30
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 ) menyatakan bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke 5 dan di jawa timur pada abad ke 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di iklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan dan bulan bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan adanya sistem irigasi. Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi atau sawah. Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik dan benar maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan benar. Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman. Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.

Irigasi dan bangunan ai rqq

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Irigasi dan bangunan ai rqq

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI

Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 ) menyatakan

bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke – 5 dan di jawa timur

pada abad ke – 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di iklim tropis

basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan dan bulan –

bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan adanya sistem irigasi.

Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu

bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi atau

sawah. Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik dan benar

maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan benar.

Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha

untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998

irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media

tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.

Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi

manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah

sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.

Page 2: Irigasi dan bangunan ai rqq

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ SET “ atau kumpulan yang

sekarang dipakai untuk kesatuan “ SET “ sesuai dengan kegunaannya ( Dulla – Navarette,

1992 ), misalnya sistem sungai, sistem matahari dan lain – lain.

Dengan mengacu pada takrif bahawa sistem irigasi merupakan : suatu set dari elemen –

elemen fisik dan sosial yang dipergunakan untuk mendapatkan air dari suatu sumber

terkonsentrasi alami ( seperti : saluran alami , cekungan, saluran drainase atau akulifer.

yang dimaksud dengan operasi dan pemeliharaan adalah kegiatan untuk melakukan operasi

pada alat – alat pendukung bangunan irigasi seperti pintu – pintu pengatur saluran air irigasi

sedangkan pemeliharaan adalah memelihara saluran dan sekitar saluran termasuk bangunan

utama irigasi agar dapat berjalan dengan lancar. Karna tanpa adanya O dan P dipastikan

jaringan tersebut tidak akan bertahan lama.

1.2. IRIGASI SEBAGAI SUATU SISTEM

Huppert dan Walker ( 1989 ) menyatakan sebenanya sistem irigasi merupakan sistem

sosio – teknis. Sistem sosio teknis mempunyai cirri kenampakan ( attributes ) sebagai berikut

:

1. Adanya interelasi yang sangat erat antara struktur sosial dan kenyataan teknologis.

2. Bersifat terbuka dan berinteraksi timbal balik dengan lingkungannya.

3. Berwawasan pencapaian tujuan dan ditentukan oleh kelompok yang berkepentingan

dengan harapan memperoleh hasil produksi barang ( Biomassa ) dan jasa pelayanan.

Sistem sosio – teknis menekankan pada proses konversi dimana memasukkan di import

dari sistem lingkungan ditranformasikan dalam suatu proses konversi dan di eksport ke

sistem lingkungan sebagai keluaran. Lingkungan suatu sistem irigasi berupa lingkungan fisik

dan ekologi. Didalam sistem irigasi yang kompleks akan terjadi transformasi :

i. Teknis berupa penyedian, pembagian air sapai air kemintakat perakaran tanaman.

ii. Transformasi kemanusian ( dapat berupa pola piker pelaku irigasi secara terlatih )

iii. Financial ( dalam bentuk investasi ) dan

iv. Informasi ( Puposutarjo, 1995 )

Page 3: Irigasi dan bangunan ai rqq

1.3. MANAJEMEN IRIGASI

Dari pengertian – pengertian diatas maka dalam hal ini manajemen diartikan sebagai

peningkatan atau perbaikan kinerja ( perfomence ) suatu sistem produksi dengan obyektif

afesiensi ( Pengaturan berbagai masukan untuk menghasilkan lebih banyak iuran yang

diinginkan ) ( Nobe dan Sampath ) , 1986 ; Reddy ‘ 1986 ). Menurut Pusposutarjo ( 1995 ),

konsep menajemen seperti disebutkan diatas berbasis pada pangkal piker ( premise ), bahwa

( i ) sistem produksi kinerjanya masih dapat ditingkatkan dan ( ii ) masyarakat sebagai

sistem sosio – kultural menginginkan danya perbaikan kinerja. Bila batasan arti konsep

manajemen irigasi maka : ( i ) irigasi merupakan sustu sistem ; ( ii ) manajemen merupakan :

“ Proses dimana air dimanipulasikan ( dikendalikan dalam produksi pangan dan serat –

seratan). Manajemen air irigasi merupaka cara pendayagunaan keterampilan – ketermpilan

fisik, biologis, khemis dan sumberdaya sosial untuk menyediakan air guna memperbaiki

produksi pangan dan serat – seratan. ( Lowdermilk dalam Reddy, 1984 ).

BAB II

SISTEM JARINGAN IRIGASI, SALURAN PEMBAWA,

PEMBUANG DAN STRUKTUR ORGANISASI

II . SISTEM JARINGAN IRIGASI

2.1. Unsur dan Tingkatan Sistem Jaringan Irigasi

Suatu jaringan irigasi sebetulnya mempunyai empat macam fungsi pokok yang harus

dipenuhi, yaitu :

1. Mengambil air dari sumbernya, biasanya berasal dari mata air, danau atau akuifer

2. Membawa air dari bangunan pengambilan kepetak – petak ( tersier )

3. Membagikan air di dalam petek – petek ke petek – petek sawah

4. Mengalirkan kelebihan air kesaluaran pemutus, yang biasanya dipakai saluran alam atau

sungai.

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas yang

dimiliki, sistem jaringan dapat dipilahkan menjadi tiga macam, yaitu ;

a. Sistem irigasi sederhana

b. Sistem irigasi semi teknis

c. Sistem irigasi teknis

Page 4: Irigasi dan bangunan ai rqq

Ciri – ciri ketiga sistem irigasi tersebut adalah sebagai berikut :

2.1.1. Sistem Jaringan Irigasi Sederhana

Sistem jaringan irigasi digolongkan ke dalam irigasi sederhana karena, fasilitas (

bangunan ) yang ada tidak permanen dan fungsinya masih sangat sederhana sekali. Apabila

sistem irigasi tersebut mengambil dari air sungai baisanya bangunan terserbut terbuat dari

tumpukan batu dan batang kayu maka membutuhkan perhatian yang sangat tinggi untuk

menjaga kelanjutannya.

Karenanya kasederhanaannya sistem irigasi ini dapat dikelola oleh sekelompok

masyarakat tanpa peranan pemerintah. Didalam kinerja pengolaannya tidak efisien karena

keterbatasan alat ( fasilitas ) maupun tempat ( daerah ) yang terletak didesa.

2.1.2 . Sistem Irigasi Semi Teknis

Sistem irigasi semi teknis ini sudah lebih maju karna fasilitasnya sudah lengkap serta

bangunanya juga permanen kan tetapi sistem jaringan pembagian airnya masih serupa dengan

sistem irigasi sederhana. Dalam sistem irigasi semi teknis ini pemerintah sudah terlibat dalam

pengelolaannya, seperti dalam melakukan operasi juga pemeliharan bangunannya.

2.1.3. Sistem Irigasi Teknis

Dalam sistem jaringan irigasi teknis ini bangunannya sudah dibuat lebih lengkap agar

dapat memenuhi keempat fungsinya. Salah satu prinsip sistem irigasi teknis adalah

pemisahan sistem jaringan pembawa dan sistem jaringan pemutus. Sistem jaringan irigasi

teknis ini disebut juga manajemen gabungan antara pemerintah dan petani. Karena

pemerintah bartanggung jawab didalam sistem jaringan utama dimulai dari bangunan

pengambilan sampai dengan saluran tersier sepanjang 50m di hilir bangunan sadap tersier,

sedangkan petani bertanggung jawab atas sistem jaringan di dalam petak tersier.

2.2. Komponen Sistem Jaringan Irigasi

Agar sistem jaringan irigasi dapat memenuhi fungsinya, maka harus ada komponen utama

yang terdiri dari :

a. Bangunan Utama ( Headwork )

b. Jaringan Pembawa

c. Petek – petak Tersier

d. Saluran Pemutus

Page 5: Irigasi dan bangunan ai rqq

Agar dapat menjamin keberhasilan dan mendapat kinerja yang lebih baik maka komponen

utama tersebut di lengkapi dengan bangunan pelengkap. Fungsi dan ciri keempat komponen

utama tersebut sebagai berikut :

2.2.1. Bangunan Utama ( Headwork )

Bangunan utama merupakan suatu komplek bangunan yang direncanakan sepanjang

aliran sungai atau aliran air untuk dialirkan kedalam jaringan aliran agar dapat dimanfaatkan

untuk keperluan irigasi serta dapat mengurangi kandungan sendimen yang berlebihan juga

dapat mengukur banyak air yang masuk. Bangunan utama terdiri atas :

a. Bangunan pengelak banjir dengan peredam energi

b. Bangunan pengambilan utama

c. Pintu bilas

d. Kolam elak

e. Kantung lumpur ( jika diperlukan )

f. Tanggul banjir

g. Bangunan pelengkap ( apabila diperlukan )

Tidak semua bangunan utama mempunyai komponen yang dapat memfasilitasi

pengukuran debit maupun pengurangan laju sedimen yang masuk kesaluran utama karena

tergantung pada tipe sistem jaringan irigasi yang ditinjau.

Sesuai dengan fungsinya maka terdapat beberapa macam bangunan utama, yaitu :

a. Bendung tetap ( Weir )

b. Bendung gerak ( Barrage )

Fungsi bendung tetap dan gerak sama karena untuk meninggikan permukaan air sungai

agar dapat dialirkan ke dalam aliran irigasi. Apabila tubuh bendung tersebut suatu bangunan

dengan konstruksinya tetap maka bendung tersebut bendung tetap. Tetapi apabila tubuh

bendung terdirir atas beberapa pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk mengatur tinggi

muka air dihulu bendung, bendung tersebut disebut bendung gerak.

Apabila kharestaristik sungai memungkinkan maka sistem sungai tersebut dapat dibangun

suatu waduk ( dam, strorage ). Waduk merupakan bangunan yang berguna untuk untuk

menampung air irigasi pada saat kelebihan ( surplus ) air sungai agar dapat dimanfaatkan

kalau terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Waduk juga memiliki banyak fungsi

sebagai pengatur aliran air sungai, pembangkit tenaga listrik, pengendalian banjir, perikanan,

pariwisata, olahraga dan lain – lain. Sebagai contoh waduk yang terkenal adalah waduk

jatiluhur.

2.2.2. Jaringan Pembawa

Page 6: Irigasi dan bangunan ai rqq

Sesuai dengan fungsinya sebagai pembawa air dari bangunan utama kepetak – petak

tersier, biasanya dilengkapi dengan bangunan – bangunan air yang dibangun sesuai dengan

kebutuhannya baik memenuhi persyaratan operasional, perawatan, maupun teknik keamanan

bangunan serta dapat pula berfungsi sosial. Bangunan tesebut dapat berbentuk bangunan

pengukur dan pengatur, bangunan bagi, jaringan primer dan dibangunan sadap sekunder

maupun tersier pada alat pengukur dilengkapi dengan pengatur muka air biasanya alat ini

berbentuk pintu sorong.

2.2.3. Petak Tersier

Petak tersier mempunyai fungsi penting dalam pengelolaan sistem irigasi teknik.

Berfungsi menerima air irigasi dari suatu jaringan utama melalui suatu bangunan sadap

tersier yang dilengkapi bangunan pengatur dan pengukur debit aliran. Luas petak tersier

berkisar antara 50 – 100 Ha. Tetapi kadang – kadang dapat mencapai 150 Ha. Petak tersier

dapat dibagi lagi menjadi petak kuarter dengan luas 8 – 15 Ha.

2.2.4. Saluran Pemutus

Berfungsi sebagai saluran pembuang kelebihan air di petak tersier. Biasanya saluran ini

berbentuk saluran terbuka terletak sejajar petak tersier.

2.3. Perancangan dan Perencanaan Sistem Irigasi

Indonesia yang terletak di wilayah iklim tropis basah dengan sifat klimatik yang khas

yaitu curah hujan yang tinggi dengan beberapa bulan yang kering juga mempunyai

kharakteristik flora yang khas pula. Padi sebagai salah satu tanaman pokok yang toloren

terhadap kharakteristik wilayah tropis basah tersebut. Sifat klimatik tropis basah yang khas

pula menyebabkan timbulnya beberapa hari tanpa hujan. Oleh sebab itu agar tanaman tetap

dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal tanpa kekurangan air masih dibutuhkan

tambahan atau suplesi air irigasi.

Adanya curah hujan yang tinggi dengan kharakteristik hidrogeologi yang khas pula telah

menyebabkan Indonesia mepunyai banyak sungai. Dari air sungai inilah air irigasi diambil

dan diupayakan guna mengairi daerah irigasi yang direncanakan. Karena adanya masalah

sungai, seperti banjir, konflik antara pemakai air dan kebutuhan tenaga listrik yang makin

lama makin membesar sehingga membutuhkan cadangan yang besar maka dibangunlah

bendungan ( Dam ).

Page 7: Irigasi dan bangunan ai rqq

Sistem irigasi juga dirancang untuk pemberian air irigasi terhadap waktu atau sistem,

aliran lunak ( unsteady Flow ), artinya debit air irigasi diberikan secara tetap untuk waktu

tertentu.

2.3.1. Proses Perencanaan

Pada akhir abad ke – 19 pemerintah kolonial Belanda secara besar – besaran membangun

sistem irigasi dengan tujuan utama untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau. Pada

pembangunan tersebut dipakailah metode – metode perencanaan secara modern dengan

mengutamakan kaidah – kaidah manajemen modern dengan tolak ukur wilayah, hidrolika,

ilmu kalimat, agronomi dan ekonomi untuk menentukan kelayakan teknik dan ekonomis.

Kaidah ono meskipun dipakai untuk merencanakan dan merehabilitasi sistem irigasi di

Indonesia meskipun tujuan utama pembangunan irigasi dikembalikan lagi sebagai rice based

irrigation system. Pada tahun 1986 Direktorat Jendral pengairan telah mengeluarkan buku

baku perencanaan irigasi.

Dalam buku perencanaan tersebut terdapat tujuh tahapan kegiatan pproyek pembangunan

yang tahapannya disingkat dengan akronim SIDLACOM, kependekan dari : Survey (

Pengukuran ), Investigation ( Penyelidikan ), Design ( Perencanaan Teknik ), Land

Acquistion ( Pembebasan Tanah ), Construktion ( Konstruksi / Pelaksanaan ), Operation (

Ekspolitasi ), Maitenance ( Pemeliharaan ).

Ketujuh tahapan pekerjaan tersebut proses SID merupakan proses perencanaan. Tahap

SID dilakukan dengan dua tahapan yaitu, Tahap studi dan Tahap perencanaan teknis.

2.3.2. Perencanaan Pembangunan Irigasi Dalam Paradigma

Pembangunan Yang Baru

Pembangunan irigasi ini hanya ditujukan untuk memenuhi kelayakan teknis dan

ekonomis. Tetapi pada dekade 90-an telah berkembang pembangunan baru yang berorientasi

pada pembangunan kemanusian. Dimana manusia ditempatkan sebagai subyek dalam

pembangunan itu sendiri, melindungi peluang kesempatan hidup bagi generasi mendatang

seperti halnya generasi saat ini dan menghargai sistem alami dimana semua kehidupan

tergantung kepadanya.

Paradigma baru dalam pembangunan irigasi yang kemanusiaan secara lebih rinci ini

adalah :

1. Pembangunan irigasi harus memberikan kesempatan kepada semua individu untuk

mengembangkan kemampuan kemanusiaannya secara penuh dan memanfaatkan

kemampuannya disegala bidang.

Page 8: Irigasi dan bangunan ai rqq

2. BAB I PENDAHULUAN

3. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui bahwa

hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu. Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, baik di negara kita maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang dari lembah dan

tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dU.) Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya

air, dapat disebutkan antara lain : a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis makanan

ini didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan tumbuhan penghasil makanan. Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman tersebut memerlukan

penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut

berupa bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan tanah, sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-bangunan

lainnya. 4. b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya

Seperti telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah mitra yang

baik bagi kehidupan manusia. Namun, dalam keadaan dan saat-saat tertentu, sungai pun adalah musuh manusia yang akan merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada

setiap kejadian dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia kemudian berfikir dan berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat

yang merugikan kehidupannya. Manusia lalu membangun bangunan-bangunan air sepanjang sungai yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-

bendungan, pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat melindungi manusia. terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya.

5. Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan runtuh kejayaannya.

Kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan oleh.perilaku sungai, namun kebanyakan merupakan proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa sarana dan prasarana yang

penting bagi kehidupan manusia. 6. 1.2 Beberapa Pengertian

a. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana apabila terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi, akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.

b. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

c. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan. d. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki jaringan

irigasi yang telah dikembangkan, luas daerah fungsional ini sama atau lebih keeil dari daerah potensial.

e. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan

Page 9: Irigasi dan bangunan ai rqq

diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunannya.

f. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari satu jaringan irigasi.

g. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian. h. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang

berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier. i. Pemberian air irigasi : adalah penyaluran jatah air irigasi dari jaringan utama ke petak

tersier. j. Penggunaan air irigasi : adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.

7. 1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan faktor

yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia. Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar rasa

aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di tepi sungai. Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk

menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :

a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.

b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan. c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur pada

daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur. d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan lumpur

yang dikandung oleh air irigasi. e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan selanjutnya dibasmi secara alamiah.

f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada musim tersebut.

8. 1.4 Metode Penulisan Metode yang dipakai adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori – teori yang diambil dari buku dan bimbingan, arahan dari dosen pembimbing.

9. 1.5 Landasan Teori 10. 1.5.1 Pengertian Irigasi

Irigasi berasal dari istilah irrigaite dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur

dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali (Erman Mawardi et al.,2002). Untuk mengairi suatu daerah irigasi, haruslah ditinjau adanya sumber airnya. Dalam hal ini, adalah

sungai yang memiliki debit dan elevasi yang cukup untuk disadapkan ke saluran induk. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila elevasi sawah lebih rendah dari elevasi sungai, karena air akan lebih mudah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat

yang rendah. Permasalahan yang timbul adalah apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah daripada elevasi sawah yang akan diari. Permasalahan ini dapat diatasi

dengan membuat bendung. Dibangunnya suatu bendung adalah untuk menaikkan elevasi

Page 10: Irigasi dan bangunan ai rqq

muka air sungai sehingga dapat mengairi suatu daerah irigasi yang memiliki elevasi yang lebih tinggi.Tujuan dibangunnya suatu bendung adalah:

Menaikan elevasi air sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas.

Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake

Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai.

Mengurangi fluktuasi sungai.

Menyimpan air dalam waktu singkat.

11. 1.5.2 Fungsi dan Pengertian Bendung Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard Work, yaitu

bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya.

12. Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong suatu aliran

sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow

Weir Type. 13. Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :

1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.

2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya. 3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai

dan aliran air yang meresap ke dalam tanah. 4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.

5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

14. Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung,

pelaksanaa, pengoperasian, dampak pembangunan, dan lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :

15. Keadaan Topografi 1) dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi

sawah tertinggi yang akan diari 2) bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan

3) dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi 4) disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan

16. Kondisi Topografi Dilihat dari lokasi bendung, harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :

1) ketinggian bendung tidak terlalu tinggi 2) trase saluran induk terletak di tempat yang baik 3) penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen

17. Kondisi Hidraulik dan Morfologi Dilihat dari lokasi bendung ; termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus

dipertimbangkan pula dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi : 1) pola aliran sungai : kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang dan kecil

2) kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil 3) tinggi muka air pada debit banjir rencana 4) potensi dan distribusi angkutan sedimen

Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai.

Page 11: Irigasi dan bangunan ai rqq

18. Kondisi Tanah Fundasi

Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah fundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena arus dan sebagainya ; secara teknik bendung dapat

ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan yang tidak mudah.

19. Biaya Pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan ; yang selanjutnya biaya pelaksanaan dapat

ditentukan dan cara pelaksanaannya, peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan teraqkhir. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

20. Faktor-faktor lain Yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi bendung yaitu penggunaan lahan di

sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

21. 1.5.3 Pembagian Bendung

22. Berdasarkan cara pembendungannya

Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi menjadi :

1) Bendung Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak

pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air .

23. 2) Baragge

Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu

banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi minimum/ berkurang.

24. Berdasarkan Fungsinya

1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir ) Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk

membelokkan air sungai ke saluran primer 25. 2) Bendung Penahan

Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.

26. Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi

1) Masonary Weir With Vertical Drops. Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak ambang dari

pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir tegak. (kadang-kadang juga dilengkapi dengan pintu ). Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung keras.

27. 2) Rock Dry Stone Weir. Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak,

jadi bendung tipe ini tidak banyak dipakai. 28. 1.5.4 Bangunan yang Terdapat Pada Bendung

29. Tubuh Bendung ( Weir ) Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air

banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap:

Page 12: Irigasi dan bangunan ai rqq

Tekanan air

Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.

Tekanan gempa

Akibat berat sendiri

30. Bangunan Pembilas

Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke dalam saluran irigasi.

Ada empat tipe, yaitu:

Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.

Pembilas bawah

Shunt undersluice

Pengambilan bawah tipe boks

Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras ( Under Sluice ).

31. Bangunan Penguras

Fungsinya adalah untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih rendah dari puncak ambang

bendung, sehingga akan membantu membawa debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar

saluran terdalam pada musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di under sluice.

32. Dinding Pemisah (Divide Wall )

Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun disebelah kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendung dengan under sluice (Bangunan Penguras).

Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu :

Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan under sluice lebih

rendah daripada tubuh bendung.

Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga lumpur akan

mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan masuk ke intake.

33. Canal Head Regulator (Intake)

Berfungsi sebagai :

Mengatur pemasukan air kedalam saluran.

Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai.

Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.

Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).

34. Kantong Lumpur Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus

( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara

berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.

35. Bangunan Pelengkap

Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :

Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.

Pengoperasian pintu

Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan

pemeliharaan.

Page 13: Irigasi dan bangunan ai rqq

Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar

bagian-bagian itu terbuka untuk umum. 36. 1.5.5 Keadaan Tubuh Bendung

Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai

Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:

Kemiringan dasar sungai ( I ),

Lebar dasar sungai (b),

Debit maksimum (Qd).

37. Menentukan tinggi mercu bending

Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,

Elevasi kedalaman air di sawah,

Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,

Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,

Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,

Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,

Kehilangan tekanan di alat – alat ukur,

Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,

Persediaan tekanan untuk eksploitasi,

Persediaan untuk bangunan lain. 38. Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/ dasar sungai di udik

bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :

kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan

kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan

tinggi muka air genangan yang akan terjadi

kesempurnaan aliran pada bendung

kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.

tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H =

tinggi energi di atas mercu).

39. Menentukan tinggi air di atas mercu bendung

Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:

Lebar Bendung (B)

Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar

bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar

bendung (B) 6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :

1. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup 2. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain

Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan : 1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge).

2. umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil. 40. Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain

panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan

Page 14: Irigasi dan bangunan ai rqq

profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.

41. Lebar Efektif Bendung Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit.

Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, perlu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu

bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:

42. Di mana: Lef = Lebar efektif bendung

B = Lebar seluruh bendung = Jumlah tebal pilar

= Jumlah lebar pintu pembilas

43. Menentukan panjang dan dalam kolam Olak

Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam

aliran. Rumus yang dipakai untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS SCHOKLISH yaitu:

44. Dimana: T = Scouring depth d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir h = Beda tinggi

q = Debit persatuan lebar 45. Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak adalah Rumus

Angerholzer yaitu: 46. Dimana: L = Scouring length

Hd = Tinggi air diatas bendung

Vi = Kecepatan pada kolam olak g = gravitasi (9.8 m2/detik)

47. Menentukan Panjang Lantai Muka Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan

terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.

Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:

48. Teori Bligh

Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

49. Dimana: ΔH = Beda tekanan L = Panjang creep line C = creep ratio

50. Teori Lane Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh

air untuk mengalir kea rah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat dianggap :

51. Dimana: H = Tekanan L = Panjang creep line

52. Menentukan Stabilitas Bendung

Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan

oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:

Page 15: Irigasi dan bangunan ai rqq

Gaya berat,

Gaya gempa,

Tekanan Lumpur,

Gaya hidrostatis,

Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

53. Perencanaan Pintu

Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa

juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah

masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir

di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya

maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

54. Pintu Penguras

Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras

harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.

55. 1.6 Stabilitas Bendung Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara lain:

Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.

Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air

yang meresap di dalam tanah.

Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya.

Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum

yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.

Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan batu –

batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang. 56. 1.7 Tipe Mercu Bendung

Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya adalah sebagai berikut:

a. Type Mercu Bulat Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi

(44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada

mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.

57. Gambar 1.1. Gambar Mercu Tipe Bulat b. Type Mercu Ogee Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.

Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu

bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan

Page 16: Irigasi dan bangunan ai rqq

digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan

lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.

58. Gambar 1.2. Gambar Mercu Tipe Ogee 59. c. Tipe Vlughter

Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-

batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia. 60. d. Tipe Schoklitsch

Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

1. Bangunan Irigasi

1. Bangunan Utama

Adalah semua bangunan yang dibuat sebagai sarana pembagian air irigasi. Macam bangunan utama yaitu :

a Waduk

Yaitu bangunan yang berfungsi mengatur debit aliran sungai serta menyimpan kelebihan air.

b Bendung

Yaitu berfungsi menaikkan air sungai hingga areal yang memerlukan pengairan.

c Mesin pompa

Yaitu bangunan pengganti bendung dimana pada lokasi tersebut tidak mungkin didirikan sebuah bendung.

d Bangunan pengambilan bebas

Yaitu bangunan yang berfungsi mengalihkan air ke tempat yang membutuhkan air tanpa menaikkan muka air.

2. Bangunan pembawa

a. Saluran pembawa

Berfungsi membawa air dari saluran utama ke tempat yang memerlukan air tersebut.

Jenis saluran pembawa :

¨ Saluran primer : membawa air dari bangunan utama sampai bangunan terakhir.

Page 17: Irigasi dan bangunan ai rqq

¨ Saluran sekunder : membawa air dari bangunan bagi pada saluran primer sampai bangunan sadap terakhir.

¨ Saluran tersier : mengaliri suatu petak tersier yang menyadap saluran sekunder.

¨ Saluran kuarter : saluran yang airnya langsung digunakan di tanah.

b. Saluran pengendap lumpur

Dibangun di daerah irigasi yang airnya banyak mengandung lumpur. Saluran ini biasanya terletak di daerah hilir bangunan pengambilan, untuk mengendapkan lumpur yang kasar.

c. Gorong-gorong

Bangunan perlintasan yang dilewati saluran, yang melintas di bawah bangunan lain dengan

aliran bebas.

d. Talang

Bangunan yang mengalirkan air dengan dasar tidak pada permukaaan tanah, sifat alirannya

bebas.

3. Bangunan sadap

Terletak pada saluran primer/sekunder yang mengalirkan air ke saluran tersier.

4. Bangunan bagi sadap

Page 18: Irigasi dan bangunan ai rqq

Terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran sekunder dan ke saluran lainnya.

5. Bangunan terjun

Bila muka air rencana cukup tinggi di atas medan bebas, maka air diturunkan dengan sarana bangunan terjun.

6. Alat ukur debit air

Untuk mengukur besar air yang mengalir pada saluran perlu dilengkapi dengan alat ukur debit air.

7. Bangunan penangkap.

Bangunan yang digunakan untuk menangkap air dari sungai atau saluran primer.

2. Sistem Irigasi

Dalam memberikan air pada areal persawahan ada beberapa macam cara tergantung dari jenis tanaman yang akan dialiri. Cara pemberian air tersebut adalah :

a. Sprinkler

Adalah cara membasahi tanaman dengan cara menyemprotkan air ke udara sehingga tanaman

mendapatkan air dari atas seperti hujan. Alat ini ditempatkan pada interval tertentu sesuai kebutuhan.

Page 19: Irigasi dan bangunan ai rqq

b. Drip Irrigation

Adalah cara membasahi tanaman dengan jalan memberikan air pada permukaan tanah sekitar tanaman sesuai dengan kebutuhannya.

c. Penggenangan

Sistem penggenangan hanya cocok untuk beberapa jenis tanaman tertentu terutama padi. Jadi air digenangkan pada petak sawah hingga ketinggian tertentu, tergantung jenis padinya.

3. Peta Petak

Kriteria Peta Petak

3.a. Arti dari Peta Petak

Petak tersier adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat pengambilan. Yang dimaksud dengan peta petak tersier adalah peta yang memperlihatkan lokasi seluruh daerah yang dialiri

dengan memuat batas-batas daerah dan garis-garis kontur secara lengkap.

Pada peta petak tersier ini terlihat suatu peta daerah irigasi yang menggambarkan petak-petak tersier, batas dan luas dari masing-masing petak-petak sekunder/tersier, rangkaian saluran-

saluran pembawa yang berupa saluran-saluran induk/sekunder/tersier dan saluran-saluran pembuang tersier/sekunder, lokasi bangunan pengambilan air dalam sungai, baik yang berupa

bendung maupun yang berupa pengambilan bebas ataupun rumah pompa, serta lokasi bangunan bagi/sadap yang ada di dalam saluran induk/sekunder dan perkiraan letak bangunan

Page 20: Irigasi dan bangunan ai rqq

silang seperti gorong-gorong, talang, siphon, jembatan, dll. Dari petak-petak tersier ini pula terlihat jelas gambaran dari sistem pemberian air irigasi.

3.b. Penentuan Peta Petak Tersier

Dalam membuat peta petak tersier harus diperhatikan hal - hal berikut :

a. Setiap bagan peta petak tersier harus sedapat mungkin terlihat jelas yaitu dengan memberikan warna-warna yang berlainan pada batas-batas tertentu, yaitu :

1. Sungai dan saluran pembuangan dengan warna merah.

2. Jalan raya dengan warna coklat.

3. Saluran induk, sekunder dan tersier yang berfungsi sebagai saluran pembawa dengan

warna biru. Garis langsung bagi saluran yang sudah ada. Garis putus-putus bagi saluran yang direncanakan.

4. Tanah yang tinggi yang tidak dapat dialiri dengan warna kuning.

5. Batas kabupaten, kecamatan, desa, dan kampung dengan warna hijau.

6. Jalan kereta api strip hitam-putih.

b. Setiap petak sebaik mungkin ditempatkan langsung di belakang pintu sadap, sehingga

petak ini akan langsung menerima air tanpa ada saluran yang melewati petak lainnya.

c. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari bangunan sadap, yang terletak disaluran induk atau sekunder.

d. Petak direncanakan dengan seluruh petak dapat mudah dialiri yang mana setelah air

tersebut digunakan dapat dengan mudah dialirkan kesaluran pembuangan (drainase).

e. Bentuk setiap petak sedapat mungkin dibuat sama antara lebar dan panjangnya, sehingga didapatkan saluran tersier yang pendek dan akan memudahkan pemeriksaan saluran.

f. Petak tersier sedapat mungkin terlihat bebas dan jarak sawah terjauh dari bangunan sadap jangan lebih dari 3 km, untuk memudahkan kepengurusan atau pembagian air oleh petugas (

ulu-ulu ) dari para petani pemakai air.

g. Luas satu petak sekunder sedapat mungkin antara 50-100 ha dan tidak boleh lebih dari 150 ha.

3.c. Petak Sekunder

Petak sekunder adalah suatu petak kumpulan dari beberapa tersier yang mendapat air irigasi

dari satu saluran sekunder. Dalam membuat peta petak sekunder harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Page 21: Irigasi dan bangunan ai rqq

a. Batas tiap-tiap petak sebisa mungkin harus jelas, yaitu dengan memberikan warna yang berlainan.

b. Tiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi/sadap yang

terletak disaluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu harus mendapat air irigasi suplai dari saluran lain.

c. Saluran sekunder punggung sedapat mungkin terletak melalui punggungnya, untuk

memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri. Untuk saluran garis tinggi, diletakkan pada daerah yang tertinggi, agar air irigasi bisa mencapai keseluruhan daerah yang

dialiri.

d. Letak petak sekunder tergantung dari keadaan medan.

3.d. Petak primer

Petak primer adalah suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung dari saluran dan beberapa petak sekunder. Dalam petak primer harus diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

a. Batas tiap petak primer harus jelas dan biasanya dibatasi oleh sungai. Apabila pintu sadap pada sungai ada dua, sebelah kanan dan kiri, maka saluran sebelah kanan dinamai saluran induk kanan dan saluran sebelah kiri dinamai saluran induk kiri.

b. Setiap petak primer harus sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung, agar

tidak terlalu panjang membuat saluran induknya.

c. Luas petak primer tergantung keadaan medan.

4. Nomenklatur

Nomenklatur adalah nama petunjuk (index) yang jelas dan singkat dari suatu objek, baik itu

petak, saluran atau bangunan bagi, bangunan silang dan sebagainya, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian, dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf.

b. Huruf ini dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan.

c. Letak objek dan saluran beserta arahnya.

d. Jenis saluran pengangkut dan pembuang.

e. Jenis pembangunan untuk pembagian dan pemberian air, talang, siphon dan lain sebagainya.

Page 22: Irigasi dan bangunan ai rqq

f. Jenis petak sekunder atau primer.

5. Cara Pemberian Nama

1. Bangunan utama bendung, rumah pompa, pengambilan bebas diberi nama dengan nama kampung terdekat daerah irigasi atau sungai yang disadap airnya dengan nomer kode 0.

2. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama kampung terdekat dengan diber index 1,2,3, dan seterusnya yang menyatakan ruas salurannya.

3. Saluran sekunder diberi nama sesuai nama kampung, desa atau kota terdekat.

4. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi index 1,2,3, dan seterusnya.

5. Bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, jembatan, siphon dan sebagainya diberi index 1a, 1b, 2a, 2b dan seterusnya.

6. Di dalam kotak tersier diberi kotak sepanjang 4 cm dan lebar 1,5 cm, dalam kotak ini diberi kode dari saluran mana kotak tersebut mendapat air irigasi, arah saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan bagi/sadap melihat arah aliran air. Kotak dibagi dua atas dan bawah,

bagian bawah dibagi dua vertikal, kolom sebelah kiri menunjukan luas petaknya dalam hektar (ha) dan kolom sebelah kanan menunjukkan besar debit yang diperlukan untuk mendimensi

saluran tersier dalam liter/detik ( l/dt ).

Contoh :

S5 Ka

60 ha 121 l/dt

Dimana :

S : nama saluran

5 : nomor bangunan

ka : arah sebelah kanan

121 l/dt : besarnya debit

60 ha : luas areal petak

6. Efisiensi Irigasi.

Page 23: Irigasi dan bangunan ai rqq

Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besar kehilangan air selama penyaluran air dari bendung sampai petak sawah. Menurut PSA 010 direkomendasikan sebagai berikut :

a. Daerah irigasi yang luas untuk seluruh jaringan efisiensinya 60%-65%

b. Daerah irigasi yang daerahnya kecil dan pemberian air diatur dengan baik atau irigasi dari waduk yang air buangannya dapat digunakan lagi di jaringan tersebut, besarnya efisiensi dapat ditetapkan sedikit lebih besar namun tidak melebihi 75%.

c. Bila suatu daerah irigasi sudah diadakan penelitian mengenai efisiensi irigasi maka dipakai

angka hasil penelitian tersebut.

7. Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi.

1. Data-data yang diperlukan :

a. Jenis saluran : Tersier, sekunder, primer.

b. Luas daerah/petak yang akan dialiri oleh saluran.

c. Angka kebutuhan air untuk setiap jenis saluran tersier, sekunder, maupun primer.

2. Menentukan besarnya debit ( kapasitas ) dengan rumus :

Q = Do x a ( m3/dt )

Dimana :

Q = debit saluran ( m3/det )

Do = luas petak ( ha )

a = kebutuhan air normal untuk padi pada masing-masing saluran ( l/det/ha )

3. Menentukan kecepatan air pada saluran ( v )

a. Pada daerah datar menggunakan v = 0,42 x Q 0,182

b. Pada daerah pegunungan menggunakan v = 0,46 x Q0,186

4. Menghitung penampang basah saluaran dengan rumus :

F = Q/V

Dimana :

Q = Debit saluran ( m3/dt )

V = Kecepatan air pada saluran ( m/dt )

Page 24: Irigasi dan bangunan ai rqq

F = luas penampang saluran ( m3 )

5. Menghitung lebar dasar saluran ( b ) dan tinggi muka air dari dasar saluran ( h ) dengan rumus :

F = (b+mh)h

Dimana :

b = lebar dasar saluran ( m ) didapat dengan melihat hubungan Q dengan perbandingan antara b dan h pada tabel standar pintu Romijn Direktorat Irigasi (lampiran tabel 8a)

m = talud dapat dilihat pada lampiran tabel 8a

6. Menentukan b dan h yang baru dengan membulatkan b dan h yang lama sampai dua angka

desimal

7. Menghitung luas penampang basah yang baru dengan rumus :

Fb = ( bb + m x hb ) x hb ( m2 )

8. Menghitung keliling basah dengan rumus :

O = bb + 2hb (1 + m2 ) ½ ( m )

9. Menghitung kecepatan aliran yang baru dengan rumus :

Vb = Q/Fb ( m/dt )

10. Menghitung jari-jari hidrolis saluran dengan rumus :

R = Fb/O ( m )

11. Menghitung kemiringan saluran ( l ) dengan rumus :

I = [ Vb / ( K.R 2/3 ) ]2

Koefisien kekasaran ( K ) untuk :

§ Saluran sekunder dan induk Q > 10 m3/s K = 50

§ Saluran sekunder dan induk 5 < Q < 10 m3/s K = 47,5

§ Saluran sekunder dan induk Q < 5 K = 45

§ Saluran muka tersier K = 42,5

§ Saluran tersier K = 40

§ Saluran dari pasangan batu K = 60

Page 25: Irigasi dan bangunan ai rqq

§ Saluran dari beton K = 70

12. Freeboard ( Fr )

Dapat dilihat dari tabel, W tergantung dari debit ( Q )

Tabel 3.1. Hubungan Nilai Q dan Fr

Q ( m3/det ) Fr ( m )

0.0

0.3 – 0.5

0.5 – 1.5

1.5 – 15.0

15 – 25

> 25

0.3

0.4

0.5

0.6

0.75

1.0

13. Lebar tanggul (w)

Tabel 3.2. Lebar Tanggul Saluran

Saluran w ( m )

Tersier dan kuartener

Sekunder

Induk

0.5

1.0

2.0

14. Talud (m)

Tabel 3.3. hubungan Q dan m

Q ( m3/det ) m

0.15 – 0.30

0.30 – 0.50

0.50 – 0.75

0.75 – 1.00

1.00 – 1.50

1.0

1.0

1.0

1.0

1.5

Page 26: Irigasi dan bangunan ai rqq

1.50 – 3.00

3.00 – 4.50

4.50 – 5.00

5.00 – 6.00

6.00 – 7.50

7.50 – 9.00

9.00 – 10.00

10.00 – 11.00

11.00 – 15.00

15.00 – 25.00

25.00 – 40.00

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

2.0

2.0

2.0

2.0

Gambar penampang saluran

Fr

h

t

Keterangan :

t = tinggi saluran (m)

Fr = freeboard / tinggi jagaan ( m ), tergantung debit

h = tinggi air (m)

Page 27: Irigasi dan bangunan ai rqq

b = lebar dasar saluran (m)

III.8. Perencanaan tinggi Muka air

Langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan tinggi muka air adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tinggi muka air saluran tersier di hilir bangunan sadap.

2. Menentukan tinggi muka air saluran sekunder di hilir bangunan sadap.

3. Menentukan tinggi muka air di hulu bangunan sadap berdasarkan perhitungan : - saluran

tersier à Elv hulu = Elvhi lir + DH

- saluran sekunder à Elv hulu = Elv hilir + DH

4. Dipilih muka air yang tertinggi berdasarkan perhitungan di atas

III.9. Perencanaan Pintu Romyn

Pemakaian pintu Romyn atau sorong tergantung pada Q dan lebar dasar saluran. Pintu Romyn sebaiknya digunakan pada Q < 900 l/det ( pintu romyn dengan dua pintu ), sedangkan

untuk Q yang lebih besar menggunakan pintu sorong.

Perhitungan pintu Romyn :

a. Dengan Tabel 3.4. Tipe pintu Romyn

Type H max

Banyaknya air Q lt / det dari pintu pengukuran

lebar ( b )

0,30 0,40 0,50 0,60 0,80 1,00 1,30

R I

R II

R III

R IV

0.30

0.45

0.60

0.90

84

154

238

437

112

206

317

582

140

257

396

728

168

308

475

873

224

411

634

1164

280

614

792

1455

364

668

1033

1892

Contoh perhitungan :

Q = 0,109 m3/det = 109 lt/det

b = lebar dasar saluran = 0,44 m

Dari tabel untuk Q dan b diatas, maka dipakai pintu Romyn

Type : R I - 112

Page 28: Irigasi dan bangunan ai rqq

b = 0,40 m

h max = 0,3 m

z = h/3 = 0,1m

b. Dengan Rumus :

Q = 1,71 . b. h 2/3

Keterangan : Q = debit ( m3/det )

h = tinggi pintu ( m )

b = lebar pintu ( m )

z = kehilangan energi ( m )

ilmu teknik sipil – Untuk mengembangkan suatu daerah menjadi daerah irigasi diperlukan data

sebagai berikut :

1. Peta topografi daerah

2. Jumlah air yang dapat dimanfaatkan berdasarkan debit sumber airnya

3. Lokasi sumber air / lokasi pengambilannya

4. Keadaan tanah daerah pengairan untuk memperkirakan banyaknya air yang hilang melalui

rembesan, bocoran serta menentukan bentuk tampang saluran

5. Data hidrologi terutama menyangkut potensi penyediaan air (water avability) dan kesetimbangan

air (water balance).

6. Kebutuhan air pada areal irigasi (water requirement) sesuai jenis tanaman dan pada perencanaan

ini didasarkan kebutuhan air untuk tanaman padi.

7. Keadaan air terutama menyangkut kualitasnya.

8. Data klimatologi

9. Peta lahan tanah

10. Data lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah menjadi

daerah irigasi

Menetukan Lokasi Bendung

Bendungan yang merupakan bangunan penyadap air dibangun dengan memperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Tinggi tempat diusahakan agar daerah yang dapat diairi seluas mungkin sehingga lokasi bendung

dipilih yang cukup tinggi

2. Debit air, jika sungai akan dibendung merupakan pertemuan dari dua sungai atau lebih maka

bendung diletakkan di sebelah hilir titik pertemuan dengan demikian akan diperoleh debit yang lebih

Page 29: Irigasi dan bangunan ai rqq

besar

3. Kandungan lumpur, lokasi bendung dipilih daerah dimana sungai belum banyak mengalami

pengotoran karena lumpur akan mempersulit pemeliharaannya

4. Dihindarkan terjadinya tanah tandus yang disebabkan kurangnya air di sebelah hilir

5. Tanah longsor, umur dari bendung ditentukan oleh pemeliharaan dan keadaan lingkungannya

maka bangunan dimana tanahnya mudah longsor sangat mempengaruhi kekuatan bendung

Saluran Primer

Saluran primer atau saluran induk dibuat dengan mengikuti arah garis tranche dan dimulai dari

bangunan penyadap. Pada bagian pertama dibangun saluran penangkap pasir atau lumpur,

kemudian bangunan penguras yang bercabangan dengan bangunan pengambilan. Dari bangunan

penguras dibuat saluran penguras yang hampir sejajar dengan sungai untuk memudahkan

pengurasan lumpur. Dalam pembuatan saluran primer harap diperhatikan hal -hal sebagai berikut :

1. Panjang saluran diusahakan tidak berlebihan karena harus membelok-belok mengikuti garis

tranche

2. Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong aliran sungai, sehingga

perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan timbunan karena nanti akan mengakibatkan

banyaknya kehilangan air

3. Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, di tepi saluran dibuat saluran

pelampung air hujan

4. Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang dibutuhkan untuk seluruh

areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor kehilangan air baik di petak sawah maupun di

sepanjang saluran.

Saluran Sekunder

Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka saluran sekunder dibuat

menyilang tegak lurus garis tranche dan diletakkan di punggung topografi. Dalam pembuatan

saluran sekunder, hal-hal di bawah ini harus menjadi pertimbangan :

1. Bentuk petak tersier dan jenis pengairannya, saluran sekunder merupakan batas dari petak

tersier, sehingga penentuan dari petak tersier, sehingga penentuan dari petak tersier diusahakan

berbentuk persegi panjang (memanjang arah aliran) dengan luas disesuaikan dengan keadaan

topografi daerah

2. Perbedaan tinggi tempat, saluran yang melalui suatu daerah dimana kemiringan tanahnya besar

akan memperbanyak bangunan terjunan yang diperlukan serta memperbesar biaya pembangunan

3. Dimensi saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan air dari seluruh petak tersier yang

dilayani dengan memperhitungkan kehilangan air banyak di petak sawah maupun pada saluran

sekunder

4. Bangunan pembagi dan bangunan pelengkap dijadikan satu untuk memudahkan operasinya dan

penghematan biaya pembangunannya

Tampang Saluran

Dimensi saluran dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar didapatkan saluran stabil yaitu tidak

mengganggu masalah erosi maupun sedimentasi. Persoalan pada saluran yang perlu mendapat yaitu

penentuan kecepatan terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun longsoran-longsoran.

Apapun yang dikehendaki adalah kecepatan terpakai kecepatan transport.

1. Tampang Memanjang Saluran

Pada saluran primer maupun sekunder dibuat tampang memanjang untuk mengetahui :

• Elevasi muka tanah asli yang diperoleh dari ketinggian garis kontur pada peta topografi daerah.

Page 30: Irigasi dan bangunan ai rqq

• Elevasi dasar saluran dengan memperhitungkan debit air saluran.

• Panjang saluran sesuai dengan panjang daerah irigasi.

• Elevasi saluran muka air sesuai dengan bentuk tampang saluran.

• Tinggi / dalamnya timbunan maupun galian maksimum.

• Tinggi muka air minimum sebagai kontrol.

Jumlah bangunan terjunan yang diperlukan, diperlukannya bangunan ini diperhitungkan

berdasarkan tinggi yang harus dihilangkan oleh bangunan terjunan sebagai berikut :

• Selisih tinggi karena kemiringan saluran.

• Tinggi yang hilang pada bangunan pembagi.

• Tinggi yang hilang pada alat ukur.

• Selisih tinggi karena tinggi muka tanah asli.

• Bangunan pelengkap.

Tinggi muka air minimum ditentukan berdasarkan :

• Tinggi petak sawah

• Tinggi genangan

• Tinggi kehilangan tinggi box tersier / pemberi.

2. Tampang Melintang Saluran

Dimensi saluran baik saluran primer maupun saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan

air maksimum yang diperhatikan menurut luas daerah yang dialiri, yaitu :

• Untuk saluran primer berdasarkan seluruh daerah irigasi yang dilayani.

• Saluran sekunder berdasarkan atas petak-petak tersier yang dialiri dengan memperhatikan

banyaknya air yang hilang karena rembesan, bocoran dan sebagainya.

Pada perencanaan jaringan irigasi, banyaknya air yang hilang di saluran diambil sebagai berikut :

• Untuk saluran terpanjang diambil 0,675 dan saluran terpendek diambil 0,885 dan diantara

keduanya diadakan inter polasi linier.

• Untuk saluran trpendek diambil : 0/99 dan diantara keduanya diambil / diadakan interpolasi linear.