Infeksi Bakteri Dan Jamur Pada Sistem Respirasi

Embed Size (px)

Citation preview

Infeksi Bakteri dan Jamur Pada Saluran Pernapasan Oleh Hilman Zulkifli Amin; 0806451403 Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Selain itu, penyakit saluran napas ini merupakan salah satu penyebab tersering kehilangan produktivitas dari kehidupan akibat terganggunya proses respirasi baik berupa sumbatan maupun infeksi. Infeksi Bakteri Pada Saluran Pernapasan A. Infeksi Saluran Pernapasan Atas 1. Sinusitis: Infeksi pada area sinus sering terjadi karena obstruksi dari ostium sinus. Sehingga oksigen yang terkandung dalam antrum turun. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya bakteri anaerobik maupun aerob fakultatif. Dari pemeriksaan mikrobiologis, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza merupakan mikroorganise yang paling sering ditemukan. Manifestasi klinis dari infeksi ini ialah demam, hidung tersumbat, nyeri pada wajah dan saat mengunyah. Selain itu juga bisa ditemukan kemerahan yang tidak hilang pada wajah. 2. Faringitis : Infeksi pada daerah faring ini biasanya terjadi setelah rhinitis. Adapun faringitis yang tidak terkait dengan rhinitis paling banyak disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Bakteri ini sering terdapat bersamaan dengan Haemophilus influenza yang masuk bersamaan dengan masuknya udara pada saluran pernapasan. Manifestasi klinis dari infeksi ini berupa rasa tidak enak pada tenggorokan, eritema uvula, palatum yang kemerahan dan membengkak, serta disertai dengan gejala infeksi yaitu demam dan malaise. 3. Epiglottitis : Infeksi ini disebabkan oleh Haemophilus influenza dan Streptococcal pneumonia dengan gejala klinis berupa nyeri tenggorokan, dysphagia, demam, suara kasar, leher kemerahan, dan pembengkakan epiglotis. B. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah 1. Bronkhitis : Infeksi ini biasanya didahului ISPA akibat Haemophilus influenza dan Streptococcal pneumonia. Gejala klinis berupa batuk, produksi sputum, wheezing, dan demam serta juga diikuti gejala yang sering timbul pada ISPA. Komplikasi yang paling sering dari infeksi ini yaitu Pneumonia. 2. Pneumonia : Peradangan yang mengenai parenkim paru, bronkus, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli. Pneumonia ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia komunitas (PK) dan pneumonia nosokomial (PN). PK adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar RS, sedangkan PN adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di RS. Kejadian PN di ICU mencapai 25 % dari seluruh kasus infeksi disana. Cara penularan infeksi ini berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter.

Patogenesis pneumonia yaitu patogen yang telah sampai ke trakea terutama berasal dari aspirasi, kebocoran melalui mulut saluran endotrakheal, dll. Selanjutnya terjadi infeksi bila patogen yang masuk saluran napas bawah tersebut mengalami kolonisasi setelah dapat melewati hambatan mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel silia dan mukus), humoral (antibodi dan komplemen) dan selular (leukosit, makrofag, limfosit, sitokin). Kolonisasi terjadi akibat adanya berbagai faktor inang dan terapi yang telah dilakukan yaitu adanya penularan melalui inhalasi maupun droplet, penyakit penyerta yang berat, tindakan bedah, pemberian antibiotik, obat-obatan lain dan tindakan invasif pada saluran pernapasan. Mekanisme lain adalah berupa migrasi bakteri pencernaan ke paru, penyebaran hematogen, dan akibat tindakan intubasi. Penularan melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas aeruginosa dan enterobacter. Selain itu juga banyak faktor-faktor lain yang mempermudah terjadinya kolonisasi bakteri ini yaitu gangguan kekebalan, penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Jadi, secara keseluruhan penyebab terbanyak yaitu Streptococcus pneumonia (20-60%), Haemophilus influenza (8-10%), kejadian kuman infeksi atipikal juga cukup banyak (20-40%). Infeksi Jamur Pada Saluran Pernapasan 1. Histoplasmosis : Disebabkan jamur Histoplasma kapsulatum, bersifat dimorfik, hidup dalam tanah yang mengandung kotoran burung,ayam, kelelawar. Manusia mendapat infeksi dengan menghirup spora jamur histoplasmosis. Tidak ditularkan dari manusia ke manusia maupun dari hewan ke manusia. Manifestasi klinik hanya berupa gejala infeksi non-spesifik. Namun bila sudah cukup parah mengakibatkan sesak napas, sianosis, sakit dada, rash, eritema multiforme, dan sakit pleura. 2. Cryptococcus: Disebabkan oleh Cryptococcus neoformans. Menyebabkan infeksi dengan terhirupnya spora ke dalam saluran pernapasan. Gejala hampir sama dengan infeksi akut par lainnya 3. Aspergillosis : Disebabkan jamur aspergillus. Menyebabkan infeksi dengan terhirupnya konidia yang kemudian mengadakan kolonisasi di permukaan mukosa. 4. Kandidosis : Disebabkan jamur kandida. Sering mengakibatkan infeksi sistemik ke hati, jantung, limpa, dan ginjal. 5. Mukormikosis ; Nokardiosis 6. Blastomikosis : Disebabkan Blastomyces dermatidis. Manifestasi klinis berupa batuk produktif, sakit kepala, nyeri dada, berat badan turun, keringat malam, nyeri abdomen, anoreksia. 7. Coccidiomycosis

Patogen Spesifik Sistem Respirasi 1. Streptococcus pneumoniae : merupakan kokus gram positif yang paling banyak menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah. Kolonisasi dan dormansi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan kapsul polisakarida yang sangat lengket dan licin terhadap lapisan mukosa ataupun epitel silia 2. Streptococcus pyogen pneumoniae : Secara epidemiologis, infeksi bakteri ini terjadi pada saat musim dingin. Disebarkan lewat droplet. Dari droplet, infeksi masuk ke saluran pernapasan. Manifestasi klinis berupa sputum darah dan nyeri pleura. 3. Staphylococcus aureus pneumonia : Merupakan bakteri gram positif yang juga dapat menyebabkan pneumonia. Dapat mengeluarkan toksin dan agresin yang dapat mengakibatkan nekrosis jaringan dan abses. Manifestasi klinis berupa gejala infeksi pneumonia. Sering ditemukan pada anterior nares orang dewasa 4. Neisseria meningitidis : bakteri gram negatif yang dapat menginfeksi saluran respirasi secara hematogenik 5. Moraxella catarrhalis : Bakteri gram negatif yang juga dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan 6. Legionella : Bakteri gram negatif yang merupakan patogen fakultatif intraseluler khususnya di alveoli paru. Tahan dari proses destruksi dengan mengeluarkan enzim sekretori dan racun yang menghancurkan makrofag. Sehingga penyebaran bakteri ini akan terus berlangsung. Manifestasi klinis berupa Legionnaire disease (flu like illness without pneumonia) 7. Pseudomonas aeruginosa : bakteri nosocomial gram negatif yang pertama-tama masuk ke saluran pernapasan atas melalui aspirasi, kemudian berkolonisasi pada saluran pernapasan bawah dan mengakibatkan gejala klinis infeksi akut. 8. Eschericia coli : Bakteri gram negatif sistem gastrointestinal ini sering terbawa kembali ke atas dan kadang-kadang berpindah pada saluran pernapasan. Biasa terjadi pada GERD. 9. Acinetobacter sp. : Bakteri gram negatif yang biasanya berpindah melalui ventilator pada pneumonia nosokomial DAFTAR PUSTAKA 1. Zuldahlan. Pneumonia. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; hlm 964-72 2. Tanjung A, Keliat E.N. Penyakit paru karena jamur. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; hlm 1015-20 3. Brewis RAL. Acute Respiratory Infections. In: Respiratory Medicine. 2nd edition. Philadelphia:W.B.Saunders; 1995;705-45 4. Kumar, Vinay, Abdul K. Abbas, dan Nelson Fausto. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease,7th edition. Philadelphia:Saunders Elsevier Inc. 2004