Upload
dinhthu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belut
Belut (Monopterus albus Z.) termasuk jenis ikan dari keluarga Synbranchidea
dan tergolong ordo Synbranchorde yakni jenis ikan yang tidak mempunyai sirip atau
anggota lain untuk bergerak. Ada yang menyangka kalau belut itu tergolong bangsa
ular karena bentuk kepala dan badannya yang masih banyak tergolong keluarga ikan
tetapi jenis ikan yang memiliki keistimewaan tertentu baik rupa, bentuk maupun gaya
hidupnya (Sarwono, 1993).
Belut merupakan binatang melata yang tidak memiliki kaki, dan bukan sejenis
ular sebagaimana anggapan banyak orang yang enggan mengkonsumsinya. Belut
memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil bagai lipatan kulit, serta bergigi halus
dan runcing Badan belut panjang seperti ular tetapi tidak bersisik dan kulitnya licin
mengeluarkan lender. Belut sendiri banyak disukai oleh lapisan masyarakat baik
ditinjau dari segi kesehatan, agama, maupun tingkat perekonomian. Belut merupakan
hewan karnivora, oleh karena itu memiliki usus yang besar, tebal, dan elastis.
Ada dua jenis belut yang umum dikenal di Indonesia, yaitu:
1. Belut sawah (Monopterus albus Z.) perbandingan tinggi badan dan panjang
badannya 1:20
2. Belut rawa (Synbranchus bengalensis C.) perbandingan tinggi badan dan
panjangnya 1:30 dan memiliki jari-jari lunak kecil sebanyak 10 buah
sedangkan belut sawah tidak memilikinya (Sundoro, 2003).
5
Gambar 1. Belut (Monopterus albus zuieuw)
Belut merupakan sejenis ikan anggota suku Synbranchidae yang mempunyai
nilai ekonomi dan ekologi. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator
pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut
menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi. Belut adalah
predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing,
krustasea. Ia aktif di malam hari. Hewan ini dapat mengambil oksigen langsung dari
udara dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah.
Hewan ini mampu menyerap oksigen bahkan lewat kulitnya. Kebiasaannya adalah
bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun
berasal dari daerah tropis, belut sawah dapat diketahui dapat bertahan pada musim
dingin dengan suhu sangat rendah.
Ikan belut merupakan bahan makanan yang mengandung zat-zat gizi. Bahkan
zat yang terdapat pada daging belut ternyata lebih tinggi dibanding zat-zat gizi yang
terdapat pada telur dan berat yang sama juga dari segi penyediaan energinya ternyata
belut juga lebih besar dibanding dengan daging sapi pada berat yang sama juga begitu
pula kandungan vitamin A-nya, ternyata belut juga lebih kaya. Oleh karena itu belut
6
merupakan salah satu usaha dianjurkan pemerintah guna meningkatkan nilai gizi dan
pendapatan keluarga (Haryanto,1996). Komposisi kimia belut per 100 g bahan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Komposisi Kimia Belut per 100 g bahan.
Komponen kimia Jumlah
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
B.d.d.(%)
303
14,0
27,0
0
20
200
1,0
1600
0,10
2
58,0
100
Sumber: Anonim, (1992).
Dilihat dari rasanya, daging belut memiliki rasa enak dan gurih.Rasa daging
yang seperti ini mengakibatkan belut bisa dimasak dalam aneka jenis masakan.
Jumlah protein dan kalori yang baik pada belut menjadikan daging belut sangat
penting untuk mendukung aktivitas terutama pada anak-anak dan remaja
(Sundoro,2003).
B. Keripik belut
Menurut Tunjungsari (2007), keripik merupakan salah satu produk
makanan hasil diversifikasi sebagai makanan ringan (snack food) yang bersifat
kering dan renyah (crispy). Sifat renyah pada keripik akan hilang bila produk
tersebut menyerap air. Produk ini banyak digemari oleh masyarakat dari
7
berbagai kalangan karena rasanya enak, renyah, praktis, mudah dibawa dan
disimpan, memiliki cita rasa yang gurih serta dapat dinikmati setiap saat. Sebagai
makanan selingan, keripik bisa dibuat dari berbagai macam bahan misalnya
belut. Menurut Azahari (2007) selain dikonsumsi sebagai menu makanan, belut juga
kerap diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan yang lezat seperti keripik
belut.
Keripik belut selama ini menjanjikan keuntungan, karena mengingat
disukai semua lapisan masyarakat, disamping masih menghadapi kendala. Salah
satu keistimewaan keripik ini adalah dapat disajikan dalam aneka bentuk dan
cita rasa. Penggunaan berbagai ramuan cita rasa (bumbu) akan menghasilkan
keripik belut yang rasanya gurih. Keripik belut merupakan produk hasil gorengan
yang menyerap minyak. Banyak sedikitnya minyak yang diserap akan
mempengaruhi rasa, tekstur serta kenampakan keripik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah minyak yang diserap oleh keripik adalah: (1) ketebalan
irisan, (2) suhu minyak goreng, (3) lama penggorengan,(4) jenis minyak, (5)
pengeringan dan (6) sifat fisik permukaan irisan.
Keripik merupakan camilan (snack) yang mempunyai daya awet cukup
tinggi, rasa yang enak, dan variasi yang banyak sehingga dapat memenuhi
selera konsumen. Keunggulan keripik dibandingkan kerupuk adalah cita rasa bahan
baku asal masih dapat dipertahankan sehingga masih dominan (Estiasih, 2010).
Keripik belut merupakan salah satu produk makanan kering yang bersifat
higroskopis yaitu mudah menyerap uap air dari lingkungan sekitar. Sebagai produk
8
hasil gorengan, keripik belut juga mengalami ketengikan (rancidity). Keripik banyak
menyerap minyak selama penggorengan. Adapun komposisi kimia keripik belut
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia keripik belut
Komponen Jumlah (%)
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
3,67
1,63
28,96
0,29
Sumber : Anonim, 2004
Keripik belut merupakan salah satu jenis olahan dari belut yang telah diolah
menjadi makanan kering dan dikenal sejak lama. Keripik belut memang sangat enak
gurih dan bercita rasa. Proses pengolahan keripik belut dilakukan dengan
penambahan bahan baku lain untuk memperbaiki struktur dan fisik. Tepung beras
merupakan bahan yang ditambahkan dalam pembuatan keripik belut, sebab tepung
beras dapat mengeraskan struktur keripik belut.
Bahan bahan yang digunakan untuk pembuatan keripik belut adalah sebagai
berikut.
1. Tepung beras
Tepung yang dibuat dari beras yang digiling/dihaluskan. Warnanya putih, bila
diraba dengan jari tepung beras akan terasa lebih lembut dan halus dibandingkan
dengan tepung lainnya. Bisa digunakan untuk panganan tradisional. Tepung beras
sangat penting dalam pembuatan kue-kue Indonesia, tetapi tepung beras juga sangat
9
penting untuk keripik belut. Tepung beras digunakan sebagai pelapis dalam
pembuatan keripik belut mempunyai tujuan untuk mengeraskan struktur bahan karena
mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi. Tepung beras dapat diolah dengan
berbagai macam variasi resep agar tidak membosankan dan sajian akan selalu terasa
lebih nikmat.
Beras kaya akan vitamin B, juga mengandung sedikit lemak dan mineral.
Protein yang terdapat di dalam tepung beras lebih tinggi dari pada pati beras yaitu
tepung beras sebesar 5,2-6,8% dan pati beras 0,2-0,9% (Inglett dan Munk,1980;
Singh,et al., 2000). Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan dapat dilihat
pada Tabel 3
Tabel 3. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan
Komponen Jumlah
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin B1 (mg)
Air (g)
364,00
7,00
0,50
80,00
5,00
140,00
0,80
0,12
12,00
Sumber : Anonim, (2004)
2. Tepung terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum,
dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue kering, biskuit, mi, cake, roti, dan
lain-lain. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang
10
berarti “gandum”. Tepung terigu mengandung banyak zat pati yaitu karbohidrat
kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam
bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat
dari bahan terigu (Salam, dkk., 2012). Adapun komposisi kimia tepung terigu dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia tepung terigu per 100 g bahan.
Komposisi Jumlah
Energi (kal)
Air (g)
Protein (g)
Karbohidrat (g)
Serat kasar (g)
Lemak (g)
Kalsium (mg)
Minimal 340
Maksimal 14,5
11
Min 70
0,4
0,9
1,0
Sumber : Anonim, (1996).
3. Garam (NaCl)
Garam merupakan olahan hasil laut. Garam mempunyai peranan penting
dalam proses memasak baik untuk menyedapkan maupun mengawetkan makanan.
Penambahan garam berguna untuk meningkatkan cita rasa, terutama memberikan rasa
asin. Secara fisik, garam (NaCl) adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium
klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang berarti
mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur
pada tingkat suhu 801°C (Burhanuddin, 2001).
11
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal
berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi
berasa agak pahit dan higroskopis. Garam natrium digunakan sebagai bumbu penting
untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk
pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), sebagai zat pengawet (Mulyono, 2009).
4. Kunyit
Kunyit tumbuh liar di hutan, tetapi sekarang sudah dibudidayakan atau
ditanam di pekarangan sebagai tanaman penyedap, pewarna, serta sebagai
bahan obat tradisional. Rasa rimpang agak getir, sedikit pedas, bersifat hangat,
tidak beracun, berbau khas aromatik. Berkhasiat melancarkan darah dan vital
energi, antioksidan, meluruhkan haid (emenagog), antiradang (anti inflamasi),
meredakan nyeri (analgesik), mempermudah persalinan, anti bakteri dan
mempercepat penyembuhan luka (Haryono, 2012).
Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan
tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut,
memperbanyak ASI, fungisida, stimulant, mengobati keseleo, memar dan rematik,
obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah,
menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang
hidung, penurun panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang,
mengobati luka – luka, dan obat penyakit hati. Selain sebagai obat, kunyit banyak
dimanfaatkan untuk bumbu dapur.
12
5. Bawang putih
Bawang putih bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung unsur-unsur
aktif, memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, merangsang
pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1. Pada masakan manfaat
utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang membuat
masakan menjadi beraroma dan mengundang selera. Meskipun kebutuhan untuk
bumbu masakan hanya sedikit, namun tanpa kehadirannya masakan akan terasa
hambar (Anonim, 1999).
6. Kemiri
Kemiri termasuk bumbu dapur yang banyak dicari karena memberikan
manfaat bagi kehidupan selain untuk pelezat masakan. Kemiri (Aleurites moluccana)
adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai penambah lezat masakan.
Rempah putih berbentuk bulat ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan
bumbu. Buah kemiri diyakini berkhasiat mengobati diare, disentri, sakit perut,
demam, sariawan dan sakit gigi. Protein pada biji kemiri terdiri dari asam amino
esensial maupun nonesensial. Fungsi asam amino esensial antara lain untuk
pertumbuhan karena asam amino terdapat di semua jaringan dan membentuk protein
dan antibody. Assam amino nonesensial yang menonjol pada kemiri yaitu asam
glutamat. Keberadaan asam glutamate yang memberkan rasa nikmat ketika kemiri
digunakan sebagai bumbu untuk keripik belut.
13
7. Ketumbar
Ketumbar merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang sangat dikenal di
dunia. Aroma dan rasa ketumbsr sangat khas dan melezatkan masakan. Selain
sebagai bumbu, ketumbar juga dapat digunakan sebagai komponen obat.
8. Air
Air befungsi sebagai pelarut makanan lainnya sehingga dapat tercampur baik
dengan adonan, kandungan air didalam adonan keripik biasanya bervariasi antara 39-
44%. Di dalam bahan makanan, air merupakan komponen penting yang dapat
mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta citarasa makanan. (Winarno,1989). Air
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
9. Monosodium Glutamat (MSG)
MSG adalah bentuk garam dari asam glutamat, di mana asam glutamat sendiri
merupakan asam amino non-essensial yang menjadi bahan baku sintesis asam amino
lain dan sebagai substrat bila sintesis gluthation. MSG kemudian menjadi bahan
penambah rasa yang dipakai di seluruh dunia dan menjadi bahan penambah rasa yang
banyak dipakai di Asia Tenggara. MSG banyak digunakan pada masakan Cina dan
Asia Tenggara yang dikenal dengan nama ajinomoto, sasa, vetsin, dan masako
(Tranggono dkk., 1990).
Pembuatan keripik belut cukup sederhana, yang diagram alirnya dapat
dilihat pada Gambar 2.
14
belut sawah
Gambar 2. Proses pembuatan keripik belut.
Sumber: Murjilah, (2016)
C. Penentuan Umur Simpan.
1. Sifat kritis dan kondisi kritis
Keripik belut merupakan produk yang renyah dan mudah pecah ada pun mutu
teksturnya ditentukan oleh kemudahan terpecahnya partikel-partikel penyusunnya
bila produk tersebut dikunyah serta terutama kadar air banyak menentukan
penirisan
Penyiangan dan pembuangan isi
belut
Pelapisan belut dengan adonan
(tepung + bumbu )
penirisan
pencucian
penggorengan hingga matang
Pencampuran
Air bersih
Penghalusan bumbu
Kunyit, Kemiri, NaCL,
MSG, Bawang putih,
Ketumbar
Air, Bumbu, Tepung
terigu, Tepung beras.
Keripik Belut
15
kerenyahan produk. Semakin rendah kadar air maka produk akan semakin renyah.
Kondisi kritis adalah keadaan sudah menunjukkan sifat – sifat yang tidak dikehendaki
(Suyitno, 1995). Kondisi kritis adalah keadaan suatu produk sudah mulai tidak
diterima oleh konsumen karena pada kondisi kritis produk tersebut sudah
menunjukan sifat-sifat yang tidak dikehendaki seperti bubuk menjadi kempal, tekstur
menjadi melempem, mikrobia mulai tumbuh (Suyitno, 1993).
Stabilitas bahan makanan akan menurun bila kadar air awal berada diatas
kadar air lapis tunggal, hingga mencapai kadar air kritis. Kadar air kritis untuk produk
kering adalah kadar air tertinggi dari bahan yang sudah ditolak oleh konsumen.
Menurut Suyitno (1995) kadar air kritis adalah kadar air dimana produk menunjukkan
perbedaan sifat yang mencolok, misalnya bubuk menjadi kempal, tekstur bahan
makanan mengeras atau melembek, mikrobia mulai tumbuh dan sebagainya.
Kadar air kritis sangat menentukan mutu produk kering (Mazumder et al.,
2007 Rahman et al., 2009). Kadar air pada saat produk tidak dapat diterima
mutunya disebut kadar air kritis. Kadar air produk pangan umumnya dinyatakan
dalam basis berat kering (bk) dan nilainya berbeda untuk masing-masing produk
pangan misalnya pada produk crackers jagung mempunyai kadar air kritis
sebesar 9,9% yang ditandai dengan kerenyahan atau teksturnya sudah ditolak
oleh panelis (Sugiyono, 2013). Menurut Noviandi (2006), pada kondisi kritis
tekstur rambak cakar ayam gaya yang diperlukan untuk memecahkan rambaka
cakar ayam 180,49 N dan nilai deformasi 79,97% dengan kadar air 6,68 %bk
setara dengan aw 0,32.
16
2. Permeabilitas Kemasan
Menurut Suparmo (1993) dalam Andari (2000) permeabilitas suatu material
adalah kecepatan suatu gas atau uap air melewati suatu unit permukaan dalam suatu
unit waktu, tergantung pada suhu, tekanan partial dan ketebalan film. Faktor yang
mempengaruhi konstanta permeabilitas kemasan adalah sifat permean (bentuk dan
ukuran), sifat polimer (kristalinitas, orientasi dan interaksi ikatan mol), interaksi
penetran–polimer (struktur kimia), nilon hidrofilik–barrier oksigen, suka air–mudah
rusak, lingkungan (temperatur, kelembaban nisbi dan substansi lain).
Permeabilitas kemasan terhadap uap air dinyatakan dalam kecepatan
perpindahan uap air (WVTR / Water Vapor Transmission Rate) yaitu banyaknya
uap air yang dapat melewati suatu kemasan per hari pada kondisi atmosfer tertentu
dan dinyatakan sebagai gram H2O/hari/m². Konstanta permeabilitas (k/x) dinyatakan
dalam berat uap air yang dapat menembus suatu kemasan per hari pada beda tekanan
parsial air sebesar 1 mmHg dan dinyatakan sebagai H2O/hari.m2.mmHg untuk tebal
dan suhu serta kelembaban relatif tertentu. Permeabilitas kemasan dapat dihitung
dengan persamaan:
Keterangan : k/x = Permeabilitas kemasan (g H2O/hari.m2. mmHg)
ΔW/Δ = Slope (g H2O /hari )
A = Luas kemasan (m2)
Pout = Tekanan uap air pada suhu penyimpanan x RH(mmHg)
(Supriyadi, 1993).
17
3. Umur simpan
Menurut Institute of Food Science and Technology (1974), umur simpan
produk pangan adalah selang waktu antara saat produksi hingga konsumsi yang
produk berada dalam kondisi memuaskan berdasarkan karakteristik penampakan,
rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi. Sementara itu, Floros dan Gnanasekharan (1993)
menyatakan bahwa umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan
dalam kondisi penyimpanan tertentu untuk dapat mencapai tingkatan degradasi mutu
tertentu.
Pengolahan pangan pada industri komersial umumnya bertujuan
memperpanjang masa simpan, mengubah atau meningkatkan karakteristik produk
(warna, cita rasa, tekstur), mempermudah penanganan dan distribusi, memberikan
lebih banyak pilihan dan ragam produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai
ekonomis bahan baku, serta mempertahankan atau meningkatkan mutu, terutama
mutu gizi, daya cerna, dan ketersediaan gizi. Kriteria atau komponen mutu yang
penting pada komoditas pangan adalah keamanan, kesehatan, flavor, tekstur, warna,
umur simpan, kemudahan, kehalalan, dan harga (Andarwulan dan Haryadi 2004).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada produk pangan
menjadi dasar dalam menentukan titik kritis umur simpan.Titik kritis ditentukan
berdasarkan faktor utama yang sangat sensitive serta dapat menimbulkan terjadinya
perubahan mutu produk selama distribusi, penyimpanan hingga siap dikonsumsi.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan adalah
perubahan kadar air dalam produk.
18
Aktivitas air (aw) berkaitan erat dengan kadar air, yang umumnya
digambarkan sebagai kurva isotermis, serta pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroba
lainnya. Makin tinggi aw pada umumnya makin banyak bakteri yang dapat tumbuh,
sementara jamur tidak menyukai aw yang tinggi (Christian 1980 dalam Heni, 2008).
Faktor yang menentukan umur simpan antara lain adalah sifat produk,
kemasan dan kondisi lingkungan. Pada makanan yang dikemas, penurunan mutu
produk akan berlangsung lebih lambat. Menurut Winarno (1993) kemasan yang baik
dapat melindungi kepekaan makanan terhadap udara, air dan oksigen. Disamping itu
dapat pula membantu menahan terjadinya kerusakan kimia, fisik dan mikrobiologi.
D. Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang
tepat bagi bahan pangan (Buckle, 1987). Pada umumnya pengemasan digunakan
untuk membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal disekelilingnya dan
untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk selama penyimpanan dan
pendistribusian. Kemasan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis
makanannya, sehingga diperlukan syarat-syarat tertentu, yaitu melindungi kandungan
air dan lemak, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar
matahari, serta tahan terhadap tekanan atau benturan.
Pengemasan merupakan salah satu proses yang memegang peranan penting
dalam upaya mencegah terjadinya penurunan mutu produk, karena perlindungan atau
19
pengawetan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan.
Kemasan juga berfungsi untuk menarik konsumen.
Terdapat berbagai macam pengemas yaitu logam, kaca, plastik, kertas dan
laminasi beberapa macam bahan pengemas. Plastik merupakan polimer organik dari
struktur yang bervariasi komposisi kimia dan sifat fisiknya (Fennema, 1983 dalam
Andari, 2000). Bahan pengemas plastik yang digunakan bagi pengemas pangan
adalah selopan, selulosaasetat, poliamida (nilon), karet hidroklorida, resin poliester,
polipropilena, polietilena, polivinilidin klorida (saran, cyrovac) dan vinil klorida
(Andari, 2000).
Menurut Hari Purnomo dan Adiono (1985), pengemasan digunakan untuk
membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal sekelilingnya untuk menunda
proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan. Peranan utama pengemasan
dalam pengawetan bahan makananan adalah memberi proteksi terhadap masuknya
bahan dari luar terutama mikroorganisme dan kotoran selama perlakuan. Apabila
sebelumnya sudah tercemar, maka pengemasan hanya mampu memberikan sedikit
pengaruh (Suyitno, 1990 dalam Barnabas Rasa, 1998).
Renate (2009), menyatakan salah satu metode yang efektif untuk
memperpanjang umur simpan produk adalah menggunakan pengemasan plastik
secara vakum. Pengemasan vakum merupakan salah satu aplikasi teknologi
pengemasan dengan menggunakan kantong plastik vakum (vacum pack). Pengemasan
vakum atau hermetis selama penyimpanan dapat didefenisikan sebagai suatu
pengemasan terhadap produk pangan sehingga produk di dalamnya terlindung dari
20
pertukaran gas atau air dari luar. Dalam kondisi vakum, serangga dan
mikroorganisme aerobik akan mati dengan sendirinya akibat habisnya oksigen dan
meningkatnya konsentrasi CO2 yang dihasilkan selama respirasi serangga dan
mikroorganisme maupun produk bahan (Syarief, 1991).
Sejak plastik dikenal masyarakat luas, berbagai kemas plastik kini berhasil
dibuat dalam negeri. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan
banyak variasi dan serbaguna seperti melindungi, mengawetkan dan menampilkan
produk. Pada umumnya ada dua jenis plastik yang sering digunakan sebagai
kemasan pangan yaitu plastik polipropilen dan polietilen. Plastik ini termasuk plastik
tipis yang bersifat lentur (flexible films) mempunyai beberapa sifat khusus antara lain
daya serap air, daya tembus gas dan uap air serta ketahanan terhadap bahan kimia
(Yanti dkk, 2008).
Pada umumnya pengemasan digunakan untuk membatasi antara bahan pangan
dan keadaan normal disekelilingnya dan untuk menunda proses kerusakan dalam
jangka waktu yang diinginkan. Peranan utama pengemas dalam bahan makanan
adalah memberi proteksi terhadap masuknya bahan dari luar termasuk
mikroorganisme dan kotoran selama penyimpanan, apanila produk pangan
sebelumnya sudah tercemar maka pengemasnya hanya mampu memberi sedikit
pengaruh saja (Suyitno,1997).
Salah satu jenis pengemas plastik yang umumnya digunakan sebagai
pengemas terhadap makanan dan mudah dijumpai dipasaran adalah plastik
polipropilen. Pada penelitian ini menggunakan plastik polipropilena.
21
Plastik polipropilen merupakan salah satu jenis thermoplastik padat yang dibuat
dengan polimerisasi monomer polipropilena. Dalam bentuk lembaran tipis,
polipropelin bersifat ulet dengan permukaan yang lunak dan tembus pandang.
Polipropilen mempunyai daya tahan yang baik terhadap asam lemak, basa lemah,
asam kuat dan basa kuat (Suyitno,1993). Polipropilena memiliki ketahanan yang
rendah terhadap degradasi daripada polietilena, rendahnya ketahanan degradasi PP
dikarenakan adanya karbon tersier pada PP. Sebagai hasilnya antioksidan
ditambahkan pada polipropilena untuk memperbaiki ketahanan oksidasinya (Harper,
1999). Sifat kelarutan polipropilena sama dengan sifat kelarutan yang dimiliki
polietena, yakni tak larut pada suhu ruang. Polipropilena banyak digunakan pada
bagian dalam mesin pencuci, komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak,
keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan (berupa lembaran tipis) makanan, dan
barang (Cowd, 1991).
Adapun gambar struktur polipropilena dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur polipropilena
22
Polipropilen memiliki densitas paling rendah (0,890 – 0,905) dan
mengambang di air. Sifat polipropilen yaitu permukaannya keras, tahan guratan,
dimensi stabil, tahan panas dan listrik, keras pada suhu 15 – 1050F dan rapuh pada
suhu 00F, resisten terhadap gas dan uap air, tahan pada bahan kimia, bertahan pada
suhu sterilisasi 2120F, mudah mewarnai dan transparan-traslusen.
E. Hipotesis
Diduga umur simpan keripik belut dipengaruhi oleh kelembaban relatif dan
ketebalan polipropilena.