32
SARI PUSTAKA INISIASI INSULIN PADA PENDERITA DM Disusun Oleh : Winda Amelia 06-079 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 21 DESEMBER– 18 FEBRUARI 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Inisiasi Insulin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inisiasi Insulin

SARI PUSTAKA

INISIASI INSULIN PADA PENDERITA DM

Disusun Oleh :

Winda Amelia

06-079

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

PERIODE 21 DESEMBER– 18 FEBRUARI 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

Page 2: Inisiasi Insulin

KATA PENGANTAR

Sari Pustaka ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa

kepaniteraan ilmu penyakit dalam tentang Insulin pada Diabetes Melitus. Selain itu

alasan dibuat Sari Pustaka ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

kepaniteraan ilmu penyakit dalam.

Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Yunus Tanggo, Sp.PD yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan dan mempresentasikan Sari

Pustaka ini. Penulis memiliki harapan semoga Sari Pustaka ini dapat membuka wawasan

mengenai Inisiasi Insulin pada penderita Diabetes Melitus.

Page 3: Inisiasi Insulin

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing,

Dr. Yunus Tanggo, Sp.PD

Page 4: Inisiasi Insulin

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………i

Pendahuluan…………………………………………………………………………1

Pembahasan………………………………………………………………………….9

Daftar Pustaka………………………………………………………………………17

Page 5: Inisiasi Insulin

BAB I

PENDAHULUAN

Penemuan insulin lebih dari 80 tahun yang lalu merupakan salah satu penemuan

terbesar dalam dunia kedokteran pada abad ke-20. Saat ini, penggunaan insulin

mengalami kemajuan yang pesat. Beberapa kemajuan itu antara lain dalam hal jumlah

penggunaan insulin per pasien, perbaikan mutu insulin, dan cara penggunaan insulin.

Penemuan insulin dimulai dari jenis yang belum dapat dibuat dengan murni, kemudian

insulin manusia yang dibuat dengan rekayasa genetika, sampai insulin analog dengan

farmakokinetik menyerupai insulin endogen.

Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit progresif dengan

karakteristik penurunan fungsi sel beta pankreas. Seiring meningkatnya angka kejadian

DMT2, terutama pada orang berusia relatif muda dan kemungkinan usia hidup masih

panjang,maka semakin banyak pasien DMT2 dengan defisiensi insulin. Pada kasus-kasus

tersebut, akan dibutuhkan insulin dalam penatalaksanaannya.

Keuntungan yang mendasar dari penggunaan insulin dibandingkan obat

antidiabetik oral dalam pengobatan diabetes melitus adalah insulin terdapat di dalam

tubuh secara alamiah. Selain itu, pengobatan dengan insulin dapat diberikan sesuai

dengan pola sekresi insulinendogen. Sementara itu, kendala utama dalam penggunaan

insulin adalah pemakaiannya dengan cara menyuntik dan harganya yang relatif mahal.

Namun demikian, para ahli dan peneliti terus mengusahakan penemuan sediaan insulin

dalam bentuk bukan suntikan, seperti inhalan sampai bentuk oral agar penggunaannya

dapat lebih sederhana dan menyenangkan bagi para pasien.(1)

Proses Pembentukan dan Sekresi Insulin

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh

sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta,

insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh

untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang

baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar

pankreas.

Page 6: Inisiasi Insulin

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada

retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin

mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam

gelembung-gelembung

(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim

peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya

sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.

Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal,

karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada

dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang

memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa,

beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam

rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari

sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan hal yang

cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat dipahami secara jelas.

Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya

rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati

membrane sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa

lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam

berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai

“kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose

transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses

masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini penting

bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan mengalami proses glikolisis dan

fosforilasi didalam sel dan kemudian membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang

terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K

channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari

dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti

Page 7: Inisiasi Insulin

kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan

masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel. Suasana ini

dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum

seutuhnya dapat dijelaskan.( Gambar 1 )

Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya

disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga dapat

oleh pengaruh beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan

tersebut, misalnya obat anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor tersendiri, tidak

pada reseptor yang sama dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor (SUR)

pada membran sel beta.

Dinamika Sekresi Insulin

Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh

normal oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti

dikemukakan, sekresi insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya

rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang

dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas

fisiologis, baik saat puasa maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua fase

sekresi insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa darah

selalu dalam batas-batas normal, sebagai cerminan metabolisme glukosa yang fisiologis.

Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi insulin yang

terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga

cepat. Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi, karena hal

itu memang diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya

meningkat tajam, segera setelah makan. Kinerja AIR yang cepat dan adekuat ini sangat

penting bagi regulasi glukosa yang normal karena pasa gilirannya berkontribusi besar

dalam pengendalian kadar glukosa darah postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR

yang normal diperlukan untuk mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme

glukosa secara fisiologis. AIR yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah

Page 8: Inisiasi Insulin

terjadinya hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial

(postprandial spike) dengan segala akibat yang ditimbulkannya termasuk

hiperinsulinemia kompensatif.

Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase,

latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan

dalam waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa

darah selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang

berlangsung relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan

ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase 1, disamping faktor

resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme penyesuaian dari sekresi fase 2

terhadap kinerja fase 1 sebelumnya. Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi

mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2.

Peningkatan produksi insulin tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi

kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas batas normal.

Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin akan banyak dipengaruhi

oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini ( Gb. 2 ) diperlihatkan dinamika sekresi insulin

pada keadaan normal, Toleransi Glukosa Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance = IGT

), dan Diabetes Mellitus Tipe 2.

Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang

juga normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung

normal. Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun sekresi

insulin pada fase 2 diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan normoglikemia.

Ini adalah keadaan fisiologis yang memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa

darah yang dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan

berbagai dampak negatifnya.

Aksi Insulin

Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh

terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam proses

Page 9: Inisiasi Insulin

utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak, dan

hepar.

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan

sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel

tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang

berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak,

meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan,

transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-

4) dan selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran sel. Proses

sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke

intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolism (Gb. 3). Untuk mendapatkan proses

metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang

normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas

atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor

etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.

Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan metabolisme

glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana GLUT-2 berfungsi sebagai

kendaraan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel. Dalam hal inilah

jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh. Peninggian

kadar glukosa darah puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan produksi glukosa secara

endogen yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar.

Kedua proses ini berlangsung secara normal pada orang sehat karena dikontrol oleh

hormon insulin. Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi

hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa endogen secara berlebihan

menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah

kemampuan inhibisinya terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan

semakin tinggi tingkat produksi glukosa dari hepar.

Efek Metabolisme dari Insulin

Page 10: Inisiasi Insulin

Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada

metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini

bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan

kadar glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes

melitus. Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering

ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak

adekuatnya sekresi insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh

terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ).

Sedangkan pada diabetes tipe 1 (DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi

insulin secara absolut.

Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika

sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan

(inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap

homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut

pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah

beban glukosa (makan atau minum).

Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi

yang bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progressif

dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein.

Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna

pada gilirannya secara klinis sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah.

Untuk mendapatkan kadar glukosa yang normal dalam darah diperlukan obat-obatan

yang dapat merangsang sel beta untuk peningkatan sekresi insulin ( insulin

secretagogue ) atau bila diperlukan secara substitusi insulin, disamping obat-obatan yang

berkhasiat menurunkan resistensi insulin ( insulin sensitizer ).

Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian diikuti peningkatan kinerja fase 2 sekresi

insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar glukosa

darah. Secara klinis, barulah pada tahap dekompensasi, dapat terdeteksi keadaan yang

Page 11: Inisiasi Insulin

dinamakan Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai prediabetic state.

Pada tahap ini mekanisme kompensasi sudah mulai tidak adekuat lagi, tubuh mengalami

defisiensi yang mungkin secara relatif, terjadi peningkatan kadar glukosa darah

postprandial. Pada toleransi glukosa terganggu (TGT) didapatkan kadar glukosa darah

postprandial, atau setelah diberi beban larutan 75 g glukosa dengan Test Toleransi

Glukosa Oral ( TTGO ), berkisar diantara 140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai

prediabetes, bila kadar glukosa darah puasa antara 100 – 126 mg/dl, yang disebut juga

sebagai Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT ).

Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada tahap diabetes, atau

hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap TGT,

memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara jangka panjang menimbulkan

komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah (glucotoxicity) yang

diikuti pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung jawab terhadap kerusakan

jaringan baik secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang meluas.

Resistensi insulin mulai menonjol peranannya semenjak perubahan atau konversi fase

TGT menjadi DMT2. Dikatakan bahwa pada saat tersebut faktor resistensi insulin mulai

dominan sebagai penyebab hiperglikemia maupun berbagai kerusakan jaringan. Ini

terlihat dari kenyataan bahwa pada tahap awal DMT2, meskipun dengan kadar insulin

serum yang cukup tinggi, namun hiperglikemia masih dapat terjadi. Kerusakan jaringan

yang terjadi, terutama mikrovaskular, meningkat secara tajam pada tahap diabetes,

sedangkan gangguan makrovaskular telah muncul semenjak prediabetes. Semakin

tingginya tingkat resistensi insulin dapat terlihat pula dari peningkatan kadar glukosa

darah puasa maupun postprandial. Sejalan dengan itu, pada hepar semakin tinggi tingkat

resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap proses glikogenolisis

dan glukoneogenesis, menyebabkan semakin tinggi pula tingkat produksi glukosa dari

hepar.

Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, pada awalnya ditentukan oleh

kinerja fase 1 yang kemudian memberi dampak negatif terhadap kinerja fase 2, dan

Page 12: Inisiasi Insulin

berakibat langsung terhadap peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi

insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap

insulin (resistensi insulin). Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau

obesitas akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme

glukosa akan berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses

kerusakan berbagai jaringan tubuh. Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh

resistensi insulin, selain daripada intoleransi terhadap glukosa beserta berbagai akibatnya,

sering menimbulkan kumpulan gejala yang dinamakan sindroma metabolik.(2,6)

Page 13: Inisiasi Insulin

BAB II

PEMBAHASAN

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans

kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan

kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan

mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan

glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu

penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang

dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan

merupakan suatu produk farmasi.(2,4,5)

Indikasi terapi dengan insulin :

Penurunan berat badan yang cepat

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

Diabetic Ketoasidosis

Hiperglikemia Hiperosmolar non-ketotik

Hiperglikemia dengan asidosis laktat

Gagal dengan terapi kombinasi OHO dosis hampir maksimal

Stres Berat, seperti infeksi sistemik, operasi besar, Infark Miokard

Akut, Stroke)

Kehamilan dengan Diabetes Melitus/ Diabetes Melitus Gestasional

yang tidak terkendali dengan perencanaan makan

Gangguan fungsi Ginjal atau Hati yang berat

Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Kendali Kadar glukosa darah yang buruk (A1c > 7,5% atau kadar

glukosa dah puasa > 250mg/dl)

Page 14: Inisiasi Insulin

Riwayat disfungsi pancreas dan riwayat pankreatektomi

Riwayat pengguna insulin lebih dari 5 tahun dan penyandang DM

lebih dari 10 tahun.

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

• Insulin kerja singkat

Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal

2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain :

Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan,

mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.

• Insulin kerja menengah

Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,

InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 –

15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.

Page 15: Inisiasi Insulin

• Insulin kerja panjang

Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari

tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam.

Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard

• Insulin infasik (campuran)

Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40 

Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih

efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula

darah diperiksa setiap 6 jam sekali. 

Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :

• Gula darah < 60 mg % = 0 unit

• Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit

• Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit

• Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit

• Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit

• Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

MUTLIPLE SUNTIKAN PERHARI

Rutinitas seperti waktu makan-basal biasanya membutuhkan setidaknya empat

suntikan per hari. Sebuah kerja cepat insulin analog waktu makan (lispro atau ASPART

insulin) digunakan sebelum makan. Seperti dijelaskan sebelumnya, onset cepat tindakan

Page 16: Inisiasi Insulin

lispro atau ASPART insulin menghasilkan hipoglikemia postprandial dan hipoglikemia

berkurang pada malam hari dibandingkan dengan insulin reguler, yang membuat mereka

ideal untuk rejimen MDI. NPH, ultralente, atau glargine dapat digunakan sebagai insulin

basal, pada waktu tidur. Glargine, sebagai insulin basal dalam rejimen MDI, telah

dikaitkan dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa dan hipoglikemia menurun.

Sejak lispro dan ASPART insulin bekerja cepat seperti, suntikan kedua dari NPH atau

ultralente sebelum sarapan mungkin diperlukan untuk memberikan insulin basal selama

hari dan kontrol yang lebih baik dari konsentrasi glukosa serum sebelum makan malam.

Dosis insulin yang sebenarnya yang digunakan harus disesuaikan secara individual. Total

perkiraan harian insulin (TDI) bagi seorang individu yang sebelumnya tidak menerima

insulin 0,5 unit / kg. Jika pasien sudah menerima insulin, TDI adalah jumlah dari semua

dosis insulin saat ini. Sekitar 60% harus diberikan rapid-acting insulin (lispro atau

ASPART insulin) sebelum makan. Sisa 40% dari TDI diperkirakan harus diberikan

sebagai insulin basal (NPH, ultralente, atau glargine) pada waktu tidur.

Page 17: Inisiasi Insulin

Efek metabolik terapi insulin:

• Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.

• Supresi produksi glukosa oleh hati.

• Stimulasi utilisasi glukosa perifer.

• Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.

• Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.

• Mengurangi glucose toxicity.

• Perbaiki kemampuan sekresi endogen.

• Mengurangi Glicosilated end product.

Cara pemberian insulin :

Insulin kerja singkat :

• IV, IM, SC

• Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )

• Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )

Insulin kerja menengah / panjang :

• Jangan IV karena bahaya emboli.

Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.

Cara penyuntikan insulin :

Page 18: Inisiasi Insulin

Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada

keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin

dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja

panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah,

sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan

kadar glukosa darah harian. 

Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi

tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin

dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus

diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai.

Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.

Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh

daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam

maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan

jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan

juga mempersingkat masa kerja.

Teknik Penyuntikan Insulin

Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu

untuk diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan

insulin eksogen;

• Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik

haruslahbersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan menggunakan kapas

bersih dan steril.

• Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%.

Page 19: Inisiasi Insulin

• Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung secara

perlahan-lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan

kembali suspensi. (Jangan dikocok).

• Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam

vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila

akan dipakai campuran insulin.

•  Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil terlebih dahulu.

• Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung gelembung

atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat

mengurangi gelembung tersebut. Gelembung yang ada sebenarnya tidaklah terlalu

membahayakan, namun dapat mengurangi dosis insulin.

• Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada umumnya

suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anak-anak, kulit dijepit dan

insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikkan otot (intra

muskular).

Page 20: Inisiasi Insulin

Indikasi pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut

usia, yaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya

infeksi (stress ) dll. Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan

kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari.

Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak

mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik

yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat

diperlukan bantuan dari keluarganya.

Jenis alat suntik (syringe) insulin

1. Siring (syringe) dan jarum Siring dari bahan kaca sulit dibersihkan, mudah pecah dan

sering menjadi kurang akurat.Siring yang terbaik adalah siring yang terbuat dari plastik

sekali pakai. Walaupun banyak pasien diabetes yang menggunakan lebih dari sekali

pakai, sangat disarankan hanya dipakai sekali saja setelah itu dibuang.

2. Pena insulin (Insulin Pen) Siring biasanya tertalu merepotkan dan kebanyakan pasien

diabetes lebih suka menggunakan pena insulin. Alat ini praktis, mudah dan

menyenangkan karena nyaris tidak menimbulkan nyeri. Alat ini menggabungkan semua

fungsi didalam satu alat tunggal.

3.  Pompa insulin (Insulin Pump) diciptakan untuk mneyediakan insulin secara

berkesinambungan. Pompa harus disambungkan kepada pasien diabetes (melalui suatu

tabung dan jarum). Gula (Glucose) darah terkontrol dengan sangat baik dan sesuai

dengan kebutuhan.

Efek samping penggunaan insulin :

• Hipoglikemia

• Lipoatrofi

• Lipohipertrofi

Page 21: Inisiasi Insulin

• Alergi sistemik atau lokal

• Resistensi insulin

• Edema insulin

• Sepsis

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila

terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75%

pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan

di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan

oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara

yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan

lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di

negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di

tempat tersebut.

Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada

penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di

tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.

Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah

pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan

kulit kurang baik, penggunaan antiseptik yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya

suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa

urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan

yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.(1,3,4,5)

Page 22: Inisiasi Insulin

DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Endokrinologi di Indonesia. PETUNJUK PRAKTISI TERAPI

INSULIN PADA DIABETES MELITUS.Jakarta 2007

2. Asman Manaf. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, BAB 422, hal

1868-1869 INSULIN : MEKANISMESEKRESI DAN ASPEK

METABOLISME.Jakarta 2009

3. Perkumpulan Endokrinologi di Indonesia.Konsensus Pengelolahan Diabetes

Melitus di Indonesia.PB PERKENI.Jakarta 2011

4. http://www.smallcrab.com/diabetes/452-sekilas-mengenal-insulin2010

5. http://www.naturindonesia.com/diabetes-militus/insulin2010.html

6. http://www.ebookpp.com/ef/efek-insulin-doc.html