Upload
fiqih-nurkholis
View
157
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
r777f6futfuufug
Citation preview
Pelayanan Informasi Obat
Salah satu seven star pharmacist yang digariskan oleh WHO adalah apoteker
sebagai komunikator. Maksud dari komunikator ini, bahwa apoteker mempunyai
kedudukan penting dalam berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan yang
lain, oleh karena itu harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang cukup
baik.Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar, dan
kemampuan menulis dengan menggunakan bahasa yang sesuai kebutuhan. Hal lain
yang mendasari bahwa apoteker harus mampu memberikan informasi dan
berkomunikasi ada dalam standar kompetensi apoteker di puskesmas. Apoteker harus
mampu memberikan informasi obat dan konsultasi obat. Kemampuan ini sangat
dibutuhkan demi tercapainya pengobatan yang benar dan rasional.Informasi dapat
dilakukan baik secara lisan melalui pelatihan atau pemaparan materi dan tertulis dalam
bentuk leaflet.
Konsep PIO adalah penyediaan informasi melalui evaluasi dengan cermat, bukti-
bukti yang didukung pustaka, Evidence Based Medicine, tujuannya adalah
meningkatkan patient outcomes. Adapun tujuan PIO berdasarkan Kepmenkes Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004:
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan rumah sakit
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi
3) Meningkatkan profesionalisme apoteker
4) Menunjang terapi obat yang rasional.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam pelayanan informasi obat yang
tercantum dalam Kepmenkes RI No. 1197/MenKes/SK/X/2004 antara lain:
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat,
label obat (Response to Question)
3) Membuat buletin, leaflet, label obat
4) Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit
5) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya
6) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian
7) Program evaluasi penggunaan obat
8) Informasi tentang racun.
Keterlibatan dalam PIO merupakan salah satu kompetensi seorang apoteker
dalam memberikan asuhan kefarmasian. Ruang lingkup kompetensi ini meliputi seluruh
kegiatan pemberian informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat
dan pihak-pihak lain yang membutuhkan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan
upaya positif lain yang terkait, secara aktif maupun pasif. Pelayanan bersifat aktif
apabila apoteker pelayanan informasi obat, memberikan informasi obat dengan tidak
menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan pelayanan informasi obat,
misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya.Pelayanan bersifat
pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai
jawaban atas pertanyaan yang diterima.
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan
rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara
verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili, atau e-
mail) pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai dengan
yang bersifat urgent dan kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta
evaluasi secara seksama. Namun apapun bentuk pertanyaan yang datang, apoteker
sebagai petugas yang memberi pelayanan informasi obat hendaknya mengikuti suatu
pedoman pelaksanaan baku. Kemampuan berkomunikasi yang baik disamping
kemampuan menganalisa pertanyaan merupakan dasar dalam memberikan pelayanan
informasi obat yang efektif. Permintaan mengenai informasi obat yang ditangani secara
profesional, ramah, dan bersifat rahasia, tidak hanya akan meningkatkan pelayanan
kepada pasien atau penanya lainnya tetapi juga dapat meningkatkan profesionalitas dari
pelayanan informasi obat maupun pelayanan farmasi secara keseluruhan (Anonim,
2004).
Jenis PIO di Puskesmas Umbulharjo dan Puskesmas Srandakan
a) Aktif
Pelayanan Informasi Obat yang bersifat aktif berupa pembuatan media informasi
seperti leaflet, booklet,poster/banner, dan spanduk dengan inisiatif materi dari tim
pengabdian masyarakat. Tim pengabdian masyarakat secara aktif melihat permasalahan
yang berkaitan dengan obat yang dialami oleh tenaga kesehatan lain di puskesmas
ataupun pasien dan apoteker memberikan penyajian informasi mengenai penyelesaiaan
permasalahan yang ada menggunakan media tertentu.
b) Pasif
Pelayanan informasi obat secara pasif adalah ketika apoteker mendapatkan
pertanyaan dari tenaga kesehatan lain di puskesmas ataupun daripasien. Pertanyaan
tersebut dapat langsung dilayani oleh apoteker jaga pada saat itu juga. Pertanyaan yang
diberikan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain bisa melalui telepon, ataupun
formulir permohonan informasi obat yang telah disediakan. Selama melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat, terdapat beberapa pertanyaan yang ditanyakan dari pasien
maupun dari dokter.
2) Sumber Informasi PIO
a) Sumber Pustaka Primer
(1) Sumber informasi untuk pengembangan sumber pustaka sekunder dan tersier
(2) Publikasi original (studi penelitian, laporan kasus, editorial)
(3) Contoh :New England Journal of Medicine, Lancet, Journal of the American
Medical Journal (JAMA)
b) Sumber Pustaka Sekunder
(1) Biasa dipakai untuk mencari sumber primer
(2) Bentuk : cetakan, CD-ROM, online
(3) Contoh :Medline, International Pharmaceutical Abstract
c) Sumber Pustaka Tersier
Padat, sudah tercerna, ringkasan dari informasi sumber primer dan sekunder
dalam format yang mudah dipakai
Kegiatan Pengabdian Masyarakat
Tema PIO yang kami tentukan dalam pengabdian masyarakat dipilih
berdasarkan jenis penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat. PIO yang kami angkat
berupa leaflet, booklet, poster, dan spanduk. PIO yang kami angkat berupa leaflet yaitu
ISPA, demam berdarah, TBC, dan diare. PIO yang berupa booklet yaitu asam urat dan
diabetes militus. PIO yang berupa poster yaitu mengenai metadone, sedangkan PIO
berupa Spanduk mengenai 9T 1 W untuk mengingatkan kerasionalan peresapan obat
yang dilakukan oleh dokter kepada pasien.
Pembahasan
1. Leaflet
PIO dilakukan dengan membuat leaflet dengan tema Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
Diare, TBC, dan Demam berdarah). Alasan kami memilih tema leaflet tersebut karena penyakit ISPA,
diare, TBC dan demam berdarah merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi dilingkungan
masyarkat umbulharjo dan srandakan sehingga harapan kami masyarakat semakin paham dan mengerti
tanda dan gejala dari empat penyakit itu.
Pembagian leaflet dilakukan setelah pasien menerima obat. Setelah menerima leaflet pasien
diberikan informasi tentang isi dari leaflet tersebut. Contoh leaflet yang kami buat terdapat pada
gambar ...
Gambar.. Leaflet demam berdarah
2. Booklet
PIO dilakukan dengan membuat booklet asam urat dan diabetes melitus. Tujuan kami membuat
booklet asam urat dan diabetus militus supaya pasien dapat mencegah dan mengurangi kadar asam urat
dan kadar diabetus militus untuk pasien yang mengalami asam urat dan diabetus militus.
Booklet asam urat dan booklet diabetus militus dibagikan setelah pasien melakukan cek asam urat
dan cek kadar gula yang dilakukan oleh mahasiswa magister farmasi klinik dalam melakukan
pengabdian masyarakat. Booklet yang kami buat berbentuk buku kecil dan berbentuk seperti kipas
dengan tujuan supaya pasien lebih tertarik untuk membaca dan menyimpan booklet tersebut. Contoh
booklet yang kami buat terdapat pada gambar ......
Gambar ...
Gambar ...
3. Poster Metadon
Pemberian poster pada pasien metadon dimaksudkan sebagai pengingat atau pesan agar
pasien PTRM selalu taat dalam menjalani terapi. Selain itu dimaksudkan untuk memberikan
perhatian pada pasien PTRM sehingga pasien tidak merasa tersisihkan dilingkungan
masyarakat dengan demikian pasien memiliki semangat untuk menjalani kehidupan yang lebih
baik.
4. Poster Rasionalitas Terapi
Pengadaan poster rasionalitas terapi di puskesmas diharapkan bisa menjadi media yang
mampu meningkatkan kerasionaliitasan terapi. Poster ini bertujuan untuk menjadi pengingat
bagi semua tenaga kesehatan agar selalu memperhatikan pentingnya rasionalitas terapi.
Gambar X menunjukan bentuk poster rasionalitas terapi yang kami serahkan ke puskesmas.
Bentuk poster rasionalitas terapi ini merupakan permintaan sendiridari apoteker setempat untuk
mengingatkan pentingnya rasionalitas terapi.
5. Menjawab pertanyaan dari dokter dan pasien
Menerima dan menjawab pertanyaan dari dokter dan pasien. Pada pengabdian di lakukan di
srandakan terdapat seorang dokter yangn menanyakan apakah aman pengobatan CTM pada
ibu hamil usia 7 bulan. Kemudian mahasiswa melakukan analisa dan ditemukan bahwa CTM
tidak dapat digunakan pada pasien tersebut. Obat yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut
adalah Cetirizine yang sesuai dengan Medscape
Kasus
Seorang ibu hamil bernama X berusia 26 tahun mengalami keluhan gatal gatal pada kulit pada
bagian telapak kaki. Pasien diberikan resep
R/ CTM no X
S1dd1
R/ Dexametason no X
S1dd 1
R/ Bethametasone Ungt I
S2dd 1 sue
Gambar