26
1 Jejak Kaki Dari Jember by Zeng Wei Jian (ditulis dari dalam penjara Salemba, 03-06-2015) www.zengweijian.blogspot.com Aku lebih dulu ketemu dengan adiknya, Ci Rebeka Harsono. Sedangkan nama kokohnya, Andreas Harsono, sampai ke telingaku sebelum mataku melihat fisiknya. Rebeka pimpin LADI, Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia. Fokus kerja LADI ini mengadvokasi kelompok "cina benteng". Cuma ada dua aktifis perempuan Tionghoa kala itu: Dia dan Ester Jusuf Purba. Satu dekade sebelum Ko Ahok, Wagub DKI Jakarta, masuk politik di tahun 2004, ada dua nama aktifis Tionghoa: Andreas Harsono dan Stenley Prasetyo. Satu generasi lebih muda, ada Suma Mihardja. Ketiganya Hoakiao. Nama mereka sembunyikan identitas ini. Andreas mulai melakoni profesi sebagai "reporter kurcaci" tahun 1991. Aku masih sekolah di SMP. Pelajaran yang kubenci: "Mengarang". Stenley Prasetyo bersama novelis Pramoedya Ananta Toer menyunting buku Memoir Oey Tju Tat. Aku beberapa kali ketemu Stenley ketika ia jadi Komisioner Komnas HAM. Suma Miharja, sahabatku, adalah seorang demonstran dari Universitas Indonesia. Tiap dinding rumahnya dipenuhi buku. Ia seorang Lex Generalis, intelektual, pemberani dan beragama Konghucu. Aku temani Suma saat diwawancara fit n proper test calon Komisioner Komnas HAM. Sayang gagal. Ia korlap para demonstran seperti Yap Yun Hap, tewas ditembak di peristiwa Semanggi 2. Yap Yun Hap jadi nama jalan di kompleks UI. Keenam nama di atas, Rebeka, Ester, Ahok, Andreas, Stenley, Suma, adalah orang-orang kontroversial. Berwatak "keras". Para petarung. Empat aktifis, satu politisi dan satu wartawan. Semuanya keren. Masing-masing punya sudut pandang berbeda merespon identitas Hoakiao dan keindonesiaan. One day, aku ingin melihat mereka bentrok! Andreas Harsono adalah pribadi paling komplex. Seorang iconoclast. Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen, pro-dem, HAM, Ahmadiyah, nasionalisme dan rasialisme. Ia membela siapa pun yang ditindas. Penanya bisa setajam mata pedang. Dia bilang, "Papua is forbidden island". Andreas, resminya seorang aktifis peneliti Hak Asazi Manusia pada lembaga Human Rights Watch (HRW), bermarkas di Empire State Building-New York. Sidney Jones pernah bekerja untuk HRW. Andreas berhasil menyelesaikan traveloque berjudul A

Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

1

Jejak Kaki Dari Jember by Zeng Wei Jian

(ditulis dari dalam penjara Salemba, 03-06-2015)

www.zengweijian.blogspot.com

Aku lebih dulu ketemu dengan adiknya, Ci Rebeka Harsono. Sedangkan nama kokohnya,

Andreas Harsono, sampai ke telingaku sebelum mataku melihat fisiknya. Rebeka pimpin

LADI, Lembaga Anti Diskriminasi Indonesia. Fokus kerja LADI ini mengadvokasi

kelompok "cina benteng". Cuma ada dua aktifis perempuan Tionghoa kala itu: Dia dan

Ester Jusuf Purba.

Satu dekade sebelum Ko Ahok, Wagub DKI Jakarta, masuk politik di tahun 2004, ada

dua nama aktifis Tionghoa: Andreas Harsono dan Stenley Prasetyo. Satu generasi lebih

muda, ada Suma Mihardja. Ketiganya Hoakiao. Nama mereka sembunyikan identitas ini.

Andreas mulai melakoni profesi sebagai "reporter kurcaci" tahun 1991. Aku masih

sekolah di SMP. Pelajaran yang kubenci: "Mengarang".

Stenley Prasetyo bersama novelis Pramoedya Ananta Toer menyunting buku Memoir Oey

Tju Tat. Aku beberapa kali ketemu Stenley ketika ia jadi Komisioner Komnas HAM. Suma

Miharja, sahabatku, adalah seorang demonstran dari Universitas Indonesia. Tiap dinding

rumahnya dipenuhi buku. Ia seorang Lex Generalis, intelektual, pemberani dan beragama

Konghucu. Aku temani Suma saat diwawancara fit n proper test calon Komisioner Komnas

HAM. Sayang gagal. Ia korlap para demonstran seperti Yap Yun Hap, tewas ditembak di

peristiwa Semanggi 2. Yap Yun Hap jadi nama jalan di kompleks UI.

Keenam nama di atas, Rebeka, Ester, Ahok, Andreas, Stenley, Suma, adalah orang-orang

kontroversial. Berwatak "keras". Para petarung. Empat aktifis, satu politisi dan satu

wartawan. Semuanya keren. Masing-masing punya sudut pandang berbeda merespon

identitas Hoakiao dan keindonesiaan. One day, aku ingin melihat mereka bentrok!

Andreas Harsono adalah pribadi paling komplex. Seorang iconoclast. Dia tukang kritik.

Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia

main di semua lini; liberalis tulen, pro-dem, HAM, Ahmadiyah, nasionalisme dan

rasialisme. Ia membela siapa pun yang ditindas. Penanya bisa setajam mata pedang. Dia

bilang, "Papua is forbidden island".

Andreas, resminya seorang aktifis peneliti Hak Asazi Manusia pada lembaga Human

Rights Watch (HRW), bermarkas di Empire State Building-New York. Sidney Jones

pernah bekerja untuk HRW. Andreas berhasil menyelesaikan traveloque berjudul A

Page 2: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

2

Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism dan 'Agama' Saya

Adalah Jurnalisme, sebuah antologi jurnalisme. Keduanya dituangkan dalam bahasa

Melayu Indonesia.

Andreas bermarga Ong. Nama lengkapnya, Ong Tjie Liang (王 志 良). Ia adalah hasil

persilangan dua dialek. Papanya orang Hokkien kelahiran Jember. Akarnya ada di desa

Kang Tauw, distrik Bo Chan, Provinsi Fujian. Sedangkan mama kelahiran Kalisat, orang

Hakka. Leluhurnya berasal Ta Bu Liao, Guang Dong. Ta Bu adalah daerah asal banyak

imigran Hakka di Pulau Bangka, salah satunya mamaku.

Liang semarga dengan Onghokham, sejarawan-cum-pioneer gerakan politik "asimilasi",

solusi Rezim Orde Baru handle "Masalah Cina" di Indonesia. Resminya, 王 diromanisasi

(Hanyu pinyin) menjadi Wang. Sedangkan "Ong" adalah romanisasi Hokkien. Tahun 2007,

Pemerintah Tiongkok rilis hasil survei 10 Marga Terbesar. Mereka adalah Wang (王), Li

(李), Zhang (张), Liu (刘), Chen (陈), Yang (杨), Huang (黄), Zhao (赵), Wu (吴), and Zhou

(周).

Andreas bilang pemaksaan ganti nama orang Tionghoa di Indonesia, dari marga “Wang

(王)” menjadi “Harsono” ada gunanya juga karena dia punya marga yang lebih kecil dari

marga paling besar di dunia. Aku merasa ini jadi sebuah pengerdilan.

Selain ada Onghokham, situs blog pribadi Ong Tjie Liang ternyata cerita soal Iwan

Santosa, wartawan Kompas. Aku kenal dia. Sempat kongkow di beberapa event. Obrolan

ga penting, seputar Tionghoa. Aku kira ia wartawan-cum-aktifis yang baik. Namanya jadi

"Iwan Ong" bila kebetulan terlibat acara-acara Tionghoa. Aku tidak pernah berpikir

Liang mau bikin semacam "Ong's Surname Cyber Club".

Ternyata Iwan Ong menulis sebuah buku, bareng seseorang bernama EA. Natanegara.

Kata Liang, judulnya: "Kopassus untuk Indonesia". Isinya soal penyesalan Korps Baret

Merah, pernah terlibat kasus penculikan aktifis mahasiswa dan kepandaian seribu

personilnya berdialek Papua. Penggalan paragraf itu bikin aku tau, sedikit kaget, bahwa

Jakarta kirim 5000 prajurit Kopassus ke Papua. Banyak sekali. Liang agak protes soal

ketiadaan kisah pembunuhan Theys Eluay. Iwan diwawancara, tapi menolak

keterangannya dikutip. Adegan yang aneh. Caleg PKB, Faisol Reza, mesti dikabari soal

berita "melunaknya" Kopassus ini. Pasalnya, sebagai korban penculikan, ia pernah bilang

akan exodus ke luar negeri apabila Ex-Danjen Kopassus Letnan Jenderal Prabowo

menang pemilu dan jadi presiden.

Liang masuk golongan Hoakiao "new comer" di pulau Jawa. Baru tiga generasi.

Kakek-neneknya masih dilahirkan di Selatan Tiongkok. Di era kolonial, keluarga Liang

Page 3: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

3

secara rigid digolongankan sebagai "totok". Namun, kategorisasi "singkek, totok,

peranakan" invalid di zaman internet. Generasi "pasca reformasi" sudah menjadi warga

global, cuma tau satu kategori saja yaitu "cina", eufimismenya jadi "non pri". Tadinya, aku

kira "House of Liang" adalah penduduk lama. Logatnya Jawa halus, medok sekali.

Ternyata, mereka baru datang ke Jawa tahun 1925.

Itu tahun, Tan Malaka pertama kali merilis buku berjudul: Menuju Republik Indonesia

(Naar de Republiek Indonesia). Dicetak di Canton (Guangzhou), bulan April. Malaka

adalah seorang komunis petualang, Trotskyist, pendiri Partai Murba (Musyawarah

Rakyat Banyak). Ia penyeru perjuta, berkontradiksi dengan Soekarno yang kompromistis

terhadap Belanda. Jenderal Sudirman adalah pengagum dan pendukung kuat Tan Malaka.

Bagi Tiongkok, itu dekade full of chaoz, amis darah, desing pelor, jeritan calon penghuni

neraka dan tangisan bocah ceking. Sebuah kegilaan politik, keruntuhan ekonomi. A nation

in collaps. Petualangan para "warlord", milisi dan bandit bersenjata. Tidak ada negeri

punya track record perang sepanjang, sebengis, sehebat The Middle Kingdom, Tiongkok.

Tiongkok, periode tahun 1912-1949 dinamakan Era Zhonghua Minguo. Kakek Ong keluar

Tiongkok, via pelabuhan Xiamen, satu tahun sebelum Generalisimo Jiang Jieshi (Chiang

Kaisek) melancarkan Northern Expedition, menyatukan Tiongkok.

Era Zhonghua Minguo dibagi beberapa periode atau fase. Tahun 1916-1928 merupakan

periode Warlord Era (軍閥時代 , Jūnfá shídài). Duel klasik Utara-Selatan belah

Tiongkok. Faksi militer pecah jadi dua kubu. Namun, domestik clash di dalam satu kubu

acap kali meletus. Contohnya, bentrokan antara klik Anfu vs Zhili. Keduanya sama-sama

klik utara. Jepang dukung Utara, ada Uni Soviet di Selatan.

Faksi Selatan terdiri dari klik-klik militer Sichuan, Qinghai, Ningxia, Guangxi,

Guangdong, Yunnan, Jiangxi, Hunan, Hubei, Guomindang dan faksi minor lain.

Faksi Utara ada klik Zhili, Anfu, Fengtian, Xinjiang, Shanxi, Gansu, Hebei, Henan, Ma,

Guominjun dll.

Red China masuk kategori "Southern Camp". Tahun 1918, Mao Zedong membentuk study

club dan sel komunis di Hunan. Tahun 1920, kelompok studi Marxist berdiri di Beijing. Di

Shanghai, Chen Duxui memulai lingkar diskusi Marxist dan Korps Pemuda Sosialis.

Klik-klik militer lokal itu bikin sengsara rakyat. Tiongkok alami sekitar 160an perang

selama 12 tahun Era Warlord. Diantaranya, September 1924, duel antara klik Zhili vs

Jiangsu, Fujian vs Zhejiang. Dua minggu kemudian Fengtian ikut perang, back-up pasukan

Page 4: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

4

Zhejiang. Mereka saling menyerang, saling bunuh, tumpahkan darah dan korbankan jiwa.

Nyawa jadi murah. Rummel memperkirakan, 810 ribu orang (militer dan sipil) tewas

selama Era "Raja-Raja Perang" itu. Plus 6 juta tewas akibat bencana alam. Generalisimo

Chiang dan Expedisi Utara-nya mengakhiri periode petualangan para panglima perang

Tiongkok itu.

Tidak heran, bila ada orang memilih exodus. Salah satunya, kakek dan nenek keluarga

Ong Tjie Liang. Pulau Jawa dipilih.

****

Seseorang memakai nama "Sandra" menulis komentar di bawah page "Seruan Pontianak".

Komentarnya :

"Andreas Harsono yang sudah mulai gila. yang akan mati karena kegilaan yang

diciptakannya. mati tak wajar, karena melibatkan 70 orang dalam aksi penanya. tapi

andreas harsono tidak menulis namanya sebagai penggagas mengenai seruan damai. apa

karna andreas harsono orang cina, makanya dia jadi begitu, memiliki dendam etnis.

seorang terdidik yang gila dan kehilangan akal sehat dan rasionalitas. aku hanya bisa

menunggu kabar andreas harsono mati tak wajar."

Ong Tjie Liang alias Andreas Harsono dianggap edan, akalnya terdistorsi, irasional. Aku

hampir ketawa. Geli. "Sandra" kasi label Andreas Harsono: "seorang terdidik yang gila".

Aku menebak "Sandra" bukan komentator sembarangan. Bukan warga Pontianak,

"korban" sakit ati atas Seruan Damai ke 70 orang concern itu. Namaku ada di urutan

terakhir: Zeng Wei Jian.

Aku kira, banyak reportase dan naskah Koh Andreas itu dangerous. Tajam. Mendetail.

Bongkar kebekuan filosofis Orde Baru. Ia berani nyatakan "Tentara Indonesia tugasnya

cuma, sekali lagi, cuma melawan warga Indonesia." Rahman Tolleng dan Andreas, satu

camp, mengidentifikasi Jenderal Soeharto sebagai Fasis. Mungkin, Andreas punya garis

politik sosialis PSI. Ia ngaku pernah belajar teori antagonisme kelas dari George

Aditjondro. Senada dengan Fadjroel Rahman, Andreas bilang UUD 45 "notorious tak

melindungi hak asasi manusia."

Statement model begitu bikin ngeri orang. Apalagi kalau dibaca "cina-kuper". Dia bisa

freak out! Pembaca bisa salah paham. Kaum Faggots bisa sakit hati. Indonesian's Nazi

bisa reaktif. Tidak heran, bila Andreas sering dapet sms ancaman mau "di-munir-kan".

Komentator seperti "Sandra" bikin aku miris. Ia bilang, Andreas "memiliki dendam etnis".

Karena Andreas Harsono itu "Cina".

Page 5: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

5

Entah, sejak kapan imigran Tionghoa mulai datang, bermukim, berkembang dan terserap

menjadi masyarakat Pulau Jawa. Liem Yusui, sepupu Liem Sioe Liong (aktifis LSM

Tapol-Inggris), menyatakan bahwa ia generasi ke 17 di Jawa. Menurut Toer, koloni

Tionghoa paling awal ditemukan di Tuban, Gresik, Jepara saat Erlangga berkuasa di

Kahuripan (1009-1042). Ada asumsi, pedagang "Tongnyin" mulai hilir mudik antara Fujian

dan Semenanjung Malaya (Nan Yang)setelah Penguasa Dinasti Tang (618-907) dorong

aktifitas dagang dengan manca negara.

Migrasi etnis Tionghoa meningkat di masa pergantian dinasti. Sewaktu Genghis Khan

mulai menguasai Tiongkok Utara, orang-orang Khek bermigrasi ke selatan. Penduduk

pribumi selatan (Min Nan) seperti Hokkien dan Teocheow menyebut mereka "Hakka",

artinya tamu. Migrasi lebih jauh ke selatan berlanjut hingga mencapai Nan Yang (laut

selatan) di era peralihan Dinasti Ming ke Qing.

Tanggal 24 April 1644, pasukan pemberontak petani pimpinan Li Zicheng (李自成) masuk

Beijing tanpa perlawanan. Tidak ada dentingan pedang beradu. Sejak Februari, pasukan

Li menduduki distrik Changping. Di sana, ia membakar beberapa makam Kaisar Ming. Kota

Raja sepi prajurit. Sekitar 1,3 juta tentara Ming sedang siaga di perbatasan utara,

siap-siap menangkal dan pukul mundur serangan brutal pasukan Manzu.

Kaisar Chongzhen sudah tau rencana

gerakan maju pasukan Li. Telik sandi

melaporkan tiap gerakan gerombolan

pemberontak. Malam harinya, Kaisar

mengadakan jamuan makan bersama

permaisuri, selir-selir, puteri-

puterinya dan semua perempuan

bangsawan keturunan Kekaisaran

Ming. Hidangan istana, arak terbaik,

buah-buahan exotis penuhi meja-meja imperial. Sebilah pedang Kekaisaran disiapkan.

The last supper for the ladies. Jamuan berakhir, Sang Kaisar menangis, berteriak,

"Mengapa kalian dilahirkan di keluarga ini?"

Satu demi satu, bangsawan wanita itu dibunuh. Darah mereka basahi Pedang Kaisar.

Merah, agak kental. Royal blood. Airmata dan ketegangan kuasai wajah Penguasa Ke 16

Dinasti Ming itu. Langkahnya goyah, berat.

Page 6: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

6

Dinasti Ming resmi berakhir setelah Kaisar Chongzhen bunuh diri. Menjerat lehernya di

pohon Pagoda, Taman Jingshan, belakang Forbidden City. Hari itu, 25 April, usia "The

Last Emperor of Ming" masih muda, baru 33 tahun.

Kematian Sang Kaisar diikuti bunuh diri massal 700 pegawai istana dan 300 pelayan.

Seribuan taykam tewas dalam pertempuran mempertahankan istana dari serbuan

pemberontak Li Zicheng, berkekuatan 60 ribu prajurit.

Jenderal Wu Sangui, sebagai murid filsafat Sun Tzu, paham diktum: "Musuh dari

musuhku adalah kawanku". Ia rangkul musuh Dinasti Ming yaitu Manzu.

Tanggal 25 Mei 1644, pasukan Li berkemah dekat Sungai Sha. Mereka hendak

menghabisi sisa-sisa prajurit Kaisar Chongzhen. Beberapa kilometer di depannya ada

pasukan teritorial Wu Sangui. Esoknya, pasukan penggempur utama Manzu mencapai titik

terdekat Great Wall. Mereka berhenti 8 kilometer di seberang Great Wall, di sana

mereka beristirahat. Simpan tenaga. Tidur. Tengah malam, mereka bangun, memakai

baju zirah. Mereka bergerak in silence. Disiplin tinggi. Kegelapan selimuti gerakan

mereka ke arah Terowongan Shanhaiguan.

Pasukan Manzu dipimpin Pangeran Dorgon, putra Nurhaci, penguasa Machuria dari klan

Aisin Gioro. Nurhaci berhasil menyatukan semua suku Jurchen dan mendirikan Dinasti

Jin di provinsi Shenyang, Tiongkok Utara.

Tanggal 27 Mei 1644, Wu membuka gerbang Terowongan Shanhaigua. Barisan panjang 60

ribu prajurit Manzu, bagai iringan semut, memasuki "teras dalam" Tiongkok. Pasukan Wu

telah menunggu. Sambut sekutu barbar dari utara itu.

Pasukan Dorgon diperkuat tentara suku Mongol anti Dinasti Ming. Serangan mereka jadi

tajam. Deadly. Pertempuran berlangsung cepat. Jelang malam, pertarungan usai.

Kolaborasi Wu dan Dorgon berhasil mengalahkan Li Zicheng. Telak.

Tanggal 5 Juni, Beijing, ibukota utara, berhasil direbut. Jenderal Wu mendampingi

Dorgon masuk Beijing, disambut rakyat sebagai penyelamat Ming. Rakyat shock saat

mengetahui Sang Penyelamat itu adalah Manzu. Esoknya, Dinasti Qing resmi

diproklamasikan menggantikan Ming, tahun 1644.

Sisa-sisa Loyalis Ming mundur ke Ibukota Selatan, Nanjing. Mereka memproklamasikan

Dinasti Ming Selatan. Setahun kemudian, tentara Manzu mengepung Nanjing. Menerobos

dan hantam pertahanan pasukan pembangkang. Qing menang. Loyalis Ming kocar kacir,

mundur, semakin ke selatan dan melawan di Fuzhou. Kalah lagi. Lari ke Guangzhou.

Page 7: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

7

Dihantam lagi. Mundur ke Yunnan dan terus terdesak ke selatan. Selama 17 tahun,

pasukan Qing melakukan pengejaran. Akhirnya, Pangeran Gui, sisa terakhir keluarga

kerajaan berhasil ditangkap di Burma.

Kepingan terakhir Loyalis Ming adalah Zheng Chenggong alias Koxinga, putra seorang

Admiral Dinasti Ming. Koxinga memilih Taiwan sebagai basis militer. Ia rebut Taiwan dari

tangan Belanda, mengakhiri 38 tahun kekuasaan VOC dan mengusir orang-orang Dutch,

berlayar kembali ke Batavia. Di pulau itu, Koxinga mendirikan kerajaan Tungning.

Pasukannya adalah brigade patriot Hokkien dan Hakka. Ambisinya, restorasi Dinasti

Ming.

Tahun 1683, Kaisar Kangxi mengirim Admiral Shi Lang gempur Pulau Penghu. Berkekuatan

100 ribu pasukan, 600 kapal dan dilengkapi meriam-meriam buatan Belanda. Dalam waktu

satu jam, mayoritas kapal Tungning berhasil ditenggelamkan. Lalu, 600 ribu pasukan Qing

melancarkan serangan darat. Pasukan Tungning menyerah. Zheng Keshuang, cucu Koxinga,

menyatakan takluk. Kangxi, The Holy Lord, merampungkan ambisi kakek buyutnya,

Nurhaci: Menyatukan Tiongkok di bawah kekuasaan sentralistik tunggal Manzu.

Perang demi perang porak porandakan Tiongkok. Sejak Li Zicheng rebut Beijing,

pendirian Dinasti Jin, kolaborasi Wu dan Dorgon, sampai invasi Kangxi ke Taiwan.

Penguasa Manzu dibantu etnis Mongol dan kolaborator Han membuat rakyat semakin

sengsara.

Kebencian rakyat terhadap Dinasti Qing terus hidup, disimpan di dalam hati. Qing

disalahkan sebagai penyebab hancurnya budaya, perubahan pakaian tradisional (hanfu)

dan penyeragaman model rambut taucang. Mereka dianggap barbar. Kebenciaan

menciptakan sentimen anti Qing. Exodus Tionghoa mulai terjadi. Meningkat kala

kemiskinan semakin meradang.

Krisis ekonomi meroket di masa akhir pemerintahan Kaisar Qianlong (1711-1799) yang

mengklaim sukses melancar kampanye 10 Perang Besar (十全武功). Kas negara dikuras.

Alhasil, rakyat semakin kurus. Semakin banyak orang Tionghoa berpikir hengkang, pergi

keluar, tinggalkan negeri leluhur. Cari peruntungan di negeri baru.

Qianlong melancarkan tiga operasi militer memperluas wilayah di kawasan Sentral Asia:

memerangi bangsa Dzungars dan taklukan Xinjiang. Dua kali perang menumpas

pemberontakan Jinchuan di Sichuan. Lalu eliminir pemberontak Taiwan (1787–1788).

Qianlong juga melakukan invasi ke luar negeri. Ia mengirim expedisi militer ke Burma

(1765–1769), Vietnam (1788–1789), dan menggempur Gurkha di Nepal dan perang

Page 8: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

8

perbatasan menaklukan Tibet dan India (1790–1792). Ia memperkuat legitimasi

kekuasaan Dalai Lama setelah Tibet takluk.

Qianlong resmi jadi Kaisar tanggal 11 Oktober 1735. Ia segera bikin gebrakan, menumpas

pemberontakan etnis Miao. Kaisar menugaskan Jendral Zhang Guangsi. Aksi keras

dilancarkan. Berdarah-darah. Perlawanan Miao berakhir di Niupidajing. Zhang, etnis Han,

berhasil menghancurkan 1200 benteng pertahanan dan menewaskan 18 ribu pemberontak

Miao.

Selain habiskan dana untuk biaya perang, Qianlong menyerap dana tak terbatas untuk

membiayai cita rasa artistik. Seperti para kaisar pendahulu, Qianlong memposisikan diri

sebagai patron seni budaya Tionghoa. Ia memiliki koleksi puluhan ribu lukisan, kaligrafi,

kumpulan 40 ribu puisi, 30 ribu hiasan giok, patung perunggu, tembikar, keramik,

kerajinan logam. Ia adalah orang terkaya di muka bumi saat itu.

Kaisar mendanai berbagai mega projek seperti membentuk sebuah tim cendikiawan

terbaik untuk menghimpun, menyunting dan mencetak ulang risalah filsafat, sejarah dan

sastra Tionghoa. Nama projek itu Siku Quanshu, berhasil menerbitkan 36 ribu volume,

mencakup sekitar 3450 risalah. Qianglong berhasil mengalahkan 'Ensiklopedia Yongle'

dari Dinasti Ming. Tetapi pengembangan teknologi dan industri diabaikan. Sedangkan di

masa itu, Eropa memulai era revolusi industri.

Qianlong gemar membangun berbagai istana megah. Dana tak terbatas digelontorkan

untuk proyek pembangunan, renovasi dan sewa adviser Jesuit Italia bikin desain ruangan

gaya Eropa. Ia lebih memilih habiskan budget membangun paviliun mewah daripada bikin

senjata canggih. Kas Qianlong juga dikuras oleh korupsi para pejabat istana.

Perilaku Qianlong bikin kebencian rakyat semakin meradang. Tiongkok jadi tertinggal

oleh bangsa kulit putih. Kemiskinan dan kesengsaraan adalah lahan subur pemberontakan.

Berbagai kelompok rahasia dibentuk, macam White Lotus. Secret society ini metode usir

Mongol di masa sebelumnya. Mereka bermotif dongkel kekuasaan asing, dan

mengembalikan dinasti bangsa Han.

Di sekitar masa ini, para loyalis Ming berhamburan keluar Tiongkok. Salah satunya Zeng

Xi Fong, leluhurku. Ia lari ke Nan Yang, berakhir di Pulau Bangka. Makamnya berada di

sebuah bukit daerah Rebu, Sungai Liat. Lokasinya dicapai dengan jalan kaki. Bukan lokasi

pemakaman umum. Menandakan ia begitu kuno. Hanya ada makamnya bersama leluhur

perempuanku.

Page 9: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

9

Zeng Xi Fong punya pesan ke anaknya. Anaknya meneruskan pesan itu ke cucu. Akhirnya,

pesan itu sampai ke generasiku. Pesan itu berbunyi, "Hancurkan Qing, bangkitkan Ming.

Kembali ke Tiongkok bila bangsa Han berkuasa kembali".

Exodus bukan ciri ekslusif Tionghoa. Manusia sudah melakukan migrasi sedari zaman "out

of Africa". Penemuan emas di pengunungan barat Amerika (1848), Australia (1851) dan

Kanada (1858) triger gairah exodus suka rela Tionghoa. Exodus "Gold Rush"itu

berlangsung selama 80 tahun dan menyertakan jutaan orang. Mencapai begitu banyak

dataran, sampai Borneo, di mana sekelompok Hakka mendirikan Republik Lanfang.

Seiring meningkatnya koloni Tionghoa, gesekan dengan penguasa lokal tak dapat

dihindari.

Sejak 1740, koloni Hoakiao dihantam tantangan overseas. 10 ribu orang dibantai di

Batavia atas perintah Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier. Pogrom ini sering disebut

"Geger Pacinan". Peristiwa Mei 98 merupakan aksi rasialis modern, melibatkan anasir

pimpinan Kopassus dan Pangdam Jaya.

Pogrom semacam ini didalangi aksi politik. Bukan clash kultur, rasial atau sosial yang

bersifat horisontal. Tapi lebih disebabkan provokasi elite. Sebaik apa pun Hoakiao

berakulturasi dan berasimilasi, sekalipun Ong Tjie Liang berubah menjadi Andreas

Harsono, pogrom anti Hoakiao akan tetap terjadi bila masi ada elite backward

berkemampuan minim ruling the nation.

Menanggapi proses akulturasi dan asimilasi alamiah pada keluarganya, Andreas beropini,

"Namun perubahan itu, dipaksa maupun tidak, tak membuat mereka tak dianggap sebagai

“non-pribumi.” Mereka tetap tinggal di Jember, turun-temurun, namun akan tetap

dianggap “asing.” Saya kira rasa curiga terhadap orang Hoakiao takkan mudah hilang di

Pulau Jawa dan Sumatra."

****

Selain Hoakiao, di Indonesia ada etnis lain yang menjadi sasaran rasisme. Linda

Christanty, Kordinator lembaga Aceh Feature, malah bilang Soeharto melancarkan

program "Jawanisasi" atas semua golongan etnik. Kekerasan rasial dialami Madura di

Borneo. "Tidak ada diskriminasi (etnik) yang lebih besar di Indonesia sehebat yang

dialami orang Madura di Kalimantan," kata Andreas. Lalu, Papua di "tanah sendiri" kena

pogrom aksi rasialis. Pelecehan terhadap mereka sampai dunia internet. Khusus Papua,

dengan frustasi, Andreas bikin istilah "kulit cokelat mendiskriminasi kulit hitam".

Page 10: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

10

Satu malam, Ajahn Sulak Sivaraksa bawa aku dinner, bareng Prof. Arief Budiman aka

Soe Hok Djin. Di Bangkok. Djin kritik Gusdur. Ia masuk camp Anti-GD. Aku kira ia tidak

politically tactical. Lurus. Kaku. NGO sentris. Sulak membenarkan aku. Gusdur is the

best of the worst.

Arief Budiman diakui Andreas sebagai salah satu guru politiknya. Disamping George

Junus Aditjondro, Ariel Heryanto, Broto Semedi, Liek Wilardjo, Nico L. Kana. Tapi dasar

tukang kritik, Andreas tulis nota protes. Openly n publicly. Dia bilang, "Makin lengkaplah

pandangan merendahkan orang Papua, dari mahasiswa macam Bilad hingga profesor Arief

Budiman".

Aku ada di blok Andreas. Ya, Prof. Arief Budiman vulgar sewaktu mengatakan bahwa

orang Papua masih “primitif” dan memerlukan “teknologi dari Jawa.”

Konflik Papua sudah jadi isue internasional sebelum Presiden Kennedy mati disamping Ny.

Jacqueline, ditembak Lee Harvey Oswald, seorang Marxist. Sel perlawanan Free Papua

Movement muncul di Eropa. Black Leaders seperti Nelson Mandela, Desmond Tutu

nyatakan dukungan. Organisasi Internasional semacam Amnesty International dan HRW

pasang mata awasi pulau berbentuk kepala burung Cendrawasi.

Semasa awal reformasi, Hoakiao laen masih memilih "main aman". Talk less.

Ringan-ringan aza. Sumbang medali emas Olympiade, di badminton. Itu sudah cukup. Stay

away from politic. Palagi, politiknya mengutip Mao Zedong: "Political power grows out of

the barrel of a gun". Tapi Andreas berbeda. Ia mondar-mandir, hilir-mudik

Jakarta-Papua. Riset serius. Wawancara. Turunkan berita, soal pelanggaran berat HAM.

Ceritanya seram. Membuka kelakuan sadis oknum tentara. Cuma dia yang berani begitu.

Salute!

Di kelas Jurnalisme Sastrawi,

Gedung Sinar Mas, Andreas bilang

wartawan tidak boleh berpihak tapi

mesti bersikap. Di soal Papua, ia

sudah bersikap. Ia menentang

pelanggaran HAM. Sekalipun

pelakunya tentara. Ya, ia melakukan

perjuangan. Tulisannya soal HAM

tidak berarti ia anti TNI. Apalagi anti Indonesia. Ia hanya mempraktekan elemen

jurnalisme: "berpihak kepada warga". Sekalipun ga pernah ada keharusan untuk

Page 11: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

11

mencintai tentara dan negara. Namun, aku yakin ia cinta kemanusiaan. A Patriot of his

own class.

Soekarno bikin nama IRIAN: "Ikut Republik Indonesia Anti Nederland". Gusdur, the

peoples' president, kembalikan nama Papua. Orang akan segera tau, setelah baca

reportasenya, kalo Andreas geram melihat keganasan personel Tentara Indonesia

terhadap warga Papua. Di soal Papua, Andreas mesti berhadapan dengan seorang tokoh

aliran Liberalisme terkemuka segenerasi: Tn. Rizal Mallarangeng.

Rizal, secara brilian beri solusi. Ia ambil "Strategi California", dan berkata, "...John

Quincy Adams, Presiden ke-6 AS, pernah bertanya, "But what is the right of the

huntsman to the forest of a thousand miles over which he has accidentally ranged in

quest of prey?"

Pertanyaan Quincy Adams itu dipribumisasi, sebagai respond "Masalah Papua". Rizal

menulis, "... harus dijawab: kalau kebetulan puncak sebuah gunung terlihat dari tempat

perburuan sebuah suku, berhakkah suku itu mengklaim gunung itu sebagai miliknya? Kalau

dianggap berhak, apa dasarnya?"

Hmm, it's a tough question.

*****

ANDREAS kelihatan lebih tua. Paro 2013, aku bertamu ke apartemennya. Ada Sapariah,

Norman dan ternyata ada puteri mungil berusia 2 tahunan. Duduk di atas meja kerja

papanya. Anggota paling baru "House of Liang". Namanya Diana Eugenia Harsono, bershio

kelinci. Sama dengan Sapariah, mamanya. Norman sudah besar, 16 tahun. Ia suka baca

buku-buku politik. Norman punya penyakit asma. Dia alergi dengan debu.

Apartemen Andreas-Sapariah itu tenang. Jeritan motor dan mobil gagal tembus

dinding-dindingnya. Kedap suara. Ruangan kerja travel writer-nya tidak berubah.

Lumayan kecil. Barisan buku, berdiri rapat, bertengger di rak. Satu dua tergeletak

begitu saja. Rambut Andreas memutih, keperakan. Waktu bergerak bagai kilatan cahaya.

Seketika usianya sudah setengah abad. Sudah layak menjadi seorang philosoper.

Aku sulit tentukan warna dan garis filsafat politik Andreas. Sekarang, pembahasan soal

itu sudah tidak relevan. Out of date. Komunis kalah tahun 1989. Resmi bubar di tahun

1991. Uni Soviet pecah jadi 15 negara. Cold War tamat. Tiongkok survive. "Angin

Perubahan" sempat menerpa lapangan raksasa Tian An Men, April-Juni 1989. Pusarannya

melilit, berdesing, bikin pusing Beijing. Deng Xiao Ping dan Li Peng mengirim 300 ribu

Page 12: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

12

pasukan. Menahan tiupan angin perubahan "demokrasi borjuis" itu. Tapi sejarah tetap

menyatakan blok kiri kalah. Invalid. Gagal. Incorrect.

Di Jetis Cokrodiningrat, Jogja, tahun 1988 beberapa mahasiswa mulai belajar gerakan

kiri. Ada nama Sugeng Bahagijo, Satya Widodo, Ngarto Februana, Hari Subagyo, Weby

Warrow dan Dadang Yuliantoro. Selain Johnsony Tobing, pencipta lagu "Darah Juang".

Ini mars gerakan mahasiswa. Tobing menciptakan lagu itu bersama Andi Munajat.

Munajat, mahasiswa Filsafat UGM, angkatan 1986, NIM 1785/FI, adalah motor

kelompok awal itu. Sosoknya hitam, asal Pangandaran Ciamis Jawa Barat, logat sundanya

kuat. Munajat dijuluki "Socrates". Meninggal tahun 2009, lahir 1 November 1966. Ia

tewas akibat kecelakaan motor. Berita kematiannya, sekilas dan samar, dimuat koran

Banjarmasin Post. Dita, putrinya berusia 6 tahun ikut meninggal di kecelakaan tragis di

Jalan Trans-Kalimantan itu.

"Revolusi 1989" adalah fenomena besar dunia. Ia saksikan kehancuran kekuatan komunis

Eropa Timur (eastern bloc). Tembok berlin runtuh. Mahasiswa borjuis liberal Tiongkok

bangkit hendak menghancurkan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Di negeri tetangga,

Partai Komunis Malaya meletakan senjata. Mengakhiri pemberontakan yang telah mereka

lancarkan selama satu dekade. Di Jogja, justeru mahasiswa kiri mulai membangun

kekuatan radikal, nantinya di tahun 1998, mereka berhasil depak Jenderal Fasis

Soeharto keluar arena.

Tahun 1989, slogan anti Soeharto mulai disebar. Radikalisasi mahasiswa mulai tumbuh.

Muncul beberapa kelompok kiri seperti Kelompok Rode dan FKMY. Budiman Sudjatmiko

(Ketua PRD dan legislator PDIP), Ifdal Kasim (Komisioner Komnas Ham), Andi Arief

(Komisaris PT. Pos) adalah contoh aktifis yang muncul di era 1990an, hasil dari interaksi

dengan kelompok Jetis.

NOVEMBER 1992, di Cisarua-Bogor, lahir organisasi mahasiswa progresif revolusioner

bernama Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Munajat dipilih

sebagai kordinator presidium. Tahun 1993, Munajat menggelar "Konferensi Jogjakarta",

menghasilkan kesepakatan menjadikan SMID sebagai organisasi semi-legal. Artinya,

struktur dan kepengurusannya dirahasiakan. Rezim Orde Baru masih sangat kuat dan

berbahaya. Maka strategi menerapkan kerahasiaan adalah wise, politically correct.

SMID dideklarasikan sebagai organ terbuka tanggal 3 Agustus 1994, di Jakarta.

SMID adalah embrio Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan gerakan buruh-tani progresif

anti Orde Baru. PRD adalah partai kiri yang ikut berjasa mendorong gerakan mahasiswa

Page 13: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

13

98 yang berhasil menumbangkan Presiden Soeharto. Sekalipun spirit rezimnya terus

hidup, hanya berganti nama.

Sebelumnya, April 1994, berlangsung rapat presidium SMID. Konflik intern soal "metode

perjuangan", antara kubu Jakarta vs kubu Jogja pecah.

Kubu Jakarta hendak adobsi strategi-taktis Bolsevik Rusia, sedangkan Jogja memandang

konsep perjuangan tani ala RRT lebih tepat. Konflik dimenangkan kubu Jakarta. Sejak

rapat ini, nama Andi Munajat lenyap. Ia raib bagai siluman. Weby Warrow bilang ia

dipecat. Alasannya: Rahasia!

Disisi lain, tahun 1994, Andreas Harsono bersama 58 tokoh seperti Christianto Wibisono,

Ayu Utami, Yopie Lasut, Arief Budiman dan lainnya meneken Deklarasi Sirnagalih,

tanggal 7 Agustus. Empat hari setelah deklarasi SMID. Deklarasi Sinargalih merupakan

gerakan pembentukan Aliansi Jurnalisme Independent (AJI), rival dari Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI)-supporter rezim. AJI menjadi sebuah wadah wartawan

radikal yang kritis terhadap rezim Soeharto. Akibatnya, Andreas disingkirkan dari koran

Jakarta Post.

Sebelumnya, bulan Juni 1994, Pemerintah Orde Baru memberangus majalah Tempo,

DeTik dan Editor. Akibat meliput konflik antara Menteri Keuangan Marie Muhamad vs

Menristek BJ. Habibie, soal rencana pembelian 39 pesawat tempur seken Jerman.

Soeharto geram atas pemberitaan itu.

Setahun setelah kemenangan Kubu Jakarta di rapat presidum, aktifis SMID mulai

melakukan infiltrasi, hidup di tengah kaum buruh. Mereka melakukan "bunuh diri kelas".

Salah satu aktifis SMID yang aktif live-in adalah Linda Christanty, di masa mendatang ia

adalah kontributor majalah PANTAU yang diprakarsai dan dipimpin Andreas Harsono. Di

tahun ini, beberapa wartawan AJI mulai ditangkapi rezim Soeharto. Legislator radikal

Sri Bintang Pamungkas dipecat dari Senayan. Jenderal Soeharto mengganas. Andreas

menyerukan agar mahasiswa, LSM dan masyarakat melancarkan aksi protes penahanan

aktifis AJI. Max Lane, teoritikus Marxis asal Autralia, mengutip seruan itu di mingguan

Green Left.

Beberapa tokoh kritis seperti Goenawan Mohamad, Aristides Katoppo, Zulkifli Loebis,

Fikri Joefri, Mochtar Pabottingi, Ashadi Siregar, Mohammad Sunjaya, mendirikan

Institut Studi Arus Informasi (disingkat ISAI). Tokoh jurnalis muda Stenley Prasetyo,

Toriq Hadad dan Andreas Harsono diajak nimbrung. USAID mendukung pendirian ISAI

dengan pertama kali memberikan hibah US$300,000 pada periode 1995-1998.

Page 14: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

14

Tahun 1996, Andreas Harsono tercatat menulis untuk Harian The Nation, interview

Aung San Su Kyii dan Megawati Soekarnoputri, dua pemimpin Asia Tenggara, dua

perempuan pemberani saat itu. Ia juga menulis untuk American Reporter soal plot

pimpinan ABRI mendongkel Megawati dari posisi Ketua Umum PDI. Plot dipimpin

Jenderal Faisal Tanjung, R Hartono dan Syarwan Hamid. Ketua Balitbang PDI, Kwik Kian

Gie membenarkan adanya plot itu. Tahun 1996 diwarnai tinta duka oleh kematian Oei

Tjoe Tat, Menteri Negara Kabinet Dwikora Soekarno, yang dipenjara selama 11 tahun

oleh Jenderal Soeharto. Tahun ini juga aktifis Andi Arief menjadi Ketua SMID. Lalu

meletus peristiwa 27 Juli 1996, Andi Arief pun dikejar-kejar aparat. Orde Baru

menuding SMID dibelakang peristiwa 27 Juli.

Sepanjang 1997-98, Tim Mawar melancarkan operasi intelijen, aksi penculikan.

Targetnya aktifis prodem. Kriteria sasaran: laki-laki, belum berkeluarga, belum terkenal,

tapi mulai menonjol.

Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo memberikan perintah lisan kepada Mayor

Bambang Kristiono - Komandan Satgas Merpati - untuk mengumpulkan data tentang

kegiatan kelompok radikal.

Mayor Bambang Kristiono segera membentuk Tim Mawar beranggotakan 10 orang

perwira dan bintara dari Detasemen 81/Antiteror. Tim yang bergerak secara rahasia

dan undercover ini bertugas mengungkap adanya ancaman terhadap stabilitas nasional.

Praxisnya: Culik! Gebuk. Jika melawan, bunuh saja.

Penculikan dilakukan menjelang pemilu 97, Sidang Umum MPR 98 dan menjelang

pengunduran diri Soeharto, 21 Mei 98. Korbanya 23 orang. Sembilan aktivis dilepaskan.

Mereka adalah Desmond Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol

Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto dan Andi Arief. 13

aktivis masih hilang dan belum kembali: Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat,

Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan,

Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nasser.

Mantan Komandan Puspom ABRI, Mayjen CHK Syamsu Djalaluddin, S.H., berpendapat

seperti yang dinyatakan KSAD dan Ketua DKP Jenderal TNI Soebagyo, Prabowo telah

mengaku melakukan tindak pidana penculikan sehingga harus diajukan ke mahkamah

militer. Tapi Letjen Prabow tidak perna diadili. Ia sempat tinggal di Yordania, kembali

dan mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), 6 Februari 2008.

Andreas Harsono tidak diculik, sekalipun ia termasuk wartawan kritis. Mungkin karena ia

sudah menikah dan cukup dikenal saat itu.

Page 15: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

15

Bulan Agustus 1998, Andreas menulis berita untuk The Nation. Berjudul: Wither the

general's star. Isinya tajam soal Jenderal Prabowo dan sentimen anti Tionghoanya.

Andreas mengulas wawancara wartawan Inggris. Di situ Prabowo menyatakan niat, ''to

evict the un-nationalistic Chinese from Indonesia. I believe in genetics. Intelligence

depends on race,''

Saat ditanya ras apa yang paling cerdas, Prabowo menjawab: Yellow people. ''They're

just like Jews in Europe or the Parsis in India. We hate the Chinese because we know

they outperform us,''

Artikel Wither the general's star ditutup dengan paragraf:

"Among the army elite circle, Prabowo is considered as a ''sick person''. Often brash,

he was said to have a ''split personality''. But what he wanted, he always got, most

probably assisted by Suharto. Ironically, with Suharto gone, Prabowo had a real

opportunity to show who he really was. But it was too late."

*****

Suatu malam, di Pondok

Gede, suami pematung

Dollorosa mempersoalkan

dikotomi sistem vs orang.

Sistem yang dimaksud

berlandaskan ideologi.

Marxisme adalah satu dari

ideologi yang membangun

sebuah sistem negara. Tapi

sekarang, aku cenderung bersepakat dengan kuotasi Deng Xiao Ping: "It doesn't matter

if a cat is black or white, so long as it catches mice."

Tahun 2014, soal ideologi makin nyata ga relevan. Banyak mantan aktivis radikal kiri

menanggalkan praxis Marxis. Ikut nyaleg di berbagai "parpol kanan". Mantan aktifis kiri

PRD, korban penculikan Tim Mawar Kopassus, Aan Rusdianto nyaleg via Partai Gerindra.

Itu parpolnya Letjen Prabowo, Mantan Danjen Kopassus. "Anu"-nya Aan sempat distrum

tim elite yang dikomandokan Ketua Gerindra itu. Memang, Manusia adalah makhluk yang

sering tidak konsisten (Anthony de Mello).

Page 16: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

16

Tentu ada pembenaran. Setiap petualangan harus punya motive. Dita Indah Sari, salah

satu dari sekian banyak contoh. Ia adalah Ex-Chairman PRD, aktifis klendestine buruh,

divonis 8 tahun penjara karena aksi subversi. Pengagum Lenin ini menjadi jurubicara

Muhaimin Iskandar, Menakertrans. Jadi jongos menteri. Alasannya, dua taktik Lenin.

Seorang kiri harus flexibel. Pandai baca situasi. Kapan angkat bedil, main di parlemen,

mogok. Bagi Dita, tujuan akhir "orang kiri" adalah "merebut kekuasaan". Bagaimana

caranya, flexibel. Itu diungkapkan Dita kepada Deutsche Welle.

Andreas bukan orang kiri, dalam perspektif Dita. Bukan semodel Wiji Thukul dengan

seruan, "Ayo gabung ke kami. Biar jadi mimpi buruk presiden!” Sekalipun waktu di

Universitas Satya Wacana ia sempat ikut kelompok diskusi George Aditjondro,

mengenali teori Neo Marxis. Arief Budiman, so pasti, ngerti filsafat Karl Marx.

Desertasinya soal keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador Allende di Chili. Di acara

Bakrie Award, Arief bilang, "Saya orang kiri". Andreas punya hubungan dekat dengan

kedua musuh Jenderal Soeharto itu. Not too much, bila Andreas juga paham teori-teori

kiri. Tapi langgam gerakan dan bahasanya netral. Sekalipun sering menulis phrase macam

"Soeharto dan anjing-anjing penjaganya".

Tidak seperti Hugo Chaves dan Lula da Silva di Amerika Latin, Andreas tidak ikut

gerakan merebut kekuasaan. Sama sekali ga pernah ulas soal "surplus value". Ini intisari

Marx's teaching. Sekalipun ga bersetuju dengan desain negara Indonesia, ia ga pernah

usung tawaran bentuk negara sosialis, apalagi teokratik state seperti Tibet masa lampau.

Ia tidak pernah begitu, baik dalam praxis atau sebatas wacana teoritik. Bahkan, ia tidak

pernah ulas wacana "sistem parlementer" sebagai ganti presidensial.

Maximal, ia kampanye soal "nation state" yang menjaga jarak dengan agama, melindungi

kelompok minoritas, supremasi sipil atas militer. Materi omongan dan bahan obrolan

Andreas lebih membumi dibanding cerita-cerita heroik revolusi Bolsevik atau seruan

nasionalisasi aset asing dengan jargon-jargon neo-liberal, kapitalisme, proletariat,

materialisme-historis-dialektika, Das Kapital, sentralisme demokratik, upik abu,

politbiro, pimpinan atas-bawah, borjuasi, sosial-demokrat, taik kucink, Tesis on

Feuerbach, antagonisme klas, hubungan produksi, Adam Smith so on n so forth.

"Saya lihat semua negara yang mencampur urusan negara dengan agama tak ada yang

beres. Misalnya Afghanistan, Pakistan, Arab Saudi, Iran, dan lainnya." tulis Andreas.

Bagiku, sekalipun Hoakiao, Andreas Harsono sangat mengenal Indonesia. Pengetahuan

keindonesiaannya mengingatkanku kepada Harry Tjan Silalahi aka Tjan Tjoen Hok,

Page 17: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

17

raksasa intelektual CSIS, yang menyatakan diri ahli budaya Jawa. Aku tidak tau, sampai

dimana kedalaman pengetahuan Indonesia mereka, tapi pastinya kedua Hoakiao ini lebih

kenal Indonesia daripada Tiongkok, negeri tempat nenek moyang mereka dikubur.

Minimal, Andreas tau dari Aceh sampai Papua, ada lebih dari 500 bahasa. Di Pulau

Miangas ada bahasa Talaud. Bahasa Tomea dan bahasa Binongko, di kepulauan Wakatobi,

bahasa Rote. Ada ratusan bahasa di Papua dan lain-lain. Lalu soal agama-agama kecil yang

selama ini kena diskriminasi seperti Kaharingan, Sunda Wiwitan, Parmalim (Batak),

Kejawen (Jawa), dan lain-lain. Aktifis lain kurang peduli kalau di Banda Aceh itu ada

semboyan yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia itu sebetulnya tidak ada. Yang ada

adalah "bangsa Jawa" dengan nama samaran "bangsa Indonesia". Dan, bangsa Jawa itulah

yang menjajah Aceh. Di soal konflik agama Andreas, Hoakiao dari Jember itu, prihatin.

Salah satunya, antara tahun 1945-1997, ada sekitar 350-an kasus pembakaran gereja

dan 80 persennya terjadi di Pulau Jawa.

Nah, ia lebih concern di persoalan sehari-hari macam itu dibanding pernah nimbrung atau

jadi pionir pendirian Partindo dos Trabalhadores atau Gongzang Dang atau Partai Buruh.

Tampaknya, daripada debat kusir soal apakah Marhenisme itu adalah Marxisme ala

Indonesia atau bukan, Andreas lebih memilih "plesiran" ke sebuah makam tua. Sebuah

kuburan di mana akar dari kata "INDONESIA" berasal.

OKTOBER 2008, ia berkunjung ke Protestant Cemetery di Penang guna mencari makam

James Richardson Logan. "Ia salah satu warga kehormatan Penang, yang juga

menciptakan kata, thus khayalan tentang, Indonesia," ujar Andreas.

Kata "Indonesia" pertama kali dibuat pada 1850 --mulanya dalam bentuk

"Indu-nesians"-- oleh George Samuel Windsor Earl. Lalu Earl menawarkan terminologi

lain, yang dinilainya lebih jelas, "Malayunesians."

James Logan menanggapi usul George Earl soal "Indunesians." Logan berpendapat

"Indonesian" merupakan kata yang lebih menjelaskan dan lebih tepat daripada kata

"Malayunesians," terutama untuk pemahaman geografi, daripada secara etnografi.

Beginilah, sejarah asal muasal kata Indonesia. Bos PT. Pharos, Eddie Lembong adalah

orang pertama yang menjelaskan soal sejarah kata "Indonesia" ini kepadaku. Tapi cuma

Andreas yang pergi nyekar ke makam keramat itu. Dan pulang bikin risalah komplit

sehingga lebih banyak Indonesieer bisa mengetahui sejarahnya.

*****

Page 18: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

18

Hasan di Tiro, cucu Tengku cik di Tiro, adalah pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Kakeknya dianggap pahlawan Indonesia dan sang cucu harus tinggal di Swedia sebagai

pemberontak. Nasibnya lebih bagus dari Liem Koen Hian, anggota BPUPKI (Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pimpinan Sukarno-Hatta. Artinya,

ia adalah salah satu "the founding fathers", selain bos dan guru politik Abdurahman

Baswedan, kakek Anies Baswedan. Tahun 1951, ia dipenjara oleh Perdana Menteri

Soekiman, tokoh Masyumi, saat "red drive" dilancarkan. Liem kecewa. Setahun kemudian

ia mati dengan status WNA. Mungkin Hasan di Tiro juga wafat dengan rasa kecewa. Tapi

sehari sebelum sakratul maut, pemerintah SBY memberinya status WNI.

Hasan di Tiro meninggalkan karya tulis, The Price of Freedom. Tulisan pengalaman dua

tahun bergerilya di belantara Aceh. Di situ, ia cerita soal hidup di antara kera, lari dari

kejaran “tentara Jawa,” menghindari ular, dan laba-laba sembari memutar lagu-lagu

kesukaannya: Johann Sebastian Bach dan Antonio Vivaldi.

Soal musik, Andreas jagonya. Uda ngeband sejak di SMAK Sint Albertus, sekolah

Katholik tua milik Ordo Carmel di Malang. Lagu "Beth" karya Kiss adalah favoritnya.

"Saya sangat suka lagu ini. Ia seakan-akan bisa mewakili emosi, pikiran, dan berbagai

kenangan saya di bangku sekolah," ujarnya. Di band sekolah itu, Andreas pegang posisi

lead vokal. Ia fasih membawakan lagu-lagu Rod Steward, Kiss, Deep Purple dan

sebagainya. Suatu malam, di Nav family kareoke Beleza Plasa bersama Christen

Broecker, peneliti muda HRW, aku menonton aksi vokal Andreas bawakan lagu

Satisfaction-nya The Rolling Stone. Duet dengan Sapariah. Ya, aku rasa suaranya cukup

soft. Merdu.

Ilmu sosial seperti sejarah dan bahasa menarik minat Andreas. Ia bisa bicara dalam

bahasa Madura, Jawa, Inggris dan sedikit Mandarin. Di masa dewasa, ia menginginkan

anak-anaknya berbicara Inggris as their first language. Disamping tak melupakan bahasa

Mandarin dan Madura. Bakat bahasa itu diwariskan dari papanya, Ong Seng Kiat. Dia bisa

enam bahasa: Melayu, Jawa, Madura, Mandarin, Hakka dan Hokkian. Menurut Andreas,

kemampuan berbahasa ini merupakan ciri kaum "Mercurian", kelompok pengelana, seperti

Yahudi.

Bakat menulis bisa ditemukan saat Andreas menulis makalah soal Soekarno, nasionalisme

dan masa muda presiden flamboyan yang pernah jadi penyeru romusha tersebut. Makalah

itu dapet pujian dari gurunya. Tak ayal, Andreas adalah salah seorang penulis favoritku.

Aku belajar Jurnalisme Sastrawi darinya. Ia ajari aku bikin reportase, bikin aku cinta

dunia jurnalisme. Naskah-naskah narasi panjangnya solid, detail, tajam, dingin tapi gurih

dibaca. Dia bisa tampilkan kalimat-kalimat cerdas orisinil. Kadang bikin ketawa. Di risalah

Page 19: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

19

"Republik Indonesia Kilometer Nol", Andreas bisa-bisanya nulis, "Monyet terbesar

duduk mengangkang sehingga penisnya kelihatan." Langsung kebayang postur vulgar tuh

nyomet, lengkap dengan "pentungan" keramatnya. He must be the alpa male. Sayang,

deskripsi species monyet itu tidak ada. Aku berfantasi saja, itu pasti Macaca

fascicularis alias si beruk.

Dahulu, aku suka tulisan Goenawan Mohammad. Catatan pinggirnya selalu menawan. Aku

rasa aku akan selalu suka tulisan-tulisan Goenawan Mohammad. Ternyata Goenawan

adalah senior sekaligus mentor Andreas. Sama-sama jebolan program Nieman Fellowship

on Journalism dari Universitas Harvard. Andreas Harsono dan Goenawan Mohammad

adalah dua dari lima wartawan Jakarta penerima beasiswa tersebut dalam kurun waktu

30 tahun terakhir.

Andreas masuk SMA tahun 1982, setahun sebelum aku resmi jadi siswa kelas 1 SD. Hobi

baca membuat Andreas didaulat sebagai peminjam terbanyak buku perpustakaan. Ia

dapet predikat "kutubuku". Sejak sekolah di SMP Katholik Maria Fatima, ia sudah

melahap buku-buku bacaan serius semacam biografi Soekarno, Abraham Lincoln,

Mahatma Gandhi, John Sung, Mochtar Lubis, Soe Hok Gie.

Gie (17 Desember 1942 - 16 Desember 1969) adalah adik kandung Soe Hok Djin alias

Prof. Arief Budiman, juga dikenal sebagai demonstran anti TMII. Gie adalah Hoakiao,

tokoh aktifis angkatan 66. Sangat populer, posthumously. Film besutan sutradara Riri

Riza dongkrak dan hantarkan nama Gie kepada generasi pasca reformasi. Bagiku, ada

aura mistik baluri sosoknya. Salah satu oretannya, ia mengutip Friedrich Nietzsche,

"Bahagialah mereka yang mati muda." Dan benar saja. Ia tewas di usia 26 tahun di

puncak Semeru. Tanggal lahir dan kematiannya terpaut satu hari. Bikin aku merinding.

Gie, sering diejek "Cina Kecil", punya banyak label: moralis, nasionalis, patriot, pujangga,

demokrat, aktifis, penulis, lebih pribumi dari pribumi. Sebagai seorang cendekiawan,

"kejujurannya tidak mengenal batas," tulis Soedjatmoko, Duta Besar RI untuk Amerika.

Sama seperti Andreas, Gie aktif baca dan menulis. Di usia sangat muda, Gie menghasilkan

tiga buku: Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah, Orang-Orang di Persimpangan Kiri

Jalan. Di samping menulis lebih dari 30an artikel, dimuat di koran-koran macam Kompas,

Sinar Harapan, Harian Kami, Indonesia Raya dll.

John Maxwell berkomentar, "Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang

tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu

ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia

Page 20: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

20

meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang

dipublikasikan di koran-koran nasional".

Gie masuk jajaran pentolan kelompok anti Sukarno, didaulat sebagai bandot tua. Akibat

hobi kawin. Jebolan SMA Katolik Kanisius itu adalah salah satu tokoh kunci aliansi

mahasiswa-ABRI. Namun Gie tercatat sebagai salah seorang pengkritik awal Orde Baru,

soal pembantaian rakyat dengan tuduhan komunis. Sebelum Gestok, ia ikut LPKB dan

membentur Baperki, tapi menolak ganti nama seperti kokohnya: Soe Hok Djin jadi Arief

Budiman.

Sebagai moralis tulen, di usia sedemikian muda, Gie belum paham kalau diktator fasis

militer jauh lebih keras dibanding golongan nasionalis kiri dengan pimpinan sipil macam

Sukarno, lnsinyur ITB. Situasi 1960an memang sulit. Gie tersimpang siur antara pilihan

ideologis, humanitarian dan personal subjektivisme. Perilaku Bung Karno mendistorsi

penilaian politik Gie. Alhasil, ia menjadi pion demonstrasi paling tajam. Klik militer

Suharto paling diuntungkan dari aksi Gie. Setelah Sukarno tumbang, Gie tampak sesali

peran aktifnya dorong dan julangkan teman-teman mahasiswanya macam Sofyan

Wanandi, Harry Tjan, Cosmas Batubara, Rahman Tolleng dsb yang kemudian menjadi

anggota DPR-GR. Dicomot begitu saja oleh Suharto, bukan dipilih rakyat lewat pemilu.

Gie kirim gincu dan cermin untuk mereka. Sebuah simbol protes.

Sebagai pemikir kesepian, pemberontak yang terasing, pemuda patah hati, Gie suka bikin

puisi. Persis seperti Andreas Harsono, yang sudah tidak bimbang terhadap cinta. Tidak

seperti Gie, yang kerap ragu kepada agama dan benci dunia borjuis. Dalam puisi, Andreas

sebut rekan-rekan dan dirinya sebagai “sekerumun anjing liar”. Keras. Garang. Segetir

puisi Gie, "kami adalah manusia-manusia yang tidak pecaya pada slogan".

Andreas, orang bebas, perna jadi pengorganisir sais dokar. Menyepi ke pesantren bila

galau. Sedangkan Gie, pergi ke gunung saat gundah, selain terikat menjadi anggota

Gemsos, sekelompok dengan Widjodjo Nitisastro, Emil Salim, Rahman Tolleng, Soemitro

Djojohadikoesoemo dll. Baik Gie, mau pun Andreas, sama-sama suka demokrasi, hak

individu dan kebebasan. Mungkin, merekalah materialisasi konsep Liberal Sosialis.

Gabungan ide Liberalisme dan Sosialisme seperti dipikirkan Carlos Roselli dari Italia.

Selain Soe Hok Gie, di era Orde Lama, sebenarnya banyak Hoakiao terlibat gerakan

politik. Tidak seterkenal Gie, ada Tan Swie Ling di Pemuda Rakyat. Salah seorang korban

penangkapan militer. Pernah alami penyiksaan tentara. Ditahan di RTM. Akibat punya

hubungan dekat dengan Sudisman, Ketua CC PKI setelah DN Aidit dan Nyoto ditembak

Page 21: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

21

mati. Gie dan Swie Ling adalah teman dekat Prof. Bennedict Anderson, seorang

Indonesianis, dilarang masuk Indonesia di tahun 1973 setelah merilis Cornell Paper.

Ada rentang waktu dua dekade pasca kematian Gie sampai kemunculan Andreas Harsono,

1970-1990. Selama itu, ada ruang vakum. Tidak muncul aktifis sekritis Gie. Periode itu

dikuasai oleh kubu Hoakiao Katolik di dalam naungan lembaga think tank CSIS. Ada Ali

Murtopo dan Sujono Humardani (opsus) sebagai protektor. Mereka sangat dekat dengan

Presiden Suharto dan konglomerat Orde Baru seperti Liem Sioe Liong, Ek Tjong dan

Prajogo.

Hoakiao di Indonesia alami trauma psikologi berat pasca merasakan kedasyatan rezim

militer. Manusiawi, bila mereka takut. Orang-orang yang punya darah Tionghoa kubur

identitas itu dengan rapat. Demi kenyamanan dan keselamatan. Aku bisa maklum bila

Teguh Karya sembunyikan nama Tionghoanya, Liem Tjoan Hok. Begitu juga dengan

penyanyi Chrisye. Beruntung masih ada Liem Swie King, Ivana Lie, Tjun Tjun, Tan Joe

Hok di arena badminton. Di era itu, ada satu Hoakiao hebat di arena hukum. Ia bernama

Yap Thiam Hien (25 Mei 1913-25 April 1989).

Nama kecilnya "John". Cicit seorang Luitenant asal provinsi Guangdong. Berhasil menjadi

keluarga terkaya di Aceh. Pada tahun 1920 kedudukan keluarga Yap digantikan oleh

keluarga Han dari Jawa Timur. Thiam Hien dibesarkan dalam lingkungan perkebunan

feodalistik. Kondisi ini menempa kepribadian cucu Kapitan Yap Hun Han itu sehingga ia

memiliki sifat pemberontak dan antipati terhadap segala bentuk penindasan dan

kezoliman.

Yap, seorang Kristen fanatik, ikut melahirkan Baperki, organisasi massa yang

memperjuangkan kepentingan politik golongan Hoakiao. Di Pemilihan Umum 1955, ia

terpilih menjadi anggota Konstituante. Namun Yap berbeda paham politik dengan Siauw

Giok Tjhan, salah satu tokoh Baperki saat itu. Ia menentang politik kiri Siauw. Karena itu

Yap memutuskan keluar dari Baperki. Tahun 1959, ia adalah satu-satunya anggota

Konstituante yang menentang Pasal 6 UUD 1945 yang diskriminatif rasial dan condong

memberi otoritas tak terbatas kepada presiden. Yap orang yang sangat berani, keras dan

rigid. Landasannya hukum dan humanisme. Di era Bung Karno, Yap minta tahanan politik

macam Moh. Natsir, Roem, Mochtar Lubis, Subadio, Syahrir dan Princen dibebaskan. Yap,

sekalipun antikomunis, tetap membela para tersangka G30S seperti Abdul Latief, Asep

Suryawan, Oei Tjoe Tat dan Soebandrio. Yap juga membela aktifis mahasiswa di

Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) 1974 dan para korban Peristiwa

Tanjung Priok tahun 1984. Dua kelompok anti pemerintah Suharto.

Page 22: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

22

Di sebelah "kanan" jalan lain, ada Harry Tjan Silalahi alias Tjan Tjoen Hok, lahir di

Jogjakarta 11 Februari 1934. Ia pernah menjabat Sekjen (1966) dan Ketua (1977) Partai

Katolik. Aktif berorganisasi sejak sekolah di SMA de Britto. Sama seperti Andreas, ia

suka pelajaran sosial, sejarah dan kesenian. Pernah menjadi Ketua Chung Lien Hui. Dia

ubah nama Chung Lien Hui jadi Persatuan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia (PPSMI).

Tjan juga aktif di Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia. Saat kuliah hukum di UI, ia aktif di

Sin Ming Hui dan berhasil jadi Ketua Presidium PP PMKRI (1961-1962).

Tjan adalah kader utama Pater Beek. Dibantu Liem Bian Koen (Sofyan Wanandi), Liem

Bian Kie (Jusuf Wanandi), Anton Moeliono, Soedjati Djiwandono dan lainnya,

mengadakan pelatihan rahasia Kaderisasi Sebulan (Kasebul) di tahun 1966. Isinya doa,

meditasi, latihan kepemimpinan, analisa sosial-politik dsb. Karena Beek adalah anggota

Ordo Jesuit maka sistem pelatihannya ambil praktek kontemplasi Ignatius Loyola, padri

pendiri Ordo Jesuit. Loyola bersumpah hidup dalam kemiskinan dan bakti total di jalan

Yesus sesuai Alkitab. Jebolan Kasebul rata-rata memiliki kualitas mental dan intelektual

yang baik. Mereka berperan sangat aktif dalam penghancuran kubu kiri Soekarno,

berjasa besar dalam merintis kekuatan Soeharto dan memelihara kekuasaan Orde Baru.

Gerakan Harry Tjan, Liem Bian Koen dan lain sebagainya berefek samping. Ormas

Tionghoa dan Hoakiao kiri ditumpas. Siauw Giok Tjhan (23 Maret 1914–20 November

1981), Ketua Baperki, adalah salah seorang korban keganasan komplotan Jenderal

Soeharto. Kolonel Untung Samsuri, Komandan Tjakrabirawa, masukan nama Siauw Giok

Tjhan ke dalam daftar Pimpinan Dewan Revolusi, di urutan No. 16. Akibatnya, Siauw

dianggap terlibat G30S. Dia dipenjara selama 10 tahun, sejak November 1965 sampai

September 1975. Dijebloskan ke penjara Salemba, tempatku mendekam empat dekade

kemudian. Lalu dikirim ke RTM Budi Utomo, berakhir di Nirbaya.

Baperki dibubarkan. Sekolah-sekolahnya dirampas. Universitas Res Publica milik Baperki,

diambil alih, diganti nama jadi Trisakti. Di Jember, kotanya Andreas, Gedung Sekolah

Baperki sekarang jadi toko Nico Busana. Banyak dari gedung-gedung Baperki dijadikan

"camp konsentrasi" sementara.

Selain jago kungfu, Siauw sama dengan Andreas, fasih beberapa bahasa: Tionghoa,

Melayu dan Jawa. Sebagai orang Kapasan, Surabaya, ia akrab disapa "Cak Siauw". Di

masa kecil kerap diejek "cina loleng". Siauw wafat di Leiden, Belanda, di usia 67 tahun.

Nama Ong Tjie Liang tidak perlu diganti jadi Andreas, kalau saja Baperki dan Siauw

tidak ditumpas.

Page 23: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

23

Siauw jadi wartawan Harian Mata Hari di Semarang, setelah ia dan Oei Gee Hwat masuk

Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang diprakarsai Liem Koen Hian. Partisipasi ini

mengikuti langkah mentor-mentornya, Tjoa Sik Ien dan Tan Ling Djie. Siauw bersama

Tan Ling Djie, Oei Gee Hwat sempat punya pengaruh di Partai Sosialis pimpinan Amir

Sjarifoedin dan Sjahrir. Di kemudian hari, Tan Ling Djie menumpang tinggal di rumah

Siauw. Setelah Tan tersingkir dari arena politik.

Tan Ling Djie, seorang selibat, memiliki pengaruh besar dalam PKI selama era revolusi

1945-1948, sampai permulaan 1951. Ia dan Alimin termasuk golongan tua. Mereka

disingkirkan generasi muda macam DN. Aidit, Njoto, Sudisman dan Lukman. Label "Tan

Ling Djie-isme" muncul dan jadi perdebatan serius dalam rangka koreksi golongan muda

atas partai. Tan Ling Djie punya pemikiran soal "partai penampung" yaitu partai sosialis

bagi orang-orang setengah matang yang takut partai komunis. Tan berpendapat partai

Marxis tidak harus memakai istilah komunis. Di Eropa, kelompok kiri gunakan nama

"partai buruh". Ini dianggap sebagai penyimpangan. Tan juga dianggap legalis dan dukung

perjanjian Linggarjati. Di tahun 1950, ia bersuara untuk Papua, “Statenbond antara

Republik Demokrasi Irian yang bebas dari persetujuan KMB dengan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang masih belum dibebaskan dari persetujuan KMB”.

Pernyataan Tan Ling Djie ini direspon Harian Bintang Merah, " telah menyebabkan

kemarahan umum kepada Partai, dan jika tidak segera diambil tindakan yang keras untuk

membatalkan pernyataan Kawan Tan Ling Djie tentang Irian, maka akan berakibat sangat

mengisolasi Partai dari Rakyat Indonesia yang demokratis dan patriotik."

Tentu saja, Tan Ling Djie tidak punya pengetahuan selengkap Andreas soal Papua.

Masalah Papua di zaman Tan dan Andreas juga berbeda skalipun pondasi masalahnya

tetap sama: Penindasan. Namun demikian, ternyata sejak era awal, Hoakiao semacam Tan

Ling Die telah memiliki kepedulian soal "Masalah Papua".

Selain di persimpangan "kiri-kanan" jalan, Hoakiao juga ditemukan di tengah. Golongan

Sentris. Selain Oei Tju Tat, ada tokoh senior Hoakiao sekaligus kader PNI, partainya

Bung Karno. Namanya Yap Tjwan Bing, Hoakiao Solo. Tanggal 22 Februari 2008, Walikota

Solo Joko Widodo meresmikan nama Jalan Yap Tjwan Bing, menggantikan nama Jalan

Jagalan. Mungkin sebabnya karena Yap Tjwan Bing adalah anggota PPKI, terlibat proses

penyusunan UUD 45. Dia masuk kategori "The Founding Fathers" dari sebuah Republik

bernama Indonesia. Ketika Ir. Soekarno dan Hatta membacakan text proklamasi di

Jakarta, Jenderal AH Nasution ikut merayakan di Bandung. Tepatnya di rumah Yap

Tjwan Bing, di Jl. Naripan No.31.

Page 24: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

24

Yap berteman dengan Amir Sjarifudin sejak sekolah di AMS Kristen Jakarta. Waktu

kuliah di Belanda, ia berkawan dengan Mohammad Hatta dan Iwa Kusumasumantri.

Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan PNI, jadi loyalis Soekarno. Di

pertengahan tahun 1950an, ia menjadi anggota DPR sekaligus anggota dewan kurator

Institute Teknologi Bandung (ITB). Kemudian meletus aksi rasialis anti Hoakiao, dikenal

sebagai Peristiwa 10 Mei 1963. Mobil dan bungalow milik Yap dibakar. Para pelaku aksi

rasialis itu adalah mahasiswa ITB dan Universitas Padjadjaran. Nama Soeripto, Rahman

Tolleng, Siswono Yudohusodo, Muslimin Nasution dan beberapa aktifis Gemsos tercatat

sebagai peserta aksi. Kerusuhan rasial itu bikin keluarga Yap memutuskan exodus ke

Amerika. Di sana, ia wafat di tahun 1988. Dimakamkan di Rose Hill.

Ada satu sosok Hoakiao, Andreas menaruh penghargaan tinggi kepadanya. Satu bukunya,

dibagi khusus kepada para peserta kursus Jurnalisme Sastrawi. Hoakiao itu seorang

jurnalis, satu profesi dengan Andreas. Namanya Kwee Thiam Tjing alias si Tjamboek

Berdoeri (9 Februari 1900 – 28 Mei 1974). Hoakiao Pasuruan itu menempuh pendidikan di

kota Malang, mirip Andreas. Teori skill berbahasa kaum Mercurian yang dikutip Andreas

menemukan kebenaran di diri Kwee Thiam Tjing yang fasis bahasa Belanda, Jawa,

Madura dan Hokkien. Naskah tulisan Kwee dimuat banyak koran seperti Pewarta

Soerabaia, Soeara Poeblik, Sin Tit Po, Matahari Semarang, Indonesia Raja. Kwee

mengelola langsung Pembrita Djember, di kota kelahiran Andreas. Kwee adalah

jurnalis bergaya ‘nakal’ dan berani mengungkap ketidakadilan. Tulisan kritiknya tajam

hingga membuatnya dipenjara 10 bulan dengan tuduhan menghina pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1925. Selama masa Orde Baru, ia menghilang. Namanya dikenal

kembali setelah Benedict Anderson, dibantu Stenly

Prasetyo, melancarkan riset sulit mencari siapa

penulis di balik nama pena Tjamboek Berdoeri.

Dari dalam penjara Salemba, aku minta opini Andreas

soal Kwee Thiam Tjing. Ia berkata, "Kwee menulis

narasi yang hebat. Sulit cari tandingan Kwee dengan

karya Indonesia Dalem Bara dan Api. Saya kira ia

salah satu karya non-fiksi terbaik yang pernah terbit

di Pulau Jawa, cerita tiga zaman: Hindia Belanda,

pendudukan Jepang, Indonesia."

*****

MADURA punya posisi spesial bagi Andreas. Masa

kecilnya dibalut hubungan kasih sayang dengan dua

orang pegawai keluarga Ong. Mereka orang Madura,

Page 25: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

25

Man Tuka dan Mbek Wi. Andreas berujar, "Man Tuka dan Bek Wi bekerja sejak Liang

belum lahir hingga pensiun. Mereka sering tak tega melihat anak majikannya dipukul

hanya karena salah kecil".

Pulau di Timur Laut Jawa Timur itu hanya dihuni empat juta orang Madura. Terkenal

dengan karapan sapi, garam, budaya Carok dan clurit. Masyarakat Madura memandang

clurit sebagai bagian kehidupan sehari-hari. Tak heran bila pusat kerajinan senjata

tajam itu bertebaran di seantero Madura. Misalnya, di desa Peterongan, Kecamatan Galis,

40 kilometer dari Bangkalan. Di sana, mayoritas penduduk hidup sebagai pembuat clurit.

Mereka mewarisi keahlian menempa logam itu dari leluhur. Sekalipun budaya Carok

bersenjata clurit baru muncul di era Belanda, via penduduk bernama Sakera. Sedangkan

di zaman Joko Tole, pedang dan keris masih menjadi senjata tradisional Madura.

Tanah Pulau Madura tidak cocok untuk pertanian. Kondisi ini bikin orang Madura jadi

partisan program exodus terencana, imigrasi, sedari era kolonial sampai Orde Baru.

Karena itu, etnik Madura tersebar di beberapa daerah. Dari total 20 juta orang Madura,

12 juta ada di Jawa Timur. Sisanya menetap di Jakarta, Bogor, Depok dan Borneo. Salah

seorang "overseas" Madura yang lahir di Kalimantan Barat adalah wartawan Sapariah

Saturi, istri Andreas Harsono.

Mereka pasangan ideal. Keduanya punya kebaikan hati yang seimbang. Perbedaan, mereka

jadikan sesuatu yang asik. Pertama kali bertemu saat tsunami hantam Aceh, 24

Desember 2004. Lokasinya di markas Harian Pontianak Post. Andreas sedang riset soal

ethnic cleansing Madura di Borneo. Sejak itu, mereka berteman. Lalu sama-sama tinggal

di sekitar Senayan. Teman Sapariah, ya teman Andreas. Kedekatan dua-sejoli ini

mengental di dalam gerbong-gerbong kereta, sepanjang perjalanan Jakarta-Blitar di

hari kematian novelis Pramoedya Ananta Toer, 30 April 2006. Mereka ngobrol, olah

kata, seputar kisah pergulatan Pram, yang pernah menjalani 14 tahun dipenjara oleh

Suharto. Dibuang ke Pulau Buruh. Gesekan roda-roda besi, stasiun kecil, sawah-sawah

dan semilir angin selimuti kemesraan Sapariah-Andreas. Dawai musik Rock klasik bantu

mereka temukan arti cinta itu.

Dua orang bisa jadi sepasang kekasih bila punya banyak kesamaan. Candi Palah, warisan

Majapahit, saksikan salah satu persamaan Sapariah-Andreas. Mereka sama-sama

berpendapat "Soekarno menciptakan mitos sebuah kerajaan masa lalu, yang seakan-akan

menguasai seluruh wilayah Indonesia hari ini, ketika nyatanya, Majapahit cuma

memerintah sebagian Pulau Jawa. Salah satu lawan Majapahit adalah kerajaan Pajajaran

di daerah Sunda. Bagaimana Majapahit menguasai ribuan pulau dari kesultanan Aceh

hingga kampung-kampung di Papua ketika memerintah Sunda saja tak sanggup?"

Page 26: Jejak Kaki Dari Jember - gelora45.com · Dia tukang kritik. Dari Junta Militer Javanese, perilaku wartawan sampai pedestarian pun dikritik. Dia main di semua lini; liberalis tulen,

26

Mereka kembali ke Jakarta, naik pesawat dari Malang. Lautan demonstrasi, puluhan ribu

buruh turun ke jalan, seakan menyambut kedatangan Sapariah-Andreas. Hari itu, 1 Mei.

Hari buruh. May Day. Banyak bendera bergambar roda gerigi dan kepalan tangan. Dan

mereka kembali dengan ikrar kasih, sebuah janji untuk belajar lebih mengenal dan

bersama-sama arungi hidup ini. Grow old and wise together.

Mungkin, sejak itu keduanya sulit tidur nyenyak. Karena, seperti kata Dr. Seuss, "You

know when you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than

your dreams."

Sapariah jadi istimewa, di hati Andreas, setelah kirim t-shirt bertulisan "Dasar negara

Indopahit.” Andreas merasa Sapariah memahami kegelisahannya. Andreas bergumam,

"orang ini kritis sekali". Bagi Sapariah, Andreas itu "orang gila dan aneh". Punya sense of

humor. Sangat cerdas. Pemikirannya luar biasa. Itu bikin Andreas jadi berbeda dari pria

rata-rata air.

Tulisan adalah budaya tertinggi manusia. Sapariah-Andreas pahat kisah cintanya dalam

bentuk reportase singkat. Disisipi opini politik. Jauh dari kesan roman paling picis. Bukan

pula ambil bentuk untaian syair-syair puitik. Murni bergaya Jurnalisme Sastrawi Bill

Kovack. Anak remaja bakal mengerutkan dahi. Roman Sapariah-Andreas terasa asin,

tidak manis. Sekalipun tak ada kegetiran di sana. Ini simbol pernyataan keabadian relasi

asmara paling intim. Jadi begitu, karena mereka rekam dalam pahatan tulisan.

Sebagai closing, aku kutip tulisan Andreas, "Menurut Derek Walters dan Helen Jones

dalam buku The Chinese Astrology, ada pepatah Mandarin berbunyi, ”Bila si Kelinci

bertemu dengan si Ular, maka kebahagiaan abadi menanti mereka.” Sapariah shio Kelinci

dan saya shio Ular. Kebetulan yang menarik bukan?"

Sangat menarik dan semoga demikian adanya. Karena shioku juga ular dan Cindy bershio

kelinci. Semoga kebahagiaan abadi menjadi milik kita.

THE END