13
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman, harga jual dan hasil tangkapan mendapatkan hasil uji F dengan selang kepercayaan 95% menyatakan bahwa semua variabel bebas yang meliputi modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja, hasil tangkapan dan harga berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014. Nilai R 2 pada penelitian ini adalah sebesar 0,811453 yang berarti bahwa semua variabel bebas mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014 sebesar 81,14%, sedangkan sisanya sebesar 18,86% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk didalam model penelitian. Sedangkan variabel curahan jam kerja, pengalaman nelayan, harga dan hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95% secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis 2014 (Jamal, 2014). Variabel pendapatan melaut yang diteliti meliputi umur nelayan, nilai aset kapal dan alat tangkap, daya mesin kapal, curahan kerja melaut, dan pengalaman melaut. Variabel pengeluaran rumah tangga nelayan meliputi pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa variabel jumlah kapal, pengalaman melaut, dan daya mesin kapal berpengaruh nyata terhadap pendapatan melaut secara statistik. Apabila variabel-variabel tersebut ditingkatkan maka akan berdampak terjadi peningkatan terhadap pendapatan nelayan. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga nelayan yaitu pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah keluarga dan pendidikan nelayan (Primyastanto, 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7986/3/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.pdf · Alat Tangkap Menurut KKP (2011), mengelompokkan klasifikasi alat penangkapan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman, harga jual dan

hasil tangkapan mendapatkan hasil uji F dengan selang kepercayaan 95%

menyatakan bahwa semua variabel bebas yang meliputi modal, umur, curahan

jam kerja, pengalaman kerja, hasil tangkapan dan harga berpengaruh nyata

terhadap pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014. Nilai R2 pada penelitian

ini adalah sebesar 0,811453 yang berarti bahwa semua variabel bebas

mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014 sebesar 81,14%,

sedangkan sisanya sebesar 18,86% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

termasuk didalam model penelitian. Sedangkan variabel curahan jam kerja,

pengalaman nelayan, harga dan hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95%

secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis 2014

(Jamal, 2014).

Variabel pendapatan melaut yang diteliti meliputi umur nelayan, nilai aset

kapal dan alat tangkap, daya mesin kapal, curahan kerja melaut, dan

pengalaman melaut. Variabel pengeluaran rumah tangga nelayan meliputi

pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah anggota keluarga, dan

pendidikan. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa variabel jumlah

kapal, pengalaman melaut, dan daya mesin kapal berpengaruh nyata terhadap

pendapatan melaut secara statistik. Apabila variabel-variabel tersebut

ditingkatkan maka akan berdampak terjadi peningkatan terhadap pendapatan

nelayan. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga

nelayan yaitu pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah keluarga dan

pendidikan nelayan (Primyastanto, 2013).

7

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi modal kerja, tenaga

kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut, hasil penelitian ini didapatkan

bahwa dari hasil estimasi nilai F-statistik yang diperoleh sebesar 3,1236 yang

lebih besar dari F0,05 (5,94) = 2.30; ini berarti bahwa modal kerja, jumlah tenaga

kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama

mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat dengan tingkat

kepercayaan 95%. Berdasarkan uji t-statistik, diketahui bahwa variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan di kabupaten

langkat yaitu modal kerja dan tenaga kerja. Sedangkan variabel pengalaman dan

jarak tempuh malaut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan

nelayan di kabupaten langkat. Hasil estimasi dari koefisien regresi modal kerja

adalah 0,293 yang artinya bahwa setiap penambahan 10 tenaga kerja maka

pendapatan nelayan dapat meningkatkan sebesar 2,58% (Sujarno, 2008).

2.2. Teori Produksi

Menurut Sudarman (2001), menyatakan bahwa teori produksi yaitu teori

yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai macam input

pada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien

dengan sumberdaya yang ada. Sumberdaya yang digunakan dalam produksi,

diklasifikasi oleh Doll dan Orazem (1984) menjadi sumberdaya tetap dan

sumberdaya variabel. Suatu sumberdaya disebut sebagai sumberdaya tetap, jika

kuantitasnya tidak berubah selama periode produksi tersebut dan suatu

sumberdaya disebut sumberdaya variabel, jika kuantitasnya berubah pada

permulaan atau selam periode produksi. Sumberdaya tetap dan variabel adalah

digunakan untuk mengklasifikasikan panjangnya periode produksi sebagai

berikut: (1) jangka sangat pendek, yakni periode waktu begitu singkat sehingga

8

semua sumberdaya adalah tetap, (2) jangka pendek, yakni periode waktu

sedemikian panjang yang setidaknya ada satu sumberdaya dapat bervariasi

sedangkan sumberdaya lain adalah tetap, dan (3) jangka panjang, yakni periode

waktu begitu panjang sehingga semua sumberdaya dapat bervariasi.

Menurut Budiono (2002), setiap proses produksi mempunyai landasan

teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi

menggambarkan laju sumberdaya ditransformasikan menjadi produk. Ada

banyak hubungan input output dalam pertanian karena laju input

ditranformasikan menjadi output akan bervariasi diantara jenis, tanah, binatang,

teknologi, jumlah curahan hujan, dan seterusnya. Secara simbolik, fungsi

produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Output

X1,X2,X3,...,Xn = input berbeda yang ambil bagian dalam produksi Y

2.3. Budidaya Perikanan

Budidaya perikanan didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk

memproduksi biota (Organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka

mendapatkan keuntungan (profit). Definisi budidaya perikanan lainya adalah

campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktifitas

perairan. Istilah lain dari budidaya perikanan adalah akuakultur, perikanan

budidaya, budidaya ikan, dan budidaya perairan. Ruang lingkup budidaya

perikanan berdasarkan spasial mencakup kawasan sejak pegunungan hingga

laut dalam, berdasarkan sumber air yang dimanfaatkan mencakup budidaya air

tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut, berdasarkan pada kegiatan

Y = ƒ(X1, X2, X3,...,XN)

9

mencakup pengadaan sarana dan prasarana produksi, proses produksi hingga

pemanenan, serta penanganan pascapanen dan pemasaran (Effendi, 2004).

2.3.1. Jenis-jenis Budidaya Air Tawar

a. Budidaya Kolam

Budidaya kolam adalah suatu kegiatan budidaya di suatu tempat yang

sengaja dibuat oleh manusia dengan kapasitas air dan luas yang terbatas. Kolam

bisa terbuat dari kolam tanah, kolam semen, kolam beton, kolam terpal, maupun

kolam bak fiber. Pembuatan kolam harus memerhatikan lingkungan budidaya,

topografi tanah, sumber air, keamanan dari predator, dan luas lahan budidaya.

Kolam biasanya menggunakan air tawar yang mempunyai salinitas rendah

hingga mencapai salinitas 0 ppm. Ikan yang dibudidayakan di kolam : Ikan lele

(Clarias sp), Gurame (Osphronemus gouramy), Nila (Oreochromis niloticus),

Patin (Pangasius pangasius), dan Bawal (Nastiti, 2014).

b. Budidaya Keramba

Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu

teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan

danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang

menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan

persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari

dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai

tempat pemasangan kantong jaring dan tempat berjalan orang pada waktu

memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan

ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah

secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang

mempunyai masa pakai yang lama. Dalam mendesain konstruksi wadah

budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya

10

ikan dijaring terapung. Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk

komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah

karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis

dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium

persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan

digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan (Nasution, 2003).

c. Budidaya tambak

Budidaya tambak merupakan kolam buatan, biasanya di daerah pantai,

yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).

Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta

kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau

air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat

untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara

umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,

walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di

tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan

sebagainya. Tetapi tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya

udang windu. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan produk perikanan

yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport (Kuri, 2009).

2.4. Perikanan Tangkap

Perikanan menurut Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009, perikanan

merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu bisnis

perikanan. Kemudian perikanan tangkap menurut Undang-Undang tersebut,

11

dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam

bidang penangkapan dan pengumpulan binatang dan tanaman air secara bebas

baik di laut maupun di perairan umum. Pada perikanan tangkap kegiatan

menangkap binatang atau tanaman air air tersebut sangat terbuka bagi siapa

saja karena sumberdayanya bersifat open access, dimana semua orang dapat

memanfaatkan sumberdaya alam tersebut tanpa harus memilikinya. Perikanan

tangkap merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengeksploitasi

sumberdaya hayati perairan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia melalui

kegiatan menangkap dan mengumpulkan. Menurut Monintja (1989) dalam Triana

(2010), komponen utama kegiatan perikanan tangkap adalah unit penangkapan

yang terdiri dari :

1. Kapal

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Kapal

Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk

melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan

dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Modal yang dikeluarkan untuk

pembelian kapal merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan.

Kapal memiliki fungsi sebagai alat transportasi yang membawa hasil tangkapan

dari Fishing ground (daerah penangkapan), menuju ke pembeli utama yang

membeli langsung di laut atau membelinya di tempat pelelangan ikan, sehingga

sumberdaya ikan dapat sampai ke tangan konsumen.

2. Alat Tangkap

Menurut KKP (2011), mengelompokkan klasifikasi alat penangkapan yang

terdiri dari 9 kelompok yaitu : (1) pukat tarik (trawl), (2) pukat kantong (seine net),

12

(3) pukat cincin (purse seine), (4) jaring insang (gill net), (5) jaring angkat (lift

net), (6) pancing (hook and lines), (7) perangkap (trap), (8) alat pengumpul

rumput laut, penangkap kerang, teripang dan kepiting, (9) lain-lain.

3. Nelayan

Berdasarkan waktu dalam melakukan kegiatan penangkapan, nelayan

dapat diklasifikasikan sebagai beikut: (1) nelayan penuh, yaitu nelayan yang

seluruh waktunya digunakan dalam kegiatan penangkapan, (2) nelayan sambilan

utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan dalam kegiatan

penangkapan dan sebagian waktu yang lain digunakan untuk melakukan

pekerjaan lainnya, (3) nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian

kecil dari waktunya dilakukan untuk kegiatan penangkapan ikan (KKP, 2011).

2.5. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator yang sangat penting dalam menganalisis

pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu negara adalah pertumbuhan

ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi

mengandung makna yang berbeda. Pembangunan ekonomi pada umumnya

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil

perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh

sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan sruktur

ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

Pertumbuhan ekonomi dicerminkan dari adanya perubahan PDB dari satu

periode ke periode berikutnya, yang merupakan salah satu petunjuk nyata

pembangunan, baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan

keberhasilan implementasi kebijakan. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi

13

diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka

panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin

pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif

dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat

semakin meningkat (Boediono, 1992).

2.6. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nila tambah bruto

seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu

daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode

tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau

non-residen (BPS Kabupaten Tulungagung, 2016).

Berdasarkan BPS Kabupaten Tulungagung (2016), Data pendapatan

nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi

perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini

antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumberdaya

ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang begitu besar, juga

begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun

ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan

struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu

wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar

menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

14

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan

PNB per satu orang penduduk

5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui

pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperoleh dari produksi seluruh

sektor perekonomian regional berdasarkan tahun dasar 2000 yang dijabarkan

dalam 9 sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,

sektor industri pengolahan, sektor listik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/

konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor

jasa-jasa. Kemudian berdasarkan keterangan BPS setelah februari 2015, BPS

akan menghitung PDB berdasarkan tahun dasar 2010 yang mempunyai 17

sektor diantaranya adalah (1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, (2)

pertambangan dan pengolahan, (3) industri pengolahan, (4) pengadaan listrik

dan gas, (5) pengadaan air, (6) konstruksi, (7) perdagangan eceran dan besar,

reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, (8) transportasi dan

pergudangan, (9) penyediaan akomodasi dan makan minum, (10) informasi dan

komunikasi, (11) jasa keuangan, (12) real estate, (13) jasa perusahaan, (14)

administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, (15) jasa

pendidikan, (16) jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan (17) jasa lainnya.

Berdasarkan BPS (2015) dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI) yaitu adanya pergeseran lapangan usaha dan munculnya

beberapa lapangan usaha kegiatan ekonomi yang baru, susunan struktur. KBLI

2015 mengalami beberapa perubahan, pada KBLI 2015 menyediakan klasifikasi

yang lebih rinci dan lebih lengkap pada semua tingkatan dibandingkan KBLI

2009 khususnya untuk kegiatan jasa. Perubahan struktur berupa pergeseran

15

pengelompokan suatu kegiatan dari satu klasifikasi ke klasifikasi lainnya, dan

penambahan klasifikasi baru yang disebabkan adanya perubahan-perubahan

kegiatan ekonomi yang berkembang, memungkinkan untuk membentuk kategori

yang berdiri sendiri atau digabungkan dengan kategori lain. Berikut tabel

perbedaan struktur kategori KBLI 2009 dengan KBLI 2015.

Tabel 1. Perbedaan Kegiatan Usaha Pada KBLI 2009 dengan KBLI 2015

KBLI 2009 KBLI 2015

No Kategori Judul Kategori No Kategori Judul kategori

1 A Pertanian, Kehutanan, dan perikanan

1 A Pertanian, kehutanan, dan perikanan

2 B Pertambangan dan penggalian

2 B Pertambangan dan penggalian

3 C Industri pengolahan 3 C Industri Pengolahan

4 D Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin

4 D Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin

5 E Pengendapan Air, pengelolaan sampah dan daur ulang pembuangan dan pembersihan limbah dan sampah

5 E Pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah, dan aktivitas remediasi

6 F Kontruksi 6 F Kontruksi

7 G Perdagangan Besar dan eceran; reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

7 G Perdagangan Besar dan eceran; reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

8 H Transportasi dan Pergudaangan

8 H pengangkutan dan Pergudaangan

9 I Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum

9 I Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum

10 J Informasi dan komunikasi

10 J Informasi dan komunikasi

16

11 K Jasa keuangan dan asuransi

11 K Aktivitas Keuangan dan Asuransi

12 L Real Estat

12 L Real Estat

13 M Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis

13 M Aktivitas provesional, ilmiah dan teknis

14 N jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanaan dan penunjang usaha lainya

14 N jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanaan dan penunjang usaha lainya

15 O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15 O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

16 P Jasa pendidikan 16 P Pendidikan

17 Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

17 Q Aktivitas Kesehatan dan Kegiatan Sosial

18 R Kesenian, Hiburan dan Rekreasi

18 R Kesenian, Hiburan dan Rekreasi

19 S Kegiatan Jasa Lainya

19 S Aktivitas Jasa Lainya

20 T Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga, Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan

20 T Aktivitas rumah tangga sebagai pemberi kerja; aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri

21 U Kegiatan Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

21 U Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

17

2.7. Kerangka Berfikir

Didalam subsektor perikanan Kabupaten Tulunggagung terdapat dua

jenis perikanan yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya, dari kedua

jenis perikanan ini dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang berbeda-beda.

Didalam perikanan tangkap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi adalah

jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), banyaknya alat tangkap yang

digunakan, banyaknya armada yang digunakan. Sedangkan didalam perikanan

budidaya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah jumlah Rumah

Tangga Perikanan (RTP), luas lahan yang digunakan, dan jumlah benih yang

diproduksi.

Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perikanan

tangkap maupun perikanan budidaya akan di analisis menggunakan analisis

regresi linear berganda untuk menentukan faktor-faktor yang paling berpengaruh

terhadap produksi perikanan tangkap dan budidaya. Setelah mengetahui faktor-

faktor yang paling berpengaruh, selanjutnya melihat seberapa besar kontribusi

sub sektor perikanan di tulungagung terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dengan menggunakan analisis kontribusi. Dapat dilihat dalam gambar

konseptual pada gambar 1.

18

Kontribusi Sub Suktor Perikanan terhadap

PDRB Kabupaten Tulungagung

Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

RTP (X1)

Luas Lahan (X2)

Benih (X3)

RTP (X1)

Alat Tangkap (X2)

Armada (X3)

Faktor Yang Paling

Berpengaruh

Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap

PDRB

Kontribusi sub sektor perikanan

tehadap PDRB

Gambar 1. Kerangka Pemikiran