14
Daftar Isi I. Pendahuluan....................................................... 1. Latar Belakang.................................................. 2. Tujuan.......................................................... 3. Batasan Masalah................................................. II. Tinjauan Pustaka.................................................. 1. Dasar Teori..................................................... 1.1 Korosi....................................................... III. Data dan Analisis.............................................. A. Petunjuk K3.................................................... B. Peralatan...................................................... C. Langkah Kerja.................................................. D. Analisi Data Inspeksi.......................................... IV. Kesimpulan..................................................... Daftar Gambar Gambar 1 Uniform Corrosion..................................... Gambar 2 Intergranular Corrosion............................... Gambar 3 Galvanic Corrosion.................................... Gambar 4 Crevice Corrosion..................................... Gambar 5 Pitting Corrosion..................................... Gambar 6 Erosion Corrosion..................................... Gambar 7 Biological Corrosion................................. Gambar 8 Selective Leaching Corrosion.........................

Inspeksi korosi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Inspeksi korosi yang termasuk ke dalam visul inspection.

Citation preview

Daftar IsiI. Pendahuluan........................................................................................................................................

1. Latar Belakang.................................................................................................................................

2. Tujuan..............................................................................................................................................

3. Batasan Masalah..............................................................................................................................

II. Tinjauan Pustaka.................................................................................................................................

1. Dasar Teori......................................................................................................................................

1.1 Korosi......................................................................................................................................

III. Data dan Analisis...........................................................................................................................

A. Petunjuk K3...................................................................................................................................

B. Peralatan........................................................................................................................................

C. Langkah Kerja...............................................................................................................................

D. Analisi Data Inspeksi.....................................................................................................................

IV. Kesimpulan....................................................................................................................................

Daftar GambarGambar 1 Uniform Corrosion..........................................................................................................Gambar 2 Intergranular Corrosion...................................................................................................Gambar 3 Galvanic Corrosion.........................................................................................................Gambar 4 Crevice Corrosion...........................................................................................................Gambar 5 Pitting Corrosion.............................................................................................................Gambar 6 Erosion Corrosion...........................................................................................................Gambar 7 Biological Corrosion.....................................................................................................Gambar 8 Selective Leaching Corrosion.......................................................................................

I. Pendahuluan1. Latar Belakang

Banyak bagian struktur pesawat terbang tersusun atas material baja dan hampir kebanyakan bahaya timbul karena adanya korosi. Korosi ini merupakan sebuah dampak dari aksi kimia atau elektrokimia yang berkontak langsung dengan kondisi lingkungan. Kejadian ini dapat menimbulkan terjadinya kegagalan kontruksi sebelum waktunya (premature failure) pada struktur pesawat, seperti accident yang terjadi pada pesawat Aloha yang menyebabkan banyak korban. Maka dari itu melakukan sebuah inspeksi terhadap korosi dianggap sesuatu yang penting dan dapat mencegah terjadinya accident.

2. Tujuana. Dapat menentukan jenis korosi yang termasuk ke dalam grup 1 yaitu korosi dapat

diidentifikasi dan diperiksa secara visual.b. Dapat memahami prosedur melakukan inspeksi pada bagian pesawat.

3. Batasan MasalahPada praktikum yang telah dilakukan, praktikan membatasi dengan beberapa hal,

diantaranya:

a. inspeksi yang dilakukan hanya pada salah satu bagian pesawat tertentu, yaitu wing kanan pada pesawat sempati;

b. jenis korosi yang diidentifikasi dan diperiksa hanya yang termasuk dalam grup 1 seperti uniform corrosion, pitting corrosion, crevice corrosion dan galvanic corrosion.

II. Tinjauan Pustaka1. Dasar Teori1.1 Korosi

Korosi atau karatan merupakan kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi dengan lingkungan yang korosif. Contohnya pada logam, pada prosesnya logam mengalami oksidasi dan udara (O2) mengalami reduksi. Karat logam pada umumnya berupa oksida dan karbonat dengan rumus kimia Fe2O3. xH2O yang merupakan suatu zat padat berwarna coklat kemerahan. Korosi ini memiliki beberapa jenis, diantaranya;

a. Uniform Corrosion Korosi ini merupakan jenis korosi yang menyerang permukaan logam secara merata dalam bentuk oksidasi atau kerak dan pada waktu tertentu logam tersebut akan kehilangan berat akibat serangan kimia. Kehilangan berat ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

R=534 WDAT

Keterangan;R : laju korosi (mil per year)W : kehilangan berat (mg)D : massa jenis (g/cm3)A : luas permukaan (inchi2)T : rentang waktu pengujian (jam)Atau persamaan lainnya seperti ;

R=87600 WDAT

Keterangan;R : laju korosi (mil per year)W : kehilangan berat (mg)D : massa jenis (g/cm3)A : luas permukaan (cm2)T : rentang waktu pengujian (jam)

Mekanisme terjadi korosi ini dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Keduanya berlangsung secara seragam dan tidak ada

Gambar 1 Uniform Corrosion

lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi. Untuk pencegahannya dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik serta melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection).b. Intergranular Corrosion

Korosi ini disebut juga dengan intercrystalline corrosion yang pada umumnya terjadi pada daerah sambungan. Korosi ini mengakibatkan menurunnya kekuatan dan keuletan logam. Mekanisme terjadinya korosi ini diawali dari beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti coring biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas

butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan cara;

1. menurunkan kadar karbon dibawah 0,03%;2. menambahkan paduan yang dapat mengikat karbon;3. melakukan pendinginan cepat dari temperatur tinggi;4. melakukan pelarutan karbida melalui pemanasan;5. serta menghindari pengelasan.

c. Galvanic CorrosionKorosi ini disebut juga dengan bimetalic

corrosion terjadi pada keadaan dimana terdapat dua buah logam saling kontak langsung dalam media korosif. Mekanisme terjadinya korosi ini karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa

tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Cara pencegahan dengan melakukan;

Gambar 2 Intergranular Corrosion

Gambar 3 Galvanic Corrosion

1. menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda;

2. mengisolasi logam dari lingkungannya;3. mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan

mineralisasi;4. mengurangi oksigen yang larut dalam air;5. mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis;6. memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan;7. mencegah celah atau menutup celah;8. mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

d. Crevice CorrosionKorosi ini merupakan korosi

celah yang terbentuk antara dua logam atau logam dan bahan non-logam. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi celah biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan permukaan yang bergabung. Mekanisme terjadinya korosi ini dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi

dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi tetapi klorida lebih rendah.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara;1. hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan

las;2. gunakan gasket non absorbing;

3. usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.

e. Pitting Corrosion

Gambar 4 Crevice Corrosion

Korosi sumuran (pitting corrosion) merupakan korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Korosi sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida.

Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air). Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak. Karaktristik Terjadinya Pitting Corrosion sebagai berikut:1. serangan korosi terjadi pada bagian permukaan kecil, tertutup, permukaan

kasar;

2. serangan pada permukaan horisontaldan tmbuh secara vertical atau arah

grafitasi;

3. terlihat setelah periode tertentu artinya setelah nampak dipermukaan;

4. adanya lauran yang terjebak;

5. terjadi pada logam stainless steels, aluminium paduan utamanya apabila

terdapat elektrolite yang mengandung ion chlorite.

Cara pencegahan terjadinya Pitting Corrosion sebagai berikut :

1. meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi genangan air

pada permukaan logam;

2. melapisi permukaan logam dengan pelindung atau lazim disebut coating baik

organic maupun yang organik;

3. penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungannya;

4. merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab dampak

korosi;

5. pemasangan seng anode yang sesuai dengan kondisi dimana korosi tersebut

terjadi.

f. Erosion CorrosionKorosi erosi adalah korosi yang

terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung.

Gambar 5 Pitting Corrosion

Gambar 6 Erosion Corrosion

Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada permukaan logam, misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam. Proses terjadinya korosi secara umum adalh melalui beberapa tahap berikut:

1. Pada tahap pertama terjadi serangan oleh gelembung udara yang menempel

di permukaan lapisan pelindung logam, karena adanya aliran turbulen yang

melintas di atas permukaan logam tersebut.

2. Pada tahap kedua gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan

peindung.

3. Pada tahap ketiga, laju korosi semakin meningkat, karena lapisan pelindung

telah hilang. Logam yang berada di bawah lapisan pelindung mulai

terkorosi, sehingga membentuk cekungan, kemudian terjadi pembentukan

kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi tidak rata. Bila aliran terus

mengalir, maka akan terjadi serangan kembali oleh gelembung udara yang

terbawa aliran. Serangan ini akan mengikis dan merusak lapisan pelindung

yang baru saja terbentuk, rusaknya lapisan pelindung tersebut akan

mengakibatkan serangan lebih lanjut pada logam yang lebih dalam sampai

membentuk cekungan.

Pengendalian korosi erosi dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengurangi kecepatan aliran fluida untuk mengurangi turbulensi dan

tumbukan yang berlebihan.

2. Menggunakan kompenen yang halus dan rapi pengerjaannya, sehingga

tempat pembentukan gelembung menjadi sesedikit mungkin

3. Penambahan inhibitor atau passivator

4. Menggunakan paduan logam yang lebih tahan korosi dan tahan erosi

5. Proteksi katodik

g. Biological CorrosionKorosi yang disebabkan oleh

adanya proses biologis. Korosi oleh mikrobiologi merupakan korosi yang disebabkan oleh mikroorganisme khususnya oleh bakteri, yang disebut juga dengan MIC (Microbiologically Influenced Corrosion). Korosi tipe ini terjadi pada kondisi pH netral, yaitu pH antara 4 sampai 9 dengan suhu lingkungan antara 10° C hingga 50°C.

Gambar 7 Biological Corrosion

Korosi jenis ini biasanya terjadi pada tempat-tempat yang berasal dari logam dengan kondisi konstan misalnya baja karbon, stainless steel dan logam paduan aluminiun-tembaga. Korosi jenis ini cukup berbahaya karena dapat terjadi pada kondisi normal tidak seperti jenis lain yang terjadi karena kondisi asam atau lainnya. Awal kemunculan dari MIC sering tidak terduga karena dapat muncul pada temperatur lingkungan atau larutan tidak pekat dimana pada umumnya laju korosi rendah. Ciri khas munculnya MIC adalah adanya endapan yang berlebihan atau terjadi penebalan lapisan (gumpalan).

h. Selective Leaching CorrosionSelective leaching adalah korosi

selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Selective leanching sangat berbahahya karena produk korosinya tidak Nampak dengan mata,dan sifat mekaniknya logam berubah dari sifat

iat menjadi bersifat getas. contoh lain dari selective leanching disebut dengan dealloying yakni bentuk serangan korosi pada besicor kelabu yang disebut dengan korosi graphitic. Logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih aktif pada elemen dalam paduan tersebut. Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun.

III. Data dan AnalisisA. Petunjuk K3

Pada praktikum yang telah dilakukan, praktikan telah menerapkan konsep safety dengan mengenakan ;

1. Jas laboraturium2. Safety shoes

B. PeralatanAlat yang digunakan diantaranya;1. senter;2. kaca pembesar;3. kamera.

Gambar 8 Selective Leaching Corrosion

C. Langkah Kerja1. menentukan lokasi penginspeksian korosi;2. melakukan inspeksi pada lokasi yang telah ditentukan;3. menganalisis jenis korosi yang telah ditemukan secara visual;4. diskusi dan pembuatan laporan.

D. Analisi Data InspeksiPada praktikum ini dilakukan inspeksi pada bagian sayap kanan pesawat Grand

Commander dan didapat beberapa korosi pada permukaannya, diantaranya;

No Gambar Pembahasan

1

(Gambar 1)

(Gambar 2)

(Gambar 3)

(Gambar 4)

Korosi ini merupakan jenis korosi galvanik. Korosi ini terletak pada permukaan bawah sayap (wing). Korosi ini disebabkan karena dua buah logam yang saling kontak satu sama lain. Akibatnya terjadi pelepasan elektron dari anodik yang disebabkan adanya beda potensial antara kedua logam tersebut.

2

(Gambar 1; pada permukaan atas)

(Gambar 2; pada leading edge)

Korosi ini terdapat pada permukaan atas sayap (gambar 1) dan leading edge (gambar 2). Korosi ini termasuk korosi uniform. Korosi ini terjadi karena logam terekspos pada lingkungan dan mengalami kehilangan berat akibat serangan kimia. Terlihat dari bentuk serangannya merata pada permukaan logam dalam bentuk oksidasi atau kerak.

IV.KesimpulanSemua jenis logam secara umum akan mengalami korosi akibat interaksi dengan

lingkungannya, perbedaanya terletak pada temperatur lingkungan atau cepat tidaknya logam tersebut terkorosi. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan pemilihan bahan material dalam kontruksi, desain dan teknik instalasi, serta prosedur perencaan.