13
6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu “air panas untuk teh”. Chanoyu mempunyai nama lain yakni chado atau Sadō yang berarti “cara pembuatan teh” atau sering disebut jalan teh, namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang seperti yang dijelaskan Plutschow dalam bukunya yang berjudul “Historical Chanoyu” terbitan tahun 1986. Teh bukan hanya dituang dengan air panas dan diminum, akan tetapi sebagai seni dalam arti luas. Sedangkan hasil wawancara pada tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema Budiarto, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, penulis skripsi dengan judul “Jepang Pada Masa Pemerintahan Kaisar Mutsuhito Tahun 1868-1912” mengatakan bahwa sadō dan chanoyu tidak dapat terpisahkan, secara garis besar menurutnya chanoyu merupakan upacara minum teh dan tata caranya itu sendiri, sedangkan sadō lebih menekankan pada makna- makna dibalik tata cara pelaksanaan upacara minum teh. Tema upacara minum teh ini juga pernah di angkat oleh Eva Nurintah Silalahi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan program studi Sastra Jepang pada tahun 2009. Pada skripsinya yang

II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

  • Upload
    phamdan

  • View
    227

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

6

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Sumber Pustaka

1. Rujukan

Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti

apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu

secara harafiah yaitu “air panas untuk teh”. Chanoyu mempunyai nama

lain yakni chado atau Sadō yang berarti “cara pembuatan teh” atau sering

disebut jalan teh, namun kemudian berkembang lebih luas menjadi

upacara minum teh dalam tradisi Jepang seperti yang dijelaskan

Plutschow dalam bukunya yang berjudul “Historical Chanoyu” terbitan

tahun 1986. Teh bukan hanya dituang dengan air panas dan diminum,

akan tetapi sebagai seni dalam arti luas. Sedangkan hasil wawancara pada

tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema Budiarto, alumni Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, penulis skripsi dengan judul

“Jepang Pada Masa Pemerintahan Kaisar Mutsuhito Tahun 1868-1912”

mengatakan bahwa sadō dan chanoyu tidak dapat terpisahkan, secara

garis besar menurutnya chanoyu merupakan upacara minum teh dan tata

caranya itu sendiri, sedangkan sadō lebih menekankan pada makna-

makna dibalik tata cara pelaksanaan upacara minum teh.

Tema upacara minum teh ini juga pernah di angkat oleh Eva

Nurintah Silalahi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

program studi Sastra Jepang pada tahun 2009. Pada skripsinya yang

Page 2: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

7

berjudul “Nilai-Nilai Ajaran Buddhisme dalam Estetika Keramik

Tradisional Jepang” ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai

gelar kesarjanaan. Tulisan Eva Nurintah memaparkan mengenai nilai-

nilai keindahan keramik yang dipergunakan dalam upacara minum teh,

keramik yang sesuai dengan ajaran Zen Buddhisme yang mengutamakan

kesederhanaan, sedangkan penulis lebih menjelaskan seni upacara

minum teh secara umum serta peralatan-peralatan yang digunakan yang

kemudian akan divisualisasikan dalam bentuk karya seni lukis.

Kesamaan pembahasan dengan penulis yaitu sama-sama menitik

beratkan mengenai ajaran zen perihal keindahan.

Pada 2014 lalu, Reni Perwitasari mahasiswi Program Studi

Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

menulis karya ilmiah dengan judul “Seni Tata Ruang Chaniwa dan

Chashitsu dalam Chanoyu”. Persamaan antara Reni Perwitasari dengan

penulis adalah memaparkan secara umum mengenai, chanoyu, sejarah

singkat chanoyu, peralatan yang dipergunakan, namun Reni Perwitasari

lebih menitik beratkan pada seni penataan ruang dalam upacara minum

teh, sedangkan penulis menitikberatkan pengaplikasian seni upacara

minum teh ke dalam karya dua dimensional yang akan dipergunakan

sebagai pengantar karya tugas akhir.

Tema serupa juga pernah diangkat oleh seniman-seniman asal

Jepang seperti Kasamatsu Shirou, Utagawa Kunisada, Kunichika

Toyohara, dan Toshikata Mizuno, namun visualisasi mereka

Page 3: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

8

menggambarkan upacara minum teh dengan apa adanya seperti

menangkap suatu kejadian atau peristiwa, selain itu seniman asal Jepang

mayoritas menggunakan teknik cukil kayu atau grafis.

Dari beberapa rujukan tersebut, penulis belum menemukan

kesamaan pengaplikasian seni upacara minum teh Jepang pada karya dua

dimensional, yang berarti belum ada seniman yang mengangkat seni

upacara minum teh Jepang yang dipadukan dengan bentuk ornamen Jawa.

2. Referensi

Menurut M. Shaifuddin, dalam bukunya berjudul Karakteristik

Bahan Seni Rupa Dwi Matra, Imajinasi adalah daya pikir untuk

membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan,

karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau

pengalaman seseorang. Pengertian itu sejalan dengan (Tim Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998: 425), yang mengatakan

Imajinasi ialah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan)

atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan pikiran dan

pengalaman seseorang. sedangkan dalam Diksi Rupa imajinasi sangat

terpaut erat dengan proses kreatif, serta berfungsi untuk menggabungkan

berbagai serpihan informasi yang didapat dari bagian-bagian indera

menjadi suatu gambaran utuh dan lengkap (Susanto, 2002: 53).

Sedangkan menurut Sartre dalam bukunya yang berjudul “Psikologi

Page 4: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

9

Imajinasi” terbitan tahun 2000 menjelaskan bahwa majinasi adalah cara

manusia melihat dunia dengan pikiran dan budinya.

Seni Lukis menurut Bastomi dalam buku “Wawasan Seni” tahun

1992 ialah penyusunan kembali konsep dan emosi dalam suatu bentuk

baru yang menyenangkan lewat media dua dimensional.

Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara

menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau pelataran.

Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias. Bentuk visual di

buat dengan datar tanpa memperhatikan volume ruang maupun perspektif.

Selain itu merupakan gaya penampilan karya yang lebih mengutamakan

keindahan garis, bidang warna. Warna pada bidang tidak memiliki kesan

terang gelap, tetapi rata atau datar saja. Garis diusahakan lancar, rapi.

Bentuk tidak menuruti benda aslinya, tetapi direkayasa demi keindahan.

Pada sebuah website yang ditulis oleh Sudrajat menjelaskan

mengenai stilasi menjelaskan bahwa stilasi adalah penampilan objek

dengan menggayakan atau membuat indah, dengan garis meliuk-liuk,

melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini, stilasi dapat

dipandang bagian dari dekorasi). Gaya stilasi lazim dibuat pada hiasan

atau ornamen seni hias Indonesia klasik

Garis menurut Susanto dalam buku berjudul “Diksi Rupa”

terbitan tahun 2011, yaitu perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan

sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa

panjang, pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal

Page 5: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

10

inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat

nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil,

tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal,

meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak.

Menurut Nooryan Bahari dalam buku berjudul “Kritik Seni

Wacana, Apresiasi dan Kreasi “, tekstur adalah kesan halus atau kasar

permukaan yang ditampilkan pada sebuah karya. Berdasarkan macamnya

tekstur dibagi menjadi dua yaitu, tekstur nyata, nilai permukaan yang

sama secara visual mata dengan rabanya. Tekstur semu, nilai permukaan

yang berbeda secara visual mata dengan rabanya.

Sunyoto dalam buku berjudul ”Nirmana, Elemen-elemen Seni dan

Desain” terbitan tahun 2009 mengatakan bahwa proses pewarnaan tanpa

adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada karya

seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan menampakkan

warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna.

Ukiyo-e adalah nama lukisan klasik di Jepang yang muncul pada

periode Edo (1600-1868). Ukiyo-e berbeda dengan lukisan biasa karena

dibuat di atas balok kayu dengan tehnik cukil sehingga menampakkan

efek 3-dimensi. Di Jepang, lukisan-lukisan bertema kan Sadō mayoritas

mudah ditemui pada jenis lukisan ini.

Anime merupakan animasi khas Jepang yang dapat dicirikan

melalui gambar, Anime dipengaruhi gaya gambar manga (komik khas

Jepang). Bagi penulis, Anime ini selalu menginspirasi dalam proses

Page 6: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

11

pembuatan karya. Contoh pada bagian mata, penulis terinspirasi pada

mata lebar yang terdapat pada Anime, namun tidak serta merta meniru

secara keseluruhan, berikut contoh beberapa bentuk mata yang terdapat

di beberapa Anime serta bandingannya dengan mata yang terdapat pada

karya penulis.

Gambar 1. Beberapa bentuk mata pada Anime

(Sumber :http://4.bp.blogspot.com/-

sK0uDZ6Usf8/UXuYArxSs9I/AAAAAAAABVU/BQvDvvdNlcI/s1600/Anime_an

d_Manga_Eyestyles_by_AkitoMaru.jpg)

Gambar 2. Bentuk mata pada karya penulis

(Sumber :Dokumentasi penulis)

Page 7: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

12

Seni ornamen merupakan suatu ungkapan perasaan yang

diwujudkan dalam bentuk visual sebagai pelengkap rasa estetika dan

pengungkapan simbolsimbol tertentu. Pada umumnya ornamen Jawa

adalah gubahan atau pendeformasian dari daun dan tumbuhan lain yang

merupakan daun pokok dan tangkai daun yang berbentuk lung. Pada

karya penulis terdapat potongan ornamen Jawa, selain sebagai

penyesuaian bentuk, filosofi ornamen ini sejalan dengan karakter Sadō

yang lembut dan luwes, berikut gambar ornamen Jawa yang terdapat

pada karya penulis.

Gambar 3. Ornamen Jawa

(Sumber :http://3.bp.blogspot.com/-

H6JZ13aTv54/Uq13XKChe0I/AAAAAAAAApQ/ic0UL6F23JQ/s1600/gb.ornam

en.jpg)

Page 8: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

13

Gambar 4. Bentuk ornamen Jawa pada karya penulis

(Sumber :Dokumentasi penulis)

B. Sumber Ide

Sumber Ide dalam berkarya dapat muncul dan diperoleh dari mana saja,

tidak terbatas hanya pada bidang yang sama, begitu juga sumber ide dalam

pembuatan karya seni lukis ini selain dari seni upacara minum teh di Jepang

juga terinspirasi dari aliran seni Ukiyo e yaitu sebuah aliran seni cetak dari

cukil kayu yang berkembang pada tahun (1600-1868) di Jepang.

Seniman yang pernah mengangkat upacara minum teh kedalam sebuah

karya cetak diantaranya yaitu Kasamatsu Shiro, Utagawa Kunisada,

Kunichika Toyohara, dan Toshikata Mizuno. Karya-karya mereka disajikan

sangat detail dengan warna-warna yang tidak begitu mencolok yang sesuai

dengan ciri khas karya seni Jepang. Berikut adalah karya-karya mereka:

Page 9: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

14

Gambar 5. Kasamatsu Shiro, 1954

(Sumber : http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Gambar 6. Kasamatsu Shirou (1898-1991)

(Sumber http://www.arcadja.com/auctions/en/kasamatsu_shiro/artist/42709)

Page 10: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

15

Gambar 7.Utagawa Kunisada (1786-1865)

A woman performing the tea ceremony

(Sumber https://id.pinterest.com/pin323414816965610200/)

Gambar 8.Tea Ceremony - Chikanobu Toyohara 1838-1912

(Sumber : http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Page 11: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

16

Gambar 9.Tea Ceremony – Chieko Minagawa born 1924

(Sumber : http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Gambar 10. Tea Ceremony - Genji Goju-yo Jo- Maiko - Sadanobu III

Kunichika Toyohara 1835-1900

(Sumber: http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Page 12: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

17

Gambar 11.Tea Ceremony - Kyo- Hasegawa 1881-1963

(Sumber: http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Gambar 12. Tea Ceremony at 9 a.m - Scenes of the Twenty-four Hours, A Pictorial

Trope –Kunichika Toyohara 1835-1900

(Sumber: http://www.artelino.com/articles/japanese_tea_ceremony.asp)

Page 13: II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612022_bab1.pdf · Dekoratif adalah aliran dalam seni lukis yang cara ... Menurut Nooryan Bahari

18

Gambar 13. Toshikata Mizuno (1866-1903)

(Sumber: https://www.lessingimages.com/viewimage.asp?i=03070316+&cr=20&cl=1)

Penulis mencoba menemukan karakter baru dari referensi yang di

gunakan sebagai sumber, kemudian ditemukanlah karakter asli dengan

menambahkan bentuk-bentuk ornamen dari Surakarta yang belum terdapat

pada karya bertemakan upacara minum teh ala Jepang lain. Selain itu, media

yang digunakan berbeda, karya-karya seniman asal Jepang mengangkat tema

upacara minum teh ini kebanyakan menggunakan media grafis atau cukil

kayu, sedangkan karya yang penulis sajikan berupa lukisan dengan media cat

minyak di atas kanvas.