3
Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional Oleh : Abdul Rahim Bahasa Nasional merupakan komponen penting sebagai identitas suatu bangsa, Begitu  juga dengan bahasa Indonesia yang dikukuhkan sebagai bahasa nasional pada prosesi sakral sumpah pemuda. Bahasa Indonesia yang kita temui saat ini telah mengalami banyak perubahan dalam ejaannya, salah satu ejaan yang paling awal digunakan dikenal dengan istilah ejaan Ophuijsen, lalu digantikan ejaan Suwandi yang merupakan konversi dari ejaan Melayu (Wikipedia.id). Pada ejaan Suwandi terdapat banyak vokal rangkap (diftong) maupun konsonan rangkap (kluster) yang membentuk satu bunyi, misalnya gabungan vokal o dan e untuk membentuk huruf u pada nama Soekarno, Soeharto, Loekman, Oentoeng, Goeroe. Sedangkan  bentuk kluster pada ejaan Suwandi ada kita temukan penggabungan huruf d dan j untuk membentuk huruf j, sedang huruf j kala itu berfungsi sebagai huruf y, misalnya pada kata jang (yang), Djakarta (Jakarta). Bentuk ejaan seperti itu dirasa tidak cukup efektif dalam penulisannya sedangkan dalam alfabhet latin masih ada huruf lain yang bisa sebagai gantinya. Ejaan bahasa Indonesia pun  berubah dengan bentuk ejaan yang disempurnakan yang digagas oleh Mashuri Saleh yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan kala itu (wikipedia.id). Di era sekarang dengan  perkembangan teknologi yang cuku p pesat dan k emudahan dalam b erkomunikasi, salah satunya  berkirim pesan, ejaan dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi perhatian dalam  penggunaannya, kebanyakan kita berpikir yang penting pesan yang kita sampaikan dapat ditangkap maknanya. Saking seringnya kesalahan penulisan ejaan tersebut banyak membuat  penggunanya kebingungan mana ejaan yang sebenarnya. Seperti kasus beberapa hari lalu, di zaman  facebook  yang menjadi trend saat ini banyak  pula melahirkan pujangga-pujangga yang mengungkapkan perasaan dengan status alay-nya. Misalnya ada yang menulis kata tanpa menjadi tampa, kata dia menjadi diya, iya atau Ya menjadi ea, dan menjadi n,  berpikir  ditulis  berfikir , nggak  ditulis ugk , atau  penambahan huruf h pada kata yang berakhiran huruf vokal, misalnya kata apah, kamuh, dan masih banyak lagi kita temui ejaan-ejaan aneh yang bisa dikatakan sebagai ejaan alay. Saya mencoba meluruskan dengan perbaikan yang semestinya (naluri kebahasaan sebagai orang yang  pernah bergelut di Pendidikan Bahasa), entah mereka sebenarnya paham atau memang sengaja menulis ejaan seperti itu mengikuti trend saat ini, kasus seperti ini umumnya terjadi pada generasi muda kita. Berkaca dari fenomena tersebut seharusnya kita resah ketika bahasa Nasional sebagai identitas Bangsa tidak lagi menjadi perhatian serius untuk membentuk integritas masyarakat. Yang ditakutkan ketika generasi muda tak lagi memperhatikan ejaan dalam penulis annya ketika  berkomunikasi tekstual, hal tersebut akan menjadi kebiasaan, bahkan ketika seharusnya  berkomunikasi sopan santun dengan orang yang seharusnya dihormati tak juga mereka lakukan.

Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 1/3

Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

Oleh : Abdul Rahim 

Bahasa Nasional merupakan komponen penting sebagai identitas suatu bangsa, Begitu

 juga dengan bahasa Indonesia yang dikukuhkan sebagai bahasa nasional pada prosesi sakralsumpah pemuda. Bahasa Indonesia yang kita temui saat ini telah mengalami banyak perubahan

dalam ejaannya, salah satu ejaan yang paling awal digunakan dikenal dengan istilah ejaan

Ophuijsen, lalu digantikan ejaan Suwandi yang merupakan konversi dari ejaan Melayu

(Wikipedia.id). Pada ejaan Suwandi terdapat banyak vokal rangkap (diftong) maupun konsonan

rangkap (kluster) yang membentuk satu bunyi, misalnya gabungan vokal o dan e untuk

membentuk huruf u pada nama Soekarno, Soeharto, Loekman, Oentoeng, Goeroe. Sedangkan

 bentuk kluster pada ejaan Suwandi ada kita temukan penggabungan huruf d dan j untuk

membentuk huruf j, sedang huruf j kala itu berfungsi sebagai huruf y, misalnya pada kata jang

(yang), Djakarta (Jakarta).

Bentuk ejaan seperti itu dirasa tidak cukup efektif dalam penulisannya sedangkan dalam

alfabhet latin masih ada huruf lain yang bisa sebagai gantinya. Ejaan bahasa Indonesia pun

 berubah dengan bentuk ejaan yang disempurnakan yang digagas oleh Mashuri Saleh yang

menjabat sebagai Menteri Pendidikan kala itu (wikipedia.id). Di era sekarang dengan

 perkembangan teknologi yang cukup pesat dan kemudahan dalam berkomunikasi, salah satunya

 berkirim pesan, ejaan dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi perhatian dalam

 penggunaannya, kebanyakan kita berpikir yang penting pesan yang kita sampaikan dapat

ditangkap maknanya. Saking seringnya kesalahan penulisan ejaan tersebut banyak membuat

 penggunanya kebingungan mana ejaan yang sebenarnya.

Seperti kasus beberapa hari lalu, di zaman  facebook  yang menjadi trend saat ini banyak

 pula melahirkan pujangga-pujangga yang mengungkapkan perasaan dengan status alay-nya.

Misalnya ada yang menulis kata “tanpa” menjadi “tampa”, kata “dia” menjadi “diya”, “iya” atau

“Ya” menjadi “ea”, “dan” menjadi “n”, “ berpikir ” ditulis “ berfikir ”, “nggak ” ditulis “ugk ”, atau

 penambahan huruf “h” pada kata yang berakhiran huruf vokal, misalnya kata “apah”, “kamuh”,

dan masih banyak lagi kita temui ejaan-ejaan aneh yang bisa dikatakan sebagai ejaan alay. Saya

mencoba meluruskan dengan perbaikan yang semestinya (naluri kebahasaan sebagai orang yang

 pernah bergelut di Pendidikan Bahasa), entah mereka sebenarnya paham atau memang sengaja

menulis ejaan seperti itu mengikuti trend saat ini, kasus seperti ini umumnya terjadi pada

generasi muda kita.

Berkaca dari fenomena tersebut seharusnya kita resah ketika bahasa Nasional sebagai

identitas Bangsa tidak lagi menjadi perhatian serius untuk membentuk integritas masyarakat.

Yang ditakutkan ketika generasi muda tak lagi memperhatikan ejaan dalam penulisannya ketika

 berkomunikasi tekstual, hal tersebut akan menjadi kebiasaan, bahkan ketika seharusnya

 berkomunikasi sopan santun dengan orang yang seharusnya dihormati tak juga mereka lakukan.

Page 2: Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 2/3

Selain penyelewengan ejaan-ejaan tadi banyak juga bermunculan  slang / jargon aneh yang

cepat menjadi trend jika dipopulerkan oleh seorang yang menjadi trendsetter , salah satunya artis.

Misalnya kata “semangat”  diubah menjadi “cemungudt”, atau “cemumudt”, kata “ banget” 

(menyatakan sangat) diubah menjadi “ beudz”, “saying”  menjadi “cayank ”, dan masih banyak

lagi yang bermunculan di media sosial, kadang membuat risih membacanya. Perubahan ejaan

seperti ini terus mengalami perkembangan seiring maraknya media sosial sebagai lahan

 penyebarannya.

Jika kita menilik sejarah ejaan dalam bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan di awal,

Ejaan-ejaan tersebut telah mengalami transformasi untuk penyempurnaannya ke arah yang lebih

 baik, namun ketika kita bandingkan dengan pada masa ejaan yang disempurnakan (EYD) ini

 justru ejaan yang ada jarang sekali kita perhatikan, lebih banyak menggunakan ejaan baru yang

 jauh dari EYD walaupun dalam situasi komunikasi tekstual non formal. Padahal ketika kita

mengintensifkan diri untuk menerapkan sesuai EYD, itu sebagai sebuah pembelajaran dan

mencegah beredarnya ejaan-ejaan baru yang justru akan membuat ejaan dalam bahasa nasional

kita menjadi terpuruk. Bayangkan ketika kita berkomunikasi tekstual menggunakan bahasa

inggris, tidak ada ejaan-ejaan lain kecuali yang sesuai dengan yang ada karena yang kita

takutkan makna ketika diindonesiakan akan berubah, begitu juga dengan komunikasi tekstual

 bahasa asing lainnya.

Memang kesalahan ejaan atau sengaja menggunakan ejaan menyimpang bukanlah suatu

 pelanggaran, namun sebagai bangsa yang mempunyai integritas untuk mencintai produk nasional,

seyogianya hal tersebut menjadi kesadaran bersama agar bahasa nasional kita yang sebentar lagi

akan bercampur baur dengan bahasa asing lainnya tetap eksis menjadi sebuah identitas yang

sangat perlu untuk dipertahankan. karena di era MEA (masyarakat Ekonomi ASEAN) regulasi

tentang pekerja asing yang masuk ke Indonesia tidak diwajibkan untuk bisa bahasa Indonesia.

Sedangkan ketika pekerja kita yang ke luar negeri mereka mati-matian untuk kursus bahasa

terlebih dahulu walaupun mereka hanya sebagai buruh kasar di negeri orang.

Belajar untuk mahir menggunakan bahasa asing bukan berarti menganggap remeh

 bahasa Nasional kita, itu sebagai nilai plus bagi individu yang menggelutinya. Namun tak jarang

 bahasa Asing juga sebagai suatu syarat untuk beberapa keperluan dalam institusi sebagai

Indikator sebuah penilaian. Oleh sebab itu bahasa Asing yang semakin digemari untuk dipelajari

dewasa ini seharusnya diimbangi juga dengan semangat untuk memperkokoh posisi Bahasa

 Nasional kita melalui promosi-promosi wisata yang kerap dikunjungi di wilayah kita.

Merujuk ke beberapa kasus maraknya penggunaan ejaan yang menyimpang dari ejaan

yang semestinya, dirasa cukup perlu untuk menggiatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai

 bahasa Nasional kita. Salah satunya melalui pembiasaan menggunakan Ejaan yang baik dan

 benar ketika berkomunikasi tekstual. Jika pembiasaan tersebut sudah intensif dilakukan tidak

menutup kemungkinan kompetensi menulis masyarakat kita akan terpacu juga, lebih-lebih

Page 3: Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional

http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 3/3

dengan ejaan yang baik dan benar tersebut akan tercipta situasi formal yang berdampak pada

tingginya semangat intelektualitas masyarakat dalam dunia tulis menulis.

Untuk itu dengan semangat bulan Bahasa sebagai awal tercetusnya Sumpah Pemuda,

revitalisasi semangat menjaga keutuhan Bahasa Nasional kita sangat perlu untuk dilakukan.

Salah satunya melalui kesadaran bersama akan pentingnya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang terwujud dalam slogan Aku Cinta Bahasa Indonesia. Serta semangat

 Nasionalisme akan terbangun pula melalu Integritas kecintaan terhadap Bahasa Nasional kita.