16
25 JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie 1) ABSTRACT ECOSYSTEM SERVICES. The term of Ecosystem Services (ES) is defined as the benefits that people obtain from ecosystem. ES are divided into four services, namely supporting, regulating, provisioning and cultural. Supporting services are the ecosystem services that are necessary for the production of all other ecosystem. Provisioning services are the products obtained from ecosystems. Regulating services are the benefits obtained from the regulation of ecosystem proceses, while cultural services are the non- material benefits that people obtain from ecosystems. This article presents component and analysis of coastal ecosystem services. PENDAHULUAN Hubungan antara manusia dengan alam telah berlangsung sejak adanya kehidupan di dunia. Alam memberikan jasa untuk kehidupan manusia berupa jasa ekosistem. Definisi jasa ekosistem dari beberapa sumber adalah sesuatu dari ekosistem yang bermanfaat untuk manusia (Costanza et al., 1997; Millenium Ecosystem Assessment, 2005; The Economics of Ecology and Biodiversity, (2010). Beberapa tahun belakangan ini, jasa ekosistem marak dibicarakan karena munculnya isyu berkurangnya keanekaragaman dan kerusakan lingkungan. Pada kurun waktu tahun 2001-2005, Millennium Ecosystem Assessment (MEA) melakukan penilaian atas perubahan ekosistem yang disebabkan oleh pemanfaatan manusia terhadap alam serta membangun dasar ilmiah dalam upaya melakukan konservasi serta pemanfaatan yang berkelanjutan akibat pemanfaatan tersebut. Kerangka konseptual MEA adalah bahwa manusia merupakan bagian dari ekosistem yang berinteraksi secara dinamis. Aktivitas manusia akan menyebabkan perubahan pada ekosistem yang di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati dan kemudian akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri, terutama dari aspek kesejahteraan. Akan tetapi bukan hanya aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan ekosistem, namun faktor sosial, ekonomi dan budaya juga ikut berperan (MEA, 2005). Dalam hubungannya dengan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem, maka MEA (2005) membedakan jasa ekosistem kedalam empat komponen, yaitu jasa pendukung 1) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 25 - 40 ISSN 0216-1877

JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

  • Upload
    buingoc

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

25

JASA EKOSISTEM PESISIR

Oleh

Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)

ABSTRACT

ECOSYSTEM SERVICES. The term of Ecosystem Services (ES) is defined as the benefits that people obtain from ecosystem. ES are divided into four services, namely supporting, regulating, provisioning and cultural. Supporting services are the ecosystem services that are necessary for the production of all other ecosystem. Provisioning services are the products obtained from ecosystems. Regulating services are the benefits obtained from the regulation of ecosystem proceses, while cultural services are the non-material benefits that people obtain from ecosystems. This article presents component and analysis of coastal ecosystem services.

PENDAHULUAN

Hubungan antara manusia dengan alam telah berlangsung sejak adanya kehidupan di dunia. Alam memberikan jasa untuk kehidupan manusia berupa jasa ekosistem. Definisi jasa ekosistem dari beberapa sumber adalah sesuatu dari ekosistem yang bermanfaat untuk manusia (Costanza et al., 1997; Millenium Ecosystem Assessment, 2005; The Economics of Ecology and Biodiversity, (2010). Beberapa tahun belakangan ini, jasa ekosistem marak dibicarakan karena munculnya isyu berkurangnya keanekaragaman dan kerusakan lingkungan. Pada kurun waktu tahun 2001-2005, Millennium Ecosystem Assessment (MEA) melakukan penilaian atas perubahan ekosistem yang disebabkan oleh pemanfaatan manusia terhadap alam serta membangun dasar

ilmiah dalam upaya melakukan konservasi serta pemanfaatan yang berkelanjutan akibat pemanfaatan tersebut. Kerangka konseptual MEA adalah bahwa manusia merupakan bagian dari ekosistem yang berinteraksi secara dinamis. Aktivitas manusia akan menyebabkan perubahan pada ekosistem yang di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati dan kemudian akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri, terutama dari aspek kesejahteraan. Akan tetapi bukan hanya aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan ekosistem, namun faktor sosial, ekonomi dan budaya juga ikut berperan (MEA, 2005).

Dalam hubungannya dengan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem, maka MEA (2005) membedakan jasa ekosistem kedalam empat komponen, yaitu jasa pendukung

1) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 25 - 40 ISSN 0216-1877

Page 2: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

26

(supporting services), jasa penyedia (provisioning services) jasa pengaturan (regulating services) dan jasa budaya (cultural services). Supporting services adalah jasa ekosistem yang diperlukan untuk produksi semua layanan ekosistem lainnya, misalnya; layanan daur ulang nutrisi, produksi primer dan pembentukan tanah. Layanan ini memungkinkan bagi ekosistem untuk menyediakan layanan seperti persediaan makanan, regulasi banjir dan pemurnian air. Regulating services adalah manfaat yang diperoleh dari regulasi proses ekosistem, misalnya penyerapan karbon dan pengaturan iklim, dekomposisi limbah dan detoksifikasi; pemurnian air dan udara, pengendalian hama dan penyakit. Provisioning services adalah produk yang diperoleh dari ekosistem, misalnya makanan, bahan baku, sumber daya genetik,

sumber obat, energi, sumber ikan hias. Cultural services adalah manfaat non-material diperoleh dari ekosistem melalui pengayaan spiritual, perkembangan kognitif, refleksi, rekreasi, dan pengalaman estetika, misalnya budaya, spiritual dan sejarah, pengalaman, ilmu pengetahuan dan pendidikan

Seiring dengan perjalanan waktu, terjadi perubahan-perubahan dari konsep yang telah ditetapkan oleh MEA. The Economics of Ecology and Biodiversity/TEEB (2010) menghapuskan supporting services dan menggantinya dengan habitat services dengan alasan bahwa hal ini dilakukan untuk mencegah penghitungan ganda dalam menilai ekosistem. Selanjutnya Burkhard et al. (2012) menggunakan istilah Ecological Integrity untuk komponen supporting services (Tabel 1.)

Tabel 1. Komponen jasa ekosistem dari berbagai sumber

Komponen Jasa Ekosistem Millenium Ecological

Assessment (2005)

The Economics of Ecology and Biodiversity/

TEEB (2010)

Burkhard et al., (2012)

Supporting services Supporting services Habitat services Ecological integrity

Regulating Services Regulating services Regulating services Regulating services

Provisioning Services Provisioning services Provisioning services Provisioning services

Cultural Services Cultural services Cutural services Cultural services

Page 3: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

27

Informasi tentang tentang jasa ekosistem di daratan telah dipublikasikan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Burkhard et al. (2012), sedangkan informasi jasa ekosistem perairan masih sangat terbatas dan dipublikasikan oleh Sjafrie et al. (2015) mengenai jasa ekosistem lamun.

PENGERTIAN JASA EKOSISTEM PESISIR

Wilayah pesisir memiliki berbagai pengertian. Menurut Soegiarto (1976) dan Dahuri et al. (2001), wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut, misalnya pasang surut, angin serta perembesan air laut; ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat daratan, misalnya aliran air tawar, sedimentasi ataupun kegiatan manusia di darat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi. Kearah laut, sepanjang 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan 4 mil untuk kabupaten/kota.

Di dalam wilayah pesisir terdapat tiga ekosistem penting yaitu ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang (Gambar 1). Ketiga ekosistem tersebut saling berinteraksi dan memiliki konektivitas

secara fisik maupun biologis. Sebagai contoh, ekosistem mangrove berfungsi sebagai penahan laju sedimentasi dari daratan, sehingga menjaga kejernihan air yang masuk ke ekosistem lamun dan terumbu karang. Demikian pula dengan fungsi ekosistem lamun sebagai pemerangkap sedimen, sehingga menjaga kejernihan air yang masuk ke ekosistem terumbu karang (Hemminga & Duarte, 2000). Unsworth et al. (2009) melihat penggunaan habitat dari Lethrinus harak (ikan lencam), hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pada stadia juvenil ikan tersebut banyak dijumpai di daerah lamun, sedangkan ikan dewasa hanya ada di daerah terumbu karang. Selanjutnya, Jaxion-Ham et al. (2012) melihat keterkaitan antar habitat sebagai nursery ground. Mereka membedakan ikan-ikan kedalam tiga kategori, yaitu habitat specialist untuk ikan yang selama hidupnya menempati satu habitat, habitat generalis untuk ikan yang bergerak bebas dari habitat satu ke habitat yang lain dan ontogenic shifters yang hanya sebagian hidupnya tinggal di suatu habitat, sedangkan sebagian lagi hidup di habitat lainnya. Hasil pengamatan mereka menyimpulkan bahwa di terumbu karang ikan yang ada didominasi oleh ikan dewasa, sedangkan yang juvenil di lamun dan mangrove. Ikan kakatua, Scarus iseri dijumpai di ketiga habitat, sedangkan Lutjanus apodus pada stadia juvenil banyak dijumpai di mangrove sebelum bermigrasi ke terumbu karang. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak spesies yang menggunakan lamun dan mangrove sebagai nursery ground.

Page 4: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

28

Gambar 1. Hubungan antara ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang (www.google.co.id/search/hubungan antara mangrove lamun dan terumbu karang)

Dalam konteks pengertian tentang jasa ekosistem, maka jasa ekosistem pesisir didefinisikan sebagai manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem pesisir, dalam hal ini adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut memberikan jasa ekosistem berupa jasa pendukung, jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya (MEA, 2005).

Jasa Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar, biasanya di

sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1992). Karena berada di perbatasan antara darat dan laut, maka hutan mangrove merupakan ekosistem yang rumit dan mempunyai kaitan, baik dengan ekosistem darat maupun lepas pantai. Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi yaitu memiliki 89 jenis tumbuhan yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987).

Fungsi mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan, pelindung daratan dari abrasi, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan,

Page 5: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

29

tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar (Nontji, 1987). Penelitian tentang manfaat mangrove terhadap tsunami telah dilakukan oleh Istiyanto et al. (2003) dalam skala laboratorium. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.) dapat memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami melalui rumpun tersebut. Disimpulkan bahwa keberadaan mangrove di sepanjang pantai dapat memperkecil efek gelombang tsunami yang menerjang pantai.

Manfaat langsung ekosistem mangrove bagi kehidupan manusia amat beragam. Inoue et al. (1999) mempublikasikan manfaat mangrove dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Kayu mangrove. Kayu mangrove digunakan untuk membuat arang dan kayu bakar. Untuk konstruksi rumah, kayu mangrove dari jenis Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan Bruguiera gymnorrhiza sangat cocok digunakan untuk tiang atau kaso karena batangnya lurus dan dapat bertahan sampai 50 tahun.

2) Tanin merupakan ekstrak kulit dari jenis-jenis R. apiculata, R. mucronata, dan Xylocarpus granatum digunakan untuk menyamak kulit pada industri sepatu, tas, dan lain-lain. Tanin juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan lem untuk kayu lapis.

3) Daun Nipah (Nypa fruticans). Daun

Nipah memiliki arti ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat. Beberapa masyarakat menganyam daun tersebut untuk dijadikan tikar atau atap rumah dan dapat bertahan sampai 5 tahun (Inoue et al., 1999).

4) Obat tradisional. Air rebusan R. hizophora apiculata dapat digunakan sebagai astrigent. Kulit R. mucronata dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan. Air rebusan Ceriops tagal dapat digunakan sebagai antiseptik luka, sedangkan air rebusan Acanthus illicifolius dapat digunakan untuk obat diabetes.

Hutan mangrove juga telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam. Beberapa diantaranya adalah hutan mangrove di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Anwar & Gunawan, 2006).

Jasa Ekosistem Lamun

Luas ekosistem lamun di Indonesia tercatat 22.094,95 hektar yang dihitung dari 23 lokasi (P2O LIPI, 2016) dan dihuni oleh berbagai biota. Diketahui ada 360 jenis ikan, 117 jenis makro alga, 24 jenis moluska, 70 jenis krustacea dan 45 jenis echinodermata yang hidup di padang lamun Indonesia (Kiswara, 2009). Ekosistem ini memiliki fungsi ekologis dan berperan sebagai pemberi jasa ekosistem (Cullen-Unsworth & Unsworth, 2013). Dari aspek ekonomi diperkirakan bahwa setiap hektar padang lamun memiliki nilai ekonomi sekitar $ 20.500 per tahun. Sebagai pemasok

Page 6: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

30

nutrisi, satu hektar padang lamun yang sehat dapat mendukung sebanyak 40.000 juvenil ikan, dan 50 juta juvenil kerang. Diperkirakan bahwa antara 70-90 % ikan komersial menghabiskan sebagian waktu hidupnya di habitat padang lamun (www.seagrassrecovery.com/seagrass). Selain itu, satu hektar padang lamun yang sehat dapat menghasilkan lebih dari 10 ton daun per tahun, menyediakan makanan, habitat dan daerah asuhan untuk ikan, kerang, penyu dan dugong (Hemminga & Duarte, 2000). Ekosistem lamun memiliki arti penting karena habitat lamun menempati tempat ketiga dari jasa ekosistem dan sumberdaya alam dunia (Cullen-Unsworth et al., 2013). Untuk itu pengelolaan ekosistem lamun menjadi sangat diperlukan

Ekosistem lamun memberikan berbagai produk dan jasa lingkungan terhadap terhadap ekosistem di sekitarnya, seperti mangrove dan terumbu karang, juga terhadap masyarakat yang tinggal di sekitarnya (Cullen-Unsworth et al., 2013). Hasil penelitian Torre-Castro & Ronnback (2004) tentang hubungan antara lamun dan manusia di Afrika timur memperlihatkan bahwa lamun memberikan jasa lingkungan sebagai daerah penangkapan ikan, tempat meletakkan perangkap ikan, sumber biota bagi masyarakat serta menyediakan lahan bagi usaha budidaya rumput laut. Ikan-ikan yang tertangkap di ekosistem lamun umumnya berasal dari Famili Scaridae, Siganidae, Mullidae Labridae dan Lethrinidae. Dari wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa 70% nelayan di Chawaka (Afrika Timur) menangkap

ikan di daerah lamun, 23% di daerah karang dan tidak ada yang menangkap ikan di daerah mangrove. Pada saat surut, para perempuan dan anak-anak mengambil biota dari perairan lamun.

Informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa ekosistem lamun merupakan nursery dan feeding ground bagi biota yang hidup di dalamnya (Hemminga & Duarte, 2003; Unsworth et al., 2007). Sebagai tempat pemijahan biota (spawning) dan membesarkan anak (rearing), tempat berlindung biota, pemasok nutrisi, tempat hidup hewan langka (dugong, trochus, kima, kuda laut) serta kaya akan keanekaragaman jenis biota. Salah satu jenis biota yang penting adalah dugong, karena hewan ini telah terancam punah. Dugong hanya memakan lamun, oleh sebab itu dugong mendapat julukan seagrass specialist (Sheppard et al., 2006).

Beberapa jasa pengaturan yang dapat diperoleh dari ekosistem lamun adalah sebagai penyerap karbon, penstabil pH air laut, dan penahan arus. Chiu et al. (2013) menunjukkan bahwa 20% karbon budget dari daun dimakan oleh ikan dan bulu babi, sedangkan 80% mengalir sebagai detritus. Hal ini menunjukkan bahwa daun lamun merupakan sumber makanan penting untuk herbivora yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu padang lamun mempunyai peran sebagai penyerap karbon dan penyumbang nutrisi ke lingkungan sekitarnya (terumbu karang) melalui pergerakan air. Unsworth et al. (2012) menyatakan

Page 7: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

31

bahwa ekosistem lamun juga memiliki peluang untuk menjaga kestabilan pH air laut. Keberadaan lamun dapat menaikkan akan menaikkan pH sebesar 0,38 dan menaikkan omega agaronite (unsur pembentuk kerangka kapur) sebesar 2,9. Hasil penelitian Manca et al. (2012) di laboratorium menunjukkan bahwa Posidonia oceanica dapat meredam gelombang sehingga dapat dijadikan sebagai pelindung pantai dari erosi.

Jasa Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang ada di laut yang kaya akan keanekaragaman hayati memiliki manfaat yang sangat besar di sektor perikanan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang unik, sumber nutrisi untuk kehidupan biota yang ada di laut. Sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir dan juga tersebar di kawasan pulau-pulau kecil, terumbu karang berfungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) oleh kebanyakan ikan (Nybakken, 1992). Tingginya produktivitas perikanan (ikan-ikan karang) yang memiliki nilai ekonomi tinggi mengartikan bahwa terumbu karang memberikan sumbangan langsung bagi sektor tersebut. Manfaat lain ekosistem terumbu karang adalah sebagai sumber bibit budidaya, misalnya bibit ikan kerapu, teripang, kekerangan dan rumput laut, sumber bahan dasar konstruksi dan objek kegiatan wisata

bahari (Suharsono, 2007).

Beberapa peneliti telah melakukan valuasi nilai ekonomi terumbu karang dari berbagai aspek. Caesar (1996) mengatakan bahwa nilai terumbu karang Indonesia adalah sebesar $US 4,2 milyar dari aspek perikanan, wisata dan perlindungan laut. Nilai ini belum termasuk nilai manfaat terumbu karang sebagai pelindung pantai, bahan bangunan, sumber pangan serta obat-obatan. Sjafrie (2010) menghitung nilai ekonomi terumbu karang di perairan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Hasil valuasi menunjukkan bahwa nilai ekonomi terumbu karang di perairan tersebut adalah sebesar Rp 112.624.393/tahun/ha atau $US 27.387/tahun/ha. Kontribusi terbesar diperoleh dari nilainya sebagai bahan bangunan diikuti oleh produksi perikanan, habitat ikan dan sebagai pelindung pantai. Sawyer pada tahun 1992 (dalam Suharsono, 2007) telah menghitung nilai ekonomi terumbu karang dari hasil perikanan di Takabonerate, Sulawesi Selatan dan memperoleh nilai ekonomi sebesar $ US 777/km2.

ANALISIS JASA EKOSISTEM PESISIR

Analisis jasa ekosistem diperlukan untuk pengelolaan. Burkhard et al. (2012) telah melakukan analisis jasa ekosistem dengan menggunakan matriks. Matriks yang dibangun merupakan integrasi antara jasa ekosistem dengan tutupan lahan yang ada yang kemudian di tuangkan dalam bentuk spasial. Analisis

Page 8: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

32

tersebut dikenal sebagai ‘matriks jasa ekosistem’. Pada ekosistem daratan, pembuatan matriks integrasi tersebut lebih mudah karena data tipe tutupan lahan tersedia, misalnya data tutupan lahan untuk pemukiman, pertanian, industri dan sebagainya. Sebaliknya untuk wilayah ekosistem pesisir data tutupan lahan sangat terbatas dan inilah yang menjadi kendala dalam pembuatan matriks.

Penulis telah melakukan analisis jasa ekosistem lamun, mengadopsi Burkhard et al. (2012) dengan melakukan beberapa modifikasi. Untuk melakukan analisis jasa lamun, beberapa langkah dilakukan, yaitu: 1) mengidentifikasi komponen jasa ekosistem; 2) mengidentifikasi tipe tutupan lahan atau penggunaan lahan; 3) membuat matriks jasa ekosistem dan melakukan penilaian.

a. Mengidentifikasi Komponen Jasa Ekosistem

Identifikasi jasa ekosistem bertujuan untuk memetakan komponen jasa pendukung (ecological integrity), jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya. Jasa pendukung merupakan jasa yang tidak langsung diberikan

kepada manusia. Jasa ini mencakup semua jasa yang berhubungan dengan proses ekologi yang berjalan di dalam ekosistem. Jasa pengaturan yang tidak langsung diberikan kepada manusia. Jasa ini merupakan jasa yang diperoleh oleh ekosistem dan berperan dalam mengatur proses yang ada di dalam dan di luar ekosistem lamun. Jasa persediaan merupakan jasa yang diberikan langsung oleh ekosistem kepada manusia, misalnya sebagai sumber perikanan. Jasa budaya merupakan jasa yang langsung diberikan kepada manusia tetapi dalam bentuk non-material. Sebagai contoh adalah kegiatan wisata di ekosistem mangrove, lamun atau terumbu karang (Burkhard et al., 2012).

Langkah awal adalah mengidentifikasi fungsi dan manfaat ekosistem dari berbagai sumber informasi ataupun pengamatan langsung (untuk skala yang lebih kecil). Setelah jasa ekosistem terpetakan, selanjutnya jasa ekosistem tersebut dikelompokkan ke dalam komponen jasa ekosistem (pendukung, pengatur, penyedia dan budaya). Tabel 2 memperlihatkan jasa ekosistem dari mangrove, lamun dan terumbu karang.

Tabel 2. Jasa ekosistem pesisir dari berbagai sumber

Jasa Ekosistem Mangrove* Lamun* Terumbu karang***Nursery & feeding ground v v vSpawning & rearing ground v v vTempat berlindung biota v v vPemasok nutrisi v v vTempat hidup hewan langka v vKaya keanekaragaman jenis biota v v v

Page 9: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

33

Pelindung pantai v v vPemerangkap sedimen v Mempertahankan pH air laut v Peredam arus v v vMenjaga kejernihan air v Penstabil substrat v Melihat arah arus v Menahan laju sedimentasi vMenjaga erosi pantai vSumber ikan v vSumber kepiting v v Sumber invertebrata v vSumber ikan hias v vSumber benih v v vObat v v vPupuk v Atap rumah/konstruksi v v Arang dan kayu bakar v v Sumber tannin v v Bioprospecting v v vTempat meletakkan perangkap v vTempat berlabuh kapal v v Tempat dermaga v v Alur kapal v v Rekreasi/wisata v v vNilai intrinsik dan biodiversitas v v

* Anwar & Gunawan (2006); **Sjafrie et al. (2015); *** Nybakken 1992

b. Mengidentifikasi Lahan Ekosistem

Identifikasi lahan diperlukan untuk mengetahui tipe tutupan lahan. Burkhard et al. (2012) menggunakan saletite-base CORINE dari Uni Eropa untuk mengetahui tutupan lahan daratan dan dibedakan ke dalam 44 tipe. Telah dikatakan di atas bahwa data tutupan lahan untuk ekosistem pesisir masih sangat minim. Secara nasional data luasan ekosistem mangrove, lamun dan

terumbu karang sudah ada, namun data yang lebih detail, misalnya berapa luas habitat lumpur, pasir, karang hidup dan sebagainya masih sangat terbatas. Sjafrie et al. (2015) telah menganalisis jasa ekosistem lamun di pesisir Timur Pulau Bintan. Dalam penelitian mereka, tutupan lahan dibedakan menjadi dua, yaitu tipe habitat dan morfologi dasar perairan. Tipe habitat mengadopsi dari tutupan lahan di area terumbu karang, sedangkan

Page 10: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

34

morfologi dasar perairan diketahui melalui pengamatan dan wawancara dengan nelayan lokal.

c. Membuat Matriks Jasa Ekosistem dan Melakukan Penilaian

Matriks jasa ekosistem terdiri atas sumbu-x dan sumbu-y. Sumbu-x adalah hasil identifikasi tutupan lahan, sedangkan sumbu-y adalah komponen jasa ekosistem (Sjafrie et al., 2015). Setelah

matriks terbentuk, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap tiga matriks (Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5). Pertama matriks kapasitas (supply), kisaran nilai adalah 0-5 (Burkhard et al., 2012) atau 0-3 (Sjafrie et al., 2015). Nilai nol mengartikan tidak ada hubungan antara tutupan lahan/habitat/ morfologi ekosistem (sumbu-x) dengan kapasitas jasa ekosistem (sumbu-y). Nilai positif dari rendah sampai tinggi, menyatakan hubungan kapasitas.

Tabel 3. Bentuk matriks kapasitas/persediaan/supply jasa ekosistem

Jasa EkosistemTutupan lahan

LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCn∑Integritas Ekologi EI1 …………………….. EIn ∑Jasa Pengaturan RsS1 ……………….. RsSn ∑Jasa Persediaan PsS1 ………………… PsSn ∑Jasa budaya CsS1 ………………. CsSn

Kedua, matriks permintaan (demand), matriks ini menggambarkan hubungan antara tipe lahan/habitat/morfologi dengan permintaan jasa ekosistem. Kisaran nilai sama dengan matriks

kapasitas. Untuk memberikan penilaian pada matriks demand, dibutuhkan data kondisi terkini yang menyangkut jasa ekosistem tersebut, Misalnya, hasil tangkapan ikan karang meningkat

Page 11: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

35

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, artinya adalah hubungan permintaan antara karang dengan hasil tangkapan ikan karang mempunyai nilai yang tinggi. Ketiga, matriks ketersediaan (budget), nilai matriks ini diperoleh dari hasil pengurangan antara matriks kapasitas (supply) dengan matriks permintaan

(demand). Kisaran nilai adalah -5 sampai 5 (Burkhard et al., 2012); atau -3 sampai 3 (Sjafrie et al., 2015). Nilai negatif mengartikan bahwa permintaan melebihi persediaan (demand > supply), demikian pula sebaliknya.

Tabel 4. Bentuk matriks permintaan (demand)

Jasa EkosistemTutupan lahan

LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCnJasa Pengaturan RdS1 ……………….. RdSn Jasa Persediaan PdS1 ………………… PdSn Jasa budaya CdS1 ………………. CdSn

Tabel 5. Bentuk matriks ketersediaan (budget)

Jasa EkosistemTutupan lahan

LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCnJasa Pengaturan RbS1 RsS1- RdS1 ……………….. RbSn Jasa Persediaan PbS1 PsS1- PdS1 ………………… PbSn

Page 12: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

36

Jasa budaya CbS1 CsS1- CdS1 ………………. CbSn

Interpretasi Hasil Matriks Jasa Ekosistem

Untuk melihat keseimbangan jasa ekosistem, dalam artian adalah hubungan antara pemanfaat (manusia) dengan yang dimanfaatkan (sumberdaya alam) di persentasikan dalam matriks ketersediaan (budget). Apabila salah satu komponen dari salah satu jasa ekosistem bernilai positif, maka artinya komponen tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut. Sebaliknya apabila salah satu komponen bernilai negatif, maka perlu ada upaya penanganan. Skala nilai mengindikasikan prioritas bagi upaya pengembangan atau penanganan.

URGENSI JASA EKOSISTEM PESISIR

Umumnya matriks jasa ekosistem digunakan untuk mempermudah para pengambil kebijakan dalam menentukan skala prioritas pembangunan. Dalam konteks nasional atau regional, analisis jasa ekosistem dilakukan secara spasial, sehingga menjadi lebih mudah untuk dipahami. Dalam konteks jasa ekosistem pesisir, penggunaan matriks jasa ekosistem dapat memberikan gambaran tentang keseimbangan antara tutupan lahan/tipe habitat/morfologi) dengan pemanfaatannya, walaupun sulit untuk melakukannya secara spasial. Sebagai contoh matriks jasa ekosistem lamun di pesisir timur Kabupaten Bintan (Gambar 2) (Sjafrie et al., 2015). Dari matriks diperlihatkan tentang surplus dan defisit jasa ekosistem. Surplus jasa ekosistem diperlihatkan dengan warna merah, sedangkan defisit diperlihatkan dengan warna biru. Warna-warna tersebut akan memudahkan seorang manajer untuk mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan kedepan.

Page 13: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

37

Gambar 2. Contoh hasil analisis dengan matriks jasa ekosistem (Sjafrie et al., 2015).

Analisis akan semakin detail apabila dilakukan secara spasial, sehingga pengelolaan yang akan dilakukan menjadi lebih tepat sasaran. Namun penggunaan spasial masih merupakan tantangan tersendiri karena 1) cakupan areal yang relatif kecil, 2)

data tutupan lahan di ekosistem pesisir, terutama tutupan lamun dan terumbu karang yang masih terbatas serta 3) data penunjang lainnya yang juga minim.

Ke depan tentunya pengelolaan ekosistem pesisir tentunya tidak terlepas dari teori-teori perencanaan

Page 14: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

38

pengelolaan pesisir dan laut. Kay & Alder (1999) mengatakan bahwa pendekatan perencanaan pengelolaan pesisir cenderung merupakan bagian atau gabungan dari sejumlah teori perencanaan untuk memberikan solusi perencanaan terbaik, yaitu rational, incremental, adaptive dan consensual planning. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah akhir dari tujuan pengelolaan yang didalamnya telah mengakomodir aspek ekologi, sosial, ekonomi yang berada dalam keadaan saling terkait dan terintegrasi (Chua, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C dan H. Gunawan. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006. 12 hal.

Bengen, D.G. 2002. Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Lautan serta Prinsip Pengelolaanya. Sinopsis. Bogor: PKSPL IPB.

Burkhard, B., F. Kroll, S. Nedkov and F. Muller. 2012. Mapping ecosystem service supply, demand and budgets. Ecological Indicators 21: 17–29

Caesar, H. 1996. Economic analysis of Indonesian coral reef. Working Paper Series “Work in Progress”. World Bank, Washington DC: 97 pp.

Chiu, S., Y. Huang and H. Lin. 2013. Carbon budget of leaves of the tropical intertidal seagrass Thalassia hemprichii. Estuarine, Coastal and Self Science 125: 27-35.

Chua, Thi-Eng. 2006. The Dynamics of Integrated Coastal Management: Practical Applications in the Sustainable Coastal Development in East Asia. GEF/UNDP/IMO Regional Programme on Buldings Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA), Quezon City, Philippines. 431p.

Costanza. R., R. D’arge; R. De Groot; S. Farberk, M. Grasso, B. Hannon, K. Limburg, S. Naeen, R. V. O’neill, J. Paruello, R. G. Raskin, P. Sutton and M. Van Den Belt. 1997. The Value of the world’s ecosystem services and natural capital. Nature 387: 253-260

Cullen-Unsworth, L.C and R.K.F. Unsworth. 2013. Seagrass meadows, Ecosystem Services and Sustainability. Environment

Page 15: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

39

Science and Policy for Sustainable Development Magazine 55 (3): 14-26 [doi10.1080_00139157.2013.785864]

Cullen-Unsworth, L.C, L.M. Nordlund, J. Paddcock, S. Baker, L.J. Mckenzie and R.K.F. Unsworth. 2014. Seagrass medows globally as coupled social-ecological system: Implication for human wellbeing. Marine Pollution Bulletin 83: 387-397

Dahuri, R., J. Rais, S. Putra Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita, Jakarta. 326 hal.

De la Torre-Castro, M and P. Ronnback. 2004. Link between human seagrasses – an example from Tropical East Africa. Ocean & Coastal Management 47: 361–387

http://www.seagrassrecovery.com/seagrass/ diakses tanggal 25 April 2014.

http:// www.google.co.id/search hubungan antara mangrove, lamun dan terumbu karang. diakses tanggal 7 Oktober 2016.

Inoue, Y., O. Hadiyati, H.M.A. Affendi, K.R. Sudarma dan I.N. Budiana. 1999. Model Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Departemen

Kehutanan dan Perkebunan dan JICA. Jakarta.

Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, dan Suranto. 2003. Pengaruh Rumpun Bakau terhadap Perambatan Tsunami di Pantai. Makalah pada Seminar Nasional “Mengurangi Dampak Tsunami: Kemungkinan Penerapan Hasil Riset” di Yogyakarta, 11 Maret 2003.

Jaxion-Ham, J., J. Saunders and M.R. Speight. 2012. Distribution of fish in seagrass, mangrove and coral reef: life-stage dependent habitat use in Honduras. Rev.Biol. Trop. 60(2): 683-698.

Kay, R and J. Alder. 1999. Coastal Planning and Management. E & FN SPON, London. 375 p

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu

Kiswara. W. 2009. Perspekif Lamun dalam Produktivitas Hayati Pesisir. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun (Hutomo M, Bengen, .G, Kuriandewa, T. Taurusman, A.A dan Haryani, E,B, eds.). Jakarta, 18 November 2009: 91-119.

Page 16: JASA EKOSISTEM PESISIR Oleh Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xli_4_2016-3.pdf · Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi ... karang

40

Manca, E., I. Careces, J.M. Alsina, V. Stratigaki, I. Towned and C.L. Amos. 2012. Wave energy and wave induced flow reduction by full-scale model Posidonia oceanica seagrass. Continental Shelf Research, (50-51): 100-116.

Millenium Ecosystem Assessment. 2005. Ecosystems and Well-Human Being Synthesis. Island Press. Washington DC. 137 p.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 hal

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 2016. Status Padang Lamun di Indonesia. Press Realese. Disampaikan pada Penunjukan LIPI sebagai Wali Data Terumbu Karang dan Padang Lamun di Indonesia berdasarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 54 tahun 2016. Gedung Sasana Widya Graha LIPI, Jakarta, 22 Februari 2016

Sheppard, J.K., I.R. Lawler and H. Marsh. 2006. Seagrass as pasture for seacows: Landscape-level dugong habitat evaluation. Estuarine, Coastal dan Self Science 71: 117-132.

Sjafrie, N.D.M. 2010. Nilai Ekonomi Terumbu Karang Di Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(1): 97-109

Sjafrie, N.D.M, L. Adrianto, A. Damar dan M. Boer. 2015. Analisis keseimbangan jasa ekosistem lamun. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 41(3): 291-304.

Suharsono. 2007. Pengelolaan terumbu karang di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Ilmu Oseanografi. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta: 112 hal.

Unsworth, R.K; J. D. Taylor; A. Powell; J. J. Bell and D. J. Smith. 2007. The contribution of scarid herbivory to seagrass ecosystem dynamics in the Indo-Pasific. Estuarine, Coastal and Shelf Science xx: 1-10.

Unsworth, Rkf; C. J Collier; G. M. Henderson and L. J Mckenzie. 2012. Tropical seagrass meadows modify seawater carbon chemistry: implications for coral reefs impacted by ocean acidification. Environ. Res. Lett. 7 (2012) 024026 (9pp)