Journal Psiki PNI

Embed Size (px)

Citation preview

Oleh:

Aditya Guna Wicaksono P Naila Nur Hikmah E Jayamalar Pitchaimuthu Made Ayu Mira W

0510710002 0510710092 0510714006 0610710078

Pembimbing : dr. H Roekani Hadiseputro, Sp.KJ (K)

Psikologis

Trauma

Kesehatan Fisik

Psikoneuroimunologi (PNI)

Terapi tambahan

California HMO

(+) hubungan trauma masa kecil & kondisi kesehatan organik (+) trauma masa kanak-kanak resiko penyakit >4x Wanita (+) trauma masa kanakkanak resiko peny. Jantung >9x PTSDresiko penyakit , >> mencari pelayanan kesehatan

Felitti et al (1998) Penelitian Komorbiditas Nasional Canadian Community Health Survey

Drossman et al (1996) Sachs-Ericsson et al (2007)

60% wanita dgn penyakit GI (+) riwayat kekerasan Derajat kekerasan status kesehatan

(+) riw trauma pd masa kanak-kanak atau oleh pasangan gejala nyeri>>

Van Houdenhove et al (2009)

64% pasien dgn fibromyalgia atau chronic fatigue syndrome (+) riwayat trauma

(+) Stress berat & PTSD mengubah dan mengacaukan sistem regulasi yang merupakan bagian dari respons stress. Tubuh manusia memiliki sejumlah mekanisme interdependent yang dirancang untuk mempertahankan hidup saat menghadapi bahaya:

katekolamin Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) axis respon imun

sistem saraf simpatik norepinefrin, katekolamin, epinefrin, dan dopamin fightor-flight response HPA axis hipotalamuscorticotrophin releasing hormone (CRH)pituitari hormon adrenocorticotropin (ACTH)korteks ginjal kortisol (glukokortikoid) Respon dari sistem imun melepaskan sitokin.

Allostasis untuk menjelaskan dampak dari PTSD pada HPA axis dan system saraf simpatik dan masalah kesehatan berikutnya. Allostasis : upaya tubuh untuk menjaga stabilitas terhadap stres dan perubahanperubahan yang terjadi. Tubuh kelelahan oleh stres (+) beban allostatis mengancam kesehatan jika terlalu berat atau bersifat kronis HPA axis & SS simpatik beban allostatis Disregulasi kadar kortisol dan norepinefrin

Woods et al(2005)

wanita pelecehan seksual kadar interferongamma (IFN-) >>

Gror et al(2006) Von Kanel et al (2006)

Wanita pelecehan seksual kadar ACTH, Creaktif protein, IL-6, IL-10, IFN-gamma >>

PTSD kadar fibrinogen & FVIII: C >> hiperkoagulasi

Danese et al(2009)

Penganiayaan masa kanak-kanak kadar Creactive protein >>

trauma dan PTSD secara langsung dapat mengubah system respon stress pada korban trauma. faktor psikologikal (depresi, kegelisahan dan kecemasan) dapat memicu respons inflamasi yang sama.

Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang paling sering terjadi pada penderita trauma. Depresi dampak negatif terhadap kesehatan, bahkan melebihi efek dari PTSD Depresi faktor inflamasi ( C-reaktif protein and sitokin pro inflamasi) atherogenesis penyakit jantung dan vaskuler Pasien depresi resiko kematian dalam kurun waktu 5 tahun (Kinder et al, 2008)

Kop et al (2002)Taylor et al (2006)

depresi kadar CRP, Faktor koagulasi, sel darah putih pasien depresi (mean usia = 62) kadar C-reaktif protein >>

Matthews et al gejala depresi dihub dgn faktor koagulasi: fibrinogen dan PAI-1. (2007)

Sikap bermusuhan memiliki efek yg sama seperti depresi sbg faktor kognitif lain yg dpt memicu proses inflamasi shg meningkatkan penyakit & risiko kematian Permusuhan meningkatan kadar sitokin proinflamas (IL-1, IL-1, IL-8 dan TNF-) kadar insulin puasa, glukosa & resistant insulin(Suarez et al., 2004) kecepatan penyembuhan luka pd pasangan dgn sifat permusuhan yg tinggi : 60% lebih lambat (Kiecolt-Glaser et al, 2005)

Faktor kognitif adalah bukan satu-satunya pemicu pada respon sistem inflamasi Gangguan tidur jg berhubungan dgn meningkatnya peradangan, termasuk Creactive protein, IL-6, IL-1, dan TNF- 68% dr korban perlecehan sexual mengalami kesulitan tidur, 45% mengalami mimpi buruk yang berulang kali (Teegen, 1999)

Kekurangan tidur menurunkan jumlah limfosit dan aktivitas dari sel NK kerentanan terhadap infeksi. tidur yang tidak nyenyak kadar kortisol glukosa, insulin & resistensi insulin Agar bisa tidur nyenyak harus merasa cukup aman downregulasi keawasan & kewaspadaan Kecemasan mempengaruhi kualitas tidur, walaupun depresinya telah terkontrol (Penelitian Carmichael & Reis, 2005 )

pada stres peningkatan respon inflamasi lebih cepat harus di down regulasi Terdapat 2 cara : suplementasi asam lemak omega-3 olahraga

EPA-DHA memiliki peran adaptogenik pada stres dengan meregulasi & melemahkan respon stres suplementasi EPA/DHA menyebabkan downregulasi respon stres dan mencegah terjadinya maladaptif pada mood EPA/DHA juga secara spesifik me kadar sitokin proinflamasi dan me sitokin antiinflamasi

Suplementasi minyak ikan : me resistensi insulin & trigeliserida me ketahanan terhadap stres dengan menurunkan aktifitas sistem saraf simpatis Sumber EPA dan DHA : 1-1,5 pon ikan/minggu untuk mencapai efek kesehatan mental (Noaghiul & Hibbeln, 2003)

Efektifitas olahraga = sertraline (zoloft) untuk terapi depresi mayor (Babyk et al, 2000; Blumenthal et al, 2007) Olahraga menyebabkan downregulasi pada sistem respon inflamasi Olahraga terbukti dapat me fungsi fisik , vitalitas, kesehatan mental ; me nyeri; me kadar IL-6 serum

Latihan kardio vs latihan fleksibilitas Peserta latihan kardio mengalami penurunan signifikan pada CRP, IL-6, dan IL-18 Kadar TNF- membaik baik pada program kardio maupun fleksibilitas

Olahraga 1 jam perhari 3x seminggu menurunkan terjadinya stres dan meningkatkan penyembuhan luka. Penyembuhan luka dihambat o/ tingkat stres dan kebencian tinggi meningkatkan inflamasi sistemik olahraga me kadar sitokin sistemik pada sirkulasi & mengarahkan sitokin tersebut pada tempat seharusnya

Secara perlahan & bertahap Olahraga yang meningkatkan detak jantung dengan cepat sama terhadap respon hipertensi dan menyebabkan distres, termasuk peningkatan respon PTSD. Program yg perlahan-lahan memungkinkan pasien untuk beradaptasi

langkah pertama: menilai (+/-) gangguan tidur & (+/-) masalah psiaktri pd pasien trauma (+) apakah kelainan psiaktri yang menimbulkan gangguan tidur atau sebaliknya?? Intervensi untuk mengatasi gangguan tidur:

Pendekatan kognitif-perilaku Peralatan khusus Medikamentosa (SARIs)

Peneliti PNI telah menunjukkan bahwa apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh individu dpt mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan respon terhadap stres Efek trauma yang timbul harus dapat diatasi dan diusahakan agar dpt dikembalikan ke fungsi normal Penderita trauma beberapa tindakan khusus dapat diambil untuk menurunkan regulasi respons terhadap stress dan mencegah penurunan kondisi kesehatan.