,90 -- 5,60 -- 5,65
*) Ket : tanda (--) menunjukkan tidak dianalisis (sudah tidak layak konsumsi)
Berdasarkan Tabel 4 dapat
diketahui bahwa secara umum jumlah
total mikrob yang terdapat pada ikan
patin asap di awal penyimpanan masih
memenuhi persyaratan nilai ambang
batas total mikrob yang dipersyaratkan
oleh Dirjen POM (2008), yaitu 5x105
sel/mL atau logaritma total mikrob
sebesar 5,69, namun pada penyimpanan
5 hari terjadi kenaikan total mikrob
pada semua sampel. Ikan patin asap
yang dibuat dengan perendaman dalam
larutan ensiling mampu menghambat
pertumbuhan mikrob. Hal ini dapat
dilihat dari nilai log total mikrob ikan
patin asap tanpa ensiling 6,99 (kemasan
39 WART A AKAB, No 22, DESEMBER 2009
plastik) dan 6,32 (kemasan keranjang
bambu), yang lebih tinggi
dibandingkan ikan patin asap yang
direndam ensiling dengan log total
mikrob 4, 90 sampai 5,49.
Berdasarkan hal ini maka pada hari ke-
5 ikan patin asap yang dibuat tanpa
perendaman ensiling tidak layak
dikonsumsi karena melebihi ambang
batas total mikrob yang dipersyaratkan,
sementara dengan perendaman larutan
ensiling dan disimpan dalam keranjang
bambu masih bertahan sampai hari ke-
10, karena log total mikrob masih
dibawah 5,69.
Penggunaan kemasan plastik
menunjukkan kerusakan yang cukup
tinggi karena pada hari ke-l O secara
visual sudah tidak layak untuk
dikonsumsi, baik warna, aroma dan
penampakan yang menunjukkan proses
pembusukan. Hal ini dapat disebabkan
oleh sifat permeabilitas plastik yang
sangat rendah yang dapat menyebabkan
kondisi anaerob yang merrucu
pertumbuhan mikroorganisme. Selain
itu penggunaan keranjang bambu pada
ikan patin asap yang dibuat tanpa
larutan ensiling tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri,
karena dari log total mikrob pada hari
ke-S meningkat dan hari ke-l O
menurun kembali. Hal ini dapat
disebabkan oleh fase pertumbuhan
mikrob. Menurut Fardiaz (1992), ada
empat fase pertumbuhan mikrob, yaitu
fase lambat, logaritmik, tetap dan fase
menurun. Diduga kenaikan log mikrob
pada hari ke-5 terjadi pada fase lambat
dan logaritmik, namun pada hari ke-6
hingga ke-10 diduga terjadi pada fase
tetap dan fase menurun. Fase menu run
dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan dan nutrisi bagi mikrob,
yaitu pada fase ini mikroorganisme
telah kehabisan nutrisi untuk
aktivitasnya.
SIMPULAN
Proses perendaman dalam
larutan ensiling selama 1 dan 2 jam dan
dikemas dalam keranj ang bambu
mampu mengawetkan ikan patin asap
dari 5 hari menjadi 10 hari, hal ini
dilihat dari kadar protein, lemak yang
memiliki kadar lebih tinggi
dibandingkan tanpa perendaman dalam
larutan ensiling dan didukung oleh-v.
adanya penghambatan total mikrob.
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 40
DAFTAR PUSTAKA
AKSEL.,BIRKELAND, TOBASSENT, JOESEN S, and LARSEN R.2008. Injection Salting and Cold-Smoking of Farmed Atlantic Fishat Different Stages of RigorMortis. Journal of Food Science(13) : 378-382
AMIN, W. dan LEKSONO, T. 2001.Analisis Pertumbuhan MikrobaIkan Jambal Siam (PangasiusSutchi) Asap, Jurnal NaturIndonesia Vol4 No.1
ARBABI,T. GHOORCHI S. and S.HASANI. 2005. The Effect ofDelayed Ensiling and Applicationof an Organic Acid-BasedAdditives On the Fermentation ofCorn Silage. Asian JournalAnimal Veteriner Medicine
BIRO PUSAT STATISTIK. 2003.Data Perikanan dan ProdukPerikanan Indonesia. Biro PusatStatistik, Jakarta.
DIRJEN PENGAWASAN OBATDAN MAKANAN. 2008. BatasKeamanan Pangan Pada ProdukObat dan Makanan. POM-Depkes RI, Jakarta.
FARDIAZ, S. 1992. MikrobiologiPangan I. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
HAFIZ, M. 2009. KarakterisasiSurimi Ikan Patin (Pangasiuspangasius Ham. Buch).Departemen Teknologi Hasilperikanan. Faperikan-IPB, Bogor.
http://www.bisnisukm.com.pengolahan ikan-asap.html. PengolahanHasil Laut "Membuat Ikanpindang clan ikan asap". 11 Mei2009 : pkl 10.15WIB
RIYANTO, S. 2008. Laba Tambahandari Ikan Patin.hUp-j!.w.ww.,Agdm!:.Q.DJin~!.~.Q.mLview). 19 Oktober 2009 : pkl11.00
SUSANTO, H. 2000. Budi Daya IkanPatin dan Pengolahannya.Penerbit Penebar Swadaya,Jakarta.
SWASTAWATI, F. 2007.Pemanfaatan Limbah HasilPertanian Sebagai Bahan BakuAsap Cair clan PengasapanTerbaik pada Ikan Mayung,Tongkol dan Pari. (http/rwww.Smokefish.html)
UNLUSAYIN, M., KALEB, S. ANDGULYAVUZ, M. 200l. TheDetermination of Fish Productingand Protein Componen of SomeFish After Hot Smoking. Journalof The Science of Food andAgriculture Vol 81 : 661-664
WANG, I.C.D. , N.S SCRIMSHAWand M.MILNER. 2002. ProteinResource and Technology.(Status and Research Needs).Third Edition AVI Publishing C.Inc., Westport, Connecticut.
41 WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009