106
INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF SDN 3 PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Skripsi Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan Oleh: Baiq Ning Riska Hidayat NIM: 151.146.157 JURUSAN PENDIDIKAN IPS-EKONOMI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2018

INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SEKOLAH INKLUSIF SDN 3 PRAYA KABUPATEN

LOMBOK TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2017/2018.

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk

melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan

Oleh:

Baiq Ning Riska Hidayat

NIM: 151.146.157

JURUSAN PENDIDIKAN IPS-EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2018

Page 2: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SEKOLAH INKLUSIF SDN 3 PRAYA KABUPATEN

LOMBOK TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2017/2018.

Oleh:

Baiq Ning Riska Hidayat

NIM: 151.146.157

JURUSAN PENDIDIKAN IPS-EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2018

Page 3: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif
Page 4: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif
Page 5: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif
Page 6: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

vii

MOTTO

الحاث خير عند ربك ثوابا وخير أ المال والبنون زينت الحياة الدنيا والباقياث الص م

Artinya : ”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS: Al-Kahfi Ayat: 46)1

1 Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an , Al Quran Tafsir Perkata dan Tajwid, Al-

Qur’an dan Terjemahanya: (Surabaya: Pustaka Al Fatih, 2013), hlm. 299.

Page 7: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

viii

PERSEMBAHAN

Penulisan skripsi ini, banyak pihak yang membantu dan memberikan do’a,

bimbingan, dorongan dan motivasi yang begitu banyak baik moril maupun mteril.

Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimaksih kepada kedua orang tua

terkasih, L Muncar dan Baiq Saibun yang tiada henti-hentinya memberikan

dukungan moral, moril, serta materil dan doa yang tak terhigga dari awal hingga

akhir pendidikan ku. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kakaku yang terkasih (L. edy suparta, L. didik sukardi, L. Suparlan, baiq

dewi sartika) dan adekku satu-satunya Baiq Intan Safarin Hanni dan

seluruh keluarga besarku yang selalu memicu dan menjadi alasan

semangatku untuk terus berusaha menjadi yang terbaik

2. Keempat kaka iparku (L.Adnan ,syahrial zairani, Wulan Sari, dan Sugiana)

mereka yang selalu mendukung baik materi, doa dan jasa yang tak

terhingga hingga aku bisa menyelesaikan pendidikan strata satu ini.

3. Guru-guru dan dosen-dosenku yang dengan sabar dan ikhlas mendidik,

membimbing dan mengamalkan ilmunya untukku

4. Sahabat-sahabatku khususnya (Yeni Rusmalina, Siti Komala Dewi) yang

selalu menemani suka duka kita dan sayyida shofia yang tidak bosan-

bosannya memberikan motivasi.

5. Teman-teman seperjuanganku dipendidikan IPS Ekonomi kelas E

angkatan 2014, terimakasih untuk kebersamaan yang indah yang kita

Page 8: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

ix

lewati bersama, semoga tali perasaudaraan kita tetap terjalin dan ilmu yang

kita dapatkan menjadi berkah.

6. Almamaterku Universitas Islam Negeri Mataram ( UIN ) Agama, Nusa

dan Bangsa.

Page 9: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, sebagai insan yang beriman kami panjatkan puji

syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai suatu karya ilmiah.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW. Yang telah menuntun umat manusia menuju kehidupan yang

damai dan sejahtera.

Skripsi ini berjudul: “Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di

Sekolah Inklusif SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2017/2018”. Peneliti susun sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi

strata satu (S1) pada program studi Pendidikan IPS-Ekonomi di Universitas Islam

Negeri Mataram (UIN).

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa setiap kerja dan karya manusia

tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan sesuai dengan kodratnya sebagai

mahluk yang tidak sempurna. Peneliti yakin bahwa karya ilmiah ini masih jauh

dari sempurna, hal ini semata-mata disebabkan karena keterbatasan kemampuan

peneliti, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran konstruktif sebagai

bahan perbaikan bagi karya ini. Di samping itu, peneliti menyadari pula bahwa

karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu, melalui keaempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. M. Fachri, M.Pd selaku pembimbing I, Sarapudin ,MA selaku

pembimbing II yang telah berkenan membimbing dengan penuh

Page 10: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

xi

keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya

dalam mengoreksi, membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Wildan, M.Pd dan Ahmad Zohdi M.Ag sebagai penguji yang telah

memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini

3. H. Ibnu Hizam, M.Pd selaku ketua jurusan dan Rahmat Akbar Kurniawan

M.Sc selaku sekertaris jurusan

4. Dr. Hj. Lubna, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

5. Bapak Rektor UIN Mataram beserta staf dan jajaran civitas akademik UIN

Mataram yang telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada peneliti

dari awal penyusunan skripsi ini. Demikian juga kepada Bapak dan Ibu

Dosen yang telah memberikan arahan dengan berbagai disiplin ilmu yang

merupakan modal berharga bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.

6. Hj, Lale Wiratni S.Pd selaku Kepala sekolah dan staf sekolah inlusif SDN

3 Praya, serta seluruh guru dan siswa yang telah menjadi responden dalam

penelitian ini.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat

pahala yang berlipat- ganda dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembacanya. Amin yaa

rabbal ‘aalamiin!!

Mataram, 2018

Penulis,

Baiq Ning Riska Hidayat

Page 11: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii

NOTA DINAS ...................................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

ABSTRAK ........................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 7 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................... 8 E. Telaah Pustaka .............................................................................. 9 F. Kerangka Teoritik ......................................................................... 12

1. Interaksi Sosial ....................................................................... 12 a. Interaksi Sosial Menurut Para Ahli ................................. 12 b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial .................................... 14 c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ......................................... 16 d. Jenis-jenis Interaksi Sosial ................................................ 17

2. Anak Berkebutuhan Khusus ................................................... 17 a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ........................... 17 b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus .......................... 19

3. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus ......................... 23 a. Interaksi Sosial Lambat Belajar ....................................... 23 b. Interaksi Sosial Siswa Tunagrahita .................................. 26

4. Sekolah Anak Inklusif ............................................................ 27 a. Pengertian Sekolah Inklusif ............................................. 27 b. Pendidikan Inklusif .......................................................... 30

G. Metode Penelitian .......................................................................... 31 1. Pendekatan Penelitian ............................................................. 31 2. Kehadiran Peneliti .................................................................. 33 3. Lokasi Penelitian .................................................................... 33

Page 12: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

xiii

4. Sumber Data ............................................................................ 34 5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35

a. Wawancara ....................................................................... 36 b. Observasi .......................................................................... 36 c. Dokumentasi ...................................................................... 37

6. Teknik Analis Data .................................................................. 38 a. Reduksi Data ............................................................... 39 b. Penyajian Data ............................................................. 39 c. Verifikasi Data ............................................................. 40

7. Kredibilitas Data ...................................................................... 42 a. Ketekunan Pengamatan ..................................................... 42 b. Triangulasi Data ................................................................ 43

H. Sistematika Pembahasan ............................................................... 43 BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN ....................................................... 45

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 45 1. Indentitas Sekolah Inklusif SDN 3 Praya .............................. 45 2. Visi dan Misi .......................................................................... 46 3. Sarana dan Prasarana .............................................................. 47 4. Keadaan Siwa Inklusif SDN 3 Praya ...................................... 52 5. Keadaan Guru Sekolah Inklusif SDN 3 Praya ....................... 55

B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya ................................................................................. 57

C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus dengan Anak Normal Lainnya yang Berada di Lingkungan Sekolah Inklusif SDN 3 Praya ..................................................... 58 1. Interaksi Sosial Anak Tunagrita dalam Bentuk Kerjasama ... 58 2. Interaksi Sosial Anak Lambat Belajar dalam Bentuk

Kerjasama ............................................................................... 66 3. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus dalam

Bentuk Asimilai ..................................................................... 69 D. Kendala Interaksi Sosial Ana Berkebutuhan Khusus dalam

Proses Pembelajaran di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya ............... 71

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 75

A. Analisis Jenis Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya ................................................................................ 75

B. Analisis Bentuk Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SDn 3 Praya ...................................................... 77

C. Analisis Kendala Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah SDN 3 Praya ............................................................... 79

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 82

A. Kesimpulan .................................................................................. 82 B. Saran-saran .................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86

LAMPIRAN

Page 13: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

xvi

Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif SDN 3

Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018

Abstrak

Oleh

Baiq Ning Riska Hidayat

Nim: 151.146.157

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan jenis anak

berkebutuhan khusus. Selain itu, peniltian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk

dan kendala interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3

Praya Kabupaten Lombok Tengah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif

dengan subjek penelitian meliputi empat siswa tungrahita, empat siswa lambat

belajar, lima guru kelas dan empat siswa normal lainnya.tekhnik pengumpulan

data yang digunakan yiatu observasi, dokumentasi dan wawancara guna

mendapatkan data-data yang konkret dan valid.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa anak berkebutuhan khusus

mampu menjalin interaksi sosial secara wajar dengan sesama siswa ABK,

temannya yang normal dan guru di sekolah. Meskipun demikian ada pula siswa

ABK yang mengalami kendala ketika melakukan interaksi sosial di sekolah.

Kata Kunci : interaksi sosial, sekolah inlusif, anak berkebutuhan khusus

Page 14: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang, perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu ineraksi sosial dimulai pada saat itu.1

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berinteraksi dengan orang

lain dikehidupan sehari-harinya. Interaksi yang terjalin disebabkan karena

adanya keberagaman perbedaan, kelebihan, kekurangan yang dimiliki

manusia. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

ada yang terlahir dengan sempurna dan bisa melakukan interaksi tanpa adanya

hambatan dan ada pula manusia yang dilahirkan dengan memiliki kelainan

seperti dari segi fisik, mental dan sosialnya sehingga tumbuh kembangnya

kurang sempurna atau tidak normal seperti masyarakat lainnya. Ketidak

sempurnaan yang dimiliki manusia tersebut menyebabkan manusia memiliki

hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat luas. Manusia

yang terlahir tidak normal atau memiliki kelainan biasanya dikenal dengan

sebutan anak berkebutuhan khusus. Dalam Efendi, Heward & Orlansky

menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah

Istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainanan penyimpan gan dari kondisi rata-rata

1Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2012), hlm. 55

Page 15: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

2

anak normal pada umumnya, dalam fisik, mental, maupun karakteristik prilaku sosialnya.2

Keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus dan

ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial mengakibatkan anak

berkebutuhan khusus tidak mampu melakukan interaksi sosial secara wajar

seperti anak normal lainnya. Menurut Soekanto

Interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari berbagai masalah di dalam masyarakat. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.3

Anak berkebutuhan khusus dianggap sebagai sosok yang tidak berdaya

dan perlu dikasihani. Hal inilah yang menjadikan anak berkebutuhan khusus

sering dikucilkan atau termaginalkan dari lingkungan sekitar. Anak

berkebutuhan khusus sering menerima perlakuan yang diskriminatif dari orang

lain. Bahkan untuk menerima pendidika mereka sangan sulit untuk

mendapatkannya. Beberapa sekolah regular tidak bisa menerima mereka

sebagai siswa. Alasannya di sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas yang

memadai untuk membimbing anak berkebutuhan khusus. Terkadang sekolah

khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak anak berkebutuhan

khusus yang tidak mengenyam pendidikan. Anak berkebutuhan khusus

sebagai warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama

dengan anak normal lainnya, termasuk berhak memperoleh pendidikan dan

belajar bersama anak normal di sekolah umum.

2 Efendi Mohammad, Psikologi Anak Berkelainan. ( Jakarta: PT Bumi Aksara.2006),

hlm.1. 3 Soekanto Soerjono, Sosiologi…, hlm. 58.

Page 16: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

3

Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu komunitas.4

Anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang

sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di

sekolah terdekat. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu

persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

selama ini. Karena tidak mungkin membangun sekolah luar biasa (SLB) di

setiap Kecamatan/Desa sebab memakan biaya yang sangat mahal dan waktu

yang cukup lama oleh sebab itulah perlu diadakan sekolah inklusi.

Diahwati menyatakan “sekolah dasar inklusi merupakan tempat

pendidikan bagi siswa pada tingkat dasar yang mengintegrasikan siswa

berkebutuhan khusus di dalam kelas reguler bersama dengan siswa lainnya.”5

Pendidikan inklusi sebenarnya merupakan model penyelenggaraan program pendidikan bagi anak berkelainan atau berkebutuhan khusus di mana penyelenggaraannya dipadukan bersama anak normal dan bertempat di sekolah umum dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga bersangkutan.6

Dari uraian di atas dapat diungkapkan bahwa sekolah dasar inklusi

merupakan tempat pendidikan bagi siswa pada tingkat sekolah dasar yang

menggabungkan siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler dengan tujuan

untuk mengembangkan potensi dari masing-masing siswa. Sekolah dasar

4 Yolanda Elysa “Mengenal Pendidikan Inklusi, dalam http//www.ditplb.or.id, diakses 20

juli 2018, pukul 19.19. 5Diahwati Rina,” Keterampilan Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar

Inklusi” ,Jurnal Pendidikan, Vol. 1, Nomor. 8, Agustus 2016, hlm. 1612. 6 Sukadari ”Peran Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkelainan” dalam

http//www.madina.com/artikel/sukadari, diakses 20 juli 2018, pukul 19.30.

Page 17: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

4

inklusi memiliki manfaat tersendiri bagi siswa berkebutuhan khusus yang

berada di sekolah dasar inklusi dengan membangun relasi yang positif dan

bisa berinteraksi dengan anak normal lainnya layaknya anak pada umumnya.

Dalam Diahwati, Ormord menyatakan;

Penempatan siswa yang mengalami hambatan dalam kelas pendidikan umum dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain gambaran diri yang lebih positif, keterampilan sosial yang lebih baik, lebih sering berinteraksi dengan teman sebaya termasuk siswa reguler, perilaku yang lebih sesuai di kelas, prestasi akademik yang setara atau bahkan lebih tinggi dengan prestasi yang dicapai bila ditempatkan di kelas khusus.7

Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa layanan

pendidikan inklusif merupakan salah satu upaya yang efektif untuk

meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita. Dengan adanya

layanan pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus dan anak normal dapat

bersosialisasi dan bekerja sama tanpa memandang kecacatan, kelemahan,

maupun kelebihan masing-masing. Dampak yang akan dirasakan oleh anak

berkebutuhan khusus itu sendiri, antara lain memiliki rasa kepercayaan diri

yang lebih tinggi karena diterima oleh lingkungan sosialnya serta

meningkatkan kemampuan diri dalam berinteraksi dengan orang lain yang

tergolong normal. Adapun dampak positif bagi anak normal, yaitu memiliki

rasa kepedulian dan sikap menghargai satu sama lain, terutama terhadap anak

berkebutuhan khusus.

Salah satu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif adalah

SDN 3 Praya. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 26 maret

2018. SDN 3 Praya ditunjuk secara lisan oleh Dinas Pendidikan Pemerintah 7 Diahwati Rina“ Keterampilan …,hlm. 1620.

Page 18: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

5

Kabupaten Lombok Tengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Penunjukan secara lisan ini berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Nomor 380/C.C6/MN/2003 pada

tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif bahwa setiap

kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pendidikan inklusif sekurang-

kurangnya empat sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK.

SDN 3 Praya sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, baik

pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, atas keberadaan SDN 3 Praya

sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Hal ini dibuktikan dengan

adanya berbagai macam fasilitas penunjang pendidikan anak berkebutuhan

khusus di SDN 3 Praya.

Berdasarakan hasil observasi awal dan informasi yang diperoleh

peniliti pada hari Senin tanggal 26 Maret 2018, peneliti menemukan sejumlah

anak berkebtuhan khusus (ABK) di sekolah inklusif SDN 3 Praya 1 sampai 5

disetiap kelas dari jumah 35 siswa disetiap kelas. Bentuk interaksi sosial

khususnya dalam berkomunikasi yang terjadi di siswa ABK dengan guru dan

siswa normal lainnya dalam proses pembelajaran maupun diluar kelas sangat

kurang aktif dengan teman-temanya maupun guru ini disebabkan karena

keterbatasan yang siswa ABK miliki baik secara fisik, mental dan sosialnya.

Dalam setiap siswa ABK memiliki keterbatasan fisik, mental dan sosial

masing-masing dari setiap perbedaan keterbatasan yang dimiliki siswa ABK

berbeda pula cara mereka berinteraksi baik sesama siswa ABK maupun

dengan siswa normal lainnya salah satu contohnya seperti anak tunawicara

Page 19: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

6

ketika dia berkomunikasi dengan teman-temanya dengan cara berbahasa

isyarat. Di sekolah inklusif ini siswa normal dan siswa ABK disatukan dalam

satu sekolah yang sama dan proses belajarnya di sama ratakan dengan anak

normal lainnya, kendati siswa ABK dan siswa normal lainnya di satukan

dalam satu kelas yang sama dan siswa ABK memiliki keterbatasan dalam

berinteraksi sosial kasus seperti bullying tidak pernah terjadi diantara anak

siswa normal dan siswa ABK.

Sesuai dengan bukti hasil wawancara peniliti dengan salah seorang

guru kelas V yaitu Ibu Zinnur Aini di sekolah SDN 3 Praya sekolah inklusif.

Menurutnya bentuk interaksi sosial yang terjadi di kalangan siswa ABK

sangat kurang.

Mereka berinteraksi hanya dengan sesama teman siswa ABK saja. Sesekali interakasi sosial dapat terjadi diantara siswa ABK dengan anak normal lainnya seperti bermain bersama ketika jam istirahat tapi interaksi sosial yang dapat terjadi tidak seintim interaksi anak normal sesama anak normalnnya. Hal ini disebabkan siswa yang normal kurang mengerti cara berinteraksi dengan siswa ABK dan selama ini belum ada bullying yang saya lihat.8

Dari pemaparan di atas peneliti tertarik mengangkat judul penelitian

yaitu interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3

Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3

Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

8 Zinnur‟aini,Wawancara,Praya 26 Maret 2018

Page 20: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

7

2. Bagaimana bentuk interaksi sosial anak berkebtuhan khusus dengan anak

normal lainnya yang berada di lingkungan sekolah inklusif SDN 3 Praya

Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

3. Bagaimana kendala interaksi sosial anak berkebutuhan khusus dalam proses

pembelajaran di sekolah inklusif SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah

Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian

1. Tujuan penilitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusif SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun

Pelajaran 2017/2018 ?

b. Untuk bagaimana mengetahui bentuk interaksi sosial anak

berkebtuhan khusus yang berada pada lingkungan sekolah inklusif

SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2017/2018

c. Untuk bagaimana mengetahui kendala interaksi sosial anak

berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran di sekolah inklusif

SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2017/2018

2. Manfaat penilitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari kegiatan

penelitian ini adalah:

Page 21: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

8

a. Secara teoritis, penelitian ini menambah khazanah ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan dasar, khususnya tentang interaksi sosial anak

berkebutuhan khusus yang berada pada lingkungan sekolah inklusif.

b. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

pengetahuan tentang interaksi sosial anak berkebutuhan khusus yang

berada pada lingkungan sekolah inklusif.

c. Bagi guru, penelitian ini dapat meningkatkan motivasi untuk

menciptakan suasana sosial yang nyaman bagi semua anak, baik untuk

anak normal ataupun anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemahaman

tentang karakteristik anak berkebutuhan khusus sehingga dapat

meningkatkan hubungan sosial antara anak normal dan anak

berkebutuhan khusus.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penilitian adalah apa saja jenis-jenis anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya dan bagaimana

bentuk maupun kendala interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusif SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah. Maka saya

selaku peniliti sangat tertarik untuk meniliti masalah yang terkait dengan

bagaimana interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif

SDN 3 Praya.

Page 22: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

9

2. Setting Penelitian

Setting penelitian merupakan latar alamiah (tempat atau lokasi)

penelitian dilakukan. Dimana lokasi atau sasaran penelitian ini yaitu di

Kelurahan Kauman Kecamatan Praya. Hal ini dikarenakan di Kelurahan

Kauman Kecamatan Praya terdapat sekolah inklusif yang dimana sekolah

tersebut adalah salah satu sekolah yang menyelenggarakan program

inklsusif yang diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak

normal laiannya melaksanakan proses belajar di satu kelas yang sama.

E. Telaah Pustaka

Tujuan dilakukan penelaahan pustaka ini adalah untuk menegaskan

kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan keilmuan

terkait. Jadi pustaka yang diteliti harus memiliki signifikansi dan relevansi

dengan fokus penelitian. Dalam hal ini penulis mengetengahkan beberapa

hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Triyani pada tahun 2013 dengan judul

skripsi “Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di SDN Kepuhan Bantul (SD

Inklusif) yang menjadi fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui

interksi sosial anak tunagrahita di SDN kepuhan bantul (SD inklusif)

dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif penelitian ini

menyimpulkan : Anak tunagrahita di SDN Kepuhan, Bantul, mampu

melakukan interaksi sosial secara wajar di sekolah. Meskpiun demikian, ada

pula anak tunagrahita yang belum mampu melakukan interaksi sosial secara

Page 23: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

10

wajar dengan sesama tunagrahita, anak normal, anak berkebutuhan khusus

lainnya, maupun guru di sekolah. Artinya, anak tunagrahita mengalami

hambatan ketika melakukan interaksi sosial. Adapun upaya yang telah

dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial

anak tunagrahita yaitu mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok

atau bentuk “U” meminta anak normal untuk mengajak anak tunagrahita

bermain bersama, dan memberikan nasihat kepada siswa secara klasikal.

Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Triyani terdapat

persamaan dan perbedaan dengan peniliti yang dilakukan. Persamaannya

terletak pada subyek penelitian sama-sama mengkaji interkasi sosial anak

berkebetuhan khusus dan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif,

sedangkan perbedaanya penelitian sebelumnya hanya meneliti satu jenis

anak berkebutuhan khusus yaitu anak tunagrahita sedangkan penelitian yang

dilakukan sekarang meneliti semua jenis anak berkebutuhan khusus yang

ada di SDN 3 Praya.9

2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Yuli Tri Astuti pada tahun 2008

dengan judul skripsi “Pola Interaksi Sosial Anak Autis di Sekolah Khusus

Autis” penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang

hasil penelitiannya interkasi sosial anak autis berbeda-beda yaitu pada

subyek pertama masuk pada tahap the own agenda stage dan menyendiri,

subyek kedua termasuk pada the partner stage, subyek ketiga termasuk pada

empat tahap dan pasif tapi dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang

9Triyani 2013, ”Interaksi Sosial Anak Ttunagrahita di SDN Kepuhan bantul (SD Inklusif),

(skripsi, Fkip Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2013), hlm. vii.

Page 24: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

11

mempengaruhi interaksi anak autis antara lain peran orang tua, dimana

orang tua adalah orang terdekat dengan anak autis tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Tri Astuti terdapat

persamaan yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif

dan perbedaanya terletak pada subyek dan lokasi penelitian. Penelitian

sebelumnya hanya mengkaji satu jenis anak berkebutuhan khusus yaitu anak

autis yang berlokasi di sekola khusus anak autis sedangkan peniliti yang

dilakukan sekarang meniliti semua jenis anak berkebutuhan khusus yang

berlokasi di sekolah inklusif SDN 3 praya10

3. Selanjutnya penilitian yang dilakukan oleh uswatun khasanah pada tahun

2011 dengan judul skripsi “Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di

Kelas Inklusi (Studi Interaksionisme Simbolik Mengenai Komunikasi Siswa

di SMKN 2 Malang” penlitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis

intruksionisme simbolik dilakukan di SMKN 2 Malang dengan subjek siswa

ABK di kelas inklusi APH 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

kesamaan paham dalam berinteraksi di kelas inklusif terjadi ketika pengirim

pesan mengkomunikasikan obyek yang konkrit. Sedangkan perbedaan

paham dalam berinteraksi di kelas inklusi terjdi ketika pengirim pesan

mengkomunikasikan obyek yang abstrak. Kesalahpahaman terjadi dalam

interaksi sosial di kelas inklusi pada siswa ABK yang mempunyai

karakteristik sensitif dan spontan. Diterima atau ditolaknya siswa ABK di

kelas inklusif bukan karena kesalah pahaman yang terjadi dalam proses

10 Astuti Yuli Tri ”pola interaksi sosial anak autis di sekolah khusus autis, (skripsi,

Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2008), hlm.vi

Page 25: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

12

berkomunikasi akan tetapi karena karakteristik masing-masing siswa ABK

yang pendiam, spontan, lucu, apa adanya cenderung bisa diterima dan

disenangi di kelas inklusif. Sedangkan siswa ABK yang sensitif, mudah

tersinggung, percaya diri yang berlebihan, suka berbohong, cenderung

kurang diterima dan dijauhi oleh teman kelas inklusif.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan Uswatun Khasanah terdapat

persamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah sama-sama mengkaji

interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif sedangkan

perbedaanya terletak pada metode penilitian peniliti sebelumnya

menggunakan metode penilitian kualitatif jenis studi intruksionisme

simbolik sedangkan peniliti yang dilakukan sekarang menggunakan metode

penilitian kualitatif jenis deskriptif.11

F. Kerangka Teori

1. Interaksi Sosial

a. Interaksi Sosial Menurut Para Ahli

Menurut Soekanto interaksi sosial adalah sebagai berikut :

Cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. 12

Sedangkan dalam Soekanto, Gillin dan Gillin berpendapat :

11 Hasanah Uswatun 2011, ”Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di Kelas Inklusif

Studi Interaksonisme Simbolik Mengenai Komunikasi Siswa di SMKN 2 Malang ,(skripsi, Fkip, Universitas Negeri Malang, Malang, 2011), hlm. vii.

12 Soekanto Soerjono Sosiologi…, hlm. 55.

Page 26: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

13

Interaksi sosial ialah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.13

Selanjutnya Thibaut dan Kelly mendefinisikan :

Interaksi sosial merupakan sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain.14 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan

masing-masing individu terlibat didalamnya memainkan peran secara

aktif dan hubungan tersebut bisa mempengaruhi, mengubah, dan

memperbaiki individu lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya

manusia selalu saling membutuhkan, hal ini karna manusia adalah

makhluk sosial. Interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan

sosial dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antara satu

sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik

yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat mengasilkan

suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari

itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupaka dasar dari suatu bentuk

proses sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang

lain tidak dapat disebut interaksi.

13 Ibid., hlm.55

14 Ali Mohammad dan Asrori Mohammad ,Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal.87.

Page 27: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

14

b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi

dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi Gillin dan Gillin

mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu interaksi sosial itu

mungkin terjadi interaksi yaitu “adanya kontak sosial (social contac) dan

komunikasi (communication).”15

Sedangkan kontak sosial ialah

hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-msing dalam kehidupan msyarakat, konflik sosial pihak dengan pihak lainnya. Kontak tidak langsung maupun secara langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara, misalnya melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.16 Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, 1) Antara orang perorang, 2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau

sebaliknya 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya.17 Dalam kehidupan, manusia sering meakukan kontak dengan

orang lain. Hal ini tidak bisa dihindari oleh manusia, sebab manusia

merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan

masyarakat lain. Wujud kontak tidak mesti harus terjadi persentuhan baik

itu secara fisik, namun juga dapat secara verbal atau berupa reaksi pasif

seperti symbol. Contoh dari kontak antara orang perorang, ialah kontak

dengan teman dan temannya. Sedangkan contoh dari kontak Antara

15 Anwar Yesmil dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, ( Bandung : PT Refika

Aditama, 2013), hlm.195. 16

Basrowi, Pengantar Sosiologi, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm.140. 17 Ibid., hlm. 141

Page 28: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

15

orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya

adalah guru dengan muridnya di kelas, pemateri dengan peserta seminar

da lain sebagainya. Selanjutnya Antara suatu kelompok manusia dengan

kelompok manusia lainnya semisalnya tim sepak bola dalam turnamen,

pertandingan voli, perlombaan cerdas cermat dan lain-lain.

Syarat interaksi sosial yang kedua komunikasi adalah

Suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari prilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada prilaku pihak lain, seseorang mewujudkan prilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.18 Dari uraian di atas bisa diuraikan bahwa komunikasi hampir sama

dengan kontak sosial, adanya kontak belum tentu berarti komunikasi

telah terjadi. Komuniksi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu

pesan dan tujuan bersama antara msing-masing pihak. Misalnya, orang

Lombok bertemu dan berjabat tangan dengan Kalimantan, lalu dia

berbicara dengan bahasa Lombok, padahal orang Kalimantan tersebut

sama sekali tidak mengerti bahasa Lombok. Dalam contoh tersebut,

kontak sebagai syarat pertama telah terjadi, tetapi komunikasi belum

terjadi karena kedua orang tersebut tidak saling mengerti dan interaksi

sosial pun tidak terjadi. Apabila dihubungkan dengan interaksi sosial,

kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti.

18 Ibid., hlm. 143

Page 29: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

16

c. Bentuk-Bentuk Interkasi Sosial

Soekanto menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial adalah

“kerjasama, persaingan, akomodasi, dan bahkan dapat juga berbentuk

pertentangan atau pertikaian.”19 Gillin dan Gillin membagi proses sosial

menjadi dua yaitu “proses asosiatif dan proses disosiatif.”20

1. Prsoses asosiatif

a) Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai beberapa tujuan.

b) Asimilasi ialah suatu proses dimana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan tujuan kelompok.

c) Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa mengahcurkan pihak lawan.21

2. Proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan,

kontrovensi dan pertentangan.

a) Persaingan ialah suatu proses sosial dimana manusia melakukan persaingan mencari keuntungan melalui bidang kehidupan.

b) Kontroversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.

c) Pertentangan merupakan proses sosial dimana individu maupun kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.22

Kedua bentuk pokok interaksi sosial yaitu asosiatif dan disosiatif

tidak merupakan suatu kesinambungan, dalam arti bahwa interaksi itu

tidak hanya dimulai dari kerja sama, kemudian menjadi persaingan dan

19 Soekanto Soerjono Sosiologi,…hlm. 65. 20

Ibid., hlm. 64. 21

Anwar Yesmil dan Adang, Sosiologi,… hlm.196. 22 Ibid ., hlm.196.

Page 30: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

17

asimilasi sehingga akhirnya memuncak menjadi pertikaian. Akan tetapi,

tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Bisa jadi diawali dengan

persaingan kemudian asimilasi dan sebaliknya.

d. Jenis-Jenis Interaksi Sosial

“Dalam setiap interaksi seantiasa didalamnya mengimplikasikan

adanya komunikasi antar pribadi. Demikian pula sebaliknya, setiap

komunikasi antar pribadi senantiasa mengandung interaksi.”23 Atas dasar

itu dalam Ali, Shaw membedakan jenis interaksi menjadi tiga jenis.

1) Interaksi verbal ialah interaksi yang terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Proses terjadinya dalam bentuk saling tukar percakapan satu sama lain.

2) Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh

3) Interaksi emosional ialah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan.24

2. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam Nuraeni, Heward mengungkapkan anak berkebutuhan

adalah

Anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.25 Sedangkan The National Information Center For Children and

Youth With Disibilities ( NICHCY ) mendifinisikan

23 Ali Mohammad & Asrori Mohammad, Psikologi…, hlm.88. 24

Ibid,. hlm. 88. 25

Nuraeni , Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Purwokerto : UM Purwokerto Press, 2017), hlm.2.

Page 31: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

18

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.26

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak

berkebutuhan khusus ialah anak yang berbeda dengan anak-anak pada

umumnya. Anak berkebutuhan khusus dalam proses pertumbuhannya

tidak dengan modal fisik yang wajar, karenanya sangat wajar jika anak

berkebutuhan khusus terkadag cenderung memiliki sikap menghindar,

rendah diri, atau kadang agresif dan memiliki semangat belajar yang

lemah.

Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-perbedaan baik

perbedaan intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam

berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan

potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran. Berkebutuhan khusus

merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak-anak luar biasa

atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Memhami anak

berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik perbedaan

fisik, emosi maupun itelektual dan perbedaan antar potensi yang ada pada

individu itu sendiri. Sedangkan dalam pendidikannya memerlukan

pelayanan yang spesifik, berbeda dengan dengan anak pada umumnya.

Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau

bahkan lebih dalam dirinya.

26 Ibid., hlm.3.

Page 32: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

19

b. Klasifikasi dan Jenis Anak Berkelainan (Berkebutuhan Khusus)

Setiap anak adalah unik. Dikatakan unik karena mereka tidaklah

sama ada anak yang tumbuh dan berkembang dengan normal dan ada

yang membutuhkan penanganan secara khusus. Anak yang

membutuhkan penanganan secara khusus ini dapat dikategorikan sebagai

anak berkebutuhan khusus. Namun untuk lebih jelasnya ada beberapa

klasifikasi anak berkebutuhan khusus.

Menurut klasifikasi dan jenis kelainan, anak berkebutuhan khusus

dikelompokkan kedalam kelainan fisik, kelainan mental, dan kelainan

karakteristik sosial.

1. Kelaianan fisik Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu

atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal tidak berfungsinya anggota fisik terjadi pada: a. alat fisik indra misalnya kelainan pada indra pendengaran

(tunarungu), kelainan pada indra penglihatan (tunanetra), kelainan pada fungsi organ bicara (tunawicar )

b. alat motorik tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis) kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi motorik (cerebral palsy) kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna misalnya lahir tanpa tangan/kaki, amputasi, dan lain-lain. Untuk kelainan pada alat motorik tubuh ini dikenal dalam kelompok tunadaksa.

2. Kelainan mental Anak berkebutuhan khusus dalam aspek mental adalah

anak yang memiliki penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini dapat menyebar kedua arah, yaitu kelainan mental dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan mental dalam arti kurang (subnormal) kelainan mental dalam arti lebih atau anak unggul, menurut tingkatannya dikelompokkan menjadi tiga yaitu: Anak mampu belajar dengan cepat, anak berbakat dan anak genius

Page 33: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

20

Karakteristik anak yang termasuk dalam katagori mampu belajar dengan cepat jika dengan hasil kecerdasan menunujukkan 110-120, anak berbakat jika indeks kecerdasannya berada pada rentang 120-140, dan anak sangat berbakat atau genius jika indeks kecerdasanya berada pada rentang di atas 140.

Anak yang berkelainan mental dalam arti kurang atau tunagrahita, yaitu anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasannya yang sedimikian rendahnya (di bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembanganya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, termasuk di dalamnya kebutuhan program pendidikan dan bimbingannya. Kondisi tunagrahita dalam praktik kehidupan sehari-hari dikalangan awam seringkali disalah persepsikan, terutama bagi kelurga yang mempunyai anak tungrahita, yakni berharap dengan memasukan anak tungrahita ke dalam lembaga pendidikan, kelak anaknya dapat berkembang sebagaiman anak normal lainnya.

3. Kelainan perilaku sosial Menurut Amin dan Dwidjosumarto yang dikutip dalam

buku Mohammad Efendi kelainan prilaku atau tunalaras sosial adalah

Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan untuk menyusaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial dan lain-lain. Manifestasi dari mereka yang dikatagorikan dalam kelainan prilaku sosial ini, misalnya kompensasi berlebihan, sering bentrok dengan lingkungan, pelnggaran hokum/norma maupun kesopanan

Klasifikasi anak yang termasuk dalam kategori mengalami kelainan prilaku sosial diantaranya anak psychotic dan neurotic anak dengan gangguan emosi dan anak nakal ( delinquent ). Berdasarkan sumber terjadinya tindak kelainan prilaku sosial secara penggolongan dibedakan menjadi dua yaitu : a. Tunalaras emosi yaitu penyimpangan prilaku sosial yang

ekstrim sebagai bentuk gangguan emosi b. Tunalaras sosial yaitu penyimpangan prilaku sosial sebagai

bentuk kelainan dalam penyesuaian sosial karena bersifat fungsional.27

Pengelompokkan anak berkebutuhan khusus menurut Ilham

Gusmayadi.

27 Efendi Mohammad, Psikopedagogik …, hlm.4-10.

Page 34: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

21

a. Anak Berkebutuhan Khusus Permanen yang Memiliki Kelainan

1) Anak tunanetra, yakni anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan.

2) Anak tunarungu, yakni anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran atau kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi atau tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat yang mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa.

3) Anak tunawicara, yakni anak yang mengalami kesulitan bicara, yang bisa diakibatkan tidak/ kurang berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut, bibir, langit-langit, pita suara, dan sebagainya.

4) Anak tunagrahita, yakni anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.

5) Anak tunadaksa, yakni anak yang mengalami ganggguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang yang bersifat bawaan atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi (amputi) polio, dan lumpuh.

6) Anak tunalaras, yakni anak yang mengalami gangguan dalam mengandalikan emosi dan perilaku atau control sosial. Anak tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.

7) Anak berkesulitan belajar, yakni anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, braininjury, disfungsi minimal otak, dyslexia, dan afasia perkembangan.

8) Anak lamban belajar (slow learner), yakni anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Anak mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik

9) Anak autis, yakni anak yang mengalami gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.

10) Anak dengan gangguan motorik, yakni anak yang memiliki hambatan berat dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun congenital.

Page 35: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

22

11) Anak korban penyalagunaan narkoba, obat terlarang, dan zat aditif lainnya.

12) Anak tunaganda, yakni anak yang memiliki dua kelainan atau lebih.

13) Anak dengan kelainan lain, misalnya anak dengan gangguan konsentrasi dan gangguan hiperaktif.

b. Anak Berkebutuhan Khusus Kontemporer

Anak berkebutuhan khusus kontemporer adalah anak yang memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang penyebabnya berasal dari luar dirinya yang bersifat temporer atau sementara sehingga memerlukan pendidikan layanan khusus.28

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa klasifikasi siswa berkebutuhan khusus mencakup 1)

kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental, termasuk

diantaranya tunagrahita dan autistik; 2) ketidakmampuan belajar,

meliputi slow learner, siswa berkesulitan belajar, siswa mampu didik,

dan siswa mampu latih; 3) gangguan emosional, seperti tunalaras; 4)

kelainan fisik, meliputi tunanetra, tunarungu, tunadaksa, siswa dengan

gangguan motorik, dan tunawicara; 5) kelompok anak yang berbakat,

meliputi siswa genius dan gifted; 6) siswa yang menjadi korban

penyalahgunaan narkoba; serta 7) siswa tunaganda.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunujukkan pada ketidakmampuan mental, emosi dan fisik. Anak

berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat

28Gusmayadi Ilham”Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus”,dalam ilham

gusmayadi15.blogspot.com, diakses tanggal 21 juli 2018, pukul 01.26.

Page 36: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

23

kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental

intelektual, sosial emosional, maupun masalah akademik. Anak

berkebutuhan khusus (ABK) sangatlah beragam keberagaman tersebut

dikarenakan ABK memiliki kekhususannya masing-masing. Disebutkan

melalui peraturan pemerintah No. 17 tahun 2010 pasal 129 ayat 3.

Klasifikasi ABK adalah terdiri dari; tunanetra, tunarungu, tunawicar, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memilki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya.29

Maka dapat diketahui bahwa ABK bukan hanya anak yang

mengalami cacat fisik saja, anak yang memiliki kelemahan pada

intelektual dan sosialnya juga termasuk ABK.

3. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus

Siswa berkebutuhan khusus menunjukkan beberapa perilaku

dalam interaksi sosialnya siswa berkebutuhan khusus biasanya

menunjukkan kesulitannya dalam menemukan dan membangun

persahabatan di sekolah serta merasa berbeda dalam arti negatif. Pada

penelitian ini, kajian interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus

difokuskan pada siswa lambat belajar (slow learner) dan siswa

tunagrahita.

a. Interaksi Sosial Anak Lambat Belajar

Manusia tidak pernah lepas dari kegiatan belajar sampai akhir

hayatnya, kegiatan belajar ini dialami oleh setiap individu dari anak-

anak sampai orang dewasa dalam berbagai jenis atau bentuk yang

29LV UTAMA,”Konsep Anak Berkebutuhan Khusus“, dalam http//www.eprints.umm.ac.id/artikel/utama01, diakses tanggal 30 april 2018, pukul 20.19.

Page 37: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

24

sederhana sampai dengan kegiatan yang sulit. Aktifitas belajar bagi

setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.

Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kaang dengan

cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat

sulit. Demikian pula yang sering dialami pada setiap anak didik

dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas

belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan

individu ini pulalah yang menyebakan perbedaan tingkah laku

dikalanagan anak didik, dalam keadaan ini dimana anak didik tidak

dapat belajar sebagaiman mestinya, itulah yang hal yang dialami oleh

anak lambat belajar.

Siswa lambat belajar (slow learner) menurut Dedy Kustawan

“dalam beberapa hal siswa lambat memiliki hambatan atau

keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan melakukan

adaptasi sosial Sifat sifat anak lambat belajar.”30 Sedangkan menurut

Rumini antara lain:

a. Di masyarakat dapat mempertahankan diri, bertingkah laku seperti anak normal, sehingga jarang yang mengetahui kalau mereka lambat belajar. Akibatnya mereka kurang mendapat bimbingan dari masyarakat, bahkan masyarakat meminta segala sesuatu yang lebih dari kemampuannya, sehingga menyebabkan anak menderita minco, malu depresi bahkan sampai dapat histeris.

b. Dengan bimbingan yang tepat, anak dapat bergaul dengan lancar.

c. Kurang dapat mengadakan kritik terhadap dirinya sendiri.

30Kusuma Heni „Identifikasi Inetraksi Sosial Siswa Berkebutuhan Khsusus Di SDN

Jlababan,Sentolo,Kulon Progo, (skrpsi,Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,2016).hlm.25.

Page 38: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

25

d. Lebih senang bercerita dan membicarakan hal-hal yang kongkrit daripada belajar.

Sedangkan Amir menjelaskan bahwa anak slow learner memiliki kemampuan interaksi sosial yang kurang baik. Mereka memilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri. Namun, beberapa anak juga ada yang menunjukkan sifat humor. Saat bermain, anak-anak lambat belajar lebih senang bermain dengan anak-anak dibawah usianya. Mereka merasa lebih aman karena saat berkomunikasi dapat menggunakan bahasa yang sederhana.

Selanjutnya Triani menjelaskan bahwa siswa lambat belajar cepat marah dan meledak-ledak serta sensitive karena memiliki emosi yang kurang stabil. Jika ada hal yang membuatnya tertekan atau melakukan kesalahan, biasanya siswa lambat belajar cepat patah semangat. Anak lambat belajar mengalami beberapa hambatan dalam kegiatan berinteraksi seperti, a. merasa minder terhadap teman-temannya karena memiliki kemampuan belajar yang lamban dibandingkan anak normal seusianya; b. cenderung pemalu dan menarik diri dari lingkungan sosial; c. lamban menerima informasi karena memiliki keterbatasan berbahasa reseptif atau menerima dan ekspresif atau mengungkapkan; d. hasil belajar yang kurang optimal menyebabkan stres karena ketidakmampuan anak mencapai apa yang diharapkan; e. ketidakmampuan mengikuti pelajaran menyebabkan anak slow learner dapat membuat anak tinggal kelas; dan f. mendapat label yang kurang baik dari teman temannya.31

Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri,

pendidikan, pekerjaaan, sosialisasi, atau atifitas kehidupan sehari-

sehari sepanjang kehidupan lambat belajar yang berhubungan dengan

perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa,

komunikasi dan penyesuaian sosial.

Anak lambat belajar adalah individu yang mengalami

gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar, disfungsi

31 Ibid,.hlm. 25

Page 39: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

26

system saraf, pusat yang dimanifestasikan dalam kegagalan-

kegagalan yang nyata dalam pemahaman penggunaan pendengaran,

berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung dan

keterampilan sosialnya.

b. Interaksi Sosial Siswa Tunagrahita

The American association on mental deficyance (AAMD) memberikan justifikasi tentang anak tunagrahita dengan merajuk pada kecerdasan secara umum dibawah rata-rata. Dengan kecerdasan yang sedemikian rendah menyebabkan ana tunagrahita mengalami kesulitan dan penyesuaian soail pada setiap fase perkembangan nya. 32

Hallan & Kauffman menjelaskan berdasarkan kapabilitas kemampuan yang bisa dirujuk sebagai dasar pengembangan potensi, anak tunagrahita dapat dilasifikasikan menjadi (a) anak tunagrahita memiliki kemampuan untk dididik denag rentang IQ 50-75 (b) anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dilatih dengan rentang IQ 25-50 (c) anak tungrahita memiliki kemampuan untuk dirawat dengan rentang IQ 2-kebawah. 33

Sedangkan pengertian tunagrahita menurut Kemis dan Ati Rosnawati adalah kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yakni IQ 84 ke bawah sesuai tes. Selanjutnya dijelaskan bahwa perilaku anak tunagrahita yang dipandang ganjil dan aneh oleh orang lain cenderung akan dikucilkan dari pergaulan kelompok sebaya. Hal itu menyebabkan anak tunagrahita memiliki kecenderungan tidak mempunyai teman. Karakteristik sosial siswa tunagrahita sesuai tingkatannya menurut Mumpuniarti yakni sebagai berikut. 1. Tunagrahita ringan, mampu bergaul menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukan secara penuh sebagai orang dewasa. 2. Tunagrahita sedang, banyak yang memiliki sikap sosial kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.

32

Efendi Mohammad , Psikopedagogik …, hlm.5. 33 Ibid,. hlm.5.

Page 40: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

27

3. Tunagrahita berat dan sangat berat, kontak dengan orang lain sangat terbatas, tidak mempunyai rasa kasih sayang, apatis terhadap sekitarnya serta hidup dan tingkah lakunya dikuasai oleh mekanisme gerakan yang berlangsung di luar kemampuan dan kesadarannya.34

Anak yang berkelainan mental dalam arti kurang atau

tunagrahita, yaitu anak yang diidentifikasi memiliki tingkat

kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) sehingga

untuk proses perkembangannnya memerlukan bantuan atau layanan

secara khsusus, termasuk didalamnya kebutuhan progam pendidikan

dan bimbingan. Kondisi ketungrahitaan dalam praktik kehidupan

sehari-hari dikalangan awam sering kali disalah persepsikan,

terutama bagi keluarga yang memiliki anak tunagrahita yakni

berharap dengan memasukkan anaknya kedalam lemabaga

pendidikan kelak anaknya dapat berkembang sebagaimana anak

normal lainnya. Harapan semacam ini wajar saja karena mereka tidak

mengetahui karakteristik anak tunagrahita, perlu dipahami bahwa

kondisi tunagrahita tidak dapat disamakan dengan penyakit, atau

berhubungan dengan penyakit, tetapi keadaan tunagrahita suatu

kondisi sebagaiman yang ada.

4. Sekolah Inklusif

a. Pengertian Sekolah Inklusif

Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat

34 Ibid.,hlm.26

Page 41: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

28

memperoleh pendidikan melekat pada semua orang termasuk anak

berkebutuhan khusus. Pemikiran inilah yang menginspirasi bahwa

penyandang cacat atau anak luar biasa berhak mendapat pelayanan

pendidikan seperti halnya anak-anak umumnya dan hidup bersama dalam

situasi sosial yang alamiah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia, karena dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu

pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan sehingga manusia dapat

menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih martabat. Melalui

pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga memiliki

kemampuan dan keterampilan untuk membawa bangsa kearah yang lebih

baik. karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan

pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali

termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan.

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 IV pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, dalam hal ini termasuk didalamnya adalah anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Sistem Pendidikan Inklusi memberikan kesempatan belajar pada anak-anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak pada umumnya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan nyata sehari-hari.35

Sistem pendidikan inklusi yang menciptakan interaksi saling asah,

saling asih, dan saling asuh adalah solusi yang tepat untuk mmbantu

anak-anak berkebutuhan khusus. Sistem pendidikan inklusi juga sangat

35Googleweblagiht.com=http://id..wikipedia.org/wiki/anak_berkebutuhan_khusus&hl=id-ld

di kutip pada tanggal 31 maret 2018.

Page 42: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

29

bersesuaian dengan falsafah bangsa indonesia, yakni pengakuan hakiki

mengenai individual difference.36

Tamatan SLB tidak mudah diterima oleh masyarakat, hal ini

antara lain disebabkan oleh penyelenggaraan pendidikan yang terpisah

dari anak-anak pada umumnya sehingga kurang sosialisasi. Dengan

adanya Sekolah Penyelenggara Pendidikan ini akan dapat memberikan

kesempatan seluas-luasnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar

di sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggalnya, dan diharapkan

upaya menuntaskan wajib belajar yang di dalamnya termasuk anak

berkebutuhan khusus akan dapat terlaksana.

Menurut Jhon W.Santrock inklusi adalah “Mendidik seorang anak

dengan kebutuhan pendidikan khusus secara penuh waktu di kelas

regular.”37 Sedangkan sekolah inklusif dalam Nur‟eni, Stainback

menungkapkan bahwa “sekolah inklusi adalah sekolah yang

menyelenggarakan pendidikan inklusif yang menampung semua murid di

kelas yang sama.”38

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah

inklusif ini menyediakan program pendidikan yang layak, bermutu,yang

disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid khususnya

anak berkebutuhan khusus maupun bantuan dan dukungan yang dapat

diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil dalam lingkungan

36 Bagaskorowati Riana, Anak Beresiko, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm.11. 37

Santrock Jhon W, perkembangan anak, terj. Mila rachmawati, (Erlangga, 2007), cet. Ke-7, hlm.259.

38 Nuraeni , psikolog..., hlm.16.

Page 43: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

30

inklusif, pemerintah siap mengubah dan menyesuaikan system, lingkungan

dan aktifitas yang berkaitan dengan semua orang serta mempertimbangkan

kebutuhan semua orang bukan lagi anak yang menyandang kecacatan yang

harus menyesuaikan diri agar cocok dengan keadaan yang ada.

b. Pendidikan Inklusif

Secara filosofis kata inklusi pada dasarnya mengandung prinsip

kesamaan atau keadailan dan persamaan hak. Dalam Nur‟aeni Sapon

Shein menyatakan “pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan

yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah

terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.”39

UU No 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menyatakan pendidikan

inklusif adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan

anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya

untuk belajar. Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlaq mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara. Oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah hak

azasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah

semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yang tidak

mendiskriminasikan dengan kecacatan, etnis, agama, bahasa, jenis

39 Ibid., hlm.16.

Page 44: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

31

kelamin, kemampuan dan lain-lain. Tujuan praktis yang ingin dicapai

dalam pendidikan ini meliputi tujuan langsung oleh anak, oleh guru, oleh

orang tua dan oleh masyarakat.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah cara atau prosedur yang akan

digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi

dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kerena dalam

penelitian ini ingin menggambarkan secara nyata mengenai keadaan yang

sebenarnya terjadi di masyarakat. dalam Bogdan dan Taylor, Moleong

menjelaskan “pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.”40

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian adalah sebuah rencana atau desain dari sebuah penelitian. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian, fenomena, dan gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.41

Sedangkan jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Riyanto

penelitian deskriptif adalah, “penelitian yang diarahkan untuk memberikan

40 Moleong, Metode Penelitian Kualitataif(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2010)

hal.4 41Satori Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung:

Alfabeta 2014) hal.22

Page 45: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

32

gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat, mengenai sifat-sifat popolasi atau daerah tertentu”.42 Dengan

demikian pendekatan kualitatif deskriptif adalah pendekatan yang

mendeskripsikan semua hasil penelitian secara sistematis dan akurat

mengenai data yang diperoleh di lapangan.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membentuk deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Selain itu penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebanarnya, yaitu data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.43

Mengingat penelitian ini ingin mengetahui secara mendalam

interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3 praya

kabupaten Lombok tengah.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti merupakan hal yang harus ada dalam suatu penelitian kualitatif dimana kehadiran peneliti merupakan instrument yang utama, tujuan peneliti secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam penelitian. Karena dalam penelitian kualitatif harus mengenal betul responden yang memberikan data.44

Sesuai dengan penelitian kualitatif, yaitu salah satunya adalah

penelitian sebagai instrument kunci.45. Tujuan utama penelitian dilapangan

adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan yang

berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Berkenaan dengan hal

tersebut, dalam mengumpulkan data peneliti menciptakan hubungan sosial

42 Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2001), hlm. 23. 43 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABET, 2010), hlm. 2. 44 Ibid., hlm. 6. 45 Ibid., hlm. 1.

Page 46: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

33

yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data, agar data yang

diperoleh betul-betul valid.

Dalam hal ini peneliti sebagai pengumpul data berusaha semaksimal

mungkin mengumpulkan data, keabsahan data ini diperoleh baik dari hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi selama proses penelitian. Dengan

demikian Peneliti ikut berperan serta dalam penelitian ini agar mendapatkan

data yang lengkap dan valid di lapangan. Maka kehadiran peneliti

dilapangan sangat mutlak dilakukan oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian

ini kedudukan peneliti adalah sebagai pengamat biasa, dimana peneliti tidak

ikut masuk langsung kedalam kehidupan objek peneliti.

Adapaun hal-hal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Meminta izin pada pihak yang berwenang dan orang-orang yang terkait

yang akan dijadikan obyek penelitian.

b. Mengadakan penelitian untuk mencari data yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini akan dilakukan observasi,

wawancara dan dokumentasi dengan subyek penelitian.

c. Mengumpulkan data-data tersebut untuk dianalisis.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah inklusif SDN 3 Praya kabupaten

Lombok tengah karena sekolah ini salah satu lembaga yang

memprogramkan pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Page 47: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

34

4. Sumber Data

Sebelum menentukan sumber data apa saja yang akan dipakai dalam

penelitian ini, maka perlu ditegaskan dulu apa saja yang termasuk sumber

data. Lofland and Lofland mengatakan, “data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain”.46 Yang dimaksud dengan kata-kata dan

tindakan dalam hal ini adalah kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang

diamati atau diwawancarai merupakan sember data utama.

Sumber data dalam penelitian adalah subyek asal data dapat

diperoleh. Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam menentukan metode penulisan data.47 Jenis-jenis

penelitian dibedakan berdasarkan jenis data yang diperlukan secara umum

dibagi menjadi dua, yaitu penelitian primer dan penelitian sekunder.48

a. Data Primer

Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber

pertama, biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi

diperoleh melalui observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi

objek dalam penelitian ini adalah

1) Guru, alasan peneliti memilih guru sebagai sumber data

disebabkan karena guru adalah yang paling mengetahui keadaan

46 Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 157.

47 Mamang Sangadji Etta dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV Andi, 2010), hlm. 169.

48 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta:Graha

Ilmu,2006) hal.16

Page 48: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

35

atau situasi yang terjadi dilingkungan sekolah inklusif diantaranya

guru kelas dua sampai kelas empat dan guru khusus inklusif

2) Siswa siswi anak berkebutuhan khusus maupun anak normal

lainnya, alasan peneliti memilih siswa siswi tersebut adalah objek

kajian dalam penilitian ini. Diantaranya ialah siswa ABK dari

kelas dua sampai empat dua siswa ABK dan satu siswa normal

dari empat kelas tersebut yaitu delapan anak berkebutuhan khusus

dan empat anak normal lainnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan

dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat

pribadi, buku harian, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai

istansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, bulletin

publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan

resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil

survey, dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dihimpun dalam penelitian ini merupakan bagian yang

amat penting dalam suatu penelitian yang bersifat alamiah. Untuk kegiatan

peneitian tentunya diperlukan suatu cara yang dapat digunakan dalam

mengumpulkan data. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang

tepat memungkinkan dapat memperoleh data yang obyektif.

“Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai

Page 49: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

36

sumber, dan berbagai cara.”49 Pengumpulan data dalam mengetahui

interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya

kabupaten Lombok tengah tahun pelajaran 2017/2018.

a. Wawancara

Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan tekhnik wawancara

berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara

pewanwancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee). Jenis

wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara tidak

terstruktur. Jenis wawancara tidak terstrukur adalah “wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan (terbuka atau bebas)”.50 Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara dengan guru

dan siswa siswi yang ada di sekolah inklusif SDN 3 praya. Tujuan dari

wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai bentuk

interaksi sosial anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah inklusif

SDN 3 praya.

b. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-

49 Sugiono, Memahami…hlm. 62.

50 Ibid,. hlm. 140

Page 50: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

37

hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang

dilakukan pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti

mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap

selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, “yaitu

mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga

peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus

menerus terjadi. Jika hal itu sudah ditemukan, maka peneliti dapat

menemukan tema-tema yang akan diteliti.”51 Penelitian ini menggunakan

teknik pengamatan terbuka, “yakni peranan pengamat diketahui oleh

umum dan memungkinkan disponsori oleh para subjek.”52 Observasi ini

bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

interaksi sosial yang ditunjukkan siswa berkebutuhan khusus di SDN 3

Praya, Kabupaten Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/ 2016..

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen

sebagai laporan tertulis dari peristiwa-peristiwa yang isinya terdiri dari

penjelasan-penjelasan dan pemikiran-pemikiran, peristiwa itu tertulis

dengan kesadaran dan kesengajaan untuk menyiapkan atau meneruskan

keterangan–keterangan peristiwa dan bila perlu dilengkapi dengan

lampiran dokumentasi penelitian.53 Dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data mengenai interaksi sosial siswa berkebutuhan khusus di

SDN 3 Praya. Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara

51 Sarwono Jonathan, Metode,… hlm.22 52

Moleong J Lexy , Metodologi Penelitian, hlm. 177. 53ibid,. hlm. 135.

Page 51: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

38

lain Foto-foto siswa ABK, guru dan anak normal lainnya ketika

berinteraksi sosial di lingkugan Sekolah Inklusif SDN 3 Praya serta

keterangan asesmen subjek, serta dokumen lainnya yang mendukung

objek penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa.

Menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari ,dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.54

Menurut Bogdan dan Taylor menyebutkan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain., sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat dinformasikan kepada orang lain.55

Sedangkan menurut Miles and Huberman, mengemukakan bahwa:

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data dispalay, dan conclusiondrawing/ verification.56

54 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif Dan R&D( Bandung: Alfabeta,2011 )

hal.244 55 Ibid, hal.244 56 Ibid, hal. 244

Page 52: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

39

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga langkah dalam

analisis data sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles and Huberman

yaitu :

a. Reduksi Data ( Data Reduction )

“Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya.”57 Dari lokasi penelitian, data lapangan

dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan

laporan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilih-pilih hal

yang pokok. Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses

penelitian berlangsung. Pada tahap ini setelah data dipilih kemudian

disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi

kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik

kesimpulan sementara.

Tahap reduksi data ini merupakan tahap kedua dari model analisis

data dari Miles dan Huberman setelah sebelumnya peneliti melakukan

pengumpulan data di lapangan. Pada tahap ini, peneliti akan memilih dan

memilah data-data yang diperoleh di lapangan, karena data yang

didapatkan di lapangan sangat banyak dan beraneka ragam dan

membuang hal yang tidak penting dalam isi penelitian yang diangkat.

b. Penyajian data (Data Display)

Setelah data dikumpulkan dan dipilih, maka langkah selanjutnya

adalah mendisplay data (menyajikan data). Dalam penelitian kualitatif

57 Ibid., hlm. 92.

Page 53: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

40

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya.58 Dalam hal ini

Miles dan Huberman menyatakan “yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif”.59

Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih

mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Dalam

penyajian data peneliti menggunakan penyajian data menggunakan teks

yang bersifat naratif agar data-data tersebut dapat dipahami dan

dimengerti. Hal ini mempermudah pengorganisasian data ke dalam suatu

bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas. Data-data tersebut kemudian

dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan

disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar

selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-

kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

c. Verification (Conclusion Drawing)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

58 Ibid., hlm. 95. 59 Ibid., hlm. 95.

Page 54: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

41

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.60

Proses analisis ini dilakukan dengan tahapan-tahapan reduksi data,

penyajian data, dan verifikasi data. Reduksi data ini dimana peneliti

memilih dan memilah data-data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian

sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Penyajian data

adalah kegiatan menyusun dan menata data temuan setelah melakukan

reduksi data. Menyusun data tersebut menjadi kalimat yang memberi

makna dan dapat menjawab simpulan dari berbagai temuan yang telah

didata dan disusun dalam penyajian data.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, sehingga mudah dipahami oleh orang lain.

Dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisa data kualitatif

Bogdan dan Biklen yaitu analisis diskriptif kualitatif, upaya yang

dilakukan peneliti dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

60 Ibid,. hlm.252

Page 55: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

42

diceritakan kepada orang lain.61 Dalam penelitian ini, data yang akan

diperoleh adalah data tentang bentuk interaksi sosial anak berkebutuhan

khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya kabupaten Lombok Tengah.

7. Kredibilitas Data

Untuk meyakinkan bahwa data hasil penelitian yang diperoleh

dilokasi penelitian benar-benar dapat dipercaya maka penelitian ini

menggunakan.

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu,

meningkatkan ketekunan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal yang lebih

rinci.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data pengamatan

terbuka, yakni peranan pengamat diketahui oleh umum dan

memungkinkan disponsori oleh para subjek.62 Hal ini dilakukan untuk

mengetahui “bagaimana bentuk interaksi sosial anaka berkebutuhan

khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya kabupaten Lombok Tengah

Tahun Pelajaran 2017/2018”.

61Ibid, hal.18 62 Moleong J Lexy, Metodologi…hlm. 177.

Page 56: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

43

b. Tringulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu.63 Triangulasi dilakukan dengan sumber data dan penelitian atau

pengamat lain. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara, dan

triangulasi) dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Triangulasi yang digunakan dalam pemeriksaan data ini adalah

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik. Triangulasi

sumber peneliti mengecek data yang diperoleh dari kepala sekolah dan

guru-guru di sekolah inklusif SDN 3 Praya Sedangkan triangulasi tehnik

yaitu peneliti mengecek data kepada sumber yang sama yaitu kepala

sekolah dan guru-guru yang ada di sekolah inklusif SDN 3 Praya dengan

teknik yang berbeda sehingga memperoleh data yang sama.

H. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari empat bab yang tersusun dengan sistematika

sebagai berikut: Bagian awal skripsi, isinya meliputi halaman sampul,

halaman judul, persetujuan pembimbing, nota dinas pembimbing,

pernyataan keaslian skripsi, pengesahan dewan penguji, halaman moto,

halaman persembahan, dan kata pengantar. Bagian isi skripsi terdiri dari:

63 Sugiyono, Metode…hlm. 372

Page 57: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

44

Bab I pendahuluan, yang mengemukakan mengenai konteks

penelitian, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup

dan seting penelitian, telaah pustakan, kajian teori, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan. Bab II paparan data dan temuan, yang berisi

tentang paparan data dan temuan di lapangan selama proses penelitian

dilakukan. Bab III pembahasan, berisi pembahasan hasil temuan data dan

fakta di lapangan yang dikuatkan dengan teori. dan yang terakhir Bab IV

penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 58: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

45

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Identitas Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Praya yang beralamatkan di Jl.

Lombok No.1, Kelurahan Kauaman, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.

Dengan nomor Telepon (0370) 654493, Kode Pos: 83511. Kemudian

dapat pula di akses melalui website: http://sd3praya.wordpress.com dan

email: [email protected] lokasi SDN 3 Praya sangat strategis

yaitu tepat di jantung Kota Praya seluas 3.368 m2 dengan posisi sekolah

berada di lintang 8.723278780567636, bujur 116.28942489624023 dan

ketinggian mencapai 105 m2.130. Sekolah SDN 3 Praya merupakan

lembaga pendidikan dasar yang berdiri di tanah atas kepemilikan

pemerintah pusat lembaga pendidikan ini salah satu sekolah dasar yang

menerapkan pendidikan inklusif dari 12 sekolah dasar inklusif yang ada di

Lombok Tengah. Sesuai tanggal SK pendiriannya sekolah ini berdiri pada

tahun 1980 bulan November tanggal 12 sampai saat ini SDN 3 Praya telah

mengalami banyak kemajuan dan di kenal oleh masyarakat sebagai salah

satu sekolah sekolah dasar favorit, dan di percaya oleh Dinas Kabupaten

Lombok Tengah pada tahun 2008 SDN 3 Praya untuk melaksanakan

program inklusif.

Sekolah ini sebagai salah satu sekolah yang ditunjuk untuk

menangani, menerima dan mengajarkan anak berkebutuhan khusus atau

Page 59: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

46

dikenal dengan sekolah Inklusif yaitu sekolah yang didalamnya terdapat anak

berkebutuhan khusus dan anak normal dalam satu kelas formal ataupun kelas

khusus berbeda, sejak saat itu SDN 3 Praya mulai menerima siswa

berkebutuhan khusus dengan berbagai kondisi diantaranya autis, slow

learner, dan tunagrahita. 64

2. Visi dan misi

a. Visi

1. Mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang berwawasan

2. IPTEK dan IMTAQ luhur perilaku serta mencintai seni budaya

3. Mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang berwawasan

b. Misi

1. Memupuk rasa kekeluargaan antar warga sekolah.

2. Meningkatkan kemampuan dasar siswa (baca, tulis, hitung).

meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan melalui kegiatan

keagamaan.

3. Menanamkan budi pekertiluhur dan sikapcinta tanah air dan budaya.

4. Meningkatkan professional guru. membudayakan gemar membaca

melalui pemanfaatan perpustakaan.

5. Menciptakan lingkungan sekolah yang berwawasan wiyata mandala.

6. Mempelajari perkembanganteknologi terbaru.65

64 Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni

2018. 65

Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni 2018.

Page 60: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

47

3. Sarana dan Prasarana

Sebagai penunjang aktifitas belajar mengajar di sekolah maka

diperlukan adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Hal ini

dikarenakan kegiatan belajar mengajar tidak akan sepenuhnya berhasil jika

hanya mengandalkan dari seorang guru saja tanpa adanya sarana dan

prasarana yang memadai.

SDN 3 Praya memiliki berbagai macam fasilitas sarana dan

prasarana yang mana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas uot put

siswa. Dari hasil observasi peniliti menemukan berbagai macam sarana

dan prasarana yang mana hasil observasi ini sebagai berikut :

Tabel 4.1 Keadaaan Prasarana Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

Tahun Pelajaran 2017/2018.66

No. Jenis Prasarana Kepemilikan Status Jumlah

1 Ruang TU Milik Layak 1

2 Gedung Laboratorium Milik Layak 1

3 Gedung Perpustakaan Milik Layak 1

4 Kamar mandi/WC Guru Milik Layak 1

5

kamar Mandi/WC Guru Perempuan

Milik Layak 1

6

kamar Mandi/WC Siswa laki-laki

Milik Layak 1

7

kamar Mandi/WC Siswa perempuan

Milik Layak 2

8 Ruang Guru Milik Layak 1

9 Ruang Kelas 1 Milik Layak 1

10 Ruang Kelas 2 Milik Layak 1

11 Ruang Kelas 3 Milik Layak 1

12 Ruang Kelas 4 Milik Layak 1

13 Ruang Kelas 5 Milik Layak 1

66 Ibid.

Page 61: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

48

14 Ruang Kelas 6 Milik Layak 1

15 Ruang Multimedia Milik Layak 1

16 Ruang UKS Milik Layak 1

17 Rumah Dinas Guru Milik Layak 1

18 Rumah Dinas Kepsek Milik Layak 1

19 Rumah Dinas Penjaga Milik Layak 1

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa prasarana yang cukup

lengkap dan memadai di sekolah SDN 3 Praya sudah bisa menunjang

maupun mendukung proses belajar mengajar yang efektif.

Tabel 4.2 Keadaaan Sarana Sekolah Inklusif SDN 3 Praya Tahun

Pelajaran 2017/2018.67

No Jenis Sarana Letak Kepemilikan Status Jumlah

1 Meja Guru Rumah Dinas Kepsek Milik Tidak layak 1 2 Lemari Rumah Dinas Kepsek Milik Tidak layak 1 3 Tempat Sampah Rumah Dinas Kepsek Milik Tidak layak 1 4 Jam Dinding Rumah Dinas Kepsek Milik Tidak layak 1 5 Meja Guru Rumah Dinas penjaga Milik Layak 1 6 Kursi Guru Rumah Dinas penjaga Milik Layak 1 7 Tempat Tidur UKS Rumah Dinas penjaga Milik Layak 1 8 Meja Siswa Ruang Kelas 3 Milik Layak 34 9 Kursi Siswa Ruang Kelas 3 Milik Layak 34 10 Meja Guru Ruang Kelas 3 Milik Layak 1 11 Kursi Guru Ruang Kelas 3 Milik Layak 1 12 Papan Tulis Ruang Kelas 3 Milik Layak 1 13 Lemari Ruang Kelas 3 Milik Layak 1 14 Tempat Sampah Ruang Kelas 3 Milik Tidak layak 1 15 Papan Tulis Gedung Perpustakaan Milik Tidak layak 1 16 Rak Buku Gedung Perpustakaan Milik Layak 4 17 Kursi Baca Gedung Perpustakaan Milik Layak 10 18 Meja Guru Ruang Guru Milik Layak 7 19 Kursi Guru Ruang Guru Milik Layak 7 20 Lemari Ruang Guru Milik Layak 1

67

Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni 2018.

Page 62: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

49

21 Papan Panjang Ruang Guru Milik Layak 1 22 Jam Dinding Ruang Guru Milik Layak 1 23 Rak Buku Ruang Guru Milik Layak 1

24 Penanda Waktu (Bell Sekolah) Ruang Guru Milik Layak 1

25 Tempat Tidur UKS Ruang UKS Milik Layak 1 26 Lemari UKS Ruang UKS Milik Layak 1 27 Meja UKS Ruang UKS Milik Layak 1 28 Kursi UKS Ruang UKS Milik Layak 1 29 Perlengkapan P3K Ruang UKS Milik Layak 1 30 Meja Siswa Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 110 31 Kursi Siswa Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 110 32 Meja Guru Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 7 33 Kursi Guru Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 7 34 Meja TU Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 35 Kursi TU Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 36 Papan Tulis Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 37 Papan Tulis Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 38 Lemari Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 39 Lemari Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 40 Komputer TU Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 41 Printer TU Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 2 42 Mesin Ketik Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 2 43 Foto Copy Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Tidak Layak 1 44 Komputer Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 11

45 Rak hasil karya peserta didik Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1

46 Papan Panjang Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 47 Tempat Sampah Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 6 48 Jam Dinding Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 49 Kotak kontak Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 50 Rak Buku Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 51 Papan Pajang Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 52 Meja Siswa Ruang Kelas 6 Milik Layak 36 53 Kursi Siswa Ruang Kelas 6 Milik Layak 36 54 Meja Guru Ruang Kelas 6 Milik Layak 1 55 Kursi Guru Ruang Kelas 6 Milik Layak 1 56 Papan Tulis Ruang Kelas 6 Milik Layak 1 57 Lemari Ruang Kelas 6 Milik Layak 1 58 Tempat Sampah Ruang Kelas 6 Milik Layak 1 59 Meja Siswa Ruang Kelas 5 Milik Layak 110

Page 63: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

50

60 Kursi Siswa Ruang Kelas 5 Milik Layak 110 61 Meja Guru Ruang Kelas 5 Milik Layak 7 62 Kursi Guru Ruang Kelas 5 Milik Layak 7 63 Meja TU Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 64 Kursi TU Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 65 Papan Tulis Ruang Kelas 5 Milik Layak 6 66 Lemari Ruang Kelas 5 Milik Layak 6 67 Printer TU Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 68 Komputer Ruang Kelas 5 Milik Layak 10 69 Printer Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 70 Tempat Sampah Ruang Kelas 5 Milik Layak 6 71 Jam Dinding Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 72 Rak Buku Ruang Kelas 5 Milik Layak 6 73 Papan pengumuman Ruang Kelas 5 Milik Layak 2 74 Kursi Pimpinan Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 75 Meja Pimpinan Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 76 Kursi dan Meja Tamu Ruang Kelas 5 Milik Layak 1

77 Penanda Waktu (Bell Sekolah) Ruang Kelas 5 Milik Layak 1

78 Tempat Tidur UKS Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 79 Meja UKS Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 80 Kursi UKS Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 81 Papan Pajang Ruang Kelas 5 Milik Layak 1 82 Meja Siswa Ruang Multimedia Milik Layak 11 83 Kursi Siswa Ruang Multimedia Milik Layak 11 84 Meja Guru Ruang Multimedia Milik Layak 2 85 Kursi Guru Ruang Multimedia Milik Layak 11 86 Lemari Ruang Multimedia Milik Layak 2 87 Foto Copy Ruang Multimedia Milik Tidak Layak 1 88 Komputer Ruang Multimedia Milik Layak 11 89 Printer Ruang Multimedia Milik Layak 1 90 Meja Multimedia Ruang Multimedia Milik Layak 11 91 Filling Cabinet Ruang Multimedia Milik Layak 1 92 Meja Siswa Ruang Kelas 4 Milik Layak 36 93 Kursi Siswa Ruang Kelas 4 Milik Layak 36 94 Meja Guru Ruang Kelas 4 Milik Layak 1 95 Kursi Guru Ruang Kelas 4 Milik Layak 1 96 Papan Tulis Ruang Kelas 4 Milik Layak 1 97 Lemari Ruang Kelas 4 Milik Layak 1 98 Tempat Sampah Ruang Kelas 4 Milik Layak 1 99 Meja TU Ruang TU Milik Layak 1

Page 64: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

51

100 Kursi TU Ruang TU Milik Layak 1 101 Lemari Ruang TU Milik Layak 0 102 Komputer TU Ruang TU Milik Layak 11 103 Printer TU Ruang TU Milik Layak 1 104 Foto Copy Ruang TU Milik Tidak Layak 1 105 Jam Dinding Ruang TU Milik Layak 1 106 Rak Buku Ruang TU Milik Layak 1

107 Penanda Waktu (Bell Sekolah) Ruang TU Milik Layak 1

108 Kursi Siswa Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 27 109 Meja Guru Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 110 Kursi Guru Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 111 Papan Tulis Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 112 Lemari Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 113 Tempat Sampah Ruang Kelas 1 dan 2 Milik Layak 1 114 Meja Siswa Gedung Laboratorium Milik Layak 10 115 Kursi Siswa Gedung Laboratorium Milik Layak 10 116 Meja Guru Gedung Laboratorium Milik Layak 3 117 Kursi Guru Gedung Laboratorium Milik Layak 7 118 Lemari Gedung Laboratorium Milik Layak 2 119 Foto Copy Gedung Laboratorium Milik Tidak Layak 1 120 Komputer Gedung Laboratorium Milik Layak 10 121 Printer Gedung Laboratorium Milik Tidak Layak 1 122 Meja Multimedia Gedung Laboratorium Milik Layak 11 123 Simbol Kenegaraan Gedung Laboratorium Milik Layak 1

Tabel di atas menjelaskan keadaan sarana yang ada di sekolah

inklusif SDN 3 Praya keberadaaan berbagai macam sarana tersebut dapat

menunjang proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Data menunjukkan

keadaan sarana yang lengkap sdan sudah bisa mendukung proses belajar

mengajar yang efektif.

4. Keadaan siswa Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

Siswa adalah salah satu komponen dalam pengajaran disamping

faktor, tujuan dan metode pengajaran sebagai salah satu komponen maka

Page 65: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

52

dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara

komponen lainnya, karena tanpa adanya murid sesungguhnya tidak akan

terjadi proses pengajaran. Adapun jumlah siswa SDN 3 Praya adalah 184

siswa Adapun anak yang teridentifikasi sebagai ABK berjumlah 27 siswa.

Jumlah ABK tersebut tersebar di setiap rombongan belajar dengan rincian

sebagai beriku.

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sekolah Inklusif SDN 3 Praya Tahun Pelajaran 2017/2018.68

Dilihat dari data di atas setiap tahun jumlah peserta didik di

sekolah inkluif SDN 3 praya kadang mengalami peningkatan dan

penurunan.

68

Dokumentasi: Data sekolah sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni 2018.

No

Tingkat

pendidikan

Laki

Perempuan

Jumlah

1 Tingkat kelas satu 15 12 27

2 Tingkat kelas dua 18 17 35

3 Tingkat kelas tiga 15 8 23

4 Tingkat kelas

empat

14 17 31

5 Tingkat kelas lima 16 16 32

6 Tingkat kelas

enam

21 15 36

Total 99 85 184

Page 66: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

53

Tabel 4.4 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama di sekolah Inklusif

SDN 3 Praya 2017/2018.69

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa siswi yang ada di sekolah

inklusif SDN 3 Praya tidak hanya beragama islam tapi adanya agama

hindu dan Kristen menunjukkan keragaman agama yang ada di sekolah

tersebut.

Tabel 4.5 jumlah peserta didik berkebutuhan khusus sekolah inklusif SDN 3

Tahun Pelajaran Praya 2017/2018.70

No. Nama L/P Kelas Keterangan Jumlah

1 Naufal Amjar L ii Tuna Grahita

69 Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni

2018. 70

Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutiptanggal 3 Juni 2018.

NO Agama Laki Perempuan Jumlah

1 Islam 94 79 173 2 Kristen 1 1 2 3 Katholik 0 0 0 4 Hindu 4 5 9 5 Budha 0 0 0 6 Konghucu 0 0 0 7 Lainnya 0 0 0 Total 99 85 184

Page 67: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

54

2 Bq. Ganis P ii Lambat Belajar 2 ABK

3 Alfin Rosadi L iii Tuna Grahita

5 ABK 4 Bayu Riski Atala L iii Tuna Grahita

5 Balyan Hisyam L iii Tuna Grahita

6 Dini Oktafia S. P iii Lambat Belajar

7 Hadrian Imran P. L iii Tuna Grahita

8 Bq. Ratu Bilqis P iv Tuna Grahita 5 ABK

9 Hairin Apria Laduri P iv Lambat Belajar

10 Jonathan Wibowo L iv Lambat Belajar

11 Nabil Zhalipunnas L iv Lambat Belajar

12 Muh. Azizuan L iv Cacat Fisik

13 Nabil Zaidan Makarim L v Lambat Belajar 5 ABK

14 Assyifalitya Shabita Pramudya

P v Tuna Grahita

15 Genta Arkhan Jiyad L v Tuna Grahita

16 M. Kaisya Nabhani L v Lambat Belajar

17 Abbril Lyanti Maulana Mihrarizky

L v Lambat Belajar

18 Rediva Aura Cahyani P vi Tuna Grahita 3 ABK

19 Hilalia Nisrina Andini P vi Tuna Grahita

20 Muh. Rizki L vi Tuna Grahita

Jumlah siswa di SDN 3 Praya 184 siswa. Adapun anak yang

teridentifikasi sebagai Anak berkebutuhan khusus berjumlah 20 siswa

yaitu 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dan jumlah ABK tersebut

Page 68: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

55

tersebar di setiap rombongan belajar yaitu 11 siswa Tunagrahita, 7 siswa

lambat belajar, 2 siswa cacat fisik. Dari 20 siswa tersebut, peneliti hanya

melakukan penelitian terhadap 8 siswa berkebutuhan khusus, yakni 4

siswa lambat belajar dan 4 siswa tungrahita. Peneliti tidak melakukan

penelitian terhadap siswa kelas I karena siswa yang bersangkutan tidak ada

yang berstatus ABK. Satu siswa yang tercatat sebagai siswa cacat lambat

belajar di kelas lima tidak masuk dalam subjek penelitian karena pihak

sekolah telah memutuskan bahwa siswa yang bersangkutan sudah mampu

mengikuti pembelajaran selayaknya siswa rata rata sehingga tidak

dianggap sebagai siswa berkebutuhan khusus. Peneliti tidak melakukan

penelitian di kelas VI karena siswa kelas VI sedang menjalani bimbingan

belajar intensif untuk mempersiapkan ujian nasional.

5. Keadaan guru sekolah inklusif SDN 3 Praya

Salah satu syarat mutlak dalam proses belajar mengajar disuatu

lembaga pendidikan yaitu guru dan para pendukung pelaksanaan

(karyawan). Peranan guru sebagai pembimbing siswa sangat berperan

penting dalam upaya mendidik dan membimbing siswa. Karena itu sudah

selayaknya guru memiliki potensi lebih tinggi dari pada siswanya dalam

bidang segala hal. Adapun guru Sekolah Inklusif SDN 3 Praya berjumlah

10 tenaga pendidik. Salah satu guru sudah meninggal yaitu guru khusus

inklusif dan menurut hasil observasi peniliti untuk guru khusus inklusi

tersebut tidak ada penggantinya sampe saat ini. Untuk lebih detailnya

Page 69: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

56

keadaan guru di sekolah inklusif SDN 3 Praya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.6 Daftar Nama Guru dan Pegawai Sekolah Inklusif SDN 3

Praya Tahun Pelajaran 2017/2018.71

No. Nama Jenjang Status

kepegawaian

Jenis PTK

1 Hj. Lale wiratni

S.Pd

S1 PNS / Kepala

sekolah

Guru kelas

2 Baiq erpina

hariani S.Pd

S1 Guru honorer Guru kelas

3 Huriah S.Pd S1 PNS Guru kelas

4 Husniati S.Pd S1 PNS Guru kelas

5

Sahwan S.Pd

S1 PNS Guru olaharaga,

jasmani dan

kesehatan

6 Selamet riadi

S.Pd

S1 Guru honorer Guru kelas

7 Siti safyan lestari

S.Pd

S1 Guru honorer Guru PAI

8 Zin nur‟aini S.Pd S1 PNS Guru kelas

9 Baiq sumarni

S.Pd ( Alhm )

S1 PNS Guru khusus

inklusif

10 Syahrial zairani S.HI

SI Tenaga honor

sekolah

Tenaga administrsi

sekolah

11 Jumadil SMP Penjaga sekolah Penjaga sekolah

71

Dokumentasi: Data sekolah inklusif SDN 3 Praya Lombok tengah dikutip tanggal 3 Juni 2018.

Page 70: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

57

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa guru di

sekolah inklusif SDN 3 Praya adalah sarjana pendidikan dan pembagian

tugas mengajarpun sesuai dengan spesifikasi keilmuan masing-masing

guru. Untuk guru khusus inklusif yaitu Ibu Sumarni sudah meninggal

dunia sejak bulan februari 2018 saat penelitian berlangsung pihak dari

sekolah SDN 3 Praya belum mendapatkan pengganti dari guru khusus

inklusif tersebut.

B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

Sekolah SDN 3 Praya adalah salah satu lembaga pendidikan yang

melaksanakan program inklusif di Kabupaten Lombok Tengah yang dimana

di sekolah inklusif ini peserta didik yang normal dan anak berkebutuhan

khusus di satukan didalam satu kelas yang sama dengan mata pelajaran yang

sama dengan metode pengajaran yang sama dan memakai kurikulum yang

sama dengan peserta didik normal lainnya. Jumlah siswa di SDN 3 Praya

berjumlah 184 siswa yang dimana siswa laki-laki berjumlah 99 dan siswa

perempuannya berjumlah 85 diantara siswa yang berjumlah 184 terdapat

siswa yang teridentifikasi sebagai siswa berkebutuhan khusus berjumlah 20

siswa. Siswa ABK ini tersebar disetiap rombongan belajar kecuali di kelas

satu karena menurut penuturan Kepala Sekolah SDN 3 Praya untuk tahun

pelajaran 2017/2018 siswa di sekolah ini tidak yang teridentifikasikan sebagai

anak berkebutuhan khusus.

Jenis ABK yang ada di sekolah inklusif SDN 3 Praya ini adalah tiga

jenis katagori yaitu tunagrahita, cacat fisik dan lambat belajar. Siswa yang

Page 71: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

58

termasuk katagori tunagrahita berjumlah 11 orang dan 7 siswa lambat belajar

dan 2 anak cacat fisik. Siswa ABK ini berjumlah satu sampai lima dari 20

sampai 35 siswa disetiap kelas data ini dibenarkan oleh kepala sekolah SDN 3

Praya langsung yaitu Ibu Hj. Lale Wiratni beliau mengatakan

Tahun ini jumlah siswa ABK berjumlah 20 orang ini tersebar dari kelas dua sampai kelas enam dan jumlah ini cukup sedikit dari tahun-tahun sebelumnya.72

Menurut ibu Hj. Lale data jumlah anak berkebutuhan khusus cukup

sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih 20 siswa. Ini

membuktikan bahwa tahun ini jumlah dari siswa ABK mengalami penurunan

dan jenis siswa ABK tahun ini hanya tiga katagori tidak seperti tahun-tahun

sebelumnya yang sampai ada empat sampai lima jenis ABK seperti

tunawicara dan tunadaksa.

C. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus dengan Anak Normal

Lainnya yang Berada di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

1. Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Dalam Bentuk Kerjasama

Bentuk interaksi sosial yang terjadi antara anak berkebutuhan

khusus dan anak normal yang terjadi dilingkungan sekolah inklusif dapat

dipat dipaparkan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan wali

kelas dua yaitu Bapak Selamat menyatakan bahwa

Kerjasama sangat penting dalam interaksi khususnya pada proses pembelajaran, antara siswa normal dengan anak

72 Ibu Hj.Lale Wiratni. Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 5Juni 2018.

Page 72: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

59

berkebutuhan khusus melakukan kerjasama seperti saat menyelesaikan tugas kelompok. 73

Sedikit berbeda dengan pendapat wali kelas tiga Ibu Huriah

menjelaskan

Kerjasama memang penting terlebih di sekolah inklusif seperti SDN 3 praya ini karena siswa ABK dan anak normal bersama dalam satu sekolah yang sama kerjasama bukan hanya penting dalam proses belajar saja akan tetapi di luar kelas juga penting.74

Sedangkan wali kelas lima yaitu Ibu Zin Nuraini berpendapat bahwa

Ya, kerja sama memang penting menuju keperluan kita bersama terlebih lagi di sekolah inklusif tempat saya mengajar ini.

Pada dasarnya anak tunagrahita menunjukkan interaksi sosial yang

berbeda-beda. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada anak tunagrahita

yang bisa berinteraksi dengan guru dan teman-temannya, namun ada pula

anak tunagrahita yang mengalami hambatan ketika berinteraksi dengan

teman-temannya maupun gurunya. Seperti di kelas dua terdapat satu anak

tunagrahita dengan inisial nama NA. NA adalah satu-satunya siswa di

kelas dua yang memiliki kelainan tunagrahita. Kendati satu-satunya anak

berkelainan di kelasnya NA memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika

berinteraksi dengan teman-temannya, baik teman yang normal maupun

yang berkebutuhan khusus.

Sesuai hasil wawancara peniliti dengan guru kelas dua yaitu Bapak

Selamet beliau menjelaskan bahwa

73

Bapak Selamat, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 5 Juni 2018. 74 Ibu Huriah, Wawancara, 5 Juni 2018.

Page 73: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

60

NA bisa berinteraksi dengan saya dan teman-teman seperti anak normal dia cukup berani dan bisa mengikuti semua kegiatan kelas.75

NA bisa bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman tanpa

mengalami kesulitan. Dia tidak malu ataupun takut ketika berhadapan

dengan teman-temannya. Diperjelas dengan hasil wawancara peniliti

dengan NA

ndak kak, saya ndak mengalami kesulitan apapun.76

Artinya, NA tidak mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan

guru, teman-temanya yang normal maupun anak berkebutuhan khusus

lainnya. Misalnya, ketika NA ragu dengan jawaban dia sendiri, NA tidak

takut maupun malu bertanya kepada guru kelas dan ketika NA dalam

diskusi kelompok dengan teman kelasnya NA cukup percaya diri

menyumbangkan ide-ide untuk membantu menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh gurunya. Ini di buktikan dengan hasil wawancara peniliti

dengan Bapak Selamet

NA cukup aktif ketika ikut berdiskusi dengan teman-temannya tapi tergantung dari mood belajarnya juga kalok lagi bosan mau bilang berkali-kali dia tidak akan respon.77

Dipertegaskan lagi dengan hasil wawancara peniliti dengan anak

normal yang ada di kelas dua yaitu Fiona “

ya kak, pernah saya satu kelompok dengan NA dia cukup membantu dalam diskusi kita walaupun kadang-kadang jawabannya salah.78

75 Bapak Selamat, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 5 Juni 2018. 76

NA, Wawancara, 10 Juni 2018. 77

Bapak selamat, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 5 Juni 2018. 78 Fiona, Wawancara, 10 Juni 2018.

Page 74: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

61

NA mampu berinteraksi cukup baik dengan guru dan teman-teman

kelas lainnya, walaupun NA memiliki keterbatasan tidak seperti teman-

temannya yang normal itu tidak menghambat dirinya untuk tampil percaya

diri. Ketika di luar jam pelajaran NA dikenal cukup aktif bermain dengan

teman-temannya NA tidak pernah tinggal diam dia selalu ikut bergabung

dalam kelompok bermain. Terlihat ketika jam istirahat berlangsung NA

diajak ke kantin sekolah bersama oleh teman-temannya sesuai dengan

hasil wawancara peneliti dengan teman kelas NA yaitu, Fahmi Yasir

Saya senang bermain dengan NA kak, dia seru koq.79

Dan Faizh Rosyad

Dia nyambung di ajak ngomong kak, saya senang ngajak dia bermain bersama.80

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa NA mampu

berinteraksi denga cukup aktif baik di dalam kelas ketika proses belajar

berlangsung maupun di luar jam pelajaran.

Rombongan belajar di kelas tiga yang teridentifikasi tunagrahita

berjumlah 4 siswa mereka AR, BRA,BN dan HI. Peniliti hanya mengkaji

satu siswa tungrahita yaitu BN, BN mempunyai sifat pendiam ketika di

dalam kelas, BN selalu duduk di kursinya dan jarang berinteraksi dengan

teman. BN mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan teman-teman

yang normal, sesama tunagrahita maupun anak berkebutuhan khusus jenis

lainnya. BN tidak paham dengan maksud pembicaraan teman-temannya.

79

Fahmi, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 10 Juni 2018. 80 Faizh, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 10 Juni 2018.

Page 75: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

62

Akhirnya, BN tidak mampu menanggapi maksud pembicaraan teman-

temannya dengan tepat. Tanggapan yang disampaikan BN, tidak sesuai

atau tidak menjawab pertanyaan temannya. Akibatnya, teman-teman

sekelas sering menertawakan BN. Ini sesuai dengan hasil wawancara

peniliti dengan guru kelasnya yaitu Ibu Huriah

BN kadang-kadang kesulitan ketika berinteraksi dengan orang lain, BN kurang peka dengan omongan orang lain terhadap dia. Dan untuk tugas kelompok BN sama sekali tiak bisa mengerjakan tugas secara berkelompok. 81

Diperjelas lagi dengan hasil wawancara peneliti dengan teman

kelas BN yaitu Alfi :

Kalok BN orangnya agak aneh sering tidak nyambung kalok saya bertanya. Pernah satu kali satu kelompok dengan BN, dia hanya diam tidak ikut mengerjakan.82

Dari hasil pemaparan teman dan guru kelas BN bisa dasumsikan

bahwa BN hanya dekat dan akrab dengan teman sebangkunya. Selain itu,

BN jarang berinteraksi dengan guru kelasnya. Akan tetapi, ketika guru

bertanya sesuatu, BN kadang bisa menjawab dengan tepat tapi ketika

menyelesaikan tugas kelompok BN lebih banyak diam dan mengamati

teman-temannya. BN jarang ikut bergabung dan bermain dengan teman-

teman yang lain ketika jam istirahat. BN kurang aktif dalam berinteraksi

dengan teman sekelas lainnya.

Di kelas empat dan lima terdapat 3 anak tunagrahita, yaitu satu dari

kelas empat dan 2 dari kelas lima tetapi peneliti meneliti satu dari masing-

masing kelas yaitu BQ dari kelas empat dan GA kelas lima. Tidak jauh

81 Ibu Huriah, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 11 Juni 2018.

82 Alfi, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 11 Juni 2018.

Page 76: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

63

berbeda dengan BN, BQ cenderung takut dan kurang percaya diri ketika

teman-teman yang lain sedang bermain, BQ jarang bermain di luar kelas

ketika jam istirahat. Dia lebih senang berada di kelas bersama teman yang

duduk semeja dengan dia. BQ lebih banyak pendiam ketika di kelas,

cenderung menarik diri dari perhatian teman temannya dan lebih senang

menyendiri, kalaupun keluar kelas nanti BQ tidak jarang menghabiskan

waktu istirahat sendiri.

Ketika peneliti mewawancara guru kelasnya yaitu Ibu Husniati

beliau mengatakan

Kalau dengan teman sebangku, BQ akrab. Tapi dengan teman yang lain, dia kurang akrab dengan gurupun dia kesulitan berinteraksi, hanya diam saja, cara saya berinteraksi dengan BQ saya dekati dia baru saya berbicara suara BQ sangat pelan mbak. 83

Teman kelasnya juga mengatakan yaitu Hilwa

biasa aja kak, tapi kadang lucu dia sering tidak nyambung kalok diajak ngobrol BQ juga jarang maen sama kita.84

Ketika BQ mengerjakan tugas kelompok dengan teman-temanya

dia jarang ikut mengerjakan tugas tersebut, sesuai hasil wawancara peneliti

dengan BQ sendiri ia mengatakan

saya ikut teman saya kak, saya gak bisa mengerjakannya.85

BQ salah satu siswa ABK yang mendapatkan perhatian lebih dari

guru kelasnya. Tidak jarang BQ diajak berkomunikasi lebih sering dari

83

Ibu Husniati, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 12 Juni 2018. 84 Hilwa, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 12 Juni 2018. 85 BQ, wawancara, 12 Juni 2018.

Page 77: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

64

pada siswa ABK di kelas tiga karena BQ cenderung pasif dalam

berinteraksi.

Berbeda dengan BQ, GA lebih percaya diri lebih senang bermain

dengan teman-temannya. GA tidak takut ataupun minder dia tidak

mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan guru dan anak

berkebutuhan khusus jenis lainnya. Dia bisa bergaul, bermain, dan

berkomunikasi dengan teman-temannya tanpa rasa malu. Mempunyai rasa

percaya diri yang tinggi. Dia tidak takut ataupun minder ketika bergabung

bersama teman-temannya yang lain. Hanya saja, GA sering tidak bisa

mengendalikan emosinya. Dia sering marah-marah bila mengahadapi

masalah. Misalnya, ketika mendapat tugas dari guru. Guru kelasnya

mengatakan yaitu Ibu Zin Nuraini selaku wali kelas lima

kalau dulu, GA sering memukul temannya,sering marah-marah dan bicaranya kasar. Kalau sekarang sudah lebih baik sikapnya.86

GA bisa marah karena jumlah tugas yang diberikan oleh gurunya

terlalu banya dan kadang GA lupa tidak membawa penghapus pensil dan

ingin meminjam temannya, tetapi temannya tidak meminjamkan, GA akan

marah-marah dan berusaha memukul temannya tersebut. Dibuktikan

dengan hasil wawancara peneliti dengan teman kelas GA yaitu M.afghan

menurutnya

saya jarang berbicara dengan GA, saya kurang suka dengan dia, GA kasar orangnya suka marah-marah gak jelas.87

86

Ibu zinnuraini, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 12 Juni 2018. 87 M Afgan, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 12 Juni 2018.

Page 78: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

65

Sedangkan temannya yang lain mengungkapkan yaitu keysha

biasa aja kak, seperti teman-teman yang lain GA itu anakanya kadang baik kadang nakal tapi saya sudah biasa dengan sikap GA kak, saya tidak takut dengan GA.88

Dalam berinteraksi dengan guru, GA juga tidak mengalami

kesulitan. Hanya saja, bahasa yang digunakan GA kadang tidak sopan

ketika berinteraksi dengan guru. Dalam hal mengerjakan tugas kelompok

GA lebih suka sendiri dia tidak suka menyelesaikan tugas bersama teman-

temannya yang lain ketika peneliti melakukan wawancara dengan GA ia

mengatakan

Saya tidak suka mengerjakan tugas brsama kelompok kak, kalau teman-teman mengerjakan tugas kelompok, saya ikut bergabung dengan mereka tapi saya tidak ikut mengerjakan. Kadang-kadang saya main kertas atau pensil.89

Dari hasil wawancara di atas bisa diungkapakan bahwa

keterbatasan yang dimiliki GA tidak menjadi hambatan untuk berinteraksi

dengan teman-temannya di kelas walupun GA kadag tidak bisa

mengendalikan emosinya. GA mampu berbaur dengan anak normal

lainnya dia cukup percaya diri dan aktif dalam berinteraksi.

2. Interaksi Sosial Anak Lambat Belajar Dalam Bentuk Kerjasama

Bentuk interkasi sosial yang terjadi antara peserta didik srkebutuhan

khusus yaitu anak lambat belajar dan peserta didik normal dapat di uraikan

sebagai berikut. Hasil observasi menunjukkan bahwa BG cenderung

88

keysha, wawancara, 12 Juni 2018. 89

GA, wawancara, 12 Juni 2018.

Page 79: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

66

pendiam saat berada dalam kelompok diskusi. BG tidak menyumbangkan

ide-ide namun bekerja sesuai kemampuannya. Sesuai penuturan gurunya

Bapak Selamet

kalau BG kurang memperhatikan ketika di kelas,sehingga saya lebih sering mengingatkan dia.90

Beberapa teman BG kadang-kadang menegur BG karena dianggap

tidak membantu. Salah satu teman sekelompok BG pernah yaitu Naila

berkata

BG sering usil kak, banyak maen-maennya dari pada ikut belajar.91

BG cenderung mengajak bercanda siswa lain saat berada dalam

kelompok diskusi sehingga siswa lain menjadi tidak fokus. Beberapa siswa

mencoba menegur terhadap sikap BG saat berada dalam kelompok diskusi

tapi BG jarang medengarkan kata teman-temannya.

Di kelas tiga DO satu-satunya siswa lambat belajar dari 5 siswa

ABK lainnya. DO sangat pasif saat berada dalam kelompok diskusi. DO

hanya diam dan tidak mau membantu teman-temannya mengerjakan tugas

kelompok. Namun teman-temanya hanya mendiamkan. DO cenderung

menunggu keputusan dari teman-teman satu kelompoknya dan tidak

memberikan ide-ide untuk menyelesaikan tugas. Meski demikian teman-

temannya tidak mempermasalahkan keberadaan DO dalam kelompok dan

tidak pula memberikan kritik atau teguran terhadap DO. Menurut hasil

wawancara peneliti dengan guru kelasnya Ibu Huriah

90

Bapak Selamat, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018. 91 Herma, Wawancara, 13 Juni 2018.

Page 80: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

67

DO banyak diam kalau saya tanya sesuatu dia hanya diam atau tersenyum, dengan saya saja sulit dia berinteraksi begitu juga dengan teman-temannya.92

Hampir sependapat dengan teaman sekelas DO yaitu Nayla

DO jarang mngerjan tugas dari bu guru kak,tapi dia ananknya baik walaupun DO banyak diam jarang ngomong.93

DO lebih pendiam dan tidak mau ikut bekerja. Tidak jauh beda

dengan interaksi yang terjadi di laur kelas DO lebih senang meyendiri

mengamati teman-temannya bermain walaupun kadang ada yang mengajak

ikut bergabung, DO lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas

dan hanya sesekali ikut bermain di luar.

Selanjutnya JW adalah siswa ABK lambat belajar di kelas empat dan

MN satu dari dua siswa lambat belajar di kelas lima mereka memiliki

karakter yang hampir sama. Keduanya lebih senang mengajak siswa lain

bercanda saat berada dalam kelompok diskusi. Menurut dari hasil

wawancara peniliti dengan MN

Saya lebih senang mengerjakan tugas sendiri.94

Hasil wawancara dengan guru kelasnya yaitu Ibu Husniati

Saya rasa MN cukup percaya diri bermain dengan teman-temanya, tapi ketika sedang dalam kelompok diskusi MN jarang ikut mengerjakan tugasnya walaupun MN ikut bergabung dalam kelompok diskusi dia hanya medengarkan tidak ikut menyelesaikan tugas yang saya berikan.95

Hasil observasi dan wawancara di atas semakin menunjukan bahwa

MN belum mampu berkerjasama dalam mengerjakan tugas yang diberikan

92 Ibu Huriah, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018. 93Nayla, Wawancara, 13 Juni 2018. 94

MN, Wawancara, 13 Juni 2018. 95 Ibu husniati, wawancara, sekolah inklusif, 13 juni 2018

Page 81: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

68

oleh gurunya tapi MN siswa lambat belajar yang cukup interaktif dalam

berinteraksi di kelas maupun di luar jam pelajaran MN tidak jarang ikut

bermain dengan teman-temannya yang lain.

Sedangkan bedanya JW memberikan kontribusi pemikirannya untuk

menyelesaikan tugas yang mudah walaupun kadang jawabannya salah dan

sering tidak nyambung ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki

JW. Sikap siswa lain terhadap MN dan JW biasanya teman kelmpoknya

mengajak untuk menyelesaikan tugas bersama. Ketika berinterksi di luar

kelas juga JW hampir tidak ada bedanya dengan teman-teman normal

lainnya, sesuai dari hasil wawancara peneliti dengan teman bermain JW

dia biasa aja, walupun kadang kita yang banyak ngomong dari pada JW.96

Artinya MN dan JW mengalami kesulitan ketika menyelesaikan

tugas bersama dengan teman-temannya kendati memiliki keterbtasan dalam

menerima pelajaran MN dan JW cukup bisa berinteraksi dengan peserta

didik lainnya mereka tidak cenderung pasif ketika berinteraksi dengan guru

maupun teman-temanya.

3. Interaksi Sosial Anak Berekebutuhan Khsusu dalam Bentuk Asimilasi

Bentuk asimilasi siswa berkebutuhan khusus dan peserta didik

normal lainnya pada interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah

inklusif SDN 3 praya cukup aktif dan baik. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan peneliti terhadap proses asimilasi siswa berkebutuhan

96 Anang, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018.

Page 82: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

69

khusus dengan peserta didik normal lainnya pada proses pembelajaran,

peneliti melihat peserta didik normal berusaha menghilangkan perbedaan-

perbedaan diantara mereka dengan siswa ABK. Pada saat guru menunjuk

siswa ABK untuk menyambung membaca teks cerita, saat itu siswa ABK

terlihat nampak kebingungan, kemudian peserta didik normal yang lain

berusaha membantu dengan menyebutkan halaman dan paragraf ke berapa

yang harus dibaca oleh siswa ABK, ada pula peserta didik normal lainnya

yang menunjukkan langsung posisi atau letak kalimat yang harus dibaca

oleh siswa ABK. Observasi ini di perkuat juga dengan hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas dua yaitu Bapak Selamet

Kalau di kelas saya mereka biasa aja, anak-anak normal bisa memaklumi teman-temannya yang punya kelainan ini dan itu. 97

Dipertegaskan lagi oleh guru kelas tiga yaitu Ibu Huriah

Sikap siswa ABK sejauh ini baik ketika mereka bermain juga teman-temanya yang normal bersikap baik terhadap siswa ABK.98

Berbeda dengan hasil wawancara peniliti dengan guru kelas lima

sikap teman-temannya terhadap siswa ABK sebenarnya biasa saja tapi kadang peserta didik normal kesal dengan sikap salah satu siswa ABK tungrahita dikelas ini yaitu GA karna kadang GA suka marah-marah gak jelas, tetapi saya kasih pengertian untuk teman-temannya yang lain kalok sifat GA memang begitu.99

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa peserta didik

normal tidak mempermasalahkan keberadaan siswa ABK mereka belajar

97

Bapak Selamat, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 5 Juni 2018. 98

Ibu Huriah, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 11 Juni 2018. 99 Ibu Zinnuraini, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 12 Juni 2018.

Page 83: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

70

bersama di kelas regular yang sama makan bersama di satu kantin sekolah

dan juga dengan menghabiskan waktu istirahat dengan bermain bersama

tanpa ada yang merasa bebrbeda diantara mereka walaupun masih ada siswa

ABK yang pasif atau kurang aktif dalam bergaul dengan teman-temannnya

yang lain. Untuk memperkuat hasil observasi peneliti juga melakukan

wawancara dengan peseta didik normal lainya yaitu Fiona dikelas dua

saya senang dengan keberadaan mereka kak.100

Naya di kelas tiga

biasa aja kak, saya juga jarang bermain dengan mereka.101

Selanjutnya Anang di kelas empat

suka-suka aja kak, saya tidak masalah bermain dengan teman-teman yang ABK.102

Dan Abdiya di kelas lima

biasa aja kak, dengan keberadaan mereka, mereka juga orang-orangnya baik walaupun kadang ada yang nyeselin. 103

Proses asimilasi bukan hanya berusaha dilakukan oleh peserta didik

normal, tetapi juga oleh guru. Peneliti melihat guru berusaha menghilangkan

perbedaan antara peserta didik normal dengan siswa ABK. Guru membantu

dan mengajarkan peserta didik normal untuk belajar menerima dan

menghargai siswa ABK. Hal ini dapat dilihat, pada saat proses pembelajaran

para peserta didik normal tidak merasa canggung dan risih dengan

keberadaan siswa ABK, mereka menerima selayaknya teman-teman normal

100 Fiona, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 10 Juni 2018 101

Nayla, Wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya 13 Juni 2018. 102

Anang, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya 13 juni 2018. 103 M Afgan, wawancar, 12 Juni 2018.

Page 84: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

71

lainnya pada selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat tak

sekalipun diantara peserta didik normal mengejek atau merendahkan siswa

ABK.

D. Kendala Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus dalam Proses

Pembelajaran di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

Kendala interaksi sosial yang dialami anak berkebutuhan khusus

dalam berinteraksi sehari-hari di sekolah SDN 3 Praya berbeda-beda seperti

yang dialami oleh anak tunagrahita NA dan BG anak lambat belajar di kelas

dua, mereka mampu berinteraksi dengan baik dan untuk NA sudah mampu

bekerjasama dalam kelmpok diskusi sesuai dengan hasil wawancara peneliti

dengan guru kelas dua Bapak Selamet

NA bisa meneriman pelajaran yang saya berikan dan cukup berani dalam bergaul dengan teman-temanya,sedangkan BG kalau saya dekati secara individual, dia lebih penurut.104

NA mampu berinteraksi dengan baik dan bisa ikut mengerjakan tugas

kelompok dengan teman-temannya sedangkan BG dikenal baik dalam

berinteraksi sehari-hari dengan teman-temannya tapi BG lebih senang

bermain ketika jam pelajaran berlagsung.

Di kelas tiga terdapat siswa ABK yaitu BN anak tungrahita dan DO

anak lambat belajar mereka mengalami kendala interaksi hampir sama.

Ketika jam istirahat mereka lebih banyak menghabiskan waktu sendiri BN

maupun DO sangat pasif dalam berinteraksi mereka lebih senang mengamati

teman-temanya yang sedang bermain, sesekali guru mengahampiri mereka

104 Bapak Selamet, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018.

Page 85: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

72

untuk diajak berkomunikasi lebih sering dari pada anak berkebutuhan khusus

lainnya ini bertujuan untuk melatih mereka agar lebih percaya diri. Dari hasil

observasi dan wawancara yang di peroleh peniliti BN adalah salah satu siswa

ABK yang sering ditemani pengasuhnya ketika didalam kelas, menurut gru

kelasnya ketika BN masih di kelas satu sampe dua BN jarang sekali hampir

tidak pernah mau melakukan perintah gurunya BN hanya mendengarkan

pengasuh yang menemaninya, dia cenderung takut dengan orangyang baru

dikenalnya. Ini sesuai dengan hasil wawancara peniliti dengan guru kelasnya,

Kadang saya mendekati mereka untuk berinteraksi,untuk BN cenderung pendiam dan banyak melamun. BN salah satu siswa yang sering ditemani pengasuhnya di sekolah dia malu dan takut bertemu dengan orang baru. sedangkan DO, ketika berniteraksi dengan teman yang kurab akrab dengannya dia lebih banyak diam dan takut tetapi dengan sebangkunya dia akrab dan nyambung.105

Dari pernyataan guru kelasnya di atas dapat disimpulkan bahwa

kendala interaksi sosial yang dialami BN dan DO cenderung menarik diri dari

perhatian teman-temanya, pasif dan kurang percaya diri ini disebabkan oleh

keterbatasan yang dimiliki. Kendati seperti itu siswa normal lainnya tidak

terlalu mempermasalahkan mereka.

Selanjutnya di kelas empat terdapat BQ anak yang teridentifikasi

tunagrahita dan JW anak lambat belajar. BQ siswa ABK yang

cukupmengalami hambatan atau kendala ketika berinteraksi dengan guru

maupun teman-temannya sedangkan JW dia lebih aktif dan cukup berani

berinteraksi dengan teman-temannya. Ketika jam istirahta berlangsung BQ

105 Ibu Huriah, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018.

Page 86: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

73

memilih diam dikelas walaupun kadang ikut bergabung dengan teman-

temanya tetapi BQ lebih banyak menyimak dan diam dia lebih arkrab dengan

teman sebangkunya saja. Berbeda dengan JW anak yang teridentifaksi

sebagai alah satu anak lambat belajar JW lebih aktif dan senang ikut bermain

dengan teman-temannya JW mampu berinteraksi hampir layaknya siswa

normal lainya. Menurut penuturan guru kelasnya Ibu Husniati

BQ sangat pendiam dan takut dengan orang yang baru dikenal dulu semasih BQ kelas satu sampe dua dia sering ditemani pengasuhnya di dalam kelas tapi sekarang sudah tidak lagi, untuk JW dia cukup bisa menerima pelajaran dengan baik dan dia tidak malu untuk bertanya ketika dia tidak paham. 106

Dari pemaparan di atas bisa ditarik kesimpulan JW dan BQ siswa

ABK yang mengalami kendala interaksi sosial yang berbeda, BQ yang lebih

pasif dan takut ketika berinteraksi sedangkan JW yang lebih percaya diri dan

berani ketika berinteraksi dengan guru maupun teman-temannya

GA dan MN adalah dua dari beberapa anak berkebutuhan khusus yang

berada di kelas lima yang diman GA mengalami keterbatasan tunagrahita dan

MN terkatagorikan sebagai anak lambat belajar. GA dan MN hampir tidak

mengalami kendala ketika berinteraksi denga teman-temannya, tetapi GA

ketika berinteraksi dengan teman-temanya kadang terlalu keras dan tidak

jarang menimbulkan pertengkaran dan GA sering berbicara kasar dan

membuat teman kelasnya kesal dan kadang menjauhinya sedangkan MN

salah satu siswa ABK yang berinteraksi cukup interaktif dengan teman-teman

sesama siswa ABK maupun siswa normal dan guru kelasnya. Interaksi yang

106 Ibu Husniati, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018.

Page 87: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

74

mereka lakukan tidak hanya di kelas di luar jam pelajaranpun mereka

berinteraksi cukup aktif dan berani. Ini diperjelas dengan hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas lima Ibu Zin Nuraini

GA memang sering marah-marah dan kesal sendiri dan jarang dia ikut mengerjakan tugas kelompok bersama sedangkan MN lebih aktif dan cukup bisa menerima pelajaran walaupun saya sering menejelaskan pelajaran berulang-ulang.107

Setiap siswa ABK yang berada di sekolah SDN 3 Praya mengalami

kendala yang berbeda-beda ketika melakukan interaksi dengan teman-

temannya yang normal, berkebutuhan khusus maupun gurunya ini tidak dari

keterbatasan yang mereka miliki.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif SDN 3 Praya

SDN 3 Praya adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan program

inklusif yang dimana setiap sekolah yang mengadakan program inklusif pasti

107 Ibu Zin Nuraini, wawancara, sekolah iklusif SDN 3 Praya, 13 Juni 2018.

Page 88: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

75

terdapat anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut. Jenis anak

berkebutuhan khusus yang sekolah di SDN 3 Praya ada jenis yaitu tunagrahita,

cacat fisik dan lambat belajar.

Anak tunagrahita termasuk anak yang mengalami kelainan mental ini

sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh mohammad fendy bahwa Anak

yang berkelainan mental dalam arti kurang atau tunagrahita, yaitu anak yang

diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasannya yang sedimikian rendahnya (di

bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembanganya memerlukan

bantuan atau layanan secara khusus .108 Anak tunagrahita termasuk klasifikasi

kelaianan mental yang bersifat permanen hal ini di jelaskan oleh Ilham

Gusmayadi “bahwa anak tunagrahita adalah yakni anak yang memiliki

intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa

perkembangan.”109

Anak lambat belajar adalah salah satu jenis anak berkebutuhan khusus

yang ada di sekolah inklusif SDN 3 Praya. Anak lambat belajar adalah anak

yang termasuk dalam katagori memiliki kelainan mental ini sesuai dengan

definisi yang dikemukan oleh Nuraeni “bahwa anak lambat belajar adalah

individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan berfikir,

membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi.”110

Anak lambat belajar juga termasuk dalam kelainan permanen dan salah satu

108 Mohammad Efendi, psikopedagogik …, hlm.9. 109Ilham gusmayadi,”jenis-jenis anak berkebutuhan khusus”,dalam ilham

gusmayadi15.blogspot.com, diakses tanggal 21 juli 2018, pukul 01.26. 110 Nuraeni , psikolog..., hlm.117.

Page 89: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

76

cirri-ciri anak lambat belajar adalah “cenderung pemalu dan menarik diri

lingkungan sosial.”111 Anak yang berprestasi rendah umumnya ditemui di

sekolah, karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi

tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku.

“Ada sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran sangat rendah

ditandai pula dengan tes IQ berada dibawah rerata normal, golongan ini disebut

anak lambat belajar” 112

Kelainan fisik yang dimiliki anak berkebutuhan khusus yang ada di

sekolah SDN 3 Praya adalah katagori kelainan fisik tunadaksa sesuai dengan

teori yang diungkapkan Efendy

tunadaksa adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi motorik (cerebral palsy) kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna misalnya lahir tanpa tangan/kaki, amputasi, dan lain-lain. Untuk kelainan pada alat motorik tubuh ini dikenal dalam kelompok tunadaksa. 113

Anak tunadaksa yang dimiliki anak berkebutuhan khusus di SDN 3

Praya memiliki kelaianan motorik tangan. Yang dimana kelaianan motorik

ini termasuk tunadaksa neurologis. “Tunadakasa neourologis adalah anak

yang mengalami kelainan pada fungsi anggota tubuh.”114

2. Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SDN 3

Praya

111 Heni Kusuma „identifikasi...hlm.25. 112 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama, 2007, cet II

hlm. 196 113

Mohammad Efendi, psikopedagogik …, hlm.8. 114 Ibid., hlm.8.

Page 90: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

77

Berdasarkan hasil penelitian terhadap empat anak tunagrahita dan

empat anak siswa lambat belajar terlihat bahwa setiap anak tunagrahita dan

siswa lambat belajar menunjukkan interaksi sosial yang berbeda-beda. Hasil

penelitian terhadap anak tunagrahita menunjukkan bahwa ada anak tunagrahita

yang mampu melakukan interaksi sosial di sekolah tanpa mengalami hambatan,

akan tetapi ada pula anak tunagrahita yang mengalami hambatan ketika

melakukan interaksi sosial. Adapun hasil penelitian terhadap siswa lambat

belajar menunjukkan bahwa ada anak yang mampu melakukan interaksi sosial,

tetapi ada pula lambat belajar yang mengalami hambatan ketika melakukan

interaksi sosial di sekolah.

Bentuk interkasi sosial yang dilakukan NA dan BG di kelas dua baik

didalam kelas maupun diluar kelas cukup aktif dan layaknya anak-anak normal

dalam melakukan interaksi sosial. Teori yang di kemukan Soekanto “kontak

sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial.”115

interaksi yang dilakukan NA dan BG sudah mampu berinteraksi secara wajar

berarti NA dan BG bisa melakukan penyesuaian sosial di sekolah.

Hasil penelitian terhadap anak berkebutuhan khusus BN dan DO bentuk

interaksi yang dilakukan BN dan DO kurang aktif dan cenderung menarik diri

dari lingkungan. Mereka hanya akrab dengan teman sebangku dan sangat

pemalu dengan orang yang baru dikenal. Sesuai dengan ciri-ciri anak lambat

belajar yang dikemukan oleh Triani bahwa “mereka sering merasa minder,

115 Soerjono Soekanto sosiologi,…hlm. 58.

Page 91: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

78

cenderung pemalu dan menarik diri dari lingkungan sosial.”116 Jenis interaksi

sosial yang dilakukan BN dan DO didukung oleh teori dalam buku Ali, Nichols

menjelaskan “jenis interaksi dyadic terjdi manakala ada dua saja orang yang

terlibat didalmnya.”117

BN dan DO siswa ABK yang mengalami jenis kelainan yang berbeda akan

tetapi bentuk interkasi sosial yang dilakukan mereka hampir sama yaitu

cenderung pasif dan kurang percaya diri.

Di kelas empat peneliti melakukan penelitian terhadap BQ yang

teridentifikasi anak tunagrahita dan JW anak lambat belajar BQ yang jarang

aktif berinteraksi dan sulit melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungan

sekolahnya ini bertolak belakang dengan teori yang sampaikan Suparno

“bahwa anak tunagrahita mampu melakukan penyesuain sosial dilingkungan

yang lebih luas.118

Sedangkan JW anak berkebutuhan khusus berjenis lambat belajar tetapi

JW bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya JW sudah mampu

berinteraksi dengan baik sedangkan menurut teori Nani Triani dan Amir

menjelaskan bahwa anak slow learner (lambat belajar) memiliki kemampuan

interaksi sosial yang kurang baik. “Mereka memilih jadi pemain pasif atau

penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.”119 Teori ini tidak sesuai

dengan interaksi sosial yang dilakukan JW yang cenderung aktif dan berani.

116 Heni Kusuma „identifikasi...hlm.26. 117

Mohammad Ali, psikologi …, hlm.88. 118

Triyani, interaksi ...,hlm.59. 119 Heni Kusuma „identifikasi...hlm.26.

Page 92: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

79

GA dan MN adalah anak berkebutuhan khusus yang termasuk siswa

ABK yang aktif berinteraksi dengan teman-teman normal maupun gurunya.

Kendati GA dan MN hampir tidak memiliki kendala ketika berinteraksi akan

tetapi GA kadang tidak bisa mengendalikan emosinya sehingga tidak jarang

menimbulkan pertengkaran dengan teman kelasnya ini disebabkan kadang

karena GA tidak dikasih meminjam sesuatu yang diinginkannya sesuai dengan

proses sosial disosiatif bentuk pertikaian teori yang dikemukan Soekanto yaitu

“pertikaian timbul karna tujuan yang diinginkan tidak tercapai dan perbedaan

yang ada anatar individu.”120 MN siswa ABK yang mengalami keterbatsan

lambat belajar kendati memiliki keterbtasan MN sangat aktif berinteraksi di

sekolahnya.

3. Kendala interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif

SDN 3 Praya

Setiap siswa ABK di sekolah inklusif SDN 3 Praya mengalami kendala

interaksi sosial yang berbeda-beda seperti yang dialami oleh anak tunagrahita

NA dan BG anak lambat belajar di kelas dua, mereka mampu berinteraksi

dengan baik dan sudah mampu bekerjasama dalam kelmpok diskusi NA dan

BG hampir tidak mengalami kendala ketika berinterkasi dengan teman-teman

kelas maupun gurunya. Bentuk interaksi yang dilakukan NA dan BG sesuai

dengan teori dalam Soekanto, Kimball Young dan Raymond W. Mack

menjelaskan “proses sosial asosiatif yang berbentuk kerja sama yaitu suatu

120 Soerjono Soekanto sosiologi,…hlm. 91.

Page 93: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

80

usaha bersama antara orang perorang atau kelmpok manusia untuk mencapai

satu atau beberapa tujuan.”121

Di kelas tiga terdapat BN anak tungrahita dan DO anak lambat belajar

mereka mengalami kendala interaksi hampir sama. Ketika ada jam istirahat

mereka lebih banyak menghabiskan waktu sendiri BN maupun DO sangat pasif

dalam berinteraksi mereka lebih senang mengamati teman-temanya yang

sedang bermain. Hasil penelitian terhadap kedua siswa ABK tersebut didukung

oleh teori yang disampaikan oleh Somantri tentang karakteristik umum anak

tunagrahita

Ada tiga karakteristik yang dimiliki oleh anak tunagrahita, salah satunya adalah keterbatasan sosial. Anak tunagrahita tidak mampu memikul tanggung jawab sosial. Keterbatasan sosial yang terjadi pada mengakibatkan kesulitan berinteraksi dengan teman-teman maupun guru di sekolah.122

Ketika teman-teman kelasnya mngerjakan tugas kelompok BN dan DO

lebih banyak diam tidak ikut membantu ataupun bertanya apa yang mereka

tidak pahami. Mereka sangat pemalu dan cenderung diam BN dan DO hanya

akrab dengan teman sebamgkunya

Bisa diasumsikan bahwa kendala interaksi sosial yang dialami BN dan

DO cenderung menarik diri dari perhatian teman-temanya, pasif dan kurang

percaya diri ini disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki. Kendati seperti itu

siswa normal lainnya tidak terlalu mempermasalahkan keadaan keduanya.

121 Ibid,. hlm. 65 122

Stjihati, Somantri, Hj, T. Psikologi Anak Luar Biasa, ( Bandung : refika aditama,

2007), hlm.105-106.

Page 94: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

81

Selanjutnya di kelas empat terdapat siswa ABK yaitu BQ anak yang

teridentifikasi tunagrahita dan JW anak lambat belajar. BQ siswa ABK yang

mengalami hambatan atau kendala ketika berinteraksi dengan guru maupun

teman-temannya sedangkan JW dia lebih aktif dan cukup berani berinteraksi

dengan teman-temannya. Ketika jam istirahta berlangsung BQ memilih diam

dikelas walaupun kadang ikut bergabung dengan teman-temanya tetapi BQ

lebih banyak menyimak dan diam dia lebih akrab dengan teman sebangkunya

saja. Berbeda dengan JW anak yang teridentifaksi sebagai alah satu anak

lambat belajar JW lebih aktif dan senang ikut bermain dengan teman-temannya

JW mampu berinteraksi hampir layaknya siswa normal lainya. JW hampir

tidak mengalami kendala ketika beriteraksi dengan teman sesame siswa ABK

siswa normal maupun guru kelasnya.

Peneliti mengkaji dua siswa ABK di kelas lima yaitu GA dan MN.

Dimana GA mengalami keterbatasan tunagrahita dan MN dikatagorikan

sebagai anak lambat belajar. GA dan MN hampir tidak mengalami kendala

ketika berinteraksi denga teman-temannya, tetapi GA sering menimbulakan

keributan di kelas sedangkan MN salah satu siswa ABK yang berinteraksi

cukup percaya diri ketika briteraksi dengan sesama siswa ABK maupun siswa

normal dan guru kelasnya. Interaksi yang mereka lakukan tidak hanya di kelas

di luar jam pelajaranpun mereka berinteraksi cukup aktif dan berani.

Setiap siswa ABK mengalami kendala yang berbeda-beda ketika

melakukan interaksi dengan teman-teman dan gurunya ini karena tidak lepas

dari keterbatasan yang dialami mereka.

Page 95: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

82

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak tunagrahita dan lambat belajar yang mampu menjalin interaksi

sosial secara wajar di sekolah berarti anak tersebut mampu melakukan

penyesuaian sosial di sekolah. Sementara itu, anak tunagrahita dan lambat

belajar yang tidak mampu melakukan interaksi sosial secara wajar,

teridentifikasi mengalami hambatan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya

Dari data yang didapatkan di SDN 3 Praya jenis siswa ABK yang ada

di sekolah inklusif SDN 3 Praya adalah ada tiga jenis yaitu tungrahita,

lambat belajar, dan cacat fisik. Jumlah siswa ABK tersebut tersebar di setiap

kelas kecuali kelas satu karena di kelas satu tidak ada siswa teridentifikasi

anak berkebutuhan khusus. Jumlah siswa ABK tersebut berjumlah 20 siswa

dan dari 20 siswa ABK perempuan berjumlah 6 perempuan dan 14 laki-laki

dan siswa tunagrahita berjumlah 11 siswa, 7 siswa lambat belajar dan 2

siswa cacat fisik.

2. Bentuk- bentuk interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah

inklusif di SDN 3 Praya.

a) Anak tunagrahita dan lambat belajar di SDN 3 praya, mampu

melakukan interaksi sosial secara wajar dengan sesama tunagrahita dan

Page 96: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

83

lambat belajar. Artinya, anak tunagrahita dan lamabat belajar mampu

menjalin kontak sosial dan komunikasi dengan sesama tunagrahita dan

lamabat belajar tanpa mengalami hambatan.

b) Anak tunagrahita dan lambat belajar mampu melakukan interaksi sosial

secara wajar dengan temannya yang normal. Bentuk interaksi sosial

yang terjadi antara anak tunagrahita, lambat belajar dengan anak normal

yaitu kerja sama. Kerja sama antara anak tunagrahita, lambat belajar

dengan anak normal tersirat dalam kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama, misalnya pada permainan sepak bola, bola kasti, lompat

dan tali, Tanpa adanya kerja sama, permainan yang dilakukan tidak

dapat berjalan dengan lancar.

c) Anak tunagrahita dan lambat belajar mampu menjalin interaksi sosial

dengan guru di sekolah. Interaksi sosial antara anak tunagrahita, lambat

belajar dengan gurunya di sekolah menghasilkan suatu komunikasi

yang positif. Artinya, anak tunagrahita dan lambat belajar mampu

berkomunikasi secara wajar dengan gurunya. Ketika guru berbicara

atau berkomunikasi dengan anak tunagrahita maupun lambat belajar,

sang anak mampu memberikan tanggapan yang tepat. Pada uraian

pertama hingga kedua, dijelaskan bahwa anak tunagrahita dan lambat

belajar di SDN 3 Praya mampu melakukan interaksi sosial secara wajar

di sekolah.

Page 97: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

84

3. Kendala interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN

3 Praya

Dari hasil penilitian menunjukkan ada anak berkebutuhan khsusus yang

mampu berinteraksi sosial secara wajar ada pula anak tunagrahita dan

lambat belajar yang belum mampu melakukan interaksi sosial secara wajar

dengan sesama tunagrahita, anak normal, anak berkebutuhan khusus

lainnya, maupun guru di sekolah. Artinya, anak tunagrahita dan mengalami

hambatan ketika melakukan interaksi sosial. kendala yang dialami oleh anak

tunagrahita antara lain: (1) cara berbicara yang kurang sopan; (2) tidak mau

bekerja sama dalam kelompok; (3) tidak mampu mengendalikan emosi; dan

(4) cenderung pendiam.

Sedangkan kendala yang dialami oleh anak lambat belajar adalah

sebagai berikut: (1) tidak mau bekerja sama dalam kelompok; (2) cenderung

menarik diri; (3) tidak mampu menanggapi pembicaraan teman maupun

guru dengan tepat; (4) cenderung takut dengan teman yang lawan jenis; dan

(5) cenderung pendiam.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Guru hendaknya menciptakan lingkungan kelas yang aksesibel bagi semua

siswa, supaya antara siswa tunagrahita, anak normal, anak berkebutuhan

khusus lainnya, dan guru dapat saling mengenal, memahami, dan saling

bekerja sama. Lingkungan kelas yang aksesibel,misalnya posisi tempat

Page 98: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

85

duduk siswa yang berpindah-pindah secara teratur, mengatur tempat duduk

secara berkelompok, menggunakan metode pembelajaran yang kooperatif

dan menyenangkan bagi siswa.

2. Guru sebaiknya menggunakan teknik yang bervariasi untuk menanamkan

rasa etis kepada siswa. Misalnya, guru menyampaikan sebuah cerita yang

mengandung nilai kebaikan dan keburukan; membiasakan siswa

memberikan salam kepada guru; bersikap hangat, sabar, terbuka, dan

memiliki pandangan yang positif terhadap perbedaan individual anak.

3. Guru perlu memahami hambatan yang dialami oleh setiap siswa ABK dalam

melakukan interaksi sosial di sekolah. Dengan demikian, guru dapat

melakukan upaya yang terencana untuk mengurangi hambatan yang dialami

oleh anak tunagrahita.

4. Guru perlu menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa

tunagrahita. Dengan adanya komunikasi tersebut, guru dapat melakukan

upaya yang lebih terencana dan tepat sasaran dalam rangka meningkatkan

kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita dan anak lambat belajar

Page 99: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

86

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, yesmil, dan Adang. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.

Astuti, Tri, Yuli. ”pola interaksi sosial anak autis di sekolah khusus autis”.

Skripsi, Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. Ali, Mohammad, dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. Basrowi. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Bagaskorowati, Riana. Anak Beresiko. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Diahwati, Rina “ keterampilan sosial siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar

inklusi “,Jurnal Pendidikan, Vol. 1, Nomor. 8, Agustus 2016, hlm. 1612.

Efendi, Mohammad. Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.

Gusmayadi, Ilham. jenis-jenis anak berkebutuhan khusus”,dalam ilham

gusmayadi15.blogspot.com, diakses tanggal 21 juli 2018. Hasanah, Usawatun”Interaksi Sosial Anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif

studi interaksonisme simbolik mengenai komunikasi siswa di SMKN 2 malang. Skripsi, Fkip Universitas Negeri Malang. 2011.

Hj, T, Stjihati, Somantri, , Psikologi anak luar biasa. Bandung : refika aditama,

2007.

Kusuma, Heni identifikasi inetraksi sosial siswa berkebutuhan khsusus di SDN jlababan,sentolo,kulon progo, Yogyakarta,2016.

Lv Utama. “Konsep Anak Berkebutuhan Khusus”, dalam

http//www.eprints.umm.ac.id/artikel/utam01. Diakses tanggal 30 april 2018.

Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

RosdaKarya, 2011. Mengenal Pendidikan Inklusi, dalam http//www.ditplb.or.id, Diakses 20 juli 2018.

Page 100: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

87

Narwoko, J, Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group, 2004.

Nura‟eni. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Purwokerto: UM Purwokerto Press, 2017.

Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Surabaya: SIC, 2001.

Satori, Djam‟an dan Aan, Komariah Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta 2014

Sangadji, Etta, Mamang dan Sopiah. Metodologi penelitian. Yogyakarta: CV

Andi, 2010. Santrock, Jhon, W. Perkembangan Anak. : Erlangga, 2007.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif .Yogyakarta:Graha Ilmu,2006.

Soekanto, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2016. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

Triyani. ”Interaksi Sosial Anak Ttunagrahita di SDN Kepuhan bantul (SD Inklusif). Skripsi, Fkip Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.

Page 101: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

BQ salah satu anak tungrahita di kelas empat lebih memilih duduk sendiri di jam istirahat. Dia tidak ikut bermain dengan teman-temanya yang lain

Salah satu anak tunagrahita NA kelas dua sedang berinterkasi dengan salah satu teman kelasnya di ajm istirahat

Page 102: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

BN salah satu anak tunagrahita di kelas tiga tampak duduk paling belakang dia lebih memilih sendiri ketika teman-temanya mengerjakan tugas kelompok

GA anak tungrahita di kelas lima ( GA yang memakai peci putih) sedang berinteraksi dengan guru dan teman-temannya

Page 103: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

Wawancara dengan salah satu anak lambat belajar yaitu JW di kelas empat

Salah satu anak lambat belajar MN ikut bergabung dengan teman yang lain di jam istirahat berlangsung

Page 104: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

Salah satu anak lambat belajar DO di kelas tiga memilih duduk sendiri tidak ikut bergabung dengan teman yang lain

BG salah satu anak lambat belajar di kelas dua ketika di dalam kelas.

Page 105: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

Suasana belajar di sekolah inklusif SDN 3 Praya

Page 106: INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ...etheses.uinmataram.ac.id/992/1/Baiq Riska Hidayat 151146157.pdf · interaksi sosial anak berkebutuhan khusus. di sekolah inklusif

LAMPIRAN-LAMPIRAN