159
INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR DALAM MEMAHAMI MAKNA PERAYAAN EKARISTI S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: DANIAL DODI NIM : 051124023 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

INKULTURASI SEBAGAI JALAN

BAGI UMAT PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

DALAM MEMAHAMI MAKNA PERAYAAN EKARISTI

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

DANIAL DODI

NIM : 051124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

ii

Page 3: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

iii

Page 4: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku

dan kakakku Kristianus Purnomo,

yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis,

Christina Desy Priandari yang selalu bersedia membantu penulis dan

memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini,

sahabat-sahabatku di IPPAK angkatan 2005,

dan segenap umat Paroki Kristus Raja Cigugur

Page 5: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

v

MOTTO

“Ci karacak ninggang batu, laun-laun jadi legok”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam

perkara-perkara besar”

(Luk 16:10)

Page 6: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

vi

Page 7: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

vii

Page 8: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

viii

ABSTRAK

Skripsi dengan judul INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR DALAM MEMAHAMI MAKNA PERAYAAN EKARISTI ini awalnya berangkat dari ketertarikan penulis terhadap kebudayaan Sunda, khususnya yang diinkulturasikan dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur. Namun dalam ketertarikan itu mulai muncul keprihatinan, antara lain kurangnya minat kaum muda untuk mendalami inkulturasi maupun kebudayaan tradisional. Selain itu, pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi sepertinya masih kurang karena Perayaan Ekaristi masih dianggap sebagai suatu kewajiban atau rutinitas belaka. Inkulturasi, yang pada awalnya ditujukan untuk membantu umat Paroki Kristus Raja Cigugur dalam memahami makna Perayaan Ekaristi, menjadi kurang bisa dipahami bahkan mengaburkan pemahaman akan keseluruhan Perayaan Ekaristi.

Istilah inkulturasi sendiri sebenarnya merupakan proses humanisasi diri dengan kebudayaan setempat. Bagi orang Sunda di Cigugur, proses humanisasi itu adalah menjadi orang Sunda seutuhnya. Sedangkan dalam Perayaan Ekaristi proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai bagian dari umat dan mengakar dalam diri umat sehingga umat memiliki kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah, yang terungkap secara nyata dalam Perayaan Ekaristi. Bahkan diharapkan bahwa Perayaan Ekaristi mampu menyentuh inti hidup umat yang paling dalam.

Untuk mengkaji permasalahan tersebut tentu saja harus didukung oleh fakta yang konkrit. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, studi dokumen, dan juga observasi partisipatif. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian responden di Paroki Kristus Raja Cigugur belum memahami makna Perayaan Ekaristi seutuhnya. Namun, antusias mereka akan inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi cukup besar. Hal tersebut didukung oleh gagasan umat yang mengungkapkan bahwa inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi masih sangat sesuai dan perlu dipertahankan karena inkulturasi sudah banyak membantu umat dalam memahami makna Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur. Dengan adanya inkulturasi, umat juga dapat terlibat secara aktif dan sadar dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Dari hasil penelitian, penulis juga mengusulkan salah satu program katekese dalam rangka meningkatkan pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi. Adapun model katekese yang penulis usulkan adalah katekese model Shared Christian Praksis (SCP). Model tersebut dipilih dengan alasan bahwa SCP selalu berangkat dari pengalaman umat yang dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi Kristiani. Selain itu, model ini juga dirasa sejalan dengan inkulturasi yang ada dalam Perayaan Ekaristi di Cigugur dan mampu menjawab kebutuhan umat.

Page 9: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai
Page 10: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih,

Gusti Pangeran Sikang Sawiji-wiji, karena atas kasih dan penyertaanNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul INKULTURASI

SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

DALAM MEMAHAMI MAKNA PERAYAAN EKARISTI ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Penulis memilih judul skripsi tersebut dengan harapan dapat

memberi sumbangan pemikiran untuk umat, khususnya kaum muda di Paroki

Kristus Raja Cigugur dalam memahami dan menghayati makna Perayaan Ekaristi.

Selain itu, penulis menganggap perlu untuk mengangkat suatu tema tentang

kebudayaan dan Perayaan Ekaristi karena dianggap sejalan dengan perkembangan

dan kebutuhan umat dewasa ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya

pendampingan, bimbingan, bantuan dan arahan dari segenap pihak. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed., selaku dosen

pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, waktu dan

sumbangan pemikiran dengan penuh kesabaran dan perhatian. Terima

kasih untuk masukan dan kritiknya sehingga penulis merasa dikuatkan dari

awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Page 11: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xi

2. Bapak Y.a.C.H. Mardiraharjo, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan banyak perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Yosep Kristianto, SFK, selaku dosen penguji ketiga yang juga

selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk segera

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberi

dukungan kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan dan seluruh karyawan IPPAK yang

telah memberikan dukungan, tegur sapa dan perhatiannya.

6. Rm. Martasudjita, Pr, yang ikut memberikan masukan yang sungguh-

sungguh berguna bagi penulis.

7. Rm. Y. Abukasman, OSC, selaku Pastor Paroki Kristus Raja Cigugur,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

8. Rm. Antoon Rutten, OSC, yang juga selalu memberikan perhatian kepada

penulis dan membukakan pintunya lebar-lebar, sehingga mempermudah

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas buku-buku

tentang sejarah Paroki Cigugur yang telah dipinjamkan kepada penulis.

9. Bapak, Mamah, Aa, dan seluruh keluargaku tercinta. Terima kasih atas

cinta, doa, dan dukungan yang boleh penulis terima.

10. Keluarga di Ambarawa, yang memberikan masukan dan dukungan bagi

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xii

11. Saudara-saudaraku yang ada di Yogyakarta; Antonius Yogi dan Christina

Jeanny Ardila, yang selalu mendukung dan memberikan motivasi bagi

penulis.

12. Sahabat-sahabatku angkatan 2005/2006 di IPPAK; Christina Desy

Priandari, Agustina Eri Susanti, Lisnawati Br. Pinem, Henrika Jamlean,

Almatia Nuri, Magdalena Mada Hede, Lusia Windu Andari, Haryanto,

Yohanes Pratamto Henri dll, yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku di Cigugur; Fransiskus Yanuar Triwacana, Antonius

Satia, dll, yang juga ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Segenap responden yang telah memberikan waktunya untuk diwawancarai,

sehingga penulis memperoleh data yang cukup lengkap dan representatif.

15. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih

atas doa dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa karya yang tidak sempurna ini masih

menyisakan kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu, kiranya tiada gading yang

tak retak karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dengan rendah hati, penulis

mengharapkan masukan berupa kritik atau saran yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 15 September 2009

Penulis

Danial Dodi

Page 13: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xiii

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

PERSEMBAHAN............................................................................................ iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penulisan.................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan............................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan............................................................................. 6

E. Metode Penulisan.............................................................................. 6

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7

BAB II. INKULTURASI DALAM PERAYAAN EKARISTI ...................... 9

A. Inkulturasi ......................................................................................... 9

1. Pengertian dan Hakikat Inkulturasi ............................................ 9

2. Dasar Inkulturasi ........................................................................ 17

3. Tujuan Inkulturasi ....................................................................... 18

B. Perayaan Ekaristi .............................................................................. 21

1. Makna Perayaan Ekaristi ............................................................ 21

2. Tata Perayaan Ekaristi................................................................. 24

C. Tahap-tahap Inkulturasi Liturgi dalam Perayaan Ekaristi ................ 28

BAB III.INKULTURASI KEBUDAYAAN SUNDA DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR .................... 35

A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Cigugur ............................... 36

1. Letak Geografis Paroki Kristus Raja Cigugur ............................ 36

Page 14: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xiv

2. Situasi Umat Paroki Kristus Raja Cigugur ................................. 37

a. Sejarah Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur.......................... 37

b. Perkembangan Gereja Katolik Cigugur ................................ 42

B. Penelitian tentang Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur......................................................................... 47

1. Latar Belakang ............................................................................ 47

2. Metodologi Penelitian ................................................................. 50

a. Jenis Penelitian....................................................................... 50

b. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 51

c. Responden Penelitian............................................................. 51

d. Variabel yang Diteliti............................................................. 52

e. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 52

f. Metode Pembahasan Data Penelitian ..................................... 54

3. Laporan dan Pembahasan hasil Penelitian .................................. 54

a. Responden.............................................................................. 54

b. Pemahaman Umat akan Makna Perayaan Ekaristi................. 55

c. Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi....................................... 69

4. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................... 76

BAB IV. KATEKESE INKULTURATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMAHAMAN UMAT AKAN MAKNA PERAYAAN EKARISTI ................................................................. 78

A. Katekese Inkulturatif......................................................................... 78

1. Hakikat dan Tujuan Katekese ..................................................... 78

2. Mengusahakan Katekese Inkulturatif.......................................... 82

B. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Inkulturatif......................................................................... 87

1. Komponen-komponen Pokok SCP ............................................. 88

a. Shared .................................................................................. 88

b. Christian ............................................................................... 89

c. Praxis ................................................................................... 90

2. Langkah-langkah SCP................................................................. 91

a. Langkah I: Pengungkapan praksis faktual ............................ 91

b. Langkah II: Refleksi kritis pengalaman faktual .................... 92

c. Langkah III: Mengusahakan Visi dan Tradisi Kristiani

Page 15: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xv

terjangkau.............................................................................. 93

d. Langkah IV: Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani ............................. 95

e. Langkah V: Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ........................................................ 96

C. Usulan Program Katekese ................................................................. 97

1. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese ......................... 97

2. Alasan Pemilihan Tema .............................................................. 98

3. Penjabaran Program Katekese..................................................... 99

4. Contoh Usulan Katekese............................................................. 102

BAB V. PENUTUP......................................................................................... 116

A. Kesimpulan ....................................................................................... 116

B. Saran.................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 120

LAMPIRAN..................................................................................................... 122

Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara ............................ (1)

Lampiran 2: Deskripsi Hasil Penelitian .................................................. (2)

Lampiran 3: Peta Keuskupan Bandung .................................................. (18)

Lampiran 4: Peta Paroki Kristus Raja Cigugur ...................................... (19)

Page 16: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama

Republik Indonesia dalam rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1981, hal 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese

masa kini, 16 Oktober 1979.

SC: Sacrosanctum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi Suci, 4 Desember

1965.

C. Singkatan Lain

ADS: Agama Djawa Sunda

Art: Artikel

bdk: bandingkan

dkk: dan kawan-kawan

dll: dan lain-lain

GKP: Gereja Kristen Pasundan

KWI: Konfrensi Waligereja Indonesia

MAWI: Majelis Agung Waligereja Indonesia

Page 17: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

xvii

No: Nomor

OSC: Ordo Sanctae Crucis

P: Pangeran

P dan K: Pendidikan dan Kebudayaan

PACKU: Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang

PAKEM: Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat

PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PUMR: Pedoman Umum Misale Romawi

PWI: Panitia Waligereja Indonesia

SCP: Shared Christian Praxis

TPE: Tata Perayaan Ekaristi

Page 18: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Perkembangan globalisasi dewasa ini ternyata membawa pengaruh

yang cukup besar bagi peradaban manusia pada umumnya. Dampak dari

perkembangan ini juga begitu terasa di Indonesia. Dalam hal kebudayaan, kita

tidak bisa menyangkal lagi bahwa sedikit banyak kita sudah terpengaruh oleh

kebudayaan barat. Bahkan kebudayaan asli yang telah lama tumbuh dan

berkembang di negeri ini semakin lama semakin menyusut. Kebudayaan asli

ini seringkali dipandang sebagai kebudayaan yang primitif atau tidak relevan

lagi dengan zaman yang sudah maju ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin

sedikitnya orang yang mau belajar atau mempertahankan kebudayaan

daerahnya. Untuk sekarang ini, sepertinya bukan hal yang aneh jika seseorang

tidak menguasai dan memahami bahasa daerahnya sendiri. Fenomena

semacam ini terjadi di berbagai pelosok di Indonesia yang terkenal dengan

kekayaan budayanya. Oleh karena itu, untuk beberapa tahun terakhir ini, di

beberapa daerah di Indonesia sedang digalakkan kembali studi mengenai

kebudayaan daerah. Dengan tujuan untuk menjaga kebudayaan asli Indonesia

dan agar kebudayaan yang telah ada tersebut tidak hilang begitu saja.

Begitu juga dengan Gereja Katolik pasca Konsili Vatikan II yang

semakin membuka diri terhadap dunia, atau dengan kata lain memberikan

peluang besar bagi inkulturasi. Dalam hal ini, Gereja Katolik melakukan

Page 19: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

2

pendekatan lewat kebudayaan jemaat setempat dengan tujuan agar Gereja

Katolik semakin diterima oleh dunia. Dengan demikian kebudayaan menjadi

salah satu jalan bagi Gereja untuk menginkulturasikan tradisi dan ajaran-

ajarannya agar semakin diterima dan dipahami oleh umat. Sebagai contoh,

para misionaris yang dahulu datang di Indonesia untuk mewartakan Injil, pada

awalnya mereka mempelajari budaya umat Indonesia, termasuk di dalamnya,

bahasa, tradisi, ataupun unggah-ungguh. Lewat pendekatan tersebut, ternyata

membuat sebagian besar orang di Indonesia memahami dan tertarik pada

ajaran Kristiani, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk menjadi Katolik.

Seiring berjalannya waktu, kebudayaan daerah semakin lama semakin

kurang dikenal orang dan dinilai kuno, sehingga inkulturasi kebudayaan dalam

Gereja pun semakin pudar dan makna inkulturasi itu pun semakin kabur. Yang

paling jelas dapat dilihat adalah dalam perayaan Ekaristi. Pada mulanya

inkulturasi kebudayaan dalam perayaan Ekaristi tersebut dimaksudkan agar

umat Kristiani lebih mampu menghayati Ekaristi lewat kebudayaannya

masing-masing. Namun, pada kenyataannya, tidak semua umat Kristiani di

Indonesia sekarang memahami kebudayaan daerahnya secara jelas. Dengan

kata lain, inkulturasi kebudayaan dalam perayaan Ekaristi seolah-olah tidak

begitu penting untuk tetap dipertahankan. Apalagi dalam masa Paus

Benediktus XVI sekarang ini penggunaan bahasa setempat untuk teks-teks

terjemahan harus benar-benar disesuaikan dengan bahasa aslinya. Sebagai

contoh, tidak semua gereja yang ada di Keuskupan Bandung menggunakan

bahasa Sunda dalam perayaan Ekaristi. Hanya beberapa gereja saja yang

Page 20: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

3

masih tetap menggunakan bahasa Sunda dalam perayaan Ekaristi, dengan

alasan bahwa tidak semua umat Katolik di Keuskupan Bandung adalah orang

Sunda. Di luar itu, gereja-gereja di Keuskupan Bandung lebih dominan

menggunakan bahasa Indonesia dalam perayaannya. Lalu, bagaimana dengan

umat Katolik di Keuskupan Bandung yang berasal dari Sunda?

Jika kita berbicara mengenai orang Sunda Katolik di Keuskupan

Bandung, maka penulis akan mengawalinya dari Cigugur, tempat di mana

terdapat umat Katolik yang benar-benar berasal dari orang-orang Sunda dan

sekaligus merupakan jantung dari kebudayaan Sunda, di mana tradisi-tradisi

dan kebudayaan yang sudah ada masih dipelihara dan terus diperkembangkan.

Hal ini tidak dapat terlepas dari sejarah munculnya umat Katolik Cigugur ini.

Mereka merupakan peralihan dari penganut ADS (Agama Djawa Sunda),

sehingga sedikit banyak, umat Katolik Cigugur ini, yang hidup dalam

lingkungan kebudayaan Sunda Cigugur, telah dihidupi oleh adat-istiadat dan

kebudayaan tersebut. Nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan Sunda telah

tertanam dalam jiwa mereka. Dengan demikian, keseluruhan hidupnya tidak

bisa dipisahkan dari kebudayaan Sunda, termasuk cara menghayati iman

Kristiani mereka. Hal ini tentu saja membuka peluang yang lebar bagi Gereja

Katolik untuk masuk ke dalam jiwa umat Katolik Cigugur lewat kebudayaan

mereka. Atau dengan kata lain kebudayaan Sunda menjadi pintu gerbang bagi

Gereja Katolik untuk masuk dan memahami umat Katolik Cigugur. Begitu

juga sebaliknya, umat Katolik Cigugur akan mampu menerima dan memahami

iman Kristiani mereka lewat kebudayaan yang mereka miliki.

Page 21: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

4

Oleh karena itu, baik untuk disadari bahwa inkulturasi kebudayaan

daerah dalam gereja, khususnya dalam perayaan Ekaristi, sedikit banyak telah

berperan dalam memperkembangkan iman umat dan membantu umat dalam

menghayati perayaan Ekaristi. Lewat inkulturasi kebudayaan dalam perayaan

Ekaristi, sebagian besar umat telah terbantu untuk memahami makna Ekaristi

yang menjadi puncak dalam hidup Kristiani. Hal ini juga membuat sebagian

umat ingin mempertahankan nilai-nilai dari inkulturasi tersebut, walaupun

sebagian lainnya menganggap bahwa inkulturasi tidak begitu relevan lagi

dalam perayaan Ekaristi pada masa sekarang.

Berawal dari keprihatinan tersebut, penulis mencoba menggali lagi

nilai-nilai inkulturasi kebudayaan yang ada dalam perayaan Ekaristi. Karena

penulis menganggap bahwa inkulturasi merupakan bagian dari karya

pelayanan Gereja sekaligus menjadi bagian dari perkembangan Gereja Katolik

di Indonesia. Tanpa adanya inkulturasi dalam proses pewartaan ini, belum

tentu orang mampu memahami ajaran dan tradisi-tradisi Kristiani secara utuh

dan menyeluruh. Proses pewartaan pun tentu saja tidak akan menyentuh hati

jemaat sampai ke bagian yang paling dalam, apalagi sampai umat mampu

mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dengan sepenuh hati, jiwa dan tenaga

mereka. Bagaimana umat mampu menghayati Injil secara benar jika umat

sendiri tidak mampu menerima ajaran-ajaran Kristiani yang diberikan?

Melalui inkulturasi, umat diperkenalkan dengan iman Kristiani sesuai dengan

tradisi ataupun nilai-nilai kebudayaan yang mereka miliki, sehingga iman

Kristiani mampu diaktualisasikan dalam kehidupan umat sehari-hari dan

Page 22: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

5

menjadi identitas bagi umat-umat Kristiani di manapun juga. Oleh sebab itu,

inkulturasi menjadi hal yang sangat penting bagi perkembangan Gereja

Katolik di Indonesia sampai saat ini, sehingga nilai-nilai yang ada di dalamnya

tentu saja harus tetap dijaga dan dipertahankan terus menerus karena masalah

inkulturasi merupakan masalah umat dalam usaha mengerti dan menjalani Injil

dalam setiap situasi hidupnya. Kiranya dengan adanya tulisan ini, umat akan

lebih mampu memahami Ekaristi lewat kebudayaan masing-masing, sehingga

secara langsung umat juga akan semakin memahami dan menghargai

kebudayaan daerah yang ada.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi?

2. Unsur-unsur kebudayaan Sunda macam apa saja yang dapat

diinkulturasikan dalam perayaan Ekaristi?

3. Bagaimana katekese inkulturatif digunakan sebagai jalan bagi umat

Kristiani di Paroki Kristus Raja Cigugur dalam menghayati makna

perayaan Ekaristi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat tulisan ini adalah :

1. Memaparkan gambaran mengenai inkulturasi dalam gereja Katolik,

berikut maksud dan tujuannya

Page 23: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

6

2. Memaparkan unsur-unsur kebudayaan Sunda yang dapat diinkulturasikan

dalam perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur.

3. Memaparkan peranan katekese inkulturatif dalam membantu umat Paroki

Kristus Raja Cigugur menghayati makna perayaan Ekaristi.

4. Memenuhi syarat kelulusan program pendidikan Strata 1 (S1) di prodi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi dengan judul ”Inkulturasi sebagai Jalan

bagi Umat Paroki Kristus Raja Cigugur dalam Memahami Makna Perayaan

Ekaristi” adalah :

1. Supaya penulis memiliki pengalaman, pengetahuan dan wawasan baru

baik dalam hal liturgi yang inkulturatif maupun dalam memahami

kebudayaan Sunda.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi umat Katolik di Paroki Kristus

Raja Cigugur pada khususnya, dan umat Katolik lain pada umumnya,

dalam memahami makna Perayaan Ekaristi lewat kebudayaan mereka.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada

sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Selain itu juga, penulis akan

Page 24: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

7

menggunakan studi pustaka serta mencari sumber-sumber yang relevan dan

mendukung.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul ”Inkulturasi sebagai Jalan bagi Umat

Paroki Kristus Raja Cigugur dalam Memahami Makna Perayaan Ekaristi” dan

dikembangkan ke dalam lima bab :

Bab I. Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan

Bab II. Inkulturasi Kebudayaan dalam Perayaan Ekaristi

Dalam bab kedua ini penulis menyajikan materi mengenai pengertian dan

hakikat inkulturasi, dasar inkulturasi, tujuan inkulturasi, makna Perayaan

Ekaristi, Tata Perayaan Ekaristi dan Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi yang

secara khusus membahas tentang tahap-tahap inkulturasi liturgi.

Bab III. Inkulturasi Kebudayaan Sunda dalam Perayaan Ekaristi di Paroki

Kristus Raja Cigugur

Dalam bab ini penulis menyajikan gambaran Paroki Kristus Raja Cigugur

secara umum dan penelitian mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di

Paroki Kristus Raja Cigugur.

Bab IV. Katekese Inkulturatif dalam Rangka Meningkatkan Pemahaman Umat

akan Makna Perayaan Ekaristi

Page 25: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

8

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai katekese inkulturatif, Shared

Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu model katekese yang inkulturatif

dan usulan program katekese.

Bab V. Penutup

Bab penutup ini berisi tentang kesimpulan dan saran

Page 26: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

BAB II

INKULTURASI DALAM PERAYAAN EKARISTI

Dalam Bab II ini disajikan landasan-landasan teori yang mendukung dan

mendasari gagasan-gagasan penulis yang telah dituangkan dalam Bab I.

Kedudukan Bab II dalam keseluruhan skripsi ini adalah mengkaji teori-teori

mengenai Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Adapun Bab II ini disusun dari tiga

sub-bab yang berisi tentang Inkulturasi, Perayaan Ekaristi dan Inkulturasi dalam

Perayaan Ekaristi. Sub-bab Inkulturasi menyajikan pengertian dan hakikat

inkulturasi, dasar inkulturasi serta tujuan inkulturasi. Sedangkan dalam sub-bab

mengenai Perayaan Ekaristi akan disajikan perihal makna Perayaan Ekaristi dan

Tata Perayaan Ekaristi. Pada sub-bab ketiga mengenai Inkulturasi dalam Perayaan

Ekaristi, secara khusus akan dibahas mengenai tahap-tahap inkulturasi liturgi.

A. INKULTURASI

1. Pengertian dan Hakikat Inkulturasi

Inkulturasi berasal dari bahasa Latin, in dan cultur-cultura. Kata depan

in mengandung pengertian “(masuk) ke dalam”, sedangkan kata cultur atau

cultura berasal kata kerja colore yang berarti “mengolah tanah”. Pengertian

kultur adalah segala karya yang membantu kehidupan manusia. Sinonimnya

dengan kata lain ialah “kebudayaan”, dari “budi-daya” dan “peradaban” dari

kata Arab adaba yang berarti mendidik (Komisi Liturgi MAWI, 1985: 9).

Page 27: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

10

Dengan demikian, istilah inkulturasi, secara umum, dipahami sebagai suatu

usaha Gereja membudaya.

Menurut Martasudjita (wawancara pada tanggal 20 Mei 2009), istilah

inkulturasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun

keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena dalam setiap usaha

inkulturasi pasti selalu merangkul budaya setempat. Tetapi tidak semua

penyesuaian budaya dapat disebut inkulturasi. Selain itu, istilah inkulturasi

juga merupakan istilah yang hanya ada dalam tradisi Kristiani yang selalu

menunjuk pada perwujudan Injil Yesus Kristus dalam budaya setempat.

Istilah inkulturasi ini muncul pertama kali dalam literatur misiologis

tahun 1960, yang diperkenalkan oleh seorang dosen di Universitas Gregoriana,

Masson, dalam artikelnya ”L’eglise ouverte sur Le Monde”. Dengan istilah

ini, Masson mau mengungkapkan fakta integrasinya warta keselamatan

Kristen atau Gereja ke dalam kebudayaan kelompok tertentu. Istilah ini untuk

pertama kalinya digunakan dalam dokumen resmi Gereja pada tahun 1977,

yaitu oleh sinode para Uskup di Roma mengenai katekese, yang mengeluarkan

naskah terakhir “Pesan kepada Umat Allah” (Komisi Liturgi MAWI, 1985:

19).

Dokumen De Liturgia Romana et Inculturatione (art. 4) merumuskan

inkulturasi merupakan inkarnasi Injil dalam pelbagai kebudayaan yang

otonom dan sekaligus memasukkan kebudayaan-kebudayaan tersebut ke

dalam kehidupan Gereja. Dengan kata lain inkulturasi merupakan usaha suatu

agama untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Dalam

Page 28: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

11

penyesuaian tersebut muncul transformasi yang mendalam dari nilai-nilai

budaya asli yang diintegrasikan ke dalam tradisi Kristiani.

Selain itu, beberapa ahli juga telah berusaha merumuskan istilah

inkulturasi ini, salah satunya Giancarlo Collet, yang dikutip oleh Prier (1999:

8) :

Inkulturasi adalah suatu proses yang berlangsung terus dimana Injil diungkapkan di dalam situasi sosio-politik dan religius-budaya sedemikian rupa sehingga ia tidak hanya diwartakan melalui unsur-unsur situasi tersebut, tetapi menjadi suatu daya yang menjiwai dan mengolah budaya tersebut sekaligus budaya tersebut memperkaya Gereja Universal.

Dalam pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

dalam inkulturasi, Injil Yesus Kristus diwujudnyatakan melalui budaya umat

setempat secara terus menerus, sehingga mengakar di dalam kehidupan umat.

Melalui inkulturasi, unsur-unsur budaya umat setempat dirangkul, dimaknai

dan dijiwai oleh Injil Yesus Kristus. Inkulturasi bukanlah suatu proses yang

singkat karena inkulturasi berlangsung terus-menerus dan senantiasa

mengikuti perkembangan umat sesuai dengan konteks zamannya. Proses yang

terjadi terus-menerus ini akan membuat umat semakin mengimani Injil Yesus

Kristus dalam kebudayaannya bahkan mampu menjadi identitas bagi umat di

suatu wilayah tertentu karena telah menjadi satu dengan hidup umat.

Selain Collet, ada pula Crollius (Muda,1992:23) yang merumuskan

inkulturasi sebagai berikut:

Inkulturasi Gereja adalah integrasi pengalaman Kristen sebuah Gereja Lokal ke dalam kebudayaan bangsa tertentu sedemikian rupa sehingga pengalaman itu tidak hanya mengungkapkan dirinya dalam elemen-elemen kebudayaan bangsa itu, melainkan menjadi kekuatan atau daya yang menjiwai, mengarahkan dan memperbaharui kebudayaan itu, dan

Page 29: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

12

dengan itu menciptakan satu persekutuan baru bukan saja dalam kebudayaan tertentu itu melainkan juga sebagai sumbangan untuk Gereja Universal.

Maksudnya adalah bahwa adanya integrasi antara Injil dengan kebudayaan

setempat akan mampu memaknai atau menjiwai kebudayaan setempat

tersebut. Dalam inkulturasi, pengalaman Kristen tidak semata-mata

diekspresikan dalam bentuk kebudayaan setempat saja, tetapi lebih dimaknai

dan dijiwai oleh semangat Injil Yesus Kristus.

Mantan Jenderal Yesuit, Arrupe (Muda,1992:24), merumuskan

inkulturasi sebagai berikut :

Inkulturasi adalah inkarnasi kehidupan dan warta keselamatan Kristen ke dalam kebudayaan tertentu sehingga pengalaman ini tidak hanya menemui ungkapannya atau ekspresinya lewat unsur-unsur kebudayaan tertentu tersebut, melainkan menjadi dasar atau prinsip yang menjiwai, mengarahkan, menyatukan dan mengubahnya kepada satu ciptaan baru.

Dalam misteri inkarnasi, Yesus Kristus turun ke dunia dan mengambil rupa

manusia, sehingga Ia pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan situasi

konkret di sekitarnya. Begitu pula dalam inkulturasi, ketika Injil

diinkulturasikan ke dalam kebudayaan umat setempat, maka keduanya tidak

dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya saling merangkul dan memperkaya.

Dalam suatu usaha inkulturasi, biasanya tidak banyak dimunculkan bentuk-

bentuk yang baru dalam pengungkapannya, melainkan bentuk yang sudah ada

sebelumnya semakin dimaknai dengan Injil Yesus Kristus. Atau dengan kata

lain pembaharuan terjadi dalam makna kebudayaan yang terinkulturasi oleh

Injil Yesus Kristus, sehingga suatu kebudayaan akan memiliki makna Injili.

Page 30: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

13

Seminar inkulturasi yang diadakan di Yogyakarta, atas kerjasama

dengan Fakultas Misiologi di Gregoriana Roma (Muda,1992:24) merumuskan

inkulturasi sebagai berikut :

Inkulturasi adalah satu proses dimana persekutuan gereja menghidupi iman dan pengalaman Kristennya dalam konteks kebudayaan tertentu, sehingga penghayatan ini tidak hanya dapat diungkapkan lewat elemen-elemen kebudayaan setempat, melainkan menjadi suatu kekuatan yang menjiwai, membentuk, dan secara mendalam membaharui kenyataan itu, sehingga terciptalah pola-pola baru persekutuan, dan komunikasi dalam kebudayaan dan di luar kebudayaan itu sendiri.

Dari pengertian tersebut, dapat dilihat pemaknaan Injil dalam kebudayaan

umat setempat justru mampu menghidupi kebudayaan tersebut. Dengan

adanya pemaknaan tersebut, baik Injil maupun kebudayaan memiliki suatu

kekuatan baru yang semakin membentuk identitas sebuah gereja lokal.

Dari ketiga rumusan inkulturasi tersebut, dapat diambil suatu intisari

bahwa dengan inkulturasi ada pemaknaan baru dalam pengungkapan

kebudayaan setempat. Nilai-nilai dari suatu kebudayaan yang sudah ada

semakin kuat karena dijiwai oleh semangat Injil. Selain itu, usaha Gereja

untuk berinkulturasi dengan kebudayaan setempat juga semakin mengarahkan

dan memperbaharui kebudayaan tersebut sehingga menghasilkan suatu ciptaan

atau kebudayaan baru yang lebih memampukan umat untuk menghayati dan

mewujudkan iman mereka sesuai dengan citarasa umat sendiri. Hal ini sejalan

dengan pendapat Banawiratma, dalam artikelnya ”Menjernihkan Inkulturasi”,

yang dimuat dalam ”Bina Liturgia I: Inkulturasi” (Komisi Liturgi

MAWI,1985:28), bahwa:

Page 31: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

14

Inkulturasi bukanlah penerapan kebenaran-kebenaran abstrak dalam situasi konkret. Inkulturasi adalah pergulatan kreatif umat setempat untuk menghayati hidup sebagai ciptaan baru. Ciptaan baru itu bukan hanya pakaian baru, melainkan hubungan kita dengan Yesus Kristus yang hidup Namun, tentu saja perlu diingat bahwa inkulturasi bukanlah satu-

satunya yang paling penting karena menurut Koendjono, inkulturasi ada demi

penghayatan Kerajaan Allah (Komisi Liturgi MAWI, 1985: 11). Jadi Kerajaan

Allah tetap menjadi yang terpenting. Karena inkulturasi hanyalah jalan yang

menjembatani antara nilai-nilai budaya dengan nilai-nilai Injili untuk

mencapai penghayatan Kerajaan Allah. Atau dengan kata lain dapat

diungkapkan bahwa umat akan mampu menghayati Injil dan Kerajaan Allah

melalui dan di dalam kebudayaan mereka masing-masing. Maka, apakah suatu

unsur kebudayaan kita dapat dimasukkan dalam penghayatan agama,

tergantung apakah membantu penghayatan agama kita atau tidak. Suatu unsur

kebudayaan bagaimanapun tinggi nilainya kalau tidak membantu tidak baik

dimasukkan sebagai sarana penghayatan agama.

Sebagai contoh, dalam kebudayaan Sunda, dikenal dengan istilah

tangan saé, artinya ketika orang hendak menerima suatu barang maka harus

disambut dengan tangan kanan di atas. Hal tersebut sebenarnya menunjukkan

penghormatan yang tulus baik kepada orang yang memberikan maupun pada

barang yang diterima, apalagi jika barang tersebut berupa makanan. Di Gereja

Paroki Kristus Raja Cigugur, tradisi ini dianggap baik dan bermakna bagi

penghayatan iman umat. Oleh karena itu, pada saat penerimaan komuni, umat

dianjurkan untuk menerima komuni dengan tangan saé tersebut. Tradisi

Page 32: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

15

tangan saé dalam Gereja Katolik di Paroki Kristus Raja Cigugur semakin

dimaknai dengan semangat Injili. Dengan menerima Tubuh Kristus

menggunakan tangan kanan di atas, umat berarti memberikan

penghormatannya kepada Tubuh Kristus. Selain itu, mereka juga dengan

rendah hati menyediakan dirinya untuk bersatu dengan Kristus.

Dari contoh tersebut, dapat dilihat bahwa tradisi umat setempat

ditampung oleh Gereja Katolik, kemudian ditawarkan kepada umat dan umat

pun menerimanya. Dalam hal ini, terjadi dialog antara Gereja dan tradisi umat

setempat sehingga menghasilkan suatu bentuk inkulturasi. Jadi, inkulturasi

merupakan proses dua arah, yakni asimilasi antara warta Kristen dan jalan

hidup Kristen ke dalam kebudayaan kelompok bangsa tertentu. Hal ini juga

bisa dikatakan sebagai penerimaan kebudayaan lokal bersama-sama dengan

kehidupan Kristen lokal ke dalam warta keselamatan. Baik itu warta Kristen

maupun kebudayaan umat setempat, keduanya saling merangkul,

mempengaruhi dan memperkaya. Selain itu, warta Kristen memberikan makna

baru dalam kebudayaan tersebut. Umat pun akan mampu memahami dan

menghayati warta Kristen tersebut melalui kebudayaan mereka. Dengan

demikian terciptalah ciptaan baru atau bentuk baru kesatuan dan persekutuan

dalam gereja lokal dan merupakan sesuatu yang memperkaya gereja universal.

Dalam inkulturasi terjadi suatu interaksi sedemikian hingga budaya lama

maupun budaya baru mengalami suatu transformasi (Prier, 1999: 7). Yang

perlu digarisbawahi di sini adalah dalam suatu interaksi tentu saja hubungan

timbal balik mutlak harus ada.

Page 33: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

16

Inkulturasi juga merupakan relasi dinamis antara warta keselamatan

kristen dengan pelbagai kebudayaan, integrasi kehidupan kristen ke dalam

kebudayaan tertentu, satu proses kontinu dari interpretasi kritis dan timbal

balik serta asimilasi antar keduanya (Muda, 1992 : 34). Oleh karena itu, dalam

inkulturasi selalu ada kerjasama atau hubungan timbal balik yang saling

menguntungkan baik bagi kebudayaan setempat maupun bagi tradisi-tradisi

Kristiani. Keduanya tentu saja tidak dapat dipisahkan ataupun berjalan sendiri-

sendiri. Karena kedua hal tersebut merupakan inti dari inkulturasi dalam

Gereja. Inkulturasi hanya akan terjadi apabila ada dialog timbal balik antara

tradisi-tradisi Kristiani dengan kebudayaan setempat.

Pada hakikatnya inkulturasi merupakan perjumpaan yang bersifat

berkelanjutan antara iman Kristiani dengan kebudayaan, dan Yesus Kristus

sebagai pusatnya. Dengan demikian dalam proses inkulturasi harus nampak

bagaimana jemaat di dalam pergulatan hidupnya sehari-hari mengimani

Kristus dan menemukan kehadiranNya dalam segala aspek kehidupannya.

Pernyataan tersebut juga didukung dengan penegasan dari Lane (Heryatno,

2000: 124) bahwa pada intinya inkulturasi merupakan perjumpaan antara

kebudayaan dan Injil yang saling mengisi, mempengaruhi dan membentuk.

Oleh karena itu, budaya dan Injil tidak bisa dipisahkan, seperti diungkapkan

oleh Paus Paulus VI bahwa pemisahan antara Injil dan kebudayaan merupakan

drama hidup jemaat yang tidak dapat dilupakan. Inilah yang disebut sebagai

hakikat inkulturasi, yaitu membantu jemaat Kristiani agar iman mereka

meresap masuk ke dalam inti hidup sehingga membentuk dan menjiwai

Page 34: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

17

seluruh pengalaman pergulatan mereka. Karena iman yang belum menjadi

kebudayaan merupakan iman yang belum sepenuhnya diterima dan dihidupi

secara sungguh-sungguh oleh umat (Heryatno, 2000: 123). Atau dengan kata

lain iman seseorang harus benar-benar tercermin dalam kesehariannya.

Hal ini tentu saja akan menghasilkan dampak yang begitu positif bagi

umat Kristiani. Mereka akan semakin mampu membangun hidup berimannya

maupun komunitasnya. Selain itu, mereka juga semakin memiliki iman

Katolik yang menyatu dan mengakar pada kebudayaan dan nilai-nilai setempat

yang mereka yakini bersifat positif, karena telah terbukti berharga bagi

perjuangan kehidupan mereka. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali

bahwa inkulturasi sungguh berkaitan dengan praksis atau keterlibatan jemaat

di dalam menghayati Injil Yesus Kristus menurut kebudayaan mereka sendiri.

Dalam sebuah artikel mengenai ”Katekese sebagai Salah Satu Momen

Penting dalam Inkulturasi”, Heryatno (2000: 121) menyatakan bahwa

inkulturasi merupakan kenyataan yang bersifat kompleks yang hakikatnya

tidak akan dimengerti dengan baik apabila hanya digali berdasarkan konsep

yang semata-mata bersifat teoritis. Inkulturasi sejati harus berangkat dari

konteks praksis sosio-kultural jemaat atau dengan kata lain inkulturasi harus

bertolak dari budaya setempat (Martasudjita, 1999: 88).

2. Dasar Inkulturasi

Dasar inkulturasi yang pertama kali dipikirkan ialah misteri inkarnasi

sendiri: Putera Allah mengenakan kodrat manusia, sebagaimana nampak

Page 35: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

18

dalam permulaan Injil Yohanes (Komisi Liturgi MAWI, 1985: 39). Dalam

misteri inkarnasi ini, Yesus mengenakan kodrat manusia atau dengan kata lain

hidup Allah sendiri menginkulturasi dalam adat kebudayaan manusia. Namun,

hal ini tentu saja belum begitu mencukupi, pendasaran inkulturasi tidak boleh

berhenti pada misteri inkarnasi saja. Pusat pengalaman Kristiani tidak boleh

dilupakan, yakni Dia yang telah disalibkan bangkit kembali. Hal ini juga

diungkapkan oleh Martasudjita (1999:81) bahwa dasar teologi inkarnasi ialah:

Misteri kasih trinitaris yang diwahyukan dalam rangka sejarah dan mengalami puncak dan kepadatannya dalam peristiwa Yesus Kristus, dimana Sang Putera menjadi manusia (inkarnasi) dan menerima konsekuensi terakhirnya sebagai manusia: wafat, namun kemudian dibangkitkan oleh Bapa dalam Roh Kudus (misteri paskah). Dengan dasar tersebut, unsur budaya setempat diangkat dan diterima

oleh Injil sebagai media dialog keselamatan Allah dan manusia. Dan dengan

dasar misteri Paskah (inkarnasi), unsur budaya setempat ditebus dan

diperbaharui oleh Injil Yesus Kristus. Dengan demikian dapat dilihat bahwa

inkulturasi mengungkapkan betapa berharga dan bernilainya budaya dan

tradisi umat setempat dalam iman Kristiani (Martasudjita, 1999: 84).

3. Tujuan Inkulturasi

Adapun yang menjadi tujuan dari inkulturasi adalah agar umat semakin

mengenali, mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dengan sepenuh jiwa, hati,

dan tenaga menurut kebudayaan dan nilai-nilai pokok hidup umat sendiri.

Dalam konteks liturgi, inkulturasi merupakan pengungkapan / perayaan liturgi

Gereja dalam tatacara dan suasana yang serba selaras dengan citarasa budaya

Page 36: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

19

umat yang beribadat. Dengan demikian ”umat yang mengikuti ibadat

terpesona oleh lagu, doa, lambang / hiasan, upacara, karena semuanya

langsung dapat dimengerti; karena semuanya bagus menurut penilaian yang

dipakai dalam hidup kebudayaan setempat” (Prier, 1999: 13). Hal ini tentunya

akan membuat umat semakin mampu memahami segala sesuatu yang ada di

dalam Gereja dan ikut serta terlibat dalam segala bentuk kegiatan hidup

menggereja demi penghayatan imannya akan Yesus Kristus. Penghayatan

iman akan Yesus Kristus ini kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan umat

sehari-hari. Inkulturasi juga secara tidak langsung akan menyelamatkan adat-

kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga

kebudayaan yang diwariskan dari nenek moyang tidak hilang begitu saja,

tetapi semakin dilestarikan.

Di dalam inkulturasi, tidak hanya iman Kristiani yang dipribumikan,

tetapi juga sebaliknya kebudayaan pribumi pun dikristenkan. Dengan artian

bahwa iman Kristiani dapat diterima sebagai milik umat pribumi dan

kebudayaan pribumi pun menjadi bagian dalam Iman Kristiani. Karena

inkulturasi merupakan dialog timbal balik antara iman kristen dan kebudayaan

setempat.

Sebagai contoh, dalam tradisi Sunda Cigugur dikenal ritual khusus

pada malam jumat kliwon. Sebelum agama Katolik masuk ke Cigugur, ritual

ini berlangsung di tempat-tempat khusus yang sudah disucikan. Selain itu,

ritual ini ditujukan kepada leluhur atau arwah-arwah yang sudah meninggal

sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, ritual ini juga seringkali

Page 37: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

20

dimanfaatkan untuk meminta bantuan / pertolongan kepada yang didoakan,

khususnya yang telah meninggal, dengan anggapan bahwa orang yang sudah

meninggal pasti memiliki kesempurnaan. Hal ini dianggap baik oleh Gereja

Katolik pada waktu itu. Ketika agama Katolik mulai berkembang di Cigugur,

tradisi berdoa di malam Jumat Kliwon ini tidak dihilangkan begitu saja dari

masyarakat Cigugur, namun diterima dan diangkat dalam suatu Perayaan

Ekaristi. Gereja Katolik meluruskan dan memaknai ritual tersebut menurut

semangat Injili. Ritual malam Jumat Kliwon pada masa sekarang ini dijadikan

sebagai suatu perayaan syukur kepada Tuhan dan segala doa serta

permohonan pun hanya ditujukan kepada Tuhan.

Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa adanya

dialog antara tradisi Kristiani dengan tradisi umat setempat, maka tidak

mungkin tercipta suatu bentuk inkulturasi yang selaras dan diterima oleh umat

setempat. Namun perlu diingat juga bahwa pelaku/subyek utama dari

inkulturasi adalah umat sendiri. Oleh karena itu, baik tujuan maupun hakikat

inkulturasi selalu bertitik tolak dari konteks praksis yang dialami umat. Selain

itu, proses meresapnya Injil secara mendalam hanya mungkin bila semua umat

melibatkan diri (Komisi liturgi MAWI, 1985: 36). Hal tersebut juga

ditegaskan kembali oleh Hardawiryana (Komisi Liturgi MAWI, 1985: 37)

bahwa kaum awam bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan dan misi

Gereja di tengah masyarakat.

Page 38: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

21

B. PERAYAAN EKARISTI

Istilah ”Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti

puji syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata

kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji, mengucap syukur

(Martasudjita, 2005: 28). Pada intinya, istilah Ekaristi menunjuk dengan bagus

isi dari apa yang dirayakan dalam seluruh Perayaan Ekaristi, yaitu pujian dan

syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus,

sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus.

Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan dan menghadirkan misteri

penebusan Kristus pada masa sekarang (Martasudjita, 2005: 29).

1. Makna Perayaan Ekaristi

Gereja adalah paguyuban orang beriman yang percaya kepada Yesus

Kristus. Umat beriman dipersatukan dalam Gereja karena imannya akan Yesus

Kristus. Umat kemudian menanggapinya dengan merayakan dan

mengenangkan misteri kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus

Kristus dalam suatu perayaan liturgis yang disebut Ekaristi.

Martasudjita (2005:105), dalam bukunya yang berjudul ”Ekaristi:

Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral”, menyebutkan bahwa Ekaristi

merupakan sebuah perayaan. Kata perayaan menerjemahkan kata Latin

celebratio yang kata kerjanya celebrare. Kata celebrare ini mempunyai

banyak kemungkinan arti, antara lain: merayakan, mengunjungi atau

menghadiri dalam jumlah banyak, meramaikan, memenuhi, kerap kali

Page 39: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

22

melakukan, memasyhurkan, memuji atau memuja. Oleh karena itu, makna

dasar celebratio atau perayaan selalu berunsur plural. Dalam Perayaan

Ekaristi, umat merayakan warta penyelamatan Yesus Kristus yang telah

diterima dan diimani, kemudian dikenangkan lagi dalam ungkapan syukur atas

tindakan penyelamatan Alah melalui Yesus Kristus (Komisi Liturgi MAWI.

1985: 25). Merayakan di sini berarti umat satu sama lain menciptakan

kehadiran Kristus dan membuat hidup misteri yang dirayakan tersebut, dan itu

terasa menyentuh mereka yang merayakannya atau kerapkali disebut dengan

istilah memoria Iesu (Komisi Liturgi MAWI. 1985: 50). Apabila Ekaristi

dipandang sebagai sebuah Perayaan, maka banyak peluang yang dapat

dijadikan sarana berinkulturasi.

Dalam pengertian teologis – liturgis, kata perayaan mengandung tiga

arti pokok, yaitu: segi kebersamaan, segi partisipasi dan segi konteks

(Martasudjita, 2005: 106-108).

1. Segi kebersamaan

Sebuah perayaan selalu merupakan suatu kegiatan bersama atau sekurang-

kurangnya melibatkan lebih dari satu orang. Ekaristi sebagai sebuah

perayaan pertama-tama adalah perayaan seluruh Tubuh Mistik Yesus

Kristus, yakni Kepala dan para anggotanya. Dengan kata lain, subyek

Perayaan Ekaristi adalah Tuhan Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Subyek

menunjuk siapa yang merayakan Ekaristi, yaitu Kristus dan bersama

seluruh Gereja. Hal ini berarti seluruh Gereja juga menjadi subyek atau

pelaku Perayaan Ekaristi yang sungguh-sungguh, tetapi selalu karena

Page 40: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

23

Kristus, di dalam Kristus dan bersama Kristus. Itulah sebabnya, Konsili

Vatikan II menegaskan makna eklesial Ekaristi dan semua kegiatan liturgis

lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam SC 26 bahwa ”Upacara-upacara

liturgi bukanlah tindakan perorangan melainkan perayaan Gereja sebagai

sakramen kesatuan”. Dan sebagai suatu perayaan seluruh Gereja, Ekaristi

selalu bersifat resmi, umum, eklesial, artinya menghadirkan seluruh

Gereja. Oleh karena itu konsekuensi pastoralnya adalah Ekaristi tidak

pernah boleh dirayakan menurut selera pribadi.

2. Segi partisipasi

Suatu perayaan juga selalu menunjuk makna keterlibatan atau partisipasi

dari seluruh hadirin. Demikian pula Ekaristi sebagai liturgi resmi

menuntut partisipasi sadar dan aktif dari semua yang hadir. Kata sadar

menunjuk segi pemahaman atau dengan kata lain tahu apa yang ia

lakukan. Oleh karena itu, umat beriman perlu memahami seluruh makna

Perayaan Ekaristi, termasuk arti semua simbolnya. Sedangkan kata aktif

menunjuk keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya. Itulah sebabnya

para Bapa Konsili Vatikan II mendesak umat beriman agar mereka

merayakan Ekaristi bukan sebagai penonton yang bisu, melainkan bisa

memahami misteri yang dirayakan dengan baik dan ikut serta secara

penuh, khidmat, dan aktif (SC 48). Partisipasi sadar dan aktif ini

mencakup pemahaman akan seluruh misteri yang dirayakan sekaligus

keterlibatan yang penuh, utuh dan aktif sejak persiapan, pelaksanaan,

Page 41: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

24

hingga sesudah perayaan, yakni dengan ikut menghasilkan buah-buah

perwujudan iman.

3. Segi konteks

Sebuah perayaan selalu diselenggarakan menurut situasi dan kondisi

setempat. Dalam hal ini, unsur kebutuhan setempat, situasi, tantangan

zaman, dan unsur-unsur budaya lokal ikut mempengaruhi sebuah

perayaan. Demikian halnya dengan Perayaan Ekaristi kita, yang

merupakan perayaan seluruh Gereja, juga dirayakan menurut gaya dan

model penghayatan setempat. Segi konteks ini menunjuk makna Ekaristi

yang dirayakan menurut situasi dan kondisi aktual atau konteks umat

setempat. Untuk itu, para Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong

berbagai penyesuaian liturgi, termasuk di dalamnya inkulturasi liturgi,

tentu saja ”asalkan selaras dengan hakikat dan semangat liturgi yang sejati

dan asli” (SC 37). Demikianlah Perayaan Ekaristi mesti menjawab

kebutuhan dan kerinduan aktual dan kontekstual dari umat beriman

setempat. Itulah sebabnya, doa-doa terutama doa umat, misalnya,

hendaknya disusun menurut situasi dan kondisi aktual Gereja setempat

pada waktu itu.

2. Tata Perayaan Ekaristi

Dalam bukunya mengenai ”Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis dan

Pastoral”, Martasudjita (2005:92-93) mengemukakan bahwa selama kurang

lebih 35 tahun lamanya, yakni sejak buku Missale Romanum Paulus VI

Page 42: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

25

dipromulgasikan pada tanggal 26 Maret 1970, umat Katolik di Indonesia

merayakan Ekaristi dengan menggunakan TPE (Tata Perayaan Ekaristi) yang

masih belum bersifat tetap. Dengan turunnya Textus Recognitus Tata Perayaan

Ekaristi 2005 dari Kongregasi Ibadat, Gereja Katolik di Indonesia telah

memiliki TPE dalam bahasa Indonesia, menurut Ritus Romawi, yang definitif.

TPE 2005 ini merupakan teks yang telah disahkan oleh Sidang Para Uskup

KWI pada bulan November 2003, dan selama tahun 2004 diproses ke Roma

untuk memperoleh recognitio, dan akhirnya pada tanggal 7 Oktober 2004

mendapat recognitio dari Takhta Suci, berdasarkan Surat Kongregasi Suci

untuk Ibadat dan Tata Tertib Sakramen: Prot. No. 935/04/L, tanggal 7 Oktober

2004, dan ditandatangani oleh Kardinal Francis Arinze sebagai Prefek dan

Mgr. Dominicus Sorrentino sebagai Sekretaris (Martasudjita, 2005: 93).

Sejarah perjalanan Gereja Katolik di Indonesia untuk memiliki TPE

yang definitif amat sangat lama. TPE 1979, yang semula diberlakukan secara

ad experimentum, ternyata digunakan hampir lebih dari 25 tahun. Kendati

demikian, teologi TPE 2005 tidak berbeda dengan teologi TPE 1979 karena

semuanya mengacu pada teologi Ekaristi konsili Vatikan II. Selain itu, baik

struktur pokok maupun unsur-unsur lain dari bagian-bagian Perayaan Ekaristi

yang ada dalam TPE 2005, juga tidak berbeda dengan TPE 1979. Yang

berbeda adalah istilah dan variasi pilihannya. Misalnya saja, TPE 1979

menyebut bagian pembukaan dengan istilah ”Pembukaan” dan ”Penutup”,

sedangkan dalam TPE 2005 menggunakan istilah yang sama dengan PUMR

Page 43: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

26

(Pedoman Umum Misale Romawi), yakni ”Ritus Pembuka” dan ”Ritus

Penutup”.

Perayaan Ekaristi terdiri atas dua bagian pokok, yaitu Liturgi Sabda

dan Liturgi Ekaristi, dan kedua bagian pokok itu diapit oleh Ritus Pembuka

sebagai bagian yang mempersiapkan dan Ritus Penutup sebagai bagian yang

menutup (Martasudjita, 2005:116). Keempat bagian tersebut berhubungan

begitu erat sehingga seluruhnya menjadi satu tindakan ibadat (bdk. SC 56).

Keseluruhan tindakan ibadat ini kemudian disebut sebagai Perayaan Ekaristi.

Berikut ini disajikan struktur dasar yang ada dalam Tata Perayaan

Ekaristi beserta rincian per bagiannya (Martasudjita, 2005:116-118):

Ritus Pembuka memiliki makna dasar kehadiran Tuhan di tengah umat

beriman yang sedang berdoa. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam Ritus

Pembuka ini adalah menyatukan dan mempersiapkan umat melalui tobat dan

doa-doa. Ciri khas bagian ini adalah sebagai pembuka, pengantar dan

persiapan menuju Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Dalam bagian ritus

pembuka, dapat dirinci sebagai berikut; perarakan masuk (dengan lagu

pembuka, Tanda Salib, salam pengantar, tobat, kyrie, gloria, dan doa

pembuka.

Setelah ritus pembuka, dilanjutkan dengan Liturgi Sabda yang

memiliki makna dasar kehadiran Tuhan dan karya penebusan-Nya bagi Gereja

melalui Sabda-Nya. Peranan bagian ini dalam keseluruhan Perayaan Ekaristi

adalah pewartaan Sabda Allah sekaligus sebagai permenungan dan tanggapan

umat beriman atas Sabda Allah itu. Liturgi Sabda terdiri dari beberapa bagian,

Page 44: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

27

yaitu Bacaan I, mazmur tanggapan, Bacaan II, bait pengantar Injil / Alleluya,

Bacaan Injil dan Aklamasi sesudah Injil, homili / khotbah, syahadat para rasul

dan doa umat.

Struktur yang mendasari keseluruhan perayaan Ekaristi selanjutnya

adalah Liturgi Ekaristi. Liturgi Ekaristi merupakan bagian yang paling penting

dalam keseluruhan Perayaan Ekaristi. Makna yang dapat dipetik dalam Liturgi

Ekaristi ini adalah kehadiran Tuhan dan karya penebusan-Nya bagi Gereja

secara sakramental, yaitu dalam rupa roti dan anggur. Liturgi Ekaristi dibagi

menjadi tiga bagian pokok yaitu Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung,

dan Komuni yang memiliki peran masing-masing. Peranan Persiapan

Persembahan adalah mempersiapkan bahan-bahan persembahan, terutama roti

dan anggur. Karena bahan-bahan tersebut juga yang digunakan oleh Yesus

Kristus dalam Perjamuan Malam Terakhir hidup-Nya. Dalam persiapan

persembahan biasanya diawali dengan kolekte dan mempersiapkan altar,

perarakan persembahan, mengunjukkan roti, mengunjukkan piala, pendupaan,

pembasuhan tangan, dan doa persiapan persembahan. Setelah itu masuk ke

dalam Doa Syukur Agung yang terbagi ke dalam beberapa bagian kecil, yaitu

prefasi, kudus, postsanctus, epiklese konsekratis, kisah dan kata-kata Institusi,

aklamasis anamnesis, anamnese, persembahan, epiklese komuni, permohonan

dan doxologi. Bagian Doa Syukur Agung ini berperan sebagai ucapan puji

syukur kepada Allah Bapa atas seluruh karya penyelamatan-Nya melalui

Yesus Kristus yang wafat dan bangkit, kepada-Nya dipersembahkan roti dan

anggur yang menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Setelah Doa Syukur Agung

Page 45: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

28

dilanjutkan dengan Komuni, yakni kesatuan umat beriman dengan Tuhan dan

sesama. Meskipun banyak, umat disatukan oleh Tubuh Kristus yang satu dan

sama. Adapun rincian dari bagian ini adalah Bapa kami, embolisme, aklamasi,

doa damai, salam damai, Agnus Dei, ajakan menyambut komuni, penerimaan

komuni, hening, madah syukur, dan doa sesudah komuni.

Setelah Liturgi Ekaristi berakhir, maka Perayaan Ekaristi diakhiri

dengan Ritus Penutup. Ritus Penutup dimaknai dengan kehadiran Tuhan yang

mengutus Gereja dan yang menyertainya dengan berkat-Nya. Tujuannya

adalah menyampaikan berkat Tuhan kepada seluruh umat beriman sebagai

kekuatan atau bekal dalam menjalankan perutusan Gereja di tengah dunia.

Ritus penutup terbagi lagi menjadi beberapa rincian kecil, yaitu pengumuman,

berkat Tuhan, pengutusan, kemudian diakhiri dengan perarakan meninggalkan

altar (diiringi lagu penutup).

C. Tahap – Tahap Inkulturasi Liturgi dalam Perayaan Ekaristi

Menurut pandangan P. Schineller, yang dikutip oleh Martasudjita

(1999:85-89) dalam bukunya yang berjudul ”Pengantar Liturgi: Makna,

Sejarah dan Teologi Liturgi”, inkulturasi dalam liturgi dibagi ke dalam 4

tahap, yaitu: pengambilalihan, penerjemahan, penyesuaian, dan yang terkahir

inkulturasi.

1. Tahap pertama : pengambilalihan

Pengambilalihan (imposition) sebenarnya belum termasuk dalam

tahap inkulturasi liturgi. Namun dengan hal tersebut dimaksudkan bahwa

Page 46: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

29

teologi dan liturgi asing dipakai dan digunakan begitu saja secara utuh di

daerah lain. Misalnya saja, liturgi Eropa dirayakan persis dan lengkap

menurut tatacara dan bahasa aslinya tanpa disesuaikan dan diubah sama

sekali.

2. Tahap kedua : penerjemahan

Dengan penerjemahan sebuah tahap inkulturasi sudah dimulai

walaupun menurut tahapnya yang paling tipis dan sederhana. Dalam tahap

ini terjadi penerjemahan teks liturgi dari bahasa asli (Latin) ke bahasa

pribumi. Dengan pemakaian bahasa pribumi ini, biasanya liturgi secara

otomatis juga mengalami beberapa penyesuaian, karena bahasa merupakan

bagian dalam kebudayaan manusia sehingga bahasa juga mengungkapkan

aneka aspek pemahaman akan kehidupan bangsa itu. Di Indonesia, ada

beberapa teks liturgi, baik itu doa maupun nyanyian, yang secara praktis

diterjemahkan begitu saja tanpa penyesuaian sedikitpun. Hal ini baik

dilakukan, namun tentu saja belum memadai bagi suatu usaha inkulturasi

yang benar-benar hidup.

3. Tahap ketiga : penyesuaian

Pada umumnya, tahap penyesuaian (adaptatio atau accomodatio)

dipandang sebagai suatu langkah yang jauh lebih maju dibandingkan

dengan tahap penerjemahan. Dalam Konsili Vatikan II, tahap penyesuaian

ini biasanya disebut dengan istilah aptatio, namun kiranya istilah aptatio

tersebut digunakan dalam arti yang sama dengan adaptatio (ad-aptatio)

Page 47: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

30

atau accomodatio. Tahap penyesuaian ini diatur dalam Sacrosanctum

Concilium art. 37 – 39.

Pada tahap ini suatu perubahan dan penyesuaian tertentu dengan

kondisi dan budaya setempat diizinkan, namun ada batasannya. Sebagai

contoh dapat dilihat dalam SC 39:

Dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh terbitan autentik buku-buku liturgi, pimpinan Gereja setempat yang berwenang, seperti disebut dalam art. 22 (2), berhak untuk merinci penyesuaian-penyesuaian, terutama mengenai pelayanan Sakramen-sakramen, sakramentali, perarakan, bahasa liturgi, musik Gereja dan kesenian, asal saja sesuai dengan kaidah-kaidah dasar yang terdapat dalam Konstitusi ini.

Dalam tahap ini sudah sangat dimungkinkan masuknya unsur-unsur

budaya setempat ke dalam liturgi, dengan catatan: asal selaras dengan

hakikat semangat liturgi yang sejati dan asli (SC 37). Unsur-unsur budaya

setempat itu bisa digunakan untuk mengganti atau menjelaskan unsur-

unsur upacara atau doa ritus Romawi. Contoh tahap penyesuaian liturgi di

Indonesia adalah tari-tarian pada prosesi awal dan persembahan,

sungkeman dalam liturgi perkawinan dan tahbisan, penggunaan gong

dalam konsekrasi, pengembangan lagu-lagu liturgis yang diwarnai dan

dijiwai budaya setempat, penggunaan alat musik daerah dalam liturgi,

penggunaan pakaian adat dalam liturgi, dan lain-lain.

4. Tahap keempat : inkulturasi

Tahap keempat ini merupakan tahap yang paling puncak. Dalam

tahap ini, penyesuaian liturgi tidak hanya sekedar penyesuaian fisik

terhadap budaya setempat dalam beberapa bagian saja. Inkulturasi sejati

Page 48: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

31

justru bertolak dari budaya setempat. Apabila dilihat dari bentuknya,

budaya tersebut tidak berubah, namun menurut isinya, budaya tersebut

kemudian diterangi atau dimaknai oleh iman Kristiani. Oleh karena itu,

liturgi yang baru tersebut memiliki struktur dan budaya yang khas menurut

budaya setempat sekaligus bermakna Kristiani. Kaidah-kaidah inkulturasi

tersebut diatur dalam SC 40. Dalam SC 40, istilah yang digunakan

bukanlah inkulturasi melainkan penyesuaian liturgi secara lebih

mendalam. Ada tiga ketentuan yang dikemukakan dalam SC 40 ini, yaitu:

(1) Hendaknya pemimpin gerejawi setempat yang berwenang, seperti disebut dalam art. 22 (2), dengan tekun dan bijaksana mempertimbangkan, unsur-unsur manakah dari tradisi dan ciri khas masing-masing bangsa yang dalam hal itu sebaiknya ditampung dalam ibadat ilahi. Penyesuaian-penyesuaian, yang dianggap berfaedah atau memang perlu, hendaknya diajukan kepada Takhta Apostolik, supaya atas persetujuannya dimasukkan dalam Liturgi. (2) Tetapi supaya penyesuaian dijalankan dengan kewaspadaan seperlunya, maka Takhta Apostolik akan memberi wewenang kepada pimpinan gerejawi setempat, untuk – bila perlu – dalam beberapa kelompok yang cocok untuk itu dan selama waktu yang terbatas mengizinkan dan memimpin eksperimen-eksperimen pendahuluan yang diperlukan. (3) Ketetapan-ketetapan tentang Liturgi biasanya menimbulkan kesulitan-kesulitan khas mengenai penyesuaian, terutama di daerah-daerah Misi. Maka dalam menyusun ketetapan-ketetapan itu hendaknya tersedia ahli-ahli untuk bidang yang bersangkutan. Dalam hal ini, berbagai bentuk inkulturasi dalam liturgi sama

sekali tidak dilarang, namun tentu saja harus mengikuti kaidah-kaidah

yang telah ditetapkan oleh Takhta Suci dan diawasi oleh para pemimpin

Gereja setempat. Atau jika diperlukan, Gereja setempat dapat

menyediakan ahli-ahli dalam bidang inkulturasi liturgi tersebut.

Page 49: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

32

Dari keseluruhan bagian dalam Perayaan Ekaristi, ada beberapa

bagian yang memberikan peluang untuk masuknya kebudayaan umat

setempat dalam Perayaan Ekaristi. Misalnya saja dalam ritus pembuka

maupun ritus penutup. Dalam perarakan dapat menggunakan unsur

kebudayaan daerah berupa tarian, nyanyian maupun iringan musik.

Kendati demikian, ada kaidah-kaidah umum yang memang harus dipenuhi

sehubungan dengan jalannya inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Kaidah-

kaidah umum tersebut diungkapkan secara jelas dalam Sacrosanctum

Concilium. Salah satunya mengenai wewenang untuk mengatur liturgi

yang semata-mata ada pada pimpinan Gereja, yakni Tahta Apostolik, dan

menurut kaidah hukum pada Uskup (SC art.22). Selain itu, diungkapkan

juga mengenai tradisi dan perkembangan yang ada dalam Gereja:

Supaya tradisi yang sehat dipertahankan, namun dibuka jalan juga bagi perkembangan yang wajar, hendaknya selalu diadakan lebih dahulu penyelidikan teologis, historis dan pastoral yang cermat tentang setiap bagian Liturgi yang perlu ditinjau kembali. Kecuali itu hendaklah dipertimbangkan baik patokan-patokan umum tentang susunan dan makna Liturgi, maupun pengalaman yang diperoleh dari pembaharuan Liturgi belakangan ini serta dari izin-izin yang diberikan di sana-sini.... Sedapat mungkin hendaknya dicegah juga, jangan sampai ada perbedaan-perbedaan yang menyolok dalam upacara-upacara di daerah-daerah yang berdekatan.

Dalam suatu bingkai aggiornamento, Konsili Vatikan II memberi

tempat pada kaidah-kaidah perihal penyesuaian dengan tabiat perangai dan

tradisi bangsa-bangsa (bdk. SC 37-40). SC 37 memberi penegasan prinsip

Gereja berhadapan dengan pluralitas, termasuk dalam liturgi. Dengan kata

Page 50: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

33

lain, Gereja mengambil sikap hormat dan menyokong kekayaan kultural

dari segenap masyarakat.

”Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesejahteraan

segenap jemaat, Gereja dalam Liturgi pun tidak mengharuskan suatu

keseragaman yang kaku. Sebaliknya, Gereja memelihara dan memajukan

kekayaan yang menghiasi jiwa pelbagai suku dan bangsa. Apa saja dalam

adat kebiasaan para bangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada takhyul

atau ajaran sesat, oleh Gereja dipertimbangkan dengan murah hati, dan

bila mungkin dipeliharanya dalam keadaan baik dan utuh. Bahkan ada

kalanya Gereja menampungnya dalam Liturgi sendiri, asal saja selaras

dengan hakikat semangat Liturgi yang sejati dan asli.” (SC 37). Kutipan

tersebut dilengkapi dalam SC 40 yang mengafirmasi kriteria penting dan

mendesaknya pembaruan Liturgi secara mendalam. Dengan demikian,

terkait dengan kaidah kultural, Gereja menempatkan aspek kesadaran dan

partisipasi aktif umat beriman sebagai kriteria awal dalam usaha memberi

penghargaan pada budaya masing-masing jemaat.

Dalam SC 38-39, seraya mempertahankan prinsip kesatuan hakiki

dengan ritus Romawi, Konsili memberi tempat kepada kemajemukan

bentuk dan penyesuaian yang wajar dengan pelbagai kelompok, daerah,

dan bangsa, terutama di daerah-daerah Misi. Terkait dengan kebijakan ini,

Konsili pun memberi tempat pada dimungkinkannya penyesuaian-

penyesuaian, terutama mengenai pelayanan Sakramen-Sakramen,

Page 51: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

34

sakramentali, perarakan, bahasa Liturgi, musik Gereja dan kesenian, asal

saja sesuai dengan kaidah-kaidah dasar yang terdapat dalam SC.

Pada kenyataannya, contoh-contoh inkulturasi liturgi yang terjadi

menurut tahap ini tidak banyak, misalnya saja: liturgi Ekaristi ritus Zaire

dan ritus India. Selain itu, contoh inkulturasi liturgi yang sangat jelas dapat

dilihat pada zaman Gereja Perdana, menggunakan unsur dan struktur

upacara agama Yahudi (misalnya: pembaptisan, liturgi sabda, Ekaristi,

pengurapan orang sakit penumpangan tangan dan pesta-pesta Yahudi),

namun unsur dan struktur upacara liturgi Yahudi tersebut mendapat arti

dan nilai baru, karena dipandang menurut terang misteri Kristus.

Page 52: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

BAB III

INKULTURASI KEBUDAYAAN SUNDA DALAM PERAYAAN

EKARISTI DI PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

Pada Bab III ini penulis akan memberikan uraian berdasarkan kenyataan

yang terjadi di Paroki Kristus Raja Cigugur, setelah sebelumnya diuraikan

mengenai inkulturasi dan Perayaan Ekaristi. Adapun garis besar yang dibicarakan

dalam Bab III ini adalah gambaran umum Paroki Kristus Raja Cigugur dan

penelitian tentang inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja

Cigugur.

Dalam sub-bab mengenai gambaran umum Paroki Kristus Raja Cigugur,

akan dipaparkan letak geografis, situasi umat Paroki Kristus Raja Cigugur dan

kekhasan yang ada dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur. Hal

ini penting sekali untuk diuraikan karena mengungkapkan kondisi Paroki Kristus

Raja Cigugur secara nyata dan jelas. Sedangkan dalam sub-bab kedua, mengenai

penelitian tentang inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja

Cigugur, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang dan metodologi

penelitian. Menurut penulis, penelitian ini penting sekali untuk diadakan karena

dalam penelitian akan dapat ditemukan masalah-masalah yang membuat

kurangnya pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi yang inkulturatif.

Dengan demikian, akan diusulkan pula suatu upaya yang dapat membantu umat

lebih memahami makna Perayaan Ekaristi. Berikut ini adalah pembahasannya:

Page 53: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

36

A. GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

Paroki Kristus Raja Cigugur merupakan bagian dari wilayah pastoral

Keuskupan Bandung yang menyimpan dua alur sejarah yang sangat penting.

Pertama, Cigugur menjadi basis hidup dan perkembangan bagi sebuah

kehidupan religius lokal, yaitu Agama Djawa Sunda (ADS). Kedua,

religiusitas lokal ini akan menjadi basis bagi sebuah religiusitas universal,

yaitu Katolik. Dua hal inilah yang membuat Cigugur menjadi khas dan

penting dalam peziarahan iman Keuskupan Bandung.

1. Letak Geografis Paroki Kristus Raja Cigugur

Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur merupakan sebuah paroki yang

terdapat di Desa Cigugur, tepatnya di Jl. RS. Sekar Kamulyan no.7

Cigugur, sekitar 3 km dari kota Kuningan ke arah barat. Cigugur juga

merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di kaki Gunung Ciremai dan

termasuk dalam daerah tingkat II Kabupaten Kuningan, Jawa Barat,

dengan ketinggian rata-rata 700 – 850 meter di atas permukaan laut. Desa

Cigugur dibatasi oleh Kabupaten Cirebon dari arah utara, Kabupaten

Ciamis dari arah selatan, Kabupaten Majalengka dari arah barat, dan

Kabupaten Ciledug dari arah timur. Gereja Kristus Raja Cigugur sendiri

dalam bilangan Gereja Katolik Indonesia merupakan sebuah paroki dalam

lingkup Keuskupan Bandung.

Paroki Kristus Raja Cigugur memiliki wilayah yang sangat luas.

Wilayah Paroki Cigugur berbatasan dengan beberapa paroki, yaitu Paroki

Page 54: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

37

Cirebon, Paroki Tasikmalaya, dan Paroki Garut. Wilayah Paroki Cigugur

sendiri pada awalnya terdiri dari 15 stasi, yaitu Cigugur – Cipari,

Cisantana – Pasir, Cibunut – Tagog, Sukamulya, Talahab, Kuningan,

Susuru, Subang – Kancana, Wedang Temu, Pugag, Winduhaji,

Kramatmulya, Cikondang – Cibapang, Luragung, dan Cidadap.

2. Situasi Umat Paroki Kristus Raja Cigugur

a. Sejarah Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur

Sejarah Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur merupakan salah satu

sejarah kehadiran Gereja yang unik di Tatar Sunda. Tentang sejarah paroki

ini dapat saja dihubungkan dengan peristiwa misi yang berlangsung

ratusan tahun di nusantara. Artinya, kehadiran Gereja Paroki Kristus Raja

Cigugur dapat merupakan buah misi yang telah berlangsung lama. Namun

di sisi lain, rupanya kehadiran Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur dapat

dilihat dari perspektif pergulatan masyarakat setempat. Inilah yang

membuatnya unik dalam perjalanan sejarah Gereja di sana. Yang

dimaksud di sini adalah terjadinya Peristiwa Cigugur, tahun 1964, yakni

peristiwa pembubaran Agama Djawa Sunda (ADS) oleh pemimpinnya,

Pangeran Tedja Buana. Peristiwa ini mengejutkan tidak hanya masyarakat

lokal sekitar Kuningan dengan Cigugur sebagai pusat ADS, melainkan

Jakarta (sebagai simbol pusat pemerintahan nasional) dan Roma (sebagai

simbol pusat Kekatolikan). Pasalnya pasca membubarkan organisasi ADS,

Pangeran Tedja Buana memutuskan untuk menjadi Katolik dan bersedia

Page 55: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

38

dibaptis, sebagaimana termuat dalam surat pernyataannya, tertanggal 21

September 1964. Dan, pasca keputusan itu, serentak ribuan umat eks-

ADS, yang tersebar di berbagai wilayah di Tatar Sunda, mendaftarkan diri

sebagai katekumen, yang jumlahnya sekitar 5.000-an, di daerah Cigugur

dan sekitarnya tercatat sekitar 1.770 kepala keluarga.

Masuknya umat eks-ADS ke dalam Gereja Katolik, selain karena

bentuk kesetiaan kepada pemimpinnya yang disebut sebagai panutan, juga

karena adanya ajaran-ajaran dalam ADS yang paralel dengan tradisi dalam

Gereja Katolik: perkawinan monogami, tidak disunat, ajaran welas asih,

dll. Selain itu, adanya penafsiran atas wahyu Camara Bodas yang telah

diungkapkan oleh pemimpin terdahulu, Kyai Madrais atau Pangeran

Sadewa Alibasa Kusuma Wijayaningrat, sebagai Kristus menurut

Pangeran Tedja Buana. Hal semacam ini dapat dimaknai sebagai salah satu

keberhasilan Gereja dalam inkulturasi, kendati agama Katolik terbilang

sebagai agama yang baru di Cigugur pada saat itu. Oleh karena itu, ajaran-

ajaran ADS yang sudah ada tersebut semakin dimaknai dan dijiwai

semangat Kristiani.

Sebagai komunitas religius lokal, yang berpengikut ribuan, ADS

berhadapan dengan komunitas religius lain yang diakui oleh pemerintah

secara resmi, khususnya Islam. Hubungan dengan Islam ini tidak

selamanya berjalan baik; hal ini telah berlangsung sejak ADS didirikan,

1848 (27 Jumadilakhir). Berbagai tekanan dialami oleh komunitas ADS

dan pemimpinnya, baik dari pemerintah Belanda ketika itu, hingga Kyai

Page 56: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

39

Madrais harus mengalami pembuangan dan penjara, maupun dari kalangan

pribumi yang anti-ADS. Dan puncak dari berbagai tekanan yang

berlangsung selama itu adalah terjadinya Peristiwa Cigugur pada tahun

1964.

Peristiwa Cigugur berawal dari kesalahpahaman yang terjadi antara

anggota ADS dengan kalangan Muslim tertentu, dalam hal pernikahan.

Dan kemudian peristiwa lain menyusul, yakni Peristiwa Kamid (seorang

ADS) yang dianggap menghina Al-Quran, karena bersumpah dengan

Kitab tersebut tetapi salah menempatkannya. Akhirnya, tekanan-tekanan

berlangsung, misalnya Kamid yang dituntut dan diadili di pengadilan,

diantaranya oleh PAKEM daerah Kuningan, No.01/ SKPTS/ BK.PAKEM/

K.p./ VI/64 (Iman Sukmana, 2006: 53).

Dampak selanjutnya adalah seluruh anggota komunitas ADS

dihadapkan pada kenyataan ADS yang dicap agama terlarang oleh

masyarakat Muslim ortodoks dan tekanan pemerintah setempat.

Menyikapi peristiwa ini, sebagai pemimpin ADS, P. Tedja Buana, yang

sedang sakit-sakitan dan di antaranya sempat menyepi di pastoran Paroki

St. Yosep Cirebon, mengambil keputusan untuk membubarkan organisasi

ADS. Keputusan itu diambil setelah ia menerima wahyu yang merupakan

jawaban atas wahyu Camara Bodas, tanggal 21 September 1964.

Wahyu Camara Bodas itu berbunyi: “Isuk jaganing geto anjeun

bakal baris nyalindung handapeun camara bodas anu bakal ngabeberes

alam dunya”. Yang artinya: “Esok di kemudian hari, engkau akan

Page 57: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

40

berlindung di bawah Camara Bodas yang akan menata alam dunia. Wahyu

Camara Bodas itu dimaknai sebagai Kristus oleh P. Tedja Buana, sehingga

berbunyi: “Isuk jaganing geto anjeun bakal nyalindung handapeun

Kristus anu bakal ngabeberes alam dunya”. Menurut Nursananingrat

(1977: 24), alasan-alasan yang mendorong pimpinan ADS masuk Gereja

Katolik diantaranya ialah: karena ajaran atau hukum Kristiani lebih dekat

persamaannya dengan ajaran ADS, misalnya ajaran cintakasih,

perkawinan, tidak disunat dll. Oleh karena itu, Camara Bodas lebih

dimaknai sebagai Hukum Perjanjian Baru atau Hukum Kristus. Sedangkan

menurut pandangan penulis, pemaknaan wahyu Camara Bodas sebagai

Kristus tidak terlepas dari berbagai tekanan yang dihadapi oleh pengikut

ADS pada waktu itu. Perlu ditekankan kembali bahwa awal dari peristiwa

pembubaran ADS adalah karena adanya kesalahpahaman dengan para

pengikut Islam yang berbuntut panjang. Pada saat itu, P. Tedja Buana

sebagai pemimpin ADS, yang kebetulan sedang sakit, mengamankan

dirinya di pastoran Santo Yosep Cirebon. Hal ini sedikit banyak

memberikan pengaruh kepada P. Tedja Buana. Atau dengan kata lain, P.

Tedja Buana terkesan dengan kebaikan para Pastor di Paroki Santo Yosep

Cirebon sehingga muncul ketertarikan terhadap ajaran-ajaran Katolik.

Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa pemaknaan wahyu Camara

Bodas sebagai Kristus dikaitkan dengan simbol pohon cemara putih yang

biasa digunakan di gereja-gereja Katolik pada waktu merayakan Natal.

Page 58: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

41

Selanjutnya tanggal tersebut dijadikan tanggal pada Surat

Pernyataan pembubaran ADS. Dan pasca pembubaran organisasi ADS,

serentak sekitar 5000 umat eks-ADS berbondong-bondong mendaftarkan

diri ke gereja Katolik di berbagai wilayah: di Cirebon, Bandung,

Tasikmalaya, Garut, dan di berbagai tempat lainya dimana umat eks-ADS

berada. Sebagian besar mendaftarkan diri di Cirebon, Jl. Kalibaru Utara

II/2, serta tempatnya lebih dekat dengan Cigugur, sekitar 35 km. Itulah

peristiwa yang dapat dikatakan sebagai titik awal kehadiran Gereja di

Cigugur, khususnya Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur. Peristiwa ini juga

merupakan momen penting bagi pertumbuhan Gereja di Tatar Sunda,

sebab sebelumnya orang Sunda yang Katolik di Keuskupan Bandung

dapat dikatakan minoritas di antara umat Katolik yang lain, yang

umumnya pendatang (Jawa, Batak,dll), maupun orang asing dan kalangan

Tionghoa. Maka, ada yang mengatakan bahwa Keuskupan Bandung patut

bersyukur dengan adanya ADS, sebab wajah Keuskupan Bandung yang

berdomisili di Tatar Sunda ternyata tidak mencerminkan kesundaannya.

Peristiwa ini mengejutkan, tidak hanya bagi pihak yang memusuhi

ADS, melainkan pemerintah dan Gereja Katolik pun terkejut. Di pihak

lawan ADS, masuknya anggota eks-ADS ini mengejutkan karena sejumlah

pengakuan menyatakan bahwa dengan pembubaran ADS diharapkan

supaya umat eks-ADS dapat masuk Islam, karena sebelumnya anggota

ADS juga pernah masuk Islam, yakni di Jaman Jepang ketika dipaksa oleh

Jepang yang diperalat oleh kalangan tertentu. Sedangkan bagi pihak

Page 59: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

42

Gereja Katolik, peristiwa ini tidak hanya mengejutkan Gereja di dalam

negeri saja. Di luar negeri pun, khususnya Roma dan Belanda, turut

memperhatikan peristiwa ini, terutama karena sejumlah misionaris OSC

(Ordo Sanctae Crucis) dari Belanda terlibat di sana dan peristiwa ini

melibatkan ribuan umat yang hendak menjadi Katolik. Maka, sejumlah

misionaris OSC Belanda yang bertugas di Cirebon terlibat dalam

peristiwa ini, terutama untuk melayani eksodus umat eks-ADS ke dalam

Gereja Katolik. Di samping itu, peristiwa ini juga melibatkan sejumlah

pengurus Partai Katolik cabang Cirebon yang turut membantu menyiapkan

surat-surat pendaftaran menjadi anggota Gereja Katolik dan

keterlibatannya dalam soal hukum dan politik yang turut berkembang

kemudian.

b. Perkembangan Gereja Katolik Cigugur

Peristiwa September 1964 merupakan peristiwa besar dalam

tonggak sejarah Gereja di Keuskupan Bandung, sekaligus menjadi momen

keberhasilan inkulturasi di Cigugur. Ribuan orang pengikut ADS beserta

dengan pemimpinnya secara resmi masuk ke dalam Gereja. Hal ini tentu

menuntut kebijakan dari pihak Gereja, khususnya paroki St. Yosef

Cirebon karena secara administratif Kuningan termasuk di dalamnya.

Kegiatan umat Katolik di daerah Kuningan baik yang mantan

penganut ADS maupun bukan hampir seluruhnya dilakukan di Gedung

Paseban Tri Panca Tunggal di Cigugur. Gedung Paseban Tri Panca

Page 60: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

43

Tunggal secara praktis menjadi gedung Gereja. Penggunaan Gedung

Paseban pusat ADS untuk kegiatan keagamaan ini diperkuat dengan surat

yang dikeluarkan oleh P. Tedja Buana dan ditujukan kepada Uskup

Bandung, Mgr. PM. Arntz, OSC. Surat berisi ijin penggunaan Gedung

Paseban yang di dalam surat itu disebut dengan ”Bangunan Jinem” untuk

kegiatan Gereja Katolik dengan persyaratan yaitu; bahwa karena bangunan

itu milik bersama seluruh mantan penganut ADS, maka tidak

diperkenankan diperjualbelikan atau diwariskan kepada pihak ketiga, serta

tidak boleh diubah bentuknya. Bangunan Jinem merupakan bangunan

yang dipergunakan oleh para pengikut ADS untuk melaksanakan

peribadatan maupun upacara-upacara khas ADS. Bangunan ini terletak di

dalam Gedung Pusat ADS (Keraton Cigugur). Dengan penggunaan

bangunan tersebut, mampu memberikan keamanan dan kenyamanan

tersendiri bagi para mantan penganut ADS yang masuk Katolik, sehingga

membuat mereka tidak begitu asing dengan agama Katolik. Hal ini

kemungkinan besar menjadi salah satu alasan bagi para mantan penganut

ADS untuk memilih agama Katolik.

Penggunaan Gedung Paseban sebagai gedung Gereja ini

berlangsung sampai dengan tahun 1976 – 1977. Yang menjadi penyebab

Gereja Katolik tidak lagi menggunakan Gedung Paseban sebagai gedung

gereja adalah karena P. Tedja Buana menguasakan pengurusan gedung

kepada Yayasan Tri Mulia. Yayasan Tri Mulia akhirnya mendapat dana

dari Direktorat Sejarah dan Purbakala untuk biaya merenovasi Gedung

Page 61: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

44

Paseban Tri Panca Tunggal. Direktorat Sejarah dan Purbakala secara resmi

mnengeluarkan surat tertanggal 14 Desember 1976 dengan Nomor

3632/C.1/DSP/1976 (Dedy Pradipto, 2008: 84) yang menetapkan Gedung

Paseban Tri Panca Tunggal sebagai Cagar Budaya yang dilindungi. Maka,

semua bentuk kegiatan Agama Katolik untuk sementara waktu diadakan di

gedung milik Koperasi Yayasan Sulanjana sambil menunggu selesainya

pembangunan gedung gereja yang baru di Mayasih, Cigugur.

Pada tahun 1980-an terjadi peristiwa penting di dalam sejarah

kekatolikan di Cigugur. Tercatat dua peristiwa besar yang dirasakan

sebagai goncangan bagi Gereja Cigugur. Peristiwa pertama adalah kurang

lebih 340 umat katolik mantan penganut ADS meninggalkan Gereja

Katolik dan berpindah ke Gereja Kristen Pasundan (GKP). Hal ini

merupakan bentuk keberhasilan GKP dalam menjaring orang Cigugur

untuk masuk ke GKP. Cara yang digunakan oleh GKP untuk menarik para

mantan penganut ADS adalah dengan menawarkan pekerjaan bagi kaum

muda, memberikan pekerjaan kepada para guru yang masih menganggur,

memberikan sumbangan materi, dan mempropagandakan kata Pasundan

yang dikaitkan atau dianggap identik dengan istilah Djawa Sunda.

Peristiwa kedua adalah konflik internal di dalam Gereja Katolik,

antara Gereja dengan P. Djati Kusumah. Konflik ini terus berlarut-larut

dan tidak terselesaikan. Puncaknya, P. Djati Kusumah dan keluarganya

mengirim surat kepada Uskup Bandung dan menyatakan keluar dari

Gereja Katolik. Tindakan P. Djati Kusumah ini diikuti oleh sekitar 1.600

Page 62: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

45

mantan pengikut ADS (1981). Mereka yang sudah meninggalkan Agama

Katolik ini kemudian berkelompok dan mendirikan sebuah organisasi

kepercayaan yang bernama Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang

(PACKU). PACKU ini kemudian bergabung dan diakui keberadaannya

oleh Departemen P dan K di bawah Proyek Inventarisasi Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sertifikat bernomor

1.192/F.3/II.1/1981 tertanggal 31 Maret 1981 (Dedy Pradipto, 2008: 85).

Sampai saat ini jumlah umat Katolik di Paroki Kristus Raja

Cigugur terus mengalami pasang surut. Di bawah ini dapat dilihat data

umat Paroki Kristus Raja Cigugur pada tahun 2004 (Dedy Pradipto,

2008:87):

Tabel 1. Data statistik umat Paroki Kristus Raja Cigugur tahun 2004

No Stasi Jml. KK Jml. Umat Jml. Lingkungan 1 Cigugur-Cipari 601 2419 15 2 Cisantana-Pasir 320 1227 13 3 Cibunut-Tagog 178 654 7 4 Sukamulya 150 506 4 5 Talahab 46 202 - 6 Kuningan 96 278 3 7 Susuru 47 159 4 8 Kancana-Subang 15 47 - 9 Wedang Temu 19 68 - 10 Pugag 11 36 - 11 Winduhaji 18 63 - 12 Kramatmulya 7 12 - 13 Cikondang 11 34 - 14 Luragung 4 16 - 15 Cidadap 2 3 -

Jumlah 1.525 5.724 46

Page 63: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

46

Menurut statistik, jumlah stasi serta umat katolik di Paroki Kristus

Raja Cigugur hingga akhir 2004 tercatat sebagai berikut: 15 stasi meliputi

Cigugur-Cipari, Cisantana-Pasir, Cibunut-Tagog, Sukamulya, Talahab,

Kuningan, Susuru, Kancana-Subang, Wedang Temu, Pugag, Winduhaji,

Kramatmulya, Cikondang-Cobapang, Luragung, dan Cidadap. Sedangkan

jumlah umat tercatat 5.724 jiwa dengan 1.525 KK.

Dalam menangani umat di berbagai tempat serta jumlah yang

cukup besar, terdapat kebijakan pastoral yang ditempuh, salah satunya

dalam bidang liturgi. Dalam usia yang relatif muda, Paroki Kristus Raja

Cigugur telah berusaha membuat tatanan baru kehidupan masyarakat

Cigugur, khususnya umat katolik eks ADS. Kehidupan religius, bahkan

pola hidup, yang diperkenalkan ADS rupanya tidak mudah untuk

ditinggalkan oleh mantan pengikutnya. Dalam Perayaan Ekaristi,

kebijakan gereja untuk menerapkan bahasa serta lagu-lagu sunda dirasakan

sangat mendukung suasana batin umat. Bahasa Sunda serta lagunya

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan umat Sunda

Katolik. Kendati demikian, bahasa Indonesia serta lagu-lagu berbahasa

Indonesia pun digunakan untuk melayani umat yang memiliki latar

belakang berbeda. Tetapi ciri khas Sunda tetap mendapat porsi lebih besar

dalam liturgi.

Page 64: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

47

B. PENELITIAN TENTANG INKULTURASI DALAM PERAYAAN

EKARISTI DI PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

1. Latar Belakang

Gereja Kristus Raja Cigugur merupakan salah satu paroki di

Keuskupan Bandung yang sebagian besar umatnya berasal dari suku Sunda.

Dalam kesehariannya mereka dihidupi oleh tradisi dan kebudayaan Sunda

yang masih sangat kental. Hal ini tentu saja tercermin dalam cara peribadatan

mereka. Bagi orang Katolik, bentuk peribadatan tersebut diungkapkan secara

nyata dalam suatu Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di

Paroki Kristus Raja Cigugur banyak merangkul unsur-unsur budaya setempat,

misalnya saja pada saat kolekte, umat satu per satu maju ke depan Altar untuk

memberikan persembahannya. Selain itu, ketika menerima komuni, umat

biasanya menggunakan tangan kanan di atas. Dalam tradisi Sunda, menerima

barang dengan tangan kanan atau sering disebut dengan istilah tangan saé,

merupakan ungkapan penghormatan kepada barang yang diterima maupun

kepada orang yang memberikan. Dengan demikian, nilai-nilai yang ada dalam

budaya Sunda, baik itu bahasa, sikap, simbol-simbol, maupun tata-gerak

diinkulturasikan dalam Perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan Ekaristi hari

Minggu, paling sedikit ada satu kali misa menggunakan bahasa Sunda dengan

iringan musik degung dan lagu-lagu Sunda. Bagi orang Sunda, musik degung

dapat menciptakan suasana beribadat yang lebih khusyuk. Dari segi dekorasi,

nampak pula simbol-simbol khas Sunda, misalnya dengan adanya Payung

Agung yang memayungi tabernakel, memiliki makna simbolis bahwa Tubuh

Page 65: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

48

dan Darah Kristus yang disemayamkan dalam tabernakel merupakan suatu

keagungan yang perlu dihormati, selain itu menjadi simbol Kristus sebagai

Payung Agung yang senantiasa melindungi umatNya.

Namun, sejauh pengamatan penulis selama berada di paroki Kristus

Raja Cigugur ini, sebagian umat sepertinya kurang memahami pentingnya

inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,

penulis mengangkat suatu pokok permasalahan tentang kurangnya

pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi yang inkulturatif.

Penulis menganggap nilai-nilai kebudayaan Sunda yang pernah

diinkulturasikan dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur

semakin lama seolah-olah semakin menyusut. Karena kaum muda pada

umumnya, kurang tertarik dengan hal-hal yang berbau kebudayaan tradisional,

begitu juga dalam Perayaan Ekaristi. Padahal, maksud awal dibuat inkulturasi

ini adalah agar umat semakin mampu memahami dan menghayati makna

Perayaan Ekaristi lewat budaya mereka sendiri. Hal tersebut kemudian

membuat seluruh proses inkulturasi seperti menjadi tidak penting lagi. Selain

itu, umat paroki Kristus Raja Cigugur yang masih kental dengan kebudayaan

Sunda seharusnya merasa dibantu dengan adanya inkulturasi ini. Namun,

kesempatan yang begitu besar ini masih kurang dipahami dan dimanfaatkan

untuk lebih memahami makna Perayaan Ekaristi. Gereja sendiri sebenarnya

sudah memberikan peluang yang besar untuk inkulturasi. Hal ini diungkapkan

dalam SC 37:

Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesejahteraan segenap jemaat, Gereja dalam Liturgi pun tidak ingin mengharuskan

Page 66: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

49

suatu keseragaman yang kaku. Sebaliknya Gereja memelihara dan memajukan kekayaan yang menghiasi jiwa pelbagai suku dan bangsa. Apa saja dalam adat kebiasaan para bangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada takhyul atau ajaran sesat, oleh Gereja dipertimbangkan dengan murah hati, dan bila mungkin dipeliharanya dalam keadaan baik dan utuh. Bahkan ada kalanya Gereja menampungnya dalam Liturgi sendiri, asal saja selaras dengan hakekat semangat Liturgi yang sejati dan asli.

Dari artikel tersebut dapat dilihat bahwa Gereja cukup menjunjung tinggi adat

kebiasaan yang dimiliki oleh umat dalam suatu daerah. Bahkan Gereja sama

sekali tidak melarang diadakannya penyesuaian dalam Liturgi, asalkan

membantu umat dalam memahami Perayaan Ekaristi dan selaras dengan

hakekat semangat Liturgi yang sejati dan asli.

Menurut penulis, umat sekarang ini kurang memahami makna

Perayaan Ekaristi secara menyeluruh. Masih ada saja umat yang menjalankan

ritual-ritual dalam Perayaan Ekaristi tanpa mengetahui maksudnya, sebagai

contoh, dalam cara menerima komuni, belum tentu semua umat mampu

memahami dan menghayati makna maupun tujuannya. Apabila umat mampu

memahami makna dan tujuannya maka umat juga akan semakin mampu

mengalami dan merasakan kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi

sehingga tercermin pula dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian,

penting sekali diadakan penelitian tentang pemahaman umat akan makna

Perayaan Ekaristi yang inkulturatif di Paroki Kristus Raja Cigugur ini.

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi di Paroki

Kristus Raja Cigugur.

Page 67: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

50

b. Mengetahui pemahaman umat akan pentingnya inkulturasi dalam Perayaan

Ekaristi.

2. Metodologi Penelitian

Dalam sub-bahasan mengenai metodologi penelitian ini akan diuraikan

mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,

variabel yang diteliti, instrumen pengumpulan data dan metode pembahasan

data penelitian.

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif atau

biasa dikenal dengan jenis penelitian naturalistic. Istilah naturalistic

menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara

alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi

keadaan dan kondisinya serta menekankan pada deskripsi secara alami

(Arikunto, 2000: 12). Selain itu, penelitian kualitatif merupakan suatu

penelitian yang mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi:

observasi, wawancara, studi dokumentasi dll. Dalam penelitian kualitatif,

kebenaran sesuatu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau

gejala yang memancar dari objek yang diteliti (Arikunto, 2000: 14).

Penelitian kualitatif mempunyai sifat induktif, yaitu pengembangan

konsep yang didasarkan atas data yang ada serta mengikuti desain

penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteksnya. Selain itu, penelitian

kualitatif juga lebih menekankan pada setting alami atau pada perolehan

Page 68: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

51

data asli. Peneliti diharuskan menjaga keaslian kondisi, jangan sampai

merusak atau mengubahnya (Arikunto, 2000: 16).

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian diadakan di Paroki Kristus Raja Cigugur pada bulan Juni

2009.

c. Responden Penelitian

Dari data statistik Paroki Kristus Raja Cigugur, jumlah umat

sampai dengan tahun 2004 adalah 5.724 jiwa. Namun dalam penelitian ini,

penulis hanya mengambil sampel dari 3 stasi terbesar yang ada di Paroki

Kriatus Raja Cigugur dan di wilayah paroki sendiri dengan jumlah

responden 20 orang. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan kedudukan

responden dalam lingkungan Paroki Kristus Raja Cigugur, yaitu Ketua

Stasi, Ketua Lingkungan, Prodiakon, umat dan Mudika. Responden yang

diwawancarai dipilih secara langsung oleh Pastor Paroki dengan melihat

kualitas dan kapasitas responden, sehingga dapat mewakili umat Paroki

secara keseluruhan. Selain itu, penulis merasa bahwa Pastor Paroki lebih

mengenal dan memahami keadaan umat yang sebenarnya. Sasaran atau

obyek penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak

mungkin, sehingga tidak terjadi pelebaran obyek penelitian.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sample yaitu,

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:

85). Teknik purposive sample ini dilakukan dengan cara mengambil

subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan

Page 69: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

52

atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2000: 141). Pengambilan sampel

dengan teknik ini cukup baik untuk dilakukan karena dapat disesuaikan

dengan pertimbangan peneliti sehingga dapat mewakili populasi

(Arikunto, 2000: 142).

d. Variabel yang Diteliti

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pemahaman umat

akan makna Perayaan Ekaristi dan inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di

Paroki Kristus Raja Cigugur.

Tabel 2. Variabel Penelitian

No Variabel Nomor item Jumlah 1 Pemahaman Umat akan Perayaan

Ekaristi 1,2,3,4 4

2 Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi 5,6,7,8 4

e. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara, studi dokumen dan observasi partisipatif, sesuai

dengan jenis penelitian yang digunakan. Metode wawancara digunakan

karena dalam wawancara responden akan memberikan jawaban yang lebih

lengkap dan mendalam (Arikunto, 2000: 227). Secara garis besar ada dua

macam cara dalam berwawancara yaitu wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur disusun secara

terperinci sehingga menyerupai check-list.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara

terstruktur, dengan dibantu pertanyaan panduan wawancara. Adapun

Page 70: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

53

alasan penulis memilih menggunakan metode ini adalah agar proses

wawancara lebih terarah dan pembicaraan tidak melebar kemana-mana.

Selain metode wawancara, penulis menggunakan studi dokumen,

yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2000:231). Dalam studi

dokumen, penulis mengunjungi perpustakaan Paroki Kristus Raja Cigugur.

Di sana terdapat beberapa arsip paroki sejak awal mula berdirinya Paroki

Kristus Raja Cigugur, misalnya surat pernyataan salah satu mantan

pengikut ADS untuk memeluk agama Katolik, kumpulan sejarah dan

dinamika kehidupan menggereja di Paroki Kristus Raja Cigugur yang

disusun oleh Dewan Paroki Kristus Raja Cigugur, buku kenangan Catur

Dasa Warsa Imamat Rama Rutten OSC, dll. Selain itu, penulis juga

menggunakan skripsi dan tesis milik teman-teman dari Paroki Kristus Raja

Cigugur yang berkaitan secara langsung baik dengan sejarah maupun

inkulturasi yang ada di Paroki Kristus Raja Cigugur.

Untuk mendukung kedua teknik pengumpulan data tersebut,

penulis juga ikut terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau disebut dengan observasi partisipatif. Adapun kegiatan yang

penulis ikuti bersama umat selama penelitian adalah mengikuti doa

lingkungan, musyawarah pastoral yang diadakan di lingkungan dan stasi,

kegiatan mudika, menghadiri Perayaan Ekaristi, dll. Dengan observasi

partisipatif ini diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam

Page 71: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

54

dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak

(Sugiyono, 2008: 27).

f. Metode Pembahasan Data Penelitian

Analisis data adalah proses yang memerlukan usaha untuk secara

formal mengidentifikasi tema-tema dan menyusun hipotesa-hipotesa atau

gagasan-gagasan yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk

menunjukkan bahwa tema dan hipotesa tersebut didukung oleh data

(Moleong, 1992: 137). Data-data yang sudah diperoleh dari penelitian

dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian dikategorikan berdasar tema,

lalu dibuat reduksinya setelah itu tinggal diinterpretasikan dan diambil

suatu kesimpulan.

3. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dilaporkan hasil penelitian berikut

pembahasannya yang akan disajikan menurut variabel yang diungkap.

a. Responden

Jumlah responden yang penulis wawancarai berjumlah 20 orang dengan

perincian sebagai berikut:

Tabel 3. Identitas Responden (N=20)

Jenis Kelamin Jumlah % Status Jumlah % Laki-laki 19 95 Ketua Stasi 2 10 Perempuan 1 5 Ketua Lingkungan 2 10 Prodiakon 4 20 Umat 5 25 Mudika 7 35 Jumlah 20 100 20 100

Page 72: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

55

Pada tabel identitas responden tersebut dapat dilihat bahwa

responden terbanyak adalah laki-laki yaitu 19 orang (95%). Dari 20

responden yang diwawancarai, 2 responden (10 %) sebagai ketua stasi dari

Stasi Cisantana dan dari Stasi Cibunut, 2 ketua lingkungan (10%), 4

prodiakon (20%), 5 umat (25%) dan paling banyak adalah mudika yaitu 7

orang (35%).

Dalam proses wawancara, penulis awalnya mempersiapkan

sejumlah 15 reponden yang akan diwawancarai. Kelima belas responden

tersebut diambil dari 15 stasi yang ada di Paroki Kristus Raja Cigugur.

Sedangkan pada kenyataannya, ada 20 responden yang penulis

wawancarai. Jumlah tersebut ditentukan secara langsung oleh Pastor

Paroki dengan melihat kualitas dari responden.

b. Pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi

Pada bagian ini, penulis akan menggali pemahaman umat akan makna

Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur. Berikut ini adalah hasil

penelitian dan pembahasannya:

Page 73: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

56

Tabel 4. Pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi (N=20)

No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah %

1 Bagaimana

pengalaman anda

mengikuti Perayaan

Ekaristi di Paroki

Kristus Raja Cigugur

selama ini?

Orang tua:

Perayaan Ekaristi di

Cigugur secara

keseluruhan baik dan

bisa dipahami.

Pengalaman saya

selalu berubah-ubah

selama mengikuti

misa di Cigugur,

tergantung situasi dan

kondisi pribadi

maupun Gereja

Perayaan Ekaristi di

Cigugur merangkul

unsur-unsur budaya

Sunda yang dapat

menciptakan

pertumbuhan iman

umat. Misalnya

bahasa Sunda,

nyanyian Sunda, atau

iringan musik degung

Dalam Perayaan

Ekaristi di Cigugur

saya bisa merasakan

kehadiran Tuhan

Perayaan Ekaristi di

Cigugur Menarik

4

1

4

2

2

20

5

20

10

10

Page 74: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

57

Kaum Muda

Perayaan Ekaristi di

Paroki Cigugur

memperlihatkan

suasana keakraban

dan saling mengenal

satu sama lain.

Perayaan Ekaristi di

Cigugur menarik dan

bisa dipahami karena

adanya faktor bahasa

setempat.

Misa di Cigugur sama

saja dengan Misa di

tempat lain.

Perayaan Ekaristi di

Cigugur memiliki

kekhasan yang tidak

ada di tempat lain dan

lebih berkesan, yaitu

dengan adanya unsur-

unsur budaya Sunda

di dalamnya.

Misa biasanya

diwarnai dengan

keramaian anak-anak

1

1

1

3

1

5

5

5

15

5

2 Apa pentingnya

mengikuti Perayaan

Ekaristi bagi anda?

Orang Tua :

Ekaristi merupakan

kebutuhan rohani bagi

saya karena saya bisa

7

35

Page 75: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

58

menerima Tubuh

Kristus dalam hidup

saya.

Ekaristi sebagai

ungkapan syukur

Ekaristi dapat

semakin

menumbuhkan iman

Kristiani saya

Ekaristi sebagai suatu

kewajiban bagi umat

Katolik

Ekaristi adalah

sumber kekuatan

iman saya

2

1

2

1

10

5

10

5

Kaum Muda:

Menyadari

kekurangan diri

Saya mengikuti

Ekaristi karena

melihat orang lain

juga demikian. Kalau

tidak mengikuti

Ekaristi maka saya

akan menjadi bahan

perbincangan orang

lain. Jadi saya

melakukan hal yang

sama dengan apa

yang dilakukan orang

1

1

5

5

Page 76: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

59

lain

Awalnya karena

disuruh

Untuk perkembangan

diri

Bertemu dengan

Tuhan dalam Ekaristi

Ekaristi sebagai suatu

kewajiban bagi umat

Katolik

Memiliki kerinduan

untuk menyapa Allah

dalam Ekaristi

1

1

1

1

1

5

5

5

5

5

Orang Tua :

Bahasa dan kebiasaan

umat setempat

Alunan musik degung

Pemaknaan atas

simbol-simbol yang

digunakan dalam

Perayaan Ekaristi

11

1

1

55

5

5

3 Unsur-unsur budaya

apa saja yang

digunakan dalam

Perayaan Ekaristi,

yang benar-benar

membantu anda

memahami makna

Perayaan Ekaristi?

Kaum Muda:

Bahasa dan kebiasaan

umat setempat

Pemaknaan atas

simbol-simbol yang

digunakan dalam

Perayaan Ekaristi

5

2

25

10

4 Usaha apa saja yang

telah dilakukan oleh

Orang Tua :

Gereja

2

10

Page 77: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

60

Gereja dan umat dalam

mengembangkan

pemahaman umat akan

makna Perayaan

Ekaristi?

mengembangkan

pemahaman umat

akan makna Perayaan

Ekaristi lewat

wejangan atau

khotbah dalam

Perayaan Ekaristi

Gereja sudah

mengadakan penataan

yang baik dalam

Perayaan Ekaristi

Dari kaum muda

sudah cukup jeli

memandang Perayaan

Ekaristi sebagai suatu

kewajiban atau

kebutuhan

Usaha dari Gereja

adalah dengan

mengajak umat untuk

terlibat dalam

Perayaan Ekaristi

Gereja

mengakomodasi

unsur-unsur budaya

setempat dalam

Perayaan Ekaristi

Gereja tetap

mempertahankan seni

budaya tradisional

dalam Perayaan

1

1

1

1

1

5

5

5

5

5

Page 78: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

61

Ekaristi.

Gereja menganjurkan

umat untuk

mengadakan doa di

lingkungan setiap

minggu agar dapat

semakin mengasah

iman umat dan

semakin menghayati

Ekaristi

Tidak tahu

Gereja kurang

memberikan

pembinaan dalam

mengembangkan

pemahaman umat

akan makna Perayaan

Ekaristi di Cigugur

2

2

2

10

10

10

Kaum Muda:

Gereja mengajak umat

untuk mengikuti doa

lingkungan setiap

minggu

Gereja mengajak

kaum muda untuk

terlibat dalam

kegiatan menggereja

dan aktif di

lingkungan

1

1

5

5

Page 79: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

62

Gereja maupun umat

kurang mengusahakan

perkembangan

pemahaman umat

akan makna Perayaan

Ekaristi

Usaha Gereja adalah

dengan memberikan

nasehat dan ajaran

kepada umat lewat

khotbah Rama dalam

Perayaan Ekaristi

4

1

20

5

Dari tabel tersebut dapat dilihat gambaran pemahaman umat Paroki

Kristus Raja Cigugur akan makna Perayaan Ekaristi. Jawaban yang

diperoleh dari responden dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok

orang tua dan kaum muda. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan suatu

perbandingan antara kedua kelompok tersebut.

Pada item no. 1, hampir semua responden memiliki jawaban

masing-masing karena menyangkut pengalaman pribadi mereka. Namun

beberapa orang juga ada yang memberikan jawaban yang sama. Dari

jawaban kelompok orang tua, sebanyak 4 responden (20%)

mengungkapkan pengalaman mereka selama mengikuti Perayaan Ekaristi

di Cigugur secara keseluruhan baik dan bisa dipahami. 4 reponden (20%)

yang lain mengungkapkan bahwa selama ini Perayaan Ekaristi di Cigugur

dapat merangkul unsur-unsur budaya Sunda yang dapat menciptakan

Page 80: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

63

pertumbuhan iman mereka, misalnya saja dengan adanya Misa bahasa

Sunda, nyanyian Sunda atau iringan musik degung. Selain itu ada juga 2

reponden (10%) lain menyatakan bahwa dalam Perayaan Ekaristi di

Cigugur, mereka sungguh-sungguh bisa menemukan kehadiran Tuhan di

tengah mereka. Adanya unsur kebudayaan yang dimasukkan dalam

Perayaan Ekaristi di Cigugur, ternyata membuat 2 responden (10%) yang

lain mengungkapkan ketertarikannya. Namun ada juga 1 responden (5%)

yang mengungkapkan bahwa pengalamnnya selama mengikuti Perayaan

Ekaristi di Cigugur selalu berubah-ubah. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi

pribadi maupun Gereja pada saat itu.

Sedangkan dari kelompok orang muda, 3 reponden (15%)

terbanyak mengungkapkan bahwa sejauh pengalaman mereka mengikuti

Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur merasakan ada kekhasan

yang tidak ada di gereja lain. Kekhasan yang dirasakan oleh umat tersebut

antara lain penggunaan bahasa Sunda dalam Perayaan Ekaristi secara

rutin, penggunaan gamelan Sunda untuk mengiringi lagu-lagu Sunda

dalam Perayaan Ekaristi, dll. Selain itu, salah satu responden (5%) lain

mengungkapkan bahwa Perayaan Ekaristi di Cigugur memperlihatkan

suasana keakraban serta saling mengenal satu sama lain. Hal tersebut dapat

terjadi karena sebagian besar umat Paroki Kristus Raja Cigugur merasa

bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang sama sehingga

menganggap semua orang adalah saudara. Kendati demikian, ada juga

responden lain yang mengungkapkan bahwa Perayaan Ekaristi di Cigugur

Page 81: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

64

sama saja dengan di tempat lain (5%). Hal tersebut tidak diungkapkan

secara jelas, tetapi mungkin saja karena adanya kesamaan dalam ritus

Perayaan Ekaristi. Kesamaan tersebut terjadi karena Gereja Katolik

memiliki suatu Tata Perayaan Ekaristi yang baku dan dipakai di semua

Gereja Katolik di Indonesia. Suatu ritus yang sudah baku tentu saja tidak

dapat dirubah seenaknya, sehingga dari gereja yang satu ke gereja yang

lainnya terkesan sama saja.

Pada item no.2, hampir semua reponden juga memiliki pendapat

yang berbeda mengenai pentingnya Ekaristi bagi mereka. Dari kelompok

orang tua, sebanyak 7 reponden (35%) terbanyak menganggap bahwa

Ekaristi merupakan suatu kebutuhan rohani bagi mereka karena mereka

bisa menerima Tubuh Kristus dalam hidup mereka. Kebanyakan

menganggap bahwa jika tidak mengikuti Ekaristi, seolah-olah ada sesuatu

yang kurang dalam hidup mereka. Selain itu, mereka juga memiliki

kerinduan akan Allah dengan mendengarkan bacaan-bacaan Kitab Suci

dan menerima Tubuh Kristus. Bagi kebanyakan orang di Cigugur, dengan

menerima Tubuh Kristus maka secara langsung mereka juga menerima

Kristus yang hadir secara nyata dalam hidup mereka. Sebanyak 4 reponden

(20%) yang lainnya memiliki jawaban-jawaban yang juga baik dan

bermakna bagi hidup mereka. Namun ada juga yang memiliki pandangan

yang sama sekali berbeda dari jawaban-jawaban sebelumnya. Sebanyak 2

responden (10%) menganggap Perayaan Ekaristi hanya sebagai kewajiban

belaka. Hal ini menjadi suatu keprihatinan karena ternyata keinginan

Page 82: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

65

mereka untuk mengikuti Perayaan Ekaristi tidak didasari oleh suatu

kerinduan akan Allah, hanya menjalankan suatu rutinitas yang seolah-olah

kurang bermakna.

Sedangkan dari kaum muda, beberapa responden memberikan

jawaban yang positif dan yang lainnya memberikan jawaban yang negatif.

Dari tujuh kaum muda yang menjadi responden, 1 responden (5%)

mengungkapkan bahwa karena kekurangannya lah ia mengikuti Perayaan

Ekaristi. Selain itu, 1 responden (5%) juga ada yang mengungkapkan

bahwa Ekaristi penting untuk perkembangan dirinya. 1 reponden (5%)

yang lain mengungkapkan bahwa ia dapat menemukan kehadiran Tuhan

melalui Perayaan Ekaristi. Karena itu, 1 reponden (5%) menyatakan

bahwa ia memiliki kerinduan untuk menyapa Allah dalam Ekaristi. Hal

tersebut sungguh baik dimiliki oleh kaum muda sekarang ini, karena masih

memiliki kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Namun

ternyata tidak semua responden kaum muda memiliki pandangan yang

sama mengenai pentingnya Ekaristi bagi hidupnya. Ada juga beberapa

responden yang memberikan jawaban yang kurang diharapkan dan cukup

memprihatinkan. 1 responden (5%) menyatakan bahwa dirinya mengikuti

Perayaan Ekaristi semata-mata karena tidak ingin menjadi bahan

perbincangan orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, ia pun melakukan

hal yang sama dengan apa yang dilakukan orang lain dengan mengikuti

Perayaan Ekaristi. 1 responden (5%) yang lain menyatakan bahwa ia

mengikuti Ekaristi karena disuruh oleh orang tuanya, artinya tidak ada

Page 83: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

66

kesadaran secara aktif untuk hadir dalam misa. Selain itu, masih ada juga 1

responden (5%) lain yang menyatakan dengan lantang bahwa mengikuti

Perayaan Ekaristi merupakan kewajiban bagi seorang Katolik. Ketiga

responden tersebut bisa dikatakan sebagai representatif dari kaum muda di

Paroki Kristus Raja Cigugur saat ini. Mereka sama sekali belum memiliki

kesadaran dan kerinduan akan Perayaan Ekaristi.

Pada item no.3, kebanyakan dari mereka memiliki pandangan yang

sama mengenai unsur-unsur budaya Sunda yang dapat membantunya

memahami makna Perayaan Ekaristi. Sebanyak 16 (80%) responden, baik

dari orang tua maupun dari kaum muda menganggap bahwa pemahaman

tersebut yang terutama diawali dengan bahasa dan kebiasaan umat

setempat. Bahasa merupakan sarana komunikasi antar manusia, jadi

mampu menghantar orang akan pemahaman yang benar. Dalam hal ini,

baik Paroki maupun umat memiliki peranan yang penting agar pemahaman

tersebut sampai pada kebenaran dan mengakar dalam kehidupan mereka.

Pada item no 4, dari kelompok orang tua, sebanyak 9 responden

(45%) menunjukkan usaha-usaha yang telah dilakukan Gereja dan umat

untuk meningkatkan pemahaman mereka akan makna Perayaan Ekaristi.

Kendati demikian, ada juga 2 responden (40%) yang sedikit menutup mata

terhadap perkembangan Paroki Kristus Raja Cigugur sampai saat ini. Hal

tersebut dapat dilihat dengan jawaban yang mereka berikan bahwa mereka

sama sekali tidak mengetahui apa yang sudah dilakukan Gereja maupun

umat di sekitarnya dalam rangka mengembangkan pemahaman umat akan

Page 84: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

67

makna Perayaan Ekaristi. Sedangkan 2 responden (40%) lainnya

menganggap bahwa Gereja kurang memberikan pembinaan bagi umatnya

dalam mengembangkan pemahaman umat tersebut. Bahkan beberapa dari

mereka membandingkan kinerja kepemimpinan Paroki yang sekarang

dengan yang sebelumnya.

Dari tabel hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa umat di

Paroki Kristus Raja Cigugur cukup mampu memahami makna Perayaan

Ekaristi dengan baik lewat unsur-unsur kebudayaan Sunda yang

dimasukkan di dalamnya. Namun, ternyata masih ada responden yang

kurang memaknai Perayaan Ekaristi dengan baik. Dengan mengungkapkan

bahwa Ekaristi hanya sebagai kewajiban atau pun rutinitas belaka,

menunjukkan bahwa kesadaran mereka belum sampai pada puncaknya.

Dengan kata lain, Perayaan Ekaristi belum benar-benar dimaknai dalam

kehidupan mereka dan belum menyentuh inti hidup mereka yang paling

dalam. Bahkan kebudayaan yang biasa mereka hidupi belum mampu

membawa Perayaan Ekaristi menjadi bermakna dalam hidupnya. Selain

itu, keprihatinan ini ternyata lebih banyak diungkapkan oleh kaum muda,

yang seharusnya menjadi jantung hati bagi Gereja. Dengan perkembangan

yang banyak terjadi sekarang ini, kemungkinan besar kaum muda kurang

bisa peka terhadap kehadiran Allah dalam hidup mereka.

Kendati demikian, jawaban-jawaban yang diberikan oleh

kebanyakan responden sudah cukup sesuai dengan harapan penulis.

Mereka mampu memunculkan ketiga arti pokok yang terkandung dalam

Page 85: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

68

Perayaan Ekaristi, yaitu segi kebersamaan, segi partispasi, dan segi

konteks. Dalam segi kebersamaan, umat memahami bahwa Perayaan

Ekaristi bukan hanya perayaan perseorangan saja melainkan suatu

perayaan Gereja sebagai kesatuan. Umat juga menganggap bahwa dalam

Perayaan Ekaristi Kristus sungguh-sungguh hadir. Lewat kehadiran

Kristus tersebut, Gereja secara universal ikut dihadirkan di dalamnya. Dari

segi partisipasi, umat juga memahami secara jelas bahwa dalam Perayaan

Ekaristi selalu dituntut keterlibatan secara sadar dan aktif. Kata sadar

menunjuk segi pemahaman atau dengan kata lain tahu apa yang ia

lakukan. Partisipasi sadar dan aktif ini mencakup pemahaman akan seluruh

misteri yang dirayakan sekaligus keterlibatan yang penuh, utuh dan aktif

sejak persiapan, pelaksanaan, hingga sesudah perayaan, yakni dengan ikut

menghasilkan buah-buah perwujudan iman. Sedangkan dari segi konteks

menunjuk makna Ekaristi yang dirayakan menurut situasi dan kondisi

aktual atau konteks umat setempat. Dalam hal ini, unsur kebutuhan

setempat, situasi, tantangan zaman, dan unsur-unsur budaya lokal ikut

mempengaruhi sebuah perayaan. Dengan adanya Perayaan Ekaristi

inkulturatif di Paroki Kristus Raja Cigugur, maka kebutuhan umat maupun

unsur-unsur budaya setempat dapat terangkul di dalamnya.

Selain itu, pemahaman akan makna Perayaan Ekaristi juga

ditunjukkan lewat sikap-sikap yang mereka lakukan selama mengikuti

Perayaan Ekaristi. Misalnya saja, ketika masuk ke dalam gedung gereja;

umat menunjukkan sikap hormat dengan menundukkan kepala atau

Page 86: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

69

berlutut sebelum duduk di bangku mereka dan sebaliknya ketika hendak

meninggalkan gedung gereja. Pada saat kolekte; umat satu persatu maju ke

depan. Hal tersebut merupakan bentuk keterlibatan umat secara total dan

aktif serta menjadi bukti kesungguhan mereka pada Kristus dan Gereja.

c. Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi

Melalui bagian ini, penulis ingin memberikan gambaran akan

pentingnya inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi dalam pandangan umat

Paroki Kristus Raja Cigugur.

Tabel 5. Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi (N=20)

No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah %

1 Mengenai inkulturasi

dalam Perayaan

Ekaristi, apa yang anda

pahami dari

inkulturasi?

Orang Tua :

Inkulturasi menyangkut

penggunaan bahasa

daerah, simbol, dan

kebiasaan umat

setempat yang

dimasukkan di dalam

Perayaan Ekaristi, agar

lebih menyentuh umat,

seperti di Cigugur Misa

menggunakan bahasa

Sunda dsb.

Inkulturasi menyangkut

tata cara dalam

Perayaan Ekaristi

Inkulturasi adalah

penyesuaian Injil

6

1

1

30

5

5

Page 87: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

70

dengan kebudayaan

setempat

Inkulturasi lebih

memantapkan umat

dalam mengikuti

Perayaan Ekaristi

Inkulturasi merupakan

proses humanisasi dan

partisipasi aktif dari

umat sehingga Ekaristi

menjadi lebih meriah

Inkulturasi membantu

umat dalam memahami

Perayaan Ekaristi

Tidak tahu maksud dari

inkulturasi

1

1

1

2

5

5

5

10

Kaum Muda :

Tidak tahu mengenai

arti dari inkulturasi

tetapi pasti tujuannya

untuk membantu umat

Inkulturasi merupakan

percampuran antara

budaya asing dengan

budaya lokal tanpa

merubah bentuknya

masing-masing

Inkulturasi biasanya

terkait dengan

kebudayaan umat

1

5

1

5

25

5

Page 88: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

71

setempat dalam

Perayaan Ekaristi

Orang Tua :

Ya. Dengan adanya

unsur-unsur

kebudayaan Sunda

dalam Perayaan

Ekaristi, lebih terbantu

dalam memahami

makna Perayaan

Ekaristi, Paling tidak

pada saat Perayaan

Ekaristi berlangsung,

kami dapat memahami

apa yang disampaikan

oleh Rama baik itu

dalam doa-doa maupun

khotbah.

13

65

2 Apakah dengan adanya

unsur-unsur budaya

Sunda dalam Perayaan

Ekaristi (inkulturasi)

membantu anda

memahami makna

Perayaan Ekaristi?

Kaum Muda :

Inkulturasi dalam

Perayaan Ekaristi di

Cigugur cukup

membantu karena

disesuaikan dengan

kebudayaan Sunda,

seperti saya, sebagai

orang Cigugur lebih

bisa memahami Ekaristi

lewat budaya Sunda.

Inkulturasi dalam Misa

4

3

20

15

Page 89: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

72

di Cigugur cukup

membantu, namun

adanya penggunaan

bahasa Sunda yang

sangat halus kadang-

kadang membuat

bingung dan justru

mengaburkan

pemahaman akan

Ekaristi.

Orang Tua :

Perayaan Ekaristi

inkulturatif masih

cukup sesuai dengan

zaman sekarang karena

mampu menjawab

kebutuhan umat untuk

lebih memahami makna

Perayaan Ekaristi

13

65

3 Apakah Perayaan

Ekaristi yang

inkulturatif masih

sesuai dengan zaman

sekarang?

Kaum Muda :

Perayaan Ekaristi

inkulturatif masih cukup

sesuai dengan zaman

sekarang karena mampu

menjawab kebutuhan

umat untuk lebih

memahami makna

Perayaan Ekaristi

7

35

4 Apakah unsur-unsur

budaya yang ada dalam

Orang Tua :

Unsur-unsur budaya

9

45

Page 90: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

73

yang ada dalam

Perayaan Ekaristi harus

dipertahankan karena

menunjukkan identitas

kita sebagai umat

Katolik Cigugur dan

sudah banyak

membantu kita

memahami Perayaan

Ekaristi, sekaligus

menjaga tradisi dan

kebudayaan kita

Harus dibiasakan agar

tidak menjadi asing

Disesuaikan dengan

perkembangan dan

kemajuan jaman,

tergantung yang mana

yang lebih bisa

dipahami oleh umat

2

2

10

10

Perayaan Ekaristi

(inkulturasi) masih

perlu dipertahankan?

Kaum Muda :

Inkulturasi harus tetap

dipertahankan dan

dikembangkan, karena

sudah membantu kita

memahami Perayaan

Ekaristi dan sudah

menjadi identitas untuk

umat Katolik di Cigugur

7

35

Page 91: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

74

Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat dilihat pandangan umat Paroki

Kristus Raja Cigugur akan pentingnya inkulturasi dalam Perayaan

Ekaristi. Pada item no. 1, sebagian besar umat cukup memahami maksud

inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Dari kelompok orang tua, sebanyak 6

(30%) responden mengungkapkan bahwa inkulturasi menyangkut

penggunaan bahasa daerah, simbol, dan kebiasaan umat setempat yang

dimasukkan di dalam Perayaan Ekaristi, agar lebih menyentuh umat,

seperti di Cigugur Misa menggunakan bahasa Sunda, alunan musik

degung, simbol-simbol khas Sunda, dsb. Inkulturasi merupakan relasi

dinamis antara warta keselamatan kristen dengan pelbagai kebudayaan,

integrasi kehidupan kristen ke dalam kebudayaan tertentu, satu proses

kontinu dari interpretasi kritis dan timbal balik serta asimilasi antar

keduanya (Muda. 1992 : 34). Dari jawaban-jawaban responden tersebut

dapat dilihat bagaimana Injil Yesus Kristus, yang secara nyata nampak

dalam Perayaan Ekaristi, dapat dipahami dan diterima oleh umat di

Cigugur melalui kebudayaan Sunda.

Dengan adanya inkulturasi di Paroki Kristus Raja Cigugur ini,

umat sungguh-sungguh terbantu dalam memahami makna Perayaan

Ekaristi. Pada item no.2, semua responden dari kelompok orang tua

menyatakan bahwa dengan adanya unsur-unsur kebudayaan Sunda dalam

Perayaan Ekaristi, mereka lebih terbantu dalam memahami makna

Perayaan Ekaristi, paling tidak pada saat Perayaan Ekaristi berlangsung.

Hal yang paling sederhana, mereka dapat memahami apa yang

Page 92: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

75

disampaikan oleh Rama dalam Perayaan Ekaristi, baik itu doa-doa maupun

khotbah. Hal ini tentu saja akan menghasilkan dampak yang begitu positif

bagi umat Kristiani. Mereka akan semakin mampu membangun hidup

berimannya maupun komunitasnya. Selain itu, mereka juga semakin

memiliki iman Katolik yang menyatu dan mengakar pada kebudayaan dan

nilai-nilai setempat yang mereka yakini bersifat positif, karena telah

terbukti berharga bagi perjuangan kehidupan mereka.

Namun tidak demikian yang dialami oleh kaum muda. Hanya 4

responden (20%) saja yang merasa terbantu dengan adanya inkulturasi

dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur. 3 responden

(15%) yang lainnya menganggap bahwa inkulturasi tidak selalu membantu

mereka. Misalnya saja dengan adanya penggunaan bahasa Sunda yang

sangat halus kadang-kadang membuat bingung dan justru mengaburkan

pemahaman mereka akan Ekaristi.

Kendati inkulturasi kadang-kadang menjadi hal yang sulit bagi

mereka, namun pada item no.3, semua responden setuju bahwa inkulturasi

dalam Perayaan Ekaristi masih sangat sesuai dengan zaman sekarang ini.

Hal tersebut terlihat secara jelas oleh penulis, dalam Perayaan Ekaristi

inkulturatif kehadiran umat lebih banyak bila dibandingkan dengan misa

biasa. Selain itu, mereka juga terlihat cukup antusias dengan adanya

inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi ini. Hal ini dapat dilihat dari item

no.4, sebagian besar responden, yaitu sebanyak 16 responden (80 %)

menyatakan bahwa inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus

Page 93: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

76

Raja Cigugur tetap harus dipertahankan. Selain itu, sebanyak 2 responden

(10 %) mengungkapkan bahwa hal tersebut perlu dibiasakan sejak dini,

agar tidak menjadi asing, khususnya bagi kaum muda. 2 reponden (10 %)

lainnya menyatakan bahwa inkulturasi perlu disesuaikan dengan

perkembangan dan kemajuan jaman. Inkulturasi tidak dipandang sebagai

sesuatu yang monoton. Inkulturasi harus berkembang sejalan dengan

berkembangnya umat dan kebudayaannya.

4. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

umat Paroki Kristus Raja Cigugur sudah cukup memahami makna Perayaan

Ekaristi dengan baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya inkulturasi dalam

unsur-unsur kebudayaan setempat yang diangkat dalam suatu Perayaan

Ekaristi. Umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi terpesona oleh lagu, doa,

lambang / hiasan, upacara, karena semuanya langsung dapat dimengerti;

karena semuanya bagus menurut penilaian yang dipakai dalam hidup

kebudayaan setempat (Prier, 1999: 13). Inkulturasi menjadi jalan bagi umat

Paroki Kristus Raja Cigugur dalam memahami makna Perayaan Ekaristi.

Selama wawancara berlangsung, sebagian besar umat mengungkapkan

kecintaannya terhadap Ekaristi maupun terhadap kebudayaan yang mereka

miliki. Hal tersebut tentu saja harus didukung secara penuh oleh Paroki.

Paroki harus benar-benar memperhatikan dan mengusahakan perkembangan

umat dalam memahami makna Perayaan Ekaristi.

Page 94: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

77

Pemahaman umat tersebut harus lebih diasah lagi agar umat dapat

semakin memantapkan dirinya dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Selain itu,

agar umat juga semakin mampu mengaktualisasikan pemahaman mereka

tersebut dalam segala aspek kehidupannya di tengah masyarakat. Namun perlu

ditegaskan pula bahwa mengembangkan pemahaman umat akan makna

Perayaan Ekaristi bukan hanya menjadi tanggung jawab Paroki belaka tetapi

juga umat secara keseluruhan.

Page 95: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

BAB IV

KATEKESE INKULTURATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN

PEMAHAMAN UMAT AKAN MAKNA PERAYAAN EKARISTI

Dalam Bab ini penulis akan menguraikan katekese inkulturatif dalam

rangka meningkatkan penghayatan umat akan makna Perayaan Ekaristi. Ada 3

(tiga) bagian pokok yang akan dibahas, yaitu katekese inkulturatif, Shared

Chirstian Praksis (SCP) sebagai salah satu model katekese inkulturatif, dan

usulan program katekese. Adapun usulan program yang disampaikan dalam Bab

ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya,

sehingga diharapkan dapat relevan dengan situasi umat yang terjadi di Paroki

Kristus Raja Cigugur. Berikut adalah pembahasannya:

A. KATEKESE INKULTURATIF

1. Hakikat dan Tujuan Katekese

Katekese berasal dari kata Yunani “katechein” sebagai hasil bentukan

dari kata “kat” yang artinya pergi atau meluas dan “echo” yang memiliki

arti menggemakan atau menyuarakan keluar (Telaumbanua, 1999: 4).

Katechein sebagai bentukan kata berarti menggemakan atau menyuarakan

keluar. Katekese juga dipahami sebagai ilmu karena disejajarkan dengan

ilmu pastoral dan ilmu teologi.

Menurut anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II, yakni

Catechesi Tradendae, mengartikan katekese sebagai berikut:

Page 96: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

79

Pembinaan iman anak-anak, kaum muda, dan orang tua dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT art 18).

Kutipan ini hendak menegaskan bahwa katekese merupakan pembinaan iman

bagi semua orang beriman tanpa memandang usia. Penyampaian ajaran

Kristiani ini perlu dilaksanakan terus menerus sesuai dengan program yang

direncanakan, yakni mengantar peserta untuk hidup seturut imannya akan

Kristus. Iman merupakan jawaban dan keputusan bebas dari pribadi atas

tawaran Allah. Oleh karena itu, iman juga menuntut keterlibatan pribadi yang

nyata dan diwujudkan dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari.

Dalam suatu naskah kerja katekese “Mencari Arah Katekese” tulisan

Setyakarjana (1976: 38) dengan bantuan dewan harian PWI – katekese

dirumuskan sebagai berikut:

Katekese adalah usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kritus menuju pada hidup Kristus yang dewasa penuh.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam katekese setiap peserta

memiliki peranan yang penting untuk saling menumbuhkembangkan iman

Kristiani mereka. Mereka yang telah mengimani dan percaya kepada Kristus

diharapkan mampu mewartakan kabar gembira dalam situasi konkret yang

mereka alami. Hal ini mengandaikan adanya dialog multiarah antara umat

dengan pendamping maupun antar umat sendiri. Kedewasaan iman yang

akan diperoleh tentu tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu,

katekese harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus.

Page 97: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

80

Arah katekese di Indonesia adalah Katekese Umat atau biasa disebut

juga katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Secara singkat, Katekese

Umat ini juga disebut komunikasi iman umat. Oleh karena itu, umat memiliki

peranan yang penting dan paling utama. Adapun tujuan komunikasi iman itu

ialah (Yosef Lalu, 2005: 5-6) :

a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

c. dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;

d. pula kita masih bersatu dalam Kristus, untuk menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

Agar komunikasi iman dapat berjalan dengan baik dan agar Tradisi Kristiani

yang nampak dalam Injil itu dapat benar-benar dipahami oleh umat, maka

fasilitator memiliki peran yang tidak kalah penting dari peran umat sebagai

pemeran utama dalam Katekese Umat. Umat akan mampu memahami dan

mengkomunikasikan iman mereka dalam Katekese jika fasilitator mampu

memberikan rangsangan yang baik bagi umat. Selain itu, Katekese Umat juga

harus berangkat dari konteks sosial praksis umat setempat. Tujuan katekese

umat terutama diperuntukkan bagi pembangunan hidup beriman baik secara

personal maupun secara komuniter (Heryatno, 2009: 1). Selain itu, katekese

umat juga diharapkan membantu jemaat di dalam menanggapi keprihatinan

hidup beriman mereka yaitu, bagaimana menghayati Injil Yesus Kristus di

dalam hidup sehari-hari.

Page 98: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

81

Tujuan katekese secara umum adalah membantu peserta untuk

semakin dekat dengan Yesus Kristus, sehingga peserta dapat sampai kepada

kedewasaan iman. Dalam Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang

katekese merumuskan tujuan katekese sebagai berikut:

Bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra denganNya. Hanya Dia lah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bpa dalam Roh dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kudus (CT art 5).

Catechesi Tradendae art 5 di atas menegaskan bahwa katekese bertujuan

membantu menghantar umat beriman untuk membina hubungan personal

dengan pribadi Yesus dan mengikuti Yesus Kristus secara total. Dengan kata

lain, katekese bertujuan agar umat semakin memasuki persekutuan hidup

dengan Yesus Kristus. Persekutuan hidup dengan Yesus Kristus menjadi

tujuan utama katekese, karena hanya dengan Yesus Kristus lah manusia

menemukan dan mengalami kepenuhan hidup sebagai seorang Kristiani

sejati. Yesus Kristus menjadi pusat, pedoman, arah dan tujuan hidup umat

beriman Kristiani. Selanjutnya Yohanes Paulus II mengatakan maksud

katekese adalah:

Mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Begitulah orang yang berkat karya rahmat diubah menjadi ciptaan baru, memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan dalam Gereja makin banyak berfikir seperti Dia, bertindak seturut dengan perintah-perintahnya, dan berharap sesuai dengan ajakannya (CT art 20). Pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa katekese bertujuan

membantu mengembangkan iman, memelihara, merawat dan menumbuhkan

Page 99: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

82

iman dalam pengetahuan dan pemahaman tentang Misteri Kristus yang kita

imani dan kita ketahui dalam cahaya firman dan terang Sabda Allah melalui

Kitab Suci yang merupakan kekayaan iman Gereja. Berkat karya rahmat yang

dianugerahkan Allah, orang Kristen diubah menjadi ciptaan baru yang hidup

dalam Kristus serta mengikuti Kristus melalui sikap dan tindakan sehari-hari.

Dengan adanya katekese, maka umat akan dihantarkan kepada pemahaman

yang benar akan Iman Kristiani yang disampaikan dalam Injil Yesus Kristus.

Pemahaman tersebut diharapkan dapat sampai kepada suatu bentuk

penghayatan yang konkret dalam kehidupan umat sehari-hari.

2. Mengusahakan Katekese Inkulturatif

Dengan mengetahui katekese secara umum, maka dapat dilihat

adanya hubungan yang erat antara katekese dengan inkulturasi. Secara garis

besar, dapat dinyatakan bahwa baik itu katekese maupun inkulturasi sama-

sama berangkat dari pengalaman umat setempat. Selain itu, katekese dapat

dipahami juga sebagai momen pokok dari inkulturasi, karena katekese

membantu supaya di tengah hidup umat benar-benar terwujud inkulturasi

iman Kristiani (Heryatno, 2000: 120). Artinya, iman kristiani sungguh-

sungguh mengakar dalam kehidupan umat dan menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari perjalanan hidup umat. Dengan demikian, iman bukan hanya

membentuk kebudayaan tetapi juga menjadi bagian inti dari kebudayaan.

Katekese inkulturatif secara sederhana merupakan pewartaan Injil

Yesus Kristus bagi umat Kristiani melalui kebudayaan umat setempat.

Page 100: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

83

Dengan katekese inkulturatif, Injil diharapkan bisa diterima oleh umat

bahkan mengakar dalam kehidupan umat sehari-hari. Selain itu, kebudayaan

umat setempat dapat menjadi suatu identitas dari jemaat Kristiani lokal.

Seperti halnya di Paroki Kristus Raja Cigugur, umat diperkenalkan dengan

Injil melalui bahasa Sunda, kesenian-kesenian Sunda,dll. Bahkan simbol

keagungan Kristus pun diangkat dari salah satu simbol yang ada dalam

masyarakat Cigugur. Misalnya saja penggunaan Payung Agung yang

dipasang di dekat tabernakel. Payung Agung memiliki makna simbolis

bahwa Tubuh dan Darah Kristus yang disemayamkan dalam tabernakel

merupakan suatu keagungan yang perlu dihormati, selain itu menjadi simbol

Kristus sebagai Payung Agung yang senantiasa melindungi umatNya.

Menurut Phan (Heryatno, 2009:1) ada 4 elemen di dalam

inkulturasi, yang keempatnya dibagi ke dalam 2 kelompok: pertama, Injil dan

wartanya, kedua, kebudayaan dan perubahannya. Menekankan unsur

kelompok pertama berarti menekankan kesetiaan pada Injil. Sebaliknya

menekankan unsur-unsur kelompok kedua berarti mengusahakan

penyesuaian terhadap kebudayaan setempat. Oleh karena itu ada beberapa

model inkulturasi yang dapat ditawarkan:

a. Model Penerjemahan

Model ini dinilai paling konservatif. Model penerjemahan

menekankan kesetiaan pada Injil dan wartanya. Sebagai wahyu ilahi, Injil

bersifat supra kultural dan menyampaikan kebenaran ilahi yang harus

diterima oleh orang-orang yang memeluk agama Kristen. Nilai-nilai injili

Page 101: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

84

yang mengatasi kebudayaan tertentu harus diterjemahkan di dalam

kebudayaan setempat. Kebudayaan meskipun berbeda tetapi pada

prinsipnya memiliki struktur yang sama.

b. Model Antropologis

Kebalikan dengan model pertama, model ini amat menekankan

kebudayaan setempat. Karena itu fokusnya adalah menggali nilai-nilai

setempat supaya orang-orang setempat mengenali rahmat Allah yang

telah dilimpahkan kepada kebudayaan mereka dan kemudian

memberinya dengan nama-nama Kristen. Injil dipahami bukan sebagai

kebenaran yang bersifat supra kultural tetapi sebagai komunikasi ilahi

yang terjadi di dalam kebudayaan tertentu, di wilayah dan waktu tertentu

serta kepada orang-orang pada zaman tertentu. Penganut model ini

berpendapat Allah mewahyukan diriNya tidak hanya pada kebudayaan

tertentu. Karena itu, kebudayaan menjadi titik berangkat inkulturasi.

Mereka memahami kebudayaan sebagai tempat pewahyuan Allah dan

sekaligus sebagai konteks berkatekese. Pelaku inkulturasi bukan hanya

para katekis atau teolog tetapi seluruh warga jemaat. Di dalam proses

inkulturasi digunakan pula sumbangan ilmu-ilmu sosial dan dialog antar

agama untuk membuka dan menemukan benih-benih sabda yang telah

ditaburkan oleh Allah.

c. Model Praksis

Fokus model praksis bukan penerjemahan juga bukan

menekankan segi-segi kebudayaan setempat tetapi bagaimana proses

Page 102: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

85

inkulturasi warta Injil dapat mempermudah transformasi sosial, politik

dan kebudayaan setempat. Karena itu, titik berangkatnya adalah praksis

dan refleksinya terhadap tindakan membaca ulang Injil dan wartanya.

Model ini memiliki dinamika aksi – refleksi – aksi baru. Katekese dan

teologi yang inkulturatif mengikuti proses yang bergerak secara spiral:

bertolak dari praksis perjuangan penegakan keadilan, refleksi kritis demi

transformasi sehingga nilai-nilai kerajaan Allah sungguh semakin

terwujud.

d. Model Sintesis

Model ini berusaha memadukan segi-segi positif dari model 1-3.

Seperti model kedua dan ketiga, model sintesis menggarisbawahi

pentingnya mengangkat kebudayaan setempat dalam rangka

mengusahakan transformasi sosial dan penemuan nilai-nilai kristiani di

dalamnya. Kebudayaan setempat dikaji dan dianalisis supaya ditemukan

sistem nilai yang bersifat dasariah beserta simbolnya. Kecuali itu, model

ini juga menekankan pentingnya tradisi Kristen. Untuk itu, pengikutnya

memelopori pentingnya dialog kebudayaan agar terjadi sikap belajar dan

saling memperkaya. Model ini menegaskan keunikan masing-masing

kebudayaan. Melalui dialog kebudayaan, orang dapat saling memperkaya

dan memperkembangkan. Dialog kebudayaan dan nilai-nilainya itulah

yang dipahami sebagai katekese atau teologi kontekstual.

e. Model Transendental

Page 103: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

86

Yang menjadi titik berangkat model ini bukan kebudayaan tetapi

subyek yang berkatekese. Merekalah yang harus berkembang dan

bertobat secara integral (menurut keyakinan teolog besar Lonergan). Pada

dasarnya dengan semakin mengasihi Allah dan sesamanya manusia

mewujudkan sifatnya yang transenden. Yang ditekankan bukan

perkembangan individual tetapi pribadi di dalam komunitasnya. Perlu

diakui setiap pribadi menghendaki dirinya berkembang menurut

kebudayaan dan cara hidupnya. Kecuali transenden, manusia juga

bersifat trans-kultural. Untuk bangsa Indonesia yang memiliki pluralitas

budaya, suku-suku dan agama model transendental rupanya paling efektif

untuk menciptakan dasar dan misi yang sama demi pembentukan orang

Indonesia yang beriman, berbudaya dan saling menghormati. Menurut

Phan model sintesis yang menekankan dialog kebudayaan cocok untuk

semua kebudayaan.

Pada masa sekarang ini, Phan lebih menekankan suatu bentuk

katekese yang bersifat kontekstual. Dengan katekese kontekstual tujuan

inkulturasi untuk mengakarkan iman Kristen di dalam budaya setempat akan

dapat semakin terwujud. Proses inkulturasi berhasil, kalau iman Kristen

sungguh telah menjadi satu dan sekaligus dari dalam memperkembangakan

kebudayaan setempat. Kecuali itu, kebudayaan setempat juga memperkaya

dan memperkembangkan bentuk-bentuk perwujudan penghayatan agama

Kristen. Dengan begitu, dapat ditegaskan inkulturasi bersifat dua arah yang

saling memperkembangkan.

Page 104: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

87

Menurut Heryatno (2000: 120), katekese mengandaikan inkulturasi.

Hal ini berarti bahwa katekese perlu membantu jemaat Kristiani agar iman

mereka dapat meresap masuk ke dalam inti hidupnya sehingga dapat

membentuk dan menjiwai seluruh pengalaman hidup mereka. Perlu diketahui

bahwa iman tidak pernah bisa dilepaskan dari kebudayaan. Shorter,

sebagaimana dikutip oleh Heryatno (2000: 121), mengungkapkan bahwa

inkulturasi bukan lebih-lebih merupakan persoalan intelektual melainkan

lebih berkaitan dengan cara dan model kehidupan jemaat. Oleh karena itu,

katekese inkulturatif harus benar-benar berangkat dari konteks pengalaman

hidup umat terwujud secara konkrit.

B. SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI SALAH SATU

MODEL KATEKESE INKULTURATIF

Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu model katekese

yang menekankan pada sharing pengalaman peserta. Atau dengan kata lain

SCP berangkat dari permasalahan hidup yang dialami oleh peserta. Selain itu,

dalam SCP juga ditegaskan mengenai proses berkatekese yang bersifat

dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta berdasarkan

konfrontasi antara tradisi dan visi hidup mereka dengan Tradisi dan Visi

Kristiani. Hal ini bertujuan agar peserta, baik secara pribadi maupun bersama,

mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya

nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam

dunia.

Page 105: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

88

1. Komponen-Komponen Pokok SCP

Dalam SCP terdapat tiga komponen pokok yang perlu diketahui.

Ketiga komponen pokok tesebut adalah Shared, Christian, dan Praxis

(Heryatno, 1997: 2).

a. Shared

Istilah shared mengandung pengertian komunikasi yang timbal

balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari umat, sikap egalitarian, terbuka

baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk

rahmat Tuhan (Heryatno, 1997: 4). Istilah ini juga menekankan aspek

dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas antar peserta. Selain itu,

dalam istilah ini juga terkandung hubungan dialektis antara pengalaman

hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi Kristiani. Hal ini juga

sekaligus menjadi kekhasan yang ada dalam katekese model SCP.

Dalam sharing, terdapat unsur kebersamaan yang

menggarisbawahi hubungan antar subyek, yaitu antara pendamping

dengan peserta dan antar peserta sendiri. Dalam hubungan ini ditunjukkan

bahwa tidak ada salah satu pihak yang hanya sebagai penerima ataupun

sebagai pemberi. Keduanya memiliki kesempatan untuk ikut ambil bagian

dalam sharing karena masing-masing diakui eksistensinya sebagai subyek

yang unik, otonom dan bertanggungjawab. Sedangkan unsur keterlibatan

dan solidaritas muncul dalam pengungkapan pengalaman peserta, di mana

antara masing-masing peserta memiliki keunikan pengalaman masing-

masing. Hal ini akan menumbuhkan suatu rasa solidaritas dalam mengolah

Page 106: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

89

pengalaman tersebut secara kritis, reflektif dalam suasana dialogis yang

mendorong para peserta membuat peneguhan dan pengambilan keputusan.

Untuk membangun suasana dialogis dapat diawali dengan refleksi

dan pengolahan pengalaman pribadi yang selanjutnya akan menjadi pokok

peneguhan bersama. Dalam proses ini tentu saja diperlukan sikap yang

jujur, terbuka, peka, saling menghormati dan saling mendengarkan dengan

hati. Selain itu, dialog juga terjadi antara visi dan tradisi peserta dengan

Visi dan Tradisi Kristiani. Keduanya membutuhkan suatu interpretasi yang

kritis yang didasarkan pada hasil refleksi peserta. Hasil interpretasi ini lah

yang kemudian menjadi pokok peneguhan dalam permenungan peserta.

b. Christian

Katekese dengan model SCP ini mencoba mengusahakan agar

iman Kristiani makin relevan dengan kehidupan umat pada zaman

sekarang. Kekayaan iman yang ditekankan dalam model ini meliputi dua

unsur pokok yaitu tradisi Kristiani dan visi Kristiani.

Tradisi Kristiani mengungkapkan adanya kenyataan iman umat

Kristiani yang sungguh hidup dan dihidupi, di mana kenyataan ini

merupakan tanggapan manusia atas pewahyuan Allah di tengah-tengah

hidup manusia. Tradisi Kristiani dapat dipahami sebagai perjumpaan

antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggapan manusia. Oleh karena

itu, tradisi tidak terbatas pada tradisi pengajaran Gereja saja tetapi juga

meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni

dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat, dan lain-lain.

Page 107: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

90

Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam konteks historisnya, tradisi

Kristiani senantiasa mengundang keterlibatan praksis dan proses

pembribadian (Heryatno, 1997: 3).

Sedangkan visi Kristiani lebih menekankan tuntutan dan janji

yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab dan pengutusan umat

Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan

mereka. Visi Kristiani menunjuk pada proses sejarah kehidupan umat

Kristiani yang berkesinambungan dan bersifat dinamis, serta mengundang

penilaian, penegasan, pilihan dan keputusan (Heryatno, 1997: 3).

Kedua unsur pokok tersebut menyingkapkan nilai-nilai Kerajaan

Allah yang betul-betul dihidupi dan terus diusahakan, sehingga perlu

dijadikan sarana untuk berdialog. Dalam dialog iman, pengalaman hidup

faktual dan visinya diintegrasikan ke dalam tradisi dan visi Kristiani

tersebut.

c. Praksis

Istilah praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai

tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya

terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu

kreatifitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan

baru (Heryatno, 1997: 2). Dalam praksis ada tiga komponen pokok yang

saling berkaitan, yaitu aktifitas, refleksi, dan kreatifitas. Ketiganya

berfungsi untuk membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan

Page 108: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

91

kehendak, dan mendorong praksis baru yang dapat dipertanggung-

jawabkan secara etis dan moral.

Aktifitas secara umum meliputi kegiatan mental dan fisik,

kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik

yang semuanya merupakan medan untuk perwujudan diri manusia sebagai

subyek. Dalam refleksi sangat ditekankan suatu bentuk refleksi yang kritis

terhadap tindakan historis personal dan sosial, terhadap praksis pribadi dan

kehidupan masyarakat, serta terhadap tradisi dan visi iman Kristiani

sepanjang sejarah. Dengan refleksi kritis, tentunya memungkinkan peserta

untuk menganalisis dan memahami permasalahan yang berada dalam

ruang lingkup hidup mereka. Sedangkan kreatifitas merupakan perpaduan

antara aktifitas dan refleksi yang menekankan sifat transenden manusia.

Kratifitas juga menekankan dinamika praksis di masa depan yang terus

berkembang hingga menghasilkan praksis baru.

2. Langkah-Langkah SCP

Sebagai salah satu model dalam katekese, SCP terdiri dari lima

langkah yang saling berurutan (Heryatno, 1997: 5-7). Adapun langkah-

langkahnya sebagai berikut:

a. Langkah I : Pengungkapan praksis faktual

Langkah ini mengajak para peserta untuk mengungkapkan

pengalaman konkret yang dialaminya setiap hari secara terbuka.

Pengalaman tersebut dapat diungkapkan dalam bentuk sharing, nyanyian,

Page 109: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

92

puisi, cerita, atau sarana-sarana lain, dengan catatan asal tidak keluar dari

tema dan tujuan pertemuan. Dalam sharing pengalaman ini, peserta

maupun pendamping tidak boleh menanggapi apapun yang diungkapkan di

dalamnya, dan diharapkan bisa dengan tenang mendengarkan salah

seorang peserta yang sedang sharing. Maksud utama langkah pertama ini

adalah membantu dan mendorong peserta supaya menyadari pengalaman

mereka sendiri, menginterpretasikannya, membahasakannya serta

mengkomunikasikannya pada peserta lain.

Pada langkah ini, pendamping berperan sebagai fasilitator yang

menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta

untuk mengungkapkan pengalaman faktual berdasarkan tema. Tugas

pendamping adalah merumuskan pertanyaan-pertanyan dengan jelas,

terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, latar belakang peserta

dan bersifat terbuka serta obyektif (Sumarno, 2009: 19). Dengan kata lain,

pendamping hanya membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk

dialog antar peserta.

b. Langkah II : Refleksi kritis pengalaman faktual

Kekhasan pada langkah ini yakni mendorong peserta untuk lebih

aktif, kritis dan kreatif dalam mengolah keterlibatan hidup mereka secara

pribadi maupun masyarakatnya. Berdasarkan dari pengalaman yang

diceritakan oleh peserta, peserta berusaha untuk merefleksikan sehingga

mampu menemukan makna dan nilai dari pengalaman konkret hidup

mereka (Heryatno, 1997: 5).

Page 110: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

93

Langkah kedua ini bertujuan untuk memperdalam saat refleksi

dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan

tindakannya, yang meliputi pemahaman kritis dan analisis sosial,

kenangan analitis dan sosial, serta imajinasi kreatif dan sosial. Pemahaman

kritis dan sosial merupakan pemahaman pribadi terhadap tindakan dan

pertimbangannya sendiri, serta analisa sosial yang menganalisa

pengalaman konkret sosial dalam masyarakat. Dalam bentuk katekese

inkulturatif, dapat diadakan suatu analisis budaya. Peserta dapat diajak

untuk menunjukkan kebudayaan-kebudayaan yang mereka anggap baik

dan buruk. Kebudayaan-kebudayaan yang baik dapat diangkat dan

dijadikan sebagai sarana inkulturasi, sehingga dapat dimaknai dengan

terang Injil dalam langkah selanjutnya.

Kenangan analitis dan sosial, mempunyai dua tekanan yang

berbeda yakni sejarah hidup peserta dan strukutur sosial yang saling

membentuk dan mempengaruhi cara hidup peserta dalam masyarakat.

Imajinasi kreatif dan sosial, bersifat pribadi yaitu dengan membayangkan

konsekuensi atau akibat yang telah dilakukan, kemudia membuka

kesadaran baru untuk terlibat di dalamnya (Sumarno, 2009: 20).

c. Langkah III : Mengusahakan Visi dan Tradisi Kristiani terjangkau

Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan

Visi Kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi

peserta pada zaman sekarang (Heryatno, 1997: 6). Atau dengan kata lain,

langkah ketiga ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi

Page 111: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

94

dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk

kehidupan peserta yang kontekstual serta relevan. Dengan demikian dapat

mendorong dan meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk

mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno, 2009: 20). Seperti telah

dijelaskan sebelumnya bahwa tradisi tidak terbatas pada tradisi pengajaran

Gereja saja tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis,

sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan

jemaat, dan lain-lain.

Pada langkah ini, setelah peserta merefleksikan pengalamannya

secara kritis, peserta berusaha menghubungkannya dengan pengalaman

iman melalui Tradisi Gereja atau dari pengalaman panggilan para tokoh

iman dalam Kitab Suci. Para peserta baik secara personal maupun

bersama-sama aktif membaca Kitab Suci yang disediakan oleh

pendamping.

Peran pendamping pada langkah ini memperoleh tempatnya,

yakni memberikan tafsiran mengenai Tradisi dan Visi kristiani, untuk

membantu peserta agar menemukan nilai-nilai dari Tradisi dan Visi

kristiani. Dalam menafsirkan dan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi

dan Visi kristiani, pendamping perlu memiliki pengetahuan yang cukup

dalam penafsiran tersebut. Tafsiran dari pendamping hendaknya

mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri secara

konkret (Sumarno, 2009: 21).

Page 112: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

95

d. Langkah IV : Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan

Tradisi dan Visi Kristiani

Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan,

mempertanyakan, memperkembangkan, dan menyempurnakan pokok-

pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua.

Untuk selanjutnya pokok-pokok penting tersebut dikonfrontasikan dengan

hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dari langkah ketiga. Dari

proses konfrontasi itu diharapkan dapat secara aktif menemukan kesadaran

atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan (Heryatno, 1997: 7).

Langkah keempat ini juga menggarisbawahi suatu keyakinan bahwa

peserta memiliki potensi yang alamiah untuk memahami interaksi yang

dinamis antara nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai

Tradisi dan Visi Kristiani. Oleh karena itu peserta harus menegaskan

kesediaan sikapnya untuk menilai maupun dinilai.

Peranan pendamping dalam langkah keempat ini adalah

membesarkan hati peserta, mengundang refleksi kritis mereka, dan

mendorong mereka supaya mengkomunikasikan hasilnya dengan peserta

lain dengan maksud untuk mempertajam dan menyempurnakannya

(Heryatno, 1997: 48). Pendamping meyakinkan peserta agar mampu

mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai

Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping juga berperan mendorong peserta

agar mampu merubah sikap pendengar yang pasif menjadi pihak yang

aktif (Sumarno, 2009: 22).

Page 113: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

96

e. Langkah V : Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di

dunia

Tujuan yang hendak dicapai pada langkah ini adalah mendorong

peserta supaya sampai pada keputusan konkret bagaimana menghidupi

iman Kristiani pada konteks hidup yang telah dianalisa dan dipahami,

direfleksi secara kritis, serta dinilai secara kreatif dan bertanggungjawab.

Dengan kata lain, langkah ini secara eksplisit mengajak peserta agar

sampai pada keputusan praktis, bagaimana menghidupi iman Kristiani

secara baru (Heryatno, 1997: 49). Keputusan praktis merupakan puncak

dan hasil pertemuan yang akan diwujudkan dalam tindakan nyata

(Sumarno, 2009: 22). Berdasarkan makna baru yang telah ditemukan oleh

para peserta, maka pada langkah ini peserta berusaha menentukan dan

melakukan usaha tindakan nyata sebagai ekspresi dari nilai yang sudah

ditemukannya (Sumarno, 2009: 22).

Dalam langkah ini pendamping perlu menunjukkan sikap yang

penuh empati, antusias mendengarkan dan mendukung setiap keputusan

yang muncul (Heryatno, 1997: 37). Selain itu, diperlukan juga suasana

yang kondusif yang mampu membawa umat pada suatu pertobatan atau

suatu keputusan pribadi maupun bersama demi terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah di tengah peserta.

Page 114: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

97

C. USULAN PROGRAM KATEKESE

1. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese

Perayaan Ekaristi merupakan perayaan iman di mana misteri

penyelamatan Allah dihadirkan kembali. Dalam Perayaan Ekaristi orang

beriman dapat menimba kekuatan iman mereka. Berdasarkan hasil penelitian,

penulis menemukan bahwa sebagian besar umat cukup memahami makna

Perayaan Ekaristi. Kendati demikian masih ada juga umat yang kurang

memahami makna Perayaan Ekaristi, bahkan beberapa umat menganggap

bahwa mengikuti Perayaan Ekaristi semata-mata hanya sebuah kewajiban

saja. Padahal Perayaan Ekaristi seharusnya bisa menjadi sumber dan puncak

kehidupan Gereja pada umumnya. Adanya keterkaitan yang erat antara

katekese dengan inkulturasi juga menjadi latar belakang penulis dalam

menyusun program katekese ini. Baik dalam katekese maupun inkulturasi,

sama-sama mengupayakan agar iman Kristiani dapat mengakar dalam

kehidupan umat setempat. Jadi, untuk sampai pada pemahaman akan makna

Perayaan Ekaristi yang inkulturatif tentu saja diperlukan suatu bentuk

katekese yang inkulturatif pula, sehingga Iman Kristiani yang hendak

disampaikan dapat lebih diterima oleh umat.

Usulan program katekese ini dimaksudkan untuk membantu umat

semakin memahami makna Perayaan Ekaristi, yang pada akhirnya akan

sampai kepada suatu penghayatan yang konkrit akan makna Perayaan

Ekaristi. Perayaan Ekaristi diharapkan bukan hanya menjadi kewajiban atau

rutinitas belaka tetapi sungguh-sungguh menjadi kerinduan umat akan Allah

Page 115: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

98

dalam hidup mereka. Program ini direncanakan terlaksana sebanyak empat

kali dalam waktu dua bulan di Paroki Kristus Raja Cigugur.

2. Alasan Pemilihan Tema

Bertitik tolak dari hasil penelitian tentang inkulturasi dalam

Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur, penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan bahwa masih ada umat yang kurang memahami Perayaan

Ekaristi secara benar. Bagi mereka Perayaan Ekaristi hanyalah kewajiban

belaka atau hanya agar dilihat baik oleh orang lain. Adanya inkulturasi

ternyata tidak selalu membantu umat dalam memahami makna Perayaan

Ekaristi. Dalam Perayaan Ekaristi yang inkulturatif terkadang makna yang

ingin disampaikan kurang jelas atau menjadi kabur karena penggunaan

bahasa daerah yang teramat halus, sehingga kurang bisa dipahami sebagian

umat khususnya kaum muda.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, maka penulis memilih tema

umum: inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Adapun tujuan dari tema tersebut

agar bersama-sama pendamping, kaum muda Paroki Kristus Raja Cigugur

semakin memahami makna inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi sehingga

mau terlibat secara aktif dalam Perayaan Ekaristi. Melalui tema ini penulis

memiliki harapan, agar umat mau terlibat secara aktif dan sadar, sehingga

pada akhirnya Perayaan Ekaristi dapat menjadi sumber dan puncak kehidupan

jemaat Kristiani Paroki Kristus Raja Cigugur.

Page 116: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

99

Page 117: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

100

Page 118: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

101

Page 119: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

102

4. Contoh Usulan Katekese

a. Judul Pertemuan : Ekaristi dalam Hidup Kita

b. Tujuan : Bersama-sama pendamping, peserta semakin

menyadari pentingnya Perayaan Ekaristi dalam

kehidupan beriman Kristiani sehingga peserta

menemukan kekuatan hidup dalam Perayaan

Ekaristi

c. Peserta : Kaum Muda

d. Model : Shared Christian Praxis (SCP)

e. Tempat : Gedung Serbaguna Paroki Kristus Raja Cigugur

f. Waktu : Pk. 18.00 – 19.00 WIB

g. Metode : - Informasi

- Sharing

- Diskusi

- Dialog

- Menonton

h. Sarana : - Kitab Suci

- Teks Lagu

- Laptop

- LCD Proyektor

- Slide Show “Ekaristi dalam hidup kita”

i. Sumber bahan : - Yoh. 6: 48-59

Page 120: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

103

- Lembaga Biblika Indonesia. (1981). Injil dan

Surat-Surat Yohanes. Yogyakarta: Kanisius

- Bergant, Diane. (2002). Tafsir Alkitab

Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

- Wibowo Ardhi, FX. (1993). Sakramen Ekaristi.

Yogyakarta: Kanisius.

j. Pemikiran Dasar

Sejak awal Gereja Perdana tidak pernah lalai berkumpul untuk

merayakan misteri paska (lih. Kis 2:42). Gereja merayakan Ekaristi yang

menghadirkan kemenangan dan keunggulan-Nya atas maut, dan serentak

bersyukur kepada Allah karena anugerahNya yang tak terkatakan dalam

Yesus Kristus (lih. 2 Kor 9:15). Di dalam Perayaan Ekaristi terkandung

seluruh harta rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri, Paska kita, Roti Hidup;

yang memberikan kehidupan kepada manusia melalui Tubuh dan darah-Nya,

yang berkat Roh Kudus dihidupkan dan menghidupkan. Dalam konstitusi

dogmatis tentang Gereja yang termuat dalam Dokumen Konsili Vatikan II,

Perayaan Ekaristi dipahami sebagai sumber dan puncak seluruh hidup

Kristiani (LG 11). Selain itu, iman Gereja terungkap secara paling tampak

dalam Perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi dapat juga

dipahami sebagai puncak dan pusat seluruh hidup umat Kristiani.

Kendati demikian, tidak semua umat mampu memahami makna

Perayaan Ekaristi tersebut secara benar. Ada juga yang memahami Ekaristi

Page 121: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

104

semata-mata sekedar kewajiban yang harus dijalankan sebagai seorang

Kristiani. Selain itu, Ekaristi juga tidak jarang hanya menjadi tempat pelarian

dari segala bentuk permasalahan yang dihadapi umat dewasa ini. Jika tidak

ada permasalahan yang dihadapi, belum tentu seseorang secara tulus dan

sadar mau mengikuti Perayaan Ekaristi.

Hal semacam ini tidak jarang dialami oleh kaum muda Kristiani

pada masa sekarang ini. Perayaan Ekaristi tidak selalu menjadi yang utama

dalam hidup mereka, bahkan bisa jadi tidak terpikirkan sama sekali dalam

hidup mereka. Mungkin saja, selalu ada hal yang lebih penting daripada

mengikuti Perayaan Ekaristi, entah itu internet, handphone, pacar, atau

kesenangan-kesenangan lainnya. Dengan mengabaikan Perayaan Ekaristi,

berarti kita juga mengabaikan pengorbanan Kristus yang telah menebus dosa-

dosa kita lewat wafat dan kebangkitanNya.

Dari pertemuan ini diharapkan kaum muda semakin menyadari

pentingnya Perayaan Ekaristi dalam hidup mereka. Dengan demikian,

Perayaan Ekaristi bukan lagi menjadi suatu kewajiban yang harus ditaati saja

tetapi menjadi suatu kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dan Gereja,

bahkan menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Kaum muda sebagai

jantung hati Gereja sudah seharusnya menyadari dan memahami hal tersebut

sehingga pada akhirnya benar-benar mampu menemukan kekuatan hidup

dalam suatu Perayaan Ekaristi.

Page 122: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

105

k. Pembukaan

Pengantar

Rekan-rekan kaum muda yang terkasih dalam Kristus, kita patut

bersyukur karena kasih Allah dalam diri PuteraNya Yesus Kristus, kita boleh

berkumpul di sini. Pada kesempatan ini, kita bersama-sama akan menggali

pengalaman kita selama mengikuti Perayaan Ekaristi. Sebagaimana kita

ketahui, istilah Perayaan Ekaristi bukan sesuatu yang asing bagi kita, namun

justru seringkali menjadi sesuatu asing dalam hidup kita manakala kita tidak

menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Diharapkan bahwa permenungan

dan pendalaman kita atas materi-materi yang disajikan mampu mengantar kita

pada pemahaman yang benar akan Perayaan Ekaristi, sehingga Perayaan

Ekaristi mampu menjadi kekuatan hidup bagi kita semua.

l. Lagu Pembuka : Puji Syukur, no, 519 (Yesus, Tuhanku)

m. Doa Pembuka

Allah Bapa Mahakasih, hari ini kami sungguh bersyukur kepadaMu

karena kami telah Kau persatukan dalam pertemuan ini sebagai anak-

anakMu. Bukalah hati dan pikiran kami agar kami mampu memahami

kehendakMu lewat sabda-sabda yang akan kami resapi dan dalami di sini.

Utuslah RohMu untuk senantiasa mendampingi kami dan memimpin kami

semua dari awal hingga akhir. Semoga kami dan kaum muda Kristiani

lainnya makin mampu memahami dan menghayati Ekaristi yang telah Kau

wariskan kepada kami sehingga menjadi suatu kekuatan baru dalam hidup

Page 123: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

106

kami. Doa yang kurang sempurna ini kami panjatkan lewat Yesus Kristus,

Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam

persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

n. Langkah I : Pengungkapan praksis faktual

1) Memutarkan slide “Ekaristi dalam hidup kita”. Peserta diberi kesempatan

untuk menyimak slide dengan cermat (slide terlampir).

2) Penceritaan kembali isi slide:

Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan

kembali denga singkat tentang isi pokok slide “Ekaristi dalam hidup kita”

3) Intisari slide berjudul “Ekaristi dalam hidup kita”adalah :

Perayaan Ekaristi yang kita laksanakan hingga saat ini bersumber dari

Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para muridNya. Puncaknya

adalah penyerahan diri Yesus secara total di kayu salib. Pada hari ketiga

Yesus bangkit mengalahkan kematian, yang menjadi sumber kekuatan

bagi para pengikutNya. Saat ini, rangkaian peristiwa tersebut nampak

secara jelas dalam Perayaan Ekaristi. Melalui perayaan Ekaristi, seluruh

umat berkumpul dan menghadirkan misteri penyelamatan Kristus.

Setelah mengalami kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi, umat

diteguhkan sehingga memiliki daya kekuatan untuk melaksanakan

aktifitas sehari-hari dengan dijiwai semangat Kristus.

Page 124: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

107

4) Pengungkapan pengalaman :

Peserta diajak untuk mendalami isi slide tersebut dengan pertanyaan

sebagai berikut:

a) Apa yang diperoleh orang-orang tersebut setelah mengikuti Perayan

Ekaristi?

b) Kesulitan apa saja yang anda alami untuk mengikuti Perayaan

Ekaristi dengan penuh kesungguhan hati?

5) Contoh arah rangkuman:

Orang-orang yang mengikuti Perayaan Ekaristi dengan kesungguhan hati

dan didukung oleh suasana yang tenang mendapat suatu semangat hidup

yang baru untuk menjalankan aktifitas sehari-hari dengan lebih baik. Hal

itu dapat dilihat dalam gambar petani yang bekerja keras di sawahnya

dan seorang pelajar yang dengan tekun menjalankan aktifitasnya.

Seringkali kita merasa bahwa mengikuti Perayaan Ekaristi semata-mata

adalah kewajiban seorang Kristiani. Tidak jarang kita juga mengikuti

Perayaan Ekaristi hanya karena ingin dilihat baik oleh orang lain.

Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan setiap minggu dirasa menjadi suatu

rutinitas belaka sehingga kita menjalaninya dengan perasaan yang biasa

saja.

o. Langkah II : Refleksi kritis pengalaman faktual

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide di atas

dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:

Page 125: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

108

a) Bagaimana umat Kristiani dapat memperoleh daya kekuatan dalam

hidupnya sehari-hari?

b) Apakah pentingnya mengikuti Perayaan Ekaristi bagi anda?

2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping

memberikan rangkuman singkat.

3) Contoh arah rangkuman:

Dalam suatu Perayaan Ekaristi, baik Kristus maupun Gereja secara

universal dihadirkan di dalamnya. Dengan mengenangkan misteri

penyelamatan Kristus, maka seluruh umat beriman Kristiani menjadi satu

dengan dan di dalam Dia. Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi menjadi

sumber dan puncak kehidupan Kristiani, sehingga mampu memerikan

daya kekuatan yang luar biasa bagi umat Kristiani dalam menjalankan

aktifitasnya sehari-hari.

Mengikuti Perayaan Ekaristi tentu saja harus didasari oleh kerinduan

akan Allah dan untuk ambil bagian dalam karya penyelamatanNya,

bukan didasarkan atas kewajiban ataupun sekedar rutinitas saja. Dengan

memiliki kesadaran dan kerinduan tersebut, umat akan semakin

dikuatkan dan dipersatukan dengan Kristus.

p. Langkah III : Mengusahakan Visi dan Tradisi Kristiani terjangkau

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope

langsung dari Kitab Suci, Injil Yohanes 6: 48 – 59:

Page 126: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

109

48 Akulah roti hidup. 49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. 50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." 53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." 59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana Yesus mengungkapkan diriNya dalam perikope tersebut?

b) Apa yang diperdebatkan oleh orang-orang Yahudi tersebut? Apa

maknanya bagi kita?

c) Sikap-sikap mana yang ingin ditanamkan oleh Yesus kepada para

pengikutNya?

Page 127: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

110

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope

sehubungan dengan jawaban dari tiga pertanyaan di atas.

4) Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dari bacaan Kitab Suci

dari Injil Yohanes 6: 48 – 59 dan menghubungkannya dengan tanggapan

peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya sebagai

berikut:

Dalam arti yang lebih dalam roti yang memberikan hidup, dan roti hidup

itu adalah dagingnya sendiri. Dalam perikope ini Yohanes menyajikan

apa yang nampaknya ungkapan lain dari kata-kata penetapan Ekaristi:

“Roti yang akan Kuberikan adalah dagingKu untuk kehidupan dunia”.

Istilah memberikan berarti juga menyerahkan kepada kematian. Jika bagi

Paulus Ekaristi memaklumkan kematian Tuhan sampai Ia atang kembali

pada akhir dunia, maka bagi Yohanes tekannnya ialah bahwa Firman

telah menjadi daging dan telah menyerahkan Daging dan DarahNya

sebagai sumber hidup. Dengan demikian, makna Ekaristi sungguh

mendalam bagi kita, yakni Ekaristi membuat kita mengambil bagian

dalam kehidupan yang dimiliki Bapa bersama PuteraNya.

Pada ayat 52, orang-orang Yahudi bertengkar sesama mereka,

memperdebatkan tentang perkataan Yesus sebelumnya. Hal ini

merupakan suatu bentuk keragu-raguan mereka atas karya penyelamatan

Yesus. Akhirnya hal tersebut tidak dapat dipahami sebagai karya Allah

Page 128: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

111

bahkan dianggap sebagai penghujatan. Mereka samasekali tidak mampu

menyadari Allah yang telah menjelma dalam diri Yesus Kristus.

Sikap-sikap Yesus yang nampak dalam perikop ini menggambarkan

sikap Yesus yang antusias dan terbuka untuk menyelamatkan manusia

secara total. Ia ingin mengungkapkan kasih Allah Bapa yang sungguh

besar bagi manusia, bahkan dengan rela menyerahkan nyawaNya untuk

menebus dosa-dosa manusia. Dengan demikian, kita juga harus mampu

menanggapi hal tersebut secara positif dan dengan sadar membutuhkan

Yesus sebagai kekuatan dalam hidup kita. Untuk itu, kita dapat

mengungkapkannya secara nyata dan jelas lewat keterlibatan kita dalam

Perayaan Ekaristi.

q. Langkah IV : Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan

Tradisi dan Visi Kristiani

1) Pengantar

Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan sikap-sikap

mana yang dikehendaki Yesus bagi para pengikutNya. Selain itu, kita

juga sudah sampai sedikit demi sedikit mulai memahami makna Perayaan

Ekaristi. Sebagai kaum muda Kristiani, kita juga pasti ingin hidup kita

senantiasa dikuatkan dan dijiwai oleh semangat Kristus. Meskipun dalam

perjalanan hidup, kita seringkali tak mampu berbuat apa-apa karena

banyaknya pekerjaan, kesibukan, atau kesenangan lain yang membuat

Page 129: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

112

kita lalai terhadap Perayaan Ekaristi. Namun dalam pertemuan kali ini

yang merupakan saat yang penuh rahmat, Allah menyadarkan kembali

hati kita untuk memperoleh kerinduan akan Yesus Kristus, Sang Roti

Hidup, yang mampu memberikan daya kekuatan dalam hidup kita.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menyadari dan merasakan

kerinduan yang sungguh dalam pada karya penyelamatan Yesus Kristus,

maka kita akan melihat situasi konkrit yang ada di sekitar kita, dengan

mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

a) Apakah arti Yesus sebagai Roti Hidup bagi perjalanan hidup kita

sehari-hari?

b) Sikap-sikap mana yang dapat kita perjuangkan agar dalam kehidupan

sehari-hari kita dapat semakin dijiwai oleh daya kekuatan Yesus

Kristus?

c) Apakah rekan-rekan merasa semakin disadarkan, atau ditegur atau

diteguhkan dalam menghayati makna Perayaan Ekaristi?

Saat hening diiringi dengan lagu “Give Thanks” dari Don Meon untuk

mengiringi renungan secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi

konkrit peserta dengan panduan tiga pertanyaan di atas. Kemudian

diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu.

3) Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:

Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Dia lah Roti Hidup yang

sesungguhnya. Dengan kata lain, Yesus berusaha menyampaikan kepada

Page 130: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

113

kita bahwa Dia lah yang seharusnya menjadi sumber dan puncak

kehidupan kita. Lewat Yesus, kita diberikan daya kekuatan yang

sungguh-sungguh menghidupi aktifitas kita sehari-hari. Secara nyata kita

dapat menjadi satu denganNya dalam Perayaan Ekaristi.

Untuk dapat menjadi satu dengan Yesus dalam Perayaan Ekaristi,

marilah kita mulai menyadari pentingnya Ekaristi dalam hidup kita.

Selain itu, kita juga harus memiliki kerinduan yang sungguh untuk dapat

ikut ambil bagian dalam perjamuanNya. Karena Yesus adalah bagian

yang tak terpisahkan dari hidup kita, khusunya sebagai kaum muda

Kristiani.

r. Langkah V : Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di

dunia

1) Pengantar

Rekan-rekan kaum muda yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita

bersama-sama menggali pengalaman kita dalam menghayati Perayaan

Ekaristi lewat slide “Ekaristi dalam hidup kita” dan lewat sharing

pengalaman dari rekan-rekan tadi, kita memperoleh banyak sekali

wawasan baru, cara pandang baru atau bahkan semangat baru untuk

hidup kita. Dalam injil Yohanes telah diuraikan bagaimana Yesus dalam

Perayaan Ekaristi hadir dan menjadi satu dengan hidup kita, sehingga kita

memiliki daya kekuatan dalam menjalani kegiatan kita sehari-hari. Dalam

seluruh rangkaian perjalanan kehidupan kita, kita senantiasa perlu

Page 131: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

114

merindukan kehadiran Yesus tersebut dan menyadari dengan sungguh

bahwa Yesus merupakan sumber dan puncak kehidupan kita sebagai

kaum muda Kristiani, sehingga pada akhirnya kita dapat memperoleh

kekuatan baru dalam hidup kita.

2) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,

kelompok, atau bersama) untuk dapat semakin menemukan kekuatan

hidup dalam Perayaan Ekaristi, khususnya sebagai kaum muda Kristiani,

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Berikut ini

adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:

a) Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin menemukan

kekuatan hidup dalam Perayaan Ekaristi?

b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-

niat tersebut?

s. Penutup

1) Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, pendamping

mengajak peserta untuk membawa segala permohonan mereka ke dalam

doa umat dan ditutup dengan doa Bapa Kami.

2) Doa Penutup

Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat dan Roti Hidup kami, kami

mengucap syukur atas kehadiranMu di sini, bersama kami, sampai saat

ini. Engkau telah menunjukkan betapa besarNya kasihMu yang Kau

berikan kepada kami, sampai-sampai Engkau rela mengurbankan

hidupMu bagi kami dan menjadi satu dengan kami dalam Perayaan

Page 132: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

115

Ekaristi. Tanpa kebesaranMu, kami tidak akan mampu menemukan

kekuatan hidup yang sempurna. Hanya Engkau lah yang menjadi sumber

dan puncak kehidupan kami saat ini. Oleh karena itu, buatlah kami untuk

semakin peka dan menyadari kehendakMu serta kehadiranMu di tengah-

tengah kami, khususnya dalam tugas kami sebagai kaum muda Kristiani

yang diharapakn menjadi tulang punggung bagi Gereja. Akhirnya,

semoga kami dapat semakin menghayati dan menyadari Perayaan

Ekaristi sebagai suatu kerinduan dan kebutuhan bagi kami, kini dan

sepanjang segala masa. Amin.

3) Sesudah Doa Penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu penutup:

TERBESAR DALAM HIDUPKU

1 = E 3/4 -- --- -- --

. 5 1 1/1 . 2 3 3/3 . 3 / 3.4 / 2 Terindah dalam hidupku mengenalMu -- -- -- --- . 5 2 2 /2 . 3 4 4/4 . 4 /4 . 5/3 Terindah dalam hidupku mengenalMu -- -- - --- . 1 4 5 / 6.6/5 .1 2 3/4 . 4 / 3 Kuingin selalu lebih mengenalMu -- -- -- --- . 5 1 1/ 1 . 2 3 3/3 . 3/2 . 2/ 1 // Terindah dalam hidupku mengenalMu Terindah dalam hidupku mencintaiMu............. dst Terindah dalam hidupku mengabdiMu.............. dst

Page 133: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

BAB V

PENUTUP

Pada akhir skripsi ini, penulis mengemukakan beberapa hal yang perlu

ditegaskan kembali dan dipikirkan untuk diperkembangkan lebih lanjut

sehubungan dengan inkulturasi sebagai jalan bagi umat dalam memahami makna

Perayaan Ekaristi. Dalam bagian penutup ini akan disampaikan kesimpulan dan

saran dari penulis.

A. KESIMPULAN

Perayaan Ekaristi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari

Gereja kita. Bahkan lebih dari itu, Perayaan Ekaristi dipahami sebagai sumber

dan puncak seluruh hidup Kristiani. Selain itu, iman Gereja terungkap secara

paling tampak dalam Perayaan Ekaristi. Dengan demikian dapat ditegaskan

bahwa Gereja memandang Perayaan Ekaristi sebagai sesuatu yang penting dan

harus sungguh-sungguh dapat diterima dan dipahami, untuk kemudian

dihayati oleh umat. Oleh karena itu, Gereja telah mengusahakan suatu cara

agar Perayaan Ekaristi mampu menyentuh inti hidup umat yang paling dalam,

yaitu dengan adanya inkulturasi.

Setiap usaha inkulturasi selalu merangkul unsur budaya setempat.

Selain itu, Injil Yesus Kristus diwujudnyatakan melalui budaya umat setempat

secara terus menerus, sehingga mengakar di dalam kehidupan umat. Melalui

inkulturasi, unsur-unsur budaya umat setempat dirangkul, dimaknai dan

Page 134: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

117

dijiwai oleh Injil Yesus Kristus. Inkulturasi bukanlah suatu proses yang

singkat karena inkulturasi berlangsung terus-menerus dan senantiasa

mengikuti perkembangan umat sesuai dengan konteks zamannya. Proses yang

terjadi terus menerus ini akan membuat umat semakin mengimani Injil Yesus

Kristus dalam kebudayaannya bahkan mampu menjadi identitas bagi umat di

suatu wilayah tertentu karena telah menjadi satu dengan hidup umat. Dengan

demikian, Perayaan Ekaristi yang inkulturatif akan semakin memampukan

umat untuk memahami dan menghayati makna Perayaan Ekaristi dalam aspek

kehidupannya.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Paroki Kristus Raja

Cigugur, penulis menemukan beberapa hal yang kiranya dapat dijadikan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah

dalam skripsi ini.

Umat Paroki Kristus Raja Cigugur sebagian besar telah memahami

bahwa Perayaan Ekaristi merupakan suatu kebutuhan rohani bagi mereka.

Mereka menyadari kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dan sesamanya

lewat Perayaan Ekaristi. Kendati demikian ada juga yang menganggap

Perayaan Ekaristi hanyalah kewajiban seorang Kristiani atau hanya rutinitas

belaka.

Dalam kaitannya dengan inkulturasi, sebagian besar umat

menganggap inkulturasi sudah begitu banyak membantu mereka dalam

memahami Perayaan Ekaristi, paling tidak pada saat berlangsungnya suatu

Perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa inkulturasi

Page 135: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

118

dalam Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur tetap perlu

dipertahankan. Walaupun demikian, ada juga umat yang memandang bahwa

inkulturasi justru malah mengaburkan pemahaman mereka akan keseluruhan

Perayaan Ekaristi. Salah satunya dengan penggunaan bahasa Sunda yang

teramat halus yang tidak bisa dipahami dengan benar, khususnya oleh kaum

muda. Karena, untuk sampai pada pemahaman yang benar akan makna

Perayaan Ekaristi, umat tentu saja harus bisa memahami terlebih dahulu apa

yang disampaikan di dalamnya.

Melihat kenyataan ini, penulis mencoba memberikan usulan program

katekese dengan model SCP dalam rangka meningkatkan pemahaman umat

akan makna Perayaan Ekaristi. Sasarannya terutama untuk kaum muda Paroki

Kristus Raja Cigugur, karena kaum muda, sebagai jantung hati Gereja,

memiliki peranan sebagai generasi penerus Gereja di masa yang akan datang.

Adapun alasan penulis memilih model SCP ini karena model ini

bertitik tolak dari pengalaman praxis yang didialogkan dengan Visi dan

Tradisi Kristiani, yang pada akhirnya peserta berorientasi pada praxis baru

dalam terang iman Yesus Kristus. Dengan demikian peserta dapat lebih

memaknai dan menyadari pentingnya Perayaan Ekaristi lewat inkulturasi,

lewat kebudayaan mereka. Sehingga pada akhirnya mereka mampu terlibat

secara aktif dalam Perayaan Ekaristi.

Page 136: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

119

B. SARAN

Bertitik tolak dari seluruh pembahasan yang telah disampaikan

penulis dalam skripsi ini, akhirnya penulis mencoba menyampaikan beberapa

saran yang mungkin dapat digunakan demi semakin berkembangnya

pemahaman umat Paroki Kristus Raja Cigugur akan makna Perayaan Ekaristi

lewat kebudayaan yang mereka miliki. Adapun saran-saran penulis ini

ditujukan bagi umat Paroki Kristus Raja Cigugur.

1. Umat diharapkan semakin mampu melestarikan penggunaan unsur-unsur

budaya Sunda dengan turut terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi di gereja

Paroki Kristus Raja Cigugur.

2. Kaum muda diharapkan untuk semakin memiliki kesadaran yang tinggi akan

pelestarian kebudayaan yang dimiliki sehingga mau datang terlibat dalam

Perayaan Ekaristi dengan menggunakan bahasa Sunda yang diselenggarakan

di gereja Paroki Kristus Raja Cigugur tiap minggunya.

3. Bagi dewan Paroki Kristus Raja Cigugur, inkulturasi merupakan suatu proses

yang berlangsung secara terus menerus seiring dengan perkembangan jaman.

Oleh karena itu diharapkan dewan paroki berkerjasama dengan pihak-pihak

yang mampu untuk membuat suatu variasi dalam Perayaan Ekaristi dengan

menggunakan bahasa Sunda sehingga dapat dinikmati oleh kaum muda. Selain

itu, untuk semakin menambah pengetahuan umat maka ada baiknya diadakan

kegiatan-kegiatan seperti lokakarya atau seminar mengenai inkulturasi dan

Perayaan Ekaristi.

Page 137: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

120

4. Bagi Romo Paroki, diharapkan untuk terus memberi dukungan bagi setiap

usaha pengembangan inkulturasi budaya Sunda dalam perayaan Ekaristi yang

sesuai dengan iman Kristiani di Paroki Kristus Raja Cigugur.

Page 138: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

121

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2000). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta. Dedy Pradipto, Yosef. (2008). Paroki Kristus Raja Cigugur: dalam Bingkai

Konteks. Bandung: Eidos. Dokpen KWI. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,

penerjemah). Jakarta: Obor. ________. (2008). De Liturgia Romana et Inculturatione: Instruksi IV tentang

Pelaksanaan Konstitusi Liturgi Vatikan II No. 37-40 secara Benar. (Seri Dokumen Gerejawi No. 40). Jakarta.

Heryatno Wono Wulung, F.X. (1997). Shared Christian Praxis; Suatu Model Berkatekese. (Seri Puskat 356). Yogyakarta: Puskat.

________. (2000). Katekese sebagai Momen Penting Inkulturasi dalam Katekese pada Milenium III: Quo Vadis? (FX. Adisusanto, F.X. Heryatno Wono Wulung, F.X. Dapiyanta: Editor). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

________. (2009). PAK III. Diktat Mata Kuliah untuk mahasiswa semester VII, FKIP-IPPAK-USD. Yogyakarta.

Iman Sukmana, Cornelius. (2006). ”Menuju Gereja yang Semakin Pribumi: Analisa Konflik Internal dalam Gereja Eks-ADS”, Tesis S2 Program Magister Theologi, USD, Yogyakarta.

Komisi Liturgi MAWI. (1985). Bina Liturgia I: Inkulturasi. Jakarta: Obor. Komisi Liturgi KWI. (2002). Pedoman Umum Missale Romanum. Ende: nusa

Indah Martasudjita. E. (1998). Makna Liturgi Bagi Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta:

Kanisius ________. (1999). Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi liturgi.

Yogyakarta: Kanisius. ________. (2005). Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral.

Yogyakarta: Kanisius. Moleong, M.A. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: PT Remaja

Rosdakarya. Muda, Hubertus. (1992). Inkulturasi. Ende - Flores: Pustaka Misionalia

Candraditya. Nursananingrat, A.M. Basuki (1977). Umat Katolik Cigugur. Yogyakarta:

Kanisius. Prier, Karl-Edmund. (1999). Inkulturasi Musik Liturgi. Yogyakarta: Pusat Musik

Liturgi. Setyakarjana, J. (1976). Mencari Arah Katekese Gereja yang Berkembang di

Indonesia. Yogyakarta: Puskat. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Sumarno Ds., M. (2009). PPL PAK Paroki. Diktat Mata Kuliah untuk mahasiswa

semester VI, FKIP-IPPAK-USD. Yogyakarta.

Page 139: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

122

Telaumbanua, Marinus. (1997). Ilmu Kateketik, Identitas, Metode, dan Peserta Gerejawi. Pematangsiantar: Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas.

Wibowo Ardhi, F.X. (1993). Sakramen Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI. Yosef Lalu. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.

Page 140: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

LAMPIRAN

Page 141: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(1)

Lampiran 1:

Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda?

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat

membantu anda memahami makna PE?

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam

mengembangkan pemahaman umat akan makna PE?

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari

inkulturtasi?

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE?

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang?

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu

dipertahankan?

Page 142: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(2)

Lampiran 2:

DESKRIPSI HASIL WAWANCARA DENGAN UMAT DI PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR

Wawancara dengan Pak Pardiman (Prodiakon) di rumahnya, Stasi Cisantana,

tgl 8 Juni 2009 9. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

Menurut saya, Perayaan Ekaristi di Cigugur baik dan mudah dipahami karena menggunakan bahasa Sunda yang bisa dimengerti. Itu juga yang membuat Misa di Cigugur menjadi lebih menarik

10. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Perayaan Ekaristi buat saya adalah untuk memenuhi Kebutuhan rohani saya, yaitu untuk bersatu dengan Kristus.

11. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Bahasa dan kebiasaan setempat yang ada dalam Perayaan Ekaristi di Cigugur bisa membantu saya memahami makna Perayaan Ekaristi, misalnya dalam kolekte umat maju ke depan; berbakti dengan segala yang dimiliki, bukan hanya materi tetapi juga diri.

12. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sejauh yang saya lihat, Gereja mengembangkan pemahaman umat baik itu tentang Perayaan Ekaristi maupun tentang iman Kristiani yaitu lewat wejangan yang diberikan kepada umat dalam Ekaristi.

13. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Kalau tidak salah, Inkulturasi itu menyangkut bahasa daerah dalam Perayaan Ekaristi. Seperti di Cigugur ini, dalam misa kan ada bahasa Sundanya.

14. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Ya, tentu saja. Kalo untuk orang tua seperti saya ini akan lebih terbantu memahami misa dengan budaya Sunda daripada tidak. Paling tidak saya bisa mengerti apa yang disampaikan Rama.

15. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Tentu saja. Perayaan Ekaristi dengan memasukan unsur kebudayaan Sunda akan selalu sesuai untuk orang Cigugur.

16. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Menurut saya unsur budaya dalam Perayaan Ekaristi itu harus tetap dipertahankan karena menunjukan identitas kita sebagai umat katolik Cigugur.

Page 143: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(3)

Wawancara dengan Pak Wahid (Ketua Stasi Cisantana) di rumahnya, Tgl 08 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Tergantung dari situasi dan kondisi pribadi dan Gereja. Ada kalanya ketika pulang dari mengikuti Ekaristi tidak merasakan apa-apa (kosong), namun kadang juga sehabis mengikuti Ekaristi merasakan ada hal yang mengena dalam hati. Sejauh pengamatan dan pengalaman saya, beberapa umat mengikuti Ekaristi karena mengganggap sebagai suatu kewajiban. Dari khotbahnya imam, ada yang singkat, padat dan berisi tapi ada juga yang panjang tapi tidak berisi. Petugas Misa awalnya ditunjuk sendiri oleh Rama, tapi sekarang umat mulai aktif sendiri tanpa harus ditunjuk.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Dengan mengikuti Perayaan Ekaristi maka saya ikut ambil bagian dalam menerima Tubuh dan Darah Kristus. Jadi Perayaan Ekaristi menjadi suatu kebutuhan rohani bagi saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Saya lebih terbantu memahami Perayaan Ekaristi lewat bahasa Sunda dan kebiasaan masyarakat kita yang diangkat dalam Ekaristi, seperti menerima komuni dengan tangan sae dsb.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sejauh yang saya lihat, Gereja sudah memberikan penataan yang lebih baik dalam Ekaristi. Mulai dari mempersiapkan petugas misa dan koor.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi kaitannya dengan bahasa, variasi dalam Perayaan Ekaristi, prosesi (dalam perayaan-perayaan besar), bentuk misa ala Sunda; misal dalam misa syukur 22 Rayagung

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Dengan adanya inkulturasi dalam Ekaristi tentu saja sangat membantu saya memahami makna Perayaan Ekaristi. Paling tidak mengerti doa-doa yang disampaikan, jadi bisa ikut terlibat juga.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi inkulturatif tentu masih sesuai dengan zaman sekarang ini. Buktinya masih banyak orang hadir dalam misa Sunda.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur-unsur budaya tradisonal yang ada dalam Ekaristi di Cigugur harus tetap dipelihara dan dipertahankan, sekaligus menjaga tradisi dan kebudayaan kita juga.

Page 144: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(4)

Wawancara dengan Pak Rukanda (Ketua lingkungan) di rumahnya, Stasi Cisantana

Pada tgl 09 Juni 2009 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

Dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Kristus Raja Cigugur banyak unsur budaya yang dapat dimasukan, sehingga tidak salah kalau kita disebut sebagai Paroki Sunda.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Saya merasa membutuhkan Ekaristi, kalau tidak ikut merasakan sesuatu yang kurang

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Perayaan Ekaristi yang bisa saya pahami adalahPerayaan Ekaristi Sunda. Tanpa ada unsur budaya Sunda, Perayaan Ekaristi terasa hambar, ada yang kurang. Yang paling membantu sih bahasa, saya bisa mengerti apa yang disampaikan Rama.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Usaha gereja yang saya lihat adalah dalam wejangan yang diberikan pada waktu Misa. Itu sangat membantu sekali soalnya.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi sepertinya menyangkut tata cara dalam Perayaan Ekaristi. Tapi ga tahu juga sih.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Iya tentu saja. Perayaan Ekaristi sungguh bisa dipahami jika menggunakan misa Sunda.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Tentu saja masih sesuai. Kalau tidak sesuai mungkin tidak ada lagi misa Sunda di Cigugur.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Paroki Kristus Raja Cigugur yang merupakan identitas dari keuskupan Bandung tentu saja harus mempertahankan budaya Sunda dalam Perayaan Ekaristi, toh itu bisa membantu umat.

Wawancara dengan Pak Kurna (Prodiakon di Stasi Cisantana) di Gereja Stasi Cisantana, tgl 09 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Menurut Saya Perayaan Ekaristi di Paroki Kristus Raja Cigugur sungguh menarik karena diwarnai dengan budaya-budaya Sunda.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Bagi saya pribadi, Ekaristi merupakan ungkapan syukur, memenuhi kebutuhan rohani saya dan bukan hanya sekedar rutinitas.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE?

Page 145: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(5)

Kebiasaan umat dalam Perayaan Ekaristi yang disesuaikan dengan kondisi atau situasi umat juga. Unsur budaya yang dipahami antara lain; Kolekte – umat maju kedepan : sebagai bentuk totalitas / kesungguhan umat Komuni – menggunakan tangan kanan di atas : sebenarnya aturan dari yang di atas (Rama Paroki) tapi bagi orang Sunda, hal tersebut dapat diterima dan dipahami.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Yang saya lihat dari Kaum Muda berusaha dengan jeli memandang Perayaan Ekaristi, apakah sebagai kebutuhan atau hanya sekedar kewajiban saja.

9. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi adalah penyesuaian dengan kebudayaan setempat Seperti halnya. Ekaristi bukan kebudayaan asli dari Indonesia, namun karena adanya kebutuhan umat akan Ekaristi maka diadakan penyesuaian.

5. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Inkulturasi sangat membantu karena sesuai dengan kondisi dan situasi umat di Cigugur.

6. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Inkulturasi tadi kan penyesuaian, jadi misa inkulturatif pasti akan selalu sesuai dengan kondisi dan situasi umat, khususnya di Cigugur ini.

7. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Budaya Sunda tidak boleh dimusnahkan sampai kapanpun juga, sedikit banyak, kaum muda sekarang juga ada yang pro terhadap kebudayaan tradisional, jadi tetap harus dipelihara dan dipertahankan, apalagi dalam Perayaan Ekaristi.

Wawancara dengan Pak Kanja (Prodiakon di Stasi Cibunut) di rumahnya, tgl 15 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Bagi saya, Ekaristi sungguh sangat berarti karena Tuhan hadir di situ.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Ekaristi sebagai kebutuhan dan kewajiban sebagai seorang Katolik. Selain itu, dengan mengikuti Ekaristi saya bisa menyambut Tubuh Kristus dalam hidup saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Semua unsur budaya Sunda dalam PE masing-masing memiliki peranan yang penting dalam PE. Tetapi yang terutama adalah bahasa karena mengantar saya untuk mengerti apa yang diucapkan dalam doa-doa.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sejauh ini Gereja sudah mengajak umat terlibat secara penuh dalam Perayaan Ekaristi dan mempertahankan budaya sendiri. Tetapi semuanya kan tergantung dari orangnya juga, apakah mau menerima atau tidak.

Page 146: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(6)

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi lebih memantapkan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Tentu saja sangat membantu. Ekaristi di Cigugur lebih terasa meresap karena di dalamnya dimasukan unsur budaya Sunda. Karena sudah senang dengan kebudayaan Sunda maka misa Sunda menjadi lebih menarik dan bisa dipahami.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? PE yang inkulturatif menurut saya masih sesuai dengfan zaman sekarang ini. Walaupun pada kenyataannya Kaum Muda sekarang agak jauh dengan kebudayaan tradisional tapi kalau diberi masukan tentang kebudayaan masih bisa mereka terima.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur-unsur kebudayaan Sunda dalam Perayaan Ekaristi tentu saja tetap perlu digunakan bahkan dibiasakan, agar umat tidak merasa asing. Kalau begitu kan kaum muda juga tidak akan terlalu jauh dengan kebudayaannya. Yang penting dibiasakan saja.

Wawancara dengan Pak Bachrum (Prodiakon di wilayah Paroki Cigugur) di

rumahnya, tgl 18 Juni 2009 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

Sejauh pengalaman saya, dalam PE di Paroki Cigugur ada suasana yang menciptakan pertumbuhan Iman umat, unsur-unsur budaya Sunda yang ada menghantar menuju pada penghayatan Ekaristi, paling tidak selama PE berlangsung.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Mengikuti Perayaan Ekaristi bagi saya adalah untuk semakin menumbuhkan Iman Kristiani.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Kalau buat saya melalui pemaknaan dari simbol-simbol umat setempat dalam misa di Cigugur.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Usaha Gereja yang saya lihat adalah dengan mengakomodasi unsur-unsur budaya setempat dalam Perayaan Ekaristidi Cigugur sampai dengan saat ini.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturtasi bukan hanya tempelan saja dalam Perayaan Ekaristi tapi lebih pada proses humanisasi (di Cigugur: menjadi orang Sunda). Inkulturasi juga merupakan partisipasi aktif dari umat sehingga Ekaristi menjadi semakin meriah.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE?

Page 147: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(7)

Adanya inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi tentu saja membantu dan memudahkan saya memahami Perayaan Ekaristi di Cigugur, terlebih untuk pertumbuhan iman di Cigugur.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Ya kalau melihat keadaan umat di Cigugur ini, saya rasa Perayaan Ekaristi semacam itu akan selalu sesuai.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Budaya merupakan sesuatu yang berkembang, tidak monoton. Budaya adalah pola pikir manusia tapi tetap disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan jaman. Jika Gereja bisa jeli melihat hal itu, maka Gereja tetap bisa melayani umatnya baik yang muda maupun yang sudah tua.

Wawancara dengan Pak Darta (Ketua Stasi Cibunut) di rumahnya, tgl 15 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Perayaan Ekaristi cukiup bisa diterima oleh umat di Cigugur karena mengangkat unsur budaya Sunda (bahasa, kesenian daerah,dll) yang mengantarkan kesakralan dalam Ekaristi.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Bagi saya Ekaristi merupakan kebutuhan rohani. Jadi penting sekali bagi saya untuk hadir dalam perayaan Ekaristi.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Bahasa dan tradisi setempat misalnya kolekte umat maju ke depan (persembahan diri dan keterlibatan aktif) dan komuni dengan tangan kanan di atas (penghormatan terhadap yang Mahakudus)

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Menurut saya, dengan mempertahankan seni budaya tradisional dalam Perayaan Ekaristi, merupakan usaha yang nyata dari Gereja dari dulu sampai sekarang.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Sejauh yang saya pahami, Inkulturasi menyangkut bahasa, simbol dan kebiasaan umat setempat yang dimasukan dalam Perayaan Ekaristi

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Kalau untuk saya, awalnya kurang membantu tetapi lama-lama ketika saya sudah mulai memahami kebudayaan umat di sini, hal itu jadi ikut membantu saya memahami Perayaan Ekaristi.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Untuk umat di Paroki Cigugur ini, saya rasa Ekaristi inkulturatif selalu sesuai karena sesuai juga dengan apa yang dijalani oleh umat disini.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi (inkulturasi) masih perlu dipertahankan?

Page 148: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(8)

Inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi perlu dipertahankan, karena hal itu juga sekaligus memelihara kebudayaan tradisional.

Wawancara dengan Pak Usman (Ketua Lingkungan di Stasi Cibunut) di rumahnya, tgl 09 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Perayaan Ekaristi di Cigugur bisa diterima dengan baik, Cuma masalah waktu saja, di Gereja stasi Cibunut ini tidak sama dengan di Gereja lain.

2. Apa pentingnya mengikuti Perayaan Ekaristi bagi anda? Dengan mengikuti Perayaan Ekaristi, kebutuhan rohani saya terpenuhi, kesempatan untuk menyambut Tubuh Kristus.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi, yang dapat membantu anda memahami makna Perayaan Ekaristi? Unsur budaya yang paling utama yang sangat membantu saya adalah bahasa Sunda, saya lebih bisa memahami apa yang disampaikan dalam Ekaristi.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi? Gereja selalu menganjurkan umat untuk mengikuti doa lingkungan setiap minggunya, tapi tergantung umatnya juga sih.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi membantu umat agar lebih memahami Perayaan Ekaristi

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Ia tentu saja. Secara, Jawa Barat sebagai wilayah Sunda, masyarakatnya juga hidup dalam tradisi dan kebudayaan Sunda, jadi Misa Sunda sungguh bisa diterima dan dipahami dengan baik, langkung anteb.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Masih sesuai dong, soalnya kalau ada anak-anak saya datang dari luar kota pengennya tuh ikut misa Sunda saja.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur-unsur budaya Sunda yang ada dalam Perayaan Ekaristi seharusnya tidak boleh dihilangkan, harus dibiasakan karena menjadi identitas juga bagi paroki kita.

Wawancara dengan Pak Endang Ss. (Umat di wilayah Paroki Cigugur) di rumahnya, tgl 19 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Ekaristi di Cigugur secara keseluruhan baik, namun semuanya tergantung pada masing-masing pribadi yang menerimanya, khotbah Rama memberikan jalan bagaimana menjadi Katolik yang baik.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Ekaristi sebagai suatu kewajiban bagi umat Katolik karena Ekaristi juga mengingatkan umat agar tidak melenceng dari apa yang diyakini.

Page 149: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(9)

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Sebagai orang Sunda, bahasa menjadi sangat penting, begitu juga dalam Perayaan Ekaristi, bahasa maupun budaya Sunda dapat dijadikan jalan dalam memahami Ekaristi.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Saya kurang tahu tetapi mungkin sebaiknya Gereja mengajak umat lebih aktif dalam Perayaan Ekaristi lewat Dewan Pengurus Paroki.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi biasanya berkaitan erat dengan budaya dalam Perayaan Ekaristi.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Ya, Misa dengan gaya Sunda bagi saya sangat membantu dan bisa dipahami.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi yang inkulturatif masih cukup sesuai dengan zaman sekarang. Dan kalu bisa selalu disesuaikan dengan keadaan umat.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Harusnya tetap dipertahankan, namun karena berkembangnya jaman maka sedikit demi sedikit umat mulai renggang dengan kebudayaan tradisional, begitu juga dalam Perayaan Ekaristi, umat menjadi kurang paham jika dalam Perayaan Ekaristi dimasukan unsur-unsur budaya Sunda

Wawancara dengan Pak Aseli (Umat di wilayah Paroki Cigugur) di rumahnya, tgl 19 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Menurut saya Perayaan Ekaristi di Paroki Cigugur secara keseluruhan sudah baik, semuanya tergantung dari orang yang menerimanya, karena setiap orang pasti memiliki kepentingan masing-masing.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Kalau saya ikut Ekaristi adalah untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan keselamatan, dengan menerima Tubuh Kristus maka bisa memberikan ketenangan dalam jiwa.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Alunan musik Degung bagi saya mampu menciptakan suasana yang tenang dalam Perayaan Ekaristi.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sepertinya kurang ada bimbingan oleh Gereja agar umat lebih aktif dan lebih mampu menghayati Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Saya tidak tahu artinya apa.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE?

Page 150: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(10)

Tentu saja membantu sekali. Misa Sunda terasa lebih mantap dan lebih meresap dalam hati karena ada unsur budaya Sundanya.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Saya rasa masih sesuai, karena sejalan dengan apa yang diharapkan umat di sini.+

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Perayaan Ekaristi Sunda tetap perlu dipertahankan, kaum muda juga masih bisa menerima budaya tradisional

Wawancara dengan Pak Muhar (Umat di Stasi Sukamulya) di rumahnya,

tgl 19 Juni 2009 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

(Menceritakan pengalaman masa lalu) Pada intinya, Tuhan hadir di dalam Perayaan Ekaristi di Cigugur.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Dengan mengikuti Perayaan Ekaristi, maka saya bisa menerima Tubuh Kristus sebagai kekuatan Iman Kristiani.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Bahasa Sunda yang paling penting yang bisa membantu saya memahami Perayaan Ekaristi. Dengan bahasa doa-doa bisa dimengerti dengan baik.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Usaha Gereja yang saya lihat masih berjalan sampai saat ini adalah dengan mengadakan doa-doa lingkungan setiap minggu, tujuannya untuk semakin mengasah iman umat dan penghayatannya akan makna Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi mungkin Misa dengan menggunakan bahasa Sunda

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? PE terasa lebih mantap dan cukup membantu dalam memahami Perayaan Ekaristi, khususnya dalam wejangan-wejangan Rama untuk umat.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Ya, masih sesuai. Di stasi Sukamulya sendiri, kaum muda cukup tertarik dengan kebudayaan tradisional, bahkan mereka bisa lebih kreatif.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur budaya Sunda yang ada dalam Perayaan Ekaristi tetap harus dipertahankan dan dikembangkan karena sudah cukup membantu umat dalam memahami makna Perayaan Ekaristi.

Page 151: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(11)

Wawancara dengan Pak Akrim (Umat di wilayah Paroki Cigugur) di rumahnya, tgl 09 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Misa di Cigugur menarik sekali karena ada gamelan dan tembang-tembang Sunda.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Dalam Misa, saya bisa benar-benar bersyukur atas hidup yang masih boleh saya peroleh sampai saat ini.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Yang paling utama adalah bahasa Sunda. Melalui bahasa Sunda dalam Perayaan Ekaristi, saya bisa lebih memahami dan juga ikut terlibat.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sepertinya sekarang Gereja kurang menggiatkan umat untuk mengembangkan pemahaman akan Ekaristi, tidak seperti yang dulu-dulu. Kalau dulu, Pastor Paroki sering mengunjungi umatnya sehingga tahu apa yang dibutuhkan oleh umat sehingga umat selalu memiliki kerinduan untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Saya pernah mendengar istilah itu dari Rama dulu, tetapi tidak tahu maksudnya.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Misa gaya Sunda sangat membantu sekali bagai saya dalam memahami Perayaan Ekaristi. Selain bisa ikut terlibat secara aktif, saya juga merasa bahwa Ekaristi lebih meresap dalam hati saya.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Kalau melihat keadaan umat di Cigugur ini, menurut saya inkulturasi tetap sesuai. Umat di Cigugur masih cukup terbuka dengan kebudayaan Sunda.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur-unsur budaya Sunda yang ada dalam Perayaan Ekaristi seharusnya tidak boleh dihilangkan, harus dibiasakan. Jadi, kalau ada misa-misa besar harusnya tetap digunakan misa Sunda. Wawancara dengan Pak Anton (Umat di Wilayah Paroki Cigugur) di

rumahnya, tgl 20 Juni 2009 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

Misa di Cigugur berbeda dengan di tempat lain karena menggunakan misa gaya Sunda.

2. Apa pentingnya mengikuti Perayaan Ekaristi bagi anda? Bagi saya, Ekaristi menjadi sumber kekuatan iman yang memberikan semangat hidup. Jadi kalau saya tidak ikut Ekaristi pasti tidak memiliki kekuatan, seolah-olah ada yang hilang dari hidup saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE?

Page 152: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(12)

Menurut saya bahasa menjadi unsur yang paling utama sebagai sarana berkomunikasi. Pada saat mengikuti Ekaristi, saya bisa mengerti apa yang diucapkan Rama.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Saya tidak tahu kalau saat ini. Saya kira dengan Rama mengunjungi umat saja sudah cukup memberikan pengharapan bagi umat, seperti dulu.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Menurut saya, inkulturasi merupakan suatu Perayaan Liturgi yang diwarnai dengan kebudayaan setempat agar lebih menyentuh umat.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Membantu sekali; umat merasa lebih dekat dengan Ekaristi. Saya sendiri lebih bisa memahami makna Ekaristi dalam hidup saya sehari-hari.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi inkulturatif tentu masih sesuai dengan zaman sekarang ini. Walaupun kebanyakan orang sekarang cenderung jauh dengan kebudayaan tradisional, tetapi masih ada juga orang yang tetap mempertahankannya, dan Gereja kita memberikan peluang untuk itu.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Tergantung yang mana yang lebih dipahami umat, karena tujuan utamanya adalah untuk membantu umat lebih memahami Perayaan Ekaristi.

Wawancara dengan Sdr. Tono (Mudika Stasi Cisantana) di Gereja Stasi Cisantana, tgl 09 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Dalam Ekaristi di Cigugur dapat menjalin & mempererat keakraban serta saling mengenal satu sama lain.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Dengan mengikuti Perayaan Ekaristi saya lebih bisa menyadari kekurangan saya dan saya membutuhkan Tuhan dalam hidup saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Bahasa Sunda lebih bisa membantu saya memahami Perayaan Ekaristi, namun kaum muda pada umumnya lebih senang misa dengan menggunakan bahasa Indonesia.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Kalau yang terlihat jelas yaitu dengan diadakannya doa di lingkungan setiap minggu. Saya kira itu juga ikut mengembangkan umat agar lebih mampu memahami makna Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Saya sebenarnya tidak tahu artinya apa. Tapi yang pasti tujuannya untuk membantu umat.

Page 153: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(13)

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Inkulturasi cukup membantu saya memahami Perayaan Ekaristi. Karena saya berasal dari orang Sunda maka saya juga lebih senang mengkuti misa Sunda.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi yang inkulturatif masih cukup sesuai dengan zaman sekarang. Karena masih bisa menjawab kebutuhan umat saat ini.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Tentu saja harus dipertahankan. Selain sudah membantu umat, inkulturasi juga menjadi identitas bagi paroki kita.

Wawancara dengan Sdr. Budi (Mudika Paroki Cigugur) di Gedung Pertemuan Paroki Cigugur, tgl 21 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Sejauh yang saya alami, Ekaristi di Cigugur menarik dan bisa dipahami karena adanya faktor bahasa setempat

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Saya mengikuti Perayaan Ekaristi karena orang lain juga melakukan hal yang sama. Kalau saya tidak sama seperti orang lain maka saya akan menjadi bahan pembicaraan orang lain di sekitar saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Sebagai orang Sunda, tentu sja saya dapat memahami Perayaan Ekaristi yang pertama kali adalah lewat bahasa dan kesenian Sunda.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Sejauh pengamatan saya, Gereja telah mengajak kaum muda terlibat dalam kegiatan menggereja dan aktif di lingkungan.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Kalau tidak salah inkulturasi merupakan percampuran antara budaya asing dengan budaya lokal tanpa merubah bentuknya masing-masing. Cuma itu saja yang saya pahami.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Menurut saya secara keseluruhan Perayaan Ekaristi dengan inkulturasi cukup membantu saya lebih memahami maknanya, namun ada juga beberapa kata dalam bahasa Sunda ada juga yang tidak bisa dipahami. Kalau dalam misa biasanya bahasanya terlalu halus.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Menurut saya Perayaan Ekaristi inkulturatif masih sesuai sesuai aja dengan zaman sekarang. Buktinya, saya sebagai salah satu kaum muda Cigugur masih cukup tertarik.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Budaya Sunda yang sudah ada dalam Perayaan Ekaristi tidak bisa ditinggalkan seenaknya saja, karena kita lahir di lingkungan Sunda jadi tetap harus dipertahankan.

Page 154: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(14)

Wawancara dengan Sdr. Fransiskus (Mudika Paroki Cigugur) di rumahnya, tgl 21 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Misa di Cigugur menurut saya sama saja dengan misa di tempat lain, kecuali misa Sundanya, ada kesan lain yang muncul, suasananya lebih khusyuk.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Saya mengikuti Ekaristi awalnya menjalankan perintah orangtua dan guru tapi lama kelamaan mulai merasakan bahwa Ekaristi ternyata mampu memenuhi kebutuhan rohani saya.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Kalau untuk saya pemaknaan atas simbol-simbol yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi sangat membantu saya memahami apa itu Ekaristi. Soalnya kalau simbol-simbol bagi orang Sunda memiliki makna yang lebih kuat. Seperti Payung Agung di sebelah tabernakel dimaknai sebagai Kristus Sang Pelindung yang Agung yang sedang bersemayam disitu.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Menurut saya kurang ada usaha dari Gereja dalam rangka mengembangkan pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi merupakan proses bercampurnya dua kebudayaan yang berbeda.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Kadang-kadang inkulturasi tidak selalu membantu saya dalam memahami Ekaristi. Misalnya saja, penggunaan bahasa Sunda yang halus sulit untuk dipahami dan justru sedikit mengaburkan pemahaman saya akan keseluruhan PE.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Misa inkulturatif masih tetap sesuai dengan zaman sekarang. Soalnya tidak ada misa di gereja lain yang sama seperti misa di Cigugur.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Kalau untuk di Cigugur saya kira inkulturasi masih bisa dipertahankan, bahkan lebih dikembangkan lagi. Wawancara dengan Sdr. Karl (Mudika Stasi Cisantana) di Goa Maria

Cisantana, tgl 22 Juni 2009 1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini?

Sejauh pengalaman saya, Perayaan Ekaristi di Cigugur memiliki kekhasan yang tidak ada di gereja lain, yaitu dengan adanya unsur-unsur budaya Sunda di dalamnya.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Kalau saya mengikuti Ekaristi karena kesadaran saya sendiri untuk perkembangan diri sendiri. Saya merasa bahwa di dalam Perayaan Ekaristi ada kekuatan yang menyemangati saya.

Page 155: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(15)

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Sebagai Orang Sunda tentu saja pemahaman diperoleh terutama adalah lewat bahasa Sunda. Kalau sudah mengerti apa yang disampaikan dalam Ekaristi maka bisa diolah sendiri untuk menemukan maknanya.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Usaha Gereja yang saya lihat adalah dalam Misa, Rama biasanya memberikan nasehat dan ajaran agar umat semakin memahami Perayaan Ekaristi.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi menurut saya selalu mengandaikan ada budaya lain yang masuk ke dalam kebudayaan kita.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Orang Sunda tentu saja lebih bisa memahami PE lewat kebudayaan mereka. Tapi kadang-kadang tidak bisa memahami bahasa yang terlalu halus tingkatannya

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Menurut saya sich Perayaan Ekaristi yang inkulturatif sesuai-sesuai aja dengan situasi zaman sekarang, apalagi di Cigugur ini, yang masih memegang teguh warisan budaya tradisional.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Kebudayaan tradisional tetap harus dipertahankan karena menjadi identitas bagi umat lokal.

Wawancara dengan Sdr. Nurjamin (Mudika Stasi Sukamulya) di rumahnya, tgl 21 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Misa di Cigugur terasa beda jika dibandingkan dengan di tempat lain, merasa seperti sedang berada di rumah sendiri.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Bagi saya, dengan mengikuti Perayaan Ekaristi berarti saya bertemu dengan Tuhan.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Kalau untuk saya unsur budaya Sunda yang paling bisa membantu saya memahami Ekaristi adalah bahasa Sunda, karena setiap harinya kita berbicara dengan bahasa Sunda, jadi tidak asing lagi.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Baik Gereja maupun umat sepertinya kurang berupaya untuk mengembangkan pemahaman akan Ekaristi.

Page 156: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(16)

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Dalam inkulturasi selalu ada unsur budaya lain yang masuk ke dalam suatu budaya tertentu.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Dengan adanya unsur budaya Sunda dalam Perayaan Ekaristi, saya rasa saya cukup bisa memahami makna Perayaan Ekaristi.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi yang inkulturatif di Cigugur saya kira masih sangat sesuai, karena sesuai juga dengan kehidupan umat di sini.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Inkulturasi tetap perlu dipertahankan meskipun dengan keadaan manusia seperti pada jaman sekarang ini. Jangan sampai kita menjadi umat yang tidak memiliki identitas jika unsur-unsur budaya Sunda yang ada dalam Ekaristi kita dihilangkan.

Wawancara dengan Sdr. Ria (Mudika Stasi Cibunut) di Gereja Stasi Cibunut, tgl 15 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Misa di Cigugur biasanya diwarnai dengan keramaian anak-anak maupun umat yang ngobrol, kurang khusyuk.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Saya merasa bahwa mengikuti Perayaan Ekaristi sudah menjadi kewajiban saya sebagai seorang Kristiani.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Unsur-unsur budaya yang dapat membantu saya memahami makna PE yang paling utama adalah lewat Bahasa Sunda.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Menurut saya, sekarang ini tidak nampak ada usaha dari Gereja untuk mengembangkan pemahaman umat akan makna PE

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi biasanya terkait dengan kebudayaan umat setempat dalam Perayaan Ekaristi. Jadi kebiasaan umat setempat dimasukkan ke dalam keseluruhan Perayaan Ekaristi tanpa mengubah bentuk dari keduanya.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Inkulturasi cukup membantu dan membuat saya lebih bisa memahami Ekaristi karena disesuaikan dengan kultur umat di sini.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Misa inkulturatif sesuai aja dengan zaman sekarang, apalagi untuk umat di Cigugur.

Page 157: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(17)

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Saya kira tetap perlu dipertahankan untuk menjaga pemahaman umat uang sudah terbangun lewat unsur-unsur budaya tersebut sekaligus melestarikan budaya agar tidak hilang begitu saja.

Wawancara dengan Sdr. Mardian (Mudika Stasi Cibunut) di Gereja Stasi Cibunut, tgl 15 Juni 2009

1. Bagaimana Pengalaman anda mengikuti PE di Cigugur selama ini? Misa di Cigugur berbeda, lebih berkesan dan lebih meresap kedalam hati karena di dalamnya dimasukan unsur-unsur budaya Sunda.

2. Apa pentingnya mengikuti PE bagi anda? Saya mengikuti Ekaristi karena merasa memiliki kerinduan untuk menyapa Allah dan menyambut Tubuh Kristus.

3. Unsur-unsur budaya apa saja yang digunakan dalam PE, yang dapat membantu anda memahami makna PE? Kalau bagi saya kebiasaan umat setempat dan pemaknaan atas simbol-simbol dalam Ekaristi membantu saya untuk lebih memahami makna Perayaan Ekaristi dan menciptakan suasana yang khusyuk.

4. Usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Gereja dan umat dalam mengembangkan pemahaman umat akan makna PE? Menurut saya, saya belum melihat usaha dari Gereja untuk mengembangkan pemahaman umat akan makna Perayaan Ekaristi. Kalau umat sih biasanya menurut saja apa yang dikehendaki Rama.

5. Mengenai inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi, apa yang anda pahami dari inkulturtasi? Inkulturasi kaitannya dengan kebudayaan setempat dimasukkan dalam Perayaan Ekaristi.

6. Apakah inkulturasi cukup membantu anda dalam memahami PE? Ya tentu saja. Selain merasa lebih terbantu, saya rasa Perayaan Ekaristi juga menjadi lebih menarik, punya kesan dan kekhasan tersendiri.

7. Apakah PE yang inkulturatif masih sesuai dengan zaman sekarang? Perayaan Ekaristi yang inkulturatif masih cukup sesuai dengan zaman sekarang.

8. Apakah unsur-unsur budaya yang ada dalam Perayaan Ekaristi masih perlu dipertahankan? Unsur-unsur budaya Sunda yang sudah ada dalam Perayaan Ekaristi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari umat Cigugur. Jadi biar bagaimana pun tetap perlu dipertahankan.

Page 158: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(18)

Lampiran 3: Peta Keuskupan Bandung

Page 159: INKULTURASI SEBAGAI JALAN BAGI UMAT PAROKI KRISTUS …repository.usd.ac.id/22672/2/051124023_Full.pdf · proses tersebut lebih mendalam, yaitu menjadikan Perayaan Ekaristi sebagai

(19)

Lampiran 4: Peta Paroki Kristus Raja Cigugur