isi hal pbl

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl farmasi

Citation preview

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Praktek Belajar LapanganKesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Hal ini terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian pada era globalisasi ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien (patient oriented). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Konsekuensi perubahan orientasi tersebut terjadi terutama pada bidang klinik dan komunitas, tenaga kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian.Pendidikan tinggi farmasi mengambil peran yang sangat vital dalam menghasilkan lulusan farmasi yang berkompeten. Hal ini didasarkan kepada fungsi dan peran perguruan tinggi sebagai penghasil sumber daya yang berkualitas yang didasarkan kepada Tri Dharma perguruan tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut, perguruan tinggi farmasi dituntut untuk selalu melakukan perbaikan secara terus-menerus dan harus direspon secara cepat dan aktual terutama pada era globalisasi ini yang akan terus berkembang.Lulusan Sarjana Farmasi saat ini sebelum mendapatkan gelar profesi apoteker dimungkinkan untuk bisa bekerja di apotek sebagai tenaga teknis kefarmasian. Mahasiswa farmasi hanya mendapatkan teori tentang praktek pekerjaan kefarmasian di perkuliahan, diharapkan mereka mampu menghadapi kenyataan yang ada di lapangan. Untuk mencapai hal tersebut maka diadakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) sebagai salah satu mata kuliah untuk memberikan bekal mahasiswa dalam pelayanan klinik dan komunitas. Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan bekal keterampilan kepada mahasiswa farmasi untuk lebih awal mengenal permasalahan-permasalahan yang ada dalam praktek farmasi klinik dan komunitas.2. Tujuan Praktek Belajar Lapangana. Meningkatkan pengetahuan dan skills mahasiswa sebagai calon tenaga teknis kefarmasian khususnya di bidang farmasi klinik dan komunitas.b. Meningkatkan kemampuan problem solving mahasiswa dalam masalah-masalah praktek farmasi klinik dan komunitas.c. Meningkatkan interaksi mahasiswa dengan praktisi farmasi klinik dan komunitas.

3. Manfaat Praktek Belajar LapanganMahasiswa dapat memahami pekerjaan kefarmasian khususnya dalam bidang manajemen, administrasi, dan pelayanan kepada pasien.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Apoteka. Pengertian ApotekMenurut Peraturan Menteri No.1332/Menkes/SK/X/2002, yang menyatakan bahwa apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan farmasi kepada masyarakat (Anonim, 2002).

b. Peraturan Perundang-undangan di Bidang ApotekKetentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:1) Apoteker adalah sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaankefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.2) Surat Izin Apotek (SIA) adalah Surat Izin yang diberikan oleh menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.3) Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin apotek.4) Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.5) Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker PengelolaApotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek lain.6) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturanPerundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.7) Resep adalah Permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.8) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika.9) Alat kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakitserta pemulihan kesehatan manusia, dan atau membentuk strukturdan memperbaiki fungsi tubuh.10) Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan Apotek (Anonim, 2002).

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek, Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003, tentang peraturan registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker antara lain, sebagai berikut.1) Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi, dan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.2) Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenanganyang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apotekeratau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi danMakanan, Jurusan Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Asisten.3) Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian disarana kefarmasian.4) Sarana Kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk melakukanpekerjaan kefarmasian antara lain Industri Farmasi termasuk obat Tradisional dan kosmetika, Instalasi Farmasi, Apotek, dan toko obat (Anonim, 2003).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1) Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.2) Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.3) Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.4) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untukmeningkatkan mutu kehidupan pasien.5) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.6) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

c. Tugas dan Fungsi ApotekTugas dan fungsi apotek menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, yaitu:1) Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.2) Sarana Farmasi yang melaksanakan percikan, pengubahan bentuk, dan penyerahan obat atau bahan baku obat.3) Sarana penyalur perbekalan Farmasi yang harus menyebarkan obat yang di perlukan masyarakat secara meluas dan merata (Soekanto, 1990).

d. Persyaratan ApotekMenurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :1. Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indosesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 adalah :1. Sarana dan PrasaranaApotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada bagian depan terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata Apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan, serta apoteker mudah memberikan informasi obat dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat dan serangga.Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin, dan apotek harus memiliki :a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi.c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.d. Ruang racikan.e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembapan, dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.2. Tenaga Kerja atau Personalia ApotekBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, personil apotek terdiri dari :a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA).b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.d. Asisten Apoteker adalah mereka yang bedasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari :a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat dan pengeluaran uang.c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.3. Perbekalan Farmasi/KomoditiSesuai paket deregulasi 23 Oktober 1993, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar perbekalan farmasi.

e. Pengelolaan ApotekPengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian. Sesuai PERMENKES RI No. 26/Per. Menkes/Per/I/1981, pengelolaan apotek meliputi:1. Bidang pelayanan kefarmasian.2. Bidang material.3. Bidang administrasi dan keuangan.4. Bidang ketenagaan.5. Bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek

2. Bidang Manajemen Apoteka. ObatObat adalah semua bahan tunggal / campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk hidup untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Menurut UU yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, atau memperelok badan atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2007).Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/4/SK/UI/83, obat digolongkan dalam :1) Obat BebasObat bebas adalah obat yang dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter dan tidak membahayakan bagi pemakai dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.2) Obat Bebas TerbatasObat Bebas Terbatas atau obat yang masuk dalam daftar W , menurut bahasa Belanda W singkatan dari Waarschuwing artinya peringatan. Jadi maksudnya obat yang pada penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan (P1-P6). Penandaannya adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.3) Obat KerasObat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda G singkatan dari Gevaarlijk artinya berbahaya, adalah :a. Obat yang mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam obat keras.b. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah4) NarkotikaNarkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Anonim, 2009).5) PsikotropikaPsikotropika adalah zat atau obat baik alamiahatau sintesis, bukan narkotika yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusatyang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Anonim, 1997). Pengaturan1. Pengaturan narkotika psikotropika bertujuan untuk :a. Menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika.2. Narkotika dan psikotropika hanya dapat di pergunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatandan pengembangan ilmu pengetahuan.3. Narkotika dan psikotropika golongan 1 hanya dapat digunakanuntuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakanuntuk kepentingan lainnya (Anonim, 1997).

b. Drug Management CyclePengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.

1) SeleksiSeleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.Kriteria seleksi obat menurut DOEN:a) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasienb) Memiliki rasio resiko manfaat yang paling menguntungkanc) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutand) Obat mudah diperoleh2) PerencanaanPerencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Dalam pengelolaan obat yang baik perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan atas data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu. Tujuan dari perencanaan adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya stock out (kekosongan) obat dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional3) PengadaanKegiatan pengelolaan obat yang kedua adalah pengadaan obat yang meliputi estimasi kebutuhan obat untuk populasi, perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta jaminan mutu obat.Beberapa isu penting pada penghitungan kebutuhan obat adalah :a) rencana kegiatan penghitungan kebutuhanb) estimasi waktu yang dibutuhkanc) daftar obatd) dampak lead timee) estimasi biaya total pengadaanf) penyesuaian akhir rencana pengadaan obat

Syarat Pengadaan yang baik:a) Doelmating: Pengadaan harus sesuai dengan tujuan atau perencanaan.b) Rechmating: Pengadaan harus sesuai dengan kemampuan anggaran.c) Wetmatig : Pengadaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada sistem suplai obat terdapat tiga model pengadaan/pembelian obat yaitu :a) pembelian tahunan (annual purchasing) merupakan pembelian dengan selang waktu satu tahun. Model ini biasanya digunakan untuk obat publik.b) pembelian terjadwal (scheduled purchasing) merupakan pembelian dengan selang waktu tertentu misal : satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulanc) pembelian tiap waktu (perpectual purchasing) merupakan pembelian yang dilakukan setiap saat pada keadaan obat mengalami kekurangan.4) DistribusiDistribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat dan penyimpanan.a) Pengendalian PersediaanKonsep dasar dalam pengelolaan persediaan adalah menjaga keseimbangan antara penyimpanan persediaan dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyimpan persediaan tersebut. Pengelolaan persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan perbekalan (supply) obat agar mempunyai persediaan dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan. Upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu tingkat tertentu dilakukan dengan mengendalikan arus barang yang masuk.b) Tingkat PersediaanStok yang tersedia ditangan terdiri dari dua komponen yaitu : stok kerja (working stock) dan stok pengaman (safety stock). Stok kerja bervariasi dari nol sampai jumlah dengan pesanan dan merupakan stok yang diperlukan selama pelayanan kebutuhan di antara dua pengiriman. Stok pengaman juga disebut stok penyangga, stok cadangan atau stok fluktuasi. Stok pengaman dimaksudkan untuk menghindari kekosongan atau sebagai persediaan apabila permintaan obat meningkat dengan cepat atau bila terjadi keterlambatan pengiriman. Dalam persediaan yang ideal, obat yang tersedia merupakan pengurangan dari obat yang ada dengan jumlah permintaan. Bila persediaan obat sudah mendekati buffer stock maka harus dilakukan pemesanan obat. Dalam skema dibawah ini digambarkan proses penurunan tingkat persediaan dan pengisiannya kembali.

5) PenggunaanPenggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengelolaan obat yang lain, yaitu seleksi, pengadaan dan distribusi obat. Aspek penggunaan obat di Apotek diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:a) Pengendalian kecukupan suplaib) Jaminan mutu obatc) Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas d) Pemberian informasi tentang obatc. Perencanaan ObatSuatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat.Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah:1) Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan2) kesehatan yang sesuai kebutuhan3) Menghindari terjadinya kekosongan obat/ penumpukan obatHal-hal yang perlu diperhatikan adalah:1) Pola penyakit.2) Kemampuan/daya beli masyarakat3) Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)4) Pola penggunaan obat yang laluKegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan.d. Pengadaan ObatDalam memperoleh obat dan perbekalan farmasi, apotek harus mengambil dari pabrik farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), apotek lainnya, atau sarana distribusi lain yang sah. Obat-obat tersebut harus memenuhi ketentuan daftar obat wajib apotek. Surat pesanan obat dan perbekalan farmasi lainnya harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SIK. Jika apa berhalangan dapat diwakili oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti (Syamsuni, 2007).Sebelumnya dilakukan dulu perencanaan obat dengan metode tertentu. Metode yang dapat digunakan antara lain:1) Metode konsumsiMetode ini didasarkan pada periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Hal-hal yang diperhatikan untuk menghitung jumlah yang dibutuhkan, yaitu:a. Pengumpulan dan pengolahan data.b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.c. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.d. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.2) Metode morbiditas/epidemiologiMetode ini didasarkan pada jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan yang harus dilayani. Metode dengan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).3) Metode kombinasiMetode ini disesuaikan dengan anggaran yang tesedia (Anonim, 2008).

e. Penerimaan ObatPenerimaan obat yaitu kegiatan yang bertujuan menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah, maupun waktu kedatangan yang dilakukan oleh petugas yang bertanggungjawab. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerimaan barang, yaitu: Harus mempunyai MSDS. Khusus untuk alat kesehatan harus memiliki certificate of origin. Expired date min 2 tahun. Barang bersumber dari distributor utama. Pabrik memiliki sertifikat analisa (Syamsuni, 2007).Alur penerimaan barang, yaitu:

f. Penyimpanan ObatPenyimpanan obat yaitu suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan perbekalan kesehatan. Tujuan dari penyimpanan obat, yaitu: Memelihara mutu obat. Menghindari dari penyalahgunaan obat. Menjaga kelangsungan persediaan. Mempermudah pengawasan dan pencarian obat (Anonim, 2007).

Penyimpanan obat narkotik dan psikotropik berbeda dengan obat lainnya Narkotika yang berada dalam penguasaan importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.Pabrik farmasi, importir dan PBF yang menyalurkan narkotika harus memiliki gudang khusus untuk menyimpan narkotika dengan persyaratan sebagai berikut:1) Dinding terbuat dari tembok dan hanya mempunyai 1 pintu dengan 2 buah kunci yang kuat dengan merk yang berlainan.2) Langit-langit dan jendela di lengkapi dengan jeruji besi.3) Dilengkapi dengan lemari besi yang beratnya tidak kurang dari 150 kg serta harus mempunyai kunci yang kuat.Apotek dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika dengan persyaratan sebagai berikut:1) Harus terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari kaca).2) Harus mempunyai kunci yang kuat.3) Di bagi 2 bagian, masing-masing dengan kunci yang berlainan.Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika dan psikotropika lainnya yang digunakan sehari-hari. Bila lemari ukuran kurang dari 40cm x 80cm x 100cm dibuat pada tembok atau lantai. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lainnya. Kunci lemari harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. Tempat penyimpanan harus aman dan tidak dilihat oleh umum (Anonim, 1997).

g. Penataan ObatMetode penataan obat yang dapat digunakan, yaitu:1) Farmakologi.2) Alfabetis.3) Bentuk sediaan dan cara pemakaian.4) Generik dan brand name.5) Golongan obat.Untuk obat narkotika dan psikotropika digunakan lemari khusus. Penyimpanannya berdasarkan stabilitas sediaan. Dapat juga digunakan prinsip FIFO atau FEFO. FIFO yaitu first in first out artinya obat yang masuk atau datang lebih awal, akan ke luar terlebih dahulu. Sedangkan FEFO yaitu first expired first out artinya yang expired date nya lebih cepat akan ke luar terlebih dahulu (Anonim, 2007).

h. Pelaporan ObatImportir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala, pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika dan psikotropika.Laporan di buat secara rutin setiap bulan oleh pabrik, PBF, apotek dan rumah sakit yang dikirimkan/ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/ kabupaten/Dati II dengan tembusan kepada:1) Kepala BPOM setempat2) Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Provinsi3) Arsip yang bersangkutan (Anonim, 1997).

i. Pemusnahan ObatPemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan apabila:1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi.2) Kadaluarsa.3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.4) Berkaitan dengan tindak pidana.Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilaksanakan oleh orang atau badan yang bertanggung jawab atas produksi dan peredaran narkotika yang disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan membuat berita acara pemusnahan yang memuat antara lain:1) Hari, tanggal, bulan dan tahun.2) Nama pemegang izin khusus (APA/Dokter).3) Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi yang bersangkutan).4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.5) Cara pemusnahan.6) Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus/dokter, pemilik narkotik dan saksi-saksi (Anonim, 1997).

3. Bidang Administrasi Apoteka. ResepResep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dan dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya. Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe atau ambillah. Di belakang tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah obat (Syamsuni, 2007).Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut.1) Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.2) Tanggal penulisan resep (inscriptio).3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).4) Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio).5) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).6) Tanda tangan atau paraf dokter (subscriptio).7) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.8) Tanda seru dan/atau parah dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada tulisan atau tanda iter (iterasi) yang berarti dapat diulang, m.i (mihi ipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui. Resep yang mengandung narkotik harus disimpan terpisah dari resep lainnya (Syamsuni, 2007).Resep yang memerlukan penanganan segera dapat diberi tanda di bagian kanan atas resep dengan kata-kata cito (segera), statim (penting), urgent (sangat penting), atau PIM (periculum in mora) yang berarti berbahaya jika ditunda. Urutan yang didahulukan adalah PIM, Urgent, Statim, dan Cito (Syamsuni, 2007).

b. Copy ResepCopy resep atau salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil fotokopi. Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, harus memuat juga:1. Nama dan alamat apotek.2. Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek.3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek.4. Tanda det=detur untuk obat yang sudah diberikan, atau tanda nedet=ne detur untuk obat yan belum diserahkan.5. Nomor resep dan tanggal pembuatan (Syamsuni, 2007).

c. EtiketEtiket yang digunakan untuk obat oral berwarna putih, sedangkan untuk obat luar (non oral) etiket yang digunakan berwarna biru. Pada etiket harus tercantum:1) Nama dan alamat apotek.2) Nama dan nomor SIK APA.3) Nomor dan tanggal pembuatan.4) Nama pasien.5) Aturan pemakaian.6) Tanda lain yang diperlukan, misalnya: kocok dahulu (Syamsuni, 2007).

d. Penyimpanan dan Pemusnahan ResepResep yang telah dibuat, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/pembuatan resep. Resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya, tandai dengan garis merah di bawah nama obatnya. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek (Syamsuni, 2007).Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditandatangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek (Syamsuni, 2007).Berita acara pemusnahan itu berisi:1) Tanggal pemusnahan resep.2) Cara pemusnahan resep.3) Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan kilogram (kg).4) Tanggal penulisan resep yang terlama dan terbaru yang dimusnahkan (Syamsuni, 2007).

4. Bidang Pelayanan ApotekBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

a. Pelayanan ResepPelayanan resep merupakan suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.Prosedur tetap pelayanan resep, yaitu :1) Skrining Resepa) Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.b) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.c) Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya).d) Membuatkan kartu pengobatan pasien (medication record).e) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan2) Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatana) Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan pada resepb) Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimumc) Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan /alat/spatula/sendokd) Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat semula.e) Meracik obat (timbang, campur, kemas)f) Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak minumg) Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk sediaan cair)h) Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan dalam resep.3) Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatana) Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)b) Memanggil nama dan nomor tunggu pasienc) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasiend) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obate) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apotekerf) Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan

b. SwamedikasiDalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya.Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas di apotek atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter. Dalam hal ini masyarakat merasa butuh akan penyuluhan yang jelas dan tepat mengenai penggunaan secara aman dai obat-obatan yang dapat mereka beli secara bebas tanpa resep dokter di apotek.Biasanya swamedikasi ini dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada mata. Salah satu upaya yang baru-baru ini dilakukan sebagai wujud dari self medication dalah mengkonsumsi suplemen makanan (food suplement). Konsep modern swamediaksi untuk saat ini lebih dimaksudkan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit dengan mengkonsumsi vitamin dan food suplement untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi adalah:1) Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang disisipkan di dalam kemasan meliputi: komposisi zat aktif, indikasi, kontraindikasi, dosisi, efek samping dan cara penggunaan.2) Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, seperti jika gejala penyakitnya hanya batuk maka pilih obat yang digunakan untuk mengatasi batuknya saja dan tidak perlu obat penurun demam.3) Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.4) Perhatikan aturan pakai, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya, dipakai sebelum atau sesudah makan serta berapa lama pemakaiannya.Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan pelayanan swamedikasi, konseling pra layanan swamedikasi dapat dilakukan kepada apsien dengan arahan 5 pertanyaan penuntun sebagai berikut:W= WhoUntuk siapa obat tersebut?W= What SymptomsGejala apa yang dirasakan?H= How LongSudah berapa lama gejala tersebut berlangsung?A= ActionTindakan apa yang sudah dilakukan untukmengatasi gejala tersebut?M= MedicineObat-obat apa saja yang sedang digunakan olehpasien?Dalam melakukan kegiatan swamedikasi tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada berbagai hambatan yang dapat terjadi pada proses pengobatan dan pemberian konseling, diantaranya yaitu:1) Hambatan yang berasal dari pasien, antara lain adalah perasaan malu, marah, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.2) Hambatan yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana yang dapat dipahami. Berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif.3) Hambatan yang berasal dari fisik dan mental. Ini dapat diatasi dengan menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.4) Hambatan yang berasal dari tenaga farmasi, dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukkan yang tidak memberikan perhatian, tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien. Upaya yang diberikan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas dan menunjukkan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan.5) Hambatan lain adalah kurangnya tempat khusus dalam memberikan konseling guna memberikan rasa privasi dan kenyamanan kepada pasien (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Prosedur tetap swamedikasi, yaitu :1) Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi2) Menggali informasi dari pasien meliputi:a) Tempat timbulnya gejala penyakitb) Seperti apa rasanya gejala penyakitc) Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnyad) Sudah berapa lama gejala dirasakane) Ada tidaknya gejala penyertaf) Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan3) Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek4) Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien dalam menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.5) Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan.

c. Komunikasi, Informasi dan EdukasiKomunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari pemikiran, perasaan, dan perilaku pengirim (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) dimana selanjutnya komunikan memberikan umpan balik (feedback) atau respon dari pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif tercapai apabila dalam proses komunikasi ada komunikator, komunikan dan umpan balik yang disampaikan oleh komunikan sesuai dengan harapan/maksud dari komunikator. Untuk kemudahan dalam berkomunikasi dapat digunakan beberapa alat bantu yang disebut juga dengan media. Media juga akan mempengaruhi penyampaian suatu informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.Tipe-tipe komunikasi antara lain:1. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication).2. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication).3. Komunikasi publik (public communication).4. Komunikasi massa (mass communication)Tipe komunikasi yang sering digunakan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian dalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Farmasis mengeluarkan proporsi yang besar pada setiap hari kerjanya untuk berkomunikasi dengan orang lain, pasien, dokter, tenaga kesehatan yang lain, staf dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif bagi farmasis. Untuk mencapai komunikasi yang sukses dan efektif, komunikasi dapat dilakukan melalui dua cara paling mendasar, yaitu:1) Komunikasi verbalKomunikasi secara lisan yang terjadi apabila dua orang atau lebih bertemu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bahasa penghubung (paralanguage). Ciri-ciri komunikasi verbal yaitu: karakteristik vokal, kualitas suara yang dijelaskan dengan nada, puncak, volume dan kecepatan, kelancaran bicara harus tetap diperhatikan agar dapat dimengerti oleh pendengarnya dan volume suara harus diatur sesuai keaadaan dan dapat menegaskan kata kuncinya.2) Komunikasi non verbalSemua tingkah laku yang bukan lisan dan secara tidak tertulis, penghubungnya dalah bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh dapat terbagi atas beberapa bagian seperti penampilan, sikap tubuh dan cara berjalan, kontak fisik, kontak mata, ekspresi wajah dan isyarat tangan.Salah satu implementasi dari KIE dalah kegiatan konseling. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat. Tujuan dilakukkannya konseling yaitu untuk mengoptimalkan hasil terapi obat dan tercapainya tujuan medis dari terapi obat dengan cara membina hubungan dan menumbuhkan kepercayaan, menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien serta mencegah dan mengurangi efek samping obat, toksisitas, resistensi antibiotika dan ketidak patuhan pasien. Kepatuhan pasien ditentukan oleh beberapa hal antara lain:

1) Pengalaman mengobati sendiri.2) Pengalaman dari terapi sebelumnya.3) Lingkungan (teman dan keluarga).4) Efek samping obat.5) Keadaan ekonomi.6) Interaksi dengan tenaga kesehatan (Dokter, Apoteker, dan Perawat).Komunikasi diperlukan untuk memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien. Komunikasi antara farmasis dengan tenaga kesehatan lainnya juga penting dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara farmasis dengan pasien adalah:1) Merancang, melengkapi, mengumpulkan, dan menganalisis informasi pasien yang relevan dengan penyakit dan tujuan pengobatan untuk mencapai keluaran yang optimal.2) Menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi kepada pasien dan/atau keluarganya secara jelas dan mudah dipahami sesuai keadaan tingkat pemahaman pasien dan/atau keluarganya.3) Memilih metode dan media komunikasi yang mendukung pemahaman pasien dan keluarganya.4) Memotivasi pasien dan keluarganya agar berpartisipasi aktif dalam rangka pencapaian tujuan terapi dengan mengungkapkan kebenaran dan kelengkapan informasi serta agar pasien mematuhi rencana pengobatan.5) Memberi kesempatan pasien dan/atau keluarganya untuk menyampaikan keluhan yang dialami berkaitan dengan penggunaan obat.6) Memberikan solusi sesuai norma, etika, keilmuan dan tata hubungan antara profesi.7) Memastikan pemahaman pasien dan/atau keluarganya atas informasi yang telah diberikan, bila perlu informasi disampaikan dalam bentuk peragaan gambar.8) Mencatat dan mendokumentasikan hasil komunikasi.9) Menghormati keputusan pasien dan keluarganya jika ternyata bertentangan dengan anjuran yang telah diberikan.

C. PEMBAHASAN DAN HASIL

1. Bidang Manajemena. Perencanaan dan Pengadaan ObatSebelum melakukan pengadaan obat, dilakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan pengadaan obat di Apotek Anugrah Berkoh menggunakan metode Epidemiologi untuk obat BPJS Kesehatan maupun obat reguler. Pengadaan obat di Apotek Anugrah Berkoh diperoleh dari PBF, setiap hari kamis PBF datang ke apotek menawarkan obat dengan berbagai jenis obat beserta harga dan diskon. Satu minggu sekali, Apoteker melakukan pemesanan barang yang habis atau hampir habis berdasarkan data buku stock obat . Ada kriteria tersendiri dalam pemilihan distributor, yaitu:1) Ketepatan waktu pengiriman barang.2) Track Record PBF.3) Harga yang kompetitif.4) Diskon yang diberikan.Proses pembayaran yang dilakukan oleh Apotek Anugrah Berkoh dilakukan setiap seminggu sekali, yaitu pada hari Kamis oleh bagian keuangan Apotek. Sebelum pembayaran, dilakukan pengecekan kesesuaian tagihan dengan yang tertera pada faktur.

b. Penerimaan ObatApotek Anugrah Berkoh memiliki SOP yang diantaranya mengatur tentang alur penerimaan obat, yaitu seperti berikut:1) Barang datang ditanyakan asal PBF2) Mengambil arsip Surat Pesanan (SP) sesuai dengan PBF yang datang3) Mencocokan barang dengan arsip surat pesanan (jika ada barang yang tidak sesuai dengan SP kembalikan kepengirim barang/retur dan barang yang tidak ada ditulis pada buku barang habis)4) Mengecek barang dengan yang tercatat pada buku faktur no batch, jumlah, tanggal kadaluarsa kemudian disesuaikan dengan barang yang ada, jika barang tidak sesuai diberi tanda pada faktur, jika dekat dengan expired date barang diretur.5) Menandatangani faktur, memberi nama terang penerima barang, tanggal dan cap apotek.6) Meminta arsip faktur dan dibendel dengan SP.7) Barang dihargai sesuai dengan jenis obatnya dengan ketentuan: Obat bebas/alkes = HNA x 1,1 (PPn) x 1,12 Obat keras = HNA x 1,28) Faktur diletakkan di tempat faktur.Penerimaan obat di Apotek Anugrah Berkoh sudah sesuai dengan SOP yang dibuat. ED obat yang dapat diterima oleh Apotek Anugrah Berkoh tergantung kondisi dan kebutuhan.

c. Pencatatan ObatObat yang masuk dan ke luar dari gudang dicatat di buku stock gudang meliputi nama barang, jumlah yang masuk dan ke luar serta sisa barang yang masih ada. Manajemen obat dilakukan secara manual. Pencatatan obat di buku defekta dilakukan setiap minggu dan saat diketahui obat sudah hampir habis atau sudah habis, obat tersebut langsung ditulis di buku defekta untuk dipesan saat PBF datang.

d. Penataan ObatPenataan obat di Apotek Anugrah Berkoh berdasarkan alfabetik, bentuk sediaan dan berdasarkan ED. Hal ini memudahkan kita dalam mencari obat yang dimaksud dan memperkecil kesalahan pengambilan obat untuk pasien serta dapat mengontrol obat yang ED

e. Penyimpanan ObatObat disimpan sesuai dengan stabilitas obat tersebut. Misal untuk obat-obat umum dan BPJS yang stabil pada suhu kamar disusun di rak. Untuk obat yang stabil pada suhu dingin seperti insulin, ovula, dan suppositoria disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8oC. Obat narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan terpisah di dalam lemari yang berpintu dan berkunci ganda. Sistem pengeluaran yang digunakan adalah FIFO dan FEFO.

2. Bidang Administrasia. Kelengkapan Resep, Copy Resep, dan Surat PesananApotek Anugrah Berkoh menerima resep pasien yang bekerja sama dengan BPJS, inhealt, nasmoco, dan umum. Resep yang masuk ke Apotek Anugrah Berkoh belum sesuai dengan teori yang didapat mengenai kelengkapan resep, yaitu terdiri dari:1) Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.2) Tanggal penulisan resep (inscriptio).3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).4) Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio).5) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).6) Tanda tangan atau paraf dokter (subscriptio).Di Apotek Anugrah Berkoh, Resep yang datang berasal dari Klinik Anugrah Berkoh sehingga alamat, dan nomer izin dokter tidak dicantumkan. Data alamat dan nomer izin dokter sudah direkap dalam catatan Apoteker yang juga sebagai Manager Klinik Anugrah Berkoh. Apoteker hanya melakukan skrining farmakologis dan farmasetis. Terkadang ada dosis atau aturan pemakaian yang melebihi dosis maksimalnya sehingga dilakukan penghitungan kembali oleh Apoteker dan dikonfirmasikan kepada dokternya. Copy Resep yang dibuat oleh apotek sudah sesuai dengan teori yang ada, yaitu meliputi:2. Nama dan alamat apotek.3. Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek.4. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek.5. Tanda det=detur untuk obat yang sudah diberikan, atau tanda nedet=ne detur untuk obat yan belum diserahkan.6. Nomor resep dan tanggal pembuatan.7. PCC dan cap apotek.Copy resep dibuat ketika ada iter di dalam resepnya, ada obat yang tidak diberikan, baru diambil separuhnya, dan atas permintaan pasien itu sendiri. Copy resep dibuat oleh apoteker atau asisten apoteker yang ditandatangani oleh apoteker. Copy resep juga dibuat ketika resep tercantum obat narkotik dan psikotropik, namun copy resep tersebut tidak diberikan kepada pasien melainkan disimpan sebagai administrasi klinik, asli disimpan di dalam lemari narkotik untuk pelaporan sipnap. Surat pesanan di Apotek Anugrah Berkoh dibedakan atas 4, yaitu:1) Surat pesanan umum.2) Surat pesanan narkotika.3) Surat pesanan psikotropika.4) Surat pesanan obat mengandung prekursorSurat pesanan tersebut semuanya dibuat 3 rangkap, kecuali untuk narkotika dibuat 5 rangkap. Surat pesanan tersebut harus ditandatangani oleh APA yang memiliki nomor SIPA.

b. Penyimpanan Resep, Copy Resep, dan Surat PesananResep yang sudah dilayani disimpan di rak dan dikelompokkan setiap harinya berdasarkan pelayanan, misal resep BPJS, inhealt, nasmoco, umum dikelompokkan secara terpisah. Di Apotek Anugrah Berkoh resep yang mengandung narkotika dipisah. Setelah satu bulan, resep disimpan di dalam dus dan diberi keterangan bulan dan tahun pada dus tersebut. Penyimpanan copy resep sama seperti penyimpanan resep, yaitu dikelompokkan setiap harinya dan disimpan di rak. Setelah satu bulan, dimasukkan ke dalam dus yang ditandai bulan dan tahun pada dus tersebut. Surat pesanan disimpan di ruang administrasi.

c. Pembuatan EtiketEtiket yang ada di Apotek Anugrah Berkoh ada 2, yaitu yang berwarna putih untuk obat oral dan yang berwarna biru untuk obat luar seperti salep dan suppositoria. Etiket dibuat oleh apoteker, asisten apoteker, maupun oleh karyawan yang diawasi oleh apoteker. Kelengkapan etiket sudah sesuai dengan teori yang didapat, yaitu meliputi:1) Nama dan alamat apotek.2) Nama dan nomor SIK APA.3) Nomor dan tanggal pembuatan.4) Nama pasien.5) Aturan pemakaian.6) Tanda lain yang diperlukan, misalnya: kocok dahulu dan di habiskan.

d. Pelaporan Narkotika dan PsikotropikaPelaporan narkotika dan psikotropika mulai Januari 2013 dilaporkan secara online kepada Binfar melalui situs www.sipnap.binfar.depkes.co.id. Pelaporan dilakukan secara berkala setiap sebulan sekali paling lambat tanggal 10. Jika terlambat atau tidak melakukan pelaporan akan dikenakan:1) Teguran atau peringatan.2) Denda.3) Penghentian sementara kegiatan.4) Pencabutan izin.Pelaporan secara online ini membuat lebih mudah dan cepat. Tetapi, terkadang dalam proses upload memakan waktu lama karena antri seluruh Indonesia.

3. Bidang PelayananBidang pelayanan meliputi penyiapan dan peracikan obat, Konseling Informasi Edukasi (KIE), serta Drug Related Problem.a. Penyiapan Obata) Resep diterima-Skrinning ResepSkrining resep meliputi administrasi, farmasetis, dan farmakologi.b) Obat disiapkanObat diambil dan disiapkan sesuai dengan resep yang tertulisc) Diberi etiketEtiket putih untuk obat dalam atau obat oral dan etiket biru untuk obat luard) Obat dicek dan siap diserahkan kepada pasien Obat yang sudah diberi etiket dan dikemas dalam etiket plastic, dicek kembali dengan resep yang ada, kemudian diserahkan kepada pasien.

b. Peracikan Obat a) Obat diracik sesuai dengan permintaan yang tertulis pada resep.b) Pengambilan dan peracikan obat harus dilakukan oleh Apoteker atau Asistensi Apoteker yang dibantu oleh juru resep.c) Setelah obat diracik dan diberi etiket maka puyer (pada etiket diberi kode jumlah sediaan yang diinginkan, missal 10 p untuk puyer), salep atau sediaan lainnya bisa dikerjakan oleh juru resep dibawah pengawasan Apoteker/Asisten Apoteker.d) Setelah pengerjaan obat selesai maka akan diperiksa terlebih dahulu oleh apoteker.e) Untuk obat yang belum diambil sepenuhnya atau pasien meminta copy resep, wajib dibuatkan copy resep yang ditanda tangani oleh apoteker. f.) Bagi pasien yang meminta kwitansi dibuatkan kwitansi dan rincian obat bisa dituliskan dibelakang kwitansi.c. Kegiatan Peracikan di Apotek Anugrah Berkoha) Peracikan PulveresKegiatan yang dilakukan yaitu meracik pulveres yang diindikasikan untuk pasien anak-anak. Obat-obat yang terdapat dalam resep untuk dibuat pulveres seperti CTM, PCT, GG (glyseryl Guaiacolate), Dexamethasone, Vitamin C, Vitamin B kompleks.b) Peracikan sirup Sirup yang diracik adalah jenis sirup kering seperti amoxcicilin, cefadroxil dll dengan cara ditambahkan air sebanyak 50ml lalu digojog agar larut.d. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien agar terhindar dari bahaya penyalahgunaan obatApoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, etis dan bijaksana.informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Anonim, 2004).Apoteker berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi dalam rangka pemberdaya masyarakat dengan cara apoteker membantu ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau bro/sur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya sesuai dengan Kepmenkes No. 1027/Me/nkes/SK/IX/2004 (Anonim, 2004).

1) Pemberian KIE pasien swamedikasia) Pemberian KIE pada ayah pasien yang menceritakan bahwa anaknya yang berumur 8 bulan badannya panas dan pilek, ayah pasien bertanya kepada apoteker obat apa yang cocok.Apoteker memilihkan obat Babys cough yang terdapat kandungan Guaifenesin yang berguna untuk meringankan pilek atau gejala flu, parasetamol berguna untuk menurunkan demam dan CTM supaya anak dapat beristirahat setelah minum obat. CTM indikasi untuk anti alergi. Kemudian ayah pasien diberi keterangan aturan pakai obat dimana untuk anak umur 8 bulan aturan pakainya sendok takar 3 kali sehari, diingatkan juga untuk menggunakan sendok takar yang sudah disediakan, tidak menggunakan sendok makan atau yang lainnya.b) Pemberian KIE kepada pasien tentang penggunaan obat sakit gigiPasien mengeluhkan sakit gigi, selain itu pasien juga merasa daerah disekitar giginya bengkak. Kemudian Apoteker menyarankan obat asam mefenamat dan kalmethasone. Apoteker juga menanyakan lamanya sakit yang dialami pasien. Apoteker kemudian memberikan penjelasan masing-masing obat. Asam mefenamat digunakan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien diminum 3x sehari 1 tablet. Kalmethasone yang kandungannya adalah deksamethasone digunakan untuk mengobati bengkak di sekitar gigi pasien yang sakit diminum 3x sehari 1 tablet. Asam mefenamat dan kalmethasone dihentikan penggunaannya saat pasien sudah tidak mengalami sakit gigi. 2) Pemberian KIE pasien dari resep doktera) Pemberian KIE obat resep kepada pasien hipertensi dan gastritis.Pasien yang mendapatkan resep obat antasida, ranitidin, nifedipin dan becom c. Maka edukasi kepada pasien obat yang diminum terlebih dahulu yaitu nifedipin dipagi hari pada saat bangun tidur saat perut kosong dengan cara obat tidak langsung ditelan tetapi diletakkan dilidah sambil dihisap. Lalu satu jam kemudian antasida dikunyah bukan ditelan utuh aturan pemakaian 3 x sehari sebelum makan. Antasida digunakan untuk mengatasi nyeri lambung. Selang setengah jam kemudian makan dan becom c diminum. Becom c digunakan sebagai vitamin. Lalu satu jam kemudian ranitidin diminum digunakan untuk mengurangi jumlah asam lambung. Aturan pemakaian 2 x sehari.b) Pemberian KIE tentang penggunaan Amoxicillin sirup keringPasien membawa resep yang berisi amoxicillin sirup kering. Apoteker menjelaskan cara penggunaan amoxicillin sirup. Amoxicillin sirup kering merupakan antibiotik spektrum luas dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Amoxicillin sirup kering harus di larutkan terlebih dahulu dengan aquades 50 ml setelah dilarutkan sediaan amoxicillin sirup kering digojog supaya homogen dan terbentuk suspensi. Cara penggunaan amoxicillin sirup kering harus dikocok terlebih dahulu, diminum 3x1 hari satu sendok takar. Karena amoxicillin sirup kering adalah antibiotik, sehingga amoxicillin sirup kering harus dihabiskan efek samping yang mungkin timbul adalah reaksi hipersensifitas terhadap cincin beta laktam yang meliputi gangguan saluran pencernaan, mual, muntah, ruam kulit dsb. Apoteker menjelaskan kepada pasien agar obat diminum sesuai aturan dan harus dihabiskan. Apabila amoxicillin sirup kering sudah melebihi dari satu minggu maka jangan digunakan lagi. Ini diakarenakan stabilitas dari amoxicillin sirup kering sudah menurun, karena amoxicillin kurang stabil dalam bentuk cairan.

e. Problem Solving Drug Related ProblemKasus 1

Domperidon merupakan obat golongan antimual (antiemetic) yang memiliki cara kerja dengan menghambat resptor dopamine di perifer. Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah pada orang sehat.Domperidon tidak dianjurkan digunakan pada anak. Domperidon hanya di anjurkan digunakan pada anak sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi dengan dosis 0,20,4 mg/KgBB sehari, dengan interval waktu 48 jam. Pada kasus yang kami dapatkan anak dengan usia 7,8 tahun mendapat resep domperidon sirup dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 sendok takar. Penggunaan antiemtik pada anak seharusnya di pertimbangkan dengan baik karena ,seperti memilih vitamin B dan dexametason sebagai plihan pertamanya.Selain itu pasien juga mendapat antibiotik cefadroxil sirup dengan aturan pakai 3 kali sehari. Cefadroxil memiliki waktu eliminasi (half-live) 1.5jam. Dosis lazim cefadroxil cukup 2 kali sehari untuk penanganan infeksi ringan.

Kasus 2

Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan fluoroquinolon yang bekerja dengan menghambat enzim DNA Gyrase yang berperan penting pada reproduksi bakteri. Bioavailabilitas ciprofloxacin sekitar 70% dan memiliki aturan pakai 2 kali sehari. Pada kasus yang kami dapatkan pasien mendapat resep ciprofloxacin dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 tablet. Dosis yang diberikan ini melebihi dosis lazim yang ada, yaitu berupa 2 kali sehari sedangkan ciprofloxacin memiliki waktu eliminasi (half-live) 3.5-4.5 jam. Selain itu pasien juga menerima resep alpara yang berisi Paracetamol 500 mg, phenylpropanolamine HCl 12.5 mg, chlorpheniramine maleate 2 mg, dextromethorphan HBr 15 mg. Alpara ini di indikasikan untuk meredakan gejala flu, sedangkan antibiotik yang digunakan adalah ciprofloxacin yang mana cukup diberikan dengan aturan minum 2 kali.

Kasus 3

Vitacur adalah suplemen untuk menambah nafsu makan dan stamina dalam masa pertumbuhan anak, yang berisi Curcuminoid 2 mg, -carotene 10 % 4 mg, vitamin B1 3 mg, vitamin B2 2 mg, vitamin B6 5 mg, vitamin B12 5 mcg, vitamin D 100 iu, dexpanthenol 3 mg, Ca pidolate 300 mg, fructo-oligosaccharide 300 mg. Dosis yang dianjurkan pada kemasan vitacur adalah untuk Anak umur 6-12 tahun : 2 kali sehari 1 sendok teh. Untuk umur Anak 1-6 tahun : 1 kali sehari 1 sendok teh.Pasien mendapat resep vitacur dengan aturan pakai atau dengan dosis 3 kali sehari 1 sendok teh, sementara itu aturan yang di anjurkan untuk umur 21 bulan (dibawah 2 tahun) adalah 1 kali sehari 1 sendok teh. Sebaiknya dalam pemberian aturan pakai tetap di sesuiakan dengan umur dan aturan pakai yang di anjurkan.

Kasus 4

Pasien An mendapatkan resep antara lain skabimed, dexamethason dan asyclovir tab. Pasien ini menggunakan BPJS dan ternyata harga obat melebihi kapitasi yang di sediakan oleh BPJS, sehingga resep ini dikonsultasikan kepada pasien karena pasien tidak membawa cukup uang maka pasien tidak dapat menebus keseluruhan obat yang ada dalam resep. Obat yang dapat diterima oleh pasien hanya dexamethason dan asyklovir, sedangkan obat yang tidak dapat di tebus oleh pasien adalah skabimed. Maka pasien mengalami kegagalan menerima terapi.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KesimpulanBerdasarkan hasil Praktek Belajar Lapangan (PBL) selama dua minggu dapat disimpulkan sebagai berikut:a. Kelengkapan dan penyimpanan resep, copy resep, dan surat pesanan sudah sesuai.b. Penataan obat berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, dan efek farmakologis.c. Penyimpanan obat sesuai dengan stabilitas obat tersebut.d. Penerimaan barang sesuai prosedur.e. Pencatatan obat di buku defekta dan kartu stock.f. Penyiapan dan peracikan obat tidak sesuai dengan prosedur yang ada.g. Pemberian KIE dan problem solving DRP kurang bagus.

2. SaranSaran untuk Apotek Anugrah Berkoh Tempat peracikan diperluas karena terlalu sempit kurangnya ventilasi. Peningkatan pengawasan Apoteker dalam penyiapan, peracikan, dan penyerahan obat kepada pasien. Penambahan jumlah karyawan Perhitungan harga obat dan pencatatan stok barang dilakukan dengan komputerisasi

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1980, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26 Tahun 1981 tentang Pengelolaan Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1983, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1997, Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1997, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 679/MENKES/SK/V/2003 tentang Peraturan Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2004, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tanggal 15 September 2004 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.Anonim, 2007, Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 284/Menkes/Per/III/2007 tentang Apotek Rakyat, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2008, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2009, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Djunarko, Ipang dan Dian Hendrawati, 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, Citra Aji Parama, Yogyakarta.Soekanto, Soerjono, 1990, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, Mandar Maju, Bandung.Syamsuni, 2007, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.40