13
PEMULIHAN PSIKOLOGI-SOSIAL PASCA GEMPA OLEH GURU DI KABUPATEN BANTUL DIY _____________________________ Siti Irene _Astuti D. FIP Universitas Negeri Yogyakarta Abstract Recovery is necessary -for society- to rearrange their life after the earthquake. Teachers as society -members try to provide social supports as an attempt to overcome problems resulting from the earthquake. Social supports as an important part of the recovery process have positive effects on society members. This study revealed how teachers helped the recovery process after-the earthquake in Bantul Regency, Yogyakarta Special Territory. The study employed the qualitative approach. The data were collected through interviews, observations, and documents. The data were analyzed by using the descriptive and narrative techniques. In the post-earthquake situation, teachers established resilience to recover their own life spirit and their students'. It was not easy for them to do so because most of them experienced a traumatic situation during the earthquake. They tried to apply resilience strategies in the recovery process. For them, difficulties that the students faced were not only damaged and destroyed school bUildings which were not conducive for learning. For them, the earthquake was a learning experience to understand more about life. They realized their limitation as God's creatures, social creatures, and individual creatures. In the recovery process, teachers, especially those in Pleret District, expressed their creatiVity in a rational and positive attitude towards the earthquake by joining a variety of spiritual-and social activities. They accompanied the students in difficult situations. They stated that they could not realize the helping process to the maximum due to their own internal problems. They stated that the earthquake -managed to improve their understanding of the meaning of life and was the beginning of a process of learning the earthquake as natural event that might happen any time in Indonesia. Keywords: recovery, resilience A. Pendahuluan Gempa burni yang mengguncang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pa- da Sabtupagi, sekitar pukul 05.54 WIB tanggal 27 Mei 2006 yang rnengakibat- kan' sejumlah korban jiwa disebabkan oleh aktivitas patahanl sesar aktif di daerah bagian selatan Yogyakarta ber- arahbarat daya-timur. USGS menduga kekuatan gempa sebesar 6.3 Skala Richter dan sumber gempa tersebut berada di darat di dekat sungai Opak. (http://photosl.blogger.com/blogger I 5344/444/1600IGempa%20Iogja%201.0 JQg). Kedalaman gempa ini sangat dang- kal, diperkirakan hanya 10km, sehing- gaefek atau daya rusaknya sangat besar hingga mencapai sekitar 6-7 MMI. Gempa susulan menurut USGS berada sebelah timur laut dari gempa utama. HasH perhitungan BMG menunjuk- kan gernpa berada 25 km sebelah selatan Pantai Parangtritis. Kedalam 201

Irene - UNY

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Irene - UNY

PEMULIHAN PSIKOLOGI-SOSIAL PASCA GEMPA OLEH GURUDI KABUPATEN BANTUL DIY

_____________________________Siti Irene_Astuti D.FIP Universitas Negeri Yogyakarta

AbstractRecovery is necessary -for society- to rearrange their life after the earthquake.

Teachers as society -members try to provide social supports as an attempt toovercome problems resulting from the earthquake. Social supports as an importantpart of the recovery process have positive effects on society members. This studyrevealed how teachers helped the recovery process after-the earthquake in BantulRegency, Yogyakarta Special Territory. The study employed the qualitativeapproach. The data were collected through in~depth interviews, observations, anddocuments. The data were analyzed by using the descriptive and narrativetechniques. In the post-earthquake situation, teachers established resilience torecover their own life spirit and their students'. It was not easy for them to do sobecause most of them experienced a traumatic situation during the earthquake.They tried to apply resilience strategies in the recovery process. For them,difficulties that the students faced were not only damaged and destroyed schoolbUildings which were not conducive for learning. For them, the earthquake was alearning experience to understand more about life. They realized their limitation asGod's creatures, social creatures, and individual creatures. In the recovery process,teachers, especially those in Pleret District, expressed their creatiVity in a rationaland positive attitude towards the earthquake by joining a variety of spiritual-andsocial activities. They accompanied the students in difficult situations. They statedthat they could not realize the helping process to the maximum due to their owninternal problems. They stated that the earthquake -managed to improve theirunderstanding of the meaning of life and was the beginning of a process oflearning the earthquake as natural event that might happen any time in Indonesia.

Keywords: recovery, resilience

A. PendahuluanGempa burni yang mengguncang di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pa­da Sabtupagi, sekitar pukul 05.54 WIBtanggal 27 Mei 2006 yang rnengakibat­kan' sejumlah korban jiwa disebabkanoleh aktivitas patahanlsesar aktif didaerah bagian selatan Yogyakarta ber­arahbarat daya-timur. USGS mendugakekuatan gempa sebesar 6.3 SkalaRichter dan sumber gempa tersebutberada di darat di dekat sungai Opak.

(http://photosl.blogger.com/bloggerI5344/444/1600IGempa%20Iogja%201.0JQg).

Kedalaman gempa ini sangat dang­kal, diperkirakan hanya 10km, sehing­gaefek atau daya rusaknya sangatbesar hingga mencapai sekitar 6-7 MMI.Gempa susulan menurut USGS beradasebelah timur laut dari gempa utama.

HasH perhitungan BMG menunjuk­kan gernpa berada 25 km sebelahselatan Pantai Parangtritis. Kedalam

201

Page 2: Irene - UNY

202

gempa diperkirakan BMG 33km, de­ngan gempa susulan bergerak ke arahtimur. Perkiraan dari hasil BMG me­nunjukkan kemungkinan. gempa ter­sebut adalah akibat subduksi antaraKerak Benua Asia yang bertubrukandengan Kerak Samudra Australia.Perbedaan pengukuran ini sering ter­jadi, bahkan juga dengan .. lembagapengukurgempa lain yang juga .ber­beda dengan USGS, misalnya EMSC(European-Mediterranean Seismologi­cal Centre) yang menduga pusat gempaberasadi selatan Klaten. EMSC tidakmemiliki ·data gempa susulanuntukgempa ini,· tetapi jika dugaan lokasipusatgempa versi USGS .ini benar,makaperlu ... diperhatikan pergerakangempa susulan ini·sepanjang sesar aktifke arah memanjang ke arah TimurLaut.

Gempa merupakan sebuah gejalamendadak akibat "elastic rebound" (pro­ses ·lentingan). seperti karet yang di­lepaskan. Proses. gempa dengan meka­nisme n elastic rebound" ini akan sangatpeka terhadap "trigger-trigger"· yangringan. Gempa-gempa susulan ini cen­derung .berkekuatan ·lebih kecil, namunlebih membahayakan efeknya. Walau­pun kekuatannya kecil karena kondisibangunan sebagian besar sudah rapuh,makagoyangan yang keeil· akanmem­berikan daya rusak yang hebat.

Banyak sekali kepedihan yang di­rasakan....Rumah. hancur, kehilangananggota keluarga, kehilangan peralatansekolah, .. saudara sakit, trauma, stress,bingung, dan tidak tahu akan bagai­mana kehidupan mereka selanjutnya.Mereka tidak mempunyai apa-apa lagi.Mereka menjerit, Allahu Akbar, AllahuAkbar, Allahu Akbar.

Gerakan peduligempa DIY danJateng serentak terbentuk, baik inisiatifperorangan, kelompok masyarakat,lembaga swasta, kantor maupun per-

guruan·tinggi. Kegiatan yang dilakukansangat beragam, ada yang bergerakdalam hal pemenuhan kebutuhan vital,seperti makan, minum, papan, dansandang. Ada pula yang mengarahpada kebutuhan yang lebih dari itu,seperti rasa aman, sikap optimis,harapan masa depan, motivasi untukbangkit kembali, dorongan untuk ber­karya, dan hal-hal lain yang mengarahpada recovery. Cara-cara dilakukanwarga untukbangkit merupakan studiyang menarik untuk dilakukan karenaperistiwa gempa 27 Mei 2006 adalahnatural event yang pertama di DIY,sehingga proses pemulihan menjadipengalaman bagi semua pihak. Khusus­nya .menangani sekolah-sekolah yanghancurdan siswa-siswa yang menjadikorban gempa, guru sangat pentingbagi proses pemulihan pacsa gempa.Karena guru sebagai. pendidik tidakhanya harus melakukan proses pe­mulihan bagi diri· dan keluarganya, te­tapi guru diharapkan sebagai motivatordalam proses pemulihan di sekolah.

B. Landasan TeoriRecovery sering dimaknai sebagai

bangkit kembali. Dalam hal ini, bangkitkembali setelah mengalami keterpuruk­an akibat musibah gempa yang terjadibaru-baru ini. Untuk recovery seseorangperlu kepercayaan diri.kepereayaan diriitu perlu dalam rangka membangkitkansemangat untuk membangun .kembalikondisi masa depan .yang· diharapkan.Kepercayaan diri itu dapat dibangundan dipupuk oleh sentuhan-sentuhanbaikdari dalam diri sendiri (faktor in­trinsik) maupun dari luar (faktor eks­trinsik). Selanjutnya, dengan kepereaya~

an diri yang kuat motivasi untukrecovery akan muncul. Berbagai cara da­pat dilakukan untuk recovery tersebut.Cara-cara yang baru, yang unik, yangberbeda dari sebelumnya, yang tidak

CakrawalaPendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2

Page 3: Irene - UNY

dipikirkan oleh orang lain memerlukandaya kreativitas yang tinggi. Oleh ka­rena setiap orang' pada dasarnya me­miliki kreativitas, makaorang dapatrecovery dengan menerapkan 'konsep­konsep kreatif.

Setiap orang pada dasarnyame­miliki potensi kreatif, tidakada orangyang sarna sekali tidak .mempunyaikreativitas, yang diperlukan adalahbagaimana mengembangkan' potensikreativitas tersebut.,Sejak .lahir manusiametnperlihatkan kecenderungan' untukaktualisasi diri, dan kemampuan kreatifadalah salah satu jalan menuju ke 'arahitu. Kemampuan tersebutpada setiaporang berbeda-beda, 'dapat dikembang­kan dan dipupuk. Hal itu juga ditegas­kan oleh Semiawan (1991) dan Supriadi(1994) bahwa setiap orang mempunyaidaya kreasi dan tinggi rendahnya krea­tivitas bergantung pada potensi kreatifindividu masing-masing. Yahgpenting,kemampuan kreatif tersebut ·perlu di­kembangkan dan ditingkatkan. Sepertidikatakan Torrence (1978) dan Hurlock(1978) dalam proses kreativitas, indi­vidu berusaha menemukanhubungan­hubungan baru,mencari •. jawabannya,da.n menemukan cara baru yang diper..lukan untuk memecahkan'masalah da­lam kehidupan. Dengandemikian, pro­ses kreativitas memerlukan berpikirse­cara kreatif untukmenemukan hal-halbaru yang berbeda dari· sebelumnyadan tidak terpikirkan oleh·· orang lain.Ada empat· karakteristik kemampuanberpikir kreatifyang dikemukakan olehTorrence (1978) ,yaitu fluency, fleXibility,originality, dan elaboration. Fluency ada­lah kemampuan untuk menghasilkanbanyak gagasan yang berbeda dari se­belumnya, flexibility adalah kemampu­an untuk menghasilkan bermacam.:macam gagasan, originality adalahke­kuatan ideuntuk menghasilkan gagas­an yang' berbeda dari sebelumnya, dan

203

elaboration adalah kemampuan meng­uraikan sesuatu secara rinci.· Dengandemikian, orang yang kreatif menurutTorrence adalah orang yang dapatmemecahkan masalah' dengan banyakcara yang berbeda dengan sebelumnya,cara tersebut bervariasi, cara itu dilaku­kan dengan kekuatan ide yang ·tinggi,dan . dapat menguraikannya" secararinci.'

Sebagaimanadijelaskanoleh 'Sudar­yonD (2006) ." bahwa resiliensi intinyaadalah bagaimana seseorang bangkitdari stress, ·trauma dan resiko· ke­hidupan lainnya.Idedasardari resi­liensi adalah adanya perubahan 'pata­digma bahwaresiliensi' tidak hanyaterbatas pada kembali keadaan·· setnula,tetapi justru lebih kuatdi dalam meng­atasiberbagai persoalanhidu·p. Lebihlanjut dijelaskan bahwa cara ,untukmembangun resiliensi .adalah'denganmengidentifikasikan faktor resiko danfaktor protektif, agar nantinya' dapatdikembangkan faktor protektif diop­timalkan.

TUjuan resiliensi adalah pertama,sekolah dapat membangkitkan kembalikompetensi' guru, siswa dan karyawanserta kesuksesan siswa agar ·tidak ter­jebak.·, dengan peristiwa bencana yangsedang berlalu. Kedua, sekolah dapatmenngkatkan kolaborasi dengan komu­nitas bukan menciptakan dikotomisasidengan masyarakat. .Ketiga sekolah 'da­pat mengidentifikasi 'factor 'resiko danfactor .protektif.. Adapun strategis resi­Hensi. dt sekolahmeHputi dua·hal pen­ting, yakni dengan rneringankan resikomelalui peningkatan hubungan indivi­du-individu; membuat norma yangjelas batas-batasannya serta menggalak­kan life skill. Selain itu, dengan mem­bangun resiliensi melalui: menciptakankepedulian dan dukungan; mengem"­bangkan harapan-harapan yang unggultapi realistik serta memberikan kesem-

Pemulihan Psikologi-Sosial Pasca Gempa oleh Guru di Kabupaten Bantul DIY

Page 4: Irene - UNY

204

patan partisipasi yang bermakna(Sudaryono,2006) .

Peran guru dan kepala sekolahsangat penting dalam membangun re­siliensi di. sekolah, karenamemilikiperan strategis untuk bisa memahamiperkembangan siswa secara optimaldan berkesinambungan dan intensif da­lam prosesperkembangan. Lebih lanjut,sekolah dapat menciptakan dan meng­kondisikan iklimbelajar sertamengem­bangkanmanajemen sekolah secarakreatif, dan kontekstual pasca gempa.Vntuk berhasil menjadi guru pen­damping, ·seorang guru .harus bisa: 1)berkomunikasi efektif; 2) kemampuanberempati; 3) .mendengar aktif; dan 4)mampu berbicara •.. secara pribadi· de­ngan siswa (Puskris VI, 2006).

Dalam koml1nikasiefektif terjadipertukaran pesan .antara dua pihak.Koml1nikasi efektif terjadi ketika pene­rima mendengarkan dan mengartikanpesa.n sesuai dengankeinginanpe­ngirimnya. Untuk itu, pengirim .harusmenyampaikan· pesan secara jelas danmenggunakan kalimat· sederhana yangmudah. dimengerti. Sementara, peneri­rna. harus mendengar·· aktif dan mem­berikanumpan balik. Komunikasi yangefektif akan· terjadi bila guru berusaha:a)·· memahami··apa yang diinginkan sis­wa;.· b)· memahami ·apa yang dirasakansisvva; c) menghargai .bagaimana peng­alaman yangdirasakan.siswa; dan d)bersikap objektif/netral) menggunakanbahasayang mudah dipahami siswa.

Empatiadalah kemampuan mema­hami perasaan, keinginan, dan pan­dangan orang yangbersumber dari ke­mampuan mengenali· dan ikut merasa­kan adanya perasaan tersebut. Mema­hami perasaan berbeda .dengan menun­jukkan rasa kasihan atau ikut sedihkarena penderitaan orang lain.· Untukberhasil dalam berempati dengan cara:a) memposisikan diri sejajar dengan

siswa; b) mendengarkan .dengan penuhperhatian; .c) tidak menilai atau meng­hakimi; dan' d) tidak· memaksa siswauntuk menceritakan sesuatu yang tidakingin dia ceritakan) memberikan kali­mat-kalimat yang dapat memberikandukungan.

Mendengar aktif berbeda dengansekedar·· ··mendengar. Mendengar. aktifmemerlukan perhatiandan kepekaanterhadap perasaan di batik apa yangdikatakan seseorang. Yang didengarkanbukan .hanya yang tersurat tapi jugayang tersirat. Jadi, dalam mendengaraktif selain berupaya memahami isipesan tetapi juga memperhatikan nadasuara dan mimik wajah.Sementara,sekedar mendengar tidak memerlukanupaya untukmemahami isi pesan.Mendengar .aktif dapat ditampilkanmelalui: a) memberikan kesempatanorang lain untuk·berbicara menyampai­kan maksudnya; ·b) tunjukkan kepeduli­an melalui· ·bahasa tubuh, .memandangmatanya, sesekali mengangguk dan me­nampilkan ekspresif; c) memberikanekspresi-ekspresi singkat· yang mem­perlihatkan bahwa kita. menghargai,memahami dan menerima;d). meng­ajukan .pertanyaan-pertanyaan. terbuka,bersifat menggali informasi yang lebihdalamdan luas; e) mengulang isi pesandalam bahasa yang lebih .singkat danpadat; dan f)merefleksikan perasaanyang terkandung dalam cerita.

. Berbicara secara pribadi dengansiswa tidakmudah. Untuk berhasil,maka seorang guru perlu melakukan: a)perkenalkan diri kita dengan baik; b)buatlah siswamerasa. nyaman dan san­tai ·saat berbicara; c) ·perhatikan dirikita;d) mengidentifikasi, memperjelas,dan memfokuskan perhatian pada ma­salah; e) 'memahami perasaan-perasaansiswa;'f) Il1.enyimak dengan seksama;.g)jangan beranggapan bahwa anak selalumemahami apa· yang kita kemukakan;

Caki:it~wala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 5: Irene - UNY

h) rumuskan kembali pernyataan yangbelum dipahami anak dengan tepat;dan i) menggunakan bahasa dan cara­carakomunikasi yang mudah dipahamioleh siswa.

c. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pen­

dekatan kualitatif. Subjek penelitianadalah guru.yangmengajar di 'Keca­matan .Pleret, kabupaten Bantu!. Subjekpenelitian sekitar 47 .guru yang meng­ikuti pelatihan Psikosial· Dasar·. yangdiselenggarakan oleh. WSPK dengantingkat pendidikan bervariasi. Tingkatpendidikanguru, S2= 2 orang; Sl= 34orang; D3/Sarmud= 8 orang; dan Dl= 1orang. Dilihat dari segi agama, mayori­tas adalah Islam.Umur responden yangtermuda 24 tahun dan tertua 58 tahun.Waktu penelitian dilakukan selama 6bulan, Juni 2006 sampai dengan Desem­ber 2006. Data penelitian dikumpulkandengan wawancara, observasi, dan do­kumentasi. Analisis data secara narasideskriptif kualitatif.

D. Hasil Penelitian dan PembahasanPengamatan di lapangan sudah di­

lakukan sejak dua bulan sejak gempaterjadi. Peneliti mencoba melihat danmencermati dinamika yang terjadi padakehidupan pada guru, terutama yangterkait pada situasi di sekolah pascagempa. 'Secara deskriptif, hasil peneliti­an ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kenangan atas Peristiwa GempaBantulBagi sebagian besar masyarakat,

peristiwa 27 Mei 2006 merupakan satukejadian yang tidak akan pernah ter­lupakan seumur hidup. Banyak halyang diekspresikan oleh warga masya­rakat, baik pada hari saat peristiwatersebut terjadi hingga kini saat gempasudah berlalu. Tidak mudah untuk

205

mengungkap bagaimana efek gempapada kehidupan mereka·saat ini, tetapitidak sulit untuk mengungkap apa sajayang tersisa setelah kejadian gempayang masih .dirasakan oleh guru.Banyak sekali. ekspresi yang digambar­kanoleh mereka tentanghal tersebut,sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Siti,guru<agama:

Terasa begitu dahsyat, perasaan was­was. campur takut dan kasihan setiapmelihat· anak-anak yang begitu traumadengan .. gempa susulan, mereka takjarang teriak histeris

Pendapat lain d.ikemukakan olehBapak Muzin, guru Bahasa Indonesia:

Sangat menakutkan karena saya ada didalamrumahDemikian pula pendapat Ibu

Winarti, guru bahasa Indonesia:Takut dan seperti diguncang-

guncang dan terjatuh untuk ·bangunsaat itu rasanya sulit sekali

Contoh pengalaman Ibu Siti, BapakMuzin, dan Ibu Winarti menggambar­kan bahwa peristiwayang sudah terjadilebih dari 9 bulan ternyata masih mem.:.bekas pada ingatan mereka..Keadaanini menggambarkan bahwa tidak selalumudah seseorang menghilangkan trau­ma pasca gempa. Namun demikian, be-:­berapa guru tidak menggambarkan pe­ristiwa 27 Mei 2006 sebagai suatuperistiwa yang sangat menakutkan,seperti diceritakan oleh .Bapak Nur,guruPPKN:

Biasa-biasa saja karena segala peris­tiwa di dunia itukehendak Allah SWTdan. kita harus ikhlas menerima qodratdan irodah-Nya. Manusia tidak ber­daya.

Hal senada juga Bapak Achmad,guru bahasa Arab:

Rasanya seakan tidak percaya, tetapisetelah diresapi lebih dalam, ada ba­nyak pelajaran dan hikmah positif

Pemulihan Psikologi-Sosial Pasca Gempa oleh Guru diKabupatenBantul DIY

Page 6: Irene - UNY

206

Gambaran .atasperistiwa yang ma­sih adadalam ingatan mereka meng­gambarkan bahwa ·peristiwa tersebutadalah kejadian yang luar biasa. Gempadimaknai ·sebagai peristiwa:1. khawatir .dan was-was, tidak di­

sangka-sangka, tidakpernah di­bayangkan akan terjadi gempa· dah..syat;

2. terasabegitu dahsyat, perasaanwas-was campur takut dan kasihankalaumelihat anak-anak yang be­gitu ° trauma jika terjadl gempasusulan, mereka teriak histeris;

3. satu. jampettama tidak mampuberpikir apa yang harusdikerjakan;

4. bingung, mengerikan dan menakut­kan;

5. peristiwa yang luar biasa yangbegitu mencekam dan menakutkan;dan

6. Biasa-biasa saja karena segala peris­tiwa itu kehendak Allah. Kita harusikhlas menerima qodrat dan irodah­Nya,manusia tidak berdaya.Guru cenderung mengalami .gon­

cangan .psikologis yang· luar biasa ter­hadap peristiwa tersebut. Hal ini di­dukung dari kondisi responden yangsampai hart ini masih merasakan· trau­ma terhadap peristiwa. tersebut. Ber­dasarkan data· awal ini, respondenmasih membutuhkan prosesyang· bisa· memulihkankondisi psi­kososial dasar sehingga tidak menim­bulkan . Ketakutan ter­hadap peristiwa tetap dirasakan.· olehguru, tetapi sebagian besar guruberusaha untuk mengembangkan resi­liensl, baik ·secara langsung maupuntidak langsung. Guru mulai menyikapiperistiwa gempa tidak lagi secara emo­sional, tetapi mulai berpikir secara ra­sional, bahkan mengembangkan aspek·pendekatan agama dan psikososial.

Resiliensi dikembangkan denganmelakukan··· banyak aktivitas yang ·di­harapkan mampu untuk lebih cepatmelakukan ··prosespemulihan. Cara­cara yang dilakukan oleh mereka se­telah pascagempa agar dapat kembalibangkit· untuk menata ·kehidupanda­lam pasca gempa· sebagai ·dijelaskanoleh Ibu Wiwin, berumur 34 tahunyakni dengan. melakukan banyak ke­giatan, misalnya kesenian agar tenang.Sementara. itu, yang dilakukan olehBapakSuharjo, berumur 48 tahundengan: '

Saya bangun rumah dengan .bahanyang ada dan bersihkan·. lingkunganbersama keluarga serta banyak berkum­pul dengan masyarakat. Saya .jugamulai .. menjaga dan memperhatikankesehatan anggota keluarga .

Cara berbeda dilakukan oleh IbuA·stuti, guru·Bahasa Inggris yang men­jelaskan bahwa sekarang:

Saya Iebih tekun beribadah kepadaAllash SWT dan memperbanyak .bacaAl Quran .

Bagi Ibu Yuni yang sangat dekatdengan anak-anak· mengatakan bahwauntuk menghilangkan kenangan akanperistiwa gempa dengan:

Mengajak anak-anak ke berbagai tem­pat .rekreasike Iuar·daerah dan mem­°berikan pengertian pada mereka bahwatidak akan ada lagi gempa yang dah-:syat. Untuk. mengubah suasana ruang~

an setelah gempa agar Iebih nyamandan tidak takut .Guru· mulal .inembangun ~emangat

hidupnya dengan mengembangkandaya resiliensi dalaIll proses ·pemulihandengan .cara : 1). meyakini akan .kuasaAllah, denganlebih dekat beribadah; 2)menghilangkan .trauma; 3) .membiasa­kan .terhadap gejala gempa; 4) me­yakinikan gempasusulan sudah tidakberbahaya; 5) belajar tentang hikmah

Cakr¥~ivvalaPendidikan, Juni·2008,·Th..XXVII,No. 2

Page 7: Irene - UNY

gempa; dan 6) belaj~r tentang informasitentang gempa.

Secara umum, .guru secara langsungdan tidak. langsung berusaha untukmengembangkan strategi, baik denganmengurangi. resiko maupun mem­bangun resiliensi, meskipun strategiyang dilakukan belum optimal. Padaumumnya, mereka membangun resilien­si dengan mengurangi resiko atasperistiwa tersebut..Keyakinanyang kuatdengan menyerahkankepadakekuasaanAllah SWT bukan suatu sikap yangpesimistis, tetapi merupakan sikapprotektif. Jika sikap protektif bisadikembangkan lebih. dominan daripadasikap resiko akan memudahkan prosesrecovery.

2. Problem Guru dalam Proses Pe­mulihanProblem awal yang diawali dalam

proses pemulihan terkait dengan multiperan guru. Sebagian besar gurudalamperannya sebagai dirinya maupun tu­gasnya sebagai seorang pendidik disekolah mengalami beberapa masalahdalam upaya untuk membantu prosespemulihan pada pasca gempa. Sebagaipribadi, antara lain: 1) cepat penat, sulitun~k'mengingat-ingat sesuatu (menjadiagak pelupa), mudah merasa sedih;· '2)takut sendirian dalam· ruangan, mudahterharu; 3) ··tidak berani tidur di dalamrumah berdinding batu sendirian; 4)merasa deg-degan kalau ada getarantruk lewat, mudah' terkejut; 5) masihkhawatir bila meninggalkan anak-anaksendiriandi rumah; 6) tidur belumnyenyak, sering terbangun di tengahmalam; dan 7) kebutuhan pribadi ter­ganggu.

Sebagai guru, antara lain: 1) untukmengajar kurang konsentrasi; 2)' merasaiba pada anak didik,· kegiatan belajartidak sebaik sebelumnya; 3) kasihan'pada anak didik dalam belajar banyak

207

yang tidak memiliki buku-buku, tidakpunya.rumah dan panas kalau belajar·ditenda darurat; 4) merasa kurangmaksimal dalam mengajarkarenapengaruh gempamenjadi mudah marah,banyak rangkumansoal-soal/buku-bukuyang hancur sehingga harus mulai dariawal.

Sebagai. warga masyarak~t, antaral~in: l)menyisihkan waktu untuk.ma­syarakat; 2) merasa sakit hati karena adat~tangga yang tidak adil dan metl;gertipac:ia penderitaan;3) ·prihatin masihbanyak warga yang. tidak punya rumah;4) merasa sakit hati terhadap beberapatokoh masyarakat yang terlihatmataberbuat dholim terhadap ~ rakyat. yangterkena bencana, banyak yang ambilkesempatan, mengambil keuntungandit~ngahpenderitaanorang miskin.

3. Resiliensi dan Peran· Guru dalamProses Pemulihan

Pemahaman guru·psikososial dasar anakmerupakan· aspek· .penting bagi guruuntuk berperan sebagai.·.. ,guru pen­damping. Guru pendampingdiperlukandidalam lingkungan sekolah nien­dampingi siswa yang sedang mengalamimasa-masasulit dalam .kehidupan nya.Menjadi·· guru pendam ping bukanpekerjaan mudah karena dia harus bisamelakukan komun.ikasi efektif,berempati, dan bisa melakukanpengamatan secara intensif terhadapsiswa di. kelas. Berdasarkan data dilapangan, .guru sudah berusaha ,untukmenjadi guru pendamping .pada. masapasca gempa, yakni dengan melakukanbeberapa hal: 1) tidak hosan memberinasihat dan dukungan kepada siswa; 2)harusbisa telling a story/anekdot untukmenghibur'siswa; .3) harus mengertipermasalahan-permasalahan siswa dandapat membantu untuk memecahkan­nya; 4)membimbing,' mengarahkan

Pemulihan Psikologi-Sosial Pasca Gempa olehGuru di Kabupaten Bantul DIY

Page 8: Irene - UNY

208

menujuperkembanganyang positif; 5)lebih dekat kepada. anak dan memberiperhatian khusus; ·6) empati. denganmelakukan berbagai cara untuk bisamemahami anak; 7) menciptakan ko­munikasi yang berkualitas; dan 8) tidakmudah menghukum anak.

Pemahaman guru tentang konseppsikososial dasar pada dasarnya me­nekankan pada experience learning, se­bagai 'konsep dasar dari psikososial.Gurupendamping siswa pada masa­masa sulit· adalah bagaimana ··helpingproces$ dan helping skill bisa dilakukan.Berdasarkan dua aspek penting yangdiperlukan dalam proses pendamping­an inilah, guru masihperlubelajar, baikdari segi pemahaman maupun aplikasi­nya .. karena sebagian guru umumnyajuga· masih memerlukan pendamping­an psikologis untuk bisa membangkit­kan.semangatkerjanya. Oleh karenaitu, gurupun menyatakan belum mam­pu melakukan "helping process" secaraoptimal karena problem internal dariguru itu sendiri.

Selain itu, sebagian guru masihmengalami hambatan untuk menjadiguru pendampingyang disebabkanoleh : l}waktu yang terbatas;2) kurangke~abaranguru; 3) kurang luas penge­tahuannya dalammendampingi anak;'4) kurang komunikatif; 5) kurang· adakepercayaan siswa terhadap guru; 6)bebankerja guru .sudah tinggi; 7)terbatasnya alat permainan, terbatasnyatempat; 7)· kurang dukungan biaya; 8)kurang sarpras yang mehdukung; dan9) kurang kerja sarna di antara guru.

Dalam penelitian ini, guru yangefektifdalam proses pemulihan di­karenakan: 1) mengembangkan penge­tahuan, . khususnya tentang masalahgempa dari berbagai sumber; 2) men­jalin keakraban antarguru; 3). mem­punyai perasaan empati dan cinta padasiswa; 4) memiliki kepekaan terhadap

perilaku-perilaku siswa yang menyim­pang; 5) memberikan motivasi belajarpada siswa; 6) menghindari tingkahlaku yangkaku danotoriter; 7) mem­punyai ketekunan dan kesabaran sertakeramahan; dan 8) mengerti perkem­bangan jiwa anak didik.

Guru .. berusaha berperan sebagaiguru· pendamping bagi· siswa padapasca gempa.Namun demikian, se­bagianguru merasa belum efektifuntuk bisa menjalankan ·perannyasecara optimal yang disebabkan olehkendala yang bersumber baik dari gurumaupun kondisi lingkungan yang be­lum kondusif dalam menyelesaikanberbagai persoalan psikososial dasar.

Membangun resiliensi memerlukanwaktu ·dall dukungan sosial, terutamaoptimalisasi peran guru pendamping.Sebenarnya tidak begitu sulit untukmembangun resiliensi pada guru dansiswa jika peristiwa gempa bisa di­sikapisecarapositif dan bisa diatasisecara bertahap, sebagai contohnya:rumah dan sekolah hancur, makamasalah akan selesai jika rumah atausekolah sudah·dibangun kembali.

Peristiwa traumatik bisa menjadipenghambat proses recovery karenabanyak yang tidak terselesaikan danmenjadi residu problem. Banyak sekalikehidupan ini yang seringkali belumterselesaikan dengan bijak dan mengen­dap dalam diri seseorang, sehingga jikaada. pemicu atau peristiwaproblem iniakan menjadi sumber trauma se­seorang.· Dalam kaitannya dengan pe­ristiwa gempa, banyak ditemui padaseseorang· yang merasa sedih bukankarenagempa, tetapi sebab-sebab se­belumnya, sebagaimana digambarkanoleh Niko, siswa kelas 4:

"Dia seorang anakyang berbeda dariteman,..teman sekelasnya, saat tim pen­damping ada di lapangan melakukanpendekatan psikologis pada anak-anak

Cakrawala Pendidikan, Jllni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 9: Irene - UNY

gernpa dengan rnengajak berbagai ke­giatan yang fun dan rnenyenangkan, diakelihatan diarn dan tanpa ekspresi. Takada sinar kebahagian seperti halnyaternan-ternan sekelas U •

"Saya sedih karena saat-saat seperti ini(ada gernpa) saya hanya tinggal dengannenek, ayah dan. ibu saya sernuanyakerja di luar kota. Saya kadang rnerasakesepian jika pulang ke rurnah tak adasiapa-siapa....nenek kadang rnasih disawah".

Ekspresi kesedihan. dan kediamansiswa menjadi kejadian yang seringterjadi di kelas yang disampaikan IbuAni sebagai waH kelas:

"Biasa saja sebab sebelum gempa Nikomernangpendiam, ya rnungkin karenaorang tua sernua kerja jadi buruh .danTKW di luar kota, jadi bukan hal yanganeh bagi kami" .

Kasus Niko merupakan contohkasus yang dialami oleh siswa tidaksemata-mata karena peristiwa gempa,tetapi bisa disebabkan karena peristiwayang tidak menyenangkan sebelumnya.Dalam hal ini, guru pendamping harusmemiHki komitmen dan empati yangtinggi untuk berhasil mengatasi ma­salah siswa. Proses recovery tidakmudah dilakukan karena ada hambatanseperti berikut.a. Adanya residu problem yang bisa

menganggu proses recovery.b. Kurang adanya basic coping yang

dimiliki masing-masing orang.Untuk itulah, dalam proses recovery

diperlukan proses pendampingan yangsistemik, sustainable, dan' intensif agarproblem-problem akumulatif bisa se­

cara bertahap dapat diselesaikan de­ngan tepat. Dalam hal ini, prosesrecovery belum' dilakukan secara mak­simal karena pendampingan baru ter-

209

batas padakunjungan-kunjungan spon­tan, belum ada target yang jelas.

4. Dukungan Sosial dalam ProsesRecoveryGuru mengatasi berbagai persoalan

baikyang bersifat psikologi, sosial mau­pun materi pada pasca gempa. denganberbagai cara. Pertama, secara psiko­logis denganmenenangkan diri melaluia) membaca al Qur'an,membaca doalebih intensif, sholat tahajjud; b) me­ningkatkan pengetahuan tentanggempalcara berlindung saat gempa. Cara­cara yang dilakukan oleh· gurudi atastermasuk bentuk basic coping yang di­perlukan bagi guru untuk memiliki ke­mampuan awal yang diperlukan dalammengatasi berbagai persoalan kehidup­an. Lebih jauh lagi, guru-guru dalamproses recovery telah men,gembangkanberbagai supporting social system ataudukungan sosial yang sangat berperandalam mengembalikan dinamika ke­hidupan di masyarakat,dap dt sekolah.Dukungan sosial berperan dalam pr()­ses recovery dikaren~kan proses inter­aksi sosial yang menjacii dasar pentingbagi terjadinya berbagai aktivitas sosial.

Kedua secara sosial, dukunganyang diberikan antara lain: a) .. mening­katkan silaturahmi dan berkomunikasidengan tetangga;. b) bergotong-royongmemperbaiki rumah, lingkungan; c)mengaktifkan .kegiatan-kegiatan keber­samaan; d) rekreasi; e) mendorong war­ga tetap bekerja; f)melakukan kegiatanolahraga dan kesenian. Ketiga, dariaspek kognitif - rasional pun guru-guruberusaha untuk melakukan proses re­covery dengan berbagai cara, yakni de­ngan mengumpulkan dana, mengum­pulkan dan mengevaluasi harta yangtersisa, membuat rumah sementara.

Cara-cara yang ditempuh oleh gurudalam mengatasi berbagai masalahpada pasca gempa, antara lain secara

Pemulihan.Psikologi-Sosial Pasca Gempa oleh·Curu di Kabupaten Bantul DIY

Page 10: Irene - UNY

210

kognitif,afektif,. dan psikomotorik un­tuk bisasecara kreatif menemukansolusi yang paling sederhana terhadapproblem yang disebabkan oleh gempadengan pendekatan psikologis.Lebihlanjut, guru-guru mengatasi masalahmelalui recovery dengan membangundukungan sosial.

Bentuk recovery yang paling akhirdilakukan adalah' upaya· untuk mem­bangun sararia prasarana yang mini­malis untuk membangun kembalirumah-rurnah yang hancur dengan rne­manfaatkanbahan-bahan yang tersisadari reruntuhan. Hal· ini menggarnbar­kan bahwa guru sebagai,warga, rnasya­rakat berusaha untuk rnengernbangkanrecovery rnelalui' proseskreatif, baikyang bersifat' personal rnaupun sosial.Proseskreatif dalarn recovery rneng­ga!llbarkan kecenderungan untuk terusmengernbangkan daya kreativitasnyakarena gurupun difuntut bisa mengern~

bangkanproses· pernbelajaran .yang te­tap efektif dalam sekolah tenda, sekolahbambu. Kernarnpuan guru untuk me­ngembangkan> kreativitas narnpaknyamasih perlu dukungan pernaharnanyang cukuptentang konsep psikososialdasar dan konsep pembelajaran yangkreatif daninovatif.

5. Peristiwa Gempa sebagai ProsesPendidikanPeristiwa gempamerupakan proses

belajar te'ntang banyak hal yang terkaitdengan'kehidupan, baik sebagai makh­luk Tuhan dan makhluk sosialsertamakhluk individual yang perlu disikapidengan bertindak secara proaktif, krea­tif, dan inovatif. Hal ini tergambarkandari beberapa· jawaban yang diberikanoleh guru tentang hikmah atau. manfaatyang dipelajari atas. peristiwa gempatersebut. Guru sebagai makhluk Tuhan:1) merasa tidak berdaya di hadapan apayang diciptakan oleh Allah· SWT; 2)

semua yang kita miliki hanya titipandari Allah; 3) meningkatkan taqwa daniman kepada Allah;. 4) ikhlas apa yangkita miliki kernbali kepada-Nya; 5)harus pandai bersyukur atas nikmatdan'karunia-Nya.

Guru sebagai makhluk sosial: 1)sernakin mendewasakan kita, semakinkita bisa menghargai orang lain;, 2)lebih memiliki rasa toleransi yang ting­gi terhadap orang lain; 3) meningkat­kan tali persaudaraan dengan keluarga,ternan, dan masyarakat lain; 4) lebihmenyayangi keluarga; 5) meningkatkankerjasama· kepada sesama manusia;6)meningkatkan rasa gotong-royong dankeakraban.

Guru sebagai makhluk individual:1) menjadi orang yang berkarakter; 2)menjadi lebih mandiri; 3) menggaliilmu dan teknologi khususnya dalamkonteks gempa; 4) meningkatkan ke­sabaran, ketabahan, kesadaran dalammenjalani kehidupan.

Peristiwa gempa sebagai peristiwayang luar biasanya ternyata memberi­kan dampak positif dalam menempat­kan posisi guru sebagai makhlukTuhan, makhluk sosial, dan makhlukpersonal yang disadari perlu terusbelajar tidak,hanya secara formal, tetapijustru belajardari berbagai pengalamanhidup yang diharapkan dapat memper­kuat "basic coping" yang diperlukansebagai guru ..'dalam menghadapi ber­bagai persoalan hidup ,yang terus adadi dalam kehidupannya. Bagi guruperistiwa gempa memberikan maknayang cukup mendalam, khususnyabagaimana seharusnya memberikan themeaning of life. Sebagian besar guru saatini mulaimenunjukkan kegairahnyadalam menjalankan proses belajarmengajar ·dengan keterbatasan fasilitas.Di sisi lain,dari pengamatan di la­pangan pada bulan November ini,kegiatan, anak-anak meskipun belum

CakFa;wala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 11: Irene - UNY

optimal dalam belajar, tetapi sudahmulai menunjukkan keceriaan sebagaiseorang anak.

Masyarakat yang secara gotong­royong mulai membenahi rumahtinggal sederhana dan membangunfasilitas umum secara swadaya, mem­berikan kekuatan bagi warga masya­rakat untuk mulai bekerja, meskipunsecara ekonomi dinamika belum ber­jalan secara optimal. Langkah-Iangkahpemerintah, khususnya dinas pendidik..,an ·memberikan perhatianpada pem­bangunan fisik secara bertahap mem­berikan semangat bagi guru untuksecara sinergis mencoba untuk bangkitkembali.

6. Kreativitas Guru dalamMengajarpada Pasca GempaTidak pernah terbanyangkan bah­

wa sekolah-sekolah di kecamatanPlered akan banyak yang hancur danrusak setelah peristiwa gempa yanghanya terjadi dalam hitungan detik.Guru dan siswa tidak bisa menangislagi melihat pemandangan yang sangatmenyentuh hati, ·karena yang ada da­lam· pikiran mereka adalah rasa syukurbahwa mereka masih diberi keselamat0­

an untuk tetap bertahan hidup, dengantetapmengingat peristiwa itu sebagaisesuatu yang maha· dahsyat, merekamencoba mengatasi dengan berbagaicara untuk tetap eksis.

Sebagian besar siswa mulai lagi"ceria" dan masuk sekolah secara nor­mal meskipun hanya di sekolah"tenda", sementara sebagian lagi siswasekolah saat ini masih terkesan "malaske sekolah" karena situasi sekolahdarurat yang tidak nyaman. Hal ini bisadipahami karena masalah yang saat inimuncul di lingkungan sekolah yangdisebabkan oleh· peristiwa gempa an­tara lain: 1) tempat sekolah tidak nya­man; panas,· berdebu, bising karena

211

ruang kelas tidak bersekat; 2) saranadan prasarana yang terbatas karenahancur; 3) buku pendukung rusak; 4)disiplin dan. motivasi belajar anak me­nurun.

Dalam menyikapi perubahan sua­sana sekolah yang belum kondusif bagiproses pembelajaran di kelas banyakcara yang dilakukan oleh guruuntuktetap· mempertahankan proses belajartetap berlangsung, antara lain sebagaiberikut.a. Mengurangijumlahjam belajar

Awal masuk sekolah di tenda, se­kolah memutuskan untuk memberikanjam .belajar dengan mengurangi jumlahjam belajar sekitar 10 menit pada setiappelajaran... Hal· ··ini dilakukan karenawaktu pulang siswa lebih awal. Namundemikian, beberapa sekolah sudah mu­lai melakukan efektivitas belajar kem­bali normal untuk kelas-kelas yangtidak dalam kondisi darurat.b. Bernyanyi sebelum belajar

Pada awal masuk sekolah setelahperistiwa .gempa ada beberapa guruyang mengajak menyanyi sebelummelakukan aktivitas belajar, salah satulagu yangcukup populer di kalangananak-anak sekolah dasar adalah lagu"binatang kecil" , khususnya untukguru-guru yang ikut dalam pelatihanpsikososial dasar umumnya mengajar­kan beberapa lagu untuk selingan da­lam proses belajar di kelas.

Lagu ini intinya memberikan se­mangat pada siswa mesikpunbanyakmasalah seperti halnya cerita binatangkecil yang tidak pernah berhenti untukmerayap ke tempat yang tinggi meski­pun kadang·dia terjatuh.c. Bersenam saat bosan belajar

Senam ringan yang diajarkan padaguru saatmereka mengikuti beberapapelatihan yang dilakukan oleh lembagaperguruan tinggi atau diknas menjadisatu pengetahuan baru untuk guru

Pemulihan Psikologi-Sosial Pasca Gempa oleh Guru di Kabupaten Bantul DIY

Page 12: Irene - UNY

212

dalam memberikan selingan dengangerakan-gerakan sederhana untukme­regangkan otot-otot saat belajar. Gerak­an-gerakan ringan ini diharapkan mem­berikan suasana yang menyenangkandi tengah-tengah suasana panas ruang­an kelas.d. Bermain dalam belajar

Metode bermain menjadi salah satumedia yang dikembangkan oleh .be..berapa guru untukmemberikan sua­sana yang lebih fun dalam belajar. Efek­tivitasmetodebelum optimal karenabelum' semua guru kelas mampu men­ciptakan permainan yang bisa men­dukung materi pembelajaran.e.Belajar dengan metodeoutbound

Cara.lain yang dilakukan oleh guruuntuk memberikan suasana belajaryang variatif adalah dengallmengguna­kan lingkungan sebagai tempat belajar.Metode .. ini sesungguhnya cukup efek­tif, jika di lingkungan sekolah ada lahanyang luas· dan teduh untuk dipakai se­bagai tempat .belajar. Sebagai .tempatalternatif yang bisa mengurangike­jenuhan di ·sekolah tenda yang panasdan sempit bisa dipikirkan oleh setiapsekolah yang masih bertenda. Karenasampai saat ini masih banyak anak­anak yang· tetap .harus bersekolahtenda, meskipun semua siswa sebagianbesar sangat tidak· nyaman untukbelajar.

E. Simpulan dan Saran1. Simpulan

Berdasarkan penelitian ini .dapatdisimpulkan bahwa secara umum .se­bagian besar guru masih memiliki duakecenderungan untuk tetap terkesanakan peristiwa gempasebagai sesuatuyang positif maupunsesuatu yangdianggap "traumatik". Peran guru da­lam proses recovery sangat strategiskarena bisa membantu mengembang­kan resiliensi siswa dan sekolah. Dalam

proses ini, guru berperan sebagai gurupendamping belum· bisa berjalan secaraoptimal karena belum menjalankan duaaspekpenting dalam proses pendam­pingan, yakni sebagai helping· processdan helping skill. Sebagian guru· ber­peran sebagai guru pendamping karenaberbagai hambatan, tetapi upaya untukmenjadipendamping bagi siswa terusdiupayakan oleh guru. Guru berusahasecara kreatif mengajar siswa denganberbagai metode agar. proses belajarberjalan secara optimal dan menye­nangkan.

Guru sebagai warga masyarakatberupaya untuk memberikan dukung­an sosialsebagai upaya untuk meng­atasi masalah yang disebabkan olehperistiwa gempa. Dukungan sosialsebagai bagian penting dalam prosesrecovery memberikan dampak yangpositif bagi pemulihan warga pascagempa. Bagi guru peristiwa gempadi­nilai sebagai proses experience learningdalam memaknai kehidupan yang me­miliki keterbatasan dalamperannyasebagai makhluk Tuhan, makhluksosial, dan makhluk individual.

2. SaranHasilpenelitian ini baru memberi­

kan gambaran secara deskriptif tentangkreativitas recovery dari guru khusus­nya di·· Kecamatan Pleret. Penelitian inimasih memerlukan kajian yang lebihmendalam dan konseptual untuk bisamengungkap lebih dalam lagi upaya­upaya .yang dapatdioptimalkan dalammencaribentuk· recovery yang bisameningkatkan .segera efektivitas siswadalam belajar. Di .samping itu, diper­lukan pelatihan bagiguru yang terkaitdengan perannya sebagai guru pen­damping yang mampu berperan dalammengembangkan .resiliensi di sekolahdan siswa, agar dinamika kehidupansekolah dapat bangkit kembali.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2008,Th. XXVII, No.2

Page 13: Irene - UNY

Daftar PustakaBloomberg, M. 1973. Creativity. .College

and University Press. New Haven,Conn.

Henderson, N. 2003. Resiliency in SchoolCalifornia: Corwin Press, Inc.

Hurlock, E.B. 1978. Child Development.Megraw-Hill International Edit­ion.

MakalahPelatihan Psikososial Dasaryang diselenggarakan pada tang­gal 3-6 Juli 2006 di LembagaPenelitian UNY.

Munandar, U. 1999. Pengembangan Krea­tivitas Anak Berbakat. Jakarta: PTRineka Cipta.

213

Reivich, K. 2002. The Resilience Factor.Americ: Roadway Books.

Semiawan, C. R. 1991. Dimensi Kreatifdalam Filsafat Ilmu. Bandung: PTRemaja Rosdhaharya.

Sudaryono. 2006. Pendidikan Pasca Gem­pa. Makalah, Surabaya: Psiko­logis Unair.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas Kebudayaandan Perkembangan· Ipteks~ Ban­dung: PT Alfabetha.

Torrence, E.P. 1978. Torrance Test ofCreative Thinking. Direction Manu­al and ScoringGuide.PersonelPress/Ginn and Company. XeroxEducation Company.

Pemulihan Psikologi-Sosial Pasca Gempa oleh Guru di Kabupaten Bantul DIY