Upload
yusron-haries
View
385
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
indera peraba terdiri dari kulit
BAB I
KAJIAN PUSTAKA
Dasar Teori
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
Susunan Kulit.
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam
atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf.
Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar,
pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah
atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum
granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan
kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen
hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman,
atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut
stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk
disebut stratum korneum.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang
terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat
kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk
kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh
darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan
dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak
rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut
menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi
sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Page | 1
Fungsi Kulit.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan
tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka
terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan
reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke
daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh
dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya
terletak di dekat epidermis.
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada
kulit mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada
manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain:
Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu:
1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).
2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).
Berdasarkan sumber rangsangan:
1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap
rangsangan eksterna atau luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan
terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
Berdasarkan morfologi:
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan
dengan tipe sel lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan
saraf di samping saraf badan akhir saraf.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain:
a. Ujung Saraf Bebas:
Page | 2
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas
pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam
kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin,
atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang
berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-
cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir
mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima
perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak
cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut
dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada
epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir
saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel
merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak
juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi
pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis
sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa
beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga resepor
terhadap dingin.
b. Korpuskulus Peraba (Meissner):
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris,
sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80
mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis
menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada
bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun
transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf
ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin
maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap
sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
Page | 3
c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini):
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan
subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum,
mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar
atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk
yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya
mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar
dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus.
Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh
60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini
tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus
ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
d. Korpuskulus Gelembung (Krause):
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis
(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan
rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar
50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan
endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin
dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwan. Seratnya
mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf
yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin
berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
e. Korpuskulus Ruffini:
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan
kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang
mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini
merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli
intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak
bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus
Page | 4
ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga
untuk menerima rangsangan panas.
f. Spindel Neuromuskular.
Page | 5
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Paleo-sensibilitas
2.1.1 Rasa Panas dan Dingin
A. Jari Tangan
Lokasi Uraian rasa
Kanan (dingin) Dingin dan terasa tebal
Kiri (panas) Panas dan terasa nyeri
Kanan-kiri (normal) Hangat
B. Punggung Tangan
Lokasi Uraian rasa
Kondisi kering Biasa (tidak panas dan tidak dingin)
Basahi alkohol Dingin ++
Olesi alkohol Dingin +
2.1.2 Reaksi-reaksi di Kulit
A. Telapak tangan
Page | 6
B. Lengan bawah
C. Kuduk
D. Pipi
Keterangan :
Nyeri : merah
Tekan : biru
Suhu dingin : hijau
Suhu panas : coklat
No Perlakuan
Jumlah Reseptor Rasa-rasa Kulit
Telapak
tangan
Lengan
bawahKuduk Pipi
1 Nyeri 3 1 2 3
2 Tekan 3 3 2 2
3 Suhu dingin 2 2 3 2
Page | 7
4 Suhu panas 1 2 3 1
2.2 Neo-sensibilitas
2.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan
LokasiTaruh Titik Tekan dan Tunjuk
I II III Rerata
Ujung Jari 3 4 3 3,3
Telapak Tangan 10 5 7 7,3
Lengan Bawah 10 6 9 8,3
Lengan Atas 10 7 15 10,6
Pipi 2 4 1 2,3
Kuduk 10 6 12 7
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai neosensibilitas
lokasi rasa tekan dengan menggunakan ujung pensil yang ditekan dengan kuat di
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi, dan di pipi di dapatkan
data jumlah rasa tekan di setiap tempat yang telah ditentukan. Percobaan tersebut
dilakukan selama 3 kali secara berturut – turut. Rasa tekan yang merupakan saraf
aferen ini dihantarkan melalui traktus dorso-spinalis menuju kea rah sensoris di
dalam korteks serebri.
2.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan
No Perlakuan
Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil
Jarak dua titik
Rerata
Jarak dua titik
Rerata(mm) (mm)
I II II I II III
1 Telapak 16 18 20 18 40 38 36 38
Page | 8
Tangan
2 Lengan Bawah 20 22 34 22 36 34 32 34
3 Lengan Atas 30 22 24 22 36 34 32 34
4 Pipi 36 32 34 32 40 38 36 38
5 Kuduk 25 38 40 38 40 38 36 38
6 Bibir 25 27 29 27 36 34 32 34
7 Lidah 35 37 39 37 38 36 34 36
8 Depan Telinga 26 28 30 38 40 38 36 38
Diskriminasi Dua Titik Berurutan
No Perlakuan
Dari kecil ke besar Dari besar ke kecil
Jarak dua titik
Rerata
Jarak dua titik
Rerata(mm) (mm)
I II II I II III
1 Telapak
Tangan
20 22 24 22 44 42 40 42
2 Lengan Bawah 20 22 24 22 50 48 46 48
3 Lengan Atas 36 28 30 38 36 38 40 38
4 Pipi 30 32 34 22 40 38 36 38
5 Kuduk 30 38 40 38 40 38 36 38
6 Bibir 26 28 30 28 38 36 34 36
7 Lidah 30 32 34 32 40 36 34 36
8 Depan Telinga 36 28 30 28 40 38 36 38
Page | 9
Percobaan diskriminasi rasa tekan juga termasuk ke dalam neosensibilitas yang
impuls ata rangsangannya disalurkan dari saraf aferen menuju korteks serebri
melalu traktus dorso-spinalis.
KESIMPULAN
A. Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Stimulan
Kemampuan diskriminasi rasa tekan dua titik stimulan seseorang tidak
sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptor diskriminasi rasa tekan
yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang
berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif
terhadap rangsangan dibandingkan telapak tangan, lengan atas dan kuduk.
B. Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Berurutan
Orang coba dapat merasaakan perbedaan dua titik rasa sakit dengan
spesifik pada pipi, kuduk, bibir, lidah dan di depan telinga. Namun pada
telapak tangan, lengan atas dan lengan bawah, orang coba sulit
membedakan dua titik rasa sakit. Hal ini hampir sama dengan diskriminasi
rasa tekan dua titik simultan namun apabila rangsang sakit yang diberikan
diberikan secara bergantian maka lebih mudah pula membedakannya
karena dengan waktu yang tidak sama, intrensitas rasa sakitnya juga tidak
sama.
2.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan-hukum Weber-fechner
No. Beban Awal (g)Ulangan (g)
RerataI II III
1 beban awal 5 g + - - -
2 beban awal 10 g - + - -
3 beban awal 50 g + + + +
4 beban awal 100 g + - + +
5 beban awal 200 g + + + +
Page | 10
PERTANYAAN
Bagaimana bunyi hukum Weber – Fecner?
Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa – rasa, pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.
Sesuaikan hukum ini dengan hasil percobaan?
Hasil percobaan sesuai dengan hukum Weber-Fecner
Mengapa :
Karena kemampuan kekuatan rangsangan seseorang itu berbeda dengan yang lainnya, banyak faktor yang mempengaruhi dari orang tersebut misalnya terbiasa melakukan aktivitas berat akan merasakan rasa nyeri lebih rendah dibanding dengan kekuatan rangsang seseorang yang tidak terbiasa melakukan aktivitas berat akan merasakan nyeri lebih cepat.
Page | 11
2.2.4 Kemampuan Diskriminasi
2.2.4.1 Kemampuan Diskriminasi Bentuk
No Bentuk Jari tangan Telapak
Tangan
Lengan Bawah Kuduk
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
I II III I II III I II III I II III
1 Kubus + + + + + + - + - + - -
2 Balok + + + + + + + + + + - -
3 Limas + + + + + + + + + + - -
4 Bulat + + + + + + + + + + - +
2.2.4.2 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
No Bentuk Jari tangan Telapak
Tangan
Lengan Bawah Kuduk
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
I II III I II III I II III I II III
1 0
2 1 + + + + + + + + + + + +
3 2 + + + + + - - - + - + +
4 3 + + + + + + + + + + + +
Page | 12
2.2.4.3 Kemampuan Diskriminasi Ukuran
No Bentuk Jari tangan Lengan Bawah
Ulangan Ulangan
I II III I II III
1 1 + + + + + +
2 2 + + + + - -
3 3 + + - - - -
4 4 - - - - - -
Page | 13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Paleo-sensibilitas
3.2.1 Rasa panas dan dingin
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada telunjuk jari tangan
dilakukan percobaan dengan memasukkan telunjuk jari tangan kanan ke
dalam air es dan jari tangan kiri ke dalam air hangat. Kemudian setelah
itu kedua telunjuk jari tangan dimasukkan air dengan suhu kamar
(biasa).
Pada tangan kanan yang dimasukkan ke air dingin, orang coba
merasa ujung telunjuknya terasa lebih kebal. Rasa dingin air ini
membuat aliran darah di sekitar telunjuk yang dicelupkan menjadi
lambat sehingga tangan terasa tebal atau seperti mati rasa, kaku.
Sedangkan pada telunjuk kiri yang dimasukkan ke dalam air panas
(tidak sampai masuk, karena airnya air panas) terasa nyeri dan saat
memasukkannya pun orang coba disertai teriakan sakit dari sensasi air
panas. Hal ini disebabkan pembuluh darah daerah tersebut mengalami
respon terhadap suhu yang melebihi suhu normal sehingga
menyebabkan rasa nyeri. Setelah kedua air, kedua tangan dimasukkan
ke dalam air suhu kamar. Perlahan tangan terasa kembali normal,
namun pada tangan kiri (yang air panas) lebih lama pulih dari tangan
sebelah kanan (yang air dingin). Air dengan suhu kamar ini cepat
menetralkan aliran darah daerah tangan yang dicelupkan sehingga
tangan berangsur-angsur kembali normal.
Pada percobaan meniup punggung tangan dengan jarak kira-kira
10 cm dalam kondisi kering, mahasiswa sebagai orang coba merasa
dingin karena terjadi penguapan pada permukaan punggung tangan
dengan mengambil panas dari kulit. Setelah itu punggung tangan
mahasiswa diolesi alkohol lalu ditiup kembali, tiupan terasa lebih
Page | 14
dingin dibandingkan pada saat kondisi kering. Kemudian punggung
tangan dibasahi alkohol dengan lebih rata lalu ditiup kembali dengan
jarak kira-kira 10 cm, mahasiswa mersakan tiupan semakin dingin
dibandingkan saat diolesi alkohol dan dalam keadaan kondisi kering.
Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa
dingin lalu disusul rasa panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh
penguapan alkohol, tetapi karena proses penguapan alkohol
berlangsung cepat, maka lama-kelamaan alkohol menguap habis dan
suhu permukaan kulit kembali normal. Saat permukaan kulit kembali ke
suhu normal, mahasiswa coba merasakan panas karena kulit mengalami
kenaikan suhu.
3.2.2 Reaksi-reaksi di kulit
Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap perlakuan
berbeda yaitu rasa nyeri, tekan, suhu dingin dan panas pada daerah
reseptor yang berbeda. Reseptor tersebut meliputi telapak tangan,
lengan bawah, kuduk dan pipi. Reaksi masing-masing reseptor pada
kulit tersebut menanggapinya berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan
kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama.
Reseptor raba paling banyak ditemukan di kulit jari tangan serta
bibir, dan relatif jarang di kulit badan. Terdapat banyak reseptor di
sekitar folikel rambut selain yang terdapat di jaringan subkutis pada
daerah yang tidak berambut. Apabila digerakkan, sehelai rambut di
kulit berfungsi sebagai pengungkit dengan titik tumpunya terletak di
tepi folikel sehingga gerakan halus rambut akan diperbesar menjadi
rangsangan yang cukup kuat bagi ujung-ujung saraf di sekitar folikel.
Serabut sensorik Aβ yang menyalurkan impuls dari reseptor
raba ke susunan saraf pusat memiliki diameter 5-12 μm dan memiliki
kecepatan konduksi 30-70 m/det. Sebagian impuls raba juga
dihantarkan melalui serabut C.
Page | 15
Informasi rasa raba disalurkan melalui jalur lemniskus maupun
jalur anterolateral, sehingga hanya lesi yang sangat luas yang dapat
menghilangkan sama sekali sensasi raba. Namun, jenis informasi raba
yang disalurkan di kedua site mini berbeda. Apabila kolumna dorsalis
dirusak, sensasi getaran dan propiosepsi akan berkurang, ambang rasa
raba menjadi meningkat, dan jumlah daerah yang peka terhadap rasa
raba di kulit menjadi berkurang. Selain itu lokalisasi rasa raba
terganggu. Peningkatan ambang rasa raba dan penurunan jumlah bintik
raba di kulit juga dijumpai pada pemutusan traktus spinotalamikus,
tetapi rasa raba hanya mengalami penurunan ringan dan lokalisasi raba
tetap normal. Informasi yang dibawa di system lemniskus berkaitan
dengan lokalisasi yang rinci, bentuk spasial, dan pola temporal
rangsangan taktil. Di lain pihak, informasi yang dibawa di traktus
spinotalamikus berkaitan dengan sensasi taktil kasar yang kurang
terlokalisasi.
3.2 Neo-sensibilitas
3.2.1 Lokalisasi rasa tekan
Reseptor tekan, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor :
1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua
bagian kulit dan jaringan-jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan
tekanan.
2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner,
yang meupakan juluran saraf bermeilin dari sensorik besar meilin
jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap pergerakkan
objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran
berfrekuensi rendah.
3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak
sekali badan meissner biasanya juga mengandung reseptor taktil
yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya diskus Merkel.
Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah
permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang
dirasakan.Page | 16
4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan
merangsang serabut saraf yang pangkal nya melilit.jadi setiap
rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung
rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada
permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh.
5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan
bentuk jaringan yang terus-menerus, missal nya sinyal raba dan
tekan yang besar dan berkepanjangan.
6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh
penekkanan local jaringan yang cepat karena reseptor ini
beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.
Da r i pe r cob aan yang t e l ah d i l aku kan , d ibuk t i ka n
bah wa t ubuh memi l i k i t i ngka t kepekaan yang berbeda-
beda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan kepadatan titik-
titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Pada hasil
percobaaan, dapat dilihat bahwa dae rah yan g mem i l i k i
kep eka an pa l i ng t i ngg i ada l ah p ip i , d i i ku t i dengan
u jung j a r i , kuduk , t e l apak t angan , l engan a t a s dan
l en gan bawah.
Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis
sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan
oleh pe r angsa ngan r e sep to r t ak t i l d i da l am ku l i t , s en sa s i
t ekana n b i a san ya d i s eba bkan o l eh perubahan bentuk
jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getaran disebabkan
oleh isyaratsensoris yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan
beberapa jenis reseptor yang sama s e p e r t i y a n g d i g u n a k a n
u n t u k r a b a d a n t e k a n a n , t e r u t a m a j e n i s r e s e p t o r
y a n g c e p a t beradaptasi.
3.2.2 Diskriminasi rasa tekan dua titik simultan
Page | 17
Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik
yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi
lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang
disadari.
Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan
menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi
sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai
contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis.
Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga
menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini
lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter
inhibitorik.
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat
penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat
kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis.
3.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan
Dalam percobaan kekuatan rangsangan – Hukum Weber-Fechner,
orang coba ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakan
beban awal. Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai
terasa pertambahan beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa
berkisar 12-32 gram. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hukum
Weber – Fencher. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu
respon indra rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus
yang diberikan. Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat
asalnya.
3.2.4 Kemampuan Diskriminasi Bentuk
Pada percobaan , masing-masing bagian tubuh diberi perlakuan
untuk dapat membedakan berbagai macam bentuk benda. Percobaan
pertama , memberikan perlakuan pada jari tangan dengan menggosokan
berbagai macam bentuk benda. Hasil yang dapat menunjukkan jari
Page | 18
tangan sensitive dan dapat membedakan beberapa bentuk. Begitupula
pada percobaan yang dilakukan di telapak tangan, lengan bawah. Hasil
berbeda diperlihatkan pada kuduk. Kuduk terlihat tidak begitu sensitive
dalam membedakan berbagai macam bentuk.
Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi
ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh p e r a n g s a n g a n
r e s e p t o r t a k t i l p a d a k u l i t , s e n s a s i t e k a n a n b i a s a n y a
d i s e b a b k a n o l e h perubahan bentuk jaringan yang lebih
dalam, dan sensasi getaran disebabkan oleh isyarat sensoris
yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis
reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan.
Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat
ditemukan di dalamkulit dan di dalam banyak jaringan lain serta
dapat mendeteksi raba dan tekanan. Reseptor raba dengan
kepekaan khusus adalah korpuskuslus Meissner , suatu ujung
saraf berkapsulyang merangsang serabut saraf sensoris besar
bermielin. Reseptor ini terutama banyak did a l a m u j u n g
j a r i , b i b i r , d a n d a e r a h k u l i t l a i n , t e m p a t
k e m a m p u a n s e s e o r a n g u n t u k membedakan sifat-sifat
ruang dari sensasi raba sangat berkembang. Reseptor-reseptor
initerutama bertanggung jawab bagi kemampuan untuk
mengenali dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh
dan untuk mengenali tekstur benda yang diraba.
3.2.5 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Pada percobaan ,masing-masing bagian pada tubuh diberi
perlakuan untuk mengidentifikasi rasa halus dan kasar. Percobaan
pertama dilakukan pada jari tangan, dan menunjukkan hasil yang
positif(dapat membedakan kasar dan halus),namun pada ulangan ke II,
sensitivitas orang coba mulai berkurang pada kemampuan diskriminasi
Page | 19
kekasaran,dan pada ulangan ke III orang coba menunjukkan
kemampuan diskriminasi kekasaran yang baik. Percobaan kedua
dilakukan pada telapak tangan, dan menunjukkan hasil yang kurang
maksimal pada ulangan I. Kemampuan diskriminasi kekasaran
menunjukkan hasil yang maksimal saat dilakukan pada lengan bawah
dan kuduk.
Diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi folliliculus rambut
ialah reseptor taktil. Pada tempat – tempat dimana tidak ada rambut,
tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil, ternyata terdapat
banyak corpusculum tractus. Diduga bahwa meniscus tractus juga
merupakan suatu receptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan
menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil
kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan
implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus
cunneatus.
BAB IV
Page | 20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang
disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan Dermis.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan
tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka
terhadap berbagai rangsangan.
Biasanya setelah dimasukan ke baskom yang berisikan air campuran (biasa)
tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat. Hal tersebut disebabkan
pada tangan kanan ada pengurangan kalor dan tangan kiri ada penambahan kalor.
Karena kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang mendeteksi rasa panas
(Ruffini) dan dingin (End Krause).
Kulit terdiri dari:
1. Epidermis yaitu bagian terluar.
2. Dermis yaitu kelenjar dan saluran keringat bulbus rambut folikel rambut, akar
rambut, dan kelenjar sebaeus.
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan memperoleh panas/dingin dan
kecepatan hilangnya panas/dingin di kulit
2. Reaksi panas, dingin, raba, tekan dan nyeri dihantarkan oleh serat-serat
yang berbeda yang menghubungkan titik-titik di kulit. Sehingga kepadatan
titik-titik rasa (reseptor) untuk rasa-rasa tersebut berbeda-beda pada
berbagai tempat di kulit.
3. Kemampuan setiap bagian tubuh dalam menentukan letak rangsangan
serta diskriminasi rasa tekan berbeda-beda.
Page | 21
4. Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada
umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan
tersebut, tetapi pada peredaan relatifnya.
5. Kemampuan diskriminasi kekasaran maupun bentuk dalam berbagai
tempat di kulit berbeda-beda.
Page | 22
DAFTAR PUSTAKA
1. William F. Ganong. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.22. Alih Bahasa :
Brahm.U. Pendit. Jakarta: EGC.
2. Arthur C Guyton, John E Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.9.
Alih Bahasa : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.
3. Puspitawati,Ira.1999. Psikologi Faal. Jakarta: Gunadarma.
4. Kris. 2008. Jaringan Pada Kulit.http://thtkl.wordpress.com
Page | 23