118
INFO KOMODITI RUMPUT LAUT

Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Info Komoditi Rumput Laut

i

Info KomodItIRUmPUt LAUt

Page 2: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

ii

Info Komoditi Rumput Laut

SANKSI PELANGGARAN

Pasal 72 UU No. 19 Tahun 20021. Barang siapa dengan segaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Page 3: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Info Komoditi Rumput Laut

iii

Info KomoditiRUMPUT LAUT

EDITOR:

Zamroni Salim, Ph.D

Ernawati, Ph.D

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Al Mawardi Prima, Jakarta 2015

Page 4: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

iv

Info Komoditi Rumput Laut

Judul:Info Komoditi Rumput Laut

Zamroni Salim, Ph.D dan Ernawati, Ph.D

Copyright © 2015Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Hak Cipta dilindungi Undang-UndangAll rights reserved

Diterbitkan olehBadan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bekerja sama dengan Al Mawardi Prima Anggota IKAPI DKI Jaya

Diterbitkan pertama: Desember 2015Desain Cover : Piter Prihutomo

Sumber Cover depan searah jarum jam1. Dokumentasi Piter Prihutomo;

Sumber cover belakang : 1. Piter Prihutomo;

xii, 118 hlm, 16,5 x 25 cmISBN: 978-979-461-890-5

Pengarah:Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Penanggung Jawab :Sekretaris Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Redaksi Pelaksana:1. Puspita Dewi, SH, MBA2. Maulida Lestari, SE, ME3. Reni K. Arianti, SP, MM4. Suler Malau, SH5. Primakrisna T, SIP, MBA6. Dwi Yulianto, S.Kom

AMP PressImprint Al-Mawardi Prima

Anggota IKAPI JAYAJl. H. Naimun No. 1 Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan

Telp/Fax. (021) 29325630Email: [email protected]

Website: www.almawardiprima.co.id

Page 5: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Info Komoditi Rumput Laut

v

Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting bagi perekonomian Indonesia. Arti penting tersebut karena komoditas rumput laut memiliki nilai ekonomi tinggi dan besarnya potensi pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia. Berbagai produk olahan turunan yang berasal dari rumput laut juga menunjukkan bahwa komoditas rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bila bisa diolah di dalam negeri, sehingga nilai tambah yang tercipta lebih banyak bisa dinikmati oleh petani dan produsen pengolah di Indonesia.

Kondisi budidaya dan pengolahan rumput laut di Indonesia masih menyimpan berbagai kendala dan tantangan, terutama menyangkut masalah produktivitas budidaya rumput laut di Indonesia yang masih rendah. Masalah lain adalah masih rendahnya pengolahan rumput laut menjadi agar dan karaginan di Indonesia. Dengan melihat berbagai kondisi yang ada dalam budidaya, pengolahan dan perdagangan rumput laut, adanya tulisan yang lengkap yang membahas permasalahan tersebut tentu sangat diperlukan.

Buku Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut ini menyajikan berbagai aspek kegiatan budidaya dan perdagangan rumput laut di Indonesia, termasuk aspek kebijakan yang terkait dengan produksi, pengolahan dan juga perdagangan. Buku ini tersusun dari tujuh bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan arti penting rumput laut bagi perekonomian Indonesia dan menjelaskan permasalahan dasar mengenai rendahnya produktivitas rumput laut.

Dalam Bab II diuraikan mengenai aspek produksi rumput laut, yang dimulai dari sejarah rumput laut di Indonesia. Bab ini juga menjelaskan daerah-daerah produsen rumput laut di Indonesia dan total produksi yang dihasilkannya dalam bentuk rumput laut basah dan kering. Bahasan budidaya rumput laut dengan berbagai metode dan perbandingannya termasuk metode budidaya yang paling banyak dilakukan di Indonesia juga ditampilkan dalam bab ini. Berbagai permasalahan menyangkut rendahnya produktivitas rumput laut juga diuraikan dengan jelas. Di bagian akhir Bab II diuraikan mengenai perhitungan nilai investasi yang diperlukan untuk budidaya rumput laut.

Aspek konsumsi dan pengolahan rumput laut diuraikan dalam Bab III. Dalam bab ini dijelaskan bagimana proses pengolahan rumput laut (kering) menjadi karaginan, agar dan alginat lalu kemudian diolah menjadi produk lanjutan baik untuk produk sebagai bahan baku industri lain maupun produk yang siap dikonsumsi. Setidaknya ada tiga jenis produk olahan rumput laut yaitu Pharmacy Grade, Industrial Grade, dan Food Grade. Usaha pengolahan rumput laut di

KATA PENGANTAR

Page 6: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

vi

Info Komoditi Rumput Laut

berbagai provinsi di Indonesia juga diuraikan termasuk tingkatan (grade) yang dihasilkannya dan jenis makanan olahan yang bisa diproduksinya.

Selanjutnya dalam Bab IV dijelaskan mengenai aspek perdagangan dalam negeri. Diuraikan dalam bab ini tentang struktur pasar dan serapan rumput laut di pasar dalam negeri, termasuk struktur pasar yang tercipta karena terbatasnya jumlah perusahaan pengolah rumput laut di Indonesia. Diuraikan juga hal-hal terkait dengan pola distribusi dan pemasaran di sejumlah daerah produsen rumput laut. Lebih lanjut, dalam bab ini juga bisa dilihat besaran biaya dan margin pemasaran rumput laut yang diterima oleh berbagai pihak yang terlibat dalam rantai produksi dan distribusi di sejumlah daerah di Indonesia.

Bab V menjelaskan aspek perdagangan luar negeri rumput laut. Aspek perdagangan luar negeri ini juga menarik untuk disimak, karena menjelaskan bagaimana peta perdagangan rumput laut Indonesia di pasar dunia. Sebagai komoditas pertanian, harga rumput laut cenderung fluktuatif dan dinamis. Perkembangan ekspor dan negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia baik dari sisi volume dan nilai diuraikan dalam bab ini, termasuk komoditas yang lebih rinci dalam HS 10 digit. Selain itu juga dijelaskan mengenai impor produk rumput laut yang masuk ke pasar dalam negeri. Bagaimana sebenarnya daya saing rumput laut Indonesia di pasar dunia? Bab V ini juga menyajikan posisi daya saing rumput laut dan permasalahan dalam peningkatan daya saing rumput laut di Indonesia.

Bab VI menjelaskan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam upaya mengembangkan produksi melalui budidaya yang lebih baik dan juga tantangan menyangkut pengolahan dan perdagangan. Bab ini menguraikan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan nilai tambah di dalam negeri dan upaya menangani permasalahan rumput laut melalui kebijakan perdagangan luar negeri.

Dengan berbagai pokok bahasan yang diuraikan di atas, kiranya Buku Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut bisa memberikan tambahan informasi, analisis permasalahan dan dinamika pengembangan dan perdagangan rumput laut Indonesia. Meski demikian, dengan adanya keterbatasan yang ada dalam penyusunan buku bunga rampai ini, kritik dan saran untuk perbaikan dalam edisi berikutnya dari pembaca dan pengguna buku ini sangat dinantikan.

Jakarta, Desember 2015 Editor

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut

Page 7: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Info Komoditi Rumput Laut

vii

Kata Pengantar

DAFTAR ISI

Pengantar Editor............................................................................................v Daftar Isi ..................................................................................................... viiDaftar Gambar ............................................................................................ viiiDaftar Tabel .................................................................................................. x BAB I RUMPUT LAUT, KOMODITAS POTENSIAL YANG BELUM TERMANFAATKANErnawati Munadi ........................................................................................... 1

BAB II PRODUKSI RUMPUT LAUT INDONESIAMuhammad Fawaiq ...................................................................................... 7

BAB III KONSUMSI DAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUTRatna A. Carolina ....................................................................................... 25

BAB IV PERDAGANGAN DALAM NEGERI RUMPUT LAUTYati Nuryati ................................................................................................. 43

BAB V PERDAGANGAN LUAR NEGERI RUMPUT LAUTHasni ......................................................................................................... 63

BAB VI PELUANG DAN TANTANGAN RUMPUT LAUT DI INDONESIARino Adi Nugroho ....................................................................................... 85

BAB VII PERBAIKAN PRODUKSI DAN PENGOLAHAN, KUNCI RUMPUT LAUT INDONESIA AGAR BERDAYA SAINGZamroni Salim ............................................................................................ 99

Indeks ...................................................................................................... 104

Biografi Penulis ...................................................................................... 105

Page 8: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

viii

Info Komoditi Rumput Laut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Produksi Rumput Laut Dunia ...................................................................... 9

Gambar 2.2 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode

Lepas Dasar .............................................................................................. 13

Gambar 2.3 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode

Rakit Apung ............................................................................................... 14

Gambar 2.4 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode

Tali Gantung .............................................................................................. 15

Gambar 2.5 Produktivitas Penanaman Rumput Laut di Indonesia dan Dunia .............. 16

Gambar 2.6 Proses Produksi Rumput Laut Kering ....................................................... 17

Gambar 3.1 Pohon Industri Hasil Pengolahan Rumput Laut ........................................ 30

Gambar 3.2 Bagan Proses Pengolahan Rumput Laut menjadi Karaginan ................... 32

Gambar 3.3 Bagan Proses Pengolahan Rumput Laut menjadi Agar–Agar .................. 33

Gambar 4.1 Serapan Rumput Laut Kering di Indonesia ............................................... 46

Gambar 4.2 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Sulawesi Tengah ................................. 48

Gambar 4.3 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Sulawesi Selatan ................................. 49

Gambar 4.4 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Maluku ................................................. 50

Gambar 4.5 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Nusa Tenggara Barat (NTB) ............... 51

Gambar 4.6 Perkembangan Harga Rumput Laut (E. cottonii) ..................................... 57

Gambar 5.1 Perkembangan Harga Beberapa Jenis Rumput Laut Internasional .......... 64

Gambar 5.2 Negara Utama Penghasil Gracilaria, 2013 ............................................... 70

Gambar 5.3 Negara Utama Penghasil Eucheuma cottonii, 2013 ................................. 71

Gambar 5.4 Pemasok Rumput Laut (HS 121221) di Pasar Dunia (ton) ...................... 75

Page 9: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Info Komoditi Rumput Laut

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Negara Pertanian Rumput Laut Untuk Karaginan Utama Dunia, 2000-2010 .......................................................... 11Tabel 2.2 Produksi Rumput Laut Basah Indonesia, 2011-2013 ................ 12Tabel 2.3 Nilai Investasi untuk Metode Lepas Dasar ............................... 20Tabel 2.4 Nilai Investasi untuk Metode Long Line .................................... 21Tabel 2.5 Nilai Investasi untuk Metode Rakit Apung ................................ 21Tabel 3.1 Produksi, Serapan dan Ekspor Produk Olahan Rumput Laut Nasional ............................................................. 27Tabel 3.2 Hasil Olahan Rumput Laut ........................................................ 31Tabel 3.3 Belanja Modal Pada Industri Pengolahan Rumput Laut dan Peningkatan Tenaga Kerja di Sektor Pengolahan Rumput Laut di Indonesia ........................................................ 36Tabel 3.4 Kebutuhan Rumput Laut Global Penghasil Karaginan dan Agar-Agar (ton kering) ............................................................. 36Tabel 3.5 Kebutuhan Investasi Usaha Karaginan Kapasitas 40 ton/hari .. 37Tabel 3.6 Kebutuhan Investasi Usaha Agar–Agar Kapasitas 12,5 ton/hari ..38Tabel 3.7 Analisa Kelayakan Usaha Karaginan Kapasitas 40 ton/hari ..... 38Tabel 3.8 Analisa Kelayakan Usaha Agar–Agar Kapasitas 12,5 ton/hari .. 39Tabel 4.1 Pangsa Pasar Perusahaan Pada Industri Agar-Agar, 2014 ..... 44Tabel 4.2 Pangsa Pasar Perusahaan Pada Industri Karaginan, 2014 ..... 45Tabel 4.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran dalam Komoditi Rumput Laut ........ 52Tabel 4.4 Biaya Pemasaran Rumput Laut menurut Jenis Pola Pemasaran ....................................................................... 54Tabel 4.5 Margin Pemasaran Rumput Laut Berdasarkan Pemasaran

Dalam Negeri dan Ekspor ........................................................ 54Tabel 4.6 Biaya Logistik Rumput Laut ...................................................... 57Tabel 4.7 Harga Rumput Laut Kering di Dalam Negeri ............................ 58Tabel 5.1 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Impor Rumput Laut

Indonesia .................................................................................. 65Tabel 5.2 Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia HS 10 digit (ribu ton) ................................................................. 66Tabel 5.3 Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia

Berdasarkan Negara Tujuan (ribu ton) ..................................... 67

Page 10: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

x

Info Komoditi Rumput Laut

Tabel 5.4 Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut (HS 1212209000), 2010-2014 ................................................................................. 67Tabel 5.5 Perkembangan Volume Impor Rumput Laut Indonesia HS 10 digit (ton) ........................................................................ 68Tabel 5.6 Perkembangan Volume Impor Rumput Laut Indonesia

Berdasarkan Negara Asal (ton) ................................................ 69Tabel 5.7 Negara Asal Impor Karaginan (HS 1302391000), 2010-2014 ... 70Tabel 5.8 Perkembangan Impor Rumput Laut Dunia (ton) ....................... 72Tabel 5.9 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121220) Dunia (ton) ................ 72Tabel 5.10 Pemasok Rumput Laut (HS 121220) di Pasar Dunia (ton) ....... 73Tabel 5.11 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121221) di Pasar Dunia (ton) ... 74Tabel 5.12 Pemasok Rumput Laut (HS 121229) di Pasar Dunia (ton) ....... 75Tabel 5.13 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121229) Dunia (ton) ................ 77Tabel 5.14 Pemasok Agar-Agar (HS 130231) di Pasar Dunia (ton) ........... 75Tabel 5.15 Pasar Impor Agar-Agar (HS 130231) Dunia (ton) ..................... 77Tabel 5.16 Pemasok Karaginan (HS 130239) di Pasar Dunia (ton) ........... 78Tabel 5.17 Pasar Impor Karaginan (HS 130239) Dunia (ton) ...................... 79Tabel 5.18 Skor Trade Intensity Index (TII) Indonesia untuk Ekspor Rumput Laut (HS 121221), 2013 .............................................. 79Tabel 6.1 Estimasi Produksi Olahan Rumput Laut Indonesia (ton) .......... 86Tabel 6.2 Estimasi Produksi Rumput Laut Global Berdasarkan Jenis (ton) .................................................................................. 88Tabel 6.3 Prediksi Kebutuhan Rumput Laut Global Penghasil Karaginan

dan Agar - Agar (ton kering) .................................................... 88

Page 11: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

1

Rumput Laut, Komoditas Potensial Yang Belum Termanfaatkan

BAB IRUMPUT LAUT, KOMODITAS POTENSIAL YANG

BELUM TERMANFAATKANErnawati Munadi

Rumput laut (seaweed) merupakan tumbuhan laut yang tergolong dalam ganggang (alga) multiseluler divisi thallophyta. Tidak seperti tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Rumput laut hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari sehingga memiliki beragam warna yang kemudian digunakan untuk menggolongkan rumput laut1. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) dan ganggang coklat (phaeophyceae) (Atmadja, 2012).

Namun demikian, istilah rumput laut lebih sering digunakan untuk alga merah dan alga coklat. Alga coklat yang merupakan sumber alginat banyak hidup di wilayah perairan dingin (temperate regions). Beberapa jenis alga coklat yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah Sargasum dan Laminaria. Alga merah memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding alga coklat. Alga merah umumnya lebih cocok hidup pada iklim subtropis sehingga jenis alga merah ini tidak terdapat dalam jumlah banyak di daerah-daerah yang memiliki iklim tropis termasuk Indonesia. Beberapa jenis alga merah yang memiliki nilai komersial adalah Phorphyra yang merupakan bahan baku makanan khas Jepang nori/laver, Gelidium dan Gracilaria (menghasilkan agar-agar), dan Eucheuma (menghasilkan karaginan). Namun, alga merah sebagai sumber karaginan, agar-agar, dan fulcelaran banyak hidup di wilayah perairan tropis (Dahuri, 2011).

Di banyak negara termasuk Indonesia, rumput laut saat ini merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi mengingat perannya yang sangat penting dalam berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dari segi ekonomis, rumput laut merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan mengingat nilai gizi yang dikandungnya. Selain itu, rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue dan menghasilkan bahan algin, karaginan dan fulcelaran yang digunakan dalam industri farmasi, kosmetik,

1 Rumput laut merupakan jenis tumbuhan, maka rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain.

Page 12: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

2

Ernawati Munadi

dan tekstil. Menurut Valderrama, et al., (2013), rumput laut juga merupakan sumber makanan yang bisa dikonsumsi secara langsung, sebagai makanan ternak, bahan baku pupuk, dan berbagai peran penting sebagai bahan bahan baku dalam industri biofuel, kosmetik, dan obat-obatan.

1.1 Beberapa Alasan Mengapa Rumput Laut merupakan Komoditas Potensial bagi Ekspor Indonesia

Tingginya potensi Rumput Laut Indonesia untuk dikembangkan tersebut, tidak hanya disebabkan karena rumput laut secara ekonomis mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, namun yang lebih penting lagi Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi area penanaman yang belum termanfaatkan yang mencapai hampir 50%. Total potensi lahan rumput laut yang masih tersedia adalah sebesar 769,5 ribu Ha. Saat ini lahan yang termanfaatkan hanya 384,7 ribu Ha (KKP, 2013).

Rumput laut sebagai komoditas, potensial untuk dikembangkan juga karena teknik produksi budidaya rumput laut relatif mudah dan murah dengan resiko gagal panen sangat rendah, produktivitas tinggi, dan panen bisa dilakukan setiap 45-60 hari sekali atau sekitar 4 kali panen dalam setahun. Harga jual rumput laut yang cukup tinggi juga merupakan salah satu faktor pendorong untuk budidaya rumput laut2. Usaha budidaya rumput laut juga dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menciptakan multiplier effects ekonomi yang besar dan luas (Dahuri, 2011).

Kondisi ini didukung juga oleh kenyataan bahwa rumput laut Indonesia mempunyai daya saing yang relatif cukup tinggi di kancah perdagangan internasional. Hasil perhitungan terhadap nilai Trade Intensity Index (TII) produk rumput laut Indonesia dibeberapa negara yang dibahas dalam Bab V buku ini menunjukkan bahwa rumput laut Indonesia mempunyai daya saing yang cukup tinggi, terutama di Spanyol.

Rumput laut umumnya diperdagangkan dalam bentuk: (1) rumput laut kering, (2) produk yang dapat langsung dikonsumsi, dan (3) produk hidrokoloid (karaginan, agar-agar, dan alginat). Dari seluruh produksi rumput laut dunia, 65% merupakan jenis yang dapat langsung dikonsumsi; 15% bahan hidrokoloid; dan 20% sebagai bahan pupuk, kertas, biofuel (Dahuri, 2011).

Selama periode 2012-2014, rata-rata impor rumput laut dunia mencapai 514,1 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya 2 Harga rumput laut bisa berkisar antara Rp 5.000–15.000/kg rumput laut kering (raw materials) di lokasi budi daya (on farm), serta cenderung semakin mahal.

Page 13: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

3

Rumput Laut, Komoditas Potensial Yang Belum Termanfaatkan

mencapai 2,93% per tahun. Kebutuhan rumput laut dunia juga diperkirakan cenderung meningkat. Sebagai contoh selama periode 2012-2015, kebutuhan rumput laut dunia terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 39,6%, yaitu meningkat dari 86,4 juta ton kering pada tahun 2012 menjadi 120,6 juta ton kering pada tahun 2015 (KKP, 2013).

Selama periode tersebut (2010-2014), baik dari segi nilai maupun volume ekspor, rumput laut Indonesia juga terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan nilai ekspor yang mencapai 14,04% per tahun. Sementara pertumbuhan volume ekspor rumput laut Indonesia mencapai 11,7% per tahun (BPS, 2015). Namun demikian, tingginya potensi rumput laut tersebut ternyata belum sepenuhnya diimbangi dengan usaha yang mampu memanfaatkan potensi tersebut sehingga memberikan manfaat ekonomi yang maksimal bagi semua stakeholders yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam industri budidaya rumput laut.

1.2 Produktivitas Rumput Laut di Indonesia yang Masih Relatif Rendah

Dalam periode tahun 2000-2010, produksi rumput laut dunia masih didominasi oleh lima negara penghasil utama dengan kontribusi total yang mencapai 99,9% pada tahun 2000 dan sedikit menurun kontribusinya menjadi 99,6% pada tahun 2010. Tahun 2000, kelima negara penghasil rumput laut di dunia tersebut adalah Filipina, Indonesia, Republik Tanzania, Kiribati dan Fiji dengan kontribusi masing-masing sebesar 71,9%, 20,9%, 5,4%, 1,2% dan 0,6% (ITC, 2015). Namun tahun 2010 Indonesia berhasil menggeser posisi Filipina dengan kontribusi sebesar 60,5% dan menempatkan Filipina di urutan ke dua dengan kontribusi sebesar 31,9%. Malaysia, Republik Tanzania, dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) masing-masing berada pada posisi ke 3, 4, dan 5 dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,7%, 2,3% dan 1,1%.

Di Indonesia sendiri, produksi rumput laut meningkat cukup signifikan dengan peningkatan mencapai 78,4% dari 5,2 juta ton basah rumput laut pada tahun 2011 menjadi 9,2 juta ton pada tahun 2013. Produksi rumput laut di Indonesia didominasi oleh kepulauan Sulawesi dengan kontribusi mencapai 52,3% dari total produksi rumput laut basah tahun 2013 mencapai 9,2 juta ton. Kontribusi ke dua berasal dari Nusa Tenggara dan Bali mencapai 28,1% dari produksi rumput kering basah nasional (KKP, 2014).

Page 14: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

4

Ernawati Munadi

Meskipun merupakan produsen utama rumput laut di dunia, ternyata rumput laut Indonesia belum diproduksi dalam kondisi yang maksimal yang ditunjukkan oleh produktivitas yang masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya produktivitas rumput laut ini juga merupakan permasalahan utama produksi rumput laut di Indonesia. Menurut Valderrama et al. (2013), produktivitas rumput laut kering di Indonesia hanya sebesar 1,14 ton/km yang merupakan angka terendah dibanding produktivitas di negara lain yang bisa mencapai 4,55 ton/km di kepulauan Solomon. Sementara itu Tanzania, India, dan Filipina mencapai masing-masing 2,35 ton/km, 1,665 ton/km dan Filipina 1,61 ton/km. Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha di bidang rumput laut serta rendahnya dukungan pemerintah terkait dengan infrastruktur dan kebijakan (Wahyudin, 2013).

1.3 Industri Rumput Laut yang Kurang BerkembangMenurut Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI)

(2014), produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar masih diekspor yaitu sekitar 64,31% dari total produksi, sementara sisanya 35,69% dari total produksi diserap oleh industri rumput laut dalam negeri. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya serapan industri rumput laut dalam negeri antara lain adalah harga rumput laut produksi dalam negeri yang lebih tinggi sehingga industri pengolahan rumput laut kesulitan mendapatkan bahan baku dengan harga yang murah.

Terbatasnya jumlah rumput laut produksi dalam negeri terjadi karena produsen rumput laut menilai bahwa ekspor rumput laut ke RRT lebih menguntungkan. Kebijakan Pemerintah RRT yang memberi stimulus berupa pengembalian fiskal sebesar 15-35% membuat industri rumput laut dalam negeri otomatis kalah bersaing dalam mendapatkan bahan baku. Pemberian stimulus fiskal ini secara tidak langsung juga menyebabkan importir RRT mampu membeli dengan harga yang 15-35% lebih mahal sehingga produsen rumput laut Indonesia lebih memilih menjual produk mentah ke RRT karena ekspor rumput laut bebas. Dengan kata lain, pemberian insentif fiskal itu, telah menyebabkan harga rumput laut lebih tinggi (jika diekspor ke RRT) dibandingkan dijual di pasar dalam negeri. Kondisi ini membuat pelaku industri rumput laut lokal harus membeli sesuai harga

Page 15: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

5

Rumput Laut, Komoditas Potensial Yang Belum Termanfaatkan

DAFTAR PUSTAKA

ASTRULI. (2014). Roadmap Industri Rumput Laut Indonesia. Bahan Presentasi Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) tanggal 25 November 2014.

Atmadja, W., S. (2012). Apa Rumput Laut itu sebenarnya?. Diunduh pada tanggal 12 Juli 2015 dari http://www.coremap.or.id/print/article.php?id=264.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Statistik Ekspor Impor Indonesia 2015.

Dahuri (2011). Mengembangkan Industri Rumput Laut Secara Terpadu. Samudra, Edisi 93 Januari 2011.

pembelian yang secara tidak langsung ditentukan oleh RRT, dimana pelaku usaha harus membayar 15-35% lebih tinggi dari harga rumput laut sesungguhnya. Hal lain yang juga merupakan faktor rendahnya serapan industri dalam negeri adalah industri rumput laut di Indonesia yang masih relatif kurang berkembang sehingga produksi turunan rumput laut kurang bervariasi (ASTRULI, 2014).

Data BPS (2015) menunjukkan bahwa selama periode 2008-2010 sekitar 67% produksi rumput laut Indonesia di ekspor ke RRT. Negara lain yang juga merupakan negara tujuan ekspor utama rumput laut Indonesia adalah Filipina dengan pangsa 9,17%, Chili (4,31%), Korea Selatan (4,16%), dan Vietnam (3,74%). Hong Kong, Perancis, Denmark, Amerika Serikat, dan Inggris juga merupakan negara tujuan ekspor Indonesia untuk rumput laut dengan pangsa yang lebih kecil antara 0,52% hingga 1,87%.

Rendahnya produktivitas dan kurang berkembangnya industri rumput laut tersebut mengindikasikan bahwa meskipun rumput laut merupakan komoditas potensial, sektor ini belum berkembang secara maksimal sejalan dengan potensinya. Belum lagi dengan permasalahan-permasalahan lain yang terkait dengan kebijakan pemerintah di dalam sektor rumput laut yang dianggap masih kurang mendukung sektor ini dan belum komprehensif. Fakta-fakta tersebut merupakan beberapa poin penting terkait rumput laut yang mungkin belum banyak diketahui oleh pembaca secara umum. Berbagai informasi penting tersebut selanjutnya dikupas secara lebih mendalam dalam Info Komoditi Rumput Laut ini. Semoga informasi-informasi tersebut dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta memberikan wawasan tentang Rumput Laut khususnya.

Page 16: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

6

Ernawati Munadi

International Trade Center (ITC). (2015). Data Ekspor Impor Rumput Laut Dunia HS 121220, HS 121221, HS 121229, HS 130231, HS 130239 Periode 2010-2014.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2013). Buku Saku: Informasi Rumput Laut. Direktorat Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2014). Profile of Business and Investment Oppotunities on Seaweed in Indonesia 4th Edition. Direktorat Bisnis dan Investasi, Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Produk Perikanan, kementerian Perdagangan.

Valderrama, D., J.Cai., N. Hishamunda., and N. Ridler. (2013). Social and economic dimensions of carrageenan seaweed farming. Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 580. Rome, FAO.

Wahyudin, Y. (2013). Nilai Sosial Ekonomi Rumput Laut: Studi Kasus Kecamatan Tanimbar Selatan dan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Majalah Ilmiah Globe Vol. 15 (1), pp. 77-85.

Page 17: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

7

BAB IIPRODUKSI RUMPUT LAUT INDONESIA

Muhammad Fawaiq

2.1 PendahuluanRumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang sangat penting

dewasa ini. Hal ini terlihat dari berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menggunakan rumput laut sebagai bahan bakunya. Rumput laut merupakan produk serbaguna yang dapat digunakan langsung untuk dikonsumsi atau diolah menjadi makanan tambahan, makanan ternak, pupuk, biofuel, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya (Valderrama, et. al., 2013). Berkembangnya teknologi telah mendorong penggunaan produk ini menjadi lebih luas sehingga mendorong permintaan dan produksi di berbagai negara.

Banyak negara menjadi produsen rumput laut dunia terutama negara-negara yang memiki pesisir. Rumput laut berasal dari alam dan hasil budidaya (aquaculture). Beberapa jenis rumput laut yang berasal dari alam, yaitu Chondrus crispus yang diproduksi di Kanada, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Perancis, dan Gigartina yang diproduksi di Amerika Selatan dan Eropa bagian selatan. Adapun rumput laut hasil budidaya, terutama adalah K. alvarezii (secara komersial disebut dengan cottonii) dan E. denticulatum yang dibudidayakan di negara-negara tropis seperti Filipina, Indonesia, Malaysia dan Republik Tanzania (Valderrama, 2013).

Rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan warna yaitu: (1) rumput laut merah (Rhodophyceae), rumput laut yang paling banyak ditemukan jenisnya di perairan Indonesia yaitu sekitar 452 jenis; (2) rumput laut hijau (chlorophyceae), ditemukan sekitar 196 jenis di perairan Indonesia; (3) rumput laut coklat (Phaeophyceae) sekitar 134 jenis; dan (4) rumput laut pirang (Chrysophyceae) (Suparmi, 2009).

Jenis rumput laut yang biasa dijadikan bahan makanan adalah alga merah dan alga coklat. Alga merah merupakan jenis rumput laut yang dikonsumsi sebagai makanan segar oleh masyarakat di Hawaii dan digunakan sebagai salad, sup dan makanan diet rendah kalori (Kilinc, et. al., 2013). Alga merah juga dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Rumput laut coklat kaya akan olysaccharides fucoidans sehingga digunakan sebagai bahan baku industri. Produk utama yang dihasilkan

Page 18: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

8

oleh rumput laut coklat ini adalah agar-agar, agaroses, algins, dan carrageenans (Kilinc, et. al., 2013). Produk tersebut dijadikan bahan baku pada berbagai Industri seperti farmasi, makanan dan produk konsumen lainnya.

Beragamnya jenis rumput laut di Indonesia menunjukan besarnya potensi pemanfaatannya secara ekonomi. Hal ini juga didukung oleh luasnya daerah potensial untuk pembudidayaan rumput laut. Dengan demikian, rumput laut dapat menjadi sumber mata pencaharian terutama untuk masyarakat pesisir Indonesia karena menurut Valderrama et. al. (2013) pembudidayaan rumput laut tidak membutuhkan modal yang besar dan teknologi tinggi. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia. Budidaya dan industri rumput laut menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi Indonesia (The Economist, 2013).

Namun demikian, pada praktiknya terdapat berbagai permasalahan dalam produksi rumput laut (rumput laut kering). Permasalahan-permasalahan tersebut seperti kurangnya informasi dan distorsi harga, pendanaan dan produktivitas. Untuk itu, bab ini fokus pada aspek produksi rumput laut kering (bahan baku) yang dibagi menjadi beberapa subbab yaitu Peran Budidaya Dalam Produksi Rumput Laut Dunia; Peran dan Produksi Indonesia; Budidaya dan Produktivitas; Proses Produksi Rumput Laut Kering; Permasalahan dan Alternatif Kebijakan dalam Produksi Rumput Laut Kering; Kebutuhan Investasi Rumput Laut; dan Penutup.

2.2 Peran Budidaya dalam Produksi Rumput Laut DuniaVelderrama, et al. (2013) menerangkan bahwa berdasarkan data

FAO tahun 2010, produksi rumput laut global meningkat dari hampir 4 juta ton basah tahun 1980 menjadi 20 juta ton basah tahun 2010. Lebih lanjut dijelaskan bahwa produksi rumput laut global tidak hanya meningkat tetapi juga berubah sumbernya. Sumber produksi rumput laut yang sebelumnya adalah pengumpulan dari alam berubah ke budidaya3. Velderrama, et al. (2013) menerangkan bahwa terjadi penurunan share dari rumput laut alam dari sebesar 28% tahun 1980 menjadi 4,8% tahun 2010. Produksi rumput laut dunia berdasarkan jenis dan sumber ditunjukkan pada Gambar 2.1.

3 Pengertian budidaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha yg bermanfaat dan memberi hasil. Budidaya rumput laut pertama kali dilakukan oleh Marine Colloids Inc. dan University of Hawaii di Provinsi of Tawi-Tawi, Filipina.

Page 19: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

9

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

(Mill

ion

wet

tonn

es)

1980

1985

1990

1995

2000

2005

2010

AllCiltivated, redCultivated, miscellaneousCultivated, brownWild

Gambar 2.1 Produksi Rumput Laut Dunia.Sumber: Velderrama, et al. (2013)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa produksi rumput laut alam relatif tidak mengalami peningkatan dari tahun 1980-2010, yaitu berada pada kisaran kurang dari 2 juta ton basah. Hal ini berbeda dengan rumput laut yang dibudidayakan (rumput laut jenis merah, coklat dan lainnya) selalu mengalami tren meningkat dari tahun ke tahun (1980-2010). Peningkatan produksi rumput laut merah budidaya dari tahun 1980 ke 2010 sebesar 1.400%. Produksi rumput laut merah sebesar 0,6 juta ton basah tahun 1980 menjadi 9 juta ton basah tahun 2010. Untuk rumput jenis lainnya mengalami peningkatan sebesar 1.450% (1980-2010). Produksi rumput laut lainnya ini sebesar 0,2 juta ton basah tahun 1980 menjadi 3,1 juta ton pada tahun 2010. Untuk jenis rumput laut coklat juga mengalami peningkatan produksi dari sebesar 2 juta ton basah tahun 1980 menjadi 6,8 ton basah tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 240%.

2.3 Peran dan Produksi Indonesia 2.3.1 Sejarah Rumput Laut Indonesia

Rumput laut di Indonesia telah diidentifikasi oleh Max Weeber sejak tahun 1899 melalui ekspedisi yang dikenal dengan Ekspedisi Sibolga. Kemudian tahun 1928 Max Weeber dan Van Bose melakukan klasifikasi spesies rumput laut (KKP, 2014). Pada tahun 1940 telah dimulai pemasaran tipe cottonii dan spinosum dari Makasar dan kemudian proses pengidentifikasian rumput laut juga dilakukan oleh

Page 20: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

10

Zaneveld dari Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1968 dengan rumput laut yang teridentifikasi yaitu Eucheuma, Gracilaria, Gelidium, Hypnea dan Sargassum (KKP, 2014a).

Selanjutnya tahun 1967, dilakukan simposium pertama mengenai rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia di Pulau Pari (Wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu) oleh Prof. Soerjodinoto dan Hariadi Adnan. Kemudian, sampai tahun 1974, rumput laut tipe cottonii yang berasal dari Filipina dibudidayakan di Indonesia. Satu tahun kemudian, LIPI memulai suatu proyek budidaya spinosum di Samaringga dan Pulau Rio (Sulawesi), tetapi proyek tersebut gagal dan dihentikan. Eksperimen dalam budidaya cottonii dilakukan di Bali pada tahun 1985 dengan hasil yang cukup bagus dan pada akhir tahun 1986, Hans Porse memperkenalkan spesies rumput laut Eucheuma cottoni dan E. spinosum pada simposium internasional yang dilaksanakan di Brazil. Tahun 1994 Indonesian Seaweed Industry Association (APBIRI) melaksanakan simposium rumput laut di Bali (Hans Poerse dalam KKP, 2014a).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada era Presiden Jokowi (2014-2019) menjadikan budidaya rumput laut sebagai salah satu program untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pesisir Indonesia. Implementasi program tersebut yaitu pembagian zonasi kawasan minapolitan rumput laut yang dibagi menjadi tiga zona yang saling membutuhkan dan menguntungkan satu sama lain (KKP, 2014b). Zona satu adalah zona produsen yang menghasilkan bibit rumput laut untuk dibudidayakan sampai siap panen. Zona dua adalah zona kelembagaan ekonomi, dimana zona ini membuat kerjasama dengan zona satu tentang pembelian hasil produksi rumput laut dan menyediakan sarana produksi, sekaligus melakukan kontrol dan pembinaan terhadap cara budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di zona satu. Zona tiga adalah zona industri pengolahan, membeli rumput laut yang dikumpulkan dari zona dua sesuai standar yang telah disepakati.

2.3.2 Kontribusi Rumput laut Indonesia di Pasar DuniaBerdasarkan data FAO tahun 2014, kontribusi rumput laut budidaya

di dunia sudah sebesar 96% (Rebours, et al., 2014). Lebih lanjut Rebours menjelaskan bahwa sebagian besar (99,05% dari kuantitas dan 99,36% dari nilai) produksi rumput laut dunia berasal dari Asia. Lima negara penghasil rumput laut dunia yaitu Indonesia, Filipina,

Page 21: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

11

Malaysia, Tanzania dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kontribusi kelima negara tersebut sebesar 99,6% tahun 2000 dan 99,9% tahun 2010. Kontribusi pertanian rumput laut untuk karaginan utama dunia disajikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tahun 2000 posisi produksi rumput laut Indonesia untuk karaginan masih berada dibawah Filipina,kemudian Indonesia berubah menjadi penghasil utama dunia tahun 2010. Kontribusi produksi rumput laut Indonesia berubah dari 20,9% pada tahun 2000 menjadi 60,5% tahun 2010 karena peningkatan produksi rumput laut yang signifikan di Indonesia pada rentang waktu tersebut. Produksi rumput laut Indonesia sebesar 197 ribu ton tahun 2000 meningkat menjadi 3,39 juta ton tahun 2010 atau meningkat sebesar 1.625%. Hal ini tidak lepas dari semakin intensifnya pembudidayaan rumput laut di Indonesia.

2.3.3 Produksi IndonesiaTotal produksi rumput laut Indonesia terus mengalami peningkatan

dari 5,17 juta ton basah tahun 2011 menjadi 9,99 juta ton basah tahun 2013 dengan peningkatan rata-rata (2011-2013) sebesar 34%. Provinsi yang mengalami peningkatan produksi rumput laut tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan peningkatan sebesar 121%, kemudian Provinsi Kalimantan Timur sebesar 73% dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 44%. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh program minapolitan yang dilaksanakan oleh

Tabel 2.1 Negara Pertanian Rumput Laut Untuk Karaginan Utama Dunia, 2000-2010

Tahun 2000 Tahun 2010

5 Produsen Tertinggi 5 Produsen TertinggiKuantitas(ribu tonbasah)

Kuantitas(ribu tonbasah)

Andil(%)

Andil(%)

DuniaFilipinaIndonesiaRepublik TanzaniaKiribatiFijiTotal 5 Tertinggi

DuniaIndonesiaFilipinaMalaysiaRepublik TanzaniaRRTTotal 5 Tertinggi

94467919751115

943

5 6233 3991 795

20813264

5 599

10071,920,95,41,20,6

99,9

10060,520,93,72,31,1

99,6

Sumber: FAO FishStat (2010) dalam Velderrama, et. al. (2013)

Keterangan: Rumput laut untuk karaginan yang sedang dibudidayakan termasuk Kappaphycus dan Eucheuma.

Page 22: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

12

KKP (KKP, 2014b). Hal ini bertolak belakang dengan Provinsi Maluku yang mengalami penurunan produksi rata-rata sebesar 2%. Turunnya produksi rumput laut di Provinsi Maluku disebabkan oleh adanya penyakit rumput laut (Puska Dagri, 2013). Data Produksi rumput laut basah Indonesia disajikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Umum Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI), angka produksi rumput laut basah pada Tabel 2.2 tersebut dianggap terlalu besar. Dalam hal angka produksi nasional, ASTRULI menggunakan data dari Anggadiredja (2011). Menurut data yang digunakan ASTRULI tersebut, produksi total rumput laut kering pada tahun 2009 sebesar 190.110 ton, tahun 2010 turun menjadi 172.700 ton dan pada tahun 2011 naik menjadi 184.800 ton. Dijelaskan juga oleh Ketua Umum ASTRULI bahwa perbandingan nilai produksi antara data Tabel 2.24 dengan Anggadiredja (2011) terlalu besar selisihnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa terdapat perbedaan data dalam hal produksi rumput laut antara pemerintah (KKP) dengan Asosiasi (ASTRULI) sehingga diperlukan penyeragaman data untuk masa yang akan datang.

2.4 Budidaya dan Produktivitas2.4.1 Metode Budidaya Budidaya rumput laut di Indonesia dibagi ke dalam beberapa metode yaitu metode lepas dasar, tali gantung dan rakit apung. Penerapan metode-metode tersebut disesuaikan dengan masing-

Tabel 2.2 Produksi Rumput Laut Basah Indonesia, 2011-2013

1234567891011

BaliNTBNTTKalimantan TimurSulawesi UtaraGorontaloSulawesi TengahSulawesi SelatanSulawesi TenggaraMalukuLainnya

Total

No. Provinsi 2011Produksi (Ton Basah)

2012 2013Tren

2011-2013 (%)106.398290.700377.20083.09398.83889.149

758.9101.506.264

586.965610.365662.949

5.170.831

144.168477.037398.736585.941159.90995.442

991.5902.104.446

639.192474.167915.683

6.986.311

145.597599.100

1.846.334249.412164.021103.924

1.233.0582.422.154

917.363583.351960.392

9.224.706

1744

12173298

272725(2)2034

Sumber: KKP (2014a)

4Jika dikonversi menjadi rumput laut kering dengan konversi menurut ASTRULI yaitu 1:8 maka total produksi rumput laut kering berdasarkan Tabel 2.2 menjadi 646.353, 88 ton (2011), 838.288,88 ton (2012) dan 1.153.088 ton (2013).

Page 23: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

13

masing karakteristik topografi pesisir setiap wilayah. Penjelasan setiap metode tersebut adalah sebagai berikut (WWF, 2014):

a. Metode Lepas Dasar Dengan metode lepas dasar ini, bibit diikatkan di batu-batu karang yang kemudian disebarkan pada dasar perairan. Beberapa persyaratan daerah penanaman untuk menggunakan metode ini yaitu dasar perairan yang rata, tidak ditumbuhi karang dan tidak berpasir. Metode ini tergolong mudah untuk diterapkan serta dan tidak memerlukan peralatan yang rumit. Oleh karena beberapa persyaratan topografi daerah seperti areal yang terbuka terhadap ombak dan arus dimana terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai substrant yang kokoh dan tidak terbawa oleh arus, maka metode ini jarang diterapkan (Bisnis Rumput Laut, 2014). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kelemahan lain dari metode ini adalah mudahnya bibit terbawa ombak, metode ini tidak bisa diterapkan di perairan berpasir dan banyak mendapat gangguan/serangan dari bulu babi. Daerah-daerah di Indonesia yang menerapkan metode ini adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Bali (Valderrama, et. al., 2015). Konstruksi sarana budidaya dalam metode lepas dasar ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode Lepas Dasar.Sumber: WWF (2014)

b. Metode Rakit Apung Rakit apung yang digunakan dalam metode ini terbuat dari bambu berukuran antara (2,5x 2,5) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi. Untuk memperkuat posisi rakit, digunakan jangkar sebagai penahanan atau diikat pada patok kayu yang ditancapkan di dasar laut. Ombak,

Page 24: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

14

arus serta pasang surut air laut merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam metode ini. Seperti halnya metode budidaya lainnya, metode ini juga dipengaruhi oleh topografi daerah penanaman yaitu daerah perairan dengan kedalaman 60 cm. Daerah-daerah di Indonesia yang menerapkan metode ini adalah Sulawesi Selatan, NTT dan beberapa daerah lainnya. Konstruksi sarana budidaya dalam metode rakit apung adalah sebagai berikut.

Gambar 2.3 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode Rakit Apung.Sumber: WWF (2014)

c. Metode Tali Gantung (long line). Pada penanaman dengan metode tali gantung, tanaman yang sebelumnya diikatkan pada tali ris kemudan diikatkan ke tali ris utama dengan simpul tertentu yang mudah dibuka kembali. Tali ris utama yang terbuat dari bahan polyetilen berdiameter 8 mm direntangkan pada patok kayu. Jarak tiap tali ris pada tali ris utama 20 cm. Patok t kayu ini berdiameter 5 cm sepanjang 2 m dan runcing pada salah satu ujungnya. Untuk menancapkan patok di dasar perairan diperlukan linggis atau palu besi. Jarak tiap patok untuk merentangkan tali ris utama 2,5 m. Dengan demikian pada petakan budidaya dengan metode ini, misalnya seluas satu are (100 m2) dibutuhkan 55 batang patok, 60 m tali ris utama dan 600 m tali ris dan 1 kg tali rafia. Untuk satu unit budidaya rumput laut sistem tali gantung ukuran 10 x 10 m2 diperlukan bibit sebanyak 240 kg (WWF, 2014). Daerah di Indonesia yang menerapkan metode ini adalah di Provinsi Sulawesi Tenggara

Page 25: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

15

(Rujiman, Aslan & Sabilu,2013). Konstruksi sarana budidaya dalam metode tali gantung adalah sebagai berikut (WWF, 2014):

Gambar 2.4 Ilustrasi Konstruksi Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali Gantung.

Sumber: WWF (2014)

2.4.2 Perbandingan Metode Budidaya dengan Negara Lainnya Terdapat dua metode budidaya rumput laut yang sering digunakan oleh petani di negara-negara penghasil rumput laut yaitu metode lepas dasar dan metode rakit apung (Valderrama, et. al., 2015). Lebih lanjut Valderrama, et. al. mendeskripsikan perbandingan metode budidaya yang digunakan oleh masing-masing negara sebagai berikut:a. Indonesia

Budidaya rumput laut di Indonesia menggunakan tiga metode yaitu lepas dasar, rakit apung dan metode tali gantung.

b. FilipinaMetode yang diterapkan di Filipina adalah metode multi raft long line farm (MRLL) dengan area seluas 10 x 50 m (sekitar 2 km dari garis penanaman). Metode ini merupakan metode yang inovatif yang dapat diterapkan pada wilayah dengan kedalaman air kurang dari 5 m.

c. TanzaniaTerdapat dua metode yang digunakan di Tanzania yaitu 30 x 10-m off-bottom dan 27 x 12-m tali apung.

Page 26: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

16

d. IndiaMetode rakit apung dengan ukuran 3 x 3 m. Siklus produksi yaitu 45 hari dengan total produksi 270 hari produksi per tahun.

Berdasarkan metode yang digunakan dibanyak negara tersebut, negara dengan biaya termurah sampai tertinggi secara berurutan adalah Meksiko, Indonesia, Kepulauan Solomon, Filipina, India dan Tanzania (Valderrama et al.,2015).

2.4.3 Perbandingan Produktivitas Rumput Laut Indonesia dan Negara Lainnya Valderrama et al. (2013) melakukan studi kasus pada beberapa daerah di Indonesia dan negara penghasil rumput laut lainnya. Produktivitas rumput laut pada studi kasus dihitung berdasarkan jumlah ton rumput laut kering dibandingkan dengan panjang penanaman dalam km.

Gambar 2.5 Produktivitas Penanaman Rumput Laut di Indonesia dan Dunia.Sumber: Valderrama et. al. (2013)

Rata-rata produktivitas rumput laut kering di Indonesia berdasarkan Gambar 2.5 adalah 1,14 ton/km. Angka ini merupakan angka terendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas negara penghasil lainnya di dunia. Negara dengan produktivitas tertinggi adalah Kepulauan Solomon (4,55 ton/km), disusul Tanzania sebesar 2,35 ton/km, India sebesar 1,66 ton/km dan Filipina dengan produktivitas

Page 27: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

17

sebesar 1,61 ton/km. Rendahnya produktivitas budidaya rumput laut dapat disebabkan beberapa faktor diluar faktor lingkungan seperti faktor pengetahuan, keterampilan dan budaya usaha pelakunya, disamping perlunya dukungan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dan kebijakan (Wahyudin, 2013). Metode lepas dasar (off-bottom) memiliki produktivitas tertinggi ke tiga diterapkan di Kepulauan Solomon. Produktivitas budidaya rumput laut di Kepulauan Solomon dengan menggunakan metode ini adalah 5,43 ton/km. Tingginya produktivitas metode lepas dasar di Kepulaan Solomon disebabkan kesesuaian jenis pantai di negara ini. Metode lepas dasar ini juga memberikan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan metode budidaya lainnya ketika diterapkan di Indonesia (Bali).

2.5 Proses Produksi Rumput Laut Kering Untuk menghasilkan rumput laut kering dengan metode-metode penanaman yang telah dideskripsikan sebelumnya, terdapat beberapa proses seperti pendanaan, produksi dan penjualan yang menunjukkan hubungan antara tengkulak (peminjam uang) dengan petani. Zamroni dan Yamao (2012) menggambarkan proses tersebut berdasarkan hasil studi lapangan di Teluk Laikang.

Middlemen (punggawa)

Seaweed farmers (sawi)

45 days

Harvesting DriedSeaweed

Lending process Production Selling process

Lendingmoney

Directapplication

PlantingThe

Seaweed

Gambar 2.6 Proses Produksi Rumput Laut Kering.Sumber: Zamroni dan Yamao (2012

Gambar 2.6 menunjukkan bahwa sebelum melakukan penanaman rumput laut, petani meminjam dana dari punggawa. Setelah mendapatkan dana dimulailah proses produksi yang terdiri dari penanaman rumput laut kemudian dipanen dan menghasilkan rumput laut (setelah proses pengeringan) dengan waktu panen selama 45 hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan ASTRULI, panen rumput laut tidak selalu 45 hari, tetapi tergantung pada daerah dan musim sehingga lama panen rumput laut ini berkisar antara 45-60 hari.

Page 28: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

18

Rumput laut yang baru dipanen tersebut tidak boleh diletakkan pada tempat gelap tetapi harus langsung kemudian dikeringkan dengan cara dijemur karena akan mempengaruhi warna akhir rumput laut (KPAD Nunukan, 2012). Lebih lanjut dijelaskan bahwa waktu terbaik untuk menjemur rumput laut yang baru dipanen dilakukan antara pukul 6.30 pagi sampai 5 sore. Setelah mendapatkan rumput laut kering, petani akan mengembalikan uang kepada tengkulak dan juga menjual hasil panennya ke tengkulak. Zamroni dan Yamao (2012) menerangkan bahwa tengkulak memegang peranan penting terutama dalam menyediakan kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh petani secara cepat serta mengumpulkan dan membeli rumput laut kering dari petani.

2.6 Kebijakan dalam Produksi Rumput Laut Kering Valderrama, et. al (2015) mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam produksi rumput laut kering di Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain kurangnya informasi mengenai harga dan rendahnya produktivitas. Data penelitian Valderrama, et. al (2013) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 menunjukkan rendahnya produktivitas rumput laut Indonesia. Permasalahan lainnya terkait dengan aspek pendanaan ditemukan oleh Zamroni dan Yamao (2012). Permasalahan tersebut adanya ketergantungan petani pada tengkulak. Kurangnya informasi mengenai harga berdampak pada fluktuasi harga di pasar. Fluktuasi harga tertinggi pernah terjadi tahun 2008 yang ditandai dengan terjadinya seaweed price bubble dengan kenaikan harga rumput laut kering sebesar tiga kali lipat di Indonesia. Kondisi ini disebabkan melonjaknya permintaan dari RRT diluar harga pada umumnya dan kemudian harga menurun beberapa bulan kemudian. Hal ini menyebabkan petani di Indonesia memanen rumput lautnya sebelum masa panen. Dalam hal informasi dan mengantisipasi distorsi harga, maka Kementerian Perdagangan telah melaksanakan program resi gudang (Kemendag, 2013). Perkembangan program resi gudang rumput laut, khususnya di Sulawesi Selatan belum terlaksana dengan baik dengan rendahnya pemanfaatannya yang hanya 420 ton, sedangkan ekspor daerah ini sampai dengan Oktober 2014 mencapai 95.462 ton (CNN Indonesia, 2014). Lebih lanjut menurut Kemendag (2013), kurang optimalnya pelaksanaan resi gudang ini disebabkan karena terbatasnya

Page 29: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

19

pemahaman terhadap Sistem Resi Gudang (SRG), infrastruktur fasilitas gudang masih terbatas, kurangnya peran Pemerintah Daerah, serta fasilitas pembiayaan yang masih terbatas untuk mendukung implementasi SRG. Selain itu, tren harga rumput laut umumnya tidak menunjukkan pola yang jelas sehingga apabila komoditas tersebut diresigudangkan penuh dengan resiko bagi pemilik komoditas. Untuk meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut, Wahyudin (2013) mengusulkan beberapa hal yang berhubungan dengan dukungan pemerintah, yaitu: (1) pemerintah diharapkan dapat membuat peraturan tentang standar kualitas perairan laut untuk budidaya; (2) pemerintah diharapkan menyediakan kebun bibit sebagai antisipasi atas maraknya penyakit “aisais” yang disinyalir merupakan dampak penggunaan berulang dari bibit yang diusahakan; (3) harga dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas produksi rumput laut, bahkan bilamana diperlukan dapat dibuatkan pabrik pengolahan rumput laut untuk mengantisipasi ketidakpastian jalur distribusi/transportasi kapal ferry; (4) pelatihan perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kapabilitas kinerja para pembudidaya rumput laut; (5) efisiensi kerja dapat ditingkatkan dengan memberikan dana pinjaman lunak untuk transportasi lokal sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan profit usaha. Kebijakan-kebijakan tersebut juga dilakukan di Malaysia. Dalam rangka meningkatkan produktivitas dalam budidaya rumput laut di negaranya, Pemerintah Malaysia telah melakukan program peningkatan kapasitas (Hussin, et.al., 2015). Pengembangan kapasitas tersebut dilakukan dalam bentuk membangun sistem mini estate dan sistem cluster, penggunaan pupuk, penggunaan mesin pemanen, penggunaan pengering bertenaga surya serta teknik pembenihan. Pengembangan kapasitas ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani di Sabah, Malaysia Timur. Adapun kebijakan yang telah dilakukan di Indonesia adalah program zonasi minapolitan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Aspek pendanaan juga penting dalam hal ini karena para petani sangat tergantung pada tengkulak untuk mendapatkan pendanaan. Tengkulak juga yang membeli rumput laut kering dari petani. Hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan dan pengetahuan petani (Zamroni dan Yamao, 2012). Lebih lanjut dijelaskan bahwa peran dari tengkulak ini akan terus berlangsung selama belum ada kebijakan dari

Page 30: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

20

pemerintah pusat terkait dengan implementasi dari rantai pasar yang efektif di tingkat lokal (Zamroni dan Yamao, 2012).

2.7 Kebutuhan Investasi Rumput Laut Valderrama, et al (2015) membandingkan biaya investasi dalam penanaman rumput laut dalam berbagai metode penanaman dibeberapa negara seperti Indonesia, Filipina, Tanzania, India, Kepulauan Solomon dan Meksiko. Dari hasil penelitian Valderrama, et al tersebut ditemukan bahwa nilai investasi untuk setiap meter penanaman rumput laut di Indonesia, Tanzania dan India sekitar USD 0,27 per meter. Untuk Filipina, nilai investasinya mencapai USD 1 per meter. Lebih lanjut dijelaskan bahwa biaya penanaman termurah adalah di Tanzania dan biaya penanaman tertinggi adalah di Meksiko dan Kepulauan Solomon dengan nilai investasi mencapai USD 1,4 per meter. Neish (2013), seperti yang dikutip oleh Valderrama, et al (2015)menghitung nilai investasi penanaman rumput laut di Indonesia. Nilai Investasi setiap metode budidaya rumput laut di Indonesia adalah berbeda-beda. Adapun nilai investasi setiap metode tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Nilai Investasi untuk Metode Lepas Dasar

Patok kayu (unit)Pelampung botol mineral (buah)Tali PE No.2 (gulung)Tali PE No.4 (gulung)Tali PE No.6 (1 kg)Perahu (unit)Peralatan Kerja (paket)Para-para 6 x 4 m (unit)Total biaya tetapBiaya tidak tetapBibit (kg)Biaya pengikatan bibitBiaya perawatanBiaya panen, jemur dan packingTotal biaya tidak tetapTotal Biaya ProduksiTotal PengeluaranPendapatanPanen (kg kering)Keuntungan

80200

651111

500

438

2.000500

55.00090.00075.000

500.000250./000

1.500.000

5.000

10.000

160.000100.000330.000450.00075.000

500.000250.000

1.500.0003.365.000

2.500.000

100.000100.000

2.800.0002.800.0003.070.625

4.380.0001.580.000

Sumber: WWF (2014)

Catatan: Bibit yang digunakan adalah bibit sascol dengan harga yang berlaku di Alor, NTT.

Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Page 31: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

21

Biaya Tetap1. Jangka dan pemberat (unit)2. Tali PE 12 mm (kg)3. Tali PE 8 mm (kg)4. Tali PE 1 mm (kg)5. Pelampung botol6. Pelampung bola/jerigen7. Perahu8. Peralatan Kerja (paket)9. Para-para 6 x 4 (unit)Sub TotalBiaya Tidak Tetap10. Beli bibit (kg)11. Biaya pengikatan bibit12. Biaya panen, jemur dan packing13. Biaya lain-lain 1 siklusSub TotalTOTALPendapatanPenjualan Kotoni kering (kg)Panen basah 16 Ton = 2 Ton keringKeuntungan

20403010

50010111

2.000

2.000

Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

150.00035.00035.00035.000

300100.000

1.000.0001.000.0001.500.000

2.500

11.000

3.000.0001.400.0001.050.000

350.000150.000

1.000.0001.000.0001.000.0001.500.000

10.450.000

5.000.000300.000500.000

1.000.0006.800.000

17.250.000

22.000.000

4.750.000

Tabel 2.4 Nilai Investasi untuk Metode Long Line

Sumber: WWF (2014)Catatan: Bibit yang digunakan adalah bibit Cottonii dengan harga yang berlaku di Makassar.

Tabel 2.5 Nilai Investasi untuk Metode Rakit Apung

Biaya Tetap1. Jangka / pemberat (unit)2. Tali PE 12 mm tali jangkar (kg)3. Tali PE 8 mm tali bentangan (kg)4. Tali PE 1 tali coban mm (kg)5. Pelampung botol6. Bambu rakit panjang 25 m (batang)7. Perahu8. Peralatan Kerja (paket)9. Para-para 6 x 4 (unit)Sub TotalBiaya Tidak Tetap10. Beli bibit (kg)11. Biaya pengikatan bibit12. Biaya panen, jemur dan packing13. Biaya lain-lain 1 siklusSub TotalTOTALPendapatan (4 unit rakit)Penjualan Kotoni kering (kg)Keuntungan

12103010

50040111

2.000

2.000

Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

150.00035.00035.00035.000

30035.000

1.000.0001.000.0001.500.000

2.500

11.000

1.800.000350.000

1.050.000350.000150.000

1.400.0001.000.0001.000.0001.500.000

5.000.000300.000500.000

1.000.0006.800.000

15.400.000

22.000.0006.600.000

Sumber: WWF (2014)

Catatan: Bibit yang digunakan adalah bibit Cottonii dengan harga yang berlaku di Makassar.

Page 32: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

22

2.8 Penutup Kontribusi Indonesia pada perdagangan internasional rumput laut kering sudah mencapai 60,5% tahun 2010. Kontribusi tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring dengan perhatian pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan program minapolitannya. Program ini telah berhasil meningkatkan produksi rumput laut di NTT secara signifikan. Dalam perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia, terdapat beberapa permasalahan penting seperti kurangnya informasi dan distorsi harga, rendahnya produktivitas Indonesia dibandingkan negara-negara penghasil rumput laut lainnya, dan akses petani ke sumber pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat lakukan kegiatan-kegiatan seperti resi gudang, capacity building, dan penguatan peran pemerintah pada pendanaan usaha mikro.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja. (2011). Kajian Strategi Pengembangan Industri Rumput Laut dan Pemanfaatannya Secara Berkelanjutan. BPPT.

Bisnis Rumput Laut. (2015). 3 Macam Metode Budidaya Rumput Laut. Diunduh 4 Juni 2015 dari http://www.bisnisrumputlaut.com/.

CNN Indonesia. (2014). Sistem Resi Gudang Rumput Laut Tidak Laku. Diunduh 29 September 2015http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141226170442-92-20649/sistem-resi-gudang-rumput-laut-tidak-laku/.

FAO.(2010). Cultured aquatic species information programme. Eucheuma spp.Cultured Aquatic Species Information Programme. FAO Fisheries and Aquaculture Department. Rome. Updated 13 January 2005.

Hussin, R., Suhaimi., Yasir., V. Kunjuraman dan A. Hossin. (2015). Enhancing Capacity Building in Seaweed Cultivation System among the Poor Fishermen: A Case Study in Sabah, East Malaysia. Asian Social Science; Vol. 11 (18).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2014a). Profile of Business and Investment Oppotunities on Seaweed in Indonesia 4th Edition. Direktorat Bisnis dan Investasi, Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Produk Perikanan, KKP.

Page 33: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Produksi Rumput Laut Indonesia

23

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2014b). Komoditas Rumput Laut Kian Strategis. Pusat Data Statistik dan Informasi. KKP.

Kementerian Perdagangan (Kemendag). (2013). Memo Kebijakan: Upaya Peningkatan Efektivitas Sistem Resi Gudang Rumput Laut di Daerah Tertinggal. Diundu pada tanggal 11 Agustus 2015 dari http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/01/07/memo-kebijakan-rumput-laut-id0-1357539890.pdf.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2012). Master Plan Program Kawasan Budidaya Laut, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KKP.

Kılınc, B., Semra C., Gamze T., Hatice T., and Edis K. (2013). Seaweeds for Food and Industrial Applications. Diunduh 10 Agustus 2015 dari http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/41694.pdf.

KPAD Nunukan. (2012). Penanganan Pasca Panen Rumput Laut. Diundu pada tanggal 29 September 2015 dari http://kpad.nunukankab.go.id/php/index. php/pembinaan-dokumen/105-artikel/208-penanganan-pasca-panen-rumput-laut.

Neish, I.C. (2013) Social and economic dimensions of carrageenan seaweed farming in Indonesia. In D. Valderrama, J. Cai, N. Hishamunda, & N. Reidler (Eds.), Social and Economic Dimensions of Carrageenan Seaweed Farming (pp. 61–89). Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 580. FAO, Rome, Italy.

Puska Dagri. (2013). Kajian Rumput Laut di Indonesia. Pusat kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan. Jakarta.

Rebours, C., E.M. Soriano, J.A.Z. González, L. Hayashi, J.A. Vásquez, P. Kradolfer, G. Soriano, R. Ugarte, M.H. Abreu, I.B. Larsen, G. Hovelsrud, R. Rødven, and D. Robledo. (2014). Seaweeds: an Opportunity for Wealth and Sustainable Livelihood for Coastal Communities. Springerlink.

Rujiman, L.O.M., L.O.N. Aslan, dan K. Sabilu. (2013). Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Strain Hijau Melalui Seleksi Klon Dengan Menggunakan Metode Vertikultur (Periode I - III). Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 3 (12), pp: 22-35.

Page 34: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Muhammad Fawaiq

24

Suparmi, dan Achmad Sahri. (2009). Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Sultan Agung Vol. 154 (118): 95 – 116.

The Economist. (2013). Farming the Alor islands: One man’s weed. The Economist.Diundu pada tanggal 11 Agustus 2015 dari http://www.economist.com/blogs/banyan/2013/12/farming-alor-islands.

Valderrama, D., J.Cai., N. Hishamunda., and N.Ridler. (2013). Social and economic dimensions of carrageenan seaweed farming. Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 580. Rome, FAO.

Valderrama, D., J. Cai, Hishamunda, N. Ridler, C. Neish, A.Q. Hurtado, F.E. Msuya, M. Krishnan, R. Narayanakumar, M. Kronen, D. Robledo, E. Gasca-Leyva and J. Fraga. (2015). Aquaculture Economics & Management, 19 :251–277.

Wahyudin, Y. (2013). Nilai Sosial Ekonomi Rumput Laut: Studi Kasus Kecamatan Tanimbar Selatan dan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Majalah Ilmiah Globe Vol. 15 (1), pp. 77-85.

Warta Ekspor. (2013). Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan.

WWF. (2014). Better Management Practices Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Rumput Laut - Kotoni (Kappaphycus alvarezii), Sacol (Kappaphycus striatum) dan Spinosum (Eucheuma denticulatum). WWF-Indonesia.

Zamroni, A., and M. Yamao. (2012). An assessment of farm-to-market link of Indonesian dried seaweeds: Contribution of middlemen toward sustainable livelihood of small-scale fishermen in Laikang Bay. African Journal of Agricultural Research Vol. 7(30), pp.4198-4208.

Page 35: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

25

BAB IIIKONSUMSI DAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

Ratna A. Carolina

3.1 Pendahuluan Rumput laut merupakan tanaman laut yang banyak tumbuh di perairan Indonesia. Berdasarkan pigmen yang terkandung didalamnya, rumput laut dapat dibedakan menjadi 4 kelas, yakni rumput laut merah (Rhodophyceae), rumput laut hijau (Chlorophyceae), rumput laut coklat (Phaeophyceae)dan rumput laut pirang (Chrysophyceae) (Suparmi dan Sahri, 2009). Jika diklasifikasikan berdasarkan kandungan koloid didalamnya, maka rumput laut terbagi atas 3 jenis yakni: (1) Agarophyte, jenis rumput laut yang menjadi bahan baku agar, seperti Gracilaria, Gelidium dan Gelidiella; (2) Carrageenophyte, merupakan jenis rumput laut yang banyak mengandung Carrageenan polysaccharides, diantaranya adalah Eucheuma; dan (3) Alginophyte, merupakan bagian dari jenis rumput laut coklat (Phaeophyceae) yang menghasilkan alginate (Kementerian Kelautan dan Perikanan/KKP, 2014). Ketiga jenis rumput laut tersebut telah dibudidayakan dan diperdagangkan secara luas di Indonesia, dan merupakan bahan baku dari berbagai industri karena merupakan sumber karaginan (tepung rumput laut), agar–agar dan alginat, yang cocok digunakan untuk bahan baku industri makanan, pelembut rasa, pencegah kristalisasi es krim dan obat–obatan. Selain itu, rumput laut di Indonesia juga dapat digunakan sebagai bahan baku benang jahit operasi (sea cut-gut), dekorasi porselen (pengikat warna dan plasticizer), industri kain (pengikat warna), industri kertas (lackuer dan penguat serta pelican kertas), industri fotografi (pengganti gelatin), bahan campuran obat (obat penyakit: gondok/basedow, rheumatic, kanker, bronchitis kronis/emphysema, scrofula, gangguan empedu/kandung kemih, ginjal, tukak lambung/saluran cerna, reduksi kolesterol darah, anti hipertensi, menurunkan berat badan, anti oksidan), sebagai bahan bakar biofuel dan lain sebagainya (Warta Ekspor, 2013). Rumput laut Indonesia diyakini memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rumput laut yang berasal dari negara–negara produsen lainnya. Selain karena pembudidayaannya dilakukan dengan cara yang baik dan benar, iklim geografis Indonesia, termasuk

Page 36: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

26

diantaranya sinar matahari, arus, tekanan dan kualitas air serta kadar garam, sesuai dengan kebutuhan biologis dan pertumbuhan rumput laut (Warta Ekspor, 2013). Dengan kondisi iklim yang dimiliki ini, rumput laut mampu menyerap sinar matahari dan nutrisi air laut secara optimal dan menghasilkan rumput laut yang kaya akan polysaccharide (agar–agar dan lemak), phaeophyceae (alginat), chlorophyceae (kanji dan lemak). Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontrak pembelian rumput laut kering sebesar USD 58 juta yang berasal dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Singapura pada Agustus 2015. Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan supplier utama untuk rumput laut kering dengan pangsa sebesar 26,5%, disusul dengan Chili (16,7%), Korea Selatan (16,1%), RRT (7,9%), dan Filipina (5,8%) (Kompas.com, 2015). Rumput laut juga merupakan salah satu sumber serat pangan yang berasal dari tanaman air. Serat merupakan salah satu hal penting dalam pangan yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan fungsi pencernaan. Saat ini konsumsi serat pangan di Indonesia masih didominasi oleh sumber serat yang berasal dari tanaman darat seperti umbi-umbian, buah, serealia dan kacang-kacangan, karena relatif lebih mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah. Sementara itu, penggunaan sumber serat yang berasal dari tanaman air masih terbatas. Rumput laut, memiliki kandungan polisakarida yang cukup besar dan merupakan bahan yang potensial sebagai sumber serat pangan. Jika dibandingkan dengan bahan pangan yang berasal dari tumbuhan darat, kandungan serat total rumput laut relatif lebih tinggi (Dwiyitno, 2011). Rumput laut dapat dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi produk olahan lainnya. Di beberapa daerah di Indonesia, beberapa jenis rumput laut telah dimanfaatkan secara turun-temurun oleh masyarakat pesisir, baik untuk dikonsumsi secara langsung dalam bentuk sayuran mentah dan olahan, maupun sebagai bahan manisan dan minuman seperti pada jenis Sargassum sp., Gelidium sp., dan Eucheuma sp. Produk hasil olahan rumput laut yang cukup popular dikonsumsi umumnya dalam bentuk pudding, kue, dan sebagai zat aditif makanan (Dwiyitno, 2011). Selain dikonsumsi secara langsung, rumput laut umumnya diolah kembali menjadi bahan baku untuk industri makanan, farmasi dan lain sebagainya. Jika melihat pada data serapan rumput laut oleh industri pengolahan di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa konsumsi rumput laut di Indonesia masih relatif rendah. Dari total produksi rumput

Page 37: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

27

laut nasional, sekitar 64% diekspor dalam bentuk rumput laut kering, sedangkan sisanya sekitar 36% diserap oleh industri rumput laut di dalam negeri (Kementerian Perindustrian, 2015). Produksi rumput laut dalam negeri secara umum dapat dibagi kedalam dua jenis hasil olahan rumput laut kering, yakni agar dan karaginan. Dari kedua jenis hasil olahan rumput laut tersebut, karaginan lebih banyak diproduksi di dalam negeri dan di ekspor dibandingkan dengan agar. Berdasarkan data Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) (2014), produksi karaginan pada tahun 2013 mencapai 12,5 juta ton. dari total produksi karaginan pada tahun 2013, sebanyak 84,22% diekspor dan sisanya sebesar 15,78% diserap oleh industri dalam negeri. Sementara itu, untuk produk agar, dari total produksi dalam negeri pada tahun 2013 yang mencapai 3,7 juta ton, sebanyak 62,64% diserap oleh industri dalam negeri, sementara sisanya sebanyak 37,36% diekspor (Tabel 3.1).Tabel 3.1 Produksi, Serapan dan Ekspor Produk Olahan Rumput Laut Nasional

Jenis Produk

Agar 3.681 62,64 % 37,36 %Karaginan 12.500 15,78 % 84,22 %a. Refined Carrageenan (RC) 1.720 29 % 71 %b. Semi-refined Carrageenan 8.769 9 % 91 % (SRC)c. Alkaly Treated Carrageenan 2.011 10 % 90 % Chips (ATCC)

Produksi 2013 (MT)Serapan

Industri DalamNegeri (%)

Ekspor (%)

Sumber: ASTRULI (2014) dan dari berbagai sumber

Indonesia merupakan salah satu produsen utama rumput laut dunia jenis Eucheuma, separuh dari kebutuhan rumput laut dunia dipenuhi oleh rumput laut dari Indonesia. Kebutuhan dunia untuk rumput laut jenis Eucheuma adalah sebesar 236.000 ton kering per tahun dan sekitar 145.000 ton dipenuhi oleh Indonesia. Sementara itu, kebutuhan untuk rumput laut jenis Gracilaria, sebagai bahan baku pembuatan agar–agar, adalah sebesar 96.000 ton per tahun. Namun, produksi Indonesia hanya sebesar 48.500 ton, atau sekitar separuh dari kebutuhan dunia (Antaranews, 2015).

3.2 Pengolahan Rumput Laut Beberapa jenis rumput laut yang paling sering digunakan sebagai bahan baku industri adalah jenis rumput laut mengandung karaginan, agar dan alginat seperti Gracilaria sp, Eucheuma sp, dan Sargasum sp. Rumput

Page 38: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

28

laut dapat diolah dengan cara yang sangat beragam, baik dengan proses pengolahan sederhana maupun dengan proses pengolahan yang lebih kompleks untuk menjadi barang setengah jadi, kemudian akan diproses kembali untuk menjadi barang yang siap dikonsumsi. Rumput laut terlebih dahulu diekstraksi dalam bentuk karaginan, agar dan alginat lalu kemudian diolah menjadi berbagai produk yang siap dikonsumsi, baik untuk dikonsumsi secara langsung seperti agar–agar, susu, roti, selai, manisan, maupun sebagai bahan baku untuk industri atau farmasi, seperti yang ditunjukkan pada bagan pohon industri (Kementerian Perindustrian, 2015). Secara umum, pemanfaatan rumput laut di dunia dibagi menjadi beberapa jenis, yakni (Warta Ekspor, 2013):

a. Makanan Rumput laut telah lama dikonsumsi sebagai bahan makanan di beberapa negara seperti Jepang, sebagai salah satu komponen dalam sushi. Selain itu, di Eropa, masyarakat yang berada di daerah pesisir juga telah mengkonsumsi rumput laut,termasuk diantaranya budaya Welsh di Kepulauan Inggris, Irlandia, Skotlandia, serta budaya Skandinavia seperti Norwegia dan Islandia.

b. Pupuk Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tumbuhan di daratan. Masyarakat petani di daerah pesisir telah lama mengumpulkan rumput laut untuk dijadikan pupuk. Rumput laut dianggap sebagai alternatif pupuk organik yang layak bagi masyarakat pesisir. Dalam perkembangan saat ini rumput laut bisa diekstraksi ke dalam pupuk kimia untuk penyimpanan lebih mudah.

c. Bahan Tambahan Makanan Rumput laut juga telah dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan, seperti digunakan untuk menyimpan es krim halus dan lembut dengan mencegah kristal es dari pembentukan saat pembekuan. Rumput laut digunakan untuk memperlambat kecepatan mencairnya es krim. Selain itu, rumput laut juga digunakan dalam bir untuk membuat busa bir lebih stabil dan abadi, juga dalam minuman anggur untuk membantu mempertegas warna, dan untuk mengentalkan dan menstabilkan segala sesuatu seperti saus, mayones, salad dressing dan yoghurt.

Page 39: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

29

d. Pengendali Pencemaran (Pollution Control) Rumput laut ditemukan dapat membersihkan polutan mineral yang cukup efektif. Rumput laut dapat mengurangi fosfor dan nitrogen konten (seperti amonium) dari pembuangan limbah perawatan dan pertanian. Rumput laut juga efektif dalam menyerap logam. Hasil penelitian terbaru di Eropa menunjukkan bahwa rumput laut dapat menghapus kandungan logam hingga 95% dari logam dalam air yang dibuang dari tambang.

e. Bahan Kecantikan dan Pengobatan Rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan obat–obatan. Hasil penelitian modern telah menemukan bahwa rumput laut kaya akan antioksidan seperti betakaroten, vitamin B1 (tiamin), berfungsi menjaga saraf dan otot jaringan sehat, vitamin B2 (riboflavin), berfungsi membantu tubuh untuk menyerap zat besi, serta vitamin B12. Selain itu, rumput laut juga mengandung kromium, mempengaruhi cara berperilaku insulin dalam tubuh, dan seng yang membantu proses penyembuhan. Saat ini, telah banyak dihasilkan produk kosmetik berbasis rumput laut serta bentuk terapi menggunakan rumput laut yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit rematik dan radang sendi. Gambar 3.1 menunjukkan pohon industri hasil pengolahan rumput laut yang terbagi kedalam tiga level pengolahan, yakni: (1) Level 1, pengolahan rumput laut menjadi rumput laut kering yang terdiri dari beberapa jenis rumput laut yang paling sering digunakan dalam industri rumput laut yaitu Gracilaria sp., Eucheuma sp., Sargasum sp.; (2) Level 2, pengolahan rumput laut kering menjadi barang setengah jadi yang merupakan bahan baku untuk industri makanan, kimia, dan farmasi; (3) Level 3, pengolahan ekstraksi rumput laut mejadi barang jadi yang siap dikonsumsi. Hasil akhir dari pengolahan rumput laut dapat dibagi kedalam 3 kelompok barang jadi yang siap dikonsumsi yakni: (1) Pharmacy Grade, rumput laut digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi kebutuhan farmasi seperti bahan gigi buatan, shampo, dan lain sebagainya; (2) Industrial Grade, rumput laut digunakan sebagai bahan baku industri; (3) Food Grade, rumput laut digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi bahan makanan.

Page 40: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

30

Gracillaria sp. Agar - agar

Pharmacy Grade

Industrial Grade

Food Grade

Bahan gigi buatan; Shampo; Pasta gigi;Sabun; Farmasi;dll

Pakan ternak ikan; Pengeboran; Cat; tekstil printing; Kertas; Keramik;dll

Soft drink; Ice cream; Susu coklat; Roti; Selai;dll

Karaginan

Alginat

Level 1 Level 2 Level 3

Eucheuma sp.

Sargasum sp.

Gambar 3.1 Pohon Industri Hasil Pengolahan Rumput Laut.Sumber: Dari berbagai sumber (2015), diolah

Kondisi industri pengolahan rumput laut di Indonesia saat ini sebagian besar masih berada dalam level 2, tahap pengolahan rumput laut kering menjadi bahan baku industri. Beberapa hasil industri pengolahan rumput laut telah merambah ke level 3, namun hanya untuk produk makanan dan minuman, sedang untuk hasil industri lainnya, Indonesia masih dalam tahap riset dan pengembangan. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, hingga tahun 2014, jumlah produksi olahan rumput laut baru mencapai 15.638 ton per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari 18 unit usaha yang terdiri dari lima (5) unit usaha industri agar–agar, dua (2) unit usaha industry Refine Carageenan (RC) dan 11 unit usaha industry Semi Refined Carageenan (SRC) (Kementerian Perindustrian, 2015).

Page 41: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

31

Tabel 3.2 Hasil Olahan Rumput Laut

Makanan dan Susu- Es krim, yoghurt, wafer krim v v v- Susu cokelat, Puding Instant v v Minuman- Soft drinks, jus buah, bir v vRoti v v vPermen v vDaging, Ikan, di dalam kaleng v v vSaus, Saus Salad- Saus, Saus Salad v vMakanan Diet - Jelly, selai, sirup, custard v vMakanan lainnya- Makanan Bayi v vNon Makanan- Makanan Binatang Peliharaan v v v- Makanan Ikan- Lukisan, Keramik v v- Tekstil, Kertas, Kaca v vFarmasi dan Kosmetik- Pasta gigi, Shampo, Tablet v v- Bahan cetak gigi, Obat salap v

Produk Hasil Olahan Rumput Laut Agar Carrageenan Alginates

Sumber: Anggadireja (2012)

Agar–agar, karaginan dan alginat merupakan senyawa hasil ekstraksi rumput laut kering yang memiliki fungsi dan khasiat yang berbeda. Ketiga hasil ekstraksi tersebut paling sering digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi barang jadi siap konsumsi, baik dalam bentuk makanan maupun dalam bentuk. Tabel 3.2 menunjukkan hasil pengolahan industri rumput laut di dunia, baik dalam bentuk makanan maupun non-makanan. Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii. Karaginan bermanfaat untuk meningkatkan kestabilan bahan pangan baik berbentuk suspense (disperse padatan dalam cairan), maupun emulsi (disperse gas dalam cairan). Karaginan biasa digunakan dalam industri makanan sebagai bahan pengental, pengemulsi dan stabilisator suhu.Selain itu karaginan juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan tekstil (karaindo.com, 2015). Terdapat tiga jenis karaginan yang dibedakan berdasarkan bentuk gel yang dihasilkan (karaindo.com, 2015), yakni (i) iota carrageenan

Page 42: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

32

atau dikenal juga tipe spinosum, yang menghasilkan gel yang lembut dan fleksibel atau mudah dibentuk; (ii) kappa carrageenan atau dikenal juga tipe cottoni, menghasilkan gel yang kaku, rapuh dan keras; dan (iii) lambda carrageenan, yang tidak mampu membentuk gel namun berbentuk cairan kental.

Gambar 3.2 Bagan Proses Pengolahan Rumput Laut menjadi Karaginan.Sumber: KKP (2014), diolah

Di Indonesia, rumput laut jenis Eucheuma cottonii dapat diolah menjadi menjadi tiga jenis hasil olahan yakni Alkali Treated Cottonii (ATC), Semi-Refined Carrageenan (SRC), dan Refined Carrageenan (RC). Pengolahan rumput laut menjadi ATC melalui proses yang cukup sederhana. Rumput laut kering direbus dalam larutan KOH 8% pada suhu 80 – 850C selama 2 jam, kemudian dinetralkan dengan pencucian berulang – ulang. Setelah itu, rumput laut dipotong dan dikeringkan hingga diperoleh ATC berbentuk chips. ATC selain dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan karaginan murni, juga dapat diproses lebih lanjut sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam industri non pangan terutama makanan ternak (KKP, 2014). Selain diolah menjadi ATC, rumput laut jenis Eucheuma cottonii juga dapat diolah lebih lanjut menjadi tepung Karaginan atau Semi-Refined Carrageenan (SRC) dan Refined Carrageenan (RC). SRC merupakan tepung rumput laut yang harus diekstrak untuk memperoleh kembali karaginan murni (RC) sehingga dapat menghemat penggunaan karaginan murni. Refined Carrageenan atau karaginan murni diproduksi dari proses ekstraksi karaginan dari rumput laut. Terdapat dua metode proses produksi RC yakni metode alkohol dan metode tekan. Metode alkohol dapat digunakan untuk memproduksi karaginan dari Eucheuma spinosum yang menghasilkan iota karaginan, dan Eucheuma cottonii menghasilkan kappa-karaginan. Sementara itu, metode tekan hanya digunakan untuk produksi kappa-karaginan dengan bahan baku Eucheuma cottonii.

Rumput Laut KeringAlkali Treated Cottoni

(ATC)

Semi-refinedCarrageenan (SRC)

RefinedCarrageenan (RC)

Page 43: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

33

Gambar 3.3 Bagan Proses Pengolahan Rumput Laut Menjadi Agar–Agar.

Sumber: Bisnisukm.com (2015), diolah

Selain diekstraksi dalam bentuk karaginan, rumput laut juga dapat diekstraksi menjadi bentuk agar–agar yang kemudian menjadi bahan baku produk tepung agar. Produk agar–agar dapat diperoleh dari hasil ekstraksi satu jenis rumput laut saja maupun campuran dari berbagai macam rumput laut. Agar–agar dapat berupa tepung, batangan atau lembaran (Bisnisukm, 2015). Pengolahan rumput laut menjadi agar–agar melalui beberapa tahapan pengolahan (Gambar 3.3). Proses pengolahan diawali dengan pencucian rumput laut dengan air tawar yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari berbagai kotoran yang berasal dari

Rumput Laut Kering

Pencucian danPembersihan

Peredaman danPemucatan

PelembutanPemasakan

Pengepresan danPencetakan

Pendinginan

Pengeringan

Pengepakan

Agar-Agar dalam BentukBatangan atau Lembaran

Agar-Agar dalam BentukTepung

Penyaringan danPenggilingan

Page 44: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

34

laut. Setelah dibersihkan, rumput laut direndam agar menjadi lunak dan mudah diesktraksi untuk kemudian dilakukan pemucatan dengan merendam rumput laut dalam larutan kaporit. Rumput laut yang telah bersih dan pucat kemudian dikeringkan dan apabila rumput laut tidak segera diolah maka sebaiknya disimpan terlebih dahulu. Proses selanjutnya adalah pelembutan rumput laut untuk memudahkan ekstraksi, kemudian rumput laut dimasak dalam air hingga mendidih dan ditambahkan asam cuka untuk memperoleh rumput laut dengan pH yang diinginkan (umumnya 6–7). Setelah proses pemasakan, selanjutnya rumput laut dibentuk sesuai dengan bentuk akhir yang diinginkan. Untuk menghasilkan agar–agar dalam bentuk batangan atau lembaran, dilakukan proses pengepresan dan pencetakan hingga menghasilkan cairan yang kemudian dicetak dan didinginkan hingga terjadi pemadatan yang sempurna. Selanjutnya, agar–agar yang telah dibekukan, dapat dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan (lembaran atau batangan), kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering, agar–agar dapat dikemas sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Sementara itu, untuk menghasilkan agar–agar dalam bentuk tepung, agar–agar yang telah masak kemudian disaring dan didinginkan. Setelah beku, agar–agar kemudian dihancurkan dan dipres hingga menghasilkan lembaran–lembaran kering yang kemudian dimasukkan ke alat penggiling untuk mengasilkan agar–agar dalam bentuk tepung (Bisnisukm, 2015). Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013), lokasi pabrik pengolahan rumput laut di Indonesia tersebar di beberapa pulau di Indonesia terutama di beberapa daerah pesisir di Indonesia seperti di Sumatera (Belitung), beberapa wilayah di Jawa Barat dan Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, serta beberapa wilayah di bagian Utara dan Selatan Sulawesi. Selain itu, beberapa daerah lainnya juga dinilai berpotensi untuk menjadi lokasi pengembangan industri karaginan dan agar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI), secara umum jika ditinjau dari modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan, industri pengolahan rumput laut rata–rata menyerap sekitar 3000 tenaga kerja dengan belanja modal sebesar 114 hingga USD 130 juta.

Page 45: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

35

Tabel 3.3 Belanja Modal Pada Industri Pengolahan Rumput Laut dan Peningkatan Tenaga Kerja di Sektor Pengolahan Rumput Laut di Indonesia

Sumber: Wawancara dengan Wakil Sekjen Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) (2015)

Rata–rata belanja modal yang dibutuhkan oleh perusahaan pengolah rumput laut adalah sebesar USD 5 juta. Industri ini menyerap tenaga kerja sebanyak 2.860 orang pada tahun 2010 dan sebanyak 3.100 orang tahun 2014. Peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi seiring dengan peningkatan belanja modal. Namun, peningkatan ini tidak signifkan jika dibandingkan dengan pertambahan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada sektor lainnya seperti sektor konstruksi.Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa dari setiap investasi pada sektor konstruksi senilai USD 1 juta, dapat menyerap sebanyak 22.000 tenaga kerja (Antaranews, 2015).

3.3 Pemanfaatan Rumput Laut di Indonesia Pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan pemanfaatan rumput laut di negara lainnya (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014). Beberapa negara di dunia seperti RRT, Jepang, dan Korea sudah lebih dulu memanfaatkan rumput laut. Rumput laut tidak hanya dimanfaatkan sebagai makanan sehari–hari, tetapi juga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan lainnya seperti obat–obatan, zat aditif pada makanan, kosmetika, pupuk organik, hingga pakan ternak. Namun, di Indonesia, rumput laut masih belum dimanfaatkan secara optimal di dunia industri. Rumput laut masih lebih sering digunakan secara langsung sebagai bahan makanan terutama bagi warga yang tinggal di daerah pesisir (Suparmi, 2009). Seiring dengan perkembangan teknologi, rumput laut telah dimanfaatkan untuk diolah menjadi bubur kertas atau bahan pembuat

2010 114 2860 2011 114 2860 2012 120 2960 2013 130 3100 2014 130 3100

Tahun Belanja Modal(dalam juta USD

Jumlah Tenaga Kerja(Orang)

Page 46: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

36

kertas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penggunaan kayu sebagai bahan baku kertas, mengingat jumlah kayu yang semakin terbatas. Di Indonesia, uji coba pengolahan rumput laut merah untuk dijadikan kertas, telah dilakukan di Lembongan, Bali, Gerupuk, Lombok, Manado, Sulawesi Utara dan Tablolong, Nusa Tenggara Timur (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014). Rumput laut sebagai sumber hidrokarbon juga telah dikembangkan sebagai bahan baku biofuel. Beberapa lembaga penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri telah bekerjasama mengembangkan program ini. Rumput laut yang memiliki periode tanam yang relatif pendek dan mudah untuk tumbuh di perairan Indonesia diharapkan dapat menjadi barang substitusi minyak mentah sebagai sumber energi (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013). Walaupun demikian, potensi rumput laut sebagai bahan baku biofuel masih membutuhkan kajian lebih mendalam karena menurut ASTRULI (2015) untuk menjadi bahan baku biofuel dibutuhkan rumput laut dalam jumlah yang sangat besar sehingga sulit terwujud.

3.4 Kebutuhan Karaginan dan Agar-Agar Dunia Mengingat pentingnya peran rumput laut sebagai bahan baku industri, kebutuhan agar dan karaginan di dunia diprediksi terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2012 hingga 2015, kebutuhan agar dan karaginan meningkat dengan tren peningkatan masing–masing sebesar 11,4% (agar) dan 10,8% (karaginan) dengan kebutuhan terbesar pada jenis Eucheuma sp. sebagai penghasil karaginan, dan Gracilaria sp. sebagai penghasil agar. Tabel 3.3 menunjukkan prediksi kebutuhan rumput laut dunia.

Tabel 3.4 Kebutuhan Rumput Laut Global Penghasil Karaginan dan Agar-Agar (ton kering)

Sumber: Komisi Rumput Laut Indonesia, KKP (2013)

Refined Carrageenan (RC) 36,400 39,130 42,070 45,220Semi-refined Carrageenan (SRC)-f 40,170 46,195 53,125 61,094Semi-refined Carrageenan (SRC)-nf 9,040 9,490 9,970 10,465Euchema sp. 343,910 380,280 421,000 466,740Carrageenophytes lainnya 25,890 28,620 31,760 35,130TOTAL 541,020 598,505 663,090 735,428

Agar - agar 9,600 11,490 12,400 13,400Gracillaria sp. 65,280 85,000 91,760 99,160Agarophytes lainnya 11,520 6920 7,440 8,040TOTAL 86,400 103,410 111,600 120,600

Produk/Tahun 2012 2013 2014 2015

Page 47: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

37

3.5 Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Karaginan dan Agar–Agar Usaha pengolahan rumput laut kering menjadi karaginan dan agar–agar, cukup menarik dan layak untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan rumput laut yang cukup besar bagi industri, terutama dalam bentuk karaginan dan agar–agar. Tabel 3.5 menunjukkan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memulai investasi usaha pengolahan rumput laut menjadi karaginan dengan kapasitas5 405 ton/hari.

Tabel 3.5 Kebutuhan Investasi Usaha Karaginan Kapasitas 40 ton/hari

Sumber: KKP (2013)

5 Kapasitas produksi dalam pembahasan ini hanya menggambarkan perkiraan kapasitas produksi per hari.

Sementara itu, Tabel 3.6 menunjukkan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memulai investasi usaha pengolahan rumput laut kering menjadi agar–agar dengan kapasitas 12,5 ton/hari. Jumlah biaya ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk usaha pengolahan rumput laut menjadi karaginan.

No. Kebutuhan Investasi Jumlah (Rp) 1 Lahan (15000 m2) 9,000,000,000 2 Bangunan 8000 m2 (2 buah) 3,800,000,000 3 Mesin Potong (cutting) (2 buah) 450,000,000 4 Mesin Pemasak (2 buah) 820,000,000 5 Pasang sistem pipa air (2 set) 300,000,000 6 Genset (8 buah) 360, 000,000 7 Tangki Bahan Kimia (2 set) 556, 000,000 8 Sumur Dalam (2 buah) 60, 000,000 9 Pasang Instalasi Listrik (2 set) 30, 000,000 10 Mesing Penggiling 350, 000,000 11 Dryer (2 buah) 700, 000,000 12 Alat Penyaring (2 set) 370, 000,000 13 Reservoir (4 buah) 300, 000,000 14 Boiler (2 buah) 3,000, 000,000 15 Pasang instalasi pipa uap (2 set) 470, 000,000 16 Tangki Bahan Bakar (4 buah) 180, 000,000 17 Timbangan (4 buah) 10, 000,000 18 Peralatan laboratorium (1 set) 150, 000,000 19 Ijin Usaha (SIUP, TDP, SKU, dll) 24, 000,000 20 Peralatan Kantor 75, 000,000 Total Biaya Investasi (RP) 21,075,000,000

Page 48: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

38

Tabel 3.6 Kebutuhan Investasi Usaha Agar – Agar Kapasitas 12,5 ton/hari

Sumber: KKP (2013)

Berdasarkan nilai investasi tersebut dan dengan mempertimbangkan harga penjualan serta biaya lainnya, maka didapatkan hasil analisis kelayakan usaha seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7 dan 3.8.

Tabel 3.7 Analisis Kelayakan Usaha Karaginan Kapasitas 40 ton/hari

No. Kebutuhan Investasi Jumlah (Rp)

No. Uraian Satuan Jumlah (Rp)

1 Lahan (10.000 m2) 6,000,000,000 2 Bangunan 7000 m2 (1 buah) 2,250,000,000 3 Mesin Potong (cutting) (1 buah) 225,000,000 4 Unit Pemasakan/Steam (1 set) 410,000,000 5 Pasang sistem pipa air (1 set) 150,000,000 6 Genset (6 buah) 270,000,000 7 Tangki Bahan Kimia (1 set) 350,000,000 8 Sumur Dalam (2 buah) 60,000,000 9 Pasang Instalasi Listrik (1 set) 20,000,000 10 Mesin Press (1 buah) 185,000,000 11 Mesin Giling (cupping) (1 buah) 215,000,000 12 Alat Penyaring (1 set) 185,000,000 13 Mesin Press Mesh Size 650,000,000 14 Mesin Pendingin (cooler) (1 buah) 450,000,000 15 Reservoir (3 buah) 225,000,000 16 Boiler (2 buah) 3,000,000,000 17 Pasang Instalasi Pipa Uap (1 set) 235,000,000 18 Tangki Bahan Bakar (3 buah) 135,000,000 19 Timbangan (3 buah) 7,500,000 20 Peralatan Laboratorium (1 set) 125,000,000 21 Ijin Usaha (SIUP, TDP, SKU, dll) 24,000,000 22 Peralatan Kantor 72,000,000

1 Biaya Investasi Rp 21,075,000,000 2 Biaya Tetap Rp 6,056,566,667 3 Biaya Variabel Rp 756,665,250,000 4 Total Biaya Operasional Rp 762,721,816,667 5 Jumlah Produksi Kg 12,000,000 6 Harga Rp/Kg 64,500 7 Penerimaan Rp 774,000,000,000 8 Keuntungan Rp 11,278,183,333 9 BEP-nilai Rp 270,415,194,269 10 BEP-unit Kg 4,191,395 11 PP Tahun 1,87 12 R/C 1,01 13 Return on Investment (ROI) % 53,51

Total Biaya Investasi (RP) 15,243,500,000

Sumber: KKP (2013)

Page 49: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

39

Tabel 3.8 Analisis Kelayakan Usaha Agar – Agar Kapasitas 12,5 ton/hari

Sumber: KKP (2013)

Berdasarkan perhitungan Tabel 3.7 dan 3.8, dengan asumsi harga yang berlaku, maka diperkirakan nilai pengembalian investasi untuk memproduksi karaginan dengan kapasitas 40 ton/hari adalah sebesar 53,5% dalam jangka waktu kurang lebih 1 tahun 9 bulan. Sementara itu nilai pengembalian investasi untuk agar dengan kapasitas 12,5 ton/hari adalah sebesar 76% dengan jangka waktu pengembalian investasi kurang lebih selama 1 tahun 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa investasi rumput laut cukup layak dilakukan karena memberi keuntungan yang cukup besar.

3.6 Penutup Rumput laut yang berada di perairan Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik. Selain karena didukung oleh kondisi geografis Indonesia, pembudidayaan rumput laut juga dilakukan dengan cara yang baik dan benar, sehingga rumput laut Indonesia juga banyak diminati oleh konsumen dari luar negeri. Sebagian besar dari produksi rumput laut Indonesia diekspor ke berbagai negara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi oleh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi rumput laut di Indonesia masih relatif kecil, baik yang dikonsumsi secara langsung maupun digunakan sebagai bahan baku industri. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku industri juga

No. Uraian Satuan Jumlah (Rp) 1 Biaya Investasi Rp 15,243,500,000 2 Biaya Tetap Rp 5,730,616,667 3 Biaya Variabel Rp 725,176,950,000 4 Total Biaya Operasional Rp 730,907,566,667 5 Jumlah Produksi Kg 7,500,000 6 Harga Rp/Kg 99,000 7 Penerimaan Rp 742,500,000,000 - Agar ukuran 2 cm (pack 500 gr, 200pics) Pack 495,000,000,000 - Agar Lembaran (pack, 500 gr) Pack 247,500,000,000 8 Keuntungan Rp 11,592,433,333 9 BEP-nilai Rp 245,625,503,303 10 BEP-unit Kg 2,481,066 11 HPP Rp 97,454 12 PP Tahun 1,31 13 R/C 1,02 13 Return on Investment (ROI) % 76

Page 50: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

40

masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan negara–negara lain seperti RRT dan Jepang yang telah memanfaatkan rumput laut sejak dulu. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap rendahnya pemanfaatan rumput laut di Indonesia adalah tingginya permintaan dari luar negeri untuk rumput laut Indonesia sehingga rumput laut Indonesia lebih banyak yang diekspor dibandingkan dengan yang terserap oleh industri dalam negeri, sehingga pemanfaatan rumput laut di dalam negeri masih minim.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja. (2012). Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.Antaranews. (2015). Kebanggaan Semu Menjadi Eskportir Rumput

Laut.http://www.antaranews.com/berita/491173/kebanggaan-semu-menjadi-eksportir-rumput-laut-mentah.

Bisnisukm. (2015). Pengolahan Rumput Laut Menjadi Agar – agar.http://bisnisukm.com/pengolahan-rumput-laut-menjadi-agar-agar.html.

Dwiyitno. (2011). Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Pangan Nasional. Squalen Vol. 6 (1): 9 – 17. Jakarta.

Jahari, A. B. Dan Sumarno, I. (2002). Status Gizi Penduduk Indonesia. Majalah Pangan Vol. 38 (11): 20 – 29.

Karaindo.com.Carrageenan/Karaginan. (2015) .http://www.karaindo.com/id/carrageenan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2013). Buku Saku Informasi Rumput Laut.Jakarta.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2014). Profile of Business and Investment Opportunities on Seaweed in Indonesia. Jakarta.

Kementerian Perindustrian. (2015). Potensi Indonesia pada Pengolahan Rumput Laut. http://agro.kemenperin.go.id/1986-Potensi-Indonesia-Pada-Olahan-Rumput-Laut.

Kementerian Perindustrian. (2015). Kebijakan Pengembangan Hilirisasi Industri Pengolahan Rumput Laut 2015 – 2019 (RoadMap Industri Rumput Laut Indonesia). Bahan Presentasi Kementerian Perindustrian.

Kompas.com. (2015). Tiongkok dan Singapura Borong Rumput Laut Indonesia Rp 782,71 miliar.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/02/150823026 /Tiongkok.dan.Singapura.Borong.Rumput.Laut.Indonesia.Rp.782.71.Miliar.

Page 51: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Konsumsi dan Pengolahan Rumput Laut

41

Suparmi, dan Achmad Sahri. (2009). Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan.Jurnal Sultan Agung Vol. 154 (118): 95 – 116.

Warta Ekspor. (2013). Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan. 2013. Vol. 004. Jakarta.

Wisten, A. dan Messner, T. (2005). Fruit and Fibre (Pajala Porridge) in the Prevention of Constipation. Scand J. Caring Sci. Vol. 19: 71 – 76.

Page 52: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Ratna A. Carolina

42

Page 53: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

43

BAB IVPERDAGANGAN DALAM NEGERI RUMPUT LAUT

Yati Nuryati

4.1. Pendahuluan Indonesia sebagai negara bahari memiliki sumber daya laut yang sangat kaya, salah satunya yaitu rumput laut. Rumput laut juga merupakan salah satu komoditi di sektor perikanan dimana saat ini tengah menjadi fokus pemerintah untuk dilakukan pengembangan pada aspek produksi. Indonesia mempunyai banyak jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan namun baru tiga jenis rumput yang dikembangkan yaitu Gracilaria, Eucheuma cottonii, dan Eucheuma spinosum (Tempo, 2013). Selanjutnya dengan adanya pembinaan dan penyuluhan dalam hal teknik budidaya, sudah ada empat jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan yaitu Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, Glacillaria, dan Sargassum yang kemudian dipasarkan dalam bentuk rumput laut kering. Pemasaran rumput laut kering sudah cukup meluas tidak hanya pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar negeri (ekspor) (KKP, 2014). Komoditi ini mulai menunjukkan perkembangannya baik dari sisi produksi maupun industri pengolahan seiring dengan adanya dukungan pemerintah berkaitan dengan pengembangan industri. Hal ini ditunjukkan oleh pemanfaatannya yang semakin meningkat tidak hanya untuk bahan makanan, tetapi juga industri pengolahan pangan maupun non pangan6. Potensi produksi dan pengembangan rumput laut di Indonesia cukup besar. Tahun 2014 produksi tercatat sebanyak 10,2 juta ton (basah) mengalahkan jumlah produksi komoditas lainnya seperti udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, nila, patin dan gurame dan ditargetkan Indonesia dapat memproduksi rumput laut kering sebanyak 1 juta ton setiap tahun (KKP, 2014). Dengan potensinya tersebut, rumput laut bisa dijadikan sebagai komoditi unggulan bagi Indonesia. Jumlah produksi yang sangat besar tetapi penyerapan rumput laut di dalam negeri masih relatif kecil sementara pengembangan industri rumput laut sudah mulai tumbuh di dalam negeri, terutama industri agar dan karaginan. Industri pengolahan rumput laut merasa kekurangan 6 Menurut jenis kategori sistem budidaya, rumput laut jenis Glacilaria digunakan sebagai bahan baku agar. Jenis Cottonii yang

umumnya digunakan sebagai bahan baku produk karaginan dan akan digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan. Sementara rumput laut jenis Sargasum dan Spinosum hanya digunakan untuk tambahan atau campuran dari rumput laut jenis Cottonii dan Sargasum namun masih jarang dibudidaya (KKP, 2014).

Page 54: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

44

untuk bahan baku, karena rumput laut kering hampir 64,31% ditujukan untuk ekspor. Kecilnya penyerapan rumput laut di dalam negeri, dikarenakan (1) harga ekspor lebih menguntungkan, khususnya ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) serta (2) masih tingginya biaya logistik. Kondisi ini telah mendorong harga rumput laut (kering) di dalam negeri menjadi mahal. Disamping itu, kebijakan rumput laut di dalam negeri yang belum sepenuhnya komprehensif dan operasional sehingga penyerapan rumput laut kering di dalam negeri masih relatif kecil yaitu hanya 35,69% (ASTRULI dan KKP, 2014).

4.2 Struktur dan Serapan Pasar Dalam Negeri Berdasarkan data Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) (2014), rumput laut kering di Indonesia lebih banyak digunakan untuk industri agar-agar dan karaginan. Dari total kebutuhan rumput laut kering, serapan untuk industri agar-agar sebesar 52,3% dan karaginan sebesar 47,7%. Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia sebagai bahan pangan khususnya agar-agar dimulai sejak tahun 1930. Tahun 1989 dikembangkan industri karaginan dan selanjutnya pada 1993 berkembang industri alginate (berbahan baku rumput laut jenis Sargassum). Sampai dengan tahun 2014, jumlah industri agar-agar sebanyak 14 perusahaan dan industri karaginan sebanyak 16 perusahaan. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) perusahaan terbesar yang bergerak dalam industri agar-agar dengan pangsa pasar mencapai 54,4%, yaitu PT. Agarindo Bogatama, PT. Agar Swallow, dan PT. Java Bio-Colloid.

Tabel 4.1 Pangsa Pasar Perusahaan Pada Industri Agar-agar, 2014

Sumber: ASTRULI (2014)

Kapasitas Nama Perusahaan Produksi/tahun Pangsa (Ton) Pasar (%) Industri Agar-Agar 5,400 100 PT. Agarindo Bogatama 1.200 22,2 PT. Agar Swallow 1.200 22,2 PT. Java Bio-Collaid 540 10,0 PT. Surya IndoAlgas 480 8,9 CV. Agar Sari Jaya 480 8,9 PT. Srigunting 200 3,7 PT. Indoflora Cipta Mandiri 100 1,9 PT. Agar Sehat Makmur Lestari n.a n.a PT. Gracindo Nusantara n.a n.a PT. Indoking Aneka Agar-agar n.a n.a CV. Sinar Kentjana n.a n.a PT. Satelit Sriti n.a n.a PT. The Nine n.a n.a PT. Pantai Samudra n.a n.a

Page 55: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

45

Tabel 4.2 menunjukkan empat perusahaan besar dalam industri karaginan dengan pangsa pasar mencapai 56,4%. Perusahaan tersebut yaitu PT. Indonusa Algaemas Prima, PT Galic Artha Bahari, PT. Indo Seaweed dan PT. Gumindo Perkasa Industri. Dengan melihat industri berbahan baku rumput laut, menunjukkan bahwa struktur pasar rumput laut lebih mendekati pasar oligopsoni, dengan ditandai hanya ada beberapa perusahaan yang membeli rumput laut sebagai bahan baku industri. Meski beberapa industri pengolahan rumput laut di dalam negeri sudah banyak yang berkembang, namun kebijakan pengembangan industri belum disertai dengan penyediaan teknologi yang memadai sehingga pengembangan industri di dalam negeri belum dapat dilakukan secara optimal.

Tabel 4.2 Pangsa Pasar Perusahaan Pada Industri Karaginan, 2014

Sumber: ASTRULI (2014)

Dari sisi bahan baku, meski ada empat jenis rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia, untuk pasar dalam negeri, rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria. Pemanfaatan ini digunakan untuk bahan baku pembuatan agar dan karaginan. Produksi rumput laut kering di Indonesia hampir 35,69% terserap oleh industri (agar dan karaginan) dan 64,31%

Nama Perusahaan Produksi 2013 Pangsa (MT) Pasar (%)

Industri Karaginan 12.500 100 PT. Indonusa Algaemas Prima 2.000 16,1 PT. Galie Artha Bahari 2.000 16,1 PT. Indo Seaweed 1.800 14,5 PT. Gumindo Perkasa Industri 1.200 9,7 PT. Algalindo Perdana 1.000 8,0 PT. Cahaya Cemerlang 1.000 8,0 PT. Wahyu Putra Bimasakti 1.000 8,0 PT. Amarta Carrageenan Indonesia 1.000 8,0 PT. Hydrocolloid Indonesia 7,20 5,8 PT. Centram 650 5,2 PT. Kappa Carrageenan Nusantara 60, 0,5 PT. Giwang Citra Laut 70 0,6 PT. Algae Sumba Timur n.a n.a PT. Batimurung Indah n.a n.a PT. Karaginan Indo Mandiri n.a n.a PT. Phoenix Mas n.a n.a

Page 56: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

46

digunakan untuk pasar ekspor (ASTRULI dalam Antaranews, April 2015). Persentase serapan industri rumput laut di dalam negeri disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Serapan Rumput Laut Kering di Indonesia.Sumber: ASTRULI (2014), diolah

Kecilnya serapan pasar dalam negeri untuk rumput laut kering dikarenakan harga yang masih relatif mahal7 dibandingkan rumput laut impor terutama yang berasal dari RRT. Mahalnya harga di dalam negeri juga dikarenakan masih adanya kendala dalam hal infrastruktur serta logistik (biaya distribusi). Industri pengolahan rumput laut di Indonesia umumnya untuk pembuatan agar-agar dan karaginan. Untuk karaginan, bahan baku yang masih impor yaitu Semi Refined Carrageenan (SRC) karena produksi di dalam negeri masih terbatas dan harga yang relatif mahal dibandingkan impor dari RRT. Masih terbatasnya produk turunan rumput laut di Indonesia dibandingkan negara lain seperti RRT dan Eropa dikarenakan (i) bahan baku yang mahal serta (ii) teknologi melalui penelitian dan pengembangan masih relatif terbatas. Kondisi ini menyebabkan produk hasil industri rumput laut Indonesia menjadi kurang bersaing dengan produk hasil industri dari RRT. Industri rumput laut Indonesia masih bersaing kuat dengan produk RRT karena pengembangan industri rumput laut di Indonesia masih memiliki beberapa hambatan yang menyebabkan harga kurang bersaing serta kualitas. 7Harga rumput laut dalam negeri mengikuti harga ekspor sehingga menjadi lebih mahal. Kisaran harga rumput laut di tingkat eksportir antara Rp 15.000 – Rp 19.000/kg.

64% Pasar Ekspor 1% Lainnya

17% Industri Karaginan

18% Industri Agar

Page 57: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

47

Tahun 2014 produksi rumput laut Indonesia ditargetkan dapat mencapai 10 juta ton rumput laut basah atau sekitar satu juta ton rumput laut kering. Data KKP (2015) capaian target produksi tahun 2014 melebihi dari yang sudah ditargetkan, yaitu 10,2 juta ton. Capaian produksi ini merupakan berkat upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendukung peningkatan produksi melalui pembinaan secara berkala kepada masyarakat dalam hal berbudidaya rumput laut. Pada tahun 2015, produksi rumput laut ditargetkan mencapai 10,6 juta ton atau hampir 59,2% dari total produksi budidaya perikanan yang ditargetkan di tahun 2015 sebesar 17,9 juta (Ditjen Perikanan dan Budidaya-KKP, 2015).

4.3 Pola Pemasaran dan Distribusi Secara umum pemasaran komoditas rumput laut dalam tulisan ini adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan barang/komoditi (rumput laut) dari tangan produsen ke tangan konsumen (eksportir atau pabrik pengolahan). Pemasaran rumput laut merupakan pemasaran yang terdiri dari petani dengan beberapa pembeli. Dalam prakteknya, struktur pasar yang terbentuk pada pemasaran komoditas rumput laut adalah struktur pasar bersaing tidak sempurna yang mendekati bentuk oligopsoni, dengan ditandai hanya ada beberapa pembeli. Ada pihak yang berperan dalam proses pembentukan harga, dalam hal ini adalah pelaku pemasaran yang berperan sebagai pembeli. Setiap pelaku pemasaran yang terlibat memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam sistem pemasaran. Keterlibatan pelaku pemasaran akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen dan yang dibayarkan konsumen jauh berbeda. Pada tulisan ini pola pemasaran dan distribusi rumput laut dibedakan berdasarkan empat wilayah sentra produksi di Indonesia yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Nusa Tenggara barat (NTB). Pemilihan keempat wilayah ini karena memiliki pangsa produksi yang cukup besar. Dengan pola pemasaran di setiap wilayah sentra produksi akan diketahui karakteristik dari masing-masing pola pemasaran.

Sulawesi Tengah Pola pemasaran rumput laut di Sulawesi Tengah mulai dari petani sampai ke eksportir dan pabrik pengolahan dilakukan dengan

Page 58: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

48

tiga pola pemasaran. Pola pertama, Petani rumput laut menjual ke pedagang pengumpul (desa) kemudian dijual lagi ke pedagang besar (kabupaten) dan dari pedagang besar di kabupaten dijual untuk ekspor (ke Surabaya). Pola kedua, petani rumput laut menjual ke pedagang besar yang eksportir dan pola ketiga, petani menjual ke pedagang pengumpul (desa) dengan konsumen akhir yaitu pabrik pengolahan. Dari ketiga saluran pola pemasaran ini, sekitar 90% petani memilih pola pemasaran pertama karena dengan pedagang desa sebagai perpanjangan tangan petani ke pedagang besar di Kabupaten. Namun, tidak sering petani langsung menjual ke pedagang besar untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dengan memotong pedagang pengumpul di desa.

Gambar 4.2 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Sulawesi Tengah.Sumber: Hasil Survei Puska Dagri (2012)

Sulawesi Selatan Pola pemasaran rumput laut di Sulawesi Selatan sedikit berbeda dengan di Sulawesi Tengah. Saluran pemasaran rumput laut yang ada di Sulawesi Selatan umumnya melalui beberapa lembaga dalam memasarkan rumput laut dari petani ke eksportir dan pabrik olahan (Survei Puska Dagri, 2012). Pelaku yang berperan dalam pemasaran tersebut diantaranya petani/produsen rumput laut, pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir dan pabrik pengolahan.

Petani(Rumput Laut)

PedagangPengumpul

(Desa)

PabrikPengolahan

Ekspor

PedagangBesar

(Kabupaten)

Page 59: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

49

Pola pemasaran rumput laut dari petani sampai eksportir dan atau pabrik dilakukan melalui empat pola. Pola pertama, petani rumput laut menjual ke pedagang pengumpul desa yang kemudian melalui pengumpul desa rumput laut langsung di ekspor. Pola kedua, petani rumput laut menjual rumput laut ke pedagang pengumpul desa yang kemudian langsung menjual ke pabrik pengolahan. Pola ketiga, petani menjual rumput laut ke pedagang pengumpul (kecamatan) kemudian ke pedagang pengumpul desa dari pedagang pengumpul desa kemudian langsung ekspor. Dan pola keempat, petani rumput laut menjual ke pedagang pengumpul (kecamatan) kemudian ke pedagang pengumpul (desa) terus ke pabrik pengolahan. Secara umum, rumput laut yang berasal dari Sulawesi Selatan hampir 50% untuk tujuan ekspor. Adapun saluran distribusi atau penyaluran rumput laut dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Sulawesi Selatan.Sumber: Hasil Survei Puska Dagri (2012)

Maluku Pemasaran rumput laut di Maluku lebih banyak dipasarkan untuk pasokan antar pulau dan ekspor. Industri pengolahan yang berbahan baku rumput laut di daerah Maluku masih relatif kecil sehingga produksi rumput laut lebih sering diperjualbelikan ke luar wilayah. Pola pemasaran rumput laut dari petani sampai pedagang antar pulau dan atau eksportir dilakukan melalui dua pola. Pola pertama, petani rumput laut menjual ke pedagang pengumpul desa. Rumput laut sampai di

PedagangPengumpul

(Desa)

PedagangPengumpul

(Kec. Petani)

Petani(Rumput Laut)

Ekspor PabrikPengolahan

Page 60: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

50

pedagang pada perdagangan antar pulau dilakukan melalui pedagang pengumpul (kecamatan). Pola kedua, petani rumput laut menjual hingga ke eksportir (yang berasal dari Surabaya) melalui pedagang pengumpul (kecamatan) yang terlebih dahulu dijual ke pedagang pengumpul (desa). Adapun saluran distribusi atau penyaluran rumput laut di Maluku dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Maluku.Sumber: Hasil Survei Puska Dagri (2012)

Nusa Tenggara Barat (NTB) Pemasaran rumput laut di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) terbagi dalam tiga jenis pola pemasaran dengan tujuan konsumen akhir yaitu eksportir dan industri pengolahan di dalam negeri. Masing-masing pola pemasaran mempunyai karakteristik sendiri. Pola pertama, petani rumput laut menjual ke pedagang pengumpul (desa) ke pedagang besar (provinsi) ke eksportir (dari Surabaya). Pola kedua, petani-pedagang pengumpul (desa)-pedagang pengumpul provinsi-pabrik pengolahan (Mataram). Pola ketiga, petani-pedagang pengumpul (desa)-pabrik pengolahan (Mataram). Dari ketiga saluran pemasaran yang paling umum digunakan adalah saluran pertama, yaitu 80% rumput laut didistribusikan melalui pola pemasaran tersebut. Pola pemasaran pertama dipilih karena volume rumput laut yang diserap lebih banyak dan pembayaran dilakukan secara tunai. Berbeda dengan saluran pemasaran yang menjual ke pabrik pengolahan, umumnya

PedagangPengumpul

(Kec)

Petani(Rumput Laut)

PedagangPengumpul

(Desa)

Ekspor PerdaganganAntar Pulau

Page 61: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

51

pembayaran dilakukan dengan tempo dan penentuan kualitas yang cenderung tidak transparan (Hasil Survei Puska Dagri, 2012). Adapun saluran distribusi atau penyaluran rumput laut dapat dilihat pada Gambar 4.5. Namun demikian, untuk kasus di wilayah lain pembelian dari eksportir tidak sepenuhnya juga dibayar secara tunai. Jika pembayaran tidak dilakukan secara tunai maka peran asosiasi penting untuk membantu petani, khususnya dalam pembelian. Disisi lain, industri pengolahan di dalam negeri sebenarnya memiliki peran dalam menyelamatkan berlebihnya rumput laut di dalam negeri karena industri masih dapat membeli rumput laut dengan harga yang tinggi dikala harga di tingkat petani turun.

Gambar 4.5 Jalur Pemasaran Rumput Laut di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sumber: Hasil Survei Puska Dagri (2012)

Pola pemasaran akan berjalan efisien bilamana tiap-tiap pelaku pemasaran memiliki fungsi-fungsi pemasaran dalam rangka menyampaikan komoditi rumput laut dari petani/produsen hingga ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh setiap pelaku pemasaran dari gambaran empat pola pemasaran di empat wilayah sentra produksi rumput laut, sebagai berikut:

Petani(Rumput Laut)

PedagangPengumpul

(Desa)

PedagangPengumpul

(Kec)

EksporPerdaganganAntar Pulau

PerdaganganAntar Pulau

Page 62: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

52

Tabel 4.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran dalam Komoditi Rumput Laut

Sumber: Hasil Survei Puska Dagri (2012) dan sumber lainnya

Secara teori, saluran pemasaran dapat dibedakan menurut jumlah tingkatannya. Kotler (1997) menjelaskan bentuk-bentuk saluran pemasaran yang umum digunakan, antara lain: (i) saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung), yang terdiri dari seorang produsen yang langsung menjual ke konsumen akhir; (ii) saluran satu tingkat terdiri dari satu perantara penjualan; (iii) saluran dua tingkat, terdiri dari dua perantara, biasanya adalah pedagang besar dan pedagang eceran; dan (iv) saluran tiga tingkat, terdiri dari tiga perantara, yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran. Saluran pemasaran dengan tingkat yang lebih tinggi juga dapat ditemukan tetapi jarang terjadi. Setiap saluran pemasaran memiliki peran yang jelas sehingga pemasaran berjalan efektif. Banyaknya tingkat pada saluran pemasaran akan menentukan besarnya biaya pemasaran.Saluran pemasaran yang lebih banyak akan menentukan biaya pemasaran juga lebih besar karena fungsi pemasaran yang dikerjakan lebih banyak. Berdasarkan pengelompokkan jenis saluran pemasaran yang dijelaskan oleh Kotler (1997), pola pemasaran di Sulawesi tengah termasuk saluran satu tingkat untuk memasarkan rumput laut dari produsen sampai ke pabrik pengolahan. Namun, untuk pola pemasaran dari petani sampai ke eksportir merupakan dua tingkat yang terdiri dari pedagang pengumpul (desa) dan pedagang besar. Pola pemasaran dari petani sampai ke eksportir dan pabrik olahan di Sulawesi Selatan dilakukan dengan satu dan dua tingkat saluran pemasaran.

Fungsi Dalam PemasaranPetani Pedagang

PengumpulPedagang

BesarPabrik

PengolahanEksportir

Pelaku Pemasaran

A. Fungsi Pertukaran 1. Pembelian v v v v 2. Penjualan v v v vB. Fungsi Penyedia Fisik 1. Pengumpulan v v v 2. Pengemasan v v v v 3. Penyimpanan v v v v 4. Pemilihan (Sortasi) V V V 5. Pengangkutan v v vC. Fungsi Penyedia Fasilitas 1. Informasi Harga/Pasar v v v v v 2. Penyedia Dana v

Page 63: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

53

Sementara pola pemasaran di Maluku menggunakan dua tingkat saluran pemasaran dari petani dengan dua perantara penjual untuk sampai ke eksportir dan perdagangan antar pulau. Saluran pemasaran di NTB terdapat dua jalur yaitu saluran satu tingkat (dari petani dengan satu perantara hingga ke perdagangan antara pulau) dan saluran dua tingkat untuk memasarkan rumput laut dari petani hingga ke eksportir dan perdagangan antara pulau. Lebih lanjut Mahatama dan Farid (2013) menyatakan bahwa saluran pemasaran yang paling efisien baik secara teknis maupun ekonomis yaitu saluran pemasaran rumput laut dari petani ke pedagang pengumpul kemudian ke eksportir.

4.4 Biaya dan Margin Pemasaran Rumput Laut Pola pemasaran rumput laut yang berbeda-beda di setiap sentra produksi menyebabkan margin pemasaran yang diterima untuk setiap lembaga pemasaran juga akan berbeda. Secara teori, margin pemasaran dapat diartikan sebagai selisih antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (Maharany, 2007). Besaran margin ini terkait dengan tingkat efisiensi pemasaran. Pada umumnya semakin besar margin yang diperoleh lembaga pemasaran, semakin tidak efisien pemasaran komoditas tersebut. Adapun sifat umum dari margin pemasaran adalah: (i) margin pemasaran berbeda-beda antara satu komoditas dengan komoditas lainnya dan (ii) margin pemasaran produk pertanian termasuk komoditas perikanan dan kelautan cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani. Semakin besar margin pemasaran akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek and Robinson, 1990). Pada rumput laut, besarnya margin pemasaran sangat ditentukan oleh banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap pola atau saluran pemasaran, mengingat saluran pemasaran komoditi rumput laut memiliki pola yang berbeda pada setiap wilayahsehingga biaya pemasaran yang akan dikeluarkan oleh setiap saluran pemasaran juga berbeda. Biaya pemasaran rumput laut untuk pola pemasaran satu tingkat (dari produsen-pedagang besar-eksportir/pabrik pengolahan) dan pola pemasaran dua tingkat (dari produsen-pedagang pengumpul-pedagang besar-eksportir/pabrik pengolahan) rumput laut kering sebagai berikut:

Page 64: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

54

Tabel 4.4 Biaya Pemasaran Rumput Laut menurut Jenis Pola Pemasaran

Sumber: Diskusi dengan KKP (2015) dan Hasil Survei Puska Dagri (2012)

Ket: biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan selama pemasaran meliputi biaya pengumpulan, muat, angkut, bongkar, menjemur, pembersihan dan pemrosesan untuk industri pengolahan

Pada Tabel 4.4 biaya pemasaran rumput laut untuk pola I dan III relatif kecil karena pada pola ini rumput laut di ekspor pada kondisi bahan mentah. Sedangkan biaya pemasaran pada pola II dan IV cukup tinggi karena biaya dalam proses produksi di industri pengolahan cukup tinggi terutama untuk bahan kimia (KCL dan KOH) yang umumnya masih diperoleh dari impor. Bahan kimia dalam proses industri pengolahan rumput laut mencapai 30-40% dari biaya produksi. Pada pedagang pengumpul dan pedagang besar biaya pemasaran hanya mencakup biaya pengumpulan, muat-bongkat-angkut, penjemuran. Peran pada setiap pelaku pemasaran penting agar harga/biaya yang terjadi benar-benar mencerminkan dari hasil aktivitasnya. Hasil diskusi dengan KKP (2015) dan pelaku usaha sekaligus eksportir rumput laut diperoleh angka estimasi margin pemasaran rumput laut (secara umum). Margin pemasaran dari petani ke pedagang pengumpul berkisar antara Rp 200-Rp 500/kg, margin dari pedagang pengumpul ke pedagang besar berkisar antara Rp 300-Rp 500/kg dan margin dari pedagang besar ke pabrik pengolahan di dalam negeri sebesar Rp 500/kg sedangkan ke eksportir berkisar antara USD 35–40/ton. Dengan asumsi harga rumput laut di tingkat petani sebesar Rp 12.000/kg, margin dari petani ke pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 300/kg dengan susut sebesar 2% maka harga jual rumput laut di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 12.540/kg. Secara rinci estimasi margin pemasaran rumput laut dari petani hingga ke konsumen (pabrik pengolahan dalam negeri dan eksportir disajikan pada Tabel 4.5

Pelaku Pemasaran Pola/Saluran Pemasaran (Rp/Kg) I II III IV

1. Pedagang Pengumpul 575 550 575 5502. Pedagang Besar 525 5253. Eksportir 450 4504. Pabrik Pengolahan 41.150 42.575Total Biaya Pemasaran 1.025 41.700 1.550 43.125

Page 65: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

55

Tabel 4.5 Margin Pemasaran Rumput Laut Berdasarkan Pemasaran Dalam Negeri dan Ekspor

Sumber: Diskusi dengan KKP (2015) dan Koperasi Agro Niaga Makassar (2015), diolah

Secara umum, pemasaran dalam komoditi rumput laut cukup memberikan penerimaan pada sisi petani yang besar. Hasil survey Puska Dagri (2012) menggambarkan bahwa petani mendapat penerimaan dari perdagangan dalam negeri rumput laut sekitar 63-65% di tingkat pabrik/industri pengolahan dan 70-71% ditingkat eksportir. Penerimaan petani ini merupakan perhitungan rasio antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat eksportir dan antara rasio harga ditingkat petani dengan harga di tingkat pabrik/industri pengolahan. Tingginya penerimaan petani dalam penjualan rumput laut di tingkat eksportir dikarenakan volume rumput laut yang diserap cenderung lebih banyak serta pembayaran dilakukan secara tunai. Sementara penerimaan ditingkat industri pengolahan dikarenakan masih rendahnya posisi tawar petani dengan pedagang pengumpul sebagai penyedia fasilitas yaitu penyedia dana sehingga ada ikatan modal dalam bentuk sarana produksi maupun kebutuhan sembako serta informasi harga yang kurang sempurna di terima petani antara dari pedagang pengumpul dengan pabrik pengolahan.

4.5 Biaya Distribusi Biaya distribusi dalam pemasaran rumput laut umumnya merupakan salah satu isu yang masih dihadapi oleh sejumlah industri

Uraian

Harga Jual (Rp/kg)Petani susut 2% 12.000 12.000 margin (per kg) 240 240Pedagang Pengumpul 12.540 12.540 susut 15% 1.881 1.881 biaya angkut (per kg) 350 350 margin (per kg) 400 400Perdagangan Besar 15.171 15.171 Margin (per kg) 500 540Pabrik pengolahan 15.671Eksportir 15.711

Dalam Negeri Ekspor

Jumlah(Rp/Kg)Jumlah (Rp/Kg)

Page 66: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

56

pengolahan di dalam negeri. Hal ini salah satunya yang menyebabkan biaya produksi tinggi sehingga harga jual mereka menjadi lebih mahal. Salah satu industri yang mengalami hambatan yaitu industri penghasil produk karaginan. Hal ini karena bahan baku masih impor dari RRT untuk bahan Semi Refined Carrageenan dimana kesediaan bahan baku tersebut didalam negeri masih terbatas serta pertimbangan kualitas. Untuk bahan baku rumput laut kering, permasalahan yang dihadapi industri adalah tingginya biaya logistik di dalam negeri dari sentra produksi yang umumnya diambil dari Makassar. Selain biaya logistik, mahalnya harga rumput laut dikarenakan mengacu pada harga ekspor. Mahalnya rumput laut kering di dalam negeri karena biaya logistik dapat dijelaskan pada Tabel 4.6. Biaya logistik rumput laut kering dari Makassar-Merak mencapai Rp 11 juta per kontainer ukuran 20 feet. Biaya logistik Makassar-RRT sebesar USD 35-40/ton, dan Makassar-Surabaya sebesar Rp 6,7 juta. Mahalnya biaya logistik akan berdampak pada harga jual produk akhir di industri pengolahan.

Tabel 4.6 Biaya Logistik Rumput Laut

Sumber: Diskusi dengan Astruli (2015) dan KKP (2015)

Ket: Rumput laut jenis Cottonii dan Gracilaria; Pelabuhan di RRT yaitu pelabuhan Xiamen

Menurut penjelasan ASTRULI (2015) selain faktor biaya distibusi (logistik), salah satu faktor yang masih menjadi hambatan dalam pengembangan industri rumput laut didalam negeri yaitu kebijakan insentif ekspor ke RRT, bahan kimia (30-40% dari biaya produksi), serta bunga bank. Permasalahan rumput laut ini juga tertuang dalam Roadmap Rumput Laut 2015-2019 dalam pengembangan hilirisasi industri pengolahan rumput laut di dalam negeri salah satunya yaitu mahalnya biaya logistik, baik untuk bahan baku maupun produk olahannya serta masih terbatasnya jumlah infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan.

1 Makassar - Merak Rp. 11 juta 20 feet Door to door

2 Makassar - RRT USD 35-40 /ton 20 feet Fort to Fort

3 Makassar - Surabaya Rp 6,7 Juta 20 feet Door to door

No Rute Pelayanan Biaya Logistik Muatan Ket

Page 67: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

57

4.6 Perkembangan Harga Rumput LautBerbeda dengan komoditi lainnya, rumput laut belum dikenai penetapan Harga Patokan Petani (HPP) sehingga harga masih sangat ditentukan oleh musim dan daerah. Produksi rumput laut yang cukup besar di Indonesia, namun harga rumput laut kering di tingkat petani masih dinilai cukup murah, sementara harga hasil olahan relatif tinggi. Harga rumput laut jenis Glacilaria berkisar antara Rp 6.000–Rp 8.000/kg dan Cottonii, berkisar antara Rp 10.000–Rp 11.000/kg. Harga rumput laut kering pernah mencapai harga tertinggi yaitu Rp 10.000–Rp 12.000/kg untuk Gracilaria dan Rp 14.000–Rp 16.000/kg untuk jenis E. cottonii.

Gambar 4.6 Perkembangan Harga Rumput Laut (E. cottonii)Sumber: Jaringan Sumberdaya Informasi & Teknologi Rumput Laut Indonesia, (2015).

Menurut data Jaringan Sumberdaya Informasi & Teknologi Rumput Laut Indonesia (Jasuda.net, 2015), harga rumput laut relatif fluktuatif baik ditingkat petani, pedagang pengumpul maupun harga ditingkat eksportir. Harga rumput laut jenis cottonii, mencapai puncak harga tertinggi terjadi tahun 2014 terutama bulan Januari s.d Juli dengan harga mencapai kisaran Rp 13.000/kg-Rp 17.000/kg (harga ditingkat petani), Rp 13.500-Rp 18.000/kg (harga di tingkat pedagang pengumpul) dan Rp 15.000/kg-Rp19.000/kg (harga di tingkat eksportir) (Gambar 4.6).

Sejak bulan Agustus 2014 harga turun, hal ini dikarenakan adanya komplain dari RRT yang menyebabkan 40 kontainer ekspor ditolak sehingga RRT berhenti membeli. Kondisi ini menyebabkan pasokan

Harga Rumput Laut E. cottonii

Page 68: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

58

berlimpah dan menyebabkan harga turun. Selain produksi yang berlimbah, harga turun karena kualitas seperti rumput laut yang dijual adalah rumput laut yang sudah dicampur/dioplos (Bedah Naskah, 2015).Selain kualitas juga kebersihan, tingkat kekeringan rumput laut yang dijual ke para pembeli juga tidak sepenuhnya sempurna. Kandungan air dari rumput lautmasih cukup banyak, yang juga mempengaruhi harga jual dari rumput laut yang dihasilkan para petani. Selain itu, stabilitas harga rumput laut di dalam negeri juga dipengaruhi oleh pangsa pasar rumput laut Indonesia yang mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan dihentikannya impor yang dilakukan Filipina terhadap rumput laut Indonesia (Bappebti, 2015). Namun demikian, berdasarkan Gambar 4.6, harga rata-rata rumput jenis E. cottonii (di wilayah Makassar, Maluku, NTB, Kupang, Surabaya dan Nunukan) selama tahun 2015 terlihat ada peningkatan, meski ada keluhan bahwa harga rumput laut di tingkat petani di Nunukan menurun terutama di bulan Mei 2015. Harga rumput laut di tingkat petani yang murah menunjukkan bahwa produksi yang berlimpah. Akan tetapi harga hasil olahan rumput laut seperti ATC, Semi Refined Carrageenan, Refined Carrageenan (RC) dan tepung agar cukup tinggi di pasar dalam negeri. Produk hasil olahan tersebut berbahan baku rumput laut jenis Cottonii dan Glacillaria. Pada Tabel 4.7 juga terlihat harga alginat di dalam negeri sangat mahal yaitu Rp 640.000/kg. Mahalnya harga produk ini dikarenakan ketersediaannya terbatas, mengingat bahan bakunya masih kurang sehingga industri alginat di Indonesia kurang berkembang mengakibatkan Indonesia mengimpor alginat dalam jumlah yang cukup besar.

Tabel 4.7 Harga Rumput Laut Kering di Dalam Negeri

Sumber: Diskusi dengan KKP (2015)

Ket: Harga ATC berkisar USD 5-5,5; SRC: USD 7-8 dan RC : USD10-11 Perhitungan di Tabel dengan asumsi Rp/USD sebesar Rp 13.000

Rumput Laut Harga (Rp/kg)Bahan Mentah Produk diolah

Euchema 12.000 ATC (chip) 65.000 - 71.500 Semi Refined Carrageenan (SRC) 91.000 - 104.000 Refined Carrageenan (RC) 130.000 - 143.000Gracillaria 12.000 Tepung Agar-agar 190.000Sargassium 9.500 Alginat 640.000

Page 69: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

59

Fluktuasi harga rumput laut menjadi perhatian pemerintah. Hal ini tercermindalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG). Peraturan yang secara eksplisit menerangkan mengenai perlindungan stabilitas harga komoditi salah satunya rumput laut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang yang kemudian memasukan rumput laut sebagai salah satu komoditi yang dapat diresi gudangkan selain Gabah, Beras, Kopi, Kakao, Lada, Karet, dan Jagung. Kemudian terbit Permendag Nomor 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang, serta berbagai Peraturan Kepala Bappebti sebagai juklaknya.Namun demikian, pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa kebijakan resi gudang, di semua sentra produksi rumput laut, belum diimplementasikan. Satu sentra produksi yang telah menerapkan Sistem Resi Gudang (SRG) yaitu Sulawesi Selatan. Selain disebabkan aspek teknis dan ekonomis, aspek regulasi juga menjadi salah satu penyebab belum dapat terimplementasinya Sistem Resi Gudang untuk komoditas rumput laut. Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan yang mengatur berjalannya SRG dinilai belum dapat dilaksanakan secara efektif pada komoditas rumput laut, terutama dalam hal pemanfaatan fasilitas pembiayaan dalam SRG. Implementasi SRG belum efektif dikarenakan fasilitas pembiayaan dalam SRG belum dapat terintegrasi dengan skema-skema kredit yang sudah ada, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Pembiayaan Pangan dan Energi (KPPE).

4.7 Penutup Pemasaran rumput laut di dalam negeri masih cukup beragam sangat tergantung pada wilayah sentra produksi. Hal ini juga berdampak pada harga rumput laut di tingkat petani dan pengumpul yang beragam sesuai dengan wilayah sentra produksi. Pola pemasaran rumput laut dari petani hingga ke konsumen (eksportir dan pabrik pengolahan) dilakukan melalui satu dan atau dua tingkat pola pemasaran. Perbedaan pola/saluran pemasaran ini membedakan margin dan bagian harga yang diterima oleh petani rumput laut. Permasalahan rumput laut dalam perdagangan dalam negeri adalah harga. Kualitas rumput laut juga mempengaruhi harga, seperti kebersihan dan tingkat kekeringan. Selama ini harga yang diterima petani masih rendah yang disebabkan karena seperti (i) adanya lag informasi harga serta serapan industri antara petani dengan pasar

Page 70: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

60

dan (ii) komitmen antara petani dengan pembeli yang masih lemah sehingga pasar ekspor menjadi lebih menarik. Harga rumput laut tergantung pada jenis dan musim panen.Mengingat permintaan rumput laut tidakhanya memenuhi kebutuhan industri pengolahan tetapi juga untuk tujuan ekspor maka harga menjadi indikator. Pasar industri pengolahan rumput laut di dalam negeri yang cukup berkembang yaitu agar-agar dan karaginan. Industri karaginan di dalam negeri masih menghadapi masalah yaitu bahan baku Semi Refined Carrageenan (SRC), bahan kimia (untuk proses produksi pengolahan) serta masih tingginya biaya logistik yang menyebabkan harga jual menjadi kurang bersaing dengan produk serupa yang berasal dari RRT. Selain industri agar-agar dan karaginan, Indonesia terdapat industri alginat namun tidak berkembang. Kedepan perlu kebijakan yang lebih implementatif dan komprehensif dalam meningkatkan penerimaan petani dan kebijakan untuk pengembangan industri pengolahan rumput laut di dalam negeri. Dengan potensi produksi serta pasar dalam negeri yang cukup prospektif, maka industri rumput laut di dalam negeri dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Upaya-upaya ini dapat ditingkatkan melalui kebijakan-kebijakan yang dapat meminimalkan hambatan-hambatan, seperti perbaikan infrastruktur (jalan dan pelabuhan) untuk mengurangi tingginya biaya logistik serta inovasi teknologi di industri pengolahan. Dalam jangka panjang, pemerintah harus bisa mengambil keuntungan dari besarnya jumlah produksi rumput laut di dalam negeri dengan cara menciptakan inovasi pada perdagangan rumput laut sehingga menghasilkan rumput laut yang bernilai tambah tinggi (valueable) dan mendorong investasi di dalam negeri yang dapat meningkatan penyerapan rumput laut di dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Antaranews. (2015). Kebanggaan semu menjadi eksportir rumput lautmentah.http://www.antaranews.com/berita/491173/kebanggaan-semu-menjadi-eksportir-rumput-laut-mentah kamis 16 April 2015, di unduh tanggal 9 Juni 2015.

ASTRULI. (2014). Roadmap Industri Rumput Laut Indonesia. Bahan Presentasi Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) tanggal 25 November 2014.

Page 71: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Dalam Negeri Rumput Laut

61

Bappebti. (2015). Analisis Bulanan Rumput Laut. http://www.bappebti.go.id/media/docs/info-komoditi_2015-06-30_10-11-34_Analisis_Bulanan_Rumput_Laut-Mei.pdf.

Direktorat Jenderal Perikanan & Budidaya, Kementerian Kelautan Dan Perikanan. (2015). Target Produksi Budidaya Perikanan 17,9 juta ton. Diunduh pada http://www.beritasatu.com/ekonomi/287881-target-produksi-budidaya-perikanan-179-juta-ton.html.

Jaringan Sumberdaya Informasi & Teknologi Rumput Laut Indonesia. (2015). Informasi Pasar. www.Jasuda.net/31 Agustus 2015.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2014). Profil Peluang Usaha dan Investasi Rumput Laut Edisi ke-4.

Kotler, P. (1997). Manajement Pemasaran. Edisi millennium. Prentice Hall Indonesia, Jakarta.

Maharany, D. (2007). Analisis Usaha Tani Dan Tataniaga Jamur Tiram Putih. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mahatama, E dan M. Farid. (2013). Daya Saing dan Saluran Pemasaran Rumput Laut: Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan vol.7 no.1, Juli 2013. Kementerian Perdagangan, Jakarta.

Puska Dagri. (2012). Kajian Rumput Laut di Indonesia. Pusat kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan. Jakarta.

Roadmap Industri Rumput Laut Indonesia. (2015). Kebijakan Pengembangan Hilirisasi Industri Pengolahan Rumput Laut 2015-2019. Kementerian Perindustrian, Jakarta.

Tempo. (2013). Indonesia Hanya Bisa Budidaya Tiga Rumput Laut. Edisi 13 April 2013.

Tomek and Robinson. (1990). Agricultural Product Prices. Third edition. Cornell University Press. London.

Varia. (2015).Potensi rumput laut terhadang teknologi dan logistik.http://www.varia.id/2015/04/08/potensi-rumput-laut-terhadang-teknologi-dan-logistik/.

Page 72: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Yati Nuryati

62

Page 73: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

63

BAB VPERDAGANGAN LUAR NEGERI RUMPUT LAUT

Hasni

5.1 Pendahuluan Rumput laut (Seaweed) merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia dari sektor perikanan dan kelautan. Akhir-akhir ini kebutuhan rumput laut dunia semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tren volume impor rumput laut dunia sepanjang periode 2010-2014 yang meningkat sebesar 8,15% per tahun (ITC, 2015). Permintaan dunia yang terus meningkat merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi produksi rumput laut, baik sebagai bahan baku maupun produk olahannya. Hasil olahan rumput laut yang paling banyak diproduksi secara global adalah karaginan, dimana karaginan merupakan produk olahan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Demikian juga halnya dengan produksi olahan rumput laut dalam negeri diperkirakan juga mengalami peningkatan yang signifikan, mengingat potensi rumput laut di kawasan timur Indonesia masih banyak yang belum digarap. Tidak berbeda dengan produksi rumput laut global, produksi rumput laut Indonesia juga didominasi oleh jenis Eucheuma cottonii yang mengandung karaginan. Karaginan terbagi dalam 3 jenis yaitu Refined Carrageenan (RC), Semi Refined Carrageenan (SRC), dan Alkali Treated Chips (ATC). Dari ketiga jenis olahan karaginan tersebut, pangsa produksi SRC yang terbesar, sedangkan agar-agar merupakan hasil olahan rumput laut jenis agarofit (KKP, 2014).

5.2 Dinamika Harga Rumput Laut di Pasar Dunia Seiring dengan kebutuhan rumput laut dunia yang semakin tinggi, harganya juga terus mengalami peningkatan. Dengan membandingkan harga beberapa jenis rumput laut di pasar internasional, terlihat bahwa rumput laut jenis Gigartina Radula B/L memiliki harga yang tertinggi (Gambar 5.1). Harga ekspor rumput laut ditentukan melalui kesepakatan perjanjian antara pengusaha dalam negeri dengan pihak pembeli dari luar negeri (buyer).

Page 74: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

64

Harga Eucheuma cottonii tahun 2014 Gambar 5.1 jika dikonversi ke mata uang Rupiah menjadi sekitar Rp 17.000/kg, sementara harga normal Eucheuma cottonii di dalam negeri hanya berkisar Rp 10.000/kg–Rp 12.000/kg. Perbedaan harga yang sangat signifikan tersebut menyebabkan pengusaha rumput laut lebih memilih untuk menjual produknya ke luar negeri daripada menjual ke industri dalam negeri.

5.3 Perkembangan Ekspor-Impor (Nilai dan Volume, Rumput Laut dan Olahannya) Pengembangan industri rumput laut sejak dari hulu hingga hilir memiliki nilai strategis, dimulai dari usaha budidaya rumput laut, industri pengolahan sampai kegiatan penelitian dan pengembangan produk yang menggunakan rumput laut (Ya’la, 2008). Ekspor-impor produk rumput laut Indonesia sendiri terdiri dari bahan baku dan produk setengah jadi. Bahan baku yang dimaksud adalah rumput laut kering yang dikeringkan oleh produsen/petani, sedangkan produk setengah jadi merupakan produk olahan rumput laut yang dihasilkan oleh industri pengolahan rumput laut dan telah menggunakan mesin pengolah.

Gambar 5.1 Perkembangan Harga Beberapa Jenis Rumput Laut Internasional.Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) (2014)

Page 75: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

65

Tabel 5.1 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Impor Rumput Laut Indonesia

Sumber: BPS (2015), diolah

Jika dilihat dari sisi nilai, selama periode 2010-2014 terjadi peningkatan ekspor rumput laut Indonesia sebesar 14,0% setiap tahunnya, tidak jauh berbeda dengan volumenya yang juga mengalami peningkatan 11,7% per tahun. Sementara dari sisi nilai impor, kinerja impor rumput laut Indonesia pada periode yang sama telah terjadi penurunan 16,4%, sedangkan dari sisi volume impor mengalami penurunan rata-rata 30,4% per tahun. Dari sisi neraca, pertumbuhan neraca nilai lebih baik dibandingkan neraca volume, dimana surplus nilai perdagangan rumput laut rata-rata tumbuh 16% per tahun, sedangkan surplus volume tumbuh 12% per tahun. Namun, jika dilihat dari nilai satuan yang diperoleh dari nilai ekspor atau impor dibagi dengan volume ekspor atau impor, ternyata nilai satuan ekspor masih dibawah nilai satuan impor. Hal ini mengindikasikan bahwa harga komoditi impor rumput laut masih lebih tinggi dibanding harga ekspor komoditi rumput laut yang diekspor (Tabel 5.1).

NILAI (USD JUTA) 2010 2011 2012 2013 2014

VOLUME (RIBUAN TON) 2010 2011 2012 2013 2014

NILAI SATUAN (USD/kg) 2010 2011 2012 2013 2014

EKSPOR 125,7 162,2 174,0 181,9 206,5 11,70 IMPOR 2,8 2,9 1,2 0,9 0,8 (-30,35) NERACA 122,9 159,3 172,8 181,0 205,6 12,26

EKSPOR 155,4 182,3 177,9 209,5 279,5 14,04 IMPOR 13,3 14,3 5,8 7,8 7,3 (-16,42) NERACA 142,1 168,0 172,1 201,7 272,2 15,94

EKSPOR 1,2 1,1 1,0 1,2 1,4 2,09 IMPOR 4,8 4,9 4,9 8,3 9,1 20,01

Tren 2010-2014(%)

Tren 2010-2014(%)

Tren 2010-2014(%)

Page 76: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

66

Tabel 5.2 Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia HS 10 digit (ribu ton)

Sumber: BPS (2015), diolah

Jika dilihat dari Tabel 5.2, Harmonized System (HS) 1212201100, HS 1212201900, HS 1212202000 dan HS 1212209000 merupakan rumput laut yang masih dalam bentuk bahan baku, sedangkan HS 1302310000 dan HS 1302391000 berupa Agar-agar dan Carageenan yang sudah dalam bentuk olahan rumput laut. Rumput laut dengan kode HS 1212209000 mendominasi dengan pangsa ekspor mencapai 65,7%. Dari sisi pertumbuhan, Carageenan (HS 1302391000) yang paling tinggi dengan rata-rata pertumbuhan 59,1% per tahun. Sementara itu dari sisi negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mendominasi dengan pangsa ekspor tahun 2014 mencapai 75%, sementara Filipina dan Vietnam berada di posisi kedua dan ketiga sebagai negara tujuan ekspor rumput laut dengan pangsa masing-masing 4,5% dan 3,6%. Sepuluh negara tujuan ekspor rumput laut memberikan kontribusi lebih dari 97% terhadap total ekspor rumput laut nasional tahun 2014 (Tabel 5.3).

Kode HS Deskripsi 2010 2011 2012 2013 2014 Tren '10-14 (%) Pangsa 2014 (%)

1212201100 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan jenis yang digunakan dalam farmasi

8,5 9,9 1,6 1,5 0,9 (47,67) 0,43

1212201900 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan jenis yang digunakan dalam pencelupan, penyamakan dan wewangian

34,3 49,5 51,8 55,1 60,2 13,11 30,01

1212202000 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan, bukan untuk konsumsi manusia

9,6 6,1 13,3 9,1 7,7 (0,42) 3,86

1212209000 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan, terutama untuk konsumsi manusia

70,7 93,6 101,6 110,5 131,9 15,19 65,70

1302310000 Agar-agar 1,7 1,9 1,3 1,1 0,9 (16,44) 0,45

1302391000 Carageenan 0,9 1,2 4,4 4,8 4,8 59,07 2,33

Page 77: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

67

Tabel 5.3 Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (ribu ton)

Sumber: BPS (2015), diolah

Apabila dilihat dari pangsa dan tren selama periode 2010-2014, rumput laut dengan kode HS 1212209000 yang mendominasi ekspor rumput laut Indonesia. Pangsa rumput laut jenis ini mencapai 65% lebih dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun selama periode 2010-2014. Negara tujuan utama ekspor untuk rumput laut ini adalah lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut (HS 1212209000), 2010-2014

Sumber: BPS (2015), diolah

2010 2011 2012 2013 2014

1 RRT 72 101 123 144 151 20,01 75,16 2 FILIPINA 13 10 11 8 9 (-8,72) 4,55 3 KOREA SELATAN 3 8 6 3 7 9,44 3,64 4 CHILI 3 4 6 6 7 23,40 3,42 5 VIETNAM 15 14 6 2 6 (-32,37) 3,03 6 HONGKONG 5 6 4 4 6 (-1,60) 2,98 7 AMERIKA SERIKAT 2 2 3 2 3 12,96 1,69 8 PERANCIS 2 3 1 2 3 (-1,66) 1,29 9 KANADA 0 0 0 0 1 138,60 0,72

10 SPANYOL 1 1 1 0 1 6,72 0,71

116 151 163 172 195 12,44 97,17

7 8 6 5 6 (-10,41) 2,83 SUBTOTAL

LAINNYA

NO NEGARAVOLUME: RIBU TON Tren '10-

14 (%)Pangsa

2014 (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 RRT 48,23 66,17 78,49 92,46 101,37 19,97 76,872 CHILI 1,54 1,15 5,08 5,20 6,12 53,33 4,643 FILIPINA 4,25 3,16 6,35 3,83 5,17 6,04 3,924 KOREA SELATAN 1,30 4,06 1,37 1,17 2,86 3,32 2,175 VIETNAM 7,71 8,87 4,17 1,50 4,79 (23,87) 3,63

63,0 83,4 95,5 104,2 120,3 16,36 91,24

7,6 10,2 6,1 6,4 11,6 3,61 8,76

SUBTOTAL

LAINNYA

NO NEGARAVOLUME: RIBU TON Tren '10-

14 (%)Pangsa

2014 (%)

Page 78: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

68

Negara tujuan ekspor utama rumput laut lain dan ganggang segar yang didinginkan atau dikeringkan, untuk konsumsi manusia (HS 1212209000) adalah RRT dengan pangsa tahun 2014 lebih dari 76%. Sementara pertumbuhan ekspor rumput laut tersebut ke RRT mengalami peningkatan lebih dari 19% per tahun pada periode 2010-2014. Chili berada di urutan kedua dengan pangsa 4,6% dan pertumbuhan yang signifikan sebesar 53% per tahun. Di posisi ketiga terdapat Filipina dengan pangsa ekspor tahun 2014 sebesar 3,9%, dan pertumbuhan rata-rata per tahun 6,0% selama periode 2010-2014 (Tabel 5.4). Sementara dari sisi impor menurut HS, rumput laut yang paling banyak diimpor oleh Indonesia adalah Carageenan (HS 1302391000). Tahun 2014 pangsa volume impor Carageenan 50,1% terhadap total impor rumput laut. Disusul oleh rumput laut HS 1212209000 dengan pangsa 27,8%. Sementara jika dilihat dari tren, rata-rata volume impor mengalami pertumbuhan yang negatif selama periode 2010-2014. Agar-agar dan karaginan masing-masing mengalami penurunan rata-rata per tahun sebesar 32,4 % dan 30,5 % pada periode 2010-2014 (Tabel 5.5).

Tabel 5.5 Perkembangan Volume Impor Rumput Laut Indonesia HS 10 digit (ton)

Sumber: BPS (2015), diolah

Kode HS Deskripsi 2010 2011 2012 2013 2014 Tren '10-14 (%) Pangsa 2014 (%)

1212201100 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan jenis yang digunakan dalam farmasi

1,9 5,1 0,0 - - - -

1212201900 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan jenis yang digunakan dalam pencelupan, penyamakan dan wewangian

454,0 111,5 32,2 3,0 - - -

1212202000 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan, bukan untuk konsumsi manusia

151,2 73,4 41,1 39,7 15,0 (40,79) 1,86

1212209000 Rumput laut & alga lainnya, segar, didinginkan atau dikeringkan, terutama untuk konsumsi manusia

171,7 491,9 137,6 173,2 224,6 (4,94) 27,85

1302310000 Agar-agar 750,2 903,9 714,0 381,9 163,1 (32,39) 20,22

1302391000 Carageenan 1257,5 1320,8 242,8 334,4 403,8 (30,50) 50,07

Page 79: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

69

Berdasarkan negara asal impor rumput laut Indonesia, ternyata RRT juga mendominasi dengan pangsa impor tahun 2014 mencapai 36,9%, sedangkan Malaysia dan Filipina menduduki urutan kedua dan ketiga sebagai negara asal impor rumput laut dengan pangsa masing-masing 16,9% dan 11,4%. Jika dilihat dari sepuluh negara asal impor, Taiwan dan Irlandia yang mengalami peningkatan paling tinggi yaitu rata-rata 53,3% dan 48,5% per tahun. Sepuluh negara asal impor rumput laut memberikan kontribusi lebih dari 84,7% terhadap total impor rumput laut tahun 2014 (Tabel 5.6).

Tabel 5.6 Perkembangan Volume Impor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Asal (ton)

Sumber: BPS (2015), diolah

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rumput laut yang paling banyak diimpor adalah karaginan. Adapun negara utama asal impor karaginan adalah RRT dengan pangsa 67,8%tahun 2014. Namun pertumbuhan impor karaginan dari RRT mengalami penurunan 7,8% per tahun pada periode 2010-2014. Filipina merupakan negara asal impor karaginan terbesar kedua dengan pangsa 22,8% tahun 2014. Denmark merupakan negara asal impor karaginan terbesar ketiga dengan pangsa 7,6%. Namun, dari sisi tren di periode 2010-2014 ketiga negara tersebut mengalami pertumbuhan yang negatif (Tabel 5.7). Menurut KKP, disinyalir terdapat perdagangan rumput laut dari daerah perbatasan ke luar negeri yang tidak dicatat (unreported).

2010 2011 2012 2013 2014

1 RRT 924 1,111 624 352 297 (-28.95) 36,86 2 MALAYSIA 101 206 191 186 136 5.15 16,89 3 FILIPINA 80 69 42 8 92 (-17.01) 11,40 4 TAIWAN 10 20 34 71 45 53.28 5,58 5 KOREA SELATAN 161 156 113 82 31 (-32,68) 3,81 6 DENMARK 85 84 46 136 31 (-14.46) 3,78 7 KANADA 169 65 39 39 29 (-33,21) 3,60 8 THAILAND 44 4 19 19 16 (-3,37) 2,02 9 IRLANDIA 1 3 4 4 5 48.48 0,62

10 AMERIKA SERIKAT 611 344 21 2 1 (-82,88) 0,14

2,185 2,061 1,133 899 683 (-27,06) 84,69

601 845 34 33 123 (-47,27) 15,31

VOLUME: TON Tren '10-14 (%)

Pangsa 2014 (%)

SUBTOTAL

LAINNYA

NO NEGARA

Page 80: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

70

Tentu saja jika transaksi tersebut dicatat akan meningkatkan kinerja ekspor rumput laut nasional.

Tabel 5.7 Negara Asal Impor Karaginan (HS 1302391000), 2010- 2014

Sumber: BPS (2015), diolah

5.4 Peta Perdagangan Internasional Data tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan produsen utama dunia untuk rumput laut jenis Gracilaria. Tahun 2013 lebih dari 65% dari total produksi Gracilaria yang dipasok dunia berasal dari Indonesia. Rumput laut jenis Gracilaria pada umumnya tumbuh di daerah payau. Gracilaria merupakan bahan utama untuk membuat tepung agar-agar. Di bawah posisi Indonesia, terdapat RRT sebagai negara pemasok Gracilaria terbesar kedua dengan pangsa 17% tahun 2013 (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Negara Utama Penghasil Gracilaria, 2013.

Sumber: Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) (2014), diolah

2010 2011 2012 2013 2014

1 RRT 291,08 339,91 106,02 170,00 274,00 (7,82) 67,852 FILIPINA 79,70 69,00 41,82 8,07 91,90 (16,98) 22,763 DENMARK 84,82 83,90 45,58 136,00 30,51 (14,46) 7,564 SINGAPURA - 4,00 4,99 1,56 0,10 - 0,025 AS 597,53 343,12 19,28 1,08 - - -

1053,1 839,9 217,7 316,7 396,5 16,36 8,24 204,4 480,9 25,1 17,7 7,3 3,61 0,15LAINNYA

SUBTOTAL

NOVOLUME: TON

NEGARATren '10-

14 (%)Pangsa

2014 (%)

Jepang

2%

Korea

2%Chili

14%

RRT

17% Indonesia

65%

Page 81: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

71

Sama halnya dengan Gracilaria, rumput laut jenis Eucheuma cottonii dunia juga paling banyak dipasok dari Indonesia. Eucheuma cottoni merupakan bahan dasar untuk membuat produk olahan karaginan. Tahun 2013 Indonesia memasok sekitar 58% kebutuhan Eucheuma cottonii dunia, disusul oleh Filipina yang memasok 26% Eucheuma cottonii dunia (Gambar 5.3). Menurut pengamat rumput laut dunia, posisi Indonesia yang berada di kawasan coral triangel menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama Eucheuma cottonii kering dunia yang tidak akan dapat dikalahkan negara manapun. Produksi Eucheuma cottonii Indonesia saat ini masih dapat ditingkatkan karena potensi kawasan timur Indonesia yang sangat tinggi dan belum dikembangkan secara optimal (KKP, 2014). Sebelumnya di tahun 2005 produksi Eucheuma cottonii Indonesia masih mencapai 80.000 ton, sedangkan Filipina sudah menghasilkan 110.000 ton (McHugh, 2006).

Gambar 5.3 Negara Utama Penghasil Eucheuma cottonii, 2013.Sumber: ASTRULI (2014), diolah

Jika dilihat dari perkembangan impor rumput laut dunia, jenis rumput laut olahan yaitu karaginan (HS 130239) yang memiliki pangsa dan pertumbuhan volume impor paling tinggi, artinya kebutuhan dunia terhadap karaginan masih sangat tinggi di masa yang akan datang. Pada tahun 2014 karaginan memberikan kontribusi lebih dari 58% terhadap total impor rumput laut dunia, sedangkan peningkatan impornya pada periode 2012-2014 rata-rata 4,4% per tahun.Sementara itu, agar-agar (HS 130231) dan rumput laut untuk konsumsi manusia (HS 121221) juga terus meningkat permintaannya, terlihat dari impor dunia untuk kedua rumput laut ini rata-rata naik 15,2% dan 16,7% per tahun pada periode 2012-2014. Pangsa keduanya masing-masing

Indonesia

58%

Filipina

26%

Vietnam, Malaysia, Tanzania

16%

Page 82: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

72

sebesar 13,8% dan 13,7% per tahun terhadap total impor rumput laut dunia pada tahun 2014 (Tabel 5.8).

Tabel 5.8 Perkembangan Impor Rumput Laut Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data Intenational Trade Center (ITC), pasar impor rumput laut dunia (HS 121220) tahun 2013 tersebar ke banyak negara dimana konsentrasi pasar terjadi pada 10 negara yang menyerap 99% dari total impor dunia. Filipina menjadi negara pengimpor terbesar dengan pangsa tahun 2013 mencapai 79% lebih dan pertumbuhan rata-rata per tahun naik 4% selama periode 2010-2013. Indonesia sendiri menduduki urutan ke-49 sebagai negara yang mengimpor rumput laut HS 121220. Namun sejak tahun 2012, permintaan Indonesia terhadap impor rumput laut HS 121220 sudah tidak ada. Demikian juga dengan pertumbuhan impor rumput laut dunia HS 121220 juga mengalami penurunan, dimana selama periode 2010 hingga 2013 turun 73,7% per tahun (Tabel 5.9).

Tabel 5.9 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121220) Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

HS Deskripsi 2012 2013 2014Tren 12-14

(%)Pangsa '14

(%)

121220 Rumput laut dan alga lain, segar atau dikeringkan 30.822 10.572 10.030 (-42,95) 1,48121221 Rumput laut dan alga lain : Layak untuk konsumsi manusia 189.522 225.686 258.002 16,68 38,13121229 Rumput laut dan alga lain : Tidak layak untuk konsumsi manusia 252.078 296.425 255.078 0,59 37,69130231 Agar-agar 11.809 13.806 12.486 2,83 1,85130239 Karaginan 135.728 14.944 141.125 1,97 20,85

619.959 561.433 676.721 4,48 100,00 Total

No Importir 2010 2011 2012 2013 2014* Tren 10-13 (%) Pangsa '13 (%)

Dunia 370.531 474.546 30.762 10.802 8.313 (73,66) 100,0

1 Filipina 9.698 5.445 11.681 8.563 8.313 3,98 79,272 Ukraina 704 814 503 995 5,72 9,213 Maroko 38 74 448 778 196,19 7,204 Vietnam - - - 217 - 2,015 Hong Kong 1.089 1.291 - 125 - 1,166 Kirgizstan 1 2 14 34 249,91 0,317 Venezuela 96 2 39 28 (7,00) 0,268 Korea Selatan - 4 499 22 - 0,209 Aruba 12 8 10 11 (0,38) 0,10

10 Jamaika 7 10 26 10 22,45 0,09

Subtotal 11.645 7.650 13.220 10.783 8.313 3,21 99,82

49 Indonesia 779 682 - - - -

Page 83: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

73

Dari sisi negara pemasok rumput laut HS 121220 di pasar dunia, ternyata selain sebagai pengimpor utama, Filipina juga merupakan negara pemasok utama HS rumput laut yang sama dengan pangsa mencapai 89,5% tahun 2013. Posisi ini disusul Maroko di urutan kedua dengan pangsa ekspor sebesar 10,4%. Sementara Indonesia sejak tahun 2012 sudah tidak mengekspor rumput laut jenis tersebut. Tren ekspor dunia untuk rumput laut jenis ini turun 57,8% per tahun selama tahun 2010 hingga 2013. Sedangkan ekspor Filipina, Maroko dan Senegal masih mengalami peningkatan masing-masing sebesar 24,9%, 1,6% dan 20,2% per tahun di periode yang sama (Tabel 5.10).

Tabel 5.10 Pemasok Rumput Laut (HS 121220) di Pasar Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

No Eksportir 2010 2011 2012 2013 2014* Tren 10-13 (%) Pangsa '13 (%)

Dunia 344.920 409.469 41.976 41.432 18.493 (57,83) 100,001 Filipina 17.404 27.141 26.053 37.063 18.493 24,94 89,462 Maroko 4.769 2.333 3.692 4.309 1,56 10,403 Senegal 26 19 45 36 20,18 0,094 Vietnam - - - 10 - 0,025 Mesir 56 81 - 7 - 0,026 Ukraina 5 2 1 7 3,21 0,027 Tanzania 12.182 14.773 9.815 - - - 8 India - 733 1.129 - - - 9 Malaysia 857 1.321 502 - - -

10 Tonga - 107 323 - -

Subtotal 22.260 29.576 29.791 41.432 18.493 20,58 100,00

56 Indonesia 123 159 - - - -

Impor rumput laut dunia (HS 121221) tahun 2013 sebagian besar (90%) terkonsentrasi pada 10 pasar negara-negara maju seperti RRT, Jepang, Irlandia, Perancis, Korea Selatan, Amerika Serikat, Norwegia, Chili, Rusia dan Thailand. Indonesia sebagai negara importir rumput laut (HS 12122) menduduki urutan ke-33. Secara total impor dunia terhadap rumput laut jenis ini meningkat 14,7% per tahun selama periode 2012-2014. RRT sebagai pengimpor utama rumput laut jenis ini dengan pangsa pasar hampir 50% dari total impor dunia. Dari sepuluh negara pengimpor utama, RRT juga mengalami pertumbuhan

Page 84: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

74

Tabel 5.11 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121221) di Pasar Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

Data ITC menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pemasok utama dunia untuk rumput laut (kode HS 121221), dengan pangsa pasar Indonesia di dunia mencapai sekitar 41% atau volumenya mencapai 101 ribu ton tahun 2013. Pasokan rumput laut (HS 121221)di pasar dunia masih didominasi oleh Indonesia dan Madagaskar. Sepuluh negara eksportir utama memasok hampir 97% dari total permintaan dunia pada tahun 2013. Madagaskar menguasai lebih dari 34% pangsa pasar dunia, dengan tren pertumbuhan selama 2012-2014 tumbuh 21% per tahun. Amerika Serikat dan Inggris di periode yang sama juga mengalami pertumbuhan cukup baik dimana ekspor rumput laut kedua negara tersebut masing-masing tumbuh 15% dan 12% (Gambar 5.4).

rata-rata impor tertinggi yakni 37,4% per tahun. Sementara itu, Jepang sebagai negara pengimpor rumput laut HS 121221 terbesar kedua dengan pangsa 14% di tahun 2013, mengalami tren pertumbuhan impor yang menurun pada periode 2012-2014 yaitu sebesar 7,24% per tahun (Tabel 5.11).

No Importir 2010 2011 2012 2013 2014* Tren 12-14 (%) Pangsa '13 (%)

Dunia 188.425 228.122 247.787 14,68 100,001 RRT 0 0 68.810 113.651 129.909 37,40 49,822 Jepang 0 0 38.245 31.999 32.910 (7,24) 14,033 Irlandia 0 0 13.706 13.706 - - 6,014 Perancis 0 0 16.055 13.066 11.013 (17,18) 5,735 Korea Selatan 0 0 17.625 12.665 14.325 (9,85) 5,556 Amerika Serikat 0 0 7.711 6.439 7.187 (3,46) 2,827 Norwegia 0 0 7.693 6.318 6.402 (8,78) 2,778 Chili 0 0 2.710 3.510 4.484 28,63 1,549 Rusia 0 0 2.835 2.978 4.383 24,34 1,31

10 Thailand 0 0 2.121 2.759 3.408 26,76 1,21

Subtotal - - 177.511 207.091 214.021 9,80 90,78

33 Indonesia 0 0 130 172 - 0,08

Page 85: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

75

Gambar 5.4 Pemasok Rumput Laut (HS 121221) di Pasar Dunia (ton).Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

Chili merupakan pemasok Rumput Laut (HS 121229) terbesar di dunia selama kurun waktu 2012-2014. Negara ini memasok lebih dari 27% bahan rumput laut (HS 121229) dunia tahun 2013. Posisi Indonesia sebagai salah satu negara pemasok bahan rumput laut (HS 121229)di pasar dunia berada pada urutan ke dua, dengan pangsa sekitar 27%. Sementara itu, Madagaskar mengalami peningkatan ekspor yang tinggi dimana selama 2012-2014 tumbuh rata-rata 82% per tahun. Sedangkan ekspor Islandia pada periode yang sama tumbuh 53% per tahun (Tabel 5.12).

Tabel 5.12 Pemasok Rumput Laut (HS 121229) di Pasar Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

30.00

20.00

10.00

0.00

-10.00

-20,00

-30.00

-40.00(20,000) - 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Tren

eks

por ‘

12-1

4(%

)

Nilai Ekspor Tahun 2013 (USD Juta)

ASInggrisJepang

Tanzania

Perancis Korea

Chili

RRT

Madagaskar

Indonesia

Page 86: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

76

Pasar impor rumput laut (HS 121229) dunia tumbuh fluktuatif, untuk data tahun 2010 dan 2011 tidak tersedia, sementara data tahun 2014 belum tersedia secara lengkap, sehingga dari perhitungan sementara rumput laut (HS 121229) turun 1,8% per tahun, terkonsentrasi pada 10 negara yang menyerap lebih dari 94% dari total impor dunia. Indonesia sebagai negara importir rumput laut (HS 121229) menempati urutan ke-42. RRT sebagai importir utama mengalami penurunan permintaan impor rata-rata 9,7% per tahun periode 2012-2014. Tahun 2013, RRT menyerap lebih dari 50% rumput laut (HS 121229) dunia. Sementara itu permintaan Inggris untuk rumput laut jenis tersebut meningkat tajam dengan tren pertumbuhan 138% per tahun di periode 2012-2014 (Tabel 5.13).

Tabel 5.13 Pasar Impor Rumput Laut (HS 121229) Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Keterangan: *) data tahun 2014 masih banyak yang belum tersedia

Dari sisi pemasok agar-agar (HS 130231) di pasar dunia, RRT ternyata pemasok utama agar-agar dunia dengan pangsa mencapai 40% lebih. Chili berada di urutan kedua negara pemasok utama agar-agar dengan pangsa mencapai 13% tahun 2014. Disusul oleh Spanyol di urutan ketiga dengan pangsa ekspor hampir mencapai 10%. Sementara Indonesia menempati peringkat keempat sebagai pemasok agar-agar dunia dengan pangsa 7%, namun trennya mengalami penurunan 16,4% per tahun pada periode 2010-2014. Tren ekspor dunia untuk agar-agar meningkat 0,4% per tahun selama tahun 2010 hingga 2014 (Tabel 5.14).

No Importir 2010 2011 2012 2013 2014*Tren 12-14 (%)

Pangsa '13 (%)

Dunia - - 252.076 332.902 243.211 (1,77) 100,00

1 RRT - - 151.155 168.411 123.368 (9,66) 50,592 Chili - - 4.382 37.338 6.095 17,94 11,223 Inggris - - 849 23.845 4.807 137,95 7,164 Amerika Serikat - - 19.539 23.652 18.030 (3,94) 7,105 Irlandia - - 21.505 21.505 34.140 26,00 6,466 Jepang - - 15.114 14.548 15.138 0,08 4,377 Australia - - 8.527 6.900 7.848 (4,06) 2,078 Denmark - - 6.897 6.828 5.525 (10,50) 2,059 Arab Saudi - - 1.902 6.600 - - 1,98

10 Spanyol - - 5.897 5.656 6.312 3,46 1,70

Subtotal - - 235.767 315.283 221.263 (3,1) 94,71

42 Indonesia - - 81 44 - 0,01

Page 87: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

77

Tabel 5.14 Pemasok Agar-Agar (HS 130231) di Pasar Dunia (ton)

Secara total, impor agar-agar dunia (HS 130231) meningkat sekitar 5% per tahun selama periode 2010-2014. Jepang sebagai negara pengimpor utama agar-agar dengan pangsa pasar hampir 15% dari total impor dunia. Sementara itu, Amerika Serikat sebagai negara pengimpor agar-agar terbesar kedua dengan pangsa 11% di tahun 2014, dan Jerman sebagai pengimpor terbesar ketiga dengan pangsa 7%, mengalami tren pertumbuhan impor yang menurun pada periode 2010-2014 yaitu turun sebesar 8,8% per tahun. Indonesia sebagai negara importir agar-agar (HS 130231) menempati peringkat ke-17 dengan pangsa 1,3%. Dari sepuluh negara pengimpor utama agar-agar, RRT mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi yaitu 48% per tahun (Tabel 5.15).

No Eksportir 2010 2011 2012 2013 2014Tren 10-14 (%)

Pangsa '14 (%)

Dunia 12.770 12.777 11.494 12.223 13.317 0,40 100,00

1 RRT 3.980 3.714 4.146 4.488 5.465 8,58 41,042 Chili 2.170 2.057 1.925 1.771 1.78 (5,31) 13,373 Spanyol 1.060 933 1.044 1.153 1.309 6,54 9,834 Indonesia 1.721 1.873 1.292 1.056 933 (16,45) 7,015 Maroko 1.005 842 937 1.066 925 0,70 6,956 Jerman 862 634 410 525 609 (8,46) 4,577 Korea Selatan 348 386 380 478 465 8,26 3,498 Taipei 26 39 66 114 201 67,58 1,519 Amerika Serikat 264 279 213 270 197 (6,00) 1,48

10 Perancis 141 158 151 188 170 5,63 1,28

Subtotal 11.577 10.915 10.564 11.109 12.054 0,99 90,52

Sumber: ITC (2015), diolah

Tabel 5.15 Pasar Impor Agar-Agar (HS 130231) Dunia (Ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

No Importir 2010 2011 2012 2013 2014Tren 10-14

(%)Pangsa '14 (%)

Dunia 10.858 11.259 11.993 14.498 12.360 5,25 100,00

1 Jepang 1.546 1.535 1.706 1.785 1.850 5,23 14,972 Amerika Serikat 1.312 1.368 1.429 1.420 1.413 1,87 11,433 Jerman 1.181 942 618 697 867 (8,78) 7,014 Thailand 730 616 724 695 818 3,54 6,625 Spanyol 585 346 446 1.859 780 25,32 6,316 Malaysia 622 680 765 869 680 4,33 5,507 Rusia 469 494 269 273 577 (1,77) 4,678 Perancis 373 557 1.106 370 393 (3,00) 3,189 RRT 89 134 227 348 392 47,99 3,17

10 Inggris 210 222 184 580 357 22,40 2,89

Subtotal 7.117 6.894 7.474 8.896 8.127 5,34 65,75

17 Indonesia 750 904 714 382 163 (32,4) 1,32

Page 88: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

78

Dari sisi negara pemasok karaginan (HS 130239) di pasar dunia, ternyata selain sebagai pemasok agar-agar terbesar, RRT juga sebagai pemasok karaginan terbesar di dunia dengan pangsa mencapai 30,4% tahun 2014. Disusul oleh Filipina di peringkat kedua dengan pangsa ekspor sebesar 16,6%. Sementara Indonesia berada di posisi ke sembilan dengan pangsa mencapai 3% tahun 2014. Tren ekspor dunia untuk karaginan meningkat 9,7% per tahun pada periode 2010-2014. Dari sepuluh negara pemasok karaginan dunia, Perancis yang mengalami tren pertumbuhan paling rendah yaitu turun 4,6% per tahun selama 2010-2014. Sedangkan ekspor karaginan Indonesia mengalami peningkatan 47%per tahun di periode yang sama (Tabel 5.16).

Tabel 5.16 Pemasok Karaginan (HS 130239) di Pasar Dunia (ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

Tabel 5.17 Pasar Impor Karaginan (HS 130239) Dunia (Ton)

Sumber: ITC (2015), diolah

No Importir 2010 2011 2012 2013 2014Tren 10-14 (%)

Pangsa '14 (%)

Dunia 114.968 119.423 135.302 148.530 139.644 6,26 100,00

1 Jerman 13.325 13.918 18.217 23.200 19.797 13,91 14,182 Amerika Serikat 10.912 11.353 12.046 10.152 11.453 (0,15) 8,203 Perancis 5.677 6.314 5.454 6.629 6.810 4,21 4,884 Meksiko 4.716 4.681 5.596 5.555 5.693 5,63 4,085 Belgia 6.085 5.299 7.741 7.152 5.557 1,19 3,986 Inggris 5.202 5.434 4.851 5.122 5.380 0,08 3,857 Spanyol 4.907 3.799 4.169 4.510 4.908 1,73 3,518 Italia 4.069 3.765 5.234 5.170 4.745 6,44 3,409 Denmark 3.876 4.139 4.648 5.311 4.722 6,65 3,38

10 Bangladesh 911.000 772.000 3.926 4.031 4.338 61,19 3,11

Subtotal 59.680 59.474 71.882 76.832 73.403 6,93 52,56

20 Indonesia 1.955 2.396 1.725 1.735 2.055 (2,2) 1,47

Page 89: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

79

Pasar impor karaginan dunia (HS 130239) tahun 2014 tersebar ke banyak negara dimana impor 10 negara hanya menyerap 53% dari total impor dunia. Jerman merupakan negara pengimpor utama dengan pangsa tahun 2014 mencapai 14% lebih dan pertumbuhan rata-rata per tahun naik 13,9% selama periode 2010-2014. Indonesia menempati posisi ke-20 sebagai negara pengimpor karaginan dengan pangsa 1,5% tahun 2014 dan tren yang mengalami penurunan 2,2% per tahun selama 2010-2014. Dari sepuluh negara pengimpor utama karaginan, Bangladesh mengalami tren pertumbuhan paling tinggi yakni mencapai sebesar 61% per tahun selama 2010-2014. Sementara pertumbuhan impor karaginan dunia mengalami peningkatan 6,3% per tahun di periode yang sama (Tabel 5.17).

5.5 Daya Saing Rumput Laut Indonesia Daya saing ekspor rumput laut Indonesia di luar negeri sangat baik dibandingkan dengan negara lain, ditambah lagi Indonesia merupakan salah satu produsen utama rumput laut di dunia. Bahkan menurut Porse dan Bixler, dua orang pakar rumput laut dunia, produksi Eucheuma cottonii kering Indonesia tidak akan dapat dikalahkan oleh negara lain (KKP, 2014). Seperti yang terlihat pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3 sebelumnya, Indonesia masih menjadi produsen utama rumput laut dunia jenis Gracilaria dan Eucheuma cottonii. Selain itu daya saing rumput laut Indonesia juga dapat dilihat dari skor Trade Intensity Index (TII) pada Tabel 5.18 berikut.

Tabel 5.18 Skor Trade Intensity Index (TII) Indonesia untuk Ekspor Rumput Laut (HS 121221), 2013

Sumber: Hasil AnalisisKeterangan:xijk: Nilai ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan eksporXik: Nilai total ekspor rumput laut Indonesiaxwjk: Nilai ekspor rumput laut dunia ke negara tujuan eksporXwk: Nilai total ekspor rumput laut duniaSkor TII diatas 100 menunjukkan produk ekspor tersebut memiliki daya saing yang tinggi di negara tujuan ekspor8

8TII dihitung dengan menggunakan rumus:

Page 90: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

80

Skor Trade Intensity Index (TII) produk rumput laut Indonesia HS 121221 di Spanyol sangat tinggi.Hal ini menunjukkan daya saing ekspor rumput laut Indonesia di Spanyol sangat baik. Demikian juga dengan ekspor rumput laut ke negara Chili, RRT dan Vietnam cukup baik, yakni dengan indeks TII melebihi 100. Sementara ekspor rumput laut Indonesia ke Korea Selatan masih mengalami daya saing yang cukup rendah (Tabel 5.18).

5.6 Permasalahan Terkait Daya Saing Ekspor Rumput Laut Indonesia Dalam upaya peningkatan ekspor rumput laut olahan, pemerintah berupaya menggiatkan program hilirisasi rumput laut. Selain bahan baku yang banyak diekspor, salah satu kendala utama dalam pengolahan produk rumput laut adalah mesin pengolah yang masih diimpor, namun pemerintah siap memberikan dukungan bagi para investor yang berminat pada industri pengolahan rumput laut dengan membebaskan pajak impor mesin pengolahan rumput laut (Luwuraya, 2011). Disisi lain, rencana penerapan tarif Bea Keluar (BK) terhadap rumput laut kering dan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap ekspor produk rumput laut diduga akan mengganggu kinerja ekspor rumput laut, meskipun tujuannya adalah untuk mendorong hilirisasi di sektor industri rumput laut dalam negeri. Hingga tahun 2015 rencana tentang kedua kebijakan rumput laut tersebut masih ditunda. Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan, salah satu importir rumput laut dari RRT menghentikan pembelian rumput laut dari Indonesia karena adanya rencana pengenaan tarif BK terhadap produk rumput laut. Hal ini berimbas pada terjadinya penimbunan pasokan dan berpengaruh pada penurunan harga rumput laut petani sebesar 50%. Disisi lain, penerapan BK dikhawatirkan akan menambah masalah jika pelaku usaha membebankannya kepada petani rumput laut. Apabila hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin negara importir beralih ke negara pemasok lain seperti India, Brasil, dan beberapa negara Afrika yang telah menetapkan tarif Bea Keluar rumput laut (Aprilia, 2011). Adanya rencana penetapan SNI rumput laut diduga akan menambah biaya produksi rumput laut, sehingga dapat menurunkan daya saing ekspor produk rumput laut. Selain itu, menurut ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), permintaan rumput laut dari negara pengimpor membutuhkan kadar kekeringan rumput laut yang berbeda-beda, demikian juga dengan kadar kekotorannya yang belum

Page 91: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

81

terlalu ketat (Avisena, 2015). Sementara dalam penelitian Mahatama dan Farid (2013) disebutkan bahwa tidak ada kebijakan input dari pemerintah yang dapat memacu peningkatan produksi petani budidaya rumput laut. Sedangkan menurut Setyaningsih (2011) strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha rumput laut adalah pemberdayaan anggota dan kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya, memperluas lahan usaha budidaya, dan meningkatkan keterampilan teknis budidaya rumput laut untuk meningkatkan mutu produk rumput laut.

5.7 Penutup Indonesia merupakan produsen utama rumput laut dunia, khususnya jenis Gracilaria dan Eucheuma cottonii. Berdasarkan data dari (ITC), tahun 2013 Indonesia merupakan pemasok utama untuk rumput laut HS 121221 (Rumput laut dan alga lain: layak untuk konsumsi manusia), dan juga sebagai importir urutan ke-33 dunia untuk produk yang sama. Sementara itu, untuk HS 121229 (Rumput laut dan alga lain: tidak layak untuk konsumsi manusia), Indonesia menjadi eksportir terbesar kedua dunia, dan importir ke-42 di tahun 2013. Berbeda dengan kedua HS rumput laut sebelumnya, dimana Indonesia menjadi eksportir terbesar pertama dan kedua, untuk HS 121220 (Rumput laut dan alga lain, segar atau dikeringkan) Indonesia hanya menjadi eksportir ke-56 dunia dan importir ke-49 dunia tahun 2013. Namun sayangnya, rumput laut dalam bentuk bahan baku masih lebih banyak yang diekspor dibanding yang diolah oleh industri dalam negeri. Di sisi lain, pelaku industri dalam negeri mengaku masih kekurangan bahan baku karena produsen lebih memilih untuk mengekspor daripada menjual kepada industri pengolahan dalam negeri.Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) menyatakan bahwa data produksi rumput laut kering mencapai 350 ribu ton per tahun, sedangkan data lain menyebutkan produksi rumput laut mencapai 930 ribu ton per tahun. Adanya perbedaan data produksi rumput laut menyebabkan ASTRULI meminta pemerintah untuk melakukan verifikasi data produksi rumput laut nasional (Jati, 2015).

Page 92: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

82

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, E.U. (2011). Pengusaha Tolak Larangan Ekspor Rumput Laut. (7 September 2011). Diunduh dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2011/09/07/090355011/pengusaha-tolak-larangan-ekspor-rumput-laut tanggal 23 April 2015.

ASTRULI. (2014). Roadmap Industri Rumput Laut Indonesia. Bahan Presentasi Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) tanggal 25 November 2014.

Avisena, Muhammad. (2015). Industri Bisnis. Rumput Laut, Penerapan SNI Dinilai Hambat Pemasaran. (8 April 2015). Diunduh dari http://industri.bisnis.com/read/20150408/12/420539/rumput-laut-penerapan-sni-dinilai-hambat-pemasaran tanggal 23 April 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Statistik Ekspor Impor Indonesia 2015.

International Trade Center (ITC). (2015). Data Ekspor Impor Rumput Laut Dunia HS 121220, HS 121221, HS 121229, HS 130231, HS 130239 Periode 2010-2014.

Jati, Gentur Putro. CNN Indonesia. Asosiasi Rumput Laut: Bea Keluar Naik Tunggu Harmonisasi Data. (26 Maret 2015). Diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150326144726-92-42091/asosiasi-rumput-laut-bea-keluar-naik-tunggu-harmonisasi-data/ tanggal 13 Mei 2015.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2014). Profil Peluang Usaha dan Investasi Rumput Laut Edisi ke-4.

Luwuraya. (6 Juli 2011). Pelarangan Ekspor Rumput Laut Dukung Unit Pengolahan. Diunduh dari http://www.luwuraya.net/2011/07/pelarangan-ekspor-rumput-laut-dukung-unit-pengolahan/ tanggal 13 Agustus 2015.

Mahatama, E. dan Farid, M. (2013). Daya Saing dan Saluran Pemasaran Rumput Laut: Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol.7 No.1, Juli 2013 pp 55-72.

McHugh, D. J. (2006). The Seaweed Industry In The Pacific Islands. Australian Centre for International Agricultural Research. ACIAR Working Paper No. 61 pp 1-55.

Page 93: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Perdagangan Luar Negeri Rumput Laut

83

Setyaningsih, Heryati. (2011). Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya Di Perairan Karimunjawa. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ya’la, Z. R. (2008). Prospek Pengembangan Rumput Laut Di Kabupaten Morowali. Jurnal Agroland 15 (2), Juni 2008 pp 144 – 148.

Page 94: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Hasni

84

Page 95: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

85

BAB VIPELUANG DAN TANTANGAN RUMPUT LAUT

DI INDONESIA

Rino Adi Nugroho

6.1 Pendahuluan Rumput laut merupakan salah satu produk hasil laut yang sangat potensial bagi Indonesia. Berbagai faktor seperti luasnya lahan potensial, masa panen yang dapat mencapai empat kali dalam setahun,dan besarnya potensi pasar baik di dalam maupun di luar negeri menjadikan rumput laut sebagai salah satu produk unggulan ekonomi nasional. Besarnya potensi nilai ekonomis yang dimiliki komoditas rumput laut selama ini sayangnya belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Beberapa permasalahan utama seperti masih rendahnya produktivitas rumput laut di lingkungan petani, rendahnya tingkat penyerapan komoditas rumput laut untuk produksi di dalam negeri, dan masih minimnya nilai tambah produk rumput laut Indonesia dalam perdagangan menjadi tantangan serius dalam upaya pengembangan komoditi rumput laut nasional. Bab ini akan membahas tentang peluang dan tantangan komoditi rumput laut Indonesia, yang meliputi permasalahan yang dihadapi dalam perdagangan di dalam dan luar negeri serta kebijakan apa saja yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah dalam strategi untuk mengembangkan komoditas rumput laut sebagai salah satu komoditas potensial ekspor nasional.

6.2 Dinamika Produksi dan Perdagangan Rumput Laut Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) tahun 2015, total produksi rumput laut Indonesia secara keseluruhan pada tahun 2013 mencapai 9,3 juta ton dan meningkat menjadi 10,2 juta ton pada tahun 2014 dalam bentuk basah. Produksi rumput laut Indonesia ke depan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat masih besarnya potensi rumput laut di kawasan timur Indonesia yang belum banyak tergarap. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki luas indikatif efektif kawasan potensial budidaya

Page 96: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

86

rumput laut mencapai 769.452 ha. Dari jumlah tersebut, baru 384.733 ha atau sekitar 50% saja yang telah dimanfaatkan secara efektif (Warta Ekspor, 2013). Secara garis besar produksi rumput laut Indonesia didominasi oleh jenis karaginan dan agar-agar. Rumput laut jenis karaginan mempunyai produk turunan berupa Refined Carrageenan (RC), Semi Refined Carrageenan (SRC), dan Alkali Treated Chips (ATC).

Tabel 6.1 Estimasi Produksi Olahan Rumput Laut Indonesia (ton)

Sumber: ASTRULI (2014)

Catatan: Asumsi tren produksi olahan rumput laut Indonesia 5% per tahun

Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI)memproyeksikan pada tahun 2019 total produksi rumput laut Indonesia jenis karaginan mencapai 16.751 ton dan jenis agar-agar menjadi 4.933 ton, dengan asumsi tingkat pertumbuhan produksi 5% per tahun seperti yang ditunjukan oleh Tabel 6.1. Meskipun Indonesia adalah negara penghasil rumput laut terbesar di dunia, dalam hal produktivitas rumput laut di kalangan petani Indonesia masih rendah. Beberapa faktor seperti kurangnya bibit unggul, masih minimnya pengetahuan teknik budidaya, harga rumput laut yang fluktuatif, serta lemahnya kemampuan dan akses pendanaan di kalangan petani rumput laut diyakini menjadi penyebab utama rendahnya produktivitas petani. Fluktuasi harga rumput laut yang masih tinggi membuat produksi rumput laut menjadi tidak menentu. Seperti kasus yang terjadi di Nusa Penida Bali, di mana banyak petani yang beralih profesi menjadi pramuwisata dan tukang parkir kapal karena mengeluh dengan hasil pendapatan mereka dari rumput laut. Hal ini berimbas pada penurunan produksi rumput laut di daerah tersebut sekitar 70% yang semula mencapai 145.597 ton pada 2013 menjadi 84.336 ton pada tahun 2014 (Berita Satu, 2015).

Page 97: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

87

Kemampuan dan akses pendanaan pembudidaya rumput laut dilingkungan petani yang masih lemah menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas rumput laut nasional. Sulitnya petani dalam memperoleh akses permodalan dari lembaga keuangan formal membuat petani harus memiliki ikatan modal dengan para pedagang, baik berupa sarana produksi maupun finansial. Besarnya tingkat produksi rumput laut nasional tidak otomatis membuat para pelaku industri rumput laut dalam negeri mudah dalam memperoleh bahan baku. Industri dalam negeri harus bersaing dengan pembeli dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) karena RRT sebagai target ekspor utama Indonesia berani mematok harga beli yang lebih tinggi kepada petani Indonesia sehingga membuat para petani lebih memilih untuk menjual hasil produksinya ke pembeli asal RRT. Rendahnya penyerapan produk rumput laut di dalam negeri disebabkan oleh banyaknya rumput laut yang di ekspor, yakni sekitar 64,31% dari total produksi nasional. Adapun kemampuan pengusaha asal RRT dalam membeli rumput laut dengan harga yang lebih tinggi disebabkan oleh stimulus sekaligus insentif yang diberikan oleh negara mereka sebesar 15% hingga 35% (Republika Online, 2015b). Rumput laut apabila ditinjau dari aspek konsumsi merupakan produk yang mempunyai banyak manfaat dan nilai tambah karena dapat digunakan sebagai bahan dasar makanan dan minuman, kosmetik, pupuk pertanian, keramik, kertas, farmasi, dan biofuel. Namun, keterbatasan teknologi di dalam negeri membuat produk rumput laut Indonesia memiliki nilai tambah yang rendah (Republika Online, 2015a). Saat ini total produksi rumput laut kering Indonesia menurut ASTRULI mencapai 350 ribu ton per tahun dan kebutuhan industri sebesar 120 ribu ton per tahun. Sementara bahan baku rumput laut kering yang diekspor mencapai 160 ribu ton sampai 170 ribu ton per tahun. Hal ini menunjukan masih besarnya potensi produksi yang belum dimaksimalkan di dalam negeri.

6.3 Dinamika Produksi dan Perdagangan Rumput Laut di Dunia Internasional Saat ini produksi rumput laut kering dunia berjumlah sekitar 1,2 juta ton dengan komposisi produksi sekitar 50% berasal dari Indonesia, 35% dari Filipina, dan 15% sisanya dari negara-negara lainnya di seluruh dunia. Adapun hasil olahan rumput laut yang paling banyak diproduksi secara global adalah jenis karaginan, dimana karaginan

Page 98: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

88

merupakan produk olahan dari rumput laut Eucheuma cottonii. Tabel 6.2 menunjukkan estimasi produksi rumput laut secara global yang dihitung oleh ASTRULI.

Tabel 6.2 Estimasi Produksi Rumput Laut Global Berdasarkan Jenis (t on)

Sumber: ASTRULI (2014)

Catatan: Asumsi tren produksi karaginan 5% per tahun Asumsi tren produksi agar-agar, alginat 4% per tahun

Pada Tabel 6.2 ASTRULI memproyeksi pada tahun 2019 total produksi rumput laut global jenis karaginan sebesar 100.507 ton, produksi agar-agar 13.824 ton, dan produksi alginat 28.105 ton, dengan asumsi tren pertumbuhan produksi 5% per tahun untuk jenis karaginan, dan 4% per tahun untuk jenis agar-agar dan alginat.

Prediksi Kebutuhan Karaginan dan Agar-Agar Dunia Seiring dengan semakin meningkatnya kegunaan rumput laut sebagai bahan baku industri di dunia, khususnya jenis karaginan dan agar-agar, Komisi Rumput Laut Indonesia memprediksi kebutuhan dunia untuk rumput laut dari tahun 2012 hingga 2018 akan meningkat dengan tren peningkatan 10,8% untuk jenis karaginan dan 11,4% untuk jenis agar, dengan kebutuhan terbesar pada Eucheuma sp. sebagai penghasil karaginan, dan Gracilaria sp. sebagai penghasil agar. Prediksi kebutuhan rumput laut dunia dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Prediksi Kebutuhan Rumput Laut Global Penghasil Karaginan dan Agar-Agar (ton kering)

Sumber: Estimasi Komisi Rumput Laut Indonesia (2012), diolah

Page 99: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

89

Adapun saat ini kebutuhan global rumput laut jenis Eucheuma mencapai 236 ribu ton kering per tahun dan baru dapat dipenuhi 145 ribu ton. Untuk jenis Gracilaria, bahan pembuatan agar-agar, kebutuhannya mencapai 96 ribu ton, dan baru dapat diproduksi 48,5 ribu ton kering per tahun. 6.4 Kebijakan Pemerintah6.4.1 Konsep Kawasan Minapolitan Dalam upaya meningkatkan produksi komoditas-komoditas unggulan pada sektor kelautan dan perikanan seperti rumput laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2010 telah membuat suatu konsep yaitu kawasan minapolitan. Definisi minapolitan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.12 tahun 2010 adalah suatu pembangunan ekonomi dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang memiliki fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan kegiatan pendukung lainnya. Konsep minapolitan pada umumnya membagi suatu kawasan menjadi tiga zonasi seperti zona produksi, zona kelembagaan ekonomi dan penyangga, dan zona industri pengolahan yang saling melengkapi dan saling menguntungkan satu sama lain. Zona satu atau zona produksi pada kawasan minapolitan adalah zona yang bertugas menghasilkan rumput laut untuk kemudian dibudidayakan hingga siap panen, sedangkan zona dua atau zona kelembagaan ekonomi adalah zona yang bertugas membuat kerjasama dengan zona satu tentang pembelian hasil produksi rumput laut dan menyediakan sarana produksi, sekaligus melakukan kontrol dan pembinaan terhadap cara budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di zona satu, dan zona tiga atau zona industri pengolahan adalah zona yang bertugas membeli rumput laut yang dikumpulkan oleh zona dua sesuai dengan standar yang telah disepakati dan juga bertugas mengolah rumput laut. Dengan sinergi dan koordinasi yang baik diantara ketiga zona tersebut diharapkan akan menghasilkan hasil produksi yang baik dan maksimal. Salah satu contoh daerah yang sukses menerapkan konsep minapolitan dan patut ditiru oleh daerah lain di Indonesia dalam pengembangan komoditi rumput laut adalah Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semenjak ditetapkan sebagai

Page 100: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

90

kawasan minapolitan oleh pemerintah pada tahun 2010, Kabupaten Sumba Timur berhasil meningkatkan produksi rumput lautnya secara signifikan. Sebagai contoh di Kecamatan Pohuga Lodu, kawasan minapolitan utama di Kabupaten Sumba Timur, pada tahun 2010 produksi rumput lautnya hanya sebesar 439,9 ton dan kemudian pada tahun 2014 berhasil meningkat secara pesat sebesar 1.560,4 ton. Adapun Kabupaten Sumba Timur secara keseluruhan pada tahun 2014 berhasil mencapai total produksi sebesar 2.400 ton. Selain itu, keberhasilan Kabupaten Sumba Timur dalam mengintegrasikan sistem usaha dari hulu ke hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran dengan didukung sarana prasarana yang memadai seperti transportasi dan sarana produksi menjadikan Kabupaten ini meraih kategori “A” kawasan minapolitan (KKP, 2015).

6.4.2 Kegiatan Foreign Buyer Mission Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah produksi rumput laut nasional antara lain dengan mengundang pelaku usaha atau investor dari luar negeri untuk menanamkan investasinya di Indonesia melalui kegiatan Foreign Buyer Mission yang diselenggarakan oleh KKP. Kegiatan yang juga bertujuan untuk transfer pengetahuan dan teknologi, pengolahan, dan tren pasar, serta mempertemukan eksportir Indonesia dengan importir eropa ini pertama kali dilaksanakan pada tanggal 27-30 Mei 2014 bekerjasama dengan – The Swiss Import Promotion Programme (SIPPO). Program Foreign Buyer Mission ini berlaku untuk produk non bahan baku yang sudah memiliki nilai tambah. Hal ini dilakukan sejalan dengan kebijakan KKP agar perusahaan Indonesia di bidang karaginan dan agar dapat meningkatkan nilai tambah produk mereka dengan mengekspor produk semi-refined (SWA, 2014).

6.4.3 Bea Keluar Rumput Laut Dalam upaya untuk mengurangi ekspor rumput laut guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri rumput laut di dalam negeri, dan agar industri rumput laut nasional dapat meningkatkan nilai tambah produk yang semula berupa bahan baku menjadi produk jadi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai wacana untuk menetapkan bea keluar rumput laut. Terdapat usulan untuk rumput laut jenis E. cottonii yang akan dikenakan tarif sebesar 21%, Gracilaria 44%, dan Spinosum12%. Kenaikan bea keluar ini akan berdampak pada naiknya harga rumput

Page 101: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

91

laut nasional sehingga kurang kompetitif di pasar internasional (Koran Jakarta, 2015). Penetapan bea keluar rumput laut adalah salah satu insentif pemerintah untuk mendorong industri pengolahan dalam negeri agar tidak kalah bersaing dengan industri kompetitor di negara lain. Hal yang sama juga pernah diterapkan oleh pemerintah RRT dan Chili. Pemerintah RRT memberikan insentif dalam bentuk penerapan rebate 13% sampai 17% kepada eksportir karaginan (semi refined dan refined carrageenan), dan pemerintah Chili menerapkan pembatasan ekspor rumput laut sebesar 20% dari total produksi. Meskipun baru sekedar wacana dan belum diimplementasikan secara nyata, rencana penetapan bea keluar rumput laut sudah menuai pro dan kontra. Sebagian meminta pemerintah melakukan verifikasi ulang terlebih dahulu atas data produksi rumput laut kering Indonesia sebelum menetapkan kebijakan bea keluar. Terdapat perbedaan data produksi rumput laut kering nasional dimana sebagian pihak menyebutkan total produksi rumput laut kering Indonesia sebanyak 930 ribu ton per tahun, dan sebagian pihak yang lain menyebutkan produksi rumput laut kering Indonesia hanya 350 ribu ton per tahun (Liputan 6, 2015). Menurut data pertama yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2013 produksi rumput laut kering nasional mencapai 930 ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 176 ribu ton diekspor dengan nilai total USD 162,4 juta, sedangkan yang mampu diserap industri nasional hanya 120 ribu ton. Dan sisanya sebanyak 640 ribu ton belum dioptimalkan. Sementara menurut data kedua yang dikeluarkan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) sebanyak 350 ribu ton per tahun. Dari 30 perusahaan pengguna rumput laut yang tergabung dalam ASTRULI, hanya 50% nya saja atau setara 120 ribu produksi nasional yang baru dapat mereka serap (CNN Indonesia, 2015a).

6.4.4 Wacana Pelarangan Ekspor Rumput Laut Mentah Selain rencana penetapan Bea Keluar (BK) ekspor, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo juga berencana melakukan pelarangan terhadap pelaku industri rumput laut untuk mengekspor rumput laut dalam bentuk mentah. Wacana yang rencananya akan ditetapkan dua hingga tiga tahun yang akan mendatang ini dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo pada saat melakukan kunjungan ke salah satu

Page 102: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

92

pabrik pengolahan rumput laut di Banten pada bulan April 2015 yang lalu (CNN Indonesia, 2015b).

6.4.5 Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Demi meningkatkan daya saing produksi rumput laut nasional pemerintah telah membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk komoditi rumput laut. SNI ini dibuat sebagai bahan acuan bagi produsen rumput laut untuk meningkatkan kualitas dan mutu rumput laut yang dihasilkan. Dengan penerapan SNI ke depan pemerintah berharap rumput laut Indonesia dapat semakin diminati oleh para pelaku industri rumput laut internasional.Terdapat 6 rancangan SNI yang telah ditetapkan dan 6 Rancangan SNI (RSNI) produk rumput laut yang telah disusun oleh KKP. enam SNI produk rumput laut yang telah ditetapkan oleh KKP yaitu agar-agar tepung, rumput laut kering, agar-agar kertas, semi-refined carrageenan, dodol rumput laut, dan penentuan rendemen (yield) karaginan. Sedangkan 6 RSNI produk rumput laut yang telah disusun oleh KKP yaitu Alkali Treated Seaweed Chips (ATSC), revisi rumput laut kering, revisi agar-agar tepung, penentuan impurities pada rumput laut, penentuan kadar air dan penentuan Clean Anhydrous Weed (CAW) pada rumput laut (KKP, 2014).

6.4.6 Surat Kesepakatan Bersama 5 Kementerian Untuk memberikan perlindungan kepada petani dan mengatasi fluktuasi harga komoditi rumput laut, serta mengembangkan perekonomian di daerah tertinggal, pemerintah telah diterbitkan Surat Kesepakatan Bersama (SKB) No. 262/M-DAG/MOU/2/2011 antara lima Kementerian (yaitu Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan UKM) dan satu Badan (Badan Koordinasi Penanaman Modal) mengenai “sinergitas kegiatan pengembangan rumput laut dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi masyarakat daerah tertinggal di tujuh provinsi”. Adapun tujuh provinsi yang dimaksud dalam Pasal 2 SKB tersebut yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi lokasi kegiatan di bidang kelautan dan perikanan, bidang perdagangan, bidang perindustrian, bidang koperasi dan

Page 103: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

93

usaha kecil dan menengah dan investasi dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi masyarakat. Perhatian utama Kementerian Perdagangan dalam hal bidang perdagangan adalah pada aspek pemasaran rumput laut.

6.4.7 Roadmap Rumput Laut Indonesia Dalam rangka mengembangkan industri rumput laut secara bersinergi dan lebih terarah, pemerintah bersama asosiasi telah membentuk suatu roadmap industri rumput laut Indonesia. Dalam roadmap tersebut dituangkan beberapa kebijakan terkait yang harus dilakukan dalam mengembangankan industri rumput laut di dalam negeri agar dapat terus berkembang. Beberapa rencana kebijakan bagi industri rumput laut yang ada dalam roadmap tersebut antara lain, yaitu (i) Tax Holiday untuk Industri baru, (ii) Allowance untuk Industri yang sudah ada, (iii) Penerapan Bea Keluar (BK) untuk rumput laut mentah, (iv) Penyediaan kredit lunak untuk industri, (v) Penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas, serta (vi) Koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan penyediaan bahan baku yang berkualitas serta koordinasi dengan instansi terkait mengenai pembangunan infrastruktur di daerah penghasil rumput laut.

6.4.8 Sistem Resi Gudang Untuk menjaga stabilitas harga dan melindungi petani rumput laut pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG). Turunan dari Undang-undang tentang Sistem Resi Gudang tersebut adalah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang dan Permendag Nomor 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang (Gabah, Beras, Kopi, Kakao, Lada, Karet, Rumput laut dan Jagung), Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang, serta berbagai Peraturan Kepala Bappebti sebagai juklaknya. Dalam Kebijakan SRG ada empat peraturan penting, yaitu Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 tentang SRG yang kemudian mengalami beberapa perubahan melalui Undang-Undang No. 9 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan SRG, Peraturan Menteri Keuangan No. 171 Tahun 2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang dan Peraturan Menteri Perdagangan

Page 104: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

94

No. 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelengaraan SRG yang kemudian diubah dengan memasukan rumput laut sebagai salah satu barang yang dapat diresigudangkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelengaraan SRG. Sayangnya dalam pelaksanaan di lapangan, kebijakan resi gudang di semua sentra produksi rumput laut, belum diimplementasikan. Satu sentra produksi yang telah menerapkan sistem resi gudang (SRG) yaitu Sulawesi Selatan. Selain disebabkan aspek teknis dan ekonomis, aspek regulasi juga menjadi salah satu penyebab belum dapat terimplementasinya Sistem Resi Gudang untuk komoditas rumput laut. Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan yang mengatur berjalannya SRG dinilai belum dapat dilaksanakan secara efektif pada komoditas rumput laut, terutama dalam hal pemanfaatan fasilitas pembiayaan dalam SRG. Implementasi SRG belum efektif dikarenakan fasilitas pembiayaan dalam SRG belum dapat terintegrasi dengan skema-skema kredit yang sudah ada, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Pembiayaan Pangan dan Energi (KPPE).

6.5 Strategi Mengatasi Hambatan dan Meraih Peluang Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatkan produksi rumput laut. Beberapa alasan mendasar seperti masih luasnya lahan potensial budidaya rumput laut dan masih rendahnya produktivitas petani rumput laut karena minimnya pengetahuan teknik budidaya dan akses pembiayaan menjadi tantangan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi rumput laut nasional. Agar potensi lahan budidaya dapat tergarap secara maksimal, pemerintah perlu menyusun peta kesesuaian lahan berdasarkan parameter-parameter ilmiah seperti salinitas, tingkat pH, DO, turbidity, suhu, nutrisi (nitrat, kalium, phospate), khlorofil-a, substrat, rus, dan indikator spesies agar dapat diketahui tingkat kemampuan produksi rumput laut yang ada di suatu daerah. Hal ini menjadi sangat penting juga dalam koordinasi penyusunan tata ruang di daerah berdasarkan nilai ekonomis, mengingat tidak semua pantai digunakan sebagai lahan budidaya tetapi digunakan juga untuk hal lain seperti pariwisata, perhubungan, cagar alam, sosial budaya dan keagamaan. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas petani, pemerintah perlu memberikan kegiatan sosialisasi metode dan teknik

Page 105: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

95

budidaya yang benar mulai dari pemilihan bibit unggul, penerapan metode dan teknik penanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, cara pemeliharaan, usia tanam yang baik, serta teknik panen yang benar (ASTRULI, 2015). Untuk mengatasi masalah pendanaan dalam produksi rumput laut dikalangan petani pemerintah perlu proaktif dalam menjembatani petani dengan lembaga keuangan,seperti yang belum lama ini dilakukan oleh Kamar Dagang Indonesia (KADIN) melalui kerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa mereka telah berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam bentuk mediasi dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan (Antaranews, 2015). Sebagai salah satu negara produsen rumput laut terbesar di dunia yang mengekspor kurang lebih 50% dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia mendapat permintaan rumput laut yang terus meningkat di pasar global, terutama dari RRT dengan pangsa ekspor 72,06%, Filipina dengan pangsa ekspor 5,82%, Chili dengan pangsa ekspor 4,89%, Korea Selatan dengan pangsa ekspor 4,39%, dan Vietnam dengan pangsa ekspor 2,05%. Sepanjang tahun 2015,RRT dan Singapura telah memborong rumput laut Indonesia dengan total nilai kontrak sebesar USD 63 juta atau setara dengan Rp 850,9 miliar. Rumput laut Indonesia banyak diminati karena kualitasnya yang diakui dunia internasional. Berdasarkan total ekspor rumput laut dunia, Indonesia menjadi pemasok utama dunia dengan menguasai pangsa pasar sebesar 26,50% dari total USD 2,09 miliar permintaan rumput laut dunia. Kemudian disusul Chili 16,50%, RRT 7,98%, dan Filipina 5,77%. Dengan permintaan produk tertinggi berupa produk rumput laut kering (Kontan, 2015). Dibanding negara produsen rumput laut dunia lainnya seperti Filipina dan Chili,Indonesia mempunyai keunggulan dalam letak geografis yang membuat produksi rumput lautnya relatif aman dari gangguan faktor alam seperti badai Taifun atau El Nino yang seringkali menyebabkan produksi rumput laut di kedua negara tersebut terganggu dan menyebabkan gagal panen. Seringnya terjadi badai Taifun di Filipina dan El Nino di Chili juga berdampak pada fluktuasi harga rumput laut dunia. Meskipun Indonesia merupakan produsen rumput laut kering terbesar di dunia, dalam hal ekspor produk olahan rumput laut Indonesia hanya menduduki peringkat ke-7 dunia. Indonesia masih

Page 106: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

96

kalah bersaing dengan RRT sebagai produsen rumput laut olahan terbesar di dunia yang mana sebagian besar bahan bakunya diperoleh dari Indonesia sendiri. Sebagai produsen rumput laut Indonesia justru mengimpor rumput laut dalam bentuk olahan sebesar 170 ribu ton karaginan dari RRT dan impor agar-agar masing-masing sebesar 186,2 ribu ton dari Malaysia dan 139,8 ribu ton dari RRT pada tahun 2013 (Puska Daglu, 2013). Untuk mengatasi minimnya nilai tambah produk rumput laut Indonesia pemerintah perlu melakukan kegiatan transfer pengetahuan dan teknologi pengolahan dengan negara maju dengan cara mengundang investor luar untuk menanamkan modalnya di dalam negeri, seperti yang pernah dilakukan oleh KKP dalam kegiatan Foreign Buyer Mission pada tahun 2014. Harapannya ke depan kegiatan ini dapat dijadikan agenda rutin pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk rumput laut. Untuk menjadikan produk rumput laut sebagai produk unggulan nasional maka perlu dilakukan pengelolaan yang baik dari hulu ke hilir demi menjamin keberlanjutan dan peningkatan daya saing produk rumput laut. Atas dasar tersebut maka pemerintah bersama ASTRULI telah membuat suatu roadmap industri rumput laut nasional untuk beberapa tahun ke depan. Roadmap industri rumput laut Indonesia mempunyai peran yang penting sebagai kerangka acuan dalam rangka pengembangan industri rumput laut nasional agar menjadi lebih selaras dan terarah.

6.6 Penutup Beberapa permasalahan utama dalam produksi rumput laut yang dihadapi Indonesia seperti produktivitas yang rendah dikarenakan kurangnya pembinaan dikalangan petani dan sulitnya akses pendanaan, minimnya teknologi pengolahan di dalam negeri, serta rendahnya nilai tambah dari produk yang dihasilkan harus segera dapat diatasi melalui berbagai strategi yang tepat. Berbagai upaya seperti penerapan kawasan minapolitan dan pembinaan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, kerjasama dengan produsen utama rumput laut di luar negeri dalam bentuk penanaman modal asing untuk membangun pabrik produksi industri rumput laut di Indonesia,serta menjalin hubungan kerjasama dengan negara produsen dalam rangka koordinasi dan peningkatan rantai nilai dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Page 107: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Peluang Dan Tantangan Rumput Laut Di Indonesia

97

Selain itu kerjasama dan koordinasi yang baik diantara seluruh stakeholder dari hulu ke hilir sangat dibutuhkan dalam mengatasi hambatan dalam pengembangan rumput laut sebagai komoditas unggulan produk kelautan dan perikanan Indonesia. Dengan sinergi yang baik diantara pemerintah, industri, dan produsen rumput laut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan nilai tambah produk rumput laut Indonesia sehingga mampu memiliki daya saing di pasar internasional. Indonesia juga perlu memiliki roadmap yang jelas mengenai arah pengembangan rumput laut nasional ke depan. Persamaan konsep dan pandangan, serta data-data yang ada terkait dengan produksi dan konsumsi rumput laut haruslah jelas, sehingga tidak menimbulkan perbedaaan langkah dari seluruh pihak yang terlibat, baik pemerintah, produsen, dan industri rumput laut nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Antaranews. (2015). Diunduh 21Juli 2015, dari:http://www.antaranews.com/berita/491173/kebangaan-semu-menjadi-eksportir-rumput-laut-mentah.

ASTRULI. (2014). Roadmap Industri Rumput Laut Indonesia. Bahan Presentasi Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI) tanggal 25 November 2014.

Berita Satu. (2015). Diunduh 21Juli 2015, dari:http://www.beritasatu.com/ekonomi/282387-produksi-rumput-laut-di-nusa-penida-turun-70.html.

CNN Indonesia. (2015a). Diunduh 22Agustus 2015, dari:http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150326144726-92-42091/asosiasi-rumput-laut-bea-keluar-naik-tunggu-harmonisasi-data/.

CNN Indonesia. (2015b). Diunduh 22Agustus 2015, dari:http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150414085734-92-46428/jokowi-larang-ekspor-rumput-laut-mentah-mulai-2018/.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2015). Diunduh 17 Agustus 2015, dari:http://kkp.go.id/index.php/pers/komoditas-rumput-laut-kian-strategis/?print=pdf.

Page 108: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

Rino Adi Nugroho

98

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2014). Diunduh 15 Oktober 2015, dari:

http://www.p2hp.kkp.go.id/artikel-867-industri-rumput-laut-wajib-terapkan--sni-untuk-setiap-produknya-.html

Kontan. (2015). Diunduh 23 Agustus 2015, dari:http://nasional.kontan.co.id/news/singapura-dan-china-borong-rumput-laut-indonesia.

Koran Jakarta. (2015). Diunduh 20 Agustus 2015, dari:http://www.koran-jakarta.com/?28575-bea%20keluar%20rumput%20laut20%

Liputan 6. (2015). Diunduh 21 Juli 2015, dari:http://bisnis.liputan6.com/read/2228705/larangan-ekspor-rumput-laut-bisa-lenyapkan-devisa.

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri. (2014). Kajian Usulan Pengenaan Bea Keluar (BK) Atas Ekspor Rumput (Raw Material). Jakarta : Kementerian Perdagangan.

Radar Pena. (2014). Diunduh 21Juli 2015, dari:http://radarpena.com/read/2014/09/16/11729/1/1/Indonesia-Filipina-Kerja-Sama-Industri-Rumput-Laut.

Republika Online. (2015a). Diunduh 21 Juli 2015, dari:http://www.republika.co.id/berita/koran/industri/15/05/05/nnv9cy27-pabrik-pengolahan-rumput-laut-akan-dibangun.

Republika Online. (2015b). Diunduh 21 Juli 2015, dari:http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/05/04/nntks9-kalah-bersaing-dengan-cina-rumput-laut-harus-diolah-di-dalam-negeri.

SWA. (2014). Diunduh 15 Agustus 2015, dari:http://www.swa.co.id/business-strategy/rumput-laut-indonesia-rambah-eropa.

Warta Ekspor. (2013). Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan.

Page 109: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

99

Perbaikan Produksi dan Pengolahan, Kunci Rumput Laut Indonesia Agar Berdaya Saing

BAB VIIPERBAIKAN PRODUKSI DAN PENGOLAHAN,

KUNCI RUMPUT LAUT INDONESIA AGAR BERDAYA SAING

Zamroni Salim

Bab-bab sebelumnya telah menguraikan tentang produksi dan budidaya rumput laut Indonesia, termasuk perdagangan dalam negeri dan luar negeri, sekaligus uraian mengenai peluang dan tantangan yang ada. Bab ini merupakan bab yang merangkai (sebagai benang merah) isi/uraian yang ada di bab-bab sebelumnya. Bab ini diharapkan bisa menunjukkan kondisi riil permasalahan yang ada dalam industri rumput laut di Indonesia dan upaya untuk menjadikan rumput laut Indonesia bisa menguasai pasar dalam negeri dan global. Banyaknya jenis rumput laut yang bisa dibudidayakan di Indonesia menunjukkan besarnya potensi pemanfaatannya secara ekonomi, baik dari penambahan skala produksi maupun penciptaan nilai tambah di dalam negeri. Bila dilihat dari tingkat teknologi yang digunakan, budidaya dan pengolahan rumput laut sebenarnya tidak menuntut pengggunaan teknologi tinggi, tetapi lebih pada teknologi tepat guna. Pada dasarnya pembudidayaan rumput laut tidak memerlukan modal yang besar dan dukungan teknologi tinggi (Valderrama et al., 2013). Kehadiran teknologi dalam budidaya rumput laut ini bisa lebih meningkatkan produktivitas rumput laut di Indonesia. Sebagai negara dengan panjang pantai yang mencapai lebih dari 99.000 KM secara alamiah Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut dunia (Antaranews, 2015). Namun demikian, meski Indonesia menempati posisi sebagai produsen utama rumput laut untuk berbagai jenis rumput laut yang dipasarkan di dunia, namun produktivitas rumput laut Indonesia masih kalah dibandingkan dengan rumput laut di negara lainnya (seperti telah diuraikan dalam Bab II). Banyak negara yang menjadi produsen (competitors) rumput laut dunia terutama negara-negara yang memiki wilayah pantai yang cukup luas. Sebagian besar dari produksi rumput laut negara pesaing Indonesia merupakan hasil dari budidaya (aquaculture). Pesaing utama Indonesia di pasar rumput laut dunia adalah Filipina, Malaysia, Tanzania dan RRT (ITC, 2015). Indonesia bisa terus meningkatkan produksi rumput laut sekaligus menciptakan nilai tambah yang lebih

Page 110: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

100

Zamroni Salim

di pasar dalam negeri mengingat area penanaman rumput laut di Indonesia yang dimanfaatkan baru sekitar setengah dari total potensi lahan rumput laut yang sudah digunakan (under utilization) (Warta Ekspor, 2013). Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan hasil kelautan Indonesia. Namun demikian, sebagai primadona eksor, rumput laut belum bisa memberikan kontribusi yang besar bagi ekspor non-migas Indonesia. Hal ini terkait dengan permasalahan yang ada dalam budidaya dan pengembangan rumput laut, serta penambahan nilai tambah dalam jaringan produksi dan perdagangan, baik domestik maupun luar negeri.

7.1 Kompleknya Permasalahan dalam Produksi dan Pengolahan Rumput laut Industri rumput laut di Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan, meski saat ini bisa dikatakan Indonesia merupakan eksportir utama rumput laut di pasar dunia. Dari uraian di dalam Bab I sampai Bab VI, bisa dilihat bahwa berbagai permasalahan yang masih dihadapi oleh industri rumput laut di Indonesia adalah masalah rendahnya produktivitas, minimnya standar mutu rumput laut di tingkat petani, rendahnya daya tawar petani, biaya transportasi yang mahal, rendahnya tingkat teknologi pengolahan dan masalah penciptaan nilai tambah di dalam negeri. Beberapa hal yang menjadi penyebab relatif rendahnya produktivitas rumput laut Indonesia yaitu masalah Sumber Daya Manusia (SDM), masalah skala usaha dan faktor alam. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan alam sebagai penyebab utama. Kita tidak menampik bahwa faktor alam turut mempengaruhi produktivitas rumput laut seperti masalah kualitas air laut, kandungan garam, besarnya arus dan gelombang, termasuk bencana alam yang terjadi di lautan. Masalah SDM memang menjadi faktor penentu yang juga harus diperhatikan (Kemenperind, 2015) dalam rangka membangun industri rumput laut yang diharapkan bisa menjadi komoditas unggulan di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Masalah masih rendahnya produktivitas dan juga penciptaan nilai tambah terkait dengan skala usaha produksi rumput laut yang kecil, yang dikelola dengan cara sendiri-sendiri. Selain itu, skala produksi yang kecil menyebabkan rendahnya tawar petani rumput laut dengan pengumpul/pedagang dalam penentuan harga. Rendahnya daya

Page 111: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

101

Perbaikan Produksi dan Pengolahan, Kunci Rumput Laut Indonesia Agar Berdaya Saing

tawar petani rumput laut menyebabkan harga pasar rumput laut yang tidak stabil dan cenderung merugikan petani. Di sisi lain, pasokan dan distribusi yang sepenuhnya di bawah kontrol pengumpul/pedagang menyebabkan adanya distorsi dalam distribusi rumput laut. Terbatasnya pasokan untuk kebutuhan industri dalam negeri disebabkan salah satunya, karena margin keuntungan di pasar luar negeri lebih tinggi meskipun tanpa adanya nilai tambah yang tercipta. Selain itu, seperti diuraiakan dalam Bab IV, rendahnya penyerapan rumput laut di pasar pasar dalam negeri dikarenakan harga yang masih relatif mahal dibandingkan rumput laut impor terutama yang berasal dari RRT. Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai rendahnya penggunaan/konsumsi rumput laut lokal oleh industri nasional masih sangat rendah karena adanya kendala pasokan di pasar dalam negeri (Direktorat Jendral Industri Agro, Kementerian Perindustrian, 2015). Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya pengusaha/pedagang rumput laut yang cenderung lebih memilih pasar ekspor dibanding mengolahnya menjadi produk bernilai tambah di pasar dalam negeri (CNN Indonesia, 2015a). Hal ini secara makro ekonomi, tentu merugikan perekonomian Indonesia. Produsen pengolah rumput laut dihadapkan pada terbatasnya dan relatif mahalnya rumput laut produksi dalam negeri. Di sisi lain, ekspor rumput laut mentah kita pada kesempatan lain akan kita impor kembali dalam bentuk semi olahan (karaginan) dan produk jadi yang lainnya. Produksi rumput laut yang besar (sekitar 3.3 juta ton di tahun 2013 mengalahkan komoditas hasil perikanan) belum diimbangi dengan penyerapan rumput laut di dalam negeri. Sebagian besar rumput laut kering masih dijual untuk memenuhi pasar ekspor (seperti diuraikan dalam Bab IV). Sebenarnya, penyerapan produksi rumut laut di dalam negeri bisa dilakukan dengan salah satunya pengembangan industri pengolahan rumput laut, terutama industri karaginan dan agar. Jumlah industri pengolahan rumput laut di Indonesia sebanyak tujuh perusahaan (industri agar) dan industri karaginan 12 perusahaan di tahun 2014 (dalam Bab IV). Dari jumlah perusahaan dalam industri agar, tiga perusahaan terbesar dalam industri agar mempunyai total pangsa pasar (market share)sebesar 54,4%. Sementara itu, untuk industri karaginan ada empat perusahaan terbesar dengan total pangsa pasar mencapai 56,3%. Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri pengolahan rumput laut ini.

Page 112: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

102

Zamroni Salim

7.2 Perlunya Dukungan Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut Dengan melihat berbagai permasalahan dalam produksi dan pengolahan rumput laut di dalam negeri, maka diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong tumbuh kembangnya budidaya rumput laut dan industri pengolahan rumput laut. Seperti diuraikan dalam Bab II dan V, berbagai kebijakan bisa dikeluarkan oleh pemerintah dalam upaya mendorong tumbuh kembangnya budidaya dan pengolahan rumput laut. Dalam hal harga, ada hal penting yang bisa dijembatani oleh pemerintah. Di sini pemerintah bisa berperan dalam menyediakan informasi harga kepada semua stakeholders yang terlibat dalam industri rumput laut, khususnya petani yang selama ini mempunyai daya tawar yang paling rendah. Kurangnya informasi mengenai harga rumput laut pada tingkat petani bisa berdampak pada fluktuasi harga di pasar. Selain itu, dalam hal transparansi harga dan upaya untuk mengurangi distorsi harga rumput laut, sistem resi gudang bisa diterapkan (Kemendag, 2013). Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas rumput laut Indonesia, seperti diuraikan dalam Bab II, kebijakan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan standar kualitas perairan laut untuk budidaya dan penyediaan bibit yang berkualitas. Selain itu, pelatihan juga bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan budidaya yang mengarah pada peningkatan produktivitas rumput laut. Sementara itu, dalam aspek perdagangan penerapan Bea Keluar (BK) untuk rumput laut mentah bisa dilakukan dalam upaya untuk penciptaan nilai tambah yang lebih besar di dalam negeri. Pemerintah sendiri berencana untuk melarang ekspor rumput laut mentah yang akan diberlakukan mulai tahun 2018, sebagaimana yang diwacanakan oleh Presiden Joko Widodo (CNN Indonesia, 2015b) dalam upaya untuk mengembangkan industri pengolahan rumput laut di dalam negeri. Kebijakan ini tentu saja harus dibarengi dengan upaya pemerintah untuk mendorong tumbuhkembangnya industri pengolahan di dalam negeri dengan berbagai insentif yang diberikan kepada perusahaan baru yang mengolah rumput laut di Indonesia. Dengan adanya upaya tersebut yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang kondusif, diharapkan industri rumput laut di Indonesia bisa berkembang yang ditandai dengan meningkatnya nilai tambah di dalam negeri yang mampu memenuhi pasar dalam negeri sekaligus pasar ekspor.

Page 113: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

103

Perbaikan Produksi dan Pengolahan, Kunci Rumput Laut Indonesia Agar Berdaya Saing

DAFTAR PUSTAKA

Antaranews. (2015). Garis pantai Indonesia terpanjang kedua di dunia. Diakses tanggal 3 Agustus 2015, dari http://www.antaranews.com/berita/487732/garis-pantai-indonesia-terpanjang-kedua-di-dunia.

CNN Indonesia. (2015a). Asosiasi Industri Minta Pemerintah Patok Harga Rumput Laut. Diakses tanggal 2 Agustus 2015, dari sumber: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150116134209-92-25141/asosiasi-industri-minta-pemerintah-patok-harga-rumput-laut/.

CNN Indonesia. (2015b). Jokowi Larang Ekspor Rumput Laut Mentah Mulai 2018. Diakses tanggal 9 Agustus 2015 dari sumber: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150414085734-92-46428/jokowi-larang-ekspor-rumput-laut-mentah-mulai-2018/.

Direktorat Jendral Industri Agro, Kementerian Perindustrian. (2015). Asosiasi berharap Ekspor Rumput Laut Ditingkatkan. Diakses tanggal 6 Agustus 2015, dari sumber: http://agro.kemenperin.go.id/2471-Asosiasi-Berharap-Ekspor-Rumput-Laut-Ditingkatkan

International Trade Center (ITC). 2015. Data Ekspor Impor Rumput Laut Dunia HS 121220, HS 121221, HS 121229, HS 130231, HS 130239 Periode 2010-2014.

Kementerian Perdagangan (Kemendag). (2013). Memo Kebijakan: Upaya Peningkatan Efektivitas Sistem Resi Gudang Rumput Laut di Daerah Tertinggal. Diunduh pada tanggal 11 Agustus 2015 dari http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/01/07/memo-kebijakan-rumput-laut-id0-1357539890.pdf.

Kementerian Perindustrian. (2015). Kadin: Benahi Industri Hulu Rumput Laut. Diakses tanggal 6 Agustus 2015, dari sumber: http://www.kemenperin.go.id/artikel/11318/Kadin:-Benahi-Industri-Hulu-Rumput-Laut.

Valderrama, D., J.Cai., N. Hishamunda., and N.Ridler. (2013). Social and economic dimensions of carrageenan seaweed farming. Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 580. Rome, FAO.

Warta Ekspor. (2013). Rumput Laut Indonesia. Kementerian Perdagangan, Ditjen PEN/MJL/004/9/2013 September.

Page 114: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

104

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut

INDEKS

AAgarophyte, 25Agaroses, 8 aisais, 19alga, 1, 83, 84Algins, 8Alginophyte, 26Alkali Treated Chips (ATC), 32, 63, 88Alkali Treated Seaweed Chips, (ATSC), 92Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (ASTRULI), 4,5,12,17, 27, 34,45, 56,60, 81, 86, 87, 89, 95Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), 91, 101

CCarrageenan, 8, 66, 68Carrageenophyte, 26Chlorophyceae, 1, 7, 26Chondrus crispus, 7Clean Anhydrous Weed (CAW), 92cyanophyceae, 1

EE. cottonii, 54, 55, 57, 58, 70, 81, 83, 88, 91E. denticulatum, 7Euchema 1, 18, 27

FFulcelaran, 1, 2Food Grade, 29, 30Foreign Buyer Mission, 90,96

GGelidium, 1, 9, 26, 27Gelidiella, 26Gigartina, 7, 62Gracilaria, 1, 43, 69, 81, 83, 89, 90, 91

HHarga Patokan Petani (HPP), 57

IIndonesian Seaweed Industry Association (APBIRI), 10Industrial Grade, 29, 30iota carrageenan, 31

Kkappa carrageenan, 32K. alvarezii, 7

Llambda carrageenan, 32Laminaria, 1

Mminapolitan, 10, 89, 90

Ooligopsoni, 45, 47olysaccharides fucoidans, 7

Pphaeophyceae, 1, 7, 26phorphyra, 1polysaccharides, 26Pharmacy Grade, 29, 30

RRefine Carageenan (RC), 30, 32, 63, 88Roadmap, 5, 56, 61, 93, 96, 97Rodophyceae, 1

SSargasum, 1, 29, 30Seaweed, 1, 7, 62, 85, 92seaweed price bubble, 18Semi Refined Carageenan (SRC), 30, 32, 56, 63, 88Sistem Resi Gudang (SRG), 19, 59, 94Spinosum, 9, 10, 43, 91Standar Nasional Indonesia (SNI), 92Surat Kesepakatan Bersama (SKB), 92

TTax Holiday, 93thallophyta, 1Trade Intensity Index (TII), 2, 79, 80

Page 115: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

105

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut

Zamroni SalimZamroni Salim adalah peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1998. Zamroni memperoleh gelar S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya; Gelar S2 diperoleh dari Massey University, New Zealand untuk bidang perdagangan internasional, tahun 2003; dan Gelar PhD diperoleh dari the Graduate School of International Development (GSID), Nagoya University, Jepang tahun 2009 dalam bidang international economic and development. Area penelitian yang menjadi bidang kajian adalah regionalism, economic integration and development, ASEAN and East Asian Studies. Aktif sebagai anggota Dewan Editor di beberapa jurnal ilmiah seperti: Indonesia Economic and Business Studies (RIEBS), dan Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP)-Kementerian Perdagangan. Zamroni Salim juga merupakan peneliti senior pada the Habibie Center (THC) sejak 2009. Selain melakukan penelitian, yang bersangkutan juga menjadi tenaga pengajar di Department of International Relations, President University, Cikarang Indonesia.

Ernawati MunadiErnawati Munadi adalah ahli ekonomi internasional dengan pengalaman lebih dari 10 tahun baik di tingkat lokal, maupun nasional sebagai Konsultan, Dosen dan Peneliti. Ernawati memulai karir profesionalnya sebagai Konsultan sejak tahun 2006, ketika bergabung dengan Proyek Bantuan Perdagangan Indonesia (ITAP) di bawah naungan USAID, sebagai ahli di bidang Ekonomi Perdagangan. Pada bulan Oktober 2008, dipromosikan sebagai Trade Economist/Senior Team Leader dalam proyek yang sama. Sejak itu penulis bekerja sebagai konsultan di berbagai proyek yang dibiayai oleh organisasi internasional seperti Bank Dunia, AusAid, USAID, dan Uni Eropa. Hingga kini masih aktif menjadi dosen di Universitas Wijaya Kusuma. Keahliannya adalah dampak liberalisasi perdagangan pada permintaan ekspor Indonesia hingga model analisis transmisi siklus bisnis dari Indonesia dan Amerika Serikat. Dalam 5 tahun terakhir Ernawati mengembangkan keahlian di bidang perijinan perdagangan (trade license) dan kebijakan bukan tarif (non-tariff measures). Tulisannya telah banyak diterbitkan diberbagai jurnal penelitian baik nasional maupun internasional. Ernawati memperoleh gelar S1 di bidang Agronomi Pertanian dari Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya; gelar Master

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Page 116: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

106

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut

di bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Indonesia pada tahun 1997; dan gelar Ph.D di bidang Ekonomi Internasional dari Universitas Putra Malaysia pada tahun 2004.

Muhammad FawaiqMuhammad Fawaiq adalah peneliti pada Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2010. Fawaiq memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) dari Jurusan Geografi Fisik dan Lingkungan,pada tahun 2007 dan gelar Master of Economics of Development (M.Ec.Dev) pada tahun 2009 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Saat ini Fawaiq menekuni bidang penelitian ekonomi terapan terutama yang berkaitan dengan perdagangan internasional di sektor jasa.

Ratna Anita CarolinaRatna Anita Carolina adalah peneliti pada Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2009. Ratna memperoleh gelar S1 Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2008, Exchange Programme in Development Economics dari University of Goettingen tahun 2013, dan S2 dari Institut Pertanian Bogor untuk bidang Ilmu Ekonomi tahun 2015. Saat ini Ratna menekuni area penelitian bidang kebijakan perdagangan dalam negeri di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen. Bidang lain yang menjadi minat penelitiannya adalah Integrasi Pasar dan Transmisi Harga.

Yati NuryatiYati Nuryati adalah peneliti pada Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2006. Yati memperoleh gelar S1 Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2000, dan gelar S2 dari Institut Pertanian Bogor untuk bidang Ilmu Ekonomi Pertanian tahun 2004. Saat ini Yati menekuni area penelitian bidang kebijakan perdagangan Dalam Negeri khususnya Investasi, Inflasi dan Stabilitas Harga. Bidang lain yang menjadi minat penelitiannya adalah Persaingan Usaha dan perdagangan internasional

Page 117: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

107

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut

HasniHasni adalah peneliti pada Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2008. Hasni memperoleh gelar S1 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006, dan gelar S2 dari Institut Teknologi Bandung untuk bidang Teknik dan Manajemen Industri tahun 2013. Saat ini Hasni menekuni area penelitian bidang kebijakan perdagangan internasional. Bidang lain yang menjadi minat penelitiannya adalah Daya Saing Perdagangan dan Ekspor Produk Industri dan Pertambangan.

Rino Adi NugrohoRino Adi Nugroho adalah peneliti pada Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2014. Rino memperoleh gelar S1 Jurusan Manajemen dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang pada tahun 2011. Sebelum meniti karir sebagai peneliti Rino sempat menempuh karir profesional dibidang pasar modal. Saat ini Rino menekuni area penelitian dibidang kebijakan kerjasama perdagangan internasional khususnya di bidang kerjasama regional.

Page 118: Info KomodItI RUmPUt LAUt - BPPP – Badan …bppp.kemendag.go.id/.../2017/08/Isi-BRIK_Rumput_Laut.pdfInfo Komoditi Rumput Laut v Komoditas rumput laut merupakan komoditas penting

108

Bunga Rampai Info Komoditi Rumput Laut