127
INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

Page 2: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 3: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

BAB VIIIINDUSTRI DAN

PERTAMBANGAN A. INDUSTRI

1. Pendahuluan

Perkembangan sektor industri sampai akhir Pelita II dapat disimpulkan terus berjalan dengan mantap. Selain terus memelihara tingkat produksi yang telah tercapai, berbagai unit produksi telah melakukan pula kegiatan-kegiatan perluasan. Di samping itu proyekproyek yang selesai dibangun dalam rangka penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, semakin bertambah. Sejak Pelita I sampai Pelita II, berbagai produk yang dibuat di dalam negeri telah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik dalam jumlah maupun mutu. Sebagian besar barang-barang tersebut merupakan barangbarang substitusi impor.

Kemajuan sektor industri dalam Pelita II antara lain dapat dilihat dari volume produksi yang dicapai oleh berbagai sektor industri. Kemajuan tersebut disebabkan oleh perkembangan penanaman modal di sektor industri khususnya dalam tahun-tahun terakhir Repelita II.

Hingga akhir Maret 1979 tercatat 515 proyek industri dalam rangka PMA dengan rencana investasi sebesar US $ 2.887.504.000 sedang jumlah tenaga yang diserap adalah 287.672 orang (Indonesia dan asing). Dalam rangka PMDN tercatat 2.079 proyek industri dengan rencana investasi sebesar Rp 1.980.606 juta dan jumlah tenaga kerja yang ditampung sebesar 646.504 orang (Indonesia dan asing). Ke 515 proyek industri PMA tersebut di atas

Page 4: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

merupakan 65% dari seluruh proyek PMA yang disetujui Pemerintah dengan rencana investasi sebesar 39% dari seluruh investasi dalam proyek PMA, serta menyerap 69% tenaga kerja dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh seluruh proyek PMA.

491

Page 5: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Di bidang PMDN, jumlah proyek industri merupakan 60% dari seluruh proyek PMDN dengan rencana investasi + 57% dari seluruh jumlah investasi PMDN, sedangkan tenaga kerja yang ditampung ± 51% dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh seluruh proyek PMDN.

Dengan tingkat perkembangan sektor industri yang telah tercapai sampai dewasa ini, maka kini sedang disusun pola kebijaksanaan pemberian fasilitas dan insentip bagi penanaman modal di Indonesia untuk lebih merangsang pertumbuhan industri dasar (primer) yang mengolah bahan mentah, baik dari hasil tambang maupun pertanian menjadi bahan baku atau bahan/barang setengah jadi. Industri dasar/ primer ini umumnya berskala besar, padat modal, teknologi tinggi dan lambat pengembalian modalnya. Di samping itu kebijaksanaan tersebut ditujukan pula untuk menciptakan industri yang mampu mengekspor hasil-hasil produksinya. Penting dalam hal ini adalah usaha penyempurnaan kebijaksanaan pemberian fasilitas/insentip penanaman modal secara terpadu dengan memperhitungkan semua aspek penunjangnya. Dengan demikian industri tersebut selain dapat dirangsang untuk berdiri dan tumbuh dalam skala yang sehat dengan sekaligus menghasilkan manfaat ekonomis yang sebesar-besarnya, baik untuk industri itu sendiri maupun bagi pertumbuhan industri lebih lanjut. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan masing-masing bidang industri selama Pelita II serta masalah-masalahnya.

2. Aneka IndustriBidang industri ini meliputi industri-industri pangan,

kulit, pengolahan kayu, tekstil dan lain-lain.Selama Repelita II perkembangan bidang industri ini

ditandai dengan kenaikan produksi, peningkatan mutu, penambahan corak dan ragam produk serta mantapnya iklim industri. Beberapa perusa-haan baru, yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing

Page 6: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun modal swasta nasional lainnya, sudah mulai berproduksi.

Produksi rokok kretek selama Repelita II meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun terakhir Pelita II produksi mencapai 45.200 juta batang, yang berarti 10,5% lebih tinggi dari produksi tahun sebelum

492

nya. Jika dibandingkan dengan produksi tahun pertama Pelita II yang besarnya 30.600 juta batang, maka selama 4 tahun telah dicapai peningkatan sebesar ± 48,6%.

Industri pangan pada umumnya, telah meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Peningkatan juga terjadi dalam hal penggunaan bahan baku.

Untuk minyak goreng dan sejenisnya misalnya kini telah digunakan pula minyak kelapa sawit sebagai bahan baku. Dengan usaha ini kekurangan bahan baku yang selama ini hanya bergantung pada kopra, diharapkan akan dapat diatasi. Pengolahan berbagai macam hasil pertanian, petemakan dan perikanan semakin meningkat pula. Produk-produk industri pangan tradisional seperti kerupuk, emping melinjo, dan sebagainya bahkan telah diekspor.

Sektor industri tekstil memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan setelah dilaksanakan berbagai kebijaksanaan, seperti rehabilitasi, modernisasi, perluasan dan pembangunan unit-unit baru. Dalam hubungan ini produksi benang tenun pada tahun ke lima Repelita II naik dari 678.3 ribu bal pada tahun 1977/78 menjadi 900 ribu bal. HaI ini berarti kenaikan sebesar 32,6% dalam tahun terakhir Repelita II. Dibandingkan dengan

Page 7: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

produksi awal Re- pelita II yang besarnya 316,2 ribu bal, maka selama 5 tahun telah terjadi peningkatan sebesar 184,6%. Juga produksi tekstil meningkat dari talrun ke tahun. Dalam tahun 1978/79 dicapai 1.400 juta meter, yang berarti peningkatan sebesar 51,1% jika dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74 yang besarnya 926,7 juta meter. Dengan dicapainya produksi sebesar 1.400 juta ini maka sasaran produksi telah dapat dipenuhi. Bersamaan dengan peningkatan volume produksi terjadi pula peningkatan ragam dan jenis serta mutu produksi. Sementara telah diambil langkah-langkah dalam rangka usaha pemerataan hasil pembangunan, perbaikan struktur pemilikan unit-unit produksi, perluasan kesempatan kerja serta perluasan kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi lemah, antara lain dengan penutupan izin khusus- nya untuk penanaman modal di pulau Jawa, kecuali industri pakaian jadi yang bersifat padat karya. Sedang izin perluasan usaha lainnya dapat disetujui jika golongan ekonomi lemah diikut sertakan.

493

Page 8: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Pengembangan industri kulit menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun pada akhir-akhir ini mengalami hambatan dengan berkurangnya bahan baku kulit. Untuk mengatasi masalah ini sedang dipersiap-kan langkah-langkah pengendalian untuk menjaga adanya keseimbang- an antara kebutuhan industri dalam negeri dengan keperluan ekspor kulit mentah ke luar negeri.

Keadaan yang sama dialami oleh industri kayu. Dalam hal ini telah diambil langkah-langkah dengan pengaturan jumlah penyediaan kayu bulat untuk bahan baku industri dalam negeri.

Dalam Pelita II industri kayu merupakan industri yang paling cepat perkembangannya. Hal ini wajar mengingat potensi kayu di dalam negeri yang besar dan peranannya yang penting. Kayu merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok di samping sandang dan pangan. Dimasa mendatang peranan kayu tidak hanya sebagai penghasil devisa saja, melainkan juga sebagai penunjang program Pemerintah untuk tneningkatkan kesejahteraan dan perataan kemakmuran di bidang pengadaan rumah murah yang sehat. Program ini akan lebih banyak memerlukan bahan baku dari sektor industri kayu.

Di bidang industri perkayuan jenis-jenis industri penggergajian dan kayu lapis merupakan jenis-jenis yang paling cepat berkembang. Industri penggergajian telah mulai tumbuh dengan kecepatan rata-rata 30,75 % per tahun dan industri kayu lapis dengan rata-rata 56,27 % per tahun. Pesatnya pertumbuhan industri kayu tersebut dimungkin- kan antara lain oleh besarnya potensi kayu penghara dari pengelolaan hasil hutan serta usaha-usaha Pemerintah untuk membina, mengembangkan serta meningkatkan ketrampilan pengolahan kayu. Perkembangan industri kayu ini telah ikut pula mendorong perekonomian da-erah serta menunjang perluasan pemerataan pembangunan ke daerah, terutama ke luar Jawa, yang

Page 9: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

merupakan daerah pengliasil kayu ter- besar.Disamping ke dua jenis industri tersebut di atas

telah berkembang pula industri perabot rumah tangga, "moulding", "wooden stick", rumah "prefab", cabinet televisi dan banyak lagi jenis-jenis industri lainnya, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Jenis industri ini pada umumnya banyak menyerap tenaga kerja dan dapat diusahakan oleh

494

Page 10: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

pengusaha golongan ekonomi lemah, sehingga hal ini berarti pula banyak menciptakan kesempatan kerja. Dalam bidang industri pengo-lahan kayu primer pada waktu ini terdapat 16 buah perusahaan kayu. lapis yang mengolah 1.186.875 m 3 kayu bulat dan 2.850 buah perusa-haan penggergajian kayu yang mengolah 13.256.202 m 3 kayu bulat. Di samping itu sedang dipersiapkan pembangttnan industri kayu lapis baru. Dalam hubungan ini telah direncanakan 17 perusahaan yang dapat mengolah 1.148.344 m3 kayu bulat dan 48 buah perusahaan pengger-gajian kayu yang akan mampu mengolah 3.055.360 m3 kayu bulat. Pa -da saat ini potensi industri pengolahan kayu primer belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan terutama karena jumlah kayu bulat yang diekspor semakin meningkat akibat kenaikan harga ekspor di pasaran interna-sional dan masih rendahnya daya beli masyarakat dalam negeri. Un - tuk mengatasi hal ini telah diambil beberapa kebijaksanaan, berupa kewajiban penyediaan kayu penghara untuk industri dalam negeri oleh pemilik Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan kebijaksanaan penetapan harga kayu dalam negeri.

Pada saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor kayu bulat terbesar di Asia, namun jumlah ekspor kayu olahan (sebagian besar kayu gergajian) saat ini baru merupakan 3,5% dari seluruh volume ekspor kayu atau 6,7 /% dari seluruh nilai ekspor. Sementara jumlah produksi kayu yang dipergunakau untuk konswnsi dalam negeri meru -pakan ± 99% bahan baku industri plywood, 79% industri pengger-gajian, serta 100% industri veneer, cheap dan moulding. Dari data-data tersebut jelaslah bahwa kayu olahan dalam negeri diserap oleh indus-tri-industri perkayuan yang terus meningkat dengan cepat. Potensi penyerapan akan meningkat lagi mengingat program Pemerintah di -bidang perumahan murah dan sehat serta di bidang transmigrasi, yang diharapkan akan mencapai 500.000 kepala keluarga ke luar Jawa pada Pelita III Di samping itu perlu pula dicatat meningkatnya pembangun-an perumahan oleh masyarakat. Di lain pihak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya konsumsi kayu di Indonesia adalah yang paling rendah yaitu 0,04 m3/kapita per tahun.

Perkembangan produksi industri kayu gergajian selama Pelita II menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini mendorong per

495

Page 11: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

tumbuhan industri kayu lapis hingga jenis industri inipun menunjukkan perkembangan yang meyakinkan. Produksinya meningkat cukup tinggi tiap tahunnya. Dalam tahun kelima Repelita II produksi kayu lapis berjumlah 35.616.000 lembar atau 424.000 m³, yang berarti mengalami kenaikan sebesar ± 95% jika dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Dibanding dengan tahun pertama Repelita II tercatat peningkatan sebesar 493,1 %.

Bidang Ancka Industri pada tahun Kc-lima Repelita II pada umumnya menunjukkan perkembangan yang meningkat apabila dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya. Gambaran ini dapat dilihat pada Tabel VIII-1. Menurut Tabel tersebut produksi sabun cuci pada tahun 1978/79 mengalami kenaikan sebesar 20%, ban dalam sepeda 5%, ban luar sepeda 5%, tapal gigi 14%, detergen 30%, dan lain-lain.

Bidang industri aneka saat ini masih menggunakan bahan-bahan dan komponen impor. Untuk mengatasi ketergantungan tersebut, telah dilancarkan suatu program untuk segera mengalihkan secara bertahap pembuatan bahan-bahan/komponen yang masih diimpor di dalam negeri. "Deletion Program" ini telah dimulai terhadap beberapa produk dan akan terus diperluas ke beberapa jenis produk lainnya. Untuk mempercepat pelaksanaan telah digiatkan pula usaha-usaha subcontracting dalam program tersebut. Usaha-usaha ini diharapkan sekaligus dapat merangsang dan menumbuhkan industri baru di bidang bahan-bahan dan komponen keperluan industri. Dilain pihak dukungan atau partisipasi masyarakat, khususnya para usahawan sangat diperukan.

Usaha-usaha perlindungan industri dalam negeri terus dilakukan dan disempumakan. Dalam hubungan ini dapat dicatat dikeluarkan-nya beberapa kebijaksanaan antara lain tentang Ketentuarn Pengim-poran Barang (dikeluarkan tanggal 13 Desember

Page 12: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

1978) untuk mengganti`kan peraturan sebelumnya (dikeluarkan tanggal 31 Desember 1976). Di samping itu telah pula diusahakan peraturan-peraturan me-ngenai Harga Patokan dan standar Harga Patokan Indonesia, masingmasing tanggal 3 April 1976 dan 25 April 1978.

496

Page 13: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VII I – 1PRODUKSI ANEKA INDUSTRI

1973/74 – 1978/79,

No. Jenis Produksi S a t u a n 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1973/79

1. Sabun Cuci Ribu ton 131,3 148,9 164,6 175,5 194,9 234,82. Minyak Kelapa Ribu ton 264,5 255,0 268,4 276,2 276,3 319,13. Minyak Goreng Ribu ton 28,7 29,4 30,6 32,6 31,3 37,04. Margarine Ribu ton 8,1 10,7 7,5 7,9 10,1 b.ta

5. Rokok Kretek Juta batang 30.211,0 30.600,0 33,300,0 37.900,0 40.900,1 45.200,06. Rokok Putih Juta batang 20.376,0 21.665,0 23.500,0 22.637,0 23.100,0 24.200,0

7. Detarjen Ribu ton 6,6 7,0 34,9 33,4 38,5 48,78. Tapal gigi Juta tube 32,0 46,0 107,8 103,6 104,4 119,39. Korek api Juta kotak 566,0 707,0 780,0 772,0 506,1 503,7

10. Kulit samaka. Sapi/kerbau Ton 5.339,0 5.367,0 6.076,1 6.685,0 5.946,3 b.t.x

b. Kambing/domba Ribu lembar 2.775,8 3.081,3 3.697,5 4.067,3 3.700,3 b.t.a

ll. Kayu gergajian Ribu M3 b.t.a1.380 , 1.819, 2.500' 3.200g 4.030xx

12. kayu lapis Ribu lembar 2.725,0 6.005 10.042,0 . 11.806,0 18.347,8 35.616

13. Coriugeted Board/BOx Ribu ton 14,2 18,4 19,4 42,3 31,5 b.t.x

1.4. Benang tenun Ribu bales 316,2 364,0 445,4 622,9 678,3 900,0

15. Tekst i l Juta meter 926,7 974,0 1.017,1 1.247 1.332,5 1.400,0

Page 14: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

x. b.t. : belum terdapatxx. angka diperbaiki.497

Page 15: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 16: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Bagi barang-barang yang diimpor akan dikenakan peraturan Harga, Patokan Impor atau Tarif Bea Masuk Spesifik. Harga Patokan impor akan dibatasi pada jenis-jenis barang tertentu saja, sedang Tarif Bea Masuk Spesifik akan diperbanyak. Pada waktu ini terdapat 11 macam jenis barang yang terkena Tarif Bea Masuk Spesifik. Bagi barang- barang ini tidak diperlukan lagi Harga Patokan Impor.

3. Industri Logam DasarBidang industri ini mencakup jenis-jenis industri

logam dasar (ferrous dan non ferrous), barang-barang logam, mesin/alat-alat mekanis, mesin/alat-alat listrik, elektronika, alat-alat rumah tangga dan optik, alat-alat angkut dan alat-alat besar.

Tujuan utama bidang industri ini adalah untuk rneningkatkan pertumbuhan ekonomi sedang peranannya juga bersifat politis strategis. Karena itu diharapkan Uahwa industri ini akan memberikan sumbangan besar bagi pembangunan dalam bentuk penyediaan bahan baku dan komponen serta perangsang bagi daya tumbuh sektor-sektor industri lainnya.

Perkembangan produksi dalam bidang industri Logam dasar sampai dengan akhir Repelita II pada umumnya berjalan mantap. Seperti terlihat pada Tabel VIII-2 volume produksi menunjukkan kenaikan-kenaikan dari tahun ke tahun.

Beberapa jenis industri seperti kendaraan bermotor, televisi, mesin pendingin, kawat baja, plat seng, besi beton dan lampu pijar menunjukkan kenaikan-kenaikan yang cukup menggembirakan. Kegiatan pembuatan berbagai komponen dalam negeri semakin digalakkandengan tujuan untuk terus rneningkatkan kemampuan industri dalam negeri. Di samping itu, usaha untuk rneningkatkan ekspor hasil-hasil industri logam dasar juga terus dijalankan.

Page 17: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Guna memperkuat landasan untuk perkembangan selanjutnya, maka selama Repelita II telah dilakukan usaha-usaha pembentukan dan pembinaan kader, perluasan kesempatan kerja, peningkatan nilai tambah, penggalakan ekspor, pengembangan regional dan pembinaan struktur industri yang tepat guna dan berdaya guna.

Dalam rangka pengembangan bidang industri ini masih diguna- kan prinsip-prinsip kaitan ke belakang (backward linkage) dengan usa-

500

Page 18: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

GRAFIK VIII - 2 PRODUKSI INDUSTRI LOGAM DASAR,

1968/69, 1973/74 – 1978/79

o Y an N N

b

502

Page 19: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

1975/76 i976/77 1977/78 978/79

Page 20: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

R E P E 1 T A I I

Page 21: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Besi betan,besi siku 6 besi strip

seng Pipa baja Kawat baja

Page 22: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 23: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

ha-usaha peningkatan integrasi dalam rangka peningkatan nilai tambah dan menggalakan pembangunan industri-industri kunci (yaitu foundry, industri baja forging terpadu, industri aluminium, motor diesel, motor listrik, dan sebagainya).

Salah satu langkah dalam menuju ke pembinaan struktur industri yang efisien dilakukan antara lain melalui promosi investasi dalam bidang parts/komponen, penelitian program deletion dalam industri sepeda motor, sistem promosi sub-contracting dan pengembangan suatu produk.

Perkembangan produksi di bidang industri logam dasar pada tahun 1978/79 menunjukkan kemajuan yang cukup baik, walaupun terjadi rnasalah-masalah moneter internasional yang mempunyai pengaruh kuat terhadap masalah keuangan dalam negeri.

Kebijaksanaan 15 Nopember 1978 berperan sangat besar dalam kelancaran berproduksi da.ri beberapa jenis industri di sektor logam dasar. Kebijaksanaan tersebut selanjutnya diharapkan dapat merangsang ekspor hasil-hasil industri logam dasar dan meningkatkan pertumbuhan bidang industri itu sendiri.

Produksi besi beton yang dalam tahun 1977/78 mengalami penurunan yang cukup besar, dalam tahun 1978/79 mengalami perbaikan sehingga pada umumnya dapat meningkatkan pemanfaatan kapasitas terpasangnya. Berkurangnya stock nasional besi beton pada tahun 1977//78 telah menyebahkan peningkatan produksi pada tahun 1978/ 79. Meskipun peningkatan produksi ini pada akhir tahun 1978/79 telah dipengaruhi oleh kebijaksanaan penyesuaian harga dan meningkatnya harga billet serta baja tua (steel scrap), dalam tahun 1978/79 telah dicapai kenaikan produksi sebesar 25 % jika dibanding dengan produksi tahun 1977/78. Dibandingkan dengan produksi pada akhir tahun Repelita I atau permulaan tahun Repelita 504

Page 24: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

II produksi tahun 1978/79 adalah 173% lebih tinggi.Kemajuan lain yang dicapai adalah dimulainya

produksi percobaan sponge oleh PT Krakatau Steel dengan menggunakan proses Direct Reduction Iron (DRI) yang menggunakan gas alam sebagai

Page 25: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

reduktornya menjelang tahun 1978/79. Produksi percobaan ini cukup berhasil dan selanjutnya akan dapat menyediakan kebutuhan bahan baku untuk pembuatan baja kepada industri peleburan baja dalam negeri sebagai pengganti besi tua.

Di samping itu perusahaan-perusahaan baru yang mempunyai peralatan yang lebih sempurna telah mulai beroperasi hingga juga terdapat kemajuan dari segi mutu. Kemudian dapat dicatat bahwa akhir-akhir ini kegiatan ekspor besi beton buatan dalam negeri sudah mulai berjalan.

Produksi plat seng pada tahun 1978/79 sama dengan produksi tahun 1977/78, yaitu 185.000 ton. Kebutuhan bahan ini dalam tahun. 1978/79 sebetulnya meningkat lebih pesat daripada produksi, sehingga ada peluang untuk perluasan pabrik yang telah ada. Untuk itu telah dibuka kesempatan pada yang berminat untuk mengadakan perluasan.

Kelompok industri logam non-ferro belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Produksi kabel listrik dan telkom dari tembaga pada tahun 1978/79 meningkat sedikit, yaitu + 5% di atas produksi tahun sebelumnya. Dari segi mutu kabel listrik pada umumnya telah memenuhi persyaratan PUIL (Pedoman Umum Industri Listrik).

Produksi aluminium ekstrusi pada tahun 1978/79 sama seperti produksi tahun sebelumnya, yaitu 2.600 ton. Jumlah ini masih ren- dah dibanding dengan kapasitas terpasangnya. Aluminium sheet me-nunjukkan perkembangan yang sama. Produksinya pada tahun 1978/ 79 tidak menaik maupuu menurun, yaitu sebesar 8.700 ton. Langkah perlindungan berupa kenaikan bea masuk aluminium sheet tampak-nya belum memberikan hasil, Masalahnya disini adalah juga ukuran produk yang dihasilkan. Aluminium sheet yang dihasilkan lebarnya maksimum

505

Page 26: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

60 cm, sedang dewasa ini ada kebutuhan dengan lebar 120 cm.

Gambaran produksi industri logam dasar disajikan dalam Tabel V1II-2. Masalah utama yang dihadapi industri logam dasar khususnya industri baja adalah bahan baku yang sampai saat ini masih diimpor dan karena itu dipengaruhi oleh perkembangan harga di luar

Page 27: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

negeri. Harga bahan baku tersebut dalam periode tahun ini masih terus meningkat dan masih sangat tergantung pada satu negara, ya- itu Jepang.

Meskipun selama Repelita II telah menarnpakkan kemajuan, industri motor/mesin/ perlengkapan pabrik perkembangannya belum cukup menggembirakan. Dibandingkan dengan kebutuhan yang nya- ta, maka volume pasar industri mesin dalam negeri masih sangat kecil. Kecilnya volume pasar disebabkan antara lain karena hasil produksi industri mesin ini sebagian besar merupakan barang modal, sedang pembelinya adalah pengusaha/industri lainnya. Masalah yang dihadapi konsumen ini adalah kurangnya modal dan pe- masaran yang kurang mantap. Di samping itu industri mesin menghadapi persaingan dari hasil-hasil produksi luar negeri. Dengan meningkatnya pembangunan di berbagai sektor ekonomi, khususnya sektor-sektor industri, pertanian dan perhubungan, maka prospek pemasaran untuk hasil industri ini akan bertambah besar.

Produksi industri mesin diesel menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, hal mana dapat dilihat pada Tabel VIII - 2. Pada tahun 1978/79 terjadi peningkatan sebesar ± 20,6% jika dibanding- kan dengan produksi talmn 1977/78. Dibandingkan dengan produksi pada awal Pelita II yang besarnya hanya 8.000 buah, maka produksi sebanyak 30.400 buah pada tahun 1978/79 merupakan peningkatan sebesar 280,0%. Gambaran ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik, walaupun bila dibandingkan dengan potensi kebutuhan hal itu masih dapat ditingkatkan lagi.

Masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri mesin di dalam negeri. Dalam hubungan ini dapat dicatat antara lain dapat tumbuhnya "soft ware" dan usaha "engineering service" yang dapat mendukung fasilitas/pemanfaatan kapasitas industri mesin yang ada serta belum

506

Page 28: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

nampak adanya spesialisasi dan koordinasi antar perusahaan.

Perkembangan produksi barang-barang elektronika, alat-alat rumah tangga listrik dan peralatan listrik pada tahun 1978/79 pada umumnya menunjukkan peningkatan. Menurut Tabel VIII -- 2

Page 29: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

produksi TV pada tahun 1978/79 meningkat dengan 32,8%, dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena daya beli masyarakat meningkat dan munculnya merek baru dengan harga yang relatip murah. Selain itu di beberapa daerah telah bertambah station pemancar TV dan stasion relay yang baru. Jika dibandingkan dengan produksi pada awal Repelita II, produksi TV pada tahun terakhir Repelita II menunjukkan pening-katan sebesar 918,3%. Industri radio, memperlihatkan kenaikan-kenaikan pula seperti terlihat pada Tabel VIII - 2. Produksi pada tahun 1978/79 mengalami kenaikan sedikit, yaitu sebesar 4,2%, sedang selama 5 tahun terjadi peningkatan sebesar 25,3 %. Kemajuan lain dalam kelompok industri ini adalah berkembangnya alat hiburan amplifier. Pemasarannya meningkat dengan diproduksinya amplifier yang menggunakan tenaga AC dan DC yang banyak dipergunakan di daerah-daerah yang belum dapat dijangkau oleh listrik.

Industri peralatan listrik belum dapat berkembang dengan baik. Pemasaran peralatan ini, seperti panel listrik, rnotor-motor listrik, generator, transformer, kabel listrik tegangan tinggi masih meng-hadapi beberapa permasalahan antara lain saingan barang-barang impor.

Sementara itu perusahaan-perusahaan terus dibina untuk menggunakan komponen dalam negeri tahap demi tahap. Demikian pula diharapkan kebijaksanaan Knop 15 beserta peraturan-peraturan lainnya dapat meningkatkan ekspor dan mengatasi saingan barang impor.

Industri kendaraan bermotor dalam tahun 1978/79 mengalami perkembangan yang meningkat sedikit. Dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya kendaraan komersiil meningkat dengan ± 13%, kendaraan serba guna dengan ±50% dan kendaraan

507

Page 30: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

penumpang de-ngan ± 16%. Sepeda Motor mengalami peningkatan dari 302.000 unit pada tahun 1977/78 menjadi 320.000 unit pada tahun 1978/79, hal mana berarti kenaikan sebesar hanya 5,9% pada tahun 1978/79. Perkembangan produksi ini disajikan pada Tabel VIII-2.

Pelaksanaan penggunaan komponen buatan dalam negeri masih menghadapi masalah-masalah, antara Iain iklim industri yang belum

Page 31: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

menguntungkan. Di samping itu volume pasaran yang masih terbatas untuk tiap-tiap jenis komponen kendaraan bermotor sehingga kapasitas minimum unit produksi belum tercapai. Masalah-masalah lain ialah kekurangan penguasaan teknologi dan ketrampilan dalam pembuatan komponen peralatan produksi, standarisasi dan pengendalian mutu. Selain itu bahan baku untuk pembuatan komponen sebagian besar masih diimpor, hal mana menyebabkan ketergantungan industri komponen pada luar negeri. Dari segi organisasi perusahaan masih perlu ditingkatkan manajemen termasuk kewiraswastaan, antara lain waktu penyerahan yang tepat, efisiensi produksi dan pemasaran serta pendidikan tenaga ahli.

Kebijaksanaan penggunaan komponen buatan dalam negeri telah dilaksanakan, baik untuk kendaraan komersiil maupun untuk sepeda motor dan skuter. Namun karena beratnya persyaratan dipandang perlu untuk mengadakan penataan kembali dari segi potensi pengadaan bahan baku dan komponen dalam negeri. Persyaratan-persyaratan yang berat ini antara lain ialah bahwa harga akhir komponen buatan dalam negeri lebih mahal dari ex impor; pembelian komponen dari sub kontraktor yang menyangkut masalah mutu dan kelangsungan; kesulitan persetujuan dari prinsipal dalam menggunakan komponen dalam negeri, dan sebagainya.

Pada tahun 1978/79 industri perkapalan masih belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi kapal. Jumlah produksi kapal baru dari baja pada tahun 1978/79 meliputi 11.500 BRT, sedang reparasi kapal di atas dok 690.500 BRT. Produksi kapal kayu hanya mencapai 1.200 BRT. Seperti terlihat pada Tabel VIII - 2, produksi kapal baja sejak tahun 1976/77 terus menurun tiap tahunnya. Gambaran ini menunjukkan bahwa pemasaran masih berada pada tingkat yang rendah.

508

Page 32: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Bagi penanaman modal usaha industri perkapalan masih kurang, menarik. Hingga waktu ini belum tampak adanya peminat yang sungguh-sungguh. Permasalahan yang dihadapi masih seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitua. Pasaran yang langka serta adanya saingan dari

industri perkapalan diluar negeri,

Page 33: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

b. Waktu penyerahan yang panjang karena lamanya mendapatkan bahan baku, mesin, peralatan dan perlengkapan kapal, sehingga sering terjadi tidak dipenuhinya jangka waktu kontrak,

c. Kurang kemampuan dari perusahaan industri perkapalan dan perusahaan pelayaran dalam hal pembiayaan.

Pada umumnya lokasi perusahaan industri perkapalan berada dan berusaha di daerah pelabuhan. Karena perkembangan yang cepat dalam pembangunan dan modernisasi pelabuhan, maka ada kemungkinan tempat-tempat usaha industri perkapalan harus dipindahkan. Hal ini telah terjadi pada beberapa pelabuhan.

Usaha-usaha sub-constracting memang sangat diperlukan dalam industri perkapaian. Yang sudah berjalan saat ini adalah usaha pembersihan/pengecatan lambung tank cleaning, reparasi dan instalasi per-alatan khusus (radio, radar, peralatan elektronis, alat-alat optik, na-vigasi, perlengkapan keselamatan pelayaran).

Produksi industri dalam negeri yang telah dipakai pada industri perkapalan adalah cat kapal, kawat las pompa, generator, switch board yang berukuran kecil. Penggunaan bahan dan komponen erat hubungannya dengan persyaratan bahan/ komponen yang dipergunakan di kapal (rnarine used) dan persyaratan dari Biro Klasifikasi.

Industri penerbangan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produksi pesawat terbang meningkat terus tiap tahunnya. Pada tahun 1978/79 dapat dihasilkan 16 buah kapal terbang, sedang pada tahun sebehimnya produksi baru mencapai 7 buah. Hal ini berarti adanya kenaikan sebesar 128,5% pada tahun terakhir Repelita II.

Selama 4 tahun telah terjadi peningkatan sebesar 700%. Gam- baran ini disajikan dalam Tabel VIII - 2.

Menurut tabel tersebut produksi helikopter pada 509

Page 34: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

tahun 1978/79 meningkat dengan sangat menonjol setelah mengalami penurunan pada tahuu 1977/78, yaitu sebesar 53,8 %. Pada tahun 1978/79 telah di-hasilkan 33 buah kapal terbang, yang berarti 450 % di atas produksi tahun 1977/78. Selain itu dalam bidang industri penerbangan ini pada tahun 1977/78 telah ada peminat baru untuk menanamkan modal da-

Page 35: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 36: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 37: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 38: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 39: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 40: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Kemajuan-kemajuan tersebut disebabkan antara lain karena pesatnya perkembangan proyek-proyek yang dibangun baik dalam rangka Penanaman Modal (Asing dan Dalam Negeri) maupun dalam rangka Bantuan Proyek. Proyek-proyek tersebut meliputi proyek-proyek per luasan dan baru. Jika selama Repelita I dibangun 37 buah proyek, maka selama Repelita II jumlah investasi meningkat menjadi 80 buah proyek. Dari jumlah ini maka menurut jadwal waktu penyelesaian, proyek masing-masing, akan selesai dibangun dalam periode Repe-lita III 41 buah proyek.

Bidang industri kimia dasar ini pada umumnya mengolah bahan mentah menjadi bahan baku untuk kemudian diolah menjadi bahan jadi. Sebagian besar dari pada bidang industri ini merupakan industri padat modal, mempergunakan teknologi tinggi dan berproduksi dalam skala besar.

Jenis-jenis industri yang masuk dalam kelompok industri ini ada- lah industri agrokimia (pupuk, pestisida), industri sellulosa dan karet (pulp, kertas dan ban kendaraan bermotor), industri anorganik (semen, kaca, batu tahan api, gas industri, soda, dan lain-lain) dan bahan-bahan plastik, bahan peledak dan bahan kimia organik untuk industri.

Industri agrokimia yang mencakup industri pupuk dan industri, pestisida selama priode Repelita II menunjukkan perkembangan yang menonjol.

Page 41: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Pada akhir tahun 1978 telah selesai dibangun pabrik pupuk urea di Jawa Barat. Dengan demikian kapasitas produksi pupuk urea di Indonesia menjadi 2,2 juta ton/tahun.

Sampai akhir Repelita II produksi pupuk di dalam negeri meliputi pupuk urea dan pupuk Z.A. Produksi pupuk urea pada akhir Repe- lita II mencapai 1.484,0 ribu ton. Jika dibandingkan dengan produksi pada awal Repelita II, yang besarnya 115,7 ribu ton, maka selama 5 tahun telah terjadi kenaikan sebesar 1.182,1%. Pupuk urea tersebut merupakan hasil produksi pabrik-pabrik PUSRI dengan seluruh per-

515

Page 42: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

luasannya (II, III, IV) di Palembang, pabrik pupuk Petrokimia Gresik di Jawa Timur. Pada tahun 1977 dan 1978 telah terdapat surplus urea dari produksi urea. Karena itu telah dilakukan ekspor ke negaranegara ASEAN dan negara-negara tetangga lainnya seperti India, Pakistan, Srilangka, Vietnam, Bangladesh, Australia, New Zealand dan Zambia dengan nilai keseluruhan ± US $ 81.498.000.

Pada pertengahan tahun 1979 akan selesai perluasan pabrik pupuk Petrokimia Gresik. Perluasan ini akan memprodusir jenis pupuk phosohate dan compound, yaitu TSP sebesar 330,000 ribu ton/tahun, DAP 80,000 ribu ton/tahun dan NPK sebesar 50,000 ribu ton/tahun.

Dalam sektor industri pestisida pada awal Repelita II beroperasi 2 buah pabrik formulasi dengan jumlah kapasitas produksi 401 ton/ tahun. Pada akhir Repelita II jumlah tersebut telah meningkat menjadi 10 buah pabrik dengan jumlah kapasitas produksi ± 1.1,800 ribu ton/ tahun. Jenis-jenis pestisida yang diprodusir/formulasi adalah insektisida, herbisida, rodentisida dan fungisida. Peningkatan kebutuhan akan pestisida di dalam negeri sebagai pembasmi hama penyakit tanaman dalam rangka program pemerintah meningkatkan hasil produksi pa-ngan, sudah dapat terpenuhi. Kebutuhan rata-rata setiap tahun untuk pertanian dan perkebunan berkisar antara 10,0 ton sampai 12,0 ribu 8 on.

Produksi pestisida pada akhir Repelita II berjumlah 11,800 ribu ton, sedang pada awal Repelita II baru mencapai 401 ton. Hal ini menunjukkan kenaikan sebesar 2.842,6%.

Kemajuan-kemajuan di sektor industri kertas dalam periode Repelita II ditandai dengan meningkatnya volume produksi, jenis-jenis yang diproduksi dan mutu. Tambahan jenis-jenis kertas yang dipro-duksi meliputi kertas tissue, kertas bungkus dan coated

Page 43: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

paper. Bahanbahan ini sebelumnya belum pernah diproduksi. Peningkatan-pening-katan ini disebabkan antara lain oleh bertambahnya jumlah pabrik kertas. Jika pada Repelita I hanya terdapat 8 buah perusahaan, maka dalam Repelita II tercatat 28 perusahaan yang beroperasi.Sungguhpun demikian industri kertas di Indonesia baru dapat mencukupi ± 30% dari kebutulian.

516

Page 44: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Waktu ini pabrik-pabrik kertas yang ada seperti Padalarang, Blabak, Leces. Basuki Rachmat dan Gowa merupakan unit-unit inte grated yang memproduksi pulp serat pendek untuk pemakaian sendiri.

Produksi kertas pada akhir Repelita II berjumlah 117,466 ribu. ton. Pada awal Repelita II baru dicapai 47,144 ribu ton. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan produksi sebesar 149,1% dalam 5 tahun. Sungguhpun demikian, dibandingkan dengan proyeksi produksi untuk akhir Repelita II sebesar 201,2 ribu ton, maka hasil yang di- capai selama Pelita II masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena industri kertas pada waktu ini tidak menghasilkan, keuntungan yang banyak di samping memerlukan investasi di bidang prasarana yang cukup besar karena bahan mentahnya dalam bentuk jenis-jenis kayu-kayu tertentu terdapat di daerah yang masih sulit dijangkau.

Perkembangan industri ban ditandai dengan kemampuannya memproduksi segala jenis design, konstruksi dan ukuran ban yang up to date dan diperlukan secara nasional seperti ban radial, ban-ban off the road (traktor grader) yang banyak dipergunakan di pertambangan, kehutanan dan pembangunan jalan raya. Bahan baku utama karet alam dipenuhi dari dalam negeri, sedang karet sintetis yang dipergunakan sebanyak + 30% dari kebutuhan karet masih diimpor.

Produksi ban pada akhir Repelita II mencapai 2.640,901 ribu buah. Pada awal Repelita II baru dihasilkan 1.351,5 ribu buah, maka selama 5 tahun telah dialami peningkatan sebesar 95,4%. Hal ini me-mungkinkan beberapa jenis ban diekspor, antara lain ban sedang, ban truck bladder dan ban sepeda motor ke negara-negara Asean dan Australia.

Kelompok industri kimia organik menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada akhir-akhir

517

Page 45: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

tahun Repelita II. Selain jenis komoditinya bertambah, kapasitasnya juga meningkat dari 1.856 ton/ tahun pada awal Repelita II menjadi 156.464 ton/tahun pada akhir Repelita II. Perkembangan yang sangat menonjol terdapat pada jenis industri synthesis resin. Jenis ini mulai dihasilkan pada tahun I Repelita II dengan jumlah produksi 572 ton. Pada akhir Repelita II telah

Page 46: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

diproduksi 48.271 ribu ton. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 8.338,9% selama 4 tahun. Peningkatan yang menyolok ini dimulai pada tahun 1977/78. Pada tahun tersebut volume produksi telah meningkat 874,3 % terhadap produksi tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang penting dari kelompok industri kimia organik adalah bahan peledak. Jenis ini menunjukkan peningkatan sebesar 34,8% selama 5 tahun.

Namun demikian pada saat ini sebagian besar dari kebutuhan bahan baku untuk industri kimia organik dalam negeri masih harus diimpor, sehingga baik harga maupun penyediaannya sangat tergantung pada keadaan industri petrokimia di luar negeri. Untuk mengatasi hal tersebut usaha-usaha untuk membangun industri petrokimia Olefinedan Aromatik terus dilakukan, sedang pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan dalam Repelita III.

Perkembangan industri semen selama Repelita II cukup menggembirakan. Dalam periode ini jumlah pabrik semen telah mening- kat dari 3 menjadi 6 buah. Dengan bertambahnya pabrik ini, pro-duksi meningkat dari 818,1 ribu ton pada awal Repelita II menjadi 3.639,7 ribu ton pada akhir Repelita II. Hal ini menunjukkan ada- nya kenaikan sebesar 344,8% selama 5 tahun. Dengan peningkatan ini Indonesia berubah dari negara pengimpor semen pada awal Repe- lita II menjadi negara pengekspor semen pada akhir Repelita II. pada waktu ini Indonesia telah mengekspor semen sebanyak 104,2 ribu ton ke Thailand, Saudi Arabia dan Bangladesh.

Industri kaca lembaran dan kaca mobil telah meningkat dengan 98% selama Periode Repelita 11 dan telah diekspor ke Australia, Kapasitas kaca lembaran dan kaca mobil pada akhir Repelita II masing-masing 51,4 ribu ton dan 183,0 ribu m 3. Kemampuan pro-518

Page 47: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

uksi untuk memenuhi kebutuhan kurang dapat memberikan gam-baran yang nyata, karena tergantung pada jumlah model. Makin sedikit modelnya, makin besar kemampuan memenuhi kebutuhan, sedangkan pada saat ini jumlah model banyak sekali.

Dengan selesainya perluasan PN Soda Waru, kapasitas industrioda dan asam chlori,da pada akhir Repelita II mengalami pening-

Page 48: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

katan 3 kali kapasitas awal Repelita II. Pada akhir Repelita II kapa-sitas produksi soda dan asam chlorida masing-masing 8.500 ton dan 5.300 ton. Terbatasnya perkembangan industri soda disebabkan terbatasnya pemakaian.

Perkembangan gas industri yang meliputi oksigen, asam arang (COz), nitrogen, hitrugen, argon, acetylene, dan lain-lain menunjuk-kan perkcmbangan yang mantap selama periode Repelita II. Di samping bertambahnya kapasitas jenis komoditi yang diproduksi juga bertambah. Sekarang ini telah dihasilkan produk baru, yaitu liquid oksigen.

Selama Repelita II produksi zat asam mengalami peningkatan sebesar 55 %, asam arang 70% dan gas acetylene 237,7°%.

Produksi aluminium sulfat dan asam sulfat telah dapat meme-nuhi kebutuhan dalam negeri. Pada awal Repelita II produksi diarahkan pada aluminium sulfat karena kebutuhan asam sulfat pada waktu itu masih terbatas. Pada akhir Repelita II terjadi peningkatan yang cukup besar akan kebutuhan asam sulfat sehingga pabrik- pabrik yang ada perlu diperluas.

Produksi asam sulfat telah meningkat sebesar 112,6% selama Repelita II dan aluminium sulfat 9,2%. Pada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton.

Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn O) untuk industri ban, cat dan farmasi masih diimpor. Dalam Repelita II kebutuhan tersebut telah dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Seng oksida (Zn.O) ini mulai diproduksi di dalam negeri pada tahun 1975/ 76 dengan volume produksi sebesar 133,1 ribu ton. Dalam jangka waktu 2 tahun, yaitu pada tahun 1977/78 produksi telah meningkat menjadi 801,7 ribu ton. Hal ini berarti adanya kenaikan sebesar 502,7% dalam 2 tahun. Kini telah disiapkan langkah-langkah untuk mengekspor seng oksida (Zn O).

519

Page 49: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Seperti halnya dengan industri lainnya, masalah pokok yang dihadapi industri kimia dasar menyangkut persoalan bahan baku/ penolong, bea masuk, pajak, harga patokan dan lain-lain. Usaha

Page 50: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

usaha perbaikan untuk mendorong perkembangan industri dalam negeri terus dilakukan. Dalam hubungan ini dapat dicatat usaha penyempurnaan di bidang tarif dan harga patokan. Di samping itu dalam rangka penyediaan bahan baku/penolong yang berasal dari impor telah diberikan fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk, fasilitas penggunaan usance L/C dan sistem pembukaan L/C atas dasar PIF.

Pemasaran hasil-hasil industri kimia dasar yang strategis telah mulai diatur dengan sistem tata niaga yang menjamin stock nasional seperti halnya pada komoditi pupuk dan senien atas dasar komersil .

Selain itu pelaksanaan sistem draw-back dengan Sertifikat Ekspor dan diturunkannya bea impor dari bahan baku impor keperluan industri merupakan langkah-langkah yang sangat menunjang perkembangan sektor industri kimia dasar.

5. Industri Kecil dan PedesaanDalam rangka penyediaan bantuan teknis yang

lengkap dan terpadu bagi industri kecil dan pedesaan, maka pada tahun 1974/75 telah lahir proyek Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (BIPIK). Tujuan utama proyek ini adalah memheri bantuan ke- pada para pengusaha industri kecil golongan ekonomi lemah, ter-masuk para pengrajin, Jenis-jenis bantuan meliputi pengembangan pelayanan penyuluhan Industri, sehingga dapat dipenuhi keperluankeperluan industri kccil dan pedesaan yang bersifat khusus di seluruh tanah air. Dalam tiga tahun pertama (1975 - 1978) proyek BIPIK pada dasarnya menjalani masa persiapan dan percobaan. Selama jangka waktu ini diberikan latihan bagi para staf pelaksana BIPIK, melakukan berbagai survai di beberapa daerah pasaran, melakukan penelitian berbagai macam komoditi, baik dengan kerjasarna perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga lain dan menciptakan suatu

Page 51: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

sistem penyampaian bantuan teknis.Hasil-hasil pokok yang dicapai dalam jangka waktu tersebut adalah:

- dilakukannya usaha untuk menyusun masalah-masalah industri kecil dan pedesaan dengan cara yang lebili sistematis;

520

Page 52: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

- dilaksanakauuya berbagai macam survai;- diselesaikannya sejumlah profile proyek industri kecil;- dikumpulkannya masalah-masalah khusus serta dilakukan pende- katan-pendekatan yang mungkin untuk penyelesaiannya.

Kiranya masih terlalu dini untuk mengukur pengaruh-pengaruh bantuan proyek BIPIK dalam tiga tahun pertama tersebut, karena belum selesainya dibentuk suatu sistim monitoring guna pengukur-annya.

Pengalaman membuktikan betapa sulitnya menyebarkan bantu- an ke sejumlah besar industri kecil dan pedesaan yang menghadapi beraneka ragam permasalahan dan terpencar-pencar pula tempatnya, balikan kadang-kadang berada di daerah yang sulit dijangkau. Sehubungan dengan hal tersebut telah diusahakan untuk menggunakan semaksimal mungkin sumber daya dan stafnya dengan mengembang-kan suatu cara penyampaian bantuan yang dapat mencapai sebanyak mungkin industri kecil dan pedesaan.

Saluran-saluran penyampaian tersebut terdiri dari :- Pusat Pengembangan Industri Kecil di

wilayah; - Pusat Pelayanan Teknis;- Pendidikan dan Latihan keusahawanan/kewiraswastaan.

Kegiatan proyek BIPIK di pusat-pusat yang berjumlah 32 buah, itu ditilik beratkan pada Iatihan kewiraswastaan, pemberian nasehat mengenai management (pengelolaan usaha), pemasaran, penyebaran bahan mcntah dan peralatan.

Pusat Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) yang pertama di dirikan dalam tahun. 1976/77 di Yogyakarta untuk wilayah yang meliputi Jawa Tengah dan sebuah lagi di Surabaya yang meliputi wi- layah

Page 53: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Jawa Timur scbagai percobaan dengan dibantu oleh UNIDO. Pusat-pusat ini berfungsi untuk membantu tugas-tugas Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dan pusat-pusat pelayanan dalam kegiatankegiatannya di lapangan serta sebagai sarana yang permanen untuk keperluan latihan tingkat wilayah bagi para Tenaga Penyuluh La-pangan.

521

Page 54: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Pusat Pelayanan Teknis (PPT) berada sangat dekat pada perangkat produksi industri kecil dan pedesaan. Di tempat ini TPL BIPIK melaksanakan kursus, latihan bagi perusahaan industri kecil dan pedesaan yang berada di daerah tersebut. Di samping itu PPT menye-diakan bengkel kerja bersama atau sarana produksi bersama, melakukan pembelian bersama secara jumlah besar untuk bahan mentah. PPT mengadakan pula peralatan/mesin-mesin untuk keperluan latihan dan produksi serta mendemonstrasikan teknologi dan mesin-me- sin baru yang dapat dipergunakan dalam lingkungan setempat.

Pusat Pelayanan Teknis yang khusus untuk membantu dalam pengembangan produk-produk khusus telah didirikan pula dan lebih banyak lagi akan didirikan sesuai dengan keperluan. Di Ceper, Jawa Tengah telah didirikan sebuah Pusat Pelayanan guna menyediakan lebih banyak sarana yang khusus untuk pekerjaan mesin hasil pengecoran + 104 buah perusahaan pengecoran kecil dalam daerah tersebut.

Barang-barang yang dihasilkan dari pengerjaan mesin hasil pengecoran tersebut adalah pompa air, mesin jahit dan mesin penggilingan beras ukuran kecil. Pusat Pelayanan ini juga mendapat pe-sanan-pesanan dan kadang-kadang mengatur pembelanjaan/pembiayaan untuk melaksanakan pesanan tersebut. Pusat-pusat yang serupa sedang dibangun di empat daerah lainnya untuk meningkatkan mutu, rancangan dan pemasaran barang-barang logam, besi dan bukan be- si, komponen elektronika dan hasil tempaan.

Proyek BIPIK dewasa ini sedang mengembangkan usaha pembuatan kapal-kapal kayu hingga mencapai kemampuan 40 ton yang dipergunakan untuk penangkapan ikan dan angkutan pedalaman. Pusat- -pusat pelayanan mendemonstrasikan bagaimana membangun kapal. Pusat-pusat Pelayanan ini telah didirikan di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Riau, Padang, Samarinda, Kendari dan Gresik. Diharapkan bantuan teknik dalam

Page 55: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

perancangan dan pengerjaan kapal yang diberikan akan mengarah pada pembuatan kapal secara lokal dengan harga yang murah.

Pusat Pelayanan Teknis jenis lain yang telah didirikan adalah untuk produksi garam. Sampai saat ini telah didirikan 5 buah Pusat Produksi Garam dengan lokasi di daerah-daerah pantai pulau Jawa,

522

Page 56: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Tujuan pusat ini adalah untuk memberikan petunjuk kepada penduduk setempat bagaimana menghasilkan garam secara ekonomis dan bagaimana memberikan yodium pada garam tersebut sebelum menjualnya ke pasar-pasar lokal.

Selanjutnya sejak tahun 1976 BIPIK telah menyelenggarakan pula program latihan Achievernent Motivation Training (AMT) untuk industri kecil di Ujung Pandang, Medan, Surakarta, Banjar Baru, Surabaya dan Bandung. Training ini ditujukan untuk meningkatkan sikap mental dan jiwa kewiraswastaan, pengusaha industri kecil setempat.

Hasil sementara dari pengolahan evaluasi menunjukkan 80% peserta menyatakan bertambah maju usahanya. Kemajuan ini 60% - 65 % adalah akibat AMT, 10 % - 15 % akibat kursus manage- ment dan kursus lain, 20% - 30% akibat Peraturan Pemerintah dan situasi ekonomi.

Kemajuan tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan tena- ga kerja sebesar 10% per tahun, peningkatan penggunaan modal 15%, peningkatan penjualan fisik 20% dan 30% dari yang dibina telah mulai menikmati KIK dan KMKP.

Melihat hasil tersebut program ini akan lebih digalakkan di masa mendatang dengan perbaikan metode, kombinasi kurikulum, dan sebagainya.

B. PERTAMBANGAN

1. PendahuluanKegiatan eksplorasi yang meluas selarna masa

Repelita I, baik untuk minyak dan gas bumi, maupun untuk mineral lain, telah menga-kibatkan beberapa proyek pertambangan baru telah berhasil dibangun

Page 57: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

selama periode Repelita II. Meskipun kemudian, sebagai akibat dari- pada resesi ekonomi dunia laju pembangunan tersebut mengalami kemerosotan, namun pembangunan sektor pertambangan secara kese-luruhan telah berhasil mencapai sasaran pokok Repelita II bidang

523

Page 58: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

pertambangan yaitu melaksanakan diversifikasi usaha, di samping meningkatkan usaha pengolahan hasii tambang di dalam negeri.

Apabila pada akhir masa Repelita I sektor pertambangan baru menghasilkan kurang lebih 55% dari seluruh penghasilan devisa Indonesia, maka selama masa Repelita II angka tersebut telah meningkat menjadi lebih kurang 72%. Sampai saat ini berbagai hasil tambang utama Indonesia semata-mata dihasilkan untuk keperluan pasaran luar negeri, seperti misalnya bijih nikel dan feronikel, konsentrat tembaga serta bauksit. Dari produksi minyak bumi yang berjumlah rata-rata 1,5 juta barrel perhari, keperluan bahan bakar minyak untuk dalam negeri berjumlah kurang dari seperlimanya dan selebihnya adalah untuk ekspor. Demikian pula halnya dengan timah, dari produksi tahunan sebesar lebih kurang 25.000 ton, keperluan untuk pasaran dalam negeri rata-rata hanya sekitar 500 ton setahun. Gas bumi yang semula ba-nyak terbuang, dalam beberapa tahun terakhir ini sudah semakin banyak dimanfaatkan untuk keperluan produksi, baik sebagai bahan mentah, antara lain untuk pembuatan pupuk urea maupun sebagai bahan bakar yang bernilai tinggi. Dalam pada itu gas bumi yang tidak berasosiasi dengan minyak, telah berhasil diekspor sejak tahun 1977 dalam bentuk "liquefied natural gas" atau gas alam yang dicairkan.

Bahan tambang non logam, seperti kaolin, batu gamping, pasir kwarsa, dolomit dan lain sebagainya merupakan bahan baku untuk berbagai jenis industri di dalam negeri. Karenanya perkembangan bahan tambang non-logam ini tergantung pada tingkat industrialisasi, khususnya industri bahan bangunan dan industri kimia.

Bahan galian batubara yang selama dua dekade

Page 59: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

merupakan sumber energi yang tersisihkan oleh minyak bumi, dapat diharapkan akan kembali merupakan sumber energi yang akan banyak dipergunakan dengan meningkatnya harga minyak dan gas bumi.

Selama masa Repelita II kegiatan-kegiatan inventarisasi dan pe-nyelidikan mineral masih terus dilaksanakan sebagai kelanjutan ke-giatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Repelita I. Inventarisasi dan penyelidikan tersebut di atas meliputi kegiatan-kegiatan pemetaan

524

Page 60: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

geologi, penyelidikan geologi dan penyelidikan eksplorasi guna menentukan daerah-daerah mineralisasi serta mencari cadangan-cadangan ba-ru mineral.

Penelitian terapan dan pengembangan teknologi telah pula dilakukan dalam usaha mendapatkan cara-cara pemanfaatan, pengolahan mineral dan penggaliannya untuk mendorong pengembangan usahausaha pertambangan di dalam negeri. Sejalan dengan itu telah pula dilakukan penyempurnaan pengaturan, pengawasan, pembinaan dan penyuluhan pada usaha-usaha pertambangan.

Inventarisasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan terus dilakukan, dan hasilnya perlu dilakukan peneli- tian-penelitian lebih lanjut guna menentukan pengaturan langkah-langkah pencegahan akibat-akibat yang merugikan.

Dalam usaha meningkatkan kernampuan perusahaan untuk mela- kukan pencegahan kecelakaan kerja dan pemeliharaan lingkungan kerja yang aman maka telah dilakukan pengadaan pendidikan dan la- tihan keterampilan di bidang keselamatan kerja pertambangan.

Dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha pertambang-an adalah sangat besar. Dengan terbatasnya modal dan dan dalam negeri, maka di bidang pertambangan masih tetap dibuka kesem- patan modal asing untuk ikut mengembangkan pertambangan di Indonesia. Sejalan dengan itu penyempurnaan pengaturan dan pengawasan penanaman modal asing baik yang dewasa ini telah beroperasi mau- pun yang akan datang terus ditingkatkan.

Berikut ini diberikan gambaran secara singkat mengenai perkem- bangan hasil-hasil di bidang

Page 61: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

pertambangan selama periode 1973/74 - 1978/79 seperti yang tampak pada Tabel VIII - 4.

2. Perkembangan Hasil

Pertambangan a. Minyak

bumiProduksi minyak bumi Indonesia pada tahun pertama

Repelita II berjumlah 485 juta barrel yang terus meningkat pada tahun-tahun

525

Page 62: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABELVIII – 4PRODUKSI HASIL – HASIL PERTAMBANGAN,

REPELITA IIJenis bahan Galian Satuan I973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

Minyak mentah juta barrel 508,4 485,5 497,9 560,3 616,0 589,2

Timah ribu ton 22,6 24,8 24,3 22,1 23,8 2 ,9

Batu bara ribu toa 145,9 171,6 204,0 133,3 248,5 256,0

Bauksit ribu ton 1.204,7 1.284,2 935,8 1.043,5 1,221,3 964,9

Nikel ribu ton 939,9 781,1 751,2 1.177,4 1.316,7 1.178,0

Emas kg. 327,3 260,0 321,5 349,2 252,3 220,3

Perak ton 8,4 6,1 4,2 3,1 2,6 2,2

Pasir bes i ribu ton 321,7 349,2 346,2 299,7 317,2 120,2

tembaga ribu ton 146,6 208,1 210,0 212,2 165,8 184,9

1973/1974 – 1978/1979

526

Page 63: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

berikutnya dan mcncapai produksi 589 juta barrel pada tahun terakhir Repelita II. Peningkatan minyak bumi tersebut antara lain karena adanya Iapangan-lapangan minyak baru yang diketemukan sebagai hasil eksplorasi selama Repelita I dan II, di samping meningkatnya usaha secondary recovery.

Kegiatan perminyakan di lepas pantai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Produksi lapangan minyak lepas pantai terus me- ningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 1973 produksi lapangan mi- nyak lepas pantai berjumlah 13 %, maka pada tahun 1977 produksi. mencapai puncak berjumlah 35,7 %, walaupun menurun pada tahun 1978 yaitu menjadi sebesar 33,4 %.

Produksi

Pada tahun 1978/79 ada sedikit penurunan produksi yaitu untuk. produksi lapangan lepas pantai, sedangkan untuk produksi minyak di. lapangan daratan menunjukkan suatu kenaikan.

Kenaikan rata-rata per tahun hanyalah sebesar 5,2 % yang ber- arti tidak mencapai sasaran yang diharapkan yaitu kenaikkan produk- si rata-rata 8 % setahun. Tidak tercapainya sasaran tersebut disebab-kan karena adanya resesi ekonomi dunia pada tahun 1974 yang terus membawa pengaruh pada tahun-tahun berikutnya dan juga karena. menurunnya kegiatan eksplorasi. Penurunan kegiatan eksplorasi ini hanya bersifat sementara dan kini telah pulih kembali.

Dalam pada itu telah diambil langkah-langkah

Page 64: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

untuk lebih meningkatkan kegiatan eksplorasi, antara lain dengan pemberian insentif kepada para kontraktor minyak, yang hasilnya cukup menggembirakan. Dengan adanya kebijaksanaan baru tersebut, mulai tahun 1979 dirasakan adanya kegiatan eksplorasi yang meningkat. Tabel VIII - 5 menggambarkan produksi minyak bumi tahun 1973/74 - 1978/79.

527

Page 65: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL, VIII – 5 PRODUKSI MINYAK BUMI,

1973/74 - 1978/79 (jutaan barrel)

tahun Produksi

1973/74 508,41974/75 485,51975/76 497,9

1976/77 568,3

1977/78 616,0

1978/79 589.2PengilanganPengilangan minyak mentah pada tahun pertama

Repelita II berjumlah 115,0 juta barrel, sedangkan pada tahun ke-lima Repelita II jumlah pengilangan minyak mentah mencapai 158,0 juta barrel.

Dalam tahun 1978/79 jumlah minyak mentah yang diolah dikilang minyak dalam negeri mengalami penurunan menjadi 106,0 juta barrel. Hal tersebut disebabkan adanya kesulitan pemasaran LSWR ke luar negeri, sehingga ruenyebabkan pengilangan minyak mentah yang dilakukan di dalam negeri berkurang.

Sedangkan jumlah minyak mentah yang dilaksanakan pengolahannya di Singapura dan Malaysia (processing-deal) berjumlah 52,4 juta barrel yang berarti lebih besar dari tahun sebelumnya.

Tabel VIII - 6 memperlihatkan perkembangan pengilangan minyak yang diolah di dalam dan di luar negeri tahun 1973/74 - 1978/79.

Page 66: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

528

Page 67: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

GIRAFIK VIII - 4PRODUKSI MINYAK BUMI

1973/74 - 1978/79

Page 68: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

616,0

Page 69: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

589,2

Page 70: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 71: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79R E P E L I T A I I

529

Page 72: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 6PENGILANGAN MINYAK BUMI,

1973/74 - 1978/79(jutaan barrel)

Tahun Kilangdalam negeri

Kilangluar negeri

Jumlah

1973/74 118,1 10,8 128,91974/75 87,1 28,4 115,51975/76 86,6 31,2 117,81976/77 84,7 31,9 116,61977/78 116,2 45,1 161,31978/79 105,8 52,4 158,2

EksporPada tahun pertama Repelita II ekspor nninyak

bumi dan hasil minyak berjumlah 406,9 juta barrel, dan pada tahun terakhir men-capai jumlah 508,7 juta barrel.

Realisasi ekspor minyak bumi (crude oil) selama Repelita II setiap tahunnya mengalami kenaikan rata-rata sekitar 5,04%, namun masih berada di bawah target yang ditentukan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh karena adanya krisis moneter dunia yang terjadi pada awal Repelita II, sehingga kebutuhan dunia akan minyak bumi secara keseluruhan menurun dari trend yang normal. Menurunnya kebutuhan tersebut juga disebabkan oleh adanya faktor kenaikan harga yang besar sekali pada awal Repelita II yaitu sekitar 400%. Sungguhpun demikian dengan adanya perbaikan-perbaikan perekonomian dunia setelah tahun pertama Repelita II, maka untuk tahun-tahun berikutnya angka ekspor secara kwantitatip menunjukkan perbaikan-perbaikan yang berarti dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Page 73: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Tabel VIII - 7, menunjukkan ekspor minyak bumi dan hasil minyak tahun 1973/74 - 1978/79.

530

Page 74: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII-7EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK,

1973/74 - 1978/79(jutaan barrel)

Tahun Minyak Bumi Hasil Minyak Jumlah

1973/74

380,0 59,1 439,11974/7

5369,6 37,3 406,9

1975/76

383,6 40,9 424,51976/7

7*) 449,1 37,7 486,8

1977/78

*) 483,6 51,6 535,21978/7

9462,8 45,9 508,7

*) Angka diperbaiki.

Pemasaran dalam

negeri.Pola kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk

dalam negeri yang besar adalah avtur, kerosine dan solar, yang meliputi sekitar 60% dari jumlah seluruh kebutuhan BBM, sedangkan kilang dalam negeri hanya memprodusir sekitar 35% dari minyak yang diolah yaitu untuk avtur, kerosine dan solar.

Secara keseluruhan realisasi kebutuhan BBM dalam negeri pada masa Repelita II lebih kurang 3,5% melebihi sasaran. Hal ini dise- babkan karena banyak proyek-proyek besar telah mulai beroperasi. di samping adanya kegiatan ekonomi yang menyebabkan meningkat- nya bidang transportasi.

Tabel VIII - 8 di bawah ini menggambarkan pemasaran hasil minyak bumi di dalam negeri tahun 1973 - 1978.

b. Gas Bumi

532

Page 75: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Pada masa Repelita I pemanfaatan gas bumi masih terbatas hanya untuk gas-lift dalam produksi minyak bumi dan sedikit untuk produksi pupuk urea. Dalam Repelita II penggunaannya lebih berkembang lagi, yaitu sebagai sumber-daya hydrokarbon untuk ekspor, sebagai bahan532

532

Page 76: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

9 - IIIA NIdVNJ

Page 77: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 8PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,

1973 - 1978(ribu barrel)

J e n i s 1973 1974 1975 1976 1977xx) 1978

Bahan bakar minyakX) 60.293 69.642 78.826 88.872 101.563 112.300

Bahan pelumas 631 634 630 755 736 795

Hasil-hasil khususdan bahan kimia

953 1.139 980 1.000 1.365 1.769

x) Termasuk aviation Gasoline dan Bunker oil yang dijual untukkapal terbang d.an kapal laut asing yang berlabuh di pelabuhan Indonesia.

xx) Angka diperbaiki.

534

Page 78: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 79: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

baku (feed-stock) pupuk urea serta pendukung utama energi di samping minyak bumi.Produksi dan pemanfaatan gas bumi setiap tahunnya menunjukan peningkatan. Apabila pada tahun 1974 produksi dan pemanfaatan gas bumi berjumlah 202,3 juta MCF dan 72,2 juta MCF, maka pada tahun 1978 produksi dan pemanfaatan masing-masing mencapai jumlah 820,1 juta MCF dan 596,6 juta MCF.

Tabel VII - 9 memperlihatkan produksi dan pemanfaatan gas bumi tahun 1973 - 1978.

TABEL VIII - 9.PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,

1973 - 1978

Tahun

(jutaan MCF).

Produksi Pemanfaatan

1973

186.1 52,8197

4202,3 72,2

1975

222,3 82,4197

6312,4 88,1

1977

542,8 282,9197

8820,1 596,6

c. Batu bara

Page 80: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Produksi batubara Indonesia pada saat ini dihasilkan dari dua unit penambangan yaitu Ombilin, Sumatera Barat dan Bukit Asam, Sumatera Selatan. Dengan terjadinya kritis minyak pada tahun per- tama Repelita II, maka batubara kembali menjadi perhatian utama sebagai bahan bakar pengganti minyak. Usaha-usaha rehabilitasi dan pengembangan tambang terus ditingkatkan. Kalau pada tahun per- tama Repelita II produksi baru mencapai jumlah 171,6 ribu ton, maka pada akhir Repelita II produksi meningkat menjadi 256,0 ribu ton. Peningkatan produksi pada dua tahun terakhir Repelita II, berkat telah dipergunakannya peralatan-peralatan baru.

536

Page 81: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

GRAFIK VI I I - 8PRODUKSI -DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,

1973-1978

Produksi Pemanfaatan

537

Page 82: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Tabel VIII - 10 memperlihatkan produksi batubara tahun 1973/74 - 1978/79.

TABEL VIII - 10PRODUKSI BATUBARA

1973/74 - 1978/79(ribuan ton)

Tahun Produksi1973/74 145,9

1974/75 171,61975/76 204,01976/77 183,31977/78 248,51978/79 256,0

d. Timah

Penambangan timah sampai saat ini masih tetap dilakukan dipulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan di daerah Bangkinang. Penambangan timah dilaksanakan oleh PT Tambang Timah, perusahaan swasta nasional. dalam rangka kontrak dengan PT. Tambang Timah dan perusahaan asing dalam rangka kontrak kerja dengan pemerintah.

ProduksiRealisasi produksi logam timah selama Repelita II

terus mening-kat; jika pada tahun 1974/75 produksi baru mencapai jumlah 15.000 ton, maka tahun kelima Repelita II produksi logam timah meningkat menjadi 24.350 ton. Hal itu dikarenakan perluasan pabrik peleburan di Muntok dengan 3 tanur dengan fasilitas-fasilitasnya dapat diselesai- kan dalam tahun 1976/1977. Tabel VIII - 11 berikut ini memperlibatkan produksi bijih dan logam timah 1973/74 - 1978/79.538

Page 83: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 84: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 11PRODUKSI BIJIH DAN LOGAM TIMAH

1973/74 - 1978/79(ribuan ton)

Tahun Bijih timah Logam timah1973/74 22,6 14,8

1974/75 24,8 15,01975/76 24,3 18,81976/77 22,1 23,21977/78 23,8 24,61978/79 23,9 24,3

Ekspor

Ekspor logam timah pada tahun pertama Repelita II berjumlah 14,8 ribu ton. Jumlah ekspor terbesar adalah dialami pada tahun 1976/77 yaitu berjumlah 26,5 ribu ton, kemudian sedikit menurun pada dua tahun berikutnya.

Sejak tahun 1976/77 ekspor timah seluruhnya berupa Logam timah, karena paberik peleburan timah di dalam negeri telah mampu melebur seluruh bijih timah yang dihasilkan.

Dalam tahun 1977/78 jumlah ekspor sedikit menurun jika dibanding dengan tahun sebelumnya, dan pada tahun 1978/79 jumlah ekspor meningkat kembali menjadi 25,6 ribu ton. Tabel VIII - 12 mem-perlihatkan ekspor bijih dan logam timah tahun 1973/74 - 1978/79, sedangkan perkembangan penjualan logam timah di dalam negeri selama masa 1973/74 - 1978/79 dapat dilihat pada Tabel VIII - 13.

e. Nikel

Page 85: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Penambangan bijih nikel dilaksanakan oleh Unit Pertambangan Nikel PT. Aneka Tambang di daerah Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan pada tahun 1978 telah pula dipersiapkan pengembangan tambang baru di pulau Gebe.

540

Page 86: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

GRAFIK VIII-10PRODUKSI BIJIH DAN LOGAM TIMAH

1973/74 – 1978/79(ribuan metrik ton)

Bijih timah logam timah

Page 87: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 88: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

R E P E L I T A

Page 89: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 12EKSPOR BIJIH DAN LOGAM TIMAH,

1973/74 - 1978/79 (ribuan ton)

'. Bijih timah Logam Timah Jumlah

1973/74 6,4 14,6 21,0

1974/75 8,8 14,8 23,6

1975/76 6,3 14,4 20,7 x)

1976/77 - 26,5 26,5

1977/78 - 24,3 24,3

1978/79 - 25,6 25,6

x) Angka diperbaiki.

542

Page 90: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 13

PENJUALAST LOGAM TIMAH DI DALAM NEGERI,

1973/74 - 1978/79 (ribuan kilogram)

Tahun Penjualan

1973/74 511,1

1974/75 323,1

1975/76 440,1

1976/77 540,7

1.977/78 423, 5

1978/79 416,4

543

Page 91: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 92: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 93: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Produksi dan ekspor

Produksi bijih nikel pada tahun pertama dan kedua Repelita II mengalami penurunan dan baru pada tahun ketiga mulai adanya pe-

ningkatan produksi. Produksi pada tahun terakhir Repelita II berjum- lah 1.178,0 ton yang sedikit berada di bawah tingkat produksi tahun sebelumnya.

Sedangkan ekspor kecuali tahun kedua dan ke-empat Repelita II menunjukkan peningkatan dan pada akhir tahun Repelita II ekspor mencapai jumlah 887,6 ribu ton. Tabel VIII-14 memperlihatkan pro- duksi dan ekspor bijih nikel 1973/74 - 1978/79.

TABEL VIII - 14

PRODUKSI DAN EKSPOR BIJIH NIKEL,1973/74 - 1978/79

Tahun

(ribuan ton)

Produksi Ekspor

1973/7 989,9 830,41974/7

5781,1 853,2

1975/76

751,2 707,61976/7

71.177,4*) 924,5

1977/78

1.316,7 830,01978/7

91.178,0 887,6

*) Angka

diperbaiki.

Perkembangan

Page 94: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

baru

Sejak tahun 1976 di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, PT. Aneka Tambang telah mengoperasikan pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel yang berkadar 20% nikel. Produksi dan ekspor dari tahun 1975/76 - 1978/79 dapat dilihat pada Tabel VIII - 15.546

Page 95: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 15PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL DALAM FERRONIKEL

(ton)

Tahun Produksi Ekspor

1975/7 476,5 -1976/7

74.343,7 4.041

,01977/78

4.820,7 4.869,01978/7

94.403,8 5.112

,0Penambangan dan pengolahan bijih nikel juga dilaksanakan oleh PT. INCO di Soroako, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1977 pabrik yang mengolah. bijih nikel menjadi nikel matte berkadar 75% telah mulai beroperasi dengan produksi nikel dalam nikel-matte sebesar 2.077 ton Pada tahun 1978 produksi baru mencapai 5.729 ton. Kapasitas proyek ini direncanakan akan menghasilkan 45.000 ton nikel dalam nikel-matte yang seyogyanya sudah akan tercapai pada tahun 1979, tetapi karena persoalan teknis diharapkan baru akan tercapai pada tahun 1981.

f. BauksitDewasa ini penambangan bauksit dilaksanakan

oleh Unit Pertambangan Bauksit PT Aneka Tambang di daerah Kijang, pulau Bintan dan sekitarnya dengan cara tambang terbuka.

Produksi dan eksporProduksi dan ekspor talrun pertama Repelita II

melampaui sa-saran, yaitu sebesar 1.284,2 ribu ton. Tetapi pada tahun 1975/76 produksi menurun menjadi 935,8 ribu ton, hal ini disebabkan ada- nya resesi ekonomi yang melanda dunia. Pada tahun 1976/77 pro- duksi meningkat kembali menjadi 1.048,5 ribu ton

Page 96: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

sedikit di bawah angka proyeksi Repelita II. Dan pada tahun 1977/78 produksi meningkat lagi menjadi 1.221,8 ribu ton yang berarti melampaui angka proyeksi Repelita 11, namun ekspor masih sedikit berada di bawah angka proyeksi yaitu 1.151,9 ribu ton. Dalam tahun terakhir Repe-

548

Page 97: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

lita II angka produksi dan ekspor masing-masing sebesar 964,9 ribu ton dan 981,6 ribu ton. Penurunan produksi disesuaikan dengan ke-butuhan ekspor di samping terbatasnya tempat penampungan. Se- dangkan turunnya ekspor disebabkan masih terpengaruh oleh krisis energi dan belum terbukanya diversifikasi pemasaran baru.

Tabel VIII - 16 memperlihatkan angka produksi dan ekspor bauksit tahun 1973/74 - 1978/79.

TABEL VIII - 16.

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT.

Page 98: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Tahun

1973/74 - 1978/79(ribuan ton)

Produksi Ekspor

1973/74 1.204,7 1.266,41974/75 1.284,2 1.267,31975/76 935,8 919,81976/77 1.048,5 1.105.71977/78 1.221.8 1.151,91978/79 964.9 981,6

g.Pasir besi

Page 99: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Penambangan pasir besi di pantai Cilacap dan Pelabuhan Ratu dilakukan oleh Unit Pertambangan Pasir Besi PT Aneka Tambang.

Produksi dan eksporProduksi dan ekspor pasir besi selama masa Repelita II tidak

dapat mencapai angka proyeksi 400.000 ton pertahun. Hal tersebut disebabkan kesulitan dalam mengekspor pasir besi ke Jepang, kare- na sejak terjadinya krisis minyak sampai terjadinya resesi dalam produksi besi baja sekarang ini, situasi pemasaran pasir besi tidak membaik.

549

Page 100: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Pada tahun 1977/78 kesulitan pemasaran pasir besi memuncak, yang mengakibatkan penurunan pemakaian pasir besi, sehingga pro-duksi pada tahun 1978/79 diperkirakan menurun drastis menjadi 120,2 ribu ton, sedangkan ekspor diperkirakan menurun menjadi 66,5 ribu ton. Sementara itu sejak tahun 1975/76 produksi pasir besi melayani kebutuhan bagi pabrik-pabrik semen yang baru didirikan. Tabel VIII - 17 memperlihatkan produksi dan ekspor pasir besi tahun 1973/74 -1978/79.

TABEL VIII - 17

. PRODUKSI DAN EKSPOR PASIR BESI,

Tahun

1973/74 - 1978/79(ribuan ton)

Produksi Ekspor

1973 / 74 321,7 283,6

1974/75 349,2 348,01975/76 346,2 290.11976/77 299,7 276,9197?/78 317,2 219,21978/79 120,2 66,5

h. Emas dan Perak

Satu-satunya tambang emas yang dewasa ini masih berproduksi ialah tambang emas di daerah Cikotok yang diusahakan oleh Unit Pertambangan Emas Cikotok, PT Aneka Tambang.

Emas dan perak selain dihasilkan oleh tambang Cikotok, juga dihasilkan oleh Freeport Indonesia Inc. sebagai unsur logam yang terkandung dalam konsentrat tembaga yang dihasilkan dari tambang tembaga di Tembagapura, Irian Jaya. Selain daripada itu emas dan perak juga dihasilkan oleh beberapa perusahaan tambang kecil (tambang rakyat) dengan cara-cara sederhana.

551

Page 101: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

GRAFIK VIII – I5PRODUKSi DAN EKSPOR PASIR BESI,

1968169, 1913/74 1978/79

1974/ 5 1975/76 1976/77

R E P E L I T A II II

o N

1977/78 1978/79

Produksi

552

Page 102: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Ekspor

Page 103: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VII I -18PPIODUK'SI, VOLUME EKSPOR DAN PENJUALAN PERAK DALAM NEGERI,

1973/74 - 1978/79

Tahun Produksi

(k i logram)

Volume Ekspor Penjualandalam negeri

1973/74 8.426 7.300 3.8001974/75 6.129 4.000 2.1361975/76 4.224 1.000 3311976/77 3.138 3.871

1977/78 2.788 - 3,067X)

1978/79 2.216 - 2.397

x) Angka diperbaiki

553

Page 104: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 105: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII-19PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI LOGAM EMAS

1973/74 - 1978/79(kilogram)

Tahun Produksi Penjualandalam negeri

1973/74 327,3 324,0

1974/75 260,0 262,5

1975/76 321,5x) 290,0

1976/77 349 2x) 398,0

1977/78 252,3 269,0x)

1978/79 220,3 250,9

x) Angka diperbaiki

555

Page 106: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 107: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Selama masa Repelita II dialami kesulitan untuk mencapai target produksi emas dan perak. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perobahan komposisi bijih yang ditambang, sehingga recovery terutama perak sangat menurun. Disamping itu ada kesulitan sehubungan dengan masalah penambangan serta persediaan cadangan yang telah menurun ditempat penambangan utama Cikotok, selanjutnya penambangan beralih dan dipusatkan di Cirotan.

Dalam inasa Repelita II kegiatan pengolahan emas dan perak di Unit Pemurnian dan Pengolahan Logam Mulia, PT Aneka Tambang cukup baik. Peningkatan kegiatan ini terutama berasal dari pihak keti- ga, sedangkan pemurnian yang berasal dari tambang Cikotok menunjukkan gejala menurun.

Sejalan dengan peningkatan pekerjaan pengolahan dan pemurnian dari pihak ketiga tersebut, maka dipikirkan pula pembuatan produkproduk lainnya seperti Electrolytic Manganese Dioxide, Zine Oxide dan aloy-aloy lainnya.

Pada tahun 1977/78 pabrik pengolahan dan pemurnian emas dan perak yang terletak di pusat kota telah dipindahkan ke Pulo Gadung. Tabel VIII-18 memperlihatkan Produksi, Volume Ekspor dan Penju- alan Perak Dalam Negeri, sedangkan tabel VIII - 19 memperlihatkan Produksi dan Penjualan Dalam Negeri Logam Emas tahun 1973/74 - 1978/79.

i. Tembaga

Penambangan bijih tembaga sampai saat ini masih tetap diusahakan di Tembagapura, Irian Jaya. Produksi tembaga dalam tahun 1977 dan 1978 terus menurun

Page 108: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

sejalan dengan merosotnya harga tembaga yang terjadi pada pertengahan tahun 1974, sebagai akibat adanya re-sesi ekonomi yang melanda dunia yang menyebabkan menumpuknya stock tembaga di pasaran.

Tabel VIII-20 memperlihatkan produksi dan volume ekspor konsentrat tembaga tahun 1973 - 1978.

557

Page 109: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 20PRODUKSI DAN VOLUME EKSPOR KONSENTRAT

TEMBAGA, 1973 - 1978.(ribuan ton kering)

Tahun Produksi Volume ekspor1973 125,9 114,2

1974 212,6 207,21975 201,3 194,21976 223,3 216,8 x)1977 189,1 220,61978 180,9 185,6

x) Angka

diperbaiki j.

GranitFenggalian batu granit dewasa ini dilakukan di

kepulauan Karimun.

Pada tahun pertama Repelita II produksinya terus mening- kat sampai dengan tahun ketiga, tetapi pada tahun ke-empat dan tahun terakhir baik produksi, ekspor maupun pemasaran dalam negeri menurun. Khusus penurunan dalam hal produksi disebabkan adanya perbaikan peralatan pada crushing-plant.

Tabel VIII - 21 memperlihatkan produksi, penjualan dalam ne-geri dan ekspor batu granit tahun 1973 - 1978.k. Lain-lain

Yang dimaksud dengan bahan tambang lain-lain adalah semua mineral atau bahan galian bukan logam seperti. belerang, fosfat, gipsum, yodium, marmer dan

Page 110: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

bahan galian lainnya yang termasuk ke dalam bahan bangunan.

Bahan-bahan tambang tersebut di atas diusahakan oleh Perusahaan Daerah dan Usaha Pertambangan Swasta Nasional dan lain-ainnya.

558

Page 111: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 112: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 21PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN

EKSPORBATU GRANIT, 1973 -1978

(ribuan ton)

Tahun Produksi Ekspor Pemasaran dalam negeri

197 415.0 148,6

138,8197

4424,8 36,8 264,5

1975

635,3 92,7 421,3197

6804,3 311,

3420,0

1977

722,2 286,1

440.4197

8495,3 264,

7363,2

Kecuali gamping dan lempung yang merupakan bahan baku pembuatan semen, maka bahan. tambang lainnya terutama di pasarkan di dalam negeri. Perkembangan produksi, penjualan dalam negeri dan ekspor bahan tambang lain dapat dilihat pada Tabel-tabel VIII - 22, VIII - 23, VIII - 24.

Menurunnya produksi beberapa bahan tambang seperti belerang, fosfat dan asbes, terutama disebabkan. oleh kesulitan dalam hal pema- saran.

Dalam hal bahan tambang mangaan, oleh karena kesulitan dalam hal transportasi. tempat penimbunan dan lain sebagainya memerlukan biaya tinggi bila akan diekspor, sehingga pengusaha lebih berminat untuk memasarkan produknya di dalam negeri saja, meskipun mangaan yang laku hanyalah yang berkadar tinggi.

3. Kegiatan PenunjangSelama masa Repelita II selain telah dilaksanakan

pemetaan geologi bersistem, juga telah diadakan berbagai penelitian dan penyelidik- an geologi. Data dasar geologi tersebut di samping diperlukan untuk pengembangan kekayaan mineral juga dapat

560

Page 113: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

dipergunakan dalam rang-ka pengembangan wilayah, antara lain untuk penyediaan air tanah, pembangunan gedung, jalan raya, bendungan dan prasarana lainnya.

Page 114: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII - 22

PENJUALAN DALAM NEGERI BAHAN TAMBANG USAHASWASTA NASIONAL PENGUSAHAAN DAERAH

DAN LAIN-LAINNYA.1973 - 1978

(ton)

Bahan Tambang

1973 1974 1975 1976 1977*) 1978

Mangaan 769 863 2.857 2.780 2.450 4.137Aspal 70.198 75.170 94.609 113.605158.66

4119.79

0Yodium (kg) 5.625 13.000 8.945 6.605 15.795 3.980

Belerang 1.951 2.350 3.273 3.500 1.728 -

Fosfat 819 5.562 7.832 5.765 1.237 1.235

Asbes 83 126 20 50 2 10Feldspar - - - 2.442 1.647 6.166

Kaolin 13.910 17.159 21,710

25.849 28.011 29.798

Pasir kwarsa 26.316

59.415 56.135 37.202 80.646 108.180

Marmer (m2 slabs)

- 14.264 17.350 24.451

18.427 32.951

*) Angka diperbaiki.

561

Page 115: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII-23

PRODUKSI BAHAN TAMBANG USAHA SWASTA NASIONAK

PERUSAHAAN DAERAH DAN LAIN LAIN,

1973 – 1978Bahan Tambang 1973 1974 1975 1976 1977 x) 1978

Mangaan 15.965 18.228 14.192 8.780 6.847 5.889Aspal 95.149 75.170 115.697 104.990 138.739 161.817Yodiun (kg) 19.357 25.933 33.077 27.026 11.930 7.253

Belerang 1.951 2.349 3.944 3.483 1.697 204fosfat 819 5.563 7.902 7.465 3.598 1.305Asbes 223 283 92 - 50 -Kaolin 29.609 25.971 30.528 29.323 38.006 37.115Pasir kwarsa 64.161 62.668 85.979 110.809 221.441 310.051marmer (:..2 s labs ) 12.232 13.520 19.828 25.944 35.216 33.496GamPing ) 995.767 1.114.079 1.374.433 2.120.909 3.724.257

Bahan semen 219.065 270.803 379.569 653.782Lempung ) 164.287Feldspar - - - 2.756 1.648 6.166

X)An gka diperbaiki.

562

Page 116: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

TABEL VIII – 24EKSPOR BAHAN TAMBANG USAHA SWASTA NASIONAL

PERUSAHAAN DAERAH DAN LAIN-LAIN,1973 - 1978

(ton)

1973 1974 1975 1976 1977 1978Bahan tambang

Page 117: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn
Page 118: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

13.059 4.704 13.000 15.500 -

16.097 7.939 8.112 8.342 1.580

4.876 2.430 500 2.072 2.427

Yodium 7.500

Manggaan 9.165

Kaolin 3.830

Page 119: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Inventarisasi kekayaan mineral telah menghasilkan data mineral industri bukan logam dan bahan bangunan yang ditemukan hampir di setiap daerah Tingkat Dua.

Bimbingan teknis pertambangan serta penyuluhan telah pula dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis pengusa- ha pertambangan swasta nasional untuk ikut berperan serta dalam usaha di bidang pertambangan sesuai dengan kemampuan modalnya.

Pembinaan keselamatan kerja pertambangan telah dilaksanakan dalam rangka mengurangi dan menghindarkan kecelakaan yang mengakibatkan korban manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan yang digunakan. Sehingga dengan demikian meningkatkan daya guna tenaga kerja dan peralatan dalam berproduksi.

Penelitian terapan dan pengembangan teknologi telah pula dilak-

sanakan dalam rangka usaha mendapatkan data dan cara-cara pemanfaatan/pengolahan mineral dan penggaliannya, guna mendorong pengembangan usaha-usaha pertambangan di dalam negeri dan mengem-bangkan diversifikasi produksi pertambangan baik secara horizontal maupun secara vertikal.

Inventarisasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan terus dilakukan, dan hasilnya perlu dilakukan penelitianpenelitian lebih lanjut guna menentukan pengaturan langkah-langkah pencegahan akibat-akibat yang merugikan.

Sejalan dengan itu telah pula dilakukan penyempurnaan pengatur-an, pengawasan, pembinaan dan penyuluhan pada usaha-usaha pertambangan, serta diadakan pendidikan dan latihan keterampilan di bidang keselamatan kerja pertambangan.

564

Page 120: INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN · Web viewPada akhir Repelita II produksi asam sulfat mencapai 37,6 ribu ton dan aluminium sulfat 18,8 ribu ton. Pada Repelita I kebutuhan oksida seng (Zn

Penyelidikan dan pengamatan gunung-gunung api juga telah dilakukan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan/letusan gunung api. Dalam Repelita II dari 128 buah gunung api yang aktif, baru 25 buah saja yang mampu di- amati secara terus menerus dan 14 buah di antaranya yang diamatidengan penggunaan alat seismograf,