66
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Skripsi Disusun oleh : RITA DEWI RAHMAWATI K 4304040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW... · Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ... eksperimen lebih baik dibandingkan Jigsaw dengan pemberian tugas yaitu 177,11 >170,44

Embed Size (px)

Citation preview

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA

DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Skripsi

Disusun oleh :

RITA DEWI RAHMAWATI

K 4304040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA

DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Oleh:

RITA DEWI RAHMAWATI

K 4304040

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Biologi Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

3

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Sri Widoretno, M.Si

NIP. 19581114 198601 2 001

Pembimbing II

Meti Indrowati, S.Si, M.Si

NIP. 19781001 200112 2 002

4

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Senin

Tanggal : 22 Maret 2010

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Muzayyinah, M. Si 1.......................

Sekretaris : Dra. Hj. Sri Dwiastuti, M. Si 2.........................

Anggota I : Dra. Sri Widoretno, M. Si 3 ........................

Anggota II : Meti Indrowati, S. Si, M. Si 4.........................

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP 19600727 198702 1 001

5

ABSTRAK

Rita Dewi Rahmawati. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BIOLOGI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.

Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui perbedaan antara pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen terhadap perkembangan sikap afektif

siswa pada pembelajaran biologi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro,

Wonogiri tahun ajaran 2008/ 2009 yang terdiri atas enam kelas dengan jumlah

siswa 240. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random

Sampling yaitu dengan cara undian dipilih kelas yang barfungsi sebagai kelompok

eksperimen satu dan dua. Kelas eksperimen I dalam penelitian ini adalah kelas

VIII E dan kelas eksperimen II adalah kelas VIII C materi pembelajaran pada

pokok bahasan fotosintesis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik

dokumentasi nilai biologi pada ledger Biologi semester I untuk uji keseimbangan,

tenik angket dan observasi dilakukan untuk memperoleh nilai sikap afektif siswa.

Teknik analisis data yang pertama digunakan uji prasyarat analisis

menggunakan metode Liliefors untuk uji normalitas, metode Bartlert untuk uji

homogenitas dan uji Z untuk keseimbangan. Kemudian dilanjutkan dengan uji

lanjut Anava dan uji komparasi ganda menggunakan uji Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen terhadap

perkembangan sikap afektif siswa pada pembelajaran biologi Adanya perbedaan

antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan

pemberian tugas terhadap perkembangan sikap efektif siswa pada pembelajaran

biologi, ditunjukkan dengan F hit = 6.604 > Ftabel = 3.98. Ada perbedaan rerata

antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian

tugas ditunjukkan dengan F1-2= 6.604 > 3.98, ini menunjukkan adanya perbedaan

pengaruh antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan

Jigsaw dengan pemberian tugas. Hal ini juga diperkuat dengan perbedaan rata-

ratanya yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

eksperimen lebih baik dibandingkan Jigsaw dengan pemberian tugas yaitu 177,11

>170,44 pada materi pembelajaran fotosintesis.

Kata kunci : Jigsaw, eksperimen, pemberian tugas/resitasi, afektif, pembelajaran

biologi

6

MOTTO

Dan bekerjalah, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang akan melihat

pekerjaanmu itu...

(QS. At-Taubah:105)

Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-

sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.

(QS.Alam Nasyrah:7-8)

Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berda di pagi hari

jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk persiapan saat sakitmu dan

kehidupan untuk kematianmu

(HR. Bukhari)

Ketahuilah, kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia, maka bantulah

saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya

kepentingan atau tugas selesaikan segera

(Hasan Al Banna)

7

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kupersembahkan karya ini untuk:

Ibu dan bapak tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang serta yang selalu mengiringi setiap perjuanganku dengan kepercayaan dan doa. Keluarga kecilku, mas dan mbak ipar tersayang Mas M. Nur Wahyudi dan Mbak Sri Santi terima kasih motivasi dan doanya, serta keponakanku tersayang Amira Zahwa Aisyahputri yang menjadi penyempurna kebahagiaan . Bu Retno dan Bu Meti,...terima kasih atas bimbingan dan nasihatnya.semoga Alloh membalas kebaikan anda berdua.

Saudara saudariku seperjuangan yang di Takmir Nurul Huda UNS, SKI FKIP terutama PHT 2007, dan GAMMAGIRI, terima kasih dukungan dan doanya semoga kita tetap terjaga dalam ukhuwah. Murobbiyah dan teman-teman ngajiku, terima kasih dukungan dan doanya.

Keluarga besar Wisma Al- Ashr teima kasih atas bantuan dan kebersamaannya, semoga Alloh yang membalas kebaikan kalian. Orang-orang yang langsung maupun tidak langsung memotivasi, membantu dan mendoakanku, semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman Biologi angkatan 2004 terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang telah kita lalui bersama. Seluruh pembaca yang budiman dan Almamater.

8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat, hidayah dan inayahNya senantiasa memberikan petunjuk dan

pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BIOLOGI” untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan

dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan. Untuk itu, atas segala bantuan dan bimbingannya, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Sri Widoretno, M. Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan.

5. Ibu Meti Indrowati, S.Si, M.Si Selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan.

6. Kepala SMP Negeri 2 Giritontro yang telah memberi ijin untuk mengadakan

penelitian.

7. Bapak Daryadi, S.Pd, selaku guru Biologi SMP Negeri 2 Giritontro yang telah

banyak membantu kelancaran penelitian dan kerjasamanya.

9

8. Siswa-siswi kelas VIII C, D, dan E SMP Negeri 2 Giritontro

9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah

membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula

dengan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran

sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,

penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Surakarta, 22 Maret 2010

Penulis

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. LatarBelakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 6

BAB II. LANDASAN TEORI 7

A. Tinjauan Pustaka 7

1. Pembelajaran kooperatif Jigsaw 7

2. Pembelajaran Jigsaw dengan eksperimen 15

3. Pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas 17

4. Aspek afektif 18

B. Kerangka Berfikir 21

C. Perumusan Hipotesis 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian 25

11

B. Metodologi penelitian 25

C. Populasi dan Sampel 26

D. Teknik Pengumpulan Data 27

E. Teknik Analisis Data 31

BAB IV HASIL PENELITIAN 39

A. Deskripsi Data 39

B. Hasil Pengujian Hipotesis 42

C. Pembahasan Hasil Analisis Data 43

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 51

A. Simpulan 51

B. Implikasi 51

C. Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Perkembangan 14

Tabel 2. Penghargaan Tim 15

Tabel 3. Kriteria Validitas 29

Tabel 4. Kriteria Reliabilitas 30

Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi 36

Tabel 6. Deskripsi Data Aspek Afektif 38

Tabel 7. Rangkuman Analisis Variansi 39

Tabel 8. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda 40

Tabel 9 Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Sikap Afektif 42

Tabel 10. Perbandingan Peningkatan Sikap Afektif Melalui Observasi 43

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Skema Pelaksanan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw 13

Gambar 2. Kerangka Pemikiran 22

Gambar 3. Paradigma Penelitian 22

Gambar 4. Diagram batang perbandingan aspek afektif 39

Gambar 5. Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I 40

Gambar 6 Histogram Kelas Eksperimen II

(Jigsaw dengan pemberian tugas) 41

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen penelitian 55

2. Uji Validitas,Reliabilitas Try Out Sikap Afektif 159

3. Data Induk penelitian 173

4. Distribusi Data 184

5. Uji Prasyarat Analisis 187

a. Uji Keseimbangan 190

b. Uji Normalitas 192

c. Uji Homogenitas 199

6. Uji Hipotesis 203

7. Uji Lanjut 207

8. Instrumen lain-lain (tabel) 209

9. Surat dan Ijin Penelitian 219

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pembelajaran pada dasarnya merupakan cara – cara untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang diharapkan dapat tercapai oleh

peserta didik dalam kegiatan belajar. Sistem bembelajaran saat ini cenderung

masih menggunakan sistem konvensional yaitu pengajaran yang bertumpu pada

aktivitas guru, dan siswa dituntut untuk berkonsentrasi penuh pada guru sehingga

interaksi dalam proses pembelajaran tersebut sangat kurang, padahal dalam

prosess belajar mengajar seharusnya terjadi proses kegiatan interaksi antara siswa

sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Giritontro

Kabupaten Wonogiri, masih tampak proses belajar mengajar dengan konvensional

yaitu model ceramah dan siswa sebagai pihak yang pasif menerima pelajaran

sehingga tidak ada aktivitas belajar mengajar yang interaktif antara guru dan

siswa. Aktivitas belajar yang tidak interaktif ini dapat dilihat dari kurang

keberanian berbicara yang juga dikarenakan siswa kurang percaya diri, respon

atau perhatian siswa kurang yang mempengaruhi daya pemahaman terhadap

materi yang diberikan guru. Kondisi ini mempengaruhi hasil belajar biologi yang

kurang. Ini juga dikarenakan masih sangat jarangnya penggunaan metode

pembelajaran bervariasi yang bersifat interaktif dapat disesuaikan dengan kondisi

objek belajar. Guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam merumuskan

masalah yang ada pada materi yang disampaikan, siswa kurang merasa senang

dengan proses belajar.

Metode pembelajaran yang interaktif bisa muncul jika keadaan

mendukung. Keadaan mendukung dalam proses belajar mengajar yaitu yang bisa

menciptakan iklim kerjasama dan adanya interaksi antaranggota dalam kelompok

– kelompok kecil yang mana hal ini dapat dicapai dengan penerapan metode

pembelajaran yang bersifat kooperatif.

1

16

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru

maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama – sama dan

memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar – benar menguasai

materi yang sedang dipelajari. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari

penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai prestasi belajar

yang bagus, menerima dengan senang hati karena adanya kontak fisik antar siswa,

serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa.

Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya

adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menjadikan siswa memiliki

ketergantungan positif untuk saling membantu dalam penguasaan dan pemahaman

materi pelajaran karena dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kelompok

dibentuk heterogen sehingga dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan

lebih akan membantu dalam proses pemahaman siswa yang berkemampuan

rendah dan siswa yang berkemampuan sedang akan segera menyesuaikan dalam

proses pemahaman materi, sehingga disini selain ketergantuangan positif juga

terjadi komunikasi antaranggota kelompoknya dan interaksi tatap muka.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah pembelajaran yang fleksibel artinya bisa

dimodifikasi dengan metode belajar yang lain.

Tujuan setiap pembelajaran adalah mendapatkan hasil belajar yang

optimal. Salah satunya adalah aspek afektif yang berkaitan dengan nilai dan sikap

yang digunakan siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Nilai dan sikap

siswa dalam mengikuti proses belajar menunjukkan positif ataupun negatif akan

sangat mempengaruhi pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Oleh karena itu

diperlukan cara atau metode pembelajaran yang bisa mengembangkan afektif

siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya pun bisa lebih optimal. Salah satu

cara adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Telah disebutkan di atas bahwa Jigsaw menjadikan siswa

berketergantungan positif satu sama yang lain sehingga membuat adanya

komunikasi antar anggota kelompok yang mampu menumbuhkan sikap

berkompetisi sehat/positif yang berarti menunjukkan sikap dan nilai yang positif

17

pula. Pada penelitian terdahulu (Fitri Wahyudi, 2006), membuktikan bahwa

pembelajaran kooperatif Jigsaw di SMP Muhammadiyah 9 Gemolong

berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar terutama arah afektifnya.

Biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

makhluk hidup dan aspek kehidupan, dimana dalam mempelajari materi biologi

ini diperlukan metode ilmiah untuk memperjelas proses belajar mengajar sehingga

siswa menjadi paham akan pelajaran tersebut. Pelaksanaan proses pembelajaran

sering kali siswa kurang terfokus terhadap materi yang diajarkan oleh guru

sehingga dalam penerapan pembelajaran kooperatif, seorang guru harus mampu

menggunakan strategi yang dimodifikasi dengan strategi yang lain. Salah satu cara

yang digunakan dalam memodifikasi tersebut yaitu dengan adanya kegiatan

laboratorium atau eksperimen.

Pemahaman dan penguasaan materi pelajaran pun sering kali siswa

masih kurang atau belum cukup maksimal. Penambahan pemahanan dan

penguasaan siswa terhadap meteri dapat menerapkan dalam pembelajaran dengan

memberian tugas secara individu ataupun kelompok. Pembelajaran biologi

merupakan pelajaran yang membutuhkan variasi metode mengajar. Variasi

metode mengajar tersebut diharapkan agar siswa lebih aktif dan tidak merasa

bosan dengan materi yang disampaikan dan dalam hal ini guru harus mampu

memilih dan menerapkan metode dan strategi mengajar yang cocok dan efektif

sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan tujuan sistem pengajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dirumuskan

judul penelitian ini adalah :

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BIOLOGI.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

18

1. Dalam pengajaran biologi ada beberapa metode mengajar sehingga diperlukan

ketepatan penggunaan metode mengajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai.

2. Masih minimnya penggunaan metode pembelajaran yang bersifat interaktif.

3. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

4. Perlunya pengembangn aspek afektif sebagai bagian yang tidak tepisahkan

dari hasil suatu proses belajar.

5. Pentingnya inovasi metode pembelajaran dari metode ceramah ke metode

pembelajaran kooperatif Jigsaw sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa terutama ranah efektif.

6. Dalam belajar biologi diperlukan pengamatan dan percobaan, untuk itu

diperlukan sarana yang mendukung seperti laboratorium dan kelengkapannya.

7. Dalam belajar biologi perlunya pemantapan pemamahan materi yang sudah

diterima dengan adanya pemberian tugas mandiri baik individu ataupun

kelompok.

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah di atas meliputi:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester II SMP

Negeri 2 Giritontro, Wonogiri tahun ajaran 2008/2009.

2. Objek Penelitian

a. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen yaitu pembelajaran

kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan Jigsaw

dan dimodifikasi dengan kegiatan eksperimen yang dilakukan baik di dalam

maupun di luar laboratorium.

b. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas yaitu

pembelajaran kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya

menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan pembrian tugas mandiri baik

secara individu maupun secara kelompok.

19

c. Aspek afektif siswa dalam pembelajaran biologi dibatasi penerimaan,

partisipasi, penentuan sikap/ nilai, organisasi, dan pembentukan pola hidup

siswa pada pokok bahasan fotosintesis.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas

terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas

terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menjadikan bahan masukan bagi guru dalam rangka memilih metode

pembelajaran biologi dalam rangka mengembangkan sikap afektif siswa yang

otomatis mempengaruhi terhadap prestasi belajar biologi siswa.

2. Memberikan informasi sikap afektif antara siswa yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggunakan eksperimen dan Jigsaw

dengan pemberian tugas.

3. Memberikan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam metode

pembelajaran.

4. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk

mengkaji tentang metode yang sesuai.

20

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar pihak sekolah

secara keseluruhan memperhatikan proses belajar mengajar termasuk di

dalmnya tentang cara/ metode pengajaran yang disampaikan oleh setiap guru.

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

melibatkan pembentukan kelompok. Menurut Kunandar (2003:337), pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan

interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah siswa bisa berinteraksi

yang edukatif dalam proses belajar. Dengan interaksi yang edukatif ini diharapkan

siswa saling membantu dalam memahami pelajaran. Siswa yang mempunyai

kemampuan lebih membantu siswa yang berkemampuan sedang atau di bawahnya

dan saling melengkapi karena biasanya pembelajaran kooperatif memberikan

tugas dalam bentuk belajar berkelompok sehingga masing-masing siswa terdorong

untuk bersemangat memahami pelajaran.

Berdasarkan Slavin (2008: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada

berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam

kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pembelajaran. Siswa dalam pembelajaran ini diharapkan

dapat saling membantu, mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing – masing atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman

satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan kegiatan

belajar yang berorientasi pada siswa, dimana siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling

membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan

belajar. Kelompok-kelompok kecil biasanya terdiri atas 4-5 orang dengan tujuan

agar interaksi antar anggota kelompok menjadi efektif dan maksimal. Siswa akan

7

22

berusaha keras untuk berhasil dalam belajarnya dan berusaha keras untuk

membantu dan mendorong semangat teman sekelompoknya untuk sama-sama

berhasil. Sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dapat

memacu siswa lebih aktif, kreatif, dan mandiri serta dapat memacu semangat

siswa untuk saling membantu memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi.

Menurut Huang, Yueh-Min et all (2008:14) bahwa the experimental

results revealed that the devised cooperative learning process certainly did help

learners both broaden their knowledge of the topics under study and deepen their

understanding of the same topics.

Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran kooperatif yang dilengkapi

dengan peralatan-peralatan ataupun divariasi dengan metode atau model

pembelajaran dapat membantu memperluas pengetahuan dan pendalaman

pemahaman topik atau materi pelajaran yang diperoleh.

Pembelajaran kooperatif pembelajaran memiliki banyak keuntungan

seperti :

a. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan

memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi.

b. Siswa mengembangkan ketrampilan berpikirnya (berpikir kritis)

c. Hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih

besar.

Sedangkan tingkat keberhasilan metode pembelajaran kooperatif

tergantung pada:

a. Interdependensi ganjaran yang merujuk kepada suatu ganjaran kelompok

secara eksplisit yang didasarkan pada kinerja kelompok.

b. Interdepensi tugas dikatakan tinggi apabila para anggota kelompok bekerja

sama menyelesaikan tugasnya demi pencapaian kinerja kelompok yang

maksimal.

c. Akuntabilitas individual merujuk kepada sumbangan anggota tim terhadap

kelompok atau timnya dalam bentuk perolehan skor tertentu. Semakin tinggi

akuntabilitas individual, maka ia akan memperlihatkan tingkat keterlibatan

dalam kelompok yang tinggi pula.

23

d. Struktur yang dipaksakan oleh guru berkaitan dengan pembentukan kelompok

dan pemberian ganjaran yang dilakukan di kelas, apakah diprakarsai oleh

siswa atau guru. Semakin besar struktur yang dipaksakan oleh guru

mengindikasikan semakin besar pula intervensi dan keterlibatan guru dalam

proses pembelajaran. Tidak semua kelompok kooperatif berjalan dalam

kondisi yang sama. Ada yang sangat membutuhkan banyak intervensi dari

guru, di samping itu ada pula yang tidak terlalu membutuhkan intervensi guru

dalam pembentukan kelompok dan penetapan strategi pencapaian kelompok.

e. Kompetensi kelompok merujuk kepada ada atau tidaknya suasana persaingan

yang ditetapkan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan. Ada kelompok

kooperatif yang tidak didasarkan pada kompetisi. Para siswa berjuang menurut

kemampuan mereka dalam kelompok dengan harapan akan mendapatkan hasil

yang maksimal tanpa harus merasa disaingi oleh kelompok lain. Sebaliknya

ada kelompok yang sengaja memasukkan unsur persaingan ini untuk

mendoromg kinerja kelompok.

Oleh karena itu, dalam metode pembelajaran tim siswa tugas – tugas

yang diberikan pada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi

belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Slavin

(2008:10) dalam cooperative learning. Dapat diambil pengertian bahwa

pembelajaran kooperatif sangat mengutamakan tujuan belajar dalam tim sehingga

tanggung jawab dalam pemahaman pembahasan materi menjadi milik bersama.

Menurut Slavin (2008:11) metode yang termasuk dalam pembelajaran

kooperatif adalah : metode Student Team Achievement Division (STAD), metode

Jigsaw, metode Group Investigation (GI), metode struktual (Think-Pair-Share

dan Numbered Head Together ).

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Jigsaw

merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran koopertif yang dikembangkan agar

dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua

kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan ”metode

pembelajaran yang diadaptasi dari tehnik Jigsaw Elliot Aronson 1971, dimana

metode pembelajaran ini digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang

24

terdapat di sekolah Austin, Texas” (http://www.Jigsaw.org/history.htm. oleh

Aronso. )

Jadi menurut kutipan di atas, dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

terdapat kelompok yang disebut kelompok ahli yang mengetahui topik/ materi

tertentu dalam pelajaran maka dari itu diharapkan kelompok ahli mentransfer apa

yang mereka ketahui kepada yang lain begitu juga siswa yang lain melakukan hal

yang sama sehingga tercipta komunikasi antarsiswa yang mendukung pencapaian

tujuan pembelajaran.

Berdasarkan Pimpimool, A. et all (2007: 9) dalam the activity model

and components to support collaborative learning using jigsaw technique on

computer online system, menjelaskan bahwa pembelajaran dengan jigsaw mampu

mendorong siswa untuk lebih aktif kompetisi dan terjadi komunikasi antar siswa

dalam proses belajar sehingga tujuan belajar tercapai. Ini membuktikan bahwa

pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar ranah afektif.

a. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran Jigsaw pada dasarnya terdiri dari empat tahap yang mana

tahapan- tahapan ini harus dipertimbangkan bagaimana caranya agar bisa

dilaksanakan dalam pembelajaran dimanapun, tahapan- tahapan itu yaitu tugas

topik, pembelajaran individu, pertemuan kelompok ahli, dan pertemuan kelompok

Jigsaw.

Pada pembelajaran Jigsaw siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri

dari 3-6 orang untuk menyelesaikan satu tugas akademis yang sudah dibagi ke

dalam bagian-bagian. Masing-masing individu ditugaskan untuk menyelesaikan

satu bagian dan kemudian berperan sebagai peer tutor bagi anggota tim yang lain.

Kemudian diadakan pembahasan “ahli”. Masing-masing individu dari kelompok

yang berbeda-beda dengan topik atau bagian yang sama bertemu dalam sebuah

interdependensi tugas dikatakan tinggi apabila bahwa para anggota kelompok

bahu membahu berjuang menyelesaikan tugasnya demi pencapaian kinerja

kelompok yang maksimal.

25

Strategi penyampaian pembelajaran kooperatif kelompok “ahli” untuk

mempresentasikan hasilnya kepada tim dan kemudian semua anggota

“ahli”tersebut kembali kepada timnya masing-masing untuk membahas bagiannya

itu kepada tim. Setelah itu dibuat kuis atau tes dan penguatan oleh guru. Sebagai

contoh prosedur pelaksanaan dari metode pembelajaran di atas, dapat dirancang

oleh guru dengan teknik bersifat umum dan dapat digunakan dalam berbagai mata

pelajaran.

Prosedur pelaksanaan dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi.

1). Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam pembelajaran koopertif Jigsaw hal yang perlu

diperhatikan adalah penentuan topik bahasan yang akan diberikan ke kelompok

ahli, pembagian siswa ke dalam tim, pembagian siswa ke dalam kelompok ahli,

dan penentuan skor awal pertama, yaitu skor awal mewakili skor rata-rata siswa

pada kuis-kuis sebelumnya.

2). Tahap pelaksanaan

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif

Jigsaw yang terdiri dari siklus regular kegiatan pengajaran.

a). Membaca

Pada tahap membaca siswa diberi waktu separuh sampai satu periode

kelas (atau dijadikan sebagai Pekerjaan Rumah). Para siswa menerima topik-

topik ahli dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan informasi yang

berhubungan dengan topik mereka. Bahan yang dibutuhkan pada tahap ini yaitu

satu lembar ahli untuk setiap siswa yang terdiri dari 4-5 topik ahli.

b). Diskusi kelompok ahli

Pada tahap diskusi ahli waktu yang dibutuhkan yaitu separuh periode

kelas atau lebih kebanyakan menggunakan waktu 20 menit dimana ide utamanya

berupa siswa dengan topik ahli yang sama berkumpul dalam sebuah kelomok

yang dimanakan kelompok ahli untuk mendiskusikan atau membahas tentang

topik-topik ahli yang telah diberikan pada tahap pertama. Bahan yang dibutuhkan

yaitu lembar ahli dan bacaan untuk setiap siswa. Pada tahap ini seluruh siswa

26

dengan topik ahli 1 berkumpul pada meja 1 dan seluruh siswa dengan topik ahli 2

berkumpul dengan meja 2 dan seterusnya untuk topik ahli yang lain. Bila dalam

satu kelompok ahli ada lebih dari 6 orang maka kelompok ahli tersebut dibagi dua

kelompok. Dipilih atau ditunjuk satu orang untuk memimpi diskusi dalam

kelompok ahli tersebut dimana dalam diskusi tersebut guru berkeliling kelas,

bergantian mendatangi dan memfasilitasi setiap kelompok agar diskusinya

berjalan lancar serta setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi atau berperan

serata dalam diskusi tersebut.

c). Laporan tim

Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini yaitu antara 30-35 menit dimana

ide utamanya dalam tahap ini yaitu anggota dari kelompok ahli kembali ke tim

asalnya untuk mengajarkan dan menjelaskan topik-topik ahlinya kepada teman

satu timnya. Tiap ahli diberi waktu sekitar lima menit untuk menelaah kembali

materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli sebelum mereka

mengajarkan dan menjelaskannya kepada anggota kelompok awal. Siswa diberi

waktu lima menit untuk menjelaskannya kepada teman satu tim mereka tentang

topik keahliannya dan seterusnya untuk topik ahli yang lain dimana dalam tahap

ini diberi penekanan kepada siswa bahwa siswa memiliki tanggung jawab kepada

teman satu timnya untuk menjadi guru yang baik dengan cara memperhatikan

penjelasan dari teman dengan topik ahli yang berbeda.

d). Tes (Quis)

Waktu yang dibutuhkan yaitu 5-10 menit dimana ide utamanya yaitu

siswa diberi kuis dari keseluruhan materi yang telah didiskusikan dan dijelaskan

oleh teman satu tim mereka atau tentang keseluruhan topik-topik ahli yang telah

didiskusikan tersebut. Bahan yang dibutuhklan yaitu satu lembar kuis untuk setiap

siswa yang berisi pertanyaan minimal sejumlah kelompok ahli yang ada.

e). Rekognisi tim (penghargaan tim)

Skor atau nilai siswa dari tes secara individu untuk materi pertama

dibandingkan dengan skor untuk materi yang lain sehingga nantinya didapatkan

skor perkembangan untuk masing-masing siswa yang selanjutnya digunakan

27

dalam menetukan skor perkembangan tim atau kelompok. Tim dengan skor

perkembangan tertinggi akan mendapatkan penghargaan.

Skema pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Kelompok awal

(5 atau 6 anggota kelompok yang heterogen)

Gambar 1. Skema Pelaksanan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

(Arends,2003:120)

Siswa yang berasal dari kelompok awal akan berkumpul dengan siswa

kelompok lain dengan materi yang sama untuk dibahas bersama di dalam

kelompok ahli. Setelah dibahas dan didiskusikan dikelompok ahli kemudian

masing-masing siswa kembali ke kelompok ahli kepada anggota kelompok dalam

kelompok awal tersebut.

3). Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan.

Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap proses

maupun hasil bobot evaluasi yang dicapai. hendaknya diberikan lebih besar

kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan berdasarkan

kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja siswa secara

individual. Meskipun pada akhirnya tes akan diberikan secara individual dalam

bentuk ujian akhir dan nilai siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk

kelompok. Ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat

dalam proses kelompoknya dan berkompetisi dengan kelompok lain

b. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw

Menurut Kunandar (2007: 343), penilaian atau penskoran pembelajaran

Jigsaw dilakukan seperti pembelajaran kooperatif STAD. Penilaian dalam

xxxxX xxxxX

xxxxX

xxxxX

xxxxX

XXXX

X

28

pembelajaran Jigsaw secara umum ada dua yaitu penilaian untuk masing-masing

siswa dan penilaian untuk nilai kelompok. Nilai dari siswa untuk materi pertama/

nilai dasar selanjutnya dibandingkan dengan nilai untuk materi berikutnya

sehingga nantinya akan didapatkan nilai atau skor perkembangan dari siswa

tersebut.

Nilai perkembangan / kemajuan dapat dilihat dalam Arends (2003:333) pada

tabel berikut ini.

Tabel 1. Nilai Perkembangan

Skor Kuis/ tes Nilai

Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

2. 10 – 1 poin di bawah skor awal

3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal

5. Nilai sempurna (tidak perlu memperhatikan nilai awal )

5 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

Tujuan dari dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk

memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimal bagi kelompok mereka,

berapa pun tingkat kinerja mereka sebelumnya. Para siswa akan memahami

bahwa membandingkan tiap siswa dengan tingkat kenerja mereka sendiri

sebelumnya karena semua siswa masuk ke dalam kelas dengan perbedaan tingkat

kemampuan dan pengalaman.

Pada pembelajaran kooperatif Jigsaw selain nilai perkembangan untuk

masing – masing siswa juga terdapat nilai perkembangan untuk kelompok.

Kelompok yang mendapat nilai perkembangan tertinggi atau paling baik akan

mendapatkan penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok dalam

pembelajaran kooperatif Jigsaw secara umum ada tiga kriteria tingkatan

penghargaan berdasarkan rata-rata skor tim sebagaimana dalam Slavin

(2008 :160) sebagai berikut:

29

Tabel 2: Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata skor tim) Penghargaan

15

16

17

TIM BAIK (good team)

TIM SANGAT BAIK (great

team)

TIM SUPER (super tim)

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Jigsaw berdasarkan

uraian di atas adalah sebagai berikut :

Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw :

1). Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap

proses belajarnya.

2). Mendorong siswa untuk berfikir kritis

3). Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk

menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok

tersebut.

4). Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut

untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw ada juga

kekurangannya yaitu:

1). Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding

metode yang lain.

2). Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok

membutuhkan penanganan yang berbeda.

d. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Eksperimen

Menurut Mulyani dan Johar Permana (2001:36) “ metode eksperimen

atau percobaan dapat diartikan sebagian cara belajar mengajar yang melibatkan

peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan itu”

Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaiamana

kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah

30

yang akan terjadi? Terjadi dari bahan apa? Menurut Mulyani Sumatri dan Johar

Permana (2001:136) metode eksperimen mempunyai tujuan:

a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta – fakta, informasi atau

data yang diperoleh;

b.Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan

melaporkan percobaan;

c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk

menarik ksimpulan dari fakta atau data yang terkumpul melalui

percobaan.

Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa akan terlatih dalam

cara berfikir ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan

sendiri bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajari sehingga siswa

mampu membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan eksperiman

tersebut.

Berdasarkan Adams, David J. (2009:8) bahwa there is a need to

restructure traditional laboratory classes to enable students to learn by discovery,

interact more effectively with peers and tutors, and begin to appreciate the

excitement of performing experiments.

Dari hasil penelitian Adam, disimpulkan bahwa kelas laboratorium

tradisonal memungkinkan siswa dapat menemukan hasil dari pengamatan atau

eksperimen, interaksi yang lebih efektif dengan peer and tutor yaitu

menyampaikan atau menjelaskan materi ke temannya yang lain. Peer tutor ada

dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran biologi pada umumnya

menggunakan laboratorium sebagai tempat pembelajaran.

Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Mulyani

Sumatri dan Johar Permana (2001:136) adalah sebagai berikut:

1). Memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami atau

melakukan, mengikuti proses, mengamati, menganalisis, membuktikan, dan

menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses.

2). Menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.

31

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa metode

eksperimen adalah satu metode mengajar, dimana siswa melakukan suatu

percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya kemudian hasilnya disampaikan dan dievaluasi oleh guru.

Kelebihan metode eksperimen berdasarkan Mulyani Sumatri dan Johar

Permana (2001: 136) adalah sebagai berikut:

1). Mampu membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya

sendiri daripada hanya menerima berdasarkan kata guru atau buku.

2). Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan

melalui percobaan yang dilakukannya.

3). Mampu menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir

ilmiah.

4). Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan

menghilangkan verbalisme.

5). Hasil belajar menjadi kepemiliki siswa yang bertahan lama.

Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen adalah

metode pembelajarn kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya

menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan kegiatan eksperimen yang

dilakukan baik dalam maupun diluar laboratorium. Dalam proses belajar

mengajar, eksperimen sering diartikan sebagai penyajian materi yang menyangkut

kegiatan dan ketrampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang

bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat

diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut.

f. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Pemberian Tugas /Resitasi

Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001: 130) “ Pemberian

tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai

dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun

di rumah secara perorangan atau kelompok”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemberian tugas/ resitasi merupakan bagian proses belajar

mengajar.

32

Berdasarkan Suwarna (2008: 113), pemberian tugas dimaksudkan

sebagai sarana melatih , memperdalam, dan memperkaya pengetahuan yang telah

diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran senantiasa diupayakan untuk

meningkatkan keefektivitasan dan keefisiensiannya. Kegiatan pendidikan di

sekolah yang sangat banyak dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi

pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk melaksanaakna kegiatan

belajar mengajar tersebut. Oleh karena itu guru perlu memberikan tugas – tugas

yang diberikan diluar jam pelajaran karena jika hanya menggunakan seluruh jam

pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan cukup, terkait

dengan luasnya tuntutan pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam

kurikulum.

Tujuan metode pemberian tugas digunakan agar siswa memiliki hasil

belajar yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan – latihan selama

melaksanakan tugas sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat

lebih terintegrasi. Siswa dapat lebih aktif belajar dan merasa terangsang untuk

meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung

jawab sendiri.

Kelebihan metode pemberian tugas berdasarkan Mulyani Sumatri dan

Johar Permana (2001: 131) adalah sebagai berikut:

1). Mampu membuat siswa aktif belajar.

2). Merangsang siswa belajar lebih banyak.

3). Mengembangkan kemandirian siswa.

4). Lebih meyakini dan memperdalam, memperkaya, atau memperluas tentang

apa yang dipelajari.

5). Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan

komunikasi.

6). Membuat siswa semangat belajar karena dapat melakukan variasi.

7). Mengmbangkan kreatifitas siswa.

Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan pemberian tugas adalah

metode pembelajarn kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya

33

menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan kegiatan pemberian tugas yang

dilakukan di dalam ataupun diluar jam pelajaran.

2. Aspek Afektif Siswa

Aspek afektif termasuk aspek penilaian prestasi belajar siswa dalam

proses belajar mengajar. Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan

perasaan minat, dan perhatian, keinginan, penghargaan dan lain sebagainya

manakala dihadapkan kepada objek tertentu. Misalnya sikap siswa pada waktu

belajar disekolah, terutama pada waktu guru sedang mengajar. Yaitu kemauannya

untuk menerima pelajaran dari guru-guru, perhatiannya terhadap apa yang

dijelaskan oleh guru, keinginannya untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru

dan lain sebagainya.

Berdasarkan J.R Fraenkel dalam W.Gulo (2002:147-148)

mengemukakan beberapa ciri tentang nilai sebagai berikut:

a. Nilai adalah suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empirik, tetapi di

dalam pikiran manusia. Studi tentang nilai biasanya berada dalam lapangan

estetika dan etika. Estetika berkenaan dengan apa yang dianggap indah dan

enak dinikmati.Sedangkan etika berkenaan dengan bagaimana sebaiknya dan

seharusnya orang berperilaku, apa yang dianggap benar dan salah.

b. Nilai adalah standar perilaku, ukuran yang menentukan apa yang indah, apa

yang efisien, apa yang berharga, apa yang ingin dipelihara dan dipertahankan.

Sebagai standar, nilai adalah pedoman untuk menentukan pilihan. Misalnya,

menentukan jenis tindakan atau perbuatan yang pantas dilakukan. Nilai ini

biasa disebut nilai-nilai moral yang menuntun seseorang untuk berbuat sesuatu

yang dianggap benar dan layak.

c. Nilai itu direfleksikan dalam perbuatan atau perkataan. Sangat abstrak dan

menjadi konkret bila seseorang bertindak dengan cara tertentu.

d. Nilai adalah abstraksi atau idealis manusia tentang apa yang dianggap paling

penting dalam hidup mereka sehingga nilai dapat dibandingkan,

dipertentangkan, dianalisis dan didiskusikan, serta digeneralisasikan.

Berdasarkan uraian di atas terkait nilai dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan sesuatu yang abstrak yang bisa menjadi konkret jika diwujudkan

34

dalam perilaku, nilai menjadi standar pedoman untuk menentukan pilihan, nilai

tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya, pengembangan domain

afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik,

masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah,

berkembang, sehingga bisa dibina, dan perkembangan nilai atau moral tidak

terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap- tahapan tertentu.

Menurut Nana Sudjana (2006: 30) ada beberapa kategori ranah afektif

antara lain:

a. Reciving/ attending

Yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari

luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-

lain. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk

membedakan dan menerima perbedaan. Misal, menunjukkan penerimaan dengan

mengiyakan, mendengarkan, dan menanggapi sesuatu. Penerimaan ini jika

diterapkan dalam proses belajar berarti siswa menerima proses belajar yang

dikomandoi guru.

b. Responding atau jawaban

Yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang

datang dari luar. Atau kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap

suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hal ini menyangkut ketepatan

reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang

kepadanya. Hasil belajar respon merupakan suatu komitmen untuk berperan serta

berdasarkan penerimaan. Misal, mematuhi, menuruti, mengomentari, bertindak

sukarela, mengisi waktu senggang atau menyambut. Respon yang ditunjukkan

ketika proses belajar adalah sikap yang memperlihatkan reaksi positif ataupun

negatif setelah guru memberikan perlakukan mengajar di kelas.

c. Valuing (penilaian)

Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

tadi. Atau kemampuan memberi penilaian atau perhitungan atau penilaian

merupakan keinginan untuk menerima, diperhitungkan, dan dinilai orang lain.

Misal, meningkatkan kelancaran berbahasa atau dalam betinteraksi, menyerahkan,

35

melepaskan sesuatu, membantu, menyumbang, mendukung, dan mendebat.

Evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi

Yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai

yang telah dimilikinya. Atau kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan

dengan tindakan penilaian atau perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya

merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan

konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati. Misal, mendiskusikan

menteorikan, merumuskan, membangun opini, dan menguji.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

Yakni keterpaduan sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Atau merupakan tindakan

puncuk dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan

dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil

belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab

dengan standar nilai yang tinggi. Misal, memperbaiki, membutuhkan,

menempatkan pada standar yang tinggi, mencegah, berani menolak, mengelola,

dan mencari penyelesaian dari suatu masalah.

Pengukuran sikap afektif menurut W. James Popham dan Eva L. Baker

(2003: 33), bisa menggunakan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mau

dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu sikap afektif sangat berpengaruh pada

pencapaian tujuan pembelajaran karena berkaitan dengan motivasi siswa

berprilaku saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga guru harus sungguh-

sungguh mampu menciptakan situasi penilaian di mana siswa berkesempatan

memperlihatkan perilaku seperti yang diharapkan dengan tanpa bantuan guru.

Misalnya mengamati perilaku siswa tanpa sepengetahuan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap

afektif siswa dapat dilihat dari sikap dan nilai (positif/ negatif) yang ditunjukkan

36

saat proses belajar mengajar berlangsung dengan dilatarbelakangi kemauan siswa

untuk bertindak, dalam hal ini dilakukan ketika pembelajaran biologi berlangsung.

B. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran merupakan suatu bagian dari sistem pengajaran

yang merupakan suatu cara peyajian pengajaran secara teratur untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar

yang dipakai sebagai tolak ukur adalah hasil belajar atau prestasi belajar siswa.

Hasil belajar atau prestasi belajar siswa menunjukkan tingkat keberhasilan yang

telah dilakukan siswa selama masa studi yang menyangkut kompetensi-

kompetensi yang harus dikuasai siswa yang berupa aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dilihat dari kompetensi yang harus dimiliki dalam mencapai hasil

belajar yang baik adalah aspek afektif siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi

proses belajar mengajar ataupun yang mempengaruhi tinggi rendahnya

kemampuan afektif siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu

faktor yang mempengaruhinya yaitu penggunaan metode mengajar dalam

pembelajaran.

Sifat materi yang terkandung ketika mempelajari ilmu biologi berada

dalam ingatan dan ada pula materi yang memerlukan pengamatan langsung atau

percobaan di laboratorium sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran biologi

perlu diupayakan metode pembelajaan yang tepat. Salah satunya yaitu

pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw biasanya siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen yang saling

berdiskusi tentang suatu meteri kemudian menjelaskan meterei tersebut kepada

teman yang lain sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan

ketrampilan berpikirnya, menerapkan ide-ide melalui diskusi tentang apa yang

diketahuinya sehingga dalam mempelajari Jigsaw ini siswalah yang lebih aktif

dalam proses pembelajaran dan diterapkan dengan pembelajran Jigsaw ini siswa

lebih aktif, kreatif, dan bersemangat dalam belajar sehingga dapat

mengembangkan sikap afektif siswa.

37

Dari uraian di atas dapat dibuat gambar kerangka pemikiran sebagai

berikut:

.

Gambar 2: Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka digambarkan paradigma alur

penelitian sebagai berikut:

Gambar 3: Paradigma Penelitian

Keterangan:

X : Metode pembelajaran.

X1 : Diterapkan model pembelajaran koopretif Jigsaw dengan

eksperimen.

X2 : Diterapkan model pembelajaran koopertif jigsaw dengan

pemberian tugas.

Y1 : Sikap afektif kelas perlakuan 1.

Y2 : Sikap afektif kelas perlakuan 2.

X

X1Y1 Y1 X1

X2Y2 Y2 X2

Metode pembelajaran

Jigsaw dengan

eksperimen

(labotratorium)

Metode pembelajaran

Jigsaw dengan pemberian

tugas

sikap afektif

siswa

38

X1Y1 : Sikap afektif siswa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw dengan eksperimen.

X2Y2 : Sikap afektif siswa dengan penerapan model pembelajaran

Jigsaw dengan pemberian tugas.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

Ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen

dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap

perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi.

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah SMP Negeri 2 Giritontro

Wonogiri pada kelas 2 semester II tahun ajaran 2008/2009.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II dari bulan Februari 2009 awal

sampai dengan bulan Februari 2009 akhir . Jangka waktu tersebut secara garis

besar dibagi menjadi 2 tahap yaitu:

a. Tahap persiapan dan perijinan

Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, permohonan

ijin penelitian, konsultasi instrument penelitian. Tahap ini dilaksanakan bulan

Oktober sampai dengan Desember 2009.

b Tahap penelitian

Tahap ini meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan

pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada awal bulan April 2009 sampai

akhir bulan April 2009.

c Tahap Penyelesaian

Tahap ini meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Tahap ini dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan Maret 2010.

B. Metodologi penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu.

Tujuan dari metode eksperimen semu menurut Cholid Narbuko dan R. Abu

Achmadi (2005: 54) yaitu ”untuk memperoleh informasi yang merupakan

perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau

memanipulasikan semua variabel yang relevan”.

25

40

Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan,

kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan .

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMP Negeri 2 Giritontro

Wonogiri tahun ajaran 2008/2009 sebanyak enam kelas dengan siswa sebanyak

kurang lebih 240 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua kelas dari

enam kelas yang ada.

3.Teknik Pengambilan Sampel

Sampling yang digunakan adalah random sampling (Cluster Random

Sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Enam kelas

yang menjadi populasi diacak dan diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas

VIII E sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen II.

Penentuan ini berdasarkan pada ciri – ciri yang sama dimiliki populasi,

yaitu:

a. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas paralel yang sama.

b. Siswa diampu oleh guru yang sama

c. Siswa mendapat materi pelajaran yang sama

D. Teknik Pengambilan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan teknik dokumentasi atau arsip, angket dan observasi atau

pengamatan.. Teknik dokumentasi untuk mendapatkan data nilai biologi sebelum

eksperimen mengajar yaitu nilai semester I biologi, sedangkan metode angket dan

metode observasi digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa.

41

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

a. Variabel bebas

Metode pembelajaran

1) Definisi oprasional : merupakan cara mengajar yang digunakan oleh guru

untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa

2). Kategori :

a) metode Jigsaw dengan eksperimen

b) metode Jigsaw dengan pemberian tugas

b. Variabel terikat

Sikap afektif siswa

1). Definisi oprasional : suatu kemampuan yang berhubungan dengan value

(nilai), yaitu suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empiris, tetapi di

dalam pikiran manusia.

2). Indikator : Angket dan observasi afektif

2. Metode Pengambilan Data

a. Metode Dokumentasi

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai UAS semester I untuk

mata pelajaran biologi kelas VIII.

b. Metode angket

Menurut Riduwan (2004:99)” angket atau questionare adalah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon

(responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Metode angket digunakan

untuk memperoleh data tentang aspek afektif siswa. Angket yang digunakan

adalah jenis angket langsung tertutup. Data yang diperoleh berupa skor hasil

pengisian angket dari responden.

42

c. Metode Observasi

Pengambilan data pelengkap untuk sikap afektif dengan observasi atau

pengamatan tentang data pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik.

Instrumen penilaian ini berupa lembar penilaian observasi berkaitan dengan sikap

afektif siswa selama proses belajar. Perangkat penilaian diisi guru atau asisten

laboratorium sesuai dengan aspek-aspek afektif.

3. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket dan observasi untuk

mengetahui aspek afektif siswa.

a. Instrumen angket

Pedoman penyusunan angket dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1). Perencanaan

Perencanaan angket meliputi perumusan tujuan, yaitu menentukan

spesifikasi data yang disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan penelitian

yang dilakukan. Selanjutnya menentukan variabel, dibuat terlebih dahulu konsep

yang menjadi pusat perhatian dari variabel yang diukur. Kemudian kategorisasi

variabel, dari konsep yang telah dibuat lalu dijabarkan menjadi nilai-nilai yang

akan diukur dan ditentukan indikatornya.

2). Penulisan Butir Soal

Berdasarkan aspek dan indikator yang telah dirumuskan, kemudian

disusun kisi-kisi angket, dengan demikian kisi-kisi angket dapat menjadi pedoman

pembuatan pertanyaan maupun jumlah pertanyaan.

3). Penyuntingan Angket

Meliputi pembuatan surat pengantar, pedoman pengisian, kunci jawaban

dan menentukan pemberian skor. Penentuan skor angket sikap afektif siswa

menggunakan skala model Likert. Menurut Sukardi (2005: 146-157) bahwa skala

Likert digunakan untuk manilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para

peneiliti dengan cara mangajukan beberapa pertanyaan kepada responden,

kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respon dalam

skala ukur yang telah disediakan.

43

Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk cek list, yaitu bentuk

angket dimana pengisi angkat tinggal memberi tanda cek (√ ) pada kolom yang

disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima seperti berikut :

Untuk item pertanyaan positif :

Skor 5 untuk alternatif jawaban selalu (S), menunjukkan sikap yang paling tinggi.

Skor 4 untuk alternatif jawaban sering (SR), menunjukkan sikap yang tinggi.

Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang (KD), menunjukkan sikap yang

sedang.

Skor 2 untuk alternatif jawaban jarang (J), menunjukkan sikap yang rendah.

Skor 1 untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP), menunjukkan sikap yang

paling rendah.

Untuk item pertanyaan negatif

Skor 1 untuk alternatif jawaban selalu (S), menunjukkan sikap yang paling

rendah.

Skor 2 untuk alternatif jawaban sering (SR), menunjukkan sikap yang rendah.

Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang (KD), menunjukkan sikap yang

sedang.

Skor 4 untuk alternatif jawaban jarang (J), menunjukkan sikap yang tinggi.

Skor 5 untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP), menunjukkan sikap yang

paling tinggi.

4). Perbaikan Angket

Instrumen angket yang baik adalah instrumen yang telah diujicobakan

kepada kelas lain kemudian baru diterapkan kepada kelas eksperimen. Tujuan dari

uji coba angket tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran tentang validitas

(kesahihan) dan reliabilitas (kemantapan) instrumen. Item yang valid dan reliabel

selanjutnya digunakan dalam penelitian. Uji coba dilaksanakan di SMP Negeri 2

Giritontro,Wonogiri pada siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak

40 siswa.

Setelah disusun angket afektif, kemudian diujicobakan. Dari hasil uji

coba selanjutnya dianalisis untuk dihitung validitas dan reliabilitas angket.

44

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

a). Uji Validitas

Validitas suatu angket adalah taraf sampai dimana suatu angket mampu

mengukur apa yang sebenarnya diukur. Hal ini untuk mengetahui taraf koelasi

atau taraf empirisnya menurut Suharsimi Arikunto (2006: 72) dapat

menggunakan rumus :

Keterangan:

N = Jumlah subyek

xyr = Koefisien validitas

X = Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya

Y = Kriteria yang dipakai

Kriteria validitas angket dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Validitas

Koefisian Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00

0,71 – 0,90

0,41 – 0,70

0,21 – 0,40

Negatif – 0,20

Sangat Tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat Rendah

Hasil uji validitas instrumen angket diperoleh 7 dari 50 butir soal invalid

dan drop atau tidak dipakai yaitu butir soal nomor 33, 8, 40, 41, 43, 45, dan 49.

b). Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Alpha, yaitu :

2

1

2

1

11 11

n

nr

45

Keterangan :

11r = reliabilitas tes

n = banyaknya item soal

= jumlah varians butir

2 = varians soal

Kriteria tingkat reliabilitas berdasarkan koefisien r menurut Suharsimi

Arikunto (2002: 245), dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Kriteria Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas instrument angket diperoleh nilai 11r =8, 29,

berdasarkan kualifikasi koefisien reabilitas di atas maka dikatakan instrument

memiliki reliabilitas yang tinggi.

b. Instrumen observasi

Pengambilan data pelengkap untuk sikap afektif dengan observasi atau

pengamatan tentang data pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik.

Instrumen penilaian ini berupa lembar penilaian observasi berkaitan dengan sikap

afektif siswa selama proses belajar. Perangkat penilaian diisi guru atau asisten

laboratorium sesuai dengan aspek-aspek afektif.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan unutuk mengkaji kebenaran hipotesis yang

diajukan.

Koefisian Korelasi Kualifikasi

0,800 - 1,000

0,600 - 0,800

0,400 - 0,600

0,200 - 0,400

0,000 - 0,200

Tinggi

Cukup

Agak rendah

Rendah

Sangat rendah

46

1. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

penelitian ini memiliki kemampuan awal yang sama apa tidak. Untuk menguji

keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai UAS semester I untuk mata

pelajaran biologi .

Menurut Budiyono (2004:149) langkah – langkah uji Z yaitu sebagai

berikut :

a. Hipotesis

:Ho 21 ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama)

21:1 H ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda)

b. Taraf Signifikasi ( )=0,

c. Statistik Uji yang digunakan:

)1,0(~)21(

2

2

2

1

2

1

N

nn

XXZ

n

xn

X2

2

2

Keterangan :

1X : Mean dari sampel kelompok perlakuan I

2X : mean dari sampel kelompok perlakuan II

2

1 : variansi dari kelompok perlakuan I

2

2 : variansi dari kelompok perlakuan II

1n : ukuran sampel kelompok perlakuan I

2n : ukuran sampel kelompok perlakuan II

d. Menuntukan daerah kritik(DK): Z /Z/2

Z

e. Keputusan Uji

Tolak Ho jika Z hitung terletak di daerah kritik.

f. Kesimpulan

1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima

47

2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho

ditolak.

Perhitungan pengujian kelompok eksperimen dan pemberian tugas

diperoleh harga hitungZ 0.033 sedangkan )025,0(tabelZ = 1.96 dengan demikian 0H

diterima karena harga statistik uji hitungZ = 0.033 jatuh di luar daerah kritik, ini

berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam

keadaan seimbang.

Berdasarkan analisis uji keseimbangan di atas menunjukkan hasil

keseimbangan dimana harga statistik uji hitungZ jatuh di luar daerah kritik, ini

berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam

keadaan seimbang. Kedua sampel berawal dari tiik yang sama sebelum penelitian

dilakukan .

Perhitungan uji keseimbangan secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran.

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan terlebih dahulu sebelum uji hipotesis.

Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan teknik Lilliefors. Uji normalitas

ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: (Sudjana, 1996:466)

1). Pengamatan X1, X2,…,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …Zn dengan

menggunakan rumus s

xxz i

i

( x dan s masing – masing merupakan rata –

rata dan simpangan baku sampel)

2). Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi)

3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi.. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka :

48

n

zyangzzbanyaknyazzS

in

i

,)(

2,1

4). Menghitung selisih F(Zi) – S(zi) kemudian tertentu harga mutlaknya.

5). Mengambil harga F(Zi) – S(zi) yang paling besar sebagai harga L0.

Hipotesis:

H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha= Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H0 ditolak bila L0 > Ldaftar untuk taraf nyata yang dipilih

Dalam uji normalitas kelas jigsaw dengan eksperimen diperoleh hitungL =

0.0760 yang mana lebih kecil dari )37;05.0(labelL = 0.1457. Dengan hitungL yang lebih

dari tabelL , maka 0H diterima disimpulkan bahwa sampel kelas jigsaw dengan

eksperimen berasal dari kelompok yang berdistribusi normal. Di kelas jigsaw

dengan pemberian tugas diperoleh hitungL = 0.0910 yang mana lebih kecil dari

)34;05.0(tabelL = 0.1519. Dengan hitungL yang lebih kecil dari tabelL , maka 0H

diterima disimpulkan bahwa sampel kelas jigsaw dengan pemberian tugas berasal

dari kelompok yang berdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas dengan metode Lilifors data sikap afektif

didapat hitungL lebih kecil daripada tabelL , sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa data sikap afektif siswa berdistribusi normal. Hasil analisis data uji

normalitas secara lengkap disajikan pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan metode Bartlert.

Hipotesis :

H0 : 2

2

2

1 sampel homogen

H1 : 2

2

2

1 sampel tidak homogen

Stastitik Uji

2

1

2 loglog303,2

SfMSfC

X jerr

49

dimana :

11

11

13

11

ffkC

f

SSMS

j

err

j

j

jjn

XXSS

2

2

1

2

j

jn

SSS

jf = derajat kebebasan

1 jj nf

j =1,2,3,….,k

k = cacah sampel

nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j

Daerah kritik

DK : 2

1;

2

kajXX

Untuk 105,0 aj

taraf signifikasi

Keputusan uji

H0 diterima jika 2X < 2

1; kajX

H0 ditolak jika 2

1;

2

kajXX

Hasil uji homogenitas pada sikap afektif siswa kelas jigsaw dengan

eksperiman dan kelas jigsaw dengan pemberian tugas diperoleh harga 2

hitung =

0.033 sedangkan )1;05.0(2

tabel = 3.841 sehingga 2

hitung < tabel2 atau berada diluar

daerah kritik dengan demikian 0H diterima, ini berarti kedua sampel berasal dari

populasi yang homogen dan selengkapnya disajikan dalam lampiran.

50

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan analisis variansi satu jalan dilanjutkan

dengan analisis komparasi ganda. Analisis hanya dapat mengetahui ditolak atau

diterimanya hipotesis nol dan ada tidaknya perbedaan. Hal ini berarti jika

hipotesis nol ditolak maka belum diketahui rerata mana yang berbeda. Jika

hipotesis nol ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat

satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut

rerata berbeda dan yang sama dilakukan pelacakan rerata yang dikenal sebagai

analisis komparasi ganda.

a. Analisis Variansi Satu Jalan

Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi satu

jalan menurut Husaini Usman dan Purnomi Stiady A ( 2003:183) adalah sebagai

berikut:

1) Hipotesis:

0 : 0jY , untuk semua j ( tidak ada perbedaan efek antar perlakuan terhadap

variable terikat )

,0:1 jYH untuk paling sedikit satu j ( ada perbedaan efek antar perlakuaan

terhadap variabel terikat)

2) Taraf signifikansi 05,0

3) Statistik uji yang digunakan D

A

RK

RKF

4) Menghitung jumlah kuadrat rata-rata, dengan rumus: J

n

n

Rnnnn

xxxxK

....

....

321

2

321

5) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:

R

n

n

A JKn

x

n

x

n

xJK

2

2

2

2

1

2

1...

)(

6) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok ARD JKJKxJK 2

7) Menghitung derajat kebebasan rata- rata dengan rumus dk ratarata = 1

51

8) Menghitung derajat kebebasan antar kelompok dk 1 kA

9) Menghitung derajat kebebasan dalam kelompok dk kND

10) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat rata-rata RKR

Rratarata

dk

JK

11) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok RKA

RA

dk

JK

12. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok RKD

DD

dk

JK

13). Mencari F hitung dengan rumus : F hitung = D

A

RK

RK

14). Mencari F tabel dengan rumus : )();();( dkDdkAtabel FF

15). Kriteria pengujian yaitu:Jika F tabelhitung F maka Ho ditolak.

16). Rangkuman Analisis Variansi

Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi

Jumlah variansi Jumlah

kuadrat

(JK)

dk Rata-rata

kuadrat

(RK)

F hitung F tabel Kepu

-

tusan

Rata-rata antar

kelompok dalam

kelompok

JK R

JK A

JK D

1

dk A

dk D

RK

RK

RK D

Jumlah 2x 1n - -

b. Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda adalah tidak lanjut dari analisis variansi apabila hasil

analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji lanjutan

setelah analisis variasi, digunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan

menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikasi yang kecil.

Menurut (Budiyono,2004:201-204) langkah–langkah dalam

menggunakan metode Scheffe adalah sebagai berikut:

1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata

2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut

R

A

52

3). Menentukan tingkat signifikansi =0,05

4). Mencari harga anava statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :

a). Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

j

ji

ji

nnRKG

XXF

111

2

..

b). Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

j

ji

ji

nnRKG

XXF

111

2

..

c). Untuk komparasi rerata anatar sel pada kolom ke-j

kjij

kjij

kjij

nnRKG

XXF

11

2

d). Untuk komparasi rerata antar sel pada baris ke-i

kjij

kjij

kjij

nnRKG

XXF

11

2

5). Menentukan daerah kritik (DK)

.. jiDK pqNpFpFF ;1;1

.. jiDK pqNpFqFF ;1;1

kjijDK pqNpqFpqFF ;1;1

kjijDK pqNpqFpqFF ;1;1

6.) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi ganda

7). Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II maka

diperlukan adanya data-data yang harus dianalisis. Data ini berupa nilai hasil

belajar siswa pada pokok bahasan fotosintesis. Hasil belajar siswa yang dinilai

adalah ranah afektif. Data-data tersebut diambil dari SMP Negeri 2 Giritontro

tahun pelajaran 2008/2009 yakni kelas VII C dan VII F yang masing-masing

sebagai kelompok eksperimen I ( Jigsaw dengan pemberian tugas) dan kelompok

eksperimen II (Jigsaw dengan eksperimen ). Pada penelitian ini jumlah siswa

yang dilibatkan sebanyak 71 siswa yaitu 34 siswa kelas VII C dan 37 siswa kelas

VII E. Untuk lebih jelasnya disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing

variabel.

Diskripsi data aspek afektif siswa hasil penelitian dari masing – masing

kelompok disajikan dalam Tabel 6. dan data selengkapnya dapat dilihat dalam

lampiran.

Tabel 6. Deskripsi Data Aspek Afektif

Kelompok Juml. Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-

rata

Eksperimen I

(Jigsaw dengan eksperimen)

37 199 150 177,11

Eksperimen II

(Jigsaw dengan pemberian tugas)

34 195 145 170,44

Berdasarkan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata

aspek afektif kelas yang diberikan perlakuan Jigsaw dengan eksperimen

(praktikum) lebih tinggi dibandingkan rata-rata aspek afektif kelas yang diberikan

perlakuan Jigsaw dengan pemberian tugas.

Nilai rata-rata aspek afektif kelas Jigsaw dengan eksperimen dan kelas

Jigsaw dengan pemberian tugas jika dibuat diagram batang seperti di bawah ini:

39

54

Gambar 4. Diagram batang perbandingan aspek afektif

Diagram batang perbandingan aspek afektif diatas dapat diketahui bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperiman dalam

memberikan pengaruh terhadap aspek afektif siswa lebih tinggi daripada Jigsaw

dengan pemberian tugas atau nilai rata-rata kelas Jigsaw dengan eksperiman lebih

tinggi daripada Jigsaw dengan pemberian tugas. Distribusi frekuensi aspek

afektif kelompok eksperimen I disajikan dalam di lampiran.

Dari distribusi frekuensi aspek afektif kelas eksperimen I (Jigsaw

dengan ekperimen) tersebut dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 5.

berikut:

Gambar 5. Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I

177,11

170,44

166

168

170

172

174

176

178A

spek A

fektif

Jigsaw Eksperimen Jigsaw Pemberian tugas

Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I (Jigsaw dengan Eksperimen)

2

6

10 9

8

2

0 2 4 6 8

10 12

149,5 158,5 167,5 176,5 185,5 194,5 203,5

Batas Nyata

F r e k u e n s

i

55

Berdasarkan histogram distribusi frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa

nilai 2, 6, 10, 9, 8, dan 2 menunjukkan frekuensi/ banyaknya siswa yang

mendapatkan nilai sedangkan 158,5-167,5 seterusnya menunjukkan batas nyata,

sehingga jelas bahwa siswa yang mendapat nilai sekisar 158,5-167,7 sebanyak 6

siswa, nilai antara 167,5-176,5 sebanyak 1 siswa. Berdasarkan gambar di atas

terlihat bahwa nilai siswa kebanyakan antara 167,5-176,5. Distribusi frekuensi

aspek afektif siswa kelompok eksperimen II dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan distribusi frekuensi aspek afektif kelas eksperimen II

(Jigsaw dengan pemberian tugas) tersebut dapat dibuat histogram seperti pada

Gambar 6. berikut:

Gambar 6. Histogram Kelas Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas)

Berdasarkan histogram distribusi frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa

nilai 2, 6, 10, 11, 3, dan 2 menunjukkan frekuensi/ banyaknya siswa yang

mendapatkan nilai sedangkan 153,5-162,5 seterusnya menunjukkan batas nyata,

sehingga jelas bahwa siswa yang mendapat nilai sekisar 153,5-162,5 sebanyak 6

siswa, nilai antara sebanyak 11 siswa. Berdasarkan Gambar 6. di atas terlihat

bahwa nilai siswa kebanyakan antara 171,5-180,5.

Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas)

2

6

10 11

3 2

0

2

4

6

8

10

12

144,5 153,5 162,5 171,5 180,5 189,5 198,5

Batas Nyata

F r e k u e n s

i

56

B. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variasi Satu Jalan

Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian

terhadap hipotesis penelitian. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

analisis variasi satu jalan yang dilanjutkan dengan analisis komparasi ganda. Dari

hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh hasil pada Tabel 7. dan hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 7. Rangkuman Analisis Variansi

Jumlah

Variansi

Jumlah

Kuadrat (JK)

dk

Rata-rata

kuadrat (RK)

F

hitung

Ftab

Keputusan

H0

Rata-rata 2136739,2817 1 2136739,2817

6,60

3,98

Ditolak

Antar

kelompok

857,7779

1

857,7779

Dalam

kelompok

8961,9404

69

129,8832

Total 2146559 71 -

Berdasarkan tabel di atas didapat hasil bahwa Fhitung

(6,60) yang didapat

dari hasil pembagian rata-rata kuadrat antar kelompok dengan rata-rata kuadrat

dalam kelompok, dan Ftab

(3,98) dengan taraf signifikan 5%. Karena Fhitung

> Ftab

maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaan sikap afektif

antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan

eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas.

Dari hasil perhitungan diperoleh harga statistik uji Fhitung

= 6.60

sedangkan Ftab

= 3.98 sehingga Ftab

> , dengan demikian Ho ditolak dan H1

Diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi metode pembelajaran ( Jigsaw dengan

eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas ) memberikan pengaruh terhadap

perkembangan sikap afektif siswa pada pembelajaran biologi diterima. Hasil

perhitungan analisis variasi satu jalan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

57

2. Uji Lanjut Analisis Variansi

Hasil perhitungan analisis variansi satu jalan menunjukkan adanya

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw

dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa kelas VIII semester genap

SMP N 2 Giritontro Wonogiri tahun ajaran 2008/2009. Uji komparasi ganda

dengan metode Scheffe sebagai uji lanjut analisis variansi digunakan untuk dapat

mengetahui perbedaan yang signifikan antara kedua metode yang diterapkan.

Tabel 8. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda

Komparasi Fhitung

Ftab

Keputusan

H0

1 vs 2 6,60 3,98 Ditolak

Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi ganda untuk prestasi aspek

afektif dengan uji Scheffe dan dengan taraf signifikansi 5% diperoleh F tabel 3,98, F

hitung 6,60. Dari Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa hasil uji lanjut anava

antara F hitung dan F tabel menunjukkan bahwa F hitung > F tabel , maka H0

ditolak.

Karena H0

ditolak, maka terdapat perbedaan yang signifikan sikap afektif siswa

antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran Jigsaw dengan eksperimen dan

Jigsaw dengan pemberian tugas.

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan jigsaw dengan

pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun ajaran 2008/ 2009 pada

pokok bahasan fotosintesis.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dari hasil uji

keseimbangan kemampuan awal dengan uji Z diperoleh Zhitung > Ztabel maka Ho

diterima. Ho diterima berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal sama

dan dalam keadaan seimbang. Maka kedua sampel berangkat dari titik tolak yang

sama sebelum penelitian dilakukan sehingga apabila ada faktor-faktor yang

58

mungkin mempengaruhi treatmen telah di matched dengan matching test maka

penelitian dapat dilakukan.

Hasil uji normalitas yang menggunakan uji Lilliefors menunjukan bahwa

Lhit < Ltab, hal ini berarti semua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi

normal sedangkan hasil uji homogenitas yang menggunakan Bartlet diketahui

bahwa variansi antara kelompok uji sudah homogen atau sama. Berdasarkan hasil

uji persyaratan analisis sudah terpenuhi maka dapat dilanjutkan ke uji hipotesis.

Hasil perhitungan statistik dengan uji analisis variansi satu jalan untuk

sikap afektif diperoleh F hit = 6,60 > Ftabel = 3,98 dengan taraf 5% dan dengan

jumlah sampel 71 yang terdiri atas dua kelas. Dari analisis variansi satu jalan

tersebut memberikan hasil bahwa H 0 ditolak yang berarti ada perbedaan pengaruh

terhadap sikap afektif siswa antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas.

Setelah uji variansi satu jalan yang menunjukkan hasil bahwa terdapat

beda penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan

pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun pelajaran 2008/ 2009,

dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda dengan metode Scheffe untuk

mengetahui perbedaan yang signifikan dan ada tidaknya pengaruh antara kedua

metode pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh hasil

untuk aspek afektif F hitung > F tabel sehingga H 0 ditolak yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan

eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. Karena adanya perbedaan yang

signifikan antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan

Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran

biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun pelajaran

2008/2009, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap

afektif siswa dalam pembelajaran biologi.

59

Adanya perbedaan yang signifikan tersebut maka dapat disimpulkan ada

pengaruh sehingga dapat diteruskan untuk mengetahui mana yang lebih baik atau

pengaruh mana yang lebih besar dari kedua model pembelajaran tersebut dilihat

dari rata-ratanya. Dari rata-rata pada analisis komparasi ganda atau pada data

induk penelitian terlihat bahwa nilai rata-rata atau rerata nilai untuk kedua model

pembelajaran diperoleh hasil yang berbeda-beda. Perbandingan rerata untuk kedua

model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. berikut:

Tabel 9. Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Sikap Afektif

Kelompok Juml. Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-

rata

Eksperimen I

(Jigsaw dengan eksperimen)

37 199 150 177,11

Eksperimen II

(Jigsaw dengan pemberian tugas)

34 195 145 170,44

Berdasarkan tabel perbandingan rata-rata nilai pencapaian aspek afektif

di atas terlihat bahwa rata-rata nilai aspek afektif siswa yang dikenai perlakuan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata nilai aspek afektif siswa yang yang dikenai

perlakuan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian

tugas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen lebih berpengaruh terhadap

sikap afektif siswa daripada Jigsaw dengan pemberian tugas.

Sedangkan hasil observasi proses belajar mengajar sebelum dan saat

penelitian sikap afektif siswa mengalami perkembangan, untuk kelas dengan

penerapan pembelajaran Jigsaw dengan ekeperimen dari 71,8 % siswa yang

berprilaku positif dilihat dari sikap afektifnya meningkat menjadi 90, 57 %, sama

dengan peningkatannya sebesar 18,77 %. Sedangkan obeservasi di kelas yang

diterapkan pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas dari 72, 97 % menjadi

84,275 %, sama dengan peningkatannya sebesar 11,3 %. Sebagaimana dapat

dilihat pada lampiran dan Tabel 10. berikut:

60

Tabel 10. Perbandingan Peningkatan Sikap Afektif Melalui Observasi

Kelompok Obs.pra

perlakuan

(%)

Obs. I

(%)

Obs.II

(%)

(rata-rata

observasi)

(%)

Peningkatan

Sikap (%)

Jjigsaw

eksperimen

71,8 89,47 91,67 90,57 18,77

Jigsaw pemberian

tugas

72, 97 85,7 82,85 84,275 11,3

Berdasarkan uraian didapat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw memberikan pengaruh pada perkembangan sikap afektif siswa dan

terlihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen

lebih baik dibandingkan Jigsaw dengan pemberian tugas. Penggunaan kedua

metode tersebut dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMP N 2

Giritontro Wonogiri belum pernah digunakan sebelumnya sehingga siswa begitu

antusias dalam mengikuti pelajaran biologi dengan kedua metode ini karena

merupakan suatu pengalaman baru bagi mereka. Hipotesis dalam penelitian ini

adalah “Ada perbedaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen

dan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam

pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri”,

diterima.

Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam proses belajar dapat

memberikan dampak yang baik pada perkembangan sikap afektif siswa karena

sesuai lima unsur yang ada di pembelajaran kooperatif sendiri yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Lima unsur pembelajaran kooperatif

ini jika bisa diterapkan saat propses belajar baik di dalam maupun di luar sekolah

akan menghasilkan peserta didik yang mempunyai kepercayaan diri dalam proses

belajar karena pembelajaran kooperatif memberikan penghargaan untuk setiap

siswa dalam bentuk tanggung jawab perseorangan sebagai anggota kelompok itu

berarti baik buruknya kerja kelompok sangat tergantung dari kerja anggotanya.

61

Begitu juga unsur yang lain memberikan pengaruh yang positif dalam

perkembangan sikap afektif siswa.

Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw. Pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw menjadikan siswa memiliki ketergantungan positif untuk

saling membantu dalam penguasaan dan pemahaman materi pelajaran karena

dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kelompok dibentuk heterogen sehingga

dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam

proses pemahaman siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang

berkemampuan sedang akan segera menyesuaikan dalam proses pemahaman

materi, sehingga disini selain ketergantuangan positif juga terjadi komunikasi

antaranggota kelompoknya dan interaksi tatap muka. Pembelajaran kooperatif

Jigsaw adalah pembelajaran yang fleksibel artinya bisa dimodifikasi dengan

metode belajar yang lain. Peneletian ini mengembangkannya dengan eksperimen

dan pemberian tugas.

Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen

dibagi menjadi tiga tahap yaitu; persiapan, pelaksaan, dan evaluasi. Tahap

persiapan dalam pembelajaran koopertif Jigsaw hal yang perlu diperhatikan

adalah penentuan topik bahasan yang akan diberikan ke kelompok ahli dalam hal

ini topik pembahasan melalui kegiatan eksperimen, pembagian siswa ke dalam

tim, pembagian siswa ke dalam kelompok ahli, dan penentuan skor awal pertama,

yaitu skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya.

Dalam penelitian terdapat beberapa tahap. Pada tahap pertama yaitu

membaca, pelaksanaan Jigsaw dalam eksperimen diawali dengan membaca

petunjuk praktikum dan topik-topik pembahasan yang sudah dibagi. Pemahaman

di awal kegiatan proses belajar ditanamkan ke siswa untuk menghindari salah

persepsi dalam pencapaian tujuan kegiatan belajar. Tahap kedua diskusi kelompok

ahli, pelaksanaan eksperimen dalam bentuk praktikum dilakukan bersama-sama

satu kelompok ahli dengan masing-masing anggota mewakili kelompok asal

mencari atau membuat pembahasan dari topik yang dibagi melalui diskusi

kelompok ahli. Tahap ini sangat membutuhkan tanggung jawab perseorangan.

Tahap ketiga laporan tim, anggota kelompok ahli kembali kelompok asal

62

(kelompok tim) menyampaikan hasil pembahasan topik di kelompok ahli. Proses

ini memerlukan saling ketergantungan positif, interaksi antar anggota yang baik,

dan tatap muka. Tahap keempat tes, dilakukan bersama untuk mengukur

pemahaman masing-masing siswa mengcakup semua topik. Tahap terakhir yaitu

rekognisi atau penghargaan tim/ kelompok. Skor kelompok ditentukan rata-rata

skor anggota kelompok dilihat dari skor tes dan aktivitas kelompok termasuk

kekompakan dalam kerjasama. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang

memiliki skor perkembangan tertinggi biasanya berupa pemberian sertifikat.

Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian

tugas sama dengan tahap-tahapan pada Jigsaw dengan eksperimen yang

membedakan adalah tidak adanya kegiatan praktikum di laboratorium. Secara

umum dari pelaksanan kedua metode tersebut mampu membuat semangat dan

motivasi siswa mengikuti pelajaran bertambah.

Pembelajaran dengan eksperimen siswa memperoleh pengetahuan

dengan kegiatan pengamatan sendiri dan pengalaman sehingga lebih bermakna,

sedangkan pada pemberian tugas salah satu kelemahannya adalah pengetahuan

yang diperoleh hasil meniru dari temannya atau mencari sendiri dan ini

merupakan salah satu kelemahan metode pemberian tugas yaitu sulitnya kontrol

terhadap hasil dari tugas yang diberikan. Dengan demikian membuat pengetahuan

yang diperoleh siswa cepat terlupakan dan siswa kurang mampu menerapkan

konsep yang dipelajari sehingga pada saat mengerjakan tes kebanyakan mereka

hanya mengingat konsep secara terpotong – potong.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen merupakan model

pembelajaran yang mengandung proses yang lebih tinggi tingkatnya dibanding

metode Jigsaw dengan pemberian tugas, siswa dalam metode ini dituntut aktif

mengambil bagian dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Siswa dalam

melakukan eksperimen dituntut untuk berpikir dan bertindan secara ilmiah mulai

dari pengamatan awal sampai menganalisis hasilnya dan penarikan kesimpulan,

siswa juga dapat mengamati secara langsung proses dan hasil yang diperolehnya

sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung dan gambaran yang jelas dari

kebenaran teori. Dengan demikian siswa dapat menyerap kesan yang mendalam

63

dan siswa akan cenderung teringat pada sesuatu yang pernah dilakukannya dari

pada membaca teori dari buku seperti yang terdapat pada metode Jigsaw dengan

pemberian tugas. Percobaan dan pengamatan siswa tentang fotosintesis secara

langsung selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dapat membangkitkan minat siswa karena

adanya kondisi yang menyenangkan dan menantang, membentuk gambaran

mental pada memori siswa sekaligus mempertajam ingatan dan pemahaman

siswa. Keunggulan ini tidak ditemukan pada pengajaran dengan menggunakan

metode Jigsaw dengan pemberian tugas sehingga memberikan pengaruh terhadap

pencapaian hasil belajar biologi siswa pada aspek afektif secara lebih maksimal.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperiman yang mementingkan pada

proses daripada hasil, lebih berpengaruh daripada Jigsaw dengan pemberian tugas

karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran denga cara menemukan

sendiri pengetahuannya melalui kegiatan diskusi serta percobaan atau eksperimen

dengan menggunakan kemampuan intelektual dalam menganalisis, mensintesis,

menghipotesis dan mengambil kesimpulan pada suatu masalah, oleh karena itu

sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi pada pokok bahasan fotosintesis

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen

lebih baik dan lebih efektif daripada metode Jigsaw dengan pemberian tugas.

Selama penelitian dengan melaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas mengalami beberapa kendala

antara lain:

1. Siswa masih terkondikan dalam suasana pembelajaran yang biasa digunakan

guru-guru di SMP N 2 Giritontro yaitu konvensional.

2. Siswa sebelumnya belum banyak mengetahui tentang pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw karena pembelajaran seperti ini belum banyak digunakan di SMP

N 2 Giritontro Wonogiri apalagi Jigsaw yang dimodifikasikan dengan

eksperimen dan pemberian tugas.

64

3. Dalam pelaksanaan pembelajaran baik Jigsaw dengan eksperimen maupun

pemberian tugas dilakukan dengan menampilkan kelompok yang

mendapatkan hasil pekerjaan praktikum atau tugas kelompok yang terbaik,

terdapat kendala dimana kelompok model memiliki kecenderungan malu

untuk menyampaikan hasil pekerjaannya.

Sebagai upaya keberlanjutan penelitian, kendala tersebut dapat diatasi

diantaranya adalah dengan membiasakan penerapan model pembelajaran

berkelompok yang telah dimodifikasi dan membentuk suasana belajar yang

menuntut siswa untuk berani dan tidak malu bertanya, berpendapat, dan

menyampaikan hasil kerja kelompok.

65

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya, maka dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut:

Ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen

dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap

perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada penelitian ini, maka

disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoretis maupun secara praktis

dalam upaya mengembangkan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi

sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Implikasi teoretis penelitian ini yaitu:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi sekolah

yang bersangkutan tetantang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai

informasi lepada berbagai pihak tentang pengaruh pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas terhadap pengembangan

sikap afektif siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat

digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu:

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya mengembangkan sikap

afektif siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas dalam pembelajaran biologi

dan dapat sebagai upaya bersama antara guru, siswa, dan penyelenggara

51

66

pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi di

bidang sains biologi secara maksimal.

b. Hasil penelitian bahwa Jigsaw dengan eksperimen lebih efektif daripada

Jigsaw dengan pemberian tugas sehingga dapat dijadikan pertimbangkan

untuk diterapkan di SMP Negeri 2 Girintontro Wonogiri pada materi

fotosintesis.

C. Saran

Saran yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru memilih pendekatan

pembelajaran yang sesuai, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas sebagai upaya

mengembangkat sikap afektif siswa dalam proses belajar.

2. Menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw karena sebagai bentuk variasi

dalam mengajar sehingga siswa dapat antusias dan termotivasi untuk

mengikuti pelajaran terutama biologi.

3. Menggunakan metode eksperimen dalam menyampaikan materi karena

metode ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran biologi dan dengan

metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif (pengetahuan yang diperoleh

siswa bermakna) dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Menggunakan metode pemberian tugas dalam menyampaikan materi dengan

modifikasi dan dengan metode ini dapat melibatkan siswa lebih aktif

(pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya dari kegiatan belajar mengajar

tetapi juga dari menyelesaikan tugas)

5. Siswa disarankan untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran seperti

mengeluarkan pendapat dan aktif dalam diskusi kelompok agar dapat

mengikuti proses pembelajaran dengan baik.