47
Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL Kementrian Perindustrian Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Balai Besar Kimia dan Kemasan Portal Kimia & Kemasan Jakarta Desember 2016 Hal. 107 - 149 Vol. 3 No.1 ISSN 2443-1869 Vol. 03 No. 01 ISSN : 2443-1869 desember 2016 roti goreng Cokelat bagel Cokelat spriluna patensis chorella minyak nilam sereal Cokelat biskuit Cokelat kakao bubuk selai Cokelat Cokelat hangat roti isi Cokelat kakao bubuk kakao bubuk kakao bubuk kakao bubuk bbkk.kemenperin.go.id

ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

  • Upload
    lytuyen

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan

PORTAL

Kementrian PerindustrianBadan Penelitian dan Pengembangan Industri

Balai Besar Kimia dan Kemasan

Portal Kimia &

Kemasan

JakartaDesember 2016

Hal.107 - 149Vol. 3 No.1

ISSN2443-1869

Vol.

03No.

01

ISSN : 2443-1869

desember

2016

roti goreng Cokelat

bagel Cokelat

spriluna patensis

chorella

minyak nilam

sereal Cokelat

biskuit Cokelat

kakao bubukselai Cokelat

Cokelat hangatroti isi Cokelat

kakaobubuk

kakaobubuk

kakaobubuk

kakaobubuk

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 2: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

ISSN : 2443-1869Vol. 3, No. 1, Desember 2016

P O R T A LMedia Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan

Kata Pengantar

Majalah ilmiah Portal Volume 3 Nomor 1 Desember 2016 merupakan terbitan ketigadengan enam karya tulis ilmiah hasil litbang, aplikasi hasil litbang, dan telaah ilmiah (review)di bidang kimia dan kemasan. Issue perbaikan pengolahan sumber daya alam menjadibahan baku industri disajikan dalam bentuk Esterifikasi Patchouli Alkohol dalam MinyakNilam. Sedangkan terkait standardisasi dikemas dalam bentuk Uji Petik Mutu Kakao BubukSesaat di Pabrik dan di Pasar dalam pemberlakukan SNI Secara Wajib, begitu pulamenyangkut potensi sumber daya alam dimunculkan berupa Potensi Mikroalga sebagaiBahan Baku Kimia Adi. Selanjutnya terkait keamanan dan keselamatan bahan kimiadisajikan dalam bentuk Improvement of Awareness on Chemical Security and Safety inCenter for Chemical and Packaging serta tentang pengujian migrasi berupa PengaruhUkuran Sel dalam Uji Migrasi dengan Simulan Air Suling pada Kemasan Pangan Multylayerdan Verifikasi Metoda Migrasi Global pada Produk Melamin dengan Simulan Alkohol 15%sesuai SNI 7322: 2008. Berbagai topik bahasan yang disajikan, semoga dapat memperkayawawasan ilmu pengetahuan dan teknologi para pembaca. Akhir kata kritik dan sarankonstruktif untuk peningkatan kualitas penerbitan majalah Portal Kimia dan Kemasan inisangat kami harapkan.

Dewan Redaksi

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 3: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

P O R T A LMEDIA ILMIAH BIDANG KIMIA DAN KEMASAN

Penanggung Jawab :Kepala Balai Besar Kimia dan

Kemasan

Wakil Penanggung Jawab :Kepala Bidang Sarana Riset dan

Standardisasi

Redaktur :Ketua (Merangkap Anggota)

Ir. H. SyamsixmanAnggota :

Ir. Emmy RatnawatiDr. Dwinna Rahmi, M.Eng

Dr. Sidik Herman, M.SiNur Hidayati, ST, MT

Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si

Editor :Eva Oktarina, S SiDewi Fatimah, STAnna Fitrina, ST

Disain Tampak Muka Jurnal :Aufar Haris Munandar

Alamat Redaksi :Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jln.

Balai Kimia No. 1, Pekayon-PasarRebo, Jakarta Timur.

Telp. (021)8717438, Fax. (021)8714928

Email : [email protected]

ISSN 2443-1869Volume 3, No. 1, Desember 2016

DAFTAR ISI

Halaman

1. Esterifikasi Patchouli Alkohol dalam MinyakNilam . ..................................................... 107 - 112Retno Yunilawati dan Endeh Bariyah

2. Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat di Pabrikdan di Pasar dalam Pemberlakuan SNI SecaraWajib ............................................................... 113 - 121Syamsixman

3. Potensi Mikroalga sebagai Bahan Baku KimiaAdi ................................................................... 122 - 130Siti Agustina dan Sidik Herman

4. Improvement of Awareness on ChemicalSecurity and Safety in Center for Chemicaland Packaging .................................................. 131 - 138Irma Rumondang and Eva Oktarina

5. Pengaruh Ukuran Sel dalam Uji Migrasi denganSimulan Air Suling pada Kemasan PanganMultilayer ....................................................... 139 - 144Bernadus Sri Sumarjono

6. Verifikasi Metoda Migrasi Global pada ProdukMelamin dengan Simulan Alkohol 15%sesuai SNI 7322:2008 ........................................ 145 – 149Desyarni

Portal Kimia dan Kemasan memuat hasil litbang, aplikasi hasil litbang dan telaah ilmiah yang meliputibahan, teknologi, produk, mutu, limbah, rancang bangun dan perekayasaan serta penerapan

kebijakan di bidang kimia dan kemasan sebagai media komunikasi antar ilmuwan, praktisi, danmasyarakat industri. Portal Kimia dan Kemasan terbit satu nomor dalam setahun.Isi Portal Kimia dan Kemasan dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 4: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Esterifikasi Patchouli Alkohol Dalam…………………………Retno Yunilawati 107

ESTERIFIKASI PATCHOULI ALKOHOL DALAM MINYAK NILAM

(ESTERIFICATION OF PATCHOULI ALKOHOL IN PATCHOULI OIL)Re

Retno Yunilawati1 dan Endeh Badriyah2

1 Balai Besar Kimia dan Kemasan2 Institut Pertanian Bogor

Email : [email protected]

Received : 18 Agustus 2016; Reviced : 01 September 2016; Accepted : 19 Septembet 2016

ABSTRAK

Esterifikasi patchouli alkohol dalam minyak nilam menggunakan asam asetat dilakukan untuk memperolehsenyawa ester asetat yang memiliki bau spesifik (soft woody). Esterifikasi berlangsung pada suhu 105°Cmenggunakan katalis asam sulfat dengan waktu reaksi 7 jam menghasilkan rendemen ester sebesar 107,3%.Reaksi esterifikasi ini berada pada orde 2. Hasil analisa menggunakan GCMS menunjukkan bahwa senyawaester yang terbentuk adalah patchouli asetat dengan berat molekul 226 g/mol

Kata kunci : minyak nilam, esterifikasi, patchouli alkohol

ABSTRACT

Esterification of patchouli alcohol in patchouli oil using acetic acid is conducted to obtain acetic ester compoundthat has a specific smell (soft woody). Esterification at 105° C using sulfuric acid catalyst with a reaction time of 7hours to produce an ester yield of 107.3%. The esterification reaction is on the order of 2. Analysis using GCMSshowed that the ester compound that is formed is patchouli acetate with a molecular weight of 226 g / mol.

Keywords : patchouli oil, esterification, patchouli alcohol

PENDAHULUAN

Minyak nilam atau patchouli oilmerupakan komoditi yang sangat prospektifdalam industri farmasi, pangan, parfum, sabun,dan kosmetik, serta merupakan komoditasekspor terbesar di Indonesia (Harimurti et al.2012). Menurut Aisyah et al. (2008), ada 15komponen penyusun minyak nilam yangteridentifikasi. Komponen penyusun yangmempunyai persentase terbesar adalahpatchouli alkohol (32.60%), δ guaiena (23.07%),α guaiena (15.91%), seychellena (6.95%), dan αpatchoulena (5.47%).

Komponen utama penyusun minyak nilamialah patchouli alkohol yang dapat menentukanmutu dan bau dari minyak nilam. Patchoulialkohol merupakan senyawa seskuiterpenaalkohol yang dapat diisolasi dalam minyak nilamdan memiliki sifat tidak larut dalam air, larutdalam alkohol, eter atau pelarut organik lainnya.Senyawa alkohol merupakan senyawa dasaryang dapat dipakai dalam pembuatan senyawalain melalui beberapa reaksi, diantaranya reaksi

esterifikasi. Gugus alkohol yang ada dalampatchouli alkohol dapat direaksikan untukmembantuk senyawa baru yang memiliki sifatyang berbeda dengan senyawa asalnya, salahsatunya adalah patchouli asetat yang memilikiaroma spesifik (soft woody).

Modifikasi patchouli alkohol menjadibentuk ester struktur ke dalam bentuk esterdan turunannya dapat dilakukan melalui reaksidengan asam asetat dan katalis asamsehingga membentuk patchouli asetat, sertareaksi dehidrasi menggunakan katalis H2SO4dapat menghasilkan senyawa patchoulena(Nisyak et al. 2013). Penelitian esterifikasipatchouli alkohol menggunakan anhidridaasam asetat menjadi patchouli asetat telahdilakukan oleh Hapsari et al. (2014) denganmetode refluks yang menghasilkan rendemen95,94%. Dalam penelitian tersebut digunakanpatchouli alkohol murni yang sudah diisolasidari minyak nilam. Pada penelitian inidilakukan esterifikasi patchouli alkohol

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 5: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 107-112 108

menggunakan patchouli alkohol yang masihada dalam minyak nilam tanpa diisolasiterlebih dahulu.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain minyak nilam, asamsulfat (H2SO4) 97%, dan magnesium sulfat(MgSO4) anhidrat. Sedangkan peralatan yangdigunakan terdiri dari PARR Floor Stand Reactor4533 serta kromatografi gas spektrometermassa (Gas Chromatography MassSpectrophotometer GC-MS).

Metode

Analisa bahan baku minyak nilamMinyak nilam yang digunakan dianalisis

terlebih dahulu menggunakan GC-MS untukmengetahui jumlah patchouli alkohol dalamminyak nilam.

Esterifikasi patchouli alkohol pada berbagaiwaktu reaksi

Minyak nilam dimasukkan ke dalamwadah sampel sebanyak 330 g danditambahkan asam asetat glasial sebanyak 40mL, serta H2SO4 97% sebanyak 0.5 mL yangberfungsi sebagai katalis. Wadah sampeldirangkai pada PARR Floor Stand Reactor 4533dan dipanaskan pada suhu 105˚C dengan waktu

pemanasan masing-masing 3 jam, 4 jam, 5 jam ,6 jam, dan 7 jam sambil diaduk dengankecepatan 100 rpm. Setelah reaksi selesai,produk hasil reaksi kemudian dianalisamenggunakan GCMS dengan terlebih dahuludihilangkan airnya.

Pemisahan produk hasil esterifikasi dananalisa menggunakan GCMS

Setelah proses pemanasan selesai,campuran didinginkan dalam corong pemisahhingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atasyang merupakan fasa organik dan lapisan bawahyang merupakan fasa larut air. Fasa organikdipisahkan dari fasa air, kemudian fasa organikdicuci menggunakan air dan dikeringkan airnyamenggunakan MgSO4 untuk kemudian dilakukananalisa menggunakan GCMS, sehingga diketahuijumlah produk esterifikasi yang terbentuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa bahan baku minyak nilam denganGCMS

Analisa bahan baku minyak nilamdilakukan untuk mengetahui jumlah patchoulialkohol dalam minyak nilam. Hasil analisaminyak nilam menggunakan GCMSmenghasilkan kromatogram seperti padaGambar 1 dengan komposisi senyawa kimiaterangkum dalam Tabel 1, dimana kelimpahanterbesar merupakan senyawa patchouli alkoholdengan jumlah 34,1 %.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 6: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Esterifikasi Patchouli Alkohol Dalam…………………………Retno Yunilawati 109

Gambar 1. Kromatogram minyak nilam hasil analisa menggunakan GCMS

Tabel 1. Komponen penyusun minyak nilam

Nama Senyawa Komposisi (%) Waktu retensi (menit)β-patchoulenaβ-elemenatrans-β-kariofilenaδ-guaiena (α-bulnesene)1,6 metanonaftalenaα-patchoulenaα-elemenaasifilenapatchouli alkoholkomponen kimia lainnyaTotal

2,61,13,0

30,37,56,13,23,7

34,18,5

100,0

25,125,526,827,627,828,428,530,236,9

-

Esterifikasi patchouli alcohol

Esterifikasi 0.5 mol patchouli alkoholmenggunakan 0.7 mol asam asetat glasialmenghasilkan ester sebanyak 0.5 mol secarastoikiometri. Pada reaksi ini, patchouli alkoholbertindak sebagai pereaksi pembatas karenajumlah maksimum produk yang terbentukbergantung pada jumlah awal dari reaktan sertaasam asetat glasial bertindak sebagai pereaksiberlebih yang diperlukan untuk menghasilkan

kuantitas maksimum dari pereaksi pembatas(Chang 2003). Pada penelitian ini digunakanminyak nilam yang memiliki kelimpahanpatchouli alkohol sebesar 34,1 % sehinggauntuk mendapatkan 0,5 mol patchouli alkoholdiperlukan minyak nilam sebanyak 327,0 g.

Hasil esterifikasi patchouli alkohol dalamminyak nilam pada suhu 105°C pada berbagaiwaktu reaksi menghasilkan rendemen hasilesterifikasi seperti dirangkum dalam Tabel 2

Tabel 2 Hasil esterifikasi minyak nilam pada suhu 105 °C

Waktu (jam) Kadar patchoulialkohol sisa (%)

Kadar senyawa hasilesterifikasi (%)

Rendemen ester(%)

3 32.7 2.7 6.74 30.6 4.2 10.55 28.0 7.0 17.56 26.5 9.2 23.07 0 42.9 107.3

Jika reaksi esterifikasi berjalan ideal, banyaknyaester yang terbentuk secara stoikiometri ialah132.2 g. Kadar ester tertinggi yang terbentukpada suhu 105˚C adalah pada waktu reaksiselama 7 jam, yaitu sebesar 42,9% yang setaradengan 141,8 g ester dengan rendemensebesar 107,3%. Dalam sintesis, rendemenlebih dari 100% tidak dapat dikatakan baikkarena tidak sesuai dengan kadar awalreaktan yang digunakan serta memungkinkanadanya ketidakmurnian produk yang diperoleh.

Hal ini dapat disebabkan karena penginjeksianester pada analisis GC-MS dilakukan sekaliulangan sehingga data yang diperoleh tidakrepresentatif. Selain itu, data memiliki intervalyang beragam pada tiap waktu reaksi sertaterjadi peningkatan yang signifikan pada waktureaksi 6 jam ke 7 jam.Hasil analisis senyawa ester menggunakan GC-MS ditunjukkan pada Gambar 2. Fragmentasidigunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 7: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 107-112 110

dihasilkan berdasarkan bobot molekul. Ionmolekular diperoleh pada m/z = 266 denganbase peak pada m/z = 222 (Gambar 3). MenurutHapsari et al. (2014), m/z sebesar 266menunjukkan senyawa patchouli asetat. Base

peak yang diperoleh menunjukkan fragmentasiion molekul menjadi senyawa patchouli alkoholdengan bobot molekul 222 g/mol. Dengandemikian, senyawa ester yang dihasilkan padapercobaan ini merupakan patchouli asetat.

Gambar 2. Kromatogram senyawa ester hasil esterifikasi yang dianalisis menggunakan GCMS

Gambar 3. Spektrum massa dari senyawa ester pada waktu retensi 23.9

Esterifikasi minyak nilam diujimenggunakan 3 orde. Orde ke-0 dihitungdengan persamaan (a-x) = a-kt, orde ke-1dihitung dengan persamaan ln (a-x) = ln (a) - ktdan orde ke-2 dihitung dengan persamaan 1/(a-x) = 1/a + kt (Suryawanshi,et.al, 2014,Wahyuningrum et al, 2012) dengan (a-x) adalahjumlah patchouli alkohol sisa reaksi, t adalahwaktu reaksi dan k adalah tetapan laju reaksi.Berdasarkan perhitungan tersebut, orde ke-0menghasilkan persamaan garis y = 58.3 – 6.9x,pada orde ke-1 diperoleh persamaan garis y =

3.7 – 7.2.10-2x, pada orde ke-2 diperolehpersamaan garis y = 2.3.10-2 + 2.4×10-3x denganlinearitas masing-masing 82.1%, 99.6%, dan99.7% (Gambar 4). Berdasarkan pengujianketiga orde tersebut, reaksi esterifikasi beradapada orde ke-2 dengan nilai linearitas mendekati1, yang berarti pada reaksi ini, hanya ada 1reaktan yang mempengaruhi terbentuknya esterdengan tetapan laju sebesar 1.1×10-1 jam-1, lajureaksi sebesar 3.6% jam-1, dan energi aktivasisebesar 7.0 kJ mol-1 (berdasarkan perhitungan).

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 8: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Esterifikasi Patchouli Alkohol Dalam…………………………Retno Yunilawati 111

(a)

(b)

(c)

Gambar 4. Kurva penentuan orde reaksi (a) ke-0; (b) ke-1; (c) ke-2 esterifikasi minyak nilam padasuhu 105°C.

KESIMPULAN

Reaksi esterifikasi patchouli alkohol dalam

minyak nilam merupakan reaksi orde 2,berlangsung pada suhu 105°C selama 7 jammenggunakan katalis H2SO4 yang menghasilkan

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 9: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 107-112 112

rendemen ester sebesar 107,3%. Reaksi inibelum optimal karena masih dihasilkanrendemen di atas 100% sehingga perludilakukan optimalisasi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Balai Besar Kimia danKemasan yang telah menyediakan bahan dansarana untuk penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Y, Hastuti P, Hidayat C, danSastroamidjojo H. 2008. Komposisikimia dan sifat antibakteri minyak nilam(Pogostemon cablin Benth). MajalahFarmasi Indonesia. 19:51-156.

Bulan R. 2004. Esterifikasi patchouli alkoholhasil isolasi dari minyak daun nilam(Patchouli oil). Tesis. Yogyakarta (ID):FMIPA Universitas Gajah Mada.

Chang R. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsepInti Jilid 1 Ed ke-3. Jakarta (ID):Erlangga

Hapsari FR, Edi PU, Siti MU. 2014. Studimolekul odorant dari turunan esterasetat berdasarkan kajian in silico danin vitro. Kimia Student Journal. 1(2):161-167

Harimurti N, Tatang HS, Djajeng S. 2012.Ekstraksi minyak nilam (PogostemonCablin Benth) dengan teknik hidrodifusipada tekanan 1-3 bar. J Pascapanen.9(1):1-10.

Nisyak K, M. Farid R, Sutrisno S. 2013.Synthesis organonitrogen compoundsfrom patchouli alcohol through ritterreaction with acetonitrile and its toxicityto Artemia salina Leach. J Pure AppChem Res. 2(1):11-18.

Nuryoto, Sulistyo,H, Rahayu, S.S dan Sutijan.Kinetika reaksi esterifikasi gliseroldengan asam asetat menggunakankatalisator indion 225 Na.2011. JurnalRekayasa Proses Vol 5 No.2 : 35-39

Suryawanshi, M.A., Shinde, N.H. and Nagotkar,R.V., 2014, July. Kinetic Study ofEsterification Reaction for the Synthesisof Butyl Acetate. In International Journalof Engineering Research and Technology(Vol. 3, No. 1 January-2014). ESRSAPublications.

Trihadi B. 2007. Pengaruh perbandinganvolume zat pereaksi terhadap esterifikasiasam asetat dengan fraksi dari minyakfusel. Jurnal Gradien. (1):222-225.

Wahyuningrum, R., Cahyono, E. and Siadi, K.,2012. Kinetika Reaksi Siklisasi-AsetilasiSitronelal Menjadi Isopulegil AsetatTerkatalisis Zr4+-Zeolit Beta. IndonesianJournal of Chemical Science, 1(2).

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 10: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat …………………………Syamsixman 113

UJI PETIK MUTU KAKAO BUBUK SESAAT DI PABRIK DAN DIPASAR DALAM PEMBERLAKUAN SNI SECARA WAJIB

(PICK-TEST QUALITY OF COCOA POWDER INSTANTANEOUS IN THE FACTORIESAND IN THE MARKET FOR ENFORCEMENT SNI OF COMPULSORY)

SyamsixmanBalai Besar Kimia dan Kemasan, BPPI, Kementerian Perindustrian

e-mail: [email protected]

Received: 8 Oktober 2016 , Revised: 29 Oktober 2016 , Accepted : 18 November 2016

ABSTRAK

Uji petik mutu kakao bubuk sesaat di pabrik dan di pasar dalam pemberlakuan SNI secara wajib (regulasi tekniskakao bubuk) telah dilaksanakan. Tujuan kegiatan uji petik sesaat adalah untuk mengukur pencapaianpemenuhan persyaratan mutu kakao bubuk sesuai SNI 3747:2009 yang telah ditetapkan pemberlakuan SNI nyasecara wajib melalui sampling langsung ke pabrik dan pasar potensial. Penentuan pabrik dan pasar lokasipengambilan sampel kakao bubuk dilakukan secara purposive dengan pengambilan sampel secara acak,sehingga diperoleh lokasi pengambilan sampel di 11 pabrik dan 8 pasar, yang tersebar di 8 provinsi. Sebanyak19 sampel yang diambil dari 11 pabrik dan 8 pasar di uji mutunya sesuai SNI 3747:2009 di laboratoriumterakreditasi Balai Besar Industri Agro Bogor. Hasil uji menunjukan bahwa kakao bubuk yang memenuhipersyaratan standar di lokasi pabrik hanya 3 sampel (27,3%) dan di lokasi pasar hanya 2 sampel (25,0%).Parameter mutu yang tidak terpenuhi di lokasi pabrik meliputi kehalusan sebesar 54,54%, kadar air sebesar54,54%, kapang sebesar 36,37%, total mikroba sebesar 18, 18%, serta lemak dan bakteri bentuk coli masing-masing sebesar 9,09%. Sedangkan parameter mutu yang tidak terpenuhi dari kakao bubuk di lokasi pasarmeliputi kehalusan sebesar 62,5%, kadar air sebesar 50,0%, cemaran kulit sebesar 37,5%, kapang sebesar25,0%, lemak sebesar 25,0%, serta total mikroba dan khamir masing-masing sebesar 12,5%. Perusahaan kakaobubuk perlu melakukan perbaikan mutu produk dan peningkatan sistem manajemen mutu perusahaan dalammelaksanakan regulasi teknis kakao bubuk. Selain itu juga perbaikan sanitasi dan higienes perusahaandisamping perlunya peningkatan pengawasan dari pihak-pihak terkait, agar dapat kompetitif dalam menghadapiperberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Kata Kunci : Kakao bubuk, kesesuaian mutu, regulasi teknis, uji petik.

ABSTRACT

Pick-Test Quality of Cocoa Powder Instantaneous in the Factories and in the Market for Enforcement SNI ofCompulsory have been carried out.The objective of the pick-test Instantaneous is to measure the achievementof the fulfillment of the quality requirements of cocoa powder in accordance with SNI 3747:2009 predefined itsmandatory enforcement of SNI through sampling of directly to the factory and the potential markets.Determination of the factory and the market for sampling of cocoa powder is purposively with random sampling,in order to obtain the sampling locations in 11 factories and 8 markets, are scattered in 8 provinces. The 19samples that it's taken from 11 factories and 8 markets be tested quality according to SNI 3747:2009 in theaccredited laboratories BBIA. The test results showed that the cocoa powder which meets the requirements ofthe standard at the factory site only three samples (27.3 %) and in the market location is only 2 samples (25.0 %).Quality parameters are not being met at the factory site include the fineness of 54.54 %, water content of54.54 %, molds amounted to 36.37 %, total microbes as much as 18.18 %, and fat and coli form bacteriarespectively 9.09 %. Whereas cocoa powder quality parameters are not fulfilled in the market location include thefineness of 62.5 %, water content of 50.0 %, amounted to 37.5 % of skin contamination, mold of 25.0 %, 25.0 %fat, as well as total microbes and yeasts respectively by 12.5 %. Cocoa powder companies need to improveproduct quality and improvement of the company's quality management system in implementing technicalregulations cocoa powder. In addition, improvement of sanitation and higienes companies besides the necessityincreased surveillance of the relevant parties, in order that can be competitive in facing the implementation of theASEAN Economic Community (AEC).

Keywords : Cocoa powder, conformity of quality, technical regulations, pick-test.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 11: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 113-121 114

PENDAHULUAN

Kakao bubuk adalah produk kakaoberbentuk bubuk yang diperoleh dari kakaomassa setelah dihilangkan sebagian lemaknyadengan atau tanpa alkalisasi (BSN 2009).Berdasarkan proses pengolahannya, kakaobubuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitunatural cocoa powder (non alkalized cocoapowder) bila pengolahannya melalui prosesnatural dan alkalized cocoa powder (dutch cocoapowder) bila diproses melalui proses dutch.Natural cocoa powder memiliki warna lebihterang dengan kadar lemak sekitar (10-12)%,sedangkan dutch cocoa powder memiliki warnalebih gelap dengan kadar lemak sekitar (18-23)%. Kebanyakan kakao bubuk yang dijualdipasaran termasuk jenis natural cocoa powder(Widianto et al. 2013).

Pada tahun 2013 telah beroperasiindustri pengolahan kakao bubuk dan coklatsebanyak 30 perusahaan (Ditjen Industri Agro,2013), sehingga telah dapat memproduksikakao bubuk sebesar 324.000 ton (Wijaya 2014).Menurut Hatmi dan Rustijarno (2012) danWidianto et al. (2013) kakao Indonesia memilikikarakteristik yang tidak dimiliki oleh negara lainyaitu melting point yang tinggi sehingga cokelatbar tidak meleleh pada suhu ruangan, dan rasafruity yang sangat cocok untuk aroma blending.Selain itu juga memiliki kandungan asam lemakbebas (FFA) yang rendah, sehinggamemungkinkan untuk menghasilkan mutu kakaobubuk yang lebih baik.

Pemerintah dalam hal ini KementerianPerindustrian berkewajiban melindungi industrinasional dan konsumen kakao bubuk terhadapmaraknya produk kakao bubuk impor yangberkualitas rendah dengan harga murah, antaralain dilakukan melalui penerapan SNI wajib,yang berfungsi sebagai regulasi teknis. Padatanggal 4 November 2009, KementerianPerindustrian telah memberlakuan SNI kakaobubuk secara wajib berdasarkan PeraturanMenteri Perindustrian nomor 45/M-IND/PER/5/2009 yang mengacu pada SNI 01-3747-1995 (Menperin 2009b). Adapun yangmenjadi alasan utama dalam pemberlakuan SNIwajib kakao bubuk tersebut adalah untuk dapatmenjaga mutu kakao bubuk yang beredar didalam negeri (Suhardi, 2010).

Menurut Suhardi (2010) bahwa sebelumpemberlakuan SNI kakao bubuk secara wajib,telah terjadi berbagai manipulasi danpenyimpangan mutu produk kakao bubuk,antara lain pembuatan kakao bubuk denganmenggunakan bahan baku dari kulit (cangkang)kakao. Dari informasi AMPER (AliansiMasyarakat Peduli Energi Rakyat) pada tanggal

3 Maret 2009 bahwa jumlah produksi kakaobubuk yang berasal dari kulit kakao telahmencapai 550 MT/bulan atau 6.600 MT/tahun.Dengan pemberlakuan SNI wajib tersebut, makaparameter kulit (shell) pada SNI kakao bubuksecara wajib (SNI 3747:2009) dipersyaratkanmaksimum sebesar 1,75%. Kepala BSNmenginformasikan bahwa Kulit kakao diketahuimengandung OTA (Ochratoxin A) tinggi yangtidak boleh dikonsumsi manusia karenaberbahaya bagi kesehatan serta malahmenyebabkan timbulnya penyakit kronis(Suhardi 2010). Selain itu juga hasil pengujianyang dilakukan oleh Asosiasi Industri KakaoIndonesia pada tahun 2007 ditemukan bahwakandungan kulit sangat tinggi pada kadar lemakkurang dari 10,0 %, sementara persyaratan yangditetapkan di dalam SNI minimal 10,0%. Begitupula dengan hasil uji yang dilakukan olehPPMBEI Kementerian Perdagangan pada tahun2006 ditemukan total mikroba (PCA) 2,3 x 105

koloni/gram, yang melebihi batas mutu yangdipersyaratkan SNI (5 x 103 koloni/gram) sertakadar lemaknya sebesar 8,74 % b/b, yang tidakmemenuhi persyaratan SNI (minimum 10 % b/b).Dari hasil pengujian Lab Internal AIKI (AsosiasiIndustri Kakao Indonesia) menyatakan bahwapengujian FFA kulit sangat tinggi dengan kadarlemak kurang dari 10,0% b/b, sedangkan padaSNI dipersyaratkan minimum 10,0% b/b.

Menurut Menperin (2010), perusahaanyang memproduksi, mengimpor ataumencampur kakao bubuk wajib menerapkan danmemiliki Sertifikat Produk Penggunaan TandaSNI (SPPT SNI) kakao bubuk. SPPT-SNItersebut diterbitkan oleh Lembaga SertifikasiProduk (LSPro) yang telah terakreditasi olehKomite Akreditasi Nasional (KAN) dan atauditunjuk oleh Menteri Perindustrian (Menperin2009a dan Menperin 2014). LSPro menerbitkanSPPT SNI tersebut berdasarkan PenilaianKesesuaian, yang meliputi pengujian kesesuaianmutu produk kakao bubuk serta melakukan auditpenerapan Sistem Manajemen Mutu SNI ISO9001:2008 (Menperin 2009a).

Salah satu tahapan kegiatan yang cukuppenting dalam pemberlakuan SNI kakao bubuksecara wajib adalah pengawasan. Pengawasanyang dimaksud antara lain bertujuan untukmenjaga agar kesesuaian mutu kakao bubukterhadap SNI terpelihara secara konsisten.Pengawasan secara berkala dan sesaatterhadap sistem manajemen mutu dan mutuproduk perusahaan pemegang SPPT SNI sistem5 dilakukan oleh LSPro yang mengeluarkanSPPT SNI tersebut minimal setiap 1 tahun(Ditjen IAK 2009). Sedangkan pengawasan didalam dan diluar lokasi produksi perusahaan

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 12: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat …………………………Syamsixman 115

pemegang SPPT SNI dilakukan oleh DitjenIndustri Agro dan Kimia cq Ditjen Industri Agro,minimal 1 kali dalam 2 tahun (Dirjen IAK 2009).

Pengujian Kakao bubuk dalam rangkapengawasan SPPT SNI secara wajib dapatdilakukan dengan disubkontrakan kepadaLababoratorium Uji dalam negeri yangdiakreditasi KAN atau laboratorium Uji yangditunjuk Menteri. Pengujian tersebut juga dapatdilakukan oleh Laboratorium Uji luar negeri yangtelah diakreditasi KAN atau Badan Akreditasinegara lain yang telah menandatangani MutualRecognition Arrangement (MRA) dengan KANdan diverifikasi oleh LSPro (Menperin 2009b).

Sejauh ini, pemberlakuan SNI kakaobubuk secara wajib yang berfungsi sebagaisalah satu regulasi teknis telah berlangsunglebih dari 6 tahun, namun belum ada laporanpenelitian yang mengevaluasi sejauh manapencapai kesesuaian mutu kakao bubukterhadap SNI 3747:2009. Karena itu penelitianseperti yang dimaksud perlu dilakukan untukmendapatkan masukan dalam memperbaikikelemahan-kelemahan pelaksanaan regulasiteknis tersebut serta meningkatkan kompetensiperusahaan, terutama dalam rangkamenghadapi perberlakuan Masyarakat EkonomiASEAN (MEA) yang bersifat sangat kompetitif(Prasetya 2014). Penelitian untuk mengevaluasipemeriksaan mutu kakao bubuk yang disamplingdi lokasi produksi (pabrik) dan di luar lokasiproduksi (pasar) secara acak dapat dilakukanmelalui uji petik (Ditjen IAK 2009).

Menurut Akli (2011) dan Ditjen CiptaKarya (2014), uji petik adalah pengujian atassatuan barang yang hanya dilakukan terhadapsebagian barang yang dipetik dengan satuanbarang tersebut. Tujuan melakukan kegiatan ujipetik adalah untuk mengukur pencapaianpemenuhan persyaratan mutu kakao bubukterhadap SNI 3747:2009 yang telah ditetapkanpemberlakuan SNI nya secara wajib melaluisampling langsung ke pabrik/pasar potensial(Ditjen IAK 2009 serta Suprapti dan Loppies2015) dengan pengambilan sampel dilakukansecara acak (Nasution 2003). Uji petikmerupakan bagian dari kerangka monitoringkegiatan secara keseluruhan, sehingga menjadibagian yang saling melengkapi dengan kegiatanmonitoring lainnya (Akli 2011).

BAHAN DAN METODA

BahanBahan yang dipergunakan adalah kakao

bubuk produksi pabrik dan yang beredar dipasar. Sedangkan untuk uji organoleptik, kimiadan mikrobiologinya dipergunakan pula bahan-bahan yang meliputi asam khlorida, petrolium

eter, larutan perak nitrat 0,1 N, aseton pa,deterjen, pereaksi belluci, asam asetat glasial,asam nitrat, asam sulfat, air, natrium khlorida.Selain itu juga larutan kalium, kalium khlorida,hidrogen peroksida, kalium iodida, borohidrida,natrium khlorida, arsenat serta larutan baku Cd,Pb, Sn, dan As. Bahan lain yang diperlukanadalah buffer pepton water, lauryl sulphatetrytose, BGLB, L-EMB, PCA, EC broth, lactosebroth, non fat dry milk, BHI broth, brilliant greendye solution 1%, RV medium, BSA, HE agar,XLD agar, LIA, mac conkey agar, urea broth,LDB, tryptone broth, trypticase soy-tryptosebroth, bromcresol purple dye solution 0,2%,rapid urea broth, malonete broth, kaliumhidroksida 40%, reagen kovacs, simmons sitratagar, MR-VP broth, phenol red lactoce, danpurple lactose broth (BSN 2009).

PeralatanPeralatan yang dipergunakan meliputi

neraca analitis, oven, penangas air, labu didih,alat soxhlet, selongsong kertas, gelas piala,kaca arloji, kertas saring bebas lemak, kertassaring whatman 41, desikator, alat ujiorganoleptik terhadap bau dan rasa serta warna,cawan platina bertutup, batang pengaduk,ayakan 200 mesh, erlenmeyer sedot, botolpencuci, sentrifusi, tabung sentrifusi, erlenmeyer, labu kjehdal, tabung kaca, kaca alas, dancounting grid. Selain itu juga spektrofotometerserapan atom (AAS), piper ukur, labu ukur, gelasukur, tanur, ose, tabung durham, tabung reaksi,rak tabung reaksi, sendok steril, gelas, cawanpetri, botol pengencer, inkubator, autoklaf, alathitung koloni mikroba, kantong plastik, penadukgelas, pH meter, dan bunsen (BSN 2009).

MetodaPenentuan pabrik/pasar lokasi

pengambilan sampel kakao bubuk dilakukansecara purposive melalui penetapan kriteriaspesifik terhadap pabrik produsen kakaobubuk/pasar lokasi pemasarannya. Kriteriatersebut dapat berupa adanya pabrik/pasarkakao bubuk dengan potensi relatif besarsebagai sampel (Suprapti dan Loppies 2015).

Berdasarkan prinsip diatas, makaditetapkan sebanyak delapan daerah provinsiyang mempunyai pabrik/pasar kakao bubukyang relatif berpotensi, yaitu Sumatera Utara(Medan), Sumatera Barat (Payakumbuh danPariaman), Kepulauan Riau (Batam), Banten(Tangerang), Jawa Barat (Bandung dan Bogor),DKI Jakarta (Jakarta Selatan, Jakarta Timur,Jakarta Barat dan Jakarta Pusat), Jawa Timur(Surabaya), dan Sulawesi Selatan (Makasar).Masing-masing kota di provinsi tersebut diambilsampel di pabrik dan atau di pasar secara acak,

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 13: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 113-121 116

sehingga diperoleh sebanyak 11 sampel daripabrik dan sebanyak 8 sampel dari pasardengan jumlah semua sebanyak 19 sampel.

Masing-masing sampel yang diambilseberat 2 kg, yang dilaksanakan dari Juli 2014sampai dengan Maret 2015. Sampel yangdiambil dari pabrik 1 di Medan, pabrik 2 diPayakumbuh, pabrik 3 di Pariaman, pabrik 4 diTangerang, pabrik 5 di Tangerang, pabrik 6 diJakarta Barat, pabrik 7 di Bandung, pabrik 8 diBandung, pabrik 9 di Bandung, pabrik 10 diSurabaya, dan pabrik 11 di Makasar. Sedangkansampel yang diambil dari pasar 1 di JakartaSelatan, pasar 2 di Jakarta Timur, pasar 3 diJakarta Barat, pasar 4 di Jakarta Pusat, pasar 5di Batam, pasar 6 di Batam, pasar 7 di Batam,pasar 8 di Bogor. Sedangkan 3 sampel darilokasi pasar yang direncanakan untukdisampling tidak dapat dilakukan, karena padasaat pengambilan tidak ditemukan kakao bubukdi lokasi pasar tersebut (pasar Payakumbuh,pasar Pariaman, dan pasar Makasar).

Selanjutnya ke 19 sampel kakao bubuktersebut di bawa ke laboratorium uji terakreditasiyang ditunjuk Kemenperin, yaitu laboratorium ujiBalai Besar Industri Agro Bogor untuk dilakukanpengujian terhadap 17 parameter uji sesuai SNI3747:2009 (BSN 2009). Sedangkan analisa datahasil uji dilakukan menggunakan metodedeskriptif, yaitu analisa mendasar yangmenggambarkan data secara umum sertamembandingkan kesesuaiannya terhadap SNI3747:2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian sampel uji petik untukmengukur pencapaian kesesuaian mutu kakaobubuk di lokasi produksi (pabrik) dapat dilihatpada Tabel 1, sedangkan hasil uji petik terhadapsampel di luar lokasi produksi (pasar)diperlihatkan pada Tabel 2. Dari 11 sampelkakao bubuk yang disampling di lokasi produksi,ternyata hanya 3 sampel (27,3%) yangmemenuhi persyaratan sesuai SNI 3747:2009 ,sedangkan sisanya sebanyak 8 sampel atau72,7% tidak memenuhi persyaratan mutu (Tabel1 dan Tabel 3). Begitu pula dari 8 sampel yangdisampling dari luar lokasi produksi (pasar)hanya 2 sampel (25%) yang memenuhipersyaratan mutu kakao bubuk sesuai SNI3747:2009, sedangkan 6 sampel (75%) tidakmemenuhi (Tabel 1 dan Tabel 3). Hal ini berartibahwa kesesuaian mutu kakao bubuk terhadapSNI 3747:2009 di lokasi produksi (pabrik) barumencapai 27,3% dan di luar lokasi pabrik (pasar)baru tercapai 25% dalam pelaksanaan regulasiteknis kakao bubuk. Karena itu, upaya perbaikanmutu dan sistem manajemen mutu oleh

perusahaan dan pengawasan oleh pihakberwenang terkait perlu ditingkatkan, terutamadalam rangka menghadapi pemberlakuanMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang penuhkompetitif (Prasetya, 2014).

Sample-sampel yang tidak memenuhipersyaratan SNI 3747:2009 tersebut,selanjutnya diidentifikasi parameter mutunyayang tidak memenuhi, seperti pada Tabel 3. Darisampel yang diambil di pabrik, maka parametermutu yang tidak memenuhi meliputi parameterfisik (kehalusan) berasal dari 6 sampel,parameter kimia berupa kadar air berasal dari 6sampel, kadar lemak berasal dari 1 sampel,parameter mikrobiologi berupa kapang berasaldari 4 sampel, total mikroba berasal dari 2sampel dan cemaran bakteri bentuk coli yangberasal dari 1 sampel (Tabel 3). Sedangkanparameter mutu yang tidak terpenuhi darisampel yang diambil dari luar lokasi pabrik(pasar) adalah parameter fisik berupa kehalusanberasal dari 5 sampel, parameter kimia berupakadar air berasal dari 4 sampel, kadar lemakberasal dari 2 sampel, dan parametermikrobiologi berupa kapang berasal dari 2sampel, total mikroba berasal dari 1 sampel dankhamir berasal dari 1 sampel, dan parametercemaran berupa kulit yang berasal dari 3 sampel(Tabel 3).

Persyaratan kehalusan lolos ayakan 200mesh yang tidak terpenuhi dari sampel yangdiambil di pabrik sebanyak 6 sampel (54,54%)serta yang diambil di pasar sebanyak 5 sampel(62,5%). Kehalusan kakao bubuk sangatditentukan oleh ukuran patikelnya, yangmerupakan salah satu parameter penting dalammenentukan mutu kakao bubuk (Spriyanto danMarseno 2010). Ketidakterpenuhinyapersyaratan kehalusan tersebut antara lainsangat berkaitan dengan cara prosespenyangraian hancuran keping biji kakao (nib)yang dilakukan di pabrik.

Umumnya pabrik kakao bubuk masihmelakukan penyangraian hancuran keping bijikakao (nib) secara konvensional, yaitumenggunakan oven Memmert pada suhu 140 0Cselama 40 menit. Kondisi penyangraian dengancara ini menyebabkan ukuran hancuran partikelkakao bubuk yang dihasilkan relatif besar (20-125) µm serta bervariasi setelah dilakukanpenggilingan, sehingga uji kehalusannyamenghasilkan nilai yang lebih kecil (Jinap et al.1998; Supriyanto et al. 2007 dan Spriyanto danMarseno 2010). Menurut Supriyanto danMarseno (2010). Penyangraian hancuran kepingbiji kakao (nib) menggunakan EnergiGelombang Mikro (EGM) adalah lebih baik. Halini dikarenakan dapat dihasilkan tekstur masakakao yang lebih rapuh, lunak dan serba sama,

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 14: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat …………………………Syamsixman 117

Tabel 1. Hasil uji sampel kakao bubuk yang disampling di lokasi produksi (pabrik)

No. Parameter UjiLokasi Sampel SNI

3747:2009Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7 Pabrik 8 Pabrik 9 Pabrik 10 Pabrik 111. Bau Normal

khaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Khas kakao,bebas bauasing

2. Rasa Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Normalkhaskakao

Khas kakao,bebas bauasing

3. Warna Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat.

4. Kehalusan(%,b/b) 99,8 96,9 96,9 99,9 99,8 96,7 99,5 95,5 99,7 98,6 98,3 Min. 99,5% b/b5. Kulit (%,b/b) 0,22 0,47 0,84 0,12 0,18 0,18 0,15 0,76 0 0,19 0,68 Maks. 1,75%

b/b6. Kadar Air (%,b/b) 3,82 5,43 6,52 2,85 3,83 5,67 4,92 5,34 8,36 5,96 2,79 Maks. 5,0% b/b7. Kadar Lemak (%,b/b) 11,8 31,0 20,7 10,6 11,5 12,0 10,3 6,88 11,5 10,4 11,8 Min. 10,0% b/b8. Timbal/Pb (mg/kg) < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 Maks. 2,0 mg/kg

9. Kadmium/Cd (mg/kg) 0,38 0,05 0,08 0,34 0,35 0,55 0,33 0,5 0,07 0,56 0,44 Maks. 1,0 mgkg

10. Timah/Sn (mg/kg) < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 Maks.40,0mg/kg

11. Arsen/As (mg/kg < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 Maks. 1,0 mg/kg

12. Total Mikroba(Koloni/grm)

< 10 1,3x102 2,8x105 < 10 < 10 15 2,3x104 1,5x103 < 10 1,8x103 15 Maks.5x103

Kol/g13. Bakteri Bentuk Coli

(AMP/g)< 3 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 9,2 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 AMP/grm

14. E.Coli (per grm) Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif/grm15. Salmonella (per 25

grm)Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif/25 grm

16. Kapang (Koloni/grm) < 10 1,4x102 1,3x103 < 10 < 10 < 10 1,2x102 50 4,4x102 20 10 Maks.50 Kol/g17. Khamir 9 (Koloni/grm) < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 Maks.50 Kol/g

KeteranganMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

Memenuhi

Memenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

Keterangan : Warna merah jambu adalah tidak memenuhi persyaratan SNI 3747:2009.bb

kk.ke

men

perin

.go.

id

Page 15: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 113-121 118

Tabel 2. Hasil uji sampel kakao bubuk yang disampling di luar lokasi produksi (pasar)

No. Parameter Uji Lokasi Sampel SNI 3747:2009Pasar 1 Pasar 2 Pasar 3 Pasar 4 Pasar 5 Pasar 6 Pasar 7 Pasar 8

1. Bau Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Khas kakao, bebas bau asing

2. Rasa Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Normalkhas kakao

Khas kakao, bebas bau asing

3. Warna Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat/warna lain karenaalkalisasi

4. Kehalusan(%,b/b) 99,1 94,8 99,4 99,0 99,9 99,9 99,9 91,7 Min. 99,5% b/b5. Kulit (%,b/b) 2,01 2,10 0,1 0,06 0,52 0,35 0,44 3,85 Maks. 1,75% b/b6. Kadar Air (%,b/b) 7,32 6,68 5,47 3,33 3,43 4,18 5,09 4,38 Maks. 5,0% b/b7. Kadar Lemak (%,b/b) 0,84 3,81 10,9 10,3 11,0 10,4 10,4 10,3 Min. 10,0% b/b8. Timbal/Pb (mg/kg) < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 Maks. 2,0 mg/kg9. Kadmium/Cd (mg/kg) 0,07 0,18 0,22 0,55 0,16 0,11 0,10 0,25 Maks. 1,0 mgkg10. Timah/Sn (mg/kg) < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 Maks.40,0 mg/kg11. Arsen/As (mg/kg) < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 Maks. 1,0 mg/kg12. Total Mikroba (Koloni/grm) 3,2x103 1,4x105 20 < 10 < 10 < 10 < 10 5,0x102 Maks.5x103 Kol/g13. Bakteri Bentuk Coli

(AMP/g)< 3 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 < 3 AMP/grm

14. E.Coli (per grm) Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif/grm15. Salmonella (per 25 grm) Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif/25 grm16. Kapang (Koloni/grm) 10 70 10 < 10 < 10 < 10 < 10 80 Maks.50 Kol/g17. Khamir 9 (Koloni/grm) < 10 80 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 Maks.50 Kol/g

Keterangan TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

Memenuhi Memenuhi TidakMemenuhi

TidakMemenuhi

-

Keterangan : Warna merah jambu adalah tidak memenuhi persyaratan SNI 3747:2009.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 16: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat …………………………Syamsixman 119

Tabel 3. Jumlah dan persentase sampel per parameter uji dan per sampel kakao bubuk memenuhidan tidak memenuhi SNI 3747:2009 yang disampling di pabrik dan di pasar.

No. Parameter Uji

Jumlah Sampel per parameteryang Memenuhi SNI

Jumlah Sampel per parameteryang tidak Memenuhi SNI

Pabrik (Sampeldan %)

Pasar (Sampeldan %)

Pabrik (Sampeldan %)

Pasar (Sampeldan %)

1. Kehalusan 5 (45,46) 3 (37,5) 6 (54,54) 5 (62,5)2. Kadar Air 5 (45,46) 4(50,0) 6 (54,54) 4 (50,0)3. Kapang 7 (63,63) 6 (75,0) 4 (36,37) 2 (25,0)4. Lemak 10 (90,91) 6 (75,0) 1 (9,09) 2 (25,0)5. Total Mikroba 9 (81,82) 7 (87,5) 2 (18,18) 1 (12,5)6. Khamir 11 (100,00) 7 (87,5) 0 (0,0) 1 (12,5)7. Bakteri Btk

Coli10 (90,91) 8 (100,0) 1(9,09) 0(0,0)

8. Kulit 11 (100,00) 5 (62,5) 0 (0,0) 3 (37,5)Jumlah dan Persentase Sampel Persampel yang Memenuhi dan TidakMemenuhi SNI (Sampel dan %)

3 Sampel(27,3%)

2 Sampel(25,0%)

8 Sampel(72,7%)

6 Sampel(75,0%)

Keterangan : Warna merah jambu adalah tidak memenuhi persyaratan SNI 3747:2009.

sehingga ukuran partikel kakao bubuk yangdihasilkan lebih kecil (10-45) µm setelahpenggilingan. Ukuran partikel yang semakin kecil,akan menghasilkan uji kehalusan makin besar,yang memungkinkan dapat memenuhipersyaratan mutu kakao bubuk sesuai SNI3747:2009. Kehalusan kakao bubuk jugadipengaruhi oleh kadar lemak. Semakin tinggikadar lemak, maka penghalusan ukuranpartikenya makin sulit, karena lemak mencairsaat penggilingan, seperti sampel pabrik 2 danpabrik 3 pada Tabel 1 (Subaedah 2008).

Kadar air kakao bubuk yang tidakmemenuhi persyaratan SNI 3747:2009 berasaldari sampel yang diambil di lokasi pabriksebanyak 6 sampel (54,54%), sedangkan daripasar sebanyak 4 sampel (50,0%) seperti padaTabel 3. Tingginya kadar air kakao bubuktersebut sangat berkaitan denganpengemasannya yang kurang baik dan atauterbiarkan di udara terbuka relatif lama setelahpenggilingan. Karena kakao bubuk bersifathigroskopis, sehingga cenderung menyerap airdi udara bila bersentuhan, yang menyebabkankadar airnya meningkat. Walaupun setelahpenyangraian konvensional dan penggilingankadar air kakao bubuk memenuhi persyaratanmutu, namun apa bila terbiarkan di udaraterbuka relatif lama atau pengemasannya yangkurang baik, maka kadar airnya cenderungcenderung lebih besar (Jinap et al. 1998;Supriyanto et al. 2007; dan Belitz 2009). Kadar

air kakao bubuk akan makin kecil bila diprosesdari biji yang telah difermentasi, begitu pula biladisangrai dalam waktu yang lebih lama atausuhu yang lebih tinggi (Ginting 2011).

Dari Tabel 3, ternyata sebanyak 4 sampel(36,37%) yang diambil dari pabrik dan 2 sampel(25,0%) dari pasar mempunyai hasil uji kapangyang melewati standar. Hal ini, dikarenakankadar airnya yang melebihi standar, sehinggakondisinya dapat menstimulir pertumbuhankapang. Selain itu juga dikarenakan sanitasi danhigienes di pabrik dan di tempat penjualan masihkurang baik, sehingga terjadi konminasi silang(Fardiaz 1992). Uji kapang dimaksudkan untukmengetahui sejauh mana pencemaran kapangterjadi di pabrik atau di pasar penjualan akibatpenerapan sanitasi dan higiene yang belum baik.

Kadar Lemak yang belum memenuhipersyaratan strandar dari sampel yang diambil dipabrik di dapatkan dari 1 sampel (9,09%),sedangkan yang diambil dari pasar di peroleh 2sampel (25,0%) seperti pada Tabel 3. Kadarlemak yang lebih rendah dari pada standar,biasanya berkaitan dengan adanya cemarankulit yang besar (Suhardi 2010), seperti padaTabel 1 dan Tabel 2. Kepala BSNmenginformasikan bahwa Kulit kakao diketahuimengandung OTA (Ochratoxin A) tinggi, yangtidak boleh dikonsumsi manusia karenaberbahaya bagi kesehatan serta malahmenyebabkan timbulnya penyakit kronis(Suhardi 2010).

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 17: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 113-121 120

Total mikroba yang tidak sesuai standarterdapat pada 2 sampel (18,18%) yang diambildi pabrik dan 1 sampel (12,5%) dari pasar.Sedangkan khamir yang tidak sesuai standarhanya terdapat pada 1 sampel (12,5%) yangdiambil dari pasar (Tabel 3). Uji total mikrobadan khamir dimaksudkan untuk mengetahuisejauh mana pencemaran mikroba dan khamirterjadi di pabrik atau di pasar penjualan akibatpenerapan sanitasi dan higiene yang belum baik.Karena itu, sanitasi dan higiene di pabrik kakaobubuk dan di tempat pemasarannya perludiperbaiki dan ditingkatkan. Apa lagi bakteribentuk coli, yang biasanya terdapat padakotoran manusia serta berfungsi sebagai kriteriasanitasi terdapat pada 1 sampel (9,09%) yangsampling di pabrik, telah meyakinkan bahwasanitasi dan higiene di pabrik dinilai belum baik,sehingga perlu ditingkatkan (Fardiaz 1992).

Cemaran kulit pada kakao bubuk yangditeliti terdapat pada 3 sampel (37,5%) yangdiambil di pasar (Tabel 3). Hal ini sesungguhnyatidak diperbolehkan, karena menurut kepalaBSN, Kulit kakao diketahui mengandung OTA(Ochratoxin A) tinggi, yang tidak bolehdikonsumsi manusia karena berbahaya bagikesehatan serta malah menyebabkan timbulnyapenyakit kronis (Suhardi 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan pembahasan hasil uji petik

yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwadalam perberlakukan SNI kakao bubuk secarawajib, maka mutu kakao bubuk yang diproduksioleh perusahaan baru memenuhi persyaratanSNI 3747:2009 sebesar 27,3%. Sedangkanmutu kakao bubuk yang beredar di pasaran barusebesar 25,0%.

Parameter uji yang belum terpenuhi olehkakao bubuk di pabrik meliputi kehalusansebesar 54,54%, kadar air sebesar 54,54%,kapang sebesar 36,37%, total mikroba sebesar18,18%, serta lemak dan bakteri bentuk colimasing-masing sebesar 9,09%. Sedangkanuntuk mutu kakao bubuk di pasar, parameter ujiyang belum terpenuhi meliputi kehalusansebesar 62,5%, kadar air sebesar 50,0%,cemaran kulit sebesar 37,5%, kapang sebesar25,0%, lemak sebesar 25,0%, serta totalmikroba dan khamir masing-masing sebesar12,5%.

Perusahaan kakao bubuk perlumelakukan perbaikan mutu produk danpeningkatan sistem manajemen mutu

perusahaan dalam melaksanakan regulasi tekniskakao bubuk. Selain itu juga perbaikan sanitasidan higienes perusahaan disamping perlunyapeningkatan pengawasan dari pihak terkait, agarkompetitif dalam menghadapi pemberlakuanMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Saran

Kompetensi perusahaan kakao bubukperlu ditingkatkan dalam pelaksanaan regulasiteknis kakao bubuk. Perbaikan tersebut antaralain berupa perbaikan mutu dan sistemmanajemen mutu perusahaan disampingpeningkatan pengawasan oleh pihak terkait.Selain itu juga sangat diperlukan perbaikansanitasi dan higienes.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Pimpinan PusatStandardisasi Kementerian Perindustrian danTim Pendukung yang terlibat dalam pelaksanaanUji/penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akli, Lukman, N. 2011. Uji Petik Kualitas UdaraSesaat di Kab. Kotawaringin TimurKalimantan Tengah. Banjar Baru: BalaiBesar Teknik Kesehatan Lingkungan danPengendalian Penyakit (BBTKLPP).

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009.Standar Nasional Indonesia (SNI)3747:2009. Kakao Bubuk. Jakarta:BSN

Belitz, H.D, W. Grosch and P. Schieberle. 2009.Food Chemistry. Velag, Berlin, andHeidelberg: Springer.

Dirjen Industri Agro dan Kimia (Dirjen IAK). 2009.Peraturan Dirjen Industri Agro dan Kimianomor 49/IAK/Per/9/2009 tentangPetunjuk Teknis Pelaksanaan danPengawasan Pemberlakuan SNI KakaoBubuk Secara Wajib (SNI 01-3747-1995atau Revisinya). Jakarta.

Ditjen Cipta Karya. 2014. Prosedur OperasionalBaku Uji Petik. Jakarta: KementerianPekerjaan Umum.

Ditjen Industri Agro. (2013). Menuju IndonesiaSebagai Produsen Kakao Terbesar Dunia.Jakarta: Kemenperin.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ginting, S. 2011. Mempelajari Pengaruh LamaFermentasi dan Penyenggraian Biji

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 18: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat …………………………Syamsixman 121

Kakao Terhadap Mutu Kakao Bubuk.Stevia. 1 (1) : 6-11.

Hatmi, R.U. dan S. Rustijarno. 2012. TeknologiPengolahan Biji Kakao Menuju SNI 01-2323-2008. Yogyakarta : Balai PengkajianTeknologi Pertanian.

Jinap, S., Wan Rosli, W.I., Russly, A.R. danNordin, L.M. 1998. Effect of roasting timeand temperature on volatile componentprofiles during nib roasting of cocoa beans(Theobroma cacao). Journal of theScience of Food and Agriculture 77: 441-448.

Menperin. 2009a. Peraturan MenteriPerindustrian RI Nomor 86/M-IND/PER/9/2009. Standar NasionalIndonesia (SNI) Bidang Industri. Jakarta:Kemenperin.

--------.2009b. Peraturan Menteri PerindustrianRI Nomor 45/M-IND/PER/5/2009.Pemberlakuan Standar NasionalIndonesia (SNI) Kakao Bubuk SecaraWajib. Jakarta: Kemenperin.

--------.2010. Peraturan Menteri Perindustrian RINomor 60/M-IND/PER/6/2010.PerubahanKedua Atas Peraturan MenteriPerindustrian RI Nomor 45/M-IND/PER/5/2009 Tentang PemberlakuanStandar Nasional Indonesia (SNI) KakaoBubuk Secara Wajib. Jakarta: Kemenperin.

--------.2014. Peraturan Menteri Perindustrian RINomor 25 / M-IND / PER / 4 / 2014.Perubahan Atas Peraturan MenteriPerindustrian RI Nomor 11/M-IND/PER/2/2013 tentang PenunjukanLembaga Penilai Kesesuaian dalamrangka Pemberlakuan dan PengawasanStandar Nasional Indonesia (SNI) KakaoBubuk secara Wajib. Jakarta: Kemenperin.

Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Medan:Fakultas Kesehatan Masyarakat-USU.

Prasetya, Bambang. 2014. Standar KunciMelindungi Pasar. Media Industri, 03-2014,55-58.

Ruku, Subaedah. 2008. Teknologi PengolahanKakao Kering Menjadi Produk OlahanSetengah Jadi. Buletin teknologi danInformasi Pertanian BPTP SulawesiTenggara. Hal 37-44.

Suhardi, Hardy. 2010. SNI Wajib pada BubukKakao, http://hardysuhardi.blogspot.com/2010/06/ kakao.html. diakses 7 Oktober2016.

Suprapti dan Loppies, J.E. 2015. Mutu Biji KakoAsal Sulawesi Barat dan Tenggara.Prosiding PPIS Pertemuan dan PresentasiIlmiah Standardisasi, 207-209.

Supriyanto, Haryadi, Rahardjo, B. dan Marseno,D.W. 2007. Changes in Temperature,Moisture Content, colour,Polyphenolcontent and Antioxidatif Activityof Cocoa During Microwave Roasting.Agritech 27: 18-26.

Supriyanto dan D.W. Mrseno. 2010.Penyanggraian Hancuran Nib KakaoEnergi Gelombang Mikro (EGM) untukMenghasilkan Coklat Bubuk. Agritech.30(4): 243-249.

Widianto; Donny A.D. Pramita; dan S.Wedhastri. 2013. Perbaikan ProsesFermentasi Biji Kakako Kering DenganPenambahan Tetes Tebu, Khamir, BakteriAsam Asetat. Jurnal Teknosains. 3(1): 38-44.

Wijaya, Sindra. 2014. Peranan Asosiasi dalamIndustri Kakao Bubuk di Indonesia sertaProsfek Pengembangan Selanjutnya.Jakarta:AIKI.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 19: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 122-130 122

POTENSI MIKROALGA SEBAGAI BAHAN KIMIA ADI

(POTENTIAL OF MICROALGAE AS FINE CHEMICAL SUBSTANCE)

Siti Agustina dan Sidik Herman

Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementerian PerindustrianJl. Balai Kimia no.1 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur

Email : [email protected]

Received: 3 Oktober 2016; revised: 24 Oktober 2016; accepted: 14 November 2016

ABSTRAK

Mikroalga dapat berkembang dengan baik pada perairan di Indonesia. Senyawa bioaktif yang terdapat di dalammikroalga, antara lain senyawa vitamin, antioksidan, antibakteri dan pigmen. Senyawa ini termasuk dalamkategori sebagai bahan kimia adi, yang dibutuhkan untuk industri pangan, industri kosmetik dan industri farmasi.Pada saat ini kebanyakan bahan kimia adi masih impor. Untuk memenuhi kebutuhan kimia adi nasional, makapengembangan mikroalga perlu dilakukan dalam skala besar, dengan melalui beberapa tahapan proses, yaitu:proses kultivasi, proses pasca panen dan proses ekstraksi senyawa bioaktif. Teknologi yang dilakukan padasetiap proses adalah teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia berpotensi untukpengembangan mikroalga dalam skala besar atau skala industri, sehingga dapat mensubstitusi bahan kimia adiimpor.

Kata kunci : Mikroalga, Bioaktif, Kimia adi.

ABSTRACT

Microalgae can be developed in Indonesian ocean. The bioactive compounds contained in microalgae, such asvitamin compounds, antioxidants, antibacterials and pigments. These compounds are included in the category asthe fine chemicals, which is required to the food industry, cosmetics industry and pharmaceutical industry. At thistime most of the fine chemicals is still imported. To meet the needs of national fine chemistry, the development ofmicroalgae needs to be done on a large scale, through several stages of the process, namely the process ofcultivation, post-harvest processing and extraction of bioactive compounds. The technology performed on everyprocess is sustainable technologies and environmentally friendly. Indonesia has the potential for thedevelopment of microalgae on a large scale or an industrial scale, so it can substitute of fine chemicals imports.

Keywords: Microalgae, Bioactive, Fine chemical

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yangmempunyai garis pantai yang cukup panjang,sehingga daerah perairan lebih luas dari daerahdaratan dan terletak di garis khatulistiwa,menyebabkan intensitas sinar matahari cukuptinggi. Kondisi ini sangat baik untuk tumbuh danberkembangnya mikroalga, dikarenakan dapatmemenuhi kebutuhan hidup mikroalga, yaitumeliputi: suhu, salinitas, pencahayaaan, pH air,

pasokan air, durasi pencahayaan. (Wargadalam2011).

Mikroalga merupakan sejenis fitoplanktonyang tumbuh diperairan, mengandung senyawaorganik yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamindan pigmen. Komponen senyawa organiktersebut dapat digunakan untuk memenuhiberbagai kebutuhan, misalnya untuk industri

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 20: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Kimia Adi …………………………Siti A & Sidik H. 123

farmasi, industri pangan fungsional dan industrikosmetik (Hadiyanto et al. 2012).

Jenis mikroalga yang banyak diproduksiadalah Spirulina, Chlorella Vulgaris dan DaniellaSalina (Fithriani 2015). Menurut Nur (2014)Spirulina dapat digunakan sebagai panganfungsional, dikarenakan mengandung protein,vitamin dan mineral. Dalam berproduksimikroalga ini cukup efisien. Negara yang aktifmemproduksi spirulina adalah Jepang, Tiongkok,Taiwan dan Thailand. Tiongkok dapatmemproduksi spirulina sebanyak 10 % darikebutuhan spirulina dunia. Mikroalga Spirulinamerupakan mikroalga yang mempunyai kadarprotein tinggi, yaitu 46 % sampai dengan 47 %,kalau dibandingkan dengan kadar protein bahanlain, yaitu: telur 49 %, chlorella Vulgaris 51 %sampai dengan 58 % dan Daniella Salina 57 %(Panggabean, 1998). Spirulina mempunyaisenyawa yang dapat berguna untuk mengurangihipertensi, gagal ginjal dan hiperlipidemia, sertamengandung pigmen berupa fikosianin yangdapat digunakan sebagai antioksidan, antikankerdan bahan pewarna alami untuk industrikosmetik dan farmasi. Mikroalga yang jugaberpotensi untuk dikembangkan adalah ChlorellaVulgaris, mikroalga ini mengandung senyawaprotein, vitamin dan pigmen. Mikroalga ini dapatdigunakan sebagai sumber pangan karenamempunyai kandungan protein yang tinggi dankandungan vitamin A yang tinggi sebesar 480mg/kg, dibandingkan dengan bahan lain,misalnya bayam 130 mg/kg dan hati sapi 360mg/kg. (Becker 1994). Chlorella merupakanmikroalga yang mengandung senyawa pigmenberwarna hijau, ini dikarenakan mengandungklorofil. Klorofil merupakan senyawa bioaktifyang dapat digunakan untuk menurunkan resikokanker dan dapat digunakan sebagai bahanpewarna alami. Jenis mikroalga ini sudahkomersil, terdapat 70 produsen dan terbesardiproduksi oleh Taiwan sebanyak 400 tonpertahun, sedangkan Jerman 130 ton sampaidengan 150 ton pertahun. Mikroalga yang jugapotensi dikembangkan adalah Dunaillea Salina,mikroalga ini mengandung senyawa protein,vitamin dan pigmen. Dapat digunakan sebagaisumber pangan karena proteinnya tinggi, danmengandung betakarotin yang tinggi.Betakarotin dapat digunakan untuk obat kankerpayudara, obat mata, iritasi kulit dan penghilangrasa sakit. Pigmen betakarotin yang terdapatpada mikroalga ini sebanyak 17 %, warnanyakuning kemerahan, dapat digunakan sebagaibahan pewarna alami untuk industri pangan

(margarine, keju, jus, makanan dalam kaleng),industri farmasi dan kosmetik. MikroalgaNanochloropsis dapat digunakan sebagaisumber vitamian E dan mikroalga Spirulinasebagai sumber vitamin B12 (Dumaz 2007)serta mikroalga Isochysis Galbana mengandungsenyawa bioaktif untuk penyembuhantuberkolosis (Prakash et al. 2004). Selainmikroalga di atas, masih banyak jenis mikroalgayang dapat dikembangkan diperairan Indonesia,baik pada air tawar maupun air laut.

Pada review potensi mikroalga sebagaibahan kimia adi, diharapkan dapat memberikannilai tambah untuk mikroalga yang terdapatcukup banyak di perairan Indonesia danmeningkat substitusi impor bahan kimia adi.

PRODUKSI BIOMASA MIKROALGA

Proses pembiakan mikroalgaMikroalga yang hidup di perairan

Indonesia terdiri dari berbagai jenis, yangbanyak dikembangkan secara komersil adalahSpirullina sp, Chlorella Vulgaris, Daniella Salina,Nannocloropsis. Faktor yang penting dalamperkembangbiakan mikroalga adalah intensitascahaya, suhu, media tumbuhan, salinitas, danpH air (Yudha 2008). Pada pengembangbiakanmikroalga skala besar, dapat dilakukan denganmenggunakan sistem alami dan sistemfotobioreaktor. Pada sistem alami, mikroalgadikembangkan di kolam, atau dipinggir pantai,dimana pencahayaan menggunakan mataharidan media yang digunakan adalah air alami,baik berupa air tawar maupun air laut. Padapengembangbiakan mikroalga menggunakansistem fotobioreaktor, faktor yangmempengaruhi dikontrol dengan baik, misalnya:(1) unsur hara. Unsur hara terdiri dari dua jenis,yaitu unsur hara makro (N, P, K, S, Fe, Mg, Sidan Ca) dan unsur hara mikro (Ma, Zn, Co, Mo,Bo, B, Cu). Pada setiap unsur hara berfungsidalam pembentukan kandungan mikroalga,misalnya unsur nitrogen berfungsi untukpembentukan media kultur. Unsur S, P, K untukpembentukan protein dan unsur fosfor bergunauntuk pembentukan asam nukleat, enzim danvitamin. (2) Cahaya merupakan faktor yangpenting untuk mikroalga, dikarenakan mikroalgamerupakan organisme autotrof yang mampumembentuk senyawa organik dari senyawaanorganik melalui proses fotosintesis.Keberadaan cahaya berguna untuk melakukanproses fotosintesis. Pada sistem fotobioreaktordidalam ruangan cahaya matahari dapat digantidengan sinar lampu TL, intensitas cahaya

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 21: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 122-130 124

optimum untuk mikroalga antara 2000 luxsampai dengan 8000 lux. Suhu optimum dalampengembang biakan mikroalga adalah 25sampai dengan 32. (4) pH merupakan indikatorkondisi air untuk media tumbuh mikroalga,dimana pH berkaitan dengan kesetimbanganCO2 terlarut, ion karbonat (CO3 2-) danbikarbonat (HCO 3-) dalam air, laju fotosintesisakan terbatas oleh penurunan karbon dalam halini karbondioksida. (5) Salinitas yang tinggi ataurendah dapat menyebabkan tekanan osmosis didalam sel juga menjadi lebih rendah atau lebihtinggi sehingga aktivitas sel menjadi terganggu.Salinitas optimum bagi pertumbuhan mikroalgaantara 25% - 35 % (Tjahjo et al. 2002).

1. Proses pasca panen mikroalgaProses perkembang biakan (proses

kultivasi) mikroalga dapat dilakukan selama 5hari sampai dengan 7 hari (Spirulina sp), untukjenis mikroalga yang lain, chlorella Vulgaris 3sampai dengan 4 hari dan Nannochloropsis hari.Selanjutnya dilakukan proses pemanenanmikroalga. Pada proses ini mikroalga dipanen,dengan menggunakan sentrifuse untukNannochloropsis sp. dan Chlorella sp, karenaukuran mikroalga lebih kecil dari mikroalgaSpirulina sp menggunakan penyaringan dengankain satin, dikarenakan ukuran mikroalganyalebih besar. Mikroalga kemudian dicuci denganair bersih menggunakan perbandingan 1 : 20(mikroalga : air) dan disentrifuse menggunakansentrifuse dengan kecepatan 2455 rpm,temperatur 10 °C, selama 10 menit. Supernatandibuang dan endapan mikroalga dicuci kembalidengan air bersih. Pencucian ini diulang hinggamikroalga memiliki pH 7. Selanjutnya mikroalgatersebut dikeringkan dengan freeze dryer,sehingga mendapatkan bubuk mikroalga yangkering,biasa disebut biomassa mikroalga(Melanie et al. 2015)

Proses ekstraksi untuk mendapatkansenyawa bioaktif

Proses ekstraksi dapat dilakukan denganberbagai cara, diantaranya adalah ekstraksidengan bahan pelarut, ekstraksi denganmekanis (pengepresan) dan ekstraksi denganpemanasan. Pada proses ekstraksi mikroalgasebaiknya menggunakan ekstraksi dengan

bahan pelarut, dikarenakan kalau menggunakansistim mekanis dan pemanasan akan merusaksenyawa bioaktif mikroalga. Teknologi ekstraksidengan menggunakan bahan pelarut dapatdilakukan dengan metoda maserasi, ekstraksisoklet dan destilasi uap. Menurut Kadam (2013)teknologi ekstraksi bioaktif mikroalga dapatmenggunakan metode ekstraksi dengan enzim,ekstraksi dengan microwave, ekstraksi denganultrasonik, ekstraksi dengan superkritikal danekstraksi dengan tekanan. (1) Ekstraksi denganenzim atau enzyme assisted extraction (EAE),kondisi enzim dapat berfungsi pada suhu 37derajat Celcius dan pH 6,2, enzim dapatmemecah dinding sel mikroalga, sehingga akanmenghasilkan komponen bioaktif. Enzim yangdapat digunakan adalah viscoenzym, cellucast,termomyl, ultraflo, xylanase, alcalase,carragenase dan neutrase. Metode denganmenggunakan enzim menghasilkan yield yangtinggi, ramah lingkungan dantidak beracun. (2)Teknologi ekstraksi dengan menggunakanmikrowave atau microwave assisted extraction(MAE). Metode ini merupakan radiasielektromagnetik dengan frekuensi 300 MHZsampai dengan 300 GHz, terjadi perpindahanpanas ke dalam larutan, sehingga adanyamekanisme rotasi dipole dan penghantar ion,meningkatkan penetrasi pelarut ke dalammatriks sel, sehingga dinding sel pecah danakan menghasilkan bioaktif komponen darimikroalga. Metode ini dapat dilakukan dengankondisi vakum atau disebut dengan vacuummicrowave assisted extraction (VMAE).Keuntungan menggunakan metode ini adalahyield meningkat, laju proses ekstraksi meningkatdan sedikit menggunakan pelarut. Salah satufaktor yang mempengaruhi hasil ekstraksiadalah perbandingan antara bahan terhadappelarut yang digunakan (Maligan et al. 2015). (3)Teknologi ekstraksi menggunakan ultrasonikasiatau ultrasonic assisted extraction (UAE).Metode ini menggunakan panjang gelombangdengan frekuensi 20 KHz, dimana panjanggelombang melalui energi kavitasi, berupagelembung yang bertekanan dapat menekanmaktriks dinding sel suatu komponen, sehinggaakan terjadi proses pemecahan dinding selmikroalga, maka akan menghasilkan bioaktif

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 22: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Kimia Adi …………………………Siti A & Sidik H. 125

mikroalga. Metode ini dapat dilakukan dua cara,yaitu dengan menggunakan water bath dansistem probe. Keuntungan menggunakanmetode ini adalah prosesnya mudah danmemerlukan biaya yang murah. (4) Teknologiekstraksi menggunakan superkritikal atausupercritical fluid extraction (SFE). Metode inibaik digunakan untuk proses ekstraksikomponen bioaktif suatu senyawa, termasukmikroalga, karena tidak ada bahan volatile yanghilang, laju ekstraksi cepat, yield tinggi danramah lingkungan. Metode ini sangat baikdiaplilasikan untuk industri pangan, farmasi,pestisida dan bahan bakar. (5). Teknologiekstraksi menggunakan tekanan atau pressureliquid extraction (PLE), metode ini menggunakantekanan yang tinggi, baik digunakan untukekstrkasi bioaktif mikroalga denganmneggunakan pelarut air. Senyawa bioaktif yangdihasilkan sebaiknya diaplikasikan untukantioksidan dan antimikroba. Keuntunganmetode ini adalah ramah lingkungan dan bioaktifdihasilkan tidak beracun.

Pada penelitian sebelumnya telahdilakukan proses ekstraksi mikroalga denganmenggunakan metoda maserasi, dimanamikroalga diekstraksi dengan etanol denganperbandingan biomassa mikroalga dan etanol 1 :10, dimaserasi selama 24 jam dan disentrifuseselama 10 menit pada suhu 10 derajat Celcius,disaring dan supernatan dipekatkanmenggunakan rotavapor vakum. Ekstrakdisimpan dalam botol gelap. (Fitriani et.al. 2015).Proses ekstraksi dengan menggunakanultrasonikasi, dimana mikroalga ditambahkanpelarut sebanyak 50 ml, selanjutnya dilakukanproses ultrasonikasi selama 1 jam denganpanjang gelombang 40 KHz pada suhu ruang,selanjutnya di refluks selama 4 jam pada suhu50 °C sampai dengan 60 °C disentrifugasiselama 1 jam dengan kecepatan 2500 rpmkemudian disaring, supernatant yang terbentukdievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu37 °C sampai dengan 38oC. Hasil ekstrakdisimpan ke dalam botol berwarna gelap(Firdiyani et al. 2015). Proses ekstraksi denganmenggunakan microwave, dimana mikroalgadilarutkan dalam bahan pelarut, selanjutnyadimasukkan dalam microwave open pada suhu

100 °C selama 5 menit. Lalu disaring dansupernatant dikeringkan dengan menggunakanrotary evaporator (Melanie et al. 2015). Prosesdiatas merupakan proses ekstraksi komponenbioaktif mikroalga yang berpotensi untuk dapatdiaplikasikan di industri.

Senyawa bioaktif mikroalgaMikroalga mengandung komponen

senyawa aktif, yang dapat dimanfaatkan sebagaibahan kimia adi (fine chemical) untuk industrifarmasi, industri kosmetik dan industri pangan.Senyawa bioaktif terdiri dari vitamin, pigmen,antimikroba dan antioksidan.

Senyawa vitamin pada mikroalgaMikroalga dapat digunakan sebagai

supplemen (pangan fungsional), dikarenakanmengandung berbagai jenis vitamin, misalnyamikroalga Spirulina, Nanochloropsis, Chlorella,dan beberapa jenis mikroalga lainnya.Kandungan vitamin pada mikroalga Spirulina :Vitamin A ( 22 mg/kg), Thiamin (44), Riboflavin(37), Pyridoxine(3), Cobalmin(7), Vitamin C (80),Vitamin E (120), Biotin (3,3), asam folat (0,4).Kandungan vitamin pada mikroalga S. obliquus :Vitamin A (230), Thiamin (8), Riboflavin (36,6),Pyridoxine (2,5), Cobalmin (0,4), Vitamin C (60),Biotin (0,2), asam folat (0,7). Kandungan vitaminpada chlorella pyridosa : Vitamin A (480),thiamin (10), Riboflavin (36), pyridoxine ( 23).(Becker 1994). Berdasarkan banyaknyakandungan vitamin pada mikroalga, makamikroalga dapat digunakan untuk sumbervitamin alami yang potensial untukdikembangkan, mengingat produktifitasmikroalga cukup tinggi. Manfaat mikroalgamengandung senyawa bioaktif sebagai vitaminadalah dapat digunakan untuk mengurangi iritasikulit, mengurangi resiko penyakit mata,meningkatkan daya tahan tubuh danmenghindari resiko kanker (Nur 2014).

Senyawa pigmen pada mikroalgaMikroalga telah dikenal sebagai sumber

sebagai pigmen berharga yaitu chlorophyl,

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 23: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 122-130 126

zeaxanthin, canthaxanthin and astaxanthin(Rocha et al., 2003).

Spirulina sp. adalah mikroalga berbentukspiral yang karena sifatnya yang bernutrisi tinggidan mengandung senyawa bioaktif sepertifikosianin (Moraes et al.,2011). Fikosianinmerupakan pigmen biru yang kebanyakanditemui pada jenis cyanobakteria. Chlorella sp.dikategorikan ke dalam kelompok alga hijauyang memiliki jumlah genus sekitar 450 danjumlah spesies lebih dari 7500.

Nannochloropsis sp. adalah alga hijauuniseluler berbentuk bola dengan diametersekitar 2–5 mm, kelas Eustigmatophyceae.Klorofil dapat dijumpai di hampir semuamikroalga, dan tersusun atas lebih dari satu jenisklorofil, seperti klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c,klorofi-d dan klorofi–e. Klorofil-a adalah klorofilprimer yang hampir dijumpai di sebagian besarmikroalga, dan merupakan satu satunya klorofilyang dimiliki mikroalga jenis cyanobacteria sertarhodophyta (Nur 2014).

Beta karotin merupakan pigmen alamiyang merupakan pigmen kuning kemerahan,biasanya banyak di buah-buahan. Mikroalgayang mengandung beta karotin dapat ditemukanpada beberapa spesies dari alga merah sepertiDunaliella Salina. Beta karotin alami memilikikandungan karotenoid yang komplek dannutrient esensial dibandingkan dengan betakarotin buatan. (Olson et al. 1995). Kelompokmikroalga dapat menyebabkan perairan tampakberwarna indah sesuai dengan zat warna ataupigmen yang dikandungnya. Warna hijau mudadisebabkan oleh Dunaliella sp. dan Chlorella sp.Ada juga warna kuning kecoklatan yangdisebabkan oleh Chaetoceros sp., Skletonemasp., Nitzschia sp. Pada ekstraksi klorofil akanlebih efisien kalau menggunakan metodeultrasonikasi sistem probe, dibandingkan denganmenggunakan metode maserasi (Simon et al.2013).

Senyawa antioksidan pada mikroalgaAntioksidan merupakan senyawa yang

dapat menghambat reaksi oksidasi, denganmengikat radikal bebas dan molekul yang sangatreaktif. Saat ini antioksidan yang banyak

digunakan merupakan antioksidan sintetis,contohnya: Butylated hydroxyanisole (BHA),Butylatedhydroxytoluene (BHT), Propylgallate(PG) dan Tert-Butylhydroquinone (TBHQ).Antioksidan sintetis mempunyai dampak bagikesehatan kalau digunakan dalam waktu yanglama. Oleh karena itu, pada saat ini banyakdigunakan antioksidan yang bersifat alamicontohnya mikroalga Chlorella sp mempunyaisenyawa antioksidan yang tergolong kuat karenamempunyai nilai EC50 kurang dari 50 ppm.Antioksidan berfungsi dapat menunda,memperlambat dan mencegah terjadinya prosesoksidasi, sangat bermanfaat bagi kesehatan danberperan penting untuk mempertahankan mutuproduk pangan. Manfaat antioksidan bagikesehatan dan kecantikan, misalnya untukmencegah penyakit kanker dan tumor,penyempitan pembuluh darah, penuaan dini,dan lain-lain. Antioksidan dalam produk pangan,dapat digunakan untuk mencegah terjadinyaproses oksidasi yang dapat menyebabkankerusakan, misalnya ketengikan perubahanwarna dan aroma, serta kerusakan fisik lainnya(Tamat et al. 2007). Mikroalga mengandungsenyawa bioaktif sebagai antioksidan alamiterdapat juga pada Spirulina platensis (Firdiyaniet al. 2015). Hasil uji aktivitas antioksidan(DPPH) dan hasil uji kapasitas antioksidan(FRAP) untuk mikroalga Nannochloropsis sp.dan Chlorella sp. cenderung lebih rendah dariSpirullina sp (Fitriani et al. 2015).

Senyawa antibakteri pada mikroalgaAktivitas antibakteri bertujuan untuk

mengetahui kemampuan suatu bahan dalammenghambat pertumbuhan bakteri. Metode yangdapat digunakan adalah metode difusi cakram.Prinsip dari metode ini adalah kertas cakramyang dijenuhkan dalam larutan ekstrak,ditempatkan pada medium padat yangsebelumnya telah diinokulasi bakteri uji padapermukaannya. Setelah diinkubasi, akanterbentuk diameter zona hambat sekitar cakram.Besarnya zona hambat menentukan besarnyaaktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri uji.Semakin besar zona hambat yang terbentuk,maka semakin besar pula efektivitas ekstraksebagai antibakteri. Mikroalga Chlorella sp dapatmenghambat bakteri Escherichia coli danStaphylococcus aureus, dimana zona hambat9,9 mm untuk E.Coli dan zona hambat 12 mm

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 24: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Kimia Adi …………………………Siti A & Sidik H. 127

untuk S. aureus (Kumalasari, et. al. 2014, Fasyaet al. 2013).

Mikroalga Dunaille Salina mempunyai sifatantimikroba, dimana zona hambat untuk banteriE. Coli lebih besar dari zona hambat bakteri S.Aureus. Mekanisme senyawa antimikroba dalammenghambat pertumbuhan mikroba dibagimenjadi beberapa cara, diantaranya adalah:kerusakan pada dinding sel, perubahanpermeabilitas sel, penghambatan sintesis proteindan asam nukleat, dan menghambat enzim-enzim metabolik (Yudha 2008).

PEMBAHASAN

Peningkatan nilai tambah suatu bahan(biomassa), yaitu untuk bahan bakar, pakan,pangan dan kimia adi (kosmetik dan farmasi).Karakteristik kimia adi (fine chemical) adalahkualitasnya yang baik dan dibutuhkan sedikit,sehingga nilai jualnya cukup tinggi atau tingkatnilai tambahnya lebih tinggi, dibanding denganperuntukan yang lain. Pada saat ini bahan kimiaadi (fine chemical) banyak masih impor, padatahun 2014 sampai dengan 2015 sebanyak 15ton. Padahal komponen aktif dari sumber dayaalam Indonesia cukup banyak, tapi belumdilakukan pemanfaatan secara maksimal. Dipasaran banyak produk berupa suplemen,kosmetik dan antioksidan dari komponen aktifmikroalga, contohnya spirulina sp dan chlorellasp, tapi merupakan produk impor. Di IndonesiaSpirulina sp dan Chlorella sp cukup banyak,tetapi belum dikembangkan secara komersil.

Pada inpres no 6 tahun 2016 tentangpercepatan pengembangan industri farmasi danalat kesehatan, salah satu tugas kementerianperindustrian adalah meningkatkan ketersediaanbahan baku dan komponen pendukung industrisediaan farmasi dan alat kesehatan. PadaRencana Induk Pengembangan Industri (RIPIN),untuk industri prioritas industri farmasi, kosmetikdan alat kesehatan terdapat tentangpengembangan industri pada sediaan herbal,produk herbal, produk kosmetik dan bahan bakutambahan obat (excipient). Hal ini menunjukkankeseriusan pemerintah untuk pengembangankimia adi (fine chemical), termasuk didalamnyapengembangan senyawa bioaktif mikroalga.

Potensi mikroalga yang cukup banyak diIndonesia, baik kuantitas maupunkeberagamannya akan merupakan daya tarikpara investor untuk mengembangkan industrikosmetik dan industri farmasi yang berbahanbaku mikroalga. Pengembangan mikroalgadapat dimulai dari proses kultivasi, proses pascapanen dan proses ekstraksi. Pada proseskultivasi menggunakan metoda fotobiorekator,sehingga pertumbuhan mikroaga dapat terukurdengan baik dan intensitas cahaya tidakbergantung pada sinar matahari. Pada prosespasca panen menggunakan metodepenyaringan dengan membran dan pengeringanmenggunakan oven bersuhu rendah, sehinggaakan mendapatkan biomassa mikroalga yangberkualitas baik. Pada proses ekstraksimikroalga untuk mendapatkan senyawa bioaktifmenggunakan berbagai metoda ekstraksi,misalnya pada mikroalga yang mempunyaisenyawa bioaktif pigment dan antioksidan, dapatmenggunakan metode ekstraksi super kritikal,pada senyawa bioaktif mengandung bahanpangan ( protein, karbohidrat, lemak) danvitamin serta antibakteri dapat menggunakanmetoda ekstraksi dengan pelarut, asatpelarutnya tidak berbahaya bagi kesehatan.

Mikroalga mengandung senyawa protein,karbohidrat dan lemak, ketiga senyawa inimerupakan senyawa yang dibutuhkan manusiauntuk menjaga kesehatannya, sehinggamikroalga berpotensi untuk dikembangkanmenjadi sumber pangan. Menurut Nur (2014),keunggulan mikroalga dari tanaman, adalahproduktifitasnya tinggi dan kandungan protein,lemak dan karbohidrat lebih tinggi dari tanaman.Sehingga apabila dikembangkan dalamproduksi massal akan mempunyai prospek yangbaik untuk industri pangan.

Mikroalga mengandung senyawaantioksidan. Pada saat ini antioksidan alamimasih terbatas dan di Indonesia kebanyakanproduk antioksidan alami yang terdapat dipasaran masih impor. Pada umumnyamenggunakan antioksidan sintetis, tapi padaakhir-akhir ini, hasil penelitian menunjukkanbahwa antioksidan sintetis dapat bersifatkarsinogen, sehingga dianjurkan untukmengurangi pemakaiannya dan menggunakan

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 25: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 122-130 128

antioksidan alami. Mikroalga mengandungantioksidan yang cukup tinggi (Simon 1997),sehingga dapat digunakan untuk industrikosmetik sebagai bahan aktif untuk mengurangipenuaan dini, menjaga elasitas kulit, menjagakesehatan kulit dari pengaruh radikal bebasyang terdapat dilingkungan. Untuk industrifarmasi dapat digunakan untuk bahan sediaanobat yang berfungsi untuk mengurangi hipertensi,penyakit jantung dan anti kanker. Pada bahanpangan antioksidan dapat berfungsi untukmemperlambat proses oksidasi, sehingga bahanpangan yang mengandung lemak tidak cepatkadaluarsa ( Hermani 2004).

Mikroalga mengandung senyawaantibakteri alami. Bahan anti bakteri alami jugaterdapat pada tumbuhan, misalnya daun sirih,kunyit, lengkuas, cengkeh, bawang putih, dll.Kekurangan antibakteri alami dari tanaman,adalah menghasilkan bau yang khas, inidikarenakan tanaman tersebut mengandungminyak atsiri. Hal ini yang menyebabkansebagian masyarakat tidak menyukai bau khastersebut. Hal ini yang menyebabkan kurangdiminatinya antibakteri alami dari tumbuhan.Bahan antibakteri juga terdapat di bahan mineral,contohnya seng oksida, titanium oksida (SitiAgustina 2008). Pada industri kosmetik danfarmasi sebagian besar menggunakan bahansediaan yang berfungsi sebagai antibakteriadalah seng oksida atau titanium oksida karenaaktivitas antibakterinya stabil dan terukur.Menurut Yudha (2008) mikroalga berpotensiuntuk dikembangkan menjadi bahan sediaanantibakteri alami, karena aktivitas antibakteripada mikroalga cukup tinggi dan tidakmempunyai bau yang khas, sehingga dapatdigunakan untuk berbagai produk. Hal yangperlu dilakukan penelitian meningkatkankestabilan aktivitas antibakteri, sehingga dapatdigunakan dalam waktu yang relatif lama.

Mikroalga mengandung senyawa vitaminyang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkansebagai suplemen (pangan fungsional). Fungsisuplemen adalah untuk membantumeningkatkan metabolisme pada tubuh manusia,sehingga vitamin merupakan bahan yang cukuppenting untuk tubuh manusia (Nur 2015). Dalammencukupi kebutuhan akan vitamin, biasanya

dianjurkan untuk menambahkan asupan makansayur-sayuran dan buah-buahan. Dapat jugaditambahkan vitamin sintetis, yang berasal dariproses kimia. Pada saat ini kebutuhan akanvitamin didalam negeri masih impor.

Mikroalga mengandung pigmen (bahanberwarna), diantaranya adalah fikosianin,betakarotin dan klorofil. Pigmen merupakanbahan yang dapat digunakan untuk berbagaikeperluan, misalnya untuk kosmetik, pangan,farmasi. Pada industri kosmetik, warnamerupakan bahan yang penting. Pada saat inibahan pewarna digunakan adalah bahanpewarna yang berasal dari mineral, misalnyauntuk warna merah, maka digunakan besistearat. Sehingga kebanyakan bahan kosmetikmengandung logam berat, yaitu berasal daribahan pewarna. Kelebihan bahan pewarnamineral adalah mempunyai kestabilan warnayang cukup baik, sedangkan bahan pewarnaalami mempunyai keterbatasan waktu untukkestabilan warna. Pada industri pangan, bahanpewarna dapat berasal dari bahan baku panganitu sendiri atau dapat ditambahkan dari luar.Bahan yang ditambahkan biasanya bahanpewarna alami, seperti bahan pewarna yangterdapat pada mikroalga. Pada industri farmasi,bahan pewarna yang ditambahkan adalah bahanpewarna alami. Penggunaan bahan pewarnabertujuan untuk memberi ciri khas pada obat-obatan yang diproduksi dan untuk memberi dayatarik tersendiri bagi konsumen (Fretes et al.2012).

Berdasarkan banyaknya kandungansenyawa bioaktif yang terdapat di dalammikroalga dan potensi pengembangbiakanmikroalga, sebaiknya pengembangan mikroalgaditingkatkan dalam skala besar atau skalaproduksi di Industri. Teknologi ekstraksi yangdigunakan sebaiknya menggunakan teknologikimia hijau, sehingga akan bersifat ramahlingkungan dan berkelanjutan (Agustina 2015).

Pada saat ini dalam memenuhi kebutuhanbahan kimia adi (fine chemical) dilakukan impordari negara lain, diharapkan denganpengembangan mikroalga skala besar dapatmensubsitusi kebutuhan bahan kimia adi (finechemical) di dalam negeri.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 26: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Kimia Adi …………………………Siti A & Sidik H. 129

KESIMPULAN

Perairan Indonesia merupakan tempatyang baik untuk perkembangan mikroalga.Mikroalga mempunyai kandungan senyawabioaktif, diantaranya adalah senyawa bahanvitamin, antioksidan, anti bakteri, ,pigmen.Senyawa bioaktif ini termasuk dalam kategoribahan fine chemical yang sangat dibutuhkanoleh manusia.

Pada saat ini dalam memenuhikebutuhan bahan fine chemical masih impor darinegara lain. Padahal potensi bahan bakudidalam negeri cukup banyak. Dalam rangkanmemenuhi kebutuhan bahan fine chemicaldalam negeri dilakukan pengembanganmikroalga. Pengembangan mikroalga dapatdilakukan untuk skala yang lebih besar, denganmenggunakan tahapan sebagai berikut :peningkatan proses perkembang biakanmikroalga (kultivasi) untuk mikroalga yangmempunyai nilai tinggi (komersil), penangananpasca panen untuk mendapatkan biomassamikroalga yang berkualitas, peningkatan prosesekstraksi untuk mendapatkan senyawa bioaktifyang terkandung didalam mikroalga.

Dalam penanganan produk hilir dilakukanproses formulasi senyawa bioaktif sesuaidengan karakteristik produk yang diharapkan.Bahan biokatif mikroalga dapat digunakan untukmemenuhi kebutuhan industri pangan, industrikosmetik dan industri farmasi. Pengembangansenyawa bioaktif mikroalga akan dapatmensubstitusi bahan fine chemical impor.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. 2015. Rekayasa proses sintesanana seng oksida dari hasil sampingindustri galvanis sebagai bionanokomposit.Disertasi. Program studi Teknologi Industripertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.IPB. Bogor. Bogor.

Agustina, S. 2015. Teknologi kimia hijau untukmenghasilkan fitokimia. Portal. Mediailmiah bidang kimia dan kemasan. Vol 2.

Becker, E. W. 1994. Microalgae Biotechnologyand Microbiology. USA: CambridgeUniversity Press.

Durmaz, Y. 2007 Vitamin E (α-tocopherol)production by marine microalgaeeNannochloropsis oculata(Eustigmatophyceae) in nitrogen limitation.Aquaculture Vol : 272

Fasya AG, khamidah, Amaliyah s, Khairul SB,Romaidi. 2013. Uji aktivitas antibakteri

esktrak methano mikroalga Chlorella sp.Hasil kultivasi dalam Medium EkstrakTauge (MET) pada tiap fase pertumbuhan.Alchemy Vol 2 (3).

Firdhiani F,Agustini TW, Ma’ruf WF. 2015.Ekstraksi senyawa bioaktif sebagaiantioksidan alami Spirulina Plantasissegar dengan pelarut yang berbeda.JPHPI Vol 18 (1).

Fithriani D, Amini S, Melanie S, Susilowati R.2015. Uji fitokimia kandungan total fenoldan aktivitas antioksidan mikroalgaSpirulina sp, Chlorella sp, danNannochlorosis sp. JPB kelautan danperikanan . Vol 10 no 1.

Hadiyanto, A. M. 2012. Mikroba sumber pangandan energi masa depan. Edisi pertama.Semarang: Undip Press.

Hermani, M.R. 2004. Tanaman berkhasiatantioksidan. Bogor: Penebar swadaya.

Kadam, S.U., B.K.Tiwari, L.P. O’Donnell. 2013.Application of Novel extractiontechnologies for bioactives from marinealgae. Journal of agricultural and foodchemistry Vol 61.

Kumala sari, D., A.G. Fasya, T.K. Adi, A.maunarin. 2014. Uji aktivitas antibakteriasam lemak hasil hidrolisis minyakmikroalga Chlorella sp. Alchemy Vol 3( 2).

Maligan, J.M., A.P. Mardhini, W.D.K.Putri. 2015.Analisis senyawa bioaktif ekstrakmikroalga laut traselmischuiil sebagaisumber antioksidan alami. Jurnal Rekapangan Vol 9 (2).

Melanie, S., D. fitriani. 2015. Rendemen minyakdari mikroalga Spirulina sp dan Chlorellasp dengan teknik pemecahan dinding sel.Widyariset, Vol 1(1).

Nur, M.M.A. 2015. Potensi mikroalga sebagaisumber pangan fungsional di Indonesia(overview). Energi vol XI (2): 1410-394X

Moraes, C.C., L. Sala, Cerveira, G.P. & Kalil, S.J.(2011). C-phycocyanin extraction fromSpirulina platensis wet biomass. BrazilianJournal of Chemical Engineering.

Olson, J. A., Krinsky, N.I. 1995. Introduction: Thecolorful, fascinating world of thecarotenoids: Important physiologicmodulators. FASEB Journal Vol.9

Panggabean, L.M.G. 1998. Microalgae: alternatifpangan dan bahan industri di masamendatang. Oseana 23 (1): 19-26.

Plaza, M., S. Santoyo, L. Jaime, G.O.B. Renia,M. Herrero, F.J Senorans, E. Ibanez. 2010.Screening for bioactive compound from

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 27: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 122-130 130

algae. Journal of pharmacetiucal andbiomedical analysis. Vol 51.

Prakash, S., Bhimba, B.V. 2004. Pharmaceuticaldevelopment of novel microalgaelcomounds for Mdr Mycobacteriumtuberculosis. Natural product radiance, Vol.4 (4)

Rocha, G.J.M.S., J.E.C. Garcia, M.H.F.Henriques, 2003. Growth aspects of themarine microalga Nannochloropsis.Biomolecular Engineering.

Simon, D., Helluel. 1997. Extraction andqualification of Chloroppyl A from freshwater green algae. Eat Res. Vol 32 (7).

Tamat, S.R, T. Wikanta, L.S, Maulina. 2007.Aktivitas antioksidan dan toksisitassenyawa bioaktif dari ekstrak rumput lauthijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal IlmuKefarmasian Indonesia 5(1):31-36.

Tjahyo W, Ernawati L, Hanung S.. (2002).Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton.Direktorat Jendral Perikanan BudidayaDepartemen Kelautan dan Perikanan:Proyek Pengembangan PerekayasaanEkologi Balai Budaya Laut Lampung.

Wargadalam, V. J. 2011. Indonesia`s AlgaeBased Biofuel Potentials. Presentation atAPEC workshop on Algal Biofuels SanFrancisco, 12 September 2011.http://www.egnret.ewg.apec.org/workshops/AlgalBiofuels/Verina%20Wargadalam.pdf . ( Accessed 10 Juli 2016).

Yudha AP. 2008. Senyawa antibakteri darimikroalga Dunaillea sp pada umur panenyang berbeda. Tesis. Program studiTeknologi Hasilv Perikanan. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 28: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Improvement Awareness on Chemical …………………………Irma R. & Eva O. 131

IMPROVEMENT OF AWARENESS ON CHEMICAL SECURITY ANDSAFETY IN CENTER FOR CHEMICAL AND PACKAGING

(PENINGKATAN KEPEDULIAN TERHADAP KESELAMATAN DAN KEMANAN BAHANKIMIA DI BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN)

Irma Rumondang and Eva Oktarina

Center for Chemical and Packaging, Jakarta, Indonesia

Email : [email protected]

Received: 1 November 2016 ; revised: 21 November 2016 ; accepted: 5 Desember 2016

ABSTRACT

Center for Chemical and Packaging (CCP) is an Indonesian research center with an expertise in chemical area.Despite of its advance experience dealing with chemical issue, CCP has a major problem to be adressed that is lackof awareness on chemical security and safety. A previous report from CCP team revealed that lack of awarenessamong analysists, researchers, and regulator is due to poor knowledge and capacity on safety and security as acrucial aspect in workplace environment. Therefore, It is important for CCP to raise awareness of chemical safety andsecurity for their management level by conducting Security Vulnerability Assessment (SVA) as an addition forprevious assessment on technical level: Hazard & Risk Management (H&RM) and Job Safety Analysis (JSA). SVAwas conducted by installing keyless door lock, relocating its storage or transfer area to a more secure and hiddenlocation, and conducting training for staff. Meanwhile, H&RM methodology was conducted by providing training forCCP’s staffs regarding safety conditions and factors, as an addition to design of risk mapping with hazard sign andsafety laboratory equipment. JSA methodology was manifested into JSA compilation that reflects risk evaluation,appropriate control measures, and mitigation plan.

Keywords: Chemical security and safety, SVA, H&RM, JSA

ABSTRAK

Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) adalah lembaga penelitian yang ada di Indonesia dengan kompetensidibidang kimia. Sekalipun sudah berpengalaman bekerja dengan bahan kimia, BBKK tetap memiliki masalah utamayang perlu diperhatikan terhadap kurangnya kesadaran akan keamanan dan keselamatan bahan kimia.Laporansebelumnya dari tim BBKK menemukan bahwa kurangnya kesadaran dari para analis, peneliti, dan manajemenadalah karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap keselamatan dan keamanan sebagai aspek kritisdi lingkungan kerja mereka. Karena itu, sangatlah penting bagi BBKK untuk meningkatkan kepedulian terhadapkeselamatan dan keamanan bahan kimia untuk tingkat manajemen melalui pelaksanaan Security VulnerabilityAssessment (SVA) sebagai assesmen awal yang kemudian dilanjutkan pada bagian teknis : manajemen resiko &bahaya dan Job Safety Analysis (JSA). SVA telah dilaksanakan melalui pemasangan pintu tanpa kunci manual,merelokasi gudang bahan kimia atau memindahkan bahan kimia ke daerah yang tidak terlihat oleh pihak luar, danmelaksanakan pelatihan kepada staf. Sementara itu, manajemen bahaya dan resiko telah dilaksanakan denganmelaksanakan pelatihan untuk staf BBKK diantaranya mengenai pengenalan kondisi dan faktor keselamatan bahankimia, memetakan resiko dengan menggunakan tanda bahaya dan peralatan keselamatan yang diperlukan.Metodologi JSA adalah manifestasi dari kumpulan analisis terhadap keselamatan pekerjaan yang menunjukkanevaluasi dari resiko, mengendalikan langkah-langkah dari pekerjaan dan rencana mengurangi bahaya.

Keywords: Keselamatan dan keamanan bahan kimia, SVA, manajemen bahaya & resiko, JSA

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 29: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 131-138 132

INTRODUCTION

In may 2014, Indonesian Minister of StateSecretariat gave recommendation to CoordinatingMinistry for Human Development and Cultureregarding the importance of safety and security inworkplace. As part of the recommendation,Ministry of Industry was appointed to takeresponsibility in assisting the implementation ofsafety and security in workplace for Small andMedium Enterprise (SME), and all laboratoriesunder the Ministry of Industry. This responsibilityexclude big enterprise industries as they havealready implemented ISO 18001.

CCP is a research center underIndonesian Ministry of Industry which employs 170staff. It has 6 buildings on a 4,000 hectare area inEast Jakarta. It also has some facilities to supporttheir activities: analytic laboratory, chemicalresearch laboratory, transport/physic laboratory,environmental analysis laboratory, packagingresearch laboratory, warehouse, and test house.Chemical samples have been used intensively inCCP’s laboratory for testing and research purpose.Its intensive use of chemical samples may causedanger as some chemical samples stored inlaboratory have potential to cause fires, explosions,and toxic release (Phifer 2007). In addition, misuseof chemical, lack of knowledge on potential hazardand/or toxic chemical, inappropriate chemicalmanagement, and poor information sharing maylead to accidents and serious threats.

Some potential risks in chemical facilityinclude fatality, chemical burns or irritation,inflammation, fires, and inhalation (Legget, 2012).An example for this is an accident that washappened in CCP’s laboratory due to a flask wasplaced too close to electrical outlet and triggeredthe chemical solution to burst out, causing ananalyst being suffered from skin irritation.

Other potential threats in chemical facilityinclude loss of containment, sabotage, theft, fraud,product contamination, vandalism or fires bytrespassers, chemical theft for ilegal drugsmanufacture (thieves probably left the valves open,causing chemical release), employees’ intimidation,bomb threats, drug crime in workplace, theft ofconfidential information, product tampering, ‘handsoff’ threat such as cutting off electricity, telephone,computer network, or contaminating or cut offwater and creation of destructive or hazardous

conditions through modification of fail-safemechanism or tampering with valves (done inperson or electronically from a distance) (Baker2015, Jonston 2015 and Garcia 2001). Somechemicals such as potassium hidroxyde,potassium aluminium sulfate, potassiumpermanganate, and precursors were stolen fromCCP. This experience becomes a warning for CCPto improve their awareness on chemical safety andsecurity due to CCP’s position as a referencelaboratory for calcium carbide testing in 2016.Calcium carbide is a dual use chemical that can beused as fruit ripening and as a bomb detonator. Inshort, threats against chemical assets or facilitiesmay cause greater consequences for thecommunity rather than threat to some otherindustries. This is due to the location of CCP is ina densely populated area.

In order to provide preventive andminimization measures of chemical accidents andthreats in CCP, an analysis of the major cause ofchemical accidents and threats is necessary. Areport from CCP’s safety team revealed that lackof awareness among analysists, researchers, andregulator is due to poor knowledge and capacityon safety and security as a crucial aspect inworkplace environment. Most CCP’s staff has noprofound understanding on how to analyze therisks and prevent chemical accidents. Therefore, Itis important to raise awareness of chemical safetyand security through Security VulnerabilityAssessment (SVA) in managerial level, Hazardand Risk Management (H&RM) and Job SafetyAnalysis (JSA) in technical level.

METHOD

The improvement described by anintegration method can be found in Figure 1.CCP’s safety team was formed in 2014,collaborated with OHSAS UI as instructor. SVAwas applied together with SVA design of AmericanChemical Society (ACS) for laboratories and smallchemical facilities. It was conducted by Head ofAdministrative, Laboratory Manager Techique, andLaboratory Coordinator. H & RM was performed incapacity buildings for all laboratories by CCP’sChemical Security and Safety team. Meanwhile,JSA was employed together with JSA table andrisk control hierarchy by Laboratory Coordinator

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 30: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Improvement Awareness on Chemical …………………………Irma R. & Eva O. 133

and Analysts. A descriptive (case study) methodwas used in this research.

Hazard and Risk Mapping

Capacity building

Hazard and threat identificationHazard classification

Hazard and risk mapping

Security Vulnerability Assessment

Threat IdentificationAssessment

Screening- Chemical hazard examination- Facility Physical examination

Mitigation

Improvement of Awareness onChemical Security and Safety

Characterization of facility

What if Analysis

Job Safety Analysis

JSA table

Risk control hierarchy

Risk assessment

Figure 1. Diagram method of Awareness Improvement

DISCUSSION

Security vulnerability assessment (sva)American Chemicals Society (ACS) define

SVA as a systematic evaluation process in whichqualitative and quantitative techniques are appliedto detect vulnerabilities and to arrive at an effectivelevel for a security system to protect spesifictargets from specific adversaries and their acts(Society 2015). SVA by ACS also contains threatassessment which involves identification andcharacteristic of potential threat to facility (Jager2003 and Stickles 2003).

CCP’s security and safety team wasconducting site survey by examining physicalfacility to determine and verify critical processpoint (Jaeger 2002). Risk analysis was performedaccording to the SVA by ACS. The SVA by ACS ischecklist notes that include a review of informationabout the facility hazardous materials conditions(storage location, material handling system, wastestorage and processing system, container);infrastructure condition (power lines and

equipment, utilities, all entrance or exits,production equipment, storage tank/vessels/pits,process control system, telephone and data lines,water supply, backup power system, vehicles,surrounding properties, sprinkler systems); andsecurity system (security cameras, intrusiondetection, employee/student identification, visitoridentification/access, perimeter fencing, lighting,maintenance areas, public/private roads, raillines/sidings); response systems (personnelresponsibilities and training, responseequipment/storage locations, personnel protectionequipment and supplies, arrangements withoutside agencies, automatic alarms/monitoring,emergency communication system and backup);evacuation procedure and alternates; worst casescenarios/drills (a terrorist attack employee orstudent violence or sabotage, vandalism, violentweather, seismic disturbance, climatic condition,flooding, power failure, and fire) (Garcia 2001).

The first step of SVA is to screen COI-DHS (Jaeger 2002) chemical list of the agent andto identify which one is being the potential interestfor terrorists or vandals. Some chemicals areknown as dual-use or multiple-use types, whichmeans that those chemicals are not only useful forscientific purpose but may also endanger human.The US Department of Homeland Security hasreleased CFR (Chemical Facility Anti-TerrorismStandards) part 7 about Chemical of interest (COI)terms (DoH Security 2007). It includes USDepartment of State’s Chemical WeaponConvention (CWC) list, chemical that could bestolen, diverted, or used directly as Weapons ofMass Effect (WME): Theft/Diversion-Explosives(EXP)/ Improvised Explosive Device Precursors(IEDP) and high acute toxic chemicals in DHS (aCommercial Grade/ ACG). The result fromscreening phase is shown in table 1. Chemical’stheft in CCP will cause a significant impact onnational security and its neighborhood. Fortunately,CCP has a hidden chemical storage to protectchemical from public especially regardingchemical’s nature and quantities.

SVA table analysis depicts security andsafety aspect of laboratory by marking theprepared and unprepared SVA points. Thepercentage of prepared and unprepared SVApoints in CCP is 57% and 43%, respectively.Therefore, CCP try to fulfill all the SVA points by

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 31: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 131-138 134

improving the implementation if savety andsecurity.

Tabel 1. DHS Chemicals list that has existed on CCPNo Chemical CAS1 Chloroform 67-66-32 Formaldehyde 50-00-03 Hydrochloric acid 7647-01-04 Hydrofluoric acid 7664-39-35 Hydrogen bromide 10035-10-66 Hydrogen peroxide 7722-84-17 Nitric acid 7697-37-28 Nitrobenzene 98-95-39 Potassium nitrate 7757-79-1

10 Potassium permanganate 7722-64-711 Ammonium nitrate 6484-52-212 Potassium cyanide 151-50-813 Triethanolamine 102-71-614 N-butyl acetate 123-86-4

Improvements and mitigations were takenin the unprepared points, including chemicalstorage arrangement (see Figure 2.a), card lock

identification, CCTV installation, and wastelabelling. Prior to this process, CCP has conductedcapacity building for their staffs (analysts,researchers, and regulators).

Re-arrangement of chemical storages (seeFigure 2.b) was taken in order to minimizepotential hazard (mitigation) caused by minorearthquake by equipping all chemical storageshelves with horizontal bars to keep them in place.Chemical was stored with other compatiblechemicals and separated by appropriate distancesfrom incompatible chemicals. By segregatingchemicals according to their hazard classification,an improved storage will be achieved (Palabrica2000). Flammables were stored in a woodenflammable materials cabinet coated with flameretardant paint. All stong bases were stored incorrosive chemicals cabinet coated with corrosion-resistant material. Fuming chemicals were storedin cabinet equipped with blower. The ventilated-storage system implemeted in CCP was able to

Before the implementation of chemicalsafety and security

After the implementation of chemicalsafety and security

Office stationary and chemicals werestored in same shelves and samestorage room

Office stationary and chemicals wereseparated in different storage room

The chemicals were stored on shelvesbased on its alphabet

Chemicals were saved based on its GHSlabel

(a) (b)Figure 2. The rearrangement of chemical storage

Stationaryoffice

Chemicals

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 32: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Improvement Awareness on Chemical …………………………Irma R. & Eva O. 135

reduce odors in chemical storage.Identification card lock units were installed

in six doors of CCP’s building with access beinggranted to authorized staff only. CCTVs were fullyinstalled and operated for 24x7 hours. CCP hasfire extinguishers in every building and has a goodcoordination with Cijantung Fire Department inorder to prevent fire. Emergency numbers areavailable in telephone number list. Each building iscomplemented with exit route. Meanwhile, somepotential spots such as laboratory equipped withgas (oxygen, argon, nitrogen, and hydrogen) arelabelled with caution and hazard signs. CCP alsohas a secure perimeter fence supported by guards,security cameras, and lighting system operatingfor 24 hours.

Hazard and risk mapping

Hazard and risk mapping is the screeningprocess of potential hazard and risk in facilities’design and operation with aims to improvechemical safety and security (Marendaz 2013).The improvement in CCP was conducted throughcapacity building for all staffs regarding chemicalsafety and security. Capacity building was chosenbecause of its ability to improve awareness,augment staffs’ attitude towards chemical safetyand security, and equalize perception among staffregarding chemical safety and security (Jonston2003). Capacity building was conducted bycombining exercise, experimental study, andclassroom learning activity which becomes aneffective method in translating theoreticalknowledge into applied knowledge (Tsuji et all.2015 dan Kinoshita et all. 2015).

Capacity building activity includes riskidentification; hazard identification; accidentidentification; Personal Protective Equipment(PPE) and Safety Equipment PerformanceSpecification; Standard Operating Procedure(SOP); safety signs, including mandatory, warningand prohibition sign; Globally Harmonized System(GHS), including chemical label and Safety DataSheets (SDS). Each chemical has its own potentialhazard, thus chemicals and waste have to belabeled and identified based on its hazardousproperties (Ta et all. 2010). For chemicals, thehazard information was known as chemical labelsand Safety Data Sheets and the composition of it.Hazard identification on CCP is according to

Minister Industry regulation No. 23/M-IND/PER/4/2013. For chemical waste, the labelsalso indicate the source (e.g. dendrimer researchor bioethanol research), the laboratory (e.g.Laboratory of environment or laboratory ofchemical research), the researcher thatresponsible, and the date when the chemicalbecome waste.

(a)

(b)

Analyticalbalance

Analyticalbalance

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 33: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 131-138 136

(c)

(d)Figure 3. (a) drop test that potentially cause fallingobjects; (b) vibration test that potentially cause anoise hazard; (c) health hazard caused by thestacking test; (d) hazard and Risk Mapping in CCPPhysic Laboratory

Safety signs are placed in physics laboratorywhich has potential hazards and accidents. Thesesafety signs include mandatory signs: safetyprotective clothing, safety helmet and safetyfootwear; warning signs: hand hazard forcompression tests, high voltage equipment, hotsurface for stacking process and falling objects fordrop test; prohibition sign: no smoking sign and noeating & drinking sign. CCP team also builtStandard Operational Procedure (SOP) regardingchemical management in CCP as chemical systemsafety in chemical administration and in tracking ofchemical in CCP.

Job safety analysis

Job Safety Analysis (JSA) is a systematicand specific task identification method which aims

to evaluate the risks and determine appropriatecontrol measures and/or mitigation plan. Alllaboratory representatives were trained to analyzetheir highest risk tasks, describe their tasksgradually and identify hazards and risk in eachdivision. They are identifying and evaluatinghazards, risks, probabilities, consequences, risklevels and control by filling up JSA table. Risk levelwas acquired from risk assessment by estimatinganalysis and aggregation of consequence,vulnerability and threat [16]. JSA can help them toimprove work, review and/or design theinstructions in each laboratory. The control wastaken by implementing recommendation.

Protein analysis is an example of JSAimplementation in CCP. Protein analysis withhigher risk probability has been regularly held inCCP. The protein analysis was divided into three

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 34: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Improvement Awareness on Chemical …………………………Irma R. & Eva O. 137

steps: destruction, distillation, and titration(according to Indonesia National Standard2970:2015).

Risk or accidents may occur due toseveral factors including the unavailability of safetyand security procedure, SDS, PPE, first aid,emergency eyewash, and fire extinguisher. Themain cause of risk or accident is due to poorawareness on chemical safety and security.Therefore, these sustainable measures were takenin order to improve awareness on chemical safetyand security in CCP. Risk control andrecommendation is implementable through hazardelimination, hazard substitutions, engineeringcontrols, administrative control, and PPE.

Eliminating hazard can be done bychanging process in protein analysis that willremove hazards. However, protein analysis withKjedhal method cannot be eliminated. Therefore,the next step is substitution. Substitution can bedone by substituting toxic chemical with non toxicchemical, since there is no safer chemical thanchemical on protein analysis described above, thesubstitution cannot be done. If the hazard cannotbe eliminated and safer substitution cannot bedone, the next approach is engineering control.Engineering control such as using exhaustventilation has already been done in almost alllaboratories in CCP. Exhaust ventilation carriedaway the contaminants on the laboratories,therefore, It can reduce chemical (gas) hazard. Inorder to control other hazards, CCP hasconducted administration control which involveschanges in workplace policies and procedures. Italso includes warning alarms, labeling systems,reducing time of workers being exposed to hazard,and training.

Administration control in CCP wasimplemented through training on SVA, hazard andrisk mapping in addition to JSA. Administrationcontrol was also implemented through othermeasures, such as labeling system in chemicaland waste secondary container and 5S- seiri,seiton, seiso, seiketsu, and shitsuke. PPEimplementation of protein analysis process includefacilitation of hand gloves to handle heat andchemical, lab coat to protect analysts fromchemical splashes, mask to protect analyst’srespiratory tract during destruction process, fireextinguisher, emergency eyewash, and shower.CCP also equipped with face shield goggle or

safety glass, and foot protection for test houses forPPE in protein analysis process.

Integration methods were simplified intosafety and security training for effectiveness, andthen adopted by 5S team of Ministry of Industry in2015. In 2016, these methods were adopted into5S + 2S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, andshitsuke + safety and security) at Ministry ofIndustry. The 5S+2S team in Ministry of industrycreated a guidance of laboratory assessment forlaboratories and research facilities under Ministryof Industry. The 5S+2S assessment held once ayear. The assessment was used TechniqueGuidance of Workplace Environment 5S+2S onthe research unit under Ministry of Industry. Inaddition, 5S+2S team in Ministry of industry alsoconducts drill practice for security teams.

CONCLUSION

SVA methodology was manifested intoCCTV and keyless door lock installation, relocationof storage or transfer areas into hidden and securespot, in addition to CCP staffs’ training on securityvulnerability. Meanwhile, H&RM methodology wasmanifested into CCP staffs’ training on safetyconditions and factors, in addition to design of riskmapping with hazard sign and safety laboratoryequipment. JSA methodology was manifested intoJSA compilation reflecting risk evaluation,appropriate control measures and mitigation plan.This study helps CCP to improve awareness ofanalysts, researchers and regulators on chemicalsafety and security. Furthermore, as Ministry ofIndustry has several research institutions anduniversities that using chemicals intensively, thisarticle was expected to improve the awareness onchemical safety and security in those institutionsand universities.

ACKNOWLEDGEMENT

The authors would like to acknowledge thefinancial support from Chemical SecurityEngagement Programs (CSP) with MoU numberCSP-8649-13. The authors would like to expresstheir appreciation to Ministry of Industry Indonesiaand Occupational Health & Safety Department,University of Indonesia for the cooperation in thisstudy.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 35: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 131-138 138

REFERENCE

Baker, G.H. 2005. A Vulnerability AssessmentMethodology for Critical InfrastructureFacilities. [Online]. Available:http://www.jmu.edu/iiia/wm_library/Vulnerability_Facility_Assessment_05-07.pdf.(Accessed 26 October 2015).

Garcia, M.L. 2001.The design and Evaluation ofPhysical Protection System. United Statesof America: Elsevier.

Jaeger, C.D. 2002. Vulnerability AssessmentMethodology for Chemical Facilities (VAM-CF). Chemical Health and Safety vol.November/December: 15-19.

Jaeger, C.D. 2003. Chemical facility vulnerabilityassessment project. Journal of HazardousMaterials 104:207-213.

Jonston, R.G. and A. R. Garcia. 2003. EffectiveVulnerability Assessments for PhysicalSecurity Devices, Systems, and Programs,[Online]. Available: http://permalink.lanl.gov/object/tr?what=info:lanl-repo/lareport/LA-UR-02-5545. (Accessed 25 November2015).

Kinoshita. T., K. Tonokura, I. Shibata, E. Yamada;S. Murata, S. Matsumoto, M. Sawamura, H.Nakagawa, K. Morimoto and A. Koyama.2015. Management of Chemicals for Safetyand Education in Laboratory. Journal ofEnvironment and Safety 6(2): 81-84.

Leggett, D.J. 2012. Hazard identification and riskanalysis for the chemical researchlaboratory. Part 2. Risk analysis oflaboratory operations. Journal of ChemicalHealth and Safety, vol. September/October:25-36.

Marendaz.J.L., J. C. Suard and T. Meyer. 2013. Asystematic tool for Assessment andClassification of Hazards in Laboratories(ACHiL). Safety Science 53 : 168-176.

Moore. D.A., B. Fuller, M. Hazzan and J. W.Jones. 2007. Development of a securityvulnerability assessment process for theRAMCAP chemical sector. Journal ofHazardous Materials 142 : 689-694.

Palabrica. C.A. 2000. Ventilated storage cabinetsfor fine chemicals. Chemical Health andSafety, vol. January/February: 15-17.

Phifer. R.W. 2007. Security vulnerability analysisfor laboratories and small chemical

facilities. Journal of Chemical Health andSafety, vol. November/December : 12-14.

Security. D.O.H. 2007. Departement of HomelandSecutity. 20 November [Online]. Available:https://www.dhs.gov/xlibrary/assets/chemsec_appendixafinalrule.pdf. (Accessed 23March 2015).

Society. A.C., "Security vulnerability checklist foracademic and small chemical laboratoryfacilities. [Online]. Available: https://www.acs.org/content/dam/acsorg/about/governance/committees/chemicalsafety/publications/ security-vulnerability-checklist.pdf.(Accessed 3 March 2015).

Stickles. R.P. H. Ozog and S. Mohindra. 2003.Security Vulnerability Assessment (SVA)Revealed. ioMosaic Corporation, NewHamspire.

Ta. G.C. M. Mokhtar., A. M. Mokhtar, A. Ismail andM. A. Yazid. 2010. Analysis of theComprehensibility of Chemical HazardCommunication Tools at the IndustrialWorkplace. Industrial Health 48 :835-844.

Tsuji. Y, T. Mogi. T, Tobino and Y. Oshima. 2015.Toward a comprehensive, effective andconcrete program for environmental safetyeducation. Journal of Environment andSafety 6(2) : 75-78.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 36: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Pengaruh Ukuran Sel Dalam Uji Migrasi …………………………Bernadus S 139

PENGARUH UKURAN SEL DALAM UJI MIGRASI DENGANSIMULAN AIR SULING PADA KEMASAN PANGAN MULTILAYER

(INFLUENCE OF CELL SIZE ON MIGRATION TEST WITH SIMULANTS DISTILLEDWATER ON MULTILAYER FOOD PACKAGING)

Bernadus Sri Sumarjono

Balai Besar Kimia Dan Kemasan, Kementerian PerindustrianJl. Balai Kimia No.1 Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur

Email : [email protected]

Recived : 3 Oktober 2016; Reviced : 19 November 2016; Achieved: 30 November 2016

ABSTRAK

Percobaan verifikasi metoda uji migrasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran dan bahan selmempengaruhi hasil uji migrasi dengan menggunakan simulan air suling terhadap kemasan pangan multilayer.Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali berdasarkan gravimetri. Contoh kemasan dipotong sesuai ukuran luas sel(0,442 dm² dari bahan kaca dan 2,543 dm² dari bahan stainless steel), Selanjutnya ditambahkan air suling dandipanaskan pada suhu 121 °C selama 2 jam, kemudian diekstrak menggunakan kloroform. Faktor utama yangperlu diperhatian adalah cara mengoperasikan sel sehingga pada saat pemanasan tidak terjadi kebocoran yangberakibat sel kering. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ukuran luas sel dan jenis bahan sel tidakmempengaruhi hasil akhir uji migrasi, yang ditunjukan oleh hasil analisa yang sama terhadap kemasan panganmultilayer. Kondisi hasil verifikasi ini memberikan keuntungan terhadap analis dan laboratorium, denganmenggunakan ukuran sel yang besar dan bobot yang cukup tinggi tidak menuntut laboratorium mempunyailemari pengering dengan luas yang besar.

Kata kunci : Kemasan pangan multilayer, Uji migrasi, Verifikasi metoda.

ABSTRACT

Experiment of verification for method of migration test aimed to find out does the size of and materials of cellaffect the migration test results with simulants using distilled water to the multilayer food packaging. Experimentsperformed 10 times by gravimetry. Sample of packaging be cut coresponding size with cell area (0.442 dm² ofglass and 2.543 dm² of stainless steel). Furthermore distilled water is added and heated at 121°C for 2 hours,then extracted using chloroform. The main factors that need to be concerned is how to operate the cell so thatwhen the heating does not leak resulting dry cell. The experimental results show that the size of the cell area andtype of cell material does not affect the outcome of migration test, which is shown by the results of a similaranalysis of the multilayer food packaging. The condition of results of this verification provides benefits to theanalyst and the laboratory, using a large cell size and a high weight does not require laboratory has dryingcabinets with large areas.

Keywords: Multilayer food packaging, Migration test, Verification of methods.

PENDAHULUAN

Kemasan makanan seperti plastikataupun styrofoam bukan hanya sekedar saranapembungkus tetapi juga sebagai pelindung agarmakanan aman dikonsumsi. Kemasan makanan jugamempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,kemudahan, promosi, informasi, danpenyeragaman. Namun tidak semua kemasanmakanan aman bagi makanan yang dikemasnya.(Syarief et al.1989).

Bahan kemasan plastik memiliki daya kemasyang bagus sehingga daya simpan produk menjadilebih lama. Hal ini sangat dibutuhkan pada duniaindustri makanan. Bahan kemasan plastik dibuatmelalui proses polimerisasi. Selain plastik,styrofoam atau yang dikenal dengan plastik busajuga banyak digunakan terutama untuk makanancepat saji. Keunggulan plastik dan styrofoamadalah lebih praktis dan tahan lama, yang

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 37: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 139-144 140

merupakan daya tarik tersendiri bagi para produsen dankonsumen makanan untuk menggunakannya(Sulchan dan Endang 2007).

Dalam proses pembuatannya, kemasan dariplastik maupun styrofoam akan ditambahkan aditif untukmemperbaiki sifat-sifat fisika kimia kemasantersebut. Bahan aditif yang sengaja ditambahkanitu dikelompokkan sebagai komponen nonplastik. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurunviskositas, penyerap asam, pengurai peroksida,pelumas, peliat dan lain-lain (Sulchan danEndang 2007).

Pada kenyataannya kemasan dari bahanplastik juga memiliki beberapa kelemahan, sepertikemungkinan terjadinya migrasi zat monomer daribahanplastik ke dalam makanan, terutama jikamakanan tersebut tidak cocok dengan kemasanatau wadah penyimpannya. Dalam terminologipengemasan pangan, perpindahan bahankontaminan dari bahan pengemas ke dalamproduk disebut migrasi. Ada dua macam migrasiyaitu migrasi total dan migrasi spesifik. Migrasitotal adalah total masa yang bermigrasi dari kemasanke dalam makanan atau simulan pangan pada kondisitertentu. Sedangkan migrasi spesifik adalah zatteridentifikasi yang bermigrasi dari kemasan ke dalammakanan atau simulan pangan (Syarief et al.1989 dan Warsiki 2009).

Pada makanan yang dikemas dalam kemasanplastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah100 % (terutama jika plastik yang digunakan tidak cocokdengan jenis makanan-nya). Migrasi monomerterjadi karena dipengaruhi oleh suhu makananatau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakintinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yangdapat bermigrasi ke dalam makanan. Semakinlama kontak antara makanan tersebut dengankemasan plastik, jumlah monomer yangbermigrasi dapat makin tinggi (Sulchan danEndang 2007).

Pengertian PengaruhPengaruh adalah suatu daya yang dapat

membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.Adapun menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (2002:849) disebutkan bahwapengaruh adalah daya yang ada atau timbul darisesuatu (orang, benda) yang ikut membentukwatak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.Untuk mengetahui tingkat pengaruh secarakuantitatif antara ukuran sel dengan hasil ujimigrasi, instrumen yang digunakan adalahstatistik uji korelasi (r) dan uji t; karena dengandiketahui besarnya nilai r maupun nilai t hitungserta t tabel, maka dapat disimpulkan adatidaknya pengaruh tersebut.

MigrasiMigrasi merupakan salah satu mekanisme

yang digunakan untuk menjelaskan interaksi antarakemasan dengan produk terkemas. Walaupun migrasidapat pula berasal dari bahan pangan ke dalamkemasan, tetapi yang lebih dikhawatirkan adalahmigrasi dari bahan kemasan ke dalam pangan(Pratiwi 2010). Menurut Budiawan (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi proses migrasi,antara lain jenis dan konsentrasi bahan kimiayang terkandung dalam kemasan, sifat alamiahpangan atau pilihan larutan simulan pangandisertai kondisi saat terjadi kontak (suhu dan lamakontak), ketebalan kemasan, dan sifat intrinsik bahankemasan (inert atau tidak).

Potensi migrasi meningkat seiring denganmeningkatnya lama kontak, suhu kontak, danluas permukaan kontak, semakin tinggikonsentrasi komponen aditif dalam bahankemasan, dan adanya bahan pangan yangagresif. Potensi migrasi menurun bila bahankemasan berbobot molekul tinggi, kontak antarapangan dan kemasan tidak langsung atau kering,daya difusi bahan kemasan rendah (inert), dan adanyalapisanpembatas yang inert (Pratiwi 2010).

Dalam buku Pedoman Uji migrasi yangdikeluarkan oleh BPOM menyebutkan bahwamenurut aturan Uni Eropa (EU) batas migrasimenjadi dua yaitu batas migrasi total dan batasmigrasi spesifik. Batas migrasi total adalahperpindahan seluruh zat yang berpindah dari kemasanke dalam pangan dalam simulan tertentu sesuai jenisatau tipe pangan dengan batas maksimalsebesar 60 mg/kg pangan. Sementara batasmigrasi spesifik adalah jumlah maksimum suatu zatspesifik yang diperbolehkan berpindah dari suatu FoodContact Substances (FCS) dari kemasan ke dalampangan dan dipresentasikan sebagai perpindahansenyawa spesifik FCS tersebut ke dalamsimulan pangan (BIN 2002).

Simulan air sulingAir suling (akuades) merupakan simulan

yang paling sederhana, karena bahan yangdigunakan adalah air destilasi yang dapatmenggantikan air pada umumnya yangdigunakan oleh kebanyakan orang dalamkonsumsi sehari-hari. Air suling yang digunakandalam percobaan ini adalah air yang disulingsekali dan bukan air dua kali suling (akuabides).Hal ini dilakukan agar tidak terlalu berbedadengan yang umumnya digunakan olehmasyarakat, sehingga hasil migrasi yangdiperoleh akan lebih mendekati dengan yangsebenarnya apabila digunakan air konsumsiseperti air sumur ataupun air dari PerusahaanAir Minum (PAM).

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 38: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Pengaruh Ukuran Sel Dalam Uji Migrasi …………………………Bernadus S 141

EU membagi penggunaan simulanpangan menjadi empat bagian, yaitu air destilasiuntuk pangan berair (pH>4,5); asam asetat 3 %untuk pangan asam (pH<4,5); etanol 10 % untukpangan beralkohol; dan minyak zaitun rectified, campurantrigliserida sintetis, minyak bunga matahari, atau minyakjagung untuk pangan berlemak. EU menyarankanpenggunaan simulan pengganti yang meliputi isooktana,etanol 95%, dan polifenilena oksida termodifikasi untukpangan berlemak, jika penggunaan simulansebelumnya kurang sesuai. EUmerekomendasikan pula penggunaan simulanuntuk pangan yang lebih spesifik, misalnya untuk ikansegar, asin, asap, pedas, dalam bentuk pastamenggunakan simulan air destilasi dan minyak zaitunrectified, campuran trigliserida sintetis, minyakbunga matahari, atau minyak jagung, dansebagainya (McCort-Tipton and Pesselman,1999).

Peraturan Kepala Badan POM No.HK.00.05.55.6497 tanggal 20 Agustus 2007mengatur penggunaan simulan pangan berdasarkan jenispangan dan kondisi proses pengolahan sertapenyimpanan pangan yang dikemas.Penggunaan simulan pangan untuk plastik meliputiair, heptana, dan alkohol 8 % yang bervariasi suhu danwaktu perendamannya tergantung tiga faktor diatas (BPOM 2007a).

Mengacu pada peraturan dari Uni Eropa dalam82/711/EEC untuk berbagai tipe pangan dan simulanpangan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tipe Pangan dan Simulan Pangan menurutUni Eropa (Mc. Cort-Tipton and Pesselman,1999).

Tipepangan

Simulan pangan Singkatan

Panganberair (pH >4.5)

Air destilasi atau airlain yang serupa

Simulan A

Panganasam (pH <4.5)

Asam asetat 3%(w/v)

Simulan B

Panganberalkohol

Etanol 10%, disesuaikandengan kandunganalkohol sebenarnyadari pangan tersebutjika melebihi 10%(v/v)

Simulan C

Panganberlemak

Simulan panganberlemak

Simulan D

Pangankering

Tidak ada Tidak ada

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwassimulan pangan dibagi ke dalam 3 kelas, yangsangat mempengaruhi keberlangsungan migrasi.Kelas 1 (simulan A) migrasi tidak terjadi daribahan kemasan ke simulan pangan. Sedangkan

kelas 2 (simulan B dan C) migrasi terjadi secaraindependen tanpa dikendalikan oleh simulan pangandan akan mencapai kondisi stady state dimanatercapai kesetimbangan zat yang bermigrasi darikemasan ke simulan pangan. Kelas 3 (simulan D) migrasiterjadi akibat adanya kendali dari simulan pangan yangmenyebabkan migrasi terjadi secara cepat dalam waktusingkat (BPOM 2007a).

Kemasan PanganKemasan menurut Undang-undang (UU) No. 7

Tahun 1996 Bab 1 Pasal 1 tentang Pangan yangdimaksud dengan kemasan adalah bahan yangdigunakan untuk mewadahi dan atau membungkuspangan, baik yang bersentuhan langsung dengan panganmaupun tidak (BPOM 2007a). Dalam industri pangan,kemasan mempunyai peranan yang sangat penting;karena dapat berfungsi antara lain untuk melindungiproduk terhadap pengaruh cuaca, sinar matahari,benturan, kotoran, dan lain-lain, menarikperhatian konsumen, memudahkan distribusi,penyimpanan, dan pemajangan, tempatpenempelan label yang berisi informasi tentang namaproduk, komposisi bahan, isi bersih, nama dan alamatprodusen/importir, nomor pendaftaran, kodeproduksi, tanggal kadaluarsa, petunjukpenggunaan, informasi nilai gizi, tanda halal, serta klaimatau pernyataan khusus (BPOM 2007a).

Menurut Peraturan Kepala Badan POM RINo 00.05.55.6497/2007 tentang BahanKemasan Pangan, jenis bahan kemasan terdiridari plastik (termasuk varnishes dan coating),selulosa terregenerasikan (regeneratedcellulose), elastomer dan karet, kertas dan karton,keramik, kaca/gelas, logam dan paduan logam (alloy),kayu/ gabus, produk tekstil, lilin parafin, dan mikrokristal.Masing-masing jenis bahan pengemas ini memilikikeunggulan untuk jenis pangan tertentu (BPOM2007a).

Di antara berbagai jenis bahan kemasan panganyang dikenal, plastik menempati porsi terbesar.Kemudahan dibentuk, fleksibilitas yang tinggi,dan tampilan yang menarik dengan aneka warnacetakan merupakan sejumlah alasan plastik lebihdominan dibandingkan bahan kemasan lain dalambeberapa dekade terakhir. Bahan kemasan plastikberupa polietilen (PE), polipropilen (PP),poliester (PET, PEN, PC), ionomer, etilen vinilasetat (EVA), poliamida (PA), polyvynil chloride(PVC), poliviniliden klorida (PVdC), polistiren(PS), stiren butadiena (SB), akrilonitril butadienastirena (ABS), etilen vinil alkohol (EVOH),polimetil pentena (TPX), polimer tinggi nitril(HNP), fluoropolimer (PCTFE/PTFE), materiberbasis selulosa, dan polivinil asetat (PVA)(Sulchan dan Endang 2007).

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 39: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 139-144 142

Kemasan pangan multilayer merupakanjenis kemasan komposit yang terdiri daribeberapa jenis kemasan seperti kertas, plastikdan/atau logam; sehingga kekuatan jeniskemasan ini akan lebih bagus dibandingkandengan kemasan yang hanya terdiri dari satujenis kemasan (Sulchan dan Endang 2007).

BAHAN DAN METODA

Bahan dan PeralatanUntuk kepentingan pengujian migrasi

kemasan pangan jenis multilayer dengansimulan air suling dalam rangka pembuktian adatidaknya pengaruh ukuran sel, bahan-bahanyang penulis gunakan adalah kemasanmultilayer, Kloroform, Air suling. Sedangkanperalatan yang digunakan adalah sel dari bahankaca dengan ukuran diameter 0,75 dm luas0,442 dm2 dan sel dari stainless steel berdiameter1,8 dm dengan luas 2,543 dm2. Selain juga neracaanalitis, gelas piala, gelas ukur, corong pemisah,oven, dan penangas air (BIN 2002).

MetodaProsedur analisa migrasi global yang

dilakukan adalah diawali dengan memotongcontoh sesuai ukuran luas sel untukdipasangkan sebagai contoh uji pada sel danditutup rapat sempurna. Kemudian masukkan airsuling ke sel dengan luas 0,442 dm2 sebanyak21 ml, sedangkan untuk sel dengan luas 2,543dm2 sebanyak 125 ml. Selanjutnya dioven padasuhu 121 °C selama 2 jam, kemudiandidinginkan serta segera pindahkan air sulingkedalam gelas piala. Selanjutnya diekstrakdengan 25 mL kloroform dalam labu kocok, lalupisahkan bagian kloroform ke dalam gelas pialayang telah diketahui bobotnya, kemudianekstrak kembali air suling dengan 25 ml

kloroform dalam labu kocok, lalu pisahkanbagian kloroform dan satukan dengan kloroformpertama dalam gelas piala. Selanjutnyadiuapkan kloroform diatas penangas air hinggakering serta keringkan dalam oven pada suhu105 °C selama 2 jam, selanjutnya didinginkandan timbang hingga bobot tetap (BIN 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan terhadapkemasan multilayer menggunakan dua sel denganukuran yang berbeda yaitu sel berdiameter 0,75 dmdengan luas 0,442 dm2 dan berdiameter 1,8 dmdengan luas 2,543 dm2 yang masing-masing 10kali, diperoleh data hasil percobaan yang tidakberbeda yaitu nol, seperti yang diperlihatkanpada tabel 2. Hal ini berarti bahwa ukuran danbahan sel pada dasarnya tidak mempengaruhihasil uji migrasi, karena perhitungan akhir darirangkaian pekerjaan adalah bobot (mg) residudibagi dengan luas permukaan contoh (dm2).Hal yang mungkin dapat menjadikan perbedaanhasil terutama karena terdapat kebocoran padasaat memasang sel, sehingga ada sebagiansimulan yang keluar dan pada akhirnyamengurangi bobot residu yang sebenarnya.

Pada prinsipnya penentuan migrasi totaldalam bahan kemasan sangat sederhana yaitucontoh bahan yang diuji diketahui luas permukaannyaselanjutnya ditempatkan dalam sel dengan makananpengganti (simulan) dibawah kondisi temperaturdan waktu tertentu. Akhir pengujian simulan diuapkandan sisanya yang kering ditimbang. Hasilnya dinyatakansebagai mg residu/dm2 luas permukaan bahan kemasyang kontak dengan simulan. Dengan demikian apabilapekerjaan dilakukan secara teliti, maka ukuran luas selyang digunakan tidak akan mempengaruhi hasil. Hal initerlihat sebagaimana pada tabel 2 bahwa ukuransel tidak berpengaruh terhadap hasil migrasi.

Tabel 2. Hasil percobaan terhadap kemasan multilayer menggunakan dua sel migrasi

No

Sel Kecil (L = 0,442 dm2) Sel Besar (L = 2,543 dm2)Bobot (g) Migrasi

(mg/dm2)

Bobot (g) Migrasi(mg/dm2)Gelas piala

kosongGelas piala

kosong + residuGelas piala

kosongGelas piala

kosong + residu1 130,5658 130,5658 0 128,1879 128,1879 02 126,6602 126,6602 0 124,8735 124,8735 03 131,5526 131,5526 0 129,2163 129,2163 04 127,5289 127,5289 0 125,7674 125,7674 05 128,1103 128,1103 0 127,0488 127,0488 06 127,1862 127,1862 0 126,0680 126,0680 07 128,6211 128,6211 0 127,5213 127,5213 08 124,4887 124,4887 0 123,4546 125,4546 09 129,5927 129,5927 0 131,0637 131,0637 010 129,9639 129,9639 0 128,8872 128,8872 0Jumlah 0 0Rata-rata 0 0

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 40: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Pengaruh Ukuran Sel Dalam Uji Migrasi …………………………Bernadus S 143

Ketidakadanya perbedaan hasil tersebut sangatdipengaruhi oleh cara menggunakan sel, karenabaik sel yang berdiamater 0,75 dm yang terbuatdari bahan kaca ataupun sel yang berdiameter1,8 dm yang terbuat dari bahan stainless steel,keduanya harus dipastikan rapat sempurna agartidak terjadi kebocoran sedikitpun.

Hasil yang diperoleh antara sel berukuranluas kecil dan besar dengan tanpa adanyaperbedaan tersebut (Tabel 2), ada kemungkinanapabila dikerjakan oleh analis lain akanmemberikan nilai yang lain. Kondisi demikiansangat dimungkinkan karena umumnya analismenganggap bahwa cara merapatkan sel cukupdengan mengunci pengamannya, padahalpengaman tersebut lebih bersifat agar tutup seltidak terlepas pada saat digunakan dan bukansebagai jaminan bahwa telah tertutup sempurna.

Untuk sel yang terbuat dari kaca dengandiameter 0,75 dm pada dasarnya memilikibanyak keunggulan dalam penggunaannya,antara lain adalah :1. Bobot sangat ringan bila dibanding sel yang

terbuat dari bahan stainless steel.2. Mudah untuk mengeluarkan simulan karena

model penutupnya berbentuk setengahlingkaran dengan bagian atasnya berlubangyang dapat dibuka tutup.

3. Tidak memerlukan ruangan yang luas padasaat harus dipanaskan dalam oven karenadiamaternya yang sangat kecil yaitu 0,75 dmatau 7,5 cm.

4. Simulan yang dibutuhkan sedikit yaitu 22 mLsedangkan untuk sel dengan luas 2,54 dm2

simulan yang digunakan 125 mL.Dalam menggunakan sel yang terbuat dari

bahan kaca dengan diameter 0,75 dm tersebutdi atas, ada beberapa hal yang sangat perludiperhatikan agar terjamin bahwa tidak akanterjadi kebocoran, antara lain adalah :1. Karet seal tidak boleh terbalik antara bagian

atas dengan yang bawah, karena2. keduanya berbeda bentuk akan tetapi

mempunyai ukuran diameter yang sama.3. Memasang tutup dengan badan sel harus

diusahakan tidak miring agar plat logampenguncinya dapat dikencangkan sempurna.

4. Posisi bahan uji harus benar-benar ditengah-tengah sehingga pada keliling tutup sel tidakterdapat sebagian yang menonjol keluar.

Selain beberapa kelebihan sebagaimanadisebutkan di atas, sel dengan bahan dari kacamempunyai kelemahan, antara lain :1. Resiko pecah sangat tinggi.2. Tutup yang terbuat dari bahan plastik akan

mudah retak.

Tidak terdapatnya perbedaan hasil ujimigrasi antara penggunaan sel berbahan kacadengan luas 0,442 dm2 dengan sel berbahanstainless steel dengan luas 2,543 dm2 padadasarnya merupakan suatu keuntungan bagisuatu laboratorium maupun analis, karena untukdengan ukuran sel yang besar dan bobotnyacukup tinggi, menuntut laboratorium mempunyailemari pengering dengan ruang yang besar.

Dipasaran dijumpai banyak kemasan yangsebetulnya kurang cocok dengan jenis makananyang dikemas. Setiap jenis makanan memilikisifat yang perlu dilindungi yang harus dapatditanggulangi oleh jenis plastik tertentu.Kesalahan material kemasan dapatmengakibatkan kerusakan bahan makanan yangdikemas. Berikut beberapa contoh penggunaankemasan plastik multi lapis :• Roti tawar, memerlukan perlindungan

terhadap kelembaban, sehingga kemasanyang memiliki barier terhadap uap sepertiLDPE cukup baik.

• Susu, sama dengan roti namun perlu adanyapersyaratan yang lebih ketat sehingga perlupenggunaan PE yang high density.

• Keju dan keripik kentang, memerlukankemasan yang memiliki barier terhadapoksigen dan uap air serta tahan lemak.Kemasan yang tepat adalah PVdC yangdilapisi selofan atau di laminasi aluminiumatau PVdC-glassin.

• Daging segar, kesegaran warna dan juicedari daging harus dilindungi oleh jeniskemasan yang tepat yaitu kemasan yangtinggi daya transmisi oksigen dan tinggitingkat pencegahan hilangnya kadar air yaituplasticized PVC. Sebaliknya untuk dagingolahan, membutuhkan kemasan yangmemiliki sifat-sifat barier yang baik terhadapoksigen ditambah tinggi dayanya menjagauap air. Kemasan yang tepat adalah plastikPVdC.

KESIMPULANBerdasarkan pembahasan hasil

percobaan, maka dapat disimpulkan bahwaukuran dan bahan sel pada dasarnya tidakmempengaruhi hasil uji migrasi, karenaperhitungan akhir dari rangkaian pekerjaanadalah bobot (mg) residu dibagi dengan luaspermukaan contoh (dm2), kecuali bila terjadikebocoran pada sel yang dipergunakan. Hasilpercobaan ini menrupakan keuntungan bagianalis dan laboratorium uji, karena untukmenggunakan ukuran sel yang besar danbobotnya cukup tinggi tidak menuntut

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 41: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 139-144 144

laboratorium mempunyai lemari pengeringdengan ruang yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).2005. Berita Pengemasan Edisi 13 April-Mei 2005. Jakarta : Federasi PengemasIndonesi.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).2007a. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.00.05.55.6497 tentang BahanKemasan Pangan. Jakarta : BPOM.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).2007b. Organisasi Badan Pengawas Obatdan Makanan RI. www.pom.go.id/profile/organisasi_BadanPOM.asp.(diakses pada tanggal 11 Oktober 2016).

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).2008. Kemasan Polistirena. Info POM.9(5).Jakarta;BPOM RI.

Belgisch Instituut voor Normalisatie (BIN). 2002.Materialen en artikelen in contact metvoedingsmiddelen-Kunststoffen-Deel 1 :Leidraad voor de selectie vanomstandigheden enbeproevingsmethodenvoor totale migratie. Brussel : BIN.

Budiawan, R.N. 2004. Ekses Bahan Kemasanterhadap Kesehatan dan Lingkungan.Prosiding Lokakarya Wadah Pangan. Jakarta :Direktorat Standardisasi Produk PanganBPPOM.

Pratiwi, Retno. 2010. Pengembangan MetodePenentuan Kadar DEHP dan AnalisisMigrasi DEHP ke Dalam Simulan Pangandi Pusat Riset Obat dan Makanan-BPOMRI. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Mc. Cort-Tipton, M. and R.L. Pesselman. 1999.What Simulant is Right for My IntendedEnd Use. In: Food Packaging. TestingMethods and Applications. (S. J. Risch,ed.). American Chemical Society,Washington DC.

Sulchan, M dan Endang Nur W. 2007.Keamanan pangan kemasan plastik danstyrofoam. Majalah Kedokteran Indonesia.57(2).

Syarief, R., Santousa, S dan Ismayana, B. 1989.Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor : PusatAntar Universitas Pangan dan Gizi-InstitutPertanian Bogor.

Warsiki, E. 2009. Pedoman Uji Migrasi Kemasan Pangan.Jakarta : Direktorat Pengawasan Produk danBahan Berbahaya.

Winarno, F.G. 1997. Kumpulan Tulisan Ilmiah.Bogor: PAU Pangan dan gizi IP

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 42: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Verifikasi Metode Verifikasi Global…………………………Desyarni 145

VERIFIKASI METODA MIGRASI GLOBAL PADA PRODUK MELAMINDENGAN SIMULAN ALKOHOL 15% SESUAI SNI 7322:2008

(VERIFICATION OF METHODS FOR GLOBAL MIGRATION IN THE MELAMINE PRODUCTSWITH ALCOHOL SIMULANTS 15% ACCORDANCE SNI 7322: 2008)

Desyarni’1Balai Besar Kimia Dan Kemasan

Email: [email protected]

Received : 2 November 2016; Reviced : 21 November 2016; .Accepted: 12 Desember 2016

ABSTRAK

Verifikasi metoda dilakukan pada semua metode standar /metoda baku atau metoda yang sudah di validasi padaawal penggunaan dengan jarak waktu tertentu secara berkala. Tujuan verifikasi metoda antara lain, untukmemastikan bahwa analis dapat menerapkan metoda analisis dengan baik dan untuk menjamin mutu hasil uji.Verifikasi dilakukan pada contoh uji melamin perlengkapan makan dan minum, dengan simulan alkohol 15 % sesuaiSNI 7322:2008. Migrasi global dilakukan terhadap simulan alkohol. Nilai migrasi global pada produk melamin adalah0 mg/dm2. Produk melamin tersebut sesuai dengan standar SNI 7322:2008 dimana nilai maksimum migrasi globaldengan simulan Alkohol 15 % adalah sebesar 10 mg/dm2. Ketelitian metoda dilihat dari nilai RSD, dimana nilai RSDyang diperoleh sebesar 0 %. Hal ini menunjukkan metode yang digunakan sesuai dengan syarat, yaitu nilai RSDadalah ≤ 2 %, maka metode ini dapat dipakai oleh laboratorium untuk pengujian migrasi global dalam komoditiproduk melamin perlengkapan makan dan minum.

Kata kunci : Melamin perlengkapan makan dan minum, migrasi global, verifikasi metoda

ABSTRACT

Verification methods performed on all standard method / standard methods or methods that have been validated atthe time of first use at certain intervals periodically.The purpose of verification methods among others, to ensure thatanalysts can apply the method of analysis properly and to assure quality uji.Verifikasi performed on a test sample ofmelamine eating and drinking equipment, with 15 % alcohol simulants SNI 7322:2008. Global migration conducted onalcohol simulants. Value of global migration on melamine product was 0 mg/dm2. The melamine products inaccordance with ISO standards 7322:2008 where the maximum value of global migration with the simulants Alcohol15 % is equal to 10 mg/dm 2. Accuracy of the method seen from the value of RSD, where the value of RSD obtainedat 0 %. It shows a method used in accordance with the terms, the value of RSD is ≤ 2 %, then this method can beused by the laboratory for testing of global migration in commodity products melamine eating and drinking equipment.

Keywords: Melamine eating and drinking equipment, global migration, verification methods

PENDAHULUAN

Produk melamin merupakan salah satu jenisproduk perlengkapan makan dan minum yangbanyak digunakan untuk keperluan makan danminum. Hal ini dikarenakan produk melaminmempunyai beberapa kelebihan antara lain ringan,dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan disainyang menarik serta tidak mudah pecah. Namundemikian penggunaan produk melamin dansejenisnya harus diwaspadai terutama dengansemakin maraknya peredaran produk-produktersebut di pasaran yang mutunya tidak bisadipertanggungjawabkan karena beberapa produktersebut dapat mengakibatkan gangguan padakesehatan manusia apabila digunakan. Produkmelamin perlengkapan makan dan minum inisangat lah banyak beredar di pasar maupun di

toko- toko tertentu dan juga di pasar tradisional.Melamin berpotensi membahayakan kesehatanmanusia karena melamin menghasilkan monomerberacun yang disebut formal dehid (formalin).Senyawa yang tahan panas ini dipilih karenadianggap sangat cocok digunakan sebagai wadahmakanan panas ataupun digunakan dalammicrowave (Imam, 2007).

Melamin merupakan bahan yang dihasilkanoleh industri petrokimia dengan rumus C3H6N6juga dikenal dengan nama 2-4-6 triamino 1-3-5triazine. Senyawa ini berbentuk kristal monosiklikberwarna putih. Melamin diantaranya digunakansebagai bahan baku pembuatan melamin resin,bahan sintesa organik, bahan pencampur cat,pelapis kertas, tekstil, penyamakan kulit, dan lain-

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 43: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 145-149 146

lain. Melamin dikenalkan di Indonesia sekitartahun 1970-an. Melamin ini banyak sekalidigunakan sebagai bahan pembuat plastik, lemdan pupuk. Melamin dibentuk dari gabunganformaldehid dan fenol, campuran keduanya yangtidak seimbang akan menghasilkan residu (Fenolyang tidak bersenyawa dengan sempurna).Melamin merupakan senyawa kimia organik yangbersifat basa yang mengandung kadar nitrogensebesar 66% yang kemudian direaksikan denganformaldehid membentuk plastik melamin sebagaibahan baku peralatan makan yang dikenalsebagai melamin (Stevens 2001).

Melamin resin diproduksi dengan caramencampurkan melamin dan formaldehid dalamsuhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan –bahan ini dipolimerisasi, kemudian dilanjutkandengan proses pengeringan dan pendinginan.Material yang sudah didinginkan, digiling untukmenghasilkan bahan yang lunak. Pada proses inidimasukkan bahan pengawet, minyak pelumas,dan zat warna. Setelah proses penggilinganselesai, dilanjutkan dengan granulasi yaitumembentuk bahan menjadi butiran – butiran kecilkemudian bahan dicetak sesuai dengan bentukyang di inginkan (Shreve, 1956).

Verfikasi adalah konfirmasi, melaluipenyediaan bukti objektif, bahwa persyaratan yangditentukan telah dipenuhi. Verifikasi dilakukanterhadap suatu metode baku sebelum diterapkandi Laboratorium. Verfikasi sebuah metodebermaksud untuk membuktikan bahwalaboratorium yang bersangkutan mampumelakukan pengujian dengan metode tersebutdengan hasil valid. Disamping itu verifikasi jugabertujuan untuk membuktikan bahwa laboratoriummemiliki data kinerja. Hal ini dikarenakanlaboratorium yang berbeda memiliki kondisi dankompetensi personel serta kemampuan peralatanyang berbeda, sehingga kinerja antara satulaboratorium dengan laboratorium lainnya tidaklahsama (ISO/IEC 17025:2005).

Verifikasi Metode dilakukan pada semuametode standar (metode baku) atau metode yangtelah di validasi pada waktu mula – muladigunakan dan jarak waktu tertentu secara berkala.Tujuan verifikasi metode antara lain : Untuk memastikan bahwa analis dapat

menerapkan metode analisis dengan baik Untuk menjamin mutu hasil uji, maka Verifikasi

dilakukan dengan menetapkan presisi, akurasi dan batas deteksi suatu

metode analisis. Penetapan presisi dapatdilakukan dengan salah satu pengujianberikut :

Pengujian berulang pada contoh uji yang ada Pengujian berulang pada contoh uji formulasi

sintetik

Pengujian berulang pada bahan rujukanbersertifikat (CRM)

Verifikasi diperlukan untuk membuktikanbahwa pengujian suatu metoda standar yangdilakukan oleh suatu laboratorium dapat dilakukandengan hasil yang benar dan memiliki kinerja yangbaik. Verifikasi migrasi global pada produkmelamin perlu dilakukan untuk menentukankualitas produk tersebut. Produk Melamiin bataspersyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI dapatdikatakan berkualitas rendah. Hasil verifikasibergantung terhadap kondisi dan kompetensipersonil serta kemampuan peralatan yangberbeda-beda.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan adalah alkohol15 % dan produk melamin berupa mangkokAlat-alat yang digunakan dalam penentuan migrasiadalah gelas piala 250 mL, neraca analitikketelitian 0,0001 gram, desikator, tang-krus, oven,pemanas listrik, termometer, waterbath, gelas ukur,digital caliper.

Metode

Persiapan contoh ujiPermukaan mangkok melamin dibersihkan denganair agar permukaan mangkok melamin bersih danbebas dari kotoran, kemudian dikeringkan

Penentuan Luas PermukaanPermukaan mangkok melamin dibersihkan dengankain agar permukaan mangkok bersih dan kering,kemudian diukur diameter dan tinggi mangkokdengan digital caliper lalu di hitung luaspermukaan mangkok melamin tersebut.

Pengolahan Data

Penentuan Migrasi GlobalDisiapkan 10 gelas piala untuk simulan alkohol15%, di keringkan dalam oven suhu 105°C selama30 menit, di dinginkan dalam desikator selama 30menit. Ditimbang masing – masing gelas piala (a).Dimasukkan 180 ml alkohol 15% ke dalam setiapmangkok melamin (diberi tanda ketinggian cairan),dan diatur suhu 60°C selama 30 menit.Dipindahkan alkohol 15% kedalam 180 mL setiapmangkok kedalam gelas piala yang sudahdiketahui bobotnya dan di keringkan diataspemanas listrik sampai kering. Selanjutnya gelaspiala di masukkan kedalam oven suhu 105°Cselama 30 menit, diangkat dan didinginkan dalamdesikator, lalu ditimbang hingga bobot tetap,dicatat hingga bobot tetap, dicatat berat akhir

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 44: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Verifikasi Metode Verifikasi Global…………………………Desyarni 147

masing – masing gelas piala (b). Dihitung migrasiglobal dengan persamaan sebagai berikut:

S

xabM

1000)( ....................... (1)

Dimana:M= Total migrasi perluas area contoh uji yangberpindah kedalam simulan (mg/dm2)a= Berat gelas piala kosong (gram)b= Berat gelas piala+residu simulan (gram)s= Luas permukaan contoh uji (dm2)

Standar Deviasi (SD)Standar Deviasi merupakan akar jumlah kuadratdeviasi masing – masing hasil penetapan terhadapmean dibagi dengan derajat kebebasannya(degrees of freedom). Dengan rumus, SD dapatdinyatakan

1

)( 2

n

xxSD i ...............................(2)

Dimana:

x= nilai dari masing – masing pengukuranX = rata-rata (mean) dari pengukurann= frekwensi penetapann-1= derajat kebebasanStandar deviasi (SD) lebih banyak digunakansebagai ukuran kuantitatif ketepatan atau ukuranpresisi, terutama apabila dibutuhkan untukmembandingkan ketepatan suatu hasil (metode)dengan hasil (metode) lain. Semakin kecil nilai SDdari serangkaian pengukuran, maka metode yangdigunakan semakin tepat. (Gholib, 2007).

Standar Deviasi Relatif (RSD)Standar deviasi relatif (Relatif Standard Deviation,RSD), yang juga dikenal dengan koefisien variasi(CV) merupakan ukuran ketepatan relatif dan

umumnya dinyatakan dalam persen. RSDdirumuskan dengan persamaan:

%100% X

SDRSD ...........................( 3 )

Dimana:RSD= Standar deviasi relatif (%)SD= Standar deviasiX = Rata – rata

Semakin kecil nilai RSD dari serangkaianpengukuran maka metode yang digunakansemakin tepat

Uji Ketelitian (Presisi)Uji presisi dilakukan dengan mengukur nilaimigrasi total sebanyak 10 kali ulangan.

Uji kelayakan metode uji migrasi global padaproduk melamin dengan simulan alkohol 15%Verifikasi metode penentuan migrasi global padacontoh uji melamin dilakukan berdasarkan metodeSNI 7322:2008 tentang Produk melamin–Perlengkapan makan dan minum. Pengukurancontoh uji dilakukan dengan secara gravimetri(BSN, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penentuan Bobot ResiduPenentuan bobot residu menggunakan

gelas piala yang sudah di oven pada suhu 105°Cdan di desikator selama 30 menit. Hal ini bertujuanuntuk menghilangkan uap yang masih menempelpada gelas piala tersebut. Berdasarkan hasilpenimbangan bobot residu (Tabel 1) dapat dilihatbahwa hasil yang negatif pada bobot residu. Halini disebabkan tidak ada residu dari produkmelamin yang larut bersama dengan simulanalkohol 15%.

Tabel 1. Data Penimbangan Bobot ResiduNo Bobot Awal

(a gram)Bobot Akhir

(b gram )Bobot residu(b - a) gram

1. 126,9448 126,9431 -0, 00172. 128,3718 128,3709 -0, 00093. 127,3183 127,3182 -0, 00014. 128,4390 128, 4376 -0, 00145. 126,9806 126,9801 -0, 00056. 127,9176 127,9119 -0,00577. 130,0441 130,0441 08. 127,9770 127,9760 -0, 00109. 126,5759 126,5759 0

10. 127, 4905 127,4905 0

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 45: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 3 No. 1 Desember 2016: 145-149 148

Hasil Migrasi GlobalMigrasi adalah proses perpindahan dua

arah yang akan terus berlangsung hingga potensikimia dari pangan sama dengan potensi kimiayang terdapat pada kemasan. Untuk mengetahuinilai migrasi global dilakukan pengeringan padasimulan alkohol 15%. Pengeringan dilakukanuntuk memisah kotoran-kotoran yang mudahmenguap lainnya. Berdasarkan kepada Tabel 2ditunjukkan bahwa tidak ada perpindahankomponen yang terjadi dari contoh melamin kedalam simulan alkohol 15%. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai migrasi global adalah 0 mg/dm2, yangberarti bahwa potensi migrasi pada contoh ujimelamin tidak ada sama sekali.

Penentuan migrasi global menggunakansimulan alkohol 15%. Hal ini dikarenakan alkohol15% berfungsi untuk mengganti kemampuanekstraksi dari makanan dengan pH 5 dandiatasnya. Proses migrasi dalam melamindipengaruhi oleh empat faktor yaitu tipe pangan,struktur bahan kemasan, suhu dan waktu tertentu(Warsiki, 2013).

Tabel 2. Data Perhitungan Migrasi Global Dengan Simulan Alkohol 15%

No Bobot residu(b - a) gram

Migrasi global(mg/dm2)

1. -0, 0017 02. -0, 0009 03. -0, 0001 04. -0, 0014 05. -0, 0005 06. -0, 0057 07. 0 08. -0, 0010 09. 0 0

10. 0 0

Uji Ketelitian (Presisi)Presisi merupakan ukuran kedekatan antar

serangkaian hasil analisis yang di peroleh daribeberapa kali pengukuran pada contoh uji yangsama. Konsep presisi diukur dengan simpanganbaku. Dari data Tabel 2 dapat di ketahui bahwanilai SD dan RSD pada contoh uji melaminperlengkapan makan dan minum adalah 0 mg/dm2.Hal ini menunjukkan metoda atau ketepatan dalamverifikasi migrasi global dengan simulan alkohol15% adalah tepat karena hasil yang didapat darinilai RSD adalah 0%. Hal ini menunjukkan bahwametode yang digunakan sesuai dengan syarat,yaitu nilai RSD adalah ≤ 2 %

Uji kelayakan metode uji migrasi global padaproduk melamin dengan simulan alkohol 15%.

Menurut SNI 7322:2008 tentangpersyaratan mutu dan cara uji produk melaminyang bersentuhan langsung dengan makanan danminuman, batas maksimum migrasi global denganmenggunakan simulan alkohol 15% adalahsebesar 10 mg/dm2. Hal ini menunjukkan bahwacontoh uji melamin tersebut memenuhi

persyaratan, karena nilai migrasi global padacontoh uji melamin tersebut adalah 0 mg/dm2.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil verifikasi migrasi globalpada produk melamin perlengkapan makan danminum dengan simulan alkohol 15% sesuai SNI7322:2008 diperoleh Nilai migrasi global padaproduk melamin perlengkapan makan dan minumadalah 0 mg/dm2. Produk melamin perlengkapanmakan dan minum tersebut sesuai dengan standarSNI 7322:2008 yaitu nilai maksimum migrasiglobal dengan simulan alkohol 15% adalah 10mg/dm2. Metoda ini sudah sesuai dan dapatditerapkan di laboratorium. Nilai Standar DeviasiRelatif (RSD) adalah 0%, yang berarti bahwametode yang digunakan sesuai dengan syarat,yaitu nilai RSD adalah ≤ 2%.

DAFTAR PUSTAKA

Gholib, I.G. dan Rohman, A 2007, Kimia FarmasiAnalisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 46: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Verifikasi Metode Verifikasi Global…………………………Desyarni 149

Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasimetode dan cara perhitungannya. MajalahIlmu Kefarmasian 1:117-135.

Imam. S 2007. Perkakas Makan dan Minum dariMelamin, Jakarta. Bisnis Indonesia.

ISO/IEC 17025:2005. 2005. General Requirements for the Competence of Testing abdCallibration Laboratories. Publikasi : ISO.

McCort-Tipton, M. and R.L. Pesselman. 1999.What simulan is Righ for My Intended EndUse? In Food Packaging. Testing Methodsand Applications. (S. J.Risch, ed). AmercanChemical Society, Washington DC.

Badan Standar Nasional (BSN), 2008, SNI7322:2008.2008. Produk Melamin

Perlengkapan makan dan minum, Jakarta:BSN.

Stevens, P.M. 2001. Kimia Polimer, Jakarta : PTPradnya Paramita.

Shreve, N. 1959. Chemical Process Industries,Edisi Keempat, Konkkusha: Mc Graw HillInternational Book Company.

Warsiki, E. 2013. Teknologi Lanjut:Material KontakPangan dan Kemasan Pangan. Bab 3: 29-30. Jakarta.

Windi, Sofiana. 2015, Verifikasi Migrasi Globalpada Produk Melamin dengan Simulan Airsuling sesuai SNI 7322:2008.

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id

Page 47: ISSN : 2443-1869 PORTAL - bbkk.kemenperin.go.idbbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/portal/portal2016.pdf · Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan PORTAL ... aplikasi hasil litbang,

Media Ilmiah Bidang Kimia dan KemasanPORTAL

Esteri�kasi Patchouli Alkohol dalam Minyak NilamRetno Yunilawati dan Endeh Bariyah

Uji Petik Mutu Kakao Bubuk Sesaat di Pabrik dan di Pasardalam Pemberlakuan SNI secara wajibSyamsixman

Potensi Mikroalga sebagai Bahan Baku Kimia AdiSiti Agustina dan Sidik Herman

Improvement of Awareness on Chemical Security and Safety in Center for Chemical and Packaging Irma Rumondang dan Eva Oktarina

Pengaruh Ukuran Sel dalam Uji Migrasi dengan Simulan Air Suling pada Kemasan Pangan MultilayerBernardus Sri Sumarjono

107 - 112

113 - 121

122 - 130

131 - 138

139 - 144

Veri�kasi Metoda Migrasi Global Pada Produk Melamin dengan Simulan Alkohol 15 % Sesuai SNI 7322:2008Desyarni

145 - 149

Daftar Isi

Volume 3 Nomor 1 Desember 2016

ISSN : 2443-1869

bbkk

.kem

enpe

rin.g

o.id