6
Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia Melalui Semboyan “Jalesveva Jayemahe” Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan antara 95° BB – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara berada di Pulau Weh di Nanggroe Aceh Darussalam yang berada pada 6° LU, untuk wilayah Indonesia paling selatan berada di Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11° LS, untuk wilayah Indonesia paling barat adalah di ujung utara pulau Sumatera yang berada pada 95° BB, serta untuk wilayah Indonesia paling timur berada di Kota Merauke yang berada pada 141° BT. Sedangkan secara geografis Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Sehingga tak heran jika Indonesia memiliki letak yang sangat luas dan strategis karena indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang sangat luas ini terdiri atas 1/3 wilayah daratan dan 2/3 wilayah perairan khususnya lautan. Wilayah daratan Indonesia lebih berfokus pada bidang agraris, sedangkan wilayah perairan Indonesia berfokus pada bidang maritim. Dilihat dari luas bagiannya wilayah perairan khususnya maritim memiliki potensi yang lebih dibanding wilayah daratannya. Hal ini dibuktikan dengan sejarah kemaritiman Indonesia yang dahulu lebih dikenal sebagai

Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gfj

Citation preview

Page 1: Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia Melalui Semboyan

“Jalesveva Jayemahe”

Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11°

LS dan antara 95° BB – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara berada di Pulau

Weh di Nanggroe Aceh Darussalam yang berada pada 6° LU, untuk wilayah

Indonesia paling selatan berada di Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang

berada pada 11° LS, untuk wilayah Indonesia paling barat adalah di ujung utara

pulau Sumatera yang berada pada 95° BB, serta untuk wilayah Indonesia paling

timur berada di Kota Merauke yang berada pada 141° BT. Sedangkan secara

geografis Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Sehingga tak heran jika Indonesia

memiliki letak yang sangat luas dan strategis karena indonesia berada di sekitar

garis khatulistiwa.

Wilayah Indonesia yang sangat luas ini terdiri atas 1/3 wilayah daratan dan

2/3 wilayah perairan khususnya lautan. Wilayah daratan Indonesia lebih berfokus

pada bidang agraris, sedangkan wilayah perairan Indonesia berfokus pada bidang

maritim. Dilihat dari luas bagiannya wilayah perairan khususnya maritim

memiliki potensi yang lebih dibanding wilayah daratannya. Hal ini dibuktikan

dengan sejarah kemaritiman Indonesia yang dahulu lebih dikenal sebagai

nusantara. Sejarah maritim nusantara berkembang sejak migrasi bangsa

Austronesia ke kawasan Asia Tenggara beberapa ribu tahun lalu untuk berdagang

yang mendahului peradaban Mesir, Yunani, India dan China dengan

menggunakan kapal bercadik dan alat navigasi seadanya. Ramainya arus

pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya

kerajaan-kerajaan yang bercorak maritim di Nusantara. Sejarah mencatat jika di

nusantara terdapat dua kerajaan maritim yang masyhur, yakni kerajaan Sriwijaya

pada abad 5-9 Masehi, dan kerajaan Majapahit pada abad 12 -14 Masehi. Pada

masa kerajaan Sriwijaya sistem politiknya menekankan pada penguasaan alur

pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah - wilayah strategis yang

dijadikan sebagai pangkalan kekuatan lautnya. Puncak kejayaan maritim

nusantara terjadi pada masa kerajaan Majapahit dibawah kepemimpinan Raden

Page 2: Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang berhasil mempersatukan

nusantara. Kejayaan kerajaan – kerajaan terdahulu memberikan gambaran betapa

hebatnya kerajaan di nusantara yang mampu menyatukan nusantara dan disegani

bangsa lain karena pandangan rakyat atau masyarakatnya yang mampu

menjadikan maritim sebagai jantung dari kemajuan budaya,ekonomi, politik,

sosial, dan militernya. Tak heran jika TNI Angkatan Laut menggunakan

semboyan “Jalesveva Jayemahe” yang artinya “Di Lautan Kita Jaya” sebagai

mottonya. Yang menjadi pertanyaan, masih berlakukah semboyan angkatan laut

kita sekarang? Jalesveva Jayamahe, lantas apakah benar Indonesia menjadi tuan

di tanah air leluhur,atau hanya sekedar penonton yang senantiasa melihat harta

kekayaannya terkuras oleh pihak lain?

Indonesia sebenarnya kaya akan potensi lautnya, namun kekayaan dan

potensi laut yang melimpah tersebut masih sedikit sekali yang dimanfaatkan.

Masyarakat masih beranggapan bahwa potensi dan kekayaan yang ada di darat

lebih menjanjikan untuk dimanfaatkan dibandingkan memanfaatkan potensi laut

Indonesia. Sehingga banyak pihak asing masih berlalu - lalang di sekitar wilayah

perairan Indonesia tidak untuk sekedar melakukan transit namun mereka juga

turut mengeksploitasi hasil laut di Indonesia. Selain itu kapal ilegal juga masih

banyak yang berkeliaran untuk mencuri ikan. Hukum laut yang kurang tegas serta

kurangnya fasilitas pendukung seperti masih sedikitnya kapal patroli dan

sedikitnya jumlah pelabuhan di Indonesia mengakibatkan Indonesia masih belum

layak disebut sebagai poros maritim dunia. Padahal sebentar lagi Indonesia akan

menghadapi MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang membebaskan semua

produk asing untuk masuk ke Indonesia. Untuk itu Indonesia perlu upaya lebih

untuk mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan MEA khususnya pada

upaya perbaikan potensi maritimnya.

Berbagai upaya untuk memperbaiki potensi maritim di Indonesia perlu

didukung, salah satu caranya dengan mendukung program pemerintah seperti

mendukung lima kebijakan yang disampaikan oleh presiden RI Joko Widodo

terkait visi kelautan Indonesia menuju poros maritim dunia pada KTT ASEAN

tanggal 13 November 2014. Untuk menjadi poros maritim dunia, Indonesia perlu

Page 3: Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

melakukan perbaikan dari dalam dahulu kemudian melakukan perbaikan dari luar.

Rekonstruksi budaya maritim adalah langkah paling awal untuk memperbaiki

potensi maritim Indonesia dari dalam. Budaya maritim yang dibangun sejak

zaman kerajaan perlahan mulai terkikis terutama yang menyangkut kemakmuran

masyarakat pesisir. Bangsa Indonesia harus menyadari bahwa identitas

kemakmuran dan masa depannya sangat ditentukan oleh pengelolaan samudera.

Langkah ini dapat dilakukan dengan mensosialisasikan budaya maritim kepada

masyarakat,terutama masyarakat pesisir tentang budaya kemaritiman seperti

memberi tambahan pelajaran mengenai pendidikan lingkungan hidup yang

berbasis maritim. Untuk membangun kemakmuran masyarakat dan memberikan

pemahaman kepada masyarakat perlu adanya program nasional yang disebut

Sambang Nusa, yakni program berkunjung ke pulau-pulau terluar yang

berpenghuni. Jangan sampai mereka yang berdomisili jauh dari ibu kota

melupakan jati dirinya sebagai bagian dari negara Indonesia. Dalam

meningkatkan sektor kemaritiman, pengelolaan sumber daya laut dan

pembangunan kedaulatan pangan harus menjadi momok utama. Hal ini dapat

dilakukan melalui pengembangan industri perikanan dengan nelayan sebagai

agennya. Karena nelayan merupakan agen industri perikanan, maka kita wajib

untuk menjaga dan melestarikan lingkungan nelayan. Perlu adanya pengawasan

terhadap nelayan agar tidak melakukan penjaringan ikan secara destruktif atau

merusak lingkungan, baik itu menggunakan  jaring-jaring terlarang,

penggunaan bom, atau pengunakan bahan kimia lain seperti potas demi

terciptanya lingkungan maritim yang sejahtera. Pengawasan juga difokuskan pada

kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam kelautan seperti minyak dan

gas. Pembangunan infrastruktur maritim Indonesia juga perlu dilakukan, hal ini

dapat direalisasikan dengan melakukan pembangunan pelabuhan laut dalam atau

yang lebih dikenal dengan deep sea port bagi industri perkapalan agar semakin

memudahkan terjadinya akses. Selain pelabuhan, tol laut dan pariwisata maritim

berbasis wisata bahari juga perlu untuk dikembangkan. Perbaikan dari luar dapat

dilakukan dengan melakukan diplomasi maritim. Diplomasi ini dapat dilakukan

dengan mengajak semua negara di dunia untuk menghilangkan konflik di laut

seperti pelanggaran kedaulatan sengketa wilayah laut dan pencurian ikan.

Page 4: Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Sehingga laut bukan berfungsi sebagai pemisah suatu negara melainkan sebagai

penghubung atau penyatu suatu negara. Pembangunan kekuatan maritim dan

armada laut merupakan langkah terakhir menuju terbentuknya dunia dengan

Indonesia sebagai poros maritimnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

menjaga kekayaan dan ketertiban maritim.