8
Identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal,tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain : a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli. b. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan. c. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku- buku flora d. Menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan e. Menggunakan lembar Identifikasi Jenis Kunci determinasi digunakan untuk mencari nama tumbuhan atau hewan yang belum diketahui. Kunci determinasi yang baik adalah kunci yang dapat digunakan dengan mudah, cepat serta hasil yang diperoleh tepat. Pada umumnya kunci disusun secara menggarpu (dikotom) Heyne, K. 1950. De Nuttige Platen van indonese. N. V. Uitgeverij. Van houve, Graven:Bandung Metabolik sekunder · Tersebar tidak merata dalam tiap organisme · Fungsi ekologis, penarik serangga, pelindung diri, alat bersaing, hormon

Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jji

Citation preview

Page 1: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal,tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain :

a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli.b. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan.c. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku florad. Menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhane. Menggunakan lembar Identifikasi Jenis

Kunci determinasi digunakan untuk mencari nama tumbuhan atau hewan yang belum diketahui. Kunci determinasi yang baik adalah kunci yang dapat digunakan dengan mudah, cepat serta hasil yang diperoleh tepat. Pada umumnya kunci disusun secara menggarpu (dikotom)

Heyne, K. 1950. De Nuttige Platen van indonese. N. V. Uitgeverij. Van houve, Graven:Bandung

Metabolik sekunder

· Tersebar tidak merata dalam tiap organisme· Fungsi ekologis, penarik serangga, pelindung diri, alat bersaing, hormon· Perbedaan stuktur kimia tergantung pada pengembangan kimia organik dan hubungan antara

struktur dan keaktivan· Kaktifan fisiologi berkaitan dengan struktur kimia dan hubungan antara struktur.· Sebagian besar dari metabolik sekunder adalah turunan dari lemak

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.

Page 2: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.

Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya

Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

· Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.

· Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.) Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.

· Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

Senyawa metabolic sekunder dapat berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan tannin.

1. Alkaloid

Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.

Alkaloid dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu; Alkaloid sejati, alkaloid gabungan, alkaloid semu.

2. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas.

Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida.

3. Terpenoid

Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri.

Page 3: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

4. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon. Kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan protein berpengaruh negatif terhadap fermentasi rumen dalam nutrisi ternak ruminansia. Tanin dapat berikatan dengan dinding sel mikroorganisme rumen dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau aktivitas enzim. Tanin juga dapat berinteraksi dengan protein yang berasal dari pakan dan menurunkan ketersediaannya bagi mikroorganisme rumen. Keberadaan tanin di sisi lain berdampak positif jika ditambahkan pada pakan yang tinggi akan protein baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang berkualitas tinggi dapat terlindungi oleh tanin dari degradasi mikroorganisme rumen sehingga lebih tersedia pada saluran pencernaan pasca rumen.

5. Steroid

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R1, R2, R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R1, R2, R3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut. Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol. Struktur umum senyawa steroid.

ICN, ICBN

Guna dalam menyeragamkan penggunaan aturan-atuan dalam penerapan Taksonomi Tumbuhan di dunia agar tidak ada kesalahpahaman maupun dalam penyebutan serta dalam penulisan nama ilmiah sebuah tumbuhan, maka ditetapkanlah aturan-aturan dalam pemberian nama serta hal-hal yang berkaitan dengannya dengan nama Internasional Code of Botanical Nomenclatur (ICBN).

Page 4: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Aturan yang dikenal ini dikenal dengan Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) yang mengatur penerapan tata nama tumbuhan yang sifatnya liar (wild). ICBN ini pertama kali disepakati berdasarkan kongres Botani Internasional pada tahun 1930 di Cambridge (Inggris).

Kongres ini berhasil menyatukan dua kode internasional yang berlaku pada saat itu yaitu kode Paris (Eropa) dan Kode Rochester (Amerika) dengan menghasilkan 6 asas taksonomi tumbuhan. ICBN ditinjau kembali setiap tahun dengan diadakannya kongres botani Internasional.

Kongres ini berhasil menyatukan dua kode internasional yang berlaku pada saat itu yaitu kode Paris (Eropa) dan Kode Rochester (Amerika) dengan menghasilkan 6 asas taksonomi tumbuhan. ICBN ditinjau kembali setiap tahun dengan diadakannya kongres botani Internasional.

Selain ICBN ada juga dikenal aturan tata nama untuk tanaman budidaya yang disebut dengan ICPN (Internasional Code Nomenclatur of Cultivated Plant) yang memiliki arti Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Budidaya. Kode ini mengatur pemberian nama untuk nama-nama tanaman yang sudah dibudidayakan atau sudah disilang-silangkan.

ICBN pertama kali disepakati di London (Cambridge) pada tahun 1930 setelah melalui perjalanan yang cukup sangat panjang. Setiap lima tahun sekali diadakan pertemuan para ahli botani se dunia untuk mengadakan pembicaraan tentang aplikasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan nama ilmiah tersebut sekaligus mengadakan revisi-revisi yang dibutuhkan dalam lembaga internasional tersebut.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari lembaga internasional ini tentunya sangat banyak dan begitu penting dan berperan sekali kehadirannya di dunia tumbuhan dalam pemberian nama ilmiah atau bahasa latin yang sesuai dengan tumbuhan yang didapat dan ditemukan tersebut.

Dampak dari itu semua memberikan suatu hubungan yang baik dan tidak terjadinya perselisihan dalam pemberian nama serta kebingungan karena terjadi pemberian nama ilmiah yang berbeda-beda pada satu nama tumbuhan. Dengan begitu tentu saja mempermudah dalam mengenali karakteristik dari suatu tumbuhan sehingga dapat dibudidayakan sesuai dengan jenisnya.

Dengan demikian tidak terjadinya percampuran yang dikira sama ternyata memiliki perbedaan akibat ketidaksesuainya dalam penamaan tumbuhan tersebut.

Demikianlah artikel ini dibuat semoga dapat membantu dan bermanfaat bagi anda dalam mengetahui tentang lembaga kode tata nama internasional.

Page 5: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Infusa (infuse)

Infus adlah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplesia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan infuse merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Khasiat sediaan herbal umumnya karena kandungan minyak atsiri yang akan hilang apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infuse. Campur simplesia dengan derajat halus sesuai dalam panic dengan air secukupnya,panaskan di atas tanga air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 derajat C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain fanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang dikehendaki. Infus simplesia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus simplesia yang mengandung lender tidak boleh diperas. Infus simplesia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambah larutan natriumkarbonat P 10% dari bobot simplesia.

Dekokta (Dekok)

Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90 derajat C selama 30 menit. Cara membuatnya adalah campur simplesia dengan derajat halus yang sesuai dalam panic denngan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 derajat C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas malalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki, kecuali dekok dari simplesia Condurango Cortex yang harus dilaksanakan setelah didinginkan terlebih dahulu jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan tidak dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau simplesia.

Tea (Teh)

Pembuatan sediaan the untuk tujuan pengobaatan banyak dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infuse yang dilakukan pada the hitam sebagai minuman. Dibuat dengan cara air mendidih dituangkan ke simplesia, diamkan selama 5-10 menit dan saring. Pada pembuatan sediaan the, beberapa hal perlu diperhatukan yaitu jumlah simplesia dan air. Jumlah dinyatakan dalam takaran gram sedangkan air dalam takaran ml.

Gargarisma dan kolutorium (Obat kumur dan obat cuci mulut)

Obat kumur dan obat cuci multu umumnya mengandung bahan tanaman yang berkhasiat sebagai astrigen yang dapat mengencangkan atau melapisi selaput lender mulut dan tenggorokan dantidak dimaksudkan agar obat menjadi pelindung selaput lender. Obat kumur dan obat cuci mulut dibuat dari sediaan infuse, dekok atau tingtur yang diencerkan.

Sirupi (sirup)

Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakrosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%

Pembuatan:

Page 6: Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Kita Kenal

Kecuali dinyatakan lain,sirup dibuat sebagai berikut: Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. Pada pembuatan sirup dari simplesia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan natriumkarbonat sejumlah 10% borot simplesia. Kecuali dinyatakan lai, pada pembuatan sirup simplesia untuk persediaan ditambahkan metal paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang sesuai.

Tinctura (Tingtur)

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplesia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.

Extract (Ekstrak)

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplesia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.