Upload
vandat
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pemasaran
Pemasaran sangat berhubungan dengan mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Pemasaran dapat
didefinisikan sebagai proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk
dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut definisi manajerial,
pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk (Kotler dan
Keller, 2008).
Menurut Kotler dan Keller (2008), tujuan dari pemasaran bukanlah
untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana. Tujuan pemasaran
adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa
sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
menjual dirinya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan strategi pemasaran
yang tepat sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi
perusahaan.
2.1.2 Jasa
Menurut Lovelock dan Wright (2005), jasa merupakan suatu
kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat
dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
Defini lain mengenai jasa yaitu setiap tindakan atau kinerja yang
ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak
berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi
jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik (Kotler dan
Keller, 2007).
Menurut Tjiptono (2008) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai
berikut :
7
1). Intangibility (tidak berwujud)
Jasa berbeda dengan barang, jika barang merupakan suatu objek,
alat, atau usaha maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja
(performance) atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa
hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Hal ini
menyebabkan pelanggan tidak dapat melihat, mencium, meraba,
mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya.
2). Inseparability (tidak terpisahkan)
Berbeda dengan barang yang biasanya diproduksi terlebih dahulu,
kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual
terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan
ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil
(outcome) dari jasa tersebut.
3). Variability (bervariasi)
Jasa bersifat sangat beragam karena merupakan nonstandardized
output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung
pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Hal tersebut
mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu
standar.
4). Perishability (mudah lenyap)
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan.
2.1.3 Restoran
Menurut UU RI No. 34 Tahun 2000, restoran adalah tempat
menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Menurut
Atmodjo (1993), restoran adalah tempat atau bangunan yang
diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada semua pelanggannya, baik berupa makanan maupun
minuman. Restoran ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun
pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri diluar bangunan itu.
8
Menurut Marsum dalam http://abectipub.wordpress.com, 2009, ada
beberapa tipe restoran, yaitu:
1. Table D’hote Restaurant adalah suatu restoran yang khusus menjual
makanan menu table d’hote, yaitu suatu susunan menu yang
lengkap (dari hidangan pembuka sampai dengan hidangan penutup)
dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.
2. Coffee Shop atau Brasserie adalah suatu restoran yang pada
umumnya berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu
biasa mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam
secara cepat dengan harga yang relatif murah, kadang-kadang
penyajiannya dilakukan dengan cara prasmanan.
3. Cafetaria atau Cafe adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan
penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh.
4. Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik
atau sekolah.
5. Dining Room, terdapat di hotel kecil (motel), merupakan tempat
yang tidak lebih ekonomis dari pada tempat makan biasa. Dining
Room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di
hotel itu, namun juga terbuka bagi para tamu dari luar.
6. Inn Tavern adalah restoran dengan harga murah yang dikelola oleh
perorangan di tepi kota.
7. Pizzeria adalah suatu restoran yang khusus menjual Pizza, kadang-
kadang juga berupa spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.
8. Speciality Restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasi
seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan
atau temanya. Restoran-restoran semacam ini menyediakan
masakan Cina, Jepang, India, Italia dan sebagainya. Pelayanannya
sedikit banyak berdasarkan tata cara negara/wilayah tempat asal
makanan spesial tersebut.
9. Familly Type Restaurant adalah suatu restoran sederhana yang
menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak
9
begitu mahal, terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga
maupun rombongan
2.1.4 Loyalitas Pelanggan
Memiliki pelanggan yang loyal merupakan impian dari setiap
perusahaan. Upaya mempertahankan pelanggan harus mendapat prioritas
yang lebih besar dibandingkan dengan upaya mendapatkan pelanggan
baru. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya biaya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada lebih murah
dibandingkan dengan menarik pelanggan baru. Lebih jauh lagi,
kehilangan pelanggan dapat menjadi bencana di dalam pasar yang
memiliki persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu, loyalitas
pelanggan merupakan salah satu aset terbesar yang dimiliki oleh
perusahaan (Engel, dkk, 1994).
Menurut Griffin (2005), loyalitas pelanggan merupakan suatu
komitmen yang kuat dari pelanggan, sehingga pelanggan bersedia
melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai
secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh
situasi dan usaha-usaha pemasaran dari produk lain yang berusaha
membuat mereka beralih untuk membei produk lain tersebut.
Menurut Griffin (2005), dengan meningkatkan loyalitas pelanggan
maka akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain :
1. Menurunkan biaya pemasaran, bahwa biaya untuk menarik pelanggan
baru jauh lebih besar bila dibandingkan dengan mempertahankan
pelanggan yang ada.
2. Menurunkan biaya transaksi, seperti biaya negosiasi kontrak,
pemrosesan pesanan, pembuatan account baru, dan biaya lain-lain.
3. Menurunkan biaya turnover pelanggan, karena tingkat kehilangan
pelanggan rendah.
4. Menaikan penjualan yang akan memperbesar pangsa pasar
perusahaan.
5. Word of mouth yang bertambah, dengan asumsi bahwa pelanggan
yang setia berarti puas terhadap produk yang ditawarkan.
10
6. Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya penggantian atas produk
yang rusak.
Menurut Griffin (2005), terdapat empat karakteristik pelanggan
yang loyal, yaitu :
1. Repeat Purchase, yaitu melakukan pembelian berulang secara
teratur.
2. Purchase Across Product Lines, yaitu membeli produk antar lini
produk atau jasa.
3. Refer Others, yaitu mereferensikan atau mengajak orang lain.
4. Immunity, yaitu menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari
pesaing.
2.1.5 Persepsi Pelanggan
Menurut Kotler dan Keller (2008), persepsi pelanggan adalah proses
yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia
yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan
fisik, tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi dapat sangat
beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas
yang sama.
Rangkuti (2002), menyatakan bahwa persepsi pelanggan merupakan
proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan mengartikan
stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna.
Persepsi pelanggan suatu jasa meliputi:
1. Harga
Harga rendah menimbulkan persepsi produk yang tidak berkualitas,
sedangkan harga tinggi menimbulkan persepsi produk yang
berkualitas. Harga yang terlalu rendah menimbulkan persepsi pembeli
tidak percaya terhadap penjual, sedangkan harga yang terlalu tinggi
menimbulkan persepsi penjual tidak percaya terhadap pembeli.
11
2. Citra
Citra yang buruk akan menimbulkan persepsi produk yang tidak
berkualitas, sehingga pelanggan akan mudah marah terhadap
kesalahan kecil sekalipun. Citra yang baik akan menimbulkan
persepsi produk yang berkualitas, sehingga pelanggan akan
memaafkan suatu kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan,
meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya.
3. Tahap Pelayanan
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang
didapatkan oleh pelanggan selama pelanggan menggunakan beberapa
tahapan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Ketidakpuasan
yang diperoleh oleh pelanggan pada tahap awal pelayanan
menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk
tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan akan merasa tidak
puas dengan pelayanan secara keseluruhan.
4. Momen Pelayanan (Situasi Pelayanan)
Situasi pelayanan terkait dengan kondisi internal didalam diri
pelanggan, sehingga mempengaruhi kinerja dari pelayanan yang
diberikan. Kinerja pelayanan ditentukan oleh pelayan, proses
pelayanan, dan lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan. Oleh
karena itu, persepsi pelanggan terhadap suatu pelayanan ditentukan
oleh ketiga hal tersebut.
2.1.6 Nilai Pelanggan
Nilai pelanggan adalah selisih antara evaluasi calon pelanggan atas
semua manfaat (nilai pelanggan total) serta semua biaya tawaran tertentu
dan alternatif-alternatif lain yang dipikirkan (biaya pelanggan total).
Nilai pelanggan total adalah nilai moneter yang dipikirkan atas
sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional, dan psikologis yang
diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar tertentu. Biaya pelanggan
total adalah sekumpulan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk
mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang tawaran
pasar tertentu, termasuk biaya moneter, waktu, energi, dan psikis.
12
Dengan demikian, nilai pelanggan didasarkan pada perbedaan antara apa
yang didapatkan pelanggan dan apa yang diberikannya untuk berbagai
kemungkinan pilihan (Kotler dan Keller, 2008).
Menurut Rangkuti (2002), nilai pelanggan merupakan pengkajian
secara menyeluruh manfaat dari suatu produk baik barang maupun jasa,
yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima
oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. Menurut
Seth Newman Gross dalam Rangkuti (2002), pelanggan memilih
membeli tidaknya suatu produk berdasarkan lima komponen nilai, yaitu :
1. Nilai Fungsi
Manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk memenuhi fungsinya dari sudut pandang pertimbangan
ekonomi.
2. Nilai Sosial
Manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk mengidentikkan pelanggan dengan suatu kelompok sosial
tertentu.
3. Nilai Emosi
Manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk membangkitkan perasaan pemakainya.
4. Nilai Epistem
Manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk memenuhi keingintahuan pemakainya.
5. Nilai Kondisi
Manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk memenuhi keperluan pelanggan pada saat dan kondisi tertentu,
2.1.7 Daya Saing
Memiliki daya saing yang tinggi saat ini bukan lagi sekedar
kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi perusahaan. Karena, tanpa
daya saing yang tinggi, sulit bagi perusahaan untuk dapat bertahan,
apalagi memenangkan persaingan. Menurut Rangkuti (2002), daya saing
adalah kemampuan suatu produk barang maupun jasa agar dapat
13
menarik pelanggan. Suatu produk memiliki daya saing bila keunggulan
yang dimiliki produk tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Keunggulan
suatu produk terletak pada keunikan dan kualitas dari produk tersebut.
Suatu produk akan memiliki daya saing bila keunikan dan kualitas yang
dimiliki produk tersebut disesuaikan dengan manfaat, serta pelayanan
yang dibutuhkan oleh pelanggan. Manfaat dari suatu produk tergantung
dari seberapa jauh produk tersebut memenuhi nilai-nilai yang
dibutuhkan oleh pelanggan.
2.1.8 Kualitas Pelayanan Jasa
Kualitas pelayanan jasa merupakan salah satu faktor yang penting
dalam usaha mencapai keunggulan bersaing. Untuk mencapai kualitas
pelayanan jasa yang diinginkan, perusahaan melakukan pemenuhan
kebutuhan dan keinginan dari pelanggan. Menurut Tjiptono (2008),
kualitas pelayanan jasa adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyckof dalam Lovelock
dan Wright (2005), kualitas pelayanan jasa adalah tingkat keuntungan
yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Jika pelayanan jasa yang diterima oleh pelanggan melampaui
harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan jasa akan dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal. Bila pelayanan jasa yang diberikan lebih
rendah dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan jasa
dipersepsikan buruk. Ideal tidaknya kualitas pelayanan jasa tergantung
pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan dari
pelanggannya secara konsisten (Tjiptono, 2008).
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Tjiptono (2008),
menyatakan bahwa untuk dapat menentukan standar kualitas pelayanan
jasa dapat dilihat dari dimensi atau kriteria berikut :
14
1. Tangible (Kasat Mata)
Segala sesuatu yang berwujud dan mendukung operasional atau
pelayanan jasa, seperti penampilan fisik, penampilan karyawan,
peralatan atau perlengkapan yang digunakan.
2. Reliability (Keandalan)
Kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat sesuai
dengan yang dijanjikan dan dapat diandalkan sejak awal.
3. Responsiveness (Daya Tanggap)
Kemampuan karyawan untuk membantu dan memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan cepat dan tanggap.
4. Assurance (Jaminan)
Kemampuan dan kesopanan karyawan, serta sifat dapat dipercaya
dan diyakini oleh pelanggan.
5. Emphaty (Empati)
Pemahaman karyawan terhadap kebutuhan pelanggan, serta
perhatian yang diberikan oleh karyawan.
2.2 Pendekatan Teori Alat Analisis
2.2.1 Metode dan Penentuan Ukuran Sampel
Metode sampling adalah cara pengumpulan data yang hanya
mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam
populasi dan kesimpulan yang diperoleh dapat digeneralisasi pada
populasi (Hasan, 2003).
Menurut Hasan (2003), terdapat dua cara dalam pengambilan
sampel yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan semua
objek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel. Non probability sampling adalah cara pengambilan
sampel dengan semua objek atau elemen populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama unutuk menjadi sampel. Non probability
sampling terdiri dari sampling kuota (quota sampling), sampling
pertimbangan (judgement sampling), dan sampling seadanya
(convenience sampling).
15
2.2.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur
hal yang akan diukur. Dengan kata lain, uji validitas ini dilakukan untuk
mengukur apakah instrumen penelitian (alat ukur) yang digunakan dapat
mengukur apa yang akan diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik Product Moment Pearson, yaitu dengan
mengkorelasikan skor pada tiap-tiap item dengan skor totalnya.
Kuesioner dikatakan valid jika korelasi r lebih dari nilai r tabel dengan
tingkat signifikansi sebesar 5 persen (α=5%) (Umar, 2003). Rumus dari
korelasi ialah sebagai berikut :
...……………………….(1)
Keterangan :
r = Angka korelasi
n = Jumlah responden
X = Skor masing- masing pertanyaan dari tiap responden
Y = Skor total semua pertanyaan dari tiap responden
Setelah alat ukur tersebut dinyatakan valid, maka selanjutnya alat
ukur tersebut diuji reliabitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan suatu hasil pengukuran relatif konstan walaupun
pengukuran dilakukan lebih dari satu kali. Teknik uji reliabilitas yang
digunakan yaitu teknik Alpha Cronbach (Umar, 2003). Rumus pengujian
reliabilitas ialah :
………………………………………….(2)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyak butir pertanyaan
∑σb2 = Jumlah ragam butir
t2 = Ragam total
16
2.2.3 Analisis Deskriptif
Menurut Santoso (2002), analisis deskriptif digunakan untuk
menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data. Analisis
deskriptif pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan
informasi relevan yang terkandung dalam data dan penyajiannya
hasilnya dalam bentuk lebih ringkas, sederhana dan tentunya lebih
informatif, yang pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya
penjelasan dan penafsiran.
2.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Nugroho (2005), Analisis regresi linear berganda
digunakan untuk melihat hubungan antara lebih dari satu peubah
independent yang mempengaruhi suatu peubah dependent. Di dalam
regresi linear berganda menggunakan beberapa peubah bebas tambahan
(dituliskan sebagai X1, X2,…..,dan seterusnya) yang membantu dalam
menjelaskan atau memprediksi peubah terikat (Y). Menurut Supranto
(2004), manfaat dilakukannya analisis regresi linear berganda ini ialah
untuk dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap peubah bebas (yang
tercangkup dalam persamaan) terhadap peubah tak bebas, serta dapat
meramalkan nilai peubah tak bebas Y jika seluruh peubah bebas sudah
diketahui nilianya. Perhitungan analisis regresi linear berganda untuk n
peubah dilakukan berdasarkan formulasi berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ....+ bnXn+ e …........................................(3)
Keterangan:
Y = peubah dependen
X1-n = peubah independen
a, b1, b2, b3, bn = koefisien regresi
e = galat, atau faktor-faktor di luar peubah yang diteliti
2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Darmawan , Program
Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2009, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
17
yang Mempegaruhi Tingkat Loyalitas Pelanggan Hypermart Giant Taman
Yasmin Bogor” menggunakan metode Structural Equation Modelling
(SEM) dengan bantuan software Lisrel 8.30. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingkat persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya
saing, kualitas pelayanan jasa, dan loyalitas pelanggan di Giant Taman
Yasmin tergolong baik atau tinggi. Analisis SEM menyatakan bahwa
keempat variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
pelanggan dengan nilai loading factor (γ) dan t-value masing-masing:
persepsi pelanggan sebesar 0,35 (4,03), nilai pelanggan sebesar 0,19
(3,17), daya saing sebesar 0,24 (3,24), dan kualitas pelayanan jasa sebesar
0,38 (4,29). Variabel kualitas pelayanan jasa memiliki pengaruh paling
besar terhadap loyalita pelanggan Giant Taman Yasmin dengan nilai
loading factor (γ) sebesar 0,38.