193
i IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL DAN SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Oleh: EKA TANJUNG PRIPAMBUDI NIM: 151232021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

i

IMPLIKATUR TUTURAN GURU

DALAM PEMBELAJARAN DI SMK PUTRA TAMA BANTUL DAN SMA

PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Magister

Oleh:

EKA TANJUNG PRIPAMBUDI

NIM: 151232021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

JULI 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tulisan ini saya persembahkan kepada Allah SWT sebagai bentuk syukur

saya atas rahmat yang telah diberikan, Kedua orang tua saya, Bapak

Soewarno dan Ibu Erentina Moerwani, dan seluruh keluarga. Tidak lupa

kepada teman-teman saya yang telah mendukung saya dalam penyelsaian

penulisan tesis ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

v

HALAMAN MOTTO

Selamat Sejahtera Atasmu Karena Kesabaranmu, Maka Alangkah

Nikmatnya Tempat Kesudahan Itu

Ar-Ra’d (13:24)

Orang Yang Nasih Terganggu Dengan Hinaan Dan Pujian Manusia,

Berarti Ia Masih Hamba Amatiran

Gus Dur

Apa Gunanya Ilmu Kalau Tidak Memperluas Jiwa Seseorang

Sehingga Ia Berlaku Seperti Samudera Yang Menampung Sampah-

Sampah?

Apa Gunanya Kepandaian Kalau Tidak Memperbesar Kepribadian

Manusia Sehingga Ia Makin Sanggup Memahami Orang Lain?

Cak Nun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

viii

ABSTRAK

Pripambudi, Eka Tanjung. 2018. “Implikatur Tuturan Guru Dalam Pembelajaran

Di SMK Putra Tama Bantul Dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun Ajaran 2017/2018”. Tesis. Yogyakarta: MPBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji perihal implikatur yang terdapat dalam proses

percakapan antara guru dan murid dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan

(1) mendeskripsikan wujud implikatur tuturan guru dalam pembelajaran, (2)

mendeskripsikan implikatur tuturan guru dalam pembelajaran.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data

pada penelitian ini adalah tuturan guru yang berada di SMK Putra Tama Bantul

dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Data dalam penelitian ini adalah tuturan-

tuturan guru yang berada di SMK Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang diindikasikan mengandung implikatur. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.

Kemudian, metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode padan dengan

teknik dasar pilih unsur penentu. Teknik PUP tersebut akan dikembangkan

dengan daya pilah pragmatis. Pemilahan unsur sesuai dengan wujud-wujud

tuturan yang diindikasikan mengandung implikatur, selanjutnya dipilah atas dasar

jenis-jenis implikatur.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi beberapa hal sebagai

berikut. Pertama, wujud tuturan yang terdapat dalam tuturan guru sesuai dengan

fungsi komunikatifnya adalah (1) Berwujud perintah/imperatif, (2) berwujud

pernyataan/deklaratif, dan (3) berwujud pertanyaan/interogatif. Kedua, implikatur

yang terdapat dibalik wujud tuturan adalah (1) memerintah, (2) melarang, (3)

menasihati, (4) menyindir, (5) memotivasi, dan (6) ngelulu.

Kata kunci: pragmatik, implikatur, guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

ix

ABSTRACT

Pripambudi, Eka Tanjung. 2018. "Implicature Speech of Teacher's in Learning at

SMK Putra Tama Bantul And SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Academic Year 2017/2018 ". THESIS. Yogyakarta: MPBSI, FKIP, USD.

This study examines the implicatures contained in teacher's speech to

students in learning. This study aims to (1) describe the implicature form of

teacher's speech in learning, (2) to describe the implicatur purpose of teacher's

speech in learning.

This type of research is qualitative descriptive research. The data source

in this research is teacher's speech which is in SMK Putra Tama Bantul and SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta. The data in this research are teacher's speeches that

are in SMK Putra Tama Bantul and SMA Pangudi Luhur Yogyakarta which is

indicated to contain implicatur. Data collection techniques in this research is a

technique of free libat ably proficient and technique of note. Then, method of data

analysis in this research is method of padan with basic technique select element

determinant. The PUP technique will be developed with pragmatic powers.

Segregation of elements in accordance with the forms of speech indicated

contains implicatures, then sorted on the basis of the types of implicatures.

From the results of this study can be summed up into several things as

follows. First, the form of speech contained in the teacher's speech in accordance

with its communicative function is (1) Tangible command / imperative, (2)

tangible statement / declarative, and (3) intangible question / interrogative.

Second, the implicatur's purpose behind the speech is (1) to rule, (2) forbid, (3) to

advise, (4) insinuate, (5) to motivate, and (6) ngelulu.

Keywords: Pragmatic, implicatures, teacher

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul

Implikatur Tuturan Guru dalam Pembelajaran di SMK Putra Tama Bantul Dan

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Tesis ini disusun

untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Magister Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama proses pelaksanaan penelitian yang telah

penulis lakukan telah melibatkan berbagai pihak, untuk itu ijinkalah penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. R. Kunjana Rahardi M.Hum., Ketua Program Studi Universitas Sanata

Dharma Program Magister dan dosen pembimbing kedua saya yang telah

memberikan waktu, masukan, saran, kritikan, dan bimbingan, serta motivasi

bagi saya dalam penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., dosen pembimbing pertama yang telah bersedia

meluangkan waktu, dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran,

memotivasi serta kritikan yang membangun dalam proses penyusunan tesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

xi

4. Dr. Emanuel Sunarto, M.Hum., dosen triangulator yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikirannya untuk memvalidasi hasil analisis data

dalam penelitian ini.

5. Keluarga besar SMK Putra Tama Bantul yang telah memperkenankan peneliti

untuk melakukan penelitian di SMK Putra Tama Bantul.

6. Keluarga besar SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memperkenankan

peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

7. Bapak Widi, staf sekretariat prodi MPBSI yang selama ini telah banyak

membantu dan memberikan berbagai kemudahan untuk memenuhi berbagai

keperluan administratif.

8. Orang tua saya, Bapak Soewarno dan Ibu Erentina Moerwani yang telah

memberikan segalanya bagi saya, baik dukungan moril, materi, dan nasihat-

nasihatnya.

9. Teman-teman Magister PBSI angkatan kedua, Bapak Agung Siswanto,

Elizabet Oktaviani, Caecilia Syahdu, Maria Dina, Melyda Rahman, dan Marta

Susanti yang telah memberikan waktu berdiskusi dan memberikan semangat

bagi penulis.

10. Teman-teman Magister PBSI angkatan pertama yang selalu memberikan

nasihat-nasihat, saran, dan kritik bagi saya dalam menyelesaikan penulisan ini.

11. Teman-teman Magister PBSI angkatan ketiga yang selalu memberikan

semangat dan informasi-informasi terbaru kepada penulis.

12. Teman dekatku, Alfiyatun Nasiroh yang selalu memberikan semangat,

bantuan, dan dukungan untuk segera menyelesaikan tulisan ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 7

BAB II: LANDASAN TEORI .................................................................... 9

2.1 Pragmatik ................................................................................................ 9

2.2 Ruang Lingkup Pragmatik ...................................................................... 11

2.2.1 Praanggapan ................................................................................. 11

2.2.2 Tindak Tutur ................................................................................. 12

2.2.3 Entailment..................................................................................... 13

2.3 Fenomena-fenomena Pragmatik ............................................................. 14

2.3.1 Fenomena Deiksis ........................................................................ 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

xiv

2.3.2 Fenomena Kesantunan Berbahasa ................................................ 16

2.3.3 Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa ........................................ 17

2.3.4 Fenomena Kefatisan Berbahasa ................................................... 19

2.3.5 Fenomena Implikatur .................................................................... 20

2.4 Implikatur ................................................................................................ 21

2.4.1 Implikatur Percakapan .................................................................. 22

2.4.1.1 Implikatur Percakapan Umum ........................................ 31

2.4.1.2 Implikatur Percakapan Berskala ..................................... 32

2.4.1.3 Implikatur Percakapan Khusus ....................................... 32

2.4.2 Implikatur Konvensional ........................................................... 33

2.5 Konteks dalam Pragmatik ....................................................................... 34

2.6 Bahasa Guru dan Bahasa Murid ............................................................. 39

2.6.1 Bahasa Guru .............................................................................. 39

2.6.2 Bahasa Murid............................................................................. 44

2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................... 46

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 47

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 47

3.2 Sumber Data, Data Penelitian, dan Objek Penelitian.............................. 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 49

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 51

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 52

3.6 Triangulasi Data ...................................................................................... 54

BAB IV: HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................... 55

4.1 Deskripsi Data ......................................................................................... 55

4.2 Hasil Analisis Data ................................................................................. 56

4.2.1 Wujud Implikatur dalam Pembelajaran ........................................ 56

4.2.1.1 Wujud Implikatur Konvensional ..................................... 57

4.2.1.2 Wujud Implikatur Percakapan ........................................ 64

4.2.2 Implikatur dalam Pembelajaran .................................................... 84

4.2.2.1 Implikatur Konvensional ................................................ 85

4.2.2.2 Implikatur Percakapan .................................................... 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

xv

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 110

4.3.1 Wujud Implikatur Tuturan Guru di dalam Pembelajaran ............. 110

4.3.1.1 Wujud Implikatur Konvensional ..................................... 111

4.3.1.2 Wujud Implikatur Percakapan Umum ............................ 113

4.3.1.3 Wujud Implikatur Percakapan Berskala ......................... 116

4.3.1.4 Wujud Implikatur Percakapan Khusus ........................... 117

4.3.2 Implikatur Tuturan Guru di dalam Pembelajaran ....................... 119

4.3.2.1 Implikatur Konvensional ................................................ 120

4.3.2.2 Implikatur Percakapan Umum ........................................ 122

4.3.3.3 Implikatur Percakapan Berskala ..................................... 123

4.3.3.4 Implikatur Percakapan Khusus ....................................... 124

BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 128

5.1 Simpulan ................................................................................................. 127

5.2 Saran ....................................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 132

LAMPIRAN ................................................................................................. 136

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 177

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kemampuan berbahasa manusia adalah berbicara. Berbicara

memiliki maksud untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain. Suatu

tuturan dapat terjadi pada individu satu dengan individu lainnya, atau individu

dengan kelompok, maupun antarkelompok. Permasalahan yang terjadi kini sering

tidak tercapainya maksud dari penutur kepada mitra tuturnya. Hal ini disebabkan

oleh ketidakpahaman maksud mitra tutur terhadap tuturan dari penuturnya. Secara

umum, kemampuan berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

sering digunakan oleh penutur untuk menyampaikan berbagai maksud.

Melalui pengkajian studi pragmatik dalam pembelajaran di kelas ini

diharapkan gap pemahaman suatu makna yang ada pada suatu komunikasi dapat

dihindari. Kajian pragmatik menilik suatu persoalan yang terjadi dalam lingkup

pembelajaran dapat memberikan gambaran nyata tentang seringnya tidak terjadi

pemahaman suatu makna komunikasi. Diungkapkan oleh Yule (2006:5) perihal

manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur

kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan

mereka, dan jenis-jenis tindakan yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang

berbicara.

Kasus mengenai ketidaklancaran dari suatu komunikasi dalam interaksi

antara guru dan siswa terjadi di SMA N 1 Kendari, Sulawesi Tenggara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

2

Ditelusuri melalui berita online yang dikutip dari laman

https://news.okezone.com/read/2017/10/23/340/1800393/astaga-guru-sma-di-

kendari-dihajar-orangtua-siswa-ini-sebabnya dan diakses pada tanggal 19 November

2017, pukul 07:32 WIB), bahwa telah terjadi kasus penganiayaan yang dilakukan

oleh salah satu orang tua siswa dari SMA tersebut. peristiwa tersebut terjadi

dilatarbelakangi tidak terimanya salah satu siswa yang diberikan nasihat oleh guru

yang bernama Hayari. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jumat, 20 Oktober 2017

pukul 10 WITA di sekolah. Teguran yang tidak diterima oleh siswa berinisial

CHD berupa teguran lisan dengan tuturan "Jangan begitu dengan gurumu (sambil

mengibaskan empat lembar kertas ke wajah CHD), sopan," jelas Hayari. Akan

tetapi siswa tersebut tetap melaporkan perihal kejadian tersebut kepada ayahnya

yang berinisial SD. Peristiwa pemukulan kepada Hayari yang dilakukan oleh SD

pun terjadi. Kasus ini kini tengah diselidiki oleh Mapolres Kendari. Peristiwa

tersebut seakan menjadi bom waktu yang akan terjadi di kemudian hari. Hal ini

harus menjadi perhatian khusus bagi dunia pendidikan.

Hal serupa terjadi di SMK N 2 Makasar Sulawesi Selatan pada periode 10

Agustus 2016. Dikutip dari laman http://regional.liputan6.com/read/2575357/5-

konflik-pelik-guru-versus-siswa-berujung-pidana yang diakses pada tanggal 19

November 2017 (pukul 08:35 WIB) menginformasikan bahwa terjadi tindak

kekerasan oleh oknum orang tua siswa yang melakukan pemukulan terhada guru

dari anaknya sendiri. Peristiwa tersebut terjadi dilatar belakangi oleh tidak

terimanya salah satu siswa yang dinasehati sembari ditepuk pundaknya karena

tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Akan tetapi murid tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

3

melaporkan kejadian tersebut kepada ayahnya, sehingga sang ayah menyusul

anaknya di sekolah untuk menyelsaikan masalah tersebut. Namun, ketika ayah

dan anak tersebut berpapasan dengan sang guru, sang ayah langsung menghantam

wajah korban dan si anak atau murid tersebut turut menghakimi sang guru.

Beruntung, kejadian tersebut diketahui para murid lainnya yang segera

menyelamtkan sang guru. Peristiwa ini pun sempat viral di sosial media saat itu

dan kasus tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan. Dua kasus yang

melibatkan guru, siswa, hingga orang tua siswa tersebut menjadikan cambukan

bagi dunia pendidikan untuk selalu memperbaiki komunikasi terhadap siswa

maupun terhadap guru. Apabila komunikasi yang secara frontal atau terasa kasar

dapat membuahkan bencana bagi si penutur.

Secara khusus dalam dunia pendidikan, komunikasi lisan sering digunakan

antara guru dengan peserta didik pada jenjang SMA/K. Hal ini tentu sangat

penting untuk diketahui, karena siswa dan guru harus saling memahami

komunikasi yang sering terjadi. Hal itu untuk menghindarkan dari

kesalahpahaman dan demi kesuksesan dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan

bagi siswa. Hal ini memberikan pandangan bahwa siswa harus memiliki

kemampuan untuk memahami bentuk-bentuk pragmatik dalam pembelajaran

bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan untuk melancarkan proses kegiatan belajar

mengajar. Hal tersebut tentu tidak hanya sebatas mengetahui saja, namun juga

dapat menerapkan aspek-aspek pragmatik yang dihasilkan oleh para guru. Akan

tetapi, masih banyak peserta didik yang belum memahami bentuk-bentuk aspek

pragmatik khususnya dalam pembelajaran. Permasalahan ini otomatis akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

4

berdampak pada siswa yang tidak menerapkan konsep pragmatik dalam setiap

pembelajaran.

Penelitian ini merujuk pada salah satu fenomena pragmatik, yakni

implikatur yang terjadi di SMK Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta. Pemilihan kedua sekolah tersebut dilatarbelakangi oleh konteks

budaya peserta didik yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah peserta didik dari

SMK Putra Tama Bantul mayoritas berasal dari Indonesia bagian timur,

sedangkan peserta didik SMA Pangudi Luhur Yogyakarta mayoritas berasal dari

pulau Jawa atau Yogyakarta khususnya. Maka dari itu, dari penelitian ini dapat

menghasilkan wujud-wujud implikatur dan maksud implikatur yang berasal dari

dua sekolah berbeda kultur peserta didik. Implikatur memberikan pandangan

bahwa suatu maksud dari tuturan tidak tampak pada tuturan tersebut, dengan kata

lain bahwa suatu maksud yang diharapkan oleh penutur terkadang tidak tersurat

secara fisik atau gramatikal. Akan tetapi melalui penanda-penanda yang

melingkupinya, yakni konteks yang menaungi tuturan tersebut. Konteks dalam

implikatur memiliki fungsi untuk menjembatani pemahaman penutur dengan

mitra tutur, sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Diharapkan melalui

penelitian ini dapat membantu para guru untuk dapat menggunakan implikatur

pada waktu dan situasi yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah besar,

yakni bagaimana implikatur tuturan guru dalam pembelajaran di SMK Putra Tama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

5

Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta? Adapun dari rumusan masalah

tersebut menghasilkan sub pertanyaan, sebagai berikut:

1. Apa saja wujud implikatur guru di dalam pembelajaran SMK Putra Tama

Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?

2. Apa saja implikatur guru di dalam pembelajaran SMK Putra Tama Bantul dan

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditemukan tujuan yang

hendak dicapai dari penelitian ini, yakni untuk mendeskripsikan implikatur guru

SMK Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta? Kemudian dibuat

menjadi sub-sub tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan wujud implikatur guru di dalam pembelajaran SMK Putra

Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan implikatur guru di dalam pembelajaran SMK Putra Tama

Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi banyak khalayak baik manfaat secara praktis dan teoretis

a. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah berupa deskripsi mengenai wujud-

wujud implikatur dan maksud yang tersembunyi atau implikatur yang

terkandung dalam tuturan guru, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi pemikiran atau bakal teori baru dalam kajian implikatur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

6

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangsih strategi

berkomunikasi guru kepada peserta didik dalam pembelajaran. Maka dari itu,

selain kecakapan berkomunikasi, guru dapat meningkatkan rasa humanis

dalam setiap bertutur kepada peserta didik, sehingga dapat menghindarkan

interaksi dari kekerasan dalam bentuk verbal.

1.5 Batasan Istilah

1. Pragmatik

Levinson (1983: 7) mengungkapkan bahwa Pragmatics is the study of

those relations between language and context that are grammaticalized, or

encoded in the structure of a language. Pendapat tersebut juga didukung oleh

Yule (2006:5) yang menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan

antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Dari kedua

pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pragmatik adalah hubungan

antara aspek-aspek linguistik dengan konteks yang melingkupi suatu peristiwa

tutur.

2. Konteks

Yule (1996: 21) menyatakan bahwa konteks berarti fisik lingkungan

tempat kata digunakan. Finnegan dkk. (1997: 345) menyatakan bahwa unsur

penting dalam penafsiran suatu ujaran adalah konteks di mana itu diucapkan.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa konteks adalah unsur-unsur

keadaan di luar bahasa yang melingkupi suatu tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

7

3. Implikatur

Brown dan Yule (1996) mengungkapkan bahwa istilah implikatur dipakai

untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan

oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh

penutur. Selain itu perihal pengertian implikatur, Grice (1975) dalam artikel yang

berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa maksud tidak tampak

dalam tuturan yang dilisankan atau dituliskan oleh penutur. Maka dari itu,

implikatur merupakan kajian perihal apa yang dituturkan atau dituliskan berbeda

dengan maksud yang diinginkan oleh penutur.

4. Bahasa guru

Rod Ellis (1985) mengungkapkan bahwa bahasa guru atau teacher talk

adalah bahasa khusus yang digunakan oleh guru saat mengatasi pembelajar

bahasa kedua di kelas.

1.6 Sistematika Penelitian

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan

pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan enam hal yaitu: (1) latar belakang

penelitian , (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5)

batasan istilah, dan (6) sistematika penelitian. Bab II merupakan kajian pustaka

yang terdiri atas (1) pragmatik (2) fenomena-fenomena pragmatik, (3) Implikatur

sebagai fenomena pragmatik (4) Konteks dalam pragmatik, (5) bahasa guru, dan

(6) kerangka berpikir. Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bab tiga

dipaparkan (1) jenis penelitian, (2) sumber data, data, dan objek penelitian, (3)

teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data dan (6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

8

triangulasi data. Bab IV merupakan pembahasan, yang berisi deskripsi data dan

hasil analisis data serta pembahasan. Bab V merupakan penutup yang terdiri atas

simpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pragmatik

Pragmatik sering sekali dipadupadankan dengan kajian semantik yang

memiliki concern dalam menelaah suatu makna dalam tuturan komunikasi. Akan

tetapi, Leech (1993:8) memberikan perbedaan mengenai kedua kajian linguistik

sebagai berikut, semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang

melibatkan dua segi (dyadic), seperti dalam pertanyaan “Apa artinya X?”,

sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang

melibatkan tiga segi (triadic) seperti dalam pertanyaan “Apa maksudmu dengan

X?” Maka dari itu dapat diambil suatu benang merah mengenai pemahaman awal

pragmatik yang maknanya diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur.

Leech (1993:8) menjelaskan secara gamblang perihal pengertian pragmatik,

bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-

situasi ujar (speech situations). Hal ini kembali menambahkan pemahaman awal

perihal aspek dasar yang ada pada pragmatik, yakni selain makna juga ada situasi

dalam suatu komunikasi yang memiliki suatu maksud yang lain.

Cruse (2000: 16) dalam Cummings (2007:2) menyatakan bahwa pragmatik

dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang

paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh

konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang

digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

10

pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks

tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Levinson (1983:9) menyatakan

pragmatik merupakan studi linguistik yang mempelajari hubungan antare bahasa

dengan konteks. Unsur-unsur luar bahasa yang menjadi bagian dari konteks

saling berhubungan dengan pembentukan atau pengkodean bahasa yang

digunakan oleh penutur dengan mitra tutur dalam mencapai pemahaman maksud.

Levinson (1983: 9) menyatakan pragmatics is the study of those relations

between language and context that are grammaticalized, or encoded in the

structure of a language. Pada penjelasan tersebut merujuk pada bentuk atau

kemasan suatu tuturan yang mengandung pragmatik, sehingga tampak bahwa

suatu topik pembicaraan memiliki suatu makna yang lain dari arti yang

sesungguhnya, bahkan arti dalam tuturan belum jelas. Yule (2006:5)

berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-

bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Pendapat tersebut memberikan

penegasan perihal aspek pragmatik dalam suatu bentuk linguistik, baik verba

maupun nonverba yang berlatar belakang dari pemakainya atau penuturnya.

Maka dari itu pemahaman mengenai linguistik tidak hanya melalui pemahaman

secara gramatikal saja untuk mengetahui makna suatu struktur bahasa, melainkan

juga memahami suatu konteks dan latar belakang pembicara atau penutur.

Putrayasa (2014:14) mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan telaah

penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunikasi sesuai

dengan konteks dan keadaan pembicaraan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

11

2.2 Ruang Lingkup Pragmatik

Setelah mengetahui mengenai kajian pragmatik pada bahasan sub bab

sebelumnya, selanjutnya akan dibahas secara singkat perihal ruang lingkup dan

fenomena yang ada pada kajian pragmatik. Ruang lingkup tersebut ialah

praanggapan, tindak tutur, dan entailment.

2.2.1 Praanggapan

Praanggapan atau presuposisi berasal dari perdebatan dalam ilmu filsafat,

khususnya tentang hakekat rujukan (apa-apa, benda/keadaan, dan sebagainya)

yang dirujuk atau ditunjuk oleh kata, frasa, atau kalimat dan ungkapan-ungkapan

rujukan (Nababan, 1987) dalam Putrayasa (2015: 77). Secara gramatikal,

presuposisi memiliki arti “menduga sebelumnya”. Yule (2006:43) menyatakan

bahwa praanggapan adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai

kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Prinsip yang harus dipegang

bahwa pranggapan adalah penutur, bukan kalimat. Secara garis besar,

praanggapan memiliki kekhususan pada bagian asumsi-asumsi yang menjadi

anggapan terhadap suatu objek tuturan. Berikut adalah contoh yang dapat

menunjukkan suatu praanggapan, yakni:

Tuturan

Guru : “Gimana mas? Sen, gimana sen?”

Murid : ”Iya bu, lanjut saja bu” (3/4/SMA)

Konteks: situasi terasa sedikit santai karena guru selesai menjelaskan materi,

sehingga beberapa murid ramai. Maksud yang terdapat dalam pertuturan tersebut

adalah memerintah murid untuk tenang dan murid tersebut paham akan maksud

dari pertanyaan guru tersebut. Bentuk tuturan berupa pertanyaan. Nada bicara

terdengar meninggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

12

Dari contoh tuturan tersebut, dapat diketahui bagian praanggapannya. Hal

ini dilihat dari jawaban murid atas pertanyaan dari guru. Murid menyadari dan

beranggapan bahwa guru sekadar memerintahkan dia untuk tenang dan kembali

memperhatikan guru.

2.2.2 Tindak Tutur

Chaer dan Agustina (2004:40) menjelaskan bahwa tindak tutur merupakan

gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Maka dari itu,

proses tindak tutur membutuhkan kemampuan psikologis seorang penutur

maupun mitra tutur dalam berkecimpung pada suatu situasi tertentu. Hal ini akan

memberikan pemahaman bahwa suatu proses interaksi bahasa akan berjalan

lancar bila antara penutur dan mitra tutur memahami situasi atau bahasan suatu

percakapan dengan sama. Penjabaran mengenai tindak tutur atau speech act

digambarkan seperti kata “baik” yang ditujukan kepada seseorang dapat

memiliki makna memuji, tetapi juga dapat memiliki makna sebaliknya yang

mengacu pada konteks sesuatu hal yang rusak. Tindak tutur sendiri menjadi

sebuah unsur kebahasaan kebermaknaan yang lahir dari sosial masyarakat

penutur, sehingga suatu tuturan lahir dari suatu interaksi sosial.

Tindak tutur dibagi atas 3 jenis, yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Searle

(1975) memberikan paparan mengenai jenis tindak tutur menjadi 3 jenis, yakni

tindak lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner. Didukung oleh Austin yang

juga merumuskan jenis tindak tutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak

ilokusi (ilocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Lokusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

13

merupakan suatu tuturan atau ujaran oleh penutur kepada mitra tutur yang

langsung dapat dipahami oleh mitra tutur, sehingga tidak ada yang perlu

pemikiran yang lebih untuk memahami maksud atau makna dari penutur dan

efek yang yang ditimbulkan dari informasi tersebut. Ilokusi adalah maksud yang

ada di dalam diri penutur. Hal ini terjadi ketika suatu tuturan dituturkan kepada

mitra tutur yang masih sebatas sebuah motivasi, niat, atau hal-hal yang masih

mengandung maksud namun sebatas masih dalam pikiran penutur. Perlokusi

adalah suatu tuturan yang menimbulkan efek dari hasil pemahaman makna dan

tuturan dari seorang penutur kepada mitra tutur.

2.2.3 Entailment

Crystal (1998: 136) mengungkapkan bahwa entailment a term refers to a

relation between a pair of sentences such that the truth of the second sentence

necessarily follows from the truth of the first. Dari pendapat tersebut, dipahami

bahwa setiap pola tuturan terdapat sebuah relasi yang terikat. Relasi tersebut

menjadi suatu kebenaran yang mengikuti kebenaran maksud yang menyertainya.

Selain itu, pemikiran yang logis perihal entailment telah dijabarkan terlebih

dahulu oleh Lyons (1977: 85) yang menjelaskan bahwa entailment is a relation

that holds between P and Q where P and Q are variables standing for

propositions such that if the truth of Q necessarily follows from the truth of P

then P entails Q. Hal ini tentu membawa suatu pemahaman mengenai relasi yang

terdapat dalam suatu tuturan dengan pemahaman mitra tutur saling

membutuhkan keterkaitannya. Rahardi (2005: 43) memaparkan perihal

penafsiran harus didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama (the

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

14

same background knowledge) antara penutur dan mitra tutur tentang sesuatu

yang sedang dipertuturkan itu. Maka dari itu, dapat dipahami secara mendasar

bahwa entailment merupakan suatu penafsiran tuturan yang bersifat mutlak dan

linear dengan maksud tuturannya. Dengan kata lain tidak ada unsur-unsur lain di

luar tuturan yang mempengaruhi maksud dari penutur untuk menyampaikannya

kepada lawan tutur. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh dari

entailment yang terjadi di dalam pembelajaran.

Tuturan

Guru : “KD selanjutnya adalah wawancara”

Murid : “Waduh”. (10/2/SMA)

Konteks : Situasi pertuturan tersebut tampak santai, maksud dari tuturan tersebut

adalah mengimbau perihal aspek-aspek yang akan dilakukan pada KD

wawancara. Bahwa KD wawancara mengharuskan para murid untuk keluar

sekolah untuk berpraktik berwawancara kepada wisatawan atau kepada

masyarakat yang memiliki nilai atau keunikan tersendiri.

2.3 Fenomena-fenomena Pragmatik

2.3.1 Fenomena Deiksis

Deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang

berfungsi sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa (Putrayasa,

2015: 38). Kata-kata yang dimaksud oleh pengertian tersebut mengacu pada

suatu fungsi penunjuk suatu referen-referen yang tidak tetap, karena hanya

penutur dan mitra tutur yang dapat memahami maksud tuturan yang

mengandung deiksis. Sejalan dengan Nadar (2009:55) yang mengungkapkan

bahwa kata-kata yang lazim disebut dengan deiksis tersebut berfungsi

menunjukkan sesuatu, sehingga keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan

lawan tutur akan tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh

penutur. Deiksis terdiri atas tiga jenis, yakni (1) deiksis persona, (2) deiksis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

15

tempat, dan (3) deiksis waktu. Deiksis persona menerapkan tiga pembagian

dasar, yang dicontohkan dengan kata ganti orang pertama (saya), orang kedua

(kamu), dan orang ketiga (“dia” laki-laki atau perempuan, atau “dia” barang).

Maka dari itu, ketika suatu tuturan mengandung beberapa kata penunjuk

seseorang atau sesuatu persona dengan penanda kata ganti seperti penjelasan

tersebut, dapat dipastikan bahwa itu adalah deiksis persona. Contoh dari

penerapan deiksis persona adalah;

Tuturan

Guru : “Saya mulai bicara, kamu juga mulai bicara, siapa dulu yang ngomong?”

(3/2/SMA)

konteks: situasi yang terasa dalam tuturan tersebut adalah suasana yang tegang

dan sedikit marah dari sang guru. Keadaan kelas sangat ribut, padahal guru

sedang menjelaskan materi. Maksud guru menuturkan pertanyaan tersebut

adalah meminta atau memerintah para siswa untuk memperhatikan guru yang

sedang menjelaskan materi. Kemudian brntuk tuturan berupa pertanyaan kepada

para murid. Nada bicara guru terdengar meninggi.

Jenis deiksis kedua yakni deiksis tempat. Deiksis tempat menunjukkan

pronomina penunjuk tempat yang akan digunakan. Pronomina penunjuk tempat

dalam bahasa Indonesia ialah sini, situ, atau sana (Putrayasa, 2015: 48).

Putrayasa menambahkan, bahwa deiksis tempat dan deiksis ruang berkaitan

dengan spesifikasi tempat relatif ke titik labuh dalam peristiwa tutur. Maka dari

itulah, sebagai pronomina penunjuk arah menghasilkan di/ke/dari sebagai

pronomina yang mengacu pada arah, sehingga akan menghasilkan ujaran-ujaran

di sini, ke situ, dari sana yang menunjukkan suatu tempat ataupun arah yang

diujarkan oleh penutur. Kembali pada keterangan awal deiksis yang mengacu

referen-referen yang terikat atau tergantung pada konteks, maka dalam melihat

pronomina- pronomina tersebut perlu diketahui konteks atau situasi ujaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

16

tersebut dilakukan. Contoh dari deiksis tempat, yakni;

Tuturan

Guru : “Bagaimana yang sana, diam tahu ndak?” (3/3/SMA)

Konteks: Situasi yang terasa dalam tuturan tersebut terkesan tegang. Maksud

dari tuturan tersebut adalah memerintah beberapa murid yang tidak aktif untuk

ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Bentuk ujaran dalam implikatur tersebut

berupa pertanyaan. Nada bicara terdengar meninggi.

Setelah mengulas mengenai deiksis persona dan tempat, selanjutnya

adalah jenis deiksis waktu. Putrayasa (2015: 50) mengungkapkan bahwa deiksis

waktu yaitu pengungkapan kepada titik atau jarak waktu dipandang dari saat

suatu ujaran terjadi, atau pada saat seseorang berujar. Sama seperti sifat deiksis

yang memiliki jenis kata yang tidak memiliki ketetapan dan harus terikat dengan

konteks, maka dalam deiksis waktu ini menunjuk pada kata-kata seperti besok,

lusa, kelak, nanti yang digunakan oleh penutur untuk menunjukkan waktu

sebelum peristiwa terjadi. Kemudian juga ada kata-kata seperti tadi, kemarin,

minggu lalu, ketika itu, dahulu kala, barusan menunjukkan waktu setelah

peristiwa terjadi. Selain itu juga terdapat kata-kata sekarang, saat ini, kini yang

menunjukkan waktu ketika peristiwa tuturan sedang berlangsung.

2.3.2 Fenomena Kesantunan Berbahasa

Berbahasa merupakan aktivitas manusia untuk menunjukkan

ekstistensinya dalam berkomunikasi. Kemampuan tersebut mencerminkan

kepribadian, sifat, atau cara pikir seseorang dalam bersikap. Karena berbahasa

juga menjadi langkah awal seseorang untuk menjalin relasi dengan orang lain.

Berbahasa harus memiliki pada kaidah-kaidah yang baku dan harus memenuhi

syarat isi dari setiap konten yang hendak dimasukkan dalam tuturan baik lisan

maupun tertulis. Namun, hal tersebut belumlah cukup. Karena masih ada satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

17

kaidah lagi yang perlu diperhatikan yaitu kesantunan (Pranowo, 2009: 4-5).

Pranowo (2009:14-15) menyatakan terdapat tiga alasan berbahasa secara

santun dalam interaksi penutur dan mitra tutur. Pertama, mitra tutur diharapkan

dapat memahami maksud penutur. Kedua, setelah mitra tutur memahami maksud

penutur, mitra tutur akan mencari aspek tuturan yang lain. Ketiga, tuturan

penutur kadang-kadang juga disimak oleh orang lain yang sebenarnya tidak

berkaitan dengan komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Berikut ini adalah

contoh berkaitan dengan kesantunan berbahasa yang terjadi dalam proses

pembelajaran.

Tuturan

Guru : “Yang tiduran atau yang sakit silahkan ke UKS saja!” (10/4/SMA)

Konteks: Situasi terasa santai dan terjadi di lapangan indoor. Maksud dari

tuturan tersebut adalah memerintah siswa yang tidak memperhatikan tuturan

guru dan tiduran untuk memperhatikan guru. Nada tuturan tersebut bernada

rendah dan santai. Penggunaan “UKS” menjadi pengetahuan perihal siswa yang

sakit akan ditempatkan di UKS.

2.3.3 Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa

Pada kegiatan berbahasa penutur, terkadang tampak atau mengandung

makna yang membuat lawan tutur merasa tidak dihormati atau tidak dihargai.

Hal ini merujuk pada bahasa yang digunakan oleh penutur dalam

mengkomunikasikan berbagai hal yang memiliki unsur negatif. Maka dari itu,

ketidaksantunan tersebut muncul dalam tuturan dapat bersifat secara pragmatik

dan secara gramatikal atau linguistik. Locher dan Watts (2008) berpendapat

bahwa perilaku tidak santun adalah perilaku yang secara normatif dianggap

negatif. Ketidaksantunan dalam berbahasa memiliki dampak untuk

medegradasikan nilai-nilai kesantunan yang telah ada, sehingga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

18

memperburuk komunikasi antara penutur dengan mitra tutur.

Bousfield (2008) mengemukakan bahwa ketidaksantunan berbahasa

adalah the issuing of intentionally gratuitous and conflictive face-threatening

acts (FTA) that are purposefully performed. Pada pendapat tersebut ditekankan

pada aspek “kesembronoan” dan aspek konfliktif pada aktivitas berbahasa yang

tidak santun. Maka dari itu segala aktivitas kebahasaan yang mempermainkan

perasaan dari mitra tutur, kemudian terdapat unsur kesembronoan dalam

tuturannya, sehingga menyebabkan konflik terjadi itulah yang dapat dijadikan

sebagai penanda bahwa kegiatan berbahasa tersebut tidak santun. Hal ini tampak

pada contoh tuturan di bawah ini.

Tuturan

Murid 1 : Ambilin buku tow!

Murid 2 : Waduh, Enggak sampai je.

Murid 1 : Halah! Ambilin tow! (10/5/SMA)

Konteks : percakapan terjadi pada dua murid. Murid satu memohon untuk

mengambilkan buku yang jatuh di dekat meja murid 2. Akan tetapi murid 2

enggan untuk membantunya. Kemudian murid 1 mencoba merajuk paksa dengan

kata “Halah”. Peristiwa tutur terjadi di dalam kelas. Dua murid berasal dari

Jawa. Situasi kesal ditunjukkan oleh penutur murid 1.

Penanda ketidaksantunan yang terdapat dalam tuturan di atas ditandai

oleh kata “Halah”. Kesembronoan yang membuat tidak santun disebabkan oleh

kata tersebut. hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

Rahardi, dkk tahun 2014 yang berjudul “Kata Fatis Penanda Ketidaksantunan

Pragmatik Dalam Ranah Keluarga” bahwa “kata halah memiliki makna

menyepelekkan atau dapat juga digunakan untuk menyampaikan maksud

„kesembronoan‟”. Hal ini tentu dapat memberikan kesan yang kurang santun

dalam suatu tuturan, sehingga akan membuat komunikasi menjadi kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

19

terlaksana maksud yang diinginkan oleh mitra tutur.

2.3.4 Fenomena Kefatisan Berbahasa

Fenomena kefatisan berbahasa atau basa basi merupakan suatu fenomena

penggunaan bahasa yang sangat dekat dan hampir selalu terjadi di dalam

bersosial dengan orang lain. Kefatisan berbahasa menurut Jacobson (1980)

adalah sebagai tuturan yang digunakan untuk memulai, mempertahankan, atau

memutuskan komunikasi, untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi

dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap

memperhatikan. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa kefatisan

berbahasa dijadikan sebagai tanda dari penutur untuk memulai,

mempertahankan, atau memutuskan sesuatu perbincangan dengan mitra tutur.

Sejalan dengan Kridalaksana (1986: 111) yang menyatakan bahwa kefatisan atau

basa-basi adalah tuturan yang digunakan untuk memulai, mempertahankan, atau

mengukuhkan antara pembicara dan lawan bicara. Kridalaksana (1986, 113-116)

mengkategorikan kata-kata fatis menjadi berbagai macam, yakni (1) ah, (2)

ayo,(3) deh, (4) dong, (5) ding, (6) halo, (7) kan, (8) kek, (9) kok, (10) –lah, (11)

lho, (12) mari, (13) nah, (14) pun, (15) selamat, (16) sih, (17) toh, (18) ya, (19)

yah. Kata-kata penujuk kefatisan tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan di

bawah ini.

Guru: Lho, kok mesti nganggo ngomong lho.

Konteks : penutur merupakan guru yang mennuturkan pada para muridnya.

Situasi terasa kesal. Keadaan terlihat guru sedang menulis rumus elektron di

papan tulis. Akan tetapi kondisi kelas ramai karena saling berbicara antarmurid.

Guru menuturkan hal tersebut, bermaksud untuk menenangkan kondisi kelas

yang ribut.

Pada contoh tuturan di atas, penutur menggunakan kata “Lho” yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

20

termasuk dalam kategori penanda kefatisan yang dicetuskan oleh Kridalaksana.

Penggunaan kata tersebut memiliki makna interjeksi yang menunjukkan sebuah

keterkejutan, karena terletak di awal kalimat. Namun, guru mengulangi kata lho

di akhir kalimat, sehingga sebuah penegasan suatu perintah yang memiliki wujud

sebuah pernyataan semakin kentara.

2.3.5 Fenomena Implikatur

Implikatur dicetuskan oleh Grice (1975) dalam artikel yang berjudul

Logic and Conversation bahwa maksud tidak tampak dalam tuturan yang

dilisankan atau dituliskan oleh penutur. Pada bagian inilah konteks akan

membantu mitra tutur untuk mengetahui makna dan maksud dari penutur. Hal ini

akan dibantu dengan latar belakang, keadaan, posisi, dan hal-hal yang

mengelilingi situasi dari percakapan tersebut. Brown dan Yule (1996)

mengungkapkan bahwa istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang

mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda

dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat tersebut

mengantarkan kita bahwa implikatur merupakan proses menemukan makna dan

maksud dari suatu tuturan yang diungkapkan oleh penutur baik secara lisan

maupun tertulis tanpa terlihat secara langsung dalam tuturan tersebut. Nababan

(1987) menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan konvensi

kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi. Konsep itu kemudian

dipajami untuk menerangkan perbedaan antara hal “yang diucapkan” dan hal

“yang diimplikasikan”. Diperkuat dengan pendapat Gazdar (1979: 38) bahwa

implikatur adalah proposisi yang tersirat oleh ucapan kalimat dalam konteks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

21

meskipun itu proposisi bukan merupakan bagian dari atau sebuah entailment dari

apa yang benar-benar berkata. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa

implikatur adalah kajian mengenai maksud dari suatu tuturan yang tidak tampak

dalam tuturan penutur dan dapat diketahui melalui konteks yang melingkungi

tuturan tersebut.

2.4 Implikatur

Dari subbab awal perihal implikatur sebagai bentuk fenomena pragmatik

tampak perihal implikatur, yakni maksud tidak terlihat dalam ucapan maupun hal

yang diimplikasikan oleh penutur, sehingga mitra tutur dapat memahami maksud

di balik tuturan tersebut. Sejalan dengan Rahardi (2003: 85) bahwa di dalam

implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu

yang tidak dituturkan bersifat tidak mutlak. Rahayu (2011: 157) dalam

penelitiannya yang berjudul Implikatur Percakapan Dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di Kelas V SD Negeri Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten

Sukoharjo mengungkapkan bahwa alasan penggunaan implikatur dalam proses

pembelajaran adalah meningkatkan sopan santun dari guru pada para peserta

didik. Maka dari itu, harus disadari bahwa dalam penggunaan implikatur sangat

membantu penutur dalam bertindak sopan terhadap orang lain

menggunakan tuturan.

Grice (1975) menyatakan bahwa terdapat dua jenis implikatur, yaitu

implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Implikatur konvensional

menunjukkan maksud langsung dari tuturan yang diungkapkan oleh penutur,

sehingga ketika akan memunculkan suatu maksud, mitra tutur langsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

22

mengetahui maksud dari tuturan secara langsung. Berbeda dengan implikatur

percakapan yang memunculkan makna dan maksud di balik dari suatu tuturan,

sehingga sangat bergantung pada konteks tuturan tersebut.

2.4.1 Implikatur Percakapan

Seperti dibahas sebelumnya perihal definisi implikatur, bahwa implikatur

berkaitan erat dengan percakapan atau kontak bahasa baik secara verba maupun

nonverba yang mengandung suatu konteks. Grice (1975) who defines

implicature for the case in which what speaker means or implies is different from

what is said. Dari pendapat tersebut, dipahami bahwa implikatur merupakan

suatu perstiwa dimana maksud penutur berbeda dengan apa yang dituturkan

kepada mitra tutur. Rusminto (2009: 70) menyatakan bahwa implikatur

percakapan adalah sesuatu yang disembunyikan dalam sebuah percakapan, yakni

sesuatu yang secara implisit terdapat dalam penggunaan bahasa secara aktual.

Putrayasa (2014: 65) menyatakan bahwa implikatur percakapan adalah suatu

bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu

percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan. Hadiati

(2007:45) dalam penelitian yang berjudul Tindak Tutur dan Implikatur

Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-laki dalam Film The Sound of Music

mengungkapkan bahwa implikatur percakapan, di lain pihak memiliki makna

dan pengertian yang lebih bervariasi karena pemahaman terhadap hal‟ yang

dimaksud‟ sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan, di mana

dalam suatu percakapan ide prinsip-prinsip yang harus ditaati.

Mey (1993:99) mengungkapkan A conversational implicature is therefore

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

23

something which is implied in conversation that is something which is left

implicit in actual language use. Hal ini tentu semakin menjelaskan bahwa

implikatur percakapan merupakan suatu proses percakapan yang sengaja untuk

tidak menampakkan maksud yang dituturkan secara langsung oleh penutur.

Maka dari itu, Bilmes (1986:27) dalam Mey (1993: 99) menguatkan mengenai

implikatur percakapan bahwa This is the reason that pragmatics is interested in

this phenomenon: we seem to be dealing here with a certain type of regularity,

and one that cannot be captured in a simple syntactic or semantic rule, but

perhaps may be accounted for by 'some conversational principle.

Hal tersebut memberikan gambaran secara jelas mengenai implikatur

percakapan yang memiliki pengertian bahwa terdapat suatu maksud yang

implisit atau yang tidak terlihat dalam ujaran yang diutarakan oleh penutur

kepada mitra tutur dalam suatu percakapan secara lisan. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa implikatur percakapan merupakan suatu peristiwa

tutur antara penutur dan mitra tutur yang memiliki maksud tidak tampak dibalik

tuturan langsung dan membutuhkan penanda serta konteks guna memahami

maksud tersembunyi tersebut.

Levinson (1987: 114-117) menyatakan empat ciri utama dari suatu

implikatur percakapan. Pertama, Cancellability yakni sebuah kesimpulan yang

tidak mungkin bisa ditarik jika ada kemungkinan untuk menggagalkannya

dengan cara menambah beberapa premis/alasan tambahan pada premis-premis

asli. Bahwa suatu maksud yang terdapat dalam suatu tuturan dapat dibatalkan

dengan cara menambahkan kata atau frasa tambahan. Berikut merupakan salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

24

satu contoh ciri dari cancellability.

Tuturan

Guru : “Gene bagus bajune dilebokke. Opo maneh nganggo tali rafia.” (ternyata

bagus bajunya dimasukkan, apalagi memakai tali rafia) (1/1/SMA)

Konteks: situasi menyenangkan atau tidak tegang pasca diberikan tugas. Guru

mengingatkan murid tersebut untuk lebih rapi lagi dan tidak nanggung dalam hal

merapikan pakaian yang digunakan. Karena murid tersebut memasukkan

pakaian, tetapi menggunakan sabuk tali plastik (rafia). Tuturan dinyatakan

dengan cara yang santai. Penutur dan mitra tutur berasal dari daerah jawa,

sehingga menggunakan tuturan bahasa Jawa.

Tuturan di atas merupakan sebuah wujud kalimat pernyataan berupa

komentar dari cara berpakaian dari guru kepada murid. Pada tuturan awal, guru

memuji cara berpakaian dari murid. Akan tetapi pujian tersebut berubah maksud

menjadi sebuah sindirian, akibat adanya penambahan tuturan di belakangnya.

Maka dari itu, ciri cancellability dipahami sebagai ciri yang menunjukkan bahwa

suatu kesimpulan suatu maksud tuturan dapat dibatalkan dengan penambahan

suatu frasa, klausa, ataupun tuturan tambahan.

Kedua, Non-detachability, yakni implikatur diletakkan pada isi semantik

dari apa yang dituturkan, tidak pada bentuk linguistik, maka implikatur tidak

dapat dipisahkan dari suatu tuturan. Ciri tersebut dimaknai bahwa maksud suatu

tuturan implikatur tidak dapat dipisahkan dari makna semantik yang terkandung

dalam tuturan. Hal ini menjadi acuan bagi mitra tutur untuk memahami maksud

yang dituturkan oleh penutur, yakni melalui makna semantik yang dituturkan.

Penggunaan kata atau penanda dalam tuturan yang dapat dipahami secara

langsung akibat dari makna semantik tampak dari makna kata atau frasa dalam

tuturan. Berikut adalah contoh tuturan yang menunjukkan ciri-ciri dari Non-

detachability:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

25

Tuturan

Guru:“Utari, vokal dasarnya lembut, tapi kalau bercanda treble semua ya.”

(28/6/SMK)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut tampak santai. Pelaku adalah guru dan

salah satu siswi. Maksud dari tuturan tersebut menyuruh siswi tersebut membaca

berita dengan volume lebih keras. Bentuk tuturan menggunakan tuturan lisan dan

bernada tinggi. Penggunaan kata treble sebagai kata sindiran untuk siswi tersebut

adalah kesehariannya yang selalu bicara keras ketika kondisi kelas ramai.

Tuturan di atas dimaknai sebagai sebuah suatu sindiran dari guru kepada

salah satu murid. Hal ini sejalan dengan ciri implikatur yakni non-detachability,

bahwa maksud suatu implikatur tidak dapat dipisahkan dari suatu tuturan. Pada

contoh tuturan di atas, penanda yang dapat dijadikan sebagai maksud tuturan

implikatur adalah kata “trebel”. Melalui kata tersebut, maksud tuturan dapat

dipahami oleh mitra tutur. Maka dari itu, dalam memaknai suatu maksud tuturan

implikatur tidak dapat dipisahkan dari makna kata atau frasa yang digunakan

dalam tuturan tersebut.

Prinsip ketiga, Calculability, yakni untuk setiap implikatur yang diduga

harus memungkinkan untuk menyusun suatu argumen yang menunjukkan bahwa

makna harfiah suatu tuturan dipadu dengan prinsip kerja sama dan maksim-

maksimnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apa yang dituturkan berbeda

dengan apa yang dimaksud oleh penutur, karena memperhitungkan aspek-aspek

di luar kebahasaan yang dituturkan. Misalnya tampak pada contoh tuturan di

bawah ini.

Tuturan

Guru : “Gandhang udah selesai?” (5/2/SMK)

Konteks : Situasi terasa kesal. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh

murid untuk tenang dan fokus mengerjakan tugas. Nada suara tuturan terdengar

tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

26

Pada tuturan di atas menunjukkan bahwa apa yang dikatakan tidak mutlak

yang dimaksudkan oleh penutur. Hal ini mengacu pada konteks yeng melingkupi

tuturan tersebut.Penutur atau sang guru memberikan pertanyaan yang sebenarnya

adalah sebuah masksud memerintah muridnya yang tidak segera menyelesaikan

tugas untuk segera diselesaikan. Oleh karena itu, implikatur memiliki ciri-ciri

calculability.

Prinsip keempat, Non-conventionality, yakni untuk mengetahui makna

harfiah, dapat diduga implikaturnya dalam suatu konteks, implikatur tidak dapat

sebagai bagian dari makna itu. Dalam memahami maksud suatu implikatur, mitra

tutur tidak serta merta memahami suatu maksud dari tuturan yang tampak. Hal

ini dikarenakan bertentangan dengan ciri ke tiga. Oleh karena itu, suatu

implikatur patutnya dipahami maksudnya melalui konteks-konteks yang

melingkupinya. Berikut contoh tuturan untuk menjelaskan ciri-ciri implikatur

non-conventionality.

Guru : “Ini ada yang piket enggak ya?” Murid : “Ada kok bu, ada” (11/2/SMA)

Konteks : Situasi pada tuturan tersebut terasa tegang. Penutur adalah guru dan

mitra tutur adalah para murid. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh

murid untuk menghapus tulisan-tulisan di papan tulis. Tuturan bersifat tuturan

lisan dua arah dan bernada tinggi.

Pada tuturan tersebut, tidak serta merta mengambil secara mutlak

maksudnya dalah hanya menanyakan ada tidaknya petugas piket saat itu.

Melainkan melihat konteks yang melingkupinya agar dapat mengetahui maksud

yang sebenarnya. Hal inilah yang menjadi pembeda antara implikatur pragmatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

27

dengan semantik. Bahwa konteks memberikan peran yang sangat besar terhadap

pemahaman suatu maksud yang terkandung dalam sebuah tuturan.

Dari ciri-ciri implikatur percakapan di atas, dapat diperoleh suatu

gambaran utama yang dapat dijadikan sebagai suatu pegangan mengenai ciri-ciri

implikatur percakapan, yakni cancellability, nondetachable, nonconventional,

dan calcutable. Beberapa ciri tersebut tentu akan mengantarkan peneliti pada

pembedaan antara implikatur percakapan dan implikatur konvensional.

Penelitian yang relevan perihal dengan jenis-jenis implikatur ini seperti dalam

penelitian yang berjudul Implikatur dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di

SMA Labschool Untad Palu yang dilakukan oleh Mursalim Tokuasa pada tahun

2015. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan

penelitian deskriptif kualitatif. Kemudian teknik pengumpulan datanya dengan

metode simak dengan lanjutan teknik sadap, dilanjutkan dengan teknik simak

bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Hasil penilitian tersebut adalah

beberapa implikatur ditemukan berupa pertanyaan, pernyataan, jawaban, saran,

sindiran, dan perintah. Kemudian juga ditemukan fungsi-fungsinya, yakni

memotivasi, memberi kaitan, mencegah pelanggaran, dan strategi implikatur

ditemukan, strategi marah secara langsung, melucu secara tidak langsung, hingga

mengharapkan informasi secara tidak langsung. Hasil yang telah ditemukan

dalam penelitian tersebut akan diberikan tambahan perihal jenis implikaturnya,

sehingga akan disebutkan juga jenis implikaturnya, seperti implikatur

percakapan (implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan

implikatur percakapan khusus) dan implikatur konvensional. Implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

28

percakapan memiliki beberapa jenis, yakni implikatur percakapan umum,

implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus. Putrayasa

(2014: 67) mengemukakan contoh-contoh maksud implikatur percakapan, yakni:

1) Implikatur percakapan melarang

Implikatur percakapan melarang merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk melarang. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan pelarangan. Seperti contoh percakapan kakak adik

berikut:

Sasa : “Kak, saya maun main dengan Roni boleh ya?” Mira : “Hujan nanti!”

Konteks: suatu hari saat cuaca mendung, Sasa yang masih kelas 2 SD minta izin

kepada kakaknya untuk bermain dengan Roni. Akan tetapi Mira tidak serta merta

melarang, namun hanya menjawab “Hujan nanti!” yang mengandung maksud

Sasa tidak boleh main, karena sebentar lagi turun hujan.

Contoh tuturan di atas menunjukkan bahwa implikatur harus melihat

konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Hal ini dilihat dari jawaban Mira,

bahwa nanti hujan, yang mana memiliki maksud untuk melarang Sasa bermain

keluar rumah. Nada suara yang dikeluarkan oleh Mira juga menunjukkan

maksud melarang untuk bermain, alas an keadaan yang sebentar lagi hujan

menjadi cukup logis untuk memahami tuturan tersebut untuk melarang.

2) Implikatur Percakapan Menyetujui

Implikatur percakapan menyetujui merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk menyetujui. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan persetujuan. Seperti contoh percakapan Roni dan

Tomi yang merupakan teman sebaya berikut:

Tuturan:

Guru: “Satu jam pelajaran selesai ya?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

29

Murid: “satu setengah ya bu”

Guru: “Baik, tapi satu tulisan jadi semua ya”

Konteks: Situasi terasa menyenangkan. Maksud dari tuturan tersebut

menandakan bahwa guru sangat disiplin terhadap waktu dan proses.

3) Implikatur Percakapan Menolak

Implikatur percakapan menolak merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk menolak. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan penolakan. Seperti pada contoh di bawah ini.

Tuturan

Guru : “Mas, apa kamu enggak nulis?”

Murid : “Bu, saya minta soft file” (11/6/SMA)

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut terasa lebih santai. Maksud dari

tuturan tersebut adalah menunjukkan bahwa para murid mala untuk menulis

catatan yang berasal dari slide PPT sang guru. Tuturan bersifat lisan dan bernada

santai cenderung merajuk.

4) Implikatur Percakapan Memerintah

Implikatur percakapan memerintah merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk memerintah. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan memerintah. Berikut contoh percakapan antarteman

di sekolah.

Tuturan

Guru :“Kamu bisa baca catatanmu sendiri?”

Siswa : “Bisa bu” (28/7/SMK)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut adalah tegang. Maksud dari tuturan

tersebut adalah memerintah siswa tersebut untuk mencatat, karena catatannya

kosong dan tidak pernah mencatat.

5) Implikatur Percakapan Meminta

Implikatur percakapan meminta merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk meminta. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan persmintaan. Berikut contoh cuplikan implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

30

percakapan meminta tersebut saat antarsiswa bercakap di luar kelas:

Tuturan

Guru : “Yang tidur apa sudah bisa ya?” (3/5/SMA)

Konteks:Situasi terasa menjenuhkan atau membosankan karena guru sedang

menjelaskan materi. Maksud dari pertanyaan tersebut adalah meminta perhatian

salah satu siswa yang tertidur di pojok kelas. Bentuk tuturan berupa pertanyaan.

Dirunut dari nada bicaranya sedikit keras dan secara tiba-tiba karena berada di

sela penjelasan materi.

6) Implikatur Percakapan Menegaskan

Implikatur percakapan menegaskan merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk menegaskan. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan penegasan. Berikut contoh dari implikatur

percakapan menegaskan antarteman di tempat pemotongan hewan Kurban.

Bagus : “Bud, kau suka daging kurban enggak?”

Budi : “Kalau dikasih, aku mau.”

Bagus : “Kau suka sapi atau kambing?”

Budi : “Aku suka sapi. Kalau sate kambing mau juga.”

Konteks: Bagus dan Budi adalah sepasang teman. Situasi setelah shalat idul

Adha. Banyak sapi dan kambing yang dipersiapkan untuk disembelih. Situasi

percakapan tidak tegang, cenderung santai.

Percakapan tersebut menggunakan tuturan bermodus asertif menegaskan untuk

memberikan penjelasan kepada mitra tutur dari keragu-raguan terhadap

kesukaannya kepada daging sapi atau daging kambing.

7) Implikatur Percakapan Mengeluh

Implikatur percakapan mengeluh merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk mengeluh. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan keluhan. Berikut contoh percakapan yang

mengindikasikan implikatur percakapan mengeluh

Tuturan:

Guru : “Saya akan ngecek PR mu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

31

Murid : “Waduh!” (3/15/SMA)

Konteks: Situasi yang terasa dalam lingkup pertuturan tersebut adalah tegang.

Maksud dari tuturan dari para murid adalah beberapa belum mengerjakan dan

belum selesai. Bentuk tuturan berupa satu kalimat deklaratif yang menjadi sinyal

ketegangan oleh beberapa siswa, khususnya yang belum mengerjakan.

8) Implikatur Percakapan Melaporkan

Implikatur percakapan melaporkan merupakan salah satu contoh implikatur

percakapan yang memiliki maksud untuk melaporkan. Akan tetapi tuturan tidak

secara harafiah menuturkan pelaporan. Berikut contoh kutipan percakapan

implikatur percakapan melaporkan antara ibu guru dan siswa.

Tuturan

Guru : “Ada film yang mengangkat rasisme.”

Murid : “nonton-nonton bu, nonton.”

Konteks: Situasi terasa menyenangkan saat pembelajaran. Maksud dari tuturan

para murid adalah untuk tidak ada pembelajaran konvensional. Akan tetapi, guru

menyadari keinginan lain dari para murid yang tidak ingin adanya pembelajaran,

sehingga penjelasan materu tetasp dilanjutkan dan maksud penyampaian film

adalah sebatas melaporkan. Nada yang terdengar dari tuturan para murid tersebut

adalah nada merajuk.

2.4.1.1 Implikatur Percakapan Umum

Yule (2006:70) menyatakan bahwa jika pengetahuan khusus tidak

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, hal

ini disebut implikatur percakapan umum. Hal ini tentu dapat dipahami bahwa

implikatur percakapan umum tidak membutuhkan pengetahuan khusus atau

konteks yang spesifik dalam memahami suatu maksud tuturan. Sejalan dengan

Rustono (1999: 81) bahwa implikatur percakapan umum adalah implikatur yang

kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus. Berikut

adalah contoh tuturan dari implikatur percakapan umum:

Tuturan

Guru : “Hey! Ada pertanyaan?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

32

Murid : “Tidak bu, tidak ada” (4/2/SMA)

Konteks: Situasi yang terasa pada tuturan tersebut adalah marah. Maksud dari

tuturan tersebut adalah memerintah diam para murid yang sedang ramai dan

menandakan bahwa sang guru adalah orang yang disiplin atau tegas. Bentuk

tuturan berupa pertanyaan yang bernada tegas.

2.4.1.2 Implikatur Percakapan Berskala

Implikatur percakapan berskala merupakan cara informasi tertentu selalu

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu

skala nilai (Yule, 2006: 71). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa implikatur

percakapan berskala selalu memberikan kata-kata yang menunjukkan kuantitas

dari suatu informasi yang disampaikan. Yule (2006: 72) memberikan beberapa

kata dan frase penentu implikatur percakapan berskala, yakni semua, sebagian

besar, beberapa, banyak, sedikit, selalu, sering, kadang-kadang. Berikut adalah

contoh perihal penggunaan implikatur percakapan berskala,

Guru: “Satu jam pelajaran selesai ya?”

Murid: “satu setengah ya bu”

Guru: “Baik, tapi satu tulisan jadi semua ya.” (4/3/SMK)

Konteks: Situasi terasa menyenangkan. Maksud dari tuturan tersebut

memerintah para murid untuk segera menyelesaikan dan menggunakan waktu

dengan seefektif mungkin dalam menulis artikel.

2.4.1.3 Implikatur Percakapan Khusus

Implikatur percakapan khusus merupakan implikatur percakapan yang

membutuhkan suatu konteks yang khusus atau lokal, artinya hanya dimengerti

oleh beberapa orang saja atau tidak bersifat umum. Yule (2006: 74) menyatakan

bahwa implikatur percakapan khusus sangat khusus di mana kita

mengasumsikan informasi kita ketahui secara lokal. Contoh percakapan di

bawah ini:

Guru : “Alhamdulillah, Pilipus tumben masuk ya.” (29/1/SMK)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

33

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut adalah santai. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menyindir murid yang sangat jarang masuk, walaupun

dibubuhkan “Alhamdulillah” sebagai wujud syukur dan diikuti “tumben”.

2.4.2 Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan

dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya (Yule,

2006: 78). Dari penjelasan tersebut dapat dicermati bahwa implikatur

konvensional tidak mempertimbangkan konteks khusus dalam suatu tuturan.

Maka dari itu, pada implikatur konvensional segala interpretasi tuturan berasal

dari kalimat atau kata yang ada pada tuturan (secara harafiah). Mulyana (2001)

menyatakan bahwa implikatur konvensional merupakan implikasi atau

pengertian yang bersifat umum. Implikatur konvensional juga tidak memiliki

ciri yang tertunda dalam tujuan tuturan secara implisit, melainkan cara untuk

menunda atau membatalkan tujuan dengan memberikan tambahan berupa kata,

seperti kata “tetapi”, “namun”, “bahkan”,dll. Berikut adalah contoh dari

penggunaan implikatur konvensional:

Guru : “Bapak-bapak iki arisan ae.”

(Bapak-bapak ini arisan terus)

Konteks: Situasi terasa tegang karena guru sedang menjelaskan materi, namun

berubah ketika mengomentari aktivitas empat siswa yang sedang ribut sendiri.

Maksud dari pertuturan tersebut adalah untuk meminta para siswa yang

ribut untuk lebih kondusif. Bentuk tuturan tersebut adalah kalimat perintah yang

bersifat mengomentari aktivitas sekelompok siswa, bukan menyuruh untuk diam.

Tetapi melalui sindiran aktivitas yang dianalogikan sebagai aktivitas arisan

layaknya ibu-ibu yang ramai saling berbicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

34

Penjelasan lain terhadap implikatur konvensional adalah suatu implikatur

konvensional memiliki sifat yang berbeda dengan prinsip pragmatik lainnya

seperti maksim. Akan tetapi merujuk pada makna leksikal yang terdapat dalam

suatu tuturan. Levinson (1983: 127) mengungkapkan bahwa conventional

implicatures are non-truth-conditional inferences that are not derived from

superordinate pragmatic principles like the maxims, but are simply attached by

convention to particular lexical items.

2.5 Konteks dalam Pragmatik

Pemahaman mendasar perihal pragmatik telah diulas pada subbab di atas,

sesuai dengan berbagai pemahaman mengenai pragmatik yang erat kaitannya

dengan unsur kondisi atau keadaan suatu komunikasi, maka muncullah konteks.

Konteks dalam pragmatik memiliki spesifikasi khusus atau berbeda daripada

konteks linguistik. Dalam artikel seminar Pranowo (2015) menyatakan bahwa

konteks linguistik bersifat tekstual, artinya kalimat yang mengawali atau

mengikuti suatu teks sudah dapat disebut konteks. Konteks pragmatik bersifat di

luar teks atau ekstralingual tidak tampak pada tuturan penutur. Oleh karena itu,

maka hubungan antara bahasa dengan konteks inilah yang akan menjadi embrio

dari kajian pragmatik.

Rahardi (2008:17) menyatakan bahwa konteks pada hakikatnya adalah

latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami penutur dan mitra tutur,

sehingga hubungan atau keterkaitan itu sendri terdapat pada masing-masing

ujaran. Hal tersebut mengacu pada kesepahaman pada suatu maksud atau tujuan

yang dipahami antara penutur dan mitra tutur. Hal ini tentu memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

35

pandangan bahwa maksud yang diinginkan penutur tidak diungkapkan secara

fisik, tetapi berdasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang sama dengan

mitra tutur. Konteks sendiri menurut Putrayasa (2014:5) merupakan sesuatu yang

ada sebelum dan atau sesudah sebuah kata, frasa, atau bahkan ujaran yang lebih

panjang (dari frasa, klausa, kalimat), atau teks. Jadi konteks sendiri bisa berarti

suatu keadaan atau situasi yang melingkungi suatu ujaran atau teks yang

diproduksi oleh penutur kepada mitra tutur. Dari pendapat awal tersebut, dapat

dipahami bahwa konteks memiliki peranan sebagai unsur eksternal dari

linguistik. Hal ini dilihat dari luar struktur gramatikal yang digunakan oleh

penutur, namun juga diperhatikan dari segi keadaan atau kondisi yang

mengiringi suatu bahasa yang digunakan. Putrayasa (2014:6) menambahkan

bahwa konteks verbal atau situasi dapat mempengaruhi makna sebenarnya dari

sebuah kata, frasa, kalimat atau ujaran. Semakin jelas keterkaitan antara unsur

gramatikal dengan konteks guna membentuk suatu bidang kajian pragmatik. Hal

ini memberikan gambaran bahwa unsur gramatikal yang memiliki makna

memiliki maksud yang berbeda karena dipengaruhi oleh konteks yang

membawanya baik dari keadaan atau penuturnya. Maka dari itu, dalam

memahami suatu kajian pragmatik haruslah memahami juga mengenai konteks.

Song (2010) dalam artikelnya yang berjudul The Role of Context in

Discourse Analysis mengungkapkan bahwa konteks adalah lingkungan (keadaan

atau faktor-faktor oleh beberapa ahli lain) di mana wacana terjadi. Maka dari

itulah, Song memberikan gagasan atau perspektif secara umum perihal

pengertian dari konteks dalam ranahnya, yakni pragmatik. Apabila merunut dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

36

berbagai pendapat seperti di awal, juga ditemukan bahwa pengertian konteks

sendiri adalah hal-hal baik keadaan sosial, budaya, pengetahuan, dll di luar aspek

kebahasaan tuturan itu sendiri. Perihal pembagian konteks, Song membedakan

atas 4 jenis, yakni:

1) Konteks linguistik

Song (2010) memaparkan bahwa konteks linguistik mengacu pada konteks di

wacana, yaitu hubungan antara kata-kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Konteks

linguistik ini dapat dianalisis melalui tiga cara, yakni dengan deictic, ko- teks,

dan kolokasi. Aspek deictic mengacu pada unsur ruang dan waktu dari wacana

yang dituturkan. Hal ini mengacu pada keadaan lokasi, waktu, ekspresi, dll.

Aspek co-teks menilik perihal keterhubungan dari interpretasi wacana yang ada

dalam tuturan, sehingga pemahaman makna dan maksud suatu tuturan

merupakan hasil dari interpretasi secara langsung dalam teks itu baik teks yang

sebelumnya maupun saat dipahami. Maka dari itu bahwa konteks dapat diacu

pada teks berupa kata, frasa, kalimat, hingga paragraf. Hal ini juga merujuk pada

pemahaman mengenai ko-teks yang memiliki sifat tekstual. Paranowo (2015)

menyatakan bahwa sebuah kalimat yang mengawali atau mengikuti suatu teks

dinamakan ko-teks. Selanjutnya pada aspek kolokasi merujuk pada asosiasi

pemikiran pada suatu teks yang dipahami. Hal ini lebih mengacu pada ilmu

sintagmatik, yakni keterhubungan secara linear terhadap unsur-unsur bahasa

yang dituturkan oleh penutur. Misalnya pada kasus, kata “anjing” dan “digigit”,

lalu kata “tentara” dengan “perang”. Dari bahasan perihal konteks linguistik

tersebut, diperoleh gagasan bahwa konteks linguistik mengacu pada proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

37

memahami makna dan maksud berdasarkan teks atau tuturan yang diungkapkan

secara langsung.

2) Konteks situasional

Konteks situasional mengacu pada lingkungan, waktu, tempat, dll di mana

wacana tersebut terjadi seiring dengan hubungan antara pengguna tuturan

tersebut. Konteks ini merupakan konteks yang bersifat tradisional, tetapi

membantu penutur dalam memperjelas keterkaitan bahasa dengan konteks situasi

yang ada dalam lingkungan tuturan tersebut. Pranowo (2015) mengungkapkan

bahwa konteks dalam pragmatik diartikan sebagai keseluruhan situasi yang

melingkupi teks atau tuturan (konteks selalu berada di luar tuturan).

Konteks situasional dapat dikaji dalam tiga aspek, yakni aspek lapangan,

tenor, dan modus. Pada aspek lapangan, suatu tuturan tentu sangat erat di mana

proses komunikasi tersebut terjadi, sehingga dapat merepresentasikan situasi dan

hubungan yang mempengaruhi makna dan maksud dalam suatu tuturan. Lalu

aspek tenor, mengacu pada hubungan yang yang merujuk pada situasi

social dalam suatu wacana. Aspek ini memberikan rambu-rambu bahwa dalam

proses komunikasi tidak selalu berfokus pada aspek gramatikal linguistik, namun

juga mempertimbangkan aspek sosial yang mengikutinya. Hal ini tentu akan

membantu penutur dan mitra tutur untuk transfer informasi dengan baik dan

lancar. Selanjutnya pada aspek modus, yakni perihal bagaimana suatu tuturan

ditransferkan dengan media atau secara langsung. Hal ini mengacu pada sifat dan

isi suatu tuturan yang akan ditransferkan pada mitra tutur, baik secara personal

maupun secara masiv.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

38

3) Konteks budaya

Song (2010) mengungkapkan bahwa konteks budaya mengacu pada budaya,

adat istiadat, dan latar belakang dari zaman di masyarakat bahasa di mana

penutur berpartisipasi. Dilihat dari sifat bahasa, fenomena sosial merupakan

bagian yang tak dapat dipisahkan dengan bahasa. Maka dari itu, sangat penting

untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang mengikuti dari fungsi budaya

seperti peran sosial, status sosial, jenis kelamin, usia, dll. Hal ini sangat penting

untuk diketahui bahwa beberapa daerah khususnya Indonesia sangat menjunjung

tinggi peran-peran sosial karena ada ikatan budaya di dalamnya. Misalnya saja

pada percakapan dengan orang yang lebih tua usianya di budaya Jawa yang

mana harus memiliki kemampuan untuk bertutur dengan sopan dan tidak

terburu-buru untuk memulai pembicaraan, sebelum diijinkan. Selain usia, juga

dipertimbangkan perihal status sosial yang dilingkupinya, sehingga tidak terjadi

ketimpangan dalam berkomunikasi dengan mitra tuturnya. Jadi, pada konteks

budaya ini menekankan pada aspek-aspek budaya yang melingkupi penutur dan

mitra tutur yang saling berkomunikasi, selain itu juga mempertimbangkan

aspek sosial yang erat kaitannya dengan budaya yang berlaku.

Dell Hymes (1978) dalam Pranowo (2009: 14) menyatakan bahwa ketika

seseorang bertutur hendaknya memperhatikan beberapa komponen tutur yang

diakronimkan dengan istilah SPEAKING yang masing-masing hurufnya

merupakan inisial, yakni (S) Setting and Scene (latar), yakni mengklasifikasi

tuturan dari dimensi tempat dan waktu saat tuturan tersebut terjadi. (P)

Participants (pelaku), yakni mengklasifikasi dari orang yang terlibat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

39

komunikasi. (E) Ends (tujuan komunikasi), yakni berdasar pada tujuan yang

diharapkan dalam percakapan atau komunikasi. (A) Act Sequence (pesan yang

ingin disampaikan) klasifikasi ini berdasar pada bentuk dan pesan yang akan

disampaikan. (K) Key (kunci) yakni berdasar pada cara penyampaian suatu

tuturan terhadap mitra tutur. Hal ini mengacu pada pengemasan penutur dalam

menyampaikan pesan yang dimaksudkan. (I) Instrument yakni media yang

digunakan untuk mengutarakan maksud yang ingin diungkapkan. (N) Norms

(norma) yakni mengacu pada norma perilaku dari pelaku dalam suatu

komunikasi atau percakapan yang berlaku di wilayah tersebut. (G) Genre

(ragam) yakni berdasarkan pada ragam bahasa yang digunakan, misalnya saja

ragam formal, ragam santai, dsb.

2.6 Bahasa Guru dan bahasa Murid

2.6.1 Bahasa Guru

Bahasa guru atau teachers talk merupakan istilah dari aktivitas bahasa

yang digunakan oleh guru untuk mengelola peserta didik di kelas melalui bahasa

lisan terhadap para peserta didiknya. Hal ini mengacu pada pendapat dari Rod

Ellis (1985) bahwa bahasa guru adalah bahasa khusus yang digunakan oleh guru

saat mengatasi pembelajar bahasa kedua di kelas. Hal ini dikaitkan pada proses

pembelajaran bahasa kedua peserta didik yang merujuk pada cara guru

menggunakan bahasa target dari pembelajaran tersebut. Berbeda dengan

penjelasan dari Yanfen dan Yuqin dalam jurnal A Study of Teacher Talk in

Interactions in English Classes (2010) menjelaskan bahwa Teacher Talk is an

indispensable part of foreign language teaching in organizing activities, and the

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

40

way teachers talk only determines how well they make their lectures, but also

guarantees how well students will learn. Maka dari itu dapat diperoleh

pengertian dari Teacher Talk atau bahasa guru adalah suatu bagian yang tidak

dapat terpisahkan dari pengajaran bahasa asing dalam mengorganisir kegiatan,

dan cara guru berbicara tidak hanya menentukan seberapa baik mereka membuat

ceramah mereka, tetapi juga seberapa baik siswa akan belajar. Hal ini

menunjukkan bahwa bahasa guru tidak hanya pada bagaimana tuturan guru

tersebut digunakan secara formal sebagai bagian interpretasi suatu bahasa target,

melainkan juga bagian dari suatu cara atau alat guru berupa tuturan yang

digunakan untuk mengorganisasikan proses pembelajaran di kelas, sehingga

menghasilkan proses belajar yang kondusif.

Beberapa jenis bahasa guru menurut beberapa ilmuwan seperti (Hu

Xuewen, 2003; Dai Weidong & Li Ming, 1998) dalam desertasi MA Xiao-yan

(2006) bahwa bahasa guru dianggap sebagai kode yang disederhanakan khusus

dengan fungsi ganda. Pertama, mengacu pada bentuk pembicaraan guru, seperti

kecepatan, jeda, pengulangan, dan modifikasi bahasa guru. Kedua, mengacu

pada fungsi dari bahasa yang digunakan guru untuk mengatur dan

mengendalikan kelas. Chaudron (1988: 85) melakukan penyelidikan perihal

bahasa guru dalam jangka waktu yang lama, sehingga menghasilkan beberapa

penemuan dalam bahasa guru yang dilakukan di dalam kelas, yakni (1) tingkat

bicara tampak lebih lambat, (2) jeda yang mungkin merupakan bukti

perencanaan pembicara lebih banyak dan mungkin lebih sering juga lebih lama,

(3) pengucapan cenderung dilebih-lebihkan dan disederhanakan, (4) tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

41

subordinasi lambat, (5) penggunaan kosakata lebih mendasar, (6) pernyataan dan

perintah lebih banyak digunakan daripada pertanyaan, (7) guru lebih sering

mengulangi sendiri.

Chaudron (1988; bagian 3) dalam Ellis (2012: 117) menyediakan hasil

survei perihal ciri-ciri bahasa guru dalam proses pembelajaran. Hasil temuan

tersebut adalah (1) guru mengambil alih proses pembelajaran sebesar 2/3 dari

total bicara di kelas. Hal ini dipahami bahwa dalam proses pembelajaran, guru

banyak memberikan tuturan-tuturan daripada muridnya sendiri. Akan tetapi,

penemuan ini terjadi pada tahun 1988, yang mana proses pembelajaran lebih

berpusat kepada guru. (2) Dominasi bertutur guru dalam pembelajaran

cenderung berwujud menjelaskan, pertanyaan, perintah, dan merespon murid.

Hal ini merujuk pada wujud-wujud tuturan yang guru gunakan dalam gunakan

dalam berututur di kelas. (3) Guru memperlambat kecepatan bicara ketika

berbicara di kelas. Hal tersebut berkaitan dengan tempo tuturan yang guru

lakukan ketika di dalam kelas. Hal ini mempengaruhi pemahaman murid

terhadap maksud suatu tuturan dari guru. (4) Guru sering menggunakan jeda

ketika berbicara. Selain guru memperlambat tempo saat bertutur di dalam

kelas, guru juga sering menjeda tuturannya agar tuturan terdengar lebih jelas dan

tentunya memudahkan murid untuk memahami maksud yang dikandung dalam

tuturan tersebut. (5) Guru cenderung berbicara dengan volume yang tinggi. Guru

memadukan tempo, jeda dan volume yang keras guna tuturan terdengar lebih

jelas dan tersampaikan secara sempurna kepada murid. Hal ini dilakukan untuk

menghindari dari ketidak jelasan informasi yang diterima oleh murid, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

42

artikulasi tuturan serta volume suara harus tinggi dan jelas. (6) Guru

menggunakan kata-kata atau tuturan yang mudah dimengerti oleh murid.

Pemahaman antarmurid berbeda-beda sesuai dengan latar belakang para murid.

Hal ini menjadi alasan guru untuk menggunakan tingkatan tuturan yang sesuai

dengan para murid, sehingga murid tidak kesulitan dalam memahami makna kata

atau frasa yang dituturkan oleh guru. (7) Guru tidak terlalu langsung merujuk

pada arah ujaran. Hal ini dilakukan oleh guru guna dijadikan sebagai ukuran

kepahaman murid terhadap maksud yang guru sampaikan. (8) Pembicaraan guru

yang tidak teratur jarang terjadi. Hal ini tentu guna terjadinya struktur

pembelajaran yang padu dan mudah dipahami murid. Akan tetapi, guna

mencapai ikatan afektif terhadap murid, guru kerap memasukkan unsur-unsur

kefatisan guna mendekatkan diri kepada murid. (9) Guru sering melakukan

pengulangan tuturan. Guru melakukan pengulangan tuturan bertujuan untuk

membantu murid memahami sebuah maksud yang terkandung dalam tuturan.

Biasanya guru melakukannya kepada murid-murid yang kesulitan menangkap

informasi.

Dari beberapa poin di atas, dapat dipahami bahwa bahasa guru memiliki

sifat yang wujud deklaratif dan pertanyaan. Hal ini ditandai dengan guru selalu

memberikan jeda yang cukup lama untuk memberikan kesempatan peserta didik

untuk memikirkan materi atau informasi yang dituturkan oleh gurunya. Selain

itu, guru juga cenderung mengulang dan melambatkan jeda dari tuturan saat

menyampaikan informasi kepada peserta didik. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan peserta didik dalam menguasai informasi. Penguasaan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

43

tersebut berhubungan dengan aktivitas penyimpanan memori jangka panjang

oleh para peserta didik. Pemilihan kata-kata yang akan digunakan oleh guru

dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik juga dipertimbangkan,

karena tingkat pemahaman setiap peserta didik berbeda-beda, sehingga guru

akan menggunakan bahasa yang mendasar. Pujiastuti (2013) dalam penelitiannya

yang berjudul Classroom Interaction: An Analysis of Teacher Talk and Student

Talk in English for Young Learners (EYL) menemukan some categories of

teacher talk, beginning form the highest percentage to the lowest one: giving

directions, lecturing, asking questions, using or accepting ideas of students,

praising, criticizing and accepting feelings. Oleh karena itu, ternyata guru

memiliki karakteristik penggunaan bahasa yang khas, seperti telah dijelaskan di

atas. Guru menggunakan unsur memberi ceramah, mengajukan pertanyaan bagi

murid, menerima atau memberikan gagasan, baik mengapresiasi dan mengritik.

Dengan demikian tentunya menjadi satu poin penting yang dapat dihasilkan dari

bahasa guru, yakni guru sebagai pengontrol jalannya pembelajaran di kelas.

Sinclair & Brazil (1982) kembali menegaskan perihal bahasa guru yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari mengajar bahasa asing atau bahasa

kedua, bahasa guru memiliki fungsi tersendiri terkait dengan konten dan

medianya yang digunakan oleh guru di dalam kelas bahasa sebagai masukan

pengetahuan bahasa dan sebagai media intruksi komunikasi bahasa untuk

mengatur aktivitas kelas. Maka dari itu diambil pemahaman bahasa bahasa guru

memiliki dua peranan yang penting dalam jalannya proses pembelajaran di

dalam kelas, yakni sebagai transfer bahasa, sebagai pengetahuan, dan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

44

media interaksi melalui lisan oleh guru kepada peserta didik, sehingga

menciptakan interaksi komunikasi yang diharapkan dalam proses pembelajaran

di kelas.

2.6.2 Bahasa Murid

Ruang kelas menjadi tempat bertemunya tuturan guru dan murid. Ellis

(2012: 192) mengungkapkan Classrooms are complex social context and they

vary enormously. Furthermore, they are not just fixed and static social contexts.

Pengertian tersebut menjadikan dasar atas pemahaman mengenai bahasa murid.

Bahwa ruang kelas terdapat berbagai variasi konteks yang berubah-ubah.

Apalagi murid-murid dalam skala yang besar memiliki keragaman latar belakang

yang lebih variatif, sehingga menimbulkan perbedaan cara atau aspek bahasa

murid. Hal inilah yang juga harus diperhatikan oleh guru perihal keragaman

sosial para murid, agar tidak terjadi gap saat proses pembelajaran di kelas

berlangsung.

Ellis (2012: 161) membuat beberapa aspek perihal bahasa murid di dalam

kelas. Aspek-aspek tersebut yakni (1) Silent period and private speech. Aspek

ini berkaitan perihal suatu periode siswa tidak ada ungkapan atau hanya diam.

Hal ini berhubungan dengan masalah pengenalan atau adanya permasalahan

pada suatu keadaan, sehingga menyebabkan siswa memilih diam. (2) Formulaic

speech, pada aspek ini siswa melakukan tahap belajar berbicara atau

mengungkapkan sesuatu berdasarkan rancangan tata bahasa terstruktur. Hal ini

biasanya tertuang pada bahan pidato atupun bahan pembelajaran bahasa lain. (3)

structural and semantic simplification, aspek ini ssiwa mulai menyederhanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

45

tuturan dalam berkomunikasi. (4) use of the first language, aspek ini merupakan

bentuk pemilihan bahasa dalam berkomunikasi para siswa yang menggunakan

bahasa pertama. (5) use of metalanguage, aspek ini menunjukkan perihal

penggunaan ungkapan-ungkapan yang terkandung istilah-istilah asing atau untuk

tataran tinggi. (6) discourse features, aspek ini berhubungan dengan penggunaan

wacana-wacana di dalam proses pembelajaran di kelas. (7) uptake, aspek ini

merupakan penyediaan fitur-fitur wacana baik secara eksplisit maupun implisit

dalam memancing percakapan dengan siswa. (8) language play, aspek ini siswa

menggunakan bahasa secara fleksibel dengan istilah-istilah kekinian guna

melancarkan proses percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

46

Implikatur guru dalam

pembelajaran SMK Putra

Tama Bantul dan SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta

Konteks

Pragmatik

Implikatur

Mendeskripsikan

implikatur guru di dalam

pembelajaran SMK Putra

Tama Bantul dan SMA

Pangudi Luhur

Mendeskripsikan wujud

implikatur guru di

dalam pembelajaran

SMK Putra Tama Bantul

dan SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

2.7 Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan dasar teori dari pragmatik. Kemudian

bercabang dalam keterhubungannya implikatur dan konteks yang merupakan

satu kesatuan, sehingga dalam mengkaji implikatur harus ada juga konteks.

Peneliti akan melakukan penelitian berdasarkan pada implikatur-implikatur yang

ada pada bahasa guru saat pembelajaran di SMK Putra Tama Bantul dan SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari hasil klasifikasi tuturan-tuturan guru mata

pelajaran yang mengandung implikatur seperti implikatur percakapan umum,

implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus akan

diperoleh wujud implikatur dan maksud implikatur yang terjadi pada tuturan

guru di dalam pembelajaran SMK Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan

oleh peneliti. Hal tersebut meliputi (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data,

(3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) metode dan teknik analisis data, dan

(5) triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Moleong (2006:

6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bermaksud memahami fenomena apa

yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai

landasan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini, karena peneliti akan

mendeskripsikan hasil pemahaman terhadap fenomena yang subjek yakni guru

beberapa mata pelajaran menghasilkan tuturan-tuturan yang diindikasikan

mengandung implikatur pada proses pembelajaran. Hal ini ditindaklanjuti dengan

proses pendeskripsian menggunakan konteks-konteks yang telah digunakan dalam

menganalisis bentuk-bentuk tuturan implikatur dari guru, sehingga akan diketahui

maksud-maksud dari tuturan berimplikatur tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

48

3.2 Sumber Data, Data Penelitian, dan Objek Penelitian

Sumber data menurut Mahsun (2005: 28) merupakan hal lain yang ada

kaitannya dengan data adalah menyangkut sumber data, yang di dalamnya terdapat

masalah yang berhubungan dengan populasi, sampel, dan informan. Sumber data

pada penelitian ini dibagi atas dua jenis, yakni sumber data lokasional dan sumber

data substantif. Sumber data lokasional berkaitan sumber partisipan atau informan,

lingkungan atau lokasi dari data ditemukan. Maka dari itu sumber data lokasional

dalam penelitian ini adalah guru di kelas XI SMK Putra Tama Bantul dan SMA

Pangudi Luhur, Yogyakarta dengan spesifikasi mata pelajaran Guru Matematika,

Guru Sejarah, Guru Geografi, Guru Bahasa Indonesia, Guru Sosiologi, Guru

Ekonomi, Guru Broadcasting, Guru Olahraga , dan Guru Kimia. Sumber data tersebut

dipilih untuk menghindari data yang kurang dan sekaligus menambah tuturan-tuturan

dari guru yang semakin banyak.

Sumber data substantif penelitian berasal dari tuturan-tuturan percakapan

langsung atau bersumber dari suatu dialog yang terindikasi mengandung implikatur

percakapan guru dan murid dalam pembelajaran di kelas. Data tersebut

diklasifikasikan sesuai dengan fungsi komunikatifnya. Fungsi komunikatif tersebut

meliputi memerintah, interogatif, dan penyataan. Maka dari itu objek penelitian ini

adalah implikatur-implikatur yang terkandung dalam tuturan dari para guru tersebut.

Selain itu, data tuturan akan dikategorikan sesuai dengan jenis implikatur yang

mengikutinya, yakni data tuturan yang termasuk implikatur konvensional dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

49

implikatur percakapan. Pada bagian jenis implikatur percakapan akan diklasifikasikan

kembali menjadi tiga jenis, yakni implikatur percakapan umum, implikatur

percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus. Data-data tersebut nantinya

akan dipilah sesuai dengan jenis implikaturnya untuk dianalisis. Secara umum, data

tuturan yang diindikasi mengandung implikatur adalah apa yang dituturkan tidak

sama dengan apa yang dimaksudkan. Hal ini tentu sesuai dengan konteks yang

melingkupi data tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini telah dikenalkan sebagai penelitian berjenis deskriptif kualitatif,

sehingga peneliti akan mendeskripsikan suatu peristiwa atau hasil pengamatan secara

natural tanpa ada unsur pengubahan sifat data. Maka dari itu, penelitian ini akan

menggunakan metode simak dalam proses pengumpulan data. Mahsun (2007: 92)

menjelaskan bahwa metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh

data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Oleh karena itu, peneliti

akan menyimak tuturan guru kepada para murid kelas XI SMK Putra Tama Bantul

dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Metode simak ini tentu memiliki teknik

sebagai wujud aktivitas pengumpulan data tersebut, yakni dengan teknik sadap.

Mahsun (2007: 92) menyatakan bahwa teknik sadap merupakan teknik dasar dalam

metode simak, karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan.

Maka dari itu peneliti akan menyadap percakapan yang dihasilkan oleh para guru

melalui tuturan-tuturannya di dalam kelas kepada para siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

50

Teknik yang akan peneliti lakukan selanjutnya adalah teknik bebas libat cakap

dan teknik catat. Mahsun (2007: 93) menjelaskan bahwa teknik bebas libat cakap

menempatkan si peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh

para informannya. Maka dari itu, peneliti akan berperan hanya sebagai pengamat

dalam proses pembelajaran di kelas tersebut dalam usaha mengumpulkan data-data

berupa tuturan-tuturan yang mengandung implikatur dari para guru mata pelajaran

tersebut. Peneliti menggunakan teknik catat dalam mengumpulkan data. teknik catat

adalah teknik lanjutan yang dilakukan peneliti ketika menerapkan metode simak

(mahsun, 2012:93).

Peneliti akan menemui kepala sekolah dan bagian kurikulum dari SMK Putra

Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk menyampaikan maksud dan

tata cara penelitian yang akan dilakukan, serta meminta izin untuk melakukan

penelitian. Kemudian peneliti akan memohon izin kepada para guru yang

bersangkutan untuk melakukan pengambilan data dengan mencatat di dalam kelas.

Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran berjalan dengan natural.

Peneliti melakukan coding pada data yang telah terkumpul. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan peneliti dalam administrasi data. klasifikasi yang akan diadakan

coding adalah tanggal pengambilan data, urutan perolehan data pada tanggal tersebut,

dan kode SMA atau SMK sesuai dengan sekolah yang diambil data tersebut. proses

coding yang peneliti lakukan adalah berdasarkan tanggal/urutan data/ jenjang sekolah

(SMA atau SMK).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

51

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti yang memiliki intuisi lingual dan berbekal teori

pragmatik berkedudukan sebagai instrumen penelitian. Peneliti merupakan

perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya

menjadi pelopor hasil penelitian (Moleong, 2006: 168). Peneliti mencoba untuk

memiliki sikap yang responsif, adaptif, menekankan kepada keutuhan, mendasarkan

diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan

kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau idiosinkratik (Moleong,

2006:169).

Peneliti mencoba untuk menerima segala respon yang terjadi dalam proses

pembelajaran di kelas berkaitan dengan kefokusan peneliti yakni implikatur serta

konteks yang terjadi saat tuturan tersebut terjadi, sehingga peneliti akan mengamati

secara langsung situasi pembelajaran di dalam kelas. Adaptasi yang peneliti lakukan

harus berjalan dengan baik, agar proses pengamatan dapat berlangsung dengan baik

dan natural. Hal ini disadari bahwa peneliti sebagai instrumen, peneliti harus dapat

menyesuaikan diri pada keadaan atau situasi pengumpulan data. Aspek keutuhan data

menjadi poin penting yang peneliti harus lakukan dalam pengamatan dan

pengumpulan data, karena peneliti sebagai instrumen memiliki wewenang penuh

dalam menerima konteks-konteks di luar aspek kebahasaan, seperti penglihatan,

suara, dan bau dari proses yang sedang diamati oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

52

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu proses mengatur dan menganalisis data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola. Sudaryanto (2015:7) menyatakan bahwa

teknik analisis data merupakan upaya peneliti untuk menangani langsung masalah

yang terkandung pada data. Analisis data yang akan peneliti gunakan adalah dengan

metode padan ekstralingual. Mahsun (2007: 120) memaparkan bahwa metode padan

ekstralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual,

seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Maka

dari itu, peneliti akan menghubungkan bahasa yang dituturkan oleh guru dengan

konteks di luar bahasa yang melingkupinya guna menemukan maksud yang

sebenarnya. Mahsun (2007: 121) menambahkan catatan khusus perihal metode padan

ekstralingual tersebut, yakni menghubungkan unsur bahasa yang berupa bentuk itu

dengan hal yang di luar bahasa, misalnya “baju” adalah kata benda karena

menunjukkan benda. Kemudian membandingkan hal di luar bahasa itu: makna

dengan makna.

Teknik dasar sebagai langkah pengembangan dari metode padan ekstralingual ini

adalah teknik dasar “pilah unsur penentu atau teknik PUP”. Teknik PUP ini

dipaparkan oleh Sudaryanto ( 2015: 25-26) bahwa sesuai dengan jenis penentu yang

akan dipilah-pilahkan atau dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur itu

maka daya pilah itu disebut “daya pilah referensial”, “daya pilah fonetis

artikulatoris”, “daya pilah translasional”, “daya pilah ortografis”, dan “daya pilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

53

pragmatis”. Dasar pembagian dari pemilahan tersebut berasal dari sifat atau watak

unsur penentu masing-masing data. Peneliti akan menggunakan teknik dasar daya

pilah pragmatis, yang mana daya pilah akan menggunakan unsur-unsur pragmatik

seperti tuturan, penutur, mitra tutur, dan konteks.

Sudaryanto (2015: 32) memerikan tiga langkah teknik lanjutan, yakni teknik

hubung banding menyamakan (teknik HBS), teknik hubung banding membedakan

(teknik HBB), dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (teknik HBSP).

Setiap teknik lanjutan tersebut memiliki kekhasan tersendiri, yakni daya banding

menyamakan, membedakan, dan menyamakan hal pokok yang kesemuanya memiliki

sifat yang mental. Landasan pembanding data akan menggunakan teori yang menjadi

acuan baku sebagai penerapan, sehingga standar pembandingan yang dibandingkan

tersebut adalah sebagai bentuk analisis. Sebagai tindak lanjut tersebut peneliti

menggunakan teknik analisis yang berdasarkan pada penelitian hibah kompetensi

tahun 2017 Prof. Pranowo dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis implikatur tururan guru dalam berkomunikasi di

kelas. Jenis-jenis tersebut adalah implikatur konvensional, implikatur percakapan

umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus.

2. Mengidentifikasi wujud-wujud implikatur tuturan guru dalam berkomunikasi di

kelas. Wujud-wujud implikatur berdasarkan pada fungsi komunikatif dalam data

tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

54

3. Mengidentifikasi maksud implikatur yang terkandung dalam wujud tuturan guru

dalam berkomunikasi di kelas. Proses identifikasi maksud implikatur ini

berdasarkan pada hasil analisis data wujud implikatur. Maksud implikatur akan

diketahui melalui konteks dan koteks data tuturan.

3.6 Triangulasi Data

Untuk menguji dengan benar derajat keabsahan data digunkan trianggulasi.

Triangulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam kontak suatu studi sewaktu mengumpulkan data

tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan (Moleong, 1988:

332). Triangulasi data dilakukan untuk menguji data yang terkumpul kepada ahli, ahli

dalam kaitan dengan penelitian ini yang dimaksud adalah ahli pragmatik. Ahli

tersebut akan melihat bahwa data yang dikumpulkan sudah dapat dikatakan memadai

(representatif), dan untuk mengkonfirmasi bahwa data yang didapat sudah dikatakan

mencukupi hingga sudah tidak ditemukan data lagi.

Selain itu triangulasi data juga bukan semata-mata untuk mencari kebenaran data

penelitian tetapi juga untuk mengecek kredibilitas data dan keterpercayaan hasil

temuan yang diperoleh dari berbagai sumber. Triangulator yang akan peneliti

hubungi, yakni Dr. Emanuel Sunarto M.Hum yang bertugas sebagai pengajar di

program pascasarjana Kajian Bahasa Inggris dan pendidikan bahasa Inggris

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

55

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian bab IV ini akan terdiri atas tiga bagian, yakni bagian deskripsi

data, bagian analisis data, dan bagian pembahasan. Pada bagian deskripsi data,

peneliti akan menguraikan data penelitian. Bagian selanjutnya, peneliti akan

menjelaskan hasil temuan-temuan dari analisis data yang berdasarkan dari rumusan

masalah awal, yakni mengkaji perihal (1) wujud implikatur tuturan guru di dalam

pembelajaran SMK Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, dan (2)

implikatur tuturan guru di dalam pembelajaran SMK Putra Tama Bantul dan SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian berupa tuturan-tuturan yang diindikasi mengandung

implikatur dari guru maupun murid kelas XI. Jumlah keseluruhan data yang peneliti

dapatkan berjumlah 62 data tuturan yang mengandung implikatur. Secara terperinci,

peneliti mendapatkan 36 data tuturan dari sumber data SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta, sedangkan 26 data tuturan didapatkan dari sumber data SMK Putra

Tama, Bantul. Secara keseluruhan data tersebut peneliti dapatkan berupa kata, frasa,

klausa, dan kalimat yang dituturkan. Tuturan yang mengandung implikatur, baik

implikatur konvensional dan implikatur percakapan tersebut mayoritas dituturkan

oleh guru daripada murid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

56

Deskripsi data wujud implikatur yang peneliti dapatkan berupa wujud kalimat

yang memiliki fungsi komunikatif berwujud kalimat deklaratif atau pernyataan,

kalimat interogatif atau pertanyaan, dan kalimat imperatif atau perintah. Secara

keseluruhan, data yang berwujud kalimat deklaratif atau pernyataan berjumlah 23

tuturan. Untuk wujud kalimat interogatif atau pertanyaan berjumlah 32 tuturan

berasal dari kedua sekolah tersebut. Kemudian wujud tuturan yang berupa imperatif

atau perintah berjumlah 7 data tuturan.

Deskripsi data maksud implikatur didapatkan dari tindak lanjut atas analisis

data wujud implikatur sebelumnya. Pada tahap analisis data maksud implikatur,

peneliti berpegang atas konteks dan co-text yang melingkupi data tuturan. Hal ini

guna mengakomodasi peneliti dalam memaknai data tuturan secara gramatikal dan

tindak lanjut atas konteksnya. Konteks yang peneliti gunakan adalah kombinasi dari

konteks menurt Hymes yang terkenal dengan konsep SPEAKING dan konteks

menurut Leech. Secara menyeluruh, maksud-maksud yang peneliti dapatkan memiliki

kecenderungan untuk bermaksud memerintah. Akan tetapi, data yang peneliti

temukan memiliki maksud sampingan atau maksud sekunder seperti menyindir,

melarang, mengklarifikasi, dll.

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Wujud Implikatur dalam Pembelajaran

Wujud implikatur yang terdapat dalam tuturan-tuturan pembelajaran di SMK

Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berupa kata, frasa, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

57

kalimat yang dituturkan oleh guru dan murid. Wujud-wujud implikatur yang

ditemukan tersebut memiliki sifat yang komunikatif terhadap maksud yang

diharapkan oleh penutur. Akan tetapi, wujud-wujud tersebut selain memiliki sifat

langsung dari bentuk gramatikalnya, ternyata juga memiliki maksud tersembunyi

yang mengimplikasikan hal-hal lain dari penutur. Wujud implikatur diklasifikasikan

atas dasar jenis implikatur. Jenis-jenis implikatur tersebut dirunut dari Grice (1975)

yang menyatakan terdapat dua jenis implikatur, yakni implikatur konvensional dan

implikatur percakapan. Berikut ini akan diuraikan wujud implikatur yang berdasarkan

atas temuan di lapangan.

4.2.1.1 Wujud Implikatur Konvensional

Pada bagian analisis wujud implikatur konvensional, peneliti menemukan dua

wujud, sehingga akan diklasifikasikan atas dua wujud tersebut. Wujud-wujud

implikatur konvensional tersebut berupa wujud tuturan deklaratif dan wujud tuturan

imperatif yang akan disajikan sebagai berikut.

1. Wujud Tuturan Deklaratif

Wujud tuturan deklaratif akan dilihat dari segi gramatikal serta pengucapan

yang dilakukan oleh penutur. Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia

mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur (Rahardi,

2005:74). Pada tuturan deklaratif akan terdapat beberapa tuturan yang memiliki

maksud selain apa yang tampak dengan tuturan langsung. Berikut ini adalah analisis

perihal wujud tuturan deklaratif dalam implikatur konvensional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

58

Tuturan (1)

Guru: “Bapak-bapak iki arisan ae.” (3/7/SMA)

(bapak-bapak ini arisan terus)

Konteks: Situasi terasa tegang karena guru perempuan sedang menjelaskan materi,

namun berubah ketika mengomentari aktivitas empat murid laki-laki yang sedang

ribut sendiri. Maksud dari pertuturan tersebut adalah untuk meminta para murid yang

ribut untuk lebih kondusif. Bentuk tuturan tersebut adalah kalimat perintah yang

bersifat mengomentari aktivitas sekelompok murid, bukan menyuruh untuk diam.

Tetapi melalui sindiran aktivitas yang dianalogikan sebagai aktivitas arisan layaknya

ibu-ibu yang ramai saling berbicara.

Tuturan (2)

Guru: “Utari, vokal dasarnya lembut, tapi kalau bercanda treble semua ya.”

(28/6/SMK)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut tampak santai. Pelaku adalah guru dan salah

satu siswi. Maksud dari tuturan tersebut menyuruh siswi tersebut membaca berita

dengan volume lebih keras. Bentuk tuturan menggunakan tuturan lisan dan bernada

tinggi. Penggunaan kata treble sebagai kata sindiran untuk siswi tersebut adalah

kesehariannya yang selalu bicara keras ketika kondisi kelas ramai.

Tuturan (3)

Guru : “KD selanjutnya adalah wawancara.” (10/2/SMA)

Murid : “Waduh”

Konteks: Situasi pertuturan tersebu tampak santai, maksud dari tuturan tersebut

adalah memperingatkan perihal aspek-aspek yang akan dilakukan pada KD

wawancara. Nada yang terdengar cenderung tinggi dan jelas.

Implikatur konvensional sejatinya adalah implikatur yang memiliki maksud

secara gramatikal diketahui oleh masyarakat umum. Mulyana (2001) mengungkapkan

implikatur konvensional merupakan implikasi atau pengertian yang bersifat umum.

Hal tersebut tampak pada data tuturan 1, ditemukan kata “arisan”. Kata tersebut

memiliki makna yang telah diketahui banyak orang. Kata “arisan” memiliki arti

kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang

kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya,

undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

59

memperolehnya (KBBI). Secara gramatikal, kata “arisan” telah dijelaskan

sebelumnya, namun penggunaan kata “arisan” dalam tuturan tersebut dilihat dari

keadaan saat proses arisan dan pengetahuan bersama oleh masyarakat mengenai hal

itu. Pengetahuan tersebut merujuk pada keadaan anggota arisan erat kaitannya dengan

berisik, gaduh, dan ramai oleh percakapan-percakapan apapun di dalamnya. Maka

dari itu, banyak masyarakat umum yang mengetahui arisan adalah kondisi berisik

atau gaduh antarsesamanya. Jadi, guru menganalogikan keadaan tersebut dengan kata

“arisan” dan menuturkan tuturan dengan wujud deklaratif atau pernyataan yang

terkesan menyindir.

Penggunaan istilah asing juga digunakan dalam tuturan data (2), yang mana

merupakan tuturan yang diawali dengan memuji dan diakhiri dengan sindiran. Hal ini

juga sering disebut dengan majas ironi. Penggunaan kata “treble” pada seseorang

sebenarnya berlebihan, mengingat “treble” merupakan bagian dari pengaturan suatu

audio elektronik. “Treble” sendiri merupakan bagian audio yang mengatur nada

tinggi pada suara. Maka dari itu, penempatan kata “treble” pada tuturan tersebut

menempatkan siswi sebagai pemilik suara yang tinggi dan nyaring. Akan tetapi, pada

saat peristiwa tersebut, siswi hanya berbicara pelan dan bukan seperti biasanya,

sehingga guru menggunakan istilah “treble” bagi siswi tersebut. Dari segi wujud

keseluruhan tuturan tersebut merupakan sebuah wujud deklaratif yang terkesan

menyindir mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

60

Chaer (2011:349) menyatakan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang

isinya menyatakan berita atau pernyataan untuk diketahui oleh orang lain (pendengar

atau pembaca). Data tuturan (3) adalah tuturan berwujud pernyataan atau berita yang

hendak menginformasikan bahwa KD selanjutnya adalah KD wawancara. Hal ini

merujuk pada pesan yang hendak disampaikan oleh sang guru kepada para muridnya

perihal aspek-aspek yang akan dilakukan oleh para murid ketika melakukan aktivitas

wawancara. Maka dari itu, maksud tuturan “KD selanjutnya adalah wawancara.”

Merupakan makna suatu imbauan guru kepada para murid yang berjenis tuturan

nonimperatif yang berwujud kalimat berita atau kalimat deklaratif atau pernyataan

yang terkesan memperingatkan.

2. Wujud Tuturan Imperatif

Wujud tuturan imperatif ditunjukkan dengan bentuk kalimat imperatif.

Rahardi (2005: 79) menyatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia

dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan

permohonan yang sangat halus atau santun. Berikut ini adalah tuturan yang

merupakan wujud tuturan imperatif.

Tuturan (4)

Guru : “Kalau mau olah mulut, iya silahkan di luar tidak apa-apa!” (7/3/SMA)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut tampak marah, sedangkan mitra tutur tampak

gaduh tak menghiraukan. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh para murid

untuk tenang, kemudian murid nampak mulai tenang sedikit-demi sedikit. Nada

bicara terdengar pasrah dan pelan.

Tuturan (5)

Guru : “Yang tiduran atau yang sakit silahkan ke UKS saja!” (10/9/SMA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

61

Konteks: Situasi terasa santai dan terjadi di lapangan indoor. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menyuruh murid yang tidak memperhatikan tuturan guru dan tiduran

untuk memperhatikan guru. Nada tuturan tersebut bernada rendah dan santai.

Penggunaan “UKS” menjadi pengetahuan perihal murid yang sakit akan ditempatkan

di UKS.

Tuturan (6)

Guru: Hayo! Yang maju bapak-bapak ini!

Konteks: Situasi terasa kecewa atau kesal yang ditunjukkan oleh sang guru.

Peristiwa tutur terjadi di kelas. Peristiwa tutur terjadi antara guru dengan beberapa

murid laki-laki. Keadaan di situ adalah beberapa murid laki-laki yang ramai dan tidak

memperhatikan soal yang diberikan guru di papan tulis. Beberapa kali guru

menawarkan kepada murid-murid untuk maju mengerjakan soal tersebut, tetapi tidak

ada yang beranjak untuk mengerjakan. Apalagi ada beberapa murid laki-laki yang

ramai sendiri, sehingga sang guru menuturkan tuturan tersebut.

Selanjutnya, data tuturan (4) menggunakan frasa penanda “olah mulut” untuk

tuturannya kepada murid. Frasa tersebut hampir sama dengan frasa “olahraga” yakni

mengolah raga untuk semakin kuat. Akan tetapi, wujud implikatur dalam tuturan (4)

berwujud kalimat deklaratif. Secara gramatikal, frasa tersebut merupakan jenis frasa

kerja berkontruksi D-M. Dirunut dari Chaer (2011:320) bahwa frase kerja

berkontruksi D-M yang unsurnya terdiri dari kata kerja dan kata benda hanya ada

(atau ada dalam bahasa Indonesia) dalam makna idiomatikal. Dilihat dari wujudnya,

tuturan tersebut berwujud kalimat imperatif ngelulu. Rahardi (2005: 116)

mengungkapkan bahwa kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna

seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud

adalah melarang melakukan sesuatu. Guru menggunakan frasa ”olah mulut” bukan

berarti untuk menguatkan mulut. Guru dapat menggunakan pilihan kata atau frasa

seperti “ramai”, “berisik”, atau ”bicara terus” yang menunjukkan maksud yang sama

dengan “olah mulut”. Pada kalimat yang dituturkan oleh guru, frasa”olah mulut”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

62

diikuti oleh “Di luar saja, tidak apa-apa” menunjukkan bahwa satu tuturan tersebut

guru menggunakan implikatur yang sebenarnya melarang murid untuk ramai dan

tidak memperhatikan oleh sang guru. Maka dari itu, wujud yang tampak dari tuturan

tersebut adalah berwujud imperative atau perintah yang terkesan untuk mengimbau.

Selain frasa seperti tuturan (4), terdapat juga bentuk tuturan dalam tuturan (5)

menggunakan singkatan “UKS” yakni Unit Kesehatan Sekolah dalam kalimat yang

digunakan guru. Pengetahuan umum yang dipahami masyarakat mengenai UKS

adalah salah satu tempat di sekolah guna menampung, tempat, atau mengatasi murid

yang sakit ringan saat di sekolah. Dirunut dari makna kalimatnya, bahwa kalimat

tersebut merupakan jenis kalimat sintetis. Kalimat sintetis adalah kalimat yang

kebenarannya bergantung pada fakta-fakta luar bahasa (Wijana, 1996:42). Hal ini

tentu dilihat dari uraian kalimat yang dituturkan oleh penutur yang berunsur untuk

menghimbau bagi yang tiduran dan sakit untuk ke UKS. Hal tersebut merujuk pada

wujud implikatur yang berupa perintah dengan unsur himbauan.

Data tuturan (6) menggunakan penanda kata “bapak-bapak” sebagai acuan

untuk diklasifikasikan dalam implikatur konvensional. Hal ini diproyeksikan bahwa

kata tersebut diketahui oleh khalayak menganai spesifikasinya. Kata “bapak” sendiri

memiliki pengertian seorang pria dewasa yang telah memiliki istri, serta anak.

Kemudian penyebutan dari kata “bapak” dituturkan berulang, sehingga menjadi

“bapak-bapak” yang berarti banyak bapak. Dari konteks yang terdapat dalam

peristiwa tutur tersebut, guru menganalogikan beberapa murid laki-laki ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

63

sebutan “bapak-bapak”. Oleh karena itu, orang di luar lingkungan kelas itu pun

mengetahui makna kata tersebut. Selanjutnya, makna tuturan (6) dianalisis melalui

penggunaan kata dan konteksnya memiliki makna menyindir dan memerintah

beberapa murid laki-laki yang tidak kondusif. Sindiran tersebut muncul melalui efek

penggunaan kata “bapak-bapak”, padahal sejatinya murid-murid tersebut belum

memiliki istri dan anak. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tuturan tersebut

memiliki wujud imperatif yang menggunakan piranti kata konvensional yang

terkesan menyindir mitra tutur.

Pada analisis wujud imperatif implikatur konvensional ditemukan bahwa

penggunaan kata dan frasa dalam sebuah tuturan dapat menentukan makna yang ingin

disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Hal ini sesuai dengan sifat implikatur

konvensional yang menggunakan makna arti kata atau frasa. Selain itu, ditemukan

pula bahwa pengucapan atau penuturan dirasakan lebih meningkat volumenya. Hal

ini menjadi salah satu indikator tuturan tersebut merupakan bentuk perintah, sehingga

transkripsi tuturan menggunakan tanda seru yang merupakan salah satu sifat kalimat

perintah. Dengan demikian, pemahaman maksud suatu tuturan dalam wujud imperatif

implikatur konvensional melalui kata dan frasa yang digunakan disertai kecepatan

dan volume tuturan.

Dengan demikian, dari hasil analisis wujud implikatur konvensional yang

terdapat pada tuturan percakapan guru dan murid terdiri atas dua wujud. Pertama

adalah implikatur yang memiliki wujud pernyataan atau deklaratif. Dari wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

64

tersebut dikhususkan kembali bahwa terdapat kesan yang dirasakan dari makna literal

atau makna yang tampak dari tuturan tersebut, yakni kesan menyindir dan

mengimbau. Oleh karena itu, dari wujud deklaratif atau pernyataan dalam implikatur

konvensional mengandung kesan menyindir dan mengimbau. Kedua, implikatur yang

memiliki wujud imperatif atau perintah dalam tuturan guru dan murid. Hal ini sama

dengan wujud deklaratif yang memiliki kesan, kesan dari tuturan yang berwujud

imperative tersebut adalah menyindir dan mengimbau.

4.2.1.2 Wujud Implikatur Percakapan

Yule (2014) mengungkapkan bahwa dalam implikatur percakapan terdiri atas

tiga jenis, yakni implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan

implikatur percakapan berskala. Berikut ini adalah wujud implikatur percakapan yang

didapatkan di lapangan dan penguraiannya.

1. Wujud Implikatur Percakapan Umum

Pada bagian analisis wujud implikatur percakapan umum. Peneliti

menemukan tiga, sehingga akan diklasifikasikan atas tiga wujud tersebut. Berikut ini

adalah penguraian mengenai wujud-wujud implikatur percakapan umum yang akan

disajikan sebagai berikut.

1) Wujud Tuturan Deklaratif

Seperti pada penjelasan sebelumnya, bahwa secara fungsi komunikatif wujud

deklaratif memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi bagi mitra tuturnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

65

Berikut ini adalah beberapa data tuturan yang memiliki wujud deklaratif atau wujud

pernyataan yang terdapat dalam jenis implikatur percakapan umum.

Tuturan (7)

Guru : “Gene bagus bajune dilebokke, opo maneh nganggo tali rafia.” (1/1/SMA)

(ternyata bagus bajunya dimasukkan, apalagi memakai tali rafia)

Konteks: situasi menyenangkan atau tidak tegang pasca diberikan tugas. Guru

mengingatkan murid tersebut untuk lebih rapi lagi dan tidak nanggung dalam hal

merapikan pakaian yang digunakan. Karena murid tersebut memasukkan pakaian,

tetapi menggunakan sabuk tali plastik (rafia). Tuturan dinyatakan dengan cara yang

santai. Penutur dan mitra tutur berasal dari daerah jawa, sehingga menggunakan

tuturan bahasa Jawa.

Tuturan (8)

Guru : “Yang menyembunyikan tas dan jaket, tahun depan ngulang.” (3/12/SMA)

Konteks: Situasi yang terjadi pada pertuturan tersebut tampak santai dan menjurus

pada ramai. Maksud dari tuturan tersebut adalah memerintah bagi yang

menyembunyikan tas dan jaket untuk segera mengembalikan. Bentuk tuturan berupa

kalimat perintah. Penutur adalah guru sejarah, yang ditujukan kepada seluruh murid

kelas VIII IPS 1.

Tuturan (9)

Guru : “Kamu ndak ada catatan kan pasti? Ga papa, sampai ulangan sajakan enak

malahan.” (29/10/SMK)

Konteks : Situasi tuturan tersebut terasa jengkel. Maksud dari tuturan tersebut adalah

menunjukkan bahwa sang guru telah pasrah terhadap sikap murid. Nada suara guru

terdengar tinggi.

Pada data tuturan (7), wujud tuturan berupa bahasa jawa, karena penutur dan

mitra tutur memiliki latar belakang budaya jawa. Bentuk tuturan berupa kalimat

pernyataan. Tuturan tersebut mengandung pujian, komentar, dan melarang bagi

muridnya. Tuturan (7) merupakan wujud dari imperatif “ngelulu”, yakni mengandung

maksud melarang, namun berbentuk imperatif biasa yang lebih kepada

mengomentari. Rahardi (2005: 117) mengungkapkan bahwa imperatif yang bermakna

“ngelulu” di dalam bahasa Indonesia lazimnya tidak diungkapkan dengan penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

66

kesantunan itu, melainkan berbentuk tuturan imperatif biasa. Selain itu, tuturan (7)

secara gramatikal atau penyusunan kalimat merupakan jenis kalimat majemuk setara.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa tuturan tersebut memiliki wujud perintah

atau imperatif dengan kesan menyarankan.

Pada tuturan (8) merupakan jenis implikatur percakapan umum yang

berwujud kalimat pernyataan. Tuturan di atas ditujukan kepada pelaku atau subjek,

yakni “yang menyembunyikan tas dan jaket”. Ditilik dari wujud tuturan adalah

pernyataan. Akan tetapi, dari segi fungsi kalimat adalah suatu perintah atau imperatif.

Sejalan dengan Rahardi (2005: 94) bahwa Imperatif yang demikian (wujud

nonimperatif) dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat

diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang mewadahinya. Hal

tersebut tentunya dapat dilihat dalam tuturan (8) yang mengandung maksud imperatif,

namun berwujud pernyataan atau bukan imperatif. Dilihat dari kesan wujud tuturan

tersebut dapat diperoleh kesan memperingatkan.

Data tuturan (9) dan data tuturan (7) memiliki kesamaan wujud, yakni wujud

imperatif ngelulu. Akan tetapi dalam tuturan data (9) terdiri dua bentuk kalimat,

yakni kalimat tanya dan kalimat pernyataan. Kalimat tanya dalam tuturan tersebut

mengandung makna klasrifikasi serta menyindir murid. Hal itu juga menguatkan

tuturan selanjutnya atau yang mengikutinya, yakni pernyataan yang dikenal sebagai

imperatif ngelulu. Yakni guru memerintah murid melakukan sesuatu, namun maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

67

yang sebenarnya adalah melarang murid tersebut melakukan tindakan tersebut. Dari

segi kesan yang didapatkan dari wujud tuturan tersebut adalah terkesan menyarankan.

Pada analisis di atas ditemukan bahwa penggunaan wujud kalimat pernyataan

dalam suatu tuturan menimbulkan berbagai macam maksud tuturan. Melalui wujud

deklaratif, tuturan terasa lebih diterima oleh mitra tutur. Hal ini tampak pada reaksi

atas tuturan deklaratif yang memiliki maksud lainnya. Oleh karena itu, dalam suatu

tuturan deklaratif, tidak hanya menunjukkan makna memberi suatu informasi,

melainkan juga terdapat kesan, yakni menyarankan dan memperingatkan.

2) Wujud Tuturan Interogatif

Wujud tuturan interogatif merupakan bentuk kalimat yang mengandung

pertanyaan atau interogatif. Hal ini ditilik dari nada suara dan dari sisi gramatikal

penggunaan kalimat dalam tuturannya. Berikut ini adalah wujud tuturan interoatif

atau pertanyaan yang ditemukan.

Tuturan (10)

Guru : “Ini ada yang piket enggak ya?”

Murid : “Ada kok bu, ada” (11/2/SMA)

Konteks : Situasi pada tuturan tersebut terasa tegang. Penutur adalah guru dan mitra

tutur adalah para murid. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh murid untuk

menghapus tulisan-tulisan di papan tulis. Tuturan bersifat tuturan lisan dua arah dan

bernada tinggi.

Tuturan (11)

Guru : “Mas, apa kamu enggak nulis?”

Murid : “Bu, saya minta soft file.” (11/6/SMA)

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut terasa lebih santai. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menunjukkan bahwa para murid malas untuk menulis catatan yang

berasal dari slide PPT sang guru. Tuturan bersifat lisan dan bernada santai cenderung

merajuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

68

Tuturan (12)

Guru : “Gandhang udah selesai?” (5/2/SMK)

Konteks : Situasi terasa kesal. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh murid

untuk tenang dan fokus mengerjakan tugas. Nada suara tuturan terdengar tinggi.

Selanjutnya, selain berbentuk pernyataan untuk fungsi memerintah. Ternyata

pada data tuturan (10) dalam fungsi suruhan menggunakan wujud tuturan pertanyaan

atau interogatif. Wujud interogatif tersebut adalah “ini ada yang piket enggak ya?”

yang mana merupakan jenis implikatur percakapan umum. Tuturan tersebut merujuk

pada sistem yang telah disepakati bersama dalam kelas tersebut yakni kata “piket”.

Piket sendiri merupakan sistem yang disetujui oleh setiap murid dalam kelas untuk

jadwal kebersihan. Landasan ini merujuk dari Rahardi (2005: 96) bahwa makna

imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan

interogatif. Dengan demikian, dalam data tuturan (10) merupakan data implikatur

percakapan yang memiliki wujud kalimat interogatif dengan kesan yang literal yakni

bertanya.

Penggunaan wujud tuturan interogatif tidak hanya digunakan pada data

tuturan (10), melainkan juga pada data tuturan (11) yang mana maksud memerintah

dituturkan dengan wujud pertanyaan atau interogatif. Hal ini dilihat dari struktur

kalimat atau secara literal menunjukkan keinginan untuk sekadar klarifikasi dengan

bentuk tuturan “Mas, apa kamu enggak nulis?”. Secara literal, dapat saja dijawab oleh

murid “tidak” atau “iya”. Akan tetapi, selain dari penggunaan wujud interogatif

dalam tuturan tersebut, terjadi pelanggaran maksim. Yakni, murid tidak menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

69

apa yang diinginkan oleh penutur. Akan tetapi, melalui pertanyaan yang diajukan

oleh guru tersebut memiliki kesan untuk mengklarifikasi.

Data tuturan (12) dan data tuturan (10) memiliki kesamaan dalam wujud

tuturan, yakni berwujud pertanyaan atau interogatif. Data tuturan (12) merupakan

jenis implikatur percakapan umum, yang mana memiliki maksud untuk memerintah.

Hal ini merujuk Rahardi (2005: 96) bahwa makna imperatif suruhan dapat

diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Maka dari itu,

pertuturan berupa tuturan interogatif atau pertanyaan dapat dijadikan sebagai tuturan

yang bermaksud untuk memerintah. Pada data tuturan (12) efek yang terjadi dari

wujud pertanyaan tersebut adalah tenang dan melanjutkan mengerjakan soal. Dari

wujud pertanyaan tersebut terkesan penutur ingin mengklarifikasi mitra tutur.

Pada analisis wujud interogatif dalam implikatur percakapan umum

didapatkan bahwa bentuk tuturan berupa kalimat pertanyaan yang secara makna

membutuhkan jawaban dari mitra tutur. Dengan demikian, wujud interogatif yang

guru sampaikan telah dipahami oleh murid. Beberapa kesan yang terdapat dari wujud

interogatif implikatur percakapan umum adalah menanyakan dan mengklarifikasi.

2. Wujud Implikatur Percakapan Berskala

Pada tuturan yang berindikasikan implikatur percakapan berskala ditunjukkan

dengan adanya unsur-unsur skala. Skala suatu nilai dilihat dari unsur perbandingan

atas batasan tertinggi atau terendah. Menurut Yule (2014) bahwa ciri-ciri implikatur

berskala adalah nilai tertinggi ke nilai terendah, seperti skala semua, sebagian besar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

70

banyak, beberapa, sedikit, dan skala selalu, dan skala “keharusan” antara lain sering,

kadang-kadang. Akan tetapi, peneliti juga menggunakan penanda angka sebagai

acuan suatu skala selain penanda skala dari Yule. Hal ini berdasar pada maksud yang

ada pada tuturan, yakni angka yang bermakna demi kelancaran pemahaman terhadap

maksud dalam komunikasi. Dalam analisis data implikatur percakapan berskala

terdapat tiga macam wujud, yakni data tuturan wujud deklaratif, imperatif, dan

interogatif. Berikut ini adalah penguraian mengenai wujud implikatur percakapan

berskala yang akan disajikan sebagai berikut.

1) Wujud Tuturan Deklaratif

Pada analisis implikatur percakapan berskala terdapat wujud tuturan

deklaratif. Wujud dengan fungsi komunikatif untuk menyampaikan sebuah informasi

tersebut juga memiliki dua sifat, yakni sifat langsung dan sifat tak langsung untuk

menyampaikan sebuah informasi. Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan

merupakan wujud sebuah tuturan deklaratif atau pernyataan.

Tuturan (13)

Guru: “Satu jam pelajaran selesai ya?”

Murid: “satu setengah ya bu”

Guru: “Baik, tapi satu tulisan jadi semua ya.” (4/3/SMK)

Konteks: Situasi terasa menyenangkan. Penutur awal adalah guru, sedangkan mitra

tutur adalah para murid di kelas. Maksud dari tuturan tersebut memerintah para murid

untuk segera menyelesaikan dan menggunakan waktu dengan seefektif mungkin

dalam menulis artikel.

Tuturan (14)

Guru : “Wah kamu 12 pertanyaan ya.”

Murid : “Haha endak pak, belum selesai”

Konteks: Situasi dalam tuturan terasa menyenangkan dan ceria. Penutur adalah guru

dan mitra tutur adalah satu murid perempuan. Guru memberikan tugas kepada murid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

71

untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan mengenai wawancara yang nantinya

diajukan kepada teman sebangku. Beberapa murid ada yang kesulitan menyusun

pertanyaan, sehingga dalam waktu yang lama belum menghasilkan pertanyaan yang

banyak. Maksud yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah menyindir dan

memerintahkan untuk lebih cepat menyusun pertanyaan.

Pada data tuturan (13) terdapat kata yang menjadi acuan dari implikatur

percakapan berskala menurut Yule, yakni kata “semua”. Data tuturan (13) terjadi kala

guru baru memberikan tugas untuk menulis sebuah artikel berita dalam pelajaran

broadcasting. Sebelum terjadi tuturan yang menunjukkan sebuah acuan dari

implikatur percakapan berskala menurut Yule, yakni “semua”. Terdapat proses tawar

menawar yang terjadi antara murid dan guru dalam menentukan waktu untuk

penyelsaian sebuah tugas menulis artikel. Pada tuturan “baik, tapi satu tulisan jadi

semua ya” memiliki makna literal atau yang tampak adalah guru setuju dengan

permohonan para murid, namun guru menambahkan kata “semua” yang memiliki arti

skala tidak beberapa maupun sebagian, sehingga maksud yang terdapat dalam tuturan

tersebut adalah guru memerintah para murid untuk efektif menggunakan kesempatan

yang diberikan oleh guru. Hal ini dilatarbelakangi oleh murid yang sering

menggunakan waktu yang lama dalam menyelesaikan tugas untuk gaduh atau ramai.

Dengan demikian, wujud yang terdapat dalam data tuturan (13) adalah berwujud

pernyataan atau deklaratif yang memiliki kesan literal menghimbau.

Pada tuturan (14) terdapat penanda yang menyebabkan tuturan tersebut

merupakan implikatur percakapan berskala. Yakni pada penyebutan angka “12”,

sehingga penanda sebuah skala atau suatu pengukuran berpatok pada angka “12”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

72

Wujud dari tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan yang ditujukan kepada

salah satu murid. Dilihat dari konteks tuturannya, diketahui bahwa pemberian waktu

yang lama oleh sang guru tidak dimanfaatkan oleh murid untuk segera menyelesaikan

tugas. Maka dari itu, tuturan (14) memiliki sifat kebalikan dari kenyataan. Kenyataan

yang ada adalah soal-soal yang dibuat oleh murid tidak banyak dan tidak mencapai

12. Oleh karena itu, wujud pernyataan dari tuturan (14) merupakan sebuah bentuk

sindiran halus yang ditujukan kepada muridnya. Argumen yang menguatkan bahwa

tuturan (14) adalah sebuah sindiran terdapat pada tuturan balasan dari murid, yakni

“Haha, endak pak, belum selesai.” Maka dari itu, pernyataan dari guru yang tidak

sesuai dengan kenyataan merupakan sebuah tindakan menyindir.

Dari kedua analisis data (13) dan (14) di atas didapatkan bahwa implikatur

percakapan berskala yang berwujud deklaratif atau pernyataan dapat memperhalus

tuturan. Selain itu juga dapat mengakomodasi beberapa maksud tersembunyi di luar

tuturan yang tampak. Secara khusus, wujud dari tuturan implikatur berskala dilihat

dari penggunaan kata dan frasa nominal angka secara langsung. Hal ini merupakan

bagian pengembangan teori dari Yule (2014) bahwa ciri-ciri implikatur berskala

adalah nilai tertinggi ke nilai terendah, seperti skala semua, sebagian besar, banyak,

beberapa, sedikit, dan skala selalu, dan skala “keharusan” antara lain sering, kadang-

kadang. Oleh karena itu, pengukuran sebuah skala menggunakan angka atau nominal

bilangan secara langsung terdapat dalam wujud tuturan. Kesan secara literal yang dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

73

wujud tuturan deklaratif implikatur percakapan berskala adalah menghimbau dan

menyindir.

2) Wujud Tuturan Imperatif

Pada analisis implikatur percakapan berskala terdapat wujud tuturan

imperatif. Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan merupakan wujud sebuah

tuturan imperatif atau perintah.

Tuturan (15)

Murid : “Ijin ke belakang bu.”

Guru : “Sak menit!” (satu menit) (3/8/SMA)

Konteks: situasi saat pertuturan itu agak santai dan tidak tegang. Maksud tuturan

tersebut menunjukkan bahwa guru adalah orang yang disiplin dan ingin murid

tersebut cepat kembali ke kelas. Bentuk tuturan berupa kalimat perintah yang tidak

menjawab secara tersurat tuturan murid. Nada bicara tegas dan cepat.

Pada data tuturan (15) guru menuturkan tuturan yang diindikasikan

mengandung implikatur percakapan berskala dengan patokan angka atau bilangan

yang terbilang. Angka yang terbilang tersebut adalah “sak menit” (satu menit).

Tuturan tersebut merupakan implikatur percakapan berskala dengan piranti batas

skala satu menit. Hal ini tentu sejalan dengan Yule (2014) bahwa implikatur

percakapan berskala memerikan skala tertinggi ke skala terendah. Pada data (15)

penutur menggunakan patokan skala tertinggi yakni satu menit. Secara literal tuturan

tersebut dipahami atau memiliki makna terlihat untuk memerintahkan murid yang

izin ke belakang selama satu menit. Akan tetapi maksud yang tak tampak adalah

memerintah murid untuk ke belakang dan segera kembali ke kelas untuk mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

74

pelajaran. Dengan demikian, didapatkan bahwa data tuturan (15) memiliki wujud

tuturan imperatif secara literal memiliki kesan menginformasikan.

3) Wujud Tuturan Interogatif

Pada analisis implikatur percakapan berskala terdapat wujud tuturan interogatif.

Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan merupakan wujud sebuah tuturan

interogatif atau pertanyaan.

Tuturan (16)

Guru : “Sudah lebih 10 menit ya?” (3/1/SMA)

Konteks: Situasi dari tuturan tampak kesal. Guru menuturkan pertanyaan yang

bermaksud untuk menyindir para murid yang tidak disiplin untuk masuk kelas setelah

istirahat pertama, sehingga terlambat menjadi 10 menit. Guru berharap agar kejadian

tersebut tidak terulang kembali.

Tuturan (17)

Guru : “Kira-kira berapa lama untuk baca artikel?”

Murid : “Satu jam bu”

Guru : “Wah 15 menit cukup ya?” (29/2/SMK)

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut terasa santai. Maksud dari tuturan tersebut

adalah negosiasi waktu yang menandakan bahwa guru ingin murid membaca artikel

dengan cepat dan fokus, karena hanya artikel singkat.

Data tuturan (16) merupakan tuturan yang berjenis implikatur percakapan

berskala. Hal ini didukung atas penanda yang tampak pada tuturan tersebut. Penanda

tersebut adalah frasa “lebih 10”. Penanda tersebut memiliki makna bahwa ketentuan

secara makna adalah patokan aktivitas 10 menit. Apabila dikombinasikan dengan

pengertian secara luas terhadap implikatur percakapan berskala menurut Yule, tuturan

tersebut dapat diasumsikan sebagai batas maksimal suatu nilai. Ditilik dari wujud

yang digunakan oleh penutur, yakni berwujud kalimat interogatif dengan tuturan

“Sudah lebih 10 menit ya?”. Wujud interogatif dalam tuturan tersebut terjadi kala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

75

para murid terlalu lama dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh sang guru,

sehingga makna yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah komentar atau bentuk

permohonan klarifikasi dari para murid. Akan tetapi dari segi maksud guru

mengutarakan tuturan tersebut adalah memerintah para murid untuk segera

menyelesaikan soal yang diberikan oleh sang guru. Dengan demikian, didapatkan

wujud dari data tuturan (16) adalah berwujud tuturan interogatif yang memiliki kesan

secara literal mengklarifikasi.

Pada data tuturan (17), terjadi dua kali tuturan implikatur percakapan berskala

dalam satu kali momen. Momen atau peristiwa tersebut dimunculkan oleh guru dan

murid menggunakan piranti angka bermakna dalam bertutur. Murid menuturkan “satu

jam bu.” Yang mana, murid menuturkan suatu pernyataan perihal waktu yang

diinginkan untuk membaca artikel singkat dari sang guru. Piranti skala yang

digunakan oleh para murid apabila dirunut dari teori Yule perihal implikatur berskala

merujuk pada skala tertinggi dengan menyatakan satu jam sebagai acuan waktu

aktivitas. Hal ini dimaknai murid ingin memiliki waktu yang banyak untuk membaca

artikel yang singkat tersebut selama satu jam. Hal ini dibalas dengan tuturan

implikatur percakapan berskala dari sang guru dengan menuturkan “15 menit cukup

ya?” tuturan dari guru tersebut memiliki wujud yang berbeda dengan tuturan dari

murid yang berwujud pernyataan, sedangkan tuturan dari guru berwujud interogatif

atau pertanyaan. Secara literal, makna yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah

para murid menyelesaikan pembacaan artikel yang singkat dalam periode waktu batas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

76

maksimal selama 15 menit. Akan tetapi, maksud yang sebenarnya adalah guru

memerintahkan murid untuk membaca artikel dengan efektif dan penuh fokus tidak

bertele-tele dengan segala aktivitas gaduh di dalam kelas. Dengan demikian, pada

data tuturan (17) terdapat dua wujud tuturan dalam penerapan implikatur percakapan

berskala, yakni berwujud pernyataan dan berwujud interogatif yang memiliki kesan

literal menawar.

Dengan demikian pada implikatur percakapan berskala memiliki wujud

pertanyaan atau interogatif dari tuturan (16) dan (17). Secara khusus ternyata

ditemukan dua wujud, yakni deklaratif dan interogatif. Kemudian dilihat dari kesan

literal yang diperoleh dari wujud interogatif adalah mengklarifikasi dan menawar.

3. Wujud Implikatur Percakapan Khusus

Dalam analisis data implikatur percakapan khusus terdapat tiga macam wujud,

yakni data tuturan wujud imperatif, deklaratif, dan interogatif. Berikut ini adalah

penguraian mengenai wujud implikatur percakapan khusus yang akan disajikan

sebagai berikut.

1) Wujud Tuturan Imperatif

Pada analisis implikatur percakapan khsusus terdapat wujud tuturan imperatif.

Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan merupakan wujud sebuah tuturan

imperatif atau perintah.

Tuturan (18)

Guru : “Ojo ngono, gon kene lho!” (7/2/SMA)

(Jangan kayak gitu, seperti gini lho!)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

77

Konteks : Situasi dari pertuturan tersebut tampak menyenangkan. Maksud dari

tuturan tersebut adalah menyindir gaya rambut Qoza yang terlihat unik, kemudian

guru mengomentari gaya rambut tersebut dengan menambahkan gaya rambut yang

lebih parah. Hal ini merujuk pada aturan sekolah Pangudi Luhur yang menerapkan

kerapian dalam berpenampilan serta bergaya rambut.

Pada data tuturan (18) terdapat dua makna yang tampak dalam satu tuturan,

yakni perintah negatif dan perintah positif. Tampak pada tuturan “ Ojo ngono” yang

berarti jangan begitu, lalu dilanjutkan dengan “ngene lho” yang berarti “begini lho”.

Apabila dirunut dari wujud imperatifnya, tuturan tersebut merupakan bentuk

imperatif aktif transitif. Ketentuan dalam imperatif aktif transitif terdapat dalam

Rahardi (2005:90) bahwa imperatif aktif transitif untuk membentuk imperatif aktif

transitif, verbanya harus dibuat tanpa berawalan me-N. Hal ini menjadi dasar kuat,

karena pada data tuturan (18) mengandung makna perintah atau imperatif dari sang

guru terhadap muridnya untuk merapikan rambutnya sesuai dengan aturan di sekolah

tersebut.

2) Wujud Tuturan Deklaratif

Pada analisis implikatur percakapan khsusus terdapat wujud tuturan deklaratif

Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan merupakan wujud sebuah tuturan

deklaratif atau pernyataan.

Tuturan (19)

Guru : “Kalau mejanya bersih kan enak dipandang”

Murid : “Kejauhan bu tasnya.” (28/10/SMK)

Konteks: Situasi dalam pertuturan tersebut terasa santai. Situasi tersebut daat jam

mata pelajaran sejarah. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh murid untuk

tidak menaruh tas mereka di atas meja, karena sering digunakan untuk

menyembunyikan aktivitas bermain HP dan alas kepala untuk tidur di SMK Putra

Tama khsuusnya kelas XI Otomotif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

78

Tuturan (20)

Guru : “Alhamdulillah, Pilipus tumben masuk ya.”

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut adalah santai. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menyindir murid yang sangat jarang masuk, walaupun dibubuhkan

“Alhamdulillah” sebagi wujud syukur dan diikuti “tumben”.

Tuturan (21)

Guru : “Mending balik ke Jakarta kan enak, daripada di sini malah kamu buang

waktu.” (29/9/SMK)

konteks: Situasi tuturan tersebut terasa tegang dan marah. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menandakan sang guru sudah tidak menaruh perhatian terhadap murid

tersebut kala mengikuti pelajarannya. Sang murid tampak tidak menghiraukan

perkataan sang guru.

Tuturan (22)

Guru: “Tenang saja Putra Tama itu baik hati, nanti bisa nyicil hape dan macam-

macam.” (5/4/SMK)

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut terasa santai. Tuturan diutarakan oleh guru

perempuan dari Jawa kepada murid-muridnya yang mayoritas dari wilayah timur

Indonesia.. Maksud dari tuturan tersebut adalah SMK Putra Tama Bantul dapat

memberikan beasiswa kepada para murid. Nada suara terdengar tinggi, tetapi bukan

marah, melainkan terkesan menyindir.

Data tuturan (19) menunjukkan bahwa suatu komunikasi untuk pelarangan

dapat berupa tuturan yang berwujud deklaratif. Kebiasaan dari para murid di kelas XI

Otomotif adalah tidur dan memainkan telepon genggam dibalik tas, sehingga guru

menuturkan tuturan yang berwujud deklaratif yang sama sekali tidak ada

hubungannya dengan pelarangan untuk tidur dan penggunaan telepon genggam. Hal

ini sejalan dengan Rahardi (2005: 142) yang menyatakan bahwa dengan

digunakannya tuturan yang demikian, ciri ketidaklangsungan imperatif larangan itu

akan menjadi sangat kentara. Berkaitan dengan wujud implikatur yang berwujud

deklaratif yang bermaksud untuk melarang tersebut, hampir memiliki kesamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

79

dengan wujud ngelulu. Akan tetapi, dalam wujud ngelulu terdapat tuturan suruhan

atau imperatif di dalamnya.

Grice (dalam Putrayasa, 2014) menyatakan bahwa implikatur sebagai

informasi implisit yang terdapat dalam tuturan. Oleh karena itu, suatu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur akan ditemukan wujud tuturan yang berbeda dengan

apa yang dimaksudkan oleh penutur. Wujud pada data tuturan (20) berupa pernyataan

atau deklaratif yang menyatakan suatu komentar bagi salah satu murid yang sangat

jarang masuk kelas. Tuturan dibubuhi kata “Alhamdulillah” yang merupakan wujud

syukur kepada Allah. Dilanjutkan pada tuturan yang menyampaikan komentar

mengenai hadirnya murid tersebut dalam pembelajaran. Tuturan tersebut terasa

sedikit menyindir, karena diucapkannya kata “tumben” yang merupakan kata yang

menunjukkan keterkejutan yang tidak biasa atas perilaku muridnya.

Data tuturan (21) merupakan jenis implikatur percakapan khusus. Hal ini

disebabkan oleh pengetahuan bersama terhadap penutur, mitra tutur, dan pendengar

dari tuturan tersebut yang berada di dalam kelas. Tuturan tersebut melibatkan seorang

murid yang berasal dari Jakarta untuk dititipkan kepada SMK Putra Tama oleh panti

asuhan. Maka dari itu, guru memberikan tuturan berkaitan dengan latar belakang dari

murid tersebut. Tuturan tersebut secara gramatikal tampak halus dan secara lisan juga

sopan. Hal tersebut dipengaruhi oleh guru yang menuturkan dengan nada yang

lembut atau pelan. Guru menggunakan kalimat yang sopan dengan memberikan

alasan dan bujukan kepada murid untuk memilih pilihan yang nyaman dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

80

hidupnya, yakni kembali ke Jakarta. Hal itu ditunjukkan dengan tuturan “Mending

balik ke Jakarta kan enak” kemudian diberikan pembanding atau argumen yang

berupa tuturan “daripada di sini malah kamu buang waktu.” Dari tuturan tersbut

tampak bahwa guru menggunakan kalimat deklaratif untuk memberikan maksud

imbauan, sehingga jenis tuturan tersebut adalah implikatur percakapan khusus

imperatif yang diwujudkan dengan pernyataan atau deklaratif.

Tuturan yang bersifat menyindir juga tampak pada data tuturan (22). Hal ini

tampak pada tuturan “Tenang saja Putra Tama itu baik hati, nanti bisa nyicil hape dan

macam- macam.” Dari tuturan tersebut memiliki indikasi bahwa guru memberikan

deskripsi perihal sistem SMK Putra Tama dalam masalah keuangan yang

memberikan beasiswa kepada para murid, sehingga para murid dapat bersekolah

gratis di SMK Putra Tama Bantul. Secara gramatikal, tuturan tersebut berwujud

pernyataan atau deklaratif. Selain itu, penggunaan gaya bahasa dalam tuturan (22)

turut digunakan yakni gaya bahasa personifikasi, yakni memberikan analogi SMK

Putra Tama memiliki sikap baik hati selayaknya salah satu sifat seorang manusia.

Tuturan tersebut yakni “Tenang saja Putra Tama itu baik hati”.

3) Wujud Tuturan Interogatif

Pada analisis implikatur percakapan khsusus terdapat wujud tuturan interogatif.

Berikut ini data tuturan yang telah didapat dan merupakan wujud sebuah tuturan

interogatif atau pertanyaan.

Tuturan (23)

Guru : “Memet lagi sakit ya? Kok pakai jaket?” (11/5/SMA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

81

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut terasa santai. Dituturkan oleh guru kepada

murid yang bernama Memet. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh Memet

untuk melepaskan jaket yang digunakan sesuai dengan aturan sekolah. Tuturan

bersifat lisan satu arah dan bernada tinggi.

Tuturan (24)

Guru : “Pintar ya, apa karena enggak masuk ya?” (29/5/SMK)

Konteks : Situasi dalam tuturan tersebut terasa menyenangkan. Maksud dari tuturan

tersebut adalah pujian terhadap murid yang jarang sekali masuk, namun dapat

menjawab pertanyaan.

Tuturan (25)

Guru : “Arga, ning kono iso ndelok ora kok?”(8/1/SMA)

(Arga, di situ bisa lihat apa tidak?)

Konteks: Situasi yang terasa dari tuturan tersebut adalah nampak tegang. Maksud

dari tuturan tersebut adalah menyuruh Arga yang menggunakan kaca mata dan

terlihat kesusahan melihat tulisan di papan tulis. Bentuk tuturan berupa kalimat tanya.

Tuturan (26)

Guru : “Gimana sudah terjawab?” (11/3/SMA)

Murid : “(terdiam)”

Guru : “Ini kembali ke kelas X ya ini?”

Konteks: Situasi pertuturan tersebut terasa tegang. Maksud dari tuturan tersebut

adalah memerintah agar para murid mengingat kembali materi kelas X. Tuturan

bersifat lisan dan dua arah dengan nada suara yang tinggi.

Pada data tuturan (23) berwujud interogatif atau pertanyaan yang terdiri atas

dua pertanyaan dalam satu tuturan. Ujaran awal berupa pertanyaan yang menanyakan

perihal keadaan Memet, apakah sakit atau tidak. Selanjutnya diikuti oleh pertanyaan

“kok pakai jaket?” yang mana tuturan tersebut dilakukan sebelum Memet menjawab

pertanyaan yang pertama. Hal ini dilihat dari Memet yang tampak sehat dan tidak

menunjukkan keadaan sedang sakit, sehingga guru mengutarakan dua pertanyaan

sekaligus yang bermaksud untuk memerintah Memet melepas jaket yang sedang

digunakan, berkaitan dengan aturan di sekolah yang melarang pemakaian jaket saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

82

kegiatan belajar mengajar kecuali sedang sakit. Maka dari itu, tuturan tersebut

berwujud interogatif atau berupa pertanyaan, bahkan dua sekaligus dalam satu tuturan

yang mengandung satu maksud.

Meningkatkan motivasi juga merupakan salah satu bagian dari suatu tuturan

implikatur. Hal ini tampak pada data tuturan (24) yang mencoba memotivasi murid

dengan komentar dan pujian bagi si murid. Pada data tuturan (24) terdapat dua unsur

yang saling kontradiktif. Unsur pertama dengan tuturan “pinter ya?” karena murid

berhasil mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Kemudian unsur kedua guru

memahami bahwa si murid adalah murid yang jarang hadir dalam pembelajaran di

sekolah, sehingga guru bertutur “apa jarang masuk ya?”. Secara kesatuan tuturan, dua

tuturan tersebut saling terhubung dengan kesantunan memuji dan menyindir murid

untuk lebih rajin masuk sekolah agar lebih pintar. Dirunut dari Rahardi (2005) bahwa

Imperatif dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Dari data tuturan (24)

diwujudkan sebagai makna imperatif untuk masuk kelas lebih rajin dengan wujud

pertanyaan. Maka dari itu, suatu makna imperatif dapat diwujudkan dengan

pertanyaan atau interogatif.

Suatu tuturan yang dituturkan kepada mitra tutur akan lebih baik bila antara

penutur dan mitra tutur memiliki pengetahuan yang sama perihal konteks yang

melingkupi suatu tuturan. Hal ini merujuk pada bentuk kalimat yang terdapat dalam

data tuturan (25) bahwa Arga adalah murid penderita rabun jauh, sehingga tidak akan

bisa melihat tulisan pada jarak yang jauh. Hal ini diketahui oleh sang guru perihal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

83

kondisi Arga, sehingga Arga diberikan pertanyaan yang berindikasi klarifikasi dan

tersembunyi maksud memerintah. Hal ini didasari dari Wijana ( 1996: 42) bahwa

kalimat sintetis adalah kalimat yang kebenarannya bergantung pada fakta-fakta luar

bahasa. Hal ini ditilik dari kondisi Arga yang memiliki kekurangan kemampuan

penglihatan, namun duduk di kursi bagian belakang. Maka dari itu, sang Guru

menyadari keadaan tersebut yang dilanjutkan dengan menuturkan berwujud

interogatif atau pertanyaan “Arga, ning kono iso delok ora kok?” yang berarti “Arga,

di situ bisa melihat atau tidak?”dari maksud yang terdapat dalam tuturan tersebut

adalah salah satu jenis imperatif yang berwujud interogatif. Maka dari itu, suatu

tuturan imperatif tidak selalu berupa bentuk imperatif, melainkan juga dapat

berwujud pertanyaan atau interogatif.

Suatu tuturan dapat mengandung suatu efek atau tindak lanjut sesuai dengan

apa yang telah dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur. Baik secara gramatikal

maupun secara makna yang tak terlihat. Hal ini merujuk pada Wijana (1996: 24) yang

menyatakan bahwa tuturan yang digunakan untuk mengatakan sesuatu disebut

dengan tuturan konstatif. Tuturan konstatif berbeda dengan tuturan performatif yang

memberikan efek penutur terhadap apa yang akan dilakukan setelah tuturan tersebut

terjadi. Hal ini menjadi landasan dari data tuturan (26) untuk dianalisis wujudnya.

Data tuturan (26) memiliki wujud tuturan interogatif atau pertanyaan pada saat para

murid tidak dapat menjawab soal yang telah dipelajari di tingkat bawah. Guru tidak

mungkin melakukan tindakan frontal untuk mengirimkan para murid untuk kembali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

84

ke kelas bawah. Akan tetapi, guru menggunakan tuturan tersebut untu memerintah

para murid lebih teliti dan tidak melupakan materi kelas di bawahnya. Maka dari itu,

data tuturan (26) merupakan suatu bentuk makna imperatif yang berwujud

nonimperatif. Sesuai dengan Rahardi (2005:142) menyatakan bahwa digunakannya

tuturan interogatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, dapat

mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup besar. Hal ini menunjukkan

bahwa suatu tuturan imperatif dapat diwujudkan berupa tuturan interogatif atau

pertanyaan.

4.2.2 Implikatur dalam Pembelajaran

Implikatur adalah suatu hal yang mengandung maksud atau makna

tersembunyi dalam tuturan yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur. Melalui

tuturan tersebut, penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur secara

tersembunyi atau tidak tampak dalam tuturan. Hal ini merujuk Grice (1975) dalam

artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” bahwa sebuah tuturan dapat

mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian dari suatu tuturan. Hal ini

menunjukkan bahwa suatu tuturan dapat mengimplikasikan suatu maksud yang lain.

Hal tersebut akan dianalisis berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan tersebut,

sehingga dapat diketahui maksud-maksud yang terdapat dalam tuturan berindikasi

mengandung implikatur dalam pembelajaran di SMK Putra Tama, Bantul dan SMA

Pangudi Luhur, Yogyakarta. Berikut ini akan disajikan perihal maksud implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

85

yang didasarkan pada wujud implikatur yang telah diuraikan pada sub bab

sebelumnya.

4.2.2.1 Implikatur Konvensional

Berikut ini adalah penguraian mengenai maksud implikatur konvensional yang

didapatkan dari wujud-wujud implikatur konvensional yang telah diuraikan

sebelumnya. Dari hasil pengamatan, diperoleh 3 maksud yang terdapat di dalam

ranah implikatur konvensional, yakni maksud memerintah, mengimbau, dan ngelulu.

Hal tersebut akan disajikan sebagai berikut.

1) Maksud Memerintah

Berikut adalah tuturan yang mengandung maksud tersembunyi untuk memerintah.

Tuturan (5)

Guru : “Yang tiduran atau yang sakit silahkan ke UKS saja!” (10/9/SMA)

Konteks: Situasi terasa santai dan terjadi di lapangan indoor. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menyuruh murid yang tidak memperhatikan tuturan guru dan tiduran

untuk memperhatikan guru. Nada tuturan tersebut bernada rendah dan santai.

Penggunaan “UKS” menjadi pengetahuan perihal murid yang sakit akan ditempatkan

di UKS.

Tuturan (6)

Guru: Hayo! Yang maju bapak-bapak ini.

Konteks: Situasi terasa kecewa atau kesal yang ditunjukkan oleh sang guru.

Peristiwa tutur terjadi di kelas. Peristiwa tutur terjadi antara guru dengan beberapa

murid laki-laki. Keadaan di situ adalah beberapa murid laki-laki yang ramai dan tidak

memperhatikan soal yang diberikan guru di papan tulis. Beberapa kali guru

menawarkan kepada murid-murid untuk maju mengerjakan soal tersebut, tetapi tidak

ada yang beranjak untuk mengerjakan. Apalagi ada beberapa murid laki-laki yang

ramai sendiri, sehingga sang guru menuturkan tuturan tersebut.

Penggunaan piranti tuturan kata yang umum dipahami oleh banyak orang

menjadi salah satu aspek dari implikatur percakapan konvensional. Pada data (5)

berupa tuturan perintah yang lumrah dikatakan untuk situasi yang pas apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

86

memang ada yang sakit untuk menuju UKS. Akan tetapi, guru menuturkan tuturan

tersebut bermaksud untuk memerintah siswa yang tiduran dan sehat untuk duduk

memperhatikan penjelasan guru olahraga. Tuturan (5) berbunyi “Yang tiduran atau

yang sakit silahkan ke UKS saja!”. Singkatan “UKS” menjadi salah satu bagian dari

kalimat yang disebut dengan kalimat sintetis. Dari tuturan tersebut secara literal

berdasar dari Wijana (1996: 42) bahwa kalimat sintetis adalah kalimat yang

kebenarannya bergantung pada fakta-fakta luar bahasa. Secara literal, UKS

merupakan tempat yang dipahami oleh banyak orang sebagai ruang yang menampung

siswa atau perangkat sekolah yang sakit untuk diobati. Akan tetapi, guru

menggunakan awalan kalimat “yang tiduran atau yang sakit” padahal tampak semua

murid tidak sakit, melainkan hanya tiduran dan tidak memperhatikan guru. Kemudian

guru menyuruh murid yang tiduran untuk ke UKS. Dari hal ini, dapat ditemukan

maksud implikatur, yakni maksud yang tak tampak dalam tuturan. Maksud tersebut

adalah memerintah siswa yang tiduran untuk tidak tiduran dan memperhatikan

penjelasan guru, sehingga beberapa murid langsung duduk dan memperhatikan guru.

2) Maksud Mengimbau

Tuturan (3)

Guru : “KD selanjutnya adalah wawancara.” (10/2/SMA)

Murid : “Waduh”

Konteks Situasi pertuturan tersebu tampak santai, maksud dari tuturan tersebut adalah

memperingatkan perihal aspek-aspek yang akan dilakukan pada KD wawancara.

Nada yang terdengar cenderung tinggi dan jelas.

Tuturan data (3) memiliki wujud kalimat pernyataan atau deklaratif. Melalui

wujud deklaratif tersebut, tuturan tersebut memiliki maksud yang tidak sekadar hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

87

informasi semata, melainkan memerintahkan para siswa untuk bersiap menghadapi

aktivitas-aktivitas dari KD wawancara. Sesuai dengan bentuk tuturannya, yakni “KD

selanjutnya adalah wawancara.” Maksud yang ada dalam tuturan tersebut dirunut dari

konteks yang melingkupinya. Hal ini berkaitan dengan lingkungan dari SMA Pangudi

Luhur yang dekat dengan kraton, malioboro, dan alun-alun. Tempat-tempat tersebut

akan menjadi lapangan berpraktik dalam wawancara, sehingga guru memiliki maksud

untuk mengimbau para siswa untuk bersiap-siap melakukan segala aktivitas yang ada

dalam KD wawancara.

3) Ngelulu

Tuturan (4)

Guru : “Kalau mau olah mulut, iya silahkan di luar tidak apa-apa!” (7/3/SMA)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut tampak marah, sedangkan mitra tutur tampak

gaduh tak menghiraukan. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh para murid

untuk tenang, kemudian murid nampak mulai tenang sedikit-demi sedikit. Nada

bicara terdengar pasrah dan pelan.

Pada data (4) ditemukan wujud implikatur percakapan konvensional berupa

kalimat deklaratif “ngelulu”. Hal ini tentu dirunut dari penggunaan frasa oleh

penutur. Frasa “olah mulut” memiliki arti secara gramatikal adalah cerewet atau

banyak berbicara. Tuturan implikatur dalam data (4) dapat dilihat dari dua aspek,

yakni dari konteks yang melingkupi pertuturan dan kalimat lanjutan dari frasa “olah

mulut”. Dari konteks yang menjadi dasar adalah situasi tuturan tampak kecewa oleh

guru. Sejalan dengan Kartika, dkk (2014) mengatakan bahwa implikatur percakapan

adalah sesuatu yang disembunyikan dalam sebuah percakapan, yakni sesuatu secara

implisit dinyatakan dalam bahasa secara aktual. Waktu tuturan tersebut terjadi pasca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

88

para murid menyelesaikan jam pelajaran olahraga. Selain itu, guru juga nampak kesal

karena para murid tidak segera mengganti baju olahraga dengan seragam sekolah.

Akan tetapi, nada yang dituturkan oleh guru tidak meninggi, melainkan datar. Dari

konteks tersebut, dapat disimpulkan bahwa data (4) memiliki maksud untuk

memerintah para murid yang ramai untuk tenang dan memperhatikan penjelasan dari

guru.

4) Maksud Menyindir

Tuturan (1)

Guru: “Bapak-bapak iki arisan ae.” (3/7/SMA)

(bapak-bapak ini arisan terus)

Konteks: Situasi terasa tegang karena guru sedang menjelaskan materi, namun

berubah ketika mengomentari aktivitas empat murid yang sedang ribut sendiri.

Maksud dari pertuturan tersebut adalah untuk meminta para murid yang ribut untuk

lebih kondusif. Bentuk tuturan tersebut adalah kalimat perintah yang bersifat

mengomentari aktivitas sekelompok murid, bukan menyuruh untuk diam. Tetapi

melalui sindiran aktivitas yang dianalogikan sebagai aktivitas arisan layaknya ibu-ibu

yang ramai saling berbicara.

Tuturan (2)

Guru:“Utari, vokal dasarnya lembut, tapi kalau bercanda treble semua ya.”

(28/6/SMK)

Konteks: Situasi dari tuturan tersebut tampak santai. Pelaku adalah guru dan salah

satu siswi. Maksud dari tuturan tersebut menyuruh siswi tersebut membaca berita

dengan volume lebih keras. Bentuk tuturan menggunakan tuturan lisan dan bernada

tinggi. Penggunaan kata treble sebagai kata sindiran untuk siswi tersebut adalah

kesehariannya yang selalu bicara keras ketika kondisi kelas ramai.

Pada data (1) dari segi wujudnya memiliki wujud pernyataan. Hal ini

berdasarkan pada bentuk atau dari segi gramatikal tuturan tersebut. Konstruksi yang

berwujud pernyataan tersebut dilihat secara langsung sebagai suatu pernyataan biasa

terhadap muridnya. Akan tetapi, konstruktsi tuturan tersebut apabila dilihat dari

konteks yang melingkupinya memiliki maksud yang tersembunyi. Maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

89

tersembunyi tersebut dilihat dari keadaan saat tuturan itu diujarkan, yakni kondisi

kelas yang harusnya tenang berubah menjadi gaduh oleh empat murid lelaki yang

asyik berbicara tanpa menghiraukan penjelasan sang guru terhadap materi ajarnya.

Apabila dirunut dari Pranowo (2015) yang menjelaskan perihal konteks dalam

pragmatik, yakni konteks dalam implikatur selalu berada di luar teks. Penjelasan

mengenai konteks di sini adalah memberikan pemahaman perihal kata-kata yang

digunakan dalam ujaran sang guru. Ditilik dari kata “bapak-bapak” dan “arisan”

memiliki makna yang literal, artinya memiliki kesinambungan. “bapak-bapak”

mengarah pada empat murid yang gaduh, sedangkan kata “arisan” mengasosiasikan

kegiatan gaduh layaknya aktivitas sekelompok orang melakukan arisan. Dilihat juga

dari nada bicara sang guru yang seakan menyindir empat murid laki-laki tersebut,

guru tidak mengeluarkan gaya yang marah atau memerintah, namun terdengar

sekadar memberi komentar. Akan tetapi, reaksi yang muncul dari keempat murid

laki-laki yang gaduh itu langsung merespon untuk tenang kembali dan

memperhatikan guru. Dengan demikian, dapat ditemukan maksud dari tuturan guru

adalah menyindir empat murid tersebut untuk kembali kondusif dan memperhatikan

guru. Hal ini juga memberikan gambaran bahwa tanpa guru harus membentak-bentak

murid untuk tenang, melalui sindiran sederhana.

Suatu komunikasi akan berjalan lancar apabila penutur dan mitra tutur saling

memahami maksud yang hendak disampaikan. Melalui konteks, penutur akan

bersinergi agar maksud yang disampaikan dapat dipahami oleh mitra tutur. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

90

terjadi pada kasus data (2), yakni penggunaan istilah “trebel” dalam kalimat “Utari,

vokal dasarnya lembut, tapi kalau bercanda treble semua ya.” Tuturan tersebut

diucapkan oleh guru wanita terhadap salah satu murid wanita yang telah membacakan

berita di depan kelas. Akan tetapi, volume suara dan kejelasan suara sangat kurang,

sehingga guru menuturkan data (2). Penggunaan istilah “trebel” sangat relevan

dengan istilah yang sering digunakan para siswa jurusan komunikasi. Namun, istilah

tersebut juga dipahami banyak orang sebagai sebutan sifat suara yang tinggi. Pada

data (2) peran konteks sangat relevan dengan pengetahuan mitra tutur. Hal ini sejalan

dengan artikel dari Rohmadi pada tahun 2014 yang berjudul Kajian Pragmatik

Percakapan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bahwa bahasa

sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan untuk menyampaikan

amanat dan pesan kepada pembaca. Hal tersebut tentunya diimplementasikan kepada

konteks penggunaan kata “trebel”, selain dari identitas penutur dan mitra tutur,

keadaan saat tuturan terjadi, nada suara, dan juga setting-nya. Maka dari itu

didapatkan maksud dari tuturan (2) adalah menyindir.

Tuturan data (3) memiliki wujud kalimat pernyataan atau deklaratif. Melalui

wujud deklaratif tersebut, tuturan tersebut memiliki maksud yang tidak sekadar hanya

informasi semata, melainkan memerintahkan para siswa untuk bersiap menghadapi

aktivitas-aktivitas dari KD wawancara. Sesuai dengan bentuk tuturannya, yakni “KD

selanjutnya adalah wawancara.” Maksud yang ada dalam tuturan tersebut dirunut dari

konteks yang melingkupinya. Hal ini berkaitan dengan lingkungan dari SMA Pangudi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

91

Luhur yang dekat dengan kraton, malioboro, dan alun-alun. Tempat-tempat tersebut

akan menjadi lapangan berpraktik dalam wawancara, sehingga guru memiliki maksud

untuk mengimbau para siswa untuk bersiap-siap melakukan segala aktivitas yang ada

dalam KD wawancara.

4.2.2.2 Implikatur Percakapan

Yule (2014) mengungkapkan bahwa dalam implikatur percakapan terdiri atas

tiga jenis, yakni implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan

implikatur percakapan berskala. Berikut ini adalah maksud implikatur percakapan

yang didapatkan di lapangan dan penguraiannya.

1. Implikatur Percakapan Umum

Pada data tuturan implikatur percakapan umum, peneliti menemukan dua maksud

yang terkandung, yakni maksud menyindir dan maksud memerintah. Berikut analisis

perihal maksud implikatur percakapan umum.

1) Maksud Menyindir

Tuturan (7) Guru : “Gene bagus bajune dilebokke, opo maneh nganggo tali rafia.” (ternyata

bagus bajunya dimasukkan, apalagi memakai tali rafia) (1/1/SMA)

Konteks: situasi menyenangkan atau tidak tegang pasca diberikan tugas. Guru

mengingatkan murid tersebut untuk lebih rapi lagi dan tidak nanggung dalam hal

merapikan pakaian yang digunakan. Karena murid tersebut memasukkan pakaian,

tetapi menggunakan sabuk tali plastik (rafia). Tuturan dinyatakan dengan cara yang

santai. Penutur dan mitra tutur berasal dari daerah jawa, sehingga menggunakan

tuturan bahasa Jawa.

Berdasar pada analisis wujud implikatur percakapan pada sub bab

sebelumnya, data tuturan (7) merupakan tuturan implikatur imperatif ngelulu. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

92

dilihat dari makna tuturan yang diucapkan guru yakni “Gene bagus bajune dilebokke,

opo maneh nganggo tali rafia.” Pada situasi yang santai saat proses pembelajaran

guru mengomentari gaya berpakaian murid laki-lakinya yang saat itu terlihat berbeda

dari biasanya. Perbedaan tersebut dari seragam atas yang dimasukkan ke dalam

celana atau terlihat rapi. Akan tetapi, murid tersebut tidak menggunakan sabuk celana

semestinya, melainkan menggunakan tali plastik/ tali rafia. Komentar sang guru

ditanggapi malu dan menutupi sabuk plastik tersebut. Dari kasus tuturan tersebut sang

guru memiliki maksud untuk memerintah murid untuk mengganti sabuk dari plastik

dengan sabuk yang semestinya diperuntukkan untuk celana seragam sekolah. Gaya

tuturan yang berupa pujian-pujian dan membuat murid tidak tersinggung, bahkan

mengerti maksud sang guru yang menyindirnya. Oleh karena itu, Tuturan tersebut

memiliki dua alur maksud, yakni menyindir dan memerintah.

2) Maksud Memerintah

Tuturan (8)

Guru : “Yang menyembunyikan tas dan jaket, tahun depan ngulang.” (3/12/SMA)

Konteks: Situasi yang terjadi pada pertuturan tersebut tampak santai dan menjurus

pada ramai. Maksud dari tuturan tersebut adalah memerintah bagi yang

menyembunyikan tas dan jaket untuk segera mengembalikan. Bentuk tuturan berupa

kalimat perintah. Penutur adalah guru sejarah, yang ditujukan kepada seluruh murid

kelas XI IPS 1.

Tuturan (9)

Guru : “Kamu ndak ada catatan kan pasti? Ga papa, sampai ulangan sajakan enak

malahan.” (29/10/SMK)

Konteks : Situasi tuturan tersebut terasa jengkel. Maksud dari tuturan tersebut adalah

menunjukkan bahwa sang guru telah pasrah terhadap sikap murid. Nada suara guru

terdengar tinggi. Guru wanita menuturkan kepada murid yang tidak dapat

menyampaikan catatannya. Murid tampak tidak focus terhadap pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

93

Tuturan (10)

Guru : “Ini ada yang piket enggak ya?”

Murid : “Ada kok bu, ada” (11/2/SMA)

Konteks : Situasi pada tuturan tersebut terasa tegang. Maksud dari tuturan tersebut

adalah menyuruh murid untuk menghapus tulisan-tulisan di papan tulis. Tuturan

bersifat tuturan lisan dua arah dan bernada tinggi.

Tuturan (11)

Guru : “Mas, apa kamu enggak nulis?”

Murid : “Bu, saya minta soft file.” (11/6/SMA)

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut terasa lebih santai. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menunjukkan bahwa para murid malas untuk menulis catatan yang

berasal dari slide PPT sang guru. Tuturan bersifat lisan dan bernada santai cenderung

merajuk.

Tuturan (12)

Guru : “Gandhang udah selesai?” (5/2/SMK)

Konteks : Situasi terasa kesal. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh murid

untuk tenang dan fokus mengerjakan tugas. Nada suara tuturan terdengar tinggi.

Tuturan (8) memiliki wujud pernyataan yang bermaksud memerintah. Data

tuturan 2 dituturkan dengan nada meninggi kepada seluruh murid di dalam kelas.

Tuturan tersebut terjadi kala ada salah satu tas murid yang disembunyikan oleh

beberapa temannya. Akan tetapi tidak ada yang mengakuinya. Melihat hal tersebut

guru merasa akan mengganggu proses pembelajarannya yang harusnya segera

berjalan. Kemudian guru wanita tersebut menuturkan data tuturan (8) yakni “Yang

menyembunyikan tas dan jaket, tahun depan ngulang.”. Tuturan tersebut bukanlah

sebuah kalimat perintah, melainkan berupa kalimat pernyataan yang mengandung

maksud memerintah. Lebih dalam, kalimat tersebut tidak secara langsung

memerintah untuk mengembalikan tas yang disembunyikan. Kalimat tersebut secara

gramatikal memang terlihat mengancam atau sebuah gertak “sambal” oleh sang guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

94

kepada para murid. Terbukti, setelah guru menuturkan tersebut salah satu murid

mengeluarkan tas yang ia sembunyikan bersama teman-temannya, sehingga proses

pembelajaran kembali berjalan. Maka dari itu, dapat ditentukan bahwa maksud yang

terdapat dalam tuturan tersebut adalah memerintah.

Data tuturan (9) merupakan sebuah tuturan implikatur percakapan umum yang

berwujud imperatif ngelulu. Hal ini diidentifikasi dari wujud yang tampak dari

tuturan tersebut, yakni “Kamu ndak ada catatan kan pasti? Ga papa, sampai ulangan

sajakan enak malahan.” Dari tuturan tersebut, konteks yang melingkupinya berupa

tuturan yang bernada tinggi. Tuturan tersebut juga dituturkan oleh guru wanita

pengampu mata pelajaran akutansi. Tuturan itu ditujukan oleh salah satu siswa yang

tampak tidak fokus dan terlihat tidak memperhatikan arahan sang guru. Oleh karena

itu, dapat diinterpretasi perihal maksud yang ada pada data tuturan (9) adalah

memerintah untuk aktif mengikuti pelajaran. Secara spesifik, tuturan tersebut terdapat

dua kalimat, yakni kalimat tanya dan kalimat pernyataan. Pada tuturan pertanyaan,

guru mencoba mengomentari dan menanyakan hal yang sudah diketahui oleh sang

guru, perihal kebiasaan murid tersebut yang jarang mencatat. Kemudian, guru

menanggapi seolah membolehkan tindakan tersebut, namun maksud guru adalah

menyuruh untuk rajin mencatat agar tidak kesulitan nantinya. Pernyataan bersifat

kebalikan dari sifat sesungguhnya yang merupakan maksud yang hendak

disampaikan kepada murid. Maka dari itu, dapat ditemukan bahwa maksud dari

tuturan tersebut adalah memerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

95

Berbeda dengan dua data sebelumnya, pada data tuturan (10) ini berwujud

pertanyaan yang mengandung maksud untuk memerintah. Tuturan tersebut terjadi

saat guru akan memulai pelajaran. Akan tetapi papan tulis yang hendak dipakai untuk

menuliskan materi masih terdapat tulisan-tulisan untuk mata pelajaran sebelumnya,

sehingga guru menuturkan data tuturan (10) yakni “Ini ada yang piket enggak ya?”.

Tuturan tersebut ternyata mendapat dua respon dari para murid, yaitu menjawab

dengan lisan dan petugas piket segera membersihkan papan tulis. Maka dari itu, unsur

interogatif dari wujud tuturan dapat mengandung maksud untuk memerintah.

Sama dengan data tuturan (10), pada data tuturan (11) wujud dari tuturan

berupa kalimat pertanyaan atau interogatif. Hal ini diidentifikasi dari sisi gramatikal

atau bentuk tuturan yakni “Mas, apa kamu enggak nulis?”. Apabila dari segi maksud

tuturan tersebut adalah memerintah muridnya untuk menulis materi yang diberikan

oleh guru. Tuturan tersebut terjadi karena murid tidak mencatat materi yang guru

berikan di tampilan slide power point. Hal ini sejalan dengan pengertian dari

implikatur menurut Horn (2004: 3) bahwa Implicature is a component of speaker

meaning that constitutes an aspects of what is meant in a speaker's utterance without

being part of what is said. Oleh karena itu implikatur merupakan komponen makna

pembicara yang merupakan aspek dari apa yang dimaksud dalam ucapan pembicara

tanpa menjadi bagian dari apa yang dikatakan. Maka dari itu, ditemukan bahwa pada

data tuturan (11) memiliki maksud untuk memerintah salah satu muridnya untuk

mencatat materi dengan wujud tuturan berupa kalimat pertanyaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

96

Brown & Yule (1996) menjelaskan bahwa implikatur digunkaan untuk

menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan berbeda

dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Hal ini sejalan dengan data

tuturan (12) yang berwujud sebuah tuturan interogatif. Secara literal wujud tuturan

tersebut memiliki maksud untuk menanyakan si murid perihal selesai atau belum

penulisan materi dari guru. Akan tetapi, dari sisi implikatur, tuturan tersebut memiliki

maksud yang lain. Hal ini berdasarkan pada konteks yang melingkupi tuturan

tersebut. Tuturan tersebut dituturkan oleh guru kepada salah satu murid laki-laki.

Keadaan murid saat itu tampak ribut dengan murid yang lainnya dan tidak menulis

catatan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, guru menuturkan “Gandhang udah

selesai?” kepada murid tersebut yang bernama Gandang. Pertanyaan tersebut

mengindikasikan sebuah perintah untuk Gandhang untuk segera menyelesaikan

proses mencatatnya. Jadi, dapat disimpulkan pada data tuturan (12) ini sebuah wujud

pertanyaan memiliki maksud untuk memerintah.

2. Implikatur Percakapan Berskala

Proses analsis maksud implikatur percakapan berskala berdasar pada analisis

wujud pada subbab sebelumnya. Berikut ini adalah paparan analisis data perihal

maksud percakapan implikatur percakapan berskala. Pada tuturan dalam implikatur

percakapan berskala ini, penutur menemukan dua maksud yang tersembunyi di balik

peristiwa tutur, yakni maksud menyindir dan memerintah. Berikut adalah analisis

maksud tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

97

1) Maksud Menyindir

Tuturan (14)

Guru : “Wah kamu 12 pertanyaan ya.”

Murid : “Haha endak pak, belum selesai”

Konteks: Situasi dalam tuturan terasa menyenangkan dan ceria. Penutur adalah guru

dan mitra tutur adalah satu murid perempuan. Guru memberikan tugas kepada murid

untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan mengenai wawancara yang nantinya

diajukan kepada teman sebangku. Beberapa murid ada yang kesulitan menyusun

pertanyaan, sehingga dalam waktu yang lama belum menghasilkan pertanyaan yang

banyak. Maksud yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah menyindir.

2) Maksud Memerintah

Tuturan (13)

Guru : “Satu jam pelajaran selesai ya?”

Murid: “satu setengah ya bu”

Guru: “Baik, tapi satu tulisan jadi semua ya.” (4/3/SMK)

Konteks: Situasi terasa menyenangkan. Maksud dari tuturan tersebut memerintah

para murid untuk segera menyelesaikan dan menggunakan waktu dengan seefektif

mungkin dalam menulis artikel.

Tuturan (15)

Murid : “Izin ke belakang bu.”

Guru : “Sak menit!” (satu menit) (3/8/SMA)

Konteks: situasi saat pertuturan itu agak santai dan tidak tegang. Maksud tuturan

tersebut menunjukkan bahwa guru adalah orang yang disiplin dan ingin murid

tersebut cepat kembali ke kelas. Bentuk tuturan berupa kalimat perintah yang tidak

menjawab secara tersurat tuturan murid. Nada bicara tegas dan cepat.

Tuturan (16)

Guru : “Sudah lebih 10 menit ya?” (3/1/SMA)

Konteks: Situasi dari tuturan tampak kesal. Guru menuturkan pertanyaan yang

bermaksud untuk menyindir para murid yang tidak disiplin untuk masuk kelas setelah

istirahat pertama, sehingga terlambat menjadi 10 menit. Guru berharap agar kejadian

tersebut tidak terulang kembali.

Tuturan (17)

Guru : “Kira-kira berapa lama untuk baca artikel?”

Murid : “Satu jam bu”

Guru : “Wah 15 menit cukup ya?” (29/2/SMK)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

98

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut terasa santai. Maksud dari tuturan tersebut

adalah negosiasi waktu yang menandakan bahwa guru ingin murid membaca artikel

dengan cepat dan fokus, karena hanya artikel singkat.

Pada data (13) merupakan bagian dalam proses munculnya tuturan implikatur

percakapan berskala. Yakni, antara guru dan murid terjadi proses negosiasi dalam

melakukan proses kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, guru menuturkan tuturan apda

data (13) berwujud tuturan pernyataan. Tuturan (13) memiliki konteks bahwa situasi

yang terasa adalah menyenangkan, sehingga guru menuturkan dengan nada rendah

tanpa nada tinggi. Selain itu, kondisi para murid yang mudah terpecah fokusnya

terhadap suatu tugas membuat guru memberikan tuturan tersebut. maka dari itu,

didapatkan bahwa data tuturan (13) memiliki maksud untuk memerintah para murid.

Dengan demikian, data ini memperkuat perihal suatu maksud memerintah dapat

diwujudkan selain dengan wujud perintah, yakni dengan tuturan secara tidak

langsung.

Pada data tuturan (15) penutur memiliki wujud pernyataan dalam menuturkan

tuturan yang diindikasikan mengandung implikatur percakapan berskala. Indikator

dari perumusan data tuturan (15) sebagai suatu implikatur percakapan berskala adalah

penggunaan partikel angka bermakna sebagai suatu fungsi. Secara makna sangat

jelas, bahwa guru memberikan waktu pada murid untuk ke belakang hanya satu

menit. Akan tetapi, ditilik lebih jauh dari maksud tuturan tersebut adalah memerintah

murid untuk cepat kembali setelah selesai dari belakang. Hal ini merujuk pada

konteks yang melingkupi tuturan tersebut. yakni, dikhawatirkan murid akan mampir

ke kantin atau keluar entah kemana setelah dari belakang (kamar mandi), sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

99

guru menggunakan frasa “sak menit” untuk memerintah murid lekas kembali ke kelas

untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian, ditemukan maksud dari suatu tuturan

yakni memerintah walau berwujud pernyataan.

Pada tuturan yang terdapat pada data tuturan (16) telah dianalisis perihal

wujudnya, yakni memiliki wujud pertanyaan atau interogatif. Selain itu juga

didapatkan makna yang tampak pada tuturan tersebut adalah mencari sebuah

klarifikasi waktu yang telah dihabiskan oleh para murid dalam mengerjakan satu soal.

Data tuturan (16) merupakan suatu implikatur percakapan berskala merujuk pada

penggunaan frasa “lebih 10 menit” yang mengindikasikan angka bermakna dalam

fungsinya sebagai skala tinggi atau dengan kata lain menjadi suatu patokan fungsi

untuk mengantarkan maksud tuturan agar dipahami oleh para murid. Sebelum

merujuk pada penjelasan maksud yang terdapat dalam tuturan tersebut, peneliti akan

menjabarkan konteks yang melingkupi tuturan tersebut, sehingga akan ditemukan

benang merah dalam menuju maksud yang tersembunyi dari tuturan data (16).

Tuturan tersebut dituturkan oleh guru kepada para murid yang mengerjakan satu soal

dengan sangat lama, kondisi yang terlihat dari kelas tersebut adalah gaduh dan hanya

beberapa saja yang mengerjakan soal tersebut. Maka dari itu, guru menuturkan data

sebelas dengan wujud tuturan interogatif agar jawaban yang diharapkan dapat

memberikan dampak para murid memahami maksud tersembunyi, yakni memerintah

agar para murid segera menyelesaikan soal tersebut tanpa ramai atau gaduh. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

100

demikian, didapatkan secara rinci bahwa maksud suatu tuturan yang berupa perintah

atau memerintah dapat muncul dari wujud interogatif atau pertanyaan.

Pada data (17) merupakan bagian dari implikatur percakapan berskala yang

memiliki wujud sebuah pertanyaan atau interogatif. Tuturan tersebut menggunakan

unsur berskala yakni kata cukup dan kombinasi angka bermakna, sehingga menjadi

kesatuan yang memiliki fungsi tuturan terhadap maksud yang diinginkan oleh

penutur, yakni guru. Konteks yang melingkupi tuturan tersebut adalah keadaan

dirasakan santai kemudian aktivitas yang sedang terjadi adalah pelajaran membaca

sebuah artikel singkat. Proses pra-pembacaan adalah negosiasi alokasi waktud dalam

proses pembacaan, sehingga antara guru dan murid saling mengajukan waktu. Akan

tetapi, guru menuturkan jauh dari harapan murid yang ingin selama 1 jam, tetapi guru

menuturkan “15 menit cukup ya?”. Nada suara yang guru tuturkan terdengar rendah

dan membujuk. Maka dari itu, tuturan yang berwujud pertanyaan atau interogatif

tersebut memiliki maksud untuk memerintah para murid untuk segera membaca

artikel dengan cepat dan efektif tanpa melakukan aktivitas yang mengganggu lainnya.

Dengan demikian, wujud suatu tuturan implikatur percakapan berskala dapat berupa

interogatif, namun memiliki maksud memerintah.

3. Implikatur Percakapan Khusus

Dalam analisis data implikatur percakapan khusus berdasarkan dengan

analisis subbab sebelumnya, sehingga akan diklasifikasikan menjadi tiga macam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

101

wujud, yakni data tuturan wujud imperatif, deklaratif, dan interogatif. Pada analysis

maksud ini, peneliti menemukan beberapa maksud yang tersembunyi di balik wujud

tuturannya. Maksud-maksud tersebut yakni ngelulu, melarang, menyindir,

mengimbau, menasihati, dan memerintah. Berikut ini adalah penguraian mengenai

maksud implikatur khusus yang akan disajikan sebagai berikut.

1) Maksud Ngelulu

Tuturan (18)

Guru : “Ojo ngono, gon kene lho!” (7/2/SMA)

(Jangan kayak gitu, seperti gini lho!)

Konteks : Situasi dari pertuturan tersebut tampak menyenangkan. Maksud dari

tuturan tersebut adalah menyindir gaya rambut Qoza yang terlihat unik, kemudian

guru mengomentari gaya rambut tersebut dengan menambahkan gaya rambut yang

lebih parah. Hal ini merujuk pada aturan sekolah Pangudi Luhur yang menerapkan

kerapian dalam berpenampilan serta bergaya rambut.

Sesuai dengan hasil identifikasi pada sub wujud implikatur percakapan data

tuturan (18) yang menyatakan bahwa tuturan “Ojo ngono, gon kene lho.”berwujud

imperatif aktif tidak transitif yang dibentuk atas wujud tuturan deklaratif. Maka dari

itu, data tersebut memiliki wujud deklaratif. Secara lebih mendalam, tuturan data

(18) memiliki maksud tidak hanya sebuah komentar basa-basi, melainkan memiliki

maksud untuk memerintah atau menyuruh. Hal ini dapat dirunut dari prinsip

implikatur menurut Brown & Yule (1996) bahwa implikatur digunakan untuk

memperhitungkan apa yang dimaksudkan oleh penutur, sebagai hal yang berbeda

dari apa yang dinyatakan secara harafiah. Selain itu, maksud dari tuturan tersebut

juga didukung oleh konteks yang mendampinginya, yakni tuturan diutarakan dengan

nada yang santai dan terasa gojekan. Selain itu, berdasarkan aturan di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

102

tersebut yang tidak memperbolehkan gaya rambut yang tidak rapi. Kemudian,

tuturan tersebut juga dilakukan saat jam pelajaran berlangsung yang mana murid

tersebut adalah murid yang dikenal kurang terbiasa tenang, sehingga guru

mengutarakan tidak secara langsung dalam menyuruh murid tersebut untuk

merapikan rambutnya. Maka dari itu, dilihat dari segi maksud tuturan tersebut adalah

ngelulu.

2) Maksud Melarang

Tuturan (19)

Guru : “Kalau mejanya bersih kan enak dipandang”

Murid : “Kejauhan bu tasnya.” (28/10/SMK)

Konteks: Situasi dalam pertuturan tersebut terasa santai. Situasi tersebut daat jam

mata pelajaran sejarah. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh murid untuk

tidak menaruh tas mereka di atas meja, karena sering digunakan untuk

menyembunyikan aktivitas bermain HP dan alas kepala untuk tidur di SMK Putra

Tama khsuusnya kelas XI Otomotif.

Tuturan (24)

Guru : “Memet lagi sakit ya? Kok pakai jaket?” (11/5/SMA)

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut terasa santai. Dituturkan oleh guru kepada

murid yang bernama Memet. Maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh Memet

untuk melepaskan jaket yang digunakan sesuai dengan aturan sekolah. Tuturan

bersifat lisan satu arah dan bernada tinggi.

Pada data tuturan (19) dari segi wujudnya merupakan tuturan deklaratif yang

bermakna larangan terhadap para siswa laki-laki di kelas Otomotif. Tuturan diujarkan

oleh guru wanita yang mengampu pelajaran sejarah berupa “Kalau mejanya bersih

kan enak dipandang”. Tuturan tersebut tampak hanya sebagai komentar biasa apabila

dilihat dari sisi harafiah. Akan tetapi, tuturan tersebut memiliki konteks yang cukup

luas terhadap perilaku para siswa di kelas XI Otomotif tersebut. Keadaan yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

103

apabila tas dibiarkan di atas meja adalah untuk diganakan para siswa untuk tidur dan

bermain telepon selulernya, sehingga akan mengganggu jalannya pelajaran. Maka

dari itu, guru memberikan ujaran deklaratif yang memiliki kesan hanya berkomentar,

padahal guru memberikan sebuah larangan bagi para siswa untuk tidak meletakkan

tas di atas meja. Pranowo (1999) menyatakan bahwa implikatur diartikan sebagai

maksud yang tersembunyi di balik tuturan. Jadi, didapatkan sebuah kesimpulan pada

data tuturan (19) bahwa implikatur yang memiliki maksud untuk melarang dapat

berwujud tuturan deklaratif.

Pada data tuturan (24), tuturan memiliki wujud interogatif. Hal ini dilihat dari

bentuk tuturan yang diujarkan oleh guru wanita kepada salah satu murid laki-laki di

dalam kelas. Keunikan dari data tuturan (24) adalah terdapat dua jenis pertanyaan

dalam satu kali pertuturan tanpa jeda. Pengidentifikasian wujud serta jenis implikatur

tersebut berawal dari konteks yang menyelimuti tuturannya. Dirunut dari wujudnya,

guru memiliki maksud untuk mengetahui keadaan kesehatan dari murid tersebut,

selanjutnya guru bermaksud untuk mengetahui alasan murid tersebut menggunakan

jaket. Hal ini diperdalam maksudnya dari konteks tuturannya, yakni murid tersebut

terkenal sering tidur di kelas saat mata pelajaran berlangsung. Murid tersebut juga

sering menggunakan jaket ketika kegiatan belajar berlangsung. Guru mengutarakan

sebuah tuturan yang terdengar atau terasa menaruh kepedulian terhadap kondisi dari

si murid. Akan tetapi, guru menyadari bahwa murid tidaklah sedang sakit, karena

secara fisik sehat. Maka guru menguatkan maksud yang utama dengan tuturan “kok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

104

pakai jaket?” bahwa maksud tersembunyinya adalah sebuah larangan untuk

mengenakan jaket yang dipakainya. Hal ini juga berdasar pada konteks aturan

sekolah tersebut, yakni larangan murid yang tidak sakit untuk menggunakan jaket

saat pelajaran berlangsung. Maka dari itu tuturan yang digunakan mampu

menegaskan maksud yang tersembunyi dari sebuah tuturan secara harafiah. Hal ini

sejalan dengan Levinson (1983:97) yang menjelaskan bahwa implikatur mampu

memberikan penjelasan mengenai apa yang “dikatakan” secara harafiah, tetapi

memberikan maksud yang berbeda, misalnya tuturan dengan bentuk pertanyaan

tetapi bermakna memerintah. Jadi, dapat diberikan kesimpulan pada data ini, sebuah

tuturan yang secara fisik sebuah pertanyaan, memiliki maksud yang tak tampak

untuk menyindir dan larangan, selain itu juga penguatan maksud dapat diberikan dua

tuturan berturut-turut dengan wujud yang sama.

3) Maksud Menyindir

Tuturan (20)

Guru : “Alhamdulillah, Pilipus tumben masuk ya.”

Konteks : Situasi dalam pertuturan tersebut adalah santai. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menyindir murid yang sangat jarang masuk, walaupun dibubuhkan

“Alhamdulillah” sebagi wujud syukur dan diikuti “tumben”.

Tuturan (22)

Guru: “Tenang saja Putra Tama itu baik hati, nanti bisa nyicil hape dan macam-

macam.” (5/4/SMK)

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut terasa santai. Maksud dari tuturan tersebut

adalah SMK Putra Tama Bantul dapat memberikan beamurid kepada para murid.

Bentuk tuturan berupa kalimat deklaratif yang hiperbola.

Tuturan (25)

Guru : “Pintar ya, apa karena enggak masuk ya?” (29/5/SMK)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

105

Konteks : Situasi dalam tuturan tersebut terasa menyenangkan. Maksud dari tuturan

tersebut adalah pujian terhadap murid yang jarang sekali masuk, namun dapat

menjawab pertanyaan.

Nugraheni (2010) implikatur merupakan sesuatu yang terimplikasi di dalam

penggunaan bahasa secara aktual. Hal ini tampak dalam data (20) yang

mengimplikasikan maksud lain dari sebuah tuturan biasa. Tuturan tersebut memiliki

wujud pernyataan atau deklaratif yang mengimplikasikan maksud lain. Implikasi dari

tuturan tersebut adalah menunjukkan kebiasaan dari salah satu murid laki-laki yang

bernama Philipus. Dari tuturan tersebut, Philipus diketahui adalah murid yang sering

membolos. Kemudian selain mengimplikasikan hal itu, tuturan tersebut juga

mengandung sindiran serta nasihat bagi siswa tersebut untuk lebih rajin mengikuti

pelajaran di sekolah.

Pada data tuturan (22) juga terdapat makna sindiran yang tidak tampak pada

tuturan. Data tuturan (22) termasuk dalam implikatur percakapan khusus yang

memiliki wujud pernyataan atau deklaratif. Data tuturan (22) yakni “Tenang saja

Putra Tama itu baik hati, nanti bisa nyicil hape dan macam- macam.” Tuturan

tersebut juga memunculkan sebuah majas, yakni majas personifikasi pada bagian

“Tenang saja Putra Tama itu baik hati”. Maksud dari tuturan ini adalah suatu sindiran

yang ditujukan kepada para siswa Putra Tama. Akan tetapi, tuturan tersebut

berkonteks pada para siswa kelas XI Akutansi A. Hal ini dilatarbelakangi oleh sistem

sekolah yang memberikan bantuan pendidikan gratis pada para siswa, namun siswa

dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli peralatan elektronik seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

106

handphone. Hal ini sejalan dengan Leech (1983) yang menyatakan bahwa implikatur

merupakan bagian dari interpretasi suatu tuturan yang sebenarnya sebagai usaha

untuk menduga maksud yang disampaikan. Dugaan tersebut terdeteksi pada bagian

“nanti bisa nyicil hape dan macam-macam” yang mana dugaan guru terhadap

perilaku para siswanya dalam menggunakan bantuan dari yayasannya.

Pada data tuturan (25) guru mencoba untuk memberikan motivasi kepada

salah satu muridnya yang berhasil menjawab soal dari sang guru. Tuturan yang

terdapat pada data tuturan (25) memiliki maksud yang ganda, yakni memuji murid

dan memotivasi muridnya. Hal ini jugalah yang melatarbelakangi data tuturan (25)

merupakan implikatur percakapan khusus. Wujud tuturan data tuturan (25) adalah

pertanyaan atau interogatif. Tuturan memuji berupa kalimat “pintar ya?” dengan

maksud menyuruh untuk lebih giat belajar lagi dan memaksimalkan potensi kognitif

dari murid tersebut. Kemudian guru melontarkan kalimat interogatif selanjutnya yang

ditangkap sebagai sebuah sindiran yang memotivasi bagi siswa tersebut dengan

wujud kalimat “apa jarang masuk ya?”. Hal tersebut karena murid laki-laki tersebut

jarang sekali masuk sekolah, sehingga melalui tuturan interogatif tersebut guru

mencoba memerikan motivasi untuk rajin masuk sekolah. Maka dari itu, implikatur

dalam data tersebut sejalan dengan Yule (2014) yang menyatakan bahwa implikatur

percakapan khsususmengenai konteks khsuus dalam memahami maksud.

4) Maksud Mengimbau

Tuturan (21)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

107

Guru : “Mending balik ke Jakarta kan enak, daripada di sini malah kamu buang

waktu.” (29/9/SMK)

konteks: Situasi tuturan tersebut terasa tegang dan marah. Maksud dari tuturan

tersebut adalah menandakan sang guru sudah tidak menaruh perhatian terhadap

murid tersebut kala mengikuti pelajarannya. Sang murid tampak tidak menghiraukan

perkataan sang guru.

Tuturan yang berwujud deklaratif atau pernyataan yang memiliki maksud

untuk memerintah atau menyuruh terdapat pada data tuturan (21). Data tersebut

menjadi bagian dari implikatur percakapan khusus. Hal ini seiring kesepahaman

konteks yang berlaku dalam suatu kelompok tertentu terhadap seorang siswa. Data

tuturan (21) memiliki tuturan sebagai berikut “Mending balik ke Jakarta kan enak,

daripada di sini malah kamu buang waktu.” Konteks yang melingkupi tuturan

tersebut adalah seorang guru wanita yang memiliki latar budaya jawa menuturkan

kepada siswa laki-laki yang berasal dari panti asuhan di Jakarta. Siswa laki-laki

tersebut dikenal jarang masuk sekolah dan kurang aktif dalam pelajaran, serta tidak

pernah mengerjakan tugas-tugas dari guru. Tuturan tersebut muncul karena siswa

tersebut tidak mencatat materi yang telah diberikan kepada para siswa, sehingga

guru melontarkan tuturan deklaratif yakni data tuturan (21). Maksud dari dari tuturan

tersebut adalah guru mencoba memberikan penyadaran terhadap siswa tersebut akan

tujuan dikirim sekolah di Bantul. Guru menggunakan tuturan kebalikan dengan

maksud sebenarnya, yakni guru mengimbau siswa tersebut untuk pulang ke Jakarta

daripada membuang waktu, padahal guru ingin murid tersebut sadar akan tujuan

utamanya, yakni belajar dengan rajin, serta memanfaatkan kesempatan yang telah

diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

108

5) Maksud Menasihati

Tuturan (23)

Guru : “Marlin ini tadi membaca informasi yang menantang.” (28/7/SMK)

Konteks: Situasi dalam tuturan tersebut santai dengan pelaku tutur adalah guru dan

mitra tutur salah satu siswi yang membacakan naskah berita. Maksud dari tuturan

tersebut adalah memerintah sisiwi tersebut untuk fokus pada cara membaca berita,

bukan dicampur dengan membacakan narasi. Bentuk tuturan bersifat langsung

dengan nada yang tinggi menghibur.

Implikatur menjadi salah satu opsi bagi penutur untuk memberikan kesan

lembut terhadap mitra tutur, sehingga mitra tutur tidak akan tersinggung apabila

diberikan nasihat. Hal ini juga tampak pada tuturan data (23) bahwa sang guru

menggunakan pemilihan kata yang membuat nasihatnya terasa lembut bahkan

memotivasi muridnya. Hal ini sejalan dengan Gazdar (1979: 38) bahwa implikatur

adalah proposisi yang tersirat oleh ucapan kalimat dalam konteks meskipun itu

proposisi bukan merupakan bagian dari atau sebuah entailment dari apa yang benar-

benar berkata. Perihal guru menggunakan kata “menantang” dalam tuturannya yang

berbunyi “Marlin ini tadi membaca informasi yang menantang” bukan berarti

menantang guru atau pendengar yang lainnya, melainkan motivasi yang diberikan

oleh guru terhadap Marlin yang berani berinovasi atau menjadi pembeda dengan

teman-temannya yang lain, walaupun belum benar. Maka dari itu, tuturan ini

termasuk dalam tuturan yang berbeda dengan makna tampaknya, karena memiliki

maksud yang lain.

6) Maksud Memerintah

Tuturan (26)

Guru : “Arga, ning kono iso ndelok ora kok?”(8/1/SMA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

109

(Arga, di situ bisa lihat apa tidak?)

Konteks: Situasi yang terasa dari tuturan tersebut adalah nampak tegang. Maksud

dari tuturan tersebut adalah menyuruh Arga yang menggunakan kaca mata dan

terlihat kesusahan melihat tulisan di papan tulis. Bentuk tuturan berupa kalimat tanya.

Tuturan (27)

Guru : “Gimana sudah terjawab?” (11/3/SMA)

Murid : “(terdiam)”

Guru : “Ini kembali ke kelas X ya ini?”

Konteks: Situasi pertuturan tersebut terasa tegang. Maksud dari tuturan tersebut

adalah memerintah agar para murid mengingat kembali materi kelas X. Tuturan

bersifat lisan dan dua arah dengan nada suara yang tinggi.

Seperti pada ulasan sub bab sebelumnya perihal wujud implikatur. Pada data

tuturan (26) menunjukkan bahwa suatu implikatur dapat diwujudkan dengan sebuah

pertanyaan atau interogatif yang memiliki maksud untuk memerintah. Hal ini tentu

saja bukan tanpa alasan atau landasan. Dirunut dari unsur penting dalam implikatur

yakni melalui konteks yang melingkupi tuturan tersebut untuk mengetahui maksud

sebenarnya atau maksud yang tersembunyi dari sebuah tuturan. Data tuturan (26)

berupa tuturan “Arga, ning kono iso delok ora kok?” yang dituturkan oleh guru laki-

laki kepada murid laki-lakinya yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan dengan

jarak pandang jauh atau rabun jauh. Maka dari itu, guru memberikan pertanyaan yang

sebenarnya mengandung maksud untuk menyuruh Arga duduk di bagian depan kelas

agar dapat melihat materi di papan tulis dengan jelas.

Pada data tuturan (27) tuturan berwujud interogatif dengan maksud untuk

memerintah. Hal ini terjadi atas dasar konteks yang melingkupi tuturan tersebut.

tuturan tersebut terjadi karena para murid tidak ingat akan materi yang telah dipelajari

saat kelas X. Secara literal, para murid kelas XI IPA 1 diperintahkan untuk kembali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

110

ke kelas X. Akan tetapi, maksud guru adalah memerintahkan ingatan para murid

untuk mengingat kembali materi kelas X dalam mata pelajaran kimia. Secara

lengkap, tuturan satu dan dua dari guru menunjukkan keterhubungan dalam

membangun konteks yang melingkupi tuturan ini. Yakni pada tuturan pertama, guru

menanyakan perihal soal yang sedang dikerjakan oleh para murid, “Gimana sudah

terjawab?”. Melalui pertanyaan tersebut, jelas bahwa guru menanyakan perihal soal

yang diberikan kepada para siswa, apakah sudah terjawab atau belum. Akan tetapi

para murid ternyata terdiam, menandakan bahwa belum ada yang bisa menjawab,

sehingga guru memberikan tuturan pertanyaan yang maksudnya adalah

memerintahkan para murid untuk mengingat kembali materi kelas XI.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Wujud Implikatur Tuturan Guru di dalam Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan beberapa wujud

implikatur yang terdeteksi dalam bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Bentuk-

bentuk tersebut didasarkan pada fungsi komunikatif dari tuturan yang dituturkan oleh

guru kepada para muridnya. Hal ini juga memberikan pandangan tentang fungsi

gramatikal yang ada pada tuturan guna memberikan makna dan maksud yang tidak

tampak dalam tuturan. Hal tersebut peneliti lakukan dengan dasar analisis yang

bersifat co-teks, selain tentunya menggunakan konteks sebagai alat untuk mengetahui

maksud yang tidak tampak dalam sebuah tuturan berindikasi implikatur tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

111

Tata cara peneliti menganalisis wujud implikatur percakapan adalah

melakukan klasifikasi berdasarkan pada jenis implikatur. Jenis implikatur terdiri atas

dua jenis, yakni implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Secara khsusus,

implikatur percakapan memiliki tiga jenis implikatur percakapan, yakni implikatur

percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan

khusus. Penjelasan tersebut didasari menurut pendapat dari Yule (2014) bahwa

terdapat dua jenis implikatur, yaitu implikatur konvensional dan implikatur

percakapan. Setelah itu, dibagi lagi atas 3 jenis implikatur percakapan, yakni

implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur

percakapan khusus.

4.3.1.1 Implikatur Konvensional

Pada analisis wujud implikatur konvensional secara garis besar dan utama

berdasarkan pada penggunaan fungsi gramatikal dalam tuturan. Hal ini merujuk pada

Yule (2006: 78) bahwa implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan

dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasinya. Maka dari itu,

suatu maksud akan dapat dipahami berdasarkan pada penggunaan kata, frasa, klausa,

atau kalimat yang digunakan oleh penutur. Hal tersebut mengarah pada lingkup

semantik dalam memahami maksud yang terdapat dalam suatu tuturan. Hal ini

merujuk pada penggunaan idiom atau ungkapan-ungkapan yang memiliki arti

semantik. Artinya, pemahaman suatu maksud dari tuturan implikatur dapat dilihat

dari kata, frasa, klausa, maupun kalimatnya. Hal itu tentu akan mempengaruhi wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

112

yang digunakan oleh penutur untuk menuturkan tuturan yang hendak disampaikan

kepada mitra tutur.

Mustafa (2010) dalam jurnal yang berjudul The Interpretation of Implicature:

A Comparative Study between Implicature in Linguistics and Journalism

mengungkapkan bahwa implikatur konvensional muncul dari makna kata-kata

konvensional dan wacana yang terjadi. Hal ini tentu semakin menegaskan bahwa

dalam memaknai suatu tuturan dapat melalui makna kata atau frase yang digunakan

oleh penutur. Hal ini tentu menjadi pembeda dengan apa yang dikatakan oleh Yule

(2006), bahwa implikatur konvensional tidak membutuhkan konteks untuk

mengetahui maksud dari suatu tuturan. Konteks dalam tuturan implikatur

konvensional secara tidak mutlak nyatanya masih berfungsi dalam memahami

maksud suatu tuturan. Hal ini terbukti pada data penelitian yang peneliti temukan.

Bahwa dalam memahami maksud suatu tuturan selain dari kata atau frase, peneliti

juga menggunakan konteks yang berlaku saat peristiwa tutur tersebut terjadi. Dengan

demikian, implikatur konvensional tetap menggunakan konteks dalam memahami

maksud tuturan selain dari penggunaan makna gramatikalnya.

Dari hasil analisis data yang peneliti temukan, terdapat dua wujud tuturan

dalam implikatur konvensional, yakni wujud implikatur deklaratif dan wujud

implikatur imperatif. Secara fungsi komunikatif, wujud implikatur deklaratif adalah

suatu bentuk gramatikal yang memiliki maksud untuk memberikan informasi atau

maksud tertentu kepada mitra tutur. Rahardi (2008: 76) mengungkapkan sekalipun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

113

wujud deklaratif itu bermacam-macam apabila dilihat dari nilai komunikatifnya

semua tuturan itu, pada dasarnya memiliki maksud yang sama, yakni sama-sama

mengandung makna menyatakan atau memberitahukan sesuatu. Hal ini tampak pada

bentuk pernyataan yang digunakan oleh penutur. Secara normatif dan fungsinya,

wujud deklaratif atau pernyataan mengandung maksud untuk memberikan informasi

tanpa mengandung maksud yang lain. Akan tetapi, wujud deklaratif dalam implikatur

konvensional ini mengandung maksud yang lain, yakni maksud memerintah.

Levinson (1983) mengungkapkan implikatur dapat menyederhanakan substansial

baik dalam struktur maupun deskripsi semantik. Jadi, pada konsep yang terdapat

dalam wujud implikatur deklaratif, memiliki maksud memerintah. Selain itu juga

terdapat wujud imperatif yang sejalan yakni memerintah, namun menggunakan

ungkapan atau idiom yang menjadi ciri implikatur konvensional.

4.3.1.2 Implikatur Percakapan Umum

Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak

mempersyaratkan pengetahuan khusus untuk memahami maksud dibalik tuturan yang

diutarakan oleh penutur. Hal ini sejalan dengan Yule (2006:70) yang mengungkapkan

jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna

tambahan yang disampaikan dalam tuturan, maka disebut dengan implikatur

percakapan umum. Pemahaman terhadap maksud yang tidak tampak juga dimengerti

oleh orang ketiga atau partisipan diluar penutur dan mitra tutur. Seperti cuplikan

tuturan “Ini ada yang piket enggak ya?” Hal ini merujuk pada penjelasan awal, bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

114

dalam memahami maksud yang tidak tampak pada suatu tuturan tidak membutuhkan

pengetahuan khusus bagi mitra tutur. Hal ini lah yang menjadi awal penemuan

tuturan tersebut merupakan implikatur percakapan umum. Dilihat dari wujud

komunikatif yang digunakan dalam tuturan tersebut, berwujud interogatif atau

pertanyaan yang ditujukan kepada para murid dalam kelas. Wujud interogatif tersebut

juga berupa sindiran, karena kondisi papan tulis yang masih kotor, tetapi belum

dibersihkan oleh petugas piket. Maka dari itu, beberapa murid yang sadar akan

tuturan tersebut segera bereaksi dengan membersikhkan papan tulis. Kontruksi

kalimat yang digunakan dalam tuturan juga lengkap untuk menjadi sebuah kalimat

pertanyaan.

Perwujudan dari tuturan yang diindikasi mengandung implikatur percakapan

umum tentu telah sesuai dengan kriteria prinsip implikatur. Bahwa apa yang

diutarakan berbeda dengan maksud yang sebenarnya. Nugraheni (2010) dalam

artikelnya yang berjudul Analisis Implikatur Pada Naskah Film Harry Potter And

The Goblet of Fire mengungkapkan bahwa implikatur berasal dari sebuah fenomena

dalam pertuturan, maka penutur dan mitra tutur disarankan untuk mematuhi kaidah-

kaidah percakapan, namun demikian peserta pertuturan baik sengaja atau tidak,

mungkin melanggar prinsip percakapan tersebut. Dari penjelasan tersebut, peneliti

mencoba merekonstruksi perihal implikatur percakapan. Implikatur percakapan

umum lahir dari peristiwa tutur yang telah terjadi pelanggaran prinsip kerja sama.

Wujud dari tuturan yang telah dianalisis ternyata kembali ditegaskan berupa wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

115

interogatif dan deklaratif. Astami (2014) dalam artikelnya yang berjudul Implikatur

Percakapan Dalam Film Nihonjin No Shiranai Nihongo menghasilkan beberapa

wujud yang diambil dari tindak tuturnya, yakni direktif, ekspresif, deklaratif, dan

asertif. Dari penemuan tersebut, ternyata pada proses pembelajaran juga berlaku

wujud deklaratif. Walaupun dalam penelitian tidak menemukan wujud interogatif,

peneliti sendiri meyakini bahwa pada peristiwa tutur yang terjadi dalam proses

pembelajaran selalu ditemukan wujud deklaratif dan interogatif.

Dirunut kembali perihal implikatur percakapan, bahwa sesuatu yang diartikan,

disiratkan, atau dimaksudkan berbeda dengan apa yang dituturkan. Hal ini berlaku

pada implikatur percakapan umum juga. Kompetensi berbahasa seharusnya tidak

melulu mempelajari struktur yang tampak saja, melainkan juga memahami aspek-

aspek di luar struktur bahasa, sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik. Jaelani

(2016) dalam artikelnya yang berjudul Implementasi Pendekatan Pragmatik dalam

Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah menyatakan bahwa dalam

pembelajaran bahasa khususnya pada aspek pembelajaran berbicara, ketercapaian suatu

kompetensi berbahasa yang tepat tidaklah hanya dengan mempelajari bahasa secara

struktural, tetapi juga harus didukung oleh suatu pembelajaran tentang aspek-aspek yang

ada di luar bahasa yang seringkali berpengaruh dalam proses komunikasi. Bahwa

sebuah tuturan yang memiliki wujud tuturan interogatif atau pertanyaan memiliki

pesan secara implisit untuk memerintah. Hal tersebut semakin menguatkan

pemahaman bahwa tuturan yang secara wujud berupa pertanyaan yang membutuhkan

sebuah jawaban dapat menghasilkan maksud dan efek memerintah kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

116

tutur. Maka dari itu, wujud implikatur percakapan umum yang ditemukan adalah

wujud interogatif dan wujud deklaratif yang memiliki maksud untuk memerintah.

4.3.1.3 Implikatur Percakapan Berskala

Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan data implikatur percakapan

berskala. Akan tetapi, peneliti tidak menemukan banyak penanda yang diutarakan

oleh Yule (2014) yang menggunakan istilah-istilah dalam mengungkapkan kuantitas,

seperti yang ditunjukkan pada daftar skala nilai tertinggi ke nilai terendah. Seperti

“semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, selalu, sering, kadang-kadang”.

Oleh karena itu peneliti menggunakan penanda yang memiliki sifat sama pada

penjelasan menurut Yule (2014) yakni menggunakan “bilangan bermakna”. Hal ini

peneliti terapkan dalam analisis implikatur percakapan berskala, karena penanda

ungkapan kuantitas sebagai skala tertinggi ke nilai terendah menggunakan patokan

bilangan atau angka. Peneliti kutipkan tuturan “Sudah lebih 10 menit ya. Secara

khusus pada data tuturan tersebut, guru menggunakan frasa “lebih 10 menit” sebagai

penanda suatu skala tertinggi untuk memberikan estimasi keterlambatan murid yang

terlambat masuk ke kelas. Apabila ditilik dari segi wujud, tuturan data dia atas

memiliki wujud komunikatif berupa kalimat interogatif atau pertanyaan. Peneliti

menempatkan tuturan tersebut sebagai sebuah wujud kalimat pertanyaan karena

memiliki nada suara yang sama dengan orang lain ketika menuturkan sebuah

pertanyaan. Hal ini tentu sepadan dengan tuturan data di atas, bahwa makna dari

tuturan tersebut adalah menginginkan jawaban klarifikasi dari beberapa murid yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

117

terlambat masuk ke kelas. Akan tetapi, tuturan tersebut sejatinya adalah bermaksud

untuk memerintah para murid untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di lain

waktu.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan wujud kalimat deklaratif dan wujud

kalimat imperatif yang terdapat dalam tuturan implikatur percakapan berskala.

Dengan demikian, data implikatur percakapan berskala yang terdapat dalam

penelitian ini berjumlah tiga wujud sesuai dengan fungsi komunikatif. Tiga wujud

fungsi komunikatif tersebut adalah wujud deklaratif, imperatif, dan interogatif. Ketiga

wujud tersebut memiliki maksud yang sama, yakni memerintah. Dengan demikian,

kolaborasi antara fungsi komunikatif dan penggunaan kata / nominal bilangan dalam

kalimat beriringan dengan konteks, sehingga diketahui maksud yang terdapat dalam

suatu tuturan.

4.3.1.4 Implikatur Percakapan Khusus

Dirunut dari pengertian implikatur percakapan khusus bahwa dalam

implikatur ini mengakomodasi pengetahuan atau pemahaman unsur-unsur lokal antara

penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, antara penutur dan mitra tutur membutuhkan

pemahaman yang sama dalam lingkup lokal atau khusus. Hal ini didasari dari Yule

(2006: 74) bahwa implikatur percakapan khusus sangat khusus di mana kita

mengasumsikan informasi kita ketahui secara lokal. Hal tersebut tentunya memiliki

sifat pemahaman yang lebih kecil, karena hanya komunitas atau instansi tertentu yang

mengetahui.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

118

Bahasan ini muncul atas hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap

wujud-wujud tuturan yang terindikasi mengandung implikatur. Dari hasil analisis

data penelitian, ditemukan beberapa wujud sesuai dengan fungsi komunikatif tuturan

tersebut yakni imperatif (perintah), deklaratif (pernyataan), dan interogatif

(pertanyaan). Ketiga wujud tuturan tersebut ditemukan sebagai wujud yang sering

digunakan oleh guru dalam menuturkan pembicaraan kepada mitra tuturnya yakni

murid. Sebelum lebih jauh pada maksud tuturan, secara garis besar maksud yang

terdapat dalam tuturan tersebut mengandung perintah maupun larangan. Purwa

(2015) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Implikatur dan Retorika Pemakaian

Bahasa pada Papan Iklan mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk tuturan suatu

bahasa iklan yang mengandung implikatur terdiri atas lima fungsi kaidah retorik,

yakni (a) iklan yang menggunakan kaidah pernyataan (pernyataan netral dan

pernyataan yang disertai penilaian), (b) iklan yang menggunakan kaidah perkaitan

konsep, (c) iklan yang menggunakan kaidah larangan, dan iklan yang menggunakan

kaidah suruhan. Dari lima poin tersebut menunjukkan bahwa suatu wujud yang pada

dasarnya berwujud suruhan juga mengandung suatu implikatur yang bermaksud

menyuruh. Hal itu juga berlaku pada wujud imperatif yang juga memiliki maksud

memerintah, melainkan pada maksud perintah terhadap hal lain. Hal tersebut

mengacu pada prinsip implikatur, yakni apa yang dituturkan berbeda dengan apa

yang dimaksudkan. Maka dari itu, dalam implikatur percakapan khusus ini,

perwujudan tuturan terdapat tiga, yakni imperatif, pernyataan, dan interogatif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

119

kesemuanya memiliki maksud yang berbeda dengan apa yang diutarakan secara

tersurat.

4.3.2 Implikatur Tuturan Guru di dalam Pembelajaran

Maksud-maksud yang terdapat dalam data tuturan implikatur didapatkan atas

hasil analisis dari analisis wujud-wujud implikatur sebelumnya. Selain hal tersebut,

peneliti juga mengombinasikan wujud-wujud tuturan tersebut dengan konteks yang

berlaku di lingkungan penutur dan mitra tutur. Hal ini berdasar pada teori dari Gazdar

(1979:38) bahwa implikatur adalah proposisi yang tersirat oleh ucapan kalimat dalam

konteks meskipun itu proposisi bukan merupakan bagian dari atau sebuah entailment

dari apa yang benar-benar berkata. Maka dari itu, sebuah implikatur memiliki

kekhasan dalam menilik maksud yang terdapat dalam tuturan yakni melalui konteks

yang berlaku dalam lingkup tuturan tersebut. Landasan ini diperkuat oleh Nababan

(1987) bahwa implikatur berkaitan erat dengan konvensi kebermaknaan yang terjadi

di dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap suatu tuturan

dipahami maksudnya melalui konteks yang telah dimengerti antara penutur dan mitra

tutur, mungkin juga oleh partisipan pasif dalam peristiwa tutur tersebut.

Pengungkapan atau penyampaian suatu maksud oleh penutur kepada mitra

tutur kadangkala mengandung lebih dari satu informasi. Baik informasi yang tampak

dan informasi yang tak tampak. Hal ini didasari atas ihwal fungsi dari implikatur oleh

Yule (2014) bahwa implikatur adalah upaya untuk menyampaikan informasi. Maka

dari itu melalui implikatur, penutur dapat menyampaikan informasi kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

120

tutur secara lancar. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari konteks yang berlaku

dalam lingkup tuturan tersebut. Dengan demikian, suatu tuturan dapat mengandung

lebih dari satu maksud yang ingin ditujukan kepada mitra tutur atas dasar konteks

yang berlaku. Pembahasan perihal maksud implikatur akan tetap berdasar pada Yule

(2014) bahwa terdapat dua jenis implikatur, yaitu implikatur konvensional dan

implikatur percakapan. Setelah itu, dibagi lagi atas 3 jenis implikatur percakapan,

yakni implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur

percakapan khusus.

4.3.2.1 Implikatur Konvensional

Yule (2006:78) menyatakan bahwa implikatur konvensional tidak harus

terjadi dalam percakapan dan tidak bergantung pada konteks khsuus untuk

menginterpretasikannya. Maka dari itu, dalam memahami maksud yang diinginkan

oleh penutur kepada mitra tutur, peneliti melihat penanda tuturan yang digunakan.

Hal ini menyangkut pada maksud penutur kepada mitra tutur yang menggunakan

kata, frasa, klausa, atau kalimat. Wujud tersebut menjadi piranti yang dijadikan

peneliti dalam memahami maksud yang diinginkan penutur kepada mitra tutur. Akan

tetapi, peneliti juga menggunakan konteks yang berlaku dalam tuturan tersebut guna

mendapatkan maksud utuh yang terdapat dalam tuturan.. Wijana (1996:42)

mengungkapkan bahwa kalimat sintetis adalah kalimat yang kebenarannya

bergantung pada fakta-fakta luar bahasa. Maka dari itu, proses penentuan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

121

maksud tuturan menggunakan fakta-fakta luar bahasa yang digunakan sebagai

struktur gramatikal penutur.

Dengan demikian, dari hasil analisis wujud dan maksud implikatur

konvensional yang diintegrasikan dengan konteks yang berlaku dalam pertuturan.

Peneliti menemukan tiga maksud yang terjadi dalam peristiwa tutur dalam

pembelajaran, yakni (1) memerintah,(2) mengimbau, (3) ngelulu, dan (4) menyindir.

Pertama, maksud “memerintah” dalam peristiwa tutur tersebut memiliki wujud-

wujud tuturan yang berbeda, yakni berwujud “memerintah” dan “deklaratif”. Pada

wujud memerintah, perbedaan terletak pada penggunaan kata atau frasa yang

dituturkan, sehingga apa yang dituturkan berbeda dengan yang dimaksudkan. Kedua,

maksud “mengimbau” terdapat dalam satu wujud tuturan, yakni “deklaratif” atau

pernyataan. Ketiga, maksud ngelulu terkandung dalam satu wujud tuturan yakni

berwujud “memerintah”. Penuturan yang dituturkan secara halus dan menggunakan

kata “silahkan” membuat tuturan menjadi halus dan terkesan bagus, padahal

terkandung maksud yang kurang bagus. Keempat,maksud “menyindir” terdapat

dalam wujud tuturan “deklaratif” atau pernyataan. Tuturan yang digunakan terdengar

halus oleh mitra tutur dan peneliti, akan tetapi berubah mengandung sebuah sindiran,

karena melihat konteks yang melingkupi tuturan tersebut.

4.3.2.2 Implikatur Percakapan Umum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

122

Nadar (2009) menyatakan bahwa jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan

untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan. Maka dari itu

didapatkan pemahaman bahwa dalam implikatur percakapan umum, tidak

memerlukan suatu pengetahuan khusus untuk memahami maksud yang tidak tampak

dalam tuturan. Akan tetapi tetap menggunakan konteks yang berlaku dalam tuturan

tersebut, sehingga dipahami maksud yang sebenarnya.

Dengan demikian, Pada jenis implikatur percakapan umum, peneliti

menemukan dua maksud dengan yang dituturkan, yakni maksud “menyindir” dan

“memerintah”. Pertama, maksud “menyindir” terdapat dalam satu wujud tuturan

yakni berwujud “deklaratif” atau pernyataan. Pada pernyataan tersebut dilihat dalam

data (1/1/SMA) menggunakan bahasa jawa. Hal ini terbantu dengan adanya konteks,

sehingga dapat diketahui bahwa latar belakang dari penutur dan mitra tutur dan

sebagian besar murid berasal dari Jawa. Maka tuturan tersebut tidak membuat mitra

tutur merasa tersinggung dan marah, melainkan tersenyum dan malu karena tuturan

dari guru tersebut. Kedua, maksud memerintah terdapat dalam dua wujud tuturan,

yakni berwujud “deklaratif” dan “interogatif”. Hal ini tentu menjadi sebuah temuan

yang unik, karena maksud dari sebuah tuturan adalah “imperatif”, tetapi memiliki

wujud tuturan deklaratif dan interogatif. Maka dari itu, temuan ini sejalan dengan apa

yang dituturkan oleh Brown & Yule (1996), yakni implikatur digunakan untuk

menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan berbeda

dengan apa yang dikatakan oleh penutur. Horn (2004: 3) mengungkapkan Implicature

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

123

is a component of speaker meaning that constitutes an aspects of what is meant in a

speaker's utterance without being part of what is said. Oleh karena itu implikatur

merupakan komponen makna pembicara yang merupakan aspek dari apa yang

dimaksud dalam ucapan pembicara tanpa menjadi bagian dari apa yang dikatakan.

4.3.3.3 Implikatur Percakapan Berskala

Yule (2006:71) menyatakan bahwa implikatur percakapan berskala adalah

suatu cara informasi tertentu yang disampaikan dengan memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Maka dari itu, penanda-penanda suatu

kata penunjuk suatu nilai peneliti kembangkan dengan penanda suatu penanda

petunjuk bilangan bermakna. Hal ini peneliti lakukan karena tuturan yang

disampaikan oleh guru atau penutur banyak menyebutkan angka-angka atau bilangan

dalam menuturkan suatu perintah atau tuturan yang mengandung fungsi komunikatif.

Dengan demikian, peneliti menemukan dua maksud yang terkandung dalam

wujud tuturan, yakni maksud “menyindir” dan “memerintah”. Pertama, maksud

menyindir terdapat dalam wujud tuturan “deklaratif” atau pernyataan. Pada tuturan

tersebut, landasan yang menjadi acuan peneliti adalah situasi peristiwa tutur yang

berbeda dengan apa yang dituturkan oleh penutur. Hal ini terdapat dalam tuturan

dengan kode 10/3/SMA, menunjukkan bahwa apa yang dituturkan berbeda dengan

apa yang dimaksudkan. Kedua, maksud “memerintah” terdapat dalam dua wujud

tuturan komunikatif, yakni wujud “deklaratif” dan “interogatif”. Dari penjelasan awal

pembahasan implikatur percakapan berskala, beberapa tuturan menggunakan nominal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

124

atau angka dalam tuturan. Peneliti menggunakan cara tersebut untuk mengakomodir

skala nilai dari tuturan. Yule (2006:71) mengungkapkan bahwa suatu cara informasi

tertentu yang disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai

dari suatu skala nilai. Selain itu, pemahaman suatu maksud tuturan dilihat dari

konteks yang berlaku saat peristiwa tutur terjadi.

Secara khusus, penutur menggunakan sebuah tuturan menyindir pada mitra

tutur yang memiliki latar belakang budaya Jawa. Hal ini lumrah dilakukan oleh

masyarakat jawa yang terbiasa akan basa-basi yang berupa sindiran. Dengan

demikian, maksud yang terdapat dalam implkatur percakapan berskala juga

ditemukan maksud “menyindir” sebagai sebuah alur menuju maksud utama yakni

“memerintah”.

4.3.3.4 Implikatur Percakapan Khusus

Yule (2006: 74) mengungkapkan implikatur percakapan khusus sangat khusus

di mana kita mengasumsikan informasi kita ketahui secara lokal. Hal ini menjadi

dasar peneliti dalam menganalisis serta membahas data implikatur yang peneliti

kategorikan sebagai tuturan implikatur percakapan khusus. Oleh karena itu, suatu

maksud tuturan dapat dipahami melalui pemahaman konteks yang berlaku dalam

lingkup lokal saja.

Dengan demikian, peneliti berhasil menemukan beberapa maksud yang

terdapat dalam implikatur percakapan khusus. Pertama, maksud ngelulu terdapat

dalam wujud tuturan “imperatif”. Wujud tuturan tersebut secara komunikatif memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

125

makna untuk memerintah, tetapi ditilik dari konteks yang terdapat dalam lingkup

peristiwa tutur, makna tersebut bertentangan dengan tata tertib yang berlaku di

sekolah tersebut, sehingga muncullah maksud tuturan yakni ngelulu.

Kedua, maksud “melarang” yang terdapat dalam dua wujud tuturan, yakni

“deklaratif” dan “interogatif”. Pada tuturan tersebut, penutur yakni sang guru memiliki

maksud tersembunyi dari tuturan yang nampak, yakni maksud untuk “melarang”.

Grice (1975) dalam artikel yang berjudul Logic and Conversation bahwa maksud

tidak tampak dalam tuturan yang dilisankan atau dituliskan oleh penutur. Pemahaman

mengenai maksud yang terdapat dalam tuturan dapat ditemukan melalui konteks yang

berlaku dalam tuturan tersebut.

Ketiga, maksud “menyindir” yang terdapat dalam dua jenis wujud tuturan,

yakni “deklaratif” dan “interogatif”. Penggunaan maksud menyindir dalam tuturan-

tuturan tersebut tidak lain agar tidak menyakiti perasaan dari mitra tutur. Hal ini

tampak dari apa efek yang timbul dari peristiwa tutur tersebut. Dirunut dari kamus

Merriam-Webster Dictionary (2015) bahwa sindiran „tease‟ atau „allusion‟ dan

menyindir „to tease‟ yaitu menertawakan atau mengkritik seseorang baik secara

bersahabat atau bercanda maupun secara kasar. Hal ini dipertegas dalam KBBI, bahwa

sindiran adalah perkataan atau gambar yang dimaksudkan untuk menyindir sesorang

atau ejekan atau celaan yang tidak langsung. Secara garis besar, peneliti menemukan

unsur-unsur menyindir dalam implikatur. Maka dari itu, penggunaan sindiran dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

126

sebuah tuturan yang ditemukan membuat tuturan menjadi lebih cair dan diterima oleh

mitra tutur.

Keempat, maksud “mengimbau” dalam salah satu wujud tuturan deklaratif.

Imbauan biasanya terletak dalam wujud imperatif, namun dalam tuturan 29/9/SMK ini

terdeapat dalam wujud deklaratif. Hal ini tentu sudah memenuhi persepsi dalam

implikatur percakapan. Imbauan tersebut sebenarnya merupakan bentuk dari

kekesalan dari guru atas sikap salah satu murid yang tidak menghormati sang guru.

Nugroho (2008) dalam artikelnya yang berjudul Analisis Implikatur Percakapan Dalam

Tindak Komunikasi Di Kelompok Teater Peron Fkip UNS, bahwa suatu proses implikasi

pertuturan, yang dalam hal ini pihak penutur yang sebenarnya bermaksud menyuruh

lawan tutur untuk melakukan sesuatu tetapi tidak dengan melakukan suatu tindak tutur

yang secara langsung menyuruh, tetapi diimplikasikan dibalik tuturan yang bersifat

informatif tersebut. Maka dari itu, sebuah tuturan akan memiliki maksud berbeda

dengan apa yang dituturkan mengimplikasikan situasi yang sebenarnya terjadi.

Kelima, maksud “menasihati” yang terdapat dalam wujud tuturan deklaratif.

Secara umum, nasihat biasanya dituturkan dengan wujud tuturan imperatif. Akan

tetapi pada tuturan 28/7/SMK tersebut menunjukkan perpaduan dua unsur yang

berbeda dengan maksud, yakni penggunaan kata “menantang” sebagai salah satu kata

yang digunakan oleh guru untuk menganalogikan aktivitas salah satu muridnya.

Sesuai konteks yang terjadi, murid tersebut melakukan aktivitas yang kurang tepat,

akan tetapi sang guru menggunakan wujud deklaratif dengan makna pujian. Akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

127

tetapi memiliki maksud untuk “menasihati” murid agar lebih baik lagi dalam

membacakan berita.

Keenam¸ maksud “memerintah” yang terdapat dalam wujud tuturan

“interogatif”. Seperti pada bahasan sebelumnya, bahwa dalam implikatur yang

terdapat dalam tuturan tersebut secara makna terlihat untuk bertanya. Namun dilihat

melalui konteks memiliki maksud tersembunyi yakni memerintah. Hal ini tentu juga

meningkatkan kadar kesantunan dari penutur. Efek yang ditimbulkan terlihat lebih cair

dan tidak tegang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

128

BAB V

PENUTUP

Bab kelima terdiri atas dua subbab, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi

perihal hasil temuan yang berdasar pada rumusan masalah penelitian secara garis

besar. Saran penelitian berisi saran-saran dari peneliti terhadap penggunaan

implikatur dalam proses pembelajaran. Peneliti akan memaparkan masing-masing

subbab sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasar atas analisis data penelitian terhadap wujud implikatur pada

percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di SMK Putra Tama Bantul dan

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, peneliti dapat mengambil kesimpulan. Dari segi

wujud tuturan, peneliti mendapatkan wujud tuturan berdasar pada fungsi komunikatif,

kata, frasa, dan klausanya. Peneliti menemukan wujud implikatur konvensional terdiri

atas tuturan deklaratif dan imperatif. Wujud tuturan deklaratif sejatinya bertujuan

untuk memberikan suatu pernyataan atau informasi kepada mitra tutur. Wujud tuturan

imperatif sendiri sejatinya memberikan suatu perintah atau persilaan hingga imbauan

kepada mitra tutur. Maka dari itu, dari analisis data penelitian dalam implikatur

konvensional ditemukan dua wujud, yakni wujud deklaratif dan wujud imperatif.

Selain implikatur konvensional, peneliti juga menemukan wujud tuturan

implikatur percakapan. Sesuai dengan Yule, implikatur percakapan dibagi atas tiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

129

jenis, yakni implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan

implikatur percakapan khusus. Pada implikatur percakapan umum yang teridri dari

enam tuturan, kemudian peneliti menemukan dua wujud tuturan, yakni (1) deklaratif

yang ditandai dengan bentuk tuturan dan konteks yang terdapat dalam cakupan

tuturan tersebut. Pada wujud deklaratif tersebut memliki kesan literal dari tuturan

tersebut, yakni menyarankan dan mengingatkan. (2) Interogatif yang sejatinya

memiliki makna menanyakan sesuatu pada mitra tutur. Selanjutnya adalah implikatur

percakapan berskala, peneliti menemukan tiga wujud tuturan implikatur, yakni (1)

tuturan berwujud deklaratif yang terdapat beberapa kesan secara literal yakni

menghimbau dan menyindir. Lalu (2) tuturan berwujud imperatif yang memiliki

kesan literal memberi informasi. Kemudian (3) tuturan berwujud interogatif yang

memiliki kesan literal mengklarifikasi dan menawar.Selanjutnya adalah implikatur

percakapan khusus yang memilki tiga wujud implikatur, yakni (1) tuturan berwujud

deklaratif, (2) tuturan berwujud imperatif, dan (3) tuturan implikatur berwujud

interogatif.

Hasil penelitian yang kedua adalah perihal maksud implikatur yang terdapat

pada percakapan guru dan murid dalam pembelajaran. Penafsiran maksud tersebut

berdasar pada wujud tuturan implikatur dan dipadukan dengan konteks situasi yang

melingkupi tuturan. Berikut adalah beberapa maksud tuturan implikatur

konvensional, yakni memerintah dan menasihati. Selanjutnya dalam implikatur

percakapan telah ditemukan maksud-maksud, yakni adalah (1) memerinngelutah, (2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

130

melarang, (3) menasihati, (4) menyindir, (5) memotivasi, dan (6) ngelulu.Selain

maksud-maksud tersebut, peneliti juga menemukan perpaduan, dengan kata lain

setiap tuturan dapat mengandung dua maksud yang tersembunyi.

Dengan demikian, wujud tuturan dan konteks dapat membantu dalam

menafsirkan maksud yang tersembunyi dalam percakapan guru dan siswa. Hal ini

tentu akan membantu guru dalam mengirimkan pesan-pesan kepada muridnya. Oleh

karena itu ranah kesantunan, kelembutan, etika, dan privasi mitra tutur akan terus

dipelihara dengan baik. Hal itulah yang menjadi bagian penting mengenai manfaat

penggunaan implikatur di dalam percakapan khususnya di dalam pembelajaran antara

guru dan murid.

5.2 Saran

Implikatur dalam percakapan guru dan murid pada pembelajaran di kelas

kadangkala bagus untuk digunakan. Dengan berbagai manfaat tersebut, patutnya

perlu menjadi perhatian yang cukup guna kelancaran dalam berkomunikasi saat

proses pembelajaran, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1) Peneliti menyarankan kepada para guru untuk berusaha menggunakan tuturan-

tuturan yang mudah dipahami oleh muridnya. Hal ini guna menghindari kasus

salah tafsir yang diterima oleh murid. Maka dari itu, guru seharusnya dapat

memilih dan memilah suatu kata atau frasa yang hednak dilontarkan kepada

murid-muridnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pemahaman murd, latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

131

belakang budaya, dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh murid yang

berbeda-beda.

2) Peneliti menyarankan kepada murid-murid untuk selalu menanggapi perintah atau

larangan ataupun tuturan dari guru dengan lebih baik. Hal ini didasarkan pada

sikap feedback dari murid untuk merespon tuturan dari guru yang ditanggapi

dengan baik, sopan, dan saling menghargai.

3) Peneliti menyarankan kepada peneliti lain bahwa penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu referensi. Kajian perihal implikatur dalam proses pembelajaran

di sekolah masih sedikti, sehingga masih dapat dikaji lebih dalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

132

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Astami, Timur S. 2014. Implikatur Percakapan Dalam Film Nihonjin No Shiranai

Nihongo. Humaniora. Vol. 5 No.2 Oktober 2014.

Bousfield, Derek. 2008. Impoliteness in Interaction. Philadelphia: John Benjamins

Publishing Company

Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta. Gramedia

Pustaka Utama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaudron, C. 1988. Second Language Classrooms: Research on Teaching and

Learning. Cambridge: Cambridge University Press.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Crystal, David. 1998. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Oxford: Blackwell

Publisher Ltd.

Deda, Nivis. 2013. The role of Pragmatics in English Language Teaching, Pragmatic

Competence. Roma: MCSER-CEMAS-Sapienza University.

Ellis, Rod. 2012. Language Teaching Research & Language Pedagogy.). New York:

Willey-Blackwell.

Gazdar, Gerald. 1979. Pragmatics. Brighton: Academic Press.

Hadiati, Chusni. 2007. Tindak Tutur dan Implikatur Percakapan Tokoh Wanita

dan Tokoh Laki-laki dalam Film The Sound of Music. Tesis. Program

Pasca Sarjana: Universitas Diponegoro Semarang.

Hamidah, Ida. 2012. Tindak Tutur Guru Bahasa Indonesia dalam Kegiatan

BelajarMengajar Di SMK Negeri Se-Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran

2012/2013 (Studi deskriptif dilihat dari lokusi, ilokusi, dan perlokusi).

Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Horn, Laurence R & Gregory Ward. 2006. The Handbook of Pragmatics.

Oxford:Willey-Blackwell.

Jaelani, Muhammad. 2016. Implementasi Pendekatan Pragmatik dalam

Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Di Sekolah. Madiun: Universitas PGRI Madiun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

133

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Leech, Geoffref. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.

Locher, Miriam A and Richard J. Watts. 2008. Relational Work, Politeness, and

Identitiy Construction. New York: Mouton de Gruyter.

Lyons, John. 1977. Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.

Mahsun.2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers.

Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics: An Introductions. Oxford: Blackwell.

Moleong, lexy J. 2006 (Edisi Revisi). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mustafa, Mustafa Shazali.2010. The Interpretation of Implicature: A Comparative

Study between Implicature in Linguistics and Journalism. Finlandia:

Academy

Publisher.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta:

Depdikbud.

Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nugroho, Rudi Adi. (2008). Analisis implikatur percakapan dalam tindak komunikasi

di kelompok teater Peron FKIP UNS. Tugas Makalah Pragmatik. Solo: UNS.

Purwa, Made I. 2015. Implikatur dan Retorika Pemakaian Bahasa Pada Iklan Papan

Nama. Aksara. Vol 27 No 1, Juni 2015.

Putrayasa, Ida. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pranowo.2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat Ditinjau Dari Aspek

Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Pranowo. 2015. Tergantung Pada Konteks. Yogyakarta: PIBSI XXXV

Rahayu, Puji. 2011. Implikatur Percakapan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Di Kelas V SD Negeri Pondok 1 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan Dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:

Dioma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

134

Rahardi, Kunjana.2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2009. Analisis Wacana Bahasa Indonesia (Buku Ajar).

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Song, Lichao. 2010. The Role of Context in Discourse Analysis. China: Academy

Publisher.

Searle, J.R. 1962. Speech Acts. Cambrdige: Cambridge University Press.

Searle, J.R. 1962. Meaning and Speech Acts. Duke University: Duke University Press

Sinclair, J. McH & Brazil, D. 1985. Teacher Talk. London: Oxford University Press.

Sudaryanto. 2015. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Sanata Dharma University Press.

Suprobo, Ganggas DW. 2015. Sindiran Dalam Serial TV Kath and Kim. Tesis.

Yogyakarta: Program Pasca Sarjana FIB. UGM. 2015.

Tokuasa, Mursalim. 2015. Implikatur dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMA Labshool UNTAD Palu. Palu: Bahasantodea.

Utami, Krida Amri. 2012. Tindak Tutur dalam Dialog Drama Siswa Kelas XI SMA

Negeri Sukorharjo. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadyah Surakarta.

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad.2010. Pragmatik: Kajian Teori dan

Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Xiao-yan, MA. 2006. Teacher Talk and EFL in University

Classrooms.Disertasi.China: Chongqing Normal University & Yangtze

Normal University.

Yanfen, Liu & Zhao Yuqin. 2010. A Study of Teacher Talk in Interaction in

English Classes. Chinese Journal of Applied Linguistics. Vol. 33 No. 7

Tahun 2010. Hal 75-86.

Yule, George.2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Laman/website

https://news.okezone.com/read/2017/10/23/340/1800393/astaga-guru-sma-di-kendari-

dihajar-orangtua-siswa-ini-sebabnya diakses pada tanggal 19 November 2017, pukul

07:32 WIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

135

http://regional.liputan6.com/read/2575357/5-konflik-pelik-guru-versus-siswa-

berujung-pidana diakses pada tanggal 19 November 2017 (pukul 08:35 WIB)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

136

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

172

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

174

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: IMPLIKATUR TUTURAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMK …

177

BIOGRAFI PENULIS

Eka Tanjung Pripambudi lahir di Batam, Kepulauan

Riau pada tanggal 8 Maret 1993. Pendidikan dasar

ditempuh di SD Negeri Sine 2, Sragen, Jawa

Tengah. Kemudian penulis melanjutkan tingkat

pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5

Sragen. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Sragen.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta. Pada tanggal 5 Februari 2016, penulis dinyatakan lulus dari

Program Strata-1 dengan menyusun skripsi berjudul Strategi Pengembangan Budaya

Baca Melalui Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester V Angkatan 2013

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Setelah itu, penulis melanjutkan studi di Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis dinyatakan lulus setelah

menyusun tesis berjudul Implikatur Tuturan Guru dalam Pembelajaran di SMK

Putra Tama Bantul dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018

pada tanggal 20 Juli 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI