27
Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll. Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat & makanan : Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat. Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja secara tepat di tubuh. Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan. Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh. Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat modern.

Interaksi antara obat neva

Embed Size (px)

Citation preview

Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan

mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat

tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter

maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll.

Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat

mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut

kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal

dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.

Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat & makanan :

Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat.

Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja

secara tepat di tubuh.

Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan.

Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh.

Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat modern.

Selain itu, besar kecilnya efek interaksi antara obat & makanan antara tiap orang dapat

berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti :

Besarnya dosis obat yang diminum.

Usia, kondisi tubuh & kondisi kesehatan pasien.

Waktu konsumsi makanan & waktu konsumsi obat.

Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, bukan berarti

menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya

dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat & makanan untuk dikonsumsi dalam

waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang

digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat

menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

beberapa makanan dapat berinteraksi dengan obat

tertentu seperti misalnya berikatan dengan zat aktif

obat sehingga mengurangi penyerapan obat atau

mempercepat eliminasi obat.

Karena biasanya orang dewasa mengkonsumsi

lebih banyak obat dibandingkan anak-anak, maka efek interaksi antara obat & makanan

dapat meningkat seiring dengan usia. Akan tetapi biasanya efek samping tersebut kurang

diketahui atau diperhatikan karena reaksi yang terjadi hampir menyerupai gejala atau

tanda dari penyakit tertentu, seperti diare atau konstipasi, rasa lelah dll.

Salah satu contoh interaksi antara obat & makanan yang dapat terjadi adalah keasaman

dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotika seperti penisilin, kemudian susu

dapat membentuk kelat apabila diminum dengan tetrasiklin sehingga mempengaruhi

efektifitas antibakteri tetrasiklin.

Berikut adalah contoh aturan minum beberapa jenis obat, diambil dari mims :

1. Harus diminum dalam keadaan perut kosong

o Ampicillin

o Bisacodyl

o Captopril

o Dicloxacillin

o Lansoprazole

o Omeprazole

o Rifampicin

o Sulfamethoxazole –trimethoprim

o Sulfadiazine

o Tetracycline

2. Diminum dalam keadaan perut penuh

o Allopurinol (diminum sesudah makan)

o Augmentin

o Aspirin

o Chloroquine

o Cimetidine

o Diclofenac

o Doxycycline

o Griseofulvin

o Metronidazole

o Piroxicam

o Prednisone

Selain itu ada juga beberapa jenis obat yang dapat berinteraksi apabila diminum dengan

dengan jus buah terutama buah anggur, seperti :

Alprazolam

Atorvastatin

Benzodiazepines

Carbamazepine

Clarithromycin

Codeine

Dextromethorphan

Diazepam

Diltiazem

Estrogen

Erythromycin

Lovastatin

Nifedipine

Progesterone

Simvastatin

Daftar diatas hanya berisi beberapa obat saja, selain yang telah disebutkan masih terdapat

obat lain yang belum disebutkan.

Meskipun tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan

makanan, akan tetapi lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat

yang di konsumsi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat &

makanan, sebaiknya :

Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan

dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.

Baca aturan pakai, label perhatian & peringatan interaksi obat yang tercantum

dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan

pakai yang disarankan.

Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih.

Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk

dokter.

Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum berbarengan dengan

obat karena terdapat beberapa jenis vitamin & mineral tertentu yang dapat

berinteraksi dengan obat.

Jangan pernah minum obat berbarengan dengan minuman yang mengandung

alkohol.

Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau

apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan

dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang di konsumsi saat ini untuk

mencegah terjadinya interaksi

Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat

Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di

keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,

metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai

macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu,

obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan

obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi

farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi

antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga

menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar

2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses

ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan

atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih

lanjut tentang interaksi farmakokinetik.

Interaksi Famakokinetik

1. Interaksi pada proses absorpsi

Interaksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena

a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar

senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat

mengalami penurunan kecepatan absorpsi.

Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang

menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.

b. Perubahan pH

Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga

menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.

Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah

absorpsi penisilin G

c. Motilitas saluran cerna

Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat

mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.

Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat

memperlambat parasetamol.

2. Interaksi pada proses distribusi

Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam

akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan α1-glikoprotein.

Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan

dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah

satu distribusi obat kejaringan).

Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi

klorpropamid.

3. Interaksi pada proses metabolisme

a. Hambatan metabolisme

Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya

sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu

obat dalam plasma, sehingga meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.

Cotoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan

mengkitnya kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.

b. Inductor enzim

Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya

sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat

dalam plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.

Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan

kadar estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.

4. Interaksi pada proses eliminasi

a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat

jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat

yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat

menimbulkan efek toksik.

Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal

(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul

efek toksik.

b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal

Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk

sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.

Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan

klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.

c. Perubahan pH urin

Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal.

Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat

asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-

obat yang bersifat basa lemah.

Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan

ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi

ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi

pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.

Drug Interaction

Tipe interaksi

Macam Interaksi Obat

1.Interaksi farmasetis

Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan

sebelum obat di gunakan oleh penderita.

Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat

menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.

Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia

atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu

senyawa dll.

Bentuk interaksi:

a.Interaksi secara fisik

Misalnya :

-Terjadi perubahan kelarutan

-Terjadinya turun titik beku

b.Interaksi secara khemis

Misalnya :

Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam

proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

2. Interaksi Farmakokinetika

Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :

-Absorbsi

-Distribusi

-Metabolisme

-Ekskresi

Yang disebabkan karena obat/senyawa lain

Hal ini umumnya diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika,

seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu, waktu paruh,

jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.

3. Interaksi Farmakodinamika

Adalah obat yanhg menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena

berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai

perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma.

Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara

bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid Lihat gambar

Kombinasi Obat

Pemilihan penggunaan kombinasi obat untuk terapi merupakan hal yang controversial

Harapan :

Terjadi peningkatan efek terapi obat

Misalnya pada Cotrimoksazol, amoxiclave.

Berkurangnya efek merugikan, misalnya pada kombinasi INH – Vit B6

Turunnya biaya kesehatan disebabkan karena potensi obat tinggi akibatnya lama sakit

berkurang.

Kelemahan :

Rasio dosis tidak terkendali

Kemungkinan terjadi interaksi obat

Tugas farmasis adalah : Segera mendeteksi dan mengkoreksi adanya interaksi obat

Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan terjadi

interaksi adalah :

[ ½ n (n-1)] kali

dengan n = jumlah Obat

Obat-obat yang cenderung menyebabkan Interaksi Obat

1.Obat yang memiliki ikatan obat- protein yang tinggi.

Obat yang memiliki ikatan obat-protein tinggi cenderung dominan, akibatnya obat

tersebut dapat mendesak obat lain yang terikat protein sehingga terbebaskan, akibatnya

kadar obat bebas dalam darah meningkat dengan tajam, secara matematis dapat

digambarkan pada table berikut :

Contoh obat : Aspirin, Fenilbutazon, Sulfanilamid, walfarin dll

2.Obat-obat yang menstimulasi atau menginhibisi metabolisme obat lain

Interaksi ini merugikan atau menguntungkan tergantung dari sifat obatnya masing-

masing

-Obat aktif adalah metabolitnya

Misalnya :

Prednison Prednisolon

Procainamid N-Asetil Procainamid

Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan menyebabkan meningkatnya kadar obat

aktif dalam darah

-Obat aktif adalah obat aslinya

Misalnya :

Captoril, furosemid, methyldopa dll

Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan menyebabkan menurunnya kadar obat

aktif dalam darah.

Obat yg menstimulasi Contoh

Antikonvulsan(fenitoin, karbamazepin, fenobarbital); Rifampisin; griseofulvin

Obat yg menginhibisi contoh :

Allopurinol; kloramfenikol; cimetidine; metronidazol; INH; ciprofloksasin

3. Obat-obat yang mempengaruhi fungsi Renal

Obat-obat golongan ini dapat mengubah kliren ginjal obat lain, misalnya obat-obat

diuretic.

Obat-obat yang cenderung menjadi objek interaksi obat

a.Obat-obat yang memiliki kurve dosis respon curam.

b.Obat-obat yang memiliki

rasio efek toksik : terapetik rendah

Interaksi Farmakokinetika

Interaksi ini terjadi ketika proses absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi suatu

obat terpengaruh oleh adanya obat(senyawa)lain.

1.Interaksi absorbsi

Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi

banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI,

kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang

tidak larut.

Contoh :

Penurunan motilitas Gastrointestinal, disebabkan karena obat-obat golongan morfin,

dan obat-obat dengan efek antikolinergik misalnya antidepresan trisiklik.

Terbentuk chelat dari Ca, Al, Mg, garam besi oleh tetrasiklin.

Obat terjebak dalam makanan, contoh Ampisilin

Obat diabsorbsi obat lain : Lincomycin dan kaolin-pektin, obat dgn karboadsorben.

Perubahan ion : cholestyramin-walfarin.

Peningkatan absorbsi digoksin atau penurunan absorbsi estrogen dalam kontrasepsi oral

yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika

Efek interaksi ini jarang dimanfaatkan secara klinis

Ada 2 contoh penting dari pemanfaatan interaksi absorbsi, yaitu :

1. Metoclopamide dapat meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, dan hal ini

menyebabkan meningkatnya penyerapan analgesik pada pengobatan migrain akut,

. Adanya charcoal yang mengikat beberapa obat di usus, hal ini dapat mencegah

penyerapan dan obat tersebut di reabsorbsi setelah ekskresi bilier atau sekresi intestinal.

Prinsip ini dipergunakan dalam perawatan keracunan yang disebabkan bahan-bahan

golongan phenobarbiton dan antidepresan trisiklik.

Interaksi pendesakan ikatan obat-protein

Pendesakan ikatan obat-protein oleh obat lain dapat meningkatkan kadar obat bebas

dalam darah, dan hal ini sangat potensial dalam peningkatan efek bahkan efek toksik dari

suatu obat, terutama obat yang memiliki rasio

efek terapi dan efek toksik rendah.

Interaksi Distribusi Seluler

Rifampisin dapat mereduksi efek walfarin dengan cara menginhibisi up take dari

hepatocytes, hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme sehingga efek walfarin

menurun.

Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine,

debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek

terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh beberapa

phenothiazine) sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.

-metildopa.Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan

trisiklik dengan clonidine dan

Interaksi Metabolisme

Interaksi obat pada saat terjadi metabolisme dapat terjadi ketika metabolisme sebuah obat

dihambat atau ditingkatkan oleh obat lain.

Biasanya reaksi ini berpengaruh pada cytocrom P450

Induksi Metabolisme obat

Obat-obat yang meningkatkan (menginduksi) metabolisme obat melalui peningkatan

reticulum endoplasma di hepatocyte dan karena peningkatan kandungan Cyt P450 dan

cyt c- reduktase.

Hal ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan efek dari object drug

Contohnya :

Interaksi Digoksin-Furosemid

Efek terapeutik glikosida jantung pada fungsi mekanis adalah untuk meningkatkan

intensitas filamen actin dan myosin dari sarkomer jantung

Peningkatan intensitas disebabkan oleh peningkatan konsentrasi kalsium bebas di dalam

daerah sekitar protein kontraktil selama systole.

Peningkatan konsentrasi Natrium intraseluler :

Karena penghambatan Na/K ATP-ase (1)

Karena suatu penurunan relatif ekspulsi kalsium dari sel oleh exchanger natrium-

kalsium (2) disebabkan oleh peningkatan natrium intraseluler.

Kalium dan digitalis berinteraksi dalam 2 cara :

1.Mereka saling menghambat pada pengikatan Na/K ATP-ase.

2.automatisitas jantung yg tidak normal dihambat oleh hiperkalemia. Karenanya

peningkatan kalium ekstraseluler yang sedang dapat menurunkan efek digitalis, utamanya

efek toksik.

Interaksi Ekskresi

Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting dalam interaksi

ini.

Contoh :

Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan dan

memperlama efek,

Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan

Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada penderita yg

menggunaka probenecid.

Qiunidine menginhibisi sekresi tubular dari digoksin dan konsekuensinya konsentrasi

plasma digoksin meningkat dan mungkin menyebabkan toksik, hal yang sama juga terjadi

pada verapamil dan digoksin

Interaksi Farmakodinamika

Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari object drug

pada tempat aksi,

baik secara langsung maupun tak langsung.

1.Interaksi farmakodinamika secara langsung

Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau sinergis) atau

memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya sama.

Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya:

penurunan efek opiat dengan naloxon

penurunan aksi walfarin oleh vit. K

penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine.

Penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.

Sinergis pada tempat yg sama :

* adrenoseptor antagonis menyebabkan frekuensi yg sangatVerapamil dan tinggi dari

aritmia jantung dibanding pada pemberian sendiri-sendiri, hal ini mungkin disebabkan

oleh adanya interaksi dgn jaringan khusus cardiac.

* Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina,

vasodilator.

Interaksi farmakodinamika secara tak langsung

Pada interaksi ini, farmakologik, therapeutic, atau efek toksik dari precipitant drug dalam

beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari object drug, tetapi

terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi secara mandiri (langsung)

Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3 cara :

a.Agregasi platelet

Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat,

dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.

b.Ulcerasi GI

Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan kemungkinan

terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan, misalnya aspirin,

fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain

c.Fibrinolisis

Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin.

Ada 4 sasaran interaksi :

1. Interaksi obat – obat

2. Interaksi Obat – makanan

3. Interaksi Obat – penyakit

4. Interaksi Obat – Hasil lab

1. Interaksi Obat-obat

Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting dibandingkan

dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).

Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti

terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat

membahayakan pasien

2. Interaksi Obat – makanan

Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari

obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.

Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging,

anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan

norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan

Arronson, 1992),

makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).

3. Interaksi Obat – penyakit

Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai kontraindikasi

relatif terhadap pengobatan.

Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang secara

jelas mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya (Shimp dan Mason, 1993).

Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu

yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal, pada wanita

hamil ataupun ibu yang sedang menyusui

Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat

golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang

berupa phocomelia

Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung

4. Interaksi Obat – Hasil lab

Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga

dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu.

Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ

golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat

(Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat diukur contohnya perubahan tes

tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp dan Mason, 1993