Upload
others
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
INTERAKSI SOSIAL DALAM NOVEL PADUSI KARYA KA’BATI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
NURUL MUTIA ULVANPM 12080207
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2018
2
3
4
5
ABSTRAK
Nurul Mutia Ulva, (NPM: 12080207), Interaksi Sosial dalam Novel PadusiKarya Ka’bati, Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Padang, 2018.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh interaksi sosial yang terdapat dalamnovel Padusi karya Ka’bati. Dalam novel ini diperlihatkan tentang bentuk-bentukinteraksi sosial, misalnya hubungan antara dua individu atau lebih dalamkehidupan sosial bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanbentuk interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif analisis. Data dalam penelitian ini adalah teks atau kutipan yangberupa dialog, monolog, dan tindakan bentuk interaksi sosial yang terdapat dalamnovel Padusi karya Ka’bati. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Padusikarya Ka’bati. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian iniyaitu, membaca dan memahami novel Padusi karya Ka’bati, menandai bentukinteraksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati, menginventarisasi data, yaitumencatat hal yang ditemukan mengenai bentuk interaksi sosial dalam novelPadusi karya Ka’bati, dan mengklasifikasikam data yang terdapat dalam novelPadusi karya Ka’bati, yaitu bentuk interaksi sosial.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dalam penelitian iniditemukanbeberapa hal terkait dengan interaksi sosial dalam novel Padusi karyaKa’bati ditemukan dua bentuk interaksi sosial yaitu; pertama bentuk asosiatifyaitu proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama,akomodasi dan asimilasi. Kedua bentuk disosiatif yaitu proses interaksi sosialyang mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, danpertentangan atau pertikaian. Kerjasama digambarkan oleh tokoh ibu Dinar danDinar bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan mencari uang,kemudian kerjasama antara tokoh Meurah dan Maimunah, antara tokoh ibu Tarajudengan Momtaz. Akomodasi digambarkan oleh tokoh Sahara, kakak laki-lakiSahara dan Bundo Sahara yang berusaha meredam pertentangan antara tokohSahara dan kakak laki-lakinya. Asimilasi digambarkan oleh orang Bangladeshyang memiliki kebudayaan yang sangat kental namun masih terbawa keperantauan, dan kebudayaan tersebut diterima diperantauan. Persaingandigambarkan oleh kelompok etnis Cina dengan etnis tempatan, etnis Cina lebihgesit bekerja dibandingkan etnis tempatan. Kontravensi digambarkan oleh tokohSahara dengan kakak laki-lakinya yang menolak kemauan tokoh Sahara sebagaipadusi Minang untuk mencari uang.Pertentangan atau pertikaian digambarkanolehtokoh Ibah dan Ciwel, tokoh Ibah menentang tokoh Ciwel untuk tidak terlaluberani kepada kaum laki-laki. Interaksi sosial yang ditemukan dalam novel Padusikarya Ka’bati merupakan interaksi sosial yang berhubungan dengan polakehidupan atau kebudayaan bermasyarakat.
i
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati” dengan baik.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan
bimbingan, masukan, dorongan serta semangat dan motivasi dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Samsiarni, M.Hum sebagai pembimbing 1 sekaligus sekretaris Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Emil Septia, S.S, M.Pd sebagai
pembimbing 2 yang telah membimbing dan memberi arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ttitiek Fujita Yusandra, M.Pd., Ricci Gemarni Tatalia, M.Pd., dan Dra.
Indriani Nisja, M.Pd. sebagai tim penguji yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dra. Indriani Nisja, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.
4. Upit Yulianti DN, M.Pd. sebagai Penasihat Akademik (PA) yang telah
membimbing dan memberikan nasihat kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat atas segala bimbingan dan
bantuannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan selama penulis
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.
ii
7
6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi motivasi, semangat, dan
do’a kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan
menjadi amal ibadah disisi Allah Swt. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik, saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Padang, Januari 2018
Penulis
iii
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Fokus Masalah .........................................................................................5
C. Rumusan Masalah ....................................................................................5
D. Tujuan Penelitian .....................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................6
F. Batasan Istilah ..........................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori .........................................................................................8
1. Hakikat Novel ...................................................................................8
2. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra ................................................16
3. Hakikat Interaksi Sosial ...................................................................18
B. Penelitian Yang Relevan .........................................................................23
C. Kerangka Konseptual ..............................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................28
B. Metode Penelitian ...................................................................................28
C. Data dan Sumber Data ............................................................................28
D. Instrumen Penelitian ...............................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................29
F. Teknik Pengabsahan Data ......................................................................30
G. Teknik Analisis Data ..............................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Temuan Data Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati ..........32
B. Analisis Data Interaksi Sosial dalam novel Padusi karyaKa’bati ...........41
iv
9
1. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Asosiatif pada
novel Padusi karya Ka’bati ..............................................................41
2. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Disosiatif pada
novel Padusi karyaKa’bati ...............................................................60
C.Pembahasan Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati .............80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................84
B. Saran...............................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................87
v
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................89Lampiran 2 ........................................................................................................93Lampiran 3 ........................................................................................................94
vi
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan karya imajiner yang menawarkan berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Sastra dan tata
nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial yang saling melengkapi
keberdiriannya sebagai suatu yang eksistensial.Karya sastra berfungsi untuk
menginvestasikan sejumlah kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam
pola-pola kreativitas dan imajinasi oleh pengarang. Pengarang menghayati
berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian
diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.
Seorang pengarang kemudian menuangkannya ke dalam karya sastra, melalui
ide kreatif serta imajinasinya. Keterkaitan antara sastra dan kehidupan manusia
yang demikian erat memberikan petunjuk bahwa karya sastra tidak diciptakan
tanpa tujuan, artinya karya sastra bukan merupakan sesuatu yang kosong tanpa
makna. Karya sastra berusaha memberi sesuatu kepada pembaca, sebab bukan
tidak mungkin bahwa karya sastra bisa mengandung gagasan yang dapat memberi
manusia dan kehidupannya.
Karya sastra terdiri dari tiga genre, yakni puisi, fiksi dan drama. Salah satu
karya sastra bergenre fiksi adalah novel. Novel menceritakan perjalanan
kehidupan seseorang yang menjadi tokoh utama dalam karya sastra tersebut.
Novel memiliki unsur intrinsik yang menarik minat pembaca yaitu, tema, amanat,
alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang dan gaya bahasa. Selain itu novel
1
2
juga memiliki unsur ekstrinsik yaitu pengarang dan realitas objektif. Segala yang
berhubungan dengan karya sastra menjadi daya tarik pembaca, salah satu yang
menarik mengenai realitas objektif dari sebuah karya sastra.
Persoalan-persoalan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia salah
satunya tentang interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok
manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu.
Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi
sosial. Cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan
kelompok-kelompok saling bertemu dan menemukan sistem serta bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Hidup dalam kebersamaan itu selalu berarti adanya hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya, yang sering kali kita kenal dengan istilah relasi
sosial. Relasi sosial ini tentunya kemudian berlanjut dengan terjadinya interaksi
sosial antar individu yang satu dengan individu yang lainnya di dalam kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam
individu yang berbeda dengan keunikannya masing-masing, tentunya sangat
berpotensi untuk muculnya konflik sosial yang terjadi akibat hubungan antar
individu tersebut. Oleh karena itu masyarakat memerlukan keterlibatan,
3
perlindungan dan juga kepastian berkenaan dengan perilaku sesamanya dalam
hubungan dengan kepentingan dirinya (Juanita, 2007:120).
Salah satu novel yang membahas tentang interaksi sosial dalam masyarakat
adalah novel Padusi karya Ka’bati. Novel ini menceritakan tentang kehidupan
tokoh Dinar dan Sahara. Dinar dan Sahara berkenalan saat mereka berada di
Bandara Sultan Ismail. Mereka berdua rela menjadi buruh kontrak di negeri orang,
Dinar memiliki alasan agar mendapatkan pendidikan yang bagus di luar negeri
sambil menjadi buruh kontrak, sementara Sahara beralasan agar ia dapat
mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikannya. Keluarga Sahara sangat
menentang keberangkatannya menjadi buruh kontrak, dengan alasan bahwa
ibunya takut jika nanti anaknya membuat aib di negeri orang resikonya
keluarganya akan malu, apalagi ayah Sahara seorang Tuanku di kampungnya.
Sementara Dinar, tekatnya semakin bulat untuk menjadi buruh kontrak ke luar
negeri, dengan alasan sambil bekerja ia juga dapat menyambung studi di sana
nantinya. Interaksi sosial dalam novel ini berawal dari pertentangan Sahara
dengan keluarganya, yang memang tidak setuju melepas Sahara berangkat
menjadi buruh kontrak di negeri orang.
Ka’bati seorang penulis yang berasal dari Minang. Ia terlahir di kota
Payakumbuh, pada 10 Maret 1977. Ka’bati dulunya berprofesi sebagai seorang
wartawan. Ka’bati pernah bekerja di surat kabar Mimbar Minang, Majalah Saga,
surat kabar Riau Mandiri, Majalah Aulia, dan kontributor jurnal perempuan
Srintil. Sebagai pengarang, nama Ka’bati belum populer dalam dunia kesusastraan
Indonesia. Maka dari itu, Ka’bati hanya memiliki beberapa karya sastra yakni,
4
beberapa antologi puisi dan cerpen yang diterbitkan surat kabar Riau, kemudian
novel berjudul Changmi (cemburu musim bunga) menceritakan tentang
pernikahan antar negara. Novel keduanya yang berjudul Padusi. Melalui novel
Padusi, Ka’bati menyampaikan sebuah fenomena kehidupan yang selayaknya
mendapatkan perhatian serius, yaitu mengenai tenaga kerja perempuan Indonesia
yang bekerja di luar negeri.
Novel yang mengkaji tentang interaksi sosial juga ditemukan dalam novel
karya Nun Urnoto El Banbary yaitu novel Anak-Anak Pangaro. Novel ini
menceritakan kisah sekelompok siswa sebuah pesantren di kota Sumenep Madura
yang digelari Anak-Anak Pangaro oleh lingkungannya, sebab berinisiatif untuk
mengentaskan bencana kekeringan dan kemarau panjang yang melanda pulau
Giliraja. Akan tetapi usaha mereka tidak semudah membalikkan telapak tangan,
mereka harus berhadapan dengan sekelompok penduduk pesong yang menamai
diri mereka sebagai Group Petheng yang disebut-sebut menjadi penyabab bencana
kekeringan yang tengah melanda pulau Giliraja. Interaksi sosial dalam novel ini
diawali dengan suatu hubungan yang baik antarindividu, yaitu adanya kerjasama
yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak Madrasah Aliyah Nurul Iman dengan
masyarakat pulau untuk mengatasi bencana kekeringan yang melanda pulau
Giliraja.
Dibandingkan dengan novel Anak-Anak Pangaro, novel Padusi karya Ka’bati
memperlihatkan interaksi sosial yang berbeda. Terlihat bahwa pada novel Padusi
memiliki interaksi sosial secara orang dengan kelompok, sementara pada novel
Anak-Anak Pangaro terlihat bahwa interaksi sosialnya antar kelompok dengan
5
kelompok. Namun persamaannya, terdapat beberapa pengaruh- pengaruh yang
didapat saat terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial dalam novel Padusi
digambarkan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel, seperti Dinar dan
kelompok buruh di tempatnya bekerja menjadi TKW di Malaysia.
Adapun hal yang melatarbelakangi untuk memilih novel Padusi karya
Ka’batisebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, karena novel
Padusi karya Ka’bati menggambarkan kehidupan sosial yang membuktikan
bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi, antara orang
perorangan maupun orang dengan kelompok. Kedua, novel Padusi karya
Ka’batimenggambarkan interaksi sosial yang dapat mempengaruhi masyarakat
sekitar.
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, penting dilakukan penelitian
dalam novel Padusi karya Ka’bati dengan memfokuskan masalah terhadap
interaksi sosial.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini difokuskan pada
masalah interaksi sosial pada novel Padusi karya Ka’bati.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana interaksi sosial dalam bentuk asosiatif pada novel Padusi karya
Ka’bati?
2. Bagaimana interaksi sosial dalam bentuk disosiatif pada novel Padusi karya
Ka’bati?
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitiannya adalah:
1. Mendeskripsikan interaksi sosial dalam bentuk asosiatif pada novel Padusi
karya Ka’bati
2. Mendeskripsikan interaksi sosial dalam bentuk disosiatif pada novel Padusi
karya Ka’bati
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam penerapan teori sastra serta pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan supaya
berinteraksi sosial secara nyata seperti bertatap muka dan tidak hanya di media
seperti yang terjadi pada zaman sekarang.
b. Bagi peneliti lain di bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi peneliti sendiri, sebagai bahan kajian akademik dan bekal pengetahuan
lapangan.
7
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahtafsiran sekaligus sebagai panduan dalam
memahami istilah-istilah yang terkait dalam penelitian tentang analisis interaksi
sosial dalam Novel Padusi karya Ka’bati yaitu sebagai berikut.
1. Interaksi dalam Sugono (2008:542), merupakan hubungan antara orang yang
satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa.
2. Sosial dalam Sugono (2008:331), adalah suatu hal yang berkenaan dengan
masyarakat dan diperlukan adanya komunikasi dalam usaha menunjang
pembangunan.
3. Interaksi sosial menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:215), merupakan
hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan,
antarkelompok, maupun antara perorangan dengan kelompok, dan juga dimana
perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
perilaku individu yang lain, atau sebaliknya.
4. Novel menurut Nurgiyantoro (1995:22), merupakan sebuah totalitas, suatu
keseluruhan yang bersifat artistik, yang artinya novel mempunyai bagian-
bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5. Padusi merupakan novel karya Ka’bati.
8
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pada bab ini akan membicarakan tentang teori-teori yang akan digunakan
dalam penelitian. Adapun teori-teori yang relevan dalam penelitian ini yaitu 1.
hakikat novel, 2. hakikat sosiologi sastra, 3. hakikat interaksi sosial.
1. Hakikat Novel
Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian novel dan unsur
pembangun novel, berikut ini akan dijelaskan teori tersebut.
a. Pengertian Novel
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:6), novel merupakan beberapa
kesatuan permasalahan yang membentuk rangkaian permasalahan disertai faktor
sebab akibat.Rangkaian ini terjadi disebabkan berpuluh-puluh
permasalahan.Dengan kata lain, novel memiliki karakteristik permasalahan yang
lebih luas dan kompleks atau mengutarakan beberapa pokok permasalahan lain
seperti cerpen dan puisi.
Kemudian menurut Nurgiyantoro (1995:2), novel sebagai karya sastra yang
bersifat imajinasi selalu menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan
tersebut kemudian mengungkapkan kembali melalui sarana novel sesuai dengan
pandangannya berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan, pengarang
melakukan perenungan secara intens sehingga mampu mengungkapkannya dalam
bentuk sebuah karya.
8
9
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan suatu karangan fiksi yang berjenis prosa yang menggambarkan
kehidupan dan perilaku nyata tokoh, yang ditulis oleh seorang pengarang
berdasarkan pengalaman pengarang maupun kejadian-kejadian yang dialami oleh
suatu masyarakat.
b. Unsur Pembangun Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang
bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-
unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,
bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur
pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah yang
menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud
(Nurgiyantoro, 1995:22-23).
Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama
membentuk sebuah totalitas itu di samping unsur formal bahasa, masih banyak
lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara
tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak
benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam
rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umunya
(Nurgiyantoro, 1995:23).
10
1) Unsur Intrinsik
Menurut Murhadi dan Hasanuddin WS (1992:20), membagi unsur intrinsik
menjadi dua, yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama adalah semua
unsur yang berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui bahasa,
yaitu alur, penokohan, latar, tema, adan amanat. Unsur penunjang adalah segala
sesuatu yang digunakan dalam memanfaatkan bahasa, seperti pusat pengisahan
dan gaya bahasa.
Sementara Nurgiyantoro (1995:23) menjelaskan unsur intrinsik (intrinsic)
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan
lain-lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur
instrinsik unsur yang membangun cerita. Unsur-unsur tersebut meliputi: tema,
amanat, alur (plot), latar (setting), tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan gaya
bahasa.
11
(1) Tema
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:38), tema adalah inti permasalahan
yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Dalam sebuah karya sastra
terdapat banyak peristiwa yang masing-masing mengemban permasalahan, tetapi
hanya ada sebuah tema sebagai inti dari permasalahan. Sementara Nurgiyantoro
(1995:25) menjelaskan tema adalah sesuatu yang menjadi dasar dalam cerita. Ia
selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan seperti masalah cinta,
kasih, rindu, takut, maut, religius dan sebagainya. Untuk menemukan tema sebuah
karya fiksi haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan
bagian-bagian tertentu cerita.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah
sesuatu yang mendasari yang terkait pada permasalahan dalam sebuah cerita.
(2) Amanat
Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:38), amanat merupakan opini,
kecendrungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakannya. Amanat
dalam sebuah fiksi dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya itu terkait dengan
tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan teknik
pencarian tema. Oleh sebab itu, amanat juga merupakan kristalisasi dari berbagai
peristiwa, prilaku tokoh, dan latar cerita. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa amanat adalah suatu pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
12
(3) Alur (Plot)
Menurut Muhardi dan Hasanudin WS (1992: 28-29), alur merupakan
hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau
sekelompok peristiwa lain. Karakteristik alur dibedakan menjadi alur
konvensional dan alur inkonvensional. Alur konvensional yaitu jika peristiwa
yang muncul kemudian selalu menjadi akibat dari peristiwa yang hadir
sebelumnya, sedangkan alur inkonvensional yaitu peristiwa yang diceritakan
kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya.
Menurut Nurgiyantoro (1995:114), alur merupakan cerminan atau bahkan
berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan
bersikap dalam menghadapi masalah kehidupan.Berdasarkan kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa alur adalah hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok
peristiwa dengan peristiwa lain. Serta merupakan rangkaian kejadian dalam cerita.
Kejadian dalam cerita itu dimunculkan dalam alur tersebut.
(4) Latar (Setting)
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) latar merupakan penanda
identitas permasalahan karya sastra yang dimulai secara samar diperlihatkan alur
penokohannya. Permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,
maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku. Secara
tidak langsung latar berkaitan dengan alur atau penokohan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) latar atau setting disebut
juga dengan landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
13
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa–peristiwa yang diceritakan.
Latar juga memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan latar adalah tempat
terjadinya suatu peristiwa secara konkret dan jelas yang bertujuan memberikan
gambaran kepada pembaca serta menciptakan suasana tertentu.
(5) Tokoh dan Penokohan
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:24) menyatakan penokohan
termasuk masalah penamaan, pemeran, keadaan fisik, keadaan psikis, dan
karakter. Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya
membangun permasalahan karya sastra. Pemilihan nama tokoh diniatkan sejak
semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165), tokoh adalah orang-orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditefsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
para pelaku menggerakan peristiwa dalam cerita seperti tokoh dalam dongeng
tokoh tersebut bias berupa binatang, tumbuh-tumbuhan dan juga manusia.
Penokohan adalah sifat atau karakter dimiliki tokoh di dalam cerita, karakter atau
penokohan dapat dilihat dari tingkah laku, perkataan atau keseharian tokoh dalam
cerita tersebut.
14
(6) Sudut Pandang
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:32), sudut pandang merupakan
suatu cara bagi pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi karya sastra.
Selanjutnya menurut Nurgiyantoro (1995:246) sudut pandang dalam karya sastra
mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa
dan tindakan itu dilihat. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:248) mengungkapkan
bahwa sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya sastra kepada pembaca.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
adalah posisi pengarang dalam menyampaikan cerita pada karya sastra.
(7) Gaya Bahasa
Muhardi dan Hasanuddin (1992:35), menyatakan bahwa penggunaaan bahasa
harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak
dikemukakan; harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus tepat
merumuskan alur, penokohan, latar, tema, amanat. Selanjutnya Tarigan
(2011:156), menjelaskan bahwa berhasil atau tidaknya seorang pengarang fiksi,
justru tergantung dari kecakapannya mempergunakan gaya yang serasi dalam
karyanya. Antara struktur dan gaya terdapat hubungan yang erat dalam fiksi.
Keduanya dipergunakan untuk menunjukkan cara sang pengarang mengatur serta
menata bahan-bahan untuk menyajikan efeknya. Akan tetapi struktur biasanya
dipergunakan dengan penunjukan yang lebih khusus terhadap penyusunan
elemen-elemen yang lebih besar, seperti episode-episode, adegan-adegan, dan
15
detail-detail gerak, dipertentangkan dengan penyusunan kata-kata, yang disebut
gaya atau majas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan gaya bahasa itu
adalah ketepatan seorang pengarang dalam mengunakan atau memilih bahasa
dalam sebuah karya fiksi yang nantinya akan berpengaruh terhadap keindahan
karya sastra sehingga akan menarik minat seorang penikmat karya sastra.
2) Unsur Ekstrinsik
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:21),unsur ekstrinsik adalah unsur
yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra
yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah unsur utama dan dominan
dari unsur ekstrinsik fiksi. Realitas objektif yang mempengaruhi karya sastra
seperti tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi
masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam
masyarakat, dan norma yang berlaku dalam masyarakat.Kemudian Nurgiyantoro
(1995:23), menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik
merupakan unsur yang berada di luar karya sastra. Unsur ekstrinsik sangat
berpengaruh dalam membangun suatu karya sastra sebagai pengetahuan mengenai
latar belakang pengarang.
16
2. HakikatPendekatan Sosiologi Sastra
Kajian teori yang digunakan dalam pendekatan sosiologi sastra terbagi dua,
yaitu pengertian pendekatan sosiologi sastra dan jenis-jenis pendekatan sosiologi
sastra.
a. Pengertian Pendekatan Sosiologi Sastra
Menurut Ratna (2010:60), pendekatan sosiologi sastra adalah adanya
hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Dalam pandangan Wolff
(Faruk, 1994:3) sosiologi merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak
terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai
percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masingnya hanya
mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan
sastra dengan masyarakat.
Selanjutnya menurut Endraswara (2003:77), sosiologi sastra adalah cabang
penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh
peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi
dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan
sosial, tetapi kehidupan sosial yang menjadi pemicu lahirnya karya sastra.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra
adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji kehidupan atau
cerminan masyarakat dalam sebuah karya sastra.
b. Jenis-jenis Pendekatan Sosiologi
Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara
karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan
17
oleh: a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah
anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam
masyarakat, dan (d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali masyarakat
(Ratna, 2010:60).
Secara esensial sosiologi sastra adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah
manusia dan masyarakat secara obyektif, (b) studi lembaga-lembaga sosial lewat
sastra dan sebaliknya, (c) studi proses, yaitu bagaimana masyarakat bekerja,
bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan
hidupnya. Studi semacam itu secara ringkas merupakan pengahayatan teks sastra
terhadap struktur sosial. Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra
tersebut selanjutnya dihubungkan dengan beberapa hal, yakni: (a) konsep
stabilitas sosial, (b) konsep kesinambungan masyarakat yang berbeda, (c)
bagaimana seorang individu menerima individu lain dalam kolektifnya, (d)
bagaimana proses masyarakat dapat berubah secara bertingkat, (e) bagaimana
perubahan besar masyarakat, misalkan dari feodalisme ke kapitalisme. Hubungan
timbal balik di antara unsur-unsur sosial di atas akan besar pengaruhnya terhadap
kondisi sastra. Berbagai aspek tersebut, sesungguhnya masih dapat diperluas lagi
menjadi berbagai refleksi sosial sastra, antara lain: (a) dunia sosial manusia dan
seluk-beluknya, (b) penyesuaian diri individu pada dunia lain, (c) bagaimana cita-
cita untuk mengubah dunia sosialnya, (d) hubungan sastra dan politik, (e) konflik-
konflik dan ketegangan dalam masyarakat (Endraswara, 2003:88).
Dari penjelasan di atas, berarti hubungan sosiologi dan sastra bukanlah hal
yang dicari-cari. Hasil analisis melalui pendekatan sosiologis yang akan
18
digunakan untuk membantu memahami gender, feminis, status peranan, wacana
sosial, dan sebagainya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
sosiologi sastra yang menunjuk kepada karya sastra, yakni mempermasalahkan
tentang isi karya sastra, tujuan serta hal-hal yang menyangkut dengan masalah
sosial yang bertujuan mengkaji permasalahan sosial yang ada dalam suatu karya
sastra, terutama masalah sosial masyarakat pada suatu masa tertentu.
3. Hakikat Interaksi Sosial
Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian interaksi sosial
dan bentuk-bentuk interaksi sosial, berikut ini kan dijelaskan teori tersebut.
a. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2009:55), interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Apabila keduanya bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat
itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk
interaksi.
Selanjutnya menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:214), bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial. Karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi, antara interaksi sosial
dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara
dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau sebaliknya.
19
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
adalah hubungan sosial masyarakat yang dapat mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki perilaku masyarakat lainnya.
b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Sebagai suatu proses sosial, interaksi sosial merupakan masalah yang pokok
karena merupakan dasar dari segala proses sosial. Menurut Sukanto (2009:64)
bentuk interaksi sosial dibagi dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses interaksi
sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi, dan
asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung
nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau
pertikaian. Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut juga sependapat dengan teori
Haryanto dan Nugrohadi (2011:218). Bentuk interaksi sosial dibagi dua. Pertama,
bentuk asosiatif yaitu proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif
seperti kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses
interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan,
kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.
1) Asosiatif
Interaksi yang bersifat asosiatif mengandung nilai-nilai positif seperti
kerjasama, akomodasi dan asimilasi.
(1) Kerja Sama (Cooperation)
Soekanto (2009:65-66) menjelaskan kerja sama disini dimaksudkan sebagai
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerjasama tersebut
20
berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Kerja sama akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar
yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan
yang secara tradisional atau institusional telah tertanam dalam kelompok, dalam
diri seorang atau segolongan orang.
Menurut Charles H. Cooley (dalam Haryanto dan Nugrohadi (2011:219) kerja
sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup pengetahuan
dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja sama adalah
suatu usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan.
(2) Akomodasi
MenurutHaryanto dan Nugrohadi (2011:221), akomodasi dipergunakan dalam
dua arti, Pertama untuk menunjukkan pada suatu keadaan berarti adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan
norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.Kedua menunjukkan
pada suatu proses, menunjukkan pada usaha-usaha untuk meredakan pertentangan
agar mencapai kestabilan.
Soekanto (2009:69) menjelaskan bahwa akomodasi merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
21
dapat mempertahankan hidupnya. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa akomodasi adalah proses interaksi orang perorangan,
kelompok dengan kelompok yang bertujuan mengurangi pertentangan.
(3) Asimilasi
Menurut Soekanto (2009:73) asimilasi merupakan usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan
tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:222), asimilasi merupakan suatu
proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga
meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan, sikap dan proses mental dengan
memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Berdasarkan kutipan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa asimilasi adalah proses interaksi sosial antar
orang perorangan, kelompok dengan kelompok untuk mencapai kesatuan tanpa
memandang perbedaan suku dan budaya agar mencegah sebuah pertentangan.
2) Disosiatif
Bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai
negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.
(1) Persaingan
Menurut Soekanto (2009:83), persaingan dapat diartikan sebagai suatu
bentuk interaksi sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
22
bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu
masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan.
Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:224), menambahkan persaingan
adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok yang bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persaingan
adalah bentuk interaksi sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang
saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
(2) Kontravensi(Contravention)
Menurut Soekanto (2009:87), kontravensi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan
suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapt berubah menjadi
kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Selanjutnya
kontravensi menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:225), merupakan gejala-
gejala ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau suatu rencana. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa kontravensi merupakan sikap
ketidakpuasan terhadap individu atau kelompok dan tidak ada tindakan terhadap
ketidakpuasan tersebut.
23
(3) Pertentangan atau Pertikaian
Soekanto (2009:91) menjelaskan bahwa pertentangan atau pertikaian
merupakan suatu bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman atau kekerasan. Akar-akar dari pertentangan itu, antara lain
perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan dan perubahan sosial.
Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:226), pertentangan adalah suatu
proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Berdasarkan dari kutipan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pertikaian adalah suatu pertentangan yang terjadi antara individu atau kelompok
dilakukan dengan cara kekerasan, yaitu misalnya berupa ancaman kepada
seseorang. Pertikaian masih bisa diatasi jika masing-masing pihak dapat
mengintrospeksi diri dan berusaha untuk menyadari kesalahan masing-masing
supaya dapat hidup berdampingan tanpa harus menggunakan kekerasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teori
Soekanto untuk melihat interaksi sosial dalam novel Padusikarya Ka’bati.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kepustakaan, peneliti sastra mengenai Interaksi Sosial dalam
novel Padusi karya Ka’bati tinjauan Sosiologi sastra belum pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian relevan yang membahas interaksi sosial yaitu: Pertama,
Atlydia (2015), judul penelitian “Perjuangan Perempuan dalam Novel Padusi
24
karya Ka’bati Analisis Kritik Sastra Feminisme”.Hasil penelitian ini
menyimpulkan bentuk perjuangan seorang perempuan dalam mencari
penghidupan yang lebih baik. Diantaranya ialah melakukan pekerjaan berat yang
belum sesuai dengan umurnya, mengemis, berjuang untuk dapat bersekolah,
menjadi pelayan toko hingga menjadi TKI.
Kedua, Weni (2016), judul penelitian “Kepribadian Tokoh Utama dalam
Novel Padusi karya Ka’bati tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bentuk kepribadian dari tokoh utama yaitu Dinar. Bentuk
kepribadian tersebut dibagi atas id, ego, dan superego. Dalam penelitian ini
menentukan faktor pembentuk kepribadian Dinar. Kemudian menjelaskan dampak
dari kepribadian Dinar.
Ketiga, Defaizan (2017), judul penelitian “Interaksi sosial dalam novel
Anak-anak Pangaro karya Nun Urnoto El Banbary”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan interaksi sosial berkaitan dengan kerjasama, akomodasi, dan
pertentangan atau pertikaian masyarakat yang terdapat dalam novel Anak-anak
Pangaro karya Nun Urnoto El Banbary. Apabila dihubungkan dengan interaksi
sosial di tengah masyarakat, memang ditemukan budaya kerjasama, akomodasi,
dan pertentangan atau pertikaian yang digunakan masyarakat Madura berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, Pertama jika
dibandingkan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti oleh Atlydia, objek
kajian yang telah dikaji berbeda dengan objek kajian yang ada pada penelitian ini,
objek kajian yang diteliti oleh Atlydia adalah menganalisis sastra feminisme,
25
sementara dalam penelitian ini objek kajian yang diteliti tentang interaksi sosial.
Namun ada kesamaan dari penelitian ini, yaitu menggunakan sumber data yang
sama, novel Padusi karya Ka’bati. Kedua, jika dibandingkan penelitian ini dengan
penelitian yang diteliti oleh Weni, objek kajian yang telah dikaji berbeda dengan
objek kajian yang dilakukan dalam penelitian ini, objek kajian yang diteliti oleh
Weni adalah menganalisis Kepribadian tokoh utama dengan menggunakan
pendekatan psikologi sastra, sementara dalam penelitian ini objek kajian yang
diteliti tentang interaksi sosial. Namun ada kesamaan dari penelitian ini, yaitu
menggunakan sumber data yang sama, novel Padusi karya Ka’bati. Ketiga, jika
dibandingkan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti oleh Defaizan, objek
kajian yang telah dikaji sama, yaitu sama-sama meneliti interaksi sosial. Namun
perbedaannya terletak pada sumber data yang digunakan.
C. Kerangka Konseptual
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel sebagai karya sastra dapat
menyampaikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembacanya. Novel adalah karya
sastra bergenre prosa yang menggambarkan kehidupan dan perilaku nyata tokoh,
yang ditulis oleh seorang pengarang berdasarkan pengalaman pengarang maupun
kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu masyarakat.Melalui novel pengarang
berusaha menyajikan sesuatu yang dapat diambil oleh pembaca, yaitu berupa
pelajaran untuk memahami hakikat kehidupan terutama tentang bentuk interaksi
sosial yang terjadi pada masyarakat, khususnya novel Padusikarya Ka’bati.
Novel dibangun oleh struktur atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu
dengan lainnya, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik
26
merupakan unsur yang ada di dalam sebuah karya sastra, seperti: tema dan
amanat, latar, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur
ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi
penciptaan karya sastra yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah
unsur utama dan dominan dari unsur ekstrinsik fiksi. Pengaruh luar yang
mempengaruhi penciptaan lain, cenderung dianggap juga sebagai unsur ekstrinsik,
misalnya sensitivitas atau kepekaan pengarang, imajinasi pengarang,
intelektualitas pengarang, dan pandangan hidup pengarang.Realitas objektif yang
mempengaruhi karya sastra seperti tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam
masyarakat, ideologi masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi
bahasa dalam masyarakat, dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu
tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat adalah nilai sosial. Nilai
sosial yang terdapat dalam novel Padusikarya Ka’bati adalah interaksi sosial yang
terjadi dalam masyarakat.
27
Bagan 1 Kerangka Konseptual Interaksi Sosial dalam Novel Padusi KaryaKa’bati
Novel
Unsur Instrinsik Unsur Ekstrinsik
Latar Tokoh Sudutpandang
Tema Alur GayaBahasa
RealitasObjektif Pengarang
Norma-norma
IdeologiMasyarat
kat
Tata nilai
KonvensiSastra
KonvensiBahasa
KonvensiBudaya
Interaksi Sosial
Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati
DisosiatifAsosiatif
Karya Sastra
Sensivitas/Kepekaan
Imajinasi
Intelektualitas
PandanganHidup
Amanat
Pertentanganatau Pertikaian
KontravensiPersainganAsimilasiAkomodasiKerja Sama
28
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong, (2010:6)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Menurut Ratna (2010:47)
penelitian kualitatif memberikan perhatian penuh terhadap data ilmiah, data dalam
hubungannya dengan konteks keberadaannya.
B. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna,
2010:53). Metode deskriptif analisis bukan hanya menguraikan saja, melainkan
juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah teks berupa kalimat kutipan interaksi sosial yang
berupa dialog, monolog, dan tindakan yang terdapat dalam novel Padusi karya
Ka’bati. Sumber data penelitian ini adalah novel Padusi karya Ka’bati, diterbitkan
oleh Kakilangit Kencana Jakarta 2015, terdiri dari 203 halaman. Cover yang
bewarna putih, terlukis wajah seorang wanita yang sedang tersenyum, memiliki
mata yang memakai eye liner sehingga terlihat tajam, di sisi bawah tertulis judul
28
29
novel yaitu Padusi karya Ka’bati bewarna merah kecoklatan. Penelitian ini
difokuskan pada interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati yang
digambarkan pada kehidupan dalam novel Padusi.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan format
inventarisasi data. Dengan format tersebut, data tentang interaksi sosial dalam
novel Padusi karya Ka’bati diinventariskan secermat-cermatnya. Menurut
Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Berikut ini format inventaris data
Interaksi Sosial dalam Novel Padusi karya Ka’bati
Format 1 Inventaris Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi karyaKa’bati.
No Peristiwa(Alur)
Tokoh Kutipan Bentuk-bentukInteraksi Sosial
Halaman
Asosiatif Disosiatif1 2 3 1 2 3
1
2
Keterangan:Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif
1. Kooperasi (Cooperative/Kerjasama)2. Akomodasi3. Asimilasi
Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif1. Persaingan2. Kontravensi3. Pertentangan atau Pertikaian
30
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan cara studi kepustakaan. Ratna (2010: 17), menyatakan studi
kepustakaan dilakukan dalam kaitannya dengan objek dalam bentuk karya
tertentu. Artinya, objek tersebut dianggap sah, sudah cukup diri untuk mewakili
keseluruhan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara; (1) membaca dan memahami novel Padusikarya Ka’bati secara
keseluruhan, (2) menandai bentuk interaksi sosial dalam novel Padusi karya
Ka’bati, (3) mengiventarisasi data, yaitu mencatat hal yang ditemukan mengenai
bentuk interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati, dan (4)
mengklasifikasikan data yang terdapat dalam novelPadusi karya Ka’bati, yaitu
bentuk interaksi sosial.
F. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi jenis penyidik. Menurut Moleong (2010: 331), teknik triangulasi jenis
penyidik ini ialah dengan jalan memangfaatkan peneliti atai pengamat lainnya
untuk keperluan mengecek kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan
pengamat lainnya membantu mengurangi ketidak tepatan data yang telah
diinventarisasi. Dalam hal ini peneliti dibantu memvalidasi data oleh ibu Mila
Kurnia Sari, S.S., M.Pd. alasan pemilihan ibu Mila Kurnia Sari, S.S., M.Pd.
sebagai validator adalah karena beliau telah melakukan penelitian di bidang
Bahasa dan Sastra Indonesia.
31
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data atau
mengkategorikan sebuah data. Menurut Patton (dalam Moleong, 2010:280),
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar. Langka-langka dalam teknik analisis
data ini, yaitu: (1) mendeskripsikan data berdasarkan interaksi sosial, (2)
menganalisis dan menginterpretasikan data sesuai dengan bentuk-bentuk interaksi
sosial, (3) membahas temuan pada novel dengan dikaitkan teori bentuk-bentuk
interaksi sosial ,(4) menyimpulkan hasil pemerolehan data tentang bentuk-bentuk
interaksi sosial pada Novel Padusi karya Ka’bati, dan (5) menuliskan laporan
penelitian tentang interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati.
32
BAB IVHASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan yang berhubungan dengan interaksi sosial yang terdapat dalam novel
Padusi Karya Ka’bati. Pertama, data akan dideskripsikan untuk melihat interaksi
sosial yang terdapat dalam novel Padusi Karya Ka’bati. Kedua, setelah data
dideskripsikan kemudian data akan dianalisis dengan menggunakan teori
Soekanto. Ketiga, data akan dibahas dan disimpulkan. Berikut ini adalah
penjelasannya secara sistematis.
A. Temuan Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati
Data penelitian ini berupa interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi
karya Ka’bati. Soekanto (2009:55) menjelaskan interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Menurut Soekanto (2009:64) bentuk-
bentuk interaksi sosial tersebut ada dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses
interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi,
dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interaksi sosial yang
mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan
atau pertikaian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan data yang
berhubungan dengan interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya
Ka’bati, yaitu dua bentuk interkasi sosial. Pertama, bentuk asosiatif ditemukan
32
33
bentuk proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif yaitu
kerjasamaakomodasi, dan asimilasi. Kerjasama yang ditemukan sebanyak delapan
data dalam novel Padusi karya Ka’bati. Kerjasama pertama yaitu kerjasama orang
perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan Ibah. Kedua tokoh ini
saling bekerja sama menggali kembali sumur yang dibuat tokoh Ibu Dinar dan
Ibah tertimbun pasir akibat angin kencang bertiup di pantai. Kerjasama kedua
yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan
Dinar, kedua tokoh ini saling bekerja sama menyelesaikan cucian yang
menumpuk, dengan cara mengangkat air bersih dengan jerigen. Kerjasama ketiga
yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ibu
Dinar, Ibu Dinar membuatkan senggulung dari kain untuk Dinar mengangkat
jerigen berisi air, agar mengurangi tekanan di kepala Dinar. Kerjasama keempat
yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ibu
Dinar saling bekerja sama mengambil ikan-ikan kecil yang terjatuh di dekat bagan
nelayan.
Kerjasama kelima yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh
tokoh Dinar dan Ibu Dinar, kedua tokoh ini bekerja sama menjemur ikan-ikan
yang mereka dapatkan, kemudian ibu Dinar menjual ikan-ikan tersebut ke pasar.
Kerjasama keenam yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh
tokoh Meurah dan Maimunah. Kedua tokoh ini saling bekerjasama agar dapat
pergi ke Semenanjung Malaya untuk mencari ayahnya. Kerjasama ketujuh yaitu
kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Taraju dan
Momtaz, keduanya saling bekerja sama di ladang belakang maktab.Kerjasama
34
kedelapan yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh
Sahara, Taraju dan Momtaz, ketiga tokoh ini merencanakan cara untuk melarikan
diri agar Dinar dan Taraju menikah dan keluar dari hostel buruh pekerja kontrak.
Selanjutnya akomodasi ditemukan sebanyak sepuluh data dalam novel
Padusi karya Ka’bati. Akomodasi pertama yaitu akomodasi orang perorangan
yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Sahara yang merupakan perempuan di
Minangkabau. Kedua tokoh ini, tidak mendapatkan tanah pusaka, dan mencoba
mencari peruntungan dengan cara merantau. Akomodasi kedua yaitu akomodasi
orang perorangan dengan kelompok yang digambarkan oleh tokoh Mister Tee
dengan keluarga Sahara. Mister Tee mempersilahkan anggota keluarga Sahara
menjadi menjadi pegawai honor di balai pelatihan buruh kontrak, tujuannya agar
pembangunan balai tersebut tidak terhambat. Akomodasi ketiga yaitu akomodasi
orang perorangan digambarkan oleh tokoh Sahara, Bundo Sahara dan kakak laki-
laki Sahara. Perstiwanya akomodasi terjadi saat tokoh Sahara meminta izin
kepada tokoh Bundo Sahara untuk pergi menjadi buruh migran di Semenanjung
Malaya, namun kakak laki-lakinya menentang keberangkatannya, kemudian tokoh
Bundo Sahara menyelesaikan pertentangan antara tokoh Sahara dan kakak laki-
lakinya. Akomodasi keempat yaitu akomodasi orang perorangan yang
digambarkan oleh tokoh Mausul, Ibu Dinar, dan Dinar. Peristiwanya terjadi saat
tokoh Mausul merebut uang hasil jerih payah yang dikumpulkan oleh tokoh Ibu
Dinar di depan tokoh Dinar, namun tokoh ibu Dinar tetap bersabar dan mengajak
tokoh Dinar agar lebih rajin bekerja.
35
Akomodasi kelima yaitu akomodasi orang perorangan yang digambarkan
oleh tokoh Dinar, Farah dan Sarah. Peristiwanya terjadi saat tokoh Farah dan
Sarah pergi meminta-minta dari mobil yang satu ke mobil yang lain, sementara
tokoh Dinar hanya menunggu di pinggir jalan sambil melihat kedua adiknya tokoh
Farah dan Sarah, tokoh Dinar tidak menerima, namun semua ini demi
mendapatkan uang untuk makan dan masuk sekolah. Akomodasi keenam yaitu
akomodasi orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ummi.
Peristiwanya terjadi pada saat tokoh Dinar kembali lagi ke asrama Panti asuhan,
namun tokoh Ummi menerima kembali tokoh Dinar untuk tinggal di asrama dan
tokoh Ummi juga membantu tokoh Dinar agar melanjutkan pendidikannya ke
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), walaupun Panti asuhan memiliki peraturan
bahwa jika anak Panti asuhan yang telah lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama)
harus keluar dari Panti asuhan. Akomodasi ketujuh yaitu akomodasi orang
perorangan yang digambarkan oleh tokoh Abdi dan Dinar. Peristiwanya terjadi
pada saat tokoh Dinar menentang sistem yang ada di kampusnya, namun tokoh
Abdi muncul untuk menenangkan dengan cara mengajak tokoh Dinar untuk tidak
ikut menentang sistem di kampusnya dan fokus terhadap kuliah.
Akomodasi kedelapan yaitu akomodasi orang perorangan yang terjadi pada
tokoh Ummi dan Dinar. Pada saat tokoh Dinar patah semangat dengan perjalanan
pendidikannya, namun tokoh Ummi tetap menyemangati tokoh Dinar untuk tidak
berhenti mencapai keinginanya untuk menjadi sarjana.
Akomodasi kesembilan yaitu akomodasi kelompok yang digambarkan oleh
Etnis Cina dan Pemodal asing. Peristiwa ini terjadi ketika pemodal asing seperti
36
Jepang dan Amerika memilih etnis Cina untuk diberikan modal, namun pribumi
Melayu, India Tamil, warga Indonesia, Bangladesh dan Pakistan tetap ikut serta
bekerja dalam industri yang dimodali oleh pemodal asing tersebut. Akomodasi
kesepuluh yaitu akomodasi orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh
Bundo Sahara dan Sahara. Peristiwa ini terjadi pada saat tokoh Sahara menentang
kodrat perempuan yang selalu di bawah laki-laki, namun tokoh Bundo Sahara
menjelaskan bahwa segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga harus
dikerjakan secara ikhlas, tujuannya agar pertentangan tidak berlanjut.
Asimilasi yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak dua
data. Asimilasi pertama yaitu asimilasi orang perorangan yang digambarkan oleh
tokoh Sahara dan Dinar. Seiring berjalannya waktu, dahulu kebudayaan
Minangkabau tidak membenarkan perempuan untuk merantau jauh, namun
kebudayaan Minangkabau yang dulunya basandi syara’ kini masih terpakai,
terlihat bahwa perempuan Minangkabau diperbolehkan untuk merantau, namun
dengan tujuan mencari ilmu pendidikan, atau menyebarluaskan ilmu pendidikan,
itupun harus bersama muhrimnya. Asimilasi kedua yaitu asimilasi kelompok yang
digambarkan oleh orang Bangladesh, kebudayaan orang Bangladesh terutama
perempuan selalu mengunyah pinang dan sirih tidak berubah ketika mereka pergi
ke negeri orang.
Kedua, bentuk disosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi sosial yang
mengandung nilai-nilai negatif yaitu, persaingan, kontravensi dan pertentangan
atau pertikaian. Persaingan yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati
sebanyak satu data, yaitu persaingan antara etnis Cina dengan pribumi Melayu.
37
Pemodal asing seperti Amerika dan Jepang lebih memilih modalnya disalurkan
kepada etnis Cina dibandingkan dengan pribumi Melayu, karena etnis Cina lebih
gesit dalam bekerja dibandingkan pribumi Melayu.
Kontravensi yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak
sepuluh data. Kontravensi pertama yaitu kontravensi orang perorangan yang
digambarkan oleh tokoh Mister Tee dan Sahara. Tokoh Mister Tee melakukan
penolakan terhadap tokoh Sahara dengan cara tidak mau bersalaman dengan
Sahara, karena menurut tokoh Mister Tee itu akan membuat harga dirinya jatuh.
Kontravensi kedua yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan oleh keluarga
Sahara kepada Mister Tee (pemilik balai pelatihan penyalur buruh kontrak).
Keluarga Sahara melakukan penolakan kepada tokoh Mister Tee karena tanah
ulayat keluarga Sahara diambil untuk membangun balai pelatihan penyalur buruh
kontrak, dan pihak keluarga meminta ganti rugi kepada tokoh Mister Tee.
Kontravensi ketiga yaitu kontravensi orang perorangan yang digambarkan oleh
tokoh Sahara dengan kakak laki-lakinya. Peristiwa ini terjadi ketika tokoh kakak
laki-laki Sahara menolak keinginan tokoh Sahara untuk bekerja menjadi buruh
migran ke Semenanjung Malaya.
Kontravensi keempat yaitu kontravensi orang perorangan yang digambarkan
antara tokoh Mausul dengan Ibu Dinar. Tokoh Mausul menuntut kewajiban tokoh
Ibu Dinar sebagai istri, namun tokoh Ibu Dinar menolaknya. Kontravensi kelima
yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan oleh sekelompok nelayan dengan
pemilik kapal asing. Peristiwa ini terjadi pada saat sekelompok nelayan merasa
terganggu dengan adanya kedatangan kapal asing di pantai tempat mereka
38
bermukim. Kontravensi keenam yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan
oleh orang Melayu dengan orang Bangla. Peristiwa ini terjadi pada saat orang
Melayu lebih diistimewakan di Semenanjung Malaya dibandingkan dengan orang
Bangla. Kontravensi ketujuh yaitu kontravensi kelompok dengan orang
perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Sahara dengan pemilik
pabrik. Peristiwa ini terjadi pada saat Dinar dan Sahara beserta buruh kontrak
lainnya menolak, memberontak dan mogok kerja, karena gaji yang diterima tidak
sebanding dengan hasil kerjanya. Kontravensi kedelapan yaitu kontravensi orang
kelompok dengan orang perorangan yang digambar oleh tokoh Dinar dan Sahara
dengan pemilik pabrik.peristiwa ini terjadi pada saat terjadi bentrok antara buruh
kontrak dengan pemilik pabrik, kemudian tokoh Dinar semakin menghasut buruh
kontrak untuk semakin menentang pada pemilik pabrik.
Kontravensi kesembilan yaitu kontravensi orang perorangan yang
digambarkan oleh tokoh Sahara dan Taraju. Peristiwa ini terjadi pada saat tokoh
Sahara dan Taraju bertemu di jalan menuju pabrik, kemudian tokoh Taraju
bertanya kepada tokoh Sahara mengapa tokoh Sahara tidak menggunakan fasilitas
yang disediakan oleh pemilik pabrik, namun tokoh Sahara sangat menolak karena
ia merasa tidak diperlakukan secara manusiawi di atas bus yang bersempit-
sempitan menuju pabrik. Kontravensi kesepuluh yaitu kontravensi orang
perorangan yang digambarkan olehpemilik pabrik dengan tokoh Dinar. Pemilik
pabrik mengeluarkan larangan kepada setiap buruh kontrak untuk menikah secara
sah, karena akan berdampak pada pekerjaannya di pabrik.
39
Pertentangan atau pertikaian dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak
sebelas data. Pertentangan atau pertikaian pertama yaitu pertentangan atau
pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Sarah, Mister Tee, dan
Dinar. Pertentangan atau pertikaian terjadi akibat keangkuhan tokoh Mister Tee
yang membuat tokoh Sahara menjadi merendahlan nada bicaranya, dan membuat
tokoh Dinar menentang sikap tokoh Sahara yang terlalu merendah kepada tokoh
Mister Tee. Pertentangan atau pertikaian kedua yaitu pertentangan atau pertikaian
yang digambarkan oleh tokoh Sahara, kakak laki-laki Sahara, dan Bundo Sahara.
Tokoh Bundo Sahara menentang kepergian tokoh Sahara untuk menjadi TKI
dengan cara menjelaskan bahwa pihak dunsanak laki-laki tidak mengizinkan niat
tokoh Sahara untuk menjadi TKI.
Pertentangan atau pertikaian ketiga yaitu pertentangan atau pertikaian orang
perorangan yang digambarkan oleh tokoh Sahara dan Bundo Sahara. Tokoh
Bundo Sahara menentang kepergian tokoh Sahara dengan cara menjelaskan resiko
yang nantinya akan ditanggung jika terjadi kesalahan dirantau tempat yang dituju
oleh tokoh Sahara. Pertentangan atau pertikaian keempat yaitu pertentangan atau
pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan Mausul.
Tokoh Mausul menentang kebiasaan tokoh Ibu Dinar yang belajar dan berbagi
ilmunya kepada anak-anaknya, karena menurut tokoh Mausul sepandai-pandainya
perempuan dalam dunia pendidikan, tetap derajatnya di bawah laki-laki.
Pertentangan atau pertikaian kelima yaitu pertentangan atau pertikaian yang
digambarkan oleh tokoh Mausul dan Ibu Dinar. Tokoh Mausul mengancam tokoh
Ibu Dinar agar tokoh Ibu Dinar menyediakan uang menyewa perempuan untuk
40
ditidurunya. Pertentangan atau pertikaian keenam yaitu pertentangan atau
pertikaian yang digambarkan oleh tokoh Ibah dan Ciwel. Tokoh Ibah menentang
keberanian Ciwel yang menentang dan berani pada laki-laki. Pertentangan atau
pertikaian ketujuh yaitu pertentangan atau pertikaian orang perorangan yang
digambarkan oleh tokoh Ibah dan Ciwel. Tokoh Ciwel menentang untuk tidak
takut pada kaum laki-laki. Pertentangan atau pertikaian kedelapan yaitu
pertentangan atau pertikaian kelompok yang digambarkan oleh sekelompok
nelayan dengan pemilik kapal asing. Sekelompok nelayang merasa terganggu
dengan adanya kedatangan kapal asing di pantai.
Pertentangan atau pertikaian kesembilan yaitu pertentangan atau pertikaian
orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ummi dan Dinar. Tokoh Ummi
menentang keinginan tokoh Dinar yang ingin menjadi seorang penulis, karena
menurut tokoh Ummi seorang penulis itu tidak jauh dari penderitaan.
Pertentangan atau pertikaian kesepuluh yaitu pertentangan atau pertikaian
kelompok yang digambarkan oleh buruh kontrak dengan pemilik pabrik. Peristiwa
ini terjadi pada saat buruh kontrak menentang menerima gaji yang tidak setara
dengan jerih payahnya selama ini. Pertentangan atau pertikaian kesebelas yaitu
pertentangan atau pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Syed
Majid dengan Komandan Polisi. Komandan Polisi menentang pernikahan yang
dilakukan di rumah Syed Majid, termasuk pernikahan yang sudah dijalani oleh
tokoh Taraju dan Dinar.
41
B. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati
Pada subbab ini akan dilakukan analisis data bentuk-bentuk interaksi sosial
novel Padusi karya Ka’bati. Menurut Soekanto (2009:64), bentuk-bentuk interaksi
sosial ada dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses interaksi sosial yang
mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai
negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.
Interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati, yaitu dua
bentuk interkasi sosial. Pertama, bentuk asosiatif ditemukan tiga bentuk proses
interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif yaitu kerjasama, akomodasi,
dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi
sosial yang mengandung nilai-nilai negatif yaitu, persaingan, kontravensi dan
pertentangan atau pertikaian.
1. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Asosiatif pada Novel Padusikarya Ka’bati
Bentuk asosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi sosial yang
mengandung nilai-nilai positif yaitu kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
a. Kerjasama
Menurut Soekanto (2009:65-66) menjelaskan kerjasama disini dimaksudkan
sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama timbul karena
orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang
42
mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang
secara tradisional telah tertanam di dalam kelompok maupun perseorangan.
Dalam novel Padusi karya Ka’bati ditemukan delapan data yang berkaitan
dengan kerjasama. Kedelapan data yang berkaitan dengan kerjasama membahas
tentang suatu usaha bersama antara individu dengan individu, kelompok dengan
kelompok lainnya atau individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
Pada saat terjadinya angin kencang di pantai dan ombak ikut membesar dan
menimbulkan seluruh bangunan seluruh bangunan tertimbun oleh pasir. Tokoh
ibu dan Ibah yang telah membangun sumur di tepian pantai agar dapat
dimanfaatkan sehari-hari, namun pada saat itu juga seketika bangunan sumur yang
telah dibangun tokoh ibu dan Ibah tertimbun oleh pasir pantai. Hal tersebut
terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 11
Sering kali, kala angin kencang bertiup ke pantai dan ombakmembesar, seluruh bangunan tertimbun pasir. Termasuk sumurkami. Ibu dan ibah yang turut memanfaatkannya, menggalinyakembali.(Ka’bati.2015:20)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya sebuah
kerjasama orang perorangan yaitu antara tokoh Ibu Dinar dengan Ibah. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan bahwa “Ibu dan ibah yang turut memanfaatkannya,
menggalinya kembali”. Tokoh Ibu Dinar dan Ibah bekerjasama menggali kembali
bangunan sumur yang mereka bangun tertimbun akibat angin kencang dan ombak
43
besar bergelombang. Tujuan kerjasama ini agar sumur yang tertimbun dapat
dimanfaatkan kembali.
Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama menyelesaikan cucian agar tidak
menumpuk, dengan cara mengangkat air besih dengan jerigen. Hal tersebut
terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 12
Terkadang, bila cucian Ibu menumpuk, aku bolak-balikmengangkat jerigen.(Ka’bati. 2015:20)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya sebuah
kerjasama orang perorangan yaitu antara tokoh Ibu Dinar dengan Dinar. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan bahwa “Terkadang, bila cucian Ibu menumpuk, aku
bolak-balik mengangkat jerigen.” . Tokoh Dinar dan Ibu Dinar saling bekerjasama
untuk mencuci pakaian agar pakaian kotor tidak menumpuk. Tokoh Dinar
membantu ibunya mengambil air dengan menggunakan jerigen yang dapat
memudahkan Ibu Dinar mencuci pakaian-pakaian kotor. Tujuannya, agar
memudahkan Ibu Dinar mencuci pakaian-pakaian yang kotor, karena ditepian
pantai tempat Dinar tinggal sulit untuk mendapatkan air bersih.
Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama menyelesaikan cucian agar tidak
menumpuk, dengan cara mengangkat air besih dengan jerigen. Hal tersebut
terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 13
Cara paling aman bagiku ialah dengan menjunjungnya di atas kepala.Ibu membuatkan senggulung untuk mengurangi tekanan dikepala. Cara itu hanya sedikit membantu. (Ka’bati. 2015:20)
44
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya kerjasama
orang perorangan antara Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
bahwa “Ibu membuatkan senggulung untuk mengurangi tekanan di kepala”.
Tokoh Dinar dan Ibu Dinar saling bekerjasama untuk mencuci pakaian agar
pakaian kotor tidak menumpuk. Tokoh Dinar membantu ibunya mengambil air
dengan menggunakan jerigen yang dapat memudahkan Ibu Dinar mencuci
pakaian-pakaian kotor, namun agar memudahkan bagi tokoh Dinar untuk
mengambil air tokoh Ibu Dinar membuatkan senggulung dari kain. Tujuannya,
agar memudahkan tokoh Dinar untuk mengangkat air dengan jeregen untuk
digunakan ibunya mencuci pakaian.
Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama mengambil ikan-ikan kecil yang
terjatuh di dekat bagan nelayan. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa
berikut.
Data 15
Setiap pagi, kami pergi ke pelabuhan terdekat untuk memungutiikan-ikan kecil yang terserak di antara bagan nelayan. (Ka’bati.2015:25)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya kerjasama
orang perorangan antara tokoh Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini tergambar dalam
kutipan bahwa ”Setiap pagi, kami pergi ke pelabuhan terdekat untuk memunguti
ikan-ikan kecil yang terserak di antara bagan nelayan”. Tokoh Dinar dan ibunya
bekerja sama untuk mengambil ikan-ikan kecil yang terjatuh diantara bagan-bagan
45
nelayan. Kerjasama yang dilakukan tokoh Dinar dan ibunya dilakukan agar ikan-
ikan yang dikumpulkan banyak dan tidak memakan waktu yang banyak.
Tokoh Dinar dan Ibu Dinar bekerja sama menjemur ikan-ikan yang mereka
dapatkan. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 16
Ikan-ikan itu kemudian kami jemur. Lalu ibu menjualnya kepasar setiap akhir pekan. (Ka’bati. 2015:25)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya
kerjasamaorang perorangan antara tokoh Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini tergambar
dalam kutipan bahwa “Ikan-ikan itu kemudian kami jemur”. Setelah
mengumpulkan ikan-ikan yang terjatuh diantara bagan-bagan nelayan, tokoh
Dinar dan Ibunya bekerja sama untuk menjemur ikan-ikan kecil yang didapatnya.
Tujuannya, agar ikan-ikan yang dijemur dapat awet bertahan lama dan dapat
dijual ke pasar.
Tokoh Meurah dan Maimunah bekerjasama agar dapat pergi ke
Semenanjung Malaya mencari Ayahnya. Hal tersebut terlihat pada kutipan
peristiwa berikut.
Data 33
Setelah peristiwa yang memusnahkan keluarganya, Meurah dan kakaknya,Maimunah, yang ternyata juga ada bersamanya bekerja di pabrik ini, pergimenghindarkan diri ke Medan., ke rumah salah seorang saudara jauh.Mereka bertekad ingin menyusul Ayah yang mungkin masih hidup.Dengan berbagai cara, keduanya berhasil mengelabuhi pihakDepnaker. Akhirnya sampai di sini.(Ka’bati.2015:97)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadikerjasama orang
46
perorangan antara tokoh Meurah dan Maimunah. Hal ini dapat digambarkan
dalam kutipan “Dengan berbagai cara, keduanya berhasil mengelabuhi pihak
Depnaker. Akhirnya sampai di sini”.Tokoh Meurah dan Maimunah bekerja sama
menipu pihak Depnaker untuk dapat dipekerjakan keluar negeri untuk menjadi
buruh kontrak di Semenanjung Malaya. Padahal tujuan sebenarnya adalah, pergi
ke Semenanjung Malaya untuk mencari ayah nya yang mungkin masih hidup di
Semenanjung Malaya.
Tokoh Ibu Taraju dan Momtaz bekerjasama bekerja di ladang belakang
maktab. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 37
Ibu dan Bibi Momtaz setiap harinya bekerja di ladang kecil belakangmaktab.Mereka bertanam kacang polong, lobak, dan berbagaijenis tanaman lainnya secara bergantian. Selain itu, juga adabeberapa ekor kambing. Aku bertugas mengembalakannya. (Ka’bati.2015:123)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadi kerjasama orang
perorangan antara tokoh Ibu Taraju dan Momtaz. Hal inidapat digambarkan dalam
kutipan “Mereka bertanam kacang polong, lobak, dan berbagai jenis tanaman
lainnya secara bergantian”. Terlihat bahwa tokoh Ibu Taraju dan Momtaz bekerja
sama untuk menanam kacang polong, lobak dan jenis tanaman lainnya. Kedua
tokoh ini melakukannya secara bergantian, agar dapat memudahkan pekerjaannya.
Bekerja sama seperti ini juga menguntungkan, karena pekerjaan akan terasa
ringan dan cepat selesai.
47
Tokoh Sahara, Momtaz, dan Taraju merencanakan cara untuk melarikan diri
agar Dinar dan Taraju menikah dan keluar dari hostel buruh pekerja kontrak. Hal
tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 39
Urusannya memang tidak mudah. Tetapi pantang bagiku menyerah.Hal pertama yang harus kami lakukan yakni menyelamatkanDinar supaya tidak dipulangkan, tetapi bisa keluar darilingkungan pabrik dengan aman. Sementara, aku menyusulnyauntuk kabur, aku harus menghadap bibi dulu. Seperti yang telahkuperkirakan sebelumnya, bibi tampak bahagia. Dia senang dengankeberanianku. (Ka’bati. 2015:134)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat kerjasama orang perorangan
antara Taraju dan Sahara. Hal ini dapat digambarkan dalam kutipan bahwa "Hal
pertama yang harus kami lakukan yakni menyelamatkan Dinar supaya tidak
dipulangkan, tetapi bisa keluar dari lingkungan pabrik dengan aman”.Tokoh
Taraju dan Sahara bekerjasama untuk membawa tokoh Dinar keluar dari barak
(tempat tinggal buruh migran). Setelah tokoh Dinar lolos keluar dari barak,
kemudian tokoh Taraju menitipkan tokoh Dinar kerumah temannya yang berada
tidak jauh dari pabrik. Tujuan tokoh Sahara dan Taraju bekerjasama membawa
tokoh Dinar keluar dari barak adalah agar tokoh Dinar dapat menikah dengan
Taraju, karena jika tokoh Dinar dan Taraju menikah pihak pabrik mengetahui
pernikahan mereka, maka pihak pabrik tidak akan mengizinkan mereka terus
bekerja di pabrik mereka, bukan hanya itu saja pihak pabrik akan meminta
bayaran dan uang tebusan yang sangat banyak.
48
Pernyataan dalam paragraf di atas membuktikan bahwa cerita mengenai
kerjasama yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati memang berhubungan
dengan interaksi sosial yang terdapat dalam masyarakat.Interaksi sosial mengenai
kerjasama dalam bergotong-royong dan tolong menolong tersebut merupakan
bagian dari penggambaran interaksi sosial yang ada di tengah masyarakat.
b. Akomodasi
Menurut Soekanto (2009:69) menjelaskan bahwa akomodasi merupakan
suatu cara untuk menjelaskan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan
sehingga dapat mempertahankan hidup. Dalam novel Padusi karya Ka’bati
ditemukan sepuluh data yang berkaitan dengan akomodasi. Kesepuluh data yang
berkaitan dengan akomodasi membahas tentang suatu usaha manusia untuk
meredakan atau menyelesaikan pertentangan yang ada antara individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok lainnya maupun individu dengan
kelompok.
Tokoh Dinar dan Sahara merupakan perempuan Minangkabau. Kedua tokoh
ini tidak mendapatkan tanah pusaka, dan mencoba mencari peruntungan dengan
cara merantau. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.
Data 2
Ketika ulayat tak lagi bisa digadaikan untuk biaya memperbaikirumah yang reot dan bocor, pengubur mayat yang membujur dihalaman, atau biaya pernikahan anak gadis semakin gadang,apayang bisa diperbuat oleh anak kemenakan kalau tidak pergimerantau? Mencari lahan dan peruntungan yang lebih baik. Apalagiulayat telah dikeping-keping untuk kepentingan mereka yang lebihdahulu lahir dan terus bertambah. Tidak sedikit pula pusaka ituterampas untuk kepentingan pembangunan. Demikianlah sejarahnya,bungo kambang di anjungan, sumarak rumah gadang mulaimenjalar mekar di luar ranahnya sendiri.(Ka’bati. 2015:4)
49
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
akomodasi. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat akomodasi orang perorangan
yaitu antara tokoh Dinar dan Sahara. Hal ini tergambar dalam kutipan bahwa “apa
yang bisa diperbuat oleh anak kemenakan kalau tidak pergi merantau?”. Tokoh
Dinar dan Sahara lebih memilih merantau menjadi buruh migran ke Semenanjung
Malaya, karena sudah tidak ada yang mereka dapatkan dari harta pusaka yang
diturunkan turun temurun. Hal ini mereka lakukan agar mengurangi pertikaian
antara bersaudara.
Pada saat itu Pemilik balai pelatihan buruh kontrak mempersilahkan anggota
keluarga Sahara menjadi pegawai honor di balai tersebut. Hal tersebut terlihat
pada kutipan peristiwa berikut.
Data 6
Ihwal aku bisa bekerja di balai itu sederhana. Beberapa petak tanahulayat kami dicaplok untuk membangun balai tersebut dengan gantirugi yang tak berimbang. Tentu saja keluargaku tidak senang hatidengan tindakan tersebut.Peristiwa itu terjadi semenjak zamankakekku dulu. Merasa terancam, oleh desakan penduduk atauuntuk sekadar membujuk sehingga lancar rencanapembangunan, pihak keluarga kami mendapat janji yangbunyinya bahwa salah anggota keluarga dipersilakan menjadipegawai honor di balai itu.(Ka’bati. 2015:7)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk
akomodasi. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat akomodasi kelompok yaitu
antara pemilik balai pelatihan buruh kontrak dan keluarga Sahara. Hal ini
tergambar dalam kutipan bahwa “Merasa terancam, oleh desakan penduduk atau
untuk sekadar membujuk sehingga lancar rencana pembangunan, pihak keluarga
kami mendapat janji yang bunyinya bahwa salah anggota keluarga dipersilakan
50
menjadi pegawai honor di balai itu”. Pemilik balai pelatihan buruh kontrak merasa
takut terganggu pembangunan balai pelatihan buruh kontrak, maka dari itu untuk
mengurangi pertentangan pemilik balai pelatihan buruh kontrak mempersilahkan
salah satu anggota keluarga Sahara untuk menjadi pegawai honor di balai
pelatihan buruh kontrak. Hal ini mereka lakukan agar mengurangi pertikaian dan
pembangunan balai pelatihan buruh kontrak lancar.
Tokoh Sahara meminta izin kepada tokoh Bundo untuk pergi menjadi buruh
migran di Semenanjung Malaya, namun tokoh kakak laki-laki Sahara