122
INTERAKSI SOSIAL DALAM NOVEL PADUSI KARYA KA’BATI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) NURUL MUTIA ULVA NPM 12080207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2018

INTERAKSI SOSIAL DALAM NOVEL PADUSI KARYA KA’BATIrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/287/1/12080207... · 2018. 7. 10. · interaksi sosial, misalnya hubungan antara dua individu

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    INTERAKSI SOSIAL DALAM NOVEL PADUSI KARYA KA’BATI

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

    NURUL MUTIA ULVANPM 12080207

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    (STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG

    2018

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    ABSTRAK

    Nurul Mutia Ulva, (NPM: 12080207), Interaksi Sosial dalam Novel PadusiKarya Ka’bati, Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Padang, 2018.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh interaksi sosial yang terdapat dalamnovel Padusi karya Ka’bati. Dalam novel ini diperlihatkan tentang bentuk-bentukinteraksi sosial, misalnya hubungan antara dua individu atau lebih dalamkehidupan sosial bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanbentuk interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif analisis. Data dalam penelitian ini adalah teks atau kutipan yangberupa dialog, monolog, dan tindakan bentuk interaksi sosial yang terdapat dalamnovel Padusi karya Ka’bati. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Padusikarya Ka’bati. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian iniyaitu, membaca dan memahami novel Padusi karya Ka’bati, menandai bentukinteraksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati, menginventarisasi data, yaitumencatat hal yang ditemukan mengenai bentuk interaksi sosial dalam novelPadusi karya Ka’bati, dan mengklasifikasikam data yang terdapat dalam novelPadusi karya Ka’bati, yaitu bentuk interaksi sosial.

    Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dalam penelitian iniditemukanbeberapa hal terkait dengan interaksi sosial dalam novel Padusi karyaKa’bati ditemukan dua bentuk interaksi sosial yaitu; pertama bentuk asosiatifyaitu proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama,akomodasi dan asimilasi. Kedua bentuk disosiatif yaitu proses interaksi sosialyang mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, danpertentangan atau pertikaian. Kerjasama digambarkan oleh tokoh ibu Dinar danDinar bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan mencari uang,kemudian kerjasama antara tokoh Meurah dan Maimunah, antara tokoh ibu Tarajudengan Momtaz. Akomodasi digambarkan oleh tokoh Sahara, kakak laki-lakiSahara dan Bundo Sahara yang berusaha meredam pertentangan antara tokohSahara dan kakak laki-lakinya. Asimilasi digambarkan oleh orang Bangladeshyang memiliki kebudayaan yang sangat kental namun masih terbawa keperantauan, dan kebudayaan tersebut diterima diperantauan. Persaingandigambarkan oleh kelompok etnis Cina dengan etnis tempatan, etnis Cina lebihgesit bekerja dibandingkan etnis tempatan. Kontravensi digambarkan oleh tokohSahara dengan kakak laki-lakinya yang menolak kemauan tokoh Sahara sebagaipadusi Minang untuk mencari uang.Pertentangan atau pertikaian digambarkanolehtokoh Ibah dan Ciwel, tokoh Ibah menentang tokoh Ciwel untuk tidak terlaluberani kepada kaum laki-laki. Interaksi sosial yang ditemukan dalam novel Padusikarya Ka’bati merupakan interaksi sosial yang berhubungan dengan polakehidupan atau kebudayaan bermasyarakat.

    i

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati” dengan baik.

    Selama penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan

    bimbingan, masukan, dorongan serta semangat dan motivasi dari berbagai pihak.

    Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Samsiarni, M.Hum sebagai pembimbing 1 sekaligus sekretaris Program Studi

    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Emil Septia, S.S, M.Pd sebagai

    pembimbing 2 yang telah membimbing dan memberi arahan dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ttitiek Fujita Yusandra, M.Pd., Ricci Gemarni Tatalia, M.Pd., dan Dra.

    Indriani Nisja, M.Pd. sebagai tim penguji yang telah memberikan kritik dan

    saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

    3. Dra. Indriani Nisja, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

    dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

    4. Upit Yulianti DN, M.Pd. sebagai Penasihat Akademik (PA) yang telah

    membimbing dan memberikan nasihat kepada penulis.

    5. Bapak dan Ibu staf pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat atas segala bimbingan dan

    bantuannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan selama penulis

    menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

    ii

  • 7

    6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi motivasi, semangat, dan

    do’a kepada penulis.

    7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

    Penulis berharap semoga bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan

    menjadi amal ibadah disisi Allah Swt. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari

    kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik, saran yang membangun untuk

    kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

    Padang, Januari 2018

    Penulis

    iii

  • 8

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ........................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

    B. Fokus Masalah .........................................................................................5

    C. Rumusan Masalah ....................................................................................5

    D. Tujuan Penelitian .....................................................................................5

    E. Manfaat Penelitian ...................................................................................6

    F. Batasan Istilah ..........................................................................................6

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Landasan Teori .........................................................................................8

    1. Hakikat Novel ...................................................................................8

    2. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra ................................................16

    3. Hakikat Interaksi Sosial ...................................................................18

    B. Penelitian Yang Relevan .........................................................................23

    C. Kerangka Konseptual ..............................................................................25

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian .......................................................................................28

    B. Metode Penelitian ...................................................................................28

    C. Data dan Sumber Data ............................................................................28

    D. Instrumen Penelitian ...............................................................................29

    E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................29

    F. Teknik Pengabsahan Data ......................................................................30

    G. Teknik Analisis Data ..............................................................................30

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Temuan Data Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati ..........32

    B. Analisis Data Interaksi Sosial dalam novel Padusi karyaKa’bati ...........41

    iv

  • 9

    1. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Asosiatif pada

    novel Padusi karya Ka’bati ..............................................................41

    2. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Disosiatif pada

    novel Padusi karyaKa’bati ...............................................................60

    C.Pembahasan Interaksi Sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati .............80

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan.....................................................................................84

    B. Saran...............................................................................................85

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................87

    v

  • 10

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 ........................................................................................................89Lampiran 2 ........................................................................................................93Lampiran 3 ........................................................................................................94

    vi

  • 1

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Karya sastra merupakan karya imajiner yang menawarkan berbagai

    permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Sastra dan tata

    nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial yang saling melengkapi

    keberdiriannya sebagai suatu yang eksistensial.Karya sastra berfungsi untuk

    menginvestasikan sejumlah kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam

    pola-pola kreativitas dan imajinasi oleh pengarang. Pengarang menghayati

    berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian

    diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.

    Seorang pengarang kemudian menuangkannya ke dalam karya sastra, melalui

    ide kreatif serta imajinasinya. Keterkaitan antara sastra dan kehidupan manusia

    yang demikian erat memberikan petunjuk bahwa karya sastra tidak diciptakan

    tanpa tujuan, artinya karya sastra bukan merupakan sesuatu yang kosong tanpa

    makna. Karya sastra berusaha memberi sesuatu kepada pembaca, sebab bukan

    tidak mungkin bahwa karya sastra bisa mengandung gagasan yang dapat memberi

    manusia dan kehidupannya.

    Karya sastra terdiri dari tiga genre, yakni puisi, fiksi dan drama. Salah satu

    karya sastra bergenre fiksi adalah novel. Novel menceritakan perjalanan

    kehidupan seseorang yang menjadi tokoh utama dalam karya sastra tersebut.

    Novel memiliki unsur intrinsik yang menarik minat pembaca yaitu, tema, amanat,

    alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang dan gaya bahasa. Selain itu novel

    1

  • 2

    juga memiliki unsur ekstrinsik yaitu pengarang dan realitas objektif. Segala yang

    berhubungan dengan karya sastra menjadi daya tarik pembaca, salah satu yang

    menarik mengenai realitas objektif dari sebuah karya sastra.

    Persoalan-persoalan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia salah

    satunya tentang interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

    sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara

    kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok

    manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu.

    Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin

    berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi

    sosial. Cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan

    kelompok-kelompok saling bertemu dan menemukan sistem serta bentuk

    hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan

    yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.

    Hidup dalam kebersamaan itu selalu berarti adanya hubungan antara manusia

    yang satu dengan yang lainnya, yang sering kali kita kenal dengan istilah relasi

    sosial. Relasi sosial ini tentunya kemudian berlanjut dengan terjadinya interaksi

    sosial antar individu yang satu dengan individu yang lainnya di dalam kehidupan

    bermasyarakat. Masyarakat yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam

    individu yang berbeda dengan keunikannya masing-masing, tentunya sangat

    berpotensi untuk muculnya konflik sosial yang terjadi akibat hubungan antar

    individu tersebut. Oleh karena itu masyarakat memerlukan keterlibatan,

  • 3

    perlindungan dan juga kepastian berkenaan dengan perilaku sesamanya dalam

    hubungan dengan kepentingan dirinya (Juanita, 2007:120).

    Salah satu novel yang membahas tentang interaksi sosial dalam masyarakat

    adalah novel Padusi karya Ka’bati. Novel ini menceritakan tentang kehidupan

    tokoh Dinar dan Sahara. Dinar dan Sahara berkenalan saat mereka berada di

    Bandara Sultan Ismail. Mereka berdua rela menjadi buruh kontrak di negeri orang,

    Dinar memiliki alasan agar mendapatkan pendidikan yang bagus di luar negeri

    sambil menjadi buruh kontrak, sementara Sahara beralasan agar ia dapat

    mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikannya. Keluarga Sahara sangat

    menentang keberangkatannya menjadi buruh kontrak, dengan alasan bahwa

    ibunya takut jika nanti anaknya membuat aib di negeri orang resikonya

    keluarganya akan malu, apalagi ayah Sahara seorang Tuanku di kampungnya.

    Sementara Dinar, tekatnya semakin bulat untuk menjadi buruh kontrak ke luar

    negeri, dengan alasan sambil bekerja ia juga dapat menyambung studi di sana

    nantinya. Interaksi sosial dalam novel ini berawal dari pertentangan Sahara

    dengan keluarganya, yang memang tidak setuju melepas Sahara berangkat

    menjadi buruh kontrak di negeri orang.

    Ka’bati seorang penulis yang berasal dari Minang. Ia terlahir di kota

    Payakumbuh, pada 10 Maret 1977. Ka’bati dulunya berprofesi sebagai seorang

    wartawan. Ka’bati pernah bekerja di surat kabar Mimbar Minang, Majalah Saga,

    surat kabar Riau Mandiri, Majalah Aulia, dan kontributor jurnal perempuan

    Srintil. Sebagai pengarang, nama Ka’bati belum populer dalam dunia kesusastraan

    Indonesia. Maka dari itu, Ka’bati hanya memiliki beberapa karya sastra yakni,

  • 4

    beberapa antologi puisi dan cerpen yang diterbitkan surat kabar Riau, kemudian

    novel berjudul Changmi (cemburu musim bunga) menceritakan tentang

    pernikahan antar negara. Novel keduanya yang berjudul Padusi. Melalui novel

    Padusi, Ka’bati menyampaikan sebuah fenomena kehidupan yang selayaknya

    mendapatkan perhatian serius, yaitu mengenai tenaga kerja perempuan Indonesia

    yang bekerja di luar negeri.

    Novel yang mengkaji tentang interaksi sosial juga ditemukan dalam novel

    karya Nun Urnoto El Banbary yaitu novel Anak-Anak Pangaro. Novel ini

    menceritakan kisah sekelompok siswa sebuah pesantren di kota Sumenep Madura

    yang digelari Anak-Anak Pangaro oleh lingkungannya, sebab berinisiatif untuk

    mengentaskan bencana kekeringan dan kemarau panjang yang melanda pulau

    Giliraja. Akan tetapi usaha mereka tidak semudah membalikkan telapak tangan,

    mereka harus berhadapan dengan sekelompok penduduk pesong yang menamai

    diri mereka sebagai Group Petheng yang disebut-sebut menjadi penyabab bencana

    kekeringan yang tengah melanda pulau Giliraja. Interaksi sosial dalam novel ini

    diawali dengan suatu hubungan yang baik antarindividu, yaitu adanya kerjasama

    yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak Madrasah Aliyah Nurul Iman dengan

    masyarakat pulau untuk mengatasi bencana kekeringan yang melanda pulau

    Giliraja.

    Dibandingkan dengan novel Anak-Anak Pangaro, novel Padusi karya Ka’bati

    memperlihatkan interaksi sosial yang berbeda. Terlihat bahwa pada novel Padusi

    memiliki interaksi sosial secara orang dengan kelompok, sementara pada novel

    Anak-Anak Pangaro terlihat bahwa interaksi sosialnya antar kelompok dengan

  • 5

    kelompok. Namun persamaannya, terdapat beberapa pengaruh- pengaruh yang

    didapat saat terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial dalam novel Padusi

    digambarkan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel, seperti Dinar dan

    kelompok buruh di tempatnya bekerja menjadi TKW di Malaysia.

    Adapun hal yang melatarbelakangi untuk memilih novel Padusi karya

    Ka’batisebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, karena novel

    Padusi karya Ka’bati menggambarkan kehidupan sosial yang membuktikan

    bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi, antara orang

    perorangan maupun orang dengan kelompok. Kedua, novel Padusi karya

    Ka’batimenggambarkan interaksi sosial yang dapat mempengaruhi masyarakat

    sekitar.

    Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, penting dilakukan penelitian

    dalam novel Padusi karya Ka’bati dengan memfokuskan masalah terhadap

    interaksi sosial.

    B. Fokus Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini difokuskan pada

    masalah interaksi sosial pada novel Padusi karya Ka’bati.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan fokus masalah, maka rumusan masalahnya adalah:

    1. Bagaimana interaksi sosial dalam bentuk asosiatif pada novel Padusi karya

    Ka’bati?

    2. Bagaimana interaksi sosial dalam bentuk disosiatif pada novel Padusi karya

    Ka’bati?

  • 6

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitiannya adalah:

    1. Mendeskripsikan interaksi sosial dalam bentuk asosiatif pada novel Padusi

    karya Ka’bati

    2. Mendeskripsikan interaksi sosial dalam bentuk disosiatif pada novel Padusi

    karya Ka’bati

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat

    praktis. Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Manfaat Teoretis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

    dalam penerapan teori sastra serta pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan supaya

    berinteraksi sosial secara nyata seperti bertatap muka dan tidak hanya di media

    seperti yang terjadi pada zaman sekarang.

    b. Bagi peneliti lain di bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

    c. Bagi peneliti sendiri, sebagai bahan kajian akademik dan bekal pengetahuan

    lapangan.

  • 7

    F. Batasan Istilah

    Untuk menghindari kesalahtafsiran sekaligus sebagai panduan dalam

    memahami istilah-istilah yang terkait dalam penelitian tentang analisis interaksi

    sosial dalam Novel Padusi karya Ka’bati yaitu sebagai berikut.

    1. Interaksi dalam Sugono (2008:542), merupakan hubungan antara orang yang

    satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa.

    2. Sosial dalam Sugono (2008:331), adalah suatu hal yang berkenaan dengan

    masyarakat dan diperlukan adanya komunikasi dalam usaha menunjang

    pembangunan.

    3. Interaksi sosial menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:215), merupakan

    hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan,

    antarkelompok, maupun antara perorangan dengan kelompok, dan juga dimana

    perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki

    perilaku individu yang lain, atau sebaliknya.

    4. Novel menurut Nurgiyantoro (1995:22), merupakan sebuah totalitas, suatu

    keseluruhan yang bersifat artistik, yang artinya novel mempunyai bagian-

    bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

    5. Padusi merupakan novel karya Ka’bati.

  • 8

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    Pada bab ini akan membicarakan tentang teori-teori yang akan digunakan

    dalam penelitian. Adapun teori-teori yang relevan dalam penelitian ini yaitu 1.

    hakikat novel, 2. hakikat sosiologi sastra, 3. hakikat interaksi sosial.

    1. Hakikat Novel

    Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian novel dan unsur

    pembangun novel, berikut ini akan dijelaskan teori tersebut.

    a. Pengertian Novel

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:6), novel merupakan beberapa

    kesatuan permasalahan yang membentuk rangkaian permasalahan disertai faktor

    sebab akibat.Rangkaian ini terjadi disebabkan berpuluh-puluh

    permasalahan.Dengan kata lain, novel memiliki karakteristik permasalahan yang

    lebih luas dan kompleks atau mengutarakan beberapa pokok permasalahan lain

    seperti cerpen dan puisi.

    Kemudian menurut Nurgiyantoro (1995:2), novel sebagai karya sastra yang

    bersifat imajinasi selalu menawarkan berbagai permasalahan manusia dan

    kemanusiaan hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan

    tersebut kemudian mengungkapkan kembali melalui sarana novel sesuai dengan

    pandangannya berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan, pengarang

    melakukan perenungan secara intens sehingga mampu mengungkapkannya dalam

    bentuk sebuah karya.

    8

  • 9

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

    merupakan suatu karangan fiksi yang berjenis prosa yang menggambarkan

    kehidupan dan perilaku nyata tokoh, yang ditulis oleh seorang pengarang

    berdasarkan pengalaman pengarang maupun kejadian-kejadian yang dialami oleh

    suatu masyarakat.

    b. Unsur Pembangun Novel

    Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang

    bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-

    unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling

    menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,

    bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur

    pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah yang

    menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud

    (Nurgiyantoro, 1995:22-23).

    Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama

    membentuk sebuah totalitas itu di samping unsur formal bahasa, masih banyak

    lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara

    tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak

    benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan

    ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam

    rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umunya

    (Nurgiyantoro, 1995:23).

  • 10

    1) Unsur Intrinsik

    Menurut Murhadi dan Hasanuddin WS (1992:20), membagi unsur intrinsik

    menjadi dua, yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama adalah semua

    unsur yang berkaitan dengan pemberian makna yang tertuang melalui bahasa,

    yaitu alur, penokohan, latar, tema, adan amanat. Unsur penunjang adalah segala

    sesuatu yang digunakan dalam memanfaatkan bahasa, seperti pusat pengisahan

    dan gaya bahasa.

    Sementara Nurgiyantoro (1995:23) menjelaskan unsur intrinsik (intrinsic)

    adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah

    yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang

    secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik

    sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.

    Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel

    berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur

    (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang

    dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot,

    penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan

    lain-lain.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur

    instrinsik unsur yang membangun cerita. Unsur-unsur tersebut meliputi: tema,

    amanat, alur (plot), latar (setting), tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan gaya

    bahasa.

  • 11

    (1) Tema

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:38), tema adalah inti permasalahan

    yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Dalam sebuah karya sastra

    terdapat banyak peristiwa yang masing-masing mengemban permasalahan, tetapi

    hanya ada sebuah tema sebagai inti dari permasalahan. Sementara Nurgiyantoro

    (1995:25) menjelaskan tema adalah sesuatu yang menjadi dasar dalam cerita. Ia

    selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan seperti masalah cinta,

    kasih, rindu, takut, maut, religius dan sebagainya. Untuk menemukan tema sebuah

    karya fiksi haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan

    bagian-bagian tertentu cerita.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah

    sesuatu yang mendasari yang terkait pada permasalahan dalam sebuah cerita.

    (2) Amanat

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:38), amanat merupakan opini,

    kecendrungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakannya. Amanat

    dalam sebuah fiksi dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya itu terkait dengan

    tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan teknik

    pencarian tema. Oleh sebab itu, amanat juga merupakan kristalisasi dari berbagai

    peristiwa, prilaku tokoh, dan latar cerita. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa amanat adalah suatu pesan yang ingin disampaikan oleh

    pengarang kepada pembaca melalui karyanya.

  • 12

    (3) Alur (Plot)

    Menurut Muhardi dan Hasanudin WS (1992: 28-29), alur merupakan

    hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau

    sekelompok peristiwa lain. Karakteristik alur dibedakan menjadi alur

    konvensional dan alur inkonvensional. Alur konvensional yaitu jika peristiwa

    yang muncul kemudian selalu menjadi akibat dari peristiwa yang hadir

    sebelumnya, sedangkan alur inkonvensional yaitu peristiwa yang diceritakan

    kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya.

    Menurut Nurgiyantoro (1995:114), alur merupakan cerminan atau bahkan

    berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan

    bersikap dalam menghadapi masalah kehidupan.Berdasarkan kutipan di atas dapat

    disimpulkan bahwa alur adalah hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok

    peristiwa dengan peristiwa lain. Serta merupakan rangkaian kejadian dalam cerita.

    Kejadian dalam cerita itu dimunculkan dalam alur tersebut.

    (4) Latar (Setting)

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) latar merupakan penanda

    identitas permasalahan karya sastra yang dimulai secara samar diperlihatkan alur

    penokohannya. Permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,

    maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku. Secara

    tidak langsung latar berkaitan dengan alur atau penokohan.

    Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) latar atau setting disebut

    juga dengan landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,

  • 13

    dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa–peristiwa yang diceritakan.

    Latar juga memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan latar adalah tempat

    terjadinya suatu peristiwa secara konkret dan jelas yang bertujuan memberikan

    gambaran kepada pembaca serta menciptakan suasana tertentu.

    (5) Tokoh dan Penokohan

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:24) menyatakan penokohan

    termasuk masalah penamaan, pemeran, keadaan fisik, keadaan psikis, dan

    karakter. Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya

    membangun permasalahan karya sastra. Pemilihan nama tokoh diniatkan sejak

    semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan.

    Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165), tokoh adalah orang-orang

    yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca

    ditefsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang

    diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah

    para pelaku menggerakan peristiwa dalam cerita seperti tokoh dalam dongeng

    tokoh tersebut bias berupa binatang, tumbuh-tumbuhan dan juga manusia.

    Penokohan adalah sifat atau karakter dimiliki tokoh di dalam cerita, karakter atau

    penokohan dapat dilihat dari tingkah laku, perkataan atau keseharian tokoh dalam

    cerita tersebut.

  • 14

    (6) Sudut Pandang

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:32), sudut pandang merupakan

    suatu cara bagi pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi karya sastra.

    Selanjutnya menurut Nurgiyantoro (1995:246) sudut pandang dalam karya sastra

    mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa

    dan tindakan itu dilihat. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:248) mengungkapkan

    bahwa sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan

    pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai

    peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya sastra kepada pembaca.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sudut pandang

    adalah posisi pengarang dalam menyampaikan cerita pada karya sastra.

    (7) Gaya Bahasa

    Muhardi dan Hasanuddin (1992:35), menyatakan bahwa penggunaaan bahasa

    harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak

    dikemukakan; harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus tepat

    merumuskan alur, penokohan, latar, tema, amanat. Selanjutnya Tarigan

    (2011:156), menjelaskan bahwa berhasil atau tidaknya seorang pengarang fiksi,

    justru tergantung dari kecakapannya mempergunakan gaya yang serasi dalam

    karyanya. Antara struktur dan gaya terdapat hubungan yang erat dalam fiksi.

    Keduanya dipergunakan untuk menunjukkan cara sang pengarang mengatur serta

    menata bahan-bahan untuk menyajikan efeknya. Akan tetapi struktur biasanya

    dipergunakan dengan penunjukan yang lebih khusus terhadap penyusunan

    elemen-elemen yang lebih besar, seperti episode-episode, adegan-adegan, dan

  • 15

    detail-detail gerak, dipertentangkan dengan penyusunan kata-kata, yang disebut

    gaya atau majas.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan gaya bahasa itu

    adalah ketepatan seorang pengarang dalam mengunakan atau memilih bahasa

    dalam sebuah karya fiksi yang nantinya akan berpengaruh terhadap keindahan

    karya sastra sehingga akan menarik minat seorang penikmat karya sastra.

    2) Unsur Ekstrinsik

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:21),unsur ekstrinsik adalah unsur

    yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra

    yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah unsur utama dan dominan

    dari unsur ekstrinsik fiksi. Realitas objektif yang mempengaruhi karya sastra

    seperti tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi

    masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam

    masyarakat, dan norma yang berlaku dalam masyarakat.Kemudian Nurgiyantoro

    (1995:23), menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di

    luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

    sistem organisme karya sastra.

    Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik

    merupakan unsur yang berada di luar karya sastra. Unsur ekstrinsik sangat

    berpengaruh dalam membangun suatu karya sastra sebagai pengetahuan mengenai

    latar belakang pengarang.

  • 16

    2. HakikatPendekatan Sosiologi Sastra

    Kajian teori yang digunakan dalam pendekatan sosiologi sastra terbagi dua,

    yaitu pengertian pendekatan sosiologi sastra dan jenis-jenis pendekatan sosiologi

    sastra.

    a. Pengertian Pendekatan Sosiologi Sastra

    Menurut Ratna (2010:60), pendekatan sosiologi sastra adalah adanya

    hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Dalam pandangan Wolff

    (Faruk, 1994:3) sosiologi merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak

    terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai

    percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masingnya hanya

    mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan

    sastra dengan masyarakat.

    Selanjutnya menurut Endraswara (2003:77), sosiologi sastra adalah cabang

    penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh

    peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi

    dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan

    sosial, tetapi kehidupan sosial yang menjadi pemicu lahirnya karya sastra.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra

    adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji kehidupan atau

    cerminan masyarakat dalam sebuah karya sastra.

    b. Jenis-jenis Pendekatan Sosiologi

    Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara

    karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan

  • 17

    oleh: a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah

    anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam

    masyarakat, dan (d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali masyarakat

    (Ratna, 2010:60).

    Secara esensial sosiologi sastra adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah

    manusia dan masyarakat secara obyektif, (b) studi lembaga-lembaga sosial lewat

    sastra dan sebaliknya, (c) studi proses, yaitu bagaimana masyarakat bekerja,

    bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan

    hidupnya. Studi semacam itu secara ringkas merupakan pengahayatan teks sastra

    terhadap struktur sosial. Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra

    tersebut selanjutnya dihubungkan dengan beberapa hal, yakni: (a) konsep

    stabilitas sosial, (b) konsep kesinambungan masyarakat yang berbeda, (c)

    bagaimana seorang individu menerima individu lain dalam kolektifnya, (d)

    bagaimana proses masyarakat dapat berubah secara bertingkat, (e) bagaimana

    perubahan besar masyarakat, misalkan dari feodalisme ke kapitalisme. Hubungan

    timbal balik di antara unsur-unsur sosial di atas akan besar pengaruhnya terhadap

    kondisi sastra. Berbagai aspek tersebut, sesungguhnya masih dapat diperluas lagi

    menjadi berbagai refleksi sosial sastra, antara lain: (a) dunia sosial manusia dan

    seluk-beluknya, (b) penyesuaian diri individu pada dunia lain, (c) bagaimana cita-

    cita untuk mengubah dunia sosialnya, (d) hubungan sastra dan politik, (e) konflik-

    konflik dan ketegangan dalam masyarakat (Endraswara, 2003:88).

    Dari penjelasan di atas, berarti hubungan sosiologi dan sastra bukanlah hal

    yang dicari-cari. Hasil analisis melalui pendekatan sosiologis yang akan

  • 18

    digunakan untuk membantu memahami gender, feminis, status peranan, wacana

    sosial, dan sebagainya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

    sosiologi sastra yang menunjuk kepada karya sastra, yakni mempermasalahkan

    tentang isi karya sastra, tujuan serta hal-hal yang menyangkut dengan masalah

    sosial yang bertujuan mengkaji permasalahan sosial yang ada dalam suatu karya

    sastra, terutama masalah sosial masyarakat pada suatu masa tertentu.

    3. Hakikat Interaksi Sosial

    Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah pengertian interaksi sosial

    dan bentuk-bentuk interaksi sosial, berikut ini kan dijelaskan teori tersebut.

    a. Pengertian Interaksi Sosial

    Menurut Soekanto (2009:55), interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

    sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan,

    antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan

    kelompok manusia. Apabila keduanya bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat

    itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan

    mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk

    interaksi.

    Selanjutnya menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:214), bentuk umum

    proses sosial adalah interaksi sosial. Karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial

    hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi, antara interaksi sosial

    dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara

    dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi,

    mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau sebaliknya.

  • 19

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

    adalah hubungan sosial masyarakat yang dapat mempengaruhi, mengubah atau

    memperbaiki perilaku masyarakat lainnya.

    b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

    Sebagai suatu proses sosial, interaksi sosial merupakan masalah yang pokok

    karena merupakan dasar dari segala proses sosial. Menurut Sukanto (2009:64)

    bentuk interaksi sosial dibagi dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses interaksi

    sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi, dan

    asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung

    nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau

    pertikaian. Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut juga sependapat dengan teori

    Haryanto dan Nugrohadi (2011:218). Bentuk interaksi sosial dibagi dua. Pertama,

    bentuk asosiatif yaitu proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif

    seperti kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses

    interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan,

    kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.

    1) Asosiatif

    Interaksi yang bersifat asosiatif mengandung nilai-nilai positif seperti

    kerjasama, akomodasi dan asimilasi.

    (1) Kerja Sama (Cooperation)

    Soekanto (2009:65-66) menjelaskan kerja sama disini dimaksudkan sebagai

    suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

    mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerjasama tersebut

  • 20

    berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama

    dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai

    manfaat bagi semua. Kerja sama akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar

    yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan

    yang secara tradisional atau institusional telah tertanam dalam kelompok, dalam

    diri seorang atau segolongan orang.

    Menurut Charles H. Cooley (dalam Haryanto dan Nugrohadi (2011:219) kerja

    sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-

    kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup pengetahuan

    dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

    tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya

    organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.

    Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja sama adalah

    suatu usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan.

    (2) Akomodasi

    MenurutHaryanto dan Nugrohadi (2011:221), akomodasi dipergunakan dalam

    dua arti, Pertama untuk menunjukkan pada suatu keadaan berarti adanya suatu

    keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan

    norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.Kedua menunjukkan

    pada suatu proses, menunjukkan pada usaha-usaha untuk meredakan pertentangan

    agar mencapai kestabilan.

    Soekanto (2009:69) menjelaskan bahwa akomodasi merupakan suatu cara

    untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga

  • 21

    dapat mempertahankan hidupnya. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa akomodasi adalah proses interaksi orang perorangan,

    kelompok dengan kelompok yang bertujuan mengurangi pertentangan.

    (3) Asimilasi

    Menurut Soekanto (2009:73) asimilasi merupakan usaha-usaha mengurangi

    perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-

    kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan

    tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-

    kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

    Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:222), asimilasi merupakan suatu

    proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai adanya usaha-usaha

    mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga

    meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan, sikap dan proses mental dengan

    memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Berdasarkan kutipan di atas

    maka dapat disimpulkan bahwa asimilasi adalah proses interaksi sosial antar

    orang perorangan, kelompok dengan kelompok untuk mencapai kesatuan tanpa

    memandang perbedaan suku dan budaya agar mencegah sebuah pertentangan.

    2) Disosiatif

    Bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai

    negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.

    (1) Persaingan

    Menurut Soekanto (2009:83), persaingan dapat diartikan sebagai suatu

    bentuk interaksi sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang

  • 22

    bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu

    masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian

    publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan

    ancaman atau kekerasan.

    Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:224), menambahkan persaingan

    adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok yang bersaing

    mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa

    menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam

    prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persaingan

    adalah bentuk interaksi sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang

    saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.

    (2) Kontravensi(Contravention)

    Menurut Soekanto (2009:87), kontravensi merupakan sikap mental yang

    tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan

    suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapt berubah menjadi

    kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Selanjutnya

    kontravensi menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:225), merupakan gejala-

    gejala ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau suatu rencana. Berdasarkan

    pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa kontravensi merupakan sikap

    ketidakpuasan terhadap individu atau kelompok dan tidak ada tindakan terhadap

    ketidakpuasan tersebut.

  • 23

    (3) Pertentangan atau Pertikaian

    Soekanto (2009:91) menjelaskan bahwa pertentangan atau pertikaian

    merupakan suatu bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok berusaha

    untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai

    dengan ancaman atau kekerasan. Akar-akar dari pertentangan itu, antara lain

    perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan

    kepentingan dan perubahan sosial.

    Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:226), pertentangan adalah suatu

    proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya

    dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

    Berdasarkan dari kutipan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    pertikaian adalah suatu pertentangan yang terjadi antara individu atau kelompok

    dilakukan dengan cara kekerasan, yaitu misalnya berupa ancaman kepada

    seseorang. Pertikaian masih bisa diatasi jika masing-masing pihak dapat

    mengintrospeksi diri dan berusaha untuk menyadari kesalahan masing-masing

    supaya dapat hidup berdampingan tanpa harus menggunakan kekerasan.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teori

    Soekanto untuk melihat interaksi sosial dalam novel Padusikarya Ka’bati.

    B. Penelitian yang Relevan

    Berdasarkan kepustakaan, peneliti sastra mengenai Interaksi Sosial dalam

    novel Padusi karya Ka’bati tinjauan Sosiologi sastra belum pernah dilakukan

    sebelumnya. Penelitian relevan yang membahas interaksi sosial yaitu: Pertama,

    Atlydia (2015), judul penelitian “Perjuangan Perempuan dalam Novel Padusi

  • 24

    karya Ka’bati Analisis Kritik Sastra Feminisme”.Hasil penelitian ini

    menyimpulkan bentuk perjuangan seorang perempuan dalam mencari

    penghidupan yang lebih baik. Diantaranya ialah melakukan pekerjaan berat yang

    belum sesuai dengan umurnya, mengemis, berjuang untuk dapat bersekolah,

    menjadi pelayan toko hingga menjadi TKI.

    Kedua, Weni (2016), judul penelitian “Kepribadian Tokoh Utama dalam

    Novel Padusi karya Ka’bati tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitian ini

    menyimpulkan bentuk kepribadian dari tokoh utama yaitu Dinar. Bentuk

    kepribadian tersebut dibagi atas id, ego, dan superego. Dalam penelitian ini

    menentukan faktor pembentuk kepribadian Dinar. Kemudian menjelaskan dampak

    dari kepribadian Dinar.

    Ketiga, Defaizan (2017), judul penelitian “Interaksi sosial dalam novel

    Anak-anak Pangaro karya Nun Urnoto El Banbary”. Hasil penelitian ini

    menyimpulkan interaksi sosial berkaitan dengan kerjasama, akomodasi, dan

    pertentangan atau pertikaian masyarakat yang terdapat dalam novel Anak-anak

    Pangaro karya Nun Urnoto El Banbary. Apabila dihubungkan dengan interaksi

    sosial di tengah masyarakat, memang ditemukan budaya kerjasama, akomodasi,

    dan pertentangan atau pertikaian yang digunakan masyarakat Madura berinteraksi

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, Pertama jika

    dibandingkan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti oleh Atlydia, objek

    kajian yang telah dikaji berbeda dengan objek kajian yang ada pada penelitian ini,

    objek kajian yang diteliti oleh Atlydia adalah menganalisis sastra feminisme,

  • 25

    sementara dalam penelitian ini objek kajian yang diteliti tentang interaksi sosial.

    Namun ada kesamaan dari penelitian ini, yaitu menggunakan sumber data yang

    sama, novel Padusi karya Ka’bati. Kedua, jika dibandingkan penelitian ini dengan

    penelitian yang diteliti oleh Weni, objek kajian yang telah dikaji berbeda dengan

    objek kajian yang dilakukan dalam penelitian ini, objek kajian yang diteliti oleh

    Weni adalah menganalisis Kepribadian tokoh utama dengan menggunakan

    pendekatan psikologi sastra, sementara dalam penelitian ini objek kajian yang

    diteliti tentang interaksi sosial. Namun ada kesamaan dari penelitian ini, yaitu

    menggunakan sumber data yang sama, novel Padusi karya Ka’bati. Ketiga, jika

    dibandingkan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti oleh Defaizan, objek

    kajian yang telah dikaji sama, yaitu sama-sama meneliti interaksi sosial. Namun

    perbedaannya terletak pada sumber data yang digunakan.

    C. Kerangka Konseptual

    Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel sebagai karya sastra dapat

    menyampaikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembacanya. Novel adalah karya

    sastra bergenre prosa yang menggambarkan kehidupan dan perilaku nyata tokoh,

    yang ditulis oleh seorang pengarang berdasarkan pengalaman pengarang maupun

    kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu masyarakat.Melalui novel pengarang

    berusaha menyajikan sesuatu yang dapat diambil oleh pembaca, yaitu berupa

    pelajaran untuk memahami hakikat kehidupan terutama tentang bentuk interaksi

    sosial yang terjadi pada masyarakat, khususnya novel Padusikarya Ka’bati.

    Novel dibangun oleh struktur atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu

    dengan lainnya, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik

  • 26

    merupakan unsur yang ada di dalam sebuah karya sastra, seperti: tema dan

    amanat, latar, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur

    ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi

    penciptaan karya sastra yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah

    unsur utama dan dominan dari unsur ekstrinsik fiksi. Pengaruh luar yang

    mempengaruhi penciptaan lain, cenderung dianggap juga sebagai unsur ekstrinsik,

    misalnya sensitivitas atau kepekaan pengarang, imajinasi pengarang,

    intelektualitas pengarang, dan pandangan hidup pengarang.Realitas objektif yang

    mempengaruhi karya sastra seperti tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam

    masyarakat, ideologi masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi

    bahasa dalam masyarakat, dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu

    tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat adalah nilai sosial. Nilai

    sosial yang terdapat dalam novel Padusikarya Ka’bati adalah interaksi sosial yang

    terjadi dalam masyarakat.

  • 27

    Bagan 1 Kerangka Konseptual Interaksi Sosial dalam Novel Padusi KaryaKa’bati

    Novel

    Unsur Instrinsik Unsur Ekstrinsik

    Latar Tokoh Sudutpandang

    Tema Alur GayaBahasa

    RealitasObjektif Pengarang

    Norma-norma

    IdeologiMasyarat

    kat

    Tata nilai

    KonvensiSastra

    KonvensiBahasa

    KonvensiBudaya

    Interaksi Sosial

    Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati

    DisosiatifAsosiatif

    Karya Sastra

    Sensivitas/Kepekaan

    Imajinasi

    Intelektualitas

    PandanganHidup

    Amanat

    Pertentanganatau Pertikaian

    KontravensiPersainganAsimilasiAkomodasiKerja Sama

  • 28

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong, (2010:6)

    menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

    memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

    perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskriptif

    dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

    dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Menurut Ratna (2010:47)

    penelitian kualitatif memberikan perhatian penuh terhadap data ilmiah, data dalam

    hubungannya dengan konteks keberadaannya.

    B. Metode Penelitian

    Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

    deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara

    mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna,

    2010:53). Metode deskriptif analisis bukan hanya menguraikan saja, melainkan

    juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

    C. Data dan Sumber Data

    Data penelitian ini adalah teks berupa kalimat kutipan interaksi sosial yang

    berupa dialog, monolog, dan tindakan yang terdapat dalam novel Padusi karya

    Ka’bati. Sumber data penelitian ini adalah novel Padusi karya Ka’bati, diterbitkan

    oleh Kakilangit Kencana Jakarta 2015, terdiri dari 203 halaman. Cover yang

    bewarna putih, terlukis wajah seorang wanita yang sedang tersenyum, memiliki

    mata yang memakai eye liner sehingga terlihat tajam, di sisi bawah tertulis judul

    28

  • 29

    novel yaitu Padusi karya Ka’bati bewarna merah kecoklatan. Penelitian ini

    difokuskan pada interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati yang

    digambarkan pada kehidupan dalam novel Padusi.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan format

    inventarisasi data. Dengan format tersebut, data tentang interaksi sosial dalam

    novel Padusi karya Ka’bati diinventariskan secermat-cermatnya. Menurut

    Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih

    dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan

    tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Berikut ini format inventaris data

    Interaksi Sosial dalam Novel Padusi karya Ka’bati

    Format 1 Inventaris Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi karyaKa’bati.

    No Peristiwa(Alur)

    Tokoh Kutipan Bentuk-bentukInteraksi Sosial

    Halaman

    Asosiatif Disosiatif1 2 3 1 2 3

    1

    2

    Keterangan:Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif

    1. Kooperasi (Cooperative/Kerjasama)2. Akomodasi3. Asimilasi

    Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif1. Persaingan2. Kontravensi3. Pertentangan atau Pertikaian

  • 30

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    deskriptif dengan cara studi kepustakaan. Ratna (2010: 17), menyatakan studi

    kepustakaan dilakukan dalam kaitannya dengan objek dalam bentuk karya

    tertentu. Artinya, objek tersebut dianggap sah, sudah cukup diri untuk mewakili

    keseluruhan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan

    dengan cara; (1) membaca dan memahami novel Padusikarya Ka’bati secara

    keseluruhan, (2) menandai bentuk interaksi sosial dalam novel Padusi karya

    Ka’bati, (3) mengiventarisasi data, yaitu mencatat hal yang ditemukan mengenai

    bentuk interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati, dan (4)

    mengklasifikasikan data yang terdapat dalam novelPadusi karya Ka’bati, yaitu

    bentuk interaksi sosial.

    F. Teknik Pengabsahan Data

    Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

    triangulasi jenis penyidik. Menurut Moleong (2010: 331), teknik triangulasi jenis

    penyidik ini ialah dengan jalan memangfaatkan peneliti atai pengamat lainnya

    untuk keperluan mengecek kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan

    pengamat lainnya membantu mengurangi ketidak tepatan data yang telah

    diinventarisasi. Dalam hal ini peneliti dibantu memvalidasi data oleh ibu Mila

    Kurnia Sari, S.S., M.Pd. alasan pemilihan ibu Mila Kurnia Sari, S.S., M.Pd.

    sebagai validator adalah karena beliau telah melakukan penelitian di bidang

    Bahasa dan Sastra Indonesia.

  • 31

    G. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data atau

    mengkategorikan sebuah data. Menurut Patton (dalam Moleong, 2010:280),

    analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

    suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar. Langka-langka dalam teknik analisis

    data ini, yaitu: (1) mendeskripsikan data berdasarkan interaksi sosial, (2)

    menganalisis dan menginterpretasikan data sesuai dengan bentuk-bentuk interaksi

    sosial, (3) membahas temuan pada novel dengan dikaitkan teori bentuk-bentuk

    interaksi sosial ,(4) menyimpulkan hasil pemerolehan data tentang bentuk-bentuk

    interaksi sosial pada Novel Padusi karya Ka’bati, dan (5) menuliskan laporan

    penelitian tentang interaksi sosial dalam novel Padusi karya Ka’bati.

  • 32

    BAB IVHASIL PENELITIAN

    Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, analisis data, dan

    pembahasan yang berhubungan dengan interaksi sosial yang terdapat dalam novel

    Padusi Karya Ka’bati. Pertama, data akan dideskripsikan untuk melihat interaksi

    sosial yang terdapat dalam novel Padusi Karya Ka’bati. Kedua, setelah data

    dideskripsikan kemudian data akan dianalisis dengan menggunakan teori

    Soekanto. Ketiga, data akan dibahas dan disimpulkan. Berikut ini adalah

    penjelasannya secara sistematis.

    A. Temuan Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati

    Data penelitian ini berupa interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi

    karya Ka’bati. Soekanto (2009:55) menjelaskan interaksi sosial merupakan

    hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

    orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

    perorangan dengan kelompok manusia. Menurut Soekanto (2009:64) bentuk-

    bentuk interaksi sosial tersebut ada dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses

    interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi,

    dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interaksi sosial yang

    mengandung nilai-nilai negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan

    atau pertikaian.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan data yang

    berhubungan dengan interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya

    Ka’bati, yaitu dua bentuk interkasi sosial. Pertama, bentuk asosiatif ditemukan

    32

  • 33

    bentuk proses interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif yaitu

    kerjasamaakomodasi, dan asimilasi. Kerjasama yang ditemukan sebanyak delapan

    data dalam novel Padusi karya Ka’bati. Kerjasama pertama yaitu kerjasama orang

    perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan Ibah. Kedua tokoh ini

    saling bekerja sama menggali kembali sumur yang dibuat tokoh Ibu Dinar dan

    Ibah tertimbun pasir akibat angin kencang bertiup di pantai. Kerjasama kedua

    yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan

    Dinar, kedua tokoh ini saling bekerja sama menyelesaikan cucian yang

    menumpuk, dengan cara mengangkat air bersih dengan jerigen. Kerjasama ketiga

    yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ibu

    Dinar, Ibu Dinar membuatkan senggulung dari kain untuk Dinar mengangkat

    jerigen berisi air, agar mengurangi tekanan di kepala Dinar. Kerjasama keempat

    yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ibu

    Dinar saling bekerja sama mengambil ikan-ikan kecil yang terjatuh di dekat bagan

    nelayan.

    Kerjasama kelima yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh

    tokoh Dinar dan Ibu Dinar, kedua tokoh ini bekerja sama menjemur ikan-ikan

    yang mereka dapatkan, kemudian ibu Dinar menjual ikan-ikan tersebut ke pasar.

    Kerjasama keenam yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh

    tokoh Meurah dan Maimunah. Kedua tokoh ini saling bekerjasama agar dapat

    pergi ke Semenanjung Malaya untuk mencari ayahnya. Kerjasama ketujuh yaitu

    kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Taraju dan

    Momtaz, keduanya saling bekerja sama di ladang belakang maktab.Kerjasama

  • 34

    kedelapan yaitu kerjasama orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh

    Sahara, Taraju dan Momtaz, ketiga tokoh ini merencanakan cara untuk melarikan

    diri agar Dinar dan Taraju menikah dan keluar dari hostel buruh pekerja kontrak.

    Selanjutnya akomodasi ditemukan sebanyak sepuluh data dalam novel

    Padusi karya Ka’bati. Akomodasi pertama yaitu akomodasi orang perorangan

    yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Sahara yang merupakan perempuan di

    Minangkabau. Kedua tokoh ini, tidak mendapatkan tanah pusaka, dan mencoba

    mencari peruntungan dengan cara merantau. Akomodasi kedua yaitu akomodasi

    orang perorangan dengan kelompok yang digambarkan oleh tokoh Mister Tee

    dengan keluarga Sahara. Mister Tee mempersilahkan anggota keluarga Sahara

    menjadi menjadi pegawai honor di balai pelatihan buruh kontrak, tujuannya agar

    pembangunan balai tersebut tidak terhambat. Akomodasi ketiga yaitu akomodasi

    orang perorangan digambarkan oleh tokoh Sahara, Bundo Sahara dan kakak laki-

    laki Sahara. Perstiwanya akomodasi terjadi saat tokoh Sahara meminta izin

    kepada tokoh Bundo Sahara untuk pergi menjadi buruh migran di Semenanjung

    Malaya, namun kakak laki-lakinya menentang keberangkatannya, kemudian tokoh

    Bundo Sahara menyelesaikan pertentangan antara tokoh Sahara dan kakak laki-

    lakinya. Akomodasi keempat yaitu akomodasi orang perorangan yang

    digambarkan oleh tokoh Mausul, Ibu Dinar, dan Dinar. Peristiwanya terjadi saat

    tokoh Mausul merebut uang hasil jerih payah yang dikumpulkan oleh tokoh Ibu

    Dinar di depan tokoh Dinar, namun tokoh ibu Dinar tetap bersabar dan mengajak

    tokoh Dinar agar lebih rajin bekerja.

  • 35

    Akomodasi kelima yaitu akomodasi orang perorangan yang digambarkan

    oleh tokoh Dinar, Farah dan Sarah. Peristiwanya terjadi saat tokoh Farah dan

    Sarah pergi meminta-minta dari mobil yang satu ke mobil yang lain, sementara

    tokoh Dinar hanya menunggu di pinggir jalan sambil melihat kedua adiknya tokoh

    Farah dan Sarah, tokoh Dinar tidak menerima, namun semua ini demi

    mendapatkan uang untuk makan dan masuk sekolah. Akomodasi keenam yaitu

    akomodasi orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Ummi.

    Peristiwanya terjadi pada saat tokoh Dinar kembali lagi ke asrama Panti asuhan,

    namun tokoh Ummi menerima kembali tokoh Dinar untuk tinggal di asrama dan

    tokoh Ummi juga membantu tokoh Dinar agar melanjutkan pendidikannya ke

    SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), walaupun Panti asuhan memiliki peraturan

    bahwa jika anak Panti asuhan yang telah lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama)

    harus keluar dari Panti asuhan. Akomodasi ketujuh yaitu akomodasi orang

    perorangan yang digambarkan oleh tokoh Abdi dan Dinar. Peristiwanya terjadi

    pada saat tokoh Dinar menentang sistem yang ada di kampusnya, namun tokoh

    Abdi muncul untuk menenangkan dengan cara mengajak tokoh Dinar untuk tidak

    ikut menentang sistem di kampusnya dan fokus terhadap kuliah.

    Akomodasi kedelapan yaitu akomodasi orang perorangan yang terjadi pada

    tokoh Ummi dan Dinar. Pada saat tokoh Dinar patah semangat dengan perjalanan

    pendidikannya, namun tokoh Ummi tetap menyemangati tokoh Dinar untuk tidak

    berhenti mencapai keinginanya untuk menjadi sarjana.

    Akomodasi kesembilan yaitu akomodasi kelompok yang digambarkan oleh

    Etnis Cina dan Pemodal asing. Peristiwa ini terjadi ketika pemodal asing seperti

  • 36

    Jepang dan Amerika memilih etnis Cina untuk diberikan modal, namun pribumi

    Melayu, India Tamil, warga Indonesia, Bangladesh dan Pakistan tetap ikut serta

    bekerja dalam industri yang dimodali oleh pemodal asing tersebut. Akomodasi

    kesepuluh yaitu akomodasi orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh

    Bundo Sahara dan Sahara. Peristiwa ini terjadi pada saat tokoh Sahara menentang

    kodrat perempuan yang selalu di bawah laki-laki, namun tokoh Bundo Sahara

    menjelaskan bahwa segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga harus

    dikerjakan secara ikhlas, tujuannya agar pertentangan tidak berlanjut.

    Asimilasi yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak dua

    data. Asimilasi pertama yaitu asimilasi orang perorangan yang digambarkan oleh

    tokoh Sahara dan Dinar. Seiring berjalannya waktu, dahulu kebudayaan

    Minangkabau tidak membenarkan perempuan untuk merantau jauh, namun

    kebudayaan Minangkabau yang dulunya basandi syara’ kini masih terpakai,

    terlihat bahwa perempuan Minangkabau diperbolehkan untuk merantau, namun

    dengan tujuan mencari ilmu pendidikan, atau menyebarluaskan ilmu pendidikan,

    itupun harus bersama muhrimnya. Asimilasi kedua yaitu asimilasi kelompok yang

    digambarkan oleh orang Bangladesh, kebudayaan orang Bangladesh terutama

    perempuan selalu mengunyah pinang dan sirih tidak berubah ketika mereka pergi

    ke negeri orang.

    Kedua, bentuk disosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi sosial yang

    mengandung nilai-nilai negatif yaitu, persaingan, kontravensi dan pertentangan

    atau pertikaian. Persaingan yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati

    sebanyak satu data, yaitu persaingan antara etnis Cina dengan pribumi Melayu.

  • 37

    Pemodal asing seperti Amerika dan Jepang lebih memilih modalnya disalurkan

    kepada etnis Cina dibandingkan dengan pribumi Melayu, karena etnis Cina lebih

    gesit dalam bekerja dibandingkan pribumi Melayu.

    Kontravensi yang ditemukan dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak

    sepuluh data. Kontravensi pertama yaitu kontravensi orang perorangan yang

    digambarkan oleh tokoh Mister Tee dan Sahara. Tokoh Mister Tee melakukan

    penolakan terhadap tokoh Sahara dengan cara tidak mau bersalaman dengan

    Sahara, karena menurut tokoh Mister Tee itu akan membuat harga dirinya jatuh.

    Kontravensi kedua yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan oleh keluarga

    Sahara kepada Mister Tee (pemilik balai pelatihan penyalur buruh kontrak).

    Keluarga Sahara melakukan penolakan kepada tokoh Mister Tee karena tanah

    ulayat keluarga Sahara diambil untuk membangun balai pelatihan penyalur buruh

    kontrak, dan pihak keluarga meminta ganti rugi kepada tokoh Mister Tee.

    Kontravensi ketiga yaitu kontravensi orang perorangan yang digambarkan oleh

    tokoh Sahara dengan kakak laki-lakinya. Peristiwa ini terjadi ketika tokoh kakak

    laki-laki Sahara menolak keinginan tokoh Sahara untuk bekerja menjadi buruh

    migran ke Semenanjung Malaya.

    Kontravensi keempat yaitu kontravensi orang perorangan yang digambarkan

    antara tokoh Mausul dengan Ibu Dinar. Tokoh Mausul menuntut kewajiban tokoh

    Ibu Dinar sebagai istri, namun tokoh Ibu Dinar menolaknya. Kontravensi kelima

    yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan oleh sekelompok nelayan dengan

    pemilik kapal asing. Peristiwa ini terjadi pada saat sekelompok nelayan merasa

    terganggu dengan adanya kedatangan kapal asing di pantai tempat mereka

  • 38

    bermukim. Kontravensi keenam yaitu kontravensi kelompok yang digambarkan

    oleh orang Melayu dengan orang Bangla. Peristiwa ini terjadi pada saat orang

    Melayu lebih diistimewakan di Semenanjung Malaya dibandingkan dengan orang

    Bangla. Kontravensi ketujuh yaitu kontravensi kelompok dengan orang

    perorangan yang digambarkan oleh tokoh Dinar dan Sahara dengan pemilik

    pabrik. Peristiwa ini terjadi pada saat Dinar dan Sahara beserta buruh kontrak

    lainnya menolak, memberontak dan mogok kerja, karena gaji yang diterima tidak

    sebanding dengan hasil kerjanya. Kontravensi kedelapan yaitu kontravensi orang

    kelompok dengan orang perorangan yang digambar oleh tokoh Dinar dan Sahara

    dengan pemilik pabrik.peristiwa ini terjadi pada saat terjadi bentrok antara buruh

    kontrak dengan pemilik pabrik, kemudian tokoh Dinar semakin menghasut buruh

    kontrak untuk semakin menentang pada pemilik pabrik.

    Kontravensi kesembilan yaitu kontravensi orang perorangan yang

    digambarkan oleh tokoh Sahara dan Taraju. Peristiwa ini terjadi pada saat tokoh

    Sahara dan Taraju bertemu di jalan menuju pabrik, kemudian tokoh Taraju

    bertanya kepada tokoh Sahara mengapa tokoh Sahara tidak menggunakan fasilitas

    yang disediakan oleh pemilik pabrik, namun tokoh Sahara sangat menolak karena

    ia merasa tidak diperlakukan secara manusiawi di atas bus yang bersempit-

    sempitan menuju pabrik. Kontravensi kesepuluh yaitu kontravensi orang

    perorangan yang digambarkan olehpemilik pabrik dengan tokoh Dinar. Pemilik

    pabrik mengeluarkan larangan kepada setiap buruh kontrak untuk menikah secara

    sah, karena akan berdampak pada pekerjaannya di pabrik.

  • 39

    Pertentangan atau pertikaian dalam novel Padusi karya Ka’bati sebanyak

    sebelas data. Pertentangan atau pertikaian pertama yaitu pertentangan atau

    pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Sarah, Mister Tee, dan

    Dinar. Pertentangan atau pertikaian terjadi akibat keangkuhan tokoh Mister Tee

    yang membuat tokoh Sahara menjadi merendahlan nada bicaranya, dan membuat

    tokoh Dinar menentang sikap tokoh Sahara yang terlalu merendah kepada tokoh

    Mister Tee. Pertentangan atau pertikaian kedua yaitu pertentangan atau pertikaian

    yang digambarkan oleh tokoh Sahara, kakak laki-laki Sahara, dan Bundo Sahara.

    Tokoh Bundo Sahara menentang kepergian tokoh Sahara untuk menjadi TKI

    dengan cara menjelaskan bahwa pihak dunsanak laki-laki tidak mengizinkan niat

    tokoh Sahara untuk menjadi TKI.

    Pertentangan atau pertikaian ketiga yaitu pertentangan atau pertikaian orang

    perorangan yang digambarkan oleh tokoh Sahara dan Bundo Sahara. Tokoh

    Bundo Sahara menentang kepergian tokoh Sahara dengan cara menjelaskan resiko

    yang nantinya akan ditanggung jika terjadi kesalahan dirantau tempat yang dituju

    oleh tokoh Sahara. Pertentangan atau pertikaian keempat yaitu pertentangan atau

    pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ibu Dinar dan Mausul.

    Tokoh Mausul menentang kebiasaan tokoh Ibu Dinar yang belajar dan berbagi

    ilmunya kepada anak-anaknya, karena menurut tokoh Mausul sepandai-pandainya

    perempuan dalam dunia pendidikan, tetap derajatnya di bawah laki-laki.

    Pertentangan atau pertikaian kelima yaitu pertentangan atau pertikaian yang

    digambarkan oleh tokoh Mausul dan Ibu Dinar. Tokoh Mausul mengancam tokoh

    Ibu Dinar agar tokoh Ibu Dinar menyediakan uang menyewa perempuan untuk

  • 40

    ditidurunya. Pertentangan atau pertikaian keenam yaitu pertentangan atau

    pertikaian yang digambarkan oleh tokoh Ibah dan Ciwel. Tokoh Ibah menentang

    keberanian Ciwel yang menentang dan berani pada laki-laki. Pertentangan atau

    pertikaian ketujuh yaitu pertentangan atau pertikaian orang perorangan yang

    digambarkan oleh tokoh Ibah dan Ciwel. Tokoh Ciwel menentang untuk tidak

    takut pada kaum laki-laki. Pertentangan atau pertikaian kedelapan yaitu

    pertentangan atau pertikaian kelompok yang digambarkan oleh sekelompok

    nelayan dengan pemilik kapal asing. Sekelompok nelayang merasa terganggu

    dengan adanya kedatangan kapal asing di pantai.

    Pertentangan atau pertikaian kesembilan yaitu pertentangan atau pertikaian

    orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Ummi dan Dinar. Tokoh Ummi

    menentang keinginan tokoh Dinar yang ingin menjadi seorang penulis, karena

    menurut tokoh Ummi seorang penulis itu tidak jauh dari penderitaan.

    Pertentangan atau pertikaian kesepuluh yaitu pertentangan atau pertikaian

    kelompok yang digambarkan oleh buruh kontrak dengan pemilik pabrik. Peristiwa

    ini terjadi pada saat buruh kontrak menentang menerima gaji yang tidak setara

    dengan jerih payahnya selama ini. Pertentangan atau pertikaian kesebelas yaitu

    pertentangan atau pertikaian orang perorangan yang digambarkan oleh tokoh Syed

    Majid dengan Komandan Polisi. Komandan Polisi menentang pernikahan yang

    dilakukan di rumah Syed Majid, termasuk pernikahan yang sudah dijalani oleh

    tokoh Taraju dan Dinar.

  • 41

    B. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Novel Padusi Karya Ka’bati

    Pada subbab ini akan dilakukan analisis data bentuk-bentuk interaksi sosial

    novel Padusi karya Ka’bati. Menurut Soekanto (2009:64), bentuk-bentuk interaksi

    sosial ada dua. Pertama, bentuk asosiatif yaitu proses interaksi sosial yang

    mengandung nilai-nilai positif seperti kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.

    Kedua, bentuk disosiatif yaitu proses interkasi sosial yang mengandung nilai-nilai

    negatif seperti persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.

    Interaksi sosial yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati, yaitu dua

    bentuk interkasi sosial. Pertama, bentuk asosiatif ditemukan tiga bentuk proses

    interaksi sosial yang mengandung nilai-nilai positif yaitu kerjasama, akomodasi,

    dan asimilasi. Kedua, bentuk disosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi

    sosial yang mengandung nilai-nilai negatif yaitu, persaingan, kontravensi dan

    pertentangan atau pertikaian.

    1. Analisis Data Interaksi Sosial dalam Bentuk Asosiatif pada Novel Padusikarya Ka’bati

    Bentuk asosiatif ditemukan tiga bentuk proses interaksi sosial yang

    mengandung nilai-nilai positif yaitu kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.

    a. Kerjasama

    Menurut Soekanto (2009:65-66) menjelaskan kerjasama disini dimaksudkan

    sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia

    untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama timbul karena

    orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.

    Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang

  • 42

    mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang

    secara tradisional telah tertanam di dalam kelompok maupun perseorangan.

    Dalam novel Padusi karya Ka’bati ditemukan delapan data yang berkaitan

    dengan kerjasama. Kedelapan data yang berkaitan dengan kerjasama membahas

    tentang suatu usaha bersama antara individu dengan individu, kelompok dengan

    kelompok lainnya atau individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan

    bersama.

    Pada saat terjadinya angin kencang di pantai dan ombak ikut membesar dan

    menimbulkan seluruh bangunan seluruh bangunan tertimbun oleh pasir. Tokoh

    ibu dan Ibah yang telah membangun sumur di tepian pantai agar dapat

    dimanfaatkan sehari-hari, namun pada saat itu juga seketika bangunan sumur yang

    telah dibangun tokoh ibu dan Ibah tertimbun oleh pasir pantai. Hal tersebut

    terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 11

    Sering kali, kala angin kencang bertiup ke pantai dan ombakmembesar, seluruh bangunan tertimbun pasir. Termasuk sumurkami. Ibu dan ibah yang turut memanfaatkannya, menggalinyakembali.(Ka’bati.2015:20)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya sebuah

    kerjasama orang perorangan yaitu antara tokoh Ibu Dinar dengan Ibah. Hal ini

    dapat dilihat dari kutipan bahwa “Ibu dan ibah yang turut memanfaatkannya,

    menggalinya kembali”. Tokoh Ibu Dinar dan Ibah bekerjasama menggali kembali

    bangunan sumur yang mereka bangun tertimbun akibat angin kencang dan ombak

  • 43

    besar bergelombang. Tujuan kerjasama ini agar sumur yang tertimbun dapat

    dimanfaatkan kembali.

    Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama menyelesaikan cucian agar tidak

    menumpuk, dengan cara mengangkat air besih dengan jerigen. Hal tersebut

    terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 12

    Terkadang, bila cucian Ibu menumpuk, aku bolak-balikmengangkat jerigen.(Ka’bati. 2015:20)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya sebuah

    kerjasama orang perorangan yaitu antara tokoh Ibu Dinar dengan Dinar. Hal ini

    dapat dilihat dari kutipan bahwa “Terkadang, bila cucian Ibu menumpuk, aku

    bolak-balik mengangkat jerigen.” . Tokoh Dinar dan Ibu Dinar saling bekerjasama

    untuk mencuci pakaian agar pakaian kotor tidak menumpuk. Tokoh Dinar

    membantu ibunya mengambil air dengan menggunakan jerigen yang dapat

    memudahkan Ibu Dinar mencuci pakaian-pakaian kotor. Tujuannya, agar

    memudahkan Ibu Dinar mencuci pakaian-pakaian yang kotor, karena ditepian

    pantai tempat Dinar tinggal sulit untuk mendapatkan air bersih.

    Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama menyelesaikan cucian agar tidak

    menumpuk, dengan cara mengangkat air besih dengan jerigen. Hal tersebut

    terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 13

    Cara paling aman bagiku ialah dengan menjunjungnya di atas kepala.Ibu membuatkan senggulung untuk mengurangi tekanan dikepala. Cara itu hanya sedikit membantu. (Ka’bati. 2015:20)

  • 44

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya kerjasama

    orang perorangan antara Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan

    bahwa “Ibu membuatkan senggulung untuk mengurangi tekanan di kepala”.

    Tokoh Dinar dan Ibu Dinar saling bekerjasama untuk mencuci pakaian agar

    pakaian kotor tidak menumpuk. Tokoh Dinar membantu ibunya mengambil air

    dengan menggunakan jerigen yang dapat memudahkan Ibu Dinar mencuci

    pakaian-pakaian kotor, namun agar memudahkan bagi tokoh Dinar untuk

    mengambil air tokoh Ibu Dinar membuatkan senggulung dari kain. Tujuannya,

    agar memudahkan tokoh Dinar untuk mengangkat air dengan jeregen untuk

    digunakan ibunya mencuci pakaian.

    Tokoh Ibu Dinar dan Dinar bekerja sama mengambil ikan-ikan kecil yang

    terjatuh di dekat bagan nelayan. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa

    berikut.

    Data 15

    Setiap pagi, kami pergi ke pelabuhan terdekat untuk memungutiikan-ikan kecil yang terserak di antara bagan nelayan. (Ka’bati.2015:25)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya kerjasama

    orang perorangan antara tokoh Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini tergambar dalam

    kutipan bahwa ”Setiap pagi, kami pergi ke pelabuhan terdekat untuk memunguti

    ikan-ikan kecil yang terserak di antara bagan nelayan”. Tokoh Dinar dan ibunya

    bekerja sama untuk mengambil ikan-ikan kecil yang terjatuh diantara bagan-bagan

  • 45

    nelayan. Kerjasama yang dilakukan tokoh Dinar dan ibunya dilakukan agar ikan-

    ikan yang dikumpulkan banyak dan tidak memakan waktu yang banyak.

    Tokoh Dinar dan Ibu Dinar bekerja sama menjemur ikan-ikan yang mereka

    dapatkan. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 16

    Ikan-ikan itu kemudian kami jemur. Lalu ibu menjualnya kepasar setiap akhir pekan. (Ka’bati. 2015:25)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadinya

    kerjasamaorang perorangan antara tokoh Dinar dan Ibu Dinar. Hal ini tergambar

    dalam kutipan bahwa “Ikan-ikan itu kemudian kami jemur”. Setelah

    mengumpulkan ikan-ikan yang terjatuh diantara bagan-bagan nelayan, tokoh

    Dinar dan Ibunya bekerja sama untuk menjemur ikan-ikan kecil yang didapatnya.

    Tujuannya, agar ikan-ikan yang dijemur dapat awet bertahan lama dan dapat

    dijual ke pasar.

    Tokoh Meurah dan Maimunah bekerjasama agar dapat pergi ke

    Semenanjung Malaya mencari Ayahnya. Hal tersebut terlihat pada kutipan

    peristiwa berikut.

    Data 33

    Setelah peristiwa yang memusnahkan keluarganya, Meurah dan kakaknya,Maimunah, yang ternyata juga ada bersamanya bekerja di pabrik ini, pergimenghindarkan diri ke Medan., ke rumah salah seorang saudara jauh.Mereka bertekad ingin menyusul Ayah yang mungkin masih hidup.Dengan berbagai cara, keduanya berhasil mengelabuhi pihakDepnaker. Akhirnya sampai di sini.(Ka’bati.2015:97)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadikerjasama orang

  • 46

    perorangan antara tokoh Meurah dan Maimunah. Hal ini dapat digambarkan

    dalam kutipan “Dengan berbagai cara, keduanya berhasil mengelabuhi pihak

    Depnaker. Akhirnya sampai di sini”.Tokoh Meurah dan Maimunah bekerja sama

    menipu pihak Depnaker untuk dapat dipekerjakan keluar negeri untuk menjadi

    buruh kontrak di Semenanjung Malaya. Padahal tujuan sebenarnya adalah, pergi

    ke Semenanjung Malaya untuk mencari ayah nya yang mungkin masih hidup di

    Semenanjung Malaya.

    Tokoh Ibu Taraju dan Momtaz bekerjasama bekerja di ladang belakang

    maktab. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 37

    Ibu dan Bibi Momtaz setiap harinya bekerja di ladang kecil belakangmaktab.Mereka bertanam kacang polong, lobak, dan berbagaijenis tanaman lainnya secara bergantian. Selain itu, juga adabeberapa ekor kambing. Aku bertugas mengembalakannya. (Ka’bati.2015:123)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat bahwa terjadi kerjasama orang

    perorangan antara tokoh Ibu Taraju dan Momtaz. Hal inidapat digambarkan dalam

    kutipan “Mereka bertanam kacang polong, lobak, dan berbagai jenis tanaman

    lainnya secara bergantian”. Terlihat bahwa tokoh Ibu Taraju dan Momtaz bekerja

    sama untuk menanam kacang polong, lobak dan jenis tanaman lainnya. Kedua

    tokoh ini melakukannya secara bergantian, agar dapat memudahkan pekerjaannya.

    Bekerja sama seperti ini juga menguntungkan, karena pekerjaan akan terasa

    ringan dan cepat selesai.

  • 47

    Tokoh Sahara, Momtaz, dan Taraju merencanakan cara untuk melarikan diri

    agar Dinar dan Taraju menikah dan keluar dari hostel buruh pekerja kontrak. Hal

    tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 39

    Urusannya memang tidak mudah. Tetapi pantang bagiku menyerah.Hal pertama yang harus kami lakukan yakni menyelamatkanDinar supaya tidak dipulangkan, tetapi bisa keluar darilingkungan pabrik dengan aman. Sementara, aku menyusulnyauntuk kabur, aku harus menghadap bibi dulu. Seperti yang telahkuperkirakan sebelumnya, bibi tampak bahagia. Dia senang dengankeberanianku. (Ka’bati. 2015:134)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    kerjasama. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat kerjasama orang perorangan

    antara Taraju dan Sahara. Hal ini dapat digambarkan dalam kutipan bahwa "Hal

    pertama yang harus kami lakukan yakni menyelamatkan Dinar supaya tidak

    dipulangkan, tetapi bisa keluar dari lingkungan pabrik dengan aman”.Tokoh

    Taraju dan Sahara bekerjasama untuk membawa tokoh Dinar keluar dari barak

    (tempat tinggal buruh migran). Setelah tokoh Dinar lolos keluar dari barak,

    kemudian tokoh Taraju menitipkan tokoh Dinar kerumah temannya yang berada

    tidak jauh dari pabrik. Tujuan tokoh Sahara dan Taraju bekerjasama membawa

    tokoh Dinar keluar dari barak adalah agar tokoh Dinar dapat menikah dengan

    Taraju, karena jika tokoh Dinar dan Taraju menikah pihak pabrik mengetahui

    pernikahan mereka, maka pihak pabrik tidak akan mengizinkan mereka terus

    bekerja di pabrik mereka, bukan hanya itu saja pihak pabrik akan meminta

    bayaran dan uang tebusan yang sangat banyak.

  • 48

    Pernyataan dalam paragraf di atas membuktikan bahwa cerita mengenai

    kerjasama yang terdapat dalam novel Padusi karya Ka’bati memang berhubungan

    dengan interaksi sosial yang terdapat dalam masyarakat.Interaksi sosial mengenai

    kerjasama dalam bergotong-royong dan tolong menolong tersebut merupakan

    bagian dari penggambaran interaksi sosial yang ada di tengah masyarakat.

    b. Akomodasi

    Menurut Soekanto (2009:69) menjelaskan bahwa akomodasi merupakan

    suatu cara untuk menjelaskan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan

    sehingga dapat mempertahankan hidup. Dalam novel Padusi karya Ka’bati

    ditemukan sepuluh data yang berkaitan dengan akomodasi. Kesepuluh data yang

    berkaitan dengan akomodasi membahas tentang suatu usaha manusia untuk

    meredakan atau menyelesaikan pertentangan yang ada antara individu dengan

    individu, kelompok dengan kelompok lainnya maupun individu dengan

    kelompok.

    Tokoh Dinar dan Sahara merupakan perempuan Minangkabau. Kedua tokoh

    ini tidak mendapatkan tanah pusaka, dan mencoba mencari peruntungan dengan

    cara merantau. Hal tersebut terlihat pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 2

    Ketika ulayat tak lagi bisa digadaikan untuk biaya memperbaikirumah yang reot dan bocor, pengubur mayat yang membujur dihalaman, atau biaya pernikahan anak gadis semakin gadang,apayang bisa diperbuat oleh anak kemenakan kalau tidak pergimerantau? Mencari lahan dan peruntungan yang lebih baik. Apalagiulayat telah dikeping-keping untuk kepentingan mereka yang lebihdahulu lahir dan terus bertambah. Tidak sedikit pula pusaka ituterampas untuk kepentingan pembangunan. Demikianlah sejarahnya,bungo kambang di anjungan, sumarak rumah gadang mulaimenjalar mekar di luar ranahnya sendiri.(Ka’bati. 2015:4)

  • 49

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    akomodasi. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat akomodasi orang perorangan

    yaitu antara tokoh Dinar dan Sahara. Hal ini tergambar dalam kutipan bahwa “apa

    yang bisa diperbuat oleh anak kemenakan kalau tidak pergi merantau?”. Tokoh

    Dinar dan Sahara lebih memilih merantau menjadi buruh migran ke Semenanjung

    Malaya, karena sudah tidak ada yang mereka dapatkan dari harta pusaka yang

    diturunkan turun temurun. Hal ini mereka lakukan agar mengurangi pertikaian

    antara bersaudara.

    Pada saat itu Pemilik balai pelatihan buruh kontrak mempersilahkan anggota

    keluarga Sahara menjadi pegawai honor di balai tersebut. Hal tersebut terlihat

    pada kutipan peristiwa berikut.

    Data 6

    Ihwal aku bisa bekerja di balai itu sederhana. Beberapa petak tanahulayat kami dicaplok untuk membangun balai tersebut dengan gantirugi yang tak berimbang. Tentu saja keluargaku tidak senang hatidengan tindakan tersebut.Peristiwa itu terjadi semenjak zamankakekku dulu. Merasa terancam, oleh desakan penduduk atauuntuk sekadar membujuk sehingga lancar rencanapembangunan, pihak keluarga kami mendapat janji yangbunyinya bahwa salah anggota keluarga dipersilakan menjadipegawai honor di balai itu.(Ka’bati. 2015:7)

    Berdasarkan kutipan di atas terlihat interaksi sosial asosiatif dalam bentuk

    akomodasi. Pada kutipan yang dihitamkan terlihat akomodasi kelompok yaitu

    antara pemilik balai pelatihan buruh kontrak dan keluarga Sahara. Hal ini

    tergambar dalam kutipan bahwa “Merasa terancam, oleh desakan penduduk atau

    untuk sekadar membujuk sehingga lancar rencana pembangunan, pihak keluarga

    kami mendapat janji yang bunyinya bahwa salah anggota keluarga dipersilakan

  • 50

    menjadi pegawai honor di balai itu”. Pemilik balai pelatihan buruh kontrak merasa

    takut terganggu pembangunan balai pelatihan buruh kontrak, maka dari itu untuk

    mengurangi pertentangan pemilik balai pelatihan buruh kontrak mempersilahkan

    salah satu anggota keluarga Sahara untuk menjadi pegawai honor di balai

    pelatihan buruh kontrak. Hal ini mereka lakukan agar mengurangi pertikaian dan

    pembangunan balai pelatihan buruh kontrak lancar.

    Tokoh Sahara meminta izin kepada tokoh Bundo untuk pergi menjadi buruh

    migran di Semenanjung Malaya, namun tokoh kakak laki-laki Sahara