Isu Kemacetan Kota Semarang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perencanaan Kota

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan dan Sasaran1.3.1 Tujuan1.3.2 Sasaran1.4 Ruang Lingkup1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah1.4.2 Ruang Lingkup Materi1.5 Kerangka Pikir1.6 Sistematika PembahasanBAB IIIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KOTA2.1 Sejarah Kota2.2 Aspek Fisik Kota2.2.1 Topografi2.2.2 Litologi2.2.3 Klimatologi2.2.4 Hidrologi2.2.5 Bahaya Geologi2.2.6 Penggunaan Lahan2.2.7 Infrastruktur2.3 Demografi2.3.1 2.3.2 Distribusi Penduduk2.3.3 Komposisi Rumah Tangga2.3.4 Migrasi Penduduk2.3.5 Proyeksi Penduduk2.4 Ekonomi2.5 Kearifan Lokal2.6 Pembangunan Wilayah Berdasarkan RTRW dan RDTRK2.7 Konstelasi WilayahBAB IIITINJAUAN KEBIJAKAN DAERAH3.1 Strategi Pembangunan3.1.1 Strategi Dasar3.1.2 Kebijakan Umum3.2 Tinjauan Visi dan Misi3.2.1 VisiVisi Kota Semarang tahun 2010-2015 adalah Terwujudnya Kota Semarang Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera3.2.2 MisiMisi Kota Semarang untuk mencapai Visi Kota Semarang tahun 2010-2015 antara lain adalah:1. Mewujudkan SDM dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas2. Mewujudkan Pemerintahan Kota yang efektif dan efisien. Meningkatkan kualitas pelayanan publik serta menjunjung tinggi supremasi hukum.3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan5. Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat.3.2.3 TujuanBerdasarkan visi dan misi Kota Semarang tahun 2010-2015, tujuan Kota Semarang adalah untuk mensejahterakan masyarakat Kota Semarang dengan basis perdagangan dan jasa yang berbudaya.

3.3 Struktur Ruang Kota3.3.1 Pembangian Wilayah Perencanaan3.3.2 Pembagian Pusat PelayananBAB IVANALISIS POTENSI DAN MASALAH KOTA4.1 Permasalahan dan Isu Perkotaan4.1.1 Isu Kependudukan4.1.2 Isu Lingkungan4.1.3 Isu Keruangan

4.1.4 Isu KemacetanKemacetan merupakan salah satu isu yang terdapat di Kota Semarang. Kemacetan Kota Semarang cenderung terjadi di titik-titik tertentu dan di waktu-waktu tertentu. Kemacetan di Kota Semarang biasanya terjadi di waktu pagi (saat jam berangkat siswa sekolah dan pegawai ke kantor). Kemacetan tersebut ditunjukkan oleh sejumlah ruas jalan di Ibu Kota Jawa Tengah yang nyaris selalu dilanda kemacetan. Selain pagi hari, kemacetan di Kota Semarang terjadi di petang hari(ketika pekerja pulang). Adapun salah satu titik rawan kemacetan di Kota Semarang adalah pintu masuk-keluar tol Jatingaleh yang berdekatan dengan pasar Jatingaleh, pertigaan kantor PLN, kemudian belokan untuk memutar di daerah Jatingaleh yang menyebabkan jalan macet dan tampak semrawut. Kemacetan bakal bertambah parah mengingat belakangan ini semakin banyak pengembang membangun kompleks perumahan di kawasan Semarang atas(Zaenal, 2015).

Sumber: Data diolah, 2015Berdasarkan peta kemacetan jalan Kota Semarang tersebut dapat diketahui bahwa jalan yang rawan terhadap kemacetan berada di jaringan jalan utama di Kota Semarang, yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kota Semarang. Kemacetan di Kota Semarang tersebut disebabkan oleh beberapa factor antara lain: Adanya hambatan sampingAdanya hambatan samping berupa adanya pasar tumpah atau PKL di tepi jalan. Adapun beberapa contoh hambatan samping yang menyebabkan macet di Kota Semarang adalah hambatan samping yang terdapat di jalan Ngesrep, Banyumanik dan hambatan samping berupa adanya aktivitas perdagangan di tepi jalan di kawasan Peterongan. Kecenderungan bertambahnya jumlah kendaraa pribadi (terutama motor) dari tahun ke-tahun Tabel x.xProyeksi jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenisnya di Kota Semarang tahun 1990- 2025TahunBusKendaraan PenumpangSepeda Motor

19902401095048109

19957691909074580

20002442235382490

20055302219093073

201044346784119019

201580475609154207

20201457122195199798

20252644197484258869

Sumber: Badan Pusat Statistik Semarang, 1999-2010 dan hasil perhitungan dalam Nurhayati, 2012.Berdasarkan proyeksi jumlah kendaraan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan di Kota Semarang cenderung bertambah. Adapun pertambahan jumlah kendaraan yang sangat tinggi ada pada sepeda motor, yakni yang mencapai 154.207 unit di tahun 2015 dan diproyeksikan dapat mencapai 258.869 di tahun 2025. Pertambahan jumlah sepeda motor tersebut pada dasarnya mempengaruhi kemacetan di Kota Semarang, di mana jumlah kendaraan yang banyak mempengaruhi kemampuan kapasitas jalan. Adapun menurut Zaenal(2015), banyaknya jumlah kendaraan pribadi di Kota Semarang disebabkan oleh kurang efektifnya angkutan publik yang manusiawi di Kota Semarang yang nyaris tidak mengalami kemajuan berarti semenjak bus rapit transit (BRT) diluncurkan di kota ini pada 2009. Dengan keterbatasan trayek, BRT amat sulit diandalkan oleh warga yang ingin hijrah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Berbeda dengan TransJakarta, jalur BRT tidak dipagari dengan sparator kanstein, tetapi hanya marka bercat putih. Akibatnya, BRT harus sering mengalah ketika jalurnya dipakai kendaraan lain. Aspek cepat (rapid) tidak terpenuhi dari transportasi massal yang ada, sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi(Zaenal, 2015).4.1.5 Permasalahan Ketersediaan RTHRTH merupakan salah satu komponen utama pembentuk permukiman. Kota Semarang sebagai pusat permukiman pada dasarnya membutuhkan RTH yang memadahi. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota.

Sumber: Data diolah, 2015Adapun berdasarkan peta tataguna lahan eksisting Kota Semarang, dapat diketahui bahwa RTH di Kota Semarang sudah mencapai batas minimal yakni tidak kurang dari 30%, yakni 412%. Pada dasarnya RTH memiliki peranan terhadap kota sebagai faktor pengendali lingkungan. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan RTH mempengaruhi kondisi kota, yakni gersang atau tidaknya suhu suatu kota dan lingkungannya. Selain itu, RTH merupakan pemasok oksigen suatu kota (paru-paru kota). Adapun berdasarkan pendekatan metode Gerarkis yang memperhitungkan kebutuhan ruang terbuka hijau dari tiga konsumen oksigen utama yaitu manusia, kendaraan bermotor dan hewan ternak. menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen oleh manusia, kendaraan bermotor dan hewan ternak di Kota Semarang cenderung meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1990 sampai 2010 kebutuhan oksigen Kota Semarang meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu dari 1.95 x 106 kg/hari meningkat menjadi 4.40 x 106 kg/hari. Sehingga luas RTH yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen kota juga meningkat yaitu pada tahun 1990 sebesar 3855 Ha (10% dari luas Kota Semarang) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 8695 Ha yakni 23% dari luas Kota Semaran(Nurhayati, 2012).Berdasarkan hasil prediksi kebutuhan luas RTH, pada tahun 2015-2025 dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 kebutuhan oksigen Kota Semarang diperkirakan mencapai 6,31 x 106 kg/hari sehingga luas RTH yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen kota yaitu seluas 12473 Ha atau 33% dari luas Kota Semarang dan RTH yang tersedia di Kota Semarang pada tahun tersebut seluas 15207 Ha atau 41% dari luas kota Semarang. Pada tahun 2020 kebutuhan oksigen Kota Semarang diperkirakan mencapai 9,41 x 106 kg/hari sehingga luas ruang terbuka yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen kota yaitu seluas 18583 Ha atau 50% dari luas Kota Semarang dan RTH yang tersedia di Kota Semarang pada tahun tersebut seluas 14804 Ha atau 40% dari luas Kota Semarang(Nurhayati, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang mendapatkan ancaman berupa tidak mampunya Kota Semarang dalam mensuplai kebutuhan RTH.Badan Pusat Statistik Semarang. (n.d.). Semarang Dalam Angka. Kota Semarang: Badan Pusat Statistik.Nurhayati, H. (2012). Analisis Kebutuhan Ruang Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen. Institut Pertanian Bogor.Zaenal, A. (2015). Kemacetan Parah Akhirnya Datang di Semarang. Retrieved June 16, 2015, from http://www.antarajateng.com/detail/kemacetan-parah-akhirnya-datang-di-semarang.html

4.1.6 Kendala Infrastruktur dan Kondisi Fisik KotaInput> Proses> OutputPeta persebaran fasilitas >sudah memenuhi kebutuhan apa belumKondisi infrastruktur jalan (jalan rusak atau tidak?)Kondisi infrastruktur drainase bagaimana?Kondisi infrastruktur sanitasi bagaimana?Kondisi Air Bersih bagaimana?Listrik bagaimana? (Sudah bagus belum? Oh sudah)Telekomunikasi? (Sudah baik)Persampahan?Kondisi fisik kota? Membahas ada tidaknya sesuatu yang kumuh apa belum?Jangan sampai ada disparitas pelayanan jalan (ngga boleh ada jalan rusak di sana)Melihat distribusi pelayanan kendala infrastrukturMelihat RDTRK/ PERDASemarang permasalah utama salah satunya kumuh dan banjir4.2 Potensi Kota4.2.1 Potensi Sumber Daya Alam4.2.2 Potensi Ekonomi4.3 Analisis SWOT

PERWIL

a. Apa itu wilayah (disitu ada konsep atau prinsip dasar.Wilayah itu berkembang atau tidak berkembang. Nah perkembangan atau tidak berkembangnya wilayah itu ada prinsipnya. Misal wilayah tersebut berkembang karena seimbang atau justru berkembang karena tidak seimbangnya wilayah tersebut.)b. Apa itu perencanaan wilayahc. Bagaimana konsep pengembangan wilayah?Menereapkan dua konsep, yaitu konsep pertumbuhan dan konsep populis