20
KEPERAWATAAN STIKES ACHMAD YANI Sabtu, 22 Oktober 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA INFEKSI SALURA PERNAFASAN AKUT (ISPA) A. DEFINISI Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam

Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

KEPERAWATAAN STIKES ACHMAD YANI

Sabtu, 22 Oktober 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA

  INFEKSI SALURA PERNAFASAN AKUT (ISPA)

A.    DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan

laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan

menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian

Roberts; 1990; 450).

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran

pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran

pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah

organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya

seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran

pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati

dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan

pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini

merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai

dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang

termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang

tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian

bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO)

Page 2: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup

tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa

faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan,

daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991;

1419).

B.    ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA

antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus,

Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,

Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh.

Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar

Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara

berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang

selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil

isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak

umumnya disebabkan oleh virus.

Factor Pencetus ISPA

1.     Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih

besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih

rendah.

2.   Status Imunisasi

Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan

dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3.   Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok

dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

Faktor Pendukung Penyebab ISPA

Page 3: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

1.     Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak

peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan

pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan

berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya

penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.

2.     Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula.

Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat

beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.

3.     Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi

yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat

mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan

demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua

faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

4.     Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat

tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin

meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap

pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu

melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

5.     Lingkungan dan Iklim Global

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan

polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian

pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda

dalam pemberantasan penyakit ISPA.

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran

pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -

hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis,

mycoplasma dan pneumokokus.

Page 4: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia

dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar

penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit.

Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup

secara keseluruhan dari jalan nafas.

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain

malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran

pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa

terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

C.    PATOFISIOLOGI

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman golongan A

streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan

pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring)

dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,

abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless,

dan tidak terdapatnya suara pernafasan.

Pembagian ISPA

1.     Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas Adalah infeksi-infeksi yang terutama

mengenai struktur-struktur saluran nafas disebelah atas laring. Kebanyakan penyakit

saluran nafas mengenai bagian atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan,

tetapi beberapa di antaranya melibatkan bagian-bagian spesifik saluran nafas secara

nyata.Yang tergolong Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah :

Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis dan Faringotosilitis)

dan rhinitis.

2.     Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai

struktur-struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli.

Penyakit-penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah :

Page 5: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Laringitis, Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau

Pneumonia (suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bonkioli)

(Pusdiknakes, 1993 : 105).

Klasifikasi Penyakit ISPA

Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana penderita ISPA adalah

Balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri

terdiri atas 4 bagian yakni pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan

klasifikasi penyakit, dan pengobatan juga tindakan.

Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni kelompok untuk

umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan kelompok umur kurang dari dua bulan.

a.      Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun klasifikasi dibagi atas :

1.     Pneumonia berat

2.     Pneumonia

3.     Bukan Pneumonia.

b. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas:

1.     Pneumonia berat

2.     Bukan Pneumonia

Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau kesukaran bernafas

disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada

anak usia 2 bulan - <5 tahun. Sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis

Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan

sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian

bawah ke dalam (severe chest indrawing).

Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai

adanya napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast breathing) pada anak usia 2 bulan - <1 tahun

adalah 50 kali per menit dan 40 kali per menit untuk anak usia 1 - < 5 tahun.

Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk yang tidak

menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup penyakit

Page 6: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

ISPA selain Pneumonia. Contohnya batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, dan

otitis.

D.    TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala Berdasarkan kasifikasi

1.     Non pneumonia

Ditandai dengan batuk, pilek, tanpa disertai dengan sesak nafas.

2.     Pneumonia

Batuk, pilek disertai dengan sesak nafas atau nafas cepat.

a.      Pneumonia tidak berat

Tanda dan gejala antara lain :

       Batuk, pilek dan nafas cepat

       2 bulan sampai 1 tahun lebih dari 50 x / mnt

       1 sampai 5 tahun lebih dari 40 x / mnt

b.     Pneumonia berat

Tanda dan gejala antara lain :

       Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas

       Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung

dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah

dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

Tanda Dan Gejala Yang Muncul Ialah:

1.     Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah

mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama

terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

Page 7: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

2.     Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi

selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada

punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3.     Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum

dan bhkan tidak mau minum.

4.     Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalami sakit.

5.     Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.

6.     Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.

7.     Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat

oleh karena banyaknya sekret.

8.     Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9.     Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan

(Whaley and Wong; 1991; 1419).

E.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari

pernafasan.

1.     Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2.     Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui

pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

3.     Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

4.     Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5.     Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

6.     Riwayat kesehatan:

-       Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

Page 8: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

-       Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

-       Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya

sekarang)

-       Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien)

-       Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik à difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

a.       Inspeksi

-       Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

-       Tonsil tampak kemerahan dan edema

-       Tampak batuk tidak produktif

-       Tidak ada jaringan parut pada leher

-       Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

b.      Palpasi

-       Adanya demam

-       Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis

-       Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.       Perkusi

-       Suara paru normal (resonance)

d.      Auskultasi

-       Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

F.     TERAPI MEDIS

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti

hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung

maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida

tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak

dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

Page 9: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan

demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar

(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

G.   DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.     Bersihan jalan nafas tidak  efektif  berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru.

2.     Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

3.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  ketidak mampuan dalam

memasukan dan mencerna makanan

4.     Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.

H.    RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSE KEPERAWATAN NOC

1 Bersihan jalan nafas napas tidak

efektif  b/d penurunan ekspansi paru.

NOC :   Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Vital sign Status

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

    

    

    

    

    

    

    

    

    

    

    

    

  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Page 10: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

2 Hipertermi b/d invasi mikroorganisme NOC : ThermoregulationKriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

 

 

  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 

  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan b/d ketidak mampuan dalam

memasukan dan mencerna makanan

NOC :  Nutritional Status : food and Fluid Intake  Nutritional Status : nutrient Intake  Weight control

Kriteria Hasil :  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

  Kaji adanya alergi makanan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin

  Berikan substansi gula 

  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan

 

  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan

  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi  Monitor turgor kulit

Page 12: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah  Monitor mual dan muntah  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht  Monitor makanan kesukaan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan 

  Monitor kalori dan intake nuntrisi  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan

  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

4 Kurang pengetahuan tentang

penatalaksanaan ISPA b/d kurang

informasi.

NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

 

  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

 

  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  

  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan

  Hindari jaminan yang kosong  

 

  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan

  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan

  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,

 

Page 13: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

I.      DAFTAR PUSTAKA

1.     Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

2.     Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,Philadelpia,USA

3.     Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Diposkan oleh kimpyut di 22.42 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Page 14: Ispa AKPER PEMKAB MUNA

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut