20
Indikator – Indikator Tehnikal Indicator -indicator teknikal biasanya dibagi dalam beberapa katagori dan ada beberapa indicator yang masuk dalam lebih dari satu katagori.. 1. Indicator Trend 2. Indicator Volatilitas 3. Indicator Momentum 4. Indicator Siklus 5. Indicator Kekuatan Pasar 1.Trend Indicators (Indicator Trend) Trend adalah suatu periode yang digunakan untuk melukiskan kecenderungan pergerakan harga ke satu arah tertentu. Berikut ini beberapa indicator yang termasuk ke dalam katagori Indikator Trend. a.Directional Movement (DM) System , System ini dikembangkan oleh JW. Wilder yang dikemukakan secara jelas dalam bukunya New Concept in Technical Trading System”. Dalam bukunya Wilder secara objektiv membatasi kondisi harga pasar dalam dua kondisi yaitu trend dan nontrend, sehingga memungkinkan trader untuk menentukan strategi trading misalnya menjalankan trend-following- strategy pada saat market dalam kondisi trend atau menggunakan indikator lain yang dapat bekerja dengan baik pada kondisi non-trending. Untuk dapat mendeteksi kondisi pasar, dalam DM dikenal empat macam kurva yaitu : +DM atau PDI (Plus Directional Movement/Plus Derectional Index) -DM atau MDI (Minus Derectional Movement/Minus Directional Index) DX (Directional Index) ADX (Average Directional Index) adalah versi smooth dari DX Biasanya hanya digunakan tiga kurva yaitu ADX, PDI dan MDI. ADX digunakan sebagai panduan bagi trader untuk menentukan kondisi pasar, jika nilai ADX menaik , maka pasar dianggap sedang dalam kondisi trend. Dalam hal ini Wilder menentukan pre- determined-value di sekitar 20 sampai 30. Sebaliknya jika nilai ADX menurun, pasar dianggap dalam kondisi non-trend. Arah trend (naik atau turun) menurut Wilder ditunjukan dengan melihat kurva PDI dan MDI. PDI > MDI Naik PDI < MDI Turun

Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Indikator – Indikator Tehnikal

Indicator -indicator teknikal biasanya dibagi dalam beberapa katagori dan ada beberapa

indicator yang masuk dalam lebih dari satu katagori..

1. Indicator Trend

2. Indicator Volatilitas

3. Indicator Momentum

4. Indicator Siklus

5. Indicator Kekuatan Pasar

1.Trend Indicators (Indicator Trend) Trend adalah suatu periode yang digunakan untuk melukiskan kecenderungan pergerakan

harga ke satu arah tertentu. Berikut ini beberapa indicator yang termasuk ke dalam

katagori Indikator Trend.

a.Directional Movement (DM) System , System ini dikembangkan oleh JW. Wilder

yang dikemukakan secara jelas dalam bukunya “

New Concept in Technical Trading System”.

Dalam bukunya Wilder secara objektiv

membatasi kondisi harga pasar dalam dua kondisi

yaitu trend dan nontrend, sehingga

memungkinkan trader untuk menentukan strategi

trading misalnya menjalankan trend-following-

strategy pada saat market dalam kondisi trend

atau menggunakan indikator lain yang dapat

bekerja dengan baik pada kondisi non-trending.

Untuk dapat mendeteksi kondisi pasar, dalam DM dikenal empat macam kurva yaitu :

• +DM atau PDI (Plus Directional Movement/Plus Derectional Index)

• -DM atau MDI (Minus Derectional Movement/Minus Directional Index)

• DX (Directional Index)

• ADX (Average Directional Index) adalah versi smooth dari DX

Biasanya hanya digunakan tiga kurva yaitu ADX, PDI dan MDI. ADX digunakan sebagai

panduan bagi trader untuk menentukan kondisi pasar, jika nilai ADX menaik , maka

pasar dianggap sedang dalam kondisi trend. Dalam hal ini Wilder menentukan pre-

determined-value di sekitar 20 sampai 30. Sebaliknya jika nilai ADX menurun, pasar

dianggap dalam kondisi non-trend.

Arah trend (naik atau turun) menurut Wilder ditunjukan dengan melihat kurva PDI dan

MDI.

PDI > MDI � Naik

PDI < MDI � Turun

Page 2: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Jika kondisi non-trending kita istilahkan akumulasi / konsolidasi atau harga bergerak

berkumpul disekitar range tertentu, turun dan kemudian naik dan turun kembali dan

seterusnya, mestinya dengan indicator ini kita dapat menentukan empat kondisi yang

mungkin terjadi di pasar, Yaitu

• Trend naik, Dimana ADX menaik dan PDI > MDI

• Trend turun, Dimana ADX Menaik dan PDI < MDI

• Konsolidasi naik Dimana ADX menurun dan PDI > MDI

• Konsolidasi turun Dimana ADX menurun dan PDI < MDI

Plus dan Minus Directional Index juga dapat digunakan bagi trader sebagai signal untuk

menentukan strategy di pasar, yaitu pada saat terjadi cross-over pada kedua kurva

tersebut.

Gambar 1.1

Pada Gambar terlihat bahwa pada kotak 1 adalah range periode

dimana Directional Movement System menggambarkan kondisi

Trend-Naik, yang kemudian penjelasannya ditunjukan dengan

makin menaiknya nilai ADX (Trend) dan nilai PDI > MDI

(Naik).

Pada kotak 2, ditunjukan dengan makin menurunnya nilai ADX

yang berarti trend melemah dan pasar berkonsolidasi pada range tertentu. Pada range

periode ini disarankan untuk menggunakan indicator lain yang mungkin dapat bekerja

lebih baik dalam memanfaatkan kondisi pasar akumulasi/konsolidasi.

Page 3: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Pada kotak 3 kemudian Directional Movement menjelaskan adanya

kondisi Trend-Turun ditunjukan dengan makin menaiknya nilai

ADX dan PDI < MDI.

b.Aroon, Indikator ini dikembangkan oleh seorang India bernama

Tushar Chande pada sekitar awal tahun 1990-an. Aroon adalah

bahasa sansekerta yang berarti “terbit fajar”. Indikator ini memungkinkan kita untuk

mengantisipasi adanya perubahan-perubahan di pasar, misalnya perubahan dari kondisi

trending menjadi trading-range atau konsolidasi.

Aroon memplot dua jenis kurva yang diberi nama Aroon-Up yang mengukur nilai-nilai

tertinggi dari beberapa periode historis tertentu dan Aroon-Down yang mengukur nilai-

nilai terendah dari beberapa periode historis. Nilai actual dari indicator ini adalah range

antara 0 (nol) sampai 100 (seratus).

Misalnya kita menentukan parameter 13

periode, jika dalam 13 periode terakhir harga

membuat new-high maka nilai Aroon-Up =

100 , sebaliknya jika dalam 13 periode

terakhir harga membuat new-low, maka

Aroon-Down = 100. Kemudian jika pasar

tidak membuat new-high dan new-low dalam

13 periode terkahir, maka nilai Aroon-Up dan

Aroon-Down = 0.

Ada tiga kondisi dasar yang mestinya

diperhatikan untuk menginterpretasikan

indicator ini, yaitu :

• Extreme-level , jika nilai Aroon-Up mencapai 100 menunjukkan adanya gejala

kekuatan pasar kemudian jika nilai Aroon-Up terus berada antara range 70 sampai

100, Chande mengindikasikan adanya trend-up baru.

Sebaliknya jika nilai Aroon-Down mencapai nilai 100 menunjukkan adanya

gejala melemahnya pasar kemudian jika nilai Aroon-Down terus berada antara 70

dan 100, mengindikasikan adanya trend-down baru.

• Paralel Movement, Gerakan harga parallel diantara dua Aroon (Arron-Up dan

Aroon-Down) mengindikasikan adanya gejala konsolidasi. Kondisi konsolidasi

terus berlanjut sampai ada gerakan arah harga yang menunjukan gejala dimana

Aroon menuju cross-overs dan atau kemudian extreme-level.

• Corss-overs, jika Aroon-Down bergerak keatas memotong Aroon-Up sehingga

nilai Aroon-Down lebih tinggi dari pada Aroon-Up, inidikasi potensi melemahnya

pasar sehingga ekpektasi pasar cenderung mulai bergerak turun .

Berdasarkan hal-hal tersebut kesimpulan lebih lanjut mengenai indikator ini adalah

bahwa trend pasar ditunjukkan dengan adanya kondisi extreme-level, kemudian arah

Page 4: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

trend ditentukan dengan membandingkan kedua kurva, jika Aroon-Up > Aroon-Down

maka disimpulkan harga naik dan demikian sebaliknya.

Saat trend melemah , kemudian diikuti dengan gerakan paralel kedua Aroon, harga

berkonsolidasi. Cross-overs menjadi semacam signal yang menunjukkan adanya gejala

harga bergerak kearah tertentu, kemudian diterjemahkan sebagai trend yang baru jika

setelah itu Aroon menuju ke kondisi extreme-level (gambar 1.2).

Gambar 1.2

c. Moving average, adalah metoda perhitungan rata-rata dari suatu variable misalnya

variable harga., volume, indicator teknikal dan lain sebagainya. Istilah moving

menekankan kondisi rata-rata pergerakan atau perubahan. Sebelum melakukan

perhitungan moving average secara matematis nilai rata-rata dari suatu varibel, kita harus

menentukan periode waktu yang dijadikan parameter dasar perhitungan.

Ada banyak cara menghitung pergerakan rata-rata suatu data

historis, dari mulai metoda perhitungan sederhana(simple MA),

eksponensial, rata-rata tertimbang (weighted) dan lain sebagainya.

Sebagai contoh misalnya metoda perhitungan sederhana (Simple

MA), setelah menentukan parameter misalnya 5 periode , kelima

periode data terkahir dijumlahkan dan dibagi 5 (dirata-ratakan).

Page 5: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Time

series Data

ΣΣΣΣ n

Periode

ΣΣΣΣ n

Periode/n

1 2.0015 - -

2 2.0025 - -

3 2.0008 - -

4 2.0002 - -

5 1.9998 10.0048 2.0010

6 1.9995 10.0028 2.0006

7 2.0005 10.0008 2.0002

8 2.0015 10.0015 2.0003

9 2.0035 10.0048 2.0010

10 2.0078 10.0128 2.0026

Σ n = jumlah data n periode terakhir

Σ n / n = Simple Moving Averages

Pada Analisa Pasar Teknikal, metoda paling popular dalam menginterpretasikan MA

adalah dengan membandingkan hubungan antara MA dengan harga closing. Bila harga

berada di atas MA maka diasumsikan adanya signal buy dan jika harga lebih rendah dari

MA diasumsikan adanya signal sell.Penggunaan indikator ini tidak dimaksudkan untuk

mendeteksi adanya exact bottom atau exact top , MA didesign lebih untuk memberi

petunjuk pada para trader untuk tetap berada pada jalur trend.

Elemen kritis dari penggunaan indicator ini adalah penentuan parameter yang digunakan

dalam perhitungan. Pada saat melakukaan

peninjauan kebelakang, kita seringkali

mendapat gambaran bahwa MA cukup dapat

memberikan petunjuk yang baik di pasar.

Masalahnya adalah bagaimana menentukan

parameter yang tepat sehingga MA secara

konsisten dapat profitable bila digunakan.

Parameter paling popular dalam MA adalah 39-

weeks (39 Minggu) atau MA-200-days.

Parameter ini memiliki track-record yang baik

untuk penentuan siklus pasar jangka panjang

(Major/Long-term Market Cycle). Berikut

beberapa parameter yang mungkin dapat dijadikan petunjuk untuk mendeteksi siklus

pasar.

Trend Moving Average Length Very Short Term 5-13 days

Short Term 14-25 days

Minor Intermediate 26-49 days

Intermediate 50-100 days

Long Term 100-200 days

Page 6: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Gambar 1.3

2.Volatility Indicators (Indikator Volatilitas) Volatility adalah istilah umum yang digunakan

untuk menentukan besarnya fluktuasi harga dari

satu periode ke periode berikutnya, secara

umum volatility harga banyak memberikan

petunjuk tentang arah perubahan harga.

Berikut adalah beberapa indikator yang

termasuk dalam katagori ini.

a.Bollinger Bands, indikator ini dikembangkan

oleh John Bollinger dan se-type dengan

envelope. Kalau envelope di plot dengan

prosentase tertentu diatas dan di bawah Moving

average, sedangkan bollinger bands berdasarkan

standard deviation (Simpangan Baku) yang di

plot di atas dan di bawah moving average.

Selain sebagai Indikator volatility, Bollinger

bands juga termasuk indicator yang mampu

mendeteksi trend (trend indicator).

Middle Band = Moving average n periode

Lower Band = Moving average n periode – (Moving average n periode X Std_Dev)

Higher Band = Moving average n periode + (Moving average n periode X Std_Dev)

Page 7: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Gambar 2.1

Selanjutnya Mr. Bollinger memberikan catatan tentang beberapa karakteristik dari

Bollinger Bands, yaitu :

• Gerakan harga yang cukup besar dan cepat diikuti

dengan makin melebarnya jarak antara lower

band dan higher band hal tersebut terjadi setelah

bands mengecil / menyempit dimana volatilitas

berkurang.

• Jika harga berada diluar band, mengimplikasikan

bahwa trend akan berlanjut. Pada saat bands tidak

melebar (menyempit atau sejajar),harga yang

berada diluar bands dapat diidentifikasikan

sebagai kondisi overbought dan oversold .

• Bottoms/Tops yang terjadi diluar Bands dan

kemudian diikuti dengan Bottoms/Tops yang

terbentuk di dalam Bands memberi petunjuk

adanya gejala reversal trend.

• Gerakan awal salah satu band pada akhirnya akan diikuti oleh band yang lainnya.

Menurut Bollinger observasi menggunakan indicator ini sangat berguna dalam

penentuan Price-objective (target harga).

b.Relative Volatility Index (RVI), RVI pertama kali diperkenalkan oleh Donald Dorsey

pada sekitar tahun 1993. RVI digunakan untuk mengukur arah volatilitas suatu variable.

Page 8: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Metode perhitungannya mirip dengan perhitungan RSI (Relative Strengh Index), bedanya

RVI mengukur standard deviasi perubahan harga dan bukan pada perubahan harga secara

absolut.

Pada tahun 1993 dalam artikelnya pada suatu

media cetak, beliau mengatakan bahwa para

analis teknikal selalu tergoda untuk

menggunakan suatu indikator untuk

mengkonfirmasikan signal yang dimunculkan

oleh indikator lainnya. Kita dapat memutuskan

untuk menggunakan MACD untuk

mengkonfirmasikan signal yang dimunculkan

oleh Stochastic oscillator misalnya. Logika

mengatakan bahwa keragaman akan

mempertinggi hasil, tapi juga sering kita temui

bahwa mengkonfirmasi suatu indikator dengan

menggunakan indikator lain hanyalah suatu

bentuk “repackaged” (merubah kemasan),

menurut Dorsey masing-masing indikator

menggunakan teori yang hampir serupa untuk

mendefinisikan prilaku pasar. Jadi setiap trader

mesti memahami betul indikator-indikator yang digunakan untuk menghindari adanya

duplicating information (informasi ganda).

Gambar 2.2

Pada saat melakukan test profitability dari suatu system perpotongan Moving average

yang menganut stretegi following-trend, Dorsey menemukan bahwa hasil trading dapat

ditingkatkan secara signifikan dengan mengikuti aturan-aturan RVI. Aturan-aturan

Page 9: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

serupa mungkin saja efektif bagi indicator momentum atau indicator trend-following

lainnya. Berikut beberapa aturan yang disampaikan Dorsey dalam menggunakan RVI.

• buy signals pada saat RVI > 50.

• sell signals pada saat RVI < 50.

• Jika signal buy diabaikan, enter long jika RVI > 60.

• Jika signal sell diabaikan, enter short jika RVI < 40.

• Exit long position jika RVI turun di bawah 40

• Exit short position jika RVI naik di atas 60

Dikarenakan RVI menggunakan pendekatan yang berbeda dibandingkan indicator

lainnya dalam mendefinisikan dinamika pasar, sering kali RVI dapat diandalkan dalam

mengkonfirmasikan suatu indicator.

3.Momentum Indicators (Indikator Momentum)

Momentum adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan seberapa cepat

terjadinya perubahan harga pada suatu periode waktu tertentu. Ada banyak indikator yang

termasuk dalam kategori ini, beberapa diantaranya adalah :.

a.Relative strength Index (RSI), RSI adalah salah

satu indikator oscillator yang terpopuler yang sering

digunakan para teknikal analis. Pertama kali

diperkenalkan oleh Wilder pada sekitar tahun 1978.

Langkah demi langkah tentang interpretasi dan cara

perhitungan RSI, dijelaskan lebih lengkap dalam

bukunya “New Concepts in Technical Trading

Systems”.

Nama “Relative Strengh Index” sedikit berbeda

karena RSI tidak membandingkan relative strength

(kekuatan relative) dua jenis variable (harga) yang

berbeda, tetapi Internal strength dari hanya satu

variable (harga). Istilah yang lebih tepat mungkin

“Internal Strength Index”.

Rumusan dasar RSI mungkin cukup sederhana, tapi penjelasannya membutuhkan banyak

waktu dan halaman-halaman contoh, formula dasarnya dalah sebagai berikut :

100 Dimana :

U = Rata-rata perubahan harga naik

RSI = 100 - U D = Rata–rata perubahan harga turun

1 +

D

Page 10: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Pada saat memperkenalkan indicator ini Mr. Wilder menyarankan menggunakan

parameter 14 periode, tapi disarankan agar kita melakukan eksperimen sehingga

ditemukan parameter yang cocok bagi kita dalam menggunakan indicator ini.

Harga / nilai dari RSI adalah range antara 0 sampai 100. Metode paling popular dalam

menggunakan indicator ini adalah dengan mendeteksi adanya pola divergence, dimana

pasar membuat new-high , tapi RSI gagal mencapai nilai tertinggi sebelumnya. Pola

divergence ini dapat menjadi petunjuk selanjutnya bagi trader dalam mendeteksi adanya

reversal.

Dalam bukunya kemudian Mr. Wilder memberikan beberapa kondisi RSI yang dapat

dijadikan panduan dalam menganalisis pasar.

• Kondisi overbought dan oversold, biasanya pada RSI ditentukan dengan nilai

extreme 70 dan 30 untuk menilai kondisi tersebut. Kondisi ini secara efektif dapat

dijadikan pedoman pada saat harga non-trending.

• Failure swing, dikenal juga sebagai gerakan menembus area support atau resist,

misalnya failure swing terjadi pada saat RSI melebihi nilai 70 dan kemudian

membuat koreksi turun membentuk bottom kecil dan membuat high kedua

dimana high kedua gagal menembus high pertama kemudian harga kembali turun

melewati bottom koreksi yang terjadi sebelumnya.

• Patterns, Seperti layaknya chart harga , pada RSI juga dikenal pola yang mirip

terjadi pada candlestick patterns, seperti head and shoulders, rising wedges, flag

atau pada failure swing RSI biasanya membentuk pola triangle (ascending,

descending atau pennant)

• Divergence, kondisi divergence RSI terhadap harga menunjukan bahwa gerakan

naik atau turun sedang melemah, dimana harga membentuk new high / new low

tapi RSI gagal melewati previous high / previous low.

Page 11: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Gambar 3.1

b.Momentum dan Price ROC (rate of change), Momentum adalah ratio perbandingan

harga closing sekarang dengan harga closing X-periode yang lalu. Rumusan dasarnya

adalah :

Momentum = Harga Closing________

X 100 Harga closing X-Periode yang lalu

Momentum adalah indicator yang mengukur perubahan

harga pada suatu periode pengamatan tertentu. Apakah

perubahan harga cenderung naik atau turun dan apakah

tingkat perubahan itu meningkat atau melemah.

Momentum sangat identik dengan jenis indicator lainnya,

yaitu Price ROC (Rate of change).

Kalau Momentum menghitung perbandingan antara harga

closing sekarang dengan harga closing beberapa periode

yang lalu, sedangkan ROC, membandingkan selisih

perubahan harga selama X-periode terhadap harga closing

X-periode yang lalu. Rumusan dasarnya adalah :

Price ROC = (Harga Closing - Harga Closing X-periode yang lalu )

X 100 Harga closing X-Periode yang lalu

Page 12: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Kedua indicator tersebut digunakan dengan

mempertimbangkan fenomena yang cukup lama

dikenal yaitu fakta bahwa gerakan pasar cenderung

untuk melakukan pengulangan dan membuat

semacam gerakan bergelombang siklis . ROC dan

Momentum menggambarkan gerakan

bergelombang ini dalam bentuk oscillator.

Parameter yang dianggap popular dalam

menggunakan kedua indicator tersebut adalah 12 –

25 periode untuk short-term dan intermediate-term

trading, serta 255 periode untuk long-term trading.

• Keduanya memberikan gambaran kondisi overbought / oversold ditunjukan

dengan nilai relative +/- 5 untuk ROC dari nilai patokan = 0, serta +/- 0.5 untuk

momentum dengan dengan nilai patokan = 100. Level overbought/oversold yang

optimum sebenarnya sangatlah relative tergantung dari karakteristik variable yang

diobservasi. Misalnya suatu kondisi Bullish market yang sangat kuat , dengan

ROC kita dapat saja menentukan +10 untuk kondisi overbought dan -5 untuk

oversold.

• Divergence, kedua indicator ini dapat dijadikan pedoman untuk mendeteksi

kemungkinan adanya divergence.

Walaupun jika di plot kedua indicator ini menunjukan gerakan kurva yang sama tapi

skala yang digunakan untuk masing-masing indicator berbeda, disebabkan karena

perbedaan cara perhitungan, jika ROC disajikan dalam metode prosentase , sedangkan

momentum dalam bentuk ratio.

Gambar 3.2

Page 13: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

c. Stochastic Oscillator, menurut Webster stochastic adalah salah satu alat untuk

mengukur suatu process gerakan variable-variable random yang tidak terbatas.

Stochastic membandingkan harga closing relative dengan trading range pada suatu

periode tertentu. Rumusan umumnya adalah sebagai berikut:

Contoh perhitungan Stochastic dengan parameter (5,3) dimana parameter 5 dalam

stochastic disebut %K periode dan parameter 3 disebut %K Slowing :

% D dalam stochastic adalah rata-rata bergerak (moving average) dari nilai stochastic itu

sendiri, sebagian trader menentukan titik potong (crossover) stochastic dan MA-nya

adalah semacam trigger untuk melakukan aksi di pasar.

Stochastic oscillator dapat digunakan dalam short dan atau intermediate term-trading

tergantung dari parameter yang digunakan . Nilai stochastic berada antara 0 (Nol) sampai

100 (seratus) . Jika nilai stochastic berada lebih rendah dari 20, dikatakan bahwa pasar

berada dalam kondisi oversold (jenuh turun/jenuh jual), sebaliknya jika nilai stochastic

berada lebih besar dari 80, dikatakan bahwa pasar berada dalam kondisi overbought

(jenuh naik/ jenuh beli).

Sesuai dengan katagorinya, indicator ini kurang dapat

digunakan dalam mendeteksi trend terutama long

term trend .Misalnya pada kondisi down-trending,

stochastic akan terus menerus menunjukan kondisi

oversold, demikian juga dalam kondisi up-trending

nilai stochastic akan terus berada diatas level 80.

Page 14: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman dalam menggunakan Stochastic :

• Oversold dan Overbought, sebagian trader menggunakan indicator ini dengan

menunggu konfirmasi misalnya pada kondisi oversold atau overbought kita dapat

menganggap sebagai signal, konfirmasinya kemudian jika stochastic bergerak

menuju area netral ( diantara nilai 20 dan 80 ) dianggap saat yang tepat untuk

melakukan transaksi.

• Crossover, aktivitas transaksi dapat dilakukan berdasarkan pengamatan bahwa

telah terjadi crossover antara kurva stochastic dengan %D-nya .

• Divergence, sama dengan jenis indicator momentum lainnya , pola divergence

sering kali dapat digunakan dalam mengantisipasi gerakan pasar.

Gambar 3.3

Pada saat kondisi pasar berkonsolidasi, terlihat bahwa stochastic cukup baik digunakan

sebagai petunjuk bagi kita untuk mendefinisikan gerakan pasar . Sedangkan pada kondisi

trend, gerakan pembalikan (pullback / rebound) seringkali tidak sepadan dengan resiko

yang mungkin terjadi. Stochastic sebaiknya digunakan pada saat pasar berada dalam

kondisi akumulasi atau konsolidasi dimana harga bergerak relative di dalam range

tertentu.

Page 15: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Indicator Siklis (cycle Indicators)

Keragaman pendekatan dalam melakukan analisa pasar memungkinkan para pelaku

pasar untuk mampu membuat klasifikasi dari masing-masing sudut pandang mereka

dengan berbagai alternative alat analisa. Ditambah lagi beberapa indicator tehnis yang

standard kurang mampu menyediakan gambaran yang dibutuhkan dalam suatu sudut

pandang tertentu. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah melakukan Analisis

Pendekatan Siklis. Pendekatan ini lebih sering digunakan untuk keperluan analisis

fundamental yang sudah sejak lebih dari 50 tahun yang lalu dilakukan para ahli statistic

dalam mendeteksi siklus ekonomi.

Gerakan pasar adalah proses alam yang menunjukan perubahan prilaku manusia dalam

hal ini para pelaku pasar. Bagi para tahnikalis, pendekatan ini berguna untuk mendeteksi

siklus pasar dalam periode yang lebih sempit. Beberapa karakteriristik harga, terutama

harga futures market menunjukkan gejala adanya siklus . Perubahan harga sering kali

dapat diantisipasi pada suatu interval siklus tertentu .

a. Cycle Lines (Garis Siklis), bagaimapun juga pasar umumnya bergerak pada tingkat

yang predictable (dapat diprediksi), bahkan sekilas pada beberapa jenis karakteristik

harga, cukup bukti untuk melihat beberapa jenis dari pola siklis.

Pada pasar Global seperti Forex misalnya, waktu transaksi yang terus-menerus

menunjukkan makin heterogennya para pelaku pasar, kemudian adanya perbedaan waktu

memungkinkan kita untuk mengklasifikasi karakteristik para pelaku pasar yang berbeda.

Karakteristik pasar tentunya berbeda pada jam-jam pasar Asia dan Australia,

dibandingkan dengan pada saat Negara-negara Eropa mulai ambil bagian di pasar global

ini dan kemudian pada saat Pasar Asia off serta pada saat Amerkia Utara memulai

aktivitas transaksinya.

Gambar 4.1

Page 16: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Misalnya pada grafik GBPUSD tanggal 18 Desember sampai 20 November 2007 dengan

menggunakan chart 30 menit kita tentukan range waktu 6 jam mulai dari jam 00:00

sampai jam 06:00 dan seterusnya. Pada gambar terlihat bahwa pada interval waktu

dimana pada pasar Eropa dan Amerika belum mulai,(antara jam 06:00 – 12:00),

volatilitas fluktuasi harga tidak sebesar interval waktu setelahnya dimana Eropa dan

kemudian Amerika Utara mulai melakukan transaksi.

Dengan menggunakan cycle lines kita dapat membuat batasan pada setiap perbedaan

karakteristik tersebut dengan menarik garis vertical pada range waktu tertentu. Walaupun

tidak secara spesifik menjelaskan level-level harga pasar , metoda ini cukup membantu

dalam hal menentukan apakah pasar berada pada model siklus , atau berada pada model

trending. Pengklasifikasian karakteristik harga ini tentunya dapat dijadikan landasan

dasar para trader dalam menentukan strategi transaksinya pada setiap range waktu

tertentu.

b. Sine Wave (Gelombang Sinus), adalah metoda lain dalam mengklasifikasi siklus

pasar yaitu dengan menghitung sinus dari jumlah kumulatif seluruh periode grafik yang

diplot.

Gambar 4.2

Misalnya Sin(Cum(5)), Cum(5) maksudnya inidicator ini naik setiap 5 point pada setiap

tambahan satu periode waktu.

Indikator ini membentuk siklus semacam gelombang amplitude yang dapat digunakan

untuk penetuan interval waktu tertentu dalam mendefinisikan kondisi pasar. Indikator ini

fungsinya mirip cycle lines.

Page 17: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Sebagai perbandingan selain memplot Sine Wave kita juga menarik Cycle Lines dari

periode puncak amplitude ke dasar amplitude sehingga dapat memberikan petunjuk bagi

trader mengenai batasan waktu selanjutnya tentang karakteristik fluktuasi pasar kapan

berakhir dan kapan dimulainya perubahan karakter pasar terjadi kemudian.

b. Detrended Price Oscillator (DPO), adalah suatu indicator yang mencoba untuk meng-

eliminasi kondisi trend (detrending) yang sedang terjadi di pasar. Detrending Prices

memungkinkan kita untuk lebih mudah meng-identifikasi siklus level overbought dan

level oversold.

Untuk menghitung DPO pertama-tama kita tentukan X-periode SMA (simple moving

average), jika :

Kemudian harga closing dikurangi dengan n/2+1 satu perode sebelumnya, maka

Hasilnya adalah semacam oscillator yang memotong ke atas dan ke bawah nilai 0 (nol).

Siklus Jangka Panjang membuat rentetan Siklus Jangka Pendek. Dalam mengidentifikasi

turning point (titik balik) siklus yang lebih panjang kita analisa komponen siklus yang

lebih pendek. DPO sering kali membantu dalam mengenali komponen siklus yang

mendasari gerakan harga.

Gambar 4.3

Page 18: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Indicator Kekuatan Pasar (Market Strength Indicators)

Beberapa indicator berikut ini dapat digunakan untuk mengukur kekuatan pasar dan

diantaranya memasukan / mengandung unsur volume dan atau open interest yang secara

mendasar memang sering digunakan sebagai alat ukur dari kekuatan pasar. Pada

umumnya volume dan atau open interest yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa ada

lebih banyak partisipan di pasar.

a. Demand Index(DI), dikembangkan oleh James Sibbet pada sekitar tahun 1970-an,

sebagai salah satu indicator pendahulu. Perhitungan Demand Index cukup kompleks,

model perhitungan yang lebih sederhana kemudian dikemukakan oleh Kaufman bahwa :

Keterangannya adalah jika kita menggunakan parameter 10, maka jumlah volume harga

naik selama 10 periode terakhir dibagi dengan jumlah volume harga turun selama 10

periode terakhir. Indicator ini diplot dalam bentuk kurva yang memotong ke atas dan ke

bawah nilai 0.

Indicator ini sering digunakan sebagai indikator petunjuk dalam menganalisis perubahan

harga, didasarkan pada pengamatan umum bahwa volume lebih dulu membuat peak

sebelum gejolak harga terjadi.

Beberapa cara dikemukan dalam hal meng-interpretasikan penggunaan demand index,

satu diantaranya adalah dengan memepertimbangkan beberapa hal , yaitu :

• Suatu Divergence antara trend harga di pasar dengan demand index memberi

kesan kondisi melemahnya harga pasar.

• Lebih dari satu rally yang membuat beberapa new high biasanya mengikuti

puncak ekstrim dari demand index, dimana index menunjukan performa sebagai

Leading Indicator (indicator petunjuk).

• Harga yang lebih tinggi dengan demand index yang lebih rendah, biasanya

bertepatan dengan puncak utama.

• Pada saat demand index melakukan penetrasi mendekati titik nol (0), menunjukan

adanya gejala perubahan arah trend.

• Jika demand index bergerak disekitar nilai nol (0) dalam suatu periode waktu

tertentu ,menunjukkan bahwa gejala melemahnya fluktuasi harga terindikasi tidak

lama berselang.

• Devergence Long-term antara harga dengan demand index mengindikasikan

adanya major top atau major bottom.

Page 19: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Gambar 5.1

b. Correlation (korelasi), indicator ini mengukur hubungan antara dua variable dalam hal

ini harga pasar dan volume. Cara ini cukup memberikan informasi tentang bagaimana

volume mempengaruhi kekuatan fluktuasi harga pasar.

Gambar 5.2

Page 20: Indikator-indikator Teknis Analisa Pasar

Pada gambar terlihat bahwa kita sesungguhnya dapat mengukur besarnya kekuatan

volume (inner window bawah) mempengaruhi fluktuasi harga (inner window tengah).

Jika diberi batasan bahwa jika nilai korelasi (inner window atas) berada diatas 0 maka

pengaruh volume terhadap harga pasar positif, artinya peningkatan volume akan

menaikan harga. Sebaliknya jika nilai korelasi di bawah nol, maka korelasinya negatif,

artinya peningkatan volume cenderung menurunkan harga. Singkatnya jika korelasi

positif setiap peningkatan volume berarti bertambahnya volume buyers, dan jika korelasi

negative, berarti setiap peningkatan volume menunjukan peningkatan jumlah sellers.

Garis horizontal +/- 0,5 menggambarkan kekuatan korelasi tersebut. Terjadi korelasi

positif yang kuat jika nilai korelasi diatas 0,5 dan sebaliknya ada korelasi negative yang

kuat jika nilainya di bawah -0,5.