102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh: BUDI HARTONO NIM. S810908505 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

  • Upload
    vocong

  • View
    239

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI

SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

BUDI HARTONO

NIM. S810908505

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI

SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun Oleh :

BUDI HARTONO

NIM. S810908505

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd

Pembimbing II Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr.H. Mulyoto, M.Pd

NIP. 194307121973011001

Page 3: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI

SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )

Disusun Oleh :

Budi Hartono

NIM. S810908505

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd …………….. .………..

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. …………….. …………

Anggota Penguji : I Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd. …………….. ………...

II Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd …………….. ...………

Mengetahui

Ketua Program Studi Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd …………….. ..………..

Teknologi Pendidikan NIP. 194307121973011001

Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D ……………. .………...

Pascasarjana NIP. 195708201985031004

Page 4: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Budi Hartono

NIM : S810908505

Program Studi : Teknologi Pendidikan Program PascasarjanaUniversitas

Sebelas Maret Surakarta

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Implementasi

Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Belajar Mandiri

Siswa dan Hasil Belajar IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1

Buluspesantren, Kabupaten Kebumen) adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal

yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda cilasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang membuat pernyataan

Budi Hartono

NIM. S81090850

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kehidupan ibarat sebuah barisan, siapa yang berangkat lebih awal akan

sampai dahulu dan yang berangkat lebih belakang akan sampai lebih

kemudian.

2. Sesungguhnya disamping kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau

sudah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan), kerjakan pekerjaan lain.

Dan hanya kepada Tuhanmu (saja) kamu berharap (QS. Alam Nasrah : 5-8)

PERSEMBAHAN :

Tesis dipersembahkan untuk :

1. Isteri tercinta, Winarti

2. Putra-putriku tersayang, Rio dan Nadia

3. Bapak, ibu, kakakku terkasih

4. Keponakan-keponakanku

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis bersyukur kehadirat Allah SWT,

yang telah menganugrahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, arahan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu

perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis mengucap terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret beserta seluruh staf dan jajarannya

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan program Pasca Sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.Ph.D sebagai Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

motivasi dan kemudahan yang sangat berharga bagi penulis untuk mengikuti

studi pada proses penyusunan tesis sehingga dapat selesai.

3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, sebagai ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan UNS dan Pembimbing I yang telah banyak memberikan motivasi,

wawasan , bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan studi dan tesis ini.

4. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, sebagai pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran membimbing dan memberikan motivasi sehingga penyusunan tesis

dapat selesai.

5. Para Dosen dan Guru Besar Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

6. Staf Tata Usaha dan karyawan-karyawati Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan administrasi

kepada peneliti selama studi di Program Pasca Sarjana.

7. Suradi,S.Pd, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buluspesantren

yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.

8. Sri Handarti, S.Pd yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

9. Winarti, Rio dan Nadia, istri tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu

menyejukkan hati dan memberikan motivasi sehingga peneliti memiliki

kekuatan untuk menempuh studi pasca sarjana sampai dengan penyusunan

laporan tesis.

10. Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka

selama pendidkan pasca sarjana.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang secara

langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dorongan kepada

peneliti selama menempuh studi sampai dengan terselesaikannya laporan tesis.

Semoga Alloh SWT melimpahkan karunia dan membalas dengan imbalan

yang setimpal serta dicatat sebagai amal sholeh atas segala perbuatannya. Amin.

Tesis ini telah kami susun dengan usaha yang maksimal, namun karena

keterbatasan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan.

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Akhirnya peneliti berharap semoga yang tertuang dalam tesis ini

bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan.

Surakarta, Januari 2010

Peneliti

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………… . i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………….. ii

PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………………. iii

PERNYATAAN……………………………………………………… iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………….. v

KATA PENGANTAR……………………………………………….. vi

DAFTAR ISI………………………………………………………… ix

ABSTRAK…………………………………………………………… xiii

ABSTRACT………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………. 3

C. Tujuan Penelitian…………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian…………………………………… 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori………………………………….……….. 6

1. Pembelajaran Kooperatif ….…………..….……….. 6

a. Teori-Teori Belajar………...………………..……… 6

1) Teori Ausubel……………………………….……… 6

2) Teori Piaget………………………………….……... 7

3) Teori Vygotsky…………………………………...... 7

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif……….…………... 7

c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif……………. 8

2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw…………… 8

3. Belajar Mandiri Siswa……………………………... 10

4. Hasil Belajar IPS…………………………………… 11

a. Hasil Belajar……………………………………….. 11

b. Hakekat IPS……………………………………..… 11

B. Penelitian yang Relevan……………………….………. 12

C. Kerangka Berpikir……………….…………….……… 13

1. Implementasi Pembelajarn Koopeoratif Model Jigsaw untuk

Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa………………. 13

2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS………………… 14

D. Hipotesis Tindakan.............................................................. 14

1. Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw

dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa ……… 14

2..Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw

dapat Meningkatkan Hasil Belajar…………...… 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………….. ….. 17

A. Subyek Penelitian………………………………… 17

B. Waktu dan Tempat Penelitian…………………… 17

1.Waktu Penelitian……………………………… 17

2.Tempat Penelitian……………………………… 18

C. Sumber Data Penelitian Penelitian……………… 19

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Jenis Instrumen………………………….….…… 19

E. Cara Pengamatan………………………………… 20

F. Tehnik Pengambilan Data……………… ……….. 20

G. Analisis Data dan Refleksi…………… ………… 21

H. Indikator Kinerja…………………… …………… 21

I. Rencana Pelaksanaan Tindakan…… ……………. 22

1.Siklus I………………………… ……………… 23

2.Siklus II……………………….……………...… 24

3.Siklus III…………………….…………………. 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….

A. Seting Penelitian…………………………………… 26

1. Lokasi Sekolah…………………………………….. 26

2. Keadaan Siswa…………………………………….. 27

3. Keadaan Guru……………………………………… 29

4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran... 29

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………… 31

1. Hasil Penelitian …………………………………….. 31

a. Imlementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Belajar

Mandiri Siswa………………………………………. 31

b. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPS…………………………………….. 32

2. Pembahasan…………………………………………. 33

Page 12: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. Keterbatasan Penelitian……………………………… 34

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………… 36

A. Simpulan……………………………………………... 36

B. Implikasi……………………………………………… 37

C. Saran…………………………………………………. 38

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 39

Page 13: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

Budi Hartono - S810908505. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS: Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Tesis. Surakarta. Program Studi Teknologi Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Desember 2009. Tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw yang terdiri dari membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/tes. Untuk memperlancar pembelajaran kooperatif model jigsaw dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemandirian belajar siswa, peningkatn yang dicapai adalah siswa yang berminat terhadap IPS sebesar 85,00%, memiliki motivasi 82,50%, dapat mengatasi masalah 52,50%, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 72,50% dan mengetahui makna belajar 35,00%. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat menjadi 76,95% dan ketuntasan belajar klasikal menjadi sebesar 90,00%. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar IPS.

Page 14: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRACT

Budi Hartono - S810908505. The Implementation of Cooperative Learning of Jigsaw Models for Improving Student Learning Independence Ability and Learning Result in Social Science. A Classroom Action Research at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. Thesis. The Graduate Program in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, Desember 2009. This research is aimed at finding out how the implementation of cooperative learning of jigsaw models for improving student learning independence ability and learning result in Social Science of the student in grade at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. In semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. This Research used descriptive qualitative method of the result of classroom action research, which used special treatment of the cooperative learning of jigsaw models. The subjects of the research were 40 student in grade VII A at State Junior Secondary 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency in Semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. The Subject consisted of 20 male studens and 20 female studens. Data of the research were obtained from the events during the instruction, the informans consisting of the students, teachers, school principal, and other school communities, the observation, the archival documents, and the photos of the class activities. Through the phases of planning, acting, observing and reflecting, this research was conducted in three cycles with such cooperative learning of jigsaw models phases as reading, discussion expert teams, group reports and quiz/test. In order to carry out the cooperative learning of jigsaw models smoothly, the supporting instructional media, the recuired instructional materials and tools and the instruments for the classroom action research were designed. The result of the classroom action research following the treatment shows that the student learning independence ability improves, the student interested in Social Science, having learning motivation, having problem-solving ability, having high learning-curiosity, and recognizing the meaning of learning were respectively 85,00%, 82,50%, 57,50%, 72,50% and 35,00%. The improvement in the result of learning is indicated by the improvement in the students’ daily quiz score average ( 76,95%), and the classical learning completeness (90,00%). Keywords : Cooperative learning of jigsaw models, learning independence ability, and learning result in Social Science.

Page 15: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Page 16: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Page 17: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan utama yaitu

agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik

memiliki kemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan

masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya

bangsanya.

Awal Mutakin (dalam Depdiknas : 2004, Buku 2 : 34) lebih lanjut

menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dirinci sebagai berikut:

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,

melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode

yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan simbol-simbol dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

4. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

Page 18: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

5. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu

membuat analisis yang kritis, kemudian mampu mengambil tindakan yang

tepat.

6. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun citra

diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun

masyarakat.

Berdasarkan tujuan diatas, maka pembelajaran IPS harus mampu

mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang

menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi

kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan IPS tersebut harus didukung oleh

iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan oleh guru

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan

belajar. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang paling sesuai.

Hasil wawancara dengan siswa diperoleh jawaban bahwa sebagian besar

siswa menganggap IPS merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang

dialami siswa ini disebabkan tidak adanya kesadaran dari diri siswa itu sendiri

untuk belajar mandiri, mengingat mata pelajaran IPS materinya sangat banyak dan

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus banyak membaca

buku ajar, buku referensi, majalah, surat kabar dan jika perlu siswa menggunakan

media lain seperti internet. Hal ini dimaksudkan agar wawasan siswa bertambah

luas dan siswa mampu mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan

pelajaran yang dimiliki oleh guru.

Page 19: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan pengamatan dokumen nilai IPS di kelas VII A, diperoleh data

sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai ulangan harian (UH) siswa pada mata pelajaran

IPS rendah yaitu hanya mencapai 58,95%. 2) Siswa yang mencapai ketuntasan

belajar diatas 68 hanya 19 orang atau 47,50%.

Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor

dari guru itu sendiri seperti : 1) guru kurang menguasai materi pelajaran 2) guru

kurang tepat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, 3) guru

kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, 4) guru kurang

terampil memilih alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang

akan disajikan, 5) guru kurang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran, dan 6) guru kurang mendorong siswa untuk belajar mandiri.

Beberapa siswa mengaku jika keesokan harinya ada pelajaran IPS, dia

kadang-kadang belajar dan kadang-kadang tidak belajar, bahkan tugas di rumah

pun banyak dikerjakan disekolah sebelum guru masuk kelas. Sebagian siswa juga

merasakan bahwa pelajaran IPS membosankan dan banyak hapalan.

Permasalahan rendahnya kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada

siswa jika tidak diatasi akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan

soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran IPS, sehingga nilai

ulangan harian IPS rendah, akibatnya hasil belajar IPS secara umum rendah. Salah

satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan penelitian

tindakan kelas (PTK). Hopkins ( 1993 : 44) menjelaskan,

“Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is

action disciplined by enquiry a personel attempt at understanding while

engaged in process of improvement and reform”.

Page 20: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

(Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur

penelitian degan tindakan substantif, sebagai tindakan yang dilakukan secara

inkuiri, merupakan usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,

sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan pembahasan).

Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu alternatif

dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS.

Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bertanggung jawab atas

belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.. Di dalam pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini prinsip belajar aktif diterapkan.

Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confucius pada tahun 2400

SM, yang dikutip oleh Melvin Silberman (1996 : 1) “Apa yang saya dengar saya

lupa, apa yang saya lihat saya ingat apa yang saya kerjakan saya paham.”

Kata-kata bijak Confusius kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh

Melvin. L. Siberman (1992 : 2) yang selanjutnya disebut Paham Belajar Aktif

adalah sebagai berikut :

Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan orang lain saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan terapkan, saya mendapat pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai .

Keaktifan siswa dapat dilihat dari kemampuan menerima informasi dan

memproses informasi secara efektif. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari

sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara

optimal.

Page 21: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pembelajaran kooperatif model jigsaw diharapkan mampu membuat siswa

aktif dan membangun sendiri apa yang harus dikuasainya, siswa juga membangun

aspek sosialisasi karena metode ini merupakan kerja kelompok. Dalam proses

pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, bertanya,

menyampaikan gagasan atau ide-idenya. Siswa juga dibiasakan untuk bertanggung

jawab terhadap apa yang disampaikan pada orang lain sehingga dalam berbicara

harus menggunakan dasar yang jelas, serta berani mempertahankan

argumentasinya di depan orang banyak.

Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh

individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan

pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang

dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan

menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak

percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin

tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dan agar

hasil penelitian ini lebih terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk

meningkatkan belajar mandiri siswa ?

2. Bagaimana imlementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk

meningkatkan hasil belajar IPS ?

Page 22: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk

meningkatkan belajar mandiri siswa.

b. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk

meningkatkan hasil belajar IPS

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Mendiskripsikan dan menjelaskan implementasi pembelajaran

koperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa

dan hasil belajar IPS.

b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan belajar mandiri siswa

melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas

VII A di SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun

pelajaran 2009/2010

c. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS

melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A

di SMP Negeri 1 Buluspesantren semester 1 tahun pelajaran

2009/2010

Page 23: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan

belajar mandiri siswa

b. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan hasil

belajar IPS.

c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat bermanfaat karena

siswa akan mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan

berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

dihadapkan pada mereka. Siswa akan membangun sendiri pengetahuannya,

siswa akan mampu mengkaitkan konsep-konsep tertentu dengan kehidupan

nyata, siswa akan belajar menjadi pemikir-pemikir, sehingga belajar akan

lebih bermakna.

Apa yang dipelajari akan mudah dimengerti dan lebih lama tersimpan

dalam memori siswa, selanjutnya siswa tahu manfaat apa yang diperoleh dari

sesuatu yang dipelajari. Hal ini akan mendorong siswa untuk ingin selalu

belajar, ingin selalu mengetahui sesuatu, ia akan selalu aktif mencari

pengetahuan. Itu berarti siswa telah menyadari untuk apa ia belajar atau dapat

dikatakan mampu belajar mandiri, aktif, dan kritis . efek lebih lanjut dari

kesadaran belajar mandiri, aktif dan kritis adalah hasil belajar siswa

meningkat.

Page 24: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam

melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru akan berusaha

menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran di era

yang menuntut siswa yang mandiri, aktif dan cerdas.

Disamping itu guru dapat merefleksi diri, guna mengetahui apa yang telah

dilakukan terhadap siswanya. Dari hasil refleksi tersebut guru dapat

melakukan perbaikan, kemudian guru akan lebih aktif mengikuti

perkembangan dalam pendidikan, kreatif dan inovatif terhadap hal-hal baru

yang bermanfaat bagi peningkatan berbagai kemampuan siswa baik kognitif,

afektif maupun psikomotor.

c. Bagi penentu kebijakan baik sekolah maupun dinas terkait, penelitian ini

dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran

IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan hasil penelitian ini yang

berwenang dapat memilih dan menentukan pendekatan yang sesuai dengan

tuntutan jaman, sehingga pembelajaran akan lebih bermutu, sesuai tuntutan

kebutuhan pasar yaitu masyarakat yang akan menilai dan merasakan hasil

atau output dari pendidikan.

Page 25: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

Dalam bab ini akan didiskripsikan konsep-konsep yang berkaitan dengan

judul dalam penelitian ini yaitu : implementasi pembelajaran kooperatif model

jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS.

Diskripsi tersebut akan digunakan sebagai landasan bagi pemahaman

konsep yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Teori Teori Belajar

1) Teori Ausubel

Menurut Ausubel (Isjoni,2009: 35) bahan pelajaran yang dipelajari

haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan proses mengkaitkan

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur

kognitif seseorang. Belajar seharusnya menerapkan apa yang disebut asimilasi

bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu menurut. Relly &

Lewis ( dalam Toeti Sukamto, 1996: 25) diperlukan dua persyaratan yaitu : (a)

materi yang secara potensial dan bermakna dan dipilih dan diatur oleh dosen

dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman masa lalu

mahasiswa, (b) suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional

Page 26: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

memegang peranan yang sangat penting sebab mahasiswa tidak akan

mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai

keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Hal ini juga diatur oleh

dosen sehingga materi tidak dipelajari secara hafalan. Suparno (dalam

Isjoni,2009: 35) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses

pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian

yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila pelajar mencoba menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya bahan pelajaran

itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur

kognitif yang dimiliki pelajar. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan

dengan konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga konsep-konsep

baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor-faktor

intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Belajar dapat dikelompokkan dalam dua dimensi, menurut Ausubel

(dalam Dahar, 1989 : 110) Dimensi pertama berhubungan dengan cara

informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau

penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat

mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.

Pada tingkat pertama, belajar penerimaan (reception learning) menyangkut

materi dalam bentuk final, sedangkan belajar penemuan (discovery learning)

yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh

materi yang dipelajari.

Page 27: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi

tersebut pada konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini “belajar

bermakna (meaningful learning) “. Tetapi siswa mungkin saja tidak

mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep yang ada dalam struktur

kognitifnya, siswa hanya terbatas menghafal informasi baru tersebut: dalam hal

ini terjadi “belajar hafalan ( rote learning)”.

Dengan demikian, cooperative learning akan dapat mengusir rasa jenuh

dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok dan lebih

bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam

pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam

pembelajaran IPS terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran

pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan

langsung dari guru baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan

siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

2) Teori Piaget

Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget

(dalam Suparno P, 1997:34), setiap individu mengalami tingkat-tingkat

perkembangan intelektual sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2 tahun), (2) pra

operasional (2-7 tahun), (3) operasional konkret (7-11 tahun), operasional

formal (11 tahun ketas). Bila merujuk pada teori Piaget, maka pelajar yang

berada pada jenjang SMP (usia berkisar 12-14/15 tahun), termasuk dalam

kategori tingkat operasional formal. Pada periode ini anak dapat menggunakan

operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih

Page 28: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu

berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Ia

mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak Dahar (dalam Isjoni,2009:37)

Oleh karena itu cooperative learning dapat dilaksanakan pada jenjang SMP.

Menurut Piaget (dalam Dahar,1988:181), perkembangan intelektual

didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi

memberikan organisasi kemampuan untuk mensistematikan atau

mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem

yang teratur dan berhubungan dengan struktur-struktur.

Adaptasi merupakan organisasi yang cenderung untuk menyesuaikan diri

atau beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan

dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses

asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada

dalam pikirannya untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan.

Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi schemata yang ada

dalam mengadakan adaptasi maka akan terjadi proses ketidakseimbangan

(disequilibrium), yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokkan antara

pemahaman saat ini dengan pengalaman baru, yang mengakibatkan akomodasi.

Perkembangan intelektual merupakan proses yang terus menerus tentang

keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-

equilibrium).Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada

pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada tingkat sebelumnya

(Dahar,1998:182).

Page 29: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Teori Piaget tentang perkembangan intelektual ini menggambarkan tentang

konstruktivisme. Pandangan tersebut mengambarkan bahwa perkembangan

intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun

pemahamannya dari hasil pengalamannya dan interaksi dengan lingkungannya.

Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus melakukan

akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi baru yang diterimanya.

Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran (Slavin,1994:5) sebagai

berikut:

1) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekedar hasilnya.

2) Menekankan pada pentingnya peran siswa berinisiatif sendiri dan

keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran, Dalam pembelajaran di

kelas pengetahuan tidak mendapat penekanan melainkan anak didorong

menemukan sendiri melalui interaksi lingkungannya,

3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan.Guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur

kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-kelompok

kecil.

Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran kooperatif sangat cocok

dalam kegiatan pebelajaran IPS. Karena pembelajaran kooperatif

memfokuskan pada proses berpikir siswa, bukan sekedar pada hasil. Selain

itu pada pembelajaran ini mengutamakan peran siswa berinisiatif untuk

menemukan jawaban dari soal yang diberikan guru dengan caranya sendiri

dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Page 30: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Teori Vygotsky

Selain Piaget, tokoh teori belajar kognitif lainnya adalah Vygotsky.

Vygotsky (dalam Slavin,1994:49) menekankan pada hakekat sosio cultural

pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan

teman sebaya. Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih

tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu

(interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya) sebelum fungsi mental yang

lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut.

Ide lain yang dapat diambil dari Teori Vygotsky adalah scaffolding yaitu

pemberian sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap awal

pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut mengambil alih tanggung

jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan

tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan atau dorongan yang memungkinkan

peserta didik tumbuh sendiri.

Implikasi Teori Vygotsky dalam pembelajarn sebagai berikut:

(1) Dikehendaki tatanan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,

sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling

memunculkan Zone of Proximal Development mereka, yaitu tingkat

perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seorang siswa saat ini.

(2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang

berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap

awal dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin

besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Page 31: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari

pembelajaran IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus

menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa

dengan pembimbing (guru) dan siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga

setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat

di dalam kelompok (masing-masing kelompok 4-6 siswa) yang dirancang

dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran IPS kooperatif

bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada pertanyaan-pertanyaan awal

pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan memberikan petunjuk

atau saran sampai siswa mengerti maksud soal.

Vygotsky (dalam Isjoni,2009: 39) mengemukakan pembelajaran

merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua

pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan ialah pengertian

yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah

pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau diproleh dari pelajaran di

sekolah. Sedangkan Suparno (dalam Isjoni,2009 : 39) mengatakan kedua

konsep itu saling berhubungan terus menerus. Apa yang dipelajari siswa di

sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari dan sebaliknya.

Dalam Teory Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara

domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di

dalam ruang kelas sedangkan aktivitas sosialnya dkembangkan dalam bentuk

kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah

bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.

Page 32: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran yaitu prestasi akademik, penerimaan dan ketrampilan sosial

(Arend, 1997:111).

1) Prestasi Akademik

Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga

dapat digunakan untuk mengkaitkan prestasi akademik. Pembelajaran

kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah maupun

berprestasi tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang

berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.

2) Penerimaan

Pengaruh penting model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang

lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat

sosial dan kemampuan. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa

dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja saling

bergantung terhadap tugas-tugas.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan terpenting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal ini sangat

penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak

anak-anak dan orang dewasa yang tidak mempunyai ketrampilan

kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan antar individu. Hal

ini akan menyebabkan rasa tidak puas apabila diminta bekerjasama dalam

situasi yang kooperatif.

Page 33: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni,2009:50)

adalah Suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan

memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model

pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan relevansinya

dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model

pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut: (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar

aktivitas belajar siswa maka hal itu semakin baik, (2) semakin sedikit waktu

yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik, (3)

sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan, (4) dapat dilaksanakan

dengan baik oleh guru, (5) tidak ada satu metode yang paling sesuai untuk

segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada. Hasan (dalam

Isjoni,2009:50).

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang

dapat diterapkan diantaranya model STAD, model Jigsaw, model Group

Investigation, model Rotating Trio Ekchange dan model Group Resume

(Isjoni,2009: 51-60)

Page 34: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1) Student Team Achievement Division (STAD)

Model ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu

model kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai

materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Model STAD

dalam proses pembelajarannya melalui lima tahapan yang meliputi : (1)

tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes

individual, (4) tahap penghitungan skor individu dan (5) tahap pemberian

penghargaan Slavin (dalam Isjoni, 2009:51)

2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Dalam model pembelajaran ini terdapat tahap-tahap dalam

penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk

kelompok-kelompok kecil. Pembentukkan kelompok-kelompok siswa

tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.

Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan

kelompok seyogyanya heterogen baik dari segi kemampuannya maupun

karakteristik lainnya. Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan

untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian masing-masing siswa atau

perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-

Page 35: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.

Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami

setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat

memahami dan menguasai materi tersebut. Langkah berikutnya setelah

masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang

ditugaskannya. Kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke

kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling

menjelaskan kepada teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang

diberikan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa diberi kuis/tes untuk

mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.

3) Group Investigation (GI)

Pada model ini siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5

orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan

pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar cirri-ciri

pembelajaran koopratif. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin

mereka pelajari dan topik tersebut biasanya sudah ditentukan oleh guru,

selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar

berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai

belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau di luar sekolah,

setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis,

menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil

belajar mereka di depan kelas.

Page 36: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4) Rotating Trio Exchange

Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang

terdiri dari 3 orang . kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat

kelompok lainnya di kiri dan kanannya, berikan pada setiap trio tersebut

pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor

untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0,1 dan 2 Kemudian

perintahkan nomor 1 berpindah searah jam dan nomor 2 sebaliknya,

berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap berada di tempat. Ini akan

mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru terseut

pertanyaan yang baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat

kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah

disiapkan.

5) Group Resume

Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas

dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6

orang siswa. Berikan penekanan mereka adalah kelompok yang bagus, baik

bakat atau kemampuannya di kelas. Biarlah kelompok-kelompok tersebut

membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang

pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang

dipegang sekarang, ketrampilan, hobi, bakat dan lain-lain Kemudian setiap

kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.

Page 37: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Panits (dalam Suprijono,2009:54) menyebutkan ada beberapa istilah

pembelajaran sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan

pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah

mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik

bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan

informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada dia.

Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak

mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-

bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil

prosesnya.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu

peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan

bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw, siswa belajar dalam

kelompok heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang disebut

kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan

bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan

bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok

yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut ahli. Keahlian tersebut

Page 38: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota kelompok

menurut kemampuan mereka, atau ditunjuk oleh guru sesuai dengan kemampuan

mereka. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli)

bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat membantu satu sama lain

dengan topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa kembali

pada kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada

anggota kelompok lainnya tentang apa yang dibahas dalam kelompok ahli. Arend

R.I menggambarkan hubungan kelompok ahli dan kelompok asal sebagai berikut :

Kelompok Ahli

Kelompok Asal

Dari bagan diatas a,b,c dan d anggota kelompok asal yang mempunyai

tugas berbeda dalam menguasai materi IPS Sosiologi. Setelah menerima tugas

masing-masing, maka kelompok ahli yang bertemu dan berdiskusi tentang tugas

yang harus dikuasai. Selesai diskusi masing-masing kembali ke kelompok asal dan

tiap anggota kelompok asal menerangkan kepada anggota yang lain. Demikian

seterusnya sehingga setiap anggota kelompok asal menguasai materi.

a b c d

a b c d

a b c d

a b c d

a b c d

a b c d

a b c d

a b c d

Page 39: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok

ahli untuk membahas bagian materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi

dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada

teman sekelompoknya. Jigsaw didesain tidak hanya untuk rasa tanggung jawab

secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif

terhadap teman sekelompoknya.

Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw

menurut Arend R.I. diatur secara instruksional sebagai berikut:

1) Membaca

Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari

kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi.

2) Diskusi kelompok ahli

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk

mendiskusikan topik tersebut.

3) Laporan kelompok

Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik

pada kelompoknya.

4) Kuis/tes

3. Belajar Mandiri Siswa

Winkel (1996 : 53) mengemukakan belajar merupakan aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai hidup. Perubahan yang terjadi

bersifat permanen.

Page 40: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang diarahkan, dengan cara

memunculkan gaya belajar siswa sendiri. Siswa dimotivasi melalui penyajian

topik yang berfokus penyelidikan yang menarik. Difinisi belajar mandiri (George

M. Piskurich, 1993 : 1-6) adalah sebagai berikut :

“Self Directed Learning (SDL) is a training design in wich trainees master

packages of predetermined material, at their own pace, whihtout the aid of

an instructor.”

(Belajar mandiri adalah suatu pelatihan yang didesain agar siswa

menentukan sendiri paket materi dan langkah tanpa bantuan dari

instruktur).

Disini guru harus mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi

pembelajaran yang penuh makna (meaningfull). Dengan pembelajaran yang penuh

makna tadi maka akan mendorong atau memotivasi siswa untuk membangun

kesadaran haus terhadap suatu pengetahuan. Bentuk-bentuk belajar mandiri

menurut Harjanto (2006 : 146) adalah a) Self instruction (semacam modul), b)

Independent Study, c) Individualized prescribed innstuction (IPI) dan d) Self

paced learning.

Untuk tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor,

lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Tetapi bila siswa akan

mempelajari hal-hal yang abstrak seperti filsafat siswa tidak belajar mandiri, tetapi

belajar kelompok kecil untuk dibicarakan bersama. (Harjanto, 2006:147)

Prosedur belajar mandiri sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut :

a) Pengajar tidak mencampuri (mempengaruhi) siswa kecuali bila memang

diminta oleh siswa.

Page 41: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b) Pokok bahasan tidak terlalu kompleks.

c) Pokok bahasan sudah diatur sedemikian rupa sehingga urutan dan langkah-

langkah yang ditempuh sistematis dan memudahkan belajar siswa.

d) Penguasaan yang sudah didapat oleh siswa hendaknya dapat dibuktikan pada

kunci jawaban sehingga siswa yakin untuk mengerjakan langkah selanjutnya.

e) Siswa langsung memperoleh informasi dari apa yang sedang dipelajarinya. Ia

selalu memperoleh umpan balik.

f) Bila siswa mendapat kesulitan siswa mudah mendapat bantuan dari pengajar.

Jadi dalam belajar mandiri siswa selalu terangsang (continually

challenged) dapat memperoleh hasil belajar dari pengalamannya sendiri

(experience success), dan siswa langsung belajar dari usaha yang baru saja

didapatnya (learns the result of effort immediately).

Belajar mandiri adalah belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif

untuk mengetahui suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Bila motif yang

mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi

yang ia inginkan, maka ia sedang melakukan belajar mandiri. Belajar mandiri

jenis ini dapat disebut sebagai self motivated learning (Haris Mujiman, 2007:7-8).

Berkaitan dengan konsep belajar mandiri diatas, seorang guru hendaknya mampu

menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri.

Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan belajar mandiri apabila

aktif, memiliki niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna

mengatasi suatu masalah, dan haus terhadap suatu pengetahuan. Jika disimpulkan

\

Page 42: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

indikator siswa mampu belajar mandiri apabila dia memiliki cirri-ciri:

(1) Ketertarikan terhadap pelajaran

(2) Memiliki keiinginan belajar

(3) Mampu mengatasi masalah

(4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

(5) Mengetahui makna belajar

4. Hasil Belajar IPS

a. Hasil Belajar

Untuk mengetahui apakah hasil belajar benar-benar telah dicapai

diperlukan tes dan evaluasi. Muhibbin Syah (1995 : 14) menjelaskan evaluasi

atau tes adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Nana Sujana (1995 : 3)

mengemukakan tes dapat diartikan penilaian yaitu proses memberikan atau

menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu.

Hal yang mengisyaratkan bahwa obyek tertentu yang dinilai adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup kognitif, afektif dan

psikomotor.

Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa yang

diperoleh setelah proses belajar. Bloom (1977 : 201-207) membagi hasil

belajar ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan

kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengetahuan. Pengembangan

intelektual dan ketrampilan. Kawasan afektif berkaitan dengan sikap, minat

atau nilai, pengembangan pengertian serta kemampuan untuk menyesuaikan

Page 43: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

diri. Kawasan psikomotorik merupakan hal yang berkaitan dengan koordinasi

gerak tubuh. Gagne & Briggs (1979 : 49-55) menerangkan hasil belajar

berkaitan dengan lima kapabilitas yaitu :

(1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup

belajar diskriminasi, konsep konkret, prinsip dan kaidah yang kesemuanya

diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.

(2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah

baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam

memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir.

(3) Kemampuan verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu

dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

(4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan

mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

(5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor

intelektual.

Dari beberapa ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kecakapan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas

belajar, Hasil belajar dapat diketahui dari adanya perubahan tingkah laku yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan yang diperoleh

siswa dari hasil belajar bersifat kontinyu, positif, permanen dan terarah.

Page 44: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Hakekat IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,

sejarah, antropologi, sosiologi atau tata negara.Khusus di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian

geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi (Depdiknas : 2004: buku 1 PS : 15-16)

Dalam rangka membangun manusia pancasila atau warga negara yang

baik, perilakunya dibentuk atas dasar kaidah yang rasional dan kesepakatan

bersama. Karena itu pengetahuan dan kemampuan berpikir perlu dijadikan

pegangan bagi para peserta didik. Untuk itu perlu dikembangkan materi

program Pengetahuan Sosial (PS) yang lebih komprehensip. Depdiknas (2004 :

buku 1 PS : 30) menjelaskan ada beberapa prinsip pengembangan program

pembelajaran Pengetahuan Sosial yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip

tersebut adalah :

(1) Program PS hendaknya disesuaikan dengan usia, kematangan dan

kebutuhan peserta didik.

(2) Program PS hendaknya menyangkut hal-hal yang terkait dengan kehidupan

masyarakat secara nyata dan dapat dikonkretkan.

(3) Program PS hendaknya berdasarkan pengetahuan masa kini yang dapat

mewakili pengalaman, budaya, kepercayaan umat manusia.

(4) Rumusan tujuan pembelajaran PS hendaknya dirumuskan secara jelas di

dalam program pembelajaran.

(5) Program PS hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik secara langsung

dalam proses pmbelajaran.

Page 45: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(6) Strategi pembelajaran IPS hendaknya bertumpu pada keanekaragaman

sumber dan media pembelajaran.

(7) Program PS hendaknya dapat membantu subjek didik mengembangkan

pengalaman belajar baik dalam kegiatan kelompok besar, kelompok kecil

maupun secara individu.

(8) Program PS hendaknya mendukung program sekolah dan program

pencapaian tujuan pendidikan nasional.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran

sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun hasilnya adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian Arsiti

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan,

peningkatan yang dicapai antara lain adalah kreativitas siswa meningkat ditinjau

dari kualitas maupun kuantitas. Artinya kemampuan memunculkan ide,

bertanya, berpendapat, keberanian presentasi, sikap pantang menyerah, sikap

humor, rasa percaya diri siswa meningkat dari tingkat sederhana ke tingkat

tinggi. Dalam kemampuan belajar mandiri, peningkatan yang dicapai adalah

siswa berminat terhadap pelajaran IPS , motivasi, dapat mengatasi masalah,

memiliki rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar.

2. Penelitian Sunarto

Dari hasil penelitiannya berjudul Pengaruh Pendekatan Pakem dan

Konvensional terhadap Kemandirian Belajar Siswa Ditinjau dari Motivasi belajar,

Page 46: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dapat ditingkatkan melalui proses

pembelajaran di sekolah dengan menerapkan pendekatan PAKEM dengan

memperhatikan karakteristik dan motivasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

1. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk

Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa

Komponen kegiatan belajar mengajar meliputi kurikulum dengan materi

yang terkandung di dalamnya, pendekatan dan strategi pembelajaran, metode dan

media pembelajaran, siswa sebagai subyek didik, dan guru sebagai pendidik.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna

atau pemahaman terhadap suatu konsep atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan

mengajar merupakan upaya mendorong minat, motivasi, dan tanggung jawab pada

siswa untuk selalu menggali seluruh potensi diri dalam membangun gagasan dan

menerapkan dalam kehidupan nyata. Agar siswa mampu belajar mandiri guru

harus mampu menciptakan strategi tertentu yang bervariasi yang disesuaikan

dengan kondisi siswa, sarana prasarana dan sosial budaya sekitar siswa.

Pembelajaran kolaboratif model jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Pembelajaran

kooperatif model jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana tiap

siswa telah mendapatkan ketrampilan pemahaman, membaca maupun ketrampilan

kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan

Page 47: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dalam model pembelajaran ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam

literatur, penelitian sosial, membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pengetahuan

harus mengembangkan konsep dari pada mengembangkan ketrampilan sebagai

tujuan umum. Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang diterapkan pada

pembelajaran diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, haus pengetahuan,

peka terhadap perubahan yang terjadi, selalu mengikuti trend isu dari media masa,

mengetahui peristiwa lokal, nasional dan internasional, serta mampu mengatasi

masalah pada dirinya. Kemandirian belajar siswa juga dapat dipantau melalui hasil

pekerjaan siswa selama proses belajar dan tugas rumah. Apabila tugas-tugas

tersebut mampu dikerjakan sesuai target waktu yang ditentukan dan hasilnya

maksimal maka dapat dikatakan siswa telah mampu belajar mandiri.

2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Pembelajaran kooperatif model jigsaw menggabungkan konsep

pembelajaran pada teman sekelompok dalam usaha membantu belajar dengan

pembelajarannya sendiri, untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pada dirinya

sendiri dan pembelajaran pada orang lain.

Dengan demikian apa yang telah dipelajari akan tersimpan baik dalam

memorinya. Sewaktu-waktu konsep tertentu yang telah dipelajarinya ditanyakan

maka siswa dengan mudah membuka kembali memorinya. Indikator sukses atau

tidaknya proses pembelajaran akan diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar

dapat diukur melalui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat

diamati saat proses pembelajaran, unjuk kerja, produk laporan pengamatan, dan

Page 48: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dari data hasil tes siswa secara tertulis. Seorang siswa dikatakan telah mencapai

hasil belajar tuntas apabila memperoleh nilai 75.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, peneliti dapat merumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalamPembelajaran IPS

dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa

Komponen belajar mandiri meliputi ketertarikan terhadap pelajaran, keinginan

untuk belajar, mengatasi masalah, rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar.

Untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dapat ditempuh dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan ketertarikan siswa pembelajaran dilaksanakan dengan

metode bervariasi agar siswa senang dan bersemangat mengikuti pelajaran.

2) Untuk meningkatkan keinginan belajar, pembelajaran didesain dengan

merangsang siswa untuk selalu belajar dengan pemberian penghargaan bagi

siswa yang aktif dan peringatan bagi siswa yang pasif.

3) Untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah ditempuh dengan

memberi tugas-tugas yang jawabannya harus mencari sendiri dalam buku

paket, referensi atau sumber media cetak dan elektronik.

4) Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa ditempuh dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dan tugas penerapan dari materi

pelajaran.

Page 49: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

5) Untuk meningkatkan aspek mengetahui makna belajar ditempuh dengan

menerapkan pengalaman belajarnya dalam sikap kritis siswa dalam

menanggapi permasalahan sehari-hari

2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS

dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki seseorang setelah

melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran dengan pola tradisional dan klasikal

yang diterapkan selama ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Mata

pelajaran IPS materinya bersifat kompleks, dinamis dan aplikatif. Agar materi

pelajaran mudah dipahami guru harus kreatif dalam memilih pendekatan

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran IPS yang harus banyak melibatkan siswa

untuk aktif melakukan pengalaman belajar. Langkah-langkah yang ditempuh

untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut;

1) Melakukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara

pengamatan dan pencatatan kognitif, afektif, psikomotor dan performance

siswa.

2) Melakukan penilaian hasil belajar yang berupa penguasaan konsep melalui

evaluasi yang dilakukan setiap siklus.

3) Melakukan penilaian terhadap penerapan dalam praktek unjuk kerja penilaian

tugas-tugas kelompok maupun tugas individual

Page 50: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah Classroom Action

Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan

tiga kata yang membentuk maka ada tiga pengertian yaitu:

Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik

minat dan penting bagi peneliti. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangakaian

siklus kegiatan untuk siswa. Kelas tidak selamanya terikat pada pengertian ruang

kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah

kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula. Kelas bukan wujud ruangan tetapi

sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Peristiwanya dapat terjadi di

laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olah raga, di tempat kunjungan, atau

dimana saja siswa sedang berkerumun belajar tentang hal yang sama dari guru

atau fasilitator yang sama. Ciri dari anak belajar adalah otaknya aktif berpikir,

mencerna bahan yang sedang dipelajari. (Suharsimi, Suharjono dan Supardi,

2007 : 2-3).

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini berusaha untuk meningkatkan atau

mengembangkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS pada kelas 7 (tujuh)

Page 51: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah Kecamatan Buluspesantren

Kabupaten Kebumen.

Pada bab ini akan dibahas tentang: (A) subjek penelitian, (B) waktu dan

tempat penelitian, (C) sumber data penelitian, (D) jenis instrumen, (E) cara

pengamatan, (F) tehnik pengambilan data, (G) analisis data dan refleksi, (H)

indikator kinerja dan (I) rencana pelaksanaan tindakan.

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian PTK yaitu siswa-siswi VII A Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Kelas VII A berjumlah 40 orang

yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa perempuan

berjumlah 20 Orang.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan ini akan dilaksnakan pada semester ganjil atau semester 1

(satu) tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan oleh

1 (satu) orang peneliti dan 1 (satu) orang guru IPS di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen.

Penelitian akan berlangsung selama 5 (lima) bulan, dimulai pada bulan Juli 2009

dan berakhir bulan Nopember 2009. Adapun jadwal kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam penelitian dapat diamati pada tabel berikut

Page 52: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

NO

Kegiatan Minggu ke

Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survei x

2 Penyempurnaan Proposal

x

x

3 Perizinan x

4 Siklus I

x

x

x

x

5 Siklus II x

x

x

x

6 Siklus III x

x

x

x

7 Penyusunan Laporan

x

x

x

x

Ujian dan revisi

x

x

x

x

2. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian di kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren

Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan mata pelajaran IPS karena

peneliti mengajar IPS dan nilai mata pelajaran IPS relatif lebih rendah dibanding

mata pelajaran lain seperti Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Alasan pemilihan

kelas VII A karena berdasarkan observasi kondisi awal siswa di kelas VII A

memiliki nilai rata-rata ulangan harian paling rendah dibanding kelas VII B, C, D,

E, F dan G.

Page 53: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Sumber Data Penelitian

Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi

tentang proses pembelajaran IPS, pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh

guru, media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, dan prosedur

serta teknik evaluasi yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan pembelajaran

kooperatif model jigsaw. Guru juga akan merekam perkembangan kemandirian

belajar siswa dan hasil belajar IPS berkaitan dengan perlakuan (treatment) yang

diberikan selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

Sumber data dapat digali dari informan (narasumber), peristiwa atau

aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip (Sutopo, 1996: 45-51). Moleong

(1998:112) menjelasakn bahwa jenis data dibagi menjadi kata-kata tindakan,

sumber data tertulis, foto dan statistik. Data dalam penelitian ini akan

dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

a. Informan, antara lain siswa kelas VII A, guru BK kelas VII A, Kepala

Sekolah, Urusan Kurikulum dan Wali Kelas VII A SMP Negeri 1

Buluspesantren.

b. Peristiwa, yaitu berlangsungnya aktivitas pembelajaran kooperatif model

jigsaw di kelas VII A.

c. Tempat berlangsungnya pembelajaran, yaitu di kelas VII A dan di lingkungan

sekolah.

d. Dokumen dan arsip, berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan

buku penilaian.

Page 54: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

e. Foto, yaitu foto suasana pembelajaran dikelas sebelum dan sesudah tindakan

dan selama tindakan berlangsung.

D. Jenis Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

diantaranya :

1. Pedoman observasi belajar mandiri dan pensekorannya

2. Tes hasil belajar yang meliputi :

a. Tes pra siklus

b. Tes tiap akhir siklus

c. Tes setelah tindakan

E. Cara Pengamatan

Data penelitian yang dilakukan peneliti meliputi pengamatan proses

pembelajaran di kelas, pengamatan proses pembelajaran di lingkungan sekolah,

pengamatan terhadap hasil evaluasi pembelajaran. Pengamatan proses

pembelajaran dilakukan sendiri oleh peneliti dan juga oleh kolabor yaitu Ibu SH

terhadap perilaku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengamatan

pada pembelajaran di lingkungan sekolah dilakukan sendiri oleh peneliti pada

saat guru membimbing siswa melaksanakan pengamatan di lapangan. Aspek yang

harus diperhatikan adalah proses sosialisasi siswa. Pengamatan dokumen

diperoleh dari data-data yang ada di sekolah diperoleh peneliti selama wawancara,

pengamatan dokumen tertulis yang dimiliki sekolah dan hasil belajar seperti nilai

siswa, hasil pekerjaan dan foto kegiatan pembelajaran. Data hasil evaluasi

Page 55: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

pembelajaran meliputi perkembangan kemampuan siswa baik secara kognitif,

afektif maupun psikomotor.

F. Teknik Pengambilan Data

Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi

tentang proses pembelajaran IPS melalui wawancara dengan siswa dan kolabor,

pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh guru, media yang digunakan untuk

mendukung proses pembelajaran, dan prosedur serta teknik evaluasi yang

dilaksanakan oleh guru dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Selain itu

guru juga akan merekam perkembangan kemandirian belajar siswa, dan hasil

belajar IPS berkaitan denagn perlakuan (treatment) yang diberikan selama

penelitian tindakan kelas berlangsung.

Adapun tehnik pengambilan data dalam penelilitian ini dilaksanakan

dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara antara lain dengan siswa kelas VII A, guru BK Kelas VII A, Wali

Kelas VII A, Kepala Sekolah, Urusan Kurikulum SMP Negeri 1

Buluspesantren.

2. Observasi antara lain peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran

kooperatif model jigsaw di kelas VII A.

3. Analisa dokumen dan arsip berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan

buku penilaian.

4. Tes. Antara lain meliputi tes pra siklus, ulangan harian setiap akhir siklus dan

tes akhir tindakan

Page 56: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

G. Analisis Data dan Refleksi

Analisi data yang digunakan adalah kritis dan analisis komparatif, dan

deskriptif kualitatif.

1. Analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelebihan dan

kelemahan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria

yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan. Hasil analisis dijadikan dasar

dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai

dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan belajar

mandiri, motivasi dan hasil belajar IPS terlebih dahulu telah dilakukan pra

survei untuk melakukan kondisi awal. Setelah kondisi awal diketahui,

selanjutnya direncanakan siklus tindakan untuk menangani masalah. Setiap

siklus berakhir dianalisis kekurangan dan kelebihan sehingga dapat diketahui

peningkatan kemandirian belajar siswa, dan hasil belajarnya. Analisis kritis

terhadap kemandirian belajar siswa dan hasil belajar mencakup indikator yang

telah ditentukan dalam setiap rencana pembelajaran

2. Analisis deskriptif yaitu membandingkan nilai hasil belajar antar siklus

dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan berpatokan pada indikator

hasil belajar yang telah ditetapkan

3. Hasil observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif

berdasarkan hasil refleksi tiap siklus.

Page 57: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

I. INDIKATOR KINERJA

1. Sekurang-kurangnya 50% siswa memiliki kemandirian belajar dalam

pembelajaran IPS.

2. Nilai ulangan harian dan nilai tugas rata-rata mencapai 75

3. Ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas mencapai 75%.

Page 58: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

H. Rencana Pelaksanaan Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan melalui siklus demi

siklus dengan mengacu desain model Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4

tahapan kegiatan pembelajaran siswa yaitu rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi seperti terlihat pada bagan di bawah ini

Gambar 1. Tahapan Tiap Siklus

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan

Observasi

Rencana Tindakan (Revisi)

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

Refleksi

Page 59: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1. Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

(1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas VII A

(2) Studi pendahuluan

(3) Menentukan materi pembelajaran

(4) Menentukan alokasi

(5) Menentukan pendekatan pembelajaran

(6) Menentukan media dan alat

b. Pelaksanaan (Acting)

Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kolaboratif model jigsaw diatur

secara instruksional sebagai berikut:

1) Membaca

Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari

kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi.

2) Diskusi kelompok ahli

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk

mendiskusikan topik tersebut.

3) Laporan kelompok

Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik

pada kelompoknya.

4) Kuis/tes

Page 60: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

c. Tahap Observasi (Observing)

Dilakukan oleh observer dibantu kolabor. Instrumen yang digunakan lembar

pengamatan, pedoman wawancara dan dokumen.

d. Refleksi (Reflecting)

Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu:

(1) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan.

(2) Penyederhanaan data.

(3) Tabulasi data.

(4) Penyimpulan data.

Selanjutnya hasil analisis akan digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi

dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan

dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I.

Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah

menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I,

hal-hal yang baik akan dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika

terdapat kekurangan pada siklus I maka akan diperbaiki pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

b. Pelaksanaan (Acting)

c. Observasi (Observing)

Hasil observasi pada siklus II digunakan sebagai dasar untuk menyusun

rencana tindakan pada siklus berikutnya. Apabila pada siklus II ini hasil

Page 61: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

penguasaan kompetensi siswa belum sesuai dengan harapan maka akan

dilanjutkan pada siklus III.

d. Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya

digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus II semua indikator kinerja

sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum

tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus III.

I. Siklus III

Siklus III akan dilaksanakan dengan langkah-langkah:

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

b. Pelaksanaan (Acting)

c. Observasi (Observing)

d. Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus III, selanjutnya

digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus III semua indikator kinerja

sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum

tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus IV.

Page 62: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Setting Penelitian

1. Lokasi Sekolah

SMP N 1 Buluspesantren terletak di desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren,

Kabupaten Kebumen, diresmikan tanggal 14 Juni tahun 1981 dengan nomor

NSS 201030506054. SMP Negeri 1 Buluspesantren. SMP ini dikategorikan

Sekolah Standar Nasional atau tipe A, ,Siswanya berasal dari 21 desa di

Kecamatan Buluspesantren. Siswanya didominasi oleh siswa yang berasal dari

desa di sekitar desa Bocor yaitu Ambalkumolo, Rantewringin, Tambakrejo,

Bocor, Waluyo, Maduretno, Setrojenar dan Brecong dan ada juga yang berasal

dari desa-desa lain tetapi jumlahnya hanya sedikit karena di Kecamatan

Buluspesantren sebelah timur telah dibangun SMP Negeri 2 Buluspesantren. (CL

001).

Lokasi SMP N 1 Buluspesantren didirikan di atas tanah seluas 10066 m2

dan luas tanah terbangun 34436 m2, jumlah bangunan relatif lengkap, terdiri

dari 21 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang

Wakil Kepala Sekolah, 1 ruang BK, 1 ruang UKS, 1 ruang laboratorium IPA, 1

ruang perpustakaan, 1 ruang ketrampilan, 1 ruang kesenian, 1 ruang multimedia,

1 laboratorium computer, 1 ruang OSIS (CL 002).

Page 63: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

 

2. Keadaan Siswa

SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki siswa sebanyak 836 (data per

Oktober 2009) terdiri dari 409 siswa laki-laki dan 427 siswa perempuan yang

tersebar dalam 21 rombongan belajar. Secara rinci dapat di lihat pada tabel berikut

(CP 02)

Tabel 2. Jumlah Siswa SMP N 1 Buluspesantren

Tahun Pelajaran 2009/2010

Kelas L P Jumlah VIIA 20 20 40

B 20 19 39 C 20 20 40 D 20 20 40 E 20 20 40 F 20 20 40 G 19 21 40

VIIIA 20 20 40 B 20 20 40 C 20 20 40 D 19 21 40 E 20 20 40 F 19 20 39 G 20 20 40

IXA 20 20 40 B 18 20 38 C 20 20 40 D 18 22 40 E 18 22 40 F 18 22 40 G 18 22 40

Jumlah 409 427 836

Karakteristik siswa. SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, artinya penghasilan orang tua siswa

rata-rata rendah. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani, pedagang kecil,

buruh pabrik, pembantu rumah tangga, buruh bangunan, pamong desa, pegawai

Page 64: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

 

golongan rendah. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, penghasilan orang

tua rata-rata rendah Data yang berhasil peneliti peroleh dari informasi guru BK

bahwa pada tahun 2009/2010 jumlah siswa seluruhnya 836 orang, sebanyak 736

orang tua siswa atau 88% bekerja sebagai petani, 41 orang atau 5% Pegawai

Negeri Sipil, 17 orang atau 2% swasta, 17 orang atau 2% pedagang, 17 orang

atau 2% Perangkat Desa dan 8 orang atau 1% TNI/Polri (CL 008).

b. Sebagian besar siswa, memiliki tingkat kecerdasan cerdas

Dari data Tes Potensial Akademik yang diujikan pada siswa bekerjasama dengan

Yayasan Jasa Psikologi Bina Asih, Yogyakarta dapat diamati pada, tabel berikut:

Tabel 3. Tingkat Kecerdasan Siswa SMPN 1 Buluspesantren Tahun 2009

No Kelas/Tahun Jumlah

Siswa

Intelegensi

Cerdas Rata-rata Sedang

1 VII/2006 281 47 84 150

2 VII/2007 280 191 71 18

3 VII/2008 280 192 64 24

4 VII/2009 275 157 72 46

Dari analisis tabel hasil tes intelegensi siswa kelas VII SMP N 1 Buluspesantren

selama empat tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa : 1) 52,60 % siswa

kategori cerdas, 2) 21,33 % siswa kategori sedang dan 3) 26,08 % siswa kategori

kecerdasan rata-rata (CP 03).

Page 65: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

 

c. Kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih rendah. Orang tua kurang peduli

dan kurang memberikan motivasi pada anak untuk belajar. Masih ada siswa

perempuan yang terpaksa harus keluar dari sekolah karena alasan klasik, yaitu

dipaksa menikah oleh orang tua, dengan alasan sudah ada yang melamar. (CL

009).

Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 1 Buluspesantren adalah

Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan beban belajar siswa kelas VII

perminggu adalah 37 jam pelajaran, kelas VIII dan kelas IX 39 jam pelajaran.

Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12.

50 WIB, dan 1 jam pelajaran lamanya 40 menit. Umumnya para siswa memiliki

kedisiplinan yang cukup baik, sehingga selama pembelajaran berlangsung, tidak ada

permasalahan yang berarti. Sarana kegiatan pembelajaran relatif cukup, jika

dibandingkan dengan sekolah yang satu tipe (CL 003).

3. Keadaan Guru

SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki tenaga guru 38 orang, tenaga TU

berjumlah 7 orang, pembantu pelaksana/pesuruh 3 orang, penjaga malam 3 orang,

laboran 2 orang dan pustakawan 3 orang. Sumber daya manusia tenaga pendidik di

SMP ini termasuk tinggi. Hal ini dapat diamati dari tingkat pendidikannya dalam

tabel berikut ini

Page 66: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

 

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Guru/Karyawan

SMP Negeri 1 Buluspesantren Tahun Pelajaran 2009/2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan

1 SD - -

2 SMP/MTs - Penjaga malam

3 SMA/SMK 14 Pesuruh/TU

4 Diploma 11 Guru/TU

5 Sarjana 28 26 Guru, 2 TU

6 Pascasarjana 3 2 orang dalam proses pendidikan

Jumlah 57

Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru SMP

Negeri 1 Buluspesantren memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan selalu

berusaha untuk meningkatkan pengetahuan. Beberapa guru juga aktif dalam

organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai pengurus tingkat

Komda (Sub Rayon) maupun tingkat Kabupaten, dan menjadi penyusun buku ajar

yang diterbitkan oleh MGMP. Selain itu beberapa, guru juga aktif mengikuti

kegiatan karya ilmiah guru tingkat kabupaten, (CL O04).

4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Data yang dikumpulkan untuk menyusun laporan penelitian diperoleh dari

wawancara dengan kepala sekolah, urusan kurikulum, guru IPS, wali kelas dan guru

BK. Pembicaraan antara peneliti dengan informan dimulai dengan Kegiatan Belajar

Page 67: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

 

Mengajar (KBM) secara umum, kemudian memfokus pada pembelajaran IPS.

Kurikulum yang dilaksanakan di SMP N 1 Buluspesantren adalah Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pembelajaran IPS pada kurikulum KTSP berjumlah 5 jam pelajaran

perminggu Pada kurikulum 1994 pelajaran IPS berjumlah 6 jam pelajaran per

minggu dan terdiri dari Geografi 2 jam, IPS Sejarah 2 jam dan IPS Ekonomi 2 jam,

yang diajarkan seorang guru walaupun pada rapor nilainya menjadi satu yaitu nilai

IPS. KTSP mata pelajaran IPS terdiri dari Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi

dan Antropologi yang diajarkan secara terintegrasi pada setiap jenjang kelas tertuang

dalam silabus mata pelajaran IPS (CL 011).

Agar pelaksanaan pembelajaran dan penilaian lebih efektif seharusnya

pembelajaran IPS dilakukan oleh satu guru yang menguasai keempat rumpun mata

pelajaran IPS. Kendala yang dihadapi adalah guru IPS berasal dari salah satu

rumpun mata pelajaran IPS tertentu yaitu jurusan pendidikan IPS tertentu jurusan

IPS Ekonomi dan jurusan IPS Sejarah. Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam

KTSP guru IPS mengajar satu rumpun IPS terentu, guru IPS semuanya berjumlah

6 orang, 1 orang merupakan pengurus kabupaten, 1 orang pengurus Komda (Sub

rayon), dan sering mendapat kesempatan mengikuti pelatihan ditingkat rayon

maupun tingkat sub rayon. (CL 005).

Sistem penilaian mata pelajaran IPS pada KTSP ada dua aspek yaitu

penguasaan konsep dan penerapan. Nilai penguasaan konsep diperoleh dari tingkat

pemahaman siswa berkaitan dengan kemampuan kognitif, yang diukur dengan tes

tertulis pada ulangan harian, tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan

kenaikan kelas. Nilai penerapan diperoleh dari tingkat penguasaan siswa pada ranah

Page 68: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

 

afektif dan psikomotor, yang diukur dengan penilaian proses belajar penilain unjuk

kerja dan penilaian tugas-tugas siswa atau portofolio (CL 007). Dalam KTSP

ketuntasan belajar yang diharapkan secara nasional adalah 75 % tetapi guru dapat

menyusun Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) sesuai dengan kondisi sekolah.

KKM disusun berdasarkan 3 komponen yaitu kompleksitas, tingkat akademik siswa,

dan daya dukung. KKM ditentukan oleh guru mata pelajaran untuk satu tahun dan

disusun pada awal tahun pelajaran. KKM IPS di SMP Negeri 1 Buluspesantren kelas

VII tahun 2009/2010 adalah 68 (CL 006).

Pembelajaran IPS di kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren dirasa masih

belum optimal. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu materi IPS sangat luas

dan dinamis, artinya materi berubah sesuai dengan kejadian yang ada di alam

maupun perkembangan masyarakat yang relatif cepat. Selain itu input siswa

memiliki karakteristik khusus yaitu dari golongan masyarakat marginal dengan

kesejahteraan yang rendah. Kondisi keluarga siswa akan berpengaruh terhadap

minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa (CL 010).

Sarana dan parasana pembelajaran di SMP N 1 Buluspesantren masih belum

memadai, karena belum sebanding dengan jumlah siswa. Dibawah ini akan disajkan

tabel sarana dan prasarana yag ada

Tabel 5. Alat dan Sumber Pembelajaran IPS

No Nama Alat/Sumber Pembelajaran

Jumlah (buah/unit/set)

Keterangan

1 Peta dinding 12 peta umum dan peta khusus 2 Atlas 53 satu siswa satu atlas 3 Globe 4 bergantian dengan mapel IPA 4 Termometer dinding 6 Sda 5 Kompas 22 Sda 6 Barometer 1 Sda 7 Rol meter 2 bergantian dengan mapel OR

Page 69: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

 

8 Contoh batuan 1 bergantian dengan mapel IPA 9 Buku paket IPS kelas VII,

VIII dan IX

200 buku BSE

10 Komputer 31 bergantian dengan mapel lain 11 LCD 3 Sda 12 Laptop 3 Sda 13 Mengenal Negara Asean 2 Sda 14 Televisi 5 Sda 15 OHP 1 Sda 16 Tape Recorder 4 Sda

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun alat dan sumber

pembelajaran ada tetapi jumlahnya masih sangat terbatas (CP 04). Hal ini akan

menghambat proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu peneliti akan

mengelola alat dan sumber pembelajaran yang minim tersebut dengan melakukan

pembelajaran kooperatif model jigsaw. Guru mengaplikasikan dan mengadaptasikan

apa yang ada di lingkungan siswa untuk sumber belajar.

Pembelajaran IPS di kelas VII A yang selama ini diamati oleh peneliti

kurang optimal. Hal ini disebabkan sebagaian besar siswa dengan kreativitas yang

rendah, siswa yang mau bertanya dan mengemukakan pendapat jumlahnya kurang

dari 5 orang. Jika disuruh maju presentasi siswa kurang berani, dan jika ada yang

mau maju suaranya tidak lantang dan sikapnya menunduk tidak berani menatap ke

seluruh kelas (CP 06). Hasil belajar IPS juga masih tergolong rendah, siswa yang

tuntas belajar hanya 19 orang dengan nilai rata-rata ulangan harian hanya mencapai

58,95 dan ketuntasan belajar sebesar 47,50% sehingga belum mencapai 75 % (lihat

lampiran 12.1).

Kemampuan belajar mandiri yang masih rendah. Jika ulangan dilakukan

mendadak tanpa diberitahu sebelumnya siswa menolak dengan alasan belum

belajar, dan jika dipaksakan dilaksanakan nilai siswa kurang dari ketuntasan.

Page 70: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

 

B. Pelaksanaan Siklus

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 3 minggu ( 6 x pertemuan)

a. Materi : Pengertian dan tujuan sosialisasi, Faktor yang mempengaruhi

sosialisasi, Fungsi sosialisasi dalam pembentukan kepribadian

b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun

2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.

2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.

Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.

3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan

Setiawan,dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.

4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.

5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII

karangan Kuswardoyo-Anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.

6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun

2009, Penerbit Aviva Klaten

7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

8) Hand Out.

c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis

hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.

2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan

3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan

Page 71: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

 

4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok

d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:

1) Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain :

(1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian dipilih kelas VII A.

(2) Studi pendahuluan sebelum tindakan dilakukan berupa wawancara

dengan dan kolabor, melihat dokumen nilai siswa dan tes tertulis (tes

kemampuan awal).

(3) Menentukan sub konsep pembelajaran yang terdiri dari pengertian dan

tujuan sosialisasi, faktor yang mempengaruhi sosialisasi, fungsi

sosialisasi dalam pembentukan kepribadian

(4) Menentukan alokasi waktu penelitian.

(5) Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran

kooperatif model jigsaw dan metode lain sebagai pendukung

pembelajaran.

(6) Menentukan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran

2) Pelaksanaan (Acting)

a) Pendahuluan

Guru mengecek mengecek kehadiran siswa dan membimbing siswa dalam

kegiatan apersepsi dan motivasi.

b) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tindakan khusus yaitu

pembelajaran kooperatif model jigsaw. Metode ini terdiri dari 4 tahap

yaitu :

Page 72: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

 

(1) Membaca

Siswa dibagi dalam 8 kelompok asal dengan anggota 4-5 orang dan

kelompok ahli dengan anggota 7-8 orang. Daftar pertanyaan yang harus

dijawab kelompok asal adalah sebagai berikut: 1) menjelaskan

pengertian kepribadian, 2) menyebutkan faktor yang mempengaruhi

kepribadian, 3) menjelaskan peran sosialisasi dalam pembentukan

kepribadian 4) menyebutkan media sosialisasi dalam pembentukan

kepribadian, 5) Menjelaskan tahapan pembentukan kepribadian Setiap

kelompok mengambil lintingan yang sudah disiapkan oleh guru untuk

ditukar dengan tugas yang harus dikerjakan. Siswa mendapat topik-

topik, tim ahli kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut

untuk mendapat informasi.

(2) Diskusi kelompok ahli

Siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli sesuai tugasnya.

Guru memotivasi siswa untuk dapat mencari jawaban dengan

pengamatan dan telaah buku sumber.

(3) Laporan kelompok

Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan

dan untuk mengungkapkan ide yang telah dihasilkan dari diskusi

kelompok ahli. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas.

(4) Kuis / tes

(5) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada siswa

secara lisan

Page 73: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

 

c) Penutup

Pada kegiatan ini penekanannya adalah pada evaluasi. Guru mengajukan

pertanyaan yang bersifat konseptual untuk menguji apakah siswa telah

benar -benar memahami kompetensi dasar yang diinginkan. Guru juga

menambahkan informasi yang bersifat kekinian yang mendukung

kompetensi yang sedang di kaji saat itu. Jenis evaluasi yang dilakukan guru

antara lain :

(1) Penilaian aspek kognitif berupa post test, yaitu menguji materi yang

telah dibahas untuk mengetahui penguasaan siswa. Selain post test

dapat juga dilaksanakan ulangan harian, guna mengetahui tercapai

tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dilakukan.

(2) Penilaian aspek psikomotor, dilakukan pada saat siswa mempraktekkan

sosialisasi di sekolah, kelas, keluarga dan masyarakat.

(3) Penilaian afektif dilakukan terhadap sikap atau perilaku siswa

(4) Penilaian performen, ini dilakukan melalui sikap kerjasama dalam

kelompok, tanggung jawab, kepemimpinan, adil, menghargai teman,

berani, santun, mau bertanya, berpendapat dan kerapihan catatan siswa.

(5) Penilaian portopolio, yaitu penilaian yang berupa sekumpulan tugas-

tugas yang dibebankan pada siswa untuk kurun waktu tertentu,

misalnya satu semester.

3) Tahap Observasi (Observing)

Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas pembelajaran

siswa ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Observasi

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kemadirian, dan alat

Page 74: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

 

evaluasi soal-soal setiap akhir pembelajaran untuk setiap siklus dan dilakukan

tertulis. Guna mendukung hasil observasi dilakukan penjaringan data,

wawancara dan learning logs siswa.

4) Refleksi ( Reflecting)

Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu:

a) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan.

b) Penyederhanaan data.

c) Tabulasi data.

d) Penyimpulan data.

Selanjutnya hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi

dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan

dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I.

Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah

menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I,

hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika terdapat

kekurangan pada siklus I dperbaiki pada siklus II. Pada siklus I kemandirian

belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi peningkatannya pada motivasi

sebesar 52,50%, sedangkan aspek yang paling rendah pada mengetahui

makna belajar hanya 15,00% ( lihat lampiran 9,1 ). Pada siklus I ini

ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Karena pada siklus I kemandirian

belajar siswa dan hasil belajar IPS belum mencapai indikator yang telah

ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.

Page 75: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

 

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan).

a. Materi yang dibahas adalah : proses terjadinya interaksi sosial, syarat terjadinya

interaksi sosial dan faktor-faktor interaksi sosial

b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun

2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.

2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.

Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.

3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan,

dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.

4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.

5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII

karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.

6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah

Tahun 2009, Penerbit Aviva Klaten

7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

8) Hand Out.

c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

5) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis

hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.

6) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan

7) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan

8) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok

Page 76: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

 

d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:

1) Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain :

Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus I, dengan lembar

kegiatan yang disesuaikan dengan topik siklus II

2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus I pada

beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif .Pada siklus II perbaikan

terutama pada kegiatan inti, yaitu pada pembentukan kelompok tidak

berdasarkan tempat duduk lagi melainkan berdasarkan pada kemampuan

siswa yang diamati dari hasil ulangan harian siklus I. Pada siklus II ini tahap

presentasi, semua anggota kelompok maju untuk menjawab masalah yang

telah didiskusikan dalam kelompoknya.

3) Observasi (Observing)

Pada tahap ini observasi dilakukan oleh guru. Hal yang diobservasi

terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Penilaian unjuk kerja produk

dilakukan terhadap hasil kerja kelompok. Hasil observasi pada siklus II

digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus III.

Karena pada siklus II ini hasil penguasaan kompetensi siswa belum sesuai

dengan harapan maka dilanjutkan pada siklus III.

4) Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya

digunakan sebagai bahan refleksi. Dengan melihat kondisi pada siklus II,

hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus III, dan semua kekurangan pada

Page 77: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

 

siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Pada siklus II tingkat kemandirian

menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah pada

aspek motivasi yaitu 70,00% sedangkan aspek yang paling rendah pada

mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00% menjadi 25,00% (CP 18 dan

lampiran 9.2). Walaupun pada siklus II kemandirian belajar siswa telah

mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap melanjutkan ke

siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian

dan nilai tugas belum mencapai hasi sesuai yang diharapkan yaitu 75.

3. Siklus III

Siklus III dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan ).

a. Materi yang dibahas pada siklus III adalah K.D. 2.4. Mengidentifikasi bentuk-

bentuk interaksi sosial. Indikator yang ingin dicapai siswa dapat

mengidentifikasi dan memberi contoh proses sosial asosiatif dan proses sosial

disosiatif.

b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun

2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.

2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.

Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.

3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan,

dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.

4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.

5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII

Page 78: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

 

karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.

6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun

2009, Penerbit Aviva Klaten

7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

8) Hand Out.

c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :

1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis

hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.

2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan

3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan

4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok

d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:

1) Planning Tindakan (Planning)

Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus II, tentunya dengan

mengubah skenario pembelajaran dengan memperkecil jumlah anggota

kelompok diskusi menjadi (4-5) orang . Lembar kegiatan disesuaikan dengan

topik pembelajaran siklus III.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus II

walaupun ada beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif. Pada siklus

III ini pada kegiatan inti diharapkan siswa lebih aktif membangun

pengalaman belajar sendiri. Strategi yang diubah yaitu pembentukan

kelompok berdasarkan tempat duduk siswa dan kelompok diperkecil dengan

anggota 7-8 orang siswa sebagai kelompok asal dan 4-5 orang siswa

Page 79: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

 

kelompok ahli dengan metode pengamatan lingkungan masyarakat.

Kemudian pada tahap presentasi, semua anggota kelompok maju untuk

menjawab masalah yang telah didiskusikan dalam kelompoknya. secara

bergiliran menjelaskan hasil diskusi kelompok.

3) Observasi (Observating)

Pada tahap ini observasi dilakukan oleh peneliti. Hal yang

diobservasi terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi

pada siklus ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan

pada siklus berikutnya. Pada siklus III ini hasil penguasaan kompetensi siswa

terhadap materi telah tercapai, maka penelitian dianggap telah berhasil dan

tidak dilanjutkan ke siklus IV.

4) Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh peneliti pada siklus III, selanjutnya digunakan

sebagai bahan refleksi. Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar

65,50%, aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah aspek minat yaitu

85,00%, motivasi 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin

tahu 72,50. Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui

makna belajar sebesar 35,00% (CP 19 dan lamp. 9.3).

Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90,00

(lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 68 maka hasil nilai

ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah mencapai

indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan

dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang ditetapkan

(lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40, rata-

Page 80: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

 

rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi

90 dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan

maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat

lampiran 13.3 dan lampiran 12.4)

Karena kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada siklus III telah

mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III

tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.

Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti hanya dibatasi sampai

siklus III. Hal ini dilakukan karena pada siklus III hasil siswa dalam

kemandirian belajar siswa dan hasil belajar telah mengalami peningkatan

bahkan telah melampaui indikator kinerja.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh

peneliti, hasil wawancara dengan siswa kelas VII A dan pengamatan dokumen,

dipergunakan peneliti untuk mengambil tindakan. Pelaksanaan pembelajaran

meliputi tahap yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)

pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan tertuang

dalam siklus, untuk permasalahan yang belum dapat diatasi dilakukan tindakan

selanjutnya pada siklus berikutnya sampai permasalahan dapat diatasi. Dalam

memperoleh data dengan validitas yang baik, diterapkan tindakan dalam tiga siklus.

Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan

tindakan pra siklus. Tindakan pra siklus tersebut antara lain adalah:

Page 81: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

 

Untuk mengawali pembelajaran, dilaksanakan tes pra siklus bagi siswa kelas

VII A. Instrumen yang digunakan adalah soal tes tertulis bentuk pilihan ganda

berjumlah 40 nomor. Siswa diberi waktu mengerjakan 40 menit. Setelah seluruh

siswa selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama, jawaban siswa

ditukar dengan jawaban siswa lain. Adapun penskorannya untuk jawaban benar

diberi skor 1 dan jawaban salah dberi skor 0. Nilai diperoleh dari hasil jawaban

benar dibagi 4. Selanjutnya guru memanggil siswa satu persatu, dan nilai siswa

ditulis pada instrumen penilaian. Hasil yang diperoleh dari nilai pra-siklus

digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil belajar siswa (CP 05).

Kepada Urusan Kurikulum, Urusan Kesiswaan dan guru BK peneliti

menginformasikan tentang pelaksanaan PTK di kelas VII A, dan mohon dukungan

agar pembelajaran di kelas VII A berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan

secara lisan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang dilaksanakan, alat

dan bahan pendukung pembelajaran serta sistem penilaian pada kegiatan PTK (CL

012).

Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan

pembiasaan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pembiasaan yang

dilakukan yaitu berbaris, berdoa, mengucap salam. Kegiatan pendahuluan yang

dilakukan guru adalah mengabsen siswa, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guna

menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang diterapkan serta aturan

permainan atau tahapan dalam metode tersebut. Kegiatan inti disesuaikan dengan

strategi dan metode yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan tindakan

tiap siklus. Pada akhir pertemuan dilakukan kegiatan penutup yang berupa post tes,

kesimpulan dan salam (CP 07).

Page 82: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

 

Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil

penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran

IPS untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa

Pembelajaran kooperatif model jigsaw dilaksanakan dengan empat tahap

yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/test (CP 08).

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw dimodifikasi dengan berbagai

metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia disekolah. Semua komponen

kemandirian belajar yang terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah, rasa ingin

tahu dan mengetahui makna diupayakan meningkat dengan berbagai strategi yang

telah dirancang pada tiap siklus. Penerapan masyarakat belajar (learning community)

diimplementasikan dalam pembentukan kelompok secara bertahap dari jumlah besar

dan setiap pertemuan jumlahnya semakin berkurang tetapi selalu berprinsip

heterogenitas dalam jenis kelamin, tingkat akademik dan pasangan yang berbeda.

Untuk meningkatkan minat siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw

dilaksanakan dengan metode yang bervariasi dan berbeda tiap pertemuan, dengan

prinsip edukatif menyenangkan, mendorong semangat mengikuti pelajaran dan

membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran IPS serta mengubah image yang

telah melekat pada diri siswa bahwa IPS adalah pelajaran yang banyak hafalan.

Komponen kemandirian yang berupa keinginan belajar pada siswa

dimunculkan dengan membiasakan siswa untuk selalu belajar IPS baik ada atau

tidak ada ulangan. Selain itu pemberian penghargaan pada siswa yang aktif berupa

tambahan nilai dan memberikan peringatan bagi siswa yang pasif merupakan

Page 83: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

 

langkah yang dilakukan guru dan hasilnya terjadi peningkatan.

Pemberian tugas pada lembar diskusi yang jawabannya harus dicari sendiri

oleh kelompok dengan melihat buku paket, buku referensi atau dari sumber media

cetak dan elektronik serta lingkungan masyarakat dapat meningkatkan kemandirian

dalam aspek mengatasi masalah. Dalam pembelajaran guru selalu berusaha

membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan cara memberikan pertanyaan dari

tingkat sederhana sampai tingkat tinggi. Pemberian tugas yang berupa penerapan

seperti peragaan sosialisasi baik di sekolah, di kelas, di lingkungan masyarakat, dan

lingkungan keluarga mendorong siswa belajar mengamati permasalahan sehari-hari

yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran dengan melontarkan

permasalahan dan penerapan pengalaman belajar yang dipraktekkan menghasilkan

sikap siswa yang kritis dalam menanggapi permasalahan sehari-hari sehingga siswa

tahu makna dari apa yang dipelajari selama ini. Peningkatan belajar mandiri siswa

dari tiap siklus dapat dilihat pada uraian berikut :

a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa merasa senang pada pelajaran IPS

yang menerapkan metode diskusi dan merasa pelajaran IPS tidak sulit dan tidak

membosankan karena dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya. (CL 018).

b) Aspek keinginan belajar diperoleh dari pengakuan siswa belajar jika esok hari

ada pelajaran IPS (CL 019).

c) Aspek mengatasi masalah tampak pada usaha mencari jawaban yang menjadi

tugas kelompok (CL 020)

d) Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari siswa mau mencoba mengamati

lingkungan sekitar siswa dan baru bertanya jika sudah berusaha mencari sendiri

jawaban tetapi tidak berhasil (CP 21).

Page 84: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

 

e) Aspek mengetahui makna belajar diamati dari siswa mengungkapkan tanggapan

atau membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri (CP 22).

Pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi peneliti menerapkan

metode demonstrasi, siswa mendemonstrasikan cara sosialisasi di kelas, di sekolah,

di lingkungan keluarga, maupun dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pengamatan

dan wawancara dengan siswa peningkatan kemandirian siswa dapat diuraikan

sebagai berikut :

a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa mengaku senang belajar IPS karena

tiap pertemuan cara pembelajarannya berbeda dan bertukar pasangan tiap kali

diskusi menambah keakraban dan menambah semangat belajar. (CL 021)

b) Aspek keinginan belajar, siswa senang mengerjakan tugas rumah, dan selesai

pada waktunya, semua kelompok mengumpulkan pada hari yang telah disepakati

bersama, jika esok pagi ada pelajaran IPS malam hari siswa belajar (CL 022).

c) Aspek mengatasi masalah, siswa berusaha mengamati lingkungan sekitar siswa

dan berusaha untuk menyusun tek/naskah sosialisasi yang akan diperagakan di

depan kelas (CL 023)

d) Aspek rasa ingin tahu, siswa berusaha memahami cara sosialisasi agar mudah

diterima dan dimengerti dan menanyakan bagaimana cara sosialisasi yang baik

(CL. 024)

e) Aspek mengetahui makna belajar, siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan

cara sosialisasi yang telah diperagkaan dan dapat menyimpulkan manfaat

sosialisasi yang baik (CL.025)

Pada materi bentuk-bentuk interaksi sosial, pembelajaran kooperatif model

jigsaw menerapkan metode pengamatan lingkungan masyarakat dengan kelompok

Page 85: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

 

kecil dan ternyata mampu meningkatkan kemandirian siswa seperti yang tersaji

pada uraian berikut :

a. Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa semakin senang dengan pelajaran

IPS karena pembelajaran dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung terhadap lingkungan masyarakat, siswa semakin merasa senang bahwa

IPS bukan pelajaran yang membosankan. (CL 026).

b. Aspek keinginan belajar, tampak pada pengakuan siswa yang belajar pada

malam hari sebelum besoknya ada pelajaran IPS, siswa telah menyiapkan

peralatan dan mempelajari materi bentuk-bentuk interaksi sosial dengan senang

hati (CL 027)

c. Aspek mengatasi masalah, terlihat siswa yang pada malam hari belum belajar

berusaha membaca buku pelajaran IPS sebelum guru masuk kelas, karena jumlah

kelompok diperkecil dengan angggota 4-5 orang harus melakukan pembagian

tugas dan kompak (CL 028).

d. Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari usaha siswa menanyakan pada teman

atau pada guru istilah proses sosial asosiatif atau positif dan proses sosial

disosiatif atau negatif ( CL 029).

e. Aspek mengetahui makna belajar tampak pada aktivitas siswa melakukan

pengamatan lingkungan, memberi contoh nyata proses sosial yang asosiatif

maupun disosiatif yang terjadi di masyarakat (CL 030).

Page 86: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

 

Peningkatan kemampuan belajar mandiri dari tiap siklus dapat diamati pada

tabel berikut:

Tabel 7. Peningkatan Belajar Mandiri Siswa

No Aspek

Pra-Siklus

(%)

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Siklus III

(%)

1 Ketertarikan kepada

Pelajaran

25,93 40,00 70,00 85,00

2 Kinginan Belajar 35,19 52,50 77,50 82,50

3 Mengatasi Masalah 12,96 20,00 57,50 57,50

4 Rasa Ingin Tahu 16,66 25,00 52,50 72,50

5 Mengetahui Makna

Belajar

9,26 15,00 25,00 35,00

Rata-rata 20,00 30,50 56,50 66,50

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sikap kemandirian belajar siswa

mengalami peningkatan dibanding sebelum tindakan.Pada Pra-Siklus kemandirian

belajar 20,00% aspek yang paling tinggi keinginan belajar sebesar 35,19% dan aspek

yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 9,26%. (lihat

lampiran 9.1). Pada siklus I kemandirian belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi

peningkatannya pada aspek keinginan belajar sebesar 52,50%, sedangkan aspek

yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 15,00% ( lihat

lampiran 9,2 ). Karena pada siklus I kemandirian belajar siswa belum mencapai

indikator yang telah ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.

Pada siklus II tingkat kemandirian menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi

Page 87: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

 

peningkatannya adalah pada aspek keinginan belajar yaitu 70,00% sedangkan aspek

yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00%

menjadi 25,00% (CP 18 dan lampiran 9.3). Walaupun pada siklus II kemandirian

belajar siswa telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap

melanjutkan ke siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan

harian dan nilai tugas belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu 75%.

Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar 66,50%,aspek yang paling tinggi

peningkatannya adalah aspek ketertarikan kepada pelajaran yaitu 85,00%, keinginan

belajar 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin tahu 72,50.

Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar sebesar

35,00% (CP 19 dan lamp. 9.4). Karena kemandirian belajar pada siklus III telah

mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III tidak

diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.

b. Implementasi Pembelajaran kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran

IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw penilaian dilakukan secara

`intensif dan menyeluruh. Komponen penilaian dilaksanakan pada semua aspek

dengan pencatatan secara otentik (authentic assessment) selama proses

pembelajaran, dalam bentuk kemampuan siswa dalam bentuk berpendapat, bertanya,

menjawab pertanyaan guru, menyelesaikan tugas diskusi, memperagakan, tampil di

muka umum, mempertahankan argumentasi di depan publik, penampilan atau

performen ternyata mendorong siswa untuk aktif dan berusaha memperoleh nilai

yang baik. Memberikan informasi tentang sistem penilaian dan waktunya yaitu pada

Page 88: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

 

setiap akhir siklus berupa ulangan harian dan penilaiannya dilakukan sendiri oleh

siswa pada saat koreksi menyebabkan siswa bersemangat dan bersaing secara sehat

dengan temannya. Penilaian juga dilakukan terhadap hasil kerja kelompok dan

penilaian tugas yang merupakan komponen evaluasi yang berfungsi sebagai

penilaian portofolio yang memiliki bobot 40% dari nilai siswa. Dengan pemberian

tugas yang dibatasi waktunya siswa akan merasa harus mengerjakan tugas jika ingin

nilainya baik. Setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam tiga

siklus hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebagai berikut :

Hasil ulangan harian Pra-Siklus menunjukkan nilai tertinggi 75 dan nilai

terendah 30 dan rata-rata kelas sebesar 58,95 dengan ketuntasan 47,50% (lihat

lampiran 12.1). Pada ulangan harian pertama nilai tertinggi mencapai 85 ( siswa

AS), nilai terendah 30 (siswa FA) dan rata-rata nilai kelas 72,50%. Dengan

ketuntasan 57,50% (lihat lampiran 12.2). Nilai tersebut belum mencapai nilai

minimal yang telah ditentukan dalam KKM yaitu 68 dan belum mencapai indikator

yang ditentukan dalam PTK yaitu nilai rata-rata mencapai 75 dan ketuntasan klasikal

sebesar 75%. Pada siklus I ini ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Pada nilai

tugas tertinggi 80 dan nilai terendah 70, rata-ratanya 74,25, juga belum mencapai

indikator yang telah ditetapkan yaitu nilai rata-rata tugas sebesar 75 dan ketuntasan

nilai tugas sebesar 75% (lihat lampiran 13.1).

Pada ulangan harian kedua nilai siswa kelas VII A yang tertinggi 95 (siswa

FK) dan terendah 30 (siswa RC) Nilai rata-rata 70,125 dan ketuntasan belajar

klasikal mencapai 72,50 (lihat lampiran 12.3). Jika dilihat pada KKM sebesar 68

maka hasil nilai siklus kedua peningkatannya cukup baik namun belum mencapai

ketuntasan klasikal dan belum mencapai nilai rata-rata sebesar 75. Nilai tugas

Page 89: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

 

berkisar antara 70 sampai 80 dan rata-ratanya sebesar 74,75% sehingga sudah

mencapai KKM, tetapi belum mencapai indikator penilaian yang ditetapkan dalam

PTK (lihat lampiran 13.2).

Pada ulangan harian ketiga siswa kelas VII A nilai yang tertinggi 100 (siswa

AS) dan yang terendah 50 (siswa RC). Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar

klasikal mencapai 90,00 (lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 69

maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah

mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami

peningkatan dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang

ditetapkan (lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40,

rata-rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi 90

dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan sangat

maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat lampiran

13.3 dan lampiran 12.4)

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Peningkatan Nilai Ulangan Harian

No Nilai Pra-Siklus

(%)

Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Siklus III

(%)

1 Tertinggi 75 85 95 100

2 Terendah 30 30 30 50

3 Rata-rata 58,95 72,50 70,125 76,95

4 Ketuntasan 47,50 57,50 72,50 90,00

Page 90: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

 

Tabel 9. Peningkatan Nilai Tugas Selama Tindakan

No Nilai Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Siklus III

(%)

1 Tertinggi 80 80 90

2 Terendah 70 70 60

3 Rata-rata 74,25 74,75 76,63

2. Pembahasan

Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang

berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal

dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera

setelah ia dapat melakukannya.

Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari pembelajaran

IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus menerus antara siswa

yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa dengan pembimbing (guru) dan

siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat

positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat di dalam kelompok (masing-masing

kelompok 4-6 siswa) yang dirancang dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam

pembelajaran IPS kooperatif bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada

pertanyaan-pertanyaan awal pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan

memberikan petunjuk atau saran sampai siswa mengerti maksud soal.

Pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan menerapkan metode yang

bervariasi dan belajar dari lingkungan sekitar serta selalu berpusat pada siswa

Page 91: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75  

 

(student centered) meningkatkan belajar mandiri siswa. Metode pengamatan

lingkungan sangat efektif dalam menumbuhkan rasa ingin tahu, ketertarikan kepada

pelajaran dan keinginan belajar yang merupakan komponen kemandirian siswa

dalam belajar.

Dari sajian hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif model jigsaw yang dilakukan selama tindakan pada tiap

siklus dapat memacu hasil belajar siswa meningkat. Dengan sistem penilaian yang

bersifat otentik (authentic assessment) perkembangan siswa selalu dicatat dan

diamati. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran tetapi selama

proses pembelajaran, terhadap produk hasil diskusi siswa, performen atau

penampilan siswa dalam diskusi, presentasi serta perilaku siswa selama di sekolah.

Pada tiap akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi (reflection) yang bermanfaat

bagi siswa untuk merenungkan kembali kegiatan yang telah dilakukan dan hasil

yang diperoleh. Hasil refleksi tersebut diharapkan akan menumbuhkan ketertarikan

kepada pelajaran , keinginan belajar serta semangat berkompetisi.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini masih terdapat beberapa kekurangan karena

keterbatasan peneliti dalam berbagai hal diantaranya keterbatasan kemampuan dan

keterbatasan yang bersifat prosedural pelaksanaan di lapangan seperti :

1. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini merupakan penelitian kualitatif yang

memfokuskan pada proses tindakan dalam pembelajaran. Jadi instrumen hanya

berupa pedoman wawancara, lembar observasi atau pengamatan selama proses

pembelajaran, pedoman penilaian dan instrumen tes. Hasil pengamatan tersebut

Page 92: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76  

 

digunakan untuk mengukur keberhasilan indikator yang sudah dirumuskan

dalam rencana tindakan.

2. Penelitian tindakan kelas (PTK) idealnya pada setiap siklus pelaksanaannya

dalam waktu yang relatif lama, agar peneliti benar-benar dapat mengetahui

kelemahan dan kelebihan dari semua perlakuan (treatment) yang dilakukan.

Karena kondisi tertentu baik dari peneliti maupun faktor lain, maka peneliti

melaksanakan penelitian ini kurang lebih selama dua minggu setiap siklusnya.

Walaupun waktunya relatif singkat peneliti dapat mengetahui perkembangan

kemandirian belajar dan hasil belajar siswa.

3. Pengamatan yang peneliti lakukan dalam pelaksanaan pembelajaran masih

kurang efektif, karena perhatian peneliti terkadang kurang terfokus. Hal ini

disebabkan peneliti adalah guru mata pelajaran IPS di kelas VII A, sehingga

peneliti harus mengajar dan melakukan pengamatan.

4. Laporan penelitian yang disusun oleh peneliti masih banyak kekurangan, baik

penggunaan kata maupun susunan kalimatnya. Semua itu dikarenakan

keterbatasan kemampuan peneliti.

Page 93: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77  

 

Page 94: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78  

 

Page 95: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77  

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif model

jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan

hasil belajar IPS telah selesai dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya

ada empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Adapaun

hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran

IPS dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa

Kemampuan belajar mandiri siswa mengalami peningkatan dalam setiap

siklus. Komponen belajar mandiri terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah,

rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar. Selama penelitian tindakan dari

siklus pertama sampai siklus ke III keberhasilan belajar mandiri siswa terlihat

nyata. Setelah melaksanakan PTK siswa lebih senang pada pelajaran IPS, IPS bukan

pelajaran yang sulit dan membosankan, siswa selalu belajar jika besok pagi ada

pelajaran IPS dan selalu mengerjakan tugas di rumah baik secara individu maupun

kelompok.

Page 96: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78  

2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran

IPS dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang di desain dengan metode yang

bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh

dari penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian

tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam

memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan meningkatkan

minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi

iklim belajar menjadi lebih kondusif dan hasil belajar meningkat. Setelah melakukan

tindakan dalam tiga siklus rata-rata ulangan harian IPS siswa mencapai 72,50 dan

ketuntasan klasikal sebesar 85%

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan

penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar

mandiri siswa dan hasil belajar IPS kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat

diimplikasikan sebagai berikut :

1. Pelaksanan pembelajaran kooperatif model jigsaw berhasil meningkatkan belajar

mandiri siswa jika dilakukan dengan langkah yang tepat seperti menyajikan

topik yang menarik, siswa menentukan sendiri paket materi yang akan dipelajari

dan modifikasi bahan-bahan tertentu disusun secara obyektif untuk membantu

siswa dalam belajar. Belajar mandiri amat cocok untuk meningkatkan aspek

kognitif dan psikomotor, dengan fungsi gurunya sebagai fasilitator. Kemandirian

Page 97: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79  

siswa dalam belajar mengalami peningkatan apabila siswa memiliki ketertarikan

terhadap mata pelajaran, memiliki keinginan belajar, memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi, dan mengetahui makna belajar.

2. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa

jika dilaksanakan dengan penilaian otentik (authentic assessment). Prinsip pokok

penilaian otentik adalah penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dalam

proses pembelajaran, mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan

berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan esensi pengalaman

belajar dan bersifat holistik atau menyeluruh pada setiap komponen evaluasi

sehingga dapat mengukur berbagai kemampuan siswa. Hasil belajar dapat

diketahui dari perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik yang bersifat kontinyu, positif permanen dan terarah.

3. Pembelajaran kooperatif model jigsaw kurang berhasil meningkatkan

kemandirian dan hasil belajar IPS pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah

rata-rata. Dalam PTK di kelas VII A ada 2 orang siswa RC dan PS Yang tetap

kurang maksimal dalam kemandirian maupun hasil belajar. Dua orang siswa

memiliki kemampuan akademik rendah dan tidak memiliki ketrampilan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan

diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut :

1. Seorang guru hendaknya kreatif dan lihai didalam memilih pembelajaran yang

tepat guna menumbuhkan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Guru dapat

Page 98: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80  

memilih alternatif pembelajaran kooperatif model jigsaw guna meningkatkan

kemandirian dan hasil belajar siswa.

2. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan

dimodifikasi berbagai metode dan teknik tertentu dengan tetap berprinsip pada

siswa sebagai subyek belajar (student oriented), masyarakat belajar (learning

community), permodelan (modelling), berbasis lingkungan (learning

environment) guna memperkaya pengalaman belajar siswa.

3. Guru hendaknya menerapkan penilaian otentik (authentic assessment), agar

mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara menyeluruh yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

4. Guru hendaknya berusaha melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian

tindakan kelas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga

kemandirian dan hasil belajar meningkat.

5. Guru hendaknya sabar dan memberi perhatian lebih pada siswa yang memiliki

kecerdasan dibawah rata-rata karena daya nalar siswa lebih lambat dibanding

teman-temannya, sehingga sering minder dan tidak dapat memunculkan

kemampuannya.

6. Kepala sekolah hendaknya memberi kebebasan kepada guru untuk

mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi seperti MGMP dan

forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti

pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang kurikulum.

7. Kepala sekolah bersama komite hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

serta sumber pembelajaran selaras dengan perkembangan kurikulum dan

perkembangan IPTEK.

Page 99: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81  

8. Peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis untuk mengatasi pembelajaran

di kelas.

9. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna menyempurnakan

kekurangan pada penelitian ini.

Page 100: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82  

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arend Ricard I, 1997. Classroom Instruction and Management. Central Conecticut State University : The McGrow-Hill Compenies. Co

Ashar Arsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : radja Grafindo Perkasa.

Bloom, Benjamin S et al,1977. Taxonomy of educational Objectives the Clasifications of Educational Goals, Hand Book I Cognitive Domain,New York : Longman

Dahar, R. IN.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas, 2004. Panduan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Haris Mudjiman, 2007. Belajar Mandiri (Self-motivated Learning).Surakarta : LPP dan LPT Universitas Sebelas Maret

Gagne, Robert M, Leslie J. Briggs 1979. Principle of Instructional Design. NewYork: Holt, Rinehart and Winton.

Harjanto, 2006. Perencanaan Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

H. Isjoni , 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta

Hopkins, David.1993, A Teacher’Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. Fifth Edition. New Delhi : Prentioce-Hall Of India Private Limited.

Page 101: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83  

Medsker, Karren L. & Kristina M Holdsworth. 2001. Models and Strategies for Training Design. New York : A Publication of the International Society for Perfomance Improfment.

Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhibin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme. Jakarta : Kanisius.

Piskurich. George M, 1993. Self-Directed Learning : A Partial Guide to Design, Development and Implemetation. Maryland : College Park.

Siberman, Melvin L, 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston : Allyn and Bacon.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, 1995. Cooperative Learning Theory anp Practice. Second Edition. Boston. Allyn and Bacon Publisher.

Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi Aksara.

Toeti Sukamto dan Udin saripudin Winatapura. 1996. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Page 102: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84