23
1 INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS ULFI RAHMI Jakarta International Islamic Secondary School Mulyadi Program Pascasarjana Universitas Islam Jakarta ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak gaya belajar terhadap keterampilan bahasa Inggris siswa, dan untuk mengetahui pengaruh IQ siswa terhadap keterampilan membaca siswa dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, untuk menentukan dampak gaya belajar dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa. Metode pencarian yang digunakan adalah eksperimen. Ukuran sampel adalah 60 siswa, terdiri dari 30 siswa eksperimen dan 30 siswa yang terlibat, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Uji hipotesis menggunakan pengujian ANOVA dua arah. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Ada pengaruh yang signifikan dari gaya belajar pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa SMA Islam Internasional Jakarta. Terlihat dari Sig. = 0,018 <0,05 dan Fhitung = 5,964 2) Ada pengaruh yang signifikan pada tingkat kecerdasan pribadi dalam keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta Selatan di tingkat menengah khusus. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,000 <0,05 dan Fcount = 28,763 3) Ada efek interaktif yang penting dari metode pembelajaran dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta International Islamic Secondary School. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,00 <0,05 dan Hitung = 14,492. Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Inggris dapat diterapkan melalui: metode pembelajaran PQRST, meningkatkan kecerdasan siswa di antara siswa. Kata Kunci : Gaya belajar, kecerdasan pribadi, keterampilan membaca dalam bahasa Inggris A. Latar Belakang Belajar bahasa Inggris dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah (SMA), siswa dan siswa diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik

INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

1

INTERPERSONAL TERHADAP

KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS ULFI RAHMI

Jakarta International Islamic Secondary School

Mulyadi

Program Pascasarjana

Universitas Islam Jakarta

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak gaya belajar terhadap keterampilan bahasa Inggris siswa, dan untuk mengetahui pengaruh IQ siswa terhadap keterampilan membaca siswa dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, untuk menentukan dampak gaya belajar dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa. Metode pencarian yang digunakan adalah eksperimen. Ukuran sampel adalah 60 siswa, terdiri dari 30 siswa eksperimen dan 30 siswa yang terlibat, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Uji hipotesis menggunakan pengujian ANOVA dua arah. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Ada pengaruh yang signifikan dari gaya belajar pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa SMA Islam Internasional Jakarta. Terlihat dari Sig. = 0,018 <0,05 dan Fhitung = 5,964 2) Ada pengaruh yang signifikan pada tingkat kecerdasan pribadi dalam keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta Selatan di tingkat menengah khusus. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,000 <0,05 dan Fcount = 28,763 3) Ada efek interaktif yang penting dari metode pembelajaran dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta International Islamic Secondary School. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,00 <0,05 dan Hitung = 14,492. Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Inggris dapat diterapkan melalui: metode pembelajaran PQRST, meningkatkan kecerdasan siswa di antara siswa. Kata Kunci : Gaya belajar, kecerdasan pribadi, keterampilan membaca dalam bahasa Inggris

A. Latar Belakang

Belajar bahasa Inggris dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah

(SMA), siswa dan siswa diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik

Page 2: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

2

dan dapat bersaing di kancah internasional. Namun kenyataannya yang terjadi di

lapangan, masih banyak siswa yang kesulitan memahami dan menggunakan

bahasa Inggris. Ini diilustrasikan oleh rendahnya pencapaian hasil belajar siswa

pada akhir semester. Berdasarkan pengetahuan saya (6 Januari), ada empat faktor

yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam bahasa Inggris:

1. Keinginan rendah dan antusiasme siswa dalam belajar bahasa Inggris

2. Dalam proses belajar dan mengajar, penguasaan bahasa akan lebih

efektif jika didukung oleh proses mental yang kuat

3. Siswa harus mahir dalam mata pelajaran yang mudah diajarkan.

4. Diharapkan bahwa guru akan dapat menerapkan metode atau sistem

yang benar untuk mengajarkan mata pelajaran kepada siswa, sehingga

mudah dipahami dan dipahami.

Siswa harus mengetahui dan menguasai mata pelajaran yang diberikan

oleh guru sesuai dengan kurikulum yang ditentukan. Bahasa Inggris (atau seni

bahasa dan keterampilan bahasa) dalam kurikulum sekolah mencakup empat

aspek: keterampilan menyimak / menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis. Masing-masing keterampilan ini terintegrasi

satu sama lain, dan bahkan dalam proses belajar mengajar, keempat keterampilan

(keterampilan) tidak dapat dipisahkan.

Membaca adalah salah satu kegiatan intensitas tinggi dalam belajar bahasa

Inggris. Keterampilan membaca adalah keterampilan paling dasar yang harus

dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca adalah

keterampilan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk mengetahui kata

untuk kata atau frasa, tetapi kemampuan untuk memahami informasi secara rinci,

kemampuan untuk menemukan ide-ide utama dari teks bacaan dan untuk

menafsirkan makna dalam teks bacaan.

Pemahaman membaca adalah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai

oleh siswa SMA / MTS dalam setiap kegiatan membaca. Dalam Peraturan

Menteri Pendidikan tentang Standar Konten (2006: 290), ditetapkan bahwa

standar kemahiran membaca dalam Bahasa Inggris untuk Bab 8 Bab 8 mampu

memahami makna dalam esai pendek sederhana dalam bentuk penghitungan ulang

dan narasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Secara umum, siswa mengalami kesulitan dalam keterampilan membaca

bahasa Inggris. Siswa menganggap sulit membaca dan memahami teks bahasa

Inggris. Membaca dan memahami teks bahasa Inggris tidak semudah membaca

teks bahasa Indonesia. Menurut Nurhadi (1987: 10), "Membaca adalah hal yang

kompleks dan kompleks."

Ada beberapa cara untuk belajar membaca bahasa Inggris. Salah satu cara

untuk belajar membaca bahasa Inggris adalah PQRST (Pratinjau, Pertanyaan,

Baca, Negara, Tes).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan poin di atas, pernyataan masalah berbunyi sebagai berikut:

Page 3: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

3

1. Apakah ada dampak metode pembelajaran pada keterampilan membaca

bahasa Inggris siswa sekolah menengah swasta di Jakarta Selatan

2. Apakah ada dampak pada kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca

bahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah swasta di Jakarta Selatan

3. Apakah ada dampak interaktif dari gaya belajar dan kecerdasan pribadi pada

keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah

swasta di Jakarta Selatan

C. Landasan Teori

1. Metode PQRST

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan yang harus dimiliki dan

dikuasai siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam membaca, siswa dituntut

tidak hanya untuk mengenali menulis membaca, tetapi juga untuk memahami

konten dan mendapatkan informasi tertentu dari menulis. Membaca Intensif

(Intensive Reading) adalah salah satu cara yang dapat membantu siswa

memahami dan mendapatkan informasi umum. Salah satu metode membaca

yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah PQRST (Preview,

Question, Reading, State and Test). Staton (1954). Berdasarkan Staton dalam

Widyamartaya (1998: 63), ia menjelaskan bahwa metode PQRST adalah

langkah dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan

keterampilan membaca, dimulai dengan pratinjau, pertanyaan, membaca dan

fase negara), dan ujian (tes).

A. Pratinjau

Pratinjau adalah langkah pertama atau pertama dalam metode PQRST. Pada

tahap ini, siswa akan ditanya tentang informasi umum dalam membaca.

Siswa akan diminta untuk memahami judul paragraf, beberapa gambar

dalam membaca, bagan dan lain-lain sebagian. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperoleh informasi umum dalam membaca. Untuk mengetahui hal ini

cukup dengan membaca secara umum (membaca sekilas).

B. Pertanyaan

Langkah selanjutnya adalah bertanya, pada titik ini, siswa akan diminta

untuk memberikan beberapa pertanyaan tentang informasi yang lebih

terperinci terkait dengan teks atau bacaan yang umumnya mereka baca

(membaca sekilas) sebelumnya.

C. Baca

Tahap ketiga dalam metode PQRST adalah membaca, di mana siswa akan

membaca teks atau bacaan yang disediakan untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan yang sebelumnya diajukan.

D. Negara

Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk meringkas atau mengutip isi

paragraf atau bacaan yang telah mereka baca secara rinci.

C. 5) Pengujian

Tahap terakhir dalam metode PQRST adalah ujian, setelah siswa selesai

membaca dan memahami bacaan atau paragraf yang disediakan, maka

mereka diberi kesempatan untuk menjawab semua pertanyaan yang

Page 4: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

4

disajikan pada tahap sebelumnya. Langkah ini sangat berguna untuk

mempelajari bagaimana siswa memahami dan memahami materi bacaan.

Sejalan dengan pendapat Thomas F. Staton, dalam The Liang Gie (1994:

78), menyatakan bahwa metode PQRST terdiri dari lima tahap, yaitu: (a)

Meninjau tahapan ini, siswa dapat memahami membaca hanya dengan

membaca kalimat pertama dari subjek membaca dan membaca pada awal

dan akhir paragraf; Kesimpulan Di akhir bacaan, siswa akan dibantu untuk

memahami gambaran keseluruhan bacaan yang akan mereka pelajari. (B)

Pertanyaan Tahap kedua adalah pertanyaan. Siswa akan diminta untuk

mengirimkan beberapa pertanyaan terkait dengan teks. (C) Membaca Dalam

membaca, siswa harus aktif dalam menanggapi ide atau wacana dalam

membaca. (D) Mandat Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat menarik

kesimpulan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan teks atau

bacaan yang telah dibaca atau dipahami. (E) Siswa diuji pada tahap ini

untuk memahami teks yang mereka baca.

2. Teori Keterampilan Membaca Bahasa Inggris.

A. Definisi membaca bahasa Inggris

Keterampilan Membaca (Reading Skills) adalah salah satu dari

empat keterampilan bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa. Melalui

keterampilan membaca, siswa dapat memperoleh banyak informasi

berguna dalam kehidupan mereka. Menurut Hugson, dalam Tarigan

(1993: 7), membaca adalah proses memperoleh informasi melalui surat

atau tulisan yang diberikan oleh penulis kepada pembaca.

Pendapat serupa diungkapkan dalam www.readingmatrix.com yaitu:

Membaca adalah proses interaksi antara pembaca dan pembacaan teks

untuk menghasilkan makna dari teks, atau secara umum, membaca

adalah proses menemukan makna atau makna tulisan.

Finochiaro dan Bower dalam Tarigan (1993: 8) menyatakan:

"Membaca adalah proses mendapatkan dan menciptakan makna dari

suatu teks atau teks tertulis." Kita dapat menyimpulkan bahwa

membaca adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menemukan

informasi dan memahami makna dan makna dalam teks atau membaca.

Dalam penjelasan di atas, dijelaskan bahwa membaca adalah

keterampilan yang kompleks (complex skill) dengan beberapa

keterampilan lainnya. Keterampilan membaca dapat dibagi menjadi dua

jenis:

A. Baca dengan keras

B. Membaca diam

Membaca dengan keras berarti membaca dengan mengeluarkan suara

sehingga orang lain dapat mendengarnya. Membaca diam berarti

membaca dan memahami membaca di jantung pembaca. Membaca

diam dapat dibagi menjadi dua bagian:

A. Bacaan komprehensif terdiri dari:

1. Membaca secara umum (membaca scan)

Page 5: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

5

2. Mengikis

3. Baca perlahan (baca lambat)

B. Pembacaan intensif terdiri dari:

1. Baca dengan baik dan benar, seperti tanda baca, istilah asing, dll.

(Baca dengan cermat)

2. Membaca dengan memahami maknanya (membaca pemahaman)

3. Baca implikasi membaca (membaca kritis)

4. Membaca untuk menemukan ide utama membaca atau teks

(membaca ide)

a. Pengertian Belajar

Ada banyak pendapat yang diungkapkan oleh para ahli tentang

konsep pembelajaran. Menurut Sumanto (2004: 21), belajar adalah

perubahan perilaku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dll.

Atas dasar Purwoto (1990: 85) belajar adalah perubahan yang

terjadi melalui praktik dan pengalaman, dalam arti bahwa perubahan

yang dihasilkan dari pertumbuhan atau kedewasaan tidak dianggap

pembelajaran, seperti perubahan yang terjadi pada anak. Demikian

pula, Sudjana (2004: 28) berpendapat bahwa belajar tidak dihafal atau

diingat, dan belajar adalah proses yang ditandai oleh perubahan dalam

diri seseorang.

Selain itu, Sahabuddin berpendapat (Abdul Haling, 2007: 2)

bahwa belajar adalah proses yang menyebabkan perilaku baru atau

mengubah perilaku lama sehingga seseorang lebih mampu

memecahkan masalah dan beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya

dalam kehidupannya.

Berdasarkan beberapa pandangan yang dijelaskan di atas

mengenai konsep pembelajaran, kita dapat menyimpulkan bahwa

makna adalah perubahan dalam perilaku seseorang (individu) karena

proses aktif yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

Dalam memahami makna pembelajaran dan esensi perubahan

karena belajar, para ahli sepakat atau setidaknya ada kesamaan di

antara mereka dalam masalah-masalah utama. Terlihat atau perilaku

dan pembelajaran dapat dilihat pada perubahan berikut (Muhibbin): 1).

Kebiasaan, 2) keterampilan, 3) observasi, 4) pemikiran asosiatif dan

memori, 5) pemikiran rasional, 6) sikap, 7) hambatan, 8) penghargaan

dan 9) perilaku efektif.

Demikian pula, Catford menyatakan dalam Rangkuti, bahwa

bahasa adalah elemen perilaku terukir, yang merupakan perilaku

terukir. Cara berbicara dan aturan termasuk perilaku terukir.

Setidaknya bahasa itu sendiri adalah hasil dari perilaku terukir.

Pada saat yang sama, menurut teori pembelajaran kognitif,

"belajar adalah perubahan dalam persepsi dan pemahaman. Perubahan

dalam persepsi dan pemahaman tidak selalu mengambil bentuk

perubahan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, Gagne,

Page 6: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

6

keterampilan manusia, aspirasi Mereka umumnya mengakui bahwa

perkembangan mereka sangat tergantung pada peristiwa yang disebut

pembelajaran.

Kemudian Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog

yang memiliki kontribusi signifikan untuk memahami perkembangan

intelektual anak-anak, menjelaskan bahwa proses pembelajaran

sebenarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1) Asimilasi adalah proses konsolidasi (mengintegrasikan) informasi

baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran

siswa. Misalnya, untuk siswa yang sudah tahu kosa kata, jika guru

memperkenalkan sebuah kata, proses menggabungkan

pengetahuan kosa kata (yang sudah ada di benak siswa), dengan

membuat kalimat (sebagai informasi baru) disebut asimilasi.

2) Tempat tinggal, yaitu modifikasi struktur kognitif pada posisi

baru. Misalnya, jika siswa diberi masalah membuat kalimat, itu

berarti menggunakan (menerapkan) prinsip membuat kalimat

dalam posisi baru dan spesifik yang disebut perumahan.

3) Ekuilibrium, yaitu adaptasi konstan antara asimilasi dan

akomodasi. Misalnya, agar siswa dapat terus mengembangkan

dan meningkatkan pengetahuannya, orang yang bersangkutan

mempertahankan stabilitas mental dalam dirinya sendiri yang

membutuhkan proses menyeimbangkan "dunia batin" dengan

"dunia luar"

Sedangkan perkembangan kognitif anak-anak, Jean Piaget

dibagi menjadi empat tahap, yaitu tangible, operational, dan

motor indera formal dan tahapan operasional (Ginsburg dan

Opper, 1979: 54).

1) fase sensorik motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak mengatur kontrol (indera) dan

tindakannya. Pada awal periode ini, anak tidak memiliki

persepsi hal-hal secara permanen. Ini berarti bahwa anak-anak

tidak dapat mengenali dan menemukan hal-hal, apa pun yang

belum dilihat, disentuh atau tidak didengar. Objek-objek ini

tidak ada meskipun empat tempat lain sudah ada.

2) Pra Operasi (2-7 tahun)

Anak itu dapat sepenuhnya memahami hal-hal, dan dia

benar-benar dapat menemukan hal-hal yang dia butuhkan

bahkan jika dia tidak melihatnya. Anda sudah memiliki

keterampilan bahasa (dengan kata-kata singkat)

3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak mulai bekerja dan berpikir secara rasional, mampu

membuat keputusan logis yang konkret, dan mampu melihat

dua aspek, misalnya bentuk dan ukuran. Keberadaan

keterampilan klasifikasi dapat mengkategorikan objek menjadi

perangkat dan logis daripada abstrak.

Page 7: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

7

Pada tahap ini, ada proses perkembangan penting pada anak

menuju aspek-aspek, seperti: a). Sequencing adalah kemampuan

untuk menentukan urutan objek sesuai dengan ukuran, bentuk,

atau karakteristik lainnya. B). Transiivitas adalah kemampuan

untuk memahami hubungan logis antara elemen-elemen yang

diatur secara tertib. C) Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk

mengidentifikasi sekelompok objek berdasarkan karakteristik yang

mereka miliki. D). Kerusakan terjadi ketika seorang anak mampu

memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam

menyelesaikan suatu masalah. E). Reflektabilitas adalah

kemampuan anak untuk melakukan kegiatan mulai dari belakang

atau tahap akhir. Pada saat ini, anak sudah dapat memikirkan suatu

peristiwa berdasarkan kejadian terakhir yang dilihatnya. F).

Menghilangkan sifat egois adalah kemampuan untuk menerima

sudut pandang orang lain meskipun pandangan itu tidak benar. G).

Kemampuan untuk memecahkan masalah secara konkret atau

dalam bentuk kegiatan nyata. (Ibid .: 39-40)

4) Fase operasional resmi (11-15 tahun)

Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman aktual aktual

sebagai pembenaran. Mereka dapat menghasilkan situasi

imajiner, kemungkinan virtual, atau saran dan logika yang

benar-benar abstrak.

Oleh karena itu, ahli teori kognitif yang mempelajari

psikologi kognitif menyimpulkan bahwa salah satu faktor kunci

yang memengaruhi keberhasilan belajar di kelas adalah faktor

kognitif yang dimiliki siswa. Faktor kognitif adalah jendela

untuk memperkenalkan berbagai pengetahuan yang diperoleh

siswa melalui kegiatan belajar mandiri dan kegiatan belajar

kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah kegiatan atau usaha oleh siswa untuk

mendapatkan perubahan perilaku baru secara keseluruhan, yang

secara sengaja dirasakan dan bahwa perubahan ini relatif

menetap dan membawa efek positif dan manfaat bagi siswa

dalam berinteraksi dengan lingkungan mereka.

3. Hakikat Kecerdasan Interpersonal

A. Kecerdasan Pribadi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan adalah

masalah kecerdasan, tindakan cerdas, perkembangan pikiran

yang ideal (seperti kecerdasan, ketajaman mental). Kecerdasan

adalah kecerdasan yang membutuhkan pemberdayaan otak,

jantung, dan tubuh serta mengaktifkan manusia untuk

berinteraksi secara fungsional dengan orang lain.

Kecerdasan pribadi atau bisa juga dikatakan kecerdasan

sosial, sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang untuk

Page 8: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

8

membangun hubungan, membangun hubungan dan menjaga

hubungan sosial sehingga kedua belah pihak berada dalam

situasi win-win atau menguntungkan. Kecerdasan pribadi adalah

kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi, intens,

motivasi, kepribadian, suasana hati orang lain, kepekaan dalam

ekspresi wajah, suara, dan sinyal dari orang lain, ketika mereka

memasuki kecerdasan ini.

Kecerdasan pribadi adalah kemampuan untuk

berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan

ini adalah kemampuan kita untuk memahami dan mengantisipasi

perasaan, suasana hati, suasana hati, niat dan keinginan orang

lain dan merespons dengan tepat. Kecerdasan pribadi mengacu

pada spektrum yang meluas dari perasaan langsung keadaan

batin orang lain hingga memahami perasaan dan pikiran mereka.

Individu dengan kecerdasan pribadi yang tinggi, tentu saja,

memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tidak

memiliki kecerdasan pribadi. Dalam buku kecerdasan pribadi,

Safaria menyebutkan karakteristik anak-anak dengan kecerdasan

pribadi yang tinggi, yaitu:

1. Kemampuan untuk mengembangkan dan menciptakan

hubungan sosial baru secara efektif

2. Mampu berempati dengan orang lain atau sepenuhnya

memahami orang lain

3. Memu mampu menjaga hubungan sosial secara efektif agar

tidak lenyap seiring berjalannya waktu dan terus tumbuh

semakin intim / mendalam / penuh makna.

4. Kemampuan untuk mencapai komunikasi verbal dan non-

verbal yang diangkat oleh orang lain, atau dengan kata lain

peka terhadap perubahan dan tuntutan sosial.

5. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi

dalam hubungan sosial dengan pendekatan win-win dan yang

paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam

realitas sosial.

6. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup

keterampilan mendengarkan yang efektif, berbicara yang

efektif, dan menulis yang efektif. Termasuk kemampuan

untuk menampilkan penampilan fisik sesuai dengan

persyaratan lingkungan sosial.

B. Dimensi kecerdasan pribadi

Menurut Anderson di Safari, kecerdasan pribadi memiliki

tiga dimensi utama:

1) Sensitivitas sosial

Kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi atau

perubahan pada orang lain muncul secara verbal dan non-

verbal. Anak-anak dengan sensitivitas tinggi akan dengan

Page 9: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

9

mudah memahami dan menyadari beberapa reaksi dari orang

lain.

Berikut ini adalah indikator sensitivitas sosial menurut

Safari:

• Sikap empati

Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain

berdasarkan perspektif, perspektif, kebutuhan, dan

pengalaman mereka. Karena itu, empati diperlukan dalam

proses sosialisasi untuk menciptakan hubungan yang saling

menguntungkan dan bermakna.

• Sikap sosial

Prosocial adalah pekerjaan moral yang perlu

dilakukan secara budaya, seperti berbagi, membantu

seseorang yang membutuhkan, berkolaborasi dengan orang

lain, dan mengekspresikan empati.

2) Wawasan Sosial

Kemampuan seseorang untuk memahami dan

memecahkan masalah yang efektif dalam interaksi sosial,

sehingga tidak menghalangi masalah-masalah ini apalagi

menghancurkan hubungan sosial yang telah dibangun. Ini

juga mencakup kemampuan untuk memahami sikap sosial

dan etika sosial sehingga anak-anak dapat beradaptasi

dengan sikap itu.

Landasan dasar dari wawasan sosial ini adalah untuk

mengembangkan kesadaran diri anak-anak juga. Kesadaran

diri yang tumbuh ini akan memungkinkan anak-anak untuk

memahami kondisi internal dan eksternal mereka seperti

kesadaran mereka akan emosi yang muncul, atau

penampilan cara mereka sendiri berbicara, berbicara dan

nada suara.

Indikator wawasan sosial adalah:

• Kesadaran diri

Kesadaran diri mampu memahami dan menjalani

seluruh keberadaannya di dunia seperti realisasi

keinginannya, kesadaran diri mampu mewujudkan dan

menjalani seluruh keberadaannya di dunia seperti

realisasi keinginannya, cita-cita, harapan dan tujuan

masa depan. Sangat penting bahwa anak-anak sadar akan

kesadaran diri karena kesadaran diri memiliki fungsi

kontrol dan kontrol diri.

• Memahami sikap sosial dan etika sosial

Untuk berperilaku normal, harus diperhatikan

situasi dan moralitas sosial. Pemahaman ini mengatur

perilaku yang harus diterapkan dan perilaku yang

dilarang. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal seperti

Page 10: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

10

bagaimana mengunjungi moralitas, berteman, makan,

bermain, meminjam, meminta bantuan, dan banyak lagi.

• Keterampilan pemecahan masalah.

Dalam menangani konflik pribadi, keterampilan

pemecahan masalah diperlukan. Semakin banyak

penyelesaian masalah yang dimiliki anak, semakin besar

kemampuan anak untuk memecahkan masalah, dan

semakin positif hasil dari penyelesaian konflik pribadi.

3) Komunikasi sosial

Menguasai keterampilan komunikasi sosial adalah

kemampuan individu untuk menggunakan proses

komunikasi untuk menciptakan dan membangun hubungan

interpersonal. Dalam proses menciptakan, membangun dan

memelihara hubungan sosial, maka seseorang

membutuhkan plug. Tentu saja cara yang digunakan adalah

melalui proses komunikasi, yang meliputi komunikasi

verbal dan non-verbal dan komunikasi melalui penampilan

fisik.

Keterampilan komunikasi yang akan dikuasai adalah

keterampilan mendengarkan yang efektif, keterampilan

berbicara yang efektif, keterampilan berbicara, dan

keterampilan menulis yang efektif (Safaria, Triantoro

2005).

D. Hipotesis Penelitian

Dari kata-kata masalah dan mental di atas, hipotesis penelitian

diasumsikan sebagai berikut:

1. Ada dampak yang signifikan dari metode pembelajaran pada

keterampilan membaca dalam bahasa Inggris.

2. Ada pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan pribadi siswa pada

keterampilan membaca bahasa Inggris.

3. Ada pengaruh interaktif yang signifikan dari gaya belajar dan

kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca bahasa Inggris.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk eksperimen

dengan ANOVA dua arah (pengobatan dengan terapi), yaitu dengan

menyediakan berbagai jenis perawatan dalam dua kelompok pembelajaran

siswa.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain faktor 2x2, dengan perlakuan eksperimental dengan metode level.

Konstelasi hubungan antar variabel yang menunjukkan masalah dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Desain Faktorial 2x2

Page 11: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

11

Kecerdasan Interpersonal

(B)

Metode Pembelajaran (A)

Metode

PQRST

(A1)

Metode

Konvensional

(A2)

Tinggi (B1) YA1B1 YA2B1

Rendah (B2) YA1B2 YA2B2

Dengan variable-variabel penelitian adalah

a. Variabel bebas (A) = Metode pembelajaran

b. A1 = Penggunaan metode pembelajaran PQRST

c. A2 = Penggunaan metode pembelajaran konvensional

d. Variabel bebas (B) = Kecerdasan Interpersonal

e. B1 = Siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal tinggi

f. B2 = Siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal rendah

g. A1B1 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran PQRST pada siswa yang

memiliki kecerdasan Interpersonal tinggi

h. A2B1 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran Konvensional pada

siswa yang memilki kecerdasan Interpersonal tinggi

i. A1B2 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran PQRST pada siswa yang

memiliki kecerdasan Interpersonal rendah

j. A2B2 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran Konvensional pada

siswa yang memilki kecerdasan Interpersonal rendah.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini termasuk semua siswa kelas 8 di Jakarta

International Islamic Secondary School dengan total 575 siswa (lima ratus

tujuh puluh lima).

2. Sampel

Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, peneliti

mengambil sampel menggunakan random sampling. Kelas eksperimen

PQRST terdiri dari 30 siswa sedangkan kelas pajak non-PQRST terdiri

dari 30 siswa.

G. Alat pencarian

Alat dalam penelitian ini terdiri dari keterampilan membaca bahasa

Inggris dan alat kecerdasan pribadi untuk siswa. The English Reading Tool adalah

tes, alat untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan pribadi menggunakan

kuesioner dalam bentuk ukuran posisi.

Page 12: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

12

Alat untuk keterampilan membaca dalam bahasa Inggris

A. Definisi konseptua

Keterampilan membaca bahasa Inggris dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa untuk memahami teks dan memparafrasakan informasi

tertulis dalam membaca, mengintegrasikan pemahaman baru ke dalam

sistem kognisi, dan mengintegrasikan ke dalam sistem pengetahuan yang

dimiliki oleh pembaca sebelumnya.

B. Definisi operasional

Keterampilan membaca bahasa Inggris adalah hasil keseluruhan dari

jawaban siswa untuk tes keterampilan membaca yang diberi peringkat

berdasarkan indikator keterampilan membaca bahasa Inggris. Ukur

keterampilan membaca bahasa Inggris menggunakan tes penghitungan

teks.

C. Instrumen jaringan

Dari uraian di atas, indikator variabel keterampilan membaca bahasa

Inggris berikut dapat diatur.

Table 2

Kisi-kisi Instrumen Keterampilan membaca bahasa Inggris

Kompetensi

Dasar

Indikator C1

(No soal)

C2

(No soal)

C3

(No soal)

4.14.Menan

gkap makna

teks recount

lisan dan

tulis,

pendek dan

sederhana,

tentang

kegiatan,

kejadian,

peristiwa.

Mengidentifikasi informasi

tertentu dalam teks tersebut

dengan tepat.

5

Mengidentifikasi informasi

tersirat dalam teks tersebut

dengan tepat

9

Mengidentifikasi informasi

rinci dalam teks tersebut

dengan tepat.

7

Mengidentifikasi kata

rujukan dari kata ganti

tersebut dengan tepat

10

Menentukan gambaran umum

isi tes tersebut dengan tepat

6

Menentukan makna kata dari

kata tersebut dengan tepat.

1 , 11

Menentukan tujuan

komunikatif teks tersebut

dengan tepat.

8

Melengkapii kata-kata yang

sesuai di dalam teks

3,4

Menyusun kalimat –kalimat

acak menjadi sebuah paragraf

2

Jumlah semua soal 11

Page 13: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

13

H. Instrumen Kecerdasan Interpersonal

1. Definisi Konseptual

Kecerdasan Interpersonal adalah suatu dorongan dalam proses

belajar terhadap diri seseorang dengan melakukan perubahan untuk

mencapai suatu tujuan.

Kecerdasan Interpersonal memiiki peran penting dalam

memberikan gairah, semangat, motivasi dan rasa senang siswa dalam

proses belajar mengajar.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional tingkat kecerdasan Interpersonal adalah skor

total dari kuesioner tentang tingkat kecerdasan Interpersonal yang

disusun berdasarkan indikator variabel Kecerdasan Interpersonal.

3. Kisi-kisi Instrumen

Dari uraian di atas dapat disusun kisi-kisi/indikator variabel

Kecerdasan Interpersonal.

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal

No Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

Positif Negatif

1. Sosial Insight 2. Kesadaran

mengenali perasaan-

perasaan diri sendiri

3. Keterampilan untuk

mengungkapkan

pikiran, perasaan,

pendapat dan

keyakinan

4. Penilaian diri yang

tiggi

5. Mempunyai sikap

kemandirian

6. Memaksimalkan

potensi diri sendiri

1,

3,4

6

8

10

2

5

7

9

11

11

2 Sosial Sensivity Pengetahuan diri

tentang tujuan-tujuan

dan maksud maksud

pribadi

12 14 2

3 Social

Communicatio

n

Pengetahuan diri akan

nilai-nilai pribadi

15 13 2

Jumlah semua soal 8 7 15

Page 14: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

14

I. Uji coba Instrumen

1. Pengujian Validasi Instrumen Keterampilan membaca bahasa Inggris

Kesahihan atau validitas butir soal diuji dengan menggunakan koefisien

korelasi point biserial (Safari, 2008 : 73) yaitu dengan rumus sebagai

berikut :

rpbis = 𝑋𝑏−𝑋屴

𝑆𝐷𝑡 √𝑝𝑞

Keterangan :

rpbis = korelasi point biserial

X b = rata-rata skor siswa yang menjawab benar

Xs = rata-rata skor siswa yang menjawab salah

SDt = simpangan baku skor tootal

P = proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa

q = 1 – p

Nilai rpbis yang diperoleh dari perhitungan, selanjutnya

dikonsultasikan dengan rtabel product moment.

Hasil uji validitas terhadap 26 butir instrumen tes yang dilakukan

pada 30 siswa diperoleh 11 butir dinyatakan valid, dan 15 butir tidak

valid. Mengeliminir 15 butir yang tidak valid. Berikut adalah hasil

pengujiannya yang dibantu dengan Exel (pearson).

Tabel 4

Hasil Perhitungan Validasi Butir Instrumen

Keterampilan Membaca Bahasa Inggris

No. Item r-bis (Valid) r-tabel Validitas

1 -0,043 0,361 Tidak Valid

2 0,530 0,361 Valid

3 0,342 0,361 Tidak Valid

4 0,081 0,361 Tidak Valid

5 -0,346 0,361 Tidak Valid

6 0,357 0,361 Tidak Valid

7 0,078 0,361 Tidak Valid

8 -0,185 0,361 Tidak Valid

9 0,169 0,361 Tidak Valid

10 0,423 0,361 Valid

11 0,311 0,361 Tidak Valid

12 0,450 0,361 Valid

13 0,358 0,361 Tidak Valid

14 0,395 0,361 Valid

15 -0,086 0,361 Tidak Valid

16 0,251 0,361 Tidak Valid

Page 15: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

15

No. Item r-bis (Valid) r-tabel Validitas

17 0,399 0,361 Valid

18 0,113 0,361 Tidak Valid

19 0,357 0,361 Tidak Valid

20 0,013 0,361 Tidak Valid

21 0,623 0,361 Valid

22 0,560 0,361 Valid

23 0,692 0,361 Valid

24 0,620 0,361 Valid

25 0,637 0,361 Valid

26 0,514 0,361 Valid

a. Reliabilitas Instrumen Keterampilan Membaca Bahasa Inggris

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal pilihan ganda

digunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) sebagai berikut:

KR – 20 = 𝑘

𝑘−1[1 −

Σ (1−𝑝)

(𝑆𝐷𝑥)2]

Keterangan :

k = Jumlah butir soal

(SDx)2= Varians

P = proporsi jawaban benar

Hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program Exel

(pearson) diperoleh koefisien reliabilitas (r-KR) sebesar 0,525.

Berdasarkan tabel klasifikasi reabilitas maka dapat disimpulkan

bahwa instrument tes keterampilan membaca bahasa Inggris sebanyak

11 butir dinyatakan memiliki reliabilitas sedang.

b. Pengujian Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)

Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar, bilangan untuk menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal

disebut indeks kesukaran (P). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00

sampai 1,00. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks

kesukaran yaitu :

P = 𝐵

𝐽𝑆

Dimana :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya peserta yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah peserta yang mengikuti tes

Taraf kesukaran tes diklasifikasikan sebagai berikut:

P (0,00 sampai 0,30) = soal kategori sukar

P (0,31 sampai 0,70) = soal kategori sedang

P (0,71 sampai 1,00) = soal kategori mudah

Page 16: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

16

Pengujian taraf kesukaran soal hanya dilakukan pada instrumen

keterampilan membaca bahasa Inggris. Analisis tingkat kesukaran soal

keterampilan membaca bahasa Inggris

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk setiap

soal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

Instrumen Keterampilan Membaca Bahasa Inggris

No. Item Tk.Kesukaran Hasil Uji

1 0,433 Sd

2 0,700 Md

3 0,267 Sk

4 0,567 Sd

5 0,667 Sd

6 0,400 Sd

7 0,700 Md

8 0,600 Sd

9 0,733 Md

10 0,567 Sd

11 0,800 Md

12 0,467 Sd

13 0,767 Md

14 0,200 Sk

15 0,700 Md

16 0,300 Sd

17 0,233 Sk

18 0,200 Sk

19 0,400 Sd

20 0,667 Sd

21 0,600 Sd

22 0,200 Sk

23 0,667 Sd

24 0,467 Sd

25 0,733 Md

26 0,833 Md

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). (Suharsimi

Arikunto, 2012 ; 226).

Uji coba ini melibatkan 30 orang, maka dibagi menjadi dua

kelompok yaitu 15 orang skor teratas sebagai kelompok atas dan 15

orang skor terbawah sebagai kelompok bawah (Arikunto, 2012: 228).

Page 17: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

17

Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut : (Zainal Arifin, 2009: 133)

𝐷𝑃 =�̅�𝐴 + �̅�𝐵

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠

Dimana :

DP = Daya Pembeda

XA = Rata-rata Skor Kelompok Atas

XB = Rata-rata Skor Kelompok Bawah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Exel (pearson), daya

pembeda untuk setiap soal disajikan pada tabel berikut : Tabel 6

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

Butir Soal XA XB INDEK DB DP INTERPETASI

1 0,4 0,5 -0,1 B JELEK

2 1 0,5 0,5 T BAIK

3 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP

4 0,7 0,6 0,1 B JELEK

5 0,3 0,8 -0,5 B JELEK

6 0,7 0,3 0,4 T BAIK

7 0,7 0,6 0,1 B JELEK

8 0,4 0,8 -0,4 B JELEK

9 0,8 0,6 0,2 TP CUKUP

10 1 0,4 0,6 T BAIK

11 1 0,6 0,4 T BAIK

12 0,8 0,2 0,6 T BAIK

13 0,9 0,6 0,3 TP CUKUP

14 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP

15 0,5 0,8 -0,3 B JELEK

16 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP

17 0,5 0 0,5 T BAIK

18 0,4 0,2 0,2 TP CUKUP

19 0,7 0,2 0,5 T BAIK

20 0,7 0,7 0 B JELEK

21 0,9 0,2 0,7 T BAIK

22 0,5 0,1 0,4 T BAIK

23 1 0,2 0,8 T BAIK

24 0,8 0 0,8 T BAIK

25 1 0,4 0,6 T BAIK

26 1 0,6 0,4 T BAIK

Page 18: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

18

I. Hipotesis Statistik

1. Hipotesis 1

H0 : μA1 = μA2 (Tidak ada pengaruh antara metode

pembelajaran terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

H1 : μA1 ≠ μA2 (Terdapat pengaruh antara metode

pembelajaran terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

2. Hipotesis 2

H0 : μB1 = μB2 (Tidak ada pengaruh antara Kecerdasan

Interpersonal siswa terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

H1 : μB1 ≠ μB2 (Terdapat pengaruh antara Kecerdasan

Interpersonal siswa terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

3. Hipotesis 3

H0 : 0. xBAInt (Tidak terdapat pengaruh interaksi antara

metode pembelajaran dan Kecerdasan

Interpersonal siswa terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

H1: 0. xBAInt (Terdapat pengaruh interaksi antara metode

pembelajaran dan Kecerdasan

Interpersonal siswa terhadap keterampilan

membaca bahasa Inggris)

J. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.Hasil Penelitian

a. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian Hipotesis penelitian menggunakan analisis varians (ANOVA).

Dalam pengujian hipotesis ini digunakan program SPSS 20 for windows.

Sesudah dilakukan analisis varians dilanjutkan dengan uji Tukey untuk

mengetahui perbedaan antara masing-masing kelompok secara signifikan dan

interaktif antar variabel. Dengan kata lain uji Tukey bertujuan untuk melihat

kelompok sampel mana yang memiliki keterampilan membaca bahasa Inggris

dari penggunaan metode pembelajaran PQRST dibandingkan dengan Metode

Pembelajaran Konvensional yang didasarkan atas tingkat kecerdasan

Interpersonal siswa. Berikut adalah hasil ringkasan analisis data tersebut.

Page 19: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

19

Page 20: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

20

Tabel 7

Rangkuman Hasil ANOVA

Data Keterampilan Membaca Bahasa Inggris Siswa

terjawab. Adapun penjelasan mengenai table di atas adalah sebagai

berikut:

b.Pengujian Hipotesis 1

Dari pengujian dengan SPSS 20 pada tabel 4.22 didapat nilai sig. =

0, ,018 < 0.05, dan Fh 5,964. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara

metode pembelajaran bahasa Inggris terhadap keterampilan membaca

bahasa Inggris. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan keterampilan

membaca bahasa Inggris siswa yang menggunakan metode pembelajaran

PQRST dengan yang menggunakan metode konvensional.

b. Pengujian Hipotesis 2

Dari pengujian dengan SPSS 20 pada 4.22 didapat nilai sig

untuk tingkat kecerdasan Interpersonal 0,000 < 0.05, dan Fh 28,763.

Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan tingkat kecerdasan

Interpersonal terhadap keterampilan membaca bahasa Inggris.

c. Pengujian Hipotesis 3

Dari pengujian dengan SPSS 20 pada tabel 4.22 didapat

nilai sig untuk metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan

Interpersonal 0,000 < 0.05, dan Fh 14,492. Dengan demikian H1

diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh

interaktif yang signifikan metode pembelajaran dan tingkat kecerdasan

Interpersonal terhadap keterampilan membaca bahasa Inggris.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Keterampilan Membaca Bahasa Inggris

Source Type III Sum

of Squares

Df Mean

Square

F Sig.

Corrected

Model 5724,067

a 3 1908,022 16,406 ,000

Intercept 241427,267 1 241427,267 2075,943 ,000

B 3345,067 1 3345,067 28,763 ,000

A 693,600 1 693,600 5,964 ,018

B * A 1685,400 1 1685,400 14,492 ,000

Error 6512,667 56 116,298

Total 253664,000 60

Corrected

Total 12236,733 59

a. R Squared = ,468 (Adjusted R Squared = ,439)

Page 21: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

21

K. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh Metode Pembelajaran terhadap keterampilan membaca

bahasa Inggris. Hal ini ditandai dengan nilai sig untuk Metode

Pembelajaran 0,018 <0,05 dan didukung oleh perolehan rata-rata skor

keterampilan membaca bahasa Inggris dengan metode Pembelajaran

PQRST 66,83 yang lebih tinggi dari metode Pembelajaran konvensional

60,03. Fenomena ini menunjukan keterampilan membaca bahasa Inggris

akan meningkat bila siswa diajar dengan metode pembelajaran PQRST..

Penggunaan Metode Pembelajaran PQRST memiliki dampak positif dalam

meningkatkan keterampilan membaca bahasa Inggris. Selain itu, para guru

dituntut untuk memberikan Metode Pembelajaran yang lebih bervariatif.

Dalam penelitian ini Metode Pembelajaran PQRST dapat dijadikan

referensi untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Ingris. Jadi,

terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap

keterampilan membaca bahasa Inggris. Berdasarkan kajian teori dan hasil

eksperimen yang dilaksanakan di SMP International Islamic Secondary

School Jakarta Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban dari

kajian teori dan hasil eksperimen saling mendukung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Brown, H. Douglas 1980. Principles of Language Learning and Teaching. New

Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Faizi, M. 2012. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta:

Diva Press.

Howard Kingsley, The Nature and conditions of Learning, New Jersey : Prentice

Hall Ings Engliwood Clifts, 1957. Hal.45

Indrawati. 06 Januari 2004, Rendahnya Penguasaan bahasa Inggris Mahasiswa

,Suara Pembaruan

Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 22: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

22

Jamaris martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan,(2010.penerbit

Yayasan Penamas Murni,) p:34

Muhibbin Syah, Psikologi belajar (Edisi Revisi, 5) (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2006)

Margaret E Gredler .Learning and Instruction Teori dan aplikasi (Edisi

keenam),(Jakarta: Kencana, 2011)h 122

Robert M. Gagne, 1977, The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart,

and Winston Hal.82

Rooijakkers, 1991.Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: Grasindo, hal 73

Rangkuti H.Sofia. Terjemahan dan kaitannya dengan tata Bahasa Inggris, (1999.

Jakarta: Dian Rakya)h.263

Robertus Angkowo. Media Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)h.47

Sabri, Ahmad.2010. Strategi Belajar Mengajar dan Micro teaching; Jakarta;

Quantum Teaching.

Safari. 2004. Analisis Butir Soal. Jakarta: CV Purnama.

Sanjaya,Wina; Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan;

Jakarta; Kencana Prenada Media group; 2009

Sugiyono; Metode Penelitian Pendidikan; Bandung; Edisi ke sepuluh; Alfabeta

IKAPI; 2010

Supardi dkk; Aplikasi Statistik Dalam Penelitian; Edisi pertama; Jakarta; PT

Ufuk Publishing House; 2012

Supardi, U., S. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Konsep Statistika Yang

Lebih Komprehensif, (edisi revisi), Jakarta: Change Publication.

Sudjana.2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Setiawan, Conny, 1990.Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta : Gramedia, Hal

:6

Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2010)h.466-467

Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan, (Tangerang: Pustaka Mandiri,

2013, h.82

Safaria, Triantoro, Interpersonal Inteligence: Metode Pengembangan Kecerdasan

Interpersonal, 2005, Amara Books, Jakarta, Hal: 26

Page 23: INTERPERSONAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA …

23

Tarigan, H.G. 199. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Trihendradi. 2013. Step by Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.

Yogyakarta: Abdi Offset.

Wardiman, Artono, Jahur Masduki B dan Djurma, M sukirmanet. 2008. English in

Focus 2 : for Grade VIII Junior High School (SMP/MTs), Edisi 1.

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wasti Sumanto, Strategi Pembelajaran, Bandung: (PT.Rosda Karya. 2004)h. 21

Yusnaeni Lubis, Developing Communicative Proficiency in English as a foreign

language class, (Jakarta: Depdikbud,1998)

Internet:

www.readingmatrix.com/ Metode membaca (diakses tanggal 02 Desember 2017)

Noer, Muhammad. Presentasi Memukau: Bagaimana Menciptakan Presentasi

Luar Biasa. http://www.presentasi.net. (diakses tanggal 28 Maret 2017)

Staton 1954. Factors that influence Reading Comprehension: Developmental and

Instructional Considerations. Florida State University and Florida Center

for Reading Research. Core Knowledge Conference, February,

2006.http://www.fcrr.org