Upload
abdul-rahim
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional
http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 1/3
Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional
Oleh : Abdul Rahim
Bahasa Nasional merupakan komponen penting sebagai identitas suatu bangsa, Begitu
juga dengan bahasa Indonesia yang dikukuhkan sebagai bahasa nasional pada prosesi sakralsumpah pemuda. Bahasa Indonesia yang kita temui saat ini telah mengalami banyak perubahan
dalam ejaannya, salah satu ejaan yang paling awal digunakan dikenal dengan istilah ejaan
Ophuijsen, lalu digantikan ejaan Suwandi yang merupakan konversi dari ejaan Melayu
(Wikipedia.id). Pada ejaan Suwandi terdapat banyak vokal rangkap (diftong) maupun konsonan
rangkap (kluster) yang membentuk satu bunyi, misalnya gabungan vokal o dan e untuk
membentuk huruf u pada nama Soekarno, Soeharto, Loekman, Oentoeng, Goeroe. Sedangkan
bentuk kluster pada ejaan Suwandi ada kita temukan penggabungan huruf d dan j untuk
membentuk huruf j, sedang huruf j kala itu berfungsi sebagai huruf y, misalnya pada kata jang
(yang), Djakarta (Jakarta).
Bentuk ejaan seperti itu dirasa tidak cukup efektif dalam penulisannya sedangkan dalam
alfabhet latin masih ada huruf lain yang bisa sebagai gantinya. Ejaan bahasa Indonesia pun
berubah dengan bentuk ejaan yang disempurnakan yang digagas oleh Mashuri Saleh yang
menjabat sebagai Menteri Pendidikan kala itu (wikipedia.id). Di era sekarang dengan
perkembangan teknologi yang cukup pesat dan kemudahan dalam berkomunikasi, salah satunya
berkirim pesan, ejaan dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi perhatian dalam
penggunaannya, kebanyakan kita berpikir yang penting pesan yang kita sampaikan dapat
ditangkap maknanya. Saking seringnya kesalahan penulisan ejaan tersebut banyak membuat
penggunanya kebingungan mana ejaan yang sebenarnya.
Seperti kasus beberapa hari lalu, di zaman facebook yang menjadi trend saat ini banyak
pula melahirkan pujangga-pujangga yang mengungkapkan perasaan dengan status alay-nya.
Misalnya ada yang menulis kata “tanpa” menjadi “tampa”, kata “dia” menjadi “diya”, “iya” atau
“Ya” menjadi “ea”, “dan” menjadi “n”, “ berpikir ” ditulis “ berfikir ”, “nggak ” ditulis “ugk ”, atau
penambahan huruf “h” pada kata yang berakhiran huruf vokal, misalnya kata “apah”, “kamuh”,
dan masih banyak lagi kita temui ejaan-ejaan aneh yang bisa dikatakan sebagai ejaan alay. Saya
mencoba meluruskan dengan perbaikan yang semestinya (naluri kebahasaan sebagai orang yang
pernah bergelut di Pendidikan Bahasa), entah mereka sebenarnya paham atau memang sengaja
menulis ejaan seperti itu mengikuti trend saat ini, kasus seperti ini umumnya terjadi pada
generasi muda kita.
Berkaca dari fenomena tersebut seharusnya kita resah ketika bahasa Nasional sebagai
identitas Bangsa tidak lagi menjadi perhatian serius untuk membentuk integritas masyarakat.
Yang ditakutkan ketika generasi muda tak lagi memperhatikan ejaan dalam penulisannya ketika
berkomunikasi tekstual, hal tersebut akan menjadi kebiasaan, bahkan ketika seharusnya
berkomunikasi sopan santun dengan orang yang seharusnya dihormati tak juga mereka lakukan.
7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional
http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 2/3
Selain penyelewengan ejaan-ejaan tadi banyak juga bermunculan slang / jargon aneh yang
cepat menjadi trend jika dipopulerkan oleh seorang yang menjadi trendsetter , salah satunya artis.
Misalnya kata “semangat” diubah menjadi “cemungudt”, atau “cemumudt”, kata “ banget”
(menyatakan sangat) diubah menjadi “ beudz”, “saying” menjadi “cayank ”, dan masih banyak
lagi yang bermunculan di media sosial, kadang membuat risih membacanya. Perubahan ejaan
seperti ini terus mengalami perkembangan seiring maraknya media sosial sebagai lahan
penyebarannya.
Jika kita menilik sejarah ejaan dalam bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan di awal,
Ejaan-ejaan tersebut telah mengalami transformasi untuk penyempurnaannya ke arah yang lebih
baik, namun ketika kita bandingkan dengan pada masa ejaan yang disempurnakan (EYD) ini
justru ejaan yang ada jarang sekali kita perhatikan, lebih banyak menggunakan ejaan baru yang
jauh dari EYD walaupun dalam situasi komunikasi tekstual non formal. Padahal ketika kita
mengintensifkan diri untuk menerapkan sesuai EYD, itu sebagai sebuah pembelajaran dan
mencegah beredarnya ejaan-ejaan baru yang justru akan membuat ejaan dalam bahasa nasional
kita menjadi terpuruk. Bayangkan ketika kita berkomunikasi tekstual menggunakan bahasa
inggris, tidak ada ejaan-ejaan lain kecuali yang sesuai dengan yang ada karena yang kita
takutkan makna ketika diindonesiakan akan berubah, begitu juga dengan komunikasi tekstual
bahasa asing lainnya.
Memang kesalahan ejaan atau sengaja menggunakan ejaan menyimpang bukanlah suatu
pelanggaran, namun sebagai bangsa yang mempunyai integritas untuk mencintai produk nasional,
seyogianya hal tersebut menjadi kesadaran bersama agar bahasa nasional kita yang sebentar lagi
akan bercampur baur dengan bahasa asing lainnya tetap eksis menjadi sebuah identitas yang
sangat perlu untuk dipertahankan. karena di era MEA (masyarakat Ekonomi ASEAN) regulasi
tentang pekerja asing yang masuk ke Indonesia tidak diwajibkan untuk bisa bahasa Indonesia.
Sedangkan ketika pekerja kita yang ke luar negeri mereka mati-matian untuk kursus bahasa
terlebih dahulu walaupun mereka hanya sebagai buruh kasar di negeri orang.
Belajar untuk mahir menggunakan bahasa asing bukan berarti menganggap remeh
bahasa Nasional kita, itu sebagai nilai plus bagi individu yang menggelutinya. Namun tak jarang
bahasa Asing juga sebagai suatu syarat untuk beberapa keperluan dalam institusi sebagai
Indikator sebuah penilaian. Oleh sebab itu bahasa Asing yang semakin digemari untuk dipelajari
dewasa ini seharusnya diimbangi juga dengan semangat untuk memperkokoh posisi Bahasa
Nasional kita melalui promosi-promosi wisata yang kerap dikunjungi di wilayah kita.
Merujuk ke beberapa kasus maraknya penggunaan ejaan yang menyimpang dari ejaan
yang semestinya, dirasa cukup perlu untuk menggiatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai
bahasa Nasional kita. Salah satunya melalui pembiasaan menggunakan Ejaan yang baik dan
benar ketika berkomunikasi tekstual. Jika pembiasaan tersebut sudah intensif dilakukan tidak
menutup kemungkinan kompetensi menulis masyarakat kita akan terpacu juga, lebih-lebih
7/26/2019 Integritas Kebahasaan Sebagai Sebuah Identitas Nasional
http://slidepdf.com/reader/full/integritas-kebahasaan-sebagai-sebuah-identitas-nasional 3/3
dengan ejaan yang baik dan benar tersebut akan tercipta situasi formal yang berdampak pada
tingginya semangat intelektualitas masyarakat dalam dunia tulis menulis.
Untuk itu dengan semangat bulan Bahasa sebagai awal tercetusnya Sumpah Pemuda,
revitalisasi semangat menjaga keutuhan Bahasa Nasional kita sangat perlu untuk dilakukan.
Salah satunya melalui kesadaran bersama akan pentingnya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang terwujud dalam slogan Aku Cinta Bahasa Indonesia. Serta semangat
Nasionalisme akan terbangun pula melalu Integritas kecintaan terhadap Bahasa Nasional kita.