38
1

IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

1

Page 2: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

2

Page 3: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

3

IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANIMENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN

Oleh,

RATNA KOMALA DEWI

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 4: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkahNya

kami dapat menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktunya. Tulisan ini berjudul :

Implementasi Manajemen Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan.

Tulisan ini merupakan studi pustaka dari buku-buku, jurnal, internet, dan

sebagainya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dalam penyempurnaan tulisan ini.

Tulisan ini disajikan dalam bentuk dan isi yang sederhana. Tentu saja

mungkin di dalam tulisan ini terdapat kesalahan atau kekurangan, untuk itu

penulis mengucapkan mohon maaf. Saran yang konstruktif sangat dinantikan.

Denpasar, 15 Desember 2015

Penulis

Page 5: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL …………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. v

I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

1.1 Latar belakang ……………………………………………… 1

1.2 Tujuan Penulisan …………………………………………… 2

II METODOLOGI …………………………………………………. 2

III KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………. 3

3.1 Konsep Pertanian, Usahatani, dan Manajemen Usahatani 3

3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan ……………………….. 5

IV PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (INTEGRATEDCROPPING MANAGEMENT/ ICM) …………………………….

10

4.1 Pengelolaan Tanaman Terpadu …………………………… 10

4.2 Manfaat Pengelolaan Tanaman Terpadu …………………... 11

V PENGELOLAAN HARA TERPADU (INTEGRATEDNUTRITION MANAGEMENT/ INM) …………………………...

12

VI PENGELOLAAN HAMA TERPADU (Integrated PestManagement /IPM) ……………………………………………..

14

VII PENGELOLAAN AIR TERPADU (Integtrated Soil MoistureManagement/ IMM) …………………………………………….

19

VIII PENGELOLAAN RISIKO TERPADU (Integrated RiskManagement /IRM)…………………………………………………...

22

8.1 Manajemen Risiko pada Usahatani ...................................... 22

8.2 Risiko dan Ketidakpastian .................................................. 22

8.3 Sumber Resiko .................................................................... 24

8.4 Pengendalian Risiko ……………………………………… 25

8.5 Metode Penanganan Risiko dan Ketidakpastian …………. 26

IX PENUTUP ………………………………………………………. 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 30

Page 6: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

6

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matrik Target Laba .............................................................. 27

Tabel 2. Matrik Laba dan Kemungkinan Terburuk .......................... 27

Tabel 3. Matrik Laba dan Ketidakberuntungan Maksimum ............. 29

Page 7: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Triple P Pembangunan Berkelanjutan …………………. 6

Gambar 2. Model Pembangunan Pertanian Rakyat BerdasarkanPemapanan Usahatani ………………………………….

9

Gambar 3. Kerangka Konsep PHT …………………………………. 16

Gambar 4. Pengembangan sumber daya manusia di PHT …………. 16

Gambar 5. Sebuah Pendekatan IPM Pertanian Berkelanjutan …….. 17

Page 8: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

8

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan, sektor pertanian masih dianggap sebagai leading

sektor. Terkait dengan hal tersebut, beberapa upaya telah dilakukan antara lain

adopsi teknologi bimas, inmas, suprainsus, subsidi harga input, komersialisasi

usahatani kecil, menggerakkan revolusi hijau tahun 1967. Keberhasilan

pembangunan pertanian antara lain telah memberi dukungan terhadap pemenuhan

kebutuhan pangan rakyat Indonesia, bahkan pada tahun 1984 Indonesia berhasil

mencapai swasembada beras.

Selain keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan pertanian maka

dampak negatifnya juga sangat dirasakan oleh penduduk Indonesia.

Pembangunan pertanian konvensional dengan teknologi sangat intensif dianggap

menimbulkan masalah pada lingkungan. Di lain pihak, untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang semakin meningkat akibat peningkatan penduduk,

diharuskan tidak terjadi eksploitasi sumberdaya alam agar terjadi pembangunan

pertanian yang berkelanjutan.

Hingga saat ini sektor pertanian mempunyai banyak permasalahan, antara

lain:

1. Degradasi sumberdaya lahan dan air semakin meningkat. Degradasi tanah,

yaitu menurunnya tingkat kesuburan tanah atau kerusakan fungsi hayati asli.

Hal ini disebabkan oleh intensifnya penggunaan pupuk kimia (anorganik).

Kadar bahan organik (BO) tanah telah berada pada kondisi sangat rendah. Di

Jawa bahan organik tanah telah mencapai kurang dari 1,0 % dan di Bali kadar

bahan organiknya kurang lebih 1,0 %, sedangkan syarat minimal bahan organik

tanah untuk pertanian minimal 2,0 %.

2. Munculnya hama penyakit karena keseimbangan biologis rusak. Hal ini akibat

dari penggunaan pestisida kimia. Kelestarian lingkungan hidup dan

pencemaran residu kimia semakin memprihatinkan (Suparta dan Sudita, 2011).

3. Struktur biaya usahatani sangat tinggi, apalagi setelah dicabutnya berbagai

macam subsidi. Dikembangkannya padi varietas unggul sejak revolusi hijau

tahun 1967, memerlukan pemupukan dan pestisida yang intensif serta terus

Page 9: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

9

meningkat, sehingga biaya usahatani semakin tinggi. Jika tidak diberi pupuk

dan pestisida yang intensif maka produksi tidak akan berhasil. Akibat dari

terpuruknya ekonomi beberapa subsidi dicabut, sehingga petani menjerit tidak

bisa membeli pupuk dan pestisida yang harganya mahal.

4. Harga produk hasil pertanian sangat berfluktuasi dan harga yang diterima

petani “given” (tidak bisa ditingkatkan oleh petani). Pada musim panen

terutama harga gabah anjlog dan petani selalu tidak mampu menaikkan harga.

Walaupun ada kebijakan peningkatan harga dasar oleh pemerintah, para petani

hampir tidak pernah memperoleh peningkatan harga tersebut, karena

peningkatan harga dasar selalu segera diikuti oleh peningkatan harga pupuk

dan pestisida, sehingga pada musim tanam berikutnya petani mengalami

kerugian.

5. Petani belum dapat memaksimalkan hasil sesuai dengan potensi yang ada.

Atau, terdapat kesenjangan hasil antara usahatani aktual dengan usahatani

yang normatif, yaitu menggunakan hara sesuai dengan yang dibutuhkan.

(Dewi, 1998).

6. Sebagian besar usahatani di Indonesia merupakan usahatani kecil, antara lain

dicirikan oleh rata-rata penguasaan lahan kurang dari 0,5 ha. Luas penguasaan

yang sempit tersebut menyebabkan produksi pertanian kurang efisien dan agak

sulit diatur untuk memenuhi kebutuhan pasar.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan ini ditujukan untuk mendeskripsikan keterkaitan tiga pilar

pertanian berkelanjutan (aspek ekonomi, social, dan lingkungan) dengan

manajemen usahatani yang meliputi (1) Pengelolaan tanaman terpadu (ICM), (2)

Pengelolaan hara terpadu (INM); (3) Pengelolaan hama terpadu (IPM), dan (4)

Pengelolaan air terpadu (IMM).

II METODOLOGI

Tulisan ini menggunakan data sekunder berdasarkan hasil studi pustaka

dari buku referensi, hasil-hasil penelitian dalam jurnal ilmiah dan internet.

Page 10: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

10

Selanjutnya, data sekunder dianalisis menggunakan metode deskriptif. Penulis

mendeskripsikan dan memberikan penafsiran-penafsiran dengan interpretasi

rasional yang memadai terhadap data atau informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber pustaka yang digunakan.

III KAJIAN PUSTAKA

3.1 Konsep Pertanian, Usahatani, dan Manajemen Usahatani

Pertanian adalah suatu usaha produksi yang didasarkan atas proses

biologis dari pertumbuhan tanaman atau hewan. Beberapa sifat khas pertanian

adalah (1) pertanian bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya karena

perbedaan iklim, kesuburan tanah, dan faktor fisik lainnya; (2) pertanian

bergantung kepada keadaan cuaca dan serangan hama penyakit; (3) pertanian

harus tersebar luas, karena pertumbuhan tanaman atau hewan memerlukan energi

sinar matahari; (4) petani harus memiliki ketrampilan yang lebih daripada seorang

buruh pabrik.

Proses produksi pertanian merupakan sistem kompleks-dinamis sebagai

hasil perkawinan antara subsistem fisik dan sosial dalam kerangka waktu tertentu.

Petani harus selalu memutuskan apa yang akan dihasilkan dan bagaimana

menghasilkannya. Dalam proses pengambilan keputusan petani dibatasi oleh

faktor-faktor yang dapat dikendalikan (internal) maupun yang tidak dapat

dikendalikan (eksternal).

Petani di Indonesia umumnya merupakan petani kecil. Dilihat dari segi

ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil antara lain terbatasnya

sumberdaya dasar tempat petani berusahatani. Pada umumnya petani kecil hanya

menguasai sebidang lahan kecil, kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian

dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam

beberapa petak. Petani mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan

kesehatan yang sangat rendah (Soekartawi dkk, 1986).

Usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-

kegiatan pertanian. Definisi farm management menurut John L. Dillon yaitu

”proses dengan mana sumberdaya dan situasi dimanipulasi oleh keluarga tani

Page 11: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

11

dalam mencoba, dengan informasi yang terbatas, untuk mencapai tujuan-

tujuannya. Sedangkan menurut Bachtiar Rifai, usahatani adalah setiap organisasi

dari alam, tenaga kerja, dan modal, yang ditujukan kepada produksi di lapangan

pertanian. Istilah usahatani lebih tepat digunakan pada pertanian rakyat. Pada

pertanian rakyat dengan sifat rumah tangga tertutup, bukan keuntungan yang

menjadi tujuan utama, tetapi pemenuhan keluarga yang menjadi tujuan produksi

(Soharjo dan Patong, 1973).

Manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri atas kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan yang

dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan

dengan bantuan manusia dan sumber-sumber daya yang lain. Manajemen

dikonsepsikan sebagai daya upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui

pemanfaatan yang efektif atas sumberdaya yang tersedia serta dikenal dengan

konsep 6 M, yaitu Money (uang), markets (pasar), material (bahan), machinery

(mesin), methods (metode), dan man (manusia).

Konsep manajemen lainnya adalah manajemen sebagai sederetan fungsi.

Fungsi manajemen dilukiskan sebagai 5P, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Dua fungsi lain yang dapat

ditambahkan adalah pengkomunikasian dan pemotivasian.

Fungsi-fungsi manajemen tersebut dilukiskan sebagai sebuah roda, di

mana 5P merupakan jari-jari yang menghubungkan manajer dengan tujuan dan

hasil yang dicari. Roda menggambarkan perlunya memandang manajemen

sebagai satu kesatuan, yang masing-masing fungsinya terikat pada keterkaitan

antar fungsi yang selaras dan tumpang tindih satu sama lain, masing-masing

fungsi diperlukan sebagaimana jari-jari diperlukan pada sebuah roda. Motivasi

sebagai pemutar atau pengatur kecepatan untuk menjalankan fungsi manajemen.

Motivasi menimbulkan gerakan sehingga roda dapat bergerak maju atau mundur.

Komunikasi sangat penting dalam roda manajemen, sebab tanpa komunikasi yang

baik maka roda manjemen segera mulai goyang dan mendesit. Jika perhatian

tidak diberikan cukup cepat maka seluruh roda tampaknya akan pecah (Downey

dan Steven, 1992).

Page 12: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

12

Manajemen usahatani pada prinsipnya adalah penerapan manajemen

dalam usahatani. Berhasil tidaknya usahatani tergantung pada efektif tidaknya

pemanfaatan sumberdaya usahatani oleh manajer. Agar tujuan usahatani dapat

dicapai secara efektif dan efisien maka kegiatan usahatani harus diatur dengan

baik.

Manajemen dalam usahatani berbeda dengan manajemen dalam industri

pada umumnya. Dalam usahatani, tidak dapat dibedakan secara jelas antara

pekerjaan manajer dengan pekerja lainnya. Mengingat usahatani di Indonesia

umumnya usahatani kecil maka manajer melakukan pekerjaan dalam usahatani

beserta keluarganya tanpa ada spesialisasi pekerjaan. Hal ini menggambarkan

terdapat peran ganda seorang manajer dalam usahatani, yaitu sebagai pemilik,

sebagai manajer, sebagai pekerja dalam usahataninya.

Dalam sebagian besar usahatani, fungsi manajer yang utama adalah

pengambilan keputusan dalam situasi lingkungan yang tidak pasti dan penuh

risiko, karena usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Hal ini

mengharuskan manajer usahatani meninjau ulang keputusan-keputusannya.

Kini paradigma pertanian telah diubah dari peningkatan produksi dan

produktivitas menjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteran petani serta mewujudkan

usahatani berkelanjutan perlu dilakukan: (1) Pengelolaan tanaman terpadu (ICM),

(2) Pengelolaan hara terpadu (INM); (3) Pengelolaan hama terpadu (IPM), dan (4)

Pengelolaan air terpadu (IMM). Implementasi kegiatan-kegiatan tersebut tetap

berpegang pada tiga pilar dalam pembangunan pertanian, yaitu dimensi ekonomi,

dimensi, sosial, dan dimensi lingkungan.

3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun

1980-an. Konsep ini sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya

yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah

menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup.

Konsep pertama dirumuskan dalam Bruntland Report yang merupakan hasil

Page 13: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

13

kongres Komisi Dunia Mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan

Bangsa-Bangsa, yaitu “Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang

mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk mewujudkan kebutuhan mereka”.

Pembangunan berkelanjutan termasuk pertanian berkelanjutan yang

diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar yaitu ekonomi, ekologi,

dan sosial. Artinya keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan

sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar

Triple-P seperti pada Gambar 1 (Munasinghe,1993).

Gambar 1. Triple P Pembangunan Berkelanjutan (Munasinghe, 1993)

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan

yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang

menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi

ekonomi ini ialah tingkat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai

tambah (termasuk laba), serta stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan

aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi

sekarang maupun generasi mendatang.

Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan

akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis

(termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal

sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,

Page 14: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

14

pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan,

partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-

indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.

Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas

ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Hal

ini meliputi terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis

(sumberdaya genetik), sumberdaya tanah, air dan agroklimat, kesehatan dan

kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur

(resilience) dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan

pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan.

Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus

diperhatikan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta

sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi,

sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya

stabilitas sosial-budaya maupun kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan

hidup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit (misalnya terjadinya konflik sosial

dan prevalensi kemiskinan) akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak

kelestarian sumberdaya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara

ancaman kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan (misalnya kelangkaan

tanah dan air) dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.

Visi pembangunan (pertanian) berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi

ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia

disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka

kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian

berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan

pertanian secara global, termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan

sistem pertanian menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama

pembangunan pertanian di Indonesia.

Keberhasilan pembanguan pertanian terletak pada keberlanjutan

pembangunan pertanian itu sendiri, yaitu terwujudnya sistem pertanian berdaya

Page 15: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

15

saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan

kesejahteraan masyarakat pertanian.

Dalam pembangunan pertanian, pertanian rakyat hendaknya dijadikan

sasaran inti karena sektor ini akan dapat menjadu piranti perangkai globalisasi

dengan demokratisasi ekonomi. Petanian rakyat yang kuat juga mampu

menangkis krisis ekonomi (Notohadikusumo, 2006). Untuk menyusun strategi

baru yang handal menuju ke intensifikasi berkelanjutan diperlukan pengenalan

lengkap faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi kinerja pertanian

rakyat dengan menggunakan usahatani selaku satuan pantau. Faktor-faktor

tersebut mencakup komponen-komponen lingkungan biofisik, sosial, ekonomi,

budaya, dan politik.

Usahatani yang mapan diharapkan dapat berkelanjutan. Dalam

pembangunan pertanian rakyat, prioritas perhatian khususnya ditujukan pada

enam bidang besar, yaitu (1) menghilangkan kendala kelembagaan dalam

konversi sumberdaya, (2) memajukan proses hayati tanah, (3) mengelola sifat-

sifat tanah, (4) memperbaiki pengelolaan sumberdaya air, (5) menyelaraskan

pertanaman pada lingkungan, dan (6) memasukkan secara efektif matra sosial dan

budaya penelitian.

Model pembangunan pertanian rakyat berdasarkan pemapanan usahatani

dan langkah-langkah pengumpulan data kunci bagi pengenalan faktor-faktor,

dicantumkan dalam Gambar 2.

Page 16: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

16

Keterangan: Urutan langkah: 1-2-3-4-5-6

Gambar 2. Model Pembangunan Pertanian Rakyat Berdasarkan PemapananUsahatani (Notohadikusumo, 2006)

Inventari-sasi tanah

Penyifatanagroklimat

Penetapanprilaku air

1 1 1

Tata air yangdapat dipilih

2

Penggabungan perilaku tanah dengantata air yang dapat dibuat untukmengelola lahan (reklamasi dan

ameliorasi)

Inventarisasitanaman, ternak

dan ikan

Sistem pertanaman(cropping sistem yang

dapat dipilih

5

13

Agribisnis yang dapatdikembangkan

Inventarisasi lingkunganekonomi dan hukum

Inventarisasi lingkungansosial-budaya

Fasilitas Produksi danpemasaran yang tersedia

Inventarisasi hamadan penyakit.

1

2

14

1

Sistem usahataniyang dapat

dikembangkan

Pelatihan danpenyuluhan

6

1

Page 17: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

17

IV PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (INTEGRATED CROPPINGMANAGEMENT/ ICM)

4.1 Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan tanaman terpadu dapat dilakukan dengan beberapa metode

seperti: (1) pola agro-forestri yang memadukan berbagai jenis tanaman pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Agro-forestri merupakan suatu

sistem tata guna lahan yang permanen, di mana tanaman semusim maupun

tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang

berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan ;

(2) sistem rotasi dan budidaya rumput. Sistem rotasi dimaksudkan untuk

memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Sistem pengelolaan budidaya

rumput yang intensif dapat memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal

pertanian pokok yang ditanami rumput. Istilah “rotasi” meliputi kegiatan dan

urutan budidaya (Sudirja, 2008); (3) diversifikasi tanaman.

Diversifikasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai

tujuan pembangunan pertanian sejak Repelita VI. Diversifikasi pada sektor

pertanian dapat dibedakan dalam tiga hal (Sumodiningrat (1990), yaitu (1)

diversifikasi horizontal, (2) diversifikasi vertikal, dan (3) diversifikasi regional.

Diversifikasi horizontal adalah diversifikasi di tingkat petani produsen yang

diartikan sebagai penganeka-ragaman produksi dalam satu sistem usahatani

dengan tujuan mendayagunakan sumberdaya petani untuk memperoleh

pendapatan tertentu dan mengurangi kegagalan panen. Diversifikasi vertikal

adalah diversifikasi di tingkat perusahaan atau pengolahan produk pertanian,

dengan cara mendayagunakan hasil sehingga meningkatkan mutu dan nilai

tambah produk pertanian. Sedangkan diversifikasi regional adalah diversifikasi

yang penganeka-ragamannya berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam

menghasilkan produk pertanian yang disesuaikan dengan iklim, agronomis, serta

daya dukung masyarakat dan daerah setempat. Arah diversifikasi ini pada

umumnya menggunakan prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage),

yaitu suatu daerah yang memberikan hasil paling menguntungkan.

Page 18: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

18

Ketiga macam diversifikasi ini saling terkait satu sama lain yang terjalin

dalam satu kaitan sektor baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Melalui

adanya arah diversifikasi yang sesuai akan mendapatkan posisi sektor pertanian

pada proporsi yang sebenarnya menuju proses pembangunan pertanian dan

sekaligus pembangunan nasional yang “sustainable”, sesuai dengan kemampuan

dan daya dukung daerah serta kemampuan pelaku ekonomi setempat. Oleh karena

itu, diversifikasi merupakan salah satu upaya petani mengurangi risiko kegagalan

panen suatu tanaman dan untuk transfer pendapatan dari tanaman yang

memberikan keuntungan tinggi kepada tanaman yang tidak memberikan

keuntungan serta untuk memperoleh keuntungan maksimum yang lestari.

Menurut Dewi (1998), petani sayuran di Desa Pancasari Kabupaten

Buleleng, Bali telah melakukan diversifikasi dengan bentuk pergiliran tanaman,

tetapi pola yang dilaksanakan belum optimal sehingga pendapatan usahataninya

belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh perilaku petani dalam menentukan pola

tanam tidak rasional, sehingga belum mendukung diperolehnya pendapatan

usahatani yang maksimal. Tetapi diversifikasi tetap perlu dilaksanakan untuk

mengurangi risiko ketidakpastian alam dan harga produk walaupun deviasi

pendapatan usahatani tidak dapat diperkecil akibat keterbatasan sumberdaya yang

dikuasai petani. Deviasi pendapatan usahatani adalah perbedaan antara

pendapatan aktual dengan pendapatan maksimal. Di samping itu, penyerapan

tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan meningkatkan derajat diversifikasi yang

direpresentasi dengan indeks keragaman komoditas (Dewi dan Artini, 2001).

4.2 Manfaat Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan tanaman terpadu memiliki beberapa manfaat, antara lain: (1)

penggunaan hara secara efisien, memungkinkan adanya keseimbangan antara hara

yang ditambahkan melalui pupuk kimia ke dalam tanah dan yang lepas tersedia

selama degradasi bahan organik di tanah oleh mikroorganisme; (2) aktivitas

biologi tanah berkontribusi dalam menekan hama-penyakit dan peningkatan

efisiensi pemanfaatan hara oleh tanaman untuk sistem produksi pertanian yang

menguntungkan dan ramah lingkungan (Abbott and Murphy, 2003); (3) stabilitas

Page 19: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

19

struktural ruang habitat dan suplai limbah organik dan bahan organik tanah yang

cukup sebagai dasar utama untuk meningkatkan kesuburan biologi tanah; (4) areal

peternakan yang diintegrasikan dengan pertanaman dan rumput akan memiliki

keuntungan ganda, antara lain limbah tanaman dapat menjadi pakan ternak dan

ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang bermanfaat bagi pertanaman; (5)

pola agro-forestri memberikan keuntungan ekologi maupun ekonomi; (6)

diversifikasi tanaman dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan,

habitat binatang, peningkatan populasi serangga yang bermanfaat, meningkatkan

pendapatan sepanjang tahun. Dengan kata lain, dalam pengelolaan tanaman

terpadu, secara sosial dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, dan

secara lingkungan membantu memelihara lingkungan.

V PENGELOLAAN HARA TERPADU (INTEGRATED NUTRITIONMANAGEMENT/ INM)

Pengelolaan hara terpadu dilakukan dengan cara memadukan dan

memberdayakan siklus hara, pupuk hayati (pupuk hijau), pupuk kompos (pupuk

kandang), dan pupuk kimia. Pengelolaan hara tanaman dengan baik dapat

meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah.

Dalam bidang pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman

darat. Tanah adalah tubuh alami (natural body) yang terbentuk dan berkembang

sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan

alam (natural matereals) di permukaan bumi. Tanah merupakan tubuh alam yang

dinamis yang terdiri atas udara (25%), air (25%), mineral (45%), dan bahan

organik + jasad hidup (5%).

Di samping itu, struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir-butir tanah

(pasir, debu, dan liat). Gumpalan itu bisa berbentuk lempeng, prisma, tiang,

gumpalan, granuler, dan remah. Komponen penyusun tanah adalah pasir, debu,

lempung dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk

struktur tanah. Struktur tanah merupakan habitat organisme tanah. Struktur tanah

akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan

terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk

Page 20: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

20

mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang

sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu

struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba heterotrof

pengguna bahan organik maupun bakteri autotrof, dan bakteri aerob maupun

anaerob. Mikroba adalah bioreaktor (mesin biologis) yang berperanan penting

dalam siklus dan tranformasi berbagai senyawa/unsur dan menghasilkan berbagai

produk.

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang

diberikan ke pertanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik (buatan). Dibandingkan

dengan pupuk anorganik maka pupuk organik memiliki karakteristik: (1)

kandungan hara relatif rendah; (2) kelarutannya lambat; (3) kandungan haranya

lengkap (makro dan mikro); (4) warnanya tidak menentu, dan (5) bersumber dari

sisa tanaman/tumbuhan, hewan, sampah organik rumah tangga, limbah organik

pabrik, limbah peternakan, dan tanaman khusus penghasil bahan organik.

Strategi pengelolaan lahan dalam sistem pertanian ekologis, antara lain: (1)

menjaga keseimbangan input dan output; (2) meningkatkan dan mempertahankan

kesuburan fisik tanah secara berkesinambungan melalui pemanfaatan pupuk

organik/pupuk biologis secara konstan; (3) meningkatkan dan mempertahankan

kesuburan biologis serta mempertahankan dominasi mikroba yang

menguntungkan dalam tanah/rhizosfer, (4) mengoptimalkan manajemen produksi

terutama yang berkaitan dengan pergiliran tanaman sehingga daur dan

pemanfaatan hara berjalan optimal; (5) mengoptimalkan pemanfaatan berbagai

organisme/mikroba yang berperan dalam penyediaan hara bagi tanaman; (6)

mengendalikan organisme pengganggu dan meminimalkan beban pada

agroekosistem; (7) mengoptimalkan peranan sumberdaya manusia sebagai

dinamisator, aktivator, organisator, dan operator dalam pengelolaan

produksi/lahan.

Budidaya tanaman dapat menggunakan input organik yang berasal limbah

ternak dan tanaman yang telah mendapat sentuhan teknologi yaitu berupa pupuk

dan pestisida organik. Limbah tanaman (jerami) dengan sentuhan teknologi

Page 21: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

21

dijadikan pakan ternak yang berkualitas. Bahan baku yang diproses menjadi input

organik berasal dari lingkungan sekitar petani peternak dan dikerjakan oleh petani

peternak anggota kelompok tani ternak, maka input organik yang dihasilkan

harganya lebih rendah daripada harga di pasaran. Di samping itu masyarakat yang

mengkonsumsi produk organik akan lebih sehat dan tenaga kerja di sektor

pertanian lebih produktif.

Dengan memperhatikan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari

sistim pertanian konvensional yang umumnya menggunakan pestisida sintetik,

adalah 'urgent' untuk meninjau kembali praktek-praktek budidaya tanaman yang

telah dilakukan selama ini. Kaidah-kaidah biologi yang mendukung rantai daur

ulang yang terjadi di alam antara produsen, konsumen, dan pengurai harus dijaga

keberlangsungannya. Praktek-praktek dalam penyediaan unsur hara dan

pengendalian hama, gulma, dan penyakit tanaman yang sinergis dengan kaidah

biologi harus digalakkan dan dilibatkan secara proporsional, sehingga lingkungan

tetap produktif dan menguntungkan.

VI PENGELOLAAN HAMA TERPADU (Integrated Pest Management /IPM)

Pengelolaan hama terpadu (PHT) adalah salah satu komponen kritis dari

pertanian berkelanjutan, dan dikenal sebagai pendekatan perlindungan tanaman

berdasarkan manajemen agro-ekosistem. Hal tersebut memberikan kontribusi

untuk ketahanan pangan dan konservasi sumber daya alam. Hal ini memiliki peran

sebagai pendekatan teknis manajemen tanaman, dan sebagai pendekatan kebijakan

untuk membangun ketahanan pangan dengan manajemen yang ramah. Namun,

perlindungan tanaman di negara berkembang masih didominasi oleh peningkatan

ketergantungan pada pestisida. PHT dikembangkan dalam menanggapi implikasi

negatif dari penggunaan pestisida kimia yang intensif. Hasil tetap dijaga dalam

margin ekonomi yang dapat diterima dengan menciptakan kondisi ekologi yang

menekan pengembangan hama.

Pengendalian hama terpadu merupakan suatu pendekatan untuk

mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi,

budaya, fisik, dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan biaya, kesehatan, dan

Page 22: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

22

risiko-risiko lingkungan. Konsep pengendalian hama terpadu merupakan

koordinasi penggunaan senyawa campuran, yaitu paket budidaya yang merupakan

konsep lama tetapi mengandung upaya-upaya pencegahan (preventive controls)

terhadap perkembangan organisme pengganggu, atau penggunaan pestisida

(pesticide controls) secara bijaksana. Pengertian bijaksana mencakup pemilihan

jenis-jenis pestisida yang mudah terurai (degradable) sesuai rekomendasi dan

pengaplikasiannya harus tepat waktu dan dosis. Tepat waktu artinya

penyemprotan boleh dilaksanakan apabila terlebih dahulu petani sudah melakukan

pengamatan dan diketahui bahwa intensitas gangguan organisme pengganggu

tanaman (OPT) sudah berada di atas ambang ekonomis (economic threshold).

Reissig et al. (1986) menginformasikan bahwa ambang ekonomi adalah

tingkat populasi hama di mana tindakan pengendalian dianjurkan untuk mencegah

jumlah hama mencapai tingkat kerugian ekonomi. Upaya introduksi PHT sudah

memberikan pengaruh cukup baik terhadap perilaku petani, petani mulai mengerti

dan mampu bagaimana cara menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama

tanaman berdasarkan konsep PHT.

Cara-cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan hama terpadu antara

lain (1) penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk

mengendalikan hama atau musuh alami hama, seperti Tricogama sp. Sebagai

musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman; (2) menggunakan

tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan),

yang menjauhkan hama dari tanaman utama; (3) menggunakan drainase dan

mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya

menurunkan kebutuhan terhadap fungisida sintetis; (4) melakukan rotasi tanaman

untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun.

Konsep PHT telah menjadi salah satu slogan-slogan yang paling banyak

digunakan dalam pembangunan pertanian dan konservasi lingkungan. Berbagai

macam pelaksanaannya membuat PHT diperlukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang dampak yang benar yang dapat diharapkan. Hal ini diperluas

untuk mewujudkan alasan penggunaan pestisida dan menekankan perubahan

radikal dalam pest control, bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah

Page 23: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

23

kerugian yang disebabkan oleh hama. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan

kerangka konsep yang menunjukkan hubungan dengan manajemen tanaman,

lingkungan, dan kesehatan manusia. Kerangka ini menggambarkan tentang

bagaimana untuk menghasilkan tanaman dengan lingkungan yang bersih, dan

dengan tidak berpengaruh negatif bagi kesehatan manusia (Novianto, 2000).

Gambar 3. Kerangka Konsep PHT (Novianto, 2000)

PHT juga merupakan program pengembangan sumberdaya manusia

melalui mendidik petani untuk belajar bagaimana untuk mengatur diri mereka

sendiri dan komunitas mereka, untuk mengumpulkan dan menganalisis data,

untuk membuat keputusan mereka sendiri, dan untuk menciptakan jaringan kerja

yang kuat dengan petani lain dan dengan pekerja ekstensi serta peneliti. Gambar 4

berikut menunjukkan hubungan dengan petani, penelitian, dan pekerja ekstensi,

menjelaskan tentang bagaimana konsep IPM bekerja untuk petani yang didukung

oleh hubungan research dan extension.

Gambar 4. Pengembangan sumber daya manusia di PHT (Novianto, 2000)

Dalam Gambar 4 dapat dilihat bahwa IPM perlu mendapat dukungan

berupa hasil-hasil penelitian yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian

atau universitas. Keberhasilan memperluas penelitian untuk petani meningkatkan

kepercayaan diri petani dan kemampuan mengambil keputusan. Di samping itu,

Manajemen Tanaman

Kesehatan manusia

IPM Environment

IPM ResearchExtension

Farmers

Page 24: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

24

tetap memfasilitasi penelitian untuk pengembangan teknologi yang lebih

maju. Petani aktif menjadi ahli dalam analisis agro-ekosistem dan dapat

mengambil keputusan-keputusan manajemen tanaman dengan baik yang dibentuk

berdasarkan pengamatan dan penilaian mereka sendiri. Petani dapat mengontrol

penyakit, serangga, gulma dan hama lainnya secara efektif dengan biaya

ekonomis dan dapat diterima lingkungan. Dalam kasus ini, petani memperoleh

keterampilan dan menciptakan pengetahuan yang menempatkan petani dapat

mengendalikan teknologi pertanian.

Kontribusi PHT untuk pertanian berkelanjutan, seperti yang digambarkan

oleh Gambar 5, berasal dari sudut pandang agro-ekologi, ekonom, dan sosial.

Item agro-ekologi yang muncul dari proses dinamis sumber daya alam, tidak

mencemari, self-renewing (terjadi pembaharuan sendiri) dan menguntungkan

lingkungan. Hal itu tidak akan menurunkan sumberdaya alam dan meracuni

lingkungan yang dapat mengurangi produktivitas pertanian dan akhirnya

menghancurkan kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui pembangunan

pertanian berkelanjutan, hal tersebut harus mendukung keseimbangan ekologi.

Gambar 5. Sebuah Pendekatan IPM Pertanian Berkelanjutan (Novianto, 2000)

Item sosial berkaitan dengan kelembagaan masyarakat pertanian, sehingga

petani mendapat solusi melalui mencoba dan merespon jika ada masalah

hama. Hal ini menunjukkan kemampuan untuk belajar, menemukan pilihan baru,

dan memilih tanggapan yang baru dan berbeda. Sementara, item ekonomi berasal

dari mengurangi ketergantungan pada input pertanian, misalnya pestisida, serta

meningkatkan keuntungan dari tanaman. Selain itu, tanaman yang sehat

cenderung produktif dan menguntungkan, yang akan berkontribusi pada

kelangsungan hidup ekonomi petani.

Agro-ecologicalPrinciples

Sosial(Institutionalization)

Economic(Food Security& EconomicCondition)

IPM

Page 25: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

25

Praktek PHT dalam pertanian berkelanjutan diperlukan untuk

meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia melalui peningkatan

pendidikan pada prinsip agro-ekologi. Pengembangan PHT yang efektif

membutuhan dukungan kebijakan dari pemerintah untuk memperkuat

pelaksanaannya, baik melalui dukungan anggaran atau peraturan. Peran PHT di

sini adalah untuk memberi manfaat besar untuk pengembangan pertanian yang

lebih berharga dengan pertimbangan lingkungan.

Sistem usahatani konvensional/pertanian rakyat yang masih banyak

terdapat di Indonesia telah terbukti pula menimbulkan dampak negatif terhadap

ekosistem pertanian itu sendiri dan juga lingkungan lainnya. Keberhasilan yang

dicapai dalam sistem konvensional ini hanya bersifat sementara, karena lambat

laun ternyata tidak dapat dipertahankan akibat rusaknya habitat pertanian itu

sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk memperbaiki sistim konvensional

ini dengan mengedepankan kaidah-kaidah ekosistem yang berkelanjutan.

Berbagai potensi alam dari aspek penyuburan tanah sampai pengendalian

hama dan penyakit belum termanfaatkan secara optimal karena tidak giatnya

penelitian dan pengembangan dari sisi ini. Udara yang sebagian besar

komponennya adalah gas nitrogen dan dapat difiksasi oleh sekelompok mikroba

sebagai biofertilizer masih belum termanfaatkan secara optimal. Fenomena

interaksi langsung tanaman-mikroba dalam bentuk nodul dan mikoriza juga

potensial untuk dikembangkan sebagai aspek penyuburan. Demikian juga bahan

organik dari bagian tanaman itu sendiri masih belum termanfaatkan dengan baik

dalam sistim budidaya berkelanjutan.

Predator, antagonist dan pesaing alami hama, penyakit dan gulma

tanamanpun belum terkelola dengan optimal sehingga pencemaran senyawa

pestisida masih tinggi yang di satu sisi mengancam kehidupan komponen

ekosistem lain yang semestinya berperan dalam daur nutrien bagi tanaman.

Tanaman sendiri menghasilkan berbagai senyawa anti hama, penyakit dan gulma

namun belum termanfaatkan secara optimal. Dengan optimalisasi dan memadukan

potensi alam yang ada kita dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia namun

tetap dapat menghasilkan panenan yang tinggi tanpa merusak lingkungan.

Page 26: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

26

Tentunya upaya terpadu ini harus dibarengi dengan perubahan sikap dari budaya

instan ke budaya kesadaran jangka panjang.

Seperti disampaikan oleh Notohadikusumo (2006), keberlanjutan dalam

konteks globalisasi menuntut kekukuhan namun sekaligus kelenturan struktur dan

perilaku sistem pertanian dalam menghadapi tekanan faktor-faktor eksternal.

Dalam konteks demokratisasi, keberlanjutan memerlukan peran serta seluruh

pelaku ekonomi dengan kedudukan sederajat dalam membuat keputusan,

termasuk petani subsisten. Demokratisasi menyangkut faktor-faktor internal.

Demokratisasi mengarah kepada pemandirian para pelaku ekonomi yang

berkaitan dengan liberalisme politik. Dalam hal pembangunan pertanian,

pertanian rakyat hendaknya dijadikan sasaran inti karena sektor ini akan dapat

menjadi piranti perangkai globalisasi dengan demokratisasi ekonomi. Pertanian

rakyat yang kuat juga mampu menangkis krisis ekonomi. Agar pertanian rakyat

atau usahatani berkelanjutan maka pengeloaan hama harus terpadu, sehingga

secara teknis harus dapat diterapkan oleh petani dengan keterampilan terbatas,

secara ekonomi menguntungkan, dan tidak merusak lingkungan.

VII PENGELOLAAN AIR TERPADU (Integtrated Soil MoistureManagement/ IMM)

Dua indikator penting kerusakan sistem pertanian ialah penurunan mutu

tanah dan air, yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas usahatani.

Penurunan mutu adalah akibat dari pengelolaan sumberdaya tanah dan air yang

buruk. Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh

makhluk hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air dibutuhkan

untuk kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan, pertanian dan peternakan.

Apabila air tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan maupun

kehancuran bagi makhluk hidup.

Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui

dan yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang disebut

daur hydrologi (Suryani, 1987). Air yang sangat terbatas ini pada umumnya oleh

Page 27: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

27

manusia dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri, pembangkit tenaga

listrik, pertanian, perikanan, rekreasi.

Dalam kegiatan pertanian, misalnya penggunaan pupuk buatan dan pestisida

sebenarnya merupakan ancaman yang cukup serius terhadap kualitas badan air.

Bahan-bahan yang terkandung dalam pestisida buatan sulit terurai secara alami

sehingga akan tetap bertahan di lingkungan dalam jangka waktu yang lama

(persisten).

Seperti diungkapkan oleh Sudirja (2008), konservasi dan perlindungan

sumberdaya air menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak di antara

kegiatan pertanian yang dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya

lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk

anorganik) dan pestisida. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga

kualitas air, antara lain: (1) mengurangi tambahan senyawa kimia sisntetis ke

dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air

tanah (water table); (2) menggunakan irigasi tetes (drip irrigation); (3)

menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air; (4) melakukan

penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun

akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.

Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan

merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan

perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pada

ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan,

pengatura, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya

adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah tanah, pompa, dan tambak. Untuk

mengalirkan air sampai pada areal persawahan diperlukan jaringan irigasi, dan air

irigasi diperlukan untuk mengairi persawahan, oleh sebab itu kegiatan pertanian

tidak dapat terlepas dari air. Menurut Mawardi dan Memed (2004) irigasi sebagai

suatu cara mengambil air dari sumbernya guna keperluan pertanian, dengan

mengalirkan dan membagikan air secara teratur dalam usaha pemanfaatan air

untuk mengairi tanaman.

Page 28: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

28

Dalam meningkatkan produktivitas usahatani diperlukan intensifikasi

dengan pemanfaatan sumberdaya air guna melestarikan ketahanan pangan, dan

meningkatkan pendapatan petani. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air yang

dapat dilakukan adalah melalui alokasi air irigasi secara efektif dan efisien

(Saptana dkk,. 2001).

Menurut Dewi dan Rachmat (2003), tingkat efisiensi pengelolaan irigasi

diukur dari nilai Pasokan per Area (PIA) adalah pemberian air irigasi dibagi luas

lahan terairi. Pasokan Irigasi Relatif (PIR) adalah pemberian air irigasi total yang

masuk dipersawahan dibagi dengan kebutuhan air irigasi untuk tanaman. Pasokan

Air Relatif (PAR) adalah total pemberian air irigasi ditambah faktor kehilangan

air dibagi kebutuhan air tanaman. Tingkat efisiensi diukur dari nilai Indek Luas

Area (IA) yakni luas area terairi dibagi luas rancangan kali seratus persen.

Semakin kecil nilai PIA, PIR, dan PAR, menunjukan pengelolaan irigasi semakin

efisien, sedangkan semakin besar nilai IA, memperlihatkan pengelolaan irigasi

semakin efektif.

Efisiensi dan efektivitas pengunaan air irigasi sangat dipengaruhi oleh

perilaku para pemangku pengelola irigasi (institusi P3A) melalui pelayanan 3

(tiga) tepat: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitasnya yang dibutuhkan tanaman.

Secara teknis pemberian air irigasi dan jumlah air yang harus diberikan sangat

tergantung pada air yang dibutuhkan tanaman, ketersediaan air irigasi, namun

kenyataan di lapangan waktu pemberian air irigasi masih dipengaruhi oleh kondisi

fisik saluran irigasi dan faktor perilaku para petugas di lapangan.

Sosrodarsono dan Takeda (1999) menyatakan cara pemberian air irigasi

bagi tanaman-tanaman dipengaruhi oleh adanya evapotranspirasi yang berasal dari

air menjadi uap, dan transpirasi yang berasal dari penguapan pada tanaman.

Besarnya evapotranspirasi dipengaruhi oleh meteorologi (radiasi matahari dan

suhu, kelembaban atmosfir dan angin), serta fisiologi tanaman dan unsur tanah

(Asdak, 2001).

Menurut Hansen dan Stringham (1992), penggunaan air pada tanah

diperlukan untuk penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-

tanaman dengan cara menambah air ke dalam tanah yang diperlukan untuk

Page 29: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

29

pertumbuhan tanaman, mengurangi bahaya pembekuan, mencuci dan mengurangi

garam dalam tanah, dan melunakkan gumpalan tanah. Sistim pembagian air irigasi

di persawahan yang baik perlu dilengkapi dengan papan operasi jaringan irigasi,

pengoperasian pintu, perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, yang dilakukan

dengan cara-cara sebagai berikut. (1) Pemberian air di sawah tiap tanaman perlu

disesuaikan dengan kebutuhannya pada setiap tahapan pertumbuhannya,

(2) Ketersedian air dari sumbernya perlu dimonitor secara periodik setiap

setengah bulanan, (3) Pemantauan dan inventarisasi luas sawah tiap-tiap petak

tersier, (4) Pengamatan kehilangan air di sepanjang saluran irigasi, (5) Realisasi

jadwal tanam secara konsisten pada Musim Tanam I (MT I), Musim Tanam II

(MT II) dan Musim Tanam III (MT III), (6) Jenis tanaman, umur dan luas

tanaman secara pasti, (7) Kapasitas debit saluran maksimum dan minimum,

(8) Ketepatan pengukuran debit pada lokasi alat ukur di saluran dengan

menggunakan lengkung debit yang menggambarkan hubungan antara muka air

dan debit.

VIII PENGELOLAAN RISIKO TERPADU (Integrated Risk Management/IRM)

8.1 Manajemen Risiko pada Usahatani

Sifat spesifik produk pertanian mengakibatkan petani sering menghadapi

risiko dan ketidakpastian, artinya probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui.

Oleh karena itu, risiko bisnis pada usahatani perlu dikelola dengan baik agar

petani dapat meminimalkan risiko dan mengantisipasinya untuk meningkatkan

efektivitas, produktivitas, dan efisiensi usahatan, atau perlu melakukan

manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,

menganalisa, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan

tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi

(Darmawi, 2000).

Page 30: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

30

8.2 Risiko dan Ketidakpastian

Ketidakpastian dari semua sumber membuat sulit seseorang mengambil

keputusan yang penuh risiko. Semakin tidak pasti informasi yang tersedia untuk

suatu keputusan maka keputusan menjadi semakin penuh risiko, dan semakin sulit

untuk membuat pilihan yang benar.

Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian (chance of loss). Risiko

suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak dicapainya tingkat

keuntungan yang diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima

menyimpang dari yang diharapkan. Risiko investasi mengandung arti bahwa

return di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat

diharapkan. Berikut pengertian risiko dari Darmawi (2000): (1) Risiko

merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan dan

(2) Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan.

Beberapa definisi risiko lainnya, yaitu

1. Risk is the chance of loss (Risiko kans kerugian)

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di

mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap suatu kerugian atau suatu

kemungkinan kerugian.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)

Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara

nol dan satu.

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Definisi risiko sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan

merupakan versi lain dari definisi risk uncertainty di mana penyimpangan

relative merupakan suatu pernyataan uncertainty secara statistik (Vaughan

dalam Darmawi, 2000).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko

adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu

yang merugikan yang tidak diduga atau tidak diinginkan. Karakteristik risiko

adalah (1) risiko adalah suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan

(2) risiko adalah ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.

Page 31: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

31

“Kondisi yang tidak pasti” timbul karena berbagai sebab, antara lain: (1)

jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.

Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya; (2) keterbatasan

tersedianya informasi yang diperlukan; (3) keterbatasan pengetahuan/

keterampilan/ teknik mengambil keputusan; (4) dan sebagainya (Darmawi, 2000).

8.3 Sumber Risiko

Telah diketahui bahwa pertanian adalah penuh risiko. Ketika seorang petani

memanen tanaman, petani tidak bisa mengetahui dengan pasti penerimaan yang

akan diperoleh. Sejumlah hal bisa terjadi, antara lain: penyakit, hama atau rumput

liar dapat merusak panen, baik pada musim kering/kemarau atau banjir/musim

hujan, atau, pada sisi lain, musim mungkin dalam keadaan baik/kondusif. Biaya

input perlu lebih diantisipasi dan harga output bisa di atas atau di bawah harapan.

Risiko yang dihadapi petani dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko bisnis

(risiko produksi dan risiko harga), risiko keuangan dan risiko kelembagaan.

Pembedaan tersebut didasarkan pada perbedaan sumber ketidakpastian yang

menciptakan risiko tersebut. Risiko produksi, risiko harga, risiko kelembagaan,

dan risiko keuangan yang dihadapi oleh semua petani akan diuraikan lebih detail

sebagai berikut.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi berasal dari ketidakpastian tentang tingkat produksi

tersebut. Ketidakpastian ini mungkin dihasilkan oleh faktor di luar kendali petani

tersebut. Faktor-faktor ini meliputi cuaca, hama, ketiadaan pengalaman,

pengetahuan tentang proses produksi untuk digunakan, dan sebagainya. Suatu

teknologi baru yang belum dicoba lebih berisiko untuk seorang petani

dibandingkan teknologi yang sudah biasa dilakukan. Kadang-kadang teknologi

yang baru lebih peka terhadap faktor tak terkendalikan.

Risiko produksi mencerminkan ketidakpastian tentang hasil per hektar,

tingkat pendapatan, keuntungan dan semua variabel lain yang mempengaruhi

jumlah atau mutu phisik produksi. Kategori risiko ini paling sering memerlukan

Page 32: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

32

pemikiran ketika mempertimbangkan hal-hal yang berbahaya dalam melakukan

usahatani.

2. Risiko Harga

Risiko harga berawal dari semua faktor yang mendorong ke arah

pergeseran yang tak dapat diramalkan dalam permintaan dan persediaan input dan

output. Walaupun pergeseran permintaan dirancang melalui promosi produk untuk

kepentingan produsen, pada umumnya sangat sulit untuk meramalkan dengan

ketepatan berapa besar suatu pergeseran akan terjadi.

Contoh yang lain, yaitu sumber risiko harga adalah ketika suatu teknologi

digunakan untuk meningkatkan produk kemudian tercapai peningkatan produksi

dan menyebabkan persediaan produk melimpah. Hal ini biasanya mengakibatkan

harga produk turun.

3. Risiko kelembagaan

Tindakan pemerintah dapat juga mempengaruhi risiko harga. Sebagai

contoh, perjanjian dagang, fiskal dan tindakan keuangan, tarif, jatah impor, dan

lain-lain dapat mempunyai efek tidak langsung pada harga jual yang diterima

petani dan harga beli yang harus dibayar petani.

Di samping itu ada format risiko kelembagaan yang lain, yaitu undang-

undang tentang kewajiban pada petani bisa berubah dan tak dapat diramalkan.

Sebagai contoh, peraturan pengendalian polusi mempunyai efek substansil pada

kelangsungan hidup unit intensifikasi ternak secara ekonomis.

4. Risiko keuangan

Risiko keuangan bersumber sebagian besar dari ketidakpastian penerimaan

petani. Hal ini berhubungan erat dengan kewajiban keuangan bagi petani yang

meminjam uang. Risiko ini adalah berkaitan dengan tingkat bunga tidak-pasti dan

ketersediaan pinjaman tidak-pasti. Karena itu, petani harus meningkatkan

ketrampilannya dalam mengelola keuangan sehingga dapat menekan risiko

keuangan berdasarkan pengalaman deregulasi yang pernah dialami Indonesia.

8.4 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dua pendekatan dasar, yaitu

(1) Pengendalian risiko (risk control) dan (2) Pembiayaan/pembelanjaan risiko

Page 33: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

33

(risk financing). Pembiayaan risiko terhadap proses produksi pertanian belum

dapat dilakukan karena hingga saat ini perusahaan asuransi masih sulit dalam

menghitung kemungkinan kerugian yang akan dialami usahatani di Indonesia.

Pengendalian risiko yang dapat dilakukan oleh petani antara lain (1)

diversifikasi (horizontal, vertikal, maupun regional), (2) Pengadaan kontrak di

muka (forward contracting). Pengadaan kontrak di muka adalah proses

pembuatan persetujuan antara penjual dengan pembeli dengan tujuan untuk

meniadakan risiko fluktuasi harga, baik bagi produsen maupun pembeli.

8.5 Metode Penanganan Risiko dan Ketidakpastian

Semakin besar variasi penerimaan yang mungkin diperoleh, semakin

tinggi risiko yang mungkin terjadi. Sebaliknya, semakin rendah variasi

penerimaan yang mungkin diperoleh, maka semakin rendah pula risiko yang

mungkin terjadi. Risiko dalam usul investasi dapat diukur dengan pendekatan

kuantitatif sebagai berikut.

1. Analisis statistik, dengan menghitung standar deviasi dari distribusi

probabilitas cash flow.

2. Analisis sensitivitas, yaitu teknik untuk menilai dampak berbagai perubahan

dalam masing-masing variabel terhadap hasil yang mungkin terjadi, misalnya

akibat perubahan market size, market share, dan sebagainya.

Metode lain untuk mengambil keputusan bisnis dalam keadaan tidak pasti,

petani dapat menggunakan alternatif strategi seperti yang dikembangkan oleh

Downey dan Steven (1992), yaitu

1. Wald – strategi maksimal-minimal (maksimin),

2. Hurwicz – strategi alfa,

3. Savage – strategi ketidakberuntungan minimal-maksimal (minimaks), atau

4. LaPlace atau Bayesian – strategi probabilitas berimbang.

Misalnya, petani telah menggariskan tiga kemungkinan perluasan usahatani,

yang disebut tindakan A1, A2, dan A3. Dalam proses perencanaan, pihak

manajemen usahatani (petani) telah menetapkan target laba untuk setiap tindakan

pada keadaan perekonomian yang berbeda. Keadaan perekonomian diperkirakan

Page 34: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

34

terdiri atas masa cerah (E1), pertumbuhan yang stabil (E2), dan kemerosotan (E3).

Rangkaian antara variabel keadaan perekonomian, tindakan, dan laba setiap

tindakan pada masing-masing keadaan perekonomian dapat dilihat pada matrik

sebagai berikut.

Tabel 1. Matrik Target Laba

TindakanKEADAAN PEREKONOMIANE1 E2 E3

A1A2A3

12 6 18 10 -14 3 7

Sumber: Downey dan Steven (1992)

Strategi yang dipilih tergantung pada kadar optimisme atau pesimisme

dalam wawasan manajemen dan kadar konservatisme atau liberalisme dalam

falsafah manajemen pada perusahaan tersebut. Langkah-langkah keempat strategi

tersebut dijelaskan dengan menggunakan data pada matrik di atas.

Adapun bahasan tentang Strategi Wald, Hurwicz, Savage, dan

Bayesian/LaPlace, adalah sebagai berikut.

1. Wald – Strategi Maksimin.

Strategi Wald sering disebut sebagai strategi keti-dakpastian yang paling

pesimistik, sangat konservatif atau “risk avoider” tentang masa depan dan

cenderung mendorong perusahaan untuk mengutamakan keterja-minan. Menurut

kriteria ini, hasil terkecil untuk setiap alternatif dibandingkan, dan alternatif yang

menghasilkan nilai maksimum dari hasil-hasil yang minimum yang dipilih.

Langkah-langkah pengambilan keputusan adalah (a) menentukan hasil terburuk

dari setiap tindakan dan (b) memilih yang terbaik dari hasil yang terburuk, seperti

pada matrik di bawah ini (Tabel 2).

Tabel 2. Matrik Laba dan Kemungkinan Terburuk

TindakanKEADAAN PEREKONOMIAN KEMUNGKINAN

TERBURUKE1 E2 E3A1 12 6 1 1A2 8 10 -1 -1A3 4 3 7 3

Sumber: Downey dan Steven (1992)

Page 35: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

35

Tindakan A3 akan dipilih karena memberikan hasil taruhan tertinggi, yaitu 3.

2. Hurwicz – Strategi Alfa.

Kriteria yang diajukan oleh Leonard Hurwicz menunjukkan suatu

kompromi antara kriteria maksimum-minimum (maksimin) dan minimum-

maksimum (minimaks). Pengambil keputusan biasanya memperlihatkan

campuran antara pesimisme dan optimisme, karena pada umumnya pengambil

keputusan jarang pesimistik atau optimistik secara sempurna. Langkah-langkah

Strategi Alfa, adalah

a. Pengambil keputusan diminta memilih koefisien optimisme berkenaan dengan

laba maksimum untuk setiap tindakan dan koefisien pesimisme terkait dengan

laba minimum untuk setiap tindakan. Strategi ini sangat subyektif, karena

manajer yang optimistik akan mengambil tindakan sangat berbeda dengan

manajer/petani yang konservatif. Misal, seorang petani menentukan koefisien

optimisme adalah 0,6 dan koefisien pesimisme adalah 0,4.

b. Menghitung rata-rata tertimbang dari laba tertinggi dan terendah setiap

tindakan, seperti berikut.

A1 = 0,6 (12) + 0,4 (1) = 7,6

A2 = 0,6 (10) + 0,4 ( -1) = 5,4

A3 = 0,6 (7) + 0,4 ( (3) = 5,4

Tindakan A1 akan dipilih karena memberikan laba terbesar jika diukur

menurut rata-rata tertimbang, yaitu 7,6.

3. Savage – Strategi Ketidakberuntungan Minimaks.

Strategi Savage menetapkan kriteria “ketidakberuntungan” merupakan

biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu perbedaan absolut antara laba dari

tindakan tertentu dengan laba tertinggi yang terdapat pada keadaan perekonomian

tertentu. Strategi ini sangat tepat untuk pengambilan keputusan jangka panjang,

dengan keadaan perekonomian yang dihadapi perusahaan dalam jangka panjang

bisa berubah secara dramatis.

Langkah-langkah strategi Savage adalah sebagai berikut.

Page 36: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

36

a. Menghitung ketidakberuntungan maksimum untuk setiap tindakan pada setiap

keadaan perekonomian

b. Memilih tindakan yang menghasilkan ketidakberuntungan terkecil di antara

yang maksimum

c. Jika keadaan perekonomian E1 yang terjadi, maka tindakan A1 akan

memberikan laba terbesar. Selanjutnya, pada keadaan perekonomian E2 dan

E3, masing-masing akan dipilih tindakan A2 dan A3.

d. Berdasarkan matrik laba dan ketidakberuntungan dari biaya kesempatan pada

Tabel 3, kriteria Savage akan memilih A1 dalam upaya memini-malkan risiko

bagi perusahaan.

Tabel 3. Matrik Laba dan Ketidakberuntungan Maksimum

TINDAKAN

KEADAANPEREKONOMIAN

MATRIKKETIDAK-

BERUNTUNGAN

KETIDAK-BERUNTUNGAN

MAKSIMUM

E1 E2 E3 E1 E2 E3A1 12 6 1 0 4 6 6A2 8 10 -1 4 0 8 8A3 4 3 7 8 7 0 8

Sumber: Downey dan Steven (1992)

4. Bayesian atau LaPlace – Strategi Probabilitas Berimbang

Strategi Bayesian mengasumsikan bahwa probabilitas dari setiap keadaan

perekonomian adalah berimbang karena probabilitas peristiwa tidak diketahui.

Jadi, kriteria Bayesian cenderung lebih bermanfaat untuk menghasilkan keputusan

jangka panjang, karena tidak logis untuk mengandaikan probabilitas yang

berimbang untuk semua keadaan perekonomian dalam jangka pendek.

Langkah-langkah strategi Bayesian adalah sebagai berikut.

a. Menghitung besarnya laba berdasarkan target laba pada Tabel 6.1. dengan

probabilitas 0,33, yaitu

E(A1) = 0,33 (12) + 0,33(6) + 0,33 (1) = 6,33

E(A2) = 0,33 (8) + 0,33 (10) + 0,33 (-1) = 5,67

E(A3) = 0,33 (4) + 0,33 (3) + 0,33 (7) = 4,67

Page 37: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

37

b. Pemilihan tindakan yang optimal. Berdasarkan hasil perhitungan di atas,

tindakan A1 akan dipilih karena menghasilkan laba terbesar (6,33).

Walaupun usahatani penuh risiko dan menghadapi ketidakpastian yang

tinggi, petani sebagai manajer harus meningkatkan pengetahuan agar dapat

mengelola risiko menjadi minimal, sehingga usahatani tetap menguntungkan,

dapat dilakukan, dan tidak mencemari lingkungan.

IX PENUTUP

Pertanian berkelanjutan dimungkinkan dapat dicapai melalui manajemen

usahatani yang baik yang meliputi (1) Pengelolaan tanaman terpadu (ICM), (2)

Pengelolaan hara terpadu (INM); (3) Pengelolaan hama terpadu (IPM), dan (4)

Pengelolaan air terpadu (IMM).

Keempat jenis pengelolaan tersebut dilaksanakan dengan memerhatikan tiga

pilar dalam pertanian berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan

dimensi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, H. 2000. Manajemen Risiko, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Dewi, R.K., 1998. Hubungan Antara Beberapa Faktor Sosial-Ekonomi PetaniDengan Perilaku Petani Dalam Optimasi Pola Tanam Sayuran Di DesaPancasari, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, Tesis. Univ. Padjadjaran,Bandung.

Dewi, R.K. dan I W. Widyantara, 2010. Kemampuan Petani Plasma DalamMengalokasikan Biaya Pada Usahatani Nilam. Soca, ISSN 1411-7177, Vol.10, No. 2 Juli 2010, PS Agribisnis, Fak.Pertanian Unud, Denpasar.

Dewi, R.K. dan N.W.P. Artini, 2001. Hubungan antara Derajat Diversifikasidengan Deviasi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja (Kasus di DesaPancasari Kabupaten Buleleng Propinsi Bali). Soca, ISSN 1411-7177 Vol. 1No.2 Januari 2001, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fak. Pertanian Unud,Denpasar.

Doberman, A. dan T.H. Fairhust, 2000. Rice: Nutrient Disorders & NutrientManagement. Handbook Series, Oxford Graphic Printers Pte Ltd.

Page 38: IMPLEMENTASI MANAJEMEN USAHATANI MENUJU … file3 implementasi manajemen usahatani menuju pertanian berkelanjutan oleh, ratna komala dewi program studi agribisnis fakultas pertanian

38

FAO, 1989. Sustainable Development and Natural Resources Management.Twenty-Fifth Conference, Paper C 89/2 simp 2, food and AgricultureOrganization, Rome.

Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasumbogo Untung.1997. Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yangBerwawasan Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam SeminarNasional Pertanian Oraganik.

Munasinahe, M. 1993. Eviromental Economics and Sustainable Development.Environtment Paper No.3. The World Bank. Washington, D.C.

Notohadikusumo, T. 2006. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan DalamKonteks Globalisasi dan Demokratisasi Ekonomi. Jurusan Ilmu TanahUniv.Gadjah Mada, Yogyakarta.

Novianto, A. (2000). Integrated Pest Management: A Practice of SustainableAgriculture. Tohoku University

Soeharjo, A. dan D. Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani.Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fak. Pertanian, IPB, Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L.Dillon, dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatanidan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.

Sudirja, 2008. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem PertanianOrganik. Makalah Disampaikan Pada Penyuluhan Pertanian, KKNMUNPAD Desa Sawit Kecamatan Darangdan Kecamatan Purwakarta.

Sumodiningrat, G. 1990. Aspek Sosial Ekonomi Diversifikasi Sektor PertanianPangan”, dalam Diversifikasi Pertanian. Dalam Proses Mempercepat LajuPembangunan Nasional. Achmad Suryana, dkk. (Ed), Pustaka SinarHarapan, Jakarta.

Suparta, N. dan I D.N. Sudita, 2011. Wujudkan Pertanian Berkelanjutan. SuaraHati HKTI Provinsi Bali, Pustaka Nayottama, Denpasar.

WCED,1987. Our Common Future: The Bruntland Report. Oxford UniversityPress For The world Commission on Environment and Development, NewYork.